8
Mengembalikan Kejayaan Sapi Aceh Sapi merupakan hewan ternak yang banyak dicari dan bernilai jual tinggi dibandingkan hwan ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini untuk dikonsumsi, karena kandungan protein yang tinggi. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang kian meningkat, permintaan terhadap daging sapi ikut meningkat pula. Hal ini merupakan sebuah peluang yang bagus dan membuktikan bahwa usaha sapi potong merupakan usaha yang bernilai ekonomis tinggi. Apalagi beberapa negara Asean kini lebih memilih sapi dari indonesia. Peluang juga datang dari pasar lokal, karena masyarakat Aceh umumnya lebih memilih sapi lokal untuk dikonsumsi. Pada tahun 80- 90an Sapi dan Kerbau asal Aceh merupakan primadona, dengan populasi mencapai lebih dari satu juta perekor, namun kini populasinya turun hingga setengahnya. “Kalau dulu sapi dan kerbau asal aceh memenuhi tempat pemotongan hewan di Medan, sekarang untuk memasok pasar lokal saja sudah kurang.” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh, Dr. Ir. Yunus M.Sc kepada AER dalam suatu rapat koordinasi Banda Aceh. Dipasar internasional, permintaan akan daging sapi halal di Timur Tengah masih belum terpenuhi. “Sekarang sebagian besar Halal Meat yang dipasok ke Timur Tengah berasal dari Australia yang dikirim melalui Penang, Malaysia. Kita sebagai daerah Serambi Mekkah, kenapa tidak bisa mengekspor langsung kesana?” katanya menambahkan. Lahan untuk usaha penggemukan sapi masih banyak tersedia di Aceh, belum lagi adanya daerah pertanian dan perkebunan seperti padi, sawit, kopi, dan coklat yang dapat menjadi bahan pembuat konsentrat pakan sapi. “Selama ini pemanfaatan hasil sampingan dari pengolahan hasil pertanian dan perkebunan belum maksimal, jerami hanya dibakar saja, bungkil sawit, daging buah kopi dan coklat belum di olah secara maksimal, padahal dari itu saja, kita

penggemukan sapi (andi) (1).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Mengembalikan Kejayaan Sapi AcehSapi merupakan hewan ternak yang banyak dicari dan bernilai jual tinggi dibandingkan hwan ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini untuk dikonsumsi, karena kandungan protein yang tinggi. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang kian meningkat, permintaan terhadap daging sapi ikut meningkat pula. Hal ini merupakan sebuah peluang yang bagus dan membuktikan bahwa usaha sapi potong merupakan usaha yang bernilai ekonomis tinggi. Apalagi beberapa negara Asean kini lebih memilih sapi dari indonesia.Peluang juga datang dari pasar lokal, karena masyarakat Aceh umumnya lebih memilih sapi lokal untuk dikonsumsi. Pada tahun 80-90an Sapi dan Kerbau asal Aceh merupakan primadona, dengan populasi mencapai lebih dari satu juta perekor, namun kini populasinya turun hingga setengahnya. Kalau dulu sapi dan kerbau asal aceh memenuhi tempat pemotongan hewan di Medan, sekarang untuk memasok pasar lokal saja sudah kurang. ungkap Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh, Dr. Ir. Yunus M.Sc kepada AER dalam suatu rapat koordinasi Banda Aceh.Dipasar internasional, permintaan akan daging sapi halal di Timur Tengah masih belum terpenuhi. Sekarang sebagian besar Halal Meat yang dipasok ke Timur Tengah berasal dari Australia yang dikirim melalui Penang, Malaysia. Kita sebagai daerah Serambi Mekkah, kenapa tidak bisa mengekspor langsung kesana? katanya menambahkan.Lahan untuk usaha penggemukan sapi masih banyak tersedia di Aceh, belum lagi adanya daerah pertanian dan perkebunan seperti padi, sawit, kopi, dan coklat yang dapat menjadi bahan pembuat konsentrat pakan sapi. Selama ini pemanfaatan hasil sampingan dari pengolahan hasil pertanian dan perkebunan belum maksimal, jerami hanya dibakar saja, bungkil sawit, daging buah kopi dan coklat belum di olah secara maksimal, padahal dari itu saja, kita tidak usah lagi memotong rumput untuk pakan sapi kata Yunus lagi.Selain daging, semua bagian dari sapi dapat diolah menjadi berbagai barang ekonomis. Susunya dibutuhkan untuk melengkapi kebutuhan gizi, tanduknya bisa menjadi bahan baku kerajinan, kulitnya sebagai bahan baku sepatu, tas, dan kerajinan kulit lainnya, buntutnya sebagai bahan pembuatan sop buntut, bahkan kotorannya pun bisa menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.Seiring dengan semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap daging, tanduk, kulit, dan susu sapi, budidaya sapi semakin banyak digalakkan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat membuat peternak kian efisien dalam beternak sapi. Mulai dari tekhnik Inseminasi Buatan (IB), serta penyuntikan vitamin berkala kerap dilakukan peternak untuk menunjang sapi agar mampu mencapai target penggemukan.Di bantaran Sungai Krueng Aceh, Pango, Banda Aceh, masyarakat telah melakukan usaha penggemukan sapi secara intensif. Satu kandang sapi berukuran 5x7 meter, bisa menampung enam ekor sapi. Burhanudin (48 tahun), seorang peternak mengaku sudah beberapa tahun terakhir melakukan penyuntikan vitamin terhadap sapinya demi percepatan pertumbuhan sapi peliharaannya. Hal ini dilakukan demi merangsang nafsu makan serta menambah bobot sapi peliharaannya sehingga dapat terjual dengan harga yang menguntungkan. Selain dengan penyuntikkan vitamin, Burhanudin yang telah menggeluti usaha ternak sapi sejak duduk di bangku SMP ini, tetap memberikan makanan alami bagi sapinya, seperti pelepah pisang yang dicampur dedak serta naleung gajah/trieng (rumput gajah) untuk menggemukkan hewan ternaknya tersebut. Makanan ini sangat mudah didapatkan di sepanjang bantaran Sungai Krueng Aceh.Sapi peliharaannya tersebut mampu tumbuh hingga 1 kg per hari, hal ini merupakan dampak dari pemberian suntik vitamin maupun makanan alami yang diberikannya Sapi yang diberikan vitamin, setahun sudah gemuk, yang tidak diberikan sekitar dua tahun. jelasnya.Burhanudin memisalkan, setahun yang lalu ia membeli Sapi Aceh yang ketika itu masih berumur 2,5 tahun dengan harga Rp. 7.000.000. Pada umur 3,5 tahun, Sapi tersebut laku dijual dengan harga Rp. 14.000.000. sangat menguntungkan bukan?Begitu pula dengan Bahrum (56 tahun), salah seorang peternak sapi di Pango, Ulee Kareng Banda Aceh. Memberi perlakuan yang sama dalam usaha penggemukan sapinya. Selain itu dalam proses menggemukan sapi, menurutnya yang paling adalah peternak harus memiliki lahan rumput sudah diberikan vitamin, sehingga rumputnya mengandung Heteromineral yang sangat bagus untuk menunjang pertumbuhan sapi. Ketua Forum Komunitas Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (FKP4S) ini juga mengatakan, dalam satu hektar lahan, peternak sudah bisa memelihara dua puluh ekor sapi, untuk penggemukannya. Dia memberikan rumput gajah sebagai pakan sapinya. Rumput ini hanya butuh waktu 45 hari setelah potong untuk tumbuh kembali dan siap digunakan. Dengan begitu tidak butuh waktu lama bagi peternak untuk mendapatkan rumput segar. Menurut Bahrum, dengan cara ini dalam jangka waktu enam bulan, sapi sudah cukup besar untuk dijual dengan harga yang tinggi.Ia memisalkan keuntungan bersih yang dapat ia peroleh dari penggemukkan sapi tersebut perharinya bisa mencapai RP. 30.000 hingga RP. 40.000, untuk perekor sapinya, karena bila di timbang dari beratnya, sama seperti Burhanuddin, sapi bisa bertambah berat badannya hingga 1 kilogram perharinya. Hari ini kita beli RP. 10.000.000 juta, nanti kita jual 12.000.000 juta, Ucap Bahrum. Keperluan akan daging sapi di Aceh berkisar antara 50-60 ekor perhari atau 20 ton. Namun terjadi peningkatan hingga lima kali lipat karena adanya budaya makan daging sapi di Aceh. Dalam setahun, ada empat kali kenaikan permintaan yaitu pada saat Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, meugang (Tradisi memakan daging di Aceh) puasa, meugang hari raya idul fitri, dan meugang hari raya haji.

Teknik Inseminasi BuatanMasih di Pango Raya beberapa meter dari kandang sapi terdapat Pusat Kesehatan Hewan Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian Kota banda Aceh, dimana para peternak dengan mudah dapat konsultasi dengan para petugas kesehatan hewan, seperti penyuntikan vitamin atau obat-obatan pada sapi yang sakit hingga melakukan proses IB demi memiliki bibit unggul.Muhammad Nasir, petugas inseminator memaparkan bahwa upaya pemerintah pusat melalui desentralisasi IB bertujuan untuk mendekatkan produksi semen beku kepada konsumen (peternak) ditindaklanjuti dengan penyebaran pejantan unggul sapi jenis Simmental dan Limousin beserta peralatan IB ke 22 propinsi. Untuk aceh sendiri saat ini kita ada 6 jenis sapi, Simmental, Brahman, Limousin, Brangus, Bali, dan Sapi Aceh tuturnya. Tapi yang paling digemari peternak yaitu jenis Simmental dan Brahman tambahnya lagi.Teknik Inseminasi Buatan (IB) pada sapi merupakan teknologi yang digunakan untuk peningkatan mutu genetik terutama pada sapi dan kerbau dalam upaya peningkatan produktivitas serta populasi ternak.Keuntungan program IB1. Peningkatan Produktivitas.2. Mempersiapkan calon pejantan menjadi pejantan unggul.3. Mengurangi bahaya dan biaya bila memelihara pejantan.4. Mengurangi jumlah pejantan yang dibutuhkan.5. Kontrol terhadap penyakit yang ditularkan lewat kawin alam.6. Mengurangi faktor kecelakaan yang ditimbulkan bila menggunakan kawin alam.Kerugian program IB1. Kesulitan dalam deteksi birahi.2. Kesulitan dalam penanganan sapi betina yang memerlukan pelayanan inseminasi.3. Kesulitan dalam identifikasi dan pencatatan induk atau dara.4. Tidak semua pejantan disukai oleh peternak.5. Memerlukan waktu yang lama dalam penyediaan semen beku dan petugas inseminator selalu ada.6. Bila dilakukan tidak baik dapat menularkan penyakit dari kelompok satu ke kelompok lain.7. Peningkatan jumlah defect lethal yang ditularkan oleh pejantan pembawa penyakit (carrier).Namun sangat disayangkan, ketika ditanyai soal peran pemerintah, dalam hal ini dinas pertanian dan perternakan dalam memberikan bantuan terhadapnya, Burhanudin dengan tegas mengatakan tidak pernah mendapat bantuan sedikitpun dari pemerintah setempat, hanya hak guna lahan di bantaran sungai Krueng Aceh sebagai tempat kandang sapi dan lahan hijau yang ditumbuhi rumput dan batang pisang. Bahkan ketika sapinya menderita berbagai penyakitpun, untuk mengobati peliharaanya tersebut, ia harus membeli obat sendiri. Dalam penggemukkan sapinya, ia mengaku memakai modal sendiri untuk menyuntik vitamin. Sekali suntik Rp.70.000, ungkapnya.Burhanudin berharap, agar pemerintah terlibat lebih jauh lagi dalam budidaya sapi, seperti pengadaan vitamin untuk menunjang pertumbuhan sapi, dan obat-obatan.Sama hal nya dengan Burhanudin, Bahrum salah satu toke leumo di Aceh juga merasakan hal yang sama, selama berternak sapi, Ia merasa bantuan yang diberikan pemerintah tidak tepat sasaran, karena bantuan yang diberikan pemerintah hanya kepada peternak sapi yang belum maju. Seharusnya bantuan tersebut lebih tepat diberikan kepada peternak sapi yang sudah maju tugas yang maju membina yang tidak maju, inti kepada plasma, imbuhnya. Sebaiknya bantuan pemerintah diutamakan kepada peternak sapi yang sudah maju, dikarenakan peternak sapi yang belum maju belum begitu mengerti dalam berbisnis sapi.Pengusaha Peternakan Sapi Masih Kurang di Indonesia.Indonesia salah satu negara dengan kondisi permintaan sapi yang tinggi, secara perekonomian, sebenarnya Indonesia masih butuh banyak pengusaha yang bergerak dibidang peternakan sapi, demi meningkatkan produktivitas, sehingga mampu memenuhi kebutuhan domestik. Kurangnya peternak sapi Indonesia menyebabkan pemenuhan kebutuhan akan sapi masih sulit untuk dipenuhi, sehingga hal tersebut berdampak pada tingginya harga sapi dipasaran. Kepala BPS Suryamin mengatakan, penyebab turunnya ternak sapi , karena terdapat masalah pada pengelolaan ternak sapi yang amburadul. Melihat data dari tahun 2011, jumlah peternak sapi hanya 5,9 juta orang. Sementara jumlah sapi yang dikelolanya sekitar 14,2 juta ekor. Sehingga masing-masing rumah tangga peternak tersebut hanya memelihara 2-3 ekor sapi.

Masalah yang kemudian muncul, dengan hanya memelihara sekitar 2-3 ekor sapi, maka peternak pun tidak dapat menyuplai kebutuhan pasar. Apalagi, masing-masing peternak ini memiliki tujuan yang berbeda untuk beternak sapi. "Misalnya ada anaknya yang sunatan, sapinya dilepas. Ada yang anaknya diwisuda, baru sapinya dijual. Padahal di pasar itu bagaimana konsistensi menyuplai daging sapi secara rutin," tambahnya. Suryamin juga membandingkan, kondisi peternakan sapi di Indonesia dengan Australia. Di Australia, mereka membentuk kelompok peternakan sapi, sehingga mampu mengelola puluhan ribu ekor sapi. Dengan kondisi ini, peternak bisa menyuplai kebutuhan pasar kapanpun. (Sumber: Kompas.com , BPS: Jumlah Sapi Lokal Terus Turun, Sabtu (7/9/2013)).Pemerintah akhirnya mengakui bahwa target swasembada daging sapi pada 2014 sudah tidak tercapai. kepentingan nasional yang lebih besar yang membuat peta jalan (roadmap) swasembada daging sapi tidak lagi menjadi acuan. Dengan begitu, ini menjadi kali kedua bagi pemerintah gagal meraih target swasembada daging.Namun Bahrum optimis 4 tahun lagi itu akan tercapai. Saya optimis empat tahun lagi kita swasembada daging, tapi kalau dua tahun lagi tidak, tuturnya. Ia mengatakan sebenarnya usaha peternakan sapi ini sangat bagus dan menjanjikan keuntungan yang besar bagi siapapun yang ingin menggelutinya, akan tetapi pengusaha kita masih enggan untuk bergerak dibidang ini tambahnya.Selain itu, keberadaan pengusaha sapi yang diharapkan bertambah ini mampu memberikan dampak persaingan pasar yang semakin kompetitif, sehingga dapat menekan harga sapi yang salama ini sangat tinggi.Bahrum juga mengatakan, untuk saat ini, Indonesia masih perlu mengimpor daging sapi dari luar negeri, hal ini dikarenakan stok sapi nasional sangat kecil, yang hanya berkisar sekitar 20% permintaan yang mampu dipenuhi diseluruh Indonesia. Maka dari kekurangan tersebut, saat ini Indonesia harus bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan domestik. Jika tidak diimpor, menurutnya harga daging sapi bisa saja melambung hingga harga RP.500.000 perkilogramnya. Hanya provinsi Bali, NTT, NTB, Lampung, dan Padang yang merupakan kelima provinsi yang aman dalam penyediaan kebutuhan daging sapi di Indonesia.pria yang melakukan praktik IB pertama di Aceh ini menceritakan bahwa di Era 80-an Aceh masih mengekspor sapi keluar negeri seperti Malaysia dan Thailand, Namun sangat disayangkan saat ini kita harus impor demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahrum memberikan solusi, jika peternak sapi kita ingin maju, maka pemerintah dan para peternak sapi mesti kompak untuk duduk bersama membahas masalah maupun solusi terhadap peternakan sapi, sehingga peternakan sapi menjadi lebih maju di Aceh.Bahrum pun berharap, kedepannya muncul lagi pengusaha peternak sapi lainnya, sehingga mampu meningkatkan produktivitas sehingga pemenuhan kebutuhan akan permintaan sapi terpenuhi. Hari ini coba kita bangkitkan kembali peternakan sapi , harapnyaPotensi Sapi AcehTahunPopulasi

2008641.125

2009670.031

2010722.542

2011462.871

2012483.659

Sumber Data: Statistik Pertanian 2012