136
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MAHDALIYAH KOTA JAMBI SKRIPSI Oleh IRMAWATI NIM. TM.130826 PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS MASALAH

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH MAHDALIYAH

KOTA JAMBI

SKRIPSI

Oleh

IRMAWATI

NIM. TM.130826

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2019

Page 2: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

i

Page 3: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

ii

Page 4: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

iii

Page 5: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

iv

Page 6: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

v

Page 7: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

vi

Page 8: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

vii

Page 9: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

viii

Page 10: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

ix

Page 11: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

x

Page 12: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

xi

Page 13: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

xii

Page 14: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

xiii

Page 15: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

xiv

Page 16: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

xv

Page 17: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah ilmu universal yang menjadi dasar perkembangan teknologi

serta berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu lain dan mengembangkan daya pikir

manusia. Oleh sebab itu, untuk menguasai dan menciptakan teknologi dibutuhkan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Dengan demikian mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta

didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan

berpikir yang logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Sebagaimana yang diketahui bahwa setiap aktifitas tentunya harus mempunyai

tujuan, begitu pula tujuan orang mengajar atau orang belajar. Tujuan pelajaran matematika

harus bisa dipahami bersama baik oleh guru atau peserta didik. Pemahaman yang sama

terhadap tujuan, akan berdampak positif terhadap guru dalam mengajarkan pelajaran.

Sedangkan peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha berlatih dan

berlatih lagi apabila tujuan pelajaran juga dipahami dengan baik. Untuk mencapai tujuan

matematika tersebut bukanlah hal yang mudah. Dibenak peserta didik matematika

merupakan pelajaran yang sulit, karena sepengetahuan peserta didik metematika hanya

dipenuhi dengan rumus-rumus yang memusingkan tanpa mengetahui manfaat

pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terkait dengan masalah di atas, saat

ini pemerintah telah memberlakukan Kurikulum 2013 sebagai perbaikan dari Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 ini berbasis saintifik, dimana dalam

pelaksanaannya menggunakan lima langkah pembelajaran yang dikenal dengan 5M.

Adapun 5M tersebut adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan. Daryanto (2014:16) menjelaskan bahwa pembelajaran pada

Page 18: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

2

kurikulum 2013 tidak terpaku pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar, pada materi

tertentu pesertadidik dianjurkan untuk memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan.

Dengan demikian melalui pendekatan saintifik peserta didik dapat mengetahui manfaat

dari suatu pembelajaran untuk kehidupan, khususnya pada mata pelajaran matematika.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam proses pembelajaran haruslah dilengkapi dengan

bahan ajar. Ditjen Dikdasmen (2008:6) menjelaskan bahwa:

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar yang umumnya digunakan dalam proses pembelajaran adalah buku panduan.

Daryanto (2014:19) menjelaskan dalam kurikulum 2013 pembelajaran berlangsung di

rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Dengan kata lain peserta didikdituntut untuk dapat

belajar mandiri. Namun, tidak semua buku panduan dapat digunakan peserta didik secara

mandiri.

Pada saat wawancara yang dilakukan penulis dengan salah seorang guru matematika

kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yaitu Ibu Andriyani, S.Pd. Berdasarkan

pengamatan dari guru tersebut, dimana siswa itu masih lemah pada konsep aljabar, dan

proses menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika, serta terlihat

pada hasil ulang harian kelas X setelah dilakukan analisis soal yaitu yang memenuhi atau

melewati KKM hanya beberapa siswa, hal ini dikarenakan kemampuan pemahaman

konsep siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel masih sangat rendah.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi Sistem Persamaan Linear

Tiga Variabel di kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi juga dikarenakan

siswanya yang malas mengulang pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya, malas

berlatih megerjakan soal-soal serta selama ini proses belajar mengajar cenderung

membosankan, guru terlalu mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa menjadi

pasif, mudah bosan, dan mengantuk. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model

pembelajaran, di mana dalam proses belajar mengajar matematika guru hendaknya

memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa agar dapat mengembangkan

Page 19: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

3

pengetahuannya sendiri, mengerti konsep yang digunakan pada materi yang dipelajari dan

guru tidak hanya melakukan penilaian akhir saja tetapi guru lebih memusatkan pada

penilaian selama proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa tidak hanya menghafal dan

memikirkan jawaban akhirnya saja dari sebuah soal, tetapi selama proses pembelajaran

siswa akan aktif, menganalisis contoh-contoh agar siswa tahu konsep yang akan digunakan

untuk menyelesaikan soal dan dapat menerapkannya untuk menyelesaikan suatu

permasalahan.

Permasalahan lain juga ditemukan penulis saat melakukan wawancara dengan

siswa. Dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear

Tiga Variabel, nilai peserta didik masih tergolong rendah. Hal ini dilihat dari hasil ulangan

peserta didik yang rata-rata dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Tentang

pemahaman konsep siswanya, pada materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel, siswa

masih lemah tentang penggunaan variabel, metode substitusi maupun eliminasi, grafik

maupun metode campuran, dan juga lemah dalam menentukan hasil perhitungan. Untuk

mencapai kemampuan pemahaman konsep tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran,

salah satu model yang bisa diterapkan adalah Model Pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning/PBL).

Pembelajaran berbasis masalah ini dapat membantu dalam meningkatkan

perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka,

reflektif, kritis, dan belajar aktif. Pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi

keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan

interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan lain (Rusman, 2014:230).

Pembelajaran matematika di sekolah umumnya masih menggunakan metode

ceramah sehingga kemampuan berpikir kritis siswa sangat sulit untuk dikembangkan. Guru

juga terbiasa memberikan contoh soal terlebih dahulu sebelum memberikan tes kepada

siswa sehingga siswa akan kesulitan jika diberikan soal dengan bentuk yang berbeda.

Faktor yang dapat menunjang keberhasilan siswa dalam pelajaran matematika tidak hanya

dari kemampuan siswa sendiri namun didukung oleh faktor guru dan juga model

pembelajaran yang digunakan di dalam kelas (Harlinda Fatmawati dkk, 2014: 912).

Page 20: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

4

Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terutama pada pembelajaran

matematika, dimana pembelajaran matematika tidak bisa dilepaskan dari berpikir kritis

guna mewujudkan pembelajaran matematika yang sesungguhnya.

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah peneliti kemukakan,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Bahan

Ajar Matematika Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa untuk Kelas X Madrasah Aliyah Kota Jambi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika cenderung kearah teacher-centered

2. Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah

3. Pembelajaran matematika masih dianggap sulit bagi siswa MA karena tidak sesuai

dengan konteks kehidupan sehari-hari

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, bahan ajar yang

akan dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Subjek penelitian pada penelitian

ini adalah siswa, dan guru Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi, materi pembelajaran

matematika yang akan diteliti adalah pokok bahasan sistem persamaan tiga variabel.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota

Jambi?

Page 21: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

5

2. Bagaimanakah kualitas bahan ajar berbasis masalah yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan dan

kegiatan pembelajaran yang telah digunakan?

E. Tujuan dan Kegunaan Pengembangan

1. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan bahan ajar matematika berbasis masalah yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah

Mahdaliyah Kota Jambi.

b. Menelaah kualitas bahan ajar berbasis masalah dilihat dari hasil penilaian

validator dan keefektifan bahan ajar dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi.

c. Menelaah respon siswa terhadap bahan ajar dan kegiatan pembelajaran yang

telah dikembangkan.

2. Kegunaan Pengembangan

Adapun kegunaan pengembangan yang dapat diperoleh dari penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

a. Bagi guru

Bahan ajar ini dapat dijadikan informasi dan masukan untuk mendesain

bahan ajar pada pokok bahasan matematika lainnya dan diterapkan dalam

pembelajaran matematika.

b. Bagi siswa

Dengan bahan ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa dan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari pelajaran

matematika.

c. Bagi sekolah

Page 22: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

6

Dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan atau menerapkan bahan

ajar untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa .

d. Bagi peneliti

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)

dalam Ilmu Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Jambi.

e. Peneliti lain

Menambah wawasan peneliti lain dan dapat menjadi batu loncatan untuk

membuat media lain yang lebih efektif dan efisien ketika menjadi guru kelak.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang diharapkan dari design research ini adalah sebagai berikut:

1. Berbentuk media cetak.

2. Merupakan produk bahan ajar materi sistem persamaan tiga variabel untuk MA/SMA

kelas X.

3. Jenis Produk yang diharapkan:

a. Memuat Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan

pembelajaran

b. Petunjuk penggunaan LKS.

c. Berisi uraian tentang materi sistem persamaan tiga variabel (memuat komponen

dalam pembelajaran berbasis masalah)

d. Soal-soal latihan

4. Bagian-bagian LKS matematika berbasis masalah antara lain: Halaman Cover, Kata

Pengantar, Peta Konsep, Petunjuk Penggunaan lembar Kerja Siswa, daftar isi, soal-

soal berpikir kritis, latihan soal, dan daftar pustaka

5. Memenuhi kriteria ketercapaian yaitu

Page 23: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

7

Bahan ajar matematika berbasis masalah berbentuk media cetak yang memenuhi

tiga unsur kelayakan, Menurut Akker (1999) (dalam Safitri, 2013:29), terdapat tiga unsur

kelayakan yaitu:

1. Efektivitas, yaitu apakah produk ini dapat memfasilitasi ketercapaian hasil belajar

siswa sesuai KKM yang ditentukan dari sekolah yang bersangkutan. Efektivitas dapat

dilihat dari nilai Post-test siswa dibandingkan dengan KKM. Akan terlihat siswa yang

sudah mencapai KKM atau lebih dan juga siswa yang belum mencapai KKM. Bahan

ajar dikatakan efektif apabila dari 60% siswa nilai post-test-nya di atas KKM.

2. Validasi, yaitu penilaian kelayakan dari guru dan para ahli. Bahan ajar ini dikatakan

valid apabila dari lembar penilaian bahan ajar didapat kategori penilaian baik.

3. Praktibilitas, yaitu kepraktisan dalam penggunaan. Penilaian kepraktisan berdasarkan

respons siswa. Bahan ajar dikatakan praktis apabila mendapatkan respons positif dari

siswa yang dilihat berdasarkan angket penilaian.

Page 24: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Bahan Ajar

Bahan atau materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang

dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara

dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntunan perkembangan masyarakat. Bahan ajar

yang diterima anak didik harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi

setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, bahan pelajaran

merupakan unsur inti yang ada kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran

itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu pula, guru khususnya

atau pengembangan kurikulum umumnya harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan

atau topik yang tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta didik di masa

depan. Sebab, minat peserta didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan

kebutuhannya (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2009: 14).

Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran. Bahan yang akan

digunakan dalam bentuk buku, sumber utama, maupun buku penunjang lainnya. Di

samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran,

brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan kompetensi dasar yang

ditetapkan. Sebagian bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang

berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan

kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tergantung pada wawasan

pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar.

Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman

guru terhadap materi tersebut, maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran

yang dilaksanakan. Bahan yang suah terkumpul, selanjutnya dipilah, dikelompokkan dan

Page 25: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

9

disusun ke dalam indikator dari kompetensi dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan

terkumpul secara memadai seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan

mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya

(Trianto, 2010: 121-122).

Elemen-elemen yang harus dipenuhi dalam menyusun bahan ajar, antara lain

konsistensi, format, dan organisasi, spasi/halaman kosong. Berikut ini merupakan

penjelasan dari elemen-elemen tersebut:

a. Konsistensi

Konsistensi harus dipenuhi dalam hal bentuk dan huruf dari setiap halaman. Disarankan

untuk tidak menggunakan terlalu banyak variasi dalam bentuk dan ukuran huruf. Kerapian

dalam setiap halaman terlihat pada jarak spasi yang konsisten, misalnya antara judul

dengan isi (baris pertama), atau judul degan sub judul dan sub judul dengan isi dai sub

judul, dan seterusnya. Konsistensi dalam pemakaian spasi akan membuat pembaca lebih

terarah, apakah sedang membaca isi dari judul atau isi dari sub judul, dan sebagainya.

