252
University of Groningen Kinetics, selectivity and scale up of the Fischer-Tropsch synthesis van der Laan, Gerard Pieter IMPORTANT NOTE: You are advised to consult the publisher's version (publisher's PDF) if you wish to cite from it. Please check the document version below. Document Version Publisher's PDF, also known as Version of record Publication date: 1999 Link to publication in University of Groningen/UMCG research database Citation for published version (APA): van der Laan, G. P. (1999). Kinetics, selectivity and scale up of the Fischer-Tropsch synthesis Groningen: s.n. Copyright Other than for strictly personal use, it is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s), unless the work is under an open content license (like Creative Commons). Take-down policy If you believe that this document breaches copyright please contact us providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. Downloaded from the University of Groningen/UMCG research database (Pure): http://www.rug.nl/research/portal. For technical reasons the number of authors shown on this cover page is limited to 10 maximum. Download date: 24-03-2018

PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Rivi Hamdani Wakidi dan Hasan Sakti Siregar: Pengaruh Sisi Internal dan Eksternal Perusahaan …

180

PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BEI

Rivi Hamdani Wakidi1 dan Hasan Sakti Siregar

2

1Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara 2Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Abstract : The objective of this research is to examine the influence from internal

and external to the disclosure of corporate social responsibility. This research can

be made as a basis for consideration and decision-making benchmarks disclosure of

social responsibility companies listed on the Stock Exchange in 2009. Independent

variables in this research is the size of the board of commissioners, public

ownership and institutional ownership. Data size of the board of commissioners,

public ownership, and institutional ownership that is used is taken from the financial

statements. Data disclosure of social responsibility that is used is taken from the

company's annual report sample. Samples used were 30 manufacturing companies

in 2009. The statistical methods used in this research is double linear

regression.The results of this research indicate that the size variables

simultaneously commissioners, public ownership, and institutional ownership has no

significant influence on corporate social responsibility disclosure. Partially, public

ownership and institutional ownership has no significant effect on the disclosure of

corporate responsibility. The size of the board of commissioners has a significant

influence on social responsibility disclosure.

Keywords : Internal and external corporate and social responsibility disclosure.

PENDAHULUAN

Konteks pembangunan saat ini,

tidak lagi menghadapkan perusahaan

kepada tanggung jawab yang berpijak pada

aspek keuntungan secara ekonomis semata,

yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan

dalam kondisi keuangan, namun juga harus

memperhatikan aspek sosial dan

lingkungannya. Perkembangan CSR tidak

bisa terlepas dari konsep pembangunan

berkelanjutan (sustainability development).

Definisi pembangunan berkelanjutan

menurut The World Commission On

Environment and Development yang lebih

dikenal dengan The Brundtland Comission,

bahwa pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang dapat memenuhi

kebutuhan manusia saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang

akan datang dalam memenuhi kebutuhan

mereka (Solihin, 2009).

Konsep CSR menyatakan bahwa

tanggung jawab perusahaan tidak hanya

terhadap pemiliknya atau pemegang saham

saja tetapi juga terhadap para stakeholders

yang terkait dan terkena dampak dari

keberadaan perusahaan. Perusahaan yang

menjalankan CSR akan memperhatikan

dampaknya terhadap kondisi sosial dan

lingkungan dalam menetapkan dan

menjalankan strategi bisnisnya, dan

berupaya agar dampaknya positif.

Perkembangan CSR juga terkait dengan

semakin parahnya kerusakan lingkungan

yang terjadi di Indonesia maupun dunia,

mulai dari penggundulan hutan, polusi

udara dan air, hingga perubahan iklim.

Pengungkapan tanggung jawab

sosial merupakan salah satu media yang

dipilih untuk memperlihatkan kepedulian

perusahaan terhadap masyarakat di

sekitarnya, dengan kata lain, apabila

perusahaan memiliki kontrak dengan

foreign stakeholders baik dalam ownership

dan trade, maka perusahaan akan lebih

didukung dalam melakukan pengungkapan

tanggung jawab sosial. Perusahaan bukan

lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk

menciptakan profit demi kelangsungan

Page 2: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

181

usahanya, melainkan juga bertanggung

jawab terhadap aspek sosial dan

lingkungannya. Dasar pemikirannya adalah

menggantungkan semata-mata pada

kesehatan finansial tidak menjamin

perusahaan bisa tumbuh secara

berkelanjutan. Keberlanjutan akan terjamin

apabila perusahaan memperhatikan aspek

terkait lainnya, yaitu aspek sosial dan

lingkungan (Rudito, Budimanta, Prasetijo,

2004).

Undang-Undang No.40 tahun 2007

tentang perseroan terbatas mewajibkan

perseroan dengan bidang usaha di bidang

atau terkait dengan sumber daya alam untuk

melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan. Terdapat contoh kasus, terkait

permasalahan yang muncul dikarenakan

perusahaan dalam melaksanakan operasinya

kurang memperhatikan kondisi lingkungan

dan sosial di sekitarnya. Perusahaan

tersebut khususnya perusahaan yang

aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan

sumber daya alam (ekstraktif).

Sebagai contoh, PT Freeport

Indonesia salah satu perusahaan tambang

terbesar di Indonesia yang berlokasi di

Papua, yang memulai operasinya sejak

tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak

lepas dari konflik berkepanjangan dengan

masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah

ulayat, pelanggaran adat, maupun

kesenjangan sosial dan ekonomi yang

terjadi (Wibisono: 2007). Dimulai dengan

digusurnya ruang penghidupan suku-suku

di pegunungan tengah Papua. Tanah-tanah

adat tujuh suku, diantaranya suku

Amungme dan Nduga dirampas awal

masuknya PT FI dan dihancurkan saat

operasi tambang berlangsung. Limbah

tailing PT FI telah menimbun sekitar 110

kilometer bujursangkar wilayah Estuari

tercemar, sedangkan 20-40 kilometer

bentang sungai Ajkwa beracun dan 133

kilometer bujursangkar lahan subur

terkubur. Saat periode banjir datang,

kawasan-kawasan subur pun tercemar

perubahan arah sungai Ajkwa

menyebabkan banjir, kehancuran hutan

tropis (21 kilometer bujursangkar), dan

menyebabkan daerah yang semula kering

menjadi rawa. Para ibu tidak lagi bisa

mencari siput di sekitar sungai yang

merupakan sumber protein bagi keluarga.

Gangguan kesehatan juga terjadi akibat

masuknya orang luar ke Papua. Timika,

kota tambang PT FI, adalah kota dengan

penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia.

Kasus PT FI ini dikarenakan perusahaan

khususnya pihak manajemen mengabaikan

konsep CSR dan melanggar undang-undang

yang mengatur CSR.

Penelitian Sembiring (2005)

menemukan bahwa ukuran perusahaan,

profile dan ukuran dewan komisaris

berpengaruh positif terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan, namun

tidak

menemukan hubungan signifikan antara

profitabilitas dan leverage dengan

pengungkapan tanggung jawab sosial.

Nurkhin (2009) menemukan bahwa

komposisi dewan komisaris dan

profitabilitas berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Kepemilikan

institusional, ukuran perusahaan, dan tipe

industri tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan.

Penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Penelitian sebelumnya

melakukan penelitian dengan menggunakan

karakteristik pengungkapan tanggung jawab

sosial secara menyeluruh, namun dalam

penelitian ini, peneliti mengungkapkan

tanggung jawab sosial perusahaan yang

akan diteliti lebih terspesifikasi pada sisi

internal dan eksternal perusahaan.

Karakteristik pengungkapan tanggung

jawab sosial dibatasi sisi internal

perusahaan pada ukuran dewan komisaris

dan sisi eksternal pada kepemilikan saham

publik dan kepemilikan institusional

sebagai dasar penelitian.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti

ingin mengetahui sejauh mana pengaruh

sisi internal dan eksternal perusahaan

terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial pada perusahaan manufaktur di

Indonesia, maka untuk penelitian ini

ditetapkan judul: ―Pengaruh Sisi Internal

dan Eksternal Perusahaan Terhadap

Page 3: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Rivi Hamdani Wakidi, Hasan Sakti Siregar: Pengaruh Sisi Internal dan eksternal …

182

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

BEI‖.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Menurut Belkaoui (1989) dalam

Sitepu (2008), akuntansi pertanggungjawaban

sosial adalah ―Proses pengurutan,

pengukuran, dan pengungkapan pengaruh

yang kuat dari pertukaran antara suatu

perusahaan dan lingkungan sosialnya‖.

Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau

Corporate Sosial Responsibility (CSR)

adalah mekanisme bagi suatu organisasi

untuk secara sukarela mengintegrasikan

perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke

dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders yang melebihi tanggung jawab

organisasi di bidang hukum. Akuntansi

pertangungjawaban sosial perusahaan pada

dasarnya bertujuan untuk menyediakan

informasi yang memungkinkan dilakukan

evaluasi pengaruh kegiatan perusahaan

kepada masyarakat. Pengaruh kegiatan

perusahaan bisa negatif, yang berarti

menimbulkan biaya sosial bagi masyarakat,

atau positif yang berarti menimbulkan

manfaat sosial bagi masyarakat. Akuntansi

pertanggungjawaban sosial perusahaan

menurut National Association of

Accountants (NAA) mempunyai dua tujuan,

yaitu tujuan internal dan tujuan eksternal.

1. Tujuan internal, untuk memungkinkan

perbaikan terhadap proses

pengambilan keputusan. Pengambilan

keputusan ini berhubungan dengan

proses penetapan tujuan, sasaran,

prioritas dalam kaitannya dengan

perencanaan sumber daya dan

mendorong para manajer untuk

memikirkan dampak sosial dari setiap

keputusannya, memberikan dasar

untuk mengadakan evaluasi internal

terhadap prestasi sosial perusahaan,

2. Tujuan eksternal, untuk memberikan

dasar yang seragam bagi pelaporan

ekstern dan memungkinkan adanya

pemeriksaan yang independen atas

laporan pertanggungjawaban sosial

perusahaan.

Menurut Ramanathan (1976) dalam

Sitepu (2008) ada tiga tujuan akuntansi

pertanggunjawaban sosial perusahaan,

yaitu:

a. mendefinisikan dan mengukur

kontribusi neto periodik suatu

perusahaan kepada masyarakat, yang

meliputi bukan hanya manfaat dan biaya

sosial yang diinternalisasikan ke

perusahaan, namun juga yang timbul

dari eksternalitas yang mempengaruhi

segmen- segmen sosial yang

brhubungan,

b. membantu menentukan apakah strategi

dan praktik perusahaan yang secara

langsung mempengaruhi relativitas

sumber daya dan status kekuatan

individu, masyarakat dan segmen-

segmen sosial adalah konsisten dengan

prioritas sosial yang diberikan secara

luas pada satu pihak dan keinginan

individu pada pihak lain,

c. memberikan dengan cara yang optimal

kepada semua kelompok sosial,

informasi yang relevan dengan

tujuan,kebijakan, program, strategi, dan

kontribusi suatu perusahaan terhadap

tujuan- tujuan sosial.

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial perusahaan

(Corporate Social Responsibility) adalah

suatu kewajiban bagi perusahaan untuk

mengkomunikasikan semua kegiatan

operasional dan non operasional perusahaan

dan akibatnya terhadap sosial dan

lingkungan sekitarnya. CSR sangat

berkaitan dengan proses pembangunan

berkelanjutan, maksudnya seluruh kegiatan

operasional dan non operasional perusahaan

tidak hanya untuk memenuhi dan

memperoleh keuntungan dari aspek

finansial saja, tetapi juga harus

memperhatikan aspek sosial dan

lingkungan sekitarnya.

Pengimplementasian CSR yang

dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya dapat berupa peningkatan

kesejahteraan pegawai dengan peningkatan

gaji dan tunjangan lainnya. Pemberian bantuan terhadap korban bencana alam,

pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi, serta berusaha agar kegiatan

Page 4: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

183

produksinya tidak menyebabkan kerusakan linkungan.

Pengungkapan tanggung jawab sosial diukur dengan proksi CSRDI

(corporate social responsibility disclosure index) berdasarkan GRI (Global Reporting

Initiatives) yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari website www.globalreporting.org. Indikator GRI

terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai

dasar sustainability. Pengukuran CSRDI mengacu pada penelitian Sayekti dan

Wondabio dalam Ahmad Nurhkin (2009), yang menggunakan content analysis dalam

mengukur variety dari CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan pendekatan

dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika

diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap

item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan.

Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan

bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri

namun harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Keberadaan suatu

perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder

perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Teori stakeholder digunakan sebagai

dasar untuk menganalisis kelompok-kelompok yang mana perusahaan harus

bertanggung jawab (Moir, 2001). Definisi stakeholder menurut Freeman (1984) dalam

Moir (2001) adalah ―setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh pencapaian tujuan

organisasi‖. Secara umum klasifikasi pemangku kepentingan dibagi kedalam dua

kategori, yakni:

Sisi Internal Perusahaan (inside

stakeholders)

Sisi internal perusahaan merupakan

orang-orang yang memiliki kepentingan

dan tuntutan terhadap sumber daya

perusahaan serta berada dalam struktur

organisasi. Sisi internal perusahaan yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

ukuran dewan komisaris. Ukuran dewan

komisaris merupakan bagian dari corporate

governance. Jensen (1993) dan Lipton dan

Lorsch (1992) dalam Beiner dkk (2003)

merupakan yang pertama menyimpulkan

bahwa ukuran dewan komisaris merupakan

bagian dari mekanisme corporate

governance. Pernyataan tersebut diperkuat

oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam

Beiner dkk (2003) yang menegaskan bahwa

dewan komisaris merupakan mekanisme

governance yang penting.

Dewan komisaris merupakan

mekanisme pengendalian intern tertinggi

yang bertanggung jawab untuk memonitor

tindakan manajemen puncak (Fama dan

Jensen, 1983). Dewan Komisaris

sebagai organ perusahaan bertugas dan

bertanggung jawab secara kolektif untuk

melakukan pengawasan dan memberikan

nasihat kepada Direksi serta memastikan

bahwa perusahaan melaksanakan GCG

(KNKG, 2006). Ukuran dewan komisaris

yang dimaksud disini adalah banyaknya

jumlah anggota dewan komisaris dalam

suatu perusahaan. Menurut Coller dan

Gregory (1999) dalam Sembiring (2006)

semakin besar jumlah anggota dewan

komisaris, semakin mudah untuk

mengendalikan Chief Executives Officer

(CEO) dan semakin efektif dalam

memonitor aktivitas manajemen.

Perusahaan dengan ukuran dewan

komisaris yang besar (lebih dari 5%)

mengindikasikan kemampuannya untuk

memonitor manajemen. Semakin besar

jumlah anggota dewan komisaris dalam

suatu perusahaan maka semakin luas

perusahaan tersebut melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial.

Sisi Eksternal Perusahaan (outside

stakeholders)

Sisi eksternal perusahaan

merupakan orang-orang maupun pihak-

pihak yang bukan pemilik perushaan, bukan

pemimpin perusahaan, dan bukan pula

karyawan perusahaan, namun memliliki

kepentingan terhadap perusahaan dan

dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh perusahaan. Sisi

eksternal perusahaan yang dimaksudkan

dalam penelitian ini diwakili kepemilikan

saham publik dan kepemilikan institusional.

Page 5: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Rivi Hamdani Wakidi, Hasan Sakti Siregar: Pengaruh Sisi Internal dan eksternal …

184

a. Kepemilikan Saham Publik

Kepemilikan saham publik adalah

besarnya jumlah kepemilikan saham oleh

masyarakat umum yang terdapat pada

perusahaan. Semakin besarnya

kepemilikan saham publik yang terdapat di

perusahaan, maka mengindikasikan

semakin banyaknya kegiatan operasional

perusahaan yang diketahui oleh publik.

Hasibuan (2001) ―Rasio kepemilikan

publik yang tinggi diprediksikan akan

melakukan tingkat pengungkapan sosial

yang lebih, hal ini dikaitkan dengan

tekanan dari pemegang saham, agar

perusahaan lebih memperhatikan tanggung

jawabnya terhadap masyarakat‖.

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah

besarnya jumlah kepemilikan saham oleh

institusi (institusi yang dimaksudkan adalah

pemerintah, perusahaan asing dan lembaga

keuangan, seperti perusahaan asuransi,

bank, dan dana pensiun) yang terdapat pada

perusahaan. Tingkat kepemilikan

institusional yang tinggi akan menimbulkan

usaha pengawasan yang lebih besar oleh

pihak investor institusional sehingga dapat

menghalangi perilaku opportunistik

manajer. Perusahaan dengan kepemilikan

institusional yang besar (lebih dari 5%)

mengindikasikan kemampuannya untuk

memonitor manajemen (Arif, 2006). Hal

senada juga dikemukan oleh Shleifer and

Vishny (1986) dalam Barnae dan Rubin

(2005) bahwa institutional shareholders,

dengan kepemilikan saham yang besar,

memiliki insentif untuk memantau

pengambilan keputusan perusahaan.

Semakin besar kepemilikan

institusional maka semakin efisien

pemanfaatan aktiva perusahaan dan

diharapkan juga dapat bertindak sebagai

pencegahan terhadap pemborosan yang

dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004

dalam Arif, 2006). Hal ini berarti

kepemilikan institusional dapat menjadi

pendorong perusahaan untuk melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial

(Novita danDjakman, 2008). Kepemilikan

institusional umumnya dapat bertindak

sebagai pihak yang memonitor perusahaan.

Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat

menjadi pendorong perusahaan untuk

melakukan pengungkapan tanggung jawab

sosial.

KERANGKA KONSEPTUAL

Sisi Internal Perusahaan

Ukuran

Dewan Komisaris

Sisi Eksternal Perusahaan

Kepemilikan

Saham Publik

Kepemilikan

Institusional

Sumber: diolah Peneliti (2011)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Pengungkapan

Tanggung Jawab

Sosial

Page 6: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

185

Menurut Coller dan Gregory (1999)

dalam Sembiring (2006) semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris, semakin mudah

untuk mengendalikan Chief Executives Officer

(CEO) dan semakin efektif dalam memonitor

aktivitas manajemen. Perusahaan dengan

ukuran dewan komisaris yang besar (lebih dari

5%) mengindikasikan kemampuannya untuk

memonitor manajemen. Semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris dalam suatu

perusahaan maka semakin luas perusahaan

tersebut melakukan pengungkapan tanggung

jawab sosial.

Hasibuan (2001) ―Rasio kepemilikan

publik yang tinggi diprediksikan akan

melakukan tingkat pengungkapan sosial yang

lebih, hal ini dikaitkan dengan tekanan dari

pemegang saham, agar perusahaan lebih

memperhatikan tanggung jawabnya terhadap

masyarakat‖. Kepemilikan saham publik

adalah besarnya jumlah kepemilikan saham

oleh masyarakat umum yang terdapat pada

perusahaan. Semakin besarnya kepemilikan

saham publik yang terdapat di perusahaan,

maka mengindikasikan semakin banyaknya

kegiatan operasional perusahaan yang

diketahui oleh publik.

Shleifer and Vishny (1986) dalam

Barnae dan Rubin (2005) bahwa institutional

shareholders, dengan kepemilikan saham yang

besar, memiliki insentif untuk memantau

pengambilan keputusan perusahaan

Kepemilikan institusional umumnya dapat

bertindak sebagai pihak yang memonitor

perusahaan. Hal ini berarti kepemilikan

institusi dapat menjadi pendorong perusahaan

untuk melakukan pengungkapan tanggung

jawab sosial. Tingkat kepemilikan institusional

yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak

investor institusional sehingga dapat

menghalangi perilaku opportunistik manajer.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional

yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan

kemampuannya untuk memonitor manajemen

(Arif, 2006).

Berdasarkan perumusan masalah dan

kerangka konseptual di atas, maka hipotesis

penelitian ini adalah: ukuran dewan komisaris,

kepemilikan saham publik dan kepemilikan

institusional memiliki pengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan baik secara simultan maupun

secara parsial.

METODE

Peneliti ini menggunakan desain

penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel atau lebih atau

menjelaskan pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Hubungan yang

diuji adalah hubungan secara simultan dan

parsial terhadap variabel dependen. Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan

manfaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2009 yang berjumlah

114 perusahaan.

Sampel dipilih dengan menggunakan

metode judgement sampling, yaitu salah satu

bentuk purposive sampling dengan mengambil

sampel yang telah ditentukan sebelumnya

berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang menjadi sampel adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI dan sahamnya aktif diperdagangkan

selama tahun 2009. Alasan pemilihan

tahun 2009 untuk membedakan dengan

penelitian terdahulu dan agar hasil

penelitian lebih baru dari peneliti

sebelumnya.

2. Perusahaan tersebut mempublikasikan

laporan keuangan dan laporan tahunan

secara lengkap periode 2009.

3. Perusahaan tersebut mengungkapkan

secara rinci pengimplementasiaan CSR

melalui laporan tahunannya secara

lengkap pada tahun 2009.

4. Perusahaan yang mempublikasikan

proporsi saham yang dimiliki oleh pihak

publik maupun institusional (institusi

yang dimaksudkan adalah pemerintah,

perusahaan asing dan lembaga keuangan,

seperti perusahaan asuransi, bank, dana

pensiun, dan asset management) pada

tahun 2009.

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang berupa laporan

keuangan dan laporan tahunan (annual report)

yang diperoleh dari website Bursa Efek

Indonesia yaitu www.idx.co.id. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data kuantitatif yaitu data yang

diukur dalam suatu skala secara numerik.

Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah jumlah pengungkapan tanggung

jawab sosial, yang dinyatakan dalam indeks

pengungkapan tanggung jawab sosial yang

diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan

Page 7: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Rivi Hamdani Wakidi, Hasan Sakti Siregar: Pengaruh Sisi Internal dan eksternal …

186

tahunannya. Pengukuran CSRDI mengacu

pada penelitian Sayekti dan Wondabio dalam

Ahmad Nurhkin (2009), yang menggunakan

content analysis dalam mengukur variety dari

CSRDI. Pendekatan ini pada dasarnya

menggunakan pendekatan dikotomi yaitu

setiap item CSR dalam instrumen penelitian

diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika

tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari

setiap item dijumlahkan untuk memperoleh

keseluruhan skor untuk setiap perusahaan..

Variabel-variabel independen, yaitu ukuran

dewan komisaris, kepemilikan saham publik

dan kepemilikan institusional.

1. Metode Analisis Data

Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan

adalah model analisis regresi berganda dengan

bantuan software SPSS for Windows.

Penggunaan metode analisis regresi dalam

pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji

apakah model tersebut memenuhi asumsi

klasik atau tidak. Pengujian meliputi uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji

heterokedastisitas dan uji autokorekasi.

1. Uji Normalitas

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual mempunyai

distribusi normal. Berdasarkan hasil uji

statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov

dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal. Hal ini dapat dilihat dari Asymp.Sig

(2-tailed) adalah 0,753 >0,05.

2. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan mengetahui ada

tidaknya multikolinearitas antar variabel-

variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antara

variabel independen. Deteksi dilakukan

dengan melihat nilai VIF (Variable Inflation

Factor) dan toleransi. Semua variabel

independen memiliki VIF sekitar 1, atau

VIF<10. Selain itu nilai toleransi untuk setiap

variabel independen lebih besar dari 0,1

(tolerance>0,1), dengan demikian disimpulkan

tidak ada multikolinearitas dalam model

regresi ini.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji

terjadinya perbedaan variance residual suatu

periode pengamatan ke periode lain.

Berdasarkan grafik Scatterplot, tidak ada

membentuk pola yang jelas, dimana titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka dapat di simpulkan tidak

terjadi heterokedasititas pada model regresi

ini.

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah

dalam suatu model regresi linear terdapat

korelasi antar kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-

1Berdasarkan tabel Durbin-Watson dapat

dilihat bahwa untuk jumlah pengamatan (N)

30, dan jumlah variabel independen (k) 3,

maka didapatkan nilai batas atas (Du) sebesar

1,65 dan nilai batas bawah sebesar (Dl =

1,214) sehingga nilai D-W > 1,650 < 4 -

1,650. Hasil dari nilai yang didapat dari uji

autokolerasi melalui tabel Durbin-Watson

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

autokorelasi baik secara positif maupun

negatif.

Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Korelasi dan Koefisien

Determinasi (Goodness of Fit)

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan

seberapa besar korelasi atau hubungan antara

variabel-variabel independen dengan variabel

dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat

jika nilai R berada diatas 0,05 dan mendekati

1. Adapun koefisien determinasi (goodness of

fit), yang dinotasikan 𝑅 2 merupakan satu

ukuran yang penting dalam regresi.

Determinasi (𝑅 2) mencerminkan kemampuan

model dalam menjelaskan variabel dependen.

Berdasarkan tabel ditunjukkan bahwa nilai

koefisien korelasi (R) sebesar 0,476 yang

berarti bahwa korelasi antara variabel

dependen dengan variabel-variabel

independennya adalah lemah dengan

didasarkan pada nilai R yang berada di bawah

0,05. Nilai 𝑅 2 (Adjusted R Square) pada tabel

4.4 menunjukkan nilai 0,137, artinya ketiga

variabel independen dalam penelitian yaitu

ukuran dewan komisaris, kepemillikan saham

publik dan kepemilikan institusional dapat

menjelaskan 13,7% pengungkapan tanggung

jawab sosial yang diungkapkan. Adapun

Page 8: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

187

sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di

luar model.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Dari hasil analisis regresi ini, didapat

F-hitung adalah 2,535 dengan signifikansi

0,079 (p = 0,079; p > 0,05). Adapun nilai F-

tabel untuk α = 0,05 dengan pembilang sebesar

3 dan penyebut 29 adalah 8,62 Maka diperoleh

bahwa F hitung 2,535 < F tabel (2,535 < 8,62).

Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pengungkapan tanggung jawab sosial tidak

berpengaruh secara simultan atau bersama-

sama oleh ukuran dewan komisaris,

kepemilikan saham publik dan kepemilikan

institusional.

c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Dari tabel 4.7 di atas dapat diperoleh model

persamaan regresi berganda sebagai berikut:

CSRDI= 0,031 + 0,045 UDK 0,26 KSP

0,53 KI

Dari uji t yang dilakukan diperoleh

nilai t hitung untuk masing-masing variabel

independen. Sementara t tabel yang diperoleh

dengan ketentuan α = 0,05 dan derajat

kebebasan (n-2) = 28 adalah 1,699. Dengan

demikian dapat diketahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel

dependen.

a. Ukuran dewan komisaris memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,011 yang berarti nilai

lebih kecil 0,05, sedangkan nilai t hitung

diperoleh sebesar 2,737. Nilai t hitung ini

lebih besar dari t tabel 1,699 (2,737 >

1,699). Berdasarkan nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa H2 diterima atau

ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh

signifikan terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial.

b. Kepemilikan saham publik memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,899 yang berarti nilai

lebih besar 0,05, sedangkan nilai t hitung

diperoleh sebesar -,128. Nilai t hitung ini

lebih kecil dari t tabel 1,699 (-,128 <

1,699). Berdasarkan nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa H3 ditolak atau

kepemilikan saham publik tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggungjawab sosial.

c. Kepemilikan institusional memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,736 yang berarti nilai

lebih besar 0,05, sedangkan nilai t hitung

diperoleh sebesar -,340. Nilai t hitung ini

lebih kecil dari t tabel 1,699 (-,340 <

1,699). Berdasarkan nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa H4 ditolak atau

kepemilikan institusional tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisa statistik menunjukkan

bahwa secara simultan, variabel ukuran dewan

komisaris, kepemilikan saham publik dan

kepemilikan institusional secara bersama-sama

tidak berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggungjawab sosial sebesar 13,7%

(Adjusted 𝑅 20,137). Sisanya sebesar 86,3%

dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel

yang digunakan. Tingkat Adjusted 𝑅 2 yang

rendah ini menunjukkan perlunya dilakukan

penelitian lanjutan dengan menambah variabel

lain sebagai penduga pengungkapan

tanggungjawab sosial perusahaan. Walaupun

demikian apabila dilihat dari signifikansinya

dengan nilai F hitung 2,535 yang lebih kecil

dari F tabel (2,535 < 8,62) dan p = 0,079 ( p

0,079 > 0,05).

Dalam pengujian secara parsial

ditemukan bahwa satu variabel independen

yaitu ukuran dewan komisaris berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan, sedangkan dua

variabel lainnya yaitu kepemilikan saham

publik dan kepemilikan institusional tidak

memiliki pengaruh signifikan. Pembahasan

terhadap masing-masing variabel dalm

pengujian secara parsial akan dibahas berikut

ini.

a. Ukuran Dewan komisaris

Dewan Komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggung jawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan

dan memberikan nasihat kepada Direksi serta

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan

GCG (KNKG, 2006).

Dikaitkan dengan pengungkapan

tanggung jawab sosial semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris dalam suatu

perusahaan maka tekanan terhadap manajemen

juga semakin besar untuk semakin luas

perusahaan tersebut melakukan pengungkapan

tanggung jawab sosial. Berdasarkan penelitian

Page 9: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Rivi Hamdani Wakidi, Hasan Sakti Siregar: Pengaruh Sisi Internal dan eksternal …

188

ini, melalui analisis uji t, ukuran dewan

komisaris yang diproksi dengan jumlah

anggota dewankomisaris menunjukkan

pengaruh signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai

t 2.737 (t > 1,699) dan p = 0,011 ( p 0,011 <

0,05). Hal ini berarti semakin besar jumlah

anggota dewan komisaris dalam suatu

perusahaan maka semakin luas perusahaan

tersebut melakukan pengungkapan tanggung

jawab sosial.

Hal ini sesuai dengan pendapat Coller

dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2006)

semakin besar jumlah anggota dewan

komisaris, semakin mudah untuk

mengendalikan Chief Executives Officer

(CEO) dan semakin efektif dalam memonitor

aktivitas manajemen. Hasil penelitian ini juga

berhasil mendukung hasil penelitian Sembiring

(2005) dan Sitepu (2010) yang menemukan

ukuran dewan komisaris berpengaruh positif

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

b. Kepemilikan Saham Publik

Hasibuan (2001) menyatakan bahwa

rasio kepemilikan publik yang tinggi

diprediksikan akan melakukan tingkat

pengungkapan sosial yang lebih, hal ini

dikaitkan dengan tekanan dari pemegang

saham, agar perusahaan lebih memperhatikan

tanggung jawabnya terhadap masyarakat.

Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung

jawab sosial, semakin tingginya rasio

kepemilikan saham yang dimiliki masyarakat

umum pada suatu perusahaan maka

masyarakat yang berperan sebagai pemegang

saham akan menekan pihak perusahaan agar

perusahaan lebih memperhatikan tanggung

jawabnya terhadap masyarakat.

Berdasarkan penelitian ini, melalui

analisis uji t, kepemilikan saham publik yang

diproksi dengan rasio kepemilikan saham

publik tidak menunjukkan pengaruh signifikan

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan dengan nilai t = -0,128 (t < 1,699)

dan p = 0, 899 ( p 0,899 > 0,05). Hal ini berarti

tinggi rendahnya rasio kepemilikan saham

pubik pada suatu perusahaan tidak

mempengaruhi luaas pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini

juga mendukung hasil penelitian Marpaung

(2009) yang menemukan kepemilikan saham

publik tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan sosial pada laporan tahunan.

c. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dapat

menjadi pendorong perusahaan untuk

melakukan pengungkapan tanggung jawab

sosial (Novita dan Djakman, 2008). Semakin

besar kepemilikan institusional pada suatu

perusahaan diharapkan pihak institusional

dapat bertindak sebagai monitor pencegahan

terhadap pemborosan yang dilakukan oleh

manajemen juga diharapkan membuat semakin

efisien pemanfaatan aktiva perusahaan.

kepemilikan institusional dapat menjadi

pendorong perusahaan untuk melakukan

pengungkapan tanggung jawab sosial (Novita

danDjakman, 2008). Kepemilikan institusional

umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang

memonitor perusahaan. Hal ini berarti

kepemilikan institusi dapat menjadi pendorong

perusahaan untuk melakukan pengungkapan

tanggung jawab sosial. Dikaitkan dengan

pengungkapan tanggung jawab sosial, semakin

tingginya rasio kepemilikan institusi pada

suatu perusahaan maka masyarakat yang

berperan sebagai pihak yang akan memonitor

pihak manajemen perusahaan dan mendorong

untuk melakukan pengungkapan tanggung

jawab sosial.

Berdasarkan penelitian ini, melalui analisis uji

t, kepemilikan institusional yang diproksi

dengan rasio kepemilikan institusional tidak

menunjukkan pengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan dengan nilai t = -0,340 (t < 1,669)

dan p = 0, 736 ( p 0,736 > 0,05). Hal ini berarti

tinggi rendahnya rasio kepemilikan

institusional pada suatu perusahaan tidak

mempengaruhi luas pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan. hasil

penelitian ini juga berhasil

mendukung hasil penelitian Novita dan

Djakman (2008) dan Nurkhin (2009) yang

menemukan hasil yang sama dan menyatakan

hasil tersebut di atas mencerminkan bahwa

kepemilikan institusi yang terdiri dari

perusahaan perbankan, asuransi, dana pensiun,

dan asset management di Indonesia belum

mempertimbangkan tanggung jawab sosial

sebagai salah satu kriteria dalam melakukan

investasi, sehingga para investor institusi ini

juga cenderung tidak menekan perusahaan

untuk mengungkapan CSR secara detail

(menggunakan indikator GRI) dalam laporan

tahunan perusahaan.

Page 10: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

189

KESIMPULAN

1. Setelah menganalisis dan melakukan

pembahasan dalam penelitian ini, peneliti

memberikan empat kesimpulan. Penelitian

ini memberikan hasil bahwa ukuran dewan

komisaris, kepemilikan saham publik dan

kepemilikan institusional secara bersama-

sama atau simultan tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2009.

2. Penelitian ini memberikan hasil bahwa

secara parsial, ukuran dewan komisaris

berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2009. Hal ini dapat

dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,011

lebih kecil dari 0,05.

3. Penelitian ini memberikan hasil bahwa

secara parsial, kepemilikan saham publik

tidak berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2009. Hal ini dapat

dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,899

lebih besar dari 0,05.

4. Penelitian ini memberikan hasil bahwa

secara parsial, kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2009. Hal ini dapat

dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,736

lebih besar dari 0,05.

Penelitian ini memiliki tiga keterbatasan.

1. Sampel yang digunakan hanya perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI, sehingga

tidak diketahui bagaimana pengaruh

variabel dependen pada jenis perusahaan

lain.

2. Periode waktu yang digunakan hanya tahun

2009, sehingga kondisi tersebut tidak dapat

digeneralisir untuk hasil penelitian yang

telah ada.

3. Variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini hanya empat yaitu, tiga

variabel independen (ukuran dewan

komisaris, kepemilikan saham publik dan

kepemilikan institusional) dan satu variabel

dependen (pengungkapan tanggung jawab

sosial) sehingga variabel-variabel

independen tersebut tidak begitu mampu

menjelaskan jumlah pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

SARAN

Berdasarkan keterbatasan di atas

penulis mengajukan beberapa saran sebagai

berikut.

1. Peneliti selanjutnya hendaknya

menggunakan jumlah variabel-variabel

independen yang lebih banyak lagi agar

nantinya variabel-variabel independen

tersebut dapat menjelaskan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya, item-

item pengungkapan tangung jawab sosial

yang digunakan hendaknya senantiasa

dikembangkan dan lebih disesuaikan

dengan kondisi masyarakat dan peraturan

yang berlaku.

3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya

menambahkan semua jenis perusahaan

yang ada di Indonesia sebagai sampel

penelitian agar hasil penelitian dapat lebih

akurat lagi.

DAFTAR RUJUKAN

Erlina, 2008, Metodologi Penelitian

Bisnis: Untuk Akuntansi dan

Manajeme.Edisi Kedua. Cetakan

Pertama. Medan: USU Press.

Ghozali dan Chariri,2007, Teori

Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit

Undip.

Jogiyanto,2004.,Metodologi Penelitian

Bisnis. Edisi Pertama. Cetakan

Pertama. Yogyakarta: Badan Penerbit

Fakultas Ekonomi-Yogyakarta.

Moir, L. 2001. ―What Do We Mean By

CSR?‖, Corporate Governance. Vol.

1, No.2, Hal. 16-22

Mulyadi, 2003, Pengelolan Program

Corporate Social Responsibility:

Pendekatan, Keberpihakan dan

Keberlanjutannya. Center for

Populaton Studies, UGM

Nurkhin, Ahmad, 2009, ―Corporate

Governance dan Profitabilitas;

Pengaruhnya terhadap Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(Studi Empiris pada Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Jurnal Magister Akuntansi.

Universitas Dipenogoro.

Page 11: PENGARUH SISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Rivi Hamdani Wakidi, Hasan Sakti Siregar: Pengaruh Sisi Internal dan eksternal …

190

Sembiring, Eddy Rismanda, 2005,

Karakteristik Perusahaan dan

Pengungkapan Tanggungjawab Sosial

pada Perusahaan yang Tercatat di

Bursa Efek Jakarta”. Simposium

Nasional Akuntansi 7, Solo 15-16

Desember 2005.

Solihin, Ismail, 2009, Corporate Social

Responsibility; From Charity to

Sustainability. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Umar, Husein, 2003, Metode Riset:

Akuntansi Terapan. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Undang-Undang No. 40 Tentang

Perseroan Terbatas.

Wibisono, Yusuf, 2007, Membedah Konsep

dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho

Publishing.

situs web:

Kurniawan, D, 2008, ―TABEL DISTRIBUSI

Dilengkapi Metode Untuk Membaca

Tabel Distribusi‖.

<http://www.ineddeni.wordpress.com

> (16/4/2011)

Lembaga Keuangan, BAPEPAM, 2009, ―Fact

Book Indonesia Stock Exchange‖.

<http//www.idx.co.id> (8/12/2010)