“Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    1/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 1/88

     SERI BENUA MARITIM 

     NDONESIA DAN MUD VOLCANO 

     [http://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-

    8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPG]

     

    Kertas Karya Perorangan (TASKAP), Dr. Ir. Hardi Prasetyo

    Peserta dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

    Selaku Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, saat itu Prof. Dr. P urnomo Jusgiantoro

    Sebelumnya: Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, dan Dr. Kuntoro Mangkusubroto

    Saat ini selaku Wakil Kepala Badan Pelaksana, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

    KATA PENGANTAR

    “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GASBUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPGhttp://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPGhttp://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPGhttp://indonesianmaritimecontinent.blogspot.com/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.htmlhttp://indonesianmaritimecontinent.blogspot.com/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.htmlhttp://4.bp.blogspot.com/-bWqrrwcQX-8/TveZINzH--I/AAAAAAAAUSA/4HRa_zfRKIg/s1600/Slide5.JPG

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    2/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 2/88

    Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dengan penu

    antusias telah dapat menyelesaikan Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini, sebagai salah satu persyarata

    utama bagi peserta KSA XI 2003 LEMHANNAS sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan.

    Berdasarkan Surat Perintah Gubernur Lemhannas Nomor: Sprint/888/VII/ 2003 Tanggal 21 Juli

    2003, penulis mendapat tugas untuk menulis Taskap dengan judul:

    “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI

    LAUT YURISDIKSI NASIONAL GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

    RAKYAT DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL”

     

    Saat ini Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di laut Yurisdiksi Nasional yang demikian

    luas dari sistem negara kepulauan (archipelagic state) masih belum optimal. Di samping itu dari aspek Ilmu

    dan Teknologi, SDM dan pelaku usaha hulu (upstream business)  Migas masih didominasi oleh investor 

    asing, yang diikat melalui perjanjian Kontrak Production Sharing (KPS).

    Mengingat bahwa di satu sisi eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang dilaksanakan di

    daratan (offshore) selama lebih dari lima puluh tahunan telah memasuki tahap kejenuhan (over mature),  di

    samping semakin banyaknya tekanan psikologis sehubungan dengan adanya paradigma baru Otonomi

    Pemerintah Daerah dan Lingkungan Hidup serta maraknya gangguan keamanan, dan di sisi lain wilayah

    laut yang mempunyai potensi Migas masih luas dan tersedianya teknologi pemboran laut dalam (deep sea

    drilling technology)  yang dapat bekerja pada kedalaman dasar laut lebih dari 1000 m, maka ke depan

    kegiatan eksploitasi di lepas pantai akan lebih memberikan harapan untuk dijadikan unggulan dalam

    rangka meningkatkan total produksi Migas Indonesia, yang selama empat tahun belakangan ini

    menunjukkan kecenderungan yang menurun.

    Eksploitasi Migas di wilayah laut Yurisdiksi Indonesia ke depan akan ditingkatkan dengan

    memperhatikan empat pilar, yaitu: pertama, meningkatkan keamanan energi (energy security)  Indonesia

    untuk memperpanjang sebagai pengimpor minyak (net importer);  kedua, meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi (economic growth)  berupa devisa untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan

    (national sustainable development); ketiga, memberikan nilai tambah (added value)  dan kemanfaatan

    (benefit) sebesar-besarnya khususnya bagi masyarakat pesisir yang berada di sekitar lokasi kegiatan; dan

    Keempat, mendukung keamanan (security)  sehubungan lokasi kegiatan di lepas pantai sebagai titik tetap

    (fix point) maupun yang berkaitan dengan “watch dog”   kemungkinan gangguan pertahanan dan keamanan

    pada umumnya.

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    3/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 3/88

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus serta

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Laksamana Muda TNI Abdul Adim, S.IP yang bersedia

    meluangkan waktu untuk menjadi Tutor Taskap, dan telah membawa penulis untuk lebih memahami sistem

    pengkajian dan penulisan yang berlaku di Lemhannas.

    Demikian pula pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan kepada

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

    KSA XI Lemhannas Tahun 2003.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus juga kami sampaikan kepada Gubernur dan

    Wakil Gubernur Lemhannas, para Deputi dan Staf, para Widyaiswara dan semua pihak yang telah

    memperkaya cakrawala pengetahuan penulis selama mengikuti kursus ini.

    Penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih atas el spirit de corps  dari rekan-rekan peserta KSA

    XI LEMHANNAS TAHUN 2003.

    Yang tidak kalah pentingnya, program bernuansa pendidikan SDM di Lemhannas tidak akan

    berhasil diselesaikan tanpa dukungan doa dan toleransi yang diberikan dari istri dan keluarga tercinta.

    Menyadari adanya keterbatasan baik berkenaan dengan waktu yang tersedia untuk penulisan

    secara lebih komprehensif sangat terbatas, maupun keterbatasan kemampuan penulis, Taskap ini

    tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

    mengharapkan kritik dan saran membangun serta masukan-masukan lainnya bagi penyempurnaannya.

    Mudah-mudahan Taskap ini dapat memberikan suatu kontribusi dalam mendukung upaya

    Pemerintah untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi Migas Nasional yang pada akhirnya

    diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka pembangunan nasional berkelanjutan

    dalam tatanan Indonesia Baru di Abad 21.

    Jakarta, 30 Oktober 2003

    Penulis Hardi Prasetyo NIP 100002849

    KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

    DAFTAR ISI

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    4/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 4/88

    1.  Umum ........................................................................................... 1

    2.  Maksud dan Tujuan ................................................................... 5

    3. 

    Ruang Lingkup ........................................................................... 6

    4. 

    Metode Pendekatan ................................................................... 6

    5. 

    Sistematika Penulisan .............................................................. 8

    6.  Pengertian-pengertian .............................................................. 10

    7. 

    Umum ........................................................................................... 14

    8. 

    Landasan idiil Pancasila............................................................ 17

    9.  Landasan Konstitusional UUD 45........................................... 18

    10.  Landasan Visional Wawasan Nusantara............................... 20

    11. 

    Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional..................... 22

    12. 

    Landasan Operasional GBHN 1999-2004.............................. 23

    BAB III KONDISI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT

    YURISDIKSI NASIONAL SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA

    13.  Umum............................................................................................ 25

    14. 

    Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Yurisdiksi Saat

    Ini........................................................................................................

    27

    15.  Kontribusi eksploitasi Migas terhadap Kesejahteraan Rakyat dan

    Pembangunan Nasional........................................................... 43

    16. Permasalahan-permasalahan.................................................. 46

    BAB IV PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

    17.  Umum............................................................................................ 50

    18. 

    Lingkungan Internasional/ Global............................................ 51

    19. 

    Lingkungan Regional................................................................. 56

    20. 

    Lingkungan Nasional................................................................. 57

    21. 

    Peluang dan Kendala................................................................ 63

    BAB V PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI

    BAB I. PENDAHULUAN

    BAB II DASAR PEMIKIRAN

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    5/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 5/88

    LAUT YURISDIKSI NASIONAL YANG DIHARAPKAN

    22.  Umum ........................................................................................... 68

    23.  Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Migas .................... 70

    24. 

    Hubungan Eksploitasi Migas dengan Pembangunan Nasional 85

    25.  Umum............................................................................................ 90

    26. 

    Kebijaksanaan............................................................................. 91

    27. 

    Strategi.......................................................................................... 92

    28. 

    Upaya............................................................................................ 102

    BAB VII PENUTUP

    29.  Kesimpulan ................................................................................. 115

    30. 

    Saran ............................................................................................ 118

    LAMPIRAN-LAMPIRAN : Disusun Secara Berurutan

    1.  Daftar Kepustakaan

    2. 

     Alur Pikir 3.

     

    Pola Pikir 

    4. 

    Sistem Sumber Daya Migas Nasional (SDMN)

    5. 

    Kondisi Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Migas di Laut Yurisdiksi Nasional yang Diharapkan

    6.  Peta Digital (SIG) Negara Kesatuan Republik Indonesia memperlihatkan Batimetri (kedalaman

    dasar laut) pada wilayah laut yurisdiksi nasional

    7. 

    Peta Wilayah Kerja Migas dalam NKRI

    8.  Peta Digital (SIG) Cekungan Migas dalam NKRI

     

    BAB IPENDAHULUAN

    1. 

    Umum

    Bersamaan dengan badai krisis multidimensi yang masih melanda Indonesia hingga saat ini, diawali oleh

    krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, bangsa Indonesia dihadapkan pada isu kritis energi yang

    BAB VI KONSEPSI PENINGKATAN EKSPLOITASI

      PERTAMBANG AN MIGAS DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    6/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 6/88

    kurang menggembirakan. Bila tidak diwaspadai, dalam waktu kurang lebih 12 tahun lagi Indonesia bisa

    menjadi negara total pengimpor minyak (net oil importer country). Untuk memperlambat Indonesia menjadi

    net oil importer country , perlu ditingkatkan jumlah cadangan minyak (oil reserve)  yang tersimpan di

    cekungan minyak (oil basin) yang berada pada kedalaman beberapa ribu meter di bawah permukaan bumi

    (subsurface).

    Untuk meningkatkan besarnya cadangan dan produksi minyak dan gas bumi harus dibarengi dengan

    peningkatan kegiatan hulu (upstream oil activity)  yang terdiri dari penyelidikan umum, penelitian,

    pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi, yang dilakukan baik pada kawasan daratan (onshore)  atau lepas

    pantai (offshore).

    Dalam sektor Minyak dan Gas Bumi (Migas), kegiatan eksploitasi (exploitation)  merupakan bagian dari

    kegiatan hulu Migas yang ditujukan untuk mengeluarkan minyak mentah (crude oil)  dari reservoir   di dalam

    bumi ke permukaan. Adapun keseluruhan eksploitasi pertambangan Migas mencakup kegiatan utama dan

    penunjang yaitu pemboran (drilling)  ditopang oleh sarana anjungan lepas pantai (offshore platform),

    penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan minyak mentah yang dihasilkan, penyimpanan

    dan pengolahan di lapangan termasuk pengolahan gas bumi (natural gas)  yang diubah menjadi cair,

    dikenal sebagai liquid natural gas (LNG).

    Dengan demikian peningkatan kegiatan eksploitasi pertambangan Migas di wilayah laut yurisdiksi nasional,

    mempunyai nilai strategis. Karena luarannya (output)  akan meningkatkan produksi Migas nasional, yang

    pada akhirnya dapat memperlambat Indonesia menjadinet oil importer country 

    , sekaligus meningkatkankeamanan pasokan Migas (oil and gas supply security) baik saat ini, maupun bagi generasi mendatang.

    Kontribusi Migas pada tahun 2000 keseluruhannya telah memproduksi sekitar 1,3 juta barel minyak bumi

    dan 7,9 milyar kaki kubik gas bumi per hari. Dari angka tersebut kira-kira sebesar 37 persen minyak bumi

    dan 31 persen gas bumi diproduksi dari ladang-ladang Migas di lepas pantai (offshore oil and gas fields).

    Bersamaan dengan kontribusi signifikan tersebut sekaligus juga menimbulkan permasalahan yang cukup

    serius, karena sampai saat ini “Indonesia belum dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri” .

    Walaupun keseluruhan (darat dan laut) produksi minyak bumi pada tahun 2001-2003 cenderung menurun.

    Namun, selama 28 tahun terakhir ini tercatat bahwa pangsa produksi Migas dari lepas pantai terus

    meningkat, terutama berasal dari lapangan migas di Laut Jawa, lepas pantai Kalimantan Timur, Laut

    Natuna dan Selat Malaka, dan Selat Makassar.

    Dengan demikian masalah yang kita hadapi adalah bagaimana optimalisasi eksploitasi pertambangan

    Migas di laut yurisdiksi nasional yang mempunyai tatanan morfologis dan geologis cukup komplek agar 

    dapat meningkatkan cadangan dan sekaligus produksi Migas, sehingga dapat mengimbangi produksi dari

    daratan (onshore) yang secara umum sedang dalam kurva yang menurun.

    Pembangunan Nasional sebagaimana yang diamanahkan dalam Pancasila, UUD 1945 maupun landasan

    operasional GBHN (1999-2004) dan Propenas (2000-2004) pada hakekatnya merupakan pembangunan

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    7/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 7/88

    berkelanjutan (sustainable development) untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang

    berkeadilan serta aspek pemberdayaan masyarakat.

    Dalam kaitan ini eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi nasional merupakan bagian misi

    strategis dari pembangunan nasional sebagai sektor andalan baik dalam rangka pemilihan perekonomian

    nasional, maupun menjamin keamanan ketersediaan energi untuk mempertahankan dan meningkatkan

    kesejahteraan manusia Indonesia sebagai bagian dari peradaban seluruh umat manusia di Milenium III.

    Memperhatikan uraian hal-hal di atas, maka masalah mendasar yang dihadapi adalah “bagaimana

    meningkatkan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional dari sistem negara

    kepulauan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya dan

    khususnya kesejahteraan masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar kegiatan Migas, sebagai bagian tak

    terpisahkan dari pembangunan nasional berkelanjutan”.

    2. Maksud dan Tujuan

    Maksud dari kertas karya perorangan (Taskap) ini adalah untuk memetakan kondisi eksploitasi

    pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional dan permasalahan yang dihadapi saat ini,

    dilanjutkan dengan analisis untuk menyusun kondisi yang diharapkan. Hal ini sebagai alat bantu untuk

    menyusun konsepsi disertai kebijakan, strategi, dan upaya-upaya yang diperlukan untuk meningkatkan

    eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional.

    Hasil luaran diharapkan dapat dikontribusikan bagi para pengambil keputusan dalam menetapkan

    kebijakan berdimensi strategis lebih lanjut, baik jangka pendek untuk pemulihan perekonomian nasional,

    maupun jangka menengah dan panjang untuk meningkatkan keamanan energi berbasis Minyak, sekaligus

    mewujudkan impian agar “Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri”   dalam mengelola

    (management) dan mendayagunakan  (utilization) sumber daya Migas yang merupakan “titipan bag 

    generasi mendatang ”.

    3. 

    Ruang Lingkup

      Pada umumnya kegiatan hulu Migas mencakup dua aspek utama yang umumnya menjadi

    kesatuan utuh yaitu eksplorasi dan eksploitasi/produksi karena itu sering disingkat sebagai EP (Eksplorasi

    dan Produksi), pembahasan pada Taskap ini dibatasi pada cakupan berkaitan dengan eksploitasi Migas di

    wilayah laut yurisdiksi nasional. Namun, informasi dari kegiatan eksplorasi digunakan sebagai pilar untuk

    memberikan dukungan terhadap proses analisis aspek eksploitasi.

      Mengingat eksploitasi pertambangan Migas juga mempunyai spektrum yang sangat lebar (wide

    spectrum), maka pembahasan akan lebih memprioritaskan pada aspek Minyak Bumi (selanjutnya disebut

    Minyak).

      Mencermati bahwa sampai saat ini kegiatan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di

    lepas pantai masih terkonsentrasi pada wilayah perairan Kepulauan Indonesia dan lainnya pada landas

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    8/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 8/88

    kontinen yang merupakan bagian dari sistem Paparan Sunda (Sunda Shelf)  di Kawasan Barat Indonesia,

    maka kondisi atau potret saat ini akan dibatasi pada wilayah yang menurut hukum laut Internasional

    (Unclos 1982) menjadi kedaulatan negara. Namun, untuk perspektif ke depan kepentingan Indonesia di

    laut juga meliputi bagian-bagian laut dimana Indonesia memiliki hak-hak berdaulat dan yurisdiksi untuk

    pemanfaatannya.

    4. Metode Pendekatan

      Penulisan Taskap ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis kepustakaan, dan

    pendekatan komprehensif integral, dan holistik dengan menggunakan pisau analisis Geopolitik dan

    Ketahanan Nasional.

      Sesuai dengan cakupan dan sasaran kurikulum di Lemhannas, maka dalam Taskap ini akan

    diprioritaskan pembahasan pada aspek strategis dalam kaitan dengan pembangunan nasional

    berkelanjutan. Sedangkan aspek teknis berkaitan eksploitasi pertambangan Migas akan digunakan

    sebagai latar belakang perkembangan sektoral, yang merupakan sub-sistem dari keseluruhan sistem

    pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam (resource based economic development).

      Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)  telah digunakan untuk mengelola data-data digital

    aspek kewilayahan (gatra geografi) dan aspek Migas (gatra SKA), diusulkan sebagai salah satu pilar 

    pendukung Sistem Informasi untuk SISMENNAS.

    5. Sistematika Penulisan

      Guna memudahkan dalam pembahasan dan analisis, penulisan Taskap ini menggunakan

    sistematika penyajiannya sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan

    Bab ini menguraikan secara umum latar belakang permasalahan, alasan penulisan judul, maksud

    dan tujuan, ruang lingkup pengkajian, tata urut, metode pendekatan, dan pengertian-pengertian yang

    terkait dengan topik Taskap.

    BAB II Dasar  Pemikiran

    Bab ini menguraikan secara umum kerangka pemikiran dan paradigma nasional (nationa

     paradigm)  mencakup landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, landasan visional

    Wawasan Nusantara, landasan konsepsional Ketahanan Nasional, dan landasan Operasional GBHN

    (1999-2004).

    BAB III Kondisi Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Yurisdiksi

    Nasional Saat Ini dan Permasalahannya

    Bab ini berisi uraian tentang potret kondisi eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi

    nasional saat ini. Dalam Bab ini juga akan diuraikan kontribusi eksploitasi pertambangan Migas di laut

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    9/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 9/88

    yurisdiksi nasional terhadap kesejahteraan rakyat sebagai outcome  dan pembangunan nasional, serta

    permasalahan yang dihadapi.

    BAB IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis

    Bab ini menguraikan tentang perkembangan lingkungan strategis di tingkat global/internasional,

    regional dan nasional yang akan mempengaruhi baik langsung atau tidak terhadap peningkatan eksploitasi

    pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional, yang juga akan mempengaruhi upaya-

    upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka pembangunan nasional. Dalam Bab ini juga

    akan diidentifikasikan peluang dan kendalanya.

    BAB V Kondisi Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi guna

    Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat yang diharapkan

    Dalam Bab ini diuraikan mengenai kondisi peningkatan eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi

    nasional yang diharapkan sehingga dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan produksi Migas pada

    umumnya, yang pada akhirnya memberikan outcome  meningkatnya kesejahteraan rakyat dan

    memantapkan Pembangunan Nasional berkelanjutan. Permasalahan yang telah diidentifikasikan pada BAB

    III akan direspon, sebagai upaya menyusun skenario terhadap peningkatan eksploitasi pertambangan

    Migas yang diharapkan.

    BAB VI Konsepsi Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di

    Laut Yurisdiksi Nasional guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dalam

    rangka Pembangunan Nasional

    Dalam Bab ini diuraikan usulan penulis tentang kebijaksanaan yang seharusnya ditempuh disertai dengan

    strategi dan upayanya dalam bentuk suatu konsepsi tentang penyempurnaan peningkatan eksplorasi

    pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat

    dalam rangka pembangunan nasional.

    BAB VII Penutup

    Bab ini berisi kesimpulan utama dan hasil seluruh pengkajian tentang peningkatan eksploitasi

    pertambangan Migas di laut yurisdiksi nasional dewasa ini, disertai dengan beberapa saran yang bersifat

    strategis.

    5. 

    Pengertian-pengertian

    a. 

    Eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi di laut yurisdiksi nasional : adalah upaya untuk

    mengeluarkan sumber daya minyak dan gas bumi dari lapisan reservoir di bawah dasar laut yurisdiksi

    nasional. Eksploitasi termasuk ke dalam kegiatan hulu migas (upstream) yang merupakan kelanjutan dari

    tahap eksplorasi, yaitu serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menemukan lokasi sumber daya migas

    dan menentukan besarnya cadangan baik yang terbukti maupun potensial. Keseluruhan kegiatan

    eksploitasi mencakup kegiatan utama dan penunjang yaitu pemboran (drilling)  ditopang oleh sarana

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    10/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 10/88

    anjungan lepas pantai (offshore platform),  penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan

    minyak mentah yang dihasilkan, penyimpanan dan pengolahan di lapangan (field processing)  termasuk

    pengolahan gas bumi yang diubah menjadi cair dikenal sebagai liquid natural gas (LNG).

    b. 

    Laut yurisdiksi nasional : sesuai dengan Konvensi Hukum Laut PBB (1982) wilayah laut yang berada di

    bawah yurisdiksi nasional dibagi ke dalam bagian-bagian yang berada di bawah kedaulatan penuh suatu

    negara, dan bagian-bagian di mana negara dapat melakukan wewenang serta hak-hak khusus yang diatur 

    oleh Konvensi. Yang berada di bawah yurisdiksi nasional berada di bawah kedaulatan penuh Indonesia

    termasuk perairan pedalaman (internal waters),  perairan kepulauan (archipelagic waters),  laut teritorial

    (territorial sea), jalur atau zona tambahan (contiguous zone), zona eksklusif (exclusive economic zone),

    dan landas kontinen. Luas seluruh lautan di bawah yurisdiksi Indonesia mencapai sekitar 5,8 juta Km 2  atau

    lebih dari 70% luas seluruh wilayah Indonesia.

    c. 

    Peningkatan kesejahteraan rakyat : adalah kondisi ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang

    layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan,

    sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. Membangun kesejahteraan rakyat adalah

    meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian

    utama pada tercukupinya kebutuhan dasar.

    d. 

    Pembangunan Nasional : adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi

    seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan

    nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh

    tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

    melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

    e. 

    Wawasan Nusantara: adalah geopolitik Indonesia merupakan cara pandang tentang kebulatan wilayah

    nasional, kesatuan bangsa, satu tujuan dan tekad perjuangan, satu kesatuan hukum, satu kesatuan sosial

    budaya, satu kesatuan ekonomi, dan satu kesatuan hankam.

    f. 

    Geopolitik : secara umum diartikan sebagai politik atau kebijaksanaan dan strategi nasional yang

    didorong oleh aspirasi nasional geografi suatu negara. Dengan demikian Geopolitik bertumpu kepada

    geografi sosial mengenai situasi, kondisi atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap

    relevan dengan karakteristik suatu negara.

    g.  Cekungan Migas: adalah lapisan-lapisan di bawah dasar laut yang secara geologis membentuk

    geometris lengkungan, di mana sumber daya minyak dan gas bumi terakumulasi pada lapisan-lapisan

    waduk (reservoir).

    h. 

    Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Migas: adalah suatu wilayah, di mana Pemerintah selaku

    pemegang kuasa pertambangan telah memberikan hak ekonomi (economic right)  kepada investor untuk

    melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi pada suatu wilayah atau blok dimana koordinat

    batas-batasnya ditentukan.

    i. 

    Kontrak Kerja Sama (KKS): adalah kontrak untuk melakukan kegiatan hulu minyak dan gas bumi di suatu

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    11/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 11/88

    WKP termasuk ke dalamnya Kontrak Production Sharing   (KPS) atau kontrak-kontrak lain yang

    menguntungkan Indonesia;

    .  Kontrak Production Sharing (KPS): adalah salah satu dari kontrak kerja sama antara Pemerintah dengan

    investor Migas untuk melakukan kegiatan hulu Migas di salah satu WKP berdasarkan pola bagi hasil dari

    produksi Migas.

    k.  Landas kontinen: adalah dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang

    terletak di luar laut teritorial sepanjang kelanjutan alamiah (natural prolongation)  wilayah daratannya

    hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau hingga jarak 200 mil-laut dari garis pangkal yang sama darimana

    lebar laut teritoral diukur, atau dalam keadaan tertentu hingga jarak 350 mil-laut dari garis-garis pangkal

    yang sama darimana lebar laut teritorial diukur, atau hingga jarak 100 mil dari kedalaman 2500 meter.

    l. 

    Laut teritorial Indonesia: adalah jalur laut selebar 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal kepulauan

    Indonesia.

    m.  Zona tambahan: adalah suatu jalur laut yang terletak di luar dan berbatasan dengan laut teritorial

    hingga batas terluarnya pada jarak 24 mil-laut diukur dari garis-garis pangkal.

    n. 

    Zona Ekonomi Eksklusif : adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia

    sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang

    meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari

    garis pangkal laut wilayah Indonesia (Pasal 2 Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi

    Eksklusif Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 44/1983, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia No. 3260 tahun 1983).

    BAB II

    DASAR PEMIKIRAN

    Sampai saat ini, Minyak dan Gas Bumi (Migas) bagi bangsa dan negara

    Indonesia ditempatkan sebagai bahan galian (tambang) yang mempunyai nilai

    vital dan strategis. Untuk menyediakan komoditas energi berbasis bahan bakar 

    minyak (BBM) di dalam negeri, bahan baku industri nasional, sumber penerimaan

    negara dari hasil ekspor. Namun, untuk mendapatkan sumber kekayaan alam

    Migas tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan hulu (upstream activity)

    7. Umum

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    12/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 12/88

    mencakup eksplorasi (exploration) dan eksploitasi (exploitation). Dalam kaitan ini,

    eksploitasi migas hanya dapat dilakukan setelah kegiatan eksplorasi dituntaskan.

    Pada kegiatan hulu Migas di mana terkait dengan aspek menemukan dan

    memproduksi sumber daya Migas, maka konsepsi pembentukan dan asal-usul

    Migas (Oil origin)  merupakan landasan operasionalnya. Dalam kaitan ini peran

    SDM, Iptek kebumian, data informasi, dan didukung oleh sarana dan prasarana,

    peraturan dan perundang-undangan, serta modal atau investasi akan memegang

    kunci keberhasilan (success key).

    Dalam kaitan itu, proses alami atau geologi yang berlangsung puluhan,

    bahkan sampai ratusan juta tahun yang lalu, telah memegang peran kunci dalam

    membentuk (shaping) negara kepulauan.  Di samping itu, juga telah menyediakan

    sumber kekayaan alam tak terbarukan berupa Migas, yang sebagian besar 

    terdapat pada cekungan Migas yang berlokasi di wilayah laut yurisdiksi nasional.

    NKRI yang berwujud negara kepulauan dimana 2/3 dari luas

    keseluruhannya adalah wilayah laut, sesuai dengan konsep Geopolitik Indonesia

    sangat relevan sebagai suatu Negara Bahari (maritime nation).  Oleh karena itu

    Indonesia perlu meningkatkan kegiatan eksploitasi pertambangan Migas di laut

    yurisdiksi nasional, karena di samping memberikan harapan untuk meningkatkan

    cadangan migas dalam kerangka keamanan energi Indonesia,  yaitu

    memperlambat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak. Namun, di samping

    itu wilayah laut nasional dan yurisdiksi Indonesia sendiri sebagian besar masih

    merupakan kawasan frontier , sehingga menjadi suatu tantangan dan kendala

    dalam upaya untuk pendayagunaannya.

    Ke depan Bangsa Indonesia harus mampu untuk memanfaatkan dan

    mengelola seluruh kekayaan Migas di wilayah laut nasional, untuk peningkatan

    kesejahteraan bangsa Indonesia. Di samping itu, hal yang tidak kalah pentingnya

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    13/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 13/88

    adalah untuk mewujudkan kepulauan dan wilayah laut nasional sebagai satu

    kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.

    Dengan demikian wilayah laut nasional sebagai gatra “Geografi” dan Migas

    sebagai gatra “SKA”, pada hakekatnya merupakan ruang hidup (lebensraum) dan

    wahana perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

    Dalam tatanan Geopolitik Indonesia, eksploitasi pertambangan Migas di laut

    yurisdiksi nasional mempunyai makna sebagai integrasi keterkaitan antara Gatra

    SKA dan Gatra Geografi, yang pada akhirnya dioptimalkan pemanfaatannya dan

    pengelolaannya (management)  agar dapat memberikan kemanfaatan (benefit)

    serta nilai tambah (added value) sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia,

    yang dalam ini merupakan unsur dari Gatra “demografi”, ketiganya merupakan

    kesatuan utuh dari Trigatra.

    Dalam usaha Migas, eksploitasi termasuk pada sektor hulu (upstream

    sector)  yang baru dapat dilaksanakan setelah tahap eksplorasi diselesaikan.

    Eksplorasi sendiri bertujuan untuk mendapatkan informasi untuk menemukan

    cadangan minyak dan gas bumi (oil reserve)  di suatu Wilayah Kerja (WK)

    tertentu.

     Adapun yang dimaksud dengan WK adalah daerah atau wilayah yang

    terdapat di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia. Pada Undang-

    Undang No. 22 tahun 2001 tentang Migas ditegaskan bahwa wilayah hukum

    pertambangan Indonesia mencakup wilayah daratan, perairan (offshore) dan

    landas kontinen Indonesia (Indonesian continental shelf).

    Pada dimensi kewilayahan, kedaulatan maupun yurisdiksi Indonesia baik di

    wilayah laut secara umum dan khususnya pada landas kontinen mengikuti

    ketentuan dari Hukum Laut Internasional (Unclos 1982), di mana Indonesia

    mempunyai kedaulatan, atau memiliki kewenangan-kewenangan khusus, yang

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    14/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 14/88

    antara lain untuk mendayagunakan SKA, tapi tanpa mempunyai kedaulatan.

    Sedangkan landas kontinen Indonesia adalah wilayah laut sebagai

    kelanjutan alami (natural prolongation of landmass)  masa daratan, di mana

    Indonesia mempunyai yurisdiksi untuk dapat melakukan eksploitasi Migas,

    bahkan sampai pada jarak 350 mil dari garis pangkal (maximum claim o

    continental shelf). Dengan catatan bila Indonesia terlebih dahulu melakukan kleim

    tersebut kepada Badan Otorita Landas Kontinen PBB selambat-lambatnya tahun

    2009.

     Agar pendayagunaan SKA Migas melalui eksploitasi pertambangan di wilayah

    laut yurisdiksi nasional dapat menyerasikan antara kepentingan kesejahteraan

    (prosperity interest)  di satu sisi dan kepentingan keamanan (security interest)  di

    sisi lain, maka di dalam implementasinya harus senantiasa dilandasi oleh

    paradigma nasional (national paradigm)  mencakup Landasan Idiil Pancasila,

    Landasan Konstitusional UUD 45, Landasan Visional Wawasan Nusantara,

    landasan konsepsional Ketahanan Nasional, dan landasan operasional GBHN.

    Para pendiri bangsa (founding father)  Indonesia pada tahun 1945 telah

    sepakat untuk menetapkan Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) serta

    landasan idiil bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

    Pancasila sebagai landasan idiil mempunyai nilai-nilai luhur sedangkan nilai-

    nilai dasarnya tetap mempunyai nilai instrumental yang dinamis. Sehingga dapat

    menyesuaikan diri terhadap perkembangan lingkungan strategis yang berubah.

    Hal ini karena diperkuat oleh dimensi fleksibilitas yang terkait dengan Pancasila.

     Adapun sebagai nilai-nilai dasar yang tetap adalah tujuan dan cita-cita nasional.

    Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan nasional yang

    8. Landasan Idiil Pancasila

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    15/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 15/88

    dilandasi Pancasila adalah “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

    darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

    bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

     perdamaian abadi dan keadilan sosial”.  Adapun cita-cita nasional adalah untuk

    mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat dan adil dan

    makmur .

    Dengan falsafah dari ideologi Pancasila khususnya dalam sila Persatuan

    Indonesia, Bangsa Indonesia bermaksud untuk mewujudkan integrasi atau

    keutuhan nasional. Yaitu untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang

    merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

    Dalam upaya untuk mewujudkan kemakmuran yang berkeadilan, dan adil

    berkemakmuran, maka potensi sumber daya kekayaan Migas yang terdapat di

    wilayah laut harus didayagunakan dan dikelola secara berkelanjutan (sustainable

    utilization and management)  dengan memperhatikan daya dukung alam,

    pelestarian lingkungan hidup serta ketersediaan (availability)  bagi generasi

    mendatang (future generation).

    Peningkatan eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi nasional

    tidak dapat dipisahkan dari cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum

    dalam pembukaan UUD 1945 seperti diuraikan di atas.

    Sesuai dengan ayat 2 dan 3, pasal 33, Undang-undang Dasar 1945 maka

    sumber kekayaan alam Migas harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi

    kemakmuran rakyat Indonesia. Untuk itu Negara memegang kepemilikan sumber 

    daya Migas atau penguasaan mineral (mineral right)  yang selanjutnya kuasa

    pertambangan (mining right)  didelegasikan Negara kepada Pemerintah.

    9. Landasan Konstitusi UUD 1945

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    16/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 16/88

    Selanjutnya Pemerintah selaku pemegang kuasa pertambangan Migas

    melakukan pengelolaan sumber daya Migas dimana untuk kegiatan hulu

    mencakup eksplorasi dan eksploitasi dalam kaitan dengan penguasaan ekonomi

    (economic right) Pemerintah melakukan kerjasama melalui kerangka Kontrak

    Kerjasama Sama (KKS) baik dengan investor asing (Badan Usaha Tetap), Badan

    Usaha Milik Negara/BUMD, dan UKM/Koperasi.

    Khususnya kegiatan eksploitasi Migas di wilayah laut mengingat

    memerlukan investasi yang besar, teknologi yang sangat maju (advance

    technology),  dan sumber daya manusia yang handal maka saat ini masih

    didominasi oleh investor asing yang dalam hal ini berada pada tataran economic 

    right , melalui mekanisme Kontrak Production Sharing (PSC umum digunakan

    sebagai KPS)

    Dalam kaitan dengan ruang wilayah maka Indonesia telah menetapkan

    prinsip-prinsip dasar atau konstitusinya dalam UUD 1945. Ketentuan pasal 1 UUD

    1945 yang menetapkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah suatu Negara

    Kesatuan mengisyaratkan bahwa Indonesia adalah suatu negara yang

    wilayahnya tidak terkotak-kotak. Lebih jauh pasal 25 E, yang merupakan Pasal

    tambahan pada Perubahan Kedua terhadap UUD 1945 yang dilakukan pada

    tahun 2000, ditetapkan bahwa: “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

    sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-

    batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-undang.” 

     Adapun sebagai acuan dalam penentuan batas-batas serta hak-hak di

    wilayah laut didasarkan kepada Hukum Laut Internasional (Unclos 1982), yang

    dalam hal ini Indonesia mempunyai kewajiban untuk menetapkan titik pangkal

    (base points),  garis pangkal (base lines), zona tambahan (indigenous zone),  alur 

    lintas kepulauan (sea lanes), batas terluar Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    17/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 17/88

    kontinen (continental shelf)  serta kemungkinan maksimum kleim 350 mil landas

    kontinen.

    Dalam kaitan dengan wilayah hukum Pertambangan Indonesia maka usaha hulu

    Migas termasuk eksplorasi dan eksploitasi adalah termastk wilayah perairan dan

    landas kontinen. Dengan demikian penyelesaian penetapan batas-batas negara

    kepulauan melalui kegiatan survei, dan pemetaan wilayah NKRI akan

    mempengaruhi terhadap implementasi eksploitasi migas di laut yurisdiksi

    nasional.

    Konsepsi Nusantara (Archipelagic Concept) sebagai pola pikir Wawasan

    Nusantara, merupakan suatu konsep kewilayahan nasional, di mana wujud

    kesatuan tanah dan air merupakan wadah fisik bagi pembangunan seluruh

    Nusantara.

    Konsepsi Negara Nusantara sebagai pemikiran politik bangsa Indonesia

    telah dimantapkan dengan ditetapkannya Wawasan Nusantara sebagai salah

    satu konsepsi politik dan kenegaraan dalam GBHN sejak Tap MPR No. IV tahun

    1973 dan Tap MPR No. IV tahun 1998.

    Wawasan Nusantara merupakan penjabaran dan sekaligur sebagai

    Geopolitik serta landasan Geostrategi Bangsa Indonesia telah berkembang

    menjadi wawasan nasional (national outlook)  yang digunakan untuk

    pembangunan tanah air Indonesia beserta segala isinya. Lebih jauh lagi telah

    menjelma sebagai suatu wadah dan sarana perjuangan hidup bangsa pada era

    mengisi Kemerdekaan Indonesia yang merupakan kesatuan secara bulat dan

    utuh menyeluruh mencakup Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hankam.

    Pada tahap selanjutnya, Wawasan Nusantara sebagai landasan pandangan

    10. Landasan Visional Wawasan Nusantara

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    18/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 18/88

    hidup bangsa Indonesia setelah melalui proses pemikiran berdasarkan UUD 1945

    dan falsafah Pancasila, telah mendapatkan kemantapannya dan dikembangkan

    secara terus menerus sesuai dengan perkembangan kebutuhan, yaitu kebutuhan

    wilayah nasional yang disertai dengan kedaulatan atas wilayah daratan, laut

    teritorial (territorial sea), perairan pedalaman, perairan kepulauan (archipelagic 

    sea)  dan wilayah udara yang berada di atasnya, dasar laut serta tanah di

    bawahnya, serta segenap sumber kekayaan alam termasuk Migas yang

    terkandung di dalamnya.

    Dalam kaitan dengan Geopolitik, Indonesia dapat memenuhi enam

    persyaratan untuk membangun kekuatan di laut (sea power)  baik berorientasi

    kesejahteraan (prosperity orientation)  maupun keamanan (security orientation)

    sebagaimana diusulkan oleh Alfred Thayer Mahan (1860-1914) yaitu: (a) letak

    geografis, menempati posisi silang Asia-Pasifik; (b) bangun muka buminya,

    negara kepulauan dengan sumber daya alam di dalamnya; (c) luas wilayahnya,

    dari Sabang sampai Merauke; (d) penduduknya yang terlibat di Bahari, sebagian

    besar penduduk tinggal pada jarak 10 km dari pesisir dan khususnya nelayan

    serta insan Bahari lainnya; dan (e) lembaga-lembaga pemerintahnya, institusi

    yang terkait langsung atau tidak dengan aspek kelautan.

    Sejalan dengan konsep Geopolitik Indonesia, maka dikembangkan

    Wawasan Bahari Indonesia yang pada hekekatnya merupakan dinamisasi

    Wawasan Nusantara. Merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri

    dan lingkungannya yang akan memberikan corak, pola pikir, pola sikap dan pola

    tindak terhadap pemanfaatan unsur Bahari (kelautan) dalam rangka integrasi

    tanah, air dan angkasa di atasnya yang sekaligus dapat memperkokoh Geopolitik

    Bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.

    Dengan demikian peningkatan eksploitasi pertambangan Migas di laut yurisdiksi

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    19/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 19/88

    nasional sangat relevan sebagai implementasi dari konsep Negara Kepulauan

    dan Wawasan Nusantara, yang secara khusus merupakan operasionalisasi

    Wawasan Bahari sebagai salah satu pilar dari Geopolitik Indonesia menuju cita-

    cita nasional.

    Ketahanan Nasional (Tannas) adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia

    yang berisi keuletan dan ketangguhan mengembangkan kekuatan nasional yang

    mandiri, untuk mengantisipasi ancaman baik dari dalam maupun luar. Di mana

    pada akhirnya ditujukan untuk menjamin indentitas, integritas, dan kelangsungan

    hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasionalnya.

    Konsepsi Tannas Indonesia merupakan pengembangan kekuatan nasional

    melalui pengaturan dan penyelenggaraan dengan pendekatan kesejahteraan dan

    keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan

    secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

    Unsur Tannas dirumuskan dalam Astagatra mencakup gatra alamiah (Trigatra)

    merupakan aspek-aspek suatu negara yang sudah melekat yaitu geografi

    (wilayah), Sumber Kekayaan Alam (SKA), dan demografi (Kependudukan).

    Sedangkan gatra sosial (Pancagatra) adalah aspek-aspek kehidupan nasional

    mencakup Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial budaya, dan Hankam.

    Dengan demikian eksploitasi pertambangan migas di wilayah laut yurisdiksi

    nasional sangat terkait dengan gatra SKA dan Geografi dari Trigatra. Sedangkan

    pada Pancagatra sosial, terutama sangat relevan dengan gatra ekonomi. Dalam

    hal ini, ditujukan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat

    melalui upaya pembangunan sektor energi Migas, yang merupakan bagian

    integral dari pembangunan nasional berkelanjutan.

    11. Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional 

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    20/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 20/88

    GBHN telah memberikan arah mewujudkan visi bangsa Indonesia yaitu

    terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya

    saing, maju dan sejahtera dalam wadah NKRI didukung oleh manusia Indonesia

    yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,

    berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan teknologi,

    memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

    Berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup GBHNmemberikan arah kebijakan strategis berupa penerapan prinsip antargenerasi

    dalam pengelolaan sumber daya alam, optimasi pemanfaatan sumber daya alam,

    peningkatan potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup, serta

    pemberdayaan kemampuan pemerintah daerah dan masyarakat dalam

    pengelolaan sumber daya alam.Mengacu pada Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai ketetapan MPR nomor 

    IV/MPR/1999 maka arah kebijakan ekonomi yang terkait dengan sektor energi

    adalah:

    (1) 

    Menghindari struktur pasar monopolistik serta berbagai struktur pasar 

    distortif yang merugikan masyarakat;

    (2) 

    Membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komperatif 

    bidang pertambangan;

    (3) 

    Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi Migas;

    (4) 

    Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

    publik termasuk energi Migas;

    (5)  Meningkatkan nilai ekspor terutama sektor industri yang berbasis sumber 

    daya alam Migas serta menarik investasi berkaitan dengan eksploitasi

    12. Landasan Operasional Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN 1999-

    2004)

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    21/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 21/88

    melalui mekanisme Kontrak Kerjasama khususnya Kontrak Production

    Sharing ;

    (6) 

    Mendayagunakan sumber daya alam Migas untuk sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat dengan memperhatikan fungsi dan keseimbangan

    lingkungan hidup;

    (7)  Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu

    pengetahuan dan teknologi.

    Untuk melaksanakan peran strategis sebagaimana yang diamanahkan oleh

    GBHN, sektor Migas diartikan sebagai rangkaian kegiatan dari hulu (terdiri dari

    eksplorasi dan eksploitasi) ke hilir untuk menghasilkan devisa negara, penyedia

    energi dalam negeri dan sebagai pemasok bahan mentah untuk industri. Dalam

    kaitan ini, Pemerintah melaksanakan perannya sebagai stimulator dan fasilitator 

    yang mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi agar dapat memberikan manfaat

    bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan untuk sebesar-besar 

    kemakmuran rakyat.

     

    BAB III

    KONDISI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI

     DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA

    13. Umum

    Pada dekade awal Abad 21, saat mana bangsa Indonesia masih berada pada

    tahapan krisis moneter berlanjut menjadi krisis ekonomi, produksi Migas yang

    dihasilkan melalui kegiatan eksploitasi di wilayah laut masih dapat bertahan

    (survive)  dan secara konsisten mampu mengkontribusikan devisa dari hasil

     

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    22/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 22/88

    ekspor untuk mendukung pembangunan nasional yang selama lima tahun

    belakangan ini besarnya berkisar antara 25-35 persen.

    Peningkatan eksploitasi pertambangan Minyak dan Gas Bumi di laut yurisdiksi

    nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka Pembangunan

    Nasional, harus menjadi suatu misi bersama, bukan saja hanya dari sektor Energi

    Migas, tapi juga bagi seluruh komponen bangsa.

    Misi tersebut adalah untuk meningkatkan kegiatan eksploitasi Migas yang tidak

    saja bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah (added value)  semata. Namun,

    bersamaan dengan itu harus dilaksanakan dengan memperhatikan daya dukung

    alam (carrying capacity),  melindungi lingkungan (environmental protection),

    pemberdayaan masyarakat (community development)  di kawasan pesisir dari

    pulau-pulau berdekatan, termasuk sosial budayanya (social and cultural), serta

    aspek keamanan (security aspect). Dengan demikian misi tersebut merupakan

    bagian tidak terpisahkan dari Pembangungan Nasional berkelanjutan.

    14. Kondisi Eksploitasi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi di Laut Yurisdiksi Indonesia Saat ini

      Untuk memotret kondisi eksploitasi Migas saat ini secara sistematis

    dilakukan dengan pendekatan Sistem Pendayagunaan SDA Migas dimana

    komponen di dalamnya masing-masing: (1) Sumber daya Migas Nasional sebagai

    proses masukan (SDM, Iptek, Sarana Prasarana, Data dan Informasi,

    Kelembagaan dan Organisasi, Regulasi, Investasi); (2) Inventarisasi dan Evaluasi

    Potensi Aset dasar kewilayahan (gatra Geofrafi) dan Sumber Kekayaan Alam

    merupakan proses awal perubahan, mendakup kegiatan Survei, Pemetaan,

    Penelitian, dan Eksplorasi; (3) Pendayagunaan Potensi Sumber Daya Migas

    melaui usaha Eksploitasi oleh pemegang KKS di WK tertentu; (4) Perlindungan

    Lingkunan, Pemberdayaan Masyarakat dan Keamanan merupakan proses

    pengontrol dan pendukung. Sistem Pengelolaan dan Pendayagunaan SDA Migas

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    23/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 23/88

    merupakan subsistem dari Instrumen Masukan dari Pola Pikir (Lampiran).

      a. Dinamika Usaha Hulu Migas

    Wilayah yurisdiksi laut nasional dari negara kepulauan Indonesia (pasal 25 a UUD

    1945) sejak awal tahun 1970-an telah menjadi salah sasaran kegiatan eksplorasi

    dan eksploitasi pertambangan Migas. Dengan semakin majunya teknologi

    geofisika kelautan terutama sistem seismik refleksi digital (digital seismic 

    reflection system), pemboran (drilling technology), konstruksi anjungan (platform

    engineering)  dan pengembangan lapangan Migas laut dalam (deep sea oil ad gas

    field), peran produksi Migas di lepas pantai Indonesia semakin memainkan peran

    penting dari seluruh dinamika sektor Migas di Indonesia.

    Evaluasi terhadap data Eksplorasi dan Produksi Migas tahun 2000 yaitu, saat

    dimana Bangsa dan Negara Indonesia memasuki Abad ke 21 dan mengawali

    pelaksanaan Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2004) sebagai

    amanah dari GBHN 1999-2004, telah menunjukan bahwa kira-kira sebesar 37

    persen produksi minyak bumi dan 31 persen produksi gas bumi atau rata-rata 34

    persen dari total Migas yang diproduksi Indonesia berasal dari wilayah lepas

    pantai. Sementara itu pada posisi akhir tahun 2002 menunjukkan bahwa

    kontribusi minyak lepas pantai sekitar 30% dan gas 43% atau rata-rata 36,5% dari

    total produksi Indonesia. Demikian pula data empiris menunjukkan bahwa secara

    kumulatif, selama 25 tahun terakhir ini pangsa produksi Migas lepas pantai terus

    meningkat.

    Produksi lepas pantai terutama berasal dari lapangan migas di Laut Jawa, lepas

    pantai Kalimantan Timur, khususnya kawasan Selat Makassar, Laut Natuna dan

    Selat Malaka, dan baru-baru ini di Teluk Cendrawasih.

    Sampai tahun 2000 sekitar 400 anjungan produksi ( production platform) telah

    dibangun dengan lebih dari 2700 sumur pengembangan (development well ) telah

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    24/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 24/88

    dibor. Salah satu hal yang signifikan adalah pada tahun 2003 telah dibangun

    anjungan produksi (production platform)  di lapangan minyak West Seno di Selat

    Makassar pada kedalaman dasar laut 3200 kaki atau 975 meter, yang

    diketemukan pada tahun 1998 oleh Unocal.

    b. Perkembangan Usaha Hulu Migas

    (1). Produksi Migas (kegiatan hulu)

    Selama empat tahun belakangan ini produksi minyak bumi Indonesia secara

    umum mengalami penurunan. Pada tahun 2003, Indonesia memproduksi sekitar 

    1,15 juta barel per hari, tahun 2002 1,27 juta berel, tahun 2001 sekitar 1,36 juta

    barel, dan tahun 2000 sebesar 1,4 juta barel per hari.

    Penurunan produksi Minyak disebabkan aspek teknis yaitu semakin cepatnya

    penurunan produksi pada lapangan produksi ( production field ), dan terbatasnya

    dana merapkan teknologi Enhance Oil Recovery , serta hal-hal nonteknis yang

    terkait langsung oleh lingkungan strategis nasional antara lain menurunnya iklim

    investasi (investation climate) dan euforia Otonomi Daerah.

    (2) Wilayah Kerja (WK)

    Pada tahun 2000 terdapat 166 WK eksplorasi dan eksploitas yang masih aktif 

    meliputi 62 (50%) terdiri dari WK lepas pantai, 22 wilayah kerja di daerah transisi

    dan sisanya terdapat di daratan. Sebanyak 25 WK berada di laut dalam (lebih dari

    200 m) dan sejauh ini baru satu diantaranya yang telah berproduksi yaitu blok

    Kangean ARII di lepas pantai Jawa Timur.

    Saat ini di Indonesia terdapat 153 WK diantaranya 36 WK sudah berproduksi

    mencakup beberapa tipe kontrak yakni 2 perusahaan EOR (Enhance Oil 

    Recovery), 1 JOA (Joint Operating Assistance), 3 perusahaan JOB (Joint 

    Operating Body), 1 Pertamina (owner),  11 PSC, 17 PSC extention dan 1 TAC

    (Technical Assistance Contract).

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    25/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 25/88

    Dalam kurun waktu 10 tahun kebelakang telah ditandatangani sebanyak 64 KPS

    standar, 8 KPS perpanjangan, 15 KPS-JOB dan 35 TAC yang merupakan jumlah

    yang cukup besar dan potensial untuk mendukung kegiatan ekonomi di

    Indonesia.

    Masih belum optimalnya hasil penawaran dari Pemerintah terhadap WK Blok

    baru, sangat dipengaruhi oleh semakin sulitnya mendapatkan wilayah kerja yang

    ideal berlokasi di laut dangkal, sedangkan prospek di daerah frontier   dan laut

    dalam sangat memerlukan investasi yang lebih besar disamping resiko yang lebih

    tinggi.

    (3) Cadangan Migas

    Perkembangan cadangan minyak bumi Indonesia selama kurun waktu 12 tahun

    (1991-2001) mengalami fluktuasi hal ini mencerminkan tingkat penemuan versus

    pengurasan. Pada tahun 1991 cadangan minyak sebesar 11,0 milyar barel terdiri

    atas cadangan terbukti sebesar 6 milyar barel dan cadangan potensial sebesar 

    5.0 milyar barel, tahun 1992 naik sedikit menjadi 11,3 milyar barel. Namun pada

    tahun 1993 turun menjadi sebesar 10,4 milyar barel dan demikian seterusnya.

    Sampai pada tahun 2000 cadangan minyak menjadi 9,61 milyar barel. Sedangkan

    posisi tahun 2001, cadangan terbukti dan potensial migas secara keseluruhan

    diperkirakan sebesar 9,75 milyar barel minyak terdiri dari cadangan terbukti

    sebesar 5,10 milyar barel dan cadangan potensial sebesar 4,65 milyar barel.

    Gambaran ini berbeda dengan kondisi cadangan gas bumi, meskipun dua tahun

    pertama mengalami sedikit fuluktuasi namun pada tahun-tahun berikutnya

    terdapat kenaikan yang berarti. Bila pada tahun 1991 cadangan gas bumi sebesar 

    104,3 trilyun kaki kubik pada tahun 2000 pada kondisi 170,31 trilyun kaki kubik.

    Maka pada tahun 2001 posisi cadangan 168,15 triliun kaki kubik gas bumi terdiri

    dari cadangan terbukti 92,10 TSCF dan potensial sebesar 76,05 TSCF.

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    26/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 26/88

    Dari hal di atas maka selama sepuluh tahun terakhir ini, walaupun hasil

    penemuan cadangan baru (new reserve)  dari kegiatan eksplorasi tidak dapat

    mengimbangi jumlah minyak yang diproduksikan melalui eksploitasi. Namun,

    cadangan minyak bumi Indonesia jumlahnya berada pada tingkat yang relatif 

    konstan pada tingkat 9,2 –9,8 milyar barel terdiri dari cadangan terbukti (proved 

    reserve)  sekitar 5 milyar dan cadangan potensial (potential reserved)  sekitar 4,2

    milyar barel.

    c. Inventarisasi dan Evaluasi Potensi SKA Migas

    Inventarisasi dan evaluasi (Inev) merupakan bagian penting dalam upaya untuk

    mengetahui potensi sumber daya migas yang tersimpan di dalam bumi di bawah

    dasar laut yang dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan utama yaitu

    eksplorasi dan kegiatan pendukung meliputi survei, pemetaan, penelitian dan

    pengembangan (Research and Development).

    Dengan demikian, untuk meningkatkan besarnya cadangan dan produksi minyak

    bumi harus dibarengi dengan peningkatan Inev.

    Beberapa indikator yang mendukung peningkatan eksploitasi dalam kaitan

    dengan eksplorasi migas yaitu: (1) Wilayah Kerja; (2) Cekungan Minyak; (3)

    Cadangan Minyak; dan (4) Potensi SDA Migas.

    Secara umum kegiatan Inev Migas selama ini masih banyak permasalahan dan

    belum mempunyai daya saing (competitive), sehingga eksploitasi Migas oleh KPS

    belum optimal.

    (1) Potensi Sumber Daya Migas

    Sebagaimana diketahui sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia dalam 10

    tahun terakhir yaitu dari tahun 1992-2001 mengalami kenaikan yang berarti, yaitu

    dari 14,15 milyar barel minyak dan 21,56 triliun kaki kubik gas (TCF) pada tahun

    1991 menjadi 40,91 milyar barel minyak dan 214,72 triliun kaki kubik gas pada

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    27/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 27/88

    tahun 2001.

    Perkiraan potensi sumber daya hidrokarbon saat ini adalah sebesar 86,94 milyar 

    barel minyak dan sekitar 384,60 triliun kaki kubik gas bumi, 70 persen

    diantaranya terdapat di lepas pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut

    dalam. Peningkatan sumber daya Migas ini disebabkan oleh adanya

    penambahan struktur di blok WK baru.

    Walaupun perkiraan sumber daya Migas tersebut terutama diharapkan pada

    wilayah laut. Namun, tanpa diikuti dengan kegiatan Inev maka potensi sumber 

    daya tersebut belum dapat konversi menjadi suatu cadangan terbukti.

    Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mensinergikan kegiatan-

    kegiatan hulu Migas antara Instansi Pemerintah yang bergerak di bidang

    Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Geosain Kelautan, dengan pelaku usaha

    ekonomi Migas, sehingga perkiraan keadaan potensi cadangan migas dapat

    ditingkatkan keakuratannya. [htt p:// www.blogger.com/blogger.g?blogID=3147575712395012589]

    (2) Cekungan Migas

    Sejumlah 60 cekungan sedimen telah diindentifikasikan di seluruh wilayah

    Indonesia dengan luas keseluruhan 2,6 juta km2  (Lampiran Peta) 40 cekungan

    (73 %) diantaranya berada di lepas pantai, 14 cekungan (23%) di daerah transisi

    (darat dan laut) dan hanya 6 yang berada di darat.

    Dari 40 cekungan lepas pantai yang telah diindentifikasikan, hingga saat ini telah

    dieksplorasi sebanyak 18 cekungan (45%), menghasilkan penemuan migas pada

    10 cekungan, 3 diantarannya telah diproduksikan. Sebagian besar dari cekungan

    tersebut merupakan kawasan frontier , laut dalam denfan kondisi geologi yang

    sangat kompleks serta sebagaian besar terletak di Kawasan Timur Indonesia.

    Sisanya masih belum ada temuan hidrokarbon atau memang sama sekali belum

    http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3147575712395012589

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    28/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 28/88

    dibor.

    Dari angka-angka di atas menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia dalam

    melakukan kegiatan intarisasi dan evaluasi potensi sumber daya migas di wilayah

    laut masih jauh dari optimal, sehingga lebih dari 55% cekungan di lepas pantai

    belum dieksplorasi.

    (3) Tatanan Geologi dan Prospek Migas

    Indonesia sebagai suatu negara kepulauan terbesar di dunia mempunyai tatanan

    geologi yang cukup komplek, dimana proses pembentukannya dipengaruhi

    adanya pertemuan lempeng-lempeng litosfera utama yaitu Lempeng Kontinen

    Eurasia di bagian utara, Samudera Hindia di bagian barat laut, Tepian Kontinen

     Australia di bagian tenggara, dan Samudera Pasifik di bagian timurnya. Proses

    geologi yang terjadi selama puluhan sampai ratusan juta tahun yang lalu telah

    mengontrol terbentuknya berbagai sumber daya alam tidak terbarukan Migas.

    Potensi geologi pada umumnya dan ketersediaan sumber daya alam Migas yang

    merupakan peluang emas (golden opportunity)  menjadi salah satu daya tarik

    utama bagi investor baik asing maupun domestik untuk menanamkan modalnya

    pada sektor hulu Migas di Indonesia.

    Negara kepulauan Indonesia secara geologis merupakan sistem busur kepulauan

    (arc trench system)  dimana pada bagian Perairan Pedalaman KBI mempunyai

    tatanan Geologi yang lebih sederhana yang dicirikan oleh sistem Paparan Sunda

    yang luas mencakup wilayah Laut Jawa dan Laut Natuna. Sedangkan tatanan

    Geologi ke arah ZEE lebih rumit pada bagian. Sebaliknya pada kawasan KTI

    tatanan geologinya sangat komplek di bagian Laut Kepulauan dicirikan oleh laut

    dalam antara lain Laut Flores-Laut Banda. Demikian pula di luar Perairan

    Pedalaman tatanan geologi semakin komplek. Gambaran geologi di atas akan

    menjadi unsur penting dari Geopolitik Migas di Indonesia.

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    29/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 29/88

    Untuk kegiatan Pemetaan Geologi dan Geofisika Laut, Indonesia masih belum

    memiliki keunggulan. Hal ini dapat dilihat hanya satu institusi Pemerintah yang

    memiliki fungsi untuk melaksanakan kegiatan tersebut, yaitu Pusat

    Pengembangan Geologi Kelautan di bawah Departemen Energi dan Sumber 

    Daya Mineral. Lebih ironis lagi, bahkan belum ada satu kapal riset yang dimiliki

    Pemerintah Indonesia atau pelaku usaha nasional yang khusus dirancang untuk

    melaksanakan misi Inev hulu Migas tersebut dengan memiliki standar industri.

    Pemetaan dasar laut bersistem skala 250.000 yang telah dilaksanakan oleh

    Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral belum dapat dituntaskan untuk

    seluruh wilayah Indonesia.

    (4) Dimensi Kewilayahan Laut Yurisdiksi Nasional

    Dimensi kewilayahan yang akan terkait dengan wilayah hukup Perambangan

    Migas sebagai dasar bagi Pemerintah menetapkan Blok dari Wilayah Kerja

    sampai saat ini belum sepenuhnya dapat dituntaskan kepastian hukumnya,

    mencakup batas wilayah nasional (Unclos 1982), tumpang tindih batas wilayah

    laut berpotensi Migas dengan negara tetangga, dan pemberian wewenang

    pengelolaan wilayah laut kepada Pemda (UU No. 22 tahun 1999) yang

    diterjemahkan sebagai wilayah kedaulatan.

    Pada tanggal 31 Desember 1985 Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB

    tentang Hukum Laut 1982, melalui Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang

    pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea  (Konvensi PBB

    tentang Hukum Laut), 1982. Pasal 2 Konvensi tersebut menetapkan bahwa

    kedaulatan suatu Negara Kepulauan, selain wilayah daratan dan peraian

    kepulauannya, meliputi juga suatu jalur laut yang disebut laut teritorial.

    Kedaulatan ini meliputi ruang udara di atasnya dan dasar laut dan tanah

    dibawahnya, serta segenap kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yaitu

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    30/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 30/88

    Migas.

    Setelah berlakunya Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982, wilayah laut

    yang menjadi wilayah kedaulatan Indonesia adalah Laut Nusantara seluas 2,8

    uta Km2, yang merupakan laut diantara pulau-pulau Indonesia dan laut teritorial

    seluas 0,3 juta km2, yang merupakan jalur terluar sabuk selebar 12 mil di

    sekeliling kepulauan Indonesia. Sedangkan wilayah dimana Indonesia memiliki

    hak berdaulat adalah ZEE dan landas kontinen Indonesia yang luasnya sekitar 

    2,7 km2. Dengan demikian luas seluruh lautan di bawah yurisdiksi nasional

    Indonesia mencapai sekitar 5,8 juta km2  atau dua pertiga luas seluruh wilayah

    Indonesia, di mana juga merupakan wilayah hukum Pertambangan Migas

    sebagaimana yang telah ditetapkan pada UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak

    dan Gas Bumi.

    Sejalan dengan proses Reformasi di Indonesia, dalam UU No. 22. tahun 1999

    terdapat salah satu pasal yang mengatur kewenangan daerah dalam pengelolaan

    wilayah perairan. Dalam Pasal 10 disebutkan bahwa “daerah Provinsi berwenang 

    mengelola wilayah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai, sementara Daerah

    Kabupaten dan Kota berwenang mengelola wilayah laut sepertiga dari batas

    kewenangan Propinsi atau sejauh 4 mil laut”.  Dengan demikian dipersepsikan

    bahwa di luar 12 mil tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.

    d. Aset Sumber Daya Migas Nasional

    Mengingat perburuan Migas ke depan cenderung menuju prospek di wilayah laut

    dalam (> 200 m) seperti prospek West Seno di Selat Makassar tersebut mencapai

    kedalaman dasar laut 975 m, hal ini akan memberikan implikasi semakin

    mendesak tersedianya Aset Sumber Daya Migas yang dapat mengikuti dinamikaglobalisasi terutama persaingan bebas, yaitu SDM yang profesional dengan

    standar kompetensi yang tinggi, Iptek yang lebih canggih, Sarana dan prasarana

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    31/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 31/88

    yang memadai serta data dan informasi yang akurat, regulasi dan pengelolaan

    sektor yang kondusif, dan tersedianya modal atau investasi dana yang besar 

    dengan resiko yang tinggi. Unsur Sumber Daya Migas Nasional masih disatu sisi

    merupakan salah satu kelemahan Indonesia saat ini untuk mandiri dan menjadi

    tuan rumah dinegaranya sendiri, padahal industri Perminyakan di Indonesia

    sendiri sudah mendapai usia 50 tahunan. Di sisi lain untuk menjadi mandiri dan

    meningkatkan keunggulan kompetitif pilar SDMN merupakan salah satu kunci

    sukses (key succes).

    Secara umum dari sisi SDM, Iptek, Sarana Prasarana, Data dan Informasi

    Indonesia belum menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Karena dengan pola

    KPS maka investor masih mempunyai posisi tawar yang lebih kuat untuk

    mengoptimalkan kepentingannya. Tantangan utama adalah berkaitan dengan isu

    Indonesia tidak dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.

    Masalah yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan data dan informasi

    dimana belum dapat dioptimalkan pengembanan Sistem Informasi Hulu Migas

    yang terpadu.

    e. Regulasi dan Kelembagaan

    Setelah mengalami deregulasi dari sektor Migas maka koordinasi kelembagaan

    sedang mengalami proses menuju keseimbangan. Oleh karena itu sampai saat ini

    berdasarkan penilaian KPS koordinasi antara Pemerintah, Industri dan

    stakeholders belum optimal (Survey PriceWaterHouseCooper tahun 2002).

    Di bidang Regulasi sesuai dengan UUD 1945, Pasal 33 ayat 2 dan 3 Cabang-

    cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasi hajat hidup orang

    banyak dikuasi oleh Negara. Selanjutnya Bumi, air dan kekayaan alam yang

    terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara yang dipergunakan untuk sebesar-

    besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu Migas merupakan sumber daya

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    32/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 32/88

    alam yang tidak terbarukan namun mempunyai nilai strategis bagi Bangsa dan

    Negara Indonesia k`rena Migas mempunyai tida fungsi utama yakni sebagai

    sumber devisa, sebagai sumber energi dan bahan baku industri. Disamping itu

    industri Migas merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan

    mempunyai resiko tinggi. Oleh karena itu pengaturan dan penangannya harus

    dilakukan dengan tepat dan bijaksana.

    Industri migas Indonesia telah memasuki era baru sejak diundangkannya UU No.

    22 thun 2001 mengenai kegiatan industri migas di Indonesia. Dalam UU Migas

    beberapa aspek penting adalah: (1) memisahkan secara tegas antara fungsi

    penguasaan sumber daya alam (mineral & mining right ) dengan pengusahaan

    (economic right ); (2) menerapkan kontrak kerjasama (KKS) dimana di dalamnya

    meliputi Kontrak Production Sharing (KPS) serta kontrak-kontrak lainnya yang

    menguntungkan; dan (3) memisahkan antara fungsi penguasaan dan

    pengawasan dengan fungsi pengusahaan. Untuk itu UU mengamanahkan

    dibentuknya Badan Pelaksana (BP Migas) pada Sektor Hulu. Fungsi BP Migas

    sebagaimana diamanahkan dalam UU tersebut adalah melakukan pengendalian

    dan pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya

    alam minyak dan gas melalui kontrak KPS bumi milik negara dapat memberikan

    manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat.

    Berkaitan wilayah Hukum pertambangan Indonesia dimana selanjutnya menjadi

    landasan Pemerintah dalam pengaturan eksploitasi Migas, dalam UU Migas

    tersebut telah ditegaskan mencakup seluruh wilayah daratan, perairan (laut) dan

    landas kontinen Indonesia.

    Sesuai dengan amanah UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,

    maka Pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    33/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 33/88

    sebagai bagian dari mineral right   dan mining right   terhadap sumber daya Migas

    mendapatkan mandat untuk menawarkan Wilayah Kerja yang terletak pada

    wilayah hukum pertambangan Indonesia kepada pihak-pihak yang berminat,

    selanjutnya dipayungi dengan Kontrak Kerjasama (KPS).

    f. Investasi

    Saat ini KPS yang beroperasi di wilayah laut nasional hampir seluruhnya

    merupakan investor asing dengan bentuk Badan Utasa Tetap (BUT), sedangkan

    BUMN Pertamina maupun Perusahaan Swasta Nasional lainnya belum dapat

    memainkan peran sebagai pemain utama (main player ).

    Dengan demikian tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan

    kemampuan nasional agar dapat menjadi tuan rumah di negaranya sendiri

    sekaligus dapat bersaing dengan investor asing dimana mempunyai keunggulan

    kompetitif antara lain SDM, Iptek, pengalaman panjang (long experiences) pada

    eksploitasi migas di lepas pantai dan yang paling strategis adalah kemampuan

    pendanaan yang kuat.

    Pada tahap pelaksanaan pengawasan implementasi KPS dilaksanakan oleh

    Badan Pelaksana Hulu Migas yang berbentuk sebagai Badan Hukum Milik

    Negara (BHMN). Sementara Pemerintah tetap berwenang untuk memantau dan

    monitoring  implementasi KPS tersebut.

    Berkaitan dengan aspek pengawasan, pada masa transisi diterapkannya UU

    Migas yang baru dinilai masih terdapat tumpang tindih antara kewenangan

    Pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya, Departemen

    Keuangan, dan institusi Pemerintah lainnya yang terkait dengan BP Migas.

    Walaupun secara umum iklim investasi di Indonesia saat ini belum kondusif,

    namun minat investor asing untuk menanamkan modalnya pada wilayah kerja

    Migas di lepas pantai masih besar.

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    34/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 34/88

    Sementara itu selama kurun waktu empat tahun ke belakang sebagai implikasi

    era Reformasi Total di Indonesia, telah terjadi perubahan dinamis yang sedikit

    banyak akan mempengaruhi iklim investasi.

    Lima faktor internal diantaranya adalah: (1) Paradigma Otonomi Daerah dengan

    diberlakukannya UU No. 22/99 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/99

    tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; (2)

    Diberlakukannya Undang-undang Anti Monopoli, yang mengawasi persaingan

    berusaha; (3) UU Perlindungan Konsumen, agar dapat menjamin kepentingan

    publik (konsumen) terhadap produk barang dan jasa; (4) Komitmen seluruh

    komponen bangsa, untuk segera keluar dari krisis moneter melalui suatu program

    pemulihan perekonomian yang terpadu; dan (5) Semakin meningkatnya dorongan

    agar terciptanya efisiensi birokrasi, sebagai wujud untuk menciptakan

    kelembagaan yang profesional, akuntabel, dan bersaing.

    Empat tantangan utama yang diidentifikasikan telah menjadi penyebab

    menurunnya iklim investasi yang kondusif, yaitu: (1) Menciptakan kepastian

    hukum; (2) Tersedianya Peraturan Ketenagakerjaan yang bermanfat baik

    pengusaha maupun pekerja; (3) Keseimbangan dari penerapan Otonomi Daerah;

    dan (4) Memulihkan keamanan baik fisik maupun psikologis.

    15. Kontribusi Eksploitasi Migas terhadap Kesejahteraan Rakyat dan

    Pembangunan Nasional

    a. Kontribusi peningkatan eksploitasi Migas terhadap Kesejahteraan

    Rakyat

    Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 telah ditegaskan bahwa cita-cita

    nasional bangsa Indonesia antara lain Indonesia yang adil dan makmur. Dalam

    kaitan ini Indonesia yang berkemakmuran adalah Indonesia yang mampu

    menyediakan dan memenuhi keutuhan-kebutuhan dasar yang memenuhi standar 

    yang layak bagi kemanusiaan untuk seluruh warganya. Demikian pula bahwa

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    35/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 35/88

    tujuan nasional (Tunnas) antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan

    mencerdaskan bangsa, hal ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

    kesejahteraan rakyat dan martabat bangsa dalam kerangka pembangunan

    bangsa secara menyeluruh.

    Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas kehidupan

    masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada

    tercukupinya kebutuhan dasar. Dalam kaitan ini, luaran eksploitasi pertambangan

    Migas diharapkan akan dapat mendukung kebutuhan rakyat Indonesia terhadap

    energi berbasis Migas baik untuk mempertahankan kehidupannya, maupun

    meningkatkan taraf hidupnya. Terwujudnya kesejahteraan rakyat yang makin

    meningkat pada dasarnya merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan

    pembangunan nasional yang harus senantiasa diupayakan pencapaiannya.

    Kontribusi nyata hasil eksploitasi pertambangan Migas pada sebagian dari

    sasaran Pembangunan Kesejahteraan Rakyat seperti dia atas antara lain:

    (1) 

    membuka keterisolasian daerah, karena umumnya lokasi kegiatan pada

    kawasan terpencil. Sebagai implikasi akan memicu terjadi mobilitas

    penduduk ke kawasan pesisir di sekitar lokasi kegiatan eksploitasi Migas

    untuk mencari penghidupan yang lebih baik;

    (2) 

    menyediakan lapangan kerja, berarti mengurangi pengangguran yang

    menjadi masalah serius bangsa ini karena pertumbuhan ekonomi hanya

    sekitar 4%;

    (3)  peningkatan kehidupan sosial dengan adanya program pemberdayaan

    masyarakat dikenal sebagai Community Development ;

    (4) 

    partisipasi masyarakat untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan yaitu

    sebagai pemasok kebutuhan pokok di sekitar kegiatan; dan

    (5)  terbangunnya infrastruktur umum, merupakan bagian penting untuk memicu

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    36/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 36/88

    roda perekonomian berbasis kerakyatan.

     Adapun kemanfaatan sebagai efek ganda kontribusi Migas pada kesejahteraan

    secara kuantitatif diuraikan pada kaitannya sebagai masukkan APBN.

    b. Pengaruh terhadap Pembangunan Nasional

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki sumber 

    kekayaan Migas yang sangat vital sebagai sumber kekuatan ekonomi

    pembangunan nasional. Sumber daya Migas telah terbukti memberikan andil

    yang cukup penting, bahkan secara nasional telah menjadi tumpuan Anggaran

    Belanja Negara selama bertahun-tahun hinga saat ini berkisar antara 25-35%.Sebagian dari devisa ini disumbangkan dari cekungan minyak dan gas bumi yang

    berada di lepas pantai.

    Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi hingga saat ini tetap dapat mempertahankan

    kontribusinya yang sangat bermakna bagi perekonomian nasional pada umumnya

    dan APBN pada khususnya.Ekspor minyak mentah tahun 2001 sebesar 240,17 juta barel dengan harga rata-

    rata sebesar US $ 23,88/barel, mengalami kenaikan volume sebesar 6,94%

    dibanding pada tahun 2000. Jumlah ekspor LNG sebesar 23,9 juta metrik ton.

    Produksi gas bumi Indonesia rata-rata sebesar 7,9 milyar kaki kubik perhari,

    sedangkan pemanfaatan gas bumi dalam negeri mencapai 3,63 milyar kaki kubik

    perhari. Ekspor gas bumi melalui pipa transmisi ke Singapura dengan jumlah

    pasokan sebesar 325 MMSCFD bersumber dari KPS Conoco di Natuna Barat

    yang disalurkan melalui pipa bawah laut sepanjang 480 km.

    Pada tahun Tahun 2001 Sub sektor Migas mengkontribusikan sekitar Rp. 106

    triliun, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2000. Namun peningkatan

    tersebut lebih didorong oleh melemahnya kurs rupiah (di atas Rp. 12.000) dan

    dibarengi dengan harga minyak mentah di atas US$24 per barel (asumsi APBN

  • 8/17/2019 “Peningkatan Eksploitasi Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Di Laut Yurisdiksi Nasional

    37/88

    10/5/2016 “PENINGKATAN EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT YURISDIKSI NASIONAL

    http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.co.id/2011/12/peningkatan-eksploitasi-pertambangan.html 37/88

    2001 adalah US$ 22 per barel).

    Pada Tahun 2002 kontribusi sektor ESDM sebesar Rp. 81.071,53 milyar atau

    sekitar Rp. 81 triliun. Kontribusi tersebut adanya penurunan Migas dikarenakan

    oleh: (1) Adanya penurunan nilai kurs; (2) Adanya penurunan rata-rata produksi;

    dan (3) Penurunan rata-rata harga minyak Internasional.

    Dari potret kontribusi pada APBN tersebut tergambar secara jelas bahwa

    kenaikan produksi Migas dari hasil eksploitasi disertai dengan mantapnya kurs Rp

    terhadap US$ dan harga minyak mentah dalam US$ per barel dapat

    meningkatkan kontribusi pada sektor pemasukan APBN.

    16. Permasalahan-permasalahan

    Potret di bagian terdahulu telah memberikan fakta bahwa eksploitasi

    pertambangan Migas di wilayah laut yurisdiksi nasional telah memberikan

    kontribusi yang cukup signifikan pada pembangunan nasional berkelanjutan.

    Namun, dalam upaya peningkatan eksploitasi pertambangan Migas tersebut

    masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi untuk selanjutnya digunakan

    sebagai bagian dari proses evaluasi untuk mendapatkan pemecahannya.

    Mengingat eksploitasi Migas di laut yurisdiksi nasional saat ini mempunyai

    implikasi yang luas pada berbagai aspek yang strategis, selanjutnya

    diidentifikasikan permasalahan mendasar dan pokok-pokok masalah.

    Permasalahan mendasar yaitu: (1) bagaimana pendayagunaan SDA Migas dapat

    optimal mela