45
PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA YENNI RAMBE I24100002 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN

SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA

YENNI RAMBE

I24100002

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 3: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Interaksi

dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif

Keluarga Suami-Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yenni Rambe

NIM I24100002

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 4: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 5: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 6: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

ABSTRAK

YENNI RAMBE. Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga

terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja. Dibimbing oleh

RETNANINGSIH dan TIN HERAWATI.

Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupan.

Kesejahteraan subjektif dipengaruhi interaksi keluarga dan pengambilan keputusan

keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi dan pola

pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Populasi

penelitian ini adalah keluarga suami-istri bekerja formal di Kantor Pemerintahan Kota

Bogor dan memiliki anak yang masih bersekolah. Contoh penelitian ini adalah istri

bekerja di kantor pemerintahan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki

anak yang masih bersekolah. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive

sampling dengan jumlah 49 contoh. Secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada

kategori sedang baik dalam interaksi suami-istri dan interaksi ibu-anak. Pola pengambilan

keputusan dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama. Pengambilan keputusan

yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah pada aspek pendidikan, strategi

pemenuhan kebutuhan, kesehatan, keperluan keluarga, dan sosial kemasyarakatan.

Kesejahteraan subjektif keluarga berada pada kategori sedang. Hasil menunjukkan

adanya hubungan positif antar interaksi ibu-anak, interaksi suami-istri, pengambilan

keputusan, dengan kesejahteraan subjektif. Hasil menunjukkan bahwa interaksi suami-

istri berpengaruh posistif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Kata kunci: interaksi keluarga, kesejahteraan subjektif, pengambilan keputusan, suami-

istri bekerja

ABSTRACT

YENNI RAMBE. The Influence of Family Interaction and Family Decision Making of

Pattern for Dual Earner Subjective Well-Being. Supervised by RETNANINGSIH and

TIN HERAWATI

Subjective well-being describe the individual evaluation of the life. Subjective

well-being influence by family interaction and familydecision making. This study aimed

to analyze the influence of family interaction and family decision making patterns on the

family subjective well-being. The study population was dual earner family formal work in

Goverment Office of Bogor City. Examples of this study is the dual earner family works

in goverment office, wich is in the Department of Education, Department of Health,

Agency for Community Empowerment and Family Planning (BPMKB) Bogor City and

have children who are still in the school. Mechanical sampling done by purposive

sampling with 49 examples. Whole family interaction are in the medium category both of

husband-wife interaction and mother-child interaction. Decision-making patterns is

conducted jointly. Decision-making is the most widely performed together was in the

aspect of education, strategy fulfillment, health, family necessity, and social. Family

subjective well-being was in medium category. Results showed that the positive

correlation between mother-child interaction, dual earner interaction, decision-making,

with subjective well-being. Results showed that husband-wife interaction positive

influenced on family subjective well-being.

Keyword: decision making, dual earner, family interaction, subjective well-being

Page 7: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN

SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA

YENNI RAMBE

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 9: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 10: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 11: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 12: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

iv

PRAKATA

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini telah dapat diselesaikan.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Desember 2014 ini

adalah keluarga, yang berjudul Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan

Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri

Bekerja.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir.

Retnaningsih, M.Si. Dan Dr. Tin Herawati, S.P. M.Si. Selaku dosen pembimbing

atas bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian

ini. Terimakasih kepada Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. Selaku dosen

pemandu seminar hasil, serta Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. Dan Dr. Megawati

Simanjuntak, S.P. M.Si. Selaku dosen penguji dalam ujian skripsi atas kritik dan

saran yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga tak lupa berterimakasih kepada kedua orang tua tercinta Abd.

Rahman Rambe dan Nurhalimah Simanjuntak, serta adik-adikku tersayang atas

segala dukungan, motivasi, kasih sayang, dan doa yang telah diberikan.

Terimakasih kepada Yan Umbaran Harahap atas bantuan, dukungan, perhatian,

motivasi, serta doa kepada penulis. Terimakasih juga kepada Milatul ulfah yang

telah membantu dalam penulisan, Ima, Zulfa, Niar, Novi, Lila, Pika, Lisa, Susan

yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. Seluruh teman-

teman seperjuangan IKK 47, WBA, Imatapsel 47 dan seluruh rekan dan sahabat

yang membantu dalam penyelesaian penulisan saya. Penulis menyadari bahwa

masih dapat ditemukan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu,

penulis bersedia dengan tangan terbuka untuk menerima berbagai kritik serta

saran terkait penulisan skripsi ini. Atas bantuan yang telah diberikan, penulis

mengucapkan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Yenni Rambe

NIM I24100002

Page 13: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 14: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

vi

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

Latar Belakang ..................................................................................................... 1

Perumusan Masalah ............................................................................................. 2

Tujuan Umum Penelitian ..................................................................................... 3

Tujuan Khusus ..................................................................................................... 4

Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4

KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 4

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 7

Desain, Tempat, dan Waktu penelitian ................................................................ 7

Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh ............................................................ 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 7

Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 7

Defenisi Operasional .......................................................................................... 10

HASIL ................................................................................................................... 10

Karakteristik Keluarga ....................................................................................... 10

Interaksi Keluarga .............................................................................................. 11

Interaksi Suami-istri ....................................................................................... 11

Interaksi Ibu-Anak.......................................................................................... 12

Pola Pengambilan Keputusan Keluarga ............................................................. 12

Kesejahteraan Subjektif Keluarga...................................................................... 14

Hubungan Antar Variabel yang Diteliti ............................................................. 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga ............ 16

PEMBAHASAN.................................................................................................... 17

Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 20

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 20

Simpulan ............................................................................................................ 20

Saran .................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 21

LAMPIRAN .......................................................................................................... 24

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 29

Page 15: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

DAFTAR TABEL

1. Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner .............................................. 9

2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga ....................................... 10

3. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan.................................................. 11 4. Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri .......................................... 11 5. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak ............................................. 12 6. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ............. 13 7. Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga . 14

8. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ...................... 15 9. Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan

keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga ............................ 15 10. Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan keputusan

keluarga .......................................................................................................... 16 11. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga ............ 17

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pengambilan Keputusan

Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja 6

LAMPIRAN

1. Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005) .................................. 25 2. Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005) ...................................... 26 3. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ................ 27

4. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ......................... 28

Page 16: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi
Page 17: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. Salah

satunya terjadi di Kota Bogor yaitu sebanyak 750.819 jiwa pada tahun 2000

meningkat menjadi 950.334 jiwa pada tahun 2010 (BPS 2012). Kepadatan

penduduk memicu terjadinya peningkatan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari

tenaga kerja wanita meningkat disetiap tahunnya. Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Depnakertrans 2012) menyatakan bahwa wanita bekerja pada tahun

2008 sebesar 37.9 persen, tahun 2009 menjadi sebesar 38.2 persen, dan tahun

2010 bertambah lagi menjadi sebesar 38.6 persen.

Perempuan bekerja memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan

keluarga, hal ini diungkapkan Puspitasari (2012) bahwa perempuan bekerja

memiliki kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan. Wanita bekerja akan

mengurangi tingkat kemiskinan yang dihadapi keluarga. Selain memberikan

dampak positif, disisi lain perempuan harus mengorbankan waktu dan

konsentrasinya untuk pekerjaan, sehingga kontribusinya untuk keluarga menjadi

lebih rendah. Bekerja paruh waktu membuat perempuan menggabungkan

tanggung jawabnya antara pekerjaan dan rumah tangga (Daalen 2006). Hal ini

membuat wanita lebih sulit untuk membagi konsentrasinya antara keluarga dan

pekerjaan.

Perempuan bekerja dapat menunjang kesejahteraan keluarga.

Kesejahteraan merupakan tahapan akhir yang ingin dicapai setiap keluarga.

Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor

diantaranya adalah faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga.

Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan,

pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan

tabungan. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteran adalah kemudahan

akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan

akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. Unsur manajemen

sumberdaya keluarga yang mempengaruhi kesejahteran adalah perencanaan,

pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan (Iskandar 2007). Kesejahteraan

subjektif keluarga sangat berhubungan dengan interaksi keluarga.

Interaksi keluarga merupakan hal yang sangat penting yang dapat

menunjang keberlangsungan kegiatan sehari-hari, baik dalam menentukan

keputusan. Menurut Wheatley (2014) rendahnya interaksi keluarga atau

menipisnya perasaan lekat dapat membuat suasana keluarga menjadi tidak

harmonis. Interaksi keluarga yang rendah dapat berpengaruh terhadap pola

pengambilan keputusan keluarga. Pengambilan keputusan yang baik adalah yang

melibatkan semua anggota keluarga. Seluruh anggota keluarga melakukan

interaksi dengan cara mendiskusikan solusi terbaik untuk mendapatkan

kesepakatan yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi konflik antara keluarga.

Pengambilan keputusan yang lebih baik adalah yang dilakukan secara

bersama-sama antar anggota keluarga, pengambilan keputusan selanjutnya adalah

yang dilakukan dengan sistem dominan antara suami-istri, dan pengambilan

keputusan yang paling buruk adalah yang dilakukan dengan sendiri (Kusumo et

al. 2009). Pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama berpengaruh

Page 18: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

2

positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Mencapai kesejahteraan

subjektif yang lebih baik bukanlah hal yang mudah bagi keluarga suami-istri

bekerja, karena bagi perempuan yang bekerja paruh waktu harus menggabungkan

tanggung jawab antar keluarga dan pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan

yang bekerja di sektor formal cenderung mengalami keterbatasan waktu

berinteraksi dengan anak, kesulitan berinteraksi dengan keluarga, dan sulit

membuat keputusan dalam pembagian kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah

2013). Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang baik dan interaksi keluarga

yang baik dapat menunjang kesejahteraan subjektif ke arah yang lebih baik. Selain

itu, temuan mengenai pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan keputusan

terhadap kesejahteraan subjektif pada suami-istri bekerja belum banyak diteliti di

Indonesia, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari penelitian

ilmu keluarga dalam melengkapi berbagai aspek yang mempengaruhi

kesejahteraan keluarga.

