22
Pengaruh Lingkungan, Sosial, Ekonomi dan Budaya Terhadap Kesehatan R. Azizah* email: [email protected] Hp. 085851885999 / 081233227789 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu : (1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource. Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya: *Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Pengaruh Lingkungan, Sosial, Ekonomi dan Budaya Web viewKanada, misalnya, telah mengidentifikasi delapan masalah kesehatan yang signifikan berhubungan dengan perubahan iklim, termasuk

Embed Size (px)

Citation preview

Pengaruh Lingkungan, Sosial, Ekonomi dan Budaya Terhadap Kesehatan

R. Azizah*

email: [email protected]. 085851885999 / 081233227789

PEMBANGUNAN BERKELANJUTANPembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang.Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu :

(1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources;

(2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource.

Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan datang.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa

e. kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).f. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi.

g. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan habitatnya.

Dalam bukunya Sugandhy dan Hakim, 2007 Pembangunan berkelanjutan menurut Sumarwoto adalah perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan system ekologi dan social dimana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran social yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya.

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi konsep terdepan pada abad ke 21 (dua puluh satu). Pembangunan berkesinambungan memaparkan suatu pembangunan, yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan generasi saat ini tetapi tidak membahayakan kesempatan bagi generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka.Keterbatasan alam dalam mendukung kehidupan manusia sehingga perlu adanya upaya untuk menyadarkan dan membuat manusia peduli tidak hanya

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

terhadap lingkungan hidup tapi juga pada lingkungan sosialnya (sustainability communication). (Cahyandito, M Fani, 2009)

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

3 (Tiga) Dimensi Pembangunan Berkelanjutan (Haeruman Js, Herman, 2010) adalah :1. Ekonomi

Pendapatan maksimum dan memelihara atau meningkatkan cadangan modal

2. EkologisPemeliharaan daya tahan dan kekuatan sistim biologis dan fisik

3. Sosial-BudayaPemeliharaan kemantapan sistim sosial dan budaya

Konsep “Pembangunan Berkelanjutan” adalah mengamankan planet bumi tempat kita hidup dalam upaya memperbaiki kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan ummat manusia tanpa merusak modal tempat bumi kita berpijak (Mattig, 2010).

Pembangunan berkelanjutan adalah cara berpikir dan bertindak. Hal ini tidak hanya sekedar sebuah kebijakan, tetapi hal ini sebagi prinsip penuntun setiap warga negara serta keputusan politik dan ekonomi yang berpengaruh terhadap berbagai segi.

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Strategi pembangunan berkelanjutan menempatkan penekanan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan. Pada akhirnya visi akan menjadi kenyataan hanya jika setiap orang memberi kontribusi untuk sebuah dunia dimana kebebasan ekonomi, keadilan sosial dan perlindungan lingkungan berjalan seiring, membuat generasi saat ini lebih nyaman dan masa depan lebih baik dari sekarang.

Kita harus mendorong maju bersama-sama dengan perubahan masyarakat kita. Kita perlu untuk memproduksi dan mengkonsumsi dengan lebih cerdas dan menemukan cara-cara baru, cara yang lebih berkelanjutan pertumbuhan ekonomi, sementara memastikan bahwa semua keuntungan dari hasil pertumbuhan ini. Kita membutuhkan sumber baru dan bersih energi, cara kerja yang lebih baik dengan sumber daya bumi, transportasi lebih efisien orang dan barang, dan lebih inklusif masyarakat global.

KEBERLANJUTAN KESEHATANSebagai bagian dari persiapan kami untuk strategi pertama, karyawan Agency yang diwawancarai pada bulan Maret dan April 2006 untuk memastikan pemahaman mereka tentang “pembangunan berkelanjutan” dan risiko dan peluang suatu Agency dalam hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan. Staff Agency menunjukkan bahwa mereka memahami kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi mempengaruhi kesehatan masyarakat. Banyak juga mengakui bahwa Agency berkontribusi (European Commission, 2006) :a. Keberlanjutan Ekonomi, dengan mempromosikan kesehatan dan

mempengaruhi biaya perawatan kesehatan,b. Keberlanjutan Sosial, dengan membangun kapasitas masyarakat dan

pemberdayaan individu, danc. Keberlanjutan Lingkungan, melalui usaha sadar lingkungan.

WHO dalam memahami kesehatan masyarakat dilakukan pendekatan yang holistik dengan membuat kerangka kerja dan menemukan hal-hal yang terkait

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

didalamnya. Konsep population health dan determinants of health, seperti sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai dimensi yang sama dalam pembangunan berkelanjutan (Public Health Agency of Canada, 2010) yaitu:1. Physical factors dalam lingkungan alam (misalnya udara yang kita hirup, air

yang kita minum, makanan yang kita makan) adalah pengaruh utama pada kesehatan. Kesehatan Kanada, misalnya, telah mengidentifikasi delapan masalah kesehatan yang signifikan berhubungan dengan perubahan iklim, termasuk efek kesehatan dari episode asap meningkat, penyakit dan kematian akibat gelombang panas dan dingin, air dan kontaminasi makanan ditanggung, penyakit yang ditularkan oleh serangga, efek kesehatan dari penipisan ozon stratosfir, dan peristiwa cuaca ekstrim. Faktor-faktor di lingkungan manusia yang dibangun seperti perumahan, keselamatan kerja, dan masyarakat dan desain jalan juga pengaruh penting,

2. Social factors, seperti jaringan yang mendukung pendidikan dan sosial, yang memungkinkan dan mendukung pilihan yang sehat dan gaya hidup, serta orang-orang yang berpengetahuan, niat, perilaku dan keterampilan dalam menghadapi hidup dengan cara yang sehat, adalah pengaruh utama pada kesehatan.

3. Economic factors, seperti tingkat pendapatan dan status pekerjaan, yang penting faktor-faktor penentu kesehatan.Kelompok berpenghasilan tinggi adalah kelompok yang memiliki akses lebih baik untuk pelayanan kesehatan yang berkualitas. Orang yang memiliki kontrol atas situasi pekerjaan dan sedikit stress berhubungan dengan hidup lebih lama daripada mereka yang bekerja lebih stres atau berisiko.

Dengan mengembangkan konsep holistik seperti kesehatan penduduk, dengan bekerja sama dengan mitra seperti tujuan kesehatan, dengan menangani jangka panjang dan jangka pendek masalah kesehatan publik seperti epidemi dan kesiapsiagaan darurat, PHAC juga melayani pembangunan berkelanjutan (Public Health Agency of Canada, 2010).

Pada tingkat global, KTT Bumi Rio 1992 adalah salah satu titik paling signifikan dalam membangun sebuah kerangka kebijakan internasional untuk

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

pembangunan berkelanjutan. Salah satu output utama, Agenda 21, termasuk bab didedikasikan untuk kesehatan, dengan alasan bahwa (United Nations,1993):

"Health and development are intimately interconnected. Both insufficient development leading to poverty and inappropriate development resulting in overconsumption, coupled with an expanding world population, can result in severe environmental health problems in both developing and developed nations. Action items under Agenda 21 must address the primary health needs of the world's population, since they are integral to the achievement of the goals of sustainable development and primary environmental care.”

Output penting lainnya dari konferensi ini adalah Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nations, 1992). Ini menyatakan sebagai prinsip pertama bahwa "manusia di tengah keprihatinan untuk pembangunan berkelanjutan, mereka berhak hidup sehat dan produktif selaras dengan alam." Selain itu, Prinsip 7 dan 14 juga menggunakan kata kesehatan - berbicara tentang kesehatan dan integritas bumi, ekosistem dan kebutuhan untuk menghindari aktivitas dan zat-zat yang ditemukan berbahaya bagi kesehatan manusia (Dooris, 2010).

Di Inggris, the Labour Government sangat menekankan pentingnya kebijakan „joined-up‟ yang dalam prakteknya perlunya ditemukan titik temu dalam kebijakan yang bersimpangan (Department of the Environment, Transport and the Regions, 1999a, 1999b, 2000 dalam Dooris, 2010).

Strategi pembangunan berkelanjutan dari pemerintah, mengamankan masa depan (H.M. Government, 2008) dengan menetapkan lima prinsip yang melandasinya salah satunya adalah memastikan masyarakat yang adil dan kuat, sehat dan yang memenuhi beragam kebutuhan semua orang dan mempromosikan pribadi yang baik, dan menciptakan kesempatan yang sama untuk semua.

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Hal ini jelas, bahwa kesehatan adalah inti dari kebijakan pembangunan berkelanjutan di tingkat nasional dan global. Selanjutnya model konseptual diusulkan untuk pemahaman kesehatan, kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan, semua berfokus pada kebutuhan untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan keseimbangan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan (lihat Gambar 1).

Gambar 1: Health and Sustainable Development: Economic, Social and Environmental Dimensions

Sumber : Labonté 1993; Hancock 1996; Price & Dubé 1997 dikutip dari Dooris, 2010

Pentingnya dari konsep tersebut adalah adanya kebijakan yang terkait semakin diperhatikan oleh badan kesehatan seperti the UK Public Health Association (2007) dalam (Dooris, 2010), yang dikategorikan dampak kesehatan dari pembangunan yang tidak berkelanjutan adalah:1. Akibat degradasi lingkungan yang dihasilkan dari kedua residu beracun di

lingkungan dan hilangnya ruang hijau dan kontak dengan alam,2. Konsekuensi dari perubahan iklim melalui mekanisme seperti banjir,

peningkatan penyakit vector-borne, kekurangan tanah dan kenaikan suhu,

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

3. Konsekuensi pembangunan ekonomi melalui distribusi sumber daya tidak merata, konsumsi yang berlebihan dan kekurangan serta kurang terkontrol dalam perencanaan penggunaan lahan,

4. konsekuensi dari disintegrasi sosial melalui hilangnya kohesi masyarakat dan modal sosial.

Pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk memastikan kesejahteraan manusia abadi. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini dan kebutuhan generasi mendatang (United Nations, 1987) dalam (European Commission, 2006).

Dihadapkan dengan degradasi lingkungan yang luas di dunia dan kesenjangan global menyedihkan, Komisi Brundtland (Perdana Menteri Gro Harlem Brundtland) menganjurkan pembangunan berkelanjutan yang secara bersamaan akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pembangunan masyarakat miskin dan memastikan bahwa kemajuan ekonomi tidak lagi merugikan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan menawarkan visi jangka panjang dari kemajuan yang mengintegrasikan sosial, ekonomi dan lingkungan. Kebutuhan lokal dan global dan segera serta kebutuhan jangka panjang (European Commission, 2006).

MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs (MDGs)Millenium Development Goal’s atau yang lebih dikenal dengan MDGs merupakan sebuah tujuan atau target pembangunan dunia yang dideklarasikan pada bulan September tahun 2000 silam. MDGs ini merupakan hasil gabungan dari isu-isu,gagasan-gagasan bahkan program-program pemerintah dunia dalam bidang kemanusiaan yang sejak tahun 1970an telah dikemukakan dan dibahas dalam sidang-sidang PBB, konferensi tingkat dunia, maupun dalam pertemuan-pertemuan antar Negara di dunia. Isu-isu dan gagasan – gagasan itu pun akhirnya dirangkum dan kemudian dan dijabarkan dalam beberapa point penting. Point-point penting itu akhirnya kemudian di jabarkan lagi dalam 8 point penting yang oleh 189 negara di dunia diadopsi dan dideklarasikan sebagai

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

sebuah sebuah tujuan pembangunan dengan nama deklarasi millennium. Dari deklarasi inilah kemudian Millenium development goals atau MDGs menjadi sebuah sasaran pembangunan negara-negara di dunia dengan target pencapaian dan harapan keberhasilannya pada tahun 2015. Dan Indonesia merupakan salah satu Negara dari 189 negara lainya yang turut serta menandatangani deklarasi ini dan berkomitmen untuk merealisasikan tujuan pembangunan millennium ini di Indonesia (Tampi, 2011).

Ada 8 tujuan atau sasaran utama yang tertuang dalam deklarasi millennium ini. 8 tujuan atau target inilah yang diebut MDGs atau tujuan pembangunan millennium. Tujuan pembangunan millennium ini secara garis besar bertujuan untuk memenuhi hak-hak dasar manusia dengan target dan harapan bahwa pada tahun 2015 nanti kedelapan tujuan penting ini sudah terealisasi di masing-masing Negara termasuk Indonesia.Mulai dari masalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan,mencapai pendidikan dasar, mendukung persamaan gender,mewujudkan kesehatan ibu, bayi dan balita, pencegahan penyakit menular, sampai pada masalah-masalah lingkungan hidup serta bagaimana menjalin kemitraan global demi pembangunan, inilah yang secara garis besar diharapkan oleh Negara-negara di dunia bisa terwujud sebelum tahun 2016. Berikut isi MDGs;

1.       Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan2.       Mencapai pendidikan dasar untuk semua3.       Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan4.       Menurunkan kematian anak5.       Meningkatkan kesehatan ibu6.       Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainya7.       Memastikan kelestarian lingkungan hidup8.       Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Menurut Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH Kesehatan merupakan unsur dominan dalam Millenium Development Goals(MDGs) dan Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

menandatangani persetujuan tersebut harus konsisten tetap mencapai tujuan dari MDGs tersebut. Adapun Kesehatan menjadi dominan disebabkan karena lima dari delapan agenda MDGs berkaitan langsung dengan kesehatan. Adapun kelima agenda tersebut adalah:

1.Agenda ke – 1 memberantas kemiskinan dan kelaparan.2. Agenda ke – 4 menurunkan angka kematian anak.3. Agenda ke – 5 meningkatkan kesehatan ibu4. Agenda ke – 6 memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya.5. Agenda ke – 7 melestarikan lingkungan hidup

(Elviz06, 2011)

Millennium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global, yang akan dicapai pada 2015. MDGs merupakan inti dari deklarasi milenium yang diadopsi 189 negara dan ditandatangi 147 kepala negara saat UN Millennium Summit, September 2000.

MDGs terdiri atas delapan tujuan, 18 target, dan lebih dari 40 indikator. Kemudian target itu dipertegas lagi pada Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin dunia 22-24 September 2008, di New York City. Delapan tujuan tersebut antara lain memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang merata dan universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat mortalitas anak; memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIV-AIDS, malaria, dan penyakit lain; menjamin kelestarian lingkungan; dan menjalin kerja sama global bagi kesejahteraanIndonesia sebagai anggota PBB sangat menyadari pentingnya MDGs, dalam kerangka berbangsa dan bernegara sesuai filosofi hidup Pancasila dan pegangan dasar UUD 1945. Oleh karena itu, Indonesia bertekad dapat mencapai MDGs pada 2015. Namun, tantangan dan hambatan yang dihadapi cukup besar. Masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan dalam pembangunan.

Sebagai contoh, saat ini masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan hampir 35 juta jiwa, anak terlantar mendekati 3 juta, balita terlantar 300.000, anak nakal 210.000, anak jalanan 110.000, dan orang tua terlantar

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

mendekati 2 juta. Padahal, sesuai tujuan pertama MDGs, jumlah ini harus diturunkan sampai separuh pada 2015.

Sementara itu, dilihat dari pemerataan pendidikan, parameter yang digunakan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). Pada 1992, APM SD/MI tercatat 88,7 persen dan pada 2008 mencapai 94,73 persen. Sementara itu, APM SMP/MTs. 1992 adalah 41,9 persen dan mencapai 66,52 persen pada 2008. Jumlah yang lebih kecil lagi untuk APM SMA/MA. Tidaklah heran jika Indonesia menempati peringkat ke-111 dalam Laporan Pembangunan Manusia 2009, yang berarti lebih rendah dari Sri Langka (102) maupun Palestina (110).

Selain itu, bidang kesehatan juga belum menghasilkan prestasi yang memadai. Misalnya penurunan angka kematian ibu per 100.000 jiwa, yang saat ini masih 307 dari target 110 pada 2015. Tidak jauh beda dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit menular, seperti malaria, TBC, dan HIV-AIDS.Demikian pula dalam aspek lingkungan hidup seperti pencapaian target penyediaan air bersih. Saat ini hanya 18 persen penduduk yang memperoleh akses ke sumber air minum yang baik dan baru 45 persen yang memperoleh akses sanitasi memadai. Padahal MDGs mencanangkan pada 2015, sebanyak 69 persen penduduk Indonesia memiliki akses air minum yang layak dan 72,5 persen penduduk harus memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai (Cahyono, 2009).

Komitmen pemerintah dan lembaga politik dalam memprioritaskan kesehatan dan pendidikan dinilai masih rendah. Karena itu, kecil kemungkinan Indonesia akan dapat mencapai target MDGs pada 2015 mendatang.

Prof. DR. Dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) selaku  Utusan Khusus Presiden RI untuk Millennium Development Goals (MDGs), mengatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi Indonesia dalam mencapai target MDGs.

“Memang ada kemajuan sejak Indonesia ikut mendatanganinya, tapi kemajuan itu tidak mampu memenuhi target,” ungkap Nila D Moeloek pada diskusi

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

kesehatan “Gizi Salah, Otak Kosong, Bangsa Bodoh, Siapa yang Bertanggung Jawab”, yang digelar Forum Diskusi Lembaga Kajian Kesehatan dan Pembangunan, di Jakarta, Sabtu (16/7) lalu.Tahun 2000 ada 189 negara anggota PBB berkomitmen pada delapan tujuan pembangunan milenium, yakni pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, dan menurunkan angka kematian anak.Selain itu, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, menjamin kelestarian lingkungan hidup, serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.“Dari delapan sasaran, Indonesia menurunkan angka kemiskinan dari 20,6% pada 1990 menjadi 16,6% pada 2007, tetapi dengan indikator penduduk miskin yakni yang hidup dari kurang dari US$1 per kapita per hari. Jika ukurannya ditingkatkan menjadi US$2 per kapita per hari, masih 49% penduduk Indonesia tergolong miskin,” ujar Nila D Moeloek.Untuk mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, juga masih masalah besar. “Jika yang dimaksud pendidikan dasar adalah sembilan tahun, maka target tersebut masih sulit terjangkau. Apalagi pendidikan bagi perempuan yang tak punya ijasah SD cukup besar mencapai 33%,” katanya (Rahmat, 2011).

ILMU LINGKUNGANILMU LINGKUNGAN Ilmu Lingkungan adalah ilmu pengetahuan tentang hidup dan bagaimana

kelestariannya di Planet Bumi Adalah juga merupakan ilmu yang memberi gambaran dan jawaban pada

hubungan sebab dan akibat yang berlangsung pada lingkungan. Dasar pengetahuannya adalah ekologi yang menerapkan dasar-dasar

hukum alam tentang konsep konservasi materi dan energi. Ilmu Lingkungan merupakan konglomerasi dari berbagai disiplin

ilmu yang secara bersama-sama dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan lingkungan hidup.

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Sebagai cabang ilmu yang bersifat interdisiplin; disiplin induknya adalah ekologi (biologi) yang mempelajari sistim

alam dengan hukum-hukum thermodinamika dan entropi (fisika – kimia)

berkaitan dengan penerapan ekologi pada sistim manusia (human-ecology)

dengan penekanan pada cara pandang dan perilaku manusia (antropologi, psikologi, sosiologi...) terhadap sistim (human system – socio system)

pada ruang dan lingkungan yang dibuatnya (manmade sytem) dengan upaya (terapan sains dan teknologi) dengan menggunakan kaidah yang memungkinkan pemanfaatan

secara berlanjut. Kaidah lingkungan yang dipergunakan adalah: interaksi, interdependensi,

keanekaragaman, harmoni dan berkelanjutan

PENELITIAN LINGKUNGAN Deskriptif atas kejadian atau keadaan yang dipersoalkan (what) Eksplanatif, menjelaskan mengapa itu terjadi (why) Preskriptif, bagaimana mengatasi atau mengelolanya (how)

PENDEKATAN HOLISTIKPendekatan Holistik adalah melihat masalah sebagai bagian dari sebuah sistem dengan segala karakteristiknya.Ada persamaannya dengan System Thinking Multidisiplin, interdisiplin

(Moersidik, 2009)

KEMANA KITA MENGARAHPeta situasi keilmuan yang harus dihadapi:

Pengembangan ilmu lintas disiplin dari hard science ke soft science dan social science

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Dari engineering ke socio-engineering Pendekatan keilmuan dari eco-centrism ke anthropocentrism kembali ke

eco-centrism Pendekatan filsafat fari shallow ecology ke deep ecology

Paradigma membangun dalam konsep sustainable development dengan pilar: Sosial Ekonoli Lingkungan

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

ILMU LINGKUNGAN (DI INDONESIA)Berangkat dengan berbagai ciri, kekayaan, keunikan dan seluruh persoalan yang tidak dimiliki oleh negara lain (?) :

Perspektif sosial budaya dengan keanekaragaman etnis dan budaya serta kearifan lokal yang dimilikinya

Kekayaan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati serta pengolahannya

Lingkungan binaan dengan berbagai persoalan yang terkait kualitas lingkungan serta upaya pengelolaan dan teknologi pengendaliannya

Perangkat kelembagaan, pengaturan, dan sistem pengelolaannya

PRINSIP DASAR ILMU LINGKUNGAN

Interaksi

Interdependensi

Keanekaragaman (diversity)

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Keselarasan (harmony)

Kesinambungan (sustainability)

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

References

Cahyono, M.S., 2009. Indonesia Menuju MDGs 2015. http://enviroboy.wordpress.com/2009/10/26/indonesia-menuju-mdgs-2015/

Dooris. M. and Baybutt. M. 2010. Connecting Sustainable Development and Public Health: a Critical Exploration with Reference to NHS and Criminal Justice Settings. CSD Working Papers Series 2009/2010.

European Commission. 2006. Environment Fact Sheet: Sustainable Development.

Elviz06, 2011. MDGs Indonesia Menuju Masyarakat Sehat Sejahtera. http://elvizulianisehatidotcom.wordpress.com/2011/03/17/mdgs-indonesia-menuju-masyarakat-sehat-sejahtera

Mattig. Thomas. 2010. “Under Construction…” Building Bridges between Health and Sustainable development at Geneva 2010. 7th Global Conference on Health Promotion, 26-30 October 2009, Nairobi, Kenya.

Public Health Agency of Canada, 2010. Public Health Agency of Canada Sistainable Development Strategy 2007-2010. Toward Sustainable Development in Public Health.

Rahmat, Ali. 2011. Kecil Kemungkinan Indonesia Mencapai Target MDGs 2015 http://astaqauliyah.com/2006/05/millenium-development-goals-2015/

Tampi, AV. 2011. Papers about Millenium Development Goals In Indonesia! http://pizzof.blogspot.com/2011/04/papers-about-millenium-development.html

UNESCO (1997), Educating for a Sustainable Future: A Transdisciplinary Vision for Concerted Action, paragraph 89.

*Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia