Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH METODE QUANTUM LEARNING TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA PADA KONSEP ALAT
OPTIK
(Penelitian Kuasi Eksperimen di MAN 3 Jakarta Pusat)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NIA YUSNAWATI
NIM 1112016300006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
NIA YUSNAWATI, NIM. 1112016300006. Pengaruh Metode Quantum Learning
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Pada Konsep Alat Optik. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode quantum leaning berbasis
gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa SMA pada konsep alat optik. Penelitian
ini dilakukan di MAN 3 Jakarta Pusat. Penelitian ini berlangsung pada semester 2 tahun
ajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi-eksperimen
dengan desain nonequivalent control group design. Pada penelitian ini yang menjadi
kelas eksperimen adalah kelas XII MIA 1, sedangkan yang menjadi kelas kontrol
adalah kelas XII MIA 2. Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan Teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan nontes.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes berupa tes
objektif pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal dan instrument nontest berupa
lembar observasi aktivitas. Teknik analisis yang digunakan adalah uji “t”. Berdasarkan
perhitungan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 4,78 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,98 pada taraf signifikansi 5%
(𝛼 = 0,05), sehingga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Untuk hasil belajar tertinggi diperoleh gaya
belajar auditori dengan rata-rata nilai 80 dengan persentase 35%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode quantum learning terhadap hasil belajar
fisika siswa SMA pada konsep alat optik.
Kata kunci: Quantum Learning, Hasil Belajar, Alat Optik.
v
ABSTRACT
NIA YUSNAWATI, NIM. 1112016300006. The Influence of Quantum Learning
Methods on The Learning Result Of High School Students' in Optical Devices Concept.
Undergraduate Thesis of Physics Education Departement, Faculty of Tarbiyah and
Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.
This research aim to determine the effect of Learning-Based Quantum Learning
Methods on the Learning Result of High School Students' in optical devices concept.
This research was conducted at MAN 3 Central Jakarta. This research took place in
the second semester of academic year 2016/2017. The research method used is quasi-
experimental method with nonequivalent control group design. In this study, the
experimental class is class XII MIA 1, while the control class is class XII MIA 2.
Determination of the sample in this study based on purposive sampling technique. Data
collection techniques used are tests and nontes. Instrument used in this research is
instrument multiple choice objective test with consisting of 25 item and instrument
nontest form activity observation sheet. The analysis technique used is the "t" test.
Based on the calculation obtained 𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 = 4,78 and 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒 = 1,98 at 5% (α = 0.05)
significance level, so 𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒. For the highest learning results obtained
auditory learning style with an average of 80 values with a percentage of 35%, so it
can be concluded that there are Influence of Quantum Learning Methods on The Learning
Result Of High School Students' in Optical Devices Concept.
Keywords: Quantum Learning, Result Learning, Optical device.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam tak lupa penulis
curahkan kepada Habibullah Rosulullah SAW. beserta keluarga dan para sahabat yang
Alhamdulillah atas keberkahan dan ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh metode quantum learning terhadap hasil belajar fisika
siswa SMA pada konsep alat optik”
Apresiasi dan rasa terimakasih penulis ucapkan untuk segala pihak yang
sangat berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini yang secara khusus
disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
waktu, arahan dan saran untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Ai Nurlaela, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, saran serta arahan kepada penulis selama proses
perkuliahan.
5. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
6. Bapak Drs. Usman Ali, M.P.fis selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 3 Jakarta
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
7. Ibu Wulandari, S.Pd dan Ibu Yeni Marlina, M,Si selaku guru fisika MAN 3 Jakarta
yang telah membimbing penulis dalam proses penelitian.
vii
8. Dewan Guru, Staff, Karyawan serta siswa siswi MAN 3 Jakarta yang telah
membantu dan ikut berkontribusi dalam proses penelitian yang telah dilakukan
penulis selama di MAN 3 Jakarta.
9. Dewan Guru, Staff, Karyawan serta siswa siswi SMAN 32 Jakarta yang telah
membantu dan ikut berkontribusi dalam proses validasi penelitian yang telah
dilakukan.
10. Keluarga tercinta, Ayahanda M. Yusuf Effendi, Ibunda Maulida Os Ni, Kakak dan
Abang terbaik Almh Eviza, Alexandriani, Adrianita, Candra Kirana, Indra
Kurniawan serta adik-adiku tersayang Any Yusuf dan Faizal Setyadi dan keluarga
besar Datuk Kasim dan Datuk Sudurdin, terimakasih untuk segala do’a, dukungan
dan motivasi yang telah diberikan.
11. Kawan-kawan seperjuangan P.Fisika 2012, Khususnya anak Einstein, Sahabat
(3,5), beserta kakak-kakak dan adik tingkat Pendidikan fisika UIN Jakarta yang
banyak memberikan inspirasi dan motivasinya.
12. Sahabat-sahabat MAN 3 Jakarta, MtsN 16, SDN 05, LPKB Pelita Prestasi, Habib
Achmad Al-Bahar dan Bang Hasan yang senantiasa selalu memberikan dukungan
serta do’anya.
13. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu
penyusunan skripsi.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih dalam tahap
belajar dan jauh dari kata sempurna. Olehkarnanya dalam tahap ini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pihak pembaca. Penulis
mengucapkan terimakasih untuk segala do’a dan motivasi yang terkait dalam
penyelesaian skripsi ini semoga bermanfaat dan penulis sangat mengharapkan untuk
pengembangan yang lebih baik dari penelitian ini.
Akhir kata,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 20 Desember 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………..……..... i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI …………………...……………….. ii
ABSTRAK ……………………………………………………..………………..…. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………...……………….... iv
DAFTAR ISI …………………………………………………….……………...….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………...……………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...………… viii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………..…………….………….. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………........ 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………...... 5
C. Batasan Masalah ……………………………………………………… 5
D. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 6
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 6
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS . 7
A. Kajian Teoritis ………………………………………………………. 7
1. Quantum Learning ………………………………………………. 7
2. Manfaat quantum learning ………………………………………. 10
3. Penerapan quantum learning……………………………………... 11
4. Belajar dan hasil belajar ………………………………………….. 17
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar …………………. 22
6. Kajian materi Alat optik ………………………………………….. 23
a. Karakteristik materi alat optik ……………………….……... 23
b. Kompetensi inti materi alat optik ………………….……….. 23
c. Kompetensi Dasar alat optik ……………………….……….. 24
d. Peta konsep materi alat optik ………………………..………. 25
ix
B. Kajian Penelitian yang Relevan …………………………………...…. 37
C. Kerangka Berpikir …………………………………………………… 39
D. Hipotesis Penelitian ………………………….……………………..... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………… 43
A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………….. 43
B. Metode Penelitian ……………………………………………………. 43
C. Desain Penelitian …………………………………………………….. 43
D. Variabel Penelitian …………………………………………...……… 44
E. Prosedur Penelitian ………………………………………………….. 45
F. Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………….. 48
G. Teknik Pengambilan Sampel ………………………………………... 48
H. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………....... 48
I. Instrumen Penelitian …………………………………………………. 49
J. Kalibrasi Instrumen Penelitian ………………………………………. 52
K. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 58
L. Analsisi Data Non Tes ……………………………………………… 62
M. Hipotesis Statistik ……………………………………………… 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………..……….. 65
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian …………………………………….... 65
B. Uji Prasyarat ……….………………………………………………... 71
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………… 73
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………… 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….………. 78
A. Kesimpulan …………………………………………..……………… 78
B. Saran …………………………………………………………………. 78
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 80
x
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 83
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ………………………………………….…….… 44
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ………………………………….……... 49
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes …………………………………….…...…. 50
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rpbi …………………………... 53
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes …………………………………. 53
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrument ……………………….. 54
Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas Instrumen Tes ………………………………… 55
Tabel 3.8 Taraf Kesukaran ……………………………………………………. 56
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes …………………………. 56
Tabel 3.10 Daya Pembeda ……………………………………………………… 57
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes …………………………… 57
Tabel 3.12 Uji Hasil Observasi ………………………………………………… 63
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas Eksperimen dan
Kontrol ……………………………………………............................................ 65
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperim.en dan
Kontrol ……………………………………………............................................ 66
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ………………………………………………… 67
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ……………………………………. 68
Tabel 4.5 Hasil Aktivitas Siswa Pertemuan 1 ………………………………….. 70
Tabel 4.6 Hasil Aktivitas Siswa Pertemuan 2 ………………………………….. 70
Tabel 4.7 Hasil Aktivitas Siswa Pertemuan 3 ………………………………….. 70
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Normalitas Pretest dan Posttest …………………. 71
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Homogenitas Pretest dan Posttest ……….………. 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Pembelajaran …………………………………… 18
Gambar 2.2 Bagian-bagian Mata ……………………………………………… 26
Gambar 2.3 Jangkauan Pengelihatan ………………………………………….. 27
Gambar 2.4 Sesudah dan Sebelum Menggunakan Lensa Cekung …………….. 28
Gambar 2.5 Sesudah dan Sebelum Menggunakan Lensa Cembung …………... 29
Gambar 2.6 Bagian-bagian Kamera …………………………………………… 30
Gambar 2.7 Pembentukan Bayangan Pada Lup ……………………………….. 31
Gambar 2.8 Bagian-bagian Mikroskop ………………………………………… 32
Gambar 2.9 Diagram Sinar Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop ………… 33
Gambar 2.10 Bagian-bagian Teropong Bintang ………………………………… 34
Gambar 2.11 Pembentukan Bayangan Pada Teropong Bintang ……………….. 35
Gambar 2.12 Pembentukan Bayangan Teropong Bumi Pada Mata Tak
Berakomodasi ……………………………………………………………………. 36
Gambar 2.13 Pembentukan Bayangan Teropong Bumi Pada Mata Berakomodasi 36
Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berpikir …………………………….………….. 41
Gambar 3.1 Tahapan Prosedur Penelitian ………………………………………. 47
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif ………………………. 69
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………………… 84
Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………………………… 189
Lampiran B Tahap Pelaksanaan
Lampiran B.1 Angket Pendahuluan ………………………………………...…… 202
Lampiran B.2 Angket Tipe Gaya Belajar ……………………………………….. 210
Lampiran B.3 Instrumen Tes ……………………………………………………. 217
Lampiran B.4 Uji Validasi Instrumen Tes ………………………………………. 258
Lampiran B.5 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ……………………………………. 260
Lampiran B.6 Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ………………………………. 262
Lampiran B.7 Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ……...…………………………. 264
Lampiran B.8 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ………………………………….…. 266
Lampiran B.9 Soal Pretest dan Posttest ………………….………………………. 267
Lampiran C Hasil Penelitian
Lampiran C.1 Hasil Angket Gaya Belajar Siswa ………………………….….… 275
Lampiran C.2 Hasil Pretest Siswa ………………………………..……….….… 279
Lampiran C.3 Hasil Posttest Siswa …………...…………….……………..….… 285
Lampiran C.4 Hasil Uji Homogenitas …………...…………….…………..….… 291
Lampiran C.5 Hasil Uji Normalitas ………………...…………….……….….…. 297
Lampiran C.6 Hasil Uji Hipotesis ………..………...…………….……….….…. 307
xiv
Lampiran D Surat-surat
Lampiran E Uji Referensi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas, baik dalam keterampilan sosial, keterampilan
berfikir, dan efikasi diri yang baik.1 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan ialah pencapaian tujuan belajar siswa, yang dapat dilihat
melalui hasil belajar2. Hasil belajar merupakan keberhasilan yang dicapai peserta
didik dalam belajar, serta diperolehnya perubahan tingkah laku yang mengarah
pada perubahan yang lebih baik dari hasil belajar tersebut.3
Berdasarkan hasil penyebaran angket yang dilakukan peneliti melalui 3
madrasah dari total 5 madrasah aliyah yang ada di Jakarta Pusat, sebagian besar
responden (62%) berpendapat bahwa mata pelajaran fisika menempati urutan
pertama dari semua kategori pilihan pelajaran yang sulit dan kurang diminati.4
Pada kenyataannya hasil belajar fisika masih rendah bila dibandingkan dengan
KKM yang telah ditetapkan sekolah.5 Zainal Arifin, Sudarti dan Albertus juga
menyatakan bahwa hasil belajar fisika secara umum masih tergolong rendah.6
Dalam observasi yang telah dilakukan oleh Herfinayanti, Bunga dan Aisyah,
1 Elsinora Mahananingtyas, Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Efikasi Diri
dan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan,
Vol.4, 2016, h.17 2 Rizqon Afrinudin, “Penerapan Metode Quantum Learning Melalui Pendekatan Speed
Reading Dalam Pembelajaran Ekonomi Dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar Di Kelas X SMAN
5 Kota Cirebon”, Skripsi IAIN Seyekh Nurjati Cirebon, 2015, h.15 3 Susi Andrianty, Penerapan Metode Quantum Learning Dengan Learning Style VAK
(Visual, Auditori, Kinestetik) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-3 SMAN Olahraga
Provinsi Riau, Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Vol. 4, 2015, h. 55 4 Obsevasi pembelajaran di beberapa MAN Jakarta pusat 2017. 5 Desestra, Hufri, Fatnih Murfi, Pengaruh LKS Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam
Metode Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Padang,
Journal Pillar of Physis Education Vol.6, 2015, h.25 6 Zainal Arifin, Sudarti, Albertus Djoko Lesmono, Pengaruh Metode Quantum Learning
disertai Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa di SMA Negeri Kalisat Jurnal
Pembelajaran Fisika Vol. 4, 2016, h.366.
2
rendahnya hasil belajar fisika disebabkan oleh banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran fisika.7
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau IPA yang
melibatkan 3 bentuk pengetahuan yaitu: pengetahuan sosial, pengetahuan fisik,
dan pengetahuan logika-matematik.8 Dalam pembelajaran fisika, keaktifan siswa
sangat diperlukan. Namun nyatanya, masih terdapat beberapa siswa yang betindak
pasif dalam pembelajaran fisika. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Fuad
Muchlisin bahwa siswa pasif cenderung hanya menerima informasi saja tanpa
memberikan tanggapan yang serius.9 Kepasifan siswa menjadi salah satu faktor
penyebab rendahnya hasil belajar fisika siswa. Faktor lain yang menyebabkan
hasil belajar fisika rendah yakni fisika merupakan salah satu pelajaran yang sulit
untuk dipelajari. Hal ini dikarnakan beberapa siswa masih kurang mahir dalam
pengoperasian matematika 10 Selain itu, kurangnya pembaharuan dalam gaya
mengajar guru menyebabkan kejenuhan pembelajaran pada siswa. Menurut Yova,
hal tersebut menjadi salah satu penentu kenyamanan belajar siswa.11
Permasalahan yang sering terjadi dengan dunia pendidikan ialah guru masih
belum dapat dengan bijaksana memilih, mengoptimalkan, dan menerapkan
metode/model pembelajaran sebagai komponen dari sistem adaptif
pembelajaran.12 Seperti yang kita ketahui hal terpenting dalam pembelajaran agar
tidak membosankan adalah membuat pembelajaran menjadi menyenangkan bagi
7 Herfinayanti, Bunga Dara Amin, Aisyah Azis, Penerapan Model Pembelajaran Quantum
Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 1 Sungguminasa, Jurnal Pendidikan
Fisika, Vol.5, 2016, h. 62 8 Azhar, Karakteristik Fisika dan Realita Pendidikan Fisika Nasional, Jurnal Tabularasa
PPS UNIMED, Vol. 8, 2011, h.176 9 Fuad Muhclisin, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Dengan Pendekatan
Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Motor Diesel
Di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Jurnal Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif UNY, 2013.
H.1 10 Sri Wahyu Widyaningsih dan Irfan Yusuf, Penerapan Quantum Learning Berbasis Alat
Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik, Jurnal Panrita, Vol.10, 2015, h.681 11 Yova Agustian Prahara, Subiki dan Maryani, Model Quantum Learning Dengan Metode
Ekspeimen Pada Pembelajaran Fisika Di SMPN 7 Jember, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.1, 2012,
h.309 12 Ary yabuarti, A.Sobandi, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penenerapan Model Pembelajaran Quantum Learning, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
Vol.1, 2016 h.11
3
siswa serta sumber belajar yang tepat dan variatif.13 Pembelajaran yang
menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa
dalam proses pembelajaran tanpa ada perasaan terpaksa maupun tertekan.14 Dalam
melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan
berjalan sesuai dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat. Oleh karna itu
dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
memahami materi fisika dengan lebih baik dan menarik.
Alat optik merupakan salah satu materi yang memerlukan pemahaman lebih
dalam mempelajarinya.15 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rismatul Azizah, materi alat optik memperoleh persentase tertinggi (25%) dari 5
materi fisika lainnya yang dianggap sulit oleh siswa.16 Hal serupa juga terjadi pada
observasi yang telah dilakukan peneliti dibeberapa Madrasah Aliyah Jakarta Pusat
bahwa Alat optik memperoleh presentase (35%) untuk kategori materi tersulit di
kelas XI. Beberapa faktor disebabkan oleh materi alat optik yang bersifat abstrak
dan matematis serta memerlukan objek nyata.
Permendikbud No.22 tahun 2016 menyatakan, bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.17
Berdasarkan masalah tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mengatasi kepasifan dan kejenuhan belajar yang terjadi, yakni
13 Ari Novita Ningsih, Nopa Nopiyanti dan Yuni Krisnawati, Pengaruh Model Quantum
Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas VII SMPN O Mangunharjo, 2016 14 Yudi Wijnarko, Model Pembelajaran Make A Match Untuk Pembelajaran IPA Yang
Menyenangkan, Jurnal Taman Cendikia Vol.1, 2017, h. 56 15 Pandu Joyo Sampurno, Rizky Maulidiyah, Hidayah Zuliana Puspitaningrum,
Implementasi Kurikulum 2013: MOODLE (Modular Object Oriented Dynamic Learning
Environment) Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Lembar Kerja Siswa Pada Materi Alat Optik di
SMA, Jurnal Fisika Indonesia, Vol.19, 2015, h. 55 16 Rismatul Azizah, Lia Yuliati, Eny Latifah, Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika Pada
Siswa SMA, Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), Vol.5, 2015, h.47 17 Permendikbud No.22 Tentang Standar Proses Tahun 2016
4
dengan mendesain suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan. Salah satu
metode yang merumpuni sifat tersebut adalah metode quantum learning.
Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang
terbukti efektif dengan prinsip utama yaitu bawalah dunia mereka ke dalam dunia
kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.18 Menurut Trima Rahayu quantum
learning merupakan berbagai multimetode belajar yang dapat menciptakan
pembelajaran menjadi efektif, efisien dan menyenangkan.19 Sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa serta mengatasi kepasifan siswa dalam
pembelajaran. Selain itu, kerangka pemikiran yang dibangun oleh ciri
pembelajaran quantum learning adalah adanya sikap positif yang dibangun dalam
diri siswa.20 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah Dewi
Sartika bahwa metode Quantum learning efektif digunakan serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada ranah kognitif dan psikomotorik
siswa.21 Ajeng mengungkapkan bahwa pembelajaran quantum learning
mengkondisikan siswa agar merasa nyaman dan senang dalam proses
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Jaidun bahwa pada proses
pembelajaran kuantum akan terjadi penyelarasan belajar antar siswa.22 Selain itu
metode quantum learning juga dapat meningkatkan kemampuan multipresentasi
siswa serta membangkitkan rasa keingintahuan siswa, sehingga siswa ikut terlibat
dan aktif dalam pembelajaran.23
18 Trima Rahayu, Soetarno Joyoatmojo, Sri Wahyuni, Penerapam Model Pembelajaran
Quantum Learning Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Sebagai Upayah Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Dalam Mempelajari Ekonomi Kelas X MIA SMAN 5 Surakarta, Jurnal
Pendidikan Ekonomi FKIP UNS, 2015, h.5 19 Sri Wahyuningsih, Op.cit, h.682 20 Daestra, Op.cit, h.26 21Fitriyah Dewi Sartika, Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning Terhadap
Hail Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Listrik di SMKN 2 Surabaya, Jurnal Pendidikan
Teknik Elektro, Vol.05, 2016 h.234 22 Jaidun Turnip dan Keysar Panjaitan, Penerapan Model Quantum Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Autocard Teknik Gambar Bangunan, Jurnal Teknologi Pendidikan,
Vol.7, 2014, h.120 23 Ajeng Puspaningrum, I Ketut Mahardika, Bambang Supriadi, Peningkatan Kemampuan
Multipresentasi IPA (Fisika) dengan Model Quantum Learning Disertai Metode Eksperimen pada
Siswa Kelas VIII-A SMPN 7 Jember, Jurnal Pendidikan Fisika. 2015, h.347
5
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian skripsi ini judul yang diangkat:
“Pengaruh Metode Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA
Pada Konsep Alat Optik”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, terdapat
beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Siswa pasif dalam belajar
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika rendah
3. Pembelajaran fisika yang jenuh dan tidak menyenangkan
4. Materi alat optik yang bersifat abstrak dan matematis
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan dan luasnya ruang lingkup
pembahasan, maka demi terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah
yang akan diteliti yaitu:
1. Hasil belajar yang diukur meliputi 3 ranah yaitu afektif, psikomotorik dan
kognitif. Untuk ranah kognitif merujuk pada taksonomi Bloom yang sudah
direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Aspek kognitif yang digunakan yaitu
pada tingkatan C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4
(menganalisis).
2. Metode quantum learning yang digunakan didasarkan pada buku Bobbi De
Potter dan Mike Hernacki
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh
metode quantum learning terhadap hasil belajar fisika siswa SMA pada konsep
alat optik?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh metode quantum learning berbasis
terhadap hasil belajar fisika siswa SMA pada konsep alat optik.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat,
antara lain:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dalam
mempelajari materi fisika khususnya pada materi alat optik dengan
menggunakan metode quantum learning.
2. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan implementasi
metode quantum learning.
3. Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam
memahami konsep metode quantum learning
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Quantum Learning
a. Pengertian Quantum Learning
Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang
terbukti efektif untuk semua umur. Quantum learning merupakan kiat, petunjuk,
strategi dalam proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat,
serta membuat aktivitas belajar sebagai salah satu proses yang menyenangkan dan
bermanfaat.24 Quantum learning didefinisikan sebagai ïnteraksi-interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya”. Hal ini didasari oleh rumus dalam fisika
kuantum dimana massa dikali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi (𝐸 =
𝑚𝑐2). Maksudnya dalam pembelajaran kuantum merupakan pengubah dari
berbagai macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.25
Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang
pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya
sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti
dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun
memberikan sugesti positif ataupun negatif.26
Quantum learning tidak hanya mamperhatikan faktor internal dari dalam
diri siswa, tetapi juga seluruh faktor eksternal dari lingkungan belajar yang juga
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Penataan lingkungan belajar
ditujukan kepada upaya dan mempertahankan sikap positif.27
24 Herfinayanti, Op.cit, h. 63 25 Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan (Bandung : Kaifa, 2015) Cet. 1, h.15 26 Ibid, h.14 27 Zainal Arifin, Sudarti, Albertus Djoko Lesmono, Pengaruh Metode Quantum Learning
disertai Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa di SMA Negeri Kalisat Jurnal
Pembelajaran Fisika Vol. 4, 2016, h.365
8
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan “suggestology”adalah
“pemercepat belajar” (accelerated learning). Pemercepat belajar didefinisikan
sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya normal dan dibarengi dengan kegembiraan. Cara ini
menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan:
hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan
emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman
belajar yang efektif.28
Lingkungan belajar pada quantum learning harus diciptakan
menyenangkan. Dalam buku The Accelerated Learning Handbook, Dave Merier,
yang dikutip oleh Hewono, menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam
keadaan gembira bukan bearti menciptakan suasana ribut dan hura-hura.
Kegembiraan yang dimaksud adalah bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan
penuh, serta terciptanya makna pemahaman (penguasaan materi yang dipelajari)
dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa. Meier menambahkan pembelajaran
yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membawa perubahan
terhadap diri si pembelajar.29
Quantum learning membahasakan kegembiraan dengan terbangunnya
emosi positif, seseorang yang dapat membangun emosi positif dalam dirinya,
tentrulah ia akan menghadirkan suasana gembira. Frederikson menyebutkan empat
keadaan emosi positif: joy (kegembiraan), interst (ketertarikan), contentment
(kepuasan) dan love (kecintaan). Apabila emosi positif terus dibangun tentunya
akan meningkatkan kepercayaan diri siswa dan keberhasilan pun dapat dicapai.
Otak merupakan organ tubuh yang kompleks. Otak manusia merupakan
otak yang paling sempurna karna memiliki akal dan kemampuan untuk belajar.
Otak manusia memiliki 3 bagian dasar yaitu batang otak, system limbic dan
neokorteks. Neokorteks meliputi 80% dari seluruh volume otak manusia yang
28 Bobbi Loc.cit 29 Herwono, Menjadi Guru Yang Mau Dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan,
(Bandung: MLC, 2007) h.17
9
dapat memberikan kemampuan untuk berfikir, berpersepsi,berbicara, berperilaku
dan sebagainya.30
Roger Speryy, mengatakan bahwa otak memiliki dua belahan, yaitu belahan
otak kiri dan belahan otak kanan. Masing-masing kedua belahan ini bertanggung
jawab terhadap cara berpikir dan masing-masing memiliki spesialisasi dalam
kemampuan-kemampuan tertentu.31
Secara umum otak kiri memainkan peranan penting dalam pemprosesan
logika, kata-kata, matematika dan urutan. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan
irama, musik, imajinasi, atau disebut juga otak yang berkaitan dengan aktifitas
kreatif. Cara berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas teratur ekpesi verbal seperti
membaca atau menulis. Sedangkan cara berfikir otak kanan sesuai untuk
mengetahui non verbal seperti perasaan dan emosi. Kedua belahan otak ini
dihubungkan oleh corpus collosum yang secara konstan menyeimbangkan pesan-
pesan yang dating dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistic dengan
pesan konkrit dan logis.32
Memahami bagaimana cara kerja otak dalam proses pembelajaran siswa
seorang peneliti yang juga seorang psikolog Howard Gardner menemukan bahwa
didalam otak terdapat beberapa area yang menunjukan jenis-jenis kecerdasan
tertentu. Dalam penelitiannya Gardner menemukan 7 macam kecerdasan (multiple
intelligences), yaitu:
1. Kecerdasan musik
2. Kecerdasan gerakan badan (kinestetik)
3. Kecerdasan logika matematika
4. Kecerdasan linguistik
5. Kecerdasan ruang
6. Kecerdasan antar pribadi
7. Kecerdasan intra pribadi33
30 Taufik Bhaudin, Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen Manusia,
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 1999) h.57 31 Boobi, Op.cit, h.28 32 Gordon Dryden Jeanette Vos, Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution Bagian
I, ( Bandung: Kaifa, 2003) h.125 33 Howard Gardner, Multiple Inteligences, (Batam: Interaksa, 2003), h.36-46
10
Kecerdasan tertinggi dan bentuk terbaik dari pikiran kreatif adalah intuisi.
Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak
dapat diterima kelima indera. Kemampuan ini sangat kuat dan ada pada otak sejak
lahir.34
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program
neurolingustik (NLP) hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan
untuk menciptakan jalinan pengertian anatara siswa dan guru. Para pendidik
dengan pengetahuan NLP dapat mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang
poitif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif, faktor penting untuk
merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukan dan
menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang yang menciptakan pegangan
dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.35
Jadi dapat disimpulkan quantum learning adalah gabungan kegiatan yang
seimbang antara bekerja dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan
dibarengi dengan kegiatan yang menggembirakan serta efektif digunakan untuk
semua umur.
b. Manfaat Quantum Learning
Menurut Deporter dan Hernacki metode quantum learning dapat memberikan
manfaat yaitu:
1. Bersikap positif
2. Meningkatkan motivasi
3. Keterampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses atau hasil belajar meningkat.36
34 Boobi, Op.cit, h.30 35 Ibid, h.17-18 36 Ibid, h.13
11
Pembelajaran quantum learning lebih mengutamakan keaktifan peran siswa
dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya. Bhaddin (2014) mengatakan bahwa
metode quantum learning adalah sebuah metode pembelajaran yang mampu
menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan bakat dan potensi
peserta didik dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi
belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat
yang tepat, sehingga siswa dapat belajar dengan mudah.37
Proses pembelajaran pada quantum learning terjadi penyelarasan dan
pemberdayaan komunitas belajar, sehingga guru dan peserta didik yang terlibat
dalam proses pembelajaran sama-sama merasa senang dan saling bekerja sama
untuk mencapai hasil yang maksimal.38
c. Penerapan Quantum Learning
Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepat belajar
dengan NLP dengan teori, keyakinan dan metode sendiri. Termasuk diantaranya
konsep-konsep kunci dari berbagai teori strategi belajar yang lain seperti:
1. Teori otak kanan/otak kiri
2. Teori otak triune (3 in 1)
3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistic (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan symbol (metaphoric learning)
8. Simulasi/permainan.39
Dalam kegiatan belajar dikelas penerapan quantum learning menggunakan
berbagai macam metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja
37 Bhaddin, An Investigation the Effect Quantum Learning Appoarch on Primary School
7th Grade Student’s Science Achievement, Retention and Attitude. Edducational Research
Association The International Journal of Research in Teacher Education. Vol.5 (2) h.15, 2014 38 Nyna dan Parmin, Implementasi Quantum Learning Berbantuan Mind Mapping
Worksheet Untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Peserta Didik, UNNES
Science Education Journal, Vol.4, 2015, h.1024 39 Bobbi Op.cit, h.16
12
kelompok, eksperimen dan metode pemberian tugas. Menurut Surachmad dalam
Sunaryo (2001), metode ceramah bermanfaat untuk mengetahui fakta yang telah
sudah diajarkan dan proses pemikiran yang telah diketahui serta untuk merangsang
siswa agar mempunyai keberanian dalam mengemukakan pertanyaan, menjawab
atau mengusulkan pendapat. Metode demonstrasi membantu siswa dalam
memahami proses kerja suatu alat atau pembuatan sesuatu, membantu pelajaran
menjadi lebih jelas dan lebih konkrit serta menghindari verbalisme, merangsang
siswa untuk lebih efektif mengamati dan mencobanya sendiri. Metode kerja
kelompok akan membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugas dan
menggalang kerjasama dan kekompakan kelompok. Metode eksperimen membantu
siswa untuk mengajarkan sesuatu, mengamati prosesnya dan mengamati hasilnya,
membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri. Metode
pemberian tugas akan membina siswa untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi dan komunikasi serta dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya.40
Metode yang telah dikemukakan diatas tidak ada yang sempurna bila berdiri
sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling melengkapi
kekurangan-kekurangan yang ada, penggunaan berbagai metode penyajian
pelajaran secara bergantian akan membuat siswa menikmati kegiatan belajarnya
dan tidak merasakan belajar yang monoton, serta berbedaan karakteristik pada
siswa dapat terlayani dengan baik.
Menurut Eggen dan Kauchak yang dikutip Sunaryo (2001) siswa dikatakan
aktif jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai
kemauan dan kreativitas dalam belajar. Keberanian menyampaikan gagasan dan
minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur,
serta pengembangan penalaran induktif dan deduktif.41
40 Sunaryo, Penerapan Prinsip-Prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) Dalam
Meningkatkan Kefektifan Proses Pembelajaran IPA di SD Kodya Tegal, Jurnal Pendidikan, Vol.2,
2001 41 Ibid
13
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan quantum
learning diantaranya:42
1) Menciptakan minat AMBAK (apa manfaatnya bagiku)
AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara
manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk
menanyakan pada dirinya apa manfaat pembelajaran tersebut dalam
pengaplikasiannya dikehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat memahami
perannya sebagai pelajar aktif.
2) Merayakan Keberhasilan
Ketika minat AMBAK tercipta dalam diri siswa, akan terjadi sebuah tujuan
dalam dirinya. Dalam hal ini biasanya diadakan semacam pemberian hadian atau
reward kepada siswa yang telah menyelesaikan pembeljarannya dengan baik. Hal
ini akan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan
memotivasi belajar siswa untuk pembelajaran berikutnya.
3) Sikap Inilah Saatnya
Sikap ini akan memberikan aba-aba kepada siswa untuk memulai
pembelajaran, secara psikologis ini merupakan kesiapan siswa untuk memulai dan
menerima pembelajaran.
4) Lingkungan Belajar
Mengatur lingkungan belajar merupakan langkah awal efektif untuk mengatur
pengalaman belajar secara menyeluruh. Dimana pengaturan dapat dilakukan
dengan menciptkan suasana yang nyaman dan santai, penyesuaian suasana hati
dengan musik, menggunakan hal-hal yang bersifat visual, serta berinteraksi dengan
lingkungan secara langsung.
5) Memupuk Sikap Juara
42 Bobbi Op.cit, h.45-250
14
Berfikir seperti seorang juara akan memotivasi diri siswa untuk menjadi juara.
Dalam hal ini siswa akan belajar bagaimana mengubah segala sesuatu yang bersifat
negatif pada dirinya menjadi sikap yang positif untuk dilakukan sehingga siswa
dapat mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi.
6) Menemukan Gaya Belajar
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja siswa. Ketika siswa
menyadari bagaimana dirinya dan orang lain menyerap informasi, mereka akan
menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih muda dengan gayanya sendiri. Cara
belajar adalah kombinasi bagaimana siswa menyerap, lalu mengatur dan mengolah
informasi.
Berikut ini ciri-ciri menentukan gaya belajar siswa:
a. Gaya belajar Visual
Gaya belajar visual (visual learners) lebih menitikberatkan pada ketajaman
penglihatan. Peserta didik dengan macam gaya belajar seperti ini
mengandalkan penglihatan untuk melihat buktinya terlebih dahulu sebelum
mereka mempercayainya.Seseorang dengan gaya belajar visual memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: rapi dan teratur, berbicara dengan tepat, perencana dan
pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik dan
dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, mengingat apa
yang dilihat daripada yang didengarkan, mengingat dengan asosiasi visual,
biasanya tidak terganggu oleh keributan, mempunyai masalah untuk
mengingat instruksi verbal, kecuali jika ditulis dan sering kali meminta
bantuan orang untuk mengulanginya, pembaca cepat dan tekun, lebih suka
membaca daripada dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang
menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang
suatu masalah atau proyek, mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di
telepon dan dalam rapat, lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain,
sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, lebih suka
15
melakukan demonstrasi daripada berpidato, dan lebih suka seni daripada
musik.43
b. Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori (auditory learners) mengandalkan pada pendengaran
untuk dapat memahami wadan mengingatnya. Karakteristik model belajar
seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, peserta didik harus
mendengar, baru kemudian dapat mengingat dan memahami informasi itu.
Seseorang dengan gaya belajar auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berbicara pada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan,
menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkannya, dapat
mengulangi kembali dan menirukan (nada, birama, dan warna suara), merasa
kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita, berbicara dalam irama
yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni,
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat, suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan- pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain,
lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, dan lebih
suka gurauan lisan daripada membaca komik.44
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik (kinesthetic learners) mengharuskan individu yang
bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar
peserta didik dapat mengingatnya. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik sebagai
berikut: berbicara dengan pelan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang
untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang; selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, mempunyai
perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui memanipulasi dan
43 Ibid, h.116 44 Ibid., h. 118
16
praktik; menghapal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari
sebagai alat penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh,
dan tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.45
7) Teknik Mencatat
Mencatat yang efektif adalah salah satu kemampuan terpenting yang harus
dipelajari. Dalam hal ini alasan mencatat bagi siswa ialah untuk meningkatkan
daya ingat. Tujuannya adalah membantu siswa untuk mengingat apa yang
tersimpan dalam memorinya.
8) Menulis Dengan Percaya Diri
Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan
(emosional) dan belahan otak kiri (logika). Dalam hal ini terdapat 2 metode yakni
pengelompokan (memilah gagasan dan menuangkan keatas kertas dengan cepat
tanpa pertimbangan) dan menulis cepat.
9) Kekuatan membaca
Dalam hal ini membaca merupakan pengamatan kata-kata yang dicetak secara
mencolok, pemahaman, pemilihan dan penyimpanan informasi bagi siswa.
Membaca akan menambah perbedaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan
dan daya ingat akan bertambah.
10) Berfikir Logis dan Kreatif
Seseorang yang kreatif selalau mempunyai rasa ingin tahu, mencoba-coba,
bertualang, bermain-main serta intuitif. Dengan adanya sikap kreatif yang baik
siswa akan mampu menghasilkan ide-ide segar dalam belajarnya.
45 Ibid., h.119
17
2. Belajar dan Hasil Belajar
a. Belajar
Gagne (1977) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia sepereti sikap, minat, atau nilai
dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis performance (kinerja). Menurut sunaryo (1989) belajar merupakan suatu
kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku
yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.46 Sedangkan
menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.47 Beberapa
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Perbedaan antara siswa belajar aktif dengan siswa belajar pasif:48
Belajar Aktif Versus Belajar Pasif
➢ Belajar apa saja dari setiap
situasi
➢ Tidak dapat melihat
adanya potensi belajar
➢ Menggunakan apa yang
dipelajari untuk
keuntungan
➢ Mengabaikan kesempatan
untuk berkembang dari
suatu pengalaman belajar
46 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: konsep dan aplikasi (Bandung : Refika
Aditama, 2013) Cet. Ke-3 h.2 47 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) Cet. ke-3 h. 13 48 Bobbi, Op.cit, h. 55
18
➢ Mengupayakan agar
segalanya terlaksana
➢ Membiarkan segalanya
terjadi
➢ Bersandar pada kehidupan ➢ Menarik diri dari
kehidupan
Berdasarkan pengertian belajar, seseorang dituntut untuk mengalami
perubahan, dimana perubahan ini merupakan hakikat dari belajar. Perubahan tersebut
dapat dilihat melalui kegiatan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu
upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.49 Dalam
proses pembelajaran Reigeluth (1983) memperlihatkan tiga hal, yaitu kondisi
pembelajaran dalam kerangka teori pembelajaran yang dapat dilihat pada Gambar 2.1
dibawah ini
Gambar 2.1 Kerangka Teori Pembelajaran50
(Diadaptasi dari Reigeluth oleh Miarso, 2004)
49 Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012) Cet. Ke-1 h. 6. 50 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-6, h.164
19
Proses pembelajaran pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.51
Dimana keadaan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari
proses belajar.52
Pada Gambar 2.1 kondisi pembelajaran didapatkan 2 faktor yaitu tujuan
pembelajaran dan hal-hal yang menghambatan pembelajaran. Penyampaian metode
pembelajaran dilakukan pengorganisasian serta penyampaian tujuan pembelajaran
kepada siswa. Sehingga hasil pembelajaran yang didapatkan berupa efektifitas,
efesiensi, dan daya tarik pembelajaran.
b. Hasil Belajar
Mulyanto menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar.53 Sedangkan menurut Purwanto, hasil belajar
adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.54
Pembelajaran dikatakan efektif jika usaha atau aktivitas yang dilakukan
peserta didik dalam proses pembelajaran mempunyai ketepatan atau kesesuaian
dengan tujuan yang telah ditentukan. Pencapaian tujuan tersebut ditandai dengan
adanya penilaian setelah proses belajar mengajar berlangsung yang disebut dengan
hasil belajar. Semakin baik hasil belajar yang dicapai peserta didik maka semakin baik
pula proses pembelajarannya.
Gagne menyatakan hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat
teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapiabilitas. Menurutnya ada 5
kategori kapabilitas manusia yaitu: Keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.55 Agak berbeda dengan klasifikasi
51 Ibid 52 Kokom Komalasari, Op. cit., h.3. 53 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagian Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h.37 54 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.46 55 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013) Cet.
Ke-1, h.58
20
Gagne, Benyamin Bloom mengelompokan hasil belajar kedalam tiga ranah atau
domain, yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik yang kemudian disebut sebagai
taksonomi Bloom.56 Taksonomi Bloom memusatkan perhatian terhadap aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan.57 Adapun klasifikasi taksonomi bloom tersebut
yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalh hal-hal yang menyangkut daya pikir, pengetahuan, dan
penalaran.58 Kategori-kategori pada dimensi kognitif dibagi menjadi enam kelompok,
yaitu:59
a) Mengingat, mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang, meliputi proses
mengenali dan mengingat kembali.
b) Memahami, Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru. Proses memahami meliputi
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifisikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan
c) Mengaplikasikan, menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan
tertentu, meliputi proses mengeksekusi dan mengimplementasikan.
d) Menganalisis, memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan hubungan antar bagian itu dan hubungan anatar bagian-
bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Proses menganalisis meliputi
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
e) Mengevaluasi, mengambil keputusan berdasarkan kiteria dana tau standar tertentu,
meliputi proses memeriksa dan mengkritik.
56 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran - Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), Cet. Ke-1, h.130 57 Suryono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. ke-1, h.167 58 Z. Zulfiani, T Feronika, K Suartini, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.1, h.64 59 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Bloom, Terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2010), Cet ke-1 h.44-45
21
f) Mencipta, memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Proses mencipta meliputi
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.60 Ada beberapa jenis kategori
ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau
sederhana sampai tingkat yang kompleks:61
a) Receiving/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang dating
kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
b) Responding atau jawaban, reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi
yang dating dari luar.
c) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulas tadi.
d) Organisasi, pengembangan dari nilai ke dalam suatu system organisasi, termasuk
hubungan satu nilai ke dalam suatu system organisasi, termasuk hubungan satu
nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, keterpaduan semua sistem nilai yang
telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga
menyebabkan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya.62 Taksonomi untuk ranah
psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow dan Suharsimi sebagai
berikut:63
60 Nana Sudjana, Peniliaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010) Cet ke-15, h.29 61 Ibid., h.30 62 Suharsimi Arikunto, Op.cit, h.135 63 Ibid., h.136-138
22
a) Gerakan Refleks (reflex movement), respons gerakan yang tidak disadari yang
dimiliki sejak lahir.
b) Dasar gerakan-gerakan (basic fundamental movement), gerakan-gerakan yang
menuntun kepada keterampilan yang sifatnya kompleks.
c) Perceptual abilities, kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan.
d) Physical abilities, kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakan-
gerakan keterampilan tingkat tinggi.
e) Skilled movement, gerakan-gerakan yang memerlukan belajar misalnya
keterampilan dalam menari, olahraga dan rekreasi.
f) Nondiscoursive communication, kemampuan untuk berkomunikasi dengan
menggunakan gerakan misalnya ekspresi wajah (mimik), postur dan sebagainya.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Dianatara ketiga
ranah tersebut, ranah kognitif paling banyak digunakan guru dalam penilaian disekolah
karna berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi pelajaran. Hasil belajar
merupakan bagian akhir dari proses pembelajaran dan dijadikan tolak ukur bagi guru
dan siswa untuk mengevaluasi tercapainya tujuan pembelajaran.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang
belajar dan ada pula dari luar dirinya.64 Berikut ini faktor-faktor yang menentukan
pencapaian hasil belajar, yaitu:65
1) Faktor intern, yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi dua factor
yaitu:
a) Faktor fisiologis, yakni factor yang berhubungan dengan kondisi jasmaniah,
seperti kesehatan, cacat tubuh, dan sebagainya.
64 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2015) Cet. Ke-8, h. 55 65 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h.54
23
b) Faktor psikologis, setiap anak pada dasarnya memiliki kondisi psikologis
yang berbeda-beda seperti intelegensi, sikap, perhatian, bakat, minat dan
motivasi siswa.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk dalam
faktor eksternal, yaitu:
a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi,
pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah meliputi metode belajar, kurikulum, keadaan sarana dan
prasarana.
c) Faktor masyarakat, meliputi keadaan siswa dalam masyarakat dan teman-
teman bergaul.
3. Kajian Materi Subjek Alat Optik
a. Karakteristik Materi Alat Optik
1.) Konsep alat optik memiliki cakupan materi yang luas, hal ini disebabkan pada
konsep materi yang dibahas secara menyeluruh.
2.) Konsep alat optik bersifat kontekstual Karena materi tersebut sangat berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
3.) Konsep alat optik dapat diaplikasikan dalam berbagai metode yang dapat
disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
b. Kompetensi Inti Materi Alat Optik pada Kurikulum 2013
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan bahwa
Kompetensi Inti terdiri dari 4 (empat) aspek, yaitu: KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap
social), KI-3 pengetahuan, dan KI-4 (keterampilan). Kompetensi Inti tersebut secara
lebih lengkap adalah sebagai berikut:
24
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
KI-3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
c. Kompetensi Dasar Alat Optik
Kompetensi Inti (KI) yang telah dirumuskan dijadikan sebagai acuan dalam
mengembangkan Kompetensi Dasar (KD). Meskipun dijadikan acuan, Kemendikbud
menyatakan bahwa pengembangan Kompetensi Dasar (KD) tidak dibatasi oleh
rumusan Kompetensi Inti (KI), tetapi disesuaikan dengan beberapa aspek seperti
karakteristik materi pelajaran, kompetensi, lingkup materi, psikopedagogi. Pada
konsep alat optik yang dipelajari di kelas XI terdapat dua kompetensi dasar yang sesuai
dengan kurikulum 2013, yaitu:
25
3. 11 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
4.11 Menyajikan ide / rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip
pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa
d. Peta Konsep Alat Optik
a. Mata
Mata adalah karunia Allah SWT yang sangat berharga. Mata adalah salah satu
organ tubuh yang sangat canggih dan lengkap yang digunakkan untuk melihat. Setiap
bagian mata memiliki fungsi tersendiri. Bagian-bagian mata ditunjukkan pada Gambar
2.2 berikut ini:
26
Gambar 2. 2 Bagian-Bagian Mata
Hampir seluruh bola mata ditutupi oleh sebuah lapisan berwarna putih susu,
yang disebut dengan sclera. Pada saat cahaya pertama kali memasuki mata kornea
menerima dan meneruskan cahaya yang masuk ke lensa mata melalui retina. Iris adalah
bagian mata yang berada dibelakang kornea. Bagian tengah iris memiliki celah atau
lubang kecil yang disebut dengan pupil yang berfungsi mengatur lebar sempitnya
cahaya yang masuk ke mata. Daerah disebelah kornea mengandung cairan yang disebut
Aqueous Humor yang berfungsi untuk mengatur tekanan didalam mata. Jika dilihat
lebih kedalam lagi terdapat lensa kristal yang terdiri dari serat-serat yang cukup keras.
Lensa ini dipenuhi cairan tipis yang disebut Vitreous Humor. Retina berada pada
dinding bagian dalam rongga mata yang terdiri dari jutaan sel yang mampu menangkap
sinyal cahaya.66
Dalam mata, bayangan yang dibentuk pada retina adalah nyata, terbalik, dan
lebih kecil daripada bendanya. Walalupun bayangna pada retina terbalik, bayangan ini
ditafsirkan oleh otak sebagai bayangan tegak. Mata memiliki jarak bayangan tetap
karena jarak antara lensa dan retina sebagai layar adalah tetap. Mata menggunakan
lensa dengan fokus bervariasi untuk membentuk bayangan pada retina di bagian
belakang mata dengan titik dekat dari mata, yang dinyatakan dengan 𝑑𝑛, adalah jarak
66 Mohamad Ishaq, Menuak Rahasia Alam Dengan Fisika,(Bandung: PT Albama, 2008) h.148
27
terdekat ke mata dimana suatu benda dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal,
𝑑𝑛 adalah sekitar 25 cm.67
1) Titik dekat dan titik jauh mata
Titik paling dekat ke mata agar suatu benda masih bisa menghasilkan suatu
bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum (otot siliar
menegang penuh) disebut titik dekat mata. Orang berusia 20-an dengan mata normal
memiliki titik dekat kira-kira 25 cm. pemendekan atau pemanjangan fokus bayangan
benda dilakukan pada retina, dibelakang titik fokus. Penyetelan fokus ini disebut
akomodasi68
Titik jauh mata adalah lokasi paling jauh benda hingga mata yang relaks (mata
tidak berakomodasi) dapat memfokuskan benda. Seseorang dengan mata normal dapat
melihat benda-benda sangat jauh, seperti planet dan bintang-bintang, dan dengan
demikian memiliki titik jauh pada jarak tak berhingga.
Gambar 2. 3 Jangkauan Penglihatan
2) Rabun jauh (miopi)
Rabun jauh atau terang-dekat memiliki titik dekat dari 25 cm dan titik jauh
pada jarak tertentu. Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas pada
jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas. Keadaan ini
terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana mestinya, sehingga
67 Frederik J Bueche, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh, (Jakarta: PT Gelora Aksara,2006)
h.255 68 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Lima, Jakarta: Erlangga, 1999) h.334
28
bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan retina. Cacat mata miopi dapat
diatasi dengan menggunakan kacamata lensa cekung.69
Gambar 2. 4 Gambar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cekung
3) Rabun dekat (hipermetropi)
Kebalikan dari miopi adalah Hipermetropi (rabun dekat atau mata jauh, karena
mata hanya dapat melihat dengan jelas benda-benda jauh). Cacat mata ini disebabkan
karena lensa mata terlalu lemah.70 Titik dekat lebih dari 25 cm dan titik jauh pada jarak
tak berhingga. Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat melihat dengan jelas benda-
benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tetapi tidak dapat melihat benda-benda
dekat dengan jelas, keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung
sebagaimana mestinya, sehingga bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang
retina.
Cacat mata hipermetropi diatasi dengan menggunakan kacamata lensa
cembung. Lensa cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata
sehingga bayangan jauh dibelakang retina, karna lensa tidak dapat berakomodasi
maksimum.71
69 Frederik J Bueche, Loc.cit 70 Yohanes Surya, Optika, (Tanggerang: PT Kandel, 2009), h.112 71 Mohamad Ishaq, Op.cit, h.153
29
Gambar 2. 5 Gambar Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cembung
4) Mata tua (presbiopi)
Pada penderita ini, daya akomodasi berkurang akibat bertambnya usia. Oleh
karena itu, letak titik dekat maupun titik jauh mata telah bergeser. Jadi, mata tua
(presbiopi) adalah cacat mata akibat berkurangnya daya akomodasi pada usia lanjut.
Mata presbiopi ditolong dengan kacamata berlensa rangkap, yaitu untuk melihat jauh
dan untuk membaca. Jenis kacama yang berfungsi rangkap ini disebut kacamata
bifokal.72
5) Astigmatis
Cacat mata astigmatis disebebkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk
sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang daripada bidang
lainnya (bidang silinder). Jadi jarak focus untuk mata astigmatisma berbeda untuk
sinar-sinar dari sisi yang satu dengan yang lainnya.73 Akibatnya, benda titik difokuskan
sebagai garis pendek. Cacat mata astigmatis dapat ditolong dengan menggunakan
kacamata silindris.74
72 Ibid, h,155 73 Yohanes Surya, Op.cit., h.114 74 Mohamad Ishaq, Op.cit. h.156.
30
b. Kamera
Elemen-elemen dasar kamera adalah lensa, kotak ringan yang rapat, shutter
(penutup) untuk memungkinkan lewatnya cahaya melalui lensa dalam aktu yang
singkat, dan pelat atau potongan film yang peka. Ketika shutter dibuka, cahaya dari
benda luar dalam medan pandangan difokuskan oleh lensa sebagai bayangan pada film.
Film terdiri dari bahan kimia yang peka terhadap cahaya yang mengalami perubahan
ketika cahaya menimpanya.75
Pola kerja kamera mirip dengan mata kita. Jika pada mata, jarak bayangan tetap
dan pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak fokus lensa mata sesuai
dengan jarak benda yang diamati, pada kamera, jarak fokus lensa tetap. Pemfokusan
dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan sesuai dengan jarak benda yang
difoto. Jarak bayangan, yaitu jarak antara film dan lensa, diatur dengan menggerak-
gerakkan lensa kamera. Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh lensa
kamera adalah nyata, terbalik dan diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk
menangkap bayangan nyata, pada kamera, yang berfungsi untuk menangkap bayangan
adalah film. Jika pada mata, intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, pada
kamera, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur oleh celah diafragma
(aperture).76
Gambar 2. 6 Bagian-Bagian Kamera
75 Douglas C. Giancoli, Op.cit, h. 329 76 Mohamad Ishaq, Op.cit, h. 160
31
c. Lup
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa
cembung. Sebuah kaca pembesar memungkinkan kita untuk meletakan benda lebih
dekat ke mata kita sehingga membentuk sudut yang lebih besar.77 Umumnya, lup
digunakan untuk melihat angka-angka yang sangat kecil. Lup merupakan lensa
konvergen (memusat) yang digunakan sehingga terbentuk bayangan yang tegak,
diperbesar dan maya dari sebuah benda yang diletakan didalam titik fokusnya.78
Gambar 2. 7 Pembentukan Bayangan pada Lup
1) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
𝑀𝑎 =𝑆𝑛
𝑓+
𝑆𝑛
𝑥
2) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
𝑀𝑎 =𝑆𝑛
𝑓+ 1
3) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
77 Douglas C. Giancoli, Op.cit, h.338 78 Frederik J Bueche, Loc.cit
32
𝑀𝑎 =𝑆𝑛
𝑓
Keterangan:
𝑀𝑎= perbesaran anguler
𝑆𝑛= titik dekat mata (m)
𝑓 = jarak fokus lensa (m)
𝑥 = jarak akomodasi (m)
d. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda yang
sangat kecil, seperti bakteri dan virus. Sebuah mikroskop terdiri atas dua lensa
koncergen, sebuah lensa objektif (panjang fokus 𝑓𝑝) dan sebuah lensa okuler.79
Gambar 2. 8 Bagian Bagian Mikroskop
79 Ibid
33
Gambar 2. 9 Diagram Sinar Pembentukan Bayangan pada Mikroskop Optik
1) Perbesaran lensa objektif
𝑀𝑜𝑏 =ℎ𝑜𝑏
′
ℎ𝑜𝑏=
𝑠𝑜𝑏′
𝑠𝑜𝑏
2) Perbesaran Lensa Okuler
a) Mata berakomodasi maksimum:
𝑀𝑜𝑘 =𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘+ 1
b) Mata tidak berakomodasi:
𝑀𝑜𝑘 =𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘
c) Perbesaran total mikroskop:
𝑀 = 𝑀𝑜𝑏𝑥𝑀𝑜𝑘
d) Panjang mikroskop
Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler.80
𝑑 = 𝑠𝑜𝑏′ + 𝑠𝑜𝑘
Panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi
80 Douglas C. Giancoli, Op.cit, h.340
34
𝑑 = 𝑠𝑜𝑏′ + 𝑓𝑜𝑘
Keterangan:
𝑀𝑜𝑏 = Perbesaran Lensa Objektif
ℎ𝑜𝑏′ = Tinggi bayangan (m)
ℎ𝑜𝑏 = Tinggi benda (m)
𝑠𝑜𝑏′ = Jarak bayangan (m)
𝑠𝑜𝑏 = Jarak benda (m)
𝑀𝑜𝑘= Perbesaran Lensa Okuler
𝑆𝑛 = Jarak titik dekat (m)
𝑓𝑜𝑘 = Jarak fokus lensa okuler (m)
e. Teropong
Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk memperbesar
benda yang sangat jauh. Teropong atau teleskop memiliki sebuah lensa objektif atau
cermin dengan panjang fokus dan sebuah lensa okuler dengan panjang fokus sehingga
menghasilkan perbesaran 𝑀 =𝐹𝑜𝑏
𝐹𝑜𝑘.81
1) Teropong bintang
81 Frederik J Bueche, Op.cit, h.256
35
Gambar 2. 10 Bagian-Bagian Teropong Bintang
Gambar 2.11. Pembentukan Bayangan pada Teropong Bintang
Panjang teropong
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
Perbesaran teropong
𝑀 =𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
Keterangan:
𝑑= panjang teropong (cm)
𝑀 = perbesaran teropong
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (cm)
𝑓𝑜𝑏= jarak fokus lensa objektif (cm)
2) Teropong bumi
Teropong bumi menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan di antara
lensa objektif dan lensa okuler yang akan menghasilkan bayangan akhir yang tegak
terhadap arah benda semula dan lensa cembung ketiga ini disebut lensa pembalik.82
82 Mohamad Ishaq, Op.cit, h.174
36
Gambar 2. 12 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata Tak
Berakomodasi)
Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata
Berakomodasi)
Panjang teropong bumi
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
Keterangan:
𝑑 = panjang teropong (m)
𝑓𝑝 = jarak fokus lensa pembalik (m)
𝑓𝑜𝑘 = jarak fokus lensa okuler (m)
𝑓𝑜𝑏 = jarak fokus lensa objektif (m)
37
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan metode pembelajaran
quantum learning adalah sebagai berikut:
1. Susi Andrianty, (2015) pada Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang
berjudul “Penerapan Metode Quantum Learning Dengan Learning Style VAK
(Visual, Auditori, Kinestetik) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-3
SMAN Olahraga Provinsi Riau” hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar
yang diperoleh dari hasil tes, tugas kelompok dan presentasi sudah mencapai KKM
80% dan dinyatakan berhasil dalam belajar.83
2. Daestra, Hufri dan Fatni Mutit.,(2015) pada Jurnal Pillar of Physic Education yang
berjudul “Pengaruh LKS Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam Metode
Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 2
Padang” hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar pada
ranah afektif, kognitif dan psikomotorik setelah penerapan metode quantum
learning.84
3. Zainal Arifin, Sudarti, Albertus Djoko Lesmono, (2016) pada Jurnal Pembelajaran
Fisika yang berjudul “Pengaruh Model Quantum Learning Disertai Metode
Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa di SMAN Kalisat” hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan model quantum learning baik untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.85
4. Herfinayanti, Bunga Dara Amin, Aisyah Azis., (2016) pada Jurnal Pendidikan
Fisika Universitas Muhammadiyah Makasar dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X
83 Susi Andrianty, Op.cit, h.61 84 Daestra, Op.cit, h.23 85 Zainal Arifin, Op.cit, h.369
38
SMAN 1 Sungguminasa” hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan
hasil belajar siswa setelah penerapan Quantum Learning.86
5. Fuad Muhclisin, (2013) pada Jurnal Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif
UNY yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Dengan
Pendekatan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata
Pelajaran Teknologi Motor Diesel Di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta” hasil
metode quantum learning dengan pendekatan peta pikiran berpengaruh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional terhadap
prestasi belajar siswa.87
6. Sri Wahyu Widyaningsih dan Irfan Yusuf, (2015) pada Jurnal Panrita yang
berjudul “Penerapan Quantum Learning Berbasis Alat Peraga Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik” hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa.88
7. Yova Agustian Prahara, Subiki dan Maryani, (2012) pada jurnal pembelajaran
fisika yang berjudul “Model Quantum Learning Dengan Metode Ekspeimen Pada
Pembelajaran Fisika Di SMPN 7 Jember” hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat pengaruh pada aktivitas belajar siswa.89
8. Ari Novita Ningsih, Nopa Nopiyanti dan Yuni Krisnawati,(2016) pada jurnal
yang berjudul “Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar
Biologi Kelas VII SMPN O Mangunharjo” hasil penelitian menunjukan bahwa
hasil belajar siswa meningkat.90
9. Trima Rahayu, Soetarno Joyoatmojo, Sri Wahyuni, (2015) pada jurnal Pendidikan
ekonomi yang berjudul “Penerapam Model Pembelajaran Quantum Learning
Dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Sebagai Upayah Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Dalam Mempelajari Ekonomi Kelas X MIA SMAN 5
86 Herfinayanti, Op.cit, h.72 87 Fuad Muhclisin, Op.cit, h.7 88 Sri Wahyu Widyaningsih, Op.cit. h.592 89 Yova Agustian, Op.cit, h.314 90 Ari Novita Ningsih, Op.cit
39
Surakarta” hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.91
10. Fitriyah Dewi Sartika, (2016) pada Jurnal Pendidikan Teknnik Elektro yang
berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Listrik di SMKN 2 Surabaya” Hasil
belajar siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik terdapat perbedaan antara
kelas eksperimen yang diberikan metode quantum learning dan kelas kontrol yang
diberikan pembelajaran langsung dengan metode ceramah.92
11. Jaidun Turnip dan Keysar Panjaitan, (2014) pada jurnal teknologi Pendidikan ÿang
berjudul “Penerapan Model Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Autocard Teknik Gambar Bangunan” hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat peningkatan terhadap hasil belajar siswa serta mendapat respon yang
positif.93
12. Ajeng Puspaningrum, I Ketut Mahardika, Bambang Supriadi,. (2015) pada Jurnal
Pendidikan Fisika yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Multipresentasi IPA
(Fisika) dengan Model Quantum Learning Disertai Metode Eksperimenpada
Siswa Kelas VIII-A SMPN 7 Jember” hasil penelitian menunjukan terdapat
peningkatan kemampuan representasi siswa secara verbal, matematik, gambar,
grafik dan hasil belajar siswa setelah diterapkan dengan model quantum
learning.94
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dihasilkan
kerangka berpikir yaitu metode quantum learning diharapkan mampu meningkatkan
hasil belajar. Berdasarkan Peraturan Menteri dan Kebudayaan nomor 22 tahun 2016
91 Trima Rahayu, Op.cit, h.16 92 Fitriyah Dewi Sartika, Loc.cit 93 Jaidun Turnip, Op.cit, h.127 94 Ajeng Puspaningrum, Loc.cit
40
yang menyatakan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Permasalahan klasik yang sering terjadi dengan dunia pendidikan ialah guru
masih belum dapat dengan bijaksana memilih, mengoptimalkan, dan menerapkan
metode/model pembelajaran sebagai komponen dari sistem adaptif pembelajaran.
Selain itu kurangnya perhatian terhadap siswa yang bertindak pasif pada saat proses
pembelajaran dikarnakan perbedaan karakteristik belajar siswa pada saat penerapan
metode/model pembelajaran menjadi pemicu rendahnya minat belajar siswa. Oleh
karna itu dibutuhkan metode/model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian
bahan ajar atau materi kepada siswa, salah satunya dalam pembelajaran fisika.
Faktanya, mata pelajaran fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang
dianggap berat dan dihindari sebagian peserta didik karena membutuhkan keseriusan,
ketekunan dan banyak latihan salah satunya materi alat optik. Untuk mengatasi
masalah terkait kesenjangan dan kepasifan belajar tersebut diperlukan sebuah desain
pembelajaran yang bersifat aktif dan menyenangkan yang dapat memayungi
karakteristik siswa yang berbeda-beda.. Salah satu metode merumpuni sifat tersebut
adalah metode quantum learning.
Penerapan metode Quantum Learning secara psikologis terbentuk dari adanya
interaksi antara peserta didik dengan pendidikannya, jika peserta didik tidak puas
dengan proses pembelajaran sebelumnya maka ia akan mencari metode alternatif lain
yang mampu mengembangkan dirinya menjadi aktif dalam belajar. Oleh karna itu,
siswa membutuhkan sebuah metode yang dapat merumpuni kenyamanan dan
keefektifan yang sesuai dengan karakteristik belajarnya. Sehingga hasil belajar siswa
akan meningkat. Bagan kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
2.14 berikut ini:
41
Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berpikir
Peningkatan Mutu Pendidikan
Permendikbud No.22 Tahun
2016 Tentang Standar Proses
Penyempurnaan kurikulum, Peningkatan
fasilitas belajar, Pengembangan media
belajar, dan Penyesuaian metode/model
pembelajaran
Kurang optimalnya pemilihan
dan penerapan metode/model
pembelajaran
kurangnya perhatian terhadap
siswa yang bertindak pasif pada
saat proses pembelajaran
Hasil belajar fisika siswa cenderung
rendah khususnya materi alat optik
Perlu sebuah metode pembelajaran yang dapat
merumpuni kenyamanan dan keakktifan belajar
siswa sesuai dengan karakteristik belajarnya
Metode pembelajaran quantum learning terhadap
hasil belajar siswa pada konsep alat optik
Hasil belajar siswa meningkat
Pembelajaran aktif dan menyenangkan
42
E. HipotesisPenelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir yang telah diuraikan
diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0: Penggunaan metode quantum learning tidak berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada konsep alat optik.
Ha: Penggunaan metode quantum learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada konsep alat optik.
Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan metode quantum learning
lebih tinggi dibandingkan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan menggunakan
metode konvensional.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MAN 3 Jakarta yang akan dilakukan pada
semester genap bulan Januari tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilakukan pada
siswa SMA kelas XI di MAN 3 Jakarta.
B. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen
kuasi (quasi experiment research) atau eksperimen semu. Metode penelitian ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Eksperimen kuasi digunakan karena pada kenyataanya sulit mendapatkan kelompok
kontrol yang digunakan untuk penelitian.95
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah non equivalent control
group design, dimana dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.96
Pada design ini kelompok diberi perlakuan awal berupa pretest untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan diantara kedua kelompok tersebut. Setelah
itu kedua kelompok nantinya akan diberikan perlakuan berbeda dimana kelompok
eksperimen akan diberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan metode
95 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung :
Alfabeta, 2010), h. 114 96 Ibid., h.116
44
Quantum learning dan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran secara
konvensional. Setelah diberi perlakuan kedua kelompok terebut diberi posttest untuk
mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa. Gambaran pada design tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian97
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
Eksperimen 𝑶𝟏 𝑿𝑬 𝑶𝟐
Kontrol 𝑶𝟏 𝑿𝑲 𝑶𝟐
Keterangan :
𝑂1 : Tes awal yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dan diberikan kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol
𝑂2 : Tes akhir yang diberikan setelah proses belajar mengajar dan diberikan kepada
kelas ekperimen dan kelas kontrol
𝑋𝐸 :Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa metode pembelajaran Quantum
Learning
𝑋𝐾 :Perlakuan terhadap kelas kontrol berupa metode pembelajaran konvensional
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.98. Penelitian ini menggunakan dua
variabel, yaitu:
97 Ibid, h.116 98 Ibid., h. 60
X : Variabel bebas (independent) adalah metode Quantum Learning
Y : Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar siswa
45
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Tahap Pendahuluan
a. Pada tahap awal dilakukan observasi atau pengamatan terhadap masalah yang
terjadi disekolah. Pengamatan ini dilakukan di 3 Madrasah dari total 6 madrasah
yang ada di Jakarta Pusat dengan menggunakan angket.
b. Pengurusan surat ijin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
c. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian
d. Menyusun instrumen penelitian, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diujikan. Kemudian
mempersiapkan alat percobaan, LKS, desain alat evaluasi, serta segala hal yang
dapat menunjang terlaksananya pembelajaran dikelas.
e. Menguji coba instrumen, menganalisis hasil uji coba instrumen dan memperbaiki
instrumen.
f. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan diteliti.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest kepada kedua kelas untuk mengetahui sejuh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
b. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen berdasarkan hasil pretest. Kelas yang mendapatkan nilai rata-rata
pretest tinggi dijadikan sebagai kelas kontrol sedangkan kelas yang mendapat nilai
rata-rata lebih rendah dijadikan sebagai kelas eksperimen
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas ekperimen dengan menggunakan
model quantum lerning dan kegiatan pembelajaran di kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah)
46
d. Memberikan posttest kepada kedua kelas untuk menentukan apakah terdapat
perbedaan dari pengaruh perlakuan tersebut.
3. Tahap Akhir
a. Menganalisis data hasil postest lalu membandingkannya dengan hasil pretest
b. Memberikan kesimpulan bedarsarkan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan
data.
c. Membuat laporan penelitian.
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat
lebih kelas pada Gambar 3.1 berikut ini:
47
Tahap
Pendahuluan
Perumusan Masalah
Membuat Kisi-kisi dan Angket Observasi
Melakukan Observasi Awal
Membuat Perangkat Pembelajaran
(RPP, Instrumen Tes dan Nontes)
Tahap
Pelaksanaan
Melakukan Judgment Instrumen
kepada Para Ahli
Uji Coba instrumen, analisis hasil uji
coba dan perbaikan instrumen
Kelas Eksperimen:
Menggunakan metode Quantum
Learning
Kelas Kontrol:
Menggunakan metode
pembelajaran konvensional
Pretest
Analisis Data
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Pelaksanaan
Pembelajaran
Posttest Tahap Akhir
Gambar 3.1: Tahapan Prosedur Penelitian
48
F. Populasi dan Sampel
Populasi diartikan sebagai wilayah keseluruhan obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah wakil dari
populasi yang diteliti.99
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MAN 3 Jakarta dengan
populasi target seluruh siswa kelas XI di sekolah tersebut. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap, dengan satu kelas sebagai kelas
kontrol dan satu kelas sebagai kelas eksperimen.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sample dengan pertimbangan
tertentu.berdasarkan tujuan penelitian.100 Teknik pengambilan purposive sampling
dipilih Karena dalam penelitian ini peneliti mempunyai tujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa yang cenderung rendah dengan menggunakan metode quantum
learning. Dalam purposive sampling pertimbangan peneliti memegang peranan, bahkan
menentukan dalam pengambilan sekumpulan objek untuk diteliti.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes dan
non tes. Dimana tes yang digunakan adalah pretest dan posttest. Pretest merupakan hasil
belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa
sebelum sebelum diberi perlakuan penerapan metode quantum learning. Sedangkan
posttest merupakan tes hasil belajar setelah diberi perlakuan penerapan metode quantum
99 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Ineka
Cipta, 2013), h.173 100 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 2010, h.254
49
learning untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah terdapat pengaruh hasil
belajar ketika diberi perlakuan. Non tes yang digunakan adalah kuisioner/angket yang
bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa yang dilakukan pada saat observasi dan
setelah penerapan metode quantum learning diberikan. Secara terperinci Teknik
pengumpulan data yang akan dilakukan dijabarkan dalam Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan
Data
Jenis Data yang Dikumpulkan
Pretest Hasil belajar siswa sebelum diberi
perlakuan
Posttest Hasil belajar siswa setelah diberi
perlakuan
Observasi Rubrik Penilian siswa selama proses
pembelajaran berlangsung
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati.101 Pada penelitian ini instrument yang digunakan
ialah tes dan non tes. Dimana tes yang digunakan adalah tes hasil belajar siswa pada
konsep alat optik yang berupa 25 soal tes objektif tipe pilihan ganda. Sedangkan non tes
yang digunakan berupa observasi penilaian kinerja siswa dan produk pada saat metode
quantum learning diterapkan.
1. Instrumen Tes
Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes tertulis yang terdiri dari 40 butir
soal objektif berbentuk pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban untuk mengukur
aspek kognitif siswa dan disusun berdasarkan indikator yang digunkan berdasarkan
kurikulum 2013. Instrument tes tersebut telah divalidasi berdasarkan hasil uji coba
101 Sugiyono, Op., Cit., h.148
50
(diuji tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran). Adapun kisi-
kisi instrument yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Kisi – Kisi Instrument Tes
Sub
Materi
Indikator
Aspek Kognitif Jumlah
Soal 𝑪𝟏 𝑪𝟐 𝑪𝟑 𝑪𝟒
Mata,
Kacama
ta dan
Kamera
1. Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta
fungsinya.
*2,5,12 1,*6,
*11
3
2. Menjelaskan
macam-macam
cacat mata dan
cara
menanggulangi
nya.
*8 *3,*7 3
3. Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik
fokus) dan kuat
lensa kacamata.
*4,*9,
10,
*13
3
Lup dan
Mikros
kop
1. Menentukan
bagian-bagian
lup dan
mikroskop
beserta
fungsinya.
*14,*2
4
2
2. Menjelaskan
sifat bayangan
pada lup dan
mikroskop.
15, *23 1
3. Menganalsisis
perbesaran
bayangan pada
lup dan
mikroskop.
*17,1
9,25
*20,*
23,27
3
4. Menerapkan
hubungan jarak
*16 18,*2
6
*21,2
2,37
3
51
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik
fokus) pada lup
dan mikroskop.
Teropo
ng
1. Menjelaskan
macam-macam
teropong bias
dan pantul
29,*31,
*32
2
2. menganalsis
perbesaran
bayangan pada
teropong.
*38 1
3. Menjelaskan
sifat bayangan
pada teropong
*30 1
4. Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik
fokus) dan
panjang
teropong
40 *33 *34,3
5,36,
*39
3
Jumlah 6 6 6 7 40
Presentase 24% 24% 24% 28% 100%
Keterangan: * = Butir soal yang valid
Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh bahwa banyaknya soal valid pada pengujian
anatest sebanyak 25 butir soal.
2. Intrumen Non Tes
Instrumen non tes pada penelitian ini berupa angket dan lembar observasi
aktivitas siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket penelitian
pendahuluan dan angket respon siswa sedangkan lembar observasi yang digunakan
merupakan lembar penilaian objektif yang dibuat untuk mengetahui aktivitas siswa
dalam pembelajaran fisika menggunakan metode quantum learning.
Rubrik observasi dan kisi angket terlampir pada lampiran C.
52
J. Kalibrasi Instrumen
Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas dari instrumen yang
akan digunakan.
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes diujicobakan terlebih
dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dari setiap soal, dimana
soal tersebut harus memenuhi kriteria seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda. Berikut ini adalah pengujian berkaitan dengan kriteria yang harus
dipenuhi oleh instrumen tes dalam penelitian:
a. Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
hendak diukur.102 Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
koefisien korelasi biserial dengan rumusan103:
𝑟𝑝𝑏𝑖 = 𝑀𝑝−𝑀𝑡
𝑆𝐷√
𝑝
𝑞 ........................... (3-1)
Keterangan:
𝑟𝑝𝑏𝑖 = Koefisien korelasi biserial
𝑀𝑝 = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
𝑀𝑡 = Rerata skor total
𝑝 = Proposisi siswa yang menjawab benar
(𝑝 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎)
𝑞 = Proposisi siswa yang menjawab salah
(𝑞 = 1 − 𝑝)
𝑆𝐷 = Standar Deviasi
102 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 65. 103 Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 326.
53
Uji validitas instrument dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan
dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 5% dengan ketentuan bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sama atau
lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal tersebut dinyatakan valid. Nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang diperoleh
dapat diinterprestasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan kiteria seperti
pada Tabel 3.4 dibawah ini:
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai rpbi 104
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Satistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 42
Nomor Soal yang valid 2,3,4,6,7,8,9,11,13,14,16,17,
20,21,22,23,24,26,28,31,32,33,
34,35,38,39
Jumlah Soal yang valid 25
Presentase soal yang valid 62,5%
Pengelolahan Uji Validitas instrument tes dapat dilihat pada lampiran A.12
Berdasarkan Tabel 3.9 diatas diperoleh jumlah soal valid ialah 25 butir soal
dari 40 butir soal yang telah diujikan.
104 Suharsimi Arikunto, Op.cit , h. 75.
54
b. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan atau keajegan hasil
pengukuran.105 Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Seandainya hasilnya berubah ubah,
perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Reliabilitas yang digunakan untuk
menguji instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus K-R.20 (Kuder
Richarsdson) dengan rumusan:106
𝑟11 = (𝑘
𝑘−1)(
𝑆2−∑ 𝑝𝑞
𝑆2 ) ...................................... (3-2)
Keterangan:
𝑟11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
𝑝 = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
𝑞 = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σ = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
𝑛 = Banyaknya item
𝑆 = Standar deviasi dari tes
Penentuan kiteria reliabilitas instrument didasarkan pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen107
Koefisien Korelasi Koefisien
Reliabilitas
Koefisien Korelasi Koefisien
Reliabilitas
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Sedang 0,41 – 0,70 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah 0,21 – 0,40 Rendah
<0,20 Kecil <0,20 Kecil
105 Nana Syaodih, Op.,Cit, h.209 106 Arikunto, Op.,Cit, h.100 107 Rostina Sundayana, Statistik Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2014), h.70
55
Bedasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai reliabilitas intrumen
tes pada Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
𝑟11 0,74
Keterangan Reliabilitas Tinggi
Pengelolahan Uji Reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran A.13
Berdasarkan keterangan tabel diatas, didapatkan hasil uji reliabilitas pada
instrument tes sebesar 0,74 dalam kategori reliabilitas tinggi.
c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Rumusan untuk mencari taraf
kesukaran butir-butir soal adalah sebagai berikut:108
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆 .............................................. (3-3)
Keterangan:
P = Taraf kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
108 Arikunto, Op.cit., h.208
56
Tabel 3.8 Taraf Kesukaran109
Interval P Kriteria soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.9
berikut:
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Presentase
Mudah 12 24%
Sedang 20 40%
Sukar 18 36%
Jumlah 40 100%
Pengelolahan Uji Taraf Kesukaran instrument tes dapat dilihat pada lampiran A.14
Berdasarkan keterangan tabel diatas, didapatkan hasil uji taraf kesukaran pada
instrument tes sebesar 12 butir soal dalam kategori mudah, 20 butir soal dalam kategori
sedang dan 18 butir soal dalam kategori sukar.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.110 Adapun
rumusan untuk mencari daya pembeda soal antara lain sebagai berikut :111
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵 ................................................... (3-4)
Keterangan:
109 Nana Sudjana, Op.cit., h.137 110 Arikunto, Op.cit., h.212 111 Ibid., h. 213
57
D = Daya pembeda
Ba = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
Ja = Banyaknya peserta kelompok atas
Bb = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah
Tabel 3.1 0 Daya Pembeda112
Daya pembeda Kriteria soal Daya pembeda Kriteria soal
Bernilai negatif Drop
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1.00 Baik sekali
Hasil uji daya beda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Presentase
Drop 4 8%
Jelek 15 30%
Cukup 5 10%
Baik 4 8%
Sangat Baik 22 44%
Jumlah 40 100%
Pengelolahan Uji Taraf Kesukaran instrument tes dapat dilihat pada lampiran A.15
Berdasarkan keterangan tabel diatas, didapatkan hasil uji daya pembeda pada
instrument tes sebesar 4 butir soal dengan keterangan drop, 15 butir soal dengan
keterangan jelek, 5 butir soal dengan keterangan cukup, 4 butir soal dengan keterangan
baik dan 22 soal dengan keterangan sangat baik.
112 Ibid., h. 213
58
K. Teknik Analisis Data Tes
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dariseluruh responden atau
sumber data terkumpul. Kegiatan dalam menganalisis data adalah mengelompokan data
berdasarkan variable dari seluruh reponden. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Data-data yang diperoleh melalui instrument penelitian, selanjutnya diolah dan
dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan
menguji hipotesis penelitian. Penelitian ini memiliki dua data yang berbeda, yaitu data
instrument tes dan non tes. Data yang dihasilkan dari instrument tes kan dianalisis untuk
mengukur signifikasi peningkatan hasil belajar, sedangkan data non tes akan dianalisis
untuk mengukur aktivitas siswa beserta gaya belajarnya. Sebelum data dianalisis lebih
lanjut, maka harus dilakukan uji prasyarat analisis data terlebih dahulu, melalui :
1. Uji Prasyarat Analisis Data Tes
Uji prasyarat analisis data ini dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Hal
ini berguna untuk menentukan rumus statistic yang akan digunakan dalam uji hipotesis.
Uji prasyarat ini dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas.
Pengujian prasyarat analisis ini bertujuan untuk menentukan rumus statistik yang akan
digunakan dalam uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa
keabsahan/normalitas sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan rumus uji Chi-Kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut: 113
1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil
2) Menentukan rentang (R)
3) Menentukan banyaknya kelas (BK)
4) Menentukan Panjang Kelas (i)
5) Menentukan rata-rata atau mean ( 𝑋 )
113 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.
59
6) Menentukan simpangan baku (S)
7) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a) Menentukan batas kelas
b) Mencari Z – skor
c) Mencari luas 0-Z
d) Mencari luas tiap kelas interval
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
f) Mencari Chi-Kuadrat (𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ). Rumus menghitung Chi-Kudrat adalah
sebagai berikut:
𝑋2 = ∑(𝑓0− 𝑓ℎ)2
𝑓ℎ ………….(3-5)
Keterangan:
𝑋2 = nilai tes chi kuadrat
f0 = frekuensi yang diobservasi
𝑓ℎ = frekuensi yang diharapkan
g) Membandingkan 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 dengan 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2
Kaidah keputusan:
Jika 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ≥ 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka distribusi data tidak normal
Jika 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ≤ 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka distribusi data normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas penelitian
(eksperimen dan kontrol) mempunyai variasi yang homogen atau tidak. Pada penelitian
ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher, yaitu:114
F = S1
2
S22 ..............(3-6)
114 Ibid., h. 249.
60
Keterangan:
F = Uji Fisher
𝑆12 = Variansi terbesar
𝑆12 = Variansi terkecil
Kriteria pengujian uji fisher adalah sebagai berikut:
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima, yang berarti varians kedua popolasi
homogen
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak, yang berarti varians kedua popolasi tidak
homogen
2. Uji Hipotesis
a. Untuk data berdistribusi normal dan homogen
Untuk data berdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis
menggunakan statistik parametrik yaitu uji t dengan persamaan sebagai berikut :115
𝑡 = 𝑥1− 𝑥2
𝑆𝑔𝑎𝑏√1
𝑛1 +
1
𝑛2
............................ (3-7a)
𝑠𝑔𝑎𝑏 = √𝑛1−1𝑆1
2 + 𝑛2−1𝑆2 2
𝑛1− 𝑛2− 2 .............................. (3-7b)
Keterangan:
𝑥1 = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
𝑥2 = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
𝑛1 = Jumlah sampel kelas x1
𝑛2 = Jumlah sampel kelas x2
𝑆1 2 = Varian kelas X1
115 Ibid., h. 239.
61
𝑆2 2 = Varian kelas X2
t = Hasil hitung distribusi
𝑠𝑔𝑎𝑏 = Varian gabungan
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima, yang berarti varians kedua popolasi
homogen
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak, yang berarti varians kedua popolasi tidak
homogen
b. Untuk data berdisribusi normal dan heterogen
Untuk data berdistribusi normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis
menggunakan uji t’ dengan persamaan sebagai berikut :116
𝑡′ = 𝑥1−𝑥2
√𝑠1
2
𝑛1 +
𝑠22
𝑛2
...................................... (3-8)
Keterangan :
𝑥1 = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperime
𝑥2 = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
𝑛1 = Jumlah sampel kelas 𝑥1
𝑛2 = Jumlah sampel kelas 𝑥2
𝑆1 2 = Varian kelas eksperimen
𝑆2 2 = Varian kelas kontrol
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.
116 Ibid., h. 241
62
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻1 diterima dan 𝐻0 ditolak.
c. Untuk data tidak berdistribusi normal
Untuk data tidak berdistribusi normal, pengujian hipotesis menggunakan uji
Mann-Whitney dengan persamaan sebagai berikut :117
𝑈𝑥 = (𝑛𝑥 × 𝑛𝑦 ) + (𝑛𝑦+1)× 𝑛𝑦
2 ∑ 𝑅𝑥 ..................... (3-9a)
𝑈𝑦 = (𝑛𝑥 × 𝑛𝑦 ) + (𝑛𝑥+1)× 𝑛𝑥
2 ∑ 𝑅𝑦 ....................... (3-9b)
Keterangan:
𝑈𝑥 = Jumlah peringkat 1
𝑈𝑦 = Jumlah peringkat 2
𝑛𝑥 = Jumlah sampel 1
𝑛𝑦 = Jumlah sampel 2
ΣRx = Jumlah rangking pada sampel 1
ΣRy = Jumlah rangking pada sampel 2
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
Jika U < 𝑈𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima
Jika U > 𝑈𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻0 di terima dan 𝐻1 ditolak.
L. Analisis Data Non Tes
Analisis data non tes digunakan untuk mengetahui seberapa besar respon
siswa terhadap variabel yang diteliti. Instrumen nontes pada penelitian ini berupa
lembar observasi aktivitas siswa. Barikut ini penjelasan dari teknik analisis data
instrumen nontes tersebut.
117 Diyono, Rumus Gampang Statistika (Jakarta: Pustaka Makmur, 2014), h. 97-98.
63
1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi dibuat untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan metode quantum learning. Observer menilai
siswa dalam suatu lembar observasi dengan metode chek-list sesuai dengan rubrik
penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Skala yang digunakan pada lembar
observasi adalah skala bebas yaitu skala tidak tetap, dalam hal ini angka tertinggi dan
skala yang digunakan tidak selalu sama. Jawaban dari tiap item pada lembar observasi
aktivitas siswa yang menggunakan skala bebas mempunyai gradasi yang diberi skor
sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑡𝑒𝑚 × 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 × 100%
Tabel 3.12 Uji Hasil Observasi
Presentase Kiteria
80% - 100% Baik Sekali
70% - 79% Baik
60% - 69% Cukup
< 60% Kurang
64
M. Hipotesis Statistik
Untuk hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝐻0 : μE = μK
𝐻1 : μE > μK
Keterangan:
𝐻0 = Tidak terdapat pengaruh metode Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa
𝐻1 = Terdapat pengaruh metode Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa
μE = Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan metode Quantum
Learning
μK = Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang belajar secara konvensional
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum dari data yang
telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan merupakan data hasil pretest dan
posttest dari kelas eksperimen dan kontrol, data hasil observasi dan angket kelas
eksperimen.
1. Data Hasil Pretest
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan, maka diperoleh nilai pemusatan
dan penyebaran data pretest pada kelas eksperimen (XI MIA 1) dan Kelas Kontrol (XI
MIA 2) yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
B.
Perhitungan untuk menentukan Table 4.1 terdapat pada lampiran C.1 dan C.2
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa nilai hasil pretest siswa
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diperoleh perbedaan yang tidak
signifikan. Perolehan nilai terendah pada kelas eksperimen sebesar 12 dan tertinggi
sebesar 40 dengan nilai rata-rata pretest sebesar 27. Sedangkan Perolehan nilai
terendah pada kelas kontrol sebesar 12 dan tertinggi sebesar 40 dengan nilai rata-rata
pretest sebesar 25,25. Sehingga diperoleh rata-rata nilai pretest pada kelas eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Nilai Terendah 12 12
Nilai Tertinggi 40 40
Rata-rata 27 25,25
Median 29 26,5
Modus 33,8 33,34
Standar Deviasi 8,06 8,37
66
2. Data Hasil Postest
Berdasarkan perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa nilai pemusatan
dan penyebaran data posttest dari nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
menggunakan metode quantum learning yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Perhitungan untuk menentukan Table 4.2 terdapat pada lampiran C.6 dan C.7
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa nilai hasil posttestt siswa
pada kelas eksperimen diperolehan nilai terendah pada kelas eksperimen sebesar 64
dan tertinggi sebesar 92 dengan nilai rata-rata posttest sebesar 77,25. Sedangkan
Perolehan nilai terendah pada kelas kontrol sebesar 60 dan tertinggi sebesar 84 dengan
nilai rata-rata posttest sebesar 74,8. Sehingga diperoleh rata-rata nilai posttest pada
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan data pretest dan postest kelas ekspeimen dan
kelas kontrol, diperoleh rekapitulasi data sebagai berikut:
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Nilai Terendah 64 60
Nilai Tertinggi 92 84
Rata-rata 77,25 74,8
Median 77.78 75,9
Modus 81,83 83,5
Standar Deviasi 7,65 6,30
67
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan
Penyebaran Data
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Terendah 12 64 12 60
Nilai Tertinggi 40 92 40 84
Mean 27 77,25 25,25 74,8
Median 29 77,78 26,5 75,9
Modus 33,8 81,83 33,34 83,5
Standar Deviasi 8,06 7,65 8,37 6,30
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata pretest kelas
eksperimen maupun kelas kontrol sama dengan nilai terendah 12 dan tertinggi 40.
Sedangkan nilai rata-rata posttest kelas ekperimen terlihat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kelas kontrol dengan rentang perbedaan 4 poin untuk nilai
terendah dan 8 poin untuk nilai tertinggi. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai yang
diperoleh kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan setelah
diberi perlakuan. Hasil peningkatan yang terjadi dikelas eksperimen lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kelas kontrol.
4. Hasil Uji Hipotesis
Uji Prasyarat analisis stastistik menunjukan bahwa kedua data terdistribusi
normal dan homogen. Oleh karna itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis tes statistik parametrik. Tabel 4.8 berikut ini adalah hasil yang
diperoleh dari hasil perhitungan uji hipotesis:
68
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Statistik Pretest Posttest
𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 0,852 4,78
𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 1,98
Keputusan 𝐻𝑎 ditolak 𝐻𝑎 diterima
Perhitungan untuk menentukan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 disajikan pada lampiran C.
Nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dambil dari t statistik pada taraf signfikansi 5% (𝛼 = 0,05).
Keputusan diambil berdasarkan ketentuan penguji hipotesis, yaitu jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙,
maka dinyatakan bahwa 𝐻𝑎 diterima. Tabel 4.4 menunjukan bahwa nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada hasil pretest, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
metode quantum learning terhadap hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol karna belum diberi perlakuan pada kelas eksperimen. Sementara hasil
posttest menunjukan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh hasil belajar siswa yang signifikan pada kelas eksperimen yang
diberi perlakuan menggunakan metode quantum learning terhadap hasil belajar siswa
dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.
5. Hasil Belajar Siswa Pada Jenjang Kognitif
Hasil belajar siswa pada ranah kognitif menunjukan peningkatan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Artinya, setelah diberi perlakuan yang
berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil belajar siswa kelas
eksperimen pada kemampuan berfikir C1, C2, C3 dan C4 lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Grafik kemampuan hasil belajar fisika siswa pada ranah kognitif
dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
69
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen Pada Ranah Kognitif C1-C4
Jika ditinjau dari segi peningkatan, kemampuan berfikir siswa pada kelas
eksperimen dalam mengingat (C1) mengalami peningkatan sebesar 60%, dalam
memahami (C2) meningkat sebesar 55%, dalam menerapkan (C3) meningkat sebesar
58% dan menganalisis (C4) meningkat sebesar 62%. Sementara kelas kontrol
peningkatan kemampuan berfikir siswa dalam mengingat (C1) meningkat sebesar 46%,
dalam memahami (C2) meningkat sebesar 50%, dalam menerapkan (C3) meningkat
sebesar 48% dan dalam menganalisis (C4) meningkat sebesar 54%.
Peningkatan hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen pada Gambar 4.1
diatas menunjukan bahwa kemampuan ranah kognitif C1-C4 pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif siswa setelah diterapkan metode quantum
learning.
6. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa dilihat pada kelas eksperimen lalu
direkapitulasi dan dijumlahkan skor untuk setiap indikator. Skor yang diperoleh
kemudian dihitung persentasenya dan dikonversi pada data terlampir menjadi data
kualitatif. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
C1 C2 C3 C4
Pretest Kontrol 28% 25% 24% 17%
Posttest Kontrol 74% 75% 72% 71%
Pretest Ekperimen 24% 26% 22% 10%
Posttest Eksperimen 84% 81% 80% 76%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
70
Tabel 4.5 Hasil Aktivitas Siswa pada Pertemuan 1
No. Indikator Lembar Observasi Presentase Kesimpulan
1. Keaktifan dalam kelompok 80% Baik Sekali
2. Ketepatan menjawab soal 82% Baik Sekali
3. Efisiensi waktu menjawab 78% Baik
4. Kerjasama dalam kelompok 80% Baik Sekali
Rata-rata 80% Baik Sekali
Perhitungan untuk menentukan Table 4.3 terdapat pada lampiran C.8
Tabel 4.6 Hasil Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2
No. Indikator Lembar Observasi Presentase Kesimpulan
1. Mengemukakan Pendapat 82% Baik Sekali
2. Menanggapi 79% Baik Sekali
3. Mempertahankan Argumentasi 78% Baik
4. Menghargai Pendapat 80% Baik Sekali
Rata-rata 79,75% Baik
Perhitungan untuk menentukan Table 4.4 terdapat pada lampiran C.9
Tabel 4.7 Hasil Aktivitas Siswa pada Pertemuan 3
No. Indikator Lembar Observasi Presentase Kesimpulan
1. Perencanaan Kelengkapan Alat dan
Bahan
80% Baik Sekali
Terampil dalam membuat
konsep perencanaan
78% Baik
Kreatif dalam
mengembangkan ide
75% Baik
2. Proses Jeli dan terampil dalam
merangkai alat
80% Baik Sekali
Kebersihan pada saat
merangkai alat
76% Baik
3. Akhir Hasil Produk 79% Baik
Terampil dalam
mengevaluasi hasil kerja
80% Baik Sekali
4. Kerja Sama Kekompakan anggota
kelompok
82% Baik Sekali
Pembagian tugas secara
merata
80% Baik
71
Rata -Rata 78,90% Baik
Perhitungan untuk menentukan Table 4.5 terdapat pada lampiran C.10
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa kegiatan observasi penilaian
aktivitas siswa dilakukan pada 3 pertemuan dengan menggunakan rubrik penilaian
pada masing-masing indikator yang telah disebutkan pada tabel diatas. Pada Tabel 4.5,
hasil aktivitas siswa terbesar terdapat pada indikator ketepatan dalam menjawab soal
sebesar 82% dalam kategori baik sekali. Pada Tabel 4.6 hasil aktivitas siswa terbesar
terdapat pada indikator mengemukakan pendapat sebesar 82% dalam kategori baik
sekali. Sedangkan pada Tabel 4.7 hasil aktivitas siswa terbesar terdapat pada indikator
kekompakan anggota kelompok sebesar 82% dalam kategori baik sekali. Secara
keseluruhan kegiatan aktivitas siswa dalam penerapan metode quantum learning
dilakukan dengan baik.
B. Hasil Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data, yaitu data hasil pretest dan
posttest kelas eksperimen (XI MIA 1) dan kelas kontrol (XI MIA 2). Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Pada
penelitian ini untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus chi kuadrat.
Berikut ini hasil yang diperoleh dari perhitungan dapat dilihat pada Table 4.8 berikut
ini:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Chi Kudrat Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Ekperimen
Kelas
Kontrol
Nilai 𝑿𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝟐 5,6530 4.7558 5.2446 4.9304
Nilai 𝑿𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍𝟐 5,9915
Keputusan Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
72
Perhitungan untuk menentukan Table 4.4 terdapat pada lampiran C.3 dan C.11
Nilai Nilai 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 diambil dari tabel chi kuadrat pada taraf signifikansi 5% (𝛼
= 0,05). Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan penguji hipotesis normalitas
yaitu Nilai 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ≤ Nilai 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 , maka dapat dinyatakan data terdistribusi normal.
Pada Tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 semua data lebih kecil dibandingkan
𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 , sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian Homogenitas juga dilakukan pada kedua data pretest dan posttest
untuk menunjukan bahwa data berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda
keragamannya. Tabel 4.9 berikut adalah hasil yang diperoleh dari uji homogenitas:
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Statistik Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Ekperimen
Kelas
Kontrol
Nilai Varians 8,38 8,21 7,13 7,51
Nilai 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 1,0418 1,1094
Nilai 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 1,68
Keputusan Kedua data homogen Kedua data homogen
Nilai Ftabel diambil dari Table F statistik pada taraf signifikansi 5% (α =
0,05). Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas
yaitu Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < Nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka dapat dinyatakan kedua data homogen. Pada
Tabel 4.11 menunjukan bahwa nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 kedua data baik pretest maupun posttest
lebih kecil dibandingkan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sehingga dinyatakan bahwa kedua kelas baik
eksperimen maupun kontrol memiliki kemampuan yang hampir sama pada saat pretest
dan posttest.
73
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di MAN 3 Jakarta Pusat. Sebelumnya telah dilakukan
observasi awal di beberapa MA yang ada di Jakarta Pusat. Dalam Penelitian terdapat
dua objek perlakuan yang berbeda yakni kelas eksperimen (kelas XI MIA 1) yang di
terapkan dengan metode quantum learning dan kelas kontrol (XI MIA 2) yang diterapi
dengan metode konvensional berdasarkan kurikulum 2013.
Penelitian diawali dengan pretest kepada masing-masing siswa baik dikelas
eksperimen maupun di kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada
konsep fisika alat optik. Hasil data rata-rata pretest yang diperoleh pada kelas kontrol
sebesar 25,25 dan kelas eksperimen sebesar 27. Nilai kedua kelas tersebut sama-sama
tergolong rendah dan tidak memiliki selisih yang terlalu jauh. Hal ini dikarenakan baik
kelas kontrol maupun kelas eksperimen belum mempelajari konsep fisika alat optik,
sehingga pada saat pemberian pretest, siswa cenderung tidak dapat menjawab soal
tersebut sehingga hasil yang diperoleh siswa tergolong rendah.
Baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memeperoleh data yang
terdistribusi normal baik dari hasil uji pretest maupun posttest, hal tersebut terbukti
pada hasil uji prasayarat yang menyatakan bahwa 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ≤ 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 . Selain itu,
berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen sebelum dilakukan perlakuan diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 1,40, sedangkan
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,68 dengan taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukan kedua kelas
homogen (𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) atau tidak dapat perbedaan kemampuan awal antar kedua
kelas tersebut. Oleh karna itu dapat disimpulkan bahwa sebelum diberi perlakukan,
kedua kelas memiliki kemampuan yang sama berdasarkan uji statistik yang telah
dilakukan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. hasil uji tersebut
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil nilai rata-rata baik
dikelas kontrol maupun kelas eksperimen. Berdasarkan hasil pretest di kelas kontrol
dan kelas eksperimen, hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0,852 dan
74
nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,98, hal ini menujukan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata
pretest antara kedua kelas. Sedangkan berdasarkan hasil posttest di kelas kontrol dan
kelas eksperimen yang telah diberikan perlakuan berupa penerapan metode quantum
learning terhadap hasil belajar siswa dan penerapan metode pembelajaran
konvensional. Dimana nilai posttest dikelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas
kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 4,78
dan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,98, hal ini menujukan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata
pretest antara kedua kelas. Sesuai dengan hipotesis awal dimana 𝐻𝑎 akan diterima jika
nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Berdasarkan hasil 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 pada rata-rata posttest yang lebih besar
dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Dapat disimpulkan bahwa 𝐻𝑎 diterima pada taraf kepercayaan 95%.
Data lain yang mendukung ialah nilai rata-rata (mean) posttest dari kelas
eksperimen yang diterapi metode quantum learning lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata (mean) kelas kontrol dengan selisih rata-rata keduanya 7,04. Selain itu
nilai modus yang terdapat pada kelas eksperimen sebesar 81,83. Keadaan ini
menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang diterapi metode quantum learning lebih
baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode
konvensional. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Herfinayanti,
Bunga dan Aisyah dimana hasil skor rata-rata peserta didik sebelum diterapkan model
pembelajaran quantum learning lebih rendah dibandingkan skor rata-rata peserta didik
setelah diterapkan quantum learning dengan skor rata-rata pretest 10,66 dan standar
deviasi 2,74 serta 15,54 dan standar deviasi 3,48 untuk hasil posttest kelas
eksperimen.118
Meningkatnya nilai posttest siswa mendakan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan metode quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran aktif dan menyenangkan membuat siswa dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Susi
118 Herfinayanti, Loc.cit
75
yang menyatakan bahwa keseluruhan hasil belajar meningkat sebesar 80% .119 hal ini
juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Ari Novita yang menyatakan
pembelajaran quantum learning meningkatkan hasil belajar siswa.120 Selain itu
penerapan quantum learning juga memberikan respon positif terhadap siswa.121
Selain itu penerapan pembelajaran dengan metode quantum learning yang
dilakukan secara berkelompok maupun individu membuat siswa lebih memahami
materi yang diberikan. Penerapan pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencari jawaban dalam waktu yang ditentukan serta menemukan sendiri
solusi dari setiap permasalahan secara individu maupun berkelompok. Hal ini dapat
dilihat pada pertemuan 1 secara keseluruhan aktivitas siswa dalam kelompok
memperoleh presentase 80% dalam kategori baik sekali, lalu pada pertemuan 2 secara
keseluruhan aktivitas siswa dalam kelompok memperoleh presentase 82% dengan
kategori baik sekali, lalu pada pertemuan 3 secara keseluruhan penilaian produk siswa
dalam kelompok diperoleh presentase 78% dalam kategori baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh fitriyah Dewi Sartika bahwa hasil belajar setelah
diterapkan metode quantum learning secara keseluruhan dapat meningkatkan aktivitas
siswa baik pada ranah psikomotorik maupun kognitif. Dengan hasil belajar pada ranah
kognitif didapatkan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 3,0
pada kelas kontrol dan 3,4 pada kelas eksperimen. Sedangkan hasil belajar pada ranah
psikomotorik diperoleh rata-rata nilai pada akelas kontrol sebesar 3,12 dan pada kelas
eksperimen 3,38.122
Jika dilihat lebih rinci, pembelajaran metode quantum learning lebih unggul
dalam meningkatkan hasil belajar pada semua jenjang kognitif, baik C1, C2, C3 dan
C4. Jika ditinjau dari segi peningkatan, kemampuan berfikir siswa pada kelas
eksperimen dalam mengingat (C1) sebesar 60%, memahami (C2) sebesar 55%,
119 Susi Andrianty, Loc.cit 120 Ari Novita Ningsih, Loc.cit 121 Jaidun Turnip, Op.cit, h.120 122 Fitriyah Dewi Sartika, Loc.cit
76
menerapkan (C3) sebesar 58% dan menganalisis (C4) sebesar 62%. Hal ini senada
dengan penelitian yang dilakukan Zainal Arifin, pada penelitiannya diungkapkan bawa
hasil belajar meningkat secara keseluruhan pada semua ranah, baik secara kognitif
afektif maupun psikomotorik. Pada aspek afektif siswa memperoleh rata-rata sebesar
80,58 dalam kategori baik.123 Hal serupa juga terdapat dalam hasil penelitian yang
dilakukan Daestra dimana pada hasil penelitiannya hasil pembelajaran fisika
menggunakan metode quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
aspek kognitif dan psikomotorik sebesar 83,33 dan 80,33%.124 Serta penelitian yang
dilakuka Trima bahwa pembelajaran quantum learning dengan mind map
meningkatkan hasi belajar siswa pada ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.125
Selain meningkatkan hasil belajar siswa secara afektif, kognitif maupun
psikomotorik, penerapan quantum learning juga dapat meningkatkan pemahaman dan
daya ingat siswa dalam pembelajaran. Dengan penggunaan multimetode pembelajaran,
siswa dapat dengan aktif mengikuti proses pembelajaran yang dapat disesuaikan
dengan karakteristik belajar siswa. Fisika dalam pembelajaran menuntut siswa untuk
dapat memecahkan persoalan dan bertindak yaitu melakukan observasi,
bereksperimen, mendiskusikan suatu persoalan, memperhatikan demonstrasi,
menjawab pertanyaan, menerapkan konsep dan hukum serta mengkomunikasikan
hasilnya.
Pembelajaran yang dilakukan dengan games learning, demonstrasi presentasi
serta diakhiri dengan pembuatan produk diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar
siswa dalam pembelajaran fisika. Sehingga jika siswa tidak puas dengan proses
pembelajaran sebelumnya maka ia akan mencari metode alternatif lain yang mampu
mengembangkan dirinya menjadi aktif dalam belajar
Hal ini juga senada dengan penerapan metode quantum learning dengan
beberapa metode yang juga efektif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa,
123 Zainal Arifin, Op.cit, h.368 124 Daestra, Op.cit, h.29 125 Trima Rahayu, Loc.cit
77
diantaranya penelitian yang dilakukan Fuad Muchlisin dengan penelitian penerapan
quantum learning dengan pendekatan peta pikiran pada pembelajaran fisika yang
berhasil meningkatkan aktivitas pemahaman belajar siswa dengan hasil belajar yang
meningkat sebesar 72,78.126 Hal tersebut juga diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sri Wahyu bahwa penerapan quantum learning meningkatkan aktivitas
belajar siwa dengan pembuatan alat peraga.127 Dan penelitian yang dilakukan oleh
Yova bahwa quantum learning berpengaruh pada aktivitas belajar siswa dengan
metode eksperimen.128 Selain itu penerapan quantum learning juga dapat
meningkatkan kemampuan multipresentasi siswa hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Ajeng, Mahardika dan Bambang dimana quantum learning dapat
meningkatkan kemampuan repsentasi verbal, matematik, gambar, grafik yang secara
keseluruhan meningkatkan hasil belajar siswa.129
D. Keterbatasan Penelitian
Ketika pelaksanaan penelitian terdapat keterbatasan yang dihadapi
diantaranya:
1. Waktu penelitian yang dibatasi oleh pihak sekolah
2. Frekuensi siswa yang banyak, sehingga sulit mengatur aktivitas kinerja siswa
126 Fuad Muhclisin, Loc.cit 127 Sri Wahyu Widyaningsih, Loc.cit 128 Yova Agustian Prahara, Loc.cit 129 Ajeng Puspaningrum, Loc.cit
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah metode quantum learning berbasis gaya belajar
berpengaruh terhadap hasil belajar fisika pada konsep alat optik.
Secara operasional kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Rata-rata hasil pretest kelas eksperimen sebesar 27, sedangkan kelas kontrol 25,25
sebelum diberi perlakuan menggunakan metode quantum learning. Setelah
diberikan perlakuan menggunakan metode quantum learning pada kelas
eksperimen rata-rata hasil posttest meningkat sebesar 77,25 sedangkan pada kelas
kontrol sebesar 74,08. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan metode quantum learning lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata hasil belajar siswa kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.
2. Penggunaan metode quantum learning secara keseluruhan terbukti mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada kemampuan afektif, psikomotorik dan
kognitif pada komponen mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan
menganalisis (C4). Sehingga dapat disimpulkan metode quantum learning
berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa SMA pada konsep alat optik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, sasaran yang dapat
dilanjutkan untuk penelitian lanjutan antara lain:
1. Perlunya modifikasi metode pembelajaran quantum learning yang dapat
dikombinasikan dengan metode pembelajaran lainnya yang sesuai dengan gaya
belajar siswa.
79
2. Sebaiknya metode ini juga dapat diuji cobakan untuk cakupan materi lain, selain
materi alat optik.
3. Berdasarkan perkembangan teknologi yang semakin canggi metode pembelajaran
quantum learning berbasis gaya belajar dapat di convert dalam bentuk media
pembelajaran.
80
DAFTAR PUSTAKA
Permendikbud No.22 Tentang Standar Proses Tahun 2016
Zulfiani,dkk, Strategi Pembelajaran Sains (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2009) Cet ke-1
Alawiyah Abdurrahman, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan terjemahan quantum learning by Bobbi Deporter & Mike Hernacki
(Bandung: Kaifa , 2015)
Herwono, Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara
Menyenangkan, (Bandung: MLC, 2007)
Taufik Bhaudin, Brainware Management: Generasi Kelima Manajemen
Manusia, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 1999)
Gordon Dryden Jeanette Vos, Resolusi Cara Belajar: The Learning Revolution
Bagian I, (Bandung: Kaifa, 2003)
Dr. H. Mahmud, M.Si., Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2010)
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: konsep dan aplikasi
(Bandung : Refika Aditama, 2013) Cet. Ke-3
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) Cet.
ke-3
Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu:
Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012) Cet. Ke-
1
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. Ke-6
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagian Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
81
Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran Sains (Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2013) Cet. Ke-1
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran - Edisi 2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-1
Suryono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. ke-1
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Bloom, Terj. Agung
Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), Cet ke-1
Nana Sudjana, Peniliaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010) Cet ke-15
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2015) Cet. Ke-8
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995)
Mohammad Ishaq, Menuak Rahasia Alam Dengan Fisika, (Bandung: PT.
Albama, 2008)
Frederik J Bueche, Fisika Universitas Edisi Kesepuluh, (Jakarta: PT. Gelora
Aksara, 2006)
Douglas C.Giancoli, Fisika Edisi Lima, Jakarta: Erlangga, 1999)
Yohanes Surya, Optika, (Tanggerang: PT. Kandel, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D
(Bandung : Alfabeta, 2010)
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2009)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
P.T Rineka Cipta, 2010)
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010)
82
Rostina Sundayana, Statistik Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2014)
Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005)
Diyono, Rumus Gampang Statistika (Jakarta: Pustaka Makmur, 2014)
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN
84
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Kelas / Semester : XI MIA / 2
Materi Pokok : Alat Optik
Alokasi Waktu : 1 X 3 JP
Pertemuan Ke- : 1
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
85
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fuida, kalor dan optik.
2.1 Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, krisis, kreatif, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percoban dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
1. Menentukan bagian-bagian mata, kamera beserta fungsinya.
2. Menjelaskan macam-macam cacat mata dan cara menanggulanginya.
3. Menerapkan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
dan kuat lensa kacamata.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat menentukan bagian-bagian mata,
kamera beserta fungsinya.
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan macam-macam cacat mata
dan cara menanggulanginya.
3. Melalui kegiatan latihan soal, siswa dapat menentukan hubungan jarak benda,
bayangan, titik fokus serta kuat lensa pada kacamata.
86
E. Materi Pembelajaran
Peta Konsep
• Bagian-bagian mata:
✓ Kornea, yaitu bagian depan mata yang berupa lengkungan yang dilapisi selaput
(membran) yang kuat dan tembus cahaya.
✓ Aqueous humor yaitu, caira dibelakang kornea
✓ Lensa kristalin, yaitu lensa mata dari bahan bening yang berfungsi untuk
mengatur pembiasan cahaya yang masuk ke mata.
✓ Iris yaitu, selaput yang berfugsi sebagai diafragma yang mengatur lebar celah
mata (pupil)
✓ Pupil, yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
✓ Vitreous humor, yaitu cairan bening yang sebagian besar berasal dari air.
✓ Retina, yaitu lapisan yang berisi ujung-ujung syaraf yang berasal dari urat
syaraf optik.
Gambar 1.1 Bagian-bagian mata
Alat – alat Optik
Mata Kamera
87
• Mata dapat mengalami gangguan pengeliatan yang disebut cacat mata, ada
beberapa macam cacat mata yaitu: miopi, hipermetropi, presbiopi,
astigmatisma, buta warna, katarak, rabun senja, glaukoma.
Gambar 1.2 Titik dekat dan titik jauh dari (a) mata normal (b) mata miopi (c)
hipermetropi dan (d) persbiopi
• Persamaan yang berlaku pada saat mata mengamati benda:
Keterangan:
f = Jarak fokus lensa mata
s = Jarak benda ke lensa mata
s' = Jarak bayangan ke lensa mata
• Lup atau kaca pembesar merupakan lensa konvergen atau lensa positif yang
sifatnya mengumpulkan sinar.
• Kamera merupakan sebuah alat yang digunakan memotret atau mengambil
gambar suatu benda dalam bentuk foto.
• Jika pada mata jarak bayangan tetap dan pemfokusan dilakukan dengan jarak
benda yang diamati, pada kamera jarak fokus lensa tetap. Pemfokusan
dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan sesuai dengan jarak benda
yang difoto.
𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′
88
• Bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik, dan
diperkecil.
Gambar 1.3 Bagian-bagian kamera
F. Metode Pembelajaran
• Pendekatan: Scientifik
• Metode: Quantum Learning dengan Games Learning ular tangga.
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
• Media : Cetak dan elektronik (simulasi dan video)
• Alat : Laptop, Speaker, Spidol, Proyektor, dadu, papan ular tangga.
• Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, penulis
Merthen Kanginan, penerbit Erlangga, Tahun 2013 dan hands out.
89
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk mengamati keadaan
disekelilingnya selama 10 detik.
Mengamati keadaan disekeliling
Apersepsi Mengajukan pertanyaan dari hasil pengamatan
siswa:
“Mengapa kita dapat melihat benda-benda
disekililing dengan jelas?”.
“Apa yang kalian lihat ketika kalian berdiri
dicermin datar ?”
“Mengapa pensil yang dimasukan kedalam
gelas yang berisi air terlihat patah atau
bengkok?”
Diharapkan dapat mengingat kembali hukum
pemantulan dan pembiasan cahaya yang pernah
dipelajari pada saat SMP/MTs
90
Motivasi Memberikan gambaran kepada siswa mengapa
kita dapat melihat melalui video
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar terhadap
materi yang akan dipelajari.
KE
GIA
TA
N I
NT
I
Mengamati Menjelaskan materi alat optik mata dan kamera
beserta prinsip kerjanya melalui ppt, simulasi
dan video
Diharapkan memperhatikan materi serta mencatat /
merekam materi yang telah disampaikan.
100
menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi yang telah disampaikan
Diharapkan untuk bertanya terkait materi yang
masih belum dipahami
Mengeksplorasi • Membagi siswa menjadi 5 kelompok.
• Menjelaskan peraturan permainan.
• Mengawasi jalannya permainan
• Diharapkan dapat mengikuti instruksi yang
diberikan guru
• Menjawab pertanyaan yang diberikan secara
berkelompok
• Diharapkan dapat saling bekerja sama
mengidentifikasi dan menganalisis ragam
informasi yang diperoleh
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari
pemecahan masalah yang didapat siswa.
Diharapkan siswa dapat saling bertukar pikiran,
berdiskusi dan bekerja sama terkait pemecahan
masalah.
91
Mengkomunikasi Membimbing serta memberikan kesempatan
kepada perwakilan kelompok untuk
memberikan jawaban yang tepat.
Diharapkan dapat saling menghargai,
mengapresiasi, serta mengklarifikasikan informasi
yang benar.
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap kelompok
yang mendapatkan poin tertinggi diakhiri
dengan evaluasi berupa berupa posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan balik
mengenai materi yang telah disampaikan kepada
kelompok lain dan dapat megerjakan posttest
dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas mandiri kepada siswa berupa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pertemuan selanjutnya.
Diharapkan mencatat tugas yang diberikan serta
mengerjakannya di rumah.
92
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : a) Tes : (Uraian)
b) Non Tes : (Lembar Observasi)
J. Pedoman Penilaian
1. Ranah Afektif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan
guru.
2. Ranah Kognitif
Diperoleh dari hasil pengisian LKS, hasil games kelompok dan tes evaluasi
3. Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari aktivitas kelompok, kerjasama dan kedisiplinan.
Jakarta, 10 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Peneliti
Wulandari, M.Pd Nia Yusnawati
NIP. NIM. 111201630000
93
(Lampiran penilian kognitif)
No. Soal Jawaban Skor
1. Sebuah benda yang tingginya 4 cm diletakan 9 cm di depan cermin cekung
yang jarak fokusnya 6 cm. Tentukanlah:
a. Jarak bayangan yang terbentuk
b. Perbesaran linier bayangan
c. Tinggi bayangan
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑓 = 6 𝑐𝑚
𝑠𝑜 = 9 𝑐𝑚
Jawab:
1
𝑓=
1
𝑠𝑜 +
1
𝑠′
1
6=
1
9 +
1
𝑠′
1
𝑠′=
1
6 +
1
9=
1
18
𝑠′ = 18 cm
20
𝑀 =𝑠′
𝑠0=
18
9= 2 𝑘𝑎𝑙𝑖
20
𝑀 =ℎ′
ℎ0
94
2 =ℎ′
4
ℎ′ = 2 𝑥 4 = 8 𝑐𝑚
20
2.
(Gambar Mata Dengan Sebuah Lensa)
Gambar di atas menjelaskan cacat mata yang dialami seseorang, yang telah
ditolong dengan sebuah lensa. apakah nama cacat mata tersebut, jenis
lensa apa yang harus digunakan, dan bagaimana keadaan bayangan
sebelum mata diberi lensa tersebut!
Cacat mata rabun dekat (hipermetropi)
Lensa yang digunakan adalah lensa
cembung (plus)
Bayangan terbentuk dibelakang retina
20
3. Gambarlah dan jelaskan proses pembentukan bayangan pada kamera!
20
Jumlah Skor 100
95
(Lembar Penilaian Afektif)
No.
Nama Siswa
Aspek yang
dinilai Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi
Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
6 S6
7 S7
8 S8
9 S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
96
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
97
32 S32
33 S33
34 S34
35 S35
36 S36
37 S37
38 S38
39 S39
40 S40
Rubrik Penilaian:
A = Baik
B = Cukup
C = Kurang
98
INSTRUMENT PENILAIAN KINERJA
Pokok Bahasan : Mata & Kamera Pertemuan : 1 (satu)
Hari/Tanggal : Kelas : XI MIA
Petunjuk Pengisian
Amatilah proses kegiatan pembelajaran siswa baik dalam kelompok maupun individu, lalu isilah lembar penilaian kinerja
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Dalam melakukan penilaian, Observer harus memperhatikan kinerja siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Observer dapat memberikan nilai sesuai dengan kiteria penilaian yang terlampir pada rubrik penilaian
3. Berilah tanda √ pada salah satu skor penilaian sesuai dengan hasil pengamatan.
99
LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA
No. Aspek Pengamatan Nama siswa / Nomor
absen
Skor penilaian Jumlah
Skor
Keterangan
1 2 3
1. Keaktifan dalam kelompok
Ketepatan menjawab soal
Efisiensi waktu menjawab
Kerjasama dalam kelompok
2. Keaktifan dalam kelompok
Ketepatan menjawab soal
Efisiensi waktu menjawab
Kerjasama dalam kelompok
3. Keaktifan dalam kelompok
Ketepatan menjawab soal
Efisiensi waktu menjawab
Kerjasama dalam kelompok
4. Keaktifan dalam kelompok
Ketepatan menjawab soal
Efisiensi waktu menjawab
100
Kerjasama dalam kelompok
5. Keaktifan dalam kelompok
Ketepatan menjawab soal
Efisiensi waktu menjawab
Kerjasama dalam kelompok
Jakarta, ............................................
Observer
( .................................................. )
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100
Nilai Rentang Skor Keterangan
A 80 - 100 Baik Sekali
B 70 - 79 Baik
C 60 - 69 Cukup
D < 60 Kurang
101
RUBRIK PENILAIAN KINERJA SISWA
No. Aspek Pengamatan Skor Kriteria Penilaian
1. Keaktifan dalam kelompok 3 Siswa ikut berperan aktif serta menunjukan sikap antusias yang sangat
tinggi dalam kegiatan kelompok
2 Siswa ikut berperan aktif namun tidak menujukan sikap antusias dalam
kegiatan kelompok
1 Siswa tidak aktif dan tidak menunjukan sikap antusias dalam kegiatan
kelompok
2. Ketepatan menjawab soal 3 Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat baik dari segi
penyelesaian maupun hasil jawaban
2 Siswa dapat menjawab pertanyaan namun kurang tepat dari segi
penyelesaian maupun hasil jawaban
1 Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat baik
dari segi penyelesaian maupun hasil jawaban
3. Efisiensi waktu menjawab 3 Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dalam waktu singkat
2 Siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat namun tidak dalam
waktu singkat
1 Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan dengan waktu yang diberikan
4. Kerjasama dalam kelompok 3 Siswa dapat saling bekerjasama dan ikut berperan serta dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan kelompok
2 Siswa dapat saling bekerjasama namun tidak berperan serta dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan kelompok
1 Siswa tidak mau bekerjasama dan bersikap tak acuh dalam kegiatan
kelompok
102
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Kelas / Semester : XI MIA / 2
Materi Pokok : Alat Optik
Alokasi Waktu : 1 X 3 JP
Pertemuan Ke- : 2
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
103
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fuida, kalor dan optik.
2.1 Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, krisis, kreatif, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percoban dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
1. Menentukan bagian-bagian lup dan mikroskop beserta fungsinya.
2. Menjelaskan sifat bayangan pada lup dan mikroskop.
3. Menganalsisis perbesaran bayangan pada lup dan mikroskop.
4. Menerapkan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
pada lup dan mikroskop.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat menentukan bagian-bagian lup dan
mikroskop beserta fungsinya.
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan Menjelaskan sifat bayangan
pada lup dan mikroskop.
3. Melalui kegiatan menganalsis siswa dapat menentukan pembentukan bayangan
pada lup dan mikroskop
4. Melalui kegiatan latihan soal, siswa dapat menentukan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus) pada lup dan mikroskop.
104
E. Materi Pembelajaran
Peta Konsep
• Lup atau kaca pembesar merupakan salah satu alat optik yang terdiri dari lensa
cembung. Lup memiliki perbesaran angular (𝑀𝑎) yaitu perbandingan antara
ukuran angular benda yang dilihat dengan menggunakan alat optik (𝛽) dan
ukuran angular benda yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (∝)
• Perbesaran angular lup untuk mata berakomodasi pada jarak x, dimana
bayangan harus terletak didepan lup sejauh x dan 𝑆𝑛 sebagai jarak titik dekat
mata pengamat:
• Perbesaran angular lup untuk mata berakomodasi maksimum, dimana
bayangan harus terletak dititik dekat mata dengan 𝑆𝑛 sebagai jarak titik dekat
mata pengamat:
𝑀𝑎 = 𝛽
∝
Alat – alat Optik
Lup
𝑀𝑎 = 𝑆𝑛
𝑓+ 1
Mikroskop
𝑀𝑎 = 𝑆𝑛
𝑓+
𝑆𝑛
𝑥
105
• Perbesaran angular lup untuk mata tidak berakomodasi, dimana dengan
menempatkan benda dititik fokus lensa, sehingga sinar-sinar yang mengenai
mata sejajar:
• Mikroskop merupakan salah satu alat optik yang digunakan untuk melihat
benda yang sangat kecil seperti bakteri dan virus.
• Sebuah mikroskop terdiri dari dua buah lensa cembung. Lensa cembung yang
dekat dengan benda disebut lensa objektif sedangkan lensa cembung yang
dekat dengan mata disebut lensa okuler.
• Karna mikroskop disusun oleh dua lensa, maka perbesaran total mikroskop
merupakan hasil kali antara perbesaran objektif dan perbesaran okuler. Untuk
lensa objektif, perbesaran yang dialami benda merupakan perbesaran linier,
maka dirumuskan:
Dengan:
ℎ′𝑜𝑏 = tinggi bayangan
ℎ𝑜𝑏 = tinggi benda
𝑠′𝑜𝑏 = jarak bayangan objektif
𝑠𝑜𝑏 = jarak benda objektif
• Karna lensa okuler berfungsi seperti lup, yaitu O < 𝑠𝑜𝑘≤ 𝑓𝑜𝑘, rumus perbesaran
okuler 𝑀𝑜𝑘 persis seperti rumus perbesaran angular lup, yaitu:
Mata berakomodasi maksimum
𝑀𝑜𝑏 = ℎ′𝑜𝑏
ℎ𝑜𝑏=
𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏
𝑀𝑜𝑘 = 𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘+ 1
𝑀𝑎 = 𝑆𝑛
𝑓
106
Mata tak berakomodasi
• Perbesaran total mikroskop
• Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler
mikroskop:
• Untuk pengamatan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi, bayangan
objektif harus jatuh dititik fokus okuler sehingga panjang mikroskop:
F. Metode Pembelajaran
• Pendekatan: Scientifik
• Metode: Quantum Learning dan demosntrasi dan diskusi kelompok.
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
• Media : Cetak dan elektronik (simulasi dan video)
• Alat : PPT, Lup, speaker
• Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, penulis
Merthen Kanginan, penerbit Erlangga, Tahun 2013 dan LKS.
𝑀𝑜𝑘 = 𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘
𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
107
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk mengamati gambar yang
disertai permasalahan
Mengamati gambar beserta permasalahan
Apersepsi Mengajukan pertanyaan dari permasalahan:
“Melihat permasalahan pada gambar 1,
menurutmu alat optik apa yang dapat
digunakan ?”.
“Melihat permasalahan pada gambar 2,
menurutmu alat optik apa yang dapat
digunakan ?”.
Diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
Motivasi Memberikan video motivasi dari penggunaan
mikroskop dan lup dalam kehidupan sehari-hari
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar terhadap
materi yang akan dipelajari.
108
KE
GIA
TA
N I
NT
I Mengamati • membagi siswa menjadi 5 kelompok
• membagikan LKS kepada siswa
• membimbing siswa berdiskusi dan
melakukan demonstrasi pada lup dan
mikroskop
• Mengikuti instruksi yang diberikan guru
• Memahami permasalahan yang diberikan di
LKS
• Melakukan pengamatan dengan Lup
• Mengamati video tentang mikroskop
100
menit
Menanya Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
untuk menganalisis informasi dan data yang
diperoleh sehingga dapat mengatasi
permasalahan yang diberikan guru
Diharapkan untuk bertanya terkait permasalahan
yang masih belum dipahami
Mengeksplorasi • Meminta siswa untuk mencari informasi
dari berbagai referensi terkait permasalahan
yang diberikan
• Membimbing dan mengamati siswa
• Diharapkan dapat mencari informasi dari
berbagai referensi mengenai lup dan
mikroskop
• Membuat dugaan jawabaan dari persoalan
yang diberikan guru lalu
menganalisisinformasi dan data tersebut untuk
dijadikan jawaban yang tepat
109
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada perwakilan
siswa untuk memberikan hasil diskusi
kelompok dalam bentuk laporan
Diharapkan siswa dapat menyimak dan
memberikan tanggapan terkait pemecahan
masalah dari hasil diskusi
Mengkomunikasi Membimbing siswa untuk mengklarifikasi hasil
diskusi yang tepat
Diharapkan dapat saling menghargai,
mengapresiasi, serta mengklarifikasikan informasi
yang benar.
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap kelompok
yang mendapatkan nilai tertinggi dari hasil
diskusi dan melakukan evaluasi berupa berupa
posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan balik
mengenai materi yang telah disampaikan kepada
kelompok lain dan dapat megerjakan posttest
dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas mandiri kepada siswa berupa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pertemuan selanjutnya.
Diharapkan mencatat tugas yang diberikan serta
mengerjakannya di rumah.
110
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : a) Tes : (Uraian)
b) Non Tes : (Lembar Observasi)
J. Pedoman Penilaian
1. Ranah Afektif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan
guru.
2. Ranah Kognitif
Diperoleh dari hasil pengisian LKS, hasil games kelompok dan tes evaluasi
3. Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari aktivitas kelompok, kerjasama dan kedisiplinan.
Jakarta, 10 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Peneliti
Wulandari, M.Pd Nia Yusnawati
NIP. NIM. 11120163000
111
(Lampiran penilian kognitif)
No. Soal Jawaban Skor
1. Sebuah lup yang memiliki lensa berkekuatan 25 dioptri
digunakan untuk mata berakomodasi maksimum. Tentukan:
a. Jarak fokus lup
b. Letak benda
c. Perbesaran lup
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑃 = 25 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑆𝑛 = 25 𝑐𝑚
Jawab:
𝑓 = 1
𝑝=
1
25 𝑐𝑚
=100
25 𝑐𝑚 = 4 𝑐𝑚
50
1
𝑓=
1
𝑠𝑜 +
1
𝑠′
1
4=
1
𝑠𝑜 +
1
(−25)
1
𝑠𝑜=
25
100 −
4
100
= 21
100
112
1
𝑠𝑜=
100
21 𝑐𝑚
𝑚 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
𝑚 = 25
4+ 1
𝑚 = 6,25 + 1
𝑚 = 7,25
2. Sebuah mikroskop dengan jarak fokus lensa okuler 2,5 cm dan
jarak fokus obyektif 0,9 cm digunakan untuk mata tak
berakomodasi. Hitunglah:
a. Perbesaran mikroskop ketika benda diletakan 1 cm di
depan lensa objeyktif
b. Perbesaran lensa okuler
c. Perbesaran total mikroskop
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑓𝑜𝑘 = 2,5 cm
𝑓𝑜𝑏 = 0,9 cm
𝑠𝑜𝑏 = 1 cm
Ditanya : M ?
Jawab: 1
𝑓𝑜𝑏=
1
𝑠𝑜𝑏 +
1
𝑠𝑜𝑏′
113
1
0,9=
1
1 +
1
𝑠𝑜𝑏′
1
𝑠𝑜𝑏′=
10
9−
9
9=
1
9
𝑠𝑜𝑏′ = 9 cm
𝑚𝑜𝑏 = 𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏=
9
1= 9 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑀𝑜𝑘 = 𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘=
25
2,5= 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
= 9 𝑥 10 = 90 𝑘𝑎𝑙𝑖
50
Jumlah Skor 100
114
(Lembar Penilaian Afektif)
No.
Nama Siswa
Aspek yang
dinilai Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi
Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
6 S6
7 S7
8 S8
9 S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
115
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
116
32 S32
33 S33
34 S34
35 S35
36 S36
37 S37
38 S38
39 S39
40 S40
Rubrik Penilaian:
A = Baik
B = Cukup
C = Kurang
117
INSTRUMENT PENILAIAN KINERJA
Pokok Bahasan : Lup & Mikroskop Pertemuan : 1 (satu)
Hari/Tanggal : Kelas : XI MIA
Petunjuk Pengisian
Amatilah proses kegiatan pembelajaran siswa baik dalam kelompok maupun individu, lalu isilah lembar penilaian kinerja
dengan prosedur sebagai berikut:
4. Dalam melakukan penilaian, Observer harus memperhatikan kinerja siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran.
5. Observer dapat memberikan nilai sesuai dengan kiteria penilaian yang terlampir pada rubrik penilaian
6. Berilah tanda √ pada salah satu skor penilaian sesuai dengan hasil pengamatan.
118
LEMBAR PENILAIAN KEGIATAN DISKUSI SISWA
No. Aspek Pengamatan Nama siswa /
Nomor absen
Skor penilaian Jumlah Skor Keterangan
1 2 3
1. Mengemukakan pendapat
Menanggapi
Mempertahankan argumentasi
Menghargai pendapat
2. Mengemukakan pendapat
Menanggapi
Mempertahankan argumentasi
Menghargai pendapat
3. Mengemukakan pendapat
Menanggapi
Mempertahankan argumentasi
Menghargai pendapat
4. Mengemukakan pendapat
Menanggapi
Mempertahankan argumentasi
119
Menghargai pendapat
5. Mengemukakan pendapat
Menanggapi
Mempertahankan argumentasi
Menghargai pendapat
Jakarta, .............................................
Observer
( .................................................. )
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100
Nilai Rentang Skor Keterangan
A 80 - 100 Baik Sekali
B 70 - 79 Baik
C 60 - 69 Cukup
D < 60 Kurang
120
RUBRIK PENILAIAN KEGIATAN DISKUSI SISWA
No. Aspek Pengamatan Skor Kriteria Penilaian
1. Mengemukakan pendapat 3 Pendapat sesuai dengan masalah dan benar
2 Pendapat sesuai dengan masalah, namun belum benar
1 Pendapat tidak sesuai dengan masalah
2. Menanggapi 3 Setuju atau menyanggah dengan alasan benar didukung referensi
2 Setuju atau menyanggah dengan alasan mnedekati benar
1 Langsung setuju atau menyanggah namun tanpa alasan
3. Mempertahankan argumentasi 3 Siswa dapat mempertahankan argumentasi dengan alasan benar
didukung referensi
2 Siswa dapat mempertahankan argumentasi dengan alasan mendekati
benar
1 Siswa tidak dapat mempertahankan argumentasi
4. Menghargai pendapat 3 Siswa dapat saling menghargai pendapat dan mendukung dengan
alasan benar
2 Siswa dapat saling menghargai pendapat dan mendukung dengan
alasan kurang benar
1 Siswa tidak mau saling menghargai pendapat
121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Kelas / Semester : XI MIA / 2
Materi Pokok : Alat Optik
Alokasi Waktu : 1 X 3 JP
Pertemuan Ke- : 3 dan 4
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
122
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fuida, kalor dan optik.
2.1 Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, krisis, kreatif, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percoban dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
1. Menjelaskan macam-macam teropong bias dan pantul
2. Menganalsis perbesaran bayangan pada teropong.
3. Menjelaskan sifat bayangan pada teropong
4. Menerapkan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
dan panjang teropong
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat menjelaskanmacam-macam
teropong bias dan pantul
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan sifat bayangan pada
teropong
3. Melalui kegiatan menganalsis siswa dapat menentukan perbesaran bayangan
pada teropong.
4. Melalui kegiatan latihan soal, siswa dapat menentukan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus) dan panjang teropong
123
E. Materi Pembelajaran
Peta Konsep
• Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas.
• Ada dua jenis teropong yaitu teropong bias (terdiri atas beberapa lensa)
dan teropong pantul (terdiri atas beberapa cermin dan lensa)
• Disebut teropong bias karna menggunakan lensa objektif yang berfungsi
untuk membiaskan cahaya. Ada 4 jenis teropong bias yaitu:
✓ Teropong bintang, pengamatan dilakuakn dengan mata tidak
berakomodasi dimana bayangan lensa objektif diletakan dititik fokus
lensa okuler dengan persamaan panjang teropong:
Dengan perbesaran teropong:
Alat – alat Optik
Teropong
Teropong bias Teropong pantul
• Teropong bintang (astronomi)
• Teropong bumi (medan)
• Teropong prisma (binokuler)
• Teropong panggung (galileo)
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
𝑀𝑎 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
124
✓ Teropong bumi, menggunakan lensa cembung yang disisipkan diantara
lensa objektif dan okuler untuk menghasilkan bayangan akhir yang tegak
terhadap arah benda, dimana terjadi pertambahan panjang teropong
dengan persamaan:
✓ Teropong prisma, lensa pembalik diganti dengan prisma dan
menggunakan 2 prisma siku-siku sama kaki yang disisipkan diantara
lensa objektif dan okuler untuk membalikan bayangan
Gambar 3.1 (a) teropong prisma (b) proses pembalikan bayangan
sinar pada prisma
✓ Teropong panggung, pembalikan bayangan menggunakan lensa cekung
sebagai lensa okuler
• Teropong pantul digunakan cermin cekung besar yang berfungsi sebgai
pemantul cahaya.
F. Metode Pembelajaran
• Pendekatan: Scientifik
• Metode: Quantum Learning dan tanya jawab (pertemuan ke – 3) serta
Quantum Learning dan presentasi eksperimen alat (pertemuan ke – 4)
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
• Media : Cetak dan elektronik (simulasi dan video)
• Alat : PPT, tongkat, speaker
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
125
• Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, penulis
Merthen Kanginan, penerbit Erlangga, Tahun 2013 dan LKS.
126
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
(pertemuan ke – 3)
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk membayangkan langit
pada malam hari
Mengikuti instruksi guru
Apersepsi Mengajukan pertanyaan:
“Benda langit apa saja yang dapat kalian lihat
pada malam hari?”
“Alat optik apa yang dapat digunakan untuk
melihat benda yang jaraknya sangat jauh?”
Diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
Motivasi Memberikan video motivasi mengenai
pengamatan langit menggunakan teropong
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar terhadap
materi yang akan dipelajari.
127
KE
GIA
TA
N I
NT
I Mengamati Menjelaskan meteri mengenai alat optik
teropong melalui ppt, simulasi dan video
Diharapkan memperhatikan materi serta mencatat /
merekam materi yang telah disampaikan.
100
menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi yang telah disampaikan
Diharapkan untuk bertanya terkait materi yang
masih belum dipahami
Mengeksplorasi • Membagi siswa menjadi 5 kelompok.
• Menjelaskan metode pembelajaran
• Membagikan kertas yang berisi lembar
jawaban kepada siswa
• Mengocok soal yang sudah digulung dan
dikumpulkan dalam sebuah gelas
• Diharapkan dapat mengikuti instruksi yang
diberikan guru
• Mendengarkan metode yang dijelaskan guru
• Memahami jawaban dan diharapkan dapat
mngetahui dugaan pertanyaan
• Menyesuaikan pertanyaan yang diberikan
dengan jawaban
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada perwakilan
siswa untuk memberikan hasil dan menjelaskan
jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang
sudah dikocok
Diharapkan siswa dapat menyimak dan
memberikan tanggapan terkait pemecahan
masalah dari pertanyaan
128
Mengkomunikasi Membimbing siswa untuk mengklarifikasi hasil
diskusi yang tepat
Diharapkan dapat saling menghargai,
mengapresiasi, serta mengklarifikasikan informasi
yang benar.
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap kelompok
yang mendapatkan nilai tertinggi dari hasil
diskusi dan melakukan evaluasi berupa berupa
posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan balik
mengenai materi yang telah disampaikan kepada
kelompok lain dan dapat megerjakan posttest
dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas kelompok kepada siswa
berupa alat bahan yang digunakan untuk
membuat periskop berkaitan dengan pertemuan
selanjutnya.
Diharapkan dapat memahami tugas yang diberikan
serta mengerjakannya di rumah.
129
(pertemuan ke – 4)
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk membayangkan langit
pada malam hari
Mengikuti instruksi guru
Apersepsi Mengajukan pertanyaan:
“Benda langit apa saja yang dapat kalian lihat
pada malam hari?”
“Alat optik apa yang dapat digunakan untuk
melihat benda yang jaraknya sangat jauh?”
Diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
Motivasi Memberikan video cara membuat periskop
sederhana
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar
terhadap materi yang akan dipelajari.
KE
GI
AT
A
N
INT
I Mengamati • Membagi siswa menjadi 6 kelompok
• Memberikan LKS kepada siswa
• Diharapkan mengikuti instruksi yang
diberikan guru
130
• Menjelaskan prosedur kerja pembuatan
periskop sederhana
• Memahami prosedur kerja pembuatan
periskop sederhana
• Melakukan percobaan sesuai apa yang ada
pada LKS
100 menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait prosedur pembuatan periskop
sederhana
Diharapkan untuk bertanya terkait prosedur
yang masih belum dipahami
Mengeksplorasi • Membagi siswa menjadi 5 kelompok.
• Menjelaskan metode pembelajaran
• Membagikan kertas yang berisi lembar
jawaban kepada siswa
• Mengocok soal yang sudah digulung dan
dikumpulkan dalam sebuah gelas
• Diharapkan dapat mengikuti instruksi yang
diberikan guru
• Mendengarkan metode yang dijelaskan
guru
• Memahami jawaban dan diharapkan dapat
mngetahui dugaan pertanyaan
• Menyesuaikan pertanyaan yang diberikan
dengan jawaban
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada perwakilan
siswa untuk memberikan hasil dan
Diharapkan siswa dapat menyimak dan
memberikan tanggapan terkait pemecahan
masalah dari pertanyaan
131
menjelaskan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang sudah dikocok
Mengkomunikasi Membimbing siswa untuk mengklarifikasi
hasil diskusi yang tepat
Diharapkan dapat saling menghargai,
mengapresiasi, serta mengklarifikasikan
informasi yang benar.
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan
mengenai materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap
kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi
dari hasil diskusi dan melakukan evaluasi
berupa berupa posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan
balik mengenai materi yang telah disampaikan
kepada kelompok lain dan dapat megerjakan
posttest dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas kelompok kepada siswa
berupa alat bahan yang digunakan untuk
membuat periskop berkaitan dengan
pertemuan selanjutnya.
Diharapkan dapat memahami tugas yang
diberikan serta mengerjakannya di rumah.
132
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : a) Tes : (Uraian)
b) Non Tes : (Lembar Observasi)
J. Pedoman Penilaian
1. Ranah Afektif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan
guru.
2. Ranah Kognitif
Diperoleh dari hasil pengisian LKS, hasil games kelompok dan tes evaluasi
3. Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari aktivitas kelompok, kerjasama dan kedisiplinan.
Jakarta, 10 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Peneliti
Wulandari, M.Pd Nia Yusnawati
NIP. NIM.1112016300006
133
(Lampiran penilian kognitif)
No. Soal Jawaban Skor
1. Sebuah teropong mempunyai perbesaran anguler 20 x
dan kekuatan lensa objektif 2 dioptri. Berapakah
panjang teropong tersebut ....
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑚 = 20 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑃𝑜𝑏 = 2 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
Jawab:
𝑓𝑜𝑏 = 1
𝑝=
1
2= 0,5 𝑚
= 50 cm
𝑚 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 𝑓𝑜𝑏
𝑚=
50
20= 2,5 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 50 + 2,5
𝑑 = 52,5 𝑐𝑚
50
134
2. Sebuah teropong memiliki jarak lensa objektif dengan
lensa okuler 120 cm dan fokus lensa objektifnya 10
cm. Perbesaran yang dihasilkan untuk mata tidak
berakomodasi adalah.....
𝑚 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘=
120
10
= 12 𝑘𝑎𝑙𝑖
50
Jumlah Skor 100
135
(Lembar Penilaian Afektif)
No.
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi
Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
6 S6
7 S7
8 S8
9 S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
136
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
137
32 S32
33 S33
34 S34
35 S35
36 S36
37 S37
38 S38
39 S39
40 S40
Rubrik Penilaian:
A = Baik
B = Cukup
C = Kurang
138
INSTRUMENT PENILAIAN PRODUK
Pokok Bahasan : Teropong Pertemuan : 1 (satu)
Hari/Tanggal : Kelas : XI MIA
Petunjuk Pengisian
Amatilah proses kegiatan pembelajaran siswa baik dalam kelompok maupun individu, lalu isilah lembar penilaian kinerja
dengan prosedur sebagai berikut:
7. Dalam melakukan penilaian, Observer harus memperhatikan kinerja siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran.
8. Observer dapat memberikan nilai sesuai dengan kiteria penilaian yang terlampir pada rubrik penilaian
9. Berilah tanda √ pada salah satu skor penilaian sesuai dengan hasil pengamatan.
139
LEMBAR PENILAIAN PRODUK
Tahapan No. Aspek Skor penilaian Jumlah
Skor
Keterangan
1 2 3
Per
enca
naan
1. Kelengkapan Alat dan Bahan
2. Terampil dalam membuat konsep perencanaan
3. Kreatif dalam mengembangkan ide
Nama Kelompok: Kelas:
1.
2.
3.
140
Pro
ses
1. Jeli dan terampil dalam merangkai alat
2. Kebersihan pada saat merangkai alat
Ak
hir
1. Hasil Produk
2. Terampil dalam mengevaluasi hasil kerja
Ker
jasa
ma
1. Kekompakan anggota kelompok
2. Pembagian tugas secara merata
Jakarta, .............................................
Observer
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100
Nilai Rentang Skor Keterangan
A 80 - 100 Baik Sekali
B 70 - 79 Baik
C 60 - 69 Cukup
D < 60 Kurang
141
(.............................................. )
RUBRIK PENILAIAN PRODUK
Tahapan No. Aspek Skor Kiteria Penilaian
Per
enca
naan
1. Kelengkapan Alat dan Bahan
3 Alat dan bahan lengkap dan rapi
2 Alat dan bahan lengkap namun tidak rapi
1 Alat dan bahan tidak lengkap
2. Terampil dalam membuat konsep
perencanaan
3 Konsep yang direncanakan sesuai dan terstruktur
2 Konsep yang direncanakan sesuai namun tidak
terstruktur
1 Konsep yang direncanakan tidak sesuai
3. Kreatif dalam mengembangkan ide
3 Ide yang dikembangkan sangat kereatif
2 Ide yang dikembangkan cukup kereatif
1 Ide yang dikembangkan tidak kereatif
Pro
ses
1. Jeli dan terampil dalam merangkai alat 3 Sangat jeli dan terampil dalam merangkai alat
2 Cukup jeli dan terampil dalam merangkai alat
1 Cukup jeli dan terampil dalam merangkai alat
142
2. Kebersihan pada saat merangkai alat
3 Sangat menjaga kebersihan dengan baik dari awal
hingga akhir
2 Menjaga kebersihan dengan cukup baik dari awal
hingga akhir
1 Tidak menjaga kebersihan dengan baik dari awal
hingga akhir
Ak
hir
1. Hasil Produk 3 Produk yang dihasilkan mempunyai nilai esetika tinggi
(perpaduan warna, keserasian dalam penempatan objek,
kerapian produk)
2 Produk yang dihasilkan mempunyai nilai esetika cukup
(perpaduan warna, keserasian dalam penempatan objek,
kerapian produk cukup bagus)
1 Produk yang dihasilkan tidak mempunyai nilai esetika
(perpaduan warna, keserasian dalam penempatan objek,
kerapian produk kurang)
2. Terampil dalam mengevaluasi hasil
kerja
3 Sangat terampil dalam mengevaluasi hasil kerja
2 Cukup terampil dalam mengevaluasi hasil kerja
1 Tidak terampil dalam mengevaluasi hasil kerja
143
Ker
jasa
ma
1. Kekompakan anggota kelompok 3 Kekompakan sangat baik
2 Kekompakan cukup baik
1 Kekompakan kurang baik
2. Pembagian tugas secara merata
3 Semua anggota berkerja sesuai pembagian
2 Semua anggota berkerja namun tidak sesuai pembagian
1 Hanya sebagian anggota saja yang bekerja
144
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Kelas / Semester : XI MIA / 2
Materi Pokok : Alat Optik
Alokasi Waktu : 1 X 3 JP
Pertemuan Ke- : 1
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
145
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fuida, kalor dan optik.
2.1 Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, krisis, kreatif, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percoban dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
1. Menentukan bagian-bagian mata, kamera beserta fungsinya.
2. Menjelaskan macam-macam cacat mata dan cara menanggulanginya.
3. Menerapkan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
dan kuat lensa kacamata.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat menentukan bagian-bagian mata,
kamera beserta fungsinya.
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan macam-macam cacat mata
dan cara menanggulanginya.
3. Melalui kegiatan latihan soal, siswa dapat menentukan hubungan jarak benda,
bayangan, titik fokus serta kuat lensa pada kacamata.
146
E. Materi Pembelajaran
Peta Konsep
• Bagian-bagian mata:
✓ Kornea, yaitu bagian depan mata yang berupa lengkungan yang dilapisi selaput
(membran) yang kuat dan tembus cahaya.
✓ Aqueous humor yaitu, caira dibelakang kornea
✓ Lensa kristalin, yaitu lensa mata dari bahan bening yang berfungsi untuk
mengatur pembiasan cahaya yang masuk ke mata.
✓ Iris yaitu, selaput yang berfugsi sebagai diafragma yang mengatur lebar celah
mata (pupil)
✓ Pupil, yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
✓ Vitreous humor, yaitu cairan bening yang sebagian besar berasal dari air.
✓ Retina, yaitu lapisan yang berisi ujung-ujung syaraf yang berasal dari urat
syaraf optik.
Gambar 1.1 Bagian-bagian mata
Alat – alat Optik
Mata Kamera
147
• Mata dapat mengalami gangguan pengeliatan yang disebut cacat mata, ada
beberapa macam cacat mata yaitu: miopi, hipermetropi, presbiopi,
astigmatisma, buta warna, katarak, rabun senja, glaukoma.
Gambar 1.2 Titik dekat dan titik jauh dari (a) mata normal (b) mata miopi (c)
hipermetropi dan (d) persbiopi
• Persamaan yang berlaku pada saat mata mengamati benda:
Keterangan:
f = Jarak fokus lensa mata
s = Jarak benda ke lensa mata
s' = Jarak bayangan ke lensa mata
• Lup atau kaca pembesar merupakan lensa konvergen atau lensa positif yang
sifatnya mengumpulkan sinar.
• Kamera merupakan sebuah alat yang digunakan memotret atau mengambil
gambar suatu benda dalam bentuk foto.
• Jika pada mata jarak bayangan tetap dan pemfokusan dilakukan dengan jarak
benda yang diamati, pada kamera jarak fokus lensa tetap. Pemfokusan
dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan sesuai dengan jarak benda
yang difoto.
𝟏
𝒇=
𝟏
𝒔+
𝟏
𝒔′
148
• Bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah nyata, terbalik, dan
diperkecil.
Gambar 1.3 Bagian-bagian kamera
F. Metode Pembelajaran
• Pendekatan: Scientifik
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
• Media : Cetak dan elektronik (simulasi dan video)
• Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, penulis
Merthen Kanginan, penerbit Erlangga, Tahun 2013 dan hands out.
149
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk mengamati keadaan
disekelilingnya selama 10 detik.
Mengamati keadaan disekeliling
Apersepsi Mengajukan pertanyaan dari hasil pengamatan
siswa:
“Mengapa kita dapat melihat benda-benda
disekililing dengan jelas?”.
“Apa yang kalian lihat ketika kalian berdiri
dicermin datar ?”
“Mengapa pensil yang dimasukan kedalam
gelas yang berisi air terlihat patah atau
bengkok?”
Diharapkan dapat mengingat kembali hukum
pemantulan dan pembiasan cahaya yang pernah
dipelajari pada saat SMP/MTs
150
Motivasi Memberikan gambaran kepada siswa mengapa
kita dapat melihat melalui video
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar terhadap
materi yang akan dipelajari.
KE
GIA
TA
N I
NT
I
Mengamati Menjelaskan materi alat optik mata dan kamera
beserta prinsip kerjanya
Diharapkan memperhatikan materi serta mencatat /
merekam materi yang telah disampaikan.
100
menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi yang telah disampaikan
Diharapkan untuk bertanya terkait materi yang
masih belum dipahami
Mengeksplorasi Memberikan latihan soal kepada siswa • Mencermati bacaan tentang mata dan kamera
• Mengerjakan latihan soal kepada siswa baik
secara mandiri maupun berdiskusi dengan
teman sebangku
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal dipapan tulis.
Diharapkan siswa dapat menyelesaikan latihan soal
dengan baik
Mengkomunikasi Mengoreksi hasil jawaban siswa
Diharapkan dapat maju untuk mengerjakan soal
dipapan tulis
151
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap siswa yang
dapat mengerjakan soal dengan baik diakhiri
dengan evaluasi berupa berupa posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan balik
mengenai materi yang telah disampaikan kepada
kelompok lain dan dapat megerjakan posttest
dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas mandiri kepada siswa berupa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pertemuan selanjutnya.
Diharapkan mencatat tugas yang diberikan serta
mengerjakannya di rumah.
152
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : a) Tes : (Uraian)
b) Non Tes : (Lembar Observasi)
J. Pedoman Penilaian
1. Ranah Afektif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan
guru.
2. Ranah Kognitif
Diperoleh dari hasil pengisian LKS, hasil games kelompok dan tes evaluasi
Jakarta, 10 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Peneliti
Wulandari, M.Pd Nia Yusnawati
NIP. NIM. 111201630000
(Lampiran penilian kognitif)
153
No. Soal Jawaban Skor
1. Sebuah benda yang tingginya 4 cm diletakan 9 cm di depan cermin cekung
yang jarak fokusnya 6 cm. Tentukanlah:
d. Jarak bayangan yang terbentuk
e. Perbesaran linier bayangan
f. Tinggi bayangan
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑓 = 6 𝑐𝑚
𝑠𝑜 = 9 𝑐𝑚
Jawab:
1
𝑓=
1
𝑠𝑜 +
1
𝑠′
1
6=
1
9 +
1
𝑠′
1
𝑠′=
1
6 +
1
9=
1
18
𝑠′ = 18 cm
20
𝑀 =𝑠′
𝑠0=
18
9= 2 𝑘𝑎𝑙𝑖
20
𝑀 =ℎ′
ℎ0
2 =ℎ′
4
ℎ′ = 2 𝑥 4 = 8 𝑐𝑚
20
154
2.
(Gambar Mata Dengan Sebuah Lensa)
Gambar di atas menjelaskan cacat mata yang dialami seseorang, yang telah
ditolong dengan sebuah lensa. apakah nama cacat mata tersebut, jenis
lensa apa yang harus digunakan, dan bagaimana keadaan bayangan
sebelum mata diberi lensa tersebut!
Cacat mata rabun dekat (hipermetropi)
Lensa yang digunakan adalah lensa
cembung (plus)
Bayangan terbentuk dibelakang retina
20
3. Gambarlah dan jelaskan proses pembentukan bayangan pada kamera!
20
Jumlah Skor 100
155
(Lembar Penilaian Afektif)
No.
Nama Siswa
Aspek yang
dinilai Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi
Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
6 S6
7 S7
8 S8
9 S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
156
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
157
32 S32
33 S33
34 S34
35 S35
36 S36
37 S37
38 S38
39 S39
40 S40
Rubrik Penilaian:
A = Baik
B = Cukup
C = Kurang
158
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Kelas / Semester : XI MIA / 2
Materi Pokok : Alat Optik
Alokasi Waktu : 1 X 3 JP
Pertemuan Ke- : 2
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
159
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fuida, kalor dan optik.
2.1 Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, krisis, kreatif, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percoban dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
1. Menentukan bagian-bagian lup dan mikroskop beserta fungsinya.
2. Menjelaskan sifat bayangan pada lup dan mikroskop
3. Menganalsisis perbesaran bayangan pada lup dan mikroskop
4. Menerapkan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
pada lup dan mikroskop.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat menentukan bagian-bagian lup dan
mikroskop beserta fungsinya.
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan Menjelaskan sifat bayangan
pada lup dan mikroskop.
3. Melalui kegiatan menganalsis siswa dapat menentukan pembentukan bayangan
pada lup dan mikroskop
4. Melalui kegiatan latihan soal, siswa dapat menentukan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus) pada lup dan mikroskop.
160
E. Materi Pembelajaran
Peta Konsep
• Lup atau kaca pembesar merupakan salah satu alat optik yang terdiri dari lensa
cembung. Lup memiliki perbesaran angular (𝑀𝑎) yaitu perbandingan antara
ukuran angular benda yang dilihat dengan menggunakan alat optik (𝛽) dan
ukuran angular benda yang dilihat tanpa menggunakan alat optik (∝)
• Perbesaran angular lup untuk mata berakomodasi pada jarak x, dimana
bayangan harus terletak didepan lup sejauh x dan 𝑆𝑛 sebagai jarak titik dekat
mata pengamat:
• Perbesaran angular lup untuk mata berakomodasi maksimum, dimana
bayangan harus terletak dititik dekat mata dengan 𝑆𝑛 sebagai jarak titik dekat
mata pengamat:
𝑀𝑎 = 𝛽
∝
Alat – alat Optik
Lup
𝑀𝑎 = 𝑆𝑛
𝑓+ 1
Mikroskop
𝑀𝑎 = 𝑆𝑛
𝑓+
𝑆𝑛
𝑥
161
• Perbesaran angular lup untuk mata tidak berakomodasi, dimana dengan
menempatkan benda dititik fokus lensa, sehingga sinar-sinar yang mengenai
mata sejajar:
• Mikroskop merupakan salah satu alat optik yang digunakan untuk melihat
benda yang sangat kecil seperti bakteri dan virus.
• Sebuah mikroskop terdiri dari dua buah lensa cembung. Lensa cembung yang
dekat dengan benda disebut lensa objektif sedangkan lensa cembung yang
dekat dengan mata disebut lensa okuler.
• Karna mikroskop disusun oleh dua lensa, maka perbesaran total mikroskop
merupakan hasil kali antara perbesaran objektif dan perbesaran okuler. Untuk
lensa objektif, perbesaran yang dialami benda merupakan perbesaran linier,
maka dirumuskan:
Dengan:
ℎ′𝑜𝑏 = tinggi bayangan
ℎ𝑜𝑏 = tinggi benda
𝑠′𝑜𝑏 = jarak bayangan objektif
𝑠𝑜𝑏 = jarak benda objektif
• Karna lensa okuler berfungsi seperti lup, yaitu O < 𝑠𝑜𝑘≤ 𝑓𝑜𝑘, rumus perbesaran
okuler 𝑀𝑜𝑘 persis seperti rumus perbesaran angular lup, yaitu:
Mata berakomodasi maksimum
𝑀𝑜𝑏 = ℎ′𝑜𝑏
ℎ𝑜𝑏=
𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏
𝑀𝑜𝑘 = 𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘+ 1
𝑀𝑎 = 𝑆𝑛
𝑓
162
Mata tak berakomodasi
• Perbesaran total mikroskop
• Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler
mikroskop:
• Untuk pengamatan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi, bayangan
objektif harus jatuh dititik fokus okuler sehingga panjang mikroskop:
F. Metode Pembelajaran
• Pendekatan: Scientifik
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
• Media : Cetak dan elektronik (simulasi dan video)
• Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, penulis
Merthen Kanginan, penerbit Erlangga, Tahun 2013 dan LKS.
𝑀𝑜𝑘 = 𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘
𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
163
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk mengamati gambar yang
disertai permasalahan
Mengamati gambar beserta permasalahan
Apersepsi Mengajukan pertanyaan dari permasalahan:
“Melihat permasalahan pada gambar 1,
menurutmu alat optik apa yang dapat
digunakan ?”.
“Melihat permasalahan pada gambar 2,
menurutmu alat optik apa yang dapat
digunakan ?”.
Diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
Motivasi Memberikan video motivasi dari penggunaan
mikroskop dan lup dalam kehidupan sehari-hari
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar terhadap
materi yang akan dipelajari.
164
KE
GIA
TA
N I
NT
I Mengamati Menjelaskan materi alat optik Lup dan
Mikroskop beserta prinsip kerjanya
Diharapkan memperhatikan materi serta mencatat /
merekam materi yang telah disampaikan.
100
menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi yang telah disampaikan
Diharapkan untuk bertanya terkait materi yang
masih belum dipahami
Mengeksplorasi Memberikan latihan soal kepada siswa • Mencermati bacaan tentang mata dan kamera
• Mengerjakan latihan soal kepada siswa baik
secara mandiri maupun berdiskusi dengan
teman sebangku
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal dipapan tulis.
Diharapkan siswa dapat menyelesaikan latihan soal
dengan baik
Mengkomunikasi Mengoreksi hasil jawaban siswa
Diharapkan dapat maju untuk mengerjakan soal
dipapan tulis
165
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap siswa yang
dapat mengerjakan soal dengan baik diakhiri
dengan evaluasi berupa berupa posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan balik
mengenai materi yang telah disampaikan kepada
kelompok lain dan dapat megerjakan posttest
dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas mandiri kepada siswa berupa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pertemuan selanjutnya.
Diharapkan mencatat tugas yang diberikan serta
mengerjakannya di rumah.
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : a) Tes : (Uraian)
b) Non Tes : (Lembar Observasi)
166
J. Pedoman Penilaian
1. Ranah Afektif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan
guru.
2. Ranah Kognitif
Diperoleh dari hasil pengisian LKS, hasil games kelompok dan tes evaluasi
Jakarta, 10 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Peneliti
Wulandari, M.Pd Nia Yusnawati
NIP. NIM. 11120163000
(Lampiran penilian kognitif)
167
No. Soal Jawaban Skor
1. Sebuah lup yang memiliki lensa berkekuatan 25 dioptri
digunakan untuk mata berakomodasi maksimum. Tentukan:
d. Jarak fokus lup
e. Letak benda
f. Perbesaran lup
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑃 = 25 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝑆𝑛 = 25 𝑐𝑚
Jawab:
𝑓 = 1
𝑝=
1
25 𝑐𝑚
=100
25 𝑐𝑚 = 4 𝑐𝑚
50
1
𝑓=
1
𝑠𝑜 +
1
𝑠′
1
4=
1
𝑠𝑜 +
1
(−25)
1
𝑠𝑜=
25
100 −
4
100
= 21
100
168
1
𝑠𝑜=
100
21 𝑐𝑚
𝑚 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
𝑚 = 25
4+ 1
𝑚 = 6,25 + 1
𝑚 = 7,25
2. Sebuah mikroskop dengan jarak fokus lensa okuler 2,5 cm dan
jarak fokus obyektif 0,9 cm digunakan untuk mata tak
berakomodasi. Hitunglah:
d. Perbesaran mikroskop ketika benda diletakan 1 cm di
depan lensa objeyktif
e. Perbesaran lensa okuler
f. Perbesaran total mikroskop
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑓𝑜𝑘 = 2,5 cm
𝑓𝑜𝑏 = 0,9 cm
𝑠𝑜𝑏 = 1 cm
Ditanya : M ?
Jawab: 1
𝑓𝑜𝑏=
1
𝑠𝑜𝑏 +
1
𝑠𝑜𝑏′
169
1
0,9=
1
1 +
1
𝑠𝑜𝑏′
1
𝑠𝑜𝑏′=
10
9−
9
9=
1
9
𝑠𝑜𝑏′ = 9 cm
𝑚𝑜𝑏 = 𝑠′𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑏=
9
1= 9 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑀𝑜𝑘 = 𝑆𝑛
𝑓𝑜𝑘=
25
2,5= 10 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑀 = 𝑀𝑜𝑏 𝑥 𝑀𝑜𝑘
= 9 𝑥 10 = 90 𝑘𝑎𝑙𝑖
50
Jumlah Skor 100
170
(Lembar Penilaian Afektif)
No.
Nama Siswa
Aspek yang
dinilai Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi
Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
6 S6
7 S7
8 S8
9 S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
171
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
172
32 S32
33 S33
34 S34
35 S35
36 S36
37 S37
38 S38
39 S39
40 S40
Rubrik Penilaian:
A = Baik
B = Cukup
C = Kurang
173
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Kelas / Semester : XI MIA / 2
Materi Pokok : Alat Optik
Alokasi Waktu : 1 X 3 JP
Pertemuan Ke- : 3 dan 4
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
174
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak,
fuida, kalor dan optik.
2.1 Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, krisis, kreatif, inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan percoban dan berdiskusi.
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. Indikator
1. Menjelaskan macam-macam teropong bias dan pantul
2. Menganalsis perbesaran bayangan pada teropong.
3. Menjelaskan sifat bayangan pada teropong
4. Menerapkan hubungan jarak benda, jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
dan panjang teropong
D. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan pengamatan, siswa dapat menjelaskanmacam-macam
teropong bias dan pantul
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menjelaskan sifat bayangan pada
teropong
3. Melalui kegiatan menganalsis siswa dapat menentukan perbesaran bayangan
pada teropong.
4. Melalui kegiatan latihan soal, siswa dapat menentukan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus) dan panjang teropong
175
E. Materi Pembelajaran
Peta Konsep
• Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-
benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas.
• Ada dua jenis teropong yaitu teropong bias (terdiri atas beberapa lensa) dan
teropong pantul (terdiri atas beberapa cermin dan lensa)
• Disebut teropong bias karna menggunakan lensa objektif yang berfungsi untuk
membiaskan cahaya. Ada 4 jenis teropong bias yaitu:
✓ Teropong bintang, pengamatan dilakuakn dengan mata tidak
berakomodasi dimana bayangan lensa objektif diletakan dititik fokus lensa
okuler dengan persamaan panjang teropong:
Dengan perbesaran teropong:
Alat – alat Optik
Teropong
Teropong bias Teropong pantul
• Teropong bintang (astronomi)
• Teropong bumi (medan)
• Teropong prisma (binokuler)
• Teropong panggung (galileo)
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
𝑀𝑎 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
176
✓ Teropong bumi, menggunakan lensa cembung yang disisipkan diantara
lensa objektif dan okuler untuk menghasilkan bayangan akhir yang tegak
terhadap arah benda, dimana terjadi pertambahan panjang teropong
dengan persamaan:
✓ Teropong prisma, lensa pembalik diganti dengan prisma dan
menggunakan 2 prisma siku-siku sama kaki yang disisipkan diantara
lensa objektif dan okuler untuk membalikan bayangan
Gambar 3.1 (a) teropong prisma (b) proses pembalikan bayangan
sinar pada prisma
✓ Teropong panggung, pembalikan bayangan menggunakan lensa cekung
sebagai lensa okuler
• Teropong pantul digunakan cermin cekung besar yang berfungsi sebgai
pemantul cahaya.
F. Metode Pembelajaran
• Pendekatan: Scientifik
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
• Media : Cetak dan elektronik (simulasi dan video)
• Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika untuk SMA/MA Kelas X, penulis
Merthen Kanginan, penerbit Erlangga, Tahun 2013 dan LKS
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 4𝑓𝑝 + 𝑓𝑜𝑘
177
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
(pertemuan ke – 3)
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk membayangkan langit
pada malam hari
Mengikuti instruksi guru
Apersepsi Mengajukan pertanyaan:
“Benda langit apa saja yang dapat kalian lihat
pada malam hari?”
“Alat optik apa yang dapat digunakan untuk
melihat benda yang jaraknya sangat jauh?”
Diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
Motivasi Memberikan video motivasi mengenai
pengamatan langit menggunakan teropong
Menyimak video dan diharapkan dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar terhadap
materi yang akan dipelajari.
178
KE
GIA
TA
N I
NT
I Mengamati Menjelaskan materi alat optik Teropong beserta
prinsip kerjanya
Diharapkan memperhatikan materi serta mencatat /
merekam materi yang telah disampaikan.
100
menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi yang telah disampaikan
Diharapkan untuk bertanya terkait materi yang
masih belum dipahami
Mengeksplorasi Memberikan latihan soal kepada siswa • Mencermati bacaan tentang Teropong
• Mengerjakan latihan soal kepada siswa baik
secara mandiri maupun berdiskusi dengan
teman sebangku
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal dipapan tulis.
Diharapkan siswa dapat menyelesaikan latihan soal
dengan baik
Mengkomunikasi Mengoreksi hasil jawaban siswa
Diharapkan dapat maju untuk mengerjakan soal
dipapan tulis
179
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap siswa yang
dapat mengerjakan soal dengan baik diakhiri
dengan evaluasi berupa berupa posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan balik
mengenai materi yang telah disampaikan kepada
kelompok lain dan dapat megerjakan posttest
dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan tugas mandiri kepada siswa berupa
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
pertemuan selanjutnya.
Diharapkan mencatat tugas yang diberikan serta
mengerjakannya di rumah.
180
(pertemuan ke – 4)
TAHAPAN
RINCIAN KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
PE
ND
AH
UL
UA
N
Tujuan Menyampaikan tujuan pembelajaran serta
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Diharapkan dapat memahami manfaat dari
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
15 menit
Orientasi Meminta siswa untuk megumpulkan tugas
pada pertemuan sebelumnya
Mengikuti instruksi guru
Apersepsi Mereview materi dari pertemuan awal sampai
pertemuan terakhir
Diharapkan dapat menjawab pertanyaan dengan
benar
Motivasi Memberikan motivasi terkait pengaplikasian
alat optik dalam kehidupan sehari-hari
Diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu
yang besar terhadap materi yang akan dipelajari.
181
KE
GIA
TA
N I
NT
I Mengamati Menjelaskan kembali materi alat optik yang
sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya
Diharapkan memperhatikan materi serta
mereview materi yang masih belum dipahami
100 menit
Menanya Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi yang telah
disampaikan
Diharapkan untuk bertanya terkait materi yang
masih belum dipahami
Mengeksplorasi Memberikan latihan soal kepada siswa dari
pertemuan pertama hingga akhir
Diharapkan dapat mengerjakan soal dan
mendiskusikannya dengan teman sebangku
Mengasosiasi Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal dipapan tulis.
Diharapkan siswa dapat menyelesaikan latihan
soal dengan baik
Mengkomunikasi Mengoreksi hasil jawaban siswa
Diharapkan dapat maju untuk mengerjakan soal
dipapan tulis
182
PE
NU
TU
P
Menarik
Kesimpulan
Membantu penarikan kesimpulan mengenai
materi yang telah dipelajari
Diharapkan dapat menarik kesimpulan
mengenai materi yang telah dipelajari.
20 menit
Evaluasi Memberikan penghargaan terhadap siswa
yang dapat mengerjakan soal dengan baik
diakhiri dengan evaluasi berupa berupa
posttest
Diharapkan dapat saling memberikan umpan
balik mengenai materi yang telah disampaikan
kepada kelompok lain dan dapat megerjakan
posttest dengan baik.
Tindak Lanjut Memberikan instruksi berupa persiapan
ulangan harian materi alat optik
Diharapkan memahami isntruksi yang diberikan
guru
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : a) Tes : (Uraian)
b) Non Tes : (Lembar Observasi)
J. Pedoman Penilaian
1. Ranah Afektif
183
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan
guru.
2. Ranah Kognitif
Diperoleh dari hasil pengisian LKS, hasil games kelompok dan tes evaluasi
Jakarta, 10 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Fisika Mahasiswa Peneliti
Wulandari, M.Pd Nia Yusnawati
NIP. NIM.1112016300006
184
(Lampiran penilian kognitif)
No. Soal Jawaban Skor
1. Sebuah teropong mempunyai perbesaran anguler 20 x
dan kekuatan lensa objektif 2 dioptri. Berapakah
panjang teropong tersebut ....
Penyelesaian:
Diketahui:
𝑚 = 20 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑃𝑜𝑏 = 2 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
Jawab:
𝑓𝑜𝑏 = 1
𝑝=
1
2= 0,5 𝑚
= 50 cm
𝑚 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 𝑓𝑜𝑏
𝑚=
50
20= 2,5 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 50 + 2,5
𝑑 = 52,5 𝑐𝑚
50
185
2. Sebuah teropong memiliki jarak lensa objektif dengan
lensa okuler 120 cm dan fokus lensa objektifnya 10
cm. Perbesaran yang dihasilkan untuk mata tidak
berakomodasi adalah.....
𝑚 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘=
120
10
= 12 𝑘𝑎𝑙𝑖
50
Jumlah Skor 100
186
(Lembar Penilaian Afektif)
No.
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Kedisiplinan Kesopanan Kerjasama Kemampuan
Berkomunikasi
Keaktifan
A B C A B C A B C A B C A B C
1 S1
2 S2
3 S3
4 S4
5 S5
6 S6
7 S7
8 S8
9 S9
10 S10
11 S11
12 S12
13 S13
187
14 S14
15 S15
16 S16
17 S17
18 S18
19 S19
20 S20
21 S21
22 S22
23 S23
24 S24
25 S25
26 S26
27 S27
28 S28
29 S29
30 S30
31 S31
188
32 S32
33 S33
34 S34
35 S35
36 S36
37 S37
38 S38
39 S39
40 S40
Rubrik Penilaian:
A = Baik
B = Cukup
C = Kura
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN
201
KISI-KISI ANGKET
PEMBELAJARAN FISIKA DI MADRASAH ALIYAH
No.
Indikator
Nomor Butir
Pertanyaan
Jumlah
1. Kurikulum yang digunakan dalam
pelajaran fisika disekolah.
1 1
2. Minat siswa terhadap pelajaran fisika 2,3,4 3
3. Gaya belajar siswa 5 1
4. Konsep fisika kelas XI yang dianggap
sulit oleh siswa
6,7 2
5. Metode pelajaran fisika yang biasa
digunakan oleh guru.
8,9 2
6. Manajemen kelas 10 1
Jumlah 10 10
202
ANGKET GURU
PEMBELAJARAN FISIKA DI MADRASAH ALIYAH
Petunjuk Pengisian Angket :
1. Pilihlah jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan
dengan menceklis salah satu alternatif jawaban sesuai dengan pengalaman
selama kegiatan pembelajaran.
2. Jika ada keterangan tambahan dalam memilih jawaban tersebut, maka
silahkan ditulis pada baris kosong yang telah disediakan.
1. Kurikulum apakah yang Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran fisika di
Sekolah?
Kurikulum 2013 Revisi (K-13)
Kurikulum 2013 (Kurtilas)
KTSP 2006
Keterangan Tambahan:
2. Bedasarkan pengalaman Bapak/Ibu, urutkanlah mata pelajaran dibawah ini dari
yang paling diminati hingga mata pelajaran yang cenderung kurang diminati
siswa di Sekolah?
Bahasa Indonesia
Biologi
Fisika
Matematika
Bahasa Inggris
Keterangan Tambahan :
Nama :
Bidang Study :
Asal Sekolah :
203
3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai minat siswa dalam pembelajaran
fisika di Sekolah?
Minat siswa sangat tinggi
Minat siswa cukup tinggi
Minat siswa rendah
Keterangan Tambahan :
4. Jika siswa mengalami kesulitan belajar fisika, maka sebagian besar disebabkan
oleh:
Bersifat matematis
Bersifat abstrak
Cakupan materi luas
Banyak mengandung eksperimen
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
5. Menurut Bapak/Ibu dalam pembelajaran konsep fisika, sebagian besar siswa
cenderung memiliki gaya belajar....
Auditorial (Mendengarkan)
Visual (Melihat)
Kinestetik (Bergerak, Bekerja, Menyentuh)
Keterangan Tambahan :
204
6. Diantara materi fisika kelas XI dibawah ini, menurut Bapak/Ibu manakah
materi fisika yang tergolong sulit bagi siswa?
Gejala Pemanasan Global
Alat – alat Optik
Gelombang Bunyi dan Cahaya
Suhu, Kalor, dan perpindahan Kalor
Teori Kinetik Gas dan Termodinamika
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
7. Diantara materi fisika kelas XI dibawah ini, manakah menurut Bapak/Ibu
materi fisika yang memerlukan eksperimen?
Gejala Pemanasan Global
Alat – alat Optik
Gelombang Bunyi dan Cahaya
Suhu, Kalor, dan perpindahan Kalor
Teori Kinetik Gas dan Termodinamika
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
8. Metode pembelajaran apa yang sering digunakan Bapak/ibu ketika proses
pembelajaran fisika berlangsung ?
Ceramah
Diskusi kelompok
Eksperimen
Presentasi
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
205
9. Menurut Bapak/ibu metode pembelajaran menyenangkan seperti apa yang
disukai siswa dalam pembelajaran fisika?
Games learning
Diskusi kelompok
Eksperimen
Mind Mapping
Demonstrasi
Ceramah
Tanya Jawab
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
10. Pada saat pembelajaran berlangsung, manajemen kelas seperti apa yang lebih
sering Bapak/Ibu gunakan?
Belajar Kelompok Kecil (3 – 5 Orang)
Belajar Kelompok Besar (5 – 10 Orang)
Belajar Berpasangan (2 Orang)
Belajar Classical (1 Kelas)
Keterangan Tambahan :
Terima Kasih ☺
206
ANGKET SISWA
PEMBELAJARAN FISIKA DI MADRASAH ALIYAH
Petunjuk Pengisian Angket :
1. Pilihlah jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan
dengan melingkari salah satu alternatif jawaban sesuai dengan pengalaman
selama kegiatan pembelajaran.
2. Jika ada keterangan tambahan dalam memilih jawaban tersebut, maka silahkan
ditulis pada baris kosong yang telah disediakan.
1. Kurikulum apakah yang digunakan gurumu dalam pembelajaran fisika di
Sekolah?
Kurikulum 2013 Revisi (K-13)
Kurikulum 2013 (Kurtilas)
KTSP 2006
Keterangan Tambahan:
2. Diantara mata pelajaran dibawah ini, urutkan mata pelajaran berikut dari yang
paling kamu minati hingga mata pelajaran yang kurang kamu minati?
Bahasa Indonesia
Biologi
Fisika
Matematika
Bahasa Inggris
Keterangan Tambahan :
Nama :
Kelas :
Asal Sekolah :
207
3. Bagaimana pendapatmu mengenai pembelajaran fisika di Sekolah?
Sangat menarik
Cukup menarik
Kurang menarik
Keterangan Tambahan :
4. Jika kamu mengalami kesulitan belajar fisika, maka sebagian besar disebabkan
oleh:
Bersifat matematis
Bersifat abstrak
Cakupan materi luas
Banyak mengandung eksperimen
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
5. Ketika kamu mempelajari konsep fisika, kamu cenderung lebih mudah
memahaminya dengan gaya belajar....
Auditorial (Mendengarkan)
Visual (Melihat)
Kinestetik (Bergerak, Bekerja, Menyentuh)
Keterangan Tambahan :
208
6. Diantara materi fisika kelas XI dibawah ini, menurutmu manakah materi fisika
yang tergolong sulit?
Gejala Pemanasan Global
Alat – alat Optik
Gelombang Bunyi dan Cahaya
Suhu, Kalor, dan perpindahan Kalor
Teori Kinetik Gas dan Termodinamika
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
7. Diantara materi fisika kelas XI dibawah ini, menurutmu manakah materi fisika
yang memerlukan eksperimen?
Gejala Pemanasan Global
Alat – alat Optik
Gelombang Bunyi dan Cahaya
Suhu, Kalor, dan perpindahan Kalor
Teori Kinetik Gas dan Termodinamika
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
8. Metode pembelajaran apa yang sering digunakan oleh gurumu ketika proses
pembelajaran fisika berlangsung ?
Ceramah
Diskusi kelompok
Eksperimen
Presentasi
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
209
9. Diantara metode pembelajaran dibawah ini, menurutmu metode
pembelajaran menyenangkan seperti apa yang kamu sukai dalam
pembelajaran fisika?
Games learning
Diskusi kelompok
Eksperimen
Mind Mapping
Demonstrasi
Ceramah
Tanya Jawab
(*) Jawaban boleh lebih dari satu
Keterangan Tambahan :
10. Pada saat pembelajaran berlangsung, manajemen kelas seperti apa yang lebih
sering digunakan oleh gurumu?
Belajar Kelompok Kecil (3 – 5 Orang)
Belajar Kelompok Besar (5 – 10 Orang)
Belajar Berpasangan (2 Orang)
Belajar Classical (1 Kelas)
Keterangan Tambahan :
Terima Kasih ☺
210
INSTRUMEN PENILAIAN TIPE GAYA BELAJAR SISWA
V-A-K (Visual, Auditorial, Kinestetik)
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai untuk setiap pertanyaan. Jumlahkan nilai
Anda untuk setiap bagian. Kemudian lihatlah hasil yang paling dominan dari setiap
bagian dan cocokan pada keterangan dibawah.
A. VISUAL
No.
Pertanyaan
Jawaban
Sering Kadang-
kadang
Jarang
1. Apakah Anda rapi dan teratur?
2. Apakah Anda berbicara dengan cepat?
3. Apakah Anda tipe perencana dan pengatur
jangka panjang yang baik?
4. Apakah Anda pengeja yang baik dan dapatkah
Anda melihat kata-kata dalam pikiran Anda?
5. Apakah Anda lebih ingat apa yang dilihat
daripada yang didengar?
6. Apakah Anda menghafal dengan asosiasi visual?
7. Apakah Anda sulit mengingat perintah lisan
kecuali jika dituliskan, dan apakah Anda sering
meminta orang mengulang ucapannya?
8. Apakah Anda lebih suka membaca daripada
dibacakan?
9. Apakah Anda suka mencoret-coret selama
menelpon/menghadiri rapat?
10. Apakah Anda lebih suka melakukan demonstrasi
daripada berpidato?
11. Apakah Anda lebih menyukai seni dari pada
musik?
Nama :
Kelas :
Asal Sekolah :
211
B. AUDITORI
No.
Pertanyaan
Jawaban
Sering Kadang-
kadang
Jarang
1. Apakah Anda berbicara kepada diri sendiri saat
bekerja?
2. Apakah Anda mudah terpengaruh oleh
keributan?
3. Apakah Anda menggerakan bibir/melafalkan
kata saat membaca?
4. Apakah Anda suka membaca keras-keras dan
mendengarkan?
5. Dapatkah Anda mengulang dan menirukan nada,
perubahan, dan warna suara?
6. Apakah Anda merasa menulis itu sulit, namun
pandai bercerita?
7. Apakah Anda berbicara dengan pola berirama?
8. Apakah menurut Anda, Anda adalah pembicara
yang fasih?
9. Apakah Anda lebih menyukai musik dari pada
seni?
10. Apakah Anda belajar melalui mendengar dan
mengingat apa yang didiskusikan daripada yang
dilihat?
12. Apakah Anda tahu apa yang harus dikatakan,
tetapi tidak terpikir kata yang tepat?
13. Apakah Anda sering menjawab pertanyaan
dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”?
14. Apakah teradang Anda sering kehilangan
konsentrasi ketika ingin memperhatikan sesuatu?
15. Apakah Anda tripikal orang yang membutuhkan
pandangan dengan tujuan yang menyeluruh dan
selalu bersikap waspada jika terjadi suatu
masalah?
Jumlah Subtotal
( × 𝟐 ) ( × 𝟏 ) ( × 𝟎 )
Total = ( ) + ( ) + ( )
= ( )
212
11. Apakah Anda banyak bicara, suka berdiskusi,
dan menjelaskan panjang lebar?
12. Apakah Anda lebih baik mengeja keras-keras
daripada menuliskannya?
13. Apakah anda menyukai pekerjaan yang
melibatkan visualisasi, seperti memotong-
motong bagian hingga sesuai satu sama lain?
14. Apakah Anda tipe orang yang sering melamun
membayangkan apa yang sedang Anda dengar?
15. Apakah Anda tripikal orang yang harus
mengucapkan terlebih dahulu untuk
mengingatnya?
Jumlah Subtotal
( × 𝟐 ) ( × 𝟏 ) ( × 𝟎 )
Total = ( ) + ( ) + ( )
= ( )
C. KINESTETIK
No. Pertanyaan Sering Kadang-
kadang
Jarang
1. Apakah Anda berbicara dengan lambat?
2. Apakah Anda menyentuh orang lain untuk
mendapatkan perhatiannya?
3. Apakah Anda berdiri dekat-dekat saat berbicara
dengan seseorang?
4. Apakah Anda berorientasi pada fisik dan banyak
bergerak?
5. Apakah Anda belajar melalui memanipulasi dan
praktik?
6. Apakah Anda menghafal dengan berjalan dan
melihat?
7. Apakah Anda menggunakan jari untuk menunjuk
saat membaca?
8. Apakah Anda banyak menggunakan isyarat
tubuh?
9. Apakah Anda tak bisa duduk tenang untuk waktu
lama?
213
10. Apakah Anda membuat keputusan berdasarkan
perasaan?
11. Apakah Anda mengetuk-ngetuk pena, jari atau
kaki saat mendengarkan?
12. Apakah Anda meluangkan waktu untuk
berolahraga dan berkegiatan fisik lainnya?
13. Apakah Anda tripikal orang yang suka melakukan
segala sesuatu?
14. Apakah Anda tidak dapat mengingat suatu tempat
kecuali anda pernah mendatanginnya?
15. Apakah Anda termasuk orang yang sulit menulis
dengan rapi?
Jumlah Subtotal
( × 𝟐 ) ( × 𝟏 ) ( × 𝟎 )
Total = ( ) + ( ) + ( )
= ( )
Keterangan:
➢ Jika perolehan skor tabel A lebih banyak maka tipe gaya belajar anda adalah
Visual
➢ Jika perolehan skor tabel B lebih banyak maka tipe gaya belajar anda adalah
Auditori
➢ Jika perolehan skor tabel C lebih banyak maka tipe gaya belajar anda adalah
Kinestetik
214
KISI-KISI UJI INSTRUMENT TES HASIL BELAJAR SISWA
Satuan Pendidikan : MAN 3 Jakarta
Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 90 Menit
Materi : Alat Optik
Jumlah Soal : 40 Soal
Bentuk Soal : Tes Objektif
Kompetensi Dasar : 3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya
215
Sub Materi Indikator
Aspek Kognitif Jumlah
Soal 𝑪𝟏 𝑪𝟐 𝑪𝟑 𝑪𝟒
Mata, Kacamata
dan Kamera
1. Menentukan bagian-bagian mata,
kamera beserta fungsinya.
*2,*5,*12 *1,*6,*11 6
2. Menjelaskan macam-macam cacat mata
dan cara menanggulanginya.
*8 *3,*7 3
3. Menerapkan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
dan kuat lensa kacamata.
*4,*9,*10,
*13
4
Lup dan
Mikroskop
1. Menentukan bagian-bagian lup dan
mikroskop beserta fungsinya.
*14,*24 2
2. Menjelaskan sifat bayangan pada lup dan
mikroskop.
*15, *23 2
3. Menganalsisis perbesaran bayangan
pada lup dan mikroskop.
*17,*19,*25 *20,*23 5
4. Menerapkan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
pada lup dan mikroskop.
*16 *18,*26 *21,*22,*37 5
Teropong 1. Menjelaskan macam-macam teropong
bias dan pantul
*31,*32*34 3
2. menganalsis perbesaran bayangan pada
teropong.
*38 1
216
3. Menjelaskan sifat bayangan pada
teropong
*30 1
4. Menerapkan hubungan jarak benda,
jarak bayangan, jarak fokus (titik fokus)
dan panjang teropong
*33 *34,*35,*36
, *39
Jumlah 9 9 10 12 40
Presentase 22,5% 22,5% 25% 30% 100%
217
INSTRUMENT TES
Nama Sekolah : MAN 3 Jakarta
Mata pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 90 Menit
Jumlah Soal : 40 Soal
Bentuk Soal : Objektif
Kompetensi Dasar :
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
Sub
Materi
Indikator Soal No.
Butir
Soal
Butir Soal Jawaban dan pembahasan Aspek
kognitif
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta fungsinya.
1. Seseorang penderita Hipermetropi:
(1) Dapat dibantu dengan lensa negatif
(cekung)
(2) Memiliki titik dekat lebih dari 25 cm
dan titik jauh pada jarak tak berhingga
(3) Bayangan terbentuk dibelakang retina
Pernyataan yang benar adalah ....
a. (2)
b. (1) dan (3)
c. (1) dan (2)
d. (2) dan (3)
e. (3)
d. (2) dan (3)
𝐶2
218
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta fungsinya.
2. Bayangan pada mata agar benda dapat
terlihat dengan jelas, maka bayangan
harus jatuh tepat pada bagian ....
a. pupil mata
b. syaraf mata
c. kornea mata
d. retina mata
e. otot mata
d. retina mata 𝐶1
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menjelaskan
macam-macam
cacat mata dan cara
menanggulanginya
3. Pada saat kita sedang menunggu bus di
halte, mobil yang berada pada jarak yang
jauh dapat kita lihat dalam keadaan mata
yang memipih . Dalam hal ini peristiwa
tersebut merupakan cara kerja ....
a. rabun jauh
b. daya akomodasi
c. rabun dekat
d. rabun senja
e. astigmatisma
b. daya akomodasi 𝐶2
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
dan kuat lensa
kacamata.
4. Seorang penderita rabun jauh yang
memiliki titik jauh 5 m, maka ia harus
menggunakan kacamata dengan jarak
fokus ....
a. 1 m
b. -2 m
c. 3 m
d. 4 m
e. -5 m
e. -5 m
Dik : PR = 5 m
Dit : f ?
Jawab : 1
𝑓=
1
𝑃𝑅𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙+
1
−𝑃𝑅𝑚𝑖𝑜𝑝𝑖
1
𝑓=
1
~+
1
−5
𝐶3
219
1
𝑓=
1
−5
𝑓 = −5 𝑚
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta fungsinya.
5. Bagian mata yang berfungsi mengatur
pembiasan yang disebabkan oleh cairan
didepan lensa adalah ....
a. lensa mata
b. iris
c. pupil
d. retina
e. kornea
a. lensa mata 𝐶1
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta fungsinya.
6. Perhatikan gambar dibawah ini !
(Gambar A) (Gambar B)
Bagian yang berfungsi sebagai pengatur
masuknya cahaya pada mata adalah .....
a. gambar 1 A
b. gambar 1 B
c. gambar 2 A
d. gambar 2 B
e. gambar 1 A dan B
c. gambar 2 A 𝐶2
220
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menjelaskan
macam-macam
cacat mata dan cara
menanggulanginya.
7.
Candra mengalami salah satu cacat mata
yang digambarkan pada gambar diatas,
untuk menolong cacat mata tersebut,
diperlukan sebuah lensa, bedasarkan
analisis gambar bayangan diatas apa nama
cacat mata yang diderita candra dan jenis
lensa apa yang sebaiknya digunakan
candra ....
a. hipermetropi – lensa cembung
b. miopi – lensa cekung
c. hipermetropi – lensa cekung
d. presbiopi – lensa bifokal
e. miopi – lensa cembung
a. hipermetropi – lensa cembung
𝐶2
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menjelaskan
macam-macam
cacat mata dan cara
menanggulanginya.
8. Penyebab seseorang menderita
astigmatisma adalah .....
a. berkurangnya daya akomodasi mata
pada usia lanjut
b. kornea mata yang tidak dapat melihat
pada tempat yang kurang cahaya
c. lensa mata yang menjadi buram
dikarnakan penebalan lensa mata
d. ketidakmampuan mata untuk
membedakan warna
e. lensa mata yang tidak dapat
memberikan gambaran/bayangan
garis vertikal dan horizontal secara
bersamaan
𝐶1
221
e. lensa mata yang tidak dapat
memberikan gambaran/bayangan
garis vertikal dan horizontal secara
bersamaan
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
dan kuat lensa
kacamata.
9. Seseorang menggunakan kacamata -5
dioptri. Titik jauh mata orang tersebut
adalah ....
a. 20 cm
b. 50 cm
c. 100 cm
d. 200 cm
e. 500 cm
a. 20 cm
Dik : P = -5 D
Dit : 𝑃𝑅𝑚𝑖𝑜𝑝𝑖?
Jawab :
𝑃 = −100
𝑃𝑅𝑚𝑖𝑜𝑝𝑖
−5 = 100
−𝑃𝑅𝑚𝑖𝑜𝑝𝑖
𝑃𝑅𝑚𝑖𝑜𝑝𝑖 = 100
5= 20 𝑐𝑚
𝐶3
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
dan kuat lensa
kacamata.
10. Seseorang kakek memiliki kemampuan
melihat pada titik dekat sejauh 50 cm dan
titik jauh 1,5 m. Berapakah kekuatan
kacamata yang harus digunakan kakek
tersebut ....
a. + 2 dioptri dan + 2
3 dioptri
b. + 2
3 dioptri dan -
2
3 dioptri
c. + 3
2 dioptri dan +
2
3 dioptri
d. +𝟐 dioptri dan - 𝟐
𝟑 dioptri
e. + 3
2 dioptri dan -
3
2 dioptri
d. +𝟐 dioptri dan - 𝟐
𝟑 dioptri
Dik: PP = 50 cm
PR = 150 cm
Dit: P ?
Jawab:
𝑃 = 100
𝑆𝑛−
100
𝑃𝑃
𝑃 = 100
25−
100
50
𝑃 = 4 − 2 = 2 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
𝐶3
222
𝑃 = −100
𝑃𝑅
𝑃 = − 100
150
𝑃 = −2
3 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta fungsinya.
11. Persamaan fungsi komponen kamera dan
mata dinyatakan dalam tabel dibawah ini:
No. Kamera Mata
1.
2.
3.
Diafragma
Film
Lensa
Kamera
Iris
Retina
Lensa Mata
Pernyataan yang benar adalah ....
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (3)
d. (1), (2), dan (3)
e. (2)
d. (1), (2), dan (3)
𝐶2
Mata,
Kacamata
dan
Kamera
Menentukan
bagian-bagian
mata, kamera
beserta fungsinya.
12. Lensa pada kamera adalah .....
a. cembung dua
b. datar
c. cekung cembung
d. cekung dua
e. cembung cekung
a. cembung dua
𝐶1
Mata,
Kacamata
Menerapkan
hubungan jarak
13. Sebuah kamera 35 mm, dengan lensa yang
dapat diubah-ubah digunakan untuk
c.0,61 m
𝐶3
223
dan
Kamera
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
dan kuat lensa
kacamata.
mengambil suatu gambar burung rajawali
yang terbang pada jarak 30 m dan
mempunyai sayap selebar 1,2 m. Berapa
fokus lensa yang harus digunakan untuk
membuat bayangan rajawali sebesar 2,5
cm pada film ....
a. 1 m
b. 0,51 m
c. 0,61 m
d. 0,71 m
e. 0,81 m
Dik: h’ = 2,5 cm
h = 1,2 m = 120 cm
s = 30 m = 3000 cm
Dit: s’ ?
Jawab:
𝑀 = ℎ′
ℎ=
𝑠′
𝑠
2,5
120=
𝑠′
3000
7500 = 120 𝑥 𝑠′
𝑠′ = 7500
120= 62,5 𝑐𝑚 = 0,625 𝑚
1
𝑓=
1
𝑠+
1
𝑠′
1
𝑓=
1
30+
1
0,625=
1 + 48
30
= 49
30= 1,63
𝑓 = 1
1,63= 0,61 𝑚
Lup dan
Mikroskop
Menentukan
bagian-bagian lup
dan mikroskop
beserta fungsinya.
14. Jenis lensa yang digunakan lup adalah ....
a. lensa cekung
b. lensa cembung
c. lensa cembung-cekung
d. lensa slindris
e. lensa slindris-cekung
b. lensa cembung
𝐶1
224
Lup dan
Mikroskop
Menjelaskan sifat
bayangan pada lup
dan mikroskop.
15. Sifat bayangan yang terjadi pada lup
adalah ....
a. maya, tegak, diperbesar
b. nyata, tegak, diperkecil
c. nyata, tegak, diperbesar
d. maya, terbalik, diperbesar
e. nyata, terbalik, diperbesar
a. maya, tegak, diperbesar
𝐶1
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
16. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
seorang pengamat yang menggunakan lup
harus meletakan benda ....
a. kurang dari 2 F
b. diantara F dan 2F
c. tepat di F
d. tepat di 2 F
e. lebih dari 2 F
c. tepat di F
𝐶2
Lup dan
Mikroskop
Menganalsisis
perbesaran
bayangan pada lup
dan mikroskop.
17. Sebuah benda diletakan 6 cm didepan
sebuah lensa cembung, maka terbentuk
bayangan nyata pada jarak 30 cm dari
lensa. Jika lensa ini digunakan oleh
seorang pengamat sebagai lup, berapakah
perbesaran lup untuk mata tak
berakomodasi ....
a. 4 kali
b. 4,5 kali
c. 5 kali
d. 5,5 kali
e. 6 kali
c. 5 kali
Dik: 𝑠0 = 6 𝑐𝑚
𝑠′ = 30 𝑐𝑚
Dit: m (mata takk berakomodasi) ?
Jawab: 1
𝑓=
1
𝑠0+
1
𝑠′
1
𝑓=
1
6+
1
30
1
𝑓=
6
30
𝑓 = 5 𝑐𝑚
𝐶3
225
𝑚 =𝑠𝑛
𝑓
𝑚 =25
5
𝑚 = 5 𝑘𝑎𝑙𝑖
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
18. Seseorang yang mempunyai titik dekat 25
cm ingin melihat sebuah benda dengan
menggunakan lup, bila perbesaran yang
dihasilkan pada saat mata berakomodasi
maksimum adalah 5 kali, maka jarak
fokus lup yang harus digunakan adalah
.....
a. 5 cm
b. 6,25 cm
c. 7 cm
d. 7,25 cm
e. 8,5 cm
b. 6,25 cm
Dik: Sn = 25 cm
m = 6 kali
Dit: f ?
Jawab:
𝑚 =𝑠𝑛
𝑓+ 1
5 =25
𝑓+ 1
5 − 1 =25
𝑓
𝑓 =25
4= 6,25 𝑐𝑚
𝐶3
Lup dan
Mikroskop
Menganalsisis
perbesaran
bayangan pada lup
dan mikroskop.
19.
50 cm
e. tidak berakomodasi
Dik: 𝑠𝑛 = 50 𝑐𝑚
𝑃 = 8 𝑑𝑖𝑜𝑝𝑡𝑟𝑖 𝑀 = 4 𝑘𝑎𝑙𝑖 Dit: Keadaan mata ?
Jawab:
𝐶3
226
Suatu hari detektif conan ingin melacak
seorang penjahat menggunakan sebuah lup
yang memiliki punctum proximum 50 cm
dengan kekuatan lup sebesar 8 dioptri.
Dengan memperoleh perbesaran 4 kali.
Dalam keadaan mata apa detektif conan
dapat menemukan penjahat tersebut ...
a. Berakomodasi maksimum
b. Hipermetropi
c. Mata normal
d. Miopi
e. Tidak berakomodasi
𝑃 = 1
𝑓
𝑓 = 1
𝑃
𝑓 = 1
8= 0,125 𝑚 = 12,5 𝑐𝑚
*untuk mata berakomodasi maksimum
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
𝑀 = 50
12,5+ 1 = 5 𝑘𝑎𝑙𝑖
*untuk mata tidak berakomodasi
didapat :
𝑀 = 𝑠𝑛
𝑓
𝑀 = 50
12,5= 4 𝑘𝑎𝑙𝑖
Bedasarkan analisis yang didapat
detektif conan menggunakan lup dalam
keadaan mata tidak berakomodasi
sebesar 4 kali perbesaran
Lup dan
Mikroskop
Menganalsisis
perbesaran
bayangan pada lup
dan mikroskop.
20. Suatu hari Rani kehilangan salah satu
anting miliknya ketika sedang bermain
ditaman. Untuk mencari anting tersebut ia
menggunakan sebuah lup. Dalam keaadan
mata normal perbesaran angular lup yang
dihasilkan pada saat mata berakomodasi
maksimum adalah 3
2 kali perbesaran
b. 2 kali
Dik: 𝑀𝑎𝑚 = 3
2 𝑀𝑡𝑏
Dit: 𝑀𝑡𝑏 ?
Jawab:
*pada saat mata berakomodasi
maksimum
𝐶4
227
angular ketika mata tidak berakomodasi,
maka perbesaran lup ketika mata tidak
berakomodasi adalah ....
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
𝑀𝑎𝑚 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
3
2 𝑀𝑡𝑏 =
25
𝑓+ 1
3
2 𝑀𝑡𝑏 − 1 =
25
𝑓
𝑓 = 25
32 𝑀𝑡𝑏 − 1
… … … . (1)
*pada saat mata tidak berkomodasi
𝑀𝑡𝑏 = 𝑠𝑛
𝑓
𝑓 = 25
𝑀𝑡𝑏 … … … . . . (2)
*subtitusikan persamaan 2 ke
persamaan 1 :
𝑓 = 25
32 𝑀𝑡𝑏 − 1
25
𝑀𝑡𝑏=
25
32 𝑀𝑡𝑏 − 1
25 ( 3
2 𝑀𝑡𝑏 − 1) = 25 𝑀𝑡𝑏
75
2 𝑀𝑡𝑏 − 25 = 25 𝑀𝑡𝑏
75
2 𝑀𝑡𝑏 − 25 𝑀𝑡𝑏 = 25
228
75 − 50
2 𝑀𝑡𝑏 = 25
25
2 𝑀𝑡𝑏 = 25
𝑀𝑡𝑏 = 2 kali
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
21. Sebuah lup menghasilkan perbesaran
angular untuk mata tak berakomodasi 1
2
kali dari perbesaran lup untuk mata
berakomodasi maksimum. Jika lup
tersebut digunakan oleh pengamat dengan
mata berakomodasi pada jarak 50 cm,
maka jarak benda terhadap lup adalah ....
e.16,7 cm
Dik: 𝑀𝑡𝑏 =1
2𝑀𝑎𝑚
𝑠′ = −50 𝑐𝑚 D𝑖𝑡 ∶ 𝑠𝑎𝑘 ?
Jawab:
𝑀𝑡𝑏 = 𝑠𝑛
𝑓
1
2 𝑀𝑎𝑚 =
25
𝑓
𝑀𝑎𝑚 𝑥 𝑓 = 25 𝑥 2
𝑓 = 50
𝑀𝑎𝑚 … . . (1)
𝑀𝑎𝑚 = 𝑠𝑛
𝑓+ 1
𝑀𝑎𝑚 − 1 = 25
𝑓
𝑓 = 25
𝑀𝑎𝑚 − 1… . . (2)
𝐶4
229
*subtitusikan persamaan 2 ke
persamaan 1:
𝑓 = 50
𝑀𝑎𝑚
25
𝑀𝑎𝑚 − 1 =
50
𝑀𝑎𝑚
25 𝑀𝑎𝑚 = 50 𝑥 ( 𝑀𝑎𝑚 − 1)
25 𝑀𝑎𝑚 = ( 50 𝑀𝑎𝑚 − 50 ) 50 = 50 𝑀𝑎𝑚 − 25 𝑀𝑎𝑚
50 = 25 𝑀𝑎𝑚
𝑀𝑎𝑚 = 50
25= 25 𝑘𝑎𝑙𝑖
*masukan persamaan 1 untuk mencari
nilai fokus mata berakomodasi :
𝑓 = 50
𝑀𝑎𝑚
𝑓 = 50
2= 25 𝑐𝑚
1
𝑓=
1
𝑠0+
1
𝑠′
1
𝑠=
1
𝑓−
1
𝑠′
1
𝑠=
1
25+
1
−50
1
𝑠=
3
50
230
𝑠 = 50
3= 16,7 𝑐𝑚
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
22. Perbesaran angular yang dihasilkan sebuah
lup ketika digunakan dengan mata tak
berakomodasi adalah 3/2 kali dari
perbesaran ketika lup digunakan dengan
mata berakomodasi maksimum., jika
pengamat dalam keadaan mata normal,
maka berapakah perbandingan jarak fokus
ketika mata berakomodasi maksimum dan
tidak berakomodasi ....
a. 1 : 2
b. 2 : 3
c. 1 : 3
d. 3 : 4
e. 1 : 4
Diketahui:
M1 = 3/2M2
Ditanya:
f1 ∶ f2 = ...?
Jawab:
*Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum
M1 = Sn
f+ 1
3
2M2 =
25
f+ 1
1,5M2 − 1 = 25
f
𝑓 = 25
1,5M2 − 1 … . . (1)
*Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah:
M2 = Sn
f
M2 = 25
f
𝑓 = 25
M2… . . (2)
*Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
𝐶4
231
𝑓 = 25
1,5M2 − 1
25
M2=
25
1,5M2 − 1
1
M2=
1
1,5M2 − 1
1,5M2 − 1 = M2
1,5M2 − M2 = 1
0,5 M2 = 1
M2 =1
0,5
M2 = 2 kali
*jarak fokus pada mata tidak
berakomodasi :
M2 = Sn
f
2 = 25
f
𝑓 = 25
2= 12,5 𝑐𝑚
*jarak fokus pada mata berakomodasi
maksimum :
M1 = 3/2M2
M1 = 3
2 𝑥 25 = 37,5 𝑘𝑎𝑙𝑖
M1 = Sn
f+ 1
232
37,5 = 25
f+ 1
37,5 − 1 = 25
f
36,5 = 25
f
𝑓 = 36,5
25= 1,46 𝑐𝑚 ≈ 1,5 𝑐𝑚
*maka perbandingan f mata
berakomodasi maksimum dan f tidak
berakomodasi adalah :
f1 ∶ f2
1,5 : 2
3 : 4
Lup dan
Mikroskop
Menentukan
bagian-bagian lup
dan mikroskop
beserta fungsinya.
23. Perhatikan gambar dibawah ini !
Lensa objektif mikroskop pada gambar
diatas ditunjukan oleh nomor .....
d. 2
𝐶1
233
a. 5
b. 4
c. 3
d. 2
e. 1
Lup dan
Mikroskop
Menjelaskan sifat
bayangan pada lup
dan mikroskop.
24. Dalam sebuah mikroskop, bayangan yang
dibentuk oleh lensa objektif adalah ....
a. nyata, tegak, diperbesar
b. nyata, terbalik, diperbesar
c. nyata, terbalik, diperkecil
d. maya, tegak, diperbesar
e. maya, tegak, diperkecil
b. nyata, terbalik, diperbesar
𝐶2
Lup dan
Mikroskop
Menganalsisis
perbesaran
bayangan pada lup
dan mikroskop.
25. Sebuah mikroskop dengan jarak fokus
lensa okuler 2,5 cm dan jarak fokus
obyektif 0,9 cm digunakan untuk mata
berakomodasi maksimum. Berapakah
perbesaran mikroskop ketika benda
diletakan 1 cm didepan lensa obyektif .....
a. 70 kali
b. 80 kali
c. 88 kali
d. 90 kali
e. 99 kali
e. 99 kali
Dik: 𝑓𝑜𝑘 = 2,5 cm
𝑓𝑜𝑏 = 0,9 cm
𝑠𝑜𝑏 = 1 𝑐𝑚
Dit : m ?
Jawab: 1
𝑓𝑜𝑏=
1
𝑠𝑜𝑏+
1
𝑠𝑜𝑏′
1
0,9=
1
1+
1
𝑠𝑜𝑏′
1
𝑠𝑜𝑏′=
10
9−
9
9=
1
9
𝑠𝑜𝑏′ = 9 𝑐𝑚
𝑚𝑜𝑏 = 𝑠𝑜𝑏′
𝑠𝑜𝑏=
9
1= 9 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝐶3
234
𝑚𝑜𝑘 = 𝑠𝑛
𝑓𝑜𝑘+ 1 =
25
2,5+ 1
= 10 + 1 = 11 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑜𝑏 𝑥 𝑚𝑜𝑘
= 9 𝑥 11 = 99 𝑘𝑎𝑙𝑖
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
26. Jarak fokus lensa objektif dan okuler dari
suatu mikroskop adalah 7,5 mm dan 5 cm.
Sebuah benda kecil diamati oleh
seseorang bermata normal terletak pada
jarak 8 mm dari lensa objektif tegak lurus
sumbu utama. Berapakah panjang
mikroskop jika mata dapat melihat
bayangan tanpa akomodasi ....
a. 15 cm
b. 16 cm
c. 17 cm
d. 18 cm
e. 19 cm
c. 17 cm
Dik: 𝑠𝑜𝑏 = 8 𝑚𝑚
𝑓𝑜𝑘 = 5 cm
𝑓𝑜𝑏 = 7,5 mm
Dit: L ?
Jawab:
*Lensa Objektif 1
𝑓𝑜𝑏=
1
𝑠𝑜𝑏+
1
𝑠𝑜𝑏′
1
7,5=
1
8+
1
𝑠𝑜𝑏′
1
𝑠𝑜𝑏′=
8
60−
7,5
60=
0,5
60=
1
120
𝑠𝑜𝑏′ = 120 𝑚𝑚 = 12 cm
*Lensa Okuler 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠𝑜𝑘′
1
5=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
∞
𝐶3
235
1
𝑠𝑜𝑘=
1
5
𝑠𝑜𝑘 = 5 𝑐𝑚
*Panjang mikroskop:
𝐿 = 𝑠𝑜𝑏′ + 𝑠𝑜𝑘
𝐿 = 12 + 5 = 17 𝑐𝑚
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
27. Sebuah mikroskop memiliki jarak fokus
lensa objektif dan okuler berturut-turut 2
dan 10 digunakan untuk mengamati sebah
objek tanpa akomodasi. Jika kemudian
mikroskop tersebut digunakan seseorang
yang memiliki titik dekat mata normal.
Berapakah panjang mikroskop akhir jika
panjang mikroskop awal 1,7 kali panjang
mikroskop akhir ....
a. 7 cm
b. 7,5 cm
c. 8 cm
d. 9,25 cm
e. 9,5 cm
e. 9,5 cm
Dik : 𝑓𝑜𝑏 = 2 𝑐𝑚
𝑓𝑜𝑘 = 10 𝑐𝑚
𝑑 = 1,7 𝑑′ Dit : 𝑑′ ?
Jawab : 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
𝑓𝑜𝑘−
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
10−
1
∞=
1
10
𝑠𝑜𝑘 = 10
1= 10 𝑐𝑚
*panjang awal mikroskop:
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 10
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑 − 10 … . . (1)
*pada saat mengamati dengan titik
dekat mata normal yaitu 25 cm, maka :
𝐶4
236
1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
𝑓𝑜𝑘−
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
10−
1
25=
2,5 − 1
25
= 1,5
25
𝑠𝑜𝑘 = 25
1,5= 16,7 𝑐𝑚
*panjang mikroskop akhir :
𝑑′ = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑑′ = 𝑠′𝑜𝑏 + 16,7
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑′ − 16,7 … … (2)
*subtitusikan persamaan 1 ke
persamaan 2:
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑′ − 16,7
𝑑 − 10 = 𝑑′ − 16,7
𝑑 − 𝑑′ = −16,7 + 10
𝑑 − 𝑑′ = 6,7
1,7𝑑′ − 𝑑′ = 6,7
0,7 𝑑′ = 6,7
𝑑′ = 6,7
0,7= 9,5 𝑐𝑚
Lup dan
Mikroskop
Menganalsisis
perbesaran
28. Seorang anak penderita hipermetropi
dengan titik dekat 50 cm ingin mengamati
sebuah benda menggunakan lup. Jika
d. 5 kali
Diketahui:
M1 = 1,5M2
𝐶4
237
bayangan pada lup
dan mikroskop.
perbesaran angular yang dihasilkan ketika
mata berakomodasi pada jarak 20 cm
adalah 1,5 kali dari perbesaran angular
ketika mata tidak berakomodasi, maka
besar perbesaran angular lup ketika mata
tidak berakomodasi adalah ....
a. 2 kali
b. 3 kali
c. 4 kali
d. 5 kali
e. 6 kali
Ditanya:
M2 = ...?
Jawab:
*Perbesaran pada pengamatan dengan
mata berakomodasi pada jarak 20 cm
adalah:
M1 = Sn
f+
Sn
x
1,5M2 = 50
f+
50
20
1,5M2 = 50
f+ 2,5
1,5M2 − 2,5 = 50
f
𝑓 = 50
1,5M2 − 2,5 … . . (1)
*Perbesaran pada pengamatan dengan
mata tidak berakomodasi adalah:
M2 = Sn
f
M2 = 25
f
𝑓 = 50
M2… . . (2)
*Substitusikan persamaan (2) ke
persamaan (1)
𝑓 = 50
1,5M2 − 2,5
238
50
M2=
50
1,5M2 − 2,5
1
M2=
1
1,5M2 − 2,5
1,5M2 − 2,5 = M2
1,5M2 − M2 = 2,5
0,5 M2 = 2,5
M2 =2,5
0,5
M2 = 5 kali
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
29. Seorang ilmuan ingin mengamati sebuah
bakteri dengan menggunakan mikroskop
yang memiliki jarak fokus objektif dan
okuler 5 cm dan 10 cm. Jika perbesaran
akomodasi maksimum yang dihasilkan 70
kali, maka posisi benda terhadap lensa
objektif adalah .... 1
fob=
1
sob+
1
s′ob
1
sob=
1
fob−
1
s′ob
1
sob=
1
5−
1
s′ob
1
sob+
1
s′ob
=1
5
𝐶4
239
s′ob + sob
sob × s′ob
=1
5… … … (1)
*perbesaran untuk mata berakomodasi
maksimum
M =s′
ob
sob ×
s𝑛
fok+ 1
70 =s′
ob
sob ×
25
10+ 1
70 =s′
ob
sob ×
35
10
70
3,5=
s′ob
sob
20 =s′
ob
sob
20 sob = s′ob
s′ob = 20 sob ............(2)
*subtitusikan kedua persamaan : s′
ob + sob
sob × s′ob
=1
5
20 sob + sob
sob × 20 sob=
1
5
21 sob
20 sob2 =
1
5
21 sob × 5 = 20 sob2
105 sob = 20 sob2
105 = 20 sob
240
sob = 105
20= 5,25 𝑐𝑚
Teropong Menjelaskan sifat
bayangan pada
teropong
30. Sifat dan kedudukan bayangan yang
dihasilkan oleh lensa objektif pada sebuah
teropong bintang adalah ....
a. nyata, terbalik dan tepat di fokus
lensa objektif
b. nyata, tegak dan tepat di fokus lensa
okuler
c. nyata, tegak dan tepat di fokus lensa
objektif
d. maya, terbalik dan tepat di fokus
lensa okuler
e. maya, terbalik dan tepat di fokus
lensa objektif
a. nyata, terbalik dan tepat di
fokus lensa objektif
𝐶2
241
Teropong Menjelaskan
macam-macam
teropong bias dan
pantul
31. Teropong berikut yang bukan termasuk
teropong bias adalah ....
a. teropong astronomi
b. teropong medan
c. teropong Newtonian
d. teropong binokuler
e. teropong galileo
c.teropong Newtonian
𝐶1
Menjelaskan
macam-macam
teropong bias dan
pantul
32. Fungsi lensa pembalik dari teropong bumi
ialah ....
a. Membalikan bayangan dari lensa
objektif namun tidak memperbesar
bayangan
b. Mengembalikan ukuran asli objek
c. Memperbesar bayangan
d. Membuat posisi bayangan lebih dekat
dengan mata pengamat
e. Membalikan bayangan dari lensa
okuler serta memperbesar bayangan
a. Membalikan bayangan dari lensa
objektif namun tidak
memperbesar bayangan
𝐶1
Teropong Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
dan panjang
teropong
33. Berapakah perbandingan panjang
teropong bintang, teropong bumi, dan
teropong Galileo untuk mendapatkan
perbesaran 3 kali jika lensa objektif yang
digunakan pada ketiga teropong tersebut
sama yaitu 60 cm dan panjang fokus
pembalik 10 cm dalam keadaan mata tidak
berakomodasi ....
a. 1 : 2 : 3
d. 2 : 3 : 1
*teropong bintang:
𝑀𝑎 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
3 = 60
𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 20 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
𝐶3
242
b. 1 : 3 : 2
c. 2 : 1 : 3
d. 2 : 3 : 1
e. 3 : 2 : 1
𝑑 = 60 + 20 = 80 𝑐𝑚
*teropong bumi:
𝑀𝑎 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
3 = 60
𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 20 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘 + 4𝑓𝑝
𝑑 = 60 + 20 + 4 (10)
= 120 𝑐𝑚
*teropong Galileo:
𝑀𝑎 = 𝑓𝑜𝑏
−𝑓𝑜𝑘
3 = 60
−𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = −20 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
𝑑 = 60 − 20 = 40 𝑐𝑚
Maka perbandingan panjang teropong
adalah:
80 : 120 : 40 = 2 : 3: 1
Teropong Menjelaskan
macam-macam
teropong bias dan
pantul
34. Berikut ini alasan-alasan digunakannya
cermin pada teropong pantul astronomi:
1) Harganya lebih ekonomis karna lebih
murah dari lensa
c.1,2 dan 3
𝐶1
243
2) Tidak mengalami penguraian warna
seperti pada lensa sehingga objek
menjadi lebih jelas
3) Dalam ukuran yang sama beratnya
lebih ringan dibandingkan lensa
sehingga lebih mudah dipasang
4) Tidak mudah pecah dibandingkan
lensa
Pernyataan yang benar adalah .....
a. 1 dan 2
b. 3 dan 4
c. 1,2 dan 3
d. 1, 2 dan 4
e. Semua benar
Teropong Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
dan panjang
teropong
35. Andi ingin mengamati bintang dengan
menggunakan teropong bintang. Teropong
tersebut memiliki jarak antara lensa
objektif dan okuler sebesar 110 cm.
Bintang dapat terlihat jelas oleh mata tanpa
akomodasi. Pada layar yang diletakan 30
cm dibelakang lensa okuler terbentuk
bayangan terang saat lensa objektif digeser
5 cm. Maka besar fokus lensa okuler
adalah ....
a. 10 cm
b. 20 cm
c. 30 cm
Dik : 𝑑 = 110 𝑐𝑚
𝑆𝑜𝑏 = ∞
𝑆′𝑜𝑏 = 𝑓𝑜𝑏
𝑆′𝑜𝑘 = ∞
∗ 𝑚𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑘𝑜𝑚𝑜𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑆′
𝑜𝑘 = 30 (keadaan setelah digeser)
Dit : 𝑓𝑜𝑘 = 𝑓𝑜𝑏 = ?
Jawab :
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑠𝑜𝑘 = 𝑑 − 𝑓𝑜𝑏
𝐶4
244
c. 30 cm
d. 40 cm
e. 50 cm
𝑠𝑜𝑘 = 110 − 𝑓𝑜𝑏 … . . (1)
*masukan persamaan (1) kepersamaan
berikut: 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘=
1
110 − 𝑓𝑜𝑏+
1
∞… … (2)
*pada saat lensa okuler digeser 5cm :
𝑠′𝑜𝑘 = 50 𝑐𝑚
𝑑 = 110 𝑐𝑚 + 5 𝑐𝑚 = 115 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑠𝑜𝑘 = 𝑑 − 𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘 = 115 − 𝑓𝑜𝑏 ..... (3)
*masukan persamaan (3) kepersamaan
berikut: 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘=
1
115 − 𝑓𝑜𝑏+
1
30… … (4)
*subtitusikan persamaan 2 ke
persamaan 4 1
𝑓𝑜𝑘=
1
115 − 𝑓𝑜𝑏+
1
30
1
110− 𝑓𝑜𝑏−
1
∞=
1
115− 𝑓𝑜𝑏+
1
30
245
1
110 − 𝑓𝑜𝑏=
1
115 − 𝑓𝑜𝑏+
1
30
1
110 − 𝑓𝑜𝑏 −
1
115 − 𝑓𝑜𝑏=
1
30
(110 − 𝑓𝑜𝑏) − (115 − 𝑓𝑜𝑏)
(110 − 𝑓𝑜𝑏)(115 − 𝑓𝑜𝑏)
= 1
30
115 − 110
(110 − 𝑓𝑜𝑏)(115 − 𝑓𝑜𝑏)=
1
30
5
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
1
30
5
12650 − 110 𝑓𝑜𝑏 − 115 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑏2
= 1
30
5
12650 − 225 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑏2 =
1
30
𝑓𝑜𝑏 2 − 225 𝑓𝑜𝑏 + 12650 = 150
𝑓𝑜𝑏2 − 225 𝑓𝑜𝑏 + 12650 − 150
= 0
𝑓𝑜𝑏2 − 225 𝑓𝑜𝑏 + 12500 = 0
( 𝑓𝑜𝑏 − 125)( 𝑓𝑜𝑏 − 100) = 0
Maka :
(𝑓𝑜𝑏)1 = 125 𝑐𝑚
(𝑓𝑜𝑏)2 = 100 𝑐𝑚
246
*untuk menguji fokus yang benar kita
hitung terlebih dahulu besar 𝑠𝑜𝑘 ,
dimana nilai 𝑠𝑜𝑘 tidak boleh negatif
agar bayangan lensa objektif tidak
jatuh dibelakang lensa okuler
𝑠𝑜𝑘 1 = 115 − 125 = -10 cm
𝒔𝒐𝒌 𝟐 = 𝟏𝟏𝟓 − 𝟏𝟎𝟎 = −𝟓 𝒄𝒎
*masukan persamaan 3 dan nilai
𝑠𝑜𝑘 yang telah diperoleh ke persamaan
berikut: 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘=
1
115 − 𝑓𝑜𝑏+
1
30
1
𝑓𝑜𝑘=
1
115 − 100+
1
30
1
𝑓𝑜𝑘=
1
15+
1
30
1
𝑓𝑜𝑘=
2 − 1
30=
1
30
𝑓𝑜𝑘 = 30 𝑐𝑚
Teropong Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
36. Sebuah teropong bintang, mempunyai
lensa objektif dan lensa okuler yang
terpisahkan pada jarak 31,2 cm. Seberkas
sinar merah (nm = 1,52) dan biru (nb =
1,54) jatuh ke lensa objektif . Sinar biru
jatuh pada jarak 26 cm di belakang lensa
a. 18,9 cm di depan lensa okuler
Diketahui:
d = 31,2 cm
nm = 1,52
𝐶4
247
dan panjang
teropong
objektif pada sumbu utama. Bayangan
sinar biru oleh lensa okuler terbentuk pada
jarak ∞. Hitunglah dimana posisi
bayangan akhir sinar merah berada ....
a. 18,9 cm di depan lensa okuler
b. 18,9 cm di belakang lensa okuler
c. 20,2 cm di depan lensa okuler
d. 20,2 cm di belakang lensa okuler
e. 23,5 cm di depan lensa okuler
nb = 1,54
Sinar biru:
s’ob = 26 cm
sob = ∞
s’ok = ∞
Ditanya:
s’ok (sinar merah) = ...?
Jawab: 1
𝑓= (𝑛 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
*Sinar biru (lensa objektif)
s’ob = 26 cm = fob
sob = ∞ 1
𝑓𝑜𝑏= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
26= (1,54 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
26= 0,54 (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
26 (0,54)= (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
(1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏=
1
26 (0,54) ... (1)
*Sinar biru (lensa okuler)
s’ok = ∞
d = s’ob + sok
sok = d – s’ob
248
sok = 31,2 cm – 26 cm
sok = 5,2 cm = fok 1
𝑓𝑜𝑘= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
5,2= (1,54 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
5,2= 0,54 (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
5,2 (0,54)= (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
(1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘=
1
5,2 (0,54) ... (2)
*Sinar merah (lensa objektif)
Sinar biru (lensa objektif) 1
𝑓𝑜𝑏= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
𝑓𝑜𝑏= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏 ... (3)
*Substitusikan persamaan (1) ke
persamaan (3): 1
𝑓𝑜𝑏= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑏
1
𝑓𝑜𝑏= (1,52 − 1)
1
26 (0,54)
1
𝑓𝑜𝑏= (0,52)
1
26 (0,54)
1
𝑓𝑜𝑏=
0,52
14,04
249
𝑓𝑜𝑏 =14,04
0,52
𝑓𝑜𝑏 = 27 cm
𝑓𝑜𝑏 = 27 cm = 𝑠′𝑜𝑏
*Sinar merah (lensa okuler)
d = s’ob + sok
sok = d – s’ob
sok = 31,2 cm – 27 cm
sok = 4,2cm = fok 1
𝑓𝑜𝑘= (𝑛𝑏 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘... (4)
*Substitusi persamaan (2) ke
persamaan (4) 1
𝑓𝑜𝑘= (1,52 − 1) (
1
𝑅1−
1
𝑅2)
𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘= (1,52 − 1)
1
5,2 (0,54)
1
𝑓𝑜𝑘= (0,52)
1
2,808
1
𝑓𝑜𝑘=
0,52
2,808
𝑓𝑜𝑘 = 2,808
0,52
𝑓𝑜𝑘 = 5,4 cm
250
*Bayangan akhir sinar merah dapat
ditentukan melalui persamaan: 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘 +
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠′𝑜𝑘=
1
𝑓𝑜𝑘−
1
𝑠𝑜𝑘
1
𝑠′𝑜𝑘=
1
5,4−
1
4,2
1
𝑠′𝑜𝑘=
35
189−
45
189
1
𝑠′𝑜𝑘= −
10
189
𝑠′𝑜𝑘 = −189
10
𝑠′𝑜𝑘 = −18,9 cm
*Jadi, letak bayangan akhir sinar
merah berada pada jarak 18,9 cm di
depan lensa okuler.
Lup dan
Mikroskop
Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
pada lup dan
mikroskop.
37. Sifa dan sofi ingin mengamati sel bawang
merah menggunakan mikroskop yang
sama dengan jarak fokus lensa objektif dan
okuler masing-masing 2 cm dan 5 cm. Sifa
mengamati dengan mata berakomodasi
maksimum sedangkan sofi mengamati
dengan mata yang memiki titik jauh 30 cm.
Jika panjang awal mikroskop 1,5 kali
e. 0,75 cm
Dik : 𝑓𝑜𝑏 = 2 𝑐𝑚
𝑓𝑜𝑘 = 5 𝑐𝑚
𝑠′𝑜𝑘 = 25 𝑐𝑚
𝑑 = 1,5 𝑑′ Dit : ∆𝑥 ?
𝐶4
251
panjang akhir, maka besar lensa okuler
yang harus digeser bayangan benda agar
dapat terlihat dengan jelas adalah ....
a. 0,50 cm
b. 0,55 cm
c. 0,60 cm
d. 0,70 cm
e. 0,75 cm
Jawab : 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
𝑓𝑜𝑘−
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
5−
1
25=
4
25
𝑠𝑜𝑘 = 25
4= 6,25 𝑐𝑚
*panjang awal mikroskop:
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑑 = 𝑠′𝑜𝑏 + 6,25
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑 − 6,25 … . . (1)
*pada saat sofi mengamati dengan titik
jauh 30 cm, maka : 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
𝑓𝑜𝑘−
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑠𝑜𝑘=
1
5−
1
−30=
6 + 1
30
𝑠𝑜𝑘 = 30
7= 4,3 𝑐𝑚
*panjang mikroskop akhir :
𝑑′ = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑑′ = 𝑠′𝑜𝑏 + 4,3
252
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑′ − 4,3 … … (2)
*subtitusikan persamaan 1 ke
persamaan 2:
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑′ − 4,3
𝑑 − 6,25 = 𝑑′ − 4,3
𝑑 − 𝑑′ = −4,3 + 6,25
𝑑 − 𝑑′ = 1,95
1,5𝑑′ − 𝑑′ = −4,3 + 6,25
0,5 𝑑′ = 1,95
𝑑′ = 1,95
0,5= 3,9 𝑐𝑚
*untuk mengetahui nilai d dapat dicari
dengan mensubtitusikan nilai d’ pada
persamaan (2) :
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑′ − 4,3
𝑠′𝑜𝑏 = 3,9 − 4,3 = −1,6
*subtitusikan nilai 𝑠′𝑜𝑏 pada
persamaan 1:
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑑 − 6,25
−1,6 = 𝑑 − 6,25
−1,6 + 6,25 = 𝑑
4,65 𝑐𝑚 = 𝑑
*maka lensa okuler digeser sejauh :
∆𝑥 = 𝑑 − 𝑑′ ∆𝑥 = 4,65 − 3,9 = 0,75 𝑐𝑚
Teropong menganalsis
perbesaran
38. Any memiliki sebuah teropong bintang
yang mempunyai lensa objektif dan lensa
c.17 kali
𝐶4
253
bayangan pada
teropong.
okuler yang terletak pada jarak 105 cm
satu sama lain. Teropong tersebut
diarahkan pada bintang. Any dapat melihat
jelas bintang jika berakomodasi pada jarak
30 cm. Kemudian lensa okuler digeser 2
cm keluar sehingga pada layar yang
diletakan 42 cm dibelakang okuler
terbentuk bayangan terang. Maka
perbesaran teropong adalah .....
a. 15 kali
b. 16 kali
c. 17 kali
d. 18 kali
e. 19 kali
*sebelum lensa okuler digeser :
𝑑 = 105 𝑐𝑚
𝑠𝑜𝑏 = ∞
𝑠′𝑜𝑏 = 𝑓𝑜𝑏
𝑠′𝑜𝑘 = −30 𝑐𝑚 (tanda – karna
bayangan sepihak dengan benda)
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑠𝑜𝑘 = 𝑑 − 𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘 = 105 − 𝑓𝑜𝑏 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘=
1
105 − 𝑓𝑜𝑏+
1
−30… … (1)
*pada saat lensa okuler digeser 5cm :
𝑠′𝑜𝑘 = 42 𝑐𝑚
𝑑 = 105 𝑐𝑚 + 2 𝑐𝑚 = 107 𝑐𝑚
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
𝑠𝑜𝑘 = 𝑑 − 𝑓𝑜𝑏
𝑠𝑜𝑘 = 107 − 𝑓𝑜𝑏 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘=
1
107 − 𝑓𝑜𝑏+
1
42… … (2)
*subtitusikan kedua persamaan : 1
𝑓𝑜𝑘=
1
107 − 𝑓𝑜𝑏+
1
42
1
105− 𝑓𝑜𝑏−
1
30=
1
107− 𝑓𝑜𝑏+
1
42
254
1
105 − 𝑓𝑜𝑏−
1
107 − 𝑓𝑜𝑏
= 1
42+
1
30
(107 − 𝑓𝑜𝑏) − (105 − 𝑓𝑜𝑏)
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)
= 5 + 7
210
107 − 105 − 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑏
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
12
210
2
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
2
35
1
(105 − 𝑓𝑜𝑏)(107 − 𝑓𝑜𝑏)=
1
35
35 = 11235 − 212𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑏2
𝑓𝑜𝑏2 − 212 𝑓𝑜𝑏 + 11235 − 35 = 0
𝑓𝑜𝑏2 − 212 𝑓𝑜𝑏 + 11200 = 0
( 𝑓𝑜𝑏 − 100)( 𝑓𝑜𝑏 − 112) = 0
Maka :
(𝑓𝑜𝑏)1 = 100 𝑐𝑚
(𝑓𝑜𝑏)2 = 112 𝑐𝑚
*untuk menguji fokus yang benar kita
hitung terlebih dahulu besar 𝑠𝑜𝑘 ,
dimana nilai 𝑠𝑜𝑘 tidak boleh negatif
agar bayangan lensa objektif tidak
jatuh dibelakang lensa okuler
𝒔𝒐𝒌 𝟏 = 𝟏𝟎𝟕 − 𝟏𝟎𝟎 = 7 cm
255
𝑠𝑜𝑘 1 = 107 − 112 = −5 𝑐𝑚 1
𝑓𝑜𝑘=
1
𝑠𝑜𝑘+
1
𝑠′𝑜𝑘
1
𝑓𝑜𝑘=
1
107 − 𝑓𝑜𝑏+
1
42
1
𝑓𝑜𝑘=
1
107 − 100+
1
42
1
𝑓𝑜𝑘=
1
7+
1
42
1
𝑓𝑜𝑘=
7
42= 16
1
𝑓𝑜𝑘= 6 𝑐𝑚
*cari nilai 𝑓𝑜𝑏 :
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
107 = 𝑓𝑜𝑏 + 6
107 − 6 = 𝑓𝑜𝑏
101 = 𝑓𝑜𝑏
*perbesaran teropong :
𝑀𝑎 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑀𝑎 = 101
6= 16,8 ~ 17 kali
Teropong Menerapkan
hubungan jarak
benda, jarak
bayangan, jarak
fokus (titik fokus)
39. Seorang peneliti sedang mengamati
bintang melalui sebuah teropong yang
memiliki perbesaran anguler 10 kali, jika
panjang teropong 110 cm, maka jarak
titik fokus lensa okuler adalah ....
b. 10 cm
Dik: M = 10 kali
d = 110 cm
Dit: 𝑓𝑜𝑘 ?
Jawab:
256
dan panjang
teropong
a. 5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 20 cm
e. 25 cm
*perbesaran teropong
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
10 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 𝑓𝑜𝑏
10… . . (1)
*panjang teropong
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
110 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
110 − 𝑓𝑜𝑏 = 𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 110 − 𝑓𝑜𝑏 ..... (2)
*subtitusikan persamaan 1 ke
persamaan 2:
𝑓𝑜𝑘 = 110 − 𝑓𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑏
10= 110 − 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑏 = (110 − 𝑓𝑜𝑏) x 10
𝑓𝑜𝑏 = 1100 − 10 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑏 + 10 𝑓𝑜𝑏 = 1100
11 𝑓𝑜𝑏 = 1100
𝑓𝑜𝑏 = 1100
11= 100 𝑐𝑚
*untuk mencari nilai 𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑘 = 110 − 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘 = 110 − 100 = 10 cm
40. Dibawah ini pembentukan bayangan pada
sebuah teropong bintang
d. 15 kali
257
Perbesaran teropong untuk mata tak
berakomodasi adalah ....
a. 6 kali
b. 9 kali
c. 12 kali
d. 15 kali
e. 18 kali
𝑀 = 𝑓𝑜𝑏
𝑓𝑜𝑘=
150
10= 15 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝐶3
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
SOAL PRETEST & POSTEST
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda (X ) pada salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai
dengan jawaban atas pertanyaan berikut.
1. Bayangan pada mata agar benda
dapat terlihat dengan jelas, maka
bayangan harus jatuh tepat pada
bagian ....
a. pupil mata
b. syaraf mata
c. kornea mata
d. retina mata
e. otot mata
2. Pada saat kita sedang menunggu
bus di halte, mobil yang berada
pada jarak yang jauh dapat kita
lihat dalam keadaan mata yang
memipih. Dalam hal ini peristiwa
tersebut merupakan cara kerja ....
a. rabun jauh
b. daya akomodasi
c. rabun dekat
d. rabun senja
e. astigmatisma
3. Seorang penderita rabun jauh
yang memiliki titik jauh 5 m,
maka ia harus menggunakan
kacamata dengan jarak fokus ....
a. 1 m
b. -2 m
c. 3 m
d. -4 m
e. 5 m
4. Perhatikan gambar dibawah ini !
(Gambar A) (Gambar B)
Bagian yang berfungsi sebagai
pengatur masuknya cahaya
pada mata adalah .....
a. gambar 1 A
b. gambar 1 B
c. gambar 2 A
Nama :
Kelas :
268
d. gambar 2 B
e. gambar 1 A dan B
5. Perhatikan Gambar Berikut!
Candra mengalami salah satu
cacat mata yang digambarkan
pada gambar diatas, untuk
menolong cacat mata tersebut,
diperlukan sebuah lensa,
bedasarkan analisis gambar
bayangan diatas apa nama cacat
mata yang diderita candra dan
jenis lensa apa yang sebaiknya
digunakan candra ....
a. hipermetropi – lensa cembung
f. miopi – lensa cekung
g. hipermetropi – lensa cekung
h. presbiopi – lensa bifokal
i. miopi – lensa cembung
6. Penyebab seseorang menderita
astigmatisma adalah .....
f. berkurangnya daya
akomodasi mata pada usia
lanjut
g. kornea mata yang tidak
dapat melihat pada tempat
yang kurang cahaya
h. lensa mata yang menjadi
buram dikarnakan penebalan
lensa mata
i. ketidakmampuan mata untuk
membedakan warna
j. lensa mata yang tidak dapat
memberikan
gambaran/bayangan garis
vertikal dan horizontal
secara bersamaan
7. Seseorang menggunakan
kacamata -5 dioptri. Titik jauh
mata orang tersebut adalah ....
f. 20 cm
g. 50 cm
h. 100 cm
i. 200 cm
j. 500 cm
8. Persamaan fungsi komponen
kamera dan mata dinyatakan
dalam tabel dibawah ini:
No. Kamera Mata
1.
2.
3.
Diafragma
Film
Iris
Retina
Lensa Mata
269
Lensa
Kamera
Pernyataan yang benar adalah ....
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (3)
c. (2) dan (3)
d. (1), (2), dan (3)
e. (2)
9. Sebuah kamera 35 mm, dengan
lensa yang dapat diubah-ubah
digunakan untuk mengambil
suatu gambar burung rajawali
yang terbang pada jarak 30 m dan
mempunyai sayap selebar 1,2 m.
Berapa fokus lensa yang harus
digunakan untuk membuat
bayangan rajawali sebesar 2,5 cm
pada film ....
f. 1 m
g. 0,5 m
h. 0,6 m
i. 0,7 m
j. 0,8 m
10. Jenis lensa yang digunakan lup
adalah ....
a. lensa cekung
b. lensa cembung
c. lensa cembung-cekung
d. lensa slindris
e. lensa slindris-cekung
11. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, seorang pengamat
yang menggunakan lup harus
meletakan benda ....
a. kurang dari 2 F
b. diantara F dan 2F
c. tepat di F
d. tepat di 2 F
e. lebih dari 2 F
12. Sebuah benda diletakan 6 cm
didepan sebuah lensa cembung,
maka terbentuk bayangan nyata
pada jarak 30 cm dari lensa. Jika
lensa ini digunakan oleh seorang
pengamat sebagai lup, berapakah
perbesaran lup untuk mata tak
berakomodasi ....
f. 4 kali
g. 4,5 kali
h. 5 kali
i. 5,5 kali
j. 6 kali
13. Suatu hari Rani kehilangan salah
satu anting miliknya ketika
sedang bermain ditaman. Untuk
mencari anting tersebut ia
270
menggunakan sebuah lup. Dalam
keaadan mata normal perbesaran
angular lup yang dihasilkan pada
saat mata berakomodasi
maksimum adalah 3
2 kali
perbesaran angular ketika mata
tidak berakomodasi, maka
perbesaran lup ketika mata tidak
berakomodasi adalah ....
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
14. Sebuah lup menghasilkan
perbesaran angular untuk mata
tak berakomodasi 1
2 kali dari
perbesaran lup untuk mata
berakomodasi maksimum. Jika
lup tersebut digunakan oleh
pengamat dengan mata
berakomodasi pada jarak 50 cm,
maka jarak benda terhadap lup
adalah ....
15. Perbesaran angular yang
dihasilkan sebuah lup ketika
digunakan dengan mata tak
berakomodasi adalah 3/2 kali
dari perbesaran ketika lup
digunakan dengan mata
berakomodasi maksimum., jika
pengamat dalam keadaan mata
normal, maka berapakah
perbandingan jarak fokus ketika
mata berakomodasi maksimum
dan tidak berakomodasi ....
a. 1 : 2
b. 2 : 3
c. 1 : 3
d. 3 : 4
271
e. 1 : 4
16. Perhatikan gambar dibawah ini !
Lensa objektif mikroskop pada
gambar diatas ditunjukan oleh nomor
.....
a. 5
b. 4
c. 3
d. 2
e. 1
17. Sebuah mikroskop dengan jarak
fokus lensa okuler 2,5 cm dan
jarak fokus obyektif 0,9 cm
digunakan untuk mata
berakomodasi maksimum.
Berapakah perbesaran mikroskop
ketika benda diletakan 1 cm
didepan lensa obyektif .....
f. 70 kali
g. 80 kali
h. 88 kali
i. 90 kali
j. 99 kali
18. Sebuah mikroskop memiliki
jarak fokus lensa objektif dan
okuler berturut-turut 2 dan 10
digunakan untuk mengamati
sebah objek tanpa akomodasi.
Jika kemudian mikroskop
tersebut digunakan seseorang
yang memiliki titik dekat mata
normal. Berapakah panjang
mikroskop akhir jika panjang
mikroskop awal 1,7 kali panjang
mikroskop akhir ....
a. 7 cm
b. 7,5 cm
c. 8 cm
d. 9,25 cm
e. 9,5 cm
19. Seorang anak penderita
hipermetropi dengan titik dekat
50 cm ingin mengamati sebuah
benda menggunakan lup. Jika
perbesaran angular yang
dihasilkan ketika mata
berakomodasi pada jarak 20 cm
adalah 1,5 kali dari perbesaran
angular ketika mata tidak
berakomodasi, maka besar
272
perbesaran angular lup ketika
mata tidak berakomodasi adalah
....
f. 2 kali
g. 3 kali
h. 4 kali
i. 5 kali
j. 6 kali
20. Teropong berikut yang bukan
termasuk teropong bias adalah ....
f. teropong astronomi
g. teropong medan
h. teropong Newtonian
i. teropong binokuler
j. teropong galileo
21. Fungsi lensa pembalik dari
teropong bumi ialah ....
a. Membalikan bayangan dari
lensa objektif namun tidak
memperbesar bayangan
b. Mengembalikan ukuran asli
objek
c. Memperbesar bayangan
d. Membuat posisi bayangan
lebih dekat dengan mata
pengamat
e. Membalikan bayangan dari
lensa okuler serta
memperbesar bayangan
22. Berapakah perbandingan panjang
teropong bintang, teropong bumi,
dan teropong Galileo untuk
mendapatkan perbesaran 3 kali
jika lensa objektif yang
digunakan pada ketiga teropong
tersebut sama yaitu 60 cm dan
panjang fokus pembalik 10 cm
dalam keadaan mata tidak
berakomodasi ....
a. 1 : 2 : 3
b. 1 : 3 : 2
c. 2 : 1 : 3
d. 2 : 3 : 1
e. 3 : 2 : 1
23. Berikut ini alasan-alasan
digunakannya cermin pada
teropong pantul astronomi:
1) Harganya lebih ekonomis
karna lebih murah dari lensa
2) Tidak mengalami
penguraian warna seperti
pada lensa sehingga objek
menjadi lebih jelas
3) Dalam ukuran yang sama
beratnya lebih ringan
dibandingkan lensa sehingga
lebih mudah dipasang
273
4) Tidak mudah pecah
dibandingkan lensa
Pernyataan yang benar adalah
.....
a. 1 dan 2
b. 3 dan 4
c. 1,2 dan 3
d. 1, 2 dan 4
e. Semua benar
24. Any memiliki sebuah teropong
bintang yang mempunyai lensa
objektif dan lensa okuler yang
terletak pada jarak 105 cm satu
sama lain. Teropong tersebut
diarahkan pada bintang. Any
dapat melihat jelas bintang jika
berakomodasi pada jarak 30 cm.
Kemudian lensa okuler digeser 2
cm keluar sehingga pada layar
yang diletakan 42 cm dibelakang
okuler terbentuk bayangan
terang. Maka perbesaran
teropong adalah .....
a. 15 kali
b. 16 kali
c. 17 kali
d. 18 kali
e. 19 kali
25. Seorang peneliti sedang
mengamati bintang melalui
sebuah teropong yang memiliki
perbesaran anguler 10 kali, jika
panjang teropong 110 cm, maka
jarak titik fokus lensa okuler
adalah ....
a. 5 cm
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 20 cm
e. 25 cm
LAMPIRAN C
HASIL PENELITIAN
275
HASIL ANGKET PENILAIAN TIPE GAYA BELAJAR SISWA
( KELAS EKSPERIMEN )
Nama
Siswa
Jumlah Skor Total Gaya Belajar Jumlah
Skor
Tertinggi
Keterangan
Gaya Belajar Visual Auditori Kinestetik
S1 20 21 23 23 Kinestetik
S2 19 17 15 19 Visual
S3 20 22 16 22 Auditory
S4 21 17 19 21 Visual
S5 19 20 23 23 Kinestetik
S6 20 14 17 20 Visual
S7 15 17 20 20 Kinestetik
S8 22 15 12 22 Visual
S9 21 22 24 24 Kinestetik
S10 17 14 12 17 Visual
S11 19 22 17 22 Auditory
S12 21 14 23 23 Kinestetik
S13 17 20 17 20 Auditory
S14 19 18 23 23 Kinestetik
S15 22 17 25 25 Kinestetik
S16 17 15 12 17 Visual
S17 19 14 14 19 Visual
S18 15 23 11 23 Auditory
S19 18 14 16 18 Visual
S20 20 12 18 20 Visual
S21 15 10 13 15 Visual
S22 13 12 15 15 Kinestetik
S23 18 20 17 20 Auditory
S24 15 17 15 17 Auditory
S25 14 18 14 18 Auditory
S26 15 18 23 23 Kinestetik
S27 15 23 6 23 Auditory
S28 18 14 15 18 Visual
S29 25 16 17 25 Visual
S30 15 22 15 22 Auditory
S31 16 15 20 20 Kinestetik
S32 14 17 11 17 Auditory
S33 16 19 22 22 Kinestetik
S34 20 15 11 20 Visual
276
S35 24 15 15 24 Visual
S36 13 18 15 18 Auditory
S37 17 16 15 17 Visual
S38 22 10 11 22 Visual
S39 20 23 19 23 Auditory
S40 18 20 17 20 Auditory
Tabel Hasil Gaya Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Gaya Belajar Banyak Siswa Presentase
Visual 15 37%
Auditory 14 34%
Kinestetik 11 29%
Jumlah Siswa 40 100%
277
HASIL ANGKET PENILAIAN TIPE GAYA BELAJAR SISWA
( KELAS KONTROL )
Nama
Siswa
Jumlah Skor Total Gaya Belajar Jumlah
Skor
Tertinggi
Keterangan
Gaya Belajar Visual Auditori Kinestetik
S1 17 19 21 21 Kinestetik
S2 19 17 14 19 Visual
S3 18 22 16 22 Auditory
S4 11 19 13 19 Auditory
S5 19 17 17 19 Visual
S6 18 15 17 18 Visual
S7 17 17 20 20 Kinestetik
S8 21 15 10 21 Visual
S9 21 20 22 22 Kinestetik
S10 15 13 12 15 Visual
S11 17 22 17 22 Auditory
S12 21 16 18 21 Visual
S13 15 20 13 20 Auditory
S14 19 18 18 19 Visual
S15 15 10 8 10 Visual
S16 12 12 15 15 Kinestetik
S17 19 10 13 19 Visual
S18 20 23 19 23 Auditory
S19 17 15 16 17 Visual
S20 20 20 22 22 Kinestetik
S21 17 10 10 17 Visual
S22 13 15 16 16 Kinestetik
S23 18 21 17 21 Auditory
S24 18 16 11 18 Visual
S25 15 18 16 18 Auditory
S26 20 22 24 24 Kinestetik
S27 10 20 15 20 Auditory
S28 13 17 15 17 Auditory
S29 22 16 17 22 Visual
S30 10 21 9 21 Auditory
S31 13 15 21 21 Kinestetik
S32 12 18 8 18 Auditory
S33 18 19 22 22 Kinestetik
S34 15 11 11 15 Visual
S35 23 20 20 23 Kinestetik
278
S36 19 17 7 19 Visual
S37 17 16 15 17 Kinestetik
S38 18 16 14 18 Visual
S39 18 20 23 23 Kinestetik
S40 18 20 13 20 Auditory
Tabel Hasil Gaya Belajar Siswa Kelas Kontrol
Gaya Belajar Banyak Siswa Presentase
Visual 16 40%
Auditory 12 30%
Kinestetik 12 30%
Jumlah Siswa 40 100%
279
HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN
Perolehan nilai terendah hingga tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat dari
kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
12 12 12 16 16 16 20 20 20 20
20 20 24 24 24 24 24 24 28 28
28 28 32 32 32 32 32 32 32 32
36 36 36 36 36 36 36 36 40 40
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
1. Banyak Data (N) : 40
2. Nilai maksimal (Xmaks) : 40
3. Nilai minimal (Xmin) : 12
4. Jangkauan (J) : Xmaks - Xmin = 40 – 12 = 28
5. Banyak kelas (k) : k = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 40 = 6,28 ≈ 6
6. Panjang Kelas (P) : 𝑗
𝑘 =
28
6 = 4,67 ≈ 5
Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
(𝒇𝒊)
Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐
12-16 6 11,5 14 196 84 1176
17-21 6 16,5 19 361 114 2166
22-26 6 21,5 24 576 144 3456
27-31 4 26,5 29 841 116 3364
32-36 16 31,5 34 1156 544 18496
37-41 2 36,5 39 1521 78 3042
Jumlah 40 4651 1080 31700
280
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
1. Rata-rata (�̅�)
�̅� =Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
Σ𝑓𝑖=
1080
40= 27
2. Median (Me)
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
Dimana:
Me : median
TB : tepi bawah kelas median = 26,5
N : banyak nilai pengamatan = 40
Σ𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 18
𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kelas median = 4
𝑐 : interval kelas = 5
Maka
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
𝑀𝑒 = 26,5 + (
12 40 − 18
4) . 5
𝑀𝑒 = 26,5 + (2
4) . 5
𝑀𝑒 = 26,5 + 2,5 = 29
3. Modus (Mo)
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
281
Dimana:
𝑀𝑜 : Modus
𝑇𝐵 : tepi bawah kelas modus = 31,5
∆1 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 12
∆2 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 14
𝑐 : interval kelas = 5
Maka:
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
𝑀𝑜 = 31,5 + (12
12 + 14) . 5
𝑀𝑜 = 31,5 + 2,30 = 33,8
4. Standar Deviasi
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (31700) − (1080)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √1268000 − 1166400
1560
𝑆 = √101600
1560
𝑆 = √65,12
𝑆 = 8,06
282
HASIL PRETEST KELAS KONTROL
Perolehan nilai terendah hingga tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat dari
kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
12 12 12 12 12 16 16 16 16 16
20 20 20 20 20 24 24 24 24 24
28 28 28 28 28 28 32 32 32 32
32 32 32 36 36 36 36 36 36 40
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
7. Banyak Data (N) : 40
8. Nilai maksimal (Xmaks) : 40
9. Nilai minimal (Xmin) : 12
10. Jangkauan (J) : Xmaks - Xmin = 40 – 12 = 28
11. Banyak kelas (k) : k = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 40 = 6,28 ≈ 6
12. Panjang Kelas (P) : 𝑗
𝑘 =
28
6 = 4,67 ≈ 5
Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
(𝒇𝒊)
Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐
12-16 10 11,5 14 196 140 1960
17-21 5 16,5 19 361 95 1805
22-26 5 21,5 24 576 120 2880
27-31 6 26,5 29 841 174 5046
32-36 13 31,5 34 1156 442 15028
37-41 1 36,5 39 1521 39 1521
Jumlah 40 4651 1010 28240
283
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
5. Rata-rata (�̅�)
�̅� =Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
Σ𝑓𝑖=
1010
40= 25,25
6. Median (Me)
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
Dimana:
Me : median
TB : tepi bawah kelas median = 21,5
N : banyak nilai pengamatan = 40
Σ𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 15
𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kelas median = 5
𝑐 : interval kelas = 5
Maka
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
𝑀𝑒 = 21,5 + (
12 40 − 15
5) . 5
𝑀𝑒 = 21,5 + (1) . 5
𝑀𝑒 = 21,5 + 5 = 26,5
7. Modus (Mo)
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
Dimana:
𝑀𝑜 : Modus
284
𝑇𝐵 : tepi bawah kelas modus = 31,5
∆1 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 7
∆2 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 12
𝑐 : interval kelas = 5
Maka:
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
𝑀𝑜 = 31,5 + (7
7 + 12) . 5
𝑀𝑜 = 31,5 + 1,84 = 33,34
8. Standar Deviasi
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (28240) − (1010)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √1129600 − 1020100
1560
𝑆 = √109500
1560
𝑆 = √70,19
𝑆 = 8,37
285
HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
Perolehan nilai terendah hingga tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat dari
kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
64 64 64 68 68 68 68 72 72 72
72 72 72 72 76 76 76 76 76 76
76 80 80 80 80 80 80 80 80 80
84 84 84 84 88 88 88 88 92 92
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
13. Banyak Data (N) : 40
14. Nilai maksimal (Xmaks) : 92
15. Nilai minimal (Xmin) : 64
16. Jangkauan (J) : Xmaks - Xmin = 92 – 64 = 28
17. Banyak kelas (k) : k = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 40 = 6,28 ≈ 6
18. Panjang Kelas (P) : 𝑗
𝑘 =
28
6 = 4,67 ≈ 5
Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
(𝒇𝒊)
Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐
64-68 7 63,5 66 4356 462 30492
69-73 7 68,5 71 5041 497 35287
74-78 7 73,5 76 5776 532 40432
79-83 9 78,5 81 6561 729 59049
84-88 8 83,5 86 7396 688 59168
89-93 2 88,5 91 8281 182 16562
Jumlah 40 37,411 3090 240990
286
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
9. Rata-rata (�̅�)
�̅� =Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
Σ𝑓𝑖=
3090
40= 77,25
10. Median (Me)
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
Dimana:
Me : median
TB : tepi bawah kelas median = 73,5
N : banyak nilai pengamatan = 40
Σ𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 14
𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kelas median = 7
𝑐 : interval kelas = 5
Maka
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
𝑀𝑒 = 73,5 + (
12 40 − 14
7) . 5
𝑀𝑒 = 73,5 + (6
7) . 5
𝑀𝑒 = 73,5 + 4,28 = 77,78
11. Modus (Mo)
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
Dimana:
𝑀𝑜 : Modus
287
𝑇𝐵 : tepi bawah kelas modus = 78,5
∆1 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 2
∆2 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 1
𝑐 : interval kelas = 5
Maka:
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
𝑀𝑜 = 78,5 + (2
2 + 1) . 5
𝑀𝑜 = 78,5 + 3,33 = 81,83
12. Standar Deviasi
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (240990) − (3090)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √9639600 − 9548100
1560
𝑆 = √91500
1560
𝑆 = √58,65
𝑆 = 7,65
288
HASIL POSTTEST KELAS KONTROL
Perolehan nilai terendah hingga tertinggi berdasarkan hasil pretest yang didapat dari
kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
60 60 60 64 64 64 68 68 68 68
68 72 72 72 72 72 72 72 72 76
76 76 76 76 76 76 76 76 80 80
80 80 80 80 80 80 84 84 84 84
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan beberapa nilai, yaitu:
19. Banyak Data (N) : 40
20. Nilai maksimal (Xmaks) : 84
21. Nilai minimal (Xmin) : 60
22. Jangkauan (J) : Xmaks - Xmin = 84 – 60 = 24
23. Banyak kelas (k) : k = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 40 = 6,28 ≈ 6
24. Panjang Kelas (P) : 𝑗
𝑘 =
24
6 = 4
Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
(𝒇𝒊)
Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐
60-63 3 59,5 61,5 3782,25 184,5 11346,75
64-67 3 63,5 65,5 4290,25 196,5 12870,75
68-71 5 67,5 69,5 4830,25 347,5 24151,25
72-75 8 71,5 73,5 5402,25 588 43218
76-79 9 75,5 77,5 6006,25 697,5 54056,25
80-84 12 79,5 81,5 6642,25 978 79707
Jumlah 40 30953,5 2992 225,350
289
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan beberapa nilai,
yaitu:
13. Rata-rata (�̅�)
�̅� =Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
Σ𝑓𝑖=
2992
40= 74,8
14. Median (Me)
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
Dimana:
Me : median
TB : tepi bawah kelas median = 75,5
N : banyak nilai pengamatan = 40
Σ𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 19
𝑓𝑀𝑒 : frekuensi kelas median = 9
𝑐 : interval kelas = 4
Maka
𝑀𝑒 = 𝑇𝐵 + (
12 𝑁 − Σ𝑓𝑀𝑒
𝑓𝑀𝑒) . 𝑐
𝑀𝑒 = 75,5 + (
12 40 − 19
9) . 4
𝑀𝑒 = 75,5 + (1
9) . 4
𝑀𝑒 = 75,5 + 0,4 = 75,9
15. Modus (Mo)
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
290
Dimana:
𝑀𝑜 : Modus
𝑇𝐵 : tepi bawah kelas modus = 79,5
∆1 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya = 3
∆2 : selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya = 0
𝑐 : interval kelas = 4
Maka:
𝑀𝑜 = 𝑇𝐵 + (∆1
∆1 + ∆2) . 𝑐
𝑀𝑜 = 79,5 + (3
3 + 0) . 4
𝑀𝑜 = 79,5 + 4 = 83,5
16. Standar Deviasi
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (225,350) − (2992)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √9014000 − 8952064
1560
𝑆 = √61,936
1560
𝑆 = √39,70
𝑆 = 6,30
291
UJI HOMOGENITAS HASIL PRETEST
Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu:
𝐹 =𝑠1
2
𝑠22
Keterangan:
F = koefisien F tes
𝑠1 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai besar
𝑠2 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai kecil
Sedangkan varians dapat dihitung dengan rumus:
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut:
1) Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data dinyatakan homogen.
2) Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data dinyatakan tidak homogen
A. Tabel Bantu Uji F
Tabel Bantu Uji F Kelas Kontrol
Interval Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
Frekuensi
(𝒇𝒊) 𝒙𝒊
𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊𝟐
12-16 11,5 14 10 196 140 1960
17-21 16,5 19 5 361 95 1805
22-26 21,5 24 5 576 120 2880
27-31 26,5 29 6 841 174 5046
32-36 31,5 34 13 1156 442 15028
37-41 36,5 39 1 1521 39 1521
Jumlah 40 4651 1010 28240
292
Tabel Bantu Uji F Kelas Eksperimen
Interval Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
Frekuensi
(𝒇𝒊) 𝒙𝒊
𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊𝟐
12-16 11,5 14 6 196 84 1176
17-21 16,5 19 6 361 114 2166
22-26 21,5 24 6 576 144 3456
27-31 26,5 29 4 841 116 3364
32-36 31,5 34 16 1156 544 18496
37-41 36,5 39 2 1521 78 3042
Jumlah 40 4651 1080 31700
B. Perhitungan Nilai Standar Deviasi
1. Kelas Kontrol
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (28240) − (1010)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √1129600 − 1020100
1560
𝑆 = √109500
1560
𝑆 = √70,19
𝑆 = 8,37
2. Kelas Eksperimen
293
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (31700) − (1080)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √1268000 − 1166400
1560
𝑆 = √101600
1560
𝑆 = √65,12
𝑆 = 8,06
C. Menentukan Nilai Fhitung dan Menguji Hipotesis Homogenitas
Berdasarkan nilai standar deviasi kedua data, maka nilai Fhitung adalah
𝐹 =𝑠1
2
𝑠22
𝐹 =(8,37)2
(8,06)2
𝐹 =70,0569
64,9636
𝐹 = 1,0784
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan nilai Fhitung dengan
Ftabel. Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa nilai Ftabel (41;41) adalah sebesar 1,68.
Maka terlihat nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak (data
dinyatakan homogen).
294
UJI HOMOGENITAS HASIL POSTTEST
Uji homogenitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji F, yaitu:
𝐹 =𝑠1
2
𝑠22
Keterangan:
F = koefisien F tes
𝑠1 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai besar
𝑠2 = varians pada kelompok yang mempunyai nilai kecil
Sedangkan varians dapat dihitung dengan rumus:
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut:
3) Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data dinyatakan homogen.
4) Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka data dinyatakan tidak homogen
D. Tabel Bantu Uji F
Tabel Bantu Uji F Kelas Kontrol
Interval Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
Frekuensi
(𝒇𝒊) 𝒙𝒊
𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊𝟐
60-63 59,5 61,5 3 3782,25 184,5 11346,75
64-67 63,5 65,5 3 4290,25 196,5 12870,75
68-71 67,5 69,5 5 4830,25 347,5 24151,25
72-75 71,5 73,5 8 5402,25 588 43218
76-79 75,5 77,5 9 6006,25 697,5 54056,25
80-84 79,5 81,5 12 6642,25 978 79707
Jumlah 40 30953,5 2992 225,350
295
Tabel Bantu Uji F Kelas Eksperimen
Interval Batas
Kelas
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
Frekuensi
(𝒇𝒊) 𝒙𝒊
𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊𝟐
64-68 63,5 66 7 4356 462 30492
69-73 68,5 71 7 5041 497 35287
74-78 73,5 76 7 5776 532 40432
79-83 78,5 81 9 6561 729 59049
84-88 83,5 86 8 7396 688 59168
89-93 88,5 91 2 8281 182 16562
Jumlah 40 37,411 3090 240990
E. Perhitungan Nilai Standar Deviasi
3. Kelas Kontrol
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
𝑆 = √40 (225,350) − (2992)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √9014000 − 8952064
1560
𝑆 = √61,936
1560
𝑆 = √39,70
𝑆 = 6,30
4. Kelas Eksperimen
𝑆 = √𝑛 Σ𝑓𝑖𝑥𝑖
2 − (Σ𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛(𝑛 − 1)
296
𝑆 = √40 (240990) − (3090)2
40 (40 − 1)
𝑆 = √9639600 − 9548100
1560
𝑆 = √91500
1560
𝑆 = √58,65
𝑆 = 7,65
F. Menentukan Nilai Fhitung dan Menguji Hipotesis Homogenitas
Berdasarkan nilai standar deviasi kedua data, maka nilai Fhitung adalah
𝐹 =𝑠1
2
𝑠22
𝐹 =(7,65)2
(6,30)2
𝐹 =58,5225
39,69
𝐹 = 1,4744
Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan nilai Fhitung dengan
Ftabel. Pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa nilai Ftabel (41;41) adalah sebesar 1,68.
Maka terlihat nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, sehingga Ha diterima dan H0 ditolak (data
dinyatakan homogen).
297
Uji Normalitas Hasil Belajar (Pretest)
A. Kelas Kontrol
Perolehan Nilai Pretest Kelas Kontrol
12 12 12 12 12 16 16 16 16 16
20 20 20 20 20 24 24 24 24 24
28 28 28 28 28 28 32 32 32 32
32 32 32 36 36 36 36 36 36 40
Tabel Bantu Kai Kuadrat (Chi Square) Kelas Kontrol
Interval 𝒇𝒊
Titik
Tenga
h (𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐 Batas
Kelas
Z
Batas
Kelas
Luas
Tiap
Kelas
𝒇𝒕 𝒇𝟎 (𝒇𝟎-𝒇𝒕)2
X2
hitung
12-16 10 14 196 140 1960 11,5 -1,6427 0,0987 3,948 10 10,6267 1,8356
17-21 5 19 361 95 1805 16,5 -1,0454 0,1808 7,232 5 4,9818 0,8598
22-26 5 24 576 120 2880 21,5 -0,4480 0,2257 9,028 5 6,2247 0,0691
27-31 6 29 841 174 5046 26,5 -0,1493 0,2147 8,588 6 6,6977 1,088
32-36 13 34 1156 442 15028 31,5 0,7467 0,1395 5,58 13 5,0564 2,4201
37-41 1 39 1521 39 1521 36,5 1,3440 0,0639 2,56 1 2,4336 0,0616
41,5 1,9414
Jumlah 40 4651 1010 28240 40 6,3342
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada tabel bantu di atas adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel distribusi frekuensi
2. Menentukan Z batas kelas dengan menggunakan rumus:
𝑧 =𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠− �̅�
𝑆
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata
𝑆 : nilai standar deviasi
298
3. Menentukan Z tabel
Z Batas Kelas -1,64 -1,04 -0,44 -0,14 0,74 1,34 1,94
Luas Z Tabel 0,4495 0,3508 0,1700 0,0557 0,2704 0,4099 0,4738
Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
a. Kelas 12 – 16
0,4495 – 0,3508 = 0,0987
b. Kelas 17 – 21
0,3508 - 0,1700 = 0,1808
c. Kelas 22 + 26
0,1700 + 0,0557 = 0,2257
d. Kelas 27 – 31
0,2704 - 0,0557 = 0,2147
e. Kelas 32 – 36
0,4099 – 0,2704 = 0,1395
f. Kelas 37 – 41
0,4738 – 0,4099 = 0,0639
4. Menghitung nilai 𝑓𝑡 (frekuensi yang diharapkan) dengan menggunakan rumus:
𝑓𝑡 = Σ𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑧 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus:
𝑋2 = Σ(𝒇𝟎−𝒇𝒕)𝟐
𝒇𝒕
Keterangan:
x2 : nilai tes kai kuadrat
𝑓0 : frekuensi yang diobservasi
𝑓𝑡 : frekuensi yang diharapkan
6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) dengan menjumlahkan nilai kai
kuadrat tiap-tiap kelas
7. Menguji hipotesis normalitas
299
Nilai 𝑋2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat kebebasan (dk) = 6 – 1 = 5 pada taraf signifikansi
5% adalah 11,07048. Untuk menguji normalitas data, maka dapat dibandingkan
nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Didapatkan nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya 𝐻𝑎
diterima (data terdistribusi normal).
B. Kelas Eksperimen
Perolehan Nilai Pretest Kelas Eksperimen
12 12 12 16 16 16 20 20 20 20
20 20 24 24 24 24 24 24 28 28
28 28 32 32 32 32 32 32 32 32
36 36 36 36 36 36 36 36 40 40
Tabel Bantu Kai Kuadrat (Chi Square) Kelas Eksperimen
Interval 𝒇𝒊
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐 Batas
Kelas
Z
Batas
Kelas
Luas
Tiap
Kelas
𝒇𝒕 𝒇𝟎 (𝒇𝟎-𝒇𝒕)2
X2
hitung
12-16 6 14 196
84 1176 11,5
-
1,9230 0,0694 2,776
6 10,3941 1,7442
17-21 6 19 361
114 2166 16,5
-
1,3027 0,1515 6,06
6 0,0036 0,5005
22-26 6 24 576
144 3456 21,5
-
0,6823 0,2339 9,356
6 11,2627 0,5037
27-31 4 29 841
116 3364 26,5
-
0,0620 0,2381 9,524
4 30,5145 0,8039
32-36 16 34 1156 544 18496 31,5 0,5583 0,1702 6,808 16 84,4928 2,4108
37-41 2 39 1521 78 3042 36,5 1,1786 0,0843 3,372 2 1,8823 0,5582
Jumlah 40 4651 1080 31700 41,5 1,7990 40 6,5213
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada tabel bantu di atas adalah sebagai
berikut:
1. Membuat tabel distribusi frekuensi
2. Menentukan Z batas kelas dengan menggunakan rumus:
300
𝑧 =𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠− �̅�
𝑆
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata
𝑆 : nilai standar deviasi
3. Menentukan Z tabel
Z Batas Kelas -1,92 -1,30 -0,68 -0,06 0,55 1,17 1,79
Luas Z Tabel 0,4726 0,4032 0,2517 0,0239 0,2088 0,3790 0,4633
Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
a. Kelas 12 – 16
0,4726 – 0,4032 = 0,0694
b. Kelas 17 – 21
0,4032 – 0,2517 = 0,1515
c. Kelas 22 – 26
0,2517 – 0,0293 = 0,2339
d. Kelas 27 + 31
0,0293 + 0,2088 = 0,2381
e. Kelas 32 – 36
0,3790 – 0,2088 = 0,1702
f. Kelas 37 – 41
0,4633 – 0,3790 = 0,0843
4. Menghitung nilai 𝑓𝑡 (frekuensi yang diharapkan) dengan menggunakan rumus:
𝑓𝑡 = Σ𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑧 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus:
𝑋2 = Σ(𝒇𝟎−𝒇𝒕)𝟐
𝒇𝒕
Keterangan:
x2 : nilai tes kai kuadrat
𝑓0 : frekuensi yang diobservasi
𝑓𝑡 : frekuensi yang diharapkan
301
6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) dengan menjumlahkan nilai kai
kuadrat tiap-tiap kelas
7. Menguji hipotesis normalitas
Nilai 𝑋2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat kebebasan (dk) = 6 – 1 = 5 pada taraf signifikansi 5%
adalah 11,07048. Untuk menguji normalitas data, maka dapat dibandingkan nilai
𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Didapatkan nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya 𝐻𝑎
diterima (data terdistribusi normal).
302
Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest)
C. Kelas Kontrol
Perolehan Nilai Posttest Kelas Kontrol
60 60 60 64 64 64 68 68 68 68
68 72 72 72 72 72 72 72 72 76
76 76 76 76 76 76 76 76 80 80
80 80 80 80 80 80 84 84 84 84
Tabel Bantu Kai Kuadrat (Chi Square) Kelas Kontrol
Interval 𝒇𝒊
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐 Batas
Kelas
Z
Batas
Kelas
Luas
Tiap
Kelas
𝒇𝒕 𝒇𝟎 (𝒇𝟎-𝒇𝒕)2
X2
hitung
60-63 3 61,5 3782,25 184,5 11346,75 59,5 -
2,4285 0,0289 1,156
3 3,4003 1,9414
64-67 3 65,5 4290,25 196,5 12870,75 63,5 -
1,7936 0,0884 3,536
3 0,2872 0,0812
68-71 5 69,5 4830,25 347,5 24151,25 67,5 -
1,1587 0,1764 7,056
5 4,2271 0,5990
72-75 8 73,5 5402,25 588 43218 71,5 -
0,5238 0,1547 6,188
8 3,2833 0,0530
76-79 9 77,5 6006,25 697,5 54056,25 75,5 0,1111 0,2266 9,064 9 0,0040 0,0004
80-84 12 81,5 6642,25 978 79707 79,5 0,7460 0,7074 28,296 12 265,5596 3,3850
84,5 1,5396
Jumlah 40 30953,5 2992 225,350 40 5,06
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada tabel bantu di atas adalah sebagai
berikut:
8. Membuat tabel distribusi frekuensi
9. Menentukan Z batas kelas dengan menggunakan rumus:
𝑧 =𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠− �̅�
𝑆
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata
303
𝑆 : nilai standar deviasi
10. Menentukan Z tabel
Z Batas Kelas -2,42 -1,79 -1,15 -0,52 0,11 0,74 1,53
Luas Z Tabel 0,4922 0,4633 0,3749 0,1985 0,0438 0,2704 0,4370
Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
g. Kelas 60 – 63
0,4922 – 0,4633 = 0,0289
h. Kelas 64 – 67
0,4633 – 0,3749= 0,0884
i. Kelas 68 – 71
0,3749 – 0,1985= 0,1764
j. Kelas 72 – 75
0,1985 – 0,0438= 0,1547
k. Kelas 76 – 79
0,2704 – 0,0438 = 0,2266
l. Kelas 80 + 84
0,2704 + 0,4370 = 0,7074
11. Menghitung nilai 𝑓𝑡 (frekuensi yang diharapkan) dengan menggunakan rumus:
𝑓𝑡 = Σ𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑧 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
12. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus:
𝑋2 = Σ(𝒇𝟎−𝒇𝒕)𝟐
𝒇𝒕
Keterangan:
x2 : nilai tes kai kuadrat
𝑓0 : frekuensi yang diobservasi
𝑓𝑡 : frekuensi yang diharapkan
13. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) dengan menjumlahkan nilai kai
kuadrat tiap-tiap kelas
304
14. Menguji hipotesis normalitas
Nilai 𝑋2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat kebebasan (dk) = 6 – 1 = 5 pada taraf signifikansi 5%
adalah 11,07048. Untuk menguji normalitas data, maka dapat dibandingkan nilai
𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Didapatkan nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya 𝐻𝑎
ditolak (data terdistribusi normal).
D. Kelas Eksperimen
Perolehan Nilai Posttest Kelas Eksperimen
64 64 64 68 68 68 68 72 72 72
72 72 72 72 76 76 76 76 76 76
76 80 80 80 80 80 80 80 80 80
84 84 84 84 88 88 88 88 92 92
Tabel Bantu Kai Kuadrat (Chi Square) Kelas Eksperimen
Interval 𝒇𝒊
Titik
Tengah
(𝒙𝒊)
𝒙𝒊𝟐 𝒇𝒊. 𝒙𝒊 𝒇𝒊.𝒙𝒊
𝟐 Batas
Kelas
Z
Batas
Kelas
Luas
Tiap
Kelas
𝒇𝒕 𝒇𝟎 (𝒇𝟎-𝒇𝒕)2
X2
hitung
64-68 7 66 4356 462 30492 63,5 -1,9230 0,0694 2,776 6 10,3941 1,0323
69-73 7 71 5041 497 35287 68,5 -1,3027 0,1515 6,06 6 0,0036 0,0006
74-78 7 76 5776 532 40432 73,5 -0,6823 0,2278 9,112 6 9,6845 0,6140
79-83 9 81 6561 729 59049 78,5 -0,0620 0,1849 7,396 4 11,5328 0,8832
84-88 8 86 7396 688 59168 83,5 0,5583 0,5878 23,512 16 56,4301 1,5268
89-93 2 91 8281 182 16562 88,5 1,1786 0,0843 3,372 2 1,8823 0,9411
63,5 1,7990
Jumlah 40 37,41
1
3090 240990 40 4,998
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada tabel bantu di atas adalah sebagai
berikut:
8. Membuat tabel distribusi frekuensi
9. Menentukan Z batas kelas dengan menggunakan rumus:
305
𝑧 =𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠− �̅�
𝑆
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata
𝑆 : nilai standar deviasi
10. Menentukan Z tabel
Z Batas Kelas -1,92 -1,30 -0,68 0,06 0,55 1,17 1,79
Luas Z Tabel 0,4726 0,4032 0,2517 0,0239 0,2088 0,3790 0,4633
Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut:
a. Kelas 12-16
0,4726 – 0,4032= 0,0694
b. Kelas 17-21
0,4032 – 0,2517 = 0,1515
c. Kelas 22-26
0,2517 – 0,0239= 0,2278
d. Kelas 27-31
0,2088 – 0,0239= 0,1849
e. Kelas 32 + 36
0,2088 + 0,3790= 0,5878
f. Kelas 37-41
0,4633 – 0,3790 = 0,0843
11. Menghitung nilai 𝑓𝑡 (frekuensi yang diharapkan) dengan menggunakan rumus:
𝑓𝑡 = Σ𝑓 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑧 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
12. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus:
𝑋2 = Σ(𝒇𝟎−𝒇𝒕)𝟐
𝒇𝒕
Keterangan:
x2 : nilai tes kai kuadrat
𝑓0 : frekuensi yang diobservasi
𝑓𝑡 : frekuensi yang diharapkan
306
13. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) dengan menjumlahkan nilai kai
kuadrat tiap-tiap kelas
14. Menguji hipotesis normalitas
Nilai 𝑋2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat kebebasan (dk) = 6 – 1 = 5 pada taraf signifikansi
5% adalah 11,07048. Untuk menguji normalitas data, maka dapat dibandingkan
nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Didapatkan nilai 𝑋2ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋2
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, artinya 𝐻𝑎
diterima (data terdistribusi normal).
307
UJI HIPOTESIS HASIL PRETEST
Karena kedua data yang akan di uji terdistribusi normal dan homogen, maka
rumus uji hipotesis yang akan digunakan adalah:
𝑡 =�̅�1 − �̅�2
𝑑𝑠𝑔 √1𝑛1
+1
𝑛2
dimana: 𝑑𝑠𝑔 = √(𝑛1−1)𝑆1
2+(𝑛2−1)𝑆22
𝑛1+𝑛2−2
Keterangan:
�̅�1 = rata-rata data kelompok 1
�̅�2 = rata-rata datakelompok 2
𝑑𝑠𝑔 = varians gabungan kedua kelompok
𝑆12 = varians kelompok 1
𝑆22 = varians kelompok 2
𝑛1 = jumlah anggota kelompok 1
𝑛2 = jumlah anggota keompok 2
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
1) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻𝑜 ditolak.
2) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak.
Langkah-langkah menentukan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai-nilai yang diketahui. Berdasarkan hasil pretest diperoleh:
�̅�1 = 26,62
�̅�2 = 25,07
𝑆12 = (8,21)2 = 67,40
𝑆22 = (8,38)2 = 70,22
2. Menentukan nilai standar deviasi gabungan (𝑑𝑠𝑔)
𝑑𝑠𝑔 = √(𝑛1 − 1)𝑆1
2 + (𝑛2 − 1)𝑆22
𝑛1 + 𝑛2 − 2
308
𝑑𝑠𝑔 = √(42 − 1) (67,40) + (42 − 1)(70,22)
42 + 42 − 2
𝑑𝑠𝑔 = √2763,4 + 2879,02
82
𝑑𝑠𝑔 = √5642,42
82
𝑑𝑠𝑔 = √68,81 = 8,29
3. Menentukan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑡 =�̅�1 − �̅�2
𝑑𝑠𝑔 √1𝑛1
+1
𝑛2
𝑡 =26,62 − 25,07
8,29 √1
42 +1
42
𝑡 =1,55
1,82
𝑡 = 0,852
4. Menentukkan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Derajat kebebasan untuk mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah
𝑑𝑘 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 = 42 + 42 − 2 = 82
Pada taraf signifikansi 5% nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk 𝑑𝑘 = 82 adalah 1,98.
5. Menguji Hipotesis
Karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak.
6. Memberikan Interpretasi
309
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh penggunaan metode Quantum Learning berbasis gaya belajar terhadap
hasil belajar fisika pada konsep Alat Optik karena belum diberikan perlakuan pada
kelas eksperimen.
310
UJI HIPOTESIS HASIL POSTTEST
Karena kedua data yang akan di uji terdistribusi normal dan homogen, maka
rumus uji hipotesis yang akan digunakan adalah:
𝑡 =�̅�1 − �̅�2
𝑑𝑠𝑔 √1𝑛1
+1
𝑛2
dimana: 𝑑𝑠𝑔 = √(𝑛1−1)𝑆1
2+(𝑛2−1)𝑆22
𝑛1+𝑛2−2
Keterangan:
�̅�1 = rata-rata data kelompok 1
�̅�2 = rata-rata datakelompok 2
𝑑𝑠𝑔 = varians gabungan kedua kelompok
𝑆12 = varians kelompok 1
𝑆22 = varians kelompok 2
𝑛1 = jumlah anggota kelompok 1
𝑛2 = jumlah anggota keompok 2
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:
3) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻𝑜 ditolak.
4) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑜 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak.
Langkah-langkah menentukan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah sebagai berikut:
7. Menentukan nilai-nilai yang diketahui. Berdasarkan hasil posttest diperoleh:
�̅�1 = 81,90
�̅�2 = 74,86
𝑆12 = (8,32)2 = 69,22
𝑆22 = (7,15)2 = 51,12
8. Menentukan nilai standar deviasi gabungan (𝑑𝑠𝑔)
𝑑𝑠𝑔 = √(𝑛1 − 1)𝑆1
2 + (𝑛2 − 1)𝑆22
𝑛1 + 𝑛2 − 2
311
𝑑𝑠𝑔 = √(42 − 1) (69,22) + (42 − 1)(51,12)
42 + 42 − 2
𝑑𝑠𝑔 = √2838,02 + 2095,92
82
𝑑𝑠𝑔 = √4933,94
82
𝑑𝑠𝑔 = √60,17 = 7,76
9. Menentukan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑡 =�̅�1 − �̅�2
𝑑𝑠𝑔 √1𝑛1
+1
𝑛2
𝑡 =81,90 − 74,86
7,76 √1
42 +1
42
𝑡 =7,04
1,70
𝑡 = 4,14
10. Menentukkan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Derajat kebebasan untuk mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah
𝑑𝑘 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 = 42 + 42 − 2 = 82
Pada taraf signifikansi 5% nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk 𝑑𝑘 = 82 adalah 1,98.
11. Menguji Hipotesis
Karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻0 ditolak.
12. Memberikan Interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode Quantum Learning berbasis gaya
312
belajar terhadap hasil belajar fisika pada konsep Alat Optik setelah diberi
perlakuan.
313
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
No
.
Siswa C1 C2 C3 C4 Jumlah Nila
i 1 6 10 16 20 21 23 2 4 5 8 11 3 7 9 12 17 22 13 14 15 18 19 24 25
1 S1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4 16
2 S2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7 28
3 S3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 7 28
4 S4 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 8 32
5 S5 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 16
6 S6 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 28
7 S7 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 8 32
8 S8 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 10 40
9 S9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 3 12
10 S10 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 9 36
11 S11 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 9 36
12 S12 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 20
13 S13 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 20
14 S14 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 6 24
15 S15 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 16
16 S16 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 6 24
17 S17 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5 20
18 S18 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 16
19 S19 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 20
20 S20 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6 24
21 S21 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 20
22 S22 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 6 24
23 S23 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 20
24 S24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6 24
25 S25 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 12
26 S26 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 9 36
27 S27 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8 32
314
28 S28 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 6 24
29 S29 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 6 24
30 S30 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 36
31 S31 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 8 32
32 S32 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16
33 S33 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 24
34 S34 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 16
35 S35 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9 36
36 S36 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 16
37 S37 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 20
38 S38 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4 16
39 S39 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 16
40 S40 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 4 16
41 S41 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 8 32
42 S42 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4 16 Jumlah 14 11 20 6 7 8 10 6 8 8 11 10 5 13 11 21 12 9 8 10 12 7 8 10 4 249 996
Persentase
33% 26% 48% 14% 17% 19% 24% 14% 19% 19% 26% 24% 12% 31% 26% 50% 29% 21% 19% 24% 29% 17% 19% 24% 10%
Rata-rata 27 Max
40 Min 12
Jangkauan (J) 28 Banyak Kelas (K)
6,28 Panjang Kelas (P)
4,67
315
Hasil Pretest Kelas Kontrol
No
.
Siswa C1 C2 C3 C4 Jumlah Nila
i 1 6 10 16 20 21 23 2 4 5 8 11 3 7 9 12 17 22 13 14 15 18 19 24 25
1 S1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 8 32
2 S2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 3 12
3 S3 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 20
4 S4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 8 32
5 S5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 24
6 S6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 16
7 S7 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 20
8 S8 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 9 36
9 S9 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 8 32
10 S10 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 10 40
11 S11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 20
12 S12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4 16
13 S13 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 28
14 S14 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5 20
15 S15 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 16
16 S16 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7 28
17 S17 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 6 24
18 S18 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 10 40
19 S19 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 13 52
20 S20 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 4 16
21 S21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 16
22 S22 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 7 28
23 S23 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 20
24 S24 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 8 32
25 S25 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 7 28
26 S26 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 8 32
27 S27 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 5 20
316
28 S28 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 16
29 S29 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6 24
30 S30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 20
31 S31 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 24
32 S32 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5 20
33 S33 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 9 36
34 S34 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7 28
35 S35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 12
36 S36 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 16
37 S37 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 9 36
38 S38 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 6 24
39 S39 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5 20
40 S40 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 7 28
41 S41 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 28
42 S42 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6 24 Jumlah 14 11 20 6 7 8 10 6 8 8 11 10 5 13 11 21 12 9 8 10 12 7 8 10 4 249 996
Persentase
52% 33% 55% 10% 17% 19% 33% 12% 17% 10% 38% 40% 12% 29% 12% 38% 12% 40% 14% 21% 29% 19% 26% 24% 17%
Rata-rata 25,25 Max
40 Min 12
Jangkauan (J) 28 Banyak Kelas (K)
6,28 Panjang Kelas (P)
4,67
317
Hasil Posttest Kelas Kontrol
No
.
Siswa C1 C2 C3 C4 Jumlah Nila
i 1 6 10 16 20 21 23 2 4 5 8 11 3 7 9 12 17 22 13 14 15 18 19 24 25
1 S1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 18 72
2 S2 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 18 72
3 S3 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 16 64
4 S4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 18 72
5 S5 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 19 76
6 S6 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 19 76
7 S7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 20 80
8 S8 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19 76
9 S9 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 15 60
10 S10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 21 84
11 S11 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 18 72
12 S12 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 84
13 S13 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 16 64
14 S14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 88
15 S15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 20 80
16 S16 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 19 76
17 S17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 18 72
18 S18 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 19 76
19 S19 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 16 64
20 S20 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19 76
21 S21 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 18 72
22 S22 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 16 64
23 S23 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 88
24 S24 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 15 60
25 S25 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 15 60
26 S26 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84
27 S27 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 18 72
318
28 S28 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 18 72
29 S29 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 17 68
30 S30 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 16 64
31 S31 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 20 80
32 S32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 18 72
33 S33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 84
34 S34 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 16 64
35 S35 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 18 72
36 S36 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 88
37 S37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 18 72
38 S38 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 88
39 S39 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 16 64
40 S40 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84
41 S41 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 18 72
42 S42 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 20 80 Jumlah 14 35 32 35 34 23 29 29 37 26 27 28 28 34 30 35 38 21 36 39 37 39 21 17 37 777 3108
Persentase
83% 76% 83% 81% 55% 69% 69% 88% 62% 64% 67% 67% 81% 71% 83% 90% 50% 86% 93% 88% 93% 50% 40% 88% 71%
Rata-rata 74,8 Max
84 Min 60
Jangkauan (J) 24 Banyak Kelas (K)
6,28 Panjang Kelas (P)
4
319
Hasil Postest Kelas Eksperimen
No
.
Siswa C1 C2 C3 C4 Jumlah Nila
i 1 6 10 16 20 21 23 2 4 5 8 11 3 7 9 12 17 22 13 14 15 18 19 24 25
1 S1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 20 80
2 S2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 21 84
3 S3 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 18 72
4 S4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 20 80
5 S5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 21 84
6 S6 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 76
7 S7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 96
8 S8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 18 72
9 S9 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 17 68
10 S10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 20 80
11 S11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 88
12 S12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 18 72
13 S13 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20 80
14 S14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 19 76
15 S15 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 17 68
16 S16 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 88
17 S17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 22 88
18 S18 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 20 80
19 S19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 19 76
20 S20 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 20 80
21 S21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 84
22 S22 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20 80
23 S23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 22 88
24 S24 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 18 72
25 S25 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84
26 S26 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 88
27 S27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92
320
28 S28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 22 88
29 S29 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84
30 S30 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21 84
31 S31 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92
32 S32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 19 76
33 S33 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 19 76
34 S34 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 84
35 S35 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 80
36 S36 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 21 84
37 S37 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 84
38 S38 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 22 88
39 S39 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 23 92
40 S40 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84
41 S41 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 19 76
42 S42 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 84 Jumlah 14 40 34 36 36 35 31 36 39 30 30 35 32 37 32 34 38 34 36 34 40 32 31 26 38 362 826
Persentase
95% 81% 86% 86% 83% 74% 86% 93% 71% 71% 83% 76% 88% 76% 81% 90% 81% 86% 81% 95% 76% 74% 62% 90% 76%
Rata-rata 77,25 Max
92 Min 64
Jangkauan (J) 28 Banyak Kelas (K)
6,28 Panjang Kelas (P)
4,67
321
LAMPIRAN D
SURAT IZIN PENELITIAN
322
323
LAMPIRAN E
UJI REFERENSI
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334