Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS KECERDASAN
MAJEMUK TERHADAP HASIL BELAJAR ISWA PADA KONSEP
ALAT-ALAT OPTIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Khairatunnisah
NIM 1112016300073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
KHAIRATUNNISA, NIM 1112016300073 Pengaruh Pendekatan Inkuiri
Berbasis Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Alat - Alat Optik. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk seberapa besar pengaruh pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat-alat
optik. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 di SMA Negeri 7
Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini terdapat dua sampel, yaitu kelas X-IPA 6
sebagai kelas eksperimen dan X-IPA 2 sebagai kelas kontrol. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent control
group dan teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Instrumen
yang digunakan yaitu instrumen tes objektif berupa 16 soal pilihan ganda dan
instrumen nontes berupa angket. Berdasarkan hasil uji prasyarat, kedua kelas
memiliki data yang tidak terdistribusi normal dan varians yang sama. Uji hipotesis
menggunakan uji nonparametrik yaitu pada uji Mann Whitney terhadap data
posttest. Hasilnya pada taraf signifikasi 0,05 diperoleh nilai sig.(2-tailed) sebesar
0.031. Terlihat bahwa nilai signifikasi (0,031) < nilai taraf signifikasi (0.05),
sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada konsep alat-alat optik. Hasil angket respon siswa terhadap
penggunaan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk juga berada pada
kategori baik sekali dengan hasil persentase 79,88%.
Kata kunci: Pendekatan Inkuiri, Kecerdasan Majemuk, Hasil Belajar Siswa,
Alat-Alat Optik
v
ABSTRACT
KHAIRATUNNISA, NIM 1112016300073 The Effect of Inquiry Approach
Based on Multiple Intelligences on Student Learning Results At Optic Tools
Concept. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Departmen,
Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, State Islamic University of Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
This research aims to prove the effect of inquiry approach based on multiple
intelligences on student learning results at optic tools concept. The study was
conducted in December 2018 in SMA Negeri 7 South Tangerang. In this research,
there are two samples, the class X-IPA 6 as an experimental class and class X-
IPA 2 as the control class. The method used is quasi experimental with a non
equivalent control group design and the technique of sampling is purposive
sampling. The instrument were used are test instrument which is 16 multiple
choice objective questions and instrument nontes which is questionnaire. Based
on prerequisite test results, both classes have normally distributed data and the
same variance. The hypothesis testing using parametric statistical of Mann
Whitney on the posttest. The result, at the significance level of 0.05 was obtained
sig. (2-tailed) of 0.031. It is seen that the value of sig. (0.031) < 0.05 significant
level, so Ho rejected and H1 received. This means that inquiry approach based on
multiple intelligences effect on the student learning result on the optic tools. The
results of questionnaires analysis of inquiry approach based on multiple
intelligences also get a very good category with a percentage of 79,88%
Keywords: Inquiry Approach, Multiple Intellegences, Student’s Learning
Result, Optic Tools
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatu,
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Konsep Alat - Alat Optik”
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya
hingga akhir zaman. Aamiin ya Allah ya Robbal’alamin.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, terima kasih tersebut
disampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dwi Nanto, Ph.D selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ai Nurlela, M.Si, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan
pengarahan dan saran selama proses pembuatan skripsi ini.
5. Devi Solehat, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan
pengarahan dan saran selama proses pembuatan skripsi ini.
6. Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswi pendidikan fisika.
7. Seluruh dosen, staf dan karyawan FITK UIN Syarifhidayatullah Jakarta,
khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama
proses perkuliahan.
vii
8. Keluarga tercinta, Bapak (M. Yasin), Ibu (Jumrah), dan kedua adikku tercinta
(Novita Rahmawati dan Anindita Kesya) yang selalu memberikan doa,
motivasi dan dukungan kepada penulis.
9. Keluarga Pendidikan Fisika 2012, yang senantiasa memberikan pembelajaran
serta pengalaman berarti.
10. Sahabatku, Nurul Azizah, Nur Mushobiroh, Desi Hasibuan, Dzaky Ilmy yang
telah memberi motivasi, dukungan, dalam berbagai bentuk.
11. Yuni Megasari, Siti Dzulhijah, dan Nuramin K. yang sudan menemani
peneliti, selalu menjadi tempat berbagi informasi, memberikan doa, waktu,
pikiran, tenaga, saran dan dukungan kepada peneliti.
12. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini
Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dengan balasan yang terbaik. Aamiin ya Allah ya Robbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk ke arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak. Aamiin ya Allah ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatu,
Jakarta, April 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
G. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 7
A. Kajian Teoritis...................................................................................... 7
1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran .................................................. 7
2. Pendekatan Inkuiri............................................................................ 8
3. Kecerdasan Multiple Intelligences ................................................. 14
4. Belajar dan Hasil Belajar................................................................ 24
5. Definisi Alat-Alat Optik ................................................................. 28
B. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 38
C. Kerangka Berfikir ............................................................................... 39
D. Hipotesis............................................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 43
B. Metode Penelitian ............................................................................... 43
C. Desain Penelitian ................................................................................ 43
ix
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 44
E. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 45
F. Prosedur Penelitian ............................................................................. 45
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 47
H. Instrumen Penelitian .......................................................................... 48
I. Instrumen Tes ...................................................................................... 48
J. Instrumen Non Tes .............................................................................. 49
K. Kalibrasi Instrumen .......................................................................... 50
L. Kalibrasi Instrumen Tes ..................................................................... 50
M. Teknik Analisis Data ......................................................................... 55
N. Hipotesis Statistik .............................................................................. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 63
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 63
1. Hasil Belajar Siswa (Pretest) ......................................................... 63
2. Hasil Belajar Siswa (Posttest) ........................................................ 64
3. Kemampuan Kognitif Siswa .......................................................... 66
4. Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) .............................................. 66
B. Hasil Analisis Data ............................................................................. 67
1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik .............................................. 67
2. Uji Hipotesis Statistik..................................................................... 69
3. Hasil Analisis Data Angket ............................................................ 70
C. Pembahasan ........................................................................................ 71
D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 74
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 76
A. Kesimpulan ........................................................................................ 76
B. Saran ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77
LAMPIRAN ....................................................................................................... 145
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagian-Bagian Mata ...................................................................... 28
Gambar 2.2 Perbandingan Lensa Mata Relaksasi dan Kontraksi ..................... 29
Gambar 2.3 Jangkauan Penglihatan Rabun Jauh (miopi) .................................. 30
Gambar 2.4 Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cekung .................... 31
Gambar 2.5 Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cembung .................. 31
Gambar 2.6 Bagian-Bagian Kamera ................................................................. 32
Gambar 2.7 a) Lup............................................................................................. 33
Gambar 2.7 b) Pembentukan Bayangan pada Lup ............................................ 33
Gambar 2.8 Bagian-Bagian Mikroskop............................................................. 34
Gambar 2.9 Diagram Sinar Pembentukan Bayangan pada Mikroskop Optik ... 34
Gambar 2.10 Bagian-Bagian Teropong Bintang ................................................. 36
Gambar 2.11 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bintang .......................... 36
Gambar 2.12 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata
Berakomodasi) ............................................................................. 37
Gambar 2.13 Pembentukan Bayanagn pada Teropong Bumi (Mata Tak
Berakomodasi) ............................................................................. 37
Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berfikir ............................................................... 41
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ........................................................................ 47
Gambar 4.1 Grafik Ranah Kognitif Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ................................................................... 66
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kuasi Eksperimen ............................................... 44
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ................................................................... 48
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes ........................................................... 50
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ............................................. 51
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ................................................... 52
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ..................................... 53
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran ............................................................................. 53
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes ......................... 54
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................... 54
Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Beda Instrumen Tes ................................................ 55
Tabel 3.11 Kategori Penilaian Angket ............................................................... 61
Tabel 3.12 Kriteria Persentase Data Non Tes .................................................... 62
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas Eksperimen
......................................................................................................... 63
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas Kontrol .... 64
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Eksperimen
......................................................................................................... 65
Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Kontrol .... 65
Tabel 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ...................................................................................... 67
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ........................................................ 68
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................................ 69
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen ..................................................................... 70
Tabel 4.9 Hasil Angket Pernyataan Siswa Terhadap Penggunaan Pendekatan
Inkuiri Kecerdasan Majemuk ........................................................... 71
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ............................................................ 80
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ................................................................ 134
Lampiran B Instrumen Penelitian Lampiran 1 Instrumen Tes .......................................................................... 182
a. Kisi – Kisi Instrumen Tes ................................................... 208
b. Instrumen Tes .................................................................... 211
Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ............................................ 227
Lampiran 3 Soal Instrumen Penelitian ........................................................ 229
Lampiran 4 Kisi – Kisi Instrument Non Tes ............................................... 236
Lampiran 5 Instrumen Non Tes (angket) .................................................... 237
Lampiran 6 Lembar Uji Validitas Instrumen Nontes.................................. 240
Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian Lampiran 1 Hasil Pretest ............................................................................ 243
a. Kelas Eksperimen.............................................................. 243
b. Kelas Kontrol .................................................................... 244
Lampiran 2 Hasil Posttest ........................................................................... 245
a. Kelas Eksperimen.............................................................. 245
b. Kelas Kontrol .................................................................... 246
Lampiran 3 Uji Normalitas ......................................................................... 255
Lampiran 4 Uji Homogenitas ....................................................................... 256
Lampiran 5 Uji Hipotesis ............................................................................ 257
Lampiran 6 Data Hasil Angket Respon Siswa .............................................. 261
Lampiran 7 Perhitungan Nilai Rata-Rata Jenjang Kognitif ......................... 261
Lampiran 8 Data Nilai N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 264
Lampiran D Surat – Surat Penelitian ........................................................ 282
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 282
Lampiran 2 Lembar Uji Referensi ............................................................... 283
Lampiran 3 Riwayat Penulis ........................................................................ 290
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu
bangsa.1 Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Tuntutan dunia kerja dan persaingan yang semakin ketat
harus diimbangi dengan penyelenggaraan pendidikan yang semakin professional.
Pelaksanaan proses pendidikan harus bisa membentuk siswa memiliki
kompetensi yang dibutuhkan masyarakat. Hal tersebut tidak dapat terwujud jika
proses pendidikannya tidak dapat mencapai target yang telah dicanangkan. Upaya
untuk mencapai target tersebut memerlukan upaya peningkatan kualitas proses
pembelajaran.2
Kualitas pendidikan di negara Indonesia masih tergolong rendah. Menurut
informasi yang didapatkan dari pendataan PISA (Programme for International
Student Assessment) yang dilakukan pada tahun terakhir 2015 menunjukkan
bahwa kemampuan rata-rata siswa Indonesia pada domain sains berada pada
peringkat 61 dari 70 Negara. Perolehan skor pada domain matematika negara
Indonesia adalah 386 dari skor tertinggi 490 dan pada domain sains adalah 403
dari skor tertinggi 493.3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di lima sekolah di
Kabupaten Tangerang diperoleh informasi bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di kelas oleh guru sudah berjalan dengan baik, namun masih ada
beberapa hal yang kurang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran. Dominan
siswa masih bersifat tidak aktif. Pemblajaran yang di terapkan di sekolah tersebut
cenderung kepada teacher centered daripada student centered. Selain itu tidak
1 M.Syaikhul Umam, Indrawati, Subiki, Pengaruh Model Process Oriented Guide Inquiry
Learning (POGIL) terhadap Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran
Fisika SMA/MA di Kabupaten Jember .(Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.5 No. 3, 2016), Hal. 205 2 Ibid
3 OECD, PISA 2015 Result in Focus, (OECD: Better Policies for Better Lives, 2016), h. 5
2
adanya aktivitas siswa yang beragam yang diciptakan oleh guru, misalnya guru
memancing siswa dengan memberikan masalah sehingga siswa maju kedepan,
mengajukan pertanyaan, merancang penelitian, mencatat data-data dan melakukan
penyelidikan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang terlatih untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan pasif ketika pembelajaran
berlangsung. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab siswa kurang termotivasi
untuk mempelajari konsep yang dijelaskan guru sehingga hasil belajar siswa
menjadi tidak maksimal.
Salah satu cara untuk mendorong siswa agar terlibat secara aktif dalam
menemukan konsep pada proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan
pendekatan inkuiri. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengorientasikan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered approach).4
Pembelajaran dengan pendekatan ini juga dinilai sesuai dengan proses
pembelajaran IPA yang menekankan pada kemampuan ilmiah siswa. Hal ini
didukung oleh National Science Education Standars bahwa pemahaman konsep
sains dilakukan dalam standar inkuiri. 5
Fisika merupakan cabang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
yang diselenggarakan pada tingkat SMA. Fisika merupakan pengetahuan yang
disusun berdasarkan fakta, fenomena-fenomena alam, hasil pemikiran, dan
eksperimen.6 Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 bahwa salah satu tujuan
mata pelajaran fisika untuk dipelajari di SMA adalah sebagai wahana atau sarana
untuk melatih para peserta didik agar dapat menguasai pengetahuan, konsep,
prinsip fisika, keterampilan, dan sikap ilmiah.
Fisika pada sekolah menengah atas (SMA) sangat erat kaitannya dengan
matematika sehingga dalam pemberian materinya ditekankan penyelesaian
masalah secara logis-matematis. Sementara itu tidak semua peserta didik memiliki
4 Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”,
(Jakarta: Kencana, 2010), Cet, 7, h. 197 5 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, “Strategi Pembelajaran Sains”, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 47 6 Rabiatul Asriani, dkk. “Pengaruh Pendekatan Mltiple Intelligence Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa”. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran
Matematika dan IPA IKIP Mataram. Vol. 6 No. 2. 2018, h. 78.
3
kecerdasan logis-matematis yang menonjol atau dominan. Peserta didik yang
kurang memiliki kemampuan logis-matematis ini tentunya akan mengalami
kesulitan dalam pembelajaran. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
ketidakmampuan pemahaman siswa dan berefek pada hasil belajar fisika peserta
didik yang rendah.
Mengenai kecerdasan yang dimiliki siswa, Robinson Situmorang
menyinggung hal tersebut di dalam tulisannya. Ia mengutip pendapat Howard
Gadner dalam bukunya Frame Of Mind: The theory of multiple Intelligences,
Gadner berpendapat bahwa ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap
individu, yaitu: kecerdasan linguistik, kinestetik-jasmani, spasial, musikal,
matematis-logis, intrapersonal, interpersonal, dan kecerdasan naturalis. Melalui
kedelapan jenis kecerdasaan tersebut setiap individu mengakses informasi yang
akan masuk kedalam dirinya. Kemudian Amstrong, sebagai murid Gadner
mengatakan bahwa delapan jenis kecerdasan ini merupakan modalitas untuk
melejitkan kemampuan setiap individu (siswa) dan menjadikan mereka sebagai
sang juara, karena pada dasarnya setiap anak adalah cerdas.7 Berbagai kecerdasan
yang ada pada manusia ini telah dibuktikan oleh Gardner melalui penelitiannya
selama bertahun-tahun tentang perkembangan kapasitas kognitif manusia.
Menurutnya, setiap individu memiliki keahlian tertentu; setiap individu
mempunyai perbedaan dalam tingkat keahlian dan dalam sifat kombinasinya dari
Sembilan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) manusia yang bisa
ditumbuhkembangkan dan digali potensinya.8
Dalam penelitian ini, pemilihan konsep Alat-alat Optik karena beberapa
pertimbangan. Alasan pemilihan materi adalah berdasarkan hasil analisis studi
pendahuluan yang telah dilakukan di lima sekolah SMA di Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil analisis, persentase kesulitan materi yang dialami siswa
diantaranya adalah Besaran dan Satuan 5%, Gerak Lurus 11%, Dinamika Partikel
dan Hukum Newton 12%, Fluida Statis 17%, Vektor 7%, Gerak Melingkar
7 Robinson Situmorang, Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inlegence ( MI ) untuk
pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran, dalam Dewi Salma Prawiradilaga, dan Eveline
Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta:Kencana. cet. 2, 2004), h.60. 8 Howard Gardner, “Multiple Intelligence”, (Jakarta: Daras Book, 2011), h. 18
4
Beraturan (GLB) 12%, Elastisitas 5%, dan Alat-Alat Optik 25%. Hal itu didukung
oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Fisika.
Berdasarkan hasil wawancara oleh beberapa guru Fisika di sekolah mengatakan
bahwa waktu yang tersedia di kelas juga tidak cukup bagi siswa untuk dapat
menangkap pemahaman yang benar tentang kinerja alat optik.9 Siswa juga
mengalami kesulitan dalam menguasai beberapa materi yang berkaitan dengan
cahaya, misalnya membedakan antara bayangan maya dan bayangan nyata baik
pada cermin maupun pada lensa.10
Untuk mengidentifikasi berbagai peristiwa Alat
Optik tentunya siswa harus melakukan penyelidikan ilmiah agar mendapatkan
fakta-fakta yang mendukung jawaban mereka.
Berdasarkan uraian diatas, maka timbul gagasan dari peneliti untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Berbasis
Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat
Optik”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa tergolong rendah
2. Proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan atau menfasilitasi para
siswa untuk mengekplorasi kemampuan yang dimilikinya.
3. Siswa tidak dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang kinerja fisis
alat-alat optik dan melaksanakan praktikum pada materi itu.
4. Guru membutuhkan suatu cara tertentu, mengingat bahwa setiap siswa
memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap konsep yang disampaikan
dalam pembelajaran.
9 Wiji Lestari, Multimedia Pembelajaran Alat-Alat Optik untuk Meningkatkan Prestasi
dan Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA, 2016, h.2 10
Iwan Arisanto, dkk, Pengembangan Bahan Ajar Integratif Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA Materi
Optik, (Universitas Negeri Malang), h.2
5
C. Batasan Masalah
Mengacu pada masalah - masalah yang muncul diatas, maka demi
terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yakni
hanya pada masalah berikut:
1. Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenjang kognitif
yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Lorin W.
Anderson dan David R. Krathwohl.11
Meliputi mengingat (C1), memahami
(C2), menerapkan (C3), dan manganalisis (C4).
2. Kecerdasan majemuk yang diukur dalam penelitian meliputi kecerdasan
linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetis, interpersonal,
intrapersonal, musikal, dan naturalis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis
Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat
Optik?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis
Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat
Optik?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis
Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat
Optik.
11
Suharsimi Arikunto. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara. 2005), hal. 117-121.
6
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan Pendekatan Inkuiri
Berbasis Kecerdasan Majemuk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Alat-Alat Optik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya
mengenai pengaruh pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat-alat optik”
2. Bagi guru, dapat membantu guru dalam menentukan strategi belajar yang
tepat dalam menunjang keberhasilan pembelajaran, mampu menarik perhatian
dan minat siswa dalam memahami pelajaran fisika.
3. Bagi siswa, terbentuknya siswa yang aktif, kreatif dan inovatif serta
berwawasan luas dalam belajar fisika.
4. Bagi Akademik, sebagai bahan referensi sehingga dapat digunakan untuk
bahan tambahan pengetahuan.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR,
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan (approach) merupakan suatu titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran.12
Pendekatan bersifat filosofis paradikmatik, yaitu
dasar dari aplikasi strategi dan metode.13
Pendekatan merupakan dasar untuk
menentukan strategi pembelajaran yang diwujudkan melalui suatu metode, dan
metode merupakan alat yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi
pembelajaran.14
Dengan kata lain pendekatan dapat diimplementasikan dalam
sejumlah strategi, dan suatu strategi dapat diimplementasikan dalan beberapa
metode.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang akan dilalui
oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan intruksional pada suatu satuan
intruksional tertentu.15
Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
menjelaskan materi pelajaran yang diorientasikan pada pengalaman-pengalaman
yang dimiliki siswa untuk mempelajari suatu konsep, prinsip atau teori yang baru
tentang suatu bidang ilmu.16
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa
dalam memahami suatu konsep, prinsip atau teori baru yang diorientasikan
melalui pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa itu sendiri dalam proses
pembelajarannya.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), Cet.ke-8, h. 127 13
Junaedi, dkk., Strategi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 3-8 14
Ibid., h. 3-8 15
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.ke-1, h. 91 16
Ibid., h. 91
8
Pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:17
a. Pendekatan yang berpusat pada guru (student-centered approach),
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction) dan
pembelajaran deduktif dan expository.
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approach),
menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiry serta pembelajaran
indukrif.
Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar
pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:18
a. Pendekatan konsep, yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada perolehan
dan pemahaman fakta dan prinsip.
b. Pendekatan proses atau dikenal dengan pendekatan keterampilan proses, yaitu
pendekatan yang menekankan pada bagaimana pembelajaran itu diajarkan
dan dipelajari dan mementingkan keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran serta menekankan pada hasil belajar tuntas.
Pendekatan pembelajaran dinilai baik apabila dapat mencapai suatu tujuan
intruksional dalam suatu satuan instruksional dengan memperhatikan hal-hal
berikut, yaitu:19
a. Identifikasi tujuan
b. Analisis tujuan
c. Penetapan tujuan
d. Spesifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap
e. Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
f. Evaluasi
g. Organisasi sumber-sumber belajar
2. Pendekatan Inkuiri
a. Pengertian Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta
keterangan, atau penyelidikan.20
“Inkuiri merupakan perluasan dari proses
17
Sanjaya, loc. cit. 18
Junaedi, loc. cit 19
Ibid., h. 3-23
9
discovery yang digunakan lebih mendalam”.21
Inkuiri merupakan suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal
dalam mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analiitis, sehingga
siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.22
Sehingga melalui pembelajaran ini, siswa dapat mengembangkan intelektualnya
dan lebih percaya diri dalam mengungkapkan penemuannya.
Pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama
Suchman.23
Suchman meyakini bahwa “anak-anak merupakan individu yang
penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu”.24
Postulat yang diajukan Suchman
untuk mendukung teori yang mendasari pembelajaran ini, yaitu sebagai berikut:25
1) Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu
akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
2) Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan
belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya.
3) Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan
dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa.
4) Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan
berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa
bersifat tentative dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.
Pendekatan inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan
dasar kemampuan untuk memecahkan masalah. Pendekatan inkuiri bertujuan
untuk membuat siswa menjalani suatu proses bagaimana pengetahuan
diciptakan.26
Dengan kata lain prinsip utama inkuiri, yaitu siswa dapat
mengkonstruk sendiri pemahamannya untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Dalam proses belajar mengajar, inkuiri merupakan suatu proses penyelidikan
20
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 76 21
Trianto Model-model Pembelajaran Inovativ Beroriantasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), Cet.ke-1, h. 135 22
Ibid., h. 135 23
Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT.
Prestasi Pustaka Raya, 2011), Cet.ke-1, h. 24 24
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar.., (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011)., Cet. ke-7, h. 14 25
Ibid.,h. 14 26
Ahmadi, loc. cit.
10
(investigasi) yang memungkinkan ide siswa berperan dalam melakukan proses
penyelidikan tersebut.27
Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental
maupun fisik untuk berusaha memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka
menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.28
Jadi dapat
dikatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung tidak hanya bersifat teoritik,
tetapi juga praktik. Dengan kata lain pendekatan pembelajaran ini menekankan
pada bagaimana cara siswa dalam menerapkan atau mengaplikasikan
konsepkonsep maupun teori yang telah diperolehnya, sehingga pembelajaran
tersebut akan memberikan pengalaman langsung dan lebih bermakna untuk siswa.
Pengertian scientific inquiry (inkuiri ilmiah) lebih tepat dikaitkan dengan
tahapan-tahapan tindakan para saintis yang mengarahkan mereka pada
pengetahuan ilmiah.29
Tindakan para saintis tersebut dikenal dengan kegiatan atau
metode ilmiah, yaitu melakukan pengamatan, merumuskan masalah, melakukan
hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang
dibuatnya dan membuat kesimpulan.30
Hal ini dapat menimbulkan sikap objektif,
jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.31
Pengajaran dengan pendekatan
inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk mengenal dan mengembangkan
diri mereka sendiri.32
Jadi dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu
model pembelajaran yang melibatkan kemampuan sains dalam menemukan
penemuannya, dan melalui kemampuan sains tersebut dapat mengembangkan
sikap positif siswa.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam menggunakan
pembelajaran inkuiri, yaitu:33
1) Berorientasi pengembangan intelektual
2) Prinsip interaksi
3) Prinsip bertanya
27
Zulfiani, op. cit., h. 119 28
Abu Ahmadi, op. cit., h. 79 29
Zulfiani, op. cit., h. 120 30
Ibid, h. 120 31
Roestiyah N. K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet.ke-7, h.
76 32
Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.
7.30 33
Junaei, op. cit., h. 6-12
11
4) Prinsip belajar untuk berpikir
5) Prinsip keterbukaan
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran ini adalah
sebagai berikut, yaitu:34
a) Motivator, yang memberikan rangsangan agar peserta didik aktif dan
bergairah berfikir.
b) Fasilitator, yang menujukkan jalan keluar jika peserta didik mengalami
kesulitan.
c) Penanya, untuk menyadarkan peserta didik dari kekeliruan yang mereka
perbuat.
d) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam
kelas.
e) Pengarah, yang memimpin kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
f) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
g) Rewarder, yaitu memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai peserta
didik.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
inkuiri sebagai berikut, yaitu: 35
1) Orientasi
2) Merumuskan masalah
3) Merumuskan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Menguji hipotesis
6) Merumuskan kesimpulan
34
Trianto, op. cit., h. 136 24
Sanjaya, op.cit., h. 201
12
Dalam National Science Education Standards, pendekatan pembelajaran
inkuiri terdiri dari lima tahapan, yaitu:36
1) Engage by oriented question (pemberian pertanyaan arahan)
Siswa diberi pengetahuan melalui pertanyaan mengenai objek organisme
atau fenomena sains. Kemudian dihubungkan dengan konsep sains. Pertanyaan
mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi empiris dan menggunakan data
untuk memberi penjelasan mengenai suatu fenomena sains. Guru membimbing
siswa berpikir kritis dalam proses identifikasi pertanyaan yang muncul dari siswa
agar sesuai dan dapat dijawa siswa melalui observasi dan investigasi.
2) Evidence (pembuktian)
Siswa melakukan pembuktian melauli eksperimen yang dapat membantu
mereka untuk mengembangkan penjelasan dan evaluasi dari pertanyaan sains
yang mereka ajukan sebelumnya. Akurasi data didapat melalui observasi,
pengukuran dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan eksperimen yang
dilakukan.
3) Explanation (penjelasan)
Siswa membuat penjelasan dari bukti yang diperoleh secara ilmiah. Siswa
menggunakan alasan, penyebab, efek dan membangun hubungan berdasarkan
bukti dengan cara logis. Bagi siswa, tahap ini berguna untuk membangun
pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya.
4) Evaluation (evaluasi)
Siswa mengevaluasi pertanyaan mereka dengan cara eliminasi dan revisi
dalam memperjelas alternatif penjelasan. Alternatif penjelasan didapat dari hasil
diskusi, membandingkan hasil, intruksi dari buku atau materi dari guru. Evaluasi
bertujuan agar siswa dapat memperoleh hubungan antara hasil dan juga
kemampuan ilmiah yang dibutuhkan untuk level selanjutnya.
36
Steve Olson and Susan Loucks-Horsley, Inquiry and the National Science Education
Standards: A Guide for Teaching and Learning, National Academy Press, 2000, p. 24-27
(http://www.nap.edu/openbook.php), 26 Januari 2011
13
5) Communication (komunikasi)
Siswa mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Dengan cara ini siswa
yang lain mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan bukti,
mengevaluasi alasan yang tidak sesuai dan mengusulkan alternatif penjelasan.
Berbagi penjelasan dapat membawa ke arah pertanyaan dan memperkuat
hubungan antara bukti, penjelasan dan kemampuan ilmiah mereka. Sebagai hasil,
siswa dapat menghilangkan adanya kontradiksi dan memperkuat argumen ilmiah
mereka.
Lima langkah pada inkuiri ini mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih
keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sehingga dalam kegiatan
pembelajarannya tidak lagi didominasi oleh kegiatan guru melainkan siswa itu
sendiri. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran dan
membimbing siswa dalam melakukan setiap tahapan dalam kegiatan pembelajaran
tersebut sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. Jadi dalam hal
ini guru merupakan fasilitator bagi para siswa untuk mendapatkan pengetahuan
mereka sendiri dan dapat memecahkan masalah.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri
Inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan karena
pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:37
1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
37
Sanjaya, op. cit., h. 208
14
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang
memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
Disamping memiliki keunggulan, inkuiri juga memiliki kelemahan sebagai
berikut, yaitu:38
1) Kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Strategi ini sulit dilakukan dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang
panjang, sehingga sering kali guru sulit untuk menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
3. Kecerdasan Multiple Intelligences
a. Pengertian Multiple Intelligences
Kecerdasan sering kali dikaitkan dengan intelektualitas. Beberapa ahli
memiliki definisi sendiri-sendiri tentang kecerdasan atau intelektualitas. Konsep
kecerdasan atau intelektualitas menurut Harlock adalah, “Kemampuan untuk
menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai
gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.”39
Pendapat lain tentang
kecerdasan dikemukakan oleh Anastasi & Urbina, “Kecerdasan menurutnya lebih
pada keberhasilan yang dapat dicapai individu dalam pengembangan dan
penggunaan kemampuannya yang mempengaruhi penyesuaian emosional,
hubungan antar pribadi, serta konsep diri yang dimiliki seseorang.”40
38
Junaedi, op .cit., h. 6-16 39
Ingridwati Kurnia, Perkembangan Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, 2008), h. 33. 40
Ibid.
15
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu, menyelesaikan masalah,
menghadapi tantangan, dan menciptakan hal yang bermanfaat. Kecerdasan bukan
hanya dikaitkan dengan nilai IQ, namun ada berbagai kecerdasan yang sayangnya
selama ini kurang disadari. Berbagai kecerdasan tersebut kemudian
terimplementasi dalam teori multiple intelligences atau multi kecerdasan.
Multiple intelligences peratama kali dicetuskan oleh Howard Gardner,
seorang ahli kognisi dari universitas John .H and Elisabeth.A. Hobbs serta
profesor pendidikan dari sekolah pascsarjana Harvard. Dr. Gardner yang sangat
memahami teori multiple intelligences menolak anggapan bahwa hanya ada satu
kecerdasan manusia yang dapat diukur melalui psikometri. Hal ini seperti yang
tertuang dalam karangannya bertajuk Frames of Mind, The Theory of Multiple
Intelligences.
Gardner memberikan definisi multiple intelligence (kecerdasan majemuk)
yaitu: 1) kemampuan menciptakan produk baru yang memberikan
konskuensi budaya bagi komunitasnya, 2) kemampuan dalam menciptakan
atau menemukan pemecahan masalah dirinya, dan 3) potensi untuk
menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan
pemahaman baru.41
“Multi kecerdasan adalah teori yang menunjukkan bahwa setiap anak
terlahir ke dunia memiliki sedikitnya delapan macam potensi kecerdasan, Gardner
menyebutnya dengan potensi unik, yang jika dipupuk dengan benar dapat turut
memberikan sumbangan bagi keberhasilan proses pembelajaran anak
didik.”42
Dari keunikan tiap individu tersebut, Gardner kemudian membagi
kecerdasan manusia menjadi 8 kategori, yaitu: 1) logis-matematis, 2) verbal-
linguistis, 3) visual-spasisal, 4) gerak-kinestetis, 5) musicalritmis, 6)
interpersonal, 7) intrapersonal, dan 8) naturalis.
Berdasarkan penjabaran sebelumnya, maka definisi multiple intelligences
atau kecerdasan majemuk adalah sebuah teori yang merangkum berbagai potensi
manusia melalui pembagian aspek-aspek kecerdasan. Ada banyak pengembangan
41
Ibid., h. 4. 42
Eman Relvan, “Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi
Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2, 2004, h. 156.
16
aspek kecerdasan, namun setidaknya ada delapan kecerdasan yang dimiliki
manusia, yaitu kecerdasan bahasa (cerdas dalam berkata-kata), matematik (cerdas
dalam berhitung), spasialvisual (cerdas dalam menggambar dan membayangkan),
kecerdasan jasmani (cerdas dalam berolahraga dan menari), musik (cerdas dalam
bernyanyi dan bermain musik), intrapersonal (cerdas dalam memahami
diri/emosi), interpersonal (cerdas dalam berinteraksi dengan sesama), dan
naturalis (kemampuan memahmi alam).
b. Jenis-jenis Kecerdasan menurut Multiple Intelligences
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa teori Multiple
Intelligences merepresentasikan banyak aspek kecerdasan yang bisa terus
berkembang dan bertambah. Namun, kali ini hanya akan membahas delapan
kecerdasan, yaitu: kecerdasan verbal, kecerdaan visual, kecerdasan
logismatematik, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal-ritmis,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.
1) Kecerdasan Verbal – Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik atau cerdas bahasa ini ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk mengolah bahasa, baik secara lisan maupun tulisan.
”Kecerdasan verbal-linguistik ini meliputi kemampun retorika, kemampuan
mengingat informasi, kemampuan menjelaskan dan kemampuan lain yang
berhubungan dengan bahasa.”43
Orang dengan kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki kemampuan
untuk menunjukkan pemikiran maupun pemahaman yang dimilikinya kepada
orang lain lewat bahasa yang ia gunakan. Orang dengan kecerdasan ini biasanya
berprofesi sebagai penulis, orator, pembicara, pengacara, atau pekerjaan lainnya
yang membutuhkan keahlian berbahasa.44
Kemampuan khusus dari kecerdasan linguistik adalah: “(a) melibatkan
perasaan, pembicaraan, atau bahasa tulisan, (b) menngunakan komunikasi dan
43
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia
USA: ASDC Publisher, 2009), p. 6. 44
Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s
Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 14.
17
membuat pengertian melalui bahasa, dan (c) menggunakan sesitivitas untuk
membuat makna yang halus.”45
Namun terkadang orang sering salah
mengasumsikan seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik. Pemilik
kecerdasan ini bukan berarti harus mampu berbahasa asing atau menjadi orang
yang sering bicara.
Kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki karakteristik tertentu.
Karakteristik orang-orang yang cerdas verbal-linguistik adalah: (a) buku-
buku terasa penting, (b) dapat mengingat cerita atau puisi dengan mudah,
(c) suka bercerita, (d) suka permainan kata-kata, (e) senang menulis, (f)
suka mencari sesuatu di buku atau ensiklopedia, (g) senang melafalkan
kata-kata sulit, (h) menggunakan kata-kata penting saat menulis atau
berbicara.46
Berdasarkan berbagai pemaparan sebelumnya, kecerdasan verballinguistik
adalah suatu kecerdasan untuk menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun
tulisan. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai kemampuan
mengolah bahasa atau kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
pemikiran melalui bahasa yang digunakan. Namun, pemilik kecerdasan ini bukan
berarti harus orang yang sering berbicara ataupun pandai berbahasa asing.
Karakteristik pemilik kecerdasan verbal-linguistik biasanya terlihat dari
kecintaannya terhadap buku, kesenangannya menulis, ataupun perbendaharaan
kosakatanya yang lebih efektif.
2) Kecerdasan Logis – Matematis
Kecerdasan logis-matematis biasanya berhubungan dengan angka,
penghitungan, dan pengklasifikasian. “Kemampuan dalam kecerdasan ini meliputi
pengkategorian, pengklasifikasi, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan,
menghitung, dan merumuskan hipotesis.”47 Orang-orang yang cerdas logis-
matematis biasanya mampu menggunakan dan menilai hubungan yang abstrak,
serta menggunakan bilangan dan berpikir logis. Namun, orang yang cerdas logis-
metematis tidak selalu berorientasi pada bilangan atau menghubungkan segala
sesuatu dengan angka.
45
Ibid., p. 15. 46
Thomas Armstrong, loc. Cit p. 22. 47
Ibid., p. 6
18
Sama halnya seperti kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-
matematis juga memiliki karakteristik khusus untuk mengidentifikasi pemilik
kecerdasan ini. Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan logis-matematis
adalah:48
(a) Suka menghitung barang-barang, (b) suka membuat dan
memperhatikan pola-pola, (c) suka bertanya bagaimana cara kerja sesuatu,
(d) bisa berhitung hanya dengan berpikir dalam kepala, (e) suka mengukur
dan mengelompokkan benda-benda, (f) menyukai permaianan yang butuh
pemikiran logis, (g) tertarik pada penemuan dan teori ilmu pengetahuan,
(h) suka melakukan eksperimen, (i) suka menemukan kekurangan atu hal
yang tidak logis yang dikatakan orang lain, (j) lebih menyukai sesuatu
yang bisa diukur, dianalisis, atau dihitung jumlahnya.
3) Kecerdasan Visual – Spasial
Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan penggambaran, bentuk,
dan sistem tata ruang. “Kecerdasan ini berkaitan erat dengan warna, garis, bentuk,
bahan, keruangan, serta hubungan antara elemenelemen tersebut. Orang dengan
kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan sesuatu, membuat
grafis yang menggambarkan sesuatu, dan beorientasi pada susunan spasial.”49
Kecerdasan visual-spasial biasanya digunakan di bidang sains dan seni. Di
bidang sains, kecerdasan ini digunakan dalam menggambarkan anatomi tubuh dan
juga topologi. Sedangkan dalam bidang seni, kecerdasan visual-spasial biasanya
dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pelukis, pemahat, arsitek,
bahkan musisi dan penulis.
Kemampuan utama kecerdasan visual-spasial adalah, “Mampu
mengambarkan dan mentransformasikan apa yang dipikirkan menjadi nyata, serta
mampu mangingat dengan baik melalui gambar atau membayangkan.”50 Tetapi,
bukan berarti kecerdasan visual-spasial selalu berhubungan dengan penglihatan.
Orang yang tuna netra juga bias menggambaran dengan baik di dalam pikirannya.
Ciri-ciri khusus untuk mengidentifikasi kecerdasan visual-spasial adalah:
(a) suka menggambar atau melukis, (b) dapat mencocokkan pakaian
dengan serasi dan menarik, (c) senang memecahkan teka-teki, (d) suka
bermain dengan balok-balok atau lego, (e) senang berimajinasi, (f) dapat
48
Ibid., h. 22-23 49
Ibid., p. 7. 50
Susan Baum., Op. Cit., h. 16
19
menggambarkan hal-hal dalam pikiran, (g) suka berfoto atau merekam
video, (h) geometri lebih mudah daripada Aljabar.51
Dari berbagai pemaparan tersebut dapat dismpulkan bahwa kecerdasan
visual-spasial adalah kecerdasan yang memungkinkan pemiliknya untuk
memvisualisasikan apa yang ada di pikirannya. Orang dengan kecerdasan ini juga
lebih mudah mengingat melalui gambar atau dengan membayangkannya, Orang-
orang dengan kecerdasan visual-spasial biasanya menyukai gambar-gambar,
sesuatu yang berwarna-warni, dan menyenangi sesuatu yang berhubungan dengan
bentuk atau keruangan.
4) Kecerdasan Jasmani – Kinestetis
Kecerdasan jasmani kinestetis berhubungan erat dengan tubuh. Secara
spesifik, kecerdasan ini berkaitan dengan gerak dan kelenturan tubuh.
Kecerdasan jasmani-kinestetis adalah kemampuan seseorang yang
berhubungan dengan seluruh atau sebagian anggota tubuhnya yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah, membuat sesuatu, dan
sebagainya. Sebagian besar orang dengan kecerdasan jasmanikinestetis
biasanya berprofesi sebagai atlet, penari, ataupun artis.52
“Orang dengan kecerdasan jasmani-kinestetis memiliki keahlian
menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan.
Selain itu, mereka menggunakan tangan untuk membuat atau mengubah sesuatu.
”53
Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik yang membutuhkan keseimbangan,
ketangkasan, fleksibilitas, kekuatan, dan kecepatan.
Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan jasmani-kinestetis antara lain:
(a) rutin berolahraga, (b) sulit duduk tenang dalam waktu lama, (c)
memiliki koordinasi gerak tubuh yang baik, (d) perlu menyentuh sesuatu
ketika ingin mempelajarinya, (e) suka permaianan yang mendebarkan, (f)
suka bersepeda, bersepatu roda, & skateboard, (g) senang berdansa atau
menari, (h) bisa meniru gerakan orang.54
Kemampuan utama dari kecerdasan jasmani-kinestetis adalah mampu
menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menciptakan sesuatu atau
menyelesaikan masalah, serta dapat mengarahkan kemampuannya seluruh
51
Thomas Armstrong, Op. cit., p. 23 52
Ibid., h. 8 53
Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for
Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), h. 76. 54
Thomas Armstrong, op. cit., p. 23-24.
20
tubuhnya atau sebagian tubuh. Tetapi bukan berarti orang dengan kecerdasan ini
menjadi terlalu akttif atau sering bergerak tanpa arah.
5) Kecerdasan Musikal – Ritmis
Kecerdasan musikal-ritmis meliputi sensitivitas terhadap ritme, melodi,
dan warna suara. “Pengembangan lebih jauh tentang kecerdasan ini biasanya
terlihat dari penguasaan orang dengan kecerdasan musikalritmis terhadap
musik.”55
Kecerdasan musikal-ritmis memiliki kemampuan untuk menciptakan
irama, mengkritisi musik, menggubah nada, dan menampilkan musik. Orang
dengan kecerdasan ini mampu menghafal musik dengan mudah.
“Kemampuan utama kecerdasan irama-musik adalah dapat merasakan dan
memahami susunan pola nada, serta mampu menciptakan dan menarik makna dari
suara atau nada. Namun, bukan berarti orang dengan kecerdasan musikal-ritmis
selalu memainkan alat musik.”56
Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan musikal-ritmis antara lain: (a)
memiliki suara yang bagus saat bernyanyi, (b) dapat mengenali kunci
nada, (c) suka belajar dan memainkan alat musik (d) suka bersenandung
saat belajar atau bekerja, (e) suka mengetuk atau menghentakkan sesuatu
sesuai irama, (f) suka memperhatikan suarasuara di sekitar, dan (g) suka
mengingat bagian lagu atau music pendek dari iklan.57
Dari penjabaran sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan
musikal-ritmis adalah kecerdasan yang berkaitan erat dengan suara dan musik.
Orang-orang dengan kecerdasan ini biasanya mampu membuat karya dengan
suara atau alunan musik, serta menguasai elemen-elemen musik/nada. Mereka
juga mudah mengingat sesuatu yang berhubungan dengan musik atau suara
tertentu.
6) Kecerdasan Naturalis (Alam)
Orang dengan kecerdasan naturalis mampu mengenali dan
mengklasifikasikan flora dan fauna di lingkungan sekitarnya. Ia juga dapat
merasakan fenomena keunikan alam. Keahlian khusus yang dimiliki kecerdasan
55
Ibid., h. 7 56
Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s
Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), h. 15 57
Thomas Armstrong, Op. cit., h. 24
21
naturalis adalah: “(a) memahami alam dengan baik dan menjaganya agar tetap
seimbang, (b) dapat merasakan perbedaan kondisi dan menggunakan hal-hal dari
alam, serta (c) kecerdasan ini juga dapat mendukung kempuan lainnya.”58
Namun,
kecerdasan natural bukan hanya tentang dunia luar saja.
Selain karakteristik yang terlah disebutkan, ada beberapa ciri khusus untuk
orang yang cerdas naturalis yaitu: (a) mampu belajar dengan
mengobservasi dan menemukan hal-hal menarik dari fenomena alam, (b)
mampu membandingkan, mengelompokkan, dan memilah, (c) menikmati
aktivitas di luar rumah, (d) dapat dengan mudah membedakan benda yang
sama, (e) senang berhubungan dengan alam, (f) menyukai tempat yang
indah, (g) suka memelihara hewan peliharaan, (h) menyukai kegiatan yang
berhubungan dengan alam seperti berkemah, mendaki gunung, dan
memanjat tebing.59
Dari pemamparan sebelumnya, diketahui bahwa orang dengan kecerdasan
naturalis cenderung dekat dengan alam, baik flora maupun fauna. Mereka biasanya
menyukai penjelajahan alam dan kebudayaan, serta mampu menangkap feniomena
alam dengan baik. Namun, kecerdasan ini bukan hanya berhubungan dengan alam
liar, tetapi juga meliputi kemampuan dalam membedakan benda, mengelompokkan
benda, dan kemampuan mengobservasi.
7) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berkaitan dengan
hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat di sekitarnya.
“Kecerdasan interpersonal biasanya dipengaruhi suasana hati, tujuan, motivasi,
dan perasaan terhadap orang lain.”60 Orang dengan kecerdasan interpersonal bisa
membaca ekspresi wajah, suara, dan Bahasa tubuh, serta mampu memahami dan
mempengaruhi orang lain.
Kecerdasan interpersonal sebenarnya adalah kecerdasan yang hampir
dimiliki oleh semua manusia, mengingat manusia adalah makhluk social yang
sering beerinteraksi dengan manusia lainnya. “Kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan untuk memahami orang lain. Orang dengan kecerdasan interpersonal
58
Ibid., p. 19 59
Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for
Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 226 60
Thomas Armstrong, Op.Cit, h. 7
22
yang lebih banyak, biasanya berprofesi sebagai guru, psikiater, penjual, atau
politisi.”61
Hal yang terlihat jelas dari kecerdasan interpersonal adalah sensitive
terhadap perasaan, kepercayaan, suasana hati, dan maksud terhadap orang lain,
Selain itu orang-orang yang cerdas interpersonal dapat memahami dan bisa
bekerjasama dengan orang lain. “Mereka juga mampu mempengaruhi orang lain.
Namun, orang dengan kecerdasan interpersonal tidak selalu bekerja dalam grup, ia
juga bukan berarti selalu haus kekuasaan, juga tidak selalu bersikap sopan.”62
Untuk mengenali orang-orang dengan kecerdasan interpersonal, terdapat
ciri-ciri khusus yang dapat kita identifikasi. Ciri-ciri yang mengidentifikasi
kecerdasan interpersonal adalah.”63
(a) Mudah berteman dengan orang lain, (b) suka membantu persoalan
orang lain, (c) peka terhadap perasaan orang lain, (d) sering menjadi
pemimpin atau ketua kelompok, (e) tidak suka mengerjakan sesuatu
sendirian, (f) nyaman dalam kerumunan orang banyak, (g) suka melakukan
kegiatan sosial, (h) sering punya waktu berkumpul dengan teman-teman.
Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami
orang lain, memberikan respon atau tanggapan yang tepat, serta dapat
mempengaruhi orang lain. Kemampuan ini sebenarnya dimiliki oleh hampir
seluruh manusia, mengingat manusia adalah makhluk social yang saling
berinteraksi. Walaupun senang bekerjasama dan bias mempengaruhi orang lain,
bukan berarti orang yang cerdas interpersonal selalu bekerja dalam kelompok.
Mereka juga tidak selalu bersikap sopan dan bukan pula orang yang haus
kekuasaan.
8) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengenal diri sendiri dan
beradaptasi. Orang dengan kecerdasan intrapersonal bias menggambarkan dirinya
sendiri, memahami kelebihan dan kekurangannya, serta berhati-hati
61
Ibid., h. 8 62
Susan Baum, Op. Cit, h. 17-18 63
Thomas Armstrong, op. cit., h. 25.
23
terhadapsuasana hati, motivasi, watak, dan keinginan. “Ia juga mampu memahami
diri, mendisiplinkan diri, dan menghargai dirinya.”64
“Kemampuan utama dari kecerdasan intrapersonal adalah dapat
membentuk pola pemikirannya sendiri, mampu membuat pertimbangan keputusan
sendiri, serta dapat mengatur perasaan, suasana hati, motivasi, serta bertindak
untuk jangka panjang.”65
Namun, bukan berarti orang yang cerdas intrapersonal
selalu suka sendirian dan menjadi tertutup. Kecerdasan intrapersonal tidak sama
dengan introvert, namun lebih kepada mengenal diri sendiri dengan lebih baik.
Walaupun hampir semua orang memiliki kecerdasan intrapersonal, namun
ada beberapa ciri khusus yang mengindikasikan seseorang memiliki kecerdasan
intrapersonal yang kuat. Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan intrapersonal
yaitu:66
(a) Tidak terlalu bergantung kepada orang lain, (b) memiliki hobi yang
dilakukan sendiri, (c) terkadang punya pendapat yang berbeda dari orang
lain, (d) suka menulis buku harian atau catatan pribadi, (e) suka
menghabiskan waktu sendirian, (f) menikmati bermain game sendirian, (g)
suka memikirkan gagasan penting dan cita-cita, (h) memiliki tempat
rahasia sendiri, (i) terkadang sulit bicara dengan orang lain, (j) saya bisa
bekerja sendiri atau setidaknya memiliki usaha sendiri.
Dari pemaparan sebelumnya diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal
adalah kemampuan seseorang mengenali dan mengontrol dirinya dengan baik.
Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya bisa dengan baik
mengelola motivasi, perasaan hati, serta dengan mudah dapat beradaptasi. Walau
demikian, bukan berarti orang yamng cerdas intrapersonal menjadi orang yang
tertutup. Justru mereka bisa menjadi orang yang terbuka tentang gambaran
dirinya, serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya, sehingga bisa dengan
maksimal menjalankan tugas dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
64
Ibid., p. 7. 65
Susan Baum, et. al, Op. cit., p. 18. 66
Thomas Armstrong, Op. cit., p. 25.
24
4. Belajar Dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar
dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan, yang di dalamnya terjadi
hubungan antara stimulus dan respons.67
Pengalaman belajar tentu berhubungan
dengan hasil belajar seorang siswa.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotoris.68
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif menurut Gagne adalah suatu proses internal yang
digunakan siswa dalam memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.69
Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual
(knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a) Mengingat (C1), merupakan kategori proses kognitif yang bertujuan
menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran yang sama
seperti materi yang diajarkan.70
Mengingat mencakup ingatan mengenai
halhal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan
67
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga), 2006,
h. 2-3 68
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya), 2006, Cet. Ke-16, h.3
69
Wilis Dahar, op. cit., h. 122 70
Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: a Revision of Bloom’s taxonomony of educational objectives. (New York: Addison
Wesley Longman, Inc), 2001, h. 99
25
yang disimpan dalam ingatan, akan digali pada saat dibutuhkan dengan
cara, mengenali (recognition) atau mengingat kembali (recall).71
b) Memahami (C2), memahami mencakup kemampuan untuk mengkonstruk
makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari. Kemampuan ini ditampilkan
dalam bentuk: menguraikan isi pokok bacaan, mengubah rumus
matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang
kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.72
Memahami, meliputi, menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.73
c) Mengaplikasikan (C3), adalah penggunaan abstraksi pada situasi
kongkret ata situasi khusus. Hal ini dapat berupa ide, teori, atau petunjuk
teknis.74
Mengaplikasikan mencakup kemampuan untuk menerapkan
prosedur pada suatu kasus yang konkret. Kemampuan ini ditampilkan
dalam bentuk mengaplikasikan suatu rumus pada persoalan yang belum
dihadapi.75
Mengaplikasikan meliputi mengeksekusi dan
mengimplementasikan.76
d) Menganalisis (C4), adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya.77
Menganalisis
mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian atau faktorfaktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.78
Menganalisis meliputi membedakan, mengorganisasi, dan
mengatribusikan.79
e) Mengevaluasi (C5), yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan
standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas,
efektivitas, Nefisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut ditentukan oleh
71
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi), 2009, h. 245 72
Ibid., h. 246 73
Lorin, op. cit., h.100 74
Sudjana, op. cit., h.25 75
W. S. Winkel, loc.ci 76
Lorin, op. cit., h. 101 77
Sudjana, op. cit., h. 27 78
W. S. Winkel, loc. cit. 79
Lorin, op. cit., h. 101-102
26
siswa.80
Mengevaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
pendapat mengenai suatu hal, disertai pertanggungjawaban pendapat
tersebut, berdasarkan kriteria tertentu. Kategori evaluasi mencakup
proses-proses kognitif memeriksa atau mengkritik.
f) Mencipta (C6), mencakup kemampuan untuk menggabungkan beberapa
unsur menjadi suatu bentuk kesatuan yang koheren. Tujuan-tujuan yang
diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru
dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau
stuktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Mencipta meliputi
merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.81
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Menurut Krathwohl ada beberapa jenis
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu:82
a) Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran,
keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang
datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan
menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai
dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
80
Ibid., h. 125 81
Ibid., h. 86 82
Sudjana, op. cit, h.30
27
d) Organization, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,pemantapam,
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam
organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-
lain.
e) Characterization by value or value complex (karakteristik nilai atau
internalisasi nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:83
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);
b) Keterampilan pada gerakan dasar;
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan;
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks;
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dalam proses belajar- mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar
kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif
dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan
psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penilaian.84
83
Ibid., h. 30-31 84
Sudjana, loc. cit
28
5. Definisi Alat-Alat Optik
a. Mata
Mata merupakan organ tubuh yang digunakkan untuk melihat. Setiap
bagian mata memiliki fungsi tersendiri. Bagian-bagian mata ditunjukkan pada
gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Bagian-Bagian Mata
Bagian depan mata memiliki kelengkungan yang lebh tajam dan dilapisi
oleh selaput cahya, disebut kornea. Di belakang kornea terdapat cairan (aqueus
humor) yang berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Lebih ke
dalam lagi terdapat lensa yang terbuat dari bahan bening, berserat, dan kenyal,
yang disebut lensa kristalin atau lensa mata. Lensa ini berfungsi mengatur
pembiasan yang disebabkan oleh cairan di depan lensa. Di depan lensa kristalin
terdapat selaput yang membentuk celah lingkaran. Selaput ini disebut iris dan
befungsi memberi warna kepada mata. Oleh karena itu, kita kenal ada orang
bermata biru dan bermata cokelat.85
Celah lingkaran yang dibentuk oleh iris disebut pupil. Lebar pupil diatur
oleh iris sesuai dengan intensitas cahaya mengenai mata. Di tempat yang gelap
(intensitas cahaya kecil), pupil membesar supaya lebih banyak cahaya yang
masuk ke mata. Di tempat yang sangat terang (intensitas cahaya besar), pupil
mengecil supaya lebih sedikit cahaya yang masuk ke mata dan mata tidak silau.86
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata (lensa kristalin)
ke permukaan belakang mata, yang disebut retina. Permukaan retina terdiri atas
85
Marthen Kanginan, FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Erlangga. 2013), hlm.
425 86
Ibid.
29
berjuta-juta sel sensisitf, yang karena bentuknya, disebut sel batang dan sel
kerucut. Ketika dirangsang oleh cahaya, sel-sel ini mengirim sinyal-sinyal
melalui saraf optik ke otak. Di otak, arti bayangan diterjemahkan sehingga kita
mendapat kesan melihat benda. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa suatu bayangan
nyata benda dapat diterima dengan jelas jika bayangan tersebut jauh di retina.87
Dalam mata, bayangan yang dibentuk pada retina adalah nyata, terbalik,
dan lebih kecil daripada bendanya. Walalupun bayangna pada retina terbalik,
bayangan ini ditafsirkan oleh otak sebagai bayangan tegak.88
Mata memiliki
jarak bayangan tetap karena jarak antara lensa dan retina sebagai layar adalah
tetap. Oleh karena itu, satu-satuya cara agar benda-benda dengan jarak berbeda
di depan lensa dapat difokuskan pada retina (menghasilkan bayangan tajam pada
retina), jarak fokus lensa harus bisa diatur. Dalam pemfokusan, pengaturan jarak
fokus lensa dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata melihat benda yang sangat
jauh, otot siliar mengendor penuh (relaks), sehingga lensa mata menjadi paling
pipih. Ini berarti, jarak fokus paling panjang. Pada kondisi ini, mata disebut tidak
berakomodasi dan sinar-sinar yang berasal dari benda membentuk bayangan
tajam pada retina,89
seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Perbandingan Lensa Mata Relaksasi dan Kontraksi
Ketika benda bergerak lebih mendekat ke mata, otot siliar secara otomatis
menegang, sehingga lensa mata lebih cembung. Ini berarti, jarak fokus lebih
pendek dan membuat bayangan tajam kembali di bentuk pada retina. Proses lensa
87
Ibid. 88
Ibid. 89
Ibid, h. 426
30
mengubah jarak fokusnya (membuat lensa mata lebih cembung atau lebih pipih)
untuk memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak disebut akomodasi mata.
Akomodasi mata terjadi secara cepat, sehingga kita biasanya tidak
menyadarinya.90
1) Titik dekat dan titik jauh mata
Titik paling dekat ke mata agar suatu benda masih bisa menghasilkan
suatu bayangan tajam pada retina ketika mata berakomodasi maksimum (otot
siliar menegang penuh) disebut titik dekat mata. Orang berusia 20-an dengan mata
normal memiliki tiitk dekat kira-kira 25 cm.91
Titik jauh mata adalah lokasi paling jauh benda hingga mata yang relaks
(mata tidak berakomodasi) dapat memfokuskan benda. Seseorang dengan mata
normal dapat melihat benda-benda sangat jauh, seperti planet dan bintang-bintang,
dan dengan demikian memiliki titik jauh pada jarak tak berhingga.92
Gambar 2. 3 Jangkauan Penglihatan Rabun jauh (miopi)
Rabun jauh atau terang-dekat memiliki titik dekat dari 25 cm dan titik jauh
pada jarak tertentu. Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan jelas
pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda-benda jauh dengan jelas.
Keadaan ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi pipih sebagaimana
mestinya, sehingga bayangan benda yang sangat jauh terbentuk di depan retina.
Cacat mata miopi dapat diatasi dengan menggunakan kacamata lensa
cekung. Lensa cekung akan memancarkan cahaya sebelum cahaya masuk ke mata,
sehingga bayangan jauh tepat pada retina.93
90
Ibid. 91
Ibid, h. 457 92
Ibid. 93
Ibid.
31
Gambar 2. 4 Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cekung
2) Rabun dekat (hipermetropi)
Rabun dekat atau terang-jauh memiliki titik dekat lebih dari 25 cm dan
titik jauh pada jarak tak berhingga. Oleh karena itu, mata rabun dekat dapat
melihat dengan jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi, tetapi
tidak dapat melihat benda-benda dekat dengan jelas, keadaan ini terjadi karena
lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya, sehingga
bayangan benda yang dekat terbentuk di belakang retina.
Cacat mata hipermetropi diatasi dengan menggunakan kacamata lensa
cembung. Lensa cembung akan menguncupkan cahaya sebelum cahaya masuk ke
mata sehingga bayangan jauh tepat pada retina.94
Gambar 2. 5 Sebelum dan Sesudah Menggunakan Lensa Cembung
3) Mata tua (presbiopi)
Pada penderita ini, daya akomodasi berkurang akibat bertambnya usia.
Oleh karena itu, letak titik dekat maupun titik jauh mata telah bergeser. Jadi, mata
tua (presbiopi) adalah cacat mata akibat berkurangnya daya akomodasi pada usia
94
Ibid.h. 430
32
lanjut. Mata presbiopi ditolong dengan kacamata berlensa rangkap, yaitu untuk
melihat jauh dan untuk membaca. Jenis kacama yang berfungsi rangkap ini
disebut kacamata bifokal.95
4) Astigmatis
Cacat mata astigmatis disebebkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk
sferis (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang daripada bidang
lainnya (bidang silinder). Akibatnya, benda titik difokuskan sebagai garis pendek.
Cacat mata astigmatis dapat ditolong dengan menggunakan kacamata silindris.96
b. Kamera
Pola kerja kamera mirip dengan mata kita. Jika pada mata, jarak bayangan
tetap dan pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak fokus lensa mata
sesuai dengan jarak benda yang diamati, pada kamera, jarak fokus lensa tetap.
Pemfokusan dilakukan dengan mengubah-ubah jarak bayangan sesuai dengan
jarak benda yang difoto. Jarak bayangan, yaitu jarak antara film dan lensa, diatur
dengan menggerak-gerakkan lensa kamera.97
Gambar 2. 6 Bagian-Bagian Kamera
Seperti halnya mata, bayangan yang dibentuk oleh lensa kamera adalah
nyata, terbalik dan diperkecil. Jika pada mata, retina berfungsi untuk menangkap
bayangan nyata, pada kamera, yang berfungsi untuk menangkap bayangan adalah
film. Jika pada mata, intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, pada
95
Ibid, h. 431 96
Ibid. 97
Ibid, h. 432
33
kamera, intensitas cahaya yang masuk ke kamera diatur oleh celah diafragma
(aperture). 98
c. Lup
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri dari sebuah lensa
cembung. Umumnya, lup digunakan untuk melihat angka-angka yang sangat
kecil.
Gambar 2. 7 (a) Lup (b) Pembentukan Bayangan pada Lup
1) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
2) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum
3) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
Keterangan :
Ma = perbesaran anguler
Sn = titik dekat mata (m)
f = jarak fokus lensa (m)
x = jarak akomodasi (m)
98
Ibid.
34
d. Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan untuk melihat benda
yang sangat kecil, seperti bakteri dan virus. Sebuah mikroskop terdiri atas susunan
dua lensa cembung. Lensa cembung yang dekat dengan benda disebut lensa
objektif. Lensa cembung yang dekat dengan mata disebut lensa okuler. Jarak
fokus lensa okuler lebih besar darpada jarak fokus lensa objektif. 99
Gambar 2. 8 Bagian Bagian Mikroskop
Gambar 2. 9 Diagram Sinar Pembentukan Bayangan pada Mikroskop Optik
99
Ibid, h. 438
35
1) Perbesaran lensa objektif
2) Perbesaran Lensa Okuler
a) Mata berakomodasi maksimum
Panjang mikroskop
b) Mata tidak berakomodasi
Panjang mikroskop
3) Perbesaran total mikroskop
4) Panjang mikroskop
Panjang mikroskop adalah jarak antara lensa objektif dan lensa okuler.100
100
Ibid, h. 439
36
e. Teropong
Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. 101
1) Teropong bintang
Gambar 2. 10 Bagian-Bagian Teropong Bintang
Gambar 2.11 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bintang
a) Panjang mikroskop
b) Perbesaran teroopng
101
Ibid, h. 443
37
2) Teropong Bumi
Teropong bumi menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan di
antara lensa objektif dan lensa okuler yang akan menghasilkan bayangan akhir
yang tegak terhadap arah benda semula dan lensa cembung ketiga ini disebut
lensa pembalik.
Gambar 2. 12 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi
(Mata Berakomodasi)
Gambar 2. 13 Pembentukan Bayangan pada Teropong Bumi (Mata Tak
Berakomodasi
a)
38
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pendekatab
inkuiri berbasis kecerdasan majemuk. Penelitian yang akan dilakukan didukung
oleh hasil penelitian sebelumnya, diantaranya adalah:
1. UNESA Journal of Chemical Education (2018) Vol. 7 No. 32 yang berjudul
“Melatihkan Multiple Intelligences Siswa Melalui Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi” Oleh: M. Andi Tanri Prasetyo
dan Dian Novita. Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Keterlaksanaan pembelajaran dalam melatihkan multiple
intelligences siswa didukung dengan aktivitas siswa secara klasikal. Rata-rata
persentase aktivitas siswa setiap komponennya diperoleh frekuensi aktivitas
siswa yang relevan lebih besar daripada yang tidak relevan.102
2. Skripsi Alen Sudiary yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligence Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok”. Hasil Penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligence Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas
IV.103
3. Skripsi Husnawati Nurullah yang berjudul “Penerapan Pendekatan Inkuiri
Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Larutan Asam
Basa”, penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri pada
konsep larutan asam dan basa yang melibatkan keterampilan proses sains
siswa dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada konsep larutan asam basa.
Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai pada siklus I
sebesar 71,6 dan siklus II sebesar 73,7. Dengan persentase jumlah siswa yang
102
M. Andi Tanri Prasetyo dan Dian Novita, “Melatihkan Multiple Intelligences Siswa
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi”, (UNESA: Journal of
Chemical Education, 2018), h. 56 103
Alen Sudiary, “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung
Depok”. (UIN Jakarta, 2016), h. 56
39
mencapai KKM pada siklus I sebesar 46,6% dan siklus II sebesar 80%
dengan indikator keberhasilan 75% siswa yang mencapai KKM.104
4. Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP
Mataram yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligence
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa”. Oleh: Rabiatul
Asrani, Dkk. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan multiple
intelligences melalui model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik kelas X SMAN
2 Mataram tahun ajaran 2017/2018.105
5. Jurnal Berkala Fisika Indonesia yang berjudul “Penerapan Kecerdasan
Majemuk untuk Meningkatkan Hasl Belajar Fisika Peserta Didik Di SMAN 2
Magelang, Jawa Tengah”. Oleh: Meinani Dwi Setyowati, dkk. Penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) penerapan metode EI dan SFE untuk peserta didik
matematis-logis, verbal-linguistik maupun kinestetik-badani tidak ada
perbedaan secara signifikan, sehingga tidak mendukung teori Gardner.
Penerapan metode CIRC lebih sesuai untuk peserta didik verbal-linguistik
dan mendukung teori Gardner, (2) hasil perhitungan normalitas pada masing-
masing peserta didik menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, (3)
berdasarkan pengujian hipotesis diketahui bahwa : secara bersama-sama
ketiga metode tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar
fisika.106
C. Kerangka Berfikir
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, salah
satunya adalah strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru sebagai tenaga
pengajar. Masih banyak paradigma pembelajaran lama, dalam arti komunikasi
104
Husnawati Nurullah, “Penerapan Pendekatan Inkuiri Dalam Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Larutan Asam Basa”, (UIN Jakarta, 2014), h. 66 105
Rabiatul Asrani, Dkk, “Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligence Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa”, (IKIP Mataram: 2018), h. 84 106
Meinani Dwi Setyowati, dkk. “Penerapan Kecerdasan Majemuk untuk Meningkatkan
Hasl Belajar Fisika Peserta Didik Di SMAN 2 Magelang, Jawa Tengah” (Jurnal Berkala Fisika:
2018), h. 30
40
pembelajaran Fisika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke
siswa. Hal ini membuat guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga
pembelajaran cenderung monoton dan mengakibatkan siswa merasa jenuh.
Proses belajar akan terjadi bila siswa berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan belajarnya. Pembelajaran yang demikian tidak akan membuat siswa
menjadi jenuh atau membosankan. Agar hal tersebut dapat terjadi, maka perlu
perencanaan sebelum diadakannya pembelajaran.
Proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan dengan lingkungan
yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru, dan lebih efektif bila menggunakan
metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat dan berdaya
guna, pembelajaran memberi penekanan pada proses dan produk secara
proporsional dan inti dari pembelajaran adalah adanya aktivitas belajar siswa
secara aktif.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar
adalah kesesuaian model pembelajaran yang digunakan sebagai ‘alat’ untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat mengatasi masalah seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang
mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas hasil
belajarnya meningkat.
Berdasarkan uraian diatas dan didukung oleh penelitian sebelumnya maka
dapat diasumsikan bahwa dengan menerapkan pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Alur
kerangka berpikir pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.15 dibawah ini :
41
Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berfikir
PENGARUH PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS
KECERDASAN MAJEMUK TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA KONSEP ALAT-ALAT
OPTIK
Hasil belajar siswa terhadap permasalahan fisis alat optik
dalam pembelajaran fisika masih rendah.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Inkuiri berbasis
Kecerdasan Majemuk
(Kelas Eksperimen)
Konvensional
(Kelas Kontrol)
Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa
Proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan atau
memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi kemampuan
yang dimilikinya. Siswa tidak memperoleh pemahaman
yang benar tentang kinerja fisis alat optik saat
melaksanakan praktikum.
42
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian-kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut bahwa Penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan
Majemuk dapat berpengaruh hasil belajar siswa pada materi alat-alat optik.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMAN 7 Tangerang Selatan yang beralokasi di
Jalan Villa Melati Mas Blok. J No. 101, Pondok Jagung, Serpong Utara, Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan di kelas X pada semester genap tahun
ajaran 2016/2017.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi
experiment atau eksperimen semu. Metode penelitian ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Eksperimen semu
digunakan karena pada kenyataanya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang
digunakan untuk penelitian.107
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah non equivalent control
group design, dimana dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada desain ini kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.108
Pada design ini kelompok diberi perlakuan awal berupa pretest untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan diantara kedua kelompok tersebut.
Setelah itu kedua kelompok nantinya akan diberikan perlakuan berbeda dimana
kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan menerapkan Pendekatan Inkuiri
Berbasis Kecerdasan Majemuk dan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa
pembelajaran secara konvensional. Setelah diberi perlakuan kedua kelompok
107
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung :
Alfabeta, 2010), h. 114 108
Ibid., h.116
44
tersebut diberi posttest untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa.
Gambaran pada design tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kuasi Eksperimen109
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
Eksperimen O1 XE O2
Kontrol O1 XK O2
Keterangan :
O1 : Pretest
KE : Perlakuan berupa Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk
KK : Perlakuan berupa kelas konvensional
O2 : Postest
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (independent)
dan satu variable terikat (dependent). Variabel bebas (independent) adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya dan
timbulnya variabel terikat (dependent).110
Sedangkan variabel terikat (dependent)
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (independent).111
X : Variabel bebas (independent) adalah Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan
Majemuk.
Y : Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
109
Ibid., h.116 110
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung :
Alfabeta, 2010), h. 61 111
Ibid., h. 61
45
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.112
Dalam penelitian ini, peneliti
menentukan populasi dan sampel sebagai berikut:
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah SMAN 7
Tangerang Selatan yang terdaftar dalam semester genap tahun pelajaran
2016/2017.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu siswa SMAN 7 Tangerang
Selatan kelas X semester genap tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari tujuh
kelas yaitu kelas X-IPA 1- X-IPA 7.
3. Sampel
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu X-IPA 6 sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah 30 siswa dan kelas X-IPA 2 sebagai kelas kontrol
dengan jumlah 30 siswa.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tahap prosedur penelitian yang meliputi:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Tahap persiapan di
dalamnya meliputi: merumuskan masalah yang akan diteliti, pengambilan sampel,
penyusunan RPP, pembuatan intrumen tes dan intrumen angket respon siswa
terhadap penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk akan
diterapkan di dalam kelas. Instrumen yang disusun kemudian dianalisis untuk
dipergunakan pada pretest dan posttest sebagai tes pengukuran variabel yang akan
dicapai. Kemudian, peneliti akan menguji kelayakan instrumen yang telah dibuat
kepada beberapa para ahli. Sebelum melakukan uji instrumen, peneliti terlebih
112
Ibid., h. 117
46
dahulu akan membuat surat perizinan untuk melakukan uji instrumen penelitian
dan perizinan untuk melakukan penelitian.
2. Tahap Pengambilan Data
Tahap pengambilan data dimulai dengan memberikan tes pretest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk megetahui kemampuan awal
siswa terhadap konsep yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberi
perlakuan berupa Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk dengan
materi ajar yang telah ditentukan. Setelah proses pembelajaran dan pemberian
perlakuan selesai, siswa diberikan posttest untuk mengetahui adanya pengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika khususnya materi alat-alat
optik. Angket dibagikan kepada siswa untuk mengetahui respon terhadap
Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk yang telah diterapkan selama
proses pembelajaran.
3. Tahap Analisis dan Pelaporan
Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini,
peneliti akan melakuan pengelolaan dan analisis terhadap data yang dihasilkan.
Kemudian akan diuji hipotesis penelitian sampai pada penarikan kesimpulan.
47
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes
dan nontes. Tes yang digunakan berupa pretest dan posttest. Pretest merupakan
Tes yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan awal siswa
sebelum sebelum diberi perlakuan penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis
Kecerdasan Majemuk. Sementara posttest merupakan tes yang diberikan setelah
diberi perlakuan penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk
Hal ini ditujukan untuk melihat seberapa besar berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Adapun nontes yakni menggunakan kuisioner/angket. Hal ini bertujuan
Tahap Analisis dan Pelaporan
Menganalisis data hasil penelitian
Menguji Hipotesis Penarikan Kesimpulan
Penelitian
Tahap Pengambilan Data
Preetest
Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan
Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk
Posttest
Tahap Persiapan
Merumuskann Masalah
Menyusan Instrumen tes
dan nontes, RPP
Menyelesaikan Perizinan Uji Instrumen dan
Penelitian
Uji Coba Instrumen Penelitian
Menganalisis data hasil uji
coba instrumen
48
untuk mengetahui persepsi siswa yang dilakukan pada saat observasi dan setelah
penerapan Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk yang diberikan
kepada siswa eksperimen.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah suatu alat ukur yang digunakan peneliti untuk
melakukan pengukuran terhadap suatu objek yang hendak diteliti tentang suatu
fenomena sosial maupun alam.113
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen tes dan instrumen nontes.
I. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda. Tes
objektif ini tersedia 5 alternatif pilihan jawaban. Tes diberikan pada waktu
sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest).
Tabel 3. 2 KISI KISI INSTRUMEN TES
Konsep/
Sub
Konsep
Indikator
Ranah Penelitian
Jumlah C1 C2 C3 C4
Pemantulan
dan
Pembiasan
Cahaya
Menjelaskan sifat –
sifat pencerminan
dan pembiasan
cahaya pada cermin
dan lensa
1, 2 17*
3
Menghitung
kekuatan pada lensa
cembung
20* 1
Alat-alat
Optik
Menentukan bagian-
bagian mata beserta
fungsinya
3 1
Membedakan jenis-
jenis cacat mata 5*, 9* 2
Menerapkan
perhitungan terkait
cacat mata
4*,
7* 6* 3
Menentukan bagian- 8* 10 2
113
Ibid., h. 148
49
Konsep/
Sub
Konsep
Indikator
Ranah Penelitian
Jumlah C1 C2 C3 C4
bagian kamera
Menerapkan
perhitungan terkait
kamera
11* 1
Menentukan sifat
bayangan pada lup 12,13 2
Menerapkan
perhitungan
matematis terkait lup
14,
15* 16* 3
Menentukan bagian-
bagian mikroskop 18* 1
Menentukan sifat
bayangan pada
mikroskop
24* 1
Menerapkan
perhitungan
matematis terkait
mikroskop
19*,
22,
23*,
25
4
Menentukan sifat
bayangan pada
teropong bintang
29*,
30* 2
Menerapkan
perhitungan
matematis terkait
teropong
26 27* 2
Menentukan sifat
dari bagian teropong
bumi
21*,
28 2
Jumlah 7 8 7 8 30
Persentase 23 % 27 % 23% 27 % 100 %
J. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan berupa angket yang berfungsi untuk
mengetahui persepsi siswa tentang pengaruh Pendekatan Inkuiri Berbasis
Kecerdasan Majemuk dalam pembelajaran pada materi alat-alat optik. Teknik non
tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala bertingkat (rating scale). Skala
50
bertingkat yang terdiri atas empat skala, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak
Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).114
Tabel 3.3 KISI KISI INSTRUMEN NON TES
No. Indikator Angket Nomor Soal Jumlah
Soal Positif Negatif
1.
Penggunaan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk dalam
proses pembelajaran
1, 6, 17 2, 18 5
2.
Kenggulan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk
dibandingkan dengan pembelajaran
yang biasa diterapkan di kelas
3, 20 4, 5, 19 5
3. Penyampaian konsep materi 7, 9, 15 10, 12,
16 6
4. Keuntungan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk 11, 13 8,14 4
Jumlah Soal 10 10 20
K. Kalibrasi Instrumen
Kaliberasi instrumen bertujuan untuk mengetahui kualitas dari suatu
instrumen yang digunakan dalam penelitian.
L. Kalibrasi Instrumen Tes
Instrumen tes sebelum diberikan kepada sampel, diujicobakan terlebih
dahulu kepada siswa yang telah mempelajari materi alat-alat optik yakni siswa di
atas kelas X. Berikut ini serangkaian ujicoba yang harus digunakan untuk
mengetahui kualitas tes agar sesuai untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.
114
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 42
51
a. Validitas
Sebelum sebuah instrumen tes digunakan, hendaknya harus diukur terlebih
dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. 115
Sebuah tes dapat
dinyatakan valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur suatu objek yang
hendak diukur.116
Pengujian validitas yang digunakan adalah koefisien korelasi
biserial. Alasannya, karena koefisien korelasi biserial ini digunakan untuk
memvalidasi butir-butir soal yang menyebabkan soal secara keseluruhan memiliki
validitas rendah atau tinggi.117
Rumus untuk mencari koefisien korelasi biserial
yaitu:118
(3-1)
Keterangan:
= koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = rerata skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar, untuk mencari p dengan cara:
q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 - p) 119
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80-1,00 Sangat Tinggi
0,60-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat Rendah
115
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), h.153 116
Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op.cit, h. 80 117
Ibid., h. 90 118
Ibid., h. 93 119
Ibid., h.78
52
Hasil uji instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah soal 30 soal
Jumlah siswa 30 siswa
Nomor soal yang valid 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 23, 24,
27, 29, 30
Jumlah soal yang valid 19 soal
Persentase soal yang valid 63,3%
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, dalam penelitian ini jumlah soal yang
diujicobakan adalah 30 soal. Setelah diujicobakan pada 30 siswa terdapat 19 soal
yang valid namun hanya 16 soal yang digunakan untuk prettest dan posttest,
karena 16 soal tersebut telah memenuhi kriteria yang paling baik dan mewakili
setiap indikator pembelajaran. Pengolahan uji validitas instrumen tes pada
penelitian ini menggunakan anates V4.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap.120
Reliabilitas yang digunakan untuk menguji instrumen dalam
penelitian ini adalah menggunakan rumus K-R.20 dengan rumusan:
(3-2)
Keterangan:
R11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab iteem dengan salah
(q = 1 – p)
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
s = standar deviasi dari tes.121
120
Ibid., h. 86 121
Ibid., h. 100.
53
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Koefisien Realibilitas
0,91-1,00 Sangat Tinggi
0,71- 0,90 Tinggi
0,41- 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
<0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai reliabilitas
instrumen tes ini adalah 0.80 Nilai ini termasuk ke dalam kategori tinggi
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen tes ini layak
digunakan dalam penelitian.
c. Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun tidak terlalu
sukar. Bilangan yang meunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00
sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.122
Rumusan untuk mencari taraf kesukaran butir-butir soal adalah sebagai berikut:
(3-3)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.123
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran
Interval P Kriteria Soal
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
122
Ibid., h. 207. 123
Ibid., h. 208.
54
Tabel 3.8 Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 3 10%
Sedang 14 46.7%
Sukar 13 43.3%
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat terlihat bahwa dari 30 soal yang diujikan
hasilnya yaitu 10% soal tergolong mudah, 46.7% soal tergolong sedang, dan
43.3% soal tergolong sukar.
d. Daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemapuan rendah.124
Adapun rumusan untuk mencari daya pembeda soal adalah:
(3-4)
Keterangan:
D = Daya Pembeda
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelopok atas
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JB = Banyakanya perata kelompok bawah125
Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda126
Daya pembeda Kriteria soal
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik Sekali
124
Ibid., h. 211. 125
Ibid., h. 213. 126
Ibid,. h.232
55
Tabel 3.10 Hasil uji daya beda instrumen tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Jelek 7 23.33%
Cukup 9 30%
Baik 8 26.67%
Baik Sekali 6 20%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan Tabel 3.10, dapat terlihat bahwa dari 30 soal, 23,33%
termasuk terkategori buruk, 30% termasuk terkategori cukup, 26,67% termasuk
terkategori baik, dan 20% termasuk terkategori baik sekali. Dari keseluruhan soal
yang telah diujicobakan, jumlah soal yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah 16 soal. Soal-soal yang terpilih telah memenuhi kriteria yang paling baik
dan mewakili setiap indikator pembelajaran.
M. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Tes
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang teknik analisis datanya
menggunakan statistik. Dalam penelitian kuantitatif terdapat uji prasyarat dan uji
hipotesis. Uji prasyarat data dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukannya uji
hipotesis. Tujuannya, untuk mengetahui distribusi normalitas suatu data dan
mengetahui kedua kelompok (kelas kontrol dan eksperimen) memiliki
kemampuan yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis data berdasarkan
hasil dari uji prasyarat. Tujuannya untuk menguji hipotesis yang peneliti ajukan.
Analisis data tes dilakukan dengan dua tahapan, yaitu uji prasyarat analisis dan uji
hipotesis. Berikut ini serangkaian uji dalam menganalisis data pada penelitian
kuantitatif yaitu:
a. Uji Prasyarat
Uji prasyarat analisis adalah sesuatu yang diberikan pada data hasil
penelitian yang telah didapatkan untuk mengetahui kelayakan data untuk diolah
kembali dengan teknik statistik. Pengujian ini meliputi uji normalitas, dan uji
56
homogenitas. Adapun rumus-rumus dari uji normalitas dan uji homogenitas
adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa normal atau
tidaknya data yang terdistribusi. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan rumus uji Kolmogorov-Smirnov dengan langkah-langkah
sebagai berikut:127
(3-5)
Keterangan :
Z : bilangan yang dibakukan
: nilai rata-rata
: simpangan baku
Setelah itu, menentukan nilai dengan rumus :
(3-6)
Keterangan :
: nilai chi-square hitung
: frekuensi yang diamati
: frekuensi yang diharapkan
Terakhir, membandingkan dengan
untuk menarik kesimpulan.
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data berdistribusi tidak normal
a) Jika hasil ≤
maka H0 diterima, artinya data terdistribusi
normal.
b) Jika hasil
maka H1 diterima, artinya data terdistribusi
tidak normal.
127
Husaini Umar dan R. Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), cet. ke-1, h. 278
57
Adapun perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu menggunakan software
Statistical Product and Service Solutions (SPSS), dengan kriteria pengujian
normalitas sebagai berikut: 128
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
a) Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal.
b) Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kedua kelas penelitian (eksperimen
dan kontrol) mempunyai variasi yang homogen atau tidak. Uji yang digunakan
adalah uji fisher sebagai berikut :
(3-7)
Jika:
Ftabel < Fhitung: Sampel berasal dari populasi yang homogen
Ftabel > Fhitung: Sampel berasal dari populasi yang heterogen
Keterangan:
F = uji Fisher
S12
= variansi terbesar
S22
= variansi terkecil129
Adapun perhitungan uji Levene yaitu menggunakan software Statistical
Product and Service Solutions (SPSS), dengan kriteria pengujian homogenitas
sebagai berikut: 130
128
Cornelius Trihendradi, Step by step SPSS 18 Analisis Data Statistik, (Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET, 2010), h. 198 129
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 250. 130
Cornelius Trihendradi, Step by step SPSS 18 Analisis Data Statistik, (Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET, 2010), h. 99
58
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang homogen.
H1 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
a) Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan
yang heterogen.
b) Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki
kemampuan yang homogen.
b. Uji Hipotesis
Metode statistika untuk pengujian hipotesis yang akan digunakan haruslah
sesuai dengan asumsi-asumsi seperti distribusi dan kehomogenitasan varians.
Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil
penelitian serta uji hipotesis yang digunakannya:
1) Untuk data berdistribusi normal dan homogen
Untuk data berdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis
menggunakan statistik parametrik yaitu uji t dengan persamaan sebagai berikut:131
(3-8)
Dengan
(3-9)
Dan
(3-10)
Jika:
t-hitung< t-tabel = Tolak H0, Terima H1
t-hitung> t-tabel = Terima H0, Tolak H1
131 Sudjana,Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), h. 239
59
Keterangan:
= Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
= Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
= Jumlah sampel kelas x1
= Jumlah sampel kelas x2
= Varian kelas X1
= Varian kelas X2
= Hasil hitung distribusi
= Varian gabungan
Adapun perhitungan uji dua rata-rata sampel yaitu menggunakan uji
independent samples t-test yang terdapat pada software Statistical Product and
Service Solutions (SPSS), dengan kriteria pengujian satu rata-rata sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikasi (Sig.2-tailed) < taraf signifikansi sebesar 0,05, maka
Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata
antar kedua kelompok
b) Jika nilai signifikasi (Sig.2-tailed) > taraf signifikansi sebesar 0,05, maka
Ho diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-
rata antar kedua kelompok.132
2) Untuk data berdistribusi normal dan heterogen
Untuk data berdistribusi normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis
menggunakan statistik t’ dengan persamaan sebagai berikut:133
(3-11)
= Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
= Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
= Jumlah sampel kelas x1
= Jumlah sampel kelas x2
= Varian kelas x1
= Varian kelas x2
132
Cornelius Trihendradi, Op.Cit., h.114 133
Ibid., h. 241
60
Kriteria pengujian hipotesisnya:
a) jika thitung ≥ ttabel artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kelompok.
b) jika thitung ttabel artinya tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata kelompok.
3) Data Tidak Berdistribusi Normal
Jika populasi data tidak berditribusi normal, menggunakan Uji Mann-
Whitney (uji “U”) dengan persamaan sebagai berikut :134
U =
(3-12)
Keterangan :
U : nilai statistik “U”
: ukuran sampel pada kelompok 1
: ukuran sampel pada kelompok 2
: jumlah rangking pada kelompok 1
Untuk sampel berukuran besar ( , uji Mann-Whitney.
Kriteria pengujian uji U adalah sebagai berikut:
a) jika Uhitung ≥ Utabel artinya tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata
kelompok.
b) jika Uhitung Utabel artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kelompok.
Adapun perhitungan uji dua rata-rata sampel yaitu menggunakan uji
Mann-Whitney yang terdapat pada software Statistical Product and Service
Solutions (SPSS), dengan kriteria pengujian satu rata-rata sebagai berikut:
a) Jika nilai signifikasi (Sig.2-tailed) > taraf signifikansi sebesar 0,05, maka Ho
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata
antar kedua kelompok.
b) Jika nilai signifikasi (Sig.2-tailed) < taraf signifikansi sebesar 0,05, maka Ho
ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata antar
134
Wackerly, Mendenhall, and Scheaffer, Mathematical Statistics with Applications, (Belmont:
Thomson Learning, Inc., 2008), p. 758
61
kedua kelompok.135
c. Uji N-Gain
N-Gain atau normal gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest,
gain menunjukkan peningkatan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran di
kelas.136
Uji n-gain dirumuskan sebagai berikut:137
N-Gain =
(3.13)
2. Analisis Data Nontes
a. Angket Respon Siswa
Analisis data angket dilakukan melalui tahap pengumpulan data dari
angket. Pernyataan dalam angket terbagi menjadi dua, yaitu pernyataan positif
dan pernyataan negatif. Menganalisis data angket menggunakan skala Likert
dengan gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dilakukan dengan cara
memberikan skor pada setiap jawaban. Seperti pada Tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11 Kategori Penilaian Angket
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 Sangat Tidak Setuju (STS) 4
Kurang Setuju (KS) 1 Kurang Setuju (KS) 3
Cukup (C) 2 Cukup (C) 2
Setuju (S) 3 Setuju (S) 1
Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 0
Data yang diperoleh dari angket dapat diolah secara kuantitatif
menggunakan rumus sebagai berikut:
135
Cornelius Trihendradi, Op.Cit., h.204 136
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006). h.71 137
Rostina Sundayana, Op.Cit., h.151
62
(3.14)
Keterangan:
P = Angka persentase
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Jumlah skor ideal
Hasil persentase yang diperoleh, dikategorikan sesuai dengan interpretasi
pada tabel 3.12 berikut:138
Tabel 3.12 Kriteria Persentase Data Nontes
Persentase Kriteria
81% - 100% Baik Sekali
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
0% - 20% Sangat kurang
N. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dari penelitian ini terdiri dari :
Ho : Penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi alat-alat optik.
H1 : Penggunaan Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi alat-alat optik.
138
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), h. 60.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di
SMA Negeri 7 Tangerang Selatan. Pada penelitian ini kelas X-IPA 6 sebagai
kelas eksperimen adalah dan kelas XI-IPA 2 sebagai kelas kontrol. Pada masing-
masing kelas berjumlah 30 siswa. Kedua kelas ini diperoleh data pretest dan
posttest yang akan dianalisis sebagai hasil penelitian.
Analisis hasil penelitian ini meliputi: 1) hasil belajar siswa mencakup
pretest dan posttest pada kedua kelas; 2) rekapitulasi hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol; 3) hasil uji hipotesis statistik; 4) hasil angket
respon siswa kelas eksperimen.
1. Hasil Belajar Siswa (Pretest)
a. Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data pretest pada kelas
eksperimen ( X IPA-6), maka diperoleh nilai pemusatan dan penyebaran yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas
Eksperimen
Penyebaran dan
Pemusatan Data
Kelas
Eksperimen
Nilai terendah 25.00
Nilai Tertinggi 56.25
Modus 47.50
Median 37.50
Mean 36.87
Standar Deviasi 8.89
Pemusatan dan penyebaran data pretest kelas eksperimen memiliki nilai
terendah sebesar 25.00 dan nilai tertinggi sebesar 56,25. Nilai modus adalah
64
47,50, nilai median adalah 37,50, nilai mean adalah 36,87, dan nilai standar
daviasi adalah 8,89.
b. Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data pretest pada kelas
eksperimen (X IPA 2), maka diperoleh nilai pemusatan dan penyebaran yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest Kelas Kontrol
Penyebaran dan
Pemusatan Data
Kelas
Kontrol
Nilai terendah 31,25
Nilai Tertinggi 68,75
Modus 56,25
Median 59,38
Mean 55,83
Standar Deviasi 11,12
Pemusatan dan penyebaran data pretest kelas kontrol memiliki nilai
terendah sebesar 31,25 dan nilai tertinggi sebesar 68,75. Nilai modus adalah
56,25, nilai median adalah 59,38, nilai mean adalah 55,83, dan nilai standar
daviasi adalah 11,12.
2. Hasil Belajar Siswa (Posttest)
a. Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data postest pada kelas
eksperimen setelah diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk), maka diperoleh nilai pemusatan dan penyebaran
yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
65
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas
Eksperimen
Penyebaran dan
Pemusatan Data
Kelas
Eksperimen
Nilai terendah 56.25
Nilai Tertinggi 87.50
Modus 75.00
Median 75.00
Mean 74.30
Standar Deviasi 8.58
Pemusatan dan penyebaran data pretest kelas kontrol memiliki nilai
terendah sebesar 56,25 dan nilai tertinggi sebesar 87,50. Nilai modus adalah
75.00, nilai median adalah 75.00, nilai mean adalah 74,30, dan nilai standar
daviasi adalah 8,58.
b. Kelas Kontrol
Berdasarkan data hasil penelitian dan perhitungan data posttest pada kelas
kontrol setelah diterapkan pembelajaran konvensional, maka diperoleh nilai
pemusatan dan penyebaran yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest Kelas Kontrol
Penyebaran dan
Pemusatan Data
Kelas
Kontrol
Nilai terendah 50.00
Nilai Tertinggi 93.75
Modus 75.00
Median 75.00
Mean 75.00
Standar Deviasi 11.83
Pemusatan dan penyebaran data pretest kelas kontrol memiliki nilai
terendah sebesar 56,25 dan nilai tertinggi sebesar 87,50. Nilai modus adalah
75.00, nilai median adalah 75.00, nilai mean adalah 74,30, dan nilai standar
daviasi adalah 8,58.
66
35,83
51,67
63,33
18,89
84,17 84,17 90
56,11
65,83 64,17
75
37,22
69,17
80,83 86,67
76,11
0
20
40
60
80
100
C1 C2 C3 C4
Pretest kelas eksperimen Posttest kelas eksperimen
pretest kelas kontrol posttest kelas kontrol
3. Kemampuan Kognitif Siswa
Rekapitulasi pencapaian kemampuan kognitif siswa pada ranah C1-C4,
berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi dari hasil pretest dan posttest
dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.1 Grafik Ranah Kognitif Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa persentase hasil belajar posttest
siswa yang mampu menjawab soal-soal dengan benar untuk setiap ranah kognitif
baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan. Grafik
tersebut menunjukkan bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih unggul dari
kelas kontrol pada kemampuan mengingat (C1), kemampuan memahami (C2),
kemampuan menerapkan (C3) namun pada ranah kognitif kemampuan
menganalisis (C4) kelas kontrol lebih unggu dari kelas eksperimen.
4. Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain)
Peningkatan hasil belajar (N-Gain) antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol, dapat diperoleh dengan cara membandingkan n-gain pretest dengan n-
gain posttest. Hasil peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif kedua kelas
dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut
67
Tabel 4.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Indikator
Ranah
Kognitif
Hasil
Belajar
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest
(%)
Posttest
(%)
N-
gain
Kategori Pretest
(%)
Posttest
(%)
N-
gain
Kategori
Mengingat
(C1)
65.83 69.17 0.10 Rendah 35.83 84.17 0.75 Tinggi
Memahami
(C2)
64.17 80.83 0.46 Sedang 51.67 84.17 0.67 Sedang
Menerapkan
(C3)
75.00 86.67 0.47 Sedang 63.33 90.00 0.73 Tinggi
Menganalisis
(C4)
37.22 71.11 0.62 Sedang 18.89 56.11 0.46 Sedang
Rata – Rata 0,41 Sedang Rata-Rata 0,65 Sedang
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dinyatakan bahwa baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol terjadi peningkatan hasil belajarnya setelah diberi perlakuan
yang berbeda. Peningkatan hasil belajar kelas kontrol pada ranah kognitif C1
(kemampuan mengingat) terkatagori rendah, dan C2 (kemampuan memahami),
C3 (kemampuan menerapkan), dan C4 (kemampuan menganalisis) terkatagori
sedang. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen pada ranah kognitif C1
(kemampuan mengingat) dan C3 (kemampuan menerapkan) terkatagori tinggi
sedangkan pada ranah kognitif C2 (kemampuan memahami) dan C4 (kemampuan
menganalisis) terkatagori sedang.
B. Hasil Analisis Data
1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi
suatu data. Apabila data terdistribusi normal dilakukan uji statistik parametrik
yaitu uji-T, sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji non
parametrik menggunakan uji Mann-Whitney. Uji normalitas hasil pretest dan
posttest menggunakan uji chi-square dengan bantuan software Statistical Product
68
and Service Solutions (SPSS). Hasil perhitungan uji normalitas data pretest dan
posttest dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest pada Kelas
Eksperimen dan Kontrol
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Df 30 30 30 30
Sig. 0.016 0.000 0.009 0.072
Taraf
Signifikasi
(α)
0,05
0,05
Kesimpulan Data tidak
terdistribusi
normal
Data tidak
terdistribusi
normal
Data tidak
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa nilai signifikasi uji
Kolmogorov-Smirnov hasil pretest kelas eksperimen yaitu 0,016 dan kelas kontrol
yaitu 0.000. Sementara nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov hasil posttest
kelas eksperimen yaitu 0.009 dan kelas kontrol memiliki nilai 0.072.
Hasil tersebut menunjukkan baik pretest maupun posttest di kelas
eksperimen menunjukkan nilai signifikasi < taraf signifikasi (0,05), yang artinya
data tidak terdistribusi normal. Pada kelas kontrol, data pretest menunjukkan nilai
signifikasi < taraf signifikasi (0,05), yang artinya data tidak terdistribusi normal.
Sementara data posttest, nilai signifikasi > taraf signifikasi (0,05) yang artinya
data terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan suatu sampel,
yaitu pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas hasil pretest dan
posttest dalam penelitian ini menggunakan uji Levene. Hasil uji homogenitas data
pretest dan posttest melalui uji levene ditunjukkan pada Tabel 4.7 berikut.
69
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Uji Statisik
Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Nilai Sig. 0.100 0.748
Taraf
signifikasi
0.05
Keputusan Kedua kelas homogen Kedua kelas homogen
Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat hasil pretest dan posttest kedua kelas
masing-masing memperoleh nilai sig. 0.100 dan 0.748. Hasil ini menunjukkan
nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa data yang diperoleh dari kedua kelas sebelum diberi perlakuan
maupun setelah diberi perlakuan memiliki varians yang sama. Artinya kedua kelas
memiliki kemampuan yang homogen.
2. Uji Hipotesis Statistik
Berdasarkan uji prasyarat yang telah diinformasikan sebelumnya, baik
hasil pretest maupun posttest dari kedua kelas menunjukkan bahwa data tidak
terdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama. Oleh karena itu,
pengujian hipotesis hasil pretest dan posttest menggunakan statistik
nonparametrik yaitu Mann- Whitney. Pengolahan data untuk uji Mann-Whitney
ini menggunakan software SPSS.
Pada software SPSS, suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak adalah
dengan melihat nilai pada kolom sig (2-tailed) yang menggunakan taraf
signifikasi ( ) sebesar 5%. Pengambilan keputusan hipotesis diambil berdasarkan
pada kriteria pengujian, yaitu jika nilai sig (2-tailed) > taraf signifikansi (0,05),
maka Ho diterima dan H1 ditolak, sedangkan jika nilai sig (2-tailed) < taraf
70
signifikansi (0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima.139
Hasil perhitungan uji
hipostesis dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Statistik Pretest Posttest
Sig (2-tailed) 0.066 0.031
Taraf signifikansi ( ) 0.05
Kesimpulan Ho diterima
dan H1 ditolak
Ho ditolak dan
H1 diterima
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh angka signifikasi hasil pretest sebesar
0.066. Hasil ini menunjukkan angka signifikasi (0.066) > nilai taraf signifikasi
(0.05), sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis
alternatif (H1) ditolak. Artinya pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat-alat optik.
Sementara untuk hasil posttest, diperoleh angka signifikasi sebesar 0.031. Hasil
ini menunjukkan angka signifikasi (0,0031) < nilai taraf signifikasi (0.05),
sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)
diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat-
alat optik di kelas eksperiemen.
3. Hasil Analisis Data Angket
Hasil perhitungan angket pernyataan siswa terhadap pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
139
Cornelius Trihendradi, Step by step SPSS 18 Analisis Data Statistik, (Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET,2010), h.204.
71
Tabel 4.9 Hasil angket pernyataan siswa terhadap penggunaan pendekatan
inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
No. Indikator Angket Persentase Kategori
1
Penggunaan pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk dalam proses
pembelajaran
78,75 % Baik
2
Kenggulan pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk dibandingkan
dengan pembelajaran yang biasa
diterapkan di kelas
75,50 % Baik
3 Penyampaian konsep materi 83,80 % Baik Sekali
4
Keuntungan pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk 81,50 % Baik Sekali
Rata-rata 79,88 % Baik
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa pada indikator penggunaan
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk mendapat respon sebesar
78,75% terkategori Baik, indikator terhadap Kenggulan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa
diterapkan di kelas diperoleh respon sebesar 75,50% yang terkategori Baik,
indikator penyampaian konsep materi diperoleh respon 83,80% yang terkatagori
Sangat Baik dan indikator keuntungan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk diperoleh presentase 81,80% yang terkatagori Sangat Baik. Secara
keseluruhan penggunaan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk pada
konsep alat-alat optik berada pada kategori 79,88% yang terkatagori Baik.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pada saat pretest nilai rata-rata
kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol. Namun setelah diberi perlakuan
yang berbeda pada kedua kelas yaitu menggunakan pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk di kelas eksperimen sedangkan pembelajaran konvensional
72
di kelas kontrol nilai rata-rata mengalami peningkatan. Meskipun kedua kelas
mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil uji prasyarat baik saat pretest maupun posttest
menunjukkan bahwa, data terdistribusi normal dan kedua kelas memiliki
kemamampuan yang homogen. Selanjutnya, hasil uji hipotesis pada data posttest,
diperoleh informasi bahwa nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,031 dan taraf signifikasi
sebesar 0,05. Artinya nilai Sig.(2-tailed) lebih kecil dari nilai taraf signifikasi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri berbasis
kecerdasan majemuk terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
materi alat-alat optik pada kelas eksperimen.
Berdasarkan grafik ranah kognitif siswa terlihat bahwa persentase hasil
belajar posttest siswa yang mampu menjawab soal-soal dengan benar untuk setiap
ranah kognitif baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami
peningkatan. Pada ranah kognitif untuk kemampuan mengingat (C1) untuk kelas
eksperimen sebesar 84,17% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 69,17 %. Hal
ini dikarenakan pada pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk di beri
pemahaman awal yang berupa media visual berupa teks, animasi, dan gambar
sehingga mempermudah siswa dalam proses mengingat suatu informasi terutama
pada materi alat-alat optik. Media berbasis visual dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan.140
Pada ranah kognitif C2 (kemampuan memahami) kelas eksperimen juga
lebih unggul dari kelas kontrol. Pada ranah kognitif untuk (kemampuan
memahami) C2 untuk kelas eksperimen sebesar 84,17%, sedangkan pada kelas
kontrol sebesar 80,83% Hal ini dikarenakan pada penerapan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk siswa dibimbing untuk mendapatkan konsep secara
cepat. Pembelajaran yang menghadirkan adanya permodelan dan fenomena di
kehidupan sehari-hari membuat siswa ingin belajar dan dapat melatih pemahaman
siswa pada materi alat-alat optik. Dan dengan belajar berkelompok siswa dapat
menjadi lebih aktif dimana siswa dapat berinteraksi dan bertukar pendapat
sehingga mengahasilkan pembelajaran yang lebih efektif.
140
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.91.
73
Peningkatan hasil belajar selain pada ranah kognitif C1 dan C2, siswa
kelas eksperimen juga unggul dari kelas kontrol pada ranah kognitif C3
(kemampuan menerapkan). Pada ranah kognitif untuk (kemampuan menerapkan)
C3 untuk kelas eksperimen sebesar 90,00%, sedangkan pada kelas kontrol sebesar
86,67%. Hal ini dikarenakan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
merupakan pembelajaran yang dilakukan berbasis pada penemuan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari serangkaian proses penyelidikan. Dalam proses
penerapannya siswa belajar secara tim atau berkelompok yang terdiri 4-5 orang
siswa. Dalam pembelajaran seperti ini, setiap kelompok siswa diharuskan
berperan aktif sehingga menyebabkan kemampuan berfikir siswa menjadi lebih
baik.
Berbeda dengan ranah kognitif C1, C2 dan C3 hasil belajar di ranah
kognitif C4 (kemampuan menganalisis) kelas kontrol lebih unggul dari kelas
eksperimen, dilihat dari grafik ranah kognitif C4. Pada ranah kognitif untuk
kemampuan menganalisis (C4) untuk kelas eksperimen sebesar 56.11%,
sedangkan pada kelas kontrol sebesar 71,11%. Hal ini dikarenakan contoh soal
serta pembahasan yang disajikan melalui pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk tidak banyak, sehingga siswa kurang terlatih dalam menyelesaikan soal
terutama dalam menganalisis soal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aderson dan
Krathowhl yaitu, pada dasarnya contoh soal dan latihan soal bertujuan melatih
siswa untuk menyelesaikan masalah terkait materi yang telah dipelajari dengan
tahapan penyelesaiannya, karena proses kognitif menganalis melibatkan prosedur
tertentu untuk mengerjakan soal atau penyelesaian masalah.141
Perbedaan persentase di setiap jenjang dari ranah kognitif C1-C4 antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah disebutkan di atas. Tidak hanya
persentase peningkatan kemampuan dalam setiap jenjang ranah kognitif yang
berbeda antara kedua kelas. Katagori rata-rata N-gain untuk kedua kelas
berkatagori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan inkuiri
141
Lorin W. Aderson dan David R. Krathowhl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.116.
74
berbasis kecerdasan majemuk mampu memperbaiki dan meningkatkan hasil
belajar siswa.
Penggunaan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk berpengaruh
positif terhadap respon siswa. Hal tersebut didasarkan pada hasil persentase
analisis angket pernyataan siswa (nontes) yaitu bahwa pada indikator penggunaan
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk mendapat respon sebesar
78,75% terkategori Baik, indikator terhadap Kenggulan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa
diterapkan di kelas diperoleh respon sebesar 75,50% yang terkategori Baik,
indikator penyampaian konsep materi diperoleh respon 83,80% yang terkatagori
Sangat Baik dan indikator keuntungan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk diperoleh presentase 81,80% yang terkatagori Sangat Baik. Secara
keseluruhan penggunaan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk pada
konsep alat-alat optik berada pada kategori 79,88% yang terkatagori Baik.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk pada penelitian ini telah mampu mengkatkan hasil belajar siswa dan
mendapatkan antusiasme yang baik dari siswa saat pembelajaran. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk terbukti memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar
siswa. Terutama digunakan untuk menjelaskan materi yang cakupannya luas dan
abstrak salah satunya yaitu alat-alat optik.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan terdapat keterbatasan,
diantaranya:
1. Keterbatasan waktu saat meneliti, sehingga pada saat penemuan konsep pada
materiyang didapatkan kurang maksimal
2. Penelitian ini terbatas pada materi alat-alat optik, sehingga memungkinkan
hasil penelitian yang berbeda pada materi-materi fisika yang lain.
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada konsep alat-alat optik. Hal tersebut
didasarkan pada hasil uji hipotesis menggunakan uji nonparametrik yaitu
pada uji Mann Whitney terhadap data posttest. Hasilnya nilai Sig.(2-tailed)
sebesar 0.031 dan taraf signifikasi sebesar 0,05, yang artinya nilai signifikasi
< nilai taraf signifikasi. Hasil belajar siswa kelas eksperimen mengalami
peningkatan lebih unggul dibandingkan kelas kontrol yaitu ranah kognitif C1
(kemampuan mengingat), C2 (kemampuan memahami), C3 (kemampuan
menerapkan).
2. Respon siswa berpengaruh positif terhadap penggunaan pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk. Hal tersebut didasarkan pada hasil rata-rata
persentase analisis angket pernyataan siswa (nontes) yaitu 79,88% yang
terkatagori Baik.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Namun masih terdapat
beberapa kelemahan. Berikut beberapa saran untuk peneliti yang akan
menerapkan pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan majemuk dalam
pembelajaran:
1. Peneliti dalam penelitian ini membutuhkan penguasaan kelas yang baik,
karena siswa diajak untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
2. Peneliti dalam penelitian ini membutuhkan waktu yang baik dalam
membimbing siswa, karena siswa biasa lebih lama dalam menemukan
konsepnya sendiri.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W, David R Karthwohl. 2010. Kerangka Untuk Landasan
Pembelajaran, Pengajaran Dan Assesmen : Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom, Terjemahan Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara
Arisanto, Iwan, dkk, Pengembangan Bahan Ajar Integratif Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika
Kelas X SMA Materi Optik. Universitas Negeri Malang
Armstrong, Thomas. 2009. Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition.
Virginia USA
Asrani, Rabiatul. 2018. “Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligence Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa. IKIP Mataram
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Afabeta
Baum, Susan et. al,. 2005. Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A
Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia
University)
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya
Eric Jensen, Eric. 2010. Guru Super & Super Teaching, Jakarta: PT Indeks
Fajar, Dwi S. 2015. Penyebab Miskonsepsi Pada Optika Geometri. Prosiding
Seminar Nasional Fisika
Gardner, Howard. 2011. Multiple Intelligence. Jakarta
Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta:
Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hoerr Thomas R et. Al. 2010. Celebrating Every Learner: Activities and
Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San
Francisco: Jossey-Bass)
77
Huda, Miftahul. 2013. Model - Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-isu
metode dan Paradigmatis). Yogyakarta:Pusaka Pelajar Offset.
Lestari, Wiji. 2016. Multimedia Pembelajaran Alat-Alat Optik untuk
Meningkatkan Prestasi dan Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika
Kelas X SMA.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya
Marthen Kanginan, Marthen. 2013. FISIKA: untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
OECD, PISA. 2016. 2015 Result in Focus, OECD: Better Policies for Better
Lives
Relvan, Enam. 2004. “Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan
Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Riyanto, Yatim 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Pendidik Dalam
Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Jakarta:
Kencana Pranada Media Group
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Press
Setyowati, Meinani Dwi dkk. 2018. “Penerapan Kecerdasan Majemuk untuk
Meningkatkan Hasl Belajar Fisika Peserta Didik Di SMAN 2 Magelang,
Jawa Tengah”. Jurnal Berkala Fisika
Siregar, Eveline, dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia
Indonesia
Situmorang, Robinson. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Inlegence
(MI) untuk pencapaian Kompetensi dalam Pembelajaran, dalam Dewi
Salma Prawiradilaga, dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan.
Jakarta
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosda Karya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
78
Suparno, Suhaerah A. 2001. Membangun Kompetensi Belajar, Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Supriadie, Didi. 2013. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Suryadana, Brian Aziz, dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Group Investigation (GI) Media Kartu Bermasalah pada Pembelajaran
Fisika di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika FKIP Universitas Jember.
Syaiful Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk
Membantu Memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar, (Bandung:
CV. Alfabeta
Trihendradi, Cornelius. 2010. Step by step SPSS 18 Analisis Data Statistik,
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Umam, M. Syaikhul, dkk. 2016. Pengaruh Model Process Oriented Guide Inquiry
Learning (POGIL) terhadap Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa
pada Pembelajaran Fisika SMA/MA di Kabupaten Jember. Jurnal
Pembelajaran Fisika,
Umar, Husnaini dan R. Purnomo Setiady Akbar. 1995. Pengantar Statistika.
Jakarta: Bumi Aksara
Uno, Hamzah B. 2012. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: BumiAksara
_____________. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM, Jakarta: Bumi
Aksara
W. S. Winkel, W, S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Wackerly, Mendenhall, and Scheaffer. 2008. Mathematical Statistics with
Applications, Belmont: Thomson Learning
Warsono dan Harianto. 2012. Pembelajaran Aktif dan Assesmen. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset
Yogantari, Pipit. 2015. Identifikasi Kesulitan Siswa Dalam Pembelajaran Fisika,
Seminar Nasional Fisika, Pascasarjana Program Studi Pendidikan
FisikaUniversitas Negeri Malang.
79
Lampiran A
Perangkat Pembelajaran
A. 1 RPP kelas Eksperimen
A. 2 RPP Kelas Kontrol
80
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(kelas eksperimen)
Sekolah : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan
Kelas/ Semester : X / II
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat - Alat Optik
Sub Materi Pokok : Mata dan Lup
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Pertemuan ke- : 1
A. STANDAR KOMPETENSI / KOMPETENSI INTI
1.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
81
1.3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untukmemecahkanmasalah
1.4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. INDIKATOR
1. Membedakan jenis-jenis cacat mata.
2. Membedakan pemakaian lup untuk mata berakomodasi maksimum dan tak berakomodasi.
3. Menjelaskan cara kerja mataa dan lup.
4. Menggambarkan pembentukkan bayangan pada mata dan lup.
5. Menerapkan persamaan mata dan lup dalam kasus pada kehidupan sehari-hari.
6. Menganalisis besaran-besaran terkait mata dan lup dalam kehidupan sehari-hari.
82
D. TUJUAN
Melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, diharapkan mampu :
1. Siswa dapat membedakan jenis-jenis cacat mata setelah melihat video demonstrasi yang diberikan oleh guru dengan baik.
2. Siswa dapat membedakan pemakaian lup untuk mata berakomodasi maksimum dan mata tak berakomodasi setelah menerima
penjelasan dari guru dengan baik.
3. Siswa dapat menjelaskan cara kerja mata dan lup setelah melakukan kegiatan diskusi dengan menggunakan pendekatan
inkuiri berbasis kecerdasan majemuk dengan baik.
4. Siswa dapat menggambarkan pembentukan bayangan pada mata dan lup setelah memperhatikan penjelasan dari guru dengan
baik.
5. Siswa dapat menerapkan persamaan mata dan lup dalam kasus pada kehidupan sehari-hari dengan baik.
6. Siswa dapat menganalisis besaran-besaran terkait mata dan lup dalam kasus pada kehidupan sehari-hari dengan baik.
83
E. MATERI AJAR
1. Peta Konsep
ALAT-ALAT OPTIK
Kamera Lup Mikroskop Teropong Mata Kacamata
Cacat Mata Lensa Positif
Lensa Negatif
Rangkap
Lensa
Positf
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Atigmatisma
Lensa Objektif (+)
Lensa Okuler (+)
Teropong Bintang
Teropong Bumi
Teropong Panggung
84
Alat – Alat Optik
Secara umum, alat optik dapat dibedakan menjadi alat optik alami dan alat optik buatan. Mata merupakan alat optik alami,
sedangkan alat optik buatan meliputi lup, kamera, teropong, dan mikroskop.
a) Mata
Mata terdiri dari bagian-bagian penting yang mentukan daya penglihatan kita. Bagianbagian mata tersebut, yaitu: kornea, iris,
pupil, lensa mata dan retina. Ada beberapa gannguan penglihatan, di antaranya adalah miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun
dekat), presbiopi, dan astigmatisme. Untuk mengatasi cacat mata, seseorang dapat ditolong dengan menggunakan kacamata
berlensa cekung, cembung, ataupun berlensa ganda.
Tabel Persamaan pada Cacat Mata
P =
Untuk penderita
Miopi
P =
Untuk penderita
Hipermetropi
85
b) Lup
Lup merupakan alat optik yang berfungsi mambantu seseorang mengamati objek yang berukuran kecil seperti tulisan pada
peta. Lensa yang terdapat pada lup adalah lensa positif (cembung) yang akan menghasilkan bayangan maya, tegak, dan diperbesar,
sehingga dapat membuat ukuran suatu objek tanpak lebih besar dari ukuran sebenarnya.
1) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
Pengamatan objek menggunakan lup dengan mata berakomodasi pada jarak x, bayangan harus terletak di depan lup sejauh x (s’ = x).
perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x:
x
S
f
SM nn
a
Keterangan:
perbesaran lup
titik dekat mata pengamat (cm)
titik focus lensa lup (cm)
jarak mata berakomodasi (cm)
2) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
Pada pengamatan dengan lup mata tidak berakomodasi maka benda harus diletakkan di titik focus lup sehingga bayangan
terbentuk di jauh tak terhingga. Perbesaran angular atau perbesaran sudut untuk mata tidak berakomodasi:
86
f
SnM a
perbesaran lup
titik dekat mata pengamat (cm)
titik focus lensa lup (cm)
3) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum :
Agar mata yang mengamati benda melalui sebuah lup berakomodasi maksimum, bayangan harus terletak di titik dekat mata.
Dengan demikian s’ = -sn adalah jarak titik data pengamat. Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum adalah:
1f
S
S
SM nn
a
perbesaran lup
titik dekat mata pengamat (cm)
titik focus lensa lup (cm)
F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
Metode : tanya jawab, diskusi, dan eksperimen
87
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama
TAHAPAN
INKUIRI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
WAKTU GURU SISWA
Kegiatan Awal
Engage by oriented
question
(memberikan
pertanyaan arahan)
Siswa bersama dengan guru mengawali pelajaran
dengan berdoa
Guru mengabsen kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai
Guru memberikan stimulus berupa irama terkait
bagian-bagian mata kepada siswa (kecerdasan
musikal)
Guru menampilkan tayangan video terkait mata dan
lup. (kecerdasan visual)
Guru memberikan apersepsi dengan pertanyaan
awal “Mengapa ketika kalian terkena lampu sorot
Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas
Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru
Siswa mendengar irama yang diberikan
oleh guru.
Siswa memperhatikan tayanganan video
yang ditampilkan oleh guru
Menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru
10 menit
88
mata kalian akan langsung melakukan gerak
refleks?”.
Guru mensosialiasakan kepada siswa mengenai
model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan
agar siswa memahami apa yang harus mereka
lakukan selama proses pembelajaran berlangsung
Kegiatan Inti
Evidence
(Pembuktian)
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok dengan anggota 4-5 orang per kelompok.
(kecerdasan interpersonal)
Guru memberikan LKS-1 materi alat optik mata
dan lup sebagai bahan diskusi dalam kelompok
Guru mempersilahkan siswa membaca dan
menelaah LKS yang telah diberikan oleh guru
dengan materi yang sama setiap kelompoknya,
yakni mata dan lup.
Guru meminta siswa untuk melakukan eksperimen
terkait alat optik mata dan lup menggunakan alat
Siswa membentuk kelompok
Siswa menerima LKS yang diberikan
oleh guru.
Siswa membaca dan menelaah LKS yang
telah diberikan oleh guru dengan materi
yang sama setiap kelompoknya, yakni
mata dan lup
Siswa melakukan eksperimen terkait
materi mata dan lup
20 menit
89
yang terlah dipersiapkan. (kecerdasan kinestetik
dan kecerdasan naturalis)
Guru meminta siswa berdiskusi
Siswa melakukan diskusi
Eksplanation
(penjelasan)
Guru berkeliling ke tiap kelompok, melihat
kemajuan diskusi tiap kelompok dan memberikan
siswa kesempatan untuk bertanya. (kecerdasan
intrapersonal)
Guru memperhatikan kemajuan siswa, jika siswa
mengalami kesalahan guru mengoreksi dengan
memberikan pertanyaan “benar seperti itu?” agar
siswa melihat kembali kesimpulan yang mereka
buat.
Guru mempersilahkan siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang telah ditemukannya
dalam LKS-1 terkait materi alat optik mata dan lup
(kecerdasan logis-matematis)
Siswa bertanya selama proses diskusi
berlangsung.
Siswa membandingkan antara data yang
diperoleh dengan pengetahuan mereka
sebelumnya.
Siswa menganalisis hubungan jawaban-
jawaban pertanyaan sebelumnya.
Siswa bekerja sama dalam kelompok
menjawab latihan dalam LKS-1 terkait
materi alat optik mata dan lup
45 menit
90
Guru mempersilahkan siswa mencatat hasil dari
diskusi kelompok.
Siswa mencatat hasil diskusi
Kegiatan Penutup
Communication
(komunikasi)
Guru meminta siswa untuk menuliskan hasil diskusi
kelompok di papan tulis dan mempresentasikannya
kepada teman-teman di kelasnya.
Guru bersama siswa menyamakan persepsi
mengenai pembahasan materi yang dipresentasikan
oleh setiap kelompok.
Guru memberi kesempatan untuk menanyakan
beberapa hal yang belum dipahami
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran pada
pertemuaan hari ini Semua siswa mendengarkan
kesimpulan yang dijelaskan oleh guru
(kecerdasan linguistik)
Siswa menuliskan hasil diskusi kelompok
di papan tulis dan mempresentasikan
kepada teman-teman kelasnya.
Siswa menyamakan atau memperbaiki
persepsis mengenai pembahasan materi
yang dipresentasikan oleh setiap
kelompok.
Semua siswa mendengarkan kesimpulan
yang dijelaskan oleh guru
15 menit
Evaluation
(evaluasi)
Guru memberikan lembar tugas penilaian kognitif
yang dikerjakan oleh masing-masing siswa
(kecerdasan logis-matematis)
masing siswa mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
45 menit
91
H. ALAT/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR
a. Alat/ Bahan
Power Point
video
LCD
LKS
LUP
b. Sumber Belajar:
1) Yohanes Surya. 2010. Optika. Serpong: PT. Kandel.
2) Marthen Kanginan, 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Erlangga
3) Wasis, Yuli Irianto, Sugeng. 2009. Fisika untuk SMA kelas XI. Jakarta: Depdiknas
I. TEKNIK PENILAIAN
a) Penilaian Kognitif : Tes tertulis
b) Penilaian Afektif : Sikap siswa selama ini pembelajaran berlangsung
c) Penilaian Psikomotorik : Keterampilan siswa selama melakukan diskusi dan presentasi.
92
J. Pedoman Penilaian
a) Ranah Kognitif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan dan memperhatikan
penjelasan guru.
b) Ranah Afektif
Diperoleh dari kemampuan siswa dalam memaparkan hasil diskusinya.
c) Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari hasil pengisisan LKS, dan evaluasi tertulis.
Tangerang, Mei 2017 Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Etty Twelve Tenth, M.Pd Khairatunnisah
NIP: 19721012200604202 NIM: 1112017300073
93
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1
Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap materi
pembelajaran dan hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari
1. Tidak menunjukkan antusias atau rasa ingin tahu dalam
pembelajaran.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias.
3. Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
2
Menunjukkan sikap jujur dalam menyelesaikan
LKS
1. Tidak menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas yang
diberikan, masih mengandalkan jawaban temannya.
2. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu,
namun memberikan jawaban kepada temannya.
3. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu.
3 Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap 1. Tidak bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan guru,
No Nama
Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor Ingin
tahu
Bertanggug
Jawab Jujur
1
2
3
4
5
94
setiap tugas yang diberikan. seringkali tugas yang diberikan terbangkalai dan tidak
dikumpulkan.
2. Sudah menunjukkan sikap tanggung jawab, namun tidak tepat
waktu dalam mengumpulkan tugas.
3. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan,
dan selalu tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 3 = 9
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
95
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1 Keterampilan berpendapat 1. Menyampaiakan pendapat tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaiakan pendapat sesuai dengan masalah, tetapi belum benar.
3. Menyampaikan pendapat sesuai dengan masalah dan benar.
2 Keterampilan bertanya 1. Menyampaikan pertanyaan tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaikan pertanyaan kurang sesuai dengan masalah.
3. Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan masalah.
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Skor Total Keterampilan
berpendapat
Keterampilan
bertanya
1
2
3
4
5
96
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
97
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
No Soal Jawaban Skor
1.
Pada saat membaca, jarak terdekat yang dapat dilihat seorang kakek adalah 40 cm.
Lensa kacamata yang digunakan kakek berkekuatan....
A. 2 dioptri
B. 1,5 dioptri
C. 2,5 dioptri
D. 3 dioptri
E. 1 dioptri
Diketahu:
PP = 40 cm
Sn = 25 cm
Ditanya: P (kacamata plus, f (+))
Jawab:
(B)
15
2. Jika sebuah lup memiliki kekuatan 12,5 dioptri. Berapakah Perbesaran bayangan
untuk mata berakomodasi…
A. 4,12 kali
B. 3 kali
C. 3,4 kali
D. 3,14 kali
E. 5,12 kali
Diketahui :
P = 12,5 dioptri
Ditanya :
f dan M (berakomodasi)
Jawab:
jarak fokusnya:
P = 100/f (dalam cm)
25
98
12,5 = 100/f
f = 100/12,5
f = 8 cm
maka perbesarannya:
M = Sn/f + 1
M = 25/8 + 1
M = 33/8
M = 4,12 kali (A)
3. Perhatikan pasangan antara cacar mata dan lensa kacamata penolongnya berikut.
No Cacat Mata Lensa
Kacamata
1 Miopi Negatif
2 hipermetropi Positif
3 Presbiopi Negatif dan
positif
Pasangan yang benar adalah….
A. 1 saja
B. 1 dan 2
C. 1 dan 3
D. 1, 2 dan 3
E. 2 dan 3
Miopi disebut juga rabun dekat.
Penderitanya tidak dapat melihat
benda jauh secara jelas.
Penderita miopi dapat dibantu
dengan kacamata berlensa
cekung (negatif)
Hipermetropi disebut juga
rabun jauh. Penderitanya tidak
dapat melihat benda dekat secara
jelas. Titik dekatnya lebih dari
25 cm. penderita hipermeyropi
dapat ditolong dengan kacamata
berlensa cembung (negatif)
Presbiopi, penderitanya tidak
dapat melihat benda yang
letaknya jauh atau dekat secara
20
99
jelas. Hal ini disebabkan karena
titik jauh dan titik dekatnya
tidak berada pada osisi
nermalnya. Penderitanya dapat
ditolong dengan kacamata
berlensa positif dan negative (C)
4. Tentukan letak bayangan yang dibentuk oleh benda setinggi 3 cm dan berjarak 25 cm
di depan cermin cekung dengan jarak focus 10 cm!
A. 2,5 cm di depan cermin
B. 15 cm di depan cermin
C. 15 cm di belakang cermin
D. 17 cm di depan cermin
E. 17 cm di belakang cermin
Diketahui :
h = 3 cm
s = 25 cm
f = 10 cm
Ditanya : s’...?
Jawab:
(D)
25
100
5. Sebuah lup dengan focus 4 cm digunakan oleh seseorang dengan mata berakomodasi.
Tentukan perbesaran luup tersebut!
A. 2,5 kali
B. 3,5 kali
C. 5,25 kali
D. 6,26 kali
E. 7,25 kali
Diketahui :
= 4 cm
Ditanya : M =…..?
Jawab:
(E)
15
Jumlah Skor 100
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 100
2. Nilai kognitif dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut :
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 -79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
101
Lembar Kerja Siswa Materi Alat-Alat Optik
(Pertemuan ke-1)
A. IDENTITAS
Kelompok :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas :
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dan luas
3. Catatlah hasil eksplorasi pada table yang telah disediakan
C. TUJUAN
Menentukan sifar bayangan yang dihasilkan oleh lup
D. ALAT DAN BAHAN :
102
1. Lup
2. Kertas
3. Bahan bacaan
E. PROSEDUR KERJA
1. Gunakanlah lup untuk membaca bahan bacaan!
2. Letakkan potongan kertas dibawah cahaya matahari.
3. Arahkan lup diatas kertas dan sinari dengan cahaya matahari!
103
F. ANALISIS
1. Untuk percobaan pertama, apa yang terjadi ketika anda membaca dibantu dengan lup? Jelaskan!
Jawaban :
2. Untuk percobaan kedua, apa yang terjadi pada potongan kertas? Jelaskan hasil yang didapat kelompokmu!
Jawaban
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
104
3. Sifat bayangan apa yang dihasilkan lup sehingga dapat membakar potongan kertas? Jelaskan!
jawaban
4. Berikan kesimpulan pada praktikum diatas!
Jawab
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
108
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan
Kelas/ Semester : X / II
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat - Alat Optik
Sub Materi Pokok : Mikroskop, Teropong, dan Kamera
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Pertemuan ke- : 2
A. STANDAR KOMPETENSI / KOMPETENSI INTI
1.5 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.6 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
109
1.7 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkanmasalah
1.8 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. INDIKATOR
1. Membedakan pemakaian mikroskop dalam keadaan mata tak berakomodasi dan mata berakomodasi maksimum.
2. Menjelaskan cara kerja mikroskop, teropong dan kamera serta pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari.
3. Menerapkan persamaan mikroskop, teropong, dan kamera dalam kasus pada kehidupan sehari-hari.
4. Menganalisis besaran-besaran terkait mikroskop, teropong, dan kamera dalam kasus pada kehidupan sehari-hari.
110
D. TUJUAN
1. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dan cara kerja mikroskop, teropong dan kamera serta pemanfaatannya pada
kehidupan sehari-hari setelah mempethatikan penjelasan guru dan melakukan diskusi kelompok dengan baik.
2. Siswa diharapkan dapat menerapkan persamaan pada mikroskop, teropong dan kamera untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari setelah mengerjakan dan membahasan soal yang telah diberikan dengan
baik.
3. Siswa diharapkan dapat menganalisis besaran-besaran terkait mikroskop, teropong dan kamera dalam kasus pada
kehidupan sehari-hari setelah mengerjakan dan membahas soal yang telah diberikan dengan baik.
111
E. MATERI AJAR
1. Peta Konsep
ALAT-ALAT OPTIK
Kamera Lup Mikroskop Teropong Mata Kacamata
Cacat Mata Lensa Positif
Lensa Negatif
Rangkap
Lensa
Positf
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Atigmatisma
Lensa Objektif (+)
Lensa Okuler (+)
Teropong Bintang
Teropong Bumi
Teropong Panggung
112
Alat – Alat Optik
1. Mikroskop
Mikroskop terdiri atas 2 lensa cembung, lensa okuler dan lena objektif. Lensa okuler berfungsi seperti lup. Bayangan
yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.
Tabel 2.5 Rumus-rumus untuk menentukan perbesaran pada mikroskop
Hubungan perbesaran oleh lensa objektif dan
perbesaran oleh lensa okuler
Perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi
Perbesaran saat mata berakomodasi maksimum
2. Teropong
Teropong atau teleskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh misalnya benda-benda
angkasa. Ada dua jenis teroponf, Yaitu teropong pantul dan teropong bias.
Tabel 2.6 Rumus pada teropong
113
3. Kamera
Prinsip kerja kamera mirip dengan mata. Pada kamera, bayangan jatuh pada film. Diafragma pada kamera berfungsi
mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Peran diafragma kamera mirip peratn pupil pada mata. Pada kamera
dikenal istilah pemfokusan, pemfokusan adalah peletakan lensa pada posisi yang benar relative terhadap film untuk
mendapatkan bayangan yang paling tajam. Jarak bayangan minimum untuk benda di jarak tak hingga sama dengan
panjang fokusnya.
F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
Metode : tanya jawab, eksperimen dan diskusi.
Perbesaran bayangan [ada teropong bintang untuk
mata tak berakomodasi
Jarak antara lensa objektif dan lensa okulernya
114
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama
TAHAPAN
INKUIRI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
WAKTU GURU SISWA
Kegiatan Awal
Engage by oriented
question
(memberikan
pertanyaan arahan)
Siswa bersama dengan guru mengawali pelajaran
dengan berdoa
Guru mengabsen kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai
Guru memberikan stimulus irama lagu tentang
kamera, dan mikroskop (kecerdasan musikal)
Guru menampilkan tayangan video terkait kamera,
mikroskop, dan teropong. (kecerdasan visual)
Guru memberikan apersepsi dengan pertanyaan
Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas
Siswa mendengarkan penjelasan dari
guru
Siswa memperhatikan tayanganan video
yang ditampilkan oleh guru
Siswa menyimak irama yang di berikan
oleh guru
10 menit
115
awal “Bagaimana cara kalian melihat benda-benda
yang ukurannya sangat kecil dan sulit dilihat dengan
kasat mata?”
Guru mensosialiasakan kepada siswa mengenai
model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan
agar siswa memahami apa yang harus mereka
lakukan selama proses pembelajaran berlangsung
Menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru
Kegiatan Inti
Evidence
(Pembuktian)
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok dengan anggota 4-5 orang per kelompok.
(kecerdasan interpersonal)
Guru memberikan LKS-1 materi alat optik kamera,
mikroskop, dan teropong sebagai bahan diskusi
dalam kelompok
Guru mempersilahkan siswa membaca dan
menelaah LKS yang telah diberikan oleh guru
dengan materi yang sama setiap kelompoknya,
Siswa membentuk kelompok
Siswa menerima LKS yang diberikan
oleh guru.
Siswa membaca dan menelaah LKS yang
telah diberikan oleh guru dengan materi
yang sama setiap kelompoknya, yakni
kamera, mikroskop, dan teropong
20 menit
116
yakni kamera, mikroskop, dan teropong.
Guru meminta siswa untuk melakukan eksperimen
terkait alat optik kamera, mikroskop, dan teropong
menggunakan alat yang terlah dipersiapkan.
(kecerdasan kinestetik dan kecerdasan naturalis)
Guru meminta siswa berdiskusi
Siswa melakukan eksperimen terkait
materi kamera, mikroskop, dan teropong
Siswa melakukan diskusi
Eksplanation
(penjelasan)
Guru berkeliling ke tiap kelompok, melihat
kemajuan diskusi tiap kelompok dan memberikan
siswa kesempatan untuk bertanya. (kecerdasan
intrapersonal)
Guru memperhatikan kemajuan siswa, jika siswa
mengalami kesalahan guru mengoreksi dengan
memberikan pertanyaan “benar seperti itu?” agar
siswa melihat kembali kesimpulan yang mereka
buat.
Guru mempersilahkan siswa untuk
Siswa bertanya selama proses diskusi
berlangsung.
Siswa membandingkan antara data yang
diperoleh dengan pengetahuan mereka
sebelumnya.
Siswa menganalisis hubungan jawaban-
jawaban pertanyaan sebelumnya.
Siswa bekerja sama dalam kelompok
45 menit
117
mengaplikasikan konsep yang telah ditemukannya
dalam LKS-1 materi alat optik kamera, mikroskop,
dan teropong (kecerdasan logis-matematis)
Guru mempersilahkan siswa mencatat hasil dari
diskusi kelompok.
menjawab latihan dalam LKS-1 terkait
materi alat optik kamera, mikroskop, dan
teropong
Siswa mencatat hasil diskusi
Kegiatan Penutup
Communication
(komunikasi)
Guru meminta siswa untuk menuliskan hasil diskusi
kelompok di papan tulis dan mempresentasikannya
kepada teman-teman di kelasnya.
Guru bersama siswa menyamakan persepsi
mengenai pembahasan materi yang dipresentasikan
oleh setiap kelompok.
Guru memberi kesempatan untuk menanyakan
beberapa hal yang belum dipahami
Guru membuat rangkuman/simpulan pelajaran pada
pertemuaan hari ini Semua siswa mendengarkan
kesimpulan yang dijelaskan oleh guru
Siswa menuliskan hasil diskusi kelompok
di papan tulis dan mempresentasikan
kepada teman-teman kelasnya.
Siswa menyamakan atau memperbaiki
persepsis mengenai pembahasan materi
yang dipresentasikan oleh setiap
kelompok.
Semua siswa mendengarkan kesimpulan
yang dijelaskan oleh guru
15 menit
118
(kecerdasan linguistik)
Evaluation
(evaluasi)
Guru memberikan lembar tugas penilaian kognitif
yang dikerjakan oleh masing-masing siswa
(kecerdasan logis-matematis)
masing siswa mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
46 menit
H. ALAT/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR
a. Alat/ Bahan
Power Point
video
LCD
LKS
b. Sumber Belajar:
1. Yohanes Surya. 2010. Optika. Serpong: PT. Kandel.
2. Marthen Kanginan, 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Erlangga
3. Wasis, Yuli Irianto, Sugeng. 2009. Fisika untuk SMA kelas XI. Jakarta: Depdiknas
119
I. TEKNIK PENILAIAN
a. Penilaian Kognitif : Tes tertulis
b. Penilaian Afektif : Sikap siswa selama ini pembelajaran berlangsung
c. Penilaian Psikomotorik : Keterampilan siswa selama melakukan diskusi dan presentasi
J. Pedoman Penilaian
a) Ranah Kognitif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan dan memperhatikan
penjelasan guru.
b) Ranah Afektif
Diperoleh dari kemampuan siswa dalam memaparkan hasil diskusinya.
c) Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari hasil pengisisan LKS, dan evaluasi tertulis.
Tangerang, Mei 2017
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Etty Twelve Tenth, M.Pd KhairatunnisahNIP:
19721012200604202 NIM: 1112017300073
120
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1
Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap
materi pembelajaran dan hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari
1. Tidak menunjukkan antusias atau rasa ingin tahu dalam
pembelajaran.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias.
3. Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
2
Menunjukkan sikap jujur dalam
menyelesaikan LKS
4. Tidak menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas yang
diberikan, masih mengandalkan jawaban temannya.
5. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu,
namun memberikan jawaban kepada temannya.
No Nama
Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor Ingin
tahu
Bertanggug
Jawab Jujur
1
2
3
4
5
121
6. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu.
3
Menunjukkan sikap tanggung jawab
terhadap setiap tugas yang diberikan.
4. Tidak bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan guru,
seringkali tugas yang diberikan terbangkalai dan tidak
dikumpulkan.
5. Sudah menunjukkan sikap tanggung jawab, namun tidak tepat
waktu dalam mengumpulkan tugas.
6. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, dan selalu tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 3 = 9
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
122
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1
Keterampilan berpendapat 1. Menyampaiakan pendapat tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaiakan pendapat sesuai dengan masalah, tetapi belum
benar.
3. Menyampaikan pendapat sesuai dengan masalah dan benar.
2 Keterampilan bertanya 1. Menyampaikan pertanyaan tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaikan pertanyaan kurang sesuai dengan masalah.
3. Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan masalah.
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Skor Total Keterampilan
berpendapat
Keterampilan
bertanya
1
2
3
4
5
123
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
124
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
No Soal Jawaban Skor
1. Perhatikan jalannya sinar pembentukan bayangan pada
mikroskop berikut !
Jarak lensa objektif dengan lensa okuler tersebut adalah...
Dik:
Sob = 2 cm
Fob =1,8cm
Fok = 6 cm
Dit : d
Jwb:
d = Fok +
d = 6 cm + 18 cm
d = 24 cm
= 18 cm
30
2. Berikut ini adalah diagram pembentukan bayangan oleh
teropong bintang
Dik
d = 125 cm
= 5 cm
15
125
a) Jarak fokus objektif
b) Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi
Dit : a) = ...?
b) M = …?
Jwb:
a) menghitung :
b) Selanjutnya mencari perbesaran (M)
:
3. Teropong bumi dipakai untuk mengamati seseorang yang
berada pada jarak 1 km. Teropong tersebut mempunyai
jarak fokus lensa objektif, lensa pembalik, dan okuler
berturut-turut 25 cm, 0,5 cm, dan 2,5 cm. Berapakah
Panjang teropong tersebut bila pengamatan dilakukan
dengan mata tak berakomodasi ?
Dik :
= 25 cm
= 2,5 cm
= 0,5 cm
Dit : d = …?
20
126
Jwb:
+
= 25 + 4(0,5) + 2,5
= 25 + 2 + 2,5
= 29,5 cm
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Seorang fotografer sedang melakukan pemotretan gedung
dengan tinggi 150 m. Bayangan dari foto sebuah gedung
yang tercetak pada film memiliki tinggi 75 mm. Jika jarak
antara pemotret dengan gedung 100 m, maka perbesaran
kamera tersebut adalah . . . .
Dik : h’ = 75 mm = 0.075 m
h = 150 m
Dit : h ?
Jawab :
M=
M=
= 5 x 10
-4 kali
20
127
5. Sebuah teropong bumi digunakan untuk mengamati benda
pada jarak tak terhingga. Jika mata tak berakomodasi
dengan jarak fokus lensa objektif, lensa pembalik, dan
lensa okuler masing-masing 40cm, 3cm, dan 5cm maka
panjang teropong adalah
Dik : fob = 40 cm
fok = 5 cm
fpb = 3 cm
Dit : d ?
Jawab :
d = fob + 4 fpb + fok
= 40 + 4 (3) + 5
= 57 cm
15
Jumlah Skor 100
128
Lembar Kerja Siswa Materi Alat-Alat Optik (Teropong)
(Pertemuan ke-2)
A. IDENTITAS
Kelompok :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas :
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam dan luas
3. Catatlah hasil eksplorasi pada table yang telah disediakan.
129
C. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip kerja teropong
2. Mempelajari pembentukan bayangan oleh teropong
3. Mempelajari sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh teropong
D. ALAT DAN BAHAN
1. Lensa positif yang berbeda jarak fokusnya
f1 = 30 cm selanjutnya disebut lensa objektif = fob
f2 = 5 cm selanjutnya disebut lensa okuler = fok
2. bangku optic
3. layar transparan (kertas roti)
E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tentukan jarak focus lensa-lensa secara sederhana (misalnya diarahkan pada sinar matahari/benda-benda jauh dari luar
kelas), catat f1 sebagai jarak titik focus yang bernilai besar dan f2 sebagai jarak focus yang bernilai kecil! Lakukanlah
selama 3 kali! Catat dalam table 1!
2. Arahkan lensa 1 yang berjarak fokus besar ke benda-benda di luar kelas, melalui jendela atau pintu! Tempatkan layar
transparan di belakang lensa sedemikian rupa sehingga tertangkap bayangan yang tajam! Amati sifat bayangan yang
terbentuk dan catat gejala yang teramati pada table 2 dan 3!
3. Tempatkan lensa II di belakang layar sehingga dapat melihat bayangan pada layar dengan jelas! Amati sifat bayangan
yang terbentuk dan catat gejala yang teramati pada table 2 dan 3!
4. Lepaskan layar transparan dari susunan optiknya dan amati sifat bayangan yang terbentuk, serta catat gejala yang
teramati!
130
F. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Titik Fokus
Titik Jarak Fokus (cm)
I II III Rata-rata
f1 = fob
F2 = fok
131
Table 2. Hasil Pengukuran Jarak dan Panjang
Nama besaran Simbol Besar Nilai
Jarak benda lensa objektif Sob
Jarak bayangan yang dibentuk lensa objektif S’ok
Jarak benda lensa okuler Sok
Panjang teropong d
Aspek Sifat Bayangan
Dibentuk oleh lensa objektif
Dibentuk oleh lensa objektif dan okuler (dengan layar)
Dibentuk oleh lensa objektif dan okuler t(tanpa layar)
Table 3. Sifat – sifat Bayangan yang Terbentuk
132
DISKUSI
1. Dari hasil kegiatan pada prosedur nomor 2, bagaimana sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa I?
Jawaban
2. dari hasil kegiatan pada prosedur nomor 3, bagaimana sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa II?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
133
3. Pada kegiatan prosedur nomor 4, bayangan terakhir yang Nampak mengalami perbesaran 2 tahap yakni
oleh…………dan ……………
4. Apa kegunaan layar transparan pada percobaan ini
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
134
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan
Kelas/ Semester : X / II
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat - Alat Optik
Sub Materi Pokok : Mata dan Lup
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Pertemuan ke- : 1
A. STANDAR KOMPETENSI / KOMPETENSI INTI
1.9 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.10 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
135
1.11 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkanmasalah
1.12 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. INDIKATOR
1. Membedakan jenis-jenis cacat mata.
2. Membedakan pemakaian lup untuk mata berakomodasi maksimum dan tak berakomodasi.
3. Menjelaskan cara kerja mataa dan lup.
4. Menggambarkan pembentukkan bayangan pada mata dan lup.
5. Menerapkan persamaan mata dan lup dalam kasus pada kehidupan sehari-hari.
6. Menganalisis besaran-besaran terkait mata dan lup dalam kehidupan sehari-hari.
136
D. TUJUAN
Melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, diharapkan mampu :
1. Siswa dapat membedakan jenis-jenis cacat mata setelah melihat video demonstrasi yang diberikan oleh guru dengan
baik.
2. Siswa dapat membedakan pemakaian lup untuk mata berakomodasi maksimum dan mata tak berakomodasi setelah
menerima penjelasan dari guru dengan baik.
3. Siswa dapat menjelaskan cara kerja mata dan lup setelah melakukan kegiatan diskusi dengan baik.
4. Siswa dapat menggambarkan pembentukan bayangan pada mata dan lup setelah memperhatikan penjelasan dari guru
dengan baik.
5. Siswa dapat menerapkan persamaan mata dan lup dalam kasus pada kehidupan sehari-hari dengan baik.
6. Siswa dapat menganalisis besaran-besaran terkait mata dan lup dalam kasus pada kehidupan sehari-hari dengan baik.
137
E. MATERI AJAR
1. Peta Konsep
ALAT-ALAT OPTIK
Kamera Lup Mikroskop Teropong Mata Kacamata
Cacat Mata Lensa Positif
Lensa Negatif
Rangkap
Lensa
Positf
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Atigmatisma
Lensa Objektif (+)
Lensa Okuler (+)
Teropong Bintang
Teropong Bumi
Teropong Panggung
138
Alat – Alat Optik
Secara umum, alat optik dapat dibedakan menjadi alat optik alami dan alat optik buatan. Mata merupakan alat optik
alami, sedangkan alat optik buatan meliputi lup, kamera, teropong, dan mikroskop.
d) Mata
Mata terdiri dari bagian-bagian penting yang mentukan daya penglihatan kita. Bagianbagian mata tersebut, yaitu:
kornea, iris, pupil, lensa mata dan retina. Ada beberapa gannguan penglihatan, di antaranya adalah miopi (rabun jauh),
hipermetropi (rabun dekat), presbiopi, dan astigmatisme. Untuk mengatasi cacat mata, seseorang dapat ditolong dengan
menggunakan kacamata berlensa cekung, cembung, ataupun berlensa ganda.
Tabel Persamaan pada Cacat Mata
P =
Untuk penderita
Miopi
P =
Untuk penderita
Hipermetropi
139
e) Lup
Lup merupakan alat optik yang berfungsi mambantu seseorang mengamati objek yang berukuran kecil seperti tulisan
pada peta. Lensa yang terdapat pada lup adalah lensa positif (cembung) yang akan menghasilkan bayangan maya, tegak, dan
diperbesar, sehingga dapat membuat ukuran suatu objek tanpak lebih besar dari ukuran sebenarnya.
4) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x
Pengamatan objek menggunakan lup dengan mata berakomodasi pada jarak x, bayangan harus terletak di depan lup sejauh x
(s’ = x). perbesaran lup untuk mata berakomodasi pada jarak x:
x
S
f
SM nn
a
Keterangan:
perbesaran lup
titik dekat mata pengamat (cm)
titik focus lensa lup (cm)
jarak mata berakomodasi (cm)
5) Perbesaran lup untuk mata tidak berakomodasi
Pada pengamatan dengan lup mata tidak berakomodasi maka benda harus diletakkan di titik focus lup sehingga
140
bayangan terbentuk di jauh tak terhingga. Perbesaran angular atau perbesaran sudut untuk mata tidak berakomodasi:
f
SnM a
perbesaran lup
titik dekat mata pengamat (cm)
titik focus lensa lup (cm)
6) Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum :
Agar mata yang mengamati benda melalui sebuah lup berakomodasi maksimum, bayangan harus terletak di titik dekat
mata. Dengan demikian s’ = -sn adalah jarak titik data pengamat. Perbesaran lup untuk mata berakomodasi maksimum adalah:
1f
S
S
SM nn
a
perbesaran lup
titik dekat mata pengamat (cm)
titik focus lensa lup (cm)
141
F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk
Metode : tanya jawab, dan diskusi.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama
Tahapan Langkah-langkah kegiatan Waktu
Guru Siswa
Pendahu-
Luan
Orientasi Membuka kegiatan pembelajaran dan
mempersilahkan siswa untuk berdo’a.
Mengecek kehadiran siswa.
Berdo’a dipimpin oleh ketua kelas.
Memperhatikan guru.
3 menit
Apersepsi
Menjelaskan tujuan pembelajaran. Memperhatikan penjelasan guru
2 menit
Motivasi Menggali pengetahuan awal siswa
melalui pertanyaan, “Bagaimana
caranya kita dapat melihat dengan
jelas benda yang ukurannya kecil atau
benda yang berjarak jauh?”
Mendengarkan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru
5 menit
142
Inti Mengamati Membagi siswa ke dalam 6 kelomok
dengan anggota 4-5 orang per
kelompok
Membagikan LKS dan lembar diskusi
kepada siswa.
Meminta siswa memperhatikan
penjelaskan materi dan video
demonstrasi flash player mengenai
pembentukan bayangan pada cermin,
lensa, mata dan lup.
Membentuk kelompok.
Menerima LKS dan lembar diskusi.
Memperhatikan penjelasan materi dan
video demonstrasi yang diberikan oleh
guru mengenai pembentukan bayangan
pada cermin, lensa, mata dan lup.
15 menit
Menanya Mempersilahkan siswa mengajukan
pertanyaan terkait konsep mata, dan
lup
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
5 menit
Mengeksplo-
rasi Memberikan contoh terkait materi alat
optik pada power point.
Memberikan pertanyaan kepada siswa
terkait materi alat optik mata dan lup.
Siswa mengerjakan dan dipandu oleh
guru.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
10 menit
Mengaso-
siasi Memberikan LKS dan meminta siswa
berdiskusi dengan teman
kelompoknya untuk mengerjakan LKS
Setiap kelompok mulai berdiskusi
untuk mengerjakan soal latihan pada
LKS.
20 menit
143
terkait materi mata dan lup. 15 menit
Mengkomu-
nikasikan Meminta perwakilan masing-masing
kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusi.
Mempersilahkan kelompok lain untuk
bertanya terkait hasil yang dijelaskan
temannya.
Perwakilan siswa meyampaikan hasil
diskusi.
Perwakilan dari kelompok lain
mengajukan pertanyaan.
Penutup Evaluasi Memberikan penjelasan tambahan
terkait jawaban yang dipresentasikan
siswa (perwakilan kelompok).
Memberi tugas kepada masing-masing
siswa untuk dikerjakan
Memperhatikan guru dan mencatat
informasi yang diberikan guru dan
teman.
Menerima dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
45 menit
Kesimpu-
Lan Membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran.
Bersama-sama dengan guru
menyimpulkan hasil pembelajaran.
10 menit
Do’a Memberi salam. Menjawab salam. 5 menit
ALAT/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR
a. Alat/ Bahan
Power Point
video
144
LCD
LKS
b. Sumber Belajar:
1. Yohanes Surya. 2010. Optika. Serpong: PT. Kandel.
2. Marthen Kanginan, 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Erlangga
3. Wasis, Yuli Irianto, Sugeng. 2009. Fisika untuk SMA kelas XI. Jakarta: Depdiknas
H. TEKNIK PENILAIAN
a. Penilaian Kognitif : Tes tertulis
b. Penilaian Afektif : Sikap siswa selama ini pembelajaran berlangsung
c. Penilaian Psikomotorik : Keterampilan siswa selama melakukan diskusi dan presentasi
I. Pedoman Penilaian
a) Ranah Kognitif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan dan memperhatikan
penjelasan guru.
b) Ranah Afektif
Diperoleh dari kemampuan siswa dalam memaparkan hasil diskusinya.
145
c) Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari hasil pengisisan LKS, dan evaluasi tertulis.
Tangerang, Mei 2017
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Etty Twelve Tenth, M.Pd Khairatunnisah
NIP: 19721012200604202 NIM: 1112017300073
146
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1
Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap materi
pembelajaran dan hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari
1. Tidak menunjukkan antusias atau rasa ingin tahu dalam
pembelajaran.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias.
3. Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
2
Menunjukkan sikap jujur dalam menyelesaikan
LKS
7. Tidak menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas yang
diberikan, masih mengandalkan jawaban temannya.
8. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu, namun
memberikan jawaban kepada temannya.
No Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor Ingin tahu Bertanggug
Jawab Jujur
1
2
3
4
5
147
9. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu.
3
Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap
setiap tugas yang diberikan.
7. Tidak bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan guru,
seringkali tugas yang diberikan terbangkalai dan tidak dikumpulkan.
8. Sudah menunjukkan sikap tanggung jawab, namun tidak tepat waktu
dalam mengumpulkan tugas.
9. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan,
dan selalu tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 3 = 9
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
148
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1 Keterampilan
berpendapat
1. Menyampaiakan pendapat tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaiakan pendapat sesuai dengan masalah, tetapi belum benar.
3. Menyampaikan pendapat sesuai dengan masalah dan benar.
2 Keterampilan
bertanya
1. Menyampaikan pertanyaan tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaikan pertanyaan kurang sesuai dengan masalah.
3. Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan masalah.
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai
Skor Total
Keterampilan berpendapat Keterampilan bertanya
1
2
3
4
5
149
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
150
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
No Soal Jawaban Skor
1.
Pada saat membaca, jarak terdekat yang dapat dilihat seorang kakek adalah 40 cm.
Lensa kacamata yang digunakan kakek berkekuatan....
A. 2 dioptri
B. 1,5 dioptri
C. 2,5 dioptri
D. 3 dioptri
E. 1 dioptri
Diketahu:
PP = 40 cm
Sn = 25 cm
Ditanya: P (kacamata plus, f (+))
Jawab:
(B)
15
2. Jika sebuah lup memiliki kekuatan 12,5 dioptri. Berapakah Perbesaran bayangan
untuk mata berakomodasi…
A. 12 kali
B. 3 kali
C. 3,4 kali
D. 3,14 kali
E. 5,12 kali
Diketahui :
P = 12,5 dioptri
Ditanya :
f dan M (berakomodasi)
Jawab:
jarak fokusnya:
P = 100/f (dalam cm)
25
151
12,5 = 100/f
f = 100/12,5
f = 8 cm
maka perbesarannya:
M = Sn/f + 1
M = 25/8 + 1
M = 33/8
M = 4,12 kali (A)
3. Perhatikan pasangan antara cacar mata dan lensa kacamata penolongnya berikut.
No Cacat Mata Lensa
Kacamata
1 Miopi Negatif
2 hipermetropi Positif
3 Presbiopi Negatif dan
positif
Pasangan yang benar adalah….
A. 1 saja
B. 1 dan 2
C. 1 dan 3
D. 1, 2 dan 3
E. 2 dan 3
Miopi disebut juga rabun dekat.
Penderitanya tidak dapat melihat
benda jauh secara jelas.
Penderita miopi dapat dibantu
dengan kacamata berlensa
cekung (negatif)
Hipermetropi disebut juga
rabun jauh. Penderitanya tidak
dapat melihat benda dekat secara
jelas. Titik dekatnya lebih dari
25 cm. penderita hipermeyropi
dapat ditolong dengan kacamata
berlensa cembung (negatif)
Presbiopi, penderitanya tidak
20
152
dapat melihat benda yang
letaknya jauh atau dekat secara
jelas. Hal ini disebabkan karena
titik jauh dan titik dekatnya
tidak berada pada osisi
nermalnya. Penderitanya dapat
ditolong dengan kacamata
berlensa positif dan negative (C)
4. Tentukan letak bayangan yang dibentuk oleh benda setinggi 3 cm dan berjarak 25 cm
di depan cermin cekung dengan jarak focus 10 cm!
A. 2,5 cm di depan cermin
B. 15 cm di depan cermin
C. 15 cm di belakang cermin
D. 17 cm di depan cermin
E. 17 cm di belakang cermin
Diketahui :
h = 3 cm
s = 25 cm
f = 10 cm
Ditanya : s’...?
Jawab:
(D)
25
153
5. Sebuah lup dengan focus 4 cm digunakan oleh seseorang dengan mata berakomodasi.
Tentukan perbesaran luup tersebut!
A. 2,5 kali
B. 3,5 kali
C. 5,25 kali
D. 6,26 kali
E. 7,25 kali
Diketahui :
= 4 cm
Ditanya : M =…..?
Jawab:
(E)
15
Jumlah Skor 100
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 100
2. Nilai kognitif dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut :
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 -79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
154
Lembar Kerja Siswa Materi Alat-Alat Optik
(Pertemuan ke-1)
A. IDENTITAS
Kelompok :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas :
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam dan luas
3. Catatlah hasil eksplorasi pada table yang telah disediakan
155
4. Mengapa penderita rabun jauh dapat melihat benda dekat dengan jelas, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas?
Bagaimana cara mengatasi cacat mata tersebut? Jelaskan !
Jawaban :
5. Mengapa kaca pembesar atau lup menggunakan lensa cembung dan bukan lensa cekung?
Jawaban
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
156
6. Tentukan kekuatan lensa kacamata yang diperlukan oleh seseorang bila jarak terdekat yang dapat dilihatnya dengan jelas
adalah 75 cm dan orang normal dianggap mempunyai titik dekat 25 cm !
jawaban
7. Jika objek diletakkan 5 cm di depan suatu lensa cembung, terbentuk bayangan nyata pada jarak 20 cm dari lensa. Jika lensa
ini digunakan oleh seorang pengamat sebagai lup, tentukan perbesaran lup, untuk:
a. Mata berakomodasi maksimum
b. Mata berakomodasi pada jarak 40 cm
Jawaban
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
157
8. Seseorang penderita rabun dekat (hipermetropi) dengan titik dekat 100 cm ingin membaca pada jarak baca normal (25 cm).
berapakah jarak focus dan kuat lensa yang harus digunakannya?
Jawaban
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
158
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan
Kelas/ Semester : X / II
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat - Alat Optik
Sub Materi Pokok : Mikroskop, Teropong, dan Kamera
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
Pertemuan ke- : 2
A. STANDAR KOMPETENSI / KOMPETENSI INTI
1.13 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.14 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
159
1.15 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkanmasalah
1.16 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
C. INDIKATOR
1. Membedakan pemakaian mikroskop dalam keadaan mata tak berakomodasi dan mata berakomodasi maksimum.
2. Menjelaskan cara kerja mikroskop, teropong dan kamera serta pemanfaatannya pada kehidupan sehari-hari.
3. Menerapkan persamaan mikroskop, teropong, dan kamera dalam kasus pada kehidupan sehari-hari.
4. Menganalisis besaran-besaran terkait mikroskop, teropong, dan kamera dalam kasus pada kehidupan sehari-hari.
160
D. TUJUAN
4. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dan cara kerja mikroskop, teropong dan kamera serta pemanfaatannya pada
kehidupan sehari-hari setelah mempethatikan penjelasan guru dan melakukan diskusi kelompok.
5. Siswa diharapkan dapat menerapkan persamaan pada mikroskop, teropong dan kamera untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari setelah mengerjakan dan membahasan soal yang telah diberikan.
6. Siswa diharapkan dapat menganalisis besaran-besaran terkait mikroskop, teropong dan kamera dalam kasus pada
kehidupan sehari-hari setelah mengerjakan dan membahas soal yang telah diberikan.
161
E. MATERI AJAR
1) Peta Konsep
ALAT-ALAT OPTIK
Kamera Lup Mikroskop Teropong Mata Kacamata
Cacat Mata Lensa Positif
Lensa Negatif
Rangkap
Lensa
Positf
Miopi
Hipermetropi
Presbiopi
Atigmatisma
Lensa Objektif (+)
Lensa Okuler (+)
Teropong Bintang
Teropong Bumi
Teropong Panggung
162
Alat – Alat Optik
4. Mikroskop
Mikroskop terdiri atas 2 lensa cembung, lensa okuler dan lena objektif. Lensa okuler berfungsi seperti lup. Bayangan
yang dihasilkan lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.
Tabel 2.5 Rumus-rumus untuk menentukan perbesaran pada mikroskop
Hubungan perbesaran oleh lensa objektif dan
perbesaran oleh lensa okuler
Perbesaran okuler saat mata tak berakomodasi
Perbesaran saat mata berakomodasi maksimum
5. Teropong
Teropong atau teleskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda jauh misalnya benda-benda
angkasa. Ada dua jenis teroponf, Yaitu teropong pantul dan teropong bias.
163
Tabel 2.6 Rumus pada teropong
6. Kamera
Prinsip kerja kamera mirip dengan mata. Pada kamera, bayangan jatuh pada film. Diafragma pada kamera
berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Peran diafragma kamera mirip peratn pupil pada mata. Pada
kamera dikenal istilah pemfokusan, pemfokusan adalah peletakan lensa pada posisi yang benar relative terhadap film
untuk mendapatkan bayangan yang paling tajam. Jarak bayangan minimum untuk benda di jarak tak hingga sama
dengan panjang fokusnya.
F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
Metode : Tanya jawab, dan diskusi.
Perbesaran bayangan [ada teropong bintang untuk
mata tak berakomodasi
Jarak antara lensa objektif dan lensa okulernya
164
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan pertama
Tahapan Langkah-langkah kegiatan Waktu
Guru Siswa
Pendahu-
Luan
Orientasi Membuka kegiatan pembelajaran dan
mempersilahkan siswa untuk berdo’a.
Mengecek kehadiran siswa.
Berdo’a dipimpin oleh ketua kelas.
Memperhatikan guru.
3 menit
Apersepsi
Menjelaskan tujuan pembelajaran. Memperhatikan penjelasan guru
2 menit
Motivasi Menggali pengetahuan awal siswa
melalui pertanyaan, “Bagaimana cara
kalian melihat benda-benda yang
ukurannya sangat kecil dan sulit
dilihat dengan kasat mata?”
Mendengarkan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru
5 menit
Inti Mengamati Membagi siswa ke dalam 7 kelompok
dengan anggota 4-5 orang per
kelompok
Membagikan LKS dan lembar diskusi
Membentuk kelompok.
Menerima LKS dan lembar diskusi.
15 menit
165
kepada siswa.
Meminta siswa memperhatikan
penjelaskan materi dan video
demonstrasi terkait materi kamera,
mikroskop, dan teropong
Memperhatikan penjelasan materi dan
video demonstrasi yang diberikan oleh
guru mengenai materi kamera,
mikroskop, dan teropong
Menanya Mempersilahkan siswa mengajukan
pertanyaan terkait materi kamera,
mikroskop, dan teropong
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
5 menit
Mengeksplo-
rasi Memberikan contoh terkait materi alat
optik pada power point.
Memberikan pertanyaan kepada siswa
terkait materi materi alat optik.
Siswa mengerjakan dan dipandu oleh
guru.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
10 menit
Mengaso-
siasi Memberikan LKS dan meminta siswa
berdiskusi dengan teman kelompoknya
untuk mengerjakan LKS terkait materi
kamera, mikroskop, dan teropong
Setiap kelompok mulai berdiskusi
untuk mengerjakan soal latihan pada
LKS.
20 menit
15 menit Mengkomu-
nikasikan Meminta perwakilan masing-masing
kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusi.
Mempersilahkan kelompok lain untuk
bertanya terkait hasil yang dijelaskan
Perwakilan siswa meyampaikan hasil
diskusi.
Perwakilan dari kelompok lain
166
temannya. mengajukan pertanyaan.
Penutup Evaluasi Memberikan penjelasan tambahan
terkait jawaban yang dipresentasikan
siswa (perwakilan kelompok).
Memberi tugas kepada masing-masing
siswa untuk dikerjakan
Memperhatikan guru dan mencatat
informasi yang diberikan guru dan
teman.
Menerima dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
45 menit
Kesimpu-
Lan Membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi pembelajaran.
Bersama-sama dengan guru
menyimpulkan hasil pembelajaran.
10 menit
Do’a Memberi salam. Menjawab salam. 5 menit
H. ALAT/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR
c. Alat/ Bahan
Power Point
video
LCD
LKS
167
d. Sumber Belajar:
1. Yohanes Surya. 2010. Optika. Serpong: PT. Kandel.
2. Sunardi dan Siti Zenab.2014. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI. Bandung: Yrama Widya
3. Wasis, Yuli Irianto, Sugeng.2009. Fisika untuk SMA kelas XI. Jakarta: Depdiknas
I. TEKNIK PENILAIAN
a. Penilaian Kognitif : Tes tertulis
b. Penilaian Afektif : Sikap siswa selama ini pembelajaran berlangsung
c. Penilaian Psikomotorik : Keterampilan siswa selama melakukan diskusi dan presentasi
J. Pedoman Penilaian
a) Ranah Kognitif
Diperoleh dari keaktifan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan dan memperhatikan
penjelasan guru.
b) Ranah Afektif
Diperoleh dari kemampuan siswa dalam memaparkan hasil diskusinya.
c) Ranah Psikomotorik
Diperoleh dari hasil pengisisan LKS, hasil turnamen kelompok dan evaluasi tertulis.
168
Tangerang, Desember 2018
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Etty Twelve Tenth, M.Pd Khairatunnisah
NIP: 19721012200604202 NIM: 1112017300073
169
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1
Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap materi
pembelajaran dan hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari
1. Tidak menunjukkan antusias atau rasa ingin tahu dalam
pembelajaran.
2. Menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias.
3. Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.
2
Menunjukkan sikap jujur dalam menyelesaikan
LKS
10. Tidak menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas yang
diberikan, masih mengandalkan jawaban temannya.
11. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu,
namun memberikan jawaban kepada temannya.
No Nama
Siswa
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor Ingin
tahu
Bertanggug
Jawab Jujur
1
2
3
4
5
170
12. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu.
3
Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap setiap
tugas yang diberikan.
10. Tidak bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan guru,
seringkali tugas yang diberikan terbangkalai dan tidak
dikumpulkan.
11. Sudah menunjukkan sikap tanggung jawab, namun tidak tepat
waktu dalam mengumpulkan tugas.
12. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, dan selalu tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 3 = 9
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
171
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Rubrik :
No Aspek yang dinilai Rubrik penilaian
1 Keterampilan berpendapat 1. Menyampaiakan pendapat tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaiakan pendapat sesuai dengan masalah, tetapi belum benar.
3. Menyampaikan pendapat sesuai dengan masalah dan benar.
2 Keterampilan bertanya 1. Menyampaikan pertanyaan tidak sesuai dengan masalah
2. Menyampaikan pertanyaan kurang sesuai dengan masalah.
3. Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan masalah.
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Skor Total Keterampilan
berpendapat
Keterampilan
bertanya
1
2
3
4
5
172
Format penilaian :
1. Skor maksimal = 3 x 2 = 6
2. Nilai :
3. Nilai sikap dikualifikasikan menjadi predikat sebagai berikut:
Sangat Baik (SB) = 80 – 100
Baik (B) = 70 – 79
Cukup = 60 – 69
Kurang = > 60
173
INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF
No Soal Jawaban Skor
1. Perhatikan jalannya sinar pembentukan bayangan pada
mikroskop berikut !
Jarak lensa objektif dengan lensa okuler tersebut adalah...
Dik:
Sob = 2 cm
Fob =1,8cm
Fok = 6 cm
Dit : d
Jwb:
d = Fok +
d = 6 cm + 18 cm
d = 24 cm
= 18 cm
30
2. Berikut ini adalah diagram pembentukan bayangan oleh
teropong bintang
Dik
d = 125 cm
= 5 cm
15
174
c) Jarak fokus objektif
d) Perbesaran bayangan untuk mata tak berakomodasi
Dit : a) = ...?
c) M = …?
Jwb:
a) menghitung :
b) Selanjutnya mencari perbesaran (M)
:
3. Teropong bumi dipakai untuk mengamati seseorang yang
berada pada jarak 1 km. Teropong tersebut mempunyai
jarak fokus lensa objektif, lensa pembalik, dan okuler
berturut-turut 25 cm, 0,5 cm, dan 2,5 cm. Berapakah
Panjang teropong tersebut bila pengamatan dilakukan
dengan mata tak berakomodasi ?
Dik :
= 25 cm
= 2,5 cm
= 0,5 cm
Dit : d = …?
20
175
Jwb:
+
= 25 + 4(0,5) + 2,5
= 25 + 2 + 2,5
= 29,5 cm
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Seorang fotografer sedang melakukan pemotretan gedung
dengan tinggi 150 m. Bayangan dari foto sebuah gedung
yang tercetak pada film memiliki tinggi 75 mm. Jika jarak
antara pemotret dengan gedung 100 m, maka perbesaran
kamera tersebut adalah . . . .
Dik : h’ = 75 mm = 0.075 m
h = 150 m
Dit : h ?
Jawab :
M=
M=
= 5 x 10
-4 kali
20
176
5. Sebuah teropong bumi digunakan untuk mengamati benda
pada jarak tak terhingga. Jika mata tak berakomodasi
dengan jarak fokus lensa objektif, lensa pembalik, dan
lensa okuler masing-masing 40cm, 3cm, dan 5cm maka
panjang teropong adalah
Dik : fob = 40 cm
fok = 5 cm
fpb = 3 cm
Dit : d ?
Jawab :
d = fob + 4 fpb + fok
= 40 + 4 (3) + 5
= 57 cm
15
Jumlah Skor 100
177
Lembar Kerja Siswa Materi Alat-Alat Optik
(Pertemuan ke-2)
A. IDENTITAS
Kelompok :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas :
B. PETUNJUK
1. Isilah identitas kelompok pada bagian awal LKS
2. Lakukan eksplorasi konsep melalui buku teks dan visualisasi yang diberikan guru untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam dan luas
3. Catatlah hasil eksplorasi pada table yang telah disediakan.
178
9. Jelaskan prinsip pembentukkan bayangan pada kamera, dan jelaskan sifat bayangan yang dihasilkannya!
Jawaban
10. Bagaimana sifat bayangan yang dihasilkan oleh mikroskop?
Jawaban
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
179
11. Bagaimana sifat bayangan yang dihasilkan oleh teropong?
Jawaban
12. Kamera mempunyai Panjang focus 50 mm diatur untuk memfokuskan bayangan dari benda berada di takhingga. Jika
kamera dapat membentuk bayangan benda yang berada 1,5 meter dari kamera, jarak lensa berada adalah…..
jawaban
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
180
13. Sebuah teleskop (teropong bintang) memiliki lensa objektif dengan focus 120 cm dan lensa okuler dengan focus 6 cm.
berapakah Panjang dan perbesaran teleskop tersebut!
Jawaban
14. Jarak titik api dan okuler sebuah mikroskop berturut-turut adalah 1,8 cm dan 6 cm pada pengamatan mikroorganisme
terletak di muka obyektif sejauh (dalam cm) ….
Jawaban
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………
181
Lampiran B
Instrumen Penelitian
B.1. Intrumen Tes
a. Kisi-kisi Instrumen Tes
b. Instrumen Tes
B.2. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
B.3. Soal Instrumen Penelitian
B.4. Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket)
B.5. Instrumen Nontes (Angket)
B.6. Lembar Uji Validitas Instrumen Nontes (Angket)
182
Instrument Tes Hasil Belajar
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Jumlah Soal : 30 Soal
Kompetensi Dasar : 3.4 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh
cermin dan lensa.
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
1. Penggambaran sifat bayangan pada cermin
cembung yang benar adalah…
Kunci Jawaban: B
C1
183
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
184
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
2. Bayangan yang dibentuk lensa cekung untuk benda
diletakkan di depan lensa bersifat…
A. Nyata, tegak, diperkecil
B. Nyata, tegak, diperbesar
C. Nyata, terbalik, diperbesar
D. Maya, tegak, diperkecil
E. Maya, tegak, diperbesar
Kunci Jawaban: D
Maya, tegak, diperkecil
C1
3. Bagian mata yang berfungsi untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk adalah…
A. Pupil
B. Kornea
C. Saraf mata
D. Lensa mata
E. Cairan mata
Kunci Jawaban : A
Pupil adalah bagian mata yang
berfungsi untuk mengatur banyaknya
cahaya yang masuk
C1
4. Penderita miopi menggunakan kacamata -2 D agar
penglihatannya menjadi
normal. Apabila orang tersebut tanpa kacamata, titik
jauhnya sebesar ….
A. 50 cm
B. 75 cm
Kunci Jawaban : A
Diketahui:
P = -2D
Ditanyakan:
PR = ...?
C3
185
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
C. 100 cm
D. 125 cm
E. 150 cm
Jawab:
5 Gambar yang menunjukkan penglihatan orang dalam
keadaan normal adalah . . . .
Titik
Jauh
Titik
Dek
at
Gambar
A. 100
cm
10
cm
B ~ 10
cm
Kunci Jawaban : C
Mata normal yang dimiliki seseorang
dapat melihat titik dekat dengan
jarak 25 cm, sedangkan jarak
terjauhnya tak hingga, dan bayangan
terbalik
C2
186
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
C ~ 25
cm*
D ~ 25
cm
E ~ 50
cm
6 Seseorang yang sudah tua biasanya memakai
kacamata +3 untuk membaca dengan jarak dari mata
ke bahan bacaan sejauh 25 cm. Pada suatu hari
karena terlupa tidak membawa kacamata, dia
meminjam kacamata +2 dari temannya. Maka jarak
dia dapat membaca bahan bacaannya adalah . . . .
A. 15 cm
B. 33 cm
C. 40 cm
D. 50 cm
Kunci Jawaban : B
Dik : x = 100 cm
= 25 cm
Kekuatan kacamata orang tua =
+3 D
Dit : P untuk orang tua peminjam
kacamata ?
Jawab :
Jarak fokus f1 =
cm
Secara umum jarak fokus lensa : f2 =
C4
187
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
E. 66 cm
f =
f1 = f2
=
=
3 (25x) = 100 (x-25)
75x = 100x – 2500
75x - 100x = 2500
x = 100
Ketika orang tua meminjam
kacamata temannya, dengan p = +2
dioptri dan x = 100 cm (tetap). Jarak
fokus kacamata teman :
f =
cm =
= 50 cm
50 cm =
50 (100- ) = 100
5000 - 50 = 100
5000 = 150
=
= 33,33 cm
188
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
7 Pada saat membaca, jarak terdekat yang dapat dilihat
seorang kakek rabun dekat adalah 40 cm. Kekuatan
lensa kacamata yang digunakan adalah....
A. 2/3 dioptri
B. 4/3 dioptri
C. 3/2 dioptri
D. 3/4 dioptri
E. 1/4 dioptri
Kunci Jawaban : C
Dik : PP = 40 cm, Sn: 25 cm
Dit : P ?
Jwb :
C3
8 Lensa pada kamera adalah ...
A. Cembung dua
B. Datar
C. Cekung cembung
D. Cekung dua
E. Cembung cekung
Kunci Jawaban : A C1
9 Perhatikan beberapa pernyataan berikut yang
berkaitan dengan bagian-bagian mata yang penting:
1. Lebar pupil diatur oleh retina
Kunci Jawaban : D C2
189
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
2. Lensa mata merupakan lensa cembung
3. Ketajaman bayangan pada retina diatur oleh pupil
4. Iris merupakan diagfragma
Pernyataan yang benar...
A. 1,2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 4 saja
D. 2 dan 4
E. Semua benar
10
Pada kamera, jarak fokus f tetap, sedangkan jarak s’
nya bergantung pada....
A. Letak benda dari lensa kamera
B. Letak benda dari titik fokus
C. Intensitas cahaya
D. Jarak fokus dengan jarak benda
E. Jarak lensa dengan mata
Kunci Jwaban : A C2
190
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
11 Perhatikan gambar di bawah ini!
Seorang fotografer sedang melakukan pemotretan
gedung dengan tinggi 150 m. Bayangan dari foto
sebuah gedung yang tercetak pada film memiliki
tinggi 75 mm. Jika jarak antara pemotret dengan
gedung 100 m, maka perbesaran kamera tersebut
adalah . . . .
A. 5,0 x 10-4
kali
B. 10 x 10-4
kali
C. 15 x 10-4
kali
D. 20 x 10-3
kali
E. 25 x 10-3
kali
Kunci Jawaban : A
Dik : h’ = 75 mm = 0.075 m
h = 150 m
Dit : h ?
Jawab :
M=
M=
= 5 x 10
-4 kali
C3
191
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
12 Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, untuk
pengamatan dengan menggunakan lup, maka benda
harus diletakkan...
A. Kurang dari 2F
B. Diantara F dan 2F
C. Tepat di F
D. Tepat di 2F
E. Lebih dari 2F
Kunci Jawaban : C C2
13 Seorang mengamati benda kecil dengan kaca
pembesar (lup). Agar mata seorang pengamat tidak
cepat lelah ketika menggunakan lup, maka:
1. Mata tidak berakomodasi
2. Mata berakomodasi
3. Benda yang dilihat harus terletak antara titik
fokus dan titik pusat sumbu lensa
4. Benda yang dilihat harus diletakkan tepat pada
titik fokus lup
Penyataan yang benar adalah…..
A. 1 dan 2
B. 3 dan 4
Kunci Jawaban : D
Menggunakan lup dengan mata yang
tidak berakomodasi maka lup harus
membentuk bayangan tak berhingga,
sehingga benda harus diletakkan
tepat pada titik fokus lup. Dengan
begitu mata tidak akan cepat lelah.
C2
192
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
C. 1 dan 3
D. 1 dan 4
E. 1 , 2, dan 3
14 Sebuah lup mempunyai jarak fokus 5 m. Dipakai
untuk melihat sebuah benda kecil yang berjarak 5 cm
dari lup. Perbesaran anguler lup tersebuat adalah...
A. 5 kali
B. 4 kali
C. 4 kali
D. 2 kali
E. 5,25 kali
Kunci Jawaban : A
Diketahui : f = 5 m = 500 cm
x = 5 cm
Ditanya : Ma?
Jawab :
kali
C3
15 Sebuah lensa berjarak fokus 4 cm digunakan sebagai
lup. Agar mata melihat tanpa berakomodasi, maka
letak benda tersebut dari lup adalah ...
A. 2 cm
B. 3 cm
C. 4 cm
Kunci Jawaban : C
Diketahui:
PP = S’ = 25 cm
f = 4 cm
Ditanyakan:
C3
193
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
D. 6 cm
E. 8 cm
S = ...?
Jawab:
16 Seorang siswa berpenglihatan normal (jarak baca
minimumnya 25 cm) mengamati benda kecil melalui
lup dengan berakomodasi maksimum. Jika benda itu
10 cm di depan lup maka :
1) Jarak fokus lensa di depan lup adalah 16
cm
2) Kekuatan lensa lup adalah 8 dioptri
3) Perbesaran bayangan yang terjadi 2,5 kali
4) Perbesaran bayangan menjadi 2 kali
dibandingkan dengan pengamatan tanpa
akomodasi
Pernyataan yang benar adalah . . . .
A. 2 dan 4
B. 1 dan 3
Kunci Jawaban : B
Dik : = s’= -PP = -25 cm
s = 10 cm
Jawab :
1)
=
+
=
+
=
-
cm = 16
cm (benar)
2) P =
=
= 6 dioptri (salah)
C4
194
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
C. 1 dan 4
D. 1,2, dan 3
E. 1, 2, 3, dan 4
3) Mmax =
+ 1 =
+ 1 = 2,5
dioptri (benar)
4) Mmin =
=
1,5 dioptri
(salah)
17 Sebuah lilin digeser mendekati suatu cermin
sehingga bayangan dapat ditangkap layar, seperti
pada gambar, maka :
1) Cermin tersebut adalah cermin cembung
2) Jarak benda ke cermin lebih kecil dari jari-jari
kelengkungan cermin
3) Jarak fokus cermin negatif
4) Jarak bayangan lebih besar dari jari-jari
kelengkungan cermin
Pernyataan yang benar adalah . . . .
Kunci Jawaban : B
1) Benda di depan cermin bayangan
terbalik (nyata) merupakan cermin
cekung (salah)
2) Bayangan nyata diperbesar maka
benda berada diruang 2 lebih kecil
dari jari-jari kelengkungan (benar)
3) Cermin cekung memiliki jarak
fokus positif (salah)
4) Bayangan diruang 3 maka lebih
besar dari jari-jari kelengkungan
C4
195
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1 dan 2
D. 1,2, dan 3
E. 1, 3, dan 4
(benar)
18 Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang ditunjukkan oleh huruf A, yaitu....
A. Lensa objektif
B. Lensa okuler
C. Lensa pembalik
D. Lensa konveks
E. Lensa konkaf
Kunci Jawaban : B C1
19 Perhatikan gambar jalannya sinar pembentukan
bayangan pada mikroskop berikut.
Kunci Jawaban : E
Diketahui :
C4
196
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
Jarak lensa objektif dan lensa okuler dari mikroskop
tersebut adalah....
A. 4,8 cm
B. 7,8 cm
C. 8 cm
D. 20 cm
E. 24 cm
Ditanya :
Jawab :
Pada gambar terlihat bahwa
pembentukan bayangan terjadi pada
mata tidak berakomodasi. Maka,
Jarak lensa objektif dan lensa okuler
sebagai berikut.
197
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
20 Perhatikan gambar di bawah ini!
Kekuatan lensa pada gambar berikut adalah . . . .
A. 0,5 dioptri
B. 1,0 dioptri
C. 1,5 dioptri
D. 2,0 dioptri
E. 2,5 dioptri
Kunci Jawaban : D
Dik : f = 50 cm = 0,5 m
Dit : P ?
Jawab :
P =
=
= 2 dioptri
C3
21 Nani ingin membeli sebuah teropong yang memiliki
ciri khas terdapat cermin dalam bagiannya, ketika
sudah di toko penjual teropong menanyakan “jenis
teropong bias apa yang ingin kamu beli?”, jawaban
apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut
Kunci Jawaban: B
Karena pada teropong pantul terdiri
dari cermin dan lensa. Cermin
berfungsi untuk memantulan cahaya,
C1
198
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
adalah . . . .
A. Teropong bumi
B. Teropong pantul
C. Teropong prisma
D. Teropong bintang
E. Teropong panggung
sedangkan lensa berfungi untuk
membiaskan cahaya
22 Sebuah benda di letakkan 1,2 cm di depan lensa
objektif sebuah mikroskop. Jika fob = 1 cm, fok =10
cm dan jarak kedua lensa 15 cm, maka perbesaran
total mikroskop adalah...
A. 10 kali
B. 20 kali
C. 30 kali
D. 40 kali
E. 50 kali
Kunci Jawaban : B
Diketahui:
= 1,2 cm
Ditanyakan : Mtotal?
Jawab =
C4
199
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
23 Sebuah mikroskop mempunyai jarak fokus lensa
objektif 3 mm dan jarak fokus lensa okuler 5 cm.
Seorang siswa mengamati benda kecil dengan
mikroskop tersebut, dan pembesaran bayangan yang
dihasilkan untuk mata berakomodasi sebesar 18 kali.
Letak benda tersebut di depan lensa objektif adalah....
(Sn = 25 cm)
A. 20 mm
B. 15 mm
C. 12 mm
D. 6 mm
Kunci Jawaban : E
C4
C4
200
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
E. 4 mm
24 Perhatikan pernyataan berikut!
1) Disusun dari dua buah lensa
2) Lensa yang dekat benda disebut lensa objektif
dan lensa yang dekat mata disebut lensa okuler
3) Lensa objektif bersifat seperti lensa, sedangkan
lensa okuler memiliki sifat seperti lup
4) Kedua lensanya merupakan lensa cekung
Dari pernyataan-pernyataan di atas, yang merupakan
ciri-ciri mikroskop adalah . . . .
A. 1 dan 2
B. 1 dan 4
C. 1, 2, dan 3
D. 1, 2, dan 4
E. 1, 3, dan 4
Kunci Jawaban : C
- Disusun dari dua lensa cembung
- Lensa yang dekat dengan benda
disebut lensa objektif dan yang
dekat dengan mata disebut lensa
okuler
- Lensa objektif bersifat seperti
lensa biasa, lensa okuler bersifat
seperti lup
- Kedua lensa mikroskop
merupakan lensa cembung
C2
201
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
25 Sebuah mikroskop digunakan untuk keadaan mata
tak berakomodasi. Jarak fokus lensa objektif adalah 2
cm sedangkan jarak fokus lensa okuler adalah 9 cm.
jika jarak lensa objektif dan okuler adalah 27 cm,
maka perbesaran totalnya adalah . . . .
A. 17 kali
B. 18 kali
C. 19 kali
D. 20 kali
E. 21 kali
Kunci Jawaban : C
Dik : fob = 2 cm
fok = 9 cm
Dit : M ?
Jawab :
d = s’ob + fok
27 = s’ob + 9
s’ob = 18 cm
=
+
=
+
-
=
sob = 2,67 cm
M =
M =
= 19 kali
C3
202
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
26 Sebuah teropong bumi digunakan untuk mengamati
benda pada jarak tak terhingga. Jika mata tak
berakomodasi dengan jarak fokus lensa objektif,
lensa pembalik, dan lensa okuler masing-masing
40cm, 3cm, dan 5cm maka panjang teropong adalah .
. . .
A. 5,0 cm
B. 32 cm
C. 48 cm
D. 57 cm
E. 70 cm
Kunci Jawaban : D
Dik : fob = 40 cm
fok = 5 cm
fpb = 3 cm
Dit : d ?
Jawab :
d = fob + 4 fpb + fok
= 40 + 4 (3) + 5
= 57 cm
C3
27 Perhatikan tabel ciri-ciri teropong dan harganya !
No Ciri-ciri teropong Harga
1 Jarak titik fokus
objektif 100 cm dan
jarak fokus okuler
10 cm
Rp.
50.000,-
2 Jarak titik fokus
objektif 80 cm dan
jarak fokus okuler 2
Rp.
48.000,-
Kunci Jawaban : D
1. xf
fM
ok
ob 1010
100 ,memiliki
harga yang relatif murah, dan
terlalu panjang untuk digunakan
2. xf
fM
ok
ob 402
80 , memiliki
harga yang relatif murah, dan
C4
203
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
cm
3 Jarak titik fokus
objektif 70 cm dan
jarak fokus okuler 2
cm
Rp.60.000,-
4 Jarak titik fokus
objektif 45 cm dan
jarak fokus okuler 1
mm
Rp.55.000,-
5 Jarak titik fokus
objektif 50 cm dan
jarak fokus okuler 2
mm
Rp.70.000,-
Seorang teman memiliki uang sebesar Rp.75.000,-
ingin membeli sebuah teropong bintang yang
memiliki perbesaran tinggi, nyaman, dan murah.
Anda merekomendasikan teropong pada nomer. . . .
A. 1
B. 2
terlalu panjang untuk digunakan
3. xf
fM
ok
ob 352
70 , memiliki
harga yang relatif mahal, akan
tetapi terlalu panjang untuk
digunakan
4. xf
fM
ok
ob 4501,0
45 , memiliki
harga yang relatif murah, akan
tetapi nyaman untuk digunakan
5. xf
fM
ok
ob 2502,0
50 , memiliki
harga yang mahal, dan nyaman
untuk digunakan
204
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
C. 3
D. 4
E. 5
28 Fungsi dari lensa pembalik pada teropong bumi
adalah...
A. Membuat bayangan suatu objek kembali pada
ukuran aslinya.
B. Membuat posisi bayangan lebih dekat dengan
mata pengamat.
C. Membalik bayangan dari lensa objektif agar
teramati seperti keadaan aslinya oleh lensa okuler.
D. Membalik bayangan dari lensa okuler agar
teramati seperti keadaan aslinya oleh lensa
objektif
E. Memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh
lensa okuler.
Kunci Jawaban : C C1
29 Sifat dan kedudukan bayangan yang dihasilkan oleh
lensa objektif sebuah teropong bintang adalah ...
A. Nyata, terbalik dan tepat di fokus lensa objektif
B. Nyata, tegak dan tepat di fokus lensa okuler
C. Nyata, tegak dan tepat di fokus lensa objektif
Kunci Jawaban : A
C2
205
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
D. Maya, terbalik dan tepat di fokus lensa okuler
E. Maya, terbalik dan tepat di titik lensa objektif
30 Perhatikan tabel perbedaan antara binokuler dengan
teropong bintang berikut ini!
No Binokuler Teropong bintang
1 Memiliki
sepasang
lensa
cembung
Memiliki
sepasang lensa
cekung
2 Memiliki
sepasang
lensa
cembung, dan
menghasilkan
bayangan
tegak
Memiliki
sepasang lensa
cembung, dan
menghasilkan
bayangan yang
terbalik
3 Memiliki
cermin untuk
memantulkan
cahaya
Memiliki
sepasang lensa
cekung
Kunci Jawaban: B
1. Binokuler memiliki sepasang
lensa cembung sedangkan
teropong bintang meliliki lensa
cekung (salah). Karena
binokuler dan teropong bintang
keduanya memiliki sepasang
lensa cembung.
2. Binokuler memiliki sepasang
lensa cembung, dan
menghasilkan bayangan tegak
sedangkan teropong bintang
memiliki sepasang lensa
cembung, dan menghasilkan
bayangan terbalik (salah).
Karena binokuler menggunakan
dua prisma untuk membalikan
C2
206
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
4 Memiliki
sepasang
lensa
cembung dan
menyisipkan
dua prisma
siku-siku
Memiliki
sepasang lensa
cembung dan
tidak
menyisipkan dua
prisma siku-siku
5 Memiliki
sepasang
lensa cekung
dan
menyisipkan
dua prisma
siku-siku
Memiliki lensa
cembung dan
menyisipkan dua
prisma siku-siku
Pernyataan yang paling tepat dari tabel perbedaan
antara binokuler dengan teropong bintang pada
nomer. . . .
a. 1 saja
b. 4 saja
c. 1 dan 4
d. 1 dan 5
cahaya agar bayangan menjadi
tegak.
3. Binokuler menggunakan cermin
untuk memantulkan cahaya, dan
teropong bintang memiliki
sepasang lensa cekung (salah).
Karena binokuler dan teropong
bintang keduanya memiliki
sepasang lensa cembung.
4. Binokuler memiliki sepasang
lensa cembung dan menyisipkan
dua prisma siku-siku, dan
teropong bintang memiliki
sepasang lensa cembung dan
tidak menyisipkan dua prisma
siku-siku (benar). Karena
binokuler menggunakan dua
prisma untuk membalikan
cahaya agar bayangan menjadi
tegak sedangkan teropong
bintang tidak memiliki dua
207
No Soal Kunci Jawaban Ranah
kognitif
e. 2 dan 4 prisma siku-siku.
5. Binokuler memiliki sepasang
lensa cekung dan menyisipkan
dua prisma siku-siku, dan
teropong bintang memiliki
sepasang lensa cekung dan
menyisipkan dua prisma siku-
siku (salah). Karena binokuler
tidak memiliki sepasang lensa
cekung, dan teropong bintang
tidak memiliki dua prisma siku-
siku.
208
Kisi-Kisi Instrument Tes
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat-alat Optik
Jumlah Soal : 30 Soal
Kompetensi Dasar : 3.4 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat
pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
Konsep/
Sub
Konsep
Indikator Ranah Penelitian Jum-
lah C1 C2 C3 C4
Pemantulan
dan
Pembiasan
Cahaya
Menjelaskan sifat – sifat
pencerminan dan pembiasan
cahaya pada cermin dan lensa
1,
2
17*
3
Menghitung kekuatan pada
lensa cembung 20* 1
Alat-alat
Optik
Menentukan bagian-bagian
mata beserta fungsinya 3 1
Membedakan jenis-jenis cacat
mata
5*,
9* 2
Menerapkan perhitungan
terkait cacat mata
4*,
7* 6* 3
Menentukan bagian-bagian
kamera 8* 10 2
Menerapkan perhitungan
terkait kamera 11* 1
Menentukan sifat bayangan
pada lup
12,
13 2
Menerapkan perhitungan
matematis terkait lup
14,
15* 16* 3
Menentukan bagian-bagian
mikroskop 18* 1
Menentukan sifat bayangan
pada mikroskop 24* 1
Menerapkan perhitungan
matematis terkait mikroskop
19*
22,
23*
25*
4
Menentukan sifat bayangan
pada teropong bintang
29*
30* 2
209
*soal yang valid
Menerapkan perhitungan
matematis terkait teropong 26 27* 2
Menentukan sifat dari bagian
teropong bumi
21*
28 2
Jumlah 7 8 7 8 30
Persentase 23
%
27
%
23
%
27
%
100
%
210
Soal yang Valid
Indikator Jumlah isoal yang valid
Juml
ah C1 C2 C3 C4
Menjelaskan sifat – sifat pencerminan dan
pembiasan cahaya pada cermin dan lensa
1
1
Menghitung kekuatan pada lensa cembung 1 1
Membedakan jenis-jenis cacat mata 1 1
Menerapkan perhitungan terkait cacat
mata 1 1 2
Menerapkan perhitungan terkait kamera 1 1
Menerapkan perhitungan matematis terkait
lup 1 1 2
Menentukan bagian-bagian mikroskop 1 1
Menentukan sifat bayangan pada
mikroskop 1 1
Menerapkan perhitungan matematis terkait
mikroskop 2 2
Menentukan sifat bayangan pada teropong
bintang 2 2
Menerapkan perhitungan matematis terkait
teropong 1 1
Menentukan sifat dari bagian teropong
bumi 1 1
Jumlah 2 4 4 6 16
Persentase (%) 12,5
%
25
%
25
%
37,5
%
100%
211
INSTRUMEN TES VALID
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Alat – Alat Optik
Kelas/Semester : X / 2
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 19 Soal
Kompetensi Dasar : 3.4 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin
dan lensa.
Indikator RPP Indikator
Soal Soal
Kunci
Jawaban Pembahasan
Ranah
Kognitif
Menentukan
bagian-
bagian
mikroskop
Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang ditunjukkan oleh huruf A,
yaitu....
B C1
212
A. Lensa objektif
B. Lensa okuler
C. Lensa pembalik
D. Lensa konveks
E. Lensa konkaf
Menentukan
sifat dari
bagian
teropong
bumi
Nani ingin membeli sebuah teropong yang
memiliki ciri khas terdapat cermin dalam
bagiannya, ketika sudah di toko penjual
teropong menanyakan “jenis teropong bias
apa yang ingin kamu beli?”, jawaban apa
yang tepat untuk menjawab pertanyaan
tersebut adalah . . . .
A. Teropong bumi
B. Teropong pantul
C. Teropong prisma
D. Teropong bintang
E. Teropong panggung
B
Karena pada teropong pantul
terdiri dari cermin dan lensa.
Cermin berfungsi untuk
memantulan cahaya, sedangkan
lensa berfungi untuk membiaskan
cahaya C1
Membedakan
jenis-jenis
cacat mata
Gambar yang menunjukkan penglihatan
orang dalam keadaan normal adalah . . . .
Titik
Jauh
Titik
Dek
at
Gambar
A. 100
cm
10
cm
C
Mata normal yang dimiliki
seseorang dapat melihat titik
dekat dengan jarak 25 cm,
sedangkan jarak terjauhnya tak
hingga, dan bayangan terbalik
C2
213
B ~ 10
cm
C ~ 25
cm*
D ~ 25
cm
E ~ 50
cm
Menentukan
sifat
bayangan
pada
mikroskop
Perhatikan pernyataan berikut!
1) Disusun dari dua buah lensa
2) Lensa yang dekat benda disebut lensa
objektif dan lensa yang dekat mata
disebut lensa okuler
3) Lensa objektif bersifat seperti lensa,
sedangkan lensa okuler memiliki sifat
seperti lup
4) Kedua lensanya merupakan lensa
cekung
Dari pernyataan-pernyataan di atas, yang
merupakan ciri-ciri mikroskop adalah . . . .
A. 1 dan 2
B. 1 dan 4
C. 1, 2, dan 3
C - Disusun dari dua lensa
cembung
- Lensa yang dekat dengan
benda disebut lensa objektif
dan yang dekat dengan mata
disebut lensa okuler
- Lensa objektif bersifat seperti
lensa biasa, lensa okuler
bersifat seperti lup
- Kedua lensa mikroskop
merupakan lensa cembung
C2
214
D. 1, 2, dan 4
E. 1, 3, dan 4
Menentukan
sifat
bayangan
pada
teropong
bintang
Perhatikan tabel perbedaan antara
binokuler dengan teropong bintang berikut
ini!
No Binokuler Teropong bintang
1 Memiliki
sepasang
lensa
cembung
Memiliki
sepasang lensa
cekung
2 Memiliki
sepasang
lensa
cembung, dan
menghasilkan
bayangan
tegak
Memiliki
sepasang lensa
cembung, dan
menghasilkan
bayangan yang
terbalik
3 Memiliki
cermin untuk
memantulkan
cahaya
Memiliki
sepasang lensa
cekung
4 Memiliki
sepasang
lensa
cembung dan
menyisipkan
dua prisma
siku-siku
Memiliki
sepasang lensa
cembung dan
tidak
menyisipkan dua
prisma siku-siku
B 1. Binokuler memiliki sepasang
lensa cembung sedangkan
teropong bintang meliliki
lensa cekung (salah). Karena
binokuler dan teropong
bintang keduanya memiliki
sepasang lensa cembung.
2. Binokuler memiliki sepasang
lensa cembung, dan
menghasilkan bayangan tegak
sedangkan teropong bintang
memiliki sepasang lensa
cembung, dan menghasilkan
bayangan terbalik (salah).
Karena binokuler
menggunakan dua prisma
untuk membalikan cahaya
agar bayangan menjadi tegak.
3. Binokuler menggunakan
cermin untuk memantulkan
cahaya, dan teropong bintang
memiliki sepasang lensa
cekung (salah). Karena
C2
215
5 Memiliki
sepasang
lensa cekung
dan
menyisipkan
dua prisma
siku-siku
Memiliki lensa
cembung dan
menyisipkan dua
prisma siku-siku
Pernyataan yang paling tepat dari tabel
perbedaan antara binokuler dengan
teropong bintang pada nomer. . . .
A. 1 saja
B. 4 saja
C. 1 dan 4
D. 1 dan 5
E. 2 dan 4
binokuler dan teropong
bintang keduanya memiliki
sepasang lensa cembung.
4. Binokuler memiliki sepasang
lensa cembung dan
menyisipkan dua prisma siku-
siku, dan teropong bintang
memiliki sepasang lensa
cembung dan tidak
menyisipkan dua prisma siku-
siku (benar). Karena
binokuler menggunakan dua
prisma untuk membalikan
cahaya agar bayangan
menjadi tegak sedangkan
teropong bintang tidak
memiliki dua prisma siku-
siku.
5. Binokuler memiliki sepasang
lensa cekung dan
menyisipkan dua prisma siku-
siku, dan teropong bintang
memiliki sepasang lensa
cekung dan menyisipkan dua
prisma siku-siku (salah).
216
Karena binokuler tidak
memiliki sepasang lensa
cekung, dan teropong bintang
tidak memiliki dua prisma
siku-siku.
Menentukan sifat bayangan pada teropong bintang
Sifat dan kedudukan bayangan yang
dihasilkan oleh lensa objektif sebuah
teropong bintang adalah ...
A. Nyata, terbalik dan tepat di fokus lensa
objektif
B. Nyata, tegak dan tepat di fokus lensa
okuler
C. Nyata, tegak dan tepat di fokus lensa
objektif
D. Maya, terbalik dan tepat di fokus lensa
okuler
E. Maya, terbalik dan tepat di titik lensa
objektif
A C2
Menerapkan perhitungan terkait kamera
Perhatikan gambar di bawah ini! A Dik : h’ = 75 mm = 0.075 m
h = 150 m
Dit : h ?
Jawab :
M=
M=
= 5 x 10
-4 kali
C3
217
Seorang fotografer sedang melakukan
pemotretan gedung dengan tinggi 150 m.
Bayangan dari foto sebuah gedung yang
tercetak pada film memiliki tinggi 75 mm.
Jika jarak antara pemotret dengan gedung
100 m, maka perbesaran kamera tersebut
adalah . . . .
A. 5,0 x 10-4
kali
B. 10 x 10-4
kali
C. 15 x 10-4
kali
D. 20 x 10-3
kali
E. 25 x 10-3
kali
Menerapkan
perhitungan
terkait cacat
mata
Penderita miopi menggunakan kacamata -
2 D agar penglihatannya menjadi normal.
Apabila orang tersebut tanpa kacamata,
titik jauhnya sebesar ….
A. 50 cm
B. 75 cm
A
Diketahui:
P = -2D
Ditanyakan:
PR = ...?
Jawab:
C3
218
C. 100 cm
D. 125 cm
E. 150 cm
Menghitung
kekuatan
pada lensa
cembung
Perhatikan gambar di bawah ini!
Kekuatan lensa pada gambar berikut
adalah . . . .
A. 0,5 dioptri
B. 1,0 dioptri
C. 1,5 dioptri
D. 2,0 dioptri
E. 2,5 dioptri
D Dik : f = 50 cm = 0,5 m
Dit : P ?
Jawab :
P =
=
= 2 dioptri
C3
Menerapkan
perhitungan
matematis
terkait lup
Sebuah lensa berjarak fokus 4 cm
digunakan sebagai lup. Agar mata melihat
tanpa berakomodasi, maka letak benda
tersebut dari lup adalah ...
C Diketahui:
PP = S’ = 25 cm
f = 4 cm
Ditanyakan:
C3
219
A. 2 cm
B. 3 cm
C. 4 cm
D. 6 cm
E. 8 cm
S = ...?
Jawab:
Menerapkan
perhitungan
terkait cacat
mata
Seseorang yang sudah tua biasanya
memakai kacamata +3 untuk membaca
dengan jarak dari mata ke bahan bacaan
sejauh 25 cm. Pada suatu hari karena
terlupa tidak membawa kacamata, dia
meminjam kacamata +2 dari temannya.
Maka jarak dia dapat membaca bahan
bacaannya adalah . . . .
A. 15 cm
B. 33 cm
C. 40 cm
D. 50 cm
E. 66 cm
B Dik : x = 100 cm
= 25 cm
Kekuatan kacamata orang tua =
+3 D
Dit : P untuk orang tua peminjam
kacamata ?
Jawab :
Jarak fokus f1 =
cm
Secara umum jarak fokus lensa :
f2 = f =
f1 = f2
=
=
3 (25x) = 100 (x-25)
75x = 100x – 2500
75x - 100x = 2500
x = 100
Ketika orang tua meminjam
C4
220
kacamata temannya, dengan p =
+2 dioptri dan x = 100 cm (tetap).
Jarak fokus kacamata teman :
f =
cm =
= 50 cm
50 cm =
50 (100- ) = 100
5000 - 50 = 100
5000 = 150
=
= 33,33 cm
Menjelaskan
sifat – sifat
pencerminan
dan
pembiasan
cahaya pada
cermin dan
lensa
Sebuah lilin digeser mendekati suatu
cermin sehingga bayangan dapat ditangkap
layar, seperti pada gambar, maka :
1) Cermin tersebut adalah cermin
cembung
2) Jarak benda ke cermin lebih kecil dari
jari-jari kelengkungan cermin
3) Jarak fokus cermin negatif
4) Jarak bayangan lebih besar dari jari-
jari kelengkungan cermin
Pernyataan yang benar adalah . . . .
B
1) Benda di depan cermin
bayangan terbalik (nyata)
merupakan cermin cekung
(salah)
2) Bayangan nyata diperbesar
maka benda berada diruang 2
lebih kecil dari jari-jari
kelengkungan (benar)
3) Cermin cekung memiliki jarak
fokus positif (salah)
4) Bayangan diruang 3 maka lebih
besar dari jari-jari
C4
221
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1 dan 2
D. 1,2, dan 3
E. 1, 3, dan 4
kelengkungan (benar)
Menerapkan
perhitungan
matematis
terkait
mikroskop
Perhatikan gambar jalannya sinar
pembentukan bayangan pada mikroskop
berikut.
Jarak lensa objektif dan lensa okuler dari
mikroskop tersebut adalah....
A. 4,8 cm
B. 7,8 cm
C. 8 cm
D. 20 cm
E. 24 cm
E
Diketahui :
Ditanya : Jawab :
Pada gambar terlihat bahwa
pembentukan bayangan terjadi
pada mata tidak berakomodasi.
Maka,
Jarak lensa objektif dan lensa
okuler sebagai berikut.
C4
222
Menerapkan
perhitungan
matematis
terkait
teropong
Perhatikan tabel ciri-ciri teropong dan
harganya !
No Ciri-ciri teropong Harga
1 Jarak titik fokus
objektif 100 cm dan
jarak fokus okuler
10 cm
Rp.
50.000,-
2 Jarak titik fokus
objektif 80 cm dan
jarak fokus okuler 2
cm
Rp.
48.000,-
3 Jarak titik fokus
objektif 70 cm dan
jarak fokus okuler 2
cm
Rp.60.000,-
4 Jarak titik fokus
objektif 45 cm dan
jarak fokus okuler 1
mm
Rp.55.000,-
5 Jarak titik fokus
objektif 50 cm dan
jarak fokus okuler 2
mm
Rp.70.000,-
Seorang teman memiliki uang sebesar
Rp.75.000,- ingin membeli sebuah
teropong bintang yang memiliki
D
1. xf
fM
ok
ob 1010
100
,memiliki harga yang relatif
murah, dan terlalu panjang
untuk digunakan
2. xf
fM
ok
ob 402
80 , memiliki
harga yang relatif murah, dan
terlalu panjang untuk
digunakan
3. xf
fM
ok
ob 352
70 , memiliki
harga yang relatif mahal,
akan tetapi terlalu panjang
untuk digunakan
4. xf
fM
ok
ob 4501,0
45 , memiliki
harga yang relatif murah,
akan tetapi nyaman untuk
digunakan
5. xf
fM
ok
ob 2502,0
50 , memiliki
C4
223
perbesaran tinggi, nyaman, dan murah.
Anda merekomendasikan teropong pada
nomer. . . .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
harga yang mahal, dan
nyaman untuk digunakan
Menerapkan
perhitungan
matematis
terkait lup
Seorang siswa berpenglihatan normal
(jarak baca minimumnya 25 cm)
mengamati benda kecil melalui lup dengan
berakomodasi maksimum. Jika benda itu
10 cm di depan lup maka :
1) Jarak fokus lensa di depan lup adalah
16
cm
2) Kekuatan lensa lup adalah 8 dioptri
3) Perbesaran bayangan yang terjadi 2,5
kali
4) Perbesaran bayangan menjadi 2 kali
dibandingkan dengan pengamatan
tanpa akomodasi
Pernyataan yang benar adalah . . . .
A. 2 dan 4
B. 1 dan 3
B Dik : = s’= -PP = -25 cm
s = 10 cm
Jawab :
1)
=
+
=
+
=
-
cm = 16
cm (benar)
2) P =
=
= 6 dioptri
(salah)
3) Mmax =
+ 1 =
+ 1 = 2,5
dioptri (benar)
4) Mmin =
=
1,5 dioptri
(salah)
C4
224
C. 1 dan 4
D. 1,2, dan 3
E. 1, 2, 3, dan 4
Menerapkan
perhitungan
matematis
terkait
mikroskop
Sebuah mikroskop mempunyai jarak fokus
lensa objektif 3 mm dan jarak fokus lensa
okuler 5 cm. Seorang siswa mengamati
benda kecil dengan mikroskop tersebut,
dan pembesaran bayangan yang dihasilkan
untuk mata berakomodasi sebesar 18 kali.
Letak benda tersebut di depan lensa
objektif adalah.... (Sn = 25 cm)
A. 20 mm
B. 15 mm
C. 12 mm
D. 6 mm
E. 4 mm
E
C4
Menerapkan
perhitungan
terkait cacat
mata
Pada saat membaca, jarak terdekat yang
dapat dilihat seorang kakek rabun dekat
adalah 40 cm. Kekuatan lensa kacamata
yang digunakan adalah...
A. 2/3 dioptri
C
Dik : PP = 40 cm, Sn: 25 cm
Dit : P ?
Jwb :
C3
225
B. 4/3 dioptri
C. 3/2 dioptri
D. 3/4 dioptri
1/4 dioptri
Menentukan
bagian-
bagian
kamera
Lensa pada kamera adalah ...
A. Cembung dua
B. Datar
C. Cekung cembung
D. Cekung dua
E. Cembung cekung
A Lensa pada kamera adalah lensa
cembung
C1
Membedakan
jenis-jenis
cacat mata
Perhatikan beberapa pernyataan berikut
yang berkaitan dengan bagian-bagian mata
yang penting:
1. Lebar pupil diatur oleh retina
2. Lensa mata merupakan lensa cembung
3. Ketajaman bayangan pada retina diatur
oleh pupil
4. Iris merupakan diagfragma
Pernyataan yang benar...
A. 1,2, dan 3
B. 1 dan 3
C. 4 saja
D. 2 dan 4
E. Semua benar
D Semua benar
C2
226
Menerapkan
perhitungan
matematis
terkait
mikroskop
Sebuah mikroskop digunakan untuk
keadaan mata tak berakomodasi. Jarak
fokus lensa objektif adalah 2 cm
sedangkan jarak fokus lensa okuler adalah
9 cm. jika jarak lensa objektif dan okuler
adalah 27 cm, maka perbesaran totalnya
adalah . . . .
A. 17 kali
B. 18 kali
C. 19 kali
D. 20 kali
E. 21 kali
C Dik : fob = 2 cm
fok = 9 cm
Dit : M ?
Jawab :
d = s’ob + fok
27 = s’ob + 9
s’ob = 18 cm
=
+
=
+
-
=
sob = 2,67 cm
M =
M =
= 19 kali
C1
227
No
Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda
Keputusan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
1 0.315 Tidak Valid
26.67 Sukar
25% Cukup Tidak digunakan
2 0.204 Tidak Valid 26.67 Sukar 12.50% Buruk Tidak digunakan
3 0.158 Tidak Valid 40.00 Sedang 0% Buruk Digunakan
4 0.669 Valid
60.00 Sedang 87.50%
Baik
sekali Tidak digunakan
5 0.626 Valid 20.00 Sukar
62.50% Baik Digunakan
6 0.626 Valid 20.00 Sukar
62.50% Baik Digunakan
7 0.360 Valid 33.33 Sedang 37.50% Cukup
Tidak digunakan
8 0.543 Valid 93.33 Sangat mudah 25.% Cukup Digunakan
9 0.481
Valid 60.00
Sedang 75%
Baik
sekali
Tidak digunakan
10 0.121 Tidak Valid 16.67 Sukar 12.50% Buruk Tidak digunakan
11 0.806 Valid
46.67 Sedang 100%
Baik
sekali Digunakan
12 0.052 Tidak Valid 13.33 Sangat sukar 12.50% Buruk Tidak digunakan
13 0.210 Tidak Valid 56.67 Sedang 12.50% Buruk Digunakan
14 0.192 Tidak Valid 10.00 Sangat sukar 25% Cukup Tidak digunakan
15 0.769
Valid 46.67
Sedang 100%
Baik
sekali Tidak digunakan
16 0.417 Valid 16.67 Sukar 37.50% Cukup Digunakan
17 0.551 Valid 26.67 Sukar 62.50% Baik Digunakan
18 0.431 Valid 76.67 Mudah 37.50% Cukup Digunakan
19 0.485 Valid 30.00 Sukar 62.50% Baik Digunakan
20 0.822
Valid 50.00
Sedang 100%
Baik
sekali Digunakan
21 0.551 Valid 66.67 Sedang 50% Baik Digunakan
22 NAN Tidak Valid 0.00 Sangat sukar 0% Buruk Tidak digunakan
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
228
Reliabilitas 0.80
23 0.368 Valid 63.33 Sedang 37.50% Cukup Digunakan
24 0.556
Valid 60.00
Sedang 75%
Baik
sekali Digunakan
25 0.503 Valid 90.00 Sangat mudah 25% Cukup Tidak digunakan
26 -0.145 Tidak Valid 30.00 Sukar 0% Buruk Tidak digunakan
27 0.442 Valid 50.00 Sedang 62.50% Baik Digunakan
28 0.163 Tidak Valid 30.00 Sukar 25% Cukup Tidak digunakan
29 0.424 Valid 53.33 Sedang 62.50% Baik Tidak Digunakan
30 0.471 Valid 40.00 sedang 50% Baik Digunakan
229
LEMBAR SOAL
ALAT-ALAT OPTIK
Nama :
Kelas :
Pilihlah jawaban di bawah ini dengan tepat!
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Seorang fotografer sedang melakukan pemotretan gedung dengan tinggi 150 m.
Bayangan dari foto sebuah gedung yang tercetak pada film memiliki tinggi 75
mm. Jika jarak antara pemotret dengan gedung 100 m, maka perbesaran kamera
tersebut adalah . . . .
A. 5,0 x 10-4
kali
B. 10 x 10-4
kali
C. 15 x 10-4
kali
D. 20 x 10-3
kali
E. 25 x 10-3
kali
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
Kekuatan lensa pada gambar berikut adalah . . . .
A. 0,5 dioptri
B. 1,0 dioptri
C. 1,5 dioptri
D. 2,0 dioptri
E. 2,5 dioptri
230
3. Gambar yang menunjukkan penglihatan orang dalam keadaan normal adalah
. . . .
4. Seorang mengamati benda kecil dengan kaca pembesar (lup). Agar mata
seorang pengamat tidak cepat lelah ketika menggunakan lup, maka:
1. Mata tidak berakomodasi
2. Mata berakomodasi
3. Benda yang dilihat harus terletak antara titik fokus dan titik pusat sumbu
lensa
4. Benda yang dilihat harus diletakkan tepat pada titik fokus lup
Penyataan yang benar adalah…..
A. 1 dan 2
B. 3 dan 4
C. 1 dan 3
D. 1 dan 4
E. 1 , 2, dan 3
5. Perhatikan pernyataan berikut!
1) Disusun dari dua buah lensa
2) Lensa yang dekat benda disebut lensa objektif dan lensa yang dekat mata
disebut lensa okuler
3) Lensa objektif bersifat seperti lensa, sedangkan lensa okuler memiliki
sifat seperti lup
4) Kedua lensanya merupakan lensa cekung
Titik
Jauh
Titik
Dek
at
Gambar
A. 100
cm
10
cm
B ~ 10
cm
C ~ 25
cm*
D ~ 25
cm
E ~ 50
cm
231
Dari pernyataan-pernyataan di atas, yang merupakan ciri-ciri mikroskop
adalah . .
A. 1 dan 2
B. 1 dan 4
C. 1, 2, dan 3
D. 1, 2, dan 4
E. 1, 3, dan 4
6. Perhatikan tabel perbedaan antara binokuler dengan teropong bintang berikut
ini!
No Binokuler Teropong bintang
1 Memiliki sepasang lensa
cembung
Memiliki sepasang lensa cekung
2 Memiliki sepasang lensa
cembung, dan menghasilkan
bayangan tegak
Memiliki sepasang lensa
cembung, dan menghasilkan
bayangan yang terbalik
3 Memiliki cermin untuk
memantulkan cahaya
Memiliki sepasang lensa cekung
4 Memiliki sepasang lensa
cembung dan menyisipkan dua
prisma siku-siku
Memiliki sepasang lensa
cembung dan tidak menyisipkan
dua prisma siku-siku
5 Memiliki sepasang lensa
cekung dan menyisipkan dua
prisma siku-siku
Memiliki lensa cembung dan
menyisipkan dua prisma siku-siku
Pernyataan yang paling tepat dari tabel perbedaan antara binokuler dengan
teropong bintang pada nomer. . . .
A. 1 saja
B. 4 saja
C. 1 dan 4
D. 1 dan 5
E. 2 dan 4
7. Sifat bayangan yang dihasilkan pada lup adalah
A. Maya, tegak, diperkecil
B. Nyata, tegak, diperkecil
C. Maya, tegak, diperbesar
D. Maya, terbalik, diperbesar
E.
232
8. Lensa pada kamera adalah ...
A. Cembung dua
B. Datar
C. Cekung cembung
D. Cekung dua
E. Cembung cekung
9. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagian yang ditunjukkan oleh huruf A, yaitu....
A. Lensa objektif
B. Lensa okuler
C. Lensa pembalik
D. Lensa konveks
E. Lensa konkaf
10. Nani ingin membeli sebuah teropong yang memiliki ciri khas terdapat cermin
dalam bagiannya, ketika sudah di toko penjual teropong menanyakan “jenis
teropong bias apa yang ingin kamu beli?”, jawaban apa yang tepat untuk
menjawab pertanyaan tersebut adalah . . . .
A. Teropong bumi
B. Teropong pantul
C. Teropong prisma
D. Teropong bintang
E. Teropong panggung
11. Seseorang yang sudah tua biasanya memakai kacamata +3 untuk membaca
dengan jarak dari mata ke bahan bacaan sejauh 25 cm. Pada suatu hari karena
terlupa tidak membawa kacamata, dia meminjam kacamata +2 dari temannya.
Maka jarak dia dapat membaca bahan bacaannya adalah . . . .
A. 15 cm
B. 33 cm
233
C. 40 cm
D. 50 cm
E. 66 cm
12. Seorang siswa berpenglihatan normal (jarak baca minimumnya 25 cm)
mengamati benda kecil melalui lup dengan berakomodasi maksimum. Jika
benda itu 10 cm di depan lup maka :
1) Jarak fokus lensa di depan lup adalah 16
cm
2) Kekuatan lensa lup adalah 8 dioptri
3) Perbesaran bayangan yang terjadi 2,5 kali
4) Perbesaran bayangan menjadi 2 kali dibandingkan dengan pengamatan
tanpa akomodasi
Pernyataan yang benar adalah . . . .
A. 2 dan 4
B. 1 dan 3
C. 1 dan 4
D. 1,2, dan 3
E. 1, 2, 3, dan 4
13. Sebuah lilin digeser mendekati suatu cermin sehingga bayangan dapat
ditangkap layar, seperti pada gambar, maka :
1) Cermin tersebut adalah cermin cembung
2) Jarak benda ke cermin lebih kecil dari jari-jari kelengkungan cermin
3) Jarak fokus cermin negatif
4) Jarak bayangan lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin
Pernyataan yang benar adalah . . . .
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1 dan 2
D. 1,2, dan 3
E. 1, 3, dan 4
234
14. Perhatikan gambar jalannya sinar pembentukan bayangan pada mikroskop
berikut.
Jarak lensa objektif dan lensa okuler dari mikroskop tersebut adalah....
A. 4,8 cm
B. 7,8 cm
C. 8 cm
D. 20 cm
E. 24 cm
15. Sebuah mikroskop mempunyai jarak fokus lensa objektif 3 mm dan jarak
fokus lensa okuler 5 cm. Seorang siswa mengamati benda kecil dengan
mikroskop tersebut, dan pembesaran bayangan yang dihasilkan untuk mata
berakomodasi sebesar 18 kali. Letak benda tersebut di depan lensa objektif
adalah.... (Sn = 25 cm)
A. 20 mm
B. 15 mm
C. 12 mm
D. 6 mm
E. 4 mm
16. Perhatikan tabel perbedaan antara binokuler dengan teropong bintang berikut
ini!
No Binokuler Teropong bintang
1 Memiliki sepasang lensa
cembung
Memiliki sepasang
lensa cekung
2 Memiliki sepasang lensa
cembung, dan
menghasilkan bayangan
tegak
Memiliki sepasang
lensa cembung, dan
menghasilkan
bayangan yang terbalik
3 Memiliki cermin untuk
memantulkan cahaya
Memiliki sepasang
lensa cekung
235
No Binokuler Teropong bintang
4 Memiliki sepasang lensa
cembung dan menyisipkan
dua prisma siku-siku
Memiliki sepasang
lensa cembung dan
tidak menyisipkan dua
prisma siku-siku
5 Memiliki sepasang lensa
cekung dan menyisipkan
dua prisma siku-siku
Memiliki lensa
cembung dan
menyisipkan dua
prisma siku-siku
Pernyataan yang paling tepat dari tabel perbedaan antara binokuler dengan
teropong bintang pada nomer. . . .
A. 1 saja
B. 4 saja*
C. 1 dan 4
D. 1 dan 5
E. 2 dan 4
236
KISI-KISI ANGKET RESPON SISWA
TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI
BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK
No. Indikator Angket Nomor Soal Jumlah
Soal Positif Negatif
1.
Penggunaan pendekatan inquiri
berbasis kecerdasan majemuk dalam
proses pembelajaran
1, 6, 17 2, 18 5
2.
Kenggulan pendekatan inquiri
berbasis kecerdasan majemuk
dibandingkan dengan pembelajaran
yang biasa diterapkan di kelas
3, 20 4, 5, 19 5
3. Penyampaian konsep materi 7, 9, 15 10, 12,
16 6
4. Keuntungan pendekatan inquiri
berbasis kecerdasan majemuk 11, 13 8,14 4
Jumlah Soal 10 10 20
237
KUOSIONER (ANGKET) RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS KECERDASAN
MAJEMUK
Penjelasan dan petunjuk pengisian angket!
a. Isilah jawaban sesuai dengan pertanyaan dan berilah check list (√) pada kolom
yang telah disediakan.
b. Isilah jawabab sesuai dengan kapasitas kamu sebagai siswa pada mata
pelajaran fisika.
c. Jawablah pertanyaan dengan apa adanya sesuai dengan pengalaman kamu.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
C : Cukup
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
NO Pernyataan Jawaban
SS S C TS STS
1
Saya tertarik untuk mengikuti pelajaran
fisika menggunakan metode pendekatan
inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
2
Saya dapat menjalin kebersamaan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam
kegiatan pembelajaran ini
3
Saya lebih senang belajar fisika
menggunakan metode pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk dari pada
Identitas
Nama :
Jenis Kelamin :
(L/P) :
238
pembelajaran biasa
4
Pembelajaran fisika menggunakan metode
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk seperti ini tidak ada bedanya
dengan pembelajaran fisika yang biasa
dilakukan
5
Dalam kegiatan pembelajaran ini saya
dapat berkesempatan untuk dapat
memahami materi dengan cara
mengungkapkan, mendengar, atau melihat
kata-kata
6
Dalam penyamapain materi saya dapat
melakukan kegiatan yang melibatkan
gerak tubuh
7
Kegiatan pembelajaran menggunaka
media visual (gambar-gambar) yang
menarik
8
dalam kegiatan pembelajaran ini saya
berkesempatan untuk dapat memahami
ateri dengan cara mengungkapkan,
mendengar, atau melihat kata-kata
9
Melalui kegiatan pembelajaran ini saya
dapat mengaitkan pola-pola hubungan
antar konsep dan melibatkan angka serta
perhitungan matematis
10 Saya diberi kesempatan untuk memilih
kegiatan yang saya lakukan sendiri
11
Dalam pembelajaran fisika saya lebih suka
jika guru yang menerangkan dan siswa
mendengarkan saja
12
Pembelajaran fisika menggunakan metode
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk seperti ini membuat saya lebih
aktif dalam belajar fisika
13
Pembelajaran fisika menggunakan metode
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk seperti ini memudahkan saya
untuk memahami konsep alat-alat optic
karena saya dapat menemukan konsep
secara langsung
239
14
Pembelajaran menggunakan metode
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk seperti ini sangat rumit untuk
dapat memahami konsep fisika
15
Saya dapat memahami penemuan rumus
pada aplikasi alat-alat optic melalui
langkah-langah yang membuat secata
interaktif dalam lks pembelajaran tersebut
16
Memahami penemuan rumus pada aplikasi
alat-alat optic dengan metode pendekatan
inkuiri berbasis kecerdasan majemuk yang
digunakan sangat membingungkan
17
Pembelajaran menggunakan metode
pendekatan inkuiri berbasis kecerdasan
majemuk dapat membantu mengeluarkan
dan mengembangkan ide matematis saya
18
Poin-poin yang disajikan dalam lks tidak
membantu saya dalam memahami materi
alat-alat optic
19
Penggunaan metode pendekatan inkuiri
berbasis kecerdasan majemuk dalam
proses pembelajaran membuat saya malas
belajar karena lebih dituntut untuk belajar
mandiri
20
Saya lebih termotivasi belajar fisika
dengan menggunakan mrtode pendekatan
inkuiri berbasis kecerdasan majemuk
240
LEMBAR UJI VALIDITAS
INSTRUMEN NONTES (ANGKET) TERHADAP PEMBELAJARAN
FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS KECERDASAN
MAJEMUK
No Aspek yang diuji Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Keterwakilan setiap pernyataan
dari aspek yang dikembangkan.
2. Penskoran pada tiap-tiap
pernyataan.
3. Pemilihan kalimat pernyataan
dari aspek yang dikembangkan.
4. Kejelasan dan keefektifan
bahasa yang digunakan
Saran:
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
....................................
Jakarta, November 2018
Penguji Validitas/
Dosen Pembimbing 1
Ai Nurlela, M.Si
NIP. 19791112 200912 2 003
241
LEMBAR UJI VALIDITAS
INSTRUMEN NONTES (ANGKET) TERHADAP PEMBELAJARAN
FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI BERBASIS KECERDASAN
MAJEMUK
No Aspek yang diuji Kriteria
Baik Cukup Kurang
1. Keterwakilan setiap pernyataan
dari aspek yang dikembangkan.
2. Penskoran pada tiap-tiap
pernyataan.
3. Pemilihan kalimat pernyataan
dari aspek yang dikembangkan.
4. Kejelasan dan keefektifan
bahasa yang digunakan
Saran:
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
....................................
Jakarta, November 2018
Penguji Validitas/
Dosen Pembimbing 2
Devi Solehat M.Pd
NIP. -
242
Lampiran C
Analisis Data Hasil Penelitian
C.1. Hasil Pretest
C.2. Hasil Posttest
C.3. Uji Normalitas Hasil Pretest
a. Kelas Eksperimen
b. Kelas Kontrol
C.4. Uji Normalitas Hasil Posttest
a. Kelas Eksperimen
b. Kelas Kontrol
C.5. Uji Homogenitas Hasil Pretest
C.6. Uji Homogenitas Hasil Posttest
C.7. Uji Hipotesis Hasil Pretest
C.8. Uji Hipotesis Hasil Posttest
C.9. Data Hasil Angket Respon Siswa
C.10. Pencapaian Hasil Belajar Setiap Ranah Kognitif
C11. Peningkatan Hasil Belajar Setiap Ranah Kognitif
243
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil pretest :
25 25 25 25 25 31.25 31.25 31.25 31.25 31.25
31.25 31.25 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5 37.5
37.5 37.5 37.5 43.75 43.75 50 50 50 56.25 56.25
Dari data diatas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Jumlah siswa (n) = 30
b. Nilai Maksimal (Xmax) = 56.25
c. Nilai Minimum (Xmin) = 25
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya
yaitu:
a. Rentang (R) = Xmax - Xmin
= 56.25 – 25
= 31.25
b. Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5.87
c. Panjang Kelas (P) = R/K
= 31.25/5.87
= 5.32 ≈ 5
Tabel Distribusi Frekuensi sebagai berikut:
Interval Frekuensi
25 – 29 5
30 - 34 7
35 - 39 11
40 - 44 2
45 - 49 0
50 - 54 3
55 - 59 2
Jumlah 30
244
Hasil Pretest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil pretest :
31.25 31.25 31.25 50 50 50 50 50 50 50
50 50 50 50 56.25 62.5 62.5 62.5 62.5 62.5
62.5 62.5 62.5 62.5 68.75 68.75 68.75 68.75 68.75 68.75
Dari data diatas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
d. Jumlah siswa (n) = 30
e. Nilai Maksimal (Xmax) = 68.75
f. Nilai Minimum (Xmin) = 31.25
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya
yaitu:
b. Rentang (R) = Xmax - Xmin
= 68.75 – 31.25
= 37.5
b. Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87
c. Panjang Kelas (P) = R/K
= 37.5 / 5,87
= 6.38 ≈ 6
Tabel Distribusi Frekuensi sebagai berikut:
Interval Frekuensi
31.25-36.25 3
37.25-42.25 0
43.25-48.25 0
49.25-54.25 11
55.25-60.25 1
61.25-66.25 9
67.25-72.25 6
Jumlah 30
245
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil pretest :
56.25 56.25 56.25 68.75 68.75 68.75 68.75 68.75 68.75 68.75
68.75 75 75 75 75 75 75 75 75 81.75
81.75 81.75 81.75 81.75 81.75 81.75 81.75 87.5 87.5 87.5
Dari data diatas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
g. Jumlah siswa (n) = 30
h. Nilai Maksimal (Xmax) = 87.5
i. Nilai Minimum (Xmin) = 56.25
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya
yaitu:
c. Rentang (R) = Xmax - Xmin
= 87.5 – 56.25
= 31.25
b. Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5.87
c. Panjang Kelas (P) = R/K
= 31.25/5,87
= 5.32 ≈ 5
Tabel Distribusi Frekuensi sebagai berikut:
Interval Frekuensi
56.25 – 60.25 3
61.25 – 65.25 0
66.25 – 70.25 8
71.25-75.25 8
76.25-80.25 0
80.25 – 84.25 8
85.25 – 89.25 3
Jumlah 30
246
Hasil Posttest Kelas Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi yang diperoleh dari hasil pretest :
50 56.25 56.25 56.25 56.25 68.75 68.75 68.75 68.75 68.75
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
81.25 87.5 87.5 87.5 87.5 87.5 87.5 87.5 93.75 93.75
Dari data diatas, maka dapat ditentukan beberapa nilai, yaitu:
a. Jumlah siswa (n) = 30
b. Nilai Maksimal (Xmax) = 93.75
c. Nilai Minimum (Xmin) = 50
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi diperlukan beberapa nilai, diantaranya
yaitu:
a. Rentang (R) = Xmax - Xmin
= 93.75 – 50
= 43.75
b. Banyaknya Kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 5.87
c. Panjang Kelas (P) = R/K
= 43.75 / 5,87
= 8.22 ≈ 8
Tabel Distribusi Frekuensi sebagai berikut:
Interval Frekuensi
50 – 57 5
58 – 65 0
66 – 73 5
74 – 81 10
82 – 89 8
90 – 97 2
98 – 105 0
Jumlah 30
247
Data Hasil Prettest Kelas Eksperimen
No Nama Jawaban
Salah Benar Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 R01 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8 50
2 R02 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 11 5 31.25
3 R03 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10 6 37.5
4 R04 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12 4 25
5 R05 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 6 37.5
6 R06 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 7 9 56.25
7 R07 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 9 7 43.75
8 R08 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 11 5 31.25
9 R09 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 7 9 56.25
10 R10 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 11 5 31.25
11 R11 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 10 6 37.5
12 R12 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 11 5 31.25
13 R13 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8 8 50
14 R14 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 5 31.25
15 R15 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 6 37.5
16 R16 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 9 7 43.75
17 R17 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 10 6 37.5
18 R18 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 10 6 37.5
19 R19 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 10 6 37.5
20 R20 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 12 4 25
21 R21 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 6 37.5
22 R22 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 10 6 37.5
248
23 R23 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 8 8 50
24 R24 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 11 5 31.25
25 R25 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 10 6 37.5
26 R26 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 12 4 25
27 R27 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 10 6 37.5
28 R28 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12 4 25
29 R29 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 11 5 31.25
30 R30 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12 4 25
Jumlah
benar@butir
soal
23 15 15 20 15 12 13 11 13 6 9 7 4 3 4 7
NILAI RATA-RATA 36.875
NILAI MAKSIMAL 56.25
NILAI MINIMUM 25
Modus 37.5
Median 37.5
Standar Deviasi 8.892013
Varians 79.06789
249
Data Hasil Prettest Kelas Kontrol
No Nama Jawaban
Salah Benar Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 R01 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 6 10 62.5
2 R02 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 8 8 50
3 R03 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6 10 62.5
4 R04 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 6 10 62.5
5 R05 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 11 68.75
6 R06 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 8 8 50
7 R07 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 6 10 62.5
8 R08 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 8 8 50
9 R09 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 8 8 50
10 R10 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 11 68.75
11 R11 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 11 68.75
12 R12 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 11 68.75
13 R13 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 8 8 50
14 R14 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 7 9 56.25
15 R15 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 5 11 68.75
16 R16 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5 11 68.75
17 R17 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 8 8 50
18 R18 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 8 8 50
19 R19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6 10 62.5
20 R20 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 6 10 62.5
21 R21 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6 10 62.5
22 R22 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 11 5 31.25
250
23 R23 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 8 50
24 R24 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 11 5 31.25
25 R25 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 6 10 62.5
26 R26 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 8 8 50
27 R27 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 8 8 50
28 R28 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 8 8 50
29 R29 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11 5 31.25
30 R30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6 10 62.5
Jumlah
benar@butir
soal
22 23 20 14 16 27 26 24 14 15 20 17 10 12 4 4
NILAI RATA-RATA 55.83333
NILAI MAKSIMAL 68.75
NILAI MINIMUM 31.25
Modus 50
Median 59.375
Standar Deviasi 11.12397
Varians 123.7428
251
Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen
No Nama Jawaban
Salah Benar Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 R01 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 4 12 75
2 R02 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 5 11 68.75
3 R03 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 5 11 68.75
4 R04 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 4 12 75
5 R05 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 3 13 81.25
6 R06 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 7 9 56.25
7 R07 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 4 12 75
8 R08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5 11 68.75
9 R09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 9 56.25
10 R10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 13 81.25
11 R11 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 13 81.25
12 R12 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 13 81.25
13 R13 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7 9 56.25
14 R14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 3 13 81.25
15 R15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 3 13 81.25
16 R16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 3 13 81.25
17 R17 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 3 13 81.25
18 R18 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 5 11 68.75
19 R19 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 5 11 68.75
20 R20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 5 11 68.75
21 R21 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 5 11 68.75
22 R22 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 5 11 68.75
252
23 R23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 4 12 75
24 R24 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 4 12 75
25 R25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 4 12 75
26 R26 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 87.5
27 R27 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 87.5
28 R28 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 87.5
29 R29 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 4 12 75
30 R30 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 4 12 75
Jumlah
benar@butir
soal
25 29 28 20 24 29 27 23 27 24 19 20 25 13 11 13
NILAI RATA-RATA 74.375
NILAI MAKSIMAL 87.5
NILAI MINIMUM 56.25
Modus 75
Median 75
Standar Deviasi 8.583703
Varians 73.67996
253
Data Hasil Posttest Kelas Kontrol
No Nama Jawaban
Salah Benar Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 R01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 2 14 87.5
2 R02 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 5 11 68.75
3 R03 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 14 87.5
4 R04 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 5 11 68.75
5 R05 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 4 12 75
6 R06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 93.75
7 R07 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 14 87.5
8 R08 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 5 11 68.75
9 R09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 93.75
10 R10 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 5 11 68.75
11 R11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 2 14 87.5
12 R12 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 5 11 68.75
13 R13 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 14 87.5
14 R14 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 4 12 75
15 R15 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 4 12 75
16 R16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 14 87.5
17 R17 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 9 56.25
18 R18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 4 12 75
19 R19 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 4 12 75
20 R20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 2 14 87.5
21 R21 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 9 56.25
22 R22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 4 12 75
254
23 R23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 4 12 75
24 R24 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7 9 56.25
25 R25 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 7 9 56.25
26 R26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 4 12 75
27 R27 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 4 12 75
28 R28 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 8 8 50
29 R29 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 3 13 81.25
30 R30 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 4 12 75
Jumlah
benar@butir
soal
26 26 29 23 26 19 14 26 27 16 26 27 28 21 11 15
NILAI RATA-RATA 75
NILAI MAKSIMAL 93.75
NILAI MINIMUM 50
Modus 75
Median 75
Standar Deviasi 11.8358
Varians 140.0862
255
Hasil Uji Normalitas Data Pretest
Tests of Normality
kelas
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pretest_seluruhnya kelas
eksperimen .235 30 .000 .911 30 .016
kelas kontrol .178 30 .016 .917 30 .023
a. Lilliefors Significance Correction
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal.
Kesimpulan:
Pada pretest kelas eksperimen, nilai Sig. (0,016) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
Pada pretest kelas kontrol, nilai Sig. (0,023) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
256
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.801 1 58 .100
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang homogen.
H1 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
homogen.
Kesimpulan:
Pada hasil pretest kedua kelas ini, nilai Sig. (0,100) > taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok
memiliki kemampuan yang homogen.
257
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest
Uji Mann-Whitney Test
Ranks
kelas N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
pretes kelas kontrol 30 34.60 1038.00
kelas eksperimen 30 26.40 792.00
Total 60
Test Statisticsa
pretes
Mann-Whitney U 327.000
Wilcoxon W 792.000
Z -1.837
Asymp. Sig. (2-
tailed) .066
a. Grouping Variable: kelas
Jika Sig.2-tailed < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jika Sig.2-tailed ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan:
Nilai Sig.2-tailed (0,066) > 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti penggunaan model POGIL tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada konsep alat-alat optik.
258
Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Tests of Normality
kelas
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
posttest_seluruhnya kelas
eksperimen .187 30 .009 .903 30 .010
kelas kontrol .153 30 .072 .902 30 .009
a. Lilliefors Significance Correction
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal.
Kesimpulan:
Pada postest kelas eksperimen, nilai Sig. (0,010) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
Pada postest kelas kontrol, nilai Sig. (0,009) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
259
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.105 1 58 .748
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 375.000 1 375.000 5.388 .024
Within Groups 4036.458 58 69.594
Total 4411.458 59
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang homogen.
H1 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
homogen.
Kesimpulan:
Pada hasil postest kedua kelas ini, nilai Sig. (0,748) > taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok
memiliki kemampuan yang homogen.
260
Hasil Uji Hipotesis Data Posttest
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelas N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Postes kelas kontrol 30 25.78 773.50
kelas eksperimen 30 35.22 1056.50
Total 60
Test Statisticsa
Postes
Mann-Whitney U 308.500
Wilcoxon W 773.500
Z -2.153
Asymp. Sig. (2-
tailed) .031
a. Grouping Variable: kelas
Jika Sig.2-tailed < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jika Sig.2-tailed ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan:
Nilai Sig.2-tailed (0,031) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti Penggunaan model POGIL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
konsep alat-alat optik.
261
Data Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran Menggunakan
Pendekatan Inkuiri Berbasis Kecerdasan Majemuk
No Jenis
kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 L 4 5 5 4 4 5 3 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 4 4
2 L 4 4 5 4 3 4 5 3 3 5 4 4 5 4 4 5 3 4 5 5
3 L 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3 4 5 3 3 5
4 L 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 5 5
5 P 4 4 4 3 3 5 3 5 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4
6 P 4 4 5 3 4 3 5 4 5 5 4 4 4 3 3 5 3 5 5 4
7 L 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 5 4 5 5
8 L 3 4 4 4 5 5 3 4 5 5 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
9 L 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5
10 L 4 4 5 5 4 5 5 3 4 5 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4
11 L 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 3 4 5
12 L 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 5 4 4 4 3 3 4 3 4 4
13 L 5 3 3 5 5 3 5 4 5 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 5
14 L 5 3 3 4 3 5 5 5 4 5 5 3 3 5 4 3 5 5 2 5
15 L 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 5 3 4 4 3 5 4 5 4 5
16 L 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4
17 L 5 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4
18 L 3 4 4 2 4 2 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5
262
19 L 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 3 4 5 3 4 5 5
20 L 5 4 5 5 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5
21 L 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5
22 L 3 4 5 4 3 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4
23 L 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 3 4 5 4 4 5
24 L 4 5 4 3 4 4 5 5 4 5 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4
25 L 3 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 5
26 L 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 3 3 4 5 5 4 5 5
27 L 4 4 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
28 L 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 5 5 4
29 L 5 4 4 3 3 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5
30 L 5 5 5 3 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 3 4 5
Jumlah 118 121 122 111 111 116 124 119 125 137 124 120 122 115 113 126 124 118 125 138
Persentase 79% 81% 81% 74% 74% 77% 83% 79% 83% 91% 83% 80% 81% 77% 75% 84% 83% 79% 83% 92%
Rata-rata 79,88 %
263
Perhitungan Nilai Rata-Rata Ranah Kognitif Saat Prettest
(Kelas Eksperimen)
Siswa C1 C2 C3 C4
7 8 9 10 3 4 5 6 1 2 11 12 13 14 15 16
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
3 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
4 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
5 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
6 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0
7 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1
9 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
10 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
11 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
12 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
13 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
14 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
15 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
16 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
17 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1
18 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1
19 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1
20 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
264
21 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
22 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1
23 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
24 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
25 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
27 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
28 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0
30 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah
skor 13 11 13 6 15 20 15 12 23 15 9 7 4 3 4 7
% 43.33 36.67 43.33 20.00 50.00 66.67 50.00 40.00 76.67 50.00 30.00 23.33 13.33 10.00 13.33 23.33
Rata-
rata 35.83 51.67 63.33 18.89
Jumlah siswa : 30
Rata-rata C1 :
=
= 35.83%
Rata-rata C2 :
=
= 51.67%
Rata-rata C3 :
=
= 63.33%
Rata-rata C4 :
=
= 18.89%
265
Perhitungan Nilai Rata-Rata Ranah Kognitif Saat Prettest
(Kelas Kontrol)
SISWA CI C2 C3 C4
7 8 9 10 3 4 5 6 1 2 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
2 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1
5 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
6 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
7 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
8 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
9 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
10 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
12 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
13 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
14 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1
15 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
17 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
18 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
20 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
266
21 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
22 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
23 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1
25 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0
26 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
27 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
28 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0
29 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
30 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
Jumlah
Skor 26 24 14 15 20 14 16 27 22 23 20 17 10 12 4 4
% 86.67 80.00 46.67 50.00 66.67 46.67 53.33 90.00 73.33 76.67 66.67 56.67 33.33 40.00 13.33 13.33
Rata-
Rata 65.83 64.17 75.00 37.22
Jumlah siswa : 30
Rata-rata C1 :
=
= 65.83%
Rata-rata C2 :
=
= 64.17%
Rata-rata C3 :
=
= 75.00%
Rata-rata C4 :
=
= 37.22%
267
Perhitungan Nilai Rata-Rata Ranah Kognitif Saat Posttest
(Kelas Eksperimen)
SISWA C1 C2 C3 C4
7 8 9 10 3 4 5 6 1 2 11 12 13 14 15 16
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
3 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0
4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1
6 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
7 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
10 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
16 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
18 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0
19 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0
20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
268
21 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0
22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
26 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
30 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
Jumlah
Skor 27 23 27 24 28 20 24 29 25 29 19 20 25 13 11 13
%
90.0
0
76.6
7
90.0
0
80.0
0
93.3
3
66.6
7
80.0
0
96.6
7
83.3
3
96.6
7
63.3
3
66.6
7
83.3
3
43.3
3
36.6
7
43.3
3
rata-rata 84.17 84.17 90.00 56.11
Jumlah siswa : 30
Rata-rata C1 :
=
= 84.17%
Rata-rata C2 :
=
= 84.17%
Rata-rata C3 :
=
= 90.00%
Rata-rata C4 :
=
= 56.11%
269
Perhitungan Nilai Rata-Rata Ranah Kognitif Saat Posttest
(Kelas Kontrol)
SISWA C1 C2 C3 C4
7 8 9 10 3 4 5 6 1 2 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
2 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
4 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
8 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
10 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
12 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
14 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
15 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
17 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0
19 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
270
21 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
23 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
24 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
25 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0
26 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
27 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
28 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0
29 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
30 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
Jumlah
Skor 14 26 27 16 29 23 26 19 26 26 26 27 28 21 11 15
% 46.67 86.67 90.00 53.33 96.67 76.67 86.67 63.33 86.67 86.67 86.67 90.00 93.33 70.00 36.67 50.00
Rata-
Rata 69.17 80.83 86.67 71.11
Jumlah siswa : 30
Rata-rata C1 :
=
= 69.17%
Rata-rata C2 :
=
= 80.83%
Rata-rata C3 :
=
= 86.67%
Rata-rata C4 :
=
= 71.11%
272
Hasil Uji Normalitas Data Pretest
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pretest_seluruhnya kelas
eksperimen .235 30 .000 .911 30 .016
kelas kontrol .178 30 .016 .917 30 .023
a. Lilliefors Significance Correction
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal.
Kesimpulan:
Pada pretest kelas eksperimen, nilai Sig. (0,016) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
Pada pretest kelas kontrol, nilai Sig. (0,023) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
273
Hasil Uji Homogenitas Data Pretest
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.801 1 58 .100
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang homogen.
H1 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
homogen.
Kesimpulan:
Pada hasil pretest kedua kelas ini, nilai Sig. (0,100) > taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok
memiliki kemampuan yang homogen.
274
Hasil Uji Hipotesis Data Pretest
Uji Mann-Whitney Test
Ranks
Kelas N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
pretes kelas kontrol 30 34.60 1038.00
kelas eksperimen 30 26.40 792.00
Total 60
Test Statisticsa
pretes
Mann-Whitney U 327.000
Wilcoxon W 792.000
Z -1.837
Asymp. Sig. (2-
tailed) .066
a. Grouping Variable: kelas
Jika Sig.2-tailed < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jika Sig.2-tailed ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan:
Nilai Sig.2-tailed (0,066) > 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti penggunaan model POGIL tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada konsep alat-alat optik.
275
Hasil Uji Normalitas Data Posttes
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
posttest_seluruhnya kelas
eksperimen .187 30 .009 .903 30 .010
kelas kontrol .153 30 .072 .902 30 .009
b. Lilliefors Significance Correction
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi tidak
berdistribusi normal.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal.
Kesimpulan:
Pada postest kelas eksperimen, nilai Sig. (0,010) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
Pada postest kelas kontrol, nilai Sig. (0,009) < taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti data sampel berasal
dari populasi tidak berdistribusi normal.
276
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.105 1 58 .748
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 375.000 1 375.000 5.388 .024
Within Groups 4036.458 58 69.594
Total 4411.458 59
Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang homogen.
H1 : Kedua kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) < taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen.
- Jika nilai signifikasi (Sig.) > taraf signifikasi sebesar 0,05, maka H0 diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok memiliki kemampuan yang
homogen.
Kesimpulan:
Pada hasil postest kedua kelas ini, nilai Sig. (0,748) > taraf signifikasi sebesar
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti kedua kelompok
memiliki kemampuan yang homogen.
277
Hasil Uji Hipotesis Data Posttest
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelas N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Postes kelas kontrol 30 25.78 773.50
kelas eksperimen 30 35.22 1056.50
Total 60
Test Statisticsa
Postes
Mann-Whitney U 308.500
Wilcoxon W 773.500
Z -2.153
Asymp. Sig. (2-
tailed) .031
a. Grouping Variable: kelas
Jika Sig.2-tailed < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jika Sig.2-tailed ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan:
Nilai Sig.2-tailed (0,031) < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti Penggunaan model POGIL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada
konsep alat-alat optik.
278
Hasil Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Case Processing Summary
kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
prettest kelas kontrol 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
kelas eksperimen 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
prettest kelas kontrol Mean 55.830 1.555
Median 59.38
Variance 123.743
Std. Deviation 11.124
Minimum 31.25
Maximum 68.75
kelas eksperimen Mean 36.875 1.490
Median 37.50
Variance 79.067
Std. Deviation 8.892013
Minimum 25.00
Maximum 56.25
279
Hasil Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Case Processing Summary
Kelas
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Postes kelas eksperimen 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
kelas kontrol 30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
postest kelas eksperimen Mean 74.375 2.16050
Median 75.0000
Variance 73.679
Std. Deviation 8.58370
Minimum 56.25
Maximum 87.5
kelas kontrol Mean 75.000 2.84775
Median 75.000
Variance 140.0862
Std. Deviation 11.8358
Minimum 50.00
Maximum 93.75
280
Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar Setiap Jenjang Kognitif Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Menggunakan Rumus N-Gain =
Tabel Interpretasi N-Gain Ternormalisasi
Nilai N-Gain Interpretasi
-1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunan
g = 0,00 Tidak terjadi peningkatan
0,00 < g < 0,30 Rendah
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
0,70 ≤ g ≤ 1,00 Tinggi
a. Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
C1 C2 C3 C4
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
Persentase
(%)
65.83 69.17 64.17 80.83 75.00 86.67 37.22 71.11
N-Gain 0.10 0.46 0.47 0.62
Kategori Rendah Sedang Sedang Sedang
Rata-rata 0.41
Kategori Sedang
b. Kelas Eksperimen
Kelas
Kontrol
C1 C2 C3 C4
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
Persentase
(%)
35.83 84.17 51.67 84.17 63.33 90.00 18.89 56.11
N-Gain 0.75 0.67 0.73 0.46
Kategori Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Rata-rata 0.65
Kategori Sedang
281
Lampiran D
Surat-Surat Penelitian
D.1 Surat Keterangan Penelitian
D.2 Surat Izin Observasi Pendahuluan
D.3 Lembar Uji Referensi
D.4 Biodata Penulis
282
283
284
285
286
287
288
289
DOKUMENTASI PENELITIAN
290
Biodata Penulis
Khairatunnisa. Anak pertama dari 3 bersaudara pasangan
Yasin daN Jumrah. Lahir di Tangerang pada tanggal 17
April 1994, bertempat tinggal di Taman Balaraja Blok I 1
No. 17 RT. 05/08, Kelurahan Sukamulya, Kabupaten
Tangerang
Riwayat Pendidikan. Telah menyelesaikan pendidikan di
SDN Merak 1 pada tahun 2006, SMPN 2 Balaraja pada
tahun 2009 dan SMAN 1 Kabupaten Tangerang pada
tahun 2012 Memulai pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta melalui jalur Madiri pada tahun 2012, diterima di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan
Fisika.