Upload
others
View
16
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH BAKAT DAN MINAT
TERHADAP HASIL BELAJAR MENGGAMBAR
PADA SISWA KELAS V SD SE-DABIN V
KECAMATAN TEGAL TIMUR KOTA TEGAL
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Siti Mariyatul Kiftiyah
1401415240
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Bakat adalah pemberian Tuhan. Jadilah rendah hati. Terkenal adalah
pemberian orang. Jadilah bersyukur. Kesombongan adalah pemberian dari
diri sendiri. Berhati-hatilah.” (John Wooden)
2. “Perubahan tidak akan pernah terjadi jika kita terus menunggu waktu atau
orang yang tepat. Kita adalah perubahan itu sendiri.“ (Barack Obama)
3. “Makin banyak kita membuang waktu untuk merasa iri pada bakat ataupun
kesuksesan orang lain, maka semakin sulit pula kita berkembang maju.”
(Andrie Wongso)
4. “Jangan pernah menyia-nyiakan kemampuan yang kau miliki, berlatihlah
dengan giat seakan-akan tidak ada hari esok. Niscaya engkau akan meraih
hasil yang memuaskan.” (Penulis)
PERSEMBAHAN
1. Ibu Rochilah (almh), ibuku tercinta yang telah merawatku dan menyayangiku
dengan sabar dan tulus sejak kecil. Semoga engkau bahagia disana melihatku.
2. Bapak Tasripin, bapakku tercinta dan orang tua tunggal yang serba bisa.
Terimakasih atas dukungan dan doa untukku.
3. Saudara-saudaraku Mas Lukman, Mas Zam, Mba Ulah, Mas Amir, Mas Epu,
Mba Meroh, Mba Ela, Ilmi, dan Akim, terimakasih untuk dukungan dan
motivasinya.
vi
ABSTRAK
Kiftiyah, Siti Mariyatul, 2019. Pengaruh Bakat dan Minat terhadap Hasil Belajar
Menggambar pada Siswa Kelas V SD se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur
Kota Tegal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Moh.
Fathurahman, S.Pd. M.Sn. hal: 315.
Kata Kunci: bakat, hasil belajar menggambar, minat.
Hasil belajar menggambar adalah perubahan tingkah laku berupa
kemampuan menggambar siswa yang diperoleh setelah mendapatkan pengalaman
dalam belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam menggambar selain
dipengaruhi oleh bakat juga dipengaruhi oleh adanya minat. Bakat merupakan
potensi atau kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir tetapi harus
dikembangkan dan dilatih. Minat merupakan rasa suka atau ketertarikan seseorang
terhadap suatu bidang atau aktivitas tertentu yang muncul karena adanya
kebiasaan dan pengalaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bakat dan minat siswa terhadap hasil belajar menggambar siswa.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan jenis
pendekatan expost facto. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD se-
Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal yang berjumlah 167 siswa.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Proportionate Random Sampling.
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan taraf kesalahan 5%,
sehingga diperoleh sampel sebanyak 118 siswa. Teknik pengumpulan data yang
digunakan meliputi wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara tidak terstruktur dan angket
atau kuesioner. Uji prasyarat yang digunakan, yaitu uji normalitas, linieritas,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Uji analisis akhir yang digunakan yaitu
analisis regresi sederhana, korelasi sederhana, regresi berganda, korelasi berganda,
koefisien determinasi, dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh bakat siswa terhadap
hasil belajar menggambar dengan kontribusi pengaruh sebesar 9%. Terdapat
pengaruh minat siswa terhadap hasil belajar menggambar dengan kontribusi
sebesar 8,3%. Terdapat pengaruh antara bakat dan minat siswa secara bersama-
sama terhadap hasil belajar menggambar sebesar 11,1%. Hal ini dibuktikan
dengan nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel yaitu 7,214 > 3,074 dan nilai
kontribusi pengaruh sebesar 11%. Jika nilai bakat siswa dan minat siswa
meningkat, maka hasil belajar meningkat juga akan meningkat. Guru dan pihak
sekolah disarankan untuk meningkatkan hasil belajar menggambar siswa dengan
memerhatikan bakat yang dimiliki siswa, sehingga minat siswa dapat tumbuh
melalui pembiasaan yang dilakukan dalam pembelajaran menggambar.
vii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Bakat dan Minat terhadap Hasil Belajar Seni Tari pada Siswa Kelas V SD se-
Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penulisan
skripsi ini. Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberi kesempatan untuk melaksanakan studi di Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Ahmad Rifa’i RC., M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi
kesempatan untuk menuangkan gagasan dalam bentuk skripsi.
4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah membantu kelancaran dalam proses
pengerjaan skripsi.
5. Moh. Fathurahman, S.Pd. M.Sn., Dosen Pembimbing yang telah
viii
mengarahkan, memotivasi, dan membimbing, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD UPP Tegal, yang telah membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan selama berada dibangku kuliah.
7. Kepala SD se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal, yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Guru dan Siswa Kelas V SD se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal,
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Teman dan sahabatku, teruntuk Nadiya, Ghina, Dina, dan Taufik untuk doa,
bantuan, dan motivasinya.
10. Teman-teman PGSD angkatan 2015 yang telah membantu penulis selama
melaksanakan penelitian.
Semoga semua pihak tersebut mendapatkan ridho dari Allah SWT dan
keberkahan dalam hidupnya. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk semua
pihak.
Tegal,15 Mei 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
PRAKATA .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 17
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................ 18
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 18
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 19
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 20
x
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 23
2.2 Kajian Empiris ...................................................................................... 78
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. 94
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 96
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 98
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 99
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 100
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 107
3.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 108
3.6 Data dan Sumber Data Penelitian ........................................................ 110
3.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 111
3.8 Uji Instrumen ....................................................................................... 117
3.9 Teknik Analisis Data ............................................................................. 122
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 133
4.2 Pembahasan........................................................................................... 183
V. PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 208
5.2 Saran .................................................................................................... 209
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 212
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 221
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jumlah Populasi Penelitian ................................................................... 102
3.2 Hasil Penghitungan Sampel Penelitian ................................................ 105
3.3 Hasil Penghitungan Populasi Siswa Uji Coba ...................................... 106
3.4 Hasil Penghitungan Sampel Siswa Uji Coba ....................................... 106
3.5 Deskriptor Penskoran Angket .............................................................. 114
3.6 Angket Bentuk Skala Likert .................................................................. 116
3.7 Uji Validitas Angket Bakat Siswa ....................................................... 120
3.8 Uji Validitas Angket Minat Siswa ....................................................... 120
3.9 Uji Reliabilitas Angket Bakat Siswa .................................................... 122
3.10 Uji Reliabilitas Angket Minat Siswa..................................................... 122
3.11 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Menggambar ...................................... 125
3.12 Pedoman Konversi Analisis Korelasi Ganda ........................................ 131
4.1 Alamat SD Penelitian ............................................................................ 134
4.2 Data Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 134
4.3 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ........................................ 137
4.4 Rentang Nilai Indeks (Three Box Method) ........................................... 141
4.5 Pedoman Konversi Skala-5 ................................................................... 142
4.6 Frekuensi Nilai Hasil Menggambar Semester Genap ........................... 142
4.7 Frekuensi Nilai Hasil Menggambar Perempuan Semester Genap ........ 145
4.8 Frekuensi Nilai Hasil Menggambar Laki-laki Semester Genap ........... 147
xii
4.9 Indeks Bakat Siswa ............................................................................... 152
4.10 Indeks Minat Siswa ............................................................................... 157
4.11 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 160
4.12 Hasil Uji Linieritas Bakat Siswa ........................................................... 161
4.13 Hasil Uji Linieritas Minat Siswa........................................................... 161
4.14 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 162
4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 163
4.16 Analisis Korelasi Sederhana Variabel X1 terhadap Y ........................... 165
4.17 Analisis Regresi Sederhana Variabel X1 terhadap Y ............................. 167
4.18 Koefisien Determinan X1 dengan Y ...................................................... 169
4.19 Analisis Korelasi Sederhana Variabel X2 terhadap Y ........................... 171
4.20 Analisis Regresi Sederhana Variabel X2 terhadap Y ............................. 173
4.21 Koefisien Determinan X2 dengan Y ...................................................... 175
4.22 Analisis Korelasi Berganda Variabel X1 dan X2terhadap Y .................. 176
4.23 Analisis Regresi Sederhana Variabel X1 dan X2terhadap Y .................. 178
4.24 Koefisien Determinan X1 dan X2terhadap Y ........................................ 180
4.25 Hasil Uji Koefisien Regresi secara Bersama-sama (Uji F) ................... 182
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ...................................................... 222
2. Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ........................................................ 228
3. Daftar Nama Siswa Uji Coba ....................................................................... 231
4. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ...................................................... 232
5. Kisi-Kisi Instrumen Angket Uji Coba ......................................................... 233
6. Lembar Instrumen Angket Uji Coba ............................................................ 235
7. Lembar Validitas Konstruk .......................................................................... 241
8. Tabulasi Skor Angket Uji Coba ................................................................... 250
9. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Penelitian ........................................ 256
10. Hasil Uji Reliabilitas Instumen Angket Penelitian ..................................... 263
11. Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian ........................................................ 266
12. Lembar Instrumen Angket Penelitian .......................................................... 267
13. Tabulasi Skor Angket Penelitian .................................................................. 271
14. Daftar Nilai Menggambar Siswa Kelas V
Tahun Pelajaran 2018/2019 ......................................................................... 282
15. Daftar Nilai Menggambar Siswa Kelas V Sampel Penelitian
Tahun Pelajaran 2018/2019 .......................................................................... 288
16. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ............................................................... 291
17. Jadwal Penelitian .......................................................................................... 295
18. Surat Pernyataan Penggunaan Referensi dan Sitasi ..................................... 296
19. Daftar Jurnal ................................................................................................. 297
xiv
20. Surat Izin Penelitian dari PGSD UPP Tegal ................................................. 302
21. Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL .................................................. 303
22. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA ........................................................... 304
23. Surat Izin Penelitian dari DINAS PENDIDIKAN ....................................... 305
24. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ........................................ 306
25. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ................................................................ 311
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Gambar anak pada masa mencoreng ..................................................... 72
2.2 Gambar anak pada masa prabagan ........................................................ 72
2.3 Gambar anak pada masa bagan ............................................................. 73
2.4 Gambar anak pada masa awal realisme ................................................ 74
2.5 Gambar anak pada masa naturalistik .................................................... 74
2.6 Bagan Kerangka Berpikir ..................................................................... 95
4.1 Diagram Presentase Bakat Siswa tiap Indikator ................................... 154
4.2 Diagram Presentase Minat Siswa tiap Indikator ................................... 159
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang penelitian, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Uraiannya yaitu sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Setiap orang dalam kehidupannya menginginkan sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan pendidikan. Manusia berusaha untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya melalui pendidikan. Pendidikan memiliki pengaruh terhadap
perkembangan pengetahuan, kemampuan, kepribadian, dan ketrampilan. Oleh
karena itu, kehidupannya dapat meningkat seiring berjalannya waktu sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Purwanto (2014:10) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang
dilakukan oleh orang dewasa untuk berinteraksi dengan anak-anak dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya menuju ke arah kedewasaan. Maksudnya,
pendidikan diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak secara
optimal dalam masa pertumbuhannya (jasmani dan rohani). Pendidikan diberikan
dengan tujuan agar nantinya anak-anak dapat menghadapi berbagai masalah
kehidupan.
2
Pendapat tersebut didukung oleh Munib dkk. (2015:36) yang menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan dengan
tujuan agar mempunyai sifat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan oleh orang-
orang yang diberikan tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik.
Pendidikan dilakukan di sekolah oleh guru yang berusaha untuk membimbing
peserta didiknya agar memiliki kemampuan dan kepribadian yang baik, sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai. Pendidikan merupakan suatu proses terencana
agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal
sehingga terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, yaitu dimulai sejak manusia
berada dalam kandungan hingga meninggal dunia. Pendidikan dapat dilakukan
dimana saja, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pendidikan dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan
setiap individu memiliki hak yang sama untuk memeroleh pendidikan seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia tahun 1945
Pasal 31 Ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan”.
Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan,
manusia tidak dapat berkembang dan maju. Oleh karena itu, agar memeroleh
tujuan yang hendak dicapai, pendidikan harus dilaksanakan dengan baik. Hal ini
sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal
3, yaitu:
3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Coombs dalam Munib (2015:82) menjelaskan bahwa pendidikan di
Indonesia dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pendidikan formal, non formal, dan
informal. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal
kategori pendidikan dasar. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17 ayat 1 dan 2 tentang jenjang pendidikan
dasar dan bentuk pendidikan dasar.
SD sebagai salah satu bentuk pendidikan dasar memiliki tujuan yang
berbeda dari jenjang pendidikan lainnya. Hal ini dikarenakan ilmu yang didapat
saat anak menempuh pendidikan di SD dijadikan sebagai pondasi dalam
kehidupan anak. Anak biasanya lebih memercayai guru dibanding dengan
orangtuanya. Oleh karena itu, pendidikan di SD sangatlah penting dan tidak boleh
dipandang sebelah mata. Tujuan pendidikan SD dijelaskan lebih lanjut oleh
Mikarsa dkk (2005) dalam Susanto (2016:70) yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan sekolah dasar yaitu untuk mengembangkan kemampuan dasar siswa,
di mana setiap siswa aktif dalam belajar karena adanya motivasi internal dan
suasana yang kondusif bagi perkembangan dirinya secara optimal.
Pendidikan sekolah dasar merupakan pondasi dalam menempuh
pendidikan pada jenjang selanjutnya. Maksudnya, ketika anak sudah memiliki
4
dasar yang kuat dalam pengetahuan, ketrampilan, kepribadian, maka anak tidak
akan mengalami kesulitan yang berarti dalam jenjang pendidikan berikutnya.
Biasanya pengetahuan yang didapat oleh anak ketika di sekolah dasar akan terus
tertanam dalam diri anak. Oleh karena itu, tujuan pendidikan sekolah dasar
menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Struktur Kurikulum SD/MI yang memuat 8 mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri. Komponen mata pelajaran SD/MI meliputi
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni budaya dan keterampilan,
serta pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di SD.
Menurut Susanto (2016:261), bahwa pendidikan SBK merupakan
pendidikan seni yang berbasis budaya yang digolongkan dalam seni rupa, seni
musik, seni tari, dan ketrampilan. Pendidikan SBK di SD memiliki fungsi dan
tujuan untuk mengembangkan sikap, kemampuan berkarya, dan berapresaiasi.
Herawati & Iriaji (1999:12) mengatakan bahwa melalui pendidikan seni, anak
dilatih untuk menunjukkan dirinya, memamerkan idenya, dan menunjukan
karyanya.
Salah satu jenis pendidikan seni yang diajarkan di SD yaitu seni rupa.
Menurut Kamaril dkk. (2005:2.15), seni rupa merupakan salah satu cabang
5
kesenian yang bertujuan untuk mengungkapan gagasan dan perasaan manusia
melalui pengolahan dan penataan media. Pendapat tersebut sejalan dengan
Aminuddin (2009:5) bahwa seni rupa adalah cabang seni berupa karya seni yang
dapat ditangkap oleh panca indra dan dirasakan dengan rabaan. Hal ini dijelaskan
lebih lanjut oleh Pekerti (2008:8.5) bahwa seni rupa adalah suatu bentuk
ungkapan seni yang mengekspresikan pengalaman dengan menggunakan beragam
unsur seni rupa untuk menghasilkan suatu karya. Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni rupa adalah salah satu cabang seni yang
menghasilkan karya seni yang dapat ditangkap panca indra dan dirasakan dengan
rabaan.
Kegiatan awal anak dalam berkarya seni rupa dapat dilakukan melalui
kegiatan menggambar, sehingga kegiatan ini perlu diberikan kepada anak untuk
menyalurkan ekspresinya (Herawati & Iriaji, 1999:128). Kamaril dkk. (2005:4.4)
menjelaskan bahwa menggambar merupakan suatu usaha untuk
mengomunikasikan pikiran, ide/gagasan, gejolak/perasaan yang bernilai artistik
dengan menggunakan garis dan warna. Menurut Aminuddin (2009:15) bahwa
menggambar merupakan proses perekaman objek pada bidang dua dimensi bidang
dua dimensi melalui media dengan kriteria, antara lain kemiripan bentuk dan
warna, memperhatikan prespektif, proporsi, komposisi, gelap terang, serta
bayang-bayang objek yang digambar.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa menggambar adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mengomunikasikan pikiran, ide, perasaan maupun
imajinasi yang bernilai artistik dalam bentuk dua dimensi dengan menggunakan
6
garis dan warna. Hasil gambar tersebut memiliki nilai artistik yang indah untuk
dipandang. Bentuk dimensinya berupa dua dimensi dengan menggunakan garis
dan warna. Hasil gambar yang kurang baik tidak dapat digunakan sebagai sarana
komunikasi.
Kegiatan menggambar dapat membina dan mengembangkan kreativitas
anak. Hal ini perlu dilatih sejak siswa berada dalam pendidikan dasar, khususnya
SD karena kadar kreativitas anak SD masih sangat tinggi. Semakin tinggi
kreativitas menggambar siswa, semakin baik pula hasil menggambarnya. Oleh
karena itu, sangatlah penting untuk melatih kreativitas siswa pada masa SD.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan dasar
yaitu proses pembelajaran. Menurut Setijowati (2016:5), pembelajaran merupakan
proses yang dilakukan oleh guru dan siswa yang diarahkan untuk mengubah
tingkah laku siswa sesuai dengan potensinya. Proses pembelajaran harus
dilakukan secara optimal untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Belajar
dapat dilakukan agar mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
Belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memeroleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto, 2015:2). Hal ini sejalan dengan
pendapat R. Gagne (1989) dalam Susanto (2016:4) yang menjelaskan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang terjadi ketika seseorang mengalami
perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.
7
Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memeroleh pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, sehingga terjadi perubahan pada tingkah laku. Seperti
dijelaskan oleh Hamalik (2015:29) bahwa belajar merupakan suatu proses demi
mencapai tujuan. Hal ini didukung oleh pendapat Hilgard & Bower dalam
Fathurrohman (2014:5), bahwa akan terjadi perubahan tingkah laku ketika
seseorang belajar yang disebabkan oleh pengalaman yang sering terjadi bukan
karena pengaruh obat, kelelahan, dan lain sebagainya.
Belajar menurut Susanto (2016:4) merupakan suatu aktivitas yang sengaja
dilakukan seseorang dalam keadaan sadar untuk memeroleh suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru, sehingga memungkinkan seseorang
mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap, baik dalam berpikir, merasa,
maupun dalam bertindak. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memeroleh konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru yang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku yang diperoleh dari hasil pengalamannya dengan lingkungan sekitar.
Jika sudah belajar dengan sungguh-sungguh, maka bukan tidak mungkin
akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Hal tersebut dipertegas oleh K.
Brahim (2007) dalam Susanto (2016:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam bentuk skor dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang diperoleh dari hasil tes. Winkel (1989) dalam
Darmadi (2017:254) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu
keberhasilan yang dicapai oleh siswa yaitu prestasi belajar siswa di sekolah yang
diwujudkan dalam bentuk angka.
8
Menurut Rifa’i & Anni (2015:67) bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku
siswa tergantung apa yang dipelajarinya. Misalnya, siswa yang mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan tingkah laku yang diperoleh berupa
penguasaan konsep.
Menurut Anitah (2010:2.19) bahwa hasil belajar adalah suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku
siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, disadari, dan secara menyeluruh.
Sejalan dengan pendapat Hamalik (2015:30) bahwa hasil belajar ditunjukkan
dengan adanya perubahan tingkah laku pada seseorang. Tingkah laku manusia
terdiri dari beberapa aspek, antara lain pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan
sikap. Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar akan ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku dalam berbagai aspek.
Menurut Darmadi (2017:255) bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar
yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran dengan membawa suatu perubahan
tingkah laku seseorang. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui pembelajaran. Kemampuan yang diukur bukan hanya
pengetahuannya saja, melainkan diukur juga sikap dan perilakunya. Melalui hasil
belajar, dapat diketahui apakah tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai atau
belum.
Syah (2009:216) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor akibat pengalaman
9
dan proses hasil belajar. Menurut Susanto (2016:5) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan pada diri siswa yang berupa aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Bloom (1956) dalam Rifa’i & Anni (2015:68) bahwa
terdapat tiga taksonomi ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan,
kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan,
sikap, minat, dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik
seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Gagne (1979) dalam Anitah (2010:2.19) menyebutkan terdapat lima tipe hasil
belajar yang dapat dicapai oleh siswa, antara lain motor skillls, verbal
informations, intelectual skills, attitudes, dan cognitives strategis.
Penilaian hasil belajar menggambar lebih ditekankan pada ranah afektif
dan psikomotor. Hal ini dikarenakan kegiatan menggambar merupakan kegiatan
praktek yang lebih ditekankan pada ketrampilan siswa dalam menggambar dan
sikap yang diperoleh setelah belajar. Oleh karena itu, dalam hal ini pengetahuan
siswa tidak terlalu diutamakan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari belajar yang
diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar siswa tidak hanya diukur dalam
aspek kognitif saja, melainkan meliputi afektif dan psikomotor. Hasil belajar
10
diukur oleh guru ketika proses pembelajaran dilakukan dan setelah kegiatan
pembelajaran.
Guru dalam menilai hasil belajar menggambar anak disesuaikan dengan
tahap perkembangan gambar anak. Umur siswa kelas V yaitu memasuki usia 11
tahun dimana pada usia ini menurut Lowenfeld dan Brittain dalam Pamadhi
(2014:3.33), anak memasuki tahapan perkembangan gambar yaitu masa awal
realisme. Pada masa ini, anak sudah lebih cermat dalam mengamati alam
sekitarnya.
Kesadaran perspektif anak telah muncul, sehingga gambarnya mulai
mendekati kenyataan dengan latar yang tepat, namun proporsi dalam menggambar
belum seimbang. Anak sudah mengetahui interaksi alam dengan makhluk hidup
lainnya. Anak sudah lebih mengenal manusia tidak hanya pada kepala, tubuh,
tangan, dan kaki saja, tetapi sudah mengenal jari, pakaian, perhiasan, rambut.
Bahkan, anak sudah dapat membedakan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu,
dalam menilai hasil gambar anak, guru harus melihat tahapan perkembangan
gambar anak disesuaikan dengan usianya.
Guru menilai hasil belajar menggambar siswa dengan beberapa kriteria,
antara lain kreativitas, kerapihan, dan ketepatan waktu. Semakin kreatif dan rapi
gambar anak, maka semakin tinggi hasil belajar menggambar anak. Ketepatan
waktu dijadikan sebagai salah satu indikator penentu nilai hasil menggambar
siswa karena merupakan salah satu bentuk apresiasi guru terhadap siswa yang
mengumpulkan tugas tepat waktu. Melalui ketepatan waktu siswa mengumpulkan
11
tugas, guru bisa melihat mana anak yang berminat terhadap kegiatan
menggambar.
Hasil belajar menggambar siswa kelas V di beberapa SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal tergolong rendah, berdasarkan obsevasi dan
wawancara awal. Anak yang memiliki kreativitas menggambar yang tinggi akan
menghasilkan gambar yang baik. Semakin tinggi kreativitas menggambar siswa,
semakin baik pula hasil belajar menggambar siswa tersebut. Gambar yang
dihasilkan anak sesuai dengan daya imajinasi anak tersebut.
Hasil belajar menggambar siswa laki-laki lebih rendah daripada siswa
perempuan. Hal ini dikarenakan siswa perempuan akan lebih ulet dan detail dalam
mengerjakan sesuatu serta menginginkan hasil yang sempurna. Siswa laki-laki
cenderung masa bodoh dengan apa yang di lakukannya dan kurang ulet dalam
mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, seringkali hasil menggambar siswa
perempuan lebih bagus dari siswa laki-laki.
Salah satu masalah yang dapat menghambat rendahnya hasil belajar
menggambar siswa adalah kurangnya dukungan dari orangtua dalam kegiatan
menggambar. Dukungan tersebut dapat berupa kesempatan anak untuk berlatih
menggambar dan fasilitas atau peralatan dalam menggambar. Seringkali orangtua
tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih menggambar. Orangtua
juga kurang melengkapi peralatan menggambar anaknya. Anak yang tidak
memiliki peralatan menggambar akan merasa kesulitan dalam berlatih
menggambar. Anak hanya dituntut untuk belajar mata pelajaran eksak. Hal
tersebut dapat memengaruhi hasil menggambar anak.
12
Guru yang tidak memiliki kemampuan menggambar juga dapat
memengaruhi hasil belajar menggambar siswa. Pada Sekolah Dasar di Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal, tidak semua guru memiliki kemampuan
untuk menggambar dengan baik. Guru yang tidak memiliki kemampuan untuk
menggambar akan cenderung untuk mengajar seadanya tanpa memberikan variasi
dalam kegiatan menggambar. Siswa hanya diminta untuk menggambar tanpa
mengikuti kondisi terkini di lingkungan sekitar anak. Oleh karena itu, siswa akan
merasa bosan dalam menggambar yang berdampak pada rendahnya nilai hasil
belajar menggambar anak.
Anitah (2010:2.7) menjelaskan bahwa faktor yang menentukan
keberhasilan belajar anak dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam
siswa (intern) dan dari luar siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa antara
lain kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kesehatan, dan kebiasaan
siswa. Faktor yang berasal dari luar siswa antara lain lingkungan fisik dan non
fisik (termasuk susasana kelas dalam belajar), lingkungan sosial budaya,
lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru,
pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sobur (2016:212), bahwa faktor yang menentukan hasil belajar seseorang yaitu
faktor intern dan faktor ekstern.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bakat dan minat
merupakan faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa. Semakin tinggi bakat
dan minat yang dimiliki siswa semakin tinggi pula hasil belajarnya. Bakat
merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.
13
Asmani (2012:22) menjelaskan bahwa bakat adalah kemampuan atau potensi
yang dimiliki seseorang yang harus dilatih sehingga mencapai kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat yang dimiliki seseorang
berkemungkinan untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi untuk
mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan,
pengalaman dan motivasi.
Bakat atau kemampuan dapat menentukan hasil belajar seseorang. Hasil
belajar yang dimiliki oleh siswa dalam seni rupa khususnya kegiatan menggambar
di sekolah ditunjukkan melalui hasil menggambar yang baik. Siswa yang berbakat
dalam menggambar, akan mampu menggambar dengan baik. Jadi, prestasi siswa
dalam bidang tertentu yang sangat menonjol mencerminkan bakat yang dimiliki
siswa dalam bidang tersebut. Hal tersebut merupakan hasil interaksi dari bakat
bawaan dan faktor lingkungan yang menunjang, termasuk minat dan dorongan
pribadi.
Siswa yang memunyai bakat yang didukung oleh pengalaman dan latihan
akan timbul kecintaan terhadap kegiatan yang dilakukannya tesebut. Contohnya,
siswa yang mempunyai bakat dalam menggambar akan unggul dalam kegiatan
menggambar melalui kegiatan latihan dan juga pengalaman yang dilakukannya.
Melakukan kegiatan yang sesuai dengan bakatnya tersebut secara terus menerus
maka akan timbul adanya minat untuk mendalami dan memelajari bidang yang
telah disukainya itu.
Siswa yang tidak berbakat dalam menggambar akan kurang berminat
dalam menggambar. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang tidak memiliki bakat
14
akan cenderung malas untuk berlatih menggambar. Siswa tersebut juga tidak
berusaha dengan giat untuk menyelesaikan tugas menggambar. Oleh karena itu,
gambar yang dihasilkan siswa tersebut tidak maksimal dan kurang kreatif.
Guru mengalami kesulitan untuk mengetahui bakat siswa berdasarkan
keterangan dari guru kelas V. Oleh karena itu, bakat yang dimiliki siswa tidak bisa
berkembang. Hal ini menyebabkan bakat yang dimiliki siswa menjadi bakat
terpendam. Bukan tidak mungkin banyak orang yang ketika sudah dewasa belum
mengetahui bakat yang dimilikinya. Bakat yang dimiliki siswa akan semakin
terlihat ketika anak memiliki minat dalam bidang tersebut.
Slameto (2015:180) menjelaskan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa
ketertarikan terhadap suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pendapat
tersebut didukung oleh Djamarah (2015:166) menyatakan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan beberapa aktivitas. Seseorang
yang berminat terhadap suatu aktivitas tertentu, akan memerhatikan aktivitas
tersebut secara konsisten dengan rasa senang.
Pembelajaran menggambar kurang diminati oleh sebagian siswa. Minat
siswa akan tumbuh ketika pembelajaran dilakukan secara terus-menerus dan anak
menyukai kegiatan tersebut. Hasil belajar menggambar akan terhambat ketika
siswa tidak memiliki minat dalam kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan siswa
yang tidak memiliki minat akan merasa bosan dan malas dalam menggambar.
Oleh karena itu, hasil gambar siswa tersebut kurang maksimal.
Salah satu penyebab kurangnya minat siswa dalam menggambar adalah
peralatan menggambar yang dimiliki siswa kurang lengkap. Hal ini dikarenakan
15
tidak semua siswa dalam keadaan ekonomi yang berkecukuan. Siswa yang dalam
keadaan ekonomi rendah tidak memiliki peralatan menggambar yang lengkap,
sehingga siswa tersebut merasa malas untuk mengikuti pembelajaran
menggambar.
Penelitian ini dilakukan di Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal
karena pada dabin ini memiliki jumlah populasi siswa terbanyak pada sekolah
yang menggunakan kurikulum KTSP dibandingkan dengan dabin lainnya. Data
tersebut diperoleh dari UPPD Kcamatan Tegal Timur. Banyaknya populasi ini
dapat membantu penelitian dalam mengumpulkan data. Dabin V Kecamatan Tegal
Timur terdiri dari 10 SD yaitu SD Slerok 1, SD Slerok 2, SD Slerok 3, SD Slerok
4, SD Slerok 5, SD Slerok 6, SD Slerok 7, SD Panggung 4, SD Panggung 12, dan
SD Aisyiyah Cahaya Insan. Sekolah yang akan dilakukan penelitian
menggunakan kurikulum KTSP, yaitu SD Slerok 1, SD Slerok 2, SD Slerok 3, SD
Panggung 12, dan SD Aisyiyah Cahaya Insan.
Peneliti menggunakan siswa kelas V sebagai subjek penelitian karena
siswa kelas V telah memasuki usia 11 tahun, dimana pada usia tersebut sudah
memasuki tahap kompetensi lengkap dalam tahapan perkembangan bahasa (Rifa’i
& Anni 2015:41). Siswa kelas V sudah mampu memahami bahasa yang
disampaikan oleh lawan bicaranya dan dapat berpikir kritis. Oleh karena itu, dapat
memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.
Beberapa penelitian yang relevan dengan masalah yang peneliti teliti
adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianto, Body, & Apdeni (2016) dari
Universitas Negeri Padang yang berjudul “Hubungan Minat Belajar dengan Hasil
16
Belajar Gambar Teknik Siswa Kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK
Negeri 1 Sumatera Barat”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
Kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Sumatera Barat tahun
ajaran 2015/2016 berjumlah 31 orang siswa. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling. Hasil analisis data penelitian diperoleh nilai r
sebesar 0,479 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 < 0,05, berarti terdapat
hubungan yang positif antara minat belajar dengan hasil belajar Gambar Teknik
siswa Kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK N 1 Sumatera Barat
dengan tingkat kepercayaan 95%.
Fadillah (2016) dari Universitas Negeri Semarang, 1(2), 113-122, ISSN:
2502-5872 dalam jurnal yang berjudul “Analisis Minat Belajar dan Bakat
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa minat belajar dan bakat siswa
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
diperoleh hasil Y = -101,5011 + 2,964x1 + 1,44x2.
Penelitian yang dilakukan oleh Wintara (2017) dari Universitas Pendidikan
Ganesha yang berjudul “Pentingnya Peran Guru dalam Pengembangan Minat,
Bakat, dan Kreativitas Siswa melalui Ekstrakurikuler”. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu minat, bakat dan kreativitas anak dalam
belajar adalah termasuk salah satu faktor yang sangat penting untuk mendorong
keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Apabila faktor ini kurang diperhatikan,
biasanya akan membawa akibat pada diri anak didik dan guru yaitu tidak dapat
mencapai tujuan pendidikan sekolah secara baik. Kemampuan guru tidak hanya
dituntut dalam kelas sebagai pendidik tetapi guru harus mampu mengidentifikasi
17
minat dan bakat peserta didiknya. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak
dalam belajar bukanlah suatu tindakan yang mudah, pekerjaan ini sangat banyak
tantangannya baik dari segi pengetahuan, pengalaman, fasilitas dan sistem
kerjasama yang baik dituntut dari berbagai pihak. Peran guru untuk
mengembangkan bakat dan kreativitas anak dalam belajar, terutama dengan cara
membimbing, mengadakan ekstrakurikuler dan memotivasi anak yang memiliki
bakat dan kreativitas dalam pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Bakat dan Minat terhadap Hasil
Belajar Menggambar pada Siswa Kelas V SD se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur
Kota Tegal”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:.
(1) Rendahnya hasil belajar menggambar siswa di beberapa SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.
(2) Hasil belajar menggambar siswa laki-laki lebih rendah daripada perempuan.
(3) Sulitnya mengetahui bakat yang dimiliki siswa.
(4) Pembelajaran menggambar kurang diminati oleh sebagian siswa.
(5) Kurangnya dukungan dari orangtua siswa dalam kegiatan menggambar.
(6) Tidak semua guru mempunyai kemampuan dalam menggambar dengan baik.
(7) Peralatan menggambar yang dimiliki siswa kurang lengkap.
18
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, diperlukan
pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus serta lebih efektif dan efisien.
Pembatasan pada penelitian ini yaitu:
(1) Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai hasil
menggambar ilustrasi siswa kelas V Semester Genap Sekolah Dasar se-Dabin
V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.
(2) Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V di lima Sekolah Dasar se-Dabin
V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal yang menggunakan kurikulum KTSP.
(3) Bakat siswa yang dikaji yaitu bakat siswa kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal dalam kegiatan menggambar.
(4) Minat siswa yang dikaji yaitu minat siswa kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal dalam kegiatan menggambar.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
(1) Bagaimanakah pengaruh bakat terhadap hasil belajar menggambar siswa
kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal?
(2) Bagaimanakah pengaruh minat terhadap hasil belajar menggambar siswa
kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal?
19
(3) Bagaimanakah pengaruh bakat dan minat terhadap hasil belajar menggambar
pada siswa kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota
Tegal?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus.
1.5.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bakat
dan minat terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V Sekolah Dasar
se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.
1.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
(1) Menganalisis dan mendeskripsi pengaruh bakat terhadap hasil belajar
menggambar siswa kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal
Timur Kota Tegal.
(2) Menganalisis dan mendeskripsi pengaruh minat terhadap hasil belajar
menggambar siswa kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal
Timur Kota Tegal.
(3) Menganalisis dan mendeskripsi antara siswa yang mempunyai dan tidak
mempunyai bakat dan minat terhadap hasil belajar menggambar siswa kelas
V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal.
20
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis berarti bahwa hasil penelitian
bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
objek penelitian. Manfaat praktis yaitu manfaat yang bersifat praktik. Manfaat
teoritis dan praktis penelitian ini dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
(1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi di bidang
pendidikan terutama untuk mengetahui tentang pengaruh bakat dan minat
terhadap hasil belajar menggambar siswa.
(2) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti
selanjutnya khususnya di bidang pendidikan seni rupa.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat secara langsung yang dapat dilaksanakan.
Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi praktis dari penyelenggaraan
penelitian terhadap objek penelitian, baik individu, kelompok, maupun organisasi.
Manfaat praktis penelitian ini, terbagi menjadi manfaat bagi siswa, guru, sekolah,
orangtua, dan peneliti. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut:
1.6.2.1 Bagi Siswa
Manfaat praktis yang dapat diperoleh siswa dari penelitian ini yaitu:
(1) Siswa dapat mengetahui apakah dirinya memiliki bakat dan minat dalam
bidang menggambar.
21
(2) Siswa semakin bersemangat dalam belajar karena yang dipelajari di sekolah
sesuai dengan bakat dan minatnya.
(3) Siswa dapat mengembangkan bakat dan minat siswa karena kegiatan belajar
dilakukan secara terus-menerus.
1.6.2.2 Bagi Guru
Manfaat praktis yang dapat diperoleh guru dari penelitian ini yaitu:
(1) Guru dapat memahami pengaruh bakat dan minat terhadap hasil belajar
menggambar siswa, sehingga guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat
mengembangkan potensi siswa.
(2) Guru dapat mengetahui bagaimana memperlakukan siswa dalam
pembelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat siswa, sehingga
pembelajaran yang dilakukan dapat mengembangkan bakat dan minat siswa.
1.6.2.3 Bagi Sekolah
Manfaat praktis yang dapat diperoleh sekolah dari penelitian ini yaitu:
(1) Sekolah mengetahui bagaimana bakat dan minat siswa.
(2) Sekolah mendapatkan informasi dalam menentukkan program pembelajaran
di sekolah yang sesuai dengan perkembangan bakat dan minat siswa.
(3) Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan guru-guru lain.
1.6.2.4 Bagi Orangtua
Manfaat praktis yang dapat diperoleh orangtua dari penelitian ini yaitu:
(1) Sebagai bahan masukan bagi orangtua dalam menentukkan pengembangan
bakat dan minat belajar yang sesuai dengan potensi anak.
22
(2) Orangtua mendapatkan informasi dalam menentukan langkah untuk
mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan bakatnya.
(3) Orangtua semakin bijaksana dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan perkembangan belajar anaknya.
1.6.2.5 Bagi Peneliti
Manfaat praktis yang dapat diperoleh peneliti dari penelitian ini yaitu
menambah pengetahuan peneliti tentang cara untuk meningkatkan bakat dan
minat siswa dalam belajar.
23
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian kajian pustaka akan dibahas tentang: (1) kajian teori; (2) kajian
empiris; (3) kerangka berpikir; dan (4) hipotesis penelitian. Uraiannya sebagai
berikut:
2.1 Kajian Teori
Pada kajian teori, memuat teori-teori yang mendasari pelaksanaan
penelitian. Kajian teoretis berisi definisi, konsep, dan rancangan yang telah
disusun rapi dan sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian.
Bagian kajian teori dalam penelitian ini membahas teori-teori tentang pengertian
belajar, pengertian pembelajaran, pengertian hasil belajar, faktor yang
memengaruhi belajar, pengertian bakat, ciri-ciri anak berbakat, faktor-faktor yang
memengaruhi bakat, jenis-jenis bakat, manfaat mengenal bakat, cara
mengembangkan bakat, pengertian minat, ciri-ciri minat, macam-macam minat,
faktor yang memengaruhi minat, pengaruh minat terhadap kegiatan belajar,
pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), tujuan pendidikan Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK), fungsi seni di Sekolah Dasar (SD), pengertian seni rupa,
unsur-unsur seni rupa, karakteristik seni rupa di SD, pengertian menggambar, tipe
gambar anak, periodesasi menggambar anak, dan tinjauan tentang hasil belajar
menggambar anak. Kajian teoritis diuraikan sebagai berikut:
24
2.1.1 Hakikat Belajar
Hal-hal yang akan dibahas pada hakikat kreativitas yaitu: (1) pengertian
belajar; (2) pengertian pembelajaran; (3) pengertian hasil belajar; dan (4) faktor-
faktor yang memengaruhi belajar. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan.
Keberhasilan tujuan pendidikan ditentukan oleh keberhasilan proses belajar.
Menurut Slameto (2015:2) belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk
memeroleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat R.
Gagne (1989) dalam Susanto (2016:4) yang menjelaskan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang terjadi ketika seseorang mengalami perubahan
tingkah laku karena adanya pengalaman.
Belajar berperan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap,
keyakinan, tujuan, kepribadian, dan presepsi seseorang (Rifa’i & Anni, 2015:64).
Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memeroleh pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, sehingga terjadi perubahan pada tingkah laku. Seperti
dijelaskan oleh Hamalik (2015:29) bahwa belajar merupakan suatu proses demi
mencapai tujuan. Hal ini didukung oleh pendapat Gage dan Berliner (1983) dalam
Rifa’i & Anni (2015:64) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
seseorang karena hasil dari pengalaman.
Menurut Susanto (2016:4) belajar merupakan suatu aktivitas yang sengaja
dilakukan seseorang dalam keadaan sadar untuk memeroleh suatu konsep,
25
pemahaman, atau pengetahuan baru, sehingga memungkinkan seseorang
mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap, baik dalam berpikir, merasa,
maupun dalam bertindak. Sejalan dengan pendapat Hilgard & Bower dalam
Fathurrohman (2010:5), bahwa akan terjadi perubahan tingkah laku ketika
seseorang belajar yang disebabkan oleh pengalaman yang sering terjadi bukan
karena pengaruh obat, kelelahan, dan lain sebagainya.
Santrock dan Yusen (1994) dalam Mikarsa dkk (2011:5.4) menjelaskan
bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif permanen karena
adanya pengalaman. Setijowati (2016:1) menyimpulkan bahwa belajar merupakan
usaha yang dilakukan secara terus-menerus melalui latihan atau pengalaman
sehingga terjadinya perubahan tingkah laku. Menurut Anitah (2010:2.5) belajar
merupakan suatu proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah,
menyimak, dan latihan.
Menurut Sobur (2016:190) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
yang terjadi melalui latihan dan pengalaman karena adanya belajar. Perubahan
tigkah laku dalam belajar meliputi keseluruhan tingkah laku maupun pada
beberapa aspek seperti aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti
perubahan dalam suatu konsep, pemecahan maslaah, keterampilan, kecakapan,
sikap, maupun kebiasaan. Perubahan perilaku tersebut relatif tetap dan
berlangsung dalam periode waktu yang cukup panjang.
Perubahan tingkah laku tidak hanya menyangkut pengetahuan saja,
melainkan menyangkut aspek perilaku dan pribadi anak secara terintegrasi.
Menurut Slameto (2015:3) perubahan tingkah laku terjadi secara sadar, bersifat
26
kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, tidak bersifat sementara,
memiliki tujuan, dan meliputi seluruh aspek tingkah laku. Misalnya, seorang anak
yang belajar menggambar, maka akan mengalami perubahan tingkah laku dari
tidak bisa menggambar menjadi dapat menggambar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses untuk memeroleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan
baru. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang diperoleh dari
hasil pengalamannya dengan lingkungan sekitar. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut pengetahuan, aspek perilaku, dan pribadi anak secara terintegrasi.
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran
Menurut Mikarsa dkk (2011:5.7) pembelajaran merupakan suatu proses
yang aktif, dinamis, dan terus-menerus yang memungkinkan anak untuk belajar.
Pembelajaran berfungsi untuk membantu anak untuk mengubah tingkah laku
(kognitif, afektif, dan psikomotor), merangkai gagasan, sikap, pengetahuan,
apresiasi, dan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi dan kurikulum SD
yang berlaku. Melalui pembelajaran, diharapkan dapat memotivasi dan
memfasilitasi anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan sesuai dengan potensinya,
dan mengalami perubahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Susanto (2016:53-4) menjelaskan bahwa pembelajaran dijadikan sebagai
tolok ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil apabila seluruh siswa terlibat aktif, bersemangat untuk belajar, dan
memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dari segi hasil, pembelajaran dikatakan
27
efektif apabila terjadinya perubahan perilaku siswa dan tercapainya tujuan
pembelajaran.
Menurut Setijowati (2016:5), pembelajaran merupakan proses yang
dilakukan oleh guru dan siswa yang diarahkan untuk mengubah tingkah laku
siswa sesuai dengan potensinya. Pembelajaran menempatkan siswa sebagai
sumber kegiatan dan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran bermuara pada dua
kegiatan pokok, yaitu bagaimana siswa dapat mengalami perubahan tingkah laku
dan dapat menyampaikan ilmu pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran.
Gagne (1981) dalam Rifa’i & Anni (2015:85) menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk
mendukung proses internal belajar. Pembelajaran yang bersifat eksternal berasal
dari pendidik. Perolehan tujuan belajar pada pembelajaran akan dicapai apabila
aktivitas belajar dirancang dengan baik. Tujuan belajar diharapkan dapat
memberikan arah proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang terjadi secara aktif, dinamis, dan terus-
menerus antara guru dan siswa sehingga siswa dapat belajar. Pembelajaran
dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan guru dalam pengelolaan kelas.
Keberhasilan pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku anak
dan ilmu pengetahuan dapat tersampaikan dengan baik kepada anak.
2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pencapaian yang diperoleh setelah anak belajar.
Sejalan dengan pendapat Susanto (2016:5) bahwa hasil belajar adalah kemampuan
28
anak yang didapat setelah melakukan kegiatan belajar. Pendapat tersebut
didukung oleh Sudjana (2017:22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah melakukan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa.
Brahim (2007) dalam Susanto (2016:5) menjelaskan bahwa hasil belajar
merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam memelajari materi pelajaran di
sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes. Menurut Rifa’i & Anni
(2015:67) bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah
melakukan kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku siswa tergantung apa yang
dipelajarinya. Misalnya, siswa yang memelajari pengetahuan tentang konsep,
maka perubahan tingkah laku yang diperoleh berupa penguasaan konsep.
Menurut Anitah (2010:2.19) bahwa hasil belajar adalah suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku
siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Sejalan dengan
pendapat Hamalik (2015:30) bahwa hasil belajar ditunjukkan dengan adanya
perubahan tingkah laku pada seseorang. Tingkah laku manusia terdiri dari
beberapa aspek, antara lain pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Seseorang
yang telah melakukan kegiatan belajar akan ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku dalam berbagai aspek.
Menurut Darmadi (2017:255) bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar
yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran dengan membawa suatu perubahan
tingkah laku seseorang. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
29
siswa setelah melalui pembelajaran. Kemampuan yang diukur bukan hanya
pengetahuannya saja, melainkan diukur juga sikap dan perilakunya. Melalui hasil
belajar, dapat diketahui apakah tujuan pembelajaran tersebut sudah tercapai atau
belum.
Syah (2009:216) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor akibat pengalaman
dan proses hasil belajar. Menurut Susanto (2016:5) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan pada diri siswa yang berupa aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang disampaikan oleh Bloom (1956) dalam Rifa’i & Anni (2015:68) bahwa
terdapat tiga taksonomi ranah belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan,
kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan,
sikap, minat, dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik
seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Gagne (1979) dalam Anitah (2010:2.19) menyebutkan terdapat lima tipe hasil
belajar yang dapat dicapai oleh siswa, antara lain motor skillls, verbal
informations, intelectual skills, attitudes, dan cognitives strategis.
Penilaian hasil belajar menggambar lebih ditekankan pada ranah afektif
dan psikomotor. Hal ini dikarenakan kegiatan menggambar merupakan kegiatan
praktek yang lebih ditekankan pada ketrampilan siswa dalam menggambar dan
30
sikap yang diperoleh setelah belajar. Oleh karena itu, dalam hal ini pengetahuan
siswa tidak terlalu diutamakan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah anak melakukan
kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku tersebut tidak hanya diukur dari skor
atau nilai saja, tetapi meliputi pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Perubahan
yang diperoleh anak setelah belajar bersifat menetap, fungsional, positif, dan
disadari.
2.1.1.4 Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar anak.
Faktor tersebut saling berkaitan dan terintegrasi satu sama lain. Menurut Slameto
(2015:54-72) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari (1) faktor jasmaniah, meliputi kesehatan
dan cacat tubuh; (2) faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; dan (3) faktor kelelahan. Faktor Ekstern
terdiri dari (1) faktor keluarga, yaitu cara orangtua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan
latar belakang kebudayaan; (2) faktor sekolah, yaitu kurikulum, metode
pembelajaran, cara mengajar guru, hubungan warga sekolah, disiplin sekolah, alat
pengajaran, fasilitas sekolah, standar pelajaran, dan tugas rumah; dan (3) faktor
masyarakat, yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
31
Rifa’i & Anni (2015:78) menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh
kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal antara lain (1) kondisi fisik,
seperti kesehatan organ tubuh; (2) kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual
dan emosional; dan (3) kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan
lingkungan. Kondisi eksternal meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi,
tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyuarakat yang akan
memengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Siswa yang memelajari materi
dengan tingkat kesulitan materi tinggi dengan intelektual yang kurang maka dia
akan mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, faktor internal dan
eksternal saling berkaitan memengaruhi proses belajar siswa.
Menurut Susanto (2016:12) bahwa faktor eksternal dan internal
memengaruhi keberhasilan dalam belajar. Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari diri siswa. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat dan perhatian,
motivasi belajar, ketekunan, kebiasaan belajar, kondisi fisik, dan kesehatan.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar peserta didik. Faktor
eksternal meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan faktor
eksternal paling utama dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Kondisi
keluarga yang keadaan ekonominya kurang, pertengkaran orangtua, perhatian
orangtua terhadap anaknya, dan kebiasaan perilaku yang diterapkan dalam
keluarga dapat memengaruhi hasil belajar siswa di sekolah.
Anitah (2010:2.7) menjelaskan bahwa faktor yang menentukan
keberhasilan belajar anak dikelompokan menjasi dua, yaitu faktor dari dalam
siswa (intern) dan dari luar siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa antara
32
lain kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kesehatan, dan kebiasaan
siswa. Faktor yang berasal dari luar siswa antara lain lingkungan fisik dan non
fisik (termasuk susasana kelas dalam belajar), lingkungan sosial budaya,
lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah),
guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Menurut Natawidjaja (1984) dalam Mikarsa dkk (2011:5.22) terdapat lima
unsur yang memengaruhi keberhasilan belajar anak di sekolah, antara lain faktor
anak, guru, tujuan, bahan pelajaran, dan fasilitas. Faktor Anak mencakup usia,
kondisi dan kesehatan, bakat, minat, kecerdasan, dan motivasi yang secara
bersama-sama memengaruhi kegiatan belajar di SD. Guru memiliki peran yang
sangat penting dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah. Tujuan harus
dirumuskan dengan jelas untuk menilai pencapain hasil belajar siswa. Bahan
pelajaran yang tidak sesuai dengan intelegensi siswa, akan memngaruhi
keberhasilan belajar. Fasilitas yang kurang memadai dapat memengaruhi
keberhasilan belajar siswa di sekolah.
Sobur (2016:212) menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor
endogen atau internal dan eksogen atau eksternal. Faktor endogen atau internal
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal
meliputi: (1) faktor fisik yang berupa kesehatan dan (2) faktor psikis yang berupa
kemampuan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kepribadian.
Faktor eksogen atau eksternal adalah semua faktor yang berasal dari luar diri
seseorang. Faktor eksternal meliputi (1) faktor keluarga, seperti kondisi ekonomi,
hubungan emosional orangtua, dan cara mendidik anak; (2) faktor sekolah, seperti
33
guru, pegawai administrasi, teman skolah, fasilitas sekolah, dan lain sebagainya;
dan (3) faktor lingkungan lain.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua faktor yang memengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam siswa. Faktor internal
meliputi kodisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial. Faktor eksternal
merupakan faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor eksternal meliputi keluarga,
sekolah, dan masyarakat yang dapat memotivasi dan mendukung anak untuk
belajar. Faktor tersebut saling berkaitan dan terintegrasi dalam pencapaian
keberhasilan belajar anak.
2.1.2 Tinjauan tentang Bakat
Hal-hal yang akan dibahas pada tinjauan tentang bakat yaitu: (1)
pengertian bakat; (2) ciri-ciri anak berbakat; (3) faktor-faktor yang memengaruhi
bakat; (4) jenis-jenis bakat; (5) manfaat mengenal bakat; dan (6) cara
mengembangkan bakat. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.1.2.1 Pengertian Bakat
Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan
sejak lahir. Bakat menunjukkan karakteristik unik individu yang memudahkan
seseorang untuk melakukan tugas dan aktivitasnya. Pendapat tersebut didukung
oleh Djamarah (2015:196) yang menjelaskan bahwa bakat merupakan
kemampuan bawaan yang berupa potensi seseorang tetapi masih perlu dilatih dan
dikembangkan. Sejalan dengan pendapat Sobur (2016:158) bahwa bakat
merupakan kemampuan alamiah untuk mendapatkan pengetahuan atau
34
keterampilan yang bersifat umum (contohnya, bakat intelektual umum) atau
khusus (bakat akademis khusus).
Menurut Bingham (1973) dalam Suryabrata (2013:161), bakat adalah
kemampuan yang dimiliki individu yang diperoleh melalui latihan sebagian
pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian respon seperti kemampuan
berbahasa, kemampuan musik, dan lain sebagainya. Munandar (1987) dalam
Mikarsa dkk. (2011:2.12) menjelaskan bahwa bakat adalah kemampuan bawaan
yang dimiliki seseorang sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih. Pendapat tersebut didukung oleh Asmani (2012:22) bahwa bakat
merupakan kemampuan atau potensi individu untuk mencapai kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus harus kembangkan atau dilatih.
Mikarsa dkk (2008:3.24) menyimpulkan bahwa bakat merupakan potensi
yang dimiliki seseorang yang perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan
dan pengembangan maka bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan
terwujud. Menurut Sunarto dan Hartono (199:121) dalam Djamarah (2015:197),
bakat memungkinkan seseorang mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tetapi
diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan mtoivasi agar bakal itu dapat
terwujud. Oleh karena itu, semakin sering anak melakukan latihan untuk
mengembangkan bakatnya, maka akan timbul rasa suka dan minat anak pada
bidang tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Junaidi (2011) dalam Asmani
(2012:21) bakat adalah kegiatan yang disenangi oleh anak-anak secara terus-
menerus dan disertai minat yang besar.
35
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa bakat
merupakan potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir tetapi harus dikembangkan
dan dilatih. Hal ini bertujuan agar bakat yang dimiliki anak dapat mencapai
kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat yang tidak dilatih dan
dikembangkan akan menjadi bakat terpendam bahkan, bakat tersebut lama-
kelamaan dapat menghilang. Oleh karena itu, bakat yang dimiliki seseorang perlu
diketahui sejak dini dengan melihat ciri-ciri anak berbakat.
2.1.2.2 Ciri-Ciri Anak Berbakat
Anak berbakat berbeda dari anak-anak lain dalam kehidupannya. Biasanya
anak berbakat memiliki ciri tersendiri yang dapat dikenali bahwa anak tersebut
memiliki bakat dalam bidang tertentu. Mengidentifikasi anak berbakat tidaklah
mudah. Lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan anak tersebut
memendam bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, dengan mengenali ciri anak
berbakat lebih mudah untuk mengembangkan bakat anak tersebut.
Manthinson dalam Asmani (2012:36) menyusun daftar ciri-ciri anak
berbakat, antara lain: (1) dapat membaca pada usia lebih muda; (2) bisa membaca
dengan cepat; (3) memiliki perbendaharaan kata yang luas; (4) mempunyai rasa
ingin tahu yang luas; (5) mempunyai minat yang luas; (6) mempunyai inisiatif,
dapat bekerja sendiri; (7) dapat memberikan banyak gagasan; (8) luwes dalam
berpikir; (10) terbuka terhadap rangsangan dari lingkungan; (11) dapat
berkonsentrasi pada tugas dan minatnya; (12) selalu berpikir kritis; (13) senang
mencoba hal-hal baru; (14) mempunyai daya abstraksi yang tinggi; (15) senang
terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah; (16) cepat menangkap
36
hubungan sebab- akibat; (17) berperilaku terarah pada tujuan; (18) mempunyai
daya imajinasi yang kuat; (19) tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapai; (20)
peka (sensitif) dan menggunakan intuisi (firasat)
Soefandi dan Pramudya (2009:199) menyebutkan beberapa ciri-ciri anak
berbakat yang harus diketahui, antara lain: (1) memiliki keingintahuan yang besar;
(2) menguasai banyak kosa kata; (3) memiliki konsentrasi yang tinggi dan tekun
dalam memecahkan masalah serta mencapai tujuan; (4) mampu bekerja secara
mandiri; (5) memiliki kepekaan yang tinggi; (6) memiliki imajinasi yang luar
biasa; (7) belajar dengan mudah dan cepat; (8) cepat mengembangkan diri dengan
hal baru; (9) mampu mengutarakan apa yang ada dipikirannya; (10) berpikir logis
dan kritis; (11) tidak mudah putus asa; (12) memiliki tujuan yang jelas dalam
hidupnya; (13) mempunyai minat yang luas; (14) mempunyai daya imajinasi yang
tinggi; dan (15) tidak memerlukan dorongan dari luar.
Peneliti menggunakan pendapat Soefandi dan Pramudya (2009:199)
sebagai indikator penelitian dalam pembuatan angket untuk mengukur bakat
siswa. Indikator angket dalam penelitian ini, antara lain: (1) memiliki imajinasi
yang tinggi; (2) belajar dengan mudah dan cepat; (3) memiliki kepekaan yang
tinggi; (4) mandiri; (5) memiliki konsentrasi yang tinggi; (6) tekun dalam
mengerjakan sesuatu; (7) tidak mudah putus asa; (8) berpikir kritis; (9) tidak
memerlukan dorongan dari luar; dan (10) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Menurut Renzulli dkk (1981) dalam Sobur (2016:163-4) mengatakan
bahwa yang menentukan bakat seseorang merujuk pada tiga ciri-ciri, yaitu: (1)
kemampuan di atas rata-rata; (2) kreativitas; dan (3) tanggung jawab atau
37
pengikatan diri terhadap tugas. Kemampuan diatas rata-rata bukan berarti bahwa
kemampuan yang di miliki anak berbakat harus unggul, melainkan yang
terpenting adalah harus cukup diimbangi oleh kreativitas dan tanggung jawab
terhadap tugas. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-
gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Tanggung jawab
atau pengikatan diri terhadap tugas menunjuk pada semangat dan motivasi untuk
mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas yang diberikan.
Menurut Asmani (2012:38) anak berbakat mempunyai sembilan ciri, yaitu:
(1) perkembangan bahasa sejak dini menujukkan potensi yang tinggi pada seorang
anak; (2) pengamatan yang luar biasa; (3) kemampuan menyimpan berbagai
informasi; (4) konsentrasi; (5) minat yang luas dan berubah-ubah; (6)
keterampilan berpikir kritis yang sangat kuat dan self-critism; (7) terdapat tanda-
tanda pada bakat tari, musik, melukis, ritmis, dan berbagai bakat seni lainnya; dan
(9) memiliki selera humor.
Anak berbakat, sejak dini sudah menggunakan kosakata yang lebih maju
dari usianya. Kosa kata lebih maju ini bukan hanya diukur dari panjangnya
kalimat saja, tetapi anak sudah mulai memahami kosa kata dengan penggunaan
kata yang tepat. Selain itu, anak yang berbakat memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar, ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan yang beruntun, dalam
memberi pertanyaan tentang berbagai topik yang tidak diminati oleh anak biasa,
misalnya dalam mengamati guru yang sedang menggambar.
Anak berbakat adalah seorang yang detail. Anak berbakat mampu
menggambar objek secara rinci pada usia yang masih muda. Anak berbakat juga
38
mampu mengingat berbagai hal secara terperinci yang mereka lihat sebelumnya.
Selain itu, anak berbakat memiliki konsentrasi yang tinggi. Contohnya, seorang
anak usia satu tahun yang berpotensi gifted mampu duduk lebih dari 5 menit
untuk mendengarkan pembacaan sebuah cerita. Hal tersebut sama halnya dengan
anak berbakat yang lebih besar mampu bertahan mengerjakan sesuatu.
Anak berbakat memiliki minat yang luas dan berubah-ubah. Contohnya
anak memiliki minat dalam menggambar tokoh kartun. Minat tersebut berubah
sebulan kemudian, misalnya berminat pada menggambar pemandangan. Selain
itu, anak berbakat sering mengevaluasi diri dan orang lain. Anak berbakat
memperhatikan antara kesesuaian ucapan dan perilaku orang lain. Anak tersebut
juga sangat kritis terhadap kegagalan yang menimpa dirinya, dan berusaha
memperbaiki diri.
Anak berbakat memiliki tanda-tanda pada bakat tari, musik, melukis,
ritmis, dan berbagai bakat seni lainnya. Misalnya, anak usia 5 tahun dapat
menggambar harimau dengan latar belakang hutan. Tanda-tanda lain dari bakat
dini adalah memiliki selera humor, sehingga dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan. Sembilan ciri tersebut merupakan ciri yang bisa diamati dalam
kehidupan sehari-hari. Pada umumnya semua anak memiliki bakat yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, orangtua dan guru harus cermat dan cekatan mendeteksi
dan memutuskan bakat terbesar anak untuk dikembangkan secara maksimal.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak
berbakat, yaitu memiliki imajinasi yang tinggi, belajar dengan mudah dan cepat,
memiliki kepekaan yang tinggi, mampu mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
39
lain, memiliki konsentrasi yang tinggi, tekun dalam mengerjakan sesuatu, tidak
mudah putus asa, berpikir logis, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah mengetahui ciri-ciri anak berbakat
sejak dini, diharapkan orangtua maupun guru dapat mengembangkan bakat anak.
Oleh karena itu, bakat yang dimiliki anak dapat berkembang dan mencapai
kecakapan khusus.
2.1.2.3 Faktor yang Memengaruhi Bakat
Bakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, hal ini dijelaskan oleh Asmani
(2012:35) sebagai berikut: (1) pengaruh unsur genetik, (2) latihan, dan (3) struktur
tubuh. Pengaruh unsur genetik dapat memengaruhi bakat seseorang, khususnya
yang berkaitan dengan fungsi otak. Jika otak kiri yang lebih dominan, maka bakat
yang dimiliki berkaitan dengan masalah verbal, intelektual, teratur, dan logis. Jika
otak kanan yang dominan, maka bakat yang dimiliki berhubungan dengan
masalah spasial, nonverbal, estetik, artistik, dan atletis.
