Upload
christina-holland
View
276
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhggf
Citation preview
PENGENALAN ALAT
Uji Aktivitas Pengawet Yang Digunakan Pada Produk Farmasi
BAB I
PENDAHULUANA. Latar BelakangPengawet adalah bahan kimia biosidal yang ditambahkan dalam kosmetik, obat topikal, makanan dan produk industri lainnya supaya terjaga dari kemungkinan kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, jamur, kapang dan alga yang berimplikasi pada percepatan proses pembusukan. Pengawet merupakan penyebab terbanyak dermatitis kontak alergi (DKA) karena kosmetik setelah pewangi.Adanya mikroorganisme dalam suatu sediaan obat dapat menyebabkan perubahan sediaan obat yang tidak dikehendaki, disamping itu dapat nenyebabkan terjadinya bulukan, kekeruhan, pembentukan bau, dan fermentasi bahaya dan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme patogen dan kemungkinan terbentuknya produk metabolisme yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.Untuk memepertahankan kemurniaan suatu sediaan obat selama dalam penyimpanan dan penggunaan, maka dibutuhkan suatu penstabilan dengan bahan antimikrobial yang disebut pengawet.B. Rumusan MasalahApakah aktivitas pengawet dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme?C. Maksud PraktikumMaksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara pengujian aktivitas pengawet terhadap mikroorganisme tertentu.D. Tujuan PraktikumTujuan percobaan adalah untuk menentukan aktivitas pengawet dengan konsentrasi rendah dan konsentrasi tinggiyang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.E. Manfaat PraktikumAdapun manfaat dari uji ini yaitu agar kita dapat mengetahui bagaimana cara atau pengujian untuk mengetahui aktivitas pengawet, apakah dapat menghambat mikroorganisme.BAB II
KAJIAN PUSTAKAA. Teori Umum
Pengawet antimikroorganisme adalah zat yang ditambahkan pada sediaan obat untuk melindungi sediaan tersebut terhadap kontaminasi mikroorganisme. Bahaya dari pencemaran mikroorganisme, baik bakteri, jamur atau khamir terdapat dimana-mana selama pembuatan, pengemasan, penyimpanan, dan penggunaan obat, dimana manusia, lingkungan (ruang, udara) bahan obat dan bahan pembantu, alat-alat kerja seperti mesin-mesin dan bahan pengemas primer merupakan sumber kontaminasi utama. (Zaraswati, 2011) Dehidrasi dapat digunakan untuk mengawetkan bahan makanan terutama karena menghambat pertumbuhan mikroorganismenya sendiri tidak selalu terbunuh. Pertumbuhan semua mikroorganisme dapat dicegah dengan cara mengurangi kelembapan lingkungannya sampai dibawah titik kritis. Titik kritis ditentukan oleh ciri-ciri organisme yang bersangkutan dan oleh kapasitas bahan makanan untuk mengikat air sehingga tidak tersedia sebagai kelembapan bebas yang dapat ditiadakan oleh proses dehidrasi. (Irianto, 2006)Pengawet dalam bidang farmasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikrooganisme. Pengawetan merupakan persoalan yang kompleks, dimana setiap produk harus diseleksi. Efektivitas suatu pengawet tergantung beberapa faktor antara lain: (Djide, 2006 )
1. Bahan dalam sediaan
2. Variasi atau jenis mikroorganisme yang ada
3. pH dan tipe wadahUntuk menghindari dan mengurangi kemungkinan pencemaran suatu produk oleh mikroorganisme, dilakukan proses pengawetan produk. Secara garis besar tehnik pengawetan dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pengawetan secara alami, pengawetan secara biologi, dan pengawetan secara kimia. Syarat zat pengawet adalah mampu membunuh kontaminasi mikroorganisme, tidak toksik atau menyebabkan iritasi pada pengguna, stabil dan efektif, serta selektif dan tidak bereaksi dengan bahan. (Sylvia, 2008)B. Uraian Bahan 1. Air suling (FI III hal: 96)
Nama resmi
: AQUA DESTILLATANama lain
: Air suling
Rumus kimia / BM:H2O / 18,02
Rumus bangun
:H-OH
Pemerian
:Cairan tak berwarna, jernih, tidak berbau dan tidak berasa
Penyimpanan
:Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pelarut2. Alkohol (FI III hal: 65) Nama resmi: AETHANOLUMNama lain: Etanol, alkohol
Rumus kimia / BM:C2H6O / 46,07
Rumus bangun:CH3-CH2-OH
Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan dalam eter p
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Antiseptik
3. Asam benzoat (FI III hal: 49)Nama resmi
: ACIDUM BENZOICUMNama lain
: Asam benzoatRumus kimia / BM:C7H6O2 / 122,12 Pemerian
:Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan:Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%)P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter PPenyimpanan
:Dalam wadah tertutup baikKegunaan
: Sebagai pengawet4. Metyl paraben (FI III hal: 378)Nama resmi
: METHYLIS PARABENUMNama lain
: Metyl paraben, nipaginRumus kimia / BM:C8H8O3 / 152,15 Pemerian
:Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan:Larut dalam 500 bagian air, dalam lebih 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)P, dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak panasPenyimpanan
:Dalam wadah tertutup baikKegunaan
: Sebagai pengawet5. Natrium benzoat (FI III hal: 395)Nama resmi
: NATRII BENZOASNama lain
: Natrium benzoatRumus kimia / BM:C7H5NaO2 / 144,11 Pemerian
:Butiran atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan:Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) PPenyimpanan
:Dalam wadah tertutup baikKegunaan
: Sebagai pengawet
6. Propil paraben (FI III hal: 535)Nama resmi
: PROPYLIS PARABENUMNama lain
: Propil paraben, nipasolRumus kimia / BM:C10H12O3 / 180,21 Pemerian
:Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan:Sangat sukar larut dalam air, dalam 3,5 bagian etanol (95%)P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak. Mudah larut dalam alkali hodroksidaPenyimpanan
:Dalam wadah tertutup baikKegunaan
: Sebagai pengawetC. Uraian Mikroba Uji1. Candida albicans a. Klasifikasi (Garrity, 2004)Kingdom : Protista
Phylum : Bryophyta
Class : Deuteromycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Cryptococcaceae
Genus : Candida
Spesies: Candida albicansb. Sifat dan morfologi
Candida merupakan khamir yang berbentuk lonjong, berukuran 3 6 mm, bertunas, yang menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun jaringan. Candida adalah anggota flora normal selaput lendir, saluran pencernaan, saluran pernapasan dan gentalis wanita. Pada sediaan mikroskopik tampak sebagai ragi lonjong, bertunas, yang memanjang menyerupai hifa. Pada medium agar yang dieramkan pada suhu kamar, berbentuk koloni bulat berwarna krem yang memiliki bau seperti ragi, dapat meragikan glukosa dan laktosa menghasilkan gas, asam dari sukrosa dan tidak bereaksi dengan laktosa. 2. Pseudomonas aeruginosaa. Klasifikasi (Garrity, 2004)Kingdom: Protista
Divisio: Protophyta
Classis: Schizomycetes
O r d o: Pseudomonales
Familia: Pseudomonaceae
Genus: Pseudomonas
Spesies: Pseudomonas aeruginosab. Sifat dan morfologiSel tunggal, batang lurus atau melengkung, namun tidak berbentuk heliks. Pada umumnya berukuran 0,5 1,0 m x 1,5 4,0 m. Motil dengan flagelum polar, monotrikus atau multitrikus. Tidak menghasilkan selongsong prosteka. Tidak dikenal adanya stadium istirahat. Gram negatif. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi, tidak pernah fermentatif. Beberapa merupakan kemilitotrof fakultataif, dapat menggunakan H2 dan CO sebagai sumber energi. O2 molekuler merupakan penerima electron universal; beberapa dapat melakukandenitrifikasi dengan menggunakan nitrat sebagai penerima pilihan.3. Staphylococus aereus a. Klasifikasi (Garrity, 2004)
Kingdom: Prostista
Divisio: Protophyta
Class: Scyzomycetes
Ordo: Eubacteriales
Famili: Eubacteriaceae
Genus : Staphylococus
Spesies: Staphylococus aereusb. Sifat dan morfologiBerbentuk bulat, bergaris tengah 0,15 1,5 mm, terdapat gerakan seperti buah anggur, satu satu atau berpasangan, tidak bergerak, tidak tahan pembenihan padat berupa koloni bulat dengan diameter 1,2 mm sedikit + cembung, amorf tidak transparan, dapat tumbuh pada suhu 10 40 0C, suhu pertumbuhan optimum 370C pada pH 4 7.9. Aspergillus niger (Garrity,2004)a. Klasifikasi
Domain
: EukaryotaKerajaan
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Upafilum
: PezizomycotoinaClass
: EurotiomycetesOrdo
: EurotialesFamilia
: TrichomaceaeGenus
: Aspergillus Species
: Aspergillus niger
b. Morfologi
Merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam.
D. Prosedur Praktikum
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUMA. Alat yang Dipakai
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu autoklaf, cawan petri, erlenmeyer, hand spray, inkubator, korek api, lampu spiritus, ose bulat, tabung reaksi, spoit, vial.
B. Bahan yang Digunakan Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu aquadest, alkohol, asam benzoat, Aspergillus niger, Candida ablicans, medium NA, medium PDA, metyl paraben, natrium benzoat, propil paraben, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aereus. C. Cara kerja1. Penyiapan medium2. Penyiapan suspensi mikrobaa. Peremajaan bakteri
Stock murni bakteri disiapkan dan medium nutrien agar (NA) miring. Lalu diambil 1 ose biakan mikroba Aspergillus niger, Candida ablicans, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aereus lalu digoreskan pada medium nutrien agar (NA) dan diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC.
b. Pembuatan suspensi bakteri
3. Penyiapan pengawet4. Pengujian aktivitas pengawetDisiapkan alat dan bahan. Dibuat dua konsentrasi pengawet (propil paraben) yaitu konsentrasi rendah dan konsentrasi tinggi. Masing-masing konsentrasi pengawet tersebut dipipet 1 ml lalu dituang kedalam vial, setelah itu medium NA (untuk bakteri) dan medium PDA (untuk jamur) sebanyak 9ml kedalm vial kemudian dimasukkan mikroba uji sebanyak 3 ose, dikocok hingga homogen. Dituang kedalam cawan petri dan dibiarkan hingga memadat lalu diinkubasi selama hari ke-7, hari-14, hari ke-28 pada suhu yang sesuai. Dihitung jumlah mikroba uji pada masing-masing hasil pengamatan.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A. Gambar Pengamatan a. Kelompok I (Influenza)Keterangan :
1. Cawan petri
2. Zona hambat
3. Peper disk
Keterangan :
1. Cawan petri
2. Zona hambat3. Peper diskb. Kelompok II (Luka Bakar)
Keterangan :
1. Cawan petri
2. Zona hambat3. Peper disk Keterangan :
1. Cawan petri
2. Koloni bakteri3. Peper diskc. Kelompok III (Tipes)
Keterangan :
1. Cawan petri
2. Peper disk
Keterangan :
1. Cawan petri
2. Koloni bakteri
d. Kelompok IV (kutil )
Keterangan :
1. Cawan petri
2. Koloni bakteri3. Peper disk
Keterangan :
1. Cawan petri
2. Koloni bakteri3. Peper diskB. Tabel PengamatanSampelMikroba ujiHari ke 7Hari ke 14Hari ke 28
Metyl paraben0,10,20,10,20,10,2
PA129622801200144413941150
SA10801480103214201190982
AN714729045939854
CA3123802700255525052650
Asam benzoatPA9484759084359931115
SA1127852102581010501350
AN01827869750
CA1531209917512000
Natrium benzoatPA123071911396541120650
SA1200140011000120001100011900
AN14300548130833404370
CA24078464224126402305
Propil parabenPA167012211582113716801130
SA142018001137178911201790
AN01815301758
CA240784360813520820
Keterangan :PA : Pseudomonas aeruginosa
SA : Staphylococcus aereus
AN : Aspergillus niger
CA : Candida ablicansC. Pembahasan
Pengawet adalah bahan kimia biosidal yang ditambahkan dalam kosmetik, obat topikal, makanan dan produk industri lainnya supaya terjaga dari kemungkinan kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, jamur, kapang dan alga yang berimplikasi pada percepatan proses pembusukan. Pengawet yang ideal di samping efektif mencegah kontaminasi berbagai mikroorganisme, juga stabil, cocok dengan bahan lain dalam suatu produk, non-toksik dan tidak menimbulkan iritasi maupun sensitisasi.
Paraben atau ester alkyl parahydroxy benzoic acid adalah pengawet yang tidak berwarna, tidak berbau, dan nonvolatil; diinaktifkan oleh surfaktan non-ionik terdiri dari metil-, etil-, propil- dan butilparaben. Aktivitas paraben sebagai bahan pengawet ditingkatkan oleh propilen glikol. Pada tahun 1930, paraben ini diperkenalkan sebagai pengawet kosmetik, makanan dan obat topikal. Golongan yang tersering dipakai adalah metil dan etilparaben. Paraben efektif terhadap jamur dan bakteri Gram positif tetapi kurang efektif terhadap Gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa, sehingga sering dikombinasi dengan pengawet lain seperti isothiazolines atau phenoxyethanol yang bersifat formaldehyde releaser. Konsentrasi yang dipakai pada kosmetik 0,1-0,8%. Walaupun paraben termasuk pangawet yang cukup ideal tetapi pada tahun 1940 telah dilaporkan dermatitis kontak alergi yang disebabkan karena paraben.Sensitisasi paraben pada sediaan kosmetik jarang terjadi walaupun jumlah pemakai kosmetik lebih luas dari pemakai sediaan topikal. Hal ini disebabkan karena adanya fenomena paraben paradox. Fenomena ini terjadi karena paraben mampu mensensitisasi kulit yang abnormal (trauma, eksim) tetapi tidak mensensitisasi kulit normal.Reaksi hipersensitivitas tipe cepat berupa urtikaria kontak pada pemakaian sediaan topikal yang mengandung paraben dan bronkospasme serta pruritus generalisata setelah injeksi hidrokortison dengan pengawet paraben. Paraben yang dipakai pada uji tempel dengan sediaan standar adalah paraben mix 16% yang terdiri dari metil-, etil-, propil- dan butilparaben dengan konsentrasi masingmasing 4% dalam petrolatum. Konsentrasi yang tinggi ini dibutuhkan untuk menghindari hasil uji tempel negatif palsu karena uji tempel dilakukan pada kulit normal.BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan bahwa pengawet propil paraben dengan asam benzoat menghambat pertumbuhan mikroba pada Aspergilus niger. Maka semakin tinggi konsentrasi pengawet maka semakin mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. B.SaranAgar laporan yang dibuat tidak usah dikasih masuk kelompok lain, sehingga pengerjaan laporannya tidak sulit.
DAFTAR PUSTAKABibiana W. Lay.1994.Analisis Mikrobiologi Di Laboratorium. PT. Raja Grapindo Persada: Jakarta
Djide, Natsir. dkk. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. UNHAS : Makassar.Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.Dwyana, Zaraswati.2011. Mikrobiologi Dasar. Universitas Hasanuddin: MakassarIrianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya : Bandung.
Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
Sylvia,T.Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: YogyakartaLABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Medium : PCA
Medium : NA
Sampel : Sabun Biore
SRI MULIANI ULFAH CHAERANY PAJRAH, S.Farm150 209 083