Upload
imuel-muliana
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
1/22
PENINGKATAN INVESTASI DI INDONESIA
MEMBUTUHKAN REFORMASI HUKUM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
MULIANA
050200159
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
2/22
PENINGKATAN INVESTASI DI INDONESIA MEMBUTUHKAN
KONSISTENSI REFORMASI HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar B!a"a#$ Ma%a!a&
Salah satu masalah bagi Indonesia sebagai Negara berkembang adalah krisis
yang terjadi sejak tahun 1997 dan masih terasa akibatnya sampai sekarang ini. Dari
sudut pandang ekonomi, berbeda dengan Negara Asia timur lainnya, Indonesia belum
mampu kembali pada leel ekonomi pra!1997. dengan jumlah pengangguran yang
sangat besar, banyaknya rakyat miskin, dan kemampuan yang terbatas untuk
mengeksplorasi dan meman"aatkan sumber daya alam, maka Indonesia membutuhkan
jumlah inestasi yang sangat besar, khususnya inestasi asing dalam rangka menarik
ekonomi untuk kembali pada tingkat sebelum krisis 1997. masalahnya adalah,
inestasi membutuhkan situasi dan iklim yang bersahabat yaitu adanya supremasi
hukum, good goernan#e, dan system regulasi yang pasti, dan semua ini belum di
miliki Indonesia.
B. Pr'('%a# Ma%a!a&
Adapun masalah yang akan dikemukakan dalam makalah ini adalah $
1.%enarkah &eningkatan Inestasi Di Indonesia membutuhkan 'e"ormasi
(ukum)
*.Apakah benar, pendapatan Negara akan meningkat melalui Inestasi)
+.Apakah tindakan meningkatkan inestasi yang dilakukan oleh pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang!undangan yang berlaku)
).T'*'a# +a# Ma#,aat P#'!-%a#
ujuan dari penulisan ini$
1. Untuk dapat menalaah kebijakan yang diambil oleh pemerintah
*. Untuk dapat membandingkan peningkatan inestasi dari tahun ke tahun
+. untuk dapat melihat sejauh mana usaha Negara manarik inestor.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
3/22
-. Untuk dapat mengetahui tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sesuai
atau tidak dengan ketentuan perundang!undangan yang berlaku.
Dengan mengetahui sedikit penjelasan dari pemaparan ini dapat
meningkatakan aasan kita dalam kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dengan ini kita dapat meningkatkan #ara berpikir yang jauh lebih rasional dan
terarah demi kemajuan bangsa dan Negara yang kita #intai ini.
Serat dapat membandingkan kinerja yang diambil dengan prosedur dan hal!hal
yang terkait dalam hal itu.
D. Mt+ P#'!-%a#
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode empiris dan dalam teknik
pengumpulan data melalui studi pustaka /0ield 'esear#h yakni berasarkan dokumen!
dokumen dan literature. Dan data yang diperoleh merupakan data sekunder.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
4/22
BAB II
PENINGKATAN INVESTASI ASING DAN PEREKONOMIAN
GLOBAL
A. /#-#$"ata# Fr-$# D-r0t I#1%(#t 2FDI3
&ada dasarnya setiap Negara di dunia membutuhkan inertasi asing. 2enurut
3arth Summit %rie"ing &aper /*44*, Negara!negara miskin dan termiskin di dunia
masih memiliki ketergantungan besar pada bantuan luar negeri baik bilateral maupun
multilateral namun, laporan 356S65 tahun *444 menunjukkan baha sejak tahun
1994 bantuan pembangunan telah menurun setengah dari jumlahnya, dan
pembangunan lebih mengandalkan pada alternatie sumber keuangan dan inestasi
asing langsung atau 0oreign Dire#t Inesment /0DI yang telah menjadi sumber
terbesar dari modal sasta bagi pembangunan Negara!negara. ondisi tersebut biasa
terjadi karena perdagangan dunia telah memasuki era globalisasi, dimana produksi
dan marketing dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam skala global. Untuk
men#apai keuntungan yang lebih besar, maka perusahaan multinasional men#ari
lokasi yang menguntungkan di Negara!negara berkembang dengan lokal skills yang
tinggi.
Aliran 0DI se#ara global telah meningkat empat kali lipat dari US8 17- miliar
di tahun 199* menjadi US8 -- miliar di tahun 199:. asia telah menjadi daerah yang
pertumbuhan 0DI paling tinggi, sementara itu pada tahun *44;, menurut
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
5/22
bulan berturut!turut dalam inestasi yang senyatanya. &enurunan realisasi inestasi ini
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan peluang kerja.
Surei yang dilakukan di Australia pada aal tahun *44-, menunjukkan
baha kondisi ekonomi Indonesia berada pada jalur yang benar, tetapi kemajuannya
terhambat akibat kurangnya inestasi asing. Indonesia mengalami disenestasi
/disinestment antara tahun 199:!*44- di mana inestasi asing bernilai minus
/tertinggal dari hailand yang telah melampaui angka tahun 199; dan tingkat
keper#ayaan inestor juga menurun. (al senada juga di ungkapkan oleh peter >ansen
/?#onditional su##ess dalam he %anker, 7 pada 0ebruari *44-,baha ?di
permukaan gambaran makroekonomi Indonesia kelihatan cukup bagus. Rupiah telah
stabil, deficit anggaran tahun 2004 diharapkan turun ke 1,2% dari GD, inflasi
kurang dari 10% tahun lalu dan tingkat bunga pin!aman berada pada titik terendah
selama ini mencapai ",#% pertengahan !anuari
Namun, gambaran positi" sema#am itu tidak mampu untuk menghilangkan
keraguan, peningkatan inestasi merupakan masalah besar bagi Indonesia, karena
menurut jansen, surei %ank Dunia dan AD% terhadap bisnis!bisnis asing tahun *44+
mengenai alasan mereka menjauhi Indonesia, menemukan tiga alasan utama, yaitu$
! etidakstabilan makroekonomi
! etidakpastian kebijakan
! orupsi
Ditahun *44, keluhan para inestor >epang adalah masalah!masalah tentang
ketidakpastian tentang hukum, perpajakan, bae #ukai, in"rastruktur dan hubungan
perburuhan. Di tahun *447, para inestor 3ropa mengeluh karena kesulitan
memprediksi iklim inestasi di Indonesia di bandingkan dengan 5ina dan Cietnam,
meskipun kondisi Indonesia semakin positi", karena inestor eropa membutuhkan
prediksi aturan yang lebih pasti agar tepat dalam memutuskan inestasi jangka
panjang, hal tersebut di sampaikan etua 3uro5harm /amar Dagang Uni!3ropa
ondisi inestasi di Indonesia memang memprihatikan, data pada akhir tahun
*44+ menunjukkan baha inestasi stagnan dan berbagai sektor manu"aktur yang
padat karya berpindah ke Negara lain yang menjadi pesaing Indonesia berbiaya
rendah seperti Cietnam dan 5ina. 2emang persetujuan &2A dalam 9 bulan pertama
total US8 ,1 miliar, sebuah peningkatan +.7= dari masa yang sama tahun *44* tetapi
masih jauh dari tingkat pra!krisis pertengahan 1994!an
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
6/22
Indonesia jelas tertinggal di belakang Negara!negara Asia yang juga dilanda
krisis pada tahun 1997 dan telah pulih kembali. &ada tahun *44+, %ank dunia
menunjukkan baha kegagalan Indonesia adalah untuk melakukan perbaikan sistem
hukum se#ara menyeluruh yang menyebabkan inestasi dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia tertinggal di belakang Negara!negara Asia lainnya.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
7/22
BAB III
PEMBENTUKAN DAN PENEGAKAN REFORMASI HUKUM
Dari berbagai keadaan di atas, dampak baha selain masalah ekonomi,
persoalan lain yang menghambat pertumbuhan inestasi di Indonesia adalah persoalan
hukum. hususnya adalah masalah kepastian hukum dan pemberantasan korupsi.
epastian hukum terkait dengan persoalan pembentukan hukum dan penegakan
hukum.
Dari segi pembentukan undang!undang Indonesia telah memiliki UU
&enanaman 2odal Asing sejak tahun 197 /UU No.1 tahun 197 dan juga telah
merati"ikasi mekanisme penyelesaian sengketa inestasi antara Negara dan inestorasing yang di atur dalam mekanisme I5SID melalui undang!undang No. ; tahun
19:. kemudian UU &enanaman 2odal Asing tahun 197 tersebut diperbaharui
dengan UU penanaman 2odal pada tahun *447 /UU No. *; tahun *447. Di dalam
UU &enanaman 2odal pasal - /* di rumuskan kebijakan dasar penanaman modal di
Indonesia, yaitu$
1. 2emberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam
modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
*. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan peri@inanan sampai dengan berakhirnya
kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang!undangan.
+. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada
usaha mikro, ke#il, menengah dan koperasi.
&osisi dasar sema#am ini yang di dalam dunia hukum di kenal sebagai
inestment statement paling tidak menjelaskan tiga prinsip sebagai berikut$
1. &rinsip nasional treatment sebagai bentuk sikap non!diskriminati" terhadap
inestor berdasarkan kearganegaraannya
*. &rinsip inestment prote#tion dimana di dalamnya ada kepastian
hukum,kepastian berusaha dan keamanan berusaha
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
8/22
+. &rinsip a""irmatie poli#y terhadap usaha mikro, ke#il, menengah dan
koperasi.
Nampaknya UU ini masih memandang koperasi sebagai usaha yang tidak bisa
menjadi besar, sedangkan prinsip non!eproriation di atur dalam pasal 7 UU
&enanaman 2odal tahun *447.
Namum persoalan inestasi asing ternyata tidak hanya terkait dengan aturan
yang khusus di bidang inestasi saja, melainkan juga undang!undang pada hal!hal
yang terkait dengan sektor yang dimasuki inestor akan turut mempengaruhi masalah
kepastian hukum itu. 5ontohnya pada peraturan perpajakan yang memberikan
kekuasaan lebih besar kepada pejabat kantor pajak di nilai justru bisa membuka
peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan. 5ontoh lainnya adalah UU entang
ehutanan ahun 1999 /UU No. -1 tahun 1999 yang melarang kegiatan
pertambangan pada beberapa ilayah yang di katagorikan sebagai hutan lindung
sedangkan pada daerah tersebut sebelumnya telah ada kontrak dengan inestor bagi
eksplorasi tambang.
(al ini menimbulkan persoalan baru karena para inestor yang telah
mengeluarkan biaya untuk melakukan kegiatan penambangan tentu tidak menerima
dan akan mengajukan gugatan ganti rugi miliaran dolar terhadap Indonesia. 6leh
karena itu, kemudian pada tahun *44-, kondisi tersebut memaksa pemerintah
mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang!undang /perpu No. 1 tahun
*44- tentang ?perubahan atas Undang!undang No. -1 tahun 1999 tentang
ehutanan. Dalam perpu tersebut ditambahkan satu pasal saja /pasal :+A dimana
semua peri@inan atau perjanjian di bidang pertambangan di kaasan hutan yang telah
ada sebelum berlakunya UU No. -1 tahun 1999 di nyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya i@in atau perjanjian dimaksud. idak ada ketentuan lainnya untuk
mengenakan syarat!syarat dan pengendalian yang ketat. &erpu tersebut kemudian
dikuatkan menjadi UU No. 19 tahun *44-. sebenarnya perpu No. 1 tahun *44- ini
mengatur baha ketentuan lebih lanjut akan di atur dengan keputusan presiden,
namun hingga kini keputusan tersebut tidak pernah terujud. eadaan ini
menunjukkan ketidakpastian penyusunan aturan dimana terjadi benturan antara politik
hukum inestasi dengan politik hukum lingkungan.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
9/22
&erubahan melalui perpu ini belum menjaab persoalan se#ara tuntas.
2emang berbagai eksekuti" perusahaan tambang menyambut keputusan tersebut
mengingat pemerintah dapat rentan terhadap gugatan ganti kerugian miliaran dollar
jika perusahaan tidak di perbolehkan melakukan isi kontrak yang telah di
tandatangani lebih dulu. Namun, mereka juga mengingatkan baha menghidupkan
kembali kontrak tidaklah #ukup untuk menghidupkan industri. ernyata, pemerintah
kemudian memutuskan untuk tidak mengeluarkan keputusan presiden, melainkan
dalam bentuk peraturan pemerintah yang sekaligus merangkum dua hal yaitu pajak
dan ekspoitasi hutan, melalui peraturan pemerintah tentang ?>enis dan ari" atas >enis
&enerimaan Negara bukan pajak yang berasal dari penggunaan kaasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang berlaku pada Departemen
ehutanan. &eraturan ini tidak saja menuia kritik tetapi juga ke#aman, karena di
dalamnya pemerintah telah menentukan rumus penghitungan &enerimaan Negara
%ukan &ajak /&N%N yang dasar penentuan besarnya tidak dijelaskan. Akibatnya
pemerintah dituduh menjual hutan demi kepentingan inestor. etidakmampuan
pemerintah untuk menjelaskan rumus yang ada dalam peraturannya sendiri
merupakan salah satu kelemahan dalam penerimaan publik tehadap aturan tersebut.
&eraturan dalam && No. * tahun *44: memberikan kesan baha dalam rangka
kepentingan penanaman modal, kepentingan pelestarian bisa saja dikorbankan.
emudian menimbulkan salah pemahaman baha inestor juga lebih mendahulukan
kepentingan industrinya dan mengorbankan lingkungan. &adahal seharusnya tidak
demikian, dalam kenyataannya, masalah ini selalu menjadi sumber keluhan berbagai
pihak, termasuk pihak inestor asing. Sebagai pihak yang berkepentingan dengan
inestasinya yang berjangka panjang, sebenarnya pihak inestor asing juga akan
menyesuaikan diri dengan ketentuan yang disusun pemerintah dan ketentuan itu
seharusnya menjaab berbagai kebutuhan pelestarian alam.
Eang dibutuhkan inestor adalah ketentuan hukum inestasi dan lingkungan
hidup yang konklusi" dan e"ekti" yang tidak berubah!ubah serta terkordinasi dengan
baik, sehingga sekali perusahaan telah memenuhi keajiban maka mereka akan
terbebas dari kemungkinan jeratan hukum. Sehingga tidak terulang kasus nemont
yang harus mengeluarkan biaya sebesar US8 +4 juta selama 14 tahun untuk
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
10/22
menyelesaikan berbagai masalah. Apabila berbagai kasus dalam hubungan antara
penanam modal asing dengan lingkungan setempat, pada aras mikro justru
menunjukkan dinamika yang naik!turun yang dalam beberapa kasus di Indonesia
berujung pada proses peradilan. erutama baha saat ini yang dominan adalah relasi
kontroersial namun jika ditata dengan baik maka bisa menjadi relasi yang harmonis.
UU &enanaman 2odal tahun *447 pada satu sisi sebenarnya terasa lebih maju
ketimbang UU &enanaman 2odal Asing tahun 197. karena di dalam UU baru ini
mengamanatkan perlindungan lingkungan, penghormatan pada tradisi, rule o" la,
dan lain!lain tetapi tanpa menjelaskan se#ara rin#i prosedur dan otoritas
pelaksanaannya. %ahkan ketentuan mengenai tanggung jaab penggantian biaya
perbaikan lingkungan juga tidak di atur se#ara jelas dan tidak dikatakan baha akan
di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah dan dalam kaitan ini perlu di
perhatikan pada && No. * tahun *44: sama sekali tidak terkait dengan UU &enanaman
2odal tahun *447, paling tidak jika di dasarkan pada isi konsiderans && no. * tahun
*44: yang sama sekali tidak menyinggung tentang UU No. *; tahun *447. masalah
lain yang terjadi dalam kaitannya dengan pembentukan hukum adalah mengenai
keenangan pemberian i@in inestasi. UU &emerintahan Daerah telah
mendelegasikan keenangan inestasi kepada pemerintah di daerah dan telah di
tuangkan dalam berbagai peraturan pelaksanaannya. eppres No. 1*4 tahun *44*
menugaskan kepada %&2 untuk melimpahkan "asilitas peri@inan kepada daerah.
eputusan 2enteri Dalam Negeri No 1+4!7 tahun *44* bahkan mengatur
keenangan %upatiFalikota untuk penanaman modal Dalam Negeri dan keenangan
Gubernur untuk &enanaman 2odal Asing. Namun kemudian pemerintah
mengeluarkan eppres No. *:F*44- tentang %&2 dan eppres No. *9F*44- tentang
penyelenggaraan penanaman modal dalam rangka &2A dan &2DN melalui sistem
satu atap, yang mengembalikan keenangan perijinan itu kepada pusat. ebijakan ini
bisa terjadi mengingat banyaknya ekses yang mun#ul pada saat keenangan ini
dilaksanakan oleh daerah, dimana bukannya kemudahan yang diperoleh inestor
malahan biaya yang tinggi dan berbagai pungutan liar yang di buat di daerah. Namun
UU &enanaman 2odal tahun *447 kembali mengembalikan peran pemerintah daerah
dalam pengesahan dan perijinan perusahaan.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
11/22
>adi dalam aktu kurang dari 14 tahun, telah tiga kali terjadi perubahan
peraturan mengenai keenangan perijinan inestasi antara pusat dan daerah. idak
ada yang bisa menjamin baha hal ini tidak bisa berubah. Sehingga timbul rasa
ketidakpastian hukum.hal ini pun dikeluhkan oleh para inestor khususnya pada
sektor pertambangan, yang berpendapat baha melemahnya hubungan antara inestor
dengan pemerintah pusat telah menurunkan tingkat kepastian proses penanaman
modal. (al ini disebabkan karena pemerintah daerah belum mampu mende"inisikan
syarat!syarat inestasi se#ara jelas, termasuk mengenai ketentuan pelayanan
masyarakat dan perlindungan lingkungan hidup. (al ini bisa berujung pada
pembuatan rejim pertambangan yang berbeda!beda menurut ilayah dan perbedaan
derajat daya tarik inestasi bagi inestor potensial. UU &enanaman 2odal tahun *447
kemudian menegaskan peran pemerintah daerah dalam pengesahan dan perijinan
perusahaan. (al ini di pandang oleh para inestor sebagai satu titik lemah UU yang
baru di bentuk ini, alasannya karena peran pemerintah pusat dan daerah tidak di
rumuskan se#ara pasti dan spesi"ik.
Dengan mengutip hasil surei pri#eaterhouse5ooper /&5 tahun *44,
%hasin dan Cenkataramany menunjukkan baha ada kekhaatiran inestor terhadap
baha kapasitas daerah yang berbeda!beda dalam menangani masalah perijinan bagi
penanaman modal asing. eadaan ini menimbulkan rasa takut /"ear baha kekuasaan
baru bagi pemerintah daerah bisa digunakan se#ara seenang!enang untuk seaktu!
aktu men#abut i@in. ekhaatiran tersebut tidak dirasakan oleh inestor pada aktu
semua perijinan melalui satu pintu di pemerintah pusat. Dalam kasus ini, menjadi
lebih jelas baha pembuatan hukum saja tidak menjamin adanya keper#ayaan
terhadap kepastiaan hukum. &embentukan peraturan yang tidak sinkron ini pun akan
justru menimbulkan ketidakpastian hukum, sebagaimana di sinyalir oleh anggota
Dean &erakilan Daerah Sarono usumaatmadja. Untuk itu diperlukan
transparansi dalam penyusunan peraturan!peraturan pelaksanaan dan reisi terhadap
UU penanaman modal agar semua aturan pelaksanaan bisa di sinkronisasi.
Selain itu, rasa ketidakpastian terhadap hukum juga mun#ul dari pengalaman
melihat berbagai kontroersi yang terjadi dalam penegakan hukum sebelumnya.
&emerintah pernah melahirkan beberapa kebijakan untuk penegakan hukum dan
memberantas N tetapi ternyata merugikan pihak inestor. Dalam beberapa kasus,
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
12/22
pemerintah membatalkan perjanjian yang telah dibuat di masa orde baru yang berbau
N /mark up yang telah merugikan keuangan Negara. Namun pembatalan sepihak
pada proyek yang telah operasional tentunya akan merugikan pihak inestor asing
yang telah mengeluarkan biaya besar. Sengketa sema#am ini jika dibaa ke arbitrase
internasional akan merugikan Indonesia. Namun jika keputusan arbitrase tidak
dilaksanakan ataupun di batalkan oleh pengadilan di Indonesia, justru akan
mendatangkan ketidakper#ayaan inestor asing terhadap kepastian hukum Indonesia.
&residen %ank Dunia, paul ol"oit@ mengatakan baha sistem hukum
Indonesia yang berkabut telah menghambat inestasi di Indonesia oleh karena itu
perlu di tata ulang, hal yang paling penting adalah pemberantasan korupsi, untuk bisa
memberikan pelayanan kepada rakyat se#ara transparan dan bertanggung jaab.
2enurut &residen Susilo %ambang Eudhoyono, Indonesia perlu menarik inestasi
sebesar US8 -* miliar sampai dengan tahun *449 agar ekonomi nasional bisa
tumbuh ,= dan meningkatkan pendapatan -4 juta orang Indonesia yang saat ini
hidup dengan pendapatan sekitar 'p +.:44Fhari /US -4 sen per hari. Untuk bisa
menarik inestasi sebesar jumlah tersebut,
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
13/22
proses perijinan yang panjang disebabkan karena Indonesia menganut sistem
seHuential pro#essing /pemprosesan se#ara berurutan setiap syarat baru dilanjutkan
pada syarat berikutnya, sedangkan di Negara lain menggunakan sistem parallel
pro#essing /berbagai prosedur dijalankan se#ara bersamaan sehingga lebih #epat.
&erubahan dari proses sekuensal ke proses paralel merupakan salah satu #ara
untuk memper#epat proses perijinan di Indonesia /
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
14/22
sengketa inestasi se#ara memuaskan. (al ini di akibakan oleh kinerja pengadilan
dalam menjatuhkan putusan atas sengketa!sengketa yang melibatkan perusahaan
asing, karena sering menambah masalah baru dan bukan menyelesaikan masalah.
%eberapa kasus di baah ini dapat menjadi #ontoh$
! asus asuransi jia manuli"e Indonesia, ketidakpuasan pemegang saham
mengenai pembagian deiden berkembang leat taktik kepenga#araan yang
membaa masalah ini ke domain kepailitan mengakibatkan keraguan besar
mengenai apa yang di maksud dengan hutang. Apakah perusahaan besar
manuli"e yang memiliki modal sangat besar dan sangat solent harus
dipailitkan hanya karena belum membayar deiden pemegang saham) (akim
pengadilan tingkat pertama mengabaikan kesehatan keuangan manuli"e. asus
ini mengakibatkan interensi pemerintah terjadi, baik pemerintah kanada
maupun Indonesia yang berujung pada dibatalkannya keputusan tingkat
pertama oleh 2ahkamah Agung. eadaan ini juga bisa menyebabkan
pengadilan Indonesia menjadi bahan tertaaan karena mem"ailitkan
perusahaan yang sehat.
! asus prudensial. asus ini masih di sekitar jasa asuransi, menyangkut
perusahaan asuransi prudensial yang di gugat pailit terhadap suatu kasus yang
sebenarnya adalah sengketa mengenai perjanjian &engadilan Niaga >akarta
yang telah membuat keputusan yang menyatakan prudensial pailit. Untungnya
keputusan tersebut di batalkan oleh 2ahkamah Agung dengan membalik
keputusan &engadilan Negeri >akarta &usat tanggal *+ april *44- dengan
penegasan baha kasus tersebut telah salah di tangani. 2enurut (akim Agung
2ariana Sutadi, kasus ini bukanlah jatuh tempo melainkan sengketa mengenai
perjanjian. eputusan itu #ukup melegakan dunia bisnis keuangan di
Indonesia. &rudensial adalah perusahaan yang sehat, sementara UU kepailitan
yang berlaku saat itu sangat berlebihan sehingga bisa langsung mempailitkan
perusahaan yang tidak membayar utang, kondisi ini menimbulkan
kekhaatiran bagi inestasi asing /he e#onomist, 1 2ei *44-
! asus 2erril lyn#h 5o melaan tri polyta pada bulan mei *44-, terjadi
masalah leat keputusan &N Serang yang menganulir perjanjian penerbitan
obligasi antara perusahaan tri polyta dengan para kreditur internasional. &ara
kreditur yang menggugat tri polyta untuk ganti kerugian senilai US8 ;4 juta
adalah merril Byn#h 5o, lehman %rothers (oldings In#, dan 5redit Suisse
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
15/22
0irst %oston /, 1+ 2ei *44-. eputusan sema#am itu menimbukan
kekhaatiran di kalangan inestor asing baha pengadilan nasional akan lebih
memihak pengusaha lo#al jika bersengketa dengan inestor asing. Surat kabar
all street journal di ne york menyebutkan kasus ini sebagai bukti
sinyalemen bank dunia terhadap kondisi hukum Indonesia yang belum
mengalami perbaikan se#ara menyeluruh /oer haul sebagai alasan
tertinggalnya inestasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2enurut odung
2ulya Bubis /penga#ara para penggugat keputusan &N Serang ini
menunjukkan tidak adanya kepastian hukum Indonesia.
Batar belakang dari berbagai keraguan terhadap integrasi pengadilan dan
keajiban hukum di Indonesia dapat di lihat dalam studi ho"man et al. studi ini
memberikan perhatian kepada antara lain, kaitan antara pembangunan bidang hukum
sejak masa sokarno hingga pas#a suharto dalam kaitannya dengan penguatan
kelembagaan bagi pemulihan ekonomi Indonesia. ekuatan dari studi (o"man et.al
adalah deskripsi mereka mengenai persoalan hukum inestasi di Indonesia yang tidak
saja terkait dengan persoalan budaya hukum dan kelembagaan hukumnya. 2enurut
mereka persoalan terbesarnya adalah karena sejak lama sektor hukum tidak
memperoleh perhatian yang layak terutama pada masa pemerintahan sukarno dan
suharto. &ada masa ?demokrasi terpimpin sektor hukum tidak memperoleh perhatian
karena jika berkembang maka bisa menjadi kekuatan krisis terhadap kemapanan
politik pada saat itu. (o"man et al mengutip data Daniel S. Be baha pada tahun
19 gaji (akim Agung sama rendahnya dengan pejabat eselon kedua, usaha
perbaikan gaji (akim Agung baru dapat terjadi di tahun 199-. peralatan kerja di
kantor!kantor pengadilan sangat tertinggal, perumahan hakim memprihatinkan,
bahkan ada hakim yang tinggal di kantor, hakim kekurangan bahan!bahan ba#aan
mendasar dan tidak ada perpustakaan pengadilan. idak ada sistem upgrading dan
training pro"essional ini berujung kepada korupsi karena anggaran Negara hanya
men#akup +4!-4 persen anggaran rutin pengadilan, sehingga pegaai pengadilan
terpaksa mengandalkan dana dari sumber lain, termasuk hadiah, suap, dan sogok. Itu
sebabnya tidak ada kebutuhan akuntabilitas peradilan terhadap Negara maupun rakyat
akibat kesan yang terjaga sampai saat ini adalah baha pengadilan Indonesia masih
merupakan salah satu lembaga paling terkorup di Indonesia.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
16/22
Sebenarnya dari sisi pengembangan sumber daya manusia di bidang hukum,
kerusakan terbesar di bidang hukum terjadi pada masa pemerintah suharto, akibat
penghapusan sistem pengelolaan personalia berbasis merit yang di kaitkan dengan
penilaian internal melalui eksaminasi. 3ksaminasi merupakan satu penilaian internal
dimana para hakim senior mengealuasi putusan!putusan hakim junior melalui
serangkaian debat dalam pembahasan dan hasilnya di publikasikan, yamg kemudian
menjadi a#uan dalam memutuskan promosi ataupun pemindahan ke ilayah lain.
Inilah titik kun#i kemunduran budaya hukum yang berbasis debat intelektual dan
keterbukaan. Sistem lain yang di hapus suharto adalah sistem di"ensiasi "ungsi yang
sebetulnya menolong peningkatan berbagai keterampilan hukum di lembaga
peradilan. Di gantikan dengan konsep hirarkis yang seragam dimana pangkat dan
senioritaslah yang identik dengan hirarki pengadilan. Interensi pemerintah di masa
pemerintahan suharto terjadi se#ara sangat kuat. Sebelum masa re"ormasi, tidak ada
gugatan terhadap pemerintah yang dimenangkan oleh penggugat. Interensi politik
dalam mengatur putusan pengadilan telah menurunkan kemampuan pro"esionalitas
hakim dan pro"esi hukum lainnya serta menurunkan keper#ayaan publik dan inestor
terhadap integritas pengadilan. Itu sebabnya data pompe menurut surey tahun *44*
berkata baha hanya sekitar *;= pebisnis yang menggunakan jasa pengadilan
sengketa mereka.
Dunia pengadilan kemudian semakin terpuruk dengan semakin terpuruk
dengan semakin berkurangnya pro"essional hukum yang mampu berbahasa %elanda,
yang merupakan bahasa dari kebanyakan produk hukum diaktu yang lalu. %ahasa
%elanda di hapus dari sistem pendidikan hukum pada tahun 19;7 dan pada era tahun
1974an mun#ul generasi pro"essional baru yang tidak memahami bahasa tersebut,
sehingga kehilangan hubungan dengan tradisi hukumnya di tambah dengan kurangnya
perhatian untuk modernisasi dan pro"esionalisasi pengadilan, maka dunia peradilan
semakin terpuruk dan kehilangan keper#ayaan dimata inestor. Saat ini pun perhatian
terhadap pengadaan intrastruktur pelayanan penegakan hukum tidak berjalan dengan
baik. &ada saat terjadi pemekaran ilayah di berbagai daerah, ternyata berbagai hasil
berbagai ilayah pemekaran tidak menyertakan "asilitas peradilan, kejaksaan dan
kepolisian yang memadai, akibatnya pelayanan kepada pen#ari keadilan menjadi
terabaikan yang pada ujungnya akan menurunkan keper#ayaan kepada peradilan.
Studi ho"man juga menunjukkan baha tidak adanya sikap politik hukum yang kuat
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
17/22
terhadap debitor bermasalah merupakan salah satu sebab melemahnya keper#ayaan
terhadap hukum di Indonesia, selain itu memperlambat pemulihan ekonomi karena
semua kerugian di bebankan kepada Negara, dan mengganggu rasa keadilan
masyarakat melihat banyak pelaku yang tidak tersentuh oleh hukum. Sebenarnya
kondisi ini di pengaruhi oleh kondisi internal penegakan hukum itu sendiri,
sinyalemen kasus suap oleh pihak tersangka Syamsul Nursalin terhadap >aksa Urip
ri Gunaan mungkin bisa menjadi kon"irmasi terhadap persoalan ini.
etidakper#ayaan masyarakat terhadap pengadilan memang langsung terkait
dengan masalah korupsi. Data surey partnership tahun *44+ menunjukkan, baha
--= alasan orang untuk tidak menggunakan jasa pengadilan dalam menyelesaikan
sengketa mereka adalah karena biaya tidak resminya dianggap lebih tinggi, sedangkan
-*= menjaab khaatir keputusan pengadilan tidak akan "air. 2asalah korupsi
masih menjadi hambatan bagi iklin inestasi yang sehat menurut persepsi para
pebisnis, baik dari surey %ank Dunia di akhir tahun *44; maupun pada pertengahan
*447. pemahaman di atas terhadap kondisi pengadilan dan hukum harus di tangkap
sebagai latar belakang keraguan inestor terhadap rule o" la dan keibaaan
pengadilan di Indonesia. 6leh karena itu proses modernisasi hukum di bidang
ekonomi melalui kehadiran berbagai undang!undang di bidang ekonomi /lembaga
jasa euangan, &erseroan erbatas, &asar 2odal, Usaha e#il dan 2enengah, (ak
kekayaan Intelektual, &ersaingan Usaha, pertanggungan, kepailitan, dll untuk
menggantikan itab Undang!undang (ukum Dagang jaman belanda, harus diimbangi
dengan implementasinya se#ara konsisten. Undang!undang lainnya yang perlu
dimodernisasi adalah U(&, U(perdata, dan (ukum A#ara &erdata.
2asalah penyelesaian sengketa inestasi dalam UU No *; tahun *447 sendiri
yang di atur dengan jelas adalah pada masalah penyelesaian sengketa perburuhan.
Dalam bagian ini di atur baha penyelesaian sengketa dilakukan melalui tingkatan
beberapa "orum yaitu 2usyaarah 2u"akat, ripartit dan &engadilan (ubungan
Industrial selanjutnya dapat melalui arbitrase. 2asalahnya hingga saat ini penyiapan
pengadilan hubungan industrial tidak berjalan dengan baik. %ahkan mengalami
kendala dalam pendanaan dan rekrutmen serta pelatihan untuk para hakim hubungan
industrial ini merupakan #ontoh klasik Indonesia, dari segi kualitas isi peraturan
#ukup maju tetapi dalam implementasinya sangat lemah. Data %ank Dunia pada tahun
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
18/22
*44; juga menunjukkan kondisi tersebut dimana posisi Indonesia lebih jelek jika di
bandingkan dengan beberapa Negara seperti Singapura, 2alaysia, India, 2ei#o,
5ina, %ra@il, hailand, dan 0ilipina. Suatu keunggulan Indonesia saat ini adalah pada
keterbukaan dan tuntutan terhadap akuntabilitas, yamg merupakan buah dari
re"ormasi 199: dan sepenuhnya berada di sektor masyarakat /#iil so#iety dan bukan
pada sektor pemerintahan. eper#ayaan benar!benar merupakan masalah penting
dalam re"ormasi peradilan dalam mendukung pemulihan ekonomi. Stephen 2.'
5oey bahkan mengatakan baha trust akan meningkatkan ke#epatan /spedd serta
memangkas biaya /#ost dalam berbisnis /5oey dan 2erril, *44. 2asyarakat juga
akan lebih memiliki relasi so#ial yang sehat dengan adanya keper#ayaan.
entunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan untuk itu
diperlukan kemauan politik maka diperlukan aktu paling sedikit 14!1+ tahun
sebelum lembaga peradilan berada dalam jalur yang pro"esinal, transparan, dan
bertanggung jaab /2#%eth *44-.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
19/22
BAB IV
PERLINDUNGAN INVESTASI
masalah lainnya adalah dalam soal perlindungan inestasi, khususnya bagi
kepentingan inestor. Dalam hal ini meskipun tidak terjadi pengambilalihan asset
inestari bagi Negara, namun terjadi pembatalan kontrak inestasi se#ara sepihak dan
akibatnya yang merugikan. Nampak dalam kasus di baah in$
! Dalam kasus kerjasama antara &BN dan 6&I5 dari Amerika Serikat,
pemerintah membatalkan kontrak yang telah disusun sebelumnya, dengan
alasan baha kontrak tersebut disusun pada masa lalu yang sarat N. Surat
kabar
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
20/22
diharapkan tidak akan terulang kembali. 2engenai kasus #alyon terkait dengan
masalah pena"siran terhadap isi perjanjian. &ena"siran hakim terhadap kontrak
kerjasama antara para pihak dalam penanaman modal sangat menentukan putusan
yang dilahirkan. &raktek perjanjian internasional sudah sangat berkembang sehingga
perlu ada upgrading kepada para hakim mengenai perkembangan hukum kontrak.
Dalam rangka perlindungan inestasi ini, UU &enanaman 2odal tahun *447
telah mengatur mengenai penyelesaian sengketa penanaman modal yang dapat
dilakukan melalui jalur arbitrase atas persetujuan bersama. &ertanyaannya lebih lanjut
apakah dengan demikian maka putusan arbitrase internasional akan dilaksanakan
lebih lanjut saat telah diputuskan, ketentuan di dalam UU tentang Arbitrase dan
Alternati" penyelesaian Sengketa /UU No +4 tahun 1999 mensyaratkan pengakuan
dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional melalui &engadilan Negeri >akarta
&usat. 2asalah akan mun#ul jika kemudian putusan arbitrase internasional ditolak
untuk dilaksanakan oleh pengadilan berdasarkan alasan demi keterbitan umum yang
sampai sekarang tidak memiliki pena"siran yang jelas, sebagaimana dalam kasus
araha %odas. Dengan demikian, masalah penyelesaian sengketa dalam UU
&enanaman 2odal tahun *447 sebagai salah satu bentuk perlindungan inestasi masih
perlu ditunggu pelaksanaannya. &elanggaran terhadap prinsip "inal dan mengikat
/"inal and binding sebagaimana diatur dalam UU Arbitrase dan Alternati"
&enyelesaian Sengketa tentu akan menimbulkan persepsi akan ketidakpastian hukum
di Indonesia.
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
21/22
8/12/2019 Peningkatan Investasi Di Indonesia Membutuhkan Konsistensi Reformasi Hukum
22/22
Da,tar P'%ta"a
! ?AS3AN 0DI Database. *44-, AS3AN Se#retariate
! %hasin, %albir dan siakumar Cenkataramary. Agust :!11 *447. ?0DI Ba
and &oli#y in Indonesia$'eple#ing the ?#ontra#t o" ork systempaper
presented at the 14th internasional 5on"eren#e o" the So#iety "or Global
%usiness and e#onomi# Deelopment /SG33D, yoto >apan
! (o"man, %ert, et.al. *44-. Indonesia$ 'apid Groth,