Bakat yang dimiliki seseorang secara alamiah diperlukan latihan untuk
mengembangkannya. Anak yang memiliki keturunan dalam menggambar, jika
tidak dilakukan latihan, bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan akan
menjadi bakat yang terpendam. Seperti halnya, pisau yang sering diasah akan
menjadi pisau yang tajam. Struktur tubuh juga memengaruhi bakat seseorang.
Seseorang yang memiliki tubuh atletis akan memudahkannya menggeluti dalam
bidang olahraga atletik.
Semua kegiatan yang positif sangat besar pengaruhnya terhadap lahirnya
bakat anak. Anak seharusnya diberikan kebebasan untuk melakukan semua
40
kegiatan sesuai dengan kemampuannya sampai ia menemukan bidang yang
menjadi kesukaan, minat, dan bakatnya. Artinya, anak menemukan kegiatan yang
paling disukai, dikuasai, dan merasa melekat dan menyatu dengan bidang
tersebut, misalnya kegiatan menggambar.
Penentu bakat adalah latihan, sedangkan unsur genetik dan struktur tubuh
bersifat komplementer. Artinya jika seseorang melakukan latihan secara intensif,
pantang menyerah, dan bersemangat tinggi, maka peluang menemukan bakatnya
sangat besar, meskipun secara genetis dan struktur tubuh tidak mendukung. Jika
seseorang hanya mengandalkan unsur genetis dan struktur tubuh tanpa disertai
latihan, maka kemungkinan kecil orang tersebut dapat mengembangkan bakatnya
(Asmani 2012:36).
Djamarah (2015:198) menjelaskan ada dua faktor yang memengaruhi
perkembangan bakat, yaitu faktor anak itu sendiri dan faktor di luar diri anak.
Faktor yang pertama, yaitu faktor anak itu sendiri, misalnya anak yang belum
mengenal bakatnya dan mengalami hambatan dalam mengembangkan bakat dan
prestasinya maka bakat tersebut tidak akan berkembang. Lingkungan anak sebagai
faktor di luar dari anak, bisa menjadi penghalang perkembangan bakat anak.
Misalnya, orangtua kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana
pendidikan anak. Meskipun anak ingin mengembangkan bakatnya, maka bakat
anak mengalami kendala yang serius dalam perkembangannya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sobur (2016:159) bahwa
terdapat faktor lain yang ikut menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat
terwujud. Faktor-faktor itu sebagian ditentukan oleh keadaan lingkungan
41
seseorang, seperti kesempatan, sarana, dan prasarana yang tersedia, dukungan dan
dorongan orangtua, taraf sosial ekonomi orangtua, tempat tinggal, dan sebagainya.
Sebagian faktor ditentukan oleh keadaan dalam diri orang tersebut, seperti
minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya
untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
Pendapat tersebut sejalan dengan Munandar (1987) dalam Mikarsa dkk.
(2011:2.14) bahwa faktor yang menentukan sejauh mana bakat anak dapat
terwujud ada dua, yaitu faktor dalam diri anak dan faktor keadaan lingkungan
anak. Faktor dari dalam diri anak berhubungan dengan kondisi fisik dan psikis
anak.Fisik yang sempurna harus didukung oleh faktor dalam diri anak seperti
minat, motivasi, dan keuletannya dalam menekuni bakatnya. Misalnya, anak yang
sehat secara fisik, indera pendengaran dan alat percakapannya sempurna, serta
sering mengikuti latihan olah vokal, maka bakatnya dalam seni musik atau
menyanyi akan berkembang. Pengembangan bakat akan maksimal jika didukung
dari faktor luar misalnya keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa sejauh mana
anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, sarana, dan
prasarana yang tersedia. Hal lain dari keluarga yang dapat memengaruhi
pengembangan bakat anak yaitu keadaan sosial ekonomi orangtua maupun tempat
tinggalnya.
Menurut Guilford (1959) dalam Suryabrata (2013:163-5) menjelaskan
bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi bakat, yaitu: (1) dimensi
konseptual, (2) dimensi psiko-motor, dan (3) dimensi intelektual. Dimensi
konseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, faktor-faktor yang
42
meliputinya, antara lain: (1) kepekaan indera; (2) perhatian; (3) orientasi ruang;
(4) orientasi waktu; (5) luasnya daerah persepsi; (6) kecepatan persepsi, dan
sebagainya.
Dimensi psiko-motor ini mencakup enam faktor, antara lain: (1) faktor
kekuatan; (2) faktor impuls; (3) faktor kecepatan gerak; (4) faktor ketelitian/
ketepatan, yang terdiiri dari faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan pada
posisi, dan faktor kecepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan; (5)
faktor koordinasi; dan (6) faktor keluwesan (flexibility). Dimensi intelektual
umumnya mendapat penyorotan secara luas karena memang dimensi inilah yang
mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, antara lain:
(1) faktor ingatan; (2) faktor pengenalan; (3) faktor evaluatif; (4) faktor berpikir
konvergen; dan (5) faktor berpikir divergen
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor
yang memengaruhi bakat ada dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor instrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, bakat
diperoleh melalui keturunan keluarga. Faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal
dari luar yang berupa pengaruh lingkungan, latihan, dan dukungan orangtua.
2.1.2.4 Jenis-Jenis Bakat
Berdasarkan cara berfungsinya, Asmani (2012:22) menggolongkan bakat
menjadi dua jenis, antara lain: (1) kemampuan di bidang khusus, misalnya bakat
bakat menggambar, musik, menari, dan lain sebagainya; dan (2) bakat khusus
yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisasikan kemampuan khusus.
43
Misalnya, bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasikan
kemampuan anak di bidang arsitek.
Noesyirwan (1997) dalam Sobur (2016:166-7) menggolongkan jenis bakat
atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan menurut
prestasinya. Bakat dibedakan menjadi empat, antara lain: (1) bakat yang lebih
berdasarkan psikofisik, seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan dan
ketajaman pancaindra, kemampuan motorik, kekuatan tubuh, kelincahan fisik,
serta keterampilan jari-jemari, tangan, dan anggota badan; (2) bakat kejiwaan
yang bersifat umum, berupa kemampuan ingatan, daya khayal (imajinasi), dan
intelegensi; (3) bakat kejiwaan yang khas dan majemuk, merupakan bakat yang
sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu bidang yang terbatas, seperti bakat
bahasa, bakat melukis, bakat musik, bakat seni, dan bakat ilmu; dan (4) bakat
yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan, sangat terkait dengan
watak, seperti kemampuan untuk melakukan kontak sosial, kemampuan
menyayangi, dan kemampuan menghayati perasaan orang lain.
Menurut Asmani (2012:23) ada juga jenis bakat alam, bakat keturunan,
dan bakat kebiasaan. Bakat alam merupakan bakat yang sudah ada sejak manusia
dilahirkan yang dapat dilihat ketika seseorang bisa melakukan sesuatu dengan
sangat cepat setelah melalui proses latihan. Bakat keturunan merupakan bakat
turunan orangtua atau keluarga. Contohnya, seorang ibu memiliki suara yang
bagus. Bakat ibu tersebut menurun kepada anaknya yang menjadikan anak juga
memiliki suara yang bagus. Bakat kebiasaan merupakan bakat yang timbul karena
44
kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Tanpa disadari, kegiatan tersebut
dapat mengasah kemampuan yang selama ini terpendam.
Noesyirwan dalam Sobur (2016:167) menjelaskan bahwa berdasarkan
sifat prestasinya, bakat dapat diklasifikasikan menjadi empat, antara lain: (1)
bakat reproduktif; (2) bakat aplikatif; (3) bakat interpretatif; dan (4) bakat
produktif. Bakat reproduktif merupakan kemampuan untuk memproduksi hasil
pekerjaan orang lain serta menguraikan kembali berdasarkan pengalaman pribadi.
Bakat ini sangat terkait dengan daya ingat seseorang. Bakat aplikatif adalah
kemampuan memiliki, mengamalkan, mengubah, dan menerangkan, pendapat,
buah pikiran, dan metode yang berasal dari orang lain.
Bakat interpretatif adalah kemampuan memahami dan menjelaskan hasil
pekerjaan orang lain, sehingga selain sesuai dengan maksud penciptanya,
penjelasan tersebut juga mencerminkan pendapat atau pendirian pribadi. Bakat
produktif merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru sebagai
sumbangan dalam ilmu pengetahuan, pembangunan, dan bidang kehidupan lain
yang berharga.
2.1.2.5 Manfaat Mengenal Bakat
Setiap orang memiliki bakat sejak lahir, tetapi sebagian besar orang
tersebut tidak mengetahui bakat apa yang dimilikinya. Hal ini sering dikenal
dengan bakat terpendam. Bakat yang dimiliki seseorang tersebut tidak
berkembang bahkan jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, bakat tersebut
dapat hilang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, mengenal bakat sejak
dini sangatlah diperlukan karena memiliki banyak manfaat. Asmani (2012:33)
45
menjelaskan lebih lanjut manfaat mengenal bakat, yaitu untuk mengetahui potensi
diri, untuk merencanakan masa depan, dan untuk menentukan tugas atau kegiatan.
Mengetahui potensi yang dimiliki sangatlah penting. Upaya untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki secara optimal yaitu dengan mengetahui
potensi diri. Ketika sudah mengetahui bakat yang dimiliki, maka masa depan
dapat dirancang sesuai dengan bakat tersebut.
2.1.2.6 Cara Mengembangkan Bakat
Bakat yang dimiliki akan sia-sia apabila tidak dikembangkan. Asmani
(2012:43) menjelaskan beberapa hal yang harus ditempuh dalam mengembangkan
bakat, antara lain: (1) keberanian, dengan keberanian untuk memulai, dapat
membuat jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi; (2) latihan,
merupakan kunci keberhasilan dalam mewujudkan bakat seseorang; (3) dukungan
lingkungan, mencakup manusia, fasilitas, biaya, dan kondisi sosial yang berperan
dalam usaha pengembangan bakat; dan (4) memahami hambatan dan mencari cara
untuk mengatasinya.
Cara mengembangkan bakat tersebut menjadi solusi agar anak dapat
melakukan eksplorasi dan improvisasi bakat yang dimilikinya. Jangan sampai
anak merasa rendah diri, takut, dan pesimis. Justru bakat yang dimiliki harus
disyukuri sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dengan cara
mengembangkannya secara maksimal agar mampu memberikan manfaat untuk
dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki anak perlu diberikan dukungan oleh lingkungan sekitarnya, baik
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
46
2.1.3 Tinjauan tentang Minat
Hal-hal yang akan dibahas pada tinjauan tentang minat, yaitu: (1)
pengertian minat; (2) ciri-ciri minat; (3) macam-macam minat; (4) faktor yang
memengaruhi minat; dan (5) pengaruh minat terhadap kegiatan belajar. Uraian
selengkapnya sebagai berikut:
2.1.3.1 Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu unsur yang sangat memengaruhi terhadap
keberhasilan seseorang. Menurut Syah (2009:152) minat adalah keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Sejalan dengan pendapat Sukardi (1998) dalam Susanto
(2016:57), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran, atau
kesenangan terhadap sesuatu. Pendapat tersebut didukung oleh Djamarah
(2015:166) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
memerhatikan dan memegang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat
terhadap suatu aktivitas akan memerhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan
rasa senang.
Menurut Darmadi (2017:311) minat adalah keadaan ketika seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu. Seseorang yang memiliki minat terhadap
sesuatu, ia akan berusaha untuk memeroleh apa yang diminatinya. Pendapat
tersebut sejalan dengan Sudaryono, dkk. (2013:90) bahwa minat adalah kesadaran
terhadap sesuatu yang sangat disenangi dan memunculkan perhatian yang tinggi.
Menurut Susanto (2016:58), minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau
faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang
menyebabkan dipilihnya suatu kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan,
47
dan lama-kelaman akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Jika kepuasan
berkurang, maka minat seseorang pun akan berkurang.
Menurut Hurlock (2013:114) minat adalah sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Slameto
(2015:180) menjelaskan bahwa minat adalah rasa suka dan keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pada dasarnya minat merupakan
penerimaan suatu hubungan terhadap sesuatu yang berasal dari luar diri. Apabila
semakin kuat suatu hubungan, maka semakin besar minat tersebut.
Menurut Bernard dalam Susanto (2016:57), minat timbul tidak secara tiba-
tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu
belajar atau bekerja. Jadi, minat akan terkait dengan persoalan kebutuhan dan
keinginan. Hansen (1995) dalam Susanto (2016:57-8) menyebutkan bahwa minat
belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi, dan
konsep diri atau identifikasi, serta faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau
lingkungan. Minat atau dorongan dalam diri siswa berkaitan dengan apa dan
bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar.
Krapp dkk. dalam Mikarsa dkk. (2008:3.5) menyimpulkan bahwa minat
adalah dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan
ketertarikan atau perhatian, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau
kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama kelamaan akan
mendatangkan kepuasan pada dirinya. Jika kepusaan berkurang, minat seseorang
pun akan berkurang. Menurut Sardiman dalam Darmadi (2017:311) minat akan
48
terlihat apabila objek sasaran berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan
seseorang yang bersangkutan.
Menurut Bloom (1982) dalam Susanto (2016:59), minat adalah apa yang
disebutnya sebagai subject-related affect, yang didalamnya termasuk minat dan
sikap terhadap materi pelajaran. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu
bidang atau aktivitas akan menunjukkan sikap yang positif dalam melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan minatnya tersebut. Seseorang akan melakukan
kegiatan dengan antusias dan rasa senang karena apa yang dilakukannya
merupakan sesuatu yang disukainya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah rasa suka atau ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Minat muncul
karena adanya kebiasaan dan pengalaman. Minat tidak dipengaruhi oleh orang
lain, melainkan berasal dari dalam pribadi seseorang. Berhasil tidaknya seseorang
dalam melakukan sesuatu tergantung dari minat yang dimilikinya.
2.1.3.2 Ciri-Ciri Minat
Minat tidak diperoleh sejak lahir, tetapi melalui kebiasaan dan
pengalaman. Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu, akan dikenali
melalui ciri-ciri minat. Slameto (2015:180) menjelaskan bahwa ciri-ciri minat
adalah sebagai berikut: (1) minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari
kemudian; (2) minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan
bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lain; (3) minat dapat
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas; (4) minat mempunyai
segi motivasi dan perasaan; dan (5) seseorang yang memiliki minat terhadap suatu
49
objek akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek
tersebut.
Hurlock (2013:115) menjelaskan bahwa terdapat tujuh ciri minat, yaitu:
(1) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, misalnya
perubahan minat berhubungan dengan perubahan usia; (2) minat tergantung pada
kegiatan belajar; (3) minat tergantung pada kesempatan belajar; (4) perkembangan
minat mungkin terbatas dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan; (5)
minat dipengaruhi budaya sebab jika budaya sudah mulai luntur minat juga akan
ikut luntur; (6) minat berbobot emosional, maksudnya jika suatu objek dihayati
sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan senang yang
pada akhirnya dapat diminati; dan (7) minat berbobot egosentris, artinya jika
seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.
Darmadi (2017:322) menyimpulkan bahwa indikator untuk mengetahui
minat siswa antara lain adanya pemusatan perhatian, perasaan senang terhadap
sesuatu, dan kemauan untuk terlibat aktif untuk mendapatkan hasil terbaik. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu ditunjukan dengan adanya perhatian yang
tinggi terhadap hal tersebut. Selain itu, siswa tersebut akan merasa senang
melakukan hal tersebut meskipun tidak ada yang menginginkan. Siswa tersebut
juga akan selalu berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Menurut Sukartini (1986) dalam Susanto (2016:64) bahwa indikator minat
dapat diidentifikasi melalui analisis kegiatan yang dilakukan atau disenangi.
Berdasarkan analisis kegiatan yang disenangi tersebut, ditemukan indikator minat
yang dapat digunakan untuk menentukan minat seseorang dalam bidang tertentu,
50
yaitu: (1) perasaan senang; (2) perhatian dalam belajar; (3) motivasi atau
dorongan untuk melakukan sesuatu; dan (4) usaha yang dilakukan. Indikator
tersebut, peneliti gunakan sebagai pedoman penelitian dalam pembuatan angket
untuk mengukur minat siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat
dapat dikenali melalui ciri-ciri, antara lain minat tidak dibawa sejak lahir
melainkan dipelajari kemudian, seseorang yang memiliki minat terhadap suatu
objek akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek
tersebut, minat tergantung pada kegiatan belajar dan kesempatan belajar,
perkembangan minat mungkin terbatas, dan minat dipengaruhi oleh budaya. Oleh
karena itu, jika seseorang memiliki minat di bidang yang positif, maka akan
menghasilkan suatu hal yang positif pula. Contohnya, anak yang memiliki minat
dalam kegiatan menggambar akan melakukan apapun demi menggambar seperti
latihan menggambar secara terus menerus. Oleh karena itu, anak tersebut dapat
mengahasilkan gambar yang bagus, lebih baik dibanding teman sebayanya.
2.1.3.3 Macam-Macam Minat
Rosyidah (1988) dalam Susanto (2016:60) menjelaskan bahwa timbulnya
minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya
pengaruh dari luar. Minat yang berasal dari pembawaaan, timbul dengan
sendirinya dari setiap individu, hal tersebut biasanya dipengaruhi dari faktor
keturunan atau bakat alamiah. Minat karena adanya pengaruh dari luar,
dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orangtua, dan kebiasaan atau adat. Minat
51
tersebut timbul melalui proses dan kegiatan yang biasanya dilakukan individu
dalam kehidupan sehari-hari dimana mengikuti berbagai perkembangan yang
terjadi di lingkungan tempat individu tinggal.
Minat dalam menggambar dapat berasal dari bakat atau keturunan dimana
minat tersebut ada dalam diri individu yang memunyai bakat menggambar tanpa
disadari individu tesebut. Anak yang tidak memiliki bakat, minat yang dimiliki
anak biasanya muncul karena kebiasaan, terpengaruh oleh lingkungan, dan
dorongan orangtua. Misalnya, anak yang mempunyai minat menggambar tanpa
ada bakat, biasanya disebabkan terdapat mata pelajaran menggambar rutin setiap
satu minggu sekali di sekolah, dan terpengaruh oleh teman-temannya yang pandai
menggambar sehingga dia bersemangat untuk melakukan latihan terus menerus
yang didukung oleh fasilitas menggambar yang lengkap dari orangtua. Oleh
karena itu, akan muncul minat anak dalam menggambar dan menghasilkan
gambar yang bagus.
Gagne dalam Susanto (2016:60), membedakan sebab timbulnya minat
pada diri seseorang menjadi dua macam, yaitu minat spontan dan minat berpola.
Minat spontan, timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi
oleh pihak luar. Minat ini merupakan minat yang berasal dalam diri individu.
Minat berpola, timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan
yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Hal tersebut tampak pada minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu tidak
terlepas dari sistem pembelajaran yang diselenggarakan guru di sekolah.
52
Menggambar merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang rutin
diadakan di sekolah, sehingga minat siswa dalam menggambar termasuk dalam
minat berpola. Minat tersebut tidak timbul secara spontan, melainkan sebagai
akibat kegiatan terencana dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut
Purwaningrum (1996) dalam Susanto (2016:61) mengelompokkan jenis-jenis
minat menjadi sepuluh macam, yaitu: (1) minat terhadap alam sekitar; (2) minat
mekanis; (3) minat hitung; (4) minat terhadap ilmu pengetahuan; (5) minat
persuasif; (6) minat seni; (7) minat leterer; (8) minat musik; (9) minat layanan
sosial; dan (10) minat klerikel.
Jadi, minat kegiatan menggambar merupakan jenis minat yang masuk
dalam jenis minat seni. Minat tersebut berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan
yang berhubungan dengan bidang seni. Anak yang memiliki minat dalam
menggambar, akan selalu bersemangat untuk berlatih menggambar. Hasil gambar
yang baik menjadi kepuasan tersendiri bagi anak tersebut.
2.1.3.4 Faktor yang Memengaruhi Minat
Minat yang dimiliki seseorang tidak muncul secara tiba-tiba. Biasanya
minat yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Sukartini (1986) dalam Susanto (2016:63) menjelaskan perkembangan minat
tergantung pada kesempatan belajar yang dimiliki oleh seseorang. Perkembangan
minat sangat bergantung pada lingkungan dan orang-orang dewasa yang erat
pergaulannya dengan mereka, sehingga secara langsung akan berpengaruh pula
terhadap kematangan psikologis. Lingkungan bermain, teman sebaya, dan pola
asuh orangtua merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan
53
minat seseorang. Di samping itu, sesuai dengan kecenderungan masyarakat yang
senantiasa berkembang, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan pola
pergaulan akan merangsang tumbuhnya minat baru secara lebih terbuka.
