Upload
vutuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
Keanekaragaman Tumbuhan
Disusun oleh:
Kelompok 7
Dian Puspita D (0700757)
Lilih Siti Solihat ( 0706627 )
Oktasari Puspitaningrum ( 0700704 )
Shanty Rahayu Kusumawardani ( 0700522)
Uswatun Khasanah ( 0706731 )
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
2010
Tujuan :
1. Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang berbagai variasi pada hewan atau
tumbuhan.
2. Membuat dendogram berdasarkan indeks Kesamaan Sorensen
3. Menentukan sejauh mana persamaan dan perbedaan pada individu-individu yang
diamati
4. Menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
Bahan :
Tumbuhan Euphorbia sp
Cara Kerja :
6 tumbuhan Euphorbia sp yang memiliki karakter yang berbeda-beda disiapkan
Sifat dari Euphorbia sp, dan mencari variasi yang ada, kurang lebih 10 variasi /karakter disiapkan
Hasil pengamatan dalam sebuah tabel disiapkan
Dihitung dengan menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen
Hasil penghitungan indeks kesamaan Sorensen dihitung
Dendogram berdasarkan hasil indeks kesamaan tersebut dibuat
Dasar teori
Keanekaragaman Genetika
Keanekaragaman genetik adalah suatu tingkatan biodiversitas yang merujuk
pada jumlah total karakteristik genetik dalam genetika keseluruhan spesies. Ia berbeda
dari variabilitas genetik, yang menjelaskan kecenderungan karakteristik genetik
bervariasi.
Pada bidang akademik genetika populasi, terdapat beberapa hipotesis dan teori
mengenai keanekaragaman genetik. Teori netral evolusi mengajukan bahwa
keanekaragaman adalah akibat dari akumulasi substitusi netral. Seleksi pemutus adalah
hipotesis bahwa dua subpopulasi suatu spesies yang tinggal di lingkungan yang berbeda
akan menyeleksi alel-alel pada lokus tertentu yang berbeda pula. Hal ini dapat terjadi,
jika suatu spesies memiliki jangkauan yang luas relatif terhadap mobilitas individu
dalam populasi tersebut. Hipotesis seleksi gayut frekuensi menyatakan bahwa semakin
umum suatu alel, semakin tidak bugar alel tersebut. Hal ini dapada terlihat pada
interaksi inang dengan patogen, di mana frekuensi alel pertahanan yang tinggi pada
inang dapat mengakibatkan penyebaran patogen yang luas jika patogen dapat mengatasi
alel pertahanan tersebut.
Pentingnya keanekaragaman genetik
Terdapat beberapa cara untuk mengukur keanekaragaman genetika. Sebab-sebab
hilangnya keanekaragaman genetika pada hewan juga telah dikaji dan diidentifikasi.
Kajian tahun 2007 yang dilakukan oleh National Science Foundation menemukan
bahwa keanekaragaman genetik dan keanekaragaman hayati bergantung satu sama
lainnya, bahwa keanekaragaman dalam suatu spesies diperlukan untuk menjaga
keanekaragaman antar spesies.
Sintasan dan adaptasi
Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam sintasan
dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi
gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies
yang memiliki derajat keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan
memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki sangat
sedikit variasi cendering memiliki risiko lebih besar. Dengan sedikitnya variasi gen
dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin sulit, dan keturunannya akan
menghadapi permasalahan yang ditemui pada penangkaran sanak.
Relevansi agrikultural
Ketika manusia mulai bercocok tanaman, terdapat usaha penangkaran selektif
untuk menurunkan sifat-sifat yang menguntungkan pada tanaman, dan menghilangkan
sifat-sifat yang merugikan. Penangkaran selektif ini mengakibatkan monokultur, yakni
keseluruhan tumbuhan pada ladang memiliki gen yang hampir identik satu sama
lainnya. Keanekaragaman genetik yang rendah tersebut mengakibatkan tanaman sangat
rentan terkena serangan pada suatu variasi genetik tertentu dan menghancurkan
keseluruhan spesies.
Wabah Kelaparan Kentang di Irlandia merupakan contoh akibat dari rendahnya
keanekaragaman genetik pada kentang. Karena tanaman kentang yang baru tidak
dihasilkan dari reproduksi, melainkan dari bagian tumbuhan induk, tidak ada
keanekagraman genetik yang berkembang, dan keseluruhan tanaman kentang dapat
dikatakan merupakan hasil kloning dari satu tanaman kentang, sehingga sangat rentan
terhadap epidemik. Pada tahun 1840-an, populasi Irlandia kebanyakan bergantung pada
kentang sebagai sumber makanan utama. Masyarakat Irlandia pada saat itu menanam
varietas kentang yang bernama “lumper”, yang rentan terhadap serangan Phytophthora
infestans. Plasmodiophorid ini menghancurkan mayoritas tanaman kentang, dan
menyebabkan puluhan ribu orang mati kelaparan.
Mengatasi keanekaragaman genetik yang rendah
Alam memiliki beberapa cara untuk menjaga dan meningkatkan
keanekaragaman genetik. Pada plankton, virus membantu proses hanyutan genetik.
Virus samudera yang menginfeksi plankton, membawa gen organisme lain selain gen
virus itu sendiri. Ketika suatu virus yang mengandung gen lain menginfeksi plankton,
tampilan genetik plankton yang terinfeksi akan berubah. Hanyutan secara konstan ini
membantu menjaga populasi plankton yang sehat.
Cheetah adalah spesies genting. Keanekaragaman genetik yang sangat rendah
dan kualitas sperma yang rendah menyebabkan penangkaran dan keberlangsungan
hidup cheetah sangat sulit. Hanya 5% cheetah yang dapat bertahan hidup sampai
dewasa. Sekitar 10.000 tahun yang lalu, hampir semua terkeculai spesies jubatus
cheetah mati. Spesies ini menghadapi populasi leher botol dan sanah keluarga yang
dekat dipaksa untuk saling kawin, ataupun penangkaran sanak. Namun, baru-baru ini
ditemukan bahwa cheetah betina dapat kawin dengan lebih dari satu pejantang per satu
kelompok anak cheetah. Cheetah betina mengalami induksi ovulsi, yang artinya bahwa
ovum baru diproduksi setiap kali cheetah berkawin. Dengan berkawin dengan banyak
pejantan, cheetah betina ini akan meningkatkan diversitas genetika dalam suatu
kelompok anak cheetah.
Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik
tanaman secara tetap (baka) sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan pelakunya. Pelaku kegiatan ini disebut pemulia tanaman.
Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan
seleksi. Dasar pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam
budidaya diperlukan dalam kegiatan ini sehingga sering kali dikatakan sebagai
gabungan dari ilmu dan seni.
Produk pemuliaan tanaman adalah kultivar dengan ciri-ciri yang khusus dan
bermanfaat bagi penanamnya. Dalam kerangka usaha pertanian (agribisnis), pemuliaan
tanaman merupakan bagian awal/hulu dari mata rantai usaha tani dan memastikan
tersedianya benih atau bahan tanam yang baik dan bermutu tinggi.
Tiga varietas mawar (bunga berwarna merah hati, kuning, dan merah terang, berturut-
turut dari depan ke belakang) merupakan hasil perakitan terhadap variasi genetik yang tersedia
dalam satu spesies mawar.
Tujuan dalam pemuliaan tanaman secara umum diarahkan pada dua hal:
peningkatan kepastian terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang
dihasilkan.
Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada
peningkatan daya hasil,
ketahanan terhadap gangguan dari organisme lain atau lingkungan yang kurang
mendukung,
daya tumbuh tanaman yang kuat, serta
kesesuaian terhadap teknologi pertanian yang lain.
Usaha perbaikan kualitas produk dapat diarahkan pada perbaikan ukuran, warna,
kandungan bahan tertentu, pembuangan sifat-sifat yang tidak disukai, ketahanan
simpan, atau keindahan serta keunikan.
Pemuliaan tanaman
Strategi dalam pemuliaan tanaman masa kini adalah dengan melakukan
peningkatan variasi genetik yang diikuti kemudian dengan seleksi pada keturunannya.
Pemuliaan tanaman biasanya mengarah pada domestikasi meskipun tidak selalu
demikian.
Peningkatan variasi genetik dapat dilakukan melalui berbagai cara:
Introduksi
Persilangan
Manipulasi genom
Manipulasi gen atau bagian kromosom
Transfer gen.
Tiga cara yang pertama dikenal sebagai "pemuliaan klasik" atau "konvensional" dan
dua cara yang terakhir merupakan cara pemuliaan "molekular" serta dianggap sebagai
bagian dari bioteknologi.
Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) merupakan cara paling
sederhana untuk meningkatkan keragaman genetik. Seleksi penyaringan (screening)
dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat
dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pengetahuan tentang pusat
keanekaragaman tumbuhan penting untuk penerapan cara ini. Keanekaragaman genetik
untuk suatu spesies tidaklah seragam di semua tempat di dunia. N.I. Vavilov, ahli botani
dari Rusia, memperkenalkan teori "pusat keanekaragaman" (centers of origin) bagi
keanekaragaman tumbuhan.
Contoh pemuliaan yang dilakukan dengan cara ini adalah pemuliaan untuk
berbagai jenis tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau tanaman
pohon lain yang mudah diperbanyak secara vegetatif, seperti ketela pohon dan jarak
pagar. Introduksi dapat dikombinasi dengan persilangan.
Persilangan
Penyaringan gandum untuk ketahanan terhadap salinitas (kadar garam tanah
yang tinggi). Varietas di sebelah kanan rentan terhadap salinitas sehingga mati,
sementara varietas di sebelah kiri masih sanggup bertahan hidup.
Persilangan merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variasi
genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan.
Pada dasarnya, persilangan adalah manipulasi komposisi gen dalam populasi.
Keberhasilan persilangan memerlukan prasyarat pemahaman akan proses reproduksi
tanaman yang bersangkutan. Berbagai macam skema persilangan telah dikembangkan
(terutama pada pertengahan abad ke-20) dan menghasilkan sekumpulan metode
pemuliaan yang lazim diajarkan di perkuliahan bagi mahasiswa pemuliaan tanaman
tingkat sarjana.
Semua varietas unggul padi, jagung, dan kedelai yang ditanam di Indonesia saat ini
dirakit melalui persilangan yang diikuti dengan seleksi.
Perkembangan dalam biologi molekular memunculkan metode-metode
pemuliaan baru yang dibantu dengan marker molekular dan dikenal sebagai pemuliaan
berbantuan marker.
Manipulasi genom
Yang termasuk dalam cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik
penggandaan genom (set kromosom) maupun perubahan jumlah kromosom. Gandum
roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang berbeda-beda.
Semangka tanpa biji dikembangkan dari persilangan semangka tetraploid dengan
semangka diploid. Teknik pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan
dalam praktiknya.
Manipulasi gen dan ekspresinya
Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk dalam
kelompok ini, ditambah metode klasik pemuliaan dengan mutasi. Berbagai teknik yang
tercakup di dalamnya, di antaranya TILLING, teknologi antisense, gene silencing,
teknologi RNAi, rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik ini telah
diketahui berhasil diterapkan dalam skala percobaan, belum ada varietas komersial yang
dirilis dengan cara ini.
Transfer gen
Cara ini dikenal pula sebagai transformasi DNA. Gen dari organisme lain
disisipkan ke dalam DNA tanaman untuk tujuan tertentu. Strategi pemuliaan ini banyak
mendapat penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan karena kultivar yang
dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan jika dibudidayakan.
Transformasi tanaman yang dimediasi dengan Agrobacterium tumefaciens
merupakan metode transformasi tanaman yang paling umum digunakan A. tumefaciens
secara alami menginfeksi tumbuhan dikotil dan menyebabkan tumor yang disebut
‘crown gall’ Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan crown gall
dengan mentransfer bagian DNA-nya (dikenal sebagai T-DNA) dari Tumour inducing
plasmid (Ti plasmid) ke dalam inti sel dan berintegrasi dengan genom sehingga
menyebabkan penyakit ‘crown gall’.T-DNA mengandung 2 tipe gen, gen onkogenik
yang menyandikan enzim termasuk sintesis auksin dan sitokinin dan membentuk
formasi tumor, serta gen yang menyandikan sintesis opin, hasil dari kondensasi asam
amino dan gula. Opin dihasilkan dan diekskresikan sel ‘crown gall’ dan digunakan oleh
A. tumefaciens sebagai sumber karbon dan nitrogen. Sementara gen untuk reaksi
katabolisme opin, gen yang membantu transfer T-DNA dari bakteri ke sel tanaman, dan
gen tansfer konjugatif plasmid, terdapat diluar T-DNA.
A. tumefaciens terlebih dahulu melakukan pelekatan pada permukaan sel
tanaman dengan membentuk mikrofibril sehingga menyebabkan terjadinya luka pada
tanaman yang akan mengeluarkan senyawa fenolik yaitu asetosiringone sebagai respon
sinyal. Sinyal tersebut mengaktifkan virA yang merupakan protein kinase untuk
mengaktifkan virG dan memfosforilasinya menjadi virG-P. Dengan aktifnya virG-P ini
akan mengaktifkan gen-gen vir lainnya untuk mulai bersifat virulen dan melakukan
transfer VirD untuk memotong situs spesifik pada Ti plasmid, pada sisi kiri dan
kanannya sehingga melepaskan T-DNA yang akan ditransfer dari bakteri ke sel tanaman
. T-DNA utas tunggal akan diikat oleh protein VirE yang merupakan single strand
binding protein sehingga terlindung dari degradasi. Bersamaan dengan itu, protein virB
membentuk saluran transmembran ysng menghubungkan sel A. tumefaciens dan sel
tanaman sehingga T-DNA dapat masuk ke sel tanaman. Gen pada T-DNA, yang
meliputi gen auksin, sitokinin dan opin, ikut terekspresi sehingga memacu pertumbuhan
sel tanaman menjadi banyak (tumor.
Dengan adanya teknologi transformasi yang dimediasi A. tumefaciens ini
berperan dalam menghasilkan tanaman transgenik, seperti tanaman tembakau yang
tahan terhadap antibiotik tertentu. Resistensi terhadap antibiotik ini didapatkan dari
bakteri yang turut menyisip pada T-DNA A. tumefaciens. Produk yang dihasilkan
dengan cara ini sudah cukup banyak, seperti berbagai kultivar padi, kedelai, jagung,
kapas, tomat, dan kentang.
Hasil Pengamatan
Species 1 Species 2 Species 3
Species 4 Species 5 Species 6
1. Tabel pengamatan Species
No. Karakter yang diamati Species (individu)
1 2 3 4 5 6
1. Warna braktea merah 1 0 0 0 1 0
2. Warna corolla kekuningan 1 1 1 1 0 1
3. Ibu tulang daun menonjol ke permukaan daun 0 0 1 1 0 0
4. Pedicellus panjang 0 1 0 0 1 1
5. Braktea bercak-bercak 1 0 0 1 0 1
6. Ukuran daun besar 1 0 0 1 0 1
7. Jumlah pistillum 3 0 1 1 0 1 0
8. Duri muda berwarna ungu 0 1 1 1 0 1
9. Ujung daun membelah 0 0 0 1 1 0
10. Ukuran braktea kecil 0 1 1 0 1 1
Jumlah Karakter 4 5 5 6 5 6
2. Menjumlahkan karakter yang sama dan menghitung indeks kesamaan
Species
(individu)
Karakter sama Jumlah karakter Indeks kesamaan
1 vs 2 1 9 22.2
1 vs 3 1 9 22.2
1 vs 4 3 10 60
1 vs 5 1 9 22.2
1 vs 6 3 10 60
2 vs 3 4 10 80
2 vs 4 2 11 36.4
2 vs 5 3 10 60
2 vs 6 4 11 72.7
3 vs 4 3 11 54.5
3 vs 5 2 10 40
3 vs 6 3 11 54.5
4 vs 5 1 11 9.1
4 vs 6 4 12 66.7
5 vs 6 2 11 36.4
Keterangan :
Species 1 :warna braktea merah muda
Species 2 :warna braktea hijau muda agak kekuningan
Species 3 :warna braktea putih agak kekuningan
Species 4 :warna braktea hijau muda bercak hijau tua
Species 5 :warna braktea merah
Species 6 :warna braktea putih bercak merah muda
Indeks kesamaan ( S )= 2∗C (karakter sama )A+B ( jumlah karakter )
3. Matriks dari data indeks kesamaan
1 2 3 4 5 6
1 * 22.2 22.2 60 22.2 60
2 * 80 36.4 60 72.7
3 * 54.5 40 54.5
4 * 9.1 6.7
5 * 36.4
6 *
Yang terbesar (2, 3) Indeks = 80
1 (2, 3) 4 5 6
1 * 22.2 60 22.2 60
(2, 3) * 45.5 50 63.6
4 * 9.1 66.7
5 * 36.4
6 *
Indeks {(1) (2, 3)}/ 2 = {(1 vs 2) + (1 vs 3)}/ 2 = (22.2 + 22.2)/2 = 22.2
Indeks {(2, 3) (4)}/ 2 = {(2 vs 4) + (3 vs 4)}/ 2 = (36.4 + 54.5)/2 = 45.5
Indeks {(2, 3) (5)}/ 2 = {(2 vs 5) + (3 vs 5)}/ 2 = (60 + 40)/2 = 50
Indeks {(2, 3) (6)}/ 2 = {(2 vs 6) + (3 vs 6)}/ 2 = (72.7 + 54.5)/2 = 63.6
Yang terbesar (4, 6) Indeks = 66.7
1 (2, 3) (4, 6) 5
1 * 22.2 60 22.2
(2, 3) * 54.5 50
(4, 6) * 22.8
5 *
Indeks {(1) (4, 6)}/2 = {(1 vs 4) + (1 vs 6)}/ 2
= (60 + 60)/2
= 60
Indeks {(2, 3) (4, 6)}/ 4 = {(2 vs 4) + (3 vs 4) + (2 vs 6) + (3 vs 6)}/ 4
= (36.4 + 72.7 + 54.5 + 54.5)/4
= 54.5
Indeks {(4, 6) (5)}/ 2 = {(4 vs 5) + (6 vs 5)}/ 2
= (9.1 + 36.4)/2
= 22.8
Yang terbesar (1, 4, 6) Indeks = 60
(1, 4, 6) (2, 3) 5
(1, 4, 6) * 43.8 22.6
(2, 3) * 50
5 *
Indeks {(1, 4, 6) (2, 3)}/ 6 = {(1 vs 2) + (4 vs 2) + (6 vs 2) + (1 vs 3) + (4 vs 3) +
(6 vs 3)}/ 6
= (22.2 + 22.2 + 36.4 + 54.5 + 72.7 + 54.5)/6
=43.8
Indeks {(1, 4, 6) (5)}/ 3 = {(1 vs 5) + (4 vs 5) + (6 vs 5)}/ 3
= (22.2 + 9.1 + 36.4)/2
= 22.8
Yang terbesar (2, 3, 5) Indeks = 50
(1, 4, 6) (2, 3, 5)
(1, 4, 6) * 36.7
(2, 3, 5) *
Indeks {(1, 4, 6) (2, 3, 5)}/ 9 = {(1 vs 2) + (4 vs 2) + (6 vs 2) + (1 vs 3) + (4 vs
3) + (6 vs 3) + (1 vs 5) + (4 vs 5) + (6 vs 5)}/ 9
= (22.2 + 22.2 + 36.4 + 54.5 + 72.7 + 54.5 + 22.2 +
9.1 + 36.4)/9
=36.7
(1, 4, 6, 2, 3, 5) Indeks = 36.7
4. Dendogram berdasarkan urutan pengelompokannya
(2, 3) = 80
(4, 6) = 66.7
(1, 4, 6) = 60
(2, 3, 5) = 50
(1, 4, 6, 2, 3, 5) = 36.7
1 4 6 2 3 5
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jawaban Pertanyaan
1. Adakah variasi sifat dari objek yang saudara amati?
Jawab : Ada (Penjelasan pada pembahasan)
2. Adakah persamaan dan perbedaannya?
Jawab : Ada (Penjelasan pada pembahasan)
3. Variasi sifat apakah yang paling banyak dijumpai pada objek pengamatan saudara?
Jawab : Variasi yang paling banyak dijumpai pada objek pengamatan adalah pada
warna braktea, panjang tidaknya pedicellus, warna korola, menonjol tidaknya ibu
tulang daun, dan ukuran braktea.
4. Hitunglah Indeks Kesamaan dari objek yang anda amati!
5. Buatlah dendogram dari hasil perhitungan indeks kesamaan!
7. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan saudara!
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap enam varian tumbuhan Euphorbia sp..
ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan pada morfologi masing-masing
tumbuhan. Persamaannya antara lain batang berduri, memiliki braktea pada bung, bunga
berukuran kecil, bentuk daun oval, habitus herba, jumlah braktea tiga, duduk daun
tersebar, dll.
Perbedaan di antara keenam varian Euphorbia sp. tersebut adalah pada warna
braktea, warna korola, menonjol tidaknya ibu tulang daun, panjang pendeknya
pedicellus, ada tidaknya bercak-bercak pada braktea, ukuran daun, jumlah pistillum,
warna duri muda, membelah tidaknya ujung daun, dan besar kecilnya braktea.
Untuk membandingkan antara individu dalam spesies Euphorbia sp. ini
dilakukan dengan analisis kesamaan dan keberagaman menggunakan Indeks Kesamaan
dari Sorensen. Dengan menggunakan Indeks Kesamaan ini dapat ditentukan sejauh
mana persamaan dan perbedaan pada kelima varian Euphorbia sp.
Dari hasil perhitungan didapatkan pengelompokan Indeks Kesamaan seperti di
bawah ini :
(2,3) = 80 %
(4,6) = 66,7 %
(1,4,6) = 60 %
(2,3,5) = 50 %
(1,4,6,2,3,5) = 36,7 %
Dari data di atas dapat ditafsirkan bahwa individu/ tumbuhan Euphorbia ke-2
dan ke-3 memiliki indeks kesamaan paling tinggi di antara kelompok yang lainnya yaitu
sebesar 80 %. Hal ini berarti individu ke-2 dan ke-3 paling banyak memiliki persamaan
atau memiliki kemiripan yang tinggi. Sedangkan indeks kesamaan tertinggi kedua
ditempati oleh kelompok individu ke-4 dan ke-6. Indeks kesamaannya sebesar 66,7 %.
Hal ini berarti individu ke-4 memiliki kemiripan atau persamaan dengan individu ke-6
sebesar 66,7 %. Selanjutnya kelompok individu (1,4,6) memiliki indeks sebesar 60%.
Hal ini berarti bahwa individu ke-1 memiliki banyak kesamaan dengan individu ke-4
dan ke-6 (sebanyak 60%). Kelompok selanjutnya adalah (2,3,5) memiliki indeks
kesamaan sebesar 50%. Hal ini berarti bahwa individu ke-2 memiliki banyak kesamaan
dengan individu ke-3 dan ke-5 (sebanyak 60%). Terakhir adalah kelompok semua
individu yang diamati memiliki indeks kesamaan sebanyak 36,7 %. Hal ini berati bahwa
kesamaan keeman individu tersebut adalah sebanyak 36,7% dari masing-masing
karakter yang teramati.
Dari gambar dendogram yang telah dibuat berdasarkan perhitungan Indeks
Kesamaan dari keenam varian Euphorbia sp. dapat dilihat bahwa individu ke-1 dekat
kekerabatannya (banyak persamaannya) dengan individu ke-4 dan ke-6 dan paling
banyak perbedaannya dengan individu ke-5, ke-3 dan ke-2. Individu ke-4 paling banyak
persamaanya dengan individu ke-6. Sedangkan individu ke-2 paling banyak
persamaannya dengan individu ke-3. Individu ke-5 paling banyak persamaannya dengan
individu ke-3 dan ke-2.
Kesimpulan
Euphorbia sp mempunyai berbagai variasi dari setiap individunya. Variasi –
variasi tersebut lebih mudah diketahui perbedaan-perbedaan sifat yang mudah diamati,
contohnya melalui warna bunga yang berbeda. Pada pengamatan yang dilakukan, bukan
hanya mengamati warna bunga untuk mengetahui variasinya, tetapi dari berbagai sifat
atau karakter yang terdapat pada setiap individu tersebut. Diantaranya adalah warna
braktea, warna corolla, ibu tulang daun, pedicellus, ukuran daun, jumlah pistilum, duri
muda, ujung daun, dan ukuran braktea. Dari 6 individu yang diamati, didapatkan bahwa
individu 4 mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dengan individu 6, individu 2
dengan individu 3. Sedangkan individu 1 lebih dekat kekerabatannya dengan individu
4,6. Individu 5 lebih kepada individu 2,3. Jadi dapat disimpulkan bahwa berbagai
sifat/karakter dari setiap individu menunjukan berbagai varietas yang ada. Namun
demikian, masih terdapat hubungan kekerabatan yang sangat dekat antara individu yang
satu dengan yang lainnya. Karena memng masih terdapat sifat atau karakter yang sama
antara satu denga yang lainnya.
Datar Pustaka
"http://www.crayonpedia.org/mw/Keanekaragaman_Hayati_Di_Indonesia_10.2"
http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika
http://bse.depdiknas.go.id/bse/files/20090610172033/