Upload
truongkhue
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS TERHADAP
PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA
KERJA KOTA TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
MUHAMMAD YANINIM : 090563201038
JURUSAN STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJITANJUNGPINANG
2013
1
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS TERHADAPPRESTASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS SOSIAL DAN TENAGA
KERJA KOTA TANJUNGPINANG
Muhammad Yani / 090563201038 / Ilmu Administrasi Negara
A B S T R A C T
Education and training to support the existence of an organization inachieving predetermined goals, it is expected also to the education and training ofworkers will be more dynamic in which the worker is able to meet the needs of thepresent and future for the institution, so that the workforce is expected to beworkforce continues to improve its performance in the future.
The purpose of this study is basically to determine the effect of educationand training of employees in improving work performance of employees at theDepartment of Social and Labor Tanjungpinang. In the discussion of this paper asfor the operational concept used is the variable X, namely Education andTechnical Training and the Y variable performance. In this study sampleconsisted of 36 employees which is determined with an error rate of 5%. Dataanalysis techniques used in this research is descriptive quantitative data analysistechniques.
After doing research, the end result of the study stated that the correlationbetween education and technical training on job performance of employees at theDepartment of Social and Labor Tanjungpinang Product Moment based on thecalculation that is equal to 0.26 which can be interpreted by the interpretation ofthe correlation coefficient is not a strong influence between education andtechnical training to employee job performance. While the results of thecoefficient determinant is equal to 6,76% is where it showed no significant effectbetween the variables of education and technical training to employee jobperformance.
The advice given to the Department of Social and Labor Tanjungpinang ofeducation and technical training should be provided to employees should paymore attention to the readiness of employees to attend the training selin it alsoshould be able to pursue technical training facility that can provide comfort fortrainees to potentially impact on employee job performance. work performance ofemployees at the Department of Social and Labor Tanjungpinang should beincreased again while the indicators are getting pretty good results is the qualityof personnel, reliability and attitudes, which are the three indicators is animportant thing that must be considered and should be increased again to reachthe level of achievement good for employees.
Keywords: Education and Technical Training, Employee Job Performance
2
PENDAHULUAN
Pendidikan dan pelatihan memerlukan kebijaksanaan mengenai bagaimana
program pelayanan PNS dituangkan dalam beberapa mata pelajaran yang digali
dari pengalaman sehari-hari sesuai dengan bidang tugasnya. Untuk itulah perlu
adanya peran-peran baru atau lebih biasa disebut jabatan fungsional dalam
menangani pendidikan dan pelatihan. Dalam setiap pendidikan dan pelatihan
sudah saatnya ditetapkan jabatan fungsional manajer pendidikan dan pelatihan,
desainer program pembelajaran dan ahli teknologi pembelajaran. Mereka itulah
yang bertanggung jawab atas keberhasilan suatu diklat yang diorientasikan pada
penyiapan PNS sebagai abdi masyarakat.
Menurut Robbins (1997;34) Pertama-tama perlu ditanamkan kepada PNS
akan percaya diri sebagai abdi masyarakat. Akar percaya diri sebagai abdi
masyarakat seperti : kebiasaan hidup dengan sadar, kebiasaan menerima apa
adanya, kebiasaan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kebiasaan
mempertahankan hak, kebiasaan hidup dengan tujuan, dan kebiasaan integritas
pribadi. Disamping mempersiapkan PNS melaksanakan fungsi abdi masyarakat,
pendidikan dan pelatihan pegawai diarahkan untuk mempersiapkan seorang PNS
yang mampu menghadapi tantangan zaman baru.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas bagi para pengelola pendidikan dan
pelatihan PNS untuk dapat memikirkan dan melahirkan program-program diklat
yang komprehensif dan mampu menjawab tantangan negara.
Salah satu keperdulian Pemerintah pusat akan pentingnya pendidikan dan
pelatihan bagi PNS, yang mana telah diaturnya suatu Undang-Undang Republik
3
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan pada Bab V
Pelatihan Kerja Pasal 9 menjelaskan Pelatihan kerja diselenggarakan dan
diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Karena
banyaknya jaminan yang diberikan kepada pegawai negeri menjadikan pegawai
ini tetap mempertahankan keberadaanya pada instansi ini, yang menjadikan
kesadaran bagi Dinas Tenaga kerja itu sendiri untuk mengubah paradigma
pegawai selama ini dengan memberikan dorongan dari diri individu dan dari pihak
lain yang mana salah satunya dengan menambah ilmu pegawai melalui
pendidikan dan pelatihan, sehingga diharapkan dapat merubah pola pikir pegawai
yang selama ini hanya mengharapkan jaminan yang serba enak menjadi pekerja
yang profesional.
Berdasarkan uraian diatas, dengan ini penulis melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS
TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS TENAGA
KERJA KOTA TANJUNG PINANG.?”
PERUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang yang telah dijelaskan bahwa instansi milik
pemerintah sangat diperlukan dalam membina keberadaan tenaga kerja, oleh
karena itu di setiap daerah diperlukan Dinas Tenaga Kerja yang mengatur segala
urusan ketenaga kerjaan. Karena melihat keberadaan PNS merupakan tenaga kerja
4
yang potensial maka perlu diberikan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan semangat kerja PNS, Dari uraian latar belakang masalah diatas,
terindikasi bahwa sumber daya manusia yang berkualitas sangat memegang
peranan dalam suatu organisasi. Dengan sumberdaya manusia yang berkualitas,
maka organisasi akan semakin efektif dalam menjalankan tugas sesuai dengan
tujuannya. Dengan masalah pokok rencana penelitian ini maka penulis mencoba
menyimpulkan dalam satu rumusan masalah sebagai berikut:
“BAGAIMANAKAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TEKNIS TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA DINAS
TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG ”.?
TUJUAN DAN KEGUNAAN
a. Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan pegawai
pada Dinas Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang.
2. Untuk mengetahui prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja
Kota Tanjungpinang.
3. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan dan pelatihan pegawai dalam
meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang.
b. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :
5
1. Kegunaan praktis adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang
gambaran pendidikan dan pelatihan pegawai dalam sebuah organisasi,
dalam upaya untuk meningkatkan prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil,
khususnya di Dinas Tenaga Kota Tanjungpinang.
2. Sebagai masukan yang bersifat membangun bagi kemajuan dan kelancaran
didalam melaksanakan aktivitas organisasi dalam mengikuti persaingan
global mendatang.
3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan baik bagi penulis sendiri
ataupun bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap permasalahan
yang penulis teliti.
KERANGKA TEORITIS
Menurut Sri Hardiati (2001 : 64) :Pendidikan dan pelatihan mengandung
beberapa tahapan diantaranya yaitu:
a. Tahap penilaian (assessment)
b. Tahap pelaksanaan (implementation)
c. Tahap evaluasi (evaluation)
Dengan diberikannya pendidikan dan pelatihan kepada Pegawai secara
otomatis maka pengetahuannya akan bertambah dan dapat memperbaiki hasil
pekerjaannya yang selama ini masih kurang sehingga akan meningkatkan prestasi
kerjanya pada catatan instansi.
Cahyono menjelaskan bahwa prestasi kerja pegawai dapat dilihat dari
(1999 : 157):
6
a. Banyaknya Pekerjaanb. Kualitas Pekerjaanc. Kerjasamad. Inisiatif Kepercayaan Dirie. Kepribadianf. Penyesuaian Dirig. Kepemimpinanh. Pengetahuan Tentang Pekerjaani. Kehadiranj. Kesetian
Dengan demikian bahwa setiap instansi selalu menilai prestasi kerja dari
pegawainya yang mana nantinya akan menjadi bahan pertimbangan bagi instansi
yang terkait. Selanjutnya Ranupandojo dan Husnan (2002:126) mengemukakan
bahwa ada empat indikator prestasi kerja pegawai yaitu :
1. Kualitas KerjaKetepatan, ketelitian, keterampilan dan kebersihan dalam
melaksanakan pekerjaan yang dilimpahkan.
2. Kuantitas KerjaDalam menerima output, perlu diperhatikan juga bukan hanya output
rutin, tetapi juga seberapa cepat menyelesaikan kerja “ekstra”.
3. Dapat tidaknya diandalkanMengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati dan kerajinan.
4. SikapSikap terhadap organisasi atau perusahaan, pegawai lain dan pekerjaan
serta kerjasama
Mengacu kepada konsep teori yang telah dikemukakan oleh Ranupandojo
dan Husnan di atas maka peneliti menetapkan ukuran prestasi kerja berdsarkan
empat dimensi dengan interpretasi yaitu : (1) Kualitas kerja meliputi: ketepatan
waktu, ketelitian, kemampuan dan keterampilan pegawai, (2) kuantitas kerja
7
meliputi : memenuhi standar kerja serta pekerjaan rutin terlaksana dengan cepat,
(3) tingkat kehandalan meliputi : inisiatif, rajin dan kemampuan dalam bekerja,
(4) sikap : meliputi loyalitas dan tanggung jawab pegawai serta kerja sama dalam
tim.
Menurut Cahyono (1999:150) :“Ternyata terdapat peranan yang sangat
erat antara pendidikan dan pelatihan pegawai dengan prestasi kerja Pegawai yang
nantinya diharapkan dapat mengembangkan dirinya untuk mencapai prestasi kerja
yang lebih tinggi lagi sesuai dengan yang diinginkan dengan perusahaan.”
HIPOTESA
Beranjak dari uraian kerangka pikiran tersebut, peneliti mencoba
merumuskan hipotesis :
“Apabila Pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan program
yang telah ditentukan maka prestasi kerja Pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang akan cenderung meningkat.
Hipotesa diatas terdiri dari dua Variabel yaitu :
1. Variable independent (variabel bebas) yaitu pendidikan dan pelatihan teknis
yang diberikan untuk Pegawai Negeri Sipil dengan indikator sebagai berikut :
Menurut Sri Hardiati (2001 : 64) :
a. Tahap penilaian (assessment)
b. Tahap pelaksanaan (implementation)
c. Tahap evaluasi (evaluation)
8
2. Variabel dependent (variabel terikat) yaitu prestasi kerja pegawai Dinas
Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang, dengan indikator sebagai berikut :
a. Kualitas kerja,
b. Kuantitas kerja,
c. Kehandalan dan
d. Sikap
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1.Hipotesa Nol (Ho) adalah “Tidak ada pengaruh antara pendidikan dan
pelatihan teknis dengan prestasi kerja Dinas Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang”.
2.Hipotesa Alternatif (Ha) adalah “Ada pengaruh antara pendidikan dan
pelatihan teknis dengan perstasi kerja Dinas Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang”.
- Ho diterima / Ha ditolak, jika R hitung lebih kecil atau sama dengan R
tabel.
- Ho ditolak / Ha diterima, jika R hitung lebih besar dari R tabel.
1. Variabel Bebas (X) : Pendidikan dan Pelatihan Teknis.
2. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang
KONSEP OPERASIONAL DAN PENGUKURAN
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah terhadap ruang lingkup,
maka penulis memberikan batas penelitian hanya pada pelaksanaan pendidikan
9
dan pelatihan teknis pegawai dan prestasi kerja pegawai Dinas Tenaga Kerja
Kota Tanjungpinang.
Konsep-konsep diantara variabel bebas dan terikat adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan dan pelatihan yaitu proses merekayasa prilaku kerja pegawai
sedemikian rupa sehingga pegawai dapat menunjukan kinerja optimal.
Pendidikan dan pelatihan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator :
A. Tahap penilaian (assessment) dilakukan untuk mengidentifikasikan
kebutuhan pelatihan. Ada tiga analisis yang dilakukan untuk menentukan
kebutuhan yaitu :
1. Analisis kebutuhan pelatihan dimana analisis ini lebih condong melihat
kebutuhan yang dilakukan oleh instansi untuk memenuhi kebutuhan
yang diperlukan pegawai pada saat pelatihan yang akan dijalankan.
2. Pegawai dapat menjalankan pekerjaannya sesuai dengan pendidikan
yang diberikan.
3. Analisis individu yang mana diharapkan setiap individu dapat
menyiapkan dirinya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik
fisik ataupun mental.
B. Tahap pelaksanaan (implementation) adalah tahap pelaksanaan program
pendidikan dan pelatihan. Dimana terlebih dahulu harus memperhatikan
seperti :
1. target peserta program,
2. pelatih atau instruktur program,
3. Media yang akan digunakan,
10
4. Prinsip pembelajaran apa yang akan digunakan dan
5. Dimana program akan dilaksanakan.
C. Tahapan evaluasi (evaluation) adalah melihat apakah hasil pelatihan sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pelatihan. Disini yang harus diperhatikan
dalam tahap evaluasi ini adalah
1. Penyususan kriteria evaluasi.
2. Tujuan evaluasi dan
3. Metode yang akan digunakan.
2. Prestasi kerja yaitu proses dimana instansi melaksanakan kegiatan evaluasi dan
penilaian terhadap prestasi kerja pegawai. Prestasi kerja ini sering pula disebut
dengan performance apprational. Dengan indikator yang memperkuatnya :
a. Kualitas Kerja, yaitu hasil kerja pegawai yang dapat dilihat dari ketepatan
waktu, ketelitian dan keterampilan, serta keberhasilan dalam
melaksanakan pekerjaannya baik untuk dirinya maupun organisasi. Hal ini
dapat dilihat dari :
(1) Ketepatan waktu
(2) Ketelitian
(3) Keterampilan
b. Kuantitas kerja, yaitu suatu tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai dengan memperhitungkan kerutinan dalam menyelesaikan
pekerjaan berdasarkan standar kerja serta dapat melaksanakan pekernaan
dengan cepat. Ini dapat dilihat dari :
(1) Memenuhi standar kerja
11
(2) Pekerjaan rutin
c. Tingkat kehandalan, yaitu pegawai dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaannya memiliki inisiatif, rajin dan mampu menyelesaikan persoalan
kerja menurut aturan yang berlaku, hal ini dapat dilihat dari :
(1) Inisiatif
(2) Rajin
d. Sikap, yaitu bentuk prilaku atau tingkah laku pegawai dalam bekerja serta
perbuatan berdasarkan loyalitas dan tanggung jawab serta mampu bekerja
sama dalam tim dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, sikap ini
dapat dilihat dari :
(1) Tingkat loyalitas dan tanggung jawab
(2) Tingkat kemampuan bekerja sama dalam tim
Adapun pengukuran dalam penelitian ini penulis mempergunakan
pengukuran ordinal. Menurut Sugiono (2000:70) yang dimaksud disini adalah
skala yang berjenjang, dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Jarak
antara yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Skala ukur yang akan
digunakan kedalam tiga skala yang memiliki kriteria penilaian terhadap indikator
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, selanjutnya total jawaban
responden dikategorikan berdasarkan baik, cukup baik dan kurang baik. Alternatif
jawaban dari pertanyaan dikategorikan baik = 3, cukup baik = 2, dan kurang baik
= 1, terhadap indikator maupun sub indikator yang ada.
12
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini adalah bersifat Asosiatif, yaitu berupaya
menggambarkan hubungan diantara variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono
(2005 : 11) menjelaskan bahwa: Pada penelitian Asosiatif minimal terdapat
dua variable yang dihubungkan. Jadi penelitian asosiatif ini merupakan suatu
penelitian yang mencari hubungan/pengaruh antara satu variabel dengan
variabel lain. Hubungan/pengaruh antara variabel ada tiga bentuk yaitu :
simetris,kausal dan interaktif. Berdasarkan pendapat tersebut maka
pendidikan dan pelatihan teknis dan prestasi kerja merupakan konsep yang
akan diteliti untuk mengetahui pengaruh di antara kedua konsep/variabel
tersebut dengan menggunakan penelitian Asosiatif.
Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan
data tentang pendidikan dan pelatihan teknis terhadap prestasi kerja pegawai
Dinas Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang, kemudian hasilnya dideskripsikan
atau digambarkan secara jelas sebagaimana kenyataan di lapangan.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI
Pengertian Pendidikan dan Pelatihan menurut Cahyono (1999:225)
adalah suatu kegiatan perusahaan yang bertujuan untuk dapat memperbaiki sikap,
tingkah laku ketrampilan dan pengetahuan karyawan sesuai dengan keinginan
perusahaan”.
13
Menurut Sri Hardiati (2001 : 64) : Pendidikan dan pelatihan mengandung
beberapa tahapan diantaranya yaitu:
a. Tahap penilaian (assessment)
b. Tahap pelaksanaan (implementation)
c. Tahap evaluasi (evaluation)
Dengan diberikannya pendidikan dan pelatihan kepada Pegawai secara
otomatis maka pengetahuannya akan bertambah dan dapat memperbaiki hasil
pekerjaannya yang selama ini masih kurang sehingga akan meningkatkan prestasi
kerjanya pada catatan instansi. Pendapat diatas didukung oleh Admodiwirio
(2002:35) :“Proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan pegawai negeri sipil”. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa
konsep pendidikan dan pelatihan berfokus kepada peningkatan atau perbaikan
penyempurnaan pengetahuan, ketrampilan sikap dan prilaku seorang pegawai
(PNS). Pendidikan dan Pelatihan diberikan untuk merangsang prestasi kerja PNS
dalam menjalankan aktivitas kerjanya, sehingga tujuan akan mudah tercapai.
Menurut Notoatmodjo (2003:30) Pendidikan dan pelatihan adalah
merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama
untuk mengembangkan intelektual dan kepribadian manusia.
Sedangkan menurut Hasibuan (2003:9) pendidikan dan pelatihan
merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik tekhnis maupun
manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam kelas,
berlangsung lama dan biasanya menjawab why. Sedangkan pelatihan
berorientasi di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya menjawab how.
14
Simamora (2001 : 288-290), mengemukakan tujuan utama pelatihan secara
luas dikelompokan kedalam 5 (lima) bidang yaitu :
1.Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahanteknologi.
2.Mengurangi waktu belajar bagi para karyawan baru untuk menjadikompeten dalam pekerjaan.
3.Membantu memecahkan permasalahan operasional.4.Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan dan pelatihan pegawai merupakan suatu keterampilan,
keterampilan dan pengetahuan berdasarkan aktivitas kerja yang sesungguhnya
terinci dan rutin agar dapat menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
PRESTASI KERJA
Penilaian suatu prestasi kerja memberi manajemen suatu cara untuk
mengidentifikasikan karyawan yang patut mendapatkan kenaikan pangkat, dengan
penilaian prestasi kerja berupaya mengevaluasi prestasi untuk berbagai keperluan.
Pengertian Prestasi Kerja menurut Manulang (1998:76) :“Penilaian prestasi kerja
adalah suatu metode bagi manajemen untuk membuat suatu analisa yang adil dan
jujur tentang nilai karyawan bagi organisasi”. Ternyata pandapat Manulang ini
ditunjang oleh pendapat Cahyono yang mana beliau menjelaskan pengertian
prestasi kerja sebagai berikut: “Proses dimana perusahaan melakukan kegiatan
evaluasi dan penilaian terhadap prestasi kerja karyawan” (1999:23). Lebih lanjut
Cahyono menjelaskan bahwa prestasi kerja pegawai dapat dilihat dari:
15
a. Banyaknya Pekerjaanb. Kualitas Pekerjaanc. Kerjasamad. Inisiatif Kepercayaan Dirie. Kepribadianf. Penyesuaian Dirig. Kepemimpinanh. Pengetahuan Tentang Pekerjaani. Kehadiranj. Kesetian (1999 : 157)
Dengan demikian bahwa setiap instansi selalu menilai prestasi kerja dari
pegawainya yang mana nantinya akan menjadi bahan pertimbangan bagi instansi
yang terkait.
penilaian prestasi kerja membuat pegawai mengetahui tentang hasil kerja
dan tingkat produktifitasnya hal tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan
yang paling baik dalam menentukan pengambilan keputusan dalam hal promosi
jabatan. Selain itu pelaksanaan penilaian prestasi kerja sangat penting dilakukan
untuk membantu pihak manajemen di dalam mengambil keputusan mengenai
pemberian bonus, kenaikan upah, pemindahan maupun pemutusan hubungan kerja
karyawan. Adapun beberapa indikator penilaian prestasi keja menurut Hasibuan
(2003:95) :
a. KesetiaanKesetiaan dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membelaorganisasi di dalam maupun dilurapekerjaannya.
b. KejujuranPenilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhiperjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain sepertikepada para bawahannya.
c. KedisiplinanPenilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturanyang ada mengajukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikankepadanya.
d. Kreativitas
16
Kemampuan karyawan dan mengembangkan kreativitas untukmenyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna.
e. Kerja SamaKesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawanlain, sehingga hasil pekerjaan akan lebih baik.
f. KepemimpinanKemampuan untuk memimpin, mempengaruhi, mempunyai pribasi yangkuat, dihormati, beribawa dan dapat memotivasi orang lain ataubawahannya untuk bekerja secara efektif.
g. KepribadianSikap, perilaku, kesopanan, disukai, memberikan kesan yangmenyenangkan, memperhatikan sikap yang baik dan penampilan simpatikserta wajar dari karyawan tersebut.
h. PrakarsaKemampuan berfikir yang rasional dan berdasarkan inisiatif sendiri untukmenganalisa, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkesimpulan dan membuat keputusan. Penyelesaian masalah yangdihadapinya.
i. KecakapanKecakapan karyawan dalam menyatakan dan menjelaskan semua yangterlibat di dalam penyusunan kebijakan perusahaan.
j. Tanggung JawabKejadian karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya,pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang digunakannyaperilaku serta hasil kerja dari bawahannya.
Penilaian prestasi mempunyai banyak kegunaan di dalam suatu organisasi.
Menurut Handoko (1995:135) terdapat sepuluh manfaat yang dapat dipetik dari
penilaian prestasi kerja tersebut sebagai berikut:
a) Perbaikan Prestasi Kerja.Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dandepartemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demiperbaikan prestasi kerja.
b) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalammenentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasilainnya.
c) Keputusan-keputusan penempatan.Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masalalu atau antisipasinya.Promosi sering merupakan bentuk penghargaanprestasi kerja masa lalu.
17
d) Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan.Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhanlatihan.Demikian juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensiyang harus dikembangkan.
e) Perencanaan dan pengembangan karir.Umpan balik prestasi kerja seseorang karyawan dapat mengarahkankeputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harusditeliti.
f) Penyimpangan-penyimpangan proses staffing.Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan ataukelemahan prosedur staffing departemen personalia.
g) Ketidakakuratan informasional.Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan dalaminformasi analisis jabatan, rencana sdm, atau komponen-komponen sisteminformasi manajemen personalia lainya.Menggantungkan diri padainformasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan keputusan-keputusanpersonalia yang diambil menjadi tidak tepat.
h) Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan.Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalamdesain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnose kesalahan-kesalahan tersebut.
i) Kesempatan kerja yang adil.Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusanpenempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
j) Tantangan-tantangan eksternal.Kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungankerja, seperti; keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah-masalahpribadi lainya.departemen personalia dimungkinkan untuk menawarkanbantuan kepada semua karyawan yang membutuhkan.
Penilaian prestasi kerja bermanfaat untuk perbaikan prestasi kerja,
penyesuaian kompensasi, keputusan penempatan, kebutuhan untuk latihan dan
pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier, penyimpangan proses
staffing, ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan
kerja yang adil, dan tantangan eksternal. Ada banyak metode untuk melakukan
penilaian prestasi kerja karyawan, namun tidak ada satupun metode yang dapat
diberlakukan secara umum. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan
sendiri-sendiri. Jadi kuncinya adalah mengenali keterbatasan metode yang
18
dipergunakan perusahaan dan mengolahnya sebisa mungkin. Kadang-kadang,
pendekatan baru yang lebih rumit terhadap penilaian prestasi kerja ternyata lebih
buruk dari yang lebih sederhana.
Menurut Bacal (2002:116), ada tiga pendekatan yang paling sering dipakai
dalam penilaian prestasi kerja karyawan:
1) Sistem Penilaian (rating system)
Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar karakteristik, bidang,
ataupun perilaku yang akan dinilai dan sebuah skala ataupun cara lain
untuk menunjukkan tingkat kinerja dari tiap halnya.
Perusahaan yang menggunakan sistem ini bertujuan untuk menciptakan
keseragaman dan konsistensi dalam proses penilaian prestasi kerja.
Kelemahan sistem ini adalah karena sangat mudahnya untuk dilakukan,
para manajerpun jadi mudah lupa mengapa mereka melakukannya dan
sistem inipundisingkirkannya.
2) Sistem Peringkat (ranking system)
Sistem peringkat memperbandingkan karyawan yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya, misalnya: total pendapatan ataupun kemampuan manajemen.
Sistem ini hampir selalu tidak tepat untuk digunakan, karena sistem ini
mempunyai efek samping yang lebih besar daripada keuntungannya.
Sistem ini memaksa karyawan untuk bersaing satu sama lain dalam
pengertian yang sebenarnya. Pada kejadian yang positif, para karyawan
19
akan menunjukkan kinerja yang lebih baik dan menghasilkan lebih banyak
prestasi untuk bisa mendapatkan peringkat yang lebih tinggi.
Sedangkan pada kejadian yang negatif, para karyawan akan berusaha
untuk membuat rekan sekerja (pesaing)-nya menghasilkan kinerja yang
lebih buruk dan mencapai prestasi yang lebih sedikit dibandingkan dirinya.
3) Sistem berdasarkan tujuan (object-based system)
Berbeda dengan kedua sistem diatas, penilaian prestasi berdasarkan tujuan
mengukur kinerja seseorang berdasarkan standar ataupun target yang
dirundingkan secara perorangan. Sasaran dan standar tersebut ditetapkan
secara perorangan agar memiliki fleksibilitas yang mencerminkan tingkat
perkembangan serta kemampuan setiap karyawan.
Jadi, ada tiga pendekatan yang paling sering dipakai dalam penilaian
prestasi kerja karyawan yakni sistem penilaian, sistem peringkat, dan sistem
berdasarkan tujuan.Dalam penelitian ini digunakan sistem berdasarkan tujuan.
Menurut Cahyono (1999:150) :“Ternyata terdapat peranan yang sangat
erat antara pendidikan dan pelatihan pegawai dengan prestasi kerja Pegawai yang
nantinya diharapkan dapat mengembangkan dirinya untuk mencapai prestasi kerja
yang lebih tinggi lagi sesuai dengan yang diinginkan dengan perusahaan.” dari
segi-segi kekuatan serta kelemahan seseorang pegawai agar manajemen dan
pegawai yang bersangkutan dapat secara tepat mengarahkan upaya-upayanya
terhadap pembinaan yang akan meningkatkan prestasi pegawai dan memperbesar
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang lebih lanjut.
20
Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Teknis Terhadap Prestasi KerjaPegawai Pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan dan
pelatihan teknis terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja kota Tanjungpinang, penelitian ini mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel X (Pendidikan dan Pelatihan Teknis) serta variabel Y (Prestasi Kerja).
Penelitian ini berlandaskan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Data
hasil penelitian yang diperoleh dari responden, yaitu 36 orang pegawai yang
dijadikan sampel pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang.
Kemudian data di tampilkan dalam tabulasi data dan selanjutnya data diolah
dengan menggunakan statistik untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan
antara kedua variabel dengan rumus Koefisien Korelasi Product Moment. Rumus
tersebut juga untuk mengetahui apakah hasil hipotesa yang dibuat diterima atau
ditolah. Sebagaimana Korelasi Product Moment untuk penghitungan data atau
penglolahan data kuantitatif agar dapat digeneralisasikan pada populasi,
Adapun hasil dari pengolahan data diketahui bahwa nilai koofisien korelasi
yang didapat menunjukkan seberapa besar keeratan antara variabel pendidikan
dan pelatihan kerja terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini membuktikan adanya
kategori tingkat pengaruh yang lemah berdasarkan nilai koefisien korelasi.
Berdasarkan data dari table r product moment disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel pendidikan dan pelatihan teknis terhadap
prestasi kerja pegawai.
Berdasarkan hasil olah pembuktian koefisien determinasi terbukti bahwa
pemberian pelatihan dan bimbingan teknis mempunyai pengaruh yang sangat
21
kecil terhadap prestasi kerja pegawai yang mana dapat diketahui dari nilai
koofisien penentu yaitu sebesar 6,76% yang mana nilai ini mengartikan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan teknis
terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang. Adapun 93,24% yang mempengaruhi prestasi kerja pegawai
tersebut merupakan variabel lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
selanjutnya kesimpulan yang dapat diberikan atau dirumuskan adalah pendidikan
dan pelatihan teknis yang diberikan kepada pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Tanjungpinang belum dapat dikatakan baik ini dapat dilihat
dari hasil reskapitulasi per dimensi yang mana pada dimensi tahap evaluasi
berdasarkan kuesioner yang di sebar masih berlum berjalan dengan baik. berikut
hasil analisa dari bab sebelumnya :
1. Tahap penilaian pada variabel pendidikan dan pelatihan teknis
berjalan dengan cukup baik hal ini seharusnya juga harus dapat
menjadi perhatian bagi pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan
Pelatihan Teknis agar dapat mempergunakan pendidikan dan pelatihan
teknis sebagai penunjang untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan materi dan tujuan yang di harapkan dari pendidikan dan
pelatihan tersebut.
22
2. Tahap pelaksanaan dalam pendidikan dan pelatihan teknis pada Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tanjungpinang berjalan cukup
baik hal ini sebaiknya harus menjadi perhatian bagi instansi terkait
untuk dapat lebih memperhatikan tahap pelaksanaan dalam pendidikan
dan pelatihan teknis yang diberikan kepada pegawai, hal ini
dikarenakan pendidikan yang diberikan merupakan salah satu
penunjang pekerjaan untuk memperdalam ilmu dalam memiliki
pengetahuan dalam melaksanakan tugasnya. Tahap penilaian dalam
pendidikan dan pelatihan teknis merupakan tahap dimana dapat
dilihat ilmu serta pengetahuan yang didapat dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan teknis yang diberikan kepada pegawai pada
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tanjungpinang dapat di
terapkan dalam pelaksanaan kerja yang nantinya dapat menunjang
prestasi kerja pegawai tersebut, namun dalam pelaksanaannya dapat
dinilai berdasarkan jawaban responden yang mana pendidikan dan
pelatihan teknis dalam tahap penilaiannya berjalan cukup baik hal ini
harus ditingkatkan agar dapat memberikan kontribusi dalam bekerja
dan meningkatkan prestasi kerja pegawai.
3. Tahap evaluasi, pada tahap evaluasi ini sebagaimana yang telah
direkapitulasi dapat di ketahui dari jawaban responden tahwa tahap
evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan teknis berjalan tidak baik.
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis merupakan salah satu
cara pemerintah untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian
23
pegawai dalam pelaksanaan pekerjaan, maka dari itu diharapkan tahap
evaluasi yang dilihat dari indikator penyusunan kriteria evaluasi,
tujuan evaluasi, serta metode yang digunakan haruslah diperhatikan
untuk perkembangan kemampuan pegawai serta pengetahuan agar
nantinya dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai dalam
pelaksanan kerja.
4. Kualitas kerja pegawai dari hasil analisa jawaban responden
ditemukan bahwa pegawai sudah mengerjakan pekerjaannya dengan
baik, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan sudah dapat dikerjakan
dengan tepat waktu, kemudian ketelitian pegawai dalam pelaksanaan
pekerjaan yang sealama ini dilakukan juga sudah cukup baik.
keterampilan pegawai secara kualitas juga sudah cukup baik yang
mana dapat dilihat dari penguasaan pegawai dalam menggunakan
peralatan kerja dan terampil saat melaksanakan pekerjaannya.
5. Secara kuantitas kerja pelaksanaan pekerjaan pegawai baik, sebagian
besar responden mengatakan kuantitas kerja untuk melihat prestasi
kerja pegawai sudah dilihat baik dari indikator bahwa pegawai selama
ini dalam melaksanakan pekerjaannya sudah sesuai dengan standar
kerja. Kemudian pegawai dalam melaksanakan pekerjaan rutin juga
sudah baik. hal ini dikarenakan pekerjaan rutin adalah pekerjaan yang
selalu dihadapi oleh pegawai sehingga secara kuantitas pekerjaan ini
sudah mencapai hasil yang baik.
24
6. Korelasi antara pendidikan dan pelatihan teknis terhadap prestasi kerja
pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Tanjungpinang berdasarkan hasil perhitungan Product Moment yaitu
sebesar 0,26 yang dapat diartikan dengan interpretasi koofisien
korelasi adalah tidak ada pengaruh yang kuat antara pendidikan dan
pelatihan teknis terhadap prestasi kerja pegawai. Sedangkan hasil dari
koefisien determinasi yaitu sebesar 6,76 % yang berarti 5%-16%
menunjukkan rendahnya pengaruh antara variabel pendidikan dan
pelatihan teknis terhadap prestasi kerja pegawai.
SARAN
Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa
saran dalam kaitannya dengan pengaruh pendidikan dan pelatihan teknis terhadap
prestasi kerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Tanjungpinang, antara lain sebagai berikut :
1. Dalam tahap penilaian, pelaksanaan pelatihan diharapkaan lebih
memperhatikan seberapa besar kebutuhan pelatihan dapat menunjang
pekerjaan sehingga nantinya dapat berguna untuk pegawai dalam
melaksanakan tugasnya dan juga dalam pelatihan hendaknya
disesuaikan antara pekerjaan dengan materi yang diberikan yang
nantinya memberikan dampak yang baik untuk pelaksanaan kerja
pegawai.
2. Pada tahap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis untuk dapat
diperhatikan lagi yaitu dari segi peserta program yang ditunjuk untuk
25
mengikuti pelatihan seharusnya sesuai dengan pelatihan yang
diberikan, begitu juga dengan instruktur pelatihan dan media yang
digunakan hendaknya dapat disesuaikan dengan pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan dengan metode pembelajaran yang baik
serta tempat pelaksanaan pelatihan yang sesuai agar ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Tahap evaluasi dalam hal ini harus diperhatikan yang mana
diharapkan kepada pegawai dalam mengikuti pendidikan dan
pelatihan teknis sebaiknya pegawai harus mengetahui apa yang
disampaikan agar pengetahuan dan keterampilan kerja dapat
meningkat sesuai dengan bidang kerja yang dimiliki.
4. Dimensi kualitas kerja dalam prestasi kerja pegawai harus
diperhatikan juga agar mencapai tingkat yang baik yang mana
ketelitian serta keterampilan harus ditingkatkan agar nantinya
memberikan dampak yang baik dalam peningkatan prestasi kerja
pegawai.
5. Pendidikan dan pelatihan teknis sebaiknya diberikan kepada pegawai
seharusnya lebih memperhatikan kesiapan pegawai dalam mengikuti
pelatihan tersebut selain itu juga pelatihan teknis hendaknya dapat
mengupayakan sarana yang dapat memberikan kenyamanan bagi
peserta pelatihan agar nantinya dapat memberikan dampak terhadap
prestasi kerja pegawai. Pendidikan dan pelatihan teknis sebaiknya
dapat disadari oleh pegawai sehingga dapat memberikan kontribusi
26
dalam pemberian ilmu dan pengetahuan pegawai dalam pelaksanaan
kerjanya yang nantinya dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai
sehingga pegawai dapat berprestasi dalam pelaksanaan kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Admidiwiryo, Soebagio, 2002, Manajemen Penelitian, PT Ardadizya Jaya,Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Bacal, Robert. 2002. Performance Management. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Cahyono, Tri Bambang, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, IPWI, Jakarta
Gitosudarmo, Indriyo & Agus Mulyono. 2001. Manajemen Edisi 3. Yogyakarta:BPFE.
Hardiati, Sri, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Lembaga AdministrasiNegara RI, Jakarta.
Hardjito, Dydiet. 1997. Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, Malayu,SP, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia,Bumi Aksara ,Bandung.
---------------------------. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi AksaraJakarta
Husin, Umar, 1999. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:Gramedia Pustaka
John, Soeprianto.1984. Manajemen Personalia,Yogyakata : BPFE
Manulang, 2001,Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yokyakarta.
27
Mathis, Robert L & John H. Jackson ( Terjemahan Jimmy Sadeli dan BayuPrawira), 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, jilid 2, PenerbitSalemba, Jakarta
Moekijat , 2002, Dasar-Dasar Motivasi, Pionirjaya , Bandung.
------------.1990, Azas-Azas Prilaku Organisasi, Mandar Maju , Bandung
Ndraha, Taliziduhu, 1999, Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:Rineka Cipta.
Piet, A Sehartain,1990, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya : UsahaNasional.
Robbins, P. Stephen. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi(Alihbahasa: Jusuf Udaya). Jakarta: Arcan.
Sedarmayanti, 2000, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untukmenghadapi dinamika perubahan lingkungan; ditinjau dari beberapaaspek esensial dan aktual. Bandung: Mandar Maju.
Simanjuntak, Payaman, 1995, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta: Gunung Agung.
Soekidjo, Notoatmojo, 1997, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:Rineka Cipta
Steers, Richard M. (terjemahan: Magdalena), 1984, Efektivitas Organisasi.Jakarta: Erlangga.
Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung.
Supranto, J, 2001, Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid I. Erlangga , Jakarta
T Hani Handoko. 1995. Manajemen. Edisi Kedua. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Thoha, Miftah, 1998, Perspektif Perilaku Birokrasi. Jakarta: Rajawali Press.
Wahjoesumidjo,1984. Kepimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia
Winardi. 2000. Kepimpinan dan Manajemen. Jakarta : Rineka Cipta