Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA
(Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN
HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)
AGNES DENNI SIMANULLANG
140302034
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA
(Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN
HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)
SKRIPSI
AGNES DENNI SIMANULLANG
140302034
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA
(Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN
HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)
SKRIPSI
AGNES DENNI SIMANULLANG
140302034
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Nama : Agnes Denni Simanullang
NIM : 140302034
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan
Alami Cacing Sutra terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Lele (Clarias sp.)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Medan, Juli 2018
Agnes Denni Simanullang
NIM. 140302034
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
AGNES DENNI SIMANULLANG. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Alami
Cacing Sutra (Tubifex sp.) terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva
Ikan Lele (Clarias sp.). Dibimbing oleh Syammaun Usman.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan tawar yang bernilai ekonomis
dan termasuk salah satu komoditas utama perikanan budidaya di Indonesia. Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat diperlukan usaha
budidaya yang didukung ketersediaan larva yang memadai dengan efisiensi biaya
produksi pakan dengan frekuensi pemberian pakan yang tepat. Penelitian ini
dilakukan di UPTD. Balai Benih Ikan Tuntungan pada bulan April sampai Mei
2018, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari frekuensi pemberian pakan
alami cacing sutra (Tubifex sp.) terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
larva ikan lele. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
3 perlakuan dan 3 kali ulangan, sebagai berikut: P1 (frekuensi pemberian pakan
alami 3 kali sehari), P2 (frekuensi pemberian pakan alami 4 kali sehari) dan P3
(frekuensi pemberian pakan alami 5 kali sehari). Data dianalisis menggunakan
Analisis Variansi (ANOVA), jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan
uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemberian
pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan namun tidak
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan lele. Frekuensi
pemberian pakan yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup larva ikan lele yaitu perlakuan P3 dengan pertambahan
panjang larva sebesar 3.6 cm dan peningkatan berat 928 mg.
Kata kunci : Larva Ikan Lele (Clarias sp.), Cacing Sutra (Tubifex sp.),
FrekuensiPemberian Pakan, Pertumbuhan
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
AGNES DENNI SIMANULLANG. The Effect of Natural Feeding Frequency of
Silk Worm (Tubifex sp.) on The Growth and Survival of Catfish Larvae (Clarias
sp.). Under the Supervision by SYAMMAUN USMAN.
Catfish is one type of freshwater fish that is economical and includes one
of the main commodities of aquaculture in Indonesia. To meet the increasing
needs of community, cultivation efforts are supported by the availability of
adequate larvae with the efficiency of feed production costs with the appropriate
feeding frequency. This research was conducted at UPTD. Balai Benih Ikan
Tuntungan in April to May 2018, which aims to determine the effect of natural
feeding frequency of the silk worm (Tubifex sp.) on the growth and survival of
catfish larvae. Experimental design using a completely randomized design with 3
treatments with 3 replications, as follows : P1 (frequency of feeding 3 times a
day), P2 (frequency of feeding 4 times a day) and P3 (frequency of feeding 5
times a day).
The result showed that the different feeding frequency treatment had a very
significant effect on growth but did not significantly effect the survival of larvae
of catfish. Frequency of feeding the best in increasing larval growth and survival
of larvae is P3 treatment with larval length increase og 3.6 cm and weight increase
of 928 mg.
Keywords : Larvae of Catfish (Clarias sp.), Silk Worm ( Tubifex sp.), Feeding
Frequency, Growth
ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purba Manalu, pada tanggal 12 Juni
1996. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh
bersaudara pasangan bapak Tohap Simanullang dan ibu
Rusmida Togatorop.
Pendidikan pertama penulis dimulai di SD Negeri 173396
Doloksanggul pada tahun 2002–2008. Kemudian
dilanjutkan di SMP Negeri 2 Doloksanggul pada tahun
2008-2011 dan terakhir menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1
Doloksanggul pada tahun 2011–2014. Penulis diterima di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Pada bulan Juli–Agustus 2017 penulis melaksanakan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di UPT. Pembinaan Penangkapan Ikan (PPI) Belawan di
Jalan K.L Yos Sudarso No. 64 Medan Kota Belawan. Selama masa perkuliahan,
penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
(IMASPERA) dan sebagai Asisten Praktikum Avertebrata Air tahun 2016 sampai
dengan tahun 2017 dan Asisten Praktikum Rancangan Percobaan pada tahun 2018
di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Alami Cacing
Sutra (Tubifex sp.) terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva
Ikan Lele (Clarias sp.)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima yang mendalam
kepada semua pihak yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi penulis,
yaitu kepada:
1. Teristimewa kepada ayah tercinta T. Simanullang dan ibunda R. Simatupang
yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian,
dukungan moril maupun materil, nasehat yang tak ternilai serta doa yang
tidak pernah pututs bagi penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang
terbaik semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan kesehatan dan panjang
umur kepada Ayah dan Ibunda tercinta.
2. Bapak Ir. Syammaun Usman, MP selaku Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Eri
Yusni, M.Sc dan bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku Dosen Penguji
penulis yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan serta seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha
iv
Universitas Sumatera Utara
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan
ilmu kepada penulis.
4. Pegawai UPTD Balai Benih Ikan Tuntungan yang telah memberikan izin
sehingga penulis dapat melaksankan dan menyelesaikan penelitian di temapat
tersebut.
5. Kakak dan adik-adik tercinta yang penulis sayangi Irma Simanullang,
Chandrika Simanullang, Intan Simanullang, Aldo Simanullang, Artha
Simanullang dan Alda Simanullang yang selalu memberikan banyak
dukungan doa, semangat dan masukan kepada penulis.
6. Kepada bapak tua T. S. Manullang dan Nanguda H. Purba serta keluarga yang
selalu memberi dorongan, semangat dan doa kepada penulis selama masa
perkuliahan.
7. Sahabat-sahabat tercinta penulis sejak masa perkuliahan Agnes Kartika
Silaban, Putri Cristy Simbolon dan Putri Clarita Sihombing yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam perkuliahan serta
penyelesaian skripsi ini.
8. Sahabat tercinta yang penulis sayangi Chatrine Purba, Diana Simanjuntak, Ike
Simamora, Juniati Pakpahan, Mayesti Purba, Mika Matondang dan Riris
Simanullang yang telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada
penulis.
9. Tim penelitian penulis yaitu Afniati Sianturi, Yohana Tobing, Tiur
Sihombing, Fera Linggga dan Armando Simbolon yang telah membantu dan
selalu bekerja sama dalam menyelesaikan peneltian ini.
v
Universitas Sumatera Utara
10. Seluruh teman-teman seperjuangan MSP 2014 yang telah membantu penulis
selama perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak guna mendapatkan
hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan.
Medan, Juli 2018
Penulis
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................ 3
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 4
Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
Hipotesis .......................................................................................... 6
Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias sp.) ..................................................................... 7
Pencernaan Ikan Lele (Clarias sp.) ................................................. 9
Pakan Ikan ....................................................................................... 10
Cacing Sutra (Tubifex sp.) ............................................................... 12
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan .................................. 13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 15
Alat dan Bahan Penelitian ............................................................... 15
Rancangan Percobaan ...................................................................... 15
Prosedur Penelitian .......................................................................... 16
Menyiapkan Wadah Pemeliharaan ......................................... 16
Menyiapkan Air Media ........................................................... 16
Menyiapkan Ikan Uji .............................................................. 17
Menebarkan Uji ...................................................................... 17
Menyiapkan Pakan Uji ........................................................... 17
Memelihara Larva Ikan Uji .................................................... 18
Variabel Pengamatan ....................................................................... 18
Pertambahan Panjang Ikan ..................................................... 18
Peningkatan Berat Ikan ........................................................... 19
Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ......................................... 19
Kualitas Air ............................................................................. 19
Analisis Data .................................................................................... 19
vii
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................. 21
Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele .................................... 21
Peningkatan Berat Larva Ikan Lele ......................................... 23
Tingkat Kelangsungan Hidup .................................................. 26
Kualitas Air ............................................................................. 27
Pembahasan ..................................................................................... 27
Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele ................................... 27
Peningkatan Berat Larva Ikan Lele ........................................ 30
Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................. 32
Kualitas Air ............................................................................. 33
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................... 35
Saran ................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 4
2. Ikan Lele (Clarias sp.) ....................................................................... 7
3. Cacing Sutra (Tubifex sp.). ................................................................ 12
4. Hasil Laju Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele Hari ke-1
sampai Hari ke-28 .............................................................................. 22
5. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Larva Ikan Lele dengan
Perlakuan P1, P2 dan P3 selama 28 Hari Pemeliharaan. ................... 22
6. Hasil Laju Peningkatan Berat Larva Ikan Lele Hari ke-1 sampai
Hari ke-28 .......................................................................................... 24
7. Hasil Peningkatan Berat Rata-rata Larva Ikan Lele dengan
Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan. .................. 24
8. Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele dengan
Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan ................... 26
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.) .................................. 18
2. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Larva Ikan Lele
dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari Ke 7, 14, 21 dan 28 .......... 23
3. Hasil Rata-rata Panjang Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1,
P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28 .............................................. 23
4. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Berat Larva Ikan Lele
dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28........... 25
5. Hasil Rata-rata Berat Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2
dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28.................................................... 25
6. Hasil Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele
Selama 28 Hari Pemeliharaan ............................................................... 25
7. Hasil Analisis Variansi (ANOVA) Tingkat Kelangsungan Hidup . 26
8. Nilai Minimum dan Maksimum Kualitas Air Selama 28 Hari
Pemeliharan. .......................................................................................... 27
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisi Larva Ikan Lele ............. 39
2. Data Panjang Rata-rata (cm) Larva Ikan Lele ................................... 40
3. Perhitungan Statistik Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele ............ 41
4. Analisis Variansi Panjang Larva Ikan Lele pada Program SPSS ...... 43
5. Data Berat Rata-rata (g) Larva Ikan Lele .......................................... 43
6. Perhitungan Statistik Peningkatan Berat Larva Ikan Lele. ............... 44
7. Analisis Variansi Berat Larva Ikan Lele pada Program SPSS .......... 43
8. Data Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele. ........................ 46
9. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Larva ............... 47
10. Jumlah Pemberian Pakan Cacing Sutra pada Setiap Perlakuan
Selama 28 Hari Pemeliharaan ............................................................... 48
11. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 49
xi
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar
yang bernilai ekonomis penting dan termasuk salah satu komoditas utama
perikanan budidaya di Indonesia. Ikan lele banyak disukai masyarakat karena ikan
lele memiliki rasa yang enak, harga relatif murah, kandungan gizi tinggi,
pertumbuhannya yang cepat, mudah dikembangbiakkan, toleran terhadap mutu air
yang kurang baik, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir
disemua wadah budidaya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
meningkat, maka diperlukan peningkatan intensifikasi usaha budidaya yang
didukung ketersediaan larva yang memadai (Jaja et al., 2013).
Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan
memenuhi syarat untuk dikonsumsi ikan yang dibudidayakan serta tersedia secara
terus menerus sehingga tidak mengganggu proses produksi dan dapat memberikan
pertumbuhan yang optimal. Pada budidaya intensif, lebih dari 60% biaya produksi
tersedot untuk pengadaan pakan. Untuk meningkatkan keuntungan, para
pembudidaya ikan harus lebih mengefisienkan biaya produksi, salah satunya
dengan menurunkan biaya pakan dengan memanfaatkan pakan alami yang
tersedia di lingkungan (Herlina, 2016).
Pengembangan budidaya ikan dapat terlaksana apabila tersedianya benih
bermutu baik dan tersedia dalam jumlah yang cukup, pakan yang tepat,
pencegahan dan pengobatan penyakit serta lingkungan hidup yang baik. Tingkat
kelangsungan hidup stadia benih dipengaruhi oleh jenis pakan dan dalam jumlah
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Pada kegiatan budidaya, frekuensi
pemberian pakan pada ikan sangat penting diperhatikan karena berpengaruh
terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi, efisiensi pakan dan kemungkinan
terjadinya pengotoran lingkungan (Tahapari dan Suhenda, 2009).
Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu usaha yang dilakukan
untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya, diharapkan agar pakan yang
diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Salah satu penerapannya adalah
pengaturan frekuensi pemberian pakan yaitu berapa kali pakan diberikan dalam
satu hari. Pembudidaya pada umumnya memberikan pakan pada ikan budidaya
hanya menurut kebiasaan, tanpa mengetahui tentang kebutuhan nutrisi masing-
masing ikan budidaya, baik itu kualitas, kuantitas dan waktu pemberian pakan
yang tepat. Hal ini menyebabkan pakan yang diberikan kurang memberikan
pertumbuhan yang optimal bagi ikan karena tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.
Manajemen pemberian pakan mengharuskan pakan yang diberikan kepada ikan
harus tepat secara kualitas, kuantitas dan tepat waktu pemberiannya demi
keberhasilan usaha budidaya (Hanief et al., 2014).
Frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan agar penggunaan pakan
menjadi lebih efisien. Frekuensi pemberian pakan ditentukan antara lain oleh
spesies dan ukuran ikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan
ikan. Pada dasarnya ketiga faktor tersebut sangat berkaitan satu dengan yang
lainnya. Makin kecil ukuran ikan, makin sering frekuensi pemberian pakannya.
Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung; makin
cepat waktu pengosongan lambung, frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan
2
Universitas Sumatera Utara
makin tinggi (Gwither dan Grove, 1981). Setelah terjadi pengurangan isi
lambung, nafsu makan beberapa jenis ikan akan meningkat kembali jika makanan
tersedia (Tahapari dan Suhenda, 2009).
Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan jenis pakan alami yang baik bagi
pertumbuhan benih ikan, cacing jenis ini mempunyai kandunan gizi yang cukup
tinggi, yaitu dengan protein sekitar 57% dan diberikan dalam keadaan hidup
sehingga disenangi oleh ikan. Cacing sutra termasuk hewan tingkat rendah, karena
tidak memiliki tulang belakang (unvertebrata) dan dimassukkan dalam filum
Annelida, kelas Oligocheata. Selain itu, cacing sutra mudah dicerna serta diserap
oleh dinding usus pemakannya, terutama ikan (Setiawati et al., 2014).
Dalam rangka meningkatkan proses pertumbuhan serta kelangsungan
hidup ikan lele, maka perlu dilakukan penelitian mengenai frekuensi pemberian
pakan yang terbaik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele.
Rumusan Masalah
Permintaan ikan lele ukuran komsumsi terus meningkat, kondisi ini terkait
dengan kebutuhan benih dalam jumlah banyak, seragam dan berkesinambungan.
Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam
peningkatan produksi. Biaya produksi pada budidaya intensif tersedot 60% untuk
baiya pakan. Untuk meningkatkan keuntungan, para pembudidaya ikan harus
lebih mengefisiensikan biaya produksi, salah satunya dengan menurunkan biaya
pakan dengan memanfaatkan pakan alami yang tesedia di lingkungan. Salah satu
cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien
baik dalam pemilihan jenis, jumlah dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kebiasaan makan ikan. Pemberian pakan dengan frekuensi yang
3
Universitas Sumatera Utara
lebih sering diharapkan dapat mempertahankan kondisi lambung agar selalu terisi
pakan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Cacing sutra merupakan
pakan alami yang diberikan untuk larva ikan lele karena memiliki kandungan
protein yang baik untuk pertumbuhan ikan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele?
2. Berapa frekuensi pemberian pakan yang baik untuk mendukung pertumbuhan
larva ikan lele yang optimal?
Kerangka Pemikiran
Pakan menjadi faktor yang memiliki peranan penting dalam kegiatan
budidaya perikanan. Kegiatan budidaya yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah kegiatan budidaya perikanan yang dilakukan secara intensif. Untuk
mendapatkan larva yang berkualitas baik, harus diperhatikan sistem pemberian
pakan, baik komposisi, bentuk, jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan lele dalam rangka
memenuhi permintaan pasar adalah dengan melakukan usaha budidaya secara
intensif dan terkontrol. Pengembangan budidaya ikan dapat terlaksana apabila
tersedianya larva bermutu baik dan tersedia dalam jumlah yang cukup, pakan
yang tepat, pencegahan dan pengobatan penyakit serta lingkungan hidup yang
baik. Tingkat kelangsungan hidup pada stadia larva dipengaruhi oleh jenis pakan
yang diberikan dan dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut.
Frekuensi pemberian pakan pada ikan sangat penting diperhatikan karena akan
4
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi, efisiensi pakan dan
kemungkinan terjadinya pengotoran lingkungan yang akan mempengaruhi
kesehatan dan kelangsungan hidup ikan.
Cacing sutra merupakan jenis pakan alami yang baik bagi pertumbuhan
benih ikan, cacing jenis ini mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan
diberikan dalam keadaan hidup sehingga disenangi oleh ikan. Selain itu, cacing
sutra mudah dicerna dan diserap oleh dinding usus pemakannya, terutama ikan.
Penggunaan cacing sutra untuk larva ikan lele perlu diteliti dengan frekuensi
pemberian yang berbeda untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan lele secara optimal.
Kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Budidaya Ikan Lele
Budidaya Intensif
Kualitas Air Pakan Hama dan Penyakit
Frekuensi Pemberian Pakan
Cacing Sutra
Analisis Pertumbuhan Kelangsungan Hidup
4
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup larva ikan lele.
2. Frekuensi pemberian pakan yang paling baik untuk mendukung pertumbuhan
larva ikan lele yang optimal.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan adalah diduga dengan
frekuensi pemberian pakan alami cacing sutra yang berbeda akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
khususnya bagi petani ikan lele tentang frekuensi pemberian pakan cacing sutera
yang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele, sehingga produksi ikan lele
diharapkan dapat semakin ditingkatkan. Dengan meningkatkan ketersediaan larva
ikan juga diharapkan berimbas pada meningkatnya pendapatan petani ikan.
5
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias sp.)
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam
ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan yang bertulang sejati. Lele
dicirikan dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut
yang menyembul dari daerah sekitar mulutnya (Gambar 2). Nama ilmiah lele
adalah Clarias spp. yang berasal dari bahasa Yunani “chlaros”, berarti “kuat dan
lincah”. Dalam bahasa inggris lele disebut dengan beberapa nama seperti catfish,
mudfish dan walking catfish (Prastiwi, 2016).
Gambar 2. Ikan Lele (Clarias sp.)
Klasifikasi ikan lele berdasarkan SNI (2000) dalam Afifi (2014) adalah
sebagai berikut;
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Universitas Sumatera Utara
Ikan lele umumnya berwarna kehitaman atau keabuan dengan bentuk
badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih, tidak
bersisik, memiliki empat sungut kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan
memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Insangnya berukuran
kecil dan terletak pada bagian kepala belakang. Ikan lele mempunyai jumlah sirip
punggung 68-79, sirip dada 9-10, sirip perut 5-6, sirip dubur 50-60 dan jumlah
sungut 4 pasang. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam/patil yang
memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm, ukuran matanya sekitar 1/8
panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang
(Pratiwi, 2014).
Ikan lele digolongkan sebagai hewan karnivora. Pakan alami yang baik
untuk benih ikan lele adalah jenis zooplankton diantaranya Moina, Dapnia dan
yang termasuk dapnia adalah cacing, larva (jentik – jentik serangga), siput -siput
kecil dan sebagainya. Pakan alami biasanya digunakan untuk pemberian pakan
lele pada fase larva sampai benih, akan tetapi lele biasnaya mencari makan di
dasar kolam (Iqbal, 2011).
Ikan lele merupakan ikan yang dapat dibudidayakan pada lahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ikan lele memiliki daya tahan yang baik terhadap stress
dan buruknya kualitas air media budidaya. Ikan lele memiliki toleransi terhadap
suhu 22-34°C, derajat keasaman (pH) 6 – 9 dan oksigen terlarut (DO) > 1 mg/l.
Sedangkan untuk kandungan amoniak yang masih dapat ditolerir oleh hewan
akuatik adalah berkisar antara 0.08-0.2 mg/l (Afifi, 2014).
7
Universitas Sumatera Utara
Percernaan Ikan Lele
Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Bermula
setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan.
Sistem pencernaan pada ikan lele dimulai dari mulut, rongga mulut, faring,
esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan
lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut berperan
sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan. Rongga mulut ikan lele juga
terdapat organ pengecap berfungsi untuk menyeleksi makanan (Atang, 2016).
Jenis ikan lele-lelean (catfish) akan makan untuk memenuhi energi
metabolismenya dan berhenti makan bila sudah terpenuhi. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengkonsumsi makanan kembali dapat diperkirakan dari
hubungan antara waktu kosongnya isi lambung dan pengambilan pakan.
Pengaturan frekuensi pemberian pakan dilakukan berdasarkan pertimbangan
bahwa tiap jenis dan ukuran setiap ikan mempunyai interval waktu untuk makan
yang berbeda, bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya
(Tahapari dan Suhenda, 2009).
Larva ikan lele membutuhkan frekuensi pemberian pakan yang tinggi
karena lambung masih berukuran kecil seperti tabung lurus. Semakin kecil
kapasitas lambung semakin cepat pula waktu untuk mengosongkan lambung,
sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering. Fujaya (2008)
menyatakan bahwa semakin kecil ukuran ikan maka frekuensi pemberian
pakannya semakin sering. Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju
pengosongan lambung, sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan
lebih sering.
8
Universitas Sumatera Utara
Pakan Ikan
Pakan menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam
kegiatan budidaya, sebab pakan merupakan sumber energi untuk menunjang
pertumbuhan. Pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan kebutuhan
fisiologi dan spesies ikan yang dibudidayakan. Disamping mampu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ikan tersebut, pemberian pakan dengan kualitas dan
kuantitas yang baik dapat mengoptimalkan usaha budidaya ikan. Pakan harus
tersedia dalam jumlah yang cukup, terus menerus (kontinu), dan mempunyai
kandungan gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan (Maskur, 2004 dalam
Niode et al., 2017).
Menurut Perius (2011) dalam Yanuar (2017), pakan merupakan sumber
materi dan energi untuk menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
namun di sisi lain pakan merupakan komponen terbesar (50-70%) dari biaya
produksi. Kian meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual
ikan hasil budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi setiap pembudidaya
ikan. Oleh karena itu, upaya pencarian pakan alternatif yakni pakan alami yang
murah serta mudah dijangkau terus dilakukan untuk mengurangi biaya produksi.
Pakan ikan terdiri atas pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
merupakan pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki kandungan
gizi yang cukup lengkap dan mudah dicerna. Sementara pakan buatan adalah
pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan
pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan
kebutuhan nutrisi ikan, sumber dan kualitas bahan baku, serta nilai ekonomis
(Niode et al., 2017).
9
Universitas Sumatera Utara
Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam, baik dengan
atau tanpa bantuan aktifitas manusia dalam hal pengadaannya. Pakan alami ikan
merupakan organisme hidup yang menghuni suatu perairan, baik berupa
tumbuhan maupun hewan dan dapat dikonsumsi oleh ikan. Jenis-jenis pakan
alami yang dimakan oleh ikan sangat bermacam-macam tergantung pada jenis
ikan dan tingkat umurnya. Pada saat benih ikan mulai belajar mencari makan dari
luar, makanan yang pertama-tama mereka makan adalah plankton yang ukurannya
sesuai dengan bukaan mulut larva (Djarijah, 1995).
Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan
kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Apabila pakan
yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan
mendukung maka dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat sesuai
yang diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas jelek,
jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat
dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Amri dan Khairuman, 2002).
Pakan alami menjadi pakan awal dan utama bagi benih ikan karena
memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Kandungan gizi yang terdapat
dalam pakan alami yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Nilai
kandungan gizi yang cukup tinggi dan baik sangat diperlukan oleh benih ikan
pada masa kritis untuk hidup, tumbuh dari fase larva ke fase selanjutnya. Pakan
yang diberikan kepada benih ikan harus memenuhi syarat yaitu berukuran lebih
kecil dari diameter bukaan mulut larva, kandungan nutrisi tinggi, mudah dicerna,
dan memiliki warna yang mencolok, dapat bergerak terapung atau tersuspensi
dalam air sehingga dapat merangsang benih untuk memakannya (Djarijah, 1995).
10
Universitas Sumatera Utara
Tiga prinsip yang diperhatikan dalam memilih pakan alami yakni tipe atau
ukuran pakan, jumlah pakan, dan kandungan nutrisinya. Pakan ikan seharusnya
mempunyai ukuran yang relatif kecil, mengandung gizi yang cukup untuk
kebutuhan larva atau benih, mudah ditelan dan dicerna, dapat menarik perhatian
ikan, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Larva ikan membutuhkan nutrisi
yang tepat dan seimbang untuk memperoleh tingkat sintasan dan pertumbuhan
yang optimum (Djajasewaka, 1985 dalam Prastiwi, 2016)
Cacing Sutra (Tubifex sp.)
Tubifex sp. (Gambar 3) merupakan cacing yang mudah untuk dikenali dari
bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena
banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30-60
segmen atau ruas. Tubifex sp. membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk
mencari makan dan ekornya disembulkan di permukaan dasar untuk bernafas.
Tubifex sp. berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen
terlarut berkisar antara 28-30°C, dan pH air antara 6-8 (Widiyanti, 2012).
Gambar 3. Cacing Sutra (Tubifex sp.)
11
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Cacing Sutera Menurut Barnes (1974) dalam Hariati (2010)
adalah sebagai berikut:
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.
Tubifex sp. merupakan jenis cacing air tawar yang sangat disukai oleh
benih-benih ikan. Cacing berwarna merah, karena mengandung erythrocruorin
yang larut dalam darah. Pada umumnya cacing ini mengandung asam-asam amino
yang cukup lengkap dan biasanya diberikan sebagai makanan ikan, pakan alami
ini diberikan umumnya untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan laju
pertumbuhannya menurut Scheurman (1990) dalam Tarigan (2014).
Pada dasarnya hampir semua jenis ikan menyukai cacing sutra sebagai
pakan terutama ikan–ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) dan ikan
omnivora (pemakan segalanya), ikan–ikan dewasa pun menyukai cacing sutra.
Kandungan nutrisi yang terdapat pada cacing sutra yaitu protein 57%, karbohidrat
2,04%, lemak 13,30%, air 87,19% dan kadar abu 3,60% (Hariati, 2010).
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau berat dalam kurun waktu
tertentu. Pertumbuhan dalam individu diperoleh dari penambahan jaringan akibat
penambahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan sejumlah
12
Universitas Sumatera Utara
besar zat makanan penghasil energi dan asam amino (protein) yang mendorong
proses pertumbuhan (Effendie, 1997).
Dalam hal ini perlu upaya peningkatan kelangsungan hidup yang dapat
dilakukan dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan
sesuai dengan kebutuhan ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan
pertumbuhan yang optimal dan kelangsungan hidup yang maksimal. Tingkat
kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya
dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ikan yang lebih kecil akan rentan terhadap
penyakit dan parasit. Kelangsungan hidup ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor diantaranya kepadatan dan kualitas air. Umumnya laju
kelangsungan hidup benih lebih tinggi dibandingkan larva, karena benih lebih
kuat (Effendie, 2004).
Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup
pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode.
Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi dan
kemampuan ikan untuk hidup. Mortalitas ikan disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam tubuh ikan yang mempengaruhi
kematian adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Faktor luar meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies,
meningkatnya predator, parasit, kurang makanan, penanganan terhadap ikan,
penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang gerak yang
sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah
oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan dan kekurangan
makanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).
13
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2018 di
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan
Kota Medan di Jl. Bunga Ganyong, Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan
Medan Tuntungan.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah wadah akuarium, aerator,
ember, selang sifon, tanggok, millimeter block, penggaris, timbangan digital, pH
meter, thermometer, DO meter, test kit, kamera, dan alat tulis (Lampiran 8).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan lele berumur 4 hari,
berat 0.008±0.009 g dan panjang 0.8±0.9 cm, air sumur gali yang bersumber dari
air sumur dan cacing sutra dan garam non beryodium (Lampiran 8).
Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga kali
ulangan. Menurut Gasperz (1991) model linear yang digunakan adalah :
Dimana : Xij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangaan ke-j
μ : Rataan Umum
σi : Pengaruh perlakuan ke-i
ԑij : Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
Xij = μ + σi + ԑij
Universitas Sumatera Utara
Perlakuan-perlakuan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
P1 : Frekuensi pemberian pakan 3 kali dengan interval 6 jam (pukul 09.00,
15.00 dan 21.00) per hari.
P2 : Frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan interval 4 jam (pukul 09.00,
13.00, 17.00 dan 21.00) per hari
P3 : Frekuensi pemberian pakan 5 kali dengan interval 3 jam (pukul
09.00, 12.00, 15.00, 18.00 dan 21.00) per hari.
Prosedur Penelitian
Menyiapkan Wadah Pemeliharaan
Wadah yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran 40×20×20 cm.
Akuarium tersebut ditempatkan dalam ruang BBI Kelurahan Baru Ladang Bambu.
Jumlah akuarium yang akan digunakan yaitu sebanyak 9 buah, yakni untuk 3
perlakuan dengan 3 ulangan. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan dan
dikeringkan lalu diisi air sebanyak 12 liter dengan tinggi air 15 cm. Akuarium
tersebut dilengkapi dengan aerasi yang bertujuan untuk menambah suplai oksigen
dalam air dan kemudian dilakukan pengukuran kualitas air.
Menyiapkan Air Media
Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan dalam penelitian ini adalah
air yang berasal dari sumur gali yang berada di BBI Kelurahan Baru Ladang
Bambu, dimana air diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam selanjutnya
dimasukan ke dalam akuarium dan akan dilakukan diaerasi selama 4 hari guna
meningkatkan kadar oksigen serta melepas zat-zat berbahaya pada air media
pemeliharaan.
15
Universitas Sumatera Utara
Menyiapkan Ikan Uji
Ikan yang digunakan adalah larva ikan lele yang berumur 4 hari dengan
berat 7±9 mg dan panjang 0.9±1.0 cm sebanyak 24 ekor/akuarium. Larva ikan lele
yang digunakan harus homogen berasal dari induk (genetik) yang sama. Sebelum
larva dimasukkan kedalam akuarium perlakuan, terlebih dahulu ikan diadaptasi
dalam akuarium selama 2 hari agar mampu menyesuaikan kondisi dengan
lingkungan media pemeliharaan barunya.
Menebarkan Ikan Uji
Larva ikan lele ditebar di dalam akuarium sebanyak 24 ekor pada masing-
masing akuarium dengan total ikan lele sebanyak 216 ekor untuk 9 akuarium.
Pengukuran panjang larva dilakukan pada awal penebaran ikan menggunakan
penggaris dan berat larva menggunakan timbangan analitik. Kemudian larva
ditebar kedalam masing-masing media pemeliharaan pada setiap perlakuan.
Menyiapkan Pakan Uji
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah cacing sutra dengan
terlebih dahulu mencelupkan kedalam air garam non beryodium dengan takaran
10 g garam untuk 1 liter air bersih. Hal ini dilakukan dengan tujuan
menghilangkan zat-zat berbahaya pada cacing sutra diharapkan agar tidak
membawa sumber penyakit terhadap ikan. Jumlah pakan yang akan diberikan
pada setiap perlakuan setiap minggunya akan berbeda dimana berat biomassa
larva ikan dihitung pada setiap perlakuannya. Pakan cacing sutra yang akan
diberikan pada setiap perlakuan ditimbang sebanyak 10% dari berat biomassa
larva ikan, penimbangan akan dilakukan kembali setelah menghitung berat
biomassa pengukuran panjang dan berat larva ikan lele pada minggu selanjutnya.
16
Universitas Sumatera Utara
Kandungan nutrisi pada cacing sutra dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini:
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.)
No. Kandungan Nutrisi Hasil (%)
1. Protein 57
2. Karbohidrat 2.04
3. Lemak 13.30
4. Air 87.19
5. Kadar Abu 3.60
Sumber : Akhyar et al., (2016)
Memelihara Larva Ikan uji
Pemeliharaan larva ikan dilakukan selama 28 hari. Evaluasi dilakukan
setiap 7 hari sekali dan melakukan pengantian air dengan penyiponan dengan
membuang air sebanyak 10% dari volume air pada akuarium dan mengganti
dengan air yang baru.
Variabel Pengamatan
Pengamatan hasil pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup dari larva
ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama pemeliharaan. Pengamatan hasil
meliputi pengkuran panjang dan berat ikan, kelangsungan hidup, serta kualitas air.
1. Pertambahan Panjang Ikan
Pengukuran panjang larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama
penelitian. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris kemudian
dicatat panjang ikan. Pertumbuhan panjang ikan menggunakan rumusan
pertumbuhan panjang menurut Effendie (1997) yaitu:
Dimana L : Pertumbuhan panjang (cm)
Lt : Panjang akhir ikan (cm)
Lo : Panjang awal ikan (cm)
L = Lt – Lo
17
Universitas Sumatera Utara
2. Peningkatan Berat Ikan
Pengukuran berat larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari dimana pada awal
dan akhir penelitian semua jumlah ikan yang digunakan pada semua percobaan
ditimbang beratnya. Pengukuran berat larva ikan lele menggunakan timbangan
digital. Berat ikan lele yang telah ditimbang kemudian dicatat. Namun pada
pengukuran hari ke 7, 14 dan 21 dilakukan sampling pada 3 ekor larva ikan untuk
mewakili berat ikan pada setiap wadah percobaan. Pertumbuhan Berat
menggunakan rumusan pertumbuhan berat menurut Effendie (1997) yaitu:
Dimana : ΔW : Pertumbuhan mutlak (gram)
Wt : Berat akhir (gram)
Wo : Berat awal (gram)
3. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup
pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu pada
setiap perlakuan. Kelangsungan hidup larva ikan lele diamati setiap harinya
selama penelitian dan dicatat. Tingkat kelangsungan hidup dinyatakan dengan
rumus (Zonneveld et al., (1991) :
Dimana : SR : Survival Rate / Kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah Ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
No : Jumlah Ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
ΔW = Wt – Wo
SR = Nt / No x 100 %
18
Universitas Sumatera Utara
4. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur meliputi: suhu, kandungan oksigen
terlarut dan pH. Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap hari pada pagi dan sore
selama penelitian. Pengukuran DO dilakukan setiap seminggu sekali selama masa
pemeliharaan.
Analisis Data
Data yang diperoleh diuji dengan analisis statistik dan deskriptif. Analisis
statistik dengan menggunakan analisis ragam Analysis of variance (ANOVA) dan
uji F pada selang kepercayaan 95%. Jika berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut
antar perlakuan dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
Selanjutnya data juga dianalisis menggunakan ragam ANOVA pada selang
kepercayaan 95% dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 21. Data
yang diolah dengan ragam ANOVA yaitu panjang rata-rata, berat rata-rata dan
tingkat kelangsungan hidup dan data kualitas air dijelaskan secara deskriptif.
19
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengambilan sampel larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama
28 hari masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata,
jumlah pemberian pakan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Dari pengolahan
data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat
kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air antar perlakuan P1
(Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari), P2 (Frekuensi pemberian pakan 4 kali
sehari) dan P3 (Frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari).
Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele
Pertambahan panjang larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan
bertambah seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan yang diberikan pada
ikan. Pertambahan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dari 0.8 menjadi
4.4 cm, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 0.8 menjadi 4.0 cm dan panjang
terendah pada perlakuan P1 dari 0.8 menjadi 3.6 cm. Hasil dari laju pertambahan
panjang larva ikan lele pada perlakuan P1, P2 dan P3 dari hari ke 1, 7, 14, 21 dan
28 dapat dilihat pada Gambar 4.
Pertambahan panjang rata-rata larva pada masing-masing perlakuan setiap
pengukuran berkisar antara 0.8 sampai pada ukuran 4.4 cm. Panjang rata-rata
tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 3.6 cm kemudian diikuti perlakuan
P2 sebesar 3.2 dan terendah pada perlakuan 2.8 cm. Hasil pertambahan panjang
rata-rata larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Hasil Laju Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele Hari ke-1
sampai Hari ke-28
Gambar 5. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Larva Ikan Lele dengan
Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan
Analisis variansi (ANOVA) panjang larva ikan lele dilakukan
menggunakan Uji Duncan pada program Statistical Pakage of Social Science
(SPSS). Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata terhadap pertambahan panjang larva ikan lele pada setiap perlakuan selama
28 hari masa pemeliharaan.
21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Larva Ikan Lele dengan
Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28
Sumber
Variasi df
Hari ke-
H7 H14 H21 H28
P1 2 ** ** ** **
P2 2 ** ** ** **
P3 2 ** ** ** **
Error 192 0.013 0.030 0.035 0.356
** Significantly (p ≤ 0.01)
Tabel 3. Hasil Rata-rata Panjang Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3
pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28
Hari ke- H7 H14 H21 H28
Perlakuan
P1 1.100a 1.568
a 2.500
a 3.588
a
(0) (0.006) (0.010) (0.014)
P2 1.333
b 2.202
b 2.966
b 3.958
b
(0.006) (0.010) (0.012) (0.016)
P3
1.534c 2.567
c 3.667
c 4.409
c
(0.006) (0.006) (0.006) (0.014) a, b, c
Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan
antara perlakuan
Peningkatan Berat Larva Ikan Lele
Peningkatan berat larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan bertambah
seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan yang diberikan pada ikan.
Peningkatan berat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dari 8 menjadi 936 mg,
kemudian diikuti perlakuan P2 dari 8 menjadi 815 mg dan berat terendah pada
perlakuan P1 dari 8 menjadi 710 mg. Hasil dari laju peningkatan berat larva ikan
lele pada perlakuan P1, P2 dan P3 dari hari ke 1, 7, 14, 21 dan 28 dapat dilihat
pada Gambar 6.
Peningkatan berat rata-rata larva pada masing-masing perlakuan setiap
pengukuran berkisar antara 8 sampai pada ukuran 936 mg. Berat rata-rata tertinggi
22
Universitas Sumatera Utara
terdapat pada perlakuan P3 sebesar 928 mg kemudian diikuti perlakuan P2 sebesar
807 mg dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 702 mg. Hasil peningkatan berat
rata-rata larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 6. Hasil Laju Peningkatan Berat Larva Ikan Lele Hari ke-1
sampai Hari ke-28
Gambar 7. Hasil Peningkatan Berat Rata-rata Larva Ikan Lele dengan Perlakuan
P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan
Analisis variansi (ANOVA) panjang larva ikan lele dilakukan
menggunakan Uji Duncan pada program Statistical Pakage of Social Science
23
Universitas Sumatera Utara
(SPSS). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4 menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata terhadap peningkatan berat larva ikan lele pada setiap
pengukuran selama 28 hari masa pemeliharaan.
Tabel 4. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Berat Larva Ikan Lele dengan
Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28
Sumber Variasi df Hari ke-
H7 H14 H21 H28
P1 2 ** ** ** **
P2 2 ** ** ** **
P3 2 ** ** ** **
Error 196 1.603 3.927 5.050 7.117
** Significantly (p ≤ 0.01)
Tabel 5. Hasil Rata-rata Berat Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3
pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28
Hari ke- H7 H14 H21 H28
Perlakuan
P1 136.33a 368.67
a 563.67
a 710.44
a
(1.034) (2.502) (2.951) (3.099)
P2 156.05
b 425.30
b 667.26
b 822.86
b
(0.636) (2.048) (1.309) (5.056)
P3
188.57c 497.51
c 730.09
c 943.78
c
(0.662) (1.068) (1.813) (2.269) a, b, c
Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan
antara perlakuan
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama 28 hari masa
pemeliharaan menunjukkan nilai yang tertinggi pada perlakuan P2 dan P3 yaitu
sebesar 87.50% dan terendah terdapat pada perlakuan P1. Data kelangsungan
hidup diperoleh dengan menghitung jumlah ikan pada awal penelitian dan jumlah
ikan yang hidup pada akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele
dapat dilihat pada Gambar 8.
24
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Hasil Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Selama 28
Hari Pemeliharaan
Perlakuan Rata-rata Kelangsungan Hidup Hari Ke-
SR (%) 0 7 14 21 28
P1 100 95.83 91.66 88.88 86.11 86.11
P2 100 97.22 94.44 90.27 87.50 87.50
P3 100 95.83 93.05 90.27 87.50 87.50
Gambar 8. Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele dengan Perlakuan
P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele
selama pemeliharaan (Lampiran 6) yang kemudian data tersebut dianalisis
menggunakan analisis variansi (ANOVA) yang dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil
analisa menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele (Fhitung<Ftabel).
Tabel 7. Hasil Analisis Variansi (ANOVA) Tingkat Kelangsungan Hidup
Sumber
Keragaman (SK)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
Fhitung Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 2 3.846 1.923 0.333 5.14 10.92
Galat Percobaan 6 34.611 5.768
Total 38.457 7.691
* = Tidak berpengaruh nyata
25
Universitas Sumatera Utara
Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air dalam 28 hari masa pemeliharaan relatif
stabil. Hal ini disebabkan karena pemeliharaan dilakukan dengan cara intensif,
dimana tempat penelitian dilakukan di dalam ruangan sehingga kondisi
lingkungan relatif homogen dan lebih mudah di kontrol. Data pengamatan kualitas
air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Minimum dan Maksimum Kualitas Air Selama 28 Hari
Pemeliharaan
Waktu Kualitas Air P1 P2 P3
Min Maks Min Maks Min Maks
Pagi
Suhu (°C) 26.4 26.8 26.5 26.8 26.4 26.7
pH 7.3 8.2 7.4 8.1 7.5 8.2
DO (mg/l) 7 7.5 7 7.5 7 7.4
Sore
Suhu (°C) 27.6 28.1 27.5 28.3 27.6 28.2
pH 7.6 8.5 7.7 8.4 7.6 8.4
DO (mg/l) 6.8 7.1 6.7 7 6.8 7.1
Malam
Suhu (°C) 26.2 26.7 26.1 26.8 26.2 26.7
pH 7.2 8.1 7.1 8.0 7.0 8.0
DO (mg/l) 6.9 7.1 7 7.2 7 7.2
Pembahasan
Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele
Pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
keberhasilan suatu kegiatan usaha budidaya perikanan khususnya dalam
pencapaian target produksi. Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah
perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume dalam kurun waktu
tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan jaringan akibat dari
pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi
dan protein. Dalam hal ini frekuensi pemberian pakan pada ikan pakan adalah
faktor yang sangat perlu diperhatikan. Pertumbuhan yang terjadi pada larva ikan
26
Universitas Sumatera Utara
lele dalam penelitian ini meningkat seiring bertambahnya waktu pemeliharaan dan
frekuensi pemberian pakan yang diberikan.
Larva ikan lele mengalami pertambahan panjang rata-rata yang berbeda
pada masing-masing perlakuan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa
frekuensi pemberian pakan yang berbeda juga berpengaruh terhadap pertambahan
panjang larva ikan lele. Panjang rata-rata larva ikan lele pada awal penelitian yaitu
0.8 cm. Pada akhir penelitian terjadi perbedaan pertumbuhan yang diperoleh dapat
dilihat pada Lampiran 2., dimana pertambahan panjang yang diperoleh pada
perlakuan P3 yaitu sebesar 3.6 cm yang diikuti pada perlakuan P2 sebesar 3.2 cm
dan pada P1 sebesar 2.8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian
pakan yang berbeda pada setiap perlakuan berpengaruh terhadap pertambahan
panjang larva ikan lele.
Tingginya pertambahan panjang pada perlakuan P3 diduga karena
tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi larva ikan lele dan pakan dapat
dimanfaatkan dengan optimal. Menurut Mudjiman, 1984 dalam Deftari et al, 2015
menyatakan bahwa pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas
dan kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan
dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup, metabolisme, pergerakan
dan pertumbuhan.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA panjang larva ikan lele menunjukkan
bahwa frekuensi pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata
(Fhitung>Ftabel) terhadap pertambahan panjang larva ikan lele. Pada Lampiran 3
hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan P1 berbeda sangat
27
Universitas Sumatera Utara
nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P3.
Perbedaan frekuensi pemberian pakan cacing sutra memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertambahan panjang larva ikan lele. Pada perlakuan P3
dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari memberikan pertambahan
panjang yang lebih tinggi terhadap larva ikan lele dibandingkan perlakuan
lainnya. Hal ini sesuai dengan Setiawati et al, 2014 peneliti terdahulu yang
dilakukan pada ikan toman dengan perlakuan pemberian pakan yang sama yang
menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi memberikan
pertambahan panjang dan peningakatan berat yang lebih tinggi juga dimana larva
ikan dapat memanfaatkan pakan yang lebih baik dengan optimal sehingga
diperoleh pertumbuhan lebih baik.
Pada perlakuan P1 yaitu frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari dengan
interval 6 jam akan menyebabkan pakan tidak seluruhnya dapat dikomsumsi ikan
karena pada saat lambung penuh, ikan akan segera berhenti mengambil makanan
dan pemanfaatan pakan menjadi tidak efisien. Pada perlakuan P2 yaitu frekuensi
pemberian pakan 4 kali sehari dengan interval 4 jam, juga kurang mencapai
pertambahan panjang tertinggi. Sedangkan pada perlakuan yaitu frekuensi
pemberian pakan dengan 5 kali sehari dengan interval 3 jam menghasilkan
pertambahan panjang tertinggi, karena sesuai dengan volume dan kapasitas
lambung dimana hampir keseluruhan pakan yang diberikan dimanfaatkan dengan
baik dan interval waktu pemberian pakan yang tepat pada saat ikan lapar kembali.
Pengaturan frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan
bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai interval waktu untuk makan yang
28
Universitas Sumatera Utara
berbeda, bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya (Gwither
dan Grove, 1981 dalam Tahapari dan Suhenda, 2009).
Peningkatan Berat Larva Ikan Lele
Kebutuhan protein pada pakan sangat dibutuhkan oleh larva ikan
khususnya pada stadia awal pertumbuhan, hal ini karena protein sangat
dibutuhkan untuk memperbaiki dan mempertahankan jaringan sel-selnya
(Herawati dan Agus, 2014). Pakan yang diberikan pada larva ikan yaitu pakan
alami yaitu cacing sutra (Tubifex sp.). Berdasarkan nilai komposisi nutrisi cacing
sutra yaitu kandungan protein hampir 57% dapat meningkatkan pertambahan
panjang dan peningkatan berat dari larva ikan lele. Nilai kandungan gizi yang
cukup tinggi dan baik dalam pakan alami sangat diperlukan oleh larva ikan pada
masa kritis untuk hidup dan tumbuh dari fase larva ke fase selanjutnya (Djarijah,
1995).
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa
ada perbedaan berat rata-rata larva ikan lele pada masing-masing perlakuan. Hal
ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan yang
berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan larva ikan lele. Peningkatan berat
tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 928 mg, kemudian diikuti oleh
perlakuan P2 sebesar 807 mg dan yang terendah pada perlakuan P1 sebesar 702
mg. Frekuensi pemberian pakan untuk larva berbeda (lebih sering) dengan ikan
yang sudah dewasa. Hal ini disebabkan larva atau benih lebih banyak
membutuhkan energi untuk pemeliharaan, perkembangan serta penyempurnaan
organ-organ di dalam tubuhnya (Affandi et al, 2005). Frekuensi pemberian pakan
larva ikan lele lebih sering karena ukuran lambungnya relatif lebih kecil seperti
29
Universitas Sumatera Utara
tabung lurus. Menurut Menurut Gwither dan Grove (1981), makin kecil kapasitas
lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambung sehingga frekuensi
pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.
Perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari dengan interval
waktu 3 jam (P3) memiliki berat rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
perlakuan frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan interval waktu 4 jam dan
perlakuan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari dengan interval waktu 6 jam.
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P3 ikan dapat memanfaatkan pakan
yang lebih baik sehingga diperoleh pertumbuhan lebih baik dibandingkan
perlakuan P2 dan perlakuan P1. Frekuensi pemberian yang meningkat akan
mengikuti peningkatan pertumbuhan ikan dimana berhubungan dengan kapasitas
tampung dari lambung ikan. Fujaya (2008) menyatakan bahwa semakin kecil
ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin sering. Hal ini
berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung, sehingga frekuensi
pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering. Setelah terjadi pengurangan isi
lambung, nafsu makan beberapa jenis ikan akan meningkat kembali jika makanan
tersedia.
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), menunjukkan bahwa perlakuan
frekuensi pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata
(Fhitung>Ftabel) terhadap peningkatan berat larva ikan lele. Pada Lampiran 6
hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan P1 berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan P3.
30
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Kelangsungan Hidup
Pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele dilakukan
dengan cara mengamati dan menghitung jumlah larva ikan pada awal dan akhir
penelitian. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama penelitian berkisar
antara 86.11-87.50%. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) Tabel 7 menunjukkan
bahwa setiap perlakuan yang ada dalam media pemeliharaan yaitu perlakuan P1,
P2 dan P3 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan
hidup larva ikan lele sehingga uji ANOVA tidak dapat dilanjutkan untuk melihat
perbedaan antar perlakuan .
Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama pemeliharaan tergolong
baik. Dari Tabel 8 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yaitu pada P1
dengan 86.11 %, P2 dengan 87.50% dan P3 dengan 87.50%. Menurut Mulyani et
al, (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) ≥50% tergolong
baik, kelangsungan hidup 30-50% sedang dan kurang dari 30% tidak baik.
Kematian larva hanya terjadi pada awal pemeliharaan, hal ini disebabkan karna
larva baru beardaptasi terhadap kondisi lingkungan media pemeliharaanya serta
pengaruh respon dari luar misalnya pada saat penyiponan dan penanganan pada
saat menimbang ikan.
Kualitas air selama penelitian masih dalam keadaan yang layak untuk
menunjang tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele. Selain itu pakan yang
diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan, dimana pakan yang tersisa
atau tidak dimakan yang berada dibawah oleh ikan selalu diangkat agar kualitar
air pada media pemeliharan tetap terjaga. Menurut Effendie (1997) menyatakan
bahwa survival rate atau derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor
31
Universitas Sumatera Utara
biotic yaitu persaingan, parasit, umur, predator kepadatan dan penanganan
manusia, sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan.
Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena
diperlukan sebagai media hidup. Air yang digunakan dalam media pemeliharaan
larva ikan lele perlu dijaga kualitasnya. Pengukuran kualitas air yang dilakukan
selama penelitian yaitu suhu, pH, dan kandungan oksigen menunjukkan hasil yang
masih berada pada batas yang baik bagi pertumbuhan larva ikan lele. Sumber air
yang digunakan yaitu air sumur sebelumnya telah dilakukan pengendapan selama
24 jam dan selanjutnya air diaerasi selama 4 hari guna meningkatkan kualitas air
yang baik untuk pertumbuhan ikan. Penyiponan juga dilakukan setelah proses
pengukuran panjang dan berat dengan membuang 10% dari total air yang ada.
Pengukuran kualitas air yaitu suhu, kandungan oksigen dan pH dilakukan 3 kali
pengkuran dalam sehasri yaitu pada pagi, siang dan malam hari.
Kisaran suhu selama penelitian pada setiap perlakuan adalah 26.8-29.3°C,
dimana suhu tersebut masih dalam kisaran normal. Pada Tabel 8 menunjukkan
kisaran suhu pada P1 dengan 26.8–28.9°C, P2 dengan 27.1–29.3°C dan pada P3
dengan 26.9–29.3°C. Hasil ini telah sesuai dengan suhu yang optimal bagi
pertumbuhan larva ikan lele, dimana penelitian dilakukan pada ruangan tertutup
dan dalam lingkungan yang relatif homogen. Menurut Afifi (2014) menyatakan
bahwa ikan lele memiliki toleransi terhadap suhu 22-34°C. Suhu air yang sesuai
akan meningkatkan aktivitas makan ikan, sehingga pertumbuhan larva ikan lele
akan semakin baik. Perbedaan perlakuan frekuensi pemberian pakan selama
penelitian tidak menyebabkan perubahan suhu air yang besar.
32
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen
akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Derajat
keasaman (pH) pada setiap perlakuan selama penelitian berkisar antara 7.6-8.0,
hasil ini masih dalam keadaan normal untuk pertumbuhan dan kelangsungan
hidup larva ikan lele. Menurut Afifi (2014) menyatakan bahwa ikan lele memiliki
toleransi terhadap derajat keasaman (pH) dengan kisaran 6-9. Keadaan pH yang
dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang teralu rendah (sangat asam)
dan pH yang terlalu tinggi (sangat basa).
Oksigen merupakan satu parameter yang sangat penting bagi seluruh
organisme dalam kehidupannya. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi
kebutuhan ikan dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan yang mencakup
seluruh aktifitas ikan, seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Pada Tabel
8 dapat dilihat bahwa kandungan oksigen terlarut (DO) pada setiap perlakuan
selama penelitian yaitu berkisar antara 7.0-8.0 mg/l. Kisaran nilai oksigen yang
tinggi selama masa pemeliharaan ini disebabkan karna kontrol kualitas air yang
baik seperti aerasi terhadap air dan pengangkatan sisa pakan di dasar akuarium
yang tidak dimakan oleh larva ikan dari media pemeliharan serta melakukan
penyiponan setiap minggunya. Nilai oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya
ikan lele adalah >3 mg/l (Mahyuddin, 2008).
33
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang dan berat namun tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan lele.
2. Frekuensi pemberian pakan yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan
dan kelangsungan hidup larva ikan lele adalah perlakuan P3 (frekuensi
pemberian pakan 5 kali sehari) dengan pertambahan panjang larva sebesar 3.6
cm dan peningkatan berat sebesar 928 mg.
Saran
Pemeliharaan larva ikan lele sebaiknya dilakukan pemberian pakan dengan
frekuensi lima kali sehari, karna menghasilkan pertumbuhan yang baik.
Selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut mengenai frekuensi pemberian pakan
yang berbeda untuk larva-larva ikan jenis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D. S. Sjafei., M. F. Rahardjo dan Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan:
Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Afifi, I. M. 2014. Pemanfaatan Bioflok pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias
sp.) dengan Padat Tebar Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival
Rate (SR). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Akhyar, S., Muhammadar, dan I. Hasri. 2016. Pengaruh Pemberian Pakan Alami
yang Berbeda terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Larva
Ikan Peres (Osteochilus sp.,). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Perikanan Unsyiah. 1 (43) : 425-433.
Amri, K dan Khairuman. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Atang. 2016. Sistem Pencernaan dan Pernafasan pada Ikan Lele (Clarias
batrachus). Fakultas Biologi. Universitas Soedirman.
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung.
Effendie, M. I. 2004. Pengantar Akuakultur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. CV.Armico. Bandung.
Gwither, D dan D. J. Grove. 1981. Gastric Emptying in Limanda limanda L. and
Return of Appetite. J. Fish Biol, 18 (1) : 245-259.
Hanief, M. A. R., Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi
Pemberian Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Tawes
(Puntius javanicus). Jurnal of Aquaculture Management and Technology,
3 (4) : 67- 74.
Hariati, E. 2010. Potensi Tepung Cacing Sutra (Tubifex sp.) dan Tepung Potensi
Tepung Tapiokauntuk Substitusi Pakan Komersil Ikan Patin (Pangasius
hypothalamus). Skripsi. Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Herawati, V. E dan M. Agus. 2014. Analisis Pertumbuhan dan Kelulushidupan
Larva Lele (Clarias gariepenus) yang Diberi pakan Daphnia sp. Hasil
Kultur Massal Menggunakan Pupuk Organik Difermentasi. Jurnal Pena
Unikal, 26 (1) : 1 – 11.
Universitas Sumatera Utara
Herlina, S. 2016. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus (Channa
striata). Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 5 (2) : 64 – 67.
Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias gariepinus) pada
Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Jaja., A. Suryani dan K. Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran dan Pemasaran
Ikan Lele serta Strategi Pengembangannya di UD Sumber Rejeki Parung,
Jawa Barat. Manajemen IKM, 8 (1) : 45-56.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Teknologi Pembenihan Ikan Patin
(Pangasius sp.) yang Dipelihara Secara Outdoor Dikolam yang Dipupuk.
Laporan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Niode, A. R., Nasriani dan A. M. Irdja. 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Pakan Buatan Yang
Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia.
Prastiwi, W. 2016. Pemberian Pakan Alami Moina sp. yang Diperkaya Tepung
Ikan untuk Meningkatkan Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva
Ikan Lele (Clarias sp.). Skripsi. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Pratiwi, D. R. 2014. Aplikasi Effective Microorganism 10 (EM10) untuk
Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var Sangkuriang)
di Kolam Budidaya Lele Jombang tangerang. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Setiawati, E., E. Dewantoro dan Rachimi. 2014. Pengaruh Cacing Sutra (Tubifex
sp) dengan Frekuensi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Ikan Toman
(Channa microptes CV.) Jurnal Ruaya, 2.
Tahapari, E dan N. Suhenda. 2009. Penentuan Frekuensi Pemberian Pakan untuk
Mendukung Pertumbuhan Benih Ikan Patin Pasupati. Berita Biologi, 9 (6).
Tarigan, R. P. 2014. Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Botia (Chromobotia macracanthus) dengan Pemberian Pakan Cacing
Sutera (Tubifex sp.) yang Dikultur dengan Beberapa Jenis Pupuk Kandang.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Widiyanti, M. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Pada Pakan Buatan yang Berbeda. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Purwokerto.
Widodo, E. P. 2009. Tingkah Laku Makan Ikan Lele (Clarias gariepinus Var
Sangkuriang) terhadap Beberapa Jenis Anak Ikan. [Tesis]. Universitas
Indonesia. Depok.
Universitas Sumatera Utara
Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochiomis Niloticus) dan Kualitas Air di
Akuarium Pemeliharaan. Jurnal Ziraah, 42 (2) : 91 – 99.
Zonneveld, N., L. A. Huisman dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisi Larva Ikan Lele
Keterangan :
P0U0 = Tanpa perlakuan (Kontrol)
P1U1 = Frekuensi pemberian pakan 3 kali pada ulangan 1
P1U2 = Frekuensi pemberian pakan 3 kali pada ulangan 2
P1U3 = Frekuensi pemberian pakan 3 kali pada ulangan 3
P2U1 = Frekuensi pemberian pakan 4 kali pada ulangan 1
P2U2 = Frekuensi pemberian pakan 4 kali pada ulangan 2
P2U3 = Frekuensi pemberian pakan 4 kali pada ulangan 3
P3U1 = Frekuensi pemberian pakan 5 kali pada ulangan 1
P3U2 = Frekuensi pemberian pakan 5 kali pada ulangan 2
P3U3 = Frekuensi pemberian pakan 5 kali pada ulangan 3
P2U3
P1U3 P3U3 P0U0
P3U1 P1U1
P1U2 P2U1
P3U2 P2U2
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Data Panjang Rata-rata (cm) Larva Ikan Lele
Perlakuan Ulangan Panjang Rata-Rata (cm) Hari ke-
Δp 0 7 14 21 28
P1
1 0.8 1.1 1.6 2.4 3.7 2.9
2 0.8 1.1 1.5 2.5 3.6 2.8
3 0.8 1.1 1.6 2.6 3.6 2.8
Jumlah 2.4 3.3 4.7 7.5 10.9 8.5
Rata-Rata 0.8 1.1 1.6 2.5 3.6 2.8
P2
1 0.8 1.3 2.1 2.9 3.9 3.1
2 0.8 1.4 2.2 3.1 4.1 3.3
3 0.8 1.3 2.3 2.9 4 3.2
Jumlah 2.4 4.0 6.6 8.9 12.0 9.6
Rata-Rata 0.8 1.3 2.2 3.0 4.0 3.2
P3
1 0.7 1.5 2.5 3.6 4.4 3.7
2 0.8 1.6 2.6 3.7 4.3 3.5
3 0.8 1.5 2.6 3.7 4.4 3.6
Jumlah 2.3 4.6 7.7 11.0 13.1 10.8
Rata-Rata 0.8 1.5 2.6 3.7 4.4 3.6
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Perhitungan Statistik Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele
Perlakuan Panjang (cm) Jumlah
Kelompok Rata-rata
U1 U2 U3
P1 2.9 2.8 2.8 8.5 2.83
P2 3.1 3.3 3.2 9.6 3.2
P3 3.7 3.5 3.6 10.8 3.6
Jumlah 9.7 9.6 9.6 28.5 9.63
FK = 92.80
JKtotal = 0.93
JKperlakuan = 0.88
JKgalat = 0.05
Tabel Analisis Varians (ANOVA)
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
Fhitung Ftabel
0.05 0.01
Perlakuan 2 0.88 0.44
55** 5.14 10.92 Galat
Percobaan 6 0.55 0.008
Total 1.43 0.448
** = Berpengaruh sangat nyata
KK = 2.7% (dilakukan uji lanjut BNT)
Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)
BNT = t ( DbG) .
Rumus
KTG = 0.008
t ( ,dbG) = 2.447
= 0.05
dbG = 6
r = 3
Nilai BNT = 0.171
Perlakuan Rerata Notasi
P1 2.83 a
P2 3.2 b
P3 3.6 c
Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Analisis Varians Panjang Larva Ikan Lele pada Program SPSS
Means Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
H7 * Perlakuan 193 89.4% 23
10.6% 216 100.0%
H14 * Perlakuan 193 89.4% 23
10.6% 216 100.0%
H21 * Perlakuan 193 89.4% 23
10.6% 216 100.0%
H28 * Perlakuan 193 89.4% 23
10.6% 216 100.0%
Report
Perlakuan H7 H14 H21 H28
P1 Mean 1.1000 1.5677 2.5000 3.5877
Std. Error of Mean .00000 .00585 .01028 .01378
P2 Mean 1.3328 2.2016 2.9656 3.9578
Std. Error of Mean .00592 .01033 .01183 .01634
P3 Mean 1.5344 2.5672 3.6672 4.4094
Std. Error of Mean .00598 .00592 .00592 .01368
Total Mean 1.3212 2.1093 3.0415 3.9829
Std. Error of Mean .01312 .03018 .03509 .02569
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
H7 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 6.097 2 3.049 2029.140 .000
Within Groups .285 190 .002
Total 6.383 192
H14 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 33.030 2 16.515 4400.364 .000
Within Groups .713 190 .004 Total 33.743 192
H21 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 44.483 2 22.241 3689.213 .000
Within Groups 1.145 190 .006 Total 45.628 192
H28 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 21.833 2 10.916 791.465 .000
Within Groups 2.621 190 .014
Total 24.454 192
Measures of Association
Eta Eta Squared
H7 * Perlakuan .977 .955
H14 * Perlakuan .989 .979
H21 * Perlakuan .987 .975
H28 * Perlakuan .945 .893
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Lanjutan
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
H7
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 65 1.1000 P2 64 1.3328 P3 64 1.5344
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 64.330.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed.
H14
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 65 1.5677 P2 64 2.2016 P3 64 2.5672
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 64.330.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed.
H21
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 65 2.5000 P2 64 2.9656 P3 64 3.6672
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 64.330.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used.
Type I error levels are not guaranteed.
H28
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P1 65 3.5877 P2 64 3.9578 P3 64 4.4094
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 64.330.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is
used. Type I error levels are not guaranteed.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Data Berat Rata-Rata (mg) Larva Ikan Lele
Perlakuan Ulangan Hari ke-
Δb 0 7 14 21 28
P1
1 8 129 346 543 691 683
2 9 132 365 551 701 692
3 8 148 395 597 739 731
Jumlah 25 409 1106 1691 2131 2106
Rata-Rata 8 136 369 564 710 702
P2
1 8 158 425 664 835 827
2 8 161 445 681 861 853
3 8 149 405 656 772 764
Jumlah 24 468 1275 2001 2468 2444
Rata-Rata 8 156 425 667 823 815
P3
1 8 189 498 734 942 934
2 9 182 487 711 929 920
3 8 195 508 746 961 953
Jumlah 25 566 1493 2191 2832 2807
Rata-Rata 8 189 498 730 944 936
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Perhitungan Statistik Peningkatan Berat Larva Ikan Lele
Perlakuan Peningkatan Berat (mg) Jumlah
Kelompok Rata-rata
U1 U2 U3
P1 683 692 731 2106 702
P2 827 853 764 2444 815
P3 934 92 953 1979 660
Total 2444 1637 2448 6529 2176
FK = 601394
JKtotal = 87974
JKperlakuan = 81935
JKgalat = 6039
Tabel Analisis Varians (ANOVA)
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas (db)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F hitung F tabel
0.05 0.01
Perlakuan 2 81935 40967.5
40.70** 5.14 10.92 Galat
Percobaan 6 6039 1006.5
Total 87974 41974
** = Berpengaruh sangat nyata
KK = 3.86% (dilakukan uji lanjut BNT)
Uji Lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil)
BNT = t ( dbG) .
Rumus
KTG = 1006.5
t( ,dbG) = 2.447
= 0.05
dbG = 6
r = 3
Nilai BNT = 6318
Perlakuan Rerata Notasi
P1 702 a
P2 815 b
P3 936 c
Perlakuan yang diikuti dengan huruf berbeda memiliki perbedaan yang
signifikan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Analisis Varians Berat Larva Ikan Lele pada Program SPSS
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
H7 * Perlakuan 197 91.2% 19 8.8% 216 100.0%
H14 * Perlakuan 197 91.2% 19 8.8% 216 100.0%
H21 * Perlakuan 197 91.2% 19 8.8% 216 100.0%
H28 * Perlakuan 197 91.2% 19 8.8% 216 100.0%
Report
Perlakuan H7 H14 H21 H28
Frekuensi 3 kali (P1)
Mean 136.33 368.67 563.67 710.44
Std. Error of Mean 1.034 2.502 2.951 3.099
Frekuensi 4 kali (P2) Mean 156.05 425.30 667.26 822.86
Std. Error of Mean .636 2.048 1.309 5.056
Frekuensi 5 kali (P3) Mean 188.57 497.51 730.09 943.78
Std. Error of Mean .662 1.068 1.813 2.269
Total
Mean 160.17 430.15 653.28 825.10
Std. Error of Mean 1.603 3.927 5.050 7.117
ANOVA Table
Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
H7 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 91046.663 2 45523.332 1083.694 .000
Within Groups 8149.469 194 42.008
Total 99196.132 196
H14 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 545952.579 2 272976.290 1067.800 .000
Within Groups 49594.852 194 255.644 Total 595547.431 196
H21 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 926419.347 2 463209.674 1538.883 .000
Within Groups 58394.734 194 301.004 Total 984814.081 196
H28 * Perlakuan
Between Groups (Combined) 1783628.153 2 891814.076 1004.278 .000
Within Groups 172275.015 194 888.016
Total 1955903.168 196
Measures of Association
Eta
Eta Squared
H7 * Perlakuan .958 .918
H14 * Perlakuan .850 .723
H21 * Perlakuan .970 .941
H28 * Perlakuan .955 .912
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Lanjutan
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
H7
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Frekuensi 3 kali (P1) 66 136.33 Frekuensi 4 kali (P2) 66 156.05 Frekuensi 5 kali (P3) 65 188.57
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 65.663. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
H14
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Frekuensi 3 kali (P1) 66 368.67 Frekuensi 4 kali (P2) 66 425.30 Frekuensi 5 kali (P3) 65 497.51
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 65.663. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
H21
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Frekuensi 3 kali (P1) 66 563.67 Frekuensi 4 kali (P2) 66 667.26 Frekuensi 5 kali (P3) 65 730.09
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 65.663. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
H28
Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Frekuensi 3 kali (P1) 66 710.44 Frekuensi 4 kali (P2) 66 822.86 Frekuensi 5 kali (P3) 65 943.78
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 65.663. b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Data Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele
Perlakuan Ulangan
Jumlah
awal
(ekor)
Hari ke- Jumlah
akhir
(ekor)
SR (%) 1 7 14 21 28
P1
1 24 1 1 1 0 0 21 87.5
2 24 1 1 0 1 0 21 87.5
3 24 1 1 0 0 0 22 91.66
Jumlah 72 3 3 1 1 0 64 266.66
Rata-rata 24
88.89
P2
1 24 1 1 1 0 0 21 87.5
2 24 1 1 0 0 0 22 91.66
3 24 1 1 1 0 0 21 87.5
Jumlah 72 3 3 2 0 0 64 266.66
Rata-rata 24
88.89
P3
1 24 1 0 1 0 0 22 91.66
2 24 1 1 0 0 0 22 91.66
3 24 1 1 0 1 0 21 87.5
Jumlah 72 3 2 1 1 0 65 270.82
Rata-rata 24 90.27
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Larva
Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)
Jumlah Kelompok Rata-rata U1 U2 U3
P1 87.50 87.50 91.66 266.66 88.89
P2 87.50 91.66 87.50 266.66 88.89
P3 91.66 91.66 87.50 270.82 90.27
Total 266.7 270.8 266.7 804.14 268.05
FK = 71849.0
JKtotal = 38.46
JKperlakuan = 3.846
JKgalat = 34.611
Tabel Analisis Varians (ANOVA) Kelangsungan Hidup
Sumber
Keragaman (SK)
Derajat
Bebas
(db)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F hitung F tabel
0.05 0.01
Perlakuan 2 3.846 1.9230 0.333* 5.14 10.92
Galat Percobaan 6 34.611 5.7685
Total 38.457 7.6915
* = Tidak berpengaruh nyata
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Jumlah Pemberian Pakan Cacing Sutra pada Setiap Perlakuan
Selama 28 Hari Pemeliharaan
Jumlah Pemberian Pakan Cacing Sutra pada Perlakuan P1
Hari ke Bobot
Ikan (mg)
Jumlah
Ikan (ekor)
Biomassa
(mg)
Pakan
(%)
Pakan
Harian
(mg)
Waktu
Pagi
(09.00
WIB)
Siang
(15.00
WIB)
Malam
(21.00
WIB)
1 - 7 8 24 192 10 19.2 5.76 5.76 7.68
8 – 14 136 22 2992 10 299.2 89.76 89.76 119.68
15 – 21 369 20 7380 10 738 221.40 221.40 295.20
22 - 28 564 20 11280 10 1128 338.40 338.40 451.20
Jumlah Pemberian Pakan Cacing Sutra pada Perlakuan P2
Hari ke
Bobot
Ikan
(mg)
Jumlah
Ikan
(ekor)
Biomassa
(mg)
Pakan
(%)
Pakan
Harian
(mg)
Waktu
Pagi
(09.00
WIB)
Siang
(13.00
WIB)
Sore
(17.00
WIB)
Malam
(21.00
WIB)
1 - 7 8 24 192 10 19.2 4.48 4.48 4.48 5.76
8 – 14 156 22 3432 10 343.2 80.07 80.07 80.07 102.96
15 – 21 425 20 8500 10 850 198.31 198.31 198.31 255.00
22 - 28 667 20 13340 10 1334 311.22 311.22 311.22 400.20
Jumlah Pemberian Pakan Cacing Sutra pada Perlakuan P3
Hari ke
Bobot
Ikan
(mg)
Jumlah
Ikan
(ekor)
Biomassa
(mg)
Pakan
(%)
Pakan
Harian
(mg)
Waktu
Pagi
(09.00
WIB)
Siang
(12.00
WIB)
Siang
(15.00
WIB)
Sore
(18.00
WIB)
Malam
(21.00
WIB)
1 - 7 8 24 192 10 19.2 3.65 3.65 3.65 3.65 4.61
8 – 14 189 23 4347 10 434.7 82.59 82.59 82.59 82.59 104.33
15 – 21 498 21 10458 10 1045.8 198.7 198.7 198.7 198.7 250.99
22 - 28 730 21 15330 10 1533 291.27 291.27 291.27 291.27 367.92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Akuarium pH Meter
DO Meter Timbangan Digital
Thermometer Tanggok
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
Millimeter block Penggaris
Tubifex sp. Pengeringan Akuarium
Pengendapan Air Media Penuangan Air Media ke Akuarium
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Lanjutan
Adaptasi Larva Ikan Lele Kalibrasi DO Meter
Pengukuran Berat Larva Ikan Pengukuran Panjang Larva Ikan
Universitas Sumatera Utara