Menurut Darmadi (2017:317-20) faktor yang memengaruhi minat siswa
adalah bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa, motivasi, lingkungan,
adanya kesempatan, cita-cita, bakat, dan hobi. Bahan pembelajaran yang menarik
minat siswa akan sering dipelajari oleh siswa tersebut. Minat akan timbul dari
sesuatu yang telah diketahui dengan cara belajar. Minat akan muncul ketika siswa
diberikan kesempatan. Misalnya anak yang kurang berminat terhadap kegiatan
menggambar, ketika diberi kesempatan untuk menggambar, ia akan menjadi
berminat memelajari kegiatan tersebut. Siswa yang memiliki cita-cita tertentu
akan mengejar dan memerjuangkan, meskipun mendapat rintangan. Bakat dapat
memengaruhi minat, contohnya seseorang yang memiliki bakat menggambar,
secara tidak langsung akan berminat terhadap kegiatan tersebut. Jika ia dipaksa
untuk melakukan kegiatan yang lain, kemungkinan ia akan membencinya karena
merupakan suatu beban untuknya.
Rosyidah (1988) dalam Susanto (2016:60), menjelaskan timbulnya minat
pada diri seseorang pada prinsipnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu minat
yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari
luar. Minat yang berasal dari pembawaan, yaitu minat yang timbul dengan
sendirinya dari setiap individu, hal ini dipengaruhi oleh faktor keturunan atau
bakat alamiah. Minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu,
54
timbul seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat ini
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orangtua, dan kebiasaan atau adat.
Susanto (2016:63-4) menjelaskan minat secara psikologis banyak
dipengaruhi oleh perasaan senang dan tidak senang yang terbentuk pada setiap
fase perkembangan fisik dan psikologis anak. Munculnya pola minat ketika
sesuatu yang disenangi berubah menjadi tidak disenangi sebagai dampak dari
perkembangan psikologis dan fisik seseorang. Minat secara psikologis banyak
dipengaruhi oleh perasaan senang dan tidak senang yang terbentuk pada
perkembangan fisik dan psikologis anak.
Secara psikologis, menurut Munandar (1992) dalam Susanto (2016:64),
fase perkembangan minat berlangsung secara bertingkat dan mengikuti pola
perkembangan individu itu sendiri. Perkembangan minat dipengaruhi oleh
kematangan individu, semakin matang secara psikologis maupun fisik maka minat
akan semakin kuat pada objek tertentu. Di dalam dunia pendidikan di sekolah,
minat memegang peranan penting dalam belajar. Minat ini merupakan suatu
kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatiannya pada
suatu objek tertentu. Oleh karena itu, minat merupakan faktor penting untuk
menunjang kegiatan belajar siswa. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Hartono (2005) dalam Susanto (2016:67), yang menyatakan bahwa minat
memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat dua faktor yang memengaruhi minat yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam seseorang, berupa
55
bakat/keturunan. Faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar, berupa
pengaruh lingkungan, kebiasaan, dan dorongan dari orangtua.
2.1.3.5 Pengaruh Minat terhadap Kegiatan Belajar
Menurut Susanto (2016:66) bahwa minat merupakan faktor yang sangat
penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Minat memberikan kekuatan
atau motivasi sehingga seseorang dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu
yang diminatinya. Oleh karena itu, minat merupakan unsur yang menggerakkan
motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu
benda atau kegiatan tertentu. Siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan
belajar dengan adanya minat belajar pada diri siswa. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa minat ini merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan belajar.
Menurut Slameto (2015:180), minat sangat berpengaruh terhadap
pembelajaran di sekolah karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik. Hal ini dikarenakan
siswa tidak tertarik dengan bahan pelajaran tersebut. Sejalan dengan pendapat
Darmadi (2017:317) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang tidak menarik
bagi siswa akan dikesampingkan sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, guru perlu memberikan pembelajaran yang menarik, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, dan guru
yang komunikatif dan menyenangkan dapat menumbuhkan minat siswa dalam
pembelajaran.
56
Menurut Djamarah (2015:167), minat terhadap sesuatu merupakan hasil
belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya. Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu
mata pelajaran akan memelajarinya dengan sungguh-sungguh karena ada daya
tarik baginya. Anak didik mudah menghapal pelajaran yang menarik minatnya.
Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Minat merupakan alat
motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik
dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu
menumbuhkan minat siswa agar siswa dapat memahami pelajaran yang diberikan.
Mikarsa dkk. (2008:3.7) menjelaskan bahwa anak yang memiliki minat
pada pelajaran, akan belajar dan berusaha supaya mendapat nilai yang lebih baik.
Jika anak berminat pada suatu kegiatan, maka pengalaman akan terasa
menyenangkan. Jika anak gagal mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan,
anak tidak berminat untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini yang
kadangkala membuat prestasi lebih rendah dari potensi yang dimiliki. Akibatnya,
muncul rasa salah dan malu pada diri anak.
Tanner dan Tanner (1975) dalam Slameto (2015:181) menyarankan agar
para pengajar juga membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan
antara bahan pelajaran yang akan diberikan dengan pelajaran yang telah
berlangsung. Rooijakers (1980) menjelaskan bahwa untuk menarik minat siswa
dapat dilakukan dengan menghubungkan bahan pelajaran dengan suatu berita
terkini yang sudah diketahui kebanyakan siswa. Misalnya, guru meminta siswa
57
untuk menggambar kegiatan Mapsi Kota Tegal yang sedang berlangsung di
sekolah.
Menurut Djamarah (2015:167), ada beberapa macam cara yang dapat guru
lakukan untuk membangkitkan minat anak didik sebagai berikut: (1)
membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela
belajar tanpa paksaan; (2) menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan
dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik
mudah menerima pelajaran; (3) memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar
yang kreatif dan kondusif; dan (4) menggunakan berbagai macam bentuk dan
teknik mengajar dalam konteks individual anak didik.
Apabila usaha-usaha diatas tidak berhasil, untuk menarik minat siswa
dalam menggambar dapat diusahakan dengan cara menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi siswa dalam memelajarinya. Kegiatan tersebut harus
dilakukan secara terus-menerus hingga menjadi kebiasaan. Kebiasaaan dapat
menumbuhkan minat siswa untuk memelajarinya. Setelah tumbuhnya minat
dalam menggambar, siswa mampu menggambar dengan giat demi mendapatkan
hasil yang maksimal.
2.1.4 Hakikat Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
Hal-hal yang akan dibahas pada hakikat pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) yaitu: (1) pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK);
(2) tujuan pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK); dan (3) fungsi seni
di Sekolah Dasar (SD). Uraian selengkapnya sebagai berikut:
58
2.1.4.1 Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
Mata pelajaran SBK dikenal sebagai pendidikan seni yang berbasis
budaya. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional bahwa
pendidikan muatan mata pelajaran SBK tidak hanya terdapat dalam satu mata
pelajaran karena budaya itu sendiri, yakni meliputi segala aspek kehidupan.
Dalam mata pelajaran SBK, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri,
melainkan terintegrasi dengan seni.
Menurut Susanto (2016:262), keberadaan pendidikan SBK sebagai mata
pelajaran di sekolah sangatlah penting. Hal ini dikarenakan pelajaran ini memiliki
sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti
bertujuan mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai
cara. Maksud dari multidimensional bahwa mengembangkan kompetensi
kemampuan dasar siswa yang mencakup presepsi, pengetahuan, pemahaman,
analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi otak
kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika, etika, dan estetika. Multikultural
berarti memiliki tujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan
berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan
sikap menghargai, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat dan
budaya yang majemuk.
Menurut Kamaril (2005:1.31), melalui pendidikan seni, anak dapat
meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak berdasarkan aturan-aturan
tertentu, mengembangkan cita rasa keindahan, mengolah kemampuan menghargai
59
seni, dan dibina kemampuan cipta, rasa, dan karsa. Pendidikan seni perlu
dikembangkan dari lingkungan alam dan budaya setempat dimana proses
pembelajaran dilaksanakan sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi anak.
Pendidikan seni diolah secara integratif yang mencakup seni rupa, tari, drama, dan
musik. Hal ini dikarenakan anak masih memandang hal di sekelilingnya secara
holistik atau menyeluruh.
Sejalan dengan pendapat Pekerti (2008:1.25) bahwa pendidikan seni
menggunakan pendekatan multidisiplin, multidimensional, dan multikultural.
Pendekatan multidisiplin dalam pendidikan seni dapat mengembangkan
kemampuan dalam rupa, bunyi, gerak, bahasa, tulisan, ataupun perpaduannya.
Pendekatan multidimensional dalam pendidikan seni digunakan untuk
mengembangkan pemahaman dan kesadaran bahwa kesenian tidak dapat berdiri
sendiri, melainkan terkait dengan banyak aspek dalam kehidupan, seperti sejarah,
ekonomi, lingkungan, dan lain sebagainya. Pendekatan multikultural dapat
menumbuhkan pemahaman, kesadaran, dan kemampuan mengapresisasi
keragaman budaya lokal, maupun global sehingga tumbuh sikap saling
menghargai, toleran, dan demokratis.
Susanto (2016:263) menjelaskan bahwa secara spesifik mata pelajaran
SBK meliputi aspek-aspek seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama, dan
keterampilan. Pendidikan SBK memiliki peran dalam pembentukan pribadi anak
yang harmonis dengan memerhatikan kebutuhan perkembangan anak.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Susanto (2016:261)
bahwa pendidikan kesenian merupakan salah satu faktor penentu dalam
60
membentuk kepribadian anak. Oleh karena itu, pendidikan seni di sekolah dapat
digunakan sebagai pondasi dalam membangun jiwa dan kepribadian siswa.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa SBK merupakan pendidikan
seni yang berbasis budaya. Seni dalam mata pelajaran SBK meliputi seni rupa,
seni tari, seni musik, seni drama, dan keterampilan. Pendidikan seni sangatlah
diperlukan karena di dalamnya terdapat pendekatan multilingual, multidisiplin,
multidimensional, dan multikultural. Melalui pendidikan seni, anak mampu
meningkatkan kemampuan kreatif dan membentuk kepribadian yang baik.
2.1.4.2 Tujuan Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK)
Komponen pertama yang harus ditentukan dalam proses pembelajaran
yaitu tujuan pembelajaran. Menurut Susanto (2016:264), tujuan pembelajaran
merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai oleh siswa
dan sangat penting untuk menentukan arah pembelajaran. Mata pelajaran SBK di
SD bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan siswa agar bisa
berkreasi, berkreativitas, dan menghargai kerajinan atau keterampilan seseorang.
Pendidikan SBK merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas
anak. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan seni rupa di SD. Tujuan dari
pendidikan SBK bukan untuk membina anak menjadi seniman, melainkan untuk
mendidik anak menjadi kreatif. Perlu diupayakan pengembangan sikap secara
aktif, kritis, dan kreatif dalam pembelajaran SBK di SD.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Susanto (2016:265-6), mata pelajaran
SBK bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, sebagai berikut: (1)
memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan; (2)
61
menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan; (3)
menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan; dan (4)
menampilkan peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan tingkat lokal,
regional, maupun global.
Pendidikan SBK memiliki fungsi dan tujuan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan siswa. Melalui pendidikan SBK, siswa dapat berkreasi, peka
dalam berkesenian, menunjukkan kemampuan dalam berkarya, dan berapresiasi.
Kreativitas yang dimiliki siswa juga dapat berkembang dengan kegiatan tersebut.
Oleh karena itu, melihat banyaknya fungsi pendidikan SBK, mata pelajaran SBK
dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di SD.
2.1.4.3 Fungsi Seni di Sekolah Dasar (SD)
Seni berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Seni memiliki manfaat dan
fungsi yang dapat dirasakan secara langsung oleh seseorang. Menurut Lowenfeld
dan Brittain (1985) dalam Kamaril (2005:1.19), secara tidak langsung anak
memeroleh manfaat seni melalui pendidikan dalam bentuk pengembangan
kemampuan dasarnya untuk belajar. Ki Hajar Dewantara (1977) dalam Kamaril
(2005:1.19) menjelaskan bahwa melalui seni, anak memeroleh kehalusan budi
karena seni mengolah kepekaan anak terhadap alam sekitar dan hal-hal yang
berkaitan dengan keindahan.
Fungsi seni secara langsung dijelaskan oleh Kamaril, dkk. (2005:1.20-2),
yaitu: (1) media ekspresi diri; (2) media komunikasi; (3) media bermain; dan (4)
media pengembangan bakat. Sejalan dengan pendapat Herawati dan Iriaji
(1999:14-20), terdapat lima fungsi seni di SD, antara lain: (1) seni sebagai media
62
ekspresi; (2) seni sebagai media komunikasi; (3) seni sebagai media bermain; (4)
seni sebagai media pengembangan bakat; (5) seni sebagai kemampuan berfikir;
dan (6) seni sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetis.
Seni sebagai media ekspresi diri dapat mengungkapkan apa yang ada
dalam pikiran anak yang berkaitan dengan emosi, pikir, imajinasi serta keinginan-
keinginan anak tanpa memerhatikan apakah ungkapan-ungkapan tersebut
dimengerti oleh orang lain. Contohnya, seorang anak berumur 6 tahun sedang
menggambar temannya, meskipun bentuk gambarnya tidak dapat dimengerti oleh
orang lain. Anak tersebut dapat menceritakan tentang apa yang digambarnya.
Sebagai media komunikasi, seni dapat menyampaikan pesan yang terdapat
dalam karya tersebut. Pesan yang disampaikan dalam seni adalah gagasan yang
diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Anak yang belum mampu
menggambar denngan baik, maka anak tersebut belum dapat menjadikan karyanya
sebagai media komunikasi.
Seni dapat dijadikan sebagai media bermain oleh anak, baik dalam seni
rupa, seni musik, maupun seni tari. Bermain dalam seni dapat berupa bermain
dengan unsur seni seperti bermain dengan garis, warna, bentuk dalam seni rupa,
kemudian bermain dengan gerak dalam seni tari, bermain peran dalam seni drama,
serta bermain warna bunyi dalam seni musik. Kegiatan ini sangat menyenangkan
sehingga minat dan motivasi belajar anak terhadap seni dapat meningkat.
Bakat seorang anak pada umumnya belum muncul. Oleh karena itu, anak
perlu diberikan kesempatan untuk bereksplorasi dengan beragam seni, sehingga
63
bakat yang dimilikinya dapat digali dan dikembangkan dengan optimal.
Pendidikan seni rupa berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan bakatnya.
Oleh karena itu, melalui seni rupa bakat yang dimiliki anak dapat diketahui dan
dikembangkan.
Kemampuan bernalar seseorang secara tidak langsung dapat berkembang
melalui kegiatan seni. Contohnya, bermain di bak pasir dapat menimbulkan
pertanyaan bagi anak mengapa pasir tidak dapat disusun meninggi tanpa diberi
air, sedangkan tanah liat dapat dibentuk dengan mudah jika kandungan airnya
tepat. Oleh karena itu, anak akan mencoba untuk berpikir penyebab terjadinya hal
tersebut. Kegiatan ini tanpa disadari dapat meningkatkan kemampuan bernalar
anak.
Melalui pendidikan seni, anak dapat memeroleh pengalaman keindahan
yaitu dengan cara mengamati hsil karya seni yang mengandung nilai estetis,
kemudian diajak untuk membahas dan mengusahakan agar anak mendapat
kesenangan dengan pengamatan karya. Hal yang menyenangkan yang dialami
anak saat mengamati objek yang indah akan berkembang menjadi kesenangan
anak untuk berkarya yang indah. Pengalaman yang menyenangkan anak tersebut
dapat menumbuhkan minat anak terhadap seni.
2.1.5 Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa di SD
Hal-hal yang akan dibahas pada konsep dasar pendidikan seni rupa di SD
yaitu: (1) pengertian seni rupa; (2) unsur-unsur seni rupa; dan (3) karakteristik
seni rupa di SD. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
64
2.1.5.1 Pengertian Seni Rupa
Kamaril (2005:1.5) menyimpulkan bahwa seni merupakan proses kerja
seseorang yang melibatkan kemampuan kreatif, intuitif, dan kepekaan dalam
menghasilkan suatu karya yang artistik. Tolstoy dalam Prawira (2017:16)
menjelaskan bahwa seni merupakan sarana untuk menyampaikan perasaan dari
yang menciptakan kepada penikmat. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Pamadhi
(2014:1.6), seni adalah segala perbuatan manusia yang bersifat indah dan hidup
dari perasaannya sehingga dapat menggerakkan perasaan penikmatnya.
Menurut Pekerti (2008:1.8) seni adalah kegiatan manusia untuk
mengekspresikan pengalaman hidup yang melibatkan kemampuan intuisi,
intelektual, kepekaan, kreativitas, dan lain sebagainya untuk menciptakan karya
melalui berbagai media. Herawati dan Iriaji (1999:3) menjelaskan bahwa seni
adalah untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa seni adalah kegiatan manusia yang berfungsi
untuk menyampaikan perasaannya melalui berbagai media dengan melibatkan
kemampuan intuisi, intelektual, kepekaan, kreativitas, dan lain sebagainya.
Pengalaman seni divisualisasikan semenarik dan seindah mungkin,
sehingga dapat memancing timbulnya rasa senang bagi yang menikmatinya.
Visualisasi ini dapat ditangkap oleh indera raba menjadi seni rupa. Aminuddin
(2009:5) menjelaskan bahwa seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang
menghasilkan karya seni yang bisa ditangkap oleh panca indera dan dirasakan
dengan rabaan. Pendapat tersebut didukung oleh Kamaril dkk. (2005:2.4) bahwa
65
seni rupa adalah bentuk ungkapan yang dinyatakan melalui media rupa yang dapat
dinikmati dengan cara dilihat dan diraba.
Perwujudan dalam seni rupa diperoleh dari suatu kreasi atau ciptaan yang
berbentuk karya estetis. Seperti cabang seni yang lain, seni rupa sengaja
diciptakan dan diwujudkan orang sebagai curahan nurani yang indah karena karya
seni merupakan usaha manusia untuk mengenal, perwujudan dan menyatu dengan
lingkungannya. Sejalan dengan pendapat Pekerti (2008:8.5) bahwa seni rupa
adalah suatu bentuk ungkapan seni yang mengekspresikan pengalaman dengan
menggunakan beragam unsur seni rupa untuk menghasilkan suatu karya.
Menurut Bastomi (1992:39) seni rupa merupakan seni yang wujudnya
dapat dinikmati menggunakan mata dan dapat diraba. Sejalan dengan pendapat
Muharam dan Sundariyati (1993:8) yang menjelaskan bahwa seni rupa adalah
bentuk karya dua dan tiga matra yang bertujuan untuk mengungkapan gagasan,
perasaan, emosi, dan pengalaman. Contoh karya dwi matra yaitu lukisan, gambar,
film, dan seni grafis. Contoh dari karya tri matra yaitu patung, boneka, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seni
rupa adalah merupakan salah satu cabang seni yang berfungsi untuk
mengungkapkan gagasan, perasaan, emosi, dan pengalaman. Hasil karya seni rupa
dapat dirasakan dengan rabaan dan ditangkap oleh panca indera. Karya seni rupa
menggunakan perpaduan beragam unsur seni rupa. Hasil karya seni rupa
dikatakan baik apabila penikmat seni dapat mengetahui pesan yang terdapat dalam
karya tersebut.
66
2.1.5.2 Unsur-Unsur Seni Rupa
Kamaril (2005:3.4) menjelaskan selain bentuk, berbagai unsur seni rupa
dapat dikomposisikan, antara lain bintik, garis, bidang, warna, tekstur, ruang,
dan cahaya. Pendapat tersebut didukung oleh Herawati dan Iriaji (1999:105-113)
bahwa unsur seni rupa terdiri dari garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, dan
cahaya. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk
suatu karya seni rupa.
Menurut Aminuddin (2009:7) menyebutkan unsur-unsur seni rupa terdiri
dari titik, garis, bidang, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang. Unsur-unsur
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Dari perpaduan selaras unsur-unsur ini
terbentuk karya seni rupa yang indah. Pendapat tersebut sejalan dengan Pamadhi
(2014:2.58) bahwa unsur seni rupa terdiri atas garis, warna, tekstur, ruang, dan
bidang.
Hampir semua wujud karya seni rupa memiliki garis. Garis mempunyai
beberapa wujud dan bermacam-macam sifatnya seperti garis nyata dan garis kesan
atau pengikat. Perpaduan atau perpotongan antar garis membentuk bidang. Bentuk
merupakan perpaduan antar bidang. Bentuk dapat bersifat kesan dan nyata.
Bentuk bersifat nyata terdapat pada karya seni tiga dimensi, sedangkan bentuk
bersifat kesan terdapat pada karya dua dimensi.
Warna merupakan salah satu unsur pokok dalam karya seni rupa karena
segala sesuatu pengungkapan itu selalu menggunakan warna. Tekstur adalah sifat
permukaan pada suatu benda yang bersifat nyata dan kesan. Tekstur yang bersifat
kesan dapat diamati pada gambar atau lukisan. Tekstur yang nyata dapat dilihat
67
pada karya tiga dimensional, misalnya seni patung atau relief. Seperti unsur yang
lainnya, ruang bersifat khayal dan nyata.
