Upload
vokiet
View
230
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH POSISI KEUANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
DI INDONESIA
RINGKASAN TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Akuntansi
Minat Utama:
Akuntansi Sektor Publik
Diajukan Oleh:
Wiharta Rahardjo
NIM: S4307108
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi
(PSAK No.1 paragraf 9, 2008). Laporan keuangan disusun untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non-keuangan. Untuk perusahaan yang menghendaki melakukan
penyajian informasi non-keuangan dapat menggunakan media catatan atas laporan
keuangan. Adapun tujuan pengungkapan tersebut adalah untuk kelengkapan
informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan (PSAK No. 1, 2008). Pemakai
yang menilai kegiatan yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen
berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi keputusan
mencakup misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka
dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen. Financial Accounting Standard Board (FASB) Statement of
Financial Accounting Concept No.1 (2002), menyatakan bahwa sasaran utama
pelaporan keuangan adalah informasi tentang kinerja perusahaan yang disajikan
melalui pengukuran laba dan komponennya.
Menurut PSAK No. 1 (2008) agar bermanfaat informasi harus relevan
untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini dan memprediksi masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva
yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap
situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan
penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang
bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil
dari operasi yang direncanakan (Scott, 2000).
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan
hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran
dividen, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak
perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan
laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan
menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Menurut PSAK No. 1 (2008), para pengguna laporan keuangan adalah
pemilik perusahaan, manajer atau pemimpin perusahaan, para investor, kreditur,
banker, pemerintah, dan masih banyak lagi lainnya. Antara pengguna laporan
yang satu dengan yang lainnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Pemilik
perusahaan atau pemegang saham menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang
diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Manajer dapat
menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki kekurangan-kekurangan dan
menentukan kebijakan yang lebih tepat. Investor memerlukan informasi keuangan
untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasinya.
Salah satu bagian dalam analisis laporan keuangan adalah mencurahkan
perhatian pada penghitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial di
masa lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil atau laba masa mendatang
(Mahmudi, 2007). Analisis ini dilakukan dengan mengukur hubungan antara
unsur-unsur laporan keuangan dan perubahan unsur-unsur tersebut dari tahun ke
tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Analisis rasio keuangan dapat
membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai laporan
keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Bahkan
lebih dari itu rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan
(Hartono dan Zainuddin, 1999).
Beberapa penelitian terkait dengan rasio keuangan telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Lewellen (2002), dari hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa dividend yield dapat memprediksi market returns (selama periode
penelitian 1946-2000). Earnings to price dan book to market ratio dapat
memprediksi return (selama periode penelitian 1963-2000). Dividend yield
memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dua rasio lainnya. Juliana dan
Sulardi (2003) memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa gross
profit margin dan operation profit margin mampu memprediksi laba perusahaan
manufaktur.
Prakoso (2005) menyatakan bahwa hanya rasio likuiditas (current ratio)
dan aktivitas (net profit margin) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
perusahaan manufaktur. Meriewaty dan Setyani (2005) memperoleh hasil
penelitian yang menyatakan bahwa pada perusahaan di Industri Food and
Beverages go public dengan menggunakan 14 rasio keuangan menunjukkan
bahwa rasio total debt to total capital asset, total asset turnover, return on
investment (ROI), dan current ratio (CR) berpengaruh terhadap perubahan
kinerja.
Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP, 2005), laporan
keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah terdiri dari 4 jenis yaitu Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Apabila dibandingkan dengan laporan perusahaan sektor swasta
sebagaimana diatur dalam SAK perbedaan yang mendasar adalah pada laporan
realisasi anggaran. Dalam sektor swasta tidak terdapat laporan realisasi anggaran
tetapi terdapat laporan Laba Rugi. Perbedaan ini disebabkan oleh sektor
pemerintah tidak berorientasi pada laba sementara perusahaan-perusahaan swasta
berorientasi pada laba. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa di antara laporan
pemerintah dan laporan perusahaan-perusahaan swasta berbeda pada laporan
realisasi anggaran. Walaupun terdapat perbedaan laporan keuangan yang disusun
antara perusahaan swasta dengan pemerintah, dalam analisis laporan keuangan
secara umum dapat dinyatakan sama, yaitu sama-sama menggunakan rasio
keuangan. Bukti empiris Cohen (2006) dalam penelitian pada pemerintah daerah
di Yunani dengan menggunakan rasio keuangan seperti rasio keuangan di sektor
swasta yaitu profitability ratio yang di ukur dengan Return on Equity (ROE),
Return on Assets (ROA), Profit Margin (PM), liquidity ratio yang di ukur dengan
Current ratio (CR), capital structure ratio yang di ukur dengan Debt to Equity
(DER), Long terms Liabilities to Assets (LTTA), Assets Turnover (AT),
performance ratio yang di ukur dengan Operating Revenues to Total Revenues
(ORTR), Operating Revenues to Operating Expenses (OROE).
Bukti empiris nilai relevan informasi laporan keuangan pemerintah juga
diperoleh beberapa penelitian lain. Di antaranya adalah Steven dan McGowan
(1983) yang melakukan penelitian menggunakan rasio kinerja pemerintah dengan
variabel revenue expenditure variables, tax related, employee and real estate
variables, composite measures terhadap external reliance measure. Hasil
penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang erat antara rasio keuangan
dalam laporan keuangan pemerintah daerah dan external reliance measure.
Cohen (2006) melakukan penelitian terkait kinerja keuangan pemerintah
dengan menggunakan variabel profitability ratio, liquidity ratio, capital structure
ratio, dan performance ratio. Hasil yang diperoleh bahwa kinerja keuangan yang
menggunakan indikator rasio profitability, liquidity, capital structure, dan
performance dipengaruhi oleh jumlah populasi dan pendapatan perkapita
penduduk pemerintah daerah di Yunani. Plammer et al., (2007) menghubungkan
risiko kegagalan dan variabel akuntansi yang membentuk laporan keuangan
pemerintah. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah risiko
kegagalan distrik sekolah (school district’s default risk) dan beberapa variabel
akuntansi yang menjadi komponen laporan keuangan, meliputi: total net asset
untuk mengukur posisi keuangan, revenues minus expense untuk mengukur
kinerja keuangan dan current liabilities. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan bahwa hanya total net asset saja yang merupakan ukuran dalam
laporan keuangan dengan dasar akrual basis yang menyediakan peningkatan
informasi dalam neraca, sementara itu, untuk revenues minus expense dan current
liabilities tidak menyediakan peningkatan informasi. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa ukuran total net asset dengan dasar akrual basis dalam
neraca dan modifikasi akrual basis untuk revenues minus expense dapat
menyediakan informasi yang baik untuk menjelaskan risiko kegagalan distrik
sekolah.
Hasil penelitian yang diuraikan di atas merupakan penelitian yang
dilakukan di luar negeri. Sementara itu, penelitian sektor publik di Indonesia
dengan fokus posisi keuangan dan kinerja atas laporan keuangan pemerintah
daerah masih terbatas. Penelitian sektor publik di Indonesia yang dilakukan
dengan topik-topik anggaran pemerintah seperti yang dilakukan oleh Abdullah
dan Asmara (2006), Munawar dan Irianto (2006), Suhartono dan Solichin (2006).
Selain anggaran, tema penelitian sektor publik yang berkembang adalah aspek
keperilakuan seperti yang dilakukan oleh Falikhatun (2007) dan penelitian lain
dengan tema sistem akuntansi pemerintah seperti yang dilakukan oleh Latifah dan
Sabeni (2007) dan Primasari, Waspodo dan Rahman (2008). Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan pengujian empiris tentang pengaruh posisi
keuangan daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia
dengan mereplikasi penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti Steven dan
McGowan (1983), Godsey dan Shulman (2001), serta Cohen (2006). Ketiga
penelitian acuan tersebut diuji kembali hasil empirisnya dengan menggunakan
sampel penelitian laporan keuangan pemerintah kota atau kabupaten di Indonesia
dalam sebuah penelitian berjudul ”PENGARUH POSISI KEUANGAN
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI
INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
Tujuan penyusunan laporan keuangan baik sektor swasta dan sektor
pemerintah adalah menyediakan informasi bagi para pemakai laporan untuk
pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan ekonomis dengan
menggunakan informasi dalam laporan keuangan dilakukan melalui analisis rasio
keuangan. Indikator nilai relevan informasi dalam laporan keuangan adalah
kemampuan prediktifnya. Atas dasar hal tersebut di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan research sebagai berikut ini.
1. Apakah return on equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia?
2. Apakah return on assets ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia?
3. Apakah profit margin ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia?
4. Apakah current ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah
Daerah di Indonesia?
5. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia?
6. Apakah long terms liabilities to assets ratio berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
7. Apakah assets turnover ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia?
8. Apakah operating revenues to total revenues berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
9. Apakah operating revenues to operating expenses berpengaruh terhadap
kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan berikut ini.
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh return on equity ratio
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh return on assets
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh profit margin ratio
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
4. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh current ratio terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
5. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh debt/equity ratio
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
6. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh long terms
liabilities/assets terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di
Indonesia.
7. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh assets turnover ratio
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
8. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating
revenues/total revenues ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah di Indonesia.
9. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh operating
revenues/operating expenses ratio terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat pada
pihak-pihak berikut ini.
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah dalam
pengambilan keputusan terkait pengelolaan keuangan pemerintah daerah
dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan Pemerintah Daerah.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris terkait faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi, kredit maupun
pemberian donasi bagi pemerintah daerah.
3. Bagi Legislator
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti empiris terkait nilai
relevan informasi atribut akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah
yang disusun berdasar akrual basis sebagaimana diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah No. 01 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan pengawasan terhadap eksekutif dalam menjalankan
pemerintahan terutama terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.
E. Sistematika Penulisan
Pengorganisasian penulisan bab-bab selanjutnya dalam penelitian ini
dipaparkan dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka dan riviu
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
tentang pengaruh posisi keuangan dalam laporan
keuangan pemerintah terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah.
BAB III : METODA PENELITIAN
Bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian,
populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel
penelitian, variabel dan pengukuran variabel
penelitian, data dan sumber data serta teknik
pengambilan data penelitian dan model penelitian
serta analisis data penelitian yang digunakan dalam
penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data dan
analisis data penelitian dengan melakukan pengujian
hipotesis dan interpretasi hasil pengujian untuk
membuktikan secara empiris hipotesis yang telah
dinyatakan dalam penelitian.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan yang diambil dari
seluruh pembahasan sebelumnya, keterbatasan, saran
dan implikasi penelitian yang dapat diajukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian laporan keuangan dan tujuan laporan keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan
yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan
sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada
saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode
tertentu sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (SAP, 2005). Laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan (kerangka konseptual
akuntansi pemerintah, paragraf 21). Laporan keuangan merupakan media
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.
Dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintah paragraf 3 disebutkan
bahwa tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan
untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar
periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan
seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman
struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-
pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-
pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain,
diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya (SAP, 2005).
Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan dengan
basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan,
serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan pengguna adalah
masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas, fihak yang memberi atau
berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan
keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari
laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan
tahunan.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan
basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan
diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi
dan menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual tetap
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas.
2. Jenis laporan keuangan
a. Laporan realisasi anggaran
Menurut SAP (2005) Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran
menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur seperti: pendapatan, belanja,
transfer, surplus/defisit, pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu (SAP, 2005). Unsur
yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan
non-anggaran (SAP, 2005). Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan
yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan Nomor: 03 tentang Laporan Arus Kas. Unsur yang
dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas,
yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut ini.
1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
Umum Negara/Daerah.
2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Negara/Daerah.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, catatan atas
laporan keuangan sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai
berikut ini (SAP, 2005).
1) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2) Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.
3) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
4) Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
5) Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang
timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
6) Formasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
7) Daftar dan skedul.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus
mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
3. Karakteristik kualitatif relevan atas informasi dalam laporan keuangan.
Informasi akuntansi dalam laporan keuangan pemerintah daerah
mempunyai karakteristik kualitatif tertentu. Karakteristik kualitatif laporan
keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi
akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik terdiri dari:
relevance, reliable, consistency, dan comparability yang merupakan prasyaratan
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi
kualitas yang dikehendaki (kerangka konseptual akuntansi pemerintah, paragraf
20).
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan
demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan
relevan menurut Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah Paragraf 33, jika
memenuhi kriteria:
a. Manfaat umpan balik (feedback value).
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Manfaat prediktif (predictive value).
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu.
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap.
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
4. Analisis laporan keuangan pemerintah daerah
Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu
perusahaan, perlu dilakukan suatu interpretasi atau analisis terhadap data
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, dan data keuangan itu akan
tercermin dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan melaporkan baik posisi
perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa
periode yang lalu. Akan tetapi nilai riil dari laporan keuangan adalah fakta bahwa
laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba dan
dividen masa depan (Brigham dan Houston, 2001).
Mengadakan interpretasi atau analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengadakan analisis laporan keuangan, manajer akan dapat mengetahui
keadaan dan perkembangan keuangan dari perusahaannya, dan akan dapat
diketahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai di masa lalu dan masa yang
sedang berjalan. Dengan mengadakan analisis keuangan dari tahun-tahun yang
telah lalu dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Kemudian oleh manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan dan, yang lebih penting, sebagai titik awal
untuk perencanaan tindakan untuk masa yang akan datang.
Para krediturpun berkepentingan terhadap laporan keuangan dari
perusahaan yang telah atau akan menjadi debitur atau nasabahnya. Kreditur
sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit
dari suatu perusahaan, perlu mengadakan analisis terlebih dahulu untuk mengukur
kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali hutangnya plus beban
bunganya. Para kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui apakah
kredit yang akan diberikan itu cukup mendapatkan jaminan dari aktiva, sedangkan
para kreditur jangka pendek lebih tertarik pada kemampuan nasabah untuk
membayar utang lancarnya dengan dana yang berasal dari aktiva lancarnya.
Selain itu, para investor juga berkepentingan terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijakan penanaman modalnya. Bagi
investor yang penting adalah rate of return dari dana yang akan diinvestasikan
dalam surat-surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Dari sudut
pandang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa
depan.
Fungsi utama laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik. Meskipun laporan keuangan sudah bersifat general
purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi
kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan dapat
memahami laporan tersebut dengan baik.
Tidak semua pengguna laporan keuangan memahami akuntansi dengan
baik, sementara mereka akan mengandalkan informasi keuangan itu untuk
pembuatan keputusan, maka ketidakmampuan memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis
laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu
bagaimana cara memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-
angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan, dan
bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa metode dalam analisis laporan keuangan. Salah satu
teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan
adalah analisis rasio keuangan. Terdapat berbagai jenis rasio yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan laporan keuangan. Hasil
dari perhitungan rasio-rasio keuangan perlu diinterpretasikan, sehingga darinya
dapat dievaluasi kinerja keuangan organisasi dan selanjutnya dilakukan
pengambilan keputusan tertentu.
5. Pelaporan dan pengukuran kinerja pemerintah
Government Accounting Standard Board (GASB), dalam Concept
Statements No. 2, membagi pengukuran kinerja dalam tiga kategori indikator,
yaitu (1) indikator pengukuran service efforts, (2) indikator pengukuran service
accomplishment, dan (3) indikator yang menghubungkan antara efforts dengan
accomplishment. Service efforts berarti bagaimana sumber daya digunakan untuk
melaksanakan berbagai program atau pelayanan jasa yang beragam. Service
accomplishment diartikan sebagai prestasi dari program tertentu. Di samping itu
perlu disampaikan juga penjelasan tertentu berkaitan dengan pelaporan kinerja ini
(explanatory information). Pengukuran-pengukuran ini melaporkan jasa apa saja
yang disediakan oleh pemerintah, apakah jasa tersebut sudah memenuhi tujuan
yang ditentukan dan apakah efek yang ditimbulkan terhadap penerima
layanan/jasa tersebut. Pembandingan service efforts dengan service
accomplishment merupakan dasar penilaian efisiensi operasi pemerintah (GASB,
1994).
Efforts atau usaha adalah jumlah sumber daya keuangan dan non -
keuangan, dinyatakan dalam uang atau satuan lainnya, yang dipakai dalam
pelaksanaan suatu program atau jasa pelayanan (Sardjiarto, 2000). Pengukuran
service efforts meliputi pemakaian rasio yang membandingkan sumber daya
keuangan dan non-keuangan dengan ukuran lain yang menunjukkan permintaan
potensial atas jasa yang diberikan.
Sardjiarto (2000) menyatakan bahwa jenis ukuran accomplishment atau
prestasi yaitu outputs dan outcomes. Outputs mengukur kuantitas jasa yang
disediakan, dan outcomes mengukur hasil dari penyediaan outputs tersebut.
Outputs dapat mengukur hanya sebatas kuantitas jasa yang disediakan, atau lebih
dari itu, mengukur kuantitas jasa yang disediakan yang memenuhi standar kualitas
tertentu. Outcomes mengukur hasil yang muncul dari output yang ada. Outcomes
menjadi bermakna jika dalam penggunaannya dibandingkan dengan outcomes
tahun-tahun sebelumnya atau dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pembandingan yang pertama adalah pembandingan antara efforts dengan
outputs untuk mengukur efisiensi. Informasi yang ingin diberikan adalah sejauh
mana hasil yang diberikan sehubungan dengan jumlah tertentu sumber daya yang
dipakai (Sardjiarto, 2000) menyatakan bahwa para pengguna laporan
diberitahukan juga explanatory information atau berbagai macam informasi yang
relevan dengan layanan yang diberikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja organisasi pemerintah, yang dikelompokkan dalam dua elemen yaitu:
elemen di luar kontrol pemerintah seperti kondisi demografi dan lingkungan dan
elemen yang dapat dikontrol oleh pemerintah secara signifikan seperti pola dan
komposisi personalia.
Mahmudi (2007) menyatakan bahwa pelaporan kinerja pemerintah melalui
laporan keuangan merupakan wujud dari proses akuntabilitas. Entitas yang
mempunyai kewajiban membuat Pelaporan Kinerja Organisasi Sektor publik
dapat diidentifikasi sebagai berikut: pemerintah pusat, pemerintah daerah, unit
kerja pemerintahan, dan unit pelaksana teknis. Pelaporan tersebut diserahkan ke
masyarakat secara umum dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga masyarakat
dan anggota DPR (users) bisa menerima informasi yang lengkap dan tajam
tentang kinerja program pemerintah serta unitnya (SAP, 2005). Pelaporan kinerja
yang diterbitkan secara reguler akan menjadi langkah maju dalam
mendemonstrasikan proses akuntabilitas. Perbandingan pengukuran kinerja dapat
dibangun atas pengukuran kinerja dan menambah dimensi lainnya untuk
akuntabilitas perbandingan dengan unit kerja organisasi lain yang serupa.
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Sektor Publik No. 1 tentang
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah, kinerja keuangan pemerintah diukur
dengan menggunakan perspektif efisiensi, efektivitas dan ekonomis. Menurut
Mardiasmo (2007) efisiensi merupakan perbandingan input dengan input value
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Sementara itu, efektivitas merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang
telah ditetapkan. Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu merupakan
kondisi yang efisien. Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program
dengan target yang ditetapkan atau dengan kata lain efektivitas merupakan
perbandingan antara outcome dengan output.
Dengan berfokus pada hasil pengukuran dan pelaporan kinerja dapat
membantu mengomunikasikan kepada publik tentang tingkat penyelesaian unit
kerja organisasi yang serupa lainnya. Lebih jauh lagi, melalui pengembangan
pertanyaan umum kepada pengguna layanan dan kelengkapanya, perbandingan
pengukuran kinerja dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kepuasan
warga atau pengguna layanan atas pelayanan yang diberikan oleh beberapa unit
kerja organisasi.
B. Pengembangan Hipotesis
Beberapa penelitian mengenai manfaat rasio keuangan atas laporan
keuangan perusahaan swasta sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Prakoso (2005) meneliti
kegunaan rasio keuangan untuk menentukan keuntungan saham, dengan variabel
10 rasio keuangan dengan sampel 127 perusahaan. Analisis dilakukan dengan cara
univariate dan multivariate dan ditemukan 5 rasio kategori profitabilitas
mempunyai hubungan yang kuat untuk memprediksi keuntungan saham.
Ou dan Penman (1992) memprediksi keuntungan saham dengan 68 rasio
keuangan dengan stepwise regression. Hasil seleksi menunjukkan terdapat 16
rasio keuangan untuk perioda 1965 – 1972 dan 18 rasio keuangan untuk periode
1973 – 1977 yang signifikan untuk memprediksi keuntungan saham. Hasil
penelitian yang di lakukan oleh Ou dan Penman memperoleh bukti bahwa
informasi akuntansi (rasio keuangan) mengandung informasi fundamental yang
tidak tercermin dalam harga saham. Rasio keuangan terbaik dalam memprediksi
laba mendatang adalah rasio profitabilitas.
Asyik dan Soelistyo (2000) dalam penelitiannya menggunakan 21 rasio
keuangan dalam memprediksi laba dengan menggunakan metode discriminant
analysis. Adapun sampel penelitian menggunakan perusahaan manufaktur dengan
periode penelitian tahun 1995-1996. Hasil penelitiannya adalah 5 rasio keuangan
merupakan discriminator yang signifikan dalam memprediksi laba di masa yang
akan datang.
Laba merupakan salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Untuk
memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan
operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber
daya perusahaan tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang
membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah
angka yang diperoleh dari perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan. Analisis laporan keuangan
khususnya memperhatikan pada penghitungan rasio keuangan agar dapat
mengevaluasi keadaan pada masa lalu, sekarang dan proyeksi hasil di masa
datang.
Rasio keuangan perusahaan yang baik mencerminkan bahwa pertumbuhan
laba perusahaan juga baik. Hal ini dikarenakan pertumbuhan laba yang baik
menunjukkan bahwa kinerja suatu perusahaan juga baik, karena pertumbuhan laba
merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen perusahaan.
Pesatnya perkembangan yang terjadi mendorong dilakukannya studi-studi
yang menghubungkan rasio keuangan dengan fenomena-fenomena ekonomi
tertentu dengan harapan akan ditemukan berbagai kegunaan objektif rasio
keuangan. Machfoedz (1994) melakukan pengujian terhadap 68 perusahaan
pabrikan yang terdaftar di BEJ. Machfoed menganalisis 47 rasio keuangan yang
dikategorikan dalam 9 kategori yaitu short terms liquidity, long terms solvency,
profitability, productivity, indebteness, investment intersiveness, leverage, return
on investment, dan return on equity. Rasio yang digunakan adalah cash flow to
current liabilities, net worth and total liabilities to fixed asset, gross profit
margin, operating profit margin, net profit margin, quick asset to inventory,
operating income to net worth dan net worth to total liabilities. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat
untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak bermanfaat untuk
prediksi lebih dari satu tahun.
Asyik dan Soelistyo (2000) memperoleh bukti empiris hasil bahwa rasio
dividend/net income, sales/total asset, long terms debt/total asset, net
income/sales, investment in property, plant and equipment/total uses (INPPE/TU)
merupakan discriminator yang signifikan dalam prediksi laba perusahaan.
Lewellen (2002), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dividend Yield dapat
memprediksi market returns selama periode 1946-2000. Earnings to Price dan
Book to Market ratio dapat memprediksi return selama periode 1963-2000.
Dividend Yield memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dua rasio
lainnya.
Juliana dan Sulardi (2003) melakukan penelitian dengan hasil penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa gross profit margin dan operation profit
margin yang mampu memprediksi laba perusahaan manufaktur. Prakoso (2005)
memperoleh bukti dalam penelitian yang menunjukkan bahwa secara serentak
rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas mampu memprediksi
perubahan laba perusahaan manufaktur. Sementara secara individu hanya rasio
likuiditas (current ratio) dan aktivitas (net profit margin) yang berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan manufaktur. Meriewaty dan
Setyani (2005), dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan di Industri
Food and Beverages go public dengan menggunakan 14 rasio keuangan
menunjukkan bahwa rasio total debt to total capital asset, total asset turnover,
return on investment (ROI), dan current ratio (CR) berpengaruh signifikan
terhadap perubahan kinerja.
Steven dan McGowan (1983) melakukan penelitian yang menggunakan
rasio kinerja pemerintah dengan variabel revenue expenditure variables, tax
related, employee and real estate variables, composite measures terhadap external
reliance measure. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan yang erat
antara rasio keuangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan external
reliance measure. Selain itu, hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa jumlah
populasi penduduk dapat menjadi variabel kontrol dalam hubungan diantara
variabel yang diteliti. Godsey dan Shulman (2001) menggunakan variabel
lingkungan (environment), variabel organisasi (organizational) dan variabel
keuangan (financial) dalam mengukur tren kinerja pemerintah. Hasil penelitian
yang diperoleh adalah bahwa variabel keuangan yang dinyatakan dalam rasio
pendapatan, pengeluaran dan struktur hutang pemerintah berpengaruh terhadap
tren kinerja pemerintah daerah.
Rasio kinerja dengan ukuran ROE telah digunakan sebelumnya. Cohen
(2006) menggunakan ROE dalam penelitian untuk menggambarkan kinerja
keuangan pemerintah di Yunani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dan jumlah penduduk di pemerintah
Yunani. ROE juga digunakan oleh Jones dan Walker (2007) yang
menghubungkan financial ratio pemerintah daerah di Australia dengan distress
pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut, secara umum menyatakan bahwa
ROE dapat berpengaruh terhadap distress pemerintah daerah dalam menyediakan
pelayanan bagi publik.
Dalam penentuan rasio ROE menggunakan data surplus dan defisit
anggaran. Jika pemerintah daerah mempunyai jumlah surplus yang tinggi, maka
pemerintah daerah akan mempunyai angka rasio ROE yang tinggi dan sebaliknya.
Tingginya angka rasio ROE mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai
kemampuan yang kurang baik dalam menggunakan anggaran yang telah diajukan
pada tahun sebelumnya. Oleh karena itu, tingginya angka rasio ROE dapat
menurunkan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran pada tahun
berikutnya.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis dalam pengembangan
hipotesis ini, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti
berikut ini.
H1 : Return on Equity Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara jumlah net income
dengan jumlah total asset. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas dalam
menggunakan asset entitas untuk memperoleh net income. Pada sektor
pemerintah, menurut Cohen (2006) net income dapat digambarkan dengan jumlah
surplus atau defisit anggaran yang terjadi dalam satu periode anggaran. Oleh
karena hal tersebut, maka ROA dalam sektor pemerintah adalah perbandingan
antara jumlah surplus atau defisit anggaran dengan jumlah asset pemerintah. Bukti
empiris tentang pengaruh ROA terhadap kinerja diperoleh Cohen (2006) dalam
penelitianya. Plammer et al. (2007) menggunakan ROA dalam menjelaskan
kegagalan keuangan pemerintah. Hasil yang diperoleh adalah bahwa rasio yang
menggunakan nilai aktiva yang disusun dengan dasar akrual, salah satunya adalah
ROA mempunyai informasi yang lebih baik dibanding aktiva yang disajikan
berdasar kas basis.
Pemerintah daerah dengan jumlah surplus yang tinggi mengindikasikan
bahwa pemerintah daerah kurang mampu menggunakan anggaran secara efisien
dan efektif sehingga tidak mampu menggunakan anggaran yang telah disusun.
Sebagai konsekuensi dari jumlah surplus ini adalah pemerintah daerah
berkewajiban untuk mengembalikan jumlah surplus tersebut ke kas negara dan
tidak diperbolehkan mengajukan anggaran melebihi jumlah realisasi anggaran
tahun sebelumnya. Akibat dari adanya konsekuensi ini adalah bahwa pemerintah
daerah dibatasi anggaranya sehingga berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah pada tahun berikutnya, sehingga dapat dinyatakan bahwa
jumlah surplus atau defisit yang tinggi menjadikan kemungkinan pemerintah
daerah untuk menjalankan operasional pemerintah daerah dalam kondisi kurang
efisien dan efektif.
Atas dasar penelitian dan logika berpikir tersebut, maka hipotesis kedua
dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini.
H2 : Return on assets Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Profit merupakan perbandingan antara jumlah laba kotor dengan jumlah
pendapatan. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas dalam memperoleh
jumlah laba kotor dari nilai penjualan yang dilakukan. Rasio profit margin yang
tinggi mengindikasikan bahwa entitas mempunyai kemampuan yang baik dalam
mencapai tingkat laba kotor yang tinggi dari nilai penjualan yang dilakukan oleh
perusahaan (Meriawaty dan Setyani, 2005). Pada sektor pemerintahan, laba kotor
digambarkan sebagai selisih antara pendapatan operasional (PAD) dengan
pengeluaran untuk operasional pemerintah. Profit margin pada sektor pemerintah
adalah perbandingan antara jumlah selisih PAD setelah dikurangi dengan
pengeluaran-pengeluaran untuk operasional (rutin) dengan jumlah PAD dalam
realisasi anggaran pemerintah. Semakin tinggi angka rasio ini, menggambarkan
semakin tinggi kemampuan pemerintah untuk menghasilkan jumlah selisih PAD
dengan pengeluaran operasional dari pendapatan asli daerah pemerintah. Bukti
empiris bahwa profit margin mempengaruhi kinerja pemerintah diperoleh Cohen
(2006) dalam penelitian yang dilakukan pada pemerintah Yunani. Hasil ini
mengindikasikan bahwa profit margin dapat digunakan untuk memprediksi
kinerja keuangan pemerintah. Sementara itu, Groves et al. (1981) menemukan
bukti empiris bahwa jumlah pendapatan yang tinggi berkemungkinan
menghasilkan jumlah surplus yang tinggi hingga dapat membiayai kegiatan
pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Jones dan Walker (2007)
mengidentifikasi distress pemerintah daerah dengan menggunakan financial
measure berupa perbandingan antara jumlah surplus/defisit dengan hasil bahwa
rasio tersebut berpengaruh terhadap kondisi keuangan pemerintah daerah.
Profit margin ratio merupakan perbandingan antara jumlah surplus atau
defisit dengan jumlah pendapatan asli daerah. Jika pemerintah daerah mempunyai
jumlah surplus yang tinggi, maka pemerintah daerah akan mempunyai profit
margin ratio yang tinggi dan sebaliknya. Jumlah surplus yang tinggi
mengindikasikan bahwa realisasi anggaran pemerintah daerah lebih rendah dari
jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa
pemerintah daerah kurang mampu mengoptimalkan anggaran dalam operasional
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Jumlah
surplus yang tinggi ini dapat berpengaruh pada penurunan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan anggaran pada periode berikutnya.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis
ketiga dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H3 : Profit Margin Ratio Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban lancar
dengan harta lancar suatu entitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan entitas
untuk menjamin pembayaran utang lancar dengan harta lancar yang dimiliki oleh
entitas. Angka current ratio yang tinggi mengindikasikan bahwa entitas
mempunyai jumlah harta lancar yang cukup untuk menjamin semua utang lancar
dan masih mempunyai jumlah sisa harta lancar yang cukup untuk mendukung
proses operasional entitas sehingga kemungkinan proses operasional entitas dapat
berjalan dengan lancar. Oleh karena proses operasional berjalan lancar maka
kemungkinan entitas tersebut untuk dapat mencapai kinerja yang tinggi dapat
terlaksana. Bukti bahwa current ratio dapat digunakan untuk memprediksi kinerja
pemerintah diperoleh dalam penelitian Cohen (2006). Hasil ini mengindikasikan
bahwa current ratio berpengaruh dan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja
keuangan pemerintah. Plammer et al. (2007) menghubungkan current ratio
dengan risiko kegagalan pemerintah daerah dengan hasil penelitian bahwa rasio
hutang lancar atas aktiva lancar tersebut mempunyai pengaruh risiko kegagalan
keuangan pemerintah daerah. Jones dan Walker (2007) menggunakan current
ratio sebagai variabel yang menjelaskan distress pemerintah daerah. Bukti empiris
yang diperoleh menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh terhadap distress
pemerintah daerah.
Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah harta lancar
pemerintah daerah dengan jumlah hutang lancar yang dimiliki pemerintah daerah.
Rasio ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi
kewajiban lancar pemerintah dengan harta lancar yang dimiliki pemerintah
daerah. Angka current ratio yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah
daerah mempunyai jumlah harta lancar yang mencukupi untuk menjamin hutang
lancar dan kegiatan operasional dalam rangka memberikan pelayanan bagi publik.
Oleh karena adanya jaminan atas utang lancar dan jaminan atas pendanaan
kegiatan operasional tersebut, maka kencenderunganya pemerintah daerah dapat
melakukan kegiatan operasional dengan menggunakan anggaran pemerintah
secara efektif dan efisien. Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut,
maka hipotesis keempat dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H4 : Current Ratio Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Debt to equity merupakan gambaran kemampuan entitas dalam memenuhi
seluruh kewajiban dengan modal sendiri yang dimiliki. Angka rasio yang rendah
mengindikasikan bahwa entitas mempunyai kecukupan jumlah modal sendiri
untuk menutup seluruh kewajibannya. Tingginya angka rasio ini mengindikasikan
bahwa entitas tersebut mempunyai jumlah modal sendiri yang memadai dalam
memenuhi jumlah utangnya tanpa bergantung pada pendanaan dari pihak
eksternal. Cohen (2006) menggunakan variabel ini dalam memprediksi kinerja
pemerintah di Yunani. Hasil yang diperoleh penelitian ini adalah debt to equity
ratio berpengaruh pada kinerja pemerintah di Yunani. Groves et al. (1981)
menggunakan debt to equity sebagai variabel keuangan pemerintah daerah dalam
suatu analisis tren keuangan pemerintah daerah. Sementara itu, Plammer et al.
(2007) juga menggunakan rasio debt to equity dalam menjelaskan risiko
kegagalan pemerintah daerah dengan hasil bahwa rasio ini berpengaruh dan dapat
menjelaskan risiko kegagalan keuangan pemerintah daerah.
Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah total hutang
dengan jumlah total ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan jaminan bagi
seluruh total hutang dengan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Jika
angka debt to equity ratio tinggi, memberikan indikasi bahwa pemerintah daerah
mempunyai jumlah hutang yang tinggi sehingga mempunyai risiko untuk tidak
mampu membayar hutangnya. Ketidakmampuan ini dapat berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu terjadinya ketidakefisienan dan
ketidakefektifan pelaksanaan anggaran pemerintah pada tahun berikutnya. Atas
dasar hasil penelitian dan logika berpikir ini mendasari pengajuan hipotesis dalam
penelitian ini, yaitu seperti berikut ini.
H5 : Debt to Equity Ratio Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Long terms liabilities to asset merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dengan total asset
yang dimiliki oleh entitas yang bersangkutan. Rasio ini merupakan perbandingan
antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah asset entitas (Meriawaty dan
Setyani, 2005). Jika entitas mempunyai angka rasio yang rendah, hal ini
mengindikasikan bahwa entitas mempunyai jumlah asset yang cukup untuk
menjamin pembayaran utang jangka panjang dan jumlah sisa asset yang cukup
untuk menjalankan kegiatan operasional entitas. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa dengan Long terms liabilities to asset yang rendah kemungkinan entitas
dapat mencapai kinerja keuangan yang tinggi. Bukti empiris terkait pengaruh
Long terms liabilities to asset terhadap kinerja telah diperoleh Cohen (2006)
dalam penelitian terkait kinerja pemerintah Yunani. Hasil penelitian Cohen (2006)
tersebut menyatakan bahwa Long terms liabilities to asset berpengaruh dan dapat
digunakan dalam memprediksi kinerja pemerintah daerah di Yunani. Jones dan
Walker (2007) menggunakan rasio yang menggunakan aktiva jangka panjang
dalam analisis distress pemerintah daerah dengan hasil bahwa aktiva jangka
panjang berpengaruh terhadap distress pemerintah daerah.
Long terms liabilities to assets merupakan perbandingan jumlah hutang
jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan jumlah total asset
pemerintah daerah. Rasio ini memberikan penggambaran tentang kemampuan
pemerintah daerah dalam menjamin terpenuhinya hutang jangka panjang dengan
asset yang dimiliki pemerintah daerah. Angka long terms liabilities to assets yang
tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai kemampuan
memberikan jaminan terpenuhinya hutang yang jelek. Kemampuan yang jelek ini
mengindikasikan bahwa jumlah asset pemerintah dalam proporsi yang rendah,
sehingga dapat berpengaruh pada kinerja keuangan yang jelek pula.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teoritis tersebut, maka hipotesis
dalam penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H6 : Long Terms Liabilities to Assets Pemerintah Daerah berpengaruh
terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua)
tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
Asset turnover merupakan rasio aktivitas yang merupakan perbandingan
antara total operating revenue dengan total asset. Rasio ini menggambarkan
kemampuan entitas dalam melakukan efisiensi dalam melakukan aktivitas
operasional entitas. Angka rasio yang tinggi mengindikasikan bahwa entitas
mempunyai jumlah pendapatan operasional yang tinggi sehingga dapat dinyatakan
efisien dalam melakukan kegiatan operasional entitas. Jika entitas melakukan
kegiatan operasional secara efisien, maka kinerja keuangan yang dicapai entitas
tersebut menjadi baik karena tingginya pendapatan asli daerah. Oleh karena itu
dapat dinyatakan bahwa tinggi rendah angka rasio asset turnover mempengaruhi
kinerja keuangan entitas. Pada sektor pemerintah, asset turnover merupakan
gambaran pemerintah dalam melakukan efisiensi dalam proses kegiatan
penyediaan layanan pada publik. Jika kegiatan pelayanan publik dapat dilakukan
secara efisien dibuktikan dengan rendahnya biaya operasional, maka kinerja
keuangan pemerintah tersebut akan mencapai tingkatan yang lebih baik. Bukti
empiris terkait pengaruh asset turnover terhadap kinerja keuangan pemerintah
diperoleh Cohen (2006) dalam penelitian pada pemerintah daerah di Yunani.
Asset turnover merupakan perbandingan antara jumlah pendapatan asli
daerah dengan jumlah asset pemerintah daerah. Rasio ini menggambarkan
kemampuan daerah dalam menggunakan jumlah asset daerah yang dimiliki untuk
memperolah pendapatan asli daerah. Semakin tinggi angka asset turnover
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mampu mengoptimalkan penggunaan
asset untuk mendapatkan jumlah pendapatan asli daerah yang tinggi. Dengan
jumlah pendapatan asli daerah yang tinggi tersebut, maka pemerintah daerah akan
dapat melakukan kegiatan operasional pada tahun berikutnya secara efisien dan
efektif.
Atas dasar hasil penilitian dan logika teoritis ini, mendasari pengajuan
hipotesis penelitian yang dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H7 : Asset Turnover Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Operating revenue to total revenue merupakan perbandingan antara
jumlah pendapatan dari kegiatan operasional dengan jumlah total pendapatan.
Tinggi rendah angka rasio ini mengindikasikan kemampuan entitas dalam
memperoleh pendapatan dari kegiatan operasional atau pokok entitas. Kegiatan
operasional merupakan kegiatan yang sifatnya kontinyu, sehingga memberi
penggambaran tentang kinerja operasional entitas pada masa akan datang. Jika
entitas mempunyai jumlah pendapatan operasional yang tinggi, maka entitas
tersebut mempunyai pendapatan yang bersifat terus-menerus yang tinggi,
sehingga kemungkinan kinerja keuangan pada masa datang menjadi baik. Pada
sektor pemerintah, pendapatan operasional merupakan jumlah Pendapatan Asli
Daerah. Jika PAD merupakan bagian besar dari total pendapatan, maka hal
tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah mempunyai pendapatan yang
sifatnya kontinyu dan hasil dari kemampuan sendiri, sehingga kinerja keuangan
pemerintah pada masa depan kemungkinan adalah baik pula. Bukti empiris
tentang pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan telah diperoleh Cohen (2006).
Dalam penelitianya, Cohen (2006) menemukan bahwa pendapatan operasional
terhadap total pendapatan berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah pada
masa akan datang. Plammer et al. (2007) melakukan penelitian dengan
menggunakan rasio yang menggunakan jumlah pendapatan operasional (PAD)
dan belanja operasional pemerintah dalam kaitanya dengan kegagalan keuangan
pemerintah daerah dengan hasil bahwa jumlah pendapatan daerah yang tinggi
dapat menurunkan risiko kegagalan keuangan pemerintah.
Operating revenues to total revenues merupakan perbandingan jumlah
pendapatan asli daerah dengan jumlah total pendapatan daerah. Rasio ini memberi
penggambaran tentang kontribusi pendapatan asli daerah terhadap jumlah total
pendapatan pemerintah daerah. Angka operating revenues to total revenues yang
tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu memperoleh jumlah
pendapatan asli daerah yang tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang
tinggi pula pada total pendapatan daerah. Tingginya jumlah pendapatan asli
daerah ini memberi kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk dapat
menjalankan operasional pada tahun berikutnya secara lebih efisien dan efektif.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka hipotesis dalam
penelitian ini dapat dinyatakan seperti berikut ini.
H8 : Operating Revenues to Total Revenues berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia satu (dua) tahun setelah
penerbitan laporan keuangan.
Operating revenues to operating expenses merupakan rasio yang
menggambarkan perbandingan antara jumlah pendapatan operasional dengan
beban operasional. Angka rasio ini mengindikasikan kemampuan entitas untuk
memperoleh pendapatan operasional dengan pengeluaran operasional yang
dilakukan. Angka rasio yang tinggi menggambarkan bahwa entitas mempunyai
jumlah pendapatan operasional yang lebih tinggi dibanding dengan pengeluaran
operasional. Karena pendapatan operasional lebih tinggi, maka pendapatan
operasional tersebut dapat menutup pengeluaran operasional dan masih
mempunyai sisa yang dapat digunakan dalam pembiayaan kegiatan operasional
pada periode akan datang. Dengan paparan tersebut, maka dapat dinyatakan
bahwa semakin tinggi angka rasio ini, maka akan semakin tinggi kemungkinan
untuk entitas mencapai kinerja keuangan yang tinggi. Cohen (2006) memperoleh
bukti bahwa Operating revenues to operating expenses berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah Yunani. Steven dan McGowan (1983) juga
menggunakan ukuran pendapatan atas jumlah pengeluaran pemerintah daerah
terkait indikator dan tren kinerja pemerintah daerah.
Operating revenues to operating expenses merupakan perbandingan antara
jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah untuk
memperoleh pendapatan asli daerah tersebut. Angka rasio operating revenues to
operating expenses ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
memperoleh pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran daerah yang
terjadi dalam suatu periode anggaran. Angka rasio operating revenues to
operating expenses yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
mempunyai kemampuan yang baik dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerah
atas pengeluaran yang terjadi dan hal ini dapat berpengaruh positif terhadap
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran pada tahun berikutnya. Pengaruh
positif terhadap efisiensi dan efektivitas anggaran ini dapat terjadi karena adanya
jaminan dana untuk kegiatan operasional yang disediakan oleh pendapatan asli
daerah.
Atas dasar hasil penelitian dan logika teori ini, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut.
H9 : Operating Revenues to Operating Expenses Pemerintah Daerah
berpengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia
satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan atas
laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah pada satu (dua) tahun setelah tahun pelaporan keuangan.
Pengaruh rasio keuangan ini untuk menggambarkan nilai relevan informasi dalam
laporan keuangan pemerintah dalam pengambilan keputusan ekonomis para
pemakai laporan keuangan sebagaimana tujuan pelaporan keuangan yang
tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor: 1
tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio yang
ditentukan berdasarkan pos-pos dalam laporan keuangan pemerintah daerah baik
laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas yang terdiri dari ROE,
ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE yang digunakan dalam pengujian
pengaruh terhadap rasio efektivitas dan rasio efisiensi pemerintah daerah satu
(dua) tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Kerangka
pikir dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.
Gambar 1.
Kerangka Pikir Penelitian
Return on Equity Ratio
Return on Assets
Profit Margin Ratio
Current Ratio
Debt to Equity Ratio
Long Term Liabilities to Total Assets
Assets Turnover Ratio
Operating Revenues to Total Revenues
Operating Revenues to Operating Expenses
Kinerja keuangan berdasarkan rasio efisiensi dan rasio efektivitas
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H1
H2
H3
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi empiris dengan tujuan untuk memperoleh
bukti empiris pengaruh return on equity, return on assets, profit margin, current
ratio, debt/equity, long terms liabilities/total assets, assets turnover, operating
revenues/total revenues, operating revenues/operating expenses terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan data penelitian time
series dan menggunakan beberapa objek penelitian (cross section), sehingga
penelitian ini dapat dinyatakan sebagai penelitian dengan pooled data.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Sekaran, 2003). Populasi yang digunakan
sebagai sample frame penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah di Indonesia
yang berjumlah 426 pemerintah daerah baik kabupaten maupun kota.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan sebagian dari elemen-elemen populasi (Sekaran,
2003). Sampel penelitian ini diperoleh dan dipilih dari populasi secara purposive
sampling dengan kriteria pemilihan sampel seperti berikut ini.
a. Pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh Indonesia yang menerbitkan
laporan keuangan pemerintah pada tahun 2005, 2006 dan 2007 dan
dipublikasikan dalam website BPK RI, yaitu www.bpk.go.id
b. Pemerintah daerah dengan laporan keuangan yang diterbitkan pada
tahun 2005, 2006 dan 2007 dengan opini audit wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa atau paragraf penjelas (unqualified opinion with explanation
language) maupun wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Adapun laporan keuangan dengan opini tidak wajar (adverse opinion)
dan tidak memberi opini (disclaimer opinion) tidak digunakan dalam
sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa informasi yang tersaji
dalam laporan keuangan dengan opini tersebut tidak wajar dan tidak
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai laporan
keuangan.
c. Pemerintah daerah dengan laporan keuangan yang mencantumkan
seluruh data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengukuran variabel
dan analisis data untuk pengujian hipotesis dalam penelitian.
Sampel penelitian yang digunakan adalah 187 pemerintah daerah untuk
pengujian data satu tahun dan 119 pemerintah daerah untuk pengujian
data dua tahun.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Menurut Indriantoro dan
Supomo (2002), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
pemerintah daerah. Data dikumpulkan dengan cara download dari website resmi
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, yaitu www.bpk.go.id.
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran
a. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
pemerintah daerah. Kinerja keuangan pemerintah daerah yang dimaksud adalah
hasil kerja kegiatan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang
meliputi unsur input, output, dan outcome yang kemudian di ukur dengan
efisiensi, efektivitas, dan ekonomis. Kinerja keuangan pemerintah daerah diukur
dengan perspektif efisiensi, efektivitas dan ekonomis atau dengan pendekatan
value for money. Efisiensi merupakan hubungan antara masukan sumberdaya oleh
suatu unit organisasi (input) dan keluaran yang dihasilkan (output) yang
memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (Mardiasmo,
2007). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai (Mardiasmo, 2007). Penelitian ini menggunakan
efisiensi dan efektivitas dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah
yang menurut Mahmudi (2007) dapat diformulasikan seperti berikut ini.
Rasio Efektivitas =
Rasio Efisiensi =
b. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan
variabel dependen dan mempunyai hubungan positif atau negatif bagi variabel
dependen nantinya. Dalam hal ini variabel independen adalah angka dan rasio
yang diambil dari komponen laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.
Variabel yang dimaksud adalah seperti berikut ini.
1) Return on Equity
Return on Equity merupakan perbandingan antara jumlah surplus atau
defisit dalam laporan realisasi anggaran dengan jumlah total fund equity
yang dilaporkan pada neraca pemerintah daerah. Variabel ini
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan
jumlah selisih antara pendapatan dengan belanja dari total dana ekuitas
yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Untuk menentukan angka rasio ini,
menurut Cohen (2006) formula yang dapat digunakan adalah seperti
berikut ini.
ROE = Equity
DeficitSurplusNet )(
2. Return on Assets
Return on Assets merupakan rasio keuangan yang menggambarkan
proporsi antara jumlah surplus atau defisit bersih dalam laporan realisasi
anggaran dengan jumlah total asset yang tersaji dalam neraca pemerintah
daerah. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan selisih antara total pendapatan dengan total belanja yang
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. Untuk
menghitung angka rasio ini, menurut Cohen (2006) formula yang
digunakan adalah seperti berikut ini.
ROA = AssetsTotal
DeficitSurplusNet )(
3. Profit Margin
Profit Margin merupakan angka rasio yang menggambarkan jumlah
perbandingan antara surplus atau defisit anggaran dalam suatu periode
dengan jumlah pendapatan asli daerah dalam satu periode akuntansi.
Kedua angka dalam penghitungan rasio ini diambil dari laporan realisasi
angaran pemerintah daerah. Untuk menentukan angka rasio ini, formula
yang digunakan adalah seperti berikut ini (Cohen, 2006).
PR = venuesOperatingTotal
DeficitSurplusNetRe
)(
4. Current Ratio
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam menjamin pemenuhan kewajiban lancar dengan harta lancar yang
dimiliki. Kedua angka dalam penghitungan rasio ini dihitung dengan
menggunakan data dalam neraca pemerintah. Semakin tinggi angka rasio
ini memberi penggambaran bahwa pemerintah daerah mempunyai sisa
aktiva lancar yang cukup untuk menjamin pemenuhan kewajiban lancar.
Formula untuk menentukan angka rasio ini adalah seperti berikut ini
(Meriawaty dan Setyani, 2005).
CR = sLiabilitieCurrent
AssetsCurrent
5. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara jumlah total hutang
pemerintah dengan total ekuitas dana. Rasio ini menggambarkan
kemampuan pemerintah dalam memberi jaminan pemenuhan seluruh
jumlah hutang dengan jumlah ekuitas dana yang dimiliki oleh pemerintah
pada tanggal tertentu. Kedua angka rasio ini ditentukan dengan
menggunakan angka dalam neraca pemerintah. Untuk menentukan
besarnya rasio ini, menurut Godsey dan Shulman (2001) formula yang
dapat digunakan adalah seperti berikut ini.
DER = EquityDebt
6. Long Terms Liabilities to Total Assets
Merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan jumlah hutang
jangka panjang dengan jumlah total asset pemerintah daerah. Angka rasio
ini menunjukkan jaminan pada utang jangka panjang yang diberikan oleh
pemerintah daerah dengan asset yang dimiliki. Menurut Plammer et al.
(2007) formula untuk menghitung angka rasio ini adalah seperti berikut
ini.
LTTA = AssetsTotal
sLiabilitieTermsLong
7. Assets Turnover
Assets Turnover merupakan perbandingan jumlah pendapatan asli daerah
dengan jumlah total asset yang dimiliki oleh Pemda. Angka rasio ini
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperoleh
pendapatan asli daerah dengan menggunakan total asset yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang bersangkutan, semakin tinggi angka rasio ini
menandakan bahwa semakin baik kemampuan pemerintah dalam
mengusahakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan bagi
daerah. Menurut Cohen (2006) formula untuk menghitung angka rasio ini
adalah seperti berikut ini.
AT = AssetsTotal
venuesOperatingTotal Re
8. Operating Revenues/Total Revenues
Operating Revenues/Total Revenues adalah perbandingan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan jumlah seluruh pendapatan yang diterima
oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Kedua angka yang digunakan
dalam penghitungan rasio ini diambil dari neraca pemerintah. Untuk
menentukan jumlah angka rasio ini, formula yang digunakan adalah
formula yang dinyatakan oleh Cohen (2006) seperti berikut ini.