Selain konsisten dengan bentuk huruf, ukuran dan spasi, sebuah bahan ajar hendaknya

konsisten juga dalam menetapkan batas (margin) dari pengetikan. Pemilihan bentuk huruf

dan ukuran hendaknya mempertimbangkan kemudahan bagi peserta didik untuk

membacanya sesuai dengan karakteristik pembaca atau peserta didik. Hal ini dilakukan

untuk meningkatkan daya tarik terhadap bahan ajar tersebut.

b. Format

Untuk mendukung konsistensi, diharapkan juga menggunakan format yang sesuai baik

format kolom (bentuk kolom tunggal atau bentuk koran/multi kolom) dan juga format

paragraf yang sesuai.

c. Organisasi

Bahan ajar yang terorganisasi dengan baik akan memudahkan dan meningkatkan semangat

peserta didik untuk membaca atau belajar menggunakan bahan ajar tersebut. Materi

pembelajaran harus terorganisasi dengan baik dalam arti membuat materi ajar yang

terdapat dalam bahan ajar tersusun secara sistematis. Secara umum pengorganisasian

antara isi materi dan ilustrasinya (misalkan gambar, foto, peta, dan lainnya), antara

Page 26: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

10

paragraf yang satu dengan lainnya, antara judul dengan sub judul beserta uraiannya

ditujukan bagi kemudahan peserta didik dalam memanfaatkan bahan ajar tersebut untuk

dapat belajar secara mandiri.

d. Perwajahan

Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang-kadang lebih banyak dari bagian

sampul, sehingga diharapkan bagian sampul diberikan gambar, kombinasi warna, dan

ukuran huruf yang serasi. Apabila peserta didik sudah mulai membaca atau menggunakan

bahan ajar tersebut maka untuk mempertahankan ketertarikan, atau untuk meningkatkan

motivasi belajar peserta didik, perlu diberikan gambar atau ilustrasi, bahkan bahan ajar

yang berupa buku dapat dilengkapi dengan bahan multimedia (misalkan CD dan lainnya).

Sebagai bahan komplemen dari bahan ajar yang diberikan. Selain itu, dalam bahan ajar

juga dapat diberikan tugas dan latihan yang dikemas sehingga peserta didik tidak merasa

bosan menggunakan bahan ajar tersebut

Bahan ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar mandiri, untuk itu dalam bahan ajar

diharapkan adanya sebuah spasi kosong atau halaman kosong. Halaman kosong ini dapat

digunakan oleh peserta didik untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan ketika

menggunakan bahan ajar, juga dapat digunakan oleh peserta didik untuk beristirahat dalam

proses belajar. Penempatan halaman kosong harus diberikan secara proporsional (Chomsin

S. Widodo dan Jasmadi, 2008: 52-54)

2. Matematika

Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada sejak pendidikan dasar

dan dapat membentuk pola pemikiran yang logis, sistematis, kritis dan kreatif (Harlinda

Fatmawati dkk, 2014: 911-912).

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Barrow didalam Miftahul (2014:271) mendefinisikan Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning/PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui

Page 27: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

11

proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan

pertama dalam proses pembelajaran. PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari

paradigma pengajaran menuju paradigm pembelajaran. Jadi fokusnya adalah pada

pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu

model pembelajaran inovatif yang memberi kondisi belajar aktif kepada peserta didik

dalam kondisi dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan

beberapa langkah, (1) mengidentifikasi masalah (2) melibatkan usaha guru dalam

membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah (3) peserta didik dibantu untuk

memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah (4) guru mendorong peserta didik

untuk menilai validitas solusi (Martinis, (2013:62 - 64).

Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam

pendidikan. Kurikulum PBM ini membantu meningkatkan perkembangan keterampilan

belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.

Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja

kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang

lain (Rusman, 2014:230).

Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam

kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,

kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

Adapun Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut (Rusman,

2014:232):

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permsalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yag tidak

tertsruktur

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan

kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang

baru dalam belaja

Page 28: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

12

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber

informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif

h. Pengembangan keterampilan inguiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan

penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan

i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses

belajar.

j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Sintak Operasional pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) bisa

mencakup antaralain sebagai berikut (Miftahul, 2014:272-273):

a. Pertama-tama siswa disajikan suatu masalah

b. Siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning)dalam sebuah kelompok kecil. Mereka mengklarifikasi fakta-fakta

suatu kasus kemudian mendefinisikan sebuah masalah. Mereka membrainstorming

gagasan-gagasannya dengan berpijak pada pengetahuan sebelumnya. Kemudian,

mereka mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan masalah

serta apa yang yang mereka tidak ketahui. Mereka menelaah masalah tersebut. Mereka

juga mendesain suatu rencana tindakan untuk menggarap masalah

c. Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan

guru. Hal ini bisa mencakup: perpustakaan, database, website, masyrakat dan

observasi

d. Siswa kembali pada tutorial PBM/PBL, lalu saling sharing informasi melalui peer

teaching atau cooperative learning atas masalah tertentu.

e. Siswa menyajikan solusi atas masalah

f. Siswa mereview apa yang mereka pelajari selama proses pengerjan selama ini. Semua

yang berpartisipasi dalam proses tersebut terlibat dalam review berdasarkan

bimbingan guru, sekaligus melakukan refleksi atas kontribusinya terhadap proses

tersebut.

Page 29: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

13

4. Berpikir Kritis Siswa

Kebanyakan orang mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir pada level

tinggi atau juga dimaknai berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis juga sering dipahami

sebagai berpikir yang rumit dan cenderung hanya cocok pada level mahasiswa. Dampak

dari pemahaman definisi di atas, banyak orang mengidentikkan berpikir kritis diberlakukan

untuk soal-soal yang susah. Pandangan-pandangan ini yang harus kita rubah, kita harus

berpikir dari sisi proses dalam berpikir kritis itu, kemudian kita juga harus berpikir sisi

tujuan dan juga dari sisi manfaat. Menurut Zdravkovich berpikir kritis adalah berpikir yang

akurat, relevan, wajar dan juga teliti dalam konteks menganalisis masalah, menyintesis,

generalisasi, menerapkan konsep, menafsirkan, mengevaluasi mendukung argumen dan

hipotesis, memecahkan masalah, dan juga dalam membuat keputusan. Sangat kompleks

sekali keahlian yang dimiliki oleh siswa ketika kita memandang berpikir kritis itu dari segi

proses. Jika kita mengkaji pemahaman di atas maka sangat penting rasanya untuk kita

mengembangkan soal berpikir kritis dan layaknya soal berpikir kritis itu mendominasi

dalam masalah matematika (Syutaridho, 2016: 34).

Terdapat enam tingkatan berpikir kritis, yaitu:

a. Berpikir yang tidak direfleksikan (unreflective thinking)

Pemikir tidak menyadari peran berpikir dalam kehidupan, kurang mampu menilai

pemikirannya, dan mengembangkan beragam kemampuan berpikir tanpa menyadarinya.

Akibatnya gagal menghargai berpikir sebagai aktivitas yang melibatkan elemen bernalar.

Mereka tidak menyadari standar yang tepat untuk penilaian berpikir yaitu kejelasan,

ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan.

b. Berpikir yang menantang (challanged thinking)

Pemikir sadar peran berpikir dalam kehidupan, menyadari berpikir berkualitas

membutuhkan berpikir reflektif yang disengaja, dan menyadari berpikir yang dilakukan

sering kekurangan tetapi tidak mengidentifikasikan di mana kekurangannya. Pemikir pada

tingkat ini memiliki kemampuan berpikir yang terbatas.

c. Berpikir permulaan (beginning thinking)

Page 30: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

14

Pemikir mulai memodifikasi beberapa kemampuan berpikirnya tetapi memiliki wawasan

terbatas. Mereka kurang memiliki perencanaan yang sistematis untuk meningkatkan

kemampuan berpikirnya.

d. Berpikir latihan (practicing thinking)

Pemikir menganalisis pemikirannya secara aktif dalam sejumlah bidang namun mereka

masih mempunyai wawasan terbatas dalam tingkatan berpikir yang mendalam.

e. Berpikir lanjut (advanced thinking)Pemikir aktif menganalisis pikirannya, memiliki

pengetahuan yang penting tentang masalah pada tingkat berpikir yang mendalam.

Namun mereka belum mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi secara konsisten

pada semua dimensi kehidupannya.

f. Berpikir yang unggul (accomplished thinking)

Pemikir menginternalisasi kemampuan dasar berpikir secara mendalam, berpikir kritis

dilakukan secara sadar dan menggunakan intuisi tinggi. Mereka menilai pikiran secara

kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan secara intuitif (Harlinda

Fatmawati dkk, 2014: 913-914).

5. Sistem persamaan linear tiga variabel

A. Persamaan Linear Tiga Variabel ( SPLTV )

Persamaan Linear tiga variabel adalah persamaan yang memiliki tiga variabel

dengan masing-masing variabel berderajat satu. Persamaan linear tiga variabel

mempunyai bentuk umum :

Page 31: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

15

B. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

Tiga persamaan linear dengan tiga variabel yang disajikan secara bersamaan

disebut sistem persamaan linear tiga variabel.

Bentuk umum sistem persamaan linear dengan tiga variabel x,y, dan z adalah:

C. Metode penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

1. Metode Subtitusi

Langkah-langkah penyelesaian SPLTV dengan metode subtitusi adalah sebagai

berikut :

Tentukan terlebih dahulu mana yang menjadi persamaan 1, persamaan 2, dan

persamaan 3

Lalu kita ubah salah satu persamaan ke dalam bentuk lain dan beri nama dengan

persamaan 4

Setelah itu subtitusikan persamaan 4 ke dalam persamaan 2, dan persamaan 3

Dan langkah terakhir subtitusikan nilai variabel dari persamaan 2 dan 3 ke

persamaan1

2. Metode Eliminasi

Langkah-langkah penyelesaian SPLTV dengan metode eliminasi adalah sebagai

berikut :

tentukan terlebih dahulu mana yang menjadi persamaan 1, persamaan 2, dan

persamaan 3.

eliminasi salah satu peubah atau atau sehingga diperoleh SPLDV

selesaikan SPLDV yang didapat pada Langkah 2

Page 32: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

16

substitusikan nilai-nilai peubah yang diperoleh pada Langkah 2 ke dalam salah

satu persamaan semula untuk mendapatkan nilai peubah yang lainnya

3. metode campuran antara subtitusi dan eliminasi

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang

peneliti lakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Waminton Rajagukguk dan Erlinawaty Simanjun

sebutak, yang berjudul “pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah

terintegrasi ICT untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis”. Penelitian ini bertujuan

untuk membuat model awal bahan ajar matematika berbasis masalah terintregrasi ICT

berikut perangkat pembelajarannya. Penelitian ini menggunakan pengembangan perangkat

pembelajaran model 4-D Thiagarajan, dkk. Data yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah hasil pengamatan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan serta

skor tes kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian instrumen yang digunakan adalah

format pengamatan, angket respon siswa dan tes. Teknik analisa data pada penelitian tahap

ini adalah (1) analisis data hasil validasi ahli terhadap pengembangan bahan ajar dan

perangkat pembelajarannya (2) analisis data respon siswa terhadap pembelajaran (3)

analisis data tes kemampuan berpikir kritis siswa berupa model awal perangkat

pembelajaran yaitu RPP, buku pegangan guru (bahan ajar), lembar aktivitas siswa dan tes

kemampuan berpikir kritis matematika yang telah valid oleh para ahli yaitu 2 orang dosen

di jurusan matematika unimed. Instrumen yang diperoleh terdiri dari tes kemampuan

berpikir kritis siswa, angket respon siswa, format pengamatan proses pembelajaran dan

format aktivitas siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Mulyono yang berjudul “Pengembangan

Bahan Ajar Modul Matematika SMP Kelas VII di Kabupaten Tulang Bawang Barat”.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi bahan ajar

matematika yang digunakan di SMP di kabupaten Tulang Bawang Barat, (2)

Page 33: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

17

mengembangkan modul matematika yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (3)

menguji efektifitas modul yang dikembangkan dikaitkan dengan peningkatan hasil belajar

matematika siswa, (4) menguji efisiensi modul yang dikembangkan dikaitkan dengan

peningkatan hasil belajar matematika siswa, dan (5) menguji daya tarik modul yang

dikembangkan dikaitkan dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa.Pendekatan

menggunakan penelitian dan pengembangan Borg and Gall. Penelitian ini dilakukan di

SMPN 1 Lambu Kibang, SMPN 1 Tumijajar, dan SMPN 1 Tulang Bawang Udik, di

kabupaten Tulang Bawang Barat. Pengumpulan data menggunakan angket dan tes.

