Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN MODUL DENGAN APLIKASI FLIP PDF
PROFESSIONAL PEMBELAJARAN KONFIKS BAHASA INDONESIA
UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Gretty Silvia Manurung
161224077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA DAN INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN MODUL DENGAN APLIKASI FLIP PDF
PROFESSIONAL PEMBELAJARAN KONFIKS BAHASA INDONESIA
UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Gretty Silvia Manurung
161224077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA DAN INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan sebagai ucapan syukur dan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, St.Yudas Tadeus yang selalu setia menolong dan
tidak pernah sedetik pun meninggalkan penulis sehingga skripsi ini bisa
terselesaikan dengan penuh rahmat.
2. Almarhum papi penulis Ambrosius Patua Raja Manurung dan mami penulis
Punguan Via Mahombar untuk doa, kasih sayang, kepercayaan, dan motivasi
yang selalu diberikan selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan
pendidikan dengan penuh semangat yang terus berkobar.
3. Kakak Friskayanti Mariatur Manurung dan Adek Rizky Manurung yang
selalu memberikan penulis dukungan, pengalaman, dan motivasi yang setiap
saat membangkitkan semangat penulis apabila penulis merasa down.
4. Tulang Antonius Basar Mahombar dan Nantulang Kiki Yunita Napitu yang
selalu memberikan canda tawa serta pandangan terbuka untuk semangat
penulis selama proses penyusunan skripsi.
5. Tante delima nainggolan yang memberikan vinansial sporting kepada
penulis, tante rosita nainggolan yang memberikan arahan untuk perjalanan
pendidikan penulis, dan tante rosdiana nainggolan yang sangat baik hati
membantu penulis dari persiapan nol untuk menempuh pendidikan sekolah
tinggi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
6. Keluarga besar Oppung Silau Uban yang selalu memberikan kebaikan dan
bantuan kepada penulis baik dalam vinansial maupun kasih sayang yang tak
berkesudahan.
7. Kekasih penulis Janiendara Sipayung yang selalu bersabar untuk mendengar
keluh kesah penulis saat penyusunan skripsi dan selalu bersabar serta
memberikan dorongan motivasi untuk penulis.
8. Sahabat sejak kecil penulis Aulia Lampita Aritonang, yang dengan sabar dan
selalu memberikan dorongan pada penyelesaian skripsi penulis.
9. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi
sekaligus dosen pembimbing akademik penulis, yang dengan kesabaran dan
dedikasi tinggi mengajari dan membimbing penulis serta mengarahkan
penulis untuk selalu menjadi yang lebih baik demi masa depan penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
MOTTO
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan
ditambahkan padamu.”
(Matius 6:33)
“Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan orang atau benda.”
(Albert Einstein).
“Jangan menyerah dan mudah berputus asa untuk memperjuangkan cita-citamu
hingga menggapainya.”
(Penulis)
“Kadang masalah adalah sahabat terbaikmu, karena mereka membuat mu menjadi
kuat, dan membuat mu menempatkan Tuhan disisimu yang paling dekat.”
(Penulis).
“Cara terbaik untuk membalas dendam pada orang yang telah merendahkan mu
adalah dengan menjadi lebih sukses dari-nya.”
(Penulis)
“Dia yang hendak dewasa ialah Dia yang mampu mengekspresikan di lampiran
kertas bersama wajah agungnya.”
(Penulis)
“Kertas dan pena, tak dapat berkata, namun mampu merubah pola pikir. Tak
bernilai, namun ia mampu membahagiakanmu. Menulislah, maka ia akan
memberi kebahagian tersendiri untukmu.”
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Manurung, Gretty Silvia. 2020. Pengembangan Modul dengan Aplikasi Flip Pdf
Professional Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia untuk
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia melalui
Pendekatan Komunikatif. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sasta Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia untuk mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia dengan pendekatan
komunikatif. Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan atau Research &
Development (R&D) yang mengacu pada langkah Borg dan Gall. Pengembangan modul pembelajaran dikembangkan melalui langkah pengembangan menurut Borg
dan Gall yang disederhanakan menjadi empat langkah, yaitu: penelitian dan pengumpulan informasi berupa analisis kebutuhan pembelajaran, pengembangan
produk, validasi modul, revisi berdasarkan hasil validasi, dan produk akhir. Analisis data dilakukan melalui teknik kuesioner dan teknik wawancara.
Hasil studi pendahuluan melalui 25 mahasiswa sebagai reponden menunjukkan bahwa 24 mahasiswa dengan persentase sebesar 96% memiliki
kesulitan dalam memahami proses konfiks bahasa Indonesia karena terbatasnya bahan ajar digital dan pembelajaran yang membosankan lantaran pendekatan dan
strategi pembelajaran kurang menarik perhatian mahasiswa, sedangkan melalui hasil wawancara dengan dosen pengampu, menunjukkan bahwa sangat dibutuhkan
bahan ajar digital yang memiliki pendekatan dan strategi pembelajaran yang tidak membosankan untuk media pendamping saat mengajar. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan tersebut, dikembangkan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia yang menerapkan pendekatan komunikatif. Pengembangan modul
dilakukan dengan menentukan judul, menentukan tujuan, memilih bahan, menyusun kerangka, mengumpulkan bahan, dan menyusun modul. Kelayakan modul divalidasi oleh dosen ahli berdasarkan lima aspek, yaitu aspek isi/materi,
aspek penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek media. Hasil validasi oleh dosen ahli pertama menunjukkan perolehan skor rata-rata 4,26 dengan
persentase sebesar 85,3%, sedangkan hasil validasi dosen ahli kedua menunjukkan perolehan skor rata-rata 4 dengan persentase sebesar 80%, dan dosen ahli ketiga
menunjukkan perolehan skor rata-rata 3,69 dengan persentase sebesar 73,8% . Jadi, berdasarkan hasil validasi ketiga dosen ahli tersebut modul yang berjudul Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Komunikatif untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia layak untuk digunakan.
Kata kunci: modul pembelajaran, morfologi, konfiks, pendekatan komunikatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Manurung, Gretty Silvia. 2020. Module Development with the Flip Pdf Professional Indonesian Conflict Learning Application for Indonesian Language
and Literature Education Students through a Communicative Approach. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature
Education Study Program, Department of Language and Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata
Dharma University.
The problem raised in this study is how to develop Indonesian confix
learning modules for Indonesian Language and Literature Education students. The purpose of this study is to produce an Indonesian confix learning module with a
communicative approach.
This study belongs to Research & Development (R&D) which refers to the
steps of Borg and Gall. The learning modules is developed through the development steps according to Borg and Gall which are simplified into four steps, namely:
research and information gathering in the form of learning needs analysis, product development, module validation, revisions based on validation results, and final
products. Data analysis is carried out through questionnaire and interview techniques.
The results of a preliminary study from 25 students as respondents showed that 24 students with a percentage of 96% had difficulty understanding the
Indonesian language confix process because of the limited digital teaching materials, and tedious learning as the learning approaches and strategies are not
quite attractive to the students. While the results of interviews with supporting lecturers showed that digital teaching materials are needed which have approaches
and learning strategies that are not boring for companion media when teaching. Based on the results of the preliminary study, the Indonesian confix learning
module was developed which applied a communicative approach. Module development is done by determining the title, determining the objectives, selecting
materials, developing a framework, gathering materials, and constructing modules. The module eligibility is validated by expert lecturers based on five aspects, namely
the content/material aspect, the presentation aspect, the language aspect, the graphic aspect, and the media aspect. The results of the validation by the first expert
lecturer showed an average score of 4.26 with a percentage of 85.3%, while the results of the validation of the second expert lecturer showed an average score of 4
with a percentage of 80%, and the third expert lecturer showed an average score average 3.69 with a percentage of 73.8%. Therefore, based on the results of the
validation from the three expert lecturers, the module entitled Indonesian Confix Learning Module with Communicative Approach for Indonesian Language and
Literature Education students is appropriate to use.
Keywords: learning module, morphology, confix, communicative approach.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
MOTO ........................................................................................................ vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPERLUAN AKADEMIS .....................................................................viii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xxi
DAFTAR BAGAN .................................................................................. xxiii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................. xxiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xxv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xxviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 6
1.6 Spesifikasi Produk ............................................................................. 7
1.7 Definisi Operasional .......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 10
2.1 Penelitian yang Relevan................................................................... 10
2.2 Kajian Teori .................................................................................... 12
2.2.1 Morfologi........................................................................................ 12
2.2.1.1 Hakikat Morfologi ........................................................................... 13
2.2.1.2 Afiksasi........................................................................................... 14
2.2.2 Konfiks ........................................................................................... 17
2.2.2.1 Kategori Konfiks Verba ................................................................... 17
2.2.2.2 Kategori Konfiks Nomina ................................................................ 21
2.2.2.3 Kategori Konfiks Adjektiva ............................................................. 27
2.2.2.4 Pendekatan Komunikatif yang Dipakai dalam Pengembangan
Modul Materi Konfiks Bahasa Indonesia .......................................... 30
2.2.3 Modul ............................................................................................. 35
2.2.3.1 Hakikat Modul ................................................................................ 35
2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penulisan Modul ................................................ 36
2.2.3.3 Karakteristik Modul ........................................................................ 38
2.2.3.4 Prinsip Penulisan Modul .................................................................. 40
2.2.3.5 Struktur Penulisan Modul ................................................................ 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
2.2.3.6 Prosedur Penulisan Modul ............................................................... 48
2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 55
3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 55
3.2 Sumber Data dan Data .................................................................... 56
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 57
3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................ 57
3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................... 60
3.6 Prosedur Pengembangan .................................................................. 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 67
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 67
4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan ................................................................... 68
4.1.1.1 Deskripsi Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Morfologi
Bahasa Indonesia Terhadap Pengembangan Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia ........................................... 70
4.1.1.2 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa Terkait Penglaman
Awal dalam Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia ........................ 73
4.1.2 Pengembangan Modul Pembelajaran Konfiks
Bahasa Indonesia .............................................................................. 79
4.1.2.1 Penentuan Tujuan ............................................................................. 79
4.1.2.2 Pemilihan Bahan .............................................................................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
4.1.2.3 Penyusunan Kerangka ...................................................................... 81
4.1.2.4 Pengumpulan Bahan ......................................................................... 82
4.1.3 Uji Validasi ...................................................................................... 85
4.1.3.1 Data Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Pertama ......................... 85
4.1.3.2 Data Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Kedua ........................... 90
4.1.3.3 Data Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Ketiga ........................... 94
4.1.4 Revisi Produk................................................................................... 98
4.1.4.1 Revisi Produk dari Dosen Ahli Pertama ............................................ 98
4.1.4.2 Revisi Produk dari Dosen Ahli Ketiga ............................................. 100
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 105
4.2.1 Deskripsi Modul............................................................................. 105
4.2.1.1 Deskripsi Modul pada Aspek Isi/Materi .......................................... 107
4.2.1.2 Deskripsi Modul pada Aspek Penyajian .......................................... 113
4.2.1.3 Aspek Bahasa................................................................................. 118
4.2.1.4 Deskripsi Modul pada Aspek Kegrafikan ........................................ 120
4.2.1.5 Deskripsi Aspek Media Pembelajaran ............................................. 124
4.2.2 Deskripsi Hasil Validasi ................................................................. 123
4.2.2.1 Deskripsi Hasil Validasi Modul oleh
Dosen Ahli Pertama ....................................................................... 125
4.2.2.2 Deskripsi Hasil Validasi Modul oleh
Dosen Ahli Kedua .......................................................................... 126
4.2.2.3 Deskripsi Hasil Validasi Modul oleh
Dosen Ahli Ketiga .......................................................................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Pembelajaran ........................................ 129
4.2.4 Kajian Produk Akhir ...................................................................... 135
BAB V PENUTUP ................................................................................... 143
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 143
5.2 Saran ............................................................................................. 146
5.2.1 Bagi Para Dosen ............................................................................. 146
5.2.2 Bagi Mahasiswa ............................................................................. 147
5.2.3 Bagi Peneliti Lain ........................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 149
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 153
LAMPIRAN............................................................................................. 154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Makna Gramatikal Konfiks ke-an ................................................ 29
Tabel 2.2 Prinsip -prinsip Pembelajaran Bahasa dengan
Pendekatan Komunikatif ............................................................ 33
Tabel 2.3 Prinsip Penulisan Modul ............................................................. 41
Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan PAP .............................. 59
Tabel 3.2 Konversi Nilai dan Skala Sikap ................................................... 61
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah
Morfologi Bahasa Indonesia ....................................................... 72
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kebutuhan Awal Mahasiswa ................................. 74
Tabel 4.3 Kesimpulan Kolom Komentar pada Angket Analisis
KebutuhanMahasiswa ................................................................ 78
Tabel 4.4 Penjabaran Tujuan Pembelajaran ................................................. 80
Tabel 4.5 Kerangka Modul ......................................................................... 82
Tabel 4.6 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Pertama pada
SeluruhAspek Kelayakan ........................................................... 86
Tabel 4.7 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Kedua pada
Seluruh Aspek Kelayakan Tabel ................................................ 90
Tabel 4.8 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Ketiga pada
Seluruh Aspek Kelayakan .......................................................... 94
Tabel 4.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar .................................... 107
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli Pertama ....................... 126
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli Kedua ......................... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli Ketiga ......................... 129
Tabel 4.13 Analisis Kelayakan Modul Berdasarkan Validasi
Dosen Ahli Pertama, Dosen Ahli Kedua, dan Dosen
Ahli Ketiga .............................................................................. 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ...................................................................... 54
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Menurut Brog
dan Gall yang Telah Disederhanakan .......................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek Penilaian .............. 86
Diagram 4.2 Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek Penilaian .............. 91
Diagram 4.3 Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek Penilaian .............. 95
Diagram 4.4 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Pertama ................................. 125
Diagram 4.5 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Kedua .................................... 127
Diagram 4.6 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Ketiga .................................... 128
Diagram 4.7 Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Validasi Dosen
Ahli Pertama, Dosen Ahli Kedua, dan Dosen Ahli Ketiga ....... 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Desain Sampul Luar dan Judul Bab dalam Lembar
Kerja Canva ............................................................................ 83
Gambar 4.2 Sebagian Isi Draf Modul dalam Lembar kerja flipbook ............... 84
Gambar 4.3 Sebagian Desain Subjudul dalam Lembar Kerja flipbook ............ 85
Gambar 4.4 Tampilan Isi/Materi Modul Sebelum Direvisi ............................ 99
Gambar 4.5 Tampilan Isi/Materi Modul Sesudah Direvisi ........................... 100
Gambar 4.6 Tampilan Daftar Pustaka Modul Sebelum Direvisi .................. 101
Gambar 4.7 Tampilan Daftar Pustaka Modul Sesudah Direvisi .................... 102
Gambar 4.8 Tampilan Cuplikan Video Modul Sebelum Direvisi ................. 103
Gambar 4.9 Tampilan Cuplikan Video Modul Setelah Direvisi ................... 103
Gambar 4.10 Tampilan Sampul Modul Sebelum Direvisi ............................ 104
Gambar 4.11 Tampilan Sampul Modul Sesudah Direvisi............................. 105
Gambar 4.12 Materi Kegiatan Bab 1 .......................................................... 108
Gambar 4.13 Aktivitas dan Tugas Kegiatan Bab 1 ...................................... 109
Gambar 4.14 Rangkuman Kegiatan Bab 1 .................................................. 109
Gambar 4.15 Tes Informatif Kegiatan Bab 1 ............................................... 110
Gambar 4.16 Refleksi Kegiatan Bab 1 ........................................................ 110
Gambar 4.17 Materi Kegiatan Bab 2 .......................................................... 111
Gambar 4.18 Aktivitas dan Tugas Kegiatan Bab 2 ...................................... 111
Gambar 4.19 Rangkuman Kegiatan Bab 2 .................................................. 112
Gambar 4.20 Tes Informatif Kegiatan Bab 2 ............................................... 112
Gambar 4.21 Refleksi Kegiatan Bab 2 ........................................................ 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvi
Gambar 4.22 Kata Pengantar Modul ........................................................... 114
Gambar 4.23 Rasionalisaasi Modul ............................................................ 114
Gambar 4.24 Petunjuk Penggunaan Modul ................................................. 115
Gambar 4.25 Capaian Pembelajaran Bab 1 pada Modul ............................. 115
Gambar 4.26 Capaian Pembelajaran Bab 2 pada Modul ............................. 116
Gambar 4.27 Kata Motivasi Bab 1 pada Modul .......................................... 116
Gambar 4.28 Kata Motivasi Bab 2 pada Modul .......................................... 117
Gambar 4.29 Kunci Jawaban Modul .......................................................... 117
Gambar 4.30 Daftar Pustaka Modul........................................................... 118
Gambar 4.31 Glosarium Modul .................................................................. 118
Gambar 4.32 Contoh Cuplikan Materi dengan ketepatan Diksi dan
Kesesuaian dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) ................................................................................ 120
Gambar 4.33 Aspek Kegrafikan Cover Modul ............................................ 122
Gambar 4.34 Ilustrasi Bagan dan Desain Modul ......................................... 123
Gambar 4.35 Ilustrasi Rekaman dan Desain Modul ..................................... 123
Gambar 4.36 Tombol Navigasi pada Modul................................................ 124
Gambar 4.37 Kajian Produk Awal pada Aspek Isi/Materi............................ 136
Gambar 4.38 Kajian Produk Awal pada Aspek Isi/Materi
(Sumber Acuan) .................................................................... 136
Gambar 4.39 Kajian Produk Akhir pada Aspek Isi/Materi
(Sumber Acuan) ................................................................... 137
Gambar 4.40 Kajian Produk Akhir Contoh Aktivitas pada Bab II ............... 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvii
Gambar 4.41 Kajian Produk Awal pada Aspek Penyajian
(Tampilan Video) .................................................................. 139
Gambar 4.42 Kajian Produk Akhir pada Aspek Penyajian
(Tampilan Video) .................................................................. 139
Gambar 4.43 Kajian Produk Awal pada Aspek Bahasa................................ 140
Gambar 4.44 Kajian Produk Awal pada Aspek Kegrafikan
(Cover Depan) ....................................................................... 140
Gambar 4.45 Kajian Produk Akhir pada Aspek Kegrafikan
(Cover Depan) ....................................................................... 141
Gambar 4.46 Kajian Produk Akhir pada Aspek Media
(Tombol Play Video) ............................................................. 142
Gambar 4.47 Kajian Produk Akhir pada Aspek Media
(Tombol Navigasi)................................................................. 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1 Kisi-kisi Wawancara Dosen Pengampu ........................... 155
Lampiran A2 Instrumen Wawancara Dosen Pengampu ........................ 156
Lampiran A3 Kisi-kisi Angket Pengalaman Awal Mahasiswa............... 157
Lampiran A4 Kisi-kisi Angket Validasi Oleh Dosen Ahli ..................... 158
Lampiran B1 Hasil Transkip Wawancara Dosen Pengampu .................. 159
Lampiran B2 Hasil Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah
Morfologi Bahasa Indonesia ........................................... 162
Lampiran C1.a Isi Angket Pengalama Awal Mahasiswa ........................ 163
Lampiran C1.b Hasil Analisis Kebutuhan Mahasiswa............................. 169
Lampiran C1.c Kesimpulan Analisis Pengetahuan Awal Mahasiswa ....... 171
Lampiran C1.d Hasil Analisis Kebutuhan Mahasiswa............................. 172
Lampiran C1.e.i Hasil Analisis Kebutuhan Mahasiswa............................. 174
Lampiran C1.e.ii Rekapitulasi Komentar Angket Pengalaman Awal
Mahasiswa.................................................................... 175
Lampiran C2.a.i. Hasil Angket Validasi Modul Dosen Ahli Pertama ......... 177
Lampiran C2.a.ii. Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Pertama
pada Kelima Aspek ....................................................... 187
Lampiran C2.a.iii. Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Pertama ..... 188
Lampiran C2.b.i. Hasil Angket Validasi Modul Dosen Ahli Kedua ............ 191
Lampiran C2.b.ii. Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Kedua
pada Kelima Aspek ....................................................... 202
Lampiran C2.b.iii. Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Kedua ....... 203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxix
Lampiran C2.c.i. Hasil Angket Validasi Modul Dosen Ahli Ketiga ........... 206
Lampiran C2.c.ii. Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Ketiga
pada Kelima Aspek ....................................................... 217
Lampiran C2.c.iii. Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Ketiga ...... 218
Lampiran C2.d. Rekapitulasi Hasil Perbandingan Validasi dari
Tiga Dosen Ahli ........................................................... 221
Lampiran D. RPS Mata Kuliah Morfologi Bahasa Indonesia.............. 222
Lampiran E. Cuplikan Tampilan Modul Pembelajaran
Konfiks Bahasa Indonesia ........................................... 227
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menyajikan enam subbab, yaitu (1) latar belakang masalah, (2)
batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian,
dan (6) definisi operasional. Berikut rincian enam subbab pada bagian pendahuluan.
1.1 Latar Belakang
Mata kuliah morfologi adalah mata kuliah yang berbicara mengenai
pembentukan kata. Salah satu bagian pembentukan kata tersebut ialah kata imbuhan
(Afiks). Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan
mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana, 1993). Dasar yang dimaksud pada
penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang
dapat diberi afiks apapun (Samsuri, 1988). Afiksasi merupakan unsur yang
ditrekatkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan
merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru, sehingga
para ahli bahasa merumuskan bahwa afiks merupakan bentuk terikat yang dapat
ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992). Afiksasi
memiliki empat jenis imbuhan. Salah satunya ialah konfiks.
Konfiks adalah afiks yang tidak berbentuk suku kata yang ditambahkan atau
dileburkan pada kata dasar secara bersamaan, misalnya kata ‘Kebangsaan’ kata
kebangsaan jika dijabarkan ke dalam proses pembentukan kata itu dibentuk dari
kata dasar ‘bangsa’ yang diapit oleh imbuhan awal ‘ke-’ dan imbuhan akhir ‘an-’.
Hal tersebut didukung oleh kutipan dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
2019 yaitu, “Mampu menjelaskan berbagai bentuk afiksasi dalam bahasa
Indonesia.” Materi pembentukan kata itu sendiri memerlukan konsentrasi
mahasiswa yang terfokus agar dapat memahami dan mengerti yang disampaikan
oleh dosen. Oleh sebab itu, dosen harus mampu mengajarkan perbedaan-perbedaan
kata yang dapat disisipkan imbuhan dan kata yang tidak dapat disisipkan imbuhan.
Dalam hal ini himbuhan yang dimaksud ialah imbuhan awalan dan akhiran,
misalnya kata ‘datang’. Kata ‘datang’ ketika hanya dibubuhi imbuhan awalan
menjadi kata ‘kedatang’ maka kata tersebut tidak memiliki makna, sama halnya
apabila kata ‘datang’ dibubuhi hanya imbuhan akhiran menjadi kata ‘datangan’
tidak akan memiliki makna. Pembelajaran yang berulangkali juga sangat
diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa ketika
dosen menjelaskan materi konfiks. Berdasarkan upaya tersebut, maka diperlukan
media pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan dimanapun oleh mahasiswa
maupun dosen.
Ketika dihadapkan pada zaman 4.0 atau zaman milenial, bidang pendidikan
ditekankan untuk menggunakan sistem pembelajaran yang berbasis digital, yang
harapannya agar peserta didik terampil dalam penggunaan media digital dan
mampu menghadapi tuntutan zaman. Pembelajaran yang berbasis digital dapat
menarik perhatian dan minat peserta didik, serta mampu memotivasi semangat
mahasiswa sehingga mampu untuk memahami pembelajaran. Contohnya dengan
memanfaatkan era 4.0 ini mahasiswa akan tertarik untuk belajar dan tidak merasa
bosan karena pembelajaran yang didapat sudah berbasis teknologi kekinian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Banyak media pembelajaran yang tepat untuk menyeimbangkan perkembangan
zaman ini, seperti modul yang dipoles dengan menarik dan digandeng dengan
aplikasi flipbook dengan variasi yang menarik pula.
Untuk lebih mempertajam latar belakang penelitian, peneliti melakukan
studi pendahuluan guna menggali informasi tentang pengalaman belajar mahasiswa
dalam memperlajari materi konfiks dan jenis bahan ajar yang selama ini digunakan
dalam pembelajaran materi konfiks Bahasa Indonesia. Mahasiswa semester 4
angkatan 2018 A Universitas Sanata Dharma, dipilih oleh peneliti sebagai
responden studi pendahuluan karena mahasiswa tersebut telah mempelajari atau
mengampu materi konfiks. Berdasarkan dari kuesioner dengan skala likert (rentang
skor 1-5) yang diisi oleh 25 siswa pada 13 Februari 2020 dapat diketahui sebanyak
12 siswa yang menyatakan sangat setuju bahwa materi konfiks sangat penting untuk
dikuasai para mahasiswa. Selain itu, ada 12 siswa menyatakan setuju, dan 1 siswa
menyatakan tidak tahu. Jumlah hasil yang diperoleh dari pernyataan di atas, yakni
48% sangat setuju, 48% setuju, dan 4% tidak tahu.
Hal di atas membuktikan bahwa materi konfiks sangat penting untuk dikuasi
oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil pengisian kolom komentar yang tersedia pada
angket oleh koresponden, peneliti memperoleh jawaban yakni: (1) tidak adanya
modul yang dapat menjelaskan tahapan-tahapan pembentukan konfiks, (2) materi
pembelajaran konfiks yang sulit untuk dipahami, dan (3) diperlukan modul yang
bisa menampilkan proses-proses pembentukan kata-kata yang dibentuk melalui
proses konfiks secara menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Berdasarkan dari permasalahan di atas, peneliti berfokus pada
pengembangan bahan ajar materi konfiks pada mata kuliah morfologi Bahasa
Indonesia. Peneliti bermaksud untuk mengembangkan sebuah produk yaitu modul
pembelajaran konfiks sebagai metode mengajar dosen yang lebih interaktif dan
mudah untuk digunakan mahasiswa di manapun dengan pendekatan komunikatif.
Pengembangan modul yang peneliti lakukan ialah peneliti akan membuat modul
pembelajaran konfiks bahasa Indonesia yang dikemas secara menarik dengan
proses pembentukan konfiks di dalam modul tersebut. Modul yang akan
dikembangkan mengacu pada pernyataan Direktorat Tenaga Kependidikan
(2008:3) yang menyatakan bahwa modul merupakan alat atau sarana pembelajaran
yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang
secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai
dengan tingkat kompleksitasnya. Artinya, modul disusun secara sistematis dan
menarik supaya memudahkan mahasiswa belajar materi tertentu baik secara
mandiri maupun dengan bimbingan dosen.
1.2 Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini, penulis melakukan
pembatasan masalah. Pembatasan masalah bertujuan agar hal yang dibahas benar-
benar terpusat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerimaan maupun
dalam pembahasan. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada
pengembangan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia untuk mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) penelitian ini dibatasi pada
modul pembelajaran walaupun terdapat bahan ajar lain, (2) penelitian ini dibatasi
pada materi imbuhan konfiks bahasa Indonesia walaupun terdapat jenis imbuhan
lain, (3) penelitian ini dibatasi hanya imbuhan ber-kan, per-kan, per-i, ke-an, pe-an,
per-an, me-kan, dan me-i walaupun terdapat imbuhan konfiks lain, dan (4)
penelitian ini dibatasi dengan hanya melakukan empat langkah prosedur penelitian
dan pengembangan dari sepuluh langkah prosedur penelitian dan pengembangan
Brog dan Gall yang dijadikan tanpa mengurangi efisiensi dan efektivitasnya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti
merumusakan masalah dalam penelitian, yaitu “Bagaimana pengembangan modul
pembelajaran konfiks bahasa Indonesia untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dengan pendekatan komunikatif?”
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
menghasilkan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan pendekatan komukatif sebagai
media pembelajaran yang efektif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
secara klasikal maupun mandiri dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak baik itu mahasiswa, dosen, maupun peneliti selanjutnya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengembangkan modul pembelajaran konfiks. Adapun manfaat secara praktis dari
penelitian ini sebagai berikut.
A. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya penelitian ini, mahasiswa diharapkan dapat semakin mudah
dalam memahami kegiatan pembelajaran konfiks, baik secara mandiri maupun
bersama dosen. Selain itu, mahasiswa dapat lebih mudah untuk mempelajari
konfiks bahasa Indonesia.
B. Bagi Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai salah satu referensi
alternatif yang efektif dan efisien untuk pembelajaran konfiks bahasa Indonesia
dengan menggunakan modul ini.
C. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti berharap penelitian ini dapat menginspirasi penelitia lain untuk
mengembangkan modul pembelajaran konfiks yang lain terlebih produk yang
dapat dikembangkan tidak terbatas pada pengembangan modul offline saja.
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
bahan ajar materi konfiks bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Penelitian ini juga berguna sebagai sumber referensi bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa.
1.6 Spesifikasi Produk
Pengembangan ini didasarkan pada studi pendahuluan berupa studi
dokumen, wawancara dosen, dan penyebaran angket ke mahasiswa tentang
pengalaman mahasiswa dalam mempelajari imbuhan konfiks, serta penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
modul atau buku ajar yang ada. Modul yang akan dikembangkan adalah modul
interaktif yang dibuat melalui aplikasi Flip PDF Professional.
Produk modul ini pada dasarnya dikembangkan berdasarkan kebutuhan-
kebutuhan dosen dan mahasiswa yang semakin berkembang di zaman 4.0 pada
mata kuliah morfologi. Selain itu, isi modul ini dirancang dengan menyediakan
materi, aktivitas, tugas, rangkuman, evaluasi dan refleksi, serta tes informatif untuk
mengasa tingkat kemampuan mahasiswa.
Dalam penyajian produk ini, peneliti menggunakan pendekatan
komunikatif. Peneliti memilih pendekatan komunikatif, karena pendekatan
komunikatif menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses
interaksi antarmanusia secara lisan maupun tertulis. Pendekatan ini lahir akibat
ketidakpuasan para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh
metode tatabahasa terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah
tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir
yang diharapkan dari belajar bahasa (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55).
