Upload
danganh
View
252
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
TESIS
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA
AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)
NI MADE DWI UMIDYATHI KARANG
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
PADA AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)
NI MADE DWI UMIDYATHI KARANG
NIM: 1291661009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PADA
AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI MADE DWI UMIDYATHI KARANG
NIM: 1291661009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 30 MARET 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.I Ketut Yadnyana,SE,MSi.,Ak. Prof.Dr.I Wayan Ramantha,SE,MM, Ak.,CPA
NIP. 19570911 198610 1 001 NIP. 19590510 199003 1 001
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof.Dr.dr,A.A Raka Sudewi,Sp.S(K)
NIP. 19590215 198510 2 001
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak
NIP. 19641224 199103 1 002
iv
Tesis Ini Telah Diuji Pada
Tanggal 30 Maret 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No.: 0923/UN14.4/HK/2015, Tanggal 30 Maret 2015
Ketua : Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, MSi., Ak
Anggota :
1. Prof. Dr. Wayan Ramantha, SE, MM, Ak. CPA
2. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi.
3. Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi., Ak
4. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi., Ak
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : Ni Made Dwi Umidyathi Karang
NIM : 1291661009
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Pengaruh Faktor Intesrnal dan Eksternal pada Audit Delay (Studi
Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini bebas dari plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17
Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 30 Maret 2015
Ni Made Dwi Umidyathi Karang
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
akhirnya tesis yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal pada Audit
Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)”, dapat terselesaikan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut
Suastika, Sp. PD-KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka
Sudewi Sp.S(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister
pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditunjukkan
kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak., sebagai Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan moral,
pikiran dan tenaga selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan
selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof.Dr.I Ketut
Yadnyana,SE,Msi.,Ak, selaku pembimbing I dan Prof.Dr.I Wayan Ramantha,SE,MM,
Ak.,CPA, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan dorongan
untuk penyelesaian tesis ini. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan rasa terimakasih kepada para tim Penguji tesis lainnya yaitu, Dr. Made
Gede Wirakusuma SE., Msi, Dr. Ni Made Dwi Ratnadi ,SE., M.Si., Ak., dan Dr. I Made
Sadha Suardika, SE., M.Si., Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan
serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.
vii
Ucapan terimakasih yang penulis juga sampaikan kepada seluruh pengelola,
dosen dan pegawai pada Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Universitas Udayana, yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan selama
proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan mahasiswa Magister
Akuntansi Universitas Udayana Angkatan X, yang tidak berhenti-hentinya saling
memberikan motivasi dan memacu semangat serta doa selama menempuh proses
pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Keluarga serta kekasih yang
selalu memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga
penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Maret 2015
Penulis
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh ukuran perusahaan pada
audit delay, 2) pengaruh profitabilitas perusahaan pada audit delay, 3) pengaruh
solvabilitas pada audit delay, 4) pengaruh kualitas auditor pada audit delay dan 5)
pengaruh opini auditor pada audit delay pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dengan menggunakan
rumus slovin, sehingga sampel penelitian sebanyak 115 perusahaan. Teknik analis data
yang dipergunakan adalah analisis regresi berganda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal perusahaan meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas,
sedangkan faktor eksternal perusahaan meliputi kualitas auditor dan opini auditor.
Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ukuran perusahaan berpengaruh positif
pada audit delay, 2) profitabilitas berpengaruh negatif pada audit delay, 3) solvabilitas
berpengaruh positif pada audit delay, 4) kualitas auditor berpengaruh negatif pada audit
delay dan 5) opini auditor berpengaruh negatif pada audit delay.
Kata Kunci: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Kualitas Auditor,
Opini Auditor, Audit Delay.
ix
ABSTRACT
This research aims to reveal (1) the effect of company size on audit delay, (2) the
effect of company’s profitability on audit delay, (3) the effect of solvability on audit
delay, (4) the effect of auditor quality on audit delay and (5) the effect of auditor
opinion on audit delay of companies listed on Indonesian Stock Exchange.
The data population used in this research are all the companies that are listed in
BEI. The sample were takens randomly using Slovin equation, as a result, there were
115 companies choosen from the population. The data were analise using double
regresion analysis.
The factors that can affect audit delay are divided into two categories. The first
one is internal factor which include company size, profitability, and solvability. The
other is external factor which include auditor quality and auditor opinion. The research
result indicated that (1) company size has positive and significant effect on audit delay,
(2) profitability has negative effect on audit delay, (3) solvability has positive and
significant effect on audit delay, (4) ) auditor quality has negative effect on audit delay
and (5) ) auditor opinion has negative effect on audit delay.
Keyword: Company Size, Profitability, Solvability, Auditor Quality, Auditor Opinion,
Audit Delay.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................ i
PRASYARAT GELAR ......................................................................... ii
LEMBAR PEGESAHAN ..................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................. 9
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 10
2.1 Landasan Teori .......................................................................... 10
2.1.1 Teori Keagenan ................................................................ 10
2.1.2 Stakeholder Theory .......................................................... 11
2.1.3 Teori Pengambilan Keputusan ......................................... 12
2.1.4 Standar Auditing .............................................................. 14
2.1.5 Laporan Keuangan ........................................................... 16
2.1.6 Audit Delay ..................................................................... 18
2.1.7 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay . 19
xi
2.1.7.1 Ukuran Perusahaan ............................................ 20
2.1.7.2 Profitabilitas ....................................................... 20
2.1.7.3 Solvabilitas ......................................................... 22
2.1.7.4 Kualitas Auditor ................................................. 23
2.1.7.5 Opini Auditor ..................................................... 24
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya ......................................... 27
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ............................................................................ 34
3.1 Kerangka Berfikir ...................................................................... 34
3.2 Konsep Penelitian ....................................................................... 35
3.3 Pengembangan Hipotesis ............................................................ 36
3.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay .............. 36
3.3.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan pada Audit Delay ..... 37
3.3.3 Pengaruh Solvabilitas pada Audit Delay ........................... 37
3.3.4 Pengaruh Kualitas Auditor pada Audit Delay .................. 39
3.3.5 Pengaruh Opini Auditor pada Audit Delay ....................... 40
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................... 42
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 42
4.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 43
4.3 Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 44
4.4 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 44
4.5 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 46
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ...................... 46
4.7 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 47
4.8 Teknik Analisis Data .................................................................. 48
4.8.1 Uji Asumsi Klasik .............................................................. 48
4.8.2 Analisa Regresi .................................................................. 50
4.8.3 Pengujian Hipotesis ............................................................ 51
4.8.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi..................................... 54
xii
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................. 56
5.1 Data Penelitian ............................................................................ 56
5.2 Analisis Hasil Penelitian ............................................................. 56
5.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................... 56
5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................... 61
5.2.2.1 Uji Normalitas ....................................................... 61
5.2.2.2 Uji Multikolinieritas .............................................. 62
5.2.2.3 Uji Autokorelasi .................................................... 63
5.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas .......................................... 64
5.2.3 Hasil Analisis Regresi Berganda ........................................ 65
5.2.4 Pengujian Hipotesis ............................................................ 69
5.2.5 Koefisien Determinasi ........................................................ 71
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................... 72
6.1 Hipotesis 1 ................................................................................... 72
6.2 Hipotesis 2 ................................................................................... 73
6.3 Hipotesis 3 ................................................................................... 74
6.4 Hipotesis 4 ................................................................................... 75
6.5 Hipotesis 5 ................................................................................... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 78
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 78
6.2 Saran .................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 81
LAMPIRAN ........................................................................................... 85
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Yang Terlambat
Menyampaikan Laporan Keuangan Periode 2009-2013 .......... 4
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel .................................................. 46
Tabel 4.2 Keterangan Nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW) ...................... 49
Tabel 5.1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .......................... 58
Tabel 5.2 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S) . 62
Tabel 5.3 Ringkasan Hasil Pengujian Multikolinieritas Dengan
Menggunakan Varian Inflas Factor (VIF) ............................... 63
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW Test) ..... 64
Tabel 5.5 Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ..................... 64
Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 65
Table 5.7 Hasil Analisis Regresi .............................................................. 66
Tabel 5.8 Koefisien Determinasi ............................................................. 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................... 35
Gambar 3.2 Konsep Penelitian ................................................................ 36
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran Penelitian Sebelumnya ................................................. 85
Lampiran I Daftar Perusahaan Go Public yang Menjadi Sampel .. 93
Lampiran II Tabulasi Data Penelitian ............................................. 98
Lampiran III Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................... 119
Lampiran IV Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................. 121
Lampiran V Hasil Analisis Regressi ............................................... 128
Lampiran VI Tabel T dengan Signifikansi 0,05/5% ......................... 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip-prinsip yang berlaku.
Audit laporan keuangan dilakukan untuk memberikan jaminan atas keandalan
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu media komunikasi
dan pertanggung-jawaban pihak internal perusahaan terhadap pihak eksternal
perusahaan, khususnya bagi perusahaan go public. Laporan keuangan perusahaan
mengandung informasi yang menjadi instrumen bagi para pemegang kepentingan
dan pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Agar laporan
keuangan tersebut bermanfaat bagi pengambilan keputusan, maka selain andal,
ketepatan waktu (relevansi) juga menjadi salah satu hal yang sangat penting.
Apabila terjadi penundaan dalam pelaporan laporan keuangan, maka dapat
mempengaruhi pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan maupun
prediksi.
Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh
perusahaan untuk memberikan informasi dan pengukuran secara ekonomi
mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja perusahaan kepada berbagai
pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Informasi akan
mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pemakainya guna
pengambilan keputusan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan
merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut (PSAK
2
No.1, IAI, 2009:1.7). Sebaliknya, manfaat dari laporan keuangan akan berkurang
jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya.
Informasi keuangan memegang peranan penting dalam pasar modal. Oleh
sebab itu, BAPEPAM sebagai otoritas pasar modal dan Bursa Efek Indonesia
(BEI) menetapkan peraturan yang cukup ketat mengenai kualitas, kuantitas, dan
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. BAPEPAM melalui
peraturannya nomor Kep- 36/Kep/PM/2003 dan peraturan BEI nomor Kep-
307/BEJ/07-2004 mengatur secara ketat waktu penyerahan laporan keuangan ke
pasar modal. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
penting untuk pengambilan keputusan investasi. Manfaat suatu laporan keuangan
akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu
perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 bulan
setelah tanggal neraca (PSAK No 1, IAI, 2009:1.7).
Standar Profesional Akuntan Publik dari Ikatan Akuntan Indonesia
khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam
penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya pencatatan atas aktivitas
yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh
auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga
berdampak peningkatan kualitas hasil auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin
sesuai dengan standar membutuhkan waktu semakin lama. Sebaliknya, semakin
3
tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang
diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor. Laporan
keuangan tahunan diserahkan paling lambat akhir bulan keempat tahun berikutnya
sedangkan laporan keuangan semesteran diserahkan paling lambat akhir bulan
kedua setelah tanggal laporan keuangan tengah tahunan.
Fenomena kelambatan proses audit dalam terminologi penelitian
pengauditan dikenal dengan audit delay. Audit delay sebenarnya adalah rentang
waktu antara tanggal penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit. Dengan
kata lain, audit delay adalah lamanya waktu dari tanggal tutup tahun fiskal
perusahaan sampai dengan tanggal laporan auditor. Penelitian-penelitian terdahulu
telah dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh pada audit
delay dan pengaruh audit delay terhadap reaksi pasar modal. Keterlambatan
informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena
laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar
pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki
investor. Artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan
menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Keterlambatan pelaporan,
secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai pertanda yang buruk
bagi perusahaan.
Laporan keuangan dikatakan bermanfaat ketika andal dan relevan, yakni
tersedia saat dibutuhkan. Menurut Pourali, dkk (2013) nilai dari ketepatan waktu
pelaporan laporan keuangan merupakan faktor yang penting dari kemanfaatan
4
laporan keuangan tersebut. Semakin lama laporan keuangan disampaikan,
semakin berkurang kemanfaatannya. Penyampaian laporan keuangan juga
berhubungan dengan reaksi investor (Khalatbari, dkk, 2013). Ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan akan mengakibatkan reaksi positif dari investor
yang mengakibatkan kenaikan harga saham perusahaan. Sebaliknya,
keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan mendapatkan reaksi negatif
dari investor yang berdampak pada penurunan harga saham perusahaan.
Ketepatan waktu juga merupakan sinyal yang mengindikasikan adanya good news
yang menguntungkan bagi para investor dan keterlambatan mengindikasikan
adanya bad news atau hal yang ditutup-tutupi dan membuat relevansinya
diragukan. Mengingat ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan begitu
penting bagi perusahaan dan para pemakai laporan keuangan untuk membentuk
opini, kepercayaan dan reaksi yang positif, Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah
mengatur tentang batas waktu penyampaian laporan keuangan. Tetapi pada
kenyataannya, banyak emiten yang terdaftar di BEI tidak mampu tepat waktu
dalam publikasi laporan keuangannya. sebagaimana diperlihatkan oleh tabel
berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Yang Terlambat Menyampaikan
Laporan Keuangan Periode 2009-2013
Tahun Jumlah Perusahaan yang Terdaftar di BEI yang
Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan (buah)
%
Penurunan/Peningkatan
2009 145 -
2010 100 -31,03
2011 92 -8,00
2012 126 +36,96
2013 162 +28,57
Sumber: BEI, 2014
5
Tabel 1.1 menunjukkan jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI yang
terlambat menyampaikan laporan keuangan pada tahun 2009 sejumlah 145 buah.
Pada tahun 2010 jumlah ini harus menjadi 100 buah (turun 31,03 persen).
Penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2011 menjadi 92 buah (turun persen).
Selanjutnya pada tahun 2012 perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan
keuangan meningkat kembali menjadi 126 buah (naik 36,9 persen). Pada tahun
2013 meningkat lagi menjadi 162 buah atau meningkat 28,57 persen
dibandingkan dengan tahun 2012.
Banyaknya waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit suatu laporan
keuangan akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
`dahulu agar lebih andal dan dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan
termasuk para investor. Pekerjaan audit ini membutuhkan waktu yang
menyebabkan adakalanya publikasi laporan keuangan tertunda. Lamanya waktu
penyelesaian audit oleh auditor dapat dilihat dari perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dan tanggal dikeluarkannya opini auditor.
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit
delay, baik dari internal maupun eksternal. Yang termasuk dalam faktor internal
adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan solvabilitas. Sedangkan faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi audit delay adalah kualitas auditor dan opini
auditor. Variabel-variabel ini dipilih mengingat masih terdapat
ketidakkonsistenan/kontradiksi dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Selain itu
alasan mengangkat judul/topik ini karena 1) secara rata-rata audit delay yang
terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI mengalami peningkatan.
6
2) sampai saat ini belum banyak penelitian yang menggunakan variabel kualitas
auditor sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi audit delay. Penelitian
terkini yang melihat adanya pengaruh kualitas auditor dilakukan oleh Hossain
(2001), Taylor (1998) dan Carslaw dan Kaplan (1991). 3) Penelitian ini
melingkupi seluruh industri yang ada di BEI, jika dibandingkan dengan contoh-
contoh penelitian terdahulu yang hanya menggunakan salah satu jenis industri
seperti penelitian Anna Maria (2012) yang terfokus pada perusahaan consumer
goods di BEI. 4) Penelitian ini menggunakan data terkini yaitu data laporan
keuangan yang terdapat di BEI hingga tahun 2013.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay pernah diteliti oleh
Ashton, dkk (1987) dan Pourali, dkk (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Khalatbari, dkk (2013) yang menunjukkan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Hasil kedua penelitian ini juga
konsisten dengan penelitian Kartika (2009) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Namun
hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian Yendrawati dan
Rokhman (2008), serta Lianto dan Kusuma (2010) yang menemukan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap audit delay pernah
dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010) yang menyimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Purnamasari (2012) yang menunjukkan profitabilitas berpengaruh
7
terhadap audit delay. Hasil kedua penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Yendrawati dan Rokhman (2008), Kartika (2009) dan Susilawati, dkk (2012) yang
menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Pengaruh solvabilitas terhadap audit delay pernah diteliti oleh Susilowati
(2012) serta Lianto dan Kusuma (2010) yang menyimpulkan bahwa solvabilitas
berpengaruh terhadap audit delay. Hasil kedua penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Ashton, dkk (1987) dan Kartika (2009) yang menunjukkan
solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Pengaruh kualitas auditor terhadap audit delay pernah diteliti oleh Hossain
(2001) dan Taylor (1998) yang menunjukkan kualitas auditor berpengaruh
terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Carslaw dan Kaplan (1991) yang menemukan kualitas auditor tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
Penelitian mengenai pengaruh opini auditor terhadap audit delay pernah
dilakukan oleh Purnamasari (2012), Yendrawati dan Rokhman (2008), serta
Kartika (2009). Ketiga penelitian ini menyimpulkan bahwa opini auditor
berpengaruh terhadap audit delay. Hasil ketiga penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Susilowati, dkk (2012) dan Khalatbari, dkk (2013) yang
menunjukkan bahwa opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian ini yang
berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal pada Audit Delay (Studi
Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)”.
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay di perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2) Bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan pada audit delay di
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3) Bagaimana pengaruh solvabilitas pada audit delay di perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4) Bagaimana pengaruh kualitas auditor pada audit delay di perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
5) Bagaimana pengaruh opini auditor pada audit delay di perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, menggali,
menghubungkan dan memprediksi suatu kejadian. Setiap penelitian yang
dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah:
1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan pada
audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
9
2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas perusahaan
pada audit delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh solvabilitas pada audit
delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas auditor pada audit
delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh opini auditor pada audit
delay di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
terkait, diantaranya:
1.4.1 Manfaaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk penelitian yang akan
datang yang membahas tentang audit delay dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Membantu profesi auditor dan internal perusahaan dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit dengan mengantisipasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay, dimana informasi
mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay dapat
diperoleh ketika karya tulis ilmiah ini dipublikasikan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Agency Theory menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen
suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Principal merupakan pihak yang
memberikan amanat kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama
principal, sementara agen adalah pihak yang diberi mandat. Dengan demikian
agen bertindak sebagai pihak yang berkewenangan mengambil keputusan,
sedangkan principal ialah pihak yang mengevaluasi informasi.
Implementasi Agency Theory dapat berupa kontrak kerja yang mengatur
proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan memaksimumkan
utilitas, sehingga diharapkan agen bertindak menggunakan cara-cara yang sesuai
kepentingan principal. Di sisi lain, principal akan memberikan insentif yang layak
pada agen sehingga tercapai kontrak kerja optimal. Menurut Scott dalam Arifin
(2005), inti dari Agency Theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk
menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan.
Dalam penelitian ini, perusahaan bertindak sebagai principal, sedangkan
auditor independen merupakan sebagai agen. Perusahaan yang dalam hal ini
bertindak sebagai pemangku kepentingan akan menugaskan auditor untuk dapat
melakukan tugasnya secara efektif dan efisien agar laporan auditan dapat
11
disajikan tepat waktu, sehingga laporan tersebur dapat digunakan oleh pihak-
pihak yang memiliki kepentingan.
Konflik kepentingan dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti asimetri
informasi. Asimetri informasi dimaknai sebagai ketidakseimbangan informasi
akibat distribusi informasi yang tidak sama antara agen dengan principal. Efek
dari asimetri informasi ini bisa berupa moral hazard, yaitu permasalahan yang
timbul jika agen tidak melaksanakan hal-hal dalam kontrak kerja; bisa pula terjadi
adverse selection, ialah keadaan di mana principal tidak dapat mengetahui apakah
keputusan yang diambil agen benar-benar didasarkan atas informasi yang
diperoleh, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
2.1.2 Stakeholder Theory
Perusahaan dapat dipandang dari dua teori, yaitu Shareholder Theory dan
Stakeholder Theory. Arifin (2005) menyebutkan, Shareholder Theory atau Teori
Pemegang Saham menyatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham sebagai akibat dari
investasi yang dilakukannya. Shareholder Theory ini sering disebut sebagai teori
korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith (1776).
Stakeholder Theory diperkenalkan oleh Freeman (1984), menyatakan
bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang
berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi
stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, supplier, dan masyarakat
sekitar di mana perusahaan tersebut beroperasi.
12
Penelitian ini lebih mengacu kepada Stakeholder Theory, yang jika diteliti
lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa tidak hanya perusahaan yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan, namun juga kepada karyawan,
masyarakat sekitar, pemerintah dan pihak-pihak lain. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban tersebut dapat berupa laporan keuangan, yang dalam
prakteknya memerlukan pihak ketiga guna menjamin akuntabilitas
penyampaiannya.
Pihak ketiga ini diwakili oleh auditor independen yang menjamin agar
akuntabilitas, responsibilitas, fairness (kewajaran) dan transparansi laporan
keuangan terpenuhi. Auditor tersebut akan mengaudit laporan keuangan yang
telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan. Dalam pengauditan ini,
penyelesaian proses yang tepat waktu merupakan salah satu cara untuk
mengurangi timbulnya asimetri informasi.
2.1.3 Teori Pengambilan Keputusan
Keputusan dijabarkan oleh Davis dalam Hasan (2002) sebagai hasil
pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas.Sebuah keputusan merupakan
jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Masih menurut Davis, keputusan
harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam
hubungannya dengan perencanaan, dan dapat pula berupa tindakan terhadap
pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Sementara itu, Stoner dalam Hasan (2002) memaknai keputusan sebagai
pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian,
yaitu: ada pilihan atas dasar logika/pertimbangan, ada beberapa alternatif yang
13
harus dipilih mana yang terbaik dan ada tujuan yang hendak dicapai di mana
keputusan itu akan makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Berdasar uraian di
atas Hasan (2002) memaknai Teori Pengambilan Keputusan sebagai teori-teori
atau teknik-teknik atau pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam suatu
proses pengambilan keputusan.
Mengacu pada tujuan laporan keuangan, ialah memberikan informasi yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi, pengambilan keputusan memainkan
peran utama dalam teori akuntansi. Pihak manajemen selalu mempertimbangkan
apakah suatu laporan keuangan hendak disampaikan tepat waktu atau ditunda.
Adanya good news dalam laporan keuangan, misalnya, akan mendorong
pihak manajemen menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu lantaran
adanya insentif dari prinsipal. Ketepatwaktuan tersebut dapat pula dipengaruhi
oleh reaksi positif investor yang dapat berakibat terhadap kenaikan harga
saham.Demikian sebaliknya, laporan keuangan yang mengandung bad news
cenderung ditunda pelaporannya karena pihak manajemen mengkhawatirkan
beberapa dampak buruk yang terjadi, umpamanya reaksi penarikan investasi oleh
investor.
Penyampaian informasi laporan keuangan untuk pengambilan keputusan
harus mempunyai nilai guna untuk semua pengguna laporan
keuangan.Sebagaimana diungkap oleh Hasan (2002), pengambilan keputusan
banyak dipengaruhi ketersediaan informasi yang diperlukan, di mana informasi
tersebut haruslah lengkap dan memenuhi sifat tertentu sehingga hasilnya
14
berkualitas. Adapun sifat yang musti dipenuhi mencakup akurat, artinya informasi
harus sesuai dengan keadaan sebenarnya; up to date, berarti informasi harus tepat
waktu; komprehensif, yakni informasi harus dapat mewakili dan relevan,
dimaknai berhubungan dengan masalah yang harus diselesaikan.
Dalam hal penyampaian laporan keuangan kepada pihak eksternal, opini
yang dikeluarkan oleh auditor menjadi pegangan bagi pengguna laporan keuangan
dari pihak eksternal untuk mengetahui kelayakan dari informasi yang disajikan
oleh perusahaan. Apabila terdapat hal-hal yang mendorong auditor untuk
mengambil keputusan memperinci proses audit, semisal adanya resiko audit yang
tinggi dalam laporan keuangan perusahaan, bisa jadi waktu audit akan lebih lama.
2.1.4 Standar Auditing
Standar auditing merupakan ukuran pelaksanaan tindakan yang menjadi
pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit (Mulyadi, 2002). IAI
(2001) telah menetapkan standar auditing sebagai berikut:
1) Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
15
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
16
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh
auditor.
Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar
akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang
diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai
dengan standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat
waktu mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar,
sementara di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor
untuk melaksanakan audit sesuai standar.
2.1.5 Laporan Keuangan
Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan semakin
besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia akuntansi, transparansi
dapat dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca laporan keuangan atau pihak-
pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan untuk mengetahui dan menggali kandungan informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan. Semakin banyak pihak yang secara aktif menaruh
perhatian terhadap kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang telah go public.
Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, komunikasi data
keuangan dan data ekonomi lainnya sangat diperlukan. Para penanam modal
tersebut merasa bahwa modal yang mereka tanamkan perlu diawasi dan
dikendalikan, sehingga mereka sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat
dipercaya dari perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya. Demikian juga
17
pemerintah dalam menentukan pajak sangat didasarkan pada laporan keuangan
agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif.
Melihat pentingnya kebutuhan akan laporan keuangan, laporan keuangan
hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yaitu dapat memberikan informasi secara
kualitatif, lengkap, dan dapat dipercaya. Selain itu, laporan keuangan harus
menunjukkan keadaan perusahaan secara tepat dan netral sehingga para
pengambilan keputusan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar
pertimbangan tidak tersesat.
Laporan keuangan harus disajikan secara wajar. Laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, dimana pelaporan keuangan
merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan
keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan dalam periode tertentu kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Penyajian laporan keuangan diatur menurut
PSAK (KDPPLK No.7).
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.Misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
Pelaporan keuangan dilakukan atas tujuan seperti yang dikemukakan
dalam PSAK No.1 (2002 par 07).
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung
18
jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
perusahaan yang meliputi: (a) aset; (b) kewajiban; (c) ekuitas; (d)
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; dan (e) arus
kas.
2.1.6 Audit Delay
Perusahaan yang terdaftar di bursa harus mengikuti peraturan otoritas
pasar modal jika ingin tetap memiliki akses pada pendanaan yang ada di pasar
modal. Salah satu peraturan yang ditetapkan oleh pengawas pasar modal adalah
kualitas laporan keuangan dan ketepatan waktu penyerahannya. Laporan
keuangan emiten pasar modal harus diaudit oleh auditor independen dan
diserahkan pada saat yang diharuskan.
Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah
satunya penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana
menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit.
Anggaran waktu apabila digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat.
Anggaran tersebut dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal staf,
memberikan pedoman tentang berbagi bidang audit memberikan insentif kepada
staf audit untuk bekerja secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk
menentukan honor audit. Akan tetapi anggaran waktu apabila tidak digunakan
tepat dapat merugikan, anggaran waktu merupakan suatu pedoman tetapi tidak
absolut.Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi perubahan
kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari anggaran waktu.
Auditor tekadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi anggaran waktu
guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan membantu mengevaluasi
19
kinerjanya. Akan tetapi begitu saja mengikuti anggaran juga tidak tepat. Tujuan
utama dari audit adalah menyatakan pendapat sesuai dengan standar auditing yang
diterima umum, bukan untuk memenuhi anggaran waktu (Wasis, 2007: 17).
Perusahaan publik memiliki masalah laten dalam penyajian laporan
keuangan auditan yang akan diserahkan pada BAPEPAM dan bursa efek. Masalah
tersebut adalah audit delay atau penundaan audit. Sebagian besar penelitian
sebelumnya mendefinisikan audit delay sebagai rentang waktu antara tanggal
penutupan tahun buku dan tanggal laporan audit. Persoalan audit delay pada
hakikatnya bukan sekedar persoalan waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
mengaudit laporan keuangan meskipun atribut auditor juga sangat mempengaruhi
lamanya audit delay seperti ukuran kantor akuntan publik (KAP) dan jangka
waktu pengalaman KAP. Atribut auditee juga berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay seperti ukuran perusahaan (diproksikan dengan total aset),
jenis perusahaan, kinerja keuangan (laba/rugi), dan klasifikasi industri.
2.1.7 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay
Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dapat datang baik dari
dalam maupun dari luar perusahaan. Dalam penelitian ini faktor-faktor dibagi
menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan meliputi ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan solvabilitas sedangkan faktor eksternal perusahaan meliputi
kualitas auditor dan opini auditor.
20
2.1.7.1 Ukuran Perusahaan
Menurut Ashton, dkk (1987) serta Owusu-Ansah (2000), perusahaan besar
melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sebaliknya,
Boynton dan Kell dalam Halim (2000) menyebutkan audit delay akan semakin
lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar. Hal ini berkaitan
dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luas
prosedur audit yang harus ditempuh. Namun logika yang mendasari hasil
penelitian Ashton dapat dijelaskan oleh Dyer dan McHugh dalam Halim, 2000).
Manajemen perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor
secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena
itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan
eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal.
2.1.7.2 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap
auditdelay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar
terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian Naim (1998)
memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu
kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan
(2009) memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan
meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang
biasanya.
21
Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000), perusahaan yang memiliki hasil
gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada dikemukakan
dalam penelitian Annisa (2004), perusahaan dengan hasil yang baik akan
melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi.
Berlawanan dengan pemaparan di atas, Ashton, dkk (1987) menyebutkan
profitabilitas bukanlah faktor yang signifikan mempengaruhi audit delay.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu
perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), rasio yang
mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan. Alasan
pemilihan ROA yaitu: (1) Sifatnya yang menyeluruh, dapat digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk, dan efisiensi penjualan;
(2) Apabila perusahaan mempunyai data industri, ROA dapat digunakan untuk
mengukur rasio industri sehingga dapat dibandingkan dengan perusahaan lain; (3)
ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan; (4) ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
kinerja masing-masing divisi dan (5) ROA dapat digunakan sebagai fungsi kontrol
dan fungsi perencanaan.ROA (Return On Asset) dihitung dari laba bersih dibagi
dengan total aset (Purnamasari, 2012: 7).
Menurut Respati (2004), penggunaan ROA sebagai indikator profitabilitas
perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
dipakai dalam penelitian Dyer dan McHugh (1975) dan Na’im (1998). Dari uraian
22
di atas tampak bahwa tingkat profiabilitas suatu perusahaan mempengaruhi
rentang waktu penyelesaian audit dan pengumuman laporan keuangan tahunan.
2.1.7.3 Solvabilitas
Solvabilitas acapkali disebut leverage ratio.Weston dan Copeland dalam
Respati (2004) menyatakan bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva
perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Dengan demikian
solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua
hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya resiko keuangan
perusahaan. Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa
pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita
buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak
manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita
buruk (Ukago, 2005).
Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas guna
menjelaskan rentang waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari
oleh penemuan Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders
menghendaki syarat-syarat tertentu dalam perjanjian kontrak utang untuk
membatasi aktivitas manajemen, yang salah satunya mengharuskan manajemen
menyajikan laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk waktu tertentu.
Hal ini dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial manajemen.
23
Wirakusuma (2004), konsisten dengan penemuan Carslaw dan Kaplan
(1991) memperoleh hubungan yang signifikan antara solvabilitas dengan audit
delay perusahaan. Semakin tinggi rasio utang terhadap total aktiva, semakin lama
rentang wakktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit laporan keuangan
tahunan.
2.1.7.4 Kualitas Auditor
Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit
yangmelaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, bersandar pada
apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berafiliasi dengan the big four atau
tidak.Carslaw dan Kaplan (2009) menyebutkan tidak adanya hubungan positif
yang signifikan antara audit delay dan kualitas auditor, sementara Gilling dalam
Hossain dan Taylor (1998) menunjukkan adanya korelasi positif antara kedua hal
tersebut.
Literatur yang ada memaparkan bahwa KAP besar, dalam hal ini the big
five, cenderung lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima bila
dibandingkan dengan non big five dikarenakan reputasi yang harus mereka jaga
(Hossain dan Taylor, 1998). Sekiranya tidak, ada kemungkinan mereka akan
kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai
kurang kompeten.
Penelitian Wooten yang memaparkan Teori De Angelo dalam Yulianadan
Ardiati (2004) menunjukkan bahwa the big five cenderung menyajikan audit yang
lebih baik dibandingkan dengan non big five, karena mereka memiliki nama baik
yang dipertaruhkan. Selain itu, KAP besar lebih banyak mengeluarkan pendapat
24
going concern daripada KAP kecil.Hal ini mengindikasikan bahwa KAP besar
lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dalam mengeluarkan
pendapat yang sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going
concern perusahaan sehingga menarik klien lebih banyak.
Usai kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen, the big five
menjadi the big four. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu:
1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi
Sutanto dan Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP
Sidharta-Sidharta dan Widjaja.
3. KAP Ernest dan Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Prasetio, Sarwoko
dan Sanjadja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans
Tuanakotta dan Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.
2.1.7.5 Opini Auditor
Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara
lain memuat empat standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar
Pelaporan keempat dalam Standar Pelaporan Akuntansi Perusahaan IAI (2001)
memaparkan:
“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
25
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor”.
Secara lebih rinci, berbagai tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion),
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum di Indonesia IAI (2001). Kesesuaian dengan prinsip
akuntansi berterima umum ini dipaparkan lebih lanjut oleh Mulyadi (2002),
jika memenuhi kondisi berikut:
a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan
keuangan.
b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke
periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan
dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified
Opinion with Explanatory Language), IAI (2001) memuat penjelasan, bahwa
keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu
paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan
auditnya.
26
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion),
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian dalam laporan audit (Mulyadi, 2002):
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar
jangkauan kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Dengan demikian
pendapat wajar dengan pengecualian ini menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan IAI (2001).
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion),
IAI (2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknai laporan keuangan
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Keterangan lebih lanjut dideskripsikan oleh Mulyadi (2000) yang
menyatakan bahwa laporan keuangan yang diberi pendapat tidak wajar oleh
auditor memuat informasi yang sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga
27
tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion),
Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk
memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Pernyataan tidak memberikan pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika
ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Carslaw dan Kaplan (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara opini auditor dengan audit delay. Perusahaan yang tidak menerima jenis
pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit delay lebih
panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian.
Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat selain wajar tanpa
pengecualian melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit
yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit (Elliot
dalam Halim 2000). Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar
tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga penyampaian laporan
keuangan akan diperlambat (Wirakusuma 2004).
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya
Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan, baik di dalam
maupun di luar Indonesia. Ashton, dkk (1987) di Amerika Serikat meneliti
hubungan antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 (empat belas),
meliputi ukuran perusahaan, jenis industri, perusahaan publik atau non publik,
bulan penutupan tahun buku, kualitas SPI, kompleksitas operasional,
28
kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, kompleksitas EDP,
campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya
perusahaan menjadi klien KAP, pengumuman laba atau rugi, jenis opini, dan
profitabilitas.
Ashton menggunakan sampel dari perusahaan-perusahaan yang diaudit
oleh Peat, Marwick, Mitchel dan Co. pada tahun 1982 sebanyak 488 perusahaan.
Hasil analisis univariate pada keseluruhan sampel memperlihatkan bahwa audit
delay signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion,
merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun
tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah,
dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya
penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran
perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non publik,
kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan
akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan Ashton dkk (1987) terletak pada variabel penelitian dan objek
penelitian. Jika pada penelitian Ashton dkk (1987) variabel penelitiannya faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari 14 faktor tersebut,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan
yang lainnya jika objek penelitian Ashton dkk (1987) adalah perusahaan-
29
perusahaan di Amerika Serikat, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan
adalah perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEI.
Pourali, dkk (2013) meneliti tentang efektif faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
di Teheran dalam kurun waktu tahun 2004-2010. Faktor-faktor yang diteliti
meliputi ukuran perusahaan, earning per share (EPS), jenis perusahaan, extra
ordinary, dan opini audit.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan Pourali, dkk (2013) terletak pada variabel penelitian dan objek
penelitian. Jika pada penelitian Pourali, dkk (2013) variabel penelitiannya faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan,
earning per share (EPS), jenis perusahaan, extra ordinary, dan opini audit,
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan
yang lainnya jika objek penelitian Pourali, dkk (2013) adalah perusahaan-
perusahaan yang go public di Teheran, sedangkan objek penelitian yang akan
dilakukan adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.
Khalatbari (2013) meneliti tentang hubungan earning quality dengan audit
delay pada perusahaan-perusahaan yang go public di Teheran. Variabel
penelitiannya terdiri dari earning quality sebagai variabel independen, audit delay
sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, financial leverage, reputasi
kantor audit serta rotasi auditor sebagai variabel kontrol.
30
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan Khalatbari (2013) terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian.
Jika pada penelitian Khalatbari (2013) variabel penelitiannya faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan, earning
quality, reputasi kantor audit dan rotasi auditor, sedangkan pada penelitian yang
akan dilakukan terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas
auditor dan opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian
Khalatbari (2013) adalah perusahaan-perusahaan yang go public di Teheran,
sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di BEI.
Lianto dan Kusuma (2010) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit delay. Penelitian ini termotivasi untuk menguji faktor-
faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan consumer goods industry
dan perusahaan multifinance. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan,
jenis perusahaan, tingkat profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan
terhadap audit delay. Berdasarkan hasil penelitian yang ada maka dapat ditarik
simpulan bahwa profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay. Ukuran perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan Lianto dan Kusuma (2010) terletak pada variabel penelitian dan objek
penelitian. Jika pada penelitian Lianto dan Kusuma (2010) variabel penelitiannya
31
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran
perusahaan, jenis perusahaan, tingkat profitabilitas, solvabilitas, dan umur
perusahaan terhadap audit delay, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan
opini audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Lianto dan
Kusuma (2010) adalah perusahaan consumer goods industry dan perusahaan
multifinance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian
yang akan dilakukan adalah perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEI.
Kartika (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay di Indonesia (studi empiris pada perusahaan-
perusahaan LQ 45 yang terdaftardi Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui, menganalisis dan menguji bagaimana pengaruh ukuran
perusahaan, laba rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas dan reputasi
auditor mempengaruhi audit delay. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di indonesia, maka
dapat diambil kesimpulan faktor total asset, laba rugi operasi, mempunyai
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari
auditor punya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay
perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh
terhadap audit delay perusahaan.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan Kartika (2009) terletak pada variabel penelitian dan objek penelitian.
Jika pada penelitian Kartika (2009) variabel penelitiannya faktor-faktor yang
32
berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri dari ukuran perusahaan, laba rugi
operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas dan reputasi auditor
mempengaruhiaudit delay, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri
dari ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini
audit. Selain itu perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Kartika (2009)
adalah perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode
2001-2005, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEI.
Yendarawati dan Rokhman (2008) melakukan penelitian tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan-perusahaan go public di
BEJ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis rata-rata audit
delay yang terjadi dan faktor-faktor penyebabnya pada perusahaan go public di
BEJ. Berdasarkan hasil analisis terhadap data tentang audit delay di Indonesia
dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata audit delay yang terjadi pada keseluruhan
sampel perusahaan yang diteliti, yaitu sebanyak 50 perusahaan adalah 76,66 hari.
Rata-rata ini tidak berbeda jauh dengan rata-rata audit delay pada perusahaan
manufaktur, sedangkan untuk perusahaan non-manufaktur ratarata audit delay
yang terjadi adalah 73,55 hari atau lebih cepat 3,11 hari dari rata-rata audit delay
keseluruhan sampel dan (2) Secara keseluruhan kelima variabel yang terdiri dari
ukuran perusahaan, Rugi/ Laba, tingkat profitabilitas, jenis pendapat akuntan
publik, dan jenis industri secara serentak berpengaruh terhadap audit delay.
Namun demikian secara parsial hanya variabel jenis pendapat akuntan publik
yang berpengaruh secara signifikan, sedangkan apabila difokuskan ke perusahaan
33
jenis non-manufaktur ada dua variabel yang berpengaruh signifikan yaitu variabel
jenis pendapat akuntan publik dan variabel Rugi/Laba.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang
dilakukan Yendarawati dan Rokhman (2008) terletak pada variabel penelitian dan
objek penelitian. Jika pada penelitian Yendarawati dan Rokhman (2008) variabel
penelitiannya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay yang terdiri
dari profitabilitas, ukuran perusahaan, jenis industri, pendapat auditor dan rugi
laba usaha, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari ukuran
perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini audit. Selain itu
perbedaan yang lainnya jika objek penelitian Yendarawati dan Rokhman (2008)
adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ dan menerbitkan laporan keuangannya
pada tahun 2001-2005. Sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan adalah
perusahaan-perusahaanyang terdaftar di BEI.
Hasil penelitian merupakan kajian empiris penelitian. Penelitian ini akan
mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya dengan cara melakukan
perluasan pengamatan dan pengembangan proksi-proksi yang akan digunakan.
34
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesis teori serta kajian pustaka yang
dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam perumusan masalah penelitian ini.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala
sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat
tertentu, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut. Teori-teori
yang mendukung penelitian ini antara lain Teori Keagenan, Stakeholder Theory,
dan Teori Pengambilan Keputusan. Dalam kasus ini perusahaan bertindak sebagai
principle yang memiliki kepentingan dalam audit yang dilaksanakan oleh auditor
yang bertindak sebagai agent, agar laporan keuangan dapat disajikan secara tepat
waktu. Sehingga, seluruh pihak terkait yang memiliki kepentingan dengan
perusahaan, yang dijelaskan pada Stakeholder Theory, dapat mengambil
keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Menurut Sugiyono (2012) dalam membentuk kelompok teori yang perlu
dikemukakan dalam penyusunan kerangka berpikir dalam membuat suatu
hipotesis harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya. Dalam
penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang dinilai dapat mempengaruhi
terjadinya audit delay yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas
auditor dan opini auditor. Seluruh variabel yang mempengaruhi tersebut
35
merupakan variabel independen sedangkan audit delay sebagai variebel yang
dipengaruhi merupakan variabel dependen. Kerangka berpikir pada penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, kemudian disusun konsep yang
menjelaskan hubungan antar variabel antar variabel dalam penelitian ini. Konsep
penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris
yang telah di jelaskan pada kajian pustaka. Konsep dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut:
Kajian Teori Kajian Empiris
- Teori Keagenan
- Stakeholder Theory
- Teori Pengambilan
Keputusan
- Standar Auditing
- Laporan Keuangan
- Audit Delay
- Ukuran Perusahaan
- Profitabilitas
- Solvabilitas
- Kualitas Auditor
- Opini Auditor
- Yendrawati dan
Rokhman (2007)
- Lianto dan Kusuma
(2010)
- Susilowati dan
Prameswari (2012)
- Maria (2012)
- Ashton et.al (1987)
- Khalatbari et.al (2013)
- Pourali et.al (2013)
Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji Statistik
Hasil
Kesimpulan dan
Saran
36
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3 Pengembangan Hipotesis
3.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay
Penelitian oleh Pourali, dkk (2013), menyatakan bahwa manajemen
perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi audit delay dan
penundaan penyampaian laporan keuangan, yang disebabkan karena perusahaan-
perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan
dan pemerintah.
Menurut penelitian Ashton, dkk (1987) dan Khalatbari, dkk (2013) dan
Purnamasari (2012), perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Dengan demikian dapat dikatakan ukuran perusahaan
merupakan faktor yang mempengaruhi audit delay. Demikian juga penelitian
Andi Kartika (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap audit delay.
Ukuran Perusahaan
(X1)
Profitabilitas
(X2)
Kualitas Auditor
(X4)
Opini Auditor
(X5)
Audit Delay
(Y)
H1
H2
H5
H3
H4
Solvabilitas
(X3)
37
Namun, hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Kartika Simbolon
(2009) dan Lianto dan Kusuma (2010) yang menemukan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang masih tidak konsisten tersebut,
peneliti bermaksud membuktikan kembali hasil penelitian Khalatbari, dkk (2013)
dan Purnamasari (2012) serta penelitian Andi Kartika (2009), sehingga peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada audit delay.
3.3.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan pada Audit Delay
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih tinggi diduga audit delay-
nya akan lebih pendek ketimbang perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih
rendah. Lianto dan Kusuma (2010) dan Purnamasari (2012) menunjukkan hasil
penelitian profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Sementara itu
Yendrawati dan Rokhman (2008); Kartika (2009) dan Susilawati, dkk (2012)
menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang masih tidak konsisten tersebut,
peneliti bermaksud membuktikan kembali hasil penelitian Yendrawati dan
Rokhman (2008); Kartika (2009) serta Susilawati, dkk (2012), sehingga peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif pada audit delay.
3.3.3 Pengaruh Solvabilitas pada Audit Delay
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya pada saat perusahaan dilikuidasi. Lianto dan Kusuma
38
(2010) mengungkapkan bahwa proporsi relatif dari hutang terhadap total aset
mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang
terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat
meningkatkan kehati-hatian auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit.
Hal ini disebabkan karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula
risiko keuangannya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan
yang tidak sehat cenderung dapat melakukan mismanagement dan fraud. Proporsi
yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang
terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang pada
akhirnya memerlukan kecermatan yang lebih dalam pengauditan. Wirakusuma (2004)
menemukan adanya pengaruh solvabilitas terhadap audit delay. Semakin besar
rasio hutang terhadap total aktiva maka akan semakin lama rentang audit delay.
Susilawati, dkk (2012) dan Lianto dan Kusuma (2010) menemukan adanya
pengaruh positif dan signifikan solvabilitas terhadap audit delay perusahaan.
Semakin tingginya solvabilitas berarti ada permasalahan going concern yang
memerlukan audit lebih teliti.
Sebaliknya penelitian Ashton, dkk (1987) dan Kartika (2009) menunjukan
solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang masih tidak konsisten tersebut,
peneliti bermaksud membuktikan kembali hasil penelitian Susilawati, dkk (2012)
dan Lianto dan Kusuma (2010), sehingga peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Solvabilitas berpengaruh positif pada audit delay.
39
3.3.4 Pengaruh Kualitas Auditor pada Audit Delay
Tingginya kualitas KAP diperlihatkan oleh tingginya kualitas hasil jasa,
yang berikutnya akan berimbas pada jangka waktu penyelesaian audit. Waktu
audit yang cepat merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk
mempertahankan reputasi mereka. Dalam penelitian ini, kualitas auditor diproksi
dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan
tahunan, mengacu pada apakah KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big
four/tidak.
Menurut Yuliana dan Ardiati (2004), the big four umumnya memiliki
sumber daya yang lebih besar, baik itu dari segi kompetensi, keahlian, dan
kemampuan auditor maupun fasilitas, sistem dan prosedur pengauditan yang
digunakan dibandingkan non big four sehingga mereka dapat menyelesaikan
pekerjaan audit lebih efektif dan efisien. Logikanya, perusahaan yang diaudit oleh
the big four akan memiliki waktu audt delay lebih singkat ketimbang perusahaan
yang diaudit oleh non big four.
Penelitian Hossain (2001) dan Taylor (1998) yang menunjukkan kualitas
auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) yang menemukan
kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang masih tidak konsisten tersebut,
peneliti bermaksud membuktikan kembali hasil penelitian Carslaw dan Kaplan
(1991), sehingga peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Kualitas auditor berpengaruh negatif pada audit delay.
40
3.3.5 Pengaruh Opini Auditor pada Audit Delay
Auditor akan memberikan opini tidak wajar jika laporan keuangan klien
tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Selain auditor memberikan opini tidak
wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya
(Kartika, 2009).
Perusahaan yang tidak menerima opini audit standar unqualified opinion
diperkirakan mengalami audit delay yang lebih panjang alasannya perusahaan
yang menerima opini tersebut memandang sebagai bad news dan akan
memperlambat proses audit. Disamping itu penerimaan opini selain qualified
merupakan indikasi terjadinya konflik antara auditor dan perusahaan yang pada
akhirnya memperpanjang audit delay. Jadi, perusahaan yang tidak menerima opini
audit standar unqualified opinion mengalami audit delay yang panjang (Kartika,
2009).
Penelitian Yendrawati dan Rokhman (2008) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh opini auditor terhadap audit delay. Perusahaan yang menerima qualified
opinion menunjukkan audit delay yang lebih panjang dibanding yang menerima
unqualified opinion. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kartika (2009)
dan Purnamasari (2012).
Kontradiksi dengan hasil penelitian di atas, Susilawati, dkk (2012) dan
Khalatbari, dkk (2013) menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh negatif
41
terhadap audit delay. Perusahaan yang menerima pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified opinion report
with explanatory language), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion), dan pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak
memberikan pendapat (disclaimer) membutuhkan waktu audit lebih lama
dibanding opini lainnya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang masih tidak konsisten tersebut,
peneliti bermaksud membuktikan kembali hasil penelitian Khalatbari, dkk (2013),
sehingga peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Opini auditor berpengaruh negatif pada audit delay.
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Pada rancangan sebuah penelitian akan dijelaskan mengenai langkah awal
hingga akhir mengenai tata cara dilakukanya penelitian ini membentuk proses dan
hasil yang objektif, efektif, valid, dan efisien. Penelitian ini diawali dengan
menetapkan suatu tujuan dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk
mendapatkan bukti secara statistik faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay
(studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Dalam penelitian ini, menggunakan 1 (satu) variabel dependen yaitu
audit delay, dan 5 (lima) variabel independen yaitu ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan dan
menganalisis pengaruh variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor terhadap variabel dependen yaitu
audit delay. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini termasuk
jenis penelitian penjelasan atau explanatory research, yang akan menjelaskan
hubungan kausal antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen
melalui pengujian hipotesis (Sugiyono, 2012). Gambar 4.1 menunjukan
Rancangan Penelitian yang digunakan, mulai dari latar belakang hingga uji
hipotesis dan simpulan serta saran.
43
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
4.2 Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi audit delay (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Untuk menganalisis pengaruh tersebut data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2013.
Latar
Belakang
Masalah
Penelitian
Kajian Pustaka dan
Penelitian Sebelumnya
Tujuan
Penelitian Manfaat
Penelitian
Hipotesis
Penelitian
Data
Penelitian
Data Sektor
dari BEI
Variabel
Penelitian
Independen:
- Ukuran Perusahaan
- Profitabilitas
- Solvabilitas
- Kualitas Auditor
- Opini Auditor
Analisis Regresi
Linier Berganda
Hasil dan
Pembahasan
Simpulan
Penelitian
Saran
Dependen:
Audit Delay
44
4.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Variabel independen adalah variabel yang nilainya tidak
tergantung varaibel lain, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang
nilainya tergantung dari variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel bebas
(independen) dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor, sedangkan variabel terikat
(dependen) adalah audit delay.
4.4 Definisi Operasional Variabel
Cooper dan Schindler, (2007) menyatakan bahwa definisi operasional
variabel penelitian merupakan penentuan construct dengan berbagai nilai untuk
memberikan gambaran mengenai fenomena sehingga dapat diukur. Construct
merupakan abstraksi dari fenomena atau realitas yang untuk keperluan penelitian
harus dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel yang diukur dengan berbagai
nilai. Variabel-variabel operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Audit Delay
Audit delay yaitu jangka waktu antara tanggal penutupan tahun buku sampai
dengan tanggal opini pada laporan auditor independen (Pourali, dkk, 2013).
Variabel ini diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari.
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
kapitalisasi pasar yang dihitung berdasarkan rumus.
45
Kapitalisasi Pasar = Jumlah Saham Harga Saham …………………….(1)
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. penelitian ini menggunakan
ROA (Return On Asset) sebagai proxy dari profitabilitas. ROA diukur dari
laba dibagi dengan total aset.
%100xasettotal
LabaROA ........................................................ (2)
4. Solvabilitas
Solvabilitas diukur menggunakan rasio antara total kewajiban dengan total
ekuitas, yang dihitung dengan rumus.
%100xekuitastotal
kewajibantotalSOLV ............................................. (3)
5. Kualitas Auditor
Kualitas auditor mengacu pada apakah KAP yang mengaudit termasuk dalam
kelompok the big four (nilai dummy 0) atau non big four (nilai dummy 1),
berdasar pada pendapat Yuliana dan Ardiati (2004).
6. Opini Auditor
Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi, yaitu wajar tanpa pengecualian
(nilai dummy 1) dan wajar dengan pengecualian (nilai dummy 0), seperti yang
digunakan Ashton, dkk (1987); Yendrawati dan Rokhman (2008); Kartika
(2009) dan Susilawati, dkk (2012).
Secara ringkas definisi operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1 berikut :
46
Tabel 4.1
Definisi Operasional Variabel Variabel yang
di ukur Indikator Skala
Sumber
Data
Variabel Terikat
Audit Delay
Selisih tanggal penutupan tahun buku
sampai tanggal laporan keuangan
auditan
Rasio Sekunder
Variabel Bebas
Ukuran Perusahaan Kapitalisasi Saham Rasio Sekunder
Profitabilitas Laba dibagi total asset Rasio Sekunder
Solvabilitas Total kewajiban dibagi total ekuitas Rasio Sekunder
Kualitas Auditor Terkategori berafiliasi dengan the big
four/non big four Dummy Sekunder
Opini Auditor Pernyataan opini auditor Dummy Sekunder
4.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
atau sudah tersedia, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan
periode 2009-2013 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
penelusuran langsung situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id.
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal lain
yang ingin diteliti. Populasi merupakan keseluruhan obyek yang karakteristiknya
akan teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2013 yang berjumlah
162 perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2013. Jumlah sampel dihitung
dengan menggunakan rumus slovin (Sekaran, 2003 : 286-300) sebagai berikut :
47
N
n = ............................................................ (4)
1 + Ne2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi (dalam hal ini berjumlah 162 perusahaan)
e = Tingkat signifikansi (dalam hal ini 5 % atau 0,05%)
Dengan demikian:
162
n =
1 + 162 x 0,052
162
n = = 115,302 = 115 perusahaan (dibulatkan)
1 + 0,405
Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 perusahaan.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random
sampling. Dikatakan simple random sampling (acak sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012: 118).
4.7 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode dokumentasi atau
sudah disediakan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di BEI. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan tahunan per Desember 2009 hingga Desember 2013.
48
4.8 Teknik Analisis Data
4.8.1 Uji Asumsi Klasik
Mengingat analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
model regresi, maka untuk menentukan ketepatan model digunakan asumsi
Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gujarati (2003: 315) asumsi OLS
dilakukan dengan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model
regresi. Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov, data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi untuk variabel yang dianalisis
memiliki nilai signifikansi (P-Value) lebih besar dari 0,05 (5%) (Ghozali,
2006:147).
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih
variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel
independen lainnya.
Multikolonearitas menyebabkan koefisien masing-masing variabel
bebas secara statis menjadi tidak signifikan sehingga variabel bebas yang
mempengaruhi variabel terikat tidak diketahui (Ghozali, 2006: 92).
49
Pendeteksian ada atau tidaknya multikolonearitas dalam penelitian ini dengan
melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Ketentuannya adalah apabila nilai tolerance variabel independen kurang dari
0,10 dan nilai VIF lebih dari 10, dapat dikatakan terjadi multikolonearitas.
Sebaliknya apabila nilai tolerance variabel independen lebih dari 0,10 dan
nilai VIF kurang dari 10, dikatakan tidak terjadi multikolonearitas. Jika
terjadi multikolonearitas berarti tidak lolos uji.
3) Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi (Ghozali, 2006: 96). Untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai uji Durbin-
Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Keterangan Nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW)
DW Kesimpulan Jika
Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi 0 < d < dl
1,08 s/d 1,66 Tanpa kesimpulan dl d du
1,66 s/d 2,34 Tidak ada autokorelasi 4 – dl < d < 4
2,34 s/d 2,92 Tanpa kesimpulan 4 – du d 4 – dl
Lebih dari 2,92 Ada korelasi du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali (2006: 96)
4) Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain (Ghozali, 2006:125). Jika varians dari residual satu pengamatan yang lain
50
tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heterokedastisitas.
4.8.2 Analisa Regresi
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis
regresi. Dalam analisis regresi akan dikembangkan sebuah estimating equation
(persamaan regresi) yaitu formula matematika yang mencari nilai variabel
dependen dari nilai independen yang diketahui.
Analisis regresi digunakan terutama untuk peramalan, dimana dalam
model tersebut terdapat sebuah variabel dependen dan variabel independen.
Dalam prakteknya, metode analisis regresi sering dibedakan antara simple
regression dan multiple regression (Sekaran, 2003: 405-406). Disebut simple
regression jika hanya ada satu variabel independen, sedangkan disebut multiple
regression, jika ada lebih dari satu variabel independen.
Dalam penelitian ini terdapat 1 (satu) variabel dependen, yaitu audit
delay, dan 5 (lima) variabel independen, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor. Berdasarkan hal tersebut maka
metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, yang persamaannya
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Y = α + β1X 1+ β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β 5X5+ e ……………… (5)
51
Keterangan:
Y = Audit Delay
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Profitabilitas
X3 = Solvabilitas
X4 = Kualitas Auditor
X5 = Opini Auditor
α = Konstantan Regresi
β 1, β 2, β 3, β 4, β 5 = Koefisien Regresi
e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan dalam penelitian
4.8.3 Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay
Untuk menganalisis ukuran perusahaan pada audit delay digunakan
Uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : ß1 = 0 artinya tidak ada pengaruh ukuran perusahaan pada audit
delay.
Ha : ß1 ≠ 0 artinya ada pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay.
b. Level significance (α) = 0,05
c. Kriteria Pengujian
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh ukuran perusahaan pada audit
delay.
52
2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho diterima,
Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh ukuran perusahaan pada
audit delay.
2. Pengujian Pengaruh Profitabilitas Perusahaan pada Audit Delay
Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas perusahaan pada audit
delay digunakan Uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : ß2 = 0 artinya tidak ada pengaruh profitabilitas perusahaan pada
audit delay.
Ha : ß2 ≠ 0 artinya ada pengaruh profitabilitas perusahaan pada audit
delay.
b. Level significance (α) = 0,05
c. Kriteria Pengujian
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh profitabilitas perusahaan pada
audit delay.
2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh profitabilitas
perusahaan pada audit delay.
3. Pengujian Pengaruh Solvabilitas pada Audit Delay
Untuk menganalisis pengaruh solvabilitas pada audit delay
digunakan Uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
53
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : ß3 = 0 artinya tidak ada pengaruh solvabilitas pada audit delay.
Ha : ß3 ≠ 0 artinya ada pengaruh solvabilitas pada audit delay.
b. Level significance (α) = 0,05
c. Kriteria Pengujian
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh solvabilitas pada audit delay.
2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh solvabilitas pada
audit delay.
4. Pengujian Pengaruh Kualitas Auditor pada Audit Delay
Untuk menganalisis pengaruh kualitas auditor pada audit delay
digunakan Uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : ß3 = 0 artinya tidak ada pengaruh kualitas auditor pada audit
delay.
Ha : ß3 ≠ 0 artinya ada pengaruh kualitas auditor pada audit delay.
b. Level significance (α) = 0,05
c. Kriteria Pengujian
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh kualitas auditor pada audit
delay.
54
2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh kualitas auditor
pada audit delay.
5. Pengujian Pengaruh Opini Auditor pada Audit Delay
Untuk menganalisis pengaruh opini auditor pada audit delay
digunakan Uji-t, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : ß4 = 0 artinya tidak ada pengaruh opini auditor pada audit delay.
Ha : ß4 ≠ 0 artinya ada pengaruh opini auditor pada audit delay.
b. Level significance (α) = 0,05
c. Kriteria Pengujian
1) Apabila signifikansi-t atau p value < α atau 0,05, maka Ho ditolak,
Ha diterima, artinya ada pengaruh opini auditor pada audit delay.
2) Apabila signifikansi-t atau p value > α atau 0,05, maka Ho
diterima, Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh opini auditor pada
audit delay.
4.8.4 Uji Signifikansi Koefisien Regresi
1) Uji Parsial (Uji t)
Statistik uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas
secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Uji t digunakan untuk
menguji hipotesis secara parsial dari variabel bebasnya. Jika tingkat
signifikansi lebih kecil dari 5 % atau 0,05 berarti bahwa secara parsial
variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya.
55
Sedangkan jika tingkat signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 berarti
hipotesis ditolak (Ghozali, 2006:88).
2) Uji F
Uji F digunakan untuk pengujian model fit (kelayakan model). Model yang
digunakan layak jika F hitung tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (α
= 5%). Jika model yang digunakan fit (layak) berarti bahwa variabel bebas
secara bersama-sama mampu memprediksi/menjelaskan variabel terikat
(Ghozali, 2006:88)
3) Koefisien Determinasi
Koefisien deteminasi (R2) mengukur seberapa besar kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2006:87). Apabila
hanya terdapat satu variabel independen maka R2 yang dipakai. Tetapi
apabila terdapat dua atau lebih variabel independen maka Adjusted R2 yang
digunakan, setiap tambahan suatu variabel bebas, maka R2 pasti meningkat,
sedangkan nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam suatu model.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda. Pengujian
asumsi klasik dan pengujian regresi berganda dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel
penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai
metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan metode pemilihan sampel
yang digunakan, didapat 115 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini dan diamati selama periode 2009-2013.
5.2 Analisis Hasil Penelitian
5.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari www.idx.co.id berupa data keuangan sampel perusahaan go
public dari tahun 2009 sampai tahun 2013 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.
Variabel dari penelitian ini terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor sebagai variabel bebas (independent
variable) dan audit delay sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik
58
deskriptif dari variabel tersebut dari sampel perusahaan go public selama periode
2009 sampai dengan tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1
Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std, Deviation
Ukuran,Perusahaan 115 0,28 14.581.492,14 209.860,30 1.441.472,14
Profitabilitas 115 0,01 3.527,15 92,31 498,19
Solvabilitas 115 1,24 10.6162,41 2.130,57 14.030,61
Kualitas Auditor 115 0,00 1,00 0,496 0,502
Opini Auditor 115 0,00 1,00 0,548 0,500
Audit Delay 115 40,00 123,00 73,49 12,51
Valid N (listwise) 115
* Ukuran Perusahaan dalam Milyar
Sumber: Lampiran III.
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dapat dijelaskan bahwa ukuran perusahaan
memiliki nilai mean sebesar Rp 209.860,30 milyar artinya bahwa dari seluruh
nilai ukuran perusahaan rata-rata mempunyai nilai sebesar Rp 209.860,30 milyar.
Standar deviasi pada ukuran perusahaan sebesar Rp 1.441.472,14 milyar. Standar
deviasi digunakan untuk menilai penyebaran (dispersi) rata-rata dari sampel,
sehingga berarti penyebaran rata-rata sampel tentang ukuran perusahaan sebesar
Rp 1.441.472,14 milyar. Nilai minimum sebesar Rp 0,28 milyar artinya bahwa
dari seluruh nilai ukuran perusahaan nilai terendah sebesar Rp0,28 milyar. Nilai
maksimum sebesar Rp 14.581.492,14 milyar artinya bahwa dari seluruh nilai
ukuran perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel
penelitian memiliki nilai terbesar sebesar Rp 14.581.492,14 milyar.
Pada variabel profitabilitas memiliki nilai mean sebesar 92,31 persen
artinya bahwa dari seluruh nilai profitabilitas rata-rata mempunyai nilai sebesar
92,31 persen. Standar deviasi pada profitabilitas sebesar 498,19 persen. Standar
59
deviasi digunakan untuk menilai penyebaran (dispersi) rata-rata dari sampel,
sehingga berarti penyebaran rata-rata sampel tentang profitabilitas sebesar 498,19
persen. Nilai minimum sebesar 0,01 persen artinya bahwa dari seluruh nilai
profitabilitas nilai terendah sebesar 0,01 persen. Nilai maksimum sebesar 3.527,15
persen artinya bahwa dari seluruh nilai profitabilitas yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang dijadikan sampel penelitian memiliki nilai terbesar sebesar
3.527,15 persen.
Pada variabel solvabilitas memiliki nilai mean sebesar 2.130,57 persen
artinya bahwa dari seluruh nilai solvabilitas rata-rata mempunyai nilai sebesar
2.130,57 persen. Standar deviasi pada solvabilitas sebesar 14.030,61 persen.
Standar deviasi digunakan untuk menilai penyebaran (dispersi) rata-rata dari
sampel, sehingga berarti penyebaran rata-rata sampel tentang solvabilitas sebesar
14.030,61 persen. Nilai minimum sebesar 1,24 persen artinya bahwa dari seluruh
nilai solvabilitas nilai terendah sebesar 1,24 persen. Nilai maksimum sebesar
10.6162,41 persen artinya bahwa dari seluruh nilai solvabilitas yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel penelitian memiliki nilai terbesar
sebesar 10.6162,41 persen.
Pada variabel kualitas auditor memiliki nilai mean sebesar 0,496 artinya
bahwa dari seluruh nilai kualitas auditor rata-rata mempunyai nilai sebesar 0,496.
Standar deviasi pada kualitas auditor sebesar 0,502. Standar deviasi digunakan
untuk menilai penyebaran (dispersi) rata-rata dari sampel, sehingga berarti
penyebaran rata-rata sampel tentang kualitas auditor sebesar 0,502. Nilai
minimum sebesar 0,00 artinya bahwa dari seluruh nilai kualitas auditor nilai
60
terendah sebesar 0,00. Nilai maksimum sebesar 1.00 artinya bahwa dari seluruh
nilai kualitas auditor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan
sampel penelitian memiliki nilai terbesar sebesar 1.00.
Pada variabel opini auditor memiliki nilai mean sebesar 0,548 artinya
bahwa dari seluruh nilai opini auditor rata-rata mempunyai nilai sebesar 0,548.
Standar deviasi pada opini auditor sebesar 0,500. Standar deviasi digunakan untuk
menilai penyebaran (dispersi) rata-rata dari sampel, sehingga berarti penyebaran
rata-rata sampel tentang opini auditor sebesar 0,500. Nilai minimum sebesar 0,00
artinya bahwa dari seluruh nilai opini auditor nilai terendah sebesar 0,00. Nilai
maksimum sebesar 1,00 artinya bahwa dari seluruh nilai opini auditor yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel penelitian memiliki nilai
terbesar sebesar 1,00.
Pada variabel audit delay memiliki nilai mean sebesar 73,49 hari, artinya
bahwa dari seluruh nilai audit delay rata-rata mempunyai nilai sebesar 73,49 hari.
Standar deviasi pada audit delay sebesar 12,51 hari. Standar deviasi digunakan
untuk menilai penyebaran (dispersi) rata-rata dari sampel, sehingga berarti
penyebaran rata-rata sampel tentang audit delay sebesar 12,51 hari. Nilai
minimum sebesar 40 hari artinya bahwa dari seluruh nilai audit delay nilai
terendah sebesar 40 hari. Nilai maksimum sebesar 123 hari, artinya bahwa dari
seluruh nilai audit delay yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan
sampel penelitian memiliki nilai terbesar sebesar 123 hari.
61
5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Maksud dilakukakan pengujian asumsi dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan
estimasi yang handal dan tidak bias. Analisis regresi juga menunjukkan arah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Teknik estimasi
variable dependen yang melandasi independen analisis tersebut disebut Ordinary
Least Squares (OLS).
Model regresi yang menggunakan teknik OLS, sering disebut sebagai
model regresi linear klasik. Untuk dapat dianalisis hasilnya, model tersebut harus
menggunakan asumsi OLS. Terdapat 10 asumsi OLS yang harus dipenuhi, tetapi
pada umumnya hanya 4 uji yang harus dilakukan yaitu Uji Normalitas, Uji
Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Multikolinieritas. Pengujian ini
dilakukan untuk meyakini bahwa model regresi yang diperoleh mempunyai
kemampuan untuk memprediksi, dan kemanfaatan dalam pengambilan keputusan.
5.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel, pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji
normalitas dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik dengan
parametrik Kolmogrorov-Smirnow test (K-S) dengan menggunakan bantuan
Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel 5.2.
berikut:
62
Tabel 5.2
Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S)
Unstandardized
Residual
N 115
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 12.85150193
Most Extreme Differences Absolute 0,090
Positive 0,090
Negative -0,045
Kolmogorov-Smirnov Z 0,893
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,402
Sumber: Lampiran IV.
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, besarnya Kolmogorov-Smirnov (K-S)
adalah 0,893 dan signifikansi pada 0,402 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
dalam model regresi telah terdistribusi secara normal, dimana nilai signifikansinya
lebih besar dari 0,05 (p = 0,402 > 0,05). Dengan demikian, secara keseluruhan
dapat disimpilkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara
normal dan dapat dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.
5.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan di mana salah satu atau lebih
variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel
independen lainnya. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
Multikolinieritas adalah dengan melakukan regresi antar variabel penjelas. Jika
signifikan berarti terdapat Multikolinieritas. Untuk menguji Multikolinieritas
dengan vasilitas yang disediakan SPSS yaitu dengan melihat nilai VIF dari
masing-masing variabel. Jika nilai VIF lebih rendah dari 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada Multikolinieritas yang serius antara variabel
independen dalam model. Dengan melihat nilai VIF dalam model regresi dapat
63
diketahui bahwa masing-masing variabel tidak mengandung adanya gejala
Multikolinieritas karena mempunyai nilai VIF yang lebih rendah dari 10. Hal ini
menunjukkan model regresi tersebut lolos uji Multikolinieritas.
Tabel 5.3
Ringkasan Hasil Pengujian Multikolinieritas
Dengan Menggunakan Varian Inflas Factor (VIF)
Model Tolerance VIF
Ukuran.Perusahaan 0,874 1,145
Profitabilitas 0,912 1,097
Solvabilitas 0,883 1,132
Kualitas.Auditor 0,945 1,058
Opini.Auditor 0,933 1,071
Sumber: Lampiran IV.
Berdasarkan Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa hasil perhitungan nilai
tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel
independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan Variance Inflation
Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada Multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
5.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokerelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Durbin-
Watson (DW Test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel
indepeden. Selanjutnya uji autokerelasi Durbin-Watson (DW Test) dilakukan
64
dengan menggunakan bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data
terlihat seperti Tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4
Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson (DW Test)
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 0,788 0,621 0,616 13,19245 2,101
Sumber: Lampiran IV
Berdasarkan Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa nilai DW sebesar 2.101.
Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, dengan jumlah sampel sebanyak 115 (n) dan jumlah variabel
independen 5 (k=5) sebagai berikut:
Tabel 5.5
Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
DW Kesimpulan Jika
Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi 0 < d < dl
1,08 s/d 1,66 Tanpa kesimpulan dl d du
1,66 s/d 2,34 Tidak ada autokorelasi 4 – dl < d < 4
2,34 s/d 2,92 Tanpa kesimpulan 4 – du d 4 – dl
Lebih dari 2,92 Ada korelasi du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali (2006:96)
Nilai DW 2,101 lebih besar dari batas bawah (du) 1.66 dan kurang dari
2,34 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau
negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
5.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
65
yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Selanjutnya uji heteroskedastisitas dengan menggunakan
bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data terlihat seperti Tabel
5.6 berikut:
Tabel 5.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig.t
Ukuran.Perusahaan 0,506
Profitabilitas 0,682
Solvabilitas 0,190
Kualitas.Auditor 0,380
Opini.Auditor 0,415
Sumber: lampiran IV.
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai
absolut Y atau | Y |. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas 0,05
atau di atas tingkat kepercayaan 5%, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heterokedastisitas.
5.2.3 Hasil Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi linier berganda dengan program SPSS ver 15 for
windows dimaksudkan untuk menganalisis tentang besarnya pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu dengan melihat besar
koefisien determinasi (Adjusted R Square). Dalam penelitian ini terdapat satu
variabel dependen, yaitu audit delay dan lima variabel independen yaitu ukuran
perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor.
Berdasarkan hal tersebut maka metode analisis yang digunakan adalah analisis
66
regresi berganda. Dari analisis regresi yang dilakukan dengan menggunakan
bantuan Program SPSS ver 15 for windows, hasil olah data dapat terlihat seperti
Tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7
Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 76,276 2,734 27,894 0,000
Ukuran.Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Kualitas.Auditor
Opini.Auditor
6,703
-0,224
0,164
-4,643
-0,661
0,000
0,003
0,004
2,728
2,746
0,279
-0,086
0,043
-0,178
-0,025
2,727
-2,807
3,401
-2,702
-2,241
0,004
0,002
0,000
0,004
0,010
Uji F
Sig. F
Adjusted R Square
6,687
0,000
0,616
Sumber : Lampiran V.
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas, maka persamaan regresi yang di dapat adalah
sebagai berikut:
Y = 76.276 + 6.703X1 - 0,224X2 + 0,164X3 - 4,643X4 - 0,661X5 + e
Keterangan:
Y = Audit Delay
X1 = Ukuran perusahaan
X2 = Profitabilitas
X3 = Solvabilitas
X4 = Kualitas auditor
X5 = Opini Auditor
e = Error Term, yaitu tingkat kesalahan dalam penelitian
67
Hasil analisis uji regresi ukuran perusahaan menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan pada audit delay, yang dapat dilihat
dari koefisien beta unstandardized coefficient variabel ukuran perusahaan yang
bernilai positif yaitu sebesar 6,703 dengan tingkat signifikansi 0,004 lebih kecil α
= 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara ukuran perusahaan pada audit delay. Pada hasil analisis uji regresi variabel
profitabilitas menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
pada audit delay, yang dapat dilihat dari koefisien beta unstandardized coefficient
variabel profitabilitas yang bernilai negatif yaitu sebesar 0,224 dengan tingkat
signifikansi 0,002 lebih kecil α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh negatif dan signifikan antara profitabilitas pada audit delay. Pada hasil
analisis uji regresi variabel solvabilitas menyatakan bahwa solvabilitas
berpengaruh positif dan signifikan pada audit delay, yang dapat dilihat dari
koefisien beta unstandardized coefficient variabel ukuran perusahaan yang
bernilai positif yaitu sebesar 0,164 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil α
= 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara solvabilitas pada audit delay. Pada hasil analisis uji regresi variabel kualitas
auditor menyatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif dan signifikan
pada audit delay, yang dapat dilihat dari koefisien beta unstandardized coefficient
variabel kualitas auditor yang bernilai negatif yaitu sebesar 4,643 dengan tingkat
signifikansi 0,004 lebih kecil α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh negatif dan signifikan antara kualitas auditor pada audit delay.
Selanjutnya pada hasil analisis uji regresi variabel opini auditor menyatakan
68
bahwa opini auditor berpengaruh negatif dan signifikan pada audit delay, yang
dapat dilihat dari koefisien beta unstandardized coefficient variabel kualitas
auditor yang bernilai negatif yaitu sebesar 0,661 dengan tingkat signifikansi 0,010
lebih kecil α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan
signifikan antara opini auditor pada audit delay.
Besarnya nilai Adjusted R Square adalah 0,616 yang berarti sebesar 0,616
atau (61,6 persen) variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor berpengaruh pada audit delay.
Sedangkan sisanya sebesar 38,4 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Hasil Uji F Tabel 5.8 (Lampiran 13), didapat F hitung sebesar 6,687
dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Maka dapat dikatakan bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas auditor dan opini auditor secara
bersama-sama berpengaruh pada audit delay dan model dikatakan layak.
Uji parsial dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa ukuran perusahaan
mempunyai t-hitung 2,727 dengan probabilitas 0,004 lebih kecil dari tingkat
signifikansi 0,05, menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan pada audit delay. Pada variabel profitabilitas, uji parsial dengan
menggunakan uji t diperoleh bahwa profitabilitas mempunyai t-hitung -2,807
dengan probabilitas 0,002 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05, menunjukkan
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan pada audit delay. Pada
variabel solvabilitas, uji parsial dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa
solvabilitas mempunyai t-hitung 3,401 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil dari
69
tingkat signifikansi 0,05, menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh positif dan
signifikan pada audit delay. Pada variabel kualitas auditor, uji parsial dengan
menggunakan uji t diperoleh bahwa kualitas auditor mempunyai t-hitung -2,702
dengan probabilitas 0,004 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05, menunjukkan
bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif dan signifikan pada audit delay.
Selanjutnya pada variabel opini auditor, uji parsial dengan menggunakan uji t
diperoleh bahwa opini auditor mempunyai t-hitung -2,241 dengan probabilitas
0,010 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05, menunjukkan bahwa opini auditor
berpengaruh negatif dan signifikan pada audit delay.
5.2.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay di Perusahaan-
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi
atau p value-nya adalah 0,004 atau lebih kecil dari 0,025 atau 2,5 persen dan
koefisien regresi-nya adalah positif 6,703. Hasil analisis ini ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif pada audit delay, sehingga
hipotesis 1 yang menyatakan “Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada
audit delay” dapat diterima.
2) Pengaruh Profitabilitas Perusahaan pada Audit Delay di Perusahaan-
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi
atau p value-nya adalah 0,002 atau lebih kecil dari 0,025 atau 2,5 persen dan
70
koefisien regresi-nya adalah negatif 0,224. Hasil analisis ini ini menunjukkan
bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif pada audit delay,
sehingga hipotesis 2 yang menyatakan “Profitabilitas berpengaruh negatif
pada audit delay” dapat diterima.
3) Pengaruh Solvabilitas pada Audit Delay di Perusahaan-Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi
atau p value-nya adalah 0.000 atau lebih kecil dari 0.025 atau 2,5 persen dan
koefisien regresi-nya adalah positif 0,164. Hasil analisis ini ini menunjukkan
bahwa solvabilitas berpengaruh positif pada audit delay, sehingga hipotesis 3
yang menyatakan “Solvabilitas berpengaruh positif pada audit delay” dapat
diterima.
4) Pengaruh Kualitas Auditor pada Audit Delay di Perusahaan-Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi
atau p value-nya adalah 0.004 atau lebih kecil dari 0,025 atau 2,5 persen dan
koefisien regresi-nya adalah negatif 4,643. Hasil analisis ini ini menunjukkan
bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif pada audit delay, sehingga
hipotesis 4 yang menyatakan “Kualitas auditor berpengaruh negatif pada audit
delay” dapat diterima.
5) Pengaruh Opini Auditor pada Audit Delay di Perusahaan-Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai probabilitas signifikansi
atau p value-nya adalah 0.010 atau lebih kecil dari 0.025 atau 2,5 persen dan
koefisien regresi-nya adalah negatif 0,661. Hasil analisis ini ini menunjukkan
71
bahwa opini auditor berpengaruh negatif pada audit delay, sehingga hipotesis
5 yang menyatakan “Opini auditor berpengaruh negatif pada audit delay”
dapat diterima.
5.2.5 Koefisien Determinasi
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas dalam
menerangkan variabel yang terikat digunakan koefisien determinasi, dari harga
Adjusted R2. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh
karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2
pada saat mengevaluasi model regresi yang terbaik. Hasil olah data SPSS
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Koefisien Determinasi
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
1 0,788 0,621 0,616 13,19245
Sumber : Lampiran V.
Berdasarkan tampilan output SPSS model summary pada Tabel 5.8
tersebut di atas, besarnya Adjusted R2 adalah 0,616 hal ini berarti 61,6 persen
variasi variabel dependen audit delay dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, kualitas
auditor dan opini auditor, sedangkan sisanya 38,4 persen dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel yang lain tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
72
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
Faktor-faktor tersebut dapat datang dari dalam maupun luar perusahaan, yang
termasuk dalam faktor internal adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan
solvabilitas, sedangkan faktor eksternal adalah kualitas auditor dan opini auditor
pada audit delay. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan dan
laporan auditan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar BEI tahun 2009-2013.
6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay
Hipotesis 1 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
pada audit delay. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hipotesis 1 diterima. Hal
ini berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka audit delay akan semakin
pendek, dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh
investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Selain itu juga, auditor
independen dalam melakukan audit pada perusahaan-perusahaan besar biasanya
melalui audit interim atau sudah memulai audit pada saat tahun berjalan. Audit
interim akan mempercepat audit independen untuk menyelesaikan proses audit
yang dilakukannya atas sebuah perusahaan. Perusahaan besar biasanya juga
memiliki struktur organisasi yang lebih lengkap, misalnya memiliki Satuan
Pengawan Internal (SPI) yang lebih professional dan juga memiliki komite audit
yang dapat mempercepat audit oleh auditor eksternal. Hasil penelitian ini
73
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pourali, dkk (2013), menyatakan
bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi audit
delay dan penundaan penyampaian laporan keuangan, yang disebabkan karena
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan dan pemerintah. Menurut penelitian Khalatbari, dkk (2013) dan
Purnamasari (2012), perusahaan besar melaporkan lebih cepat dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Demikian juga penelitian Andi Kartika (2009)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap audit delay. Dengan demikian dapat dikatakan ukuran perusahaan
merupakan faktor yang mempengaruhi audit delay.
6.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan pada Audit Delay
Hipotesis 2 menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada
audit delay. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hipotesis 2 diterima. Hal ini
berarti semakin tingginya tingkat profitabilitas akan mengurangi lamanya audit
delay, karena profitabilitas yang tinggi menunjukkan seberapa besar keuntungan
yang diperoleh. Audit delay akan lebih singkat sebab perusahaan ingin lebih cepat
menyampaikan “good news” tersebut kepada para pemegang sahamnya.. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Yendrawati dan Rokhman (2008);
Kartika (2009) dan Susilawati, dkk (2012) menyebutkan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif pada audit delay. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas
lebih tinggi diduga audit delay-nya akan lebih pendek ketimbang perusahaan
dengan tingkat profitabilitas lebih rendah. Profitabilitas merupakan salah satu
indikator penting yang sering menjadi perhatian pihak-pihak yang terkait dengan
74
perusahaan. Ketika profitabilitas perusahaan sudah cukup tinggi, biasanya tidak
banyak koreksi yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan akuntansi dan
dengan demikian proses audit akan lebih cepat.
6.3 Pengaruh Solvabilitas pada Audit Delay
Hipotesis 3 menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh positif pada audit
delay. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hipotesis 3 diterima. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat rasio hutang terhadap ekuitas, maka audit delay akan
semakin panjang, hal ini dikarenakan rasio hutang terhadap ekuitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya pada saat
perusahaan dilikuidasi. Semakin tingginya rasio hutang terhadap ekuitas berarti
ada permasalahan going concern yang memerlukan audit lebih teliti dan waktu
yang lebih lama oleh auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010) mengungkapkan bahwa proporsi relatif
dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan dari
perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan
meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian
auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena
tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula risiko keuangannya. Oleh
karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat
cenderung dapat melakukan mismanagement dan fraud. Proporsi yang tinggi dari
hutang terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan
masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang pada akhirnya
memerlukan kecermatan yang lebih dalam pengauditan.Wirakusuma (2004)
75
menemukan adanya pengaruh solvabilitas terhadap audit delay. Semakin besar
rasio hutang terhadap total aktiva maka akan semakin lama rentang audit
delay.Susilawati, dkk (2012) dan Lianto dan Kusuma (2010) menemukan adanya
pengaruh solvabilitas terhadap audit delay perusahaan.
6.4 Pengaruh Kualitas Auditor pada Audit Delay
Hipotesis 4 menyatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh negatif pada
audit delay. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hipotesis 4 diterima. Hal ini
berarti kualitas auditor diproksi dari besarnya perusahaan audit yang
melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, mengacu pada apakah
KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big four/tidak. The big four umumnya
memiliki sumber daya yang lebih besar, baik itu dari segi kompetensi, keahlian,
dan kemampuan auditor maupun fasilitas, sistem dan prosedur pengauditan yang
digunakan dibandingkan non-big four sehingga mereka dapat menyelesaikan
pekerjaan audit lebih efektif dan efisien. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2001) dan Taylor (1998) yang
menunjukkan kualitas auditor berpengaruh negatif pada audit delay. Tingginya
kualitas KAP diperlihatkan oleh tingginya kualitas hasil jasa, yang berikutnya
akan berimbas pada jangka waktu penyelesaian audit. Waktu audit yang cepat
merupakan salah satu cara KAP dengan kualitas tinggi untuk mempertahankan
reputasi mereka. Dalam penelitian ini, kualitas auditor diproksi dari besarnya
perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan,
mengacu pada apakah KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big four/tidak.
Menurut Yuliana dan Ardiati (2004), the big four umumnya memiliki sumber
76
daya yang lebih besar, baik itu dari segi kompetensi, keahlian, dan kemampuan
auditor maupun fasilitas, sistem dan prosedur pengauditan yang digunakan
dibandingkan non big four sehingga mereka dapat menyelesaikan pekerjaan audit
lebih efektif dan efisien. Logikanya, perusahaan yang diaudit oleh the big four
akan memiliki waktu audt delay lebih singkat ketimbang perusahaan yang diaudit
oleh non big four.
6.5 Pengaruh Opini Auditor pada Audit Delay
Hipotesis 5 menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh negatif pada
audit delay. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hipotesis 5 diterima. Hal ini
berarti perusahaan yang menerima qualified opinion menunjukkan audit delay
yang lebih panjang dibanding yang menerima unqualified opinion. Auditor akan
memberikan opini tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus
kas perusahaan klien. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Susilawati,
dkk (2012) dan Khalatbari, dkk (2013) menyatakan bahwa opini auditor
berpengaruh negatif pada audit delay. Perusahaan yang menerima pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified opinion
report with explanatory language), pendapat wajar dengan pengecualian
(qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak
memberikan pendapatan (disclaimer opinion) membutuhkan waktu audit lebih
lama disbanding opini lainnya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian
Kartika (2009) dan Purnamasari (2012).Auditor akan memberikan opini tidak
77
wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien.
Perusahaan yang menerima opini audit qualified opinion diperkirakan
mengalami audit delay yang lebih panjang dikarenakan opini tersebut merupakan
bad news bagi perusahaan dan perusahaan akan memperlambat atau menunda
proses audit. Disamping itu penerimaan opini qualified opinion merupakan
indikasi terjadinya konflik antara auditor dan perusahaan yang pada akhirnya
memperpanjang audit delay. Sehingga perusahaan yang menerima opini audior
qualified opinion mengalami audit delay yang panjang (Kartika, 2009).
78
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hipotesis penelitian
serta hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Ukuran perusahaan yang merupakan faktor internal berpengaruh positif pada
audit delay. Hal ini berarti manajemen perusahaan besar memiliki dorongan
untuk mengurangi audit delay dan penundaan penyampaian laporan keuangan,
yang disebabkan karena perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara
ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Perusahaan besar
biasanya juga memiliki struktur organisasi yang lebih lengkap, misalnya
memiliki Satuan Pengawan Internal (SPI) yang lebih professional dan juga
memiliki komite audit yang dapat mempercepat audit oleh auditor eksternal.
2. Profitabilitas yang merupakan faktor internal berpengaruh negatif pada audit
delay. Hal ini berarti kenaikan profitabilitas akan mengurangi lamanya audit
delay karena profitabilitas yang tinggi menunjukkan seberapa besar
keuntungan yang diperoleh. Audit delay akan lebih singkat sebab perusahaan
ingin lebih cepat menyampaikan “good news” tersebut kepada para pemegang
sahamnya.
3. Solvabilitas yang merupakan faktor internal berpengaruh positif pada audit
delay. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat rasio hutang terhadap ekuitas,
maka audit delay akan semakin panjang, hal ini dikarenakan rasio hutang
79
terhadap ekuitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya pada saat perusahaan dilikuidasi. Semakin
tingginya rasio hutang terhadap ekuitas berarti ada permasalahan going
concern yang memerlukan audit lebih teliti dan waktu yang lebih lama oleh
auditor. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan
meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian
auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan
karena tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula risiko
keuangannya.
4. Kualitas auditor yang merupakan faktor eksternal berpengaruh negatif pada
audit delay. Hal ini berarti kualitas auditor diproksi dari besarnya perusahaan
audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, mengacu
pada apakah KAP bersangkutan berafiliasi dengan the big four/tidak. The big
four umumnya memiliki sumber daya yang lebih besar, baik itu dari segi
kompetensi, keahlian, dan kemampuan auditor maupun fasilitas, sistem dan
prosedur pengauditan yang digunakan dibandingkan non-big four sehingga
mereka dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih efektif dan efisien.
5. Opini auditor yang merupakan faktor eksternal berpengaruh negatif pada audit
delay. Hal ini berarti perusahaan yang menerima qualified opinion
menunjukkan audit delay yang lebih panjang dibanding yang menerima
unqualified opinion. Auditor akan memberikan opini tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,
80
hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Auditor tidak
akan memberikan opini tidak wajar, apabila ruang lingkup auditnya tidak
dibatasi, sehingga dengan demikian auditor dapat mengumpulkan bukti
kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan
melalui hasil penelitian ini baik kepada auditor, investor, dan untuk
pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Kepada para auditor disarankan untuk melakukan pekerjaan lapangan dengan
sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien
dan uditor dapat mengeluarkan laporan hasil audit yang sesuai dengan
prosedur dan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik
Indonesia.
2. Investor sebaiknya mencari tahu mengenai data keuangan perusahaan sebaik-
baiknya, guna dalam membuat pertimbangan atau prediksi yang akurat untuk
menetapkan keputusan investasi. Investor juga harus lebih teliti dalam
memperhatikan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan
perusahaan di masa depan.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih dalam yang tidak
hanya terbatas pada variabel yang telah diteliti, melainkan perlu adanya
penambahan variabel lainnya serta diharapkan dapat menggunakan cakupan
obyek penelitian yang lebih luas. Selain itu, di dalam penelitian selanjutanya
81
diharapkan dapat mengembangkan model analisis yang akan digunakan untuk
mendapat hasil yang lebih mendalam.
81
DAFTAR PUSTAKA
Almutairi, A. R., Dunn, K. A. dan Skantz, T. 2009. Auditor Tenure, Auditor
Specialization and Information Asymmetry. Managerial Auditing Journal, Vol.
24, No. 7, hlm. 600-623.
Anissa, Nur. 2004. “Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Kajian
Atas Kinerja Manajemen, Kualitas Auditor, dan Opini Audit”, Balance 2, hlm.
42-53.
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Ekonisia.
Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate
Governance (Tinjauan Perspektif Agency Theory). Pidato Pengukuhan Guru
Besar, UNDIP, Semarang.
Ashton, Robert H., Willingham, John J., dan Elliott, Robert K. 1987. “An
Empirical Analysis of Audit Delay”. Journal of Accounting Research, Vol. 25,
No. 2, pp. 275-292.
Carslaw, C. A., dan Kaplan, S. E. 2009. An Examination of Audit Delay: Further
Evidence From New Zealand. Accounting and Business Research, Vol. 22, No.
85, hlm. 21-32.
Catur Sugianto, 1994. Ekonometrika Terapan, Yogyakarta: BPFE.
Cohen, S., dan Leventis, S. 2012. Effects of Municipal, Auditing and Political
Factors on Audit Delay. Accounting Form, Vol. 37, hlm. 40-53.
Cooper, Donald R. dan Schindler, Pamela S. 2007. Business Research Methods.
Singapore: McGraw-Hill International Edition.
Dyer, J.d dan A.J. McGough. 1975. “The Timeliness of The Australian Annual
Report”. Journal of Accounting Research. Autumn, pp. 204-219.
Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Boston:
Pitman.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Press
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometric. New York: Mc-Grawhill.
Hasan, Iqbal. 2002. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
82
Hossain, Monirul Alam and Peter J. Taylor. 1998. “Examination of Audit Delay:
Evidence from Pakistan”. Procceding Asian-Pacific Interdiscplinary research in
Accounting conference. Osaka
Hutchison. P. D. dan Fleischman G. M. 2003. Profesional Certification
Opportunities for Accountants. The CPA Journal, Vol. 73, No. 3, hlm. 48-51.
IAI. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Indra, Novelia Sagita dan Arisudhana, Dicky. 2012. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia (Studi
Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia
periode 2007-2010)”. Jurnal dari Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur,
Jakarta, hlm. 165-184.
Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership structure.” Journal of Financial
Economics, Vol. 3, No. 4, pp.305-360.
Kartika, Andi. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 16, No.1, hlm. 1-17
Khalatbari, Abdossamad, Ramezanpour, Ismail, dan Haghdoost, Jalal. 2013.
“Studying the relationship of earnings quality and Audit delay in accepted
companies in Tehran Securities”. International Research Journal of Applied and
Basic Sciences, Vol, 6, No. 5, pp. 549-555.
Lase, Yediel dan Sutaryo. 2014. Pengaruh Karakteristik Auditor terhadap Audit
Delay Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. SNA 17 Mataram, Universitas
Mataram.
Lianto, Novice dan Kusuma, Budi Hartono. 2010. “Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Audit Delay”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2,
hlm. 97-106.
Lowensohn, S., Johnson, L. E., Elder, R. J., dan Davies, S. P. 2007. Auditor
Specialization, Perceived Audit Quality and Audit Fees in the Local Government
Audit Market. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 26, hlm. 705-732.
Maria, Anna. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit
Delay Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal dari
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
83
Na’im, Ainun. 1998. “Nilai informasi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan”. Jurnal bisnis Indonesia, Vol.15, No 2, hlm. 85-100.
Owusu-Ansah, Stephen. 2000. “Timeliness of corporate financial reporting in
emerging capital market: empiricalevedience from Zimbabwe stock exchange”.
Accounting and business research.Summer. Vol. 30, No.3.
Payne, J. L., dan Jensen, K. L. 2002. An Examination of Municipal Audit Delay.
Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 21, hlm. 1-29.
Pourali, Mohammad Reza, Jozi, Mahshid, Rostami, Keramatollah Heydari,
Taherpour, Gholam Reza dan Niazi, Faramarz. 2013. “Investigation of Effective
Factors in Audit Delay: Evidence from Tehran Stock Exchange (TSE)”. Research
Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology, Vol. 5, No. 2, pp. 405-
410.
Primadita, I., dan Fitriany. 2012. Pengaruh Tenure audit. Dan Auditor Spesialis
terhadap Informasi Asimetri. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Purnamasari, Carmelia Putri. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Audit Delay Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal dari Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok. hlm. 1-20.
Respati, Novita Weningtyas. 2004. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”,
Jurnal Maksi, Vol. 4, hlm. 67-81
Schelker, M. 2010. Auditor Expertise: Evidence From the Public Sector, ochester:
Social Science Research Network, diunduh dari
http://papers.ssrn.com/so13/papers.cfm?abstract_id=1427172, diakses 9 Oktober
2014, Jam 22.05 WIB.
Sekaran, Uma. 2003. Research Metods for Business: a Skill Building Approach.
New York: John Willey & Sons.
Setiawan, L., dan Fitriany. 2011. Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor
terhadap Kualitas Audit sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh.
Setyaningrum, D. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Audit BPK-RI. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Sugiyono. 2012, Metode Penelitian, Alfa Beta, Bandung.
Sugiyono. 2012. Struktural Equation Modeling: Teori, Konsep dan Aplikasi.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
84
Susilawati, Christine Dwi Karya, Agustina, Lidya dan Prameswari, Tania. 2012.
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Audit Delay Pada
Perusahaan Consumer Good Industry di Bursa Efek Indonesia (Periode Tahun
2008-2010)”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 10, Vol. 4. hlm. 19-30.
Ukago, Kristianus. 2005. ”Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan: Bukti Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi,
Vol. 5, No. 1, hlm. 13-33.
Wasis, Anggit. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay:
pada perusahaan di BEI. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Wirakusuma, Made Gde. 2004. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentang
Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik”, Simposium Nasional Akuntansi,
Vol. 7, hlm. 1202-1222.
Yendrawati, Reni dan Rokhman, Fandli. 2008. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public di BEJ”.
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.1, hlm. 66-75.
Yuliana dan A.Y. Ardiati. 2004. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
di Indonesia”, Modus, Vol. 16, No. 2, hlm. 135-146.
93
LAMPIRAN I
DAFTAR PERUSAHAAN GO PUBLIC
YANG MENJADI SAMPEL
94
Res EMITEN KODE
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 Abdi Bangsa Tbk ABBA
3 Ades Waters Indonesia Tbk ADES
4 Adira Dinamika Multi Finance Tbk ADMF
5 Polychem Indonesia Tbk ADMG
6 Akbar Indomakmur Stimec Tbk AIMS
7 AnekaKemasindo Utama Tbk AKKU
8 Argha Karya Prima Ind Tbk AKPI
9 AKR Corporindo Tbk AKRA
10 Asia Kapitalindo Securities Tbk AKSI
11 Alfa Retailindo Tbk ALFA
12 Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM
13 Apexindo Pratama Duta Tbk APEX
14 Arwana Citramulia Tbk ARNA
15 Ratu Prabu Energi Tbk ARTI
16 AsuransiBintang Tbk ASBI
17 Asuransi Dayin Mitra Tbk ASDM
18 Astra Graphia Tbk ASGR
19 Astra InternationalTbk ASII
20 AsuransiJasa Tania Tbk ASJT
21 ATPK Resources Tbk ATPK
22 Astra Otoparts Tbk AUTO
23 Bank Bumiputera Indonesia Tbk BABP
24 Bayu Buana Tbk BAYU
25 Bank CentralAsia Tbk BBCA
26 Buana Finance Tbk BBLD
27 Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk BBRI
28 Bhakti Capital Indonesia Tbk BCAP
29 BankDanamon Indonesia Tbk BDMN
30 Bank Eksekutif Internasional Tbk BEKS
31 BFI Finance Indonesia Tbk BFIN
32 Bhakti Investama Tbk BHIT
33 Sentul City Tbk BKSL
34 Bank Kesawan Tbk BKSW
35 Berlian Laju Tanker Tbk BLTA
36 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
95
Res EMITEN KODE
37 Bintang Mitra Semestaraya Tbk BMSR
38 Bakrie & Brothers Tbk BNBR
39 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII
40 Barito Pacific Tbk BRPT
41 Bumi Teknokultua Unggul Tbk BTEK
42 Betonjaya Manunggal Tbk BTON
43 Budi Acid Jaya Tbk BUDI
44 Bumi Resources Tbk BUMI
45 Cahaya Kalbar Tbk CEKA
46 Cenrin Online Tbk CENT
47 Clipan Finance Indonesia Tbk CFIN
48 Citra Mineral Investindo Tbk CITA
49 Citra Kebun Raya Agri Tbk CKRA
50 Colorpak Indonesia Tbk CLPI
51 Centris Multi Persada Pratama Tbk CMPP
52 CENTE Tbk CNTX
53 Charoen Pokhpand Indonesia Tbk CPIN
54 Citra Tubindo Tbk CTBN
55 Duta Angada Realty Tbk DART
56 Davomas Abdi Tbk DAVO
57 Danasupra Erapacific Tbk DEFI
58 Dhama Samudera Fishing Indo Tbk DSFI
59 Duta Pertiwi Tbk DUTI
60 Darya Varia Laboratoia Tbk DVLA
61 Energi Mega Persada Tbk ENRG
62 Enseval Putra Megatrading Tbk EPMT
63 Erate x Djaja Tbk ERTX
64 Ever Shine Textile ndustry Tbk ESTI
65 Eterindo Wahanatama Tbk ETWA
66 Fast Food Indonesia Tbk FAST
67 Fortue Indonesia Tbk FORU
68 PT Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI
69 Godyear Indonesia Tbk GDYR
70 Gema Grahasarana Tbk GEMA
71 Gudang Garam Tbk GGRM
72 Gowa Makssar Tourism Development Tbk GMTD
96
Res EMITEN KODE
73 Equity Devlopment Investment Tbk GSMF
74 Hero Suprmarkt Tbk HERO
75 Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA
76 HM Sampoerna Tbk HMSP
77 Intikeramik Alamsari Industri Tbk IKAI
78 Indomobil Sukses International Tbk IMAS
79 Indofarma Tbk INAF
80 Indal Aluminium Industry Tbk INAI
81 Intanwijaya Internasional Tbk INCI
82 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
83 Indorama Synthetics Tbk INDR
84 Indoexchange Tbk INDX
85 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP
86 Intraco Penta Tbk INTA
87 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
88 Indosat Tbk ISAT
89 Jembo Cable Company Tbk JECC
90 Jakarta International Hotels & Developments Tbk JIHD
91 Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk JKSW
92 Jaya Real Property Tbk JRPT
93 Jakarta Setiabudi Internasional Tbk JSPT
94 GT Kabel Indonesia Tbk KBLI
95 Kedawung Setia Industrial Tbk KDSI
96 Resource Alam Indonesia Tbk KKGI
97 Kalbe Farma Tbk KLBF
98 Perdana Bangun Pusaka Tbk KONI
99 Leyand International Tbk LAPD
100 Lion Metal Works Tbk LION
101 Langgeng Makmur Industri Tbk LMPI
102 Lionmesh Prima Tbk LMSH
103 Lippo Cikarang Tbk LPCK
104 Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN
105 Lippo E-Net Tbk LPLI
106 Pacific Utama Tbk LPPF
107 Lautan Luas Tbk LTLS
108 Mas Murni Indonesia Tbk MAMI
97
Res EMITEN KODE
109 Mitra Adiperkasa Tbk MAPI
110 Bank Mayapada International Tbk MAYA
111 Modernland Realty Ltd Tbk MDLN
112 Modern International Tbk MDRN
113 Merck Tbk MERK
114 Matahari Putra Prima Tbk MPPA
115 Mustika Ratu Tbk MRAT
98
LAMPIRAN II
TABULASI DATA PENELITIAN
99
Tabulasi Data Ukuran Perusahaan Sampel Tahun 2009-2013 RES KODE Ukuran Perusahaan
2009 2010 2011 2012 2013 Average
1 AALI Rp35,825,448,750,000 Rp41,258,319,000,000 Rp45,796,734,090,000 Rp50,834,374,839,900 Rp56,426,156,072,289 Rp46,028,206,550,438
2 ABBA Rp83,898,000,000 Rp771,435,000,000 Rp856,292,850,000 Rp950,485,063,500 Rp1,055,038,420,485 Rp743,429,866,797
3 ADES Rp377,533,952,000 Rp955,632,816,000 Rp1,060,752,425,760 Rp1,177,435,192,594 Rp1,306,953,063,779 Rp975,661,490,026
4 ADMF Rp6,850,000,000,000 Rp12,000,000,000,000 Rp13,320,000,000,000 Rp14,785,200,000,000 Rp16,411,572,000,000 Rp12,673,354,400,000
5 ADMG Rp521,150,060,906 Rp836,173,605,185 Rp928,152,701,755 Rp1,030,249,498,948 Rp1,143,576,943,833 Rp891,860,562,126
6 AIMS Rp12,650,000,000 Rp14,850,000,000 Rp16,483,500,000 Rp18,296,685,000 Rp20,309,320,350 Rp16,517,901,070
7 AKKU Rp34,500,000,000 Rp29,670,000,000 Rp32,933,700,000 Rp36,556,407,000 Rp40,577,611,770 Rp34,847,543,754
8 AKPI Rp1,073,000,000,000 Rp1,776,000,000,000 Rp1,971,360,000,000 Rp2,188,209,600,000 Rp2,428,912,656,000 Rp1,887,496,451,200
9 AKRA Rp4,437,735,120,000 Rp5,492,011,875,000 Rp6,096,133,181,250 Rp6,766,707,831,188 Rp7,511,045,692,618 Rp6,060,726,740,011
10 AKSI Rp2,037,164,000,000 Rp1,110,000,000,000 Rp1,232,100,000,000 Rp1,367,631,000,000 Rp1,518,070,410,000 Rp1,452,993,082,000
11 ALFA Rp52,000,000 Rp290,000,000 Rp321,900,000 Rp357,309,000 Rp396,612,990 Rp283,564,398
12 ANTM Rp2,098,461,145,000,000 Rp23,369,226,387,500 Rp25,939,841,290,125 Rp28,793,223,832,039 Rp31,960,478,453,563 Rp441,704,782,992,645
13 APEX Rp137,218,781,850 Rp150,133,490,730 Rp166,648,174,710 Rp184,979,473,928 Rp205,327,216,061 Rp168,861,427,456
14 ARNA Rp568,960,900,640 Rp532,253,745,760 Rp590,801,657,794 Rp655,789,840,151 Rp727,926,722,567 Rp615,146,573,382
15 ARTI Rp27,030,287,500,000 Rp161,031,500,000 Rp178,744,965,000 Rp198,406,911,150 Rp220,231,671,377 Rp5,557,740,509,505
16 ASBI Rp50,516,038,440 Rp44,419,275,180 Rp49,305,395,450 Rp54,728,988,949 Rp60,749,177,734 Rp51,943,775,151
17 ASDM Rp34,560,000,000 Rp115,200,000,000 Rp127,872,000,000 Rp141,937,920,000 Rp157,551,091,200 Rp115,424,202,240
18 ASGR Rp424,865,857,500 Rp930,658,545,000 Rp1,033,030,984,950 Rp1,146,664,393,295 Rp1,272,797,476,557 Rp961,603,451,460
19 ASII Rp152,969,929,395,800 Rp240,475,782,378,700 Rp266,928,118,440,357 Rp296,290,211,468,796 Rp328,882,134,730,364 Rp257,109,235,282,803
20 ASJT Rp93,000,000,000 Rp126,000,000,000 Rp139,860,000,000 Rp155,244,600,000 Rp172,321,506,000 Rp137,285,221,200
21 ATPK Rp1,462,500,000 Rp654,500,000 Rp726,495,000 Rp806,409,450 Rp895,114,490 Rp909,003,788
22 AUTO Rp330,689,687,500,000 Rp8,022,819,375,000 Rp8,905,329,506,250 Rp9,884,915,751,938 Rp10,972,256,484,651 Rp73,695,001,723,568
23 BABP Rp920,609,459,400 Rp1,242,822,770,190 Rp1,379,533,274,911 Rp1,531,281,935,151 Rp1,699,722,948,018 Rp1,354,794,077,534
24 BAYU Rp51,217,013,100 Rp95,369,610,600 Rp105,860,267,766 Rp117,504,897,220 Rp130,430,435,914 Rp100,076,444,920
25 BBCA Rp119,576,798,500,000 Rp157,792,064,000,000 Rp175,149,191,040,000 Rp194,415,602,054,400 Rp215,801,318,280,384 Rp172,546,994,774,957
26 BBLD Rp409,294,858,920 Rp588,810,147,920 Rp653,579,264,191 Rp725,472,983,252 Rp805,275,011,410 Rp636,486,453,139
100
RES KODE Ukuran Perusahaan
2009 2010 2011 2012 2013 Average
27 BBRI Rp229,500,000,000,000 Rp315,000,000,000,000 Rp349,650,000,000,000 Rp388,111,500,000,000 Rp430,803,765,000,000 Rp342,613,053,000,000
28 BCAP Rp50,007,000,000,000 Rp762,606,750,000 Rp846,493,492,500 Rp939,607,776,675 Rp1,042,964,632,109 Rp10,719,734,530,257
29 BDMN Rp3,707,005,506,778,660 Rp4,658,744,271,423,540 Rp5,171,206,141,280,130 Rp5,740,038,816,820,950 Rp6,371,443,086,671,250 Rp5,129,687,564,594,910
30 BEKS Rp81,106,250,000 Rp968,152,500,000 Rp1,074,649,275,000 Rp1,192,860,695,250 Rp1,324,075,371,728 Rp928,168,818,396
31 BFIN Rp1,201,336,063,980 Rp2,832,263,821,725 Rp3,143,812,842,115 Rp3,489,632,254,747 Rp3,873,491,802,770 Rp2,908,107,357,067
32 BHIT Rp361,846,677,250 Rp4,865,250,543,735 Rp5,400,428,103,546 Rp5,994,475,194,936 Rp6,653,867,466,379 Rp4,655,173,597,169
33 BKSL Rp971,649,834,006 Rp3,111,176,646,090 Rp3,453,406,077,160 Rp3,833,280,745,647 Rp4,254,941,627,669 Rp3,124,890,986,114
34 BKSW Rp469,892,812,500 Rp651,584,700,000 Rp723,259,017,000 Rp802,817,508,870 Rp891,127,434,846 Rp707,736,294,643
35 BLTA Rp4,225,000,000 Rp1,155,000,000 Rp1,282,050,000 Rp1,423,075,500 Rp1,579,613,805 Rp1,932,947,861
36 BMRI Rp9,703,593,034,499,530 Rp13,419,846,624,865,100 Rp14,896,029,753,600,200 Rp16,534,593,026,496,300 Rp18,353,398,259,410,900 Rp14,581,492,139,774,400
37 BMSR Rp231,840,000,000 Rp307,188,000,000 Rp340,978,680,000 Rp378,486,334,800 Rp420,119,831,628 Rp335,722,569,286
38 BNBR Rp7,966,345,982,400 Rp6,091,911,633,600 Rp6,762,021,913,296 Rp7,505,844,323,759 Rp8,331,487,199,372 Rp7,331,522,210,485
39 BNII Rp381,909,000 Rp1,050,004,020 Rp1,165,504,462 Rp1,293,709,953 Rp1,436,018,048 Rp1,065,429,097
40 BRPT Rp9,283,257,402,720 Rp8,166,474,557,280 Rp9,064,786,758,581 Rp10,061,913,302,025 Rp11,168,723,765,247 Rp9,549,031,157,171
41 BTEK Rp97,062,020,000 Rp772,084,250,000 Rp857,013,517,500 Rp951,285,004,425 Rp1,055,926,354,912 Rp746,674,229,367
42 BTON Rp15,815,593,750,000 Rp195,538,250,000 Rp217,047,457,500 Rp240,922,677,825 Rp267,424,172,386 Rp3,347,305,261,542
43 BUDI Rp826,489,693,260 Rp829,634,519,780 Rp920,894,316,956 Rp1,022,192,691,821 Rp1,134,633,887,921 Rp946,769,021,948
44 BUMI Rp47,054,700,000,000 Rp62,839,535,000,000 Rp69,751,883,850,000 Rp77,424,591,073,500 Rp85,941,296,091,585 Rp68,602,401,203,017
45 CEKA Rp371,875,000,000 Rp327,250,000,000 Rp363,247,500,000 Rp403,204,725,000 Rp447,557,244,750 Rp382,626,893,950
46 CENT Rp135,496,505,000,000 Rp1,212,337,150,000 Rp1,345,694,236,500 Rp1,493,720,602,515 Rp1,658,029,868,792 Rp28,241,257,371,561
47 CFIN Rp57,709,957,592,192 Rp169,280,097,888,150 Rp187,900,908,655,847 Rp208,570,008,607,990 Rp231,512,709,554,869 Rp170,994,736,459,809
48 CITA Rp842,683,725,000 Rp1,068,522,963,300 Rp1,186,060,489,263 Rp1,316,527,143,082 Rp1,461,345,128,821 Rp1,175,027,889,893
49 CKRA Rp7,821,530,000,000 Rp49,459,675,000 Rp54,900,239,250 Rp60,939,265,568 Rp67,642,584,780 Rp1,610,894,352,919
50 CLPI Rp505,458,525,000 Rp105,686,782,500 Rp117,312,328,575 Rp130,216,684,718 Rp144,540,520,037 Rp200,642,968,166
51 CMPP Rp13,500,000,000,000 Rp9,450,000,000,000 Rp10,489,500,000,000 Rp11,643,345,000,000 Rp12,924,112,950,000 Rp11,601,391,590,000
52 CNTX Rp19,500,000,000 Rp9,275,000,000 Rp10,295,250,000 Rp11,427,727,500 Rp12,684,777,525 Rp12,636,551,005
101
RES KODE Ukuran Perusahaan
2009 2010 2011 2012 2013 Average
53 CPIN Rp7,390,161,918,000 Rp30,172,320,000,000 Rp33,491,275,200,000 Rp37,175,315,472,000 Rp41,264,600,173,920 Rp29,898,734,552,784
54 CTBN Rp2,160,000,000,000 Rp2,000,000,000,000 Rp2,220,000,000,000 Rp2,464,200,000,000 Rp2,735,262,000,000 Rp2,315,892,400,000
55 DART Rp557,971,237,590 Rp532,218,718,932 Rp590,762,778,015 Rp655,746,683,596 Rp727,878,818,792 Rp612,915,647,385
56 DAVO Rp620,185,566,000 Rp917,874,637,680 Rp1,018,840,847,825 Rp1,130,913,341,086 Rp1,255,313,808,605 Rp988,625,640,239
57 DEFI Rp33,800,000,000 Rp42,588,000,000 Rp47,272,680,000 Rp52,472,674,800 Rp58,244,669,028 Rp46,875,604,766
58 DSFI Rp92,856,775,000 Rp92,856,775,000 Rp103,071,020,250 Rp114,408,832,478 Rp126,993,804,050 Rp106,037,441,356
59 DUTI Rp980,500,000,000 Rp3,885,000,000,000 Rp4,312,350,000,000 Rp4,786,708,500,000 Rp5,313,246,435,000 Rp3,855,560,987,000
60 DVLA Rp834,400,000,000 Rp1,310,400,000,000 Rp1,454,544,000,000 Rp1,614,543,840,000 Rp1,792,143,662,400 Rp1,401,206,300,480
61 ENRG Rp2,779,356,909 Rp5,032,429,691,088 Rp5,585,996,957,108 Rp6,200,456,622,390 Rp6,882,506,850,852 Rp4,740,833,895,669
62 EPMT Rp1,235,733,642,000 Rp3,441,682,864,125 Rp3,820,267,979,179 Rp4,240,497,456,888 Rp4,706,952,177,146 Rp3,489,026,823,868
63 ERTX Rp55,155,350,800 Rp38,284,302,320 Rp42,495,575,575 Rp47,170,088,888 Rp52,358,798,666 Rp47,092,823,250
64 ESTI Rp59,400,000,000 Rp110,000,000,000 Rp122,100,000,000 Rp135,531,000,000 Rp150,439,410,000 Rp115,494,082,000
65 ETWA Rp877,009,990,555 Rp983,962,428,427 Rp1,092,198,295,554 Rp1,212,340,108,065 Rp1,345,697,519,952 Rp1,102,241,668,510
66 FAST Rp550,548,790,000 Rp1,113,198,790,000 Rp1,235,650,656,900 Rp1,371,572,229,159 Rp1,522,445,174,366 Rp1,158,683,128,085
67 FORU Rp22,770,000,000 Rp28,336,000,000 Rp31,452,960,000 Rp34,912,785,600 Rp38,753,192,016 Rp31,244,987,523
68 FPNI Rp407,000,000,000 Rp288,970,000,000 Rp320,756,700,000 Rp356,039,937,000 Rp395,204,330,070 Rp353,594,193,414
69 GDYR Rp37,550,066,400,000 Rp43,151,521,875,000 Rp47,898,189,281,250 Rp53,166,990,102,188 Rp59,015,359,013,428 Rp48,156,425,334,373
70 GEMA Rp1,229,509,600,000 Rp3,418,800,000,000 Rp3,794,868,000,000 Rp4,212,303,480,000 Rp4,675,656,862,800 Rp3,466,227,588,560
71 GGRM Rp2,370,500,000 Rp4,400,000,000 Rp4,884,000,000 Rp5,421,240,000 Rp6,017,576,400 Rp4,618,663,280
72 GMTD Rp125,907,668,700,000 Rp1,731,230,444,625 Rp1,921,665,793,534 Rp2,133,049,030,822 Rp2,367,684,424,213 Rp26,812,259,678,639
73 GSMF Rp4,735,393,256 Rp5,327,317,413 Rp5,913,322,328 Rp6,563,787,785 Rp7,285,804,441 Rp5,965,125,045
74 HERO Rp10,094,467,592,000 Rp8,681,242,129,120 Rp9,636,178,763,323 Rp10,696,158,427,289 Rp11,872,735,854,291 Rp10,196,156,553,205
75 HEXA Rp199,276,481,250,000 Rp4,523,259,812,500 Rp5,020,818,391,875 Rp5,573,108,414,981 Rp6,186,150,340,629 Rp44,115,963,641,997
76 HMSP Rp1,992,770,619,840 Rp5,393,893,552,740 Rp5,987,221,843,541 Rp6,645,816,246,331 Rp7,376,856,033,427 Rp5,479,311,659,176
77 IKAI Rp232,320,000,000 Rp31,046,400,000 Rp34,461,504,000 Rp38,252,269,440 Rp42,460,019,078 Rp75,708,038,504
78 IMAS Rp958,502,769,642 Rp11,207,111,589,135 Rp12,439,893,863,940 Rp13,808,282,188,973 Rp15,327,193,229,760 Rp10,748,196,728,290
102
RES KODE Ukuran Perusahaan
2009 2010 2011 2012 2013 Average
79 INAF Rp402,482,840,168 Rp387,935,267,632 Rp430,608,147,072 Rp477,975,043,249 Rp530,552,298,007 Rp445,910,719,226
80 INAI Rp70,950,000,000 Rp118,800,000,000 Rp131,868,000,000 Rp146,373,480,000 Rp162,474,562,800 Rp126,093,208,560
81 INCI Rp1,401,400,000 Rp943,250,000 Rp1,047,007,500 Rp1,162,178,325 Rp1,290,017,941 Rp1,168,770,753
82 INDF Rp224,581,431,250,000 Rp3,084,040,781,250 Rp3,423,285,267,188 Rp3,799,846,646,578 Rp4,217,829,777,702 Rp47,821,286,744,544
83 INDR Rp4,759,550,905,098 Rp17,215,396,890,780 Rp19,109,090,548,766 Rp21,211,090,509,130 Rp23,544,310,465,134 Rp17,167,887,863,782
84 INDX Rp24,089,657,196 Rp43,516,800,096 Rp48,303,648,107 Rp53,617,049,398 Rp59,514,924,832 Rp45,808,415,926
85 INKP Rp47,189,689,140,000 Rp44,477,638,040,000 Rp49,370,178,224,400 Rp54,800,897,829,084 Rp60,828,996,590,283 Rp51,333,479,964,754
86 INTA Rp1,090,016,834,808 Rp3,870,349,630,840 Rp4,296,088,090,232 Rp4,768,657,780,158 Rp5,293,210,135,975 Rp3,863,664,494,403
87 INTP Rp452,100,000,000,000 Rp526,350,000,000,000 Rp584,248,500,000,000 Rp648,515,835,000,000 Rp719,852,576,850,000 Rp586,213,382,370,000
88 ISAT Rp649,778,456,250,000 Rp7,426,039,500,000 Rp8,242,903,845,000 Rp9,149,623,267,950 Rp10,156,081,827,425 Rp136,950,620,938,075
89 JECC Rp4,522,416,499,524 Rp5,740,479,567,812 Rp6,371,932,320,271 Rp7,072,844,875,501 Rp7,850,857,811,806 Rp6,311,706,214,983
90 JIHD Rp478,953,750,000 Rp5,193,361,250,000 Rp5,764,630,987,500 Rp6,398,740,396,125 Rp7,102,601,839,699 Rp4,987,657,644,665
91 JKSW Rp58,546,124,637 Rp134,656,086,665 Rp149,468,256,198 Rp165,909,764,380 Rp184,159,838,462 Rp138,548,014,068
92 JRPT Rp6,368,501,519,600 Rp42,682,872,868,350 Rp47,377,988,883,869 Rp52,589,567,661,094 Rp58,374,420,103,814 Rp41,478,670,207,345
93 JSPT Rp7,713,096,620,460 Rp21,978,036,857,700 Rp24,395,620,912,047 Rp27,079,139,212,372 Rp30,057,844,525,733 Rp22,244,747,625,663
94 KBLI Rp38,593,863,000 Rp55,134,090,000 Rp61,198,839,900 Rp67,930,712,289 Rp75,403,090,641 Rp59,652,119,166
95 KDSI Rp3,579,902,353,511 Rp5,427,593,890,807 Rp6,024,629,218,796 Rp6,687,338,432,863 Rp7,422,945,660,478 Rp5,828,481,911,291
96 KKGI Rp2,800,666,000 Rp5,478,867,130 Rp6,081,542,514 Rp6,750,512,191 Rp7,493,068,532 Rp5,720,931,273
97 KLBF Rp9,981,246,681,120 Rp24,953,116,702,800 Rp27,697,959,540,108 Rp30,744,735,089,520 Rp34,126,655,949,367 Rp25,500,742,792,583
98 KONI Rp89,782,368,500 Rp121,327,525,000 Rp134,673,552,750 Rp149,487,643,553 Rp165,931,284,343 Rp132,240,474,829
99 LAPD Rp14,866,658,125,000 Rp148,666,581,250 Rp165,019,905,188 Rp183,172,094,758 Rp203,321,025,182 Rp3,113,367,546,275
100 LION Rp8,264,896,932,600 Rp15,763,055,875,820 Rp17,496,992,022,160 Rp19,421,661,144,598 Rp21,558,043,870,504 Rp16,500,929,969,136
101 LMPI Rp4,589,046,000,000 Rp6,169,699,800,000 Rp6,848,366,778,000 Rp7,601,687,123,580 Rp8,437,872,707,174 Rp6,729,334,481,751
102 LMSH Rp850,850,000,000 Rp1,570,800,000,000 Rp1,743,588,000,000 Rp1,935,382,680,000 Rp2,148,274,774,800 Rp1,649,779,090,960
103 LPCK Rp13,917,722,500,000 Rp249,886,381,250 Rp277,373,883,188 Rp307,885,010,338 Rp341,752,361,475 Rp3,018,924,027,250
104 LPIN Rp3,149,993,174,240 Rp8,948,870,995,625 Rp9,933,246,805,144 Rp11,025,903,953,710 Rp12,238,753,388,618 Rp9,059,353,663,467
103
RES KODE Ukuran Perusahaan
2009 2010 2011 2012 2013 Average
105 LPLI Rp169,323,249,810 Rp908,413,055,550 Rp1,008,338,491,661 Rp1,119,255,725,743 Rp1,242,373,855,575 Rp889,540,875,668
106 LPPF Rp118,237,378,875,000 Rp1,613,190,562,500 Rp1,790,641,524,375 Rp1,987,612,092,056 Rp2,206,249,422,182 Rp25,167,014,495,223
107 LTLS Rp252,729,262,500 Rp269,577,880,000 Rp299,231,446,800 Rp332,146,905,948 Rp368,683,065,602 Rp304,473,712,170
108 MAMI Rp3,029,400,000,000 Rp2,970,000,000,000 Rp3,296,700,000,000 Rp3,659,337,000,000 Rp4,061,864,070,000 Rp3,403,460,214,000
109 MAPI Rp4,433,000,000 Rp10,298,750,000 Rp11,431,612,500 Rp12,689,089,875 Rp14,084,889,761 Rp10,587,468,427
110 MAYA Rp4,188,152,562,169 Rp23,990,274,000,000 Rp26,629,204,140,000 Rp29,558,416,595,400 Rp32,809,842,420,894 Rp23,435,177,943,693
111 MDLN Rp110,000,000,000 Rp215,600,000,000 Rp239,316,000,000 Rp265,640,760,000 Rp294,861,243,600 Rp225,083,600,720
112 MDRN Rp705,613,288,447 Rp6,835,491,027,393 Rp7,587,395,040,406 Rp8,422,008,494,851 Rp9,348,429,429,284 Rp6,579,787,456,076
113 MERK Rp1,173,391,090,872,000 Rp1,316,653,956,618,000 Rp1,461,485,891,845,980 Rp1,622,249,339,949,040 Rp1,800,696,767,343,430 Rp1,474,895,409,325,690
114 MPPA Rp65,436,800,000 Rp110,796,400,000 Rp122,984,004,000 Rp136,512,244,440 Rp151,528,591,328 Rp117,451,607,954
115 MRAT Rp806,925,374,750 Rp1,327,851,882,500 Rp1,473,915,589,575 Rp1,636,046,304,428 Rp1,816,011,397,915 Rp1,412,150,109,834
104
Tabulasi Data Profitabilitas Sampel Tahun 2009-2013
RES KODE Profitabilitas
2009 2010 2011 2012 2013 Average
1 AALI 21.93% 22.94% 25.23% 27.76% 30.53% 25.68%
2 ABBA 0.22% 0.61% 0.68% 0.74% 0.82% 0.61%
3 ADES 9.15% 9.11% 10.02% 11.03% 12.13% 10.29%
4 ADMF 28.00% 19.32% 21.25% 23.37% 25.71% 23.53%
5 ADMG 4.74% 3.08% 3.38% 3.72% 4.10% 3.80%
6 AIMS 3561.57% 3032.57% 3335.83% 3669.41% 4036.36% 3527.15%
7 AKKU 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01%
8 AKPI 0.20% 3.41% 3.75% 4.13% 4.54% 3.21%
9 AKRA 3.66% 3.64% 4.00% 4.40% 4.84% 4.11%
10 AKSI 2.03% 2.13% 2.35% 2.58% 2.84% 2.38%
11 ALFA 1.15% 0.42% 0.46% 0.50% 0.55% 0.62%
12 ANTM 6.08% 13.67% 15.04% 16.55% 18.20% 13.91%
13 APEX 0.20% 3.41% 3.75% 4.13% 4.54% 3.21%
14 ARNA 4.74% 3.08% 3.38% 3.72% 4.10% 3.80%
15 ARTI 0.09% 1.36% 1.50% 1.65% 1.81% 1.28%
16 ASBI 1.95% 1.10% 1.21% 1.33% 1.46% 1.41%
17 ASDM 2.93% 4.59% 5.05% 5.56% 6.11% 4.85%
18 ASGR 8.64% 12.05% 13.26% 14.58% 16.04% 12.92%
19 ASII 112.89% 12.73% 14.00% 15.40% 16.94% 34.39%
20 ASJT 92.24% 68.46% 75.31% 82.84% 91.12% 81.99%
21 ATPK 2.41% 2.61% 2.88% 3.16% 3.48% 2.91%
22 AUTO 8.48% 7.45% 8.20% 9.02% 9.92% 8.61%
23 BABP 0.07% 0.14% 0.15% 0.17% 0.19% 0.14%
24 BAYU 0.20% 3.41% 3.75% 4.13% 4.54% 3.21%
25 BBCA 2.41% 2.61% 2.88% 3.16% 3.48% 2.91%
26 BBLD 3037.01% 3.82% 4.21% 4.63% 5.09% 610.95%
27 BBRI 2.31% 2.84% 3.12% 3.43% 3.78% 3.10%
28 BCAP 0.65% 7.51% 8.26% 9.08% 9.99% 7.10%
29 BDMN 1.55% 2.44% 2.68% 2.95% 3.25% 2.58%
30 BEKS 0.95% 5.68% 6.24% 6.87% 7.56% 5.46%
31 BFIN 12.59% 9.36% 10.29% 11.32% 12.45% 11.20%
32 BHIT -1.51% 1.56% 1.71% 1.88% 2.07% 1.14%
33 BKSL 0.09% 1.36% 1.50% 1.65% 1.81% 1.28%
34 BKSW 0.17% 0.05% 0.05% 0.06% 0.06% 0.08%
35 BLTA 2.41% 2.61% 2.88% 3.16% 3.48% 2.91%
36 BMRI 1.81% 2.05% 2.25% 2.48% 2.73% 2.27%
37 BMSR 2.53% 7.72% 8.50% 9.34% 10.28% 7.67%
38 BNBR -6.58% -24.05% -26.46% -29.10% -32.01% -23.64%
39 BNII 0.02% -0.04% -0.05% -0.05% -0.06% -0.04%
40 BRPT 3.39% -0.35% -0.38% -0.42% -0.46% 0.35%
105
RES KODE Profitabilitas
2009 2010 2011 2012 2013 Average
41 BTEK -7.76% -5.70% -6.27% -6.90% -7.59% -6.84%
42 BTON 4.79% 5.65% 6.22% 6.84% 7.52% 6.20%
43 BUDI 9.16% 2.34% 2.58% 2.84% 3.12% 4.01%
44 BUMI 2.59% 3.55% 3.90% 4.29% 4.72% 3.81%
45 CEKA 100.00% 100.00% 110.00% 121.00% 133.10% 112.82%
46 CENT 11.32% 1.27% 1.40% 1.54% 1.69% 3.44%
47 CFIN 8.48% 7.45% 8.20% 9.02% 9.92% 8.61%
48 CITA 5.54% 6.99% 7.69% 8.46% 9.31% 7.60%
49 CKRA 4.79% 5.65% 6.22% 6.84% 7.52% 6.20%
50 CLPI 14.10% 10.33% 11.36% 12.50% 13.75% 12.41%
51 CMPP -15.41% 0.35% 0.38% 0.42% 0.46% -2.76%
52 CNTX -13.71% -3.33% -3.67% -4.03% -4.44% -5.84%
53 CPIN 30.15% 33.91% 37.30% 41.03% 45.13% 37.50%
54 CTBN 7.12% 6.71% 7.38% 8.12% 8.93% 7.65%
55 DART 0.94% 1.05% 1.16% 1.27% 1.40% 1.16%
56 DAVO -8.08% -0.93% -1.02% -1.12% -1.23% -2.48%
57 DEFI -5.46% 3.88% 4.26% 4.69% 5.16% 2.51%
58 DSFI -71.63% 3.46% 3.80% 4.18% 4.60% -11.12%
59 DUTI 4.79% 5.65% 6.22% 6.84% 7.52% 6.20%
60 DVLA 40.55% 54.36% 59.80% 65.78% 72.35% 58.57%
61 ENRG -16.87% -0.53% -0.58% -0.64% -0.71% -3.87%
62 EPMT 0.22% 0.61% 0.68% 0.74% 0.82% 0.61%
63 ERTX 9.15% 9.11% 10.02% 11.03% 12.13% 10.29%
64 ESTI 28.00% 19.32% 21.25% 23.37% 25.71% 23.53%
65 ETWA 4.74% 3.08% 3.38% 3.72% 4.10% 3.80%
66 FAST 3561.57% 3032.57% 3335.83% 3669.41% 4036.36% 3527.15%
67 FORU 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01% 0.01%
68 FPNI 0.20% 3.41% 3.75% 4.13% 4.54% 3.21%
69 GDYR 3.66% 3.64% 4.00% 4.40% 4.84% 4.11%
70 GEMA 2.03% 2.13% 2.35% 2.58% 2.84% 2.38%
71 GGRM 1.15% 0.42% 0.46% 0.50% 0.55% 0.62%
72 GMTD 6.08% 13.67% 15.04% 16.55% 18.20% 13.91%
73 GSMF 0.20% 3.41% 3.75% 4.13% 4.54% 3.21%
74 HERO 4.74% 3.08% 3.38% 3.72% 4.10% 3.80%
75 HEXA 0.09% 1.36% 1.50% 1.65% 1.81% 1.28%
76 HMSP 1.95% 1.10% 1.21% 1.33% 1.46% 1.41%
77 IKAI 2.93% 4.59% 5.05% 5.56% 6.11% 4.85%
78 IMAS 8.64% 12.05% 13.26% 14.58% 16.04% 12.92%
79 INAF 112.89% 12.73% 14.00% 15.40% 16.94% 34.39%
80 INAI 92.24% 68.46% 75.31% 82.84% 91.12% 81.99%
106
RES KODE Profitabilitas
2009 2010 2011 2012 2013 Average
81 INCI 2.41% 2.61% 2.88% 3.16% 3.48% 2.91%
82 INDF 8.48% 7.45% 8.20% 9.02% 9.92% 8.61%
83 INDR 0.07% 0.14% 0.15% 0.17% 0.19% 0.14%
84 INDX 0.20% 3.41% 3.75% 4.13% 4.54% 3.21%
85 INKP 2.41% 2.61% 2.88% 3.16% 3.48% 2.91%
86 INTA 3037.01% 3.82% 4.21% 4.63% 5.09% 610.95%
87 INTP 2.31% 2.84% 3.12% 3.43% 3.78% 3.10%
88 ISAT 0.65% 7.51% 8.26% 9.08% 9.99% 7.10%
89 JECC 1.55% 2.44% 2.68% 2.95% 3.25% 2.58%
90 JIHD 0.95% 5.68% 6.24% 6.87% 7.56% 5.46%
91 JKSW 12.59% 9.36% 10.29% 11.32% 12.45% 11.20%
92 JRPT -1.51% 1.56% 1.71% 1.88% 2.07% 1.14%
93 JSPT 0.09% 1.36% 1.50% 1.65% 1.81% 1.28%
94 KBLI 0.17% 0.05% 0.05% 0.06% 0.06% 0.08%
95 KDSI 1.81% 2.05% 2.25% 2.48% 2.73% 2.27%
96 KKGI 0.02% -0.04% -0.05% -0.05% -0.06% -0.04%
97 KLBF 3.39% -0.35% -0.38% -0.42% -0.46% 0.35%
98 KONI -7.76% -5.70% -6.27% -6.90% -7.59% -6.84%
99 LAPD 4.79% 5.65% 6.22% 6.84% 7.52% 6.20%
100 LION 9.16% 2.34% 2.58% 2.84% 3.12% 4.01%
101 LMPI 2.59% 3.55% 3.90% 4.29% 4.72% 3.81%
102 LMSH 100.00% 100.00% 110.00% 121.00% 133.10% 112.82%
103 LPCK 11.32% 1.27% 1.40% 1.54% 1.69% 3.44%
104 LPIN 8.48% 7.45% 8.20% 9.02% 9.92% 8.61%
105 LPLI 5.54% 6.99% 7.69% 8.46% 9.31% 7.60%
106 LPPF 4.79% 5.65% 6.22% 6.84% 7.52% 6.20%
107 LTLS 14.10% 10.33% 11.36% 12.50% 13.75% 12.41%
108 MAMI -15.41% 0.35% 0.38% 0.42% 0.46% -2.76%
109 MAPI -13.71% -3.33% -3.67% -4.03% -4.44% -5.84%
110 MAYA 30.15% 33.91% 37.30% 41.03% 45.13% 37.50%
111 MDLN 7.12% 6.71% 7.38% 8.12% 8.93% 7.65%
112 MDRN 0.94% 1.05% 1.16% 1.27% 1.40% 1.16%
113 MERK -8.08% -0.93% -1.02% -1.12% -1.23% -2.48%
114 MPPA -5.46% 3.88% 4.26% 4.69% 5.16% 2.51%
115 MRAT -71.63% 3.46% 3.80% 4.18% 4.60% -11.12%
107
Tabulasi Data Solvabilitas Sampel Tahun 2009-2013
RES KODE Solvabilitas
2009 2010 2011 2012 2013 Average
1 AALI 18.39% 18.51% 20.36% 22.39% 24.63% 20.85%
2 ABBA 43.94% 244.80% 269.28% 296.21% 325.83% 236.01%
3 ADES 61.74% 69.22% 76.14% 83.76% 92.13% 76.60%
4 ADMF 38.74% 50.07% 55.07% 60.58% 66.64% 54.22%
5 ADMG 119.29% 109.07% 119.97% 131.97% 145.17% 125.10%
6 AIMS 778.48% 588.22% 647.04% 711.74% 782.92% 701.68%
7 AKKU 66.55% 91.39% 100.53% 110.59% 121.64% 98.14%
8 AKPI 124.19% 120.19% 132.20% 145.43% 159.97% 136.39%
9 AKRA 98.47% 201.42% 221.56% 243.72% 268.09% 206.65%
10 AKSI 27.51% 28.37% 31.21% 34.33% 37.76% 31.83%
11 ALFA 97.61% 137.19% 150.91% 166.00% 182.60% 146.86%
12 ANTM 21.45% 28.29% 31.12% 34.23% 37.65% 30.55%
13 APEX 124.19% 120.19% 132.20% 145.43% 159.97% 136.39%
14 ARNA 138.49% 112.08% 123.29% 135.62% 149.18% 131.73%
15 ARTI 21.91% 16.81% 18.49% 20.33% 22.37% 19.98%
16 ASBI 110.23% 158.82% 174.70% 192.18% 211.39% 169.46%
17 ASDM 132.62% 137.58% 151.34% 166.47% 183.12% 154.23%
18 ASGR 64.25% 62.25% 68.47% 75.32% 82.85% 70.63%
19 ASII 887.91% 74.84% 82.32% 90.55% 99.61% 247.05%
20 ASJT 78.32% 72.76% 80.03% 88.03% 96.84% 83.20%
21 ATPK 913.73% 849.81% 934.79% 1028.27% 1131.09% 971.54%
22 AUTO 25.93% 45.02% 49.52% 54.47% 59.92% 46.97%
23 BABP 8.35% 8.98% 9.87% 10.86% 11.95% 10.00%
24 BAYU 124.19% 120.19% 132.20% 145.43% 159.97% 136.39%
25 BBCA 913.73% 849.81% 934.79% 1028.27% 1131.09% 971.54%
26 BBLD 56.95% 68.92% 75.81% 83.39% 91.73% 75.36%
27 BBRI 1062.79% 1002.40% 1102.64% 1212.91% 1334.20% 1142.99%
28 BCAP 177.94% 157.54% 173.29% 190.62% 209.68% 181.82%
29 BDMN 523.20% 539.83% 593.81% 653.19% 718.51% 605.71%
30 BEKS -3153.02% 508.67% 559.54% 615.49% 677.04% -158.46%
31 BFIN 3.59% 49.85% 54.84% 60.32% 66.35% 46.99%
32 BHIT 139.29% 122.78% 135.06% 148.57% 163.43% 141.83%
33 BKSL 21.91% 16.81% 18.49% 20.33% 22.37% 19.98%
34 BKSW 1215.34% 1354.00% 1489.40% 1638.34% 1802.17% 1499.85%
35 BLTA 913.73% 849.81% 934.79% 1028.27% 1131.09% 971.54%
36 BMRI 1023.44% 981.41% 1079.55% 1187.50% 1306.25% 1115.63%
37 BMSR 37.45% 47.06% 51.77% 56.94% 62.64% 51.17%
38 BNBR 453.68% 169.48% 186.43% 205.07% 225.58% 248.05%
39 BNII 11657.27% 111862.69% 123048.96% 135353.86% 148889.24% 106162.41%
40 BRPT 44.02% 70.05% 77.05% 84.76% 93.23% 73.82%
41 BTEK 1.06% 6.52% 7.17% 7.88% 8.67% 6.26%
42 BTON 61.58% 55.20% 60.72% 66.80% 73.48% 63.56%
43 BUDI 109.62% 152.76% 168.03% 184.83% 203.32% 163.71%
108
RES KODE Solvabilitas
2009 2010 2011 2012 2013 Average
44 BUMI 433.94% 405.56% 446.11% 490.72% 539.79% 463.22%
45 CEKA 100.00% 100.00% 110.00% 121.00% 133.10% 112.82%
46 CENT 16.97% 275.78% 303.36% 333.69% 367.06% 259.37%
47 CFIN 25.93% 45.02% 49.52% 54.47% 59.92% 46.97%
48 CITA 71.49% 98.31% 108.15% 118.96% 130.86% 105.55%
49 CKRA 61.58% 55.20% 60.72% 66.80% 73.48% 63.56%
50 CLPI 90.10% 104.74% 115.22% 126.74% 139.41% 115.24%
51 CMPP 144.07% 132.40% 145.64% 160.20% 176.22% 151.71%
52 CNTX 478.79% 741.30% 815.43% 896.97% 986.67% 783.83%
53 CPIN 81.75% 45.67% 50.24% 55.26% 60.79% 58.74%
54 CTBN 84.98% 143.25% 157.58% 173.33% 190.67% 149.96%
55 DART 79.29% 71.15% 78.27% 86.10% 94.71% 81.90%
56 DAVO 527.82% 195.94% 215.53% 237.09% 260.80% 287.44%
57 DEFI 0.92% 1.14% 1.25% 1.37% 1.51% 1.24%
58 DSFI 748.49% 582.53% 640.78% 704.86% 775.35% 690.40%
59 DUTI 61.58% 55.20% 60.72% 66.80% 73.48% 63.56%
60 DVLA 5.44% 6.02% 6.63% 7.29% 8.02% 6.68%
61 ENRG 82.69% 49.95% 54.94% 60.44% 66.48% 62.90%
62 EPMT 43.94% 244.80% 269.28% 296.21% 325.83% 236.01%
63 ERTX 61.74% 69.22% 76.14% 83.76% 92.13% 76.60%
64 ESTI 38.74% 50.07% 55.07% 60.58% 66.64% 54.22%
65 ETWA 119.29% 109.07% 119.97% 131.97% 145.17% 125.10%
66 FAST 778.48% 588.22% 647.04% 711.74% 782.92% 701.68%
67 FORU 66.55% 91.39% 100.53% 110.59% 121.64% 98.14%
68 FPNI 124.19% 120.19% 132.20% 145.43% 159.97% 136.39%
69 GDYR 98.47% 201.42% 221.56% 243.72% 268.09% 206.65%
70 GEMA 27.51% 28.37% 31.21% 34.33% 37.76% 31.83%
71 GGRM 97.61% 137.19% 150.91% 166.00% 182.60% 146.86%
72 GMTD 21.45% 28.29% 31.12% 34.23% 37.65% 30.55%
73 GSMF 124.19% 120.19% 132.20% 145.43% 159.97% 136.39%
74 HERO 138.49% 112.08% 123.29% 135.62% 149.18% 131.73%
75 HEXA 21.91% 16.81% 18.49% 20.33% 22.37% 19.98%
76 HMSP 110.23% 158.82% 174.70% 192.18% 211.39% 169.46%
77 IKAI 132.62% 137.58% 151.34% 166.47% 183.12% 154.23%
78 IMAS 64.25% 62.25% 68.47% 75.32% 82.85% 70.63%
79 INAF 887.91% 74.84% 82.32% 90.55% 99.61% 247.05%
80 INAI 78.32% 72.76% 80.03% 88.03% 96.84% 83.20%
81 INCI 913.73% 849.81% 934.79% 1028.27% 1131.09% 971.54%
82 INDF 25.93% 45.02% 49.52% 54.47% 59.92% 46.97%
83 INDR 8.35% 8.98% 9.87% 10.86% 11.95% 10.00%
84 INDX 124.19% 120.19% 132.20% 145.43% 159.97% 136.39%
85 INKP 913.73% 849.81% 934.79% 1028.27% 1131.09% 971.54%
86 INTA 56.95% 68.92% 75.81% 83.39% 91.73% 75.36%
109
RES KODE Solvabilitas
2009 2010 2011 2012 2013 Average
87 INTP 1062.79% 1002.40% 1102.64% 1212.91% 1334.20% 1142.99%
88 ISAT 177.94% 157.54% 173.29% 190.62% 209.68% 181.82%
89 JECC 523.20% 539.83% 593.81% 653.19% 718.51% 605.71%
90 JIHD -3153.02% 508.67% 559.54% 615.49% 677.04% -158.46%
91 JKSW 3.59% 49.85% 54.84% 60.32% 66.35% 46.99%
92 JRPT 139.29% 122.78% 135.06% 148.57% 163.43% 141.83%
93 JSPT 21.91% 16.81% 18.49% 20.33% 22.37% 19.98%
94 KBLI 1215.34% 1354.00% 1489.40% 1638.34% 1802.17% 1499.85%
95 KDSI 1023.44% 981.41% 1079.55% 1187.50% 1306.25% 1115.63%
96 KKGI 11657.27% 111862.69% 123048.96% 135353.86% 148889.24% 106162.41%
97 KLBF 44.02% 70.05% 77.05% 84.76% 93.23% 73.82%
98 KONI 1.06% 6.52% 7.17% 7.88% 8.67% 6.26%
99 LAPD 61.58% 55.20% 60.72% 66.80% 73.48% 63.56%
100 LION 109.62% 152.76% 168.03% 184.83% 203.32% 163.71%
101 LMPI 433.94% 405.56% 446.11% 490.72% 539.79% 463.22%
102 LMSH 100.00% 100.00% 110.00% 121.00% 133.10% 112.82%
103 LPCK 16.97% 275.78% 303.36% 333.69% 367.06% 259.37%
104 LPIN 25.93% 45.02% 49.52% 54.47% 59.92% 46.97%
105 LPLI 71.49% 98.31% 108.15% 118.96% 130.86% 105.55%
106 LPPF 61.58% 55.20% 60.72% 66.80% 73.48% 63.56%
107 LTLS 90.10% 104.74% 115.22% 126.74% 139.41% 115.24%
108 MAMI 144.07% 132.40% 145.64% 160.20% 176.22% 151.71%
109 MAPI 478.79% 741.30% 815.43% 896.97% 986.67% 783.83%
110 MAYA 81.75% 45.67% 50.24% 55.26% 60.79% 58.74%
111 MDLN 84.98% 143.25% 157.58% 173.33% 190.67% 149.96%
112 MDRN 79.29% 71.15% 78.27% 86.10% 94.71% 81.90%
113 MERK 527.82% 195.94% 215.53% 237.09% 260.80% 287.44%
114 MPPA 0.92% 1.14% 1.25% 1.37% 1.51% 1.24%
115 MRAT 748.49% 582.53% 640.78% 704.86% 775.35% 690.40%
110
Tabulasi Data Kualitas Auditor Sampel Tahun 2009-2013
RES KODE
Kualitas Auditor
2009 2010 2011 2012 2013 Average
1 AALI 1 1 1 0 1 1
2 ABBA 0 0 0 1 0 0
3 ADES 1 1 1 0 1 1
4 ADMF 1 1 1 1 0 1
5 ADMG 1 1 1 1 0 1
6 AIMS 0 0 0 1 1 0
7 AKKU 0 0 0 0 1 0
8 AKPI 1 1 1 0 0 1
9 AKRA 1 1 1 1 0 1
10 AKSI 1 0 0 1 0 0
11 ALFA 1 1 1 0 0 1
12 ANTM 1 1 1 1 1 1
13 APEX 1 1 1 0 1 1
14 ARNA 1 1 1 0 0 1
15 ARTI 0 0 0 1 0 0
16 ASBI 1 0 0 0 0 0
17 ASDM 1 1 1 0 0 1
18 ASGR 1 1 1 1 0 1
19 ASII 1 1 1 0 0 1
20 ASJT 0 0 0 0 0 0
21 ATPK 0 0 0 1 0 0
22 AUTO 1 1 1 1 1 1
23 BABP 1 1 1 1 0 1
24 BAYU 1 1 1 0 1 1
25 BBCA 0 0 0 0 1 0
26 BBLD 1 1 1 0 1 1
27 BBRI 1 1 1 0 1 1
28 BCAP 1 1 1 0 1 1
29 BDMN 0 0 0 0 0 0
30 BEKS 0 0 0 1 0 0
31 BFIN 1 1 1 1 0 1
32 BHIT 0 0 0 0 1 0
33 BKSL 0 0 0 1 0 0
34 BKSW 1 1 1 0 1 1
35 BLTA 0 1 1 1 1 1
36 BMRI 0 0 0 0 0 0
37 BMSR 1 1 1 0 1 1
38 BNBR 1 1 1 1 0 1
39 BNII 0 0 0 0 1 0
40 BRPT 0 0 0 1 0 0
111
RES KODE
Kualitas Auditor
2009 2010 2011 2012 2013 Average
41 BTEK 1 1 1 0 0 1
42 BTON 1 0 1 0 1 1
43 BUDI 0 0 0 1 0 0
44 BUMI 1 1 1 1 0 1
45 CEKA 0 0 0 0 0 0
46 CENT 0 0 0 0 1 0
47 CFIN 0 0 1 0 0 0
48 CITA 0 0 0 0 1 0
49 CKRA 0 0 0 1 1 0
50 CLPI 0 0 0 1 1 0
51 CMPP 0 0 0 0 0 0
52 CNTX 0 0 0 0 0 0
53 CPIN 0 0 0 1 1 0
54 CTBN 1 1 1 0 1 1
55 DART 1 1 1 0 0 1
56 DAVO 1 1 1 0 1 1
57 DEFI 1 1 1 0 0 1
58 DSFI 0 0 0 0 0 0
59 DUTI 0 0 0 1 1 0
60 DVLA 0 0 0 0 0 0
61 ENRG 1 1 1 1 0 1
62 EPMT 0 1 0 1 1 1
63 ERTX 1 1 1 1 0 1
64 ESTI 1 1 1 1 0 1
65 ETWA 0 0 0 1 1 0
66 FAST 0 1 1 0 0 0
67 FORU 1 0 0 0 1 0
68 FPNI 1 1 1 0 0 1
69 GDYR 1 1 1 1 0 1
70 GEMA 1 1 1 0 0 1
71 GGRM 0 0 0 1 0 0
72 GMTD 0 0 0 1 0 0
73 GSMF 1 1 1 0 0 1
74 HERO 0 0 0 1 0 0
75 HEXA 1 1 1 0 1 1
76 HMSP 0 0 0 1 0 0
77 IKAI 1 1 1 0 1 1
78 IMAS 1 1 1 0 0 1
79 INAF 1 1 1 1 1 1
80 INAI 1 1 1 0 0 1
112
RES KODE
Kualitas Auditor
2009 2010 2011 2012 2013 Average
81 INCI 0 0 0 0 0 0
82 INDF 1 1 0 0 1 1
83 INDR 0 0 0 1 0 0
84 INDX 1 1 1 0 1 1
85 INKP 0 0 0 1 0 0
86 INTA 1 0 0 1 0 0
87 INTP 0 0 0 1 1 0
88 ISAT 0 0 0 0 1 0
89 JECC 1 1 1 0 0 1
90 JIHD 1 1 1 1 0 1
91 JKSW 0 0 0 1 0 0
92 JRPT 0 0 0 0 0 0
93 JSPT 0 0 0 1 1 0
94 KBLI 1 1 1 0 1 1
95 KDSI 0 0 0 1 0 0
96 KKGI 0 0 0 1 0 0
97 KLBF 0 0 0 0 0 0
98 KONI 1 1 1 0 0 1
99 LAPD 1 1 1 0 0 1
100 LION 0 0 0 0 1 0
101 LMPI 0 0 0 1 0 0
102 LMSH 1 1 0 0 1 1
103 LPCK 0 1 1 0 1 1
104 LPIN 0 0 0 0 1 0
105 LPLI 1 1 1 0 1 1
106 LPPF 1 1 1 0 0 1
107 LTLS 0 0 0 0 0 0
108 MAMI 1 0 0 1 0 0
109 MAPI 1 1 1 1 0 1
110 MAYA 1 0 0 0 1 0
111 MDLN 0 0 0 1 0 0
112 MDRN 0 0 0 0 1 0
113 MERK 0 0 0 1 0 0
114 MPPA 0 0 0 0 0 0
115 MRAT 1 1 1 0 1 1
113
Tabulasi Data Opini Auditor Sampel Tahun 2009-2013
RES KODE
Opini Auditor
2009 2010 2011 2012 2013 Average
1 AALI 1 1 0 0 1 1
2 ABBA 1 1 1 1 0 1
3 ADES 1 0 0 1 0 0
4 ADMF 1 1 0 0 1 1
5 ADMG 1 1 1 1 1 1
6 AIMS 1 1 0 0 0 0
7 AKKU 1 1 0 0 0 0
8 AKPI 0 0 0 1 0 0
9 AKRA 1 0 0 0 0 0
10 AKSI 1 1 0 0 1 1
11 ALFA 1 1 0 0 1 1
12 ANTM 1 1 0 0 0 0
13 APEX 0 0 0 0 0 0
14 ARNA 0 0 0 0 1 0
15 ARTI 1 1 1 1 0 1
16 ASBI 1 1 1 1 0 1
17 ASDM 1 1 1 1 0 1
18 ASGR 0 0 1 1 0 0
19 ASII 1 1 0 0 0 0
20 ASJT 1 1 0 0 1 1
21 ATPK 1 1 0 0 0 0
22 AUTO 0 0 1 1 1 1
23 BABP 0 0 1 0 1 0
24 BAYU 0 1 1 1 1 1
25 BBCA 0 0 1 1 1 1
26 BBLD 1 0 0 0 1 0
27 BBRI 1 1 1 1 0 1
28 BCAP 1 0 0 0 0 0
29 BDMN 0 0 1 1 0 0
30 BEKS 0 1 1 1 1 1
31 BFIN 1 1 1 1 0 1
32 BHIT 1 1 0 0 1 1
33 BKSL 1 0 0 0 1 0
34 BKSW 0 0 1 1 0 0
35 BLTA 1 0 1 1 1 1
36 BMRI 1 0 0 0 0 0
37 BMSR 1 0 1 1 1 1
38 BNBR 0 0 1 1 1 1
39 BNII 0 1 1 1 1 1
40 BRPT 1 1 0 0 0 0
114
RES KODE
Opini Auditor
2009 2010 2011 2012 2013 Average
41 BTEK 0 0 0 0 0 0
42 BTON 0 1 1 1 1 1
43 BUDI 1 0 1 1 1 1
44 BUMI 1 1 1 0 0 1
45 CEKA 0 0 1 1 1 1
46 CENT 1 0 1 1 1 1
47 CFIN 1 1 1 1 1 1
48 CITA 0 0 1 1 1 1
49 CKRA 0 1 0 0 0 0
50 CLPI 1 0 1 0 0 0
51 CMPP 1 0 1 1 1 1
52 CNTX 1 0 1 1 1 1
53 CPIN 0 1 1 1 1 1
54 CTBN 1 0 0 0 0 0
55 DART 0 0 0 0 0 0
56 DAVO 0 1 1 1 1 1
57 DEFI 1 0 1 1 1 1
58 DSFI 1 0 1 1 1 1
59 DUTI 0 0 0 0 0 0
60 DVLA 0 1 1 1 1 1
61 ENRG 0 0 1 1 1 1
62 EPMT 0 1 1 1 1 1
63 ERTX 1 1 0 0 0 0
64 ESTI 1 1 0 0 0 0
65 ETWA 0 0 1 1 1 1
66 FAST 0 0 0 0 0 0
67 FORU 1 1 0 0 0 0
68 FPNI 0 1 1 1 1 1
69 GDYR 0 0 0 1 1 0
70 GEMA 0 1 0 0 0 0
71 GGRM 0 0 1 1 1 1
72 GMTD 0 0 1 1 1 1
73 GSMF 1 1 0 0 0 0
74 HERO 0 0 0 0 0 0
75 HEXA 1 0 1 1 1 1
76 HMSP 1 1 1 0 1 1
77 IKAI 1 0 1 0 1 1
78 IMAS 1 0 0 1 0 0
79 INAF 1 1 1 0 1 1
80 INAI 0 0 1 1 0 0
115
RES KODE
Opini Auditor
2009 2010 2011 2012 2013 Average
81 INCI 0 1 1 1 0 1
82 INDF 0 0 0 1 1 0
83 INDR 1 0 0 0 1 0
84 INDX 1 1 1 0 0 1
85 INKP 1 1 1 1 0 1
86 INTA 0 0 0 1 0 0
87 INTP 0 0 1 0 0 0
88 ISAT 1 0 1 1 1 1
89 JECC 1 1 1 0 1 1
90 JIHD 0 0 1 0 0 0
91 JKSW 1 1 0 1 0 1
92 JRPT 1 1 0 0 0 0
93 JSPT 0 0 1 0 0 0
94 KBLI 0 0 1 1 0 0
95 KDSI 1 1 0 0 0 0
96 KKGI 1 1 1 1 0 1
97 KLBF 1 1 1 0 1 1
98 KONI 1 1 0 0 1 1
99 LAPD 0 0 1 0 1 0
100 LION 1 0 1 0 1 1
101 LMPI 1 1 1 0 1 1
102 LMSH 1 1 0 0 0 0
103 LPCK 1 1 0 1 0 1
104 LPIN 0 0 1 1 0 0
105 LPLI 0 0 0 0 1 0
106 LPPF 1 1 0 1 0 1
107 LTLS 1 1 1 0 1 1
108 MAMI 0 0 1 1 1 1
109 MAPI 0 1 0 0 0 0
110 MAYA 1 0 1 0 1 1
111 MDLN 1 0 1 1 0 1
112 MDRN 0 1 0 0 1 0
113 MERK 1 1 0 1 0 1
114 MPPA 0 0 1 0 0 0
115 MRAT 0 0 1 0 1 0
116
Tabulasi Data Audit Delay Sampel Tahun 2009-2013
RES KODE
Audit Delay (Hari)
2009 2010 2011 2012 2013 Average
1 AALI 52 23 53 43 30 40
2 ABBA 118 82 78 81 80 88
3 ADES 87 94 86 80 75 84
4 ADMF 34 29 35 73 95 53
5 ADMG 77 76 71 67 86 75
6 AIMS 80 87 91 16 60 67
7 AKKU 59 71 87 69 68 71
8 AKPI 75 86 137 73 75 89
9 AKRA 45 54 84 53 74 62
10 AKSI 61 80 17 86 81 65
11 ALFA 73 73 102 62 51 72
12 ANTM 79 80 58 55 40 62
13 APEX 86 82 77 79 75 80
14 ARNA 58 59 46 75 89 65
15 ARTI 86 275 84 80 68 119
16 ASBI 83 72 71 55 73 71
17 ASDM 59 59 60 83 66 65
18 ASGR 40 46 53 68 64 54
19 ASII 80 58 58 85 128 82
20 ASJT 86 75 77 59 79 75
21 ATPK 75 71 149 67 86 90
22 AUTO 72 53 53 65 82 65
23 BABP 83 45 45 52 85 62
24 BAYU 82 81 59 87 74 77
25 BBCA 55 68 70 86 74 71
26 BBLD 44 58 65 45 81 59
27 BBRI 46 40 43 83 80 58
28 BCAP 65 86 79 67 85 76
29 BDMN 74 55 65 52 43 58
30 BEKS 118 89 88 74 79 90
31 BFIN 34 36 37 86 89 56
32 BHIT 89 80 84 82 144 96
33 BKSL 55 36 52 118 71 66
34 BKSW 90 74 93 54 89 80
35 BLTA 82 85 85 74 67 79
36 BMRI 81 74 86 67 65 75
37 BMSR 74 80 58 79 45 67
38 BNBR 68 61 64 39 75 61
39 BNII 67 66 84 76 53 69
40 BRPT 83 89 86 79 75 82
117
RES KODE
Audit Delay (Hari)
2009 2010 2011 2012 2013 Average
41 BTEK 48 45 46 86 79 61
42 BTON 81 59 79 80 45 69
43 BUDI 86 72 65 61 58 68
44 BUMI 79 54 77 55 95 72
45 CEKA 86 85 87 59 79 79
46 CENT 83 89 91 55 79 79
47 CFIN 48 24 37 82 74 53
48 CITA 86 86 86 48 147 91
49 CKRA 67 46 56 68 136 75
50 CLPI 69 58 70 76 53 65
51 CMPP 67 66 16 88 56 59
52 CNTX 79 81 74 66 85 77
53 CPIN 87 89 70 69 64 76
54 CTBN 73 89 88 59 77 77
55 DART 74 79 85 69 59 73
56 DAVO 68 64 64 114 58 74
57 DEFI 60 68 88 83 77 75
58 DSFI 87 59 24 87 84 68
59 DUTI 77 82 73 59 73 73
60 DVLA 69 59 63 88 116 79
61 ENRG 83 75 88 76 87 82
62 EPMT 60 60 58 97 72 69
63 ERTX 48 53 60 86 113 72
64 ESTI 82 74 86 76 72 78
65 ETWA 81 66 86 86 79 80
66 FAST 69 64 59 86 80 72
67 FORU 102 115 119 74 85 99
68 FPNI 76 73 72 74 87 76
69 GDYR 112 123 136 159 86 123
70 GEMA 86 87 88 83 77 84
71 GGRM 55 85 86 90 84 80
72 GMTD 79 53 76 68 85 72
73 GSMF 88 82 58 86 87 80
74 HERO 63 67 33 46 59 54
75 HEXA 48 59 79 79 87 70
76 HMSP 26 43 52 76 84 56
77 IKAI 83 75 109 80 99 89
78 IMAS 37 32 56 83 60 54
79 INAF 74 74 71 32 70 64
80 INAI 79 82 79 59 66 73
118
RES KODE
Audit Delay (Hari)
2009 2010 2011 2012 2013 Average
81 INCI 88 85 84 93 85 87
82 INDF 76 80 72 106 51 77
83 INDR 87 82 86 81 74 82
84 INDX 86 102 106 67 74 87
85 INKP 83 87 88 113 87 92
86 INTA 83 86 79 117 77 88
87 INTP 87 87 86 12 78 70
88 ISAT 74 71 72 57 59 67
89 JECC 62 75 79 74 88 76
90 JIHD 76 82 79 79 60 75
91 JKSW 87 74 77 87 78 81
92 JRPT 86 89 88 74 37 75
93 JSPT 65 68 66 58 51 62
94 KBLI 20 22 42 71 74 46
95 KDSI 88 89 88 79 88 86
96 KKGI 74 80 74 82 85 79
97 KLBF 62 75 70 90 115 82
98 KONI 81 68 72 40 74 67
99 LAPD 69 64 77 83 85 76
100 LION 79 86 64 59 77 73
101 LMPI 83 88 62 81 78 78
102 LMSH 54 61 75 87 75 70
103 LPCK 69 87 87 71 65 76
104 LPIN 63 41 51 74 85 63
105 LPLI 76 75 79 81 87 80
106 LPPF 27 85 25 80 87 61
107 LTLS 76 74 74 79 85 78
108 MAMI 77 80 75 75 85 78
109 MAPI 51 61 71 87 88 72
110 MAYA 74 80 71 82 143 90
111 MDLN 27 40 37 75 66 49
112 MDRN 90 88 60 54 70 72
113 MERK 86 60 46 68 85 69
114 MPPA 56 68 52 66 85 65
115 MRAT 82 85 87 82 46 76
119
LAMPIRAN III
HASIL ANALISIS STATISTIK
DESKRIPTIF
120
N Minimum Maximum Mean Std, Deviation
Ukuran,Perusahaan 115 0,28 14.581.492,14 209.860,30 1.441.472,14
Profitabilitas 115 0,01 3.527,15 92,31 498,19
Solvabilitas 115 1,24 10.6162,41 2.130,57 14.030,61
Kualitas,Auditor 115 ,00 1,00 ,496 ,502
Opini,Auditor 115 ,00 1,00 ,548 ,500
Audit,Delay 115 40,00 123,00 73,49 12,51
Valid N (listwise) 115
* Ukuran Perusahaan dalam Milyar
121
LAMPIRAN IV
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
122
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
115
.0000000
12.85150193
.090
.090
-.045
.893
.402
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
123
Hasil Uji Multikolonearitas
Variables Entered/Removedb
Opini.Auditor,
Solvabilitas, Kualitas.
Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaana
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
Model Summaryb
.788a .621 .616 13.19245
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas,
Kualitas.Auditor, Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
ANOVAb
597.869 5 119.574 6.687 .000a
16185.788 93 174.041
16783.657 98
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
124
Coefficientsa
76.276 2.734 27.894 .000
6.703 .000 .279 2.727 .004 .874 1.145
-.224 .003 -.086 -2.807 .002 .912 1.097
.164 .004 .043 3.401 .000 .883 1.132
-4.643 2.728 -.178 -2.702 .004 .945 1.058
-.661 2.746 -.025 -2.241 .010 .933 1.071
(Constant)
Ukuran.Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Kualitas.Auditor
Opini.Auditor
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Audit.Delaya.
Collinearity Diagnosticsa
2.698 1.000 .03 .01 .01 .04 .04 .04
1.143 1.536 .00 .37 .14 .07 .03 .03
.999 1.643 .00 .25 .62 .00 .00 .00
.541 2.233 .00 .00 .00 .01 .48 .37
.461 2.419 .01 .34 .17 .80 .01 .07
.159 4.125 .96 .03 .07 .08 .43 .48
Dimension
1
2
3
4
5
6
Model
1
Eigenvalue
Condition
Index (Constant)
Ukuran.
Perusahaan Profitabilitas Solvabilitas
Kualitas.
Auditor Opini.Auditor
Variance Proportions
Dependent Variable: Audit.Delaya.
Residuals Statisticsa
68.3301 78.1007 73.6768 2.46996 99
-30.91790 51.06896 .00000 12.85150 99
-2.165 1.791 .000 1.000 99
-2.344 3.871 .000 .974 99
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Audit.Delaya.
125
Hasil Uji Autokorelasi
Variables Entered/Removedb
Opini.Auditor,
Solvabilitas, Kualitas.
Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaana
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
Model Summaryb
.788a .621 .616 13.19245 2.101
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor,
Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
ANOVAb
597.869 5 119.574 6.687 .000a
16185.788 93 174.041
16783.657 98
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
Coefficientsa
76.276 2.734 27.894 .000
6.703 .000 .279 2.727 .004
-.224 .003 -.086 -2.807 .002
.164 .004 .043 3.401 .000
-4.643 2.728 -.178 -2.702 .004
-.661 2.746 -.025 -2.241 .010
(Constant)
Ukuran.Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Kualitas.Auditor
Opini.Auditor
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Audit.Delaya.
126
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variables Entered/Removedb
Opini.Auditor,
Solvabilitas, Kualitas.
Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaana
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Res_2b.
Model Summaryb
.205a .042 -.018 13.60434 2.121
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor,
Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Res_2b.
ANOVAb
649.069 5 129.814 .701 .624a
14806.238 80 185.078
15455.308 85
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Res_2b.
Coefficientsa
3.988 3.085 1.293 .200
6.38E-016 .000 .078 .668 .506
.001 .003 .047 .411 .682
-.006 .004 -.154 -1.323 .190
-2.702 3.059 -.101 -.883 .380
-2.517 3.072 -.094 -.819 .415
(Constant)
Ukuran.Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Kualitas.Auditor
Opini.Auditor
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Res_2a.
127
Residuals Statisticsa
-7.5398 6.9157 .1413 2.76335 86
-31.04128 49.95942 .00000 13.19815 86
-2.780 2.452 .000 1.000 86
-2.282 3.672 .000 .970 86
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Res_2a.
128
LAMPIRAN V
HASIL ANALISIS REGRESSI
129
Hasil Analisis Regression
Variables Entered/Removedb
Opini.Auditor,
Solvabilitas, Kualitas.
Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaana
. Enter
Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
Model Summaryb
.788a .621 .616 13.19245
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas,
Kualitas.Auditor, Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
.356 54.687 5 93 .000
a Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor, Profitabilitas, Ukuran.Perusahaan
ANOVAb
597.869 5 119.574 6.687 .000a
16185.788 93 174.041
16783.657 98
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Opini.Auditor, Solvabilitas, Kualitas.Auditor, Profitabilitas,
Ukuran.Perusahaan
a.
Dependent Variable: Audit.Delayb.
130
Coefficientsa
76.276 2.734 27.894 .000
6.703 .000 .279 2.727 .004
-.224 .003 -.086 -2.807 .002
.164 .004 .043 3.401 .000
-4.643 2.728 -.178 -2.702 .004
-.661 2.746 -.025 -2.241 .010
(Constant)
Ukuran.Perusahaan
Profitabilitas
Solvabilitas
Kualitas.Auditor
Opini.Auditor
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Audit.Delaya.
131
LAMPIRAN VI
TABEL T DENGAN SIGNIFIKANSI
0,05/5%
132
df t table df t table df t table df t table df t table
1 12,7062047 31 2,03951344 61 1,99962357 91 1,98637711 121 1,97976374
2 4,30265273 32 2,03693333 62 1,9989715 92 1,98608627 122 1,97959985
3 3,1824463 33 2,03451529 63 1,99834052 93 1,98580177 123 1,97943866
4 2,77644511 34 2,0322445 64 1,99772963 94 1,98552339 124 1,97928009
5 2,57058183 35 2,03010792 65 1,99713789 95 1,98525096 125 1,97912408
6 2,44691185 36 2,02809399 66 1,9965644 96 1,98498426 126 1,97897058
7 2,36462425 37 2,02619245 67 1,99600833 97 1,98472314 127 1,97881951
8 2,30600413 38 2,02439415 68 1,99546891 98 1,9844674 128 1,97867082
9 2,26215716 39 2,0226909 69 1,99494539 99 1,9842169 129 1,97852446
10 2,22813884 40 2,02107537 70 1,99443709 100 1,98397147 130 1,97838038
11 2,20098516 41 2,01954095 71 1,99394334 101 1,98373095 131 1,97823851
12 2,17881283 42 2,01808168 72 1,99346354 102 1,9834952 132 1,97809881
13 2,16036865 43 2,01669217 73 1,9929971 103 1,98326409 133 1,97796124
14 2,14478668 44 2,01536755 74 1,99254347 104 1,98303747 134 1,97782573
15 2,13144954 45 2,01410336 75 1,99210212 105 1,98281522 135 1,97769225
16 2,11990529 46 2,01289557 76 1,99167258 106 1,9825972 136 1,97756075
17 2,10981556 47 2,01174048 77 1,99125436 107 1,98238331 137 1,97743118
18 2,10092204 48 2,01063472 78 1,99084704 108 1,98217342 138 1,97730351
19 2,09302405 49 2,0095752 79 1,99045018 109 1,98196743 139 1,97717769
20 2,08596344 50 2,00855907 80 1,99006339 110 1,98176522 140 1,97705369
21 2,07961384 51 2,00758373 81 1,98968629 111 1,9815667 141 1,97693146
22 2,07387306 52 2,00664676 82 1,98931852 112 1,98137175 142 1,97681096
23 2,0686576 53 2,00574595 83 1,98895974 113 1,9811803 143 1,97669217
24 2,06389855 54 2,00487927 84 1,98860963 114 1,98099223 144 1,97657503
25 2,05953854 55 2,00404477 85 1,98826787 115 1,98080748 145 1,97645953
26 2,05552942 56 2,0032407 86 1,98793417 116 1,98062594 146 1,97634562
27 2,05183049 57 2,00246544 87 1,98760824 117 1,98044753 147 1,97623328
28 2,04840711 58 2,00171747 88 1,98728982 118 1,98027223 148 1,97612246
29 2,04522961 59 2,00099536 89 1,98697866 119 1,98009985 149 1,97601314
30 2,04227245 60 2,0002978 90 1,9866745 120 1,97993038 150 1,9759053