Upload
abu-osama
View
1.132
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pengelolaan
Pasca Panen Cabe Upaya Meningkatkan Harga dengan Nilai Tambah
Masa yang dinanti setiap petani tentulah masa panen. Panen merupakan kegiatan
akhir dari serangkaian kegiatan usahatani. Apa yang kita usahakan selama beberapa
waktu mulai dari semai sampai perawatannya berakhir dengan pemetikan hasil yang
ditandai dengan berbuahnya tanaman kita.
Umur panen masing-masing cabe hibrida berbeda antara yang satu dengan yang
lain. Ada yang lebih cepat, ada pula yang lambat tergantung karateristik, jenis dan yang
tak kalah pentingnya adalah lingkungan tempat tanam. Seperti contoh : umur panen cabe
2
Buana berkisar antara 80 – 130 HST, dan Somrak berkisar + 85 HST, lain lagi dengan
Cabe Jet Set yang lebih genjah dimana bisa dipanen pada umur + 65 - 75 HST. Sehingga,
bisa dikatakan bahwa cabe umumnya bisa dipanen pada umur 75 – 80 hari. Panen cabe
tidak hanya dilakukan sekali namun berkali-kali sampai buahnya habis, dengan panen
berikutnya berselang 2 – 3 hari sekali. Cabe yang ditanam di dataran tinggi dipanen lebih
lambat yaitu sekitar 90 – 100 HST dengan pemanenan susulan dilakukan selang 6 – 10
hari.
Meskipun hasil produksi maksimum, namun seringkali petani merasa dirugikan
saat menjual disaat pasar sudah over suplai. Keluhan petani seringkali berputar di sekitar
bagaimana memecahkan masalah harga jual produk yang menurun sementara harga
faktor produksi semakin melambung, sementara pihak yang berwenang pun tidak bisa
berbuat banyak karena harga jual komoditas pertanian apalagi untuk komoditas cabe
yang notabene bukan sebagai kebutuhan sangat vital diluar kendali mereka. Keluhan itu
terjadi karena para petani seringkali kurang memahami hukum ekonomi yang berlaku ,
dimana bila suplai lebih besar dari permintaan maka harga akan turun dan sebaliknya.
Lalu, apa yang bisa diperbuat petani bila pemanenan dilakukan saat over suplay
yang mengakibatkan harga menurun? Memasarkan cabe langsung pada konsumen akhir
bukanlah perkara mudah, apalagi mereka hanya membeli tidak dalam jumlah yang besar.
Begitu juga bila ingin memasok langsung ke industri.
Mungkin sudah saatnya kita memperhatikan pengelolaan pasca panennya. Seorang
petani yang berwawasan market oriented tentu melakukan tahapan-tahapan dan
pemikiran yang matang sebelum tanam cabe agar situasi seperti ini tidak terjadi.
Termasuk diantaranya memperhatikan pasca panen. Hal ini penting karena menyangkut
3
bagaimana agar produk kita tetap bisa terjual. Pengelolaan pasca panen bisa dilakukan
berbagai cara yaitu dengan memasarkan dalam bentuk olahan (cabe kering), atau bila
memang ingin tetap fresh bisa dilakukan dengan perlakuan penge-masan yang baik.
Pengelolaan pasca panen tersebut memang mem-butuhkan biaya tambahan, namun perlu
diingat bahwa dengan kita melakukan pengelolaan pasca panen berarti kita memberikan
nilai tambah pada produk kita sehingga harga produk kita bisa terangkat.
Menurut Setiadi, untuk pemasaran secara fresh, dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu (1) menggunakan keranjang bambu berukuran rusuk, menggunakan wadah
karton (kardus) yang setiap sisinya diberi lubang, (3) menggunakan karung goni, dan (4)
menggunakan piring stereoform yang dibungkus dengan plastik wrapping. Perlakuan
nomor empat bioasanya dikhususkan untuk pemasaran di supermarket.
Setiadi dalam bukunya Bertanam Cabai menambahkan bahwa pengelolaan pasca
panen yang mengolah cabe menjadi bahan olahan yaitu bisa dilakukan dengan
pengeringan dan dibuat saus. Pengolahan cabe kering biasanya tidak hanya untuk
konsumsi industri , tetapi juga untuk ekspor. Pengeringan cabe bisa dilakukan dengan
proses alamiah , bisa juga dilakukan dengan menggunakan alat. Cabe kering siap olah
biasanya mempunyai spesifikasi : kemasakan > 60 %, sehat dan sosoknya mulus.
Pengeringan cabe yang kurang matang maupun yang busuk berdampak pada kualitas
cabe olahan itu sendiri. Karena cabe yang pas dan tepat adalah warna aslinya masih bisa
dipertahankan. Pengeringan cara sederhana dengan matahari dilakukan dengan
menyeleksi cabe dan membuang tangkainya sebalum dilakukan pencucian. Cabe yang
sudah dicuci bersih kemudian dibelah dalam dimasukkan ke dalam air panas 90 o C
selama 6 menit. Air panas untuk merendam dicampur dengan kalium metasulfat 0,2 %
4
agar warna cabai yang dikeringkan dapat dipertahankan seperti semula. Cabe yang sudah
direndam kemudian dimasukkan ke dalam air, ditiriskan dalam rak bambu untuk
selanjutnya dipanaskan di bawah sinar matahari. Lama pemasaan 7 – 10 hari.
Pengeringan menggunakan alat tidak ubahnya seperti oven yang memanggang kue.
Ini pun prinsip kerjanya seperti itu, dimana cabe yang sudah direndam diletakkan pada
hamparan (rigen) secara teratur setebal 2 cm tersebut dimasukkan ke dalam alat tersebut
(lihat gambar). Pengeringan diusahakan berada pada suhu 60oC dengan cara membuka
ventilasi secara perlahan. Biasanya pada saat awal kadar air cabe masih sangat tinggi
sehingga pemanasan boleh diatas 60oC dengan batasan waktu selama 6 jam. Selanjutnya
suhu harus dipertahankan 60 oC. Tampah pengering cabe dapat ditukar-tukar untuk
mempercepat proses pengeringan sesuai nomor setiap 3 – 4 jam sekali. Dalam waktu 10
jam cabai sudah cukup kering dengan ciri-ciri : kadar air 10 %, warna merah mengkilat,
mulus seperti berminyak.
5
Pengelolaan Pasca Panen Cabe
Upaya Meningkatkan Harga dengan Nilai Tambah
PANEN CABAI HIBRIDA
Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan
lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai mulai dipanen pada umur
75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan
di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari
setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus
untuk sasaran ekspor, panen cabai dipilih pada tingkat kemasakan 85% - 90% saat warna
buah merah-kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai untuk tujuan ekspor dapat diatur
2 hari sekali ; sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali. Pada cabai paprika,
persyaratan layak panen adalah bila buahnya telah mencapai ukuran maksimal, hampir
matang tetapi warnanya masih hijau. Buah cabai paprika yang dipanen terlalu muda
bobotnya akan menurun secara drastis dan kurang tahan angkut (cepat rusak).
6
Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen terlalu matang atau warnanya sudah merah,
maka kualitasnya kurang disukai pasar (konsumen). Kecuali beberapa varietas cabai
paprika memang khusus untuk dipanen buah merah ataupun buah kuning.
Cara panen cabai hibrida adalah memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati
di saat cuaca terang. Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dikumpulkan di
tempat penampungan. Pada pertanaman yang baik, dapat menghasilkan produksi antara
20-40 ton/ha. Khusus cabai paprika minimal dapat menghasilkan 5-10 ton/hektar, harga
jualnya lebih mahal dibanding dengan jenis-jenis cabai lainnya.
PASCA PANEN CABAI HIBRIDA
Cabai Segar
Pemilihan buah (seleksi dan sortasi)
Di tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih berdasarkan warna merah, masih
kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat dengan buah sakit atau rusak (busuk).
Pengkelasan (klasifikasi)
Khusus untuk diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih buah-buah cabai yang
panjangnya minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak terlalu matang.
Pewadahan (pengemasan)
Untuk sasaran pasar lokal, pewadahan cabai dapat dilakukan dalam karung plastik yang
tembus udara ataupun keranjang bambu.
7
Untuk sasaran pasar ekspor, buah-buah cabai ditata rapi dalam kardus-kardus ukuran 30 x
40 x 50 cm berisi + 20 kg, dan berventilasi atau dibuatkan lubang-lubang kecil.
Penyimpanan
Penyimpanan sementara sebelum dipasarkan, sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh dan
cukup lembab, serta sirkulasi udara baik.
Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat dilakukan dalam ruang dingin (cold
storage) yang suhunya rendah antara 2-15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi
sekitar 90%-95% agar tetap segar selama + 20 hari.
Cabai Kering
Pemasaran cabai kering memiliki beberapa keuntungan, diantaranya memudahkan
pengangkutan, produk-nya dapat dikemas secara ringkas dan tahan lama.
Pembersihan
Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang (berwarna merah), kemudian dicuci bersih
dan tangkainya dibuang.
Pembelahan
Setelah buah cabai ditiriskan, segera dibelah dan dibuang biji-bijinya.
Perendaman sesaat dalam air hangat (blanching)
Buah-buah cabai segar segera dicelupkan ke dalam air mendidih yang telah dicampur
Kalium Metabisulfit 0,2%. Lama perendaman + 6 menit, kemudian disusul pencelupan ke
8
dalam air dingin. Tujuan blanching adalah untuk menambah ketahanan warna buah
sehingga tidak cepat berubah terjadi coklat (browning).
Pengeringan
Pengeringan cabai dapat dilakukan secara alami (sinar matahari) selama 7-10 hari,
ataupun dengan alat mekanis yang bersuhu 600 C sehingga dapat kering selama 12-20
jam. Pengeringan dengan alat mekanis memiliki beberapa keuntungan, antara lain
waktunya relatif singkat, bersih, dan kadar air dapat seminim mungkin + 10%.
Penyimpanan
Cabai kering dapat dikemas dalam kantong ataupun karung plastik tertutup rapat. Tempat
penyimpanannya yang baik adalah ruangan kering dengan kelembaban 70%
Umur panen masing-masing cabe hibrida berbeda antara yang satu dengan yang
lain. Ada yang lebih cepat, ada pula yang lambat tergantung karateristik, jenis dan yang
tak kalah pentingnya adalah lingkungan tempat tanam. Seperti contoh : umur panen cabe
Buana berkisar antara 80 – 130 HST, dan Somrak berkisar + 85 HST, lain lagi dengan
Cabe Jet Set yang lebih genjah dimana bisa dipanen pada umur + 65 - 75 HST. Sehingga,
bisa dikatakan bahwa cabe umumnya bisa dipanen pada umur 75 – 80 hari. Panen cabe
tidak hanya dilakukan sekali namun berkali-kali sampai buahnya habis, dengan panen
berikutnya berselang 2 – 3 hari sekali. Cabe yang ditanam di dataran tinggi dipanen lebih
lambat yaitu sekitar 90 – 100 HST dengan pemanenan susulan dilakukan selang 6 – 10
hari.
9
Meskipun hasil produksi maksimum, namun seringkali petani merasa dirugikan saat
menjual disaat pasar sudah over suplai. Keluhan petani seringkali berputar di sekitar
bagaimana memecahkan masalah harga jual produk yang menurun sementara harga
faktor produksi semakin melambung, sementara pihak yang berwenang pun tidak bisa
berbuat banyak karena harga jual komoditas pertanian apalagi untuk komoditas cabe
yang notabene bukan sebagai kebutuhan sangat vital diluar kendali mereka. Keluhan itu
terjadi karena para petani seringkali kurang memahami hukum ekonomi yang berlaku ,
dimana bila suplai lebih besar dari permintaan maka harga akan turun dan sebaliknya.
Lalu, apa yang bisa diperbuat petani bila pemanenan dilakukan saat over suplay
yang mengakibatkan harga menurun? Memasarkan cabe langsung pada konsumen akhir
bukanlah perkara mudah, apalagi mereka hanya membeli tidak dalam jumlah yang besar.
Begitu juga bila ingin memasok langsung ke industri.
Mungkin sudah saatnya kita memperhatikan pengelolaan pasca panennya. Seorang
petani yang berwawasan market oriented tentu melakukan tahapan-tahapan dan
pemikiran yang matang sebelum tanam cabe agar situasi seperti ini tidak terjadi.
Termasuk diantaranya memperhatikan pasca panen. Hal ini penting karena menyangkut
bagaimana agar produk kita tetap bisa terjual. Pengelolaan pasca panen bisa dilakukan
berbagai cara yaitu dengan memasarkan dalam bentuk olahan (cabe kering), atau bila
memang ingin tetap fresh bisa dilakukan dengan perlakuan penge-masan yang baik.
Pengelolaan pasca panen tersebut memang mem-butuhkan biaya tambahan, namun perlu
diingat bahwa dengan kita melakukan pengelolaan pasca panen berarti kita memberikan
nilai tambah pada produk kita sehingga harga produk kita bisa terangkat.
10
Untuk pemasaran secara fresh, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu (1)
menggunakan keranjang bambu berukuran rusuk, menggunakan wadah karton (kardus)
yang setiap sisinya diberi lubang, (3) menggunakan karung goni, dan (4) menggunakan
piring stereoform yang dibungkus dengan plastik wrapping. Perlakuan nomor empat
bioasanya dikhususkan untuk pemasaran di supermarket.
Setiadi dalam bukunya Bertanam Cabai menambahkan bahwa pengelolaan pasca
panen yang mengolah cabe menjadi bahan olahan yaitu bisa dilakukan dengan
pengeringan dan dibuat saus. Pengolahan cabe kering biasanya tidak hanya untuk
konsumsi industri , tetapi juga untuk ekspor. Pengeringan cabe bisa dilakukan dengan
proses alamiah , bisa juga dilakukan dengan menggunakan alat. Cabe kering siap olah
biasanya mempunyai spesifikasi : kemasakan > 60 %, sehat dan sosoknya mulus.
Pengeringan cabe yang kurang matang maupun yang busuk berdampak pada kualitas
cabe olahan itu sendiri. Karena cabe yang pas dan tepat adalah warna aslinya masih bisa
dipertahankan. Pengeringan cara sederhana dengan matahari dilakukan dengan
menyeleksi cabe dan membuang tangkainya sebalum dilakukan pencucian. Cabe yang
sudah dicuci bersih kemudian dibelah dalam dimasukkan ke dalam air panas 90 o C
selama 6 menit. Air panas untuk merendam dicampur dengan kalium metasulfat 0,2 %
agar warna cabai yang dikeringkan dapat dipertahankan seperti semula. Cabe yang sudah
direndam kemudian dimasukkan ke dalam air, ditiriskan dalam rak bambu untuk
selanjutnya dipanaskan di bawah sinar matahari. Lama pemasaan 7 – 10 hari.
11
Pengeringan menggunakan alat tidak ubahnya seperti oven yang memanggang kue.
Ini pun prinsip kerjanya seperti itu, dimana cabe yang sudah direndam diletakkan pada
hamparan (rigen) secara teratur setebal 2 cm tersebut dimasukkan ke dalam alat tersebut
(lihat gambar). Pengeringan diusahakan berada pada suhu 60oC dengan cara membuka
ventilasi secara perlahan. Biasanya pada saat awal kadar air cabe masih sangat tinggi
sehingga pemanasan boleh diatas 60oC dengan batasan waktu selama 6 jam. Selanjutnya
suhu harus dipertahankan 60 oC. Tampah pengering cabe dapat ditukar-tukar untuk
mempercepat proses pengeringan sesuai nomor setiap 3 – 4 jam sekali. Dalam waktu 10
jam cabai sudah cukup kering dengan ciri-ciri : kadar air 10 %, warna merah mengkilat,
mulus seperti berminyak.