23
1 PETUNJUK PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Usmawadi, SH.,MH 2 A. PENGANTAR Bentuk penulisan hukum, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi dalam pembuatan atau penulisannya tidak dapat dilepaskan dari peroses penelitian hukum (legal research). Hal ini selaras dengan pendapat salah seorang ahli yang menyatakan bahwa: 3 “… sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen, seorang hakim, seorang pengacara, jaksa, notaris, konsultan hukum, dan penulis di bidang hukum tidak terlepas dari “legal research”…”. Jadi suatu “penelitian hukum” dapat dikatakan secara tanpa disadari telah dilakukan oleh kalangan yang tugasnya berkaitan dengan masalah hukum dalam tugas mereka sehari-hari. Tulisan untuk kedua kalangan ini, tidak akan dapat dibuat secara benar tanpa melalui proses penelitian hukum. Yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Bentuk hasil akhirnya, tergantung pada “untuk apa penelitian (hukum) dilakukan”. Bagi mahasiswa hasil akhirnya dapat berupa skripsi (S1), thesis (S2), atau disertasi (S3). Sedangkan bagi (para) peneliti atau penulis dapat berupa laporan penelitian, makalah, naskah buku, dan lain-lain karya ilmiah. Karangan(tulisan) ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat yang merupakan cirinya antara lain: 4 1. Obyektif. 2. Sopan dan rendah hati. 3. Jujur. 4. Jelas-tegas, singkat, sederhana dan teliti. 5. Kompak, berkelanjutan dan lancar. Dalam membuat karya ilmiah, penulisnya terikat dengan seperangkat norma (kode etik-penulis) yang berlakuh. Oleh sebab itu penulis harus memahami “etika” 1 . Disampaikan dalam acara “Pembekalan Teknis Penulisan Karya Ilmiah” mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014 di Palembang. 2 . Dosen FH UNSRI dalam mata kuliah Hukum Internasional, Hukum Laut Internasional dan Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Perkuliahan Fakultas Hukum UNSRI Kampus Palembang. 3 . Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hal. 131 4 .I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006., hal. 53- 54

PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

1

PETUNJUK PRAKTIS

PENULISAN KARYA ILMIAH1

Usmawadi, SH.,MH2

A. PENGANTAR

Bentuk penulisan hukum, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi

dalam pembuatan atau penulisannya tidak dapat dilepaskan dari peroses penelitian

hukum (legal research). Hal ini selaras dengan pendapat salah seorang ahli yang

menyatakan bahwa:3 “… sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen, seorang

hakim, seorang pengacara, jaksa, notaris, konsultan hukum, dan penulis di bidang

hukum tidak terlepas dari “legal research”…”. Jadi suatu “penelitian hukum” dapat

dikatakan secara tanpa disadari telah dilakukan oleh kalangan yang tugasnya

berkaitan dengan masalah hukum dalam tugas mereka sehari-hari.

Tulisan untuk kedua kalangan ini, tidak akan dapat dibuat secara benar tanpa

melalui proses penelitian hukum. Yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah)

diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis

data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir.

Bentuk hasil akhirnya, tergantung pada “untuk apa penelitian (hukum)

dilakukan”. Bagi mahasiswa hasil akhirnya dapat berupa skripsi (S1), thesis (S2),

atau disertasi (S3). Sedangkan bagi (para) peneliti atau penulis dapat berupa laporan

penelitian, makalah, naskah buku, dan lain-lain karya ilmiah.

Karangan(tulisan) ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat yang merupakan

cirinya antara lain:4

1. Obyektif.

2. Sopan dan rendah hati.

3. Jujur.

4. Jelas-tegas, singkat, sederhana dan teliti.

5. Kompak, berkelanjutan dan lancar.

Dalam membuat karya ilmiah, penulisnya terikat dengan seperangkat norma

(kode etik-penulis) yang berlakuh. Oleh sebab itu penulis harus memahami “etika”

1. Disampaikan dalam acara “Pembekalan Teknis Penulisan Karya Ilmiah” mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014 di Palembang. 2. Dosen FH UNSRI dalam mata kuliah Hukum Internasional, Hukum Laut Internasional dan Hukum

Penyelesaian Sengketa Internasional. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Perkuliahan Fakultas

Hukum UNSRI Kampus Palembang. 3. Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung,

1994, hal. 131 4.I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006., hal. 53-

54

Page 2: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

2

penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering

diabaikan, sehingga masih sering terjadi kecurangan dalam bentuk plagiat.

B. PEMILIHAN TOPIK DAN PEMBUATAN PROPOSAL

Seperti disebutkan bahwa penulisan karya ilmiah dibuat sebagai hasil

penelitian. Penelitian melalui beberapa tahap, yakni sejak pemilihan topik

(menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan,

pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Secara

garis besar, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap adalah:

1. Tahap pendahuluan dan persiapan;

2. Tahap Pengumpulan data;

3. Pengolan Data dan Analisis Data; dan

4. Penulisan Laporan

1. Pemilihan Topik.

Suatu topik atau ide penelitian dapat ditemukan seseorang pada saat kapanpun

dan dimanapun. Semakin banyak seseorang membaca (igra) lingkungannya, semakin

banyak dan mudah pula yang bersangkutan menemukan topik-topik penelitian.5 Topik

suatu penelitian dapat ditemukan melalui: diskusi, membaca, berita lewat mess media

(cetak dan audio), dan hasil pengamatan di lapangan. Namun demikian dalam

pemilihan bidang (topik) penelitian perlu memperhatikan:6

a. Relevansi dan urgensi dari masalah atau bidang yang diteliti dengan keadan

masyarakat;

b. Waktu dan tenaga serta dana yang tersedia.

Pendapat lain, menyatakan bahwa dalam menentukan bidang (topik/ pokok

masalah) dalam suatu penelitian harus memperhatikan:7

a. Manageble topic .

Artinya topik harus terjangkau oleh penliti setelah mempertimbangkan latar

belakang pengetahuan, kecakapan dan kemampuan.

b. Obtainable.