ORTR = venuesOperatingTotal
SubsidiesvenuesOperatingTotalRe
Re -
9. Operating Revenues to Operating Expenses
Operating Revenues to Operating Expenses merupakan perbandingan
antara jumlah pendapatan asli daerah dengan jumlah belanja operasi
daerah dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah angka
rasio ini angka yang digunakan adalah angka dalam laporan realisasi
anggaran. Angka rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah dalam
memperoleh pendapatan asli daerah dengan belanja operasi yang
dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan angka rasio
ini formula yang digunakan oleh peneliti adalah formula yang digunakan
oleh Cohen (2006) berikut ini.
OROE = ExpensesOperating
venuesOperatingTotal Re
E. Metode Analisis Data
1. Pengujian regresi berganda
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel
indikator keuangan pemerintah daerah sebagaimana digunakan oleh Cohen (2006)
terdiri dari ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE terhadap rasio
efektivitas dan rasio efisiensi satu (dua) tahun atau periode berikutnya. Model
regresi yang digunakan adalah seperti berikut ini.
Model 1:
REK = α + β1 ROE + β2 ROA + β3 PM + β4 CR + β5 DER + β6 LTTA +
β7 AT + β8 ORTR + β9 OROE + ei
Model 2:
RES = α + β1 ROE + β2 ROA + β3 PM + β4 CR + β5 DER + β6 LTTA +
β7 AT + β8 ORTR + β9 OROE + ei
Notasi:
REK = Rasio Efektivitas
RES = Rasio Efisiensi
α = Konstanta
β1, β2, β3,…, β9 = Koefisien regresi
ROE = Return on Equity tahun sebelumnya
ROA = Return on Assets tahun sebelumnya
PM = Profit Margin tahun sebelumnya
CR = Current Ratio tahun sebelumnya
DER = Debt to Equity Ratio tahun sebelumnya
LTTA = Long Terms Liabilities to Total Assets tahun
sebelumnya
AT = Assets Turnover tahun sebelumnya
ORTR = Operating Revenues to Total Revenues tahun
sebelumnya
OROE = Operating Revenues to Operating Expenses
tahun sebelumnya
e1 = Standart error
2. Pengujian normalitas data
Menurut Ghozali (2007) uji normalitas data dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran
atau distribusi normal. Salah satu cara agar data dapat berdistribusi normal adalah
dengan menggunakan lewat pengamatan nilai residual. Cara lain dengan melihat
distribusi dan variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu
variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan
lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas
data dapat juga menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Dengan uji ini dapat
diketahui apakah distribusi nilai-nilai sampel yang teramati terdistribusi normal.
Kriteria pengujian dengan dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan
probabilitas dengan tarif signifikan 0,05 jika p > 1%, 5% dan 10% maka data
terdistribusi normal.
3. Pengujian asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel independen
yang satu dengan variabel independen yang lainnya. Gejala multikolinearitas
dapat diuji dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi
antar variabel independen dengan menggunakan Tolerance Value dan Varian
Inflating Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Apabila
nilai tolerance diatas 0.10 dan VIF dibawah 10, maka menunjukkan tidak
terjadi multikolinearitas.
b. Uji heterokedastisitas
Heterokedastisitas menunjukkan bahwa variasi (varians) variabel tidak
sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas, kesalahan yang
terjadi tidak random (acak), tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis
sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Gejala heterokedastisitas
terjadi pada model yang menggunakan data sample secara cross section.
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya
Heterokedastisitas dalam model regresi adalah metode Glejser, yaitu dengan
meregresikan nilai dari seluruh variabel independen dengan nilai mutlak dari
nilai residual sehingga dihasilkan probability value. Kriteria pengujiannya
adalah jika probability value < 1%, 5% dan 10% maka terjadi
heterokedastisitas dan jika probability value > 1%, 5% dan 10% maka tidak
terjadi heterokedastisitas.
c. Uji autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW-Test).
4. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh posisi
keuangan seperti return on equity ratio, return on assets, profit margin ratio,
current ratio, debt/equity ratio, long terms liabilities/total assets, assets turnover
ratio, operating revenues/total revenues dan operating revenues/operating
expenses terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio
efektivitas dan efisiensi pada periode satu (dua) tahun setelah penerbitan laporan
keuangan pemerintah daerah. Langkah-langkah analisis pengujian model dan
hipotesis adalah seperti berikut ini.
a. Pengujian koefisien regresi parsial (signifikansi-t)
Merupakan pengujian masing-masing variabel independen yang
dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Uji signifikansi-t dalam penelitian ini menggunakan
tingkat signifikansi 5%. Kriteria pengambilan kesimpulan dalam
uji ini adalah seperti berikut ini.
1. Ho diterima Ha ditolak: thitung < ttabel atau p-value > 1%, 5% dan
10%, variabel bebas secara individu tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat.
2. Ho ditolak Ha diterima: thitung > ttabel atau p-value < 1%, 5% dan
10%, variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap
variabel terikat.
b. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil
pengujian regresi berganda untuk variabel independen berupa
return on equity ratio, return on assets, profit margin ratio, current
ratio, debt/equity ratio, long terms liabilities/total assets, assets
turnover ratio, operating revenues/total revenues dan operating
revenues/operating expenses dan variabel dependen berupa rasio
efektivitas dan rasio efisiensi satu periode setelah penerbitan
laporan keuangan dengan bantuan program SPSS versi 16.00.
Karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel
independen maka penulis menggunakan Adjusted R Square (Adj
R2) seperti yang dinyatakan oleh Ghozali (2007).
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai hasil analisis untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan dua persamaan regresi. Persamaan regresi pertama untuk
mengetahui pengaruh informasi keuangan dalam laporan keuangan pemerintah
daerah terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan rasio efektivitas.
Persamaan regresi kedua untuk mengetahui pengaruh informasi keuangan dalam
laporan keuangan pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan yang diproksikan
dengan rasio efisiensi.
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, populasi meliputi seluruh pemerintah daerah
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Menurut publikasi Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) melalui website resminya www.bpk.go.id
pada tahun 2005 terdapat 391 yang menerbitkan laporan keuangan dan pada
tahun 2006 terdapat 426 pemerintah daerah atau kota yang menerbitkan laporan
keuangan. Sampel penelitian yang berhasil diperoleh melalui metode purposive
sampling adalah 232 pemerintah daerah. Proses pemilihan sampel penelitian dapat
dipaparkan dengan tabel berikut ini.
Tabel 1
Seleksi Pemilihan Sampel
Pemerintah daerah yang menerbitkan LKPD periode 2005-2006 817
Pemerintah daerah yang tidak terpilih menjadi sampel:
- LKPD dengan opini adverse dan disclaimer (512) - LKPD yang tidak mencantumkan informasi
secara lengkap (53)
Pemerintah daerah yang terpilih menjadi sampel 232
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel sampel penelitian di atas menunjukkan bahwa jumlah laporan
keuangan pemerintah daerah yang berhasil dikumpulkan melalui download di
website BPK RI adalah sejumlah 817 laporan keuangan pemerintah daerah. Atas
jumlah laporan keuangan tersebut, sejumlah 512 laporan keuangan mempunyai
opini tidak wajar (adverse opinion) dan tidak berpendapat (disclaimer opinion)
dan oleh karena opini tersebut, maka laporan keuangan tersebut tidak digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan yang digunakan adalah bahwa
informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah dengan opini tidak wajar
(adverse opinion) dan tidak berpendapat (disclaimer opinion) tersebut disajikan
secara tidak wajar berdasar SAP sehingga tidak dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Dengan demikian
terdapat 350 laporan keuangan pemerintah daerah yang opini wajar (unqualified
opinion) dan wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Selain opini auditor BPK RI, penelitian ini juga menggunakan informasi
keuangan lain dalam pengukuran variabel independen dan dependen. Untuk
laporan keuangan yang telah memenuhi kriteria pengambilan sampel sebelumnya
tetapi tidak mencantumkan informasi untuk pengukuran variabel penelitian, maka
laporan keuangan tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini. Jumlah laporan
keuangan pemerintah yang tidak secara lengkap menyajikan informasi yang
dimaksud sejumlah 53 laporan keuangan pemerintah. Setelah dilakukan
identifikasi dengan menggunakan kriteria pengambilan sampel, maka diperoleh
sampel sejumlah 232 laporan keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari 148
laporan keuangan pemerintah daerah pada tahun 2005 dan 84 laporan keuangan
pemerintah daerah pada tahun 2006. Data sampel dalam penelitian ini secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran.
B. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian memberi penggambaran data dan penyebaran
data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran data yang dimaksud
meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah
(minimum) serta nilai standar deviasi yang menggambarkan penyebaran data
penelitian ini. Berikut ini disajikan deskripsi data penelitian baik untuk data
mengenai variabel dependen dan variabel independen yang telah berhasil
dikumpulkan oleh peneliti untuk tujuan pengujian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini.
Tabel 2
Statistik Deskriptif Data Satu Tahun
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 99 0,0008 0,7443 0,0387 0,0789
ROA 99 0,0007 0,1897 0,0332 0,0359
PM 99 0,0200 7,6933 1,3401 1,4569
CR 99 0,0926 210,4839 36,5394 43,5808
DER 99 0,0001 1,0260 0,0198 0,1030
LTTA 99 0,0000 0,0520 0,0043 0,0080
AT 99 0,0026 0,2082 0,0329 0,0279
ORTR 99 -36,7540 0,7401 -9,3056 6,4281
OROE 99 0,0230 0,6628 0,1079 0,0972
REK 99 0,0532 2,0824 0,5416 0,3626 REF 99 0,0411 2,0562 1,0754 0,3173
Valid N (listwise) 99
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata, nilai maksimum dan nilai
minimum serta standar deviasi untuk data yang digunakan dalam pengujian satu
tahun. Jumlah data yang diobservasi dalam pengujian satu tahun (N) adalah 99.
Untuk data variabel ORTR mempunyai nilai rata-rata terkecil. Dalam deskripsi
data ORTR, nilai minimum atas variabel ini adalah sebesar -36,7540 dan nilai
maksimumnya adalah sebesar 0,7401 serta nilai mean dan standart deviation
masing-masing sebesar -9,3056 dan 6,4281. Hasil deskriptif data ini menjelaskan
bahwa penyebaran data berkisar antara -9,3056 ditambah dengan 6,4281 sampai
dengan -9,3056 dikurangi 6,4281. Sementara itu, untuk variabel CR merupakan
variabel dengan rata-rata yang tertinggi. Nilai minimum untuk variabel CR adalah
sebesar 0,0926 dan nilai maksimumnya adalah sebesar 210,4839. Nilai rata-rata
dan standar deviasi untuk CR masing-masing sebesar 36,5394 dan 43,5808 yang
mengindikasikan bahwa penyebaran data variabel CR berkisar antara 36,5394
ditambah dengan 43,5808 sampai dengan 36,5394 dikurangi dengan 43,5808.
Berikut disajikan deskripsi data untuk pengujian data dua tahun setelah
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Tabel 3
Statistik Deskriptif Data Dua Tahun
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 82 0,00070 1,43068 0,04706 0,15813
ROA 82 0,00070 0,12114 0,02807 0,02875
PM 82 0,01999 4,82495 1,11995 1,24543 CR 82 0,09262 164,27506 34,74696 40,35152
DER 82 0,00008 0,08277 0,01142 0,01721
LTTA 82 0,00002 0,03849 0,00462 0,00760
AT 82 0,00255 0,42827 0,03658 0,04822 ORTR 82 -39,28118 0,33669 -9,26822 7,43561
OROE 82 0,02824 0.51784 0,10163 0,08011
REF 82 0,07231 7,17761 1,21190 0,82563
REK 82 0,07499 2,28568 0,60181 0,46894
Valid N (listwise) 82
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata, nilai maksimum dan nilai
minimum serta standar deviasi untuk data yang digunakan dalam pengujian dua
tahun. Untuk data variabel CR mempunyai nilai rata-rata tertinggi di antara
variabel lainya. Nilai minimum atas variabel ini adalah sebesar 0,09262 dan nilai
maksimumnya adalah sebesar 164,27506 serta nilai mean dan standart deviation
masing-masing sebesar 34,74696 dan 40,35152. Hasil deskriptif data ini
menjelaskan bahwa penyebaran data berkisar antara 34,74696 ditambah dengan
40,35152 sampai dengan 34,74696 dikurangi 40,35152. Sementara itu, untuk
variabel ORTR merupakan variabel dengan rata-rata yang terendah. Nilai
minimum untuk variabel ORTR adalah sebesar -39,28118 dan nilai maksimumnya
adalah sebesar 0,33669. Nilai rata-rata dan standart deviasi untuk ORTR masing-
masing sebesar -9,26822 dan 7,43561 yang mengindikasikan bahwa penyebaran
data variabel ROE berkisar antara -9,26822 ditambah dengan 7,43561 sampai
dengan -9,26822 dikurangi dengan 7,43561.
C. Pengujian Data
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi
secara normal. Pengujian normalitas ini dilakukan berdasarkan uji Kolmogorov-
Smirnov dengan nilai residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam
penelitian. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan probability
value yang diperoleh dengan pedoman pengambilan keputusan bahwa: jika
probability value > 0,05 maka data terdistribusi normal dan jika probability value
< 0,05 maka data terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat
dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 4
Uji Normalitas Data Sebelum Outlier
Pengujian Satu Tahun Pengujian Dua Tahun
Unstandardized Res-Model 1
Unstandardized Res-Model 2
Unstandardized Res-Model 1
Unstandardized Res-Model 2
N 187 187 119 119
Normal Parametersa
Mean 0,0000000 0,0000000 0,0000000 0,0000000
Sumber: hasil pengolahan data
Hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa seluruh data variabel yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal karena probability
value < 0,05. Untuk mendapatkan data variabel yang terdistribusi normal,
penelitian ini menggunkan proses outlier dengan mengeluarkan data variabel yang
besaran berbeda dari rata-rata data. Proses outlier dilakukan dengan melihat nilai
Z-score pada masing-masing data penelitian. Setelah dilakukan proses outlier
diperoleh data dalam pengujian satu tahun yang berjumlah 99 sehingga jumlah
data yang mengalami outlier adalah 88 data, sementara untuk pengujian data dua
tahun diperoleh data sejumlah 82 sehingga terdapat 37 data yang mengalami
outlier. Berikut disajikan hasil normalitas nilai residu data setelah proses outlier.
Tabel 5
Uji Normalitas Data Setelah Outlier
Pengujian Satu Tahun Pengujian Dua Tahun
Unstandardized Res-Model 1
Unstandardized Res-Model 2
Unstandardized Res-Model 1
Unstandardized Res-Model
2
N 99 99 82 82
Mean 0,0000000 0,0000000 0,0000000 0.0000000 Normal Parametersa
Std. Dev 0,24652041 0,29425628 0,38694811 0,40936523
Absolute 0,109 0,105 .136 0,139
Positive 0,109 0,105 .136 0,139
Std. Dev 4,02399131 5,62353372 3,15337800 5,36904261
Absolute 0,262 0,321 0,269 0,321
Positive 0,262 0,321 0,269 0,321
Most Extreme Differences
Negative -0,170 -0,272 -0,216 -0,288
Kolmogorov-Smirnov Z 3,589 4,384 2,936 3,501
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000
a. Test distribution is Normal.
Negative -0,042 -0,099 -.090 -0,101
Kolmogorov-Smirnov Z 1,083 1,047 1.235 1.256
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,191 0,223 0.095 0,085
a. Test distribution is Normal.
Sumber: hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan pengujian nilai residu data
setelah proses outlier seluruh data yang digunakan baik dalam pengujian satu dan
dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan terdistribusi secara normal.
Kesimpulan ini dibuktikan dengan nilai probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikansi penelitian 5%.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a) Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi di antara anggota-
anggota serangkaian pengamatan yang tersusun dalam serangkaian waktu maupun
serangkaian ruang. Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan
uji Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai tabel Durbin Watson
dengan nilai Durbin Watson yang diperoleh dari perhitungan regresi. Kriteria
pengujian menurut Santosa (2004) adalah jika angka D-W di atas 2 berarti
terdapat autokorelasi positif, jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak
terjadi autokorelasi dan jika angka D-W dibawah -2 berarti terjadi autokorelasi
negatif.
Berikut ini disajikan hasil pengujian autokorelasi baik untuk data satu
tahun dan data dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah.
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Data Satu Tahun Data Dua Tahun
Nilai DW Kriteria Nilai DW Kriteria
Model 1 1,868* -2 s.d. 2 Model 1 2,171** -2 s.d. 2
Model 2 1,639* -2 s.d. 2 Model 2 1,757* -2 s.d. 2
*tidak terjadi autokorelasi
**terjadi autokorelasi positif
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk data satu tahun setelah
penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah baik untuk model regresi 1
maupun regresi 2 tidak terdapat gejala autokorelasi yang dibuktikan dengan nilai
DW berada pada kisaran kriteria yang telah ditetapkan. Namun demikian, untuk
data dua tahun, tabel mengindikasikan bahwa dalam model 1 terdapat gejala
aoutokerasi positif dan dalam model 2 tidak terdapat gejala autokorelasi.
b) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan yang menggambarkan seluruh
faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas
variabel independen. Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi
adanya Heteroskedastisitas dalam model regresi adalah metode Glejser, yaitu
dengan meregresikan nilai dari seluruh variabel independen dengan nilai mutlak
(absolute) dari nilai residual sehingga dihasilkan probability value. Kriteria
pengujiannya adalah jika probability value < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas
dan jika probability value > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Data Satu Tahun Data Dua Tahun Variabel
Model 1 Model 2 Model 1 Model 2 Kriteria
ROE 0,905 0,724 0,208 0,683 P value > 0,05
ROA 0,980 0,593 0,765 0,221 P value > 0,05
PM 0,919 0,066 0,284 0,314 P value > 0,05
CR 0,353 0,319 0,771 0,885 P value > 0,05
DER 0,935 0,946 0,857 0,828 P value > 0,05
LTTA 0,279 0,235 0,854 0,080 P value > 0,05
AT 0,284 0,395 0,818 0,974 P value > 0,05
OROE 0,520 0,724 0,074 0,851 P value > 0,05
ORTR 0,776 0,128 0,851 0,487 P value > 0,05
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai probabililtas seluruh variabel
dalam model regresi I untuk data satu tahun setelah pelaporan keuangan dan
model regresi 2 untuk data dua tahun setelah pelaporan keuangan berada di atas
tingkat signifikansi dalam penelitian ini 5%. Dengan hasil pengujian tersaji di
atas, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi 1 dan 2 yang digunakan dalam
penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau data bersifat
homokedastistas.
c) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya
hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model regresi.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance
inflation factor (VIF) dengan kriteria, jika tolerance value < 0,01 dan VIF > 10%
maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value > 0,01 atau VIF < 10%
maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 8
Hasil Uji Multikolinieritas
Data Satu Tahun Data Dua Tahun Variabel
VIF Tolerance Variabel
VIF Tolerance
Model I:
Model I:
ROE 5,240 0,166 ROE 1,026 0,975 ROA 4,116 0,243 ROA 3,007 0,333
PM 1,659 0,603 PM 1,691 0,618
CR 1,139 0,878 CR 1,263 0,792
DER 1,704 0,587 DER 1,625 0,615
LTTA 1,702 0,587 LTTA 1,006 0,994
AT 1,107 0,904 AT 2,126 0,470
OROE 1,799 0,556 OROE 1,388 0,721
ORTR 1,002 0,998 ORTR 1,026 0,975
Model II:
Model II:
ROE 1,709 0,785 ROE 1,309 0,962 ROA 5,107 0,190 ROA 1,257 0,795
PM 1,637 0,611 PM 3,883 0,258
CR 1,026 0,975 CR 1,263 0,792
DER 1,004 0,996 DER 2,126 0,473
LTTA 1,799 0,556 LTTA 1,116 0,896
AT 1,471 0,680 AT 1,682 0,595
OROE 1,464 0,683 OROE 2,068 0,484
ORTR 1,464 0,683 ORTR 1,553 0,644
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk semua variabel independen baik
untuk model regresi I maupun model regresi II mempunyai nilai VIF kurang dari
10% dan nilai tolerance value lebih besar dari 0,1 sehingga dapat dinyatakan
bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas pada model regresi baik model regresi
I maupun regresi II yang digunakan dalam penelitian.
3. Uji Hipotesis
a. Pengujian Data Satu Tahun
Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE
terhadap rasio efektivitas pemerintah dan efisiensi pemerintah daerah untuk data
satu tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Berikut ini
disajikan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian dengan model regresi I yang
menggunakan variabel dependen kinerja keuangan pemerintah yang diukur
dengan rasio efektivitas.
Tabel 9
Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Model 1
Variable B t-value p-value
Constanta 0,270 5,656 0,000
ROE 0,109 0,084 0,933 ROA -0,294 -0,202 0,841 PM -0,019 -0,850 0,397
CR -0,006 -0,107 0,915
DER 2,246 6,909 0,000*
LTTA -13,120 -3,143 0,002*
AT -1,323 -1,376 0,172
OROE -0,408 -0,135 0,893
ORTR -0,031 -7,639 0,000*
Adj R2 = 0,509
Fhitung = 34,916
P value = 0,000
Std.error = 0,2539804
*signifikan pada α = 1%
***signifikan pada α = 10%
Sumber: Hasil pengolahan data
Persamaan regresi I (data satu tahun setelah penerbitan laporan keuangan)
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA,
AT, ORTR, OROE terhadap rasio efektivitas (REK) adalah seperti berikut ini.
REK = 0,270 + 0,109 (ROE) - 0,294 (ROA) - 0,019 (PM) - 0,006 (CR) -
2,246 (DER)* - 13,120 (LTTA)* - 1,232 (AT) - 0,408 (OROE) +
0,031 (ORTR)* + 0,2539804
Hasil persamaan regresi tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga
variabel yang berpengaruh pada efektivitas anggaran pemerintah daerah. Ketiga
variabel dimaksud adalah DER, LTTA dan ORTR. Ketiga variabel tersebut
mempunyai nilai probabilitas yang lebih kecil dari tingkat signifikan 1%. Nilai
probabilitas untuk variabel DER adalah 0,000 dan untuk variabel LTTA adalah
0,002 serta untuk variabel ORTR adalah sebesar 0,000. Nilai probabilitas Untuk
variabel ROE, ROA, PM, AT, dan OROE lebih besar dari tingkat signifikansi 1%,
5% dan 10% dan oleh karena itu, variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh
terhadap efektivitas anggaran pemerintah.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk
signifikansi-F adalah 0,000 yang berada di bawah 1%, 5% dan 10% sehingga
dapat dinyatakan bahwa model penelitian layak atau fit untuk digunakan dalam
penelitian. Nilai Adj R2 adalah sebesar 0,509 yang mengindikasikan bahwa
variabel independen penelitian berupa: ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT,
ORTR, OROE dapat menjelaskan variabilitas efektivitas pemerintah daerah
sebesar 50,9% dan variabilitas sisanya yaitu sebesar 49,1% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Sementara pengujian model regresi II untuk data satu tahun dengan
menggunakan ukuran variabel kinerja keuangan berupa rasio efisiensi dapat
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 10
Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Model 2
Variable B t-value p-value
Constanta 1,341 14,944 0,000
ROE 1,503 1,131 0,261
ROA -0,426 -0,214 0,831
PM -0,036 -1,352 0,180
CR 0,001 0,385 0,975
DER -0,219 -0,734 0,465
LTTA 1,237 0,240 0,881
AT 0,195 0,145 0,885
OROE -0,883 -2,306 0,023**
ORTR 0,018 3,160 0,002*
Adj R2 = 0,079
Fhitung = 5,196
P value = 0,007
Std.error = 0,3043571
*signifikan pada α = 1%
**signifikan pada α = 5%
Sumber: Hasil pengolahan data
Persamaan regresi II yang digunakan untuk melihat pengaruh rasio ROE,
ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE terhadap tingkat efisiensi
pemerintah satu tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah
adalah:
REF = 1,341 + 1,503 (ROE) - 0,426 (ROA) - 0,036 (PM) + 0,001 (CR) -
0,219 (DER) + 1,237 (LTTA) + 0,195 (AT) + 0,883 (OROE)** +
0,018 (ORTR)* + 0,3043571
Hasil persamaan regresi tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat dua
variabel yang berpengaruh terhadap rasio efesiensi pada satu tahun setelah
pelaporan keuangan pemerintah daerah yaitu ORTR dan OROE. Nilai probabilitas
untuk variabel OROE adalah 0,023 dan variabel ORTR adalah sebesar 0,002.
Sementara untuk variabel yang lain ROA, CR, DER, LTTA, AT, dan PM serta
ROE hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dengan ditunjukkan oleh
nilai probabilitas yang lebih besar dari tingkat signifikansi 1%, 5% dan 10%.
Sementara itu untuk nilai signifikansi F adalah sebesar 0,007 yang lebih
kecil dari 0,01, 0,05 dan 0,10 yang mengindikasikan bahwa model regresi
berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah fit atau layak untuk
digunakan. Angka Adj R2 adalah sebesar 0,079 yang mengindikasikan bahwa
variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari: ROA, PM, CR, DER,
LTTA, AT, ORTR, OROE mampu menjelaskan variabilitas rasio efisiensi
sebesar 7,9%, sehingga variabilitas lain sebesar 92,3% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
b. Pengujian Data Dua Tahun
Pengujian data dua tahun dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian
data rasio keuangan tahun 2005 terhadap efisiensi dan efektivitas pemerintah
daerah tahun 2007. Persamaan regresi I (untuk data dua tahun setelah penerbitan
laporan keuangan) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh ROE, ROA, PM,
CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE terhadap rasio efektivitas (REK) dua tahun
setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah adalah seperti berikut ini.
REK = 0,320 - 0,544 (ROE)*** + 0,903 (ROA) - 0,018 (PM) + 0,000 (CR)
+ 1,648 (DER) – 7,982 (LTTA) - 0,399 (AT) – 0,880 (OROE) -
0,033 (ORTR)* + 0,40284423
Persamaan regresi tersebut di atas disusun berdasarkan hasil pengujian
hipotesis yang dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini.
Tabel 11
Hasil Uji Hipotesis dan Regresi Model 1
Variable. B t-value p-value
Constanta 0,320 4,471 0,000 ROE -0,544 -1,898 0,061*** ROA 0,903 0,330 0,742 PM -0,018 -0,404 0,688 CR 0,000 0,200 0,842 DER 1,648 0,500 0,618 LTTA -7,982 -1,360 0,178 AT -0,399 -0,293 0,770 OROE -0,880 -1,351 0,181 ORTR -0,033 -5,446 0,000* Adj R2 = 0,262
Fhitung = 15,380
P value = 0,000
Std.error = 0,40284423
***signifikan pada α = 10%
*signifikan pada α = 1%
Sumber: Hasil pengolahan data
Hasil persamaan regresi tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat dua
variabel yang berpengaruh pada efektivitas anggaran pemerintah daerah dua tahun
setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Untuk variabel masing-
masing variabel ROE signifikan pada tingkat keyakinan 10% dengan probabilitas
sebesar 0,061, sementara untuk variabel ORTR signifikan pada level keyakinan
1% karena nilai probabilitas adalah sebesar 0,000. Sementara itu untuk variabel
yang lain: OROE, ROA, PM, CR, DER, AT dan LTTA, hasil pengujian
menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh pada efektivitas
keuangan pemerintah daerah dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan
pemerintah daerah dengan indikasi nilai probabilitas lebih besar dari tingkat
signifikansi penelitian 1%, 5% dan 10%.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk F adalah
0,000 yang berada di bawah 1%, 5% dan 10% sehingga dapat dinyatakan bahwa
model penelitian layak atau fit untuk digunakan dalam penelitian. Nilai adj R2
adalah sebesar 0,262 yang mengindikasikan bahwa variabel independen penelitian
berupa: ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR, OROE dapat menjelaskan
variabilitas rasio efektivitas sebesar 26,2% sehingga variabilitas sisanya yaitu
sebesar 73,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian
ini.
Sementara hasil model regresi II (data dua tahun) dengan rasio efisiensi
sebagai variabel dependen dapat disajikan seperti tabel berikut ini.
Tabel 12
Hasil Uji Hipotesis dan Model Regresi 2
Variable B t-value p-value
Constanta 1,441 10,103 0,000
ROE 4,269 13,773 0,000* ROA -9,423 -5,025 0,000*
PM 0,025 0,327 0,744
CR 0,001 0,632 0,530
DER -5,744 -1,424 0,159
LTTA 20,198 3,025 0,003*
AT 2,334 1,805 0,075***
OROE -1,828 -2,118 0,038**
ORTR 0,017 2,117 0,038**
Adj R2 = 0,725
Fhitung = 36,650
P value = 0,000
Std.error = 0,43270995
* signifikan pada α = 1%
**signifikan pada α = 5%
***signifikan pada α =10%
Sumber: Hasil pengolahan data
Atas dasar hasil pengujian di atas, maka dapat disusun persamaan regresi
untuk mengetahui pengaruh ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT, ORTR,
OROE terhadap rasio efektivitas (REK) dua tahun setelah penerbitan laporan
keuangan pemerintah daerah adalah seperti berikut ini.
REF = 1,441 + 4,629 (ROE)* – 9,423 (ROA)* + 0,025 (PM) + 0,001 (CR) –
5,744 (DER) + 20,198 (LTTA)* + 2,334 (AT)*** – 1,828
(OROE)** + 0,017 (ORTR)** + 0,43270995
Hasil persamaan regresi tersebut di atas menunjukkan bahwa terdapat
enam variabel yang berpengaruh pada efektivitas anggaran pemerintah daerah dua
tahun setelah penerbitan laporan keuangan pemerintah daerah. Untuk variabel
ROE, ROA dan LTTA signifikan pada tingkat keyakinan 1% dengan probabilitas
masing-masing sebesar 0,000, 0,000 dan 0,003. Untuk variabel ORTR dan OROE
signifikan pada level keyakinan 5% karena nilai probabilitas adalah sebesar 0,038.
Untuk variabel AT signifikan pada level keyakinan 10% dengan nilai probabilitas
adalah sebesar 0,075. Sementara itu, untuk variabel yang lain yaitu CR, PM dan
DER tidak berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pemerintah daerah karena
nilai probabilitas lebih besar dari 1%, 5% dan 10%.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk
signifikansi-F adalah 0,000 yang berada di bawah 1%, 5% dan 10% sehingga
dapat dinyatakan bahwa model penelitian layak atau fit untuk digunakan dalam
penelitian. Nilai adj R2 adalah sebesar 0,725 yang mengindikasikan bahwa
variabel independen penelitian berupa: ROE, ROA, PM, CR, DER, LTTA, AT,
ORTR, OROE menjelaskan variabilitas rasio efektivitas sebesar 72,5% sehingga
variabilitas sisanya yaitu sebesar 27,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris pengaruh
informasi dalam laporan keuangan yang dinyatakan dalam bentuk posisi keuangan
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam bentuk
efisiensi dan efektivitas anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penelitian ini
menggunakan kerangka pengujian data satu dan dua tahun setelah penerbitan
laporan keuangan pemerintah daerah. Pengujian dilakukan untuk informasi posisi
keuangan tahun 2005 terhadap kinerja tahun 2006 dan informasi posisi keuangan
tahun 2006 terhadap kinerja keuangan tahun 2007 serta informasi posisi keuangan
tahun 2005 terhadap kinerja keuangan tahun 2007.
Dalam pengujian data satu tahun diperoleh hasil bahwa variabel DER,
LTTA dan ORTR berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam bentuk rasio efektivitas. Hasil ini didasarkan pada nilai
probabilitas untuk variabel DER sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian 1%, 5% dan 10%. Untuk variabel LTTA nilai probabilitas
adalah sebesar 0,002 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi penelitian 1%, 5%
dan 10% serta nilai probablitas untuk variabel ORTR adalah 0,000 yang lebih
kecil dari tingkat signifikansi penelitian baik 1%, 5% maupun 10%. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa posisi DER pemerintah daerah berpengaruh
terhadap tingakt efektivitas anggaran pemerintah daerah. Jumlah utang pemerintah
daerah yang tinggi mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mempunyai
kewajiban untuk melakukan pengeluaran yang tinggi sehingga dapat berpengaruh
pada efektivitas anggaran akibat kurangnya dana yang tersedia untuk pembiayaan
kegiatan pemerintah daerah (Jones dan Walker, 2007).
Alasan yang sama juga melandasi hasil penelitian bahwa LTTA
berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pemerintah daerah. Dengan adanya
utang jangka panjang yang dimiliki oleh pemerintah daerah mengakibatkan
adanya keharusan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pengeluaran
pengembalian pokok pinjaman dan bunga utang pada periode berikutnya. Adanya
keharusan untuk melakukan pengeluaran ini menjadikan pengurangan jumlah kas
daerah hingga mempengaruhi efektivitas anggaran pemerintah daerah. Untuk hasil
penelitian bahwa ORTR berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pemerintah
didasari pada alasan bahwa pendapatan pemerintah daerah yang mengalami
kenaikan menyebabkan penambahan jumlah kas daerah yang dapat digunakan
sebagai sumber pendanaan program kerja tahun berikutnya sehingga
mempengaruhi efektivitas pemerintah daerah. Dengan jumlah pendapatan yang
tinggi dapat menambah jumlah dana bagi pemerintah daerah untuk melakukan
pelaksanaan program pembangunan hingga mampu melakukan program tersebut
secara efektiv (Mahmudi, 2007)
Hasil pengujian satu tahun untuk regresi dengan efektivitas sebagai
variabel dependen juga menunjukkan bahwa ROE, ROA, PM, CR, AT, dan
OROE tidak berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pemerintah daerah. Hasil
ini diindikasikan oleh nilai probabilitas untuk variabel tersebut lebih besar dari
tingkat signifikansi penelitian baik 1%, 5% dan 10%.
Dalam pengujian data satu tahun dengan efisiensi sebagai variabel
dependen menunjukkan bahwa variabel ORTR dan OROE berpengaruh terhadap
efisiensi anggaran pendapatan dan belanja daerah. Posisi OROE menunjukkan
proporsi pendapatan asli daerah dengan jumlah pengeluaran untuk memperoleh
pendapatan tersebut. Dengan jumlah pendapatan tersebut dapat digunakan oleh
pemerintah daerah dalam pembiayaan untuk setiap program kerja bagi pemerintah
daerah sehingga mempengaruhi efisiensi anggaran pemerintah daerah
bersangkutan.
Posisi variabel ORTR menggambarkan proporsi pendapatan asli daerah
dengan total pendapatan pemerintah daerah. Jumlah pendapatan yang tinggi dapat
meningkatkan angka ORTR yang mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
mampu memperoleh jumlah pendapatan asli daerah yang tinggi hingga mampu
mendanai program kerja pemerintah daerah pada periode berikutnya. Dengan
pendanaan yang cukup, maka program kerja pemerintah daerah tahun berikutnya
dapat dilakukan dengan efisien. Sementara itu untuk variabel yang lain ROE,
ROA, PM, CR, DER, AT dan LTTA mempunyai nilai probabilitas yang lebih
besar baik 1%, 5% maupun 10% sehingga dapat dinyatakan variabel rasio yang
tersaji dalam laporan keuangan pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap
efektivitas kinerja anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Dalam pengujian data dua tahun untuk model regresi dengan efektivitas
sebagai variabel dependen menunjukkan bahwa variabel OROE dan ORTR
berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pemerintah daerah. Hasil pengujian
model regresi 1 dengan data dua tahun ini mengindikasikan bahwa jumlah
pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pada dua
periode setelah pelaporan keuangan pemerintah daerah. Dengan jumlah
pendapatan yang cukup dapat berpengaruh pada jumlah kas deaerah karena
pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber pendanaan pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan di daerah. Adanya pendapatan yang cukup
menjadikan pendanaan yang cukup untuk program kerja pemerintah pada dua
periode berikutnya sehingga berpengaruh pada efektivitas anggaran pemerintah
daerah. Sementara itu untuk variabel yang lain OROE, ROA, PM, CR, DER, AT
dan LTTA mempunyai nilai probabilitas yang lebih besar baik 1%, 5% maupun
10% sehingga dapat dinyatakan variabel rasio yang tersaji dalam laporan
keuangan pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap efektivitas kinerja
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Dalam pengujian model regresi yang menggunakan efisiensi sebagai
variabel dependen menunjukkan bahwa variabel ROE, ROA, LTTA, AT, ORTR
dan OROE berpengaruh terhadap efisiensi kinerja anggaran pemerintah daerah.
Posisi ROE dan ROA berpengaruh terhadap efisiensi anggaran pemerintah daerah.
Hasil pengujian mengindikasikan bahwa peningkatan ROE dan ROA adalah
gambaran besarnya jumlah surplus dan menggambarkan kinerja pemerintah
daerah yang kurang atau tidak efesien. Apabila suatu pemerintah daerah
menghasilkan jumlah surplus dalam satu tahun anggaran, maka menjadi
kewajiban bagi pemerintah daerah bersangkutan untuk mengembalikan jumlah
surplus tersebut ke kas Negara. Selain itu, untuk periode berikutnya pemerintah
daerah tersebut tidak diperbolehkan untuk mengajukan anggaran melebihi jumlah
anggaran tahun terjadinya surplus anggaran tersebut. Oleh karena kewajiban
tersebut, maka posisi ROE dan ROA dapat mempengaruhi efesiensi anggaran
pada dua periode setelah pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Variabel LTTA berpengaruh terhadap efisiensi anggaran pemerintah
daerah. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dengan jumlah utang jangka
panjang yang besar menyebabkan kinerja pemerintah daerah kurang atau tidak
efisien oleh karena dana yang tersedia digunakan untuk memenuhi kewajiban
untuk pengembalian utang. Dengan kekurangan dana tersebut berakibat pada
pelaksanaan program-program pemerintah yang kurang efisien dua periode
setelah pelaporan keuangan pemerintah daerah. Sementara itu, variabel AT
berpengaruh terhadap efisiensi anggaran pemerintah daerah mengindikasikan
bahwa tingkat turnover asset yang tinggi menyebabkan pelaksanaan program
pemerintah berjalan dengan baik karena dukungan asset yang dimilki oleh
pemerintah. Dengan adanya tingkat turnover assets yang tinggi, maka pemerintah
daerah dapat mencapai kinerja anggaran yang efisien.
Variabel ORTR dan OROE berpengaruh terhadap efisiensi anggaran
pemerintah daerah dan hal ini mengindikasikan bahwa jumlah pendapatan
pemerintah daerah yang tinggi berakibat pada jumlah dana yang cukup untuk
pembiayaan program pemerintah daerah hingga mampu menghasilkan kinerja
pemerintah daerah yang efisien. Dalam pengujian data dua tahun dengan rasio
efiensi sebagai ukuran kinerja pemerintah daerah juga memperoleh hasil bahwa
variabel DER dan PM tidak berpengaruh pada efisiensi pemerintah daerah pada
dua periode setelah pelaporan keuangan. Hasil ini dibuktikan dengan nilai
probabilitas untuk kedua variabel tersebut yang lebih tinggi dari tingkat
signifikansi penelitian baik 1%, 5% dan 10%.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pengujian data laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan
dengan menggunakan model regresi berganda baik untuk model regresi I dengan
rasio efektivitas maupun model regresi II yang menggunakan rasio efisiensi
memperoleh bukti empiris mendasari pengambilan simpulan penelitian. Dalam
pengujian model regresi I diperoleh bukti bahwa variabel return on equity, debt to
equity, long term to total assets dan operating revenue to total revenue
berpengaruh terhadap efektivitas anggaran pemerintah daerah. Hasil ini
mengindikasikan bahwa keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kinerja keuangan pemerintah yang diproksikan dengan
rasio efektivitas. Debt to equity, long term to total assets dan operating revenue to
total revenue berpengaruh terhadap efektivitas pemerintah daerah satu tahun
setelah penerbitan laporan keuangan, sementara posisi return on equity dan
operating revenue to total revenue berpengaruh terhadap efektivitas pemerintah
daerah dua tahun setelah penerbitan laporan keuangan. Namun demikian, untuk
variabel lain return on assets, profit margin, current ratio, assets turnover dan
operating revenue to total revenue tidak berpengaruh pada tingkat efektivitas
pelaksanaan anggaran pemerintah daerah.
Untuk pengujian model regresi II dengan menggunakan rasio efisiensi
sebagai variabel dependen, hasil pengujian menunjukkan bahwa return on equity,
return on assets, long terms liabilities to total assets, assets turnover, operating
revenue to total revenue dan operating revenue to operating expense berpengaruh
terhadap tingkat efisiensi pemerintah daerah. Operating revenue to total revenue
dan operating revenue to operating expense berpengaruh pada tingkat efisiensi
pemerintah daerah satu tahun setelah penerbitan laporan keuangan, sementara itu
posisi return on equity, return on assets, long terms liabilities to total assets,
assets turnover, operating revenue to total revenue dan operating revenue to
operating expense berpengaruh pada efisiensi pemerintah daerah dua tahun
setelah penerbitan laporan keuangan. Untuk variabel lain: current ratio, profit
margin, debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah baik pada satu tahun dan dua tahun setelah penerbitan laporan
keuangan pemerintah daerah.
B. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini hanya berjumlah sembilan posisi keuangan tanpa mengikutsertakan
variabel-variabel non keuangan. Selain itu penelitian ini hanya menggunakan
aspek efisiensi dan efektivitas kinerja anggaran sebagai variabel dependen tanpa
menyertakan aspek ekonomis dan aspek dampak (effect) anggaran dalam
perspektif pengukuran kinerja value for money.
Penelitian ini menggunakan model regresi data dua tahun untuk variabel
dependen efektivitas dengan adanya gejala autokorelasi positif. Adanya gejala
autokorelasi positif ini mempunyai kemungkinan untuk mempengaruhi hasil
penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga tidak memisahkan sampel penelitian
ke dalam kelompok tertentu seperti: ukuran pemerintah daerah dan status daerah
dalam pengujian data. Oleh karena itu, hasil penelitian tidak dapat membedakan
pengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas berdasarkan kelompok sampel
tersebut.
Penelitian ini mempunyai nilai adj R square dengan perbedaan yang cukup
besar di antara model 2 dengan data satu dan dua tahun. Nilai adj R square
mengindikasikan bahwa variabel independen mempunyai kemampuan yang baik
dalam menjelaskan variasi variabel dependen, sebaliknya nilai adj R square yang
rendah mengindikasikan bahwa kemampuan yang kurang baik dalam menjelaskan
variasi variabel dependen. Perbedaan nilai adj R square ini kemungkinan
disebabkan oleh penggunaan data dan informasi dari laporan keuangan
pemerintah daerah yang mempunyai opini wajar dengan pengecualian terutama
untuk nilai aktiva pemerintah daerah dan pendapatan daerah, sehingga terdapat
data penelitian yang nilainya tidak wajar berdasarkan standar akuntansi
pemerintah yang dapat berpengaruh terhadap hasil pengujian data dalam
penelitian ini.
C. Saran dan Implikasi
Hasil penelitian yang didapat dari pengujian data laporan keuangan
pemerintah daerah menjadi dasar bagi peneliti untuk menyatakan rekomendasi
bagi pemerintah daerah untuk dapat menjaga dan mengupayakan agar rasio return
on assets, return on equity, assets turnover, operating revenue to operating
expense, long terms liabilities to total assets, debt to equity ratio dan operating
revenue to total revenue agar efisiensi dan efektivitas kinerja anggaran dapat
dicapai oleh pemerintah daerah. Angka rasio return on assets, return on equity,
operating revenue to operating expense, long terms liabilities to total assets, debt
to equity ratio dan operating revenue to total revenue dapat diupayakan oleh
pemerintah daerah dengan mengusahakan untuk meminimalisasi jumlah surplus
atau defisit anggaran pendapatan dan belanja daerah agar pemerintah daerah dapat
terhindar dari kewajiban mengembalikan jumlah surplus ke kas negara dan dapat
mengajukan anggaran pendapatan dan belanja daerah lebih tinggi pada periode
berikutnya sehingga dapat mendanai kegiatan pemerintah daerah dalam upaya
memberikan pelayanan bagi masyarakat. Untuk menjaga rasio assets turnover
pemerintah daerah harus dapat mengupayakan penggunaan aktiva yang dimiliki
secara baik agar tidak terdapat aktiva yang menganggur yang berakibat pada
pengeluaran yang besar bagi pemerintah daerah tanpa menghasilkan pendapatan
bagi pememerintah daerah.
Hasil penelitian ini juga berimplikasi bagi legislator bahwa anggota dewan
harus memperhatikan posisi keuangan pemerintah daerah terutama return on
assets, return on equity, assets turnover, operating revenue to operating expense,
long terms liabilities to total assets, debt to equity ratio dan operating revenue to
total revenue dalam proses penyusunan dan pelaksanaan serta evaluasi anggaran
agar kinerja pemerintah daerah baik efisiensi maupun efektivitas anggaran dapat
dicapai oleh pemerintah daerah. Bagi lembaga investasi, kredit maupun donasi
harus memperhatikan posisi keuangan pemerintah daerah dalam suatu periode
dalam melakukan pengambilan keputusan ekonomis agar dapat terhindar dari
risiko atas keputusan ekonomis yang dilakukan tersebut. Selain itu, hasil
penelitian ini juga dapat berimplikasi pada standart setter yang dalam hal ini
adalah komite standar akuntansi pemerintah untuk dapat menyusun standar yang
lebih baik sehingga informasi atas laporan keuangan pemerintah daerah dapat
mempunyai nilai relevan yang lebih tinggi lagi.
Bagi penelitian berikutnya, peneliti merekomendasikan untuk
mengikutsertakan variabel-variabel non keuangan seperti status daerah, jumlah
penduduk dan variabel non keuangan lain agar dapat diperoleh hasil penelitian
yang lebih mampu menjelaskan variabilitas efisiensi dan efektivitas anggaran
pemerintah daerah. Penelitian ini juga merekomendasikan untuk dapat
menggunakan aspek lain dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah
seperti aspek ekonomis dan aspek pengaruh anggaran bagi masyarakat. Selain itu,
penelitian berikutnya dapat melakukan pengembangan dengan memisahkan
sampel berdasarkan kelompok seperti status pemerintah daerah kabupaten dan
pemerintah kota, atau pemerintah daerah dengan ukuran kecil dan pemerintah
daerah dengan ukuran besar berdasarkan jumlah asset atau jumlah penduduk yang
dimiliki. Adanya perbedaan nilai adj R square mendasari peneliti untuk
mengajukan saran pada penelitian berikutnya untuk menggunakan data dan
informasi dalam laporan keuangan yang dinyatakan wajar tanpa pengecualian
berdasarkan standar akuntansi pemerintah agar hasil penelitian dapat lebih baik
dari aspek statistiknya yang dalam hal ini adalah nilai adj R square atas model
regresi yang digunakan dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., dan Asmara A., J. 2006. Perilaku oportunistik legislatif dalam penganggaran daerah: bukti empiris atas aplikasi agency theory di sektor public. Simposium Nasional Akuntansi. IX. Padang. 23-26 Agustus.
Asyik, Nur Fajrih dan Soelistyo. 2000. Kemamampuan rasio keuangan dalam memprediksi laba (Penetapan rasio keuangan sebagai discriminator). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No. 3: 313- 331.
Brigham E.F. dan Houston J.F. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid I Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Cohen, Sandra. 2006. Identifying the moderator factor of financial performance in Greek Municipal. Annuall Conference. 5th. HFAA. Thessaonica.
Dyah Kumala Trisnaeni. 2007. Pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ.
Falikhatun. 2007. Interaksi informasi asimetri, budaya organisasi, dan group cohesiveness dalam hubungan antara partisipasi penganggaran dan budgetary slac: (Studi kasus pada rumah sakit umum daerah se jawa tengah). Simposium Nasional Akuntansi. X. Makasar. 26-28 Juli.
Financial Accounting Standards Boards. 2002. Statement of financial accounting
concepts nomor 1: Objectives of financial reporting by business
enterprises. Stanford, Connecticut. November.
Godsey Maureen and Shulman A. Martha. 2001. Financial indicators for local government
Governmental Accounting Standards Board (GASB) 1994, Objectives of financial reporting concepts statement no, Stamford, CT: GASB
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Groves. S. Godsey, dan Shulman. 2001. Financial indicator for local Government. Public finance international city management association. 9: 243-255.
Hartono dan Zainudin. 2001. Rasio keuangan dalam memprediksi laba perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Akuntansi Keuangan.” Jakarta: Salemba Empat.
Jones, Stewart dan R., G., Walker. 2007. Explanators of local Government Distress. ABACUS. 43(3): 396-418.
Juliana, Roma Uly dan Sulardi. 2003. Manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 3, No. 2, 108 – 126.
Latifah, L., dan Sabeni, A. 2007. Faktor keprilakuan organisasi dalam implementasi sistem akuntansi keuangan daerah: (Studi empiris pada pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Simposium Nasional Akuntansi. X. Makasar. 26-28 Juli.
Lewellen, Jonathan. 2002. Predicting returns with finantial ratios. http://ssrn.com
Machfoedz, Mas’ud. 1994. Financial ratio analysis and the prediction of earning changes in Indonesia. Kelola, Vol. III, No. 7: 114 - 137.
Mahmudi. 2007. Analisis laporan keuangan Pemerintah Daerah. UPP. STIM. YKPN. Jogjakarta
Mardiasmo. 2007. Akuntansi sektor publik. Penerbit Andi. Jogjakarta.
Meriewaty, Dian dan Setyani. 2005. Analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di BEJ. SNA, Vol. VIII, September.
Munawar dan Irianto, G. 2006. Pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap perilaku, sikap dan kinerja aparat Pemerintah Daerah di Kabupaten Kupang. Simposium Nasional Akuntansi. IX. Padang. 23-26 Agustus.
Munawir, S. 2004. Analisa laporan keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Ou Jane A and Stephen H. Penman, 1989, “Financial statement analysis and the prediction of stock returns”, Journal of Accounting and Economics, 11 pp. 295 - 329
Parawati, Ambar W. H, E. Subiyantoro. 2000. Penggunaan informasi keuangan untuk memprediksi keuntungan investasi bagi investor di pasar modal. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia No. 2 (Juli) : 214 – 228.
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan. 2008. Pernyataan No. 1. Penyajian laporan keuangan. Jakarta. Salemba Empat.
Pernyataan Standart Akuntansi Pemerintah. 2005. Pernyataan No. 1. Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta. Salemba Empat.
Prakoso, Jarot Budi. 2005. Kemampuan rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas untuk memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur dengan memperhatikan ukuran perusahaan. Skripsi FE, UNS. Tidak dipublikasikan.
Primasari, D., Waspodo, L., dan Rahman. 2008. Variabel anteseden dan konsekuensi implementasi sistem informasi keuangan daerah (Sikd): (Studi empiris pada badan koordinasi wilayah pembangunan lintas Kabupaten/ Kota wilayah Propinsi Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi. XI. Pontianak. 23-26 Juli.
Plammer, E., Hutchison, P., dan Patton, T. 2007. GSAB No. 34’s Government financial reporting model: Evident on its information relevan. The Accounting Review. 82(1): 205-240.
Santoso, Singgih. 2004. SPSS Mengolah data statistik secara profesional, Jakarta. PT. Gramedia.
Sekaran, Uma. 2003. Research methods for business. New York: John Wiley & Sons, inc.
Scott, W., R. 2003. Financial accounting theory. Toronto Canada: Prentice-Hall.
Steven, J., dan McGowen, R. 1983. Financial indicators and trends for local Government: A State-Based Policy Perspective. Policy Study Rivew. 2(3): 33-51.
Suhartono dan Ahmad Solichin. 2007. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap senjangan anggaran instansi Pemerintah Daerah dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi. IX. Padang. 23-26 Agustus.