Ruang bagi pelukis bersifat ilusi/khayal karena bekerja dengan bentuk dua
dimensi. Ruang bagi pemahat dan arsitek bersifat nyata karena bekerja dengan
bentuk tiga dimensi. Sebagaimana ruang, cahaya memiliki sifat nyata dan kesan.
Cahaya bersifat nyata jika sumber cahaya berasal dari benda alam seperti lampu,
matahari, api, dan sebagainya. Cahaya bersifat kesan terjadi jika cahaya tampak
seperti gambaran, misalnya cahaya pada foto, gambar, atau lukisan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsur seni rupa meliputi bintik, garis, bidang, warna, tekstur, ruang, dan cahaya.
Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain. Perpaduan unsur-unsur seni
rupa membentuk suatu karya seni rupa yang indah. Apabila terdapat satu atau
beberapa unsur yang tidak terdapat dalam seni rupa, maka hasil karya seni
tersebut kurang maksimal.
2.1.5.3 Karakteristik Seni Rupa di SD
Kamaril (2005:2.48) menjelaskan bahwa melalui kegiatan seni rupa, dapat
memberi kesempatan bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang, membentuk
pribadi yang utuh, kreatif, produktif, dan inovatif. Sesuai dengan karakteristik
anak SD yang cenderung dinamis dan kritis didukung oleh kegiatan berkesenian.
Guru yang baik harus mampu menetapkan materi ajar, media, atau cara
menggunakan media yang tepat, sehingga mereka mamapu mencapai hasil
pembelajaran kesenian secara efektif, efisien, dan memiliki daya tarik. Hal ini
perlu mendapat perhatian guru karena suatu bidang studi yang bermakna dan
68
bermanfaat bagi siswa, akan kehilangan daya tariknya ditangan guru yang tidak
pandai menata bahan ajar, memilih dan memanfaatkan media dengan baik dan
benar.
Menurut Kamaril (2005:2.48) bahwa kegiatan seni rupa yang dapat
diterapkan di SD antara lain menggambar atau melukis, membentuk, mencetak,
menggunting, menempel, dan melipat. Pamadhi (2014:10.26) menjelaskan bahwa
anak SD dalam menggambar lebih memilih menggunakan tema lingkungan,
keinginan anak, hobi anak, cita-cita, dan imajinasi. Tema keinginan anak pada
umumnya berupa ungkapan sesuatu yang sangat diinginkan anak, seperti
berkunjung ke rumah saudara, dan lain sebagainya.
Kamaril (2005:2.49) menjelaskan bahwa kegiatan seni rupa SD
membentuk dapat berupa kegiatan membutsir. Membutsir merupakan kegiatan
membuat karya dari bahan lunak dengan cara diremas-remas dengan
menggunakan tangan. Bahan yang bisa digunakan dalam membutsir adalah tanah
liat dan plastisin. Kegiatan mencetak di SD dilakukan dengan membuat karya
dengan bantuan alat cetak dari alam seperti pelepah pisang yang diberi pewarna
(Kamaril, 2005:2.52). Seni rupa menggunting, melipat, dan menempel dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik origami dan wycinanki.
Media dan alat diperlukan untuk menunjang kegiatan tersebut. Media
ungkap atau bahan dapat diklasifikasikan menjadi bahan cair dan bahan padat.
Bahan cair, antara lain cat air, cat minyak, tinta, spidol. Bahan padat, antara lain
tanah liat, bubur kertas, plastisin, adonan tepung, arang, krayon, dan lain-lain.
69
Alat yang diperlukan dalam seni rupa yaitu kuas, martil, paku, pisau, gunting,
pahat, pen, pengelas, dan kamera.
2.1.6 Hakikat Menggambar
Hal-hal yang akan dibahas pada hakikat pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) yaitu: (1) pengertian menggambar; (2) periodesasi
perkembangan gambar anak, dan (3) menggambar ilsustrasi. Uraian selengkapnya
sebagai berikut:
2.1.6.1 Pengertian Menggambar
Salah satu jenis seni rupa yang diajarkan di SD yaitu menggambar.
Herawati dan Iriaji (1999:128) menjelaskan bahwa menggambar merupakan
kegiatan awal dari anak dalam berkarya seni rupa, sehingga kegiatan ini perlu
diberikan kepada anak. Kegiatan menggambar yang diadakan di sekolah bertujuan
agar siswa dapat menyalurkan ekspresi. Oleh karena itu, nantinya anak-anak
merasa puas. Jika anak merasa puas, maka saluran ekspresinya tidak terhambat.
Hal ini berarti telah membantu perkembangan dan pertumbuhan fisik dan mental
anak secara normal.
Menggambar merupakan proses perekaman objek pada bidang dua
dimensi melalui media dengan kriteria, antara lain kemiripan bentuk dan warna,
memerhatikan prespektif, proporsi, komposisi, gelap terang, serta bayang-bayang
objek yang digambar (Aminuddin, 2009:15). Pendapat tersebut didukung oleh
Muharam dan Sundaryati (1993:95) menyatakan bahwa menggambar adalah
penyajian ilusi optik atau manipulasi ruangan dalam bidang datar dua dimensi.
70
Kamaril dkk. (2005:4.4) menjelaskan bahwa menggambar adalah suatu
usaha mengungkapkan dan mengomunikasikan pikiran, ide/gagasan,
gejolak/perasaan maupun imajinasi yang bernilai artistik dengan menggunakan
garis dan warna. Menggambar merupakan sarana untuk menyampaikan pesan
kepada penikmat seni. Hal ini sejalan dengan pendapat Prawira (2017:173) yang
menyatakan bahwa gambar adalah sebuah karangan dalam seni rupa yang
menggunakan bahasa rupa sebagai media komunikasinya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
menggambar adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengomunikasikan
pikiran, ide, perasaan maupun imajinasi. Hasil gambar tersebut memiliki nilai
artistik yang indah untuk dipandang. Bentuk dimensinya berupa dua dimensi
dengan menggunakan garis dan warna. Hasil gambar yang kurang baik tidak dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi.
2.1.6.2 Gambar Ilustrasi
Menurut Susanto (2012: 190) ilustrasi adalah seni gambar yang
dimanfaatkan untuk memberi penjelasan suatu maksud atau tujuan secara visual.
Sejalan dengan pendapat Suhernawan (2010: 89) yang menjelaskan bahwa
gambar ilustrasi adalah gambar yang menceritakan atau memberi penjelasan pada
cerita atau naskah tertulis. Menurut Sumanto (2006: 58) secara khusus gambar
ilustrasi adalah jenis gambar yang dibuat untuk menjelaskan atau menerangkan
suatu naskah tertulis baik berupa bacaan, cerita, berita, artikel dan lainnya agar
mudah dimengerti maksud atau isinya.
71
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gambar
ilustrasi merupakan suatu karya seni berbentuk gambar yang dibuat dengan tujuan
untuk memberi penjelasan suatu kejadianatau peristiwa, tanpa menghilangkan
nilai keindahannya. Gambar ilustrasi dibuat menarik dengan maksud agar mudah
dipahami isinya. Gambar ilustrasi juga sangat dekat keberadaannya pada
kehidupan sehari-hari dan dapat dengan mudah ditemukan di mana-mana.
Dalam mata pelajaran SBK berkaitan dengan pembelajaran menggambar
ilustrasi, istilah ilustrasi yang digunakan tentunya bukan dalam arti secara khusus
sebagaimana siswa membuat gambar seperti yang dibuat oleh seorang ilustrator,
melainkan pengertian ilustrasi secara umum dalam konteks pembelajaran seni
rupa di Sekolah Dasar yang dapat dibelajarkan kepada siswa. Gambar ilustrasi
merupakan salah satu materi SBK kelas V semester genap. Pada materi tersebut,
siswa diminta membuat gambar manusia dengan tema keramaian di pasar.
2.1.6.3 Periodesasi Perkembangan Gambar Anak
Tedapat pola umum perkembangan dan hasil coetan/gambar anak dalam
tahapan menggambar anak. Pola tersebut dimulai sejak anak menghasilkan coret-
coretan yang tak terarah hingga dapat membuat gambar yang sesuai dengan objek
nyata. Lowenfeld dan Brittain dalam Pamadhi (2014:3.33) menjelaskan tahapan
perkembangan gambar anak, antara lain:
(1) Masa mencoreng (2-4 tahun)
Pada tahap ini, anak mencorengkan alat tulis secara acak dalam goresan
yang tidak terarah. Pada usia ini, coretan anak belum dapat dikatakan sebagai
karya seni rupa. Orang dewasa belum mampu memahami gambar anak.
72
Gambar 2.1 Gambar anak pada masa mencoreng
(2) Masa prabagan (4-7 tahun)
Pada tahap ini, gerakan tangan anak lebih terarah, sehingga garis coreng-
mencoreng makin berkurang dan digantikan dengan garis yang lebih mewakili
bentuk. Objek yang digambar anak tidak saling berhubungan. Biasanya anak lebih
mengutamakan bagian yang aktif atau yang bergerak dari suatu objek seperti
tangan dan kaki.
Gambar 2.2 Gambar anak pada masa prabagan
73
(3) Masa bagan (7-9 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah mengenal bentuk. Anak sering mengulang-
ngulang bentuk. Pada masa ini anak belum bisa mengembangkan konsep ruang
pada karyanya, sehingga gambar mereka masih terkesan datar.
Gambar 2.3 Gambar anak pada masa bagan
(4) Masa awal realisme (9-12 tahun)
Pada masa ini, anak sudah lebih cermat dalam mengamati alam sekitarnya.
Kesadaran perspektif anak telah muncul, sehingga gambarnya mulai mendekati
kenyataan dengan latar yang tepat, namun proporsi dalam menggambar belum
seimbang. Anak sudah mengetahui interaksi alam dengan makhluk hidup lainnya.
Anak sudah lebih mengenal manusia tidak hanya pada kepala, tubuh, tangan, dan
kaki saja, tetapi sudah mengenal jari, pakain, perhiasan, rambut. Bahkan, anak
sudah dapat membedakan laki-laki dan perempuan.
74
Gambar 2.4 Gambar anak pada masa awal realisme
(5) Masa naturalistik (12-14 tahun)
Pada masa ini intelegensi anak semakin berkembang. Anak sudah mulai
memilih gaya menggambarnya, meskipun belum ada kepastian. Pada masa ini,
kemampuan berpikir abstrak dan kesadaran sosial sudah mulai berkembang.
Perhatian terhadap seni sudah mulai kritis, bahkan terhadap hasil karyanya
sendiri.
Gambar 2.5 Gambar anak pada masa naturalistik
75
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas lima yang pada umumnya telah
memasuki usia 11 tahun. Menurut Lowenfeld dan Brittain, anak tersebut telah
memasuki tahapan menggambar pada masa awal realisme dimana intelegensi anak
semakin berkembang. Hasil karya yang dihasilkan nantinya akan menampilkan
ciri-ciri yang sesuai dengan karakteristik pada masa awal realisme, yaitu gambar
yang dibuat sudah mendekati kenyataan, objek yang digambarnya sudah
diperlihatkan secara rinci dan detail. Gambar tersebut belum memerhatikan gerak
atau aktivitas objek yang dipilihnya dan proporsi dalam menggambar masih
belum
2.1.7 Tinjauan tentang Hasil Belajar Menggambar Anak
Menurut Anitah (2010:2.19) bahwa hasil belajar adalah suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku
siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Perubahan tingkah
laku tersebut tidak hanya diukur dari skor atau nilai saja, tetapi meliputi
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan
sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap. Perubahan tingkah laku siswa tergantung
apa yang dipelajarinya. Misalnya, siswa yang memelajari bagaimana cara
menggambar yang baik, maka perubahan tingkah laku yang diperoleh dapat
menggambar dengan baik.
Menurut Slameto (2015:54-72) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari (1) faktor
jasmaniah, meliputi kesehatan dan cacat tubuh; (2) faktor psikologis, meliputi
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; dan (3)
76
faktor kelelahan. Faktor Ekstern terdiri dari (1) faktor keluarga, meliputi cara
orangtua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan; (2) faktor
sekolah, antara lain metode pembelajaran, kurikulum, hubungan antar warga
sekolah, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran,
fasilitas sekolah, dan tugas rumah; dan (3) faktor masyarakat,antara lain kegiatan
siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan pendapat tersebut faktor yang memengaruhi hasil belajar
diantaranya bakat dan minat. Bakat adalah kemampuan atau potensi yang dimiliki
seseorang yang harus disertai latihan untuk mencapai kecakapan khusus. Siswa
yang memiliki bakat menggambar dan disertai dengan latihan, maka akan
menghasilkan gambar yang baik dan berbeda dari siswa lain seusianya. Latihan
menggambar yang dilakukan secara terus-menerus akan memunculkan minat
siswa dalam menggambar. Minat adalah ketertarikan atau rasa suka seseorang
terhadap sesuatu tanpa disertai dengan paksaan karena adanya pengalaman atau
kebiasaan. Ketika sisiwa sudah memiliki minat dalam menggambar, maka dia
akan melakukan segala cara agar dapat menggambar dengan baik. Oleh karena itu,
siswa yang memiliki bakat dan minat dalam menggambar akan menghasilkan
gambar yang baik.
Hasil belajar menggambar dapat diukur dari kreativitas, kerapihan, dan
ketepatan waktu. Semakin kreatif dan rapi gambar anak, maka semakin tinggi
hasil belajar menggambar anak. Ketepatan waktu dijadikan sebagai salah satu
77
indikator penentu nilai hasil menggambar siswa karena merupakan salah satu
bentuk apresiasi guru terhadap siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu.
Melalui ketepatan waktu siswa mengumpulkan tugas, guru bisa melihat mana
anak yang berminat terhadap kegiatan menggambar.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar menggambar
adalah perubahan tingkah laku berupa kemampuan menggambar siswa yang
diperoleh setelah mendapatkan pengalaman dalam belajar. Hasil belajar
menggambar dipengaruhi oleh bakat dan minat yang dimiliki siswa. Siswa yang
memiliki bakat dan minat terhadap menggambar akan mendapatkan hasil belajar
menggambar yang baik. Hasil belajar menggambar dapat dinilai dari kreativitas,
kerapihan, dan ketepatan waktu dalam menggambar.
Hasil menggambar siswa laki-laki lebih rendah daripada siswa perempuan.
Hal ini dikarenakan siswa perempuan akan lebih ulet dan detail dalam
mengerjakan sesuatu serta menginginkan hasil yang sempurna. Sejalan dengan
pendapat Nurfatoni, dkk. (2013), 1(3):1-15 dalam jurnal yang berjudul “Kajian
Gambar Ekspresi Karya Siswa Tingkat Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Analitik
terhadap Karakteristik Gambar Karya Siswa Kelas 3 SDN 01 Gandrungmangu
Kabupaten Cilacap)” bahwa anak perempuan lebih memperhatikan setiap detail
dari objek.
Siswa laki-laki cenderung masa bodoh dengan apa yang di lakukannya dan
kurang ulet dalam mengerjakan sesuatu. Oleh karena itu, seringkali hasil
menggambar siswa perempuan lebih bagus dari siswa laki-laki. Menurut Hayati
(2017) dalam skripsi yang berjudul “Identifikasi Gaya Belajar Berdasarkan
78
Gender dan Hubungan Dengan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII se-
Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”
bahwa kemampuan perempuan sampai dengan umur 14 tahun secara konsisten
lebih tinggi dari pada laki-laki. Rata-rata anak perempuan melebihi skor yang
dicapai anak laki-laki dalam berbagai pengukuran kemampuan.
Guru dalam menilai hasil belajar menggambar anak disesuaikan dengan
tahap perkembangan gambar anak. Umur siswa kelas V yaitu memasuki usia 11
tahun dimana pada usia ini menurut Lowenfeld dan Brittain dalam Pamadhi
(2014:3.33), anak memasuki tahapan perkembangan gambar yaitu masa awal
realisme. Pada masa ini, anak sudah lebih cermat dalam mengamati alam
sekitarnya.
Kesadaran perspektif anak telah muncul, sehingga gambarnya mulai
mendekati kenyataan dengan latar yang tepat, namun proporsi dalam menggambar
belum seimbang. Anak sudah mengetahui interaksi alam dengan makhluk hidup
lainnya. Anak sudah lebih mengenal manusia tidak hanya pada kepala, tubuh,
tangan, dan kaki saja, tetapi sudah mengenal jari, pakaian, perhiasan, rambut.
Bahkan, anak sudah dapat membedakan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu,
dalam menilai hasil gambar anak, guru harus melihat tahapan perkembangan
gambar anak disesuaikan dengan usianya.
2.2 Kajian Empiris
Kajian empiris penelitian ini berupa penelitian yang relevan dan digunakan
sebagai landasan atau acuan dalam melakukan penelitian. Hasil penelitian yang
79
relevan merupakan landasan empiris yang peneliti gunakan dalam penelitian.
Terdapat penelitian yang relevan terkait pengaruh bakat dan minat terhadap hasil
belajar menggambar. Hasil penelitian yang sudah dilakukan uraiannya sebagai
berikut:
(1) Marsh, Chessor, Craven, & Roche (1995) dari University of Western
Sydney & Macarthur University of New South Wales, 32(2): 285-319 yang
berjudul The Effects of Gifted and Talented Programs on Academic Self-
Concept: The Big Fish Strikes Again ( Pengaruh Program Berbakat terhadap
Konsep Diri Akademik: Ikan Besar Menyerang lagi), menjelaskan “it can be
concluded that through the G & T program can identify the characteristics
of students individually, to find the talent they have, so that the program is
done in accordance with the talent possessed and can develop optimally.
Talent requires practice to grow maximally”. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa “melalui program G&T dapat mengenali
karakteristik individual siswa untuk menemukan bakat siswa, sehingga
program tersebut sesuai dengan bakat yang dimiliki dan dapat berkembang
dengan optimal. Bakat membutuhkan latihan agar tumbuh dengan
maksimal.”
(2) Oreck, Owen, dan Baum (2003) dari Long Island University, Brooklyn,
New York yang berjudul Validity, Reliability, and Equity Issues in an
Observational Talent Assessment Process in the Performing Arts (Masalah
Validitas, Kehandalan, dan Ekuitas dalam Proses Penilaian Talenta
Observasional di Seni Pertunjukan), menjelaskan “can be concluded that
80
artistic talents in the arts can be developed through school learning,
through teacher and parent support data and work-based assessment can
help talented students to improve their abilities optimally”. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa “bakat siswa dalam bidang seni
dapat dikembangkan melalui pembelajaran di sekolah, melalui data
pendukung dari guru dan orangtua dan penilaian berbasis kerja maka dapat
membantu siswa berbakat untuk meningkatkan kemampuan mereka secara
optimal”.
(3) Anwar, Sudjimat, & Suhartadi (2009) dari Universitas Negeri Malang,
32(2): 141-150, yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Dua
Dimensi, Tiga Dimensi,dan Bakat Mekanik Terhadap Hasil Belajar Sistem
Pengapian Motor Bensin di SMK Kota Mojokerto”. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar kelompok yang menggunakan media
pembelajaran dua dimensi dan tiga dimensi dan terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar sistem pengapian motor bensin antara kelompok
peserta didik yang memiliki bakat mekanik rendah, yang memiliki bakat
mekanik sedang dan yang memiliki bakat mekanik tinggi.
(4) Oguza (2010) dari Inönü University, 2: 3003-3007 yang berjudul The
factors influencing childrens’ drawings (Faktor-faktor yang memengaruhi
gambar anak), menjelaskan “Children begin to be interested in painting
beginning from the early childhood period. Children’s creativity needs to be
supported in terms of their interests and development.” Berdasarkan
81
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa “anak-anak mulai tertarik
melukis mulai dari masa anak usia dini. Kebutuhan kreativitas anak-anak
untuk didukung dalam hal minat dan pengembangan mereka.”
(5) Kartiwi (2011) dari Universitas Pendidikan Ganesha: 1-11, yang berjudul
“Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau dari Bakat Numerik dan
Kecemasan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Kuta”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran
berbasis masalah ditinjau dari bakat numerik dan kecemasan siswa terhadap
prestasi belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien anakova
(F) yang signifikan sebesar 12,806 dan prestasi belajar matematika siswa
yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah memiliki skor rata-
rata sebanyak 80,832 > prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti
model pembelajaran konvensional yang memiliki skor rata-rata sebanyak
74,682.
(6) Farokhi & Hashemi (2011) dari Islamic Azad University, 30: 2219-2224
yang berjudul The Analysis of Children’s Drawings: Social, Emotional,
Physical,and Psychological aspects (Analisis Gambar Anak: Sosial,
Emosional, Fisik,dan aspek psikologis) menjelaskan “Cognitive
development and drawing skills are important factors to consider when
analyzing children's pictures.The information children have about an
environmental issue will be crucial for its mental representation”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa “Pengembangan
82
kognitif dan keterampilan menggambar adalah faktor penting untuk
dipertimbangkan ketika menganalisis gambar anak-anak. Informasi yang
dimiliki anak-anak tentang masalah lingkungan akan sangat penting untuk
representasi mentalnya”.