Perumusan Masalah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Indonesia pada tahun 2008,

2009 dan 2010 secara umum cenderung meningkat. Data pada tahun 2008 tingkat

partisipasi angkatan kerja sebesar 67.33 persen dan pada tahun 2009 meningkat

menjadi 67.60 persen. Tren peningkatan ini terus berlanjut pada tahun 2010 yang

mencapai 67.63 persen. Meningkatnya TPAK tersebut salah satunya disebabkan

oleh kesempatan kerja yang semakin meluas dan kebutuhan hidup yang semakin

meningkat. Hal tersebut tampaknya memberikan pengaruh yang cukup berarti

terhadap meningkatnya laju partisipasi angkatan kerja. Selain itu, peningkatan

TPAK ini juga dipengaruhi oleh peningkatan TPAK perempuan. Jumlah angkatan

kerja terbesar kedua setelah Jawa Timur dalam periode yang sama adalah provinsi

Jawa Barat dan jumlahnya cenderung terus meningkat, yakni sebanyak 18.43 juta

orang pada tahun 2008, meningkat menjadi 19.05 juta orang pada tahun 2009 dan

19.21 juta orang pada tahun 2010 (Depnaketrans 2012). Peningkatan tenaga kerja

wanita ini terjadi juga di beberapa daerah seperti di Jawa Barat yang merupakan

jumlah angkatan kerja kedua terbesar setelah Jawa Timur

Angka peningkatan tenaga kerja ini membuat perempuan yang bekerja

makin rentan menghadapi konflik dalam rumah tangga dan pekerjaannya. Hasil

temuan Afwan (1998) pemberian stimulus ibu bekerja kepada anak berbeda nyata

dengan ibu tidak bekerja, dimana ibu tidak bekerja lebih tinggi dalam memberikan

stimulus kepada anak dari pada ibu bekerja. Di sisi lain alokasi waktu ibu bekerja

untuk kegiatan rumah tangga, pribadi, organisasi, waktu luang dan mengasuh

anak lebih sedikit dari pada ibu tidak bekerja. Bekerja paruh waktu

memungkinkan perempuan menggabungkan tanggung jawab antar keluarga dan

pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan yang bekerja di sektor formal

cenderung mengalami keterbatasan waktu berinteraksi dengan anak, kesulitan

berinteraksi dengan keluarga, dan sulit membuat keputusan dalam pembagian

kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah 2013).

Perempuan yang bekerja di sektor formal lebih ketat pengawasan

waktunya dari pada yang bekerja di sektor informal, sehingga perempuan yang

bekerja di sektor formal lebih cenderung kurang berinteraksi dengan keluarga dan

kontribusinya terhadap pengambilan keputusan keluarga juga menjadi rendah.

Page 19: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

3

Seorang istri yang mencurahkan waktunya untuk bekerja di dua ranah sekaligus

yakni publik dan domestik akan lebih sulit untuk bekerja sepenuhnya dengan baik,

sehingga dapat menimbulkan konflik pada dirinya (Ciptoningrum 2009). Salah

satu potensi masalah pada keluarga dengan suami dan istri bekerja adalah istri

yang mengabaikan perannya di sektor domestik demi melaksanakan peran di

sektor publik (Wood 2001). Dampak yang timbul dari konflik ini ialah istri tidak

dapat menghasilkan kinerja yang baik pada pekerjaan domestik (rumah tangga)

dan publik (karir). Konflik yang terjadi di dalam keluarga maupun pekerjaan

berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja wanita, demikian halnya

dengan tekanan pekerjaan dapat berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan

kerja wanita (Dhamayanti 2006). Hal ini dapat terjadi karena tidak optimal dalam

menjalankan pekerjaan sehingga hasilnya tidak memuaskan.

Keluarga dengan suami istri bekerja rata-rata belum mampu memenuhi

pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal. Persentase rata-rata

pemenuhan seluruh dimensi hanya berkisar antara 52 persen sampai dengan 81

persen (Damayanti 2013). Penelitian Rizkillah (2013) menyatakan bahwa wanita

bekerja mengalami masalah pekerjaan rumah tangganya terkait dalam pengasuhan

anak, mengerjakan pekerjakan rumah, masalah interaksi/hubungan suami istri,

dan kurangnya waktu yang tersedia untuk anak. Kondisi istri bekerja dapat

menyebabkan perubahan peran dasar istri yang seharusnya menangani tugas

rumah tangga menjadi ikut berperan dalam mencari nafkah keluarga. Peran ini

akan menyita waktu untuk berada di tempat kerja sehingga keluarga yang

seharusnya ditangani istri dengan baik dapat saja berubah menjadi tidak baik jika

seorang istri tidak mampu membagi waktunya dengan bijak.

Interaksi keluarga erat kaitannya dengan pengambilan keputusan keluarga.

Biasanya pasangan yang yang melakukan pengambilan keputusan secara bersama-

sama lebih bahagia dalam kehidupan perkawinan. Menurut Kusumo et al. (2009)

bahwa tingkat kepuasan pengambilan keputusan yang paling baik adalah

keputusan yang diambil secara bersama-sama, oleh karena itu agar tidak terjadi

pola pengambilan keputusan yang mendominasi antara suami dan istri harus

menjaga interaksi antar keluarga dengan baik, karena jika pola interaksinya tidak

dijaga akan menyebabkan pola pengambilan keputusan yang kurang baik dan

berdampak kepada kesejahteraan di dalam keluarga.

Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi pada

keluarga suami istri bekerja adalah:

1. Bagaimana interaksi yang terjadi pada keluarga dengan suami istri

bekerja?

2. Bagaimana pola pengambilan keputusan keluarga pada keluarga suami

sitri bekerja?

3. Bagaimana kesejahteraan subjektif keluarga suami istri bekerja?

4. Bagaimana hubungan dan pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan

keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga dengan

suami sitri bekerja?

Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan

pengaruh interaksi dan pola pengambilan keputusan keluarga terhadap

kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami istri bekerja.

Page 20: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

4

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi interaksi yang terjadi dalam keluarga dengan suami-istri

bekerja

2. Mengidentifikasi pola pengambilan keputusan keluarga dengan suami-istri

bekerja

3. Mengidentifikasi kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami-istri

bekerja

4. Menganalisis pengaruh interaksi keluarga dan pola pengambilan

keputusan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga dengan suami-istri

bekerja

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang

bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi pihak yang tertarik mengkaji

masalah keluarga, seperti:

1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai interaksi, pola

pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga

dengan suami istri bekerja

2. Kalangan akademisi, yang ingin menambah literatur dalam mengkaji

mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan

keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja

3. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan

gambaran mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap

kesejahteraan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja

4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

tambahan dalam membuat kebijakan terkait keluarga

KERANGKA PEMIKIRAN

Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan harmonis dan

terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa

mengalami hambatan-hambatan yang serius di dalam lingkungan keluarga, dan

dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk diatasi secara

bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat

terwujud (UU NO 5 tahun 2009). Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), untuk

dapat mencapai tujuan keluarga, terdapat tiga jenis sumberdaya yang harus

dikelola oleh keluarga yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya materi, dan

sumberdaya waktu. Ketiga jenis sumberdaya tersebut saling berkaitan satu sama

lain.

Sumberdaya manusia dalam hal ini peran istri di sektor publik dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga

merupakan output dari proses pengelolaan sumberdaya keluarga dan

penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga, termasuk di dalamnya adalah

pengambilan keputusan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh

keluarga.

Wanita berkontribusi positif nyata terhadap kesejahteraan rumah tangga.

Karakteristik wanita yang bekerja sangat mendukung terbentuknya kesejahteraan

yang lebih baik dalam keluarga. Selain karena alasan ekonomi rendah, motivasi

Page 21: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

5

istri bekerja juga dapat disebabkan pendidikan yang tinggi sehingga membuat

wanita/istri bekerja ingin mengaktualisasikan diri dan mengabdi kepada

masyarakat, dan kemudian secara psikologis dapat mewujudkan kepuasan

terhadap diri sendiri.

Keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat

hubungan interpersonal, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai

intensitas hubungan satu sama lain dan saling tergantung. Peranan orang tua

dalam komunikasi dan interaski sangat besar, sehingga tingkat pendidikan orang

tua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas dan efesiensi

interaksi dalam keluarga (Guhardja et al. 1989)

Kontribusi pendapatan istri berhubungan signifikan positif dengan pola

interaksi keluarga. Semakin besar kontribusi pendapatan istri pada keluarga, maka

semakin sering frekuensi interaksi antar anggota keluarga. Hal ini karena

kontribusi istri pada pendapatan keluarga akan meningkatkan porsi keuangan

keluarga. Pendapatan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur

kesejahteraan keluarga. Pendapatan yang tinggi umumnya berhubungan positif

dengan kesejahteraan keluarga, semakin tinggi pendapatan maka kesejahteraan

keluarga juga semakin meningkat, dengan demikian dapat dilihat adanya

keterkaitan antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga.

Interaksi yang efektif akan memberikan kontribusi yang besar dalam

melaksanakan kegiatan sehari-hari dan pemecahan masalah, serta pengambilan

keputusan (Guhardja et al. 1989). Dasar pengambilan keputusan yang bijak adalah

dengan mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik kepada anggota

keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam membuat suatu keputusan dapat

menentukan keharmonisan di dalam keluarga Interaksi yang terjalin sehat antar

keluarga pemicu terbentuknya pengambilan keputusan yang baik dan bijak,

dengan melakukan segala pertimbangan dengan anggota keluarga. Kondisi

tersebut sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga.

Pola interaksi yang positif membuat keluarga menjadi lebih hangat,

nyaman, dan saling melindungi satu sama lain. Pola pengambilan yang bijak

dengan penuh pertimbangan terjadi jika adanya interaksi yang hangat dan positif

dalam keluarga, dalam mengambil keputusan perlu dirundingkan dngan anggota

keluarga sehingga terjadi pertukaran pendapat. Keluarga menerima saran, kritik,

dan mencoba saling menghargai pendapat satu sama lain.

Page 22: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

6

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif

Keluarga Suami-Istri Bekerja

Page 23: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

7

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni melakukan

penelitian pada satu waktu tertentu. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara

purposive, yaitu di kantor pemerintahan Kota Bogor, Jawa Barat. Waktu

pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari

2015.

Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh

Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga suami-istri bekerja di

kantor pemerintahan Kota Bogor. Contoh penelitian ini adalah istri bekerja formal

di pemerintahan Kota Bogor, yaitu di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan

memiliki anak yang masih bersekolah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara

purposive.

Jumlah perempuan bekerja di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,

BPMKB sebanyak 200 orang, namun perempuan yang memiliki anak yang masih

bersekolah sebanyak 136 orang. Sebanyak 60 responden menyatakan bersedia

untuk mengisi kuisioner penelitian, namun kuisioner yang kembali sebanyak 49

responden.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh langsung dengan cara “self report” oleh istri yang bekerja

dengan bantuan kuisioner yang meliputi karakteristik kelurga, interaksi keluarga,

pola pengambilan keputusan dalam kelurga dan kesejahteraan keluarga. Data

sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur, instansi yang bersangkutan,

penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian.

Kesejahteraan subjektif keluarga menggunakan istrumen kesejahteraan

keluarga yang dikembangkan dari Sunarti (2012), dan WHO (2012) dengan nilai

Cronbach Alpha 0.987. Kesejahteraan subjektif keluarga diukur dengan

pernyataan dengan 49 item pernyataan. Interaksi keluarga terdiri dari interaksi

ibu-anak dan interaksi suami-istri. Interaksi keluarga menggunakan instrumen

yang dikembangkan dari Chuang (2005). Interaksi ibu-anak diukur dengan 34

item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.903, sedangkan interaksi suami-istri

diukur dengan 35 item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.923. Instrumen

pola pengambilan keputusan dimodifikasi Puspitawati (2012) dan Sajogyo (1981)

yang memiliki Cronbach Alpha 0.911.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan diproses proses editing,

coding, scoring, entry, cleaning, serta analyzing menggunakan Microsoft Excel

dan SPSS for windows. Instrumen penelitian di uji validitas dan reliabilitasnya

menggunakan SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 24: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

8

1. Analisis deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dan

frekuensi) digunakan untuk menggambarkan:

a) Karakteristik keluarga (usia istri, besar keluarga, pekerjaan suami-istri,

lama pendidikan suami-istri, pendapatan per kapita).

b) Interaksi keluarga yang mencakup interaksi ibu-anak (34 pernyataan), dan

interaksi suami-istri (35 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 4

jawaban, yaitu tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2,

sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Oleh karena itu masing-masing

skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai

berikut:

Indeks = Skor yang dicapai – skor terendah x 100

skor tertinggi – skor terendah

Secara keseluruhan interaksi keluarga dikelompokkan menjadi tiga

kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang kategori untuk

variabel ini yaitu:

Rendah : ≤60)

Sedang: 60-80

Tinggi: > 80

c) Pola pengambilan keputusan keluarga, terdiri dari beberapa bidang yaitu

bidang keuangan (5 pernyataan), pangan (3 pernyataan), kesehatan (2

pernyataan), pendidikan (2 pernyataan), kegiatan sosial masyarakat (3

pernyataan), strategi pemenuhan kebutuhan (6 pernyataan), dan keperluan

keluarga (11 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban,

yaitu istri/suami sendiri diberi skor 1, istri/suami dominan diberi skor 2,

bersama diberi skor 3. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor

ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama

seperti pada variabel interaksi keluarga.

d) Kesejahteraan subjektif keluarga terdiri dari kesejahteraan fisik,

kesejahteraan ekonomi, kesejahteraan psikologi, dan kesejahteraan sosial.

Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban terkait kepuasan, yaitu

sangat tidak puas diberi skor 1, tidak puas diberi skor 2, cukup puas diberi

skor 3, puas diberi skor 4, dan sangat puas diberi skor 5. Selanjutnya skor

masing-masing dijumlahkan dan diperoleh skor total. Berdasarkan skor

yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk

indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga.

Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif keluarga dikelompokkan

menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang

kategori yang sama seperti interaksi keluarga.

2. Uji inferensia yang digunakan adalah uji korelasi dan uji regresi linear. Uji

korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik keluarga, interaksi

keluarga, pengambilan keputusan dengan kesejahteraan subjektif. Uji regresi

digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, interaksi keluarga,

pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif.

Page 25: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

9

Tabel 1 Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner

Variabel Skala Kategoti Data Sumber

kuesioner

Karakteristik keluarga

Besar keluarga

Umur ( istri)

Pendidikan suami-istri

Pekerjaan suami-istri

Pendapatan per kapita

Rasio Berdasarkan BKKBN (2005):

1. Keluarga kecil (> 4 orang)

2. Keluarga sedang (5-7

orang)

3. Keluarga besar ( 8 tahun)

BKKBN (2005)

Rasio Berdasarkan Hurlock (1980)

1. Dewasa awal: 18-40 tahun

2. Dewasa madya: 41-60

tahun

3. Dewasa lanjut: > 60 tahun

Hurlock (1980)

Interval 1. Tidak tamat SD

2. Tamat SD

3. SMP

4. SMA

5. D3/S1

6. S2/S3

Nominal 1. PNS

2. Wiraswasta

3. Swasta

4. Buruh

5. TNI/Polri

6. Guru

7. PRT

8. Lainnya

Rasio Pendapatan per kapita Kota

Bogor

BPS (2013)

Interaksi keluarga

Ordinal Dikategorikan menjadi:

Rendah < 60

Sedang (60-80)

Tinggi (>80)

Dikembangkan

dari Chuang

(2005)

Pola pengambilan keputusan

Keuangan

Pangan

Pendidikan

Keperluan keluarga

lainnya

Strategi memenuhi

kebutuhan hidup

Ordinal Dikategorikan menjadi:

Sendiri istri

Sendiri suami

Dominan istri

Dominan suami

Bersama

Dimodifikasi dari

Puspitawati

(2012) dan

Sajogyo (1981)

Kesejahteraan subjektif

keluarga

Kesejahteraan fisik

Kesejahteraan ekonomi

Kesejahteraan

psikologi

Kesejahteraan sosial

Ordinal Dikategorikan menjadi:

Rendah < 60

Sedang (60-80)

Tinggi (>80)

Dikembangkan

dari Sunarti

(2012), WHO

(2012)

Page 26: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

10

Defenisi Operasional

Keluarga adalah anggota keluarga dalam rumah tangga yang termasuk, anak,

suami, dan istri

Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden

seperti usia istri, pekerjaan suami dan isteri, lama pendidikan suami dan

isteri, pendapatan per kapita, dan besar keluarga.

Usia isteri adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun

terakhir isteri.

Pendidikan suami dan isteri adalah tingkat pendidikan formal yang diperoleh

suami dan isteri.

Pendapatan per kapita adalah total perolehan uang dari hasil bekerja suami dan

isteri, kemudian di bagi dengan jumlah anggota keluarga.

Pekerjaan formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap,

dan di luar rumah.

Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan hidup dari sumberdaya yang sama.

Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap

keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial.

Pengambilan keputusan keluarga adalah upaya keluarga menentukan suatu

keputusan, baik dilakukan secara bersama-sama oleh suami/istri, atau yang

dilakukan istri/suami dominan dan istri/suami sendiri.

Interaksi keluarga adalah hubungan timbal balik atau aksi reaksi antara suami-

istri, dan ibu-anak.

HASIL

Karakteristik Keluarga

Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia istri

adalah 40.4 tahun. Menurut Santrock (1995) tahap usia tersebut termasuk pada

dewasa madya dengan kategori usia 40-60 tahun. Rata-rata besar keluarga dalam

penelitian ini adalah 4 orang. Menurut BKKBN (2005) rataan tersebut termasuk

dalam kategori keluarga kecil. Rata-rata lama pendidikan istri adalah 16 tahun dan

rata-rata lama pendidikan suami adalah 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

bahwa rata-rata lama pendidikan istri lebih tinggi daripada rata-rata lama

pendidikan suami.Rata-rata pendapatan per kapita keluarga per bulan sebesar

Rp1.979.931, angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor yaitu

sebesar Rp360.518 (BPS 2013).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

Jenis pekerjaan istri sebagian besar (95.9%) adalah PNS, sisanya (4.1%)

bekerja sebagai honorer (4.1%). Pekerjaan suami dalam penelitian ini cukup

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± STD

Usia responden (thn) 22 55 40.41±8.58

Besar keluarga (org) 3 6 3.96±0.78

Pendidikan suami (thn) 12 18 15.14±1.87

Pendidikan istri (thn) 12 18 16.00±0.70

Pendapatan per kapita (Rp) 750.000 4.250.000 1.979.931±639.127.15

Page 27: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

11

beragam dengan persentase tertinggi adalah swasta (42.0%). Jenis pekerjaan

lainnya yang dimiliki oleh suami adalah PNS (42.8%), dan wiraswasta (14.3%).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan

Variabel n %

Pekerjaan suami

1. PNS 21 42.8

2. Wiraswasta 7 14.3

3. Swasta 21 42.9

Pekerjaan istri

1. PNS 47 95.9

2. Honorer 2 4.1

Interaksi Keluarga

Interaksi Suami-istri

Lebih dari separuh (51.0%) interaksi suami-istri berada pada kategori

sedang. Namun masih ditemukan sebanyak 22.4 persen interaksi suami-istri

tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa istri tidak pernah

mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (10.2%), istri melawan ketika

dimarahi suami (8.2%), istri tidak menyediakan sarapan pagi untuk suami (6.1%),

istri tidak mendengarkan nasehat suami (6.1%), istri tidak membuat keputusan

untuk suami (6.1%), istri terkadang mengalah ketika berdebat dengan suami

(44.9%), istri terkadang mengingatkan suami pada saat melakukan kesalahan

(49.0%), istri terkadang mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (46.9%).