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
membuat kompetensi komunikatif pembelajaran bahasa, mengembangkan
prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa, mengakui dan
menghargai saling ketergantungan bahasa. Melalui pendekatan yang peneliti pakai
pada modul interaktif ini membantu dosen saat mengajar dan dapat membimbing
mahasiswa secara interktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai
kurikulum yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.7 Definisi Oprasional
Peneliti memberikan definisi oprasional dan membatasi istilah-istilah,
tujuannya agar penelitian ini memiliki konsep, sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman dan diperoleh pemahaman yang benar. Adapun definisi istilah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Modul
Dalam diklat Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3), dituliskan bahwa
modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan
menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya. Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki konsep
digital menggunakan aplikasi yang dapat digunakan secara mandiri maupun
berkelompok. Modul digital yang dimaksudkan adalah modul yang bukan berwujud
cetak (konvensional) melainkan berwujud aplikasi yang dapat dioperasikan melalui
gadget tanpa terhubung dengan jaringan internet.
2. Konfiks
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konfiks adalah afiks yang tidak
berbentuk suku kata dan yang ditambahkan atau dileburkan pada kata dasar.
Menurut Kridalaksana dll (1985: 20), konfiks adalah afiks yang dimanifestasikan
dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa
Indonesia, konfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu
bentuk dasar. Definisi konfiks dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin
simulatus ‘bersamaan, membentuk’ dan fixus ‘melekat’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah sistem pembelajaran yang menekankan
pemahaman pada aspek komunikasi, interaksi, dan mengembangkan kompetensi
kebahasaan, serta keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara sebagai
tujuan pembelajaran bahasa yang memiliki hubungan bahasa dengan kegiatan
komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini lahir akibat ketidakpuasan
para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh metode tatabahasa
terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah tatabahasa,
mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir yang
diharapkan dari belajar bahasa (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini mengkaji tiga subbab, yaitu (1) penelitian yang relevan, (2) kajian
teori, dan (3) kerangka berpikir. Penelitian yang relevan menyajikan penelitian-
penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Kajian teori menyajikan
kumpulan teori-teori dari para ahli yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam
penelitian ini. Kerangka berpikir menyajikan langkah-angkah secara garis besar
berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian yang relevan.
2.1 Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan
peneliitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh Veronica Purwantari Kurnia
(2008), Devi Arnelia Seneca (2019), dan Eko Kuntarto (2017) . Penelitian Veronica
Purwantari Kurnia (2008), dan Eko Kuntarto (2017) relevan dengan konsep proses
pembentukan konfiks yang dilengkapi dengan contoh kata dasar berimbuhan
awalan dan akhiran, sedangkan penelitian Devi Arnelia Seneca (2019) relevan
dengan pengembangan produk menulis cerpen berupa modul dengan aplikasi Flip
PDF Professional. Berikut ini uraian dari ketiga peneliian relevan tersebut.
Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Purwantari Veronica Kurnia
(2008) berisi tentang struktur afiksasi yang terdiri dari afiks prefiks (awalan), infiks
(sisipan), konfiks (akhiran), dan konfiks (awalan dan dan akhiran) pada kalimat dan
kealahan afiksasi yang meiputi kesalahan prefiks (awalan), infiks (sisipan), konfiks
(akhiran), dan konfiks (awalan dan dan akhiran). Peneliti memilih hanya proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pembentukan afiksasi konfiks (awalan dan akhiran) yang sesuai dengan tujuan
peneliti.
Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Devi Arnelia Seneca (2019)
berisi tentang pengembangan sebuah media pembelajaran interaktif yang
dikembangkan dengan aplikasi Flip PDF Professional untuk materi pelajaran
menulis cerpen dengan memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal legenda asal
mula huruf jawa untuk siswa kelas IX. Peneliti memilih memanfaatkan aplikasi
Flip PDF Professional karena aplikasi tersebut memungkinkan untuk membuat
media pembelajaran interaktif yang terdiri dari serangkaian gambar, tulisan, dan
audio sehingga, media yang dikembangkan mampu melibatkan indera penglihatan
dan pendengaran siswa secara aktif sehingga proses penyerapan materi pelajaran
menjadi lebih maksimal.
Penelitian relevan ketiga dilakukan oleh Eko Kuntarto (2017) berisi
tentang buku modul Bahasa Indonesia yang menyajikan tentang (1) sejarah,
kedudukan, dan fungsi bahasa Indonesia, (2) ragam, laras, dan variasi bahasa, (3)
pemakaian imbuhan, (4) pemakaian kata perangkai, (5) kalimat efektif, (6)
paragraf atau alinea, dan (7) bahasa dalam karya ilmiah. Penelitian yang dilakukan
oleh Eko Kuntarto ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sekarang ini. Letak kesamaannya terletak pada pemakaian imbuhan.
Pemakaian imbuhan terdiri dari imbuhan akhiran, awalan, sisipan, dan imbuhan
gabung. Peneliti memilih pemakaian imbuhan gabungan yang sesuai dengan
penelitian peneliti untuk dikemas dan dikembangkan dengan aplikasi Flip PDF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Professional, sehingga mendapati tampilan yang baru dan menarik untuk
dipelajari.
2.2 Kajian Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : (1) konsep morfologi (2)
kategori konfiks yang terdiri dari kategori konfiks verba, kategorti konfiks nomina,
dan kategori konfiks adjektiva dan imbuhan konfiks yang terdiri dari imbuhan ber-
kan, per-kan, per-i, ke-an, pe-an, per-an, me-kan, dan me-i dan (3) teori modul yang
terdiri dari hakikat modul dan modul, struktur modul, prosedur penulisan modul,
dan kriteria penilaian modul. Berbagai kajian teori yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai acuan untuk penerapan konsep materi afiksasi
konfiks melalui produk berupa modul yang akan dikembangkan.
2.2.1 Morfologi
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik bahasa Indonesia
yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa
Indonesia tidak lepas dari pembelajaran morfologi. Morfologi memiliki bagian-
bagian dalam pembentukan kata. Salah satu bagiannya adalah materi konfiks.
Materi konfiks memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan
sebuah kata berimbuhan tidak lepas dari materi konfiks. Materi konfiks merupakan
salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia pada mata kuliah morfologi bahasa Indonesia. Namun
kenyataannya, masih terdapat mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi konfiks. Oleh sebab itu, pengembangan modul pembelajaran
konfiks sangat penting untuk dilakukan dilihat dari hasil studi pendahuluan. Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu modul pembelajaran konfiks yang
dikemas dengan tahapan-tahapan untuk pembelajaran materi konfiks dan
menyajikan proses-proses pembentukan kata-kata yang dibentuk melalui proses
konfiks secara rinci.
Untuk membuat modul pembelajaran konfiks tersebut, peneliti sebagai
penulis modul perlu meninjau lebih jauh beberapa materi yang berkaitan dengan
materi konfiks. Materi-materi tersebut meliputi: hakikat morfologi, afiksasi, hakikat
konfiks, dan konfiksasi.
2.2.1.1 Hakikat Morfologi
Menurut Keraf (1980: 50), morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang
membicarakan bentuk kata. Mulyana (2007: 5) menyatakan bahwa istilah
morfologi‟ diturunkan dari bahasa Inggris morphology, artinya cabang ilmu
linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata secara
gramatikal. Dulu, ilmu ini lebih dikenal dengan sebutan morphemics, yaitu studi
tentang morfem. Verhaar (1996: 97) menyatakan bahwa morfologi adalah cabang
linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal, sedangkan Samsuri (1988: 15) mendefinisikan morfologi sebagai
cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata. Hal ini
sependapat dengan Ramlan (1978:2).
Menurut (Ramlan, 1987:21), morfologi adalah ilmu bahasa yang
mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik, sedangkan menurut Kridalaksana
(1993:51), morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan
bagian-bagian kata yakni morfem.
Menurut Nida (1974: 1), morfologi adalah suatu kajian tentang morfem-
morfem dan penyusunan morfem dalam rangka pembentukan kata, sedangkan
menurut Crystal (1980: 232-233), morfologi adalah cabang tata bahasa yang
menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem.
Menurut Bauer (1983: 33), morfologi membahas struktur internal bentuk kata,
sedangkan menurut Rusmaji (1993: 2), morfologi mencakup kata, bagian-
bagiannya, dan prosesnya. Menurut O’Grady dan Dobrovolsky (1989: 89-90),
morfologi adalah komponen kata bahasa generatif transformasional (TGT) yang
membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari bentuk dan proses
pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat berpengaruh terhadap
perubahan bentuk kata dan juga terhadap golongan dan arti kata. Proses
pembentukan kata ini menghasilkan banyak struktur kata, salah satunya proses
pembentukan imbuhan yang sering disebut sebagai afiksasi.
2.2.1.2 Afiksasi
Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan
dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan
pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks
merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah
kata (Richards, 1992). Dalam linguistik diketahui ada bermacam-macam afiks
dalam proses pembentukan kata. Robins (1992) menerangkan, afiks bisa dibagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menjadi tiga kelas utama sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam
hubungannya dengan morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan sufiks. Dan pada segi
penetapannya, afiks-afiks tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok.
Afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun
tengah kata (Richards, 1992). Ahli lain juga menyampaikan, afiks adalah bentuk
terikat yang apabila ditambahkan ke dalam bentuk lain akan mengubah makna
gramatikalnya (Kridalaksan, 1993). Dasar yang dimaksud pada penjelasan tersebut
adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang bisa diberi afiks
apapun (Samsuri, 1988).
1. Ciri-ciri afiksasi
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri afiksasi, terdiri atas:
a. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini terdiri atas lebih dari satu morfem
(polimorfemis) dan salah satu atau lebih morfemnya berupa afiks.
b. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini mempunyai makna gramatikal atau
makna gramatis.
c. Kata berimbuhan ialah bahwa dalam proses terjadinya kata-kata itu terjadi pula
perubahan kelas kata dari bentuk dasarnya.
2. Jenis-jenis Afiks
a. Prefiks (awalan), yakni afiks yang ditempatkan di depan kata dasar.
Contoh imbuhan: ber-, meN-, se-, per-, pe-, dan ter-.
b. Infiks (sisipan), yakni afiks yang di tempatkan di dalam bentuk dasar.
Contoh imbuhan: -el-, -er-, -em-, dan -in-.
c. Sufiks (akhiran), yaitu afiks yang diletakakan di belakang bentuk dasar.
Contoh imbuhan: -an, -kan, -i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. Simulfiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang di
campur pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dapat
dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan
fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau
kelas kata lainnya.
Contoh berikut terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi
ngopi, cabit menjadi nyabit, soto menjadi nyoto, santai menjadi nyantai, satai
menjadi nyatai.
5. Konfiks, yakni afiks yang terdiri dari dua unsur, yakni di depan dan di belakang
bentuk dasar. Konfiks berguna sebagai suatu morfem terbagi. Konfiks harus
dibedakan dengan kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks ialah satu
morfem dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah
gabungan dari beberapa morfem.
Contoh imbuhan konfiks dalam bahasa Indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an,
dan ber-an.
Contoh kata yang berimbuhan konfiks: keadaan yang berawal dari bentuk dasar
ada dan mendapat imbuhan ke-an. Pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan
berpandangan.
6. Kombinasi afiks (imbuhan gabung), yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih
yang bergabung dengan bentuk dasar. Afiks tersebut bukan jenis afiks khusus
dan hanya sebagai gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna
gramatikal sendiri, atau dengna kata lain masing-masing menjaga intensitasnya
sendiri, muncul secara bersamaan pada bentuk dasar, tetapi berasal dari dalam
proses yang bertahap atau berlainan.
Pada penelitian ini, penulis terfokus pada satu jenis afiks yaitu konfiks,
materi yang akan dikembangkan dan dikemas ke dalam sebuah modul
pembelajaran bahasa Indonesia untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.2 Konfiks
Menurut Keraf (1984:115), konfiks adalah afiks yang dimanifestasikan
dengan ciri segmental yang dileburkan pada dasar. Menurut Masnur Muskich
(2010:14), konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu
kesatuan secara serentak. Menurut Abdul Chaer (2012:24), konfiks adalah istilah
dalam gramatika untuk menampung konsep sebuah afiks yang terdiri dari dua
bagian; satu bagian terletak pada awal bentuk dasar dan satu bagian lagi pada bagian
akhir bentuk dasar, seperti bentuk ke-an pada kata keadilan, atau per-an pada kata
pertemuan.
Berdasarkan pendapat pakar di atas konfiks adalah gabungan dari dua
macam imbuhan atau lebih dibubuhkan secara bersamaan yang tiap-tiap unsur tetap
mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing.
Contoh: me- + tulis + -kan menjadi menuliskan.
Konfiks memiliki tiga kategori, yakni (1) kategori konfiks verba, (2) kategori
konfiks nomina, (3) kategori konfiks ajektiva yang akan dijabarkan secara
terperinci di bawah ini.
2.2.2.1 Kategori Konfiks Verba
Menurut Abdul Chaer (2008:106), afiks-afiks pembentuk verba yaitu
prefiks ber-, konfiks dan klofiks ber-an, klofiks ber-kan, sufiks -kan, sufiks -i,
prefiks per, konfiks per-kan, konfiks per-i, prefiks me-, prefiks di-, prefiks ter-,
prefiks ke- dan konfiks ke-an. Pada penelitian ini hal yang dibahas terkhusus pada
pembentukan verba konfiks. Konfiks verba memiliki komponen kata yang
bermakna jika kata tersebut dibubuhi imbuhan awalan dan akhiran yang datang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
secara bersamaan. Konfiks verba secara umum memiliki imbuhan khusus seperti:
ber-an, per-kan, per-i, dan ke-an yang diimbuhkan pada sebuah kata dasar.
Perhatikan bagan berikut.
ber-an muncul
konfiks
Setiap imbuhan khusus akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Verba berkonfiks ber-kan
Imbuhan ber-an sebagai konfiks memiliki satu makna, sedangkan ber-an
sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri dalam Abdul Chaer (2008:113).
Makna gramatikal verba berklofiks ber-an menurut Abdul Chaer (2008:113),
antara lain:
a. Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘banyak serta tidak
teratur’, apabila dasarnya memiliki komponen makna (+tindakan),
(+sasaran) dan (+gerak), misalnya kata;
1) bermunculan ‘banyak yang muncul dan tidak teratur’
2) berseliweran ‘banyak yang muncul dan tidak teratur’
b. Verba berkonfiks ber-an memiliki mekna gramatikal ‘saling’ atau
berbalasan, apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+tindakan), (-sasaran) dan (+gerak), contohnya antara lain :
1) berdatangan ‘saling datang’
2) berhampiran ‘saling menghampiri’
3) bertentangan ‘saling bertentang’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Verba berkonfiks ber-an memiliki makna gramatikal ‘saling berada di’,
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+benda), (+letak)
dan (+temopat), contohnya antara lain :
1) berseberangan ‘saling berada di seberang’
2) berhadapan ‘saling berada di hadapan’
2. Verba konfiks per-an
Abdul Chaer (2008:126) menjelaskan bahwa verba berkonfiks per-kan adalah
verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif
(berprefiks me, berprefiks di-, atau berprefiks ter-).
a. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan bahan per-
an, apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan).
Contohnya, pertentangan artinya ‘jadikan bahan pertentangan’.
b. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya
(dasar)’, apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan).
Misalnya, persamakan artinya ‘lakukan supaya sama’.
c. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan me-’,
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan).
Misalnya, perlihatkan artinya ‘jadikan (orang lain) melihat’.
d. Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal ‘jadikan ber-’,
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian).
Misalnya, perdayakan artinya ‘jadikan berguna’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Verba Konfiks per-i
Dalam Abdul Chaer (2008:128) verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat
menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di-
inflektif atau ter- inflektif), verba berkonfiks menurut Abdul Chaer (2008:128),
digunakan dalam :
a. Kalimat imperatif, contohnya pada kalimat ayah tolong perbaiki dulu
sepeda ini.
b. Kalimat pasif yang predikatnya berpola: (aspek) + pelaku + verba,
contohnya kita harus tunggu 5 menit lagi baru kita perbaiki atapnya.
c. Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola yang + (aspek)
+ pelaku + verba, contohnya kandang ternak yang baru kami perbaiki
terkena air hujan, sedangkan menurut Abdul Chaer (2008:129), verba
berprefiks per-i memiliki makna gramatikal, antara lain:
a. Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal ‘lakukan supaya jadi’,
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan),
contohnya antara lain :
1) perbaiki, artinya ‘lakukan supaya jadi baik’.
2) perbarui, artinya ‘lakukan supaya jadi baru’.
b. Verba berkonfiks per-i memiliki maikna gramatikal ‘lakukan (dasar) pada
objeknya’, apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna
(+tindakan) dan (+lokasi), contohnya antara lain :
1) perturuti, artinya ‘lakukan turut pada objeknya’.
2) persetujui, artinya ‘lakukan setuju pada objeknya’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
3) persepakati, artinya ‘lakukan sepakat pada objeknya’.
4) pergauli, artinya ‘lakukan gaul pada objeknya’.
2.2.2.2 Kategori Konfiks Nomina
Pembentukan dengan afiksasi ini ada yang di bentuk langsung dari akar,
tetapi sebagaian besar di bentuk dari akar melalui kelas verba dari akar itu. Yang di
bentuk langsung dari akar adalah nomina turunan berkonfiks ke-an, seperti
kepandaian yang bermakna ‘hal pandai’ dan kepartaian yang bermakna ‘hal partai’.
Pada penelitian ini hal yang dibahas terkhusus pada pembentukan verba konfiks.
Konfiks verba memiliki komponen kata yang bermakna jika kata tersebut dibubuhi
imbuhan awalan dan akhiran yang datang secara bersamaan. Konfiks verba
memiliki komponen kata yang bermakna jika kata tersebut dibubuhi imbuhan
awalan dan akhiran yang datang secara bersamaan. Konfiks verba secara umum
memiliki imbuhan khusus seperti: per-an, pe-an, dan ke-an yang diimbuhkan pada
sebuah kata dasar. Imbuhan khusus tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1. Nomina Konfiks ke-an
Menurut Abdul Chaer (2008:106), ada dua macam proses pembentukan
nomina dengan konfiks ke-an. (1) dibentuk langsung dari bentuk dasar, baik dari
akar tunggal maupun akar majemuk. Seperti pada kata kehutanan dan keolahragaan.
Simak bagan berikut:
Ke-an olahraga
Konfiks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kedua, dibentuk dari akar, tetapi melalui verba (yang dibentuk dari akar
tersebut) yang menjadi predikat dalam satu klausa, seperti pada kata ‘keberanian’
dan ‘kesedihan’ pada contoh berikut.
1) Keberanian (yang diturunkan dari verba berani).
2) Kesedihan (yang diturunkan dari verba sedih).
Yang di bentuk langsung dari bentuk dasar memiliki makna gramatikal (a)’hal
(dasar)’atau’tentang (dasar)’ dan (b)’tempat’atau’wilayah’.
a. Nomina berkonfiks ke-an yang dibentuk langsung dari dasar memiliki
makna gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk dasarnya itu memiliki
komponen makna(+bendaan) dan (+objek bicara).
1) Kehutanan, artinya ‘hal hutan’.
2) Keolahragaan, artinya hal olahraga’.
3) Ketidakadilan, artinya ‘hal tidak adil’.
b. Nomina berkonfiks ke-an yang dibentuk dari dasar memiliki makna
gramatikal ‘tempat (dasar)’ atau ‘wilayah (+bendaan), (+wilayah) dan
(+jabatan).
1) Kelurahan, artinya ‘wilayah lurah’.
2) Kecamatan, artinya ‘wilayah camat’.
3) Kerajaan, artinya ‘wilayah raja’.
Yang dibentuk dari dasar melalui verba (yang di bentuk dari dasar itu dan
menduduki fungsi predikat sebuah klausa) memiliki makna gramatikal (a) ‘hal
(dasar)’ dan (b) ‘hasil’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
a. Nomina berkonfiks ke-an yang dibentuk dari dasar melalui verba/predikat
dari suatu klausa memiliki makna gramatikal ‘hal (dasar)’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+keadaan).
1) Keberanian, artinya ‘hal berani’ (yang dibentuk dari verba
berani, misalnya dari kalimat‘ibu itu berani sekali mencurinya’).
2) Kebencian, artinya ‘hal kecil’ (yang dibentuk dari verba benci,
misalnya dari kalimat ‘mereka memang sangat benci dengan
saya).
3) Kegembiraan, artinya ‘hal gembira’ (yang dibentuk dari verba
gembira, misalnya dari kalimat ‘mereka tampak gembira setelah
ibu datang ke rumah mereka’).
b. Yang di bentuk dari dasar melalui verba/predikat dari suatu klausa
memiiki makna gramatikal ‘hasil me-kan’ apabila verba yang dilaluinya
memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+sasaran).
1) Ketepatan, artinya ‘hasil menetapkan’ (yang dibentuk, misalnya
dari kalimat ‘Rektorat akan menetapkan SK besok pagi’).
2) Keputusan, artinya ‘hasil memutuskan’ (yang dibentuk,
misalnya dari kalimat ‘Kamu pasti tidak dapat memutuskan
kebijakan untuk perkara itu).
2. Nomina Konfiks pe-an
Menurut Abdul Chaer (2008:152), konfiks pe-an dalam pembentukan
nomina mempunyai enam buah bentuk atau alomorf, yaitu pe-an, pem-an, pen-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
an, peny-an, peng-an, dan penge-an. Kaidah penggunaan nya sejalan dengan
kaidah persengauan prefiks me- maupun prefiks pe-, yaitu:
1) Bentuk alomorf pe-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal dengan
fonem | r, l, w, y, m, n, ny, dan ng |. Contoh; penyakinan, pemantapan, dan
pengangaan.
2) Bentuk atau alomorf pem-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal
dengan fonem |b, p, f dan v|. Dengan catatn fonem |b| tetap diwujudkan,
fonem | p | disnyawakan dengan bunyi sengau dari konfiks yang
bersangkutan, sedangkan kata yang berfonem | f dan v | hingga saat ini masih
berupa data potensial.
Contoh; pembinaan dan pembakaran.
3) Bentuk atau alomorf pen-an yang digunakan apabila bentuk dasarnya
berawal dengan fonem | d dan t |. dengan catatan fonem | d | tetap
diwujudkan, sedangkan fonem | t | disenyawakan dengan bunyi sengau dan
konfiks yang bersangkutan.
Contoh; perdebatan, pertigaan, dan perdebatan.
4) Bentuk atau alomorf peng-an digunakan apabila bentuk dasarnya berawal
dengan fonem | k, g, h, kh, a, i, u, e, dan o |. Dengan catatn fonem | k
| disenyawakan dengan bunyi sengau dari konfiks itu, sedangkan yang lain
tetap diwujudka.
Contoh; perkawinan, perekonomian, dan perkapalan.
5) Bentuk atau alomorf penge-an digunakan apabila bentuk dasarnya berupa
bentuk dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Contoh: pengeboran, pengecatan, pengetikan, pengesahan, dan pengecoran.
6) Proses pembentukan nomina berkonfiks pe-an dilakukan dari dasar melalui
verba berprefiks me-, berklofiks me-kan atau berklofiks me-i. Oleh karena
itu, maka gramatikal yang dimiliki adalah:
a) Proses / hal me- (dasar).
b) Proses / hal me-kan (dasar).
c) Proses / hal me-i (dasar).
a. Nomina berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal / proses me-
(dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba
berprefiks me- inflektif.
Contoh:
1) Penulisan, artinya ‘hal menulis’
2) Pendengaran, artinya ‘hal mendengar’
3) Penutupan, artinya ‘hal menutup’
b. Nomina berkonfiks pe-an memiliki makna gramatikal ‘hal/ proses me-
kan (dasar)’ apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-
kan yang dibentuk dari dasar itu.
Contoh:
1) Pembenaran, artinya ‘hal membenarkan’.
2) Pegecualian, artinya ‘hal mengecualikan’.
3) Penggelapan, artinya ‘hal menggelapkan’.
3. Nomina Berkonfiks per-an
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan konfiks per-an.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
a. Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar melalui
verba ber- bentuknya mengikuti perubahan bentuk prefiks ber-, sehingga
menjadi bentuk per-an, pe-an, pel-an.
Bentuk per-an digunakan apabila diturunkan dari dasar memulai verba
berbentuk ber-, seperti:
1) Perladangan (dari verba berladang).
2) Pergaulan (dari verba bergaul).
3) Perdebatan (dari verba berdebat)
Bentuk pel-an hanya digunakan satu-satunya pada dasar ajar melalui
verba belajar, sehingga menjadi pelajaran. Hanya makna gramatikalnya bukan
‘hal / proses belajar’. Melainkan ‘ bahan belajar’.
b. Nomina berkonfiks per-an yang dibentuk dari dasar (baik akar maupun
bukan) nomina, seperti; perkaretan, perburuhan, perkantoran, dan
perkeretaapian.
Makna gramatikal nomina berkonfiks per-an, baik yang dibentuk dari dasar
melalui verba ber-, maupun yang langsung dari dasar adalah; ‘hal atau tentang
(dasar)’. Namun, dalam pemakaian memiliki makna, antara lain:
1) ‘hal ber- (dasar)’, seperti:
a) Pertemuan, bermakna ‘hal bertemu’.
b) Perdebatan, bermakna ‘hal berdebat’.
2) ‘hal, tentang atau masalah (dasar), seperti:
a) Perekonomian, artinya ‘hal ekonomi’.
b) Perkreditan, artinya ‘hal kredit’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3) ‘daerah, wilayah atau tempat’, seperti:
a) Pegunungan, berarti ‘daerah gunung’.
b) Pedalaman, berarti ‘daerah dalam’.
c) Peristirahatan, berarti ‘tempat istirahat’.
2.2.2.3 Kategori Konfiks Adjektiva
Menurut Chaer (2008:168), kosakata bahasa Indonesia yang berkategori
atau berkelas adjektiva pada umumnya berupa kata yang telah ‘jadi’, atau bentuk
yang berupa akar. Berdasarkan dari teori di atas maka tidak ada yang perlu dibentuk
terlebih dahulu dengan proses pemberian afiks. Jadi, tidak sama dengan kata-kata
berkategori nomina dan verba yang sebagian besar perlu dibentuk dulu proses
afiksasi. Namun, dalam hampir semua buku tata bahasa, termasuk juga buku
Kridalaksana (1989) dan buku Alwi (1989), ada sejumlah kata berafiks yang bentuk
dasarnya berkategori adjektiva dan berkategori nomina tetapi memiliki komponen
makna (+ sifat) atau (+ keadaan) digolongkan juga sebagai kata baerkelas adjektiva.
Terkadang kata bentukan juga memiliki tumpang tindih dengan kategori lain.
Menurut Abdul Chaer (2008:168), ciri gramatikal kosakata bahasa
Indonesia ‘asli’ yang berkategori adjektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda
dengan kosakata yang berasal dari undur serapan bahasa Arab, bahasa Inggris, dan
bahasa Belanda. Kita hanya bisa mengenal kosakata berkategori adjektiva yang
berasal ‘asli’ bahasa Indoneisa dari segi semantik dan segi fungsi.
Dalam subbab berikut ini peneliti akan menjabarkan kata-kata berafiks
bahasa Indonesia yang oleh banyak pakar digolongkan sabagai kata berkelas
adjektiva dan dalam subbab ini peneliti akan menjelaskan kata-kata berkelas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
berasal dari unsur serapan dengan kemungkinan penggunaan ‘afiks’ serapannya
dalam pembentukan kata berkelas adjektiva.
Pada penelitian ini hal yang peneliti bahas secara terkhusus pada
pembentukan adjektiva konfiks. Konfiks adjektiva memiliki komponen kata yang
bermakna jika kata tersebut dibubuhi imbuhan awalan dan akhiran yang datang
secara bersamaan. Konfiks adjektiva secara umum memiliki imbuhan khusus
seperti: ke-an, me-kan, dan me-i yang diimbuhkan pada sebuah kata dasar.
Perhatikan ilustrasi berikut.
me-kan malu
konfiks
Setiap imbuhan khusus akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Adjektiva Berkonfiks per-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna
gramatikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+warna).
Contoh:
a) kekuningan, ‘agak kuning’
b) kemerahan, ‘agak merah’
a. Makna gramatikal ‘agak (dasar)’ ini sering lebih dipertegas dengan
pengulangan, sehingga menjadi:
1) kehitam-hitaman, ‘agak hitam’
2) kebiru-biruan, ‘agak biru’
3) kekuning-kuningan, ‘agak kuning’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Ada sejumlah makna gramatikal yang dimiliki kata dasar ajektiva bila diberi
konfiks ke-an. Berikut disajikan table makna gramatikal konfiks.
Tabel 2.1 Makna Gramatikal Konfiks ke-an
2. Adjektiva Berkonfiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi
(dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin).
Contoh:
a) Memalukan, ‘menyebabkan malu’
b) Memilukan, ‘menyebabkan pilu’
c) Mengecewakan, ‘menyebabkan kecewa’
d) Menakutkan, ‘ menyebabkan takut’
3. Adjektiva Berkonfiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa (dasar) pada’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin).
Contoh:
NO Dasar Ajektiva Berkonfiks
Ke-an Secara Garamatikal
Penjelasan
Contoh
1 Bermakna gramatikal ‘terlalu (dasar)’
Apabila bentuk dasarnya memiliki
komponen makna (+warna), (+rasa) atau
(+ukuran)
1. keasinan, ‘terlalu asin’ 2. kekecila, ‘terlalu kecil’
2 Bermakna gramatikal
‘hal (dasar)’ Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna
(+sikap batin)
1. ketakutan, ‘hal takut’ 2. kekecewaan, ‘hal kecewa’
3 Bermakna gramatikal
‘mengalami (dasar)’ Apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna
(+rasa fisik)
1. kesepian, ‘mengalami
sepi’ 2. kebisingan, ‘mengalami
bising’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
a) Mengagumi, ‘merasa kagum pada’
b) Menyenangi, ‘merasa senang pada’
c) Mengasihi, ‘merasa kasih pada’
4. Dasar Lain Berkomponen makna (+keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan
‘barang jadi’. Artinya ‘barang jadi’ yang berkategori ajektiva itu memiliki pula
komponen makna (+bendaan) atau (+ tindakan).
Misalnya adjektiva merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+bendaan),
sehingga keduanya bisa didahului negasi bukan dan tidak.
2.2.2.4 Pendekatan Komunikatif yang Dipakai dalam Pengembangan Modul
Konfiks Bahasa Indonesia
Modul pembelajaran hendaknya disusun dengan berpedoman pada sebuah
pendekatan. Salah satunya pendekatan komunikatif. Menurut Priyatni (2014:117),
pendekatan komuikatif dilatar belakangi oleh fenomena pembelajaran bahasa di
kelas yang cenderung mempelajari tentang struktur atau kaidah bahasa. Oleh
karena itu, mahasiswa memahami kaidah bahasa tetapi kurang mahir
menggunakan bahasa dalam konteks komunikasi nyata. Pendekatan komunikatif
memandang keterampilan bahasa yang salah satunya adalah keterampilan menulis
yang merupakan sebuah keterampilan yang harus dilatihkan.
Menurut Priyatni (2014:118), target utama pembelajaran bahasa dengan
pendekatan komukatif adalah penguasaan bahasa dalam konteks komunikasi
nyata. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, tujuan dari pengembangan modul ini
menggunakan pendekatan komunikatif adalah mengoptimalkan keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
berbahasa (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara) mahasiswa yang
nantinya akan bermuara pada penugasan kemampuan berkomunikasi mahasiswa
menggunakan media bahasa tulis maupun lisan. Kegiatan ini tercermin dalam
modul pada bab 2 aktivitas 2. Pada aktivitas ini, mahasiswa dilatih untuk
menyimak cuplikan video, menulis hal-hal penting berkaitan dengan video
melalui mind map, mahasiswa membaca hasil mind map yang dikerjakan sendiri
dan hasil mind map teman sekelas lalu menyimpulkan dan mempresentasikannya
dengan berbicara di depan teman.
Dalam hal ini juga gaya belajar sesuai pendekatan komunikatif sangat
diperlukan sebagai cara termudah yang dimiliki oleh setiap mahasiswa dalam
menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang diterima melalui proses
pembelajaran. Gaya belajar yang sesuai adalah kunci keberhasilan mahasiswa
dalam proses belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar, mahasiswa sangat
perlu dibimbing dan diarahkan untuk mengenali gaya belajar yang sesuai dengan
gaya belajar masing-masing individu mahasiswa sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif. Pada beberapa aktivitas yang ada pada modul,
misalnya pada bab 1 aktivitas 2, pada bab 1 aktivitas 3, pada bab 2 aktivitas 2, dan
pada bab 2 aktivitas 5 peneliti merancang gaya belajar yang mencakup tiga gaya
belajar yang umum DePorter dkk (2011), yakni (1) modalitas visual/penglihatan
belajar, dalam modul bab 1 aktivitas 2, bab 1 aktivitas 3, dan bab 2 aktivitas 2
mahasiswa diminta untuk menonton video penjelasan materi dengan indra
penglihatan untuk memahami materi lalu mengerjakan tugas sesuai intruksi. (2)
modalitas auditori/pendengaran, pada modul bab 2 aktivitas 1 mahasiswa diminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
untuk mendengarkan rekaman penjelasan materi yang telah disediakan untuk
memahami materi lebih dalam dan mengerjakan tugas yang telah disediakan. (3)
pembelajaran kinestetik, pada modul bab 2 aktivitas 2 mahasiswa diminta
menungkan pemahaman mereka melalui pembuatan mind map yang kreatif untuk
melatih fisik dalam situasi pembelajaran.
Penerapan pendekatan ini terhadap modul peneliti tidak lain bertujuan
agar mahasiswa dapat memahami isi teks yang dibaca (berupa pembubuhan
imbuhan dasar dan akhir yang datang secara bersamaan) dan dapat menggunakan
bahasa (dengan tujuan mengungkapkan gagasan, perasaan, keinginan, harapan,
ide, dan sebagainya) untuk memahami kata dan kalimat berimbuhan.
Pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan modul yang disusun dengan
pendekatan pendekatan komunikatif harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran bahasa yang berkaitan dengan pendekatan komunikatif juga.
Menurut Priyatni (2014:118), secara garis besar besar, prinsip-prinsip
pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif di antaranya yang
dipaparkan pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 2.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa dengan
Pendekatan Komunikatif
No Prinsip-prinsip
1 Menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks komunikasi nyata.
2 Fokus pada kompetensi komunikatif secara lisan/tulisan
3 Peserta didik dilatih untuk mengekspresikan idenya baik secara lisan maupun tulisan.
4 Tugas utama pendidik adalah memfasilitasi terjadinya proses
komunikasi.
5 Peserta didik harus berlatih tidak hanya tentang apa yang harus disampaikan, tetapi bagaimana cara menyampaikannya.
6 Peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengembangkan strategi
menginterpretasi bahasa sesuai dengan yang dimaksud pembicara/penulis
7 Peserta didik belajar menggunakan bentuk-bentuk bahasa saesuai dengan
konteks penggunaannya.
8 Peran pendidik dalam peristiwa komunikasi adalah sebagai pembimbing
Sumber: Endah Tri Priyatni (2014:118)
Berdasarkan delapan prinsip pendekatan komunikatif di atas, pedekatan
tercermin pada kativitas dalam modul yang peneliti kembangkan, sebagai berikut.
Prinsip pertama , menggunakan bahasa Indonesia dalam konteks
komunikasi nyata. Pada prinsip pertama pendekatan komunikatif pada modul
tercermin dalam bab 1 aktivitas 3. Pada aktivitas ini mahasiswa dilatih bersama
kelompok untuk menjelaskan proses morfologi bedasarkan pendapat kelompok
dengan berpedoman pada pakar sesuai teori yang telah disajikan pada modul.
Kegiatan ini mencerminkan konteks komunikasi nyata antar mahasiswa untuk
menjelaskan proses morfologi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dengan mempresentasikannya.
Prinsip kedua dan ketiga, fokus pada kompetensi komunikatif secara
lisan/tulisan dan peserta didik dilatih untuk mengekspresikan idenya baik secara
lisan maupun tulisan. Pada prinsip kedua dan ketiga pendekatan komunikatif pada
modul tercermin dalam bab 2 aktivitas 2. Pada aktivitas ini mahasiswa dilatih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
untuk menjelaskan secara lisan hakikat konfiks sekreatif mungkin melalui
unggahan video ke setiap akun instagram mahasiswa.
Prinsip keempat dan kedelapan, tugas utama pendidik adalah
memfasilitasi terjadinya proses komunikasi dan peran pendidik dalam peristiwa
komunikasi adalah sebagai pembimbing. Pada prinsip keempat pendekatan
komunikatif pada modul tercermin dalam peran dosen sebagai fasilitator
terselenggaranya proses komunikasi mahasiswa dengan menyediakan sarana dan
prasarana saat mahasiswa akan berkomunikasi, misalnya dosen membagi
kelompok bicara dan menyediakan beberapa media pendukung. Dosen juga
berperan sebagai pembimbing untuk mengarahkan mahasiswa apabila ada
kekeliruan dalam mencari sumber maupun pendapat para tokoh yang tidak tepat,
sedangkan mahasiswa secara mandiri mencari sumber belajar dan menggali
informasi melalui sumber belajar konvensional maupun sumber belajar digital.
Prinsip kelima, keenam, dan ketujuh peserta didik harus berlatih tidak
hanya tentang apa yang harus disampaikan, tetapi bagaimana cara
menyampaikannya, peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
strategi menginterpretasi bahasa sesuai dengan yang dimaksud pembicara/penulis,
dan peserta didik belajar menggunakan bentuk-bentuk bahasa saesuai dengan
konteks penggunaannya. Pada prinsip kelima, keenam, dan ketujuh pendekatan
komunikatif pada modul tercermin dalam bab 2 aktivitas 2. Pada kegiatan ini
mahasiswa akan berlatih untuk menguraikan kategori-kategori konfiks
menggunakan bentuk bahasa formal dengan menyertakan contoh autentik.
Mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk menguraikan kategori-kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
konfiks dengan kreatif melalui mind map selanjutnya mahasiswa
mempresentasikan hasil pekerjaan mahasiswa tersebut.
2.2.3 Modul
Media pembelajaran dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu
media cetak dan digital. Media adalah sarana penyampai informasi dari sumber
informasi ke penerima yang dapat merangsang pikiran dan membangkitkan
semangat mahasiswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan
baik. Sanaky (2013) mendefinisikan, media pembelajaran adalah sebuah alat yang
berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Peneliti memilih untuk mengembangkan modul pembelajaran di samping
media pembelajaran yang lain karena modul pembelajaran dianggap lebih praktis
untuk dipelajari oleh mahasiswa. Modul yang dikembangkan oleh peneliti adalah
modul, hal itu dipertimbangkan karena era saat ini adalah era digital yang menuntut
mahasiswa harus mampu mengaplikasikannya pada pembelajaran.
Sebelum menyusun modul penulis harus memperhatikan beberapa hal
diantaranya (1)hakikat modul, (2) fungsi dan tujuan penulisan modul, (3)
karakteristik modul, (4) prinsip penulisan modul, (5) struktur penulisan modul, (6)
prosedur penulisan modul, dan (7) pendekatan komunikatif yang dipakai dalam
pengembangan modul. Berikut ini akan diuraikan beberapa hal terkait teori modul.
2.2.3.1 Hakikat Modul
Modul adalah bahan ajar yang dirancang untuk digunakan sebagai
penunjang pembelajaran mahasiswa secara mandiri. Di dalam modul terdapat
petunjuk penggunaan yang bertujuan untuk memudahkan mahasiswa atau guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dalam menggunakan modul tersebut. Modul merupakan media pembelajaran yang
disusun secara sistematis dan lengkap yang terdiri atas materi pembelajaran,
latihan-latihan dan evaluasi pembelajaran. Modul merupakan alat atau sarana
pembelajaran yang bersifat interaktif, berisi materi, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai
kompetensi tertentu (Sugianto, 2013).
Modul merupakan media pendamping buku pelajaran yang dapat digunakan
oleh mahasiswa dalam mempelajari materi tertentu (materi konfiks). Dalam
menggunakan modul, mahasiswa dapat belajar secara mandiri maupun dengan
pendampingan dosen. Modul yang dimaksudkan adalah media belajar sederhana
namun menarik, bahkan mampu meningkatkan motivsi mahasiswa untuk belajar.
Modul tersebut mampu digunakan mahasiswa secara mandiri. Modul tersebut
disusun semenarik mungkin agar menjadi modul yang interaktif, inovatif, dan
menarik yang dapat digunakan di manapun tanpa melakukan proses tatap muka
dengan dosen. Modul yang dibuat secara digital tersebut dikemas dengan menarik
melalui aplikasi flipbook yaitu aplikasi turunan dari aplikasi PDF flip professional
sehingga mahasiswa dapat mengoperasikannya dengan mudah dan sapat digunakan
secara mandiri dengan menggunakan komputer atau gadget.
2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penulisan
Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran
mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti di atas, maka konsekuensi
lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi
atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup memahami bidang
kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini, kecuali apabila pembaca
menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan
untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering
juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya
lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya. Direktorat Tenaga
Kependidikan (2008:5) menyatakan, bahwa penulisan modul memiliki tujuan
sebagai berikut.
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbal. Bahasa yang digunakan dalam penulisan modul harus bersifat
komunikatif dan jelas agar mudah dipahami oleh pembelajar. Penggunaan
bahasa yang jelas dan tidak berbelit-belit akan membantu pembelajar
memahami maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik mahasiswa/dosen
instruktur. Maksudnya, modul yang disusun harus mampu menyajikan
materi-materi secara utuh dan dapat menjadi fasilitator yang dapat
menggantikan peran dosen dalam menjelaskan materi. Isi materi juga harus
lengkap sehingga dapat depelajari oleh mahasiswa secara mandiri untuk
mengatasi keterbatasan waktu pembelajar yang belum memahami materi
yang ada.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Maksudnya modul dapat
memotivasi belajar mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan dalam
berinteraksi secara langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar secara mandiri sesuai minat
dan kemampuannya.
d. Memungkinkan mahasiswa untuk mengukur atau mengevaluasi diri sendiri
terkait hasil belajarnya. Maksudnya adalah dalam modul harus menyajikan
soal-soal latihan atau unjuk kerja yang membantu pembelajar mengevaluasi
tingkat pemahamannya. Evaluasi dapat memberikan umpan balik ke
mahasiswa terkait hasil belajarnya dan materi apa yang masih belum dikuasai
dengan baik oleh mereka.
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar
akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada
proses penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis seolah-olah sedang
mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala
sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan
dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai kegiatan
tutorial secara tertulis.
2.2.3.3 Karakteristik Modul
Modul merupakan media pembelajaran yang dirancang untuk dapat
dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri disesuaikan dengan tingkat
kemampuannya. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3) menyebutkan bahwa
sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat lima karakteristik,
peneliti memahami dan memaknai karakteristik modul sebagai berikut.
a. Self Instructional, yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar
mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Direktorat (2008:3). Maksudnya dari pernyataan tersebut adalah modul yang
dikembangan harapannya dapat membimbing pembelajar untuk belajar secara
mandiri sehingga tidak selalu bergantung dengan pihak lain yaitu guru
pengampu. Pembelajaran melalui modul dirancang secara khusus untuk
memudahkan mahasiswa belajar secara mandiri. Maka pendekatan yang
digunakan dalam pengajaran modul adalah pendekatan yang mengajarkan
mahasiswa terlibat aktif selama proses belajar.
b. Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
Maksudnya seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau
subkompetensi yang dipelajari tersebut dimuat dalam satu modul secara
lengkap dan tersetruktur.
Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar
mempelajari materi pembelajaran dengan tuntas, karena materi dikemas ke
dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau
pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati
dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
c. Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pembelajar tidak
tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan
atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Adaptive, yaitu modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Modul dikatakan adaptif jika dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel
untuk digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu
dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to
date”. Modul yang adaptif adalah modul yang berisi materi pembelajaran
yang dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
e. User Friendly, yaitu modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan
bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam
merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang
sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum
digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
2.2.3.4 Prinsip Penulisan Modul
Mengembangkan sebuah modul, penulis modul perlu memperhatikan
prinsip-prinsip dalam penulisan modul. Direktorat Tenaga Kependidikan dalam
Penulisan Modul memaparkan prinsip-prinsip penulisan modul. Prinsip-prinsip
tersebut digolongkan berdasarkan cakupan yaitu (1) rangsangan/stimulus, (2)
proses berpikir, memori, dan motivasi, dan (3) proses belajar aktif dan penerapan
langsung. Berikut rangkuman prinsip penulisan modul menurut Direktorat Tenaga
Kependidikan (2008:9-12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 2.3 Prinsip Penulisan Modul
Cakupan Prinsip
Rangsangan/ Stimulus
1. Hasil belajar dan tujuan pembelajaran diberikan secara jelas.
2. Memberikan tes untuk ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai.
3. Bahan ajar diurutkan mulai dari yang mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari pengetahuan
ke penerapan. 4. Umpan balik disediakan untuk memantau proses belajar
dan mendapat perbaikan apabila diperlukan.
Proses berpikir,
memori, dan motivasi
1. Diberikan ilustrasi, wana, ukuran teks, atau jenis teks yang menarik.
2. Tujuan pembelajaran diberikan untuk memfokuskan perhatian mahasiswa pada tujuan pembelajaran.
3. Menghubungkan bahan ajar dengan background knowledge menggunakan advance organizer atau
pertanyaan yang relevan. 4. Untuk memudahkan pemerosesan dalam ingatan
mahasiswa dilakukan pemenggalan informasi. 5. Pemberian latihan yang memerlukan penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi untuk mahasiswa agar dapat memproses informasi secara mendalam.
6. Memberikan motivasi belajar.
Proses belajar
dan penerapan
langsung
1. Memberikan tugas berupa penerapan materi yang
dipelajari ke dalam pekerjaan atau situasi sehari-hari. 2. Memberikan tugas berupa penerapan materi yang
dipelajari ke dalam pekerjaan atau situasi sehari-hari. 3. Dorongan diberikan bagi mahasiswa untuk bekerja sama
dalam mempelajari modul. 4. Kesempatan bagi mahasiswa diberikan untuk menuangkan
pengalaman belajarnya. 5. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk memilih tugas
berupa kegiatan yang bermakna bagi mereka.
2.2.3.5 Struktur Penulisan Modul
Dalam pembuatan modul hendaknya terstruktur untuk mempermudah
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi yang diaplikasikan dalam
modul tersebut. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:21-26) menuliskan, bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ada tiga struktur penulisan suatu modul. Ketiga struktur kepenulisan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut.
A. Bagian Pembuka
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:21-23) bagian pembuka
modul berisi (1) judul, (2) daftar isi, (3) peta informasi, (4) daftar tujuan
kompetensi, dan (5) tes awal. Kelima bagian dijelaskan lebih rinci melalui uraian
berikut.
1. Judul
Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi
yang dibahas. Tujuannya agar si pembaca merasa tertarik untuk
mempelajari modul tersebut.
2. Daftar isi
Daftar isi menyajikan topik-topik yang dibahas. Pembelajar dapat
melihat secara keseluruhan, topik-topik apa saja yang tersedia dalam
modul. Daftar isi juga mencantumkan nomor halaman untuk
memudahkan pembelajar menemukan topik.
3. Peta Informasi
Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan terlihat
topik apa saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik
tersebut. Pada peta informasi akan diperlihatkan kaitan antar topik-
topik dalam modul. Peta informasi yang disajikan dalam modul dapat
saja menggunakan diagram isi bahan ajar yang telah dipelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebelumnya. Penulis modul perlu memutuskan bentuk peta informasi
seperti apa yang cocok menjelaskan keterkaitan materi topik dalam
modul. Misalnya; linear, hierarkis, atau bentuk laba-laba.
4. Daftar Tujuan Kompetensi
Penulisan tujuan kompetensi membantu pembelajar untuk
mengetahui pengetahuan, sikap, atau keterampilan apa yang dapat
dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran.
5. Tes Awal
Pembelajar perlu diberi tahu keterampilan atau pengetahuan awal apa
saja yang diperlukan untuk dapat menguasai materi dalam modul. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan pre-tes. Pre-tes bertujuan
untuk memeriksa apakah pembelajar telah menguasai materi prasyarat
untuk mempelajari materi modul.
Berdasarkan teori yang peneliti urain di atas, dalam penyusunan Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia peneliti menyimpulkan modul penelitian
memuat bagian pembuka yang dikembangkan mencakup judul, daftar isi, peta
informasi, daftar tujuan kompetensi, dan tes awal. Daftar isi harus dicantumkan
untuk mempermudah mahasiswa dalam melihat topik secara keseluruhan dan
menemukan topik yang diinginkan. Peta informasi dan daftar tujuan kompetensi
dicantumkan agar mahasiswa mampu melihat hubungan antar topik dan mengetahui
pengetahuan, sikap, dan keterampilan apa yang dikuasai. Selain itu peneliti juga
mencantumkan tes awal untuk mengetahui penugasan materi prasyarat oleh
mahasiswa untuk mempelajari materi dalam modul tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
B. Bagian Inti
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:21-23) bagian inti modul
berisi (1) pendahuluan/tinjauan umum materi; (2) hubungan dengan materi atau
pelajaran yang lain; (3) uraian materi; (4) penugasan; dan (5) rangkuman. Kelima
bagian dijelaskan lebih rinci melalui uraian berikut.
1. Pendahuluan/Tinjauan Umum Materi
Pendahuluan pada suatu modul berfungsi untuk; (1) memberikan
gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan pembelajar
bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka; (3)
meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari;
(4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan
dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana memelajari materi yang
akan disajikan. Dalam pendahuluan dapat saja disajikan peta informasi
mengenai materi yang akan dibahas dan daftar tujuan kompetensi yang
akan dicapai setelah mempelajari modul.
2. Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain
Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi
yang perlu dipelajari tersedia dalam modul. Namun demikian, bila tujuan
kompetensi menghendaki pebelajar mempelajari materi untuk
memperluas wawasan berdasarkan materi di luar modul maka
pembelajar perlu diberi arahan materi apa, dari mana, dan bagaimana
mengkasesnya. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks maka arahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang buku
teks tersebut.
3. Uraian Materi
Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang
materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Organisasikan isi
materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis,
sehingga memudahkan pembelajar memahami materi pembelajaran.
Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat
dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB
memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Adapun
sistematikanya misalnya sebagai berikut.
Di dalam uraian materi setiap kegiatan belajar, baik susunan dan
penempatan naskah, gambar, mapun ilustrasi diatur sedemikian rupa
sehingga informasi mudah mengerti. Organisasikan antarbab, antarunit
dan antarparagraf dengan susunan dan alur yang memudahkan
pembelajar memahaminya. Organisasi antara judul, sub judul dan uraian
yang mudah diikuti oleh pembelajar.
Pemberian judul atau penjudulan merupakan alat bantu bagi
pembaca modul untuk mempelajari materi yang disajikan dalam bentuk
teks tertulis. Penjudulan membantu pembelajar untuk menemukan
bagian dari teks yang ingin dipelajari, memberi tanda awal dan akhir
suatu topik, memberi kesan bahwa topik-topik terkelompok dalam topik
yang lebih besar, memberi ciri topik yang penting yang memerlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pembahasan panjang dengan melihat banyak halaman untuk membahas
topik tersebut.
Struktur penjudulan mencerminkan struktur materi yang
dikembangkan oleh penulis modul. Penjenjangan atau hierarki sebaiknya
tidak lebih dari tiga jenjang. Lebih dari tiga jenjang akan menyulitkan
pembaca untuk memahami penjenjangan tersebut. Penjudulan untuk
setiap jenjang sebaiknya dituliskan dalam bentuk huruf berbeda.
4. Penugasan
Penugasan dalam modul perlu untuk menegaskan kompetensi
apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika pembelajar
diharapkan untuk dapat menghafal sesuatu, dalam penugasan hal ini
perlu dinyatakan secara tegas. Jika pembelajar diharapkan
menghubungkan materi yang dipelajari pada modul dengan pe]kerjaan
sehari-harinya maka hal ini perlu ditugaskan kepada pembelajar secara
eksplisit. Penugasan juga menunjuk-kan kepada pembelajar bagian
mana dalam modul yang merupakan bagian penting.
5. Rangkuman
Rangkuman merupakan bagian dalam modul yang menelaah hal-hal
pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada
bagan akhir modul.
Berdasarkan teori yang peneliti urain di atas, dalam penyusunan Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia peneliti menyimpulkan modul penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
memuat bagian inti yang dikembangkan mencakup pendahuluan, hubungan dengan
materi atau pelajaran yang lain, uraian materi, penugasan, dan rangkuman.
Penugasan harus dicantumkan untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa
dalam mempelajari. Selain itu peneliti juga mencantumkan rangkuman untuk
penegasan materi yang dibahas agar mahasiswa mampu memahami materi secara
mendalam.
C. Bagian Penutup
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:21-23) bagian penutup
modul berisi (1) glosarium atau daftar istilah , (2) daftar isi, (3). Ketiga bagian
dijelaskan lebih rinci melalui uraian berikut.
1. Glossary atau daftar isitilah
Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas
dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan
untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.
2. Tes Akhir
Tes-akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar
kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul.
Aturan umum untuk tes-akhir ialah bahwa tes tersebut dapat
dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari
waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu modul dapat
diselesaikan dalam tiga jam maka tes-akhir harus dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah
jam.
Berdasarkan teori yang peneliti urain di atas, dalam penyusunan Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia peneliti menyimpulkan modul penelitian
memuat bagian penutup yang dikembangkan mencakup glossary atau daftar istilah
dan tes akhir. Tes akhir harus dicantumkan untuk mengukur kemampuan
mahasiswa selama mempelajarai materi dalam modul. Daftar isrilah atau glossary
dicantumkan agar mahasiswa mampu melihat mengetahui arti dari istilah-istilah
dalam modul.
2.2.3.6 Prosedur Penulisan Modul
Modul merupakan media pembelajaran yang sistematis maka dalam
menyusunan modul perlu memperhatikan prosedur penulisan modul yang sudah
ditetapkan. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:12-16) menjelaskan tiga
prosedur yaitu, (1) analisis kebutuhan modul, (2) penyusunan draf, dan (3) uji coba.
Adapun penjelasan ketiga prosedur sebagai berikut.
1) Analisis kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan
menganalisis kompetensi untuk menentukan jumlah dan judul
modul yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi tersebut.
Langkah-langkah menganalisis kebutuhan modul menurut
Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:12), adalah sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
a) Menetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis
besar program pembelajaran yang akan dikembangkan dalam
modul. Maksudnya dalam penyusunan modul hal pertama
yang dilakukan dalam analisis kebutuhan modul adalah
memilih kompetensi inti dan kompetensi dasar pada silabus.
b) Langkah analisis kebutuhan yang kedua adalah
mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit
kompetensi yang ingin dicapai yaitu merumuskan tujuan-
tujuan pembelajaran dan menentukan capaian pembelajaran
yang hendak dicapai dari pembelajaran menggunakan modul
yang disusun.
c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan. Maksudnya
dilakukan perumusan indikator-indikator capaian materi dan
menentukan materi yang sesuai dengan indikator yang ingin
dicapai.
d) Langkah keempat yaitu menentukan judul modul yang akan
disusun. Penentuan judul disesuaikan dengan materi dan
tujuan pembelajaran.
e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada
periode awal pengembangan modul. Maksudnya setelah
langkah-langkah sebelumnya telah dilakukan, tahap awal
prosedur penulisan modul sudah memasuki tahap awal yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
analisis pengembangan modul. Tahap selanjutnya dalam
penulisan modul adalah penyusunan draf modul.
2) Penyusunan Draf
Penyusunan draf modul merupakan proses penyusunan
dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu
kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang
sistematis. Adapun, langkah-langkah penyusunan draf modul
menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:13), sebagai
berikut:
a) Tetapkan judul modul;
b) Tetapkan tujuan akhir, yaitu kemampuan yang harus
dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu
modul;
c) Tetapkan kemampuan spesifik yang menunjang tujuan
akhir;
d) Tetapkan garis besar atau outline modul;
e) Kembangkan materi menjadi garis-garis besar;
f) Periksa ulang draf yang telah dihasilkan.
3) Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan
modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan
dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul
tersebut digunakan secara umum. Ada enam langkah-langkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
uji coba draft modul menurut Direktorat Tenaga Kependidikan
(2008:14), yaitu:
a) menyiapkan draft modul sebanyak peserta yang akan
diikutkan dalam uji coba menyusun instrumen pendukung
uji coba;
b) membagikan draft dan instrumen pendukung uji coba
kepada peserta uji coba;
c) menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan
uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji
coba;
d) mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji
coba;
e) menyimpulkan hasil pengumpulan naskah masukan yang
dijaring melalui instrumen uji coba.
4) Validasi
Validasi adalah tahapan untuk mengukur kadar modul
yang disusun layak atau tidak. Penentuan layak atau tidaknya
modul yang telah disusun harus berdasarkan persetujuan
beberapa ahli melalui instrumen validasi oleh dosen ahli
maupun ahli media. Direktorat Tenaga Kependidikan
(2008:15) menyebutkan, beberapa langkah yang dilakukan
dalam memvalidasi modul sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi
sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat.
b) Susun instrumen pendukung validasi.
c) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada
validator untuk divalidasi.
d) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan
kegiatan yang harus dilakukan oleh validator.
e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.
f) Simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring
melalui instrumen validasi.
Dari kegiatan validasi draf modul akan dihasilkan draf
modul yang mendapatkan kritik, saran, dan persetujuan dari
para validator sesuai bidangnya. Segala kritik maupun saran
digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.
5) Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses
penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari
kegiatan uji coba dan validasi (Direktorat,2008:15). kegiatan
tersebut bertujuan untuk melakukan finalisasi atau
penyempurnaan akhir komprehensif terhadap modul, sehingga
modul sudah diap diproduksi dengan kritikan dan saran yang
diperoleh dari kegiatan sebelumnya. Menurut Direktorat
Tenaga Kependidikan (2008:12-16), perbaikan modul harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mencakup aspek-aspek penting penyusunan modul di
antaranya:
a) Pengorganisasian materi pembelajaran;
b) Penggunaan metode instruksional:
c) Penggunaan bahasa; dan
d) Pengorganisasian tat tulis dan perwajahan.
Modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki dengan mengacu
pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan secara terus
menerus.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran morfologi merupakan mata kuliah di jurusan bahasa kedua
dasar dipelajari dari cabang ilmu linguistik, yang berbicara tentang bagaimana
proses pembentukan kata setelah menegetahui bagaimana pengucapan di bidang
cabang ilmu linguistik yaitu fonologi. Dalam morfologi terdapat proses morfologis
yaitu proses pembentukan kata berimbuhan (afiksasi). Imbuhan memiliki beberapa
ragam, salah satunya imbuhan (afiksasi) konfiks (awalan dan akhiran) yang
dibubuhkan secara bersama-sama. Imbuhan konfiks merupakan afiks yang
dimanifestasikan dengan ciri segmental yang dileburkan pada dasar.
Menurut Keraf (1984:115), konfiks adalah gabungan dari dua macam
imbuhan atau lebih yang tiap-tiap unsur tetap mempertahankan arti dan fungsinya
masing-masing. Penelitian ini didasari dari masalah yang didapat melalui studi
pendahuluan pengalaman awal pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran
morfologi, terkhusus pada bagian materi konfiks, sehingga peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mengembangkan modul Flip PDF Professional untuk dapat membantu mengatasi
permasalahan tersebut. Efektivitas dan validitas dari modul yang peneliti
kembangkan akan dicari tahu lewat hasil validasi dari tiga dosen ahli Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengembangan media pembelajaran konfiks bahasa
Indonesia diharapkan dapat memperlancar proses pembelajaran dalam hal
pengimbuhan dan membuat pembelajaran morfologi terkhusus pada materi konfiks
bahasa Indonesia dan proses konfiks bahasa Indonesia lebih menarik, memotivasi,
dan menyenangkan bagi pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka bagan
kerangka berpikirnya sebagai berikut.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Pengembangan Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa
Indonesia Untuk Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia Melalui Pendekatan Kumunikatif
dengan Aplikasi Flip Pdf Professional
Wawancara Dosen
Pengampu Mata Kuliah
Morfologi
Kebutuhan
Mahasiswa Materi
Afiksasi
Kebutuhan Modul
Konfiks
Kebutuhan bahan
ajar konfiks bahasa
Indonesia
Penyebaran Angket
Penyebaran Angket
Data Potensi masalah
Kajian Teori
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi
2. Pengembangan Prosuk
3. Uji Validasi
4. Revisi Produk
Modul Pembelajaran
Konfiks Bahasa Indonesia
Prosedur
Pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan Research and
Development (RnD), yaitu metode penelitian yang mengembangkan produk dan
melakukan validasi untuk menguji validitas produk yang dikembangkan. Penelitian
ini mengembangkan sebuah media pembelajaran yaitu modul matakuliah morfologi
materi konfiks bahasa Indonesia.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah model penelitian dan pengembangan
atau R & D (Research and Development). Menurut Sugiyono (2009: 297), metode
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi
di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk
tersebut. Tujuan utama dari model penelitian dan pengembangan (R & D) adalah
bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi mengembangkan hasil-hasil
yang efektif untuk dimanfaatkan di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga lainnya
(Darmadi, 2011: 6).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang
dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk pendidik, materi belajar, media, soal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Jenis penelitian ini digunakan oleh
peneliti karena dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yaitu
mengembangkan produk modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia untuk
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
3.2 Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah dosen pengampu mata kuliah
morfologi bahasa Indonesia dan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilakukan di Universitas
Sanata Dharma yang beralamat di Mrican Baru, Mrican, Caturtunggal, Kec.Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Data penelitian ini diperoleh dari
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2018 semester 4
kelas A Universitas Sanata Dharma dan dosen pengampu matakuliah morfologi
bahasa Indonesia.
Mahasiswa sebagai sumber data dapat memberikan data berupa (1)
pengalaman awal mahasiswa dalam memahami pembelajaran morfologi, afiksasi,
dan konfiks, (2) kesulitan mahasiswa dalam pembelajaran memahami materi
tentang konfiks, (3) masukan terkait produk yang dikembangkan oleh peneliti. Data
yang diperoleh dari dosen berupa (1) situasi dan kondisi awal pembelajaran di kelas
pada mata kuliah morfologi pada materi konfiks, (2) mengetahui informasi tentang
kebutuhan bahan ajar berupa modul pembelajaran morfologi pada materi konfiks,
(3) mengetahui sejauh mana terdapat modul untuk pembelajaran konfiks, (4)
masukan terkait karakteristik modul yang tepat untuk mahasiswa, dan (5)
mengetahui hasil validasi modul yang dibuat oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
nontes. Teknik nontes yang digunakan yaitu berupa analisis kebutuhan berupa
kuesioner atau angket, dan wawancara. Kuesioner dibagikan pada mahasiswa untuk
memperoleh data untuk analisis kebutuhan. Wawancara dilakukan terhadap dosen
pengampu mata kuliah morfologi yang bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai persoalan yang sedang terjadi di lingkungan pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya materi konfiks.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes
yang digunakan untuk memperoleh data berupa kondisi awal pembelajaran di kelas,
kebutuhan bahan ajar berupa modul pembelajaran, kesulitan mahasiswa dalam
membubuhkan tiap imbuhan, memedakan jenis imbuhan (afiksasi), serta masukan
terkait pengembangan produk penelitian ini. Instrumen nontes yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu: (1) kuesioner, (2) wawancara, dan (3) lembar validasi
produk pengembangan.
1) Angket atau kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2017:142). Berdasarkan pendapat tersebut kuesioner dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan minat mahasiswa
terhadap materi yang akan dikembangkan oleh peneliti yaitu materi konfiks dengan
menggunakan modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2) Instrumen Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari reponden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2017:137).
Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual
(Sukmadinata, 2011:216). Wawancara diperlukan untuk memperoleh informasi
mengenai pembelajaran konfiks untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2018 semester 4 kelas A Universitas Sanata Dharma.
Wawancara ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah morfologi bahasa
Indonesia program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma.
3) Lembar Validasi
Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan
oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian
(Sugiyono, 2017:267), sedangkan validasi desain menurut Sugiyono (2017:302),
merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini
sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak.
Untuk menentukan tingkat validitas media pembelajaran, dipakai skala
likert. Dengan skala likert, data dianalisis secara statistik deskriptif, dengan
langkah-langkah: (a) pengumpulan data kasar, (b) pemberian skor, untuk analisis
kuantitatif, (c) skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
menggunakan acuan konversi pada pendekata PAP (Penilaian Acuan Patokan)
menurut Sukarjo (dalam Setiawati, 2018:115-116), seperti dijabarkan berikut ini.
Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan PAP Kategori Interval Skor
Sangat Baik X >Xi + 1,80 SBi
Baik Xi + 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 1,80 SBi
Cukup Baik Xi – 0,60 SBi < X ≤ Xi + 0,60 SBi
Kurang Baik Xi – 1,80 SBi < X ≤ Xi – 0,60 SBi
Sangat Kurang Baik X ≤ Xi – 1,80 SBi
Sumber: Setiawati, 2018 : 116
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa
penelitian perlu diuji validitasnya untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur atau tidak. Untuk mengetahui validitas
instrumen perlu dilakukan uji validitas instrumen yang dilakukan oleh dosen ahli
dan dosen pengampu mata kuliah morfologi bahasa Indonesia. Kemudian dapat
diperoleh apakah instrumen tersebut layak digunakan atau tidak dalam penelitian
ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono (2016:368), adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yangg telah diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukam sintesa, menyusun ke dalam
pola (hubungan antar kategori), memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Teknik analisis data berguna bagi peneliti untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
cara menganalisis data-data yang telah dikumpulkan melalui berbagai macam
instrumen yang dibuat.
Teknik analisis data memiliki bermacam variasi, salah satunya teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif. Teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan adalah statistik
deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2017:147).
1. Analisis Hasil Wawancara
Hasil wawancara terhadap dosen mata kuliah morfologi yang telah
distranskip dianalilis. Teknik yang akan digunakan adalah analisis data kualitatif.
Wawancara dilakukan diawal tahap pengumpulan data oleh peneliti. Hasil
wawancara yang diperoleh akan diproses dengan cara: (1) melakukan transkip hasil
wawancara; (2) merangkum hasil transkip wawancara; (3) Menganalisis data
wawancara untuk menyimpulkan kebutuhan pengembangan modul pembelajaran
konfiks; (4) menjadikan data sebagai salah satu acuan oleh peneliti dalam
melakukan pengembangan modul pembelajaran konfiks Bahasa Indonesia.
2. Analisis Angket/Kuesioner Mahasiswa
Angket atau kuesioner dianalisis menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur suatu pendapat, sikap, dan pandangan seseorang
atau kelompok terhadap suatu hal. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
data dengan menggunakan perhitungan skala likert. Adapun langka-langkah
yang dilakukan sebagai berikut.
a. Mengukur skor setiap butir pertanyaan dengan krteria skor. Konversi
ini mengacu pada Nurgiyantoro (2010:92)
Tabel 3.2 Konversi nilai dan skala sikap
b. Menjumlahkan skor butir pertanyaan.
Rumus:
Keterangan:
T : Total jumlah responden yang memilih
Pn : Pilihan skor angka likert
c. Menghitung skor ideal tertinggi dan skor terendah
Skor ideal tertinggi (X) diperolah dengan cara menghitung hasil kali
jumlah resonden dengan skor minimal setiap butir soal. Skor ideal
terendah (Y) diperoleh dengan cara menghitung hasil kali jumlah
responden dengan skor minimal tiap butir soal.
Keterangan Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Tidak tahu 3
Tahu 2
Sangat tidak setuju 1
T x Pn
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Rumus:
d. Menghitung presentasi dengan skor yang diperoleh dibagi dengan
sekor maksimal dan dikalikan 100%.
Rumus:
f) Setelah itu, lalu menubah persentase ke dalam bentuk kategori.
3. Lembar Validasi
Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian oleh peneliti
(Sugiyono, 2017:267). Validasi desain menurut Sugiyono (2017:302), merupakan
proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional oleh pakar
atau tenaga ahli untuk mengetahui kekurangan atau kelemahannya. Penelitian ini
membuat kuesioner/angket penilaian produk berupa lembar validasi. Kuesioner
berisikan data hasil penilaian produk dari validator dan akan digunakan sebagai alat
pertimbangan revisi produk. Lembar validasi berisikan empat aspek penilaian
modul yang mencakup aspek isi/materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Skala
yang digunakan dalam lembar validasi produk adalah skala likert. Dalam penelitian
dan pengembangan, Skala likert digunakan untik mengukur sikap, persepsi, dan
X : Jumlah responden X 5 (skor maksimal)
Y : Jumlah responden X 1 (skor minimal)
skor yang diperoleh : 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
pendapat seseorang atau kelompok terhadap petensi dan masalah suatu objek,
rancangan suatu produk, proses membuat produk, dan produk yang telah
dikembangkan atau diciptakan (Sugiyono, 2016:165).
Peneliti memastikan bahwa instrument penelitian yang digunakan telah
melalui prosedur uji validitas oleh pakar ahli. Hal ini dilakukan agar instrumen yang
dipakai dapat mengukur aspek-aspek yang akan diukur. Untuk memperoleh
informasi tentang validasi instrumen, peneliti memberikan instrumen kepada ahli
atau pakar yang dianggap layak untuk memberikan penilaian terhadap aspek-aspek
yang tercantum dalam instrumen. Hasil validasi pakar atau ahli dalam hal ini dosen,
akan memutuskan apakah produk tersebut layak atau tidak untuk digunakan oleh
mahasiswa.
3.6 Prosedur Pengembangan
Penelitian pengembangan ini mengadopsi langkah-langkah penelitian dan
pengembangan menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2017). Sepuluh langkah-
langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan Borg dan Gall, yaitu:
(1) penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting), (2)
perencanaan (planning), (3) pengembangan draf produk (develop preliminary form
of product), (4) uji coba lapangan awal (preliminary field testing), (5) merevisi hasil
uji coba (main product revision), (6) uji coba lapangan (main field testing), (7)
penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision), (8) uji
pelaksanaan lapangan (operational field testing), (9) penyempurnaan produk akhir
(final product revision), dan (10) diseminasi dan implementasi (dissemination and
implementation).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Peneliti menyederhanakan langkah-langkah penelitian Borg dan Gall menjadi
empat tahapan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, situasi, dan
biaya yang dimiliki oleh peneliti. Meski dilakukan penyederhanaan, empat langkah-
langkah tersebut sudah mampu memperoleh data, sudah cukup untuk menghasilkan
produk, sudah dapat memperoleh hasil validasi yang valid, dan lain sebagainya.
Keempat tahap tersebut yaitu (1) penelitian dan pengumpulan data, (2)
pengembangan produk, (3) uji validasi, dan (4) revisi produk. Berikut penjabaran
prosedur pengembangan yang dilakukan oleh peneliti.
a. Penelitian dan pengumpulan informasi
Pada tahap awal, peneliti melalukan studi pendahuluan untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan seberapa penting adanya
pengembangan modul dengan mencantumpkan data hasil kuesioner mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2018 univeristas
Sanata Dharma.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2018 universitas
Sanata Dharma dan melakukan wawancara pada dosen pengampu mata kuliah
morfologi bahasa Indonesia pada universitas tersebut. Data yang telah
dikumpulkan dianalisis oleh peneliti untuk menemukan arti penting dari
pengembangan produk pada penelitian ini.
b. Pengembangan Produk
Setelah melakukan studi pendahuluan dan mendapatkan informasi dari
mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah morfologi bahasa Indonesia, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
selanjutnya peneliti menyusun draft modul. Pada tahap ini, peneliti menyusun
draft modul dengan menetapkan judul modul , tujuan akhir yang harus dicapai
mahasiswa dalam modul yang dikembangkan, peneliti menentukan tujuan yakni
kemampuan spesifik yang menunjang tercapainya kompetensi, peneliti
menetapkan garis besar isi modul, dan menyusun materi pada garis besar modul.
Selanjutnya, peneliti mencari materi yang berkaitan dengan silabus dan
kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa dalam modul yang
dikembangkan. Setelah menemukan materi yang dibutuhkan, peneliti menyusun
produk modul. Modul yang dikembangkan dilengkapi dengan judul modul, kata
pengantar, deksripsi modul, rasionalisasi, pendahuluan, petunjuk penggunaan
modul, daftar isi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, gambar/ilustrasi,
latihan, rangkuman, tes formatif, refleksi, referensi dan glosarium, serta biodata
penulis modul.
c. Uji Validasi
Setelah selesai menyusun produk berupa modul pembelajaran konfiks bahasa
Indoesia dengan mencantumkan contoh konfiks yang benar, tahap selanjutnya
adalah melalukan uji validasi.
Uji validasi merupakan proses penilaian kesesuaian produk dengan analisis
kebutuhan. Dalam hal ini, peneliti memilih dosen ahli media dan ahli materi
yang menilai produk moduk digital yang telah peneliti isusun. Peneliti juga
memberikan lembar validasi yang membantu dosen ahli untuk menilai produk
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
d. Revisi Produk
Setelah melakukan uji validasi oleh dosen ahli, peneliti melalukan revisi
terhadap produk modul pembelajaran dengan mencantumkan hasil data
kuesioner berdasarkan hasil angket penilaian dari dosen ahli. Tahap ini
merupakan tahap revisi akhir yang dilakukan peneliti setelah menyusun modul.
Segala masukan, kritikan, saran dan komentar terhadap modul pembelajaran
konfiks bahasa Indoensia dengan mencantumkan tabel imbuhan yang diperoleh
peneliti dan digunakan sebagai bahan revisi dengan tujuan untuk
mengoptimalkan produk hingga layak untuk digunakan. Peneliti berharap
produk akhir yang sudah direvisi ini menjadi produk yang sudah layak dan dapat
digunakan. Keempat langkah penelitian tersebut secara ringkas disajikan pada
bagan berikut ini.
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Menurut Brog dan Gall yang Telah
Disederhanakan
Penelitian dan
Pengumpulan
Informasi
Revisi Produk
Pengembangan
Produk
Uji Validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan dua subbab yaitu hasil penelitian dan pembahasan
penelitian. Subbab hasil penelitian berisikan uraian keempat langkah penelitian
pengembangan produk. Subbab pembahasan hasil penelitian menguraikan deskripsi
modul, deskripsi hasil validasi, dan analisis kelayakan modul. Uraian hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut.
4.1 Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan pedoman prosedur penelitian dan pengembangan
atau Research and Development (R&D) menurut Borg dan Gall. Peneliti melakukan
penyederhanaan dari sepuluh langkah pada prosedur langkah Borg dan Gall
pengembangan. Peneliti melakukan penyederhanaan dikarenakan keterbatasan
tenaga, waktu, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Menurut (Farda, Ummu dkk.
2016), hasil pengembangan produk bahan ajar dapat disederhanakan menjadi 4-D
model, yaitu: (1) pendefenisian/penetapan, (2) perancangan, (3) pengembangan,
dan (4) penyebaran.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, peneliti menyimpulkan untuk
menyederhanakan prosedur penelitian dan pengembangan menjadi empat langkah
yang disederhanakan, yakni: (1) penelitian dan pengumpulan data, (2)
pengembangan produk, (3) uji validasi, dan (4) revisi produk. Berikut uraian atau
deskripsi hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan keempat langkah
penelitian pengembangan tersebut sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.1.1 Hasil Penelitian Pendahuluan
Menurut (Farda, Ummu dkk. 2016), melalui hasil penelitiannya langkah awal
penelitian pendahuluan yakni penyebaran angket, respon guru, dan respon siswa.
Berdasarkan teori di atas, langkah awal yang dilakukan peneliti dalam penelitian
ini adalah mengumpulkan informasi terkait dengan produk yang akan
dikembangkan. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2018 kelas A Universitas Sanata
Dharma, RPS mahasiswa semester gasal 2019-2020, dan dosen pengampu mata
kuliah morfologi. Informasi dari berbagai sumber data dikumpulkan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik wawancara dan pengisisan angket. Setelah data
didapatkan dari kegiatan pengumpulan informasi, selanjutnya peneliti melakukan
olah data yang peneliti gunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam
penyusunan modul pembelajaran konfiks yang akan peneliti kembangkan.
Sebelum peneliti melakukan pengumpulkan informasi dari berbagai sumber
data, peneliti melakukan berbagai persiapan yaitu perumusan dan penyusunan kisi-
kisi instrumen penelitian. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai pedoman atau arahan
terhadap butir-butir instrumen yang akan dikembangkan oleh peneliti, sehingga
informasi yang peneliti gali dapat terfokus, terarah, dan terstruktur. Setelah proses
penyusunan kisi-kisi tersebut agar terfokus pada tujuan penelitian, peneliti
mengonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Saat pembuatan kisi-kisi, peneliti
mengkonsultasikanya dengan dosen pembimbing untuk direvisi.
Ketika ada hal yang harus diperbaiki terhadap kisi-kisi, dosen pembimbing
akan merevisi dan memberikan masukan terhadap kisi-kisi yang peneliti susun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Selanjutnya, peneliti merumuskan langsung instrumen penelitian berdasarkan
masukan dari dosen pembimbing saat perumusan kisi-kisi. Sebelum penggunaan,
seluruh instrumen pengumpulan informasi seperti instrumen wawancara dan angket
divalidasi terlebih dahulu oleh dosen pembimbing agar peneliti mengetahui validasi
dan kelayakan instrumen. Setelah mendapat revisian dari dosen pembimbing,
penulis selanjutnya melakukan uji validasi.
Setelah dilakukan validasi instrumen oleh dosen pembimbing, hal awal yang
peneliti lakukan adalah langsung melakukan tahapan langkah pertama dari
penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yakni
penelitian dan pengumpulan informasi dari pihak yang bersangkutan. Menurut
(Farda, Ummu dkk. 2016), instrumen pengumpulan data terdiri atas format validasi,
angket, respon guru, dan siswa. Teknik analisis data menggunakan deskriptif
kualitatif dan deskripsi persentase.
Berdasarkan uraian teori dan hasil penelitian di atas, peneliti menggunakan
instrumen pengumpulan data terdiri atas angket, wawancara, dan validasi dari
dosen ahli dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Hal yang peneliti lakukan
terlebih dahulu ialah melakukan wawancara dengan dosen pengampu terkait untuk
memperoleh informasi tentang kebutuhan bahan ajar yang berupa modul
pembelajaran konfiks. Beliau adalah bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
selaku dosen pengampu mata kuliah morfologi bahasa Indonesia Universitas Sanata
Dharma. Selanjutnya, peneliti menelaah RPS yang digunakan mahasiswa dalam
pembelajaran konfiks. Instrumen berupa angket dibagikan juga kepada mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas A Angkatan 2018 Universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sanata Dharma yang berjumlah 25 mahasiswa. Pembagian angket/kuesioner yang
dibagikan kepada mahasiswa bertujuan untuk mengetahui pengalaman awal
mahasiswa dalam memahami materi konfiks bahasa Indonesia.
Penyebaran angket/kuesioner dibagikan secara acak dengan syarat
mahasiswa yang telah selesai menempuh mata kuliah morfologi. Banyak lembaran
angket sejumlah tiga lembar, lembar pertama terdapat data yang harus didisi oleh
mahasiswa, petunjuk pengisian angket dan berbagai soal-soal yang didisi oleh
mahasiswa berdasarkan pengalamanya dalam pembelajaran morfologi terkhusus
pada materi ajar konfiks bahasa Indonesia. Lembar kedua berisikan kendala yang
dialami oleh mahasiswa sewaktu mengikuti mata kuliah morfologi terkhusus pada
materi ajar konfiks bahasa Indonesia. Lembar ketiga berisikan masukan mahasiswa
dalam pengembangan modul konfiks bahasa Indonesia. Cara menjawab instrumen
pertanyaan dengan memberi tanda centang (√) pada kolom penyataan sangat setuju
(SS), setuju (A), tidak tahu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Adapun tujuan pembuatan angket ini adalah untuk mengetahui sebarapa pentingnya
pembelajaran konfiks, mengetahui kesulitan yang dihadapi mahasiswa, dan
masukan mahasiswa terhadap pembuatan modul konfiks bahasa Indonesia yang
akan peneliti buat.
4.1.1.1 Deskripsi Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Morfologi
Bahasa Indonesia Terhadap Pengembangan Modul Pembelajaran
Konfiks Bahasa Indonesia.
Kegiatan wawancara berguna untuk mendapat informasi secara mendalam
mengenai situasi dan kondisi kelas pada pelajaran konfiks. Peneliti melakukan
wawancara dengan seorang dosen pengampu mata kuliah morfologi program studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Narasumber tersebuat adalah Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Topik
wawancara terdiri dari beberapa poin diantaranya adalah (1) manfaat penggunaan
modul untuk mahasiswa dan dosen selaku pengajar materi konfiks; (2) Apakah
selama mengajar materi konfiks, sudah ada modul yang digunakan; (3) Bagaimana
cara yang digunakan oleh dosen untuk mengatasi pembelajaran di kelas tanpa
adanya modul, apakah ada rencana untuk membuat modul berbasis digital; (4)
Kriteria modul baik untuk di kembangkan; dan (5) Apakah modul bisa menjadi
media pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam memahami materi konfiks
bahasa Indonesia.
Informasi dari kegiatan wawancara ini digunakan peneliti sebagai
pertimbangan untuk pengembangan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia.
Harapan dosen pengembangkan modul yang dikembangkan harus memenuhi
kriteria modul pada umumnya. Modul harus menyajikan isi yang lengkap sesuai
dengan tujuan kompetensi yang akan dicapai mahasiswa. Adapun hasil dari
wawancara tersebut diuraikan dalam tabel di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Morfologi
Bahasa Indonesia.
No Hasil Wawancara
1 Modul akan membantu dosen dalam pengajaran atau dalam penyampaian materi konfiks. Membantu meningkatkan minat mahasiswa untuk menggali
lebih dalam mengenai materi konfiks disamping kebosanan mahasiswa karena saat pembelajaran berlangsung mahasiswa belum menemukan
modul selain buku ajar. Modul apabila disajikan kepada dosen dan mahasiswa tentunya akan berdampak sangat baik lantaran dosen dan
mahasiswa sangat membutuhkan modul yang sifatnya bervariasi dan menampilkan rincian proses konfiks serta menarik.
2 Selama ini belum ada modul yang digunakan oleh dosen sebagai referensi untuk pembelajaran konfiks. Selama ini masih menggunakan sumber-
sumber konvensional. Sumber yang digunakan dosen masih terbatas dengan sumber konvensional karena belum tersedianya modul dalam rangka
menyiapkan materi pembelajaran dan penyusunan RPS.
3 Modul merupakan salah satu media atau metode untuk memvariasi kegiatan pembelajaran lebih menarik dan dapat digunakan di mana saja.
4 Modul diperuntukkan bagi mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu belajar secara mandiri dan mampu menggali potensi mahasiswa
baik ide, gagasan, dan keterampilan mahasiswa. Modul yang akan disusun diharapkan mampu memberikan kemudahan untuk mahasiswa dalam
memahami materi dari segi kebahasaan, sederhana, dan menarik. Modul juga harus dipersiapkan dengan pertimbangan tingkat usia dan kematangan
akademik mahasiswa. Hal ini berguna untuk kegunaan modul.
5 Modul diharapkan dapat memberikan perbedaan yang membangun dibandingkan dengan buku ajar maupun modul konvensional pada
umumnya, serta memberikan daya tarik yang besar untuk mahasiswa, sehingga mahasiswa termotivasi dan mampu mencapai tujuan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi capaian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah morfologi
yang telah peneliti jabarkan di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa penggunan
modul dianggap sangat bagus karena memiliki manfaat yang baik dan memiliki
daya tarik yang mampu menciptakan motivasi dan pembangkit minat mahasiswa
untuk belajar serta mampu menciptakan suasana agar mahasiswa merasa
pembelajaran yang tidak membosankan. Modul sangat berguna bagi mahasiswa dan
dosen. Modul dianggap baik karena mengikuti perkembangan zaman di tengah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tengah zaman milenial ini, saat pendidikan dituntut agar pendidikan berbasis
digital. Melalui pengembangan modul ini, harapanya dapat menambah variasi
kegiatan pembelajaran di kelas agar pembelajaran tidak membosankan. Modul
sebagai media yang dapat dimanfaatkan mahasiswa secara mandiri tentunya harus
memberikan sumber yang otentik dan terpercaya.
4.1.1.2 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Mahasiswa Terkait Penglaman
Awal dalam Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia.
Peneliti melakukan studi pendahuluan bertujuan untuk memperoleh
informasi pengalaman awal mahasiswa selama mempelajari materi konfiks bahasa
Indonesia. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 4 kelas A
angkatan 2018 Universitas Sanata Dharma dipilih oleh peneliti sebagai responden
studi pendahuluan karena mahasiswa tersebut telah mempelajari materi konfiks dan
telah selesai menempuh mata kuliah morfologi. Berdasarkan dari kuesioner dengan
skala likert (rentang skor 1-5) yang diisi oleh 25 siswa pada 13 Februari 2020. Studi
pendahuluaan ini dilakukan melalui penyebaran angket kepada 25 mahasiswa yang
dipilih secara acak dari angkatan 2018 kelas A. Angket ini disebar bertujuan untuk
mengetahui pengalaman mahasiswa dalam pembelajaran konfiks secara mendetail.
Selain itu, angket ini bertujuan untuk mendapat masukan berupa saran atau kritik
terkait pengembangan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia yang
dilakukan peneliti. Berikut diuraikan dalam tabel 4.2 hasil studi pendahuluan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.2 Hasil analisis kebutuhan awal mahasiswa
NO Deskripsi Penilaian ∑ Skor
(N= 25) �̅� % Kategori
1. Mata kuliah morfologi pada pembelajaran konfiks
sangat penting bagi mahasiswa
111 4,44 88% Sangat
setuju
2. Menganalisis imbuhan
awalan dan akhiran dalam kata membutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi
106 4,24 84% Sangat setuju
3. Strategi pembelajaran yang
tepat dalam pembelajaran konfiks penting untuk
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
110 4,4 88% Sangat
setuju
4. Strategi pembelajaran yang
tepat dalam pembelajaran konfiks penting untuk
mencapai kompetensi belajar mahasiswa
107 4,28 85% Sangat setuju
5. Penggunaan modul berbasis aplikasi offline (flipbook)
mempermudah penguasaan materi terkait konfiks
bahasa Indonesia
100 4 80% Setuju
6. Modul berbasis aplikasi offline (flipbook) lebih
menarik dibandingkan dengan modul tercetak
106 4,24 84% Sangat
setuju
7. Penggunaan modul berbasis aplikasi offline (flipbook)
memotivasi dalam pembelajaran
97 3,88 77% Setuju
�̅� 105 4,21 84%
Sangat
setuju
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, dapat disimpulkan bahwa skor
rata-rata yang diperoleh sebesar 4,21 atau 84% dengan kategori sangat setuju. Skor
yang dihasilkan menunjukkan bahwa mahasiswa sangat setuju dengan adanya
penelitian ini. Skor yang paling tinggi yaitu sebesar 88% dengan pernyataan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pembelajaran konfiks sangat penting dan strategi pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran konfiks penting untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Selain itu, mahasiswa juga sangat setuju dengan pernyataan bahwa strategi
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran konfiks penting untuk mencapai
kompetensi belajar mahasiswa dengan persentase sebesar 85%, menganalisis
imbuhan awalan dan akhiran dalam kata membutuhkan tingkat konsentrasi yang
tinggi dan modul berbasis aplikasi offline (flipbook) lebih menarik dibandingkan
dengan modul tercetak dengan persentase sebesar 84%. Data pada tabel di atas
menunjukkan bahwa mahasiswa sangat setuju pada semua pernyataan dalam
angket.
Berdasarkan tabel di atas peneliti menarik simpulan bahwa (1) pembelajaran
konfiks sangat penting untuk dipahami oleh mahasiswa, (2) mahasiswa
membutuhkan konsentrasi yang tinggi dalam pembelajaran konfiks, (3) strategi
pembelajaran dibutukan untuk mencapai kompetensi belajar mahasiswa dan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa, (4) mahasiswa juga menyarakan sangat
setuju penggunaan modul akan mempermudah untuk penguasaan pembelajaran
konfiks bahasa Indonesia, (5) mahasiswa sangat setuju dengan modul berbasis
aplikasi offline (flipbook) lebih menarik dibandingkan dengan modul tercetak, dan
(6) penggunaan modul akan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Selain data di atas, peneliti juga mencantumkan dua pertanyaan singkat
dalam angket yang berisikan kesulitan apa saja yang dialami oleh mahasiswa saat
belajar materi konfiks bahasa Indonesia dan masukan terhadap pembuatan modul
konfiks seumpama peneliti membuatnya. Adapun kesimpulan dari 25 mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
yang menjadi responden peneliti terhadap pengalaman kesulitan pembelajaran
konfiks sebagai berikut. (1) mahasiswa mengalami banyak kesulitan dalam
pembelajaran konfiks seperti sulit membedakan konfiks dengan afikssasi lainnya,
(2) penyajian materi pembelajaran kurang menarik sehingga membuat mahasiswa
bosan dan malas, (3) dosen atau kelompok presentasi terlalu cepat saat
menerangkan materi konfiks bahasa Indonesia, (4) kurangnya jam belajar
mahasiswa sehingga materi sulit untuk ditanggkap dan dipahami, (5) tidak adanya
sajian video atau media semacamnya yang dapat meningkatkan semangat
mahasiswa, dan (6) tidak adanya tersedia modul untuk materi konfiks.
Selain pengalaman mahasiswa saat pembelajaran konfiks, responden juga
memberikan berbagai masukan sebagai berikut (1) modul yang dikembangkan
harus dapat diakses mahasiswa secara mudah dan diusahakan agar modul berbentuk
offline, (2) dalam modul yang akan disusun nanti harapannya mampu menyajikan
viedeo tahapan pengimbuhan dari kata dasar menjadi kata berimbuhan awalan dan
akhiran yang datang secara bersamaan, (3) modul yang disajikan mampu menarik
semangat mahasiswa untuk menggunakannya dan bervariasi, (4) contoh otentik dan
sumber diperbanyak, (5) apabila memungkinkan, dalam tiap materi disajikan video
atau gambar, dan (6) teori pembelajaran konfiks diperkaya dalam modul agar
mahasiswa mampu menangkap pembelajaran dengan cepat.
Dari hasil penyebaran angket, baik berupa pemilihan sangat setuju, setuju,
tidak tahu, dan tidak setuju oleh mahasiswa dan masukan mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai tanggapan apabila peneliti menyusun modul
pembelajaran konfiks, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penyusunan modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
harus memperhatikan isi, bahasa, dan referensi. Isi modul harus memuat materi
pembelajaran, sumber yang relevan, dan contoh yang otentik. Bahasa yang
digunakan dalam modul adalah bahasa yang mudah dipahami mahasiswa dan sesuai
dengan tingkat usia serta tingkat pengetahuan akademik mahasiswa. Pada modul
hendaknya memuat kegiatan yang relevansi dengan materi. Relevansi artinya
membuat kegiatan pembelajaran sesuai dengan koteks nyata di kehidupan sehari-
hari. Kesimpulan pada angket analisis kebutuhan akan dirangkum dalam bentuk
tabel sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 4.3 Kesimpulan Kolom Komentar pada
Angket Analisis Kebutuhan Mahasiswa
No. Topik Pernyataan Kesimppulan Komentar
1
Mahasiswa memiliki kendala
dalam memahami materi konfiks
a. kesulitan dalam pembelajaran konfiks seperti sulit membedakan konfiks dengan
afikssasi lainnya
b. penyajian materi pembelajaran kurang menarik sehingga membuat mahasiswa
bosan dan malas
c. dosen atau kelompok presentasi terlalu cepat saat menerangkan materi konfiks
d. kurangnya jam belajar mahasiswa sehingga
materi sulit untuk dipahami
e. tidak adanya sajian video atau media semacamnya yang dapat meningkatkan
semangat mahasiswa
f. tidak adanya tersedia modul untuk materi
konfiks. Selain pengalaman mahasiswa saat pembelajaran konfiks
g. sumber-sumber lain terbatas hanya pada sumber konvensional
2 Jika saya akan membuat
produk modul materi ajar
konfiks, isi modul seperti apa yang Anda harapkan?
a. modul yang dikembangkan harus dapat
diakses mahasiswa secara mudah dan diusahakan agar modul berbentuk
offline sehingga mahasiswa yang tidak memiliki kuota internet dapat
mengoprasikannya
b. dalam modul yang akan disusun nanti menyajikan viedeo tahapan
pengimbuhan dari kata dasar menjadi kata berimbuhan
c. modul yang disajikan mampu menarik semangat mahasiswa untuk
menggunakannya dan bervariasi
d. contoh otentik, teori-teori dari para tokoh, dan sumber diperbanyak
e. apabila memungkinkan, dalam tiap materi disajikan video atau gambar
untuk meningkatkan minat mahasiswa
f. disediakan tes-tes atau latihan yang interaktif agar mahasiswa mampu
mengetahui tingkat kemampuan
Berdasarkan hasil analisis komentar mengenai kendala mahasiswa dalam
mempelajari materi konfiks, strategi yang dibutuhkan dalam pembelajaran konfiks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dan harapan mahasiswa terkait modul yang akan dikembangkan tersebut, maka
peneliti akan mencoba untuk mengembangkan modul sesuai dengan kebutuhan dan
harapan mahasiswa.
4.1.2 Pengembangan Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
Langkah pertama yaitu langkah penelitian dan pengumpulan informasi.
Setelah mengumpulkan informasi dan melakukan analisis hasil wawancara dan
angket, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat desain
produk yang akan dikembangkan. Langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan judul modul pembelajaran yaitu “Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa
Indonesia”. Setelah judul modul pembelajaran tersebut sudah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah menentukan tujuan, pemilihan bahan, penyusunan kerangka, dan
pengumpulan bahan dan penyusunan modul. Berikut penjelasan dari langkah-
langkah tersebut.
4.1.2.1 Penentuan Tujuan
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dari kompetensi dasar,
yaitu gambaran mengenai harapan yang hendak dicapai oleh mahasiswa setelah
belajar menggunakan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia yang peneliti
buat. Tujuan umum pembelajaran menggunakan modul ini adalah agar mahasiswa
mampu memahami dan mendalamai serta menganalisis tentang materi konfiks
bahasa Indonesia dengan tepat. Selain tujuan umum, peneliti menentukan tujuan
khusus yang dijabarkan dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 4.4 Penjabaran Tujuan Pembelajaran
Bab Tujuan Pembelajaran
I. Konsep Morfologi 1. Mampu memahami hakikat
morfologi. 2. Mampu memahami proses
morfologi.
II. Konsep Konfiks 1. Mampu memahami macam-macam
imbuhan awalan dan akhiran
(konfiks).
2. Mampu memahami proses
pembubuhan konfiks.
4.1.2.2 Pemilihan Bahan
Setelah tujuan umum dan tujuan khusus selesai dirumuskan dan disusun,
peneliti mulai memilih bahan-bahan yang akan dimasukkan ke dalam modul
pembelajaran. Pemilihan bahan harus relevan dengan tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan sebelumnya. Bahan-bahan yang perlu dipilih meliputi (1) teori
yang relevan, (2) konsep tentang konfiks (3) contoh kalimat berimbuhan konfiks,
dan (4) gambar/ilustrasi yang sesuai dengan kompetensi dasar. Pemilihan bahan
juga disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa kelas A angkatan 2018
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, misalnya
penggunaan bahasa yang mudah dipahami oleh mahasiswa angkatan tersebut,
contoh teks yang relevan, dan penggunaan gambar yang sesuai dengan topik, usia,
dan tingkat kemampuan akademik mahasiswa tersebut. Selain itu, peneliti juga
mengikuti masukan berdasarkan wawancara dengan dosen pengampu dan analisis
kebutuhan mahasiswa dalam memilih bahan yang akan dimasukkkan dalam modul
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4.1.2.3 Penyusunan Kerangka
Sebelum pengembangan modul dan setelah ditentukan bahan yang akan
dicari, peneliti mulai menyusun kerangka modul pembelajaran agar bahan ajar
modul dapat ditulis secara terstruktur dan sistematis. Penyususnan kerangka terdiri
dari: (1) halaman judul modul, (2) kata pengantar, (3) rasionalisasi, (4) petunjuk
penggunaan modul, (5) daftar isi, (6) judul bab, (7) capaian pembelajaran, (8) peta
konsep, (9) isi berupa materi tiap bab, (10) aktivitas dan latihan, (11) rangkuman,
(12) tes formatif, (13) refleksi, (14) kunci jawaban, (15) daftar pustaka, (16)
glosarium, dan (17) biodata penulis. Berikut akan disajikan tabel penyusunan
kerangka.
Tabel 4.5 Kerangka Modul
No
Kerangka Modul
1 Halaman Judul Modul
2 Kata Pengantar
3 Rasionalisasi
4 Petunjuk Penggunaan Modul
5 Daftar Isi
6 Judul Bab
7 Capaian Pembelajaran
8 Peta Konsep
9 Isi Berupa Materi Tiap Bab
10 Aktivitas Dan Latihan
11 Rangkuman
12 Tes Formatif
13 Refleksi
14 Kunci Jawaban
15 Daftar Pustaka
16 Glosarium
17 Biodata Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4.1.2.4 Pengumpulan Bahan dan Penyusunan Modul
Setelah berhasil dalam penyusunan kerangka modul, langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam penyusunan modul
pembelajaran konfiks. Bahan yang dimaksud adalah segala informasi yang terkait
dengan topik, yaitu konsep, teori, data, contoh, gambar/ilustrasi, tugas-tugas, dan
hal-hal yang berkaitan dengan topik pembelajaran. Bahan yang diperoleh dalam
penyusunan berasal dari berbagai sumber yang otentik, baik berupa buku referensi
maupun sumber dari internet. Selanjutnya dilakukan penyeleksian bahan yang telah
dikumpulkan yang bertujuan untuk menentukan bahan-bahan tersebut benar-benar
efektif, otentik dan efisien untuk digunakan. Bahan-bahan yang telah dikumpulkan
tersebut dirangkum dalam bentuk naskah melalui aplikasi Microsoft Word. Setelah
tahap penyeleksian bahan telah dilakukan melalui aplikasi Microsoft Word, tahap
selanjutnya adalah penyajian modul.
Peneliti menggunakan konsep modul menggunakan aplikasi Flip PDF
Professional, yaitu aplikasi flipbook fitur canggih yang menampilkan tampilan
buku dalam aplikasi yang dapat disisipkan video, rekaman, gambar dan link
dokumen. Peneliti menggunakan program aplikasi Canva untuk mendesain
tampilan modul. Peneliti menggunakan program aplikasi tersebut karena banyak
fitur desain grafis yang menarik yang tidak berbayar dan mudah dalam
penggunaannya. Setelah tampilan layout sudah dibuat, peneliti mulai memasukkan
isi ke dalam layout yang telah dibuat. Materi pembelajaran disusun secara
sistematis dan runtun untuk mempermudah mahasiswa dalam memahami materi
yang disajikan dalam modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Modul pembelajaran yang peneliti susun terbagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama berupa halaman sampul, kata pengantar, rasionalisasi, daftar isi,
dan petunjuk penggunaan modul. Bagian sampul luar terdiri dari, jenis bahan ajar
berupa modul, judul modul, nama penulis, dan sasaran modul. Jenis bahan ajar yaitu
modul; judul modul yaitu Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia; penulis
ialah Gretty Silvia Manurung; dan sasaran modul adalah Mahasiswa Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Bagian pengantar menjelaskan secara menyeluruh
terkait isi modul, langkah-langkah pembelajaran, dan tujuan akhir mempelajari
materi dalam modul.
Gambar 4.1 Desain Sampul Luar dan Judul Bab dalam Lembar Kerja
Canva
Bagian kedua mengenai isi/materi pembelajaran. Bagian isi terbagi menjadi
dua bab. Bab pertama berisi hakikat morfologi dan proses morfologi. Bab kedua
berisi hakikat konfiks dan proses konfiks. Setiap bab pada modul terdapat beberapa
aktivitas yang terdiri atas tugas-tugas pada setiap materi konsep dan refleksi di akhir
bab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 4.2 Sebagian Isi Draf Modul dalam Lembar kerja flipbook
Bagian terakhir modul “Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia” terdiri
dari kunci jawaban, daftar pustaka, dan glosarium. Kunci jawaban disediaakan
untuk bahan mencocokkan jawaban mahasiswa setelah selesai mengerjakan tugas
pada setiap aktivitas dan tes formatif apakah benar. Kunci jawaban tersebut
berfungsi untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas
dan mengukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi yang
tersedia dalam modul yang telah peneliti susun. Daftar pustaka disajikan untuk
memberikan sumber referensi yang digunakan peneliti dan dapat pula digunakan
mahasiswa dalam untuk memperkaya sumber referensi mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.3 Sebagian Desain Subjudul dalam Lembar kerja flipbook
4.1.3 Uji Validasi
Setelah produk modul selesai disusun dengan kreatif, tahap selanjutnya
peneliti melakukan tahap validasi produk. Uji validasi pada produk ini dilakukan
untuk menguji validitas produk yang dihasilkan oleh penulis produk. Uji validasi
produk dilakukan menggunkan lembar kuesioner/angket yang memuat aspek-aspek
penilaian berdasarkan kriteria kelayakan modul dari Direktorat Jenderal Pendidikan
(2008:15). Aspek-aspek penilaian tersebut yaitu aspek isi/materi, penyajian,
bahasa, dan kegrafikan. Dikarenakan produk yang dihasilkan adalah modul maka
terdapat aspek penilaian tambahan berupa aspek kelayakan media yang terdiri dari
kriteria digital seperti audio dan video. Berikut disajikan data hasil validasi oleh
tiga oarang dosen ahli.
4.1.3.1 Data hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Pertama
Validasi produk oleh dosen ahli pertama dilakukan oleh Bapak Dr. R.
Kunjana, M.Hum. Data validasi oleh dosen ahli pertama meliputi aspek kelayakan
isi/materi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Validasi dari dosen ahli dilakukan sekali. Berikut ini disajikan tabel hasil validasi
dari dosen ahli pertama.
Tabel 4.6 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Pertama pada Seluruh
Aspek kelayakan
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4,22 Sangat Baik
2 Kelayakan penyajian 4 Baik
3 Kelayakan bahasa 4,33 Sangat Baik
4 kelayakan kegrafikan 4,45 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 4,33 Sangat Baik
Jumlah 21,33
Rata-rata 4,26 Sangat Baik
Persentase 85,3% Sangat Baik
Selain tabel di atas untuk untuk memperjelas penyajian hasil validasi oleh
dosen ahli pertama, peneliti menyajikan hasil validasi oleh dosen ahli pertama ke
dalam diagram. Aspek penilaian validasi meliputi aspek kelayakan isi/materi,
penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media pembelajaran. Berikut ini
disajikan diagram skor rata-rata hasil validasi kelima aspek penilaian.
Diagram 4.1 Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek Penilaian
Berdasarkan diagram tersebut, peneliti mendeskripsikan hasil kelayakan
dalam tiap aspek sebagai berikut.
4.22 4 4.33 4.45 4.33
0
1
2
3
4
5
Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media
Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek
Validasi Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
A. Penilaian Kelayakan Isi/Materi
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan isi/materi meliputi: (1)
kesesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) ketepatan
pemilihan materi, (3) kaitan materi dengan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa, (4) penggunaan teori yang relevan, (5) kaitan materi dengan IPTEK,
dan (6) sistematika modul secara keseluruhan. Rincian data hasil validasi dosen ahli
pertama dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi
berdasarkan kelayakan isi/materi yang terdiri dari delapan belas butir indikator
penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli pertama pada aspek
kelayakan isi/materi memiliki jumlah skor 76 dengan skor rata-rata 4,22 dan
persentase sebesar 84,4%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa hasil validasi dosen ahli terhadap aspek kelayakan isi/materi modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “sangat
baik”.
B. Penilaian Kelayakan Penyajian
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan penyajian meliputi: (1)
keruntutan penyajian materi dengan alur berpikir mahasiswa, (2) sistematika
penyajian materi dalam setiap bab, dan (3) kesesuaian materi dengan tingkat
kemampuan berpikir mahasiswa. Rincian data hasil validasi dosen ahli pertama
dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil diagram di atas, hasil validasi
berdasarkan kelayakan penyajian yang terdiri dari sembilan butir indikator
penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli pertama pada aspek
kelayakan penyajian memiliki jumlah skor 76 dengan skor rata-rata 4 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
persentase sebesar 80%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
hasil validasi dosen ahli pertama terhadap aspek kelayakan penyajian modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
C. Penilaian Kelayakan Bahasa
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan bahasa meliputi: (1) kesesuaian
bahasa dengan tingkat kemampuan mahasiswa, (2) kesesuaian dan ketepatan diksi,
dan (3) kekohesian antarkomponen penyajian materi. Rincian data hasil validasi
dosen ahli pertama dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil
validasi berdasarkan kelayakan bahasa yang terdiri dari enam butir indikator
penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli pertama pada aspek
kelayakan bahasa memiliki jumlah skor 26 dengan skor rata-rata 4,33 dan
persentase sebesar 86,6%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa hasil validasi dosen ahli pertama terhadap aspek kelayakan bahasa modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “sangat
baik”.
D. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan kegrafikan meliputi: (1)
kesesuaian fisik modul, (2) kesesuaian tata pengetikan, (3) pemanfaatan
penggunaan gambar, tabel, dan ilustrasi, dan (4) kelengkapan penggunaan gambar,
audio, video, dan ilustrasi. Rincian data hasil validasi dosen ahli pertama dapat
dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi berdasarkan
kelayakan kegrafikan yang terdiri dari sepuluh butir indikator penilaian
menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli pertama pada aspek kelayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kegrafikan memiliki jumlah skor 45 dengan skor rata-rata 4,45 dan persentase
sebesar 89%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil
validasi dosen ahli pertama terhadap aspek kelayakan kergrafikan modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “sangat
baik”.
E. Kelayakan Media Pembelajaran
Penilaian kelayakan media pembelajaran terdiri atas tujuh indikator
penilaian yang dijabarkan berdasarkan dua kriteria kelayakan, yaitu (1) Pemakaian
media pembelajaran dan (2) kualitas tampilan media. Rincian data hasil validasi
dosen ahli pertama dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil
validasi berdasarkan kelayakan media pembelajaran yang terdiri dari dua puluh satu
butir indikator penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli pertama pada
aspek kelayakan media pembelajaran memiliki jumlah skor 91 dengan skor rata-
rata 4,33 dan persentase sebesar 86,6%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli pertama terhadap aspek kelayakan
media pembelajaran modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan
layak dengan kategori “sangat baik”.
Maka, berdasarkan uraian hasil validasi dosen ahli dari masing-masing
aspek kelayakan di atas, diperoleh jumlah skor 21,33 dengan skor rata-rata sebesar
4,26 dengan persentase sebesar 85,3% dengan kategori “sangat Baik”. Agar dapat
digunakan, produk yang telah dibuat perlu direvisi sesuai saran dari validator/dosen
ahli. Revisi yang dilakukan berdasarkan dosen ahli pertama, yakni perbaikan
kegiatan agar lebih komunikatif untuk pembelajaran konfiks bahasa Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
karena akan sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tuntutan kurikulum
juga mengharuskan demikian.
4.1.3.2 Data hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Kedua
Validasi produk oleh dosen ahli kedua dilakukan oleh Bapak Prof. Dr.
Pranowo. Data validasi oleh dosen ahli kedua meliputi aspek kelayakan isi/materi,
penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media pembelajaran. Validasi dari
dosen ahli kedua dilakukan sekali. Berikut ini disajikan tabel hasil validasi dari
dosen ahli kedua.
Tabel 4.7 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Kedua pada Seluruh
Aspek kelayakan
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4 Baik
2 Kelayakan penyajian 4 Baik
3 Kelayakan bahasa 4 Baik
4 kelayakan kegrafikan 4 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 4 Baik
Jumlah 20
Rata-rata 4 Baik
Persentase 80% Baik
Selain tabel di atas untuk untuk memperjelas penyajian hasil validasi oleh
dosen ahli kedua, peneliti menyajikan hasil validasi oleh dosen ahli kedu ke dalam
diagram. Aspek penilaian validasi meliputi aspek kelayakan isi/materi, penyajian,
bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media pembelajaran. Berikut ini disajikan
diagram skor rata-rata hasil validasi kelima aspek penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Diagram 4.2 Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek Penilaian
Berdasarkan diagram tersebut, peneliti mendeskripsikan hasil kelayakan
dalam tiap aspek sebagai berikut berikut.
A. Penilaian Kelayakan Isi/Materi
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan isi/materi meliputi: (1)
kesesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) ketepatan
pemilihan materi, (3) kaitan materi dengan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa, (4) penggunaan teori yang relevan, (5) kaitan materi dengan IPTEK,
dan (6) sistematika modul secara keseluruhan. Rincian data hasil validasi dosen ahli
kedua dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi
berdasarkan kelayakan isi/materi yang terdiri dari delapan belas butir indikator
penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli kedua pada aspek kelayakan
isi/materi memiliki jumlah skor 72 dengan skor rata-rata 4 dan persentase sebesar
80%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen
ahli kedua terhadap aspek kelayakan isi/materi modul Pembelajaran Konfiks
Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
4 4 4 4 4
0
1
2
3
4
5
Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media
Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek
Validasi Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
B. Penilaian Kelayakan Penyajian
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan penyajian meliputi: (1)
keruntutan penyajian materi dengan alur berpikir mahasiswa, (2) sistematika
penyajian materi dalam setiap bab, dan (3) kesesuaian materi dengan tingkat
kemampuan berpikir mahasiswa. Rincian data hasil validasi dosen ahli kedua dapat
dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi berdasarkan
kelayakan penyajian yang terdiri dari sembilan butir indikator penilaian
menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli kedua pada aspek kelayakan
penyajian memiliki jumlah skor 36 dengan skor dengan skor rata-rata 4 dan
persentase sebesar 80%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
hasil validasi dosen ahli kedua terhadap aspek kelayakan isi/materi modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
C. Penilaian Kelayakan Bahasa
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan bahasa meliputi: (1)
kesesuaian bahasa dengan tingkat kemampuan mahasiswa, (2) kesesuaian dan
ketepatan diksi, dan (3) kekohesian antarkomponen penyajian materi . Rincian data
hasil validasi dosen ahli kedua dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di
atas, hasil validasi berdasarkan kelayakan bahasa yang terdiri dari enam butir
indikator penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli kedua pada aspek
kelayakan bahasa memiliki jumlah skor 24 dengan skor rata-rata 4 dan persentase
sebesar 80%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil
validasi dosen ahli terhadap aspek kelayakan isi/materi modul Pembelajaran
Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
D. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan kegrafikan meliputi: (1)
kesesuaian fisik modul, (2) kesesuaian tata pengetikan, (3) pemanfaatan
penggunaan gambar, tabel, dan ilustrasi, dan (4) kelengkapan penggunaan gambar,
audio, video, dan ilustrasi. Rincian data hasil validasi dosen ahli kedua dapat dilihat
pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi berdasarkan kelayakan
kegrafikan yang terdiri dari sepuluh butir indikator penilaian menunjukkan bahwa
hasil validasi dosen ahli kedua pada aspek kelayakan kegrafikan memiliki jumlah
skor 40 dengan skor rata-rata 4 dan persentase sebesar 80%. Berdasarkan data ini,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli kedua terhadap aspek
kelayakan isi/materi modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan
layak dengan kategori “baik”.
E. Kelayakan Media Pembelajaran
Penilaian kelayakan media pembelajaran terdiri atas tujuh indikator
penilaian yang dijabarkan berdasarkan dua kriteria kelayakan, yaitu (1) Pemakaian
media pembelajaran dan (2) kualitas tampilan media. Rincian data hasil validasi
dosen ahli kedua dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil
validasi berdasarkan kelayakan media pembelajaran yang terdiri dari dua puluh satu
butir indikator penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli kedua pada
aspek kelayakan media pembelajaran memiliki jumlah skor 84 dengan skor rata-
rata 4 dan persentase sebesar 80%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli kedua terhadap aspek kelayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
isi/materi modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan
kategori “baik”.
Maka, berdasarkan uraian hasil validasi dosen ahli dari masing-masing
aspek kelayakan di atas, diperoleh jumlah skor 20 dengan skor rata-rata sebesar 4
dengan persentase sebesar 80% dengan kategori “sangat Baik”. Hasil dari validasi
dosen kedua tidak memiliki revisi pada produk sehingga produk dapat digunakan.
4.1.3.3 Data hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Ketiga
Validasi produk oleh dosen ahli ketiga dilakukan oleh Bapak Danang Satria
Nugraha, S.S., M.A. Data validasi oleh dosen ahli ketiga meliputi aspek kelayakan
isi/materi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media pembelajaran.
Validasi dari dosen ahli ketiga dilakukan sekali. Berikut ini disajikan tabel hasil
validasi dari dosen ahli ketiga.
Tabel 4.8 Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Ketiga pada Seluruh
Aspek kelayakan
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3,55 Baik
2 Kelayakan penyajian 3,55 Baik
3 Kelayakan bahasa 4 Baik
4 kelayakan kegrafikan 3,5 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 3,85 Baik
Jumlah 18,45
Rata-rata 3,69 Baik
Persentase sebesar 73,8% Baik
Selain tabel di atas untuk untuk memperjelas penyajian hasil validasi oleh
dosen ahli ketiga, peneliti menyajikan hasil validasi oleh dosen ahli ke dalam
diagram. Aspek penilaian validasi meliputi aspek kelayakan isi/materi, penyajian,
bahasa, kegrafikan, dan kelayakan media pembelajaran. Berikut ini disajikan
diagram skor rata-rata hasil validasi kelima aspek penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Diagram 4.3 Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek Penilaian
Berdasarkan diagram tersebut, peneliti mendeskripsikan hasil kelayakan
dalam tiap aspek sebagai berikut berikut.
A. Penilaian Kelayakan Isi/Materi
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan isi/materi meliputi: (1)
kesesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) ketepatan
pemilihan materi, (3) kaitan materi dengan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa, (4) penggunaan teori yang relevan, (5) kaitan materi dengan IPTEK,
dan (6) sistematika modul secara keseluruhan. Rincian data hasil validasi dosen ahli
ketiga dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi
berdasarkan kelayakan isi/materi yang terdiri dari delapan belas butir indikator
penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga pada aspek
kelayakan isi/materi memiliki jumlah skor 64 dengan skor rata-rata 3,55 dan
persentase sebesar 71,1%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga terhadap aspek kelayakan isi/materi modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
3.55 3.554
3.53.85
0
1
2
3
4
5
Isi/Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan Media
Skor Rata-Rata Hasil Validasi Semua Aspek
Validasi Dosen Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
B. Penilaian Kelayakan Penyajian
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan penyajian meliputi: (1)
keruntutan penyajian materi dengan alur berpikir mahasiswa, (2) sistematika
penyajian materi dalam setiap bab, dan (3) kesesuaian materi dengan tingkat
kemampuan berpikir mahasiswa. Rincian data hasil validasi dosen ahli ketiga dapat
dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi berdasarkan
kelayakan penyajian yang terdiri dari sembilan butir indikator penilaian
menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga pada aspek kelayakan
penyajian memiliki jumlah skor 32 dengan skor dengan skor rata-rata 3,55 dan
persentase sebesar 71,1%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga terhadap aspek kelayakan isi/materi modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
C. Penilaian Kelayakan Bahasa
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan bahasa meliputi: (1)
kesesuaian bahasa dengan tingkat kemampuan mahasiswa, (2) kesesuaian dan
ketepatan diksi, dan (3) kekohesian antarkomponen penyajian materi . Rincian data
hasil validasi dosen ahli ketiga dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram
di atas, hasil validasi berdasarkan kelayakan bahasa yang terdiri dari enam butir
indikator penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga pada aspek
kelayakan bahasa memiliki jumlah skor 24 dengan skor rata-rata 4 dan persentase
sebesar 80%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil
validasi dosen ahli ketiga terhadap aspek kelayakan isi/materi modul Pembelajaran
Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
D. Penilaian Kelayakan Kegrafikan
Kriteria penilaian modul pada aspek kelayakan kegrafikan meliputi: (1)
kesesuaian fisik modul, (2) kesesuaian tata pengetikan, (3) pemanfaatan
penggunaan gambar, tabel, dan ilustrasi, dan (4) kelengkapan penggunaan gambar,
audio, video, dan ilustrasi. Rincian data hasil validasi dosen ahli ketiga dapat dilihat
pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil validasi berdasarkan kelayakan
kegrafikan yang terdiri dari sepuluh butir indikator penilaian menunjukkan bahwa
hasil validasi dosen ahli ketiga pada aspek kelayakan kegrafikan memiliki jumlah
skor 30 dengan skor rata-rata 3,5 dan persentase sebesar 70%. Berdasarkan data
ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga terhadap
aspek kelayakan isi/materi modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
dinyatakan layak dengan kategori “baik”.
E. Kelayakan Media Pembelajaran
Penilaian kelayakan media pembelajaran terdiri atas tujuh indikator
penilaian yang dijabarkan berdasarkan dua kriteria kelayakan, yaitu (1) Pemakaian
media pembelajaran dan (2) kualitas tampilan media. Rincian data hasil validasi
dosen ahli ketiga dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan diagram di atas, hasil
validasi berdasarkan kelayakan media pembelajaran yang terdiri dari dua puluh satu
butir indikator penilaian menunjukkan bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga pada
aspek kelayakan media pembelajaran memiliki jumlah skor 81 dengan skor rata-
rata 3,85 dan persentase sebesar 77%. Berdasarkan data ini, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil validasi dosen ahli ketiga terhadap aspek kelayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
isi/materi modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak dengan
kategori “baik”.
Maka, berdasarkan uraian hasil validasi dosen ahli dari masing-masing
aspek kelayakan di atas, diperoleh jumlah skor 18,45 dengan skor rata-rata sebesar
3,69 dengan persentase sebesar 73,8% dengan kategori “sangat Baik”. Agar dapat
digunakan, produk yang telah dibuat perlu direvisi sesuai saran dari validator/dosen
ahli. Revisi yang dilakukan berdasarkan dosen ahli ketiga, yakni; (1) dalam modul
tidak ada “daftar pustaka”, yang disajikan “referensi” mana yang benar? (2) video
yang disisipkan perlu diubah menjadi formal, dan (3) gambar latar belakang sampul
tidak relevan perlu diganti.
4.1.4 Revisi Produk
Tanggapan, saran, dan masukan yang diberikan oleh tiga dosen ahli dari
hasil validasi modul dijadikan bahan untuk merevisi produk modul pembelajaran
konfiks. Revisi ini bertujuan untuk mematangkan hasil penyusunan modul. Berikut
ini dijabarkan mengenai data revisi produk.
4.1.4.1 Revisi Produk dari Dosen Ahli Pertama
Validasi produk oleh dosen ahli pertama oleh bapak Dr. R. Kunjana
Rahardi, M.Hum. dilakukan satu kali. Dari hasil validasi dosen ahli tersebut,
diperoleh masukan dan saran untuk perbaikan. Berikut ini penjabaran dari beberapa
hal yang harus direvisi oleh peneliti untuk perbaikan modul pembelajaran yang
berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia pada aspek penilaian
kelayakan isi atau materi. Berikut dijelaskan aspek penilaian kelayakan isi atau
materi yang telah direvisi oleh dosen ahli pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Revisi Aspek Kelayakan Isi/ Materi
Berdasarkan hasil validasi di atas yang telah peneliti paparkan dan
simpulkan melalui penjabaran deskripsi, bagan, dan tabel, validator pertama
menyampaikan bahwa aspek kelayakan isi/materi secara keseluruhan sudah baik.
Namun, secara tektis perbaikan perlu dilakukan agar tampilan modul yang peneliti
buat semakin reliabel dan proporsional. Selain hal itu, validator juga memberikan
beberapa masukan terkait aspek kelayakan isi/materi yang harus direvisi oleh
peneliti, yakni perbaikan kegiatan agar lebih komunikatif untuk pembelajaran
konfiks bahasa Indonesia, disamping tuntutan kurikulum juga. Berdasarkan saran
tersebut, peneliti mengelaborasi pendekatan komunikatif sebelum revisi dengan
setelah revisi.
Gambar 4.4 Tampilan Isi/Materi Modul Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar 4.5 Tampilan Isi/Materi Modul Sesudah Direvisi
4.1.4.2 Revisi Produk dari Dosen Ahli Ketiga
Validasi produk oleh dosen ahli ketiga oleh bapak Danang Satria Nugraha,
S.S., M.A. dilakukan satu kali. Dari hasil validasi dosen ahli tersebut, diperoleh
masukan dan saran untuk perbaikan. Berikut ini penjabaran dari beberapa hal yang
harus direvisi oleh peneliti untuk perbaikan modul pembelajaran berjudul Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia pada aspek penilaian kelayakan isi atau
materi, aspek penilaian penyajian, dan aspek penilaian kegrafikan. Revisi produk
dari dosen ahli ketiga dijabarkan sebagai berikut.
1. Revisi Aspek Kelayakan Isi/ Materi
Berdasarkan hasil validasi di atas yang telah peneliti paparkan dan
simpulkan melalui penjabaran deskripsi, bagan, dan tabel, validator ketiga
menyampaikan bahwa aspek kelayakan isi/materi secara keseluruhan sudah baik.
Namun, secara tektis perbaikan perlu dilakukan agar tampilan modul yang peneliti
buat semakin reliabel dan proporsional. Selain hal itu, validator juga memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
beberapa masukan terkait aspek kelayakan isi/materi yang harus direvisi oleh
peneliti, yakni dalam modul tidak ada “daftar pustaka”, yang disajikan “referensi”
mana yang benar, sehingga daftar isi pada modul tidak sinkron dengan isi pada
modul yang ditampilkan. Hal ini justru akan berdampak buruk bagi mahasiswa
karena ketidaksinkronan daftar acuan dalam penyusunan modul ini. Berdasarkan
saran tersebut, peneliti mengubah penulisan referensi menjadi daftar pustaka
sebelum revisi dengan setelah revisi.
Gambar 4.6 Tampilan Daftar Pustaka Modul Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Gambar 4.7 Tampilan Daftar Pustaka Modul Sesudah Direvisi
2. Revisi Aspek Kelayakan Penyajian
Berdasarkan hasil validasi di atas yang telah peneliti paparkan dan
simpulkan melalui penjabaran deskripsi, bagan, dan tabel, validator ketiga
menyampaikan bahwa aspek kelayakan penyajian secara keseluruhan sudah baik
untuk ditampilkan. Namun, secara tektis perbaikan perlu dilakukan agar tampilan
modul yang peneliti buat saat disajikan semakin reliabel dan proporsional. Selain
hal itu, validator juga memberikan beberapa masukan terkait aspek kelayakan
penyajian yang harus direvisi oleh peneliti, yakni video yang disisipkan perlu
diubah menjadi formal. Berdasarkan saran tersebut, peneliti mengubah tampilan
video sebelum revisi dengan setelah revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Gambar 4.8 Tampilan Cuplikan Video Modul Sebelum Direvisi
Gambar 4.9 Tampilan Cuplikan Video Modul Sesudah Direvisi
3. Revisi Aspek Kelayakan Kegrafikan
Berdasarkan hasil validasi di atas yang telah peneliti paparkan dan
simpulkan melalui penjabaran deskripsi, bagan, dan tabel, validator ketiga
menyampaikan bahwa aspek kelayakan kegrafikan secara keseluruhan sudah baik
untuk ditampilkan. Namun, secara tektis perbaikan perlu dilakukan agar tampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
modul yang peneliti buat saat disajikan semakin reliabel dan proporsional. Selain
hal itu, validator juga memberikan beberapa masukan terkait aspek kelayakan
kegrafikan untuk memperindah tampilan awal modul agar menarik minat
mahasiswa saat ingin membaca. Hal yang harus direvisi oleh peneliti, yakni gambar
latar belakang sampul tidak relevan dengan materi sehingga perlu untuk diganti.
Berdasarkan saran tersebut, peneliti mengubah tampilan sampul dengan kreatif agar
sesuai dengan topik pelajaran pada modul sebelum revisi dengan setelah revisi.
Gambar 4.10 Tampilan Sampul Modul Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Gambar 4.11 Tampilan Sampul Modul Sesudah Direvisi
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada subbab ini peneliti membahas hasil penelitian. Pembahasan hasil
penelitian ini terdiri dari (1) deskripsi modul, (2) deskripsi hasil validasi, dan (3)
deskripsi analisis kelayakan modul pembelajaran konfiks bahasa Indoensia. Berikut
ini disajikan pembahasan hasil penelitian secara lebih rinci.
4.2.1 Deskripsi Modul
Stelah peneliti tinjau secara mendalam mengenai pendapat para ahli tentang
modul, peneliti penyimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar mandiri yang
disusun secara digital tujuannya agar mahasiswa dapat belajar dengan bimbingan
dosen maupun belajar secara mandiri dengan efisien. Modul merupakan media
pembelajaran yang dirancang untuk dapat dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya (Direktorat Tenaga Kependidikan,
2008:3). Modul berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia memuat
materi dan diperkuat dengan unsur penguat pembelajaran seperti latihan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
rangkuman, uji formatif, dan refleksi. Modul ini juga dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan modul agar mempermudah mahasiswa dan dosen dalam pengoperasian
modul ini. Modul yang dikembangkan dibuat menggunakan aplikasi Flip PDF
Professional, yaitu aplikasi flipbook yang menampilkan konsep tampilan buku
dengan lembar yang dapat dibolakbalikan dalam aplikasi. Menggunakan aplikasi
Flip PDF Profesional memiliki banyak kelebihan, salah satunya membuat tampilan
modul menjadi lebih menarik, tidak ketinggalan teknologi, dan mudah untuk
digunakan.
Penilaian atau evaluasi penting dilakukan terhadap modul yang
dikembangkan oleh peneliti. Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:28)
menyampaikan bahwa penilaian kualitas modul yang dikembangkan mencakup
beberapa aspek, yaitu (1) komponen kelayakan isi/materi, (2) komponen kelayakan
penyajian, (3) komponen kelayakan kebahasaan, dan (4) komponen kelayakan
kegrafikan. Peneliti menambahkan satu komponen lagi, yaitu (5) kelayakan media
pembelajaran karena produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran
dalam bentuk digital.
Modul pembelajaran berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa
Indonesia disusun berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai
mahasiswa dalam pembelajaran konfiks bahasa Indonesia. Berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai tersebut peneliti dapat merumuskan materi ke
dalam dua bab, yaitu (1) Konsep Morfologi, dan (2) Konsep Konfiks. Berikut ini
akan dijabarkan deskripsi modul berdasarkan beberapa aspek kelayakan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4.2.1.1 Deskripsi Modul pada Aspek Isi/Materi
Dalam mengembangkan modul, peneliti diharuskan untuk memperhatikan
aspek isi/materi. Penyusunan isi/materi dalam modul berpatokan pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai melalui modul yang disusun. Dalam
mengembangkan isi/materi ke dalam modul, peneliti berpedoman pada Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran afiks sesuai dengan kompetensi
yang tercantum pada silabus mata kuliah morfologi bahasa Indonesia untuk
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Silabus dapat dilihat pada lampiran halaman 235. Adapun Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi dasar pengembangan materi
modul sebagai berikut.
Tabel 4.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti (KI)
Memahami konsep Morfologi dan Konsep Konfiks
Kompetensi Dasar (KD)
Mampu memahami hakikat morfologi.
Mampu memahami proses morfologi.
Mampu memahami macam-macam imbuhan konfiks
Mampu memahami proses pembubuhan konfiks.
Tujuan pembelajaran pada modul tersebut adalah mahasiswa mampu
memahami proses pembentukan konfiks. Berdasarkan tujuan tersebut penulis
menyajikan materi berupa konsep morfologi bahasa Indonesia dan konsep konfiks
bahasa Indonesia. Modul ini terbagi menjadi dua bab, yaitu (1) konsep morfologi
bahasa Indonesia, dan (2) konsep konfiks bahasa Indonesia.
Bab I berjudul Konsep Morfologi yang terbagi atas dua subbab, yaitu (1)
hakikat morfologi bahasa Indonesia dan (2) proses morfologi bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Masing-masing subbab memuat materi, rangkuman, aktivitas dan tugas, tes
informatif, dan refleksi. Bab pertama lebih menekankan pada pemahaman awal
mahasiswa mengenai konsep morfologi bahasa Indonesia pada bagian hakikat
morfologi bahasa Indonesia dan pada bagian proses morfologi bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah tampilan materi, rangkuman, beberapa aktivitas dan tugas, tes
informatif, dan refleksi.
Gambar 4.12 Materi Kegiatan Bab 1
Pada bagian materi, peneliti menyisipkan materi berupa cuplikan video
yang dapat diputar dan ditonton oleh mahasiswa dan dosen. Video yang peneliti
sisipkan berisi tentang penjelasan materi secara singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Gambar 4.13 Aktivitas dan Tugas Kegiatan Bab 1
Pada bagian aktivitas dan tugas, peneliti menyisipkan soal penjelasn berupa
cuplikan video yang dapat diputar dan ditonton oleh mahasiswa dan dosen. Video
yang peneliti sisipkan berisi tentang penjelasan materi untuk menjawab soal yang
tersedia pada modul. Peneliti juga menyisipkan link dokumen yang dapat dibuka
sehingga menampilkan tampilan pada aplikasi word. Link berisikan penjelasan
pengerjaan tugas dan materi penugasan.
Gambar 4.14 Rangkuman Kegiatan Bab 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Gambar 4.15 Tes Informatif Kegiatan Bab 1
Gambar 4.16 Refleksi Kegiatan Bab 1
Bab II berjudul konfiks bahasa Indonesia terdiri dari dua subbab, yaitu (1)
hakikat konfiks bahasa Indonesia dan (2) proses konfiks bahasa Indonesia. Masing-
masing subbab berisi materi, soal, cuplikan video dan rekaman, dan dilengkapi
dengan contoh. Bab II dalam modul juga dilengkapi dengan materi, rangkuman, uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
formatif dan refleksi. Materi pada bab 2 lebih menekankan pada hakikat konfiks
dan proses pengimbuhan pada sebuah kata. Berikut ini adalah tampilan materi,
rangkuman, beberapa aktivitas dan tugas, tes informatif, dan refleksi.
Gambar 4.17 Materi Kegiatan Bab 2
Pada bagian materi, peneliti menyisipkan materi berupa cuplikan video
yang dapat diputar dan ditonton oleh mahasiswa dan dosen. Video yang peneliti
sisipkan berisi tentang penjelasan materi secara singkat.
Gambar 4.18 Aktivitas dan Tugas Kegiatan Bab 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Pada bagian aktivitas dan tugas, peneliti menyisipkan soal penjelasan berupa
cuplikan video yang dapat diputar dan ditonton oleh mahasiswa dan dosen. Video
yang peneliti sisipkan berisi tentang penjelasan materi untuk menjawab soal yang
tersedia pada modul. Peneliti juga menyisipkan link dokumen yang dapat dibuka
sehingga menampilkan tampilan pada aplikasi word. Link berisikan penjelasan
pengerjaan tugas dan materi penugasan.
Gambar 4.19 Rangkuman Kegiatan Bab 2
Gambar 4.20 Tes Informatif Kegiatan Bab 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Gambar 4.21 Refleksi Kegiatan Bab 2
4.2.1.2 Deskripsi Modul pada Aspek Penyajian
Aspek penyajian modul merupakan bagian penting dalam menarik minat
mahasiswa untuk belajar menggunakan modul ini. Oleh karena itu penyajian modul
haruslah lengkap mulai dari pendahuluan modul, berisi pembangkit motivasi,
adanya sumber acuan, kunci jawaban dan penutup modul. Penyajian pendahuluan
modul memiliki peran penting sebagai gambaran materi yang akan dipelajari oleh
mahasiswa pada modul ini. Pada bagian pendahuluan modul ini terdapat kata
pengantar, rasionalisasi modul, petunjuk penggunaan modul, kompetensi inti dan
kompetensi dasar serta daftar isi. Berikut ini disajikan tampilan petunjuk
penggunaan modul pembelajaran konfik bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Gambar 4.22 Kata Pengantar Modul
Dalam penyusunan modul hendaknya ditampilkan kata pengantar sebagai acuan
untuk menyampaikan pesan penulis kepada pembaca modul. Hal ini bertujuan agar
pembaca dapat menerima maksud yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.
Gambar 4.23 Rasionalisaasi Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Gambar 4.24 Petunjuk Penggunaan Modul
Pada tiap bab disajikan capaian pembelajaran serta peta konsep. Pada bab 1
dan bab 2 terdapat dua capaian pembelajaran. Berikut ini contoh penyajian
indikator dan capaian pembelajaran pada tiap bab.
Gambar 4.25 Capaian Pembelajaran Bab 1 pada Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Gambar 4.26 Capaian Pembelajaran Bab 2 pada Modul
Penyajian kata-kata pembangkit motivasi berfungsi sebagai penyemangat
mahasiswa untuk belajar. Modul ini menyajikan kalimat berisi motivasi di awal tiap
bab. Pada bab 1 peneliti mengutip kata-kata dari Nelson Mandela dan Alexander
Graham Bell sedangkan untuk bab II penulis mengutip kata-kata mutiara dari Oprah
Winfrey dan Peter Marshall. Penggunaan kata-kata pembangkit motivasi di awal
tiap bab bertujuan untuk memberikan semangat kepada mahasiswa agar lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Gambar 4.27 Kata Motivasi Bab 1 pada Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Gambar 4.28 Kata Motivasi Bab 2 pada Modul
Penyajian penutup modul merupakan aspek yang melengkapai penyajian
modul. Pada bagian penutup modul terdapat kunci jawaban, daftar pustaka dan
glosarium. Kunci jawaban yang tersedia adalah kunci jawaban tugas pada tiap
aktivitas dan uji formatif. Berikut tampilan bagian penutup pada penyajian modul.
Gambar 4.29 Kunci Jawaban Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Gambar 4.30 Daftar Pustaka Modul
Gambar 4.31 Glosarium Modul
4.2.1.3 Aspek Bahasa
Aspek bahasa pada modul ini sangat diperhatikan karena dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman mahasiswa saat mempelajari modul ini.
Penggunaan bahasa pada modul ini disesuaikan dengan tingkat kematangan
mahasiswa dan disesuaikan dengan tingkat intelektual mahasiswa pada jenjang
tersebut. Penggunaan kalimat pada pemaparan materi disesuaikan dengan ketentuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Adapun aspek kelayakan
bahasa harus terdapat dalam modul yang mencakup hal-hal diantaranya: (1)
kesesuaian bahasa dengan tingkat kemampuan mahasiswa, (2) ketepatan diksi, dan
(3) kekohesian antarkomponen.
Dalam pembuatan modul, peneliti menyajikan informasi yang menarik,
jelas, tepat sasaran, dan tidak multitafsir. Dalam penyajian informasi bentuk kata
dan kalimat juga peneliti perhatikan kesesuaiannya dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI). Penggunaan ejaan yang sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terbukti melalui tampilan judul, subjudul,
kalimat perintah, kutipan, dan lain sebagainya. Pemilihan kata yang tepat dan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dalam modul bertujuan
agar mahasiswa dapat dengan mudah menangkap pesan yang disampaikan sehingga
mahasiswa terdorong untuk mempelajari modul hingga mencapai tujuan belajarnya.
Ketepatan diksi dna kesesuaian dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) dapat terlihat pada contoh cuplikan gambar berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Gambar 4.32 Contoh cuplikan Materi dengan ketepatan Diksi dan
Kesesuaian dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Selain memperhatikan ketepatan diksi dan kesesuaian Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dalam gambar di atas juga terlihat peneliti
menyajikan informasi dalam bentuk uraian-uraian yang kohesif antarbagiannya.
Peneliti kerap menggunakan konjungsi, pengulangan, penyulihan, maupun
pelepasan guna mencerminkan hubungan yang logis pada setiap penggalan-
penggalan informasi. Terlihat pada gambar 4.32.
4.2.1.4 Deskripsi Modul pada Aspek Kegrafikan
Kegrafikan merupakan salah satu aspek yang diperhitungkan dalam
penyusunan modul. Aspek kelayakan kegrafikan meliputi: (1) kesesuaian fisik
modul, (2) kesesuaian tata letak pengetikan, dan (3) pemanfaatan penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
gambar, tabel, dan ilustrasi. Aspek kegrafikan modul ini disesuaikan dengan ukuran
standar pembuatan modul dengan standar ISO, yaitu A4 (210x297 mm). Warna
sampul depan dan sampul belakang serta isi konsisten dan harmonis. Penampilan
modul secara keseluruhan sesuai dengan modul pada umumnya hanya saja dimuat
dalam format digital menggunakan aplikasi Flip PDF Professional. Judul bab,
subbab, dan penomoran halaman sudah lengkap dan proporsional sehingga
mempermudah proses pengidentifikasian. Margin dan line spacing sudah
disesuaikan dengan ukuran modul pada umumnya sehingga mudah untuk dibaca
oleh pembaca.
Kesesuaian pada tata pengetikan modul dapat terlihat dari penggunaan
huruf, ukuran huruf, dan warna judul modul yang menarik, proporsional dan juga
mudah dibaca. Selain itu, modul tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi jenis
huruf sehingga mudah untuk dibaca. Pada bagian sampul, peneliti menggunakan
jenis huruf Segoe UI Blac, Goudy Old Style, dan Calibri (Body). Berikut salah satu
penampilan sampul modul dari aspek kegrafikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Gambar 4.33 Aspek Kegrafikan Cover Modul
Dalam modul, terdapat banyak ilustrasi yang berfungsi untuk memberikan
gambaran tentang materi. Ilustrasi pada modul di antaranya berupa rekaman, desain, tabel,
bagan, dan sejenisnya. Ilustrasi-ilustrasi pada modul yang disusun dipilih sesuai dengan
usia mahasiswa dan disesuaikan berdasarkan isi materi. Ilustrasi-ilustrasi yang menjelaskan
materi diharapkan mampu mempermudah pemahaman mahasiswa serta dapat
meningkatkan daya tarik mahasiswa untuk mempelajari materi yang disajikan pada modul.
Berikut ini adalah contoh penggunaan ilistrasi yang disajikan dalam modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Gambar 4.34 Ilustrasi Bagan dan Desain Modul
Gambar 4.35 Ilustrasi Rekaman dan Desain Modul
Pada kedua gambar di atas dapat dilihat bahwa penempatan judul, subjudul,
ilustrasi, keterangan gambar, dan hiasan disajikan dengan lengkap dan proposional serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
tidak menimbulkan ketidakpahaman mahasiswa terkait materi. Melalui gambar di atas juga
terlihat adanya kesederhanaan, daya keterbacaan, dan daya kemudahan pemahaman pada
bagian isi modul yang telah peneliti kembangkan.
4.2.1.5 Deskripsi Aspek Media Pembelajaran
Smaldino, dkk. (dalam Suryani 2018) mendefinisikan media sebagai segala
sesuatu yang dapat menyampaikan informasi dari sumber kepada penerima
informasi. Media dapat dipahami sebagai perantara informasi yang berasal dari
sumber informasi untuk diterima oleh penerima informasi mahasiswa. Media yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah modul pembelajaran konfiks bahasa
Indonesia. Modul dikembangkan secara digital melalui aplikasi Flip PDF
Professional yang menampilkan modul melalui media interaktif yang bersifat
sederhana, kreatif, dan inovatif yang dapat digunakan secara mandiri maupun
berkelompok oleh mahasiswa. Modul yang dikembangkan dilengkapi dengan
tombol navigasi untuk mengoperasikan yang dibuat sederhana sehingga mahasiswa
mudah dalam menggoperasikan modul tersebut. Berikut disajikan contoh tombol
sederhana pengoperasian modul berdasarkan aspek kelayakan media tersebut.
Gambar 4.36 Tombol Navigasi pada Modul
4.2.2 Deskripsi Hasil Validasi
Bagian deskripsi data hasil validasi ini akan menjabarkan secara rinci hasil
validasi dari tiga validator. Validator yang dimaksud adalah tiga dosen ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Deskripsi ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci mengenai hal yang akan
dibahas oleh peneliti. Berikut penjelasannya secara lebih rinci.
4.2.2.1 Deskripsi Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Pertama
Validasi oleh dosen ahli pertama dilakukan satu kali. Aspek yang dinilai
adalah aspek kelayakan isi/materi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan
bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek kelayakan media pembelajaran. Validasi
modul dosen ahli pertama dilakukan oleh Bapak Dr. R. Kunjana, M.Hum. Berikut
disajikan diagram hasil validasi modul oleh dosen ahli pertama.
Diagram 4.4 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Pertama
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari hasil validasi dosen ahli pertama
perolehan skor rata-rata terendah terdapat pada penilaian aspek penyajian dan
perolehan skor rata-rata tertinggi pada penilaian aspek kegrafikan. Selain disajikan
diagram seperti di atas, peneliti juga menyajikan data rekapitulasi hasil validasi oleh
dosen ahli pertama dalam tabel berikut.
4.224
4.33 4.45 4.33
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Isi/Materi Penyajian Kebahasaan Kegrafikan Media
Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Pertama
Skor Rata-rata Aspek Hasil Validasi Dosen Ahli Pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli Pertama
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4,22 Sangat Baik
2 Kelayakan penyajian 4 Baik
3 Kelayakan bahasa 4,33 Sangat Baik
4 kelayakan kegrafikan 4,45 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 4,33 Sangat Baik
Jumlah 21,33
Rata-rata 4,26 Sangat Baik
Persentase 85,3% Sangat Baik
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi dosen ahli pertama di atas,
Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia mendapat rata-rata skor 4,26
dengan kategori “Sangat Baik”. Aspek penilaian yang mendapat skor tertinggi yaitu
aspek kelayakan kegrafikan dengan skor 4,45, sedangkan aspek peniaian yang
mendapat skor terendah yaitu aspek kelayakan penyajian dengan skor 4. Maka,
berdasarkan hasil validasi dosen ahli pertama pada seluruh aspek, modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak digunakan sebagai
bahan ajar yang kreatif dan inovatif, serta dapat menyeimbangkan pendidikan
berbasis digital untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4.2.2.2 Deskripsi Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Kedua
Validasi oleh dosen ahli kedua dilakukan satu kali. Aspek yang dinilai
adalah aspek kelayakan isi/materi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan
bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek kelayakan media pembelajaran. Validasi
modul dosen ahli kedua dilakukan oleh Bapak Prof. Dr. Pranowo Berikut disajikan
diagram hasil validasi modul oleh dosen ahli kedua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Diagram 4.5 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Kedua
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari hasil validasi dosen ahli pertama
perolehan skor rata-rata terendah terdapat pada penilaian aspek penyajian dan
perolehan skor rata-rata sama. Selain disajikan diagram seperti di atas, peneliti juga
menyajikan data rekapitulasi hasil validasi oleh dosen ahli kedua dalam tabel
berikut.
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli Kedua
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4 Baik
2 Kelayakan penyajian 4 Baik
3 Kelayakan bahasa 4 Baik
4 kelayakan kegrafikan 4 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 4 Baik
Jumlah 20
Rata-rata 4 Baik
Persentase 80% Baik
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi dosen ahli kedua di atas, Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia mendapat rata-rata skor 4 dengan kategori
“Baik”. Tidak ada aspek penilaian yang mendapat skor tertinggi maupun aspek
4 4 4 4 4
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Isi/Materi Penyajian Kebahasaan Kegrafikan Media
Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli Kedua
Skor Rata-rata Aspek Hasil Validasi Dosen Ahli Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
peniaian yang mendapat skor terendah kedua-duanya sama mendapatkan skor 4.
Maka, berdasarkan hasil validasi dosen ahli kedua pada seluruh aspek, modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak digunakan sebagai
bahan ajar yang kreatif dan inovatif, serta dapat menyeimbangkan pendidikan
berbasis digital untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4.2.2.3 Deskripsi Hasil Validasi Modul oleh Dosen Ahli Ketiga
Validasi oleh dosen ahli ketiga dilakukan satu kali. Aspek yang dinilai
adalah aspek kelayakan isi/materi, aspek kelayakan penyajian, aspek kelayakan
bahasa, aspek kegrafikan, dan aspek kelayakan media pembelajaran. Validasi
modul dosen ahli ketiga dilakukan oleh Bapak Danang Satria Nugraha, S.S., M.A.
Berikut disajikan diagram hasil validasi modul oleh dosen ahli ketiga.
Diagram 4.6 Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Ketiga
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari hasil validasi dosen ahli ketiga
perolehan skor rata-rata terendah terdapat pada penilaian aspek penyajian dan
perolehan skor rata-rata tertinggi pada penilaian aspek kegrafikan. Selain disajikan
3.55 3.55
4
3.53.85
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Isi/Materi Penyajian Kebahasaan Kegrafikan Media
Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen Ahli Ketiga
Skor Rata-rata Aspek Hasil Validasi Dosen Ahli Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
diagram seperti di atas, peneliti juga menyajikan data rekapitulasi hasil validasi oleh
dosen ahli ketiga dalam tabel berikut.
Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Validasi Dosen Ahli Ketiga
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3,55 Baik
2 Kelayakan penyajian 3,55 Baik
3 Kelayakan bahasa 4 Baik
4 kelayakan kegrafikan 3,5 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 3,85 Baik
Jumlah 18,45
Rata-rata 3,69 Baik
Persentase 73,8% Baik
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil validasi dosen ahli ketiga di atas, Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia mendapat rata-rata skor 3,69 dengan
kategori “Baik”. Aspek penilaian yang mendapat skor tertinggi yaitu aspek
kelayakan bahasa dengan skor 4, sedangkan aspek peniaian yang mendapat skor
terendah yaitu aspek kelayakan kegrafikan dengan skor 3,5. Maka, berdasarkan
hasil validasi dosen ahli ketiga pada seluruh aspek, modul Pembelajaran Konfiks
Bahasa Indonesia dinyatakan layak digunakan sebagai bahan ajar yang kreatif dan
inovatif, serta dapat menyeimbangkan pendidikan berbasis digital untuk mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4.2.3 Analisis Kelayakan Modul Pembelajaran
Setelah selesai divalidasi oleh ketiga dosen ahli, selanjutnya modul
pembelajaran yang berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
dianalisis untuk diketahui tingkat kelayakannya. Aspek yang dianalisis dari modul
pembelajaran ini meliputi aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek kebahasaan,
aspek kegrafikan dan aspek media. Masing-masing aspek dari modul tersebut
dianalisis untuk mengetahui tingkat kelayakan modul yang telah dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Berdasarkan hasil dari deskripsi data hasil validasi ketiga dosen ahli di atas, dapat
diketahui perbandingan skor rata-rata pada setiap aspek penilaian. Berikut disajikan
diagram perbandingan antara hasil validasi dosen ahli pertama, kedua, dan ketiga.
Diagram 4.7 Grafik Perbandingan Rata-Rata Hasil Validasi Dosen Ahli Pertama,
Dosen Ahli Kedua, dan Dosen Ahli Ketiga
Berdasarkan hasil tampilan diagram di atas, dapat terlihat bahwa validasi
modul dari ketiga validator mendapatkan hasil yang beragam. Hasil skor rata-rata
terendah adalah aspek kelayakan penyajian pada hasil validasi, sedangkan hasil
tertinggi adalah aspek kelayakan bahasa juga diperoleh dari hasil. Hasil validasi
oleh ketiga dosen ahli mendapatkan kesimpulan bahwa skor tertinggi oleh dosen
ahli pertama dengan kategori “Sangat Baik” pada tiga aspek yaitu aspek kelayakan
isi/materi, kelayakan bahasa, kelayakan kegrafikan, dan kelayakan media,
sedangkan kategori “Baik” diperoleh pada aspek kelayakan penyajian. Hasil rata-
rata validasi modul oleh dosen ahli kedua mendapatkan kategori “Baik” pada
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
ISI/MATERI PENYAJIAN KEBAHASAAN KEGRAFIKAN MEDIA
4.224
4.33 4.45 4.334 4 4 4 4
3.55 3.55
4
3.53.85
Perbandingan Rata-Rata Hasil Validasi Modul Digital oleh Dosen
Ahli Pertama, Dosen Ahli Kedua, dan Dosen Ahli Ketiga
Dosen Ahli Pertama Dosen Ahli Kedua Dosen Ahli Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
keseluruhan aspek penilaian. Hasil rata-rata validasi modul oleh dosen ahli ketiga
mendapatkan kategori “Baik” pada keseluruhan aspek penilaian. Berikut ini
diuraikan hasil analisis kelayakan modul dari kelima aspek berdasarkan validasi
dosen ahli pertama, dosen ahli kedua, dan dosen ahli ketiga.
Tabel 4.13 Analisis Kelayakan Modul Berdasarkan Validasi
Dosen Ahli Pertama, Dosen Ahli Kedua, dan Dosen Ahli Ketiga
No. Aspek Penilaian Dosen Ahli
Pertama
Dosen Ahli
Kedua
Dosen Ahli
Ketiga
Skor Rata-Rata
1 Kelayakan isi/materi 4,22 4 3,55 3,92
2 Kelayakan penyajian 4 4 3,55 3,85
3 Kelayakan bahasa 4,33 4 4 4,11
4 Kelayakan kegrafikan 4,45 4 3,5 3,98
5 Kelayakan media 4,33 4 3,83 4,05
Jumlah 21,33 20 18,45 19,92
Rata-rata 4,26 4 3,69 3,98
Kategori Sangat
Baik
Baik Baik Baik
Berdasarkan tabel hasil analisis kelayakan modul oleh dosen ahli pertama,
dosen ahli kedua, dan dosen ahli ketiga di atas dapat disimpulkan melalui
pembahasan di bawah ini. Berikut pembahasan hasil analisis kelayakan modul dari
kelima aspek tersebut.
1. Aspek Kelayakan Isi/Materi
Dalam modul pembelajaran konfiks bahasa indonesia, skor rata-rata aspek
isi/materi yang diperoleh dari dosen ahli pertama sebesar 4,22 dengan kategori
“Sangat Baik”, sedangkan skor rata-rata aspek isi/materi yang diperoleh dosen ahli
kedua sebesar 4 dengan kategori “Baik” dan dosen ahli ketiga sebesar 3,55 dengan
kategori “Baik”. Dari ketiga rata-rata tersebut, diperoleh skor rata-rata sebesar 3,92
dengan persentase sebesar 78,4%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Dengan demikian modul yang berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa
Indonesia pada aspek kelayakan isi/materi dinyatakan layak.
2. Aspek Kelayakan Penyajian
Dalam modul pembelajaran konfiks bahasa indonesia, skor rata-rata aspek
kelayakan penyajian yang diperoleh dari dosen ahli pertama sebesar 4 dengan
kategori “Baik”, dosen ahli kedua sebesar 4 dengan kategori “Baik”, dan skor rata-
rata dosen ahli ketiga sebesar 3,55 dengan kategori “Baik”. Dari ketiga rata-rata
tersebut, diperoleh skor rata-rata sebesar 3,85 dengan persentase sebesar 77%.
Dengan demikian modul yang berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa
Indonesia pada aspek kelayakan penyajian dinyatakan layak.
3. Aspek Kelayakan Bahasa
Dalam modul pembelajaran konfiks bahasa indonesia, skor rata-rata aspek
kelayakan bahasa yang diperoleh dari dosen ahli pertama sebesar 4,33 dengan
kategori “Sangat Baik”, sedangkan skor rata-rata aspek kelayakan bahasa yang
diperoleh dosen ahli kedua sebesar 4 dengan kategori “Baik” dan dosen ahli ketiga
sebesar 4 dengan kategori “Baik”. Dari ketiga rata-rata tersebut, diperoleh skor rata-
rata sebesar 4,11 dengan persentase sebesar 82,2%. Dengan demikian modul yang
berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia pada aspek kelayakan
bahasa dinyatakan layak.
4. Aspek Kelayakan Kegrafikan
Dalam modul pembelajaran konfiks bahasa indonesia, skor rata-rata aspek
kelayakan kegrafikan yang diperoleh dari dosen ahli pertama sebesar 4,45 dengan
kategori “Sangat Baik”, sedangkan skor rata-rata aspek kelayakan kegrafikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
diperoleh dosen ahli kedua sebesar 4 dengan kategori “Baik” dan dosen ahli ketiga
sebesar 3,5 dengan kategori “Baik”. Dari ketiga rata-rata tersebut, diperoleh skor
rata-rata sebesar 3,98 dengan persentase sebesar 79,6%. Dengan demikian modul
yang berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia pada aspek
kelayakan kegrafikan dinyatakan layak.
5. Aspek Kelayakan Media
Dalam modul pembelajaran konfiks bahasa indonesia, skor rata-rata aspek
kelayakan media yang diperoleh dari dosen ahli pertama sebesar 4,33 dengan
kategori “Sangat Baik”, sedangkan skor rata-rata aspek isi/materi yang diperoleh
dosen ahli kedua sebesar 4 dengan kategori “Baik” dan dosen ahli ketiga sebesar
3,83 dengan kategori “Baik”. Dari ketiga rata-rata tersebut, diperoleh skor rata-rata
sebesar 4,05 dengan persentase sebesar 81%. Dengan demikian modul yang
berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia pada aspek kelayakan
media dinyatakan layak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti iuraikan di atas, dapat
diketahui bahwa penelitian Research & Development (R&D) ini telah
menghasilkan sebuah produk berupa modul pembelajaran konfiks berjudul Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia. Pengembangan modul ini bertujuan
untuk meningkatkan motivasi mahasiswa agar mampu memahami materi konfiks
dan mengasah keterampilan mahasiswa mengimbuhkan sebuah kata. Pembuatan
modul ini dilatarbelakangi oleh temuan yang diperoleh peneliti dari Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2018 Kelas A Universitas
Sanata Dharma. Pada dasarnya kemampuan pemahaan mahasiswa terhadap materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
konfiks sangat perlu dikuasai. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner mahasiswa
yang sudah dianalisis oleh peneliti. Sebanyak 88% dari responden menyatakan
bahwa konfiks bahasa Indonesia perlu dikuasai oleh siswa. Sebanyak 88% dari
seluruh responden menyatakan bahwa strategi yang tepat dalam pembelajaran
konfiks bahasa Indonesia penting untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Selain itu mahasiswa juga menyadari pentingnya strategi yang tepat dalam
pembelajaran konfiks bahasa Indonesia penting untuk mencapai kompetensi belajar
mahasiswa.. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner mahasiswa. Sebanyak 85%
mahasiswa sangat setuju dengan pernyataan nilai-nilai merupakan komponen
penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran konfiks.
Namun pada komentar mahasiswa dalam kuesioner yang peneliti bagikan,
masih banyak mahasiswa yang kurang paham mengenai materi konfiks. Hal ini
didukung dari hasil analisis pada kolom komentar kuesioner yang dilakukan oleh
peneliti. Hasilnya adalah sebagai berikut; (1) banyak responden yang menyatakan
masih kurang memiliki modul referensi, (2) responden kesulitan ketika
membedakan konfiks dengan afiks lain, (3) kesulitan dalam memahami kategori
konfiks, dan (4) responden kesuliatan dalam memahami proses pembubuhan
konfiks.
Pengembangan modul ajar ini dilakukan berdasarkan empat tahapan, yaitu
penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, validasi modul, dan
revisi berdasarkan hasil validasi. Pengembangan bahan ajar modul ini
dikembangkan dengan menentukan judul, tujuan, pemilihan bahan, penyusunan
kerangka dan pengumpulan bahan yang relevan dengan materi konfiks. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
untuk menilai kelayakan produk yang dikembangkan, dilakukan uji validasi yang
melibatkan tiga dosen ahli. Kelayakan yang dinilai ketiga dosen ahli meliputi lima
aspek, yaitu aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa, aspek kegrafikan dan
aspek media.
Hasil validasi oleh ketiga dosen ahli menunjukkan perolehan skor rata-rata
3,98 dengan persentase sebesar 79,6%, Jadi, berdasarkan hasil validasi dari ketiga
dosen ahli, modul yang berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastar Indonesia layak untuk digunakan.
4.2.4 Kajian Produk Akhir
Produk akhir penelitian ini adalah berupa modul dengan judul Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia. Modul ini disusun berdasarkan analisis
kebutuhan pengalaman awal mahasiswa dalam pembelajaran materi konfiks.
Produk yang dikembangkan oleh peneliti telah melalui empat tahapan penelitian,
yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, pengembangan produk, uji validasi,
dan produk massal. Revisi produk berdasarkan komentar dan saran perbaikan dari
hasil validasi tiga dosen ahli. Adapun penjelasan kajian produk akhir sebagai
berikut.
1. Aspek Isi/Materi
Secara keseluruhan, aspek Isi/Materi dalam modul pembelajaran konfiks
bahasa Indonesia berkategori “Baik”. Hal ini dibuktikan dengan pemerolehan skor
3,92 pada aspek isi/materi dari hasil akumulasi keseluruhan validasi. Pada aspek
isi/materi terdapat komentar dan masukan dari dosen ahli. Salah satu komentar
tersebut dalam modul tidak ada “daftar pustaka”, yang disajikan “referensi” mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
yang benar. Maka dari itu, peneliti mengubah dan memperbaiki penulisan
“referensi” dan penulisan “daftar pustaka” yang tidak konsisten agar mahasiswa
tidak memiliki kesalahpahaman saat memabaca bagian sumber. Di bawah ini dapat
dilihat kajian produk awal dan akhir pada aspek isi/materi. Penyajian materi pada
bab 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.37 Kajian Produk Awal pada Aspek Isi/Materi
Gambar 4.38 Kajian Produk Awal pada Aspek Isi/Materi
(Sumber Acuan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Gambar 4.39 Kajian Produk Akhir pada Aspek Isi/Materi
(Sumber Acuan)
Pembelajaran pada modul ini dilengkapi dengan latihan yang disertai
ilustarsi dan perintah pengerjaan sehingga mudah untuk diikuti oleh mahasiswa.
Misalnya pada aktivitas 4 bab 2 Menjelaskan Proses Pembuhuhan Melalui Video
Unggahan. Tugas mahasiswa adalah menjelaskan proses pembubuhan konfiks
bedasarkan pendapat kelompok dengan berpedoman pada pakar sesuai teori yang
telah disajikan pada modul dalam bentuk unggahan video. Berikut contoh aktivitas
pada bab II aktivitas 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Gambar 4.40 Kajian Produk Akhir Contoh Aktivitas
pada Bab II
2. Aspek Penyajian
Penyajian merupakan aspek penting dalam pengembangan modul, karena
dapat berpengaruh pada minat mahasiswa untuk mempelajari materi dalam modul
yang dibuat. Penyajian modul yang tepat akan membantu mahasiswa memahami
materi dengan baik. Aspek penyajian modul ini secara keseluruhan mendapatkan
hasil dari dari ketiga dosen ahli yang memperoleh kategori “Baik” dengan skor rata-
rata 3,85. Walaupun demikian modul ini mendapatkan komentar dan saran
perbaikan pada penyajian video yang disisipkan perlu diubah menjadi formal. Maka
dari itu, peneliti melakukan perbaikan pada aspek penyajian. Sebagai contoh dalam
aspek penyajian produk yang dikembangkan ini dapat dilihat dari penyajian materi
dalam modul sebelum dan setelah revisi berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Gambar 4.41 Kajian Produk Awal pada Aspek Penyajian
(Tampilan Video)
Gambar 4.42 Kajian Produk Akhir pada Aspek Penyajian
(Tampilan Video)
3. Aspek Bahasa
Aspek bahasa pada modul memiliki kategori “ Baik” dengan skor rata-rata
4,11. Pada aspek ini ketiga dosen ahli tidak memberikan masukan ataupun saran
sehingga tampilan produk peneliti masih tetap sama dengan produk awal. Berikut
ini kajian awal pada aspek bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Gambar 4.43 Kajian Produk Awal pada Aspek Bahasa
4. Aspek Kegrafikan
Aspek kegrafikan modul pembelajaran konfiks Bahasa Indonesia
berkategori “Baik” dengan skor rata-rata 3,98. Peneliti melakukan perbaikan pada
aspek kegrafikan yaitu mengubah tampilan cover depan dan tampilan cover
belakang. Berikut penyajian produk akhir pada aspek kegrafikan.
Gambar 4.44 Kajian Produk Awal pada Aspek Kegrafikan
(Cover Depan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Gambar 4.45 Kajian Produk Akhir pada Aspek Kegrafikan
(Cover Depan)
5. Aspek Media/Multimedia
Secara keseluruhan aspek media memiliki kategori “Baik” dengan skor rata-
rata 4,05. Pada aspek media modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia tidak
mendapat komentar dan saran perbaikan. Walaupun demikian, peneliti tetap
mengubah tampilan modul agar menjadi semakin menarik. Perbaikan yang
dilakukan pada modul yang dikembangkan adalah melengkapi tombol navigasi
untuk mengoperasikan modul sehingga mahasiswa mudah dalam menggunakan
modul tersebut. Berikut disajikan contoh tombol sederhana pengoperasian modul
berdasarkan aspek media.
Berikut tampilan aspek kelayakan media/multimedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Gambar 4.46 Kajian Produk Akhir pada Aspek Media
(Tombol play video)
Gambar 4.47 Kajian Produk Akhir pada Aspek Media
(Tombol Navigasi)
Contoh di atas merupakan hasil perbaikan pada aspek media yaitu tombol
navigasi untuk mengoperasikan modul pembelajaran. Berdasarkan gambar di atas
dapat terlihat tombol navigasi pada play video dipilih yang paling sederhana yang
dapat diperbesar dan diperkecil sesuai kemauan penggunanya. Tombol navigasi
yang utama pada modul pembelajaran ini adalah tombol zoom in, zoom out,
preview, dan next.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi dua subbab, yaitu simpulan dan saran. Subbab kesimpulan
berisi simpulan dari hasil penelitian dan pengembangan. Subbab saran berisi saran-
saran yang diberikan oleh peneliti kepada beberapa pihak yang bersangkutan.
Subbab saran terbagi tiga yaitu: (1) saran bagi dosen pengampu, (2) saran bagi
mahasiswa, dan (3) saran bagi peneliti lain. Berikut ini uraian dari bab penutup.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan produk
berupa modul berjudul “Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia” untuk
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut. Pertama, dari hasil analisis kebutuhan pengalaman awal mahasiswa dan
dosen secara umum menunjukkan bahwa pembelajaran konfiks untuk perguruan
tinggi membutuhkan bahan ajar dan media pembelajaran interaktif yang inovatif.
Hal tersebut terbukti dari hasil analisis komentar pada kuesioner analisis kebutuhan
awal mahasiswa. Hasilnya adalah sebagai berikut, (1) mahasiswa mengalami
banyak kesulitan dalam pembelajaran konfiks seperti sulit membedakan konfiks
dengan afikssasi lainnya, (2) penyajian materi pembelajaran kurang menarik
sehingga membuat mahasiswa bosan dan malas, (3) dosen atau kelompok presentasi
terlalu cepat saat menerangkan materi konfiks, (4) kurangnya jam belajar
mahasiswa sehingga materi sulit untuk dipahami, (5) tidak adanya sajian video atau
media semacamnya yang dapat meningkatkan semangat mahasiswa, dan (6) tidak
adanya tersedia modul untuk materi konfiks. Bahan ajar dan media yang dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
adalah bahan ajar modul yang menarik dan dapat digunakan oleh mahasiswa secara
mandiri. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan pada keenam poin
yang peneliti jabarkan di atas untuk pembelajaran konfiks bahasa Indonesia,
peneliti mengembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran konfiks bahasa
Indonesia berbasis digital untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
Kedua, hasil penelitian dari keempat tahapan penelitian dan pengembangan
ini antara lain; (1) Berdasarkan hasil analisis kebutuhan awal mahasiswa,
mahasiswa belum mampu memahami proses pengimbuhan konfiks; (2)
Pengembangan produk berupa modul ini disusun dengan menentukan judul, tujuan,
pemilihan bahan, penyusunan kerangka, pengumpulan bahan dan penyusunan
modul yang relevan terhadap materi konfiks bahasa Indonesia, serta mengemas
bahan ajar ke dalam media yang interatif dan inovatif; (3) Uji validasi dilakukan
oleh tiga dosen ahli. Kelayakan yang dinilai oleh validator meliputi lima aspek,
yaitu isi/materi, penyajian, bahasa, kegrafikan, dan media pembelajaran; (4) Hasil
revisi modul meliputi: (a) kegiatan agar lebih komunikatif untuk pembelajaran
konfiks, (b) dalam modul tidak ada “daftar pustaka”, yang disajikan “referensi”
mana yang benar, (c) video yang disisipkan perlu diubah menjadi formal, dan (d)
gambar latar belakang sampul tidak relevan dengan materi perlu diganti; (5) Hasil
revisi yaitu: (a) perbaikan kegiatan agar lebih komunikatif untuk pembelajaran
konfiks, (b) perbaikan pada penulisan judul sumber acuan dalam modul, (c)
perbaikan video yang disisipkan menjadi formal, dan (d) perbaikan gambar latar
belakang pada sampul depan modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Ketiga, modul pembelajaran yang berjudul “Modul pembelajaran Konfiks
bahasa Indonesia” memperoleh hasil akumulasi skor rata-rata dari tiga dosen ahli.
Hasil akumulasi yakni: (1) pada aspek isi/materi memperoleh skor rata-rata sebesar
3,92 dengan kategori “Baik”, (2) pada aspek penyajian memperoleh skor rata-rata
sebesar 3,85 dengan kategori “Baik”, (3) pada aspek bahasa skor rata-ratanya
sebesar 4,11 dengan kategori “Baik”, (4) pada aspek kegrafikan memperoleh skor
rata-rata sebesar 3,98 dengan kategori “Baik”, dan (5) pada aspek media
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,05 dengan kategori “Baik”. Hasil validasi oleh
dosen ahli pertama menunjukkan perolehan skor rata-rata 4,26 dan persentase
sebesar 85,3% dengan kategori “Sangat Baik”, sedangkan hasil validasi oleh dosen
ahli kedua menunjukkan perolehan skor rata-rata 4 dan persentase sebesar 80%
dengan kategori “Baik” dan hasil validasi oleh dosen ahli ketiga menunjukkan
perolehan skor rata-rata 3,69 dan persentase sebesar 73,8% dengan kategori
“Baik”. Berdasarkan hasil validasi dan penilaian dari ketiga dosen ahli tersebut,
dengan demikian bahan ajar yang peneliti susun dan kembangkan secara kreatif,
interaktif, dan inovatif berupa modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia
berjudul Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia dinyatakan layak untuk
digunakan.
Secara keseluruhan, Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran konfiks bahasa Indonesia untuk
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal tersebut didukung oleh
hasil validasi dari ketiga dosen ahli yang memperoleh skor rata-rata secara
keseluruhan sebesar 3,69 dari skor maksimal 5 dengan persentase sebesar sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
73,8% dan memiliki kategori “Baik”. Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa
Indonesia juga terbukti efektif dan efisien jika digunakan dalam mata kuliah
morfologi pada materi konfiks.
5.2 Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi
kepentingan pihak-pihak bersangkutan. Saran ini ditujukan untuk (1) dosen (2)
mahasiswa, dan (3) peneliti lain. Ketiga saran tersebut dipaparkan sebagai berikut.
5.2.1 Bagi Para Dosen
Dosen diharapkan dapat lebih memperhatikan inovasi dalam pembelajaran
konfiks bahasa Indonesia sehingga mahasiswa memahami dan tertarik untuk belajar
materi konfiks bahasa Indonesia. Dosen juga diharapkan mampu terampil dalam
mengembangkan berbagai jenis bahan ajar yang kreatif, interaktif, dan inovatif.
Maka dari itu, bahan ajar yang menarik akan lebih mampu memotivasi mahasiswa
untuk belajar. Mahasiswa yang termotivasi pasti akan memiliki semangat yang
lebih untuk mempelajari materi sehingga mampu mencapai kompetensi dan
keterampilan yang dituju. Selain itu, dosen diharapkan dapat mengetahui kesulitan
yang dihadapi mahasiswa saat belajar dan mencari solusinya, dan diharapkan
mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran sebagai salah satu tujuan agar
tidak ketinggalan ilmu teknologi.
Dalam memilih metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pembelajaran di dalam kelas menggunakan bahan ajar berbasis teknologi contohnya
modul akan mempermudah pemahaman mahasiswa. Dengan adanya modul
pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti, dosen diharapkan memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
referensi bahaan ajar yang lebih mutakir dan bermuatan nilai-nilai kehidupan
sehari-hari. Selain itu, dosen diharapkan dapat memaksimalkan kelebihan-
kelebihan dari modul tersebut serta meminimalisasi kekurangan-kekurangan yang
ada dalam modul, walaupun masih terdapat kelemahan dari modul tersebut..
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Modul yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan tidak disalahgunakan
oleh mahasiswa melainkan dapat digunakan dengan baik oleh mahasiswa dalam
pembelajaran. Agar modul ini dapat membantu mahasiswa mencapai tujuan
pembelajaran dengan efektif, maka diperlukan usaha yang optimal dalam
menggunakannya, misalnya mahasiswa mampu membaca keseluruhan isi modul,
mengikuti setiap kegiatan yang tersedia dalam modul, serta mengerjakan aktivitas
dan tugas-tugas yang tersedia agar memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu,
mahasiswa juga diharapkan dapat mengeksplor kelebihan-kelebihan yang ada di
dalam modul serta meminimalisasi kekurangan-kekurangan modul tersebut,
walaupun masih terdapat kelemahan pada modul tersebut, serta mahasiswa
diharapkan juga diharapkan dapat percaya diri dalam mengungkapkan imajinasi,
ide, dan gagasannya dan mampu mengintegrasikan modul tersebut dengan gaya
belajar pada masing-masing gaya belajar yang disukai oleh mahasiswa.
5.2.3 Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan mampu memahami bahwa penelitian ini hanya
terbatas pada pengembangan modul pembelajaran konfiks bahasa Indonesia
menggunakan pendekatan komunikatif. Oleh sebab itu, peneliti berharap akan ada
penelitian lain yang membahas pembelajaran konfiks dengan metode dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
pendekatan yang lain. Selain itu, peneliti lain diharapkan dapat mengambil
kelebihan-kelebihan yang ada di dalam modul yang peneliti kembangkan dan
mengesampingkan kekurangan-kekurangannya, baik dalam pengembangan
maupun implementasinya agar tercipta bahan ajar diigital lain yang terelaborasi
dengan sempurna dan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Anin, Maria Emerensiana. 2019. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis
Cerita Fantasi Dengan Memadukan Nilai-nilai Kearifan Lokal Cerita Rakyat Nusantara Untuk Siswa SMP Kelas VII. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma.
Alisjahbana, St. Takdir. 1978. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia I. Jakarta: Dian Rakyat.
Aliana, Zainul Arifin wt all. 1982. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Rawas.
Palembang: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Sumatera Selatan.
Alwi, Hasan dkk. 2001. Kalimat. Jakarta: Depdiknas.
Akamajian, dkk. 1984. Linguistics: An Introduction to Language and Communication. Cambridge: Massachusetts The MIT Press.
Arifin, Sy dkk. 2009. Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi. Jakarta: Grasindo.
Bauer, Lure. 1983. English Word-Formation. London: Cambridge University
Press.
Cristal, David. 1980. A Frist Dictionary of Linguistics and Phonetics. London: Andre Deutsch.
Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Renika Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Renika Cipta.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Penulisan Modul. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Devi, Arnelia Seneca. 2019. Pengembangan Modul Modul Menulis Cerpen Dengan Memanfaatkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Legenda Asal Mula Huruf Jawa
Untuk Siswa Kelas IX. Skripsi, Universitas Sanata Dharma.
Djuanda, Dadan. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Ermanto. 2010. Morfologi Derivasi dan Infleksi: Perspektif Baru dalam Bahasa
Indonesia. Padang: UNP Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Eagan, K. 2009. Pengajar yang Imajinatif. Jakarta: Indeks.
Eggen, M dkk. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.
Farda, Ummu dkk. 2016. “Validitas Pengembangan Bahan Ajar IPA Bervisi SETS”
Dalam Jurnal Ilmiah. Pendidikan Utama, ISSN 2502-4515.
Gulo, W. 2005. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hani’ah, Munal. 2018. Panduan Terlengkap Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Yogyakarta: Laksana.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Johnson, K. 1982. Commucative Syllabus, Design and Methology. Oxford:
Pergamon Press.
Keraf, Goys. 1976. Pedoman Penyusunan Tata Bahasa Struktural. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Katamba, Francis. 1994. Morphology. Houndmitis, Basingtoke, Hampsire.
Killen, R. 1998. Effective Teaching Strategies: Lessson from Research and
Practive. Australia: Social Science Press.
Kuntarto, Eko. 2019. Materi Kuliah Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Modul yang diunggah pada 6 Mei 2017.
Listiani, Fransisca Despa. 2019. Pengembangan Modul Menulis Cerpen Melalui
Teks Cerita Rakyat Tradisional Berlatar Belakang Nilai-nilai Kearifan Lokal Sai Bumi Ruwa Jurai Untuk Siswa SMA Kelas XI. Skripsi,
Universitas Sanata Dharma.
Marsono. 2011. Morfolgi Bahasa Indonesia dan Nusantara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Marliana, N.Lia dkk. 2018. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moeliono, M.A. 1982. Struktur Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Nurgiyantoro, Burhan., Gunawan., Marzuki. 2009. STATISTIK TERAPAN; untuk
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nida, E.A. 1982. Morphology: The Descriptive Analysis of Word. Ann Arbour: The University of Michigan Press.
Pohan, Jusrin Efendi. 2019. Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Parera, Jos. 1988. Pengantar Linguistik Umum: Bidang Morfologi. Ende Flores:
Nusa Indah.
Parera, Jos. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta: Erlangga.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dala Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwantari, Veronica Kurnia. 2008. Kesalahan Afiksasi, Pilihan Kata, dan Struktur Kalimat pada Karangan Siswa Kelas X SMA Bhineka Tunggal Ika
Yogyakarta, Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Putrayasa, Bagus Ida. 2008. Analisis Kalimat Fungsi, Kategori, dan Peran.
Bandung: Aditama.
Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi, Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono.
Sudaryono., Margono, Gaguk., Rahayu, Wardani. 2013. Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RnD. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RnD. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R and D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suryani, Nunuk, dkk. 2018. Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Samsuri, W.J. 1967. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sukmadinata, Nana Syaodih.2002. Pengembangan Kurikulum: Teoti dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Setyaningsih, Yuliana dkk. 2000. Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Berdasarkan Pendekatan Komunikatif. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Soedjito. 1988. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Syafi’ie Imam. 2011. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suryaman, Maman. 2012. Metodologi Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Verhar, J.W.M. 1978. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
Wina, S. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Winataputra, Udin S.2013. Panduan Mata Pelajaran Kurikulum 2013. Makalah
disajikan dalam Lokakarya Penyusunan Panduan Mata Pelajaran yang dilaksanakan oelh Puskurbuk 15-17 Agustus 2013 di Hotel Ibis Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
BIOGRAFI PENULIS
Gretty Silvia Manurung
Gretty Silvia Manurung lahir di Sumatera Utara, 18
Desember 1998. Penulis menyusun modul Pembelajaran
Konfiks Bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif
sebagai tugas akhir. Penulis menempuh pendidikan SD di
SD Swasta Budi Mulia pada tahun 2004-2010. Penulis
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Swasta Budi Mulia pada tahun 2010-2013. Penulis melanjutkan pendidikan
menengah atas di SMA Swasta Budi Mulia pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016
penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Ia menempuh jalur skripsi untuk mendapatkan gelar S1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Skripsi yang ia tulis berjudul Pengembangan Modul
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia Melalui Pendekatan Komunikatif dengan Aplikasi Flip Pdf
Professional .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran A1.Kisi-kisi Wawancara Dosen Pengampu
KISI –KISI WAWANCARA DOSEN PENGAMPU
UNTUK PENEGMBANGAN MODUL
PEMBELAJARAN KONFIKS BAHASA INDONESIA
No Kisi-kisi
1 Manfaat penggunaan modul dalam pembelajaran konfiks bahasa Indonesia.
2 Ketersediaan referensi mengajar untuk materi pembelajaran konfiks bahasa
Indonesia.
3 Penggunaan modul khusus untuk materi pembelajaran konfiks bahasa
Indonesia.
4 Ketertarikan dosen untuk menggunakan modul materi pembelajaran konfiks
bahasa Indonesia
5 Kendala dalam mengajarkan materi konfiks bahasa Indonesia.
6 Tanggapan mengenai kesulitan yang dihadapi mahasiswa ketika diberi tugas
mengenai materi pembelajaran konfiks bahasa Indonesia.
7 Urgensi pengembangan bahan ajar berupa modul materi pembelajaran konfiks
bahasa Indonesia.
8 Kriteria pengembangan modul.
9 Tanggapan dosen terkait deskripsi modul yang akan dikembangkan oleh
peneliti.
10 Harapan dan masukan dosen terkait pengembangan modul yang akan dibuat
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran A2.Instrumen Wawancara Dosen Pengampu
INSTRUMEN WAWANCARA DOSEN
TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN MODUL
KONFIKS
1. Apa saja manfaat penggunaan modul dalam pembelajaran konfiks bahasa
Indonesia?
2. Berapa banyak referensi yang tersedia untuk pembelajaran morfologi,
materi konfiks bahasa Indonesia?
3. Terkait dengan pembelajaran konfiks bahasa Indonesia, apakah Bapak/Ibu
memiliki modul yang khusus mengajarkan pembelajaran tersebut?
4. Apakah Bapak/Ibu pernah mengajarkan materi konfiks dengan
menggunakan modul? Jika iya, apakah masih ditemukan kekurangan? Jika
tidak, apakah bapak/Ibu tertarik menggunakan modul yang relevan dengan
pembelajaran tersebut?
5. Apakah Bapak/Ibu mengalami kendala untuk pembelajaran bahasa
Indonesia?
6. Hal apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?
7. Apakah dibutuhkan pengembangan modul dalam konfiks bahasa
Indonesia?
8. Menurut Bapak/Ibu, strategi apa yang cocok digunakan untuk
pembelajaran konfiks bahasa Indonesia?
9. Apakah Bapak/Ibu pernah mengembangkan modul pembelajaran konfik
bahasa Indonesia?
10. Bagaimana pengembangan modul materi ajar konfik bahasa Indonesia
yang Bapak/Ibu harapkan semisal saya membuat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran A3.Kisi-kisi Angket Pengalaman Awal Mahasiswa
KISI-KISI ANGKET PENGALAMAN AWAL MAHASISWA
DALAM MEMAHAMI MATERI AJAR
KONFIKS BAHASA INDONESIA
No Aspek yang Dinilai Kode
Indikator
Penilaian
Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
1. Urgensi pembelajaran konfiks 1
2. Pembelajaran konfiks membutuhkan konsentrasi tinggi untuk
memahami sebuah kalimat
2
3. Strategi pembelajaran yang tepat dalam materi konfiks penting
untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
3
4. Strategi pembelajaran yang tepat dalam materi konfiks penting
untuk mencapai kompetensi belajar mahasiswa
4
Penggunaan Modul
5. Modul mempermudah dalam pembelajaran 5
6. Kemenarikan modul dibandingkan dengan tercetak 6
7. Penggunaan modul memotivasi dalam pembelajaran 7
Komentar
1 Kendala yang dihadapi mahasiswa dalam memahami materi
konfiks bahasa Indonesia pada mata kuliah morfologi..
1
2 Harapan mahasiswa terkait modul yang peneliti ingin buat. 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran A4.Kisi-kisi Angket Validasi Oleh Dosen Ahli
KISI-KISI INSTRUMEN VALIDASI
MODUL OLEH DOSEN AHLI
Aspek Penilaian Aspek yang Dinilai Nomor Indikator
Penilaian
Kelayakan
Isi/Materi
Kesesuaian materi dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar
1, 2
Ketepatan pemilihan materi 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11
Kaitan materi dengan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa
12,13,14
Penggunaan teori yang relevan 15,16,17,18
Kelayakan
Penyajian
Pembangkit motivasi mahasiswa. 19,20,21,27
Keruntutan penyajian materi dengan alur
berpikir mahasiswa
22
Sistematika penyajian materi dalam setiap
bab
23,24,25,26
Kelayakan
Bahasa
Kesesuaian bahasa dengan tingkat
kemampuan mahaiswa
28,29,30
Kesesuaian bahasa dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indoenesia (PUEBI)
31
Penyampaian pesan anatar satu bab dengan
bab lain yang berhubungan logis
32,33
Kelayakan
Kegrafikan
Kesesuaian fisik modul (halaman judul,
depan dan belakang)
35
Kesesuaian tata pengetikan 34,36,37,38
Pemanfaatan penggunaan gambar, tabel,
dan ilustrasi
39, 40,41,42,43
Kelayakan
Media/
Multimedia
Pemakaian media pembelajaran 1,2,
Kualitas tampilan media 3,4,5,6
*Diadopsi dari kriteria penilaian modul Direktorat Tenaga Kependidikan
(2008:15) dengan penyesuaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran B1.Hasil Transkip Wawancara Dosen Pengampu
HASIL TRANSKIP WAWANCARA DOSEN PENGAMPU
MATA KULIAH MORFOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN MODUL
KONFIKS BAHASA INDONESIA
NO Pertanyaan Jawaban
1 Menurut Bapak, apa
manfaat modul dalam
pembelajaran konfiks bahaa
Indonesia bagi dosen dan
mahasiswa?
Modul pada dasarnya memiliki manfaat
yang sangat banyak. Menurut saya modul
pasti akan membantu dosen dalam
mengajarkan materi konfiks bahasa
Indonesia. Misalnya, ketika dosen tidak
mampu untuk hadir saat mengajar, bisa jadi
modul ini mampu menjadi pendamping
mahasiswa untuk belajar secara mandiri.
Mahasiswa juga akan terbantu dengan ada
modul ini, karena sejauh ini mahasiswa
hanya menggunakan sumber konvensional
yang juga jumlah modul konvensional
terbatas. Modul apabila disajikan kepada
mahasiswa tentunya akan menarik dan
mampu meningkatkan motivasi mahasiswa
untuk semakin mau belajar, dan
mengembangkan ide atau gagasan mereka.
Selain itu, pastinnya masih memiliki
dampak yang positif dan menyenangkan.
2 Apakah ada referensi
modul konfiks bahasa
Indonesia yang digunakan?
Sejauh ini, saya belum menemukan ya
modul untuk pembelajaran materi konfiks
bahasa Indonesia. Referensi yang saya
gunakan juga saat ini hanya sebatas
referensi dari buku ajar konvensional.
Walaupun demikian memang, di zaman
digital ini kita dituntut untuk mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
menyeimbangkan dengan pendidikan yang
berbasis digital, ya tentunya dengan adanya
bahan ajar itu tadi, bahan ajar seperti modul
atau semacamnya yang sudah berbasis
teknologi terkini.
3 Bagaimana cara bapak
menghasapi kendala atau
permasalahan yang dialami
mahasiswa saat
pembelajaran di kelas?
Pertama ya kita sebagai pendidik haris
mengetahui terlebih dahulu anak didik kita,
agar ketika ingin mencari solusi untuk
permasalahannya, kita tidak salah
mensiasatinya. Misalnya saja ada beberapa
mahasiswa saya yang terkendala pada
kebosanan materi yang sedang dipelajari.
Ya satu-satunya penanganan dengan
menghadirkan bahan ajar dengan metode
yang baru dan pastinya lebih bervarian agar
mampu menghilangkan kejenuhan
mahasiswa saat belajar. Dengan adanya
modul mungkin akan membantu
permasalana yang saya jelaskan. Menurut
saya modul merupakan salah satu media ajar
untuk memvariasi kegiatan pembelajaran di
kelas agar tidak monoton dan yang pastinya
mampu menyeimbangkan basis teknologi di
era milenial ini. Walaupun demikian, kita
harus mampu memahami bahwa hadirnya
modul ini pun tidak serta merta mampu
menggantikan posisi seorang dosen ahli
dibidangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
4 Kriteria seperti apa yang
harus terdapat pada suatu
modul?
Modul ditujukan bagi mahasiswa agar
mahasiswa mampu belajar secara mandiri.
Modul yang dikembangkan harus mudah
dipahami dari segi kebahasaan, mampu
memotivasi mahasiswa, dan mampu
mengjak mahasiswa untuk balajar secara
proaktif. Selain itu, modul juga harus
disusun dengan menyesuaikan dengan
tingkat usia penggunanya. Penambahan
ilustrasi seperti gambar, video, rekaman dan
lainnya mungkin akan menambah nilai
ketertarikan mahasiswa untuk
menggunakan modul tersebut. Namun, perlu
dipahami penyisipan ilustrasi tersebut harus
disesuaikan pada materi dan usia pengguna
modul.
5 Apakah modul dapat
membantu mahasiswa
dalam memahami materi
konfiks bahasa Indonesia?
Modul pastinya sangat berperan penting
pada proses belajar mahasiswa di kelas
apalagi jika modul disusun sangat menarik,
mampu membangkitkan motivasi, dan
sederhana, karena sebagian besar
mahasiswa sangat suka dengan sesuatu yang
berbeda, sehingga jika disajikan modul yang
interaktif pasti akan menarik minat
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran B2. Hasil Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Morfologi
Bahasa Indonesia
No Hasil Wawancara
1 Modul akan membantu dosen dalam pengajaran atau dalam penyampaian
materi konfiks. Membantu meningkatkan minat mahasiswa untuk menggali
lebih dalam mengenai materi konfiks disamping kebosanan mahasiswa karena
saat pembelajaran berlangsung mahasiswa belum menemukan modul selain
buku ajar. Modul apabila disajikan kepada dosen dan mahasiswa tentunya akan
berdampak sangat baik lantaran dosen dan mahasiswa sangat membutuhkan
modul yang sifatnya bervariasi dan menampilkan rincian serta menarik.
2 Selama ini belum ada modul yang digunakan oleh dosen sebagai referensi
untuk pembelajaran konfiks. Selama ini masih menggunakan sumber-sumber
konvensional. Sumber yang digunakan dosen masih terbatas dengan sumber
konvensional karena belum tersedianya modul dalam rangka menyiapkan
materi pembelajaran dan penyusunan RPS.
3 Modul merupakan salah satu media atau metode untuk memvariasi kegiatan
pembelajaran lebih menarik dan dapat digunakan di mana saja.
4 Modul diperuntukkan bagi mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mampu
belajar secara mandiri. Modul yang akan disusun diharapkan mampu
memberikan kemudahan untuk mahasiswa dalam memahami materi dari segi
kebahasaan, sederhana, dan menarik. Modul juga harus dipersiapkan dalam
tingkat usia dan kematangan akademik mahasiswa.
5 Modul diharapkan dapat memberikan perbedaan yang membangun
dibandingkan dengan buku ajar maupun modul konvensional pada umumnya,
serta memberikan daya tarik yang besar untuk mahasiswa, sehingga mencapai
tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran C1.a Isi Angket Pengalama Awal Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran C1.b Hasil Analisis Kebutuhan Mahasiswa
HASIL ANALISIS KEBUTUHAN AWAL MAHASISWA
NO Deskripsi Penilaian ∑ Skor
(N= 25) �̅� % Kategori
1. Mata kuliah morfologi pada
pembelajaran konfiks
sangat penting bagi
mahasiswa
111 4,44 88% Sangat
setuju
2. Menganalisis imbuhan
awalan dan akhiran dalam
kata membutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi
106 4,24 84% Sangat
setuju
3. Strategi pembelajaran yang
tepat dalam pembelajaran
konfiks penting untuk
meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa
110 4,4 88% Sangat
setuju
4. Strategi pembelajaran yang
tepat dalam pembelajaran
konfiks penting untuk
mencapai kompetensi
belajar mahasiswa
107 4,28 85% Sangat
setuju
5. Penggunaan modul berbasis
aplikasi offline (flipbook)
mempermudah penguasaan
materi terkait konfiks
bahasa Indonesia
100 4 80% Setuju
6. Modul berbasis aplikasi
offline (flipbook) lebih 106 4,24 84%
Sangat
setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
menarik dibandingkan
dengan modul tercetak
7. Penggunaan modul berbasis
aplikasi offline (flipbook)
memotivasi dalam
pembelajaran
97 3,88 77% Setuju
�̅� 105 4,21 84%
Sangat
setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Lampiran C1.c Kesimpulan Analisis Pengetahuan Awal Mahasiswa
KESIMPULAN KOLOM KOMENTAR PADA
ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN MAHASISWA
No. Topik Pernyataan Kesimppulan Komentar
1
Mahasiswa memiliki kendala dalam memahami materi
konfiks
a. kesulitan dalam pembelajaran konfiks
seperti sulit membedakan konfiks dengan
afikssasi lainnya
b. penyajian materi pembelajaran kurang menarik sehingga membuat mahasiswa
bosan dan malas
c. dosen atau kelompok presentasi terlalu cepat saat menerangkan materi konfiks
d. kurangnya jam belajar mahasiswa sehingga
materi sulit untuk dipahami
e. tidak adanya sajian video atau media semacamnya yang dapat meningkatkan
semangat mahasiswa
f. tidak adanya tersedia modul untuk materi konfiks. Selain pengalaman mahasiswa saat
pembelajaran konfiks
g. sumber-sumber lain terbatas hanya pada sumber konvensional
2 Jika saya akan membuat
produk modul materi ajar konfiks, isi modul seperti apa
yang Anda harapkan?
a. modul yang dikembangkan harus dapat
diakses mahasiswa secara mudah dan diusahakan agar modul berbentuk
offline sehingga mahasiswa yang tidak memiliki kuota internet dapat
mengoprasikannya
b. dalam modul yang akan disusun nanti
menyajikan viedeo tahapan pengimbuhan dari kata dasar menjadi
kata berimbuhan
c. modul yang disajikan mampu menarik semangat mahasiswa untuk
menggunakannya dan bervariasi
d. contoh otentik, teori-teori dari para
tokoh, dan sumber diperbanyak
e. apabila memungkinkan, dalam tiap materi disajikan video atau gambar
untuk meningkatkan minat mahasiswa
f. disediakan tes-tes atau latihan yang
interaktif agar mahasiswa mampu mengetahui tingkat kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran C1.d Hasil Analisis Kebutuhan Mahasiswa
REKAP ANALISIS
PENGALAMAN AWAL SISWA DALAM MENULIS CERPEN
No. Nama NIM Butir Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 1. Anestia Brilianita 181224047 5 5 5 5 3 3 4
2. Ambrosius kristiadi
181224042 4 5 4 5 4 5 4
3. Alfira
Yulistiantari N
181224001 4 4 5 4 4 5 4
4. Chatarina Dyah
Ayu Pasca
181224033 4 4 4 4 4 5 4
5. Christin subiyanto 181224013 4 4 4 4 4 4 4
6. Debora 181224022 5 5 5 5 4 4 4
7. Dionsia Eva Dwi
Kurniasari
181224002 3 4 4 3 5 2 2
8. Fransiska Whely
Indri Lestari
181224031 4 4 5 5 3 5 2
9. Hendarto Adhi 181224052 5 5 5 4 5 5 5
10. Kania Novi
Kristanti
181224050 5 4 4 5 4 4 4
11. Lucia Desy
Puspitasar
181224003 5 4 5 4 4 4 4
12. Maria Oliviana Ito 181224006 4 4 5 4 4 5 2
13. Marselus Kobo 181224055 5 4 2 5 4 2 4
14. Ni Komang Fera 181224020 5 5 5 5 4 5 5
15. Odilia Anggraini 181224019 4 4 4 4 4 4 5
16. Paulita Neri Rosiana
181224056 4 2 2 4 2 2 4
17. Putri Cintantya Widinigsih
181224007 4 4 4 4 4 2 2
18. Regina Dhea
Caesarine
181224021 5 5 5 4 5 5 4
19. Setia wisnu
yunanda
181224040 5 5 5 5 4 4 4
20. Silvia Olga Noventa
181224012 4 4 5 5 5 5 5
21 Stefani Maharisti 181224053 5 4 4 4 4 4 4
22 Tadia Elian Venensky
181224023 5 3 4 4 4 5 3
23 Trivonia Asmarita 181224054 4 4 5 4 4 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
24 Veronica Shintya Kartika Dewi
181224011 4 5 5 4 4 4 4
25 ashinta Dian Anisa Bella
181224048 5 4 5 4 4 5 4
KETERANGAN
Kategori Keterangan Bobot Nilai
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
TT Tidak Tahu 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Lampiran C1.e.i Hasil Analisis Kebutuhan Mahasiswa
KATEGORI ANALISIS
PENGALAMAN AWAL MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN SINTAKSIS ASPEK FRASA
EKSOSENTRIS BAHASA INDONESIA
Tabel Kategori
Interval Skor PAP Menurut
Sukarjo Rentang Skor Hasil Penghutungan PAP Kategori
∑ >Xi + 1,80 SBi ∑ >104,98 Sangat Baik
Xi + 0,60 SBi < x ≤ Xi + 1,80 SBi 84,99< ∑≤104,98 Baik
Xi – 0,60 SBi < x ≤ Xi + 0,60 SBi 65,004< ∑≤84,99 Cukup Baik
Xi – 1,80 SBi < x ≤ Xi - ),60 SBi 45,01< ∑≤65,004 Kurang Baik
x ≤ Xi – 1,80 SBi ∑≤45,01 Sangat Kurang
Kode
Alternatif Jawaban
Jumlah
Respon
-den
Skor Jlh
skor
(∑)
Jlh
Skor
Ideal
(X)
Jlh
Skor
Rend-
ah
(Y)
% Kategori
5 4 3 2 1
SS S TT TS STS SS S TT TS STS
1. 12 12 1 0 0 25 60 48 3 0 0 111 125 25 88% sangat setuju
2. 9 14 1 1 0 25 45 56 3 2 0 106 125 25 84% sangat setuju
3. 14 9 0 2 0 25 70 36 0 4 0 110 125 25 88% sangat setuju
4. 9 15 0 1 0 25 45 60 0 2 0 107 125 25 85% sangat setuju
5. 4 18 2 1 0 25 20 72 6 2 0 100 125 25 80% setuju
6. 11 9 1 6 0 25 65 40 0 6 0 111 125 25 84% sangat setuju
7. 5 16 0 4 0 25 55 36 3 12 0 106 125 25 77% setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran C1.e.ii Rekapitulasi Komentar Angket Pengalaman Awal Mahasiswa
REKAPITULASI KOLOM KOMENTAR
ANGKET ANALISIS PENGALAMAN AWAL
MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DALAM PEMBELAJARAN KONFIKS BAHASA INDONESIA
No. Topik
Pernyataan
Kesimppulan Komentar Jumlah Persentase
1
Mahasiswa memiliki kendala
dalam memahami
materi konfiks
a. kesulitan dalam pembelajaran konfiks seperti sulit
membedakan konfiks dengan
afikssasi lainnya
3 12%
b. penyajian materi pembelajaran kurang menarik sehingga
membuat mahasiswa bosan dan malas
4 16%
c. dosen atau kelompok presentasi
terlalu cepat saat menerangkan materi konfiks
2 8%
d. kurangnya jam belajar
mahasiswa sehingga materi sulit
untuk dipahami
3 12%
e. tidak adanya sajian video atau
media semacamnya yang dapat
meningkatkan semangat mahasiswa
3 12%
f. tidak adanya tersedia modul
untuk materi konfiks. Selain pengalaman mahasiswa saat
pembelajaran konfiks
1 4%
2 Jika saya akan
membuat produk modul materi ajar
konfiks, isi modul seperti apa
yang Anda
harapkan?
1. modul yang dikembangkan harus
dapat diakses mahasiswa secara mudah dan
diusahakan agar modul berbentuk offline
1 4%
2. dalam modul yang akan
disusun nanti menyajikan viedeo tahapan pengimbuhan
dari kata dasar menjadi kata berimbuhan
1 4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
3. modul yang disajikan mampu menarik semangat mahasiswa
untuk menggunakannya dan bervariasi
1 4%
4. contoh otentik dan sumber diperbanyak
3 12%
5. apabila memungkinkan,
dalam tiap materi disajikan video atau gambar
2 8%
6. teori pembelajaran konfiks diperkaya dalam modul
1 4%
Total 25
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Lampiran C2.a.i. Hasil Angket Validasi Modul Dosen Ahli Pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Lampiran C2.a.ii. Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Pertama pada kelima
Aspek
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4,22 Sangat Baik
2 Kelayakan penyajian 4 Baik
3 Kelayakan bahasa 4,33 Sangat Baik
4 kelayakan kegrafikan 4,45 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 4,33 Sangat Baik
Jumlah 21,33
Rata-rata 4,26 Sangat Baik
Persentase 85,3% Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Lampiran C2.a.iii. Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Pertama
REKAPITULASI HASIL VALIDASI MODUL OLEH DOSEN AHLI
PERTAMA
Nomor
Butir
soal
Alternatif Jawaban skor
Jumlah
skor
(∑)
5 4 3 2 1
SB B CB KB SKB SB B CB KB SKB
Aspek Kelayakan isi
1. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
2. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
3. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
4. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
7. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
8. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
9. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
10. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
11. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
12. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
13. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
15. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
17. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
18. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 76
SKOR RATA-RATA 4,22
PERSENTASE 84,4%
KATEGORI Sangat
baik
Aspek Kelayakan Penilaian/Penyajian
19. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
20. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
22. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
23. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
24. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
25. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
26. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
27. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 36
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Bahasa
28. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
29. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
30. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
31. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
32. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
33. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 26
SKOR RATA-RATA 4,33
PERSENTASE 86,6%
KATEGORI Sangat
Baik
Aspek Kelayakan Kegrafikan
34. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
35. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
36. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
37. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
38. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
39. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
40. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
41. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
42. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
43. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
JUMLAH 45
SKOR RATA-RATA 4,45
PERSENTASE 89%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
KATEGORI Sangat
baik
Kelayakan Media
1. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
2. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 5 5
3. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 5 5
4. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 5 5
5. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
7. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
8. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
9. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
10. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
11. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
12. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
13. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
15. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
17. 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
18. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
19. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
20. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 91
SKOR RATA-RATA 4,33
PERSENTASE 86,6%
KATEGORI Sangat
Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran C2.b.i. Hasil Angket Validasi Modul Dosen Ahli Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Lampiran C2.b.ii. Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Kedua pada kelima
Aspek
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 4 Baik
2 Kelayakan penyajian 4 Baik
3 Kelayakan bahasa 4 Baik
4 kelayakan kegrafikan 4 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 4 Baik
Jumlah 20
Rata-rata 4 Baik
Persentase 80% Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Lampiran C2.b.iii. Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Kedua
REKAPITULASI HASIL VALIDASI MODUL
OLEH DOSEN AHLI KEDUA
Nomor
Butir
soal
Alternatif Jawaban skor
Jumlah
skor
(∑)
5 4 3 2 1
SB B CB KB SKB SB B CB KB SKB
Aspek Kelayakan isi
1. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
2. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
3. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
4. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
7. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
8. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
9. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
10. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
11. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
12. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
13. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
15. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
17. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
18. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 72
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Penilaian/Penyajian
19. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
20. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
22. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
23. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
24. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
25. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
26. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
27. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 36
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Bahasa
28. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
29. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
30. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
31. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
32. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
33. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 24
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Kegrafikan
34. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
35. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
36. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
37. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
38. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
39. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
40. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
41. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
42. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
43. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 40
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
Kelayakan Media
1. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
2. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
3. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
4. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
7. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
8. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
9. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
10. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
11. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
12. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
13. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
15. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
17. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
18. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
19. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
20. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 84
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
Lampiran C2.c.i. Hasil Angket Validasi Modul Dosen Ahli Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Lampiran C2.c.ii. Data Skor Rata-rata Validasi Dosen Ahli Ketiga pada kelima
Aspek
No. Aspek Penilaian Skor Rata-rata Kategori
1 Kelayakan Isi/Materi 3,55 Baik
2 Kelayakan penyajian 3,55 Baik
3 Kelayakan bahasa 4 Baik
4 kelayakan kegrafikan 3,5 Baik
5 Kelayakan media pembelajaran 3,85 Baik
Jumlah 18,45
Rata-rata 3,69 Baik
Persentase 73,8% Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Lampiran C2.c.iii. Rekapitulasi Hasil Validasi oleh Dosen Ahli Ketiga
REKAPITULASI HASIL VALIDASI MODUL OLEH DOSEN AHLI KETIGA
Nomor
Butir
soal
Alternatif Jawaban skor
Jumlah
skor
(∑)
5 4 3 2 1
SB B CB KB SKB SB B CB KB SKB
Aspek Kelayakan isi
1. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
2. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
3. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
4. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
7. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
8. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
9. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
10. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
11. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
12. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
13. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
15. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16. 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
17. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
18. 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5
JUMLAH 64
SKOR RATA-RATA 3,55
PERSENTASE 71,1%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Penilaian/Penyajian
19. 0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 2
20. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
22. 0 0 0 1 0 0 4 0 0 0 2
23. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
24. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
25. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
26. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
27. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 32
SKOR RATA-RATA 3,55
PERSENTASE 71,1%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Bahasa
28. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
29. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
30. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
31. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
32. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
33. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 24
SKOR RATA-RATA 4
PERSENTASE 80%
KATEGORI Baik
Aspek Kelayakan Kegrafikan
34. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
35. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
36. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
37. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
38. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
39. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
40. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
41. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
42. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
43. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
JUMLAH 35
SKOR RATA-RATA 3,5
PERSENTASE 70%
KATEGORI Baik
Kelayakan Media
1. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
2. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
3. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
4. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
6. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
7. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
8. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
9. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
10. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
11. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
12. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
13. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
14. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
15. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
16. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
17. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
18. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
19. 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
20. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
21. 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
JUMLAH 81
SKOR RATA-RATA 3,85
PERSENTASE 77%
KATEGORI Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
Lampiran C2.d. Rekapitulasi Hasil Perbandingan Validasi dari Tiga Dosen Ahli
No
.
Aspek Penilaian
Dosen
Ahli
Pertama
Dosen
Ahli
Kedua
Dosen
Ahli
Ketiga
Skor Rata-
Rata
1 Kelayakan isi/materi 4,22 4 3,55 3,92
2 Kelayakan penyajian 4 4 3,55 3,85
3 Kelayakan bahasa 4,33 4 4 4,11
4 Kelayakan
kegrafikan
4,45 4 3,5 3,98
5 Kelayakan media 4,33 4 3,83 4,05
Jumlah 21,33 20 18,45 19,92
Rata-rata 4,26 4 3,69 3,98
Kategori
Sangat
Baik
Baik
Baik
Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
Lampiran D. RPS Mata Kuliah Morfologi Bahasa Indonesia
PERANGKAT PEMBELAJARAN (RPS)
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi
: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
A. Identitas Mata Kuliah
1. Kode MK/Mata Kuliah : LING 103/ Morfologi Bahasa Indonesia 2. Sks/jp : 3 SKS/3JP
3. Prasyarat : - 4. Semester/Tahun
Akademik
: Gasal/2019-2020
5. Dosen : Dr. R. Kunjana Rahardi, M. Hum.
B. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini berisi bahan kajian teoretis dan bahan kajian praktik tentang morfologi bahasa Indonesia untuk menjadikan mahasiswa memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam tentang kata dan proses pembentukan kata (afiksasi, reduplikasi, komposisi, abreviasi). Setelah memahami konsep-konsep dasar morfologi dan proses-proses
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
morfologis tersebut mahasiswa diminta untuk mengontekstualisasikannya dengan mencermati dan menganalisis teks-teks otentik. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memahami kaidah-kaidah morfologis tetapi juga mampu menerapkannya dalam pemakaian nyata pada teks-teks otentik. Luaran perkuliahan ini adalah buku kumpulan artikel hasil
analisis morfologis mahasiswa yang telah disunting secara mandiri oleh mahasiswa.
C. Capaian Akhir Pembelajaran (Learning Outcomes)
Mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang kaidah-kaidah morfologi dalam bahasa Indonesia, mampu mengontekstualisasikan pemakaian kaidah-kaidah tersebut dalam tulisan-tulisan otentik, dan mampu menerapkan kaidah-kaidah
tersebut dalam penulisan ilmiah ilmiah dan popular.
Tabel 1 Rencana Pembelajaran Semester
Minggu
Ke-
Kemampuan Akhir
yang Diharapkan
Materi Pembelajaran
(Bahan Kajian)
Metode
Pembelajaran
Waktu Pengalaman
Belajar
Kriteria
Penilaian dan
Indikator
Bobot
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
11
(3 JP)
Mampu menjelaskan
berbagai bentuk afiksasi dalam bahasa
Indonesia
Afiksasi/Pengimbuhan
dan Kata Berimbuhan
Inkuiri,
Penugasan Individu,
Diskusi
3x 50 Mahasiswa
mendiskusikan dalam kelompok
bertiga-tiga perihal
pengimbuhan kata dalam
bahasa Indonesia dari
sumber dan bahan belajar
yang disiapkan dosen. Hasil
diskusi
Kelengkapan
rangkuman yang berisi
penjelasan berbagai bentuk
afiksasi dalam bahasa
Indonesia.
5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
dipresentasikan oleh perwakilan
kelompok di depan kelas
dalam pleno yang dipimpin
dosen penganpu. Selanjutnya,
setiap mahasiswa
diminta merangkum dan
mencatat hal-hal pokok dari
diskusi tentang proses
pengimbuhan kata dalam
bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
RANCANGAN TUGAS PERKULIAHAN (RTP)
Identitas Mata Kuliah
1. Kode MK/Mata Kuliah : LING 103 /Morfologi Bahasa Indonesia
2. SKS/JP : 3/3 JP 3. Prasyarat : -
4. Semester/Tahun Akademik : Gasal /2017-2018 5. Dosen : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
RANCANGAN TUGAS 3
Tujuan Tugas Mahasiswa memahami bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa
Indonesia.
Uraian Tugas Objek Garapan:
Mahasiswa membuat rangkuman tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Hal-hal yang harus dikerjakan dan batas-batasannya
Membuat rangkuman dan mencari contoh-contoh konkret tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa Indonesia dari sumber-sumber
otentik.
Metode dan Cara Pengerjaan
Tugas
Tugas dikerjakan secara kelompok berdua-dua dan rangkuman ditulis tangan
dalam kertas folio bergaris.
Deskripsi Luaran Tugas yang
dihasilkan
Laporan tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa
Indonesia disertai dengan contoh-contoh konkret dan otentik.
Tugas 3
Aspek Penilaian Skor Kriteria
Ketepatan
Klasifikasi atau pengelompokkan
4 Rangkuman tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa
Indonesia lengkap disertai contoh-contoh otentik.
3 Rangkuman tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa
Indonesia cukup lengkap disertai contoh-contoh otentik.
2 Rangkuman tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa
Indonesia kurang lengkap dan hanya disertai beberapa contoh otentik.
1 Rangkuman tentang bermacam-macam manifestasi afiksasi dalam bahasa
Indonesia tidak lengkap dan tidak disertai contoh otentik.
Kategori: (4) sangat memuaskan, (3) memuaskan, (2) kurang memuaskan, dan (1) tidak memuaskan
Referensi
Wajib:
Arifin, Zaenal. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Grasindo.
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Morfologi. Yogyakarta: CV Karyono. Anjuran: Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Baryadi, I. Praptomo. 2011. Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: USD Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Asdi Mahasatya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Lampiran E. Cuplikan Tampilan Modul Pembelajaran Konfiks Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI