Upload
asfarina-fadhila
View
201
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar S1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
Diajukan oleh:
ASFARINA IRFANI FADILA
NIM: F1312018
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
ii
ABSTRAK
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
Asfarina Irfani Fadila
F1312018
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS dan
kepemilikan asing terhadap timely loss recognition (TLR) pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini membandingkan tingkat
pengakuan rugi antara sebelum dengan sesudah konvergensi IFRS dan melihat
apakah terdapat peningkatan pada pengakuan rugi tepat waktu dengan adanya
kepemilikan asing di dalam perusahaan. Selain variabel tersebut, peneliti
menggunakan empat variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, dan kualitas audit. TLR diukur dengan rasio Large Negative Net Income
merujuk pada pengukuran dalam penelitian Lang et al. (2006). Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling pada perusahaan yang
terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dan diperolah 540
sampel yang diuji dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara konvergensi IFRS dan kepemilikan
asing terhadap TLR. Sedangkan pada variabel kontrol, variabel ukuran perusahaan
dan profitabilitas menunjukkan pengaruh signifikan. Penelitian ini sekali lagi
menunjukkan bahwa penerapan IFRS masih belum memberi dampak pada
peningkatan kualitas informasi akuntansi dan permintaan akan kebutuhan
pengakuan rugi yang tepat waktu pada laporan keuangan yang masih kurang dari
stockholder.
Kata Kunci: Timely loss recognition, Konvergensi IFRS, kepemilikan asing
iii
ABSTRACT
THE EFFECT OF IFRS CONVERGENCE AND FOREIGN OWNERSHIP
ON TIMELY LOSS RECOGNITION
Asfarina Irfani Fadila
F1312018
This study is conducted to determine the effect of IFRS convergence and foreign
ownership toward timely loss recognition (TLR) on companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control variables such as
firm size, profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is measured
by the ratio of the large negative net income adopted from Lang et al. (2006.) The
sampling procedure is purposive sampling which produce 540 listed companies in
the period 2009-2012. The method of analysis is the logistic regression. The
results show that the convergence of IFRS and foreign ownership do not have
significant association with TLR. In contrast, firm size and profitability show a
significant association with TLR.
Keywords: Timely loss recognition, IFRS convergence, foreign ownership
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
Disusun oleh:
Asfarina Irfani Fadila
NIM: F1312018
v
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
Disusun oleh:
Asfarina Irfani Fadila
NIM: F1312018
vi
SURAT PERNYATAAN
vii
MOTTO
“Yang terbaik bukanlah selalu yang terbaik, tetapi berikan yang terbaik untuk
yang terbaik.” – A. I. F
“Kemudian yang kamu perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh,
tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher
yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan
bekerja lebih keras, serta mulut yang selalu berdoa.” – Donny Dhirgantoro, 5 cm
“Live every moment, Laugh every day, Love beyond words.” – Unknown
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk:
Orang tuaku yang selalu memberiku dukungan atas segala keputusanku,
Saudara-saudaraku yang selalu memberiku semangat atas usahaku,
Teman-temanku, sahabat-sahabatku yang selalu menarikku saat terduduk jatuh.
ix
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAHHIRABBIL’ALAMIN
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa sehingga
dengan rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik
dan lancar. Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat pengambilan gelar
Sarjana Strata 1 (S1). Dalam proses penulisan, tentunya penulis memperoleh
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret,
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sebelas Maret,
3. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret,
4. Bapak Ari Kuncara Widagdo, SE., MBA., Ph.D, Ak. selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bantuan, kritik,
dan saran selama penulisan skripsi,
5. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan tambahan ilmu
pengetahuan selama penulis mengenyam pendidikan di Universitas
Sebelas Maret,
6. Seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan,
7. Kedua orang tua yang selalu mendorong,
x
8. Seluruh anggota Bimbingan Skripsi Pak Ari Kuncara 2014 atas
perjuangan, semangat dan kontribusinya,
9. Teman-teman Jurusan Akuntansi Transfer 2012 dan teman- teman
sepermainan semoga perjuangan kita berbuah manis,
10. Teman-teman Kos Arsabi,
11. Teman-teman KKN ’11 GEMBYUNGAN,
12. Dan kepada seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis terbuka atas kritik dan saran yang diberikan, dan semoga
pikiran yang tercurah dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Januari 2015
Asfarina Irfani Fadila
xi
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 11
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 11
2.1.1 Institutional Theory ......................................................................... 11
2.1.2 Agency Theory ................................................................................ 12
xii
2.1.3 Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition ................ 15
2.1.4 Internatonal Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS
di Indonesia ................................................................................... 16
2.1.4.1 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia ...................... 17
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 25
2.3 Perumusan Hipotesis .............................................................................. 46
2.3.1 Variabel Independen ....................................................................... 46
2.3.1.1 Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition46
2.3.1.2 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss
Recognition ................................................................................ 48
2.3.2 Variabel Kontrol ............................................................................. 50
2.3.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss
Recognition ................................................................................ 50
2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition ..... 51
2.3.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition ........... 51
2.3.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Timely Loss Recognition .. 52
2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 53
BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................... 55
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 55
3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ................................. 55
3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data .................... 57
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian ......................................... 57
3.4.1 Variabel Dependen.......................................................................... 58
xiii
3.4.2 Variabel Independen ....................................................................... 59
3.4.2.1 Konvergensi IFRS ................................................................... 59
3.4.2.2 Kepemilikan Asing .................................................................. 63
3.4.3 Variabel Kontrol ............................................................................. 65
3.4.3.1 Ukuran Perusahaan .................................................................. 65
3.4.3.2 Leverage .................................................................................. 66
3.4.3.3 Profitabilitas ............................................................................ 66
3.4.3.4 Corporate Governance ............................................................ 66
3.4.3.4.1 Kualitas Audit .................................................................. 66
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................. 67
3.5.1 Uji Deskriptif .................................................................................. 67
3.5.2 Uji Beda Variabel Independen ........................................................ 67
3.5.3 Uji Regresi Logistik ........................................................................ 68
3.5.4 Analisis Data ................................................................................... 70
3.5.4.1 Menilai Model Fit ................................................................... 70
3.5.4.2 Menilai Kelayakan Model Regresi .......................................... 71
3.5.4.3 Koefisien Determinasi ............................................................. 71
3.5.4.4 Matrik Klasifikasi .................................................................... 72
3.5.4.5 Uji Omnibus ............................................................................ 72
3.5.4.6 Estimasi Parameter dan Interpretasinya .................................. 73
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 74
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 74
4.2 Analisis Data ........................................................................................... 75
xiv
4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif dan Uji Beda..................................... 75
4.2.2 Hasil Uji Regresi Logistik .............................................................. 77
4.2.2.1 Hasil Penilaian Model Fit ........................................................ 77
4.2.2.2 Hasil Penilaian Kelayakan Model regresi ............................... 77
4.2.2.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................. 78
4.2.2.4 Tabel Matrik Klasifikasi.......................................................... 79
4.2.2.5 Hasil Uji Omnibus ................................................................... 80
4.2.2.6 Estimasi Parameter dan Interpretasinya .................................. 81
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 85
4.3.1 Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition ... 85
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition .. 86
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss Recognition .. 88
4.3.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition ............ 88
4.3.5 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition .................. 89
4.3.6 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Timely Loss Recognition .......... 89
BAB V: PENUTUP .............................................................................................. 91
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 91
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 92
5.3 Saran ....................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN ........................................................................................................ 100
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ikhtisar Agency Theory .......................................................................... 14
Tabel 2.2 Tabel Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS............. 23
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Timely Loss Recognition ............... 30
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu tentang IFRS dan Kepemilikan Asing........ 39
Tabel 3.1 Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS ....................... 60
Tabel 3.2 Daftar Negara-Negara Tax Haven Versi OECD 2013 ........................... 64
Tabel 4.1 Prosedur Pengambilan Sampel............................................................... 75
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif dan Signifikansi Uji Beda ................................. 76
Tabel 4.3 Tabel Penilaian Model Fit ...................................................................... 77
Tabel 4.4 Tabel Uji Goodness of Fit dengan Hosmer and Lemeshow Test .......... 77
Tabel 4.5 Tabel Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 78
Tabel 4.6 Tabel Matrik Klasifikasi ........................................................................ 79
Tabel 4.7 Tabel Uji Omnibus ................................................................................. 80
Tabel 4.8 Tabel Variables in the Equation ............................................................. 81
Tabel 4.9 Tabel Hasil Penelitian ............................................................................ 84
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagian besar para pemangku kepentingan (stakeholder) menggunakan
laporan keuangan dan annual report sebagai dasar pengambilan keputusan.
Investor, kreditur, supplier, pelanggan, bahkan manajemen menggunakannya
untuk kepentingan investasi, pemberian kredit, analisis keberlangsungan usaha
dan evaluasi kinerja. Oleh karena itu, penyediaan informasi yang berkualitas
sangat penting agar pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat.
Menurut Fanani (2009), terdapat tujuh atribut yang digunakan untuk menilai
kualitas suatu laporan keuangan yang terdiri dari empat atribut berbasis akuntansi
dan tiga atribut berbasis pasar, yaitu kualitas akrual, persistensi, perataan laba,
prediktabilitas, relevansi nilai, ketepatwaktuan, dan konservatisme. Dengan
terpenuhinya kualitas-kualitas tersebut, diharapkan informasi yang disajikan
manajemen dapat lebih informatif dan menuntun para pengguna laporan keuangan
untuk menghasilkan keputusan yang tepat. Dalam penelitian yang dilakukan
Fanani (2009), ia menemukan terdapat implikasi ekonomi pada perusahaan yang
memiliki kualitas laporan keuangan yang baik. Fanani (2009) melakukan
pengujian untuk mengetahui respon investor terhadap kualitas laporan keuangan
dengan menggunakan asimetri informasi sebagai proksi kualitas laporan
keuangan. Hasilnya terdapat pengaruh negatif antara kualitas laporan keuangan
2
dengan asimetri informasi yang menunjukkan bahwa dengan laporan keuangan
yang berkualitas, gap atau ketidakseimbangan perolehan informasi antara
manajemen dan investor berkurang. Kualitas laporan yang baik akan menyajikan
informasi mengenai keadaan perusahaan dengan sesungguhnya sehingga
pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan menjadi tepat
sasaran.
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, informasi yang disajikan
dengan benar saja tidak cukup. Perusahaan harus menyajikan informasi dengan
cara yang mudah dimengerti dan dapat dibandingkan, minimal dengan perusahaan
dengan karakteristik sejenis. Globalisasi juga menyebabkan investasi asing dan
ekspansi ke luar negeri bertambah, sehingga masalah bahasa pun menjadi unsur
penting dalam penyajian laporan keuangan agar dapat dipahami. Munculnya
International Financial Reporting Standard (IFRS) yang diterbitkan International
Accounting Standard Board (IASB) sebagai organisasi internasional yang
independen menjadi solusi atas kebutuhan laporan keuangan yang berkualitas.
IASB mengembangkan dan membuat standar baru yang menjanjikan kualitas
yang lebih baik pada laporan keuangan. Dalam rerangka konseptual IFRS,
terdapat dua macam kualitas yang dapat terpenuhi dengan penerapan standar baru
ini, yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer terdiri dari
relevan dan faithfull representasion, sedangkan kualitas sekunder terdiri dari
comparability (dapat dibandingkan), verifiability (dapat diverifikasi), timeliness
(ketepatwaktuan), dan understandability (dapat dipahami).
3
Seiring dengan banyaknya negara-negara di Eropa dan Asia yang
menerapkan IFRS dan mengadopsinya menjadi standar akuntansi di negara
mereka, Indonesia pun dituntut untuk menerapkan standar Internasional. Sebagai
negara yang tergabung dalam Group of 20 Leaders (G20) dan anggota
International Federation of Accountants (IFAC), Indonesia memiliki kewajiban
untuk mematuhi Statement Membership Obligation (SMO) untuk menjadikan
IFRS sebagai standar akuntansi dan menyatakan komitmennya untuk menerapkan
IFRS secara penuh pada tahun 2012. Namun dalam penerapannya, Indonesia
mengalami kendala, terutama kendala sumber daya dan bahasa. Tidak seperti
negara-negara lain yang bahasa negaranya berupa Bahasa Inggris, Indonesia
kesulitan mencari padanan kata yang tepat untuk mengartikan standar IFRS.
Selain itu juga terdapat beberapa standar yang tidak relevan seperti IFRS 1
tentang First-time adoption of International Financial Reporting Standard dan
beberapa standar mengalami modifikasi seperti IFRIC 15 tentang Agreements for
the Construction of Real Estate dan IAS 27 tentang Consolidated and Separate
Financial Statements. Dengan adanya beberapa perubahan tersebut, daripada
dikatakan mengadopsi, Indonesia menerapkan IFRS dengan konvergensi karena
standar yang diterapkan tidak 100% sama dengan standar aslinya.
Dengan adanya komitmen Indonesia menerapkan standar internasional,
menjadikan Indonesia semakin diminati investor asing karena Indonesia memiliki
pangsa pasar yang banyak dan kekayaan alam yang melimpah. Banyak investor
asing yang mulai berinvestasi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia atau
melakukan ekspansi di Indonesia. Sejalan dengan hasil penemuan De Fond et al.
4
(2011) yang menemukan adanya peningkatan pada foreign mutual fund dengan
adanya penerapan IFRS. Selain meningkatkan pendapatan negara, adanya investor
asing juga meningkatkan kinerja perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang
semakin baik. Tata kelola yang semakin baik akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan (Fanani, 2009).
Salah satu karakteristik kualitatif pelaporan keuangan yang terdapat dalam
rerangka konseptual IFRS adalah timeliness. Timeliness merupakan salah satu
komponen yang dipertimbangkan dalam konservatisme. Konservatisme
merupakan prinsip yang menyatakan bahwa pengakuan suatu peristiwa ekonomi
harus dilakukan dengan hati-hati, terutama yang dapat berdampak pada
pengambilan keputusan. Dalam prinsip konservatisme, penelitian seperti Basu
(1997) menyatakan bahwa bad news akan lebih sering diakui dengan lebih tepat
waktu (timely fashion) dibandingkan good news, yang dalam hal ini bad news
mengacu pada kerugian dan good news mengacu pada keuntungan. Sedangkan
Kuspratiwi (2014) menggambarkan konservatisme dengan mengakui rugi lebih
cepat (timely) daripada laba. Dengan mengakui kerugian lebih cepat, perusahaan
mengantisipasi potensi kerugian di masa mendatang.
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada TLR pernah diteliti
sebelumnya. Seperti ukuran perusahaan (Arum, 2013; Outa 2011; Francis &
Martin, 2010; Chua et al., 2012; Jayaraman, 2012; Lang et al., 2006; Sun et al.,
2011; Ball & Shivakumar, 2005; Sianipar & Marsono, 2013; Barth et al., 2008;
Nikolaev, 2006), leverage (Cohen, 2003; Nikolaev, 2006; Arum, 2013; Barth et
al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013; Ball & Shivakumar, 2005; Sun et al., 2011;
5
Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012; Outa, 2011),
kualitas audit (Basu et al., 2001; Ball & Shivakumar, 2005; dan Jayaraman, 2012),
profitabilitas (Jayaraman, 2012) dan penerapan standar baru di suatu negara
(Jayaraman, 2012; Paglietti, 2009; dan Barth et al., 2008). Ukuran perusahaan
berpengaruh pada TLR karena berhubungan dengan agency cost. Begitu pula
dengan leverage. Leverage yang tinggi cenderung meningkatkan agency cost
karena ketatnya pengawasan oleh kreditur sehingga pengakuan rugi cenderung
lebih tepat waktu (Cohen, 2003). Ukuran auditor berhubungan dengan TLR
karena independensi yang dimilikinya. Semakin besar auditor, akan semakin
tinggi tingkat independensinya karena auditor harus menjaga kualitas. Sedangkan
penerapan standar yang baru berkaitan dengan kesiapan perangkat dan regulasi di
suatu negara. Apabila tidak ada kesiapan, baik dari perusahaan maupun regulator,
maka efektivitas standar yang baru tidak akan tercapai. Dengan begitu kualitas
informasi akuntansi pun tidak menjadi lebih baik.
Sebagai salah satu komponen kualitas laporan keuangan dan kualitas laba,
banyak penelitian sudah dilakukan terkait TLR. Barth et al. (2008), Outa (2011)
dan Chua et al. (2012) menyatakan terdapat peningkatan TLR pada perusahaan
yang menerapkan IAS/IFRS yang mengindikasikan adanya peningkatan kualitas
informasi. Sedangkan Aflatooni & Mokarami (2013) menemukan adanya
penurunan TLR pada perusahaan yang melakukan manajemen laba yang
berimplikasi pada semakin rendah kualitas laba, maka semakin rendah pula TLR.
Pengakuan rugi yang lebih cepat juga merupakan salah satu indikator
kualitas laba yang baik (Ball et al., 2000; Lang et al., 2003; Ball & Shivakumar,
6
2005; dan Lang et al., 2006). Pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (TLR) dapat
mengurangi peluang manajer untuk memanipulasi pengakuan laba yang besar
agar kinerjanya dinilai baik dan juga memberikan dorongan lebih kepada manajer
untuk mengambil tindakan lebih cepat ketika mengalami kerugian sehingga
akibatnya dapat diminimalkan. Selain itu, TLR juga berpengaruh pada efisiensi
perjanjian hutang. Dengan pengakuan rugi yang lebih tepat waktu, informasi
terkait harga kredit yang dihasilkan menjadi lebih akurat dan dapat mengurangi
kemungkinan adanya pelanggaran hak perjanjian hutang seperti repricing,
pembatasan leverage, investasi, dan dividen (Ball & Shivakumar, 2005).
Penelitian lain terkait TLR juga banyak dilakukan. Seperti penelitian
Nikolaev (2006) yang menemukan adanya peningkatan TLR pada perusahaan
dengan perjanjian kontrak hutang yang ketat. Kemudian Gormley et al. (2012)
menemukan adanya peningkatan TLR di industri perbankan di India yang dipicu
dengan masuknya perusahaan perbankan asing. Jayaraman (2012) menemukan
adanya peningkatan TLR pada 16 negara yang pertama kali menerapkan hukum
insider trading. Francis & Martin (2010) menemukan adanya pengambilan
keputusan akuisis yang lebih baik pada perusahaan yang mengakui rugi lebih
tepat waktu.
Penelitian lain terkait TLR juga banyak dilakukan terkait pengaruh
penerapan IFRS pada TLR. Beberapa penelitian berfokus pada pengujian apakah
terdapat perbaikan kualitas pelaporan dan kualitas informasi setelah diterapkannya
IFRS. Dari hasil penelitian sebelumnya, beberapa penelitian menyatakan terdapat
peningkatan kualitas laporan keuangan setelah menerapkan IFRS seperti Barth et
7
al. (2008), Chua et al. (2012), Outa (2011), dan Arum (2013). Namun ada juga
penelitian yang menyatakan tidak ada peningkatan kualitas antara sebelum dengan
sesudah penerapan IFRS seperti penelitian yang dilakukan oleh Paglietti (2009),
Brauer et al. (2011), dan Sianipar & Marsono (2013). Walau begitu, dengan
ditetapkannya tahun 2005 sebagai periode mandatory adoption di Eropa, banyak
negara-negara besar di Eropa telah menerapkan IFRS sebagai standar akuntansi
keuangan seperti Inggris, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, dan Spanyol.
Di sisi lain, beberapa penelitian lain menyatakan hal yang bertentangan
dengan penelitian sebelumnya. Penelitian seperti: Brauer et al. (2011), Paglietti
(2009), Arum (2013), Sun et al. (2011), Ball et al. (2008), Ball et al. (2000), dan
Sianipar & Marsono (2013) menyatakan penerapan IFRS tidak berpengaruh pada
TLR walaupun kualitas laporan keuangan lain meningkat seperti relevansi nilai
dan penurunan manajemen laba. Paglietti (2009) berpendapat bahwa:
“… although the higher association between accounting numbers and share
prices after IFRS adoption demonstrates that investors consider accounting
information useful for their economic decisions, the persistence (or even the
worsening) of earnings management practices probably suggests that the
inherent flexibility in principle-based IFRS do not lead managers towards the
issue of financial statements characterized by improved accounting
quality…”,
sedangkan Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa kurangnya
infrastruktur, seperti financial accounting standard setter, kondisi peraturan
perundang-uandangan yang belum bisa mengakomodasi standar IFRS menjadi
faktor penerapan IFRS belum maksimal, sehingga kualitas informasi yang
diharapkan belum tercapai. Pada penelitian lain terkait TLR, Ball & Shivakumar
(2005) menemukan bahwa private firms melaporkan kualitas laba yang rendah
8
dengan mengakui rugi lebih lambat daripada laba. Penelitian menemukan bahwa
hal itu dikarenakan adanya permintaan pasar yang rendah, yaitu adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dan investor untuk tidak mengakui rugi lebih
cepat. Lang et al. (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh rekonsiliasi
laporan akuntansi pada perusahaan cross-listing terhadap TLR dan beberapa
variabel kualitas laba lain dan menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih
lambat pada perusahaan cross-listed.