Guna membahas topik cukup tersedia bahan-bahan, (kepustakaan, teknik

pengumpulan data dikuasai, letak daerah, penguasaan bahasa, larangan-larangan

sosial dll).

c. Significance of topic.

5. Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan Kualitatif., Airlangga

University Press., Surabaya, 2001, hal. 41 6. Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Garfika, Jakarta, 1991, hal. 25

7. Marzuki., Metodologi Riset, BPEE-UII, Yogyakarta, 1989., hal. 26

Page 3: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

3

Penelitian yang dilakukan harus memberikan sumbangan kepada pengetahuan yang

ada. Juga topik tersebut mempunyai kegunaan praktis yang mendesak dan terhadap

hasil penelitian itu banyak orang yang tertarik.

d. Interested topic.

Topik dapat mengaktifkan minat yang pasif, tanpa ada hadiah-hadiah yang

tersembunyi atas kesuksesan penelitiannya.

Setelah topik yang akan diteliti ditentukan dengan memperhatikan keempat hal

diatas, maka sudah harus dikumpulkan bahan atau tulisan-tulisan mengenai topik

tersebut sebanyak mungkin. Pada awalnya tentu merupakan topik yang sangat luas,

sehingga perlu terus dipersempit pada sub topik-sub topik yang lebih kecil lagi.

2. Pembuatan Proposal

Proposal penelitian memuat komponen sebagai berikut:

a. Judul penelitian;

b. Latar belakang;

c. Perumusan masalah;

d. Kerangka Teoriti;

e. Tujuan;

f. Keguanaan;

g. Metode Penelitian;

h. Jadwal penelitian;

i. Personalia;

j. Anggaran biaya penelitian.

Pedoman dalam pembuatan masing-masing komponen usulan sperti disebutkan

di atas, secara ringkas sebagai berikut:

a. Pembuatan Judul.

Judul merupakan bagian pertama dari suatu usulan penelitian, oleh sebab itu

judul yang baik harus bisa mencerminkan permasalahan atau variavel-variabel

penelitian serta memberikan gambaran umum atau gambaran keseluruhan masalah

yang akan diungkapkan.8 Pemilihan judul dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

9

1. Kesesuaian judul dengan isi kegiatan penelitian; dan

2. Pemakaian kata-kata dalam judul tersebut.

Selain itu dalam pembuatan judul, harus digunakan kata-kata yang jelas,

tandas, pilih-pilih, literer, singkat, deskriptif dan tidak merupakan pertanyaan.

Hindari pemakaian kata-kata yang kabur, terlalu puitis, dan bombastis.

8. Hadari Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cet.

Kelima, 1991., hal. 41 9. Marzuki., Op.Cit., hal. 27

Page 4: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

4

b. Latar Belakang.

Latar belakang sering juga dipakai istilah “latar belakang masalah” atau

“pendahuluan”. Istilah mana yang akan dipakai tidak menjadi masalah, sebab pada

intinya hal-hal yang harus dimuat dalam bagian ini adalah sebagai berikut:10

1. Menceritakan alasan-alasan mengapa kita memilih masalah penelitian yang

demikian, apa yang sudah diketahui tentangnya serta situasi yang melandasi

atau melatarbelakanginya;dan

2. Menceritakan manfaat praktis dari studi yang bersangkutan, serta kesenjangan

penelitian yang mungkin hendak dijembatani.

Pada bagian ini, peneliti memaparkan suatu uraian yang menunjukan latar

belakang dipilihnya masalah yang hendak ditelitinya.

c. Perumusan Masalah.

Setelah menentukan bidang (topik) yang akan diteliti dan ditentukan judul,

maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang ada dalam penelitian.

Dalam melakukan penelitian “ perumusan masalah” adalah hal yang pertama mesti

dilakukan. Tanpa ada masalah tidak akan ada penelitian ilmiah (no problem, no

scientific study). Secara singkat yang dimaksud dengan masalah adalah ungkapan

rasa ingin tahu tentang sesuatu hal dalam bentuk kalimat pertanyaan.11

Dalam setiap disiplin ilmu, termasuk disiplin ilmu hukum banyak masalah

yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Perumusan masalah penelitian

idealnya “sederhana tetapi cukup jelas”, sehingga mudah dimengerti dan tidak

bertele-tele ataupun berlebihan. Pedoman umum dalam merumuskan masalah di

antaranya:12

1. Dalam bentuk pertanyaan;

2. Hendaklah jelas dan padat;

3. Harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah;

4. Harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa;

5. Harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

Namun demikian, bukan merupakan suatu kesalahan jika dirumuskan dalam

bentuk “pernyataan”. Jadi perumusan masalah dapat dirumuskan dalam dua

bentuk, yakni berupa “kalimat pertanyaan” dan dalam “kalimat pernyataan”.

d. Kerangka Teoritis.

Pada sub bagian ini selain istilah kerangka teoritis, juga sering dipakai istilah

landasan teoritis. Teori-teori dapat diperoleh dari semua sumber utama, laporan-

10

. Cesar M.Mercado. Alih bahasa C. Sardjono., Langkah-Langkah Penelitian Ilmu Sosial., FSOSPOL,

Universitas Sebelas Maret., 1982, hal. 7 11

. Wasty Soemanto., Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah)., Bumi Aksara, Jakarta, 1988.,

hal 9-10. 12

. Moh.Nasir., Metode Penelitian., Ghalia Indonesia, Jakarta,Cek ketiga, 1988, hal. 143

Page 5: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

5

laporan penelitian (abstrak, jurnal ilmiah, tesis, disertasi dan laporan penelitian

lainnya) dan buku-buku teks (texbook).13

Dalam bagian kerangka teoritis atau landasan teoritis ini harus diutarakan

dan diketengahkan ulasan bahan bacaan yang mendukung konsep-konsep yang

digunakan dalam penelitian. Antara lain berisi pengkajian terhadap teori-teori,

definisi-definisi tertentu yang dipakai sebagai landasan pengertian dan landasan

operasional dalam pelaksanaan penelitian. Dari kerangka teoritis yang baik dan

mendalam akan diperoleh suatu usulan penelitian yang baik dan juga hasil

penelitian yang valid.14

Menurut Cesar M. Mercado15

, ” kerangka teori menggambarkan dari teori

yang mana suatu problem riset berasal (seperti dalam beberapa studi

eksperimental) atau dengan teori yang mana problem itu dikaitkan “. Langka awal

dalam mengembangkan teori adalah membaca literatur-literatur yang relevan. Cara

lain dalam pembentukan suatu kerangka teori adalah dengan melihat teori-teori

lain yang erat hubungannya dengan bidang yang diteliti. Misalnya, penelitian

tentang penerapan hukum (peraturan perundang-undangan), maka yang dicari

adalah teori yang membahas tentang penerapan hukum. Salah seorang di antaranya

adalah Soerjono Soekanto yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum.16

e. Tujuan.

Tujuan penelitian pada umumnya sebagai sarana untuk memperoleh data

normatif dan empiris tentang suatu gejala, peristiwa yang terjadi dalam

masyarakat. Pada bagian ini merupakan pernyataan tentang apa yang ingin

dicapai. Menurut Cesar M. Mercado,17

”jika permasalahan dinyatakan dalam

bentuk interogatif atau pertanyaan, maka tujuan atau sasaran riset dinyatakan

dalam bentuk deklaratif “.

Tujuan penelitian harus dimulai dengan ungkapan-ungkapan seperti: “Guna

menentukan apakah……” atau “ Guna mengetahui……” atau “ mengidentifikasi,

mengolah dan menganalisis……”, dst.

13

. Perlu dikemukakan bahwa teori yang diperoleh dari laporan penelitian sering di-kelompokan dalam

subtopik “tinjauan studi (review of related studies)”. Sedangkan teori yang diperoleh darui buku-buku

teks dikelompokan dalam subtopik “tinjauan pustaka (review of related literature). 14

. Bambang Waluyo, Op cit, hal.30 15

. Cecar M.Mercado, Op cit., hal. 12. Sarjana juga menyatakan bahwa kerangka teoritis muncul setelah

tujuan penelitian atau paling tidak setelah hipotesa. Ini disebabkan karena hipotesa merupakan

penjabaran dari teori. Namun yang penting diingat adalah bahwa hipotesa bersumber dari teori. 16

. Lihat lebih lanjut buku Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

CV. Rajawali, Jakarta 1983 17

. Cecar M.Mercado, Op cit., hal. 11

Page 6: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

6

Rumusan tujuan harus selalu berpedoman pada permasalahan penelitian sehingga

sejalan dan konsisten antara tujuan penelitian dengan permasalahannya. Apa yang

menjadi “permasalahan” harus dinyatakan sebagai tujuan penelitian.

6. Kegunaan.

Bagian ini lazimnya dikaitkan dengan manfaat praktek maupun teori dari

suatu penelitian. Kegunaaan dalam praktek biasanya hasil penelitian dapat

memberikan jalan keluar yang akurat dari permasalahan yang dihadapi. Sedangkan

secara teoritis hasil penelitian dapat mengungkapkan penemuan teori-teori baru

atau pengembangan teori-teori yang telah ada.

g. Metode Penelitian.

Perlu diperhatikan bahwa komponen-komponen yang harus diuraikan dalam

bagian ini antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris

berbeda satu sama lain. Hal ini, disebabkan oleh perbedaan jenis data utama yang

dipakai.

Dalam penelitian hukum normatif bagian ini memuat:

1. Tipe penelitian;

2. Lokasi penelitian;

3. Pendekatan (antara lain: pendekatan deskriptif yuridsi analitis, pendekatan

historis, dan pendekatan komparatif/perbandingan, dll .. sesuai dengan masalah

yang diteliti).

4. Analisa data (kualitatif atau kuantitatif).

Lazimnya dalam penelitian kepustakaan data yang terkumpul dianalisis secara

kualitatif.

Sedangkan dalam penelitian hukum empiris atau sosiologis sub-bagian

metode penelitian ini berisi:

1. Tipe penelitian;

2. Lokasi penelitian;

3. Teknik penentuan sampel (probabilitas, non-probabilitas atau multistage

sample);

4. Teknik pengumpulan data (kuestioner, wawancara dan observasi()

e. Analisis data (kualitatif atau kuantitatif)

h. Jadwal Penelitian.

i. Personalia.

j. Anggaran Biaya Penelitian.

Page 7: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

7

C. PENGUMPULAN DATA

Dalam bagian ini akan diuraikan jenis-jenis data dan teknik pengumpulan data,

baik dalam penelitian hukum normatif maupun dalam penelitian hukum empiris.

1. Penelitian Hukum Normatif.

Dalam penelitian hukum normatif teknik pengumpulan data adalah studi

kepustakaan, maksudnya peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang sudah

berbentuk tertulis. Bahan-bahan dalam bentuk tertulis dalam penelitian hukum

disebut dengan “bahan hukum”. Studi kepustakaan merupakan metode utama yang

dipakai dalam penelitian hukum normatif. Namun demikian dalam pelaksana-

annya, adakalanya penelitian kepustakaan dilengkapi dengan data lapangan yang

sifatnya sebagai pelengkap atau pendukung. Sehingga dapat dipakai teknik

pengumpulan data melalui penyebaran kuestioner, wawancara dan pengamatan.

Namun karena sifatnya sebagai data pelengkap atau pendukung, data yang

diutamakan adalah tetap data hasil studi kepustakaan.

Pengumpulan bahan-bahan kepustakaan, secara singkat dapat dikatakan

“dilakukan” dengan mengunjungi lembaga atau instansi yang diperkirakan

“menyediakan atau menyimpan” data yang diperlukan, yakni antara lain:

a. Perpustakaan;

b. Pusat Dokumentasi;

c. Arsip; dan

d. Musium.

2. Penelitian Hukum Empiris

Dalam penelitian hukum empiris yang juga lazim dipakai dalam penelitian

ilmu sosial. Secara umum melalui kuestioner, wawancara dan pengamatan.

b. Kuestioner

Kuestioner disebut juga dengan “metode angket”, 18

adalah kumpulan

pertanyaan yang dibuat secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan yang

akan disebarkan atau diserahkan kepada para sampel atau responden untuk diisi.