Berdasarkan hasil Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 26.5 persen

interaksi suami-istri berada pada kategori tinggi. Hasil tersebut dapat dilihat dari

beberapa istri yang selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada suami (67.3%),

istri selalu menyediakan waktu bersama suami (63.3%), istri selalu bangga kepada

suami (61.2%), istri selalu menghargai suami (59.2%), istri selalu bercanda

dengan suami (53.1%), istri selalu berdiskusi dengan suami mengenai sekolah

anak dan keluarga (59.2%), istri selalu menyediakan waktu makan malam dengan

suami (51.0%).

Hasil temuan dapat dilihat bahwa secara keseluruhan interaksi keluarga

berada pada kategori sedang. Namun masih terdapat beberapa keluarga memiliki

interaksi yang berada pada kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena suami-istri

sama-sama sibuk dengan pekerjaan yang menguras waktu dan energi, sehingga

suami atau istri mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan keluarga.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri

Kategori n %

Rendah (<60) 11 22.4

Sedang (60-80) 25 51.0

Tinggi (>80) 13 26.5

Total 49 100.0

Min –Max 38-95

Rata-rata ±SD 69.1±13.4

Page 28: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

12

Interaksi Ibu-Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi

(53.1%) interaksi ibu-anak berada pada kategori sedang. Namun, masih terdapat

sebanyak 20.4 persen interaksi ibu-anak berada pada kategori rendah. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa ibu yang tidak pernah menjelaskan sesuatu yang tidak

dipahami oleh anaknya (12.2%), ibu kadang-kadang tidak sependapat dengan

anaknya (61.2%), ibu terkadang mengalah ketika berdebat dengan anaknya

(61.2%), ibu terkadang menyuruh anaknya (51.0%), ibu mengaku terkadang

anaknya tidak mematuhi perintahnya (44.9%), ibu mengaku terkadang anaknya

tidakmelakukan apa yang diperintahkannya (34,7%).

Berdasarkan Tabel 4 terdapat sebanyak 28.6 persen interaksi ibu-anak

berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar ibu selalu

menunjukkan rasa kasih sayang kepada anaknya (83.7%),ibu selalu menghargai

anaknya (77.6%),ibu selalu merasa bangga kepada anaknya (67.3%), ibu selalu

berdiskusi dengan anak mengenai sekolah (65.3%), ibu selalu membuat anak

merasa senang memeluk anaknya (61.2%), ibu suka mendengarkan cerita anaknya

(61.2%), ibu mencoba untuk menyediakan waktu dengan anaknya (59.2%), ibu

selalu membantu anaknya dan selalu bercanda dengan anaknya (57.1%), ibu

mengingatkan anaknya untuk melakukan tugasnya (53.1%).

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak

Kategori n %

Rendah (<60) 10 20.4

Sedang (60-80) 25 51.0

Tinggi (>80) 14 28.6

Total 49 100.0

Min –Max 45-92

73±11.64 Rata-rata ±SD

Pola Pengambilan Keputusan Keluarga

Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pengambilan keputusan

keluarga dilakukan secara bersama-sama. Aspek pengambilan keputusan keluarga

yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah dalam bidang pendidikan,

kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, dan keperluan keluarga, serta sosial

kemasyarakatan. Sebanyak 81,7 persen keputusan pendidikan dilakukan secara

bersama. Hasil ini dapat dilihat dari beberapa keluarga dalam hal pemilihan

sekolah anak (85.7%) dan biaya pendidikan anak (77.6%) dilakukan secara

bersama-sama. Sebanyak 79.6 persen pengambilan keputusan di bidang kesehatan

dilakukan secara bersama. Hasil ini dapat dilihat dari hal memilih jenis

pengobatan (77.6%) dan menentukan tempat berobat (76.9%).

Sebanyak 81.6 persen pengambilan keputusan pemenuhan kebutuhan juga

dilakukan secara bersama. Hal ini dapat dilihat dari penjualan aset (barang-

barang) berharga dilakukan secara bersama-sama (79.6%), suami-istri

menentukan tempat menabung secara bersama (77.6%), meminjam (75.5%),

mengambil tabungan (73.5%), menentukan istri bekerja (67.5%), dan mencari

Page 29: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

13

uang tambahan (59.2%) dilakukan secara bersama-sama oleh suami-istri.

Pengambilan keputusan dalam hal menentukan keperluan keluarga dilakukan

secara bersama (69.4%), hasil ini dapat dilihat dari pembelian rumah dilakukan

secara bersama (81.6%), selain itu dalam hal menentukan waktu untuk memiliki

anak (87.8%), menentukan jumlah anak (79.6%), melakukan pembagian kerja

keluarga (79.6%), dan menentukan jenis KB (75.5%) dilakukan secara bersama

oleh suami-istri.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga

No Jenis Keputusan

Istri

sendiri

Suami

sendiri

Istri

dominan

Suami

dominan Bersama

% % % % %

1 Keuangan 24.1 0.8 24.5 1.2 49.4

2 Pangan 25.9 0.0 23.1 2.0 49.0

3 Kesehatan 4.1 2.1 15.3 0.0 78.6

4 Pendidikan 2.0 2.0 8.2 4.1 81.7

5 Kegiatan Sosial

Masyarakat

6.1 7.5 12.9 10.9 62.6

6 Strategi Memenuhi

Kebutuhan Hidup

9.2 2.7 9.9 6.1 72.1

7 Keperluan Keluarga 12.0 4.3 12.8 3.5 67.4

Pengambilan keputusan sosial masyarakat dilakukan secara bersama

(62.6%). Hal ini dapat dilihat beberapa hal dalam yang dilakukan secara bersana

adalah keikutsertaan keluarga dalam pengajian (59.2%), keikutsertaan keluarga

dalam kerja bakti (63.3%), menentukan biaya sumbangan (65.3%). Namun masih

ditemukan beberapa hal yang dilakukan oleh suami. Persentasi tertinggi yang

dominan dilakukan oleh suami adalah mencari tambahan pekerjaan (16.3%),

perbaikan rumah (12.2%), keikutsertaan keluarga dalam kerja bakti (12.2%), dan

menentukan biaya sumbangan (12.2%).

Berdasarkan Tabel 6 bahwa menunjukkan bahwa masih terdapat

pengambilan keputusan yang dilakukan secara sendiri atau secara dominan.

Pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri istri adalah dalam hal pangan

(25.9%). Hal ini dapat dilihat bahwa masih terdapat beberapa pengambilan

keputusan yang dilakukan sendiri oleh istri, seperti dalam menentukan menu

makanan (30.6%), mengatur kebutuhan pangan sehari-hari (38.8%). Sebanyak

24.5 persen pengambilan keputusan keuangan dominan dilakukan istri. Hal ini

dapat dilihat dari menentukan pengeluaran untuk makan (28.6%), pembelian

makanan (26.5%), mengatur keuangan keluarga (26.5%) dominan dilakukan oleh

istri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengambilan

keputusan keluarga dilakukan secara bersama (73.5%). Artinya, suami-istri

melakukan koordinasi yang baik sebelum menentukan keputusan. Suami-istri

mendiskusikan hasil yang tepat sebelum memutuskan keputusan. Namun terdapat

sebanyak 24.5 persen pengambilan keputusan dilakukan secara dominan oleh istri

atau suami. Hanya 2 persen pengambilan keputusan dalam keluarga yang

termasuk dalam kategori sendiri oleh istri atau suami.

Page 30: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

14

Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 32.7 persen

kesejahteraan fisik berada pada kategori tinggi. Hasil dapat dilihat dari temuan

bahwa keluarga merasa sangat puas dengan kesehatan fisik keluarga (32.7%),

kesehatan rohani keluarga (26.5%), keadaan air di sekitar rumah (26.5%), keadaan

kehidupan keluarga (26.5%), dan keadaan makanan keluarga (24.5%). Namun

masih terdapat sebanyak 20.4 persen kesejahteraan fisik yang berada pada

kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan

kebersihan di dalam rumah (6.1%), kebersihan pekarangan (6.1%), dan keadaan

lingkungan hidup (6.1%).

Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan psikologi berada pada kategori tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang merasa sangat puas dengan

keadaan mental keluarga (24.5%), merasa puas dengan kepribadian anak (49.0%),

keluarga merasa puas dengan keadaan spiritual keluarga (46.9%). Namun masih

ditemukan sebanyak 40.8 persen kesejahteraan psikologi yang berada pada

kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan

keterampilan yang dimiliki istri (16.3%), keadaan spiritual istri (8.2%)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga

Kesejahteraan subjektif Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80)

n % n % N %

Kesejahteraan fisik 10 20.4 23 46.9 26 32.7

Kesejahteraan ekonomi 16 32.7 26 53.1 7 14.3

Kesejahteraan psikologi 20 40.8 16 32.7 13 26.5

Kesejahteraan sosial 16 32.7 24 49.0 9 18.4

Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan ekonomi berada pada kategori tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga merasa sangat puas dengan

pendapatan suami (18.4%), keadaan tempat tinggal keluarga (18.4%), keadaan

pakaian keluarga (18.4%), dan keadaan aset keluarga (16.3%). Namun terdapat

sebanyak 32.7 persen keluarga yang berada pada kategori rendah. Hal ini dapat

dilihat dari istri merasa tidak puas dengan pendapatannya (10.2%), tidak puas

dengan keuangan (10.2%), tidak merasa puas dengan keadaan transfortasi

keluarga (8.2%).

Hasil menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 18.9 persen kesejahteran

sosial berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga

merasa puas dengan keadaan interaksi ibu-anak (30.6%), interaksi antara suami-

istri (26.5%), keadaan akses informasi keluarga (24.5%), dukungan yang didapat

istri dari keluarga (22.5%). Selain itu, terdapat sebanyak 32.7 persen

kesejahteraan sosial berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa istri merasa tidak puas dengan gaya manajemen waktu (16.3%), gaya

manajemen pekerjaan (14.3%), kapasitas diri dalam pekerjaan (12.2%),

keterlibatan istri dalam kegiatan sosial (12.2%), pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki oleh istri (12.2%).

Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif berada pada kategori sedang.

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga dengan suami-istri bekerja merasa puas

dengan kesejahteraannya. Namun masih terdapat kesejahteraan psikologi yang

Page 31: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

15

masih berada pada kategori rendah, faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

psikologi adalah rendahnya keterampilan yang dimiiliki istri, rendahnya keadaan

spiritual keluarga, rendahnya keadaan mental keluarga, dan beban kerja yang

ditanggung oleh istri terlalu banyak.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga

Kesejahteraan subjektif keluarga n %

Rendah (<60) 14 28.6

Sedang (60-80) 25 51.0

Tinggi (>80) 10 20.4

Total 49 100

Min – Max 31-100

Rataan ± STD 68.2±16.3

Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Interaksi Keluarga, Pengambilan

Keputusan Keluarga, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9, terdapat hubungan positif

antara interaksi keluarga dengan pendapatan per kapita. Artinya, semakin tinggi

pendapatan per kapita, maka akan meningkatkan interaksi keluarga. Selain itu,

interaksi suami-istri berhubungan negatif dengan usia istri, artinya semakin tinggi

usia ibu maka akan menurunkan interaksi suami-istri. Pengambilan keputusan

berhubungan positif dengan pendidikan suami, artinya semakin tinggi pendidikan

suami maka, akan semakin tinggi pengambilan keputusan yang dilakukan secara

bersama. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif dengan pendidikan

istri. Artinya semakin tinggi pendidikan istri maka kesejahteraan subjektif akan

semakin baik.

Tabel 9 Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan

keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga

Variabel Interaksi

ibu-anak

Interaksi

suami-

istri

Pengambilan

keputusan

Kesejahteraan

subjektif

Usia istri (thn) -0.307* -0.388** 0.081 0.002

Besar keluarga (org) -0.243 -0.197 -0.074 0.152

Lama pendidikan suami (thn) -0.006 0.103 0.293* 0.228

Lama pendidikan istri (thn) 0.111 0.229 0.039 0.344*

Pendapatan per kapita (Rp) 0.320* 0.316* 0.277 0.211

Interaksi ibu-anak (skor) 1 0.789** 0.347* 0.480**

Interaksi suami-istri (skor) 1 0.438** 0.621**

Pengambilan keputusan (skor) 1 0.383**

Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

signifikan antara interaksi suami-istri, pengambilan keputusan, kesejahteraan

subjektif dengan interaksi ibu-anak. Artinya semakin tinggi interaksi ibu- anak

akan meningkatkan interaksi suami-istri, meningkatkan pengambilan keputusan

yang dilakukan secara bersama, dan kesejahteraan subjektif semakin baik.

Interaksi suami-istri memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi ibu-

anak, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan subjektif. Pengambilan

Page 32: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

16

keputusan memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi keluarga dan

kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif

signifikan dengan interaksi keluarga dan pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan keluarga memiliki hubungan positif dengan

kesejahteraan ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin sering keluarga

melakukan pengambilan keputusan secara bersama maka kesejahteraan ekonomi,

psikologi, dan sosial semakin baik. Interaksi suami_istri berhubungan positif

dengan kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi

interaksi suami_istri maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial

semakin meningkat. Interaksi ibu_anak berhubungan positif dengan kesejahteraan

fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi interaksi ibu_anak

maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial semakin meningkat.

Tabel 10 Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan

keputusan keluarga

Indikator Kesejahteraan

fisik

Kesejahteraan

ekonomi

Kesejahteraan

psikologi

Kesejahteraan

sosial

Pengambilan

keputusan

keluarga

0.280 0.452**

0.314* 0.358

**

Interaksi

Suami_Istri 0.520

** 0.617

** 0.526

** 0.619

**

Interaksi

Ibu_Anak 0.476**

0.481**

0.374**

0.472**

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa Adjusted R Square untuk

kesejahteraan subjektif pada penelitian ini adalah sebesar 0.508. Artinya, sebesar

50.8 persen faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga

dapat dijelaskan oleh model. Sisanya sebesar 49.2 persen dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti. Interaksi suami-istri berpengaruh positif signifikan

terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi interaksi suami-istri, maka akan menaikkan kesejahteraan subjektif

keluarga.

Page 33: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

17

Tabel 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga

Variabel

Kesejahteraan subjektif keluarga

Koefisien tidak

terstandarisasi

Koefisien

terstandarisasi Signifikansi

B Beta (β)

Konstanta -69.563 0.000 0.117

Usia istri (thn) 0.187 0.098 0.514

Besar keluarga (org) 4.217 0.204 0.158 Lama pendidikan istri (thn) 3.239 0.140 0.258 Pendapatan per kapita (Rp) 1.03 0.040 0.749 Interaksi ibu--anak (skor) 0.051 0.036 0.845 Interaksi suami-istri (skor) 0.715 0.585 0.008** Pengambilan keputusan (skor) 0.082 0.099 0.459

R² 0.713

0.508

0.000**

Adjusted R Square

Sig

Ket : *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada p<0,01

PEMBAHASAN

Pendapatan per kapita keluarga per bulan rata-rata sebesar Rp 1.979.931,

angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Jawa Barat yaitu sebesar Rp 417.795

(BPS 2012).Pendapatan yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif

keluarga, seperti yang dinyatakan oleh Simanjuntak et al. (2008) bahwa

kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Namun pendapatan yang

tinggi tidak selalu menjadi faktor utama yang menentukan tingginya

kesejahteraan subjektif keluarga. Diener dan Oishi (2005) juga menambahkan

bahwa sejauh mana demografis tertentu dapat meningkatkan kesejahteraan

subjektif keluarga tergantung pada nilai dan tujuan yang dimiliki seseorang serta

kepribadian dan kultur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri berada pada usia dewasa madya.

Usia madya dipenuhi tanggung jawab berat dan berbagai peran yang menyita

waktu dan energi. Tanggung jawab yang ditanggung oleh sebagian orang dewasa

yaitu: bekerja diluar rumah, mengerjakan tugas rumah tangga, mengasuh anak

(Santrock1995). Variabel usia dan tingkat pendidikan sangat berpengaruh

terhadap karir yang dicapai oleh perempuan, peluang pegawai wanita dengan

tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih besar untuk mencapai karier yang

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tingkat pendidikannya lebih rendah

(Linandar 2009). Hasil temuan menunjukkan bahwa lama pendidikan istri adalah

16 tahun atau setara dengan S1. Pendidikan yang cukup tinggi membuat istri

dapat mencapai karir yang baik. Pendidikan yang tinggi menjadikan rata-rata

perempuan berpenghasilan tinggi. Perempuan bekerja di luar rumah harus

membagi waktu dan energinya di dalam rumah dan pekerjaan. Abrar dan Ghouri

(2010) menyatakan bahwa istri bekerja merasa kesulitan untuk memenuhi peran

satu dan peran lainnya berhasil.

Page 34: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

18

Secara umum interaksi ibu-anak pada penelitian ini adalah sedang. Namun

masih terdapat lebih dari satu per lima interaksi ibu-anak yang berada pada

kategori rendah. Yigibalom (2013) menyatakan bahwa kurangnya interaksi

keluarga dapat menyebabkan konflik keluarga dan tidak harmonisnya hubungan

keluarga. Interaksi yang kurang baik dapat merusak karakter anak seperti yang

dinyatakan Agustriyani (2007) bahwa interaksi yang baik dalam keluarga dapat

meningkatkan karakter anak. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja cenderung lebih

banyak mengalami konflik dengan anaknya.

Hasil penelitian interaksi suami-istri berada pada kategori sedang. Namun

terdapat lebih dari satu perlima interaksi suami-istri berada pada kategori rendah.

Suami-istri yang jarang melakukan interaksi berdampak buruk terhadap

kesejahteraan subjektif keluarga. Interaksi yang kurang baik bisa mendatangkan

penyakit, ketidakbahagiaan, bahkan membawa kepada perceraian (Sunarti 2013).

Ketidakbahagiaan dalam keluarga disebabkan ketidakpuasan berinteraksi dengan

keluarga, yang dapat berdampak pada rendahnya kesejahteraan. Puspitawati dan

Setioningsih (2011) menyatakan bahwa rendahnya interaksi suami-istri akan

menimbulkan masalah untuk pasangan, diantaranya menipisnya perasaan lekat

terhadap pasangan dan pada akhirnya akan berdampak pada hubungan

perkawinan. Interaksi suami-istri yang kurang baik dapat menyebabkan

kandasnya hubungan perkawinan. Wheatley (2014) bahwa menipisnya perasaan

lekat dapat membuat suasana keluarga menjadikan keluarga tidak harmonis.

Rendahnya interaksi dalam keluarga berpengaruh terhadap ketidakharmonisan

keluarga dan dapat menurunkan kesejahteraan keluarga.

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini secara umum dilakukan

secara bersama-sama. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Kusumo et al.

(2009) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang lebih baik adalah

yang dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga. Menurut Tombokan

(2001) status kerja istri berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Namun

dalam penelitian ini status suami-istri bekerja tidak begitu mengganggu proses

pengambilan keputusan dalam keluarga. Puspitawati dan Fahmi (2008)

menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh jumlah anggota

keluarga. Sebelum menentukan keputusan, anggota keluarga merundingkan

keputusan terlebih dahulu untuk mendapatkan keputusan terbaik.

Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap

kehidupan yang mencakup kebahagiaan, kondisi emosi dan kepuasan hidup

(Diener dan Biswas 2000). Semakin tinggi kepuasan suatu keluarga terhadap hal-

hal di atas, mencerminkan keluarga tersebut semakin sejahtera. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat kepuasan menunjukkan kondisi yang semakin tidak

sejahtera. Secara umum kesejahteraan subjektif keluarga dalam penelitian ini

berada pada kategori sedang. Penelitian Marshall dan Bannet (1993) menyatakan

belum tentu pada karakteristik ibu bekerja yang penuh dengan tantangan dan

beban kerja memberikan pengaruh yang negatif, sebagian besar ibu bekerja

bahkan puas dengan keadaan keluarga. Penelitian ini juga menemukan bahwa

kesejahteraan fisik, ekonomi, sosial berada pada kategori sedang. Menurut

Guhardja et al. (1989) bahwa keadaan keluarga dinilai secara subjektif oleh

anggota keluarga yang berdampak pada tingkatan kesejahteraan keluarga,

sehingga pandangan terhadap kehidupan keluarga sangat memengaruhi

kebahagian dan kepuasan keluarga.

Page 35: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

19

Kesejahteraan psikologi pada penelitian ini berada pada kategori rendah.

Menurut Sunarti (2013) bahwa kesejahteraan psikologis meliputi frekuensi emosi

tertentu, harapan terhadap masa datang, tingkat kepuasan, konsep diri, dan

kepedulian suami terhadap isteri. Hal yang diduga berpengaruh terhadap

kesejahteraan psikologi adalah beban kerja suami istri yang terlalu berat, sehingga

suami-istri tidak mampu mengontrol emosi, atau kurang puas terhadap kepedulian

pasangan.

Hasil uji hubungan pada penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi

keluarga berhubungan negatif dengan usia istri. Hasil ini sejalan dengan penelitian

Larasati (2013) yang menyatakan bahwa semakin tua istri/suami maka interaksi

dalam keluarga semakin rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan

suami berhubungan positif dengan pengambilan keputusan keluarga. Menurut

Tombokan (2001) bahwa semakin lama pendidikan suami maka semakin bijak

dalam menentukan keputusan. Interaksi keluarga berhubungan positif terhadap

kesejahteraan subjektif. Penelitian Muladsih et al. (2011) menyatakan bahwa pola

komunikasi memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan subjektif keluarga,

pendapatan per kapita keluarga berhubungan positif dengan komunikasi keluarga.

Hasil penelitian juga menunjukkan pendapatan per kapita berhubungan

positif dengan interaksi keluarga, karena salah satu sarana penunjang interaksi

keluarga adalah media telepon, media sosial, dan internet yang membutuhkan

biaya, seperti halnya pulsa. Menurut Iskandar (2007), renggangnya interaksi antar

anggota keluarga dapat menyebabkan kesalahpahaman (misunderstanding)

sehingga pengambilan keputusan dalam keluarga menjadi kurang baik. Hasil

penelitian ini juga mengemukakan bahwa interaksi keluarga berhubungan positif

terhadap pengambilan keputusan keluarga. Interaksi keluarga yang efektif

memberikan kontribusi yang besar terhadap kegiatan sehari-hari dan pemecahan

masalah, serta dalam pengambilan keputusan (Guhardja et al., 1989).

Pengambilan keputusan keluarga berhubungan positif dengan

kesejahteraan subjektif, semakin baik keluarga dalam menentukan keputusan

maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin baik. hasil tersebut sesuai dengan

Kusumo et al. (2009) bahwa semakin sering keluarga melakukan pengambilan

keputusan secara bersama-sama, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan

tingkat kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan subjektif dari segi dimensi

ekonomi, psikologi, dan sosial berhubungan positif dengan pengambilan

keputusan keluarga.

Hasil menunjukkan bahwa interaksi suami-istri berpengaruh positif

terhadap kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian Simanjuntak

(2008) bahwa interaksi yang tinggi antar suami-istri dapat mempengaruhi

kesejahteraan subjektif keluarga. Mencapai kesejahteraan subjektif yang tinggi,

keluarga harus melakukan interaksi yang lebih baik. Interaksi suami-istri

merupakan indikator penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Chuang (2005), bahwa interaksi yang baik

dalam keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Faktor lain yang

berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah perencanaan sumberdaya

(Iskandar 2007), strategi koping (Mayangsari 2014), dan strategi penyeimbangan

keluarga terhadap pekerjaan (Hayati 2011).

Page 36: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

20

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan

perbaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatas

tersebut yaitu:

1. Tempat penelitian hanya dilakukan di beberapa institusi di Kota Bogor,

sehingga tidak dapat menggambarkan seluruh Kota Bogor

2. Penelitian ini tidak mengidentifikasi usia anak secara khusus, sehingga

hasil yang didapat kurang spesifik berdasarkan usia.

3. Responden yang mengisi kuisioner hanya istri sehingga penelitian ini

hanya mengukur semua variabel berdasarkan perceived (yang dirasakan)

istri/ibu saja, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan namun dengan

keterlibatan suami dan anak sebagai responden agar memperoleh

informasi yang lebih seimbang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Usia istri pada penelitian ini berada pada usia madya, besar keluarga

berada pada kategori keluarga kecil. Pendidikan istri lebih tinggi (16 tahun)

daripada pendidikan suami (15 tahun). Sebagian besar istri bekerja sebagai PNS,

namun jenis pekerjaan suami cukup beragam. Rata-rata pendapatan keluarga per

kapita adalah Rp 1.979.931,00 jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor. Tingkat

interaksi ibu--anak dan tingkat interaksi suami-istri berada pada kategori sedang,

sehingga secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada kategori sedang.

Secara umum pola pengambilan keputusan keluarga dilakukan secara bersama-

sama. Pengambilan keputusan yang paling banyak dilakukan secara bersama

adalah pendidikan, kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, keperluan keluarga,

sosial kemasyarakatan. Secara keseluruhan keluarga merasa puas dengan

kesejahteraan subjektifnya.

Semakin tua istri maka interaksi yang terjadi dalam keluarga semakin

rendah. Pendapatan per kapita memiliki hubungan positif dengan interaksi

keluarga. Pendidikan suami berhubungan positif dengan pengambilan keputusan.

Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memilki hubungan positif dengan

kesejahteraan subjektif. Terdapat hubungan positif antar interaksi keluarga,

pengambilan keputusan keluarga, dengan kesejahteraan subjektif. Interaksi suami-

istri berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, interaksi suami-istri masih ada yang berada

pada kategori rendah. Interaksi suami-istri yang rendah berpengaruh terhadap

kesejahteraan subjektif. Upaya meningkatkan interaksi suami-istri, maka

diharapkan bagi instansi terkait untuk menyediakan program yang dapat

menunjang interaksi keluarga menjadi semakin baik. Keluarga suami-istri bekerja

juga harus saling memperhatikan, saling membantu, saling mendengarkan satu

sama lain. Keluarga melakukan beberapa hal seperti, memilih waktu luang untuk

memasak bersama, memiliki waktu luang untuk berekreasi dengan anggota

keluarga.

Page 37: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

21

Kesejahteraan subjektif yang masih berada pada kategori rendah adalah

kesejahteraan psikologi. Upaya meningkatkan kesejahteraan psikologi pada

penelitian ini diharapkan kepada pemerintah atau instansi terkait untuk

menyediakan program yang dapat mengurangi stres ataupun beban kerja istri.

Program yang disediakan dapat berupa berwisata bersama, atau mengadakan

perlombaan setiap keluarga supaya tercapai kekompakan antara anggota keluarga.

Penelitian ini hanya mendapat informasi dari istri saja, sebaiknya suami dan anak

dilibatkan dalam penelitian selanjutnya supaya tercapai hasil yang lebih baik.

Bagi instansi terkait diharapkan menyediakan data istri bekerja khususnya di Kota

Bogor. Penelitian ini tidak membatasi usia anak yang masih bersekolah, sebaiknya

untuk penelitian selanjutnya usia anak diberi batasan untuk melihat implikasinya

terhadap interaksi keluarga, pengambilan kelutusan, dan kesejahteraan subjektif

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar dan ghouri. 2010. Dual earners and balance in their family and work life:

findings from pakistan. European Journal of Social Science 17(1).

Afwan RM. 1998. Perkembangan anak usia 3 - 5 tahun pada keluarga ibu bekerja

dan ibu tidak bekerja, serta faktor-faktor yang mempengarunya [skripsi].

Bogor (ID): Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Opini

Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID) : BKKBN.

[BPS] Badan Pusat Statistika [Jabar] Jawa Barat. 2012. Data jumlah penduduk

Jawa Barat berdasarkan ketenagakerjaan tahun 2011-2012 [Internet].

[diunduh 13 Mei 2014]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id/subyek/data-

jumlah-penduduk-jawa-barat-berdasarkan-ketenagakerjaan-tahun-2011-

2012

[BPS] Badan Pusat Statistika Kota Bogor. 2013. Kota Bogor dalam angka

[internet]. [diunduh 26 Mei 2015]. Tersedia pada:

http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/kota-bogor-dalam-angka-2013

Ciptoningrum P. 2009. Hubungan Peran Ganda dengan Pengembangan Karier

Wanita: (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor,

Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Sains Komunikasi

dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Chuang YC. 2005. Effecs of interaction pattern on family harmony and well

being: test of interpersonal theory, relational model theory, and confucian

ethics. Asian journal of social psychology. 272-291.

Daalen GV, Willemsen TM, Sanders K. 2006. Reducing work family conflict

trough different sources of social support. Journal of Vocational Behavior.

Netherlands. (69): 462-476.

Damayanti R. 2013. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada keluarga

dengan suami istri bekerja menurut jenis dan alokasi waktu kerja istri

[skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Page 38: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

22

Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resources Management: Principles and

Applications (2nd Ed). Massachusettes (USA): Allyn and Bacon.

Depnakertrans [Departemen Nasional Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian].

2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta (ID):

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Dhamayanti R. 2006. Pengaruh konflik keluarga-pekerjaan, keterlibatan

pekerjaan, dan tekanan pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan wanita

studi pada nusantara tour & travel kantor cabang dan kantor pusat

Semarang. Jurnal studi manajemen dan organisasi, 3(2).

Diener E, Biswas R. 2000. New Direction Well-Being Research: The Curting

Edge (US): University of Illinous Pasific.

Diener E, Oishi. 2005. Handbook of possitive psychology: Subjective well being:

the science of happiness and life satisfaction. (2):63-73. New York: Oxford

University pr

Francavilla F, Giannelli C G, Grotkowska G, Socha W M. 2011. Use of Time and

Value of Unpaid Family Care Work: A Comparison between Italy and

Poland. IZA Discussion Paper 5771: 1-27.

Guhardja S., Puspitawati H., Hartoyo, & Saharia. (1989). Diktat Kuliah

Manajemen Sumberdaya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Perrtanian Bogor.

Hayati L. 2011. Kontribusi ekonomi, peran ganda perempuan dan kesejahteraan

keluarga buruh pabrik [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan

dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor

[disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kusumo RB, Sunarti E, Pranadji DK. 2009. Analysis on the role of gender in

correlation with family welfare of paddy and horticulture farmers in sub

urban area. Media Gizi & Keluarga. 32(2): 52-64.

Larasati RN. 2013. Nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi

perdagangan manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Departemen

Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor. Bogor (ID).

Linandar TN. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi karier wanita [skripsi].

Bogor (ID): Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marshall N, Barnett C R. 1993. Work – Family strains and gains among two

earner Couple. Journal of Community Psychology 2(1): 64-80.

Mayangsari IK. 2014. Pengaruh kerepotan keluarga sehari-hari (family daily

hassles) dan strategi koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga

dengan ayah dan ibu bekerja [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan

Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Muladsih OR, Muflikhati I, Herawati T. 2011. Pola komunikasi, pengambilan

keputusan, dan kesejahteraan keluarga jarak jauh: kasus pada keluarga

mahasiswa pascasarjana. JIKK. 4(2): 121-129.

Puspitasari N. 2012. Peran gender, kontribusi ekonomi perempuan dan

kesejahteraan keluarga petani hortikultura: (kasus di Dusun Padajaya, Desa

Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Bogor (ID):

Page 39: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

23

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Puspitawati H, Fahmi SA. 2008. Analisis pembagian peran gender pada keluarga

petani. 1(2): 24-33

Rizkillah R. 2013. Masalah dan konflik kerja-keluarga serta strategi

penyeimbangan pada keluarga dengan suami isteri bekerja [skripsi]. Bogor

(ID): Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santrock JW. 1995. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup.Jakarta

(ID): Erlangga.

Sigelman CK, Adams RM. 1990. Family interactions in public: Parent-child

distance and touching. Journal of nonverbal behavior, 14(2), 63-75.

Simanjuntak M, Puspitawati H, Djamaluddin MD. 2008. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan subjektif penerima Program Keluarga Harapan

(PKH). Media Gizi dan Keluarga, 32(2): 30-39.

Sunarti E. 2013. Ketahanan Keluarga. Bogor (ID): IPB Press

Sunarti E, Nuryani N, Hernawati N. 2009. Hubungan antara fungsi adaptasi,

pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan sistem dengan kesejahteraan

keluarga. Jurnal Ilmu Kelurga dan Konsumen 2(1):1-10.

Tombokan M. 2001. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga, status kerja ibu

serta kaitannya dengan konsep peran gender serta kaitannya dengan suku

Jawa dan susku Minahasa [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Wheatley D. 2014. Travel to work and subjective well being: Astudy of UK dual

career households. Journal of transport geography. 39: 187-196.

Wood T. Julia. 2001. Gendered Lives communicaion, gender, and culture 4th

Ed.Belmont : Thomson Learning.

Yigibalom L. 2013. Peranan interaksi anggota keluarga dalam upaya

mempertahankan harmonisasi kehidupan keluarga di desa Kumuluk

kecamatan Tiom kabupaten Lanny Jaya. Jurnal. 2(4).

Page 40: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

24

LAMPIRAN

Page 41: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

25

Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005)

No Pernyataan 1 2 3 4

1 Ketika suami saya membutuhkan solusi terkait masalahnya, saya

membantu memberikan saran

0.0 12.2 38.8 49.0

2 Saya selalu berkata lembut kepada suami saya 0.0 8.2 51.0 40.8

3 Ketika saya merasa sedih, suami saya membuat saya merasa

tenang

2.0 14.3 40.8 42.9

4 Saya menunjukkan rasa kasih sayang kepada suami saya 2.0 4.1 26.5 67.3

5 Saya senang membantu suami saya mengerjakan sesuatu atau

menyelesaikan masalahnya

0.0 16.3 38.8 44.9

6 Saya mencoba menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan

suami saya

0.0 6.1 30.6 63.3

7 Saya senang memeluk suami saya 0.0 10.2 38.8 51.0

8 Saya bangga kepada suami saya 0.0 8.2 30.6 61.2

9 Saya memuji suami saya 2.0 18.4 34.7 44.9

10 Ketika suami saya melakukannya sesuatu untuk saya, saya sangat

menghargainya

0.0 6.1 34.7 59.2

11 Saya menghindari untuk melakukan sesuatu yang dapat membuat

suami saya merasa sedih

6.1 20.4 34.7 38.8

12 Saya sangat mempercayai suami saya 2.0 18.4 32.7 46.9

13 Saya merasa aman untuk membiarkan suami saya membuat

keputusan

2.0 34.7 26.5 36.7

14 Saya membuat keputusan untuk suami saya pada situasi penting 6.1 28.6 32.7 32.7

15 Saya meminta suami saya melakukan sesuatu untuk saya 4.1 42.9 34.7 18.4

16 Saya mengingatkan suami untuk melakukan tugas yang harus

dilakukannya

0.0 24.5 46.9 28.6

17 Saya mengingatkan suami saya ketika dia tidak melakukan

tugasnya

10.2 24.5 49.0 16.3

18 Suami saya selalu melakukan apa yang saya minta 2.0 42.9 40.8 14.3

19 Saya mengingatkan suami saya pada saat dia melakukan

kesalahan

4.1 49.0 24.5 22.4

20 Saya tidak sependapat dengan suami saya 2.0 14.3 73.5 10.2

21 Ketika suami saya mengomel atau mengkritiki pendapat saya,

saya akan memilih diam

8.2 46.9 34.7 10.2

22 Saya suka mendengarkan cerita suami saya 0.0 14.3 49.0 36.7

23 Saya mengalah ketika berdebat dengan suami saya 2.0 44.9 42.9 10.2

24 Ketika saya melarang suami untuk tidak melakukan sesuatu, dia

tidak akan melakukannya

6.1 40.8 42.9 10.2

25 Saya membiarkan suami saya membuat keputusan untuk saya

pada kondisi penting

2.0 22.4 46.9 28.6

26 Suami saya menyukai cara saya menjelaskan sesuatu kepadanya 0.0 30.6 42.9 26.5

27 Saya menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami suami saya 2.0 16.3 46.9 34.7

28 Ketika saya dengan suami saya tidak sepaham, kami

membicarakannya dengan baik-baik

0.0 4.1 38.8 57.1

29 Saya sering bercanda dengan suami saya 0.0 14.3 32.7 53.1

30 Saya sering berdiskusi dengan suami saya tentang sekolah anak-

anak, dan hal-hal yang lainnya mengenai keluarga

0.0 6.1 34.7 59.2

31 Saya menyediakan waktu untuk sarapan pagi dengan suami saya 6.1 20.4 26.5 46.9

32 Saya menyediakan wantu untuk makan malam bersama suami

saya

0.0 28.6 20.4 51.0

33 Saya menemani suami saya mnonton TV 0.0 36.7 30.6 32.7

34 Saya mengajak suami/keluarga untuk rekreasi bersama 0.0 30.6 28.6 40.8

35 Pada saat saya bekerja, saya selalu menghubungi (menelpon,

sms) suami saya

0.0 30.6 28.6 40.8

Page 42: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

26

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005)

Keteranga: 1= tidak pernah; 2= kadang-kadang; 3= sering; 4 = selalu

Chuang (2005)

No Pernyataan 1 2 3 4

1 Ketika anak saya membutuhkan solusi terkait masalahnya, saya

membantu memberikan saran

0.0 12.2 30.6 57.1

2 Saya selalu berkata lembut kepada anak saya 0.0 8.2 40.8 51.0

3 Ketika saya merasa sedih, anak saya membuat saya merasa

tenang

0.0 14.3 24.5 61.2

4 Saya menunjukkan rasa kasih sayang kepada anak saya 0.0 2.0 14.3 83.7

5 Saya senang membantu anak saya mengerjakan tugasnya atau

menyelesaikan masalahnya

0.0 14.3 32.7 53.1

6 Saya mencoba menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan

anak saya

0.0 2.0 38.8 59.2

7 Saya senang memeluk anak saya 0.0 14.3 24.5 61.2

8 Saya bangga kepada anak saya 0.0 10.2 22.4 67.3

9 Saya memuji anak saya 0.0 18.4 38.8 42.9

10 Ketika anak saya melakukan sesuatu untuk saya, saya sangat

menghargainya

0.0 2.0 20.4 77.6

11 Saya menghindari untuk melakukan sesuatu yang dapat

membuat anak saya merasa sedih

2.0 14.3 34.7 49.0

12 Saya sangat mempercayai anak saya 0.0 12.2 36.7 51.0

13 Saya merasa senang untuk membiarkan anak membantu

pekerjaan saya

2.0 32.7 38.8 26.5

14 Saya meminta anak saya melakukan sesuatu untuk saya 2.0 51.0 30.6 16.3

15 Saya mengingatkan anak untuk melakukan tugas yang harus

dilakukannya

2.0 14.3 30.6 53.1

16 Saya menegur anak saya ketika dia tidak melakukan tugasnya 2.0 18.4 35.7 44.9

17 Anak saya melakukan apa yang saya perintahkan 2.0 34.7 51.0 12.2

18 Saya menegor anak saya pada saat dia melakukan kesalahan 4.1 20.4 38.8 36.7

19 Saya tidak menuruti permintaan anak saya 0.0 14.3 65.3 20.4

20 Saya tidak sependapat dengan anak saya 2.0 16.3 65.3 16.3

21 Saya tidak menunjukkan bahwa saya tidak setuju dengan

pendapat anak saya

6.1 63.3 24.5 6.1

22 Saya suka mendengarkan cerita anak saya 0.0 8.2 30.6 61.2

23 Saya mengalah ketika berdebat dengan anak saya 4.1 61.2 30.6 4.1

24 Ketika saya melarang anak saya untuk melakukan sesuatu, dia

tidak akan melakukannya

2.0 44.9 38.8 14.3

25 Saya mengetahui situasi perasaan anak saya, hanya dengan

melihat ekspresinya

0.0 20.4 40.8 38.8

26 Anak saya menyukai cara saya menjelaskan sesuatu kepadanya 0.0 28.6 40.8 30.6

27 Saya menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami anak saya 12.2 8.2 30.6 49.0

28 Ketika saya dengan anak saya tidak sepaham, kami

membicarakannya dengan baik-baik

0.0 4.1 38.8 57.1

29 Saya sering bercanda dengan anak saya 0.0 10.2 32.7 57.1

30 Saya jalan-jalan dengan anak saya 2.0 16.3 30.6 51.0

31 Saya berdiskusi dengan anak saya tentang sekolahnya 0.0 2.0 32.7 65.3

32 Saya menyediakan waktu untuk sarapan pagi dengan anak saya 0.0 22.4 34.7 42.9

33 Saya menyediakan wantu untuk makan malam bersama anak

saya

0.0 22.4 30.6 46.9

34 Saya menemani anak saya menonton TV 0.0 20.4 30.6 49.0

Page 43: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

27

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga

Puspitawati (2012) dan Sajogyo (1981)

No Jenis Keputusan Istri

sendiri

Suami

sendiri

Istri

dominan

Suami

dominan Bersama

KEUANGAN

1 Pembelian makanan 30.6 0.0 26.5 4.1 38.8

2 Menentukan pengeluaran untuk

makan

26.5 4.1 28.6 0.0 40.8

3 Mengatur pengeluaran keluarga 22.4 0.0 22.4 2.0 53.1

4 Memegang keuangan keluarga 32.7 0.0 26.5 0.0 40.8

5 Membuat prioritas kebutuhan

keluarga

8.2 0.0 18.4 0.0 73.5

PANGAN

6 Penentuan menu makanan 30.6 0.0 24.5 0.0 44.9

7 Mengatur kebutuhan pangan sehari-

hari

38.8 0.0 36.7 0.0 24.5

8 Menentukan makan diluar rumah 8.2 0.0 8.2 6.1 77.6

KESEHATAN

9 Memilih jenis pengobatan

(tradisional/medis)

4.1 4.1 14.3 0.0 77.6

10 Penentuan tempat berobat 4.1 0.0 16.3 0.0 79.6

PENDIDIKAN

11 Pilihan sekolah anak 2.0 2.0 10.2 0.0 85.7

12 Biaya pendidikan anak 2.0 2.0 6.1 8.2 77.6

KEGIATAN SOSIAL

MASYARAKAT

13 Keikutsertaan dalam pengajian 10.2 2.0 20.4 8.2 59.2

14 Keikutsertaan dalam kerja bakti 6.1 10.2 8.2 12.2 63.3

15 Biaya untuk sumbangan 2.0 10.2 10.2 12.2 65.3

STRATEGI MEMENUHI

KEBUTUHAN HIDUP

16 Mencari tambahan pekerjaan 2.0 12.2 10.2 16.3 59.2

17 Menyuruh istri bekerja 14.3 0.0 10.2 8.2 67.3

18 Menentukan tempat menabung 6.1 0.0 14.3 2.0 77.6

19 Menentukan mengambil tabungan 10.2 0.0 14.3 2.0 73.5

20 Menjual aset (barang-barang

berharga)

14.3 2.0 2.0 2.0 79.6

21 Hutang/meminjam uang 8.2 2.0 8.2 6.1 75.5

KEPERLUAN KELUARGA

22 Pembelian rumah 6.1 6.1 2.0 4.1 81.6

23 Perbaikan rumah 4.1 4.1 6.1 12.2 73.5

24 Pembelian pakaian suami 12.2 4.1 22.4 8.2 53.1

25 Pembelian pakaian istri 28.6 2.0 22.4 2.0 44.9

26 Pembelian pakaian anak 20.4 6.1 22.4 2.0 49.0

27 Pembelian peralatan rumah tangga 22.4 8.2 22.4 2.0 44.9

28 Menentukan jumlah anak 2.0 6.1 8.2 4.1 79.6

29 Menentukan waktu memiliki anak 2.0 4.1 4.1 2.0 87.8

30 Menentukan jenis KB 14.3 2.0 8.2 0.0 75.5

31 Menentukan waktu KB 14.3 2.0 12.2 0.0 71.4

32 Melakukan pembagian kerja keluarga 6.1 2.0 10.2 2.0 79.6

Page 44: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

28

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga

Keterangan: 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Cukup puas 4. Puas 5. Sangat puas

Sunarti (2012), dan WHO (2012)

No Pernyataan 1 2 3 4 5

Kesejahteraan Fisik

1 Keadaan kesehatan fisik keluarga 0.0 0.0 18.4 49.0 32.7

2 Keadaan kesehatan rohani keluarga 0.0 4.1 18.4 51.0 26.5

3 Keadaan makanan keluarga 0.0 6.1 20.4 49.0 24.5

4 Kebersihan di dalam rumah 0.0 6.1 20.4 55.1 18.4

5 Kebersihan pekarangan 0.0 6.1 26.5 51.0 16.3

6 Keadaaan air di sekitar anda 0.0 6.1 22.4 44.9 26.5

7 Keadaan lingkungan hidup (polusi, iklim, kebisingan) 0.0 6.1 26.5 51.0 16.3

8 Keadaa kehidupan keluarga 0.0 2.0 28.6 42.9 26.5

Kesejahteraan Ekonomi

9 Keadaan keuangan anda 0.0 10.2 32.7 42.9 14.3

10 Keadaan pendapatan anda 0.0 10.2 30.6 44.9 14.3

11 Keadaan pendapatan suami anda 0.0 16.3 26.5 38.8 18.4

12 Keadaan tempat tingga keluarga anda 6.1 6.1 24.5 44.9 18.4

13 Keadaan materi/aset keluarga anda 0.0 10.2 24.5 49.0 16.3

14 Keadaan pakaian anda 0.0 2.0 26.5 53.1 18.4

15 Fasilitas dan alat-alat rumah tangga 0.0 8.2 24.5 53.1 14.3

16 Keadaan transportasi keluarga 0.0 8.2 40.8 36.7 14.3

Kesejahteraan Psikologi

17 Kelakuan/kepribadian anak anda 0.0 8.2 24.5 49.0 18.4

18 Keadaan spiritual/keagamaan keluarga 0.0 8.2 26.5 46.9 18.4

19 Keadaan spiritual/keagamaan anda 0.0 8.2 32.7 42.9 16.3

20 Keadaan mental keluarga 0.0 8.2 30.6 36.7 24.5

21 Keterampilan yang anda miliki 0.0 16.3 24.5 46.9 12.2

Kesejahteraan Sosial

22 Keadaan pendidikan anak 0.0 8.2 24.5 46.9 20.4

23 Prestasi anak di sekolah 0.0 6.1 26.5 49.0 18.4

24 Sikap dan perilaku anak 0.0 6.1 26.5 55.1 12.2

25 Perilaku suami dalam membantu pekerjaan di rumah tangga 0.0 10.2 24.5 46.9 18.4

26 Gaya manajemen waktu anda 0.0 16.3 30.6 44.9 8.2

27 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan anda 0.0 14.3 28.6 46.9 10.2

28 Kapasitas anda dalam pekerjaan 0.0 12.2 34.7 42.9 10.2

29 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan suami 0.0 10.2 28.6 44.9 16.3

30 Kapasitas suami dalam pekerjaan 0.0 10.2 30.6 42.9 16.3

31 Keterlibatan istri dalam kegiatan sosial 0.0 12.2 36.7 42.9 8.2

32 Dukungan yang diberikan dari keluarga 0.0 10.2 32.7 34.7 22.4

33 Keadaan keamanan keluarga anda 0.0 0.0 38.8 42.9 18.4

34 Keterlibatan suami dalam kegiatan sosial 0.0 8.2 36.7 42.9 12.2

35 Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh istri 0.0 12.2 34.7 38.8 14.3

36 Gaya manajemen keuangan anda 0.0 10.2 36.7 38.8 14.3

37 Akses pelayanan kesehatan dalam keluarga 0.0 6.1 28.6 44.9 20.4

38 Keadaan pelayanan sosial daerah tinggal 0.0 10.2 40.8 40.8 8.2

39 Interaksi antara suami dan istri 0.0 2.0 26.5 44.9 26.5

40 Interaksi orang tua-anak 0.0 2.0 24.5 42.9 30.6

41 Interaksi dengan saudara/kerabat 0.0 4.1 28.6 46.9 20.4

42 Interaksi orang tua dengan tetangga 0.0 0.0 38.8 46.9 14.3

43 Akses informasi keluarga 0.0 2.0 28.6 44.9 24.5

44 Kemampuan anda untuk membuat keputusan dalam keluarga 0.0 2.0 32.7 51.0 14.3

45 Keadaan pengambilan keputusan pangan 0.0 8.2 28.6 53.1 10.2

46 Keadaan pengambilan keputusan pendidikan 0.0 4.1 32.7 49.0 14.3

47 Keadaan pengambilan keputusan kesehatan 0.0 4.1 28.6 49.0 18.4

48 Keadaan pengambilan keputusan kemasyarakatan 0.0 4.2 38.8 46.9 10.2

49 Efesiensi waktu yang tersedia untuk keluarga 0.0 8.2 32.7 46.9 12.2

Page 45: PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN … · Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki ... Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Biru pada tanggal 4 Mei 1991 dari ayah Abdul Rahman

Rambe dan ibu Nurhalimah Simanjuntak. Penulis adalah putri pertama dari 6 bersaudara.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari Pesantren Darul Mursyid Simanosor Julu, pada tahun

yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

undangan pada program Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen di Departemen Ilmu

Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama

menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai macam kegiatan kampus baik

organisasi maupun kepanitiaan, seperti anggota DPM FEMA (2011-2013) dan anggota

Organisasi Daerah Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan (OMDA IMATAPSEL) (2011-

2013). Adapun kepanitiaan yang diikuti penulis diantaranya bendahara Pemilihan Raya

(Pemira) FEMA 2013, anggota divisi Danus Masa Perkenalan Fakultas (MPF FEMA

2012), anggota divisi medis Masa Perkenalan Departemen IKK (MPD FAMOUS 2012),

anggota divisi bendahara Masa Perkenalan Calon Mahasiswa (Maperca) IMATAPSEL

(2011).