(7) Siagian (2012) dari Universitas Indraprasta PGRI, 2(2): 122-131, ISSN:
2088-351X yang berjudul “Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa
terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
interaksi minat siswa dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan Fhitung = 5.5687
dan Ftabel = 3,35, maka Fhitung> Ftabel dengan taraf signifikan α = 0,05,
sehingga H0 ditolak. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang signifikan
antara minat siswa dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
(8) Suwardi (2012) dari Universitas Negeri Semarang, 1(2): 1-7, ISSN: 2252-
6544 yang berjudul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Siswa
Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran Akuntansi
Kelas XI IPS DI SMA Negeri 1 Bae Kudus”. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang memengaruhi hasil belajar
siswa adalah faktor psikologi siswa sebesar 27,54%, yang terdiri dari
kesulitan mengerjakan tugas, nilai pelajaran, bakat siswa, minat, kesiapan,
dan motivasi. Faktor lingkungan masyarakat sebesar 10,18%, yang terdiri
dari teman bergaul, mass media, dan keaktifan siswa dalam organisasi.
83
Faktor selanjutnya yaitu faktor lingkungan keluarga sebesar 8,70%), faktor
pendukung belajar sebesar 6,98%, faktor lingkungan keluarga sebesar
6,50%, dan yang terakhir faktor waktu sekolah sebesar 6,23%.
(9) Hadi & Farida (2012) dari Universitas Negeri Semarang, 7(1): 8-13, yang
berjudul “Pengaruh Minat, Kemandirian, dan Sumber Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP Negeri 5
Ungaran”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara minat, kemandirian, dan
sumber belajar siswa secara simultan terhadap prestasi belajar mata
pelajaran IPS pada siswa kelas VII SMPN 5 Ungaran sebesar 35,1%,
dengan nilai R2= 0,351, Fhitung 11,909 > Ftabel 3,209 atau dengan nilai
signifikan 0,000 < α 0,05.
(10) Maesaroh (2013) dari STAIN Purwokerto, 1(1): 10-168, yang berjudul
“Peranan Metode Pembelajaran terhadap Minat dan Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode yang bervariasi sesuai dengan
kompetensi dapat merangsang minat dan motiviasi peserta didik, dengan
motivasi yang kuat, maka prestasi belajar akan meningkat.
(11) Lestari (2013) dari Universitas Indraprasta PGRI, 3(2): 115-12, ISSN: 2088-
351X yang berjudul “Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar terhadap
Hasil Belajar Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi yang
84
signifikan antara waktu belajar dan minat belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa.
(12) Sembiring & Mukhtar (2013) dari Universitas Negeri Medan, 6(1): 214-229,
ISSN: 1979-6692, yang berjudul “Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi
pembelajaran dan minat belajar dapat memengaruhi hasil belajar
Matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan Fhitung = 48,609
dan Ftabel = 3,96, maka Fhitung> Ftabel dengan taraf signifikan α = 0,05,
sehingga H0 ditolak. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang signifikan
antara minat siswa dan kebiasaan belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
(13) Sungkowo & Haryono (2013) dari Universitas Negeri Semarang, 3(2): 106-
113, ISSN: 2088-6802 yang berjudul “Minat dan Bakat Olahraga Siswa SD
dan SMP di Kabupaten Demak Tahun 2014”. Hasil penelitian dan analisis
data penelitian ini, yaitu rata-rata siswa SD dan SMP yaitu sebesar 57,7%
siswa memiliki hobi yang tidak sesuai dengan potensi diri dalam olahraga,
sebesar 22,2% siswa memiliki hobi yang sesuai dengan potensi diri dalam
olahraga dan sebesar 20% siswa memiliki hobi yang kurang sesuai dengan
potensi diri dalam olahraga.
(14) Suputra, Suryani, & Suriyasa (2013) dari Universitas Pendidikan Ganesha,
1(2): 104-116 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Student
Achievement Divisions dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar
85
Anatomi Mahasiswa (Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas
Pendidikan Ganesha)”. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa yang memiliki minat
tinggi dengan mahasiswa yang memiliki minat rendah akan tetapi
pengaruhnya kurang signifikan.
(15) Sureni, Herlawati, & Supendar (2013) dari STMIK Nusa Mandiri Jakarta,
9(1): 65-77 yang berjudul “Sistem Pakar Minat dan Bakat Anak dengan
Multiple Intelligences Berbasis Web pada SDIT Mutiara Islam Depok”.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pakar memiliki banyak manfaat, yaitu dapat menambah informasi tentang
pengetahuan dan pemahaman dalam mengetahui bakat dan minat anak
berdasarkan Multiple Intelligences, memudahkan pengguna untuk
mendapatkan informasi mengenai jenis-jenis kecerdasan yang akan
membantu orangtua dalam mengasah bakat dan minat anak, dan mampu
memudahkan pengguna dalam mengembangkan bakat dan minat anak
secara dini.
(16) Taslim (2013) dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekan Baru dalam skripsi yang berjudul “Hubungan antara Minat dan
Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMP Negeri 1
Kampar Utara Kabupaten Kampar”. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
minat belajar siswa dengan kreativitas siswa pada mata pelajaran ekonomi.
86
Nilai r hitung dalam penelitian ini sebesar 0.585 dan nilai r tabel sebesar
0,220, sehingga r hitung > r tabel (0.585 > 0,220).
(17) Nurwiyati & Jatmiko (2013) dari Universitas Negeri Surabaya, 2(2): 45- 48,
yang berjudul “Pembelajaran IPA-Fisika Materi Cahaya dengan Gabungan
Model Pembelajarana Kooperatif dan Pengajaran Langsung untuk
Meningkatkan Hasil Belajar”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
kognitif produk pada siswa ketiga kelas. Hasil belajar ranah afektif dari
ketiga kelas berkategori sangat baik dan tidak terdapat perbedaan.
(18) Alharthi, Elgazzar, & Nouby (2014) dari Arabian Gulf University, Ain
Shams University, & Suez Canal University, 2, 38-46 yang berjudul
Designing Learning Objects for a Computer Science Course: Are There Any
Effects on Developing Practical Skills and Professional Interests among
Students of Computer Department, Faculty of Education, Universityof
Dammam? (Merancang Objek Pembelajaran untuk Kursus Ilmu Komputer:
Apakah Ada Efek pada Mengembangkan Keterampilan Praktis dan Minat
Profesional di antara Mahasiswa Departemen Komputer, Fakultas
Pendidikan, University of Dammam?), menjelaskan
the results of testing Hypothesis (2) as it has been presented earlier
through applying the One-Way ANCOVA showed a statistically not
significant difference between the two means of the two groups in the
application of the posttest of PIT while excluding the effect of pretest
scores of PIT as a covariate. This revealed that there were no
statistically significant differences between the mean scores of the
experimental group and the mean scores of the control group. This
means that designing learning objects according to the Wiley’s
model has no effect on the development of professional interests
87
(PI)towards their future professional work as teachers of computer
science.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui hasil pengujian Hipotesis
(2) seperti yang telah terjadi disajikan sebelumnya melalui penerapan One-
Way ANCOVA menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan secara
statistik dua cara dari dua kelompok dalam penerapan posttest PIT
sementara tidak termasuk efek skor pretest PIT sebagai kovariat. Ini
mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
antara skor rata-rata dari kelompok eksperimen dan skor rata-rata dari
kelompok kontrol. Ini berarti mendesain objek pembelajaran menurut model
Wiley tidak berpengaruh pada pengembangan minat profesional (PI)
menuju pekerjaan profesional masa depan mereka sebagai guru ilmu
komputer.
(19) Triyanto (2014) dari Universitas Negeri Semarang, 7(1): 33-42, yang
berjudul “Pendidikan Seni Berbasis Budaya”. Berdasarkan hasil penelitian
dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan
seni berbasis budaya dapat membentuk manusia seutuhnya secara
komprehensif, meskipun terwujud hanya dalam skala mikro. Tujuan
pendidikan seperti itu dapat tercapai jika bidang-bidang pendidikan
menerapkan pendekatan pendidikan berbasis budaya.
(20) Gani (2015) dari SMPN Salomekko, 3(3): 337-343, yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran dan Persepsi tentang Matematika terhadap
Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri Di Kecamatan
88
Salomekko Kabupaten Bone”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif dan presepsi positif terhadap minat dan hasil
belajar matematika siswa.
(21) Kurnia, Herkulana, & Khosmas (2015) dari Universitas Tanjungpura, 4(9):
1-15, yang berjudul “Pengaruh Fasilitas dan Minat Belajar terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran Pemasaran Siswa SMKNegeri 1 Pontianak”.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas belajar dan minat
belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa sebesar 71,2%. Hal
ini dibuktikan dengan nilai Fhitung > Ftabel, yaitu 117,124 > 3,179.
(22) Firmansyah (2015) dari Universitas Singaperbangsa Karawang, 3(1): 34-44,
ISSN: 2338-2996 yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat
Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian
dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang kurang signifikan antara interaksi kategori strategi pembelajaran
(inkuiri dan ekspositori) dengan minat belajar (rendah-tingi). Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pengujian yang terdapat pada tabel Test of
Between-Subject Effects diperoleh nilai p-value untuk interaksi metode dan
minat belajar (A*B) adalah 0,469 > 0,05.
(23) Khumaedi (2015) dari Universitas Negeri Semarang, 15(1): 23-29, ISSN:
1412-1247 yang berjudul “Evaluasi Hasil Belajar Kompetensi Menggambar
Roda Gigi Lurus Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri
89
Semarang”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar menggambar roda gigi lurus mahasiswa
pendidikan teknik mesin Universitas Negeri Semarang tergolong dalam
kategori baik.
(24) Pratiwi (2015) dari Universitas Negeri Semarang, 4(3): 1686-1705, ISSN
2252-6773 yang berjudul “Pemanduan Bakat dan Minat Cabang Olahraga
melalui Metode Sport Search pada Siswa SMP Negeri Se-Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Demak Tahun 2013/2014”. Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis data penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 45 siswa (41,29%) memiliki hasil tes bakat yang sesuai dengan
minat siswa terhadap cabang olahraga dan sebanyak 64 siswa (58,71%)
memiliki hasil tes bakat yang tidak sesuai dengan minat siswa terhadap
cabang olahraga
(25) Monicca, Subkhan, & Setiyani (2015) dari Universitas Negeri Semarang,
4(2): 414-426 ISSN 2252-6544 yang berjudul “Pengaruh Minat Belajar,
Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar
Akuntasi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi di SMK Palebon Semarang”.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi siswa X jurusan
Akuntansi di SMK Palebon Semarang tahun ajaran 2014/2015, yaitu
sebanayak 9,55%.
(26) Putri & Isnani (2015) dari Universitas Negeri Malang yang berjudul
“Pengaruh Minat Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran
90
Pengantar Administrasi Perkantoran”. Berdasarkan penelitian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat
merupakan variabel yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil belajar.
(27) Riwahyudin (2015) dari Universitas Palangkaraya, 6(1): 11-21 dengan judul
“Sikap Siswa dan Minat Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V Sekolah Dasar di Kabupaten Lamandau”. Berdasarkan penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara
sikap siswa dengan minat belajar IPA siswa SD di Kecamatan Menthobi
Raya Kabupaten Lamandau. Artinya minat belajar akan meningkat apabila
sikap siswa baik.
(28) Asmara & Haryanto (2015) dari Universitas Negeri Yogyakarta, 5(3): 273-
286 yang berjudul “Pengembangan Tes Minat dan Bakat dengan Metode
Jaringan Saraf Tiruan (JST) untuk Memprediksi Potensi Siswa Bidang
Robotika”. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
produk yang dibangun dapat memprediksi potensi siswa dalam bidang
robotika, yaitu dengan membedakan 31 pola hasil tes siswa yang berbeda
dengan menggunakan bobot yang didapat dari 10 pola pembelajaran.
(29) Olyvia, Gimin, & Hendripides (2015) dari Universitas Riau yang berjudul
“Pengaruh Fasilitas Belajar, Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Mata
Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 12 Pekanbaru”.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa fasililtas belajar dirumah dan minat belajar dirumah
91
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 12 Pekanbaru. Hal ini
ditunjukan berdasarkan hasil uji f yang dilakukan tentang fasilitas belajar
dirumah (X1) lebih besar dari minat belajar dirumah (X2) (12.809 > 3.1787).
(30) Rahman & Tri (2015) dari Universitas Kanjuruhan Malang yang berjudul
“Sistem Pakar Pengarahan Bakat Minat di TK Al-Hikmah dengan
Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Desktop”. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa forward caining berbasis
dekstop dapat membantu orangtua dan guru dalam mengosultasikan
karakter yang dimiliki anak sehingga dapat mengatahui bakat minat anak
yang masih terpendam agar anak memilih profesi yang tepat.
(31) Sandra, Areva, & Hia (2015) dari STKIP-PGRI Sumatera Barat yang
berjudul “Pengaruh Kreativitas Belajar, Minat Belajar Siswa dan Perhatian
Orangtua terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA N 2 Sipora
Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai”. Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kreativitas
belajar, minat belajar dan perhatian orangtua berpengaruh positif dan
signifikan terhadap hasil belajar. Hal ini ditnjukkan dengan hasil uji F
hitung sebanyak 94,038 lebih besar dari F tabel sebanyak 2,68 dengan taraf
signifikan 0,000 < = 0,05.
(32) Tanamir (2016) dari STKIP PGRI Sumatera Barat, 1(2): 41-51, yang
berjudul “Hubungan Minat terhadap Bentuk Tes dan Gaya Belajar Siswa
dengan Hasil Belajar Geografi di SMA Negeri Kabupaten Tanah Datar”.
92
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat terhadap
bentuk tes dan gaya belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar
Geografi dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,394.
(33) Kurnia (2016) dari Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjudul
“Pengaruh Minat dan Bakat Menggambar terhadap Hasil Gambaran Siswa
Kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Tahun Ajaran 2015/2016”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel minat menggambar dan bakat
menggambar berhubungan positif dan signifikan terhadap hasil gambaran.
Hal ini dapat dilihat dari analisis regresi ganda sebagai berikut Y = 4,491 +
0,473X1 + 0,487 X2 berdasarkan hasil dari analisis tersebut dapat diketahui
bahwa koefisien regresi dari masing-masing variabel independen bernilai
positif, artinya variabel minat menggambar dan bakat menggambar secara
bersama-sama berkorelasi atau berhubungan positif terhadap hasil gambaran
siswa.
(34) Wilda, Salwah, & Ekawati (2017) dari Universitas Cokroaminoto Palopo
dalam Pedagogy, 2(1): 134-144, ISSN 2502-3802 dengan judul “Pengaruh
Kreativitas dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa kreativitas dan minat belajar secara bersama-sama berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan
Fhitung sebesar 0,453 dengan probabilitas 0,000. Dimana 0,000 < 0,05
sihingga H0 ditolak.
93
(35) Fathurrahman (2017) dari Universitas Negeri Semarang, 2(1): 1-11 yang
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurang Berminatnya
Mahasiswa PGSD UPP Tegal pada Pendidikan Seni Rupa dalam
Penyelesaian Tugas Akhir Skripsi”. Penelitian ini dilakukan dengan
responden mahasiswa PKG UPP PGSD Tegal FIP UNNES angkatan
2007/2008 sebanyak 58 orang. Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis
data, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi kurang
berminatnya mahasiswa PGSD UPP Tegal pada pendidikan seni rupa dalam
penyelesaian tugas akhir skripsi adalah kurang ketersediaannya buku
sumber atau acuan materi seni rupa di perpustakaan yang dijadikan sebagai
referensi penelitian, mahasiswa merasa kurang memiliki bakat dan
kemampuan pada bidang seni rupa, tidak adanya contoh-contoh skripsi yang
berhubungan dengan masalah-masalah seni rupa dari angkatan sebelumnya,
dan lain sebagainya.
(36) Herlina dan Suwatno (2018) dari Universitas Pendidikan Indonesia, (1):
111-119 yang berjudul “Kecerdasan Intelektual dan Minat Belajar sebagai
Determinan Prestasi Belajar Siswa”. Berdasarkan pembahasan dan hasil
analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual dan
minat belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar
siswa. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang
lebih baik, perlu adanya peningkatan kecerdasan intelektual dan minat
belajar secara bersama-sama dan berkelanjutan.
94
(37) Triyanto (2018) dari Universitas Negeri Semarang, 7(1): 65-76, yang
berjudul “Pendekatan Kebudayaan dalam Penelitian Pendidikan Seni”.
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan seni merupakan sarana budaya yang sangat strategis
untuk membentuk kebudayaan suatu bangsa. Oleh karena itu, posisi
pendidikan seni tidak bisa dipandang sebelah mata karena menjadi salah
satu persoalan kebudayaan yang penting dalam konteks membangun sebuah
peradaban.
Penelitian yang telah dijabarkan merupakan penelitian yang relevan
dengan penelitian ini, yang memiliki kesamaan pada variabel yang akan diteliti
yaitu meneliti tentang bakat, minat dan hasil belajar menggambar. Penelitian-
penelitian yang telah dijabarkan tersebut, memiliki perbedaan pada tempat
penelitian, subjek penelitian, dan pada sebagian penelitian terdapat perbedaan
variabel bebas dan terikatnya dengan penelitian ini.
2.3 Kerangka Berpikir
Hasil belajar menggambar adalah perubahan tingkah laku berupa
kemampuan menggambar siswa yang diperoleh setelah mendapatkan pengalaman
dalam belajar. Hasil belajar menggambar dapat dinilai dari kreativitas, kerapihan,
dan ketepatan waktu dalam menggambar. Hasil belajar menggambar dipengaruhi
oleh bakat dan minat yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki bakat dan minat
terhadap menggambar akan mendapatkan hasil belajar menggambar yang baik.
95
Bakat merupakan potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir tetapi harus
dikembangkan dan dilatih sehingga mencapai kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus. Bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang jika tidak
disertai latihan. Oleh karena itu, anak yang memiliki bakat menggambar akan
menghasilkan gambar yang bagus jika anak tersebut berlatih menggambar secara
kontinu. Anak yang melakukakan latihan menggambar secara terus-menerus akan
timbul rasa suka pada kegiatan tersebut. Rasa suka tersebut yang dikenal dengan
sebutan minat.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar menggambar anak
yaitu minat. Minat adalah rasa suka atau ketertarikan seseorang terhadap sesuatu
yang muncul karena adanya kebiasaan atau pengalaman. Anak yang memiliki
minat dalam menggambar akan merasa senang dalam kegiatan menggambar tanpa
merasa bosan meskipun dilakukan secara rutin. Anak tersebut akan selalu
berusaha agar bisa menggambar dengan baik.
Keterkaitan antara bakat dan minat terhadap hasil belajar menggambar
digambarkan dalam kerangka berpikir yang tergambar dalam skema berikut ini:
Gambar 2.6 Bagan Kerangka Berpikir
Hasil Belajar Menggambar
Bakat
Minat
96
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah yang harus
diuji kebenarannya (Riduwan 2013:163). Sejalan dengan pendapat Sukardi
(2016:41) bahwa hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan
bersifat teoritis. Sugiyono (2016:99) menjelaskan bahwa dikatakan sebagai
dugaan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasar pada teori yang
relevan, belum berupa fakta-fakta empiris yang diperoleh dengan pengumpulan
data. Berdasarkan rumusan masalah, uraian kajian teori, dan kerangka berpikir,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H01 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara bakat
terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. (ρ=0)
Ha1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara bakat terhadap
hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. (ρ≠0)
H02 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara minat
terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota tegal. (ρ=0)
Ha2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara minat
terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. (ρ≠0)
H03 : Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara bakat dan minat
terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
97
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. (ρ=0)
Ha3 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara bakat dan minat
terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. (ρ≠0)
208
BAB 5
PENUTUP
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Bakat dan Minat terhadap Hasil Belajar
Menggambar Siswa Kelas V Sekolah Dasar se-Dabin V Kecamatan Tegal Timur
Kota Tegal” telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, dapat dibuat simpulan dan saran dari penelitian ini. Simpulan
merupakan ringkasan hasil penelitian yang telah dianalisis dan jawaban dari
rumusan masalah penelitian. Saran merupakan bagian penutup yang berupa
masukan bagi pembaca. Uraiannya sebagai berikut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesis serta hasil pembahasan yang
telah dikemukakan peneliti, dapat disimpulkan sebagai berikut.
(1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara bakat siswa terhadap
hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V Kecamatan
Tegal Timur Kota Tegal. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian analisis
korelasi sederhana dan regresi sederhana menunjukkan bahwa nilai
signifikansi 0,001 yang berarti kurang dari 0,05 (0,001<0,05) dan thitung>
ttabel (3,390> 1,98), sehingga H0 ditolak, artinya terdapat korelasi positif dan
signifikan antara bakat dengan hasil belajar menggambar siswa. Nilai
korelasi sederhana sebesar 0,300 bernilai positif berada di antara 0,20 –
0,399, sehingga terjadi hubungan yang rendah antara bakat dengan hasil
209
belajar menggambar. Selain itu diperoleh angka R2 (R Square) sebesar
0,090, artinya kontribusi pengaruh variabel bakat siswa terhadap hasil
belajar menggambar sebesar 9%, sedangkan sisanya sebesar 91%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian.
(2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara minat siswa terhadap
hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V Kecamatan
Tegal Timur Kota Tegal. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian analisis
korelasi sederhana dan regresi sederhana menunjukkan bahwa nilai
signifikansi 0,002 yang berarti kurang dari 0,05 (0,002<0,05) dan thitung>
ttabel (3,235> 1,98), sehingga H0 ditolak, artinya terdapat korelasi positif dan
signifikan antara minat dengan hasil belajar menggambar siswa. Nilai
korelasi sederhana sebesar 0,288 bernilai positif berada di antara 0,20 –
0,399, sehingga terjadi hubungan yang rendah antara minat dengan hasil
belajar menggambar. Selain itu diperoleh angka R2 (R Square) sebesar
0,083, artinya kontribusi pengaruh variabel minat siswa terhadap hasil
belajar menggambar sebesar 8,3%, sedangkan sisanya sebesar 91,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian.
(3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara bakat dan minat siswa
terhadap hasil belajar menggambar pada siswa kelas V SD se-Dabin V
Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengujian analisis korelasi brganda menunjukkan bahwa rhitung>rtabel (0,334 >
0,181), sehingga H0 ditolak, artinya terdapat korelasi positif dan signifikan
210
antara bakat dan minat dengan hasil belajar menggambar siswa. Nilai
korelasi sederhana sebesar 0,334 bernilai positif berada di antara 0,20 –
0,399, sehingga terjadi hubungan yang rendah antara bakat dan minat
dengan hasil belajar menggambar. Selain itu diperoleh angka R2 (R Square)
sebesar 0,111, artinya kontribusi pengaruh variabel minat siswa terhadap
hasil belajar menggambar sebesar 11,1%, sedangkan sisanya sebesar 88,9%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian. Hasil uji
F, diperoleh nilai Fhitung> Ftabel (7,214> 3,074). Berdasarkan beberapa hasil
uji tersebut,maka H0 ditolak. Artinya bakat dan miinat secara bersama-sama
berpengaruh terhadap hasil belajar menggambar siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan
saran sebagai berikut.
5.2.1 Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat berlatih menggambar dengan giat secara terus
menerus, sehingga dapat mengembangkan bakat dan meningkatkan minat yang
dimiliki siswa.
5.2.2 Bagi Guru
Guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan siswa. Guru juga dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat siswa dalam menggambar yaitu pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan, khususnya pada pembelajaran menggambar.
211
5.2.3 Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antarguru secara
berkesinambungan dalam memerhatikan siswanya, sehingga dapat menciptakan
suasana sekolah yang memprioritaskan pengembangan bakat dan minat siswa
khususnya dalam kegiatan menggambar.
5.2.4 Bagi Orangtua
Orangtua dan masyarakat memiliki peran dalam memberi dukungan dan
motivasi dalam mengemnbangkan bakat yang dimiliki anaknya, sehingga bakat
yang dimiliki anak dapat berkembang dan mencapai kecakapan khusus yang
ditunjukkan dengan prestasi siswa.
5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian dalam bidang pendidikan khususnya
tentang bakat dan minat siswa dalam menggambar di sekolah dasar. Diharapkan
peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan penelitian ini dan memberikan
manfaat bagi dunia pendidikan.
212
DAFTAR PUSTAKA
Alharthi, G. W., Abdellatif, E., Elgazzar, & Nouby, A. M. (2014). Designing
Learning Objects for a Computer Science Course: Are There Any Effects on
Developing Practical Skills and Professional Interests among Students of
Computer Department, Faculty of Education, Universityof Dammam?.
Open Journal of social Sciences, 2:38-46. Available at
https://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=41808. (accessed 10 Desember 2018).
Aminuddin. 2009. Apresiasi dan Ekspresi Seni Rupa. Bandung: Puri Pustaka.
Anggoro, T. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah, S. 2010. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anwar, K., Sudjimat, D., A, & Suhartadi, S. (2009). 32(2), Pengaruh Media
Pembelajaran Dua Dimensi, Tiga Dimensi, dan Bakat Mekanik Terhadap
Hasil Belajar Sistem Pengapian Motor Bensin di SMK Kota Mojokerto.
Jurnal Teknologi dan Kejuruan, 32(2), 141-150. Available at http://journal.
um.ac.id/index.php/teknologi-kejuruan/article/view/3096/456. (accessed 21
Februari 2019.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asmani, J. M. 2012. Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah. Yogyakata:
Diva Press
Asmara, A. & Haryanto. (2015). Pengembangan Tes Minat dan Bakat dengan
Metode Jaringan Saraf Tiruan (JST) untuk Memprediksi Potensi Siswa
Bidang Robotika. Jurnal Pendidikan Vokasi, 5(3):273-286. Available at
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/view/6483. (accessed 12
Desember 2018).
Bastomi, S. 1992. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press.
Besral. (2010). Pengolahan dan Analisa Data-1 Menggunakan SPSS. Available at
https://www.academia.edu/7877622/PENGOLAHAN_dan_ANALISA_D
ATA1_Menggunakan_SPSS_Oleh_BESRAL_Departemen_Biostatistika_-
Fakultas_Kesehatan_Masyarakat_Universitas_Indonesia?auto=download.
(accessed 26 Januari 2019).
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar siswa. Yogyakarta: Deepublish.
Djamarah, S. B. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
213
E, Muharram & Sundariyati, W. 1993. Pendidikan Kesenian II (Seni Rupa).
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Fadillah, A. (2016). Analisis Minat Belajar dan Bakat terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1(2):
113-122. Available at https://journal.unwir.ac.id/index.php/mathline/article/
download/304/212/. (accessed 9 Desember 2018).
Farokhi, M. & Hashemi, M. (2011). The Analysis of Children’s Drawings: Social,
Emotional, Physical,and Psychological Aspects. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 30:2219-2224. Available at https://www.Science
direct.com/science/article/pii/S1877042811022580. (accessed 10 Desember
2018).
Fathoni, A. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jskarta:
Rineka Cipta.
Fathurrahman, M. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurang
Berminatnya Mahasiswa PGSD UPP Tegal pada Pendidikan Seni Rupa
Dalam Penyelesaian Tugas Akhir Skripsi, Jurnal Edukasi, 2(1):1-11.
Available athttps://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/view/
967. (accessed 27 Maret 2019).
Fathurrohman, P. & Sutikno, M. 2014. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Firnando, Kardo, R., & Putri, B. N. D. 2016. Pengaruh Bakat Khusus terhadap
Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas VII SMP Negeri 1 Sutera Kecamatan
Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Available at http://jim.stkip-pgri-
sumbar.ac.id/prodi/01?page=32. (accessed 9 Desember 2018).
Firmansyah, D. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan UNSIKA, 3(1):34-44,
ISSN: 2338-2996. Available at https://journal.unsika.ac.id/index.php/
judika/article/view/199. (accessed 20 februari 2019).
Gani, A. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran dan Persepsi tentang Matematika
terhadap Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri Di
Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone. Jurnal Daya Matematis, 3(3) :
337-343. Available at http://ojs.unm.ac.id/JDM/article/view/1700/pdf_13.
(accessed 20 Februari 2019).
Hadi, S. 2017. Statistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
214
Hadi, S. & Farida, F. S. (2012). Pengaruh Minat, Kemandirian, dan Sumber
Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII
SMP Negeri 5 Ungaran. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan.
7(1) : 8-13, Available at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/
view/4913. (accesed 27 Maret 2019).
Hamalik, O. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati. 2017. Identifikasi Gaya Belajar Berdasarkan Gender dan Hubungan
Dengan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII se-Kecamatan Tanjung Karang
Barat Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Herawati, I. S. & Iriaji. 1999. Pendidikan Seni Rupa. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
Herlina, L & Suwatno. (2018). Kecerdasan Intelektual dan Minat Belajar sebagai
Determinan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran, 2(1) :111-119. Available at http://ejournal.upi.edu/index.php/
jpmanper/article/view/11771. (accessed 10 Desember 2018).
Hurlock, E.B. 2013. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kamaril, C., dkk. 2005. Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Kartiwi, D., P. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau dari
Bakat Numerik dan Kecemasan Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kuta. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran Ganesha. Available at https://www.neliti.com/publications/
96904/pengaruh-pembelajaran-berbasis-masalah-ditinjau-dari-bakat-nume
rik-dan-kecemasan. (accessed 20 Februari 2019).
Khumaedi, M. (2015). Evaluasi Hasil Belajar Kompetensi Menggambar Roda
Gigi Lurus Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri
Semarang. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 15(1):23-29, ISSN: 1412-1247.
Available at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPTM/article/
view/5322/4253. (accessed 27 Maret 2019).
Kurnia, A. (2016). Pengaruh Minat dan Bakat Menggambar terhadap Hasil
Gambaran Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 24 Gajahan Tahun Ajaran
2015/2016. Available at http://eprints.ums.ac.id/44430/26/NASKAH%20
PUBLIKASI.pdf. (accessed 9 Desember 2018).
Kurnia, U., Herkulana, & Khosmas, F., Y. (2015). Pengaruh Fasilitas dan Minat
Belajar terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pemasaran Siswa
SMKNegeri 1 Pontianak.. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(9) :1-15.
215
Available at http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/11420.
(accessed 20 Februari 2019).
Lestari, I. (2013). Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar terhadap Hasil
Belajar Matematika. Jurnal Formatif. 3(2): 115-12, ISSN: 2088-351X.
Available at https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/ Formatif/article/
view/118/115. (accessed 20 Februari 2019).
Maesaroh, S. (2013). Peranan Metode Pembelajaran terhadap Minat dan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam. Jurnal Kependiidkan, 1(1), 10-168.
Available at http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/jurnal kependi
dikan/article/view/536. (accesed 20 Februari 2019).
Marsh, H. W., Chessor, D., Craven, R., & Roche, L. (1995). The Effects of Gifted
and Talented Programs on Academic Self-Concept: The Big Fish Strikes
Again. American Educational Research Journal, 32(2):285-319. Available
at https://www.jstor.org/stable/1163433?seq=1#page_scan_tab_contents.
(accessed 20 Desember 2018).
Mikarsa, H. L., Taufiq, A., & Prianto, P. L. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mikarsa, H. L., Taufiq, A., & Prianto, P. L. 2011. Pendidikan Anak di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Monicca, I., Subkhan, & Setiyani, R. (2015). Pengaruh Minat Belajar, Motivasi
Belajar, dan Prestasi Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Akuntasi
Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi di SMK Palebon Semarang. Economic
Education Analysis Journal, 4(2):414-426. Available at https://journal.
unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/issue/view/663. (accessed 15 Desember
2018).
Munib, A. 2015. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Nurfatoni, S., Tocharman, M., & Sobandi, B. (2013). Kajian Gambar Ekspresi
Karya Siswa Tingkat Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Analitik terhadap
Karakteristik Gambar Karya Siswa Kelas 3 SDN 01 Gandrungmangu
Kabupaten Cilacap). Jurnal Edukasi, 1(3): 1-15. Available at
https://media.neliti.com/media/publications/242471-kajian-gambar-ekspresi-
karya-siswa-tingk-c7b70ce6.pdf. (accessed 12 Juni 2019).
Nurwiyati, F., E., S., & Jatmiko, B. (2013). Pembelajaran IPA-Fisika Materi
Cahaya dengan Gabungan Model Pembelajarana Kooperatif dan Pengajaran
Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika, 2(2) :45- 48. Available at http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.
php/inovasi-pendidikan-fisika/article/view/3004/1751. (accessed 21 Februa
ri 2019).
216
Oguza, V. (2010). The Factors Influencing Childrens’ Drawings. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 2(2), 3003-3007. Available at https://www.
sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042810004957. (accessed 11
Desember 2018).
Olyvia, Gimin, & Hendripides. (2015). Pengaruh Fasilitas Belajar, Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS di SMA
Negeri 12 Pekanbaru. Available at https://jom.unri.ac.id/index.php/
JOMFKIP/article/view/5805. (accessed 12 Desember 2018).
Oreck, Barry A., Steven V. Owen, and Susan M. Baum. (2003). Validity,
Reliability, and Equity Issues in an Observational Talent Assessment
Process in the Performing Arts, 27(1), 62- 94. Avaliable at https://scholar.google.co.id
(accessed 20 Februari 2019).
Pamadhi, H. 2014. Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pekerti, W. 2008. Metode Pengembangan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang tentang
Badan Standar Nasional. Available at https://kemenag.go.id/file/dokumen/
PP1905.pdf&ed=2ahUKEwiqMKds8LgAhUfn0KHdyPAXcQFjABegQIBx
AB&usg=AOuVaq2_NRc0tz4PuPepyg0MRf7L. (accessed 8 Desember
2018).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Available at https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/ permen
diknas-no-22- tahun -2006.pdf (accessed 5 Desember 2018).
Pratiwi, P. (2015). Pemanduan Bakat dan Minat Cabang Olahraga melalui Metode
Sport Search pada Siswa SMP Negeri se Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak Tahun 2013/2014. Journal of Physical Education, Sport,
Health and Recreation, 4(3) :1686-1705. Available at https://journal. unnes.
ac.id/sju/index.php/peshr/article/view/5714. (accessed 8 Desember 2018).
Prawira, N., G. 2017. Seni Rupa dan Kriya. Bandung: Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.
Priyatno, D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Media Kom.
Poerwanti, E. dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD 3 SKS. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto, N. 2014. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
217
Putri, D. T. N & Isnani, G. (2015). Pengaruh Minat Dan Motivasi Terhadap Hasil
Belajar Pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran. Jurnal
Pendidikan Bisnis dan Manajemen, 1(2):118-124. Available at http://
journal2.um.ac.id/index.php/jpbm/article/view/1673. (accessed 9 Desember
2018).
Rahman, S. & Tri, M., P. (2015). Sistem Pakar Pengarahan Bakat Minat di TK
Al-Hikmah dengan Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis
Desktop. Available at http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JFTI/article/
view/1500. (accessed 11 Desember 2018).
Riduwan. 2013. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. 2015. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rifa’i, A. & Anni, C. T. 2015. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Riwahyudin, A. (2015). Sikap Siswa dan Minat Belajar Siswa terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kabupaten Lamandau. Jurnal
Pendidikan Dasar, 6(1) :11-21. Available at http://pps.unj.ac.id/journal/jpd/
article/view/311. (accessed 10 Desember 2018).
Rusmiati. (2017). Pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi
Ekonomi Siswa MA Al Fattah Sumbermulyo. Jurnal Ilmiah Pendidikan
dan Ekonomi, 1(1) :21-36. Available at https://journal.stkipnurulhuda.ac.id/
index.php/utility/article/view/60. (accessed 15 Desember 2018).
Sandra, P., Areva, D., & Hia, Y., D. (2015). Pengaruh Kreativitas Belajar, Minat
Belajar Siswa dan Perhatian Orangtua terhadap Hasil Belajar Ekonomi
Siswa Kelas X SMA N 2 Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Available at http://jim.stkip-pgri-sumbar.ac.id/jurnal/download/1560.
(accessed 13 Desember 2018).
Sembiring, R., B., & Mukhtar. (2013). Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6(1),
:214-229, ISSN: 1979-6692. Available at https://jurnal.unimed.ac.id/2012/
index.php/jtp/article/view/4996/4405. (accessed 20 Februari 2019).
Setijowati, U. 2015. Pengembangan Kurikulum SD Aplikasi KTSP dan Kurikulum
2013 dalam Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: K-Media.
Setijowati, U. 2016. Strategi Pembelajaran SD (Implementasi KTSP dan
Kurikulum 2013. Yogyakarta: K-Media.
Siagian. R., E., F. (2012). Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap
Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif, 2(2): 122-131, ISSN: 2088-
218
351X. Available at https://journal.lppmunindra.ac.id/ index.php/Formatif/
article/ view/93/90. (accessed 21 Februari 2019).
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sobur, A. 2016. Psikologi Umum. Jawa Barat: Pustaka Setia.
Soefandi, I. & Pramudya, A. 2009. Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan
Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Sudaryono, Margono, G., & Rahayu, W. 2013. Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana, N. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta.
Suhermawan, R. 2010. Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VII, VIII, dan IX. Jakarta
: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Sukardi. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumanto. 2006. Pengembangan Kreatifitas Seni Rupa Anak SD. Jakarta: Dirjen
Dikti
Sungkowo & Haryono, S. (2014). Minat dan Bakat Olahraga Siswa SD dan SMP
di Kabupaten Demak Tahun 2014. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia, 3(2) :106-113. Available at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.
php/miki/article/download/4381/3756. (accessed 9 Desember 2018).
Suputra, P. A., Suriyani, N., & Suriyasa, P. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions dan Minat Belajar
terhadap Prestasi Belajar Anatomi Mahasiswa (Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha). Jurnal Magister Kedokteran
Keluarga, 1(2) :104-116. Available at http://jurnal.pasca.uns.ac.id. (accessed
9 Desember 2018).
Sureni, S., Herlawati, & Supendar, H. (2013). Sistem Pakar Minat dan Bakat
Anak dengan Multiple Intelligences Berbasis Web pada SDIT Mutiara Islam
Depok. Techno Nusa Mandiri, 9(1):65-77. Available at http://ejournal.
nusamandiri.ac.id/ejurnal/index.php/techno/article/view/319. (accessed 11
Desember 2018).
Suryabrata, S. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
219
Susanto, A. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Susanto, M. 2012. Diksi Rupa, Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa.
Yogyakarta: Dicti Art Lab.
Suwardi, D., R. (2012). Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Siswa
Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian Mata Pelajaran Akuntansi Kelas
XI IPS DI SMA Negeri 1 Bae Kudus. Economic Education Analysis
Journal, 1(2) :1-7, ISSN: 2252-6544. Available at https://journal.unnes.ac.
id/sju/index.php/eeaj/article/view/667. (accessed 20 Februari 2019).
Syah, M. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Tanamir, D., T. (2016). Hubungan Minat terhadap Bentuk Tes dan Gaya Belajar
Siswa dengan Hasil Belajar Geografi di SMA Negeri Kabupaten Tanah
Datar. Journal of Teaching and Learning. 1(2), 41-51. Available at
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/curricula/article/view/987. (access
ed 21 Februari 2019).
Taslim, J. 2013. “Hubungan antara Minat dan Kreativitas Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Ekonomi di SMP Negeri 1 Kampar Utara Kabupaten
Kampar”. Skripsi. Pekan Baru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau Pekanbaru.
Thoifah, I. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.
Malang: Madani.
Triyanto. 2014. Pendidikan Seni Berbasis Budaya. Jurnal Seni Imajinasi. 7(1),
33-42. Available at https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi/
article/ view/8879. (accessed 27 Maret 2019).
Triyanto 2018. Pendekatan Kebudayaan dalam Penelitian Pendidikan Seni.
Jurnal Imajinasi Seni. 7(1), 65-76. Available at https://journal.unnes.ac.id/
nju/index.php/imajinasi/article/view/14358/pdf. (accessed 27 Maret 2019).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Available at http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/
08/UU_no_20_th_2003.pdf (accessed 5 Desember 2018).
Wilda, Salwah, & Ekawati, S. (2017). Pengaruh Kreativitas dan Minat Belajar
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. 2(1), 134-144. Available at https:
//journal.uncp.ac.id/index.php/Pedagogy/article/view/667/574 (accessed 8
Desember 2018).
Wintara, I., M., S. (2017). Pentingnya Peran Guru dalam Pengembangan Minat,
Bakat, dan Kreativitas Siswa melalui Ekstrakurikuler Available at
https://www.researchgate.net/publication/315110215_PENTINGNYA_PER
AN_GURU_DALAM_PENGEMBANGAN_MINAT_BAKAT_DAN_KRE
220
ATIVITAS_SISWA_MELALUI_EKSTRAKURIKULER. (accessed 9
Desember 2018).
Yulianto, D., Body, R., & Apdeni, R. (2016). Hubungan Minat Belajar dengan
Hasil Belajar Gambar Teknik Siswa Kelas X Jurusan Teknik Gambar
Bangunan SMK Negeri 1 Sumatera Barat. Available at http://ejournal.unp.
ac.id/index.php/cived/article/viewFile/7910/6045. (accessed 9 Desember
2018).