10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peradilan adalah tempat atau lembaga yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kata ’Peradilan’, Dalam bahasa arab digunakan kata’qada’, jamaknya aqdiya’ yang artinya,”memutuskan perkara/ perselisihan antara dua orang atau lebih berdasarkan hukum Allah.” Qada dapat pula diartikan,”Sesuatu hukum antara manusia dengan kebenaran dan hukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah.” Para ahli fiqh memberikan definisi qada sebagai suatu keputusan produk pemerintah, atau ”menetapkan hukum syar’i dengan jalan penetapan.” Dalam sebuah peradilan pasti akan ada penggugat dan ada yang tergugat atau lebih dikenal dengan tersangka. Dalam suatu gugatan perlu adanya syarat dan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan. sebagai syarat gugatan juga memerlukan bukti yang kuat. B. Rumusan Masalah Berdasarakan judul makalah ini “ penggugat dan tergugat” maka masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan penggugat dan tergugat ? 2. Apa saja syarat penggugat dan teergugat? 3. Apa bukti sebagai syarat gugatan? 1

Penggugat Dan Tergugat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah penggugat dan tergugat

Citation preview

Page 1: Penggugat Dan Tergugat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peradilan adalah tempat atau lembaga yang menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Kata ’Peradilan’, Dalam bahasa arab digunakan kata’qada’, jamaknya aqdiya’ yang

artinya,”memutuskan perkara/ perselisihan antara dua orang atau lebih berdasarkan

hukum Allah.” Qada dapat pula diartikan,”Sesuatu hukum antara manusia dengan

kebenaran dan hukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah.” Para ahli fiqh

memberikan definisi qada sebagai suatu keputusan produk pemerintah, atau

”menetapkan hukum syar’i dengan jalan penetapan.”

Dalam sebuah peradilan pasti akan ada penggugat dan ada yang tergugat atau lebih

dikenal dengan tersangka. Dalam suatu gugatan perlu adanya syarat dan ketentuan

yang berlaku yang telah ditetapkan. sebagai syarat gugatan juga memerlukan bukti

yang kuat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan judul makalah ini “ penggugat dan tergugat” maka masalah dapat di

identifikasikan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan penggugat dan tergugat ?

2. Apa saja syarat penggugat dan teergugat?

3. Apa bukti sebagai syarat gugatan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang

penggugat dan tergugat.

1

Page 2: Penggugat Dan Tergugat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penggugat dan Tergugat

Penggugat adalah orang yang mengajukan tuntutan melalui pengadilan karena ada

haknya yang diambil orang lain atau krena adanya permasalahan dengan pihak lain,

yang dianggap merugikan dirinya. Penggugat disebut juga dengan penuntut, pendakwa

atau penuduh.

Tergugat adalah orang yang dituntut mengembalikan keadilan berkaitan dengan

hak-hak orang lain, atau dituntut untuk mempertanggungjawabkan kesalahan atas

dakwaan pihak lain di pengadilan. Tergugat sering disebut juga dengan terdakwa, atau

tertuduh.

B. Syarat-syarat Gugatan

1. Gugatan disampaikan secara tertulis yang ditujukan ke pengadilan dan di

tandatangani oleh penggugat. Jika penggugat tidak bisa menulis, boleh mengajukan

gugatan secara lisan kepada ketua pengadilan, yang nantinya akan dicatat oleh

petugas pencatat.

2. Gugatan harus diuraikan dengan jelas dan rinci (tafshil), baik permasalahannya

maupun alasan-alasan gugatan.

3. Tuntutan harus sesuai dengan kejadian perkara.

4. Memenuhi persyaratan khusus yang dibuat oleh pengadilan.

5. Pihat tergugat tertentu orangnya.

6. Penggugat dan tergugat sama-sama mukallaf, baligh dan berakal.

7. Penggugat dan tergugat tidak dalam keadaan berperang membela agama.

C. Cara Memeriksa Terdakwa dan Terdakwa yang Tidak Hadir di Persidangan.

Dalam pemeriksaan harus dihadirkan pihak-pihak yang berperkara. Untuk

pendakwa dianggap tidak ada masalah hadir di persidangan, karena ia yang menuntut

agar perkaranya dimejahijaukan. Sedangkan terdakwa juga harus hadir. Jika tidak,

pengadialn tetap memanggilnya sampai batas tiga kali. Bila tidak hadir juga, maka

hakim boleh memutuskan perkara atas orang ghaib ini. Putusan ini ( dalam bahasa

2

Page 3: Penggugat Dan Tergugat

peradilan) disebut dengan putusan verstek (tidak hadir atau in absentia), yakni putusan

pengadilan tanpa kehadiran pihak terdakwa atau tertuduh. Imam Syafo’i dan Imam

Ahmad bin Hambal membolehkan hakim memutuskan perkara dengan cara versterk

ini.

Menurut Imam Abu Hanifah, Ibn Abi Laila, Syuraih, dan Umar bin Abdul Aziz

tidak membolehkan putusan verstek ini. Alasan yang dikemukakan adalah mungkin

saja ketidakhadiran terdakwa karena ada hujjah yang menyebabkannya tidak bisa hadir

di persidangan. Akan tetapi jika ada wakilnya, persidangan bisa dilanjutkan atau

dilangsungkan.

Cara memeriksa terdakwa :

o Hakim berusaha mendamaikan pihak-pihak yang berperkara

o Jika tidak dapat didamaikan, perkara itu diperiksa menurut ketentuan yang berlaku.

Beberapa kemungkinan dalam jalannya persidangan, yang apda akhirnya hakim

memutuskan perkara :

a. Apabila terdakwa mengikrarkan (mengakui) tuduhan, maka hakim memutuskan

perkara sesuai dengan pengakuan tersebut, dan pemeriksaan terdkawa dianggap

tuntas.

b. Apabila terdakwa mengingkari tuduhan pendakwa, maka hakim meminta kepada

pendakwa untuk menudatangkan bukti-bukti perkara.

c. Apabila bukti-bukti tidak cukup, sedangkan pendakwa tidak mampu membuktikan

kebenaran gugatannya, lalu ia minta supaya pihak terdakwa disumpah, maka hakim

harus meluluskan permintaannya, setelah itu hakim memutuskan perkara

berdasarkan sumpah terdakwa.

D. Bukti (Bayyinah) Dan Sumpah Dalam Peradilan

1. Macam-macam Bukti

Suatu dakwaan dapat diterima dan dibenarkan apabila disertai dengan bukti

yang lengkap. Macam-macam bukti :

a. Saksi

b. Barang bukti

c. Pengakuan terdakwa

d. Sumpah

3

Page 4: Penggugat Dan Tergugat

Sumpah ada dua macam :

1) Sumpah untuk berjanji melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

2) Sumpah untuk memberikan keterangan guna menguatkan bahwa sesuatu itu

benar-benar demikian atau tidak.

e. Pengetahuan atau keyakinan hakim

Pengetahuan hakim yang ada relevansinya dengan pemeriksaan perkara

merupakan satu bukti dalam penyelesaian perkara tersebut. Tapi pengetahuan

dan keyakinan dari hakim ini hanya terbatas untuk menguatkan bukti yang lain.

Juga tidak berlaku dalam perkara pidana.

2. Syarat-syarat Orang yang Bersumpah

Orang yang bersumpah dianggap sah sumpahnya apabila memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut :

a. Mukallaf

Yaitu baligh dan berakal.

b. Atas kehendak sendiri

Tidak ada paksaan dari pihak manapun.

c. Sengaja mengucapkan sumpah.

d. Harus dengan nama Allah.

3. Lafal-lafal Sumpah

Kata billaahi adalah salah satu sumpah yang diawali huruf qasam. Kata-kata

qasam adalah : . Kata-kata qasam tersebut mengandung arti ”Demi Allah”.

Contoh lafal sumpah misalnya,”Demi Allah saya bersumpah bahwa saya

tidak mencuri.” Boleh juga diakhiri dengan kata laknat Allah, seperti sumpah li’an

suami: “Demi Allah, saya bersumpah, bahwa istri saya telah berzina dengan si

fulan. Kalau saya berdusta saya bersedia dilaknat oleh Allah swt. Untuk selama-

lamanya.”

4. Tujuan Sumpah dan Sumpah Tergugat

Sumpah yaitu suatu pernyataan yang khidmat, diucapkan pada waktu

berjanji atau keterangan dengan nama Allah dengan menggunakan huruf qasam

(sumpah).

4

Page 5: Penggugat Dan Tergugat

Tujuan sumpah adalah memberikan keterangan guna meyakinkan bahwa

sesuatu itu demikian atau tidak. Sumpah diucapkan oleh tergugat untuk

menyangkal atau menolak gugatan yang ditunjukan kepadanya. Jika tergugat

bersedia bersumpah, hakim dapat memutskan bahwa gugatan penggugat tidak

benar.

Sumpah yang diucapkan tergugat bahwa semua gugatan penggugat itu tidak

benar disebut yamin al-munkir (sumpah penolakan). Apabila bukti-bukti sangat

lengkap dan meyakinkan, tetapi terdakwa masih menolak dan dikuatkan dengan

sumpahnya, maka ketetapan hakim lebih didasarkan kepada bukti daripada sumpah.

Sebab bukti-bukti baik berupa saksi atau barang bukti, lebih konkrit daripada

sumpah, karena sumpah itu bersifat subyektif.

5. Pelanggaran Sumpah

Pelanggaran sumpah terjadi bila seseorang telah berikrar dengan menyebut

nama Allah untuk mengerjakan atau meninggalkan sesuatu lalu tidak ditepatinya.

Adapun orang yang bersumpah untuk tidak mengerjakan sesuatu, lalu orang

lain disruhnya untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, maka tidak termasuk

pelanggaran sumpah. Orang yang melanggar sumpah karena lupa, juga tidak

termasuk melanggar sumpah.

Denda orang yang melanggar sumpah adalah memilih salah atu dari hal-hal

sebagai berikut:

a. Memberi makan kepada 10 orang miskin dengan makanan pokok (3/4 liter

beras) tiap orang.

b. Memberi pakaian 10 orang miskin, yaitu pakaian yang pantas untuk mereka.

c. Memerdekakan busak.

d. Mengerjakan puasa selama 3 hari.

Allah berfirman:

5

Page 6: Penggugat Dan Tergugat

Artinya :

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak

dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah

yang disengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh

orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau

memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak

sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang

demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu

langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikian Allah menerangkan kepadamu hukum-

hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS. Al-Maidah/5: 89)

6

Page 7: Penggugat Dan Tergugat

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan “penggugat dan tergugat” dapat disimpulkan

bahwa:

1. Gugatan menurut bahasa arab ialah talab yang berarti tuntutan atau permintaan.

2. Gugatan menurut istilah ialah menghubungkan diri sendiri hak atas suatu yang ada

pada orang lain atau dalam tanggungan oran lain.

3. Penggugat (mudda’i) ialah orang yang meminta hak apabila dia diam saja tidak

menuntutnya, maka dibiarkan saja.

4. Tergugat (mudda’a’alaih) adalah orang yang dimintai hak apabila dia diam saja,

tidak dibiarkan saja.

5. Gugatan yang di buat oleh hamba sahaya, orang gila, anak-anak dibawah umur,

dan orang dungu tidak diterima.

6. Gugatan yang ditujukan pada tergugat yang terdiri dari hamba sahaya, orang tua,

anak-anak dibawah umur, dan orang-orang dungu tidak bisa.

B. Saran

1. Bagi penggugat jangan asal menggugat orang, karena orang itu belum tentu

bersalah.

2. Bagi tergugat janganlah bersumpah dengan sumpah palsu atau melanggar sumpah

itu.

7