Upload
risky
View
16
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengelolahan limbah
Citation preview
PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM ORGANIK
Pengertian Limbah Laboratorium
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.
Menurut Recycling and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai benda
bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara
yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan.
Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium.
Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Limbah
ini memiliki sifat khas yang berbeda dengan limbah yang berasal dari kegiatan industri
karena biasanya memiliki keragaman jenis limbah yang sangat tinggi walaupun dari setiap
macam bahan yang dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Artinya limbah laboratorium
kimia meskipun volumenya masih relatif kecil dibandingkan dengan limbah industri, namun
justru mengandung jenis B3 yang sangat bervariasi dengan konsentrasi yang relatif tinggi.
Oleh karena itu, limbah ini harus dikelola secara benar agar tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan masyarakat.
Sumber Limbah Laboratorium
Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari :
Bahan baku yang telah kadaluarsa
Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak terpakai)
Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
Produk upaya penanganan limbah (misal jarum suntik sekali pakai)
Macam-Macam Limbah Laboratorium
Berdasarkan fasanya, limbah laboratorium digolongkan menjadi:
Limbah padat
Limbah cair
Limbah gas
Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium adalah:
Kelas Jenis
A Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam larutan
B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik dalam larutan
C Residu padatan bahan kimia laboratorium organik
D Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan kemasan pada pH 6-8
E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan larutannya
F Senyawa beracun mudah terbakar
G Residu air raksa dan garam anorganik raksa
H Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah
I Padatan anorganik
J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik
Berdasarkan sifatnya, limbah laboratorium digolongkan menjadi:
Limbah B3(Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah
beracun dibagi menjadi:
o Limbah mudah meledak
o Limbah mudah terbakar.
o Limbah reaktif
o Limbah beracun
o Limbah yang menyebabkan infeksi
o Limbah yang bersifat korosif
Limbah infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular sertalimbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari politeknik, ruang perawatan dam ruang isolasi penyakit menular.
Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radionucleida.
Limbah umum
Penanggulangan Limbah Laboratorium
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah
terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah
etrsebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu:
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), dengan cara:
1. Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau
Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti
H2SO4 atau HCI. Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat
digunakan Phenol Phtalein (PP.). Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup
aman digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-8,5.
2. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13,
Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
3. Reduksi-oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
4. Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat
diserap oleh resin anion.
Limbah infeksius, dengan cara:
1. Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan
bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit
menjadi tidak aktif.
2. Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah sampai mencapai
konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air
seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
3. Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah dalam tanah.
4. Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara memasukkan ke
dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke
atmosfir sebagai CO2 dan H2O.
Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif
sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
Bentuk : cair, padat dan gas,
Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
Tinggi-rendahnya aktifitas
Panjang-pendeknya waktu paruh
Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
1. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan,
peguburan dan pembuangan.
2. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti
Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN).
Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat
kuat dan dibakar di insinerator.
Metoda Pembuangan Limbah Laboratorium
Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
1. Pembuangan langsung dari laboratorium.
Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang
dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung
melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung
asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia
sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya,
endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
2. Pembakaran Terbuka.
Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar
racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat
yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
3. Pembakaran Dalam Insenerator.
Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik
yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat
toksik.
4. Penguburan.
Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan
air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.
Penanganan dan Pemusnahan Bahan Kimia Tumpahan
Disamping metoda-metoda yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa jenis
tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus sebelum dibuang
keperairan. Bahkan diantaranya perlu dimusnahkan sebelum dibuang. Diantara bahan-bahan
kimia tersebut antara lain ;
1. Tumpahan Asam-asam Anorganik
Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4, H2SO4 haruslah
diperlakukan dengan penanganan khusus. Bahan tumpahan tersebut permukaannya ditutup
dengan NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan1:1. Selanjutnya
diencerkan dengan air supaya berbentuk bubur dan selanjutnya dibuang ke bak pembuangan
air limbah.
2. Basa Akali dan Amonia
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2, dan
NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan HCl 6
M. Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.
3. Bahan-Bahan Kimia Oksidator
Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium
dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya dicampur dengan reduktor
(seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit asam sulfat 3 M.
selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
4. Bahan-Bahan Kimia Reduktor
Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan
NaHCO3 (reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya kedalam campuran
tersebut ditambahkan Ca(OCl)2 secara perlahan-lahan dan air (biarkan reaksi selesai). Setelah
reaksi selesai campuran diencerkan dan dinetralkan sebelum dibuang ke perairan.
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO2, SO, Na2SO2)
dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. Untuk gas (SO2), alirkan
kedalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untuk padatan, campurkan dengan
NaOH (1:1) dan ditambahkan air hingga terbentuk slurry. Slurry yang terbentuk ditambahkan
kalsium hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dan dibuang
ke perairan.
5. Sianida dan Nitril
Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan kertas/tissu
dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan kedalam wadah dan dibasakan
dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian ditambahkan ferro sulfat
berlebih dan dibiarkan lebh kurang 1 jam dan dibuang keperairan.
Pemusnahan sianda dapat dilakukan dengan cara menambahkan kedalamnya larutan
asam dan kalsium hipoklorit berlebih dan dibiarkan 24 jam. Selanjutnya dibuang ke perairan.
Untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca(OCl)2. setelah satu jam dibuang
keperairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.
Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan alkohol.
Setelah 1 jam uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa kalsium hipoklorit. Setelah 24
jam dapat dibuang ke perairan.
Pemanfaatan Limbah Laboratorium
Penggunaan kembali limbah laboratorium dapat dilakukan, misalnya: untuk bahan
kimia yang telah digunakan setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh,
hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan. Pelarut organik seperti etanol,
aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan
diperlakukan dengan distilasi.