142
PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas MuhammadiyahYogyakarta Disusun Oleh: NIKEN AYU ARUMSARI 20100320133 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014

PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34166.pdf · 2014-11-13 · Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan ... highest elderly which

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES

PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL,

YOGYAKARTA

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas MuhammadiyahYogyakarta

Disusun Oleh:

NIKEN AYU ARUMSARI

20100320133

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap Tingkat Stress pada Lansia di

PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Niken Ayu Arumsari1, Sutantri2, Suharsono3.

Karya TulisIlmiah, ProgramStudiIlmu KeperawatanUniversitas

Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang: Data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

(2010) menunjukkan bahwa prevalensi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di

Indonesia yang berusia 60 tahun keatas berjumlah sekitar 7,18%. Pada tahun 2020

diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%)

dengan usia harapan hidup 71 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan

propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total pendudukdi

Indonesia. Orang-orang yang berusia lanjut merupakan populasi rentan yang mudah

mengalami stress. Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan

denganmemori, berguna untuk meningkatkankesehatan mental dankualitashidup

lansia.

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stress pada

lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental,

dengan menggunkan rancangan penelitian yang bersifat quasi eksperimen dengan

rancang pretest-posttest with control group design dengan jumlah sampel berjumlah

38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling. Analisis yang akan dilakukan dengan uji statistik Paired Sample T-Test

dan Independent Sample T-Tes.

Hasil Penelitian: Tingkat stress lansia pada kelompok intervensi mengalami

penurunan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi berupa Reminiscence

Therapysebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada kelompok kontrol terdapat

peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004). Hasil uji statistik kedua

kelompok setelah postest didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dengan

nilai p value 0,000.

Kesimpulan: Reminiscence Therapy berpengaruh secara signifikan dapat

meningkatkan menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta

KataKunci: Reminiscence Therapy, lansia, stress

1 Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UMY

2Dosen PengajarPSIKUMY

3Dosen PengajarPSIKUMY

The Effect of Reminiscence Therapy on Level of Stress in the Elderly at PSTW

Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Niken AyuArumsari1, Sutantri

2, Suharsono

3

Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas

MuhammadiyahYogyakarta

ABSTRACT

Background: The data from Coordinating Ministry for People's Welfarein 2010

showed that the prevalence ofthe population of elderly in Indonesia who have an

aged over 60 years amounted to approximately 7.18%. In 2020, estimated number of

elderly in Indonesia would increased became 28.8million (11.34%) with a life

expectancy of 71years. Special Regionof Yogyakarta(DIY) was a province with has a

highest elderly which is about 9.36% of the total population in Indonesia. The

elderly was a vulnerable population that susceptibled to stress. Reminiscence

therapyis a method that is associated with memory, useful for improving mental

health and quality of life ofthe elderly.

Objective:This study aimed to reduce the level of stress in the elderly in PSTW Unit

Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Methods:This study used an experimental research method, by using the research

desiged was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design

with the number of samples were 38 elderly peoples, it divided into twogroups: the

intervention group and the control group. The sampling technique using purposive

sampling. The analysis would carried outwith the statistical test Paired SampleT-

Test and Independent Sample T-Test.

Results:Elderly stress levels in the intervention group has a significant decreased

after gave an intervention Reminiscence Therapyas much as 3.47 points (p =0.005),

and the control group has a significantly increased as much as 2.32 points (p

=0.004). The results of statistical tests both groups after posttest showed that there

were significant differences with p value of 0.000.

Conclusion: Reminiscence Therapy has an effect can significantly decrease the level

of stress in the elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

Keywords: Reminiscence Therapy, elderly, stress

1Students of PSIK Faculty of Medicine and Health Sciences in University

Muhammadiyah of Yogyakarta 2Teachers of PSIK UMY

3Teachers of PSIK UMY

LATAR BELAKANG

Prevalensi jumlah lansia di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat1.

Menurutdata dari Kementrian Bidang Kesejahteraan Rakyat2, penduduk lansia di

Indonesia merupakan nomor empat terbesar di dunia setelah China, India, dan

Amerika. Di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi

dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total pendudukdi Indonesia3.

Pada tahun 2006 jumlah lansia di Indonesia berjumlah kurang lebih 19 juta orang,

dengan usia harapan hidup 66 tahun. Pada tahun 2009 jumlah lansia sebanyak

14.439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi

23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20

juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67 tahun dan pada tahun 2020

diperkirakan akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan

hidup 71 tahun2.

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa tua yang dimulai

setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun4. Meskipun jumlah lansia besar

namun tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya karena akibat dari

sikap sosial yang tidak menyenangkan. Faktor yang menyebabkan lansia sebagai

kaum minoritas adalah usia lanjut merupakan periode kemunduran, terjadinya

perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya5.

Keterbatasan dan perubahan yang muncul pada lansia seperti bergantung

kepada orang lain, proses untuk mencari nafkah terhenti dan sulit untuk

berinteraksi secara luas menjadikan sumber masalah dan keputusasaan ketika

seorang lansia tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan

tersebut6. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut menyebabkan lansia

mudah mengalami stres5.

Stres adalah suatu respons adaptif terhadap situasi yang dirasakan

menantang atau mengancam kesehatan seseorang7. Insidensi stres di Indonesia

pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% dari total penduduk Indonesia. Tingginya

tingkat stres umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan8.

Stres pada lansia dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu masalah yang

disebabkan oleh perubahan hidup dan kemunduran fisik, Kedua, mengalami

kesepian yang disebabkan oleh putusnya hubungan dengan orang-orang yang

paling dekat dan disayangi, dan post power syndrome, hal ini banyak dialami

lansia yang baru saja mengalami pensiun, kehilangan kekuatan, penghasilan dan

kebahagiaan9.

Untuk mengatasi stres, diperlukan terapi psikofarmaka dan psikoterapi yang

tepat. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai terapi medik dan psikoterapi

untuk keperawatan jiwanya. Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk

mengurangi tingkat stres, seperti terapi kognitif10

, SEFT11

, terapi warna hijau12

,

dan reminiscence13

.

Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan dengan

memori, berguna untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas

hidup.Reminiscence Therapy tidak hanya kegiatan mengingat peristiwa masa lalu

tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara sistematis dan berguna

untuk merefleksikan kehidupan seseorang untuk mengevaluasi ulang,

menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai

koping adaptif sehingga akan memotivasi seseorang dan sebagai upaya untuk

menyelesaikan masalah13

.

METODOLOGI

Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu pemberian

intervensi berupa Reminiscence Therapy pada lansia. Penelitian yang dilakukan

merupakan studi intervensi dengan rancang pretest-posttest control group design.

Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel ini

menggunakan Purposive Sampling yaitu cara penetapan sampel berdasaran

kriteria inkusi dan eksklusi14

. Sampel diambil sebanyak 38 responden yang

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol yang masing-

masing berjumlah 19 orang.

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat stress pada lansia di PSTW

Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Tingkat stres lansia diukur saat

pre-test dan post-test. Hasil pengukuran dikategorikan dengan skala rasio.

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner DASS 42 (Deppression Anxiety Stress

Scale) terkait stress yang terdiri dari 14 pertanyaan15

.

Ujistatistikyang digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan

pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa Reminiscence

Therapy adalah Paired t-test (Uji Parametrik) karena distribusidata yang

digunakannormal. Untuk mengetahuidan membandingkan hasilpengukuran pola

asuh pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan ujiindependent

t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini berjumlah 38 orang lansia yang tinggal di

PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Dari 38 orang lansia ini

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 19 orang pada kelompok intervensi dan 19

orang pada kelompok kontrol.

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta (N=38)

Variabel Kategori Intervensi

(n=19)

Kontrol (n=19) Jumlah

N % N % N %

Jenis

Kelamin

Laki-laki 8 42,2 8 42,2 16 42,2

Perempuan 11 57,8 11 57,8 22 57,8

Usia 45-59 tahun 0 0 0 0 0 0

60-74 tahun 13 68,4 8 42,1 21 55,3

75-90 tahun 6 31,5 10 52,6 16 42,1

>90 tahun 0 0 1 5,3 1 2,6

Status

Perkawinan

Belum

Menikah

0 0 1 5,3 1 2,6

Menikah 4 21 3 15,8 7 18,4

Janda/ Duda 15 79 15 79 30 79

Riwayat

pendidikan

Tidak Sekolah 0 0 12 63,2 12 31,6

SD atau

Sederajat

10 52,6 3 15,8 13 34,2

SMP atau

Sederajat

4 21 3 15,8 7 18,4

SMA atau

Sederajat

4 21 1 5,2 5 13,2

Perguruan

Tinggi

1 5,4 0 0 1 2,6

Riwayat

Pekerjaan

Tidak Bekerja 2 10,6 1 5,2 3 7,9

PNS/TNI/POL

RI

1 5,2 3 15,8 4 10,5

Petani 6 31,6 12 63,2 18 47,3

Pegawai

Swasta/Buruh

10 52,6 5 26,4 15 34,3

Alasan

Masuk Panti

Kemauan

Sendiri

6 31,6 10 52,6 16 42,7

Kemauan 12 63,2 7 36,8 18 47,4

Keluarga

Alasan Lain 1 5,2 2 10,6 3 7,9

Lama

Tinggal di

Panti

0-5 tahun 15 79 18 94,7 32 84,2

6-10 tahun 2 10,5 1 5,3 4 10,5

>10 tahun 2 10,5 0 0 2 5,3

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel diatas diketahui bahwa

jenis kelamin secara keseluruhan paling banyak adalah perempuan yakni 22 orang

(57,8%). Menurut BPS-RI16

, angka harapan hidup penduduk perempuan

Indonesia lebih tinggi dibanding laki-laki; yaitu sekitar 72,9 tahun sedangkan

angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki hanya sekitar 69 tahun.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa usia responden paling banyak

berusia 60-74 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usialansia berada pada

kelompok lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun. Menurut

WHO, kelompok umur rata-rata usia responden 74,79 tahun berada pada

kelompok lansia (elderly).

Status perkawinan lansia paling banyak adalah dengan status janda/duda

yaitu 30 orang (79%). kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah

keberadaan pasangan hidup. Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting

dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun

pengasuhan17

. Pada saat ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa

kesepian, kebosanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik

dan kesehatan jiwa18

.

Status perkawinan lansia paling banyak adalah dengan status janda/duda

yaitu 30 orang (79%). kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah

keberadaan pasangan hidup.Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting

dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun

pengasuhan17

.Pada saat ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa

kesepian, kebosanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik

dan kesehatan jiwa18

.

Riwayat pendidikan lansia paling banyak adalah tamatan SD atau

sederajat yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin bagus pula mekanisme koping yang digunakan untuk

beradaptasi dengan stressor begitupun sebaliknya. Kesadaran untuk mencari dan

mengakses informasi menyebabkan personal control meningkat sehingga individu

dapat merubah lifestyle, beradaptasi dengan stressor dan survive dengan

hidupnya21

.

Riwayat pekerjaan lansia paling banyak adalah bekerja sebagai petani

yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Pendapatan yang rendah berdampak pada

peningkatan stressor psikososial, penurunan status kesehatan, dan buruknya

kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan salah satu faktor

terjadinya gangguan mental20

.

Alasan lansia masuk panti paling banyak adalah kemauan keluarga yaitu

sebanyak 18 orang (47,4%) dan lama tinggal lansia dipanti secara keseluruhan

memiliki rata-rata tinggal selama 3,39 tahunPara lansia yang dititipkan oleh

keluarganya dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ketidakmauan keluarga

dalam merawat lansia, serta sibuknya anak maupun saudaranya merupakan faktor

yang menyebabkan lansia dititipkan di panti sosial. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya stress pada lansia antara lainputusnya hubungan dengan

orang-orang yang paling dekat5 dan disayangi serta ketidakpedulian keluarga

terhadap lansia9. Namun berdasarkan penelitianLestari (2012), sebagian besar

alasan lansia masuk ke panti atas kemauan sendiri.Hal ini disebabkan karena

lansia sudah tidak mempunyai keluarga lagi19

.

Tabel 2.

Distribusi frekuensi tingkat stresspada kelompok intervensi dan kontrol sebelum

diberikan Reminiscence Therapy.

Tingkat Stres Pre-test kelompok

Intervensi

Pre-test kelompok Kontrol

N % N %

Normal 12 63,2 10 52,6

Ringan 2 10,5 4 21,1

Sedang 0 0 0 0

Berat 3 15,8 4 21,1

Sangat Berat 2 10,5 1 5,3

Total 19 100 19 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa tingkat stress pada

kelompok intervensi saat pretest sebelum diberikan Reminiscence Therapy yang

terbanyak adalah tingkat stress dalam rentang normal yaitu 12 orang (63,2%),

sedangkan tingkat stress pada kelompok kontrol saat pretest paling banyak yaitu

tingkat stress dalam rentang normal yaitu sebanyak 10 orang (52,6%).

Tabel 4

Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok intervensi setelah mendapat

Reminiscence Therapydan kelompok kontrol yang tidak mendapat Reminiscence

Therapy

Tingkat

Stres

Post-test kelompok

Intervensi

Post-test kelompok

Kontrol

N % N %

Normal 17 89,5 6 31,6

Ringan 0 0 0 0

Sedang 1 5,3 7 36,8

Berat 1 5,3 5 26,3

Sangat

Berat

0 0 1 5,3

Total 19 100 19 100

Sumber: Data Primer, 2014

Tabel diatas menunjukkan tingkat stress pada kelompok intervensi setelah

diberikan Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Dari hasil postest, diketahui bahwa

tingkat stressresponden paling banyak adalah tingkat stressdalam rentang normal

yaitu sebanyak 17 orang (89,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak

diberikan Reminiscence Therapy diketahui bahwa tingkat stress responden paling

banyak adalah tingkat stress sedang yaitu sebanyak 7 orang (36,8%).

Tabel 5

Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukanReminiscence Therapy pada kelompok

intervensi dan kontrol pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan,

Bantul, Yogyakarta dengan uji Paired Samples T-test (N=38)

Variabel Kelompok Mean

Sebelum

Mean

Sesudah

Mean

Selisih

SD

Selisih

P Value

Tingkat Stress Intervensi 7,47 4,00 3,47 2,406 0,005

Kontrol 8,26 10,58 -2,32 1,2 0,004

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 5, menjelaskan bahwa uji statistik yang dilakukan pada

kelompok intervensi terdapat penurunan tingkat stres yang bermakna setelah diberi

Reminiscence Therapy sebesar 3,47 poin (8,3%) dengan p value sebesar 0,005

Comment [S1]: Penjelasan sama seperti yang dibawah

(P<0,05). Pada kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy, tingkat

stress mengalami peningkatan sebesar 2,32 poin (5,5%) dengan p value sebesar

0,004 (P<0,05).

Tabel 6

Perbandingan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta dengan Uji Independent Sample T-test (N=38)

Variabel Tingkat

Stress

Mean T Hitung df p value

Kelompok Intervensi 4,0000

5,302 36 0,000

Kelompok Kontrol 10,5789

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig (2-tailed)

sebesar 0,000 (p<0,05), nilai ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok intervensi yang diberi Reminiscence Therapy dengan

kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy.

KESIMPULANDAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pemberian intervensi berupa

Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di PSTW

Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

B. Saran

Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun stress ini sangat mudah,

murah, dan efektif sehingga pengelola PSTW dapat menerapkannya di Panti

Sosial sebagai kegiatan rutinsehingga harapannya dapat meningkatkan kualitas

hidup lansia di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

2. Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010.

Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia. Retrivied 28 Desember

2013

3. Wahyuningsih, M. (2011). Ini Dia 5 Provinsi dengan Jumlah Lansia Paling

Banyak. Detik Health. Diakses dari http://www.detikhealth.com pada 28

Desember 2013

4. Potter, P A, Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1. E/4. EGC: Jakarta.

5. Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) .Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

6. Indriana, Yeniar.,Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata A., Intanirian,

Annisa.(2010).Tingkat Stres lansia di Panti Wreadha “Pucang Gading”

Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2, Oktober 2010

7. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta

8. Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

9. Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi

pada Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Skripsi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

10. Yusuf U, Setianto L. (2013). Efektifitas “Cognitive Behavior Therapy”

terhadap Penurunan Derajat Stress. Retrieved 3 Juli 2014. Mimbar, Vol. 29,

No. 2 hal 175-186.

11. Yuswikarini, Saraswati Eva. (2010). Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat

Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Thesis di Universitas

Muhammadiyah Malang

12. Devi, P.S., Sawitri, K.A., Nurhesti, P.O.Y.(2012). Pengaruh Terapi Warna

Hijau Terhadap Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana

Seraya Denpasar. Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. Retrivied 28 Juni 2014

13. Chen, ting-ji., Li, Hui-jie., and Li, Juan., (2012). The effects of Reminiscence

Therapy on Deppresive symptoms of Chinese elderly: study protocol of a

randomized controlled trial. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Psychiatry

14. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta.

15. Damanik, Evelina Debora. (2011). The Measurement of Reliability, Validity,

Items Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale

(DASS). Thesis di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia.

16. Badan Pusat Statistik (2010), Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS,

Jakarta.

17. Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D.(2008). Human development (9th

ed).New York: Mc Graw Hill

18. Sigurdardottir, S. H., et al. (2012). Needs and care of older people living at

home in Iceland. Scandinavian Journal of Public Health, 40, 1–9

19. Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh terapi Telaah Pengalaman Hidup

terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Thesis pada Keperawatan

Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Jurusan Magister Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia, Indonesia.

20. Rogers, Richard G., Everett, Bethany G., Zajacova, Ana., Hummer, Robert A.,

(2010). Educational Degrees and Adult Mortality Risk in The United States.

Retrieved 28 Juni 2014. NIH Public Access.

21. Sriwattanakomen et al., (2010). A Comparison of The Frequencies of Risk

Factors for Depresion in Older Black and White Participants in a Study of

Indicated Prevention. Internal Psychogeriatrics (2010), 22:8, 1240-1247 C

International Psychogeriatrics Associations. Retrived 28 Juni 2014.

http://search.proquest.com/psyarticles/docview

PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES

PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL,

YOGYAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

HALAMAN JUDUL

Disusun oleh:

NIKEN AYU ARUMSARI

20100320133

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

iii

MOTTO KEHIDUPAN

“Our parents are the greatest gift in a life”

“Sesungguhya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali

kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka”

(Ar-ra’du:11)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan”

(al-insyirah:5)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar”

(AnNisa 3:146)

“Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti

diraih selama semangat masih menyengat”

(Mario teguh)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”

(Lessing)

"Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning"

(Albert Einsttein)

“To get a success, your courage must be greater than your fear”

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru

yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”

(Evelyn Underhill)

“Many failures in life because people don’t realize how close they were to success when they gave up”

(Thomas Alva Edison)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang Pertama dan Utama dari Segalanya,

Sembah sujud serta syukur Kepada Allah SWT. Atas limpahan kasih sayang, cinta, dan

Rahmat-Mu telah menjadikan hamba-Mu yang lemah ini untuk menjadi hamba yang kuat

akan ujian yang telah Engkau rencanakan untuk hamba. Berkat kasih sayang dan cinta-Mu

ya Allah yang telah membekali hamba dengan ilmu yang sangat berharga inis ebagai amal

yang tidak akan berakhir. Atas kerunia serta kemudahan yang terus Engkau berikan pada

hamba sehingga hamba dapat menyelesaikan KTI ini. Sholawat dan salam selalu terlimpah

kepada kekasih tercinta Allah: Rasulullah Muhammad SAW, yang mana telah mengajarkan

banyak kebaikan kepada para umatnya.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Bapak dan Ibu tercinta,

Dengan penuh air mata kutuliskan rasa terima kasih dan sayanku kepada Bapak (M. Fajar

Muafif) dan Ibu (Sri Winarti); sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tak

terhingga kupersembahkan karya ini untukmu yang telah memberikanku bekal dalam hidup,

member kasih sayang yang tak akan pernah habis, selalu mendoakanku setiap waktu dan

menyempurnakan setiap doaku. Sebuah karya ini tidak akan dapat membalas semua jasa dan

pengorbanan kalian yang selalu berjuang demi anakmu ini. Untuk Bapak danIbu yang selalu

menjadi pemacu motivasiku, pelega dalam setiap masalahku, penasehat dalam setiap

perbuatanku, dan pemberi contoh teladan untukku, terimakasih yang tulus kuucapkan

untukmu.

Kedua Adikku,

Kintan Ayu Kartika Putri dan Anggun Prameswari Kartika Putri, bersama kalian selalu

menyenangkan walaupun sering bertengkar dan berselisih paham tapi itulah yang menjadikan

warna didalam keluarga kita yang tidak bisa tergantikan. Terima kasih untuk semua doa,

dukungan, dan motivasinya selama ini baik dukungan material maupun emosional yang

menjadikan aku semangat untuk segera menyelesaikan KTI ini. Aku sayang kalian.

v

My Best Ever,

Satriya Cahaya Hutama. Terimakasih atas segala bantuan, dukungan, motivasi, semangat,

serta doanya selama ini.Maaf udah ngrepotin, anter buat urus sana-sini ini-itu dari pagi

hingga malam hari. Semoga kelak kita akan menjadi orang yang berhasil dan membuat bangga

kedua orang tua kita. Amin..

My Friends,

Buat sahabat-sahabatku yang selalu kalian banget: Ninndut, Dhatu, Nophy, Anna, Ebb,

Zulfa, Vira,Abun,Wulan, Lingga,Rahma, dan Asty. Terimakasih banyak atas motivasi,

dukungan, semangat,dan candaannya selama 4 tahun ini (semoga bisa long lasting yaa).

Seneng, sedih, galau, marah, nangis, dan ngambek-ngambekannya udah pernah kita rasain

bareng. Satu kata buat kalian, YOU’RE ROCK!\m/

Buat teman satu bimbingan yang luar biasa: Selvy, Ayu, Intan, Diyanah, Eliana, Ramdhan,

dan Dhani; mungkin tanpa kalian KTI ini tidak akan selesai jika tidak ada dukungan,

motivasi, dan doadari kalian semua.

Buat keluarga PSIK UMY 2010 :terima kasih atas kebaikan, dukungan, motivasi dan doa

kalian semua selama kita kuliah bersama di PSIK UMY ini. Tawa dan canda yang selalu

berhasil sebagai moodbooster dikala down. Moment kuliah 4 tahun takkan pernah akan bisa

dilupakan, serta akan selalu dirindukan.

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Niken Ayu Arumsari

NIM : 20100320133

Program Studi : S1 Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam DaftarPustaka di bagian akhir

Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 11 Agustus 2014

Yang membuat pernyataan,

Tanda tangan

Niken Ayu Arumsari

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-

Nya, dan Sholawat senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.

Atas kemudahan dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan baik.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh derajat sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun judul dari Karya

Tulis Ilmiah ini adalah: “PENGARUH REMINISCENCE THERAPY

TERHADAP TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI

LUHUR, KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA”

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak yang selama ini telah memberikan dukungan, bantuan,

bimbingan dan doanya daam menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah ini. Untuk

itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

viii

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat.,HNC selaku Kaprodi

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Ibu Sutantri, S.Kep., Ns., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis

selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak Suharsono, MN selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak

saran, masukan, bimbingan serta kritik agar lebih baik untuk karya tulis

ilmiah ini

5. Para Dosen dan Asisten dosen yang telah mengajarkan ilmu yang

bermanfaat kepada penulis.

6. Seluruh Karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

7. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan doa dan dukungan

dalam berbagai hal.

8. Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada semua karyawan dan lansia

di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta yang telah

bersedia membantu dalam penelitian ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan,

kritikan dan saran-saran.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan

penyelesaian karya tulis ilmiah yang tidak dapat penulis ucapkan satu

persatu.

ix

Kesempurnaan adalah harapan, penulis hanya dapat berusaha semaksimal

mungkin untuk membuat laporan karya tulis ilmiah ini lebih bermutu. Oleh karena

itu, dengan kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam

pengerjaan laporan penelitian ini. Semoga hasil karya kecil ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, 11 Agustus 2014

Penulis

Niken Ayu Arumsari

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN KTI ...................................................................... ii

MOTTO KEHIDUPAN ................................................................................... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

KETERANGAN GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

INTISARI ......................................................................................................... xvi

ABSTRACT ....................................................................................................... xvii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

1. Tujuan Umum ................................................................................ 6

2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

E. Penelitian Terkait ................................................................................. 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10

A. Landasan Teori ..................................................................................... 10

1. Lansia ............................................................................................. 10

a. Definisi ..................................................................................... 10

xi

b. Batasan Lanjut Usia ................................................................. 11

c. Tugas Perkembangan Lansia.................................................... 12

d. Tipe-tipe Lansia ....................................................................... 12

2. Proses Menua ................................................................................. 13

a. Definisi ..................................................................................... 13

b. Teori-teori tentang penuaan ..................................................... 14

c. Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan ............................. 15

3. Stres ................................................................................................ 16

a. Definisi ..................................................................................... 16

b. Etiologi ..................................................................................... 16

c. Jenis-jenis stres ........................................................................ 19

d. Manifestasi klinis ..................................................................... 19

e. Tingkat stres ............................................................................. 20

f. Tahapan stres ............................................................................ 20

g. Stres pada lansia ....................................................................... 22

h. Penatalaksanaan Stress ............................................................. 23

4. Reminiscence Therapy ................................................................... 25

a. Definisi ..................................................................................... 25

b. Manfaat .................................................................................... 26

c. Tipe-tipe kelompok .................................................................. 26

d. Media........................................................................................ 27

e. Penatalaksanaan ....................................................................... 27

B. Kerangka Konsep ................................................................................. 30

C. Hipotesis ............................................................................................... 31

BAB III

METODE PENELITIAN ................................................................................. 32

A. Desain penelitian .................................................................................. 33

B. Populasi dan sampel penelitian ............................................................ 33

C. Lokasi dan waktu penelitian................................................................. 34

1. Lokasi ............................................................................................. 34

2. Waktu ............................................................................................ 34

D. Variabel Penelitian ............................................................................... 34

E. Definisi Operasional ............................................................................ 34

1. Tingkat stres pada lansia ................................................................ 34

2. Reminiscence Therapy ................................................................... 34

F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 35

G. Cara Pengumpulan Data dan Cara Kerja ............................................. 36

H. Uji Validitas dan Realibilitas ............................................................... 38

xii

I. Analisis data......................................................................................... 38

1. Analisis Univariat........................................................................... 38

2. Analisis Bivariat ............................................................................. 38

J. Kesulitan penelitian ............................................................................. 39

K. Etik penelitian ...................................................................................... 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 40

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40

1. Gambaran umum lokasi penelitian ................................................. 40

2. Karakteristik penelitian .................................................................. 41

3. Tingkat stress lansia ....................................................................... 43

4. Perubahan tingkat stress lansia ....................................................... 44

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat........................................................................... 45

a. Karakteristik Responden .......................................................... 45

b. Tingkat Stress pada Lansia....................................................... 50

2. Analisis Bivariat ............................................................................. 51

a. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan Posttest ..... 51

b. Perbedaan Hasil Posttest pada Kedua Kelompok .................... 53

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

1. Kekuatan ........................................................................................ 55

2. Kelemahan...................................................................................... 56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 57

A. Kesimpulan .......................................................................................... 57

B. Saran ..................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN ..................................................................................................... 64

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain Penelitian .............................................................................. 32

Tabel 2. Definisi Operasional .......................................................................... 34

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta....................................................................................... 42

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Stress pada Kelompok Intervensi

Sebelum dan Sesudah ...................................................................... 43

Tabel 5. Distribusi frekuensi tingkat stress pada Kelompok Kontrol saat

Pretest dan Posttest ......................................................................... 44

Tabel 6. Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukan Reminiscence

Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di

PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

dengan uji Paired Samples T-test .................................................... 44

Tabel 7. Perbedaan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW

Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji

Independent Sample T-test .............................................................. 45

xiv

KETERANGAN GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Reminiscence Therapy

terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta .................................................... 30

xv

DAFTAR SINGKATAN

APBD: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Depkes RI: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Depsos: Departemen Sosial

DIY: Daerah Istimewa Yogyakarta

GDS: Geriatric Depression Syndrome

Lansia: Lanjut Usia

KMS: Kartu Menuju Sehat

MMSE: Mini-Mental State Examination

PSTW: Panti Sosial Tresna Wredha

UU: Undang-undang

WHO: World Health Organization

xvi

Arumsari, Niken Ayu. (2014). Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap

Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta

Pembimbing:

Sutantri, S. Kep., Ns., M.Sc

INTISARI

Latar Belakang: Data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat (2010) menunjukkan bahwa prevalensi jumlah penduduk lanjut usia

(lansia) di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas berjumlah sekitar 7,18%. Pada

tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sebesar 28,8

juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) merupakan propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total

penduduk di Indonesia. Orang-orang yang berusia lanjut merupakan populasi

rentan yang mudah mengalami stress. Reminiscence Therapy adalah suatu metode

yang berhubungan dengan memori, berguna untuk meningkatkan kesehatan

mental dan kualitas hidup lansia.

Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stress pada

lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental,

dengan menggunkan rancangan penelitian yang bersifat quasi eksperimen dengan

rancang pretest-posttest with control group design dengan jumlah sampel

berjumlah 38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan

teknik purposive sampling. Analisis yang akan dilakukan dengan uji statistik

Paired Sample T-Test dan Independent Sample T-Tes.

Hasil Penelitian: Tingkat stress lansia pada kelompok intervensi mengalami

penurunan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi berupa Reminiscence

Therapy sebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada kelompok kontrol terdapat

peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004). Hasil uji statistik

kedua kelompok setelah postest didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna

dengan nilai p value 0,000.

Kesimpulan: Reminiscence Therapy berpengaruh secara signifikan dapat

meningkatkan menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Kata kunci: Reminiscence Therapy, lansia, stress

xvii

Arumsari, Niken Ayu. (2014). The Effect of Reminiscence Therapy to the Level

of Stress in Elderly in PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta

Advisor:

Sutantri, S.Kep., Ns., M.Sc

ABSTRACT

Background: The data from Coordinating Ministry for People's Welfare in 2010

showed that the prevalence of the population of elderly in Indonesia who have an

aged over 60 years amounted to approximately 7.18%. In 2020, estimated number

of elderly in Indonesia would increased became 28.8 million (11.34%) with a life

expectancy of 71 years. Special Region of Yogyakarta (DIY) was a province with

has a highest elderly which is about 9.36% of the total population in Indonesia.

The elderly was a vulnerable population that susceptibled to stress. Reminiscence

therapy is a method that is associated with memory, useful for improving mental

health and quality of life of the elderly.

Objective: This study aimed to reduce the level of stress in the elderly in PSTW

Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

Methods: This study used an experimental research method, by using the research

desiged was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design

with the number of samples were 38 elderly people, it divided into two groups: the

intervention group and the control group. The sampling technique using

purposive sampling. The analysis would carried out with the statistical test Paired

Sample T-Test and Independent Sample T-Test.

Results: Elderly stress levels in the intervention group has a significant decreased

after gave an intervention Reminiscence Therapy as much as 3.47 points (p =

0.005), and the control group has a significantly increased as much as 2.32 points

(p = 0.004). The results of statistical tests both groups after posttest showed that

there were significant differences with p value of 0.000.

Conclusion: Reminiscence Therapy has an effect can significantly decrease the

level of stress in the elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta.

Keywords: Reminiscence Therapy, elderly, stress

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan dalam bidang kesehatan, sosial-ekonomi, dan

pengetahuan masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya

kesejahteraan rakyat yang menyebabkan jumlah penduduk dari tahun ke

tahun meningkat. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah

233.477.400 jiwa, 2011 sebesar 236.331.300 jiwa, kemudian pada tahun

2012 sebesar 239.174.300, dan data terakhir tahun 2013 menunjukkan

adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia sebesar 242.013.800 jiwa

(Statistik Indonesia, 2013). Akibatnya, jumlah penduduk lansia dan usia

harapan hidup lansia semakin meningkat (Nugroho, 2008).

Menurut UU nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia, yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan data Kementrian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010), prevalensi jumlah

penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan propinsi dengan lansia terbanyak

yaitu sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia (Wahyuningsih,

2011).

2

Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat

terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Meskipun jumlah

lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya

karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor

yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang

merupakan periode kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan

kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya (Azizah, 2011).

Ketika seseorang memasuki masa lansia maka akan timbul

keterbatasan-keterbatasan dimana dirinya akan lebih bergantung kepada

orang lain, proses untuk mencari nafkah terhenti dan sulit untuk

berinteraksi secara luas. Perubahan-perubahan yang menyertai proses

perkembangan menuju tahap lansia dapat menjadikan sumber masalah dan

keputusasaan ketika seorang lansia tidak memiliki kesiapan dalam

menghadapi perubahan-perubahan tersebut (Indriana, 2008). Dengan

adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan pada

fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah

mengalami stres (Azizah, 2011). Stres adalah salah satu dampak yang

terjadi pada lansia saat memasuki periode masa tuanya. Stres adalah suatu

respons adaptif terhadap situasi yang dirasakan menantang atau

mengancam kesehatan seseorang (Sophiah, 2008). Insidensi stres di

Indonesia pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% dari total penduduk

Indonesia. Tingginya tingkat stres umumnya diakibatkan oleh tekanan

ekonomi atau kemiskinan (Depkes, 2009). Faktor yang mempengaruhi

3

stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri,

seperti penyakit dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber

stres yang berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan.

Stres juga dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya: pusing, tekanan

darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan

berubah, tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus (Haryadi, 2012).

Untuk mengatasi stres, diperlukan terapi psikofarmaka dan

psikoterapi yang tepat. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai

terapi medik dan psikoterapi untuk keperawatan jiwanya. Ada beberapa

terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat stres, seperti terapi

kognitif, musik, spiritual, teknik relaksasi nafas dalam, dan reminiscence.

Reminiscence Therapy merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk

menurunkan tingkat stres sebelum terjadinya depresi. Terapi ini

merupakan salah satu perawatan psikologis yang digunakan sebagai terapi

bagi lansia yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan mental

mereka dengan mengingat dan menilai mereka yang sudah ada memori

(Chen et al., 2012). Terapi ini merupakan intevensi yang berkaitan dengan

tahap pencapaian tahap kehidupan psikososial Erickson yang bermanfaat

untuk menyeimbangkan konflik kehidupan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidupnya (Sirey et al., 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Chen et al., pada tahun 2012, Reminiscence dapat digunakan untuk

4

meningkatkan harga diri, kepuasaan hidup, meningkatkan kesejahteraan

psikologis, penguasaan pribadi, dan kesepian.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada hari Jumat

tanggal 6 Desember 2013, di PSTW unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta; jumlah lansia yang tinggal dipanti sebanyak 88 orang. Di

PSTW Unit Budi Luhur ini mempunyai 4 program kegiatan, yaitu program

rutin terdapat 75 orang lansia (Program rutin adalah program yang

memberikan pelayanan kepada lansia yang mengalami permasalahan baik

sosial maupun ekonomi yang berada didalam panti, semua biaya hidup

ditanggung pemerintah melalui dana APBD Provinsi DIY), program

pelayanan khusus sebanyak 13 orang (Program pelayanan khusus adalah

model pelayanan dengan cara memanfaatkan panti (institutional system)

pemerintah bagi pelayanan lansia mampu melalui konstribusi/iuran yang

diperoleh dari lansia mampu, keluarga, dan atau pihak lain dengan tujuan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan lansia yang mampu maupun lansia

lainnya yang kurang mampu), program Day Care Service adalah kegiatan

dilaksanakan di dalam panti dengan waktu maksimal 8 jam/hari dan tidak

menetap di dalam panti yang meliputi pelayanan kesehatan. Kegiatan ini

dilakukan setiap hari Selasa dan Sabtu berupa pelayanan posyandu lansia,

dan yang terakhir adalah Program Trauma Center, yaitu penangan pada

lanjut usia yang mengalami kekerasan baik secara fisik, sosial, psikologis,

spriritual dan korban bencana yang dananya didapat dari Dana APBN

Provinsi Yogyakarta, saat ini tidak ada lansia yang mengikuti program

5

Trauma Center. Lansia yang berada di PSTW unit Budi Luhur ini masuk

dengan alasan yang bervariasi antara lain adanya keterlantaran sosial dan

atau ekonomi, sengaja dititipkan oleh keluarganya, dan ada juga yang atas

keinginan sendiri. Dalam wawancara dengan Kepala Pekerja Sosial PSTW

Unit Budi Luhur, Ibu Surantini, beliau mengatakan bahwa mereka ada dan

pernah mengalami stres selama tinggal di PSTW ini. Penyebab stres

mereka antara lain kangen dengan keluarga mereka karena jarang

dijenguk, tidak cocok dengan teman sewisma, dan merasa tidak

dipedulikan sanak saudara serta keluarga mereka. Para lansia di PSTW

biasanya mengatasi stres mereka dengan cara ikut aktif dalam kegiatan,

menonton televisi, dan ada juga yang hanya dipendam sendiri.

“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,

kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan

beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya Dia-lah yang Maha

Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS.30 (Ar-Rum): 54)

“Dan Allah yang menciptakan kamu (dari tiada kepada ada)

kemudian Ia menyempurnakan tempuh umur kamu (maka ada di antara

kamu yang disegerakan matinya), dan ada pula di antara kamu yang

dikembalikannya kepada peringkat umur yang lemah (peringkat tua

kebudak-budakan), sehingga menjadilah ia tidak ingat akan sesuatu yang

telah diketahuinya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha

Kuasa.” (QS. An-Nahl 70)

6

Berdasarkan uraian masalah diatas peneliti tertarik dan ingin

meneliti tentang Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres

pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka

dirumuskan masalah sebagai berikut, “Apakah ada pengaruh Reminiscence

Therapy terhadap tingkat stres lansia pada kelompok kontrol dan

eksperimen di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres

lansia pada kelompok kontrol dan eksperimen di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta sebelum diberi Reminiscence

Therapy (pre-test) pada kelompok eksperimen.

b. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada observasi awal (pre-test)

dalam kelompok kontrol.

c. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta sesudah diberi Reminiscence

Therapy (post-test) pada kelompok eksperimen.

7

d. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada observasi akhir (post-test)

dalam kelompok kontrol.

e. Mengetahui perbedaan tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta setelah diberi intervensi dan

observasi akhir pada kelompok kontrol dan eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan Keperawatan

Memberikan masukan tentang pentingnya membekali perawat

dengan pendidikan dan keahlian khususnya untuk menangani

masalah stres pada lansia dengan menggunakan Reminiscence

Therapy.

2. Bagi Pengelola PSTW

Dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan

dan program baru untuk mengatasi stres pada lansia di PSTW Unit

Budi Luhur.

3. Bagi Pendamping Lansia

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk

mengatasi tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur.

4. Bagi Peneliti lain

Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti

pengaruh Reminiscence Therapy untuk mengatasi tingkat stres

pada lansia.

8

E. Penelitian Terkait

1. Syarniah (2010), meneliti tentang Pengaruh Terapi Kelompok

Reminiscence terhadap depresi pada lansia di PSTW Budi Sejahtera

Kalimantan selatan dengan menggunakan metode penelitian Quasy

Experimental pretest dan post-test control group dengan sampel 75

orang lansia (38 orang pada kelompok intervensi dan 37 orang pada

kelompok kontrol). Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dengan

Reminiscence Therapy terdapat penurunan yang bermakna pada

tingkat depresi, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan,

dan isolasi sosial pada lansia dikelompok intervensi (Pvalue≤α) dan

pada kelompok kontrol terdapat penurunan tetapi tidak bermakna

(Pvalue≥α). Maka dapat disimpulkan bahwa Reminiscence Therapy

dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat depresi, harga diri

rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada lansia.

2. Banon (2011), meneliti tentang Pengaruh terapi Reminiscence dan

Psikoedukasi keluarga terhadap Kondisi Depresi dan Kualitas Hidup

lansia di Katulampa Bogor dengan menggunakan metode Quasi

Experimental dengan pendekatan pretest dan post-test with control

group, dengan populasi penelitian sebanyak 72 orang (36 orang pada

kelompok intervensi dan 36 orang pada kelompok kontrol) pemilihan

sampel menggunakan system random sampling. Alat yang digunakan

sebagai pengumpul dan pengukuran data adalah kuesioner skala

depresi dan kuesioner Quality of Life WHO yang telah dimodifikasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan adanya penurunan

9

yang bermakna pada kondisi depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan,

dan isolasi sosial pada lansia (p value <0,05) dan peningkatan yang

bermakna pada peningkatan harga diri dan kualitas hidup pada lansia

(p value<0,05) antara kelompok intervensi yang mendapat terapi

Reminiscence dan psikoedukasi keluarga dibandingkan dengan

kelompok yang hanya mendapat psikoedukasi keluarga.

3. Chen et al., (2012), dalam jurnal yang berjudul “The effects of

Reminiscence Therapy on depressive symptoms of Chinese elderly:

Study protocol of a randomized contolled trial” meneliti dengan

menggunakan desain penelitian pre-post test dibandingkan dan uji

coba terkontrol secara acak, dengan sampel sebanyak 60 orang lansia

dengan tingkat depresi ringan sampai sedang (30 orang pada kelompok

kontrol dan 30 orang pada kelompok intervensi). Klien dalam

kelompok intervensi akan menerima terapi Reminiscence di bawah

protokol Watt dengan adaptasi terhadap budaya Cina yang terdiri dari

enam sesi mingguan masing-masing 90 menit, sedangkan kelompok

kontrol akan diperlakukan seperti sebelumnya. Metode penilaian pada

kelompok intervensi dilakukan dengan cara penilaian sebelum

pengobatan, setelah pengobatan segera, dan tiga bulan setelah

pengobatan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa Reminiscence

Therapy efektif untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia di

China.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. LANSIA

a. Definisi

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa

tua yang dimulai setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun

(Potter and Perry, 2005). Lansia merupakan kelanjutan dari usia

dewasa yang terdiri dari fase prasenium yaitu lansia yang berusia

antara 55-65 tahun, dan fase senium yaitu lansia yang berusia lebih

dari 65 tahun (Nugroho, 2008). Pada masa ini, periode dimana sel-

sel dalam tubuh telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi

dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada

beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu sekitar usia 60

tahun, 65 tahun dan 70 tahun (Akhmadi, 2009).

Menurut Depsos (2007) menyebutkan bahwa lansia terbagi

dalam 2 jenis yaitu potensial dan non potensial. Potensial adalah

lansia yang masih dapat melakukan kegiatan sehari, sedangkan non

potensial adalah lansia yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

hidupnya dan atau begantung dengan orang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulakan bahwa

lansia adalah seseorang yang telah memasuki masa pensiun atau

11

berusia diatas 60 tahun dan ditandai dengan masa kemunduran

dimana sel-sel dalam tubuh telah mencapai kemasakan dalam hal

ukuran dan fungsi sehingga menyebabkan penurunan dalam hal

menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari.

b. Batasan Lanjut Usia

Menurut Depkes RI (2009), kelompok lansia dibagi dalam 3

kelompok yaitu kelompok usia presenelis (45-59 tahun), kelompok

usia lanjut (diatas 60 tahun), dan kelompok usia resiko tinggi (diatas

70 tahun atau usia diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan).

Organisasi kesehatan dunia, WHO, menyebutkan ada empat tahap

yaitu Usia Pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun, lansia (elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun, Lansia Tua

(old) ialah antara 75 dan 90 tahun, Lansia Sangat Tua (very old)

ialah di atas 90 tahun.

Sedangkan menurut Maryam., et al (2008) lansia dibagi

dalam lima klasifikasi, yaitu Pralansia yaitu seseorang yang berusia

antara 45–59 tahun, Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih, Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70

tahun atau lebih, Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan

barang/jasa, dan Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak

12

berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain.

c. Tugas Perkembangan Lansia

Seiring tahap kehidupan, lansia mempunyai tugas

perkembangan khusus. Ada tujuh kategori tugas perkembangan

utama lansia, yaitu (Potter and Perry, 2005):

1) Menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan kesehatan

2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan

pendapatan

3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

5) Mempertahankan kepuasaan pengaturan hidup

6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

d. Tipe-tipe Lansia

Menurut Azizah (2011), lansia dalam mempresepsikan hidup

saat menghadapi masa tua bermacam-macam pemikirannya. Ada

lima tipe lansia yang akan dijelaskan dibawah ini, yaitu:

1) Tipe arif bijaksana. Pengalaman yang baik dapat membantu

lansia dalam menghadapi masa tuanya. Mereka dapat

menyesuaikan diri, menyibukkan diri, bersikap ramah,

sederhana, dll.

13

2) Tipe mandiri. Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan

kegiatan yang baru yang selektif dan bermanfaat.

3) Tipe tidak puas. Lansia mempunyai konflik lahir batin yang

menentang proses ketuaan karena adanya perubahan-perubahan

yang bersifat menurun.

4) Tipe pasrah. Tipe lansia ini bersikap menerima semua nasib

yang menimpa dirinya.

5) Tipe bingung. Kaget, merasa kehilangan kepribadian masa

mudanya dulu yang perlahan hilang yang menyebabkan lansia

merasa minder dan mengasingkan diri.

2. PROSES MENUA

a. Definisi

Proses menua adalah menghilangnya kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti fungsinya secara perlahan-

lahan sehingga mengakibatkan peka terhadap infeksi dan kesulitan

dalam memperbaiki kerusakan (Darmojo, 2004). Proses ini pasti

akan dilalui oleh setiap orang, tidak hanya dimulai dari suatu ke

waktu tertentu, tetapi sudah dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alami dan menua bukanlah suatu

penyakit tetapi berkurangnya daya tahan tubuh terhadap rangsangan

dari dalam maupun dari luar. (Haigis et al., 2010). Pada usia tua

terdapat banyak kemunduran yang dialami manusia, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang keriput, rambut

14

memutih, gigi tanggal, penurunan pendengaran, mata rabun, gerakan

lamban, dan bentuk tubuh berubah (Nugroho, 2008).

b. Teori-teori tentang proses penuaan

Menurut Donlon (2007), teori-teori tentang proses penuaan

ada 2, yaitu teori Biologis dan Psikologis.

1) Teori Biologis

a) Teori jam genetik. Sel-sel yang berada didalam tubuh

manusia hanya mampu membelah beberapa kali yang

kemudian akan mengalami deteriorasi.

b) Teori interaksi seluler. Sel-sel didalam tubuh manusia

saling berinteraksi satu sama lain selama keadaannya baik-

baik saja. Namun setelah sel-sel sudah menurun fungsinya

maka interaksi sel satu dengan yang lainnya juga akan

melambat dan sel mengalami degenerasi.

c) Teori mutagenesis somatis. Setelah terjadi pembelahan sel

(mutasi) yang terjadi secara terus-menerus dan akhirnya

akan terjadi kematian sel.

d) Teori pemakaian dan keausan. Secara biologis, sel-sel dan

organ-organ manusia akan semakin berkurang dan menurun

fungsinya akibat terjadinya keausan dan pemakaian (tear

and wear) lalu menimbulkan deteriorasi.

15

2) Teori Psikososial

a) Disengagement theory. Makin tua, biasanya seseorang akan

menarik diri dari lingkungannya dan berfokus pada dirinya

sendiri.

b) Teori aktivitas. Konsep diri seseorang bergantung pada

aktivitasnya. Semakin sedikit aktivitas semakin berkurang

pula kepuasaan hidupnya.

c) Teori kontinuitas. Kepribadian lansia tergantung dari

penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada

hidupnya.

d) Teori subkultur. Lansia yang dapat menyalurkan aspirasi

dan menjalin hubungan baik antar peer-group dapat

meningkatkan penyesuaian pada masa lansia.

e) Teori stratikasi usia. Lansia dan masyarakat lingkungannya

saling mempengaruhi dan berkaitan terhadap perubahan-

perubahan dalam masyarakat.

c. Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan

Banyak aspek yang mempengaruhi proses penuaan pada

seseorang dimasa tuanya (Azizah, 2011), antara lain:

1) Aspek Psikologi. Komponen yang berperan dalam kapasitas

penyesuaian lingkungan adalah pembelajaran, daya ingat,

perasaan, kecerdasan, dan motivasi.

16

2) Aspek Biologis. Semakin tua, sel-sel dan organ-organ yang ada

didalam diri lansia akan semakin menurun. Semakin bagus

kondisi kesehatan lansia, maka akan semakin bagus proses

adaptasinya.

3) Aspek Sosiologis. Lingkungan sosial sangat mempengaruhi

proses penuaan. Lansia yang berasal dari tempat yang sama

akan memiliki pengalaman hidup yang sama pula.

3. STRES

a. Definisi

Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor

psikososial dan gangguan pada tubuh, pikiran dan kondisi seseorang

dimana kendala, keinginan atau tuntutan yang dikaitkan dengan

kemauan yang diinginkan tidak sesuai dengan harapan sehingga

menimbulkan ketidaksepadanan antara sumber daya biologis,

psikologis, dan sosial. (Suliswati et al., 2005; Yosep, 2007;

Chairunnisa, 2009). Stres dipengaruhi oleh lingkungan maupun

penampilan individu di dalam lingkungan tersebut yang akan

menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Looker dan

Gregson, 2005).

b. Etiologi

Menurut Nasir et al., (2011) stresor dibedakan menjadi 3 golongan,

yaitu:

17

1) Stresor fisik-biologis

Beberapa faktor fisik dan biologis yang dapat menyebabkan

stres antara lain, yaitu:

a) Genetika. Masa kehamilan merupakan masa rentan stres

pada anak apabila ibunya seorang perokok, alkoholik,

dan penggunaan obat-obatan yang dilarang selama hamil.

b) Tidur. Tidur yang cukup memberikan tambahan energi,

semangat dan gairah pada setiap aktivitas yang

dilakukannya.

c) Postur tubuh. Postur tubuh berperan sebagai stresor.

Seperti, cacat bawaan, dan kecelakaan yang

mengakibatkan anggota tubuhnya hilang atau rusak.

d) Penyakit. Khususnya untuk penyakit yang kronis, seperti

TBC (Tuberculosis), kanker, impotensi, stroke, Diabetes

Militus, dan lain sebagainya.

2) Faktor Psikologis

Berikut ini adalah beberapa faktor psikologis yang dapat

menyebabkan stres, seperti:

a) Persepsi. Persepsi orang satu dengan yang lainnya

tentang stres berbeda-beda, tergantung bagaimana

individu tersebut menyikapinya.

18

b) Emosi. Perbedaan kemampuan untuk mengenal dan

membedakan setiap perasaan emosi sangat bepengaruh

terhadap stres yang dialaminya.

c) Situasi Psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep

berpikir (kognitif) dan penilaian terhadap situasi dapat

menjadi pemicu timbulnya stres.

d) Pengalaman hidup. Pengalaman hidup merupakan

keseluruhan kejadian yang dapat menyebabkan stres,

seperti perubahan hidup, masa transisi, dan krisis

kehidupan.

3) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan fisik. Kondisi atau kejadian yang berada

disekeliling individu atau yang dialami individu dapat

menjadi stresor, seperti bencana alam, cuaca, macet, dan

lingkungan yang kotor.

b) Lingkungan Biotik. Gangguan yang berasal dari makhluk

makroskopik seperti virus atau bakteri. Seperti, penderita

alergi apabila bertempat tinggal di kawasan kumuh yang

dapat menimbulkan adanya bakteri atau virus akan stres.

c) Lingkungan sosial. Hubungan yang buruk dengan

lingkungan sekitar, seperti tetangga, orangtua, dan

kerabat dapat menjadi pemicu stresor.

19

c. Jenis-jenis Stres

Menurut Nasir et al., (2011) mengkategorikan stres dalam

dua jenis, yaitu:

1) Stres yang baik (Eustres)

Stres dikatakan baik apabila individu dapat memenuhi

tuntutan dan menyikapi masalah dengan baik. Hal ini tidak

hanya menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga orang lain.

Dengan dapat menyikapi stres yang baik, dapat memberikan

kesempatan untuk berkembang dan memotivasi dirinya untuk

mencapai arah yang lebih baik (positive thinking).

2) Stres yang buruk (Distres)

Distres terjadi karena stimulus yang digunakan dalam

pemaknaan atau penilaian sesuatu yang buruk dimana respon

yang digunakan selalu negatif sehingga diartikan sebagai sebuah

ancaman dan menyebabkan organ tubuh menjadi terganggu.

d. Manifestasi Klinis

Menurut Potter (2005), gejala stres atau indikator stres

meliputi:

1) Indikator Fisiologis

2) Emosional (Psikologis)

3) Perilaku stress

20

e. Tingkat stres

Menurut Potter and Perry (2005), stres dibagi menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

1) Ringan

Stres dikatakan ringan apabila stres yang dihadapi

seseorang teratur dan tidak menyebabkan gangguan pada

perubahan hidupnya dan berlangsung beberapa menit atau jam.

Tanda dan gejalanya mulai sedikit tegang dan was-was.

2) Sedang

Stres dikatakan sedang apabila stres yang muncul

berlangsung lebih lama dari tingkat ringan, berlangsung

beberapa jam sampai hari. Tanda dan gejalanya yaitu mulai

kesulitan tidur, sering menyendiri, dan tegang.

3) Berat

Tergolong stres berat apabila berlangsung beberapa

minggu sampai beberapa tahun dan bersifat situasi kronis. Pada

situasi ini, individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.

f. Tahapan Stres

Gejala stres terkadang tidak disadari oleh seseorang namun

cepat atau lambat akan dirasakan, seperti fungsi kehidupan sosial

dikantor, rumah, ataupun lingkungannya sudah tidak seperti biasa.

Tahapan stres ini menurut Chairunnisa (2009), dibagi menjadi 6

kategori, yaitu:

21

1) Tahapan stres tingkat I

Merupakan tahapan stres paling ringan, biasanya disertai

dengan perasaan-perasaan seperti semangat kerjanya menjadi

berlebihan, pekerjaan dapat diselesaikan lebih bagus dan cepat

dari biasanya. Namun hal ini tanpa disadari menguras energi

yang begitu besar sehingga cadangan energinya semakin

menipis.

2) Tahapan stres tingkat II

Tahap ini merupakan dampak dari tingkat stres yang

pertama. Ketika semua energi sudah dikuras dan cadangan

energi semakin menipis, maka akan timbul keluhan-keluhan

seperti merasa mudah lelah, capai, takikardi, tegang, dll.

3) Tahapan stres tingkat III

Apabila tidak menghiraukan keluhan-keluhan yang

sudah dirasakan, maka akan timbul keluhan, seperti tegang otot,

insomnia, perasaan tidak tenang, dan keadaan tubuh menurun.

4) Tahapan stres tingkat IV

Apabila memeriksakan diri ke Rumah Sakit, maka tidak

ditemukan kelainan pada tubuhnya dan dinyatakan sehat. Jika

orang tersebut masih belum menyadari dan tetap memaksakan

aktivitas, akan timbul gejala seperti merasa amat lelah,

pekerjaan terasa susah, sulit berkonsentrasi, serta adanya

gangguan tidur.

22

5) Tahapan stres tingkat V

Apabila keadaan berlanjut maka akan terjadi kondisi

yang semakin memburuk, yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan mental yang sangat mendalam.

6) Tahapan stres tingkat VI

Tahap ini merupakan tahapan paling klimaks stres,

seperti debaran jantung yang sangat kencang, kehilangan tenaga,

badan terasa gemetar, dan keringat dingin bercucuran.

g. Stres pada Lansia

1) Kematian

Kehilangan pasangan karena kematian merupakan faktor

tertinggi penyebab stres pada lansia. Kematian atau kehilangan

saudara dekat atau teman-teman juga dapat meningkatkan stres

karena berkurangnya dukungan sosial terhadap mereka (Hawari,

2001).

2) Pensiun

Pensiun merupakan penyebab terjadinya stres karena

adanya perubahan dalam hidup seperti tidak dapat lagi

mencukupi kebutuhannya sehingga menghasilkan situasi yang

tidak menyenangkan yang menyebabkan kekacauan mental dan

emosional (Ninawati, 2000).

23

3) Isolasi sosial

Lansia sering dikonotasikan sebagai kaum minoritas di

lingkungannya. Tipe isolasi sosial antara lain berupa isolasi

sikap, penampilan, perilaku, dan geografis (Potter and Perry,

2005).

4) Perubahan Ekonomi

Menurunnya penghasilan setelah masa pensiun dan

berkurangnya kemampuan bekerja menyebabkan lansia menjadi

stres (Potter and Perry, 2005).

5) Rumah tempat tinggal dan lingkungan

Perubahan peran sosial, tanggung jawab, dan status

kesehatan berpengaruh pada perubahan kehidupan lansia. Ada

beberapa lansia yang memilih tinggal sendiri dan ada pula yang

meminta untuk tinggal bersama anak atau saudaranya. (Potter

and Perry, 2006).

h. Penatalaksanaan stres

Penatalaksanaan stres adalah suatu strategi yang

memfasilitasi kemampuan klien untuk menghadapi stres yang

dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang ini secara efektif.

Para lansia biasanya menggunakan beberapa teknik terapi untuk

mengurangi stres mereka, anatara lain:

24

a) Terapi kognitif

Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek, berorientasi

pada masalah saat ini, dan bersifat individu yang bertujuan

untuk meredakan gejala-gejala penyakit serta membantu klien

agar dapat mempelajari cara yang efektif untuk mengatasi

masalah yang menyebabkan stres. (Setyoadi et al., 2011).

b) Terapi musik

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang

menggunakan musik di mana tujuannya adalah untuk

meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif,

dan sosial bagi individu (Setyoadi et al., 2011). Jenis musik

yang digunakan adalah disesuaikan dengan keinginan tiap

individdu, seperti musik klasik, keroncong, orchestra, atau

musik-musik modern (Potter, 2005).

c) Terapi spiritual

Terapi spiritual adalah terapi dengan pendekatan

terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien yang bertujuan

untuk memperkuat mentalitas dan konsep diri klien,

mengembalikan persepsi yang buruk mengenai pandangannya,

serta dapat menurunkan stres. Terapi spiritual ini biasanya

dengan menggunakan doa dan dzikir untuk kaum muslim

(Setyoadi et al., 2011).

25

d) Terapi relaksasi nafas dalam

Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen

dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan yang

nyaman dengan memejamkan mata (Brunner dan Suddart, 2002

dalam Setyoadi et al., 2011). Teknik relaksasi ini merupakan

metode untuk mengurangi ketegangan, mengurangi rasa nyeri,

mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman, mengurangi

kecemasan serta mengurangi stres.

4. REMINISCENCE THERAPY

a. Definisi

Suatu metode yang berhubungan dengan memori, berguna

untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup.

Reminiscence tidak hanya kegiatan mengingat peristiwa masa lalu

tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara sistematis dan

berguna untuk merefleksikan kehidupan seseorang untuk

mengevaluasi ulang, menyelesaikan konflik dari masa lalu,

menemukan makna kehidupan, dan menilai koping adaptif mana

yang sebaiknya digunakan. Terapi ini dilakukan dengan cara diskusi

tentang kejadian masa lalu yang dialami seseorang kemudian

disharingkan kepada keluarga, kelompok, atau staf keperawatan.

Dari diskusi kelompok tersebut akan memotivasi seseorang dan

sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah (Chen et al., 2012).

Terapi ini juga sebagai proses mengingat kejadian dimasa lalu yang

26

menyenangkan dan indah sehingga dapat meningkatkan harga diri

seseorang (Mackin and Arean cit. Wheller, 2008).

b. Manfaat Reminiscence Therapy

Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan

beberapa manfaat dari Reminiscence Therapy, antara lain (Mackin

and Arean cit. Wheller, 2008):

1) Meningkatkan harga diri

2) Membantu individu mencapai kesadaran diri

3) Memahami dirinya sendiri

4) Meningkatkan kepuasan hidup

5) Dapat beradaptasi dengan stress

c. Tipe-tipe kelompok Reminiscence Therapy

Menurut Kennard, 2006 cit. Syarniah, 2010, ada 3 tipe

Reminiscence, antara lain:

1) Simple atau Positive Reminiscence. Terapi tipe ini adalah

menceritakan kejadian masa lalu yang menyenangkan dengan

cara terapis memberikan pertanyaan secara langsung. Tujuan

dari terapi tipe ini adalah membantu klien beradaptasi terhadap

kehilangan dan meningkatkan harga diri.

2) Evaluative Reminiscence. Tipe ini merupakan terapi dalam

menyelesaikan konflik.

3) Offensive Defensive Reminiscence. Terapi tipe ini adalah

menceritakan kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan,

27

sehingga sering menimbulkan perilaku yang destruktif dan

emosi.

d. Media Reminiscence Therapy

Media merupakan alat atau benda yang dapat digunakan

untuk menunjang ingatan klien dalam mengingat kejadian-kejadian

masa lalu sehingga klien dapat mengikuti terapi Reminicence.

Menurut Collins (2006), media yang dapat digunakan adalah:

1) Reminiscence Kit (kotak yang berisi alat atau benda yang dapat

membantu dalam mengingat masa lalu; seperti majalah, alat

untuk memasak, alat untuk menjahit, dan membersihkan)

2) Album foto, musik, video

3) Stimulus bau dan rasa (keju, cuka, coklat, jeruk)

4) Bahan-bahan yang dapat menstimulasi sensori (bulu binatang,

wol, flannel)

e. Penatalaksanaan Reminiscence Therapy

Menurut Kennard (2006) cit. Syarniah (2010), terapi

Reminiscence dapat dilakukan dalam kelompok atau individual.

Akan tetapi untuk pemberian terapi secara kelompok dapat

memberikan keuntungan yang lebih, antara lain kesempatan yang

sama untuk saling berbagi pengalaman, meningkatkan komunikasi

dan sosialisasi antar lansia, dan efektivitas waktu, biaya, dan energi.

Terapi Reminiscence dapat dilakukan dalam beberapa

pertemuan (sesi). Terapis dapat menentukan jumlah sesi yang akan

28

digunakan dalam kegiatan terapi tersebut (Syarniah, 2010). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan 3 sesi, yang terdiri dari

Reminiscence Therapy pada masa anak-anak, masa remaja, dan masa

dewasa (tua) dan kejayaannya.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh perawat dalam

Reminiscence Therapy dan pengalaman lansia, yaitu (Haights, 1989

dalam Collins, 2006):

1) Masa kanak-kanak

a) Hal apa yang diingat pada masa kecil saudara?

b) Masa kecil yang seperti apa yang anda alami?

c) Seperti apa orang tua anda saat anda kecil? Keras atau

lemah?

d) Apakah anda mempunyai saudara? Sebutkan nama dan

ceritakan tentang mereka satu persatu?

2) Masa Remaja

a) Apa yang anda ingat saat anda memasuki usia remaja? Lalu

apa yang dirasakan tentang diri dan hidup anda?

b) Hal apa saja yang paling terekam dalam memori saat anda

remaja?

c) Adakah orang yang dekat dengan anda saat itu? Ceritakan

pada saya

d) Bagian apa saja yang menyenangkan dan tidak meyenangkan

saat anda remaja? Coba ceritakan pada saya.

29

3) Masa dewasa dan kejayaannya

a) Bagaimana hidup anda saat memulai dewasa? Dimulai saat

umur 20an. Ceritakan pada saya.

b) Dari semua kehidupan anda, kehidupan mana yang paling

anda sukai? Saat usia berapa dan apa alasannya?

c) Apakah anda menikah? Mempunyai anak? Dan bekerja?

Coba ceritakan pada saya.

d) Orang seperti apakah anda ini? Apakah anda menikmatinya?

30

B. KERANGKA KONSEP

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Reminiscence Therapy

terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

Faktor yang

mempengaruhi

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Status Pernikahan

d. Pendidikan

Terakhir

e. Pekerjaan

sekarang

f. Lama tinggal

dipanti

g. Alasan tinggal

dipanti

Penatalaksanaan

1. Terapi kognitif

2. Terapi musik

3. Terapi spiritual

4. Terapi relaksasi

nafas dalam

Stres

a. Definisi

b. Etiologi stress

c. Jenis-jenis stress

d. Manifestasi klinis

stress

e. Tingkatan stres

f. Tahapan stress

g. Penatalaksanaan

h. Instrumen

pengukur stress

Lanjut Usia

a. Proses penuaan

b. Batasan lanjut

usia

c. Perubahan

akibat proses

menua

d. Faktor-faktor

yang

berpengaruh

terhadap

kesehatan jiwa

lansia

Perubahan

tingkat

stres

Sedang

Berat

Sangat berat

Normal

Ringan

Reminiscence

31

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

(Sugiyono, 2009). Penelitian ini terdapat dua kemungkinan hasil hipotesa,

yaitu:

H0: Tidak ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stress

pada lansia kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

H1: Ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stress pada

lansia kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Unit Budi

Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental

dengan rancangan Quasy Eksperiment (penelitian eksperimen semu) yang

menggunakan pre-test and post-test with control group design, yaitu pada

kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol

tidak. Pada penelitian ini perlakuan yang dilakukan berupa pemberian

Reminiscence Therapy yang akan diberikan pada kelompok eksperimen

untuk dianalisis pengaruhnya terhadap penurunan tingkat stres pada lansia.

Sebelumnya pada kedua kelompok diawali dengan diberikan pre-test dan

setelah pemberian perlakuan dilakukan pengukuran kembali (post-test).

Tabel 1. Desain Penelitian

Subjek Pre-test Perlakuan Post-Test

K-A O I OI-A

K-B O - OI-B

Keterangan:

K-A : Subjek (lansia) pada kelompok eksperimen

K-B :Subjek (lansia) pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan

O : Pengukuran tingkat stress sebelum dilakukan perlakuan

(Reminiscence Therapy)

33

I : Perlakuan (Reminiscence Therapy)

O1 (A+B): Pengukuran kembali tingkat stres setelah diberikan perlakuan

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

B. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi penelitian pada tahap pertama adalah semua lansia yang

tinggal di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.

Berdasarkan data Januari 2014 didapatkan bahwa lansia yang tinggal di

PSTW Unit Budi Luhur sebanyak 88 orang. Setelah dilakukan skrining

dengan tes GDS dan MMSE pada semua lansia didapatkan jumlah sampel

lansia yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 orang. Batasan usia

lansia adalah ≥60 tahun sesuai dengan klasifikasi usia menurut WHO.

Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 19 orang pada kelompok

intervensi dan 19 orang pada kelompok kontrol.

Kriteria inklusi yang diterapkan yaitu populasi lansia dengan usia

≥60 tahun, kesadaran kompos mentis, kooperatif, dapat diajak

berkomunikasi dengan baik, dan bersedia menjadi responden serta

sanggup mengikuti Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Sedangkan

kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah lansia yang berada diruang

isolasi, sulit mendengar (tuli), lansia dengan demensia berat (skor MMSE

≤16), dan lansia dengan depresi berat (skor GDS 10-15).

34

C. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul,

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini berlangsung selama bulan Maret-

April.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah pemberian Reminiscence Therapy pada lansia.

Definisi operasional variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

E. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala

pengukuran

Hasil

1

2

Tingkat

Stres

Reminisc

ence

Therapy

Skala penilaian

terhadap peristiwa

kehidupan yang

muncul dalam

kehidupan lansia

(yang tinggal di

PSTW Unit Budi

Luhur) yang

dapat

membahayakan

kesejahteraan

Proses yang

terstruktur secara

sistematis dan

berguna untuk

merefleksikan

kehidupan lansia

untuk

DASS-42

Modul

Reminiscence

Therapy

Terdapat 3

sesi dalam

pemberian

intervensi ini,

Rasio

Nominal

Perbedaan nilai

sebelum dan

sesudah

intervensi

Pemberian

intervensi

Reminiscence

Therapy dan

tidak diberi

intervensi

Reminiscence

35

mengevaluasi

ulang,

menyelesaikan

konflik dari masa

lalu, menemukan

makna kehidupan,

dan menilai

koping adaptif

mana yang

sebaiknya

digunakan

yaitu sesi

pertama

responden

menceritakan

masa anak-

anaknya, sesi

kedua

responden

menceritakan

tentang masa

remajanya,

dan sesi

ketiga

responden

menceritakan

tentang masa

dewasa dan

kejayaannya.

Therapy

F. Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah tingkat stress pada

lansia sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian adalah untuk

melihat perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

pada kelompok intervensi, dan melihat tingkat stress saat pretest dan

posttest pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat stress lansia adalah kuesioner

demografi yang berisi tentang identitas dan karakteristik responden, serta

kuesioner DASS-42 untuk skala stress yang terdiri dari 14 pertanyaan

yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan 39.

Pengisian dilakukan dengan cara memberikan cek list (V) pada pilihan

yang tersedia kemudian dilakukan penskoran dalam bentuk skala likert.

Setiap item pertanyaan diberikan nilai tidak pernah (skor 0), kadang-

36

kadang (skor 1), sering (skor 2) dan hampir setiap saat (skor 3). Nilai dari

tiap item pertanyaan dijumlahkan, kemudian dikategorikan menjadi 5

kategori diadaptasi dari Depression Anxiety and Stress Scale (DASS)-42.

Skor total menunjukan tingkat stress responden. Skor 0-14 (normal), skor

15-18 (stres ringan), skor 19-25 (stres sedang), skor 26-33 (stres berat),

dan skor diatas 34 (stres sangat berat).

G. Cara Pengumpulan Data dan Cara Kerja

Data yang didapatkan pada penelitian ini adalah tingkat stress

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy.

Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan perijinan

antara pihak peneliti dengan pihak-pihak terkait seperti UMY, Sekda

Yogyakarta, Sekda Bantul, Dinsos Yogyakarta, Dinsos Bantul, Dinkes

Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Bantul, dan PSTW Unit Budi

Luhur Yogyakarta.

Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, maka peneliti

dibantu dengan 4 asisten peneliti yaitu 3 orang dari PSIK UMY dan 1

orang dari KU UMY melakukan skrining untuk menentukan kriteria

inklusi dan eksklusi dengan menggunakan tes GDS untuk melihat tingkat

depresi lansia dan tes MMSE untuk melihat tingkat demensia lansia.

Setelah mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi,

kemudian peneliti membagi responden dalam kelompok intervensi dan

kontrol dengan menggunakan metode acak, yaitu sebanyak 19 orang untuk

kelompok intervensi dan 19 orang untuk kelompok kontrol.

37

Setelah didapatkan jumlah sampel yang sesuai, kemudian peneliti

melakukan Informed Concent pada lansia untuk mengikuti kegiatan

Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Sebelum terapi dimulai, peneliti

memberikan kuesioner DASS-42 terkait tingkat stress untuk melihat nilai

tingkat stress sebelum diberikan perlakuan. Untuk menyamakan persepsi

terkait tentang pemberian Reminiscence Therapy antara peneliti dan

asisten peneliti, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian,

manfaat, metode yang digunakan, dan cara melakukan Reminiscence

Therapy. Kemudian peneliti dan asisten peneliti melakukan Reminiscence

Therapy selama 3 sesi pada kelompok intervensi.

Reminiscence Therapy merupakan metode yang berhubungan

dengan memori, dimana para lansia mendiskusikan mengenai pengalaman

masa lalu yang menyenangkan saat anak-anak, dewasa, dan dewasa/masa

tuanya. Dalam penelitian ini lansia dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 5

orang, 5 orang, 5 orang, dan 4 orang. Setiap sesi dilakukan selama 90

menit dan masing-masing kelompok didampingi oleh 1 orang fasilitator

yaitu peneliti atau asisten peneliti. Pada akhir perlakuan, peneliti kembali

mengukur tingkat stress pada lansia pada kelompok intervensi dan kontrol.

Setelah selesai mengukur tingkat stress pada kedua kelompok, peneliti dan

asisten peneliti melakukan Reminiscence Therapy selama 3 sesi kepada

kelompok kontrol. Pembagian kelompok masing-masing 5 orang dalam 3

kelompok dan 1 kelompok berjumlah 4 orang. Setiap sesi selama 90

menit.

38

H. Uji Validitas dan Relaibilitas

Uji validitas dan reabilitas tidak dilakukan kembali karena kesamaan data

adopsi dengan penelitian sebelumnya yaitu semua instrumen valid dengan

nilai reliabilitas 0,8806 (Damanik, 2011).

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang berguna

untuk mendiskripsikan distribusi dari masing-masing variabel yang

diteliti. Variabel yang didiskripsikan adalah karakteristik lansia

meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, riwayat

pekerjaan, alasan masuk ke panti werdha dan lama tinggal di panti

werdha.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui perbedaan tingkat stress antara pretest dan posttest

pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan menggunakan uji Paired Samples T-test

dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan untuk mengetahui

perbedaan tingkat stress antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol menggunakan uji Independent Samples T-test. Kedua uji

statistik tersebut diolah dengan menggunakan program komputer.

39

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dalam penelitian ini adalah sebagian besar respondennya

kesulitan dalam membaca atau mengisi kuesinoner sehingga peneliti harus

membantu responden dalam mengisikan kuesioner. Peneliti menggunakan

metode wawancara langsung. Apabila ada pertanyaan yang kurang atau tidak

dipahami oleh responden maka pertanyaan tersebut diubah atau dimodifikasi

dengan bahasa yang lebih dipahami kalimatnya tanpa menghilangkan maksud

dan tujuan dari pertanyaan.

K. Etik Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan permohonan dan

persetujuan dari instansi, badan/ lembaga yang terkait untuk melaksanakan

penelitian. Kepada responden penelitian, peneliti memberikan penjelasan

mengenai tujuan penelitian, kesediaan menjadi repsonden penelitian dengan

menyetujui lembar persetujuan (Informed Consent) dan menjaga kerahasiaan

responden.

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.

B.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PSTW (Panti Sosial Tresna Wredha)

Budi Luhur yang menjadi salah satu unit yang dimiliki oleh PSTW di

Yogyakarta. PSTW Budi Luhur terletak di Kasongan, Bangunjiwo, Bantul,

Yogyakarta. PSTWini merupakan salah satu lembaga sosial milik

pemerintah yang berada dibawah naungan Dinas Sosial (Dinsos) Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan keputusan Gubernur

DIY Nomor 160 Tahun 2002 Tentang Uraian dan Tata Kerja Unit

Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Propinsi

DIY, maka PSTW Budi Luhur mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan

pendampingan dan perlindungan bagi lanjut usia, pusat informasi tentang

kesejahteraan sosial lanjut usia, pengembangan ilmu pengetahuan tentang

lanjut usia.

Fasilitas yang dimiliki PSTW Budi Luhur antara lain berupa 8

buah wisma pelayanan, 1 buah wisma isolasi, 1 buah gedung berlantai 2

yang berfungsi sebagai kantor, 1 rumah dinas, 1 ruang poliklinik, 1 ruang

dapur, dan 1 masjid. Total luas bangunanannya adalah 6.521 m2. Sarana-

prasarana di PSTW Budi Luhur antara lain kesenian gamelan, dendang ria,

serta olahraga untuk menunjang aktivitas dan kesehatan lansia.

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indentat: 0.5"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold

Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"

41

PSTW Budi Luhur memiliki beberapa program, yaitu pelayanan

regular (rutin), pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lansia (Day

Care Service), trauma service, pelayanan perawatan rumah (Homecare

Service), dan pelayan tinggal sementara. Aktivitas yang dilakukan di

PSTW Budi Luhur antara lain, Pemenuhan ADL (Activity Daily Living)

atau aktifitas kehidupan sehari-hari, bimbingan sosial dan rohani,

kesenian, senam, serta rekreasi setiap 2 tahun sekali.

Posyandu lansia dilaksanakan pada setiap hari Rabu dibawah

naungan Puskesmas Kasihan 1 Bantul yang mempunyai tugas melakukan

pengukuran tTinggi bBadan, bBerat bBadan, dan tTekanan dDarah,

kemudian dilakukan pencatatan di KMS lansia secara rutin meliputi,

Indeks Masa Tubuh, Tekanan Darah, Berat Badan, Tinggi Badan.

Penyuluhan kesehatan peroangan berdasarkan KMS, seperti perencanaan

diet harian dan pemberian makanan tambahan, yang terakhir adalah

pemeriksaan dan pengobatan ringan (Dinas Sosial DIY, 2008).

C.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang, yaitu 19

orang dalam kelompok intervensi dan 19 orang dalam kelompok kontrol.

Kriteria dalam penelitian ini adalah responden dengan usia ≥ 60 tahun,

dapat diajak berkomunikasi, tingkat stres berada dalam rentang ringan dan

sedang, tingkat depresi berada dalam rentang ringan dan sedang,

sertatinggal di PSTW Budi Luhur.Kelompok intervensi diberi perlakuan

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold

Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"

Formatted: Strikethrough

42

berupa Reminiscence Therapy, sedangkan kelompok kcontrol….. tidak

diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy.

Gambaran responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini

disajikan pada tabel 3.bel 1. Tabel berapa?

Tabel 31. Analisa Usia Lansia dan Lama Tinggal di Panti PadaDistribusi

Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta (N=38)

Sumber: Data Data: Primer, 2014

Berdasarkan tTabel 3l 1, menunjukkan bahwa usia responden ssecara keseluruhan

memiliki rata-rata berusia 74,719 tahun, dengan usia termuda 60 tahun

dan usia tertua 92 tahun. Hasil analisis karakteristik lansia usia ini dapat

disimpulkan bahwa lansia paling banyak berada pada kelompok lanjut

usia (elderly) yaitu usia antara 60 dan sampai 74 tahun.

Hasil analisis uji statistik kesetaraaan berdasarkan tabel 3 1 menunjukkan bahwa

rata-rata usia lansia tidak ada perbedaan yang bermakna antara lansia

pada kelompok intervensi dan kontrol dengan p P valuerValue=0,115

(pP>0,05) yang berarti rata-rata usia lansia pada kedua kelompok adalah

homogen atau setara.

Hasil analisa lansia lama tinggal dipanti secara keseluruhan lansia memiliki rata-

rata tinggal di panti selama 3,39 tahun, dengan lama tinggal paling

pendekbarubaru selama 1 tahun dan paling lama selama 12 tahun.

Berdasarkan tabel 3 1, menunjukkan bahwa hasil uji statistik rata-rata lansia

tinggal di panti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lansia pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p PvValue=0,258

Formatted: Font: Italic

Formatted: Justified, Indent: Left: 0"

Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.59"

Formatted: Indent: Hanging: 0.59"

Comment [S1]: Rata-rata usia responden maksudnya?

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Indent: Hanging: 0.59", SpaceBefore: 0 pt

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

43

(pP>0,05) yang berarti rata-rata lama lansia tinggal di panti pada kedua

kelompok homogen atau setara.

Tabel 42. Distribusi Karakteristik dan Prosentase Responden Llansia Berdasarkan

Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Riwayat Pendidikan, Riwayat

Pekerjaan, dan Alasan masuk panti, pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol (n=38)

Variabel Kategori Intervensi

(n=19)

Kontrol

(n=19)

Jumlah

N % N % N %

Jenis

Kelamin

Laki-laki 8 42,2

%

8 42,2% 16 42,2%

Perempuan 11 57,8

%

11 57,8% 22 57,8%

Usia 45-59 tahun 0 0 0 0 0 0

60-74 tahun 13 68,4 8 42,1 21 55,3

75-90 tahun 6 31,5 10 52,6 16 42,1

>≥ 90 tahun 0 0 1 5,3 1 2,6

Status

Perkawinan

Belum

Menikah

0 0% 1 5,2% 1 2,6%

Menikah 4 21% 3 15,8% 7 18,4%

Janda/Duda 15 79% 15 79% 30 79%

Riwayat

Pendidikan

Tidak

Sekolah

0 0% 12 63,2% 12 31,66%

SD atau

Sederajat

10 52,6

%

3 15,8% 13 34,2%

SMP atau

Sederajat

4 21% 3 15,8% 7 18,4%

SMA atau

Sederajat

4 21% 1 5,2% 5 13,2%

Perguruan

Tinggi

1 5,4

%

0 0% 1 2,6%

Riwayat

Pekerjaan

Tidak

Bekerja

2 10,6

%

1 5,2% 3 7,9%

PNS/TNI/PO

LRI

1 5,2

%

3 15.8% 4 10,5%

Petani 6 31,6

%

12 63,2% 18 47,3%

Pegawai

Swasta/Buru

h

10 52,6

%

5 26,4% 15 34,3%

Formatted ...

Formatted ...

Formatted: Font: Bold

Formatted Table

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted: Centered, Space After: 0 pt

Formatted ...

Comment [S2]: Prosentase tidak usah dituliskan ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

44

Alasan

Masuk

Panti

Kemauan

Sendirii

6 31,6

%

10 52,6% 16 42,7%

Kemauan

Keluarga

12 63,2

%

7 36,8% 18 47,4%

Alasan Lain 1 5,2

%

2 10,6% 3 7,9%

Lama

Tinggal di

Panti

0-5 tahun 15 79 18 94,7 32 84,2

6-10 tahun 2 10,5 1 5,3 4 10,5

>10 tahun 2 10,5 0 0 2 5,3

Sumber: Data: Primer, 2014

Berdasarkan hasil analisis karakteristik pada tabel 342 diketahui

bahwa jenis kelamin secara keseluruhan paling banyak adalah

perempuan yakni 22 orang (57,8%). Usia lansia paling banyak adalah

usia 60-74 tahun (55,3%). Status perkawinan lansia paling banyak

adalah dengan status janda/duda yaitu 30 orang (79%). Riwayat

pendidikan lansia paling banyak adalah tamatan SD atau sSederajat

yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). Riwayat pekerjaan lansia paling

banyak adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 18 orang (47,3%).

Alasan lansia masuk panti paling banyak adalah kemauan keluarga

yaitu sebanyak 18 orang (47,4%). Lama tinggal dipanti paling banyak

adalah 0-5 tahun (84,2%).

Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4, 2 diketahui bahwa ada

perbedaan yang bermakna pada proporsii status perkawinan (p

PvValue=0,000), riwayat pekerjaan (P Valuep value=0,000), dan alasan

masuk panti (p PvValue=0,003) pada kelompok intervensi dengan

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single

Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single

Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Normal, Indent: Left: 0.49", Firstline: 0.3"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Left, Indent: Left: 0.49", Firstline: 0.3", Line spacing: single, Adjust spacebetween Latin and Asian text, Adjust spacebetween Asian text and numbers, Tab stops: 0.7", Left

Formatted: Indent: Left: 0.69", First line: 0.3"

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Comment [S3]: Value karena serapan asing maka tolong semua ditulis miring, V tidak perlu capital

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

45

kelompok kontrol atau dengan kata lain variabel tersebut tidak

homogen atau tidak setara (pP<0,05).

Sedangkan untuk jenis kelamin (P Valuep value=0,330) dan

riwayat pendidikan lansia (p PvValue=0,11) diketahui tidak ada

perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol atau

dengan kata lain kedua kelompok homogen atau setara (pP>0,05).

3. Tingkat Sstres pada Lalansia

Tabel 45. Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok intervensi

sebelum dan sesudah Reminiscence Therapy

Tingkat

Stress

Pre-test kelompok

Intervensi

Post-Test kelompok

Intervensi

N % N %

Normal 12 63,2 17 89,5

Ringan 2 10,5 0 0

Sedang 0 0 1 5,3

Berat 3 15,8 1 5,3

Sangat Berat 2 10,5 0 0

Total 19 100 19 100

Sumber: Data Primer, 2014Tingkat stress sebelum dilakukan intervensi

Tabel 45, menunjukkan bahwa tingkat stress pada kelompok

intervensi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0",Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0.98", Hanging: 0.69", Line spacing: single

Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0.16", Hanging: 0.53", Line spacing: single

Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri),11 pt

46

Reminiscence Therapy yang terbanyak adalah tingkat stress dalam

rentang normal yaitu sebanyak 12 orang (63,2%), sesudah diberikan

perlakuan berupa Reminiscence Therapy, tingkat stress dalam rentang

normal meningkat menjadi 17 orang (89,5%).

Komentar: ketika mendeskripsikan table tidak usah semua

data dibaca dan ditulis ulang, toh pembaca juga sudah

bisa membaca.

Tabel 56. Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok kontrol saat

pretest dan posttest

Tingkat Stres Pre-Test kelompok

Kontrol

Post-test kelompok

Kontrol

N % N %

Normal 10 52,6 6 31,6

Ringan 4 21,1 0 0

Sedang 0 0 7 36,8

Berat 4 21,1 5 26,3

Sangat Berat 1 5,3 1 5,3

Total 19 100 19 100

Data: Sumber Primer, 2014Perubahan tingkat stress pada kelompok yang

mendapat terapi reminiscence dan tidak mendapat

Tingkat Stres Post-test kelompok

Intervensi

Post-test kelompok

Kontrol

N % N %

Tabel 56, menunjukkan tingkat stress pada kelompok kontrol

saat pretest dan posttest didapatkan bahwa tingkat stress paling banyak

adalah rentang normal yaitu sebanyak 10 orang (52,6%), kemudian

setelah dilakukan posttest tingkat stress rentang normal menurun

menjadi 6 orang (31,6%) dan tingkat stress sedang meningkat menjadi 7

orang (36,8%).

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Comment [S4]: Bukanya yang 15.8% ini tingkat stres nya berat?

Formatted: Font: Bold

Formatted: Indent: Left: 1.08", Hanging: 0.3", Space After: 10 pt, Adjust space betweenLatin and Asian text, Adjust space betweenAsian text and numbers

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted Table

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.69", First line: 0"

Formatted: Font: 11 pt, Italic

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Italic

Formatted: Font: Bold

Formatted: Centered, None, Space Before: 0pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Don'tkeep with next, Don't keep lines together

Formatted Table

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold

Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single

Formatted: Centered, None, Space Before: 0pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Don'tkeep with next, Don't keep lines together

Formatted: Font: Bold

Formatted: Indent: Left: 0.69", First line: 0.49"

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

47

4. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan Posttest

Tabel 3.Analisis Perubahan Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit

Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan uji

Independent Sample T-Test(N=38)

Variabel Intervensi Kontrol

N Mea

n

SD P

Valu

e

Mean SD P

Value

Tingkat Stres 0,000 0,669

Sebelum 19 7,47 6,086 8,26 5,16

Sesudah 19 4,00 3,68 10,58 3,96

Selisih 19 3,47 2,406 -2,32 1,2

Tabel 3menunjukkan gambaran perubahan tingkat stress pada

lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada

kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan Reminiscence

Therapy dan kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi berupa

Reminiscence Therapy.Pada kelompok intervensi terlihat adanya

penurunan yang bermakna pada tingkat stress sebesar 3,47point (8,3%).

Hasil analisa statistik pada tabel 3menunujukkanterjadi penurunan yang signifikan

pada tingkat stress pada lansia yang mendapat Reminiscence Therapysebesar

0,000 (P Value<0,05).

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Indent: Left: 0.2", Hanging: 0.3", Numbered + Level: 1 + Numbering Style:1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.49"

Formatted: Font: Bold

Formatted Table

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Indent: Left: 0.39"

Formatted: Indent: Left: 0.59", First line: 0.41", Line spacing: Double

Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"

48

Pada kelompok kontrol terlihat adanyaperubahan yang signifikan terhadap

peningkatantingkat stress pada lansia yang tidak mendapat Reminiscence Therapy,

yaitu sebesar 2,32 point (5,5%)dengan P Value sebesar 0,669 (P Value>0,05).

Pada selisih kelompok intervensi dan kontrol terlihat ada perbedaan.....

3. Penurunan tingkat stress…. Bla bla Tabel Tabel 674. Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukan Reminiscence

Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di

PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan

uji Paired Samples T-test (N=38)

Variabel Kelompok Mean

Sebelum

Mean

Sesudah

Mean

Selisih

SD

Selisih

pP

vValue

Tingkat

Stress

Intervensi 7,47 4,00 3,47 2,406 0,005

Kontrol 8,26 10,58 -2,32 1,2 0,004

Berdasarkan tabel 67, 4menjelaskan bahwa uji statistik yang

dilakukan pada kelompok intervensi terdapat perubahan penurunan tingkat

stress yang bermakna setelahsesudah diberi Reminiscence Therapy yaitu

sebesar 3,47 point (8,3%) dengan P Valuep value sebesar 0,005 (pP<0,05).

Sedangkan pPada kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence

Therapy, tingkat stress mengalamiterdapat peningkatan yang bermakna

meningkatsebesar 2,32 point (5,5%) dengan P Valuep value sebesar 0,004

(pP<0,05).

Comment [S5]: Bermakna???

Comment [S6]: Bermakna tidak ini?

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Strikethrough

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0",First line: 0", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Strikethrough

Comment [S7]: Penjelasan sama seperti yang dibawah

Formatted ...

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Bold

Formatted: Indent: Hanging: 0.79"

Formatted: Font: Bold

Formatted Table

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Bold, Italic

Formatted: Font: Bold, Italic

Formatted: Font: Bold, Italic, English (U.S.)

Formatted ...

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Not Italic

Formatted: Font: Not Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Not Bold

Formatted ...

Formatted ...

49

Tabel 7 8. Perbandinganedaan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW

Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji

Independent Sample T-test (N=38)

Variabel Tingkat

Stress

Mean T Hitung df p value

Kelompok Intervensi 4,0000

5,302 36 0,000

Kelompok Kontrol 10,5789

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 78, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig

(2-tailed) sebesar 0,000 (p<0,05), nilai ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat stress yang signifikan antara kelompok intervensi yang

diberi Reminiscence Therapy dengan kelompok kontrol yang tidak diberi

Reminiscence Therapy.

B. Pembahasan

a. Analisis Univariat

1.

Karakteristik Responden

a.

Berdasarkan distribusi frekuensi dan prosentase

karakteristik responden ditemukan bahwa usia lansia rata-

rataterbanyak adalah elderly, yaitu usia rentang kelompok

intervensi adalah60-74 berusia 74,79 tahun. Menurut WHO,

terdapat empat tahap batasan usia lansia yaitu usia pertengahan

Formatted: Left

Formatted: Font: Bold

Formatted: Left, Indent: Left: 0.49",Hanging: 0.59"

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Bold

Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Linespacing: single

Formatted Table

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Bold, English (U.S.)

Formatted: Font: Bold, Italic

Formatted: Font: Bold, Italic, English (U.S.)

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted: Font: Italic

Formatted ...

Formatted: No underline

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Formatted ...

Formatted: Indent: First line: 0.41"

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted: Font: Italic

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

50

(middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lansia

(elderly) ialah antara 60 sampaidan 74 tahun, Lansia Tua (old)

ialah antara 75 dan sampai 90 tahun, lansia sangat tua (very

old) ialah di atas 90 tahun. Sehingga berdasarkan tabel 3, rata-

rata usia tahapan usia responden paling banyak berada di usia

lansia (elderly)tahapan lansia sangat tua. Hasil penelitian ini

sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009

dimana jumlah lansia terbanyak berada pada rentang 60 sampai

74 tahun (U.S. Cencus Bereau, International Data Base, 2009;

dalam Putri, Zulfitri & Karim, 2012).

Dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami

lansia, seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan

psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stres

(Azizah, 2011).

Stress terjadi karena adanya aktifvasi hipotalamus

yang mengendalikan sistem parasimpatis dan sistem korteks

adrenal (Sriati, 2007). Penuaan pada otak lansia juga

merupakan salah satu faktor terjadinya stressSeseorang yang

berusia 70 sampai 80 tahun sangat rentan terhadap terjadinya

stress akibat adanya penuaan pada otak. Halini dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik. Hormon

adrenalin didalam otak seperti kortisol, sitokinin, dan

neurotransmitter akan aktif sehingga menyebabkan turunnya

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Comment [S8]: Ini kok tidak konsisten, di atas disebutkan responden paling banyak berada di tahapan elderly, disini kok jadi very old?? Konsistensi tolong diperhatikan.

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: Times

Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt

Formatted: Font: Times, 12 pt

51

imunosupresan, disfungsi otot perifer, dan kematian sel. Jika

tidak ada penyeimbang yang baik dapat mempercepat penuaan

otak dan meningkatkan tingkat stres lansia (Garrido, 2011).

Selain itu,Mmenurut Tsukamoto and Machida (2012)

menyebutkan bahwa stress pada lansia dikarenakan adanya

penurunan fungsi neutrofil dalam tubuh. Hal-hal yang

mempengaruhi penurunan neutrofil diantaranya adalah

turunnya antibodi dalam diri seseorang. Turunnya antibodi

menyebabkan bakteri yang berguna untuk menangkaln virus

yang diproduksi oleh sel B ikut menurun. Antibodi yang

menurun menyebabkan penurunan aktivitas fagositosis

neutrofil myang berhubungan dengan penurunan produksi

superoksida, yang dapat menyebabkan kerentanan pada lansia

sehingga memudahkan berbagai macam penyakit mudah

masuk. Hal inilah yang menjadi salah satu lansia mudah

mengalami stress.

Berdasarkan analisa karakteristik responden menurut

lama tinggal dipanti dan alasan tinggal dipanti adalah, rata-rata

lansia paling banyak tinggal di panti adalah selama 3,39

tahun0-5 tahun dan sebanyak 47,4% lansia masuk panti atas

kemauan keluarga. Para lansia yang dititipkan oleh

Formatted: Font: 12 pt

Formatted: Default, Indent: Left: 1.28",Space After: 10 pt, Don't add space betweenparagraphs of the same style

Formatted: Font: 12 pt

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.63", Space After: 10 pt, Don't addspace between paragraphs of the same style

Comment [S9]: Mungkin disini sebaiknya Niken bandingkan dulu hasil penelitian ini dengan peneilitian lain terkait dengan masa tinggal di panti dan alas an lansia tinggal di panti. Apakah hasilnya sama atau berbeda? Kenapa? Baru nanti dihubungkan dengan stressnya.

52

keluarganya dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa

ketidakmauan keluarga dalam merawat lansia, serta sibuknya

anak maupun saudaranya merupakan faktor yang

menyebabkan lansia dititipkan dipanti sosial. Beberapa

Menurut Garrido (2011), ffaktor yang mempengaruhi

terjadinya stress pada lansia adalah adanya penuaan pada otak,

faktor genetik, danantara lain faktor lingkungan.putusnya

hubungan dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi

serta ketidakpedulian keluarga terhadap lansia (Azizah, 2011;

Darmawan, 2003 dalam Hidayati, 2009). Namun berdasarkan

penelitian Lestari (2012), sebagian besar alasan lansia masuk

ke panti atas kemauan sendiri. Hal ini disebabkan karena lansia

sudah tidak mempunyai keluarga lagi (Lestari, 2012).Lansia

yang tidak dapat menyeimbangkan antara ketiga faktor

tersebut sangat rentan terjadinya stress.Genetik bukan satu-

satunya hal yang dapat membuat stress apabila lingkungan

sekitarnya baik, namun sebaliknya lansia akan menjadi stress

jika lingkungan tidak mendukung.Hal ini dibuktikan dengan

dititipkannya lansia hampir 50% ke PSTW Unit Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta oleh keluarganya.

BSedangkan berdasarkan karakteristik responden

menurut jenis kelamin paling banyak adalah perempuan,

Comment [S10]: Ini kalimatnya agak kurang nyambung dengan kalimat pertama. Coba langsung dihubungkan dengan data penelitian misalnya di Indonesia apa alas an lansia masuk ke panti? Kemauan keluarga? Lama tinggal berapa tahun kira-kira yang bisa mempengaruhi munculnya stress?

Comment [S11]: Sumber?

Comment [S12]: BUKTI apa ini? Tolong dipertajam lagi untuk pembahasan part ini ya.

Formatted: Font:

Formatted: Default, Indent: Left: 1.28",Space After: 10 pt, Don't add space betweenparagraphs of the same style

Formatted: Default, Justified, Indent: Left: 1.28", First line: 0.63", Space After: 10 pt,Don't add space between paragraphs of thesame style, Line spacing: Double, Adjust spacebetween Latin and Asian text, Adjust spacebetween Asian text and numbers

53

masing-masing sebanyak 11 orang (57,8%) pada kelompok

intervensi dan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa angka

harapan hidup penduduk perempuan Indonesia lebih tinggi

dibanding laki-laki; yaitu sekitar 72,9 tahun sedangkan angka

harapan hidup untuk penduduk laki-laki hanya sekitar 69 tahun

(BPS RI-Susenas, 2010).

Berdasarkan data frekuensi karakteristik menurut status

perkawinan terbanyak adalah janda/duda, yaitu sebanyak 15

orang (79%) pada kelompok intervensi maupun kontrol.

Perubahan sosial yang terjadi dan dapat berpengaruh dalam

kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah

keberadaan pasangan hidup. Pasangan hidup memiliki fungsi

sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi,

problem solving, keuangan, maupun pengasuhan (Carstensen,

Gilford, dalam Papalia, 2008). Pada saat ditinggalkan oleh

pasangan, lansia mengalami rasa kesepian, kebosanan sehingga

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik dan

kesehatan jiwa (Sigurdardottir et al., 2012).

b. Berdasarkan data frekuensi karakterisitik menurut

riwayat pekerjaan, jumlah riwayat pekerjaan terbanyak adalah

petani/ buruh yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Pendapatan

dan pendidikan yang rendah berdampak pada peningkatan

stressor psikososial, penurunan status kesehatan, dan

Formatted: Font: Italic

54

buruknya kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan

merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan mental

(Sriwattanakomen, 2010).

Berdasarkan data frekuensi karakteristik menurut

riwayat pendidikan, pendidikan terbanyak yang ditempuh

pada kelompok intervensi adalah SD atau sederajat dan tidak

sekolah pada kelompok kontrol. Menurut BPS RI-Susenas

(2010), pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk

berumur 15 tahun keatas dengan persentase paling tinggi pada

jenjang SD/sederajat yaitu 29,72% dan persentase yang paling

rendah pada jenjang perguruan tinggi yaitu 6,87%. Tingkat

pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat kesehatan seseorang (Montez and Hayward, 2010).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

bagus pula mekanisme koping yang digunakan untuk

beradaptasi dengan stressor. Kesadaran untuk mencari dan

mengakses informasi menyebabkan personal control

meningkat sehingga individu dapat merubah lifestyle,

beradaptasi dengan stressor dan survive dengan hidupnya

(Mirowsky and Ross, 1998 dalam Roger et al., 2011).

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Italic

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

55

c.b.Hasil Uji StatistikTingkat Stress pada Lansia

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa

gambaran tingkat stress lansia pada kelompok intervensi

sebelum diberikan Reminiscence Therapy paling banyak

berada pada rentang normal yaitu sebanyak 12 orang (63,2%).

Setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy

sebanyak 3 sesi masing-masing selama 90 menit, tingkat stress

dalam rentang normal meningkat menjadi 17 orang (89,5).

Sedangkan pada kelompok kontrol saat pretest tingkat

stress paling banyak berada dalam rentang normal yaitu

sebanyak 10 orang (52,6%), Kemudian pada kelompok kontrol

yang tidak mendapat perlakuan berupa Reminiscence

TherapyNamu demikianNamun hasil pengukuarnpada

kelompokcontrol pada saat posttestposttest menunjukkan

adanya peningkatan menjadi bahwa paling banyak menjadi

seda7 orang (36,8%) berada dalam tingkat stress… sedang,

kemudian stress dalam rentang normal menurun menjadi 6

orang (31,6%).

Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49", Space After: 10 pt, Don't addspace between paragraphs of the same style, No bullets or numbering

Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: 12 pt, Bold

Formatted: Default, Space After: 10 pt, Don'tadd space between paragraphs of the samestyle, Numbered + Level: 1 + Numbering Style:a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: Bold

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Comment [S13]: Meningkat tapi kok prosentasenya malah menurun? Tolong di cek!

Formatted: Indent: Left: 1.28", First line: 0.28"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

56

Masing-masing responden memiliki tingkat stress

berbeda-beda karena stress bersifat subjektif dan dapat

dipengaruhi oleh banyak faktor (Devi et al., 2012). Setiap

orang juga mempunyai respon yang berbeda-beda dalam

menghadapi stressor, respon bergantung pada fungsi

psikologis, kepribadian, dan sifat dari stressor itu sendiri

(Potter and Perry, 2005).blab la

Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa terapi SEFT

(Spiritual Emotional Freedom Technique) juga terbukti dapat

menurunkan tingkat stress pada lansia pada kelompok

intervensi sebesar 23,286 poin dengan nilai p value 0,000

(p<0,05), sedangkan pada kelompok kontrol terjadi

peningkatan yang signifikan sebesar 4,429 dengan nilai

sebesar 0,001 (p<0,05) (Yuswikarini, 2011). Terapi SEFT

merupakan gabungan antara spiritual power dan energy

psychology (Zainuddin, 2012). Terapi ini berhasil karena

mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari; seperti

kegiatan mendekatkan diri kepada Tuhan YME (Yuswikarini,

2011), dan merangsang titik-titik kunci sepanjang 12 jalur

energi yang berpengaruh pada kesehatan tubuh (Zainuddin,

2012).

2. Analisis Bivariat

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Indent: Left: 1.28", First line: 0.49"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Bold, Font color: Auto

Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: Bold

57

a. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan

PosttestCoba compare dengan hasil penelitian tingkat stress

pada lansia. Bagaimana hasilnya? Apakah sama? Atau

berbeda? Explain why!

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Paired T-test diketahui bahwa ada perbedaanperubahan yang

bermakna padaantara tingkat stress pada kelompok intervensi

setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy

dengan p value=0,005 (p<0,05), dandan pada kelompok

kontrol yang tidak mendapat perlakuan berupa Reminiscence

Therapy juga terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat

stress dengan nilai p value=0,004 (p<0,05).

PerubahanBerdasarkan penjelasan diatas menunjukkan

adanya penurunan yang bermakna pada tingkat stress pada

kelompok intervensi, dan adanya peningkatan tingkat stress

yang bermakna pada kelompok kontrol. dan peningkatan yang

bermakna pada tingkat stress pada kelompok

kontrolmenunjukkan adanya penurunan yang bermakna. Hasil

analisis perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol menunjukkan pula adanya perbedaan yang bermakna

signifikan setelah diberikan Reminiscence Therapy pada

kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol

yang tidak diberikan intervensi.

Formatted: Font: Bold, Font color: Auto

Formatted: Font: Bold, Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Bold, Font color: Auto

Formatted: Font: Bold, Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold, Italic

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Comment [S14]: Paparkan dulu terkait tingkat ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

Formatted ...

58

Penurunan tingkat stress pada kelompok intervensi

yang diberikan Reminiscence Therapy sebesar 3,47 point dan

peningkatan tingkat stress pada kelompok kontrol yang tidak

diberikan Reminiscence Therapy pada peningkatan sebesar

2,32 point. Berdasarkan perhitungan diketahui pengaruh

Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress

sebesar 8,3%.

Nilai p value pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai p

value pada kelompok kontrol lebih besar daripada kelompok

intervensi. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan

karena adanya beberapa faktor antara lain adanya faktor

pengganggu dan kontaminasi terkait pemberian Reminiscence

Therapy terhadap kelompok kontrol.

Faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi

terjadinya peningkatan stress pada lansia antara lain seperti

kondisi kesehatan fisik, kondisi psikologi lansia yang sedang

tidak baik, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Dari

beberapa faktor penyebab yang muncul tidak diimbangi

dengan pemberian terapi untuk menurunkan tingkat stress.

Diketahui bahwa pada kelompok kontrol dalam penelitian ini

tidak diberikan perlakuan Reminiscence Therapy untuk

menurunkan tingkat stress pada lansia.

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.53"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: Not Italic, Font color: Auto

Formatted: Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

59

Kemungkinan penyebab yang kedua adalah adanya

kontaminasi terhadap kelompok kontrol. Diketahui bahwa

pemberian Reminiscence Therapy kepada kelompok kontrol

dilakukan setelah pemberian Reminiscence Therapy kepada

kelompok intervensi. Sedangkan responden antara kedua

kelompok tercampur dalam satu wisma. Jadi, kemungkinan

besar kontaminasi terkait Reminiscence Therapy sangat besar.

b. Perbedaan Hasil Posttest pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan

Independent Samples T-test diketahui bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna pada tingkat stress lansia pada

kedua kelompok.

Dari penjelasan diatas menujukkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat stress antara kelompok intervensi yang

diberi perlakuan berupa Reminiscence Therapy dan pada

kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan berupa

Reminiscence Therapy dengan nilai p value 0,000 (p<0,05).

DSedangkan dalam penelitian Syarniah (2010) juga

disebutkan bahwa Reminiscence Therapy dapat digunakan

untuk menurunkan tingkat depresi sebesar 6,37 point (42,5%)

dan sedangkandalam penelitian Banon (2011) didapatkan hasil

penurunan tingkat depresi dengan menggunakan Reminiscence

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font color: Auto

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.98", Hanging: 0.3", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Indentat: 1.5"

Formatted: Font color: Auto

Formatted: Font color: Auto

Formatted: Font: Not Italic

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.53"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"

60

Therapy dan psikoedukasi keluarga sebesar 4,14 point. Sejauh

yang peneliti baca, belum ditemukan adanya penelitian terkait

Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stres.

Terapi modalitas selain Reminiscence Therapy salah

satunya adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Kedua

terapi ini sama-sama mengacu pada aspek kognitif atau

pikiran, yaitu merubah pikiran negatif menjadi positif. CBT

terbukti dapat menurunkan tingkat stress setelah diberikan

intervensi selama 6 sesi sebesar 51 poin (Yusuf et al., 2013).

CBT berhasil dalam menurunkan tingkat stress karena dapat

membantu pasien dalam mengidentifikasi pikiran-pikiran

negatif, mengenali faktor apa saja yang menyebabkan stress,

dan menangani stress tersebut (Yusuf et al., 2013).

Keberhasilan Reminiscence Therapy untuk

menurunkan tingkat stress yang dilakukan oleh peneliti

mempunyai beberapa faktor, antara lain Hal ini pula juga

ditunjang dalam jurnal berjudul “The Effects of Reminiscence

Therapy on Depressive Symptoms of Chinese elderly: Study

protocol of a randomized contolled trial.”Reminiscence

Therapy yang diberikan pada responden dalam kelompok

intervensi menunjukkan adanya pengaruh berupa penurunan

tingkat depresi pada lansia. Terapi ini dilakukan selama enam

Comment [S15]: Cari perbandingan yang tingkat stress jg say, supaya perbandingannya lebih imbang.

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", Firstline: 0.49"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Not Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Comment [S16]: Belum nyambung

Formatted: Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Comment [S17]: Tidak perlu disebutkan judulnya seperti ini, cukup dicitasi siapa penulisnya dan tahun berapa. Toh nanti pembaca kalau mau tau judulnya bisa melihat bibliografi kamu. Penulis dan tahun cantumkan!

61

sesi dan masing-masing 90 menit setiap sesinya. Pemberian

terapi disesuaikan dengan budaya yaitu budaya China dengan

protocol Watt. Kemudian cara penilaian dari hasil penelitian

adalah dengan cara menilai sebelum pengobatan, setelah

pengobatansegera, dan tigabulan setelah pengobatan.

Sejauh yang peneliti baca, belum ditemukan

adanyapenelitian terkaitReminiscence Therapy untuk

menurunkan tingkat stres. Faktor-faktor yang mempengaruhi

berhasilnya Reminiscence Therapy adalahdiberikannya terapi

secara berkelompok., Mmenurut Kennard (2006) dan Ebersole

(2010) apabila terapi dilakukan secara kelompok dapat

memberikan kesempatan kepada lansia dalam membagi

pengalamannya, meningkatkan sosialisasi dan komunikasi,

serta menghemat biaya dan waktu. Pengaturan waktu dan

pembagian kelompok yang tepat yaitu selama 90 menit dan 5-6

orang tiap kelompoknya, manajemen waktu yang cukup

kepada setiap responden untuk bercerita, mendengarkan, dan

memberikan feedback, serta pemakaian metode Simple atau

Positive Reminiscence yaitu menceritakan kejadian masa lalu

yang menyenangkan sehingga dapat memberikan efek yang

positif terhadap responden juga merupakan beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi berhasilnya Reminiscence Therapy

(Family and Consumer Sciences (2010) dalam Banon (2011)).

Comment [S18]: Yang perlu ditekankan mungkin lebih ke kenapa kok reminiscence bs menurunkan depresi/stress? Pembahasannya di penelitian itu disebutkan seperti apa?

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

62

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan sesuai dengan

hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa pemberian

Reminiscence Therapy efektif untuk menurunkan tingkat stres

lansia sehingga meningkatkan keberhasilan dan kualitas terapi

untuk menurunkan tingat stress.

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

1. Kekuatan

a. Sejauh yang peneliti baca, belum ditemukan adanya pemberian

Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stress pada

lansia.

b. Penelitian ini menjadi salah satu tempat untuk berdiskusi antara

lansia yang satu dengan yang lainnya 55mengenai masa lalu lansia

yang menyenangkan.

Penelitian ini merupakan metode baru untuk menurunkan tingkat

stress pada lansia yang mudah, murah, dan dapat dilakukan kapan

saja dan dimana saja.

c.

2. Kelemahan

a. Penelitian ini tidak menggunakan Reminiscence Kit seperti foto,

gambar, musik dan peralatan lain untuk membantu lansia dalam

mengingat masa lalunya.

Formatted: Justified, Indent: Left: 1.28",First line: 0.49"

Comment [S19]: Pembahasan masih perlu diperdalam. Referensinya ditambah lagi ya. Kalau bisa yg focus ttg tingkat stress

Formatted: Justified, Indent: Left: 1.28"

Formatted: Font: Bold, Font color: Auto

Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B,C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.25" + Indent at: 0.5"

Formatted: Font: Bold

Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: List Paragraph, Justified,Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.75" + Indent at: 1"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

63

Ada beberapa lansia yang mendominasi saat diadakannya

Reminiscence Therapy, sebaliknya juga ada lansia yang pasif saat

mengikuti Reminiscence Therapy. Tetapi peneliti berusaha untuk

mengektifkan Reminiscence Therapy dengan berbagai cara.

b.

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49", Numbered + Level: 1 +Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indentat: 1"

Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0", First line: 0", Line spacing: single

Formatted: List Paragraph, Numbered +Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Startat: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" +Indent at: 1"

Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"

64

BAB V

65

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

A.

1. Terdapat penurunan tingkat stress setelah diberikan

Reminiscence Therapy sebanyak 3 sesi, masing-masing selama

90 menit pada kelompok intervensi.

2. Terdapat penurunanpeningkatan tingkat stress saat dilakukan

posttest pada kelompok kontrol.

3. Ada perbedaan tingkat stress pada lansia kelompok intervensi

dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan berupa

Reminiscence Therapy sebanyak 3 sesi, masing-masing selama

90 menit.

b. Terdapat pengaruh dalam pemberian Reminiscence Therapy

terhadap penurunan tingkat stres pada lansia.

c. Adanya perbedaan berupa penurunan tingkat stres pada lansia

setelah diberikan Reminiscence Therapy bila dibandingkan

dengan sebelumnya.

d. Adanya perbedaan berupa penurunan tingkat stress pada lansia

di kelompok intervensi yang diberi perlakuan dibandingkan

dengan lansia yang tidak diberi perlakuan.

1. Saran

B.

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold, Font color: Auto

Formatted: Indent: Left: 0.3", Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 + NumberingStyle: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left+ Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tabstops: Not at 0.56"

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.56"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Indent: Left: 1", Hanging: 0.25",Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold, Font color: Auto

Formatted: Indent: Hanging: 0.45",Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B,C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Alignedat: 0.5" + Indent at: 0.75"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Bold

66

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

a. Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun

stress ini sangat mudah, murah, dan efektif sehingga pengelola

PSTW dapat menerapkannya mengajarkannya di Panti

SosialInstitusi Pendidikan sebagai kegiatan rutinsalah satu

terapi penurun stress sehingga harapannya dapat meningkatkan

kualitas hidup lansia di Indonesia.

2. Bagi Pengelola PSTW

Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun

stress dapat diterapkan dan ddiajarkan kepada lansia yang ada

di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta

khususnya tiap wisma agar dapat menerapkan hal ini sehingga

dapat meningkatkan sosialisasi dan komunikasi antar lansia.

3. Bagi Pendamping Lansia

Reminiscence Therapy dapat diterapkan kepada lansia saat

waktu-waktu senggang untuk menurunkan tingkat stress lansia.

b.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

c. Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi untuk

menurunkan tingkat stress lansia dapat disertai dengan

menggunakan media seperti gambar, musik, atau alat-alat yang

dapat membantu lansia dalam sehingga dapat meningkatkan

keefektifan pemberian Reminiscence Therapy.

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering

Formatted: Font: (Default) Times NewRoman, 12 pt, Font color: Auto

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: Italic, Font color: Auto

Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering

Formatted: Numbered + Level: 1 +Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"

Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets ornumbering

59

DAFTAR PUSTAKA

Adientya, Gabriella; Fitria Handayani. 2012. Stress pada kejadian stroke.

JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman

183 – 188.

Ahmadi, Abu, (2009), Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta.

Ando, M., Morita, T., Okamoto, T., & Ninosaka, Y. (2007). One week short-term

life review interview can improve spiritual well-being of terminally ill

cancer patients. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) . Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistik (2010), Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS,

Jakarta.

Beecham, M.H., Anthony, C., & Kurtz, J. A life review interview guide: a

structured systems approach to information gathering. International journal

of aging & human development, 46(1), 25-44.

Chairunnisa. (2009). Jurnal stress dan kesehatan. Stress dan Kesehatan. Jakarta:

Chen, ting-ji., Li, Hui-jie., and Li, Juan., (2012). The effects of Reminiscence

Therapy on Deppresive symptoms of Chinese elderly: study protocol of a

randomized controlled trial. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Psychiatry

Collins, C.(2006). Life Review and Reminiscence group therapy among senior

adults.http://etd.lib.ttn.edu/theses/available/etd04182006223851/unrestricte

d/Collins Casondra Diss.pdf, diakses pada tanggal 12 Febuari 2014

Crose, R. (1990). Reviewing the past in the here and now: using Gestalt therapy

techniques with life review. Journal of mental health counseling, 12(3),

279-87

Dahlan, Muhammad Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika

Damanik, Evelina Debora. (2011). The Measurement of Reliability, Validity, Items

Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS).

Thesis di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia.

60

Darmojo, R.B., Martono, H.H., (2004). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

David, Haber Ph.D. Life Review: Implementation, theory, research, and therapy.

Int’l. Journal Aging and Human Development, Vol. 63(2) 153-171, 2006.

Departemen Kesehatan.(2009) Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Departemen Sosial. (2007). Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan masalah

kesejahteraannya. Jakarta

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. 2009. Diperoleh

http://www.depkes.go.id

Devi, P.S., Sawitri, K.A., Nurhesti, P.O.Y.(2012). Pengaruh Terapi Warna Hijau

Terhadap Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya

Denpasar. Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. Retrivied 28 Juni 2014.

Donlon, Barbara Cole. (2007). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Buku Kedokteran

ECC: Jakarta

Fauzi, Mahmud.(2013).Hubungan Dorongan Keluarga dan Kepuasan Hidup

Lansia Berdasarkan Status Perkawinan. Jurnal Sains dan Praktik Sosiologi,

vol I (3), 280-294

Garrido, Pedro. (2011). Aging and Stress: Past Hypoyheses, Present Approaches

and Perspective. Retrieved 25 Juni 2014. www.aginganddisease.org

Gudex, Claire., Horsted, Charlotte., Jensen, Anders Møller., Kijer, Marianne

Kjer., and Sørensen, Jan., (2010). Consequences from use Reminiscence

Therapy-a Randomized intervention study in ten Danish nursing homes.

Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Geriatrics.

Hidayah, Nurul. S. Kep., Ns.(2013).Buku Ajar Keperawatan Gerontik. PSIK

UMY: Yogyakarta

Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada

Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Skripsi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Indriana, Yeniar., Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata A., Intanirian,

Annisa.(2010).Tingkat Stres lansia di Panti Wreadha “Pucang Gading”

Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2, Oktober 2010

61

Kennard, C. (2006). Reminiscence Therapy activities for people with Dementia.

http://dying.about.com/od/thedyingprocess. Diakses pada tanggal 12

Febuari 2014

Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh terapi Telaah Pengalaman Hidup

terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Thesis pada Keperawatan

Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Jurusan Magister Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia, Indonesia.

Looker, Terry dan Gregson, Olga. (2005). Managing Stress. Yogyakarta: BACA!

Maryam, Siti., Ekasari, Mia Fatma., Rosidawati.(2008).Mengenal Usia Lanjut dan

Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta

Montez, JK.; Hayward, MD. (2010). Early Life Conditions and Later Life Mortality

Forthcoming as Chapter 5. In: Rogers, RG.; Crimmins, E., Editors.

International Handbook of Adult Mortality. NY: Springer Publishers.

Nasir, Abdul., Muhith, Abdul.(2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar

dan Teori. Salemba Medika: Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta

Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D.(2008). Human development (9th

ed).New York: Mc Graw Hill.

Potter, P A, Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik, Vol. 1. E/4. EGC: Jakarta.

Potter, P A, Perry, A G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC

Rogers, Richard G., Everett, Bethany G., Zajacova, Ana., Hummer, Robert A.,

(2010). Educational Degrees and Adult Mortality Risk in The United States.

Retrieved 28 Juni 2014. NIH Public Access.

Sadock BJ, Sadock VA. Synopsis of Psychiatry. Behavior Sciences/Clinical

Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007, p.53-61;527-78;

1348-58

Sastroasmoro, Ismael.(2011).Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-

empat. Sagung Seto: Jakarta

Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: CV. Sagung Seto.

62

Setyoadi., Kushariyadi.(2011).Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Sholihah, Halimatus. (2011). Pengaruh Life Review Therapy Tingkat Harga Diri

pada Lansia di Tejokusuman Notoprajan Ngampilan Yogyakarta. Skripsi

Stara Satu, Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Aisyiyah

Yogyakarta, Indonesia.

Sigurdardottir, S. H., et al. (2012). Needs and care of older people living at home

in Iceland. Scandinavian Journal of Public Health, 40, 1–9

Sirey, Jo Anne., McKenzie, Sharon. (2007). Cultural Life Review Program: A

Community-Based Intervention for African American adn Caribbean

American Older Adults. Diakses pada 20 Desember 2013 dari

http://www.citra.org/wordpree/wp-content/uploads/Sirey-proposal.pdf

Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2005.

Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia. Retrieved 28

Desember 2013

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta

Sriati, Aat. 2007. Tinjauan Tentang Stres. Retrivied 28 Juni 2014).

http://resources.unpad.ac.id/unpad

Sriwattanakomen et al., (2010). A Comparison of The Frequencies of Risk Factors

for Depresion in Older Black and White Participants in a Study of Indicated

Prevention. Internal Psychogeriatrics (2010), 22:8, 1240-1247 C

International Psychogeriatrics Associations. Retrived 28 Juni 2014.

http://search.proquest.com/psyarticles/docview

Statistik Indonesia.(2013). Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2013. Diakses dari

http://www.datastatistik

indonesia.com/portal/index.php?option=com_proyeksi&task=show&Itemid

=172 pada tanggal 5 Januari 2014.

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis, cetakan kedua belas. Alfabeta:

Bandung

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung

Suliswati et al., (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC:

Jakarta

Syarniah.(2010). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap Depresi

pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Sejahtera provinsi

63

Kalimantan Selatan. Thesis Strata dua, Fakultas Ilmu Keperawatan, jurusan

magister Ilmu Keperawatan kekhususan Keperawatan Jiwa, Universitas

Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Thomas A, Rando, and Howard Y. Chang. (2013). Aging, Rejuvenation, and

Epigenetic Reprogramming: Resetting the Aging Clock. Retrieved 14

Desember 2013. NIH Public Access.

Tsukamoto K, Machida K. (2012). Effects of life events and stress on neutrophil

functions in elderly men. Retrieved 25 Juni 2014. Immunity and Ageing.

Wahyuningsih, M. (2011). Ini Dia 5 Provinsi dengan Jumlah Lansia Paling

Banyak. Detik Health. Diakses dari http://www.detikhealth.com pada 28

Desember 2013

Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse.

USA: Mosby, Inc.

Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Refika Aditama: Bandung.

Yusuf U, Setianto L. (2013). Efektifitas “Cognitive Behavior Therapy” terhadap

Penurunan Derajat Stress. Retrieved 3 Juli 2014. Mimbar, Vol. 29, No. 2 hal

175-186.

Yuswikarini, Saraswati Eva. (2010). Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat

Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Thesis di Universitas

Muhammadiyah Malang.

Zainuddin, Ahmad Faiz. (2012). Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT).

Jakarta: Afzan Publishing. 3-65

Zulfitri, R. (2011). Konsep diri dan gaya hidup lansia yang mengalami penyakit

kronis di panti sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah

Pekanbaru. Diperoleh tanggal 13 Juli 2014 dari

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/J NI/article/view/636.

64

LAMPIRAN

LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN

Kepada Yth, Yogyakarta, ................ 2014

Calon responden penelitian

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:

Nama : Niken Ayu Arumsari

NIM : 20100320133

No. Telpon/ HP : 085643899921

Saya bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur

Yogyakarta” tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh

Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini tidak akan merugikan reponden.

Saya selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban responden,

data hanya saya gunakan untuk kepentingan penelitian.

Bersama ini saya lampirkan surat persetujuan responden. Bapak/Ibu

dipersilahkan menandatangani surat persetujuan bila bersedia secara sukarela

menjadi responden penelitian. Jika ada hal–hal yang perlu ditanyakan/

disampaikan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya melalui nomer telpon diatas.

Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam

penelitian dan menjawab pertanyaan terkait penelitian yang akan diajukan.

Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerja sama saudara.

Hormat Saya,

Peneliti

NIKEN AYU ARUMSARI

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk

ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu

keperawatan yang bernama Niken Ayu Arumsari, NIM 20100320133, dengan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat

stres pada lansia di PSTW Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta”. Saya

mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya

bagi peningkatan Ilmu Keperawatan di Indonesia.

Yogyakarta,.......................2014

Responden

(..........................................)

KUISIONER PENELITIAN

“PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT

STRES PADA LANSIA DI PSTW BUDI LUHUR YOGYAKARTA”

Nama Responden:

Peneliti : Niken Ayu Arumsari

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Petunjuk Pengisian:

Baca/dengarkan setiap pernyataan dengan baik dan benar.

Beri tanda ceklis( √ ) pada pernyataan yang menurut anda benar.

Identitas Responden

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

2. Usia

a. 45-59 tahun

b. 60-74 tahun

c. 75-90 tahun

d. > 90 tahun

3. Status Perkawinan Sekarang

a. Menikah

b. Tidak menikah

c. Janda/ Duda

4. Pendidikan terakhir

a. Tidak sekolah

b. SD atau sederajat

c. SMP atau sederajat

d. SMA atau sederajat

e. Akademi/ Perguruan tinggi

5. Riwayat Pekerjaan

a. PNS/ TNI/ POLRI

b. Wiraswasta

c. Pegawai swasta

d. Tidak bekerja

6. Alasan tinggal di Panti

a. Kemauan sendiri

b. Kemauan keluarga

c. Alasan lain

7. Lama tinggal dipanti

a. 0-5 tahun

b. 6-10 tahun

c. > 10 tahun

Penilaian Kuesioner DASS-42

TES DASS-42

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan

pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat

empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau hampir setiap saat.

Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi cek

list (V) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan apa yang dirasakan

sesuai dengan Bapak/Ibu selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban yang

benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang

sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran

Bapak/Ibu.

No PERNYATAAN 0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi

marah karena hal-hal sepele.

2 Saya cenderung bereaksi berlebihan

terhadap suatu situasi.

3 Saya merasa sulit untuk bersantai.

4 Saya merasa diri saya mudah merasa kesal.

5 Saya merasa telah menghabiskan banyak

energi untuk merasa cemas.

6

Saya menemukan diri saya menjadi tidak

sabar ketika mengalami penundaan

(misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu

sesuatu).

7 Saya merasa bahwa saya mudah

tersinggung.

8 Saya merasa sulit untuk beristirahat

9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah

marah.

10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah

sesuatu membuat saya kesal.

11

Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi

gangguan terhadap hal yang sedang saya

lakukan.

12 Saya sedang merasa gelisah.

13

Saya tidak dapat memaklumi hal apapun

yang menghalangi saya untuk

menyelesaikan hal yang sedang saya

lakukan.

14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.

Modul Reminiscence Therapy

REMINISCENCE THERAPY

Reminiscence Therapy adalah sebuah terapi yang terstruktur secara sistematis dan

berguna untuk merefleksikan kehidupan lansia untuk mengevaluasi ulang,

menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai

koping adaptif mana yang sebaiknya digunakan.

Adapun manfaat dari Reminiscence Therapy, antara lain:

1) Meningkatkan harga diri

2) Membantu individu mencapai kesadaran diri

3) Memahami dirinya sendiri

4) Meningkatkan kepuasan hidup

5) Dapat beradaptasi dengan stres

Tabel 1: Reminiscence masa kanak-kanak

Tujuan: Klien mampu menceritakan masa kanak-kanaknya

Setting:

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan

b. Ruangan nyaman

Alat dan Bahan:

a. Buku panduan Reminiscence Therapy

b. Daftar absen

c. Lembar evaluasi

d. Buku catatan dan pulpen

Metode:

a. Dinamika kelompok

b. Bercerita

Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Lansia

Persiapan:

a. Memilih dan membuat

kontrak dengan lansia

b. Mempersiapkan alat dan

tempat pertemuan

Orientasi:

Pada tahap ini terapis

melakukan:

1. Menjawab salam

terapis

Berdoa menurut

1. Memberi salam

terapeutik

a. Mengucap salam

b. Membuka dengan

doa menurut agama

dan kepercayaan

masing-masing

c. Memperkenalkan

nama terapis

d. Menananyakan nama

lansia dan saling

memperkenalkan

satu sama lain

2. Kontrak

a. Menjelaskan tujuan

umum kegiatan yaitu

untuk melihat tingkat

stres

b. Menjelaskan tujuan

khusus yaitu dengan

menceritakan

kembali masa kanak-

kanaknya

c. Menjelaskan aturan

main

Menjelaskan jumlah

pertemuan dan

kegiatan yang

dilakukan lansia

- Kegiatan ini

dilakukan selama

3 kali pertemuan

- Pertemuan

pertama, lansia

akan mengisi

kuisioner DASS-

42 yang

kemudian

dilanjutkan

dengan

menceritakan

masa kanak-

kanaknya

- Setiap individu

mempunyai

kesempatan untuk

agama dan

keyakinan masing-

masing

Memperhatikan

terapis

Menyebutkan

nama

Memperhatikan

2. Memperhatikan

penjelasan terapis

Memperhatikan

aturan main

3. Menjawab

pertanyaan terapis

menceritakan

masa kanak-

kanaknya

- Lama kegiatan

selama 90 menit

dan klien wajib

mengikuti

kegiatan dari

awal hingga akhir

Evaluasi: Menanyakan perasaan

pasien saat ini

Tahap Kerja:

a. Terapis meminta setiap

lansia untuk

menceritakan

pengalaman berharga

saat masa kanak-

kanaknya dan lansia

yang lain mendengarkan

dan memberikan

feedback

b. Terapis memberikan

reinforcement untuk

lansia

a. Lansia

menceritakan

pengalaman

berharga saat masa

kanak-kanaknya

Memberikan

feedback

Tahap terminasi

a. Evaluasi

Menanyakan perasaan

semua klien setelah

mengikuti Reminiscence

Therapy

b. Terapi memberikan

reinforcement untuk

klien

c. Rencana tindak lanjut

Menganjurkan klien

untuk mengulang hal ini

saat berada di wisma saat

berkumpul dengan

teman-teman

d. Kontrak yang akan

datang

Menyepakati kegiatan

berikutnya

Menceritakan

pengalaman berharga

saat masa remananya

a. Menjawab

pertanyaan

b. Mendengarkan dan

menyepakati

c. Menyepakati

kontak selanjutnya

e. Menyepakati waktu dan

tempat

Penutup

Mengakhiri kegiatan dengan

berdoa dan mengucapkan salam

Berdoa dan menjawab

salam

Tabel 2: Reminiscence masa remaja

Tujuan: Klien mampu menceritakan masa remajanya

Setting:

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan

b. Ruangan nyaman

Alat dan Bahan:

a. Buku panduan Reminiscence Therapy

b. Daftar absen

c. Lembar evaluasi

d. Buku catatan dan pulpen

Metode:

a. Dinamika kelompok

b. Bercerita

Jadwal kegiatan

Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Lansia

Persiapan:

a. Mempersiapkan

alat dan tempat

pertemuan

b. Berkumpul

ditempat yang

sudah ditentukan

Orientasi:

Pada tahap ini terapis

melakukan:

a. Memberi salam

terapeutik

b. Mengucap salam

c. Membuka

dengan doa

menurut agama

a. Menjawab

salam terapis

b. Berdoa menurut

agama dan

keyakinan

masing-masing

Memperhatikan

terapis

Menyebutkan

dan kepercayaan

masing-masing

4. Kontrak

a. Menjelaskan

tujuan umum

kegiatan yaitu

untuk

menurukan

tingkat stress dan

melanjutkan sesi

yang kamarin

b. Menjelaskan

tujuan khusus

yaitu dengan

menceritakan

kembali masa

remajanya

c. Menjelaskan

aturan main

- Kegiatan ini

dilakukan

selama 3 kali

pertemuan

- Lama

kegiatan

selama 90

menit dan

klien wajib

mengikuti

kegiatan dari

awal hingga

akhir

Evaluasi: Menanyakan

perasaan pasien saat ini

nama

a. Memperhatikan

penjelasan

terapis

Memperhatikan

aturan main

b. Menjawab

pertanyaan

terapis

Tahap Kerja:

a. Terapis meminta

setiap lansia untuk

menceritakan

pengalaman

berharga saat masa

remajanya

b. Terapis memberikan

reinforcement untuk

setiap lansia

a. Lansia

menceritakan

pengalaman

berharga saat

masa remajanya

Tahap terminasi

a. Evaluasi

d. Menjawab

pertanyaan

Menanyakan

perasaan klien

setelah mengikuti

Reminiscence

Therapy

b. Terapi memberikan

reinforcement untuk

klien

c. Rencana tindak

lanjut

Menganjurkan klien

untuk mengulang hal

ini saat berada di

wisma saat

berkumpul dengan

teman-teman

d. Kontrak yang akan

datang

Menyepakati

kegiatan berikutnya

Menceritakan

pengalaman

berharga saat masa

dewasa dan

kejayannya

e. Menyepakati waktu

dan tempat

e. Mendengarkan

dan

menyepakati

f. Menyepakati

kontak

selanjutnya

Penutup

Mengakhiri kegiatan dengan

berdoa dan mengucapkan

salam

Berdoa dan menjawab

salam

Tabel 3: Reminiscence masa dewasa dan masa kejayaannya

Tujuan: Klien mampu menceritakan masa dewasa dan masa kejayaannya

Setting:

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan

b. Ruangan nyaman

Alat dan Bahan:

a. Buku panduan Reminiscence Therapy

b. Daftar absen

c. Lembar evaluasi

d. Buku catatan dan pulpen

Metode:

a. Dinamika kelompok

b. Bercerita

Jadwal kegiatan

Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Lansia

Persiapan:

a. Mempersiapkan alat

dan tempat

pertemuan

b. Berkumpul ditempat

yang sudah

ditentukan

Orientasi:

Pada tahap ini terapis

melakukan:

a. Memberi salam

terapeutik

b. Mengucap salam

c. Membuka dengan

doa menurut agama

dan kepercayaan

masing-masing

3. Kontrak

a. Menjelaskan

tujuannya yaitu

melakukan

Reminiscence

Therapy

melanjutkan sesi

yang kemarin

b. Menjelaskan dan

mengingatkan

kembali tujuan

yaitu

menceritakan

kembali masa

dewasa dan

kejayaannya

c. Menjelaskan

aturan main

Menjelaskan

a. Menjawab

salam terapis

b. Berdoa

menurut

agama dan

keyakinan

masing-

masing

Memperhatik

an terapis

c. Memperhatik

an penjelasan

terapis

Memperhatik

an aturan

main

d. Menjawab

pertanyaan

terapis

- Kegiatan ini

dilakukan

selama 3 kali

pertemuan

- Setiap

individu

mempunyai

kesempatan

untuk

menceritakan

masa dewasa

dan

kejayaannya

- Lama

kegiatan

selama 90

menit dan

klien wajib

mengikuti

kegiatan dari

awal hingga

akhir

Evaluasi: Menanyakan

perasaan pasien saat ini

Tahap Kerja:

a. Terapis meminta

setiap lansia untuk

menceritakan

pengalaman

berharga saat masa

dewasa dan

kejayannya

b. memberikan

reinforcement untuk

lansia

a. Lansia

menceritakan

pengalaman

berharga saat

masa dewasa

dan

kejayaannya

Tahap terminasi

a. Evaluasi

Menanyakan

perasaan klien

setelah mengikuti

Reminiscence

Therapy

b. Terapi memberikan

reinforcement untuk

klien

c. Menganjurkan klien

a. Menjawab

pertanyaan

b. Mendengarka

n dan

menyepakati

c. Menyepakati

kontak

selanjutnya

untuk mengulang hal

ini saat berada di

wisma saat

berkumpul dengan

teman-teman

a. Kontrak yang akan

datang

Menyepakati

kegiatan berikutnya

yaitu mengisi

kuesioner DASS-42

Penutup

Mengakhiri kegiatan dengan

berdoa dan mengucapkan

salam

Berdoa dan

menjawab salam

Tes GDS

TES GDS (Geriatric Depression Scale)

Nama pasien: Tanggal:

Usia pasien: Wisma:

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai

dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.

Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

YA: Anda mengalami hal tersebut

TIDAK: Anda tidak mengalami hal tersebut

Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi cek

list (V) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan apa yang dirasakan

sesuai dengan Bapak/Ibu selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban yang

benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang

sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran

Bapak/Ibu.

No. KEADAAN YANG DIRASAKAN SELAMA

SEMINGGU TERAKHIR

Nilai Respon

YA TIDAK

1. Apakah anda sebenarnya puas dengan keadaan

anda?

2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan

dan minat atau kesenangan anda?

3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong atau

merasa kesepian?

4. Apakah anda sering merasa bosan?

5. Apakah anda memiliki semangat yang bagus

dalam sebagian besar hidup anda?

6. Apakah anda takut khawatir bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi pada anda?

7. Apakah anda merasa bahagia dalam sebagian besar

hidup anda?

8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

9. Apakah anda lebih suka tinggal di wisam atau

rumah daripada pergi keluar untuk melakukan

sesuatu yang baru?

10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah

dengan daya ingat anda dibanding dengan

kebanyakan orang?

11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang

menyenangkan?

12. Apakah anda merasa tidak berharga?

13 Apakah anda merasa penuh dengan energi/

kekuatan?

14. Apakah anda merasa apa yang anda alami

sekarang ini/ keadaan anda saat ini tidak ada

harapan?

15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik

keadaannya daripada anda?

TES MMSE (Mini-Mental State Examination)

Nama pasien: Nama Pemeriksa:

Usia pasien: Tanggal pemeriksaan:

Pendidikan: Wisma:

Orientasi

1. Sekarang ini (tahun), (bulan), (tanggal), (hari), (musim), apa?

2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha),

(lantai/kamar)

Registrasi memori

3. Sebut 3 objek

Tiap objek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama objek

tadi. Nilai 1 untuk setiap nama objek benar. Ulangi sampai lansia dapat

menyebutkan dengan benar. Catat jumlah pengulangannya

Atensi dan kalkulasi

4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan

dengan 5 sampai pengurangan kelima (100;95;90;85;80;75). Nilai 1 untuk

tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau

Aja huruf secara terbalik kata “WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang

benar sebelum kesalahan, missal “UYAHW”

Pengenalan kembali (Recalling)

5. Lansia diminta menyebutkan 3 objek di atas (pertanyaan ke-3)

Bahasa

6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat. Misal:

pensil, buku

7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat: namun, tanpa, apabila

8. Lansia diminta mengikuti 3 perintah dari perawat: ambil kertas dengan

tangan kanan, kemudian lipat bagi dua, dan letakkan dilantai

9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah: Pejamkan mata anda

10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran/ perasaan secara

spontan dibawah ini. Kalimat terdiri dari dua kata (subjek dan objek)

11. Lansia diminta menggambar bentuk dibawah ini:

Skor

Tertinggi Dicapai

5

5

3

5

3

2

1

3

1

1

1

Skor Total: 30

Case Process ing Summ ary

19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

19 100.0% 0 .0% 19 100.0%

kel

intervensi

kontrol

intervensi

kontrol

sebelum

sesudah

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Tests of Normality

.237 19 .006 .876 19 .018

.205 19 .035 .894 19 .039

.239 19 .006 .791 19 .001

.174 19 .133 .952 19 .424

kel

intervensi

kontrol

intervensi

kontrol

sebelum

sesudah

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Signif icance Correctiona.

Test of Homogeneity of Var iance

.924 1 36 .343

.931 1 36 .341

.931 1 34.560 .341

1.029 1 36 .317

.171 1 36 .682

.287 1 36 .596

.287 1 35.669 .596

.314 1 36 .578

Based on Mean

Based on Median

Based on Median and

w ith adjusted df

Based on trimmed mean

Based on Mean

Based on Median

Based on Median and

w ith adjusted df

Based on trimmed mean

sebelum

sesudah

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Frequencies

Frequency Table

Statistics

38 38 38 38 38 38 38

0 0 0 0 0 0 0

.081 .077 .128 .181 .140 .135 .102

.500 .474 .790 1.119 .865 .831 .627

1 1 1 0 0 1 1

2 3 3 4 3 3 3

1.00 2.00 3.00 .00 2.00 1.00 1.00

2.00 2.00 3.00 1.00 2.00 2.00 2.00

2.00 2.25 3.00 2.00 3.00 3.00 2.00

Valid

Missing

N

Std. Error of Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

25

50

75

Percentiles

JK usia RNK RPD RPK LPanti Alasan

JK

16 42.1 42.1 42.1

22 57.9 57.9 100.0

38 100.0 100.0

laki-laki

perempuan

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Statis tics

us ia

38

0

74.71

1.383

73.00

8.526

60

92

68.00

73.00

82.00

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

25

50

75

Percentiles

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

Statis tics

us ia

19

0

72.6316

1.67229

72.0000

7.28934

61.00

88.00

68.0000

72.0000

79.0000

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

25

50

75

Percentiles

Statis tics

us ia

19

0

76.8421

2.14975

80.0000

9.37054

60.00

92.00

70.0000

80.0000

84.0000

Valid

Missing

N

Mean

Std. Error of Mean

Median

Std. Deviation

Minimum

Maximum

25

50

75

Percentiles

usia

21 55.3 55.3 55.3

16 42.1 42.1 97.4

1 2.6 2.6 100.0

38 100.0 100.0

60-74

75-90

>90

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Usia Kelompok Intervensi

Usia Kelompok Kontrol

Usia

13 34.2 68.4 68.4

6 15.8 31.6 100.0

19 50.0 100.0

19 50.0

38 100.0

60-74 tahun

75-90 tahun

Total

Valid

SystemMissing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Usia

8 21.1 42.1 42.1

10 26.3 52.6 94.7

1 2.6 5.3 100.0

19 50.0 100.0

19 50.0

38 100.0

60-74 tahun

75-90 tahun

>90 tahun

Total

Valid

SystemMissing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

RPD

12 31.6 31.6 31.6

13 34.2 34.2 65.8

7 18.4 18.4 84.2

5 13.2 13.2 97.4

1 2.6 2.6 100.0

38 100.0 100.0

tidak sekolah

sd

SMP

SMA

PT

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

RNK

7 18.4 18.4 18.4

1 2.6 2.6 21.1

30 78.9 78.9 100.0

38 100.0 100.0

menikah

belum menikah

janda/duda

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

RPK

3 7.9 7.9 7.9

2 5.3 5.3 13.2

18 47.4 47.4 60.5

15 39.5 39.5 100.0

38 100.0 100.0

tidak bekerja

PNS

Wirasw asta

pegaw ai sw asta

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

LPanti

32 84.2 84.2 84.2

4 10.5 10.5 94.7

2 5.3 5.3 100.0

38 100.0 100.0

0-5 tahun

6-10 tahun

>10 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

LPanti

15 39.5 78.9 78.9

2 5.3 10.5 89.5

2 5.3 10.5 100.0

19 50.0 100.0

19 50.0

38 100.0

0-5 tahun

6-10 tahun

>10 tahun

Total

Valid

SystemMissing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

LPanti

18 47.4 94.7 94.7

1 2.6 5.3 100.0

19 50.0 100.0

19 50.0

38 100.0

0-5 tahun

6-10 tahun

Total

Valid

SystemMissing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Alasan

16 42.1 42.1 42.1

19 50.0 50.0 92.1

3 7.9 7.9 100.0

38 100.0 100.0

kemauan sendiri

kemauan keluarga

alasan lain

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Histogram

JK

2.521.510.5

Fre

qu

ency

40

30

20

10

0

JK

Mean =1.58Std. Dev. =0.5

N =38

RPD

543210-1

Fre

qu

en

cy

12.5

10.0

7.5

5.0

2.5

0.0

RPD

Mean =1.21Std. Dev. =1.119

N =38

usia

3.532.521.510.5

Fre

qu

en

cy

40

30

20

10

0

usia

Mean =2.21Std. Dev. =0.474

N =38

RNK

3.532.521.510.5

Fre

qu

en

cy

30

20

10

0

RNK

Mean =2.61Std. Dev. =0.79

N =38

LPanti

3.532.521.510.5

Fre

qu

ency

20

15

10

5

0

LPanti

Mean =1.89Std. Dev. =0.831

N =38

RPK

43210-1

Freq

uenc

y

20

15

10

5

0

RPK

Mean =2.18Std. Dev. =0.865

N =38

Alasan

3.532.521.510.5

Fre

qu

en

cy

25

20

15

10

5

0

Alasan

Mean =1.66Std. Dev. =0.627

N =38

Paired Samples Statis tics

7.47 19 6.086 1.396

4.0000 19 3.68179 .84466

8.2632 19 5.16228 1.18431

10.5789 19 3.96254 .90907

sebelum

sesudah

Pair

1

Cseb

Cses

Pair

2

Mean N Std. Deviation

Std. Error

Mean

Paired Samples Corre lations

19 .612 .005

19 .622 .004

sebelum & sesudahPair 1

Cseb & CsesPair 2

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

3.47368 4.81166 1.10387 1.15454 5.79283 3.147 18 .006

-2.31579 4.11032 .94297 -4.29690 -.33468 -2.456 18 .024

sebelum - sesudahPair 1

Cseb - CsesPair 2

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Low er Upper

95% Conf idence

Interval of the

Dif ference

Paired Dif ferences

t df Sig. (2-tailed)

Group Statis tics

19 4.0000 3.68179 .84466

19 10.5789 3.96254 .90907

kel

intervensi

kontrol

sesudah

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Tes t

.171 .682 -5.302 36 .000 -6.57895 1.24091 -9.09563 -4.06226

-5.302 35.807 .000 -6.57895 1.24091 -9.09610 -4.06179

Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

sesudah

F Sig.

Levene's Test for

Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Dif ference

Std. Error

Dif ference Low er Upper

95% Conf idence

Interval of the

Dif ference

t-test for Equality of Means