20
1 Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private Partnership di Kota Batam Benny [email protected] Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Sebagai daerah yang dibangun, dikembangkan serta dipersiapkan secara khusus sebagai kawasan industri. Batam harus mampu menyediakan infrastruktur dasar seperti air bersih Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Badan Pengusahaan Batam serta PT. Adhya Tirta Batam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta memberi gambaran bagaimana proses pengelolaan air bersih di Batam menggunakan teori public private partnership. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik penentuan sampel secara purposive sampling dengan subjek penelitian terdiri dari staff yang bertanggung jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses public private partnership terhadap pengelolaan yang dilakukan di Kota Batam sudah berjalan dengan baik diberbagai sektor seperti tingkat kebocoran air, kualitas air yang baik serta tarif yang terjangkau. Kerjasama Pemerintah Swasta yang telah dilakukan dapat menjadi benchmark bagi pengelolaan air bersih sehingga masyarakat akan mendapatkan hak atas pelayanan prima atas air bersih. Kata Kunci: Kemitraan Pemerintah - Swasta, Pengelolaan Air, Perjanjian Konsesi, Bangun-Kelola-Alih Milik, Infrastruktur

Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

1

Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private Partnership di Kota

Batam

Benny

[email protected]

Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Sebagai daerah yang dibangun, dikembangkan serta dipersiapkan secara khusus

sebagai kawasan industri. Batam harus mampu menyediakan infrastruktur dasar

seperti air bersih Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Badan Pengusahaan

Batam serta PT. Adhya Tirta Batam. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan serta memberi gambaran bagaimana proses pengelolaan air

bersih di Batam menggunakan teori public private partnership. Penulis

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu

wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik penentuan sampel secara

purposive sampling dengan subjek penelitian terdiri dari staff yang bertanggung

jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa proses public private partnership terhadap pengelolaan yang dilakukan di

Kota Batam sudah berjalan dengan baik diberbagai sektor seperti tingkat

kebocoran air, kualitas air yang baik serta tarif yang terjangkau. Kerjasama

Pemerintah Swasta yang telah dilakukan dapat menjadi benchmark bagi

pengelolaan air bersih sehingga masyarakat akan mendapatkan hak atas pelayanan

prima atas air bersih.

Kata Kunci: Kemitraan Pemerintah - Swasta, Pengelolaan Air, Perjanjian

Konsesi, Bangun-Kelola-Alih Milik, Infrastruktur

Page 2: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

2

PENDAHULUAN

Air menjadi sangat penting untuk segala kehidupan di Bumi. Kualitas air yang

baik dan kuantitas yang cukup sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup kita.

Pulau Batam mulai dikembangkan sejak awal tahun 1970-an sebagai basis

logistik dan operasional untuk industri minyak dan gas bumi oleh Pertamina. Hal

ini dikarenakan oleh letak Kota Batam yang strategis dekat dengan jalur

perdagangan bebas. Berdasarkan Keputusan Presiden No 41 Tahun 1973 tentang

Daerah Industri Pulau Batam, pembangunan Pulau Batam dipercayakan kepada

Badan khusus yang bernama Otorita Pengembangan Industri Pulau Batam atau

yang lebih dikenal dengan Otorita Batam(selanjutnya disebutkan OB) Pasal 4

Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973, tugas dari OB adalah sebagai berikut;

a. Mengembangkan dan mengendalikan pembangunan Pulau Batam

sebagai suatu daerah industri;

b. Mengembangkan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dan pengalih-

kapalan (transhipment) di Pulau Batam;

c. Merencanakan kebutuhan prasarana dan penguasaan instalasi-instalasi

prasarana dan fasilitas lainnya;

d. Menampung dan meneliti permohonan izin usaha-usaha yang diajukan

oleh para penguasa serta mengajukannya kepada instansi-instansi

yang bersangkutan;

e. Menjamin agar tata-cara perizinan dan pemberian jasa-jasa yang

diperlukan dalam mendirikan dan menjalankan usaha di Pulau Batam

dapat berjalan lancar dan tertib, segala sesuatunya untuk dapat

menumbuhkan minat para pengusaha menanamkan modalnya di Pulau

Batam.

Dilihat dari pasal tersebut OB mempunyai hak untuk mengelola dan

merencanakan kebutuhan prasarana penguasaan instalasi-instalasi prasarana dan

Page 3: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

2

fasilitas lainnya, termasuk dalam pengelolaan air diberikan kewenangan oleh

pemerintah pusat sebagai penyelenggara pemerintah khususnya di bidang

ekonomi untuk mengembangkan Pulau Batam.

Tersedianya sarana dan prasarana publik khususnya air yang memadai

merupakan satu hal yang sangat penting untuk dapat memenuhi tuntutan

kebutuhan masyarakat Batam saat itu. OB saat itu dalam memenuhi kewajibannya

untuk menyediakan sarana dan prasarana publik dihadapkan pada keterbatasan

sumberdaya oleh pemerintah, baik finansial, maupun sumber daya manusianya

(SDM). Karena pasokan air terbilang minim OB yang mengelola pengairan hanya

bisa menghasilkan sekitar 500 liter per detik. Padahal kapasitas air baku mencapai

850 liter per detik. Padahal, Batam dipersiapkan secara khusus sebagai kawasan

industri untuk saling berhadapan dengan Negara Singapura. Ditengah-tengah

keterbatasan yang ada maka, Maka muncullah ide dari Ketua Otorita Batam saat

itu BJ Habibie untuk melakukan pengelolaan air bersih oleh pihak swasta agar

pengelolaan air bersih di Pulau Batam dapat dilaksanakan secaara profesional

yang kemudian Otorita Batam saat itu menunjuk konsorsium PT Adhya Tirta

Batam(selanjutnya disebutkan PT. ATB) sebagai pengelola air, konsorsium yang

terdiri dari perusahaan Biwater Biwater International, PT Bangun Cipta

Kontraktor,dan PT Syabata Cemerlang.

Dalam Pasaribu (2009:56-57) Otorita Batam menyetujui rencana kerjasama

pengelolaan air bersih di Pulau Batam dengan sistem Build Operate and Transfer

(BOT) dengan catatan sebagai berikut :

a. Konsorsium Biwater&Co. menjual langsung produknya kepada

konsumen dengan tarif yang kompetitif dengan tarif di Singapura.

b. Kualitas air dan pelayanan agar sama dengan kualitas air dan

pelayanan di Singapura.

Page 4: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

3

c. Konsorsium Biwater&Co. Membeli air baku dari Otorita Batam

dengan harga yang sama dengan air baku yang dibeli Singapura dari

Johor dan Pulau Bintan.

d. Otorita Batam mempertimbangkan untuk menyertakan saham pada

konsorsium sebesar 20%.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, sedangkan informan

penelitian terdiri dari Ir. Tutu Witular selaku Kepala Bidang Pengelolaan Air BP

Batam, Rahimin, selaku Kepala Seksi Air Baku BP Batam, Rr. Ely Nugrahini,

ST, selaku Kepala Seksi Air Bersih BP Batam, Joan, S.E, selaku Staff Corporate

Communication PT. Adhya Tirta Batam. Pemilihan informan yang diwawancarai

sebagai sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yang didapat secara langsung dari informan penelitian, serta data sekunder yang

merupakan data pendukung untuk melengkapi data primer, yang diperoleh

melalui dokumen atau laporan tertulis dari lokasi dan informan penelitian.

Teknik pengumpulan yang digunakan yaitu wawancara, observasi serta

dokumentasi yang dilakukan oleh penulis di Kantor Badan Pengusahaan Kota

Batam, Kantor PT. Adhya Tirta Batam selama kurang lebih 30 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisisa Pengelolaan Air Bersih di Batam berdasarkan

Karakteristik Public Private Partnership

1.1 Analisis Design

Dalam proses Design atau dalam proses kerjasama pemerintah swasta

biasa berarti proses perencanaan serta pengembangan konsep pada sebuah

proyek yang akan dikerjasamakan, dalam proses pengelolaan air bersih di

Kota Batam, proses design ini sepenuhnya dilaksanakan oleh PT. ATB

Page 5: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

4

termasuk didalamnya dalam pembuatan rencana bisnis tahunan kepada BP

Batam untuk dievaluasi. Dalam proses kerjasama pengelolaan air bersih di

Kota Batam design yang disepakati perjanjian konsesi antara BP Batam dan

perusahaan konsorsium Biwater International Limited, PT. Bangun Cipta

Kontraktor dan PT. Syabata Cemerlang digunakan adalah model skema

kerjasama BOT (Build, Operate, Transfer) atau dalam dalam bahasa Indonesia

kita kenal dengan Bangun, Kelola, Alih Milik, dimana dengan skema ini BP

Batam sebagai pemberi konsesi menyerahkan tanggungjawab dan kewenangan

kepada swasta dalam hal ini perusahaan konsorsium untuk mengoperasikan

dan memelihara sistem infrastruktur termasuk kewajiban untuk membiayai

dan mengelola investasinya selama jangka waktu yang disepakati(kita kenal

sebagai periode konsesi) dan di akhir periode tersebut, instalasi dan fasilitas

dialihkan kepemilikannya kepada pemberi konsesi, dalam hal ini kembali

kepada BP Batam.

