Upload
erwin-musdah
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
1/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 1/88
SERI BENUA MARITIM
NDONESIA DAN MUD VOLCANO
[http://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-
8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPG]
Kertas Karya Perorangan (TASKAP), Dr. Ir. Hardi Prasetyo
Peserta dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Selaku Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, saat itu Prof. Dr. P urnomo Jusgiantoro
Sebelumnya: Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, dan Dr. Kuntoro Mangkusubroto
Saat ini selaku Wakil Kepala Badan Pelaksana, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
KATA PENGANTAR
“PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GASBUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPGhttp://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPGhttp://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPGhttp://indonesianmaritimecontinent.blogspot.com/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.htmlhttp://indonesianmaritimecontinent.blogspot.com/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.htmlhttp://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPG
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
2/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 2/88
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dengan penu
antusias telah dapat menyelesaikan Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini, sebagai salah satu persyarata
utama bagi peserta KSA XI 2003 LEMHANNAS sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Surat Perintah Gubernur Lemhannas Nomor: Sprint/888/VII/ 2003 Tanggal 21 Juli
2003, penulis mendapat tugas untuk menulis Taskap dengan judul:
“PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI
LAUT YURISDIKSI NASIONAL GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
RAKYAT DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL”
Saat ini Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di laut Yurisdiksi Nasional yang demikian
luas dari sistem negara kepulauan (archipelagic state) masih belum optimal. Di samping itu dari aspek Ilmu
dan Teknologi, SDM dan pelaku usaha hulu (upstream business) Migas masih didominasi oleh investor
asing, yang diikat melalui perjanjian Kontrak Production Sharing (KPS).
Mengingat bahwa di satu sisi eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang dilaksanakan di
daratan (offshore) selama lebih dari lima puluh tahunan telah memasuki tahap kejenuhan (over mature), di
samping semakin banyaknya tekanan psikologis sehubungan dengan adanya paradigma baru Otonomi
Pemerintah Daerah dan Lingkungan Hidup serta maraknya gangguan keamanan, dan di sisi lain wilayah
laut yang mempunyai potensi Migas masih luas dan tersedianya teknologi pemboran laut dalam (deep sea
drilling technology) yang dapat bekerja pada kedalaman dasar laut lebih dari 1000 m, maka ke depan
kegiatan eksploitasi di lepas pantai akan lebih memberikan harapan untuk dijadikan unggulan dalam
rangka meningkatkan total produksi Migas Indonesia, yang selama empat tahun belakangan ini
menunjukkan kecenderungan yang menurun.
Eksploitasi Migas di wilayah laut Yurisdiksi Indonesia ke depan akan ditingkatkan dengan
memperhatikan empat pilar, yaitu: pertama, meningkatkan keamanan energi (energy security) Indonesia
untuk memperpanjang sebagai pengimpor minyak (net importer); kedua, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi (economic growth) berupa devisa untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan
(national sustainable development); ketiga, memberikan nilai tambah (added value) dan kemanfaatan
(benefit) sebesar-besarnya khususnya bagi masyarakat pesisir yang berada di sekitar lokasi kegiatan; dan
Keempat, mendukung keamanan (security) sehubungan lokasi kegiatan di lepas pantai sebagai titik tetap
(fix point) maupun yang berkaitan dengan “watch dog” kemungkinan gangguan pertahanan dan keamanan
pada umumnya.
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
3/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 3/88
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Laksamana Muda TNI Abdul Adim, S.IP yang bersedia
meluangkan waktu untuk menjadi Tutor Taskap, dan telah membawa penulis untuk lebih memahami sistem
pengkajian dan penulisan yang berlaku di Lemhannas.
Demikian pula pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan kepada
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
KSA XI Lemhannas Tahun 2003.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus juga kami sampaikan kepada Gubernur dan
Wakil Gubernur Lemhannas, para Deputi dan Staf, para Widyaiswara dan semua pihak yang telah
memperkaya cakrawala pengetahuan penulis selama mengikuti kursus ini.
Penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih atas el spirit de corps dari rekan-rekan peserta KSA
XI LEMHANNAS TAHUN 2003.
Yang tidak kalah pentingnya, program bernuansa pendidikan SDM di Lemhannas tidak akan
berhasil diselesaikan tanpa dukungan doa dan toleransi yang diberikan dari istri dan keluarga tercinta.
Menyadari adanya keterbatasan baik berkenaan dengan waktu yang tersedia untuk penulisan
secara lebih komprehensif sangat terbatas, maupun keterbatasan kemampuan penulis, Taskap ini
tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran membangun serta masukan-masukan lainnya bagi penyempurnaannya.
Mudah-mudahan Taskap ini dapat memberikan suatu kontribusi dalam mendukung upaya
Pemerintah untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi Migas Nasional yang pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka pembangunan nasional berkelanjutan
dalam tatanan Indonesia Baru di Abad 21.
Jakarta, 30 Oktober 2003
Penulis Hardi Prasetyo NIP 100002849
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
4/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 4/88
1. Umum ........................................................................................... 1
2. Maksud dan Tujuan ................................................................... 5
3.
Ruang Lingkup ........................................................................... 6
4.
Metode Pendekatan ................................................................... 6
5.
Sistematika Penulisan .............................................................. 8
6. Pengertian-pengertian .............................................................. 10
7.
Umum ........................................................................................... 14
8.
Landasan idiil Pancasila............................................................ 17
9. Landasan Konstitusional UUD 45........................................... 18
10. Landasan Visional Wawasan Nusantara............................... 20
11.
Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional..................... 22
12.
Landasan Operasional GBHN 1999-2004.............................. 23
BAB III KONDISI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT
YURISDIKSI NASIONAL SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA
13. Umum............................................................................................ 25
14.
Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Yurisdiksi Saat
Ini........................................................................................................
27
15. Kontribusi eksploitasi Migas terhadap Kesejahteraan Rakyat dan
Pembangunan Nasional........................................................... 43
16. Permasalahan-permasalahan.................................................. 46
BAB IV PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
17. Umum............................................................................................ 50
18.
Lingkungan Internasional/ Global............................................ 51
19.
Lingkungan Regional................................................................. 56
20.
Lingkungan Nasional................................................................. 57
21.
Peluang dan Kendala................................................................ 63
BAB V PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II DASAR PEMIKIRAN
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
5/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 5/88
LAUT YURISDIKSI NASIONAL YANG DIHARAPKAN
22. Umum ........................................................................................... 68
23. Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Migas .................... 70
24.
Hubungan Eksploitasi Migas dengan Pembangunan Nasional 85
25. Umum............................................................................................ 90
26.
Kebijaksanaan............................................................................. 91
27.
Strategi.......................................................................................... 92
28.
Upaya............................................................................................ 102
BAB VII PENUTUP
29. Kesimpulan ................................................................................. 115
30.
Saran ............................................................................................ 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN : Disusun Secara Berurutan
1. Daftar Kepustakaan
2.
Alur Pikir 3.
Pola Pikir
4.
Sistem Sumber Daya Migas Nasional (SDMN)
5.
Kondisi Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Migas di Laut Yurisdiksi Nasional yang Diharapkan
6. Peta Digital (SIG) Negara Kesatuan Republik Indonesia memperlihatkan Batimetri (kedalaman
dasar laut) pada wilayah laut yurisdiksi nasional
7.
Peta Wilayah Kerja Migas dalam NKRI
8. Peta Digital (SIG) Cekungan Migas dalam NKRI
BAB IPENDAHULUAN
1.
Umum
Bersamaan dengan badai krisis multidimensi yang masih melanda Indonesia hingga saat ini, diawali oleh
krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, bangsa Indonesia dihadapkan pada isu kritis energi yang
BAB VI KONSEPSI PENINGKATAN EKSPLOITASI
PERTAMBANG AN MIGAS DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
6/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 6/88
kurang menggembirakan. Bila tidak diwaspadai, dalam waktu kurang lebih 12 tahun lagi Indonesia bisa
menjadi negara total pengimpor minyak (net oil importer country). Untuk memperlambat Indonesia menjadi
net oil importer country , perlu ditingkatkan jumlah cadangan minyak (oil reserve) yang tersimpan di
cekungan minyak (oil basin) yang berada pada kedalaman beberapa ribu meter di bawah permukaan bumi
(subsurface).
Untuk meningkatkan besarnya cadangan dan produksi minyak dan gas bumi harus dibarengi dengan
peningkatan kegiatan hulu (upstream oil activity) yang terdiri dari penyelidikan umum, penelitian,
pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi, yang dilakukan baik pada kawasan daratan (onshore) atau lepas
pantai (offshore).
Dalam sektor Minyak dan Gas Bumi (Migas), kegiatan eksploitasi (exploitation) merupakan bagian dari
kegiatan hulu Migas yang ditujukan untuk mengeluarkan minyak mentah (crude oil) dari reservoir di dalam
bumi ke permukaan. Adapun keseluruhan eksploitasi pertambangan Migas mencakup kegiatan utama dan
penunjang yaitu pemboran (drilling) ditopang oleh sarana anjungan lepas pantai (offshore platform),
penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan minyak mentah yang dihasilkan, penyimpanan
dan pengolahan di lapangan termasuk pengolahan gas bumi (natural gas) yang diubah menjadi cair,
dikenal sebagai liquid natural gas (LNG).
Dengan demikian peningkatan kegiatan eksploitasi pertambangan Migas di wilayah laut yurisdiksi nasional,
mempunyai nilai strategis. Karena luarannya (output) akan meningkatkan produksi Migas nasional, yang
pada akhirnya dapat memperlambat Indonesia menjadinet oil importer country
, sekaligus meningkatkankeamanan pasokan Migas (oil and gas supply security) baik saat ini, maupun bagi generasi mendatang.
Kontribusi Migas pada tahun 2000 keseluruhannya telah memproduksi sekitar 1,3 juta barel minyak bumi
dan 7,9 milyar kaki kubik gas bumi per hari. Dari angka tersebut kira-kira sebesar 37 persen minyak bumi
dan 31 persen gas bumi diproduksi dari ladang-ladang Migas di lepas pantai (offshore oil and gas fields).
Bersamaan dengan kontribusi signifikan tersebut sekaligus juga menimbulkan permasalahan yang cukup
serius, karena sampai saat ini “Indonesia belum dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri” .
Walaupun keseluruhan (darat dan laut) produksi minyak bumi pada tahun 2001-2003 cenderung menurun.
Namun, selama 28 tahun terakhir ini tercatat bahwa pangsa produksi Migas dari lepas pantai terus
meningkat, terutama berasal dari lapangan migas di Laut Jawa, lepas pantai Kalimantan Timur, Laut
Natuna dan Selat Malaka, dan Selat Makassar.
Dengan demikian masalah yang kita hadapi adalah bagaimana optimalisasi eksploitasi pertambangan
Migas di laut yurisdiksi nasional yang mempunyai tatanan morfologis dan geologis cukup komplek agar
dapat meningkatkan cadangan dan sekaligus produksi Migas, sehingga dapat mengimbangi produksi dari
daratan (onshore) yang secara umum sedang dalam kurva yang menurun.
Pembangunan Nasional sebagaimana yang diamanahkan dalam Pancasila, UUD 1945 maupun landasan
operasional GBHN (1999-2004) dan Propenas (2000-2004) pada hakekatnya merupakan pembangunan
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
7/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 7/88
berkelanjutan (sustainable development) untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang
berkeadilan serta aspek pemberdayaan masyarakat.
Dalam kaitan ini eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi nasional merupakan bagian misi
strategis dari pembangunan nasional sebagai sektor andalan baik dalam rangka pemilihan perekonomian
nasional, maupun menjamin keamanan ketersediaan energi untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesejahteraan manusia Indonesia sebagai bagian dari peradaban seluruh umat manusia di Milenium III.
Memperhatikan uraian hal-hal di atas, maka masalah mendasar yang dihadapi adalah “bagaimana
meningkatkan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional dari sistem negara
kepulauan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya dan
khususnya kesejahteraan masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar kegiatan Migas, sebagai bagian tak
terpisahkan dari pembangunan nasional berkelanjutan”.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kertas karya perorangan (Taskap) ini adalah untuk memetakan kondisi eksploitasi
pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional dan permasalahan yang dihadapi saat ini,
dilanjutkan dengan analisis untuk menyusun kondisi yang diharapkan. Hal ini sebagai alat bantu untuk
menyusun konsepsi disertai kebijakan, strategi, dan upaya-upaya yang diperlukan untuk meningkatkan
eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional.
Hasil luaran diharapkan dapat dikontribusikan bagi para pengambil keputusan dalam menetapkan
kebijakan berdimensi strategis lebih lanjut, baik jangka pendek untuk pemulihan perekonomian nasional,
maupun jangka menengah dan panjang untuk meningkatkan keamanan energi berbasis Minyak, sekaligus
mewujudkan impian agar “Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri” dalam mengelola
(management) dan mendayagunakan (utilization) sumber daya Migas yang merupakan “titipan bag
generasi mendatang ”.
3.
Ruang Lingkup
Pada umumnya kegiatan hulu Migas mencakup dua aspek utama yang umumnya menjadi
kesatuan utuh yaitu eksplorasi dan eksploitasi/produksi karena itu sering disingkat sebagai EP (Eksplorasi
dan Produksi), pembahasan pada Taskap ini dibatasi pada cakupan berkaitan dengan eksploitasi Migas di
wilayah laut yurisdiksi nasional. Namun, informasi dari kegiatan eksplorasi digunakan sebagai pilar untuk
memberikan dukungan terhadap proses analisis aspek eksploitasi.
Mengingat eksploitasi pertambangan Migas juga mempunyai spektrum yang sangat lebar (wide
spectrum), maka pembahasan akan lebih memprioritaskan pada aspek Minyak Bumi (selanjutnya disebut
Minyak).
Mencermati bahwa sampai saat ini kegiatan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di
lepas pantai masih terkonsentrasi pada wilayah perairan Kepulauan Indonesia dan lainnya pada landas
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
8/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 8/88
kontinen yang merupakan bagian dari sistem Paparan Sunda (Sunda Shelf) di Kawasan Barat Indonesia,
maka kondisi atau potret saat ini akan dibatasi pada wilayah yang menurut hukum laut Internasional
(Unclos 1982) menjadi kedaulatan negara. Namun, untuk perspektif ke depan kepentingan Indonesia di
laut juga meliputi bagian-bagian laut dimana Indonesia memiliki hak-hak berdaulat dan yurisdiksi untuk
pemanfaatannya.
4. Metode Pendekatan
Penulisan Taskap ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis kepustakaan, dan
pendekatan komprehensif integral, dan holistik dengan menggunakan pisau analisis Geopolitik dan
Ketahanan Nasional.
Sesuai dengan cakupan dan sasaran kurikulum di Lemhannas, maka dalam Taskap ini akan
diprioritaskan pembahasan pada aspek strategis dalam kaitan dengan pembangunan nasional
berkelanjutan. Sedangkan aspek teknis berkaitan eksploitasi pertambangan Migas akan digunakan
sebagai latar belakang perkembangan sektoral, yang merupakan sub-sistem dari keseluruhan sistem
pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam (resource based economic development).
Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) telah digunakan untuk mengelola data-data digital
aspek kewilayahan (gatra geografi) dan aspek Migas (gatra SKA), diusulkan sebagai salah satu pilar
pendukung Sistem Informasi untuk SISMENNAS.
5. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan dalam pembahasan dan analisis, penulisan Taskap ini menggunakan
sistematika penyajiannya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara umum latar belakang permasalahan, alasan penulisan judul, maksud
dan tujuan, ruang lingkup pengkajian, tata urut, metode pendekatan, dan pengertian-pengertian yang
terkait dengan topik Taskap.
BAB II Dasar Pemikiran
Bab ini menguraikan secara umum kerangka pemikiran dan paradigma nasional (nationa
paradigm) mencakup landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, landasan visional
Wawasan Nusantara, landasan konsepsional Ketahanan Nasional, dan landasan Operasional GBHN
(1999-2004).
BAB III Kondisi Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Yurisdiksi
Nasional Saat Ini dan Permasalahannya
Bab ini berisi uraian tentang potret kondisi eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi
nasional saat ini. Dalam Bab ini juga akan diuraikan kontribusi eksploitasi pertambangan Migas di laut
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
9/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 9/88
yurisdiksi nasional terhadap kesejahteraan rakyat sebagai outcome dan pembangunan nasional, serta
permasalahan yang dihadapi.
BAB IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis
Bab ini menguraikan tentang perkembangan lingkungan strategis di tingkat global/internasional,
regional dan nasional yang akan mempengaruhi baik langsung atau tidak terhadap peningkatan eksploitasi
pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional, yang juga akan mempengaruhi upaya-
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka pembangunan nasional. Dalam Bab ini juga
akan diidentifikasikan peluang dan kendalanya.
BAB V Kondisi Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi guna
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang diharapkan
Dalam Bab ini diuraikan mengenai kondisi peningkatan eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi
nasional yang diharapkan sehingga dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan produksi Migas pada
umumnya, yang pada akhirnya memberikan outcome meningkatnya kesejahteraan rakyat dan
memantapkan Pembangunan Nasional berkelanjutan. Permasalahan yang telah diidentifikasikan pada BAB
III akan direspon, sebagai upaya menyusun skenario terhadap peningkatan eksploitasi pertambangan
Migas yang diharapkan.
BAB VI Konsepsi Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di
Laut Yurisdiksi Nasional guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dalam
rangka Pembangunan Nasional
Dalam Bab ini diuraikan usulan penulis tentang kebijaksanaan yang seharusnya ditempuh disertai dengan
strategi dan upayanya dalam bentuk suatu konsepsi tentang penyempurnaan peningkatan eksplorasi
pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat
dalam rangka pembangunan nasional.
BAB VII Penutup
Bab ini berisi kesimpulan utama dan hasil seluruh pengkajian tentang peningkatan eksploitasi
pertambangan Migas di laut yurisdiksi nasional dewasa ini, disertai dengan beberapa saran yang bersifat
strategis.
5.
Pengertian-pengertian
a.
Eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional : adalah upaya untuk
mengeluarkan sumber daya minyak dan gas bumi dari lapisan reservoir di bawah dasar laut yurisdiksi
nasional. Eksploitasi termasuk ke dalam kegiatan hulu migas (upstream) yang merupakan kelanjutan dari
tahap eksplorasi, yaitu serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menemukan lokasi sumber daya migas
dan menentukan besarnya cadangan baik yang terbukti maupun potensial. Keseluruhan kegiatan
eksploitasi mencakup kegiatan utama dan penunjang yaitu pemboran (drilling) ditopang oleh sarana
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
10/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 10/88
anjungan lepas pantai (offshore platform), penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan
minyak mentah yang dihasilkan, penyimpanan dan pengolahan di lapangan (field processing) termasuk
pengolahan gas bumi yang diubah menjadi cair dikenal sebagai liquid natural gas (LNG).
b.
Laut yurisdiksi nasional : sesuai dengan Konvensi Hukum Laut PBB (1982) wilayah laut yang berada di
bawah yurisdiksi nasional dibagi ke dalam bagian-bagian yang berada di bawah kedaulatan penuh suatu
negara, dan bagian-bagian di mana negara dapat melakukan wewenang serta hak-hak khusus yang diatur
oleh Konvensi. Yang berada di bawah yurisdiksi nasional berada di bawah kedaulatan penuh Indonesia
termasuk perairan pedalaman (internal waters), perairan kepulauan (archipelagic waters), laut teritorial
(territorial sea), jalur atau zona tambahan (contiguous zone), zona eksklusif (exclusive economic zone),
dan landas kontinen. Luas seluruh lautan di bawah yurisdiksi Indonesia mencapai sekitar 5,8 juta Km 2 atau
lebih dari 70% luas seluruh wilayah Indonesia.
c.
Peningkatan kesejahteraan rakyat : adalah kondisi ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan,
sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. Membangun kesejahteraan rakyat adalah
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian
utama pada tercukupinya kebutuhan dasar.
d.
Pembangunan Nasional : adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan
nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
e.
Wawasan Nusantara: adalah geopolitik Indonesia merupakan cara pandang tentang kebulatan wilayah
nasional, kesatuan bangsa, satu tujuan dan tekad perjuangan, satu kesatuan hukum, satu kesatuan sosial
budaya, satu kesatuan ekonomi, dan satu kesatuan hankam.
f.
Geopolitik : secara umum diartikan sebagai politik atau kebijaksanaan dan strategi nasional yang
didorong oleh aspirasi nasional geografi suatu negara. Dengan demikian Geopolitik bertumpu kepada
geografi sosial mengenai situasi, kondisi atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap
relevan dengan karakteristik suatu negara.
g. Cekungan Migas: adalah lapisan-lapisan di bawah dasar laut yang secara geologis membentuk
geometris lengkungan, di mana sumber daya minyak dan gas bumi terakumulasi pada lapisan-lapisan
waduk (reservoir).
h.
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Migas: adalah suatu wilayah, di mana Pemerintah selaku
pemegang kuasa pertambangan telah memberikan hak ekonomi (economic right) kepada investor untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi pada suatu wilayah atau blok dimana koordinat
batas-batasnya ditentukan.
i.
Kontrak Kerja Sama (KKS): adalah kontrak untuk melakukan kegiatan hulu minyak dan gas bumi di suatu
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
11/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 11/88
WKP termasuk ke dalamnya Kontrak Production Sharing (KPS) atau kontrak-kontrak lain yang
menguntungkan Indonesia;
. Kontrak Production Sharing (KPS): adalah salah satu dari kontrak kerja sama antara Pemerintah dengan
investor Migas untuk melakukan kegiatan hulu Migas di salah satu WKP berdasarkan pola bagi hasil dari
produksi Migas.
k. Landas kontinen: adalah dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang
terletak di luar laut teritorial sepanjang kelanjutan alamiah (natural prolongation) wilayah daratannya
hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga jarak 200 mil-laut dari garis pangkal yang sama darimana
lebar laut teritoral diukur, atau dalam keadaan tertentu hingga jarak 350 mil-laut dari garis-garis pangkal
yang sama darimana lebar laut teritorial diukur, atau hingga jarak 100 mil dari kedalaman 2500 meter.
l.
Laut teritorial Indonesia: adalah jalur laut selebar 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan
Indonesia.
m. Zona tambahan: adalah suatu jalur laut yang terletak di luar dan berbatasan dengan laut teritorial
hingga batas terluarnya pada jarak 24 mil-laut diukur dari garis-garis pangkal.
n.
Zona Ekonomi Eksklusif : adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia
sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang
meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari
garis pangkal laut wilayah Indonesia (Pasal 2 Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 44/1983, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 3260 tahun 1983).
BAB II
DASAR PEMIKIRAN
Sampai saat ini, Minyak dan Gas Bumi (Migas) bagi bangsa dan negara
Indonesia ditempatkan sebagai bahan galian (tambang) yang mempunyai nilai
vital dan strategis. Untuk menyediakan komoditas energi berbasis bahan bakar
minyak (BBM) di dalam negeri, bahan baku industri nasional, sumber penerimaan
negara dari hasil ekspor. Namun, untuk mendapatkan sumber kekayaan alam
Migas tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan hulu (upstream activity)
7. Umum
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
12/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 12/88
mencakup eksplorasi (exploration) dan eksploitasi (exploitation). Dalam kaitan ini,
eksploitasi migas hanya dapat dilakukan setelah kegiatan eksplorasi dituntaskan.
Pada kegiatan hulu Migas di mana terkait dengan aspek menemukan dan
memproduksi sumber daya Migas, maka konsepsi pembentukan dan asal-usul
Migas (Oil origin) merupakan landasan operasionalnya. Dalam kaitan ini peran
SDM, Iptek kebumian, data informasi, dan didukung oleh sarana dan prasarana,
peraturan dan perundang-undangan, serta modal atau investasi akan memegang
kunci keberhasilan (success key).
Dalam kaitan itu, proses alami atau geologi yang berlangsung puluhan,
bahkan sampai ratusan juta tahun yang lalu, telah memegang peran kunci dalam
membentuk (shaping) negara kepulauan. Di samping itu, juga telah menyediakan
sumber kekayaan alam tak terbarukan berupa Migas, yang sebagian besar
terdapat pada cekungan Migas yang berlokasi di wilayah laut yurisdiksi nasional.
NKRI yang berwujud negara kepulauan dimana 2/3 dari luas
keseluruhannya adalah wilayah laut, sesuai dengan konsep Geopolitik Indonesia
sangat relevan sebagai suatu Negara Bahari (maritime nation). Oleh karena itu
Indonesia perlu meningkatkan kegiatan eksploitasi pertambangan Migas di laut
yurisdiksi nasional, karena di samping memberikan harapan untuk meningkatkan
cadangan migas dalam kerangka keamanan energi Indonesia, yaitu
memperlambat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak. Namun, di samping
itu wilayah laut nasional dan yurisdiksi Indonesia sendiri sebagian besar masih
merupakan kawasan frontier , sehingga menjadi suatu tantangan dan kendala
dalam upaya untuk pendayagunaannya.
Ke depan Bangsa Indonesia harus mampu untuk memanfaatkan dan
mengelola seluruh kekayaan Migas di wilayah laut nasional, untuk peningkatan
kesejahteraan bangsa Indonesia. Di samping itu, hal yang tidak kalah pentingnya
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
13/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 13/88
adalah untuk mewujudkan kepulauan dan wilayah laut nasional sebagai satu
kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.
Dengan demikian wilayah laut nasional sebagai gatra “Geografi” dan Migas
sebagai gatra “SKA”, pada hakekatnya merupakan ruang hidup (lebensraum) dan
wahana perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Dalam tatanan Geopolitik Indonesia, eksploitasi pertambangan Migas di laut
yurisdiksi nasional mempunyai makna sebagai integrasi keterkaitan antara Gatra
SKA dan Gatra Geografi, yang pada akhirnya dioptimalkan pemanfaatannya dan
pengelolaannya (management) agar dapat memberikan kemanfaatan (benefit)
serta nilai tambah (added value) sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia,
yang dalam ini merupakan unsur dari Gatra “demografi”, ketiganya merupakan
kesatuan utuh dari Trigatra.
Dalam usaha Migas, eksploitasi termasuk pada sektor hulu (upstream
sector) yang baru dapat dilaksanakan setelah tahap eksplorasi diselesaikan.
Eksplorasi sendiri bertujuan untuk mendapatkan informasi untuk menemukan
cadangan minyak dan gas bumi (oil reserve) di suatu Wilayah Kerja (WK)
tertentu.
Adapun yang dimaksud dengan WK adalah daerah atau wilayah yang
terdapat di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia. Pada Undang-
Undang No. 22 tahun 2001 tentang Migas ditegaskan bahwa wilayah hukum
pertambangan Indonesia mencakup wilayah daratan, perairan (offshore) dan
landas kontinen Indonesia (Indonesian continental shelf).
Pada dimensi kewilayahan, kedaulatan maupun yurisdiksi Indonesia baik di
wilayah laut secara umum dan khususnya pada landas kontinen mengikuti
ketentuan dari Hukum Laut Internasional (Unclos 1982), di mana Indonesia
mempunyai kedaulatan, atau memiliki kewenangan-kewenangan khusus, yang
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
14/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 14/88
antara lain untuk mendayagunakan SKA, tapi tanpa mempunyai kedaulatan.
Sedangkan landas kontinen Indonesia adalah wilayah laut sebagai
kelanjutan alami (natural prolongation of landmass) masa daratan, di mana
Indonesia mempunyai yurisdiksi untuk dapat melakukan eksploitasi Migas,
bahkan sampai pada jarak 350 mil dari garis pangkal (maximum claim o
continental shelf). Dengan catatan bila Indonesia terlebih dahulu melakukan kleim
tersebut kepada Badan Otorita Landas Kontinen PBB selambat-lambatnya tahun
2009.
Agar pendayagunaan SKA Migas melalui eksploitasi pertambangan di wilayah
laut yurisdiksi nasional dapat menyerasikan antara kepentingan kesejahteraan
(prosperity interest) di satu sisi dan kepentingan keamanan (security interest) di
sisi lain, maka di dalam implementasinya harus senantiasa dilandasi oleh
paradigma nasional (national paradigm) mencakup Landasan Idiil Pancasila,
Landasan Konstitusional UUD 45, Landasan Visional Wawasan Nusantara,
landasan konsepsional Ketahanan Nasional, dan landasan operasional GBHN.
Para pendiri bangsa (founding father) Indonesia pada tahun 1945 telah
sepakat untuk menetapkan Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) serta
landasan idiil bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai landasan idiil mempunyai nilai-nilai luhur sedangkan nilai-
nilai dasarnya tetap mempunyai nilai instrumental yang dinamis. Sehingga dapat
menyesuaikan diri terhadap perkembangan lingkungan strategis yang berubah.
Hal ini karena diperkuat oleh dimensi fleksibilitas yang terkait dengan Pancasila.
Adapun sebagai nilai-nilai dasar yang tetap adalah tujuan dan cita-cita nasional.
Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan nasional yang
8. Landasan Idiil Pancasila
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
15/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 15/88
dilandasi Pancasila adalah “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Adapun cita-cita nasional adalah untuk
mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat dan adil dan
makmur .
Dengan falsafah dari ideologi Pancasila khususnya dalam sila Persatuan
Indonesia, Bangsa Indonesia bermaksud untuk mewujudkan integrasi atau
keutuhan nasional. Yaitu untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam upaya untuk mewujudkan kemakmuran yang berkeadilan, dan adil
berkemakmuran, maka potensi sumber daya kekayaan Migas yang terdapat di
wilayah laut harus didayagunakan dan dikelola secara berkelanjutan (sustainable
utilization and management) dengan memperhatikan daya dukung alam,
pelestarian lingkungan hidup serta ketersediaan (availability) bagi generasi
mendatang (future generation).
Peningkatan eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi nasional
tidak dapat dipisahkan dari cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 seperti diuraikan di atas.
Sesuai dengan ayat 2 dan 3, pasal 33, Undang-undang Dasar 1945 maka
sumber kekayaan alam Migas harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat Indonesia. Untuk itu Negara memegang kepemilikan sumber
daya Migas atau penguasaan mineral (mineral right) yang selanjutnya kuasa
pertambangan (mining right) didelegasikan Negara kepada Pemerintah.
9. Landasan Konstitusi UUD 1945
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
16/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 16/88
Selanjutnya Pemerintah selaku pemegang kuasa pertambangan Migas
melakukan pengelolaan sumber daya Migas dimana untuk kegiatan hulu
mencakup eksplorasi dan eksploitasi dalam kaitan dengan penguasaan ekonomi
(economic right) Pemerintah melakukan kerjasama melalui kerangka Kontrak
Kerjasama Sama (KKS) baik dengan investor asing (Badan Usaha Tetap), Badan
Usaha Milik Negara/BUMD, dan UKM/Koperasi.
Khususnya kegiatan eksploitasi Migas di wilayah laut mengingat
memerlukan investasi yang besar, teknologi yang sangat maju (advance
technology), dan sumber daya manusia yang handal maka saat ini masih
didominasi oleh investor asing yang dalam hal ini berada pada tataran economic
right , melalui mekanisme Kontrak Production Sharing (PSC umum digunakan
sebagai KPS)
Dalam kaitan dengan ruang wilayah maka Indonesia telah menetapkan
prinsip-prinsip dasar atau konstitusinya dalam UUD 1945. Ketentuan pasal 1 UUD
1945 yang menetapkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah suatu Negara
Kesatuan mengisyaratkan bahwa Indonesia adalah suatu negara yang
wilayahnya tidak terkotak-kotak. Lebih jauh pasal 25 E, yang merupakan Pasal
tambahan pada Perubahan Kedua terhadap UUD 1945 yang dilakukan pada
tahun 2000, ditetapkan bahwa: “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-undang.”
Adapun sebagai acuan dalam penentuan batas-batas serta hak-hak di
wilayah laut didasarkan kepada Hukum Laut Internasional (Unclos 1982), yang
dalam hal ini Indonesia mempunyai kewajiban untuk menetapkan titik pangkal
(base points), garis pangkal (base lines), zona tambahan (indigenous zone), alur
lintas kepulauan (sea lanes), batas terluar Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
17/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 17/88
kontinen (continental shelf) serta kemungkinan maksimum kleim 350 mil landas
kontinen.
Dalam kaitan dengan wilayah hukum Pertambangan Indonesia maka usaha hulu
Migas termasuk eksplorasi dan eksploitasi adalah termastk wilayah perairan dan
landas kontinen. Dengan demikian penyelesaian penetapan batas-batas negara
kepulauan melalui kegiatan survei, dan pemetaan wilayah NKRI akan
mempengaruhi terhadap implementasi eksploitasi migas di laut yurisdiksi
nasional.
Konsepsi Nusantara (Archipelagic Concept) sebagai pola pikir Wawasan
Nusantara, merupakan suatu konsep kewilayahan nasional, di mana wujud
kesatuan tanah dan air merupakan wadah fisik bagi pembangunan seluruh
Nusantara.
Konsepsi Negara Nusantara sebagai pemikiran politik bangsa Indonesia
telah dimantapkan dengan ditetapkannya Wawasan Nusantara sebagai salah
satu konsepsi politik dan kenegaraan dalam GBHN sejak Tap MPR No. IV tahun
1973 dan Tap MPR No. IV tahun 1998.
Wawasan Nusantara merupakan penjabaran dan sekaligur sebagai
Geopolitik serta landasan Geostrategi Bangsa Indonesia telah berkembang
menjadi wawasan nasional (national outlook) yang digunakan untuk
pembangunan tanah air Indonesia beserta segala isinya. Lebih jauh lagi telah
menjelma sebagai suatu wadah dan sarana perjuangan hidup bangsa pada era
mengisi Kemerdekaan Indonesia yang merupakan kesatuan secara bulat dan
utuh menyeluruh mencakup Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hankam.
Pada tahap selanjutnya, Wawasan Nusantara sebagai landasan pandangan
10. Landasan Visional Wawasan Nusantara
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
18/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 18/88
hidup bangsa Indonesia setelah melalui proses pemikiran berdasarkan UUD 1945
dan falsafah Pancasila, telah mendapatkan kemantapannya dan dikembangkan
secara terus menerus sesuai dengan perkembangan kebutuhan, yaitu kebutuhan
wilayah nasional yang disertai dengan kedaulatan atas wilayah daratan, laut
teritorial (territorial sea), perairan pedalaman, perairan kepulauan (archipelagic
sea) dan wilayah udara yang berada di atasnya, dasar laut serta tanah di
bawahnya, serta segenap sumber kekayaan alam termasuk Migas yang
terkandung di dalamnya.
Dalam kaitan dengan Geopolitik, Indonesia dapat memenuhi enam
persyaratan untuk membangun kekuatan di laut (sea power) baik berorientasi
kesejahteraan (prosperity orientation) maupun keamanan (security orientation)
sebagaimana diusulkan oleh Alfred Thayer Mahan (1860-1914) yaitu: (a) letak
geografis, menempati posisi silang Asia-Pasifik; (b) bangun muka buminya,
negara kepulauan dengan sumber daya alam di dalamnya; (c) luas wilayahnya,
dari Sabang sampai Merauke; (d) penduduknya yang terlibat di Bahari, sebagian
besar penduduk tinggal pada jarak 10 km dari pesisir dan khususnya nelayan
serta insan Bahari lainnya; dan (e) lembaga-lembaga pemerintahnya, institusi
yang terkait langsung atau tidak dengan aspek kelautan.
Sejalan dengan konsep Geopolitik Indonesia, maka dikembangkan
Wawasan Bahari Indonesia yang pada hekekatnya merupakan dinamisasi
Wawasan Nusantara. Merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri
dan lingkungannya yang akan memberikan corak, pola pikir, pola sikap dan pola
tindak terhadap pemanfaatan unsur Bahari (kelautan) dalam rangka integrasi
tanah, air dan angkasa di atasnya yang sekaligus dapat memperkokoh Geopolitik
Bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Dengan demikian peningkatan eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
19/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 19/88
nasional sangat relevan sebagai implementasi dari konsep Negara Kepulauan
dan Wawasan Nusantara, yang secara khusus merupakan operasionalisasi
Wawasan Bahari sebagai salah satu pilar dari Geopolitik Indonesia menuju cita-
cita nasional.
Ketahanan Nasional (Tannas) adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia
yang berisi keuletan dan ketangguhan mengembangkan kekuatan nasional yang
mandiri, untuk mengantisipasi ancaman baik dari dalam maupun luar. Di mana
pada akhirnya ditujukan untuk menjamin indentitas, integritas, dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasionalnya.
Konsepsi Tannas Indonesia merupakan pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan
secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Unsur Tannas dirumuskan dalam Astagatra mencakup gatra alamiah (Trigatra)
merupakan aspek-aspek suatu negara yang sudah melekat yaitu geografi
(wilayah), Sumber Kekayaan Alam (SKA), dan demografi (Kependudukan).
Sedangkan gatra sosial (Pancagatra) adalah aspek-aspek kehidupan nasional
mencakup Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial budaya, dan Hankam.
Dengan demikian eksploitasi pertambangan migas di wilayah laut yurisdiksi
nasional sangat terkait dengan gatra SKA dan Geografi dari Trigatra. Sedangkan
pada Pancagatra sosial, terutama sangat relevan dengan gatra ekonomi. Dalam
hal ini, ditujukan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
melalui upaya pembangunan sektor energi Migas, yang merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional berkelanjutan.
11. Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
20/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 20/88
GBHN telah memberikan arah mewujudkan visi bangsa Indonesia yaitu
terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya
saing, maju dan sejahtera dalam wadah NKRI didukung oleh manusia Indonesia
yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan teknologi,
memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.
Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup GBHNmemberikan arah kebijakan strategis berupa penerapan prinsip antargenerasi
dalam pengelolaan sumber daya alam, optimasi pemanfaatan sumber daya alam,
peningkatan potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup, serta
pemberdayaan kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam.Mengacu pada Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai ketetapan MPR nomor
IV/MPR/1999 maka arah kebijakan ekonomi yang terkait dengan sektor energi
adalah:
(1)
Menghindari struktur pasar monopolistik serta berbagai struktur pasar
distortif yang merugikan masyarakat;
(2)
Membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif
bidang pertambangan;
(3)
Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi Migas;
(4)
Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
publik termasuk energi Migas;
(5) Meningkatkan nilai ekspor terutama sektor industri yang berbasis sumber
daya alam Migas serta menarik investasi berkaitan dengan eksploitasi
12. Landasan Operasional Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN 1999-
2004)
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
21/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 21/88
melalui mekanisme Kontrak Kerjasama khususnya Kontrak Production
Sharing ;
(6)
Mendayagunakan sumber daya alam Migas untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup;
(7) Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Untuk melaksanakan peran strategis sebagaimana yang diamanahkan oleh
GBHN, sektor Migas diartikan sebagai rangkaian kegiatan dari hulu (terdiri dari
eksplorasi dan eksploitasi) ke hilir untuk menghasilkan devisa negara, penyedia
energi dalam negeri dan sebagai pemasok bahan mentah untuk industri. Dalam
kaitan ini, Pemerintah melaksanakan perannya sebagai stimulator dan fasilitator
yang mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi agar dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
BAB III
KONDISI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA
13. Umum
Pada dekade awal Abad 21, saat mana bangsa Indonesia masih berada pada
tahapan krisis moneter berlanjut menjadi krisis ekonomi, produksi Migas yang
dihasilkan melalui kegiatan eksploitasi di wilayah laut masih dapat bertahan
(survive) dan secara konsisten mampu mengkontribusikan devisa dari hasil
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
22/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 22/88
ekspor untuk mendukung pembangunan nasional yang selama lima tahun
belakangan ini besarnya berkisar antara 25-35 persen.
Peningkatan eksploitasi pertambangan Minyak dan Gas Bumi di laut yurisdiksi
nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka Pembangunan
Nasional, harus menjadi suatu misi bersama, bukan saja hanya dari sektor Energi
Migas, tapi juga bagi seluruh komponen bangsa.
Misi tersebut adalah untuk meningkatkan kegiatan eksploitasi Migas yang tidak
saja bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah (added value) semata. Namun,
bersamaan dengan itu harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung
alam (carrying capacity), melindungi lingkungan (environmental protection),
pemberdayaan masyarakat (community development) di kawasan pesisir dari
pulau-pulau berdekatan, termasuk sosial budayanya (social and cultural), serta
aspek keamanan (security aspect). Dengan demikian misi tersebut merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Pembangungan Nasional berkelanjutan.
14. Kondisi Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Yurisdiksi Indonesia Saat ini
Untuk memotret kondisi eksploitasi Migas saat ini secara sistematis
dilakukan dengan pendekatan Sistem Pendayagunaan SDA Migas dimana
komponen di dalamnya masing-masing: (1) Sumber daya Migas Nasional sebagai
proses masukan (SDM, Iptek, Sarana Prasarana, Data dan Informasi,
Kelembagaan dan Organisasi, Regulasi, Investasi); (2) Inventarisasi dan Evaluasi
Potensi Aset dasar kewilayahan (gatra Geofrafi) dan Sumber Kekayaan Alam
merupakan proses awal perubahan, mendakup kegiatan Survei, Pemetaan,
Penelitian, dan Eksplorasi; (3) Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Migas
melaui usaha Eksploitasi oleh pemegang KKS di WK tertentu; (4) Perlindungan
Lingkunan, Pemberdayaan Masyarakat dan Keamanan merupakan proses
pengontrol dan pendukung. Sistem Pengelolaan dan Pendayagunaan SDA Migas
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
23/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 23/88
merupakan subsistem dari Instrumen Masukan dari Pola Pikir (Lampiran).
a. Dinamika Usaha Hulu Migas
Wilayah yurisdiksi laut nasional dari negara kepulauan Indonesia (pasal 25 a UUD
1945) sejak awal tahun 1970-an telah menjadi salah sasaran kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi pertambangan Migas. Dengan semakin majunya teknologi
geofisika kelautan terutama sistem seismik refleksi digital (digital seismic
reflection system), pemboran (drilling technology), konstruksi anjungan (platform
engineering) dan pengembangan lapangan Migas laut dalam (deep sea oil ad gas
field), peran produksi Migas di lepas pantai Indonesia semakin memainkan peran
penting dari seluruh dinamika sektor Migas di Indonesia.
Evaluasi terhadap data Eksplorasi dan Produksi Migas tahun 2000 yaitu, saat
dimana Bangsa dan Negara Indonesia memasuki Abad ke 21 dan mengawali
pelaksanaan Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2004) sebagai
amanah dari GBHN 1999-2004, telah menunjukan bahwa kira-kira sebesar 37
persen produksi minyak bumi dan 31 persen produksi gas bumi atau rata-rata 34
persen dari total Migas yang diproduksi Indonesia berasal dari wilayah lepas
pantai. Sementara itu pada posisi akhir tahun 2002 menunjukkan bahwa
kontribusi minyak lepas pantai sekitar 30% dan gas 43% atau rata-rata 36,5% dari
total produksi Indonesia. Demikian pula data empiris menunjukkan bahwa secara
kumulatif, selama 25 tahun terakhir ini pangsa produksi Migas lepas pantai terus
meningkat.
Produksi lepas pantai terutama berasal dari lapangan migas di Laut Jawa, lepas
pantai Kalimantan Timur, khususnya kawasan Selat Makassar, Laut Natuna dan
Selat Malaka, dan baru-baru ini di Teluk Cendrawasih.
Sampai tahun 2000 sekitar 400 anjungan produksi ( production platform) telah
dibangun dengan lebih dari 2700 sumur pengembangan (development well ) telah
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
24/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 24/88
dibor. Salah satu hal yang signifikan adalah pada tahun 2003 telah dibangun
anjungan produksi (production platform) di lapangan minyak West Seno di Selat
Makassar pada kedalaman dasar laut 3200 kaki atau 975 meter, yang
diketemukan pada tahun 1998 oleh Unocal.
b. Perkembangan Usaha Hulu Migas
(1). Produksi Migas (kegiatan hulu)
Selama empat tahun belakangan ini produksi minyak bumi Indonesia secara
umum mengalami penurunan. Pada tahun 2003, Indonesia memproduksi sekitar
1,15 juta barel per hari, tahun 2002 1,27 juta berel, tahun 2001 sekitar 1,36 juta
barel, dan tahun 2000 sebesar 1,4 juta barel per hari.
Penurunan produksi Minyak disebabkan aspek teknis yaitu semakin cepatnya
penurunan produksi pada lapangan produksi ( production field ), dan terbatasnya
dana merapkan teknologi Enhance Oil Recovery , serta hal-hal nonteknis yang
terkait langsung oleh lingkungan strategis nasional antara lain menurunnya iklim
investasi (investation climate) dan euforia Otonomi Daerah.
(2) Wilayah Kerja (WK)
Pada tahun 2000 terdapat 166 WK eksplorasi dan eksploitas yang masih aktif
meliputi 62 (50%) terdiri dari WK lepas pantai, 22 wilayah kerja di daerah transisi
dan sisanya terdapat di daratan. Sebanyak 25 WK berada di laut dalam (lebih dari
200 m) dan sejauh ini baru satu diantaranya yang telah berproduksi yaitu blok
Kangean ARII di lepas pantai Jawa Timur.
Saat ini di Indonesia terdapat 153 WK diantaranya 36 WK sudah berproduksi
mencakup beberapa tipe kontrak yakni 2 perusahaan EOR (Enhance Oil
Recovery), 1 JOA (Joint Operating Assistance), 3 perusahaan JOB (Joint
Operating Body), 1 Pertamina (owner), 11 PSC, 17 PSC extention dan 1 TAC
(Technical Assistance Contract).
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
25/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 25/88
Dalam kurun waktu 10 tahun kebelakang telah ditandatangani sebanyak 64 KPS
standar, 8 KPS perpanjangan, 15 KPS-JOB dan 35 TAC yang merupakan jumlah
yang cukup besar dan potensial untuk mendukung kegiatan ekonomi di
Indonesia.
Masih belum optimalnya hasil penawaran dari Pemerintah terhadap WK Blok
baru, sangat dipengaruhi oleh semakin sulitnya mendapatkan wilayah kerja yang
ideal berlokasi di laut dangkal, sedangkan prospek di daerah frontier dan laut
dalam sangat memerlukan investasi yang lebih besar disamping resiko yang lebih
tinggi.
(3) Cadangan Migas
Perkembangan cadangan minyak bumi Indonesia selama kurun waktu 12 tahun
(1991-2001) mengalami fluktuasi hal ini mencerminkan tingkat penemuan versus
pengurasan. Pada tahun 1991 cadangan minyak sebesar 11,0 milyar barel terdiri
atas cadangan terbukti sebesar 6 milyar barel dan cadangan potensial sebesar
5.0 milyar barel, tahun 1992 naik sedikit menjadi 11,3 milyar barel. Namun pada
tahun 1993 turun menjadi sebesar 10,4 milyar barel dan demikian seterusnya.
Sampai pada tahun 2000 cadangan minyak menjadi 9,61 milyar barel. Sedangkan
posisi tahun 2001, cadangan terbukti dan potensial migas secara keseluruhan
diperkirakan sebesar 9,75 milyar barel minyak terdiri dari cadangan terbukti
sebesar 5,10 milyar barel dan cadangan potensial sebesar 4,65 milyar barel.
Gambaran ini berbeda dengan kondisi cadangan gas bumi, meskipun dua tahun
pertama mengalami sedikit fuluktuasi namun pada tahun-tahun berikutnya
terdapat kenaikan yang berarti. Bila pada tahun 1991 cadangan gas bumi sebesar
104,3 trilyun kaki kubik pada tahun 2000 pada kondisi 170,31 trilyun kaki kubik.
Maka pada tahun 2001 posisi cadangan 168,15 triliun kaki kubik gas bumi terdiri
dari cadangan terbukti 92,10 TSCF dan potensial sebesar 76,05 TSCF.
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
26/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 26/88
Dari hal di atas maka selama sepuluh tahun terakhir ini, walaupun hasil
penemuan cadangan baru (new reserve) dari kegiatan eksplorasi tidak dapat
mengimbangi jumlah minyak yang diproduksikan melalui eksploitasi. Namun,
cadangan minyak bumi Indonesia jumlahnya berada pada tingkat yang relatif
konstan pada tingkat 9,2 –9,8 milyar barel terdiri dari cadangan terbukti (proved
reserve) sekitar 5 milyar dan cadangan potensial (potential reserved) sekitar 4,2
milyar barel.
c. Inventarisasi dan Evaluasi Potensi SKA Migas
Inventarisasi dan evaluasi (Inev) merupakan bagian penting dalam upaya untuk
mengetahui potensi sumber daya migas yang tersimpan di dalam bumi di bawah
dasar laut yang dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan utama yaitu
eksplorasi dan kegiatan pendukung meliputi survei, pemetaan, penelitian dan
pengembangan (Research and Development).
Dengan demikian, untuk meningkatkan besarnya cadangan dan produksi minyak
bumi harus dibarengi dengan peningkatan Inev.
Beberapa indikator yang mendukung peningkatan eksploitasi dalam kaitan
dengan eksplorasi migas yaitu: (1) Wilayah Kerja; (2) Cekungan Minyak; (3)
Cadangan Minyak; dan (4) Potensi SDA Migas.
Secara umum kegiatan Inev Migas selama ini masih banyak permasalahan dan
belum mempunyai daya saing (competitive), sehingga eksploitasi Migas oleh KPS
belum optimal.
(1) Potensi Sumber Daya Migas
Sebagaimana diketahui sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia dalam 10
tahun terakhir yaitu dari tahun 1992-2001 mengalami kenaikan yang berarti, yaitu
dari 14,15 milyar barel minyak dan 21,56 triliun kaki kubik gas (TCF) pada tahun
1991 menjadi 40,91 milyar barel minyak dan 214,72 triliun kaki kubik gas pada
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
27/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 27/88
tahun 2001.
Perkiraan potensi sumber daya hidrokarbon saat ini adalah sebesar 86,94 milyar
barel minyak dan sekitar 384,60 triliun kaki kubik gas bumi, 70 persen
diantaranya terdapat di lepas pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut
dalam. Peningkatan sumber daya Migas ini disebabkan oleh adanya
penambahan struktur di blok WK baru.
Walaupun perkiraan sumber daya Migas tersebut terutama diharapkan pada
wilayah laut. Namun, tanpa diikuti dengan kegiatan Inev maka potensi sumber
daya tersebut belum dapat konversi menjadi suatu cadangan terbukti.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mensinergikan kegiatan-
kegiatan hulu Migas antara Instansi Pemerintah yang bergerak di bidang
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Geosain Kelautan, dengan pelaku usaha
ekonomi Migas, sehingga perkiraan keadaan potensi cadangan migas dapat
ditingkatkan keakuratannya. [htt p:// www.blogger.com/blogger.g?blogID=3147575712395012589]
(2) Cekungan Migas
Sejumlah 60 cekungan sedimen telah diindentifikasikan di seluruh wilayah
Indonesia dengan luas keseluruhan 2,6 juta km2 (Lampiran Peta) 40 cekungan
(73 %) diantaranya berada di lepas pantai, 14 cekungan (23%) di daerah transisi
(darat dan laut) dan hanya 6 yang berada di darat.
Dari 40 cekungan lepas pantai yang telah diindentifikasikan, hingga saat ini telah
dieksplorasi sebanyak 18 cekungan (45%), menghasilkan penemuan migas pada
10 cekungan, 3 diantarannya telah diproduksikan. Sebagian besar dari cekungan
tersebut merupakan kawasan frontier , laut dalam denfan kondisi geologi yang
sangat kompleks serta sebagaian besar terletak di Kawasan Timur Indonesia.
Sisanya masih belum ada temuan hidrokarbon atau memang sama sekali belum
http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3147575712395012589
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
28/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 28/88
dibor.
Dari angka-angka di atas menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia dalam
melakukan kegiatan intarisasi dan evaluasi potensi sumber daya migas di wilayah
laut masih jauh dari optimal, sehingga lebih dari 55% cekungan di lepas pantai
belum dieksplorasi.
(3) Tatanan Geologi dan Prospek Migas
Indonesia sebagai suatu negara kepulauan terbesar di dunia mempunyai tatanan
geologi yang cukup komplek, dimana proses pembentukannya dipengaruhi
adanya pertemuan lempeng-lempeng litosfera utama yaitu Lempeng Kontinen
Eurasia di bagian utara, Samudera Hindia di bagian barat laut, Tepian Kontinen
Australia di bagian tenggara, dan Samudera Pasifik di bagian timurnya. Proses
geologi yang terjadi selama puluhan sampai ratusan juta tahun yang lalu telah
mengontrol terbentuknya berbagai sumber daya alam tidak terbarukan Migas.
Potensi geologi pada umumnya dan ketersediaan sumber daya alam Migas yang
merupakan peluang emas (golden opportunity) menjadi salah satu daya tarik
utama bagi investor baik asing maupun domestik untuk menanamkan modalnya
pada sektor hulu Migas di Indonesia.
Negara kepulauan Indonesia secara geologis merupakan sistem busur kepulauan
(arc trench system) dimana pada bagian Perairan Pedalaman KBI mempunyai
tatanan Geologi yang lebih sederhana yang dicirikan oleh sistem Paparan Sunda
yang luas mencakup wilayah Laut Jawa dan Laut Natuna. Sedangkan tatanan
Geologi ke arah ZEE lebih rumit pada bagian. Sebaliknya pada kawasan KTI
tatanan geologinya sangat komplek di bagian Laut Kepulauan dicirikan oleh laut
dalam antara lain Laut Flores-Laut Banda. Demikian pula di luar Perairan
Pedalaman tatanan geologi semakin komplek. Gambaran geologi di atas akan
menjadi unsur penting dari Geopolitik Migas di Indonesia.
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
29/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 29/88
Untuk kegiatan Pemetaan Geologi dan Geofisika Laut, Indonesia masih belum
memiliki keunggulan. Hal ini dapat dilihat hanya satu institusi Pemerintah yang
memiliki fungsi untuk melaksanakan kegiatan tersebut, yaitu Pusat
Pengembangan Geologi Kelautan di bawah Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral. Lebih ironis lagi, bahkan belum ada satu kapal riset yang dimiliki
Pemerintah Indonesia atau pelaku usaha nasional yang khusus dirancang untuk
melaksanakan misi Inev hulu Migas tersebut dengan memiliki standar industri.
Pemetaan dasar laut bersistem skala 250.000 yang telah dilaksanakan oleh
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral belum dapat dituntaskan untuk
seluruh wilayah Indonesia.
(4) Dimensi Kewilayahan Laut Yurisdiksi Nasional
Dimensi kewilayahan yang akan terkait dengan wilayah hukup Perambangan
Migas sebagai dasar bagi Pemerintah menetapkan Blok dari Wilayah Kerja
sampai saat ini belum sepenuhnya dapat dituntaskan kepastian hukumnya,
mencakup batas wilayah nasional (Unclos 1982), tumpang tindih batas wilayah
laut berpotensi Migas dengan negara tetangga, dan pemberian wewenang
pengelolaan wilayah laut kepada Pemda (UU No. 22 tahun 1999) yang
diterjemahkan sebagai wilayah kedaulatan.
Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB
tentang Hukum Laut 1982, melalui Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang
pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi PBB
tentang Hukum Laut), 1982. Pasal 2 Konvensi tersebut menetapkan bahwa
kedaulatan suatu Negara Kepulauan, selain wilayah daratan dan peraian
kepulauannya, meliputi juga suatu jalur laut yang disebut laut teritorial.
Kedaulatan ini meliputi ruang udara di atasnya dan dasar laut dan tanah
dibawahnya, serta segenap kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yaitu
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
30/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 30/88
Migas.
Setelah berlakunya Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982, wilayah laut
yang menjadi wilayah kedaulatan Indonesia adalah Laut Nusantara seluas 2,8
uta Km2, yang merupakan laut diantara pulau-pulau Indonesia dan laut teritorial
seluas 0,3 juta km2, yang merupakan jalur terluar sabuk selebar 12 mil di
sekeliling kepulauan Indonesia. Sedangkan wilayah dimana Indonesia memiliki
hak berdaulat adalah ZEE dan landas kontinen Indonesia yang luasnya sekitar
2,7 km2. Dengan demikian luas seluruh lautan di bawah yurisdiksi nasional
Indonesia mencapai sekitar 5,8 juta km2 atau dua pertiga luas seluruh wilayah
Indonesia, di mana juga merupakan wilayah hukum Pertambangan Migas
sebagaimana yang telah ditetapkan pada UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi.
Sejalan dengan proses Reformasi di Indonesia, dalam UU No. 22. tahun 1999
terdapat salah satu pasal yang mengatur kewenangan daerah dalam pengelolaan
wilayah perairan. Dalam Pasal 10 disebutkan bahwa “daerah Provinsi berwenang
mengelola wilayah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai, sementara Daerah
Kabupaten dan Kota berwenang mengelola wilayah laut sepertiga dari batas
kewenangan Propinsi atau sejauh 4 mil laut”. Dengan demikian dipersepsikan
bahwa di luar 12 mil tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
d. Aset Sumber Daya Migas Nasional
Mengingat perburuan Migas ke depan cenderung menuju prospek di wilayah laut
dalam (> 200 m) seperti prospek West Seno di Selat Makassar tersebut mencapai
kedalaman dasar laut 975 m, hal ini akan memberikan implikasi semakin
mendesak tersedianya Aset Sumber Daya Migas yang dapat mengikuti dinamikaglobalisasi terutama persaingan bebas, yaitu SDM yang profesional dengan
standar kompetensi yang tinggi, Iptek yang lebih canggih, Sarana dan prasarana
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
31/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 31/88
yang memadai serta data dan informasi yang akurat, regulasi dan pengelolaan
sektor yang kondusif, dan tersedianya modal atau investasi dana yang besar
dengan resiko yang tinggi. Unsur Sumber Daya Migas Nasional masih disatu sisi
merupakan salah satu kelemahan Indonesia saat ini untuk mandiri dan menjadi
tuan rumah dinegaranya sendiri, padahal industri Perminyakan di Indonesia
sendiri sudah mendapai usia 50 tahunan. Di sisi lain untuk menjadi mandiri dan
meningkatkan keunggulan kompetitif pilar SDMN merupakan salah satu kunci
sukses (key succes).
Secara umum dari sisi SDM, Iptek, Sarana Prasarana, Data dan Informasi
Indonesia belum menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Karena dengan pola
KPS maka investor masih mempunyai posisi tawar yang lebih kuat untuk
mengoptimalkan kepentingannya. Tantangan utama adalah berkaitan dengan isu
Indonesia tidak dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan data dan informasi
dimana belum dapat dioptimalkan pengembanan Sistem Informasi Hulu Migas
yang terpadu.
e. Regulasi dan Kelembagaan
Setelah mengalami deregulasi dari sektor Migas maka koordinasi kelembagaan
sedang mengalami proses menuju keseimbangan. Oleh karena itu sampai saat ini
berdasarkan penilaian KPS koordinasi antara Pemerintah, Industri dan
stakeholders belum optimal (Survey PriceWaterHouseCooper tahun 2002).
Di bidang Regulasi sesuai dengan UUD 1945, Pasal 33 ayat 2 dan 3 Cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasi hajat hidup orang
banyak dikuasi oleh Negara. Selanjutnya Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara yang dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu Migas merupakan sumber daya
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
32/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 32/88
alam yang tidak terbarukan namun mempunyai nilai strategis bagi Bangsa dan
Negara Indonesia k`rena Migas mempunyai tida fungsi utama yakni sebagai
sumber devisa, sebagai sumber energi dan bahan baku industri. Disamping itu
industri Migas merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan
mempunyai resiko tinggi. Oleh karena itu pengaturan dan penangannya harus
dilakukan dengan tepat dan bijaksana.
Industri migas Indonesia telah memasuki era baru sejak diundangkannya UU No.
22 thun 2001 mengenai kegiatan industri migas di Indonesia. Dalam UU Migas
beberapa aspek penting adalah: (1) memisahkan secara tegas antara fungsi
penguasaan sumber daya alam (mineral & mining right ) dengan pengusahaan
(economic right ); (2) menerapkan kontrak kerjasama (KKS) dimana di dalamnya
meliputi Kontrak Production Sharing (KPS) serta kontrak-kontrak lainnya yang
menguntungkan; dan (3) memisahkan antara fungsi penguasaan dan
pengawasan dengan fungsi pengusahaan. Untuk itu UU mengamanahkan
dibentuknya Badan Pelaksana (BP Migas) pada Sektor Hulu. Fungsi BP Migas
sebagaimana diamanahkan dalam UU tersebut adalah melakukan pengendalian
dan pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya
alam minyak dan gas melalui kontrak KPS bumi milik negara dapat memberikan
manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Berkaitan wilayah Hukum pertambangan Indonesia dimana selanjutnya menjadi
landasan Pemerintah dalam pengaturan eksploitasi Migas, dalam UU Migas
tersebut telah ditegaskan mencakup seluruh wilayah daratan, perairan (laut) dan
landas kontinen Indonesia.
Sesuai dengan amanah UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
maka Pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
33/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 33/88
sebagai bagian dari mineral right dan mining right terhadap sumber daya Migas
mendapatkan mandat untuk menawarkan Wilayah Kerja yang terletak pada
wilayah hukum pertambangan Indonesia kepada pihak-pihak yang berminat,
selanjutnya dipayungi dengan Kontrak Kerjasama (KPS).
f. Investasi
Saat ini KPS yang beroperasi di wilayah laut nasional hampir seluruhnya
merupakan investor asing dengan bentuk Badan Utasa Tetap (BUT), sedangkan
BUMN Pertamina maupun Perusahaan Swasta Nasional lainnya belum dapat
memainkan peran sebagai pemain utama (main player ).
Dengan demikian tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan nasional agar dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri
sekaligus dapat bersaing dengan investor asing dimana mempunyai keunggulan
kompetitif antara lain SDM, Iptek, pengalaman panjang (long experiences) pada
eksploitasi migas di lepas pantai dan yang paling strategis adalah kemampuan
pendanaan yang kuat.
Pada tahap pelaksanaan pengawasan implementasi KPS dilaksanakan oleh
Badan Pelaksana Hulu Migas yang berbentuk sebagai Badan Hukum Milik
Negara (BHMN). Sementara Pemerintah tetap berwenang untuk memantau dan
monitoring implementasi KPS tersebut.
Berkaitan dengan aspek pengawasan, pada masa transisi diterapkannya UU
Migas yang baru dinilai masih terdapat tumpang tindih antara kewenangan
Pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya, Departemen
Keuangan, dan institusi Pemerintah lainnya yang terkait dengan BP Migas.
Walaupun secara umum iklim investasi di Indonesia saat ini belum kondusif,
namun minat investor asing untuk menanamkan modalnya pada wilayah kerja
Migas di lepas pantai masih besar.
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
34/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 34/88
Sementara itu selama kurun waktu empat tahun ke belakang sebagai implikasi
era Reformasi Total di Indonesia, telah terjadi perubahan dinamis yang sedikit
banyak akan mempengaruhi iklim investasi.
Lima faktor internal diantaranya adalah: (1) Paradigma Otonomi Daerah dengan
diberlakukannya UU No. 22/99 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/99
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; (2)
Diberlakukannya Undang-undang Anti Monopoli, yang mengawasi persaingan
berusaha; (3) UU Perlindungan Konsumen, agar dapat menjamin kepentingan
publik (konsumen) terhadap produk barang dan jasa; (4) Komitmen seluruh
komponen bangsa, untuk segera keluar dari krisis moneter melalui suatu program
pemulihan perekonomian yang terpadu; dan (5) Semakin meningkatnya dorongan
agar terciptanya efisiensi birokrasi, sebagai wujud untuk menciptakan
kelembagaan yang profesional, akuntabel, dan bersaing.
Empat tantangan utama yang diidentifikasikan telah menjadi penyebab
menurunnya iklim investasi yang kondusif, yaitu: (1) Menciptakan kepastian
hukum; (2) Tersedianya Peraturan Ketenagakerjaan yang bermanfat baik
pengusaha maupun pekerja; (3) Keseimbangan dari penerapan Otonomi Daerah;
dan (4) Memulihkan keamanan baik fisik maupun psikologis.
15. Kontribusi Eksploitasi Migas terhadap Kesejahteraan Rakyat dan
Pembangunan Nasional
a. Kontribusi peningkatan eksploitasi Migas terhadap Kesejahteraan
Rakyat
Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 telah ditegaskan bahwa cita-cita
nasional bangsa Indonesia antara lain Indonesia yang adil dan makmur. Dalam
kaitan ini Indonesia yang berkemakmuran adalah Indonesia yang mampu
menyediakan dan memenuhi keutuhan-kebutuhan dasar yang memenuhi standar
yang layak bagi kemanusiaan untuk seluruh warganya. Demikian pula bahwa
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
35/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 35/88
tujuan nasional (Tunnas) antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan bangsa, hal ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan martabat bangsa dalam kerangka pembangunan
bangsa secara menyeluruh.
Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada
tercukupinya kebutuhan dasar. Dalam kaitan ini, luaran eksploitasi pertambangan
Migas diharapkan akan dapat mendukung kebutuhan rakyat Indonesia terhadap
energi berbasis Migas baik untuk mempertahankan kehidupannya, maupun
meningkatkan taraf hidupnya. Terwujudnya kesejahteraan rakyat yang makin
meningkat pada dasarnya merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan
pembangunan nasional yang harus senantiasa diupayakan pencapaiannya.
Kontribusi nyata hasil eksploitasi pertambangan Migas pada sebagian dari
sasaran Pembangunan Kesejahteraan Rakyat seperti dia atas antara lain:
(1)
membuka keterisolasian daerah, karena umumnya lokasi kegiatan pada
kawasan terpencil. Sebagai implikasi akan memicu terjadi mobilitas
penduduk ke kawasan pesisir di sekitar lokasi kegiatan eksploitasi Migas
untuk mencari penghidupan yang lebih baik;
(2)
menyediakan lapangan kerja, berarti mengurangi pengangguran yang
menjadi masalah serius bangsa ini karena pertumbuhan ekonomi hanya
sekitar 4%;
(3) peningkatan kehidupan sosial dengan adanya program pemberdayaan
masyarakat dikenal sebagai Community Development ;
(4)
partisipasi masyarakat untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan yaitu
sebagai pemasok kebutuhan pokok di sekitar kegiatan; dan
(5) terbangunnya infrastruktur umum, merupakan bagian penting untuk memicu
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
36/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 36/88
roda perekonomian berbasis kerakyatan.
Adapun kemanfaatan sebagai efek ganda kontribusi Migas pada kesejahteraan
secara kuantitatif diuraikan pada kaitannya sebagai masukkan APBN.
b. Pengaruh terhadap Pembangunan Nasional
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki sumber
kekayaan Migas yang sangat vital sebagai sumber kekuatan ekonomi
pembangunan nasional. Sumber daya Migas telah terbukti memberikan andil
yang cukup penting, bahkan secara nasional telah menjadi tumpuan Anggaran
Belanja Negara selama bertahun-tahun hinga saat ini berkisar antara 25-35%.Sebagian dari devisa ini disumbangkan dari cekungan minyak dan gas bumi yang
berada di lepas pantai.
Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi hingga saat ini tetap dapat mempertahankan
kontribusinya yang sangat bermakna bagi perekonomian nasional pada umumnya
dan APBN pada khususnya.Ekspor minyak mentah tahun 2001 sebesar 240,17 juta barel dengan harga rata-
rata sebesar US $ 23,88/barel, mengalami kenaikan volume sebesar 6,94%
dibanding pada tahun 2000. Jumlah ekspor LNG sebesar 23,9 juta metrik ton.
Produksi gas bumi Indonesia rata-rata sebesar 7,9 milyar kaki kubik perhari,
sedangkan pemanfaatan gas bumi dalam negeri mencapai 3,63 milyar kaki kubik
perhari. Ekspor gas bumi melalui pipa transmisi ke Singapura dengan jumlah
pasokan sebesar 325 MMSCFD bersumber dari KPS Conoco di Natuna Barat
yang disalurkan melalui pipa bawah laut sepanjang 480 km.
Pada tahun Tahun 2001 Sub sektor Migas mengkontribusikan sekitar Rp. 106
triliun, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2000. Namun peningkatan
tersebut lebih didorong oleh melemahnya kurs rupiah (di atas Rp. 12.000) dan
dibarengi dengan harga minyak mentah di atas US$24 per barel (asumsi APBN
8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional
37/88
10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL
http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 37/88
2001 adalah US$ 22 per barel).
Pada Tahun 2002 kontribusi sektor ESDM sebesar Rp. 81.071,53 milyar atau
sekitar Rp. 81 triliun. Kontribusi tersebut adanya penurunan Migas dikarenakan
oleh: (1) Adanya penurunan nilai kurs; (2) Adanya penurunan rata-rata produksi;
dan (3) Penurunan rata-rata harga minyak Internasional.
Dari potret kontribusi pada APBN tersebut tergambar secara jelas bahwa
kenaikan produksi Migas dari hasil eksploitasi disertai dengan mantapnya kurs Rp
terhadap US$ dan harga minyak mentah dalam US$ per barel dapat
meningkatkan kontribusi pada sektor pemasukan APBN.
16. Permasalahan-permasalahan
Potret di bagian terdahulu telah memberikan fakta bahwa eksploitasi
pertambangan Migas di wilayah laut yurisdiksi nasional telah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan pada pembangunan nasional berkelanjutan.
Namun, dalam upaya peningkatan eksploitasi pertambangan Migas tersebut
masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi untuk selanjutnya digunakan
sebagai bagian dari proses evaluasi untuk mendapatkan pemecahannya.
Mengingat eksploitasi Migas di laut yurisdiksi nasional saat ini mempunyai
implikasi yang luas pada berbagai aspek yang strategis, selanjutnya
diidentifikasikan permasalahan mendasar dan pokok-pokok masalah.
Permasalahan mendasar yaitu: (1) bagaimana pendayagunaan SDA Migas dapat
optimal mela