Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGENDALIAN EMOSIONAL GURU DI KELAS DITINJAU
DARI DISIPLIN SISWA DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
GURU-SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
HILAL DIYANDINI PUTRA
A210150200
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
PENGENDALIAN EMOSIONAL GURU DI KELAS DITINJAU DARI DISIPLIN
SISWA DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
DI SMK BATIK 1 SURAKARTA
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk memperoleh hasil dan mendeskripsikan
pengaruh disiplin siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1
Surakarta. 2) Untuk memperoleh hasil dan mendeskripsikan pengaruh hubungan
interpersonal guru-siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik
1 Surakarta. 3) Untuk memperoleh hasil dan mendeskripsikan pengaruh disiplin siswa
dan hubungan interpersonal guru-siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas
di SMK Batik 1 Surakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Batik 1 Surakarta. Sampel diambil
sebanyak adalah 61 guru. Data yang diperlukan diperoleh melalui angket dan
dokumentasi. Angket sebelumnya diuji cobakan dan diuji validitas serta diuji
reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda,
uji t, uji F, dan sumbangan relatif dan efektif. Hasil analisis regresi memperoleh
persamaan garis regresi: Y = 10,033 + 0,301X1 + 0,471X2. Persamaan menunjukkan
bahwa pengendalian emosional guru dipengaruhi oleh disiplin siswa dan hubungan
interpersonal guru-siswa. Kesimpulan yang diambil adalah: 1) Disiplin siswa terhadap
pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta dapat diterima. Hal ini
berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel, 3,288 >
2,021 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,002 dengan sumbangan relatif sebesar 58%
dan sumbangan efektif 31,6%. 2) Hubungan interpersonal guru-siswa terhadap
pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta dapat diterima. Hal ini
berdasarkan analisis regresi linier ganda (uji t) diketahui bahwa thitung > ttabel, yaitu 2,653
> 2,021 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,010 dengan sumbangan relatif sebesar
42% dan sumbangan efektif 22,8%. 3) Disiplin siswa dan hubungan interpersonal guru-
siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta dapat
diterima. Hal ini berdasarkan analisis variansi regresi linier ganda (uji F) diketahui
bahwa Fhitung > Ftabel, yaitu 12,184 > 3,230 dan nilai signifikansi < 0,05, yaitu 0,000. 4)
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,544 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh
disiplin siswa dan hubungan interpersonal guru-siswa terhadap pengendalian emosional
guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta adalah sebesar 54,4%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata Kunci: disiplin siswa dan hubungan interpersonal guru-siswa, dan pengendalian
emosional guru.
Abstract
The purpose of this study are: 1) To obtain results and describe the effect of student
discipline on the emotional control of teachers in the class at SMK Batik 1 Surakarta. 2)
To obtain results and describe the effect of teacher-student interpersonal relationships
on the emotional control of teachers in the class at SMK Batik 1 Surakarta. 3) To obtain
results and describe the influence of student discipline and teacher-student interpersonal
relationships on the emotional control of teachers in the class at SMK Batik 1
2
Surakarta.This research is quantitative research. The population in this study were all
teachers of SMK Batik 1 Surakarta. The sample taken was 61 teachers. The required
data is obtained through a questionnaire. The questionnaire was tested and tested for
validity and tested for reliability. The data analysis technique used is multiple linear
regression analysis, t test, F test, and relative and effective contributions.The results of
the regression analysis obtained the regression line equation: Y = 10,033 + 0,301X1 +
0,471X2. The equation shows that the emotional control of teachers is influenced by
student discipline and teacher-student interpersonal relationships. The conclusions
drawn are: 1) Discipline of students towards the emotional control of teachers in class at
SMK Batik 1 Surakarta can be accepted. This is based on multiple linear regression
analysis (t test) it is known that tarithmetic > ttable, 3,288> 2,021 and the significance value
<0.05, namely 0.002 with a relative contribution of 58% and an effective contribution of
31.6%. 2) The teacher-student interpersonal relationship with the emotional control of
the teacher in the class at SMK Batik 1 Surakarta can be accepted. This is based on
multiple linear regression analysis (t test) it is known that t arithmetic > ttable, which is 2.653>
2.021 and a significance value <0.05, ie 0.010 with a relative contribution of 42% and
an effective contribution of 22.8%. 3) Student discipline and teacher-student
interpersonal relationship to the emotional control of teachers in class at SMK Batik 1
Surakarta can be accepted. It is based on the analysis of the variance of multiple linear
regression (F test) it is known that Farithmetic > Ftable, which is 12.184> 3,230 and the
significance value <0.05, i.e. 0,000. 4) The coefficient of determination (R2)of 0.544
indicates that the influence of student discipline and teacher-student interpersonal
relationships to emotional control in the classroom teacher in SMK Batik 1 Surakarta
amounted to 54.4%, while the rest influenced by other variables.
Keywords: student discipline and teacher-student interpersonal relationships, and
teacher emotional control.
1. PENDAHULUAN
Salah satu komponen yang sangat menentukan di dalam proses peningkatan kecerdasan
bangsa ialah guru, mengingat gurulah yang berada paling depan dalam kegiatan
pendidikan. Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam system
pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan
utama (Mulyasa, 2009: 5). Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bahwa :
“Guru sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik dalam
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah.”
Sekolah dan ruang kelas adalah arena emosional yang kompleks di mana para
guru terus-menerus mengalami tuntutan emosional dari siswa, kolega, orang tua dan
pemimpin (Cross & Hong, 2012). Emosi adalah fenomena manusia yang paling
3
menarik, seperti yang dibahas dalam bab-bab awal buku ini. Karena mereka adalah
bagian integral dari kehidupan kita, mereka ada di mana-mana juga di ruang kelas,
tempat pelajar dan guru berkumpul (Frenzel, A. C. 2014). Untuk mengatasi tuntutan
emosional ini, guru dituntut untuk mengelola emosinya secara kompeten agar berhasil
menyampaikan pengajaran dan berinteraksi dengan lancar dengan orang-orang di
sekitarnya (Lee & Yin, 2011). Kebutuhan ini sangat jelas selama masa reformasi
pendidikan terus menerus karena emosi selalu berjalan tinggi di sekolah selama
perubahan (Schutz & Pekrun, 2007).
Kenyataan yang ada di lapangan berkata lain, masih banyak ditemukan kasus
oknum guru yang belum bisa memajemen emosinya sehingga melakukan kekerasan
terhadap siswanya ketika melukan proses pembelajaran. Sindonews.com pada Minggu,
8 Mei 2016 memberitakan seorang oknum guru SD melakukan kekerasan fisik berupa
pemukulan kepada salah seorang siswanya yang sedang terlibat perkelahian yang
mengakibatkan wajah siswa memar. Masih dari sumber yang sama pada Minggu, 10
April 2016 diberitakan pula oknum guru SD tega memukul dan menusuk siswanya
dengan pena karena terlambat masuk kelas.
Kekerasan yang terjadi pada siswa tentunya akan menjadi boomerang bagi oknum
guru itu sendiri. Selain berurusan dengan hukum, oknum guru akan menerima sanksi
sosial dari masyarakat. Bagi siswa yang mengalami tindak kekerasan, akan mengalami
guncangan psikologis yang mengakibatkan siswa jadi malas bahkan takut untuk datang
ke sekolah. Kegagalan dalam melakukan pengendalian emosi akan menjadi sebuah
mindset negatif dalam masyarakat terhadap sekolah yang bersangkutan. Kualitas guru
terhadap penguasaan kompetensi kepribadian dan sosial guru akan ditanyakan jika
terjadi kekerasan verbal atau fisik secara terus menerus terhadap siswanya. Berdasarkan
pencabaran diatas bahwa masih kurangnya pengendalian emosional guru di kelas dan
ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pengendalian emosional guru di
kelas diantaranya ialah kondisi diri sendiri, faktor keluarga, kondisi kesehatan, suasana
disekitar dan hubungan interpersonal.
Disiplin siswa menjadi hal yang paling utama dalam pembelajaran kususnya
ketika berada didalam kelas dimana segala tingkah laku dari siswa di kelas menjadi
perhatian dari guru yang sedang mengajar kelas tersebut, maka disiplin siswa adalah hal
pertama yang menjadi tolak ukur dalam rendah atau tidaknya pengendalian emosional
4
guru di kelas. Interaksi yang terjadi antara guru-siswa ialah hal yang sangat sering dan
sebagai seorang guru interaksi dengan siswa ialah sebagai kebutuhan agar terjalin
sebuah pembelajaran di dalam kelas, hal ini pula bisa menjadi tolak ukur peneliti untuk
melihat kondisi emosional guru dikelas dan pengendalia emosional guru dikelas.
Tujuan penelitian ini : (1) Untuk memperoleh hasil dan mendeskripsikan pengaruh
disiplin siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta
(2) Untuk memperoleh hasil dan mendeskripsikan pengaruh hubungan interpersonal
guru-siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta
(3) Untuk memperoleh hasil dan mendeskripsikan pengaruh disiplin siswa dan
hubungan interpersonal siswa terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK
Batik 1 Surakarta.
Hipotesis penelitian ini : (1) Disiplin siswa berpengaruh terhadap pengendalian
emosional guru di kelas (2) Hubungan interpersonal guru-siswa berpengaruh terhadap
pengendalian emosional guru di kelas (3) Disiplin siswa dan hubungan interpsersonal
guru-siswa berpengaruh terhadap pengendalian emosional guru di kelas.
2. METODE
Penelitian kuantitatif bercirikan peneliti melakukan pengukuran sendiri atas semua
variabel yang diteliti (Harsono, 2019). Desain penelitian sensus, dimana semua anggota
populasi diteliti atau istilah lain dijadikan anggota sampel (Harsono, 2019:50). Subjek
penelitian atau populasi adalah seluruh guru SMK Batik 1 Surakarta yang berjumlah 61
orang, karena penelitian termasuk penelitian populasi maka sampel dalam penelitian ini
diambil keseluruhan dari jumlah populasi tersebut. Variabel terikat dalam penelitian ini
yaitu pengendalian emosional guru di kelas (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah
disiplin siswa ( dan hubungan interpersonal guru-siswa Instrumen
pengumpulan data dengan menggunakan angket (Komalasari, 2011: 81). Uji instrumen
angket menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas (Arikunto, 2016: 145-148). Teknik
uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan linieritas dengan nilai signifikansi
0,05 dan multikoloneritas dengan menggunakan nilai Varians Inflation Factor (VIF).
Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan pengujian hipotesis
uji t dan uji F. Selanjutnya untuk mengetahui sebarapa besar sumbangan variabel bebas
terhadap variabel terikat diuji dengan koefisien determinasi sumbangan relatif dan
5
sumbangan efektif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji prasyarat analisis yang pertama adalah uji normalitas. Uji ini untuk mengetahui
suatu data berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya dengan
membandingkan nilai Sig. dengan nilai probabilitas > 0,05. Berdasarkan pengujian
yang telah dilakukan dengan SPSS diketahui bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas lebih
besar dari 0,05.
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara dua variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat memiliki hubungan yang linier atau tidak. Kesimpulan dapat
diambil berdasarkan nilai probabilitas. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
dengan SPSS bahwa harga Fhitung masing-masing variabel yang diukur lebih kecil dari
Ftabel dan nilai probabilitas signifikansi > 0, 05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat berbentuk linier.
Hasil uji prasyarat analisis yang ketiga adalah uji multikolonieritas. Uji ini
menuntut tidak boleh ada korelasi yang sangat tinggi anatara varabel bebas. Untuk
mengetahui terjadi multikolonieritas atau tidak, dapat dideteksi melalui nili VIF dan
nilai tolerance. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka
menunjukkan terjadinya multikolonieritas. Begitu sebaliknya jika nilai VIF dan nilai
tolerance diluar ketetntuan tersebut maka terjadi multikolonieritas.
Tabel 1. Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Toleransi VIF Keterangan
Disiplin siswa 0,926 1,079 Tidak ada multikolonieritas
Hubungan interpersonal
guru-siswa
0,926 1,079 Tidak ada multikolonieritas
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai
tolernasi lebih besar 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala multikolonieritas dalam model penelitian ini baik untuk
pengendalian emosional guru.
Setelah uji prasyarat analisis selesai, selanjutnya ialah analisi regresi berganda.
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian. Ringkasan hasil
analisis regresi linier berganda bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
6
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Ganda
Variabel Koefisien Regresi
thitung Sig.
Konstanta
Disiplin siswa
Hubungan interpersonal guru-siswa
13,171
0,419
0,297
3,288
2,653
0, 002
0, 010
Fhitung
R2
12,184
0, 544
Dari hasil analisis regresi linier berganda diatas diketahui persamaan garis regresi
berganda yaitu : Y = 13,171 + 0,419 X1 + 0,297 X2 diketahui bahwa masing – masing
variabel berpengaruh secara stimultan maupun parsial. Hal ini dibuktikan dengan nilai
koefisien pada masing – masing variabel bernilai positif.
Hasil uji t untuk variabel X1 adalah nilai thitung lebih dari nilai ttabel 3,288>2,021
dengan nilai probabilitas signifikansi< 0, 05, yaitu 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa
H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan disiplin siswa (X1)
terhadap pengendalian emosional guru di kelas (Y). hasil uji t untuk variabel X2 adalah
diperoleh nilai thitung lebih dari nilai ttabel sebesar 2,653>2,021 dengan nilai probabilitas
signifikansi < 0, 05, yaitu 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak yang berarti
terdapat pengaruh hubungan interpersonal guru-siswa (X2) terhadap pengendalian
emosional guru di kelas (Y).
Uji F dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah disiplin siswa dan
hubungan interpersonal guru-siswa secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap
pengendalian emosional guru di kelas. Hasil uji F memperoleh nilai Fhitung lebih dari
nilai Ftabel sebesar 12,184>3,230 dan nilai probabilitas signifikansi < 0, 05, yaitu 0,000..
Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh secara signifikan
variabel disiplin siswa (X1) dan hubungan interpersonal guru-siswa (X2) terhadap
pengendalian emosional guru di kelas (Y) secara simultan.
Hasil pengujian regresi ganda menunjukkan bahwa nilai koefisien deterninasi
diperoleh sebesar 54,4%,, artinya pengendalian emosional guru di kelas dipengaruhi
variabel disiplin siswa dan hubungan interpersonal guru-siswa sebesar 54,4%,
sedangkan sisanya sebesar 57% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
7
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa variabel disiplin siswa memberikan
sumbangan relatif sebesar 58% dan sumbangan efektif 31,6%. Variabel hubungan
interpersonal guru-siswa memberikan sumbangan relatif sebesar 42% dan sumbangan
efektif 22,8%. Artinya bahwa variabel disiplin siswa mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap pengendalian emosional guru di kelas di SMK Batik 1 Surakarta
dibandingkan dengan variabel hubungan interpersonal guru-siswa.
Dari hasil analisis terhadap guru SMK Batik 1 Surakarta, bahwa variabel disiplin
siswa berpengaruh positif terhadap pengendalian emosional guru di kelas, artinya
semakin baik disiplin siswa maka akan semakin baik pula pengendalian emosional guru
di kelas. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bahia, S., Freire, I.,
Amaral, A., & Estrela, M. A. (2013) bahwa emosi positif yang paling sering dilaporkan
adalah kegembiraan, antusiasme, semangat, dan kepuasan yang terkait dengan
keterlibatan dengan siswa. Salah satu keterlibatan dengan siswa ialah dilihat dengan
bagaimana kedisiplinan siswa tersebut didalam kelas, hal ini menunjukan adanya
pengaruh terhadap pengendalian emosional guru di kelas, tidak jauh berbeda dengan
teori yang dikeluarkan oleh Jeloudar, S. Y., Yunus, A. S. M., Roslan, S., & Nor, S. M.
(2011) bahwa Hubungan signifikan lebih lanjut ditemukan antara kecerdasan emosi
guru dan lima strategi kelas disiplin(diskusi, agresi, pengakuan atau penghargaan,
keterlibatan dan petunjuk). Pada penelitian dari (Frenzel et al. 2011) dalam Gerda.H,
Tina H, Simone E.V (2015) mengemukakan bahwa keterlibatan disiplin siswa muncul
sebagai prediktor signifikan dari kegembiraan, kecemasan, dan kemarahan guru.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa disiplin siswa mempunyai peran yang
penting dalam pengendalian emosional guru di kelas, hal ini dibuktikan adanya disiplin
siswa yang baik maka guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat maksimal
karena dapat mengendalikan emosionalnya dan jika siswa di kelas tidak disiplin maka
pengendalian emosioanal guru di kelas rendah hal ini berakibat pada proses belajar
mengajar yang tidak kondusif dan bahkan materi tidak tersampaikan.
Dari hasil analisis terhadap guru SMK Batik 1 Surakarata, bahwa variabel
hubungan interpersonal guru-siswa berpengaruh positif terhadap pengendalian
emosional guru di kelas. Penelitian ini sejalan dengan dengan teori Hagenauer, G.,
Hascher, T., & Volet, S. E. (2015) bahwa hubungan antara guru dan siswa secara
signifikan terkait dengan emosi guru pengalaman selama instruksi. Kedekatan,
8
mencerminkan hubungan interpersonal yang positif antara siswa dan guru, sangat
penting untuk pengalaman guru dalam kegembiraan ruang kelas. Sejalan juga dengan
Kodzi, et al. (2011) dalam Maliki (2013: 75-76) mengemukakan bahwa interaksi
interpersonal yang baik guru dengan siswa memiliki efek positif pada prestasi akademik
dan interaksi interpersonal yang baik antara guru dan orang tua memiliki efek positif
pada prestasi akademik.
Hal ini menunjukan bahwa hubungan interpersonal yang dilakukan oleh guru
kepada siswa sangat berpengaruh dan memberi efek positif dalam pengendalian
emosional guru dan juga dalam prestasi akademik murid tersebut sedangkan apabila
hubungan interpersonal guru-siswa rendah atau tidak ada maka dapat berakibat pada
saat interaksi didalam kelas, kedekatan antara guru dan murid dan bahkan bisa memberi
efek yang negatif.
Dari hasil analisis guru SMK Batik 1 Surakarta, bahwa variabel disiplin siswa
dan hubungan interpersonal guru-siswa berpengaruh secara simultan terhadap
pengendalian emosional guru di kelas, Penelitian ini sejalan dengan Gerda.H, Tina H,
Simone E.V (2015) yang menunjukan bahwa perilaku siswa dan aspek interpersonal
dari hubungan guru-siswa (TSR) memainkan peran yang sangat penting dalam
pengalaman emosional guru di kelas dan sangat terkait. Akan tetapi dalam penelitian
yang di lakukan di SMK Batik 1 Surakarta variabel disiplin siswa memiliki pengaruh
yang lebih dominan terhadap pengendalian emosioanal guru di kelas, hal ini sejalan
dengan Chang (2013); Frenzel et al. (2011); Tsouloupas et al. (2010), yang
mengemukakan keterlibatan dan disiplin siswa muncul sebagai prediktor signifikan dari
kegembiraan, kecemasan, dan kemarahan guru. Kemarahan guru.
4. PENUTUP
Berdasarkan data yang telah dianalisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa
tujuan dari penelitian ini tercapai yaitu disiplin siswa berpengaruh terhadap
pengendalian emosional guru di kelas begitupula dengan hubungan interpersonal guru-
siswa berpengaruh terhadap pengendalian emosional guru di kelas. Disiplin siswa
berpengaruh terhadap pengendalian emosional guru di kelas, hal ini menunjukkan
pengaruh positif semakin tinggi disiplin siswa maka pengendalian emosional guru di
kelas semakin meningkat. Hubungan interpersonal guru-siswa berpengaruh terhadap
9
pengendalian emosional guru di kelas, hal ini menunjukkan pengaruh positif semakin
tinggi hubungan interpsersonal guru-siswa maka pengendalian emosional guru di kelas
semakin meningkat. Disiplin siswa dan hubungan interpersonal guru-siswa keduanya
mempunyai pengaruh terhadap pengendalian emosional guru di kelas. Hal ini
menunjukkan pengaruh positif dengan semakin tinggi disiplin siswa dan hubungan
interpersonal guru-siswa maka pengendalian emosional guru di kelas semakin
meningkat.
Disiplin siswa harus baik dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada di kelas
maupun sekolah. Siswa harus taat dan tepat pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar
tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau dalam suatu keadaan siswa harus tertib
dalam hal apapun di dalam kelas agar guru pada saat di kelas merasa nyaman dan kelas
tersebut dapat dikendalikan oleh guru. Hubungan interpersonal guru-siswa harus terjalin
secara harmonis dan tidak ada batasan dalam hal apapun kususnya pembelajaran di
kelas. Hubungan interpersonal dan interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa
sehingga terjalin sebuah ikatan perasaan yang bersifat timbal balik dalam pola
hubungan tersebut, dalam hal ini guru juga dituntut dekat dengan peserta didiknya
karena kedekatan atau interaksi interpersonal guru bisa mengerti, memahami akan
keadaan siswa tersebut sehingga guru dapat mengendalikan emosionalnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bagma, 2016. Oknum Guru SD Pukuli Muridnya Hingga Memar,
https://daerah.sindonews.com/read/1106868/192/oknum-guru-sd-pukuli muridnya-
hingga-memar-1462672099, diakses 21 Maret 2019.
Bahia, S., Freire, I., Amaral, A., & Estrela, M. A. 2013. The emotional dimension of
teaching in a group of Portuguese teachers. Teachers and Teaching: Theory and
Practice, 19(3), 275e292. http://dx.doi.org/10.1080/13540602.2012.754160.
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Cross, D. I., & Hong, J. Y. 2012. An ecological examination of teachers' emotions in the
school context. Teaching and Teacher Education, 28, 957e967.
http://dx.doi.org/10.1016/j.tate.2012.05.001.
Frenzel, A. C. (2014). Teacher emotions. In E. A. Linnenbrink-Garcia & R. Pekrun
10
(Eds.), International Handbook of Emotions in Education (pp. 494-519). New
York: Routledge.
Hagenauer, G., Hascher, T., & Volet, S. E. (2015). Teacher emotions in the classroom:
associations with students’ engagement, classroom discipline and the
interpersonal teacher-student relationship. European Journal of Psychology of
Education, 30(4), 385–403. doi:10.1007/s10212-015-0250-0.
Harsono. 2019. Metode Penelitian Pendidikan (untuk Pemula), Sukoharjo: Jasmine
Jeloudar, S. Y., Yunus, A. S. M., Roslan, S., & Nor, S. M. (2011). Teachers’ Emotional
Intelligence and Its Relation with Classroom Discipline Strategies Based on
Teachers and Students’ Perceptions. Journal of Psychology, 2(2), 95–
102. doi:10.1080/09764224.2011.11885468.
Komalasari, dkk. 2011. Asesmen Teknik Non Tes Perspektif BK Komprehensif.
Jakarta: PT.Indeks.
Lee, J. C. K., & Yin, H. B. 2011. Teachers' emotions and professional identity in
curriculum reform: a Chinese perspective. Journal of Education Change, 12(1), 25
46.
Maliki, A.E. 2013. Interpersonal Relationship Behaviours, Perceived Social and Civic
Obligations, Background Variables and Academic Achievement among Senior
Secondary School Students in Bayelsa State of Nigeria. Internasional Journal
Educations Sci. Vol. 5. No. 1. Hlm. 75-80. Diakses dari
http://www.krepublishers.com/02-Journals/IJES/IJES-05-0-000-13 Web/IJES-
05-1-000-13-ABST-PDF/IJES-05-1-075-13-152-Maliki-A E/IJES-05-1-075-13-
152-Maliki-A-E-Tt.pdf. pada tanggal 14 April, Jam 16:36 WIB.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Rosda Karya.
Schutz, P. A., & Pekrun, R. 2007. Emotion in education. London: Elsevier.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.