Dianalisis secara deskriptif dan uji-t. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) SMP di

kabupaten Tulang Bawang Barat berpotensi untuk pengembangan modul, yang ditandai

dengan belum adanya modul sebagai bahan ajar dalam pembelajaran matematika dan buku

yang digunakan selama ini tidak mendukung tercapainya tujuan mata pelajaran

matematika, (2) produk pengembangan berupa bahan ajar modul matematika materi

statistika, (3) modul efektif digunakan sebagai bahan ajar karena lebih dari 60% siswa

tuntas belajar, (4) modul efisien digunakan karena waktu yang digunakan lebih sedikit,

dengan nilai efisiensi 1,25, (5) modul matematika materi statistika menarik bagi siswa,

dengan rata-rata persentase 87,3%.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmita Yuliana Gazali, yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP berdasarkan Teori Belajar

Ausubel”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar matematika berdasarkan

teori belajar Ausubel untuk siswa SMP berupa lembar kegiatan siswa (LKS) dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif, serta

tes prestasi belajar (TPB) yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan reliabel. Penelitian ini

merupakan penelitian pengembangan yang diadaptasi dari model Borg & Gall yang terdiri

atas tiga langkah utama yaitu studi pendahuluan, desain produk, dan pengembangan dan

evaluasi. Kevalidan produk dilihat dari hasil validasi ahli dan mencapai kriteria valid untuk

LKS dan sangat valid untuk RPP dan TPB. Kepraktisan produk mencapai kategori sangat

praktis ditinjau dari lembar kepraktisan guru dan siswa serta observasi keterlaksanaan

pembelajaran. Keefektifan produk ditinjau dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Page 34: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

18

Hasil uji coba lapangan menunjukkan lebih dari 70% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimum untuk pengetahuan dan keterampilan, serta mencapai kriteria baik dan sangat

baik untuk ranah sikap.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhasanuddin, yang berjudul “Pengembangan

Bahan Ajar Matematika Berbasis Kontekstual dengan Metode Group Investigation (GI)

untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP/MTs Pada

Materi Garis Singgung Lingkaran”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan

ajar matematika berbasis kontekstual dengan metode Group Investigation (GI) yang layak

dan mengetahui dampak bahan ajar matematika berbasis kontekstual dengan metode

Group Investigation (GI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Jenis

penelitian ini adalah design research dengan menggunakan model Gravemeijer dan Cobb

yang terdiri dari tiga tahap yaitu, preparing for the experiment, design experiment, dan

restrospective analysis. Subjek penelitian ini adalah siswa MTs N LAB. UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

adalah lembar penilaian bahan ajar, lembar observasi, lembar tes, dan angket respon siswa.

Hasil penelitian ini adalah bahan ajar matemtika berbasis kontekstual dengan metode

Group Investigation (GI). Bahan ajar matemtika tersebut memenuhi tiga kriteria kelayakan

yaitu valid, efektif, dan praktis. Valliditas dilihat dari penilaian dua dosen pendidikan

matematika dan satu guru matematika, yang menunjukkan bahwa bahan ajar memiliki

kriteria sangat baik dengan persentase 79,16%. Efektivitas dilihat dari hasil post test yang

menunjukkan 68% siswa nilainya berada di atas KKM dengan rata-rata 77,74 sehingga

dapat disimpulkan bahwa bahan ajar tersebut dapat dikatakan efektif. Praktibilitas dilihat

dari angket respon siswa terhadap bahan ajar matematika. Hasil respon siswa

menghasilkan skor 47,74 dari skor ideal 60 dengan persentase 76,57% sehingga respon

siswa terhadap bahan ajar dikatakan positif. Dampak yang diperoleh setelah penggunaan

bahan ajar matematika adalah pemahaman siswa mengenai materi kedudukan dua garis,

lingkaran, sudut, bangun segi tiga, dan bangun persegi panjang menjadi lebih tinggi. Selain

itu siswa ketika menyelesaikan permasalahan berusaha untuk mengidentifikasi apa yang

Page 35: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

19

diketahui dan ditanyakan, merumuskan masalah, memproses data dan kemudian

menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Nurintasari, yang berjudul “Pengembangan

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Matematika Berbasis Metode Penemuan Terbimbing untuk

Memfasilitasi Pencapaian Pemahaman Konsep dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VII

Pada Pokok Bahasan Segi Empat”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menghasilkan

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) matematika berbasisi metode penemuan terbimbing dan

memfasilitasi pencapaian pemahaman konsep dan keaktifan belajar siswa kelas VII pada

pokok bahasan segi empat yang berkualitas ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek kelayakan

isi, aspek kebahasanan, dan aspek penyajian, 2) mengetahui kualitas LAS matematika

berbasis metode penemuan terbimbing yang layak digunakan dalam pembelajaran

matematika pada pokok bahasan segi empat kelas VII SMP/MTs, 3) mengetahui respon

siswa terhadap LAS matematika berbasis metode penemuan terbimbing untuk mefasilitasi

pencampaian pemahaman konsep dan keaktifan belajar siswa kelas VII pada pokok

bahasan segi empat. Penelitian ini merupakan penelitian research and development (R&D)

yang menggunakan model yang dikembangkan oleh Borg dan Gall. Pengembangan ini

terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap uji

produk. Instrumen yang digunakan meliputi lembar soal post tes, lembar penilaian LAS

serta angket yang terdiri dari angket respon siswa dan angket keaktifan belajar siswa.

Angket respon siswa terhadap LAS diberikan kepada 32 siswa kelas VII A MTs N

Yogyakarta II sebagai subjek penelitian. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan

bahwa: 1) pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dilakukan dengan tahap:

pendahuluan, pengembangan, dan uji produk, 2) Kualitas Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

yang dikembangkan adalah sangat baik dengan persentase keidealan 83,8125%. Ditinjau

dari hasil post-test, LAS matematika berbasis metode penemuan terbimbing telah berhasil

memfasilitasi pencapaian pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan segi

empat. Hal ini dilihat dari 81,25% banyaknya siswa yang mengikuti post test memiliki skor

lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan angket

keaktifan belajar siswa, LAS matematika berbasis metode penemuan terbimbing dapat

Page 36: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

20

memfasilitasi pencapaian keaktifan belajar siswa dalam kategori sangat baik dengan rata-

rata skor keseluruhan angket keaktifan belajar siswa adalah 65,219 dari skor maksimal

ideal 80 dan persentase keidealan 81,52%, 3) berdasarkan data yang diperoleh, respon

siswa siswa terhadap LAS yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat positif atau

sangat baik. Oleh karena itu, LAS matematika dengan metode penemuan terbimbing pada

pokok bahasan segi empat ini telah layak digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian sebelumnya memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang peneliti

lakukan, adapun perbedaannya adalah titik fokus penelitian, pengembangan bahan ajar,

dan objek penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian ini. Penelitian yang

dilakukan oleh Waminton Rajagukguk, bahan ajar yang dikembangkan adalah bahan ajar

matematika berbasis masalah terintegrasi ICT, penelitian Slamet Mulyono bahan ajar yang

dikembangkan adalah bahan ajar modul matematika SMP, penelitian yang dilakukan oleh

Rahmita Yuliana Gazali bahan ajar yang dikembangkan adalahbahan ajar matematika

untuk siswa SMP berdasarkan teori belajar ausubel, penelitian yang dilakukan oleh

Nurkhasanuddin meneliti tentang pengembangan bahan ajar matematika berbasis

kontekstual dengan metode Group Investigation (GI), dan penelitian yang dilakukan oleh

Ajeng Nurintasari meneliti tentang Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

matematika berbasis metode penemuan terbimbing, sedangkan penelitian yang peneliti

lakukan yaitu tentang pengembangan bahan ajar matematika berbasis masalah untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Page 37: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi, penelitian ini

akan dilakukan pada tanggal 6 November – 8 Desember 2018.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X di

Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi pada tahun ajaran 2018/2019, dan Guru bidang

studi matematika di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi. Guru dan siswa menjadi

sumber dalam memperoleh data kebutuhan bahan ajar, dosen ahli menjadi sumber data

dalam penilaian dan perbaikan bahan ajar dan uji coba media tersebut dilakukan pada

siswa dan guru.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk model penelitian pengembangan (Research And

Development). Sugiyono (2013:407) menjelaskan bahwa model penelitian dan

pengembangan adalah model penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Sukmadinata (2008:164)

penelitian dan pengembangan adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup

baik untuk memperbaiki praktik. Penelitian Research and Development (R&D) merupakan

suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau

menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk

tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku,

modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat

lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran dikelas,

Page 38: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

22

perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran,

pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.

Penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui, dan mengembangkan

hipotesa dari proses belajar dan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal

ini, penelitian desain bertujuan untuk merumuskan, mengetahui, dan mengembangkan

bahan ajar yang berbasis masalah. Pada penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif

kualitatif dalam mengungkapkan fakta dan data yang ada.

D. Prosedur Pengembangan

Produk yang dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi sistem

persamaan linear tiga variabel dengan pendekatan berbasis masalah. Bahan ajar ini

dikembangkan dengan menggunakan prosedur pengembangan yang telah dimodifikasi

oleh Borg dan Gall yang meliputi: (1) tahap penelitian dan pengumpulan data (research

and information collecting), (2) tahap perencanaan (planning), (3) tahap pengembangan

draft produk (development preliminary form of product), (4) tahap uji coba lapangan awal

(preliminary field testing), (5) tahap merevisi hasil uji coba (main product revision), (6)

tahap uji coba lapangan (main field testing), (7) tahap penyempurnaan produk hasil uji

coba lapangan (operational product revision), (8) tahap uji pelaksanaan lapangan

(operational field testing), (9) tahap penyempurnaan produk akhir (final product revision),

(10) tahap diseminasi dan implementasi (disemination and implementation) (Sukmadinata,

2008:169-170). Dengan perubahan yakni penelitian ini tidak melewati langkah 6, 7, 8 dan

9, karena terkendala dengan waktu, tenaga dan biaya penelitian.

Berikut bagan representasi pengembangan yang digunakan dapat dilihat pada

gambar 3.1:

Penelitian dan pengumpulan

data

Perencanaan Menyusun LKS

pengembangan

Page 39: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

23

Gambar 3.1 Langkah-langkah R&D

Keterangan:

1. Tahap penelitian dan pengumpulan data (Research and information collecting);

termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan

permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja

penelitian.

2. Tahap perencanaan (Planning); termasuk dalam langkah ini merumuskan

kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan

yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan

studi kelayakan secara terbatas.

3. Tahap pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product); yaitu

mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk

dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman

dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat

pendukung.

4. Tahap uji coba lapangan awal (Preliminary field testing); yaitu melakukan ujicoba

lapangan awal dalam skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12

subjek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan

cara wawancara, observasi atau angket.

