Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENERAPAN METODE FUN LEARNING TERHADAP
MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII
SMP UNISMUH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURALFINA
105331103916
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nuralfina
NIM : 105331103916
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Metode fun Learning Terhadap
Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII SMP Unismuh
Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya
sendiri, bukan merupakan jiplakan atau dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 202
Yang Membuat Pernyataan,
Nuralfina
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nuralfina
NIM : 105331103916
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Metode fun Learning Terhadap
Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII SMP Unismuh
Makassar.
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat dalam penyusunan skripsi
saya).
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Perjanjian,
Nuralfina
Moto
“ Berangkatlah dengan penuh keyakinan, berjalanlah dengan penuh
keikhlasan,istiqomah dalam menghadapi cobaan, jadilah barang kuat
yang dihantam ombak dan kerjakanlah yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain”.
Persembahan
Kupersembahkan skripsi ini buat kedua orang tua dan keluargaku atas
kerja keras dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan
beberapa harapan menjadi kenyataan.
ABSTRAK
Nuralfina. 2020. “ Pengaruh Penerapan Metode Fun Learning Terhadap
Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII SMP Unismuh Makassar.” Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Sitti Aida Azis
dan Pembimbing II Besse Syukroni B.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan metode
fun learning terhadap pembelajaran menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP
Unismuh Makassar. Untuk menguji pengaruh penerapan metode fun leraning
terhadap menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar
dilakukan penelitian eksperimen dengan sampel 45 peserta didik. 21 peserta didik
kelas eksperimen dan 24 peserta didik kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar sebelum
diberikan perlakuan metode fun learning 72,95 dengan perolehan skor minimal 65
dan skor maksimal 95. Kemudian mengalami peningkatan setelah diberikan
perlakuan metode fun learning dengan perolehan skor minimal 75, skor maksimal
97dengan rata-rata nilai 83,38. Oleh karena itu pengaruh penerapan metode fun
learning terhadap menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar
dinyatakan ada pengaruh dalam pembelajaran di SMP Unismuh Makassar.
Disarankan bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya kelas VII SMP
Unismuh Makassar berusaha memperkaya metode pembelajaran menulis cerita
pendek dan selalu memberikan pelatihan kepada siswa dalam pembelajaran
menulis cerita pendek.
Kata kunci : Pengaruh, Metode Fun Learning, dan Menulis Cerita Pendek
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Allah Maha Penyayang dan Maha Pengasih, demikian kata untuk
mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid
atas anugrah pada titik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio
pada-Mu Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari berkah-Mu.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga kepada umatnya
yang senantiasa berpegang teguh terhadap ajaran sunnahnya hingga akhir zaman.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan akan tetapi,
kadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan,
bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendakhati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis
kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
tulus dan sedalam-dalamnya kepada orang tuaku yang tercinta Ayahanda Zaenal
dan Ibunda Kasmawati yang selalu memberikan dukungan baik secara moril
maupun material, doa restu, pengorbanan tulus dan ikhlas serta motivasi yang
sangat luar biasa yang selalu mengiringi langkah penulis dalam menjalani hidup
meniti masa depan yang cerah.
Penulis mendapatkan begitu banyak arahan, bimbingan serta bantuan dari
banyak pihak untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing I Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd, dan dosen pembimbing II Besse
Syukroni B, S.Pd.,M.Pd, yang telah meluangkan waktu guna memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Kepada Kepala Sekolah, Guru, Staf Sekolah SMP
Unismuh Makassar yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melaksanakan
penelitian.
Kepada teman-teman kelas B dan seluruh angakatan 2016 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi. Teman-teman seperjuangan Magang 1,2,3 dan P2K SMAN 9 Sidrap yang
telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi Sahabat serta teman-
teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
doanya.
Tak ada gading yang tak retak, itulah peribahasa yag tepat untuk
menggambarkan skripsi ini, yang penulis sadari masih banyak kekurangan. Untuk
itu, tegur sapa, ktritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan guna
perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap, agar skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca.
Makassar, September 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................
SURAT PERNYATAAN ...............................................................................
SURAT PERJANJIAN ..................................................................................
KARTU KONTROL BIMBINGANG SKRIPSI I ......................................
KARTU KONTROL PEMBIMBING SKRIPSI II .....................................
MOTO .............................................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR BAGAN ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 6
A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 6
1. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 6
2. Keterampilan Menulis .................................................................... 8
3. Hakikat Cerita Pendek.................................................................... 10
4. Fun Learning .................................................................................. 16
5. Penerapan Metode Fun Learning ................................................... 17
6. Langkah-langkah Pembelajaran Fun Learning .............................. 18
7. Dasar dan Tujuan Fun Learning .................................................... 23
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 25
C. Hipotesis ............................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29
A. Rancagan Penelitian ............................................................................. 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 30
C. Instrumen Penelitian............................................................................. 31
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 34
E. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 34
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 39
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 39
B. Pembahasan .......................................................................................... 49
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 52
A. Simpulan .............................................................................................. 52
B. Saran ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………… 58
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 82
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1. Populasi Penelitian .................................................................... 31
Tabel 3.2. Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Cerita Pendek ................ 32
Tabel 3.3. Aspek Penilaian Menulis Cerita Pendek ................................... 32
Tabel.3.4. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Cerita Pendek .... 34
Tabel 4.1. Perolehan Nilai Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek Kelas
Eksperimen ................................................................................ 40
Tabel 4.2. Perolehan Nilai Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek Kelas
Kontrol ...................................................................................... 41
Tabel 4.3. Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Pre Test Kelas
Eksperimen ................................................................................ 42
Tabel 4.4. Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Post Test Kelas
Eksperimen .............................................................................. 43
Tabel 4.5. Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen ............... 43
Tabel 4.6. Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Pre Test Kelas
Kontrol ...................................................................................... 44
Tabel 4.7. Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Pre Test Kelas
Kontrol ..................................................................................... 44
Tabel 4.8. Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol ...................... 45
Tabel 4.9. Data Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ........................................................................... 45
Tabel 4.10. Analisis Data Uji Normalitas .................................................... 46
Tabel 4.11. Analisis Data Uji Homogenitas ................................................. 48
Tabel 4.12. Analisis Independent Samples Test........................................... 49
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
Bagan 2.1. Bagan Kerangka Pikir ............................................................... 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Sudrajat, 2008).
Proses belajar mengajar di dalamnya terjadi interaksi antara peserta didik
dengan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang
sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik
adalah seseorang atau sekelompok yang berprofesi sebagai pengelola
kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Oleh
karena itu, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang merupakan inti aktivitas
pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang serius agar dapat melibatkan
siswa secara aktif dan dapat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, begitu
pula antara siswa atau multi interaksi.
Untuk dapat menciptakan multi interaksi dalam proses pembelajaran
sehingga berlangsung efektif, maka guru harus menguasai berbagai metode
pembelajaran. Guru juga harus memilih metode yang tepat sesuai dengan
2
materi pelajaran, tingkat kemampuan peserta didik, serta lingkungan dan
kondisi sekolah.
Penerapan metode pembelajaran yang tepat akan memberikan hasil yang
lebih baik. Oleh karena itu, sangat perlu diupayakan metode pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehubungan metode pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia maka ada
beberapa metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran. (Risnawati, 2010).
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah metode fun learning. Metode pembelajaran fun learning
dikembangkan oleh Bobby De Porter dengan memberikan sugesti positif.
Bobby De Porter menyatakan bahwa strategi pembelajaran menyenangkan
atau fun learning adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan
materi, memudahkan proses belajar yang mengakibatkan prestasi belajar
peserta didik mengalami perbaikan. (Darmansyah, 2011).
Fun learning yakni dua kata yang berbeda arti yang dipadukan. Fun
berarti kegembiraan atau kesenangan sedangkan learn berarti belajar atau
mempelajari. Sesuai dengan artinya metode fun learning adalah metode yang
dapat menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam proses
pembelajaran sebagai upaya perubahan tingkah laku individu. Suasana yang
dirasa hangat dan akrab tersebut kemudian memungkinkan terciptanya suatu
bentuk proses pembelajaran yang efektif dan partisipatif. (Tarigan,2008).
3
Berdasarkan observasi awal yang saya lakukan pada siswa kelas VII SMP
Unismuh Makassar, Saya menemukan bahwa kemampuan menulis cerita
pendek siswa masih kurang baik dan belum memenuhi standar. Oleh karena
itu, sebagai calon peneliti saya berdiskusi dengan guru mata pelajaran untuk
menemukan solusi agar kemampuan menulis cerita pendek siswa dapat
memenuhi standar. Salah satu penyebab siswa kurang mampu menulis cerita
pendek karena kurangnya pemahaman tentang unsur intrinsik cerita pendek.
Tugas utama guru adalah mengelola proses pembelajaran, sehingga terjadi
interaksi aktif antara guru dengan peserta didik, dan peserta didik dengan
peserta didik yang lain. Interaksi tersebut sudah tentu akan mengoptimalkan
pencapaian tujuan yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Dimyati dan Mudjiono yang mengatakan bahwa keaktifan siswa dapat
didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan kepada
siswa untuk aktif mencari, memproses, dan mengolah perolehan belajarnya.
(Erni, 2013).
Sebagaimana keterampilan berbahasa, aspek menulis tidak kalah
pentingnya dengan aspek menyimak, berbicara dan membaca. Menulis yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah menulis cerita pendek. Cerita pendek
adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran
panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya
cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau
setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 - 5.000 kata. Oleh karena itu, cerita
pendek sering diungkapkan sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali
4
duduk. (Kosasih, 2008). Unsur intrinsik cerpen yaitu tema, alur, latar,
penokohan, sudut pandang dan amanat. Tema adalah gagasan yang menjalin
struktur isi cerita menyangkut segala persoalan yaitu persoalan kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya. Alur merupakan
pola pengembangan cerita yang berbentuk oleh sebab akibat. Latar meliputi
latar waktu, tempat dan suasana. Penokohan adalah cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Sudut
pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Amanat
merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Dalam cerita penggunaan
bahasa berfungsi untuk menciptakan nada atau suasana persuasif dan
merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi
antar tokoh. (Kosasih,2008).
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Fun
Learning Terhadap Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas VII SMP
Unismuh Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini yaitu,
bagaimanakah pengaruh penerapan metode fun learning terhadap
menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar ?
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penerapan metode fun learning terhadap menulis cerita pendek siswa kelas
VII SMP Unismuh Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik manfaat
secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang adanya pengaruh
penerapan metode pembelajaran menyenangkan (fun learning)
terhadap menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh
Makassar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
baru dalam menentukan suatu model pembelajaran yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
b. Bagi sekolah agar hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
bagi peningkatan proses belajar mengajar di sekolah dan dapat
dijadikan sebagai perbandingan pembelajaran yang sebelumnya
digunakan untuk perbaikan pembelajaran.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan adalah suatu penelitian yang sebelumnya pernah
dibuat dan dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan dengan
judul atau topik yang diteliti. Hal ini berguna untuk menghindari terjadinya
pengulangan penelitian dengan pokok yang sama. Penelitian relevan dalam
penelitian ini juga bermakna sebagai referensi yang berhubungan dengan
penelitian yang akan dibahas. Penelitian ini mengenai pengaruh penerapan
metode fun learning terhadap menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP
Unismuh Makassar. Berdasarkan eksplorasi peneliti maka ditemukan
beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Syahrul 2015 dalam penelitiannya yang berjudul penerapan metode
fun learning untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil
observasi selama berlangsungnya penelitian dari siklus I dan siklus II
tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada sikap siswa terhadap bahan
pembelajaran Bahasa Indonesia perubahan tersebut merupakan data yang
diperoleh dari lembar observasi siswa pada setiap pertemuan yang dicatat
oleh peneliti. Kehadiran siswa pada siklus I masih kurang antusias dalam
mengikuti. Siklus II Kehadiran siswa semakin meningkat dan antusias
7
memperhatikan pelajaran, walaupun masih ada beberapa siswa yang
melakukan kegiatan lain pada saat menjelaskan .
Afritayani, Zulkifli, Hamizi, 2015 dalam penelitiannya yang
berjudul penerapan model fun learning untuk meningkatkan hasil belajar
IPA peserta didik kelas IA SD Negeri 76 Pekanbaru. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh antara metode fun learning dengan hasil belajar peserta
didik.
Nurfitriana, 2016 dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
penerapan metode fun learning terhadap minat belajar siswa kelas V di MI
Bahrul Ulum Pallangga Kabupaten Gowa. Tujuan penelitian yang
dilakukan oleh Nurfitriana ialah untuk mengetahui penerapan metode
pembelajaran fun learning, tujuan selanjutnya adalah mengetahui seberapa
besar peningkatan minat belajar siswa apabila menggunakan metode fun
learning dan tujuan ketiga dalam penelitiannya adalah untuk mengetahui
seberapa besar keterkaitan siswa terhadap mata pelajaran setelah
menggunakan metode fun learning. Adapun hasil dalam penelitiannya
adalah dilihat dari hasil analisis data kuantitatif, diketahui bahwa terjadi
peningkatan nilai rata-rata minat belajar peserta didik dari siklus I yakni
58,7 menjadi 73,91 pada siklus II.
Yuliasni 2019 dalam penelitiannya yang berjudul penerapan
metode fun learning dalam peningkatan kemampuan menulis narasi siswa
kelas VII SMP Negeri Liliriaja Kabupaten Soppeng. Tujuan penelitian
yang dilakukan oleh Yuliasni ialah untuk meningkatkan pemahaman
8
menulis narasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng
melalui penerapan metode fun learning. Berdasarkan data tersebut
dinyatakan hasil belajar menulis karangan narasi meningkat dari siklus I
ke siklus II. Peningkatan ini dapat dilihat dari keaktifan belajar siswa pada
siklus I 54,7% meningkat pada siklus II menjadi 76, 1%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut yang menjadi pembeda pada
penelitian yang akan peneliti laksanakan adalah difokuskan pada pengaruh
penerapan metode fun learning terhadap menulis cerita pendek siswa kelas
VII SMP Unismuh Makassar.
2. Keterampilan Menulis
a. Pengertian Menulis
Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis
berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf dan angka yang dibuat
(digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya).
Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena,
pensil, cat, yang melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat, dengan tulisan. (Munirah, 2018).
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.
(Rafi, 2016).
Menulis adalah keterampilan berkomunikasi secara tidak langsung
antara pembaca dengan penulis. Menulis pada dasarnya adalah sebuah
proses dimana produk yang dihasilkan seseorang produksi melalui
9
tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari tahap pemerolehan ide,
pengolahan ide hingga tahap memproduksi ide. (Abidin, 2012:181).
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.
(Tarigan, 2008:21).
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.
(Suparno dan Yunus, 2008:1.3).
b. Tujuan Menulis
Tujuan penulisan yang dikemukakan oleh Hugo Hartig ditulis oleh
Tarigan (2008:25) adalah:
1) Tujuan penugasan (Assignment Purpose). Tujuan penugasan ini
sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis
sesuatu karena ditugaskan bukan karena kemauan sendiri misalnya
para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris ditugaskan
untuk membuat laporan atau notulen rapat.
2) Tujuan altruistik (Altruistik purpose). Penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghargai perasaan dan
penalarannya, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai
perasaan, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altruistik adalah kunci
keterbacaan suatu tulisan.
10
3) Tujuan persuasif (persuasive purpose). Tulisan yang bertujuan
meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4) Tujuan penerapan (Information purpose). Tulisan yang bertujuan
memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca.
5) Tujuan pernyataan diri (Self-expressive purpose). Tulisan yang
bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada pembaca
melalui tulisannya agar pembaca dapat memahami sang penulis.
6) Tujuan kreatif (creative Purpose). Tujuan ini erat hubungannya
dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif di sini
melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan
mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan
ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose). Dalam
tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan pikiran dan gagasannya
sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
3. Hakikat Cerita Pendek
a. Pengertian Cerita Pendek
Cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fisiknya
berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang
relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis
dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar
500 - 5.000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering diungkapkan
sebagai cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. (Kosasih, 2008:53).
11
Cerpen adalah kisah yang diemban oleh pelaku tertentu dengan
peranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak
dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
(Kurniawanti, 2009 : 20).
Cerpen atau singkatan dari cerita pendek merupakan cerita yang berisi
gagasan, pikiran, pengalaman kepada pembacanya. Cerpen biasanya
ditulis secara bebas (prosa) dan merupakan karya rekaan (fiksi) dari
pengarangnya. (Paryati, 2008:263).
Cerpen adalah sebuah cerita selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-
kira berkisar setengah sampai dua. Nurgiyantoro (Agustara, 2013:19).
Cerita pendek merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat, padat,
dengan unsur cerita berpusat pada satu peristiwa pokok sehingga jumlah
dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan ceritanya
memberikan kesan tunggal. (Haslinda, 2018:50).
Suminto A. Sayuti dalam Wicaksono (2014:56) menyatakan cerita
pendek menunjukkan kualitas yang bersifat pemadatan (compression),
pemusatan (concentration), dan pendalaman (intensity) yang semuanya
berkaitan dengan panjangnya cerita dan kualitas struktural yang
disyaratkan oleh panjang cerita.
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
cerita pendek adalah sebuah karangan fiksi berbentuk prosa yang tidak
terlalu panjang, cerita pendek biasanya bercerita tentang pengalaman
seseorang atau berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang. Seorang
12
penulis akan menceritakan sebuah gambaran atau peristiwa yang seolah-
olah terjadi seperti kejadian yang benar-benar terjadi, yang mampu
membuat pembacanya masuk ke dalam cerita tersebut.
b. Unsur Intrinsik Cerita Pendek
Menurut Nurgiyantoro (2007:23) Unsur intrinsik merupakan unsur-
unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik dalam hal
ini dikutip dari buku (Kosasih, 2008: 55-64).
1) Tema
Tema adalah gagasan utama atau pokok pikiran. Tema suatu karya
sastra imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap
pembaca yang cermat sebagai akibat membaca karya tersebut.
(Tarigan, 2008:166).
Tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita.
(Nurgiyantoro, 2007:67).
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita hingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. (Aminuddin, 2004:91).
2) Alur
Alur dalam cerpen atau karya sastra fiksi pada umumnya adalah
rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan peristiwa sehingga
menjalani suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita.
(Aminuddin, 2004:83).
13
Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun, tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang
satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa lain.
Unsur-unsur alur terbagi atas lima Bagan, iaitu pengarang mulai
melukiskan suatu keadaan atau situasi (situation), peristiwa yang
bersangkut paut, yang berkaitan mulai bergerak (generating
circumstances), keadaan mulai memuncak (riding action), peristiwa-
peristiwa mencapai klimaks (climax), dan pengarang memberikan
pemecatan sosial dari semua peristiwa (denouement). (Tarian,
2008:156).
Jalannya peristiwa yang membentuk sebuah cerita terjadi dalam
sebuah struktur atau uruta waktu. Dalam mengurutkan susunan
tersebut dikenal tiga jenis alur, yakni alur maju (kronologis) yaitu alur
yang apabila pengarang dalam mengurutkan peristiwa itu
menggunakan urutan waktu maju dan lurus. Alur mundur (flashback )
yaitu apabila pengarang mengurutkan peristiwa itu tidak dimulai dari
peristiwa awal, melainkan mungkin dari perisiwa tengah dan akhir.
Alur campuran atau gabungan yaitu apabila cerita berjalan secara
kronologis namun sering terdapat adegan sorot balik. (Nurgiyantoro,
2007: 154-156).
14
3) Latar atau Setting
Latar atau setting adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa yang diceritakannya. (Nurgiyantoro, 2007:216).
Setting adalah latar peristiwa dalam karya musik, baik berupa
tempat, waktu maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan
fungsi psikologis. (Aminuddin, 2004:67).
Latar atau setting adalah tempat, hubungan waktu, atau peristiwa
yang terjadi di dalam sebuah karya fiksi. (Tarigan, 2008:164).
Unsur latar atau setting meliputi latar tempat, latar waktu, latar
suasana atau sosial. (Nurgiyantoro, 2007: 227).
4) Penokohan dan Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa dalam cerita fiksi itu menjalin suatu cerita.
(Aminuddin, 2004:79).
Tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. (Nurgiyantoro, 2007:
165).
Penokohan atau karakterisasi adalah proses yang dipergunakan
oleh seorang pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya.
(Tarigan, 2008:147).
15
5) Point of View atau Sudut Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat,
yang sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan
ceritanya. (Nurgiyantoro, 2007:248).
Selanjutnya disebutkan bahwa ada berbagai ragam yang terpenting
diantaranya adalah sudut pandang yang berpusat pada orang pertama
artinya persona yang bertindak sebagai juru bicara menceritakan
kisahnya dengan menggunakan kata “aku atau saya” dengan kata lain,
dia membatasi pada apa yang dapat diketahuinya dan yang ingin
dikemukakannya saja (Tarigan, 2008:248). Dalam sudut pandang “dia”
terbatas, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami,
dipikirkan, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada
seorang tokoh saja. (Nurgiyantoro, 2007:259).
6) Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Tidak
jauh berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat dalam cerpen akan
kusimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi
cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan
membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskannya
sampai tuntas. ( Kosasih, 2008:64).
16
4. Fun learning (Pembelajaran menyenangkan)
Fun learning yakni dua kata yang berbeda arti yang dipadukan. Fun
berarti kegembiraan, kesenangan, sedangkan learn berarti belajar,
mempelajari. Sesuai dengan artinya metode fun learning adalah metode
yang dapat menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam proses
pembelajaran sebagai upaya perubahan tingkah laku individu. Suasana
yang dirasa hangat, akrab tersebut kemudian memungkinkan terciptanya
suatu bentuk proses pembelajaran yang efektif dan partisipatif. (Tarigan,
2008).
Strategi pembelajaran menyenangkan (fun learning) adalah strategi
yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar
yang mengakibatkan prestasi belajar peserta didik mengalami perbaikan.
Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajaran yang didesain
sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan,
menyenangkan dan yang paling utama tidak membosankan. Dengan kata
lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya pola hubungan
yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
(Layyinah, 2017).
Ditinjau dari kegiatan peserta didik, pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membuat peserta didik
berani mencoba, berbuat, bertanya, dan berani mengemukakan pendapat.
Ditinjau dari kegiatan guru, pembelajaran yang menyenangkan adalah
17
pembelajaran yang menuntut guru agar dapat membuat suasana belajar
yang menyenangkan dalam arti peserta didik tidak takut salah dalam
mencoba atau bereksperimen, peserta didik tidak khawatir ditertawakan
kemampuannya, dan peserta didik tidak takut dianggap sepele. (Aqib,
2010:23).
Bobbi DePorter (dalam Darmansyah, 2011:45) menyatakan bahwa
strategi pembelajaran menyenangkan (fun learning) adalah strategi yang
digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses
belajar yang mengakibatkan prestasi belajar peserta didik mengalami
perbaikan.
5. Penerapan Metode Fun Learning
Penerapan metode fun learning pada suatu pembelajaran diharapkan
dilaksanakan dengan cara menyenangkan tanpa unsur paksaan, sehingga
proses belajar mengajar dilakukan bermain sambil belajar.
Menurut Lestari (2013:26) penyajian fun learning disesuaikan dengan
kemampuan daya nalar anak. Fun learning memiliki dua macam kegiatan
yaitu:
a. Permainan ketangkasan fisik dan mental
b. Permainan kecerdasan dan pengetahuan
Ada banyak cara untuk menciptakan fun learning atau suasana yang
menyenangkan. Tapi secara umum ada dua hal yang harus diperhatikan
yaitu:
18
1) Kegiatan belajar itu harus sesuai dengan perkembangan.
2) Fun learning hanya bisa diciptakan melalui beragam kreativitas,
baik dalam penelitian, tempat, penataan suasana hingga pemakaian
metode pembelajaran.
Dave Meirer (dalam Indrawati, 2009) memberikan pengertian
menyenangkan atau fun learning sebagai suasana belajar dalam keadaan
gembira. Suasana gembira disini bukan suasana ribut, hura-hura,
kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri suasana
belajar menyenangkan yang dimaksud yaitu (1) rileks, (2) bebas dari
tekanan, (3) aman, (4) menarik, (5) bangkitkan minat belajar, (7) perhatian
peserta didik tercurah, (8) lingkungan belajar yang menarik, (9)
bersemangat, (10) perasaan gembira dan, (11) konsentrasi tinggi.
6. Langkah - Langkah Pembelajaran Fun Learning
Adapun langkah-langkah metode fun learning yang di kemukakan oleh
Muhaemin (2011:23) adalah sebagai berikut:
a. Bermain
Belajar tidak selalu berurusan dengan hal-hal yang bersifat serius,
kemampuan bermain merupakan unsur penting dalam banyak hal dan
dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan .
b. Bercerita
Bercerita adalah sebuah cara untuk menyampaikan informasi atau
pengetahuan secara lisan.
19
c. Bernyanyi
Bernyanyi merupakan strategi yang paling gampang dalam proses
transformasi ilmu kepada murid.
d. Humor
Suasana yang menarik bisa menghilangkan kejenuhan yang sering
dialami oleh peserta didik.
e. Tebak-tebakan
Tebak-tebakan dapat melatih daya ingat dan konsentrasi peserta
didik selama pembelajaran.
Menurut De Porter (2003:19) Ada beberapa cara membangun suasana
belajar yang menyenangkan yaitu:
a. Membangun Kekuatan Niat
Pendidik harus memahami perasaan dan sikap siswa yang terlibat
dan berpengaruh penuh pada proses pembelajaran, sehingga pendidik bisa
mengajar sesuai dengan kondisi peserta didik, maka terjalin sebuah
hubungan emosional yang tinggi antara siswa dan pendidik juga mampu
menyingkirkan segala tekanan dan ancaman psikis dari suasana belajar.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh pendidik untuk mengenal emosi
siswa adalah:
1) Memberikan kebebasan anak untuk mengungkapkan suka cita dan
kegemaran meraka disaat belajar.
2) Menggunakan tulisan atau gambar untuk meluapkan emosi.
20
3) Membaca perasaan.
Dengan demikian, salah satu langkah dalam menerapkan fun learning
adalah dengan membangun kekuatan niat. Seorang guru harus mengerti
perasaan dan cara sikap peserta didiknya dalam mengikuti pembelajaran
dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan dirinya.
b. Jalinan Rasa Simpati dan Saling Pengertian
Siswa harus mampu menjalin sebuah hubungan berupa rasa simpati
dan saling pengertian dengan peserta didik, kerana dengan adanya
hubungan atau saling mengenal antara pendidik dan peserta didik akan
menciptakan suasana yang terbuka dan efektif. Cara untuk membangun
hubungan dengan murid yaitu:
1) Perlakuan murid sebagai manusia sederajat.
2) Ketahui lah apa yang disukai murid, cara fikir mereka dan perasaan
mereka mengenai halal yang terjadi dalam kehidupan mereka.
3) Bayangkan apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal
yang benar-benar mereka inginkan jika guru tidak tahu maka wajib
untuk menanyakannya.
4) Berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang
membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus.
5) Bersenang-senanglah dengan mereka.
21
c. Keriangan dan Ketakjuban
Rasa gembira dalam diri memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap perkembangan sikap mental seseorang untuk menerima sesuatu
diluar dirinya. Sehingga sangat dibutuhkan suasana yang menyenangkan
di ruang kelas ketika proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk bisa meraih
kegembiraan itu adalah afirmasi (penguatan atau penegasan), pengakuan,
dan perayaan.
d. Pengambilan Resiko
Saat memasukkan unsur risiko ke dalam situasi belajar anda
membangkitkan kesukaan berpetualang alami dari pelajar. Hal ini akan
membawa mereka melampaui batas mereka sebelumnya, dan menambah
dampak pengalaman mereka, sebagian menjadi pelajar yang baik dengan
menjadi pengambil resiko yang berani. Lebih dari yang mereka ketahui,
anak-anak kita menghabiskan waktu setiap harinya mengambil risiko.
Dengan demikian, pengambilan risiko yang dimasukkan dalam
pembelajaran akan membangkitkan rasa ingin tahu dan keberanian peserta
didik dalam menyelesaikan sebuah masalah sehingga dapat menambah
pengalaman belajar bagi peserta didik
e. Rasa Saling Memiliki
Rasa saling memiliki ini membuat para pemain merasa mereka
menambah nilai bagi timnya. Mereka merasa berdaya dan diterima apa
adanya. Jika seorang guru membangun rasa saling memiliki ini, dia juga
22
menyingkirkan ancaman, mengizinkan otak siswa untuk bersantai, emosi
merekam untuk terlibat, dan proses belajar untuk memuncak. Rasa saling
memiliki menciptakan rasa saling kebersamaan, kesatuan, kesepakatan,
dan dukungan dalam belajar. Rasa ini juga mempercepat proses mengajar
dan meningkatkan kepemilikan pelajar.
Dengan demikian, membangun rasa saling memiliki akan
mempercepat proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab
peserta didik.
f. Keteladanan
Keteladanan membangun hubungan memperbaiki kredibilitas dan
meningkatkan pengaruh. Adapun cara untuk itu adalah:
1) Teladankan komunikasi yang jelas.
2) Akui setiap usaha.
3) Senyum.
4) Gunakan energi untuk menciptakan lebih banyak energi.
5) Jadilah pendengar yang baik.
6) Ungkapkan pikiran mereka dengan kata-kata anda sendiri.
7) Keluarlah dari kebiasaan yang menyenangkan secara teratur dan
menyampaikan bahwa anda dan mereka bersama-sama melakukannya.
8) Nyatakan kembali situasi negatif untuk menemukan hal-hal positif.
Dengan demikian, membangun keteladanan sangat penting dilakukan oleh
seorang guru, karena guru akan selalu dipercaya dan ditiru.
23
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti akan menggunakan
langkah-langkah yang diungkapkan oleh Muhaemin dalam menyusun langkah
pembelajaran. Alasanya karena langkah-langkah yang dikemukakan oleh
Muhaemin sederhana dan dapat diterapkan di semua mata pelajaran, baik pada
kelas tinggi maupun kelas rendah.
7. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Fun Learning
Fun learning merupakan pembelajaran yang didesain sedemikian rupa
sehingga memberi Suasana penuh keceriaan, menyenangkan dan yang paling
utama tidak membosankan. Dengan kata lain, pembelajaran fun learning
adanya pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan menerapkan metode fun learning adalah menumbuhkan minat
belajar siswa. Jadi, anak mau melakukan kegiatan belajar karena keinginan
atau kemauannya sendiri, bukan karena dipaksa ataupun terpaksa. Adapun
tujuan khusus dan tujuan umum dalam pembelajaran fun learning yaitu :
1. Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan utama metode pembelajaran menyenangkan
adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan siswa secara
individu sehingga mampu menyelesaikan masalahnya. Adapun beberapa
tujuan metode fun learning adalah sebagai berikut:
24
a. Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan individunya
sehingga dapat mengatasi permasalahannya dengan terobosan solusi
alternatif.
b. Untuk membantu proses belajar mengajar sehingga pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara terbaik.
c. Untuk membantu menemukan, menguji, dan menyusun data yang
dibutuhkan dalam upaya pengembangan disiplin suatu ilmu.
d. Untuk memudahkan proses pembelajaran dengan hasil yang baik
sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.
e. Untuk menghantarkan sebuah pembelajaran ke arah yang ideal dengan
tepat, cepat, dan sesuai dengan yang diharapkan.
f. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dalam suasana menyenangkan
dan penuh motivasi sehingga materi pembelajaran lebih mudah
dimengerti oleh siswa.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari pembelajaran fun learning adalah menciptakan suasana
menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi dalam belajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menciptakan suasana gembira atau menyenangkan dalam proses
belajar mengajar, hal ini berdampak bagi peserta didik untuk lebih siap
dan lebih mudah belajar, bahkan dapat mengubah sikap negatif.
Menghilangkan suasana membosankan memperkenalkan ketakjuban dan
kegembiraan belajar merupakan hal yang harus dilakukan dengan cara
25
penguatan atau penegasan prestasi siswa, mengakuinya dan kemudian
merayakannya. Membangun rasa saling memiliki akan mempercepat
proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik.
(Nurfitriana, 2016).
B. Kerangka Pikir
Sebagaimana aspek keterampilan berbahasa, aspek keterampilan menulis
tidak kalah pentingnya dengan aspek keterampilan menyimak, berbicara, dan
membaca. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang keterampilan
menulis khususnya pada pembelajaran menulis cerita pendek, yang menjadi
fokus dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik cerita pendek seperti tema,
alur, latar, penokohan, sudut pandang dan amanat. Pada dasarnya pengajaran
menulis cerita pendek bertujuan untuk melatih keterampilan menulis cerita
pendek peserta didik
Keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan
menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata dapat disusun
menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis
adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui
kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran
tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua kelas, kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kedua kelas tersebut di tes terlebih dahulu (pre test) untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik mengenai cerita pendek.
Selanjutnya diberi perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen berupa
26
pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan metode fun
learning, sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran tanpa menggunakan
metode fun learning. Setelah itu, peneliti memberikan tes akhir (post test)
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui hasil akhir
penerapan metode fun learning terhadap menulis cerita pendek.
Berikut diuraikan kerangka pikir yang melandasi penelitian ini. Kerangka
pikir penelitian dapat dilihat di bawah ini.
27
Bagan Kerangka Pikir
Keterampilan Menulis
Cerita Pendek
Unsur intrinsik
Pre test
Kelas kontrol Kelas eksperimen
Pembelajaran menulis cerpen tanpa
menggunakan metode fun learning
Pembelajaran menulis cerpen
dengan metode fun learning
Post test
Analisis Hasil Penelitian
Hasil
Ada Pengaruh Tidak Ada Pengaruh
28
C. Hipotesis Penelitian
Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan hipotesis statistik dengan
H0 : Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan metode fun learning
dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan metode fun learning
pada kelas VII SMP Unismuh Makassar.
H1 : Secara keseluruhan terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan metode fun learning dengan
siswa yang diajar tanpa menggunakan metode fun learning pada
kelas VII SMP Unismuh Makassar.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
true experimental design (eksperimen yang sebenarnya atau betul-betul).
Pemilihan eksperimen ini berdasarkan karena peneliti ingin mengetahui
secara pasti pengaruh penerapan metode fun learning terhadap menulis cerpen
siswa di dua kelompok sampel yang dijadikan penelitian. Penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.
Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
dengan metode posttest-only control group design. Dalam desain ini Sugiyono
(2017:76), menyatakan terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random. Kelompok yang diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.
Kelompok pertama yang diberi perlakuan metode fun learning disebut
kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.
Pengaruh adanya perlakuan (treatment) disimbolkan dengan (O2 : O4) dan
selanjutnya untuk melihat pengaruh perlakuan berdasarkan signifikansinya
adalah dengan analisis uji beda menggunakan statistik ttes. Jika terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. Untuk
30
lebih jelas tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
dapat dilihat gambar dibawah ini:
Keterangan:
R = Kelompok dipilih secara random
X = Perlakuan atau sesuatu yang diujikan
O2 = Hasil post test kelas eksperimen
O4 = Hasil post test kelas kontrol
(Sugiyono, 2017:76).
Dengan menggunakan metode fun learning diharapkan dapat membantu
meningkatkan menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
(Riduwan dan Akdon, 2010:237). Adapun rincian populasi dalam
penelitian ini sebagai berikut:
R X O2
R O4
31
Tabel 3.1.Populasi Penelitian
NO KELAS JUMLAH SISWA
1 VII.A 34
2 VII.B1 21
3 VII.B2 24
JUMLAH SISWA 79
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Unismuh
Makassar sebanyak 79 siswa.
2. Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan teknik simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel
dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan
strata tingkatan. (Riduwan dan Akdon, 2010). Berdasarkan populasi
sebanyak 79 peserta didik diperoleh 45 peserta didik untuk menjadi
sampel penelitian. 21 peserta didik sebagai sampel penelitian kelas
eksperimen dan 24 peserta didik sebagai sampel kelas kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes tertulis.
Tes tertulis digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes
tertulis tersebut berupa bacaan cerita pendek yang dibagikan oleh peneliti
kemudian peserta didik menentukan unsur intrinsik cerpen seperti tema,
alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Berikut aspek penilaian
32
menulis cerita pendek.
Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Cerpen
NO Aspek Penilaian Skor Maksimal
1 Menentukan tema dengan dengan tepat 4
2 Penentuan alur atau plot 4
3 Pendeskripsian latar 4
4 Penggambaran tokoh dan penokohan 4
5 Penentuan sudut pandang dalam cerita 4
6 Amanat 4
Skor Maksimal 24
Untuk menghitung kemampuan menulis cerita pendek dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Tingkat kemampuan = 𝑋
𝑁𝑆𝑋 100%
Keterangan :
X = Perolehan skor
NS = Jumlah skor maksimal.
Tabel 3.3 Aspek Penilaian Menulis Cerita Pendek
Aspek Kriteria Skor
Tema Menentukan tema dengan sangat tepat dan
sesuai dengan topik yang dibahas dalam cerpen
yang dijadikan sebagai tugas.
4
Menentukan tema dengan tepat dan sesuai
dengan topik yang dibahas dalam cerpen yang
dijadikan sebagai tugas.
3
33
Menentukan tema dengan kurang tepat dan
kurang sesuai dengan topik yang dibahas dalam
cerpen yang dijadikan sebagai tugas.
2
Tidak dapat menentukan tema dengan tepat dan
sesuai dengan topik yang dibahas dalam cerpen
yang dijadikan sebagai tugas.
1
Alur Sangat mampu menentukan alur cerpen 4
Mampu menentukan alur cerpen 3
Cukup mampu menentukan alur cerpen 2
Kurang mampu menentukan alur cerpen 1
Latar Penentuan tempat, waktu dan suasana yang
terjadi dalam cerita pendek sangat tepat
4
Penentuan tempat, waktu dan suasana yang
terjadi dalam cerita pendek tepat
3
Penentuan tempat, waktu dan suasana yang
terjadi dalam cerita pendek kurang tepat
2
Penentuan tempat, waktu dan suasana yang
terjadi dalam cerita pendek tidak tepat
1
Penokohan
Penggambaran watak tokoh dan kesesuaian
karakter tokoh dalam cerita sangat jelas
4
Penggambaran watak tokoh dan kesesuaian
karakter tokoh dalam cerita jelas
3
Penggambaran watak tokoh dan kesesuaian
karakter tokoh dalam cerita kurang jelas
2
Penggambaran watak tokoh dan kesesuaian
karakter tokoh dalam cerita tidak jelas
1
Sudut Pandang Sangat mampu menentukan sudut pandang
cerpen
4
Mampu menentukan sudut pandang cerpen 3
34
Cukup mampu menentukan sudut pandang
cerpen
2
Tidak mampu menentukan sudut pandang
cerpen
1
Amanat Penentuan amanat yang sangat sesuai dengan
tema cerpen
4
Penentuan amanat yang sangat sesuai dengan
tema cerpen
3
Penentuan amanat yang sangat sesuai dengan
tema cerpen
2
Penentuan amanat yang sangat sesuai dengan
tema cerpen
1
Tabel 3. 4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Cerita Pendek
No Nilai Kategori
1 85-100% Sangat baik
2 75-84% Baik
3 60-74% Cukup
4 50-59% Kurang
5 0-49% Sangat kurang
Nurgiyantoro (2001:399)
D. Variabel Penelitian
Arikunto (2002:104) variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi
objek penelitian.
1. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode fun learning (X).
35
2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan menulis
cerita pendek (Y).
E. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran mengenai variabel
dalam penelitian ini, maka peneliti memperjelas tentang definisi
operasional variabel sebagai berikut:
1. Fun Learning
Fun learning adalah metode pembelajaran yang menuntut seorang
guru dapat menciptakan suasana hangat dan menyenangkan dalam
pembelajaran karena dengan suasana yang hangat dan menyenangkan
apapun yang kita ajarkan akan mudah diterima dengan senang hati dan
ketika sesuatu itu mudah diterima maka peserta didik akan mudah
melakukan suatu perubahan. Pembelajaran yang menyenangkan akan
menghasilkan peserta didik yang riang penuh tanggung jawab dalam
mencapai tujuan belajar.
Adapun langkah-langkah metode fun learning adalah sebagai berikut:
a. Bermain
b. Bercerita
c. Bernyanyi
d. Humor
e. Tebak-tebakan.
2. Cerita Pendek (cerpen)
36
Cerita pendek merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang
singkat, padat, dengan unsur cerita berpusat pada satu peristiwa pokok
sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan
ceritanya memberikan kesan tunggal. Dalam hal ini siswa menulis cerita
pendek dengan memerhatikan unsur intrinsik cerpen yaitu tema, alur, latar,
penokohan, sudut pandang, dan amanat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes. Tes
yang dimaksud ialah menulis cerita pendek kemudian menentukan unsur
intrinsik seperti tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang dan amanat.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan berdasarkan langkah-langkah
berikut ini:
1. Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen adalah kelas atau kelompok yang diberi
perlakuan metode fun learning. Pengumpulan data dalam kelas
eksperimen terdiri atas dua bagian yaitu pengumpulan data pre test
dan pengumpulan data post test. Pre test merupakan tes awal yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa
sebelum diterapkan metode pembelajaran fun learning. Sedangkan
post test merupakan tes akhir yang dimaksudkan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh terhadap menulis cerpen setelah diterapkan
metode fun learning.
37
2. Kelas Kontrol
Kelas kontrol adalah kelas atau kelompok yang tidak diberi
perlakuan metode fun learning. Sama halnya dengan kelas
eksperimen pengumpulan data dalam kelas kontrol yang dilakukan
peneliti terdiri atas dua bagian yaitu pengumpulan data pre test dan
pengumpulan data post test. Akan tetapi, dalam pengumpulan data
kelas kontrol baik pada bagian pre test dan post test sama-sama tidak
diterapkan metode fun learning.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji deskripsi Statistik
Analisis ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik
distribusi responden penelitian dari data yang diperoleh berupa hasil
belajar pada masing-masing kelompok. Statistik yang digunakan berupa
rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi dan varians. Dengan
perhitungan persentase menggunakan program SPSS versi 24. Rumus
Arikunto (2013) yaitu.
Nilai =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t. Namun, sebelum dilakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas. Analisis statistik inferensial diuji menggunakan program
SPSS versi 24.
38
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov smirnov untuk
mengetahui apakah data yang mengikuti populasi berdistribusi normal.
Kriteria yang digunakan adalah data hasil belajar dikatakan mengikuti
populasi yang berdistribusi normal jika nilai f hitung < f tabel, artinya
apabila f hitung lebih kecil dari f tabel maka data dinyatakan berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas digunakan uji f sebagai berikut:
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
Riduwan, (2007:12)
Kriteria pengujian menurut Riduwan (2008:121) “ Jika f hitung ≤
f tabel, berarti data homogen dan jika f hitung ≥ f tabel, berarti data tidak
homogen.
c. Uji Hipotesis
hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan uji t
(t-test) .
H1 : Jika f hitung ≤ f tabel
H0 : Jika f hitung > f tabel
(Santoso:2018)
39
Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika f hitung< f tabel maka h1 diterima
Jika f hitung> f tabel maka h1 ditolak
H0 : Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan metode fun learning
dengan siswa yang diajar tanpa menggunakan metode fun
learning pada kelas VII SMP Unismuh Makassar.
H1 : Secara keseluruhan terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan metode fun learning dengan
siswa yang diajar tanpa menggunakan metode fun learning pada
kelas VII SMP Unismuh Makassar.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data kuantitatif dari hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VII B1
dan VIT B2 SMP Unismuh Makassar yang dilakukan secara terperinci.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya telah dijabarkan bahwa
penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experimental design, hasil
dari penelitian ini berupa angka atau data kuantitatif yang diperoleh untuk
mengetahui berpengaruh atau tidaknya penggunaan metode fun learning
terhadap menulis cerpen kelas VII B1 SMP Unismuh Makassar. Penelitian
yang dilakukan merupakan hasil kuantitatif yang dinyatakan dengan angka
dan diolah dengan teknik analisis data.
Pada kelas eksperimen, yaitu VII B1 proses pembelajaran
menggunakan metode fun learning, sedangkan pada kelas kontrol VII B2
tidak menggunakan metode fun learning. Pada pelaksanaan pembelajaran
peneliti bertindak sebagai pengajar. Pelaksanaan pre test dan post test diikuti
oleh sebagian besar siswa. Data hasil post test setelah mendapat perlakuan
yang berbeda dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi cerpen.
1. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data dalam penelitian ini meliputi data hasil tes menulis
cerita pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan pada kedua kelompok yaitu kelas eksperimen dengan
41
menggunakan perlakuan metode fun learning dan kelas kontrol tidak
menggunakan metode fun learning.
Bentuk tes yang diberikan yaitu tes menulis cerita pendek dengan
menentukan unsur intrinsik. Adapun hasil tes menulis cerpen pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Perolehan Nilai Belajar Menulis Cerpen Kelas Eksperimen
NO Kode Siswa Nilai Pretest Nilai Post-Test
1 01 70 83
2 02 83 95
3 03 79 83
4 04 75 91
5 05 70 91
6 06 70 75
7 07 66 75
8 08 70 79
9 09 70 75
10 10 70 75
11 011 95 97
12 012 66 75
13 013 66 91
14 014 65 76
15 015 79 85
16 016 70 85
17 017 70 85
42
18 018 83 95
19 019 70 75
20 020 75 91
21 021 70 75
Jumlah 1532 1751
Keterangan:
Tes hasil menulis cerita pendek dinyatakan tuntas apabila
memiliki skor hasil 75 sesuai dengan KKM mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas VII SMP Unismuh Makassar. Untuk memperoleh nilai
pada tabel 4.1 digunakan rumus sebagai berikut.
Nilai =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Tabel 4.2 Perolehan Nilai Belajar Menulis Cerpen Kelas Kontrol
NO Kode Siswa Nilai Pretest Nilai Post-Test
1 01 65 75
2 02 65 75
3 03 75 80
4 04 45 60
5 05 68 75
6 06 65 70
7 07 66 75
8 08 70 79
9 09 70 75
43
10 010 75 77
11 011 60 70
12 012 71 71
13 013 45 60
14 014 70 75
15 015 55 65
16 016 55 60
17 017 50 58
18 018 55 60
19 019 70 80
20 020 50 60
21 021 70 80
22 022 55 60
23 023 65 65
24 024 70 72
Jumlah 1505 1677
Keterangan:
Tes hasil menulis cerita pendek dinyatakan tuntas
apabila memiliki skor hasil 75 sesuai dengan KKM mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Unismuh Makassar.
Untuk memperoleh nilai pada tabel 4.1 digunakan rumus
44
sebagai berikut.
Nilai =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Tabel 4.3 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Pretest
Kelas Eksperimen
Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan
85-100%
75-84%
60-74%
50-59%
0-49
1
6
14
-
-
5%
28%
67%
-
-
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah 21 100%
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa terdapat 1 peserta didik
dalam kategori sangat baik dengan persentase 5%. 6 peserta didik dalam
kategori baik dengan persentase 28%, dan 14 peserta didik dalam kategori
cukup dengan persentase sebesar 67%.
Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan pembelajaran dengan menggunakan metode
fun learning hal tersebut dibuktikan melalui distribusi dan persentase skor
hasil belajar pre test dan post test kelas eksperimen.
45
Tabel 4.4 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Post Test Kelas
Eksperimen
Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan
85-100%
75-84%
60-74%
50-59%
0-49
10
11
-
-
-
48%
52%
-
-
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah 21 100%
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 10 peserta didik dalam
kategori sangat baik dengan persentase 48%. 11 peserta didik dalam
kategori baik dengan persentase 52 %.
Tabel 4.5 Ketuntasan Hasil Belajar atau Post test Kelas Eksperimen
Nilai
Belajar
Post
Test
KKM
Frekuensi Ketuntasan
Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak
tuntas
75
21
-
100%
-
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa seluruh
peserta didik kelas eksperimen dalam kategori tuntas dengan persentase
46
100%.
Tabel 4.6 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Pretest Kelas
Kontrol
Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan
85-100%
75-84%
60-74%
50-59%
0-49
-
2
14
6
2
8%
59%
25%
8%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah 24 100%
Pada tabel 4.6 diketahui bahwa terdapat 2 peserta didik dalam
kategori baik dengan presentase 8%. 14 peserta didik dalam kategori
cukup dengan persentase 59%. 6 peserta didik dalam kategori kurang
dengan persentase 25%, dan 2 peserta didik dalam kategori sangat kurang
dengan presentase 8%.
Tabel 4.7 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Post Test Kelas
Kontrol
Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan
85-100%
75-84%
60-74%
50-59%
0-49
-
11
12
1
-
46%
50%
4%
-
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Jumlah 24 100%
47
Pada tabel 4.7 diketahui bahwa terdapat 11 peserta didik dalam
kategori baik dengan persentase 46%. 12 peserta didik dalam kategori
cukup dengan persentase 50 %, dan 1 peserta didik dalam kategori sangat
kurang dengan presentase 4%.
Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar atau Post test Kelas Kontrol
Nilai
Belajar
Post Test
KKM
Frekuensi Ketuntasan
Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak
tuntas
75 11 13 46% 54%
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, menunjukkan bahwa 11 peserta
didik kelas kontrol dalam kategori tuntas dengan persentase 46%
sedangkan 14 peserta didik dalam kategori tidak tuntas dengan persentase
54%.
2. Analisis Data Statistik Deskriptif
Setelah dilakukan pengolahan data hasil pre test dan post test kelas
eksperimen dan kelas kontrol maka diperoleh statistik deskriptif yang
terdiri dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, simpangan
baku dan varians. Dibawah ini disajikan statistik deskriptif dan hasil
pretest (tes awal) dan data hasil post test (tes akhir) pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol menggunakan Software SPSS 24 For
windows.
48
Tabel 4.9 Data Statistik Deskriptif Pre test dan Post test
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
Pre-Test Eksperimen 21 65 95 72.95 7.297
Post-Test Eksperimen 21 75 97 83.38 7.990
Pre-Test Kontrol 24 45 75 62.71 9.196
Post-Test Kontrol 24 58 80 69.88 7.742
Valid N (listwise) 21
3. Analisis Statistika Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t. Namun, sebelum dilakukan
pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas
a. Uji Normalitas
Uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan
untuk menentukan apakah data yang diperoleh berdistribusi normal
atau tidak. Seluruh perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
bantuan program komputer yaitu statistical package for social
science (SPSS) versi 24 dengan uji kolmogorov smirnov. dikatakan
berdistribusi normal jika f hitung < f tabel, artinya apabila f hitung lebih
kecil dari f tabel maka data dinyatakan berdistribusi normal. Setelah
49
dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.10 Analisis Data Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statis
tic Df Sig.
Statis
tic Df Sig.
Hasil Belajar
Siswa
Pre-Test
Eksperimen
0,324 21 .000 .806 21 .001
Post-Test
Eksperimen
0,234 21 .004 .854 21 .005
Pre-Test Kontrol 0,223 24 .003 .896 24 .018
Post-Test
Kontrol
0,204 24 .011 .873 24 .006
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.10 dengan
menggunakan uji kolmogorov smirnov maka f hitung diperoleh nilai pre
test kelas eksperimen = 0,324 dan nilai post test kelas eksperimen =
0,234. Selanjutnya nilai pada pre test kelas kontrol = 0,223 dan
diperoleh nilai post test kelas kontrol = 0,204 sedangkan f tabel = 1,720
dengan kriteria jika nilai f hitung < f tabel, artinya apabila f hitung lebih
kecil dari f tabel maka data dinyatakan berdistribusi normal.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kedua data tersebut merupakan data yang berdistribusi normal karena
perolehan nilai f hitung baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
50
lebih kecil dari f tabel.
b. Uji Homogenitas
Berdasarkan uji normalitas distribusi data pre test dan post
test kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga analisis dilanjutkan
dengan menguji homogenitas. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji statistik inferensial test of homogeneity of
variance dengan menggunakan program SPSS 24 for windows dengan
kriteria jika kriteria jika nilai f hitung < f tabel maka data dinyatakan
homogen, namun jika f hitung > f tabel maka data dinyatakan tidak
homogen. Setelah dilakukan pengolahan data, tampilan output dapat
dilihat pada tabel berikut.
Table 4.11 Analisis Data Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Belajar
Siswa
Based on Mean .015 1 43 .902
Based on Median .038 1 43 .846
Based on Median and
with adjusted df
.038 1 42.782 .846
Based on trimmed
mean
.017 1 43 .898
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas variansi,
maka diperoleh nilai f hitung = 015 sedangkan f tabel = 1,720 dengan
kriteria jika nilai f hitung < f tabel, artinya apabila f hitung lebih kecil dari f
tabel maka data dinyatakan homogen.
51
Berdasarkan hasil uji homogenitas variansi pada tabel 4.11
tersebut, dinyatakan bahwa uji homogenitas variansi adalah sama
(homogen) karena f hitung < f tabel ( 015< 1,720).
c. Uji Hipotesis (t-test)
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
statistik inferensial (t-test) independent samples test dengan
menggunakan program SPSS 24 For Windows dengan kriteria
pengujian, hipotesis, hipotesis alternatif H1 diterima apabila nilai f
hitung < nilai f tabel. Sebaliknya, H1 ditolak apabila Jika fhitung > ftabel,
maka H1 ditolak.
Untuk menghitung t tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t
dengan taraf signifikan α = 0,05 dan d.b = N-1= 21-1=20 maka
diperoleh nilai t = 1,720.
Dengan kata lain, hipotesis diterima apabila nilai f hitung lebih kecil
dari f tabel pada taraf signifikan 0,05%. Hasil uji t-test dan tes menulis
cerita pendek menggunakan model pembelajaran fun learning pada
siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar dapat dilihat pada tabel
independent samples test.
Tabel 4.12 Analisis Independent Samples test
52
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai f hitung yang diperoleh adalah
0,15. Sedangkan, f tabel dengan taraf signifikan 0,05 adalah 1,720.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan statistik inferensial (t-test)
menggunakan independent sample test tersebut dinyatakan bahwa
hipotesis penelitian diterima karena nilai f hitung > nilai f tabel ( 0,15 >
1,720 ).
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah mengenai
bagaimanakah pengaruh penerapan metode fun learning terhadap
menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian adapun pengaruh penerapan metode fun
learning terhadap menulis cerita pendek siswa kelas VII SMP Unismuh
Makassar dapat dilihat dari perolehan data dalam penelitian ini berupa nilai
hasil belajar pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dalam hal ini, kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran fun learning
dan kelas kontrol tidak diterapkan metode fun learning. Sebelum diterapkan
53
metode fun learning terlebih dahulu peneliti memberikan pre test untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik mengenai cerita pendek. Dalam
proses pembelajaran sebelum diterapkan metode fun learning (pre test),
pengetahuan peserta didik mengenai cerita pendek masih kurang, juga belum
terampil dalam menulis cerita pendek karena pendidik hanya berkesan
memberikan penjelasan setelah itu memberikan tugas. Pembelajaran hanya
berpusat pada penjelasan semata sehingga peserta didik tidak dapat aktif dan
merasa bosan. Pada saat diberikan tes mengenai cerita pendek, kebanyakan
siswa belum mampu membedakan beberapa unsur intrinsik cerpen.
Kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek setelah diterapkan metode
fun learning (post test) pada kelas eksperimen, proses pembelajaran peserta
ddik mengalami peningkatan dan sudah cukup mampu mengerjakan tes yang
diberikan hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata- rata nilai sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan metode fun learning. Rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen sebelum diterapkan metode fun learning 72,95, dengan perolehan
skor minimal 65 dan skor maksimal 95, kemudian mengalami peningkatan
setelah diterapkan metode fun learning dengan perolehan nilai minimal 75,
nilai maksimal 97 dengan rata-rata nilai 83,38. Sedangkan pemerolehan nilai
pada kelas kontrol pre test dengan rata-rata nilai 62,71 dengan perolehan skor
minimal 45 dan skor maksimal 75, juga mengalami peningkatan pemerolehan
nilai pada saat post test dengan perolehan nilai minimal 58, nilai maksimal 80
serta rata-rata nilai 69,88. Jika dilihat dari nilai minimal, nilai maksimal, dan
rata-rata nilai baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka, kelas
54
eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol. hal ini dibuktikan melalui pemerolehan data statistik deskriptif
menggunakan program komputer SPSS 24 yang disajikan pada tabel 4.7.
Selanjutnya jika dilihat dari persentase ketuntasan belajar post test kelas
eksperimen dan kelas kontrol, maka seluruh peserta didik kelas eksperimen
dalam kategori tuntas dengan persentase 100% Berdasarkan tabel 4.5.
Sedangkan kelas kontrol Berdasarkan tabel 4.8, menunjukkan bahwa 11
peserta didik kelas kontrol dalam kategori tuntas dengan persentase 46%
sedangkan 14 peserta didik dalam kategori tidak tuntas dengan persentase
54%. Hal ini menunjukkan bahwa kelas yang diberikan perlakuan metode fun
learning memperoleh ketuntasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan fun learning.
Berdasarkan hasil uji statistik inferensial (t-test) independent samples test
dengan kriteria pengujian hipotesis yaitu hipotesis alternatif (H1) diterima
apabila nilai f hitung < nilai f tabel. Sebaliknya H1 ditolak apabila nilai f hitung >
nilai t tabel pada taraf signifikan 0,05%. Hasil uji t-test menulis cerita pendek
menggunakan metode fun learning siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar
menunjukkan bahwa nilai f hitung yang diperoleh adalah = 1,720. Maka hasil
uji statistik inferensial (t-test) independent samples test tersebut dinyatakan
bahwa hipotesis penelitian diterima karena nilai t hitung > nilai t tabel (0,05>
1,720).
55
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penerapan metode fun learning terhadap menulis cerita pendek
siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar. Kegiatan pembelajaran menulis
cerita pendek setelah diterapkan metode fun learning (post test) pada kelas
eksperimen proses pembelajaran peserta didik mengalami peningkatan dan
sudah cukup mampu mengerjakan tes yang diberikan hal ini dibuktikan
dengan peningkatan rata- rata nilai sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
metode fun learning. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen sebelum
diterapkan metode fun learning 72,95, dengan perolehan skor minimal 65 dan
skor maksimal 95, kemudian mengalami peningkatan setelah diterapkan
metode fun learning dengan perolehan nilai minimal 75, nilai maksimal 97
dengan rata-rata nilai 83,38. Sedangkan pemerolehan nilai pada kelas kontrol
pre test dengan rata-rata nilai 62,71 dengan perolehan skor minimal 45 dan
skor maksimal 75, juga mengalami peningkatan pemerolehan nilai pada saat
post test dengan perolehan nilai minimal 58, nilai maksimal 80 serta rata-rata
nilai 69,88. Jika dilihat dari nilai minimal, nilai maksimal, dan rata-rata nilai
baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka kelas eksperimen
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini
dibuktikan melalui pemerolehan data statistik deskriptif menggunakan
program komputer SPSS 24 yang disajikan pada tabel 4.7.
56
Selanjutnya jika dilihat dari tabel 4.5 persentase ketuntasan belajar post
test kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka seluruh peserta didik kelas
eksperimen dalam kategori tuntas dengan persentase 100%. Sedangkan kelas
kontrol berdasarkan tabel 4.8, menunjukkan bahwa 11 peserta didik kelas
kontrol dalam kategori tuntas dengan persentase 46% sedangkan 14 peserta
didik dalam kategori tidak tuntas dengan persentase 54%. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas yang diberikan perlakuan metode fun learning
memperoleh ketuntasan yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelas
kontrol yang tidak diberikan perlakuan fun learning.
Berdasarkan hasil uji statistik inferensial (t-test) independent samples test
dengan kriteria pengujian hipotesis yaitu hipotesis alternatif H1 diterima
apabila nilai f hitung < nilai f tabel. Sebaliknya H1 ditolak apabila nilai f hitung >
nilai f tabel pada taraf signifikan 0,05%. Dengan kata lain, hipotesis diterima
apabila nilai f hitung lebih kecil dari nilai f tabel sebaliknya H1 ditolak apabila
nilai f hitung lebih besar dari f tabel. Hasil uji t-test menulis cerita pendek
menggunakan metode fun learning siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar
menunjukkan bahwa nilai f hitung yang diperoleh adalah = 1,720. Maka hasil
uji statistik inferensial (t-test) independent samples test tersebut dinyatakan
bahwa hipotesis penelitian diterima karena nilai f hitung < nilai f tabel (0,05 >
1,720).
57
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Siswa perlu diperkaya dengan wawasan dan pengetahuan tentang metode
pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas.
2. Penerapan metode fun learning dapat menjadi salah satu metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek dan tidak
menutup kemungkinan model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran
lainnya.
3. Pendidik dapat menggunakan metode pembelajaran yang lain agar nilai
rata-rata siswa bisa memperoleh kategori sangat baik dalam pembelajaran
menulis cerita pendek.
58
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Pendidikan
Karakter Bandung: Refika Aditama.
Afriyani, dkk. 2015. Penerapan Model Fun Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IA SD Negeri 76 Pekanbaru. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. 1:1-10.
Agustara. 2013. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Melalui
Penerapan Media Human Interest Feature pada SIswa Kelas X MA Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk SD, SLB, TK. Yrama Widya:
Bandung.
Aminuddin, 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra Bandung: Sinar Baru
Algensindo Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan
Humor.Jakarta: Bumi Aksara.
Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Erni. 2013. Peningkatan Keterlibatan Siswa Secara Aktif Dalam Pembelajaran
IPA Menggunakan Metode Experimen Di Kelas IV.
Haslinda. 2018. Kajian dan Apresiasi Prosa Fiksi Teori dan Aplikasinya. LPP
Unismuh Makassar.
Indrawati. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk
Guru SD. PPPPTK IPA. Jakarta.
Kurniawanti, Ika. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan
Pengalaman Pribadi dengan Teknik Pengembangan Kerangka Karangan
Siswa Kelas XB MA NU 05 Gemuh-Kendal. Skripsi.Semarang. Universitas
Negeri Semarang.
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Nobel Edumedia.
59
Layyinah, L. 2017. Menciptakan Pembelajaran Fun Learning Based On Scientific
Approach Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Pada
Pembelajaran PAI. Tarbawi : Indonesian Journal of Islamic Education,
(https://doi.org/10.17509/t.v4i1.6987 diakses 12 Desember 2019).
Lestari. Budi.2013. Keefektifan Strategi Fun Learning dalam Pembelajaran
Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Godean
Sleman (skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.
Muhaemin. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode Fun Teaching Terhadap Hasil
Belajar Matematika.(skripsi). UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Munirah. 2018. Evaluasi Keterampilan Berbahasa Indonesia. CV.
Berkah Utami.
Nurfitriana, N. 2016. Pengaruh Penerapan Metode Fun Learning terhadap
Minat Belajar Ipa Bagi Siswa Kelas V di MI Bahrul Ulum Pallangga
Kabupaten Gowa (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar) .
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPPE.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Hanindita
Graha.
Paryati, Sudarman. 2008. Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rafi, A. 2016, Menulis Menurut Para Ahli. (http://ahmadrapi01.blogspot.com,
diakses 15 Desember).
Ridwan. 2007. Pengantar Statistik Untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Riduwan dan Akdon. 2010. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Bandung:Alfabeta.
Risnawati. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Arus Media
Santoso, L, V. 2018. Analisis Pengaruh Price, Overall Satisfaction dan Trusts
Terhadap Intention To Return Pada Online Store Lazada, (Online),
Vol.6. No.1,(https://laurenciaveronikasantoso.com , diakses 20 Desember
2019).
60
Sudrajat, Ahmad. 2008. Hakikat Pendidikan. (https://akhmad
sudrajat.wordpress.com, diakses 15 Desember 2019).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Suparno dan Mohamad Yunus.2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta
Universitas Terbuka.
Syahrul. Syamsiar. 2015. Pengaruh Penerapan Metode Fun Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 1
Tompobulu Kabupaten Gowa. Jurnal Konfiks 1: 63-70.
Tarigan. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa Bandung.
Uno H.B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Yogyakarta:Garudhawaca.
Yuliasni. 2019. Penerapan Metode Fun Learning dalam Peningkatan Menulis
Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri Liliriaja Kabupaten Soppeng.
61
L
A
M
P
I
R
A
n
62
Lampiran 1
DOKUMENTASI PROSES PENELITIAN
DI SMP UNISMUH MAKASSAR
63
64
65
Lampiran 2
HASIL BELAJAR SISWA KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL
1. Hasil pre test kelas eksperimen
66
67
1. Hasil post test kelas eksperimen
68
69
2. Hasil pre test kelas kontrol
70
3. Hasil post test kelas kontrol
71
Lampiran 3.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Unismuh Makassar Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran : 2020-2021
Materi :Teks Cerita Pendek Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran peserta didik dapat:
Mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek yang berjudul “Bangkit” yang dibaca
Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan
1. Pendidik mengucapkan salam, menyapa peserta didik, dan doa.
2. Peserta didik mengisi daftar hadir dan menginformasikan kondisi fisik peserta didik dengan berbagai
cara misalnya antara lain dengan mengisi daftar ceklist disertai emoticon pada WhatsApp Grup atau
dapat juga mengisi tautan Googleform yang dibagikan guru serta bisa melalui googleclassroom.
3. Peserta didik membaca cerita pendek yang berjudul “Bangkit” melalui dokumen yang telah di
bagikan pada WhatsApp Group atau https://umma.id/article/share/id/1005/396068
4. Peserta didik merespons pertanyaan-pertanyaan membangun konteks berkaitan dengan cerita pendek
a. Apakah sebelumnya kamu pernah membaca cerita pendek seperti di atas?
b. Apa yang dimaksud dengan cerita pendek?
c. Apa yang membedakan cerita pendek dengan cerita lainnya?
5. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar, tujuan dan garis besar kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Pertemuan
1
Pre test merupakan tes yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa
dalam menentukan unsur intrinsik sebelum kegiatan pengajaran diberikan.
1. Peserta didik menyimak dan memahami materi melalui dokumen yang telah di bagikan di
group WhatsApp Group atau https://umma.id/article/share/id/1005/396068
2. Peserta didik membaca cerita pendek yang berjudul “Bangkit”
3. Peserta didik membaca dan mengidentifikasi unsur intrinsik pada teks cerita pendek yang
dibagikan pendidik melalui WhatsApp Group atau
https://umma.id/article/share/id/1005/396068 dan melaporkannya melalui WhatsApp
Group, bagi yang tidak mempunyai perangkat gawai tugas dikerjakan di buku latihan dan
dikirimkan ke sekolah.
Penutup
1. Peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Peserta didik merefleksi kegiatan.
3. Peserta didik memperoleh informasi kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya.
4. Pendidik memberikan motivasi, pesan, dan menutup dengan doa.
72
Makassar, Agustus 2020
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Maria Ulviani, S.Pd., M.Pd. Nuralfina
Penilaian
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Melalui pengamatan:
1. Keaktifan peserta didik dalam
mengerjakan tugas.
2. Keaktifan peserta didik dalam
bertanya
Tes tertulis dengan bentuk
pilihan ganda
Soal dalam bentuk uraian
73
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Unismuh Makassar Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran : 2020-2021
Materi : Teks Cerita Pendek Alokasi Waktu : 1x
pertemuan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran peserta didik dapat:
Mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek yang berjudul “Menunggu Jumat Pagi” yang dibaca
Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan
6. Pendidik mengucapkan salam, menyapa peserta didik, dan berdoa.
7. Peserta didik mengisi daftar hadir dan menginformasikan kondisi fisik peserta didik dengan berbagai
cara misalnya antara lain dengan mengisi daftar ceklist disertai emoticon pada WhatsApp Grup atau
dapat juga mengisi tautan Googleform yang dibagikan guru serta bisa melalui aplikasi zoom
8. Peserta didik membaca cerita pendek yang berjudul “Menunggu Jumat Pagi” melalui dokumen yang
telah di bagikan pada WhatsApp Group atau https://umma.id/article/share/id/1005/396068
9. Peserta didik merespons pertanyaan-pertanyaan membangun konteks berkaitan dengan cerita pendek
d. Apakah sebelumnya kamu pernah membaca cerita pendek seperti di atas?
e. Apa yang dimaksud dengan cerita pendek?
f. Apa yang membedakan cerita pendek dengan cerita lainnya?
10. Pendidik menyampaikan kompetensi dasar, tujuan dan garis besar kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Inti
Pertemuan
2
posttest merupakan tes yang dimaksudkan untuk mengetahui ada pengaruh menulis cerpen
kemudian menentukan unsur intrinsik siswa sesudah diterapkan metode fun learning.
1. Peserta didik menyimak dan memahami video berisi materi yang telah dibagikan di zoom
2. Peserta didik membaca kembali cerita pendek yang telah dibagikan oleh pendidik melalui
WhatsApp Group atau https://umma.id/article/share/id/1005/396068
3. Peserta didik mengideintifikasi unsur intrinsik teks cerita pendek dan melaporkan tugasnya
melalui WhatsApp Group.
Penutup
5. Peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
6. Peserta didik merefleksi kegiatan.
7. Peserta didik memperoleh informasi kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya.
8. Pendidik memberikan motivasi, pesan, dan menutup dengan doa.
74
Makassar, Agustus 2020
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa Peneliti
Maria Ulviani, S.Pd., M.Pd. Nuralfina
Penilaian
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Melalui pengamatan:
1.Keaktifan peserta didik dalam mengerjakan
tugas
2.Keaktifan siswa dalam bertanya
Tes tertulis dalam bentuk
uraian
Soal dalam bentuk esai dan
unjuk kerja
75
Lampiran 4
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (PRE TEST)
3.1 Mengidentifikasi Unsur Intrinsik cerita pendek
Tujuan
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek yang
dibaca
Petunjuk Kerja
1. Masing-masing peserta didik membaca teks cerita
pedek.
2. Setiap peserta didik mengidentifikasi unsur intrinsik
cerita pendek.
Ikutilah instruksi berikut!
1. Bacalah dengan seksama teks cerita pendek di bawah ini!
BANGKIT
Cahaya bulan malam begitu terang, bintang pun berkelap kelip
memamerkan keindahannya. Aku berjalan menyusuri sebuah lorong nan sepi,
taka ada satu orang pun disana. Hatiku teras sepi dan gundah dengan segala
kekacauan yang terjadi hari ini. Sebuah hari dimana seharusnya kebahagiaan ku
dapati. Namun apa yang terjadi? Hal buruk justru menimpaku bertubi-tubi,
konflik dengan orang tua karena ketidak lulusanku, perayaan ulang tahun yang
terpaksa gagal, hadiah sepeda motor yang gagal kudapat, adik yang
menyebalkan dan sorak-sorai teman- teman yang merayakan kelulusannya.
Hari-hari yag keras, kisah cinta pahitku. Hingga indahnya mala mini
seakan tak mampu membuatku tersenyum lagi. Tetesan air mata mulai mengalir
di pipiku dan perlahan ku usap. Ya, sakit memang putus cinta. Rasanya
beberapa menit yang lalu kata-kata terakhirnya masih bisa kurasakan merobek-
robek hatiku. Ahh Sudah sana..pergilah jika itu yang kamu inginkan! Kamu
kira aku tidak bisa menemukan yang lebih baik darimu. Semoga kamu tak
menyesali keputusanmu yang telah menyia-nyiakan cinta suciku! Kutipan
pesan yang masuk ke ponselku. Beberapa telephone masuk pun sengaja kutolak
karena sudah begitu muaknya. Air mata terus mengalir di pipiku diikuti sakit
kepala yang mulai terasa. Seakan tak mampu bangkit, aku terus duduk
termenung di pinggir jalan.
“ Halo mba… lagi sedih banget nih kayaknya, bisa bagi uangnya dong,
ucap seorang pemuda yang sedang mabuk menghampiriku. Karena tak
meresponnya, pemuda itupun mengancamku dengan sebuah pisau lipat yang
dikeluarkan dari sebuah saku celana jeansnya. Tanpa berpikir panjang, kuambil
sebuah tas di sebelahku dan kuserahkan semua uang yang kumiliki.
“ Ambil semua ini da pergilah menjauh!”.
Kembali kususuri jalan hingga sampailah ke sebuah jembatan tua
dengan jurang tinggi dibawahnya. Kakiku mulai melangkah maju dan kuangkat
kaki kananku. Selangah lagi tubuhku akan jatuh kedalam jurang, semua
kekacauan dihatiku seakan menghilangkan rasa takutku terhadap ketinggian.
Namun, tiba-tiba seorang menarik bajuku. Ternyata pria tadilah yang
76
menarikku menjauh dar pinggir jembatan. “kenapa kamu lakukan ini, kenapa
kamu menolongku? Tanpa berkata apa-apa ia pergi meninggalkanku lalu
kukejar dia, setlah beberapa saat ia mulai berbicara. “aku sangat membenci
orang-orang lemah sepertimu. Maaf jika aku menarikmu “ucapannya sembari
tajam dan menjulurkan tangannya. Kaget bukan main ternyata sisa dua jari saja.
“Kaget ya, ini adalah bukti kerasnya kehidupan dijalan. Jariku yang lain
hilang dipotong preman karena persaingan”. Karena tak kusabut jabatan
tangannya, ia pun meletakkan kembali tangannya dan melanjutkan ceritanya.
“Maaf kuambil tasmu sudah tiga hari aku tak makan. Biasanya aku
makan dari sisa makanan di tong sampah. Namun, karena hujan deras kemarin,
semua makanan yang kuanggap layak sudah berbau membusuk”.
Memang jika dilihat dari tubuhnya, ia sangat kurus. Sembari menahan
aroma alkohol yang begitu menyengat dari mulutnya, ku berikan kembali tasku
padanya , “ambillah ini mungkin kau lebih membutuhkannya.”
Dari percakapan singkat denganya, hatiku mulai kembali kuat. Tak bisa
kubayangkan jika aku yang berada di posisinya. Ya meski hidupku selalu
kecukupan, namun tak pernah ada rasa syukur di hati. Pria yang selama ini
kuperjuankan ternyata Selma ini selalu membuatku kecewa pun seakan tak lagi
membebaniku. “pulangla masih banyak yang menanti kepulanganmu!”
ucapannya sembari beranjak menjauh dariku.
Malam semakin sunyi, ku susuri jalan ke arah rumah. Ketika sampai di
persimpangan jalan, ku dapati kekasihku berdiri dengan segemgam bunga di
tangannya. Tiga orang yang ku kenal juga ikut berdiri menantiku, ya kedua
orang tua dan adikku pun ikut mencariku. “maaf saying, aku telah banyak
mengecewakanmu dan salah menilaimu” pelukan erat mendarat dibadanku. Tak
kuasa menahan tangis haru, ku peluk balik kekasihku. Beberapa saat berlalu ia
kemudian menyerahkan bunga ditangannya dan sebuah buku kecil yang
ternyata diaryku.dibuku kecil itulah aku menuliskan keluh kesah dan rasa
banggaku pada sosok pria yang sedang menggenggam erat tanganku ini.
Dibalik sana keluargaku tersenyum melihatku kembali. Kami pun masuk ke
dalam mobil dan pergi ke mall untuk merayakan ulang tahunku. Ya eskipun
hadiah motor tetap tak kudapat karena aku gagal ujian.
2. Setelah membaca teks tersebut, tentukan unsur intrinsik cerita pendek
diantaranya:
a. Tema
b. Alur
c. Latar
d. Penokohan
e. Sudut pandang
f. Amanat
77
Penilaian
NO Aspek Penilaian Skor Maksimal
1 Menentukan tema dengan dengan tepat 4
2 Penentuan alur atau plot 4
3 Pendeskripsian latar 4
4 Penggambaran tokoh dan penokohan 4
5 Penentuan sudut pandang dalam cerita 4
6 Amanat 4
Skor Maksimal 24
Pedoman Penilaian
Tingkat kemampuan= 𝑋
𝑁𝑆 x 100%
78
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (POST TEST)
3.1 Mengidentifikasi Unsur Intrinsik cerita pendek
Tujuan
2. Mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek yang
dibaca
Petunjuk Kerja
3. Masing-masing peserta didik membaca teks cerita
pedek.
4. Setiap peserta didik mengidentifikasi unsur intrinsik
cerita pendek.
Ikutilah instruksi berikut!
3. Bacalah dengan seksama teks cerita pendek di bawah ini!
MenuNggu Jumat Pagi
Air mata medina menitik diatas telapak tangannya yang menengadah,
Hafalan doa dari mulutnya mengalir bersama gerimis yang turun disepertiga
malam. Sementara, dari balik celah-celah jendela kamar, angina merasuk dan
menggoyang-goyangkan cahaya lilin kecil yang menyaladisamping tempat dia
bersipuh. Melalui hebusan angin itu, dia seolah merasakan kekuatan Tuhan
mengaliri seluruh ruang-ruang jiwanya dan memberi ketenangan.Hampir
semalaman, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setiap kali matanya mau
terpejam selalu saja wajah lelaki itu membayang dan membuat dia gelisah.
Madina merasa tak sabar menanti hari esok. Sebab, pada pagi hari
sebelum panggilan shalat jumat jumat berkumandang dari masjid-masjid, laki-
laki yang dia cintai sudah berjanji akan datang membawa kabar. Dia berharap,
kabar baiklah yang tiba. Yaitu bahwa orang tua si lelaki merestui rencana
pernikahan mereka berdua. Dalam remang cahaya lilin, Madina melaksanakan
shalat tahajud di kamarnya. Listrik sedang mati karena sebab yang tidak begitu
jelas. Gerimis telah turun sejak sore dan seolah abadi dalam keteraturan yang
monoton. Madina menyuki keadaan semacam ini. Bahkan dia jadi makin giat
untuk shalat tahajjud. Lebih-lebih malam ini. Sebuah waktu panjang yang harus
ia lewati sebelum pagi tiba dan segalanya akan berubah begitu laki-laki itu
datang.
Namanya Rizal Ibnu Wathon, tapi orang-orang karib memanggilnya gus
ijal saja. Mereka sama-sama kuliah di jurusan pendidikan Agama Islam dan
keakraban diantara kedua orang itu telah terpupuk sejak kuliah semester
pertama. Gus Ijal sering membantu Madina dalam memahami materi-materi
kuliah dan mereka sering satu tim jika ada tugas yang sifatnya kelompok.
Gus Ijal pemuda yang cerdas dimata Madina. Terutama dalam urusan
fikih, Bahasa Arab dan kajian-kajian Islami. Tentu saja, hal tersebut tidak
mengherangkan. Sebab, Gus Ijal adalah putra seorang kiai dan dia pernah
mondok dipesantren di Jawa Timur. Jadi, soal keilmuan agama, Gus Ijal
termasuk yang sangat mumpuni dikelas perkuliahan. Madina tidak tahu apakah
Gus Ijal juga memiliki semacam kekaguman terhadap dirinya. Gus Ijal bukan
79
tipikal pemuda yang pandai menebar pesona. Dia agak pemalu jika bicara
dengan perempuan, meski tidak dalam taraf yang mengkhawatirkan. Oleh
karenanya, Madina merasa terkejut buka main ketika tiba-tiba Gus Ijal berkata
ingin menikahinya setelah wisudah sarjana.
Pada mulanya Medina tidak ragu mempertimbangkan apakah
hendak menerima ajakn Gus Ijal atau justru menolaknya. Namun, harus Madina
akui, semua gambaran mengenai suami ideal ada pada sosok Gus Ijal, lulusan
pesantren, berwawasan luas, dan jago urusan agama. Sebagai perempuan yang
sejak belia di didik dalam keluarga yang taat beragama, tentu sulit bagi Madina
menolak pesona Gus Ijal. Maka, setelah mempertimbangkannya matang-
matang, Madina pun memutuskan untuk menyetujui ajakan laki-laki itu.
Sayangnya, masalah justru mendera setelah Gus Ijal dan Madina sudah
sama-sama hendak menganal lebih dalam. Masalah dimulai lantaran keluarga
Gus IJal menentang habis-habisan hubungan mereka dengan dalih keluarga
Madina berbeda aliran dalam beragama Islam. Orang tua Gus Ijal berafilasi
dengan salah satu organisasi masyarakat (ormas)Islam terbesar di negeri ini.
Sedangkan, orang tua Madina bisa dibilang merupakan simpatisan sebuah
komunitas dakwah yang agak berbeda dengan ormas tersebut. Madina
memandang penolakan orang tua Gus Ijal tersebut tidak adil. Apa salahnya
berbeda dalam memahami agama? Bukanka yang terpenting, keluarga kami
masih sama-sama Islam? Demkian pertanyaan-pertanyaan tersebut terus
menggeluti pikiran Madina. Bagi Madina, Tuhan adalah kebenaran sejati dan
setiap orang memiliki jalur masing-masinguntuk menuju kepada-Nya, ibarat
mendaki gunung, ada banyak jalur yang bisa ditempuh. Tentu dia mengerti,
bukan perkara gampang menggapai puncak. Sebab, sesorang harus pintar
memili jalur agar tidak mudah tersesat dan musti menyiapkan perbekalan yang
sesuai supaya selamat sampai tujuan.
Madina melihat orang tuanya tidak sedang mengambil jalan yang sesat
atau tidak beres, sehingga pantas untuk ditolak oleh keluarga Gus Ijal. Memang
komunitas dakwah yang diikuti keluarganya memiliki metode yang berbeda
dalam menyampaikan ajaran islam. Misalnya sebulan sekali, sang bapak harus
bepergian ke suatu tempat bersama kouitas yang dia ikuti unttuk berdakwah
selama miimal tiga hari. Kadang, biasanya tergantung agenda keagamaan
dengan kominatas tersebut. Sebelum pergi berdakwah ke suatu daerah, sang
bapak akan memeberikan uang dengan jumlah yang sekiranya cukup untuk
kebutuhan Madina dan Ibunya selama ditinggalkan. Selain itu, sang bapak juga
harus membebaskan dirinya dari utang atau tagihan pembayaran apapu terlebih
dahulu. Kemudian selama pergi dia juga tidak boleh menghubungi keluarganya
sama sekali. Madina melihat kepergian bapak saat mengikuti agenda komitas
itu sebagai agenda mengolah jiwa. Semacam ikhtiar menjauhkan diri dari
kehidupan duniawi sebelum menuju keharibaan Tuhan yang abadi. Bila sang
bapak pergi, ibunya yang akan mengambil alih seluruh tanggung jawab.
Kadang jika perginya agak lama, beberapa teman komunitas akan berkunjung
ke rumah memberi kebar perihal bapak kepada Madina dan Ibunya. Mesti tak
jarang pula, mereka membantu dalam hal keuangan. Jika ibuya ikut sang bapak
berdakwah, Madina biasanya akan dititipakan kekerabat terdekat.
80
Madina ingat, sang bapak pernah berkata bahwa ketika seseorang keluar
dijalan Allah, maka Allah lah yang akan menjaga menjaga dia, keluarganya,
serta harta bendanya, sehingga dia tidak perlu cemas. Karenanya,sang bapak
tidak perlu berat hati jika harus meninggalkan istri dan anaknya untuk waktu
yag cukup lama. Tidak ada yang salah dengan cara beragama keluargaku, batin
Madina. Bapaknya tak pernah mengujat mereka yang berasala dari omas yang
sama dengan keluarga Gus Ijal, meskipun amaliah berbeda seperti tahlil dan
segala macamnya. Memang di satu sisi, sang bapak sebetulnya tidak begitu
kuat pijakan ilmu agamanya. Sebab dia cuman belajar menggunakan buku dan
bukan kitab dengan Arab gundul, seperti Gus Ijal. Itupun tidak banyak
referensi, hanya diterbitkan oleh petinggi komunitas sebagai rujukan. Pada titik
inilah kadang-kadang Madina merasa bapaknya tidak pantas untuk berdakwah.
Krena, semestinya, orang memperkuat pijakan dasar agamanya lebih dulu
sebelum terjun berdakwah ke tengah masyarakat, Demikian pikir
Madina.meskipun begitu dia tidak tega mematahkan semangat sang bapak yang
senantiasa meluap-luap tiap kali hendak mengikuti kegiatan rutin komunitas
tersebut.
Madina mengusap air mata dipipinya kemudian bangun dan melepas
mukena.jarum jam sudah menunjuk pukul tiga lebih seperempat. Itu berarti,
subh akan berlabuh sekitar satu jam lagi. Setelah melipat mukena, Madina
beranjak ke kasur. Tapi, bayangan Gus Ijal masih saja belum lingsir dari
pandangannya. Ketika Madina menatap kearah depan, dia melihat Gus Ijal.
Ketika Madina mengalihkan pandangan kesamping kanan dia juga melihat Gus
Ijal. Bahkan, Mdina pun melihat dia ketika memandang Galon, tumpukan
piring kotor,laptop, baju-baju, rak buku, sehingga cahaya api lilin yang
temaram. Pendek kata, Gus Ijal seolah polah hadir dimana-mana.
Madina ingat tiga hari yang lalu Gus Ijal menemuinya dan
menyampaikan soal sikap keberatan keluarganya. Kata Gus Ijal, salah seorang
pamannya pernah berhaluanke komunitas yang sama dengan orang tua Madina.
Sekarang si Paman kerap menantang tradisi amaliah yang dianut keluarga Gus
Ijal. Mengatakan bahwa tahlilan itu bid’ah dan ziarah kubur sama dengan
perbuatan syirik. Karena itu, boleh dibilang kalau keluarga Gus Ijal merasa
kecewa melihat perunahan si paman tersebut dan mereka menuding komuita
dakwah tempat orang tua Madina aktif berkegiatan sebagai biang keladinya.
Tidak emua yang berada dikomunitas itu jadi seperti pamanmu, sangkal
Madina.
“Aku belum pernah melihat dan mendengar bapak ibuku menghujat
tradisi-tradisi amaliah ormas yang diikuti keluargamu. Salain itu, kau pun tahu
sendiri, bahwa aku secara pribadi bahkan mengikuti beberapa tradisi amaliah
ormas yang kau ikuti. Aku ini islam dan bagiku semua golongan memeliki sisi
kebenarannya dalam beragama. Kau sendiri juga yakin seperti itu, bukan?”
Masalahnya, Gus Ijal tak kuasa memandang wajah Madina, kita mesti
terima kenyataan bahkan menikah bukan hanya mempersatukan dua orang,
tetapi juga mempersatukan keluarga. Mungkin bapak atau ibumu tidak begitu
ketat, tetapi bagaimana dengan anggota komunitas lainnya? Yang tak sealiran
dengan kami dalam beramaliah?
81
“Aku sudah meyakinkan bapak dan ibuku. Mereka bersedia
meneriamu”, kata Madina. “Jadi sekarang giliranmu membujuk orang tuamu
agar bersedia menerimaku.Yakinkan mereka bahwa bapak dan ibuku memang
ikut komunitas itu, tetapi mereka tidak suka menyalahkan atau bahkan
mengafirkan kelompok lain. Anggota komunitas itu banyak dan orangnya
beragam.”
“Tapi bapak dan ibu termasuk rukun dengan tetangga-tetanggaku yang
sebagian besar ikut dalam ormas, seperti keluargamu. Maka, kau mesti
membuat bapak ibumu yakin. Itu jika kau memang betul-betul ingin menikah
denganku.”
“Baiklah, beri aku waktu,”kata Gus ijal,”akan kutemui lagi orang
tuaku.”
“sampai kapan aku harus menunggu?”
“Jumat pagi, aku akan datang dengan membawa kabar. Aku janji”.
Demikianlah pembicaraan antara Gus Ijal dengan Madina. Kini, Madina
mesti bersiap menerima apapun kabar yang Gus Ijal bawa besok. Madina
berusaha memejamkan matanya yang masih sembap.
Sembari menanti jumat pagi tiba,dia memikirkan kenapa antara
golongan salin mempertikaikan kebenaran menurut mereka keberbagai lini
kehidupan, bukan malah meyaakini kebenaran itu dalam sunyi dan perlahan
mewujudkannya dalam cinta, rasa kasi saying kepada sesame, atau minimal
menyediakan ruang-ruang untuk melebur perbedaan.
4. Setelah membaca teks tersebut, tentukan unsur intrinsik cerita pendek
diantaranya:
a. Tema
b. Alur
c. Latar
d. Penokohan
e. Sudut pandang
f. Amanat
Penilaian
NO Aspek Penilaian Skor Maksimal
1 Menentukan tema dengan dengan tepat 4
2 Penentuan alur atau plot 4
3 Pendeskripsian latar 4
4 Penggambaran tokoh dan penokohan 4
5 Penentuan sudut pandang dalam cerita 4
6 Amanat 4
Skor Maksimal 24
Tingkat kemampuan= 𝑋
𝑁𝑆 x 100%
82
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VII B1 DAN VII B2
SMP UNISMUH MAKASSAR
NO. KELAS VII B2 (KONTROL) KELAS VII B1 (EKSPERIMEN)
1 AHMAD FATIR A. RADITYA GHIFARI
2 AIMAN NAUFAL ANDI MUHAMMAD MUADDIL
3 AMRILLAH FEBRIADI ASLAM KHAIRUL ANAM
4 ANDI ASHABUL FACHRI MUHAMMAD
5 ATHA RESKY RASIYD ZAINUDDIN FARID SYAWAL HABIBI
6 AZLAR FAIRUS PRATAMA ZAS FITRAH ALIF FIRMANSYAH
7 DZAKY ICHARY AHMAD HABIB ALI MUSLIH
8 FARHAN PRATAMA IHSANUL MUHAMMAD AT TABRANI
9 GIFARI MAULANA YUNIAR M RAIHAN DWI ANDIKA
10 HAEKAL CAESAR MALLARANGI MUH ALIF TEGUH WIRATAMA Y
11 HAFIDZ MEDUTAR DAHLAN MUH ARSY AL GHIFARI
12 HAYKAL AL-FARABY NURFAN MUH ATHAR RIZQULLAH HARRYS
13 M AGUNG PRASETIYO MUH FAYZUL HAQ M
14 MUH ADITYA FIRMANSYAH MUH FIKRA SHADIQ
15 MUH ALDO PRATAMA MUH IKRAM RAMADHAN
16 MUH AIKAT ABDUL FATIR MUH MUAYYAD NUZUL
17 MUH DIZAR ALGIFARY ADY MUH RAIYAN ASSYURAH L
18 MUH FARSYA FAIZAL MUHAMMAD AWWAL
19 MUH LUKMAN NURHAKIM MUH NUR AKRAM
20 MUH SULTAN RIZAL NUR RESKY BADARUDDIN
21 MUH SYUKRI RAYHANSYAH PUTRA
22 MUH THORIQ AL-FARABI
23 MUHAMMAD RAUSYANFIKR ARSAN
24 M RIFQI FADHILS
83
84
85
RIWAYAT HIDUP
NURALFINA, 2020. Lahir di Lemoa pada tanggal 26
Juli 1998. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara, merupakan buah kasih dari pasangan
Ayahanda Zaenal dan Ibunda Kasmawati. Penulis
memulai jenjang pendidikan formal di SD Inpres
Pattallikang pada tahun 2005 dan tamat pada tahun
2010 tepatnya di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa.
Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri 1 Manuju Kabupaten Gowa dan tamat
pada tahun 2013. Pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bontomarannu Kabupaten
Gowa dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada tahun yang sama penulis
mendaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.