Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KUALITAS MEREK PADA NIAT BELI
DENGAN SIKAP KONSUMEN SEBAGAI
VARIABEL PEMEDIASI
Guna Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
FAISHAL CHAMDAN
B 100 120 136
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
PENGARUH KUALITAS MEREK PADA NIAT BELI
DENGAN SIKAP KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas merek terhadap
niat pembelian yang dimediasi sikap konsumen. Responden yang diambil dalam
penelitian ini sebanyak 100 responden. Hasil pengujian menggunakan analisis regresi
linier berganda, sobelt test, uji validitas dan reliabilitas.
Temuan yang diperoleh dalam analisis ini adalah kualitas merek berpengaruh
positif signifikan terhadap sikap konsumen. Pada kualitas merek tidak berpengaruh
signifikan terhadap niat pembelian. Sedangkan kualitas merek perngaru signifikan
terhadap niat pembelian yang dimediasi dengan sikap konsumen. Pada uji F secara
simultan variabel kualitas merek dan sikap konsumen berpengaruh signifikan
terhadap niat pembelian.
Kata kunci: Kualitas Merek, Sikap Konsumen, dan Niat Pembelian
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of brand quality on purchase intentions
mediated consumer attitudes. Respondents taken in this research are 100
respondents. The test results using multiple linear regression analysis, sobelt test,
validity and reliability test.
The findings obtained in this analysis is brand quality has a significant positive
effect on consumer attitudes. On brand quality has no significant effect on purchasing
intention. While brand quality perngaru significant to purchase intention mediated by
consumer attitude. In the F test simultaneously the variable of brand quality and
consumer attitudes have a significant effect on purchasing intention.
Key words: Brand Quality, Consumer Attitudes, and Purchase Intentions
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang berdiri pasti memiliki tujuan untuk mencari
keuntungan. Keuntungan yang didapat perusahaan digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional maupun pengembangan perusahaan. Semua perusahaan
manufaktur pasti dalam kegiatan operasionalnya akan menjual suatu produk
maka tidak dimungkinkan bahwa langkah-langkah dalam memunculkan niat
beli konsumen dilakukan suatu perusahaan dengan melalui riset pasar. Niat beli
2
dilakukan sebelum melakukan pembelian yang membuat seorang konsumen
terangsang pada suatu produk atau jasa tertentu pada merek yang dianggap akan
memberikan harapan konsumen. Memahami proses dalam menimbulkan niat
beli merupakan hal yang paling penting karena pada tahap inilah konsumen
akan mencari informasi tentang suatu produk serta akan melanjutkan pada
memutuskan pembelian. Oleh karena itu penting bagi suatu perusahaan
memberikan informasi tentang merek pada konsumen yang akan menimbulkan
emosi dan bagaimana faktor emosional akan mempengaruhi dalam
keputusannya melakukan pembelian.
Persaingan pasar akan membuat sebagian besar konsumen lama sudah
memiliki sikap positif terhadap sebuah merk produk maka peningkatan niat
pembelian dalam kategori produk dan pembelian pada merk akan mudah
dilakukan karena baik produk ataupun merk tersebut sudah disukai terlebih
dahulu oleh konsumen. Secara luas merek adalah salah satu faktor kunci dalam
pembelian pelanggan. Produk bermerk biasanya dalam iklan akan menarik
perhatian konsumen sasarannya. Suatu merk produk akan mengeksploitasi
hubungan emosional antara orang dan merk memiliki lebih dari manfaat
produk. Merk memiliki potensi dalam banyak peran untuk mempengaruhi sikap
konsumen. Faktor penting yang mendasari peran merk adalah ketidakpastian
konsumen tentang atribut dan atau manfaat produk. Ketidakpastian konsumen
tentang produk muncul dari keadaan informasi yang tidak sempurna dan
asimetri yang mencirikan banyak pasar produk karena perusahaan lebih
mengetahui produknya daripada konsumen.
Di lingkungan masyarakat, merk memiliki peran penting dalam
bagaimana konsumen belajar mengetahui ciri-ciri atau karakteristik sebuah
merek dan mengevaluasi tentang informasi yang didapat pada merek tertentu.
Menurut Keller (2008) peranan penting dalam merk adalah memungkinkan
konsumen mengidentifikasi produk atau layanan dan dapat membedakan
dengan pesaing. Konsumen akan dihadapkan pada produk yang beragam atau
bervariasi dalam pasar oleh karena itu suatu perusahaan dituntut harus selalu
mengetahui lebih banyak tentang produk yang dimiliki dan kebutuhan yang
3
diinginkan daripada konsumen. Sehingga informasi yang asimetris membuat
ketidakpastian dalam konsumen melakukan suatu niat pembelian sampai pada
pembelian. Merek dapat berfungsi sebagai simbol atau identitas dari suatu
produk tersebut.
Merek pada zaman sekarang ini tidak lagi menjadi fungsi pemasaran
saja akan tetapi merek menjadi identitas bagi setiap produk dimana merek
mampu memberikan imbalan yang lebih besar daripada produk yang tidak
bermerek kepada para stakeholder. Merek merupakan bagian dari karakteristik
operasional dan emosional yang menjadi atribut produk. Dalam persepsi
tentang posisi merek, kosumen mampu menentukan urutan merek pesaing dari
yang rendah sampai yang tinggi, dan menilai merek memiliki nilai kebanggaan
yang berbeda atau tidak (MC Goldrick, 1984; O’Cass dan McEwan, 2004).
Pada dasarnya konsumen mungkin beranggapan status merek yang
melekat merupakan suatu hal yang penting untuk mendapatkan pengakuan.
Status merk yang melekat dapat dikaitkan dengan bahan yang lebih baik atau
memiliki tingkat kualitas kehandalan yang lebih baik. Kualitas Merek yang
positif pada pikiran konsumen sangat penting dan memberikan keuntungan bagi
perusahaan, dengan mendapat persepsi yang positif perusahaan akan lebih
mudah mengembangkan mereknya dan melakukan perluasan merek. Persepsi
kualitas merek antar konsumen tentunya tidak selalu sama antar konsumen
lainnya. Persepsi konsumen mengenai keseluruhan kualitas merek suatu produk
mampu merangsang konsumen di dalam memunculkan niat pembelian.
Merek yang memiliki nilai kebanggaan akan membuat seorang
konsumen dalam menentukan merek yang dipilih tidak berdasarkan harga akan
tetapi dalam melakukan pemilihan merek dimungkinkan ketika seseorang
memiliki niat membeli terhadap produk tersebut, konsumen sudah berfikir akan
memiliki kebanggaan atau merasa percaya diri bahkan akan mendapatkan
pengakuan dalam menggunakan produk tersebut. Sehingga akan menciptakan
rangsangan terhadap konsumen dalam keinginannya atau niatnya membeli
produk tersebut karena merek yang melekat pada produk tersebut diyakini
4
mampu memberikan harapan konsumen. Memahami proses ini, menciptakan
nilai yang dirasakan akan mengarah pada niat pembelian konsumen.
Dalam hal ini, kualitas merek yang dibangun akan menciptakan atau
merangsang konsumen dalam bentuk sikap yang mengarah pada niat
melakukan pembelian atau tidak. Ketika kualitas yang dibangun kuat yang
mengarah pada sifat positif maka konsumen akan memliki sikap positif
terhadap merek suatu produk sehingga akan menimbulkan kekuatan dalam
memiliki niat untuk membeli suatu produk dan begitu juga sebaliknya. Dari
penjelasan diatas peneliti mengusulkan judul penelitian sebagai berikut
“PENGARUH KUALITAS MEREK PADA NIAT BELI DENGAN SIKAP
KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI”.
Penelitian ini dengan tujuan antara lain menganalisis Pengaruh Kualitas
Merek Pada Sikap Konsumen, Menganalisis Pengaruh Kualitas Merek Pada
Niat Beli Konsumen dan Menganalisis Pengaruh Kualitas Merek Pada Niat Beli
Konsumen yang dimediasi oleh sikap konsumen.
1.2 Tinjauan Pustaka
1.2.1 Niat Pembelian
Niat pembelian merupakan kemungkinan konsumen akan merencanakan
atau berkeinginan membeli produk atau jasa tertentu dimasa depan.
Peningkatan niat beli berarti akan terjadi peningkatan kemungkinan pembelian
(Schiffman dan Kanuk, 2007). Niat pembelian seringkali digunakan untuk
menganalisis perilaku konsumen. Setiap melakukan pembelian, konsumen akan
mencari informasi yang berkaitan dengan produk dan jasa yang akan dibeli baik
di lingkungan sekitar ataupun mencari dimedia sosial. Informasi yang
terkumpul akan dilakukan untuk menilai terhadap produk atau jasa yang akan
dibeli. Ataupun akan mencari pembanding antara produk yang satu dengan
yang lain yang berguna untuk melakukan pertimbangan pada suatu produk
tertentu. Menurut Cronin (1992) minat beli ulang merupakan minat pembelian
yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan di masa lalu
terhadap pembelian suatu produk/jasa.
5
1.2.2 Sikap Konsumen
Sikap konsumen merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi
pemasar yang perlu dipahami dikarenakan sikap memiliki korelasi yang kuat
terhadap perilaku konsumen. Konsumen yang tertarik terhadap suatu produk
atau jasa akan cenderung mempunyai keinginan yang kuat untuk memilih dan
membeli produk atau jasa yang disukainya. Sebaliknya ketika konsumen tidak
tertarik pada suatu produk akan cenderung tidak akan mempertimbangkan
produk tersebut untuk dipilih bahkan sampai dibeli. Hal ini membuat sikap
memiliki peran yang penting dalam perilaku konsumen menentukan produk
atau jasa yang diinginkan.
Berdasarkan sikap konsumen, pemasar melakukan berbagai upaya untuk
menimbulkan sikap yang positif terhadap produk yang ditawarkan ke konsumen
baik dari sisi merk yang melekat pada produk perusahaan. Berbagai program,
didesain pemasar supaya terlihat menarik agar memungkinkan mengubah sikap
konsumen yang semula netral atau negatif menjadi kearah yang positif.
Pengembangan yang dilakukan dapat melalui televisi, radio maupun media
cetak yang mengungkapkan manfaat dan kelebihan produk, tidak lain
tujuannya adalah mengarahkan ke sikap yang positif konsumen terhadap
produk yang ditawarkan.
1.2.3 Merek
Merek atau brand merupakan satu bagian yang paling penting dari produk
yan tidak bisa dipisahkan. Merek mencerminkan identitas produk itu sendiri
atau sebagai simbol produk. Merek akan memberikan nilai tambah bagi suatu
produk bila Merek yang dibangun sangat kuat. Apabila Merek yang dibangun di
masyarakat positif maka akan menciptakan merek yang kuat dan masyarakat
akan tertarik dengan produk tersebut. Para konsumen dipengaruhi oleh pesan
atau kesan yang melakat pada merek itu sendiri. Merek itu sendiri tidak hanya
kesan-kesan yang dapat mempengaruhi konsumen akan tetapi harus
menempatkan pada pikiran konsumen agar benar-benar menjadi semua merek.
Timbul permasalahan bahwa ketika merek suatu produk perusahaan tidak
6
mampu memberikan tempat yang khusus pada benak konsumen maka akan
memberikan kesempatan bagi merek produk lain masuk ke benak konsumen.
1.2.4 Kualitas Merek
Kualitas merek didefinisikan sebagai pengakuan kualitas produk yang
dipengaruhi pada tingkah laku pembelian konsumen. Kualitas merek yang
dirasakan sebagai penilaian subjektif konsumen terhadap suatu produk atau
keunggulan merek dan perbedaan. Menurut Aaker (1991) dan Zeithaml (1988)
menyatakan bahwa kualitas yang dirasakan bukanlah kualitas sebenarnya dari
produk dan itu adalah tidak berwujud, perasaan non fisik secara keseluruhan
tentang sebuah merek. Pengaruh kualitas merek terhadap niat membeli telah
dibentuk dari persepsi kualitas yang terjadi apabila persepsi kualitas merek
lebih tinggi akan menyebabkan harga akan semakin tinggi. Dalam jangka
panjang untuk pertumbuhan bisnis menjadi lebih efektif yang melibatkan
perluasan pasar dan keuntungan pangsa pasar.
