Upload
others
View
4
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
1
1
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah yang cukup ideal untuk
pengembangan Agribisnis Sapi Bali karena didukung oleh beberapa faktor antara lain:
1. Dukungan Suberdaya Alam : agro-ekosistem didominasi oleh lahan kering termasuk
padang penggembalaan. Padang rumput yang mencukupi, belum lagi potensi limbah
tanaman pangan, dedak padi dan jagung sebagai sumber pakan penguat juga lebih dari
cukup, bahkan banyak diantarpulaukan.
2. Dukungan Sumberdaya Ternak : dalam perjalanan waktu hampir satu abad sapi Bali
tetap eksist di Bumi NTB. Hal ini menunjukkan bahwa sapi Bali sudah sesuai atau cocok
(adaptif) dengan kondisi agro ekosistem di NTB.
3. Dukungan Sumberdaya Manusia : secara tradisional ternak merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem usaha tani yang tidak terpisahkan dengan kehidupan
petani. Perilaku seperti ini tidak lepas dari tujuan petani memelihara sapi yaitu sebagai
I. PENDAHULUAN
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
2
2
tabungan (yang paling utama), sebagai tenaga kerja pengolahan lahan, sebagai sumber
penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, untuk biaya naik haji dan sebagai sumber
penghasilan setengah tahunan (penggemukan) serta alas an-alasan lain.
4. Dukungan Ketersediaan Teknologi: teknologi untuk mendukung pengembangan
agribisnis sapi Bali cukup tersedia, baik untuk pembibitan maupun penggemukan, baik
berupa paket teknologi maupun komponen teknologi.
5. Permintaan Pasar: pasar untuk sapi sangat baik, permintaan dari dalam maupun dari
luar negeri terus meningkat. Pemotongan ternak yang tercatat selama sepuluh tahun
terakhir menunjukkan peningkatan.
6. Peternakan Rakyat: sifat dari pemeliharaan ternak sapi di Indonesia pada umumnya
dan di NTB pada khususnya adalah peternakan rakyat yang bersifat usaha sambilan,
dengan kepemilikan rata-rata di Pulau Sumbawa 13ekor/orang, sedangkan di Pulau
Lombok 2ekor/orang.
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
3
3
Memilih bakalan yang tepat untuk digemukkan merupakan langkah awal yang sangat
menentukan bagi keberhasilan usaha penggemukan sapi. Beberapa kriteria sapi bakalan
adalah:
• Sapi jantan
• Umur > 2,5 tahun (Minimal Gigi
Tetap 2 Pasang)
• Memenuhi tanda sapi Bali Normal
• Sehat/tidak sakit, tenang,tidak
mudah terkejut dan tidak liar
• Tidak cacat
II. MEMILIH BAKALAN
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
4
4
• Tulang/rangka besar
• Kepala pendek/persegi
• Leher pendek
• Kurus tapi sehat (tidak sakit)
• Akan lebih baik kalau
mengetahui Bapaknya (dari
keturunan yang baik)
• Nafsu makan tinggi
Contoh Bakalan
untuk digemukkan
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
5
5
Untuk mengetahui umur sapi dapat menggunakan pendekatan pergantian gigi. Pada prinsipnya
taksiran umur dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian
dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi sendiri terbagi tiga periode yakni periode gigi
susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetap serta periode keausan gigi tetap.
1. Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 1
tahun
2. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 1-
1,5 tahun
3. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar
2-2,5 tahun
4. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar
3-3,5 tahun
III. PENDUGAAN UMUR
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
6
6
5. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar
4 tahun
6. Sapi yang memiliki gigi tetap sudah aus semua pada rahang bawah mempunyai usia
diatas 4 tahun.
Pendugaan umur
sapi berdasarkan
pertumbuhan gigi
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
7
7
IV. MANAJEMEN PAKAN
a. Yang paling tradisional adalah ambil dari alam (ngarit/ngawis)
b. Paling dianjurkan adalah menanam.
Salah satu teknologinya adalah dengan Sistem Tiga Strata (3S) yaitu :
Strata pertama: dengan menanam rumput-rumputan ( Rumput Setaria, Rumput
Raja, Rumput Gajah dan lain-lain, dan legume merambat/legume herba (Arachis,
Centro, Clitoria dan lain lain). Digunakan untuk penyediaan pakan musim hujan
(Desember – Mei).
Strata kedua : dengan menanam hijauan semak atau pohon kecil seperti Gamal,
Lamtoro, Turi, Banten, Kelor dan lain-lain. Digunakan untuk pakan di musim
pertengahan (Juni – September).
PENYEDIAAN
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
8
8
Strata ketiga: dengan menanam hijauan pohon seperti Nangka, Waru, Beringin dan
lain-lain. Digunakan pada puncak musim kemarau (Oktober-November)
c. Memanfaatkan limbah pertanian (Jerami, berangkasan kulit kacang-kacangan dll), limbah
industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil kelapa dll).
d. Mengawetkan : Dalam bentuk kering ( Hay) dan bentuk segar ( Silase)
Sumber gizi atau nutrisi yang dibutuhkan ternak bersumber dari : Hijauan (rumput, legum,
daun-daunan), limbah tanaman (jerami), limbah industri (dedak padi, ampas tahu, bungkil
kelapa), ransum jadi/pabrik
Sertaria
Clitoria Beberapa jenis
rumput untuk pakan
di musim hujan
Setaria
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
9
9
Lamtoro
Gamal Turi
Kelor
Beberapa
jenis semak
atau pohon
kecil untuk
pakan di
musim
pertengahan
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
10
10
Kandungan Protein Kasar (PK) pada pakan untuk sapi yang digemukkan sekitar 10 % dari
komposisi pakan, dan Energi sekitar 50% dari Bahan Kering pakan.
1. Macamnya (rumput- rumputan, daunan, kacang-kacangan, konsentrat, pakan
tambahan/suplemen,probiotik )
2. Kandungan Protein pakan sekitar 10%, diperoleh dari Hijauan (Gamal,Rumput
Gajah,dll), makanan Penguat seperti dedak,ampas tahu,dll.
3. Jumlahnya (Hijauan minimal 10 – 15 % dari Berat Badan (BB) + Pakan penguat 1-2%
BB + Pakan Tambahan/probiotik/UMB).
4. Porsi Rumput : Legum = 60 : 40 % atau 75 : 25 % tergantung dari ketersediaan legum.
Artinya kalau berat badan awal 200 kg, perkiraan kebutuhan hijauan 10 -15 % dari BB,
KEBUTUHAN PAKAN (NUTRISI)
PEMBERIAN
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
11
11
maka diperlukan 20 – 30 kg hijauan terdiri dari 12 – 18 kg rumput + 8 – 12 kg
legum/ekor/hari atau 15 – 22,5 kg rumput + 5 – 7,5 kg legum/ekor/hari.
5. Pemberian pakan penguat/konsentrat (seperti Dedak padi, Ampas tahu, bungkil kelapa
dll) sekitar 1 – 2 % dari BB, artinya 2 – 4 kg/ekor/hari
6. Pemberian pakan pelengkap (probiotik, sumber mineral/Urea Molases Blok/Urea Mineral
Molases Blok) tergantung jenis produknya. Untuk beberapa merk probiotik biasanya
cukup dengan 1 sendok makan per ekor per hari.
7. Frequensi pemberian, makin sering makin baik (2 – 3 kali sehari semalam). Hindari
pemberian sekaligus karena akan banyak tersisa/terbuang.
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
12
12
Pengawetan Hijauan Makanan Ternak (HMT)
Pengawetan yang dapat dilakukan dan kemungkinan dapat diadopsi oleh petani-
peternak adalah pembuatan silase dan pembuatan hay.
A. Pembuatan Silase
Pembuatan silase di dalam tanah dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut : sebelumnya telah dibuatkan lubang pada tanah dengan
kedalaman kurang lebih 1,5 m, diameternya kurang lebih 1,25 m dapat
menampung sekitar 250 – 300 kg bahan pakan.
Tempat Pembuatan : Tempat pembuatan silase disebut “Silo”
Silo dapat berupa menara, sumur gali atau tumpukan hijauan yang disusun di atas
permukaan tanah.
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
13
13
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan silo adalah :
• Lokasi dekat kandang, pada tempat yang lebih tinggi agar tidak tergenang air.
• Dasar silo dibuat miring ke satu sisi untuk memperlancar drainase.
• Dasar silo dilapisi dengan plastik. Ukuran silo 1,8 m – 1,2 m x 3 m x 1,5 m
dengan kapasitas sekitar 3,5 ton
Bahan : Pada prinsipnya semua jenis hijauan yang disenangi ternak dapat diawetkan menjadi
silase.
Gunakan hijauan yang tidak terlalu muda, tetapi jangan terlalu tua, yang baik
adalah sebelum berbunga
Kalau berupa batang panjang, maka perlu dipotong-potong 10-15 cm
Kadar air perlu diturunkan dengan cara dikeringanginkan, atau dilayukan
Sebagai pengawet, dapat digunakan dedak halus sebanyak 5% dari total bahan.
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
14
14
Cara Pembuatan
1. Masukkan bahan hijauan yang sudah dilayukan kedalam silo sambil diinjak-injak
dengan ketinggian sekitar 30 cm (setinggi lapisan pertama). Taburkan dedak
padi secara merata
2. Masukkan kembali bahan hijauan sambil diinjak-injak untuk membuat lapis
kedua, kemudian taburkan dedak padi secara merata
3. Demikian seterusnya sampai sekitar 5-6 lapis
4. Selanjutnya ditutup rapat dengan plastik dan di timbun dengan tanah
5. Dengan cara ini silase dapat diawetkan dalam jangka lama (3 – 4 bulan)
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
15
15
1,5 m
Dedak
Hijauan
Alas Plastik
1,2m m
1,8 m
3 m
Skema silase
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
16
16
Cara Pemberian Silase pada Ternak
Ciri-ciri silase yang baik adalah :
(1) Warna daun masih hijau,
(2) Tekstur daun masih utuh seperti ketika dimasukkan,
(3) Kadar amonia rendah (<10 persen)
(4) pH daun sekitar 4-5.
Pembongkaran silo (tempat membuat silase) dapat dilakukan setiap waktu setelah silase
jadi (sekitar 20-30 hari).
a. Ambil silase sesuai kebutuhan. Berikan pada ternak sekitar 10% dari berat
badannya.
b. Karena belum terbiasa, maka perlu dilatih terlebih dahulu. Jangan berikan hijauan
lainnya
c. Pemberian sedikit demi sedikit/berangsur angsur
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
17
17
B. Pembuatan Hay
Hay adalah hijauan pakan yang dikeringkan dengan cara tertentu yang
bertujuan untuk menekan kadar air serendah mungkin sehingga dapat disimpan dan
tidak mengalami kerusakan selama penyimpanan, sebelum diberikan pada ternak.
Hay umumnya diberikan kepada ternak sebagai pakan di musim kemarau pada
saat produksi hijauan segar telah berkurang atau sulit diperoleh. Limbah pertanian
seperti jerami padi, limbah kacang tanah, jagung, kacang hijau dan lainnya juga dapat
dibuat hay.
Pengeringan hijauan untuk dijadikan hay dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan pengeringan secara alamiah dan dengan menggunakan mesin.
Pengeringan secara alami, yang dapat dilakukan dengan mengeringkan di bawah
sinar matahari/dijemur secara langsung atau mengangin-anginkan di bawah naungan
rumah, pepohonan, gedung dan lain-lain. Perhatikan agar tidak terkena hujan sehingga
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
18
18
mengakibatkan pembusukan dan rusaknya hijauan serta nilai gizinya menjadi sangat
rendah yang tidak bermanfaat lagi bagi ternak.
Cara pengeringan dan penyimpanan jerami sebagai pakan kering (Hay)
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
19
19
Pengeringan dengan menggunakan mesin
Pengeringan dengan cara ini oleh petani kita tidak dilakukan karena membutuhkan
modal yang cukup besar, untuk membeli alat pengering/oven.
Cara Pemberian Hay pada Ternak
Hay (hijauan kering) dapat diberikan langsung pada ternak. Khususnya pada
ternak sapi pada daerah-daerah kering sudah terbiasa memakan pakan ini sehingga
tidak memerlukan waktu lama untuk beradaptasi. Kemungkinan bagi ternak sapi yang
berasal daerah basah atau yang dipelihara pada sekitar daerah persawahan tidak
terbiasa dengan pakan jenis ini sehingga butuh waktu dan latihan untuk dapat
memakannya.
Sediakan lebih banyak air minum untuk ternak yang diberi pakan hay karena
ternak yang diberi pakan hay membutuhkan air minum yang lebih banyak.
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
20
20
V. PERKANDANGAN
Untuk penggemukan prinsipnya bagaimana supaya ternak tidak banyak bergerak ,
kandang tidak perlu luas, cukup 1,15m x 2 m per ekor
Lantai miring ke belakang
Harus ada tempat pakan (prako)
Harus selalu dalam keadaan bersih, tidak lembab.
Kotoran dibersihkan/kumpulkan untuk kompos.
Drainase sekitar kandang harus baik, tidak boleh ada genangan air sehingga kandang
tidak lembab
Ventilasi cukup untuk pencahayaan yang baik
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
21
21
Selokan
n
Lantai
Miring
Prangko
(Tempat
Pakan)
Atap
Gambar dan skema kandang yang dianjurkan
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
22
22
VI. PEMELIHARAAN KESEHATAN RKANDANGAN
1. Diduga bahwa hampir semua sapi yang dipelihara secara tradisional pada kondisi petani
sudah terserang penyakit cacingan. Oleh karenanya disarankan pada awal penggemukan
agar sapi bakalan diberikan obat cacing, kemudian diulang kembali setiap 3 – 4 bulan .
2. Pemberian vitamin setiap tiga bulan atau sesuai keperluan misalnya pada saat
pergantian musim.
3. Kandang harus dibersihkan setiap hari, tidak becek, tidak ada genangan air.
4. Sebaiknya dimandikan sambil badannya digosok-gosok.
5. Bila ternak sakit segera hubungi petugas kesehatan hewan atau dokter hewan terdekat
6. Mencegah lebih baik daripada mengobati
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
23
23
VII. LAMA PENGGEMUKAN
1. Untuk sapi Bali di tingkat petani umumnya penggemukan dilakukan selama 4 bulan, 6
bulan , 12 bulan bahkan ada yang lebih lama tergantung besarnya bakalan dan target
yang ingin dicapai oleh peternak. Dalam hal ini dianjurkan paling lama 6 bulan saja.
2. Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) pada sapi Bali antara 0,4 – 0,8 kg/ekor/hari
atau rata-rata 0,5 kg/ekor/hari, meskipun di tingkat petani lebih banyak yang kurang
dari 0,4 kg/ekor/hari.
3. Dengan demikian kalau diambil angka rata-rata 0,5 kg/ekor/hari maka penggemukan
selama 4 bulan (120 hari) akan mendapatkan Pertambahan Berat Badan sebanyak 60
kg/ekor, 6 bulan (180 hari) tambahan berat badan 90 kg dan 12 bulan tambahan 180
kg/ekor.
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
24
24
4. Menduga bobot badan sapi Bali Mengetahui bobot badan sapi paling akurat
menggunakan timbangan, namun demikian jika tidak ada timbangan dapat dilakukan
dengan mengukur “Lingkar Dada” menggunakan pita ukur.
Caranya: ukur lingkar dada sapi (posisi dibelakang kaki depan) dengan tali ukur (meteran kain), kemudian cocokkan dengan tabel yang ada seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
Cara
Pengukuran
Lingkar dada
untuk
memperkirakan
berat badan
Sapi Bali
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
25
25
Cara pembacaan tabel:
Jika lingkar dada menunjukkan angka 155 cm, maka cari angka 150 pada sisi kiri tabel dan cari angka 5 pada sisi atas, kemudian ditarik garis sampai bertemu antara garis datar dengan
garis menurun, maka ditemukan angka 224, artinya sapi dengan lingkar dada 155 cm memiliki bobot badan sekitar 224 kg.
Tabel
berat
badan
sapi
Bali
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
26
26
VIII. PEMBUATAN KOMPOS
T E M P A T
Siapkan tempat yang dinaungi/bangunan sederhana atau permanent untuk tempat proses
pembuatan kompos agar terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
Ukuran tergantung kebutuhan dan tempat, misalnya luas 3 m x 12 m, dengan perincian
seperti gambar di bawah ini:
Bak 1
Bak 2
Bak 3
Bak 4
Bak 5
Bak 6
3 m
3 m mmm
1,5 m mmm
3 m mmm
3 m mm
m
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
27
27
Bak 1/Kolom 1 dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi 3mx3mx1m merupakan tempat untuk
menimbun dan mentiriskan kotoran sapi yang basah.
Bak 2 sampai bak 5/Kolom 2 sampai kolom 5 dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi
3mx1,5mx1 m merupakan tempat mencampur bahan kompos.
Bak 6/Kolom 6 dengan ukuran yang sama dengan bak/kolom 1 merupakan tempat menimbun
kompos yang sudah matang/jadi, dan siap digunakan atau dikemas.
B A H A N
Misalnya untuk campuran 1 ton bahan rinciannya sbb:
a. Kotoran sapi kadar air 60 % : 80 bagian atau sekitar 825 kg
b. Abu sekam : 10 bagian atau sekitar 100 kg
c. Serbuk gergaji : 5 bagian atau sekitar 50 kg
d. Kapur bangunan : 2 bagian atau sekitar 20 kg
e. Pemacu MO/dekomposer/Stardec : 0,25 bagian atau ekitar 2,5kg
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
28
28
A L A T
a. Cangkul
b. Sekop
c. Masker
d. Sepatu boot
e. Kereta dorong
f. Ayakan/penyaring
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
29
29
CARA MEMBUAT
a. Kumpulkan/timbun kotoran basah pada bak 1 selama sekitar seminggu sampai kandungan
air sekitar 60%.
b. Siapkan bahan-bahan lainnya: abu sekam, serbuk gergaji, kapur bangunan dan stardec
sesuai porsi yang telah ditentukan.
c. Masing-masing bahan dibagi menjadi 4 – 5 bagian.
d. Campur merata semua bahan pada bak ke 2 misalnya pada hari Minggu dengan cara, ¼
atau 1/5 bagian pertama kotoran sapi dimasukkan pada bak 2, diikuti oleh ¼ atau 1/5
bagian pertama dari Stardec, abu sekam, serbuk gergaji dan kapur. Diikuti lapis kedua
dengan urutan yang sama yaitu kotoran sapi,stardec, abu sekam serbuk gergaji dan kapur ,
demikian seterusnya sampai lapis ke 4 atau ke 5 hingga semua bahan habis.
e. Seminggu kemudian/minggu ke dua pada hari Minggu, bahan pada bak 2 dipindahkan ke
bak ke 3 menggunakan cangkul dan sekop. Pada saat ini suhu bahan cukup tinggi
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
30
30
mencapai 70 derajat C sampai akhir minggu ke dua.Sementara bak ke 2 yang sudah kosong
diisi lagi dengan bahan yang sama dengan cara yang sama.
f. Seminggu kemudian bahan di bak ke 3 dipindah ke bak ke 4, bahan di bak ke 2 di pindah
ke bak ke 3, demikian seterusnya sampai akhir minggu ke 4 atau bahan yang berada di bak
ke 5 sudah matang/jadi dan siap diaplikasikan atau dikemas.
g. Tanda-tanda kompos yang sudah matang/jadi adalah:
(1). Warna coklat kehitaman,
(2). Tidak bau,
(3). Tidak panas.
h. Kompos yang sudah matang ditimbun pada bak ke 6. Untuk menjaga kualitas, sebaiknya
dilakukan penyaringan dengan ayakan tukang bangunan agar terbebas dari bahan yang
tidak bermanfaat misal tali rafia, plastik dll .
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
31
31
3 m mmm
Bak 1
Timbun
kotoran sapi
sampai kadar
air 60%
(sekitar 1
minggu)
Bak 2
Kotoran
Sapi
Serbuk
Gergaji
Kapur
Abu
Sekam
Dekom
poser
Bak 3
Pindah
kan
bahan
pada
bak 2 ke
bak 3
pada
minggu
ke 2
Bak 4
Pindah
kan
bahan
pada bak
3 ke bak
4 pada
minggu
ke 3
Bak 5
Pindah
kan
bahan
pada bak
4 ke bak
5 pada
minggu
ke 4
Bak 6
Stock
Kompos Siap
Pakai
Skema perpindahan bahan kompos pada bak kompos
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
32
32
Tempat membuat kompos
dan tempat penyimpanan
kompos yang sudah jadi
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
33
33
Cara yang lebih sederhana:
1. Timbun kotoran segar campur dengan sisa-sisa makanan (tidak memakai formula di
atas), tunggu selama satu minggu.
2. Dari bahan campuran di atas, misal sebanyak 1 ton,
dicampur dengan kapur 20 kg (untuk menetralkan
keasaman), dekomposer (stardec, EM4 dll) 2,5 kg,
kemudian ditutup dengan terpal/dinaungi.
3. Seminggu kemudian diaduk merata, demikian
seterusnya seminggu sekali diaduk sampai masuk
minggu ke empat. Di akhir minggu keempat kompos
sudah jadi/matang, siap digunakan.
Kompos yang sudah jadi
dan siap dipasarkan
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
34
34
IX. ANALISA USAHA PENGGEMUKAN SAPI
DATA PENGGEMUKAN:
a. Lama penggemukan : 6 bulan (180 hari )
b. Bakalan : Sapi Bali jantan, umur sekitar 2 tahun,
berat sekitar 200kg
c. Pertambahan Berat Badan Harian : 0,5 kg/hari
d. Jenis pakan : Rumput sekitar 10 % dari Berat
Badan per ekor per hari dan Dedak padi sekitar 1 kg/ekor/hari
e. Biaya pembuatan kandang Rp. 2.500.000, umur teknis 10 tahun (120 bulan,
dapat digunakan untuk 20 kali periode penggemukan)
f. Harga berat hidup sapi : Rp. 30.000,-/kg berat hidup
g. Harga rumput : Rp.250,-/kg
h. Harga dedak padi : Rp. 1000,-/kg
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
35
35
i. Tenaga Kerja : Rp. 5000/hari (kerja efektif sekitar 1,5
jam untuk memberi makan dan membersihkan kandang)
ANALISA USAHA PER SATU PERIODE PENGGEMUKAN ( 6 bulan )
1. Biaya Tetap
a. Biaya kandang : 1/20 x Rp. 2.500.000,- = Rp. 125.000,-
b. Harga sapi Bakalan = Rp.6.000.000,-
c. Jumlah = Rp.6.125.000,-
2. Biaya tidak tetap
a. Biaya Rumput : 180 hr x 20 kg x Rp.250,- = Rp 900.000,-
b. Biaya dedak padi : 180 hr x 1 kg x Rp.1000,- = Rp. 180.000,-
c. Biaya Tenaga Kerja: 180 hr x Rp. 5000,- = Rp. 900.000,-
d. Obat-obatan = Rp. 25.000,-
e. Biaya lain-lain = Rp. 50.000,-
f. Jumlah = Rp.2.055.000,-
Teknologi Penggemukan sapi Bali FEATI-BPTP NTB
36
36
3. Produksi/Hasil
a. Pertambahan Berat Badan : 180 hr x 0,5 kg: = 90 kg
90kg x Rp.30.000,- = Rp.2. 700.000,-
b. Harga Jual Sapi = Rp.8. 700.000,-
c. Produksi pupuk kotoran sapi: 180 harix10 kgx60%
1080 kg x Rp. 250,- = Rp. 270.000,-
d. Jumlah Pendapatan = Rp.8. 970.000,-
4. Keuntungan Selama 6 bulan
Harga Jual – Biaya Tetap – Biaya Tidak Tetap
= Rp. 8.970.000 – Rp.6.125.000 – Rp.2.055.000,- =Rp. 790.000,-
Catatan : Jika mencari rumput dan memelihara dilakukan oleh petani, maka Uang yang
diterima petani adalah dari pembayaran rumput + upah tenaga kerja + keuntungan
= Rp.900.000 + Rp.900.000 + Rp.790.000= Rp. 2.590.000,-