25
PENGEMBANGAN WILAYAH: Suatu Pengantar MATERI KULIAH Oleh: Oswar Mungkasa Manajemen Perkotaan Universitas Negeri Jakarta 2014

Pengembangan Wilayah: Pengantar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oleh Oswar MungkasaMateri Kuliah Manajemen PerkotaanUniversitas Negeri Jakarta 2014

Citation preview

Page 1: Pengembangan Wilayah: Pengantar

PENGEMBANGAN WILAYAH:Suatu Pengantar

MATERI KULIAH

Oleh:Oswar Mungkasa

Manajemen PerkotaanUniversitas Negeri Jakarta

2014

Page 2: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar

Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya

ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional

(UU No. 26 Tahun 2007).

Wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di

mana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling

berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu

bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-

komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya

buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.

Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia

dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu

batasan unit geografis tertentu.

Page 3: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar

Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam

Rustiadi et al., 2011) mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga

kategori, yaitu:

(1) wilayah homogen (uniform/homogenous region);

(2) wilayah nodal (nodal region); dan

(3) wilayah perencanaan (planning region atau programming region).

Page 4: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar

Glason, 1974 berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan

region/wilayah menjadi:

fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan

keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah

geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik

geografi, ekonomi, sosial dan politik.

fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan koherensi

dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian

dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau

polarized region dan terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti

desa-kota yang secara fungsional saling berkaitan.

fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan koherensi

atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Page 5: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar

Wilayah dapat dibedakan berdasar kategori sebagai berikut :

Berdasar wilayah administrasi pemerintahan, seperti Kabupaten/Kota,

Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Dusun/Lingkungan.

Berdasarkan kesamaan kondisi, yang paling umum adalah kesamaan

kondisi fisik.

Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi. Perlu ditetapkan terlebih

dahulu beberapa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besarnya,

kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari setiap pusat

pertumbuhan.

Berdasarkan wilayah perencanaan/program. Dalam hal ini, ditetapkan

batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu program atau

proyek dimana wilayah tersebut termasuk dalam suatu perencanaan untuk tujuan

khusus.

Page 6: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar

Pengembangan wilayah (Regional Development) adalah upaya Untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup

Zen dalam Alkadri (2001) menggambarkan tentang pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara sumber daya alam, manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat

Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada pengenalan potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Page 7: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar Pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen- komponen

tertentu seperti (Friedman and Allonso, 2008):

Sumber daya lokal.

Pasar.

Tenaga kerja.

Investasi

Kemampuan pemerintah.

Transportasi dan Komunikasi.

Teknologi.

Perencanaan wilayah adalah penetapan langkah yang digunakan untuk

wilayah tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah

tersebut antara lain menetapkan tujuan, memperkirakan kondisi masa

depan, memperkirakan kemungkinan masalah yang akan terjadi,

menetapkan lokasi kegiatan (UU No. 26 Tahun 2007).

Page 8: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Pengertian Dasar Menurut Chaprin, perencanaan wilayah (regional planning) adalah upaya

intervensi terhadap kekuatan-kekuatan pasar yang dalam konteks

pengembangan wilayah memiliki tiga tujuan pokok yakni meminimalkan

konflik kepentingan antar sektor, meningkatkan kemajuan sektoral dan

membawa kemajuan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Perencanaan Wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan

yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan

yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan

lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau

mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki

orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas

prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).

Perencanaan wilayah adalah perencanaan daerah geografis yang melewati

batas administrasi pemerintahan tetapi berbagi kesamaan karakteristik

sosial, ekonomi, politik, budaya dan sumberdaya alam dan transportasi

Page 9: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Tujuan Tujuan pembangunan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut.

Memanfaatkan sumberdaya secara optimal sehingga dapat mewujudkan potensi

pembangunan wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu dengan dampak

minimum dalam mencapai kesetaraan ekonomi

Menjamin perencanaan dan distribusi penduduk dan sumberdaya ekonomi yang

setara dari sebuah daerah.

Mengatur lahan yang tersedia dalam pola ruang yang paling menguntungkan dan

produksif bagi wilayah dan negeri dalam skala luas.

Aloksi sumberdaya tertentu untuk menghasilkan kegiatan ekonomi di wilayah

terbelakang untuk menstabilkan ekonominya melalui perencanaan sejumlah kota

menengah yang memadai dan untuk menyediakan layanan, pekerjaan, dan

fasilitas sosial dan budaya.

Menghindarkan ekspansi perkotaan yang tidak sehat.

Page 10: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pengembangan Wilayah Teori pertumbuhan tak berimbang memandang bahwa suatu wilayah tidak

dapat berkembang bila ada keseimbangan, sehingga harus terjadi

ketidakseimbangan. Penanaman investasi tidak mungkin dilakukan pada

setiap sektor di suatu wilayah secara merata, tetapi harus dilakukan pada

sektor-sektor unggulan yang diharapkan dapat menarik kemajuan sektor

lainnya. Sektor yang diunggulkan tersebut dinamakan sebagai leading

sektor.

Hoover dan Giarratani (dalam Nugroho dan Dahuri, 2004), menyimpulkan

tiga pilar penting dalam proses pembangunan wilayah, yaitu: Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan

dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik

relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah.

Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena

eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya

keuntungan ekonomi secara spasial.

Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang

paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian

Page 11: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pengembangan Wilayah Teori sektor diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa

berkembangnya wilayah, atau perekonomian nasional, dihubungan dengan

transformasi struktur ekonomi dalam tiga sektor utama, yakni sektor primer

(pertanian, kehutanan dan perikanan), serta sektor tertier (perdagangan,

transportasi, keuangan dan jasa). Perkembangan ini ditandai oleh

penggunaan sumber daya dan manfaatnya, yang menurun di sektor primer,

meningkat di sektor tertier, dan meningkat hingga pada suatu tingkat tertentu

di sektor sekunder.

Teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,

Fisher, Hoover, Thompson dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih mengadopsi

unsur spasial dan sekaligus menjembatani kelemahanan teori sektor.

Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat digambarkan melalui lima

tahapan.

Page 12: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pengembangan Wilayah Teori Tahapan Perkembangan, melalui lima tahapan

Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan wilayah sangat bergantung pada produk hasil oleh industri tertentu,

Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah telah mampu mengekpsor selain komoditas dominan juga komoditas kaitannya.

Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya industri substitusi impor, yakni industri yang memproduksi barang dan jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah

Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi untuk mempengaruhi/melayani kebutuhan baran/jasa wilayah pinggiran.

Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional virtuosity). Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah memberikan peran yang sangat nyata terhadap perekonomian nasional. Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang relatif canggih, baru, efisien dan terspesialisasi.

Page 13: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Lokasi Terpusat (Central Place Theory)

Teori ini adalah teori keruangan dalam geografi perkotaan yang berusaha

menjelaskan alasan dibalik pola distribusi, ukuran, dan jumlah kota di dunia.

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Walter Christaller pada tahun 1930,

seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman, berdasar pada studi empiris di

daerah sebelah Selatan Jerman.

Teori ini dirancang untuk menjelaskan ukuran kota yang terspesialisasi dalam

perdagangan barag dan jasa. Menurut teori ini, lokasi pusat adalah pusat

perdagangan bagi pertukaran barang dan jasa oleh masyarakat yang berasal

dari daerah sekitar. Sebagai konsekuensi namanya, lokasi terpusat, berarti

tempatnya di tengahuntuk memaksimalkan aksesibilitas penduduk sekitar

Teori didasarkan pada asumsi Christaller bahwa (i) tidak ada hambatan pergerakan penduduk; (ii) distribusi penduduk merata; (iii) daya beli yang sama. Sebagai asumsi tambahan, manusia selalu membeli barang dari tempat terdekat, dan jika permintaan barang tinggi maka akan tersedia sesuai dengan permintaan tersebut.

Page 14: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Pusat Pertumbuhan

Teori Pusat Pertumbuhan (growth poles) adalah salah satu teori yang dapat

menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi

secara sekaligus (Alonso dalam Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Dengan

demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk

mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu

pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah.

konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan tahun 1949 oleh Francois Perroux

yang mendefinisikan pusat pertumbuhan sebagai “pusat dari pancaran gaya

sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal”. Menurut Rondinelli dan Unwin

bahwa teori ini didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah negara

berkembang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

dengan melakukan investasi besar pada industri padat modal di pusat kota.

Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan

pasar bebas melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect (dampak

penetesan ke bawah) dan menciptakan spread effect (dampak penyebaran)

pertumbuhan ekonomi dari perkotaan ke pedesaan.

Page 15: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Basis SumberDaya (Resources Endowment atau Resource

Base)

Teori ini dikemukakan Harver Perloff & Lowdon Wingo, Jr. (1961) mengemukakan

perkembangan wilayah di Amerika yang berlangsung 3 tahap, yaitu (1) tahap

perkembangan pertanian ( - 1840), daerah berkembang adalah wilayah pertanian

dan pelabuhan (pusat); (2) tahap perkembangan pertambangan (1840- 1950),

besi dan batubara, memiliki forward linkages yang lebih luas dari sektor

pertanian; (3) tahap perkembangan amenity resources atau layanan.

Pertumbuhan wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya dan

kemampuannya untuk memproduksinya, untuk keperluan ekonomi nasional dan

ekspor. Dengan kata lain wilayah memiliki comparative advantages terhadap

wilayah lain (spesialisasi). Kegiatan ekspor akan memperluas permintaan dan

efek multiplier yang berpengaruh pada dinamika wilayah.

Sumberdaya yang baik adalah (i) mendukung produksi nasional, (ii) memiliki efek

backward and forward linkages yang luas, (iii) efek multiplier, yaitu kemampuan

meningkatkan permintaan produksi barang dan jasa wilayah.

Page 16: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Basis Ekspor (Export Base atau Economic Base)

Teori ini merupakan perluasan dari teori reources endowment. Teori basis ekspor

merupakan bentuk model pendapatan wilayah yang paling sederhana.

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini

membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah

atas sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi

tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan

kompetitif (competitive advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non

basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai

penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008).

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah

tersebut.

Teori ini mengatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam pertumbuhan

wilayah, karena sektor ekspor dapat memberikan kontribusi yang penting, tidak

hanya kepada ekonomi wilayah tapi juga ekonomi nasional.

Page 17: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Pengembangan Agropolitan

Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan pada tahun

1974 oleh Mc.Douglass dan Friedmann sebagai strategi baru pengembangan

pedesaan. Meskipun banyak makna yang terkandung di dalamnya, namun

pada dasarnya pengembangan agropolitan adalah memberikan pelayanan di

kawasan pedesaan atau istilah yang disebut Friedman “kota di ladang”.

Dengan kata lain, masyarakat desa atau petani tidak perlu lagi pergi ke kota

untuk mendapatkan pelayanan, baik pelayanan yang berhubungan dengan

masalah produksi dan pemasaran, maupun masalah yang berhubungan

dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan sehari-hari (Syahrani, 2001).

Konsep ini pada dasarnya merupakan rancangan pembangunan dari bawah

(development from below) sebagai reaksi dari pembangunan top down

(development from above). Agropolitan merupakan distrik atau region selektif

yang dirancang agar pembangunan digali dari jaringan kekuatan lokal ke

dalam yang kuat baru terbuka keluar (Sugiono, 2002).

Page 18: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Pertumbuhan Neoklasik.

Teori ini dikembangkan dan banyak dianut oleh ekonom regional dengan

mengembangkan asumsi Neoklasik. Tokohnya adalah Harry W. Richradson

(1973) dalam bukunya Regional Economic Growth. Teori ini mengatakan

bahwa pertumbuhan wilayah tergantung tiga faktor yaitu tenaga kerja,

ketersediaan modal (investasi), dan kemajuan teknologi (eksogen, terlepas

dari faktor investasi dan tenaga kerja). Semakin besar kemampuan wilayah

dalam penyediaan 3 faktor tersebut, semakin cepat pertumbuhan wilayah.

Selain tiga faktor di atas, teori ini menekankan pentingnya perpindahan

(mobilitas) faktor produksi, terutama tenaga kerja dan modal (investasi)

antarwilayah, dan antarnegara. Pola pergerakan ini memungkinkan

terciptanya keseimbangan pertumbuhan antarwilayah

Page 19: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Baru Pertumbuhan Wilayah

Teori ini percaya pada kekuatan teknologi (sebagai faktor endogen) dan inovasi

sebagai faktor dominan pertumbuhan wilayah (untuk meningkatkan

produktivitas). Kuncinya adalah investasi dalam pengembangan sumberdaya

manusia dan penelitian dan pengembangan (research and development).

Teknologi tinggi dan inovasi yang didukung oleh sumberdaya manusia yang

berkualitas dan riset dan pengembangan adalah syarat meningkatkan

pertumbuhan wilayah. Pengalaman di negara lain (maju) menunjukkan bahwa

semakin tinggi faktor di atas, maka perkembangan wilayah semakin cepat.

Termasuk dalam lingkup teori ini adalah dimasukkannya variabel-variabel non

ekonomi dalam Model Ekonomi Makro

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menjadi dua

bagian, yaitu faktor ekonomi meliputi (1) sumberdaya alam, (2) akumulasi modal

atau investasi, (3) kemajuan teknologi dan faktor non ekonomi meliputi (1) faktor

sosial, seperti pendidikan dan budaya, (2) faktor manusia (tenaga kerja), (3)

faktor politik dan administrasi.

Page 20: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Teori Pertumbuhan Wilayah Teori Pertumbuhan Wilayah Perspektif

Geografi Pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh faktor internal wilayah

(sumberdaya) dan faktor eksternal, khususnya hubungan wilayah

tersebut dengan wilayah-wilayah lain.

Unsur Internal (Intraregional) in situ, terdiri dari unsur sumberdaya

(alam, manusia, buatan), sejarah, lokasi (letak) site and situation, agen

perubahan, pengambilan keputusan.Sementara unsur Exsternal

(Interregional) ex situ, terdiri dari interrelasi dengan wilayah lain

(interaksi, interdependensi), posisi wilayah tersebut terhadap wilayah

lain.

Page 21: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Konsep Perencanaan Wilayah Dikaitkan dengan wilayah formal dan fungsional, dikenal dua

pendekatan dalam perencanaan wilayah:

Pendekatan teritorial. Pendekatan perencanaan ini dikenal sebagai

pendekatan bottom up, karena tujuannya adalah meningkatkan

perkembangan wilayah dengan mempertimbangkan aspirasi

penduduk;

Pendekatan fungsional yang memperhitungkan lokasi dengan

berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari

sistem perkotaan mengenai berbagai pusat dan jaringan. Hal

tersebut banyak berhubungan dengan berbagai model seperti

grafitasi, analisis output-input dan sebagainya. Kelompok sosial

yang membentuk pendekatan ini khas fungsional-terikat oleh

kepentingan kelompok, seperti klas sosial, perserikatan dagang

dsb. Dalam perencanaan wilayah, pendekatan ini dikenal sebagai

pendekatan top-down.

Page 22: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Konsep Perencanaan Wilayah Dari sisi teori perencanaan antara lain (Etzioni, 1967):

Pendekatan komprehensif (rational planning model). Merupakan suatu kerangka pendekatan logis dan teratur, mulai dari diagnotis sampai kepada tindakan berdasarkan kepada analisis fakta yang relevan, diagnosis masalah yang dikaji melalui kerangka teori dan nilai-nilai, perumusan tujuan dan sasaran untuk memecahkan masalah, merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan pengkajian efektivitas cara-cara tersebut. Pendekatan ini memerlukan survei yang komprehensif pada semua alternatif yang ada

Pendekatan inkremental (incremental planning model). Memilih diantara rentang alternatif yang terbatas yang berbeda sedikit dari kebijaksanaan yang ada. Pengambilan keputusan dalam pendekatan ini dibatasi pada kapasitas yang dimiliki oleh pengambil keputusan serta mengurangi lingkup dan biaya dalam pengumpulan informasi.

Pendekatan mixed-scanning (strategic planning model). Kombinasi dari elemen rasionalistik yang menekankan pada tugas analitik penelitian dan pengumpulan data dengan elemen inkremental yang menitikberatkan pada tugas interaksional untuk mencapai konsensus. Proses yang tercakup dalam mixed scanning ini adalah strength, weakness, opportunity dan threat (SWOT)

Page 23: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Konsep Perencanaan Wilayah Archibugi (2008) berdasarkan penerapan teori perencanaan wilayah

dapat dibagi atas empat komponen Physical Planning (Perencanaan fisik). Perencanaan yang perlu dilakukan

untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan

perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik

kota dengan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa

titik simpul aktivitas.

Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro). Dalam

perencanaan ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah. Mengingat

ekonomi wilayah menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori

ekonomi makro yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi,

pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja,

produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Bentuk produk dari

perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas lembaga keuangan,

kesempatan kerja, tabungan).

Page 24: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Konsep Perencanaan Wilayah Social Planning (Perencanaan Sosial). Perencanaan sosial membahas

tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan

tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial

diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar program

pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah

kebijakan demografis.

Development Planning (Perencanaan Pembangunan). Perencanaan ini

berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara

komprehensif guna mencapai pengembangan wilayah.

Tipologi perencanaan dapat dibagi dalam 4 (empat) kategori yang didasarkan pada pemikiran teoritis Traditional planning (perencanaan tradisional). Pada jenis perencanaan ini

perencana menetapkan maksud dan tujuan untuk membuat kebijakan-

kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota. Pada perencanaan

tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan lingkungan

perkotaan dengan menggunakan standar dan metode yang professional.

Page 25: Pengembangan Wilayah: Pengantar

Konsep Perencanaan Wilayah User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna).

Konsep perencanaan ini adalah membuat perencanaan yang bertujuan untuk

mengakomodasi pengguna dari produk perencaan tersebut, dalam hal ini

masyarakat Kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan harus

dilibatkan dalam setiap proses perencanaan.

Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi). Pada perencanaan ini berisikan

program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses

pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada

perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus melalui program

khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.

Incremental Planning (Perencanaan dukungan). Pada perencanaan yang

bersifat dukungan terhadap sebuah proses pengambilan keputusan terhadap

permasalahan- permasalahan perkotaan. Produk perencanaan ini bersifat

analisis yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan

dampak positif dan dampak negatif sebuah kebijakan.