Selanjutnya yang ditunjukkan oleh Yoo Donthu dan Lee (2000), persepsi
kualitas merek adalah komponen nilai merek yang mengarah konsumen
memiliki merek tertentu dari pada merek pesaing lainnya. Persepsi kualitas
penting dalam menentukan preferensi konsumen terhadap merek global atau
merek local. Dalam Strizhakova, Coulter dan Price (2011) yang
mengembangkan dua model dengan dua variabel mediasi spesifik yaitu merek
dan identitas merek sebagai sinyal untuk mengidentifikasi preferensi merek
konsumen. Penelitian ini menemukan bahwa konsumen di negara maju dan
negara berkembang lebih memilih merek global karena kualitasnya lebih tinggi
(Bhardwaj, Kumar & Kim, 2010).
2. METODE
Penelitian ini besifat kuantitatif dengan pendekatan deduktif. Desain penelitian
ini adalah dengan metode survey. Survei adalah metode yang digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan menyebarkan
kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam
7
eksperimen) (Sugiyono, 2009). Metode kuantitatif ini menggunakan data primer
yang datanya diambil secara langsung kepada responden tanpa melalui perantara
dengan penyebaran kuesioner terstruktur agar mendapat informasi lebih spesifik.
Dalam pengambilan informasi terkait sampel yang menjadi sasaran target populasi
diambil hanya sekali dan informasi juga akan dilakukan sekali.
2.1 Populasi
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner di objek penelitian
yang dituju terhadap target populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013). Dalam populasi yang digunakan objek penelitian ini adalah semua
calon pelanggan pengguna Handphone Merek Samsung. Karena keterbatasan waktu,
biaya, dan tenaga maka penelitian ini hanya menggunakan sampel dalam mengambil
data yang diperlukan untuk penelitian ini.
2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel diambil yang mampu mewakili populasi
sehingga data yang diambil mampu memberikan gambaran atas masalah yang sedang
diteliti. Karena keterbatas waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki oleh seorang peneliti
maka responden dalam penelitian ini adalah calon pelanggan pengguna Handphone
Merek Samsung dari mahasiswa yang tersebar di Universitas Muhammadiyah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan sampel yang diambil hanya 100 responden.
2.3 Metode Pengumpulan Sampel
Metode pengumpulan sampel didasarkan pada pertimbangan keterbatasan
waktu, tenaga dan dan sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Adapun cara dalam pengumpulan sampel dengan menggunakan purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2012) purposive sampling adalah teknik pengumpulan sampel
dengan pertimbangan atau syarat tertentu. Adapun syarat tersebut adalah Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan syarat:
1. Berusia 17 tahun
2. Laki-laki atau perempuan
3. Bukan pengguna dari produk samsung
8
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dan sumber sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Data Primer adalah data yang diambil secara langsung pada objek penelitian
dengan responden sasarannya. Adapun cara yang dilakukan dalam pengambilan
data primer adalah:
a) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan metode survei yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada responden sasarannya.
b) Kuesioner adalah sebuah alat berupa angket untuk diberikan ke reponden
sebagai salah satu bentuk dalam mengindentifikasi masalah yang diteliti.
Data Sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung melalui perantara
pada pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai
pengguna data. Cara yang dilakukan dalam menggunakan data ini adalah: Telaah
Pustaka (Library Research) yaitu mengumpulkan literature atau data-data yang
mendukung dalam hubungan masalah penelitian ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Kualitas Merek Pada Sikap Konsumen
Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas merek memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap sikap konsumen yang ditunjukkan dengan nilai t sig.
0,000 lebih kecil daripada 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
kualitas merek yang dirasakan oleh konsumen maka akan semakin tinggi
ketertarikan konsumen yang diwujudkan pada sikap konsumen pada produk
Handphone Samsung.
Kualitas merek yang dirasakan sebagai penilaian subjektif konsumen
terhadap suatu produk atau keunggulan merek dan perbedaan. Sikap konsumen
merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi pemasar yang perlu dipahami
dikarenakan sikap memiliki korelasi yang kuat terhadap perilaku konsumen.
Konsumen yang tertarik terhadap suatu produk atau jasa akan cenderung
mempunyai keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk atau jasa
yang disukainya. Sebaliknya ketika konsumen tidak tertarik pada suatu produk
9
akan cenderung tidak akan mempertimbangkan produk tersebut untuk dipilih
bahkan sampai dibeli. Sehingga kualitas merek yang tinggi akan mempengaruhi
sikap konsumen dalam memutuskan suatu produk akan dipilih atau tidak. Hasil
ini sesuai dengan penelitian Shin, Kim, Lim, dan Changsoo (2014) yang
menyatakan persepsi kualitas pada merek memiliki pengaruh yang positif
terhadap sikap konsumen dapa merek.
3.2 Pengaruh Kualitas Merek Pada Niat Pembelian Konsumen
Hasil analisis menunjukkan bahwa kuaalitas merek memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap sikap konsumen yang ditunjukkan dengan nilai sig.
0,088 lebih besar daripada 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas merek
yang dirasakan oleh konsumen tidak akan mempengaruhi niat pembelian
konsumen pada produk Handphone Samsung.
Pengaruh kualitas merek terhadap niat beli merek membeli telah dibentuk
dari persepsi kualitas yang terjadi apabila persepsi kualitas merek lebih tinggi
akan menyebabkan harga akan semakin tinggi. Dalam jangka panjang untuk
pertumbuhan bisnis menjadi lebih efektif yang melibatkan perluasan pasar dan
keuntungan pangsa pasar. Dengan persepsi kualitas yang dibangun semakin tinggi
maka niat beli konsumen juga akan semakin tinggi dikarenakan konsumen
memiliki harapan yang tinggi pada merek tersebut. Akan tetapi dalam hasil ini
menandakan bahwa kualitas merek bukan menjadi salah satu faktor yang penting
ada kemungkinan konsumen memiliki sudut pandang yang berbeda dalam
memiliki niat pembelian karena responden yang diambil lebih pada mahasiswa
sehingga mahasiswa dalam memunculkan niat pembelian dari sisi kualitas
produk, harga, dan lainnya.
Di sisi lain, sampel penelitian ini adalah mahasiswa dimana background
mahasiswa belum memiliki penghasilkan sendiri, masih tergatung orang lain atau
meminta ke orang tua maka mahasiswa akan lebih sensitif pada produk yang
berkaitan dengan harga. Mahasiswa belum memiliki penghasilkan sendiri
pastinya akan mendapatkan uang dari orang tua dan uang yang diberikan juga
pastinya terbatas sehingga dengan uang yang terbatas akan dimanfaatkan untuk
membeli suatu produk yang murah dan dianggap berkualitas. Hal ini
10
dimungkinkan mahasiswa tidak mementingkan kualitas merek yang dibangun
akan tetapi akan mementingkan dari sudut yang lain seperti aakan lebih sensitif
dengan harga dan pada akhirnya kualitas merek yang dimiliki suatu produk tidak
terlalu dianggap penting bagi konsumen. Pada kenyataannya penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang sudah yaitu Chepchirchir, dan Leting (2015); Ergin
dan Akbay (2010); dan Kandasamy (2014) menyatakan kualitas merek yang
samakin tinggi akan membangun niat beli konsumen yang tinggi pula.
3.3 Pengaruh Kualitas Merek Pada Niat Pembelian Konsumen yang dimediasi
Sikap Konsumen
Hasil analisis menunjukkan bahwa kuaalitas merek memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap sikap konsumen yang ditunjukkan dengan nilai thitung
3,8855 > ttabel 1,984. Hal ini mengindikasikan bahwa sikap konsumen sebagai
variabel mediasi memberikan pengaruh signifikan antara variabel kualitas
merek terhadap niat pembelian.pada suatu produk Handphone Samsung.
Merek mengacu pada sikap yang ditunjukkan oleh konsumen terhadap
merek tertentu. Semua konsumen memiliki tingkat preferensi emosional
tertentu terhadap merek tertentu. Saat konsumen dihadapkan dengan produk
baru dan tidak dikenal maka konsumen akan tergantung pada sikap konsumen
pada merek yang ada saat akan membuat keputusan mengenai produk baru.
Dalam keadaan tidak pasti seperti itu, pelanggan cenderung akan memilih
produk yang diproduksi oleh perusahaan yang memiliki sikap positif berkaitan
dengan merek tersebut. Sehingga merek yang memiliki sikap positif dianggap
konsumen memiliki kualitas yang baik atau tinggi akan membangun sebuah
sikap yang dikenal dengan sikap konsumen.
Perilaku ini bila dihubungkan dengan niat akan berkaitan untuk
mempengaruh komponen sikap pada batasan tertentu Menurut Azjen (1991)
mengklaim bahwa niat perilaku dapat dikenal sebagai niat pembelian. Salah
satu faktornya adalah sikap yang dimiliki konsumen terhadap perilaku yang
dianggap sikap beli (Ajzen, 1991).
Fishbein dan Ajzen (1975) mensyaratkan bahwa sikap individu terhadap
perilaku tersebut dam norma subjektif mengenai perlilaku tersebut akan
11
menentukan maksudnya melakukan perilaku tersebut. Dengan kata lain, niat
dianggap sebagai tindakan langsung faktor penentu perilaku yang sesuai.
Dengan kata lain ketika kualitas merek yang dibangun kepada konsumen positif
maka akan membentuk sikap konsumen yang positif yang menyebabkan
membentuk niat pembelian yang positif pula. Studi pendahulu menemukan
bahwa sikap memiliki pengaruh yang positif terhadap niat pembelian konsumen
(Cheah, Phau dan Liang (2015); dan Hidayat dan Diwasasri (2013). Menurut
(Thogersen, 2007) menyatakan bahwa sikap telah dianggap sebagai predictor
penting terhadap niat pembelian suatu produk.
4. PENUTUP
Hasil analisis yang diperoleh dengan software SPSS maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kualitas Merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap konsumen
yang ditunjukkan dengan t sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan hipotesis pertama yang menyatakan kualitas merek
berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen.
2. Kualitas Merek tidak berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian yang
ditunjukkan dengan t sig. 0,088 lebih besar dari 0,05. Hasil ini tidak sesuai
dengan pernyataan hipotesis kedua yang menyatakan kualitas merek berpengaruh
signifikan terhadap niat pembelian.
3. Kualitas Merek memiliki pengaruh signifikan terhadap niat pembelian yang
dimediasi dengan sikap konsumen yang ditunjukkan dengan t sig. thitung 3,8855 >
ttabel 1,984. Hasil ini sesuai dengan pernyataan hipotesis pertama yang
menyatakan kualitas merek berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian yang
dimediasi dengan sikap konsumen.
4. Secara simultan variabel kualitas merek dan sikap konsumen berpengaruh
signifikan terhadap niat pembelian konsumen yang ditunjukkan dengan nilai F
sig. 0,000 lebih kecil daripada 0,05.
12
5. Variabel kualitas merek dan sikap konsumen mampu memberikan pengaruh
terhadap niat pembelian sebesar 53,8% dan sisanya masih dipengaruhi variabel
lain sebesar 46,2%.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a Brand
Name. The Free Press.
Aaker,D. A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on Value of Brand Name.
The Free Press: New York.
Ajzen, I., (1991), “The theory of planned behavior”, Organizational Behavior and
Human Decision Processes, Vol. 50 No. 2, pp. 179-211
Armstrong, Gary (2009). Marketing: an introduction. 1st. European ed. Harlow:
Financial Times Prentice Hall
Assael, Henry, 1995. Costumer Behavior And Marketing Action. Keat Publishing
Company, Boston.
Azjen, I. 2005. Atitude, Personality and Behavior. Open Universsity Press.
Bachelda, Catherine; Fakhar, Ahlam and et al. 2012. Sunscreen Purchase Intention
Amongst Young Moroccan Adult. International Journal of Academic
Research in Business and Social Sciences, May 2012, Vol. 2, No. 5.
Pp.132-150.
Batra, R., Ramaswamy, et al. 2000. Effect of brand local / non-local origin on
costumer attitudes in developing countries. Journal of Costumer
Psychology, 9(2), 83-95.
Bhardwaj, V., Kumar, A., & Kim, Y. 2010. Brand analyses of us global and local
brands in India: the case of Levi’s. journal of Global Marketing, 2391),
80-95.
Bimo Walgito. 1983. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM
Bolton, R. N and Drew, J.H. 1991. A Multistage model of Costumers’ Assement of
Service Quality and Value. Journal of Costumer Research, 17(4), 375-
384.
C. Kandasamy. 2014. Impact of Costumer Brand Perceived Quality on Buting
Intention Of Durable Products- A Customers Review. International
13
Journal of Management and Social Science Research Review, Vol. 1,
Issue. 3 , Pp. 1-5
Cheah, Isaac, Phau, Ian dan Liang Johan. 2015. Factors Influencing Consumers
Attitude and Pusrchase Intention of E-deals. Marketing Intelligence &
Planning, Vol. 33 Iss 5 Pp. 763-783.
Chen, M., F., 2007. “Consumer attitudes and purchase intentions in relation to
organic foods in Taiwan: moderating effects of food-related personality
traits”, Food Quality and Preference. Vol. 18 No. 7, pp. 1008-1021.
Cheng, Shi-I; Fu, Hwai-Hui and et al. 2011.Examining Costumer Purchase
Intentions for Couterfeits Product Based on a Modified Theory of
Planned Behavior. International of Humanities and Social Science, Vol. 1
No; August 2011.Pp. 278-284
Chepchirchir, josphine dan Leting, Mark. 2015. Effect of Barnd Quality, Brand
Prestige on Brand Pusrchase Intention of Mobile Phone Brands:
Empirical Assesment From Kenya. International Journal of Management
Science and Business Administration, Vol. 1, No. 1, October 2015 Pp. 7-
14.
Chiou, J. S., Droge, C., dan Hanvanich, S. 2002. Does customer knowledge affect
how loyalty is formed? Journal of Service Research, 5, 2, 113-124.
Cronin, J.Joseph Jr dan Steven Taylor. 1992. Measuring Service Quality :
Reexamination and Extension. Journal of Marketing.
Engel, Blackwell, dan Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ergin, Elif Akagun, dan Akbay, Handan Ozemir. 2010. Consumer’ Purcahse
Intention For Foreign Product: an Empirical Research Study In Istanbul,
turkey. Interantional Business & Economics research journal Volume 9,
Number 10 Pp.115-122
Ergin, elif Akagun, dan Akbay, Ozdermir. 2010. Costumer Purchase Intentions Fopr
Foreign Products: An Empirical Research Study In Istanbul, Turkey.
International business & Economics Research Journal Volume 9, number
100 Pp. 115-122
Fishbein, M. and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behaviour: An
Introduction to Theory and Researc., Boston: Addison Wesley.
Fishbein, M., and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21.
Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
14
Hanzaee, Kambiz Heidarzadech dan Taghipourian, Mohammad Javad. 2012. The
Effect of brand Credibility and Prestige on Consumers Purchase
Intention in Low and High Product Involvement. Journal of Basic and
Applied Scientific Research, Vol. 2 (2) Pp. 1281-1291.
Keller, K. L. 1997. Strategic barnd management: Building, measuring and managing
brand equity, NJ: Prentice-Hall, Upper Saddle River.
Kotler dan Keller. 2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga: Jakarta.
McGoldrick, P. J. 1984. Grocery Generics - An Extension of the Private Label
Concept. European Journal of Marketing 18(1), 5-25.
O’Cass, A. and McEwen, H. 2004. “Exploring Consumer Status and Conspicuous
Consumption”. Journal of Consumer Behaviour. Vol. 4 No. 1, pp. 25-39.
O'Shaughnessy, J. and N. J. O'Shaughnessy 2002. Marketing, the Consumer Society
and Hedonism. European Journal of Marketing 36(5/6), 524-547.
Roslina. 2009. Pengaruh Pengetahuan Produk dan Citra Merek Terhadap Pembelian
Produk.Jurnal Manajemen dan Bisnis.Vol 10,No 2.2009.ISSN: 1412 –
3681.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta
Tarkiainen, A. and Sundqvist, S., 2005. “Subjective norms, attitudes and intentions of
Finnish consumers in buying organic food”, British Food Journal, Vol.
107 No. 11, pp. 808-822.
Thøgersen, J. .2007. “Consumer decision making with regard to organic food
products”, in Vaz, M.T.D.N., Vaz, P., Nijkamp, P. and Rastoin, J.L.
(Eds), Transitional Food Production Facing Sustainability: A European
Challenge, Farnham: Ashgate Publishing.
Yoo, B., Donthu,N., & Lee, S. 2000. An Examination of Selected Marketing Mix
Elements and Brand Equity. Journal of Academy of Marketing Science,
28 (2), 195-211.
Zeithaml, V.A. 1988. Cosumer Perceptions of Price, Quality and value: A means-end
Model and Synthesis of Evidence. J. Market., 52, 2-22.
Http://dx.doi.org/10.2307/1251446.