Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TEKNOLOGI PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Alisa Pranita Utama
NIM : 161134105
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TEKNOLOGI PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Alisa Pranita Utama
NIM : 161134105
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini peneliti persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan penguatan-Nya dalam menjalani
berbagai rintangan.
2. Kedua orangtua dan adik saya, keluarga yang selalu mendukung dan
memberikan nasihat tanpa henti.
3. Universitas Sanata Dharma, almamater tercinta dan kebangganku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang.
(Amsal 17:22)
Dalam kesenanganku aku berkata: “Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!”
(Mazmur 30:7)
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.
(Qs. Ali Imran ayat 139)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Februari 2021
Peneliti
Alisa Pranita Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Alisa Pranita Utama
Nomor Mahasiswa : 161134105
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TEKNOLOGI PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencatumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal: 5 Februari 2021
Yang menyatakan
Alisa Pranita Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA BERGAMBAR
TENTANG TEKNOLOGI PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Alisa Pranita Utama
Universitas Sanata Dharma
2021
Latar belakang penelitian ini ialah adanya keprihatinan terhadap kondisi
lingkungan, khususnya kondisi hutan di Indonesia. Kebakaran hutan merupakan
permasalahan lingkungan yang selalu terjadi di Indonesia. Pentingnya menjaga
dan melestarikan lingkungan terdapat dalam materi kelas IV SD pada tema 3,
subtema 3, pembelajaran 1. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru
kelas IV SD diperoleh informasi bahwa media pembelajaran yang digunakan
untuk menyampaikan materi pelestarian lingkungan masih sangat terbatas.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengembangan dan kualitas
prototipe cergam tentang teknologi penanganan kebakaran hutan untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan jenis pengembangan
Research & Development (R&D) dengan menggunakan model ADDIE (Analysis,
Design, Development, Implementation, and Evaluation). Subjek penelitian ialah
10 siswa kelas IV SDN 01 Sejiram. Objek penelitian adalah prototipe buku cerita
bergambar tentang pelestarian lingkungan. Teknik pengumpulan data diperoleh
dengan wawancara dan angket. Analisis data penelitian menggunakan analisis
kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil verifikasi kedua validator, kualitas prototipe buku cerita
bergambar mendapatkan skor rata-rata sebanyak 3,7 dengan rentang skor dari 1-4
sehingga termasuk dalam kategori “Sangat Baik” serta perlu dilakukan perbaikan
sesuai komentar validator. Dengan demikian dapat disimpulkan prototipe buku
cerita bergambar memiliki kualitas sangat baik dan dapat digunakan sebagai
media pembelajaran serta sarana gerakan literasi sekolah.
Kata kunci: pendidikan lingkungan hidup, buku cerita bergambar, kebakaran
hutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF PROTOTYPE OF PICTURE STORYBOOK WITH
ABOUT FOREST FIRE MANAGEMENT TECHNOLOGY FOR GRADE IV
STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL
Alisa Pranita Utama
Sanata Dharma University
2021
The background of this research is the concern about environmental
conditions, especially the condition of forests in Indonesia. The forest fires are the
problem that always occur in Indonesia. The importance of protecting and
preserving the environment is found in the material for fourth grade elementary
school students on 3rd theme, subtheme 3rd, learning 1st. in addition based on the
result of interviews with fourth grade elementary school teachers it was found that
the learning media to deliver environmental conservation material still limited.
The purpose of this research was to find out the development and the
quality of prototype picture storybook about forest fire management technology
for fourth grade elementary school students.
This research used a Research & Development (R&D) type of development
using the ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and
Evaluation) model. The subjects of this research were students 10 fourth students
of Sejiram Elementary School 01. The object of this research is a prototype story
book with picture about environmental conservation. Data collection techniques
obtained by interviews and questionnaires. The analysis of research data using
qualitative and quantitative analysis.
Based on the validation of the two validators, the quality of prototype
picture storybook gets an average score of 3,7 with a score range from 1-4 so it
included as “Very Good” category, the improvements are needed according to
the validator’s comment. Therefore, it can be concluded that prototype picture
storybook has very good quality and can be used as a learning medium as well as
a school literacy movement.
Keywords: Environmental Education, Picture Storybook, Forest Fires.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat dan karunia yang
telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar tentang Teknologi Penanganan
Kebakaran Hutan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Skripsi ini ditulis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Peneliti
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penguat dan penjaga dalam segala hal
yang terjadi.
2. Kedua orang tua dan adik perempuan satu-satunya, mereka pihak yang
selalu memberikan dukungan dalam segala hal dan menjadi motivasi
peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
3. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Universitas Sanata
Dharma, Kintan Limiansih S.Pd., M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, dan Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku
Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Kintan Limiansih S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra.
Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang sabar
dalam memberikan bimbingan sehingga peneliti mampu menyelesaikan
skripsi.
5. Ilustrator yang telah membantu dalam proses pembuatan buku cerita
bergambar sehingga buku cerita bergambar dapat selesai dengan hasil
yang memuaskan.
6. Validator yaitu dosen Pendidikan Fisika dan guru kelas IV SD yang sudah
bersedia membantu proses verifikasi buku cerita bergambar.
7. Guru kelas IV SDN 01 Sejiram dan SDN 02 Sejiram yang telah bersedia
diwawancarai untuk proses penyelesaian skripsi.
8. Teman dekat peneliti yaitu Aling, Dita, dan Niken yang selalu membantu
dan menemani selama masa sulit-sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Teman dekat di kampus yaitu Elin, Eka, Evita dan teman-teman sama
dihek yang telah menemani masa-masa skripsi dan memberikan motivasi
untuk tidak menyerah.
10. Maya dan Katon teman baik peneliti yang bersedia meminjamkan laptop
dan menjawab setiap pertanyaan yang tidak dimengerti dalam proses
mengerjakan skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangan karena
keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Peneliti berharap skripsi ini
dapat menjadi sumbangan untuk dunia pendidikan dan dapat menjadi bahan
masukan bagi mahasiswa-mahasiswi dalam proses menyusun skripsi.
Yogyakarta, 5 Februari 2021
Penulis
Alisa Pranita Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PEESETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Definisi Operasional ............................................................................ 6
F. Spesifikasi Produk ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 8
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 8
1. Pendidikan Lingkungan Hidup ..................................................... 8
a. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ............................. 8
b. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup ................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
c. PLH di Kurikulum 2013 Kelas IV SD .................................... 12
2. PLH Berbasis Pendekatan STEAM .............................................. 15
3. Kebakaran Hutan ........................................................................... 19
a. Penyebab ................................................................................ 20
b. Dampak ................................................................................... 21
c. Pencegahan ............................................................................. 23
d. Penanganan ............................................................................. 25
e. Pemulihan ................................................................................ 39
4. Media Pembelajaran ...................................................................... 42
a. Pengertian Media Pembelajaran .............................................. 42
b. Manfaat Media Pembelajaran ................................................. 43
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran .............................................. 45
5. Buku Cerita Bergambar ................................................................. 46
a. Pengertian Buku Cerita Bergambar ........................................ 46
b. Tujuan Buku Cerita Bergambar .............................................. 46
c. Komponen-komponen Buku Cerita Bergambar ..................... 48
d. Kriteria Buku Cerita Bergambar ............................................. 50
6. Literasi ........................................................................................... 52
7. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ............................................... 54
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 58
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 61
D. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 62
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 63
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 63
B. Setting Penelitian ................................................................................. 63
1. Subjek Penelitian ........................................................................... 63
2. Objek Penelitian ............................................................................ 63
3. Lokasi Penelitian ........................................................................... 64
4. Waktu Penelitian ........................................................................... 64
C. Prosedur Pengembangan ..................................................................... 64
1. Tahap Analysis .............................................................................. 65
2. Tahap Design ................................................................................ 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Tahap Development ...................................................................... 66
4. Tahap Implementation .................................................................. 66
5. Tahap Evaluation .......................................................................... 66
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 67
1. Wawancara .................................................................................... 67
2. Angket ........................................................................................... 67
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 68
1. Pedoman Wawancara .................................................................... 68
2. Pedoman Angket ........................................................................... 70
3. Pedoman Verifikasi ....................................................................... 72
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 73
1. Analisis Data Kualitatif ................................................................. 73
2. Analisis Data Kuantitatif ............................................................... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 76
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 76
1. Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar ........ 76
2. Kualitas Produk Prototipe Buku Cerita Bergambar ...................... 96
B. Pembahasan ......................................................................................... 103
1. Cergam Dikembangkan Sesuai PLH .............................................. 104
2. Cergam Sesuai Kaidah Penulisan Cergam & STEAM ................ 106
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 110
A. Kesimpulan ......................................................................................... 110
B. Keterbatasan Pengembangan .............................................................. 110
C. Saran .................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 112
LAMPIRAN ................................................................................................... 115
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Pembelajaran Tematik SD . 13
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Kelas IV Tema 3 Subtema 3.............................. 15
Tabel 2.3 Rekap Luas Kebakaran Hutan di Indonesia .................................... 19
Tabel 2.4 Proses Pembuatan Hujan Buatan .................................................... 38
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Guru .............................................................. 68
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Siswa Kelas IV SD .............................................. 70
Tabel 3.3 Lembar Angket Siswa .................................................................... 71
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Verifikasi ............................................................ 71
Tabel 3.5 Lembar Verifikasi ........................................................................... 72
Tabel 3.6 Koversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ................................... 74
Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Produk .............................................................. 75
Tabel 4.1 Rekap Wawancara ........................................................................... 77
Tabel 4.2 Rekap Angket Siswa ...................................................................... 79
Tabel 4.3 Kisi-kisi Buku Cerita Bergambar .................................................... 81
Tabel 4.4 Rekap Verifikasi Dosen & Guru ..................................................... 90
Tabel 4.5 Konversi data Kuantitatif dan Kualitatif ......................................... 93
Tabel 4.6 Perbaikan Produk ............................................................................ 95
Tabel 4.7 Perbaikan Produk Bagian 2 ............................................................. 96
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Verifikasi Halaman Sampul ............................. 97
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Verifikasi Aspek Bahasa .................................. 97
Tabel 4.10 Rekapitulasi Skor Hasil Verifikasi Aspek Desain Produk ............ 98
Tabel 4.11 Rekapitulasi Skor Hasil Verifikasi Aspek Isi ................................ 100
Tabel 4.12 Hasil Verifikasi Produk Setiap Aspek .......................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kanal di Wilayah Kalimantan Tengah ........................................ 24
Gambar 2.2 Sumur Bor di Daerah Gambut Kalimantan Tengah .................... 25
Gambar 2.3 Tampilan Awal Aplikasi SiPongi ................................................ 26
Gambar 2.4 Tampilan Login ........................................................................... 27
Gambar 2.5 Tampilan Menu ........................................................................... 29
Gambar 2.6 Tampilan Hotspot Mingguan ...................................................... 30
Gambar 2.7 Tampilan Info & Call Center ...................................................... 30
Gambar 2.8 Tampilan Awal Aplikasi LAPAN ............................................... 32
Gambar 2.9 Aktivitas Utama .......................................................................... 33
Gambar 2.10 Aktivitas Utama (2) ................................................................... 34
Gambar 2.11 Hotspot History ......................................................................... 35
Gambar 2.12 Hotspot History ......................................................................... 36
Gambar 2.13 Desain Penelitian ........................................................................ 60
Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian Pengembangan ADDIE ......................... 64
Gambar 3.2 Perhitungan Rata-rata Skor Verifikasi Produk ............................. 74
Gambar 3.3 Perhitungan Persentase Kelayakan Produk ................................. 75
Gambar 4.1 Cover Produk Awal ..................................................................... 87
Gambar 4.2 Halaman 1 Cergam ...................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Kelayakan Produk .......................................................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1a. Pedoman Wawancara Guru ...................................................... 116
Lampiran 1b. Hasil Wawancara Guru ............................................................. 118
Lampiran 2a. Angket Siswa ............................................................................ 120
Lampiran 2b. Hasil Angket Siswa .................................................................. 121
Lampiran 2c. Rekap Hasil Angket Siswa ....................................................... 125
Lampiran 3. Angket Validator ........................................................................ 127
Lampiran 3a. Hasil Angket Validator I ........................................................... 130
Lampiran 3b. Hasil Angket Validator II ......................................................... 132
Lampiran 3c. Rekap Angket Validator ........................................................... 134
Lampiran 4. Kisi-kisi Prototipe Buku Cerita Bergambar ................................ 137
Lampiran 5. Produk yang Dikembangkan ...................................................... 145
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup ................................................................. 146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan
spesifikasi produk.
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan sebuah kesatuan ruang dengan segala benda dan
makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup yang lainnya (UU No. 32 Tahun 2009). Lingkungan hidup erat
kaitannya dengan manusia, karena ia memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Perbuatan dan tingkah laku manusia mempengaruhi
lingkungan hidup sehingga dapat menimbulkan dampak bagi makhluk hidup
lainnya. Lingkungan yang terjaga kelestariannya akan memberikan manfaat
yang besar bagi kehidupan masyarakat. Pemanfaatan lingkungan hidup bagi
kebutuhan manusia harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik, sehingga
akan tercipta keseimbangan dalam kehidupan. Apabila lingkungan tidak
dikelola dengan baik dan terjadi kerusakan lingkungan hidup, maka kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya akan terganggu. Salah satu permasalahan
lingkungan yakni kerusakan hutan di Indonesia yang disebabkan oleh
kebakaran hutan.
Kebakaran hutan dan lahan (karthutla) di Indonesia merupakan
permasalahan yang rutin terjadi setiap tahunnya. Kebakaran hutan dan lahan
yang terjadi diberbagai daerah telah menyebabkan berbagai masalah yang
pelik dan luas. Menurut Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) 99% kebakaran hutan dan lahan pada umumnya disebabkan oleh
manusia yaitu pada saat mereka melakukan persiapan lahan untuk
perladangan, pertanian atau perkebunan dengan cara membakar. Penyebab
lainnya yang disebabkan oleh kelalaian manusia ialah seperti membuang
putung rokok yang masih menyala di hutan atau membiarkan bekas api
unggun menyala. Kelalaian manusia yang seperti itu dapat menimbulkan
kebakaran di hutan, oleh sebab itu seharusnya masyarakat lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memperhatikan lagi keadaan sekitar terutama pada saat sedang melakukan
suatu kegiatan di dalam hutan. Kesadaran dan kepedulian terhadap keadaan di
dalam hutan perlu ditanamkan agar tidak menyebabkan dampak lanjutan dari
kelalaian tersebut. Dampak lanjutan yang dimaksud ialah dampak dari
kebakaran hutan.
Dampak kebakaran hutan yang dirasakan oleh masyarakat ialah hilangnya
manfaat dari potensi hutan, kabut asap, pencemaran udara, dan masih banyak
lagi. Dampak kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap dan pencemaran
udara mengakibatkan berbagai macam penyakit. Kabut asap jika terhirup
dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Asma, penyakit
paru-paru, penyakit jantung, dan iritasi pada kulit dan mata serta dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari. Pada tahun 2015, dampak yang ditimbulkan
oleh kabut asap yang besar sehingga sangat banyak warga mengalami sesak
nafas dan tidak bisa mendapatkan obat-obatan karena tidak adanya pos
kesehatan yang memadai. Dampak ini bukan hanya menyerang orang dewasa
namun juga anak kecil juga turut merasakannya. Dampak kebakaran hutan dan
lahan yang sangat serius adalah terjadinya kabut asap yang mengganggu
kesehatan dan sistem transportasi darat, laut, dan udara. Kebakaran hutan dan
lahan sudah berlarut-larut dan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan
ekonomi nasional. Maka dari itu, perlu dilakukan berbagai upaya penanganan
dan penanggulangan yang serius.
Agar masalah kebakaran hutan dapat ditangani dan dicegah dengan benar,
masyarakat perlu meningkatkan kesadaran betapa pentingnya menjaga
pelestarian hutan. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) menjadi upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keadaan
lingkungan khususnya hutan Indonesia. Pedidikan lingkungan hidup berperan
penting dalam pelestarian dan perbaikan lingkungan di Indonesia. Pentingnya
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) ditegaskan oleh Menteri Lingkungan
Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional dengan mengeluarkan SK bersama
Kep No 07MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan
pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Dengan adanya pendidikan
lingkungan hidup diharapkan masyarakat mampu mengubah pola pikir untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dapat lebih peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya demi
keberlangsungan hidup.
Pendidikan lingkungan hidup perlu diajarkan sejak dini kepada siswa
Sekolah Dasar. Dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar, melalui
pembelajaran tematik terdapat materi yang berkaitan dengan pendidikan
lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu materi
pembelajaran di kelas IV Sekolah Dasar. Materi lingkungan hidup terdapat
pada pembelajaran tematik Tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”,
Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”. Materi pendidikan lingkungan hidup
tersebut berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan pentingnya upaya
keseimbangan sumber daya alam. Materi IPA akan dikolaborasikan dengan
mata pelajaran IPS yang membahas pemanfaatan sumber daya alam untuk
kesejahteraan masyarakat.
Menurut Piaget, peserta didik kelas IV Sekolah Dasar tergolong kedalam
tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada pada
saat ini. Dari penjelasan tersebut peneliti mengembangkan sebuah media
pembelajaran berupa prototipe buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar
merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajarkan siswa mengenai pendidikan lingkungan hidup secara konkret dan
nyata. Buku cerita bergambar menjadi salah satu media pembelajaran yang
kontekstual. Melalui buku cerita bergambar, siswa dapat melihat gambaran
atau illustrasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya
gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran, siswa
diharapkan dapat lebih memahami materi yang disampaikan dengan baik.
Buku-buku yang memiliki gambar atau ilustrasi yang menarik akan
merangsang rasa ingin tahu anak sehingga mampu membangkitkan motivasi
untuk membacanya. Buku cerita bergambar juga dapat digunakan sebagai
sarana literasi yang bisa digunakan para siswa. Peneliti tertarik untuk
mengembangkan prototipe buku cerita bergambar mengenai pendidikan
lingkungan hidup. Peneliti kemudian melakukan wawancara dan menyebarkan
angket.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Peneliti melakukan pengambilan data melalui wawancara dan angket.
Peneliti melakukan wawancara dengan dua guru kelas IV di SDN 01 Sejiram
dan SDN 02 Sejiram. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti
memperoleh informasi bahwa masih kurangnya media pembelajaran yang
dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi pelestarian lingkungan.
Berdasarkan pengalaman kedua guru kelas IV dalam mengajar belum ada
yang menggunakan buku cerita bergambar dalam mengajar dan
menyampaikan materi terkait materi pelestarian lingkungan pada Tema 3
“Peduli Terhadap Lingkungan Hidup” Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”
Pembelajaran 1. Berdasarkan wawancara dengan kedua guru kelas IV SD,
peneliti juga mendapatkan informasi bahwa dalam menjelaskan materi
lingkungan belum ada yang menjelaskan mengenai pelestarian hutan. Kedua
guru kelas IV berpendapat bahwa belum terdapat buku cerita bergambar yang
dipakai untuk media pembelajaran, namun mereka mengatakan bahwa buku
cerita bergambar dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dalam
memberikan materi mengenai pelestarisan lingkungan. Untuk memperkuat
data peneliti menyebarkan angket kepada siswa kelas IV SD.
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar oleh peneliti kepada siswa
kelas IV SD diperoleh data sebanyak 70% siswa merasa bosan dan tidak
tertarik untuk membaca buku yang tidak disertai gambar dan sebanyak 60%
siswa setuju bahwa mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran
dengan menggunakan buku cerita bergambar. Namun, sebanyak 90% siswa
berpendapat belum pernah menggunakan buku cerita bergambar tentang
materi lingkungan hidup. Kemudian sebanyak 80% siswa menyatakan bahwa
guru tidak menggunakan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas IV SD, peneliti
menyimpulkan bahwa siswa merasa lebih mudah memahami materi
pembelajaran jika menggunakan media buku cerita bergambar namun pada
kenyataan proses belajar mereka tidak pernah menggunakan buku cerita
bergambar sebagai media pembelajaran dikarenakan ketidakketersediaan
media buku cerita bergambar di sekolah mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Peneliti tertarik mengembangkan prototipe buku cerita bergambar tentang
pelestarian lingkungan akhibat kebakaran hutan serta teknologi yang dapat
memantau dan memadamkan api. Dalam melakukan penyampaian materi
pelestarian lingkungan kepada siswa, guru juga mengalami kendala berupa
keterbatasan media pembelajaran. Guru menggunakan media berupa buku
guru, buku siswa, dan video dalam menyampaikan materi tersebut. Prototipe
buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan merupakan jenis cerita
bergambar informasi. Prototipe buku cerita bergambar yang dikembangkan
oleh peneliti berisi informasi mengenai pelestarian lingkungan hutan yang
dapat dilakukan dengan cara restorasi lahan. Kemudian pencegahan dan
penanganan bencana kebakaran hutan dapat dilakukan menggunakan
teknologi berupa aplikasi pemantau titik api dan teknik atau metode modern
dalam proses pemadaman api.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pengembangan buku cerita bergambar tentang
teknologi penanganan kebakaran hutan untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar?
2. Bagaimana kualitas produk buku cerita bergambar tentang teknologi
penanganan kebakaran hutan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengembangan prototipe cergam tentang teknologi penanganan
kebakaran hutan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
2. Mengetahui kualitas prototipe cergam tentang teknologi penanganan
kebakaran hutan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1. Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar menggunakan buku cerita
bergambar yang berisi tentang teknologi penanganan kebakaran hutan.
2. Bagi Guru
Buku cerita bergambar ini diharapkan dapat menjadi sarana literasi
bagi guru dalam menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya
pelestarian lingkungan.
3. Bagi Sekolah
Buku cerita ini diharapkan dapat menambah media pembelajaran yang
menarik dalam kegiatan belajar-mengajar. Selain itu, buku cerita
bergambar ini juga dapat menambah koleksi buku bacaan di sekolah.
4. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam membuat
serta mengembangkan buku cerita bergambar sebagai sarana atau
media pembelajaran yang inovatif.
E. Definisi Operasional
1. Prototipe adalah model awal suatu produk yang akan dikembangkan
dan belum dipublikasikan secara luas.
2. Buku cerita bergambar adalah buku cerita yang disertai gambar yang
sesuai dengan isi cerita.
3. Teknologi penanganan kebakaran hutan adalah cara yang dilakukan
untuk mengurangi dampak kerusakan hutan akibat api berupa aplikasi
pemantau titik api, metode hujan buatan, dan Water Boombing serta
restorasi lahan.
4. Siswa kelas IV Sekolah Dasar adalah siswa berusia ± 9-11 tahun yang
menempuh pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD).
F. Spesifikasi Produk
1. Produk yang dihasilkan berupa prototipe buku cerita bergambar yang
berjudul “Teknologi untuk Memantau dan Mamadamkan Api”
mengacu pada materi kelas IV Sekolah Dasar Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup” Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Prototipe buku cerita bergambar terdiri dari cover depan dan belakang
kata pengantar, pengenalan tokoh, isi cerita daftar referensi atau
kepustakaan serta biografi penulis dan illustrator.
3. Prototipe buku cerita bergambar memiliki warna dan gambar illustrasi
yang menarik perhatian serta menggunakan bahasa yang sederhana
sehingga mudah dipahami siswa Sekolah Dasar.
4. Prototipe buku cerita bergambar dicetak portrait menggunakan kertas
Ivory untuk cover depan dan belakang dan kertas art paper untuk isi
cerita dengan ukuran A5.
5. Prototipe buku cerita bergambar terdapat 18 halaman, 2 halaman untuk
cover, 1 halaman untuk kata pengantar, 1 halaman untuk pengenalan
tokoh, 11 halaman untuk isi cerita, 1 halaman untuk daftar referensi, 1
halaman untuk bio penulis dan illustrator, dan 1 halaman untuk
pertanyaan mendalam.
6. Prototipe buku cerita bergambar berisi cerita mengenai penyebab dan
dampak kebakaran hutan, teknologi yang dapat digunakan untuk
memantau titik api dan teknik yang digunakan untuk memadamkan
kebakaran hutan, kemudian upaya yang dapat dilakukan untuk
pemulihan lahan yang rusak akibat terbakar.
7. Prototipe buku cerita bergambar yang peneliti buat tersedia dalam
bentuk pdf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan tentang landasan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Landasan teori terdiri dari beberapa bagian yaitu kajian pustaka
hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian, yaitu
teori pendidikan lingkungan hidup, pendidikan lingkungan hidup berbasis
pendekatan STEAM, kebakaran hutan, media pembelajaran, buku cerita
bergambar, literasi tugas-tugas perkembagan anak Sekolah Dasar, dan
karakteristik siswa Sekolah Dasar.
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
a. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Koesoema (2007:53) menyatakan pendidikan merupakan sebuah
proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan,
membuat yang tidak tertata atau liar menjadi semakin tertata, semacam
proses penciptaan sebuah kultur dan tata keteraturan dalam diri maupun
dalam diri orang lain. Kurniawan (2013: 26) berpendapat bahwa
pendidikan mempunyai definisi yang luas, yang mencakup semua
perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-
nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta
keterampilan pada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan
mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani bagitu
pula rohani. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan sebuah proses yang dilakukan secara terus
menerus dengan tujuan mempersiapkan seseorang agar dapat memenuhi
fungsi hidup mereka secara tertata. Salah satu pendidikan yang penting
diterapkan sejak dini ialah pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan
lingkungan hidup merupakan suatu upaya untuk menanamkan kesadaran
dalam upaya pelestarian lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Lingkungan merupakan salah satu unsur yang penting dalam
kehidupan manusia, karena lingkungan tidak saja sebagai tempat manusia
beraktivitas, tetapi lingkungan juga merupakan tempat yang mendukung
segala aktivitas yang dilakukan oleh makhluk hidup. Semua kebutuhan
manusia sudah tersedia di lingkungan, sehingga manusia berupaya untuk
mengeksploitasinya. Dengan adanya interaksi tersebut, maka kondisi
lingkungan akan dipengaruhi oleh perilaku manusia (Hamzah, 2013: 1).
Menurut Supardi (2009: 11) lingkungan hidup dapat di definisikan sebagai
daerah tempat suatu makhluk hidup berada, keadaan atau kondisi yang
melingkupi suatu makhluk hidup, keseluruhan keadaan yang meliputi
suatu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk hidup. Sedangkan
menurut Gustavo (Hamzah, 2013:5) lingkungan hidup adalah jumlah total
dari semua kondisi yang mempengaruhi eksistensi, pertumbuhan, dan
kesejahteraan dari suatu organisme yang ada dibumi. Chiras (dalam
Hamzah, 2015:5) mengatakan bahwa lingkungan hidup adalah semua
faktor yang mempengaruhi organisme. Menurut Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, lingkungan hidup dinyatakan sebagai kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi keberlangsungan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan lingkungan hidup adalah suatu tempat yang memiliki
segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup dan dipengaruhi
oleh perilaku makhluk hidup itu sendiri. Hal ini membuat kita harus
berpikir bagaimana upaya yang harus dilakukan agar masyarakat dapat
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Upaya perlindungan dan
pelestarian lingkungan dapat ditanamkan melalui pendidikan yaitu
pendidikan lingkungan hidup.
Pendidikan lingkungan hidup (PLH) adalah suara program
pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki
pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta
bertanggungjawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Pratomo,
2009:8). Pendidikan lingkungan hidup menurut Daryanto (2013:1) adalah
pendidikan tentang lingkungan hidup dalam bagian penyuluhan secara
langsung maupun secara tidak langsung dalam membentuk kepribadian
serta pola pikir sehingga dapat merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya menjaga dan melestarikan
lingkungan yang merupakan tempat berlangsungnya kehidupan makhluk
hidup yang seimbang. Pendidikan lingkungan hidup juga merupakan suatu
proses pengembangan apresiasi akan saling ketergantungan antara
manusia biofisik dan binaannya sehingga terbina sikap dan nilai mau
memelihara keselarasan hubungan antara komponen-komponen
lingkungan hidup (Yusuf, 1994). Pada dasarnya pendidikan lingkungan
hidup bertujuan untuk merubah perilaku individu menjadi perilaku positif
terhadap lingkungan (perilaku ramah lingkungan). Kenyataannya upaya
pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah secara umum baru sampai pada tahap
peningkatan pengetahuan, belum mampu mendorong terjadinya perubahan
perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan (Meilani, 2011).
Pendidikan lingkungan hidup perlu diketahui siswa sejak dini
karena mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia dan
layak untuk dipertahankan. Pendidikan sejak dini mengenai lingkungan
hidup merupakan upaya untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran,
sikap dan perilaku bertanggung jawab untuk merawat, menjaga dan
memelihara lingkungan yang ada demi keberlangsungan hidup makhluk
hidup. Oleh sebab itu, sejak sekolah dasar anak-anak sudah mulai
diperkenalkan dengan pendidikan lingkungan hidup untuk ikut serta
berperan dalam menjaga dan merawat lingkungan sebagai bekal kehidupan
untuk masa yang akan datang. Moral lingkungan yang melekat pada diri
manusia apabila ditanamkan sejak dini dan dilaksanakan dengan penuh
kesadaran akan terwujud pada kepedulian terhadap lingkungan yang
membimbingnya pada perilaku yang beretika pada lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup (PLH) didasarkan pada empat pilar
pendidikan (Anisa Muslicha, 2015 : 112) sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1) Pendidikan untuk mengetahui dan memahami lingkungan hidup
dengan segala aspeknya (learning to know).
2) Pendidikan untuk menanamkan sikap, kemampuan dan
keterampilan dalam melestarikan lingkungan (learning to do).
3) Pendidikan untuk menanamkan cara hidup bersama di bumi yang
harus diamankan kelestariannya bagi generasi yang akan datang
(learning to live together).
4) Pendidikan untuk menanamkan keyakinan mendalam bahwa
manusia merupakan bagian dari alam, bahwa manusia merupakan
teman dan bukan lawan alam, serta dalam kehidupannya harus
bertindak secara ramah dan bijaksana memperlakukan alam
(learning to be).
b. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup
Tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut konferensi Tbilisi
1977 (Hamzah, 2013:40) adalah : (1) untuk membantu menjelaskan
masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antar
ekonomi, sosial, politik, ekologi di kota maupun wilayah pedesaan, (2)
untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, komitmen, dan kemampuan
yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan, dan (3)
untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, kelompok, dan
masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Sedangkan
tujuan yang ingin dicapai tersebut meliputi aspek pengetahuan, sikap,
kepedulian, keterampilan, dan partisipasi.
Konferensi Tbilisis 1977 (dalam Pendidikan Lingkungan, 2013:
48-49) lebih lanjut merinci tujuan yang ini dicapai tersebut yang meliputi
aspek sebagai berikut :
1) Pengetahuan, untuk membentuk siswa memperoleh pemahaman
dasar tentang lingkungan hidup secara keseluruhan dan masalah-
masalah yang berhubungan dengannya.
2) Sikap, untuk membantu siswa memperoleh seperangkat nilai-nilai
dan sikap peduli terhadap lingkungan hidup, motivasi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki, dan melindungi
lingkungan hidup.
3) Kepedulian, untuk membantu siswa mengembangkan kepedulian
dan sesitivitas terhadap lingkungan hidup secara keseluruhan dan
masalah-masalah di dalamnya.
4) Keterampilan, untuk membantu siswa memperoleh keterampilan
dalam mengidentifikasi, menyelidiki, dan memecahkan masalah-
masalah lingkungan hidup.
5) Partisipasi, untuk memberikan kesempatan pada siswa secara aktif
memasuki semua jenjang pekerjaan pada masa datang yang
berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari pendidikan lingkungan hidup ialah membantu siswa memperoleh
pehaman dasar yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, kepedulian,
keterampilan dan partisipasi dalam melindungi, merawat dan memperbaiki
lingkungan.
c. Pendidikan Lingkungan Hidup di Kurikulum 2013 Kelas IV SD
Peneliti memilih pembelajaran tematik yang ada dikelas IV pada
tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk Hidup” subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”. Muatan pelajaran yang terdapat dalam tema 3 subtema 3
ialah IPA, Bahasa Indonesia dan IPS. Pelajaran IPA mempelajari
mengenai betapa pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber
daya alam di lingkungan sekitar. Pelajaran Bahasa Indonesia mempelajari
tentang menggali informasi penting melalui wawancara. Sedangkan
pelajaran IPS mempelajari mengenai karakteristik ruang dan pemanfaatan
sumber daya alam yang ada untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan
mensejahterakan masyarakat.
Melalui pembahahasan tentang pembelajaran di kelas IV Tema 3
“Peduli Terhadap Makhluk Hidup”, Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”,
peneliti akan mendalami mata pelajaran IPA yaitu mengenai betapa
pentingnya upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di
lingkungan sekitar. Khususnya, peneliti akan membahas mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pembuatan hujan buatan terkait dengan teknologi untuk memadamkan
kebakaran hutan pada musim kemarau. Pendidikan lingkungan hidup
terdapat di kurikulum 2013 di Sekolah Dasar pada setiap jenjang dari kelas
I sampai VI. Tabel dibawah ini merupakan uraian salah satu tema pada
pembelajaran tematik SD dari kelas I sampai kelas VI yang berkaitan
dengan pendidikan lingkungan hidup yang terdapat di buku peserta didik.
Tabel 2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup dalam
Pembelajaran Tematik SD
Kelas Tema Kegiatan Peserta Didik
I 6
“Lingkungan,
Bersih Sehat, dan
Asri”
Siswa diajak melakukan kegiatan kerja
bakti membersihkan lingkungan sekitar,
baik di rumah maupun disekolah agar
lingkungan bersih, sehat, dan asri.
II 4
“Hidup Bersih dan
Sehat”
Siswa diajak membersihkan kelas dan
lingkungan sekitar sekolah supaya tidak
ada tumpukan sampah yang menjadi
sarang lalat dan serangga lainnya.
6
“Merawat Hewan
dan Tumbuhan”
Siswa diperkenalkan dengan jenis-jenis
hewan peliharaan, cara merawatnya
kemudian diajarkan langkah-langkah
menanam atau memberi pupuk pada
tanaman.
III 2
“Menyayangi
Tumbuhan dan
Hewan”
Siswa belajar tentang manfaat tumbuhan
dan hewan, ciri-ciri tumbuhan dan hewan,
cara merawat tumbuhan dan hewan, serta
apa yang dihasilkan oleh tumbuhan dan
hewan.
8
“Bumi dan Alam
Semesta”
Siswa diajarkan untuk menjaga bumi yang
merupakan tempat tinggal manusia,
hewan, dan tumbuhan serta cara
pemanfaatan sumber daya alam dengan
baik dan bijak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
IV 3
“Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Siswa diajarkan untuk mengenali
bagaimana sikap-sikap yang
mencerminkan peduli terhadap makhluk
hidup dan belajar tentang pelestarian
lingkungan.
V 8
“Lingkungan
Sahabat Kita”
Siswa diajarkan hubungan manusia
dengan lingkungan dan bagaimana
caranya memanfaatkan dan merawat
lingkungan dengan baik
VI 1
“Selamatkan
Makhluk Hidup”
Siswa diajak untuk mengetahui upaya-
upaya yang harus dilakukan manusia
untuk mencegak kerusakan pada
lingkungan dan kepunahan hewan dan
tumbuhan.
Berdasarkan materi pendidikan lingkungan dipelajaran tematik
kurikulum 2013 di atas, prototipe buku cerita bergambar yang
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan materi pelestarian lingkungan
di kelas IV Tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”, Subtem 3 “Ayo
Cintai Lingkungan” Pembelajaran 1. Muatan pembelajaran yang
terintegrasi, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Kompetensi Dasar
pada mata pelajaran IPA, yaitu 3.8 Menjelaskan pentingnya upaya
keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya. 4.8
Melakukan kegiatan upaya pelestarian sumber daya alam bersama orang-
orang di lingkungannya. Kemudian, Kompetensi Dasar mata pelajaran
IPS, yaitu 3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan
sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat
kota/kabupaten sampai tingkat provinsi. 4.1 Menyajikan hasil identifikasi
karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk
kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat
provinsi. Selanjutnya Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia, yaitu 3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
wawancara menggunakan daftar pertanyaan. 4.3 Melaporkan hasil
wawancara menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif dalam bentuk
teks tulis.
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Kelas IV Tema 3 Subtema 3
Pembelajaran 1
Mata Pelajaran Kampetensi Dasar
IPA
3.8 Menjelaskan pentingnya upaya keseimbangan dan
pelestarian sumber daya alam di lingkungannya.
4.8 Melakukan kegiatan upaya pelestarian sumber
daya alam bersama orang-orang di lingkungannya.
IPS
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan
pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat
provinsi.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik ruang
dan pemanfaatan sumber daya alam untuk
kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten
sampai tingkat provinsi.
Bahasa
Indonesia
3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui
wawancara menggunakan daftar pertanyaan.
4.3 Melaporkan hasil wawancara menggunakan
kosakata baku dan kalimat efektif dalam bentuk teks
tulis.
Pada Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA memuat materi
pembahasan mengenai upaya pelestarian sumber daya alam yang ada di
lingkungan dan membahas mengenai hewan yang terawat atau tidak
terawat. Pada Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS, materi
pembelajarannya mengenai sumber daya alam, manfaat dan cara menjaga
kelestariannya. Cara menjaga kelestarian sumber daya alam dapat
dilakukan dengan menggunakan sebuah teknologi. Berdasarkan materi
tersebut peneliti tertarik membuat prototipe buku cerita bergambar dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mengkoloborasikan materi pelestarian lingkungan dan pemanfaatan
sumber daya alam dengan teknologi untuk memantau dan memadamkan
kebakaran hutan. Pada Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa
Indonesia, materi pembelajarannya membuat daftar pertanyaan wawancara
dan melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi baru.
Berdasarkan Kompetensi Dasar dan materi bahasan dalam setiap
muatan pembelajaran diatas mengintegrasikan ketiga muatan pelajaran
dalam sebuah subtema yang membahas manfaat lingkungan dan
pelestarian lingkungan, termasuk cara untuk melestarikan lingkungan.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengembangkan prototipe
buku cerita bergambar tentang teknologi untuk memantau dan
memadamkan kebakaran hutan. Keterkaitan antar tema dan subtema yang
ada dikelas IV akan dikaitkan lagi dengan pembelajaran STEAM (Science,
Technology, Enginnerin, Arts, and Mathematics).
2. Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Pendekatan STEAM (Science,
Technology, Engineering, Art and Mathematic)
STEAM merupakan singkatan Science, Technology, Engineering, the Arts
and Mathematics. Buinicontro (2017) mendefinisikan STEAM sebagai
integrasi disiplin ilmu seni kedalam kurikulum dan pembelajaran pada
wilayah sains, teknologi, teknik dan matematika yang sebelumnya dikenal
sebagai STEM. STEAM merupakan disiplin ilmu yang mengintegrasikan
sains, teknologi, teknik, seni dan matematika menjadi sebuah pendekatan
terpadu yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran. STEAM sebagai
sebuah pendekatan pembelajaran merupakan sebuah sarana bagi anak untuk
menciptakan ide atau gagasan melalui kegiatan berpikir dan bereksplorasi
dalam memecahkan masalah. Anak usia sekolah dasar diharapkan memiliki
kemampuan hidup sebagai anak yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif.
Harapan ini dapat dilaksanakan melalui pendekatan pembelajaran berbasis
STEAM yang menawarkan pendidikan meta disiplin ilmu dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Buinicontro (2017) yang menyatakan bahwa
integrasi pada STEAM akan dapat memberikan kesempatan baru kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran desain secara langsung
dan menghasilkan produk dengan kemampuan kretivitas dan pemecahan
masalah yang baik.
STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang
kemudian berkembang menjadi STEAM (Science, Technology, Engineering,
the Arts and Mathematics) dengan penambahan ‘Art’, telah mendapatkan
popularitas dikalangan pendidik, orang tua, perusahaan, dan lembaga
diberbagai negara sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan siswa untuk
pendidikan tinggi dan bekal keterampilan serta pengetahuan. Pembelajaran
yang relevan dalam mempersiapkan siswa untuk menjadi inovator di dunia
yang terus berkembang adalah hal yang sangat penting, tidak hanya untuk
masa depan siswa saat ini tetapi untuk masa depan bangsa. Pendekatan
STEAM memiliki beberapa kelebihan dalam proses pelaksanaannya
(Hadinugrahaningsih,T.,dkk.2017:21) antara lain (1) pendekatan STEAM
menunjukkan hasil yang positif dalam pengetahuan sains siswa, (2)
pendekatan STEAM mengajarkan siswa berpikir untuk menyelesaikan
masalah secara aktif, kreatif dan inovatif, (3) melalui teknologi, siswa mampu
mengkreasikan ide-idenya ke dalam teknologi terkini, (4) pendekatan STEAM
dapat menjebatani konsep yang abstrak secara matematis ke dalam sains,
teknologi, inkuiri dan seni, (5) terintegrasinya seni/art kedalam STEAM akan
menumpuk kreativitas siswa dalam menciptakan alat belajar yang
menyenangkan, (6) pendekatan STEAM siswa dapat mengaplikasikan hasil
belajar yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran menggunakan pendekatan STEAM muncul sebagai
tanggapan terhadap kebutuhan untuk meningkatkan minat dan keterampilan
siswa dalam bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics
(Quigley, Herro, & Jamil, 2017). STEAM menggabungkan “Art” (seni) dalam
pembelajaran STEM untuk tujuan meningkatkan keterlibatan siswa,
kreativitas, inovasi, keterampilan pemecahan masalah, dan manfaat kognitif
lainnya (Liao, 2016). Penambahan “Art” pada kerangka STEM adalah penting
sebagai praktik, seperti pemodelan, mengembangkan kejelasan, dan
memunculkan kritikan dan evaluasi (argumentasi), yang selama ini sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ditekankan dalam kontek pendidikan matematika dan sains. Seni dapat dilihat
sebagai cara dimana siswa dapat merenungkan, membuat, mengekspresikan,
dan mewakili ide-ide: sebagai alternatif selain membaca, menulis, berbicara
dan mendengarkan.
STEAM dibagi menjadi tiga level atau tingkatan. Level 1, proyek yang
diberikan bersifat pendek, artinya hanya membutuhkan waktu yang singkat (2-
6 periode pembelajaran). Level 2, lama penyelesaian proyek bisa dalam kurun
waktu 1-3 bulan dan siswa diminta untuk membuat laporan dalam bentuk e-
portofolio, poster, video dan lain sebagainya. Sedangkan level 3, proyek
bersifat long term project yang membutuhkan waktu 5-6 bulan dan siswa
diminta untuk membuat penelitian/invensi/temuan baik secara individu
maupun kelompok (Saputra,2017). Memicu kreativitas dalam pembelajaran
STEAM diperlukan untuk meningkatkan pemikiran siswa agar lebih mandiri
dan fleksibel, serta efikasi diri kreatif dan keterampilan pemecahan masalah
yang kreatif. Oleh karena itu, guru diharapkan untuk dapat memodelkan nilai-
nilai dan perilaku kreativitas dengann tetap mempertahankan suasana kelas
yang mendukung.
Berdasarkan penjelasan STEAM di atas, peneliti tertarik untuk
menggunakan pendekatan STEAM dalam pembelajaran. Lima aspek ilmu
pada pendekatan STEAM merupakan materi untuk mengembangkan buku
cerita bergambar. Ilmu sains mengajarkan tentang upaya atau cara pelestarian
hutan dan bahaya kebakaran hutan bagia masyarakat. Teknologi dan teknik
berhubungan dengan teknologi yang digunakan berupa aplikasi pemantau titik
api yaitu aplikasi SiPongi dan Lapan : Fire Hotspot, metode pemadaman
kebakaran hutan berupa metode water boombing dan hujan buatan. Seni atau
art terlihat pada gambar-gambar dan warna prototipe buku cerita bergambar.
Keindahan gambar-gambar yang mendukung illustrasi cerita menambah daya
tarik bagi pembaca. Penerapan konsep matematika terletak pada jumlah
takaran air yang dipakai dalam menerapkan teknik water boombing serta
kadar potensi hujan pada suatu awan. Melalui pendekatan STEAM yang
mengintegrasikan materi pelestarian lingkungan peneliti tertarik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mengembangkan prototipe buku cerita bergambar tentang teknologi untuk
memantau dan memadamkan kebakaran hutan.
3. Kebakaran Hutan
Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya
terkandung keanegaraman hayati. Oleh karena itu pemanfaatan hutan dan
perlindungannya diatur dalam UUD 45, UU No.5 tahun 1990, UU No.23
tahun 1997, UU No.41 tahun 1999, PP No.28 tahun 1985 dan beberapa
keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa Dirjen PHPA dan Dirjen
Pengusahaan Hutan (Irwandi,dkk. 2016:202). Namun gangguan terhadap
sumberdaya hutan terus berlansung bahkan intensitasnya semakin meningkat.
Permasalahan lingkungan yang diangkat oleh peneliti ialah kasus kebakaran
hutan yang terjadi di wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia yang biasanya
sering terjadi kebakaran hutan pada musim kemarau ialah wilayah Sumatera,
Kalimantan, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Kebakaran hutan dan lahan
yang terjadi di berbagai daerah telah menyababkan berbagai masalah yang
pelik dan luas. Luasannya mencapai 2,6 juta hektar yang sebagian besar
berada di kawasan rawa gambut (BNPB,2015). Kebakaran hutan merupakan
fenomena yang sering terjadi di Indonesia dan pada saat ini dipandang sebagai
bencana regional dan global. Kebakaran hutan bukanlah hal baru yang terjadi
di Kalimantan. Pada tahun 1980 terjadi peningkatan luas dan intensita
terjadinya di Sumatera dan Kalimantan. Kebijakan pemerintah pada tahun
1980 yang membuka konsesi hutan, mengubah hutan alam menjadi
perkebunan, transmigrasi, pengembangan irigasi dan perluasan pertanian
diduga menjadi penyebab utama meningkatnya luas kebakaran hutan dan
terjadinya kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun (Prayoga,
Muhamad.,dkk. 2018:2).
Pada tahun 2015 kebakaran hutan dan lahan sudah berlarut-larut dan
menimbulkan dampak bagi lingkungan dan ekonomi nasional. Kebakaran
hutan seolah menjadi kasus rutin yang terjadi setiap tahun dengan waktu dan
tempat yang relatif sama.
Tabel 2.3 Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan di Indonesia
No. Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1 Riau 26.000 74.500 1.060.000 1.077.500 6.301.100 2.025.420
2 Jambi 2.500 89.000 11.250 199.100 3.470.605 92.500
3 Sumsel 84.500 484.150 8.504.860 101.570
4 Kalbar 577.400 22.700 2.556.100 900.200
5 Kalteng 22.000 55.150 3.100 4.022.852 655.780
Sumber: SiPongi.menlhk.go.id
Dari tabel 2.2 di atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 ke tahun 2014
rekapitulasi luas kebakaran hutan semakin bertambah, namun di tahun 2015
luas kebakaran hutan berangsur berkurang. Rakpitulasi terparah terjadi di
Sumatera Selatan kemudian disusul oleh Riau pada tahun 2014. Itu artinya
pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang sangat banyak terkait kebakaran
hutan yang harus segera ditangani dan dibenahi agar tidak menjadi masalah
yang terus menerus berlanjut.
a. Penyebab
Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh dua faktor
utama, yaitu faktor alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak
terkontrol. Faktor alami yaitu pengaruh El-Nino yang menyebabkan
kemarau berkepanjangan sehingga tanaman menjadi kering. Tanaman
kering merupakan bahan bakar potensial jika terkena percikan api yang
berasal dari batubara yang muncul dipermukaan ataupun dari pembakaran
lainnya baik disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran permukaan
(surface fire). Dua tipe kebakaran tersebut merusak semak belukar dan
tumbuhan bawah hingga bahan organik yang berada dibawah lapisan
serasah seperti humus, gambut, akar pohon ataupun kayu yang melapuk.
Faktor alami lainnya dikarenakan tersambar petir dan aktivitas vulkanis.
Aktivitas vulkanis khususnya diwilayah pegunungan berapi. Wilayah
hutan gunung berapi dapat terbakar ketika terjadi aktivitas vulkanik.
Contohnya ketika gunung berapi meletus, lahar dari gunung berapi
tersebut mengenai hutan dilingkungan berapi itu sehingga hutan
mengalami kebakaran.
Faktor kegiatan manusia yang menyebabkan kebakaran hutan dan
lahan antara lain adanya kegiatan pembukaan lahan dengan teknik tebang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tebas-bakar yang tidak terkontrol, biasanya dilakukan oleh masyarakat
setempat maupun perusahaan besar. Kemudian faktor ketidaksengajaan
atau kelalaian oleh manusia ialah adanya kegiatan pembuatan api unggun
didalam hutan, namun bara bekas api unggun tersebut tidak dipadamkan,
membuang putung rokok sembarangan di hutan tanpa mematikannya serta
membuang sampah di hutan seperti sampah botol kaca. Pantulan matahari
ke botol kaca tersebut dapat menimbulkan munculnya api jika terpantul ke
daun kering atau ranting kayu yang sudah kering. Kelalaian manusia yang
seperti itu dapat menimbulkan kebakaran di hutan, oleh sebab itu
seharusnya masyarakat lebih memperhatikan lagi keadaan sekitar terutama
pada saat sedang melakukan suatu kegiatan di dalam hutan. Kesadaran dan
kepedulian terhadap keadaan di dalam hutan perlu ditanamkan agar tidak
menyebabkan dampak lanjutan dari kelalaian tersebut.
b. Dampak
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam skla besar
terjadi pada tahun 1982-1983, 1991, 1994, 1997-1998, 2006, dan dan
2015. Peristiwa kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 yang kembali
mengancam Indonesia khususnya di Sumatera, Kalimantan, dan Papua
telah menyebabkan 80% wilayah Sumatera dan Kalimantan tertutup asap
pekat. Dampak kebakaran yang sangat dirasakan manusia berupa kerugian
ekonomis. Kerugian ekonomis yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan
seperti tegakan pohon hutan yang biasa digunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya akan bahan bangunan, bahan makanan, dan obat-
obatan, serta satwa untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani dan
rekreasi. Kerugian lainnya berupa kerugian ekologis. Kerugian ekologis
yaitu kerugian yang diakibatkan oleh berkurangnya luas wilayah hutan,
tidak tersedianya udara bersih serta hilangnya fungsi hutan sebagai
pengaturan tata air dan pencegahan erosi.
Dampak global dari kebakaran hutan dan lahan yang langsung
dirasakan adalah pencemaran udara dari asap yang ditimbulkan. Suryani
(2012) kabut asap mengandung sulfur dioksida (So₂), ozon (O₃),
karbonmonoksida(CO), dan nitrogen dioksida (No₂). Oleh sebab itu kabut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
asap yang terhirup dapat mengakibatkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), Asma, penyakit paru-paru, penyakit jantung, dan iritasi pada kulit
dan mata serta dapat mengganggu aktifitas sehari-hari Rasyid (2014).
Peristiwa kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-
1998, 2002-2005, 2011-2015 menghasilkan asap yang juga dirasakan oleh
masyarakat Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam serta
mengancam terganggunya hubungan transportasi udara antar negara. Salah
satu contohnya adalah pada awal Oktober 2011 sebagian besar wilayah
Malaysia diselimuti kabut sepanjang hari. Penyebabnya tak lain adalah
kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Pada
tahun 2015, dampak yang ditimbulkan oleh kabut asap yang besar
sehingga sangat banyak warga mengalami sesak nafas dan tidak bisa
mendapatkan obat-obatan karena tidak adanya pos kesehatan yang
memadai. Dampak ini bukan hanya menyerang orang dewasa namun juga
anak kecil juga turut merasakannya (Prayoga, Muhammad.,dkk, 2018:3).
Kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan membawa
kerugian lainnya di sektor ekonomi dan transportasi. Besarnya alokasi
dana yang dibutuhkan untuk menangani masalah kebakaran hutan dan
kabut asap ini berdampak pada timbulnya masalah pada kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat yang juga cukup tinggi. Kabut asap mempengaruhi
penurunan pendapatan masyarakat sebagai akibat dari naiknya
pengeluaran rumahtangga atas biaya kesehatan dan penurunan pendapatan
sektor transportasi akibat terganggunya kegiatan usaha. Sektor transportasi
darat, laut, dan udara mengalami dampak yang cukup besar karena adanya
kabut asap. Gangguan transportasi yang utama adalah karena
terganggunya jarak pandang sehingga mempengaruhi keselamatan
perjalanan. Dampak kebakaran hutan dan lahan yang sangat serius adalah
terjadinya kabut asap yang mengganggu kesehatan dan sistem transportasi
darat, laut, dan udara. Kerusakan yang diakibatkan oleh bencana
kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 lalu seluas 2,61 juta ha hutan
dan lahan terbakar dengan kerugian ekonomi mencapai Rp 221 triliun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(Endrawati, 2016:1). Maka dari itu, perlu dilakukan berbagai upaya serius
untuk menanggulanginya.
c. Pencegahan
1) Kanal
Kanal adalah saluran air yang dibuat di lahan gambut yang mudah
terjadi kebakaran hutan. Dengan adanya kanal ini, penurunan
permukaan air di lahan gambut dapat dicegah dan lahan gambut di
sekitarnya akan tetap basah dan sulit terbakar. Keberadaan kanal atau
parit di dalam lahan atau hutan gambut dengan kondisi fisik berupa
kolam yang selalu tergenang disaat musim kemarau dapat
dimanfaatkan sebagai sekat bakar (pemisah bahan bakar dan
menghambat penyebaran api) serta tandon air untuk pelaksanaan
pemadaman. Khusus untuk parit yang telah diindikasikan sebagai
penyebab terjadinya penurunan muka air tanah, perlu dilakukan
penyekatan. Kegiatan ini ditujukan juga untuk memperbaiki kondisi
hidrologi di lahan gambut. Naiknya muka air di lahan gambut akan
menyebabkan lahan gambut tetap lembab, mempercepat proses suksesi
alami dan mendukung kegiatan rehabilitasi serta kondisi rawan
kebakaran akan menurun. Kegiatan pembuatan kanal merupakan salah
satu upaya untuk mengikutsertakan masyarakat agar berpartisipasi
aktif dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan yang disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi dan
budayanya.
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) telah
menandatangani nota kerja sama dengan United Kingdom Climate
Vhange Unit (UKCCU) pada Januari 2018 untuk kegiatan “Tata kelola
Hutan dan Lahan Gambut untuk Mengurangi Emisi di Indonesia
melalui Kegiatan Lokal (TEGAK)” senilai 3 juta poundsterling. Kerja
sama ini fokus dalam upaya restorasi lahan gambut di Indonesia
selama 2 tahun guna mendukung pemerintah Indonesia dalam
mengurangi kejadian kebakaran hutan, lahan gambut dan lahan
pertanian di lima provinsi di Indonesia yaitu Riau, Jambi, Sumatera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Melalui kerja sama
ICCTF-UKCCU, saat ini ICCTF menyalurkan pendanaan kepada 11
mitra pelaksanaan yang mengimplementasikan program kegiatan di
kawasan gambut termasuk diantaranya membuat sekat kanal (canal
bloking).
Sumber: https://www.borneonews.co.id/berita/42013-pembuatan-kanal-
di-lahan-gambut-kontradiktif-dengan-program-restorasi
Gambar 2.1 Kanal di Wilayah Kalimantan Tengah
2) Sumur Bor
Pembuatan sumur bor di kawasan gambut dipercaya sebagai
langkah pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan. Kehadiran
sumur bor juga dinilai sebagai langkah yang cepat, pasalnya bisa
menjadi cara paling efisien untuk mendekatkan sumber air ke lokasi
rawan kebakaran. Sebelumnya, akses air yang jauh menjadi salah satu
masalah dalam pemadaman. Akan tetapi, dengan adanya sumur bor,
tidak hanya membuat penanggulangan kebakaran lahan dapat
dilakukan segera, tapi juga membawa manfaat lain, yakni pembasahan
lahan gambut secara berkala dengan mudah. Kepala BRG Nazir Foead
(2016) menyatakan pembuatan sumur bor menjadi langkah jangka
pendek untuk restorasi gambut. Pasalnya, jika hanya mengandalkan
sekat kanal, akan butuh waktu yang panjang.
Salah satu program yang didukung pendanaannya oleh ICCTF-
UKCCU adalah program “Pembuatan Sumur Bor dan Sekat Bakar
untuk Pencegahan Kebakaran Gambut di Kalimantan Tengah” yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
diimplementasikan oleh mitra pelaksana Pusat Pengendalian
Kebakaran Hutan (P2KLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada masyarakat Universitas Palangka Raya selama Februari-
Desember 2017. Pembuatan sumur bor merupakan salah satu solusi
untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan gambut karena
mampu memenuhi fungsi pembasahan lahan gambut. Sumur bor yang
ditempatkan secara teratur dan dalam pola yang teratur mengikuti garis
dalam sekat bakar, akan mempermudah pembasahan gambut dan
pencegahan kebakaran.
Sumber: https://riaulink.com/news/detail/7125/brg-periksa-skat-kanal-
dan-sumur-bor-untuk-optimalisasi-pembasahan-gambut
Gambar 2.2 Sumur Bor di Area Gambut Kalimantan Tengah
d. Penanganan
1) Aplikasi Pemantau Titik Api
a) SiPongi
SiPongi adalah sistem informasi deteksi dini pengendalian
kebakaran hutan dan lahan yang berbasis aplikasi dan web. SiPongi
berbasis data bernama satelit NOAA dan Tera serta dibantu cahaya
matahari. SiPongi merupakan aplikasi yang diluncurkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) guna
meminimalisir bencana kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Aplikasi SiPongi dapat dilihat dalam halaman web
http://sipongi.menlhk.go.id/ dan aplikasi SiPongi yang dapat
diunduh di play store atau app store secara gratis.
Gambar 2.3 Tampilan awal aplikasi SiPongi
Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk melakukan upaya
pencegahan kebakaran hutan dengan lebih cepat, sehingga dapat
dikurangi resiko ancaman kebakaran hutan. Cara kerja aplikasi
SiPongi adalah menangkap suhu dan luasan titik api, lalu
disampaikan ke pusat informasi dan ditampilkan ke web. Aplikasi
SiPongi terdapat dua tampilan yang bisa dibuka masyarakat dan
pihak internal KLHK (kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan) dengan unit-unit terkait dalam permasalahan
kebakaran hutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Cara penggunaan aplikasi SiPongi sebagai berikut
(SiPongi-klhk,2016) :
1) Akses Aplikasi
Untuk memulai menggunakan aplikasi, ketik
http://sipongi.menlhk.go.id/ laporan_dalkarhutla_mitra/ pada
kolom Address di web browser anda, kemudian tekan enter
atau klik tombol Go. Kemudian akan tampil window untuk
Login.
2) Login
Pengguna harus melakukan proses login untuk dapat
menggunakan aplikasi. Caranya, ketik pada kolom Username
(1) dan Password (2), lalu ketik tombol Masuk (3). User nama
dan Password yang digunakan dari akun user yang telah
terdaftar pada aplikasi ini.
Gambar 2.4 Tampilan Login
3) Operasi data
Terdapat sejumlah tombol pada penggunaan aplikasi ini :
1. Tambah (+): Untuk menambahkan data baru dari tabel yang
ada. Terletak pada pojok kiri atas
2. Detail: Untuk melihat lebih detail salah satu data. Terletak di
kolom “Opsi” pada tabel.
3. Edit: Untuk mengedit data. Terletak pada kolom “Opsi” pada
tabel atau terletak di pojok kanan atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
4. Hapus: Untuk menghapus data. Terletak di kolom “Opsi”
pada tabel.
5. Print/PDF: Untuk mengekspor ke dalam file format PDF
sehingga bisa dicetak. Terletak di pojok kanan atas.
6. Simpan: Untuk menyimpan data dari form yang diisikan saat
menambah atau mengedit data. Terletak di bawah form.
7. Reset: Untuk me-reset atau mengembalikan isisan data ke
isian data bawaan/default dari form pada saat menambah atau
mengedit. Terletak di bawah form.
8. Batal: Untuk membatalkan Menambah atau mengedit data.
Terletak di bawah form.
9. Filter: Untuk mem-filter data yang akan ditampilkan dari
wilayah, parameter atau waktu yang dipilih.
10. Informasi: Untuk memberikan informasi kepada User
mengenai format pengisian dan standar penilaian.
4) Menu
Terdapat menu pada aplikasi ini :
1. Menu Perusahaan: digunakan untuk pengelolaan data umum
perusahaan.
2. Menu Pelaporan Permen 32: digunakan untuk pengelolaan
data laporan perusahaan berdasarkan peraturan Menteri
Nomor 32 Tahun 2016.
3. Menu Pelaporan Hotspot: digunakan untuk pengelolaan data
laporan monitoring dan pengecekan lapangan (ground check)
hotspot.
4. Menu Rekap Laporan: digunakan untuk pengelolaan rekap
laporan perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.5 Tampilan Menu
5) User
User yang sudah melakukan proses login atau yang saat ini
aktif
1. Profil: untuk melihat profil user lebih detail
2. Keluar: untuk keluar dari aplikasi
Cara penggunaan aplikasi SiPongi di atas merupakan cara
penggunaan yang dikhususkan bagi yang memiliki wewenang
dalam pengawasan titik api yang ada di daerah Indonesia.
Sedangkan untuk masyarakat biasa tidak memerlukan akun untuk
masuk ke dalam aplikasi tersebut. Masyarakat yang ingin
menggunakan cukup mendownload aplikasi SiPongi dan
menggunakan aplikasi tersebut sesuai kebutuhan yaitu mengecek
titik api di Indonesia maupun daerah tertentu, melakukan laporan
melalui call center, mendapatkan informasi mengenai posko
kebakaran yang ada dan masih banyak layanan lainnya yang dapat
diakses masyarakat.
Masyarakat yang menggunakan aplikasi atau membuka
web SiPongi dapat mengecek data titik api mingguan yang terjadi
di daerah Indonesia. Berikut data titik api yang diambil pada
tanggal 14 Januari 2021 di aplikasi SiPongi yang dapat dibuka oleh
masyarakat :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Gambar 2.6 Tampilan Hotspot Mingguan
Selain dapat melihat perkembangan hotspot mingguan,
masyarakat juga melakukan laporan jika mengetahui adanya
kebakaran suatu hutan atau wilayah dengan menggunakan layanan
call center yang terdapat pada aplikasi.
Gambar 2.7 Tampilan Info dan Call Center
b) LAPAN : Fire Hotspot
Aplikasi pemantauan titik panas (hotspot) oleh Lembaga
Penerbangan dan Antartika Nasional (LAPAN) merupakan wujud
nyata komitmen LAPAN dalam penyediaan peringatan dini dan
informasi kebakaran hutan/lahan yang berasal dari data satelit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
penginderaan jauh. Melalui aplikasi ini pengguna dapat
mengetahui koordinat-koordinat hotspot di wilayah Indonesia
secara near-realtime. Satelit penginderaan jauh yang digunakan
untuk pemantauan hotspot tersebut berasal dari satelit Aqua, Terra,
SNPP, dan NOAA20 yang diterima langsung oleh Stasiun Bumi
LAPAN (Lapan, 2016). Titik panas selama ini dijadikan sebagai
indikator kejadian kebakaran, meskipun tidak selamanya titik
panas yang terekam dalam citra satelit menunjukkan terjadinya
kebakaran. Namun secara kualitas biasanya jumlah titik api panas
yang bergerombol, diseratai asap dan terpantau terjadinya berulang
menunjukkan adanya kejadian kebakaran suatu wilayah (Lapan,
2016). Dengan demikian, data titik panas hingga saat ini masih
digunakan sebagai cara paling efektif dalam memantau kebakaran
pada suatu wilayah luas secara cepat atau mendekati waktu yang
sebenarnya.
Pada tahun 2020 Lembaga Penerbangan dan Antartika
Nasional (LAPAN) meluncurkan dan meningkatkan kualitas sistem
informasi pemantauan kebakaran hutan/lahan atau LAPAN: Fire
Hotspot berbasis website dan aplikasi mobile yang dilengkapi
dengan informasi posisi dan titik panas. Sistem dengan kualitas
yang ditingkatkan ini diluncurkan dalam Rapat Koordinasi
Nasional Citra Satelit Jauh 2020, yang bertemakan “Pemanfaatan
Teknologi Penginderaan Jauh Cerdas dan Inovatif untuk
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”. Kepala LAPAN
Thomas Djamaludin dalam Rapat Koordinasi Nasional Citra Satelit
Jauh 2020 mengatakan bahwa mereka meningkatkan resolusi dari
citra yang digunakan atau data satelit yang digunakan dengan
SNPP dan MODIS yang semula resolusinya hanya 750 meter
menjadi 350 meter, yang artinya ini berdampak pada akurasi
penentuan posisinya (LAPAN, 2020). Dengan peningkatan resolusi
citra satelit LAPAN, dapat diperoleh informasi seputar koordinat
yang menentukan lokasi titik panas. Dengan peningkatan resolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tersebut, maka area probalitas menjadi di bawah 1 kilometer.
Adanya peningkatan resolusi ini memudahkan identifikasi titik
panas yang berpotensi sehingga kebakaran hutan dapat segera
dicegah.
Aplikasi LAPAN: Fire Hotspot dapat didownload di
playstor secara gratis. Aplikasi update-an 2020 sangat mudah
digunakan dikaarenakan tampilan pertama saat membuka aplikasi
langsung pada tampilan peta dengan informasi titik panas dan
terdapat menu panduan penggunaan aplikasi pada aplikasi tersebut.
Gambar 2.8 Tampilan Awal Aplikasi LAPAN
Berikut panduan penggunaan aplikasi LAPAN : Fire
Hotspot 2020:
A. Aktivitas Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 2.9 Aktivitas Utama (1)
1. Navigasi Menu
Berisi menu navigasi aplikasi
2. Distribusi Hotspot
Distributor hotspot yang terdeteksi di seluruh wilayah
Indonesia dengan warna yang menunjukkan tingkat
kepercayaan (Confidence level). Warna hijau memiliki tingkat
kepercayaan rendah (˂30%). Warna kuning memiliki tingkat
kepercayaan sedang (antara 30%-79%), sedangkan warna
merah memiliki tingkat kepercayaan tinggi (˃79%).
3. Tampilan Tabel
Drag keatas untuk melihat hotspot dengan tampilan tabel.
4. Lokasi Anda
Menunjukkan lokasi anda di peta apabila anda mengaktifkan
servis lokasi (GPS) dan mengijinkan aplikasi untuk mengakses
lokasi anda. Lokasi anda hanya akan tampil (titik berwarna
biru) apabila perangkat anda mendapatkan sinyal satelit
navigasi (GPS).
5. Pilihan Parameter Pencaharian
Menentukan parameter pencaharian hotspot dengan batasan
area provinsi, rentang waktu, dan tingkat kepercayaan. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ditemukan hotspot pada parameter yang anda pilih, maka
jumlah hotspot akan tampil di samping area yang anda pilih.
Jika tidak ditemukan hotspot, maka jumlah hotspot akan tertera
0. Rentang waktu dapat dipilih berdasarkan waktu berjalan (24
jam, 48 jam, 72 jam terakhir) atau berdasarkan rentang waktu
tanggal.
Gambar 2.10 Aktivitas Utama (2)
6. Radius Hotspot
Radius menampilkan akurasi dari hotspot. Hotspot
sesungguhnya di lapangan bisa melenceng dari koordinat yang
tertera di keterangan hotspot (7). Radius melencengnya titik
koordinat hotspot bisa mencapai 2.25 km hingga 3 km
bergantung dari jenis satelit, yang ditampilkan dalam bentuk
lingkaran radius.
7. Keterangan Hotspot
Keterangan hotspot berisi ID, waktu lewat satelit saat
mendetekt hotspot, koordinat hotspot, jenis satelit yang
mendeteksi, penerima data satelit, tingkat kepercayaan hotspot,
dan lokasi administratif kecamatan, kabupaten, dan provinsi.
8. Tombol Share
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Digunakan untuk sharing titik koordinat dan beberapa
keterangan tentang hotspot melalui aplikasi media sosial
lainnya.
9. Tombol History
Digunakan untuk melihat distribusi hotspot terdahulu yang
berada di sekitar titik hotspot yang dipilih.
B. Hotspot History
Gambar 2.11 Hotspot History (1)
1. Tombol Kembali
Digunakan untuk kembali ke tampilan awal.
2. Pilihan Parameter Pencaharian Hotspot Terdahulu
Parameter pencaharian untuk melihat distributor hotspot
terlebih dahulu yang berada di sekitar titik koordinat hotspot
yang dipilih. Parameter yang bisa ditentukan adalah rentang
waktu berjalan (data hotspot anatar 1 bulan, 3 bulan, dan 1
tahun terakhir dihitung dari waktu hotspot yang dipilih), radius
dari titik koordinat yang dipilih, dan tingkat kepercayaan.
3. Distribusi Hotspot Terdahulu
Gradasi warna menunjukkan jarak waktu dengan hotspot yang
dipilih. Semakin gelap warnanya maka semakin lama jarak
waktu dengan hotspot yang dipilih dan sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 2.12 Hotspot History (2)
4. Tampilan Tabel Hotspot
Informasi hotspot ditampilkan dalam bentuk tabel. Untuk
melihat lebih detail, pengguna dapat memilih salah satu item
dari hotspot.
2) Teknik Pemadaman Api
a) Hujan Buatan
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia dan mahluk hidup lainnya. Kebutuhan manusia akan air
bertambah terus menerus diiringi dengan bertambahnya jumlah
penduduk, kebutuhan pangan, dan sebagainya. Secara klimatologis,
Indonesia yang terletak di daerah ekuator sebenarnya memiliki
curah hujan yang cukup melimpah sepanjang tahun, hanya saja
distribusinya tidaklah merata. Hal ini mengakibatkan banyak
tempat yang mengalami krisis air, yang tidak hanya pada musim
kemarau tetapi juga pada musim penghujan.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk menanggulangi
masalah kekeringan tersebut adalah dengan memanfaatkan
teknologi hujan buatan. Hujan merupakan salah satu bentuk
presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di
atmosfer, titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu berat
karena kandungan air sudah sangat banyak kemudian akan jatuh
kembali kepermukaan bumi sebagai hujan. Sedangkan hujan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
buatan merupakan suatu teknologi yang dilakukan dengan
memodifikasi cuaca pada keadaan tertentu yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi terjadinya hujan.
Sejarah hujan buatan di dunia dimulai pada tahun 1946 oleh
penemunya Vincent Schaefer dan Irving Langmuir, diajukan
setahun kemudian 1947 oleh Bernard Vonnegut. Hujan buatan
yang dibuat oleh manusia sebenarnya adalah menciptakan peluang
hujan dan mempercepat terjadinya hujan. Nama yang digunakan
sebagai upaya menbuat hujan adalah Teknologi Modifikasi Cuaca
(TMC).
Teknologi hujan buatan ini dilakukan pertama kali di
Indonesia pada tahun 1979 dengan tujuan utamanya adalah
pengisian waduk dan danau (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, 1998). Hujan buatan dapat menjadi pencegahan
kebakaran hutan dengan menjadi solusi bagi lahan kering agar
tidak mudah terbakar. Selain untuk pencegahan, teknologi hujan
buatan dapat menjadi solusi masalah kabut asap yang ditimbulkan
setelah terjadinya kebakaran hutan.
Hujan buatan dibuat dengan cara melakukan penyemaian
bahan-bahan yang bersifat higroskopis (menyerap air). Partikel-
partikel ini dapat meningkatkan jumlah butiran-butiran air di awan.
Apabila butiran-butiran air sudah tidak dapat lagi ditampung oleh
awan, terjadilah hujan. Proses kondesasi terjadi pada partikel-
partikel yang memiliki kelembapan relatif (RH) yang rendah.
Pemilihan garam yang baik juga berperan penting dalam
meningkatkan proses kondensasi di awan. Garam yang biasanya
digunakan adalah garam dapur (NaCi) dan kalsium klorida
(CaCI₂). Garam ini memiliki nilai higroskopis yang cukup baik dan
mudah didapatkan. Janis awan Cumulus adalah awan yang baik
sebagai media pembuatan hujan buatan. Ciri-ciri awan Cumulus
adalah penampilannya berbentuk bunga kol, dengan dasar tidak
lebih tinggi dari 5000 kaki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berikut tabel proses pembuatan hujan buatan menurut
laporan kegiatan pekerjaan Teknologi Modifikasi Cuaca (2013) :
Tabel 2.4 Proses Pembuatan Hujan Buatan
No Kegiatan Tujuan
1 Menyebarkan atau
menyemai CaCl₂
Menghasilkan atau
menambah awan.
2 Menyebarkan atau
menyemai NaCl
Memadatkan awan.
3 CO₂ Menurunkan temperatur
awan dan garam-garaman
sehingga dapat dicapai titik
embun.
4 Menyebarkan atau
menyemai urea
Menurunkan temperatur
awan dan mempercepat
proses kondensasi di awan.
Berdasarkan penjelasan mengenai teknik hujan buatan di
atas, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik hujan buatan ke
dalam prototipe buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan.
Teknik hujan buatan merupakan pengalaman pembelajaran yang
baru bagi siswa sehingga dengan menggunakan media
pembelajaran berupa prototipe buku cerita bergambar akan
memudahkan siswa memahami pembelajaran mengenai teknik
hujan buatan.
b) Water Boombing
Upaya yang dilakukan oleh oleh pemerintah salah satunya
melakukan pengeboman air atau menjatuhkan bom air dari
ketinggian menggunakan helikopter khusus. Berdasarkan laporan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 14
September 2019 ada 32 helikopter yang dioperasikan untuk
memercikkan air di titik-titik api. Wilayah operasionalnya meliputi
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Jambi, dan Sumatera Selatan. Upaya pengeboman air ini sekitar
259.594.494 liter air yang digunakan. Dalam penerapan teknik
water boombing, hal pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan titik api menggunakan aplikasi SiPongi dan Lapan
atau menggunakan teknik manual yaitu pencaharian titik api oleh
petugas dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pada bulan Oktober 2020 lalu, Badan Penanggulangan Bencana
(BNPB) daerah Kalimantan Selatan menerjunkan 10 helikopter
water boombing untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Data
yang diterima BNPB daerah Kalsel, sudah 233 hektar hutan dan
lahan yang terbakar dan hampir seluruhnya berhasil dipadamkan
(Kompas.com, 2020).
Berdasarkan penjelasan mengenai teknik water boombing
di atas, metode pemadaman kebakaran hutan menggunakan teknik
water boombing cukup berhasil. Oleh sebab itu peneliti
menggunakan teknik tersebut ke dalam isi cerita prototipe buku
cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti. Melalui isi
prototipe buku cerita bergambar yang dikembangkan peneliti,
peneliti berharap siswa mendapatkan gambaran nyata dalam proses
penanggulangan bencana kebakaran hutan menggunakan teknik
water boombing.
e. Pemulihan
1) Restorasi Lahan
Restorasi didefinisikan sebagai upaya memperbaiki atau
memulihkan kondisi lahan yang rusak dengan membentuk struktur dan
fungsinya sesuai (mendekati) dengan kondisi awal. The Society for
Ecological Restoration International memberikan defini restorasi
ekologi sebagai suatu ekosistem yang telah menurun, rusak atau
hancur. Definisi tersebut menegaskan bahwa intervensi restorasi
diciptakan untuk membantu proses-proses pemulihan alami. Apabila
proses pemulihan alami tersebut tidak berjalan, bentuk pengelolaan
lain dibutuhkan sebelum intervensi restorasi berpeluang sukses.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Bantuan dalam pemulihan alami dapat berupa bentuk pasif atau secara
tidak langsung atau dalam bentuk aktif atau intervensi langsung.
Restorasi merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam kegiatan
pengawetan pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
alam. Salah satu kegiatan pengawetan adalah pemulihan ekosistem.
Pemulihan ekosistem dilakukan untuk memulihkan struktur, fungsi,
dinamika populasi, serta keanekagaraman hayati dan ekosistemnya.
Restorasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan,
perlindungan, penanaman, pengkayaan jenis tumbuhan dan satwa liar,
atau pelepasan satwa liar hasil penangkaran atau relokasi satwa liar
dari lokasi lain.
Menurut Sutomo (2011) ekologi restorasi bertujuan untuk (1)
merestorasi situs terlokalisasi yang terganggu atau rusak seperti bekas
areal tambang ataupun bekas kebakaran hutan; (2) untuk meningkatkan
kemampuan produktivitas di lahan produksi yang terdegradasi; (3)
memperkaya nilai-nilai konservasi di area lanskap yang dilindungi; (4)
merestorasi proses-proses ekologis di dalam suatu lanskap yang luas.
Restorasi biasanya dilakukan di lahan gambut dan lahan bekas
tambang. Restorasi gambut sebagai upaya mempercepat pemulihan
fungsi ekosistem rawa gambut pada kesatuan hidrologis gambut dan
untuk perlindungan dan pengaturan tata air alaminya. Istilah restorasi
juga dikenal dalam perlindungan dan pengelolan ekosistem gambut.
Badan Restorasi Gambut (BRG) ditetapkan melalui Peraturan Presiden
No.1 tahun 2016 (Perpes No. 1/2016). BRG merupakan upaya
pemerintah Indonesia dalam bentuk institusi yang memperkuat upaya
pencegahan kebakaran dan mitigasi perubahan iklim. Dalam PP
No.57/2016 pasal 30 ayat (3) disebutkan bahwa pemulihan fungsi
ekosistem gambut dilakukan melalui suksesi alami; rehabilitasi;
restorasi; dan/atau cara yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Restorasi dalam ekosistem gambut
dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik restorasi yaitu
mencakup peraturan tata air di tingkat tapak; pekerjaan konstruksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
operasi, dan pemeliharaan yang meliputi penataa infrastruktur
pembasahan (rewetting) gambut, dan/atau penerapan budidaya
menurut kearifan lokal (Afriyanti dan Haris, 2019).
Restorasi lahan gambut dilaksanakan dengan pendekatan
pembasahan kembali (rewetting), revegetasi (revegetation), dan
revitalisasi ekonomi lokal (revitalization of local economy); yang
secara terintegrasi dikenal dengan restorasi gambut terintegrasi.
Rewetting dilaksanakan dengan penyekatan kanal untuk
meminimalkan turunnya muka air tanah (maksimal -40 cm) di
kawasan gambut berfungsi budidaya dan penimbunan di kawasan
gambut berfungsi lindung. Sehingga upaya ini berkontribusi dalam
penurunan resiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Tinggi
muka air 40 cm dibawah permukaan gambut dapat meminimalisir
resiko kebakaran karena mampu menjaga kelembapan kritis gambut.
Revegetasi merupakan upaya penanaman kembali lahan gambut
dengan tanaman jenis asli gmbut menuju paludikultur (jenis-jenis yang
sesuai dengan kondisi gambut yang lembab atau jenuh air). Revegetasi
diperlukan karena regenerasi lama, apalagi pada kawasan yang
mengalami kebakaran beberapa kali. Sedangkan revitalisasi ekonomi
lokal dilaksanakan dengan komoditas yang bernilai ekonomi yang
ramah gambut basah (Afriyanti dan Haris, 2019). Alternatif
pengelolaan lahan gambut lestari yang ramah lingkungan harus terus
digali agar dapat diterima masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam
upaya restorasi gambut.
Restorasi ekosistem gambut telah dilakukan oleh pemerintah
dengan membentuk Badan Restorasi Gambut (BRG) tahun 2016. Hasil
kerja BRG akan dapat dilihat pada akhir tahun 2020, yang mengatur
dan memfasilitasi restorasi 2 juta ha lahan gambut diprovinsi Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Papua (Afriyanti dan Haris, 2019).
Berdasarkan penjelasan diatas, upaya restorasi lahan bertujuan
untuk memulihkan kembali lahan yang telah rusak dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penanaman kembali jenis tumbuhan asli pada lahan tersebut. Restorasi
merupakan upaya penanggulan kerusakan lahan yang dilakukan
pemerintah melalui Badan Restorasi Gambut (BRG). Pengetahuan dan
pembelajaran mengenai restorasi dituangkan peneliti di dalam
prototipe buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti.
Dalam hal ini, peneliti berharap siswa yang membaca prototipe buku
cerita bergambar dapat menumbuhkan sifat dan sikap kepedulian
terhadap lahan yang rusak akibat terbakar dan semakin peduli terhadap
kelestarian lingkungan.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses
belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang
disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih
baik dan sempurna (Kustadi dan Sutjipto, 2011:8). Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang
perhatian dan minat siswa dalam belajar (Arsyad, 2014:10). Schramm
(Krissandi, 2017:6) menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat
diartikan dalam beberapa pengertian, yakni (1) Teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, (2) Sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video,
slide dan selengkapnya, (3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak
maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran dalam bentuk menarik agar tujuan
pembelajaran dapat dengan mudah tersampaikan. Media pembelajaran
sebagai alat yang secara fisik yang dapat disentuh dan digunakan untuk
membantu proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki manfaat dalam proses belajar
sebagai alat bantu pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar. Berikut ini
manfaat media pembelajaran (Aryad, 2010:24-25) :
1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motifasi belajar, interaksi yang
lebih langsung anta siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa
untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu ;
a) Objek atau benda Objek atau benda yang terlalu besar untuk
ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar,
foto, slide, realita, film, radio, atau model.
b) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera
dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau
gambar.
c) Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film,
foto, slide disamping secara verbal.
d) Objek atau proses yang amat rumi seperti seperti peredaran darah
dapat ditampilkan secara konkret melalui film, slide atau simulasi
komputer.
e) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong
menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman
seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-
kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Ega Rima Wati (2016:13-16) media pembelajaran memiliki
beberapa manfaat, yaitu manfaat umum dan manfaat praktis diantaranya :
1) Manfaat Umum
a) Lebih menarik, pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa,
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
b) Materi jelas, materi lebih bisa dipahami oleh siswa. Selain itu,
memungkinkan siswa menguasai materi dan mencapai tujuan
pembelajaran.
c) Tidak mudah bosan, metode yang dipakai dalam proses belajar
mengajar akan lebih bervariasi.
d) Seswa lebih aktif, siswa aktif dalam sebuah kegiatan seperti
mengamati, melakukan demonstrasi, dan lain sebagainya.
2) Manfaat Praktis
a) Meningkatkan proses belajar, sehingga dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi.
b) Memotivasi siswa, meningkatkan dan mengarahkan perhatian
siswa dalam berinteraksi secara langsung antar siswa dan
lingkungan.
c) Merangsang kepekaan, dapat mengatasi kepekaan indera, ruang,
dan waktu.
d) Terjadi interaksi langsung, terjadinya interaksi langsung dengan
guru, masyarakat dan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
manfaat media pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara
guru dengan siswa sehingga dalam kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan secara opimal, efektif dan efisien. Media pembelajaran juga
sangat membantu siswa memahami dan memperjelas materi pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
yang disampaikan oleh guru serta mempermudah guru pada saat kegiatan
belajar mengajar di kelas.
Media pembelajaran dapat membantu anak menjalankan tugas-
tugas perkembangan anak usia sekolah dasar. Tugas-tugas perkembangan
pada masa sekolah yaitu (Havighurst dalam Yusuf, 2017: 69-71) :
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan
permainan.
2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk hidup biologis.
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4) Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan
berhitung.
6) Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
7) Mengembangkan kata hati.
8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial
dan lembaga-lembaga.
Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah dasar di atas dapat
dikembangkan menggunakan media pembelajaran yang dipakai guru
dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki jenis-jenis yang beragam. Berikut
jenis media yang digunakan dalam pembelajaran (Munadi, 2013) :
1) Media Visual
Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak
verbal, media cetak grafis, dan media visual non cetak.
2) Media Audio
Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera
pendengar dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.
Jenis-jenis media yang termasuk dalam media ini adalah program radio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dan program media rekam, yang disalurkan melalui hardware seperti
radio dan alat-alat perekam seperti phonograph, record, audio tape
yang menggunakan pita magnetik, dan compact disk.
3) Media Audio-Visual
Media audio-visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.
4) Multimedia
Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam
sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala
sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui
komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat yaitu
lingkungan nyata dan karyawisata dan pengalaman terlibat yaitu
permainan dan simulasi, bermain peran dan forum teater.
5. Buku Cerita Bergambar
a. Pengertian Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar merupakan salah visual yang bacaan
ceritanya menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-
gambar ilustrasi (Nurgiyanto, 2005:152). Menurut Mitchel (2003:87) buku
cerita bergambar adalah buku yang menyampaikan cerita bergambar dan
teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar maupun teks secara
sendiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih
mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi
dan saling melengkapi.
b. Tujuan Buku Cerita Bergambar
Tujuan buku cerita bergambar ialah dengan adanya buku cerita
bergambar anak akan menjadi lebih terinspirasi, membantu anak dalam
perkembangan apresiasi kultural, memperluas pengetahuan anak,
menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, mengembangkan imajinasi
anak dan dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur
(Raines, 2002: 7). Sayanto dan Abbas (Musfiroh 2005:23)
mengungkapkan bahwa cerita dapat digunakan sebagai sarana mendidik
dan membentuk kepribadian anak. Nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
anak melalui penghayatan terhadap maksud dan makna dari cerita. Dari
penggunaan buku cerita bergambar ini anak-anak diharapkan dapat
memahami isi gambar, sehingga siswa lebih tertarik lagi membaca dan
mengetahui isi dari buku cerita bergambar.
Mitchel (Nurgiyantoro, 2005:159) mengungkapkan beberapa
fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut :
1) Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan
dan perkembangan emosi. Perkembangan emosi anak perlu
dikembangkan dan salah satunya adalah lewat buku cerita bergambar.
Berbagai sikap dan reaksi emosi anak perlu mendapat rangsangan
untuk penyaluran agar perkembangan emosi berjalan secara wajar dan
terkontrol. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk
memahami dan menerima dirinya dan orang lain, serta dapat lebih
mudah mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan
senang, serta sedih dan bahagia.
2) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang
dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan didunia ditengah
masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar ini anak dapat
belajar tentang kehidupan bermasyarakat untuk menambah
pengalaman hidup yang penting dalam perkembangan dirinya.
3) Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang
lain, hubungan yang terjadi, dan pengembangan perasaan. Jadi lewat
buku cerita bergambar anak dapat belajar untuk bersikap dan
bertingkah laku sesuai dengan tuntutan kehidupan dan sosial budaya
yang berlaku. Hal tersebut dapat membangun perasaan anak lewat
hubungan antar sesama. Anak-anak dapat belajar tentang kehidupan
secara nyata lewat kata-kata dan gambar pada buku cerita bergambar.
4) Buku cerita bergambar dapat membantu anak memperoleh
kesenangan. Hal itu dapat diperoleh lewat cerita dan gambar-gambar
yang menarik perhatian, bagus dan cenderung nyata, serta hal-hal lucu
yang dapat merangsang anak untuk tertawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
5) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi
keindahan. Objek yang menawarkan keindahan perlu diapresiasi,
dihargai, dan dinikmati dan kegiatan tersebut juga dapat diperoleh
lewat pembelajaran dalam diri anak. Sikap menghargai keindahan
dapat menunjang pengembangan sikap dan perilaku halus pada diri
anak.
6) Buku bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi.
Mengembangkan daya imajinasi anak melalui gambar-gambar yang
mendukung cerita dan yang dapat memperkuat pemahaman terdapat
cerita
c. Komponen Buku Cerita Bergambar
Pada buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti
terdapat dua komponen utama yaitu gambar dan teks. Kedua komponen
tersebut memiliki unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membuat,
mengembangkan dan menggunakannya sebagai sebuah media
pembelajaran.
1) Gambar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:329) gambar
adalah tiruan dari barang, binatang, tumbuhan dan sebagainya.
Sadiman (2012:31) mengungkapkan bahwa gambaryang baik harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) Autentik, gambar tersebut harus secara jujur menggambarkan situsi
seperti yang dilihat sebenarnya.
b) Sederhana, komposisi gambar harus cukup jelas dan menunjukkan
poin-poin pada gambar.
c) Ukuran relatif, gambar dapat memperbesar atau memperkecil
ukuran benda sebenarnya. Jika gambar tersebut mengenai benda
yang belum dikenal atau belum pernah dilihat anak sebelumnya
maka anak akan kesulitan membayangkan besar benda tersebut.
Untuk menghindari hal itu, hendaknya didalam gambar tersebut
terdapat sesuatu yang dikenali oleh anak sehingga membantu anak
membayangkan gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
d) Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar
yang baik tidak menunjukkan objek/benda dalam keadaan diam
tetapi memperlihatkan suatu aktivitas tertentu.
e) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar anak
sendiri seringkali lebih baik.
f) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.
Sebagai media yang baik, hendaklah bagus dari sudut seni dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Teks
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (AIN, 2011: 16)
terdapat 4 unsur kelayakan media teks, yaitu :
a) Komponen isi, mencakup kesesuaian dengan kurikulum,
keakuratan materi, dan materi pendukung pembelajaran.
b) Komponen kebahasaan, meliputi kesesuaian pemakaian bahasa
yang komunikatif, pemakaian bahasa memenuhi syarat dan
keruntutan serta keterpaduan alur pikir.
c) Komponen penyajian, meliputi teknik penyajian, penyajian
pembelajaran, dan kelengkapan informasi.
d) Komponen kegrafisan, mencakup ukuran buku, desain kulit buku
dan desain isi buku.
Berdasarkan penjelasan mengenai komponen buku diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua komponen buku cerita bergambar
yaitu gambar dan teks. Dalam membuat gambar yang baik harus
memperhatikan beberapa syarat, yaitu (1) autentik, (2) sederhana, (3)
ukuran, (4) sebaiknya mengandung gerak atau aktivitas, (5) gambar
yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan
(6) gambar yang bagus tidak selalu merupakan media yang baik.
Sedangkan pada komponen teks sendiri terdapat beberapa unsur antara
lain (1) isi, (2) bahasa, (3) penyajian dan (4) grafis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
d. Kriteria Buku Cerita yang Baik
Guru dan orang tua yang memiliki peranan penting dalam
perkembangan anak perlu memperhatikan dan membimbing kebutuhan
bacaan bagi siswa atau anaknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah menuntun anak untuk memilih bacaan yang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan dan kematangan berpikir anak.
Menurut Christantiowati (Santosa, 2008:8) buku bacaan yang baik
adalah buku bacaan yang :
1) Dapat memberikan nilai tambahan positif pada pembacanya.
2) Bahasa yang digunakan sederhana, enak dibaca dan penulis seakan
ingin berbagi dengan pembaca bukan menggurui.
3) Gaya penulisannya tidak meledak-ledak.
4) Menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, dan tidak banyak
menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada dalam bahasa
Indonesia.
Effendi, Bangsa, Yudani (2013) mengungkapkan hal yang serupa
yaitu buku cerita yang baik meliputi tampilan visual buku dirancang
dengan penuh warna, lebih dominan gambar dari pada teks, jenis huruf
pada cerita memiliki tingkat ketebalan yang baik bagi anak, judul buku
cerita mewakili keseluruhan isi cerita dan menarik minat anak untuk
membaca lebih lanjut serta tampilan warna mampu memberikan kesan
yang mudah ditangkap oleh indera penglihatan anak. Pada umumnya buku
cerita bergambar berbentuk buku setebal 32 halaman untuk anak usia 4-8
tahun. Naskah buku mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata. Plot
masih sederhana dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi
pusat perhatian dan menjadi alat penyentuk emosi dan pola pikir anak.
Buku cerita ini dapat menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai
persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spektrum
usianya. Buku ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya
penulisan yang luas dan beragam. Cerita non-fiksi dalam format ini dapat
menjangkau usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman dan berisi
hingga 2.000 kata dalam teksnya (Rhamdani, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Menurut pendapat Mansoor (Santosa, 2008: 8) buku yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Isinya mudah dipahami pembaca.
2) Mengajak pembaca mudah mengenal kehidupan nyata.
3) Pilihan kata yang tepat.
4) Untuk buku fiksi, buku dikatakan menarik apabila pengarang berhasil
memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan pikirannya, puncak atau
klimaks cerita harus berada di akhir cerita, sementara berbagai konflik
harus terjalin sepanjang buku.
5) Pengarang menguasai teknik bercerita sehingga tulisannya tidak
terkesan bertele-tele dan membosankan.
6) Rancangan halamannya tertata baik, artinya pemilihan jenis huruf,
jarak antar baris, tata letak halaman, luas cetak, luas margin, dan
sebagainya sangat menentukan kenyamanan pembaca.
7) Sampul buku yang artistik dan representatif, dimana judul, gambar,
dan warna memegang peranan penting. Judul yang secara langsung
menonjolkan kata kunci adalah harus mencerminkan isi. Warna tidak
boleh sembarangan dipilih, karena warna tertentu membawa pesan
tertentu pula. Misalnya, tanda dilarang masuk adalah lingkaran merah
dengan balok putih melintang ditengahnya. Bila warna merah dan
putih ini diganti, misalnya menjadi warna hitam dan kuning tentu saja
pesan yang ingin disampaikan menjadi keliru.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kriteria buku cerita anak yang baik itu yaitu : (1) bernilai positif, (2)
bahasa sederhana dan mudah dipahami, (3) gaya penulisan santai, (4)
menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang benar, (5) penuh warna, (6)
dominan gambar dari pada tulisan, (7) ketebalan huruf sesuai, (8) judul
sesuai dengan isi dan menarik perhatian pembaca, (9) isi mudah dipahami,
(10) mengajak pembaca mengetahui kehidupan nyata, (11) tulisan tidak
bertele-tele dan membosankan, (12) halaman tertata dengan baik dan
mementingkan kenyamanan pembaca, dan (13) sampul buku yang
menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
6. Literasi
Secara etimologis, literasi berasal dari bahasa latin literatus yang berarti
‘learned person’ atau ‘orang yang belajar’. Hal ini didasarkan pada masa abad
pertengahan yang memberikan suatu penilaian bahwa seseorang disebut
‘literatus’ apabila orang tersebut dapat dan mahir membaca dan menulis
dalam bahasa latin. Literasi dapat dimaknai sebagai kemampuan membaca dan
menulis dengan menggunakan sistem bahasa tulisan (Tiarti dalam Suwandi,
2019:4). Menurut Morisson (dalam Suwandi, 2019:6) literasi adalah
kemampuan seseorang dalam hal membaca, menulis, berbicara, dan
mendengarkan dengan penekanan terhadap kemampuan membaca dan
menulis. Dengan memiliki kemampuan membaca, seseorang akan memiliki
ketertarikan dengan kegiatan membaca. Melalui minat dan kemampuan inilah,
seseorang melakukan kegiatan literasi dasar, yaitu membaca untuk
mendapatkan informasi dan pengetahuan. Setelah seseorang memiliki
kemampuan membaca dan minat membaca, orang tersebut akan mulai terbiasa
mendapatkan pengetahuan dan informasi melalui kegiatan membaca. Tidak
heran gerakan literasi berfokus pada ajakan untuk menjadikan dan
meningkatkan membaca sebagai kebiasaan setiap hari. Literasi sekolah dalam
konteks Gerakan Literasi Sekolah (GSL) adalah kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara
(Faizah, 2016:2).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi dalam
konteks Gerakan Literasi Sekolah adalah kemampuan siswa dalam memahami
isi bacaan melalui kegaitan membaca. Melalui prototipe buku cerita
bergambar yang dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat mendukung
gerakan literasi sekolah.
Menurut Atmazaki, dkk (2017:6-7) literasi tergolong dalam enam dimensi
yaitu :
1) Literasi Baca Tulis
Literasi baca tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
membaca, menulis, mencari, menelusuri mengolah dan memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
informasi untuk menganalisis menanggapi, dan menggunakan teks tertulis
untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi serta
untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
2) Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa:
(a) memperoleh menginterprestasikan menggunakan dan mengkonsumsi
berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan
masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari hari; (b)
menganalis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
tabel, bagan, dsb) untuk mengambil keputusan.
3) Literasi Sains
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk
mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan berdasarkan
fakta, memahami karakteristik sains membangun kesadaran bagaimana
sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya
serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang
terkait sains seperti permasalahan lingkungan.
4) Literasi Digital
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam
menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh
hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan
sehari-hari.
5) Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan resiko, (b)
keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat
keputusan yang efekti dalam konteks finansial untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
6) Literasi Budaya dan Kewargaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam
memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas
bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan
kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat.
Berdasarkan macam-macam literasi yang telah dijelaskan di atas, prototipe
buku cerita bergambar yang dikembangkan oleh peneliti termasuk kedalam
literasi sains dan literasi baca tulis dimana siswa mendapatkan pengetahuan
dan kecakapan. Buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan dapat
dijadikan sarana literasi untuk siswa di sekolah.
7. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Perkembangan kognitif anak dibagi dalam beberapa tahap, setiap tahap
anak-anak memiliki perilaku yang berbeda-beda. Menurut Piaget (1896-1980)
anak akan membangun dunia kognitif mereka sendiri karena anak mampu
mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru, tidak
hanya sekedar menerima informasi dari lingkungan. Ada 4 tahapan
perkembangan menurut Piaget.
a) Sensorimotor (lahir-18 bulan)
Pada tahap ini perilaku anak belajar melalui perasaan, belajar melalui
refleks dan memanipulasi bahan. Pada tahap ini juga, bayi
mengembangkan pemahaman dunia melalui koordinasi antara pengalaman
sesoris dengan gerak motorikfisik.
b) Praoperasional (18 bulan-7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-
kata dan gambar. Pada tahap ini juga anak menemukan ide berdasarkan
persepsinya, hanya dapat memfokuskan pada satu variabel pada satu
waktu, dan menyamaratakan berdasarkan pengalaman terbatas.
c) Operasional Konkrit (7-12 tahun)
Pada tahap ini anak-anak mampu mulai berpikir logis untuk
menggantikan cara berpikir sebelumnya yang masih bersifat intuitif-
primitif, namun membutuhkan contoh-contoh nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
d) Operasional Formal (12 tahun atau lebih)
Pada tahap ini individu melewati dunia nyata dan pengalaman konkret
menuju cara berpikir yang lebih abstrak dan logis, sistematis, serta mampu
mengembangkan hipotesis tentang penyebab terjadinya suatu peristiwa.
Kemudian, dia menguji hipotesis tersbut secara deduktif. Akibatnya anak
mulai mengembangkan gambaran yang ideal.
Perkembangan fase anak sekolah (usia sekolah dasar) ini dibagi menjadi 7
fase (Yusuf, 2009:178) yang diuraikan sebagai berikut :
1) Perkembangan intelektual
Pada usia sekolah dasar anak mampu mereaksi rangsangan intelektual
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kognitif, seperti membaca, menulis dan menghitung.
Diusia ini anak mampu mengelompokkan, menyusun atau menghitung
angka-angka atau bilangan, serta mampu melakukan perhitungan
(penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian).
2) Perkembangan Bahasa
Pada masa usia sekolah dasar perkembangan mengenal dan
menguasai perbendaharaan kata sangat pesat. Anak dapat menguasai 2.500
kata, dan pada usia 12 tahun anak mampu menguasai 50.000 kata. Anak
sudah terampil membaca dan berkomunikasi dengan orang lain yang ada
disekitarnya, pada usia ini anak sudah lebih maju dengan banyak
mengajukan pertanyaan soal waktu dan sebab-akibat.
3) Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar ditandai dengan adanya
perluasan hubungan dengan keluarga, teman sebaya atau teman sekelas,
sehingga ruang gerak hubungan sosial bertambah luas. Anak mulai dapat
menyesuaikan diri sendiri kepada sikap kerja sama atau kepedulian
terhadap kepentingan orang lain.
4) Perkembangan Emosi
Anak sekolah dasar mulai meyadari bahwa dengan penggunaan emosi
secara kasar tidak dapat diterima di masyarakat. Pengontrolan emosi anak
diperoleh melalui peniruaan dan pembiasaan. Emosi yang biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dirakasan oleh anak seusia sekolah dasar ialah marah, takut, cemburu, iri
hati, rasa ingin tahu, kasih sayang dan perasaan senang.
5) Perkembangan Moral
Anak-anak pertama kali mengenal konsep moral (baik-buruk, benar-
salah) di lingkungan keluarga. Anak usia sekolah dasar sudah dapat
mengikuti peraturan dari orang tua atau lingkungan sekitar.
6) Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada anak usia sekolah dasar, pembentukan nilai-nilai agama
merupakan kelanjuran periode berikutnya. Anak dibiasakan untuk
beribadah, karena menyangkut dengan akhlak terhadap sesama
manusia,seperti hormat kepada orang tua, guru, dan orang lain. Dengan
demikian anak dapat menjadi lebih bertanggung jawab terhadap sikap
kepada dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
7) Perkembangan Motorik
Pada usia sekolah dasar, anak mempunyai kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah, hal ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan menggambar, melukis,
menulis, mengetik, olahraga dan bermain bola.
Peneliti memilih tahap Piaget dikarenakan perkembangan anak pada usia
sekolah dasar sudah pasti akan melewati tahap-tahap yang dikemukakan oleh
Piaget. Akan tetapi pada setiap tahapannya, perkembangan setiap anak pasti
berbeda-beda. Menurut Piaget (Izzaty, dkk., 2008 : 105), masa kanak-kanak
akhir berada dalam tahap operasional konkret dalam berpikir (usia 7-12
tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep
yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.
Menurut Izzaty, dkk. (2008: 116-117), masa kanak-kanak akhir dibagi
menjadi dua fase dan masing-masing fase tersebut memiliki ciri-ciri sendiri.
a) Masa kelas bawah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6 atau 7
tahun – 9 atau 10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3
Sekolah Dasar. Ciri-ciri anak masa kelas bawah adalah sebagai berikut :
1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
2) Suka memuji diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau
pekerjaannya itu dianggap tidak penting.
4) Suka membandingkan dirinya dengan siswa lain, jika hal itu
menguntungkan dirinya.
5) Suka meremehkan orang lain
b) Masa kelas atas Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9 atau 10
tahun-12 tahun atau 13 tahun, biasanya mereka duduk dikelas 4,5, dan 6
Sekolah Dasar. Ciri-ciri anak masa kelas atas sebagai berikut :
1) Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
2) Mempunyai rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis.
3) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
4) Siswa memandang bahwa nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah.
5) Siswa suka membentuk kelompok sebaya atau group bermain bersama,
mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Marsh (Izzaty, dkk.,2008: 118) strategi guru dalam pembelajaran
pada masa kanak-kanak akhir adalah sebagai berikut :
a) Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang atau benda
konkret.
b) Gunakan alat visual, misalnya OHP, transparan.
c) Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan siswa dari hal yang
bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks.
d) Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, misalnya
menggunakan angka kecil.
e) Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya
menggunakan teka-teki dan curah pendapat.
Dari uraian diatas, pembelajaran yang cocok bagi siswa kelas atas Sekolah
Dasar ialah menggunakan media pembelajaran konkret berupa media visual
seperti buku cerita bergambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Arif
Saefudin (2017) dengan judul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis
Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas
Atas”. Metode yang digunakan oleh peneliti ialah metode penelitian dan
pengembangan ( Research and Development). Penelitian ini menghasilkan produk
berupa buku cerita bergambar yang memuat pendidikan lingkungan hidup untuk
anak SD kelas atas. Peneliti menggunakan 7 tahap yang terdapat dalam langkah-
langkah penelitian R&D. Subjek penelitian yang dilakukan peneliti adalah 10
siswa SDN Deresan Depok Yogyakarta diantaranya 4 siswa kelas IV, 3 siswa
kelas V, dan 3 siswa kelas VI. Ahli media yang melakukan verifikasi produk
penelitian ini adalah salah dosen Universitas Sanata Dharma dan Guru kelas V
SDN Deresan Depok Yogyakrta. Hasil verifikasi oleh Dosen Universitas Sanata
Dharma memperoleh skor rata-rata 4,18 dan termasuk kedalam kategori baik dan
layak untuk digunakan. Sedangkan hasil verifikasi oleh guru kelas V SDN
Deresan Depok Yogyakarta memperoleh skor rata-rata 4,68 dan termasuk
kedalam kategori sangat baik. Berdasarkan uji coba terbatas yang telah dilakukan
oleh 10 siswa kelas atas SDN Deresan Depok Yogyakarta, didapatkan hasil skor
rata-rata 4.66 dalam kategori sangat baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa buku
cerita bergambar merupakan salah satu media pembelajaran yang menarik dan
dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca siswa terhadap materi
pendidikan lingkungan. Keterkaitan penelitian yang relevan di atas dengan
penelitian yang dikembangkan oleh peneliti yaitu buku cerita bergambar dapat
meningkatkan minat baca siswa terhadap materi lingkungan hidup, sehingga
peneliti memilih buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Khoirul Umam pada tahun 2018
yang berjudul “Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah
Adiwiyata Mandiri SDN Dinoyo 2 Kota Malang”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perencanaan dan pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup di
Sekolah Adimiyata Mandiri SDN Diyono 2 Malang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitas dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi, hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup
di Sekolah Adimiyata SDN Diyono 2 Malang dinilai berhasil dilihat dari semua
program yang dirancang sudah terealisasikan dengan baik . dari 40 butir rubik
yang diobservasi menghasilkan sebanyak 70% yang menunjukkan kondisi sangat
baik, 25 % menunjukkan kondisi baik dan sebanyak 5% yang menunjukkan
kondisi cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan
lingkungan hidup pada sekolah Adiwitaya Mandiri SDN Dinoyo 2 Malang dinilai
berhasil dan menyadarkan siswa akan pentingnya merawat lingkungan hidup.
Keterkaitan penelitian yang relevan ini dengan penelitian yang dikembangkan
oleh peneliti ialah pendidikan lingkungan hidup dapat menumbuhkan kesadaran
siswa mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Mufidathul Izhmy pada tahun 2016
yang berjudul “Penanggulangan Kebakaran Hutan di Indonesia dalam perspektif
Human Security”. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui dan menjelaskan
penanggulangan kebakaran hutan dengan mengimplementasikan konsep human
security dan untuk mengetahui dampak kebakaran hutan terhadap
keberlangsungan hidup masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa pemerintah mengupayakan penanggulangan kebakaran hutan dengan
berbagai upaya salah satunya merumuskan dan memberlakukan beberapa
kebijakan dalam bentuk Undang-Undang. Dalam penerapannya belum maksimal
karena pihak yang terkait dan bertanggungjawab belum berkoordinasi dengan
baik yang berdampak pada masih terjadi kasus kebakaran hutan di beberapa
wilayah di Indonesia setiap tahunnya. Namun kebakaran hutan pada dan dari
tahun 2015 samapi tahun berikutnya mulai berkurang. Ini menunjukkan bahwa
pemerintah mengupayakan berbagai cara dalam penanggulangan kebakaran hutan
termasuk menggunakan konsep human security. Keterkaitan penelitian yang
relevan ini dengan penelitian yang dikembangkan oleh peneliti ialah
penanggulangan bencana kebakaran hutan serta penyebab dan dampak yang
terjadi akibat kebakaran hutan.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan pada setiap
penelitian. Penelitian pertama mengenai buku cerita bergambar, penelitian kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mengenai pendidikan lingkungan hidup, dan penelitian ketiga mengenai
kebakaran hutan. Peneliti belum menemukan persamaan penelitian yang berkaitan
dengan teknologi untuk memantau dan memadamkan api sehingga peneliti
tertarik untuk mengembangkan prototipe buku cerita bergambar tentang teknologi
yang dapat digunakan untuk memantau dan memadamkan kebakaran hutan.
Peneliti berharap agar prototipe buku cerita bergambar yang dihasilkan dapat
mengembangkan minat baca siswa, meningkatkan kegiatan literasi anak serta
digunakan sebagai dorongan kepada siswa untuk mulai peduli terhadap
lingkungan.
C. Desain Bagan Penelitian
Gambar 2.13 Desain Penelitian
Cergam
Arif Saefudin
(2017)
“Pengembangan
Buku Cerita
Bergambar
Berbasis
Pendidikan
Lingkungan
Hidup untuk
Pembelajaran
Membaca Siswa
SD Kelas Atas”.
Pendidikan
Lingkungan Hidup
Kebakaran
Hutan
Khoirul Umam
(2018)
“Implementasi
Pendidikan
Lingkungan
Hidup pada
Sekolah
Adiwiyata
Mandiri SDN
Dinoyo 2 Kota
Malang”.
Mufidathul
Izhmy (2016)
“Penanggulanga
n Kebakaran
Hutan di
Indonesia dalam
perspektif Human
Security”.
Pranita, Alisa (2021)
“Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang
Teknologi Penanganan Kebakaran Hutan Untuk Siswa Kelas Iv
Sekolah Dasar”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
D. Kerangka Berpikir
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah suara program pendidikan
untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki pengertian, kesadaran,
sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggungjawab tentang pengaruh timbal
balik antara penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan
manusia (Pratomo, 2009:8). Lingkungan hidup saat ini sedang mengalami
kerusakan akibat dari adanya perilaku yang tidak bertanggungjawab manusia.
Salah satu kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang disebabkan oleh kebakaran
hutan.
Berdasarkan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, peneliti
bertujuan mengembangkan prototipe buku cerita bergambar dengan judul
“Teknologi untuk Memantau dan Memadamkan Api”. Prototipe buku cerita
bergambar yang dikembangkan oleh peneliti memuat pendidikan lingkungan
hidup. Tujuan pendidikan lingkungan hidup memberikan pemahaman kepada
peserta didik untuk mengembangkan kesadaran, pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan partisipasi dengan dalam pelestarian lingkungan. Di kelas IV
Sekolah Dasar, pendidikan lingkungan hidup terdapat pada Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”, Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan” terkait materi
pelestarian lingkungan. Prototipe buku cerita bergambar yang dikembangkan
peneliti mengandung muatan materi pembelajaran IPA mengenai pelestarian
lingkungan yang dipadukan dengan teknologi modern dalam membantu proses
menjaga dan merawat hutan.
Prototipe buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan sesuai dengan
karakteristik siswa kelas IV Sekolah Dasar karena pada tahap ini siswa
membutuhkan sarana pembelajaran konkret untuk memahami sesuatu yang
abstrak. Melalui gambar-gambar yang terdapat dalam prototipe buku cerita
membuat cerita menjadi lebih nyata. Siswa juga menjadi lebih memahami isi
cerita yang bersifat abstrak dengan adanya gambar-gambar yang bersifat konkret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
E. Pertanyaan Peneliti
Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan peneliti sebagai berikut :
1. Bagaimana proses mengembangan buku cerita bergambar tentang teknologi untuk
memantau dan memadamkan api akibat kebakaran hutan bagi siswa kelas IV
Sekolah Dasar?
2. Bagaimana kelayakan produk prototipe buku cerita bergambar tentang teknologi
untuk memantau dan memadamkan api akibat kebakaran hutan bagi siswa kelas
IV Sekolah Dasar menurut ahli media?
3. Bagaimana kelayakan produk prototipe buku cerita bergambar tentang teknologi
untuk memantau dan memadamkan api akibat kebakaran hutan bagi siswa kelas
IV Sekolah Dasar menurut ahli materi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Research & Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan
merupakan penelitian yang berupaya mengembangkan produk tertentu sesuai
dengan kebutuhan masyarakat saat ini (Winarno, 2011:57). Metode penelitian
dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2015:407). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah penelitian yang
berupaya mengembangkan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan serta
menguji keefektifan dari produk tersebut.
Model penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah model ADDIE.
Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis (Analisis), Design
(Desain), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan
Evaluation (Evaluasi) (Tung, 2017:57). Penelitian ini digunakan untuk
mengembangkan suatu produk berupa buku cerita bergambar berbasis
pendidikan lingkungan hidup. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan
untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas produk prototipe buku
cerita bergambar. Salah satu fungsi ADDIE digunakan untuk menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan
yang efektif. Dengan menggunakan model penelitian ini, peneliti akan
mengembangkan produk cerita bergambar tentang teknologi untuk memantau
dan memadamkan kebakaran hutan.
B. Setting Penelitian
Setting penelitian akan membahas tentang subjek penelitian, objek
penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian.
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 10 peserta didik kelas IV di
Desa Sejiram, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
2. Objek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku
cerita bergambar tentang penyebab dan dampak kebakaran hutan serta
upaya dalam mengatasinya untuk kelas IV SD. Buku cerita bergambar
tersebut berjudul “Teknologi Untuk Memantau dan Memadamkan Api”.
Buku cerita bergambar ini juga berisi ajakan untuk lebih mencintai dan
melestarikan lingkungan.
3. Lokasi Penelitian
Tempat dalam penelitian ini dilakukan di Desa Sejiram, Kapuas
Hulu, Kalimantan Barat. Peneliti melakukan wawancara di SDN 01
Sejiram, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
4. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu selama 14
bulan. Terhitung dari bulan Oktober 2020 sampai bulan Desember 2020.
C. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model
pengembangan ADDIE. Model ini memiliki lima tahap yaitu :
1. Analysis (Analisis)
2. Design (Desain)
3. Development (Pengembangan)
4. Implementation (Implementasi)
5. Evaluation (Evaluasi)
Berikut adalah ilustrasi tahap-tahap prosedur pelaksanaan penelitian
pengembangan menggunakan model ADDIE (Tung, 2017:59-66).
Gambar 3.1 Tahap-Tahap Penelitian Pengembangan Model
ADDIE
Analisis
Evaluasi
Pengembangan
Desain Implementasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berikut merupakan penjelasan prosedur penelitian dan pengembangan
terkait lima tahapan model pengembangan ADDIE.
1. Tahap Analysis – Analisis
Tahap analisis merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam
penerapan model ADDIE. Tahap analisis merupakan suatu proses
mengidentifikasi karakter dan apa yang akan dipelajari oleh siswa, yaitu
melakukan analisis kebutuhan, analisis masalah, analisis tugas,
menetapkan produk dan sasarannya. Produk yang dikembangkan oleh
peneliti bertujuan sebagai solusi dari permasalahan serta untuk memenuhi
kebutuhan. pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sebanyak
mungkin untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dari objek
penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis masalah yang terjadi
di hutan yang terbakar dan analisis pembelajaran siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
Analisis masalah dilakukan melalui wawancara kepada dua guru
kelas IV SD dari dua sekolah yang berbeda. Peneliti juga membagikan
angket kepada 10 siswa kelas IV SD untuk mendukung analisis
kebutuhan siswa.
2. Tahap Design – Desain
Tahap desain berkaitan dengan desain dalam rancangan buku cerita
bergambar berdasarkan analisis yang sudah dilakukan sebelumnya. Tahap
desain dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambarrancang bangun di atas kertas
harus dilakukan terlebih dahulu. Dalam kasus ini, hal yang pertama
dilakukan sebelum membuat prototipe buku cerita bergambar adalah
membuat kisi-kisi cerita bergambar terlebih dahulu. Dalam merancang
kisi-kisi produk, peneliti menyesuaikan dengan perkembangan siswa
kelas IV Sekolah Dasar. Buku cerita bergambar yang akan dibuat memuat
materi kelas IV Sekolah Dasar Tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk
Hidup”, Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”. Gambar dan isi dari buku
cerita bergambar yang akan dibuat disesuaikan dengan materi
pembelajaran kelas IV Sekolah Dasar. Buku cerita bergambar yang dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
berisi materi mengenai teknologi untuk memantau dan memadamkan
kebakaran hutan.
3. Tahap Development – Pengembangan
Tahap pengembangan merupakan tahap ketiga model ADDIE.
Tahap ini merupakan tahap produksi untuk mewujudkan rencana
pengembangan yang telah dibuat dalam tahap desain menjadi bentuk
nyata yaitu sebuah buku. Pengerjaan prototipe buku cerita bergambar
menggunakan beberapa aplikasi dalam pembuatan gambarnya. Gambar,
warna dan teks diatur agar sesuai dan menarik untuk anak-anak.
Pada tahap ini, peneliti beberapa kali mengubah isi gambar agar
sesuai dengan isi cerita dan relevan dengan keadaan aslinya. Atas
komentar dan arahan dari dosen pembimbing, peneliti melakukan
perubahan gambar pada warna kulit tokoh, warna rambut titik api,
percakapan, alur cerita, dan beberapa materi yang terkait didalamnya.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing, langkah
selanjutnya ialah mencetak buku cerita bergambar sehingga produk siap
untuk diverifikasi. Sebelum melakukan verifikasi, peneliti membuat
instrument verifikasi terlebih dahulu. Instrument verifikasi disusun
dengan memperhatikan aspek penilaian buku cerita bergambar yaitu
aspek isi, bahasa, gambar serta kelayakan peyajiannya.
4. Tahap Implementation – Implementasi
Tahap implementasi mengembangkan prosedur pembelajaran yang
dapat diimplementasikan bagi guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Pada tahap ini peneliti tidak melakukan uji coba prototipe buku cerita
bergambar karena kondisi saat ini dengan adanya pandemi Covid-19.
Pemerintah memberikan arahan untuk semua siswa belajar dari rumah
atau sekolah online. Sehingga tidak ada evaluasi Prototipe buku cerita
bergambar dari siswa.
5. Tahap Evaluation – Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil penilaian untuk melihat apakah proses
dalam sistem pembelajaran yang sedang dibangun telah berhasil atau
tidak, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Tahap evaluasi terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dua aspek, yaitu formatif dan sumatif. Dalam penelitian ini hanya
dilakukan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif dilakukan jika dilakukan uji
coba produk kepada siswa kelas IV. Evaluasi formatif berhubungan
dengan tahapan penelitian pengembangan untuk memperbaiki produk
pengembangan. Pada tahap evaluasi formatif dapat diketahui berdasarkan
hasil verifikasii serta saran dari validator yang digunakan untuk
memperbaiki kekurangan produk.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dihasilkan dalam penelitian Research & Development (R&D)
berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif diperoleh melalui
kegiatan wawancara, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil
pembagian angket.
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Sudaryo,
2016:82). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman
wawancara yang telah peneliti buat. Wawancara dilakukan kepada 2 guru
kelas IV Sekolah Dasar di sekolah yang berbeda. Peneliti melakukan
wawancara dengan Ibu Maria Yustina yang merupakan guru kelas IV
Sekolah Dasar 01 Sejiram dan Bapak Pilipus Pikan yang merupakan guru
kelas IV Sekolah Dasar 02 Sejiram. Wawancara dilakukan pada bulan Mei
2020 di rumah pribadi masing-masing kedua guru kelas dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan.
2. Angket
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis angket dengan
pernyataan tertutup yang diberikan kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar
untuk mendapatkan data penelitian. Terdapat 10 siswa Sekolah Dasar yang
diminta peneliti untuk mengisi kuesioner atau angket. 10 siswa tersebut
merupakan anak dari daerah tempat tinggal yang sama dengan peneliti
sehingga memudahkan peneliti untuk memberikan angket kepada siswa
secara langsung. Proses pembagian dan pengisian angket dilaksanakan
pada tanggal 6 Juni-8 Juni 2020. Dibutuhkan waktu 3 hari karena peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tidak boleh bertamu terlalu lama, sehingga angket ditinggal dan diambil
kembali pada tanggal 8 Juni.
Angket juga diberikan kepada validator berupa angket terbuka dan
tertutup. Angket peryataan terbuka terdapat pada kolom komentar sebagai
saran atau masukan dari validator kepada peneliti. Sedangkan angket
peryataan tertutup terdapat pada kolom pernyataan dengan rentang skor 1-
4 pada tabel yang tersedia.
E. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian (Sanjaya, 2011:84). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman angket, dan
lembar verifikasi.
1. Pedoman Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan dua guru kelas IV Sekolah
Dasar. Berikut adalah pedoman wawancara yang berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan :
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara guru
Variabel Sub Variabel Pertanyaan
Pendidikan
Lingkungan
Hidup (PLH)
Pendidikan
Lingkungan Hidup
(PLH) dalam
pembelajaran
tematik
1. Bagaimana Bapak/Ibu
mengajarkan materi
tematik kelas IV Tema
3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
2. Apa saja kegiatan yang
dilakukan ketika
Bapak/Ibu mengajarkan
materi tematik kelas IV
Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk
Hidup” Subtema 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
“Ayo Cintai
Lingkungan”?
3. Lingkungan apa saja
yang telah Bapak/Ibu
jelaskan pada kelas IV
Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk
Hidup” Subtema 3
“Ayo Cintai
Lingkungan”?
Buku Cerita
Bergambar
(Cergam)
Ketersediaan buku
cerita bergambar
4. Apakah ada buku cerita
bergambar untuk siswa
kelas IV?
5. Dalam pembelajaran,
sumber belajar apa saja
yang telah digunakan?
Pengguna buku
cerita bergambar
sebagai media
pembelajaran IPA
6. Berdasarkan
pengalaman Bapak/Ibu
mengajar, media apa
yang digunakan dalam
mengajarkan materi
tematik kelas IV Tema
3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
7. Apakah dalam
pembelajaran
Bapak/Ibu
menggunakan buku
cerita bergambar
sebagai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pembelajaran?
Karakteristik buku
cerita bergambar
8. Menurut Bapak/Ibu
guru, bagaimana
karakteristik cerita
bergambar yang dapat
membuat anak tertarik
untuk membacanya?
2. Pedoman Angket
Angket diberikan kepada siswa kelas IV SD. Angket yang
diberikan merupakan jenis angket tertutup dan bertujuan untuk
mendapatkan data awal penelitian. Berikut merupakan pedoman angket
dan lembar angket yang diberikan kepada siswa kelas IV SD.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Siswa Kelas IV SD
Variable Indikator Pertanyaan
Buku Cerita
Bergambar
(Cergam)
Ketersediaan buku
cerita bergambar
untuk siswa kelas
IV SD
1. Di sekolah saya terdapat
buku cerita bergambar
untuk siswa kelas IV
2. Saya sudah pernah
membaca buku cerita
bergambar
Penggunaan buku
cerita bergambar
sebagai media
pembelajaran
3. Sebelum memulai
pembelajaran, saya
membaca buku cerita
bergambar sebagai
sarana literasi
4. Guru menggunakan
buku cerita bergambar
sebagai media
pembelajaran
5. Saya merasa bosan dan
tidak tertarik membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
buku yang tidak disertai
gambar
6. Dengan buku cerita
bergambar saya lebih
mudah memahami
materi pembelajaran
Pembelajaran
tematik kelas IV
Tema 3 “Peduli
Terhadap
Makhluk
Hidup” Subtema
3 “Ayo Cintai
Lingkungan”
Materi pelestarian
lingkungan
7. Saya belajar materi
pelestarian lingkungan
sekitar di kelas IV
8. Ada buku cerita
bergambar tentang
materi pelestarian
lingkungan.
Tabel 3.3 Lembar Angket Siswa
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Di sekolah saya terdapat buku cerita
bergambar untuk siswa kelas IV
2 Saya sudah pernah membaca buku cerita
bergambar
3 Sebelum memulai pembelajaran, saya
membaca buku cerita bergambar sebagai
sarana literasi
4 Guru menggunakan buku cerita bergambar
sebagai media pembelajaran
5 Saya merasa bosan dan tidak tertarik
membaca buku yang tidak disertai gambar.
6 Dengan buku cerita bergambar saya lebih
mudah memahami materi pembelajaran
7 Saya belajar materi pelestarian lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sekitar di kelas IV.
8 Ada buku cerita bergambar tentang materi
pelestarian lingkungan
3. Pedoman Verifikasi
Verifikasi produk dalam penelitian ini berdasarkan pada
pengembangan produk. Lembar verifikasi diisi oleh dosen prodi
pendidikan fisika dan guru kelas IV Sekolah Dasar selaku validator dari
produk prototipe buku cerita bergambar yang disusun oleh peneliti.
Lembar verifikasi diisi setelah kedua validator melihat dan menilai produk
yang dibuat oleh peneliti. Berikut adalah kisi-kisi dan lembar verifikasi
yang disusun oleh peneliti.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Verifikasi
Variabel Indikator No Item
Buku
Panduan
Desain
Produk
1,2,3,4,5,6,7
Isi Buku 8,9,10,11,12,13,14,15
Tabel 3.5 Lembar Verifikasi
No Aspek yang
Dinilai Skor Saran/
Komentar 1 2 3 4
Desain Produk
1 Memuat judul yang
mendeskripsikan isi cerita.
2 Memuat nama penulis.
3 Bahasa sesuai dengan
EBI.
4 Bahasa mudah dipahami
oleh siswa SD kelas IV.
5 Komponen dalam buku
cerita bergambar lengkap
(sampul, kata pengantar,
isi cergam, kepustakaan,
biodata penulis).
6 Tampilan fisik (warna,
huruf, gambar) dalam
buku cerita menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
7 Tampilan fisik (warna,
huruf, gambar) sesuai
dengan perkembangan
anak Sekolah Dasar.
Isi Buku Cerita Bergambar
8 Cergam berisi narasi dan
gambar yang saling
berkaitan.
9 Cergam berisi cerita yang
mendukung judul utama
tentang “Teknologi Untuk
Memantau dan
Memadamkan Api”.
10 Cergam berisi informasi
tentang penjelasan
“Teknologi Untuk
Memantau dan
Memadamkan Api”.
11 Cergam berisi informasi
penyebab dan dampak
kebakaran hutan.
12 Cergam berisi informasi
tentang alat untuk
memantau titik api.
13 Cergam berisi tentang
informasi cara
memadamkan api.
14 Cergam berisi informasi
upaya pemulihan hutan
yang rusak akibat terbakar.
15 Cergam berisi informasi
upaya pencegahan
kebakaran hutan.
Jumlah Skor
Total Skor
Rata-rata Skor
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh
melalui verifikasi produk. Berikut pembahasan teknik analisis data secara
kualitas dan kuantitas yang dilakukan oleh peneliti.
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, gerak
tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto (Sugiyono, 2015:7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Data kualitatif yang digunakan penelitian ini diambil dari verifikasi
guru kelas IV Sekolah Dasar dan dosen Pendidikan Fisika. Data
diperoleh berdasarkan hasil komentar dan saran dari validator. Data
tersebut kemudian dianalisis sebagai dasar untuk peneliti memperbaiki
produk yang dikembangkannya.
2. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data
kualitas yang diangkakan/skor (Sugiyono, 2015:7). Data kuantitatif
diperoleh dari hasil skor verifikasi yang diberikan oleh guru kelas IV
Sekolah Dasar dan dosen Pendidikan Fisika. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Sudaryono, 2016:100).
Peneliti menggunakan pedoman penskoran skala Likert 1-4, yaitu
sangat baik (4), baik (3), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1).
Setelah diberikan penilaian oleh validator kemudian skor rata-rata
dapat diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai
berikut.
Gambar 3.2 Perhitungan Rata-Rata Skor VerifikasiProduk
Setelah memperoleh rata-rata skor dari kedua validator, peneliti
mengkonversikan data kuantitatif tersebut kedalam data kualitatif pada
tabel dibawah ini (Widayoko, 2014:144).
Tabel 3.6 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
Skor Akhir Klasifikasi
˃3,25-4,00 Sangat Baik
˃2,50-3,25 Baik
˃1,75-2,50 Tidak baik
1,00-1,75 Sangat Tidak Baik
Rata-rata skor = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kemudian setelah mendapatkan skor rata-rata hasil verifikasidari
kedua validator, peneliti akan menghitung persentase kelayakan
produk berdasarkan tiap-tiap aspek penilaian. Nilai kelayakan produk
yang dihasilkan dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.
Gambar 3.3 Perhitungan Persentase Kelayakan Produk
Hasil persentase rata-rata skor yang diperoleh kemudian dikonversi
menjadi data kualitatif berdasarkan tabel persentase kelayakan produk.
Berikut merupakan tabel konversi dari data kuantitatif ke data
kualitatif dengan kategori kelayakan berdasarkan kriteria sebagai
berikut (Arikunto dalam Ernawati dan Sukardiyono, 2017:207).
Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Produk
No Skor Dalam
Persen Kategori Kelayakan
1 ˂ 21% Sangat Tidak Layak
2 21-40% Tidak Layak
3 41-60% Cukup Layak
4 61-80% Layak
5 81-100% Sangat Layak
Hasil = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚× 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang berisi
prosedur pengembangan protipe buku cerita bergambar dan deskripsi kualitas
produk serta pembahasan.
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan prosedur pengembangan protipe
buku cerita bergambar dan penjelasan terkait hasil penelitian mengenai
kualitas protipe buku cerita bergambar yang diperoleh dari hasil verifikasi.
1. Prosedur Pengembangan Protipe Buku Cerita Bergambar
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model ADDIE yang terdiri dari: Analysis, Design, Development,
Implementation, dan Evaluation. Berikut adalah penjelasan dari setiap
tahap pengembangan :
a. Analisis (Analysis)
Pengembangan protipe buku cerita bergambar dalam pembelajaran
tema 3 di kelas IV diawali dengan melakukan analisis kebutuhan. Pada
tahap ini, peneliti mengumpulkan informasi mengenai kerusakan
lingkungan yang diakibatkan kebakaran hutan. Laporan Greenpeace Asia
Tenggara mengungkapkan ada sekitar 4,4 juta hektar lahan terbakar antara
tahun 2015-2019 (Kompas.com, 2020). Ancaman karhutla 4 provinsi di
Indonesia berpotensi semakin luas (Kompas.com, 2020), dan kebakaran
hutan dan lahan di Dumai (Riau) sejak Januari terus meluas (Tempo.com,
2019). Masalah kebakaran hutan berdampak pada kelestarian lingkungan
dan makhluk hidup sekitarnya. Salah satu upaya untuk menjaga
lingkungan melalui Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Pentingnya melestarikan lingkungan juga dimuat dalam
pembelajaran tematik kelas IV Sekolah Dasar Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”, Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”. Peneliti kemudian
mengumpulkan informasi melalui wawancara dengan guru. Peneliti
melakukan wawancara dengan guru kelas IV Sekolah Dasar di SDN 01
Sejiram, Kalimantan Barat dan guru kelas IV Sekolah Dasar di SDN 02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sejiram. Berikut merupakan hasil rekap wawancara dengan dua guru kelas
IV SD.
Tabel 4.1 Rekap Wawancara Guru
No Pertanyaan Kesimpulan
1 Bagaimana Bapak/Ibu
mengajarkan materi
tematik kelas IV Tema 3
“Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa guru kadang
mengajak anak belajar dihalaman
sekolah kemudian melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan materi hari
tersebut. Sekolah tersebut juga memiliki
kebun kecil khusus untuk siswa di
belakang sekolah jadi terkadang siswa
diajak ke kebun tersebut untuk belajar
mengenai tanaman.
2 Apa saja kegiatan yang
dilakukan ketika
Bapak/Ibu mengajarkan
materi tematik kelas IV
Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa kegiatan yang
dilakukan ketika mengajarkan tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup” Subtema 3 “Ayo
Cintai Lingkungan” yaitu dengan
diskusi dan tanya jawab
dikelas,menonton video pembelajaran,
merawat kebun dibelakang sekolah, dan
pekerjaan rumah seperti menanam
bunga dan merawat binatang peliharaan
di rumah.
3 Lingkungan apa saja
yang telah Bapak/Ibu
jelaskan pada kelas IV
Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa lingkungan yang
telah dijelaskan kepada siswa yaitu
lingkungan sekitar seperti lingkungan
sekolah dan lingkungan tempat tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
atau rumah.
4 Apakah ada buku cerita
bergambar untuk siswa
kelas IV?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa belum ada buku
cerita bergambar untuk siswa kelas IV
SD.
5 Dalam pembelajaran,
sumber belajar apa saja
yang telah digunakan?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran ialah
buku, video pembelajaran, tanaman di
kebun sekolah.
6 Berdasarkan pengalaman
Bapak/Ibu mengajar,
media apa yang
digunakan dalam
mengajarkan materi
tematik kelas IV Tema 3
“Peduli Terhadap
Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa media yang
digunakan dalam mengajarkan materi
tematik kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup” Subtema 3
“Ayo Cintai Lingkungan” yaitu dengan
buku, tayangan video, dan peralatan
berkebun.
7 Apakah dalam
pembelajaran Bapak/Ibu
menggunakan buku
cerita bergambar sebagai
media pembelajaran?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa kedua bapak/ibu
guru tidak menggunakan buku cerita
bergambar sebagai media pembelajaran.
8 Menurut Bapak/Ibu guru,
bagaimana karakteristik
cerita bergambar yang
dapat membuat anak
tertarik untuk
membacanya?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa karateristik cerita
bergambar yang dapat menarik siswa
untuk membacanya ialah buku cerita
bergambar dengan cerita yang ringan
sehingga mudah dipahami, berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
cerah dan gambar animasi sehingga
dapat menumbuhkan imajinasi anak.
Berdasarkan hasil rekap wawancara dengan dua guru kelas IV
Sekolah Dasar pada tabel di atas, peneliti memperoleh informasi bahwa
masih kurangnya media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
dalam mengajarkan materi pelestarian lingkungan. Berdasarkan
pengalaman kedua guru kelas IV dalam mengajar belum ada yang
menggunakan buku cerita bergambar dalam mengajar dan menyampaikan
materi terkait materi pelestarian lingkungan pada Tema 3 “Peduli
Terhadap Lingkungan Hidup” Subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”
Pembelajaran 1. Berdasarkan wawancara dengan kedua guru kelas IV SD,
peneliti mendapatkan informasi bahwa dalam menjelaskan materi
lingkungan belum ada yang menjelaskan mengenai pelestarian hutan.
Adapun ciri-ciri buku cerita bergambar yang sesuai untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar berdasarkan hasil wawancara dengan kedua guru kelas IV
yaitu buku cerita bergambar dengan cerita yang ringan sehingga mudah
dipahami, berwarna cerah dan gambar animasi sehingga dapat
menumbuhkan imajinasi anak.
Tabel 4.2 Rekap Angket Siswa
No Pertanyaan Responden Siswa
SS S TS STS
1 Di sekolah saya terdapat buku
cerita bergambar untuk siswa
kelas IV.
80% 20%
2 Saya sudah pernah membaca
buku cerita bergambar.
40% 60%
3 Sebelum memulai pembelajaran,
saya membaca buku cerita
bergambar sebagai sarana
literasi.
20% 70% 10%
4 Guru telah menggunakan buku 80% 20%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
cerita bergambar sebagai media
pembelajaran.
5 Saya merasa bosan dan tidak
tertarik membaca buku yang
tidak disertai gambar.
30% 70%
6 Dengan buku cerita bergambar
saya lebih mudah memahami
materi pembelajaran.
20% 60% 20%
7 Saya belajar materi pelestarian
lingkungan sekitar di kelas IV.
30% 70%
8 Ada buku cerita bergambar
tentang materi pelestarian
lingkungan.
90% 10%
Berdasarkan angket yang telah dibagikan, peneliti mendapatkan
data sebanyak 70% siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk membaca
buku yang tidak disertai gambar dan sebanyak 60% siswa setuju bahwa
mereka lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan
menggunakan buku cerita bergambar. Namun, sebanyak 90% siswa belum
pernah menggunakan buku cerita bergambar tentang materi lingkungan
hidup. Serta sebanyak 80% siswa menyatakan bahwa guru tidak
menggunakan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran. Dalam
hal ini, peneliti menyimpulkan bahwa siswa membutuhkan media
pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan berupa buku cerita
bergambar sehingga saat belajar siswa tidak bosan dan semakin
memahami isi materi pembelajaran.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan angket
peneliti menemukan masalah mengenai keterbatasan media yang
digunakan dalam proses belajar mengajar. Sehingga peneliti
mengembangkan prototipe buku cerita bergambar yang berisi informasi
mengenai teknologi untuk memantau dan memadamkan api dan
pendidikan lingkungan hidup bagi kelas IV Sekolah Dasar sebagai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pembelajaran. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah
merancang produk berdasarkan masalah yang ada.
b. Desain (Design)
Langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah tahap desain.
Tahap desain merupakan tahap untuk membuat konsep dari produk yang
akan dikembangkan. Peneliti kemudian membuat kisi-kisi cergam
berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan oleh peneliti pada
tahap sebelumnya. Isi cerita dalam kisi-kisi dirancang sesuai dengan
materi kelas IV SD Tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk Hidup” Subtema 3
“Ayo Cintai Lingkungan”.
1) Kisi-kisi Buku Cerita Bergambar
Peneliti membuat kisi-kisi terlebih dahulu sebagai dasar sebelum
mengembangkan prototipe buku cerita bergambar. Kisi-kisi yang dibuat
oleh peneliti memuat rencana alur cerita dan tokoh dalam cerita bergambar
yang akan dikembangkan. Berikut merupakan kisi-kisi yang telah peneliti
buat.
Tabel 4.3 Kisi-kisi Cergam
No Deskripsi Rencana Cergam Keterangan
PENYEBAB DAN DAMPAK KEBAKARAN HUTAN
1 Cover Gambar hutan yang
terbakar dan gambar
peta Indonesia dengan
titik api
-
2 Pengenalan
tokoh & Kata
pengantar
Biodata singkat tokoh
cerita dan
disebalahnya berisi
kata pengantar yaitu
inti cerita dan ucapan
terima kasih penulis
-
3 Kebakaran
hutan di
Indonesia
• Eva dan Kak
Icut sedang
menonton Tv.
kebakaran hutan sering terjadi
di Indonesia, khususnya di
Pulau Kalimantan, Sumatera,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Di Televisi di
siarkan berita
mengenai
kebakaran
Hutan
• Penjelasan
kebakaran
hutan terjadi
didaerah mana
saja di
Indonesia
Nusa Tenggara Barat dan
Papua.
4 Penyebab
kebakaran
hutan
• Penyebab
kebakaran
hutan
Kebakaran hutan terjad
karena membuka lahan
pertanian yang baru.
Penyebab lainnya itu ialah
dikarenakan faktor alam dan
faktor ketidaksengajaan
akibat kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap bahaya
api.
5 Dampak
kebakaran
hutan
• Dampak-
dampak yang
diakibatkan
oleh kebakaran
hutan
kebakaran hutan dapat
menimbulkan kabut asap
yang berdampak pada
kesehatan masyarakat yang
menghirupnya. Kebakaran
hutan juga dapat
menyebabkan banjir.
Kebakaran hutan juga
berdampak buruk bagi
perekonomian
CARA MENGETAHUI TITIK API & MEMADAMKAN API
6 Aplikasi • Aplikasi titik Aplikasi yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
api
memudahkan kita untuk
memantau titik api yang ada
dihutan, yaitu aplikasi
Sipongi. Dan aplikasi
LAPAN: Fire Hotspot.
7 Pemadaman
Manual
masyarakat memadamkan api
dengan cara menyiramkan api
menggunakan sumber air
terdekat, entah menggunakan
ember dan bolak-balik atau
menggunakan selang dari
mobil pemadam kebakaran
8 Water
Bombing
Penjelasan mengenai
teknik water bombing
menggunakan
helikopter
Water bombing merupakan
teknik yang dapat digunakan
jika skala kebakaran besar
dan jalur menuju lokasi
kebakaran sulit untuk
dimasuki mobil pemadam.
Cara kerjanya dengan
menjatuhkan air dalam
jumlah besar menggunakan
helikopter pada titik panas
diarea lahan yang terbakar.
9 Hujan Buatan • Penjelasan
mengenai
Hujan buatan
• Cara membuat
hujan buatan
Hujan buatan dibuat dengan
penanaman zat-zat khusus
dan garam pada awan yang
akan dibuat hujan.
PEMULIHAN LAHAN & PENCEGAHAN
10 Restorasi
Lahan
• Pengertian
• Cara-cara
Restorasi lahan itu artinya
proses untuk mengembalikan
fungsi ekologi lahan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang terkena
dampak dari lahan yang rusak
akibat kebakaran.
11 Kanal Kanal dapat digunakan
sebagai aliran air yang
mengaliri lahan atau hutan
yang rawan terbakar. Kalau
dapat menyimpan air lebih
banyak sehingga akan sulit
terbakar.
12 Sumur bor
Sumur bor merupakan cara
yang efisien untuk
mendekatkan sumber air
dengan lokasi rawan
kebakaran.
13 pencegahan Ajakan untuk
melakukan
pencegahan
menanam bbit mahoni
merupakan upaya yang dapat
kita lakukan sebagai
pencegahan lahan gundul dan
upaya pemulihan lahan yang
sudah terlanjur gundul.
14 Pertanyaan
pendalaman
Pertanyaan
pendalaman untuk
mengetahui
pemahaman siswa
setelah membaca buku
cerita bergambar
15 Daftar pustaka Buku dan sumber
internet yang
digunakan
-
16 Biodata penulis Biodata penulis dan -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ilustrator
17 Cover belakang Gambar hutan yang
hijau atau dengan kata
lain bebas dari
kebakaran
-
Kisi-kisi buku cerita bergambar yang dibuat menjelaskan mengenai
rancangan setiap halaman pada produk yang akan peneliti kembangkan.
Berikut uraian mengenai rancangan pada setiap bagian buku cerita
bergambar yang akan peneliti kembangkan.
a) Cover
Cover atau sampul buku prototipe buku cerita bergambar (cergam)
dibuat dengan illustrasi yang sesuai dengan alur cerita. Sampul memuat
gambar peta Indonesia dengan titik api yang berada di wilayah yang sering
terjadi kebakaran hutan, kemudian gambar helikopter yang mengangkut
air untuk memadamkan api dan gambar hutan yang terbakar. Bagian
sampul belakang terdapat gambar dengan pemandangan hutan yang hijau
dan sehat.
b) Kata pengantar
Kata pengantar berisi penjelasan pengembangan prototipe cerita
bergambar dapat digunakan sebagai sarana literasi dan ajakan penulis
kepada pembaca untuk lebih mencintai lingkungan. Selain itu, kata
pengantar berisi ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dan mendukung penulis dalam proses pembuatan prototipe buku cerita
bergambar.
c) Halaman pengenalan tokoh
Halaman pengenalan tokoh terdapat gambar 2 karakter atau 2
tokoh yang terdapat dalam prototipe buku cerita bergambar. Selain gambar
tokoh, terdapat juga penjelasan singkat pengenai tokoh cerita.
d) Isi Cerita
Isi cerita prototipe buku cerita bergambar terdapat 11 halaman
yang memuat cerita yaitu kedua tokoh yang sedang menonton televisi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
membicarakan topik yang sedang dibahas didalam acara tv. Topik
pembicaraan tokoh memuat lokasi atau daerah mana yang sering
terjadinya kebakaran, penyebab, dampak, penanganan serta pencegahan
kebakaran hutan.
e) Pertanyaan mendalam
Di dalam buku cerita bergambar terdapat pertanyaan pendalaman yang
dapat dijawab siswa setelah membaca cerita. Pertanyaan pendalaman
tersebut berfungsi untuk mengukur pemahaman siswa. Pertanyaan
pendalaman terdiri dari lima soal yang berbeda-beda.
f) Kepustakaan
Kepustakaan dalam prototipe buku cerita bergambar berisi sumber-
sumber yang digunakan penulis sebagai penunjang dalam isi prototipe
cergam.
g) Biodata Singkat Penulis
Pada halaman biodata terdapat biodata singkat mengenai penulis
cerita dan ilustratornya. Tujuan adanya biodata singkat penulis dan
ilustrator agar pembaca atau pengguna mengetahui identitas asli dari
penulis dan ilustrator cerita.
c. Pengembangan (Development)
Pengembangan merupakan tahap dimana peneliti menyusun
produk prototipe buku cerita bergambar sesuai dengan kisi-kisi yang telah
dibuat. Hal yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan prototipe
buku cerita bergambar yaitu memberikan detail pada setiap halaman yang
dibuat. Selanjutnya peneliti melakukan pengaturan warna, gambar dan teks
yang sesuai dan menarik untuk dilihat anak-anak usia sekolah dasar.
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah mencetak produk berupa buku
cerita bergambar. Peneliti mencetak buku cerita bergambar sebanyak 2
buku sehingga produk menjadi siap untuk diverifikasi oleh kedua
validator.
Pada tahap pengembangan ini memuat produk awal prototipe buku
cerita bergambar dan verifikasi produk oleh ahli fisika dan guru kelas IV
SD, dan hasil pengembangan produk. Hasil verifikasiproduk dari para ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
merupakan tahap evaluasi formatif, yakni melakukan revisi berdasarkan
masukan dari kedua validator. Setelah mendapatkan penilaian kelayakan,
prototipe buku cerita bergambar direvisi sesuai dengan komentar validator.
1) Produk Awal Prototipe Buku Cerita Bergambar
Produk awal prototipe buku cerita bergambar terdiri dari beberapa
bagian. Berikut penjelasan mengenai produk awal buku cerita
bergambar yang peneliti buat.
Gambar 4.1 Cover Produk Awal
Pada produk buku cerita bergambar yang peneliti rancang meliputi
cover depan dan belakang, kata pengantar, pengenalan tokoh, isi cerita,
pertanyaan mendalam, daftar pustaka, serta biodata penulis dan
illustrator. Pada cover depan terdapat judul buku cerita bergambar
“Teknologi Untuk Memantau dan Memadamkan Api”, nama penulis
dan illustrator, serta gambar teknologi water boombing berupa
helikopter, peta Indonesia dengan titik api dan hutan yang terbakar.
Pada kata pengantar berisi mengenai bagian umum cerita bergambar
dan ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang sudah
membantu penulis. Pada halaman pengenalan tokoh berisi gambar
tokoh dan informasi mengenai tokoh seperti nama dan tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pendidikan. Kemudian halaman berikutnya merupakan halaman isi
cerita.
Gambar 4.2 Halaman 1
Pada bagian awal cerita, diceritakan mengenai tokoh yang sedang
menonton berita mengenai kebakaran hutan kemudian dilanjutkan
dengan dialog mengenai lokasi atau wilayah tang terdampak kebakaran
hutan. Pada halaman selanjutnya terdapat informasi mengenai
penyebab dari kebakaran hutan. Halaman 3 menjelaskan mengenai
dampak apa saja yang terjadi akibat kebakaran hutan. Halaman 4-5
membahas teknologi berupa aplikasi untuk memantau titik api dari
dekat maupun dari jarak jauh. Halaman 6-7 membahas teknologi
berupa metode hujan buatan dan water boombing yang menggunakan
helikopter untuk memadamkan kebakaran hutan. Halaman 8,9 dan 10
membahas teknologi dalam upaya pencegahan dan pemulihan
kebakaran hutan. Halaman 11 merupakan contoh nyata dan ajakan
untuk pembaca dalam upaya melestarikan lingkungan.
Peneliti mengembangkan produk berupa prototipe buku cerita
bergambar yang memuat berbagai objek nyata dan memiliki bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
yang sama dengan bentuk aslinya. Siswa yang membacanya dapat
mengetahui bentuk dari helikopter pengankut air atau water boombing.
Siswa juga menjadi mengetahui tampilan aplikasi LAPAN dan
SiPongi, serta mengetahui cara penggunaaan aplikasi tersebut.
Kegiatan terakhir setelah produk dirancang yaitu dilakukan verifikasi
menjadi evaluasi bagi peneliti. Peneliti melakukan evaluasi formatif
berupa perbaikan produk berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan.
d. Implementasi (Implementation)
Tahap keempat adalah tahap implementation atau penerapan.
Setelah dinyatakan layak oleh validator, buku cerita bergambar sudah siap
untuk diterapkan di kelas atau diujicobakan. Pada tahap ini, peneliti tidak
dapat melakukan uji coba produk dikarenakan keterbatasan kondisi pada
saat wabah pandemi Virus Covid-19. Pemerintah mewajibkan kepada
seluruh jenjang sekolah di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan belajar
dari rumah atau secara online. Siswa Sekolah Dasar juga harus melakukan
kegiatan belajar dari rumah sehingga kegiatan uji coba produk tidak dapat
dilakukan.
e. Evaluasi (Evaluation)
Tahap kelima atau tahap terakhir dari model ADDIE adalah tahap
evaluation atau evaluasi. Tahap evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan
data pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan. Pada
tahap ini, hal pertama yang peneliti lakukan ialah mendapatkan
persetujuan dari dosen pembimbing mengenai buku cerita bergambar yang
peneliti buat. Persetujuan ini bertujuan agar buku cerita bergambar cukup
layak untuk diverifikasi oleh Dosen ahli yaitu dosen Pendidikan Fisika dan
guru kelas IV. Untuk mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing,
peneliti harus dapat meperbaiki masalah-masalah yang terdapat dalam
buku cerita bergambar. Peneliti banyak menemukan masalah dalam proses
pembuatan buku cerita bergambar seperti gambar yang harus diubah
karena warna rambut, warna kulit, ukuran badan, pohon-pohon yang
terdapat dihutan, dan masih banyak lagi. Masalah-masalah tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
ditemukan peneliti setelah melakukan evaluasi dan konsultasi dengan
dosen pembimbing. Setelah menemukan masalah-masalah tersebut,
peneliti memperbaiki buku cerita bergambar. Sedangkan evaluasi sumatif
merupakan evaluasi adalah evaluasi yang berkaitan dengan hasil belajar.
Evaluasi yang berkaitan dengan hasil belajar dapat dilakukan jika peneliti
melibatkan siswa-siswi kelas IV. Peneliti tidak melakukan evaluasi
sumatif dikarenakan kendala yang disebabkan pandemi Covid-19 serta
peraturan pemerintah yang telah menetapkan seluruh pelajar untuk belajar
dari rumah dan peraturan mengenai pembatasan dalam skala besar yang
artinya tidak boleh ada kerumunan disuatu tempat untuk menghindari
resiko penyebaran. Sehingga dalam penelitian ini hanya dilakukan
evaluasi formatif, karena jenis evaluasi ini berhubungan dengan tahap
penelitian pengembangan untuk memperbaiki produk pengembangan.
Peneliti menggunakan hasil kritik, saran dan masukan yang diberikan
dosen pembimbing dan hasil verifikasi dari validator sebagai evaluasi
formatif. Berikut peneliti akan menjelaskan masukan dari validator
sebagai perbaikan desain prototipe buku cerita bergambar.
1) Hasil Verifikasi
Verifikasi produk dilakukan dengan cara memberikan skor pada
setiap item dengan rentang 1-4, kemudian terdapat kolom komentar
atau saran dari validator. Peneliti melakukan verifikasi produk kepada
dosen Pendidikan Fisika dan guru kelas IV Sekolah Dasar. Produk
diverifikasi oleh dosen Pendidikan Fisika dilaksanakan pada tanggal 3
Desember 2020 sampai 15 Desember 2020. Sedangkan guru kelas IV
melakukan verifikasi pada tanggal 21 Desember 2020 sampai dengan
tanggal 24 Desember 2020. Kedua validator memberikan komentar
atau saran pada kolom yang sudah disediakan sebagai masukan agar
produk prototipe buku cerita bergambar dapat dikembangkan menjadi
lebih baik. Berikut merupakan hasil verifikasi dosen dan guru terhadap
prototipe buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 4.4 Rekap Verifikasi Dosen dan Guru
No Aspek yang
Dinilai
Validator dosen Validator guru
Skor Saran/
Komentar
Skor Saran/ Komentar
Desain Produk
1 Memuat judul
yang
mendeskripsikan
isi cerita.
4 4
2 Memuat nama
penulis.
4 4
3 Bahasa sesuai
dengan EBI.
4 3 Kalimat yang
panjang bisa
dipersingkat lagi
disesuaikan
dengan konsep
EYD (PEUBI)
4 Bahasa mudah
dipahami oleh
siswa SD kelas
IV.
3 Terdapat
beberapa
penjelasan
yang rumit,
sebaiknya
bahasa
disederhanakan
3
5 Komponen
dalam buku
cerita bergambar
lengkap
(sampul, kata
pengantar, isi
cergam,
4
Perlu ditambah
halaman
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kepustakaan,
biodata penulis).
6 Tampilan fisik
(warna, huruf,
gambar) dalam
buku cerita
menarik.
3
Tulisan terlalu
kecil
4
7 Tampilan fisik
(warna, huruf,
gambar) sesuai
dengan
perkembangan
anak Sekolah
Dasar.
4 4
Isi Buku Cerita Bergambar
8 Cergam berisi
narasi dan
gambar yang
saling berkaitan.
3 3 Gambar ilustrasi
sebaiknya diberi
nomor urutan
agar siswa lebih
mengerti tata
urutannya
9 Cergam berisi
cerita yang
mendukung
judul utama
tentang
“Teknologi
Untuk
Memantau dan
Memadamkan
Api”.
4 4
10 Cergam berisi 4 4 Secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
informasi
tentang
penjelasan
“Teknologi
Untuk
Memantau dan
Memadamkan
Api”.
keseluruhan
konsep isi buku
cergam sudah
sesuai terutama
dengan teknologi
yang akan
disampaikan
11 Cergam berisi
informasi
penyebab dan
dampak
kebakaran
hutan.
4 4
12 Cergam berisi
informasi
tentang alat
untuk memantau
titik api.
4 4
13 Cergam berisi
tentang
informasi cara
memadamkan
api.
4 4
14 Cergam berisi
informasi upaya
pemulihan hutan
yang rusak
akibat terbakar
4 4
15 Cergam berisi
informasi upaya
pencegahan
4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kebakaran
hutan.
Jumlah Skor
56 56
Total Skor
3,7 3,7
Rata-rata Skor
3,7
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rerata skor yang
diperoleh dari skor kedua validator yaitu 3,7. Rentan skor dan kategori
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif
Skor akhir Kategori
˃3,25-4,00 Sangat Baik
˃2,50-3,25 Baik
˃1,75-2,50 Tidak Baik
1,00-1,74 Sangat Tidak Baik
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh skor dari kedua validator
yang menunjukkan bahwa buku cerita bergambar yang berjudul
“Teknologi Untuk Memantau dan Memadamkan Api” termasuk dalam
kategori “Sangat Baik”.
2) Perbaikan Produk
Setelah produk prototipe buku cerita bergambar dinilai oleh Dosen
Pendidikan Fisika dan guru kelas IV Sekolah Dasar selanjutnya
peneliti melakukan perbaikan berdasarkan saran dan komentar dari
validator. Berikut peneliti akan menjelaskan produk prototipe buku
cerita bergambar sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan yang
dilakukan peneliti dan illustrator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel 4.6 Perbaikan Produk Bagian 1
Sebelum diperbaiki Sesudah diperbaiki
Percakapan terlalu panjang dan sulit
dimengerti
Percakapan disederhanakan agar mudah
dipahami
Berdasarkan komentar dari dari guru kelas bahwa kalimat yang
panjang perlu dipersingkat, peneliti memperbaiki dialog bagian tokoh
kakak agar mudah dimengerti. Awalnya dialognya seperti ini “Syarat
utama dibuat hujan buatan adalah awan yang memiliki kadar potensi
hujan minimal 70%. Nantinya BMKG dan BPPT yang akan
melakukan pemantauan awan yang cocok untuk dilakukan proses
penyemaian garam untuk dijadikan hujan buatan” kemudian diubah
menjadi “Syarat utama dibuat hujan buatan adalah awan yang
memiliki kadar potensi hujan minimal 70% dan merupakan awan jenis
cumulus yang aktif”. Peneliti tambahkan kalimat baru yang mudah
dimengerti oleh anak dan merupakan informasi penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel 4.7 Perbaikan Produk Bagian 2
Sebelum perbaikan
Tidak terdapat nomor halaman dan nomor urutan percakapan
Sesudah perbaikan
Sudah memiliki nomor halaman dan nomor urutan percakapan
Berdasarkan komentar dari guru kelas IV Sekolah Dasar bahwa
percakapan sebaiknya diberikan nomor urutan agar siswa lebih
mengerti tata urutan membacanya maka peneliti menambahkan nomer
urutan disebelah kiri bola percakapan. Selain itu berdasarkan komentar
dari Dosen Pendidikan Fisika bahwa perlu diberi nomer halaman maka
peneliti menambahkan nomer halaman dibagian paling bawah. Peneliti
juga mengubah ukuran tulisan atau percakapan didalam cerita karena
berdasarkan komentar dari kedua validator tulisannya terlalu kecil dan
perlu diperbesar agar mudah terbaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
2. Kualitas Produk Protipe Buku Cerita Bergambar
Setelah melakukan verifikasi produk, peneliti akan mengetahui
kualitas produk dari buku cerita bergambar. Hasil dari jumlah rerat skor
validator adalah 3,73 dan termasuk kedalam kategori “Sangat Baik”
berdasarkan skala Likert. Skor diperoleh dari penilaian empat aspek yang
terdapat pada buku cerita bergambar. Empat aspek tersebut ialah halaman
sampul, bahasa, desain produk, dan isi cerita. Berikut ini peneliti akan
menjelaskan mengenai hasil validator pada setiap aspek yang dinilai.
Tabel 4.8 Rekap Hasil Verifikasi Halaman Sampul
No Aspek yang Dinilai Validator dosen Validator guru
Skor kategori Skor kategori
1
Memuat judul yang
mendeskripsikan isi
cerita.
4 Sangat
Baik 4
Sangat
Baik
2
Memuat nama
penulis.
4 Sangat
Baik 4
Sangat
Baik
Jumlah Skor
8 8
Total Skor
4 4
Rata-rata Skor
4
Berdasarkan tabel skor verifikasi aspek penilaian halaman sampul
di atas, peneliti memperoleh rerata skor 4 yang termasuk kedalam kategori
“Sangat Baik”. Hal tersebut dikarenakan halaman sampul memuat judul
yang mendeskripsikan isi cerita, dan memuat nama penulis dan illustrator.
Tabel 4.9 Rekap Hasil Verifikasi Aspek Bahasa
No Aspek yang
Dinilai
Validator dosen Validator guru
Skor Kategori Skor Kategori
3 Bahasa sesuai
dengan EBI. 4 Sangat Baik 3 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4
Bahasa mudah
dipahami oleh
siswa SD kelas
IV.
3 Baik 3 Baik
Jumlah Skor
7 6
Total Skor
3,5 3
Rata-rata Skor
3,25
Berdasarkan tabel skor verifikasi aspek bahasa di atas, peneliti
memperoleh rerata nilai 3,25 yang termasuk dalam kategori “Baik”. Pada
tabel di atas terdapat nilai 3 dan 4. Menurut validator bahasa yang
digunakan sudah sesuai dengan EBI namun tulisan berukuran terlalu kecil
sehingga menyulitkan siswa untuk membacanya. Kekurangan tersebut
menjadi masukan dan saran bagi peneliti dalam mengembangkan prototipe
buku cerita bergambar.
Tabel 4.10 Rekap Skor Hasil Verifikasi Aspek Desain Produk
No Aspek yang
Dinilai
Validator dosen Validator guru
Skor Kategori Skor Kategori
Desain Produk
5 Komponen
dalam buku
cerita
bergambar
lengkap
(sampul, kata
pengantar, isi
cergam,
kepustakaan,
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
biodata
penulis).
6 Tampilan fisik
(warna, huruf,
gambar) dalam
buku cerita
menarik.
3 Baik 4 Sangat Baik
7 Tampilan fisik
(warna, huruf,
gambar) sesuai
dengan
perkembangan
anak Sekolah
Dasar.
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
8 Cergam berisi
narasi dan
gambar yang
saling
berkaitan.
3 Baik 3 Baik
Jumlah Skor
14 15
Total Skor
3,5 3,75
Rata-rata Skor
3,6
Berdasarkan tabel skor verifikasi aspek penilaian desain produk di
atas, peneliti memperoleh rerata skor 3,6 yang termasuk kedalam kategori
“Sangat Baik”. Komponen dalam buku cerita bergambar berupa sampul,
kata pengantar, isi cergam, kepustakaan dan biodata penulis dan ilustrator
lengkap. Selain itu tampilan fisik buku cerita bergambar ini juga sangat
menarik, namun menurut kedua validator terdapat satu kekurangan yaitu
huruf pada percakapan terlalu kecil sehingga takutnya sulit terbaca oleh
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Tabel 4.11 Rekap Skor Hasil VerifikasiAspek Isi Buku Cerita Bergambar
No Aspek yang
Dinilai
Validator dosen Validator guru
Skor Kategori Skor Kategori
9
Cergam berisi
cerita yang
mendukung
judul utama
tentang
“Teknologi
Untuk
Memantau dan
Memadamkan
Api”.
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
10
Cergam berisi
informasi
tentang
penjelasan
“Teknologi
Untuk
Memantau dan
Memadamkan
Api”.
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
11
Cergam berisi
informasi
penyebab dan
dampak
kebakaran
hutan.
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
12
Cergam berisi
informasi
tentang alat
untuk
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
memantau titik
api.
13
Cergam berisi
tentang
informasi cara
memadamkan
api.
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
14
Cergam berisi
informasi
upaya
pemulihan
hutan yang
rusak akibat
terbakar
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
15
Cergam berisi
informasi
upaya
pencegahan
kebakaran
hutan.
4 Sangat Baik 4 Sangat Baik
Jumlah Skor
28 28
Total Skor
4 4
Rata-rata Skor
4
Berdasarkan tabel verifikasi aspek isi buku cerita bergambar di
atas, peneliti memperoleh rerata skor 4 yang termasuk dalam kategori
“Sangat Baik”. Setiap aspek yang harus dinilai mendapatkan nilai yang
sangat baik, kecuali satu aspek verifikasi dari dosen guru pada bagian
cergam berisi narasi dan gambar yang berkaitan. Salah satu validator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
memberi komentar bahwa gambar illustrasi sebaiknya diberi nomer urutan
agar siswa lebih memahami tata urutan membacanya.
Penjelasan di atas dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
produk prototipe buku cerita bergambar melalui rerata skor setiap aspek
penilaian. Peneliti merangkum kualitas dari setiap aspek didalam tabel
berikut ini berdasarkan skala Likert.
Tabel 4.12 Hasil Verifikasi Produk setiap Aspek
Aspek Skor Kriteria
Sampul 4 Sangat Baik
Bahasa 3,25 Baik
Desain 3,6 Sangat Baik
Isi 4 Sangat Baik
Berdasarkan hasil verifikasi produk setiap aspek di atas, dapat
dilihat rerata skor pada setiap aspek penilaian. Pada aspek sampul
diperoleh rerata skor 4 yang termasuk kedalam kategori “Sangat Baik”.
Pada aspek bahasa diperoleh rerata skor 3,25 yang termasuk kedalam
kategori “Baik”. Pada aspek desain diperoleh rerata skor 3,6 yang
termasuk kedalam kategori “Sangat Baik”. Pada aspek isi diperoleh rerata
skor 4 yang termasuk kedalam kategori “Sangat Baik”. Setelah
mengetahui rata-rata skor dari setiap aspek kemudian peneliti akan
menghitung persentase kelayakan produk yang disajikan dalam sebuah
grafik sebagai berikut.
Grafik 4.1 Kelayakan Produk
100%
81%90%
100%92.50%
HalamanSampul
Bahasa Desain Produk Isi Rata-Rata
Presentase Kelayakan Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Dari hasil presentase yang diperoleh, dapat diketahui aspek
halaman sampul sebesar 100% dan termasuk pada kategori “Sangat
Layak”. Kualitas prototipe buku cerita bergambar pada aspek halaman
sampul menunjukkan bahwa bagian tersebut memiliki warna yang menarik
dan memuat nama penulis serta illustrator. Kemudian presentase aspek
bahasa sebanyak 81% dan termasuk kedalam kategori “Layak”. Menurut
komentar dan saran dari validator, bahasa dalam prototipe masih
membutuhkan perbaikan seperti disederhanakan dan dipersingkat agar
mudah dipahami oleh siswa. Selain itu ukuran tulisan pada teks
percakapan perlu diperbesar agar memudahkan siswa dalam membacanya.
Presentase kelayakan pada aspek desain produk sebanyak 90% dan
termasuk pada kategori “Sangat Layak”. Aspek desain produk memiliki
komponen yang lengkap dan sesuai dengan perkembangan anak sekolah
dasar. Namun, ukuran bola percakapan perlu diperbesar dan diberikan
nomer urutan membaca agar anak mengetahui urutan membaca
percakapan cerita. Selain itu validator menambahkan komentar untuk
memberikan nomer halaman pada prototipe buku cerita bergambar yang
peneliti kembangkan. Hal tersebut menjadi perbaikan yang dilakukan oleh
peneliti. Dari perhitungan persentase kelayakan produk pada keempat
aspek diperoleh persentase rata-rata sebanyak 92,50% dan dapat
disimpulkan bahwa termasuk kedalam kategori “Sangat Layak”.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari jumlah skor kedua validator adalah 3,7 dengan
rentang skor 1-4 sehingga termasuk kedalam kategori “Sangat Baik”.
Prototipe buku cerita bergambar dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dan juga sarana literasi di sekolah. Komentar dan saran dari
validator menjadi acuan bagi peneliti untuk memperbaiki desain prototipe
buku cerita bergambar. Setelah peneliti melakukan perbaikan pada produk
prototipe buku cerita bergambar peneliti tidak melakukan uji coba
dikarenakan melihat kondisi saat ini dengan adanya pandemi Covid-19,
pemerintah memberlakukan siswa untuk belajar dari rumah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
memperpanjang masa Lokcdown pada bulan Januari 2021. Peneliti
memperhatikan beberapa kaidah dalam mengembangkan prototipe buku
cerita bergambar antar lain :
1. Prototipe buku cerita bergambar dikembangkan sesuai dengan
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah suatu program
pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memiliki
pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta
bertanggungjawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk
dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia
(Pratomo, 2009:8). Masalah kebakaran hutan menjadi masalah
bersama karena dampak yang ditimbulkan dapat menimbulkan
masalah bagi seluruh masyarakat. Melalui buku cerita bergambar,
peneliti ingin menyampaikan bahwa pentingnya menjaga kelestarian
hutan. Peneliti mengembangkan prototipe buku cerita bergambar yang
memuat penjelasan mengenai pendidikan lingkungan hidup. Hal
tersebut terdapat dihalaman 4-5 mengenai dampak yang ditimbulkan
setelah terjadinya kebakaran hutan. Bahaya yang ditimbulkan
berdampak kepada lingkungan dan kesehatan masyarakat akibat kabut
asap sehingga masalah kebakaran hutan harus diatasi. Solusi untuk
mencegah dan mengatasi kebakaran hutan terdapat pada halaman 7-9
yang menjelaskan bagaimana masyarakat dapat memantau
perkembangan titik api di Indonesia kemudian metode-metode untuk
memadamkan api. Untuk melestarikan kembali hutan yang rusak
akibat kebakaran hutan juga sudah dijelaskan pada halaman 10 yaitu
upaya pemulihan yang disebut restorasi lahan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, prototipe buku cerita bergambar
yang dibuat peneliti sesuai dengan teori pendidikan lingkungan hidup
yaitu sebuah proses pembelajaran yang menanamkan keprihatinan dan
kepedulian terhadap lingkungan hidup melalui pengetahuan perasaan
dan keterampilan. Prototipe buku cerita bergambar yang peneliti
kembangkan dapat membantu menanamkan kesadaran pada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan. Dalam proses
penyusunan prototipe buku cerita bergambar peneliti memperhatikan
materi yang memuat pendidikan lingkungan hidup.
Dalam pembelajaran tematik kelas IV Sekolah Dasar Tema 3
“Peduli Terhadap Makhluk Hidup” Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”, pembelajaran 1 terdapat tiga muatan pelajaran yaitu
IPA, IPS dan Bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran IPA, materi yang
dibahas mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan terkait
pelestarian lingkungan. Pada mata pelajaran IPS, materi yang dibahas
tentang karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk
kesejahteraan masyarakat. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
materi yang dibahas yaitu membuat daftar pertanyaan dan melakukan
wawancara untuk memperoleh informasi baru.
Prototipe buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan
mengacu pada buku tematik kelas IV Sekolah Dasar (SD) tema 3,
subtem 3, pembelajaran 1. Prototipe buku cerita bergambar ini
dijadikan sebagai media pembelajaran tentang materi pelestarian
lingkungan. Dalam buku cerita bergambar tersebut membahas tentang
upaya pencegahan kebakaran hutan, cara memadamkan kebakaran
hutan dan upaya pelestarian hutan kembali. Hal ini mengajarkan
sebagai bentuk upaya agar lingkungan hutann tetap terjaga sehingga
sumber daya alam yang ada di hutan tetap seimbang seperti yang
diajarkan pada pelajaran IPA. Penjelasan mengenai dampak yang
ditimbulkan kebakaran hutan bagi masyarkat merupakan pembelajaran
pada mata pelajaran IPS. Sedangkan mata pelajaran Bahasa Indonesia
tentang percakapan dan tanya jawab kedua tokoh di dalam cerita,
sehingga masing-masing tokoh mendapatkan informasi baru.
Karakteristik siswa Sekolah Dasar usia 9-13 tahun atau usia siswa
kelas atas menurut Izzaty, dkk (2008:116-117) ialah (1) perhatiannya
tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, (2) mempunyai rasa ingin
tahu dan ingin belajar, (3) timbul minat pada pelajaran tertentu (4)
menganggap nilai itu penting dan tolak ukur suatu prestasi (5) suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
membentuk kelompok bermain. Berdasarkan karakteristik siswa kelas
atas di atas, guru harus memiliki strateri dalam pembelajaran masa
kanak-kanak akhir tersebut. Salah satu strategi yang dapat digunakan
oleh guru ialah mengajar dengan menggunakan suatu media
pembelajaran yang menarik dan konkret. Media yang menarik dapat
membuat rasa ingin tahu siswa muncul dan akan dibarengi oleh rasa
ingin mempelajarinya. Harus menggunakan media yang konkret
dikarenakan media konkret mampu memberikan arti nyata mengenai
hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan. Media konkret selain
meningkatkan minat terhadap materi pelajaran, juga dapat
membangkikan ide-ide atau gagasan yang bersifat konseptual pada
anak. Media konkret juga dapat memberikan pengalaman nyata yang
merangsang aktivitas diri untuk belajar. Oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk membuat media pembelajaran yang menarik dan konkret yaitu
buku cerita bergambar. Melalui buku cerita bergambar, siswa dapat
menemukan gambar-gambar yang digambarkan secara nyata sehingga
dapat mudah dipahami. Buku cerita gambar tersebut disesuaikan
dengan karakter siswa yang membutuhkan media pembelajaran yang
menarik dan dapat meningkatkan minat belajar mereka.
2. Prototipe buku cerita bergambar dikembangkan sesuai dengan
kaidah penulisan cergam dan STEAM
Buku cerita bergambar merupakan salah visual yang bacaan
ceritanya menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-
gambar ilustrasi (Nurgiyanto, 2005:152). Menurut Mitchel (2003:87)
buku cerita bergambar adalah buku yang menyampaikan cerita
bergambar dan teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar
maupun teks secara sendiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita
secara lebih mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk
saling mengisi dan saling melengkapi. Dalam buku cerita bergambar
terdapat jenis-jenis buku cerita bergambar, yaitu fiksi historis,
informasi biografi cerita rakyat dan kisah nyata (McElmeel dalam
Krissandi, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Prototipe yang dikembangkan oleh peneliti termasuk dalam jenis
buku cerita bergambar informasi. Informasi diberikan dalam buku
cerita bergambar tersebut berupa penyebab dan dampak kebakaran
hutan serta teknologi yang dapat digunakan untuk memantau dan
memadamkan api. Agar lebih menarik peneliti menambahkan gambar
illustrasi berupa objek yang sesuai dengan narasi cerita. Gambar-
gambar ilustrasi tersebut dibuat berupa animasi dan berwarna-warni
sehingga dapat menarik perhatian siswa. Melalui gambar-gambar
tersebut siswa diharapkan dapat melihat objek-objek secara konkret
sehingga dapat membantu untuk memahami informasi yang akan
disampaikan melalui buku cerita bergambar.
Setelah produk yang dikembangkan oleh peneliti selesai, peneliti
melakukan verifikasi ke beberapa ahli untuk mengetahui kelayakan
produk tersebut. Peneliti melakukan verifikasi ke Dosen Pendidikan
Fisika dan Guru kelas IV Sekolah Dasar. Berdasarkan penilaian dari
kedua validator ada beberapa hal yang perlu dikembangkan yaitu
tentang pentingnya penyusunan kalimat yang mudah dipahami siswa.
Pada skor hasil verifikasi prototipe buku cerita bergambar pada aspek
bahasa mendapatkan nilai 3 dari kedua validator. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa ada kelemahan pada aspek bahasa di prototipe
buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan sehingga peneliti
harus lebih memperhatikan penggunaan ejaan serta penyususan
kalimat agar mudah dipahami oleh siswa. Kedua validator juga
menambahkan komentar bahwa ukuran tulisan di prototipe buku cerita
bergambar terlalu kecil sehingga kemungkinan sulit terbaca oleh
siswa. Oleh sebab itu peneliti juga melakukan perbaikan pada ukuran
tulisan di prototipe buku cerita bergambar.
Pemilihan gambar illustari yang tepat menjadi pendukung peserta
didik dalam memahami bahasa dalam cerita. Melalui gambar-gambar
siswa terbantu dalam memahami bahasa yang menyampaikan isi
cerita. Buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan sesuai dengan
karakteristik siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) yang berapa pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
tahap operasional Konkret. Pada tahap ini siswa membutuhkan contoh
atau gambaran dari sesuatu yang abstrak. Gambar-gambar yang
mengilustrasikan cerita yang abstrak menjadi konkret sehingga siswa
dapat lebih mudah memahami materi dan pesan yang sedang
disampaikan.
Proptotipe buku cerita bergambar dikembangkan sesuai dengan
STEAM. STEAM merupakan singkatan Science, Technology,
Engineering, the Arts and Mathematics. Buinicontro (2017)
mendefinisikan STEAM sebagai integrasi disiplin ilmu seni kedalam
kurikulum dan pembelajaran pada wilayah sains, teknologi, teknik dan
matematika yang sebelumnya dikenal sebagai STEM. STEAM
merupakan disiplin ilmu yang mengintegrasikan sains, teknologi,
teknik, seni dan matematika menjadi sebuah pendekatan terpadu yang
dapat diimplementasikan dalam pembelajaran. STEAM sebagai sebuah
pendekatan pembelajaran merupakan sebuah sarana bagi anak untuk
menciptakan ide atau gagasan melalui kegiatan berpikir dan
bereksplorasi dalam memecahkan masalah. Anak usia sekolah dasar
diharapkan memiliki kemampuan hidup sebagai anak yang produktif,
kreatif, inovatif dan efektif.
Berdasarkan pengertian STEAM diatas peneliti tertarik
menggunakan pendekatan STEAM sebagai salah satu pendekatan
pembelajaran. Buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan berisi
informasi mengenai cara memantau titik api di Indonesia
menggunakan teknologi berupa aplikasi dan metode pemadaman api
menggunakan huajn buatan dan water boombing. Informasi yang
terdapat dalam prototipe buku cerita bergambar tersebut memuat lima
unsur ilmu pada STEAM. Pada prototipe buku cerita bergambar yang
dikembangkan oleh peneliti, penerapan konsep science dengan upaya
atau cara pelestarian hutan dan bahaya kebakaran hutan bagi
masyarakat. Penerapan konsep technology dan engineering terletak
pada aplikasi pemantau titik api dan metode pemadaman api
menggunakan teknik hujan buatan dan water boombing. Penerapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
konsep art yaitu terletak pada gambar dan warna prototipe buku cerita
bergambar. Sedangkan penerapan konsep mathematic terletak pada
jumlah takaran air yang dipakai dalam menerapkan teknik water
boombing serta kadar potensi hujan pada suatu awan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah disusun
oleh peneliti. Adapun yang akan dijelaskan meliputi kesimpulan, keterbatasan
penelitian, dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Produk prototipe buku cerita bergambar menggunakan model
pengembangan ADDIE. Langkah pengembangan ADDIE yang
dilakukan yaitu (1) Analis kebutuhan prototipe cerita bergambar
mengenai kebakaran hutan, dan teknologi pemantau dan pemadam
kebakaran menggunakan wawancara dan angket, (2) desain produk
dengan membuat kisi-kisi prototipe buku cerita bergambar, (3)
pengembangan produk dilakukan untuk membuat produk prototipe
buku cerita bergambar sesuai kisi-kisi dan dilakukan verifikasi, (4)
implementasi namun tidak dilakukan dikarenakan wabah Covid-19
dimana pemerintah mewajibkan siswa belajar dari rumah secara
online, (5) evaluasi dilakukan berdasarkan saran dan komentar dari
hasil verifikasi yang dilakukan oleh dosen ahli dan guru kelas IV SD.
2. Kualitas prototipe buku cerita bergambar yang berjudul “Teknologi
untuk Memantau dan Memadamkan Api” dari hasil verifikasi dosen
ahli dan guru kelas IV Sekolah Dasar diperoleh skor rata-rata sebanyak
3,7 berdasarkan rentang skor 1-4 sehingga termasuk kedalam kategori
“Sangat Baik” dan perlu dilakukan perbaikan produk sesuai dengan
komentar dari kedua validator.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Adanya pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengeluarkan
peraturan untuk seluruh siswa belajar dari rumah secara daring dan
tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga peneliti tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dapat melakukan tahap implementasi terhadap prototipe buku cerita
bergambar.
2. Prototipe buku cerita bergambar belum menjadi sumber utama peserta
didik untuk belajar mengenai pembelajaran tematik.
C. Saran
Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya antara lain :
1. Buku cerita bergambar ini belum dapat diujicobakan, namun tidak
menutup kemungkinan bagi guru dan pihak lainnya untuk
menggunakan prototipe buku cerita bergambar ini sebagai sumber
belajar untuk mendapatkan informasi baru kepada siswa.
2. Dalam mengembangkan prototipe buku cerita bergambar selajutnya,
sebaiknya peneliti menggunakan kata-kata sederhana pada isi cerita
sehingga mudah dipahami siswa.
3. Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu lebih
memperhatikan penggunaan gambar ilustrasi yang tepat pada teks
narasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan 2010. Yogyakarta: Aditya Media
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Atmazaki, dkk. (2017). Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
BRG. (2016). Rencana Strategis Badan Restorasi Gambut 2016-2020.
Budiningsih, Kushartati. (2017). Implementasi Kebijakan Pengendalian
Kebakaran Hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan. Bogor: Pusat
penelitian dan pengembangan sosial, ekonomi, kebijakan dan perubahan
iklim, badan litbang dan inovasi, kementerian lingkungan hidup dan
kehutanan.
Daryanto dan Suprihatin, Agus. (2013). Pengantar Pendidikan Lingkungan
Hidup. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. (2003). Kebakaran
Hutan Menurut Fungsi Hutan, Lima Tahun Terakhir. Diktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta.
Effendi, Y., Bangsa, G., & Yudani. (2013). Perancangan Buku Cerita Bergambar
Dang Gedunia untuk Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal DKV Adiwarna:
Universitas Kristen Petra.
Endrawati. (2016). Analisis Data Titik Panas (Hotspot) dan Areal Kebakaran
Hutan dan Lahan. Jakarta : Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan
Sumber Daya Hutan, Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ernawati, Iis dan Sukardiyono, Totok. (2017). Uji coba kelayakan media
pembelajaran interkatif pada masa pelajaran adminitrasi server. Elinvo
(Electronics, Informatics, and Vocational Education). Vol.2, No.02,
Hal.204-210. Diakses 4 Januari 2021.
Faizah, dkk. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kemendikbud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Gunawan, Haris., & Afriyanti. (2019). Potensi Perhutanan Sosial dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Restorasi Gambut. Jakarta :
Badan Restorasi Gambut.
Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Hamzah, Syukri. (2013). Pendidikan Lingkungan Sekelumit Wawasan Pengantar.
Bandung: PT Refika Aditama. 2019.
Hadinugrahaningsih, dkk. (2017). Keterampilan Abad 21 dan STEAM (Science,
Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) Project Dalam
Pembelajaran Kimia. Jakarta Timur: LPPM Universitas Negeri Jakarta.
Izhmy, Mufidathul. (2016). Penanggulangan Kebakaran Hutan di Indonesia
dalam perspektif Human Security. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003). Jakarta: Depdiknas.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Statistik kementerian
lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2014. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi.
Krissandi, Apri Damai Sagita. (2017). Merancang Buku Cerita Bergambar
Sebagai Media Membaca Anak yang Berkarakter. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
Mitchell, D. (2003). Children’s Literature: Animatation to world. USA: Allyn &
Bacon.
Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group.
Musfiroh, Tadkiroatun. (2005). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah
Kecerdasan. Jakarta. Depdiknas.
Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Pratomo, Suko. (2009). Model Pembelajaran Tematik dalam Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) di Sekolah Dasar.
Raines. (2002). Tujuh Belas Cerita Moral dan Aktivitas Anak. Jakarta: PT
Gramedia.
Sanjaya, W. (2011). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Santosa, Hari. (2008). Peran Buku Bacaan dan Lingkungan dalam Menunjang
Perkembangan Bahasa Anak. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudaryono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, dan Mulyadi. (2009). Konsep Dasar Desain Pembelajaran. Jakarta : Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Suparno, Paul. (2004). Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Tung Yao. (2017). Desain Intruksional. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Umam, Khoirul. (2018). Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup Pada
Sekolah Adiwiyata Mandiri SDN Donoyo 2 Kota Malang. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Widayoko, E. (2014). Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Yaumi, M. & Ibrahim, N. (2013). Pembelajaran berbasis kecerdasan jamak
(Multiple Inteligences). Jakarta: Kencana.
Yusuf, H.S (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Yusuf, Syamsu. (2017). Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Aplikasi/Web Pemantau Titik Api :
http://sipongi.menlhk.go.id/home/main
http://lowres-catalog.lapan.go.id/monitoring/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 1a. Pedoman Wawancara Guru
Variabel Sub Variabel Pertanyaan
Pendidikan
Lingkungan
Hidup (PLH)
Pendidikan
Lingkungan Hidup
(PLH) dalam
pembelajaran
tematik
1. Bagaimana Bapak/Ibu
mengajarkan materi tematik kelas
IV Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup” Subtema 3 “Ayo
Cintai Lingkungan”?
2. Apa saja kegiatan yang
dilakukan ketika Bapak/Ibu
mengajarkan materi tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
3. Lingkungan apa saja yang
telah Bapak/Ibu jelaskan pada
kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Buku Cerita
Bergambar
(Cergam)
Ketersediaan buku
cerita bergambar
4. Apakah ada buku cerita
bergambar untuk siswa kelas
IV?
5. Dalam pembelajaran, sumber
belajar apa saja yang telah
digunakan?
Pengguna buku
cerita bergambar
sebagai media
pembelajaran IPA
6. Berdasarkan pengalaman
Bapak/Ibu mengajar, media
apa yang digunakan dalam
mengajarkan materi tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
7. Apakah dalam pembelajaran
Bapak/Ibu menggunakan buku
cerita bergambar sebagai
media pembelajaran?
Karakteristik buku
cerita bergambar
8. Menurut Bapak/Ibu guru,
bagaimana karakteristik cerita
bergambar yang dapat
membuat anak tertarik untuk
membacanya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 1b. Hasil Wawancara Guru
No Pertanyaan Kesimpulan
1 Bagaimana Bapak/Ibu
mengajarkan materi tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa guru kadang mengajak
anak belajar dihalaman sekolah kemudian
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
materi hari tersebut. Sekolah tersebut juga
memiliki kebun kecil khusus untuk siswa
di belakang sekolah jadi terkadang siswa
diajak ke kebun tersebut untuk belajar
mengenai tanaman.
Jawaban : MY
Jawaban : PP
2 Apa saja kegiatan yang
dilakukan ketika Bapak/Ibu
mengajarkan materi tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa kegiatan yang
dilakukan ketika mengajarkan tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup” Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan” yaitu dengan diskusi dan
tanya jawab dikelas,menonton video
pembelajaran, merawat kebun dibelakang
sekolah, dan pekerjaan rumah seperti
menanam bunga dan merawat binatang
peliharaan di rumah.
Jawaban : MY
Jawaban :PP
3 Lingkungan apa saja yang
telah Bapak/Ibu jelaskan pada
kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa lingkungan yang telah
dijelaskan kepada siswa yaitu lingkungan
sekitar seperti lingkungan sekolah dan
lingkungan tempat tinggal atau rumah.
Jawaban :MY
Jawaban :PP
4 Apakah ada buku cerita
bergambar untuk siswa kelas
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa belum ada buku cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
IV? bergambar untuk siswa kelas IV SD.
Jawaban :MY
Jawaban :PP
5 Dalam pembelajaran, sumber
belajar apa saja yang telah
digunakan?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar yang
digunakan dalam pembelajaran ialah buku,
video pembelajaran, tanaman di kebun
sekolah.
Jawaban : MY
Jawaban : PP
6 Berdasarkan pengalaman
Bapak/Ibu mengajar, media
apa yang digunakan dalam
mengajarkan materi tematik
kelas IV Tema 3 “Peduli
Terhadap Makhluk Hidup”
Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan”?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa media yang digunakan
dalam mengajarkan materi tematik kelas
IV Tema 3 “Peduli Terhadap Makhluk
Hidup” Subtema 3 “Ayo Cintai
Lingkungan” yaitu dengan buku, tayangan
video, dan peralatan berkebun.
Jawaban :MY
Jawaban :PP
7 Apakah dalam pembelajaran
Bapak/Ibu menggunakan
buku cerita bergambar
sebagai media pembelajaran?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa kedua bapak/ibu guru
tidak menggunakan buku cerita bergambar
sebagai media pembelajaran.
Jawaban :MY
Jawaban :PP
8 Menurut Bapak/Ibu guru,
bagaimana karakteristik cerita
bergambar yang dapat
membuat anak tertarik untuk
membacanya?
Berdasarkan hasil wawancara dapat
disimpulkan bahwa karateristik cerita
bergambar yang dapat menarik siswa
untuk membacanya ialah buku cerita
bergambar dengan cerita yang ringan
sehingga mudah dipahami, berwarna cerah
dan gambar animasi sehingga dapat
menumbuhkan imajinasi anak.
Jawaban :MY
Jawaban :PP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 2a. Angket Siswa
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Di sekolah saya terdapat buku cerita bergambar
untuk siswa kelas IV
2 Saya sudah pernah membaca buku cerita
bergambar
3 Sebelum memulai pembelajaran, saya membaca
buku cerita bergambar sebagai sarana literasi
4 Guru menggunakan buku cerita bergambar
sebagai media pembelajaran
5 Saya merasa bosan dan tidak tertarik membaca
buku yang tidak disertai gambar.
6 Dengan buku cerita bergambar saya lebih mudah
memahami materi pembelajaran
7 Saya belajar materi pelestarian lingkungan
sekitar di kelas IV.
8 Ada buku cerita bergambar tentang materi
pelestarian lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 2b. Hasil Angket Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 2c. Rekap Hasil Angket Siswa
No Pertanyaan Jawaban
1 Di sekolah saya
terdapat buku cerita
bergambar untuk
siswa kelas IV.
• 20% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 80% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 0% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 0% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
2 Saya sudah pernah
membaca buku cerita
bergambar.
• 0% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 0% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 60% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 40% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
3 Sebelum memulai
pembelajaran, saya
membaca buku cerita
bergambar sebagai
sarana literasi.
• 10% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 70% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 20% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 0% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
4 Guru menggunakan
buku cerita bergambar
sebagai media
pembelajaran.
• 20% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 80% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 0% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 40% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
5 Saya merasa bosan
dan tidak tertarik
membaca buku yang
tidak disertai gambar.
• 0% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 0% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 70% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 30% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
6 Dengan buku cerita
bergambar saya lebih
mudah memahami
materi pembelajaran.
• 0% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 20% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 60% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 20% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
7 Saya belajar materi
pelestarian lingkungan
sekitar di kelas IV.
• 0% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 0% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 70% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 30% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
8 Ada buku cerita
bergambar tentang
materi pelestarian
lingkungan.
• 10% siswa sangat tidak setuju dengan
pernyataan tersebut.
• 90% siswa tidak setuju dengan peryataan
tersebut.
• 0% siswa setuju dengan peryataan tersebut.
• 0% siswa sangat setuju dengan peryataan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 3. Angket Validator
INSTRUMEN VALIDASI DESAIN BUKU CERITA BERGAMBAR KELAS
IV SEKOLAH DASAR
Kepada
Yth ..............................................
Di tempat
Dengan hormat,
Bersama surat ini, peneliti memohon bantuan Bapak/Ibu untuk
memvalidasikan atau memverifikasi pengembangan cergam yang berjudul
“Teknologi Untuk Memantau dan Memadamkan Api”. Cergam tersebut berkaitan
dengan materi pembelajaran kelas IV Sekolah Dasar: Tema 3 “Peduli Terhadap
Makhluk Hidup” dan subtema 3 “Ayo Cintai Lingkungan”. Melalui cergam ini,
siswa diharapkan dapat lebih peduli terhadap lingkungan.
Mohon Bapak/Ibu berkenan untuk menilai kualitas desain buku cerita
bergambar untuk siswa kelas IV SD dengan cara memberikan tanda (√) pada
kolom yang berada di bawah 1, 2, 3, dan 4 serta memberi komentar sesuai dengan
pendapat Bapak/Ibu pada kolom yang tersedia.
Skala penilaian verifikasi produk adalah sebagai berikut :
Skor 1, jika kriteria cergam sangat tidak baik.
Skor 2, jika kriteria cergam tidak baik.
Skor 3, jika kriteria cergam baik.
Skor 4, jika kriteria cergam sangat baik.
Variabel Indikator No Item
Buku Panduan Desain Produk 1,2,3,4,5,6,7
Isi Buku 8,9,10,11,12,13,14,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Verifikasi Produk
No Aspek yang Dinilai Skor Saran/ Komentar
1 2 3 4
Desain Produk
1 Memuat judul yang
mendeskripsikan isi
cerita.
2 Memuat nama penulis.
3 Bahasa sesuai dengan
EBI.
4 Bahasa mudah
dipahami oleh siswa
SD kelas IV.
5 Komponen dalam buku
cerita bergambar
lengkap (sampul, kata
pengantar, isi cergam,
kepustakaan, biodata
penulis).
6 Tampilan fisik (warna,
huruf, gambar) dalam
buku cerita menarik.
7 Tampilan fisik (warna,
huruf, gambar) sesuai
dengan perkembangan
anak Sekolah Dasar.
Isi Buku Cerita Bergambar
8 Cergam berisi narasi
dan gambar yang saling
berkaitan.
9 Cergam berisi cerita
yang mendukung judul
utama tentang
“Teknologi Untuk
Memantau dan
Memadamkan Api”.
10 Cergam berisi
informasi tentang
penjelasan “Teknologi
Untuk Memantau dan
Memadamkan Api”.
11 Cergam berisi
informasi penyebab dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
dampak kebakaran
hutan.
12 Cergam berisi
informasi tentang alat
untuk memantau titik
api.
13 Cergam berisi tentang
informasi cara
memadamkan api.
14 Cergam berisi
informasi upaya
pemulihan hutan yang
rusak akibat terbakar.
15 Cergam berisi
informasi upaya
pencegahan kebakaran
hutan.
Jumlah Skor
Total Skor
Rata-rata Skor
Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Cergam
“Teknologi Untuk Memantau dan Memadamkan Api” :
a. Layak diujicobakan tanpa revisi.
b. Layak diujicobakan setelah revisi.
c. Tidak layak diujicobakan.
Yogyakarta, ............................. 2020
Validator
(......................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Lampiran 3a. Hasil Angket Validator I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lampiran 3b. Hasil Angket Validator II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 3c. Rekap Angket Validator
No Aspek yang Dinilai Validator I Validator II
Skor Saran/ Komentar Skor Saran/ Komentar
Desain Produk
1 Memuat judul yang
mendeskripsikan isi
cerita.
4 4
2 Memuat nama penulis.
4 4
3 Bahasa sesuai dengan
EBI.
4 3 Kalimat yang
panjang bisa
dipersingkat lagi
disesuaikan dengan
konsep EYD
(PEUBI)
4 Bahasa mudah
dipahami oleh siswa
SD kelas IV.
3 Terdapat
beberapa
penjelasan yang
rumit, sebaiknya
bahasa
disederhanakan
3
5 Komponen dalam
buku cerita bergambar
lengkap (sampul, kata
pengantar, isi cergam,
kepustakaan, biodata
penulis).
4
Perlu ditambah
halaman
4
6 Tampilan fisik (warna,
huruf, gambar) dalam
buku cerita menarik.
3 Tulisan terlalu
kecil
4
7 Tampilan fisik (warna,
huruf, gambar) sesuai
dengan perkembangan
anak Sekolah Dasar.
4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Isi Buku Cerita Bergambar
8 Cergam berisi narasi
dan gambar yang
saling berkaitan.
3 3 Gambar ilustrasi
sebaiknya diberi
nomor urutan agar
siswa lebih
mengerti tata
urutannya
9 Cergam berisi cerita
yang mendukung judul
utama tentang
“Teknologi Untuk
Memantau dan
Memadamkan Api”.
4 4
10 Cergam berisi
informasi tentang
penjelasan “Teknologi
Untuk Memantau dan
Memadamkan Api”.
4 4 Secara keseluruhan
konsep isi buku
cergam sudah
sesuai terutama
dengan teknologi
yang akan
disampaikan
11 Cergam berisi
informasi penyebab
dan dampak kebakaran
hutan.
4 4
12 Cergam berisi
informasi tentang alat
untuk memantau titik
api.
4 4
13 Cergam berisi tentang
informasi cara
memadamkan api.
4 4
14 Cergam berisi
informasi upaya
pemulihan hutan yang
rusak akibat terbakar
4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
15 Cergam berisi
informasi upaya
pencegahan kebakaran
hutan.
4 4
Jumlah Skor
56 56
Total Skor
3,7 3,7
Rata-rata Skor
3,7
Berdasarkan nilai rata-rata hasil verifikasi yaitu 3,7. Dalam mengetahui
kelayakan penggunaan prototipe buku cerita bergambar berdasarkan jumlah skor,
peneliti menyajikan pedoman penggolongan kualitas sebagai berikut:
Skor akhir Kategori
˃3,25-4,00 Sangat Baik
˃2,50-3,25 Baik
˃1,75-2,50 Tidak Baik
1,00-1,74 Sangat Tidak Baik
Berdasarkan hasil verifikasi, diperoleh skor yang menunjukkan bahwa
buku cerita bergambar yang berjudul “Teknologi Untuk Memantau dan
Memadamkan Api” termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dan sudah layak
diujicobakan dengan revisi sesuai dengan masukan validator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Lampiran 4. Kisi-kisi Prototipe Buku Cerita Bergambar
No Deskripsi Rencana
Cergam
Percakapan
PENYEBAB DAN DAMPAK KEBAKARAN HUTAN
1 Kebakaran
hutan di
Indonesia
• Eva dan Kak
Icut sedang
menonton
Tv. Di
Televisi di
siarkan berita
mengenai
kebakaran
Hutan
• Penjelasan
kebakaran
hutan terjadi
didaerah
mana saja di
Indonesia
Eva : Kak Icut, apa yang sedang kamu
tonton?
Icut : Kakak sedang menonton berita
mengenai kebakaran hutan yang terjadi
di Indonesia.
Eva : memangnya kebakaran hutan
terjadi dimana saja kak?
Icut : kebakaran hutan sering terjadi di
Pulau Kalimantan, Sumatera, Nusa
Tenggara Barat dan Papua.
(Gambar perkotak dalam 1 atau 2
halaman wilayah-wilayah terdampak)
2 Penyebab
kebakaran
hutan
• Penyebab
kebakaran
hutan
Eva : kebakaran hutan itu karena orang-
orang bakar lahan untuk berkebun?
Icut : iya, biasanya mereka sengaja
melakukannya untuk membuka lahan
pertanian yang baru.
Eva : membuka lahan untuk pertanian
bukannya ada cara lain selain dengan
cara dibakar
Icut : ada, namun metode pembakaran
hutan bisa dikatakan murah dan efektif.
(gambar 2 kotak, 1 nya gambar
membuka lahan dengan cara manual
yaitu mengunakan alat seperti gergaji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
tenso, parang dan lain-lain. 1 kotak lagi
membuka lahan dengan cara membakar
hutan)
Penyebab lainnya itu ialah dikarenakan
faktor alam seperti ; musim kemarau
yang panjang sehingga memudahkan
lahan terbakar, aktivitas vulkanis,
migrasi penduduk, dan faktor
ketidaksengajaan akibat kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap bahaya
api. (Misalnya kebiasaan masyarakat
mencari rota dihutan sambil merokok
atau api yang diakibatkan pantulan
sampah botol kaca)
(digambarkan dalam 1 halaman)
3 Dampak
kebakaran
hutan
• Dampak-
dampak yang
diakibatkan
oleh
kebakaran
hutan
Eva : Kabut asap yang sering terjadi itu
disebabkan oleh kebakaran hutan kan
kak?
Icut : iya va, kebakaran hutan dapat
menimbulkan kabut asap yang
berdampak pada kesehatan masyarakat
yang menghirupnya.
(gambar kabut asap dan orang-orang
yang menggunakan masker)
Eva : kebakaran hutan juga dapat
membuat banjir kak, karena hutan yang
terbakar akan lama dipulihkan sehingga
menyebabkan lahan terbuka, jadinya
mudah erosi dan tidak akan kuat
menahan banjir.
Icut : kebakaran hutan juga berdampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
buruk bagi perekonomian karena untuk
memulihkan hutan kembali
membutuhkan banyak biaya dan waktu
yang lama. Pohon-pohon yang sudah
terlanjur terbakar akan membutuhkan
waktu yang lama untuk bertumbuh.
(1 halaman dengan kotak-kotak gambar
penjelasan diatas)
CARA MENGETAHUI TITIK API & MEMADAMKAN API
4 Aplikasi • Aplikasi titik
api
Eva : Agar tidak terjadi kebakaran
hutan, apakah ada yang bisa kita
lakukan kak?
Icut : api yang sudah terlanjur menyala
dihutan sangat susah dipadamkan jadi
sebelum apinya menyebar kita harus
segera memadamkannya atau
memanggil petugas pemadam
kebakaran hutan atau pun warga sekitar
yang dapat membantu madamkan api.
(gambar warga dan petugas
memadamkan api dalam 1 halaman)
Eva : bagaimana caranya kita bisa selalu
tahu ada api yang muncul dihutan?
Icut : sekarang ada aplikasi yang dapat
memudahkan kita untuk memantau titik
api yang ada dihutan.
Eva : Aplikasi apa kak yang bisa
memantau titik api?
Icut : yang pertama ada aplikasi
Sipongi. Aplikasi Sipongi merupakan
aplikasi resmi yang diluncurkan oleh
Menteri Lingkungan Hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Kuhutanan Ibu Siti Nurbaya pada tahun
2015. Cara kerjanya yaitu nanti satelit
menangkap suhu dan luasan titik api
kemudian disampaikan kepusat
informasi dan ditampilkan ke web. oh
iya, setelah kakak buka aplikasinya
ternyata aplikasi ini juga dapat
memberikan informasi tentang kualitas
udara dan didukung dengan fasilitas call
center sehingga mempermudah bagi
masyarakat melakukan pengaduan titik
api baru.
Aplikasi resmi lainnya yaitu aplikasi
LAPAN: Fire Hotspot. Aplikasi ini
disediakan oleh Lembaga dan Antariksa
Nasional (LAPAN). Cara kerja
aplikasinya mirip dengan aplikasi
Sipongi. Tampilan muka aplikasi versi
Android cukup sederhana. Saat dibuka,
akan terpampang peta Indonesia dengan
sejumlah titik berwarna hijau, kuning,
hingga merah yang merupakan titik api.
(gambar dengan 2 halaman, masing2 1
halaman)
Eva : Kalau nanti kita sudah mengetahui
titik api dan melakukan laporan apa
yang akan terjadi selanjutnya?
Icut : nantinya Fire officer akan
menerima lapaoran dan akan lanjutkan
ke petugas terdekat dengan titik api
sehingga Satgas dapat langsung menuju
ke lokasi kebakaran dan melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
tindakan untuk memadamkan api
dengan segera.
5 Pemadaman
Manual
Eva : biasanya masyarakat
memadamkan api dengan cara
menyiramkan api menggunakan sumber
air terdekat, entah menggunakan ember
dan bolak-balik atau menggunakan
selang. Aku pernah melihatnya dari
televisi. Ibu juga kalau memadamkan
api dikebun belakang saat membakar
sampah dan api membesar dengan cara
menyirakan air seember.
Icut : itu merupakan teknik paling
umum digunakan namun sangat
berbahaya karena jarak api dengan
orang yang memadamkan api sangat
dekat. Orang yang memadamkan api
pasti akan terkena asap yang muncul
saat api dipadamkan dan bisa saja
percikan api yang bisa saja membesar.
6 Water
Bombing
Penjelasan
mengenai teknik
water bombing
menggunakan
helikopter
Eva : Kalau begitu apa ada cara lain yng
tidak terlalu berbahaya?
Icut : tentu saja ada, ada 2 cara yang
dapat dilakukan.
Yang pertama teknik water bombing.
Water bombing merupakan teknik yang
dapat digunakan jika skala kebakaran
besar dan jalur menuju lokasi kebakaran
sulit untuk dimasuki mobil pemadam.
Cara kerjanya dengan menjatuhkan air
dalam jumlah besar menggunakan
helikopter pada titik panas diarea lahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
yang terbakar.
7 Hujan Buatan • Penjelasan
mengenai
Hujan buatan
• Cara
membuat
hujan buatan
Icut : cara kedua adalah membuat hujan
buatan. cara ini dapat dijadikan sebagai
penanganan sekaligus pencegahan
kebakaran hutan. Jika cara ini dapat
dilaksanakan sebelum terjadinya
kebakaran maka akan memperkecil
kemungkinan terjadinya kebakaran
akibat keringnya lahan.
Eva : bagaimana cara membuat hujan
buatan?
Icut : nanti akan dilakukan penanaman
zat-zat khusus di awan yang akan dibuat
hujan. Hujan buatan ini akan sangat
dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya
awan yang berada diats wilayah yang
membutuhkan hujan.
Eva : bagaimana kalau tidak ada awan
yang dapat digunakan? Biasanya jika
kemarau panjang, jarang ada awan
dilangit, kalaupun ada pasti sedikit dan
kecil.
Icut : maka akan dibuat terlebih dahulu
awan, walau jadinya akan memakan
waktu lama hingga proses pembuatan
hujan buatan.
Eva : wah keren sekali, teknologi benar-
benar semakin berkembang.
PEMULIHAN LAHAN & PENCEGAHAN
7 Restorasi
Lahan
• Pengertian
• Cara-cara
Eva : Tapi bagaimana kalau sudah
terlanjur terbakar dan rusak seperti yang
di Tv tadi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Icut : Dapat dilakukan restorasi lahan
atau upaya pemulihan.
Eva : Restorasi lahan? Apa maksudnya
?
Icut : Restorasi lahan itu artinya proses
untuk mengembalikan fungsi ekologi
lahan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang terkena dampak dari
lahan yang rusak akibat kebakaran.
Dapat dilakukan penanaman kembali
bibit-bibit pohn dan tanaman dihutan
yang sudah gundul karena terbakar.
8 Kanal Eva : Kalau yang tadi upaya pemulihan,
aku tahu upaya pencegahannya kak.
Icut : Bagaimana caranya?
Eva : membuat kanal, seperti yang ada
disawah kita. Kanal dapat digunakan
sebagai aliran air yang mengaliri lahan
atau hutan yang rawan terbakar. Kalau
ada kanal maka lahan yang tadinya
mudah terbakar karena musim kemarau
panjang jadi dapat menyimpan air lebih
banyak sehingga akan sulit terbakar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
9 Sumur bor
Icut : Wah, ide yang kreatif sekali dek.
Selain kanal, kita juga dapat
menggunakan sumur bor. Sumur bor
merupakan cara yang efisien untuk
mendekatkan sumber air dengan lokasi
rawan kebakaran.
Eva : benar kak, kalau ada sumur bor
akan memudahkan orang-orang untuk
melakukan pembasahan lahan, jadi
tidak mudah kering dan terbakar.
Wahhh hebat!
10 Langkah
awal yang
dapat
dilakukan
sebagai
upaya
pencegahan
Ajakan untuk
melakukan
pencegahan
Icut : nah sekarang kakak mau
mengajak kamu ke kebun belakang
rumah untuk menanam bibit pohon
mahoni yang dibeli ayah kemarin.
Eva : untuk apa menanam pohon,
mendingan kita menanam bunga atau
sayur-sayuran.
Icut : menanam bbit mahoni merupakan
upaya yang dapat kita lakukan sebagai
pencegahan lahan gundul dan upaya
pemulihan lahan yang sudah terlanjur
gundul. Kalau sudah selesai menanam
bibit pohon mahoni baru kita menanam
bibit bunga dan sayuran.
Eva : Baiklah kak kalau begitu mari kita
berkebun!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 5 Produk yang dikembangkan
(Produk lengkap prototipe buku cerita bergambar dicetak terpisah)
2.1 Halaman sampul prototipe buku cerita bergambar “Teknologi untuk
Memantau dan Memadamkan Api”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Alisa Pranita Utama lahir di Dusun Keledan, 17
November 1998 dari pasangan Bapak Antonius Anton
dan Ibu Gerteruda Teru. Jenjang pendidikan yang
ditempuh yaitu SDN 01 Sejiram tahun 2004-2010, SMP
Negeri 1 Seberuang tahun 2010-2013, SMA Negeri 1
Sintang tahun 2013-2016 dan saat ini sedang menempuh
pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta angkatan 2016. Selama menjadi mahasiswa, peneliti mengikuti
kegiatan kepanitiaan : 1) Pekan Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2017 sebagai
anggota devisi medis, 2) Parade Gamelan Anak ke-X Se-Yogyakarta dan Jawa
Tengah “Budayaku, Harga Diri Bangsaku” pada tahun 2017 sebagai anggota
devisi dampok, 3) Dayak Nite “Pererat Integrasi Bangsa, Merangkul Tradisi
Leluhur” pada tahun 2017 sebagai anggota devisi makeup & kostum, 4) Kegiatan
pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Tahun 2018/2019 sebagai anggota devisi humas pada
tahun 2018. Dalam memenui tugas akhir, maka peneliti menulis skripsi dengan
judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Teknologi
Penanganan Kebakaran Hutan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” pada tahun
2021.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI