22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembinaan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi- potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi”. Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa: (1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa (2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang ambing (3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya, pembinaan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar, yaitu:

Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengembangkan sikap yang positif untuk Nasionalisme terhadap NKRI. Menjunjung tinggi sifat nasionalisme, mengedepankan cinta tanah air dan berupaya menjadi warga negara indonesia yang baik berdasarkan asas kewarganegaraan dan pancasila

Citation preview

Page 1: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembinaan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat

multidimensional. Sangat luas karena terkait dengan pengembangan multiaspek

potensi-potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup

dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi”.

Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa:

(1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara,

hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa

(2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini

tidak terombang

ambing

(3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan

dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.

Selanjutnya, pembinaan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar,

yaitu:

(1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa

(2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

(3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak

mulia dan bangsa yang bermartabat.

Pembinaan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk

aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika

pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan

Page 2: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI. Pembinaan

karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan

melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk teman

sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa, pramuka, organisasi

kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat;

kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan,

agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat. Adapun strategi pembinaan karakter

dapat dilakukan melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan

kerja sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat

serta pendekatan multidisiplin yang tidak menekankan pada indoktrinasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan karakter, karakter bangsa, dan pembinaan karakter

bangsa ?

2. Lingkunagan apa saja yang mempengaruhi karakter bangsa?

3. Bagaimana hasil karakter yang diharapkan dari pembinaan karakter bangsa

dalam rangka ketahanan nasional?

4. Bagaimana strategi pembinaan karakter bangsa dalam rangka ketahanan

nasional?

C. TUJUAN PENULISAN

Pembinaan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan

karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-

Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa

persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Page 3: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

BAB II

PEMBAHASAN

Kondisi saat ini tingkat kesadaran generasi muda terhadap ideologi bangsa

semakin menurun. Indikator semakin menurunnya tingkat kesadaran ideologi bangsa

tampak pada masih banyaknya generasi muda yang memiliki perilaku semakin jauh

dari nilai-nilai utama Pancasila. Nilai-nilai utama Pancasila pada dasarnya dapat

dibagi menjadi tiga jenis nilai, meliputi: ketuhanan, keilmuan dan kebangsaan yang

merupakan pilar-pilar utama dari karakter bangsa. Ketuhanan, berkaitan dengan

rendahnya tingkat ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keilmuan berkaitan

dengan rendahnya tingkat penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

untuk memecahkan masalah kehidupan, edangkan kebangsaan berkaitan dengan

menurunnya rasa nasionalisme atau kecintaan kepada tanah air, negara dan bangsa.

Degradasi kesadaran ideologi bangsa apabila dibiarkan berlangsung secara terus

menerus maka akan semakin dapat membahayakan ketahanan nasional dan stabilitas

negara juga akan semakin rapuh.

Dalam kasus Indonesia, krisis karakter, mengakibatkan bangsa Indonesia

kehilangan kemampuan untuk mengerahkan potensi masyarakat guna mencapai cita-

cita bersama. Krisis karakter ini seperti penyakit akut yang terus menerus

melemahkan jiwa bangsa, sehingga bangsa kita kehilangan kekuatan untuk tumbuh

dan berkembang menjadi bangsa yang maju dan bermartabat di tengah-tengah bangsa

lain di dunia. Krisis karakter di Indonesia tercermin dalam banyak fenomena sosial

ekonomi yang secara umum dampaknya menurunkan kualitas kehidupan masyarakat

luas. Korupsi, mentalitas peminta-minta, konflik horizontal dengan kekerasan, suka

mencari kambing hitam, kesenangan merusak diri sendiri, adalah beberapa ciri

masyarakat yang mengalami krisis karakter.

Korupsi, korupsi adalah salah satu bentuk krisis karakter yang dampaknya

sangat buruk bagi bangsa Indonesia. Dalam pergaulan internasional, posisi Indonesia

sebagai salah satu negara yang terkorup di dunia telah menyebabkan bangsa ini

Page 4: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

kehilangan martabat di tengah-tengah bangsa lain. Korupsi terjadi karena orang-orang

kehilangan beberapa karakter baik, terutama kejujuran , pengendalian diri (self

regulation), dan tanggung jawab sosial.

A. Pengertian Karakter, Karakter Bangsa, dan Pembangunan Karakter Bangsa

1. Karakter

Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau

berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap

lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.

Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga,

serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan

ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai,

kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan

tantangan.

2. Karakter Bangsa

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-

baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku

berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,

serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia

akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang

tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan

bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945,

keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap

NKRI.

3. Pembinaan Karakter Bangsa

Pembinaan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara

kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai

Page 5: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya

dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban

untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi

Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Pembinaan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui

proses sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan,

dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan negara.

B. Lingkungan yang mempengaruhi karakter bangsa

1. Lingkungan Global

Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan

internasionalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran dan batas-batas

suatu negara yang disebabkan adanya peningkatan keterkaitan dan

ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui berbagai

bentuk interaksi. Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus manusia,

barang, dan informasi tanpa batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap

penyebarluasan pengaruh budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama

dalam suatu bangsa yang sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan dapat

mengancam jatidiri bangsa.

Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan

terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama

masyarakat kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh

nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter

bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan

sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati

diri bangsa serta generasi muda tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa

Indonesia.

Page 6: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

2. Lingkungan Regional

Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak

terhadap terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia Tenggara.

Dampak tersebut berwujud adanya ekspansi budaya dari negara-negara maju

yang menguasai teknologi informasi. Meskipun telah dilaksanakan upaya

pencegahan melalui program kerja sama kebudayaan, namun melalui teknologi

infomasi yang dikembangkan, pengaruh negara lain dapat saja masuk. Produk-

produk budaya disebarluaskan melalui berbagai teknologi media yang akhirnya

membentuk perilaku baru, kebudayaan baru, dan kemungkinan jati diri baru.

Hal ini tentunya merupakan ancaman bagi pembinaan sikap, perilaku, dan jati

diri sebagai suatu bangsa.

Perkembangan regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa

perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa

Indonesia. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat

Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta

generasi muda tetap memiliki kepribadian sebagai bangsa Indonesia.

3. Lingkungan Nasional

Perkembangan politik di dalam negeri dalam era reformasi telah

menunjukkan arah terbentuknya demokrasi yang baik. Selain itu telah

direalisasikan adanya kebijakan desentralisasi kewenangan melalui kebijakan

otonomi daerah. Namun, sampai saat ini, pemahaman dan implementasi konsep

demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran pemimpin nasional masih belum

memadai. Sifat kedaerahan yang kental dapat mengganggu proses demokrasi

dan bahkan mengganggu persatuan nasional.

Harus diakui bahwa banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa

Indonesia sejak lebih dari enam puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik

dimulai dari zaman orde lama, orde baru, orde reformasi hingga pasca reformasi

Page 7: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

terasa sangat pesat, termasuk pembangunan infrastruktur pendukung

pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup berarti. Misalnya,

jaringan listrik, jaringan komunikasi, jalan raya, berbagai sumber energi, serta

prasarana dan sarana pendukung lainnya. Kemajuan fisik yang terlihat kasat

mata adalah banyaknya gedung bertingkat di kota-kota besar di Indonesia yang

mengindikasikan kemajuan bangsa Indonesia dalam bidang pembangunan.

Selain itu, kemajuan penting yang dicapai dalam tata pemerintahan adalah

diluncurkannya Undang-undang tentang Otonomi Daerah pada tahun 2001 yang

memberi keleluasaan kepada pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten/kota

untuk membangun daerah dengan kekuatan dan potensi yang dimilikinya.

Kemajuan di bidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan

nonfisik, termasuk membina karakter dan jati diri bangsa agar menjadi bangsa

yang kukuh dan memiliki pendirian yang teguh. Sejak zaman sebelum merdeka

hingga zaman pasca reformasi saat ini perhatian terhadap pendidikan dan

pengembangan karakter terus mendapat perhatian tinggi. Pada awal

kemerdekaan pembangunan pendidikan menekankan pentingnya jati diri bangsa

sebagai salah satu tema pokok pembinaan karakter dan pekerti bangsa. Pada

zaman Orde Lama, Nation and Character Building merupakan pembinaan

karakter dan pekerti bangsa. Pada zaman Orde Baru, pembinaan karakter bangsa

dilakukan melalui mekanisme penataran Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4). Pada zaman Reformasi, sejumlah elemen

kemasyarakatan menaruh perhatian terhadap pembinaan karakter bangsa yang

diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan.

C. Karakter yang Diharapkan

Secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan

empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah

hati berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir

berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan

Page 8: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi,

kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai

sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang

tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. Karakter

individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian

tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa,

jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani

mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik;

2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif,

inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;

3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan

sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,

determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;

4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan,

saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,

nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan

umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk

Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa sebenarnya saling

terkait satu sama lainnya. Oleh sebab itu, banyak aspek karakter yang dapat

dijelaskan sebagai hasil dari beberapa proses.

D. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa

1. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Sosialisasi

Sosialisasi dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk

membangkitkan kesadaran dan sikap positif terhadap pembangunan karakter

Page 9: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

bangsa guna mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Agar sosialisasi dapat berlangsung efektif dan efisien, maka pemilihan

media dan target sasaran menjadi sangat penting. Disadari atau tidak

perkembangan teknologi informasi dengan media sebagai piranti utama,

berimplikasi pada tatanan kehidupan umat manusia dalam berbagai

dimensinya, baik dalam dimensi politik, ekonomi, sosial budaya, maupun

agama. Kondisi ini patut diwaspadai sehingga masyarakat tidak terjebak pada

kemajuan teknologi informasi semata tanpa berupaya. Dengan demikian, unsur

media (cetak, elektronik, tradisional) harus diposisikan sebagai mitra strategis

dalam upaya pembinaan karakter bangsa utamanya dalam hal sosialisasi.

Di samping unsur media, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian

adalah penentuan kelompok-kelompok sasaran sehingga dampak sosialisasi

segera merambah pada setiap anak bangsa, terutama generasi muda. Pada

dasarnya kelompok sasaran adalah seluruh warga negara Indonesia, yang lebih

difokuskan pada generasi muda. Adapun sasaran adalah pemerintah, dunia

usaha dan industri, satuan pendidikan, organisasi sosial kemasyarakatan/

profesi, organisasi sosial politik, dan media massa.

Page 10: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

2. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan

Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik

guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai

warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal

dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Strategi pembinaan karakter bangsa melalui program pendidikan

memerlukan dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di

jajaran Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu

didukung berupa hal-hal sebagai berikut:

a. Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum, inovasi

pembelajaran dan pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan

proses penilaian, kerangka dan standardisasi media pembelajaran yang

dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di lingkungan Badan

Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.

b. Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif

bagi pembangunan karakter dalam berbagai modus dan konteks

pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah, serta

pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat

terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

c. Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan

informal dalam rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus

dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di

lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,

Nonformal dan Informal.

Page 11: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

d. Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan, baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah

maupun pendidikan tinggi yang relevan dengan pendidikan karakter

dalam berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh

semua direktorat terkait.

e. Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui

penguatan standar isi dan proses, penelitian dan pengembangan

pendidikan karakter, pembinaan lembaga pendidikan tenaga

kependidikan, pengembangan dan penguatan jaringan informasi

professional. Pembinaan karakter dilakukan secara sistemik oleh

semua direktorat terkait.

3. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembinaan karakter bangsa

yang diarahkan untuk memampukan para pemangku kepentingan dalam rangka

menumbuhkembangkan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan karakter.

Lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan karakter yang

pertama dan utama. Oleh karena itu orang tua perlu ditingkatkan

kemampuannya sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan pembinaan

dan pengembangan karakter. Pemberdayaan dilingkup keluarga dilakukan

melalui:

(1) Penetapan regulasi yang mendorong orang tua dapat berinteraksi

dengan sekolah, dan lembaga pendidikan yang terkait pembangunan

karakter.

(2) Pemberian pelatihan dan penyuluhan tentang pendidikan karakter

(3) Pemberian penghargaan kepada para tokoh-tokoh atau orang tua

yang telah menunjukkan komitmennya dalam membangun karakter

di lingkungan keluarga

Page 12: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

(4) Peningkatan komunikasi pihak sekolah dan lembaga pendidikan

terkait dengan orang tua.

4. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa melalui Pembudayaan

Strategi pembinaan karakter bangsa melalui pembudayaan dilakukan

melalui keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dunia usaha, partai politik,

dan media massa. Strategi pembudayaan menyangkut pelestarian,

pembiasaan, dan pemantapan nilai-nilai baik guna meningkatkan martabat

sebuah bangsa. Strategi tersebut dapat berwujud pemodelan, penghargaan,

pengidolaan, fasilitasi, serta hadiah dan hukuman.

Pemerintah harus menjadi teladan bagi pembudayaan karakter bangsa

karena pemerintah harus dapat menjadi contoh warganya. Pemerintahan yang

baik mencerminkan masyarakat yang baik. Masyarakat yang berkarakter

mencerminkan warga negara yang berkarakter. Pemerintah dengan demikian

harus selalu di garda depan dalam pembudayaan karakter dengan segala

manifestasinya. Selain keteladan, pembudayaan dalam lingkup pemerintah

dapat dilakukan dengan pembiasaan nilai-nilai di lingkungan pemerintah,

peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta penegakan

aturan.

5. Strategi Pembinaan Karakter Bangsa Melalui Kerjasama

Pada dasarnya, kunci akhir sebuah strategi ada pada kerjasama dan

koordinasi. Berbagai kerjasama dan kordinasi dapat dilakukan antarwarga

negara, antarkelompok, antarlembaga, antardaerah, dan bahkan antarnegara.

Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat berjalan

dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati. Hal itu dapat dimulai

dengan saling terbuka, saling mengerti, dan saling menghargai. Setelah

kerjasama dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah koordinasi dan

evaluasi. Bentuk koordinasi yang dapat dilakukan antara lain:

Page 13: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

1. Koordinasi perencanaan kegiatan pendidikan karakter secara

dinamis dari jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, hingga

pendidikan tinggi sesuai konteks kebutuhan dan perubahan zaman;

2. Koordinasi kegiatan satuan pendidikan dengan lembaga pendidikan

di alam terbuka, antara lain gerakan Pramuka, dalam hal penerapan

silabi pendidikan karakter;

3. Koordinasi secara teknikal dengan lembaga yang mengembangkan

kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, multimedia dalam

pembuatan materi interaktif pendidikan karakter;

4. Koordinasi dengan lembaga yang mengembangkan kompetensi

bidang psikologi dan komunikasi dalam perencanaan model proses

pembelajaran pendidikan karakter sesuai penciri warga negara agar

mampu mengadaptasikan dirinya dalam pluralitas karakter di

lingkungan global.

Page 14: Pengembangan Sikap Positif Terhadap NKRI

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai suku dan

bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas. Jika kita sebagai

warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari ganguan bangsa/negara lain,

maka kita harus memperkuat ketahanan nasional kita. Ketahanan nasional adalah

cara paling ampuh, karena mencakup banyak landasan seperti : Pancasila sebagai

landasan ideal, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan Wawasan

Nusantara sebagai landasan visional, jadi dengan demikian katahanan nasional

kita sangat solid.

Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan karakter bangsa dalam

rangka ketahanan nasional, menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka

diperlukan komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia

usaha dan industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya

untuk menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait

agar terjadi sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.