Dengan adanya berbagai pertentangan dari penelitian TLR, peneliti pun
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, dalam literatur TLR,
belum banyak penelitian yang menghubungkan pengaruh kepemilikan asing
terhadap TLR. Perbaikan kualitas timeliness setelah penerapan IFRS juga masih
banyak yang belum dapat membuktikannya, sehingga peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh IFRS terhadap TLR dan mengambil judul
“Pengaruh IFRS dan Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka peneliti merumuskan masalah yang hendak diteliti sebagai berikut.
1. Apakah penerapan standar konvergensi IFRS dapat meningkatkan
timely loss recognition?
2. Apakah kepemilikan asing berpengaruh pada timely loss recognition?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan standar
konvergensi IFRS dan kepemilikan asing terhadap timely loss recognition.
1.4 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi perkembangan ilmu ekonomi, khususnya di bidang
akuntansi. Selain itu, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat
menjadi ide atau gagasan terkait penelitian mengenai timely loss
recognition berikutnya.
2. Bagi Perusahaan
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
mengenai harapan para stockholder dan shareholder terhadap kualitas
laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen perusahaan.
3. Bagi Investor dan Kreditur
Hasil penelitian dapat memberikan gambaran atas kualitas laporan
keuangan serta kinerja manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam keputusan investasi investor dan pemberian
kredit bagi lembaga keuangan dan non-keuangan.
10
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang akan
diuraikan sebagai berikut.
BAB II: LANDASAN TEORI
Peneliti membahas beberapa hal dalam bab ini, yaitu terdiri dari tinjauan
pustaka, kerangka pemikiran, serta rangkuman terkait penelitian-penelitian
sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan hipotesis.
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti membahas ruang lingkup penelitian, populasi, dan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Kemudian peneliti juga akan
membahas sumber dan teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
pengukurannya, serta teknik yang digunakan untuk menganalisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian hasil penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini juga
dijelaskan mengenai analisis hasil berdasarkan alat analisis yang digunakan.
BAB V: KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, kemudian memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Institutional Theory
Institutional Theory merupakan teori yang mendasari fenomena perubahan
suatu organisasi yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar
organisasi. Faktor dari luar organisasi berupa faktor-faktor institusional yang
menekan suatu organisasi untuk menjadi isomorphic. Isomorphic merupakan
fenomena dimana suatu organisasi menjadi homogen, yaitu dalam hal norma atau
konsep organisasi dan juga standar operasionalnya menjadi sama dengan
organisasi lain yang menghadapi kondisi lingkungan serupa (DiMaggio & Powell,
1983). Suatu organisasi yang menghadapi tekanan isomorphic (isomorphic
pressure) akan mendorong organisasi menjadi homogen dan menerapkan praktik-
praktik dan cara berpikir yang dianggap benar dari organisasi lain yang serupa dan
dilegitimasi menjadi praktik-praktik dan cara berpikir organisasi tersebut.
Suatu organisasi biasanya memiliki karakteristik atau ciri khas tertentu
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya dan menghasilkan
keanekaragaman cara berpikir dan praktik suatu organisasi. Hal itu terlihat ketika
suatu organisasi baru saja berdiri. Namun lambat laun, suatu organisasi menjadi
homogen. DiMaggio & Powell (1983) melakukan penelitian terkait alasan
12
mengapa suatu organisasi melakukan praktik dan cara berpikir yang serupa.
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa perilaku homogen tersebut didasari adanya
keyakinan bahwa dengan menerapkan srategi, struktur, dan budaya organisasi
yang serupa akan membuat suatu organisasi bertahan dan bahkan meningkatkan
peluang usaha mereka. Norma-norma organisasi yang diterapkan secara homogen
dianggap sebagai best practice sehingga ketika menghadapi suatu permasalahan,
baik permasalahan baru atau yang pernah terjadi sebelumnya, individu-individu
dalam organisasi akan mengandalkan pengalaman mereka untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Menurut DiMaggio & Powell (1983), terdapat tiga bentuk tekanan
isomorphic (isomorphic pressure) yang mengarahkan suatu organisasi menjadi
homogen. Pertama; mimetic pressure, yaitu merupakan tekanan untuk meniru
organisasi lain yang didorong adanya ketidakpastian lingkungan organisasi.
Kedua; coercive pressure, yaitu merupakan tekanan dalam bentuk formal maupun
informal yang didorong adanya kekuasaan suatu organisasi atas organisasi lain
dan adanya ketergantungan atas suatu organisasi terhadap organisasi penguasa.
Dan ketiga; normative pressure, yaitu berupa tekanan yang berasal dari norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan suatu organisasi.
2.1.2 Agency Theory
Agency Theory atau teori keagenan merupakan suatu teori yang
mengemukakan adanya kesenjangan atau asimetri kepentingan antara agen
dengan principal (Hill & Jones, 1992). Agen adalah pihak yang diberi tanggung
jawab oleh principal untuk mengelola perusahaan, sedangkan principal
13
merupakan pihak yang memberi kepercayaan kepada agen untuk mengelola dana
yang mereka berikan. Sebagai pihak yang diberi tanggung jawab mengelola
perusahaan, agen memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan baik
mengenai kinerja perusahaan, maupun pertumbuhan perusahaan yang terlihat dari
laporan keuangan. Dengan kata lain, agen memiliki pengetahuan dan informasi
lebih banyak tentang kondisi perusahaan dibandingkan principal, dan hal inilah
yang memicu konflik antara agen dan principal yang sering disebut konflik
keagenan.
Menurut Eisenhardt (1989), konflik keagenan muncul sebagai akibat dari
adanya perbedaan terhadap dua hal, yaitu (1) perbedaan tujuan antara agen dengan
principal dan, (2) sulitnya atau mahalnya biaya yang harus dikeluarkan apabila
principal ingin mengawasi segala tindakan dan keputusan yang diambil oleh agen.
Kedua hal tersebut berhubungan dengan munculnya masalah dalam risk sharing
karena agen dan principal menyikapi risiko dengan cara yang berbeda sehingga
tindakan yang diambil pun akan berbeda karena perbedaan kepentingan.
Sebagai pihak yang mengetahui segala informasi mengenai perusahaan
termasuk risiko yang dihadapi, agen dapat menggunakan informasi yang mereka
miliki guna kepentingan mereka sendiri, seperti misalnya agar kinerja mereka
terlihat bagus. Mereka meggunakan informasi yang mereka miliki untuk
menyajikan laporan yang outstanding. Tindakan tersebut dapat merugikan
principal karena memperoleh informasi yang tidak benar, sedangkan principal
hanya dapat memperoleh informasi dari laporan keuangan yang dihasilkan agen.
14
Minimnya informasi yang diperoleh principal dapat mengakibatkan pengambilan
keputusan yang tidak benar.
Fokus dari teori ini adalah menentukan contract governing yang paling
efisien dalam hubungan antara agen dengan principal mengenai asumsi mereka
terhadap hal-hal dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Ikhtisar Agency Theory
Pokok Pikiran Hubungan agen-principal harus mencerminkan efisiensi
organisasi dari informasi dan risk-bearing costs
Unit analisis Kontrak antara principal dan agen
Human
assumptions
Self-interest, bounded rationality, dan risk aversion
Organizational
assumptions
Konflik kepentingan yang berbeda antara principal dan
agen, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan asimetri
informasi antara principal dan agen
Information
assumptions
Informasi sebagai purchasable commodity
Contracting
problems
Keagenan (penyimpangan moral dan pilihan yang
merugikan) dan risk Sharing
Problem domain Hubungan dimana principal dan agen memiliki kepentingan
yang berbeda-beda antara tujuan dan risk preference
(kompensasi, regulasi, kepemimpinan, penilaian manajemen,
whistle-blowing, vertical integration, transfer pricing)
Sumber: Eisenhardt (1989)
Menurut agency theory, principal dapat mengurangi kesenjangan
kepentingan dengan beberapa cara, yaitu dengan memberikan dorongan kepada
agen melalui kompensasi, strategi akuisisi dan diversifikasi, hubungan antar
dewan, struktur kepemilikan dan keuangan, vertical integration, dan inovasi
(Eisenhardt, 1989). Dengan berbagai dorongan tersebut diharapkan dapat
membatasi agen untuk melakukan tindakan yang dilakukan demi kepentingan
pribadi (Hill & Jones, 1992) dan agen pun akan berhati-hati dalam mengelola
sumber daya perusahaan yang dapat merugikan principal.
15
2.1.3 Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition
Konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai suatu prinsip kehati-hatian
dalam pengakuan suatu kejadian ekonomi. Menurut FASB 2, konservatisme
merupakan suatu reaksi untuk berhati-hati menghadapi ketidakpastian usaha dan
memastikan bahwa ketidakpastian serta risiko bawaan perusahaan dapat segera
disadari, dengan begitu perusahaan dapat segera mengambil keputusan dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk memperkecil risiko tersebut.
Menurut Ball & Shivakumar (2005), terdapat dua macam konservatisme,
yaitu unconditional conservatism dan conditional conservatism. Unconditional
conservatism diartikan sebagai adanya bias akuntansi pada pelaporan nilai buku
dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan menunda mengakui pendapatan
pada suatu periode atau mengurangi pengakuan pendapatan secara konstan untuk
setiap periode. Sedangkan conditional conservatism lebih menekankan pada
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu daripada pengakuan laba – sering disebut
sebagai asimetri pengakuan rugi – sehingga banyak peneliti yang menjadikannya
sebagai ukuran dari kualitas laporan keuangan.
Kinerja yang baik seringkali dinilai dari perolehan laba atau pencapaian
target laba oleh manajer. Adanya dorongan terhadap manajer untuk
memperlihatkan kinerja yang baik pun membuat manajer memiliki insentif untuk
memanipulasi laba. Akibatnya, informasi yang dihasilkan dalam laporan
keuangan menjadi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan penuh dengan
unsur kepentingan. Dengan mengakui kerugian lebih tepat waktu dibandingkan
dengan mengakui laba, manajer mengesampingkan kepentingannya dan
16
memberikan informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Disamping itu, pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (timely loss
recognition) bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang lebih baik oleh
manajer dan kreditur. Bagi manajer, pengakuan rugi yang lebih tepat waktu dapat
membuat keputusan akuisisi yang lebih menguntungkan (Francis & Martin,
2010), mendorong manajer untuk segera mengambil tindakan atas potensi
kerugian, dan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan principal,
dengan begitu, mengurangi potensi konflik keagenan (Ball & Shivakumar, 2005).
Bagi kreditur, informasi manajemen yang mengakui rugi lebih tepat waktu dapat
membantu kreditur untuk membuat kontrak kredit yang lebih baik dan
menguntungkan (Ball & Shivakumar, 2005).
2.1.4 International Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS di
Indonesia
IFRS atau standar pelaporan akuntansi internasional merupakan standar
akuntansi yang banyak diadopsi dan dijadikan referensi di berbagai negara di
dunia. IFRS dibuat oleh IASB sebagai jawaban atas kebutuhan informasi yang
dapat dipahami dan diperbandingkan. Kebutuhan standar yang sama dalam skala
internasional muncul dengan semakin hilangnya batas antar negara dan
memungkinkan perdagangan dan investasi dilakukan di seluruh dunia. Alfredson
et al. (2007) menyatakan bahwa dimulai dari tahun 1960-an batas pasar modal
antar negara mulai menipis, dan terus meningkat di tahun 1970-an hingga tahun
1980-an dan memicu investor, kreditur, dan para pengguna laporan keuangan
lainnya mengajukan keluhan dengan adanya perbedaan antara informasi akuntansi
17
yang dihasilkan antara satu negara dengan negara lain sehingga sulit
diperbandingkan. Selain itu, informasi yang disajikan perusahaan seringkali sulit
dipahami dan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder).
Pada tahun 1973, International Accounting Standard Committee (IASC)
didirikan atas usulan ICAEW, AICPA, dan CICA sebagai perwakilan Inggris dan
Wales, Amerika, dan Kanada untuk membuat standar akuntansi yang dapat
diberlakukan secara internasional. Sampai pada tahun 2000, IASC telah membuat
rerangka konseptual dan standar akuntansi internasional yang diberi nama
Internasional Accounting Standard (IAS) sebanyak 41 standar dan 9 interpretasi
standar IAS yang diberi nama Standing Interpretations Committee (SIC).
Kemudian pada tahun 2001 terjadi restrukturisasi pada tubuh IASC dan berganti
nama menjadi IASB. IASB sepakat mengadopsi seluruh standar yang telah
dihasilkan IASC dan standar yang baru akan diberi nama IFRS dan IFRIC
(International Financial Reporting Interpretations Committee) sebagai
interpretasi standar IFRS. IASB terbukti menghasilkan standar yang berkualitas
tinggi dan hingga kini, IFRS telah diadopsi dan diterapkan di 138 negara di dunia.
2.1.4.1 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Praktik akuntansi telah masuk ke Indonesia sejak zaman kolonial Belanda.
Pada masa itu, pencatatan akuntansi masih dilakukan dengan sederhana. Sekitar
tahun 1800 pencatatan akuntansi dengan sistem debit-kredit mulai dikenal.
Menurut Prasetya (2012), praktik akuntansi diperkenalkan oleh perusahaan
dagang asal Belanda yaitu perusahaan VOC, yang saat itu merupakan perusahaan
18
monopoli terbesar di Indonesia. VOC memperkenalkan sistem pencatatan baru
yang dikenal dengan sistem pembukuan berpasangan atau pembukuan debit-
kredit. Sistem pencatatan berpasangan terus digunakan hingga zaman pendudukan
Jepang pada tahun 1942. Baru pada tahun 1945 sistem akuntansi mulai megarah
ke kiblat yang berbeda. Perkembangan globalisasi dan pesatnya pertumbuhan
ekonomi menuntut tersedianya informasi yang memiliki kredibilitas tinggi dan
akutabilitas dari manajemen perusahaan (Prasetya, 2012). Investor ingin
mengetahui bagaimana investasinya dikelola dan kreditur ingin mengetahui
bagaimana perusahaan dapat mengembalikan pinjamannya. Kemudian, mulai
tahun 2006 dimulailah harmonisasi standar akuntansi di Indonesia menuju IFRS.
Dalam melakukan harmonisasi standar IFRS, Indonesia tidak melakukan
proses adopsi seperti banyak negara lain, tetapi melakukan konvergensi standar
akuntansi dengan mengubah standar akuntansi yang ada sebelumnya menjadi
berbasis IFRS dan mengadakan sedikit perubahan agar sesuai dengan kondisi
lingkungan ekonomi Indonesia, serta tidak mengadopsi standar yang tidak
relevan. Sebelum melakukan konvergensi standar akuntansi menjadi standar yang
berkiblat pada IFRS, Indonesia mengalami beberapa tahap perkembangan standar
akuntansi. Pekembangan standar dibagi kedalam lima tahap, yaitu pertama,
disebut sebagai masa Pra-PAI yang terjadi sebelum tahun 1973 dimana Indonesia
belum memiliki standar akuntansi yang baku dan dapat diterapkan. Kemudian
tahap kedua, disebut sebagai masa lahirnya PAI yang terjadi pada periode 1973-
1984. Tahap ketiga merupakan tahapan dimana PAI mulai diterapkan di Indonesia
sebagai standar yang baku. Tahap ketiga terjadi pada periode tahun 1984-1994.
19
Tahap keempat (1994-2006) disebut sebagai masa penerapan SAK, yaitu standar
yang mengacu pada IAS sebagai tanggapan atas globalisasi yang semakin
berkembang. Dan tahapan terakhir, yaitu tahapan kelima (2006-2012) merupakan
masa konvergensi standar SAK menuju IFRS.
Masa Pra-PAI merupakan masa yang terjadi sebelum Indonesia memiliki
standar akuntansi yang baku dan terkodifikasi. Penggunaan laporan keuangan oleh
pihak di luar manajemen jarang sekali selain untuk kepentingan pelaporan fiskal.
Selain itu, juga audit atas laporan keuangan belum diwajibkan dan hanya
perusahaan asing serta BUMN/BUMD yang biasanya memiliki laporan yang telah
diaudit, namun jumlahnya masih sangat sedikit.
Pada tahun 1967, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Dengan adanya kedua undang-undang
tersebut, kebutuhan laporan keuangan menjadi penting karena pada masa itu,
laporan keuangan dibutuhkan untuk pengajuan kredit investasi kepada bank dan
investor. Pihak investor dan perbankan membutuhkan laporan keuangan yang
relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun, karena Indonesia belum
memiliki standar yang baku dan terkodifikasi, laporan yang disajikan pun
menggunakan format yang beragam, begitu pula informasi yang disajikan
sehingga tidak dapat diperbandingkan. Selain standar akuntansi, Indonesia juga
belum memiliki standar audit yang terkodifikasi. Akibatnya walaupun laporan
audit yang diterbitkan menyatakan pendapat “wajar berdasarkan prinsip akuntansi
20
yang lazim berlaku”, namun masih timbul keraguan pada prinsip akuntansi yang
lazim tersebut.
Menanggapi kebutuhan laporan keuangan yang semakin meningkat, Badan
Persiapan Pasar Uang dan Pasar Modal (BAPEPUM) membentuk Panitia
Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur dari Generally Accepted Accounting
Principles dan Generally Accepted Auditing Standarts. Panitia ini bertugas
mengumpulkan seluruh bahan yang akan digunakan untuk membuat standar
akuntansi dan standar audit yang dapat diterima secara umum di Indonesia.
Kemudian pada 2 Desember 1973, Kongres III IAI mengesahkan Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Selain itu
juga dibentuk Komite PAI dan Komite NPA yang berfungsi mengembangkan PAI
dan NPA. Pada tahun 1984, Komite PAI melakukan revisi mendasar terhadap PAI
agar sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan menerbitkan Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Komite PAI pun secara aktif melakukan
revisi atas PAI 1984 dan sejak tahun 1986, Komite PAI telah menerbitkan tujuh
Pernyataan PAI dan Sembilan Interpretasi PAI.
Globalisasi yang semakin berkembang dan masuknya Indonesia di kancah
perekonomian dunia membuat perekonomian Indonesia maju pesat. Dalam kurun
waktu 10 tahun, yaitu tahun 1984-1994, perekonomian di Indonesia mengalami
banyak perubahan kearah yang lebih baik. Berbagai peristiwa penting terjadi
dalam kurun waktu tesebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan perekonomian di Indonesia seperti melonjaknya perusahaan yang
go public di lantai bursa, disahkannya undang-undang perbankan dan undang-
21
undang pensiun, reformasi undang-undang perpajakan, dan banyaknya kasus bank
yang mengalami krisis serta kredit macet. Berbagai peristiwa tersebut mendorong
adanya perubahan standar akuntansi menuju standar internasional.
Pada tahun 1994, Komite SAK membuat kerangka dasar penyusunan
standar yang setara standar internasional. Sebagai langkah awal, Prinsip
Akuntansi Indonesia dirubah menjadi Standar Akuntansi Keuangan, dan pada
bulan Desember 1994, yaitu pada Kongres VII IAI, Komite SAK telah membuat
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan 35 Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan yang setaraf dengan standar akuntansi internasional.
Selain itu, Komite SAK juga menetapkan bahwa standar yang dibuat akan
mengacu pada IAS sehingga IAI melakukan revisi besar-besaran standar
akuntansi keuangan pada tahun 2004.
Sejak diperkenalkannya IFRS pada tahun 2001 di Eropa dan penetapan
penggunaan IFRS sebagai mandatory standard di Uni Eropa pada tahun 2005, IAI
menetapkan untuk mulai berkiblat pada IFRS. Pada Kongres X IAI tahun 2006
ditetapkan bahwa IFRS harus diterapkan penuh dalam standar akuntansi di
Indonesia pada tahun 2008. Namun proses konvergensi tersebut tidak mudah. Tim
pembuat standar atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) mengalami
banyak kendala dalam prosesnya seperti kurangnya sumber daya manusia,
perkembangan IFRS yang sangat cepat, dan sulitnya menerjemahkan standar
IFRS karena kesulitan mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia,
berlawanan dengan negara-negara di Uni Eropa dan Australia yang bisa langsung
22
mengadopsi IFRS karena penggunaan bahasa yang sama. Sampai akhir tahun
2008, baru sebanyak 10 dari 33 butir IFRS yang berhasil diadopsi oleh DSAK.
Kendala lain muncul dari para pelaku industri dan perbedaan kultur
ekonomi Indonesia. Para pelaku industri terutama perbankan dinilai tidak siap
untuk menerapkan IFRS dan akhirnya penerapan standar akuntansi yang baru
diundur dari per 1 Januari 2008 menjadi per 1 Januari 2010. Munculnya krisis
ekonomi global yang melanda negara-negara Eropa dan berimbas ke Indonesia
membuat banyak perusahaan mengajukan protes dan meminta penerapan IFRS
untuk kembali diundur menjadi per 31 Desember 2010. Namun sampai dengan
tahun 2010 berakhir, masih sedikit perusahaan yang menerapkan SAK terbaru.
DSAK pun akhirnya kembali memundurkan dan menetapkan IFRS sebagai
mandatory adopted standard per 1 Januari 2012. Adanya ketidaksesuaian standar
terhadap kultur perekonomian di Indonesia juga menghambat penerapan standar.
Akibatkan dilakukannya penyesuaian standar IFRS agar relevan dengan kultur
perekonomian di Indonesia. Sampai dengan tahun 2012, DSAK telah menerbitkan
seluruh standar IFRS/IAS kecuali IAS 41 tentang Agriculture dan IFRS 1 tentang
First Time Adoption International Financial Reporting Standard karena dianggap
tidak relevan. Sebagai gantinya, beberapa ketentuan dalam PSAK telah
mempertimbangkan ketentuan IFRS 1 dalam standar-standarnya.
Sampai tahun 2012 pada periode konvergensi IFRS, Indonesia telah
memiliki tiga buah standar akuntansi dan mencabut beberapa standar. Standar
yang ada terdiri dari standar akuntansi umum yang terdiri dari 41 Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan 11 Interpretasi Standar Akuntansi
23
Keuangan (ISAK), 10 Penyataan Standar Akuntansi Syariah dan 1 Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP. Kemudian IAI juga mencabut 16 PSAK dan
2 ISAK ke dalam 11 Pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PPSAK). Standar akuntansi yang telah disesuaikan dengan IFRS yang harus
diberlakukan paling lambat 1 Januari 2012 beserta daftar standar akuntansi
keuangan lainnya yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tabel Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS
No. PSAK/ISAK/PPSAK UMUM Tanggal
Efektif
1 PSAK 1 (2009) IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan 1-Jan-11
2 PSAK 2 (2009) IAS 7 Laporan Arus Kas 1-Jan-11
3 PSAK 3 (2010) IAS 34 Laporan Keuangan Interim 1-Jan-11
4 PSAK 4 (2009) IAS 27 Laporan Keuangan Konsolidasian
dan Laporan Keuangan Tersediri
1-Jan-11
5 PSAK 5 (2009) IFRS 8 Segmen Operasi 1-Jan-11
6 PSAK 7 (2010) IAS 24 Pengungkapan Pihak-Pihak
Berelasi
1-Jan-11
7 PSAK 8 (2010) IAS 10 Peristiwa setelah Periode
Pelaporan
1-Jan-11
8 PSAK 10 (2009) IAS 21 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta
Asing
1-Jan-12
9 PSAK 12 (2009) IAS 31 Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama
1-Jan-09
10 PSAK 13 (2011) IAS 40 Properti Investasi 1-Jan-12
11 PSAK 14 (2008) IAS 2 Persediaan 1-Jan-11
12 PSAK 15 (2009) IAS 28 Investasi pada Entitas Asosiasi 1-Jan-11
13 PSAK 16 (2011) IAS 16 Aset Tetap 1-Jan-12
14 PSAK 18 (2010) IAS 26 Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya
1-Jan-12
15 PSAK 19 (2010) IAS 38 Aset Tak Berwujud 1-Jan-11
16 PSAK 22 (2010) IFRS 3 Kombinasi Bisnis 1-Jan-11
17 PSAK 23 (2010) IAS 18 Pendapatan 1-Jan-11
18 PSAK 24 (2010) IAS 19 Imbalan Kerja 1-Jan-12
19 PSAK 25 (2009) IAS 8 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
1-Jan-11
20 PSAK 26 (2011) IAS 23 Biaya Pinjaman 1-Jan-12
21 PSAK 28 (2010) Akuntansi Kontrak Asuransi
Kerugian
1-Jan-12
24
No. PSAK/ISAK/PPSAK UMUM Tanggal
Efektif
22 PSAK 30 (2011) IAS 17 Sewa 1-Jan-12
23 PSAK 33 (2010) Aktivitas Pengupasan Lapisan
Tanah dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada
Pertambangan Umum
1-Jan-12
24 PSAK 34(2010) IAS 11 Kontrak Konstruksi 1-Jan-12
25 PSAK 38 (2004) Akuntansi Restrukturisasi Entitas
Sepengendali
1-Jan-05
26 PSAK 36 (2010) Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa 1-Jan-12
27 PSAK 44 Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estate
1-Jan-98
28 PSAK 45 (2010) Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba
1-Jan-12
29 PSAK 46 (2010) IAS 12 Pajak Penghasilan 1-Jan-12
30 PSAK 48 (2009) IAS 36 Penurunan Nilai Aset 1-Jan-11
31 PSAK 50 (2010) IAS 32 Instrumen Keuangan: Penyajian 1-Jan-12
32 PSAK 51 (2003) Akuntansi Kuasi-Reorganisasi 1-Jan-00
33 PSAK 53 (2010) IFRS 2 Pembayaran Berbasis Saham 1-Jan-12
34 PSAK 55 (2011) IAS 39 Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran
1-Jan-12
35 PSAK 56 (2010) IAS 33 Laba per Saham 1-Jan-12
36 PSAK 57 (2009) IAS 37 Provisi, Liabilitas Kontinjensi,
danAset Kontinjensi
1-Jan-11
37 PSAK 58 (2009) IFRS 5 Aset Tidak Lancar yang dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan
1-Jan-11
38 PSAK 60 IFRS 7 Instrumen Keuangan:
Pengungkapan
1-Jan-12
39 PSAK 61 IAS 20 Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan
Pemerintah
1-Jan-12
40 PSAK 62 IFRS 4 Kontrak Asuransi 1-Jan-12
41 PSAK 63 IAS 29 Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi
1-Jan-12
42 PSAK 64 IFRS 6 Aktivitas Eksplorasu dan Evaluasi
pada Pertambangan Sumber Daya
Mineral
1-Jan-12
43 ISAK 7 (2009) SIC 12 Konsolidasi Entitas Bertujuan
Khusus
1-Jan-11
44 ISAK 8 SIC 27 Penetuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Unsur Sewa
1-Jan-08
45 ISAK 9 Perubahan atas Liabilitas
Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi,
dan Liabilitas Serupa
1-Jan-11
25
No. PSAK/ISAK/PPSAK UMUM Tanggal
Efektif
46 ISAK 10 IFRIC 13 Program Loyalitas Pelanggan 1-Jan-11
47 ISAK 11 Distribusi Aset Nonkas kepada
Pemilik
1-Jan-11
48 ISAK 12 SIC 13 Pengendalian Bersama Entitas:
Kontribusi Nonmoneter oleh
Venturer
1-Jan-11
49 ISAK 13 Lindung Nilai Investasi Neto
dalam Kegiatan Usaha Luar
Negeri
1-Jan-12
50 ISAK 14 SIC 32 Aset Tak Berwujud-Biaya Status
Web
1-Jan-11
51 ISAK 15 PSAK 24-Batas Aset Imbalan
Pasti, Persyaratan Pendanaan
Minimum dan Interaksinya
1-Jan-12
52 ISAK 16 IFRIC 12 Perjanjian Konsesi Jasa 1-Jan-12
53 ISAK 17 IFRIC 10 Laporan Keuangan Interim dan
Penurunan Nilai
1-Jan-11
54 ISAK 18 Bantuan Pemerintah-Tidak
Berelasi Spesifik dengan Aktivitas
Operasi
1-Jan-12
55 ISAK 19 IFRIC 7 Penerapan Pendekatan Penyajian
Kembali dalam PSAK 63:
Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi
1-Jan-12
56 ISAK 20 Pajak Penghasilan-Perubahan
dalam Status Pajak Entitas atau
Para Pemegang Saham
1-Jan-12
57 ISAK 22 Perjanjian Konsesi Jasa:
Pengungkapan
1-Jan-12
58 ISAK 23 SIC 15 Sewa Operasi-Insentif 1-Jan-12
59 ISAK 24 IFRIC 4 Evaluasi Substansi Beberapa
Transaksi yang Melibatkan Suatu
Bentuk Legal Sewa
1-Jan-12
60 ISAK 25 Hak Atas Tanah 1-Jan-12
61 ISAK 26 Penilaian Ulang Derivatif Melekat 1-Jan-12
62 ISAK 21 Perjanjian Konstruksi Real Estate
Sumber: Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan (Juan & Wahyuni, 2012)
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan pada TLR. Sebagai variabel dependen,
peneliti seperti Ball et al. (2000) meneliti tentang pengaruh perubahan standar
26
akuntansi, lingkungan institusional, dan issuer incentives pada penerbitan general
statement terhadap TLR dan menemukan bahwa perubahan standar akuntansi
tidak berpengaruh pada peningkatan TLR. Ball & Shivakumar (2005) melakukan
penelitian pada perusahaan privat dan perusahaan publik di Inggris dan
menemukan bahwa perusahaan privat lebih lambat dalam mengakui rugi karena
rendahnya permintaan stakeholder untuk mengakui rugi dengan tepat waktu.
Dalam perusahaan privat, manajer dan stockholder diperkirakan memiliki
kepentingan yang sama untuk tidak mengakui rugi tepat waktu. Perusahaan privat
juga memiliki tingkat asimetri informasi yang lebih rendah daripada perusahaan
publik walaupun menerapkan standar akuntansi dan hukum pajak yang sama,
tingkat asimetri pengakuan rugi perusahaan privat lebih rendah. Hasil penelitian
ini memberikan kemungkinan adanya pengaruh negatif terhadap TLR dikarenakan
permintaan pasar dan kesamaan kepentingan antara principal dan agen.
Jayaraman (2012) menemukan permintaan TLR meningkat pada perusahaan
dengan tingkat pengawasan internal yang ketat, dan permintaan kontrak hutang
yang tinggi dan kotrak hutang yang ketat terbukti mengakui rugi lebih tepat waktu
dibandingkan dengan kontrak hutang yang longgar (Nikolaev, 2006). Kontrak
hutang yang ketat timbul karena besarnya nilai hutang, atau tingkat risiko usaha,
baik dari dalam perusahaan maupun dari luar. Kreditur akan membutuhkan
informasi yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan sehingga dapat
menghindari kerugian di masa datang.
Penelitian TLR sebagai variabel independen juga pernah dilakukan, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Francis & Martin (2010) dan Bushman et al.
27
(2011). Francis & Martin (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh TLR
terhadap keputusan akuisis oleh manajemen. Hasil penelitian menemukan adanya
pengambilan keputusan akuisisi yang lebih baik dan lebih menguntungkan pada
perusahaan yang menerapkan TLR. Perusahaan menjadi lebih sensitif pada
penurunan kesempatan investasi dan lebih cepat menilai investasi mana yang
menguntungkan (Bushman et al., 2011). Dengan begitu, penyajian laporan
keuangan yang mengakui rugi tepat waktu juga terbukti memberikan manfaat,
terutama dalam keputusan investasi dan akuisisi.
Berkembangnya isu IFRS yang menjadikan timeliness sebagai bagian dari
karakteristik kualitatif suatu pelaporan akuntansi juga membuat banyak peneliti
baik di dalam maupun di luar negeri tertarik untuk menelitinya. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), Paglietti
(2009), Outa (2011), Brauer et al. (2011), Sun et al. (2011), Chua et al. (2012),
Sianipar & Marsono (2013), dan Arum (2013) melakukan penelitian terkait
pengaruh IFRS terhadap kualitas laporan keuangan dengan menggunakan TLR
sebagai salah satu proksinya namun tidak semua penelitian mengarah pada
kesimpulan yang sama. Beberapa penelitian menghasilkan penemuan adanya
pengaruh positif antara penerapan IFRS terhadap TLR (Christensen et al., 2007,
Barth et al., 2008, Outa, 2011 dan Chua et al., 2012), namun ada juga yang
menemukan bahwa penerapan IFRS sama sekali tidak berpengaruh pada TLR
(Paglietti., 2009, Brauer et al., 2011, Sun et al., 2011, Sianipar & Marsono, 2013,
dan Arum, 2013).
28
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketepatan
waktu manajemen dalam mengakui kerugian. Beberapa faktor tersebut kemudian
digunakan sebagai variabel kontrol oleh peneliti, untuk mengontrol hasil
penelitian agar tidak bias. Faktor-faktor tersebut seperti ukuran perusahaan
(Arum, 2013; Outa 2011; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012; Jayaraman,
2012; Lang et al., 2006; Sun et al., 2011; Ball & Shivakumar, 2005; Sianipar &
Marsono, 2013; Barth et al., 2008; Nikolaev, 2006), leverage (Cohen, 2003;
Nikolaev, 2006; Arum, 2013; Barth et al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013; Ball
& Shivakumar, 2005; Sun et al., 2011; Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010;
Chua et al., 2012; Outa, 2011), kualitas audit (Basu et al., 2001; Ball &
Shivakumar, 2005; dan Jayaraman, 2012), profitabilitas (Jayaraman, 2012) dan
penerapan standar baru di suatu negara (Jayaraman, 2012; Paglietti, 2009; dan
Barth et al., 2008).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,
leverage, profitabilitas, dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap ketepatan
waktu pengakuan rugi, sedangkan pada penerapan standar baru terdapat hasil yang
berbeda. Ada hasil yang menyatakan bahwa penerapan standar baru berpengaruh
positif, namun ada juga yang tidak berpengaruh. Ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi TLR karena adanya risiko litigasi (Ball & Shivakumar, 2005) dan
perbedaan agency cost. Kemudian, leverage berhubungan dengan struktur
permodalan perusahaan yang dapat memicu insentif perusahaan untuk
“mempercantik” informasi laporan keuangan dan juga terkait agency cost antara
kreditur dengan manajemen. Kualitas audit berhubungan dengan tingkat
29
independensi dan penilaian atas kualitas informasi dalam laporan keuangan.
Sedangkan pada penerapan standar yang baru, hasil yang berbeda terkait dengan
kesiapan suatu organisasi atau suatu negara untuk mengganti standar keuangan
yang sudah ada. Kesiapan penerapan standar akan berpengaruh pada efektivitas
penerapan standar sehingga berpengaruh pula pada kualitas informasi keuangan
yang dihasilkan.
30
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Timely Loss Recognition
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
1 Sianipar &
Marsono (2013)
Manajemen laba,
relevansi nilai,
TLR
IFRS Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Penerapan IFRS tidak berpengaruh
pada manajemen laba, relevansi
nilai, dan TLR
2 Chua et al.
(2012)
Manajemen laba,
relevansi nilai,
TLR
Mandatory IFRS
adoption
Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Mandatory IFRS adoption
menurunkan
earning smoothing behavior
Mandatory IFRS adoption
berpengaruh positif pada TLR
Relevansi nilai meningkat setelah
penerapan IFRS
3 Arum (2013) Earning
management, TLR,
Value relevance
IFRS OCF, size, leverage IFRS berpengaruh pada penurunan
manajemen laba
IFRS berpengaruh pada
peningkatan value relevance
IFRS tidak berpengaruh pada TLR
4 Outa (2011) Earning
management, TLR,
Value relevance
IFRS Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Pada periode setelah diterapkannya
IFRS, terjadi penurunan laba dan
pada periode sebelum
diterapkannya IFRS ditemukan
adanya manajemen laba yang
berarti telah terjadi peningkatan
31
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
kualitas terhadap manajemen laba
IAS firms mengakui rugi lebih tepat
waktu pada periode setelah
diterapkannya IFRS dibandingkan
pada periode sebelum
diterapkannya IFRS secara
mandatory
Penerapan IFRS menunjukkan
pengaruh terhadap menurunnya
manajemen laba, meningkatnya
TLR dan value relevance
5 Sun et al.
(2011)
Discretionary
accruals, target
beating, earning
persistence, TLR,
ERC
Mandatory
adoption of IFRS
Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Tidak ada perubahan kualitas laba
pada periode sebelum dengan
sesudah pengadopsian IFRS pada
perusahaan cross-listing di US,
terutama pada Discretionary
accruals, TLR, dan ERC
Terdapat kualitas laba yang
menunjukkan peningkatan, yaitu
pada incidence of small positive
earnings and earnings persistence
6 Brauer et al.
(2011)
TLR IFRS Tidak ada perubahan pada TLR
setelah penerapan IFRS
7 Paglietti (2009) Earning IFRS mandatory Size, financing structure, Terjadi peningkatan manajemen
32
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
management, TLR,
Value relevance
adoption growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
laba pada periode penerapan IFRS
yang ditandai dengan
meningkatnya earning smoothing
dan tidak ada hubungan yang
signifikan pada perubahan
manajemen laba karena target
Penerapan IFRS berhubungan
dengan penurunan TLR dengan
ditandai adanya waktu pengakuan
yang sama pada pengakuan laba
dengan rugi
Terdapat peningkatan value
relevance setelah pengadopsian
IFRS
8 Barth et al.
(2008)
Manajemen laba,
relevansi nilai,
TLR
IAS Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Perusahaan yang mengadopsi IAS
mengalami penurunan manajemen
laba, peningkatan pada TLR dan
relevansi nilai dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak
mengadopsi IAS pada periode post-
adoption
Tidak ada perbedaan accounting
quality pada perusahaan
pengadopsi IAS, dengan
perusahaan yang tidak mengadopsi
33
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
IAS pada periode pre-adoption,
namun perusahaan pengadopsi IAS
telah melakukan TLR bahkan pada
periode pre-adoption
Terdapat peningkatan accounting
quality pada perusahaan
pengadopsi IAS antara periode pre-
adoption dengan post-adoption
Perubahan accounting quality lebih
besar pada perusahaan pengadopsi
IAS dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak mengadopsi
IAS
9 Christensen et
al. (2007)
Earnings
management and
TLR
IFRS Terdapat peningkatan kualitas
akuntansi dengan adanya
penurunan earnings management
dan peningkatan TLR pada
voluntary IFRS adopters, namun
tidak ada peningkatan kualitas pada
forced IFRS adopters
10 Ball &
Shivakumar
(2005)
TLR UK private and
public firms
Size, leverage, industry
membership dan ukuran
auditor, endogenous
listing choice
Private firms melaporkan kualitas
laba lebih rendah, dengan tingkat
asimetri ketepatan waktu yang
rendah antara pengakuan rugi
dengan pengakuan laba
34
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
Private firms memiliki kualitas
laporan keuangan yang rendah
karena memang permintaan pasar,
walaupun menggunakan standar
akuntansi dan hukum pajak yang
sama dengan public firms. Private
firms menggunakan laporan
keuangan sebagai pengganti private
communication untuk mengurangi
asimetri informasi antara manajer
dengan pihak lain
TLR tidak terpengaruh size,
leverage, fiscal year end dan
industry differences between public
and private firms
11 Jayaraman
(2012)
TLR Insider trading
enforcement
Growth opportunities,
firm specific uncertainty,
ROE, MTB, IFRS, size,
firm performance, firm
international operations,
presence of big8 auditor,
time varying factors,
access to capital,
differences in external
financing, time-invariant
TLR meningkatkan setelah
dipatuhinya insider trading laws
Pengaruh insider trading
enforcement pada TLR lebih kuat
pada perusahaan dengan
permintaan kontrak hutang yang
tinggi
Pengaruh insider trading
enforcement pada TLR lebih kuat
pada perusahaan dengan
35
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
institutional factors pengawasan internal yang ketat
Tidak ada pengaruh antara
permintaan pasar modal terhadap
meningkatnya permintaan TLR
oleh insider trading laws
12 Nikolaev
(2006)
TLR Debt contract
restrictiveness
Size, volatility, leverage,
probability of
bankruptcy, growth,
BtM, dividend yield,
VAI
Perusahaan dengan kontrak
perjanjian hutang yang ketat dua
kali lebih tepat waktu dalam
melaporkan kerugian dibandingkan
dengan perusahaan kontrak hutang
yang longgar
13 Gormley et al.
(2012)
TLR Foreign bank
entry
Firm fixed effect, year
fixed effects Masuknya bank luar negeri
meningkatkan TLR
Peningkatan TLR juga meningkat
pada private firms, smaller firms,
non-group firms dan firms with
greater external financing
dependence
Perubahan yang terjadi pada TLR
setelah masuknya bank luar negeri
berpengaruh positif pada firm’
access to credit
14 Aflatooni &
Mokarami
TLR REM Ditemukan OCF dan discretionary
expense yang abnormally low, serta
36
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
(2013) biaya produksi yang abnormally
high pada perusahaan yang
melaporkan small positive net
income tahunan
Ditemukan bukti bahwa perusahaan
berusaha meningkatkan laba
tahunan dengan memberikan
diskon untuk meningkatkan
penjualan dan melakukan produksi
yang berlebihan untuk menurunkan
discretionary expense
TLR lebih rendah pada perusahaan
yang melakukan REM
15 Ball et al.
(2000)
TLR Accounting
standards,
institutional
environment,
issuer incentives
Faktor institusional yang lebih luas
menjadi penentu utama dalam
financial statement properties
Issuer incentives menentukan
financial statement properties
Keberadaaan auditor internasional
tidak berpengaruh pada TLR karena
hubungannya dengan institutional
environtment
Accounting standard tidak
berpengaruh pada TLR dan
insentif pada penerbitan general
37
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
statement muncul dari institutional
environment yang lebih luas, yang
sangat berpengaruh pada
transparansi financial statement
16 Sodan & Barac
(2013)
ATLR Corporate life-
cycle stages
Terdapat perbedaan pengakuan rugi
pada company life-cycle stages.
Perusahaan dalam fase early stages
mengakui konservatisme pada
tingkat yang lebih rendah, dengan
begitu, mengakui asymmetric
timeliness of earnings lebih rendah.
17 Ball et al.
(2008)
Financial reporting
quality
Equity market,
debt market
Countries legal origin,
legal enforcement and
investor protection
ratings, MTB
Ukuran debt market berpengaruh
signifikan terhadap TLR
Tidak ada hubungan antara TLGR
dengan ukuran equity market
Debt market menuntut financial
reporting lebih tepat waktu (TLR)
dan lebih konservatif karena
informasi dari financial report
sangat dibutuhkan
18 Francis &
Martin (2010)
Acquisition
investment decision
TLR Leverage, size, litigation
risk, market value of
equity
Perusahaan yang mengakui
kerugian yang tepat waktu
membuat keputusan akuisisi yang
lebih menguntungkan
38
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
Kecil kemungkinannya bagi
perusahaan untuk membuat pasca-
akuisisi divestasi ( konsisten
dengan keputusan investasi yang
lebih baik), tetapi bertindak lebih
cepat untuk melakukan divestasi
Terdapat hubungan yang positif
antara TLR dengan acquisition
profitability terutama bagi
perusahaan dengan agency cost
yang besar
19 Lang et al.
(2006)
Earning
Smoothing,
tendency to manage
earnings towards a
target, TLR,
general association
with share prices
Reconciled
accounting by
cross-listed firm
Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance,
leverage, cash flows
Earning smoothing pada cross-
listed firm lebih sering dilakukan
daripada US firms, memiliki
kecenderungan lebih besar untuk
melakukan manajemen laba sebagai
upaya pencapaian target, lower
association with share prices, dan
lebih lambat dalam mengakui
kerugian
20 Bushman et al.
(2011)
Corporate
investment
behavior
TLR Country-level, industry-
level- firm-level Incremental and total sensitivity of
corporate investment terhadap
penurunan kesempatan investasi
meningkat pada suatu negara
dengan praktik TLR yang tinggi
39
Sumber: Berbagai jurnal
Keterangan:
TLR : Timely Loss Recognition
TGLR : Timely Gain and Loss Recognition
ATLR : Asymmetri Timely Loss Recognition
MTB : Market to Book Value
IFRS : International Financial Reporting Standard
IAS : International Accounting Standard
ATO : Assets Turn-Over
CF : Cash Flow
ROE : Return on Equity
BtM : Book to Market ratio
VAI : Variability of Accounting Income
OCF : Operating Cash Flows
ERC : Earnings Response Coefficient
REM : Real Earnings Management
Berikut ini merupakan hasil penelian sebelumnya terkait kepemilikan asing dan IFRS.
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu tentang IFRS dan Kepemilikan Asing
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
1 Bopkin &
Isshaq (2009)
Foreign ownership Corporate
disclosure
MVE, MTB, ROE,
TDS, FCF,
leverage
Terdapat hubungan positif yang
signifikan antara corporate disclosure
dengan foreign ownership
MVE, MTB, FCF berpengaruh
signifikan terhadap foreign ownership
Terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara foreign ownership
dengan leverage
Tidak ada hubungan yang signifikan
antara foreign ownership dengan
corporate governance, ROE, dan TDS
40
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
2 Chevalier et al.
(2006)
Corporate
governance
Foreign ownership Tangibility,
profitability,
volatility, firm size,
MVE
Foreign ownership berpengaruh pada
praktik corporate governance yang lebih
baik
Terdapat hubungan positif antara
tangibility, volatility dan firm size
dengan foreign ownership
Profitability dan MVE berpengaruh
negatif terhadap foreign ownership
3 DeFond et al.
(2011)
Foreign mutual
ownership
Mandatory IFRS
adoption
SIZE, Big5 auditor,
ROE, leverage,
BTMV, growth,
stock return,
market index,
number of analyst,
dividend yield
Terdapat peningkatan foreign mutual
ownership setelah pengadopsian IFRS
4 Cahyonowati &
Ratmono
(2012)
Kualitas informasi IFRS Jenis industri,
ukuran perusahaan Tidak terdapat peningkatan kualitas
infomasi setelah penerapan IFRS
Tidak ada peningkatan relevansi laba
dengan keputusan investasi setelah IFRS
diadopsi
5 Aisbitt (2006) Reconciliations of
equity
IFRS Tidak ada pengaruh signifikan antara
penerapan IFRS dengan ekuitas
6 Horton et al.
(2013)
Information
environment
IFRS mandatory
adoption
Level of absolute
accruals, analyst Penerapan mandatory IFRS
meningkatkan kualitas information
41
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
coverage, MVE,
reporting negative
income, and
forecast horizon
environtment dengan adanya
peningkatan pada kualitas informasi dan
accounting comparability
Terdapat peningkatan akurasi earnings
forecast pada mandatory adopters
Tidak ada hubungan antara forecast
accuracy setelah penerapan IFRS
dengan kesempatan manajer untuk
manajemen laba
7 Bozcuk (2012) Firm performance Voluntary
adoption of IFRS
Size, shor term
performance,
ownership
Terdapat peningkatan performance pada
perusahaan yang mengadopsi IFRS
Terdapat hubungan yang positif antara
adopsi IFRS dengan size dan short-term
performance
8 Gaston et al.
(2010)
Quantitive impact
(such as fixed
assets, current
assets, total assets,
equity, long-term
liabilities, short-
term liabilities,
operating income,
net income, current
ratio, solvency,
indebtness, ROA,
IFRS mandatory
adoption in Spain
and UK
Terdapat pengaruh yang signifikan
antara IFRS dengan quantitive impact
baik di Spanyol dan pengaruh yang lebih
tinggi terlihat di Inggris
Terdapat pengaruh negatif antara IFRS
dengan relevansi pelaporan, namun
hanya di Spanyol yang berpengaruh
signifikan
42
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
and ROE) and
information
relevance
9 Perramon &
Amat (2006)
Income statement IFRS introduction IFRS introduction berpengaruh pada
profit result dengan adanya penerapan
fair-value untuk instrumen derivatif dan
aturan terbaru terkait goodwill
Terdapat efek yang beragam pada laba
bersih setelah IFRS introduction yang
menyebabkan sulitnya memprediksi
dampak lainnya terhadap perusahaan
10 Major &
Marques (2009)
Firm performance,
corporate
governance
IFRS Terdapat peningkatan firm performance
setelah penerapan IFRS namun tidak
dengan corporate governance
11 Nobes &
Stadler (2014)
Managements’
accounting
information
decisions
Karakteristik
kualitatif IFRS
framework (such
as relevance,
faithful
representation,
comparability and
understandability)
Manajer biasanya menghasilkan
informasi keuangan yang mengacu pada
kualitas pengukuran, yaitu pada faithful
representation
12 Rohaeni &
Aryati (2012)
Income Smoothing IFRS Penerapan IFRS berpengaruh negatif
terhadap praktik income smoothing
43
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Variabel Kontrol Hasil Penelitian
13 Stent et al.
(2010)
Financial
statements and
ratios
IFRS Terdapat pengaruh signifikan antara
IFRS dengan laporan keuangan
perusahaan dan rasio perusahaan
14 Houqe et al.
(2012)
Earnings Quality IFRS and investor
protection
Terdapat peningkatan kualitas laba
(earnings quality) setelah penerapan
IFRS dan ketika suatu negara provides
stronger protection terhadap para
investornya
Sumber: Berbagai jurnal
Keterangan:
MVE : Market Value of Equity
MTB : Market to Book
ROE : Return on Equity
TDS : Total Disclosure Share
FCF : Free Cash Flow
BTMV : Book to Market Value
44
44
Variabel penelitian tentang kepemilikan asing sudah pernah dilakukan.
Penelitian tentang kepemilikan asing yang ditemukan peneliti, yaitu Chevalier et
al. (2006), Bopkin & Isshaq (2009); dan DeFond et al. (2011). Chevalier et al.
(2006) meneliti bagaimana pengaruh kepemilikan asing terhadap corporate
governance (CG) dan menemukan adanya praktik CG yang lebih baik setelah
masuknya investasi asing. Bopkin & Isshaq (2009) melakukan penelitian terkait
pengungkapan perusahaan (corporate disclosure) terhadap kepemilikan asing dan
menemukan hubungan yang positif signifikan antara corporate disclosure dengan
kepemilikan asing. Penelitian lain tentang kepemilikan asing dilakukan oleh
DeFond et al. (2011) yang meneliti pengaruh mandatory IFRS adoption terhadap
kepemilikan asing dan menemukan adanya peningkatan kepemilikan asing setelah
suatu perusahaan menerapkan IFRS. Standar IFRS merupakan solusi dari standar
akuntansi yang berbeda-beda di setiap negara. Dengan penerapan IFRS di
berbagai negara mengurangi asimetri informasi karena informasi yang disajikan
telah menggunakan bahasa akuntansi yang sama sehingga meningkatkan
keterbandingan dan lebih mudah dipahami. Investor asing terhindar dari
keterbatasan informasi dan semakin mudah mengambil keputusan apabila ingin
berinvestasi di negara lain.
Kemudian variabel IFRS juga sudah banyak diteliti dan beberapa penelitian
menemukan penerapan IFRS belum memiliki manfaat atau peningkatan kualitas.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Cahyonowati & Ratmono (2012) dan
Aisbit (2006). Kesamaan kedua penelitian tersebut adalah penelitian dilakukan
pada sampel early adopter atau perusahaan yang baru saja mulai menerapkan
45
45
IFRS sehingga terdapat kemungkinan bahwa penerapan IFRS masih belum
maksimal sehingga potensi manfaat penerapan IFRS masih belum terlihat. Pada
penelitian lain terkait IFRS membuktikan adanya peningkatan kualitas setelah
penerapan IFRS. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Perramon & Amat
(2006), Major & Marques (2009), Gaston et al. (2010), Stent et al. (2010),
Bozcuk (2012), Houqe et al. (2012), Rohaeni & Aryati (2012), Horton et al.
(2013), dan Nobes & Stadler (2014).
Walaupun penelitian mengenai pengaruh IFRS terhadap TLR telah banyak
dilakukan, namun hasil penelitian masih bertentangan. Peneliti seperti Christensen
et al. (2007), Barth et al. (2008), Outa (2011), dan Chua et al. (2012)
mengemukakan adanya peningkatan TLR setelah diterapkannya IFRS. Namun
penelitian lain seperti , namun ada juga yang Paglietti (2009), Brauer et al. (2011),
Sun et al. (2011), Sianipar & Marsono (2013), dan Arum (2013) menemukan
bahwa penerapan IFRS sama sekali tidak berpengaruh pada TLR. Selain itu,
penelitian mengenai pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR pun masih jarang
dilakukan. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan pengujian kembali
mengenai pengaruh IFRS serta kepemilikan asing terhadap TLR. Kemudian, agar
hasil penelitian tidak bias, peneliti menambahkan empat variabel kontrol, yaitu
ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, dan kualitas audit.
46
46
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Variabel Independen
2.3.1.1. Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan seperangkat
standar akuntansi yang dikembangkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB) dan merupakan standar akuntansi berkualitas tinggi yang
memungkinkan untuk diterapkan di seluruh dunia. IFRS juga diterapkan
berdasarkan prinsip principle-based memungkinkan untuk diterapkan di berbagai
sektor industri sehingga informasi yang dihasilkan dapat diperbandingkan. IFRS
menjanjikan kualitas informasi yang lebih comparable, timeliness, dan transparan.
Sebagai standar berkualitas tinggi, saat ini IFRS telah diterapkan di 138 negara,
termasuk Indonesia.
Sebagai negara yang tergabung dalam G-20, Indonesia berkomitmen untuk
menerapkan IFRS secara penuh pada tahun 2012. Walau begitu, keinginan untuk
memiliki standar akuntansi bertaraf internasional telah muncul sejak tahun 1994
dan adanya kewajiban penerapan IFRS di Eropa pada tahun 2005 mendorong
Indonesia untuk mengikuti jejak negara-negara maju dan berkiblat pada IFRS.
Proses konvergensi IFRS dimulai tahun 2006 dan hingga tahun 2012, Indonesia
telah memiliki 62 standar akuntansi berbasis IFRS.
Penerapan IFRS di Indonesia tidak hanya didorong oleh penerapan IFRS di
negara-negara Eropa dan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan
Australia, namun juga keinginan untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih
47
47
berkualitas. Peningkatan kualitas laporan keuangan tersebut tertuang dalam
Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements yang
diterbitkan oleh IASC (sekarang berganti menjadi IASB). Dalam rerangka
tersebut dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya IASC adalah untuk membuat
standar pelaporan keuangan yang berkualitas dan dapat diterima. Untuk itu,
dibuatlah standar pelaporan keuangan yang berdasarkan principle based dan
menghilangkan standar yang dapat memicu alternatif penggunaan standar untuk
kepentingan manajemen, serta menganjurkan penggunaan metode akuntansi yang
dapat meningkatkan transparansi informasi oleh perusahaan. IFRS dibuat
berdasarkan beberapa kriteria tersebut. Pada principle based, perusahaan
menerapkan metode akuntansi berdasarkan prinsipnya, bukan teknisnya karena
adanya perbedaan karakteristik di setiap jenis industri sehingga memungkinkan
informasi yang dihasilkan perusahaan lebih mencerminkan kondisi perusahaan.
Kemudian IFRS menghilangan standar yang berpotensi memberikan manajemen
alternatif untuk menggunakan metode akuntansi yang hanya didasarkan
kepentingan, bukannya transparansi. Oleh karena itu, dengan adanya pelaporan
yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan, laporan dan informasi yang
dihasilkan lebih berkualitas, dan salah satu kualitas laporan keuangan yang
meningkat, yaitu pada ketepatanwaktu (timeliness) yang diterapkan pada
pengakuan rugi.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh IFRS pada timely
loss recognition (TLR) dan menemukan adanya pengaruh signifikan positif.
Seperti hasil penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et
48
48
al. (2012) menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih tepat waktu setelah
penerapan IFRS. Namun ada juga beberapa penelitian yang tidak menemukan
adanya peningkatan TLR setelah penerapan IFRS seperti penelitian Paglietti
(2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011) dan Sun et al. (2011). Walaupun
terdapat hasil penelitian yang menemukan tidak adanya peningkatan TLR,
Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa perbaikan kualitas laporan
keuangan belum akan terlihat pada early adopter dikarenakan belum siapnya
regulasi dan perangkat yang mendukung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
berpendapat bahwa konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan dengan pengakuan rugi yang lebih tepat waktu, sehingga hipotesis
dirumuskan sebagai berikut:
H1: IFRS berpengaruh positif pada peningkatan timely loss recognition.
2.3.1.2. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition
Globalisasi yang semakin berkembang semakin mengaburkan batas antar
negara dan memungkinkan semakin mudahnya transaksi antar negara dan
investasi. Sebagai negara yang memiliki potensi pasar yang besar, Indonesia
menjadi tujuan investasi yang diminati sehingga banyak investor asing yang
menanamkan investasinya di Indonesia. Persentase investasi diikuti dengan hak
investor untuk melakukan intervensi di dalam manajemen. Semakin besar
persentase kepemilikan, maka pengaruh yang ditimbulkan semakin besar sehingga
investor pun dapat berperan aktif dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap
pengambilan keputusan manajer dan memastikan bahwa investasinya
menguntungkan.
49
49
Teori institusional mengemukakan adanya proses peniruan dan penerapan
suatu budaya atau norma yang dianggap baik dan melegitimasinya menjadi aturan
yang berlaku di suatu organisasi DiMaggio & Powell (1983). Masuknya investor
asing membawa konsekuensi pada praktik manajemen perusahaan untuk
mengikuti praktik manajemen di negara asal karena dianggap lebih baik dan
mengarahkan manajemen untuk menerapkan aturan, sistem pelaporan internal,
dan prinsip pengungkapan pelaporan yang sama. Menurut Chevalier et al. (2006),
masuknya invetor asing dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan praktik
corporate governance menjadi lebih baik. Namun demikian, tidak semua tipe
investor asing berpengaruh pada peningkatan corporate governance. Investor
asing yang berinvestasi bisa saja dimiliki atau mempunyai hubungan istimewa
dengan Indonesia sehingga best practice yang diterapkan tidak berbeda dan tidak
ada peningkatan. Kepemilikan domestik pada perusahaan asing yang kemudian
menanamkan kembali modalnya di Indonesia biasanya dilakukan untuk
menghindari pajak sehingga banyak perusahaan Indonesia yang kemudian
menanamkan modalnya di tax haven country, dengan begitu, pajak yang
dibayarkan menjadi lebih kecil. Selain itu juga terdapat insentif untuk menutupi
pemilik utama perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa kepemilikan
asing akan berpengaruh pada praktik corporate governance yang lebih baik dan
dengan begitu, kualitas laporan keuangan yang dihasilkan pun menjadi lebih
berkualitas sehingga peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kepemilikan asing berpengaruh positif pada timely loss recognition.
50
50
2.3.2 Variabel Kontrol
2.3.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss Recognition
Agency theory mengemukakan bahwa semakin besar perusahaan, maka
principal akan membutuhkan agency cost yang semakin besar pula untuk
melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan. Karena semakin besarnya agency cost yang dikeluarkan, pengawasan
principal terhadap agen pun akan semakin ketat. Ketatnya pengawasan akan
mendorong manajemen untuk menyajikan informasi mengenai perusahaan dengan
lebih transparan, dalam hal ini, mengakui rugi perusahaan pada waktunya.
Menurut Ball & Shivakumar (2005), perusahaan yang besar cenderung mengakui
rugi dengan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Selain itu, ukuran perusahaan (size) merupakan proksi yang mewakili
volatilitas pengaruh atas economic income. Ball & Shivakumar (2005)
berpendapat bahwa size berhubungan dengan listing status, serta behavior dalam
melaporkan kerugian. Size juga berpengaruh positif pada konservatisme, terutama
pada asimetri pengakuan rugi dan laba, yaitu semakin besar perusahaan, maka
konservatisme perusahaan meningkat, yang berarti pengakuan rugi dilakukan
lebih sering dibandingkan pengakuan laba sebagai salah satu implementasi dari
konservatisme akuntansi (Ball & Shivakumar, 2005). Beberapa penelitian lain
yang dilakukan oleh Francis et al. (2008), Gu et al. (2002 dalam Fanani, 2009),
dan Cohen (2003) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada
kualitas laporan keuangan yang semakin baik. Semakin besar perusahaan, maka
kegiatan operasional akan lebih stabil dan diprediksi semakin baik sehingga
51
51
kemungkinan kesalahan estimasi akan lebih kecil (Gu et al., 2002 dalam Fanani,
2009). Oleh karena itu, ukuran perusahaan diperkiraan akan berpengaruh positif
terhadap TLR.
2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition
Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan,
tidak hanya dalam menghasilkan laba, tetapi juga digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memanfaatkan aset perusahaan dalam menghasilkan laba.
Aset perusahaan dapat diperoleh dari pinjaman atau investasi. Dengan kata lain,
rasio ini digunakan untuk menilai tingkat efisiensi suatu investasi. Biddle et al.
(2009) mengemukakan bahwa tingkat efisiensi dapat dipengaruhi kualitas laporan
keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas akan memberikan infomasi yang
dibutuhkan oleh investor sehingga dapat membuat kontrak perjanjian kerja sama
yang lebih baik dan dapat menghindari inefisiensi investasi karena dengan kontrak
perjanjian yang lebih baik, investor dapat mengawasi setiap keputusan investasi
yang dilakukan oleh manajer. Laporan keuangan yang bekualitas ditandai dengan
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu, sehingga variabel profibatabilitas ini
diperkirakan akan memiliki hubungan yang positif terhadap TLR.
2.3.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition
Leverage merupakan rasio yang dapat menggambarkan sumber permodalan
perusahaan dan bagaimana perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Semakin besar rasio leverage, maka semakin besar aktivitas perusahaan didanai
dengan utang. Hal itu bukanlah hal yang baik karena dengan besarnya hutang
52
52
perusahaan akan membuat perusahaan fokus pada pengembalian hutang dan
bukannya membuat perusahaan semakin berkembang. Namun tingginya leverage
ternyata berpengaruh pada peningkatan kualitas laporan keuangan. Penelitian
seperti Cohen (2003) menemukan adanya peningkatan kualitas laporan keuangan
sejalan dengan tingginya leverage. Hal tersebut dikarenakan tingginya leverage
akan meningkatkan agency cost yang berimplikasi pada permintaan atas
pengawasan yang tinggi baik dalam kinerja untuk memanfaatkan dana yang
diperoleh, dan juga penyajian laporan terkait kinerja manajemen. Leverage
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap TLR.
2.3.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Time Loss Recognition
Berdasarkan agency theory, kepentingan yang berbeda antara principal dan
agen harus dijembatani agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Auditor independen
merupakan pihak yang dapat menjembatani kesenjangan kepentingan tersebut.
Auditor independen sebagai pihak diluar perusahaan dapat melakukan penilaian
atas kinerja manajemen dan kewajaran pelaporan keuangan tanpa dipengaruhi
kepentingan tertentu sehingga penilaian lebih independen dan dapat dipercaya.
Hasil penilaian yang baik dari auditor independen dapat meningkatkan
kepercayaan principal terhadap kemampuan agen mengelola perusahaan.
Untuk dapat memberikan rasa percaya principal terhadap agen, kualitas
audit dari auditor independen pun dipertimbangkan. Kualitas audit yang baik akan
menghasilkan laporan audit yang dapat dipercaya dan informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan pun dapat lebih diandalkan. Kualitas audit diproksikan
dengan keberadaan auditor yang tergabung dalam “Big Four” auditors. Kualitas
53
53
audit yang diaudit oleh “Big Four” auditors memiliki kualitas yang tinggi
sehingga diharapkan perusahaan yang menggunakan “Big Four” auditors sebagai
auditor akan lebih tepat waktu (timely) dalam mengakui kerugian. Francis &
Wang (2008) menemukan adanya peningkatan kualitas laba pada perusahaan
dengan “Big Four” auditors yang ditandai dengan mengakui rugi serta
konservatisme laba yang lebih besar dibandingkan dengan non-Big Four firms.
Basu et al. (2001) menemukan bahwa konservatisme kualitas laba lebih tinggi
pada “Big Eight” auditee yang berarti pengakuan rugi dilakukan lebih tepat waktu
daripada pengakuan laba. Perbedaan kualitas itu disebabkan adanya tanggung
jawab hukum yang lebih besar pada “Big Eight” auditors dibandingkan Non-Big
Eight. Peneliti memperkirakan kualitas audit akan berpengaruh positif terhadap
TLR.
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka serta penelitian-penelitian terdahulu, peneliti
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut.
Timely loss recognition atau pengakuan rugi tepat waktu dalam laporan
keuangan yang dilakukan oleh manajemen dipengaruhi beberapa variabel, seperti
penerapan standar internasional IFRS, kepemilikan saham oleh pihak asing,
ukuran perusahaan (Size), profitabilitas (ROA), leverage (DER), serta kualitas
audit. Variabel-variabel tersebut dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
terhadap ketepatan waktu pengakuan kerugian oleh manajemen. Sedangkan untuk
variabel lainnya, peneliti menetapkan penerapan IFRS dan kepemilikan asing
sebagai variabel independen dan sebagai variabel kontrol, peneliti menggunakan
54
54
profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (Size), Leverage (DER), serta kualitas
audit. Adanya beberapa variabel kontrol ini diharapkan bahwa hasil penelitian
tidak bias.
Dari kerangka pemikiran yang telah dijelaskan, skema dari kerangka
pemikiran adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1: Kerangka
Pemikiran
55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis pengujian hipotesis yang merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk menjelaskan sifat hubungan tertentu atau
menentukan perbedaan antarkelompok atau interdependensi dua atau lebih faktor
dalam situasi tertentu (Sekaran, 2011). Hipotesis yang akan diuji yaitu terkait
pengaruh kepemilikan asing dan penerapan standar internasional IFRS terhadap
timely loss recognition atau ketepatan waktu pengakuan kerugian. Selain itu,
peneliti juga akan menggunakan beberapa variabel kontrol, yaitu, leverage,
profitabilitas dan corporate governance (diproksikan dengan kualitas audit).
3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang mengacu pada seluruh kelompok
orang, kejadian, atau minat yang menarik minat peneliti atau memiliki
karakteristik tertentu dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini, yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dan selain perusahaan yang
merupakan sektor perbankan serta perusahaan yang berstatus BUMN.
Penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
55
(Sugiyono, 2009). Pertimbangan yang digunakan berupa kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012,
3. Perusahaan bukan merupakan perusahaan yang bergerak di industri
perbankan dan berstatus BUMN,
4. Perusahaan tidak terdaftar di bursa efek lain (cross listing), karena
peraturan yang digunakan perusahaan cross listing menggunakan dasar
peraturan yang berlaku di luar negeri sehingga peraturan yang digunakan
berbeda,
5. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada periode sampel,
6. Perusahaan menggunakan periode cut off pada bulan Desember, karena
perbedaan periode cut off pelaporan akan mempengaruhi nilai keuangan
yang dilaporkan,
7. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel
penelitian.
Peneliti tidak menggunakan perusahaan di sektor perbankan dan perusahaan
yang berstatus BUMN karena perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki tata
kelola yang baik. Perusahaan di sektor perbankan selain memiliki peraturan tata
kelola tersendiri, juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
BAPEPAM-LK, dan terutama oleh Bank Indonesia (BI). Sedangkan perusahaan
yang berstatus BUMN telah terdapat undang-undang yang mengatur tata
56
kelolanya yang tercantum dalam UU Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara, serta Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-
MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan
Usaha Milik Negara dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik pada BUMN yang menuntut diterapkannya prinsip-prinsip Good
Corporate Governance di lingkungan BUMN/D sehingga kualitas laporan
keuangan yang dihasilkan juga lebih reliabel dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari dokumentasi
perusahaan. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan oleh seseorang dan bukannya diperoleh sendiri oleh peneliti
(Sekaran, 2011). Data yang digunakan berupa data keuangan dan non-keuangan
yang berasal dari financial statement perusahaan yang telah diaudit, annual report
perusahaan, prospektus dan laporan kepemilikan saham bulanan yang diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang terdapat di Pojok BEI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, website BEI
yang dapat diakses di www.IDX.co.id.
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel penelitian. Variabel
penelitian sendiri merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi untuk kemudian
57
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan tiga macam
variabel, yang terdiri dari satu variabel dependen, dua variabel independen, dan
empat variabel kontrol.
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau diakibatkan adanya variabel independen (Sugiyono, 2009).
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah TLR atau
ketepatan waktu pengakuan kerugian. Pada variabel ini, peneliti menggunakan
Large Negative Net Income (LNEG).
Peneliti menggunakan LNEG sebagai alat ukur berdasarkan pada adanya
kecenderungan manajemen untuk melakukan income smoothing. Dalam penelitian
yang dilakukan Ball et al. (2000) menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam
isu internasional adalah kesediaan perusahaan untuk mengakui rugi yang besar
pada periode terjadinya dan bukannya mengakui kerugian secara bertahap.
Perusahaan cenderung menyebarkan efeknya di beberapa periode, dengan begitu
perusahaan bermaksud meratakan perolehan keuntungannya. Hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai perataan laba (earning smoothing), yang dalam kasus ini,
pengakuan laba yang besar akan sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, penelitian
yang dilakukan Lang et al. (2006) menggunakan pengakuan laba yang besar pada
suatu periode akuntansi untuk mengukur TLR sebagai salah satu indikator kualitas
laba. Lang et al (2006) mengukur TLR dengan membagi laba bersih dengan total
aset. Apabila hasilnya kurang dari -0,20 akan diberi kode 1 dan selain itu akan
diberi kode 0. Persamaannya adalah sebagai berikut.
58
Keterangan:
LNEG = Large negative net income
Net Income = Laba bersih setelah pajak
Total Aset = Jumlah total aset perusahaan
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen disebut juga variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (Sugiyono, 2009). Terdapat dua variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu pengadopsian standar akuntansi internasional atau
IFRS dan keberadaan kepemilikan asing di perusahaan.
3.4.2.1 Konvergensi IFRS
Variabel ini digunakan untuk membandingkan pengaruh IFRS
terhadap timely loss recognition, yaitu dengan membandingkan pengaruhnya pada
perusahaan yang belum menerapkan SAK IFRS dan yang telah menerapkan SAK
IFRS. Peneliti menggunakan tahun 2011 sebagai cutoff periode konvergensi IFRS
yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arum (2013).
Penetapan tahun 2011 dilakukan karena pada periode sebelumnya, belum banyak
perusahaan yang menerapkan standar akuntansi yang baru. Oleh karena itu,
peneliti mengasumsikan periode sampel tahun 2009-2010 sebagai periode
sebelum konvergensi dan periode tahun 2011-2012 sebagai periode konvergensi.
59
Untuk melihat apakah perusahaan telah menerapkan SAK yang berbasis
IFRS, peneliti melakukan screening terhadap annual report perusahaan untuk
SAK yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan daftar SAK
yang diterbitkan oleh IAI. Daftar SAK yang telah konvergensi dengan IFRS
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS
No. PSAK/ISAK Tanggal
Efektif
1 PSAK 1 (2009) IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan 1-Jan-11
2 PSAK 2 (2009) IAS 7 Laporan Arus Kas 1-Jan-11
3 PSAK 3 (2010) IAS 34 Laporan Keuangan Interim 1-Jan-11
4 PSAK 4 (2009) IAS 27 Laporan Keuangan Konsolidasian
dan Laporan Keuangan Tersediri
1-Jan-11
5 PSAK 5 (2009) IFRS 8 Segmen Operasi 1-Jan-11
6 PSAK 7 (2010) IAS 24 Pengungkapan Pihak-Pihak
Berelasi
1-Jan-11
7 PSAK 8 (2010) IAS 10 Peristiwa setelah Periode
Pelaporan
1-Jan-11
8 PSAK 10 (2009) IAS 21 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta
Asing
1-Jan-12
9 PSAK 12 (2009) IAS 31 Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama
1-Jan-09
10 PSAK 13 (2011) IAS 40 Properti Investasi 1-Jan-12
11 PSAK 14 (2008) IAS 2 Persediaan 1-Jan-11
12 PSAK 15 (2009) IAS 28 Investasi pada Entitas Asosiasi 1-Jan-11
13 PSAK 16 (2011) IAS 16 Aset Tetap 1-Jan-12
14 PSAK 18 (2010) IAS 26 Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya
1-Jan-12
15 PSAK 19 (2010) IAS 38 Aset Tak Berwujud 1-Jan-11
16 PSAK 22 (2010) IFRS 3 Kombinasi Bisnis 1-Jan-11
17 PSAK 23 (2010) IAS 18 Pendapatan 1-Jan-11
18 PSAK 24 (2010) IAS 19 Imbalan Kerja 1-Jan-12
19 PSAK 25 (2009) IAS 8 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
1-Jan-11
20 PSAK 26 (2011) IAS 23 Biaya Pinjaman 1-Jan-12
21 PSAK 28 (2010) Akuntansi Kontrak Asuransi
Kerugian
1-Jan-12
22 PSAK 30 (2011) IAS 17 Sewa 1-Jan-12
23 PSAK 33 (2010) Aktivitas Pengupasan Lapisan 1-Jan-12
60
No. PSAK/ISAK Tanggal
Efektif
Tanah dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada
Pertambangan Umum
24 PSAK 34(2010) IAS 11 Kontrak Konstruksi 1-Jan-12
25 PSAK 38 (2004) Akuntansi Restrukturisasi Entitas
Sepengendali
1-Jan-05
26 PSAK 36 (2010) Akuntansi Kontrak asuransi Jiwa 1-Jan-12
27 PSAK 44 Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estate
1-Jan-98
28 PSAK 45 (2010) Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba
1-Jan-12
29 PSAK 46 (2010) IAS 12 Pajak Penghasilan 1-Jan-12
30 PSAK 48 (2009) IAS 36 Penurunan Nilai Aset 1-Jan-11
31 PSAK 50 (2010) IAS 32 Instrumen Keuangan: Penyajian 1-Jan-12
32 PSAK 51 (2003) Akuntansi Kuasi-Reorganisasi 1-Jan-00
33 PSAK 53 (2010) IFRS 2 Pembayaran Berbasis Saham 1-Jan-12
34 PSAK 55 (2011) IAS 39 Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran
1-Jan-12
35 PSAK 56 (2010) IAS 33 Laba per Saham 1-Jan-12
36 PSAK 57 (2009) IAS 37 Provisi, Liabilitas Kontinjensi,
danAset Kontinjensi
1-Jan-11
37 PSAK 58 (2009) IFRS 5 Aset Tidak Lancar yang dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan
1-Jan-11
38 PSAK 60 IFRS 7 Instrumen Keuangan:
Pengungkapan
1-Jan-12
39 PSAK 61 IAS 20 Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan
Pemerintah
1-Jan-12
40 PSAK 62 IFRS 4 Kontrak Asuransi 1-Jan-12
41 PSAK 63 IAS 29 Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi
1-Jan-12
42 PSAK 64 IFRS 6 Aktivitas Eksplorasu dan Evaluasi
pada Pertambangan Sumber Daya
Mineral
1-Jan-12
43 ISAK 7 (2009) SIC 12 Konsolidasi Entitas Bertujuan
Khusus
1-Jan-11
44 ISAK 8 SIC 27 Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Unsur
Sewa
1-Jan-08
45 ISAK 9 Perubahan atas Liabilitas
Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi,
dan Liabilitas Serupa
1-Jan-11
46 ISAK 10 IFRIC 13 Program Loyalitas Pelanggan 1-Jan-11
61
No. PSAK/ISAK Tanggal
Efektif
47 ISAK 11 Distribusi Aset Nonkas kepada
Pemilik
1-Jan-11
48 ISAK 12 SIC 13 Pengendalian Bersama Entitas:
Kontribusi Nonmoneter oleh
Venturer
1-Jan-11
49 ISAK 13 Lindung Nilai Investasi Neto
dalam Kegiatan Usaha Luar
Negeri
1-Jan-12
50 ISAK 14 SIC 32 Aset Tak Berwujud-Biaya Status
Web
1-Jan-11
51 ISAK 15 PSAK 24-Batas Aset Imbalan
Pasti, Persyaratan Pendanaan
Minimum dan Interaksinya
1-Jan-12
52 ISAK 16 IFRIC 12 Perjanjian Konsesi Jasa 1-Jan-12
53 ISAK 17 IFRIC 10 Laporan Keuangan Interim dan
Penurunan Nilai
1-Jan-11
54 ISAK 18 Bantuan Pemerintah-Tidak
Berelasi Spesifik dengan Aktivitas
Operasi
1-Jan-12
55 ISAK 19 IFRIC 7 Penerapan Pendekatan Penyajian
Kembali dalam PSAK 63:
Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi
1-Jan-12
56 ISAK 20 Pajak Penghasilan-Perubahan
dalam Status Pajak Entitas atau
Para Pemegang Saham
1-Jan-12
57 ISAK 22 Perjanjian Konsesi Jasa:
Pengungkapan
1-Jan-12
58 ISAK 23 SIC 15 Sewa Operasi-Insentif 1-Jan-12
59 ISAK 24 IFRIC 4 Evaluasi Substansi Beberapa
Transaksi yang Melibatkan Suatu
Bentuk Legal Sewa
1-Jan-12
60 ISAK 25 Hak Atas Tanah 1-Jan-12
61 ISAK 26 Penilaian Ulang Derivatif Melekat 1-Jan-12
Sumber: Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan (Juan & Wahyuni, 2012)
Sebagai pengukuran, variabel IFRS diukur menggunakan dummy variable.
Jika perusahaan telah menerapkan SAK IFRS akan diberi kode 1, sedangkan yang
belum menerapkan akan diberi kode 0.
62
3.4.2.2 Kepemilikan Asing
Menurut Widagdo (2014) tidak semua tipe investor asing berpengaruh pada
peningkatan corporate governance. Investor asing yang berinvestasi bisa saja
dimiliki atau mempunyai hubungan istimewa dengan Indonesia sehingga best
practice yang diterapkan tidak berbeda dan tidak ada peningkatan. Kepemilikan
domestik pada perusahaan asing yang kemudian menanamkan kembali modalnya
di Indonesia biasanya dilakukan untuk menghindari pajak sehingga banyak
perusahaan Indonesia yang kemudian menanamkan modalnya di tax haven
country, dengan begitu, pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil. Selain itu juga
terdapat insentif untuk menutupi pemilik utama perusahaan.
Karena keaslian investor asing dapat berpengaruh pada kualitas corporate
governance, sangat penting untuk melihat apakah investor asing benar-benar
dimiliki oleh perusahaan atau perorangan asing dan tidak berasal dari perusahaan
yang berdomisili di area tax haven country. Oleh karena itu, dalam mengukur
kepemilikan asing, peneliti menggunakan dua metode pengukuran, yaitu sebagai
berikut.
a. Metode skala, yaitu dengan melihat kepemilikan asing dari persentase
kepemilikan saham oleh warga negara asing (WNA) atau organisasi yang
berbasis di negara asing,
b. Metode nominal, yaitu mengukur kepemilikan asing yang dilihat dari
keasliannya (genuine) dan kemudian dikategorikan ke dalam dummy
variable.
63
Penentuan dummy variable pada keaslian pemilik saham oleh asing
didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
a. Kepemilikan saham, baik perorangan maupun organisasi yang lebih dari
20% dan berada di negara tax haven atau kepemilikan saham oleh asing
kurang dari 20% akan diberi kode 0,
b. Kepemilikan saham oleh perorangan atau organisasi diatas 20% yang
tidak berbasis di negara tax haven, serta terdapat orang asing yang berada
di jajaran dewan direksi/komisaris akan diberi kode 1.
Peneliti menggunakan daftar negara-negara yang merupakan tax haven
country versi OECD (Organization for Economic Co-Operation and
Development) 2013 yang dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu 1) The
Blacklist; negara-negara yang mengabaikan otoritas fiskal luar negeri dalam
transparansi pajak, 2) The Grey List; negara-negara yang kurang transparan tetapi
berkomitmen untuk lebih transparan, dan 3) Non-Cooperative Financial Centres;
negara-negara yang tidak termasuk dalam kedua kategori sebelumnya. Daftar
negara-negara tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Daftar Negara-Negara Tax Haven Versi OECD 2013
Kategori The Black List
Costa Rica
Philippine
Labuan, Malaysia
Kategori The Grey List
Andorra
Anguilla
Antigua and Barbuda
Aruba
Bahamas
Bahrein
Belize
Grenada
Guernsey
Isle of Man
Jersey
Liberia
Liechtenstein
Malta
Panama
Saint Kitts and Nevis
Saint Lucia
Saint Vincent and
Grenadines
Samoa
San Marino
64
Bermuda
British Virgin Islands
Cayman Islands
Cook Islands
Cyprus
Dominica
Gibraltar
Marshall Islands
Mauritius
Monaco
Monserrat
Nauru
Netherlands Antilles
Niue
Seychelles
Uruguay
Turks and Caicos
Islands
US Virgin Islands
Vanuatu
Kategori Non-Cooperative Financial Centre
Austria
Belgium
Brunei
Chile
Guatemala
Luxembourg
Singapore
Switzerland
Sumber: Forum Global OECD Annual Report 2013 (Global Forum on
Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes, 2013).
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak
dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2009). Terdapat beberapa
variabel kontrol yang digunakan, yaitu ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas
dan corporate governance (yang diproksikan dengan kualitas audit) yang akan
dijelaskan secara singkat satu per satu sebagai berikut.
3.4.3.1 Ukuran Perusahaan
Proksi yang akan digunakan untuk variabel ukuran perusahaan adalah total
aset. Menurut agency theory, semakin besar perusahaan, maka agency cost pun
semakin besar dan litigation risk yang semakin besar (Ball & Shivakumar, 2005).
Selain itu semakin besar ukuran perusahaan, maka kestabilan operasional
perusahaan akan semakin baik (Gu et al., 2002 dalam Fanani, 2009).
65
3.4.3.2 Leverage
Variabel leverage diukur dengan rasio liabilitas terhadap ekuitas atau Debt
to Equity Ratio (DER), yaitu dengan membagi total liabilitas perusahaan dibagi
dengan total ekuitas (Lang et al., 2006, Barth et al., 2008, Outa, 2011, Sianipar &
Marsono, 2013). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan melalui struktur modal
perusahaan.
3.4.3.3 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba, yang dapat diukur melalui kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimiliki, beroperasi secara efisien, dan
memberikan return atas investasi para investor (Djati, 2012). Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan proksi Return on Assets (ROA) sebagai alat ukur
profitabilitas. ROA diperoleh dari laba bersih perusahaan dibagi dengan rata-rata
total aset.
3.4.3.4 Corporate Governance
3.4.3.4.1 Kualitas Audit
Auditor yang memiliki reputasi baik pasti akan menjaga kualitas auditnya
sehingga opini yang dihasilkan juga bisa dipercaya dan dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan. Peneliti menggunakan auditor yang termasuk dalam Big
Four Auditor sebagai tolak ukur. Apabila perusahaan menggunakan auditor yang
66
tergabung dalam Big Four, maka akan diberi kode 1, selain itu akan diberi kode 0.
Auditor yang termasuk dalam Big Four Auditor, yaitu Ernst & Young (E&Y),
Deloitte Touche Tohmatsu Limited (Delloite), Klynveld Peat Marwick Goerdeler
(KPMG), dan PricewaterhouseCoopers (PwC).
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Deskriptif
Peneliti melakukan uji deskriptif dengan tujuan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi data penelitian yang akan dianalisis (Ghozali, 2011).
Data digambarkan melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi).
3.5.2 Uji Beda Variabel Independen
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada kedua sampel yang
berbeda dan tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda (Ghozali,
2011). Dalam uji beda, terdapat dua macam pengujian yang digunakan untuk dua
jenis variabel yang berbeda, yaitu Uji beda Independent-Sample T-Test dan Uji
beda Independent Mann-Whitney U. Uji beda Independent-Sample T-Test atau
sering disebut Uji T digunakan untuk menguji variabel independen yang nilainya
berupa nominal, sedangkan Uji beda Independent Mann-Whitney U atau sering
disebut Uji U digunakan untuk menguji variabel independen yang nilainya berupa
kategorial, misalnya dummy variable.
67
Pada hasil pengujian Uji T, peneliti akan menguji asumsi populasi kedua
sampel, apakah sama (equal variance assumed) atau berbeda (equal variance not-
assumed) yang dapat terlihat pada Levene’s Test. Setelah asumsi populasi telah
diperoleh hasilnya, peneliti kemudian akan menentukan apakah terdapat
perbedaan yang siginfikan pada nilai rata-rata dengan hipotesis berikut.
H0: Nilai rata-rata perusahaan TLR dan Non-TLR adalah sama
H1: Nilai rata-rata perusahaan TLR dan Non-TLR adalah berbeda
Pada Uji T, peneliti kemudian menguji hipotesis tersebut dengan melihat
pada signifikansi nilai rata-rata yang dapat dilihat dari nilai signifikansi Levene’s
Test. Begitu pula pada sampel kategorial yang menggunakan Uji U, penentuan
ada tidaknya perbedaan dapat dilihat dari nilai signifikansi hasil Uji U. Cara
penilaiannya yaitu, apabila nilai signifikansi lebih dari 0.05, maka H0 tidak dapat
ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan pada nilai rata-rata kedua populasi.
Sebaliknya, apabila nilai signifikansi kurang dari 0.05, maka H0 ditolak, yang
berarti terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kedua populasi.
3.5.3 Uji Regresi Logistik
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik. Hal ini karena
peneliti ingin menguji adanya kemungkinan terjadinya variabel dependen dapat
diprediksi dari variabel independennya (Ghozali, 2011). Selain itu, regresi ini
digunakan karena variabel independen yang diteliti merupakan campuran antara
variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik) yang menyebabkan asumsi
multivariate normal distribution tidak dapat terpenuhi (Ghozali, 2011).
68
Peneliti menggunakan dua model persamaan regresi logistik untuk
mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model 1
pada variabel kepemilikan asing akan menggunakan persentase kepemilikan
saham asing (FRG1), sedangkan pada model 2 akan menggunakan genuine
(FRG2). Persamaannya yaitu sebagai berikut.
Model 1:
(1)
Model 2:
(2)
Keterangan:
LNEG = Large Negative Net Income, diukur dengan membagi laba bersih
dengan total aset. Apabila hasilnya < -0,20 diberi kode 1, selain itu
diberi kode 0
IFRS = perusahaan yang telah menerapkan SAK konvergensi IFRS diberi
kode 1, sedangkan yang belum mengadopsi diberi kode 0
FRG1 = persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing
FRG2 = sama dengan 1 apabila kepemilikan saham oleh asing >20% dan
bukan merupakan negara tax haven, kemudian kode 0 untuk
kepemilikan saham <20% atau kepemilikan >20% yang berada di
negara tax haven
SIZE = diukur dengan total aset perusahaan
69
DER = rasio leverage dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas
ROA = Return on Assets, laba bersih setelah pajak dibagi dengan rata-rata
total aset
AUD = sama dengan 1 apabila auditor independen perusahaan merupakan
anggota BIG 4, selain itu diberi kode 0
Koefisien dari persamaan ini merupakan variabel LNEG. Koefisien LNEG
yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa perusahaan cenderung (less likely)
mengakui kerugian tidak tepat waktu (Lang et al., 2006).
3.5.4 Analisis Data
3.5.4.1 Menilai Model Fit
Langkah pertama dalam melakukan analisis hasil regresi logistik adalah
dengan menilai overall model fit. Model ini dinilai berdasarkan hipotesis, yaitu:
H0: Model yang dihipotesakan fit dengan data
H1: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data
Hasil statistik dilihat dari fungsi Likelihood. Likelihood L dari model
merupakan probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data
yang diinput. Untuk menguji hipotesa nol dan alternatif, L ditransformasikan
menjadi -2LogL atau biasa disebut . Cara membacanya mirip dengan
pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, yaitu apabila terjadi
penurunan Likelihood L menunjukkan bahwa model regresi logistic semakin baik,
dan dengan begitu H0 tidak dapat ditolak. Statistik -2LogL juga dapat digunakan
70
untuk menentukan apabila variabel independen ditambahkan ke dalam model
apakah secara signifikan dapat memperbaiki model fit (Ghozali, 2011).
3.5.4.2 Menilai Kelayakan Model Regresi
Untuk menilai kelayakan model (Godness of fit) regresi dapat dilihat
melalui hasil uji Hosmer and Lemeshow’s pada SPSS. Uji Hosmer and
Lemeshow’s menguji hipotesis nol, yaitu apakah data empiris cocok atau sesuai
dengan model. Apabila hasil uji Hosmer and Lemeshow’s menyatakan bahwa
signifikansinya sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol akan
ditolak yang berarti data tidak sesuai dengan model sehingga Goodness of fit tidak
baik karena tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Sebaliknya, apabila nilai
signifikansi hasil uji Hosmer and Lemeshow’s lebih dari 0.05, maka hipotesis nol
diterima, yang berarti model cocok dengan data karena dapat memprediksi nilai
observasinya (Ghozali, 2011).
3.5.4.3 Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabilitas dari variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen. Pada
SPSS, uji koefisien determinasi dapat dilihat melalui hasil uji Nagelkerke R
Square. Uji Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan
Snell R Square. Koefisien Cox dan Snell R Square sendiri merupakan ukuran
yang mencoba meniru R square pada model regresi berganda, namun karena
didasarkan pada teknik estimasi likelihood yang memiliki nilai maksimum kurang
dari 1 menyebabkan koefisien ini sulit diinterpretasikan sehingga harus
71
dimodifikasi (Ghozali, 2011). Cara menginterpretasi hasil uji ini dapat dilakukan
seperti interpretasi nilai R square pada regresi berganda, yaitu angka yang tertera
pada uji Nagelkerke R Square merupakan persentase besarnya kemampuan
variabilitas variabel independen menjelaskan variabel dependen.
3.5.4.4 Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi merupakan tabel yang berisi nilai estimasi yang benar
(correct) dan yang salah (incorrect). Tabel klasifikasi berbentuk 2 x 2. Pada
kolom merupakan nilai prediksi variabel dependen, dan pada baris menunjukkan
nilai observasi dari variabel dependen. Pada model yang sempurna, semua kasus
akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan 100% dan jika model logistik
memiliki homokedastisitas akan memiliki persentase benar (correct) yang sama
untuk kedua baris.
3.5.4.5 Uji Omnibus
Uji ini digunakan untuk menilai pengaruh variabel independen dan variabel
kontrol secara bersama-sama terhadap variabel dependen dalam model. Penilaian
ini didasarkan pada uji hipotesis berikut.
H0: Seluruh variabel independen dan variabel kontrol secara bersamaan
tidak berpengaruh pada variabel dependen
H1: Seluruh variabel independen dan kontrol secara bersamaan berpengaruh
pada variabel dependen
Penilaian hipotesis ini dapat terlihat pada output statistic dalam tabel
Omnibus Tests of Model Coefficients. Apabila pada baris model terdapat nilai
72
signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak yang berarti seluruh
variabel independen dan variabel kontrol tidak memiliki pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
3.5.4.6 Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Hasil estimasi parameter pada SPSS dapat dilihat dari tabel output Variable
in the Equation. Apabila pada kolom signifikansi nilainya sama dengan atau lebih
kecil dari 0.05, maka variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel
dependen. Sebaliknya, apabila nilai signifikansinya lebih dari 0.05, maka variabel
independen tidak berpengaruh pada variabel dependen. Kolom B merupakan
koefisien dari persamaan regresi logistik. Nilai yang positif menunjukkan bahwa
variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel dependen. Sedangkan
nilai yang negatif menunjukkan adanya pengaruh negatih variabel independen
terhadap variabel dependen.
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Peneliti melakukan observasi terhadap 1748 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2009 sampai dengan 2012. Data
diperoleh dari website Indonesian Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD). Dari populasi data yang terdaftar di BEI, sebanyak
151 perusahaan pada tahun 2009, 136 perusahaan pada tahun 2010, 126
perusahaan pada tahun 2011 dan 127 perusahaan pada tahun 2012 yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan
metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang digunakan oleh
peneliti dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan tahun
2012,
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012,
3. Perusahaan bukan merupakan perusahaan yang bergerak di industri
perbankan dan berstatus BUMN,
4. Perusahaan tidak terdaftar di bursa efek lain (cross listing), karena
peraturan yang digunakan perusahaan cross listing menggunakan
dasar
75
peraturan yang berlaku di luar negeri sehingga peraturan yang
digunakan berbeda,
5. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada periode
sampel,
6. Perusahaan menggunakan periode cut off pada bulan Desember,
karena perbedaan periode cut off pelaporan akan mempengaruhi nilai
keuangan yang dilaporkan,
7. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel
penelitian.
Pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan metode purposive
sampling adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Prosedur Pengambilan Sampel
Kriteria Jumlah
2009 2010 2011 2012
Perusahaan yang terdaftar di BEI 402 428 446 472
Perusahaan Perbankan dan BUMN (41) (41) (45) (49)
Perusahaan cross listing (1) (0) (0) (0)
Perusahaan delisted pada periode sampel (5) (5) (6) (8)
Perusahaan cut off selain Desember (4) (6) (6) (7)
Perusahaan yang datanya tidak lengkap (200) (240) (263) (281)
Total sampel penelitian per Tahun 151 136 126 127
Total sampel penelitian 540
Sumber: data diolah
4.2 Analisis Data
4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif dan Uji Beda
Pengujian deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran data penelitian
secara keseluruhan, sedangkan Uji Beda digunakan untuk melihat apakah terdapat
76
perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata kedua sampel yang tidak
berhubungan. Data hasil uji deskriptif akan digambarkan melalui nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum. Sedangkan pada hasil
Uji Beda akan digambarkan melalui nilai signifikansi. Hasil pengujian sampel
dengan SPSS 22 atas variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif dan Signifikansi Uji Beda
N Min Max Mean Std. Dev. Sig.
T-Test
Sig.
U-Test
IFRS 540 0 1 .47 .499 .459
FRG1 540 .000 .993 .294 .304 .800
FRG2 540 0 1 .23 .423 .958
SIZE 540 2993 78879491 3518054.45 8789596.642 .897
DER 540 -51.309 12833.417 25.522 552.242 .624
ROA 540 -1.729 1.055 -.015 .171 .000
AUD 540 0 1 .23 .422 .474
Valid N
(listwise) 540
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss, IFRS: kategorial perusahaan yang
menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham
asing yang berdomisili di negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER:
total liabilitas dibagi dengan total ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi
dengan rata-rata total aset, AUD: indikator kualitas audit.
Dari hasil uji deskriptif, standar deviasi tertinggi dimiliki oleh variabel
ukuran perusahaan. Hal itu karena sampel yang digunakan tidak dibatasi dan
variasi ukuran perusahaan yang digunakan sebagai sampel sangat beragam, dari
perusahaan yang hanya memiliki aset 2,9 Milyar, hingga perusahaan dengan aset
78.879,5 Milyar. Sedangkan pada hasil uji beda rata-rata variabel independen,
hanya variabel ROA yang memiliki signifikansi kurang dari 0.05, yang berarti,
77
hanya variabel ROA yang memiliki nilai rata-rata yang sama secara signifikan
terhadap TLR.
4.2.2 Hasil Uji Regresi Logistik
4.2.2.1 Hasil Penilaian Model Fit
Langkah pertama dalam uji regresi logistik adalah dengan melakukan
penilaian terhadap model regresi. Model regresi logistik dikatakan fit dengan data
apabila nilai -2LogL mengalami penurunan.
Tabel 4.3 Tabel Penilaian Model Fit
Model 1 Model 2
-2Log Likelihood
Block 0 274,964 274,964
Block 1 87,101 89,130
Sumber: Data diolah
Tabel 4.3 menunjukkan hasil penilaian model regresi logistik untuk Model 1
dan Model 2. Pada tabel tersebut terlihat bahwa nilai -2LogL Model 1 dan Model
2 mengalami penurunan sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis nol tidak
dapat ditolak yang berarti bahwa model fit dengan data.
4.2.2.2 Hasil Penilaian Kelayakan Model Regresi
Untuk menilai apakah model sesuai dengan data dapat dilihat dari hasil uji
Hosmer and Lemeshow’s. Model dikatakan sesuai atau fit dengan data apabila
nilai signifikansinya kurang dari 0.05 yang berarti model dapat memprediksi nilai
observasinya. Berikut adalah hasil uji kelayakan model.
78
Tabel 4.4 Tabel Uji Goodness of Fit dengan Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
Model 1 1 11.842 8 .158
Model 2 1 10.375 8 .240
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi pada Model 1 dan Model 2
menunjukkan nilai lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model fit dengan
data sehingga dapat memprediksi nilai data yang diobservasi.
4.2.2.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa besar variabilitas dari variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen. Hasil dari uji koefisien determinasi dapat diliat pada kolom Nagelkerke
R Square pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Tabel Uji Koefisien Determinasi
Model 1
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 87.101a .294 .736
Model 2
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 89.130a .291 .730
Sumber: Data diolah
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji Model 1 yang menggunakan variabel
kepemilikan asing dengan proksi persentase kepemilikan dan Model 2 yang
79
menggunakan variabel kepemilikan asing dengan proksi keaslian (genuine)
kepemilikan asing. Pada Model 1, kolom Nagelkerke R Square menunjukkan
angka .736 yang berarti variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel independen sebesar 73,6%. Sedangkan pada Model 2 menunjukkan nilai
.730 yang berarti variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen
sebesar 73%. Persentase yang lebih tinggi pada Model 1 memberikan petunjuk
bahwa kepemilikan saham asing yang disajikan dengan proksi persentase
kepemilikan dapat lebih menjelaskan pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR.
4.2.2.4 Tabel Matrik Klasifikasi
Tabel klasifikasi berisi nilai estimasi yang dapat dijelaskan melalui nilai
pada kolom dan pada baris. Bagian kolom menunjukkan nilai prediksi dari
variabel dependen yang dalam hal ini tepat waktu (1) atau tidak tepat waktu (0),
sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi dari variabel dependen tepat
waktu (1) dan tidak tepat waktu (0).
Tabel 4.6 Tabel Matrik Klasifikasi
Model 1 Model 2
Observed Predicted
LNEG Percentage
Correct
LNEG Percentage
Correct 0 1 0 1
Step 1 LNE
G
0 499 3 99.4 499 3 99.4
1 13 25 65.8 13 25 65.8
Overall Percentage 97.0 97.0
Sumber: Data diolah
Hasil dari SPSS menunjukkan nilai yang sama untuk Model 1 dan Model 2.
Perusahaan yang diprediksi untuk mengakui rugi lebih tepat waktu hanya
80
sebanyak 28 dari 540 perusahaan. Namun dilihat pada baris, hanya 13 perusahaan
yang mengakui kerugian tepat waktu. Kemudian pada kolom percentage correct
menunjukkan angka 97.0 yang berarti bahwa ketepatan prediksi ini sebesar 97%.
Dari persentase tersebut, terlihat bahwa perilaku manajemen untuk mengakui
kerugian lebih tepat waktu masih belum menjadi prioritas dalam pelaporan.
4.2.2.5 Hasil Uji Omnibus
Uji Omnibus dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai signifikansi pada output
akan menilai pengaruh tersebut. Besarnya nilai signifikansi akan menentukan
apakah akan menerima H0 atau H1.
Tabel 4.7 Tabel Uji Omnibus
Model 1
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 187.862 6 .000
Block 187.862 6 .000
Model 187.862 6 .000
Model 2
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 185.833 6 .000
Block 185.833 6 .000
Model 185.833 6 .000
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.7, nilai signifikansi baik Model 1 maupun Model 2
menunjukkan nilai dibawah 0.05 yaitu sebesar 0.000. Signifikansi yang nilainya
lebih kecil dari 0.05 akan menolak H0, yang berarti bahwa variabel independen
81
dan variabel kontrol memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
4.2.2.6 Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Nilai dalam tabel Variables in the Equation akan menunjukkan pengaruh
setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Notasi positif dan negatife
pada tabel ini, terutama pada kolom B juga akan menunjukkan arah dari pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Notasi positif menunjukkan
bahwa variabel independen dapat meningkatkan atau mendorong terjadinya
variabel dependen. Sebaliknya, apabila nilai dalam kolom B menunjukkan notasi
negatif, maka keberadaan variabel independen akan menurunkan kemungkinan
terjadinya variabel dependen.
Tabel 4.8 Tabel Variables in the Equation
Model 1
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -1.012 .652 2.411 1 .121 .364
FRG1 1.593 .915 3.030 1 .082 4.918
SIZE .000 .000 3.917 1 .048 1.000
DER -.007 .028 .066 1 .798 .993
ROA -25.241 3.806 43.982 1 .000 .000
AUD .680 .700 .944 1 .331 1.975
Constant -5.982 .841 50.616 1 .000 .003
Model 2
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -.832 .627 1.760 1 .185 .435
FRG2 .634 .614 1.064 1 .302 1.885
SIZE .000 .000 2.807 1 .094 1.000
DER -.005 .027 .039 1 .844 .995
82
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
ROA -24.699 3.634 46.185 1 .000 .000
AUD .591 .696 .721 1 .396 1.805
Constant -5.535 .721 58.954 1 .000 .004
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss, IFRS: kategorial perusahaan yang
menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham
asing yang berdomisili di negara tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER:
total liabilitas dibagi dengan total ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi
dengan rata-rata total aset, AUD: indikator kualitas audit.
Tabel 4.8 menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dan pengaruhnya. Berdasarkan hasil perhitungan regresi logistik di atas
dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut.
Model 1:
(1)
Model 2:
(2)
Pada Model 1 terdapat dua buah variabel yang menunjukkan pengaruh
signifikan. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan signifikan pada
0.048 dengan arah yang positif dan variabel profitabilitas (ROA) pada 0.000
dengan arah yang negatif. Hal ini berarti ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh pada TLR. SIZE menunjukkan arah yang positif, berarti semakin
besar besar suatu perusahaan, maka pengakuan kerugian semakin tepat waktu.
Kemudian pada ROA menunjukkan arah yang negatif, yang menunjukkan bahwa
83
adanya peningkatan pada profitabilitas semakin menurunkan ketepatan waktu
pengakuan rugi. Variabel lainnya seperti IFRS, FRG1, DER, dan AUD tidak
menunjukkan pengaruh yang siginifikan terhadap TLR. Di sisi lain, pada Model 2
hanya terdapat satu variabel yang signifikan, yaitu variabel probabilitas (ROA)
yang menunjukkan signifikan pada angka 0.000 dengan arah yang negatif, sama
dengan hasil regresi pada Model 1. Variabel lainnya, yaitu IFRS, FRG2, SIZE,
DER, dan AUD tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap TLR yang
terlihat dari nilai signifikansinya yang lebih dari 0.05.
84
Tabel 4.9 Tabel Hasil Penelitian
Variabel Hipotesis
Model 1 Model 2
Hasil Kesimpulan Hasil Kesimpulan
IS IS IS IS
Variabel Independen
IFRS Positif (+) (-) Tidak Signifikan Tidak Terbukti (-) Tidak Signifikan Tidak Terbukti
FRG1 Positif (+) (+) Tidak Signifikan Tidak Terbukti
FRG2 Positif (+) (+) Tidak Signifikan Tidak Terbukti
Variabel Kontrol
SIZE Positif (+) (+) Signifikan Terbukti (+) Tidak Signifikan Tidak Terbukti
DER Positif (+) (-) Tidak Signifikan Tidak Terbukti (-) Tidak Signifikan Tidak Terbukti
ROA Positif (+) (-) Signifikan Tidak Terbukti (-) Signifikan Tidak Terbukti
AUD Positif (+) (+) Tidak Signifikan Tidak Terbukti (+) Tidak Signifikan Tidak Terbukti
Sumber: Data diolah
Keterangan: LNEG: Indikator Timely Loss, IFRS: kategorial perusahaan yang menerapkan SAK konvergensi IFRS, FRG1: persentase
kepemilikan saham perusahaan oleh pihak asing, FRG2: dummy variable untuk kepemilikan saham asing yang berdomisili di negara
tax haven, SIZE: total aset perusahaan, DER: total liabilitas dibagi dengan total ekuitas ROA: laba bersih setelah pajak dibagi dengan
rata-rata total aset, AUD: indikator kualitas audit.
85
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konvergensi IFRS terhadap
TLR. Variabel TLR diukur dengan rasio Large Negative Net Income (LNEG).
Hasil pengujian regersi logistik pada Model 1 maupun Model 2 menunjukkan
tidak adanya pengaruh antara konvergensi IFRS dengan TLR. Hasil ini didukung
oleh hasil Uji Mann-Whitney U. Hal ini tidak sesuai dengan Hipotesis 1 yang
berarti H1 ditolak. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung beberapa penelitian
terdahulu seperti Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et al.
(2012) yang menemukan adanya pengaruh positif yang signifikan.
Namun hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian terdahulu
seperti penelitian Paglietti (2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011), dan Sun et
al. (2011) yang tidak menemukan adanya peningkatan TLR setelah diterapkannya
IFRS. Hal ini menunjukkan bahwa regulasi dan perangkat yang mendukung
jalannya IFRS masih belum berfungsi dengan baik. Selain itu perusahaan juga
terlihat belum siap menghadapi perubahan standar akuntansi. Dalam penelitian
yang dilakukan Christensen et al. (2007) dan Paananen & Lin (2009) menemukan
adanya pengaruh pada peningkatan TLR pada IFRS voluntary adopter, namun
tidak pada forced adopter. Selain itu, pada hasil regresi penelitian ini juga
menunjukkan adanya arah yang negatif walaupun tidak berpengaruh signifikan.
Hal ini menunjukkan adanya indikasi penurunan TLR setelah konvergensi IFRS
yang mengarah pada penurunan kualitas informasi akuntansi. Dalam hal ini,
Paananen & Lin (2009) mengatakan bahwa adanya penurunan kualitas akuntansi
86
yang semakin menurun bukan dikarenakan adanya perusahaan yang menerapkan
IFRS, tetapi karena adanya perubahan standar. Pemerintah Indonesia
berkomitmen untuk menerapkan IFRS per 1 Januari 2012, sehingga memaksakan
perusahaan untuk sudah menerapkan standar konvergensi IFRS per tahun 2012.
Namun tampaknya hal itu tidak dibarengi dengan kesiapan perusahaan untuk
memahami dan menerapkan standar yang baru. Pemahaman yang kurang akhirnya
membuat penerapan standar IFRS tidak maksimal dan tidak ada peningkatan pada
kualitas informasi akuntansi.
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition
Pada penelitian ini, peneliti ingin menguji ada tidaknya pengaruh
kepemilikan asing terhadap pengakuan rugi yang lebih tepat waktu. Peneliti
menggunakan persentase kepemilikan (FRG1) dan keaslian dari persentase
kepemilikan (FRG2) sebagai alat ukur. Hasil pengujian pada variabel ini tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap TLR yang berarti H2 ditolak.
Hasil tersebut sesuai dengan hasil uji beda T-Test dan Mann-Whitney U-Test
pada variabel kepemilikan asing. Keberadaan pemilik asing berdasarkan
persentase tidak berpengaruh pada peningkatan pengakuan rugi yang semakin
tepat waktu, begitu pula dengan keaslian dan keberadaan pemilik asing di jajaran
manajemen perusahaan.
Tujuan dari mengaburkan kepemilikan atau penempatan perusahaan di
negara-negara tax haven biasanya adalah untuk mengurangi pembayaran pajak.
Indonesia menetapkan pajak tidak hanya pada penghasilan, namun juga
keuntungan. Tentunya sebagai seorang pengusaha ataupun perusahaan yang
87
beroriantasi pada laba, mereka menginginkan pengorbanan sekecil-kecilnya
dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Di sisi lain, perusahaan ingin terlihat
menarik di mata investor dan kreditur agar pihak-pihak tersebut mau berinvestasi
di perusahaan sehingga stockholder dan manajemen memiliki kepentingan yang
sama untuk menyajikan informasi lebih menarik. Dengan adanya insentif tersebut,
manajemen akan menghindari pengakuan rugi yang besar di suatu periode dan
memilih untuk meratakannya (smooth) di periode-periode berikutnya (Lang et al.,
2006), yang berarti tingkat asimetri antara pengakuan rugi dan laba semakin kecil.
Ball & Shivakumar (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang sangat berfokus
pada perpajakan, dividen, dan kebijakan lainnya mengarahkan pada permintaan
yang rendah pada informasi yang berkualitas, dalam hal ini pengakuan rugi yang
lebih tepat waktu dibandingkan dengan pengakuan laba.
Selain itu, terdapat kelemahan pada metode penelusuran berdasarkan
keaslian yang diterapkan oleh peneliti. Peneliti melakukan penilaian bahwa
dengan adanya saham yang ditempatkan di negara-negara tax haven diasumsikan
bahwa ultimate owner merupakan orang Indonesia yang bertujuan mengurangi
pajak. Hal itu menyebabkan judgment peneliti pada pemilik perusahaan yang
berbasis di tax haven country adalah tidak asli. Padahal terdapat kemungkinan
bahwa pemilik yang berbasis di tax haven country tersebut adalah benar-benar
orang atau organisasi asing. Hasil penelitian pun akhirnya menjadi bias dan
menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.
Walau tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, baik FRG1 maupun
FRG2 menunjukkan arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
88
kepemilikan asing mengarah pada perbaikan kualitas informasi akuntansi yang
semakin baik, sesuai dengan institutional theory. Teori ini mengungkapkan
adanya proses legitimasi pada praktik atau aturan yang dianggap baik. Dengan
masuknya pemilik asing yang telah berhasil di negara asal diharapkan mampu
memperbaiki kinerja perusahaan di negara berkembang ini, dan mengarahkan
pada kualitas informasi akuntansi yang semakin baik.
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss Recognition
Pengujian pada variabel ukuran perusahaan tidak menunjukkan hasil yang
signifikan pada Model 2, namun menunjukkan pengaruh yang signifikan pada
Model 1. Walaupun begitu, kedua model regresi menunjukkan pengaruh yang
positif. Hanya pada Model 1 yang hasilnya sesuai dengan penelitian Ball &
Shivakumar (2005), namun arah keduanya yang positif menunjukkan adanya
perbaikan kualitas pada perusahaan yang semakin besar. Perusahaan yang
semakin besar memiliki agency cost yang semakin besar pula, sehingga
pengawasan dari stakeholder pun akan semakin ketat. Manajemen akan semakin
berhati-hati dalam pengambilan keputusan dan menyajikan informasi yang lebih
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
4.3.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition
Hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh negatif yang signifikan.
Hasil tersebut sesuai dengan hasil uji T yang mengarah pada pengaruh signifikan
antara variabel profitabilitas dengan TLR. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tidak diikuti dengan
89
peningkatan kualitas informasi akuntansi. Adanya insentif manajemen untuk
memperlihatkan kinerja yang baik di mata investor dan kreditur tampaknya justru
mendorong manajer untuk melaporkan kondisi perusahaan dengan
“mempercantik” laporan keuangan sehingga daripada memperlihatkan kondisi
perusahaan yang mengalami kerugian, manajer memanipulasinya, seperti dengan
mengakui laba yang belum terealisasi melalui pengakuan pendapatan atas
penjualan (Ball & Shivakumar, 2005).
4.3.5 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition
Pada variabel leverage, hasil pengujian regresi menunjukkan tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap TLR. Selain itu, arahnya yang negatif
menyatakan bahwa tingginya rasio leverage justru menurunkan tingkat ketepatan
waktu pengakuan rugi. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelian Cohen
(2003) yang menyatakan adanya peningkatan kualitas laporan keuangan pada
tingginya leverage. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa permintaan kreditur
untuk mengakui rugi lebih tepat waktu masih kecil. Ball & Shivakumar (2005)
mengatakan bahwa seorang manajer cenderung mengungkapkan keuntungan yang
besar untuk memberi kesan yang baik pada kreditur yang potensial agar
memperoleh kotrak perjanjian hutang yang menguntungkan. Selama perjanjian
hutang tidak dilanggar, kreditur tidak akan meminta manajemen untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangannya, dalam hal ini yaitu dengan
mengakui kerugian dengan lebih tepat waktu.
90
4.3.6 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Timely Loss Recognition
Hasil pengujian pada variabel kualitas audit tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap TLR. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
Francis & Wang (2008) dan Basu et al. (2001) yang menemukan adanya
peningkatan kualitas laba pada perusahaan yang menggunakan auditor anggota
Big Four. Namun variabel ini menunjukkan arah yang positif, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kualitas auditor yang semakin baik mengarah pada perbaikan
kualitas informasi akuntansi, yang dalam hal ini peningkatan pada TLR.
91
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel konvergensi IFRS
dan kepemilikan saham terhadap TLR. Variabel lain yang diperkirakan memiliki
pengaruh dan digunakan sebagai variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage, dan kualitas audit. Peneliti menggunakan rasio Large
Negative Net Income (LNEG) sebagai pengukur variabel TLR. Kemudian untuk
variabel konvergensi IFRS diukur dengan variabel dummy pada perusahaan yang
menerapkan standar akuntansi SAK IFRS, sedangkan pada variabel kepemilikan
asing, peneliti menggunakan persentase kepemilikan dan variabel dummy untuk
tingkat keaslian pemilik asing di perusahaan. Sampel yang digunakan peneliti
sebanyak 540 dari 1748 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2009 sampai dengan 2012.
Hasil penelitian menunjukkan variabel IFRS dan kepemilikan asing tidak
berpengaruh pada TLR, baik pada Model 1 maupun Model 2. Hasil ini tidak
mendukung penelitian sebelumnya seperti penelitian Christensen et al. (2007);
Barth et al. (2008); dan Chua et al. (2012) yang mengatakan terdapat pengaruh
signifikan antara konvergensi IFRS dan kepemilikan asing terhadap perbaikan
kualitas akuntansi, dalam hal ini peningkatan pengakuan rugi yang tepat waktu.
Sedangkan pada variabel kontrol, terdapat dua buah variabel pada Model 1 yang
menunjukkan pengaruh yang signifikan, yaitu variabel ukuran perusahaan dan
92
profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ball & Shivakumar
(2005) yang menyatakan adanya pengaruh signifikan pada TLR. Namun pada
Model 2 hanya variabel profitabilitas yang berpengaruh signifikan. Tampaknya
investor harus lebih berhati-hati dalam menilai kinerja perusahaan yang tidak
hanya dinilai dari penyajian laba, tetapi juga mempertimbangkan indikator lain
untuk menilai kinerja perusahaan. Untuk variabel lainnya, seperti leverage dan
kualitas audit tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap TLR dengan
begitu tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya seperti Cohen (2003);
Francis & Wang (2008); dan Basu et al. (2001).
5.2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan dari penelitian ini
yang mungkin mungkin menyebabkan hasil yang tidak konsisten, untuk itu dapat
dijadikan perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Beberapa keterbatasan tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menguji variabel TLR dengan LNEG
yang berfokus pada pengakuan rugi yang besar oleh perusahaan, padahal
indikator ketepatan waktu pengakuan rugi bisa dilihat tidak hanya dari
pengakuan rugi yang besar, tetapi juga bisa terlihat dari indikator lain,
seperti penerapan akuntansi berbasis akrual (Ball & Shivakumar, 2005).
b. Peneliti menggunakan sampel periode tahun 2009-2012, dengan
menggunakan cut off konvergensi pada tahun 2011. Hal ini mungkin
menjadikan variabel IFRS tidak berpengaruh karena standar IFRS baru
saja diterapkan sehingga belum terlihat adanya perubahan kualitas
93
informasi akuntansi. Standar akuntansi juga belum diterapkan secara
efektif karena penerapannya yang bertahap, sehingga terdapat
kemungkinan bahwa belum seluruh standar berbasis IFRS diterapkan
oleh perusahaan sampai dengan mandatory full adoption di tahun 2012.
c. Pada variabel kepemilikan asing, terutama pada proksi keaslian, peneliti
hanya menelusur dengan kriteria yang telah ditentukan dan tidak sampai
pada ultimate ownership. Padahal dengan tidak dilakukannya
penelusuran sampai dengan ultimate ownership akan membuat judgment
peneliti mengenai keaslian pemilik asing menjadi lemah. Hal ini karena
terdapat kemungkinan bahwa ultimate owner memang benar-benar orang
atau organisasi asing. Penelusuran tidak dilakukan karena sumber yang
resmi sulit diperoleh. Walaupun terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan pemegang saham perusahaan sampai pada tingkat
individu, seperti yang tertuang dalam Keputusan Ketua Bapepam dan Lk
Nomor Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan
Emiten atau Perusahaan Publik, banyak perusahaan yang tidak
mematuhinya dan tidak mengungkapkan pemilik saham akhirnya dalam
annual report. Akibatnya penelusuran pemegang saham akhir pun tidak
dapat dilakukan.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang diungkapkan
sebelumnya, peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya,
yaitu sebagai berikut.
94
a. Penelitian selanjutnya pada variabel TLR, peneliti dapat menggunakan
alat ukur lain seperti Accrual-based test (Ball & Shivakumar, 2005),
Basus’ stock return model (Bushman et al., 2011), dan Skewness of EPS
(Lang et al., 2006) untuk melakukan pengujian lebih lanjut.
b. Apabila melakukan penelitian mengenai kualitas informasi akuntansi
setelah konvergensi IFRS, peneliti sebaiknya menggunakan sampel
perusahaan diatas tahun 2012. Selain regulasi yang lebih matang,
infrastruktur pendukung penerapan standar yang baru juga diperkirakan
telah mendukung sehingga kualitas laporan keuangan yang dihasilkan
perusahaan menjadi lebih baik.
c. Pada variabel kepemilikan asing, peneliti dapat melakukan penelitian
tingkat keaslian pemilik asing sampai pada ultimate ownership di
perusahaan melalui sumber yang lebih resmi, misalnya akta notaris
perusahaan sehingga hasil penelitian dapat lebih relevan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Aflatooni, A., & Mokarami, M. (2013). Real Earnings Management and Timely
Loss Recognition. Research Journal of Recent Sciences, 2(12), 28-37.
Aisbitt, S. (2006). Assessing the Effect of the Transition to IFRS on Equity: The
Case of the FTSE 100. Accounting in Europe, 3, 117-133.
Alfredson, K., Leo, K., Picker, R., Pacter, P., Radford, J., & Wise, V. (2007).
Appliying International Financial Reporting Standard. Queensland: John
Willey & Sons Australia.
Arum, E. D. (2013). Implementation of International Financial Reporting
Standards (IFRS) and the Quality of Financial Statement Information in
Indonesia. Research Journal of Finance and Accounting, 4(19), 200-209.
Ball, R., & Shivakumar, L. (2005). Earnings Quality in U.K. Private Firms:
Comparative Loss Recognition Timeliness. Journal of Accounting and
Economics, 39(1), 83-128.
Ball, R., Kothari, S. P., & Robin, A. (2000). The Effect of International
Institutional Factors on Properties of Accounting Earnings. Journal of
Accounting and Economics, 29(1), 1-51.
Ball, R., Robin, A., & Sadka, G. (2008). Is Financial Reporting Shaped by Equity
Markets or by Debt Markets? An International Study of Timeliness and
Conservatism. Review of Accounting Studies, 13(2-3), 168-205.
Ball, R., Robin, A., & Wu, J. S. (2000). Accounting Standards, the Institutional
Environment and Issuer Incentives: Effect on Timely Loss Recognition in
China. Asia-Pacific Journal Accounting, 7, 71-96.
Barth, M. E., Landsman, W. R., & Lang, M. H. (2008). International Accounting
Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46(3),
467-498.
Basu, S. (1997). The Conservatism Principle and the Assymetric Timeliness of
Earnings. JJournal of Accounting and Economics, 24(1), 3-37.
Basu, S., Hwang, L.-S., & Jan, C.-L. (2001). Differences in Conservatism
between Big Eight and Non-Big Eight Auditors. Working Paper, Temple
University, Seoul National University, and California State University.
Bhattacharjee, D., & Rudra, T. (2012). Does IFRS Influence Earnings
Management? Evidence from India. Journal of Management Research, 4(1),
1-13.
Biddle, G. C., Hilary, G., & Verdi, R. S. (2009). How Does Financial Reporting
Quality Relate to Investment Efficiency? Journal of Accounting and
Economics, 48(2), 112-131.
96
96
Bopkin, G. A., & Isshaq, Z. (2009). Corporate Governance, Disclosure and
Foregn Share Ownership on the Ghana Stock Exchange. Managerial
Auditing Journal, 24(7), 688-703.
Bozcuk, A. E. (2012). Performance Effects of Early IFRS Adoption by Turkish
Firms. World of Accounting Science, 14(3), 1-12.
BPKP, T. C. (2014, Nopember 20). Good Corporate Governance. Retrieved from
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan:
http://www.bpkp.go.id/dan/konten/299/good-corporate.bpkp
Brauer, S., Leuschner, C.-F., & Westermann, F. (2011). Does the Introduction of
IFRS Change the Timeliness of Loss Recognition? Evidence from German
Firms. Working Paper, Osnabrueck University.
Bushman, R., Piotroski, J. D., & Smith, A. J. (2011). Capital Allocation and
Timely Accounting Recognition of Economic Losses. Journal of Business
Finance and Accounting, 38(1-2), 1-33.
Cahyonowati, N., & Ratmono, D. (2012). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai
Informasi Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2), 105-115.
Chevalier, A., Prasetyantoko, A., & Rokhim, R. (2006). Foreign Ownership and
Corporate Governance Practices in Indonesia. Working Paper, Ecole
Normale Supérieure de Lyon, European School of Management Paris,
Bisnis Indonesia Daily Jakarta.
Christensen, H. B., Lee, E., & Walker, M. (2007). Incentives or Standards: What
Determine Accounting Quality Changes Around IFRS Adoption? Working
Paper, Manchester Business School.
Chua, Y. L., Cheong, C. S., & Gould, G. (2012). The Impact of Mandatory IFRS
Adoption on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of
International Accounting Research, 11(1), 119-146.
Clements, C., Neill, J., & Stovall, O. (2010). Cultural Diversity, Country Size, and
The IFRS Adoption Decision. Journal of Applied Business Research, 26(2),
115-126.
Cohen, D. A. (2003). Quality of Financial Reporting Choice: Determinants and
Economic Consequence. Working Paper, Nortwestern University.
DeFond, M., Hu, X., Hung, M., & Li, S. (2011). The Impact of Mandatory IFRS
Adoption on Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability.
Journal of Accounting and Economics, 51, 240-258.
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The Iron Cage Revisited: Institutional
Isomorphism and Collective Rationality in Organizational Fields. American
sociological review, 48(2), 147-160.
Djati, B. P. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Pusat Penerbitan
Akademi Akuntansi YKPN.
97
97
Easton, P. D., Nikolaev, V., & Lent, L. (2009). Price Convexity, Debt-Related
Agency Costs, and Timely Loss Recognition. Working Paper, University of
Chicago, University of Notre Dame, and Tilburg University.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy
of Management Review, 14(1), 57-74.
Fanani, Z. (2009). Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu
Konsekuensi Ekonomis . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 20-45.
Francis, J. R., & Wang, D. (2008). The Joint Effect of Investor Protection and Big
4 Audits on Earnings Quality Around the World. Contemporary Accounting
Research, 25 (1), 157-191.
Francis, J., & Martin, X. (2010). Acquisition Profitability and Timely Loss
Recognition. Journal of Accounting and Economics, 49(1), 161-178.
Gaston, S. C., Garcia, C. F., Jarne, J. I., & Gadea, J. A. (2010). IFRS Adoption in
Spain and the United Kingdom: Effects on Accounting Numbers and
Relevance. Advances in Accounting, Incorporating Advances in
International Accounting 26, 304-313.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes.
(2013). Tax Transparancy 2013; Report on Progress. Paris: OECD.
Gormley, T. A., Kim , B. H., & Martin, X. (2012). Do Firms Adjust Their Timely
Loss Recognition in Response to Changes in the Banking Industry? Journal
of Accounting Research, 50(1), 159-196.
Hill, C. W., & Jones, T. M. (1992). Stakeholder-Agency Theory. Journal of
Management Studies, 29(2), 131-154.
Horton, J., Serafeim, G., & Serafeim, I. (2013). Does Mandatory IFRS Adoption
Improve the Information Environtment? Contemporary Accounting
Research, 30(1), 388-423.
Houqe, M. N., Zijl, T. v., Dunstan, K., & Karim, W. (2012). The Effect of IFRS
Adoption and Investor Protection on Earnings Quality Around the World.
The International Journal of Accounting, 47(3), 333-355.
Institute for Economic and Financial Research. (2010). Indonesian Capital Market
Directory 2010. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2011). Indonesian Capital Market
Directory 2011. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Institute for Economic and Financial Research. (2012). Indonesian Capital Market
Directory 2012. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
98
98
Institute for Economic and Financial Research. (2013). Indonesian Capital Market
Directory 2013. Jakarta: ECFIN Institute for Economic and Financial
Research.
Jayaraman, S. (2012). The Effect of Enforcement on Timely Loss Recognition:
Evidence from Insider Trading Laws. Journal of Accounting and
Economics, 53(1), 77-97.
Jeanjean, T., & Stolowy, H. (2008). Do Accounting Standards Matter? An
Exploratory Analysis of Earnings Management Before and After IFRS
Adoption. Journal of Accounting and Public Policy, 27(6), 480-494.
Juan, N. E., & Wahyuni, E. T. (2012). Panduan Praktis Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Kuspratiwi, I. (2014). Pengaruh Konvergensi IFRS dan Kepemilikan Saham
Asing terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Lang, M., Raedy, J. S., & Wilson, W. (2006). Earnings Management and Cross
Listing: Are Reconciled Earnings Comparable to US Earnings? Journal of
Accounting and Economics, 42(1), 255-283.
Lang, M., Raedy, J. S., & Yetman, M. H. (2003). How Representative Are Firms
That Are Cross-Listed in the United States? An Analysis of Accounting
Quality. Journal of Accounting Research, 41(2), 363-386.
Major, E., & Marques, A. (2009). IFRS Introduction, Corporate Govenance and
Firm Performance: Evidence from Portugal. Journal of Applied
Management Accounting Research, 7(2), 55-70.
Nikolaev, V. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss Recognition.
Working Paper, Tilburg University.
Nobes, C. W., & Stadler, C. (2014). The Qualitative Characteristics of Financial
Information, and Managers’ Accounting Decisions Evidence from IFRS
Policy Changes. Working Paper, London University and Sidney University.
Outa, E. R. (2011). The Impact of International Financial Repoting Standards
(IFRS) Adoption on Accounting Quality of Listed Companies in Kenya.
International Journal of Accounting and Financial Reporting, 1(1), 212-241.
Paananen, M., & Lin, H. (2009). The Development of Accounting Quality of IAS
and IFRS Over Time: the Case of Germany. Journal of International
Accounting Research, 8(1), 31-55.
Paglietti, P. (2009). Earnings Management, Timely Loss Recognition and Value
Relevance in Europe Following the IFRS Mandatory Adoption: Evidence
from Italian Listed Companies. International Business Review, 4, 97-117.
Perramon, J., & Amat, O. (2006). IFRS Introduction and Its Effect on Listed
Companies in Spain. Working Paper, Pompeu Fabra University.
99
99
Prasetya, F. D. (2012). Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(4), 113-117.
Rohaeni, D., & Aryati, T. (2012). Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Income
Smoothing dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi, 15, 1-26.
Sekaran, U. (2011). Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sianipar, G. A., & Marsono. (2013). Analisis Komparasi Kualitas Informasi
Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS di Indonesia.
Diponegoro Journal of Accounting, 2(3), 1-11.
Sodan, S., & Barac, Z. A. (2013). Asymmetric Timeliness of Earnings across
Corporate Life-Cycle Stages. Journal of American Business Review, 1(2),
143-149.
Stent, W., Bradbury, M., & Hooks, J. (2010). IFRS in New Zealand: Effects on
Financial Statements and Ratios. Pacific Accounting Review, 22(2), 92-107.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sun, J., Cahan, S., & Emanuel, D. (2011). How Would the Mandatory Adoption
of IFRS Affect the Earnings Quality of U.S. Firms? Evidence from Cross-
Listed Firms in the U.S. Accounting Horizons, 25(4), 837-860.
Tendeloo, B. V., & Vanstraelen, A. (2005). Earnings Management under German
GAAP versus IFRS. European Accounting Review Vol. 14 (1), 155-180.
Valeri, N. (2006). Debt Contract Restrictiveness and Timely Loss Recognition.
Working Paper, Tilburg University.
Widagdo, A. K. (2014). Audit Committee Rules in Indonesia: Determinants of
Compliance and There Association with Restatements. Doctoral Disertation,
University of Malaya.
100
LAMPIRAN
Daftar Sampel Perusahaan
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Astra Agro Lestari Tbk
√ √
PT Mahaka Media Tbk √ √ √
PT ABM Investama Tbk
√
PT Akasha Wira International Tbk Tbk
√
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk
√
PT Polychem Indonesia Tbk
√
PT Adaro Energy Tbk √ √
√
PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
√
PT Akbar Indomakmur Stimec Tbk √ √
√
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ √
PT Alam Karya Unggul Tbk √ √ √ √
PT Argha Karya Prima Ind. Tbk √ √
PT AKR Corporindo Tbk
√
PT Majapahit Securities Tbk
√ √
PT Alakasa Industrindo Tbk √
PT Agung Podomoro Land Tbk
√
PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk √ √ √ √
PT Argo Pantes Tbk √ √ √ √
PT Atlas Resources Tbk
√
PT Arwana Citramulia Tbk √
√ √
101
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Ratu Prabu Energi Tbk √ √
PT Asuransi Bintang Tbk
√
PT Asia Natural Resources Tbk √ √ √ √
PT Asuransi Jasa Tania Tbk
√
PT Alam Sutera Realty Tbk √
PT ATPK Resources Tbk √ √ √ √
PT Astra Otoparts Tbk √ √
PT Bekasi Asri Pemula Tbk √
√
PT Bumi Citra Permai Tbk
√
PT MNC Investama Tbk √ √ √ √
PT Benakat Integra Tbk
√ √ √
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk √ √ √ √
PT Bisi International Tbk √
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk √
PT Bukit Darmo Property Tbk √ √ √ √
PT Berlian Laju Tanker Tbk √ √
PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk √ √ √ √
PT Global Mediacom Tbk √ √
√
PT Bakrie & Brothers Tbk √ √ √ √
PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
√
PT Batavia Prosperindo Finance Tbk
√
PT Berau Coal Energy Tbk
√
PT Bumi Resources Minerals Tbk √
√
102
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Berlina Tbk √ √
√
PT Barito Pacific Tbk
√ √
PT Bumi Serpong Damai Tbk √
PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk √ √ √
PT Bakrie Telecom Tbk
√ √
PT Budi Starch & Sweetener Tbk
√
PT Buana Listya Tama Tbk √
√ √
PT Bumi Resources Tbk √ √
√
PT Cardig Aero Services Tbk
√
PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
√
PT Centrin Online Tbk √ √ √ √
PT Cita Mineral Investindo Tbk √
PT Cakra Mineral Tbk. √ √ √ √
PT Colorpak Indonesia Tbk √ √
PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk √
PT Centris Multi Persada Pratama Tbk √ √ √ √
PT Centex Tbk √ √
√
PT Cowell Development Tbk
√
PT Indo Setu Bara Resources √ √ √
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk √
PT Central Proteinaprima Tbk √ √ √ √
PT Ciputra Surya Tbk
√
PT Citatah Tbk √ √ √ √
103
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Duta Anggada Realty Tbk
√
PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ √
PT Danasupra Erapacific Tbk √
PT Darma Henwa Tbk √ √ √ √
PT Central Omega Resources Tbk √ √
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk √ √ √ √
PT Delta Dunia Makmur Tbk √ √ √ √
PT Dharma Samudera Fishing Ind. Tbk √
PT Elnusa Tbk
√
PT Bakrieland Development Tbk
√
PT Megapolitan Developments Tbk
√
PT Energi Mega Persada Tbk √ √
√
PT Eratex Djaja Tbk √ √
√
PT Ever Shine Textile Industry Tbk
√
PT Eterindo Wahanatama Tbk √ √
√
PT Fast Food Indonesia Tbk √ √
PT Fajar Surya Wisesa Tbk √ √
PT FKS Multi Agro Tbk
√ √
PT Fortune Mate Indonesia Tbk √ √ √
PT Fortune Indonesia Tbk
√
√
PT Lotte Chemical Titan Tbk
√ √ √
PT Smartfren Telecom Tbk √ √ √ √
PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk √
104
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Goodyear Indonesia Tbk
√
PT Gema Grahasarana Tbk
√ √
PT Grahamas Citrawisata Tbk √
PT Perdana Gapura Prima Tbk √ √
PT Garda Tujuh Buana Tbk √ √
PT Panasia Indo Resources Tbk
√ √
PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk √ √ √ √
PT HM Sampoerna Tbk √
PT Hotel Mandarine Regency Tbk
√
PT Indonesia Air Transport Tbk √ √ √ √
PT Island Concepts Indonesia Tbk √
PT Inti Kapuas Arowana Tbk √ √ √ √
PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk √ √ √ √
PT Sumi Indo Kabel Tbk √
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √
PT Indal Aluminium Industry Tbk √
√
PT Intanwijaya Internasional Tbk √ √ √
PT Vale Indonesia Tbk
√
PT Indospring Tbk
√
PT Tanah Laut Tbk
√ √
PT Indika Energy Tbk
√
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk √ √
PT Indonesian Paradise Property Tbk
√ √
105
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Toba Pulp Lestari Tbk √ √
√
PT Inter-Delta Tbk √ √
PT Inovisi Infracom Tbk
√ √
PT Sumber Energi Andalan Tbk
√
PT Leo Investments Tbk √ √ √ √
PT Jembo Cable Company Tbk √ √
√
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk √
√
PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
√ √
PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk √
PT Jaya Pari Steel Tbk √ √
PT Jasa Marga Tbk √
PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk √
√
PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk √
PT Ictsi Jasa Prima Tbk √ √ √
PT KMI Wire and Cable Tbk √
PT Kabelindo Murni Tbk
√
PT First Media Tbk √
PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk
√ √
PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
√
PT Kedaung Indah Can Tbk √
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk
√
PT Resource Alam Indonesia Tbk √
PT Kokoh Inti Arebama Tbk √ √ √
106
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Perdana Bangun Pusaka Tbk √ √ √ √
PT MNC Land Tbk
√ √
PT Lamicitra Nusantara Tbk √ √
PT Leyand International Tbk √ √
√
PT Eureka Prima Jakarta Tbk. √ √ √
PT Lion Metal Works Tbk
√
PT Limas Centric Indonesia Tbk √
√
PT Langgeng Makmur Industri Tbk
√
√
PT Lionmesh Prima Tbk √
PT Lippo Cikarang Tbk √ √
√
PT Lippo General Insurance Tbk
√
PT Multi Prima Sejahtera Tbk
√ √
PT Star Pacific Tbk √ √ √
PT Matahari Department Store Tbk √
√
PT Lippo Securities Tbk
√
PT Malindo Feedmill Tbk √ √ √ √
PT Mas Murni Indonesia Tbk √ √ √
PT Multistrada Arah Sarana Tbk
√
PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk
√
PT Modernland Realty Ltd Tbk √ √ √
PT Modern Internasional Tbk √
√ √
PT Merck Tbk
√
PT Nusantara Infrastructure Tbk √ √ √
107
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Multi Indocitra Tbk √ √
PT Mitra International Resources Tbk √ √ √
PT Mitra Investindo Tbk
√
PT Metropolitan Kentjana Tbk
√
PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √
PT Media Nusantara Citra Tbk √
PT Capitalinc Investment Tbk
√ √
PT Metro Realty Tbk √ √
PT Samindo Resources Tbk
√ √
PT Mayora Indah Tbk √
PT APAC Citra Centertex Tbk √ √ √ √
PT Pelat Timah Nusantara Tbk
√ √
PT Nipress Tbk √ √ √ √
PT Onix Capital Tbk √ √ √ √
PT Ancora Indonesia Resources Tbk √ √ √ √
PT Indonesia Prima Property Tbk √
PT Provident Agro Tbk
√
PT Panorama Sentrawisata Tbk √ √ √
PT Pan Brothers Tbk √ √
PT Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ √
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk
√ √
PT Perdana Karya Perkasa Tbk
√ √ √
PT Asia Pacific Fibers Tbk
√ √
108
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Pool Advista Indonesia Tbk √
PT Prima Alloy Steel Universal Tbk √ √ √ √
PT J Resources Asia Pasifik Tbk
√ √
PT Pusako Tarinka Tbk
√
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk √
PT Sat Nusapersada Tbk √ √ √
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk √
PT Panca Wiratama Sakti Tbk √
PT Pyridam Farma Tbk
√
PT Rukun Raharja Tbk √ √ √ √
PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk √
√
PT Roda Vivatex Tbk
√
√
PT Rig Tenders Tbk
√ √ √
PT Rimo Catur Lestari Tbk √ √ √ √
PT Katarina Utama Tbk √
PT Bentoel International Investama Tbk √
√
PT Pikko Land Development Tbk √ √ √
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
√
PT Steady Safe Tbk √
√ √
PT Surya Citra Media Tbk √
√
PT Surya Inti Permata Tbk √
PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
√ √
PT Sidomulyo Selaras Tbk
√
109
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Millennium Pharmacon International Tbk √ √
PT Hotel Sahid Jaya Tbk √
PT Siwani Makmur Tbk √ √ √ √
PT Surya Intrindo Makmur Tbk √ √
PT Sierad Produce Tbk √ √ √ √
PT Sekar Laut Tbk
√
PT Suryamas Dutamakmur Tbk √ √
PT Samudera Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Sinar Mas Multiartha Tbk
√
PT Golden Eagle Energy Tbk √ √ √
PT SMR Utama Tbk
√
PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
√
PT Sona Topas Tourism Industry Tbk
√
PT Suparma Tbk √
PT Renuka Coalindo Tbk √ √ √ √
PT Surya Semesta Internusa Tbk
√
PT Sunson Textile Manufacturer Tbk √ √ √ √
PT Star Petrcohem Tbk
√
PT Siantar Top Tbk √ √ √
PT Sugih Energy Tbk √ √
PT SLJ Global Tbk
√ √ √
PT Tunas Baru Lampung Tbk √
√
PT Tifico Fiber Indonesia Tbk √
110
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Tira Austenite Tbk √
PT Tirta Mahakam Resources Tbk
√ √ √
PT Permata Prima Sakti Tbk √ √ √ √
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ √
PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk √ √ √ √
PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk √ √
PT Tempo Inti Media Tbk √
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk
√
PT Trada Maritime Tbk √ √ √ √
PT Triwira Insanlestari Tbk √ √ √ √
PT Trimegah Securities Tbk
√
PT Trikomsel Oke Tbk
√
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk √ √ √ √
PT Trust Finance Indonesia Tbk
√
PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk
√ √ √
PT Nusantara Inti Corpora Tbk
√
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk
√ √
PT Unitex Tbk √ √ √ √
PT Visi Media Asia Tbk
√
PT Wahana Pronatural Tbk √ √ √
PT Panorama Transportasi Tbk
√
PT Wicaksana Overseas International Tbk √ √
√
PT Wintermar Offshore Marine Tbk
√
111
Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk √
PT Yulie Sekurindo Tbk √ √
PT Zebra Nusantara Tbk √ √ √ √
112
MODEL 1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LNEG 540 0 1 .07 .256
IFRS 540 0 1 .47 .499
FRG1 540 .000000 .993000 .29378376 .304281246
SIZE 540 2993 78879491 3518054.45 8789596.642
DER 540 -51.308805 12833.416667 25.52155086 552.242065158
ROA 540 -1.729049 1.054445 -.01456804 .171079036
AUD 540 0 1 .23 .422
Valid N (listwise) 540
Uji Beda Independent T-Test
Group Statistics
LNEG N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
FRG1 0 502 .29166042 .303167692 .013531036
1 38 .32183421 .321526601 .052158502
SIZE 0 502 3524629.68 8941388.675 399073.707
1 38 3431192.29 6549304.385 1062437.465
DER 0 502 27.47811945 572.745592001 25.562886801
1 38 -.32575006 12.110892128 1.964646132
ROA 0 502 .01332099 .114181315 .005096161
1 38 -.38299671 .316021951 .051265530
113
Uji Beda Mann-Whitney U Test
Ranks
LNEG N Mean Rank Sum of Ranks
IFRS 0 502 269.32 135198.00
1 38 286.11 10872.00
Total 540
AUD 0 502 271.47 136276.00
1 38 257.74 9794.00
Total 540
Test Statisticsa
IFRS AUD
Mann-Whitney U 8945.000 9053.000
Wilcoxon W 135198.000 9794.000
Z -.740 -.716
Asymp. Sig. (2-tailed) .459 .474
a. Grouping Variable: LNEG
114
BLOCK 0: BEGINNING BLOCK
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 308.751 -1.719
2 276.941 -2.352
3 274.979 -2.560
4 274.964 -2.581
5 274.964 -2.581
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 274,964
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
,001.
BLOCK 1: METHOD = ENTER
115
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 187.862 6 .000
Block 187.862 6 .000
Model 187.862 6 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 87.101a .294 .736
a. Estimation terminated at iteration number 11 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 11.842 8 .158
Classification Tablea
Observed
Predicted
LNEG Percentage
Correct 0 1
Step 1 LNEG 0 499 3 99.4
1 13 25 65.8
Overall Percentage 97.0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -1.012 .652 2.411 1 .121 .364
FRG1 1.593 .915 3.030 1 .082 4.918
SIZE .000 .000 3.917 1 .048 1.000
DER -.007 .028 .066 1 .798 .993
ROA -25.241 3.806 43.982 1 .000 .000
AUD .680 .700 .944 1 .331 1.975
Constant -5.982 .841 50.616 1 .000 .003
a. Variable(s) entered on step 1: IFRS, FRG1, SIZE, DER, ROA, AUD.
116
MODEL 2
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LNEG 540 0 1 .07 .256
IFRS 540 0 1 .47 .499
FRG2 540 0 1 .23 .423
SIZE 540 2993 78879491 3518054.45 8789596.642
DER 540 -51.308805 12833.416667 25.52155086 552.242065158
ROA 540 -1.729049 1.054445 -.01456804 .171079036
AUD 540 0 1 .23 .422
Valid N (listwise) 540
Uji Beda T-Test
Group Statistics
LNEG N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SIZE 0 502 3524629.68 8941388.675 399073.707
1 38 3431192.29 6549304.385 1062437.465
DER 0 502 27.47812 572.745592 25.562887
1 38 -.32575 12.110892 1.964646
ROA 0 502 .01332 .114181 .005096
1 38 -.38300 .316022 .051266
117
Uji Beda Mann-Whitney U Test
Ranks
LNEG N Mean Rank Sum of Ranks
IFRS 0 502 269.32 135198.00
1 38 286.11 10872.00
Total 540
FRG2 0 502 270.43 135755.00
1 38 271.45 10315.00
Total 540
AUD 0 502 271.47 136276.00
1 38 257.74 9794.00
Total 540
Test Statisticsa
IFRS FRG2 AUD
Mann-Whitney U 8945.000 9502.000 9053.000
Wilcoxon W 135198.000 135755.000 9794.000
Z -.740 -.053 -.716
Asymp. Sig. (2-tailed) .459 .958 .474
a. Grouping Variable: LNEG
BLOCK 0: BEGINNING BLOCK
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 308.751 -1.719
2 276.941 -2.352
3 274.979 -2.560
4 274.964 -2.581
5 274.964 -2.581
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 274,964
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
,001.
118
BLOCK 1: METHOD = ENTER
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 185.833 6 .000
Block 185.833 6 .000
Model 185.833 6 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 89.130a .291 .730
a. Estimation terminated at iteration number 11 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 10.375 8 .240
119
Classification Tablea
Observed
Predicted
LNEG Percentage
Correct 0 1
Step 1 LNEG 0 499 3 99.4
1 13 25 65.8
Overall Percentage 97.0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a IFRS -.832 .627 1.760 1 .185 .435
FRG2 .634 .614 1.064 1 .302 1.885
SIZE .000 .000 2.807 1 .094 1.000
DER -.005 .027 .039 1 .844 .995
ROA -24.699 3.634 46.185 1 .000 .000
AUD .591 .696 .721 1 .396 1.805
Constant -5.535 .721 58.954 1 .000 .004
a. Variable(s) entered on step 1: IFRS, FRG2, SIZE, DER, ROA, AUD.
120
PERSENTASE DOMISILI PERUSAHAAN TAX HAVEN
No. Domisili Perusahaan Tax Haven Jumlah Persentase
Kategori The Black List
1 Costa Rica - -
2 Philippine - -
3 Labuan, Malaysia 4 3%
Kategori The Grey List
4 Andorra - -
5 Anguilla - -
6 Antigua and Barbuda - -
7 Aruba - -
8 Bahamas - -
9 Bahrein - -
10 Belize - -
11 Bermuda 4 3%
12 British Virgin Islands 52 36%
13 Cayman Islands 6 4%
14 Cook Islands - -
15 Cyprus - -
16 Dominica - -
17 Gibraltar - -
18 Grenada - -
19 Guernsey - -
20 Isle of Man - -
121
21 Jersey 2 1%
22 Liberia - -
23 Liechtenstein - -
24 Malta - -
25 Marshall Islands 2 1%
26 Mauritius - -
27 Monaco - -
28 Monserrat - -
29 Nauru - -
30 Netherlands Antilles 4 3%
31 Niue - -
32 Panama - -
33 Saint Kitts and Nevis - -
34 Saint Lucia - -
35 Saint Vincent and Grenadines - -
36 Samoa 2 1%
37 San Marino - -
38 Seychelles 7 6%
39 Uruguay - -
40 Turks and Caicos Islands - -
41 US Virgin Islands 2 1%
42 Vanuatu - -
Kategori Non-Cooperative Financial Centre
43 Austria - -
122
44 Belgium - -
45 Brunei - -
46 Chile - -
47 Guatemala - -
48 Luxembourg 2 1%
49 Singapore 52 36%
50 Switzerland 6 4%