5. Tahap merevisi hasil uji coba (Main product revision); yaitu melakukan perbaikan

terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini

sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang

Desiminasi dan

implementasi Revisi produk Uji validasi ahli

Page 40: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

24

ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk utama yang

siap diujicoba lebih luas.

6. Tahap diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation), yaitu

langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan.

E. Prosedur Penelitian

1. Penelitian dan Pengumpulan Data Melalui Survei

a. Pemilihan Materi

Materi yang dipilih pada penelitian ini adalah sistem persamaan linear tiga

variabel. Sistem persamaan linear tiga variabel dipilih menjadi materi penelitian karena

dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika pada tahun ajaran sebelumnya

siswa banyak yang kesulitan dalam memahami materi ini, hasil belajar masih di bawah

KKM, dan berdasarkan kurikulum K13 materi sistem persamaan linear tiga variabel

merupakan materi ajar yang ada di kelas X semester ganjil.

b. Pemilihan Sekolah

Adapun lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Madrasah Aliyah

Mahdaliyah Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran

2018/2019. Lokasi ini dijadikan sebagai tempat pelaksanaan penelitian melalui

pertimbangan:

1) Di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi belum pernah menggunakan bahan ajar

terkait LKS berbasis masalah

2) Pihak sekolah cukup terbuka untuk menerima pembaharuan dalam pendidikan,

terutama dalam hal yang mendukung proses pembelajaran.

2. Perencanaan

Perencanaan meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan

penelitian rumusan tujuan yang hendak dicapai, desain langkah-langkah penelitian, dan

kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas. Dalam tahap ini tujuan pengembangan

Page 41: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

25

yang hendak dicapai yaitu menghasilkan produk berupa LKS berbasis masalah pada

pokok bahasan sistem persamaan linear tiga variabel.

3. Penyusunan Bahan Ajar LKS

a. Judul Bahan Ajar

Bahan ajar yang akan dikembangkan diberi judul LKS matematika berbasis

berbasis masalah untuk kelas X.

b. Pengantar Pembelajaran

Pengantar pembelajaran dalam bahan ajar ini akan membahas tentang sistem

persamaan tiga variabel, serta gambaran tentang cara mempelajari LKS. Selain itu

juga ada motivasi ada peserta didik untuk menumbuhkan semangat dan minatnya

untuk belajar.

c. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi dasar berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai siswa sesuai

dengan tujuan dan materi. Kompetensi dasar berisi sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai.

d. Muatan Basis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan beberapa langkah,

(1) mengidentifikasi masalah (2) melibatkan usaha guru dalam membimbing peserta

didik dalam memecahkan masalah (3) peserta didik dibantu untuk memilih metode

yang tepat untuk memecahkan masalah (4) guru mendorong peserta didik untuk

menilai validitas solusi.

e. Uji Validasi Ahli

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Setelah produk pengembangan

selesai dikerjakan, langkah selanjutnya adalah menguji valid atau tidaknya produk.

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa

yang hendak diukur. Uji validitas diberikan kepada empat validator pakar, yaitu pakar

bidang pembelajaran, pakar materi, dan 2 orang guru sebagai praktisi lapangan.

Page 42: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

26

4. Uji Coba Produk

Tahap uji coba dilakukan untuk melihat efektivitas dari produk yang

dikembangkan, dan merupakan salah satu syarat yang harus dikerjakan oleh peneliti dalam

proses penelitian dan pengembangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji coba

produk diantaranya adalah : (1) desain uji coba. (2) subjek uji coba, (3) jenis data, (4)

instrument pengumpulan data, (5) teknik analisis data.

a. Desain Uji Coba

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan secara individu. Kegiatan diawali

dengan melakukan observasi lapangan, membuat bahan ajar dengan pendekatan

pemecahan masalah, dan menguji kelayakan produk dengan validasi. Uji kelayakan

dilakukan dengan cara menyerahkan produk pengembangan dan beserta sejumlah angket

penilaian kepada validator. Validator diminta untuk menilai layak atau tidaknya produk

pengembangan serta memberikan kritik dan saran perbaikan.

b. Subjek Uji Coba

Setelah produk modul matematika pengembangan dengan pendekatan berbasis

masalah telah selesai divalidasi dan direvisi sesuai dengan masukan dari para ahli, maka

tahap selanjutnya yaitu uji coba lapangan. Dalam penelitian ini subjek uji coba adalah

peserta didik kelas X Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi.

c. Jenis Data

Data atau informasi yang menjadi bahan baku penelitian untuk diolah. Kumpulan

dari beberapa data akan membentuk suatu informasi. Data dapat diperoleh dengan

beberapa cara, di antaranya yaitu dengan wawancara, penyebaran angket, observasi.

d. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian dan pengembangan LKS matematika

materi garis lurus dengan pendekatan berbasis masalah ini adalah:

Page 43: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

27

1) Pedoman Wawancara

Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah

pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (S. Margono, 2004:16).

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

interview yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) terhadap terwawancara

(interviewee). Patton membedakan wawancara menjadi: (1) wawancara pembicaraan

informal, (2) pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (3) wawancara

baku terbuka. Wawancara jenis baku terbuka dibedakan lagi menjadi 2 yaitu wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur (Lexy J. Moleong, 2010:186-187).

(a) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diujikan.

(b) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur.

Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau

informasi tunggal.

Dalam penelitian dan pengembangan ini wawancara yang peneliti gunakan adalah

wawancara terstruktur kepada guru matematika di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota

Jambi.

2) Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara

tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden), yang berisi

sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspons oleh responden

(Nana Syaodih Sukmadinata, 2008: 219). Di dalam angket terdapat beberapa macam

pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan,

disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Teknik angket ini digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS. Angket ini hanya

diberikan kepada validator.

3) Lembar Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung ( Nana Syaodih

Page 44: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

28

Sukmadinata, 2008:220). Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

kelakuan seseorang yang terjadi dalam kenyataan. Observasi dilakukan ketika proses

pembelajaran berlangsung. Ada tiga jenis observasi yang dilakukan yaitu:

(a) Observasi terbuka, yaitu dimana kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di

tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka.

(b) Observasi Tertutup, yaitu dimana kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya tidak

diketahui oleh responden yang bersangkutan

(c) Observasi tidak langsung, yaitu dimana peneliti dapat melakukan pengambilan data

dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah

responden.

e. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini

adalah dengan cara mengumpulkan data dengan instrumen yang telah dijelaskan dalam

instrumen pengumpulan data, yang nantinya dikerjakan sesuai dengan prosedur penelitian

dan pengembangan. Adapun data yang dianalisis dalam pengembangan LKS dengan

pendekatan pemecahan masalah. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut:

1) Analisis Angket Validitas

Data hasil penelitian terhadap kelayakan produk pengembangan bahan ajar

matematika berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis masalah disajikan dalam

bentuk deskriptif.

Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan skala likert. Data analisis kebutuhan

berupa skor skala likert dan dianalisis menggunakan teknik persentase (Saputro,

2017:47). Selain itu,“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seorang tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2016:38)”. Penskoran

untuk setiap item menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dapat dilihat

pada:

Page 45: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

29

Tabel 3.1

Skor Butir Skala Likert

Skor kategori

4

3

2

1

Sangat Baik

Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

Sumber: (Riduwan, 2016:39

Untuk mengukur perhitungan data nilai hasil validitas dianalisis dalam skala(0-100)

dilakukan dengan menggunakan rumus:

NA=

Keterangan : NA = Nilai akhir

PS = Perolehan skor,

SM = Skor maksimum

Sumber : Dimodifikasi dari (Riduwan, 2016: 41)

Tabel 3.2

Kriteria Tingkat Kevalidan Bahan Ajar

Skor kategori

81%-100%

61%-80%

41%-60%

21%-40%

0%-20%

Sangat Valid

Valid

Cukup Valid

Kurang Valid

Tidak Valid

Sumber : (Riduwan, 2016: 41)

Page 46: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

30

2) Analisis praktikalitas

Praktikalitas merupakan tingkat keterpakaian LKS oleh siswa, dengan melakukan uji

coba menggunakan LKS yang telah direvisi. Uji coba terbatas dilakukan pada siswa

kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah kota Jambi pada tahun ajaran 2018/2019.

Dilakukan dengan menggunakan skala likert, penskoran untuk setiap item

menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dapat dilihat pada:

Tabel 3. 3

Skor Butir Skala Likert

Skor kategori

4

3

2

1

Sangat Setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Sumber : (a. Sugiyono, 2009:91)

Perhitungan data nilai akhir angket siswa respon keterpakaian dianalisis

dalam skala(0-100) dilakukan dengan menggunakan rumus:

NA=

Keterangan : NA = Nilai akhir

PS = Perolehan skor

SM = Skor maksimum.

Sumber : Dimodifikasi dari (Riduwan, 2016, p. 41)

Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir yang didapatkan dan

dapat dilihat pada:

Page 47: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

31

Tabel 3.4

Kategori Interval Praktilitas Bahan Ajar

Skor kategori

0%-25%

26%-50%

51%-75%

76%-100%

Kurang Praktis

Cukup Praktis

Praktis

Sangat Praktis

Sumber : (Riduwan, 2016: 41)

LKS tersebut dikatakan praktis jika pengguna tidak kesulitan memahami LKS

tersebut dikatakan praktis jika pengguna tidak kesulitan memahami materi yang

disajikan, mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang jelas. Jika hasil

belum praktis, dilakukan perbaikan dan hasil perbaikan divalidasi terlebih dahulu.

Setelah hasil perbaikan dinyatakan valid, dilakukan uji praktikabilitas terhadap

perbaikan. Ini dilakukan sampai ditemukan LKS yang praktis.

3) Analisis Keefektifan

Dalam analisis efektifitas yang dianalisis yaitu aspek kognitif. Aspek kognitif

menggunakan penilaian tertulis. Perhitungan data nilai akhir untuk kognitif dengan

teknik penilaian tertulis dilakukan dnegan menggunakan rumus :

Keterangan : NA=Nilai akhir,

NT=Nilai Tugas,

NS=Nilai Tes.

Aktivitas belajar siswa ketika menggunakan bahan ajar diamati melalui lembar

observasi. Selanjutnya, data yang diperoleh dari pengamatan akan dijadikan dasar

untuk mengetahui efektifitas bahan ajar buku saku matematika berbasis

konstruktivisme. Adapun kisi-kisi lembar observasi siswa ialah sebagai berikut.

Page 48: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

32

Tabel 3.5 kisi-kisi lembar observasi siswa

Kriteia Aspek

A

B

C

D

E

F

Menyimak penjelasan guru

Mencatat hal-hal yang relevan dengan materi selama

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Melakukan diskusi/tanya jawab antar siswa

Berpikir kritis dan kreatif melalui Lembar Kerja

Siswa (LKS)

Memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam

proses pembelajaran

Menyimpulkan materi pembelajaran

Page 49: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa (1) sebuah Lembar Kerja Siswa (LKS)

berbasis masalah pada materi sistem persamaan linear tiga variabel di kelas X Madrasah

Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi, (2) penilaian isi materi dan desain pembelajaran Lembar

Kerja Siswa (LKS) oleh ahli materi dan ahli desain, (3) penilaian guru dan peserta didik

terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibuat menggunakan angket.

Penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan dan Borg & Gall,

yang dibatasi pada beberapa tahap saja. Tahap-tahap tersebut meliputi: a) tahap

pengumpulan informasi; b) tahap perencaan; c) tahap pengembangan produk; dan d)

tahap validasi dan ujicoba. Berikut penjelasan tiap tahap yang dilakukan dalam

penelitian dan pengembangan ini:

1. Tahap pengumpulan informasi

Tahap ini diawali dengan melakukan tinjauan standar isi. Tinjauan standar isi dilakukan

dengan cara membuat pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

Berdasarkan tahapan tersebut diperoleh materi yanag akan dikembangkan dalam bentuk

Lembar Kerja Siswa (LKS). Setelah materi yang dikembangkan sudah ditentukan langkah

selanjutnya adalah melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan materi sistem

persamaan linear tiga variabel.

2. Tahap Perencanaan

Tahap kedua ini terdiri dari pembuatan kisi-kisi instrumen penelitian yang menjadi kriteria

penilaian bahan ajar bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kisi-kisi instrumen yang telah

selesai dibuat lalu dikembangkan menjadi instrumen penelitian. Instrumen yang akan

digunakan adalah lembar validasi. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui kelayakan

bahan ajar berdasarkan penilaian ahli materi, ahli desain, ahli bahasa dengan mengisi

angket yang akan di isi oleh validator.

Page 50: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

34

3. Tahap Pengembangan

Pada tahap ini dilakukan pembuatan produk bahan ajar bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu; 1)membuat desain bahan ajar. Desain bahan ajar

dibuat dengan tujuan mempermudah dalam pembuatan bahan ajar bentu Lembar Kerja

Siswa (LKS) dan untuk menentukan tahap selanjutnya agar bagian-bagian dari bahan ajar

tersusun dengan baik; 2) Memilih materi yang disajikan; 3)Merancang draft bahan ajar.

Tahapan untuk merancang draft bahan ajar adalah bahan ajar berbentuk LKS, Bahan ajar

berisi materi sistem persamaan linear tiga variabel.

4. Tahap Validasi dan Uji Coba

Tahap validasi bahan ajar dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan dapat diketahui

kelayakannya berdasarkan ahli materi, ahli desain bahan ajar dan ahli bahasa. Data

penilaian validasi para ahli sudah disediakan dalam bentuk angket. Produk bahan ajar yang

sudah divalidasi selanjutnya direvisi sesuai saran dan masukan ahli saat proses validasi.

Setelah bahan ajar selesei direvisi kemudian dilakukan tahap uji coba penggunaan bahan

ajar dalam kelompok kecil. Tahap ujicoba dilakukan di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota

Jambi. ujicoba dilakukan dengan cara penggunaan bahan ajar bentuk Lembar Kerja Siswa

(LKS) oleh siswa pada proses pembelajaran Matematika.

B. KELAYAKAN BAHAN AJAR

1. Hasil Validasi Ahli Materi

Penilaian oleh ahli materi dilakukan dengan cara mengoreksi meteri pada Lembar Kerja

Siswa (LKS). Selanjutnya memberi penilaian terhadap materi pada lembar validasi untuk

ahli materi, sesuai dengan pernyataan yang ada pada lembar validasi ahli materi dan

pengamatan yang telah dilakukan terhadap materi pada Lembar Kerja Siswa (LKS).

Berikut adalah hasil penilaian dari segi materi oleh ahli materi yaitu Ibu Rosi Widia

Asiani, M.Sc yang terdiri dari 23 pertanyaan dipaparkan pada Tabel 4.1 sebagai berikut.

Page 51: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

35

Tabel 4.1 Hasil Penilaian oleh Ahli Materi

Aspek

Yang

Dinilai

Butir Penilaian Skor Validasi

Tahap

kesatu

Tahap

kedua

Skor

Maksi

mal

1 2 3 4 5

Kelaya

kan Isi

1. Kelengkapan materi 3 4 4

2. Keluasan materi 3 4 4

3. Kedalaman materi 3 4 4

4. Keakuratan konsep dan

definisi 3 4 4

5. Keakuratan contoh dan

kasus 3 4 4

6. Keakuratan gambar, grafik,

dan ilustrasi 2 3 4

7. Keakuratan notasi, simbol,

dan ikon 3 4 4

8. Keakuratan acuan pustaka 3 4 4

9. Kesesuaian materi dengan

perkembangan ilmu 3 4 4

10. Kemutakhiran pustaka 2 3 4

11. Mendorong rasa ingin tahu 3 4 4

12. Konsistensi sistematika

sajian dalam materi 3 4 4

Kelaya

kan

Penyaji

an

13. Keruntutan konsep 3 4 4

14. Ketertauatan antara

submateri dan alinea 3 4 4

15. Contoh-contoh soal 3 4 4

16. Kata-kata kunci 3 4 4

17. Soal tes kompetensi 3 4 4

18. Kunci jawaban dan soal tes 3 4 4

19. Pengantar dan petunjuk

khusus penggunaan bahan

ajar

3 4 4

20. Daftar pustaka 2 3 4

21. Rangkuman 3 4 4

22. Keterlibatan peserta didik 3 4 4

2 3 4 5

Page 52: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

36

23. Kesesuaian dengan karakter

matematika 3 4 4

66 86 92

Jumlah 71,74% 93,48% 100%

Persentase Kelayakan Cukup

Valid

Sangat

Valid

Sangat

Valid

Adapun komentar dan saran validator ahli materi adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Kritik Saran Validator Ahli Materi

2. Hasil Validasi Ahli Desain

Penilaian oleh ahli desain dilakukan dengan cara mengoreksi desain Lembar Kerja Siswa

(LKS). Selanjutnya memberi penilaian terhadap desain pada lembar validasi untuk ahli

desain, sesuai dengan pernyataan yang ada pada lembar validasi ahli desain dan

pengamatan yang telah dilakukan terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS).

Penilaian dari validator ahli desain terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan

oleh Ibu Rosi Widia Asiani, M.Sc yang terdiri dari 18 pertanyaan dipaparkan pada Tabel

4.2 sebagai berikut.

Page 53: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

37

Tabel 4.2 Hasil Penilaian oleh Ahli Desain

Aspek

Yang

Dinilai

Butir Penilaian Skor Validasi

Tahap

kesatu

Tahap

kedua

Skor

Maksi

mal

1 2 3 4 5

Format 1. Penggunaan format

kolom (tunggal atau

multi) secara

propesional

2 3 4

2. Penggunaan format

kertas (vertikal atau

herizontal) yang tepat

2 3 4

3. Penggunaan tanda-

tanda (icon) mudah

ditangkap dan bertujuan

untuk menekankan

pada hal-hal yang

dianggap penting atau

khusus

2 3 4

Organi

sasi

4. Tampilan peta/bagan

menggambarkan

cakupan materi yang

akan dibahas dalam

LKS

3 3 4

5. Organisasi isi materi

pembelajaran dengan

urutan dan susunan

2 3 4

Page 54: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

38

yang sistematis

6. Susunan dan

penempatan naskah,

gambar dan ilustrasi

mudah di mengerti

2 3 4

7. Organisasi antar unit

dan antar paragraf

dengan susunan dan

alur yang mudah di

pahami

3 3 4

2 3 4 5

8. Organisasi antar judul,

subjudul dan uraian

mudah di ikuti

2 3 4

9. Bagian sampul (cover)

depan, dengan

mengkombinasikan

warna, gambar

(ilustrasi), bentuk dan

ukuran huruf yang

serasi

2 3 4

Daya

tarik

10. Bagian isi LKS, dengan

menempatkan

rangsangan-rangsangan

berupa gambar atau

ilustrasi, pencetakan

huruf tebal, miring,

garis bawah atau warna

2 3 4

11. Tugas dan latihan di

kemas sedemikian rupa

sehingga menarik

2 3 4

Page 55: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

39

12. Penggunaan bentuk dan

ukuran huruf mudah

dibaca

2 4 4

Bentuk

dan

ukuran

huruf

13. Penggunaan

perbandingan huruf

proporsional antar

judul, sub judul dan isi

LKS

2 3 4

14. Tidak menggunakan

huruf kapital pada

seluruh teks

2 4 4

2 3 4 5

15. Penggunaan dan

penempatan spasi

kosong secara

proporsinal

2 4 4

1 16. Penggunaan bentuk dan

ukuran huruf konsisten

dari halaman ke

halaman

2 3 4

Ruang

spasi

kosong

17. Penggunaan jarak spasi

konsisten 2 4 4

Konsist

en

18. Penggunaan tata letak

pengetikan konsisten 3 4 4

Jumlah 39 59 72

Persentase Kelayakan 55% 81,94

% 100%

Kriteria Cukup

Valid Valid

Sangat

Valid

Page 56: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

40

3. Hasil Validasi Ahli Bahasa

Penilaian oleh ahli bahasa dilakukan dengan cara mengoreksi desain Lembar Kerja Siswa

(LKS). Selanjutnya memberi penilaian terhadap desain pada lembar validasi untuk ahli

bahasa, sesuai dengan pernyataan yang ada pada lembar validasi ahli desain dan

pengamatan yang telah dilakukan terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS).

Penilaian dari validator ahli desain terhadap desain Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan

oleh Bapak Dr M. Hurmaini, M.Pd yang terdiri dari 11 pertanyaan dipaparkan pada Tabel

4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Penilaian oleh Ahli Bahasa

Aspek

Yang

Dinilai

Butir Penilaian Skor Validasi

Tahap

kesatu

Tahap

kedua

Skor

Maksimal

Kelaya

kan

Bahasa

1. Ketepatan struktur

kaliamat 3 3 4

2. Keefektifan kalimat 2 3 4

3. Kebakuan istilah 3 3 4

4. Pemahaman

terhadap pesan atau

informasi

3 3 4

5. Mendorong berpikir

kritis 3 3 4

2 3 4 5

6. Kesesuaian

perkembangan

intelektual peserta

didik

3 3 4

7. Kesesuaian dengan

tingkat

perkembangan

emosional peserta

didik

3 3 4

8. Keruntutan dan

keterpaduan antar

kata

2 3 4

9. Keruntutan dan 2 3 4

Page 57: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

41

keterpaduan antar

paragraf

10. Konsistensi

pengguanaan istilah 3 4 4

11. Konsistensi

pengguanaan simbol

dan ikon

2 3 4

Jumlah 29 34 44

Persentase Kelayakan 65,91% 77,27% 100%

Kriteria Valid Valid Sangat

Valid

Adapun komentar dan saran validator ahli Bahasa adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Kritik Saran validator ahli Bahasa

Berdasarkan hasil validasi, maka dilakukan revisi berdasarkan saran yang diberikan oleh

ahli materi, ahli desain dan ahli bahasa. Saran yang diterima oleh peneliti berupa saran

dalam bentuk tulisan maupun lisan yang disampaikan oleh ahli materi, ahli desain, dan ahli

bahasa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.

Adapun hasil revisi yang telah dilakukan penulis terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS)

sesuai dengan saran yang diberikan oleh ahli materi, ahli desain dan ahli bahasa adalah

sebagai berikut :

Page 58: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

42

Gambar 4.3 Cover Sebelum di Revisi Gambar 4.4 Cover Sesudah di Revisi

Gambar 4.5 Menjelaskan Pengertian Masalah, Sebelum Revisi

Page 59: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

43

Gambar 4.6 Menemukan Masalah, Sesudah Revisi

Page 60: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

44

Gambar 4.7 Lembar Kerja Individu Sebelum Revisi

Gambar 4.8 Lembar Kerja Individu Sesudah Revisi

C. HASIL UJI COBA

Ujicoba dilakukan untuk mengetahui kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan

tanggapan dan respon guru matematika dan siswa Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota

Jambi kelas X. Ujicoba dilaksanakan di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi. Jumlah

responden sebanyak 1 orang guru matematika dan 20 siswa. Ujicoba dilakukan dengan

cara menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses pembelajaran di kelas.

Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi saat penggunaan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dalam pembelajaran dan wawancara setelah penggunaan Lembar Kerja Siswa

(LKS).

Page 61: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

45

1. Hasil Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai respon guru dan siswa saat

penggunan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran. Data hasil observasi disajikan

berikut ini:

a. Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu siswa untuk lebih cepat memahami materi

dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru mengenai materi yang

disajikan.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu siswa untuk aktif dalam mengikuti

pembelajaran hal ini terlihat dengan keterlibatan siswa dalam sesi tanya jawab yang

di ajukan guru.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dapat membangkitkan motivasi siswa.

d. Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu siswa untuk berpikir kritis. Hal ini terlihat

dari komentar maupun tanggapan siswa mengenai materi yang disampaikan.

2. Hasil Wawancara Guru

Melalui wawancara dengan guru, peneliti mendapatkan informasi mengenai tanggapan

guru terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan. Hasil wawancara dengan

guru dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan sudah menggunakan bahasa yang

komunikatif.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan dapat membantu guru dalam

menyampaikan materi. Hal itu dapat meminimalisir kesalahan persepsi terhadap

apa yang disampaikan guru.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) menyajikan materi dengan jelas dan menarik sehingga

mudah dipahami. Selain itu materi juga disajikan dengan kalimat dan istilah yang

mudah dipahami.

d. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan variatif. Siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.

e. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat membantu siswa untuk berpikir

Page 62: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

46

kritis dan kreatif. Lembar Kerja Siswa (LKS) juga memungkinkan siswa untuk

menggali informasi dan mengerjakan tugas secara mandiri.

3. Hasil Wawancara Siswa

Peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan guru tetapi juga melakukan wawancara

dengan siswa. Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai tanggapan siswa terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.

Hasil wawancara dengan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Materi disajikan dengan jelas, menarik, serta mudah dipahami karena penyajian

materi lengkap.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) menyajikan materi dengan bahasa yang komunikatif

dan mudah dipahami oleh siswa.

c. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) juga dapat membangkitkan rasa ingin

tahu siswa.

d. Siswa merasa lebih mudah memahami materi yang disampaikan dengan

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) ini.

e. Siswa merasa lebih tertarik mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

Lembar Kerja Siswa (LKS).

4. Hasil Angket Respon Guru

Setelah selesai divalidasi oleh tim ahli, selanjutnya dilakukan uji coba terhadap Lembar

Kerja Siswa (LKS). Pada uji coba ini melibatkan guru matematika Madrasah Aliyah

Mahdaliyah Kota Jambi kelas X yaitu Ibu Andriyani, S.Pd selaku responden yang akan

mengamati dan menilai Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibuat. Kemudian

responden diminta untuk memberikan penilaian melalui angket respon guru. Hasil evaluasi

tersebut digunakan untuk melihat kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada Gambar

4.10 berikut terlihat responden sedang mengisi angket penilaian.

Page 63: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

47

Gambar 4.9 guru mengisi angket

Tabel 4.4 berikut hasil peniliaan dari responden

No Pertanyaan Skor

Penilaian

1 2 3

1 Tampilan halaman cover LKS menarik 4

2 Setiap judul LKS ditampilkan dengan

jelas sehingga dapat menggambarkan isi LKS 4

3 Penempatan tata letak (judul, subjudul, teks, gambar,

nomor halaman) LKS konsisten sesuai dengan pola

tertentu

4

1 2 3

4 Pemilihan jenis huruf, ukuran serta spasi yang

digunakan sesuai sehingga

mempermudah siswa dalam membaca LKS

4

5 Keberadaan gambar dalam LKS dapat

menyampaikan isi materi

4

Page 64: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

48

6 Perpaduan antara gambar dan tulisan dalam LKS

menarik perhatian 4

7 LKS menggunakan bahasa sesuai dengan tingkat

kematangan siswa 3

8 LKS menggunakan bahasa yang komunikatif 4

9 LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas 4

10 LKS menggunakan kalimat yang tidak menimbulkan

makna ganda 4

11 LKS menggunakan kalimat yang mudah dipahami

siswa 3

12 Petunjuk kegiatan-kegiatan dalam LKS jelas

sehingga mempermudah siswa melakukan semua

kegiatan yang ada dalam LKS

4

13 Materi yang disajikan dalam LKS mencakup semua

materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi

(SK) dan dalam Kompetensi Dasar (KD)

4

14 Indikator pembelajaran pada LKS sesuai dengan SK

dan KD 4

15 Materi yang disajikan dalam LKS membantu siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

diisyaratkan dalam indikator pencapaian kompetensi

dasar

4

16 Materi yang disajikan dalam LKS sesuai dengan

tingkat kemampuan siswa 3

17 LKS memfasilitasi siswa untuk membangun

pemahaman berdasarkan pengetahuan yang telah

dimiliki sebelumnya

3

18 LKS memfasilitasi siswa untuk menggali informasi

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah 3

19 LKS memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan

permasalahan matematika dengan caranya sendiri 4

20 LKS mendorong siswa untuk berdiskusi atau bekerja

sama dengan orang lain dalam satu kelompok 4

21 Konsep yang disajikan dalam LKS tidak

menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan

konsep yang berlaku

4

1 2 3

22 Gambar dan ilustrasi dalam LKS yang disajikan

berdasarkan masalah sehari-hari dan efisien untuk

meningkatkan pemahaman siswa

4

Page 65: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

49

23 Notasi, simbol, dan ikon dalam LKS disajikan secara

benar menurut kelaziman yang berlaku 3

24 LKS membantu siswa untuk menemukan konsep

materi 4

1 2 3

25 LKS mudah diimplementasikan pada

Pembelajaran 4

26 Masalah-masalah yangdiberikan mudah dipahami 4

27 LKS memiliki identitas untuk memudahkan

administrasinya 4

Jumlah 90

Persentase Rata-rata 83,33%

Kriteria Sangat

Praktis

Berdasarkan hasil tanggapan guru matematika pada tabel 4.4 di atas mengenai Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang telah dikembangkan diperoleh jumlah skor 90. Dengan

persentase rata-rata 83,33% dengan kriteria sangat praktis. bahwa Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang dikembangkan dapat membantu memudahkan guru dalam menyampaikan

konsep materi pelajaran dan praktis penggunaannya.

5. Hasil Angket Respon Siswa

Uji coba produk ini berlangsung selama pembelajaran dengan memberikan gambaran

umum dari materi, kegiatan peserta didik, dan penerapan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Sistem Persamaan Linear Tiga Variavel pada proses pembelajaran. Setelah diujicobakan,

peneliti meminta peserta didik mengisi angket respon peserta didik terhadap Lembar Kerja

Siswa (LKS) dan peserta didik bebas mengemukakan pendapat terkait dengan Lembar

Kerja Siswa (LKS) tersebut dengan memberikan penilaian berupa tanggapan terhadap

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan peserta didik bebas mengemukakan pendapat melalui

angket respon peserta didik yang terdiri dari 19 pertanyaan. Berikut disajikan Tabel 4.5

yaitu hasil dari tanggapan peserta didik terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS).

Page 66: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

50

Tabel 4.5 Hasil Penilaian dari 20 Orang Peserta Didik terhadap LKS

No Pertanyaan Persentase Kategori

1 2 3 4

1 Lembar kegiatan siswa (LKS)

menggunakan bahasa yangmudah

dipahami

93,75% Sangat

Praktis

2 LKS menggunakan kalimat yang tidak

menimbulkan makna ganda 87,5% Sangat

Praktis

3 Petunjuk kegiatan dalam LKS jelas,

sehingga mempermudah saya dalam

melakukan semua kegiatan pembelajaran

91,25% Sangat

Praktis

4 Pemilihan jenis huruf, ukuran serta spasi

yang digunakan mempermudah saya dalam

membaca LKS

92,5% Sangat

Praktis

5 Pada awal pembelajaran menggunakan

lembar kerja siswa ini, ada sesuatu yang

menarik bagi saya

85% Sangat

Praktis

6 Gaya penyajian LKS ini tidak

membosankan 81,25% Sangat

Praktis

7 Pada setiap halaman terdapat kata atau

kalimat mudah saya pahami 77,5% Sangat

Praktis

8 Dalam pembelajaran ini saya sering

menyatakan soal dalam bentuk gambar,

sketsa, atau diagram

90% Sangat

Praktis

9 Variasi kegiatan, tugas, soal latihan,

ilustrasi dan lain-lain membantu saya

untuk mengembangkan kemampuan

matematika saya

86,25% Sangat

Praktis

10 Dari setiap kegiatan yang ada dalam

LKS ini saya dapat menyimpulkan dan

mengambil ide-ide penting mengenai

materi sistem persamaan linear tiga

variabel

90% Sangat

Praktis

1 2 3 4

Page 67: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

51

11 Saya dapat menghubungkan isi LKS ini

dengan hal-hal yang telah saya lihat, saya

lakukan, atau saya pikirkan dalam

kehidupan sehari-hari

76,25% Sangat

Praktis

12 Saya mampu menyelesaikan soal

berbentuk uraian dan soal cerita

78,75% Sangat

Praktis

13 Saya dapat memperoleh pengetahuan

dengan mengikuti serangkaian kegiatan

dalam lembar kerja siswa

81,25% Sangat

Praktis

14 Setelah mempelajari sistem persamaan

linear tiga variabel menggunakan LKS ini

saya percaya bahwa saya akan berhasil

dalam tes

88,75% Sangat

Praktis

15 Isi LKS ini sangat bermanfaat bagi saya

93,75% Sangat

Praktis

16 Tidak ada materi dalam LKS ini yang saya

kurang pahami 90% Sangat

Praktis

17 Saya senang mempelajari matematika

khususnya sistem persamaan linear tiga

variabel menggunakan LKS ini

78,75% Sangat

Praktis

18 Isi LKS ini menarik dengan minat saya 81,25%

Sangat

Praktis

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dari LKS yang telah dikembangkan

memiliki kepraktisan yang baik. Ini dapat dilihat dari persentase jawaban angket siswa

terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang jika dirata-ratakan memiliki persentase sebesar

85,76%. Dari uji coba yang dilakukan kepada siswa Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota

Jambi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah

dikembangkan sudah Sangat Praktis dan layak digunakan sebagai panduan pembelajaran.

Adapun hasil analisis angket siswa dapat dilihat pada lampiran.

Page 68: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

52

D. PEMBAHASAN

1. Hasil Pengembangan Bahan Ajar

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Hasil penelitian dan

pengembangan ini adalah bahan ajar matematika berbasis masalah dalam bentuk Lembar

Kerja Siswa (LKS) dengan materi sistem persamaan linear tiga variabel. Penelitian dan

pengembangan ini dilaksanakan dengan mengacu pada tahapan penelitian dan

pengembangan menurut Borg & Gall. Borg & Gall (1983: 775) memaparkan ada sepuluh

tahap dalam penelitian dan pengembangan, namun dalam penelitian dan pengembangan ini

kesepuluh langkah tersebut disederhanakan menjadi enam langkah. Adapun faktor-faktor

yang mendasari penyederhaan tersebut yaitu:

a. Keterbatasan waktu

Jika penelitian dan pengembangan ini dilakukan dengan sepuluh tahapan akan memerlukan

waktu dan proses yang relatif panjang dan lama. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan

menjadi empat tahapan penelitian dan pengembangan ini selesai dengan waktu yang lebih

singkat tetapi tetap efisien dan efektif dalam proses dan hasilnya.

b. Keterbatasan biaya

Biaya yang relatif besar akan diperlukan jika penelitian ini dilakukan dalam sepuluh tahap.

Oleh karena itu, melalui penyederhanaan tahapan penelitian ini bisa selesai dengan jumlah

biaya yang relatif terjangkau.

c. Kesamaan tahapan

Berdasarkan kesepuluh tahap penelitian dan pengembangan model Borg & Gall, ada

beberapa tahap yang memiliki kesamaan tujuan. Kesamaan tersebut terlihat pada beberapa

tahap, seperti tahap ujicoba lapangan awal (preliminary field testing), tahap ujicoba

lapangan (main field testing), dan tahap ujicoba pelaksanaan lapangan (operational field

testing). Adanya kesamaan pada beberapa tahap ujicoba tersebut, membuat peneliti

menyederhanakan menjadi satu tahap ujicoba.

Berdasarkan hasil pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada materi sistem

persamaan linear tiga variabel maka dapat dinyatakan bahwa LKS yang dikembangkan

telah memenuhi beberapa karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa

Page 69: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

53

(LKS) memuat tujuan pembelajaran yang jelas dimana tujuan pembelajaran yang ada

didalam LKS selaras dengan indikator yang diturunkan dari kompetensi dasar kurikulum

2013. Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun kedalam unit-unit kegiatan belajar yang terdiri

dari 5 kegiatan belajar dan dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Untuk setiap kegiatan

belajar terdapat ilustrasi dan contoh yang dilengkapi dengan penyelesaian. Didalam

Lembar Kerja Siswa (LKS) juga terdapat tugas-tugas untuk mengukur penguasaan peserta

didik terhadap materi yang dipelajari. Materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas

atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik. Pada setiap kegiatan belajar terdapat

rangkuman pembelajaran, serta informasi tentang referensi yang mendukung materi

pembelajaran dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) tersebut. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini

memuat materi yang dibutuhkan oleh peserta didik sehingga peserta didik tidak perlu

bahan ajar yang lain untuk mempelajari materi sistem persamaan linear tiga variabel.

Didalam LKS ini berisi instruksi yang mudah dimengerti oleh peserta didik karena

menggunakan bahasa dan istilah yang umum digunakan. Hal diatas sesuai dengan

karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Selain dilihat dari karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS) ini juga memiliki ciri khas dari

segi penyajian materi menyajikan masalah kontekstual. Peserta didik dibimbing dalam

merubah masalah kontekstual ke bentuk formal matematika. Selain itu peserta didik juga

dilatih menyelesaikan masalah kontekstual dimana peserta didik memiliki kebebasan untuk

mengembangkan strategi pemecahan masalah yang kemudian diarahkan untuk

mendiskusikan dengan teman. Didalam Lembar Kerja Siswa (LKS) ini juga terdapat

keterkaitan konsep sistem persamaan linear tiga variabel dengan materi matematika

selanjutnya maupun materi pelajaran lain.

2. Kualitas Hasil Pengembangan Bahan Ajar

a. Kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Untuk mengetahui apakah Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah dapat dikatakan valid atau

tidak, dilihat berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi, ahli desain dan ah;i bahasa.

Berdasarkan validasi yang telah dilakukan oleh ahli materi maka diperoleh jumlah skor

penilaian yaitu 86 dengan persentase skor yang diperoleh 93,48%. Menurut Riduwan

Page 70: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

54

(2016:41) kriteria validitas produk dengan tingkat validitas 81% - 100% adalah sangat

valid. Karena berdasarkan angket penilaian ahli materi terlihat validator menyatakan

bahwa kelengkapan materi, keluasan materi, kedalaman materi, keakuratan konsep dan

definisi, keakuratan contoh dan kasus, keakuratan gambar, grafik, dan ilustrasi, keakuratan

notasi, simbol, dan ikon, keakuratan acuan pustaka, kesesuaian materi dengan

perkembangan ilmu, kemutakhiran pustaka, mendorong rasa ingin tahu, konsistensi

sistematika sajian dalam bab, keruntutan konsep, ketertautan antar subbab dan antar alinea,

contoh- contoh soal, soal tes kompetensi di akhir, petunjuk khusus penggunaan bahan ajar,

daftar pustaka, rangkuman, keterlibatan peserta didik kesesuaian dengan karakter

matematika, ketepatan struktur kalimat, keefektifan kalimat, kebakuan istilah, pemahaman

terhadap pesan atau informasi, mendorong berpikir kritis, kesesuaian perkembangan

intelektual peserta didik, kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta

didik.

Berdasarkan validasi oleh ahli desain diperoleh jumlah skor penilaian yaitu 59 dengan

persentase skor yang diperoleh 81,94%. Menurut Riduwan (2016:41) kriteria validitas

produk dengan tingkat validitas 81% - 100% adalah sangat valid.

Berdasarkan validasi oleh ahli bahasa di peroleh jumlah skor penilaian yaitu 34 dengan

persentase skor yang diperoleh 77,27%. Menurut Riduwan (2016:41) kriteria validitas

produk dengan tingkat validitas 61% - 80% adalah valid.

Dilihat dari hasil penilaian oleh ketiga ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan sudah dapat dikatakan “Valid” karena memenuhi

kriteria validitas yaitu ”sangat valid”. Jika Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah dinyatakan

valid oleh validator, maka Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat diujicobakan dilapangan.

b. Kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) dilihat melalui penggunaan Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan lembar observasi kegiatan guru. Jika pada ujicoba lapangan menunjukan hasil

yang baik pada penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS), maka Lembar Kerja Siswa (LKS)

dapat dinyatakan praktis. Hasil respon terhadap penggunaan Lembar Kerja Siswa

(LKS)diperoleh dari uji coba. Pada uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil

Page 71: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

55

berjumlah 20 orang peserta didik. Uji coba perorangan dilakukan dengan meminta respon

guru mata pelajaran matematika Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yaitu Ibu

Andriyani, S.Pd terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan. Dari uji coba

perorangan ini didapat skor total sebesar 90 dengan diperoleh persentase sebesar 83,33%.

Menurut Riduwan (2016:41) kriteria angket respon dengan tingkat validitas respon 76% -

100% adalah sangat ptaktis. Sedangkan uji coba kelompok kecil untuk 20 orang peserta

didik dilakukan pada kelas X di Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yang merupakan

subjek dari penelitian. Pada uji coba 20 orang peserta didik ini diperoleh total skor 1.235

dari skor maksimal yang diharapkan yaitu 1.440 sehingga persentase yang diperoleh adalah

85,76%. Menurut Riduwan (2016:41) kriteria angket respon dengan tingkat validitas

respon 76% - 100% adalah sangat praktis.

c. Keefektivan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Efektivitas dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dinilai dengan melihat ketuntasan belajar

peserta didik secara klasikal yaitu dengan dilakukan sebuah tes hasil belajar peserta didik

tentang materi sistem persamaan linear tiga variabel. Dari hasil Tes Hasil Belajar (THB)

peserta didik diperoleh ketuntasan klasikal yaitu 82%. Terdapat 3 orang dari 20 peserta

didik yang tidak tuntas, sehingga hanya 17 orang peserta didik yang masuk pada kategori

tuntas dalam belajar menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.

Sehingga berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa kelas X

Madrasah Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi telah memenuhi kategori “TUNTAS” secara

klasikal dalam belajar matematika pada Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan.

Page 72: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

56

Gambar 4.10 Salah satu jawaban siswa

Page 73: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

57

Gambar 4.11 salah satu tugas kelompok siswa

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)

dapat membantu peserta didik mencapai ketuntasan hasil belajar. Pada ujicoba lapangan

peneliti meminta seorang observer yang merupakan guru matematika kelas X Madrasah

Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi yaitu Ibu Andriyani, S.Pd untuk melakukan pengamatan

terhadap aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik.

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

No Aspek yang di nilai Pertemuan Rata-

rata 1 2 3

1

2

4

5

Menyimak penjelasan guru

Mencatat hal-hal yang relevan

dengan materi selama

menggunakan Lembar Kerja

Siswa (LKS)

Melakukan diskusi/tanya

jawab antar siswa

Berpikir kritis dan kreatif

84.8%

79,5%

82,7%

78,6%

89,4%

85%

87,5%

85,2%

95%

92,4%

89,7%

90.2%

89,6%

85,63%

86,63%

84,67%

Page 74: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

58

6

7

melalui Lembar Kerja Siswa

(LKS)

Memperbaiki kesalahan atau

kekurangan dalam proses

pembelajaran

Menyimpulkan materi

pembelajaran

80,5%

83,8%

87,6%

88,8%

90%

94%

86,03%

88,86%

Rata-rata 74,46%

Dari tabel 4.6 hasil aktivitas siswa di atas diperoleh presentase sebesar 74,46% dengan

kategori efektif. Pengamatan aktivitas siswa ini dilakukan selama jam pelajaran

berlangsung. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali dengan hari dan jam yang berbeda.

Keefektifan juga dapat dilihat dari hasil peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa saat uji

coba dilakukan. klasikal sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam

penelitian.

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Uji Coba

No Nama Siswa Nilai

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Amanda Ftharani

Anggun Frametha Sari

Ari Aswan

Dapit Saputra

Endo Adianzah

Gezi Aulia

Harkon Arif

M. Damiri

Marta Lina Sari

Novita Sari

Rian Pratama

Ridho Mainako

75

80

75

75

85

82

80

60

65

76

60

95

Page 75: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

59

13

14

15

16

17

18

19

20

Risda

Septia Windari

Siti Rahmah

Wahyudi

Wasi’ah

Windi Novianti

Yuda Mursila

Yulia

90

82

86

76

75

70

75

80

Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Belajar Siswa Uji Coba

No Variasi Kelas X

1

2

3

4

5

6

7

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Nilai Rata-rata

Jumlah Siswa

Jumlah Siswa Mencapai KKM

Jumlah Siswa Yang Tidak Mencapai KKM

Ketuntasan Klasikal Kelas (KKM )

95

60

77,1

20

17

3

82%

Hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes tertulis. Ketuntasan belajar dengan KKM >

70 secara klasikal pada X yaitu sebesar 82%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa

Lembar Kerja Siswa (LKS) efektif terhadap hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan

belajar siswa secara umum, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa,

sedangkan 3 orang lagi belum tuntas. Dengan nilai tertinggi 95,00 dan nilai terendah nya

adalah 60,00. Secara umum nilai rata-ratanya mencapai 77,1. Dan sudah mencapai KKM

dan bisa dikatatakan tuntas.

Page 76: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

60

Nieveen (dalam Rochmad, 2012:68) menyatakan bahwa hasil pengembangan dapat

dikatakan berkualitas apabila memenuhi aspek mutu (kevalidan, kepraktisan, dan

keefektifan). Berdasarkan landasan tersebut, maka dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang dikembangkan oleh peneliti memenuhi kategori berkualitas dan layak untuk

digunakan karena telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.

Page 77: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

61

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan bahan ajar

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa Lembar Kerja

Siswa (LKS) berbasis masalah dengan materi “Sistem Persamaan Linear Tiga

Variabel”. Di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) terdapat rincian-rincian materi

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini didesain

dengan sebaik mungkin yang sesuai dengan kurikulum 2013. Kegiatan dalam

Lembar Kerja Siswa (LKS) terbagi menjadi Tiga Kegiatan. Di dalam setiap

kegiatan memuat permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. Pada akhir

kegiatan terdapat soal latihan yang merupakan evaluasi untukmengetahui seberapa

paham siswa tersebut. Setiap kegiatan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) juga

disertai dengan informasi pendukung. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis masalah

yang menyajikan permasalahan untuk dipecahkan siswa dan mampu mendorong

siswa berfikir kritis dalam memecahkan masalah.

2. Kualitas hasil pengembangan berupa Lembar Kerja Siwa (LKS) dilihat dari aspek

kevalidan, kepraktisandan keefektifan. Untuk melihat aspek kevalidan, LKS

divalidasi oleh para ahli yaitu ahli materi, ahli desain dan ahli bahasa. Hasil validasi

menunjukkan bahwa ini valid. Hal ini dilihat dari hasil analisis validasi materi

dengan skor persentase yang diperoleh yaitu 93,48%, analisis validasi desain

dengan skor persentase yang diperoleh yaitu 81,94%, analisis validasi bahasa

dengan skor persentase yang diperoleh yaitu 77,27%, sehingga ketiga hasil validasi

tersebut memenuhi kriteria valid. Untuk melihat aspek kepraktisan, lks yang

dikembangkan dinilai oleh guru matematika kelas X Madrasah Aliyah Mahdaliyah

Kota Jambi dan 20 orang peserta didik kelas X sebagai subjek pada uji coba

melalui angket. Hasil analisis angket guru, angket peserta didik dan lembar

Page 78: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

62

observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siwa (LKS) ini

praktis. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis angket penilaian guru dengan skor

persentase 83,33% dan memenuhi kriteria sangat praktis, angket penilaian 20 orang

peserta didik dengan skor persentase 85,76% dan memenuhi kriteria sangat praktis.

Untuk aspek keefektifan, dinilai dari pencapaian peserta didik mengerjakan tes

hasil belajar dan aktivitas peserta didik saat proses belajar berlangsung yang dalam

hal ini penilaian dilakukan oleh observer yaitu guru matematika kelas X Madrasah

Aliyah Mahdaliyah Kota Jambi. Hasil analisis tes hasil belajar dan lembar

observasi kegiatan peserta didik menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS)

berbasis masalah ini efektif. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis tes hasil belajar

peserta didik yang mencapai KKM sebanyak 17 siswa, sedangkan 3 orang lagi

belum tuntas. Dengan nilai tertinggi 95,00 dan nilai terendah nya adalah 60,00.

Secara umum nilai rata-ratanya mencapai 77,1. Dengan demikian peserta didik

pada kelas tersebut sudah dapat dikatakan mampu menguasai materi sistem

persamaan linear tiga variabel pada Lembar Kerja Siwa (LKS) . Berdasarkan

kriteria tersebut, maka dapat disimpulkan Lembar Kerja Siwa (LKS) pembelajaran

yang dikembangkan oleh peneliti memenuhi kategori berkualitas dan layak untuk

digunakan karena Lembar Kerja Siwa (LKS) telah memenuhi kriteria valid, praktis

dan efektif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan bahan ajar lain dengan berbentuk modul, Lembar Kerja Siwa

(LKS) , buku siswa, handout, dll.

2. Perlu mengembangkan Lembar Kerja Siwa (LKS) pembelajaran dengan

menggunakan suatu pendekatan atau model pembelajaran lain.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan hingga 10 tahap dan melakukan uji

coba di sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi.

Page 79: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

63

DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Nurintasari, “Pengembangan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Matematika Berbasis

Metode Penemuan Terbimbing untuk Memfasiltasi Pencapaian Pemahaman

Konsep dan Keaktifan Belajar siswa Kelas VII pada pokok bahasan segi empat”.

Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

Anonim. (2008). Al Qur’an dan Terjemah. Surabaya. PT Dana Karya.

Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi,

Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008.

Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava

Media.

Ditjen Dikdasmen, 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Harlinda Fatmawati, DKK, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah

Matematika Berdasarkan pada Pokok Bahasa Persamaan Kuadrat (Penelitian pada

Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014)”,

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Volume 2, Nomor 9, November

2014.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008.

Nurkhasanuddin,”Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Kontekstual dengan

Metode Group Investigation (GI) untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa SMP/MTs pada Materi Garis Singgung Lingkaran”.

Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2009.

Riduwan. (2016). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rusman, 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi

Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Rahmita Yuliana Gazali, “Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP

Berdasarkan Teori Belajar Ausubel”. Jurnal Pendidikan Matematika Volume 11 –

Nomor 2, Desesmber 2016, (182-192).

Rochmad, 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.

Jurnal Kreano, 3(1) : 59-72.

Page 80: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

64

Saputro, B. (2017). Manajemen Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Slamet Mulyono, dkk. “Pengembangan Bahan Ajar Modul Matematika SMP Kelas VII di

Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Skripsi FKIP Unila Bandar Lampung Jurusan

Matematika. 2010.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Syutaridho, “Mengontrol Aktivitas Berpikir Siswa dengan Memunculkan Soal Berpikir

Kritis” Jurnal Pendidikan Matematika JPM RAFA, Volume 2, Nomor 1, September

2016.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu – Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Page 81: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 82: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 83: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 84: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 85: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 86: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 87: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 88: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 89: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 90: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 91: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 92: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 93: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 94: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 95: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 96: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 97: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 98: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Lampiran 11

SOAL TES

1. Ayu, Bimo dan Candra berbelanja disebuah toko buku secara bersamaan. Ayu

membeli 3 set pensil, 4 penghapus dan 1buku tulus. Bimo membeli 6 set pensil, 2

penghapus dan 1 buku tulis. Candra membeli 2 set pensil, 5 penghapus dan 10 buku

tulis. Di kasir, ayu membayar Rp83.000,00; Bimo membayar Rp86.000’00; dan

Candra membayar Rp158.000,0. Berapa harga masing-masing benda tersebut?

2. Pada sebuah toko buku kia membeli 4 buku, 2 pulpen, 3 pensil dengan harga

Rp. 26.000,00. Dina membeli 3 buku, 3 pulpen, 1 pensil dengan harga

Rp.21.000,00. Dika membeli 3 buku dan 1 pensil dengan harga Rp.12.000,00. Jika

didin membeli 2 pulpen dan 3 pensil, maka tentukan biaya yang dikeluarkan oleh

didin.

3. Irma, Aisyah, dan Purma pergi bersama-sama ke toko buah. Irma membeli 2 kg

apel, 2 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp67.000,00. Aisyah membeli 3 kg

apel, 1 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp61.000,00. Purma membeli 1 kg

apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Rp80.000,00.

Jika Purma membeli 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk, maka ia harus

membayar. . . .

4. Ibu Siti, ibu Nur, dan ibu Maya pergi ketoko peralatan rumah tangga. Ibu Siti

membawa uang sebanyak Rp 50.000 ia membeli 2 gelas ukuran kecil, 1 gelas

ukuran sedang, dan 2 gelas ukuran jumbo sisa uang ibu Siti Rp 9.000. ibu Nur

membeli setang lusin gelas ukuran kecil, 2 gelas ukuran sedang, dan 1 gelas ukuran

jumbo membayar Rp 41.000. sedangkan ibu Maya membeli 6 gelas ukuran kecil,

satu gelas ukuran sedang, dan 4 gelas ukuran jumbo membayar Rp 79.000.

berapakah harga satu buah gelas ukuran keci, satu buah gelas ukuran sedang, dan

satu buah gelas ukuran jumbo?

Page 99: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Lampiran 12

JAWABAN SOAL TES

5. Ayu, Bimo dan Candra berbelanja disebuah toko buku secara bersamaan. Ayu

membeli 3 set pensil, 4 penghapus dan 1buku tulus. Bimo membeli 6 set pensil, 2

penghapus dan 1 buku tulis. Candra membeli 2 set pensil, 5 penghapus dan 10 buku

tulis. Di kasir, ayu membayar Rp83.000,00; Bimo membayar Rp86.000’00; dan

Candra membayar Rp158.000,0. Berapa harga masing-masing benda tersebut?

Penyelesaian:

Misalkan

X= Pensil

Y= Penghapus

Z= Buku

persamaan ke 1

persamaan ke 2

persamaan ke 3

Eliminasi persamaan 1 dan 2, kemudian persamaan 2 dan 3

persamaan ke 4

| |

| |

Persamaan ke 5

Eliminasi y persamaan 4 dan 5

| |

| |

Subtitusi ke persamaan ke 4

Page 100: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Subtitusi ke persamaan ke 2

Jadi harga atu Pensil Rp 9.000, harga satu Penghapus Rp 12.000, harga satu Buku Rp

8.000

6. Pada sebuah toko buku kia membeli 4 buku, 2 pulpen, 3 pensil dengan harga

Rp. 26.000,00. Dina membeli 3 buku, 3 pulpen, 1 pensil dengan harga

Rp.21.000,00. Dika membeli 3 buku dan 1 pensil dengan harga Rp.12.000,00. Jika

didin membeli 2 pulpen dan 3 pensil, maka tentukan biaya yang dikeluarkan oleh

didin.

Pembahasan :

misalkan:

Buku = x

Pulpen = y

Pensil = z

Sistem persamaan linear :

1) 4x + 2y + 3z = 26.000

2) 3x + 3y + z = 21.000

3) 3x + z = 12.000

Ditanya : 2y + 3z = ...?

Persamaan 2 dan 3

3x+3y+z = 26.000

3x + z = 12.000 –

3y = 3.000 (persamaan 4)

Persamaan 1 dan 2

4x + 6.000 + 3z = 26.000| 4x + 3z = 20.000 |x3| 12x + 9z = 60.000

3x + 9.000 + z = 21.000 | 3x + z = 12.000 |x4|12x + 4z = 48.000

5z = 12.000 (persamaan 5)

Page 101: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Z = 2.400

jadi untuk 2y + 3z adalah

= 2 . (3.000) + 3 . (2.400)

= 6.000 + 7.200

= Rp.13.200,00

7. Irma, Aisyah, dan Purma pergi bersama-sama ke toko buah. Irma membeli 2 kg

apel, 2 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp67.000,00. Aisyah membeli 3 kg

apel, 1 kg anggur, dan 1 kg jeruk dengan harga Rp61.000,00. Purma membeli 1 kg

apel, 3 kg anggur, dan 2 kg jeruk dengan harga Rp80.000,00.

Jika Purma membeli 1 kg apel, 1 kg anggur, dan 4 kg jeruk, maka ia harus

membayar. . . .

Penyelesaian :

Misalkan

X= Apel

Y= Anggur

Z= Jeruk

persamaan ke 1

persamaan ke 2

persamaan ke 3

Eliminasi persamaan 1 dan 2, kemudian persamaan 2 dan 3

persamaan ke 4

| |

| |

Persamaan ke 5

Eliminasi y persamaan 4 dan 5

Page 102: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Subtitusi ke persamaan ke 4

Subtitusi ke persamaan ke 1

Jadi harga 1kg Apel Rp 12.000, harga 1kg Anggur Rp18.000, dan harga 4kg Jeruk Rp

21.000

8. Ibu Siti, ibu Nur, dan ibu Maya pergi ketoko peralatan rumah tangga. Ibu Siti

membawa uang sebanyak Rp 50.000 ia membeli 2 gelas ukuran kecil, 1 gelas

ukuran sedang, dan 2 gelas ukuran jumbo sisa uang ibu Siti Rp 9.000. ibu Nur

membeli setang lusin gelas ukuran kecil, 2 gelas ukuran sedang, dan 1 gelas ukuran

jumbo membayar Rp 41.000. sedangkan ibu Maya membeli 6 gelas ukuran kecil,

satu gelas ukuran sedang, dan 4 gelas ukuran jumbo membayar Rp 79.000.

berapakah harga satu buah gelas ukuran keci, satu buah gelas ukuran sedang, dan

satu buah gelas ukuran jumbo?

Penyelesaian Misalkan

X= Gelas Ukuran Kecil

Y= Gelas Ukuran Sedang

Z= Gelas Ukuran Jumbo

Setengah Lusin = 6

Page 103: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Uang yang habis di bayar ibu Siti = uang total ibu Siti – Sisa

= 50.000 – 9.000

= 41.000

persamaan ke 1

persamaan ke 2

persamaan ke 3

Eliminasi persamaan 1 dan 2, kemudian persamaan 2 dan 3

| |

| |

Persamaan ke 4

persamaan ke 5

Eliminasi persamaan 5 dan 4

Subtitusi ke persamaan ke 5

Subtitusi ke persamaan ke 1

Jadi harga satu buah gelas ukuran kecil Rp 2.000, harga satu buah gelas ukuran sedang Rp

7.000, dan satu buah gelas ukuran jumbo Rp 15.000.

Page 104: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Lampiran 13

GURU MENGISI ANGKET

Page 105: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Lampiran 14

SISWA MENGISI ANGKET

Page 106: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 107: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …

Lampiran 15

Dokumentasi Mengajar

Page 108: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 109: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 110: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 111: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 112: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 113: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 114: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 115: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 116: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 117: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 118: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 119: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 120: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 121: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 122: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 123: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 124: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 125: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 126: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 127: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 128: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 129: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 130: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 131: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 132: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 133: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 134: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 135: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …
Page 136: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS …