Upload
hahuong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, STRUKTUR KEPEMILIKAN
SAHAM, DAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN GO PUBLIC
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi
Oleh :
ULFA RAFIDA ISNANINGRUM
NIM : 2012310527
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2016
ii
1
PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, STRUKTUR KEPEMILIKAN
SAHAM DAN KOMITE AUDIT INDEPENDEN TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN GO PUBLIC
Ulfa Rafida Isnaningrum
STIE Perbanas Surabaya
Email : [email protected]
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the effect of accounting conservatism, the
shareholding structure and the audit committee of the value of banking companies go public.
The method used is quantitative. The sampling technique used purposive sample. The
population in this research that all banks go public. The sample consisted of 118 banking
companies during 2013-2015. The variables studied were the company's value as the
dependent variable, while independent variables consist of accounting conservatism,
institutional ownership, managerial ownership and the audit committee. Data analysis
technique used is multiple linear regression analysis, F test, R2 test, t test and classical
assumption (normality test). Based on the results of regression analysis showed that
accounting conservatism, institutional ownership, managerial ownership and independent
audit committee has no effect on the value of the company.
Keyword: accounting conservatism, ownership structure, and independent audit committee
PENDAHULUAN
Bank dikenal sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan dan
deposito. Selain itu, bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang bagi
masyarakat yang membutuhkan. Di
Indonesia, perbankan diawasi secara ketat
oleh Bank Indonesia sebagai Bank sentral,
OJK (Otoritas Jasa Keuangan),
BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar
Modal), LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan), dan Dirjen Pajak. Pengawasan
yang ketat menyebabkan perbankan
menjalankan fungsinya berdasarkan
prinsip kehati-hatian (prudential banking).
Prinsip kehati-hatian ini menyebabkan
kebijakan perbankan menjadi ketat dalam
menjalankan aktivitas operasional
perusahaan.
Industri perbankan adalah salah
satu industri yang ikut berperan dalam
pasar modal, disamping industri lainnya
seperti industri manufaktur, pertanian,
pertambangan, properti dan lain- lain.
Penelitian ini memilih perbankan go public
karena perusahaan yang sudah go public
mempunyai keuntungan lebih dibanding
bank yang belum go public diantaranya
seperti dapat meningkatkan likuiditas dan
memungkinkan para pendiri perusahaan
untuk menikmati hasil yang mereka capai.
Semakin banyak investor yang membeli
saham tersebut, maka semakin banyak
modal yang diterima perusahaan dari
investor luar. Para pendiri perusahaan juga
dapat melakukan diversifikasi untuk
mengurangi resiko portofolio. Perusahaan
dapat melakukan merger ataupun negosiasi
dengan perusahaan lainnya dengan hanya
menggunakan saham. Banyak perusahaan
yang merasa lebih mudah untuk
memasarkan produk dan jasa mereka
2
setelah menjadi perusahaan Go Public atau
Tbk.
Saham-saham sektor perbankan di
Bursa Efek Indonesia dinilai masih
memiliki prospek dan potensi keuntungan
yang besar (Wahyu, 2010). Kenaikan
saham perbankan akan memicu investor
baik asing maupun swasta untuk
menginvestasikan dananya. Saham sebagai
salah satu obyek investasi yang paling
diminati dalam perdagangan pasar modal
yang mempunyai tingkat risiko cukup
tinggi. Melihat risiko yang ada maka untuk
pengambilan keputusan ekonomi, para
pelaku bisnis membutuhkan informasi
tentang kinerja dari perusahaan. Informasi
tersebut mempunyai peranan yang sangat
besar dalam keputusan investasi.
Laporan keuangan perusahaan
dapat memberikan informasi keuangan
mengenai posisi keuangan suatu
perusahaan sehingga dapat digunakan
untuk menilai kinerja perusahaan selama
beberapa periode. Informasi yang telah
disampaikan melalui laporan keuangan
dapat digunakan oleh pihak internal
ataupun pihak eksternal. Laporan
keuangan tersebut harus memenuhi syarat
seperti tujuan, aturan, serta prinsip-prinsip
akuntansi yang sesuai dengan standar yang
berlaku umum yaitu Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) agar dapat menghasilkan
laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bermanfaat
bagi setiap penggunanya.
Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) memberikan kebebasan kepada
setiap perusahaan dalam memilih metode
akuntansi yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan. Perusahaan
memilih metode akuntansi yang dianggap
sesuai dengan kondisi perusahaan dan
yang dapat mengantisipasi kondisi
perekonomian perusahaan yang tidak
stabil, artinya perusahaan harus berhati-
hati dalam menyusun laporan keuangan.
Tindakan kehati-hatian yang dilakukan
oleh perusahaan ini disebut sebagai
konservatisme akuntansi. Konservatisme
merupakan prinsip kehati-hatian dalam
pelaporan keuangan dimana perusahaan
tidak terburu-buru dalam mengakui dan
mengukur aktiva dan laba serta segera
mengakui kerugian dan hutang yang
mempunyai kemungkinan yang terjadi
(Watts, 2003).
Konservatisme di dalam suatu
perusahaan dapat mengurangi adanya
asimetri informasi dan manipulasi laporan
keuangan dengan cara membatasi
penyajian laba yang belum dapat
diverifikasi dan mengakui kerugian yang
termasuk dalam laporan keuangan. Salah
satu penyebab terjadinya manipulasi
laporan keuangan adalah terjadinya
asimetri informasi dalam teori keagenan.
Perilaku manipulasi yang paling sering
terjadi dalam teori keagenan adalah
pencatatan laba yang tinggi. Latar
belakang yang menyebabkan perilaku ini
adalah adanya insentif manajemen berupa
bonus yang diukur dari kerja manajemen
dalam mencapai laba, serta menjadi
perhatian penting bagi calon investor
dalam melakukan pertimbangan
pengambilan keputusan. Hal tersebut
menyebabkan manajer bertindak untuk
memilih metode akuntansi yang mampu
memanipulasi laporan keuangan.
Sehingga, salah satu cara yang dapat
dilakukan agar manajemen tidak
melakukan manipulasi laporan keuangan
adalah dengan memilih perilaku
konservatisme akuntansi dalam pelaporan
keuangan.
Penelitian Rizki (2014)
menyatakan bahwa konservatisme
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan), dimana hal
tersebut menunjukkan bahwa penerapan
kebijakan akuntansi konservatif yang di
tunjukkan melalui laporan keuangan
merupakan suatu sinyal positif dari
manajemen kepada investor bahwa
manajemen telah menerapkan akuntansi
konservatif untuk menghasilkan laba yang
berkualitas. Temuan tersebut sependapat
dengan penelitian Nur (2014) yang
menyatakan bahwa konservatisme
3
akuntansi berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
Selain penerapan konservatisme
akuntansi dalam penelitian ini juga
meneliti struktur kepemililikan saham
yang terdiri dari kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial dan komite
audit yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan. Perusahaan yang sudah go
public dalam peningkatan nilai perusahaan
yang tinggi merupakan salah satu tujuan
jangka panjang yang ingin dicapai oleh
perusahaan yang dapat tercerminkan dari
harga pasar sahamnya melalui penilaian
investor terhadap perusahaan dengan cara
mengamati pergerakan harga saham
perusahaan yang ditransaksikan dibursa.
Proses memaksimalkan nilai suatu
perusahaan maka akan muncul konflik
kepentingan yang terjadi antara manajer
dan pemegang saham (pemilik
perusahaan) yang disebut sebagai masalah
agensi (agency problem).
Perusahaan yang sudah terdaftar di
bursa saham (Go Public) maka konflik
keagenan dapat muncul sebagai akibat
adanya beberapa kelompok pemegang
saham yang memiliki proporsi
kepemilikan yang berbeda-beda.
Kepemilikan saham oleh manajerial
perusahaan yang rendah yang mayoritas
dimiliki oleh keluarga dan kerabat sendiri
menjadikan manajer lebih
memprioritaskan kepentingan dirinya
sendiri tanpa memikirkan kepentingan
pemilik yaitu pemegang saham. Hal itu
yang dapat membuat adanya perbedaan
kepentingan antara manajer dengan
pemilik yang seringkali menimbulkan
beberapa masalah dalam perusahaan.
Adanya permasalahan tersebut, maka
dimunculkan struktur kepemilikan guna
mengubah pandangan antara pengelola
perusahaan dan pemilik menuju satu
tujuan yang sama.
Menjalankan aktivitas perusahaan,
ada beberapa pihak yang berperan dalam
menentukan kebijakan, seperti manajerial
dan institusional. Pihak manajerial adalah
manajer atau direksi, sedangkan pihak
institusional adalah pemegang saham,
yang pada umumnya adalah institusional.
Pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan memberi mandat kepada
manajer untuk mengelolah perusahaan
yang ia miliki. Manajer sebagai pengelola
perusahaan berkewajiban untuk membuat
keputusan terbaik bagi pemegang saham.
Keputusan manajer yang murni berperan
sebagai pengelola, cenderung
menimbulkan opportunistic untuk
melakukan manajemen laba. Manajer
memang mendapatkan kompensasi dari
pekerjaannya, namun peningkatan
kemakmuran manajer lebih kecil
dibandingkan kemakmuran pemegang
saham. Kondisi ini memberikan
kesempatan kepada manajer untuk
memanipulasi laporan keuangan atau
laporan tahunan sebagai usaha untuk
kepentingan manajer. Opportunistic
manajer diharapkan berkurang, jika
manajer diberi kesempatan untuk
mempunyai kepemilikan saham atas
perusahaan. Keputusan yang dibuat oleh
manajer tersebut tidak hanya berdampak
pada kelangsungan hidup perusahaan
tetapi pada kesejahteraan dirinya sendiri.
Penelitian Kusumaningrum (2013)
menyatakan bahwa jika kepemilikan
saham oleh direksi semakin meningkat,
maka keputusan yang diambil oleh direksi
akan lebih cenderung untuk
menguntungkan dirinya. Manajer dengan
tingkat kepemilikan saham signifikan
kemungkinan akan membuat keputusan
demi keuntungan pribadi. Kepemilikan
saham yang signifikan oleh manajer
menandakan manajer mempunyai status
ganda, yaitu sebagai pemilik dan
pengelola. Status ganda menandakan
seolah-olah manajer memonitor diri
sendiri, sehingga memudahkan jalan
manajer untuk mencapai kepentingan
pribadi.
Terdapat beberapa penelitian yang
dilakukan untuk mengukur pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Rizki (2014) menyatakan bahwa
4
kepemilikan manajerial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan dimana hal ini menunjukkan
bahwa pilihan terhadap suatu metoda
akuntansi yang terkait dengan prinsip
konservatisma dipengaruhi juga oleh
struktur kepemilikan manajerial, sehingga
struktur kepemilikan manajerial
mempengaruhi pemilihan strategi
akuntansi konservatif perusahaan, akan
tetapi menurunkan nilai perusahaan.
Sependapat dengan penelitian Rina (2014)
dan Ni Nyoman (2013) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh
positif pada nilai perusahaan. Adanya
kepemilikan manajemen dalam perusahaan
maka dapat menimbulkan dugaan bahwa
nilai perusahaan dapat meningkat jika
kepemilikan manajemen meningkat.
Kepemilikan manajemen yang besar akan
efektif untuk mengawasi aktivitas
perusahaan. Selain itu, semakin besar
kepemilikan saham oleh manajemen maka
berkurang kecenderungan manajemen
untuk mengoptimalkan penggunaan
sumber daya sehingga mengakibatkan
kenaikan nilai perusahaan. Hasil penelitian
ini konsisten dengan hasil penelitian
Abbas (2013) dan Abdolmanafi (2013)
yang menyatakan bahwa meningkatnya
kepemilikan manajerial berdampak positif
pada nilai perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Teheran. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Komang
(2014) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
pada nilai perusahaan karena manajemen
tidak mempunyai kendali terhadap
perusahaan dan manajemen lebih banyak
dikendalikan oleh pemilik mayoritas.
Selain itu, temuan yang dilakukan Juhandi
(2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
pada kebijakan dividen dan nilai
perusahaan.
Kepemilikan institusional
merupakan kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak instusi seperti asuransi,
bank, perusahaan investasi, dan
kepemilikan institusi lainnya. Keberadaan
investor institusional memiliki peranan
yang sangat penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi antara
manajer dan pemegang saham.
Keberadaan investor institusional dianggap
mampu menjadi monitoring yang efektif
dalam setiap keputusan yang diambil oleh
manajer. Hal ini disebabkan investor
institusional terlibat dalam pengambilan
yang strategis pada perusahaan (Jensen,
M.C. dan Meckling, W.H., 1976). Adanya
pengawasan yang tinggi ini kemungkinan
akan meminimalisasi tingkat
penyelewengan - penyelewengan yang
dilakukan oleh pihak manajer. Pengawasan
oleh institusi di harapkan dapat mendorong
manajer untuk meningkatkan kinerjanya
sebagai pengelola perusahaan. Kinerja
perusahaan yang meningkat tersebut
diharapkan dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Terdapat beberapa penelitian yang
dilakukan untuk mengukur pengaruh
kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan. Penelitian mengenai
kepemilikan institusional yang dilakukan
oleh Ni Nyoman (2013) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan. Temuan ini
sejalan dengan penelitian Ni Putu (2014)
dan Nuriana (2012) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap pada nilai
perusahaan, dimana keterlibatan pihak
institusional mampu membatasi perilaku
oportunistik manajer. Agency cost
dipercaya dapat dikurangi melalui
peningkatan kepemilikan institusional
dalam perusahaan. Semakin tinggi
kepemilikan institusional, semakin efektif
pengawasan pemegang saham pada
perusahaan untuk mengurangi agency cost
dan meningkatkan nilai perusahaan. Hal
tersebut tidak sependapat dengan
penelitian Komang (2014) yang
menemukan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini mungkin
terjadi karena adanya informasi yang
5
asimetri (asymmetric information) antara
investor dengan manajer. Hal tersebut
dapat membuat pemilik saham
institusional merasa tidak puas atas kinerja
manajerial, kemudian memutuskan untuk
menjual sahamnya ke pasar, dimana hal ini
dapat menurunkan nilai perusahaan.
Penelitian ini juga meneliti
mengenai komite audit independen yang
dipercaya mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan. Komite audit independen
merupakan sekelompok orang-orang yang
dipilih oleh kelompok yang lebih besar
untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau
untuk melakukan tugas - tugas khusus atau
sejumlah anggota Dewan Komisaris
perusahaan klien yang bertanggungjawab
untuk membantu auditor dalam upaya
untuk mempertahankan independensinya
dari manajemen. Komite audit independen
biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang
anggota. Dipimpin oleh seorang Komisaris
Independen anggota lain yang bukan
merupakan komisaris independen dan
harus berasal dari pihak eksternal yang
independen. Komite audit independen
bertanggung jawab kepada dewan
komisaris dan harus bebas dari pengaruh
direksi dan eksternal auditor.
Beberapa penelitian terdahulu yang
mengukur tingkat pengaruh komite audit
independen terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Nur (2014) yang
mengatakan bahwa komite audit
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Enggar (2013) menyatakan bahwa komite
audit dimana memiliki p value sebesar
0.081 dan memiliki hubungan yang positif
dengan nilai perusahaan, sehingga
disimpulkan bahwa komite audit tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan
oleh Ni Nyoman (2014) menyatakan
bahwa komite audit independen
berpengaruh positif pada nilai perusahaan
ditolak karena arahnya berbeda dengan
yang diharapkan. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa peningkatan proporsi
komite audit independen justru akan
menurunkan nilai perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengaruh
konservatisme akuntansi, struktur
kepemilkan dan komite audit terhadap
nilai perusahaan. Berdasarkan latar
belakang diatas peneliti akan membahas
dan mengangkat permasalahan tersebut
dalam penelitian ini dengan judul
“Pengaruh konservatisme akuntansi,
struktur kepemilikan saham dan komite
audit terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan yang go public”. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Apakah konservatisme akuntansi
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public?
Apakah kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public?
Apakah kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public?
Apakah komite audit berpengaruh
terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public?
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui pengaruh konservatisme
akuntansi terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public.
Mengetahui pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public.
Mengetahui pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public.
Mengetahui pengaruh komite audit
terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public.
RERANGKA TEORITIS YANG
DIPAKAI DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan mendeskripsikan
sebagai suatu bentuk kontrak antara dua
orang pihak atau lebih, dimana manajemen
6
sebagai agent dan pemegang saham
sebagai principal (Jensen dan Meckling,
1976). Apabila agen memiliki informasi
lebih banyak dibandingkan dengan
principal, maka akan terjadi asimetri
informasi yaitu suatu kondisi adanya
ketidakseimbangan perolehan informasi
antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi dengan pihak pemegang saham
dan stakeholder sebagai pengguna
informasi.
Konservatisme Akuntansi
Konservatisme dalam FASB
Statement of Concept No.2 adalah reaksi
yang hati-hati terhadap ketidakpastian
dengan mencoba menyakinkan bahwa
ketidakpastian risiko yang ada pada
kondisi bisnis cukup layak untuk
dipertimbangkan. Konservatisme
merupakan praktik akuntansi dengan
mengurangi laba (dan menurunkan nilai
aktiva bersih) ketika menghadapi praktik
bad news, akan tetapi tidak meningkatkan
laba (dan menaikkan nilai aktiva bersih)
ketika menanggapi good news (Basu,
1997).
Konservatisme merupakan
konvensi atau prosedur dalam penyusunan
laporan keuangan yang sangat penting
dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai
prinsip akuntansi yang dominan. Konvensi
dalam konservatisme menjadi
pertimbangan dalam akuntansi
dikarenakan aktivitas perusahaan
dilingkupi oleh ketidakpastian. Konsep
konservatisme menyatakan bahwa dalam
keadaan yang tidak pasti manajer
perusahaan akan menentukan pilihan
perlakuan atau tindakan akuntansi yang
akan dipilih berdasarkan pada keadaan,
harapan kejadian atau hasil yang dianggap
menguntungkan bagi perusahaan.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain
(Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional
dapat mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal sehingga keberadaanya
memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen. Tingkat institusional yang
tinggi maka akan menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak
investor institusional sehingga dapat
menng dihalangi perilaku oportunistik
yang dilakukan oleh pihak manajer serta
dapat meminimalisir tingkat
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang akan menurunkan nilai
perusahaan.
Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan tingkat
kepemilikan saham oleh pihak manajemen
yang secara aktif terlibat didalam
pengambilan keputusan. Kepemilikan
manajerial adalah kondisi yang
menunjukkan bahwa manajer memiliki
saham dalam perusahaan atau manajer
tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Rustiarini, 2011).
Pengukurannya dilihat dari besarnya
proporsi saham yang dimiliki manajemen
pada akhir tahun yang disajikan dalam
bentuk persentase (Yadnyana dan Wati,
2013).
Komite Audit Independen
Komite audit adalah sekelompok
orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota Dewan
Komisaris perusahaan klien yang
bertanggung jawab untuk membantu
auditor dan mempertahankan
independesinya dari manajemen (Hiro,
1995). Kebanyakan komite audit terdiri
dari tiga sampai dengan lima bahkan
terkadang sampai tujuh orang yang bukan
merupakan bagian menajemen perusahaan.
Dipimpin oleh seorang komisaris
independen anggota lain yang bukan
merupakan komisaris independen dan
harus berasal dari pihak eksternal yang
independen. Komite audit bertanggung
7
jawab kepada dewan komisaris dan harus
bebas dari pengaruh direksi dan eksternal
auditor.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan
persepsi investor terhadap perusahaan,
yang sering dikaitkan dengan harga saham.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui
indikator pasar saham, sangat dipengaruhi
oleh peluang-peluang investasi.
Pengeluaran investasi memberikan sinyal
positif dari investasi kepada manajer
tentang pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang, sehingga meningkatkan
harga saham sebagai indikator nilai
perusahaan. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi
(Brealey et al, 2007:46).
Konservatisme Akuntansi Terhadap
Nilai Perusahaan
Konservatisme akuntansi adalah
reaksi yang cenderung mengarah pada
sikap kehati-hatian atau disebut prudent
reaction dalam menghadapi ketidakpastian
yang melekat dalam perusahaan dan
melingkupi aktivitas bisnis dan ekonomi
untuk mencoba memastikan bahwa
ketidakpastian dan risiko inheren yang
menjadi ancaman dalam lingkungan bisnis
sudah cukup dipertimbangkan. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Nur
(2014) yang menyatakan bahwa
konservatisme akuntansi berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Sependapat dengan penelitian Rizki
Purwanti (2014) menyatakan bahwa
konservatisme mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan,
dimana hal tersebut menunjukkan bahwa
penerapan kebijakan akuntansi konservatif
yang di tunjukkan melalui laporan
keuangan merupakan suatu sinyal positif
dari manajemen kepada investor bahwa
manajemen telah menerapkan akuntansi
konservatif untuk menghasilkan laba yang
berkualitas.
Hipotesis 1 : konservatisme akuntansi
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public.
Kepemilikan Institusional Terhadap
Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional sebagai
kepemilikan saham perusahaan oleh
institusi atau lembaga tertentu.
Kepemilikan institusional, dimana
umumnya dapat bertindak sebagai pihak
yang mengawasi perusahaan. Semakin
besar kepemilikan oleh institusi keuangan
maka semakin besar pula dorongan untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan.
Keberadaan institusional justru
menurunkan kepercayaan publik terhadap
perusahaan. Akibatnya pasar saham
mereaksi negatif yang berupa turunnya
volume perdagangan saham dan harga
saham, sehingga menurunkan nilai
pemegang saham.
Menurut penelitian Ni Nyoman
(2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal tersebut mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu
(2014) dan Nuriana (2012) yang
menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap
pada nilai perusahaan, dimana keterlibatan
pihak institusional mampu membatasi
perilaku oportunistik manajer.
Hipotesis 2 : kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public.
Kepemilikan Manajerial Terhadap
Nilai Perusahaan
Kepemilikan manajerial
merupakan konsentrasi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak manajemen
(agen) dalam suatu perusahaan. Besar
kecilnya jumlah kepemilikan saham
manajerial dalam perusahaan dapat
mengindikasikan adanya kesamaan
(congruence) kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham.
Hubungan antara kepemilikan manajerial
8
dan nilai perusahaan adalah hubungan
nonmonotonic yang muncul karena adanya
insentif yang dimiliki oleh manajer dan
mereka berusaha melakukan pensejajaran
kepentingan dengan outsider pemegang
saham dengan cara meningkatkan
kepemilikan saham mereka jika nilai
perusahaan meningkat. Penelitian Rizki
(2014) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan
dimana hal ini menunjukkan bahwa pilihan
terhadap suatu metoda akuntansi yang
terkait dengan prinsip konservatisma,
sehingga struktur kepemilikan manajerial
mempengaruhi pemilihan strategi
akuntansi konservatif perusahaan, akan
tetapi menurunkan nilai perusahaan.
Hipotesis 3 : kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public.
Komite Audit Independen Terhadap
Nilai Perusahaan
Komite Audit merupakan
sekelompok orang-orang yang dipilih oleh
kelompok yang lebih besar untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk
melakukan tugas-tugas khusus atau
sejumlah anggota Dewan Komisaris
perusahaan klien yang bertanggungjawab
untuk membantu auditor dalam upaya
untuk mempertahankan independensinya
dari manajemen (Hiro, 1995). Penelitian
Ni Nyoman (2014) menyatakan bahwa
komite audit independen berpengaruh
positif pada nilai perusahaan ditolak
karena arahnya berbeda dengan yang
diharapkan. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa peningkatan proporsi
komite audit independen justru akan
menurunkan nilai perusahaan.
Hipotesis 4 : komite audit independen
berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sektor perbankan go public. Kerangka
Pemikiran yang mendasari penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
H1
H2
H3
H4
Gambar 2
Kerangka Pemikiran
KONSERVATISME
AKUNTANSI (X1)
KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL
(X2)
NILAI
PERUSAHAAN (Y) KEPEMILIKAN
MANAJERIAL (X3)
KOMITE AUDIT
(X4)
9
METODE PENELITIAN
Klasifikasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan perbankan go
public selama tahun 2013-2015.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling
dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representative sesuai dengan kriteria
sebagai berikut : (1) Perusahaan perbankan
go public yang terdaftar di BEI tahun
2013-2015, (2) Perusahaan yang dipilih
adalah perusahaan yang memiliki
kelengkapan data tentang laporan
keuangan yang berkaitan pengukuran pada
variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Data Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel
pada perusahaan perbankan yang go public
tahun 2013-2015 dengan kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Teknik pengumpulan data
untuk keperluan penelitian ini dilakukan
dengan dokumentasi. Dokumentasi yang
dilakukan adalah mengumpulkan semua
data sekunder berupa closing price, jumlah
saham beredar diperoleh dari
www.sahamok.com. Total hutang, nilai
buku ekuitas, ekuitas pemegang saham,
harga saham, volume saham beredar,
jumlah saham yang dimiliki oleh instusi
dan manajer, dan jumlah komite audit dari
luar yang diperoleh dari www.idx.co.id.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen yaitu nilai perusahaan dan
variabel independen terdiri dari
konservatisme akuntansi, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan
komite audit independen.
Definisi Operasional Variabel
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan
kondisi tertentu yang telah dicapai oleh
suatu perusahan sebagai gambaran dari
kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan setelah melalui suatu proses
kegiatan selama beberapa tahun. Nilai
perusahaan diukur dengan Tobin’s Q
dengan menggunakan rumus rasio Tobin’s
Q :
Keterangan :
Tobin’s Q = Nilai perusahaan
EMV = Nilai pasar ekuitas
D = Total hutang
EBV = Nilai buku total ekuitas
Konservatisme Akuntansi
Konservatisme merupakan praktik
akuntansi dengan mengurangi laba (dan
menurunkan nilai aktiva bersih) ketika
menghadapi praktik bad news, akan tetapi
tidak meningkatkan laba (dan menaikkan
nilai aktiva bersih) ketika menanggapi
good news (Basu, 1997). Pengukuran
konservatisme dalam penelitian ini
mengacu pada Beaver dan Ryan (2003)
yang menggunakan net asset measure.
Pengukuran ini diproksikan dengan rasio
book to market yang mencerminkan nilai
buku ekuitas perusahaan terhadap nilai
pasar relatif dan diukur dengan rumus
sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain
(Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional
10
dihitung dengan besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor
institusional dengan proporsi lebih dari 5%
dari saham yang beredar. Variabel
kepemilikan institusional menggunakan
simbol KI. Rumus untuk menghitung
persentase kepemilikan institusional
adalah sebagai berikut :
Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial
adalah tingkat kepemilikan saham oleh
pihak manajemen yang secara aktif terlibat
di dalam pengambilan keputusan.
Kepemilikan manajerial adalah kondisi
yang menunjukkan bahwa manajer
memiliki saham dalam perusahaan atau
manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan (Rustiarini,
2011). Variabel kepemilikan manajerial
menggunakan simbol KM. Rumus untuk
menghitung persentase kepemilikan
manajerial adalah sebagai berikut:
Komite Audit Independen
Komite audit adalah sekelompok
orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota Dewan
Komisaris perusahaan klien yang
bertanggung jawab untuk membantu
auditor dan mempertahankan
independesinya dari manajemen (Hiro,
1995). Komite audit terdiri dari sekurang-
kurangnya satu orang komisaris
independen dan sekurang-kurangnya dua
orang anggota lainnya berasal dari luar
emiten atau perusahaan publik. Komite
audit dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan rumus :
Teknik Analisis
Teknik analisis data terdiri dari uji
asumsi klasik yaitu uji normalitas
Pengujian Normalitas bertujuan untuk
menguji model regresi apakah variabel
dependen dan variabel independen
keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak (Ghazali, 2011:160). Pengujian
normalitas data dapat dilakukan dengan
menggunakan PP Pllot dan diperkuat
dengan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap
nilai residual model regresi. Dalam
ketentuan, apabila :
- Ho : Sig.K-S ≥ 0,05, maka residual data
model regresi terdistribusi normal.
- Ha : Sig.K-S < 0,05, maka residual data
model regresi tidak terdistribusi
normal.
Uji hipotesis yang terdiri dari uji F
digunakan untuk menunjukkan apakah
semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2011: 98). Uji
F digunakan untuk menguji apakah model
regresi yang digunakan sudah layak.
Adapun kriteria pengujian secara bersama-
sama dengan tingkat signifikan α = 5%
yaitu sebagai berikut :
- Jika signifikansi ≥ 0,05 maka H0
diterima yang berarti konservatisme,
struktur kepemilikan dan komite audit
secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public.
- Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak
yang berarti konservatisme, struktur
kepemilikan dan komite audit secara
bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public.
Uji Koefisien determinasi (R2)
digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghazali,
2011:97). Semakin tinggi nilai R2
regresi
maka semakin baik regresi tersebut. Nilai
11
koefisien determinasi adalah nol dan satu.
Adapun kriteria pengujian yaitu sebagai
berikut :
- Jika R2 mendekati satu (1) maka
dikatakan semakin kuat model tersebut
dalam menerangkan variasi variabel
independen terhadap variabel dependen.
- Jika R2 mendekati nol (0) maka semakin
lemah variasi variabel independen
menerangkan variabel dependen.
Uji t digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh variabel
independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen (Ghazali,
2011:98). Adapun kriteria pengujian
secara parsial dengan tingkat signifikan α
= 5% yaitu sebagai berikut :
- Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0
diterima yang berarti konservatisme,
struktur kepemilikan dan komite audit
secara parsial tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public.
- Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak yang berarti konservatisme,
struktur kepemilikan dan komite audit
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan sektor
perbankan go public. Untuk menguji
hubungan antara konservatisme akuntansi,
kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan komite audit independen
terhadap nilai perusahaan yang tercatat di
BEI periode 2013-2015 digunakan model
regresi linear berganda. Alasan dipilih
model regresi linear berganda karena
untuk menguji pengaruh beberapa variabel
bebas terhadap satu variabel terikat. Untuk
mengetahui hubungan tersebut, maka
berikut adalah persamaan regresinya :
Keterangan :
NP = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
β1 –β5 = Koefisien Regresi
KM = Kepemilikan Manajerial
KI = Kepemilikan Institusional
KA = Komite Audit Independen
K = Konservatisme Akuntansi
e = Variabel lain diluar model
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Uji Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai variabel-
variabel dalam penelitian ini, yaitu
variabel nilai perusahaan, konservatisme
akuntansi, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan komite audit
independen.
Tabel 1
Hasil Analisis Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Rata-Rata Std. Deviasi
NP 118 0,878630 1,428300 1,05687280 0,111175144
KA 118 0,000000 12,254900 0,55508542 1,810536451
KI 118 0,000000 1,000000 0,42480847 0,311585615
KM 118 0,000000 0,123500 0,01482458 0,033205493
KAI 118 0,250000 0,666700 0,38995593 0,106121303
Sumber : Data diolah
Berdasarkan pada Tabel 1 nilai
perusahaan dengan jumlah sampel sebesar
118 perusahaan. Nilai terendah sebesar
0,878630 dan nilai tertinggi sebesar
1,428300. Rata- rata sebesar 1,05687280
dengan standar deviasi sebesar
0,111175144. Nilai satandar deviasi lebih
kecil dibanding rata-rata, artinya bahwa
rentang data tergolong rendah dan data
bersifat homogen.
Konservatisme akuntansi dengan
jumlah sampel sebesar 118 perusahaan.
12
Nilai terendah sebesar 0,000000 dan nilai
tertinggi sebesar 12,254900. Rata- rata
sebesar 0,55508542 dengan standar deviasi
sebesar 1,810536451. Nilai satandar
deviasi lebih besar dibanding rata-rata,
artinya bahwa rentang data tergolong
tinggi dan data bersifat heterogen.
Kepemilikan institusional dengan
jumlah sampel sebesar 118 perusahaan.
Nilai terendah sebesar 0,000000 dan nilai
tertinggi sebesar 1,000000. Rata- rata
sebesar 0,42480847 dengan standar deviasi
sebesar 0,311585615. Nilai satandar
deviasi lebih kecil dibanding rata-rata,
artinya bahwa rentang data tergolong
rendah dan data bersifat homogen.
Kepemilikan manajerial dengan
jumlah sampel sebesar 118 perusahaan.
Nilai terendah sebesar 0,000000 dan nilai
tertinggi sebesar 0,123500. Rata- rata
sebesar 0,01482458 dengan standar deviasi
sebesar 0,033205493. Nilai satandar
deviasi lebih besar dibanding rata-rata,
artinya bahwa rentang data tergolong
tinggi dan data bersifat heterogen.
Komite audit independen dengan
jumlah sampel sebesar 118 perusahaan.
Nilai terendah sebesar 0,250000 dan nilai
tertinggi sebesar 0,666700. Rata- rata
sebesar 0,38995593 dengan standar deviasi
sebesar 0,106121303. Nilai satandar
deviasi lebih kecil dibanding rata-rata,
artinya bahwa rentang data tergolong
rendah dan data bersifat homogen.
Analisis regresi yang telah
dilakukan dalam pengujian ini adalah
model regresi linear berganda yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang
telah diajukan. Hasil regresi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut :
Hasil Analisis dan Pembahasan
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
Konstanta 1,048 0,041 25,622 0,000
KA -0,006 0,006 -0,104 -1,053 0,295
KI -0,062 0,033 -0,174 -1,890 0,061
KM 0,391 0,330 0,117 1,184 0,239
KAI 0,083 0,097 0,079 0,862 0,390
R 0,221
R Square 0,049
Adjusted R2 0,015
F 1,449
Sig. F 0,223
Sumber : Data diolah
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan pada table 2, nilai F sebesar
1.449. Nilai signifikansi sebesar 0.223 >
0.05 yang berarti model tidak fit. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi
sebesar 0.223 lebih besar dari 0.05 yang
berarti H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa konservatisme
akuntansi, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan komite audit
secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan
perbankan go public tahun 2013-2015.
Nilai R atau koefesien korelasi
dimana koefesien korelasi menunjukkan
kekuatan (strength) hubungan linear dan
arah hubungan dua variabel acak.
Besarnya koefesien korelasi berkisar
13
antara +1 s/d -1. Jika koefesien korelasi
positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Artinya jika nilai
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y
akan tinggi pula. Sebaliknya, jika
koefesien korelasi negatif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan terbalik.
Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka
nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan
sebaliknya). Nilai R sebesar 0.221 yang
artinya terdapat hubungan yang lemah
antara variabel independen dan dependen.
Nilai R Square sebesar 0.049 yang artinya
bahwa hanya sebesar 4.9% kemampuan
model dalam menerangkan variabel
dependen dan sisanya sebesar 95.1%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar
model. Sedangkan nilai Adjusted R-Square
dimana nilai yang telah disesuaikan dan
biasanya lebih kecil dari nilai R Square.
Nilai Adjusted R-Square pada penelitian
ini sebesar 0.015 atau 1.5%.
Pengaruh Konservatisme Akuntansi
Terhadap Nilai Perusahaan
Konservatisme dalam FASB
Statement of Concept No.2 adalah reaksi
yang hati-hati terhadap ketidakpastian
dengan mencoba menyakinkan bahwa
ketidakpastian risiko yang ada pada
kondisi bisnis cukup layak untuk
dipertimbangkan. Basu (1997) menyatakan
bahwa konservatisme merupakan praktik
akuntansi dengan mengurangi laba (dan
menurunkan nilai aktiva bersih) ketika
menghadapi praktik bad news, akan tetapi
tidak meningkatkan laba (dan menaikkan
nilai aktiva bersih) ketika menanggapi
good news. Berdasarkan hasil analisis
deskriptif pada Tabel 2 yang menunjukkan
bahwa nilai standar devisiasi sebesar
1.810536451 berada diatas nilai rata-rata
sebesar 0.55508542, yang artinya tingkat
variasi data dari konservatisme akuntansi
tergolong tinggi dan data bersifat
heterogen. Hasil uji hipotesis pertama
menunjukkan bahwa konservatisme
akuntansi tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, karena berdasarkan hasil uji t
dimana nilai signifikan sebesar 0,295 yang
artinya nilai signifikansi > 0,05 (0,295 >
0,05). Maka hasil dari penelitian ini
hipotesis pertama ditolak. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa konservatisme tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian Rizki (2014) dan Nur
(2014) yang mengemukakan bahwa
konservatisme akuntansi berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penerapan kebijakan
akuntansi konservatif yang ditunjukkan
melalui laporan keuangan merupakan
suatu sinyal positif dari manajemen kepada
investor bahwa manajemen telah
menerapkan akuntansi konservatif untuk
menghasilkan laba yang berkualitas.
Konservatisme akuntansi tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
karena penerapan konservatisme pada
perusahaan perbankan masih rendah.
Laporan keuangan yang dihasilkan dengan
metode konservatisme cenderung lebih
bias dan tidak mencerminkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya hal ini dapat
menyebabkan nilai perusahaan turun.
Konservatisme merupakan prinsip
akuntansi yang jika diterapkan akan
menghasilkan angka-angka laba dan aset
cenderung rendah, serta angka-angka biaya
dan utang cenderung tinggi.
Kecenderungan seperti itu terjadi karena
konservatisme menganut prinsip
memperlambat pengakuan pendapatan
serta mempercepat pengakuan biaya.
Akibatnya, laba yang dilaporkan
cenderung terlalu rendah (understatement).
Kecenderungan seperti itu terjadi karena
konservatisme menganut prinsip
memperlambat pengakuan pendapatan dan
mempercepat pengakuan biaya.
Kebebasan manajemen dalam
memilih metode akuntansi ini
dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang berbeda-beda di setiap
perusahaan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan perusahaan tersebut atau
dengan kata lain perusahaan memiliki
kebebasan dalam memilih salah satu dari
14
beberapa alternatif yang ditawarkan dalam
standar akuntansi keuangan (SAK) yang
dianggap sesuai dengan kondisi
perusahaan. Beberapa pendapat dapat
disimpulkan bahwa kegunaan konsep
konservatisme berkaitan dengan kualitas
laporan keuangan dimana penggunaan
metode yang konservatif akan
menghasilkan angka-angka yang
cenderung bias dan tidak mencerminkan
realita. Semakin konservatif metode
akuntansi yang digunakan, maka nilai
buku ekuitas yang dilaporkan akan
semakin bias (Monahan, 1999).
Pengaruh Kepemilikan Institusional
Terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain
(Tarjo, 2008). Struktur kepemilikan
institusional merupakan persentase jumlah
saham yang dimiliki oleh pihak
institusional dari seluruh jumlah saham
perusahaan yang beredar. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif pada Tabel 2 yang
menunjukkan bahwa nilai standar devisiasi
sebesar 0.311585615 berada dibawah nilai
rata-rata sebesar 0.42480847, yang artinya
tingkat variasi data dari kepemilikan
institusional tergolong rendah dan data
bersifat homogen. Hasil uji hipotesis
kedua menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, karena berdasarkan hasil
uji t dimana nilai signifikan sebesar 0,061
yang artinya nilai signifikansi > 0,05
(0,061 > 0,05). Maka hasil dari penelitian
ini hipotesis kedua ditolak. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil tersebut sependapat dengan
penelitian Komang (2014) yang
menemukan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini mungkin
terjadi karena adanya informasi yang
asimetri (asymmetric information) antara
investor dengan manajer. Hal tersebut
dapat membuat pemilik saham
institusional merasa tidak puas atas kinerja
manajerial, kemudian memutuskan untuk
menjual sahamnya ke pasar, dimana hal ini
dapat menurunkan nilai perusahaan.
Berbeda dengan penelitian Ni Putu (2014)
dan Nuriana (2012) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap pada nilai
perusahaan, dimana keterlibatan pihak
institusional mampu membatasi perilaku
oportunistik manajer.
Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
karena kepemilikan saham institusional
pada perusahaan tergolong rendah. Sebab,
tidak semua perusahaan sahamnya dimiliki
oleh pihak instusi (khususnya perusahaan
dalam sampel) dengan jumlah yang cukup
signifikan. Jumlah kepemilikan saham
yang kecil maka perusahaan akan
mengeluarkan kebijakan menaikkan harga
saham sehingga harga saham yang beredar
lebih tinggi dibandingkan dengan yang
lain menyebabkan investor institusi lebih
cenderung membeli saham yang lebih
murah, sehingga kepemilikan institusi
menjadi menurun. Selain itu, kepemilikan
intitusional juga tidak hanya berhubungan
dengan nilai perusahaan saja akan tetapi
pada laba saat ini. Apabila laba saat ini
tidak menguntungkan bagi pihak instusi
maka pihak instusi akan menarik
sahamnya dan akan berdampak pada
penurunan nilai perusahaan. Disisi lain,
kepemilikan institusional yang tinggi juga
akan berdampak pada penurunan harga
saham sehingga kepemilikan institusional
belum mampu menjadi mekanisme yang
dapat meningkatkan nilai perusahaan
sebab kepemilikan institusional yang
tinggi akan cenderung berpihak pada
manajemen dan mengarah pada
kepentingan pribadi daripada pemegang
saham.
15
Pengaruh Kepemilikan Manajerial
Terhadap Nilai Perusahaan
Struktur kepemilikan manajerial
adalah tingkat kepemilikan saham oleh
pihak manajemen yang secara aktif terlibat
di dalam pengambilan keputusan.
Kepemilikan manajerial adalah kondisi
yang menunjukkan bahwa manajer
memiliki saham dalam perusahaan atau
manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan (Rustiarini,
2011). Pengukurannya dilihat dari
besarnya proporsi saham yang dimiliki
manajemen pada akhir tahun yang
disajikan dalam bentuk persentase
(Yadnyana dan Wati, 2013). Berdasarkan
hasil analisis deskriptif pada Tabel 2 yang
menunjukkan bahwa nilai standar devisiasi
sebesar 0,033205493 berada diatas nilai
rata-rata sebesar 0,01482458, yang artinya
tingkat variasi data dari kepemilikan
manajerial tergolong tinggi dan data
bersifat homogen. Hasil uji hipotesis
ketiga menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, karena berdasarkan hasil
uji t dimana nilai signifikan sebesar 0,239
yang artinya nilai signifikansi > 0,05
(0,239 > 0,05). Maka hasil dari penelitian
ini hipotesis ketiga ditolak. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil tersebut sependapat dengan
penelitian Komang (2014) dan Juhandi
(2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
pada nilai perusahaan karena manajemen
tidak mempunyai kendali terhadap
perusahaan dan manajemen lebih banyak
dikendalikan oleh pemilik mayoritas.
Temuan tersebut diperkuat dengan
penelitian Reyna (2012) dengan 83
perusahaan yang terdaftar Meksiko selama
periode 2005-2011 menemukan adanya
pengaruh negatif kepemilikan manajerial
pada nilai perusahaan. Hal ini disebabkan
karena struktur kepemilikan memainkan
peran ganda pada kinerja (kenaikan atau
penurunan nilai perusahaan) yang
memiliki proyek-proyek investasi yang
menguntungkan. Berbeda dengan
penelitian Rina (2014) dan Ni Nyoman
(2013) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. Adanya kepemilikan
manajerial dapat mengurangi biaya agensi
yang dikeluarkan oleh pemegang saham
dalam melakukan pengawasan dan
pemotiron terhadap pengambilan
keputusan manajemen.
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, karena
kepemilikan saham manajerial pada
perusahaan masih rendah. Hal tersebut
terjadi karena tidak semua perusahaan
sahamnya dimiliki oleh pihak manajerial
(khususnya perusahaan dalam sampel)
dengan jumlah yang cukup signifikan.
Jumlah kepemilikan saham yang kecil
dapat menyebabkan manajer lebih
mementingkan tujuannya sebagai seorang
manajer daripada sebagai pemegang
saham. Kepemilikan manajerial yang kecil
menyebabkan nilai perusahaan turun hal
ini dikarenakan perusahaan harus
menanggung biaya monitoring dan
menyediakan bonus bagi manajer. Disisi
lain, manajer dengan kepemilikan
manajerial yang kecil tersebut
mengabaikan peran dan kedudukannya
sebagai pemegang saham.
Pengaruh Komite Audit Independen
Terhadap Nilai Perusahaan
Komite audit adalah sekelompok
orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota Dewan
Komisaris perusahaan klien yang
bertanggung jawab untuk membantu
auditor dan mempertahankan
independesinya dari manajemen (Hiro,
1995). Kebanyakan komite audit terdiri
dari tiga sampai dengan lima bahkan
terkadang sampai tujuh orang yang bukan
merupakan bagian menajemen perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada
Tabel 2 yang menunjukkan bahwa nilai
16
standar devisiasi sebesar 0,106121303
berada dibawah nilai rata-rata sebesar
0,38995593, yang artinya tingkat variasi
data dari komite audit independen
tergolong rendah dan data bersifat
homogen. Hasil uji hipotesis kedua
menunjukkan bahwa komite audit
independen tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, karena berdasarkan hasil
uji t dimana nilai signifikan sebesar 0,390
yang artinya nilai signifikansi > 0,05
(0,390 > 0,05). Maka hasil dari penelitian
ini hipotesis keempat ditolak. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa komite
audit independen tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil tersebut diperkuat dengan
penelitian Susanto dan Subekti (2013)
menyatakan bahwa komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan karena pada prakteknya komite
audit belum dapat menjalankan fungsinya
secara optimal. Sepandapat dengan
penelitian Enggar (2013) yang menyatakan
bahwa komite audit tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Banyaknya
jumlah anggota dalam komite audit bukan
merupakan jaminan bahwa kinerja suatu
perusahaan akan membaik, sehingga pasar
menganggap keberadaan komite audit
bukanlah faktor yang mereka
pertimbangkan dalam mengapresiasi nilai
perusahaan.
Komite audit independen tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
karena komite audit independen pada
perusahaan masih rendah. Hal tersebut
terjadi karena komite audit independen di
perbankan belum berjalan secara efektif.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
bank-bank yang dilikuidasi (bangkrut),
sehingga terpaksa harus dibekukan
usahanya (ditutup). Tahun 2015 sebanyak
16 perbankan yang usahanya ditutup
diantaranya Bank Pinaesaan Bank Industri,
Anrico Bank Ltd, Astria Raya Bank, Bank
Andromeda, Bank Harapan Sentosa, Bank
Guna Internasional, Sejahtera Bank
Umum, serta Bank Umum Majapahit Jaya,
Bank Jakarta, Bank Kosagraha Semesta,
Bank Mataram Dhanaarta, South East Asia
Bank, Bank Pacific, Bank Dwipa Semesta,
dan Bank Citrahasta Dhanamanunggal.
Hal tersebut membuktikan bahwa aspek
pengendalian di perbankan masih sangat
lemah, meskipun telah ada komite audit.
Keberadaan komite audit dipandang hanya
sebagai pemenuhan kewajiban perusahaan
pada peraturan yang ditetapkan pemerintah
sehingga dalam pelaksanannya komite
audit belum melakukan kewajibannya
secara maksimal. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa ada kemungkinan keberadaan
komite audit bukan merupakan jaminan
bahwa kinerja perusahaan akan semakin
baik, sehingga pasar menganggap
keberadaan komite audit bukanlah faktor
yang mereka pertimbangkan dalam
mengapresiasi nilai perusahaan dan
investor ataupun calon investor tidak perlu
melihat jumlah komite audit yang dimiliki
suatu perusahaan.
KESIMPULAN, KETERBATASAN
DAN SARAN
Berdasarkan hipotesis pertama
(H1) pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel konservatisme akuntansi
tidak berpengaruh secara signifkan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikan yang
lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,295.
Konservatisme akuntansi tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
karena penerapan konservatisme pada
perusahaan perbankan masih rendah.
Laporan keuangan yang dihasilkan dengan
metode konservatisme cenderung lebih
bias dan tidak mencerminkan keadaan
perusahaan yang sebenarnya hal ini dapat
menyebabkan nilai perusahaan turun.
Berdasarkan hipotesis kedua (H2)
pada penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap n
nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikan yang lebih besar
dari 0,05 yaitu 0,061. Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, karena kepemilikan
17
saham institusional pada perusahaan
tergolong rendah. Tidak semua perusahaan
sahamnya dimiliki oleh pihak instusi
(khususnya perusahaan dalam sampel)
dengan jumlah yang cukup signifikan.
Jumlah kepemilikan saham yang kecil
maka perusahaan akan mengeluarkan
kebijakan menaikkan harga saham
sehingga harga saham yang beredar lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lain
menyebabkan investor institusi lebih
cenderung membeli saham yang lebih
murah, sehingga kepemilikan institusi
menjadi menurun.
Berdasarkan hipotesis ketiga (H3)
pada penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh secara signifkan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikan yang lebih besar
dari 0,05 yaitu 0,239. Kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, karena kepemilikan
saham manajerial pada perusahaan masih
rendah. Hal tersebut terjadi karena tidak
semua perusahaan sahamnya dimiliki oleh
pihak manajerial (khususnya perusahaan
dalam sampel) dengan jumlah yang cukup
signifikan. Jumlah kepemilikan saham
yang kecil dapat menyebabkan manajer
lebih mementingkan tujuannya sebagai
seorang manajer daripada sebagai
pemegang saham. Kepemilikan manajerial
yang kecil menyebabkan nilai perusahaan
turun hal ini dikarenakan perusahaan harus
menanggung biaya monitoring dan
menyediakan bonus bagi manajer. Disisi
lain, manajer dengan kepemilikan
manajerial yang kecil tersebut
mengabaikan peran dan kedudukannya
sebagai pemegang saham.
Berdasarkan hipotesis keempat
(H4) pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel komite audit independen
tidak berpengaruh secara signifkan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikan yang
lebih besar dari 0,05 yaitu 0,390. Komite
audit independen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, karena komite
audit independen pada perusahaan masih
rendah. Hal tersebut terjadi karena komite
audit independen di perbankan belum
berjalan secara efektif. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya bank-bank yang
dilikuidasi (bangkrut), sehingga terpaksa
harus dibekukan usahanya (ditutup). Pada
tahun 2015 sebanyak 16 perbankan yang
usahanya ditutup. Hal tersebut
membuktikan bahwa aspek pengendalian
di perbankan masih sangat lemah,
meskipun telah ada komite audit.
Penelitian ini mempunyai
keterbatasan (1) Perusahaan yang
mengungkapkan kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional hanya
sedikit, akibatnya banyak sampel yang
harus dihilangkan saat melakukan analisis
data, (2) Penelitian ini membatasi
pengamatan selama tiga tahun yaitu dari
tahun 2013- 2015, sehingga masih perlu
diuji validitasnya untuk tahun-tahun
mendatang, (3) Keterbatasan penelitian ini
hanya pada faktor konservatisme
akuntansi, struktur kepemilikan, dan
komite audit juga penelitian ini hanya
meneliti sektor perbankan saja, sehingga
diharapkan penelitian selanjutnya agar
meneliti faktor lain selain keempat faktor
diatas. Berdasarkan pada hasil dan
keterbatasan penelitian, maka saran yang
dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya
yaitu diharapkan menggunakan periode
yang lebih lama sehingga dapat dianalisa
secara jangka panjang, diharapkan
menggunakan perusahaan manufaktur agar
sampel yang diuji lebih banyak,
menggunakan variabel struktur
kepemilikan diukur dengan menambahkan
kepemilikan publik.
DAFTAR RUJUKAN
Abbas, Asad., et al. 2013. Impact of Large
Ownership on Firm Performance:
A Case of non Financial Listed
Companies of Pakistan. World
Applied Sciences Journal, 21 (8),
pp: 1141-1152. Diakses tanggal 14
Juni 2016.
18
Abdolkhani, Hakim. 2013. Effect of
Managerial Ownership
Concentrated on Firm Return and
Value: Evidence from Iran Stock
Market. International Journal of
Academic Research in Accounting,
Finance and Management
Sciences, 3 (1), pp: 46-51. Diakses
tanggal 14 Juni 2016.
Abdolmanafi, Saeed. 2013. The Effect of
Managerial Stock Ownership on
The Value of Listed Companies in
Tehran Stock Exchange. Advances
in Environmental Biology, 7(8), pp:
1612-1615. Diakses tanggal 14
Juni 2016.
Ahmad, Juanda. 2007. “Pengaruh Risisko
Litigasi dan Tipe Strategi terhadap
Hubungan Antara Konflik
Kepentingan dan Konservatisme
Akuntansi”. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makasar. Diakses
tanggal 16 Juli 2016.
Ammar, Al Asyari, Rida Prihatni, dan Etty
Gurendrawati. 2013. The Effects Of
Earnings Management On
Accounting Conservatism
Moderated By Corporate
Governance Mechanism (Study Of
Manufacturing Companies
Listedon Indonesia Stock
Exchangein 2008 – 2010. Jurnal
Ilmiah Wahana Akuntansi Volume
8, No.1, Hal 58-59. Diakses
tanggal 12 April 2016.
Basu, S. (1997), The conservatism
principle and the asymmetric
timeliness of earnings. Journal of
Accounting and Economics 24(1),
page 3-37. Diakses tanggal 10 Juni
2016.
Brealey., et al. 2007. Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Jakarta :
Erlangga.
Beaver, W. H., and S. G. Ryan. (2000).
Biases And Lags In Book Value
And Their Effects On The Ability
Of The Book-To-Market Ratio To
Predict Book Return On Equity.
Journal of Accounting Research,
38, 127–148. Diakses tanggal 10
Juni 2016.
Bursa Efek Indonesia 2013-2015, Laporan
Keuangan dan Tahunan. Diakses
tanggal 25 Juli 2016.
Calvin, Oktomegah. 2012. “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penerapan
Konservatisme Pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI”. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi Vol 1, No.1.
Diakses tanggal 12 April 2016.
Enggar, Fibria Verdana Sari. 2013.
“Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan:
Kualitas Laba Sebagai Variabel
Intervening”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi Volume 1 Nomor 1.
Diakses tanggal 3 Juni 2016.
Elva, Nuraina. 2012. “Pengaruh
Kepemilikan Institusional dan
Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang dan Nilai
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
JBE, 19 (2), h : 110-125. Diakses
tanggal 13 Juni 2016.
Financial Accounting Standards Board
(FASB), 1980. Statement of
Financial Accounting Concepts
(SFAC) No. 2: Qualitative
characteristics of acc ounting
information. FASB, Norwalk, CT,
May. Diunduh tanggal 11 Juli
2016.
Givoly and Carla Hyan. 2000. “The
Changing Time Series Properties
of Earnings, Cash Flows and
19
Accruals: Has Financial
Accounting Become More
Conservative?.” Journal of
Accounting and Economic Vol.29:
287-320. Diakses tanggal 22 Juli
2016.
Hiro, Tugiman. 1995. Standar Profesional
Internal Audit. Bandung:
PT.Eresco.
Imam, Ghozali. 2011. “Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 20”. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976.
Theory Of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs And
Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, October,
1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Diakses tanggal 11 Juli 2016.
Juhandi, Nendi. 2013. The Effects of
Internal Factors and Stock
Ownership Structure on Dividend
Policy on Company’s Value [A
Study on Manufacturing
Companies Listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX)].
International Journal of Business
and Management Invention, 2 (11),
pp: 6-18. Diakses tanggal 14 Juni
2016.
Komang, Fridagustina Adnantara. 2014.
“Pengaruh Struktur Kepemilikan
Saham Dan CSR Pada Nilai
Perusahaan”. Buletin Studi
Eknomi, 18 (2), h : 107-113.
Diakses tanggal 13 Juni 2016.
Kusumaningrum, R.R.Y.P.D. 2013.
Pengaruh Struktur Kepemilikan
dan Dividend Payout Ratio
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan Non
Keuangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia), Jurnal Akuntansi
FE UAJY. Diakses tanggal 15 Juli
2016.
Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002.
Konservatisma Akuntansi, Value
Relevance dan Discretionary
Accruals: Implikasi Empiris Model
Feltham dan Ohlson (1996). Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5,
No.3 (September): 229- 310.
Diakses tanggal 20 Juli 2016.
Ni, Nyoman Tri. 2014. “Pengaruh
Corporate Governance Pada Nilai
Perusahaan”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 9.2(2014):
411-429. Diakses tanggal 3 Juni
2016.
Ni, Putu Wida dan I Wayan Suartana.
2014. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial Dan Kepemilikan
Institusional Pada Nilai
Perusahaan”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 9.3 (2014):
576-578. Diakses tanggal 6 April
2016.
Nur, W. 2014. “Pengaruh Konservatisme
Akuntansi Dan Mekanisme CG
Terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi Vol 3,
No.12. Diakses tanggal 13 April
2016.
Monahan. 1999. “Conservatism, Growth
and The Role of Accounting
Numbers in the Equity Valuation
Process”. http://www.ssrn.com.
Diakses tanggal 15 Juli 2016.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/4/Pbi/2006. Tentang Pelaksanaan
GCG Bagi Bank Umum.
Http://Www.Ojk.Go.Id/Files/Batch
en2/253.Pdf. Diakses tanggal 1 Mei
2016.
Reyna, Juan M. San Martin. 2012.
Ownership Structure, Firm Value
20
and Investment Opportunities Set:
Evidence from Mexican Firms.
Journal of Entrepreneurship,
Management and Innovation
(JEMI), 8 (13), pp: 35-57. Diakses
tanggal 11 Juli 2016.
Rina, Susanti. 2014. “Pengaruh
Kepemilikan Manajemen,
Kepemilikan Institusional Dan
Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan”.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.
3 No. 1. Diakses tanggal 13 Juni
2016.
Rizky, Purwanti Akhmad Riduwan. 2014.
“Pengaruh Konservatisme
Akuntansi Terhadap Nilai
Perusahaan: Good Corporate
Governance Sebagai Pemoderasi”.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.
3 No. 7. Diakses tanggal 13 April
2016.
Rustiarini, 2011. Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham Pada
Pengkukapan Corporate Social
Responsibility. Jurnal Akuntansi
dan Bisnis, 6(1), 104-119. Diakses
tanggal 13 Juni 2016.
Staubus, George J. 1995. The Residual
Equity Point of View in
Accounting. The Accounting
Review (January): 12. Diakses
tanggal 29 Juli 2016.
Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi
Kepemilikan Institusional Dan
Leverage Terhadap Manajemen
Laba, Nilai Pemegang Saham Serta
Cost Of Equity Capital.
Symposium Nasional Akuntansi II.
Diakses Tanggal 10 Juli 2016.
Yadnyana dan Wati. 2011. Struktur
Kepemilikan, Kebijakan Dividen,
Dan Nilai Perusahaan Manufaktur
Yang Go Public. Jurnal keuangan
dan perbankan, vol 15, no. 1, hal :
58-65. Diakses tanggal 10 Juni
2016.
Watts, R.L. 2003a. Conservatism in
Accounting Part I: Explanations
and Implications, University of
Rochester. Diakses tanggal 10 Juni
2016.
Watts, R.L. 2003b. Conservatism in
Accounting Part II: Evidence and
Research Opportunities, University
of Rochester. Diakses tanggal 10
Juni 2016