Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASIDENGAN MANAGEMENTEFFECTIVENESS
TRACKING TOOLS (METT)DI CAGAR ALAM SIBOLANGIT BKSDA BIDANG SATU
SKRIPSI
Oleh:
MUHARUDIN AHMAD
131201047
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana kehutanan di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Medan, Januari 2019 Muharudin ahmad 131201047
Materai 6000
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MUHARUDIN AHMAD: Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi Dengan Management Effectiveness Tracking Tools Di Cagar Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang di bimbing Oleh: PINDI PATANA
Cagar Alam Sibolangit memiliki potensi dan kepentingan pelestarian yang tinggi,namun upaya perlindungan bagi kawasan tersebut banyak mengalami hambatan yang berasal dari keterbatasan pengelolan kawasan dan pemanfaatan sumber daya hayati oleh masyarakat yang bermukim disekitar Cagar Alam Sibolangit. Penelitian ini berusaha membangun sistem perlindungan di Cagar Alam Sibolangit agar dapat terjaga kelestarian dan fungsi dari cagar alam tersebut.Namun, belum ada penelitian tentang Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di Cagar Alam Sibolangit. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas dari pengelolaan kawasan konservasi yang dikelola oleh BKSDA Sumatera Utara di Cagar Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2017 dengan metode METT,observasi, dan wawancara terhadap pengelola kawasan Cagar Alam. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi.
Penilaian efektivitas pada kawasan konservasi di Cagar Alam Sibolangit Cukup Efektif, dimana terdapat 62% hasil dari skor keseluruhan yang didapatkan dari total skor METT 48 dibagi dengan Nilai Ideal 77 dan dikali dengan 100% Sehingga rentang katagorinya adalah Cukup efektif(34 % - 66,9 %). Peningkatan nilai efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit mengindikasikan bahwa pengelolaan yang dilakukan di Cagar Alam Sibolangit sudah dilakukan cukup efektif dari hasil sebelumnya. Namun peningkatan ini justru menjadi tantangan agar pengelola Cagar Alam Sibolangit dapat mempertahankan dan meningkatkan lagi strategi yang diambil agar pengelolaan dapat berjalan lebih efektif. Kata Kunci: Cagar Alam Sibolangit, Penilaian, dan METT
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MUHARUDIN AHMAD: Effectiveness Assessment Conservation Area With Management Effectiveness Tracking Tools in Sibolangit Nature Reserve, Sibolangit District, Deli Serdang. Supervised by PINDI PATANA Sibolangit Nature Reserve has the potential and importance of high conservation, but the protection efforts for the area are experiencing many obstacles that arise from the limitations of the management of the area and the utilization of biological resources by the people living around the Sibolngit Nature Reserve. This study seeks to establish a protection system in the Sibolangit Nature Reserve so that preservation and function can be maintained. However, there has been no research on the assessment of the effectiveness of conservation area management in the Sibolangit Nature Reserve. This study aims to measure the level of effectiveness of the management of conservation areas managed by the North Sumatra BKSDA in the Sibolangit Nature Reserve, Sibolangit District, Deli Serdang Regency. This research was conducted in July to August 2017 with the METT method, observation, and interviews with the Nature Reserve area manager. Data were analyzed descriptively and tabulated.
The effectiveness of the conservation area in Sibolangit Nature Reserve is quite effective, where there are 62% of the results of the overall score obtained from the total METT 48 score divided by the Ideal Value 77 and multiplied by 100%So the category range is 34% - 66.9%. The increase in the effectiveness of the management of Sibolangit Nature Reserve indicates that the management carried out in the Sibolangit Nature Reserve has been carried out quite effectively from previous results. However, this increase has become a challenge so that the management of Sibolangit Nature Reserve can maintain and improve the strategies taken so that management can run more effectively. Key words: Sibolangit Nature Reserve,Assesment,METT
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Perbaungan, Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Lahir pada
tanggal 02 Juni 1995 dari Ayah alm. Syafruddin dan Ibu almh. Jumiati. Penulis adalah anak
Pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 108293 Perbaungan, Kecamatan
Perbaungan,Kab. Serdang Bedagai, Sumatera Utara. pada tahun 2007, Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 1 Perbaungan, Sumatera Utara pada tahun 2010, Sekolah Menengah
Atas di SMA Negeri 1 Perbaungan, Sumatera Utara pada tahun 2013. Pada tahun 2013
penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Universitas Sumatera Utara (USU)
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan.
Penulis menjadi Asisten Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) tahun 2015, Penulis
mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan AEK
NAULI Kabupaten Simalungun pada tahun 2015.Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 12
hari.Penulis juga melaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Sumatera Riang Lestari
(SRL) cabang dari RAPP, Pekan Baru pada tahun 2017 selama satu bulan. Penulis melakukan
penelitian di Cagar Alam Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan
judul “Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi dengan metode Management Efectiveness
Tracking Tools (METT) di Cagar Alam Sibolangit Bidang (Studi Kasus: Cagar Alama
Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang”.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi dengan Management Efectiveness
Tracking Tools (METT) di Cagar Alam Sibolangit Bidang (Studi Kasus: Cagar Alam
Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Pindi
Patana S.Hut., M.Sc selaku ketua pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis bapak alm.Syafruddin dan ibu
almh. Jumiati dan wali orang tua saya bapak Ramlan Harahap dan Ibu Nur Sa’adah yang
telah mengajari saya, semangat, dan, serta doa selama ini. Kakak dan adik terkasih Taufiq
Ramadhan, Muhammad Farhan, Ria Juwita, Reno, Putri Andaria, Iful, Heri, Raja, dan Ivo
Syafitri yang telah meluangkan waktu untuk tetap memberi dukungan, semangat serta doa.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak
yang membantu penyelesaian skripsi ini. Secara khusus untuk tim fasilitator ibu Fitri Noor
CH, bapak Hotben Siregar, masyarakat desa Sibolangit dan rekan-rekan tim penelitian.
Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Semoga skripsi ini bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Konservasi ............................................................................ 4 Pengertian Efektivitas ............................................................................. 6 Metode Manegement Effectiveness Tracking Tools (METT) ................. 7 Evaluasi Efektivitas Pengelolaan ............................................................ 8 Kawasan Pelestarian Alam .................................................................... 9 Kawasan Suaka Alam ............................................................................. 9 Cagar Alam ............................................................................................ 10 Letak dan Luas Cagar Alam Sibolangit .................................................. 11 Keadaan Fisik Cagar Alam Sibolangit .................................................... 11 Flora dan Fauna Cagar Alam Sibolangit ................................................. 12
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 13 Jenis Penelitian .................................................................................... 13 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 14 Alat dan Bahan ....................................................................................... 15 Analisis Data .......................................................................................... 15 Pengumpulan Data ................................................................................. 19
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Efektifitas Pengelolaan ......................................................... . 21 Aspek Konteks ..................................................................................... . 22 Aspek Perencanaan ............................................................................... . 23 Aspek Masukan (INPUT) ..................................................................... . 24 Aspek Proses (Process) ........................................................................ . 25 Aspek Pengeluaran (Output). ............................................................... . 27 Hasil Akhir /Keluaran (Outcome)… .................................................... . 28 Nilai METT Kawasan Konservasi di Cagar Alam Sibolangit ............. . 28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................................... 32 Saran .............................................................................................................. 32 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................................. 35
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR No. ..... Hal 1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................. 13
2. Kerangka Kerja Evaluasi Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan ... 17
3. Ancaman kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit ........................... 28
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL No. Hal 1. Kriteria dari Elemen Penilaian yang di evaluasi .................................... 18
2. Rangkuman Nilai Efektivitas Pengelolaan Cagar Alam Sibolangit ....... 19
3. Katagori Tingkat Efektivitas .................................................................. 19
4. Penilaian Efektivitas Pengelolaan Cagar Alam Sibolangit .................... 21
5. Ringkasan penilaian Cagar Alam Sibolangit ........................................ 22
6. Fasilitas dan aktivitas kegiatan diCagar Alam Sibolangit ...................... 27
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal 1. Kemajuan Situs Kawasan Konservasi ....................................................... 35
2. Penilaian efektivitas Cagar Alam Sibolangit ............................................ 34 3. Perhitungan masing-masing Aspek. .......................................................... 52
4. Data kawasan konservasi .......................................................................... 53
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sangat kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk
keanekaragamanhayati yang terkandung di dalamnya. Sumber daya alam yang
tersebar di berbagai wilayahIndonesia tersebut disadari suatu ketika akan habis
dan punah jika pengelolaannyadilakukan secara tidak lestari dan berkelanjutan.
Permaslahan pengelolaan sumber daya alam menjadi sangat penting dalam
pembangunan ekonomi pada masa kini dan masa yang akan datang. Di lain pihak
sumber daya alam tersebut banyak mengalami kerusakan-kerusakan terutama
berkaitan dengan ciri-ciri eksploitasinya guna mencapai tujuan bisnis dan
ekonomi.
Kawasan Suaka Alam merupakan salah satu bentuk Protected area yang
ditetapkan untuk tujuan perlindungan ekosistem dan pengembangan wisata.
Karena Kawasan Suaka Alam merupakan salah satu bentuk Protected area, maka
selain perlindungan ekosistem dan pemanfaatannya, satu hal yang harus dipegang
dan senantiasa diingat sebagai misi pokok oleh pengelola kawasan konservasi
adalah pengelolaan biodiversity (keanekaragaman hayati) dan ekosistemnya.
Berdasarkan UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya, cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan
alam mempunyai Kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekositem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Data statistik kawasan konservasi yang terdapat di Sumatera Utara
memliki luas 114.025 hektar.Kawasan konservasi tersebut terdiri dari 9 unit cagar
alam seluas 12.467 hektar, suaka marga satwa 4 unit seluas 85.522 hektar, taman
Universitas Sumatera Utara
wisata alam 6 unit Seluas 3.505 hektar, taman suaka alam2 unit seluas 4.150
hektar, taman buru 1 unit seluas 8.350 hektar (KLHK, 2012).
Pengelolaan kawasan konservasipada praktiknya menghadapi
berbagaimacam tantangan yaitu tantangan yang bersifat eksternal berupa
perebutan ruang dan aset ekonomi, perambahan, illegal logging, perburuan satwa
liar, kebakaran hutan, tetapi juga ada yang bersifat internal dalam pengelolalaan
kawasannya seperti: sistem perencanaan, tata batas dan pemangkuan kawasan,
leadership dan manajemen (BKSDA, Sumatera Utara, 2011).
Berbagai macam tantangan dalam pengelolaan baik bersifat eksternal
maupun internal, ditambah dengan pengelolaan yang tidak dibawah satu unit
manajemen khusus seperti taman nasional mengakibatkan pengelolaan kawasan
Cagar Alam dan taman wisata alam tertinggal dibandingkan dengan pengelolaan
taman nasional. Pembentukan unit pengelola yang khusus mengelola kawasan
suaka alam dan taman wisata alam tentu akan sangat mahal dan membebani
anggaran negara, karena hampir seluruh fasilitas sumber daya manusia dan
aktifitas kegiatan akan dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN).
Kondisi dan realitas kawasan Cagar Alam menuntut upaya pengelolaan
yang lebih terarah dan berkesinambungan serta lebih mendayagunakan potensi
sumber daya alam yang ada untuk kepentingan kelestarian kawasan tersebut
sehingga untuk mengetahui efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit perlu
dilakukan penilaian dengan menggunakan metode Management Effectiveness
Tracking Tools (METT).
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat Efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi berdasarkan nilai penting pada setiap siklus pengelolaan yang
dapat mempengaruhi efektivitas pengelolaan dikawasan Cagar Alam Sibolangit.
Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan gambaran tentang pengelolaan kawasan konservasi Cagar Alam
Sibolangit dan sebagaisumberinformasiilmiah .
2. Sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan kawasan konservasi di Cagar
Alam Sibolangit.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian konservasi
Konservasi adalah suatu upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan
sesuatu secara terus menerus dan berkesinambungan baik mutu maupun
jumlah.titik tolak konservasi sumberdaya alam hayati bersumber dari strategi
konservasi dunia yang pada tahun 1980 diumumkan di Indonesia (bersama 30
negara lain) oleh empat orang menteri: Menteri Pertanian, Menteri Penerangan,
Menteri RISTEK dan Menteri PPLH, yang mengandung tiga aspek yaitu
Perlindungan sistem penyangga kehidupan, Pengawetan/pelestarian aneka ragam
genetik yang ada, Pemanfaatan spesies flora dan fauna (Hadi,2015).
Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan
atau melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau
perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation,
yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan,
konservasi dapat diartikan adalah sebagai berikut:
1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi
yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan
jasa yang sama tingkatannya
2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungandan
sumber daya alam (fisik)Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil
sepanjang reaksi kimia atau transformasi fisik
3. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan;
4. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola,
Universitas Sumatera Utara
5. sementara keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung
denganmempertahankan lingkungan alaminya (Joko, 2017)
Tujuan konservasi yaitu mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati
serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, melestarikan
kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara
serasi dan seimbang. Selain itu, konservasi merupakan salah satu upaya untuk
mempertahankan kelestarian satwa. Tanpa konservasi akan menyebabkan
rusaknya habitat alami satwa. Rusaknya habitat alami ini telah menyebabkan
konflik manusia dan satwa. Konflik antara manusia dan satwa akan merugikan
kedua belah pihak, manusia rugi karena kehilangan satwa bahkannyawasedangkan
satwa rugi karena akan menjadi sasaran balas dendam manusia
(Siregar, 2009).
Menurutketentuan UU No.5 Tahun 1990 tentangkonservasi
sumber dayaalamhayatidanekosistem yang
mengenaikawasankonservasidanklasifikasinyasebagaiberikut :
1. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekositemnya yang
juga mempunyai fungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang
mencakup kawasan cagar alam dan kawasan suaka marga satwa.
2. Sedangkan kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu,baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
Universitas Sumatera Utara
jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya mencakup kawasan taman nasional, kawasan taman
wisata alam,kawasan taman hutan raya dan taman buru (Dephut,2011).
Menurut PP No.28 Tahun 2011 tentangpengelolaankawasansuakaalam
kawasanpelestarianalammenyatakanbahwa untuk pengelolaan kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam perlumembagi kawasan dalam zona atau
blokwilayah kerja pengelolaan kawasansehingga pengelolaan dapat dilakukan
secara maksimal dan dalam rangkamelaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2),
Pasal 17 ayat (3), Pasal 29 ayat (2),Pasal 31, Pasal 32, Pasal 35, dan Pasal 37
Undang-Undang Nomor 5 Tahun1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayatidan Ekosistemnya,telah diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 68
Tahun 1998 tentang kawasan Suaka Alam dan kawasan Pelestarian Alam,bahwa
pengelolaankawasan Suaka Alam dan kawasan Pelestarian Alam saat ini
belum mampumengadopsi kebutuhan di masyarakat yang menyangkut perubahan
lingkunganstrategis baik nasional maupun internasional.
Pengertian Efektivitas
Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa
inggris effectiveness yang telah mengintervensi kedalam bahasa Indonesia dan
memiliki makna”berhasil”. Menurut kamus besar Indonesia (2008:352) efektivitas
adalah kefektifan, yaitu keberhasilan suatu usaha, tindakan.sedangkan bahasa
belanda effectief memiliki makna berhasil guna. Sedangkan efektivitas
pengelolaan seacara tata bahasa diartikan sebagai keberhasilgunaan pengelolaan,
hal ini berkenan dengan keberhasilan pelaksanaan pengelolaan itu sendiri, sejauh
Universitas Sumatera Utara
mana pengelolaan atau manajemen itu berjalan optimal dan efisien atau tepat
sasaran.
MetodeManagement Effectiveness Tracking Tools (METT)
METT awalnya merupakan perangkat yang didesain untuk digunakan
pengelolaan kawasan konservasi secara mandiri (salf assesment). Namun
demikian dalam perkembangan yang dirasakan perlu melibatkan pihak-pihak yang
terkait dengan pengeloaan untuk memberikan hasil yang lebih akurat dan objektif
(KLHK, 2015).
Prosespenggunaanmetode METT terdiridaripenilaian ancaman
danpenilaian elemen-elemen dari evaluasi. Elemen-elemen yang dinilai
meliputikonteks,perencanan, input, proses, output, dan hasil akhir.Metode METT
merupakanmetode penilaian secara cepatberdasarkan pendapatahli.
Karakteristikmetode penilaian ini yaitu cepat, murah dan mudah, dilaksanakan
melalui kuisioner dan wawancara kepada pengelola kawasan yang menggunakan
sistemscoring, dapat melacakperkembangan setiap waktu (Wardhana, 2015).
Metode Management effectiveness Tracking Tools (METT) ialah salah
satu metodepengukuran efektivitaspengelolaan kawasan konservasiyangbisa
digunakan pada semua kawasan konservasi. Pengukuran efektivitasdilihat pada
unsur-unsur pengelolaan yang berakhir pada hasil akhir yang ingin dicapai dalam
tujuan pengelolaan.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi Efektivitas Pengelolaan
Evaluasi efektivitas pengelolaan adalah hal yang mutlak diperlukan untuk
mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan prinsip
prinsip yang mendasari pengelolaan sehingga tujuan dapat dicapai atau tidak
(Ilman, 2008).
Evaluasi efektivitas pengelolaan kawasankonservasi diartikan sebagai
suatu kajian untuk mengetahui sebaik apa kawasan konservasi dikelola, terutama
yang berkaitan dengan perlindungan sumberdaya dan pencapaian tujuan
pengelolaan.Evaluasi efektivitas pengelolaan dapat diartikan sebagai upaya
memantau kegiatan atau unsur-unsur dari pengelolaan sehingga dapat diketahui
kendala atau hal-hal yang menghambat proses pencapaian tujuan. Kegiatan
evaluasi dapat mengarahkan suatu pengelolaan agar bisa lebih efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan (Wardhana, 2015).
Penilaian efektivitas pengelolaan merupakan sebuah evaluasi yang
dilakukan untuk melihat sejah mana pengelolaan telah dilakukan dalam kerangka
mancapai tujuan yang ditetapkan. Dimana hasil evaluasi diharapkan dapat
memberikan masukan mengenai perbaikan yang perlu dilakukan. Mengukur
efektivitas pengelolaan bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena
efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada
siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut
produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa
efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat
efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang
telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika
Universitas Sumatera Utara
usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal
itu dikatakan tidak efektif(KLHK, 2015).
Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi juga mendukung
terlaksananya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan kawasan konservasi
kepada publik pelaksanaan penilaian melibatkan berbagai pihak termasuk
perwakilan masyarakat sekitar, yang memungkinkan mereka mengetahui
kegiatan-kegiatan pengelolaaan yang telah dilakukan, efektivitas penggunaan
anggaran Negara untuk kepentingan pengelolaan, serta memberikan masukan
dalam proses penilaian. Akuntabilitas dan transparansi penting untuk menggalang
dukungan dan partisipasi para pihak, terutama masyarakat disekitar kawasan
konservasi ( KLHK, 2015).
Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan Pelestarian Alam selanjutnya disingkat KPA adalah kawasan
dengan ciri khas tertentu, baik didaratan maupun di perairan yang mempunyai
fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya . Kawasan pelestarian alam terdiri dari
taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.
Kawasan Suaka Alam
Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun diperairan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistenya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem
Universitas Sumatera Utara
penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terdiri dari Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa.
1) Cagar Alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai,
kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang
perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Di dalam
cagar alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan dan kegiatan lain yang
menunjang budidaya. Kegiatan penunjang budidaya dapat dilaksanakan dalam
bentuk penggunaan plasma nutfah (unsur – unsur gen yang menetukan sifat
kebaikan suatu jenis) untuk keperluan pemuliaan jenis dan penangkaran.
2) Suaka margastwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas
berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya, di
dalam suaka margasatwa dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan
penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan wisata terbatas
kegiatan lainnya yang menunjang budidaya (BKSDA Sumatera Utara, 2011).
Cagar Alam
Kawasan Cagar Alam adalah kawasan Suaka Alam yang karena
keadaanalamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistemtertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsungsecara alami. Adapun kriteria untuk penunjukan dan penetapan
sebagai kawasan cagar alam:
1. Mempunyai keanekargaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem
2. Mewakili formasi biota tertentu dan unit-unit penyusunnya
Universitas Sumatera Utara
3. Mempunyai kondisi alam,baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan
tidak atau diganggu manusia
4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis
secara alami
5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi
6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang
langkah atau yang keberadaannya yang terancam punah (Posman, 2007).
Letak Dan Luas Cagar Alam Sibolangit
Cagar Alam Sibolangit terbentang antara 98036’36” – 98036’56’’ BT dan
3018’39’ LU yang secara administratif berada di Desa Sibolangit, Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Cagar alam seluas 95,15 ha ini berbatasan
dengan wilayah pertanian, hutan desa dan areal penggunaan lain.Bagian utara
Cagar Alam Sibolangit berbatasan dengan wilayah desa Sembahe dan desa Batu
Mbelin.Bagian timur Cagar Alam Sibolangit berbatasan dengan wilayah dusun
Lau Bengkiewan, desa batu Mbelin dan wilayah desa sibolangit,dibagian selatan
berbatasan dengan TWA Sibolangit dan wilayah desa Sibolangit,dibagian barat
berbatasan dengan hutan desa sibolangit dan wilayah desa sembahe.
Keadaan Fisik Cagar Alam Sibolangit
Topografi Cagar Alam Sibolangit, mulai dari agak landai sampai tebing
curam. Secara umum Cagar Alam Sibolangit merupakan wilayah tebing
yangcuram danhanya memeliki wilayah landai. Hal ini karna wilayah landai ini
Universitas Sumatera Utara
telah dijadikan Taman Wisata Alam Sibolangit. Tanah dicagar alam sebagian
besar termasuk jenis tanah andosol dan asosiasi andosol dengan podsolik merah
kuning yang tertutup humus tebal. Bahan induk berasal dari gunung berapi berupa
tuffintermedier dengan keasaman tanah 4.5 – 5.6 tingkat kesetabilan tanah
ditempatini sangatlah rendah sehingga sering terjadi longsor (Rahmawati, 2004).
Flora dan Fauna di Kawasan Cagar Alam Sibolangit
Flora yang tumbuh di Cagar Alam Sibolangit dan Taman Wisata Alam
Sibolangit merupakan jenis asli. Antara tahun 1914 dan 1924, J.A.Lorzing
mencatat beberapa tanaman asli yang ada seperti meranti (Shorea sp),30 jenis
Ficus, 20 jenis kecing (Quercus sp), kenanga, kulit manis, manggis, dan
Artocarpus sp (Rahmawati, 2004).
Fauna yang sering dijumpai adalah kera (Macaca fasicularis), lutung
(Presbytis sp), burung kutilang (Pcnonotus aurigaster), elang
bido(SpilornisCheela), kacer, srigunting (Dicrurus sp), Rangkong (Famili
bucerotidae), dan hewan lainnya seperti:babi hutan (Sus scrofa), kancil, kuskus,
ular phyton (Pyton reticulatus), kadal (Mabayu multifasciatus), biawak (Paranus
salvator), dan jenis lainnya(BKSDA Sumatera Utara, 2011).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Cagar Alam Sibolangit BKSDA Bidang 1,
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitan ini dilakukan
pada Bulan Juli-Agustus 2017.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-korelasional untuk
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara
fenomena yang diteliti. Fakta-fakta yang terjadi dilapangan diklasifikasikan dan
Universitas Sumatera Utara
dicatat sebagai variable-variabel yang memiliki nilai berupa skala kuantitatif
(Nazir, 2001).
Metode penlitian ini menggunakan informasi dari kawasan Cagar Alam
Sibolangit dan Pemilihan kawasan konservasi dari kawasan Cagar Alam
Sibolangit dikarenakan adanya fungsi pemanfaatan secara berkelanjutan dan
Fungsi-fungsi lain yang di emban menurut UU No 5 Tahun 1990 adalah
perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman
hayati. Pengumpulan fakta dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan
variable yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan kuesioner METT yang
dikembangkan oleh World Wildlife Fund For Nature (WWF) dan di terapakan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (KLHK).
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Cagar Alam Sibolangit merupakan Kebun Raya (Botanical Garden)
Sibolangit yang dibangun oleh Tuan J.A. Lorzing sebagai dari Cabang Kebun
Raya Bogor, selanjutnya kebun raya diubah menjadi cagar alam. Kelompok hutan
sibolangit melalui SK.Z.B. NO.85/PK tanggal 24 mei 1934 seluas 115 hektar.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No.36/Kpts/Um/1980 tanggal 2
september 1980 tentang perubahan status sebagian cagar alam sibolangit seluas +
24,85 Ha menjadi Hutan Wisata atau Taman Wisata. Penduduk desa Sibolangit
kurang lebih 1.469 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 349 KK
dengan luas desa kurang lebih 2,8 km2. Suku yang ada di desa Sibolangit
didominasi oleh suku karo dan suku lain yang ada meliputi suku Batak dan Jawa.
Aksesibilitas untuk mencapai kawasan ini sangat mudah, pencapaian lokasi dari
ibukota provinsi Sumatera Utara Medan- pancur Batu- Sembahe-Cagar Alam
Universitas Sumatera Utara
Sibolangit dilakukan melalui jalur darat dengan jarak 45km dan waktu tempuh
lebih kurang 45 menit perjalanan (BKSDA Sumatera Utara,2011).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya perangkat komputer
dengan sistem operasi MS Windows, software MS Office, MS Exel dan Sofware
Minitab 14 untuk analisis data serta kamera sebagai alat dokumentasi. Adapun
bahan yang digunakan adalah peta lokasi penelitian, serta digunakan tabulasi dari
metode METT(Management Effectiveness Tracking Tools) untuk mengetahui
tingkat efektivitas pengelolaan (Hockings dkk, 2007).
Analisis Data
Tingkat efektivitas pengelolaan konservasi di Cagar Alam Sibolangit
diukur dengan menggunakan metode Management Effectiveness Tracking Tools
(METT). Metode METT sebetulnya menggunakan pemikiran-pemikiran dasar
Hocking (2006) dalam penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.
Metode ini dilakukan dengan memberi skor kriteria-kriteria dari elemen penilaian
(konteks, perencanan, input, proses, output, dan hasil akhir).
METT merupakan perangkat yang didesain untuk digunakan pengelola
kawasan konservasi secara mandiri. Namun demikian dalam perkembangannya
dirasakan perlu melibatkan pihak-pihak lain yang terkait dengan pengelolaan
untuk memberikan hasil yang lebih akurat dan obyektif.Penilaian efektivitas harus
menjadi bagian dari siklus manajemen yang efekitf, yang terkait dengan nilai,
tujuan, dan kebijakan yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun prinsip-prinsip yang perlu dipedomani dalam melakukan prsoses
penilaian dalam metode METT sebagai berikut:
1. Obyektif, hasil penilaian diharapkan menggambarkan kondisi fakta
pengelolaan yang ada.
2. Transparan, proses dan hasil penilaian dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi.
3. Partisipatif, proses penilaian dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan baik internal maupun eksternal. Pihak-pihak yang terlibat
dalam proses penilaian, mulai dari petugas lapangan pengelola kawasan
konservasi hingga staff kantor (balai/bidang/seksi).
4. Regular, mengingat penilaian digunakan untuk memantau progress
pengelolaan sehingga penilaian dilakukan secara regular setiap priode waktu
tertentu.
5. Intropeksi, proses penilaian ini dimaksudkan sebagai salah satu cara
pengelolan untuk melihat kembali progress pengelolan yang dilakukan.
6. Independen, penilaian efektivitas pengelolaan digunakan murni untuk
kepentingan pengelolaan, sehingga bebas dari kepentingan lainnya.
Penilaian efektivitas merupakan evaluasi yang harus diintegrasikan kedalam
budaya dan proses manajemen untuk meningkatkan manajemen jangka panjang.
Proses penilaian dilkukan melalui sebuah forum diskusi terbuka. Diskusi dipimpin
oleh seorang fasilitator yang memahami tentang proses penilaian efektivitas
pengelolan. Untuk mendapatkan persentase tingkat Efektivitas pengelolaan yaitu
dari total nilai (rata-rata skor) dibagi dengan total nilai ideal (nilai 99). Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Z = 𝒓𝒓𝒓𝒓𝑷𝑷𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿%
Ket. :
Z= Tingkat Efektivitas
rs= Total nilai (rata-rata skor) yang diperoleh
P= Total nilai ideal (KLHK, 2015).
The International Union for Conservasition of Nation (IUCN) telah
menyediakan kerangka kerja penilaian efektivitas pengelolaan secara umum yang
diharapkan menjadi panduan.Perangkat-perangkat penilaian yang dikembangkan
di dunia seperti contoh pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka kerja Evaluasi Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan (IUCN, 2006).
Format pertanyaan pada Management Effecitveness tracking Tools
(METT) terdiri dari 3 bagian. Masing-masing bagian terdiri dari lembar data
yaitu:
1. Lembar data pelaporan kemajuan situs kawasan konservasi Lampiran 1. Berisi
detail penilaian dan informasi dasar tentang kawasan seperti nama, luas, dan
lokasi kawasan konservasi dan lain-lain.
2. Lembar data Ancaman kawasan konservasi Lampiran 2. merupakan daftar
generik jenis-jenis ancaman yang dihadapi oleh kawasan. Pada lembar ini
Universitas Sumatera Utara
penilaian diminta untuk mengidentifikasi ancaman dan tingkat dampaknya
terhadap kawasan konservasi.
3. lembar penilaian efektivitas kawasan konservasi terdiri dari 30 pertanyaan
yang menggambarkan 6 aspek pengelolaan yaitu Konteks, Perencanaan, Input,
Proses, Output, dan Outcome. Pertanyaan pada bagian pertama ini kemudian
diintegrasikan dengan tujuan pengelolaan, untuk sejauh mana pengelolaan
kawasan konservasi.
Tahapan dalam penilaian Management effectiveness Tracking Tools (METT)
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Penilaian Elemen yang di Evaluasi.
Penilaiankawasan konservasi perlu dilakukan terhadap aspek-aspek utama
yangberperan penting dalam siklus pengelolaan. Adapunaspek-aspek
penilaiandikelompokkan dalam 6 aspek utama, yaitu:
1. Pemahaman kontekskawasan konservasi yaitu berupa nilai-nilai penting yang
dimiliki oleh kawasan, ancaman-ancaman yang dihadapi, peluang-peluang
yang tersedia, dan para pihak yang terlibat.
2. Perencanaan (Planning) terhadap pengelolaan kawasan, meliputi desain
(bentuk, luas, dan lokasi), perumusan visi, tujuan, dan target untuk pelestarian
nilai-nilai penting dan mengurangi tekanan.
Elemen evaluasi
Context Sampai dimana kita?
Planning Dimana kita berada?
Input Apa yang kita butuhkan?
Process Bagai mana kita menjalani?
Output Apa hasilnya?
Outcome Apa yang telah kita capai?
Kriteria -Ancaman -Kerentanan -Kebijakan Nasional -Kemitraan
-Peraturan & kebijakan KK -Design sistem kk -Rencana pengelolaan
-Sumber daya yang tersedia di pengelola -sumber daya yang tersedia dilapangan
-kesesuaian proses pengelolaan
-hasil pengelolaan produk & jasa
-Dampak Pengelolaan terhadap tujuan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
3. Alokasi sumberdaya (input), yang meliputi personil/staf; alokasi anggaran
yang tersedia; dan peralatan pendukung pengelolaan.
4. Kegiatan-kegiatan pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan standar yang
bisa di terima (proses).
5. produk dan jasa (output) yang di hasilkan sesuai yang di rencanakan.es
6. Dampak atau outcome yang dicapai, dalam hal ini di sesuaikan dengan tujuan
pengelolaan.
Tabel 2. Rangkuman Nilai Efektivitas Pengelolaan Cagar Alam Sibolangit Rangkuman Nilai
Nilai Yang di Peroleh
Kemungkinan Nilai Total METT
Kemungkinan Nilai Total yang Disesuaikan
Persentase
Nilai Total Konteks 3
Nilai Total Perencanaan
15
Nilai Total Input 18
Nilai Total Proses 33
Nilai Total Output 3
Nilai Total Outcome 4
Total 76 100%
Nilai efektivitas pengelolaan dapat dibagi dalam tiga kategori efektif, cukup
efektif dan kurang efektif yang dapat dilihat pada Tebel 3.
Tabel 3. Katagori Tingkat Efektivitas Tingkat efektivitas Katagori
0 % -33,9 % 34 % -66,9 % 67 % -100 %
Kurangefektif Cukup efektif
Efektif Sumber: Nuralam, 2015
Universitas Sumatera Utara
Pengumpulan Data
A. Data Primer
Dataprimeryang dikumpulkan pada penelitian ini berupa informasi yang di
dapatkan oleh Staff Balai KSDA Sumut dalam isian kuisoner METT dan
keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian baik
diperoleh melalui Pengamatan langsung kelapangan dengan mempertimbangkan
pengetahuan dan keahlian responden terhadap kondisi kawasan. Responden dalam
penelitian ini yaitu Kepala Balai KSDA Sumut atau Kepala Seksi Konservasi
Wilayah yang mengelola manejemen mikro sebuah kawasan konservasi, staff
lapangan dan fasilitator. Kualifikasi individu yang menduduki posisi tersebut
antara lain:
1. Masa kerja rata-rata 10 tahun dengan pangkat III b atau III C.
2. Berada diposisi senior dalam daftar urut kepangkatan.
3. Jika perlu telah lulus dalam kursus dasar konservasi dan kursus pengelolaan
konservasi.
4. Jika perlu telah lulus dalam diklat Pembina administrasi menengah dan
madya.
5. Pernah menjadi pejabat eselon dibawahnya, termasuk pejabat pelaksana harian
maupun pelaksana tugas.
B. Data Sekunder
Data Sekunder berupa gambaran umum lokasi penelitian dan data
mengenai kawasan konservasi yang diperoleh dari studi pustaka, jurnal dan
terbitan lainnya yang mendukung penelitian, untuk melengkapi data primer yang
telah diambil di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian Efektivitas Pengelolaan
Hasil penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasipada lokasi
Cagar Alam Sibolangit dilakukan dengan menggunakan MetodeManagement
Effectiveness Tracking Tools (METT) secara umum dapat di klasifikasikan
kedalam katagori efektif, cukup efektif dan kurang efektif.
Data hasil perhitungan METT di Cagar Alam Sibolangit menunjukan
bahwa penilaian efektivitas pengelolaan cagar alam dapat dilihat dari penilaian
kriteria masing-masingtercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
Aspek No
Pertanyaan Kriteria Nilai skor Nilai maks Persentase (%)
Konteks 1 Status hukum 3 3 Sub total 3 3 100%
Perencanaan 2 3 4 5 6
Peraturan kawasan Tujuan kawasan Desain kawasan Rpjp Penggunaan lahan & air
2 1 3 1 2
3 3 3 3 3
Sub total 9 15 60% Input 7
8 9 10 11 12
Penegakan hukum Inventarisasi SDA Jumlah pegawai Pelatihan Pegawai Anggaran Kapasitas anggaran
2 2 3 1 1 2
3 3 3 3 3 3
Sub total 13 18 72% Proses 13
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
perlengkapan Pengukuhan Sistem perlindungan Riset Pengelolaan SDA Pengelolaan anggaran Pemeliharaan perlengkapan Pendidikan & penyadaran Pemerintah & swasta disekitar Masyarakat adat Masyarakat lokal Monitoring & evaluasi Operator wisata komersil Pungutan
2 3 1 2 1 1 2 2 1 0 2 2 0 0
3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 0 0
Sub total 19 33 56% Output 27
28 29
RPJPen Fasilitas pengunjung Keuntungan ekonomis
1 0 0
3
Sub total 1 3 33% Outcome 30. Kondisi nilai nilai 3 4
Sub total 3 4 75%
Universitas Sumatera Utara
Cara perhitungan hasil persentase aspek dan nilai akhir terletak di
lampiran 3. Nilai masing-masing aspek METT terhadap efektivitas pengelolaan
Cagar Alam Sibolangit secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan Nilai METT pada Kawasan Cagar Alam Sibolangit
Nilai aspek (a) Nilai maks METT
Nilai yang diperoleh Persentase (%) Keterangan
Nilai total konteks 3 3 100% Efektif Cukup Efektif Efektif Cukup Efektif Cukup Efektif Efektif
Nilai total perencanaan 15 9 60% Nilai total masukan 18 13 72% Nilai total proses 33 19 56% Nilai total output 3 1 33% Nilai total outcome 4 3 75%
Total 76 48 Persentase tertinggi pada nilai METT CAgar Alam Sibolangit terdapat
pada aspek konteks (100%), sedangkan nilai terendah terdapat pada aspek output
(33%). Penjelasan dari masing-masing kriteria nilai disajikan pada uraian dibawah
ini.
Konteks
Nilai aspek konteks memiliki nilai 3 dengan persentase maksimal (100%).
Artinya pada aspek konteks tidak ada keraguan tentang kawasan konservasi
dengan rentang katagori efektif (67%-100%). Nilai skor METT pada aspek
konteks adalah 3.sedangkan nilai maksimal METT adalah 3. Artinya sudah tidak
ada keraguan dalam menilai aspek ini.
Aspek konteks dalam METT hanya mencakup status hukum. Pada zaman
Belanda Kawasan Cagar Alam Sibolangit sudah memiliki status hukum yang telah
ditetapkan dengan keluarnya SK.ZB No.37/38 tahun 1938 dengan luas 95.15
hektar. Pada tahun 1980 muncul SK Menteri Pertanian No.636/kpts/um/9/1980
menyatakan untuk menambah kawasan Cagar Alam Sibolangit menjadi hutan
Universitas Sumatera Utara
wisata atau taman Wisata Alam Sibolangit dengan luas +24,85 hektar, selanjutnya
pada tahun 2014 Sk tersebut di perbaharui oleh Menteri Kehutanan dengan SK
Menhut No.197/II/2014 menyatakan tentang Cagar Alam Sibolangit dan Taman
Wisata Alam seluas +120 hektar.
Menurut Sulaiman (2018), secara umum kebijakan dan hukum yang
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam tidak dapat dipisahkan dengan
pengelolaan kawasan konservasi. Oleh karena kawasan konservasi merupakan
bagian dari sumber daya alam, maka kebijakan dan hukum konservasi pun pada
dasarnya merupakan bagian dari kebijakan dan hukum pengelolaan sumber daya
alam.
Perencanaan
Persentase aspek perencanaan (62%) dan nilai skor METT yang didapat
adalah 9 dari skor maksimal yaitu 15. Sedangkan kriteria yang terdapat dalam
aspek perencanaan yaitu tujuan kawasan, peraturan kawasan, desain kawasan,
rencana pengelolaan jangka panjang (RPJP) dan penggunaan lahan dan air.
Aspek perencanaan terdapat nilai kriteria terendah yaitu tujuan kawasan
dan Rencana pengelolaan jangka panjang (RPJP) dengan nilai skor 1. Artinya
kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan pengelola yang telah disepakati
tetapi tidak dikelola dengan tujuannya.Sedangkan rencana pengelolaan (RP)
sudah disusun dan memuat tujuan pengelolaan secara spesifik, namun kegiatan
tidak memacu pada tujuan yang ditetapkan. Dalam rencana pengelolaan sebagian
telah dilaksanakan dan RPJP telah di implementasikan. Sedangkan nilai tertinggi
pada desain kawasan dengan nilai 3. Artinya desain kawasan pada Cagar Alam
Sibolangit relatif memadai namun perlu ditingkatkan antara lain melalui upaya
Universitas Sumatera Utara
konektifitas dengan kawasan lain dan adanya areal penyangga yang merupakan
perluasan habitat yang ada.
Kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit memiliki perencanaan yang
sedang yaitu peraturan kawasan dan penggunaan lahan dan air dengan nilai 2.
Artinya pada peraturan kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit sudah
memiliki peraturan yang mengendalikan penggunaan lahan dan air terkait
berdasarkan SK.356/KSDAE.SET.KSA.09/2016. Tetapi pada hal ini masih ada
beberapa kelemahan dikarenakan kawasan konservasi masih sebagian atau belum
sepenuhnya memiliki perencanaan yang efektif dengan rincian katagori cukup
efektif (34% -66.9%).
Masukan (Input)
Persentase aspek masukan (72%). Artinya kawasan konservasi Cagar
Alam Sibolangit sudah memiliki kapasitas sumber daya yang sangat efektif
dengan katagori (67% -100%). Nilai skor yang didapat 13 sedangkan nilai
maksimal METT adalah 18. Aspek masukan (Input) mencakup penegakan hukum,
inventarisasi sumber daya alam, jumlah pegawai, staff terlatih, anggaran dan
kepastian anggaran.
Nilai yang terendah terdapat pada kriteria pelatihan pegawai dan anggaran
dengan nilai skor 1. Artinya pengelolaan kawasan Cagar Alam Sibolangit masih
perlu menambahkan pegawai yang sudah terlatih. Pengelola kawasan konservasi
Cagar Alam Sibolangit masih memiliki jumlah dan tingkat keahlian staff yang
masih kurang dan belum terlatih dari 5 orang hanya 1 yang memiliki kualifikasi,
tetapi 4 orang lagi belum memiliki kualifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai anggaran tersedia tidak mencukupi kebutuhan pengelolaan dan
menimbulkan kendala serius dalam kapasitas pengelolaan, Sedangkan nilai
tertinggi yaitu jumlah pegawai dengan nilai 3. Artinya pegawai cukup dalam
fungsi dan jumlah. Saat ini jumlah pegawai 5 orang pegawai PNS, 2orang
admin,5Polhut. Maka saaat ini jumlah pegawai sudah cukup untuk lebih
memaksimalkan pengelolaan cagar alam sibolangit sehingga pengelolaan tersebut
dapat terkontrol dengan baik (BKSDA, 2011).
Menurut Sukardi (2007), Suatu organisasi harus mempunyai daya dukung
dari berbagai aspek khususnya dalam pendanaan dan sumber daya manusia agar
kinerjanya optimal. Daya dukung dalam pengelolaan Cagar Alam Sibolngit saat
ini relatif rendah, sehingga agar pengelolaannya lebih efektif maka perlu adanya
peningkatan daya dukung baik berupa pendanaan maupun sumberdaya manusia.
Jika kedua daya dukung tersebut dapat dipenuhi maka nilai rendah yang didapat
bisa meningkat yang otomatis akan meningkatkan nilai efektivitas pengelolaan di
kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit.
Proses (Process)
Aspek proses yang perlu dinilai mencakup pengukuhan, sistem
perlindungan, riset, pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan anggaran,
pemeliharaan perlengkapan, pendidikan dan penyadaran, pemerintah dan swasta,
masyarakat adat/tradisional, operator wisata, dan pungutan. Penilaian aspek
proses yang perlu dilihat bagaimana manajemen pengelolaan kawasan konservasi
di Cagar Alam Sibolangit dapat berjalan dengan efektif, cukup efektif atau kurang
efektif.
Universitas Sumatera Utara
Persentase aspek proses (56%).Komponen proses dalam pengelolaan
kawasan konservasi diatas adalah cukup efektif dalam menunjang tercapainya
tujuan-tujuan pengelolaan. Kawasan konservasi ini dilihat dari nilai yang didapat
dalam kriteria penilaian dimana nilai total dari proses pengelolaan Cagar Alam
Sibolangit mendapatkan nilai 19 dari nilai maksimal METT yaitu 33.
Nilai skor pada aspek proses yang terendah mencakup sistem
perlindungan, pengelolaan SDA, pengelolaan anggaran, serta pemerintah dan
swasta disekitar kawasan dengan skor nilai 1. Artinya sangat sedikit persyaratan
untuk pengelolaan aktif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai
budaya yang kritis tengah dilakukan.
Pengukuhan batas kawasan konservasi memiliki skor tertinggi yaitu 3
sangat baik. Hal ini di karenakan pengukuhan kawasan konservasi adalah
rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan
hutan dengan tujuan memberikan hukum atas status, fungsi letak batas. Maka
dapat dilihat pengukuhan batas kawasan konservasi sudah diketahui oleh otoritas
pengelolaan dan penduduk lokal atau pengguna lahan yang bertetangga dan
dikukuhkan dengan tepat. Sedangkan nilai sedang dalam aspek ini meliputi
perlengkapan, pengelolaan SDA, pemeliharaan perlengkpan, pendidikan dan
penyadaran, masyarakat lokal dan monitoring serta evaluasi dengan nilai skor 2.
Artinya pengelolaan yang dilakukan sudah jelas tetapi sebagian masih harus
memenuhi kebutuhan dan perlu ditingkatkan.
Adapun kekuatan dalam aspek proses meliputi kegiatan pengelolaan
sumber daya, anggaran, pendidikan dan pengetahuan, masyarakat lokal, serta
kegiatan monitoring dan evaluasi yang telah dilaksanakan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat sekitar diharapkan menjadi pelaku dan pendukung kegiataan
pengelolaan Cagar Alam Sibolangit, sehingga keberadaan Cagar Alam Sibolangit
tidak menjadi konflik, memberikan peluang terhadap peningkatan ekonomi yang
pada akhirnya akan memberikan dampak pada kelestarian Cagar Alam Sibolangit.
Pengeluaran (Output)
Aspek pengeluaran dalam METT mencakup rencana kerja pengelolaan
jangka pendek (RPJP) yang memiliki skor 1. Hal ini dikarenakan kawasan
konservasi Cagar Alam Sibolangit memiliki rencana kerja jangka pendek yang
sudah tersusun dengan jelas tapi masih sebagian di implementasikan. Aspek
pengeluaran (output) mendapatkan nilai persentase 33% dengan rentang katagori
(34%- 66,9%) adalah cukup efektif.
Kawasan konservasi Cagar Alam Sibolangit memiliki fasilitas dan
kegiatan yang dapat dilihat di Tabel 5.
Tabel 5. Fasilitas dan aktivitas kegiatan di Cagar Alam Sibolangit
No Fasilitas di kawasan Cagar Alam Sibolangit Kegiatan rutin di kawasan
1. Tempat parkir -Sosialisasi 2. Sarana MCK -Kerja sama dengan mitra 3. Jalan Treal -Mengontrol dan mensurve 4. Tempat berteduh / Canopy -patroli 5. Tempat berkemah
Sumber: Data Primer
Keberadaan Cagar Alam Sibolangit harus terus di jaga dengan melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut seperti patroli rutin yang dilakukan oleh Polisi Hutan
(POLHUT) dan satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC).Satuan ini bertugas
untuk melakukan tindakan pengamanan, kegiatan Intelijen, operasi penanganan
tumbuhan dan satwa liar, operasi mandiri Polhut, operasi gabungan antara aparat
Universitas Sumatera Utara
terkait seperti kepolisian dan TNI, serta kegiatan penanganan kasus tindak pidana
kehutanan (Tipihut).
Hasil Akhir (Outcome)
Aspek hasil akhir dalam METT mencakup kondisi nilai-nilai yang ada
pada kawasan Cagar Alam Sibolangit memperoleh skor 3, sedangkan nilai
maksimal METT adalah 4 , Nilai persentase sebesar (75%) yang artinya kegiatan
penelitian dan pengelolaan di Cagar Alam Sibolangit ini memberikan keuntungan
ekonomis untuk masyarakat setempat. Keuntungan lain untuk
pemerintahankawasan ini dapat dikenal oleh masyarakat lokal maupun non lokal,
dan juga kondisi nilai-nilai ekologis tetap terjaga oleh pengelola maupun
pengunjung sehingga kawasan lebih baik, sehingga nilai-nilai keanekaragaman
hayati, ekologis atau budaya relatif utuh dan pengelolaan dapat dilakukan secara
berkelanjutan.
Ancaman Yang Ada Di Cagar Alam Sibolangit
Hasil dari penilaian efektivitas menggunakan metode METT bahwa masih
ada ancaman konservasi dalam pengelolaan Cagar Alam Sibolangit dengan
tingkat katagori, tinggi, sedang, rendah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Ancaman Kawasan Konservasi di Sibolangit.
Universitas Sumatera Utara
Gambar diatas menunjukan adanya masalah spesies tumbuhan invasif
yang mengganggutumbuhan lain yang dapat mengakibatkan musnahnya
tumbuhan asli yang ada di Cagar Alam Sibolangit. Potensi vegetasi tidak jauh
beda dengan yang ada di kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit, yang
didominasi oleh pohon-pohon besar seperti angsana (Pterocarpus indicus),
nyemplung (Clophyllum inophillum), Meranti (Shorea sp), juga terdapat jenis
tanaman palem, pinang, dan durian hutan.
Tanaman yang bukan asli daerah ini misalnya sono kembang, angsana
dan kelenjar (Samanea saman). Berdasarkan catatan Tn.Lorzing jenis tanaman
asli Sibolangit tahun 1914-1934 meliputi Meranti (Shorea sp), 30 spesies ficus, 20
jenis kecing (Quercus sp), kenanga, kulit manis, manggis dan Artocapus sp.
Tumbuhan semak yang ada di antaranya philodendron sp yang
merupakan anggota dari genus Anthurium famili Araceae. Tumbuhan semak
lainnya adalah berbagai jenis paku-pakuan, talas, hutan rumput, serta berbagai
macam jamur. Dalam kawasan ini juga di temui adanya berbagai jenis tanaman
obat-obatan dan taman hias yang potensial (BKSDA Sumut, 2011)
Menurut Adi (2014) Selama beberapa tahun terakhir, hampir seluruh
kawasan konservasi sudah terinfeksi ada yang serius, sangat serius.Namun, ada
pula yang masih biasa.Yang paling serius terjadi di Taman Nasional Baluran
Jatim karena disana sekitar 7.000 hektar kawasan sudah dikuasai oleh tanaman
invasif, yakni akasia. Bukan hanya kawasan konservasi, sejumlah hutan dan hutan
produksi pun mengalami hal serupa beberapa kawasan konservasi yang terinfeksi
serius misalnya Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, Taman Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Baluran. Di
Universitas Sumatera Utara
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sebagian kawasannya sudah terinvasi
oleh tanaman konyal (semacam markisa yang merambat). Luasnya belum bisa
dipastikan karena keberadaan tanaman ini berpencar.Di kawasan konservasi ini,
sekitar 35 spesies invasif telah menyerang dan mulai menguasai kawasan
konservasi.
Hasil METT Kawasan Cagar Alam Sibolangit
Hasil perhitungan ke enam aspek nilai akhir METT diperoleh adalah 62%.
Maka pengelolaan Cagar Alam termasuk dalam rentang kategori yang Cukup
efektif (34% - 66.9%). Cara perhitungan dapat dilihat dalam Lampiran 3.
Penggunaan METT sebagai alat untuk membantu penilaian kawasan
konservasi telah banyak dilakukan di dunia. Salah satu contohnya adalah
penilaian efektivitas di Negara Tanzania khususnya di wilayah hutan Usambaras
Timur yang terdiri dari Sembilan kawasan hutan. Berdasarkan hasil penilaian
dengan menggunakan metode METT didapat hasil bervariasi dari Sembilan
kawasan hutan tersebut. Nilai paling rendah sebesar 58% dan yang paling tinggi
sebesar 79%. Di Indonesia, pada tahun 2009 Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango melakukan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan menggunakan
metode METT (Management Effectivenes Tracking Tools). Berdasarkan hasil
METT didapat ancaman terbesar dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango adalah kegiatan rekreasi dan wisata, vandalisme, kegiatan
merusak kawasan lindung, sampah dan sampah padat, kehilangan species
keystone (predator puncak, penyerbuk, dll) dan tanaman invasive /asing. Dari
hasil penilaian didapat hasil sebesar 76% yang termasuk dalam kategori efektif
dalam pengelolaan. Balai Besar KSDA Jawa Timur juga pernah menggunakan
Universitas Sumatera Utara
metode ini dalam rangka pembinaan PEH dan Penyuluh Kehutanan pada tahun
2011. Namun demikian metode METT tersebut masih sebatas simulasi pada saat
pembinaan PEH dan penyuluh. Alangkah lebih baiknya jika hasil pelatihan METT
tersebut diimplementasikan di masing-masing kawasan konservasi sehingga bisa
diketahui efektivitas pengelolaannya. Dengan diketahuinya efektivitas
pengelolaan maka pengelola akan mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang
perlu dilakukan perbaikan kedepannya sehingga pengelolaannya menjadi efektif
dan efisien dan dapat mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.(BKSDA Jatim, 2016).
Peningkatan nilai efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit
mengindikasikan bahwa pengelolaan yang dilakukan di Cagar Alam Sibolangit
sudah dilakukan cukup efektif.Namun peningkatan ini justru menjadi tantangan
agar pengelola Cagar Alam Sibolangit dapat mempertahankan dan meningkatkan
lagi strategi yang diambil agar pengelolaan dapat berjalan lebih efektif.
Hasil dari penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi Cagar
Alam Sibolangit akan menjadi bahan informasi yang berguna bagi pihak-pihak
yang ingin membantu pengelolaan kawasan konservasi termasuk pemegang IPPA,
perguruan tinggi, lembaga penelitian, LSM, pemerintah daerah,dan pihak lainnya
(Triadi,dkk. 2014).
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat efektivitas pengelolaan CagarAlam Sibolangit dengan
menggunakan METT dalam tingkat kategori cukup efektif dengan nilai hasil
62% karena didukung dari setiap aspek.
2. Nilai persentase setiap aspek yang memiliki nilai tertinggi yaitu aspek
konteks dengan nilai persentase 100% sedangkan nilai terendah terdapat
pada aspek pengeluaran dengan nilai persentase 33%.
3. Ancaman pada kawasan konservasi Cagar alam Sibolangit yang tertinggi
berupa jenis ancaman spesies Samanea saman.
Saran
1. Melakukan evaluasi pengelolaan secara rutin dengan menggunakan skema
siklus pengelolaan proyek METT sebagai kerangka kerja efektivitas.
2. Perlu ditingkatkan sosialisasi akan pentingnya menjaga dan merawat SDA
yang ada.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi pengelolaan
Cagar Alam Sibolangit dan Taman Wisata Sibolangit serta dampaknya
terhadap masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2018.Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman Hutan Raya Sultan Thaha Saifuddin, Jambi.Media Konservasi Vol.23 No 1 [Diakses 5 Oktober 2018].
Anugrah. 2008. Konservasi dan nilai Warisan Budaya. Jurnal Universitas Negri
Semarang.http://uripsantoso.wordpress.com. Indonesia Jurnal Of Conservation vol. 1 No 1. [Diakses 20 Agustus 2018].
BKSDA Sumut. 2011. Buku Informasi Kawasan Konservasi. DIPA. Medan.
DirjenKSDAE. 2015. Panduan Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi
Indonesia. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang No.5 Tentang Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Departemen Kehutanan. 1993. Laporan tahunan 1992 / 1993. Balai
Konservasi Sumber Daya Alam 1.Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan
Hadi, M. 2015. Konservasi Sumber daya Alam Dan Pengelolaan Lingkungan
Program studi Biologi. Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hocking, dkk. 2007.The Management Effectiveness Tracking Tool : Reporting
Progress at Protected Area Sites: Second Edition.WWF International.Switzerland.text book.
Ilman, M. 2008. Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Lahan Basah
Pesisir Indonesia. ThesisPascasarjana Institut PertanianBogor.http://repository.ipb.ac.id/handle/[Diakses 28April 2017].
IUCN. 2006. Kerangka Kerja Penilaian Management Effectiveness Tracking Tools .Buku. IUCN Publications Unit. Cambridge. Joko. 2017. Mengukur Efektifitas Pengelolaan dengan Membandingkan Antara
Rencana ditentukan Dengan Hasil Nyata.Manejemen. Yogyakrta. KLHK. 2015. Pedoman Penilaian Efektivitas Pemgelolaan Kawasan Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.Direktorat Jendral Konservasi Sumberdaya Alam Dan Ekosistem. Jakarta.
Moh.Nazir. 2014. Metode Penelitian . PT.Ghalia Indonesia. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
Nuralam. 2015. Evaluasi Efektivitas Pengeloaan Taman Wisata Alam BatuPutih
dan dampaknya terhadapPendapatan Masyarakat. Jurnal EMBA.3:660
Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Peraturan pemerintah No.28 Tentang Pengelolan Kawasan Suaka Alam dan Pelesatarian Alam. Jakarta.
Posman. 2007. Pengelolaan Kawasan Konservasi. Disertasi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Rahmawati.2004. Informasi kawasan Konservasi di Hutan Cagar Alam Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Risdiyansyah.2014. Studi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
di Pulau Condong Darat Desa Rangai Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal sylva lestari. VOL.2.1.
Siregar, P. 2009. Konservasi sebagai Upaya Mencegah Konflik Manusia-Satwa.
Jurnal Urip Santoso. http:uripsantoso.wordpress.com. Sjamsulbachri. 2004. Akuntansi Manajemen.Edisi Pertama. Bandung: Kencana
Utama. Sukardi. 2007. Analisis Pemberdayaan Resort Cinta Raja Seksi Konservasi
wilayah IV Besitang Taman Nasional Gunung Leuser. Jurnal Hutan dan Masyarakat, II(1) 2007: pp 188-198.
Triadi,dkk.2014. Strategi pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Baung.
BBKSDA Jatim: Surabaya. Wardhana,D. 2015. Mengenal Metode Penilaian Efektivis Pengelolaan
kawasankonservasi.Artikel.http://ksdasulsel.org/kawasan/164.Mengenal metode penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.
[Diakses maret 2017]. Wartaputra. 1990.Konservasi Sumber daya Alam Dan Pengelolaan Lingkungan
Program studi Biologi. Fakultas Mipa. Universitas Diponegoro.Semarang.
World wildlife Fund. 2004. Management Effektiviness Assesment of National
Parks Using WWF’s. Methodology. Indonesia. Wikipedia, 2008.Geografi Cagar Alam Sibolangit.http:www.wikipedia.com/.
(Diakses 8 juli 2018).
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. Kemajuan situs Kawasan Konservasi
Nasional: Internasional (silakan lengkapi pula lembar) :
Negara x Swasta Lainnya
5
v Staf Kaw. Konservasi
vLSM
Donors Lainnya
Total:
Inti:Buffer:Transisi
Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:Nama: Detil:
Muharudin Ahmad
24 Juli 2017Cagar Alam (CA) SIBOLANGIT
Tuliskan penunjukkan lain (misal: ASEAN Heritage, Natura 2000) dan informasi pendukung lainnya dibawah
UNESCO Man and Biosphere Reserves (see: www.unesco.org/mab/wnbrs.shtml)
Tujuan Pengelolaan 3
Tuliskan dua tujuan primer pengelolaan kawasan Apakah nilai utama penetapan kawasan konservasi
CI-I
Tujuan Pengelolaan 2 Daerah tangkapan air (catchment area)
Jumlah orang yang terlibat dalam menyelesaikan penilaianTermasuk (contreng kotak)
Dana proyek atau tambahan lainAPBDDana (operasional) rutin
Tujuan Pengelolaan 1 Monumen alam (nature monument)
Anggaran Tahunan (US$) – tanpa anggaran gaji staf DIPA UPT (tidak spesifik)
Nama Kawasan KonservasiKode situs WDPA (dapat ditemukan di www.unep-wcmc.org/wdpa):
Masyarakat
Permanen:
Tanggal penetapan 25-Feb-14
Jumlah Staf
Balai Besar KSDA Sumatera Utara95,15 Ha
Temporer :
Pelaporan Kemajuan Situs kawasan konservasi: Lembar Data 1
Penetapan SK 197/Mmenhut-III/2014
Luas kawasan konservasi
Lokasi kawasan konservasi (provinsi dan jika dimungkinkan juga peta acuan)
Otoritas Manajemen
Detil Kepemilikan (Silakan di contreng)
Kategori IUCN:
Negara INDONESIAKec. Sibolangit Kab. Deli Serdang Prov. Sumatera Utara
Nama, Afiliasi dan detil kontak penanggung jawab penyelesaian METT (email, etc)Tanggal pelaksanaan penilaian
Pemenuhan tiga fungsi MAP (dukungan konservasi, pembangunan dan logistik)
Kriteria penetapan (misal: criteria i sampai x)
Kriteria penetapan (misal: criteria i sampai x)
Ramsar site (see: www.wetlands.org/RSDB/)
Koordinat geografis Luas situsNama situsTanggal Terdaftar
Pernyataan Nilai Penting Universal
Koordinat geografis Luas situs
Alasan Penetapan (lihat Lembar Informasi Ramsar)
Nama situsTanggal Terdaftar
Pengelola Kaw. Konservasi Masy.Lokal
Tanggal terdaftar
Informasi tentang Penetapan InternasionalSitus Warisan Dunia UNESCO (lihat: whc.unesco.org/en/list)
Staf Lembaga Kaw. Konservasi. lain Ahli dari luar
Nama situs Luas Kawasan Koordinat Geografis
Harap dicatat jika penilaian dilakukan dengan asosiasi dengan projek tertentu, atas nama suatu organisasi atau donor
Universitas Sumatera Utara
Isu Kriteria
Skor: Pilih satu dari tiap
pertanyaan
Komentar / Penjelasan
Langkah Kedepan skor MAX
Q
1. Status Hukum Kawasan Konservasi
Kawasan Konservasi ini tidak pernah ditetapkan secara hukum 0
SK Menteri pertanian No.636/kpts/um/9/1980 dan SK Menhut 2014 dan adanya SK Menhut No.197/-II/2014.
3
3
Tidak ada KK seperti ini di Indonesia Apakah kawasan konservasi ini memiliki status hukum?
Ada kesepakatan bahwa kawasan konservasi tersebut harus ditegaskan secara umum tetapi prosesnya belum dimulai 1
Tidak ada KK seperti ini di Indonesia Context Kawasan konservasi tersebut dalam proses penetapan status hukum tetapi
prosesnya belum selesai (termasuk situs yang ditetapkan dalam konvensi internasional, seperti Ramsar, atau hukum lokal/tradisional seperti kawasan konservasi masyarakat, yang belum memiliki status hukum atau perjanjian nasional)
2
Tidak ada KK seperti ini di Indonesia Kawasan konservasi tersebut telah memiliki status hukum formal
3 x
Seluruh KK di Indonesia telah memiliki status hukum formal, baik itu penunjukan
parsial melalui SK Menhut/Menhutbun/Mentan/Gubernur Jenderal Hindia Belanda (staatsblat) ataupun SK Penunjukan Provinsi.
2. Peraturan kawasan konservasi
Tidak ada peraturan yang mengatur penggunaan lahan dan kegiatan di kawasan konservasi 0
sudah adanya peraturan ruang terkait berdasarkan SK.356/KSDAE.SET/KSA.0/9/2016
2
3
Di Indonesia sudah ada peraturan mengenai kegiatan dan penggunaan lahan di KK. Sehingga tidak mungkin disi 0
Apakah ada peraturan yang memadai untuk mengendaikan penggunaan lahan dan kegiatan
Ada beberapa peraturan yang mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan di kawasan konservasitetapi masih ada kekurangan-kekurangan besar
1
Di Indonesia sudah ada peraturan mengenai kegiatan dan penggunaan lahan di KK. Sehingga tidak mungkin disi 1
Planning Ada peraturan yang mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan di kawasan konservasitetapi masih ada beberapa kelemahan atau gap 2 X
Lampiran 2. Penilaian Efektivitas Kawasan Konservasi Cagar Alam Sibolangit
Universitas Sumatera Utara
Apabila penataan Zonasi atau blok pengelolaan belum disahkan Terdapat peraturan untuk mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan yang
tidak sesuai didalam kawasan konservasidan memberikan dasar yang sangat baik bagi pengelolaan 3
Apabila Penataan kawasan (zonasi/blok) telah disahkan. 3.Penegakan Peraturan Pegawai tidak memiliki kapasitas/sumberdaya yang efektif untuk menegakkan
peraturan perundangan terkait kawasan konservasi 0 sudah tercatat saat ini pegawai memiliki kapasitas yang cukup untuk menegakan peraturan.tedapat staff polhut.
2
3
Tidak ada staf/Resort yang khusus mengurus kawasan yang dinilai Dapatkah pegawai (cth. mereka yang bertanggung jawab mengelola situs) menegakkan peraturan kawasan konservasi dengan cukup baik?
Terdapat kekurangan besar dalam kapasitas/sumberdaya pegawai untuk menegakkan peraturan perundangan terkait kawasan konservasi (cth. kekurangan kemampuan, tidak ada anggaran patrol, kurang dukungan kelembagaan)
1
Terdapat staf/Polhut, namun anggaran patroli tidak tersedia, tidak terdapat prosedur yang jelas dalam penegakan hukum di lembaga pengelola
Input Pegawai memiliki kapasitas/sumberdaya yang memadai untuk menegakkan peraturan perundangan terkait kawasan konservasi tetapi masih ada kekurangan
2 x
Terdapat staf/Polhut/PPNS. Anggaran patroli tersedia namun belum secara spesifik menegaskan untuk patroli di kawasan yang dikelola. Penegakan hukum dimaksud tidak selalu untuk yustisia, namun juga termasuk di dalamnya kegiatan sosialisasi peraturan
Pegawai memiliki kapasitas/sumberdaya yang sangat baik untuk menegakkan peraturan perundangan terkait kawasan konservasi 3
Terdapat staf/Polhut/PPNS beserta anggaran patrolinya / pendukung lainnya. Terdapat prosedur yang jelas dalam penegakan hukum di lembaga pengelola
4.Tujuan utama dari kawasan konservasi
Belum ada tujuan yang disepakati untuk kawasan konservasi ini
0
Rencana pengelolaan sudah disusun tapi belum disahkan
Balai BBKSDA melakukan percepatan pengesahan dokumen rencana pengelolaan
1
3
Belum menyusun Rencana Pengelolaan (RP) yang memuat tujuan pengelolaan secara spesifik
Apakah pengelolaan dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati atau tercantum dalam mandat pengeloaan?
Kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan yang disepakati, tetapi tidak dikelola sesuai tujuan-tujuan ini 1 1
Universitas Sumatera Utara
Rencana Pengelolaan (RP) sudah disusun dan memuat tujuan pengelolaan secara spesifik, namun kegiatan tidak mengacu pada tujuan yang ditetapkan
Planning Kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan yang disepakati, tetapi pengelolaan yang dilakukan hanya memenuhi beberapa tujuan tersebut 2
Kegiatan esensial sesuai tujuan pengelolaan yang direncanakan dalam RP sebagian telah dilaksanakan
Kawasan konservasi ini telah memiliki tujuan yang disepakati dan pengelolaan telah memenuhi semua tujuan tersebut 3
Semua kegiatan essenial untuk mencapai tujuan pengelolaan dalam RP telah dilakukan
5. Desain kawasan konservasi Desain kawasan konservasiyang tidak memadai berarti pencapaian tujuan utama kawasan konservasiyang sangat sulit 0
Tujuan dari CA Sibolangit untuk pengawetan dan perlindungan tegakan hutan hujan tropis.
3
3
Apakah kawasan konservasimemiliki luasan dan bentuk yang tepat untuk melindungi spesies, habitat, proses-proses ekologis dan tangkapan air sesuai kepentingan konservasi kuncinya?
Kawasan tidak memadai dari sisi luas; bentuk; dan lokasi untuk upaya konservasi tujuan pengelolaan.
Desain kawasan konservasiyang tidak memadai berarti pencapaian tujuan utama yang sulit tetapi beberapa kegiatan mitigasi tengah dilakukan (cth perjanjian dengan pemilik lahan yang bertetangga untuk koridor satwa atau pengenalan manajemen DAS yang sesuai)
1
Planning Kawasan tidak memadai namun ada upaya membangun kesepakatan dengan pemangku lahan sekitarnya untuk konservasi tujuan pengelolaan sebagai contoh perjanjian dengan pemilik lahan yang bertetangga untuk koridor satwa atau pengenalan manajemen DAS yang sesuai.
Desain kawasan konservasitidak signifikan menghalangi pencapaian tujuan, tetapi perlu ditingkatkan (cth. terkait dengan proses-proses ekologis skala besar yang terjadi) 2
Desain kawasan relative memadai namun perlu ditingkatkan antara lain melalui upaya konektifitas dengan kawasan konservasi lain; adanya areal penyangga yang merupakan perluasan habitat yang ada, dll
Desain kawasan konservasimembantu pencapaian tujuannya; desain memadai untuk konservasi spesies dan habitat; dan menjaga proses-proses ekologis seperti aliran permukaan dan bawah tanah pada skala DAS, pola gangguan alam, dll
3 x
Universitas Sumatera Utara
Kawasan memadai baik secara luas, lokasi dan bentuknya sehingga tidak menghalangi pencapaian tujuan
6. Pengukuhan (demarkasi) batas kawasan konservasi
Batas kawasan konservasi tidak diketahui oleh otoritas pengelolaan atau penduduk setempat/pengguna lahan yang bertetangga 0
3
3
Petugas dan masyarakat tidak mengetahui batas kawasan Apakah batas kawasan diketahui dan dikukuhkan?
Batas kawasan konservasi diketahui oleh otoritas pengelolaan tetapi tidak diketahui oleh penduduk setempat/pengguna lahan yang bertetangga 1
Hanya petugas yang mengetahui batas kawasan Batas kawasan konservasi diketahui oleh otoritas pengelolaan dan penduduk
local/pengguna lahan yang bertetangga tetapi tidak dikukuhkan dengan tepat 2
Process Petugas dan masyarakat mengetahui batas kawasan namun tidak tepat (tidak sesuai antara di peta dan di lapangan atau sebagian kawasan belum diterima oleh masyarakat)
Batas kawasan konservasi diketahui oleh otoritas pengelolaan dan penduduk local/pengguna lahan yang bertetangga dan di kukuhkan dengan tepat 3 x
Tata batas sudah temu gelang dan terdapat BA Tata Batas yang ditanda tangani para pihak. Dibuktikan dengan tidak adanya komplain terkait pal batas
7. Rencana pengelolaan (Rencana Pengelolaan jangka Panjang/RPJP)
Tidak ada rencana pengelolaan untuk Kawasan Konservasi ini
0
Masih draft RP tetapi blm disah kan oleh pusat
Segera follow up pengesahan RP
1
3
RP belum disusun Apakah ada rencana pengelolaan (RPJP) dan apakah rencana tersebut tengah diimplementasikan?
Rencana pengelolaan tengah disiapkan atau telah disiapkan tetapi belum diimplementasikan 1 x
Cukup jelas
Rencana pengelolaan telah ada tetapi baru sebagian yang diimplementasikan karena kendala pendanaan atau masalah lain 2
Planning Rencana Pengelolaa Jangka Panjang (RP) telah disahkan dan sebagian kegiatan penting telah dilakukan (tercantum dalam alokasi budget pengelola atau hibah)
Rencana pengelolaan telah ada dan tengah diimplementasikan
3
Kegiatan esensial dalam Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RP) telah
dilakukan (tercantum pada alokasi budget pengelola atau didanai melalui kerjasama (MoU) dengan pihak lain (Pemda/LSM/NGO/Universitas/private sector)
Universitas Sumatera Utara
Nilai tambahan: Planning 7a. Proses perencanaan Proses perencanaan memberikan kesempatan yang cukup bagi parapihak untuk
mempengaruhi rencana pengelolaan 1 0 0
Konsultasi publik terhadap RP dengan melibatkan para pihak 7b. Proses perencanaan Terdapat jadwal dan proses review periodik dan updating rencana pengelolaan
1 0
0 Terdapat rencana review/evaluasi RP. Apabila RP telah disusun sesuai dengan PP Nomor 28 tahun 2011 dengan periode 10 tahun
7c. Proses perencanaan Hasil dari monitoring, riset dan evaluasi secara rutin dimasukkan kedalam perencanaan 1
0 0 Cukup jelas
8. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn)
Tidak ada Rencana Pengelolaan Jangka Pendek 0
Rencana pengelolaan sudah disusun tapi belum disahkan
segera menyusun RPHJ pendek
1
3
Kawasan tidak memiliki Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) Apakah ada Rencana Pengelolaan Jangka Pendek dan apakah rencana tersebut tengah diimplementasikan?
Terdapat Rencana Pengelolaan Jangka Pendek tetapi baru beberapa kegiatan yang telah diimplementasikan 1 X
Kawasan memiliki Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) dan telah diimplementasikan sebagian
Terdapat Rencana Pengelolaan Jangka Pendek dan banyak kegiatan telah diimplementasikan 2
Planning/Outputs Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) sebagian besar telah diimplementasikan
Terdapat Rencana Pengelolaan Jangka Pendek dan semua kegiatan telah diimplementasikan 3
Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPn) diimplementasikan seluruhnya 9. Inventarisasi sumberdaya Terdapat sedikit informasi yang tersedia tentang habitat, spesies dan nilai budaya
yang kritis dalam kawasan konservasi 0 Data time series blm ada
Memperbanyak penelitian/study tentang keanekaragaman hayati di KK
2
3
Belum pernah dilakukan inventarisasi potensi atau survey potensi kawasan Apakah anda telah memiliki cukup informasi untuk mengelola kawasan ini?
Informasi tentang habitat, spesies, proses ekologi dan nilai budaya yang kritis dari kawasan konservasitidak memadai untuk mendukung perencanaan dan pembuatan keputusan 1
Inventarisasi/survey potensi/monitoring kawasan dilakukan namun belum mengarah untuk kepada tujuan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
Informasi tentang habitat, spesies, proses ekologi dan nilai budaya yang kritis dari kawasan konservasitelah memadai untuk sebagian besar area kunci perencanaan dan pembuatan keputusan 2 x
Input Inventarisasi/survey potensi/monitoring kawasan dilakukan terhadap aspek-aspek fitur utama kawasan
Informasi habitat, spesies, proses ekologi dan nilai budaya yang kritis dari kawasan konservasitelah memadai untuk mendukung semua area perencanaan dan pengambilan keputusan 3
Kegiatan Inventarisasi/survey potensi/monitoring kawasan dilakukan pada semua fitur-fitur kawasan dan teritegrasi dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM)
10. Sistem perlindungan Sistem perlindungan (patrol, perijinan, dll) tidak ada atau tidak efektif mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya 0
Masih open akses dan belum terkontrol
Menerapkan sistem SMART patrol dengan baik. Penguatan patroli pengamanan dan monitoring kawasan
1
3
Tidak terdapat sistem perlindungan yang dibangun. Pernah dilakukan patroli kawasan dan belum ada sistem pemanfaatan
Apakah system telah memadai untuk mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya di dalam Kawasan Konservasi?
Sistem perlindungan hanya efektif sebagian dalam mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya 1 x
Misal sistem baru diterapkan sebagian (hanya patroli saja namun belum ada sistem pemanfaatan)
Sistem perlindungan secara moderat efektif mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya 2
Process/Outcome Terdapat kegiatan patroli, protap patroli dan pengurusan SIMAKSI namun hanya pada sebagian kawasan
Sistem perlindungan sebagian besar atau seluruhnya efektif dalam mengendalikan akses/penggunaan sumberdaya
3
Sistem patroli, pengurusan SIMAKSI hingga kerjasama pemanfaatan HHBK sudah berjalan, terdapat protapnya. Terdapat sistem patroli yang baik dan menjangkau wiilayah yang rawan.
11. Riset Tidak ada survey atau riset di kawasan konservasi 0 penelitian sudah variatif.namun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
Hasil survey didokumentasikan dengan baik dan digunakan sebagai
2
3
Belum ada penelitian atau survey kawasan Apakah ada riset yang dilakukan secara terprogram untuk mendukung pengelolaan? Apakah kegiatan riset
Ada sedikit survey dan riset tetapi tidak diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaankawasan konservasi 1
Universitas Sumatera Utara
berkontribusi pada pengelolaan kawasan konservasi? Riset mencakup kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh pengelola ataupun pihak lain.
pengelolaan kawasan
rekomendasi pengelolaan kawasan
Penelitian masih belum variatif (objek masih homogen). Data yang dihasilkan masih berupa cuplikan-cuplikan data dan belum memenuhi kebutuhan pengelolaan kawasan
Ada cukup survey dan riset tetapi tidak diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaankawasan konservasi 2 x
Penelitian sudah variatif (objek penelitian beragam/heterogen). Ada database namun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan pengelolaan kawasan
Riset dan survey mencakup kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh pengelola ataupun pihak lain.
Ada program survey dan riset yang komprehensif dan terintegrasi yang sesuai dengan kebutuhan pengelolaan
3
Terdapat roadmap atau research need untuk kawasan (kebutuhan kebutuhan kawasan, kebutuhan penelitian tertuang dalam RP) – Ada database dan pemutakhiran data
12. Pengelolaan sumberdaya Pengelolaan sumberdaya tidak dilakukan 0 Lebih banyak kegiatan dilakukan di TWA Sibolangit yang berbatasan dengan CA Sibolangit (Baru monitoring dan evaluasi dalam smart patrol)
1
3
Kawasan tidak/belum dikelola. Hanya ada aktifitas pengamanan Apakah pengelolaan sumberdaya secara aktif tengah dilakukan?
Sangat sedikit persyaratan untuk pengelolaan aktif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai budaya yang kritis tengah dilakukan. Kebutuhan untuk pengelolaan habitat, spesies dan proses ekologis dan nilai budaya 1 X
Pengelolaan terhadap ftur utama masih minimal. Kegiatan terkait tujuan pengelolaan sangat terbatas
Process Banyak persyaratan pengelolaan intensif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai budaya yang kritis tengah dilakukan tetapi beberapa isu kunci belum diperhatikan 2
Pengelolaan terhadap fitur utama kawasan sudah dilakukan, tetapi belum mencakup penyelesaian permasalahn terhadap fitur utama. Kegiatan terkait tujuan pengelolaan telah dilakukan
Persyaratan pengelolaan aktif habitat, spesies, proses-proses ekologis dan nilai-nilai 3
Universitas Sumatera Utara
budaya yang kritis secara subtansial atau sepenuhnya tengah dilaksanakan Pengelolaan terhadap fitur utama dan fitur kawasan lainnya sudah dilakukan
termasuk upaya mangatasi permasalahan untuk mencapai tujuan pengelolaan
13. Jumlah pegawai Tidak ada pegawai 0
saat ini jumlah pegawai 5 orang pegawai PNS dari balai KSDA Sumut , 2 orang admin 25 orang manggala agni dan 5 polhut.
3
3
Pegawai yang dimaksud adalah yang bertugas di kawasan yang dinilai. Untuk UPT BKSDA adalah petugas resort
Apakah sudah ada cukup pegawai untuk mengelola Kawasan Konservasi
Jumlah pegawai tidak mencukupi untuk kegiatan pengelolaan yang penting
1
Pegawai belum cukup, baik jumlah dan fungsi (pengelolaan yang penting : tenaga administrasi dan teknis)
Inputs Jumlah pegawai dibawah tingkat optimum untuk kegiatan pengelolaan kritis 2
Pegawai cukup secara fungsi (tenaga administrasi dan teknis) namun jumlahnya
kurang
Jumlat pegawai sudah mencukupi kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi 3 X Pegawai cukup secara fungsi dan jumlah 14. Pelatihan Pegawai Pegawai kurang memiliki keahlian yang diperlukan untuk pengelolaan kawasan
konservasi 0
Dari lima orang hanya 1 orang yang memiliki kualifikasi, tetapi 4 orang lagi belum memiliki kualifikasi
Memberikan pelatihan kepada s taff terkait pengelolaan kawasan yang diperlukan
1
3
Tidak ada staf/petugas yang mempunyai keahlian sesuai dengan kebutuhan pengelolaan
Apakah pegawai cukup terlatih untuk memenuhi tujuan pengelolaan?
Staf terlatih dan keahlian pegawai relatif rendah untuk kebutuhan kawasan konservasi
1 X
Jumlah dan tingkat keahlian staf kurang dan belum sesuai dengan tujuan pengelolaan
Staf terlatih dan keahlian pegawai memadai, tetapi perlu ditingkatkan untuk sepenuhnya mencapai tujuan pengelolaan 2
Inputs/Process Jumlah dan tingkat keahlian staf memadai namum perlu ditingkatkan sesuai tujuan pengelolaan
Staf terlatih dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi. Staf terlatih dan keahliannya sesuai dengan kebutuhan pengelolaan kawasan konservasi
3
Universitas Sumatera Utara
Keahlian staf beragam dari mulai administrasi perkantoran hingga teknis sesuai tujuan pengelolaan. Misal. Kawasan dengan tujuan pengelolaan pelestarian kupu-kupu, memiliki staf yang memahami identifikasi kupu-kupu
15. Anggaran saat ini Tidak ada anggaran untuk pengelolaan kawasan konservasi 0 Hanya ada kegiatan patroli dan monitoring
Menambah anggaran terutama untuk patroli
1
3
Sudah jelas Apakah anggaran saat ini sudah mencukupi?
Anggaran yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan pengelolaan dan menimbulkan kendala serius dalam kapasitas untuk mengelola 1 X
Sudah jelas Inputs Anggaran yang tersedia mencukupi tetapi perlu ditingkatkan untuk sepenuhnya
mencapai pengelolaan yang efektif 2
Sudah jelas Anggaran yang tersedia mencukupi dan memenuhi seluruh kebutuhan
pengelolaan kawasan konservasi 3
Sudah jelas 16. Kepastian anggaran Tidak ada kepastian anggaran untuk kawasan konservasidan pengelolaan
sepenuhnya tergantung pada pihak luar atau pendanaan sangat tidak pasti 0 terdapat alokasi anggaran pengelolaan untuk kawasan (APBN maupun non APBN)
Kepastian anggaran per kawasan
2
3
Tidak ada anggaran spesifik untuk pengelolaan kawasan Apakah ada kepastian anggaran?
Ada sedikit kepastian anggaran dan kawasan konservasitidak dapat berfungsi secara memadai tanpa bantuan dana pihak luar 1
hanya ada alokasi anggaran pengamanan untuk kawasan Ada cukup kepastian anggaran inti (core budget) untuk kegiatan regular kawasan
konservasitetapi banyak inovasi dan inisiatif yang tergantung pendanaan dari luar 2 X
Inputs Terdapat alokasi anggaran pengelolaan untuk kawasan, (APBN maupun non APBN)
Ada kepastian anggaran untuk Kawasan Konservasi dan pemenuhan pengelolaan 3
Ada alokasi anggaran (APBN/non APBN) yang mencukupi untuk pelaksanaan
kegiatan dalam pengelolaan sesuai tujuan
17. Pengelolaan anggaran Pengelolaan anggaran tidak baik dan secara signifikan mengurangi efektifitas pengelolaan 0
Biaya hanya terfokus untuk patroli dan monitoring,
Peningkatan pengelolaan anggaran
1 3 Misalnya, anggaran yang turun terlambat pada tahun berjalan
Apakah anggaran dikelola Pengelolaan anggaran kurang baik dan mengurangi efektifitas 1 X
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan yang penting?
Anggaran tidak membiayai kegiatan pengelolaan prioritas belum terfokus pada pengeolahan data time series.
Pengelolaan anggaran sudah memadai tetapi perlu ditingkatkan 2
Process anggaran yang ada digunakan untuk membiayai kegiatan sesuai dengan tujuan
pengelolaan
Pengelolaan anggaran sangat baik dan memenuhi kebutuhan pengelolaan 3 Anggaran sesuai dengan rencana kegiatan pada RP 18. Perlengkapan Terdapat sedikit atau tidak ada perlengkapan dan fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan pengelolaan 0 terdapat perlengkapan lapangan,mobilisasi fasilitas pelayanan, bangunanpengelola untuk kawasan pengelola yang memadai
Menambah perlengkapan utk pengelolaan KK
2
3
Tidak ada perlengkapan Apakah perlengkapan yang ada telah memenuhi kebutuhan pengelolaan?
Terdapat beberapa perlengkapan dan fasilitas tetapi tidak memadai untuk sebagian besar kebutuhan pengelolaan 1
Terdapat perlengkapan namun masih sangat kurang untuk pengelolan Input Terdapat perlengkapan dan fasilitas tetapi masih ada kekurangan yang
menghambat pengelolaan 2 x
Perlengkapan yang ada belum sepenuhnya memadai/ minimal untuk mendukung pencapaian tujuan pengelolaan
Perlengkapan dan fasilitas yang ada telah memadai
3
Terdapat perlengkapan (perlengkapan lapangan, mobilisasi, fasilitas pelayanan,
bangunan pengelola) yang memadai untuk mendukung pengelolaan - pengecualian untuk kawasan dengan luasan kecil (<10 hektar), sarana digabung dengan kawasan lainnya.
19. Pemeliharaan perlengkapan
Ada sedikit atau tidak ada pemeliharaan untuk perlengkapan dan fasilitas 0
pemeliharaan perlengkapan dan fasilitas dilakukan pada saat tertentu saja.
2
3
Tidak ada pemeliharaan Apakah perlengkapan yang ada dipelihara secara memadai?
Ada pemeliharaan yang bersifat ad hoc untuk perlengkapan dan fasilitas 1
Pemeliharaan dilakukan secara insidentil Process Ada pemeliharaan dasar untuk perlengkapan dan fasilitas 2 X Pemeliharaan dilakukan pada perlengkapan dan fasilitas penting Perlengkapan dan fasilitas dipelihara secara memadai 3
Universitas Sumatera Utara
semua perlengkapan dan fasilitas dipelihara dan berfungsi dengan baik 20. Pendidikan dan penyadaran
Tidak ada program pendidikan dan penyadaran 0
Kegiatan penyadaran dan pendidikan lbih banyak dilakukan di TWA Sibolangit
2
3
Sudah jelas Apakah ada perencanaan program pendidikan dan penyadaran untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan pengelolaan?
Ada program pendidikan dan penyadaran yang terbatas dan bersifat ad hoc
1
Kegiatan bersifat tidak terprogram dan insidental Process Ada program pendidikan dan penyadaran tetapi hanya sebagian memenuhi
kebutuhan dan perlu ditingkatkan 2 X
Kegiatan terprogram namun dinilai kurang secara kuantitas Terdapat program pendidikan dan penyadaran yang memadai dan sepenuhnya
dilaksanakan 3
Terprogram dan dilaksanakan dengan cukup 21. Perencanaan penggunaan lahan dan air
Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan tidak memperhatikan kebutuhan kawasan konservasi dan kegiatan/kebijakan yang merugikan kelangsungan kawasan
0
sabagian RTRW mendukung fungsi kawasan
2
3
Apakah perencanaan penggunaan lahan dan air mempertimbangkan Kawasan Konservasi dan membantu pencapaian tujuan Kawasan Konservasi?
Pemanfaatan air di luar kawasan konservasi berekosistem rawa/gambut yang berlebihan dan membuat rawa menjadi kering dan rentan kebakaran. Pembangunan di luar yang membuat kawasan terisolasi atau tidak terkoneksi dengan KK Lainnya
Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan tidak memperhatikan kebutuhan kawasan konservasi, tetapi kegiatan yang ada tidak merugikan kelangsungan kawasan 1
RTRWkurang mendukung fungsi kawasan Contoh : pemanfaatan air di luar kawasan konservasi yang terletak di hulu
Planning Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan sebagian memperhatikan kebutuhan jangka panjang kawasan konservasi 2 x
RTRW sebagian mendukung fungsi kawasan. Perencanaan penggunaan lahan dan air yang berdekatan sepenuhnya
memperhatikan kebutuhan jangka panjang kawasan konservasi 3
Universitas Sumatera Utara
RTRW sesuai kaidah. Pembangunan di sekitar kawasan telah memadukan dengan kawasan konservasi, misal menyediakan konektifitas dengan KK lain, menyediakan buffer/penyangga kawasan, pengelolaan mempertimbangkan sistem DAS yang ada dll.
Nilai tambahan: Perencanaan lahan dan air 21a: Perencanaan lahan dan air untuk konservasi habitat
Perencanaan dan pengelolaan di dalam DAS atau lanskap (bentang lahan) lokasi kawasan konservasimemasukkan provisi untuk kondisi lingkungan yang memadai (cth. volume, kualitas dan waktu aliran air, tingkat polusi air, dll) untuk menjaga habitat yang relevan
1
0
0 Lansekap yang didalamnya terdapat KK sudah mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang memadai untuk menjamin keberlangsungan habitat-habitat penting Contoh : kawasan di hilir, perencanaan di hulu harus mempertimbangkan potensi polusi air ke dalam kawasan
21b: Perencanaan lahan dan air untuk keterhubungan (konektifitas)
Pengelolaan koridor penghubung kawasan konservasimemberikan jalur bagi satwa liar menuju habitat kunci diluar kawasan konservasi (cth. memungkinkan ikan bermigrasi antara lokasi pemijahan air tawar dan laut atau memungkinkan migrasi satwa)
1
0 0
Apakah koridor sebagai jalur penghubung satwa berfungsi dengan baik. 21c: Perencanaan lahan dan air untuk jasa-jasa ekosistem dan konservasi spesies
"Perencanaan menjawab kebutuhan khusus ekosistem dan/atau kebutuhan spesies tertentu pada skala ekosistem (cth. volume, kualitas dan waktu aliran air tawar untuk kelangsungan spesies tertentu, pengelolaan api untuk menjaga habitat savana, dll)” 1
0 0
Apakah pembangunan di sekitar kawasan konservasi ,mempengaruhi ketersediaan dan kualitas air di dalam kawasan.
22. Pemerintah dan swasta di sekitar
Tidak ada komunikasi antara pengelola kawasan dan otoritas/pengelolalahan dan air di sekitar 0
Kerjasama dengan YEL hanya orangutan saja. Tapi kontribusi untuk pengelolaan CA tidak ada, hanya ada kepada
1
3
Sudah jelas Apakah ada kerjasama dengan pengguna lahan dan air di sekitar?
Ada komunikasi antara pengelola kawasan dan otoritas/pengguna lahan dan air disekitar tetapi hanya sedikit atau tidak ada kerjasama
1 X
Sudah jelas
Universitas Sumatera Utara
Process Ada komunikasi antara pengelolakawasan dan otoritas/pengguna lahan dan air disekitar, tetapi hanya ada kerjasama terbatas 2
masyarakat.
Kerjasama pemanfaatan/penggunaan di luar kawasan Ada komunikasi regular antara pengelola kawasan dan otoritas/pengguna lahan
dan air disekitar, dan ada kerjasama subtantif dalam pengelolaan kawasan konservasi 3
Kerjasama antara pengelola dengan mitra disertai dengan forum penguat. Misal, terdapat forum pengelolaan seperti mitra Kutai, Gedepahala, dll
23. Masyarakat adat dan Masyarakat Asli/tradisional
Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional tidak dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasi 0
0
0
Sudah jelas Apakah masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional yang tinggal atau secara regular menggunakan kawasan konservasi dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasi?
Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional dapat memberikan sedikit masukan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasitetapi tidak secara langsung berperan dalam pengelolaan
1
Masyarakat adat terlibat dalam konsultasi publik dalam penyususn RP dan zonasi/blok
Process Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional secara langsung berkontribusi terhadap beberapa pengambilan keputusan yang relevant terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi keterlibatan mereka perlu ditingkatkan 2
masyarakat adat dapat terlibat dalam penentuan sebagaian arah pengelolaan, missal zonasi/blok, jenis dan arah kegiatan dalam RP,kegiatan-kegiatan dalam zona/blok tradisonal.
Masyarakat adat dan masyarakat aseli/tradisional secara langsung berpartisipasi dalam semua pengambilan keputusan yang relevan terkait pengelolaan kawasan konservasi, cth. Co-management 3
Sudah jelas. 24. Masyarakat lokal Masyarakat lokal tidak dapat memberikan masukan dalam pengambilan
keputusan terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi 0 masyarakat lokal terlibat dalam
1 3
Universitas Sumatera Utara
Sudah jelas konsultasi publik dalam penyusunan rencana pengelolaan
Apakah masyarakat lokal yang tinggal ada berdekatan dengan kawasan konservasi dapat memberikan masukan?
Masyarakat lokal dapat sedikit memberikan masukan dalam diskusi terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi tidak memiliki peran langsung dalam pengelolaan 1 x
Masyarakat lokal terlibat dalam konsultasi publik dalam penyusunan RP dan zonasi/blok
Masyarakat lokal secara langsung berkontribusi terhadap beberapa pengambilan keputusan yang relevan terkait pengelolaan kawasan konservasi tetapi keterlibatan mereka dapat ditingkatkan 2
Process masyarakat lokal dapat terlibat dalam penentuan sebagaian arah pengelolaan, missal zonasi/blok, jenis dan arah kegiatan dalam RP,kegiatan-kegiatan dalam zona/blok tradisonal.
Masyarakat lokal secara langsung berpartisipasi terhadap semua pengambilan keputusan yang relevan terkait pengelolaan kawasan konservasi, cth co-manajemen 3
sudah jelas Nilai tambahan: Masyarakat lokal 24 a. Dampak terhadap masyarakat
Terdapat komunikasi dan kepercayaan yang terbuka antara masyarakat lokal dan/atau tradisional, para pihak dan pengelola kawasan konservasi 1
0 0
Ada forum reguler 24b. Dampak terhadap masyarakat
Terdapat program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1 X
sudah jelas.program KKN-PPM
1 1 Sudah jelas
24c. Dampak terhadap masyarakat
Masyarakat lokal dan/atau tradisional secara aktif mendukung kawasan konservasi 1
0 0
Terdapat peraturan daerah/peraturan desa, adat istiadat (aktif) yang mendukung kelestarian kawasan
25. Keuntungan ekonomis Kawasan konservasitidak memberikan keuntungan ekonomis secara langsung bagi masyarakat lokal 0
Kawasan Suaka Alam tidak wajib mengisi, namun boleh mengisi seperti contohnya : CA Pulau Anak
0
0 Apakah KKmemberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat lokal, cth pendapatan, pekerjaan, pembayaran jasa lingkungan?
Sudah jelas Potensi keuntungan ekonomis secara langsung sudah diketahui dan direncanakan untuk direalisasikan 1
Pemanfaatan wisata alam atau jasa lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Terdapat aliran keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal 2 Krakatau, CA Pangandaran, CA Sempu, CA Padang Luway, CA Danau Besar, dll.
Outcomes Keuntungan ekonomi pada masyarakat masih bersifat sampingan Kawasan konservasi memberikan keuntungan ekonomi utama kepada
masyarakat lokal 3
Sebagai mata pencaharian utama masyarakat lokal bergantung pada kegiatan di dalam KK
26. Monitoring dan evaluasi Tidak ada monitoring dan evaluasi di kawasan konservasi 0 monev dilaksanakan secara reguler
Perlu dipergunakan untuk rekomendasi pengelolaan kawasan
2
3
Sudah jelas Apakah monitoring kegiatan pengelolaan mempengaruhi kinerja?
Terdapat kegiatan monitoring and evaluasi secara ad hoc, tetapi tidak ada strategi dan/atau kumpulan hasil secara regular 1
Monev dilakukan secara insidental Planning/Process Terdapat sistem monitoring dan evaluasi yang disepakati dan dilaksanakan tetapi
hasilnya tidak memberikan umpan balik pada pengelolaan 2 x
Monev dilaksanakan secara reguler Terdapat sistem monitoring dan evaluasi yang baik, dilaksanakan dengan baik
dan digunakan dalam manajemen adaptif 3
Dilaksanakan secara reguler dan adaptifKegiatan monitoring & evaluasi misalnya METT, SMART Patrol atau RBM
27. Fasilitas pengunjung Tidak ada fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung meskipun kebutuhannya telah teridentifikasi 0
Kawasan Suaka Alam tidak wajib ada
0
0
Sudah jelas Apakah fasilitas pengunjung memadai?
Fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung tidak memadai untuk tingkat kunjungan saat ini 1
Misal hanya ada papan informasi/papan penunjuk Fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung cukup memadai untuk tingkat kunjungan
saat ini tetapi perlu ditingkatkan 2
KSA tidak wajib mengisi Terdapat papan informasi, papan petunjuk, gerbang dan ruang informasi Fasilitas dan pelayanan bagi pengunjung sangat baik untuk tingkat kunjungan saat
ini 3
Outputs Fasilitas lengkap (sanitasi, keselamatan, aksesibilitas, informasi, kenyamanan pengunjung)
Universitas Sumatera Utara
28. Operator wisata komersil Sedikit/tidak ada hubungan antara pengelola kawasan dengan operator wisata yang menggunakan Kawasan Konservasi 0
KSA tidak wajib mengisi
0
0
Sudah jelas Apakah operator wisata komersil berkontribusi pada pengelolaan kawasan konservasi?
Terdapat hubungan antara pengelola kawasan dengan operator wisata tetapi sangat terbatas pada urusan administrasi atau peraturan
1
Terdapat operator luar KSA tidak wajib mengisi Terdapat kerjasama terbatas antara pengelola kawasan dengan operator wisata
untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan menjaga nilai-nilai kawasan konservasi 2
Terdapat IUPJWA Process Terdapat kerjasama yang baik antara pengelola kawasan dan operator wisata
untuk meningkatkan pengalaman pengunjung dan menjaga nilai-nilai kawasan konservasi 3
Kerjasama menyangkut penambahan pengalaman/edukasi pengunjung dalam konservasi
29. Pungutan (PNBP atau pungutan lain)
Meskipun secara teori pungutan diterapkan, tetapi pungutan tersebut tidak dikumpulkan 0
KSA tidak wajib mengisi
0
0
PNBP tidak dipungut di wilayah yang sudah ditetapkan dalam PP No 12/2014 Jika pungutan (cth. Biaya masuk atau denda) diterapkan apakah akan membantu pengelolaan KK?
Pungutan dikumpulkan, tetapi tidak ada kontribusi pada Kawasan Konservasi atau lingkungan sekitarnya
1
Pungutan hanya PNBP KSA tidak wajib mengisi Pungutan dikumpulkan, dan memberikan sedikit kontribusi pada Kawasan
Konservasi dan lingkungan sekitarnya 2
Ada mekanisme pungutan lain selain PNBP yang berkontribusi kepada kawasan/lingkungan sekitarnya
Inputs/Process Pungutan dikumpulkan dan memberikan kontribusi yang substansial untuk KK dan lingkungan sekitarnya 3
Belum ada mekanismenya di Indonesia 30. Kondisi nilai-nilai Banyak nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya yang penting 0 Saat ini jarang meningkatkn 2 3
Universitas Sumatera Utara
sangat menurun/berkurang menjumpai rangkong dibanding 10 tahun belakangan
survey dan upaya perlindungan satwa
Bagamana kondisi dari nilai-nilai penting kawasan konservasi bila dibandingkan dengan saat penunjukan kawasan?
Tujuan pengelolaan pada saat penunjukan sudah punah Misal : Apabila badak jawa di TN Ujung Kulon punah
Beberapa nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya telah sangat menurun/berkurang
1
Misal : populasi badak sumatera di TNKS yang telah punah, namun masih ada fitur utama pengelolaan lain yang masih ada (harimau sumatera dll)
Outcomes Beberapa nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya sebagian menurun/berkurangtetapi nilai-nilai yang paling penting tidak terkena dampak secara signifikan 2 x
Fitur-fitur kawasan berkurang, tetapi fitur utama masih ada Nilai-nilai keanekaragaman hayati, ekologis atau budaya relatif utuh
3
Sudah jelas
Data berasal dari hasil monitoring. Mandat kelola utama harus ada datanya. Hasil monitoring bisa oleh mitra atau hasil riset
Universitas Sumatera Utara
TAHU 2014PERI S-I Semester :
No Tanggal Luas (Ha) No Tanggal Luas (Ha) Pengesah No Tanggal Inti Rimba Pemanfaatan Lainnya No Tanggal Periode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191 Balai Besar CA. Dolok Sibual Buali Mentan No.215/Kpts/Um/4/82 08 April 1982 5,000.00 SK.3590/Menhut-VII/KUH/2014 2 Mei 2014 5,012.00 - - - - - - - SK.123/IV-SET/2013 12 April 2013 2013-20222 KSDA CA. Dolok Sipirok Mentan No. 226/Kpts/Um/4/1982 4 Agustus 1982 6,970.00 SK.4183/Menhut-VII/KUH/2014 10 Juni 2014 7,208.53 - - - - - - - - Desember 20042005-20243 Simatera CA. Dolok Saut ZB No. 36 th 1924 04 Pebruari 1924 39.00 - - - - - - - - - - - Desember 20042005-20244 Utara CA. Batu Gajah ZB No. 24 th 1924 18 April 1924 0.80 - - - - - - - - - - - - -5 CA. Batu Ginurit ZB No.390 th 1934 19 Oktober 1934 0.50 - - - - - - - - - - - - -6 CA. Liang Balik ZB No.221 tahun 1934 11 Januari 1934 0.31 -7 CA. Dolok Tinggi Raja ZB No. 24 tahun 1924 18 April 1924 167.00 Menhut SK.93/Menhut-II/2014 24 Jan 2014 202.40 - - - - - - - SK.135/IV-SET/2014 20 Juni 2014 2014-20238 CA. Martelu Purba Menhut 471/Kpts-II/93 2 September 1993 195.00 - - - 5 Maret 2007 2006-20259 CA. Sibolangit ZB.37/38 tahun 1938 10 Maret 1938 95.15 Menhut SK.197/Menhut-II/2014 35 Feb 2014 120(95,15) -
10 SM. Barumun Menhut No.70/Kpts-II/1989 6 Februari 1989 40,330.00 SK.3888/Menhut-VII/KUH/2014 13 Mei 2014 36,260.91 - SK.125/IV-SET/2013 12 April 2013 2013-2022
11 SM. Dolok Surungan Mentan No. 43/Kpts/Um/2/1974 2 Feb 1974 23,800.00 SK.5349/Menhut-VII/KUH/201411 Agustus 2014, selisih luas : 2356,84 Ha
21,443.16 - - Desember 20042005-2024
12 SM. Siranggas Menhut No.71/Kpts-II/1989 6 Februari 1989 5,657.00 SK.3591/Menhut-VII/KUH/2014 2 Mei 2014 5,612.93 - SK.64/IV-SET/2012 16 April 2012 2011-2020
13 SM. Karang Gading Langkat Timur Laut
Menpan No.811/Kpts/Um/11/19805 November 1980 15,765.00 SK.5348/Menhut-VII/KUH/2014 11 Agust 2014 4,685.10 SK.118/IV-SET/2013 12 April 2013 2010-2019
14 TWA. Sibolangit SK. Mentan No.636/Kpts/Um/9/1982 September 1980 24.85 Menhut SK.197/Menhut-II/2014 35 Feb 2014 120 (24,85) Sudah SK.121/IV-SET/2013 12 April 2013 2013 - 2022
15 TWA. Lau Debuk DebukMentan 320/Kpts/Um/5/1980 jo SK Mentan No.611/Kpts-Um/8/1982
9 Mei 1980 7.00 - Proses SK.120/IV-SET/2013 12 April 2013 2013-2022
16 TWA. Deleng Lancuk Menhut 68/Kpts-II/1989 6 Februari 1989 435.00 - Proses SK.166/IV-SET/2013 19 April 2013 2013-202217 TWA. Sicike Cike Menhut No.78/Kpts-II/1989 7 Februari 1989 575.00 SK.4184/Menhut-VII/KUH/2014 10 Juni 2014 531.02 sudah SK.57/IV-SET/2012 2 April 2012 2011-202018 TWA. Sijaba Hutaginjang Menhut 592/Kpts-II/93 5 Oktober 1993 500.00 - - -19 TWA. Holiaday Resort Menhut 695/Kpts-II/1990 27 November 199 1,963.75 SK.3913/Menhut-VII/KUH/2014 14 Mei 2014 2,100.42 - -20 TB. Pulau Pini Menhut 347/Kpts-II/1996 5 Agsustus 1996 8,350.00 - Proses -
21 SA. Lubuk RayaMenhut SK.44/Menhut-II/2005 Jo SK.579/Menhut-II/2014
24 Juni 2014 3,050.00 SK.3590/Menhut-VII/KUH/2014 2 Mei 2014 2,982.17 - -
22 SA. Sei LeidongMenhut SK.44/Menhut-II/2005 Jo SK.579/Menhut-II/2014
24 Juni 2014 1,100.00 - - -
TABEL 1. DATA KAWASAN KONSERVASI
No Satuan Kerja Nama dan Fungsi Kawasan
SK Kawasan Zonasi/Blok Rencana PengelolaanPenunjukan Penetapan SK Penataan Zonasi/Blok Luas Zonasi/Blok SK. PENGESAHAN
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3. Penjelasan Masing- Masing aspek METT
Penjelasan terhadap efektivitas pengelolaan Cagar Alam Sibolangit dengan rumus sebagai berikut :
PersentaseAspek = 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑷𝑷𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵
𝑴𝑴𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝒙𝒙𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿%
Aspek Konteks =3
3𝑋𝑋100% = 100% (EFEKTIF)
Aspek Perencanaan = 8
15𝑋𝑋100% = 60% (CUKUP EFEKTIF)
Aspek Input = 13
18𝑋𝑋100% = 72% (EFEKTIF)
Aspek Proses = 19
33𝑋𝑋100% = 56% (CUKUP EFEKTIF)
Aspek Output = 1
3𝑋𝑋100% = 33% (CUKUP EFEKTIF)
Aspek Outcome = 3
4𝑋𝑋100% = 75% (EFEKTIF)
Nilai Akhir Efektivitas = 𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑵𝑻𝑻𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑴𝑴𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓𝑵𝑵𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑴𝑻𝑻𝑵𝑵𝑵𝑵𝒓𝒓
𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿% Nilai Akhir Efektivitas METT = 𝟒𝟒𝟒𝟒
𝟕𝟕𝟕𝟕𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿𝑿% = 62% (CUKUP EFEKTIF)
Universitas Sumatera Utara