1.2 Analisis Build

Pembangunan infrastruktur pendukung dalam proses pengelolaan air

bersih di Kota Batam dalam hal ini seperti dilakukan oleh kedua belah pihak,

BP Batam memiliki peranan membangun waduk, 5 WTP awal(sebelum

konsesi) dan pemasangan jaringan pipa distribusi untuk melayani kebutuhan

air bersih untuk seluruh masyarakat Batam dan mendukung aktifitas atau

kegiatan yang memerlukan air bersih, sedangkan PT. ATB sesuai dengan

kewajiban yang tertuang dalam isi perjanjian konsesi untuk mengadakan dan

membangun fasilitas baru berupa instalasi penyediaan air bersih yang baru

Page 6: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

5

termasuk penampungan air bersih/reservoir dan stasiun pompa, jaringan

transmisi baru dan jaringan distribusi air.

Tabel 1 Waduk PT. ATB

No WTP Volume

Waduk (m3) Tahun

Pembangunan Tahun

Beroperasi Kapasitas

Waduk Kapasitas Produksi

1 Sei Harapan 3.600.000 1978 1979 210 l/dt 210 l/dt

2 Muka

Kuning 12.270.000 1989 1991 310 l/dt 600 l/dt

3 Sei Ladi 9.490.000 1985 1986 240 l/dt 240 l/dt

4 Nongsa 720.000 1978 1979 60 l/dt 60 l/dt

5 Duriangkang 78.180.000 1990 2001 3000 l/dt 2.200 l/dt

6 Tanjung

Piayu 78.180.000 1990 2001

Dari duriangkang

300 l/dt

Total 3.820 l/dt 3.610 l/dt

Sumber: PT. ATB

PT ATB merupakan sebagai perusahaan yang mendapat konsensi

hingga saat ini telah mempunyai jumlah pelanggan lebih dari 282.000.

Secara keseluruhan permintaan air bersih di Pulau Batam

menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Berdasarkan Perjanjian

Konsesi, pengadaan air baku merupakan kewajiban BP Batam. Sumber

air baku yang diproses PT ATB berasal dari 6 (enam) waduk yang

terdapat di Pulau Batam yakni Baloi, Sei Harapan, Sei Ladi,

Mukakuning, Nongsa dan Duriangkang yang diproduksi pada 5

(lima)Water Treatment Plant(selanjutnya disebut WTP), debit air baku

pada 6 (enam) waduk yang merupakan tadah hujan dengan volume

mencapai jutaan meter kubik (m3). Namun sejak tahun 2017 hingga saat

ini waduk Baloi tidak dapat digunakan disebabkan terjadinya

pencemaran oleh masyarakat liar yang berada pada kawasan waduk

tersebut.

Page 7: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

6

Grafik 1 Kapasitas Produksi Air PT.ATB Tahun 1995-2017

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

1995 2005 2012 2013 2014 2017

Kapasitas Produksi

Kapasitas Produksi

Sumber: Data diolah penulis,2019

Pada kondisi awal konsesi, kapasitas WTP terpasang adalah 850 l/dt dengan

jumlah satuan sambungan 15.810 sambungan yang mana penduduk saat itu

tercatat 247.956 jiwa dengan cakupan pelayanan pada saat itu hanya 35,71%.

Hari ini berdasarkan data yang dimiliki oleh BP Batam sampai dengan

Desember 2017, kapasitas WTP terpasang adalah 3.610 l/dt dengan jumlah

satuan sambungan 257.905 sambungan dengan cakupan pelayanan pada saat

ini mencapai angka 99%. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap

kapasitas produksi air yang dilakukan oleh PT.ATB dengan kata lain tujuan

awal konsesi ini dikerjasamakan bersama PT.ATB berhasil menjawab

keterbatasan pengelolaan air serta infrastruktur pendukung saat ini.

1.3 Analisis Finance

Berawal dari Biwater Internasional, PT Bangun Cipta Kontraktor, dan

PT Syabata Cemerlang disepakati, Ketiga perusahaan itu kemudian

Page 8: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

7

membentuk PT. ATB pada 3 Agustus 1995 berdasarkan akte Notaris Ny.

Poerbaningsih Adi Warsito,S.H No 28. Konsorsium itu menggelontorkan dana

RP. 5.590.000.000,- (lima milyar lima ratus sembilan puluh juta rupiah) yang

menjadi modal PT. ATB sebagai pengelola tunggal air bersih di Batam.

Pada awal perjanjian konsesi, PT.ATB menyewa peralatan produksi dan

distribusi air bersih dengan kapasitas 850 liter/detik dari OB dengan nilai aset

sebesar Rp. 42.000.000.000,- (empat puluh dua milyar rupiah). Berdasarkan

analisis investasi, pembangunan WTP sampai akhir masa konsesi pada tahun

2020 diproyeksikan dengan nilai investasi sebesar Rp. 650.000.000.000,-

(enam ratus lima puluh milyar rupiah) Sesuai dengan isi perjanjian konsesi

pendanaan guna menjalankan jasa pelayanan distribusi air bersih kepada

masyarakat Batam sebagai konsumen menjadi kewajiban dari PT. ATB

termasuk untuk membangun, merehabilitasi, memperluas aset yang diperlukan

selama proses kerjasama pengelolaan air tersebut, oleh karena ini PT. ATB

berhak menagih serta menerima langsung pembayaran dari konsumen guna

membiayai seluruh proses kerjasama pengelolaan air bersih di Batam seperti

membeli air baku kepada BP Batam, sewa tetap aset lama, pajak air

permukaan kepada Pemerintah Provinsi sesuai dengan Peraturan Gubernur

Kepulauan Riau Nomor 25 Tahun 2016 (selanjutnya disebutkan Pergub Kepri

No. 25/2016) tentang Nilai Perolehan Air Permukaan Sebagai Dasar

Penetapan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan di Wilayah

Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Pergub Kepri No. 25/2016, Nilai

Perolehan Air(NPA) sebagai Dasar Penetapan Pajak Pengambilan dan

Pemanfaatan Air Permukaan di Kota Batam, PT. ATB diwajibkan membayar

Page 9: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

8

Rp.1.886/m3 besaran angka yang sangat besar dibandingkan dengan yang

harus dibayarkan oleh PDAM yang hanya Rp. 150/m3.

Terkait perhitungan dan penetapan tarif sesuai dengan PP 122 Tahun

2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum harus didasarkan pada beberapa

prinsip-prinsip seperti: keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan,

pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, dan

perlindungan Air Baku. Dan jikalau tarif PT. ATB yang merupakan

perusahaan swasta yang melakukan pengelolaan air di Kota Batam dengan

PDAM Tirta Kepri yang merupakan BUMD Provinsi Kepulauan Riau terdapat

perbandingan yang kompetitif dan cenderung lebih murah untuk kebutuhan

rumah tangga pada umumnya. PT. ATB dalam penetapan tarif mengenakan

sistem tarif progresif, yaitu pengenaan tarif berdasarkan volume pemakaian,

sistem yang sama dengan yang digunakan PDAM Tirta Kepri.

Besaran tarif yang ditetapkan oleh PT. ATB setelah mendapatkan

persetujuan dari OB sebagai pemegang konsesi, sejak 1995 PT. ATB sudah

menaikkan besaran tarif sebanyak 8 (delapan) kali yaitu pada tahun 1998,

2000, 2002, 2 kali pada tahun 2003, Januari 2008, April 2008, September

2011. Dan jikalau kita buat simulasi sederhana tarif yang harus dibayarkan

pelanggan rumah tangga kepada kedua perusahaan pengelola air tersebut:

Tabel 2 Perbandingan Harga PT. ATB dan PDAM Tirta Kepri

Perusahaan Pemakaian Air(m3) Tarif Air(Rp/m3)

PT. ATB

0-10 11-20

21-30 31-40

2000 2530

5850 8425

PDAM Tirta Kepri

0-10 11-20 21-30

31-40

2600 3850 5350

7500

Sumber: Data diolah oleh penulis,2019

Page 10: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

9

1.4 Analisis Maintain

Pada dasarnya aset yang di bangun oleh BP Batam maupun PT. ATB

dalam proses kerjasama pengelolaan air bersih merupakan sumber daya yang

sangat penting dan berharga bagi kelangsungan proses pengelolaan air bersih

di Kota Batam, dengan pengelolaan aset secara baik, benar, tepat dan

professional maka hasil yang di dapatkan menjadi lebih optimal, dalam

perawatan aset ini PT. ATB diwajibkan mengasuransikan seluruh fasilitas

aset, dalam hal ini perawatan yang dilakukan PT. ATB seperti perawatan

jaringan dan perbaikan kebocoran pipa.

1. Tingkat Kehilangan Air(Non Revenue Water/NRW)

Tingkat kehilangan air rata-rata 3 bulanan dan 12 bulanan dalam 12 bulan

terakhir sejak April 2017 dapat dilihat pada tabel berikut

Grafik 2 Tingkat Kehilangan Air (NRW)

Sumber: PT. ATB

Kehilangan air bulanan 15,59%, 3 bulanan 17,08%, dan tahunan 16,43%,

maka dari itu sebagai strategi dalam mengatasi kehilangan air.

Page 11: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

10

Berbagai upaya dilakukan dalam proses maintain selaian NRW yaitu maintain

pada tangki air yang mana sampai dengan Maret 2018 sebanyak total 1.000m3

volume tangki reservoir telah dibersihkan, penggantian pipa distribusi air

sepanjang 8.716 meter pada periode Januari-Maret 2018, pemasangan pipa

baru yang terpasang adalah 93 meter Steel pipe, 0 meter pipa DCIP dan

11.524 meter pipe PE, sehingga total pipa baru yang terpasang adalah 11.616

meter pada periode yang sama yaitu Januari-Maret 2018. Lebih lanjut, PT.

ATB juga melakukan perbaikan kebocoran dan perawatan jaringan karena

menurut data, jumlah kebocoran hingga Maret 2018 adalah 55% di pipa 0.75”,

34% di pipa 2” atau kebocoran hingga diameter 2” adalah 94,4%, total

kebocoran pada periode Januari-Maret 2018 ini untuk pipa hingga 2” adalah

1.059 titik atau terdapat peningkatan sebesar 76 titik(7,7%) lebih banyak

dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan jumlah kebocoran untuk

diameter 2” ke atas adalah 71 titik atau terdapat penurunan sebesar 6

titik(7,8%) dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan data yang ada,

Tingkat kehilangan air PT.ATB dari tahun ke tahun selalu berada dibawah

angka nasional yang berada pada angka 32,80% sesuai dengan yang

dinyatakan oleh BPPSAM dalam laporan resminya pada tahun 2017. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marin (2009:4) dalam

laporannya beberapa negara berkembang seperti Afrika Barat, Brazil,

Kolombia, Moroko, Filipina sektor swasta mampu mengurangi NRW level

kurang dari 15% sebuah efiensi yang signifikan.

Page 12: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

11

1.5 Analisis Operate

Dalam perjanjian konsesi, diatur bahwa PT ATB antara lain wajib

memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat sekaligus mendistribusikan air

bersih sesuai dengan kriteria standar WHO ”Guideline for Drinking Water

Quality” 1984 dalam menjaga kualitas air minum padahal di Indonesia telah

terdapat pedoman sendiri yang diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan

(PERMENKES) No.492/MENKES/SK IV/2010 tentang persyaratan kualitas

air minum di Indonesia.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kualitas Air PT.ATB

Parameter Satuan

Kadar maksimum izin (PERMENKES)

No.492/MENKES/SK IV/2010

Hasil

Pengujian(rata-rata)

Keterangan

Kekeruhan Ntu 5,0 3,3 Memenuhi

Ph 6,5-8,5 6,9 Memenuhi

Besi (fe) mg/lt 0,3

0,13 Memenuhi

Mangan

(Mn)

mg/lt 0,4 0 Memenuhi

Amonia (NH3)

mg/lt 1,5 0,18 Memenuhi

Klorida (Cl)

mg/lt 250 17,8 Memenuhi

Nitrit

(NO2)

mg/lt 3 0,01 Memenuhi

Nitrat (NO3)

mg/lt 50 0,09 Memenuhi

Sulfat (SO4)

mg/lt 250 0 Memenuhi

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan parameter-parameter

kualitas air produksi PT.ATB telah memenuhi standar PERMENKES

No.492/MENKES/SK IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum di

Indonesia. Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang utilitas, sangat

penting bagi PT. ATB menerapkan teknologi demi menghasilkan pelayanan

Page 13: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

12

prima bagi pelanggan/masyarakat Batam, dalam hal ini PT.ATB

menggunakan teknologi aplikasi SCADA(Supervisory Control and Data

Acquisition) dan GIS (Geographic Information System), dimana melalui

aplikasi tersebut PT.ATB dapat memegang kendali mutu dan pengawasan

jarak jauh terhadap proses produksi air bersih sekaligus pendistribusiannya

kepada pelanggan yang berlangsung di setiap Instalasi Pengolaan

Air(selanjutnya disebutkan IPA), lewat perangkat SCADA operator dapat

mendeteksi kekuatan aliran dan tekanan air, debit air, kapasitas serta kualitas

air yang diproduksi dari satu tempat, SCADA berperan sangat penting dalam

upaya PT.ATB menurunkan tingkat kebocoran dengan cara mengoptimalkan

manajemen sumber daya, energi dan pembiayaan.

Hal ini juga menguntungkan baik PT.ATB dan juga pelanggan, karena

dengan rendahnya tingkat kebocoran membuat pelanggan menerima

pelayanan terbaik dari PT.ATB yang mana berdasarkan data yang diperoleh

dari PT.ATB sampai dengan Desember 2017 Tingkat Non-Revenue

Water(NRW) atau tingkat kebocoran air PT.ATB hanya 16% dan merupakan

yang terendah di Indonesia dengan rata-rata nasional di angka 33-34%.

Penerapan teknologi tersebut guna mengoptimalkan pemanfaatan seluruh

sumber daya khususnya sumber daya air baku sesuai dengan kewajiban yang

tertuang dalam isi perjanjian konsesi.

Tidak berhenti disana, dalam proses operasional, PT. ATB juga

membangun teknologi ATB Integrated System(AIRS) yang merupakan

Enterprise Resource Planning(ERP) System yaitu sebuah sistem integrasi

dengan seluruh aplikasi terapan yang ada di customer care, billing, meter

Page 14: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

13

reading, planning, project, finance and accounting, production, distribution

serta NRW. Dengan konsep otomasi dan workflow management system,

seluruh proses dapat ditelusuri sampai pada progress yang dapat dimonitor

oleh seluruh petugas terkait, teknologi ini dibangun dalam upaya

meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.

2. Implikasi Putusan Makhamah Konstitusi (MK) Nomor 85/PUU-XI/2013

tentang Sumber Daya Air terhadap Kebijakan Pengelolaan Air Bersih

Permohonan pengujian kembali terhadap UU No.7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air terdapat dalam perkara Nomor 085/PUU-XI/2013. Dalam

perkara tersebut Mahkamah memutuskan untuk mengabulkan permohonan

pemohon untuk seluruhnya dan menyatakan UU No.7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan

hukum mengikat. Putusan tersebut juga sekaligus memberlakukan kembali UU

No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan sebagai pengganti UU No.7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air yang telah dibatalkan. Dalam pertimbangannya

Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa sebagai unsur yang menguasai hidup

hajat orang banyak, sesuai pasal 33 ayat (2) dan (3) haruslah dikuasai oleh negara,

sehingga dalam pengusahaan air harus ada pembatasan ketat sebagai upaya

menjaga kelestaraian dan ketersediaan air bagi kehidupan. Dengan dicabutnya UU

SDA oleh Mahkamah Konstitusi, maka untuk mencegah kekosongan hukum

hingga dibentuknya Undang-Undang baru, maka Mahkamah Konstitusi

menghidupkan kembali Undang-Undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan

(selanjutnya disebut UU Pengairan). Air pada awalnya adalah Collective Goods.

Menurut Sargeson dalam Endaryanta (2007:19) Sifat dari “barang bersama” atau

Page 15: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

14

“collective goods” memiliki beberapa bentuk, Pertama; adalah dibedakan dari

tingkat penyediaan dan penggunaan, dirancang dalam usaha bersama dan

umumnya tidak diberi nilai ekonomis seperti dalam pasar. Kedua; diproduksi

secara sukarela oleh Negara, organisasi kemasyarakatan atau proses pewarisan

nilai atau regenerasi secara turun-temurun yang ditujukan secara ideologis atau

dibentuk kebiasaan secara praktik. Ketiga; non excludability(tidak ada orang yang

dapat dikecualikan dari penggunaan barang tersebut) dan non rivalry(konsumsi

dari barang tersebut tidak mengurangi ketersediaan barang tersebut untuk orang

lain). Karenanya air beserta sumbernya harus dilindungi dan dijaga

kelestariannya disamping air tersebut mempunyai fungsi serta dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Implikasi yang dapat dirasakan dengan munculnya Putusan MK Nomor

85/PUU-XI/2013 tentang Sumber Daya Air adalah memberikan ruang sangat

besar bagi BUMN/BUMD dalam mengurusi kebutuhan air masyarakat yang mana

dalam hal ini PDAM itu sendiri, PDAM sebagai salah satu perwujudan pelayanan

penyediaan air minum oleh Negara untuk masyarakat Indonesia faktanya masih

kurang mampu melaksanakan fungsinya.

Menurut laporan hasil penilaian kinerja PDAM tahun 2017 oleh BPPSPAM,

dari 378 PDAM di Indonesia, terdapat 55,3% (209 PDAM) dengan kriteria sehat,

27,2% (103 PDAM) dengan kriteria kurang sehat ,dan 17,5% (66 PDAM) yang

dinyatakan dengan kondisi sakit, selain kinerja PDAM yang merupakan milik

BUMN/BUMD yang menarik dari laporan tersebut juga diungkapkan bahwa

cakupan pelayanan teknis baru mencapai angka 45,90% yang mana rendahnya

cakupan pelayanan ini disebabkan karena adanya keterbatasan sumber air baku,

Page 16: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

15

kapasitas IPA, jaringan transmisi dan distribusi, pendanaan PDAM, serta adanya

alternatif sumber daya air lain yang membuat masyarakat kurang berminat

menjadi pelanggan PDAM.

3. Tantangan

3.1 Tantangan Yuridis

Pasca pembatalan UU SDA melalui Putusan MK Nomor 85/PUU-

XI/2013, maka seluruh regulasi turunannya di tingkat pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota secara otomatis akan menjadi batal demi hukum dan secara

otomastis pula kita butuh UU SDA yang baru agar kedepan pelaksanaan

pengembangan SPAM berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan memberikan kepastian hukum

bagi seluruh aktor sebagai pedoman pelaksanaan pengelolaan serta

penyediaan air minum dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan

hidup, dan ekonomi pada aspek konservasi, pendayagunaan, pengendalian

daya rusak, serta sistem informasi.UU SDA yang baru juga harus up to

date terhadap kompleksitas permasalahan pengembangan sistem air

minum di Indonesia. Karena itu menurut PAAI (2016:54) air harus

dikelola dengan struktur regulasi yang baik dalam rangka memanajemen

potensi sumber daya air.

3.2 Tantangan Manajemen

Menurut laporan hasil penilaian kinerja PDAM tahun 2017 oleh

BPPSPAM, masih banyak PDAM dengan kinerja kurang baik, sekelumit

permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan air bersih oleh PDAM bisa

memberi gambaran bahwa Pemerintah masih belum dapat

Page 17: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

16

mempergunakan sumber daya air untuk sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat, pemerintah masih menghadapi dilema, di satu sisi

pemerintah ingin “mandiri” dalam pengelolaan sumber daya air sehingga

masyarakat dapat secara optimal menikmati hasilnya, namun di sisi lain

kita juga mengalami masalah permodalan, sumber daya manusia, dan

teknologi.

Kinerja PT. ATB yang telah teruji dengan berbagai pencapaian yang

telah diraih seperti Perpamsi Award 2009, 2013 & 2015 sebagai pelayanan

air minum terbaik, Top BUMD Tahun 2017 & 2018 bidang kinerja dan

manajemen, mendapatkan sertifikat emas dan bendera emas Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehaatan Kerja (SMK3) untuk

pencapaaian 99% kesesuaian persyaratan SMK3 sesuai dengan PP 50

Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehaatan Kerja serta pencapaian lainnya. harus menjadi pilot project

Pengelolaan Air di Batam bahkan di Indonesia. Keterlibatan seluruh

stakeholder dalam seluruh aspek seperti perencanaan, tahapan konstruksi,

administrasi, manajemen, penyelesaian permasalahan menjadi kunci El-

Gohary, Osman, & El-Diraby (2006). Hari ini PT.ATB telah diakui

sebagai benchmark bagi perusahaan air dalam dan luar negeri serta

industri global. Benchmark secara umum diartikan Gregory H. Watson

dalam Varcoe (1996:43) adalah sebagai berikut:

“A continuous search for the application of significantly better

practices that leads to superior competitive performance.”

Page 18: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

17

Atau dapat kita artikan sebagai Upaya terus-menerus untuk mencari dan

menetapkan cara kerja yang lebih baik dalam menghasilkan kinerja yang

lebih unggul dan kompetitif.

3.3 Tantangan Sumber Daya

Pentingnya sumber daya dalam mendukung pelaksanaan kebijakan

pengelolaan air yang baik adalah penting guna mencapai tujuan kebijakan

tersebut. Sumber daya air, menjadi elemen terpenting dalam proses

pengelolaan dan penyediaan air di Batam. Wahyuni & Junianto (2017:123)

mengungkapkan dalam rencana pemenuhan air di Kota Batam pada masa

yang akan datang ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti:

1. Pembangunan Waduk & Estuari, estuari merupakan perairan pantai

setengah tertutup tempat air laut bertemu dengan air tawar;

2. Penyulingan Air Laut;

3. Sumur Resapan Biopori.

Sumber daya manusia, merupakan elemen yang juga tidak kalah penting

dalam hal ini, untuk merencakan, mengelola, mengorganisasikan, melakukan

kontrol dalam memberikan kontribusi positif bagi tujuan –tujuan kebijakan

maupun organisasi secara efektif dan efisien, Priyono (2010:4). PT. ATB sendiri

hari ini telah melakukan downsizing sebagai upaya peningkatan produktifitas,

efektifitas dan efisiensi perusahaan.

PT. ATB menurut daya yang penulis dapatkan dari informan J per

Desember 2017 rasio jumlah karyawan PT. ATB berada pada angka 2,15 per

1.000 pelanggan dan pada periode yang sama PT.ATB telah memiliki 274.757

pelanggan, sedangkan PDAM Tirta Kepri pada 2017 menurut hasil penelitian

Wulandari (2018:10) PDAM Tirta Kepri memiliki 117.362 pelanggan dengan

rasio jumlah karyawan berada pada angka 7,96 per 1.000 pelanggan dan

Page 19: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

18

mendapatkan peringkat 179 dari 378 PDAM diseluruh Indonesia oleh BPPSPAM

pada tahun 2017. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gassner,

Popov, & Pushak (2009:48) menemukan bahwa dengan jumlah karyawan yang

sedikit dapat meningkatkkan produktifitas karyawan diseluruh sektor dan

dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan karyawan yang lebih

banyak terbukti menghasilkan output kinerja yang sama bahkan lebih baik.

Sumber daya materi, dalam pelaksanaan pengembangan SPAM tentunya

diperlukan suatu pembiayaan, pembiayaan ini tentu saja untuk membiayai sistem

fisik maupun sistem non fisik.

KESIMPULAN

Proses pengelolaan air yang dilakukan dengan skema public private partnership

dengan bentuk BOT (Build, Operate, Transfer) antara Badan Pengusahaan Batam

sebagai aktor pemerintah dan PT. Adhya Tirta Batam sebagai aktor swasta selama

kurang lebih 23 tahun sejak 17 April 1995 dan akan berakhir pada 16 April 2020,

memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangannya, yang

mana sebelum konsesi kapasitas produksi air hanya 500 liter/detik sementara

sekarang kapasitas produksi adalah 3.610 liter/detik yang di distribusikan kepada

seluruh masyarakat Batam yang mencapai 1,2 juta penduduk dengan penggunaan

teknologi SCADA dan GIS hingga dapat menekan tingkat kebocoran air pada

angka 16% dan kualitas air yang cukup baik sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan No.492/MENKES/SK IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum

di Indonesia.

Page 20: Pengelolaan Air Bersih dengan Skema Public Private ...repository.umrah.ac.id/2527/1/BENNY-140563201046-FISIP-2019.pdf · jawab dalam proses pengelolaan air di Kota Batam. Hasil penelitian

19

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Gassner, K., Popov, A., & Pushak, N. (2009). Does Private Sector Participation

Improve Performance in Electricity and Water Distribution? Washington DC:

World Bank. doi:10.1596/978-0-8213-7715-4

Varcoe, B. J. (1996). Business‐driven facilities benchmarking. Facilities, 14(3),

42 - 48. doi:https://doi.org/10.1108/02632779610112535

Jurnal dan Publikasi :

El-Gohary, N. M., Osman, H., & El-Diraby, T. E. (2006). Stakeholder

Management for Public Private Partnerships. International Journal of Project

Management, 24(7), 595–604. https://doi.org/10.1016/j.ijproman.2006.07.009

Endaryanta, E. (2007). Politik Air di Indonesia: Penjarahan Si Gedhang oleh

Korporasi Aqua-Danone. Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan, 1-185

PAAI. (2016). Quo Vadis Airtanah untuk Tanah Air Indonesia. Bandung:

Perhimpunan Ahli Airtanah Indonesia.

Pasaribu, A. H. (2009). Kajian Penerapan Pasal 50 Huruf a Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 “Studi Kasus Pengelolaan Air Bersih di Pulau Batam

oleh PT Adhya Tirta Batam.” FE UI. Universitas Indonesia.

Priyono. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: Zifatama.

Wahyuni, A., & Junianto. (2017). Analisa Kebutuhan Air Bersih Kota Batam

Pada Tahun 2025. TAPAK, 116-126

Peraturan, Undang-Undang, dan sejenisnya.

Republik Indonesia. (1973). Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 Tentang

Daerah Industri Pulau Batam. Indonesia.