Upload
vanxuyen
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT
KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG
DIHASILKANNYA
SISKA AMELIA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
i
PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT
KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG
DIHASILKANNYA
SISKA AMELIA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ii
RINGKASAN
SISKA AMELIA. Pengaruh Perendaman Panas dan Dingin Sabut Kelapa
Terhadap Kualitas Papan Partikel yang Dihasilkannya. Dibimbing oleh
SURDIDING RUHENDI.
Sabut kelapa merupakan bahan berlignoselulosa yang mengandung
hemiselulosa sebesar (8,50%), selulosa (21,07%), lignin (29,23%), pektin
(14,25%) dan air (26,0%) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan
partikel (Tyas 2000). Penelitian sebelumnya mengenai papan partikel dari sabut
kelapa yang menggunakan perekat likuida sabut kelapa dan plastik polipropilena,
menghasilkan sifat-sifat papan partikel yang belum memenuhi standar JIS A
5908-2003. Oleh sebab itu, penggunaan jenis perekat lain seperti UF, MF dan
MUF diharapkan dapat menghasilkan kualitas papan partikel yang memenuhi
standar. Perlakuan pendahuluan yang meliputi perendaman dingin selama 24 jam
dan perendaman panas selama 3 jam dimaksudkan untuk mengurangi kandungan
zat ekstraktif yang terdapat dalam sabut kelapa sehingga dapat meningkatkan
kualitas perekatan dalam pembuatan papan partikel. Adapun variasi kadar perekat
pada penelitian ini terdiri dari 12%, 15% dan 18%.
Papan partikel sabut kelapa ini dibuat dari partikel sabut kelapa dengan
ukuran (5±1) cm. Papan partikel yang dibuat berukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm
dengan kerapatan sasaran 0,7 g/cm3. Partikel sabut kelapa yang akan digunakan
dikeringkan hingga mencapai kadar air (4±1)%. Pencampuran perekat dengan
partikel sabut kelapa dilakukan secara manual. Partikel yang sudah diberi perekat
selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan yang berukuran 30 cm x 30 cm. Setelah
itu, lembaran papan dikempa panas dengan suhu suhu 160ºC pada tekanan 25
kg/cm2 selama 15 menit. Pengujian sifat fisis, mekanis serta emisi formaldehida
papan partikel sabut kelapa ini merujuk pada standar JIS A 5908-2003.
Sifat fisis yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air dan
pengembangan tebal. Nilai rata-rata kerapatan berkisar 0,50-0,69 g/cm3. Nilai
rata-rata kadar air berkisar 11% -12%. Nilai rata-rata daya serap air berkisar 20%-
110%. Sedangkan nilai rata-rata pengembangan tebal papan partikel sabut kelapa
berkisar 5%-44%. Nilai sifat fisis papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan
sebagian besar sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003, akan tetapi nilai daya
serap air dan pengembangan tebal papan partikel sebagian besar belum memenuhi
standar tersebut.
Sifat mekanis yang diuji meliputi MOE, MOR, IB dan kuat pegang sekrup.
Nilai rata-rata MOE berkisar 690-2320 N/mm2. Nilai rata-rata MOR berkisar 11
N/mm2-50 N/mm
2. Nilai rata-rata IB berkisar 0,03-0,62 N/mm
2. Sedangkan nilai
rata-rata kuat pegang sekrup papan partikel sabut kelapa berkisar 758 N-1566 N.
Nilai sifat mekanis papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan sebagian besar
sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003, akan tetapi nilai MOE papan partikel
sebagian besar belum memenuhi standar tersebut. Pengujian emisi formaldehida
yang dilakukan pada papan partikel sabut kelapa terbaik menghasilkan nilai emisi
formaldehida sebesar 33,4 ppm. Nilai emisi formaldehida yang dihasilkan tidak
memenuhi standar JIS A 5908-2003.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel yang mendapat
perlakuan rendaman dingin dengan jenis perekat melamin formaldehida pada
kadar 15% memiliki kualitas terbaik dengan nilai rata-rata kerapatan sebesar 0,6
iii
g/cm3, kadar air sebesar 11%, daya serap air sebesar 50%, pengembangan tebal
sebesar 8%, MOE sebesar 2320 N/mm2, nilai MOR sebesar 50 N/mm
2, IB sebesar
0,20 N/mm2 dan nilai kuat pegang sekrup sebesar 1331 N.
Kata kunci : Sabut kelapa, papan partikel, perlakuan pendahuluan, perekat.
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Perendaman Panas dan Dingin Sabut Kelapa Terhadap Kualitas Papan Partikel
yang Dihasilkannya adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2009
Siska Amelia
NRP E24104027
v
Judul Skripsi : Pengaruh Perendaman Panas dan Dingin Sabut Kelapa
Terhadap Kualitas Papan Partikel yang Dihasilkannya
Nama : Siska Amelia
NIM : E24104027
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc
NIP : 130 354 163
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
NIP : 131 578 788
Tanggal Lulus:
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh
Perendaman Panas dan Dingin Sabut Kelapa Terhadap Kualitas Papan
Partikel yang Dihasilkannya”. Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan
Agustus 2008 sampai November 2008 bertempat di Bagian Bio-Komposit, Bagian
Peningkatan Mutu Kayu, dan Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu
Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Surdiding Ruhendi, M.Sc atas bimbingan dan arahan yang
diberikan selama penelitian dan penyelesaian skripsi.
2. Ibunda tercinta, One, Uni, Kak Nonon dan seluruh keluarga yang telah
banyak memberikan semangat, kasih sayang, perhatian, dan doa kepada
penulis.
3. Ir. Emi Karminarsih, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si atas saran dan
masukan yang diberikan selaku penguji.
4. Beny Haryudi atas perhatian, kasih sayang, doa serta dukungannya kepada
penulis.
5. Seluruh staf dan laboran Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
6. Rekan-rekan sebimbingan (Fuadi dan Fath) serta teman-teman Laboratorium
Biokomposit atas bantuan dan semangatnya.
7. Teman-teman THH 41 dan semua pihak yang telah membantu yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2009
Penulis
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batusangkar, Sumatera Barat pada tanggal 19
November 1985 sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan Jamaris
(Alm) dan Zuniarti.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Padang Panjang dan
pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai anggota muda UKM KSR PMI Unit I IPB tahun
2004-2005 dan anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) tahun
2005-2006. Selain itu pada bulan Juli-Agustus 2007 penulis juga melakukan
Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Kamojang-Sancang dan
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis Jawa Barat, dan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PT. Injakayu Terpadu Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul Pengaruh Perendaman Panas dan Dingin Sabut Kelapa
Terhadap Kualitas Papan Partikel yang Dihasilkannya oleh Prof. Dr. Ir. Surdiding
Ruhendi, M.Sc.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 1
1.3 Hipotesis .................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabut Kelapa ............................................................................ 3
2.2 Potensi Sabut Kelapa ................................................................ 3
2.3 Papan Partikel Dari Sabut Kelapa ............................................. 4
2.4 Perlakuan Pendahuluan ............................................................. 6
2.5 Perekat Urea Formaldehida ....................................................... 8
2.6 Perekat Melamin Formaldehida ................................................ 9
2.7 Perekat Melamin Urea Formaldehida ........................................ 10
2.8 Emisi Formaldehida .................................................................. 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................... 12
3.2 Rancangan Percobaan dan Analisis Data................................... 12
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................... 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis Papan Partikel Sabut Kelapa...................................... 21
4.1.1 Kerapatan ........................................................................ 21
4.1.2 Kadar Air ......................................................................... 23
4.1.3 Pengembangan Tebal ....................................................... 27
4.1.4 Daya Serap Air ................................................................ 30
4.2 Sifat Mekanis Papan Partikel ..................................................... 33
ii
4.2.1 Modulus Elastisitas ......................................................... 33
4.2.2 Modulus Patah ................................................................. 35
4.2.3 Keteguhan Rekat Internal (IB) ......................................... 38
4.2.4 Kuat Pegang Sekrup......................................................... 39
4.3 Emisi Formaldehida................................................................... 41
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44
LAMPIRAN ................................................................................................. 47
iii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Komposisi kimia sabut kelapa ................................................................ 3
2. Tingkat kelarutan zat ekstraktif sabut kelapa dalam air
dingin dan air panas ............................................................................... 7
3. Persyaratan mutu Urea Formaldehida cair untuk papan partikel.............. 9
4. Syarat mutu emisi Formaldehida untuk papan partikel menurut
Standar mutu JIS A 5908-2003............................................................... 11
5. Analisis sidik ragam kerapatan ............................................................... 22
6. Hasil uji lanjut Duncan kerapatan papan partikel sabut kelapa ................ 23
7. Analisis sidik ragam kadar air ................................................................ 24
8. Hasil uji lanjut Duncan kadar air papan partikel sabut kelapa ................. 25
9. Analisis sidik ragam pengembangan tebal .............................................. 28
10. Hasil uji lanjut Duncan pengembangan tebal papan partikel
sabut kelapa ........................................................................................... 29
11. Analisis sidik ragam daya serap air ........................................................ 31
12. Hasil uji lanjut Duncan daya serap air papan partikel sabut kelapa ......... 32
13. Analisis sidik ragam MOE ..................................................................... 34
14. Hasil uji lanjut Duncan MOE papan partikel sabut kelapa ...................... 35
15. Analisis sidik ragam MOR ..................................................................... 36
16. Hasil uji lanjut Duncan MOR papan partikel sabut kelapa ...................... 37
17. Analisis sidik ragam IB .......................................................................... 39
18. Analisis sidik ragam kuat pegang sekrup ................................................ 41
19. Hasil uji lanjut Duncan kuat pegang sekrup papan partikel
sabut kelapa ........................................................................................... 41
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pola pemotongan contoh uji ................................................................... 15
2. Pengujian MOE dan MOR ..................................................................... 17
3. Pengujian Internal Bond ......................................................................... 19
4. Pengujian kuat pegang sekrup ................................................................ 19
5. Kerapatan pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat
dan kadar perekat ................................................................................... 21
6. Kadar air pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat
dan kadar perekat ................................................................................... 24
7. Pengembangan tebal pada berbagai perlakuan pendahuluan,
jenis perekat dan kadar perekat ............................................................... 27
8. Daya serap air pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat
dan kadar perekat ................................................................................... 30
9. MOE pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat
dan kadar perekat ................................................................................... 33
10. MOR pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat
dan kadar perekat ................................................................................... 35
11. IB pada berbagi perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan
kadar perekat .......................................................................................... 38
12. Kuat pegang sekrup pada berbagai perlakuan pendahuluan,
jenis perekat dan kadar perekat ............................................................... 40
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Rekapitulasi hasil kadar air papan partikel sabut kelapa.......................... 48
2 Rekapitulasi hasil kerapatan papan partikel sabut kelapa ........................ 50
3. Rekapitulasi hasil daya serap air papan partikel sabut kelapa .................. 52
4. Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel sabut kelapa ....... 54
5. Rekapitulasi hasil MOE papan partikel sabut kelapa............................... 56
6. Rekapitulasi hasil MOR papan partikel sabut kelapa .............................. 58
7. Rekapitulasi hasil internal bond papan partikel sabut kelapa .................. 60
8. Rekapitulasi hasil kuat pegang sekrup papan partikel sabut kelapa ......... 62
9. Pengujian emisi formaldehida ................................................................ 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Papan partikel dapat diproduksi dari serbuk kayu, limbah pertanian atau
bahan berlignoselulosa lainnya. Sabut kelapa merupakan salah satu bahan yang
berlignoselulosa sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku papan
partikel. Sabut kelapa mengandung hemiselulosa (8,50%), selulosa (21,07%),
lignin (29,23%), pektin (14,25%) dan air (26,0%) (Tyas 2000).
Penelitian mengenai papan partikel dengan bahan baku sabut kelapa telah
dilakukan oleh Pamungkas (2006) dan Meda (2006). Papan partikel dibuat dengan
menggunakan perekat likuida sabut kelapa dengan fortifikasi melamin
formaldehida dan poliuretan. Yanti et al. (2006), Setyawati dan Massijaya (2005)
juga telah melakukan penelitian papan partikel dari sabut kelapa. Papan partikel
dibuat dengan menggunakan perekat dari limbah plastik polipropilena. Papan
partikel yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908-2003.
Pada penelitian ini, perlakuan pendahuluan pada partikel sabut kelapa
yang berupa perendaman panas dan perendaman dingin merupakan suatu usaha
untuk memperbaiki sifat partikel yang dihasilkan. Perendaman panas dan dingin
menyebabkan sebagian zat ekstraktif yang terdapat dalam partikel terlarut,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas perekatan dalam pembuatan
papan partikel.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kualitas papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan dari berbagai
perlakuan pendahuluan, jenis dan kadar perekat.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan pendahuluan, jenis dan kadar perekat terhadap
kualitas papan partikel sabut kelapa.
3. Menentukan papan partikel sabut kelapa terbaik yang dihasilkan dari berbagai
perlakuan pendahuluan, jenis dan kadar perekat.
2
1.3 Hipotesis
Perbedaan perlakuan pendahuluan, jenis dan kadar perekat dapat
memberikan pengaruh terhadap sifat fisis mekanis papan partikel yang dihasilkan.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku papan partikel.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabut Kelapa
Menurut Grimwood (1975) diacu dalam Tyas (2000), terdapat tiga jenis
serat yang dihasilkan dari sabut kelapa, yaitu:
1. Mat/yarn fibre adalah bahan yang memiliki serat yang panjang dan halus,
cocok untuk pembuatan tikar dan tali.
2. Bristle/fibre adalah bahan yang memiliki serat yang kasar yang sering
dimanfaatkan untuk pembuatan sapu dan sikat.
3. Mattres adalah bahan yang memiliki serat pendek dan dimanfaatkan
sebagai bahan untuk pengisi kasur.
Komposisi kimia sabut dan serat sabut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia sabut kelapa
No Komponen Sabut (%) Serat sabut (%)
1 Air 26,0 5,25
2 Pektin 14,25 3,00
3 Hemiselulosa 8,50 0,25
4 Lignin 29,23 45,84
5 Selulosa 21,07 43,44 Sumber : Tyas (2000)
Sabut kelapa disusun dari jaringan dasar sebagai jaringan utama penyusun
sabut, jaringan dasar tersebut mempunyai konsistensi seperti gabus. Komponen
selulosa, dan lignin terdapat pada bagian seratnya sedangkan komponen lainnya
seperti tannin, dan hemiselulosa terdapat pada jaringan dasar (gabus).
2.2 Potensi Sabut Kelapa
Luas perkebunan besar kelapa pada awal tahun 2006 adalah 68 ribu hektar
dan luas tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2006 adalah 3.749,8 ribu hektar.
Sedangkan produksi kelapa dari perkebunan besar pada tahun 2006 adalah 44,8
ribu ton dan produksi kelapa dari perkebunan rakyat pada tahun 2006 adalah
sebesar 3.112,0 ribu ton (BPS 2007). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan
4
bahwa jumlah luas tanaman perkebunan kelapa pada tahun 2006 berjumlah 3.817
ribu hektar dan produksi kelapa pada tahun 2006 adalah sebesar 3.156,8 ribu ton.
Menurut Thampan (1982) diacu dalam Pamungkas (2006) komposisi buah
kelapa terdiri dari empat bagian yaitu 35% sabut (mesocarp), 12% tempurung,
28% daging biji (endosperm) dan 25% air kelapa dari berat total buah kelapa
masak. Berdasarkan data dari Thampan (1982) diacu dalam Pamungkas (2006)
diperkirakan jumlah sabut kelapa yang dihasilkan pada tahun 2006 adalah sebesar
1.104,88 ribu ton. Besarnya potensi limbah sabut kelapa tersebut tentunya akan
sayang apabila disia-siakan.
2.3 Papan Partikel dari Sabut Kelapa
Penelitian sebelumnya tentang papan partikel dengan bahan baku sabut
kelapa telah dilakukan oleh Meda (2006). Sabut kelapa dipotong-potong menjadi
partikel dengan ukuran ± 1 cm dan dikeringkan hingga mencapai kadar air 2-5%.
Perekat yang digunakan adalah perekat likuida sabut kelapa dengan fortifikasi
poliuretan. Kadar perekat (likuida dan fortifikasi) yang digunakan adalah 10%,
15% dan 20%. Komposisi fortifikasi poliuretan sebesar 10%, 30% dan 45%.
Papan partikel yang dibuat berukuran 30 cm x 30 cm dengan kerapatan sasaran
0,7 g/cm3, tekanan 2 kg/cm
2 dan suhu kempa 160
oC selama 15 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air dari papan yang dihasilkan
berkisar 7,75-10,16%, kerapatan berkisar antara 0,66-0,80 g/cm3, pengembangan
tebal bernilai antara 9,28-38,40%, dan daya serap air berkisar antara 40,56-
100,69%, sedangkan MOE yang didapatkan dari papan yang dibuat berkisar
antara 351,28-1120,16 N/mm2, MOR bernilai antara 5,81-18,82 N/mm
2,
keteguhan rekat internal berkisar antara 0,09-0,52 N/mm2 dan kuat pegang sekrup
berkisar antara 194,07-668,32 N/mm2. Sifat fisis papan partikel yang telah
memenuhi persyaratan JIS A 5908-2003 antara lain kerapatan, dan kadar air.
Sedangkan sifat mekanis yang telah memenuhi persyaratan adalah MOR kecuali
papan dengan kadar perekat 10% yang difortifikasi 15% dan papan dengan kadar
perekat 20% yang difortifikasi 45%. Nilai kuat pegang sekrup selain papan
dengan kadar perekat 10% yang difortifikasi 15% dan papan dengan kadar perekat
20% yang difortifikasi 30% telah memenuhi persyaratan JIS A 5908-2003.
5
Pamungkas (2006) juga telah melakukan penelitian papan partikel dari
sabut kelapa. Sabut kelapa dipotong-potong menjadi partikel dengan ukuran ± 1
cm, partikel direndam selam 1 hari dan dikeringkan hingga mencapai kadar air <
10%. Perekat yang digunakan adalah perekat likuida sabut kelapa dengan
fortifikasi melamin formaldehida. Kadar perekat (likuida dan fortifikasi) yang
digunakan adalah 10%, 12% dan 15%. Komposisi fortifikasi sebesar 15%, 305
dan 45%. Papan partikel yang dibuat berukuran 30 cm x 30 cm dengan kerapatan
sasaran 0,7 g/cm3, tekanan 2 kg/cm
2 dan suhu kempa 160
oC selama 5 menit dan
dilanjutkan selama 10 menit.
Hasil pengujian sifat fisis mekanis menunjukkan bahwa hasil terbaik
diperoleh pada papan dengan perlakuan kadar perekat 15% dengan tingkat
fortifikasi 30%. Nilai rataan untuk sifat fisis adalah sebagai berikut: kadar air
7,76%, kerapatan 0,76 g/cm2, pengembangan tebal 14,17% dan daya serap air
43,40%. Sedangkan nilai rataan sifat mekanis yang diperoleh adalah sebagai
berikut: MOE 1347,20 N/mm2, MOR 14,13 N/mm
2, keteguhan rekat internal
berkisar antara 0,23 N/mm2 dan kuat pegang sekrup 417,32 N/mm
2. Nilai sifat
fisis dan mekanis papan partikel sabut kelapa sebagian besar memenuhi standar
JIS A 5908-2003, akan tetapi nilai pengembangan tebal, MOE, dan keteguhan
rekat internal tidak memenuhi standar tersebut.
Penelitian mengenai papan partikel dari limbah sabut kelapa lainnya telah
dilakukan oleh Yanti dkk (2006). Papan partikel dibuat dari campuran sabut
kelapa dan plastic polyprophylene. Komposisi campuran terdiri dari 100 : 0, 85 :
15 dan 75 : 25. Suhu kempa yang digunakan adalah 1600C dan 180
0C.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk sifat fisis papan partikel
memperlihatkan nilai kerapatan sebesar 0,490 g/cm3, nilai kadar air berkisar
antara 6,122%-8,430%. Nilai penyerapan air berkisar antara 56,006%-77,961%
dan pengembangan tebal berkisar antara 6,551%-15,678%. Untuk sifat mekanis
papan partikel, nilai MOE berkisar antara 2046,240 kg/cm2-23806,65 kg/cm
2,
MOR berkisar antara 87,132-147,764 kg/cm2 dan IB berkisar antara 1,879-2,186
kg/cm2.
Setyawati dan Massijaya (2005) meneliti papan partikel dari limbah sabut
kelapa dengan menggunakan plastic polipropilena daur ulang berbentuk pellet
6
sebagai perekat dengan kadar 50%. Sabut kelapa dipotong-potong menjadi
partikel dengan ukuran panjang kurang lebih 5 cm, kemudian partikel dikeringkan
hingga mencapai kadar air 2-4%. Kerapatan papan 0,7 g/cm3. Papan dikempa
panas dengan suhu 1800C, 185
0C dan 190
0C dengan waktu kempa 15 dan 20
menit.
Hasil pengujian sifat fisis menunjukkan nilai kadar air berkisar antara
3,30-4,07%. Semua nilai kadar air papan yang diperoleh lebih rendah dari nilai
yang disyaratkan JIS A 5908-1994. Kerapatan papan berkisar antara 0,64-0,66
g/cm3 dengan rata-rata 0,65 g/cm
3. Semua nilai kerapatan yang diperoleh sudah
memenuhi standar JIS A 5908-1994. Nilai pengembangan tebal setelah direndam
selam 2 jam berkisar antara 0-1,43%, sedangkan yang direndam selama 24 jam
berkisar antara 0-2,02%. Semua nilai pengembangan tebal sudah memenuhi
standar JIS A 5908-1994 yang mensyaratkan pengembangan tebal maksimal 12%.
Nilai daya serap air setelah direndam selama 2 jam berkisar antara 3,51-5,32%,
sedangkan yang direndam selama 24 jam berkisar antara 12,67-17,36%.
Sedangkan nilai untuk sifat mekanis yang diperoleh adalah sebagai berikut: MOE
0,87.104-1,14.10
4 kg/cm
2, secara umum nilai MOE lebih rendah dari standar
JIS,yaitu minimal 2,04.104 kg/cm
2. MOR 125-176 kg/cm
2, semua nilai MOR telah
memenuhi standar JIS yang mensyaratkan MOR minimal 82 kg/cm2. Nilai kuat
pegang sekrup berkisar antara 49-64 kg/cm2, semua nilai telah memenuhi standar
JIS A 5908-1994 yang mensyaratkan nilai minimal 31 kg/cm2.
2.4 Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan pendahuluan merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat
papan partikel melalui pemberian perlakuan tertentu terhadap selumbar sebelum
diberi perlakuan lebih lanjut. Perlakuan pendahuluan menyebabkan sifat papan
partikel kayunya berubah, misalnya keasamannya berubah, zat ekstraktifnya
berkurang, atau partikel kayunya lebih stabil terhadap pengaruh air. Dengan
adanya perubahan sifat partikel kayu tersebut, maka papan partikel yang
dihasilkan memiliki sifat-sifat tertentu yang lebih baik (Hadi 1991).
Zat ekstraktif adalah komponen kayu yang bukan merupakan komponen
struktural dan hampir semuanya terbentuk dari senyawa ekstraseluler dan
7
berbobot molekul rendah (Sjostrom 1995). Sedangkan menurut Rowell (2005) zat
ekstraktif adalah senyawa kimia dalam kayu yang dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut. Zat ekstraktif diklasifikasikan berdasarkan pelarut yang
larut dalam pelarut air dan pelarut etanol-benzena.
Zat ekstraktif memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menurunkan
higroskopisitas dan permeabilitas serta meningkatkan keawetan kayu. Meskipun
jumlahnya sedikit, ekstraktif mempunyai pengaruh yang besar dalam perekatan
kayu, yaitu mempengaruhi pH, kontaminasi dan penetrasi. Zat ekstraktif
berpindah secara difusi, salah satunya sebagai suatu material volatile (mudah
menguap) atau sebagai material terlarut. Panas dan gradient air mempercepat
perpindahan zat ekstraktif. Zat ekstraktif juga berpindah dengan gaya kapiler dan
tegangan permukaaan (Surdiding dkk 2007). Kadar zat ekstraktif dalam sabut
kelapa yang diacu dari penelitian Purnomo (1988) dalam Purwadi (1993) terdiri
dari kadar zat ekstraktif larut dalam air dingin dan air panas setelah diberi
perlakuan perendaman dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tingkat kelarutan zat ekstraktif (%) sabut kelapa dalam air dingin dan air
panas
No Lama perendaman
(jam)
Zat ekstraktif terlarut
air dingin (%)
Zat ekstraktif terlarut
air panas (%)
1 0 8,58 11,94
2 1 6,44 10,68
3 2 6,03 9,82
4 3 5,75 8,80
Rata-rata 6,70 10,31 Sumber: Purnomo (1988) diacu dalam Purwadi (1993)
Maloney (1997) diacu dalam Lukman (2008) menyatakan bahwa zat
ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan perekat, dan
daya tahan papan partikel yang dihasilkan. Selain itu bahan ekstraktif yang mudah
menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau delaminasi pada proses
pengempaan panas. Semakin banyak kandungan zat ekstraktif, semakin besar pula
pengaruhnya. Perendaman partikel kayu diharapkan dapat mengurangi kandungan
zat ekstraktif kayu sehingga pengaruh zat ekstraktif terhadap sifat papan partikel
dapat ditekan.
8
2.4.1 Perendaman Dingin
Hadi (1991) mengemukakan bahwa perendaman selumbar dengan air
dingin menyebabkan sebagian zat ekstraktif kayu terlarut. Dengan berkurangnya
kandungan zat ekstraktif tersebut maka dimungkinkan terbentuknya garis
perekatan yang lebih baik atau kontak antar selumbar dengan perekatnya lebih
sempurna karena zat ekstraktif yang dapat menghambat pada proses perkatan
jumlahnya berkurang.
Perendaman selumbar dengan air dingin tidak mempengaruhi kerapatan
dan kadar air papan partikel, tetapi sangat mempengaruhi penyerapan air dan
pengembangan tebal papan partikel pada pengujian 24 jam. Apabila ditelaah lebih
lanjut ternyata semakin lama selumbar direndam, penyerapan air dan
pengembangan tebal papannya semakin kecil. Namun demikian perendaman
selumbar selama dua, tiga, dan empat hari tidak menunjukkan penurunan yang
besar terhadap penyerapan air dan pengembangan tebal papannya (Hadi 1991).
2.4.2 Perendaman Panas
Kamil (1970) diacu dalam Saputra (2004) menyatakan bahwa perendaman
partikel-partikel kayu dalam air bertujuan untuk melarutkan zat-zat ekstraktif
seperti gula, pati, zat warna, dan lain-lain. Zat-zat ekstraktif yang larut dalam air
panas meliputi garam-garam anorganik, garam-garam organik, gula siklol, gum
pectin, galaktan, yanin, pigmen, polisakarida, dan komponen lain yang
terhidrolisa. Pelarutan zat-zat ekstraktif tersebut dapat meningkatkan daya ikat
antar partikel kayu dengan bahan pengikatnya.
2.5 Perekat Urea Formaldehida
Menurut Surdiding dan Hadi (1997) diacu dalam Surdiding dkk (2007),
urea formaldehida merupakan hasil kondensasi dari urea dan formaldehida dengan
perbandingan molar 1 : (1,5-2). Urea formaldehida ini larut dalam air dan proses
pengerasannya akan terbentuk pola ikatan jaringan (cross-link). Urea
formaldehida akan cepat mengeras dengan naiknya temperatur dan/atau turunnya
pH. Kelebihan urea formaldehida yaitu warnanya putih sehingga tidak
memberikan warna gelap pada waktu penggunaannya, dapat dicampur perekat
melamin formaldehida agar kualitas perekatnya lebih baik, harganya relatif murah
9
dibandingkan perekat sintetis yang lainnya serta tahan terhadap biodeteriorasi dan
air dingin. Kekurangan urea formaldehida yaitu kurang tahan terhadap pengaruh
asam dan basa serta penggunaannya terbatas untuk interior saja.
Karakteristik UF cair sesuai dengan PT. Paparti Pertama disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Persyaratan mutu urea formaldehida cair untuk papan partikel
No Uji Spesifikasi Hasil
1 Viskositas(poise) / 300C 0,80 – 1,50 0,90
2 pH / meter 7,00 – 8,00 7,00
3 pH / BTB 6,8 – 7,2 6,8
4 Non Volatile Content
(%)
48,00 – 52,00 49,03
5 Specific Gravity / 300C 1,180 – 1,200 1,192
6 Temperatur (0C) 35
0C 33,0
7 Formaldehid bebas (%) 1,00 – 1,40 1,21
8 Kenampakan Putih susu Putih susu Sumber: Paparti Pertama (2008) diacu dalam Aruki (2008)
2.6 Perekat Melamin Formaldehida
Melamin adalah bahan kimia berupa kristal berwarna putih yang
kelarutannya sangat rendah dalam air, alkohol atau pelarut umum lainnya. Tetapi
melamin ini dapat larut dalam formalin yang dihangatkan dan membentuk polimer
yang bersifat resin dengan cara dipanaskan dan kondisinya agak basa (Surdiding
dkk. 2007). Perekat melamin formaldehida merupakan salah satu perekat sintetis
yang berwarna putih dan memiliki tingkat kelarutan yang rendah di dalam air dan
alkohol. Perekat melamin formaldehida dihasilkan dari reaksi antara melamine
dan formaldehyde dengan perbandingan molekul antara 1 : 2,5-3,5 pada pH 8-9
dengan suhu sekitar titik didihnya. Hasil dari proses kondensasi ini adalah
methylol melamine yang merupakan monomer perekat melamin formaldehida
(Surdiding 1998, diacu dalam Widaningsih 2003).
Perekat melamin formaldehida memiliki beberapa kelebihan, yaitu tahan
terhadap serangan mikroorganisme, tahan terhadap air dingin, dan tahan terhadap
air mendidih serta cuaca. Perekat melamin formaldehida juga memiliki beberapa
kelemahan, yaitu waktu penyimpanan perekat relatif tidak tahan lama
dibandingkan perekat lainnya dan harganya relatif mahal (Surdiding 1988, diacu
dalam Kusumah 2005).
10
Perekat melamin formaldehid lebih baik dibandingkan dengan perekat
urea formaldehid, karena memiliki penampilan yang lebih menarik, lebih tahan
terhadap air, tahan panas dan zat kimia, serta memiliki stabilitas yang lebih tinggi.
Perekat melamin formaldehid memiliki ketahanan terhadap air mendidih yang
lebih tinggi dibandingkan perekat urea formaldehid tetapi lebih rendah dari
perekat fenol formaldehid (Surdiding 1988, diacu dalam Kusumah 2005).
2.7 Perekat Melamin Urea Formaldehida (MUF)
Tingginya harga perekat Melamin Formaldehida membawa dampak pada
penggunaan resin melamin urea formaldehida (MUF) yang memiliki daya tahan
terhadap air yang lebih tinggi dari resin MF dan harga yang lebih rendah. Perekat
MUF bergantung pada rasio melamin – urea, dapat dipertimbangkan sebagai MF
yang lebih murah yang memiliki daya tahan yang lebih rendah atau sebagai UF
yang lebih mahal yang memiliki daya tahan terhadap air yang lebih baik (Dunky
2003, diacu dalam Rowell 2005). Perekat MUF dapat menggantikan perekat lain
yang digunakan untuk bagian eksterior.
Sifat kimia perekat MUF sama dengan perekat MF dan UF, kecuali adanya
variasi yang lebih yang berhubungan dengan rasio melamin – urea, urutan untuk
penambahan dari komponen, temperatur, pH dan faktor waktu. Ringkasnya, MUF
merupakan kombinasi yang baik antara penampilan yang bagus dari perekat
melamin dan harga yang rendah dari perekat urea (Rowell 2005).
2.8 Emisi Formaldehida
Emisi formaldehida merupakan peristiwa pengeluaran atau pemancaran
gas formaldehida yang berasal dari perekat yang digunakan dalam pembuatan
suatu produk dimana perekat itu mengandung formaldehida dalam komposisinya.
Formaldehida bebas adalah kelebihan formaldehida yang tidak bereaksi dalam
pembentukan polimer perekat, formaldehida terikat pada polimer perekat setelah
beberapa waktu dapat terbebas dan menyebabkan emisi formaldehida (Rinawati
2002).
Roffael (1993) diacu dalam Rinawati (2002) menyatakan bahwa besarnya
emisi formaldehida tergantung pada faktor eksternal seperti kelembaban,
11
temperatur dan pertukaran udara dalam ruang, serta faktor internal seperti jenis
kayu, komposisi perekat yang digunakan dan kondisi pembuatan.
Syarat mutu emisi formaldehida untuk papan partikel menurut standar
mutu JIS A 5908-2003 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Syarat mutu emisi formaldehida untuk papan partikel menurut standar
mutu JIS A 5908-2003
No Klasifikasi nilai emisi formaldehida Keterangan
Rata-rata
(ppm)
Maksimum
(ppm)
1 F**** 0,3 0,4 Kelas emisi terendah
dan terbaik
2 F*** 0,5 0,7 Kelas emisi tengah
3 F** 1,5 2,1 Kelas emisi terbesar Sumber: JIS A 5908-2003
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah partikel sabut
kelapa berukuran (5±1) cm, perekat Urea Formaldehida (UF), dan perekat
Melamin Formaldehida (MF).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain gunting, waterbath,
oven, timbangan digital, spray gun, pencetak lembaran berukuran 30 cm x 30 cm
dengan ketebalan plat besi sebesar 1 cm, mesin kempa panas, kaliper ,
micrometer, desikator, gelas ukur, pengaduk, dan alat uji Universal Testing
Machine (UTM).
3.2 Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan faktorial 3 x 3 x 3 dalam
rancangan acak lengkap. Faktor A adalah perlakuan pendahuluan yaitu
perendaman dingin partikel selama 24 jam, perendaman panas partikel selama 3
jam dan partikel tanpa perlakuan pendahuluan sebagai kontrol. Faktor B adalah
jenis perekat yang terdiri dari tiga taraf yaitu perekat Urea Formaldehida,
Melamin Formaldehida dan perekat Melamin Urea Formaldehida. Sedangkan
faktor C adalah variasi kadar perekat yang terdiri tiga taraf, yaitu 12 %, 15 % dan
18 %. Penelitian dilakukan dengan dua kali ulangan. Dengan demikian jumlah
satuan percobaan yang dibuat adalah 3 x 3 x 3 x 2 = 54 buah satuan percobaan.
Adapun model umum yang digunakan adalah :
Yijkl = + Ai + Bj + Ck + ABij + BCjk + ACik + ABCijk + ijk
Keterangan :
Yijkl = Nilai pengamatan parameter penentu kualitas papan partikel yang mendapat taraf ke-i
faktor perlakuan pendahuluan, taraf ke-j faktor jenis perekat dan taraf ke-k faktor kadar
perekat pada ulangan ke-1
= Nilai tengah pengamatan
Ai = Nilai pengaruh faktor perlakuan pendahuluan pada taraf ke-i
Bj = Nilai pengaruh faktor jenis perekat pada taraf ke-j
Ck = Nilai pengaruh faktor kadar perekat pada taraf ke-k
13
ABij = Nilai pengaruh interaksi taraf ke-i faktor perlakuan pendahuluan dan taraf ke-j faktor
jenis perekat
BCjk = Nilai pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan kombinasi jenis perekat
ke-j dan kadar perekat ke-k
ACik = Nilai pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapatkan kombinasi perlakuan
pendahuluan ke-i dan kadar perekat ke-k
ABCijk= Nilai pengaruh interaksi dari unit percobaan yang mendapat kombinasi perlakuan
pendahuluan ke-i, jenis perekat ke-j dan kadar perekat ke-k
ijkl = Nilai galat percobaan yang mendapat taraf ke-i faktor perlakuan pendahuluan, jenis
perekat ke-j dan taraf ke-k faktor kadar perekat pada ulangan ke-1
Untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan dan interaksi antar
perlakuan, maka dilakukan analisis sidik ragam. Taraf perlakuan yang dinyatakan
berbeda dalam analisis sidik ragam kemudian diuji lebih lanjut menggunakan uji
Duncan Multiple Range Test (DMRT).
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Papan Partikel
Ukuran papan partikel yang dibuat yaitu 30 cm x 30 cm x 1 cm dengan
kerapatan sasaran 0,7 g/cm3. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan papan
partikel dari sabut kelapa adalah sebagai berikut:
1. Persiapan partikel
1.1 Pembuatan partikel
Sabut kelapa dipotong-potong menjadi partikel dengan ukuran (5±1) cm.
Pemotongan sabut kelapa dilakukan secara manual. Sabut kelapa yang sudah
dipotong-potong selanjutnya disaring untuk mendapatkan ukuran partikel yang
seragam.
1.2 Perlakuan pendahuluan partikel sabut kelapa
Perlakuan pendahuluan terhadap partikel dilakukan dengan dua cara, yaitu
perendaman dingin, dan perendaman panas. Untuk perendaman dingin dilakukan
dengan cara partikel direndam dalam air dingin selama 24 jam. Untuk
perendaman panas dilakukan dengan cara partikel direndam dalam air panas suhu
sekitar 80 ºC selama 3 jam.
14
1.3 Pengeringan partikel
Partikel-partikel sabut kelapa yang sudah direndam dalam air panas,
direndam dengan air dingin dan tanpa perendaman dioven pada suhu 103±2ºC
hingga mencapai kadar air (4±1) %.
2. Persiapan Perekat
Perekat yang digunakan adalah Urea Formaldehida, Melamin
Formaldehida dan Melamin Urea Formaldehida. Kadar perekat yang digunakan
adalah adalah 12%, 15% dan 18% dari berat kering partikel.
3. Pencampuran partikel dengan perekat
Pencampuran perekat dengan partikel sabut kelapa dilakukan secara
manual dengan menggunakan tangan. Perekat yang sudah dimasukkan ke dalam
sprayer disemprotkan keseluruh bagian partikel sabut kelapa yang dihamparkan di
lantai yang sudah dialasi dengan plastik. Agar perekat merata keseluruh bagian
partikel sabut kelapa, partikel dibolak-balik dengan tangan pada saat perekat
disemprotkan ke partikel.
4. Pembentukan lembaran
Pembentukan lembaran partikel adalah tahap yang menentukan
keberhasilan dalam produksi papan partikel, karena penyebaran partikel yang
kurang merata akan menyebabkan perbedaan kerapatan pada panil tersebut.
Pembentukan lembaran dilakukan dengan menghamparkan partikel yang sudah
dicampur dengan perekat pada cetakan.
5. Pengempaan
Setelah lembaran papan terbentuk maka langkah selanjutnya adalah
pengempaan dengan menggunakan mesin kempa panas pada suhu 160ºC dengan
tekanan sebesar 25 kg/cm2 selama 15 menit.
6. Pengkondisian
Pengkondisian sangat berperan untuk mendapatkan penyebaran kadar air
yang lebih merata pada setiap lembaran papan. Hal ini dapat mencegah timbulnya
tegangan yang menyebabkan lembaran papan melengkung. Proses pendinginan
papan partikel dapat dilakukan dengan menyusun lembaran-lembaran panil dalam
tumpukan-tumpukan kecil menggunakan sticker di antara lembaran tersebut agar
15
sirkulasi udara lebih lancar. Pengkondisian dilakukan selama 14 hari pada suhu
kamar.
3.3.2 Penyiapan contoh uji
Lembaran-lembaran papan partikel sabut kelapa yang telah mendapatkan
perlakuan pengkondisian dipotong menjadi beberapa ukuran contoh uji sifat fisis
dan mekanis menurut standar JIS A 5908-2003 serta pengujian emisi
formaldehida menurut metode WKI modifikasi yang diacu dalam penelitian
Jatmiko (2006). Pengujian sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air,
dan pengembangan tebal. Pengujian sifat mekanis meliputi modulus elastisitas
atau Modulus Of Elasticity (MOE), keteguhan patah atau Modulus Of Rupture
(MOR), Internal Bond (IB), dan kuat pegang sekrup. Contoh pemotongan dapat
dilihat pada Gambar 1.
30 cm
30 cm
Gambar 1 Pola pemotongan contoh uji.
Keterangan :
A = Contoh uji MOE dan MOR berukuran 5 cm × 20 cm.
B = Contoh uji kerapatan dan kadar air berukuran 10 cm × 10 cm.
C = Contoh uji kuat pegang sekrup berukuran 5 cm × 10 cm.
D = Contoh uji pengembangan tebal dan daya serap air berukuran 5 cm × 5 cm.
E = Contoh uji internal bond berukuran 5 cm × 5 cm.
A
B
D
D*
F
E
B*
E*
A*
F* C C*
16
F = Contoh uji emisi formaldehida berukuran 2,5 cm x 2,5 cm
* = Contoh uji cadangan
3.3.3 Pengujian papan partikel
3.3.3.1 Pengujian sifat fisis papan partikel
3.3.3.1.1 Kerapatan
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm yang dalam keadaan kering udara
ditimbang beratnya. Volume contoh uji diperoleh dengan mengalikan rataan hasil
keempat sisi dan tebalnya. Kerapatan papan dihitung dengan rumus berikut:
Kerapatan cm3)(
(g)
Volume
Berat
3.3.3.1.2 Kadar air
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm ditimbang sehingga didapatkan berat
awal atau berat kering udara, kemudian contoh uji dioven pada suhu 103 ± 20C
selama 24 jam. Setelah itu contoh uji dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke
dalam desikator dan ditimbang. Selanjutnya contoh uji dioven kembali pada suhu
yang sama selama 3 jam. Setelah 3 jam contoh uji dimasukkan kedalam desikator
dan ditmbang. Pengulangan pengovenan dan penimbangan dilakukan setiap tiga
jam sekali sampai beratnya konstan (perbedaan hasil penimbangan terakhir dan
sebelumnya maksimal 1 %). Nilai kadar air dihitung dengan rumus berikut:
Kadar air (%) 100BKO
BKOBKU
Keterangan :
BKU = berat kering udara (g)
BKO = berat kering oven (g)
3.3.3.1.3 Daya serap air
Contoh berukuran 5 cm x 5 cm ditimbang berat awalnya (B1) kemudian
direndam dalam air dingin selama 24 jam, setelah itu ditimbang beratnya (B2).
Nilai daya serap air dihitung dengan rumus berikut:
Daya serap air (%) 1001
12
B
BB
17
Keterangan :
B1 = berat awal contoh uji sebelum perendaman (g)
B2 = berat contoh uji setelah perendaman (g)
3.3.3.1.4 Pengembangan tebal
Contoh berukuran 5 cm x 5 cm dalam keadaan kering udara diukur
dimensi tebalnya (dimensi awal) yang diukur pada tiap sudut kemudian dihitung
rata-ratanya. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air dingin selama 24 jam dan
dilakukan pengukuran dimensinya setelah perendaman. Nilai pengembangan tebal
dihitung dengan rumus berikut:
Pengembangan tebal (%) 1001
12
D
DD
Keterangan :
D1 = dimensi contoh uji sebelum perendaman (cm)
D2 = dimensi contoh uji setelah perendaman (cm)
3.3.3.2 Pengujian sifat mekanis papan partikel
3.3.3.2.1 Modulus elastisitas atau Modulus of Elasticity (MOE)
Pengujian modulus elastisitas dilakukan dengan menggunakan Universal
Testing Machine (UTM). Contoh uji berukuran 5 cm x 20 cm pada kondisi kering
udara dibentangkan dengan pembebanan dilakukan di tengah-tengah jarak sangga.
Kecepatan pembebanan sebesar 10 mm/menit yang selanjutnya diukur besarnya
beban yang dapat ditahan oleh contoh uji tersebut sampai batas proporsi. Pola
pembebanan dalam pengujian disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Pengujian MOE dan MOR.
Contoh Uji
L1=7,5 L2=7,5
L = 15 cm
P
18
Keterangan :
P = posisi dan arah pembebanan
L = panjang bentangan contoh uji (cm)
L1, L2 = panjang bentangan dari titik sangga ke titik pembebanan (cm)
Nilai MOE dihitung dengan rumus berikut:
3
3
4 ybh
PLMOE
Keterangan :
MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm2), satuan kg/cm
2 dikonversi menjadi
N/mm2
dengan menggunakan faktor konversi sebesar 0,098
∆P = perubahan beban yang digunakan (kg)
L = panjang bentangan contoh uji (cm)
∆y = perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
3.3.3.2.2 Modulus patah atau Modulus of Rupture (MOR)
Pengujian modulus patah menggunakan contoh uji yang sama dengan
contoh uji pengujian modulus elastisitas. Contoh pengujian MOR dapat dilihat
pada Gambar 2. Nilai MOR dihitung dengan rumus berikut:
MOR 22
3
bh
PL
Keterangan :
MOR = Modulus of Rupture (kg/cm2), satuan kg/cm
2 dikonversi menjadi N/mm
2
dengan menggunakan
faktor konversi sebesar 0,098
P = berat beban maksimum (kg)
L = panjang bentangan contoh uji (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
3.3.3.2.3 Keteguhan rekat internal atau Internal Bond (IB)
Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm direkatkan pada dua buah median
(kayu) menggunakan perekat epoxy seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan
19
dibiarkan mengering selama 24 jam. Kedua median ditarik lurus permukaan
contoh uji sampai beban maksimum. Nilai keteguhan rekat internal atau Internal
Bond (IB) dihitung dengan rumus berikut:
IB A
P
Keterangan :
IB = Internal Bond atau keteguhan rekat internal (kg/cm2), satuan kg/cm
2
dikonversi menjadi N/mm
2 dengan menggunakan
faktor konversi sebesar
0,098
P = beban saat ikatan partikel lepas (kg)
A = luas permukaan contoh uji (cm2)
Gambar 3 Pengujian Internal Bond.
3.3.3.2.4 Kuat pegang sekrup
Contoh uji berukuran 5 cm x 10 cm dipasang sekrup berdiameter 3,1 mm
hingga kedalaman 8 mm pada sisi kiri dan kanan contoh uji. Besarnya kuat
pegang sekrup merupakan beban maksimum yang dicapai oleh papan partikel
untuk menahan sekrup atau sampai sekrup tercabut. Kuat pegang sekrup menurut
JIS A 5908 2003 dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai dalam
satuan Newton (N). Posisi sekrup dapat dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Pengujian kuat pegang sekrup.
5 cm
Blok kayu
Blok Kayu
Contoh Uji
10 cm
5 cm Posisi
sekrup
20
3.3.3.3 Pengujian Emisi Formaldehida
Pengujian emisi formaldehida dilakukan pada papan partikel terbaik
dengan contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm. Pengujian ini dilakukan oleh
Laboratorium Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang
menggunakan metode WKI (Wilhelm Klaunitz Institute) modifikasi.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis Papan Partikel Sabut Kelapa
4.1.1 Kerapatan
Nilai kerapatan rata-rata tiap papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan
berkisar 0,497-0,685 g/cm3. Nilai kerapatan tiap papan terendah, yaitu 0,497
g/cm3 diperoleh pada papan partikel kontrol yang menggunakan perekat MF
dengan kadar perekat 12%, sedangkan nilai kerapatan rata-rata tiap papan
tertinggi, yaitu 0,685 g/cm3 diperoleh pada papan partikel kontrol yang
menggunakan perekat MF dengan kadar 15%. Nilai kerapatan rata-rata seluruh
papan partikel sabut kelapa adalah 0,6 g/cm3. Nilai rata-rata hasil pengujian
kerapatan papan partikel sabut kelapa dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kerapatan pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan
kadar perekat.
Kerapatan papan yang dihasilkan bervariasi dan sebagian besar lebih kecil
dibandingkan dengan kerapatan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
0,70 g/cm3. Hal ini diduga disebabkan oleh penyebaran partikel pada saat
pengempaan yang tidak merata dan terlalu melebar akibat pemasangan plat besi
penahan partikel hanya pada dua sisi saja, sedangkan pada dua sisi lainnya tidak
22
terdapat plat besi untuk menahan penyebaran partikel. Pelebaran partikel tersebut
menyebabkan massa partikel pada tiap bagian papan partikel tidak sama. Pada
bagian yang semakin tepi dari papan, dengan volume yang tetap dan berat yang
semakin ringan mengakibatkan semakin menurunnya kerapatan papan pada
bagian tersebut. Setiawan (2004) menyatakan bahwa tidak meratanya penyebaran
partikel pada tahap pembuatan lembaran saat proses pembuatan papan partikel
dapat menyebabkan nilai kerapatan yang bervariatif. Selain itu, rendahnya nilai
kerapatan yang dihasilkan diduga disebabkan oleh kurangnya tekanan kempa yang
diberikan sehingga partikel-partikel dalam papan partikel menjadi kurang rapat.
Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan bahwa nilai kerapatan tergantung pada
besarnya tekanan yang diberikan pada saat pengempaan papan. Semakin tinggi
kerapatan papan yang dibuat, maka semakin besar pula tekanan kempa yang
diberikan pada saat pengempaan papan partikel.
Nilai kerapatan papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan pada berbagai
perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat sudah memenuhi standar
JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai kerapatan papan partikel berkisar
antara 0,40-0,90 g/cm3.
4.1.1.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap Kerapatan Papan Partikel Sabut Kelapa
Berdasarkan analisis sidik ragam kerapatan pada Tabel 5 menunjukkan
bahwa jenis perekat dan kadar perekat berpengaruh sangat nyata terhadap
kerapatan papan partikel sabut kelapa
Tabel 5 Analisis sidik ragam kerapatan
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
Perlakuan pendahuluan (PP) 2 0,001 0,001 0,26 tn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 0,029 0,015 5,78 sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 0,028 0,014 5,51 sn 3,354 5,488
PP*JP 4 0,007 0,002 0,67 tn 2,728 4,106
PP*KP 4 0,013 0,003 1,28 tn 2,728 4,106
JP*KP 4 0,020 0,005 2,02 tn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 0,038 0,005 1,88 tn 2,305 3,256
Galat 27 0,069 0,003
Total 53 0,208
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
23
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai kerapatan
dengan perekat MUF yang memiliki nilai kerapatan tertinggi tidak berbeda nyata
dengan perekat MF, namun berbeda nyata dengan perekat UF. Hal ini berarti
penggunaan perekat MUF sudah cukup untuk meningkatkan nilai kerapatan papan
partikel sabut kelapa sehingga penggunaan perekat MF yang harganya mahal
dapat dikurangi. Hasil uji lanjut Duncan juga menunjukkan bahwa kadar perekat
12% tidak berbeda nyata dengan kadar perekat 15%, namun berbeda nyata dengan
kadar perekat 18%. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar nilai
kerapatan meningkat dengan meningkatnya kadar perekat yang digunakan. Hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan semakin meningkatnya kadar perekat
maka papan yang dihasilkan akan semakin kompak dalam arti berat papan akan
semakin besar sedangkan volume relatif sama. Sukarta (2004) diacu dalam
Pamungkas (2006) menyatakan bahwa nilai kerapatan akhir papan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kerapatan partikel asal, jumlah partikel
kayu dalam lapik, kadar perekat dan besarnya tekanan kempa yang diberikan.
Tabel 6 Hasil uji lanjut Duncan kerapatan papan partikel sabut kelapa
Faktor Taraf Nilai rata-rata kerapatan
(g/cm3)
Hasil uji lanjut
Duncan
Jenis perekat MUF 0,62936 A
MF 0,60941 A
UF 0,57264 B
Kadar perekat
18% 0,63622 A
15% 0,58863 B
12% 0,58655 B
4.1.2 Kadar Air
Nilai rata-rata kadar air tertinggi yaitu sebesar 11,575% terdapat pada
papan dengan perlakuan rendaman dingin yang menggunakan perekat MUF pada
kadar 12%, sedangkan nilai rata-rata kadar air terendah yaitu sebesar 10,519%
terdapat pada papan dengan perlakuan rendaman dingin dan menggunakan perekat
MF pada kadar 15%. Nilai rata-rata kadar air pada berbagai perlakuan
pendahuluan, jenis dan kadar perekat dapat dilihat pada Gambar 6.
Rata-rata nilai kadar air dari keseluruhan papan partikel yang dihasilkan
adalah sebesar 10,95%. Nilai kadar air yang dihasilkan pada penelitian ini telah
memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai kadar air papan
partikel berkisar antara 5-13%.
24
Gambar 6 Kadar air pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan
kadar perekat.
Tingginya kadar air yang dihasilkan diduga disebabkan pada proses
pencampuran perekat dengan partikel yang dilakukan secara manual tidak
sempurna, sehingga penyebaran perekat keseluruh bagian papan tidak merata
yang mengakibatkan air mudah masuk ke dalam papan partikel.
4.1.2.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap Kadar Air Papan Partikel Sabut Kelapa
Tabel 7 Analisis sidik ragam kadar air
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
Perlakuan pendahuluan (PP) 2 0,689 0,345 10,30sn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 1,493 0,746 22,31sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 0,307 0,154 4,59 n 3,354 5,488
PP*JP 4 0,747 0,187 5,58sn 2,728 4,106
PP*KP 4 0,421 0,105 3,14 n 2,728 4,106
JP*KP 4 0,355 0,089 2,65tn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 0,256 0,032 0,96tn 2,305 3,256
Galat 27 0,903 0,033
Total 53 5,171
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
Berdasarkan analisis sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa
perlakuan pendahuluan, jenis perekat, kadar perekat, interaksi perlakuan
pendahuluan dengan jenis perekat dan interaksi perlakuan pendahuluan dengan
kadar perekat berpengaruh nyata terhadap kadar air papan partikel sabut kelapa.
25
Tabel 8 Hasil uji lanjut Duncan kadar air papan partikel sabut kelapa
Faktor Taraf Nilai rata-rata
kadar air (%)
Hasil uji lanjut
Duncan
Perlakuan
pendahuluan
Kontrol 11,075 A
Rendaman Panas (RP) 10,986 A
RendamanDingin (RD) 10,803 B
Jenis perekat
UF 11,181 A
MUF 10,894 B
MF 10,788 B
Kadar perekat
12% 11,061 A
15% 10,902 B
18% 10,900 B
Interaksi
perlakuan
pendahuluan
dengan jenis
perekat
K*UF 11,351 A
RD*UF 11,208 AB
RD*MUF 11,116 B
K*MF 11,030 BC
RP*UF 10,985 BC
K*MUF 10,843 CD
RP*MUF 10,723 D
RP*MF 10,702 D
RD*MF 10,633 D
Interaksi
perlakuan
pendahuluan
dengan kadar
perekat
RD*12% 11,212 A
K*12% 11,185 A
K*12% 11,112 AB
K*15% 10,927 BC
RD*15% 10,921 BC
RP*15% 10,859 C
RD*18% 10,825 C
RP*12% 10,787 C
RP*18% 10,763 C
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tanpa
perendaman (kontrol) tidak berbeda nyata dengan rendaman panas, namun
berbeda nyata dengan rendaman dingin yang memiliki nilai kadar air terendah.
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar papan partikel yang
mendapatkan perlakuan pendahuluan (perendaman panas dan perendaman dingin)
memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan papan yang tidak
mendapat perlakuan perendaman (kontrol). Hal ini dikarenakan perendaman
bahan sabut kelapa dengan air dingin dan air panas sebelum proses pembuatan
papan dapat melarutkan sebagian zat ekstraktif yang terkandung dalam sabut
kelapa tersebut sehingga perekat lebih mudah masuk dan menutupi pori-pori
partikel yang menyebabkan ikatan antara partikel dengan perekat menjadi lebih
kuat dan uap air susah untuk menembusnya. Hadi (1991) diacu dalam Setiawan
26
(2004) menyebutkan bahwa perlakuan perendaman dingin maupun panas pada
kayu karet dapat menurunkan kadar air bahan tersebut.
Hasil uji Duncan yang membandingkan jenis perekat terhadap kadar air
papan partikel menunjukkan bahwa penggunaan perekat MF dengan nilai kadar
air terendah tidak berbeda nyata dengan perekat MUF, namun berbeda nyata
dengan perekat UF. Hal ini berarti penggunaan perekat MUF sudah cukup untuk
menurunkan nilai kadar air papan partikel sehingga penggunaan perekat MF yang
harganya relatif mahal dapat dikurangi. Hasil uji Duncan untuk kadar perekat
menunjukkan bahwa kadar perekat 18% yang memiliki kadar air terendah tidak
berbeda nyata dengan kadar perekat 15%, namun berbeda nyata dengan kadar
perekat 12%. Hal ini berarti kadar perekat 15% sudah cukup untuk menurunkan
sifat kadar air papan partikel sehingga penggunaan perekat menjadi lebih efisien.
Rendahnya nilai kadar air pada papan yang menggunakan perekat dengan kadar
15% dan 18% disebabkan oleh semakin banyak perekat yang digunakan
menyebabkan ikatan antar partikel semakin rapat sehingga uap air akan sulit
masuk ke dalam papan partikel. Widarmana (1977) diacu dalam Pamungkas
(2006) menyatakan bahwa kadar air papan akan semakin rendah dengan semakin
banyaknya perekat yang diberikan. Hal ini disebabkan karena ikatan antar partikel
akan semakin rapat dan kompak sehingga air akan kesulitan menembus ruang
antar partikel.
Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara perlakuan pendahuluan
dengan jenis perekat menunjukkan bahwa rendaman dingin dengan perekat MF
yang menghasilkan kadar air yang rendah tidak berbeda nyata dengan rendaman
panas yang menggunakan perekat MF dan MUF, sehingga lebih disarankan untuk
menggunakan perendaman panas dengan perekat MUF untuk memperoleh papan
partikel yang memenuhi standar serta penggunaan perekat MF yang harganya
relatif mahal dapat dikurangi. Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara
perlakuan pendahuluan dengan kadar perekat menunjukkan bahwa papan dengan
rendaman panas yang menggunakan kadar perekat 18% yang menghasilkan kadar
air yang rendah, tidak berbeda nyata dengan rendaman panas yang menggunakan
kadar perekat 12% dan 15%, sehingga lebih disarankan untuk menggunakan
27
perendaman panas dengan kadar perekat 12% untuk memperoleh papan partikel
yang memenuhi standar serta lebih efisien dalam penggunaan perekat.
4.1.3 Pengembangan Tebal
Nilai pengembangan tebal rata-rata tiap papan partikel sabut kelapa yang
dihasilkan berkisar 5,163-43,517%. Nilai pengembangan tebal tiap papan
terendah, yaitu 5,163% diperoleh pada papan partikel dengan rendaman panas
yang menggunakan perekat MF dengan kadar perekat 15%, sedangkan nilai
pengembangan tebal rata-rata tiap papan tertinggi, yaitu 43,517% diperoleh pada
papan partikel rendaman dingin yang menggunakan perekat UF dengan kadar
12%. Nilai pengembangan tebal rata-rata seluruh papan partikel sabut kelapa
adalah 15,496%. Nilai rata-rata hasil pengujian pengembangan tebal papan
partikel sabut kelapa dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Pengembangan tebal pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis
perekat dan kadar perekat.
Nilai pengembangan tebal papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan
pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat sebagian
besar tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai
pengembangan tebal papan partikel maksimal 12%. Tingginya pengembangan
tebal yang dihasilkan diduga disebabkan karena partikel sabut kelapa yang
digunakan masih mengandung gabus yang memiliki kemampuan mengikat air
yang tinggi sehingga pengembangan tebalnya semakin tinggi. Selain itu tingginya
pengembangan tebal diduga juga disebabkan oleh pencampuran perekat dengan
28
partikel yang dilakukan secara manual dengan tangan yang menyebabkan
distribusi perekat tidak merata. Hal tersebut menyebabkan tidak semua partikel
terlapisi oleh perekat, sehingga permukaan partikel yang tidak terlapisi perekat
akan lebih menyerap air. Tidak ditambahkannya bahan parafin diduga juga
menyebabkan nilai pengembangan tebal menjadi lebih besar. Dumanauw (2001)
menyatakan bahwa sebelum papan partikel diproses, perekat dapat dicampur
dengan bahan tambahan yang salah satunya yaitu lak parafin agar papan partikel
tidak menyerap air.
4.1.3.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap Pengembangan Tebal Papan Partikel Sabut Kelapa
Berdasarkan analisis sidik ragam pada Tabel 9 menunjukkan bahwa
perlakuan pendahuluan, jenis perekat, kadar perekat dan interaksi antara perlakuan
pendahuluan dengan jenis perekat berpengaruh nyata terhadap pengembangan
tebal papan partikel sabut kelapa.
Tabel 9 Analisis sidik ragam pengembangan tebal
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
Perlakuan pendahuluan (PP) 2 262,86 131,43 3,71 n 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 3373,45 1686,73 47,66sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 522.58 261,29 7,38sn 3,354 5,488
PP*JP 4 1048,86 262,22 7,41sn 2,728 4,106
PP*KP 4 262,31 65,58 1,85tn 2,728 4,106
JP*KP 4 235,15 58,79 1,66tn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 136,31 17,04 0,48tn 2,305 3,256
Galat 27 955,49 35,39 Total 53 6797,01
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai
pengembangan tebal papan partikel tanpa perendaman (kontrol) tidak berbeda
nyata dengan rendaman panas, namun berbeda nyata dengan rendaman dingin.
Hasil uji lanjut Duncan untuk jenis perekat menunjukkan bahwa perekat MF
dengan nilai pengembangan tebal terendah tidak berbeda nyata dengan perekat
MUF, namun berbeda nyata dengan perekat UF. Hal ini berarti penggunaan
perekat MUF sudah cukup untuk menurunkan nilai pengembangan tebal sehingga
penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal dapat dikurangi. Rendahnya
29
nilai pengembangan tebal pada papan yang menggunakan perekat MF dan MUF
diduga disebabkan karena perekat MF lebih tahan terhadap air dibandingkan
dengan perekat UF, sehingga air sulit masuk ke dalam papan dan pengembangan
tebalnya menjadi lebih rendah. Surdiding (1988) diacu dalam Kusumah (2005)
menyatakan bahwa perekat MF lebih baik bila dibandingkan dengan perekat UF,
karena memiliki penampilan ynag lebih menarik, tahan terhadap air, tahan panas
dan zat kimia serta memiliki stabilitas yang lebih tinggi.
Tabel 10 Hasil uji lanjut Duncan pengembangan tebal papan partikel sabut kelapa Faktor Taraf Nilai rata-rata
PT
(%)
Hasil uji lanjut Duncan
Perlakuan
pendahuluan
Rendaman Dingin (RD) 18,604 A
Rendaman Panas (RP) 14,181 B Kontrol (K) 13,703 B
Jenis perekat
UF 26,665 A
MUF 10,304 B MF 9,520 B
Kadar perekat
12% 19,479 A
15% 15,124 B
18% 11,886 B
Interaksi perlakuan
pendahuluan
dengan jenis perekat
RD*UF 37,741 A
RP*UF 24,523 B
K*UF 17,731 BC
K*MUF 12,045 CD K*MF 11,335 CD
RP*MUF 10,134 CD
RD*MF 9,339 D RD*MUF 8,773 D
RP*MF 7,887 D
Hasil uji lanjut Duncan untuk kadar perekat menunjukkan bahwa kadar
perekat 18% dengan nilai pengembangan tebal yang rendah tidak berbeda nyata
dengan kadar perekat 15%, namun berbeda nyata dengan kadar perekat 12%. Hal
ini berarti kadar 15% sudah cukup untuk menurunkan nilai pengembangan tebal
papan partikel sehingga penggunaan perekat menjadi lebih efisien. Dari Gambar 7
dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar perekar, maka pengembangan tebalnya
semakin rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh semakin banyaknya perekat yang
digunakan maka ikatan antara partikel akan menjadi lebih kompak sehingga air
sulit untuk menembusnya. Maloney (1993) menunjukkan hubungan antara nilai
pengembangan tebal yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya kadar
resin. Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara perlakuan pendahuluan
30
dengan jenis perekat menunjukkan bahwa papan dengan rendaman panas yang
menggunakan perekat MF tidak berbeda nyata dengan rendaman dingin yang
menggunakan perekat MF dan MUF. Jadi disarankan untuk menggunakan
perendaman dingin dengan perekat MUF untuk memperoleh papan partikel yang
memenuhi standar serta penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal
dapat dikurangi.
4.1.4 Daya Serap Air
Nilai rata-rata daya serap air tertinggi yaitu sebesar 109,957% terdapat
pada papan dengan perlakuan rendaman dingin yang menggunakan perekat UF
pada kadar 15%, sedangkan nilai rata-rata daya serap air terendah yaitu sebesar
19,582% terdapat pada papan dengan perlakuan rendaman panas dan
menggunakan perekat MF pada kadar 18%. Nilai rata-rata daya serap air pada
berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat dapat dilihat
pada Gambar 8. Rata-rata nilai daya serap air dari keseluruhan papan partikel
yang dihasilkan adalah sebesar 64,61%.
Gambar 8 Daya serap air pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat
dan kadar perekat.
Standar JIS A 5908-2003 tidak mensyaratkan nilai daya serap air papan
partikel, namun demikian daya serap air merupakan sifat fisis papan partikel yang
perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas papan partikel yang dihasilkan.
Tingginya nilai daya serap air yang dihasilkan disebabkan karena partikel sabut
kelapa yang digunakan masih mengandung gabus yang memiliki kemampuan
31
mengikat air yang tinggi sehingga daya serap airnya semakin tinggi. Selain itu
tingginya daya serap air papan partikel sabut kelapa diduga disebabkan oleh
adanya ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa, hemiselulosa dan lignin
pada partikel sabut kelapa, sehingga air yang masuk ke dalam papan semakin
banyak dan mengakibatkan daya serap airnya menjadi lebih tinggi. Penyerapan air
terjadi berupa gaya absorbsi yang merupakan gaya tarik molekul air pada ikatan
hidrogen yang terdapat dalam selulosa, hemiselulosa dan lignin (Haygreen dan
Bowyer 1996). Tidak ditambahkannya bahan parafin diduga juga dapat
menyebabkan nilai pengembangan tebal menjadi lebih besar. Dalam komposisi
papan partikel, penambahan zat lilin (parafin) menghasilkan daya tahan air yang
baik dan stabilitas dimensi yang tinggi pada papan (Maloney 1993).
4.1.4.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap Daya Serap Air Papan Partikel Sabut Kelapa
Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 11 menunjukkan bahwa jenis
perekat, kadar perekat, dan interaksi perlakuan pendahuluan dengan jenis perekat
berpengaruh nyata terhadap daya serap air papan partikel sabut kelapa.
Tabel 11 Analisis sidik ragam daya serap air
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
Perlakuan pendahuluan (PP) 2 47,80 23,90 0,09tn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 14722,71 7361,35 28,41sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 2588,82 1294,41 5,00n 3,354 5,488
PP*JP 4 7172,85 1793,21 6,92sn 2,728 4,106
PP*KP 4 1093,61 273,40 1,06tn 2,728 4,106
JP*KP 4 610,13 152,53 0,59tn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 2381,66 297,71 1,15tn 2,305 3,256
Galat 27 6996,23 259,12
Total 53 35613,81
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai daya
serap air papan partikel menggunakan perekat MF yang menghasilkan nilai daya
serap air yang rendah tidak berbeda dengan papan yang menggunakan perekat
MUF, namun berbeda nyata dengan papan yang menggunakan perekat UF. Hal ini
berarti penggunaan perekat MUF sudah cukup untuk menurunkan nilai
32
pengembangan tebal sehingga penggunaan perekat MF yang harganya relatif
mahal dapat dikurangi.
Tabel 12 Hasil uji lanjut Duncan daya serap air papan partikel sabut kelapa
Faktor Taraf Nilai rata-rata daya serap
air (%)
Hasil uji lanjut
Duncan
Jenis perekat UF 87,961 A
MUF 53,111 B
MF 52,760 B
Kadar perekat
12% 74,338 A
15% 60,726 B
18% 58,770 B
Interaksi
perlakuan
pendahuluan
dengan jenis
perekat
RP*UF 96,397 A
K*UF 70,168 B
K*MF 68,562 B
K*MUF 59,044 CB
RP*MUF 58,772 CB
RD*MF 53,575 CBD
RD*MUF 41,518 CD
RP*MF 36,144 D
Hasil uji lanjut Duncan untuk kadar perekat menunjukkan bahwa nilai
daya serap air papan pada kadar perekat 12% berbeda dengan kadar perekat 15%
dan 18%. Sedangkan kadar perekat 15% dengan 18% yang memiliki nilai daya
serap air yang rendah tidak berbeda nyata. Hal ini berarti kadar 15% sudah cukup
untuk menurunkan nilai daya serap air papan partikel dan menjadikan penggunaan
perekat lebih efisien. Rendahnya nilai daya serap air seiring dengan penambahan
perekat diduga disebabkan oleh semakin kompaknya ikatan antara partikel dalam
papan, sehingga air sulit untuk masuk ke dalam papan. Maloney (1993)
menunjukkan hubungan antara nilai daya serap air yang semakin menurun dengan
semakin meningkatnya kadar resin. Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara
perlakuan pendahuluan dengan jenis perekat menunjukkan bahwa rendaman panas
yang menggunakan perekat MF tidak berbeda nyata dengan perlakuan rendaman
dingin yang menggunakan perekat MUF dan menghasilkan nilai daya serap air
yang rendah. Jadi disarankan menggunakan rendaman dingin dengan perekat
MUF untuk mendapatkan papan partikel yang memenuhi standar serta dapat
mengurangi penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal. Djalal (1984)
diacu dalam Jatmiko (2006) menyatakan bahwa selain ketahanan perekat terhadap
air dan absorbsi bahan baku, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
33
besarnya penyerapan air papan partikel yaitu adanya saluran kapiler yang
menghubungkan antar ruang kosong, volume ruang kosong diantara partikel,
dalamnya penetrasi perekat terhadap partikel dan luas permukaan partikel yang
tidak ditutupi perekat.
4.2 Sifat Mekanis Papan Partikel Sabut Kelapa
4.2.1 Modulus elastisitas atau Modulus Of Elasticity (MOE)
Nilai MOE rata-rata tiap papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan
berkisar 689,920-2319,951 N/mm2. Nilai MOE tiap papan terendah, yaitu 689,920
N/mm2 diperoleh pada papan partikel dengan perendaman dingin yang
menggunakan perekat UF dengan kadar perekat 15%, sedangkan nilai MOE rata-
rata tiap papan tertinggi, yaitu 2319,951 N/mm2 diperoleh pada papan partikel
dengan perendaman dingin yang menggunakan perekat MF dengan kadar 15%.
Nilai rata-rata MOE pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan
kadar perekat dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 MOE pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar
perekat.
Nilai MOE rata-rata seluruh papan partikel sabut kelapa adalah 1202,74
N/mm2. Berdasarkan standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai MOE
papan partikel minimal 2000 N/mm2, maka hanya satu papan partikel sabut kelapa
yang memenuhi standar, yaitu papan partikel dengan perlakuan rendaman dingin
yang menggunakan perekat MF dengan kadar 15%. Rendahnya nilai MOE yang
dihasilkan diduga disebabkan oleh rendahnya kerapatan papan yang dihasilkan,
34
sehingga ikatan antar partikel menjadi kurang rapat dan kompak yang dapat
menyebabkan kecilnya nilai keteguhan papan. Semakin tinggi tingkat kerapatan
papan partikel, maka akan semakin tinggi sifat keteguhan papan partikel yang
dihasilkan (Haygreen dan Bowyer 1996).
4.2.1.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap MOE Papan Partikel Sabut Kelapa
Berdasarkan analisis sidik ragam Tabel 13 menunjukkan bahwa jenis
perekat, kadar perekat dan interaksi antara jenis perekat dan kadar perekat
berpengaruh nyata terhadap nilai MOE papan partikel sabut kelapa.
Tabel 13 Analisis sidik ragam MOE
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
P. Pendahuluan 2 239.830,55 119.915,27 1,13tn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 3.407.037,28 1.703.518,64 16,01sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 1.337.991,89 668.995,95 6,29sn 3,354 5,488
PP*JP 4 539.442,17 134.860,54 1,27tn 2,728 4,106
PP*KP 4 335.782,07 83.945,52 0,79tn 2,728 4,106
JP*KP 4 2.292.014,59 573.003,65 5,38sn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 304.218,22 38.027,28 0,36tn 2,305 3,256
Galat 27 2.873.590,57 106.429,28 Total 53 11.329.907,35
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai kerapatan
dengan perekat MF dengan nilai MOE tertinggi berbeda nyata dengan perekat UF
dan MUF, perekat UF berbeda nyata denga perekat MUF. Selanjutnya, hasil uji
lanjut Duncan untuk kadar perekat menunjukkan bahwa nilai MOE papan pada
kadar perekat 18% yang memiliki nilai MOE yang tinggi tidak berbeda nyata
dengan kadar perekat 15%, namun berbeda nyata dengan 12%. Hal ini berarti
kadar 15% sudah cukup untuk meningkatkan nilai MOE papan partikel dan
penggunaan perekat menjadi lebih efisien. Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi
antara jenis perekat dengan kadar perekat menunjukkan bahwa interaksi antara
perekat MF kadar 15% dan perekat MF kadar 18% yang menghasilkan papan
partikel dengan nilai MOE terbesar tidak berbeda nyata. Jadi disarankan
menggunakan perekat MF dengan kadar 15% untuk memperoleh papan partikel
yang memenuhi standar serta efisien dalam penggunaan perekat.
35
Tabel 14 Hasil uji lanjut Duncan MOE papan partikel sabut kelapa
Faktor Taraf Nilai rata-rata MOE
(N/mm2)
Hasil uji lanjut
Duncan
Jenis perekat
MF 1840,2 A
MUF 1256,2 B
UF 871,9 C
Kadar perekat
15% 1314,6 A
18% 1313,4 A
12% 980,1 B
Interaksi jenis
perekat dengan
kadar perekat
MF*15% 1913,6 A
MF*18% 1544,6 AB
MUF*18% 1516,9 AB
MUF*15% 1286,0 BC
MUF*12% 983,6 CD
MF*12% 982,2 CD
UF*12% 974,6 CD
UF*18% 878,8 CD
UF*15% 762,3 D
4.2.2 Modulus Patah atau Modulus Of Rupture (MOR)
Nilai rata-rata MOR tertinggi yaitu sebesar 49,743 N/mm2 terdapat pada
papan dengan perlakuan rendaman dingin yang menggunakan perekat MF pada
kadar 15%, sedangkan nilai rata-rata MOR terendah yaitu sebesar 11,188 N/mm2
terdapat pada papan dengan perlakuan rendaman dingin dan menggunakan perekat
UF pada kadar 15%. Nilai rata-rata MOR pada berbagai perlakuan pendahuluan,
jenis perekat dan kadar perekat dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 MOR pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar
perekat.
36
Rata-rata nilai MOR dari keseluruhan papan partikel yang dihasilkan
adalah sebesar 25,72 N/mm2. Nilai MOR yang dihasilkan pada penelitian ini telah
memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai MOR papan partikel
minimal 8 N/mm2.
4.2.2.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap MOR Papan Partikel Sabut Kelapa
Hasil analisis sidik ragam Tabel 15 menunjukkan bahwa jenis perekat,
kadar perekat, interaksi perlakuan pendahuluan dengan jenis perekat, dan interaksi
perlakuan pendahuluan dengan kadar perekat berpengaruh nyata terhadap nilai
MOR papan partikel sabut kelapa.
Tabel 15 Analisis sidik ragam MOR
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
Perlakuan pendahuluan (PP) 2 101,06 50,53 1,40tn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 1409,49 704,75 19,48sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 505,72 252,86 6,99sn 3,354 5,488
PP*JP 4 418,93 104,73 2,89n 2,728 4,106
PP*KP 4 95,12 23,78 0,66tn 2,728 4,106
JP*KP 4 1341,27 335,32 9,27sn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 178,77 22,35 0,62tn 2,305 3,256
Galat 27 976,84 36,18 Total 53 5027,20
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
Hasil uji Duncan pada Tabel 16 menunjukkan bahwa perekat MF tidak
berbeda nyata dengan perekat MUF dan menghasilkan papan dengan nilai rataan
MOR yang terbesar. Hal ini berarti perekat MUF sudah cukup untuk menaikan
nilai MOR sehingga penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal dapat
dikurangi.
Hasil uji Duncan untuk kadar perekat menunjukkan bahwa kadar perekat
18% yang menghasilkan nilai MOR tertinggi tidak berbeda nyata dengan kadar
perekat 15%, namun berbeda nyata dengan kadar perekat 12%. Hal ini berarti
kadar perekat 15% sudah cukup untuk menaikan nilai MOR papan partikel sabut
kelapa, sehingga penggunaan perekat menjadi lebih efisien. Tingginya nilai MOR
seiring dengan penambahan kadar perekat diduga disebabkan oleh semakin
kuatnya ikatan antara partikel dengan perekat, sehingga papan yang dihasilkan
37
menjadi lebih kuat. Maloney (1993) menunjukkan hubungan antara nilai MOR
yang semakin tinggi dengan semakin meningkatnya kadar resin. Selanjutnya,
Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan bahwa semakin banyak resin yang
digunakan dalam suatu papan, semakin kuat dan semakin stabil dimensi
papannya.
Tabel 16 Hasil uji lanjut Duncan MOR papan partikel sabut kelapa
Faktor Taraf Nilai rata-rata MOR
(N/mm2)
Hasil uji lanjut
Duncan
Jenis perekat
MF 30,540 A
MUF 27,975 A
UF 18,650 B
Kadar perekat
18% 28,274 A
15% 27,472 A
12% 21,419 B
Interaksi
perlakuan
pendahuluan
dengan jenis
perekat
RD*MF 35,682 A
RP*MUF 32,427 AB
RP*MF 29,374 ABC
RD*MUF 27,068 BCD
K*MF 26,564 BCD
K*MUF 24,431 CD
K*UF 20,498 ED
RP*UF 19,263 ED
RD*UF 16,189 E
Interaksi jenis
perekat dengan
kadar perekat
MF*15% 40,926 A
MUF*18% 34,698 AB
MF*18% 30,087 BC
MUF*15% 26,777 CD
MUF*12% 22,451 DE
UF*12% 21,199 DE
MF*12% 20,606 DE
UF*18% 20,037 DE
UF*15% 14,714 E
Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara perlakuan pendahuluan
dengan jenis perekat menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan rendaman
dingin yang menggunakan perekat MF yang memberikan nilai MOR yang tinggi
dengan perlakuan rendaman panas yang menggunakan perekat MUF tidak
berbeda nyata. Jadi disarankan menggunakan rendaman panas yang menggunakan
perekat MUF untuk mendapatkan papan partikel yang memenuhi standar serta
dapat mengurangi penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal.
Sedangkan hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara perlakuan pendahuluan
38
dengan kadar perekat menunjukkan bahwa interaksi papan yang menggunakan
perekat MF pada kadar 15% dengan papan yang menggunakan perekat MUF pada
kadar 18% tidak berbeda nyata. Jadi disarankan menggunakan perekat MUF pada
kadar 18% untuk mendapatkan papan partikel yang memenuhi standar serta dapat
mengurangi penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal.
4.2.3 Keteguhan Rekat Internal atau Internal Bond (IB)
Nilai IB rata-rata tiap papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan berkisar
0,027-0,623 N/mm2. Nilai kerapatan tiap papan terendah, yaitu 0,027 N/mm
2
diperoleh pada papan partikel kontrol yang menggunakan perekat MF dengan
kadar perekat 12%, sedangkan nilai IB rata-rata tiap papan tertinggi, yaitu 0,623
N/mm2 diperoleh pada papan partikel dengan perlakuan rendaman panas yang
menggunakan perekat MF dengan kadar 15%. Nilai rata-rata IB pada berbagai
perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat dapat dilihat pada Gambar
11.
Gambar 11 IB pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar
perekat.
Nilai rata-rata IB seluruh papan partikel sabut kelapa adalah 0,28 Nmm2.
Nilai rata-rata IB papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan pada berbagai
perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat sebagian besar sudah
memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai IB papan partikel
minimal sebesar 0,15 N/mm2.
39
4.2.3.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap IB Papan Partikel Sabut Kelapa
Berdasarkan analisis sidik ragam pada Tabel 17 menunjukkan bahwa
perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat tidak berpengaruh sangat
nyata terhadap nilai IB papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan. Hal ini berarti
faktor perlakuan pendahuluan, jenis perekat, dan kadar perekat yang diberikan
akan memberikan respon yang sama pada nilai keteguhan rekat internal papan
partikel sabut kelapa.
Tabel 17 Analisis sidik ragam IB
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
Perlakuan pendahuluan (PP) 2 0,05 0,02 0,36tn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 0,15 0,07 1,04tn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 0,39 0,20 2,81tn 3,354 5,488
PP*JP 4 0,18 0,05 0,66tn 2,728 4,106
PP*KP 4 0,25 0,06 0,89tn 2,728 4,106
JP*KP 4 0,22 0,06 0,80tn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 0,19 0,02 0,34tn 2,305 3,256
Galat 27 1,89 0,07
Total 53 3,32
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
4.2.4 Kuat Pegang Sekrup
Nilai rata-rata kuat pegang sekrup tertinggi yaitu sebesar 1565,960 N
terdapat pada papan dengan perlakuan rendaman panas yang menggunakan
perekat MF pada kadar 15%, sedangkan nilai rata-rata kuat pegang sekrup
terendah yaitu sebesar 757,464 N terdapat pada papan kontrol yang menggunakan
perekat UF pada kadar 18%. Nilai rata-rata kuat pegang sekrup pada berbagai
perlakuan pendahuluan, jenis perekat dan kadar perekat dapat dilihat pada Gambar
12.
40
Gambar 12 Kuat pegang sekrup pada berbagai perlakuan pendahuluan, jenis
perekat dan kadar perekat.
Rata-rata nilai kuat pegang sekrup dari keseluruhan papan partikel yang
dihasilkan adalah sebesar 1101,28 N. Nilai kuat pegang sekrup yang dihasilkan
pada penelitian ini telah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan
nilai kuat pegang sekrup papan partikel minimal 300 N. Tingginya nilai kuat
pegang sekrup yang dihasilkan diduga disebabkan oleh partikel sabut kelapa yang
digunakan berupa serat yang mempunyai luas bidang rekat yang besar sehingga
kontak antara partikel dengan perekat menjadi lebih besar. Hal ini menyebabkan
papan yang dihasilkan menjadi lebih kompak dan padat sehingga nilai kuat
pegang sekrupnya menjadi lebih tinggi.
4.2.4.1 Pengaruh Perlakuan Pendahuluan, Jenis dan Kadar Perekat
Terhadap Kuat Pegang Sekrup Papan Partikel Sabut Kelapa
Berdasarkan analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% dan 99%
(taraf nyata 5% dan 1%) menunjukkan bahwa jenis perekat berpengaruh sangat
nyata terhadap kuat pegang sekrup papan partikel sabut kelapa. Hasil analisis
sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 18.
41
Tabel 18 Analisis sidik ragam kuat pegang sekrup
Sumber DB JK KT Fhit Ftabel
5% 1%
P. Pendahuluan 2 155866,04 77933,02 1,88tn 3,354 5,488
Jenis perekat (JP) 2 566269,30 283134,65 6,84sn 3,354 5,488
Kadar perekat (KP) 2 58914,84 29475,42 0,71tn 3,354 5,488
PP*JP 4 296499,76 74124,94 1,79tn 2,728 4,106
PP*KP 4 82076,09 20519,02 0,50tn 2,728 4,106
JP*KP 4 335099,41 83774,85 2,03tn 2,728 4,106
PP*JP*KP 8 148336,29 18542,04 0,45tn 2,305 3,256
Galat 27 1116989,13 41369,97 Total 53 2760050,85
Keterangan :
DB : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadarat KT : Kuadrat Tengah
n : nyata sn : sangat nyata tn : tidak nyata
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai kuat
pegang sekrup tertinggi pada papan partikel yang menggunakan perekat MF tidak
berbeda nyata dengan papan dengan perekat MUF, namun berbeda nyata dengan
papan partikel dengan perekat UF. Tingginya nilai kuat pegang sekrup papan
partikel yang menggunakan perekat MF dan MUF disebabkan oleh kualitas
perekat MF yang lebih bagus sehingga menyebabkan ikatan antar partikel
semakin kuat dan lebih kuat untuk menahan sekrup. Hal ini berarti penggunaan
perekat MUF sudah cukup untuk meningkatkan nilai kuat pegang sekrup papan
partikel sabut kelapa. Penggunaan MUF diharapkan dapat mengurangi
penggunaan perekat MF yang harganya relatif mahal.
Tabel 19 Hasil uji lanjut Duncan kuat pegang sekrup papan partikel sabut kelapa
Faktor Taraf Nilai rata-rata KPS (N) Hasil uji lanjut
Duncan
Jenis perekat
MF 1178,23 A
MUF 1169,05 A
UF 956,55 B
4.3 Emisi Formaldehida Papan Partikel Sabut Kelapa
Emisi formaldehida merupakan peristiwa pengeluaran atau pemancaran
gas formaldehida yang berasal dari perekat yang digunakan dalam pembuatan
suatu produk dimana perekat itu mengandung formaldehida dalam komposisisnya.
Pengujian emisi formaldehida pada penelitian ini dilakukan pada papan partikel
sabut kelapa yang memiliki kualitas terbaik. Papan partikel yang memilki kualitas
terbaik ini dapat diartikan bahwa papan partikel ini telah memenuhi semua standar
42
JIS A 5908-2003 baik sifat fisis maupun sifat mekanis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa papan partikel yang memiliki kualitas terbaik adalah papan
partikel dengan perlakuan rendaman dingin yang menggunakan perekat MF pada
kadar 15%.
Emisi formaldehida yang dihasilkan oleh papan partikel sabut kelapa
adalah 33,38 ppm. Nilai emisi formaldehida ini tidak memenuhi standar JIS A
5908-2003 yang mensyaratkan nilai emisi formaldehida papan partikel maksimal
2,1 ppm. Tingginya nilai emisi formaldehida yang diperoleh diduga disebabkan
oleh tingginya ratio perbandingan antara melamin dan formaldehida pada perekat
MF sehingga emisi formaldehida yang dihasilkan tinggi. Perbandingan antara
melamin dan formaldehida pada perekat MF adalah 1 : (1,5-3,5) (Surdiding dkk.
2007). Simangunsong (1985) diacu dalam Jatmiko (2006) menyatakan bahwa
rasio molar F/P berpengaruh sangat nyata terhadap emisi formaldehida papan
partikel. Semakin rendah ratio molar F/P menyebabkan semakin berkurangnya
emisi formaldehida yang terjadi pada papan partikel.
Emisi formaldehida dari papan partikel yang direkat dengan perekat yang
mengandung formaldehida dapat mengganggu kesehatan, terutama jika digunakan
di dalam ruangan dengan ventilasi yang terbatas. Untuk mengurangi emisi
formaldehida produk tersebut dapat difumigasi dengan amonium hidroksida 25%.
Santoso dan Sutigno (2004) menyatakan bahwa papan partikel yang difumigasi
dengan amonium hidroksida 25% selama 1 jam dapat mengurangi nilai emisi
formaldehida hingga memenuhi standar JIS A 5908-2003.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perlakuan pendahuluan mempengaruhi sifat papan partikel sabut kelapa
yaitu kadar air dan pengembangan tebal. Jenis perekat mempengaruhi sifat
papan partikel yaitu kadar air, kerapatan, daya serap air, pengembangan
tebal, MOE, MOR, dan kuat pegang sekrup. Sedangkan kadar perekat
mempengaruhi sifat papan partikel sabut kelapa yaitu kadar air, kerapatan,
daya serap air, pengembangan tebal, MOE dan MOR.
2. Sifat fisis dan mekanis papan partikel sabut kelapa yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: kerapatan 0,50-0,69 g/cm3, kadar air
11% -12%, daya serap air 20%-110%, pengembangan tebal 5%-44%,
MOE 690-2320N/mm2, MOR 11N/mm
2-50 N/mm
2, IB 0,03-0,62 N/mm
2
dan kuat pegang sekrup 758 N-1566N. Emisi formaldehida yang
dihasilkan oleh papan partikel sabut kelapa terbaik adalah sebesar 33,4
ppm.
3. Papan partikel sabut kelapa terbaik hasil penelitian adalah papan partikel
yang mendapat perlakuan rendaman dingin dengan jenis perekat melamin
formaldehida pada kadar 15% dengan nilai rata-rata kerapatan sebesar 0,57
g/cm3, kadar air 11%, daya serap air 50%, pengembangan tebal 8%, MOE
2320 N/mm2, nilai MOR 50 N/mm
2, IB 0,20 N/mm
2 dan kuat pegang
sekrup 1331 N. Nilai sifat-sifat papan partikel sabut kelapa yang terbaik
telah memenuhi standar JIS A 5908-2003
5.2 Saran
Perlu dilakukan upaya lebih lanjut dengan:
a. penambahan bahan anti air (parafin) untuk mengurangi daya serap air
dan pengembangan tebal papan partikel sabut kelapa yang besar, dan
b. penangkap formaldehida untuk menurunkan tingkat emisi sampai
ambang batas yang disyaratkan standar.
44
DAFTAR PUSTAKA
Aruki. 2008. Certificate of Analysis (UL-170). IDO No: 0155/02/08. Surabaya.
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2007. Statistical yearbook of Indonesia. Jakarta: BPS.
Dumanauw JF. 2001. Mengenal kayu. Yogyakarta: Kanisius.
Hadi YS. 1988. Pengaruh Perendaman Panas Partikel Kayu Terhadap Stabilitas
Dimensi Papan Partikel Meranti Merah. Teknolog 2 (1) : 16-24.
Hadi YS. 1991. Pengaruh Perendaman Dingin Selumbar Terhadap Sifat Fisis
Papan Partikel Meranti Merah. Teknolog 4 (1) : 13-16.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Hadikusumo SA,
penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: UGM Press.
Terjemahan dari : Forest Product and Wood Science An Introduction.
Hertapari. 1994. Pengaruh Keterbatasan Selumbar Terhadap Keteguhan Rekat
Papan Partikel [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor.
[JIS] Japanese Industrial Standard. 2003. Japanese Standar Association
Particleboard. Japan: JIS; (JIS A 5908).
Jatmiko A. 2006. Kualitas papan partikel pada berbagai kadar perekat likuida
tandan kosong kelapa sawit [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Kusumah SS. 2005. Analisis kelayakan teknis papan komposit dari limbah kayu
dan karton gelombang. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Lukman A. 2008. Karakteristik partikel tandan kosong sawit setelah perendaman
air dingin, air panas, etanol-benzena. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard
Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman, Inc.
Meda AA. 2006. Kualitas komposit dan likuida limbah sabut kalapa dengan
fortifikasi perekat poliuretan. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.
Pamungkas EA. 2006. Kualitas papan partikel limbah dan likuida sabut kelapa
dengan fortifikasi melamin formaldehida. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
45
Purwadi RE. 1993. Sifat fisis mekanis papan gips dari sabut kelapa [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Rinawati T. 2002. Emisi formaldehida kayu lapis meranti dengan menggunakan
perekat berbahan dasar lignin. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Rowell RM. 2005. Handbook of Wood Chemistry and Wood Composites. USA:
CRC Press.
Saputra YF. 2004. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan Partikel dan Kadar Perekat
Terhadap Sifat Papan Partikel Tandan Kosong Kelapa Sawit [skripsi].
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiadhi H. 2006. Pembuatan papan semen dari sabut kelapa (Cocos nucifera L)
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Setiawan CN. 2004. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku
perekat likuida kayu dan papan partikel berkerapatan sedang [skripsi].
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Setyawati D, Massijaya MY. 2005. Pengembangan papan komposit berkualitas
tinggi dari sabut kelapa dan polipropilena daur ulang (1): suhu dan waktu
kempa panas. J teknologi hasil hutan 18 (2): 91-100.
Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu: Dasar-dasar dan Penggunaan. Sastrohamidjojo H,
penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Terjemahan dari: C
Sukmayadi Y. 1985. Pengaruh ukuran partikel dan kadar perekat terhadap sifat
papan partikel wafer (wafer board) dari kayu meranti merah (Shorea
spec) dan ramin (Gonystylus bancanus) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Surdiding R, Koroh DN, Syamani FA, Yanti H, Nurhaida, Saad S, Sucipto T.
2007. Analisis perekatan kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Santoso A, Sutigno P. 2004. Pengaruh fumigasi amonium hidroksida terhadap
emisi formaldehida kayu lapis dan papan partikel. http://www.forda-
mof/informasi.asp [13 Desember 2008].
Tyas SIS. 2000. Studi netralisasi limbah serbuk sabut kelapa (Cocopeat) sebagai
media tanam. [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Widaningsih K. 2003. Sifat fisis mekanis papan komposit dari limbah kayu dan
karton. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
46
Yanti H, Wahyuni N, Dirhamsyah M. 2006. Sifat fisis dan mekanis papan partikel
dan sabut kelapa (Cocos nucifera L) dan plastik polyprophylene. Di
dalam: Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Hasil Hutan Berbasis
Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu
Indonesia (MAPEKI); Banjarbaru, 11-13 Agustus 2006. Banjarbaru:
Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru. hlm 351.
48
Lampiran 1 Rekapitulasi hasil kadar air papan partikel sabut kelapa
Kode papan
contoh Ulangan
Berat (g) Kadar air (%)
Rata-rata KA
(%) BKU BKO
A1B1C1 1 69,258 62,186 11,372
11,478 2 74,589 66,846 11,583
A1B1C2 1 66,925 60,137 11,288
11,283 2 66,959 60,172 11,279
A1B1C3 1 63,733 57,320 11,188
11,293 2 73,262 65,766 11,398
A1B2C1 1 75,637 67,931 11,344
11,176 2 58,529 52,725 11,008
A1B2C2 1 72,631 65,774 10,425
10,733 2 78,058 70,296 11,042
A1B2C3 1 66,443 59,664 11,362
11,179 2 63,704 57,393 10,996
A1B3C1 1 74,897 67,467 11,013
10,900 2 88,395 79,788 10,787
A1B3C2 1 80,626 72,789 10,767
10,765 2 66,200 59,767 10,763
A1B3C3 1 77,459 69,865 10,870
10,863 2 84,711 76,415 10,857
A2B1C1 1 72,442 65,295 10,946
10,863 2 79,480 71,745 10,781
A2B1C2 1 58,662 52,708 11,296
11,132 2 69,792 62,894 10,968
A2B1C3 1 70,264 63,478 10,690
10,959 2 95,200 85,591 11,227
A2B2C1 1 68,659 62,194 10,395
10,669 2 68,892 62,097 10,943
A2B2C2 1 61,856 55,870 10,714
10,683 2 67,181 60,714 10,652
A2B2C3 1 72,669 65,605 10,767
10,753 2 68,944 62,258 10,739
A2B3C1 1 75,516 68,092 10,903
10,829 2 68,962 62,265 10,756
A2B3C2 1 75,462 68,115 10,786
10,763 2 62,773 56,685 10,740
A2B3C3 1 70,591 63,735 10,757
10,577 2 83,980 76,071 10,397
49
Lampiran 1 Rekapitulasi hasil kadar air papan partikel sabut kelapa
(lanjutan)
Kode papan contoh
Ulangan Berat (g)
Kadar air (%) Rata-rata KA
(%) BKU BKO
A3B1C1 1 92,587 83,268 11,192
11,291 2 82,129 73,731 11,390
A3B1C2 1 85,433 76,957 11,014
11,170 2 67,316 60,468 11,325
A3B1C3 1 76,346 68,671 11,176
11,165 2 68,956 62,037 11,153
A3B2C1 1 75,764 68,402 10,763
10,767 2 83,000 74,927 10,775
A3B2C2 1 65,148 58,942 10,529
10,519 2 61,068 55,261 10,508
A3B2C3 1 62,535 56,557 10,570
10,611 2 83,296 75,278 10,651
A3B3C1 1 71,663 64,222 11,586
11,575 2 68,402 61,312 11,564
A3B3C2 1 73,303 65,997 11,070
11,073 2 71,952 64,777 11,076
A3B3C3 1 71,965 64,974 10,760
10,699 2 73,705 66,618 10,638
Keterangan: A1 = Kontrol C1 = Kadar perekat 12%
A2 = Perendaman panas C2 = Kadar perekat 15% A3 = Perendaman dingin C3 = Kadar perekat 18%
B1 = Perekat UF BKO = Berat kering oven
B2 = Perekat MF BKU = Berat kering udara
B3 = Perekat MUF
50
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil kerapatan papan partikel sabut kelapa
Kode
papan
contoh
Ulangan
Dimensi (cm)
Volume
(cm3)
Berat
(g)
Kerapatan
(g/cm3)
Rata-rata
kerapatan
(g/cm3) Sisi Sisi Tebal
A1B1C1 1 9,957 9,958 1,198 118,728 69,258 0,583
0,612 2 9,976 9,978 1,169 116,376 74,589 0,641
A1B1C2 1 9,984 9,981 1,211 120,670 66,925 0,555
0,561 2 10,015 9,958 1,186 118,223 66,959 0,566
A1B1C3 1 10,012 9,981 1,155 115,369 63,733 0,552
0,583 2 10,006 9,963 1,197 119,348 73,262 0,614
A1B2C1 1 9,926 9,972 1,482 146,709 75,637 0,516
0,497 2 9,996 9,979 1,225 122,144 58,529 0,479
A1B2C2 1 9,999 9,982 1,076 107,390 72,631 0,676
0,685 2 10,010 9,984 1,128 112,677 78,058 0,693
A1B2C3 1 10,007 9,945 1,095 108,999 66,443 0,610
0,613 2 10,000 9,984 1,034 103,185 63,704 0,617
A1B3C1 1 10,010 9,989 1,265 126,475 74,897 0,592
0,644 2 10,022 10,011 1,268 127,187 88,395 0,695
A1B3C2 1 10,012 9,962 1,218 121,427 80,626 0,664
0,609 2 10,004 9,994 1,194 119,370 66,200 0,555
A1B3C3 1 10,014 9,977 1,192 119,030 77,459 0,651
0,675 2 10,016 9,980 1,212 121,095 84,711 0,700
A2B1C1 1 9,966 9,963 1,338 132,789 72,442 0,546
0,594 2 9,954 9,989 1,244 123,661 79,480 0,643
A2B1C2 1 10,007 9,972 1,310 130,675 58,662 0,449
0,499 2 10,010 9,983 1,272 127,073 69,792 0,549
A2B1C3 1 10,007 9,998 1,219 121,905 70,264 0,576
0,634 2 10,006 9,951 1,382 137,549 95,200 0,692
A2B2C1 1 9,993 9,984 1,267 126,402 68,659 0,543
0,543 2 9,969 9,966 1,276 126,797 68,892 0,543
A2B2C2 1 10,023 9,967 1,050 104,864 61,856 0,590
0,605 2 10,009 9,998 1,082 108,301 67,181 0,620
A2B2C3 1 10,007 9,973 1,063 106,082 72,669 0,685
0,659 2 10,010 10,005 1,089 109,078 68,944 0,632
A2B3C1 1 10,008 10,013 1,263 126,565 75,516 0,597
0,590 2 10,009 9,935 1,188 118,072 68,962 0,584
A2B3C2 1 9,996 10,018 1,222 122,390 75,462 0,617
0,579 2 9,970 9,952 1,169 115,965 62,773 0,541
A2B3C3 1 10,005 9,988 1,165 116,357 70,591 0,607
0,670 2 10,010 9,984 1,147 114,581 83,980 0,733
51
Lampiran 2 Rekapitulasi hasil kerapatan papan partikel sabut kelapa
(lanjutan)
Kode
papan
contoh
Ulangan
Dimensi (cm)
Volume
(cm3)
Berat
(g)
Kerapatan
(g/cm3)
Rata-rata
kerapatan
(g/cm3) Sisi Sisi Tebal
A3B1C1 1 10,022 9,994 1,566 156,860 92,587 0,590
0,561 2 10,009 9,990 1,542 154,177 82,129 0,533
A3B1C2 1 10,011 9,999 1,448 144,913 85,433 0,590
0,539 2 10,001 9,986 1,380 137,846 67,316 0,488
A3B1C3 1 10,020 9,987 1,298 129,834 76,346 0,588
0,570 2 10,040 10,016 1,242 124,890 68,956 0,552
A3B2C1 1 10,018 9,976 1,199 119,853 75,764 0,632
0,646 2 9,992 9,998 1,258 125,611 83,000 0,661
A3B2C2 1 9,993 9,934 1,085 107,653 65,148 0,605
0,572 2 10,001 10,006 1,134 113,443 61,068 0,538
A3B2C3 1 10,000 9,966 1,075 107,129 62,535 0,584
0,664 2 10,008 9,933 1,125 111,855 83,296 0,745
A3B3C1 1 10,010 9,974 1,188 118,579 71,663 0,604
0,590 2 10,010 9,951 1,192 118,735 68,402 0,576
A3B3C2 1 9,991 10,010 1,138 113,806 73,303 0,644
0,649 2 10,007 9,986 1,099 109,842 71,952 0,655
A3B3C3 1 10,015 9,975 1,100 109,854 71,965 0,655
0,657 2 9,978 10,018 1,118 111,749 73,705 0,660
Keterangan: A1 = Kontrol B3 = Perekat MUF
A2 = Perendaman panas C1 = Kadar perekat 12%
A3 = Perendaman dingin C2 = Kadar perekat 15%
B1 = Perekat UF C3 = Kadar perekat 18%
B2 = Perekat MF
52
Lampiran 3 Rekapitulasi hasil daya serap air papan partikel sabut kelapa
Kode
papan
contoh
Ulangan
Berat (gram) Daya serap air
(%)
Rata-rata
daya serap
air (%) Berat awal
Berat setelah
perendaman 24 jam
A1B1C1 1 16,045 32,496 102,530
83,880 2 19,957 32,975 65,230
A1B1C2 1 18,155 32,211 77,422
67,902 2 21,149 33,496 58,381
A1B1C3 1 19,550 31,328 60,246
58,723 2 20,028 31,484 57,200
A1B2C1 1 22,813 39,631 73,721
78,711 2 17,712 32,537 83,700
A1B2C2 1 14,662 22,668 54,604
52,140 2 19,744 29,552 49,676
A1B2C3 1 13,484 27,617 104,813
74,835 2 19,029 27,565 44,858
A1B3C1 1 22,699 37,292 64,289
76,780 2 16,936 32,055 89,271
A1B3C2 1 18,785 31,656 68,517
60,314 2 19,553 29,742 52,110
A1B3C3 1 23,648 30,022 26,954
40,038 2 19,246 29,470 53,123
A2B1C1 1 20,260 37,796 86,555
98,638 2 15,810 33,315 110,721
A2B1C2 1 19,679 38,305 94,649
85,887 2 18,129 32,111 77,125
A2B1C3 1 13,557 25,939 91,333
104,667 2 15,693 34,211 118,002
A2B2C1 1 15,694 26,901 71,409
62,395 2 20,032 30,725 53,380
A2B2C2 1 19,192 23,936 24,719
26,456 2 17,515 22,453 28,193
A2B2C3 1 19,380 23,076 19,071
19,582 2 21,242 25,510 20,092
A2B3C1 1 17,530 30,504 74,010
62,175 2 18,534 27,864 50,340
A2B3C2 1 21,915 33,109 51,079
49,502 2 17,473 25,847 47,925
A2B3C3 1 18,825 30,693 63,044
64,639 2 17,992 29,909 66,235
53
Lampiran 3 Rekapitulasi hasil daya serap air papan partikel sabut kelapa
(lanjutan)
Kode
papan
contoh
Ulangan
Berat (gram)
Daya serap air
(%)
Rata-rata daya
serap air (%) Berat
awal
Berat setelah
perendaman 24 jam
A3B1C1 1 21,973 43,994 100,218
97,857 2 23,314 45,578 95,496
A3B1C2 1 18,571 37,093 99,736
109,957 2 17,311 38,115 120,178
A3B1C3 1 17,145 33,527 95,550
84,142 2 19,974 34,502 72,735
A3B2C1 1 19,292 28,649 48,502
60,475 2 18,355 31,653 72,449
A3B2C2 1 19,656 25,555 30,011
49,849 2 15,083 25,594 69,688
A3B2C3 1 17,545 29,209 66,480
50,400 2 22,693 30,481 34,319
A3B3C1 1 19,561 29,517 50,897
48,127 2 18,619 27,064 45,357
A3B3C2 1 18,863 26,650 41,282
44,525 2 18,125 26,783 47,768
A3B3C3 1 18,476 25,664 38,905
31,901 2 21,782 27,205 24,897
Keterangan: A1 = Kontrol B3 = Perekat MUF
A2 = Perendaman panas C1 = Kadar perekat 12%
A3 = Perendaman dingin C2 = Kadar perekat 15%
B1 = Perekat UF C3 = Kadar perekat 18%
B2 = Perekat MF
54
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel sabut
kelapa
Kode papan
contoh Ulangan
Tebal (cm)
Pengembangan
Tebal (%)
Rata-rata
Pengembangan
tebal (%) Awal
Setelah
perendaman
24 jam
A1B1C1 1 1,151 1,473 27,932
21,380 2 1,145 1,315 14,829
A1B1C2 1 1,172 1,362 16,208
16,579 2 1,208 1,413 16,950
A1B1C3 1 1,072 1,242 15,912
15,232 2 1,125 1,289 14,552
A1B2C1 1 1,449 1,741 20,131
19,571 2 1,188 1,413 19,011
A1B2C2 1 1,054 1,085 2,943
5,590 2 1,093 1,183 8,238
A1B2C3 1 1,105 1,197 8,279
8,843 2 1,021 1,117 9,407
A1B3C1 1 1,238 1,519 22,718
19,052 2 1,243 1,434 15,386
A1B3C2 1 1,199 1,296 8,156
8,923 2 1,079 1,183 9,689
A1B3C3 1 1,190 1,280 7,565
8,161 2 1,171 1,273 8,757
A2B1C1 1 1,288 1,540 19,592
20,815 2 1,226 1,497 22,039
A2B1C2 1 1,317 1,900 44,240
32,384 2 1,250 1,506 20,528
A2B1C3 1 1,175 1,337 13,836
20,369 2 1,314 1,668 26,903
A2B2C1 1 1,202 1,359 13,062
13,227 2 1,236 1,401 13,393
A2B2C2 1 1,032 1,061 2,761
5,163 2 1,041 1,120 7,565
A2B2C3 1 1,028 1,083 5,376
5,271 2 1,084 1,140 5,166
A2B3C1 1 1,233 1,369 11,034
8,920 2 1,157 1,236 6,806
A2B3C2 1 1,220 1,432 17,401
11,675 2 1,152 1,220 5,949
A2B3C3 1 1,129 1,234 9,232
9,805 2 1,149 1,268 10,379
55
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil pengembangan tebal papan partikel sabut
Kelapa (lanjutan)
Kode papan
contoh Ulangan
Tebal (cm)
Pengembangan
Tebal (%)
Rata-rata
Pengembangan
tebal (%) Awal
Setelah
perendaman
24 jam
A3B1C1 1 1,529 2,143 40,170
43,517 2 1,495 2,195 46,864
A3B1C2 1 1,372 1,787 30,277
41,784 2 1,353 2,073 53,290
A3B1C3 1 1,271 1,620 27,470
27,923 2 1,212 1,556 28,377
A3B2C1 1 1,160 1,341 15,560
14,048 2 1,215 1,367 12,536
A3B2C2 1 1,101 1,142 3,771
8,105 2 1,073 1,207 12,439
A3B2C3 1 1,036 1,107 6,779
5,863 2 1,117 1,172 4,947
A3B3C1 1 1,172 1,331 13,545
14,778 2 1,124 1,304 16,011
A3B3C2 1 1,125 1,160 3,044
5,912 2 1,096 1,193 8,780
A3B3C3
1 1,075 1,166 8,440 5,508
2 1,116 1,145 2,577
Keterangan: A1 = Kontrol B3 = Perekat MUF
A2 = Perendaman panas C1 = Kadar perekat 12%
A3 = Perendaman dingin C2 = Kadar perekat 15%
B1 = Perekat UF C3 = Kadar perekat 18%
B2 = Perekat MF
56
Lampiran 5 Rekapitulasi hasil MOE papan partikel sabut kelapa
Kode
papan
contoh
Ulangan
∆p
(kg)
∆y
(cm)
b
(cm)
h (cm)
L (cm)
MOE
(N/mm2)
Rata-rata
MOE (N/mm2)
A1B1C1 1 35,342 0,456 5,007 1,129 15 890,539
1009,421 2 44,335 0,426 5,035 1,149 15 1128,304
A1B1C2 1 37,102 0,464 5,028 1,127 15 920,784
849,150 2 31,915 0,415 4,991 1,179 15 777,515
A1B1C3 1 36,029 0,443 5,017 1,091 15 1031,553
971,245 2 36,095 0,444 5,036 1,136 15 910,936
A1B2C1 1 41,049 0,415 4,984 1,408 15 589,403
791,904 2 24,921 0,274 5,012 1,147 15 994,404
A1B2C2 1 72,141 0,642 4,997 1,016 15 1773,508
1560,967 2 53,287 0,560 4,972 1,055 15 1348,426
A1B2C3 1 43,521 0,470 4,981 1,022 15 1442,786 1643,037
2 57,182 0,475 4,992 1,027 15 1843,288
A1B3C1 1 15,770 0,588 4,983 1,192 15 262,941
720,302 2 37,599 0,301 5,015 1,205 15 1177,664
A1B3C2 1 49,479 0,455 5,000 1,127 15 1258,072
950,325 2 27,717 0,560 5,035 1,082 15 642,577
A1B3C3 1 66,550 0,572 5,033 1,122 15 1354,848
148,860 2 73,652 0,486 5,010 1,159 15 1606,873
A2B1C1 1 47,135 0,335 5,020 1,270 15 1134,367
1017,567 2 38,361 0,476 4,996 1,140 15 900,768
A2B1C2 1 41,337 0,488 5,024 1,283 15 661,083
747,725 2 37,214 0,421 5,018 1,205 15 834,367
A2B1C3 1 40,756 0,391 5,040 1,165 15 1081,966
889,883 2 30,201 0,293 4,981 1,349 15 697,800
A2B2C1 1 23,221 0,221 4,987 1,172 15 1084,600
996,013 2 37,660 0,433 4,994 1,167 15 907,430
A2B2C2 1 49,320 0,493 5,017 0,990 15 1702,023
1859,964 2 82,627 0,653 4,996 1,013 15 201,905
A2B2C3 1 48,938 0,719 5,037 1,022 15 104,914
1518,813 2 72,522 0,566 5,007 1,021 15 199,.712
A2B3C1 1 47,733 0,530 5,014 1,187 15 888,787
1066,528 2 52,184 0,501 5,016 1,114 15 1244,269
A2B3C2 1 48,480 0,383 5,017 1,124 15 1468,916
1543,272 2 53,223 0,447 4,956 1,071 15 1617,627
57
Lampiran 5 Rekapitulasi hasil MOE papan partikel sabut kelapa (lanjutan)
Kode
papan
contoh
Ulangan
∆p (kg)
∆y
(cm)
b
(cm)
h (cm)
L (cm)
MOE
(N/mm2)
Rata-rata
MOE (N/mm2)
A2B3C3 1 49,168 0,477 5,035 1,130 15 1173,835
1576,241 2 73,491 0,463 5,013 1,098 15 1978,647
A3B1C1 1 66,460 0,319 4,981 1,498 15 1028,734
896,672 2 47,051 0,362 5,010 1,410 15 764,610
A3B1C2 1 32,869 0,243 5,037 1,356 15 890,576
689,920 2 24,802 0,424 5,029 1,253 15 489,263
A3B1C3 1 38,272 0,490 5,034 1,186 15 769,626
775,374 2 35,482 0,472 5,039 1,165 15 781,123
A3B2C1 1 40,993 0,508 5,014 1,106 15 983,525
1158,784 2 65,435 0,524 5,037 1,155 15 1334,043
A3B2C2 1 93,836 0,629 5,037 1,047 15 2138,697
2319,951 2 104,080 0,562 5,021 1,069 15 2501,205
A3B2C3
1 68,238 0,546 4,994 1,011 15 2006,826 1471,976
2 36,132 0,578 4,994 1,034 15 937,127
A3B3C1 1 42,781 0,445 4,991 1,124 15 1123,122
1163,945 2 31,757 0,324 4,993 1,105 15 1204,768
A3B3C2 1 55,091 0,562 5,040 1,122 15 1140,736
1310,428 2 53,191 0,505 4,971 1,058 15 1480,121
A3B3C3 1 69,794 0,614 4,996 1,051 15 1622,011
1493,586 2 58,005 0,574 5,039 1,067 15 1365,161
Keterangan : ΔP = perubahan beban B1 = Perekat UF
b = lebar contoh uji B2 = Perekat MF h = tebal contoh uji B3 = Perekat MUF
L = panjang bentang C1 = Kadar perekat 12%
A1 = Kontrol C2 = Kadar perekat 15%
A2 = Perendaman panas C3 = Kadar perekat 18%
A3 = Perendaman dingin
ΔY = perubahan defleksi setiap perubahan beban
58
Lampiran 6 Rekapitulasi hasil MOR papan partikel sabut kelapa
Kode papan
contoh
Ulangan
P maks
(kg)
b
(cm)
h
(cm)
L
(cm)
MOR
(N/mm2)
Rata-rata
MOR (N/mm2)
A1B1C1 1 56,829 5,007 1,129 15 19,651
22,836 2 78,405 5,035 1,149 15 26,021
A1B1C2 1 53,078 5,028 1,127 15 18,352
17,301 2 51,123 4,991 1,179 15 16,250
A1B1C3 1 62,464 5,017 1,091 15 23,063
21,358 2 57,900 5,036 1,136 15 19,652
A1B2C1 1 60,005 4,984 1,408 15 13,407
16,080 2 56,051 5,012 1,147 15 18,753
A1B2C2 1 88,636 4,997 1,016 15 37,905
34,498 2 78,035 4,972 1,055 15 31,091
A1B2C3 1 61,901 4,981 1,022 15 26,274
29,113 2 76,256 4,992 1,027 15 31,951
A1B3C1 1 45,281 4,983 1,192 15 14,113
16,647 2 63,341 5,015 1,205 15 19,180
A1B3C2 1 79,287 5,000 1,127 15 27,567
20,642 2 36,632 5,035 1,082 15 13,716
A1B3C3 1 94,437 5,033 1,122 15 32,908
36,004 2 119,289 5,010 1,159 15 39,100
A2B1C1 1 95,544 5,020 1,270 15 26,051
22,776 2 57,417 4,996 1,140 15 19,501
A2B1C2 1 56,270 5,024 1,283 15 15,015
15,652 2 53,777 5,018 1,205 15 16,289
A2B1C3 1 78,564 5,040 1,165 15 25,346
19,361 2 54,941 4,981 1,349 15 13,375
A2B2C1 1 48,679 4,987 1,172 15 15,676
18,013 2 62,688 4,994 1,167 15 20,349
A2B2C2 1 68,986 5,017 0,990 15 30,982
38,538 2 107,066 4,996 1,013 15 46,095
A2B2C3 1 55,417 5,037 1,022 15 23,227
31,573 2 94,399 5,007 1,021 15 39,919
A2B3C1 1 81,564 5,014 1,187 15 25,471
28,217 2 87,299 5,016 1,114 15 30,964
A2B3C2 1 93,000 5,017 1,124 15 32,355
32,404 2 83,624 4,956 1,071 15 32,453
59
Lampiran 6 Rekapitulasi hasil MOR papan partikel sabut kelapa (lanjutan)
Kode papan
contoh
Ulangan
P maks
(kg)
b
(cm)
h
(cm)
L
(cm)
MOR
(N/mm2)
Rata-rata
MOR (N/mm2)
A2B3C3 1 91,127 5,035 1,130 15 31,266
36,661 2 115,226 5,013 1,098 15 42,056
A3B1C1 1 100,929 4,981 1,498 15 19,912
17,985 2 72,529 5,010 1,410 15 16,059
A3B1C2 1 53,521 5,037 1,356 15 12,752
11,188 2 34,433 5,029 1,253 15 9,624
A3B1C3 1 61,108 5,034 1,186 15 19,039
19,394 2 61,201 5,039 1,165 15 19,748
A3B2C1 1 63,893 5,014 1,106 15 22,982
27,726 2 98,824 5,037 1,155 15 32,470
A3B2C2 1 113,808 5,037 1,047 15 45,510
49,743 2 140,255 5,021 1,069 15 53,977
A3B2C3
1 92,013 4,994 1,011 15 39,806 29,577
2 46,806 4,994 1,034 15 19,347
A3B3C1 1 68,573 4,991 1,124 15 24,002
22,490 2 57,944 4,993 1,105 15 20,977
A3B3C2 1 69,213 5,040 1,122 15 24,085
27,285 2 76,865 4,971 1,058 15 30,486
A3B3C3 1 83,434 4,996 1,051 15 33,369
31,429 2 76,686 5,039 1,067 15 29,490
Keterangan : P = beban maksimum B1 = Perekat UF
b = lebar contoh uji B2 = Perekat MF
h = tebal contoh uji B3 = Perekat MUF
L = panjang bentang C1 = Kadar perekat 12%
A1 = Kontrol C2 = Kadar perekat 15%
A2 = Perendaman panas C3 = Kadar perekat 18%
A3 = Perendaman dingin
60
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil internal bond papan partikel sabut kelapa
Kode
papan
contoh
Ulangan Sisi
(cm)
Sisi
(cm)
A
(cm2)
P
(kg)
IB
(kg/cm2)
IB
(N/mm2)
Rata-rata
IB
(N/mm2)
A1B1C1 1 4,917 4,976 24,465 14,714 0,601 0,059
0,143 2 4,976 4,984 24,798 57,386 2,314 0,227
A1B1C2 1 5,007 5,005 25,058 36,061 1,439 0,141
0,126 2 4,994 5,068 25,307 28,370 1,121 0,110
A1B1C3 1 4,990 4,951 24,703 74,587 3,019 0,296
0,330 2 4,910 5,028 24,685 91,778 3,718 0,365
A1B2C1 1 5,057 5,019 25,379 13,342 0,526 0,052
0,029 2 4,990 4,991 24,900 1,539 0,062 0,006
A1B2C2 1 4,944 4,931 24,379 192,125 7,881 0,773
0,452 2 4,910 4,964 24,371 32.654 1,340 0,131
A1B2C3 1 4,950 5,051 24,998 28,132 1,125 0,110
0,163 2 4,935 5,047 24,904 54,909 2,205 0,216
A1B3C1 1 4,999 5,049 25,238 7,000 0,277 0,027
0,082 2 5,031 5,062 25,467 16,689 0,655 0,064
A1B3C2 1 4,953 4,983 24,678 26,705 1,082 0,106
0,459 2 5,006 4,970 24,880 205,796 8,272 0,811
A1B3C3 1 4,952 5,018 24,847 217,943 8,772 0,860
0,466 2 5,018 4,980 24,985 18,426 0,738 0,072
A2B1C1 1 4,974 5,053 25,129 193,453 7,699 0,755
0,388 2 4,958 5,053 25,053 5,162 0,206 0,020
A2B1C2 1 5,015 5,070 25,426 12,426 0,489 0,048
0,179 2 4,947 5,060 25,029 79,260 3,167 0,311
A2B1C3 1 4,948 4,994 24,705 63,669 2,577 0,253
0,197 2 4,917 4,975 24,457 35,194 1,439 0,141
A2B2C1 1 4,998 5,072 25,347 109,818 4,333 0,425
0,275 2 4,948 4,970 24,589 31,633 1,287 0,126
A2B2C2 1 4,996 4,991 24,933 234,869 9,420 0,924
0,623 2 5,025 5,068 25,464 83,606 3,283 0,322
A2B2C3 1 5,017 4,931 24,736 62,356 2,521 0,247
0,455 2 5,011 5,050 25,303 171,093 6,762 0,663
A2B3C1 1 5,025 5,003 25,138 38,730 1,541 0,151
0,096 2 4,897 4,997 24,470 9,973 0,408 0,040
A2B3C2 1 5,011 5,064 25,376 102,318 4,032 0,395
0,380 2 4,999 4,974 24,863 92,708 3,729 0,366
A2B3C3 1 5,063 5,032 25,475 116,475 4,572 0,448
0,265 2 4,918 5,029 24,728 20,816 0,842 0,083
61
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil internal bond papan partikel sabut kelapa
(lanjutan)
Kode
papan
contoh
Ulangan Sisi
(cm)
Sisi
(cm)
A
(cm2)
P
(kg)
IB
(kg/cm2)
IB
(N/mm2)
Rata-rata
IB
(N/mm2)
A3B1C1 1 4,991 5,032 25,112 8,446 0,336 0,033
0,027 2 5,016 5,052 25,336 5,399 0,213 0,021
A3B1C2 1 4,930 5,034 24,815 29,150 1,175 0,115
0,065 2 4,988 4,974 24,805 3,762 0,152 0,015
A3B1C3 1 5,017 5,088 25,527 29,091 1,140 0,112
0,375 2 5,005 5,007 25,055 163,004 6,506 0,638
A3B2C1 1 5,007 4,996 25,015 56,157 2,245 0,220
0,191 2 5,006 4,956 24,807 40,830 1,646 0,161
A3B2C2 1 5,008 5,075 25,411 36,274 1,428 0,140
0,195 2 4,967 5,073 25,195 64,440 2,558 0,251
A3B2C3 1 4,946 5,046 24,955 210,676 8,442 0,828
0,499 2 4,980 4,975 24,771 43,220 1,745 0,171
A3B3C1 1 4,954 4,969 24,616 24,047 0,977 0,096
0,230 2 4,932 4,992 24,618 91,446 3,715 0,364
A3B3C2 1 5,015 5,031 25,225 82,503 3,271 0,321
0,329 2 5,029 5,009 25,188 86,485 3,434 0,337
A3B3C3 1 5,005 4,977 24,910 120,193 4,825 0,473
0,468 2 5,017 5,038 25,273 119,183 4,716 0,462
Keterangan : A = luas permukaan papan partikel B2 = Perekat MF P = beban maksimum B3 = Perekat MUF
A1 = Kontrol C1 = Kadar perekat 12%
A2 = Perendaman panas C2 = Kadar perekat 15%
A3 = Perendaman dingin C3 = Kadar perekat 18%
B1 = Perekat UF
62
Lampiran 8 Rekapitulasi hasil kuat pegang sekrup papan partikel sabut
kelapa
Kode papan
contoh Ulangan
Kuat pegang sekrup
(kg)
Kuat pegang
sekrup (N)
Rata-rata kuat pegang
sekrup (N)
A1B1C1 1 83,539 819,234
778,949 2 75,323 738,663
A1B1C2 1 71,230 698,527
757,464 2 83,250 816,401
A1B1C3 1 65,598 643,297
957,680 2 129,714 1272,064
A1B2C1 1 92,265 904,814
785,322 2 67,896 665,830
A1B2C2 1 101,749 997,813
1114,624 2 125,571 1231,435
A1B2C3 1 95,932 940,771
1178,611 2 144,438 1416,450
A1B3C1 1 89,894 881,559
1245,869 2 164,193 1610,180
A1B3C2 1 137,817 1351,524
1194,993 2 105,894 1038,463
A1B3C3 1 107,585 1055,051
1272,820 2 151,998 1490,589
A2B1C1 1 95,421 935,757
1061,573 2 121,080 1187,390
A2B1C2 1 83,012 814,068
931,538 2 106,969 1049,008
A2B1C3 1 128,959 1264,654
1105,772 2 96,556 946,889
A2B2C1 1 124,358 1219,537
1211,390 2 122,697 1203,243
A2B2C2 1 161,489 1583,667
1565,960 2 157,878 1548,253
A2B2C3 1 120,219 1178,942
1194,265 2 123,344 1209,588
A2B3C1 1 111,694 1095,339
1112,796 2 115,254 1130,252
A2B3C2 1 114,512 1122,982
1065,975 2 102,886 1008,968
A2B3C3 1 120,365 1180,376
1214,757 2 127,377 1249,137
63
Lampiran 8 Rekapitulasi hasil kuat pegang sekrup papan partikel sabut
kelapa (lanjutan)
Kode papan
contoh Ulangan
Kuat pegang sekrup
(kg)
Kuat pegang
sekrup (N)
Rata-rata kuat pegang
sekrup (N)
A3B1C1 1 101,130 991,750
997,689 2 102,342 1003,628
A3B1C2 1 94,746 929,139
883,682 2 85,475 838,225
A3B1C3 1 125,147 1227,276
1134,646 2 106,256 1042,016
A3B2C1 1 131,734 1291,871
1140,172 2 100,796 988,474
A3B2C2 1 122,182 1198,192
1330,764 2 149,219 1463,336
A3B2C3 1 112,055 1098,880
1082,983 2 108,813 1067,086
A3B3C1 1 104,419 1023,998
1164,292 2 133,031 1304,587
A3B3C2 1 104,321 1023,044
1207,247 2 141,888 1391,450
A3B3C3 1 105,510 1034,694
1042,672 2 107,137 1050,651
Keterangan: A1 = Kontrol B3 = Perekat MUF
A2 = Perendaman panas C1 = Kadar perekat 12% A3 = Perendaman dingin C2 = Kadar perekat 15%
B1 = Perekat UF C3 = Kadar perekat 18%
B2 = Perekat MF
64
Lampiran 9 Pengujian Emisi Formaldehida
Tahapan yang dilakukan dalam pengujian emisi formaldehida adalah
sebagai berikut:
1. Pengkondisian contoh uji
a. Persiapkan contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 1 cm yang sudah
diketahui kadar airnya.
b. Masukkan 50 ml air destilata ke dalam botol 500 ml
c. Ikat contoh uji dengan karet atau tali, kemudian gantungkan dalam botol
yang sudah terisi air destilata.
d. Kemudian masukkan botol tersebut ke dalam oven dengan suhu 40ºC
selama 24 jam.
e. Setelah itu, keluarkan botol dari dalam oven dan simpan dalam lemari
pendingin pada suhu sekitar 60C.
2. Pembuatan larutan asetil aseton-amonium asetat
a. Timbang 70 g ammonium asetat dan larutkan ke dalam 400 ml air suling.
b. Tambahkan 1,5 ml asam asetat glacial dan 1 ml asetil aseton, kocok
dengan baik
c. Tambahkan air suling sampai volume larutan 500ml, dan simpan dalam
botol gelas berwarna coklat.
3. Persiapan kurva kalibrasi
a. Pembuatan larutan standar formaldehida
1. Encerkan 1 ml larutan formalin 37% ke dalam labu takar sampai
volume 1000 ml, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 370
ppm (larutan F1).
2. Buat pengenceran seperti yang disebutkan di bawah ini, sehingga
diperoleh beberapa larutan formaldehida dengan berbagai konsentrasi:
10 ml larutan F1 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 37 ppm (F2).
1 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,37 ppm.
1,5 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,555 ppm.
65
2 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 0,74 ppm.
4 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 1,48 ppm.
6 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 2,22 ppm.
8 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 2,96 ppm.
5 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 1,85 ppm.
10 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 3,7 ppm.
50 ml larutan F2 dalam 100 ml aquades, diperoleh larutan dengan
konsentrasi 18,5 ppm.
b. Pengukuran absorbansi larutan standar
1. 10 ml larutan standar dormaldehida ditambah dengan 10 ml larutan
asetil aseton-amonium asetat, kocok hingga merata.
2. Simpan dalam water bath pada suhu 60-65 ºC selama 10 menit
3. Dingankan pada suhu ruang dan ukur absorbansinya pada panjang
gelombang 410 nm.
4. Hasil pengukuran larutan standar formaldehida dibuat kurva
kalibrasinya
c. Pengukuran absorbansi larutan contoh
1. 10 ml larutan standar dormaldehida ditambah dengan 10 ml larutan
asetil aseton-amonium asetat, kocok hingga merata.
2. Simpan dalam water bath pada suhu 60-65 ºC selama 10 menit
3. Dingankan pada suhu ruang dan ukur absorbansinya pada panjang
gelombang 410 nm
4. Hasil pengukuran larutan standar formaldehida digunakan untuk
menetukan konsentrasi formaldehida pada larutan contoh.