Atau dengan kata lain, kuestioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu

rangkaian pertanyaan pengenai sesuatu hal atau dalam sesuatu bidang.19

Bentuk umum pertanyaan dalam suatu kuestinoer terdiri dari:

1. Pertanyaan terbuka (open question);

2. Pertanyaan pilihan berganda (multiple choice question); dan

3. Pertanyaan dua pilihan (dichotomous question).

18

. Burhan Bungin., Op cit, hal. 130-132 19

. Selo Soemardjan dan Koentjaraningrat, “Penyusun dan Penggunaan Kwestioner”, dalam

Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., PT. Gramedia, Jakarta, 1977, hal. 215

Page 8: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

8

c. Wawancara

Dalam wawancara ada dua pihak, yaitu interviewer dan interviewee.

Interviewer (pewawancara) atau yang mencari informasi yang mengajukan

pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali keterangan-keterangan yang

lebih mendalam. Sedangkan interviewee (yang diwawancarai) atau pemberi

informasi (information suplyer, respondent) yang menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh interviewer. Ada beberapa bentuk wawancara:

1. Interview terpimpin (guided interview);

2. interviewer bebas; dan

3. Interview bebas terpimpin (controlled interview).

d. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti.

Tujuan observasi adalah untuk mendiskripsikan setting (keadaan), kegiatan

yang terjadi, orang yang terlibat di dalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna

yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang

bersangkutan.20

D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Dalam “penelitian hukum normatif” pengolahan data, berupa membaca kembali

bahan-bahan pustaka yang berhasil dikumpulkan, diikuti dengan membuat catatan-

catatan pada secarik kertas berupa kartu. Dengan membuat catatan dalam kartu dan

atau dikelompokan dalam stop map akan sangat membantu sewaktu penulisan

laporan atau proses-proses berikutnya. Pengolahan data pada hakekatnya berarti

kegiatan untuk mengadakan sistimatisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.

Sistimatisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis

untuk memudahkan pekerjaan menganalisis dan konstruksi.21

Sedangkan dalam penelitian hukum empiris, jika memakai kuestioner, maka

pengolahan datanya meliputi tahap:

a. Editing.

b. Koding. .

c. Tabulasi.

20

. Burhan Ashshofa.,Metode Penelitian Hukum., Rineka Cipta, Cet. Ke 3, Jakarta, 2001.,hal. 58. 21

. Soerjono Soekonto, Op.Cit., hal. 251

Page 9: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

9

Sedangkan apabila metode pengumpulan datanya melalui “wawancara” atau

“pengamatan” berpedomanlah dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor

sebagai berikut:22

a. Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda. Seluruh data, baik yang berasal

dari pengamatan, wawancara, 23

komentar peneliti sendiri, gambar, foto,

dokumen, hendaknya ditelaah secara mendalam. Semua memiliki potensi yang

sama kuat untuk menghasilkan sesuatu yang dicari;

b. Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu. Setelah diberik kode

hendaknya data itu dipelajari,dibaca dan ditelaah lagi, kemudian disortir dan

diuji untuk dimasukan ke dalam kelompok tertentu yang akan menjadi cikal

bakal tema;

c. Susunlah menurut tipelogi. Kerangka klasifikasi atau tipelogi bermanfaat dalam

menemukan tema dan pembentukan hipotesa. Baca dan pelajari kembali data.

Buatlah catatan tentang bagaimana subjek penelitian mengelompokkan orang-

orang dan perilaku mereka, apa yang bagaimana perbedaannya; dan

d. Bacalah kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan setting penelitian.

2. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan menganalisis data-data yang telah diolah

seperti disebutkan di atas. Bentuk analisis data tergantung dengan jenis data, yaitu

apakah secara kualitatif atau kuantitaif.24

Analisa secara kuantitatif digunakan

apabila data yang diperoleh kebanyakan bersifat pengukuran (angka-angka karena

menggunakan kuestioner). Sebaliknya dipakai analisa secara kualitatif jika

datanya berupa keterangan dan bahan-bahan tertulis. Di antara kedua cara analisis

ini, cara analisis kualitatif paling banyak digunakan dalam penelitian hukum.

22

. Dikutif dalam Lexy J.Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, Cet.ketujuh, 1996., hal. 104-105 23

. Jika menggunakan alat bantu rekam (tape recorder) setelah dilakukan proses transkripsi. 24

. Dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya dipengaruhi oleh

dua perspektif teoritis pokok, yaitu aliran positivis dan fenomologi. Perbedaan pokok antara keduanya,

antara lain:

a. Pada positivisme yang terpenting adalah meneliti fakta atau sebab-sebab terjadinya gejala-gejala

sosial tertentu;

b. Pada fenomologi yang terpenting adalah memahami perilaku manusia dari sudut pandangan orang

itu sendiri;

c. Para positivis berusaha untuk mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan yang berstruktur dan

alat-alat pengumpulan data lainnya, yang menghasilkan data kuantitatif serta memungkinkan untuk

membuat korelasi antara gejala-gejala, dengan mempergunakan statistik;

d. Seorang fenomenoloog akan berusaha untuk mengumpulkan data dengan tertutama menggunakan

pengamatan terlibat, pedoman pertanyaan, dan mungkin menganalisa dokumen-dokumen pribadi.

Bertolak dari perspektif-perspektif di atas, maka ada suatu kecenderungan bahwa para

fenomenolog lebih mementingkan pengolahan, analisa dan konstruksi data secara kualitatif. Sebaliknya

para positivis lebih kepada penggunaan metode kuantitatif. Lihat lebih lanjut, Op.Cit, hal. 249-151

Page 10: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

10

Analisis terhadap bahan-bahan (data) yang telah dikumpulkan dan diolah

dilakukan menurut cara-cara analisis atau metode penafsiran (interpretasi) hukum

yang lazim digunakan dalam bidang ilmu hukum.

E. PENULISAN LAPORAN

Langkah pertama untuk mencapai hasil yang maksimal dan sangat membantu

membuat laporan penelitian adalah membuat “kerangka laporan penelitian (out

line)”. Dalam membuat laporan penelitian dan skripsi, termasuk karya ilmiah lainnya

disesuaikan dengan “gaya selingkung” masing-masing instansi yang terkait. Oleh

karena itu, bentuk laporan berbeda-beda untuk setiap instansi atau bahkan Perguruan

Tinggi. Namun demikian yang berbeda tersebut adalah strukturnya atau bentuknya

saja, sedangkan materi atau isi laporan pada dasarnya sama.

Secara sederhana kerangka laporan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Judul = usulan penelitian.

2. Halaman pengesahan

3. Abstrak (Lihat bagian cara membuat abstrak)

4. Kata Pengantar

5. Daftar Isi

6. Bab. Pendahuluan

Bab Pendahuluan sebagian besar adalah perubahan atau perbaikan dari usulan

penelitian, sebab bab terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, kerangka

teoritis, tujuan dan kegunaan, metode penelitian. Khusus dalam bagian metode

penelitian, jika dalam usulan masih berupa rencana, maka dalam laporan sudah

selesai dilaksanakan. Misalnya, data akan dikumpulkan di…….menjadi data telah

dikumpulkan di….

7. Bab Temuan dan Pembahasan

Bab ini sering juga disebut bab penyajian data dan analisa data. Pada intinya sama

bahwa pada sub-bab temuan/penyajian memuat penemuan-penemuan yang dalam

penelitian berupa data yang sudah melalui proses pengolahan, baik editing, koding

dan tabulasi.

Kemudian dalam sub-bab pembahasan/analisa data adalah data yang sudah

dianalisis secara kualitatif dan/atau kuantitatif. Dalam menganalisis data, peneliti

seringkali memakai kutipan-kutipan dari penelitian terdahulu atau pendapat ahli

dari buku-buku untuk mempertajam analisanya. Pengutipan ini selain menambah

bobot ilmiah hasil penelitian juga akan menambah pengetahuan peneliti. Oleh

sebab itu, perlu diperhatikan tata cara pengutipan dan penulisan kutipan apakah

memakai catatan kaki (foot note) atau catatan perut, tergantung ketentuan lembaga

yang bersangkutan.

Page 11: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

11

Dalam Bab temuan dan pembahasan dapat terdiri dari beberapa bab, tergantung

dari materi penelitian.

8. Bab Kesimpulan dan saran-saran

Jawaban atas permasalahan dan adanya kesenjangan antara “yang ada dengan yang

seharusnya ada” menurut hasil analisis.

9. Daftar Pustaka

Sesuaikan dengan ketentuan dari masing-masing instansi terkait (Harvard,

Vancover dan sistem alfabetis).

10. Lampiran-lampiran.

Lampiran (apendiks) adalah bahan-bahan yang bersifat suplementer (menggenapi)

atau eksplanatoris (menjelaskan) yang tidak perlu dimasukan dalam bahan laporan.

E. PEDOMAN MEMBUAT KARYA ILMIAH

Ada beberapa pedoman teknis dalam penyusunan karya ilmiah yang mesti

diperhatikan, yaitu:

1. Teknis Membuat Laporan

Dalam penulisan, khususnya pengetikan laporan penelitian atau skripsi dan tesis

secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Kertas

Kertas yang dipakai tergantung pada ketentuan Fakultas dan instansi masing-

masing. Ada fakultas atau instansi yang memakai kertas ukuran folio (21,6 x 33 cm)

tetapi khusus pada Fakultas Hukum UNSRI dipakai kertas ukuran kwarto (21,59 x 29,94

cm). Bahkan dewasa ini ada yang memakai kertas ukuran A4 (21 x 29,7 Cm). Jadi mesti

memperhatikan ketentuan yang berlaku di masing-masing lembaga atau instansi.

b. Pengetikan

Pengetikan laporan penelitan atau skripsi atau thesis harus mengikuti pedoman

yang secara umum berlaku. Pengetikan ini laporan atau skripsi atau tesis dan desertasi

tidak serumit pada masa masih memakai mesin ketik ( menggunakan mesin ketik dengan

pita hitam tembusan karbon hitam)). Sekarang sudah sangat tertolong dengan adanya

komputer dan mesin poto copi. Dalam proses pengetikan ini hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah:

- Jarak baris atas dengan baris di bawahnya: dua spasi.

- Halaman tidak boleh bolak-balik (harus satu muka).

- Margin/batas: 4 cm pada tepi kiri dan atas serta 3 cm pada tepi kanan dan bawah.

Page 12: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

12

c. Pemberian nomor halaman

Laporan penelitian/Skripsi/tesis dapat dibagi dalam tiga bagian:

- Bagian Pendahuluan;

- Bagian Teks;

- Bagian Akhir.

Bagian pendahuluan diberi nomor dengan angka Romawi kecil i, ii, iii, iv dan

seterusnya, ditengah pada bagian bawah halaman, dua spasi dari teks, tetapi lazim juga

diletakan di sudut kanan atas.

Bagian teks dan bagian akhir diberi nomor dengan angka Latin 1, 2, 3, 4 dan

seterusnya pada sudut kanan atas, kecuali untuk bab baru di tengah bagian bawah.

Halaman baru untuk Kata Pengantar, Daftar isi tiap bab baru, Daftar pustaka.

Kepala bagian ini diketik dengan hurup besar seluruhnya, tanpa titik.

Alinea baru dimulai tujuh pukulan ketik dari garis tepi (dengan komputer dapat

diatur dengan tab).

1. Bagian pendahuluan

Bagian Pendahuluan terdiri dari:

a. Halam judul

Judul laporan/skripsi/tesis ditulis dengan hurup besar seluruh-nya.

Khusus untuk skripsi/tesis dilengkapi dengan kalimat : Skripsi/tesis diajukan guna

memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian Sarjana Hukum/ Magister Hukum/

komperehensip.

Nama Penulis dan Nomor Mahasiswa (center)

Oleh:

Usmawadi

2077005

Nama Fakultas dan Universitas (center)

Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya

Palembang

Tahun penulisan (center)

Tanda tangan dan nama dosen pembimbing (atau halaman khusus pengesahan,

masing-masing fakultas memiliki aturan sendiri).

b. Kata Pengantar

Mengantarkan pembaca pada persoalan-persoalan yang dibahas dan sepatah kata

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan.

c. Daftar isi

Menunjukan isi skripsi sejak dari pengantar hingga lampiran. Dikettik dengan

hurup besar seluruhnya, berjarak dua sepasi, sedang sub bab (subtitles) dengan

hurup kecil, satu sepasi.

Page 13: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

13

d. Daftar tabel

Kata daftar tabel diketik hurup besar ditengah, tiap tabel diberi nomor dengan

angka Latin dan nama tabelnya dengan hurup kecil.

e. Daftar Gambar atau Ilustrasi

Daftar gambar atau daftar illustrasi sama dengan aturan daftar tabel.

2. Bagian Teks.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bagian teks adalah:

a. Bagian pertama karangan adalah pendahuluan dan umumnya merupakan Bab I.

Kemudian disusul oleh bab-bab berikutnya. Tiap bab masih dibagi lagi menjadi

beberapa bagian yang lebih kecil (sub bab).

Kepala untuk sub bab dapat diletakan di tepi kiri tanpa garis (tergantung ketentuan

fakultas, lembaga atau badan).

b. Angka urutan

Pembagian yang bertingkat disusun menurut urutan sebagai berikut:

Angka Romawi besar…I, II, III, IV………dst.

Hurup besar……..A, B, C, D….dst.

Angka Latin……1, 2, 3, 4……..dst.

Hurup kecil………a, b, c, d……dst.

Angka Latin dengan satu tanda kurung…1)….dst.

Hurup kecil dengan satu tanda kurung….a)…..dst.

Angka Latin di antara dua tanda kurung (1)…dst.

Hurup kecil di antara dua tanda kurung…(a)…dst.

Angka Romawi kecil di antara dua tanda kurung …..(ii)…...dst.

c. Menulis Angka

Angka sepuluh ke bawah ditulis penuh, satu, dua, tiga, empat lima……dst. Angka

di atas sepuluh ditulis dengan angka Latin, yaitu: 11, 12, 13, 14, 25, 456…. dan

seterusnya. Tetapi: persen, tanggal, nomor rumah, nomor telpon, jumlah uang,

angka desimal, angka yang disertai oleh singkatan, selalu ditulis dengan angka: 2

%, 18 Oktober, Jalan Putri Rambut Selako 1, Telpon 353373, Rp. 500,- dan 6 km.

Jangan memulai suatu kalimat dengan angka.

d. Memotong kata pada akhir baris

Pemotongan kata pada akhir baris hendaklah memperhatikan EYD, selain itu

hindari pemotongan kata atas dasar suku kata yang terdiri dari satu hurup seperti:

memaka-i, a-tau, a-papun. i-tu, dan sebagainya.

Initial (hurup awal) nama orang jangan dipisahkan dari nama seluruhnya seperti M.

Rasyid Amir dipisah M - Rasyid Amir.

Page 14: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

14

e. Singkatan

Membuat singkatan juga harus memperhatikan EYD, namun singkatan dalam teks

sedapat mungkin tidak dipergunakan, kecuali untuk kata-kata yang telah lazim dan

macam-macam ukuran, seperti km, k, kg, ha, cm dan sebagainya.

Kata yang, untuk, telah dan dengan jangan disingkat. Misalnya, yang disingkat yg,

dengan menjadi dgn.

2. Pengutifan

Kejujuran sangat diperlukan dalam mengakui pendapat orang lain, sehingga

sesuatu yang dikutif bukan pendapat atau buah pikiran peneliti sendiri. Untuk itu

selain diperlukan memberikan catatan (foot note) untuk setiap pendapat atau buah

pikiran yang dikutif, juga persyaratan dalam mengutif harus dipenuhi.25

Persyaratan dalam pengutifan, terutama dikaitkan dengan jenis kutifan,

adalah:26

a. Kutifan tidak langsung (pharaparase).

Pharaparase adalan suatu cara mengutif pendapat orang lain dengan tidak

menyalin seluruh kalimatnya, tetapi disusun dan dirangkai dengan kalimat-

kalimat sendiri sehingga tidak sama persis dengan kalimat-kalimat dari

sumbernya. Jadi yang dikutif hanya gagasan atau ide yang terdapat dalam suatu

uraian yang dipaparkan dengan kalimat sendiri. Atau dengan kata lain melalui

cara ini “penulis atau pengarang menyusun kembali pendapat atau pemikiran

penulis atau pengarang lain dengan menggunakan bahasanya sendiri”. Kutifan

jenis ini dibuat dua spasi seperti uraian-uraian yang lainnya, tetapi harus dimulai

dengan tanda petik buka (“) sebelum kutipan dan diakhiri dengan tanda petik

tutup (“) pada akhir kutifan.

b. Kutifan langsung.

Cara ini adalah cara mengutif pendapat atau buah pikiran orang lain

dengan menyalin seluruh kalimat dan tanda baca sebagaimana terdapat dalam

sumbernya. Dengan kata lain penulis/peneliti tidak melakukan perubahan

sedikitpun. Kutipan langsung dapat berupa kutifan panjang atau kutifan pendek.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kutifan langsung,

yaitu:

1. Kutifan harus sama dengan aslinya (susunan kata-kata, ejaan dan tanda

bacanya);

2. Kutifan yang kurang dari lima baris dimasukan dalam teks dan diketik

seperti teks biasa (dua spasi). Pada awal dan akhir kutifan diberi tanda kutip

“….”.

25

. Op.Cit.,Hadari Nawawi., hal. 203. 26

. Ibid., hal. 204

Page 15: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

15

Misalnya: Ada penulis yang berpendapat bahwa ”hukum internasional adalah

seperangkat hukum yang mengatur hubungan antar negara”.

3. Jika kutifan terdiri dari lima baris atau lebih, diketik berspasi satu dengan

jarak empat pukulan ketik dari margin kiri (satu tab), tanpa tanda kutip. (ada

yang memakai tanda kutip).

Misalnya:

Hugh M. Kindred berpendapat berkaitan dengan interpertasi prinsip

universalitas sebagai berikut: (nomor urut foot note---penulis)

Two possible interpretation of this principle have been put forward by

States. First, that a state may exercise jurisdiction over all crimes,

committted by anyone, wherever they occur…. The second is the more

common. It utilities the principle for serious crimes where the

international nature of the offence justifies its universal repression.

4. Menghilangkan beberapa bagian dari sebuah kalimat, dilakukan dengan

memberi “titik tiga buah” pada bagian yang dihilangkan. Jika dihilangkan

satu kalimat atau lebih, maka penggantinya adalah “titik-titik sepanjang satu

garis”.

Contohnya:

Perlu dibedakan antara seorang pemimpin dan kepala. Seorang kepala

adalah seseorang yang secara formil … membawahi orang-orang.

-----------------------------------------------------------------------------------------

Sedangkan seorang leader (pemimpin) ialah orang yang dengan mudah

menggerakan bawahannya untuk melakukan tugasnya dengan penuh

ketaatan….

Semua kutifan, baik kutipan langsung atau tidak langsung, pendek atau

panjang, pada bagian akhirnya (ada yang memberi dibagian awal) harus diberi

nomor urut kutifan. Nomor kutipan ini disebut superskrip footnote karena

digunakan untuk menunjukan hubunganya dengan sumber kutipan yang dimuat

dalam footnote yang tertulis di bagian bawah halaman yang memuat kutifan itu.

3. Penyebutan sumber.

Penyebutan sumber kutifan dapat dilakukan dengan membuat footnote

(catatan kaki), end note (catatan akhir) dan catatan perut. 27

Ketiganya berfungsi

27

. Dalam glosarium buku Mein A. Rifai disebutkan bahwa catatan kaki (footnote). adalah catatan

pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang diletakan di dasar halaman teks tercetak.

Sedangkan catatan akhir (endnote) adalah catatan pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang

diletakan di akhir teks, artikel atau bab. Lebih lanjut baca Mien A.Rifai., Op.Cit., hal. 171. Kemudian

Page 16: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

16

sama, yaitu menyatakan sumber suatu kutifan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta

atau ikhtisar. Selain itu, khusus untuk catatan kaki dan end note dapat berupa

komentar atau penjelasan tentang suatu hal yang disampaikan dalam teks. Bentuk

apapun di antara ketiga cara ini yang dipakai tergantung kepada ketentuan yang

berlaku di setiap instansi, lembaga atau badan yang berkaitan dengan pembuatan

suatu karya ilmiah. Khusus di Fakultas Hukum UNSRI dalam menyusun skripsi

digunakan “catatan kaki (foot note)”.

Dalam catatan kaki secara garis besar mencantumkan:

a. Nama pengarang.

b. Judul tulisan/buku (dicetak miring = Italic), jilid atau volume atau nomor.

c. Nama penerbit, tempat penerbitan, tahun terbitan, halaman kutipan.

Dalam pada itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pembuatan

cacatan kaki (footnote), yaitu:

a. Sumber kutifan dari buku.

Pembuatan catatan kaki (footnote) yang kutipannya bersumber dari buku,

tidak sama untuk semua buku. Jelasnya perbedaan dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Jika pengarang buku terdiri dari dua orang atau tiga orang, nama pengarang

dicantumkan semuanya. Sedangkan jika lebih dari tiga orang, maka hanya

nama pengarang pertama yang ditulis dan dibelakangnya ditambah et.al

(singkatan dari et alli = dengan orang lain).

Contoh seorang pengarang:

Ian Bronwlie, The Principles of Public International Law, 3 rd. Ed,

Oxford University Press, Oxford, 1979, hal…

Mochtar Kusumaatmadja., Konvensi-Konvensi Palang Merah th.

1949., Cet. Ketiga.,Binacipta, Bandung, 1979, hal…..

Contoh dua orang pengaran

Usmawadi dan Achmad Romson., Pengantar Hukum Internasional.,

Bagian Hukum Internasional FH.UNSRI, Palembang, 2002., hal…..

Contoh banyak pengarang atau lebih tiga orang:

Hugh M. Kindred et.al., International Law Chiefly as Interpreted and

Applied in Canada., 4 Th.Ed. Edmond Montgomery Publication Limited,

1987, hal…..

catatan perut adalah penyebutan sumber diakhir kutipan, biasanya diawali dengan tanda kurung buka

terdiri dari nama pengarang, tahun terbit, titik dua, dan halaman yang kutip, diakhiri dengan tanda

kurung tutup (penulis).

Page 17: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

17

2. Tidak ada pengarang tertentu, disebutkan nama badan, lembaga,

perkumpulan, perusahaan, negara dan sebagainya yang menerbitkan buku

tersebut.

Contohnya.

Indonesia., Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1985 tentang

Jabatan Peneliti.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Republik

Indonesis., Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.,

Pt. Gramedia Widia-sarana Indonesia, Jakarta, 1999., hal….

3. Buku terjemahan, yaitu cantumkan nama pengarang asli dan dibelakangnya

nama penerjemah.

Contoh:

Cesar M. Mercado., Langkah-langkah Penelitian Ilmu Sosial., Ali

bahasa C. Sardjono, FOSPOL., Universitas Sebelas Maret, 1982, hal….

b. Kutifan dari majalah atau surat kabar (koran).

Kutipan dari majalan atau surat kabar yang ditulis adalah:

1. Nama pengarang (seperti kutipan pada buku);

2. Judul karangan di antara tanda kutip;

3. Nama Majalah, diberi bergaris (cetak miring);

4. Nomor Majalah dengan angka Romawi (kalau ada);

5. Bulan dan Tahun Penerbitan;

6. Nomor halaman yang bersangkutan.

Kalau nama pengarang tidak diketahui, catatan kaki dimulai dengan judul

karangan.

Contohnya:

Usmawadi, ”Prospek Penyelesaian Sengketa kepulauan Spratly bagi

Keamanan Kawasan Asia Tenggara”., Sriwijaya., Vol. 32 Nomor 1 tahun 1996,

hal….

c. Kutifan dari surat kabar, dengan menuliskan:

1. Macam tulisan (tajuk, ruang ekonomi, pojok, dll);

2. Nama surat kabar;

3. Tanggal, bulan dan tahun penerbitan;

4. Halaman dan kolom.

Contohnya:

GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September 2001,

hal. 1, kolom 2

Page 18: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

18

d. Karangan yang tidak diterbitkan (tesis, disertasi, laporan penelitian dan skripsi).

Untuk karangan yang tidak diterbitkan ini, disebutkan nama pengarang, judul

tulisan di antara tanda kutip, lembaganya, tempat lembaga, tahun dan halaman

yang dikutif.

Contohnya:

Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari

Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,

Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……

e. Hasil wawancara (interview).

Hasil wawancara sama dengan kutipan yang bersumber dari keterangan

lisan. Dalam footnote memuat nama, kedudukan atau jabatan yang

bersangkutan, jenis dan tempat mengucapkan statemen tersebut, tanggal, bulan

dan tahun, jam (jika ada).

Contohnya:

Prima Putra, Direktur PT. X, Wawancara bertempat di…., 19 Februari

2001, pukul 09.00 (jika ada).

f. Karangan dalam Ensiklopedi.

Disebutkan nama penulis atau editor, nama ensiklopedi, nomor edisi atau

volume (jika ada), jilid, penerbit, kota penerbit, bulan, tahun terbit dan halaman

yang dikutif.

Contohnya:

Abdurachman., Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan., Jilid

II, 1963, hal…….

h. Sumber kutipan berupa perundang-undangan.

Pembuatan footnote dari kutipan yang bersumber dari perundang-

undangan unsurnya: Nama negara atau negara bagian, provinsi, kabupaten,

Nomor Undang-undang, Peraturan dan namanya, Bab, Pasal dan Tahun.

Contohnya:

Republik Indonesia., UU Nomor 23, tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup., Bab…, pasal…., tahun 1997.

i. Sumber kutifan berasal dari kutifan dari sumber lain.

Dalam hal atau keadaan seperti ini, pembuatan footnote mengandung

unsur: nama penulis (penyusun/editor): judul/nama buku, diiringi perkataan

dikutip dari (judul tulisan/buku) asli; nama pengarang asli, penerbit buku yang

mengutip, kota penerbitan, tahun terbitan dan halaman yang dikutip.

Page 19: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

19

Terakhir berhubungan dengan pembuatan catatan kaki (footnote) adalah

mempersingkat atau menyingkat footnote. Footnote (catatan kaki) dapat disingkat

apabila sumber yang sama pernah disebutkan sebelumnya. Singkatan yang lazim

dipakai adalah:

1. Ibid = Ibidem = pada tempat yang sama.

Dipakai untuk menunjukan kutifan atau sumber yang diambil dari sumber yang

sama, dan belum diselingi oleh sumber yang lain.

Contohnya.

1. Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari

Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,

Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……

2. Ibid., hal…….

2. Op cit= Opere citato= dalam karangan yang disebut.

Menunjukkan buku (sumber) yang telah disebutkan di muka dan telah

diselingi oleh sumber yang lain atau oleh cacatan kaki.

Contohnya:

1. Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari

Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,

Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……

2. GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September

2001, hal. 1, kolom 2

3. Op cit., hal…….

Dianjurkan, jika pengarang dimaksud sudah banyak diselilingi oleh pengarang

lain, ditulis nama pengarang, setelah kata “Op cit”. Misalnya, dimaksud

pengarang catatan no. 1 yang telah diselingi oleh 10 pengarang lain, maka tulis

Op.Cit., Usmawadi, hal…..

3. Loc cit= Loco citato= pada tempat yang telah disebut.

Loc cit yaitu menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang telah

disebut dan telah diselingi oleh sumber yang lain. Perlu dikemukakan bahwa

dalam buku teks asing sering ditemukan istilah infra dan supra. Infra dipakai

untuk menunjuk sumber yang sama dan telah disebutkan di bagian atau halaman

di muka atau sebelumnya, sedangkan supra menunjuk sumber yang sama, tapi

terletak di bagian atau halaman belakang.

Page 20: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

20

4. Pembuatan Abstrak

Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah

atau tulisan. Atau dengan kata lain bahwa abstrak adalah rangkuman atau ikhtisar dari

sebuah tulisan. Ada jenis abstrak, yaitu abstrak infromatif dan abstrak deskriptif. 28

Abstrak informatif merupakan ringkasan dan memuat hal-hal pokok yang asli

dalam sebuah karya ilmiah, yang banyak digunakan dalam penulisan makalah, jurnal atau

penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Abstrak deskriptif adalah abstrak yang dirancang

untuk menunjukkan subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah yang mempermudah

calon pembaca untuk memutuskan apakah mereka akan membaca seluruh karya tersebut

atau tidak.

Oleh karena “abstrak” adalah ikhtisar dari sebuah tulisan, menurut R. Day dalam

bukunya Write and Publish a Scientific Paper (1993), abstrak harus memaparkan:29

1. Tujuan utama dan ruang lingkup penelitian;

2. Bahan dan metode yang digunakan;

3. Memberika ringkasan hasil; dan

4. Kesimpulan untuk hal-hal yang mendasar.

Sementara Weisberg & Buker menyebutkan bahwa abstrak laporan penelitian pada

intinya terdiri dari lima hal penting, yaitu:30

1. Latar belakang;

2. Tujuan;

3. Metode;

4. Hasil; dan

5. Kesimpulan.

Latar belakang yang dituliskan adalah beberapa informasi penting yang mendasari

pelaksanaan penelitian secara singkat. Oleh karenanya harus selektif agar tidak terjebak

dalam pemaparan yang bertele-tele. Penulisan tujuan penelitian dalam abstrak juga harus

singkat, tetapi tidak mengurangi esensi tujuan penelitian. Informasi lain yang ditulis

dalam abstrak adalah metode dan hasil penelitian. Tuliskan metode penelitian dengan

jelas dan singkat, begitu juga hasil penelitian yang paling penting dan utama.

Kemudian perlu diingat, berhubung abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan

dalam format yang sangat singkat, maka panjang abstrak pada umumnya tidak melebihi

250 kata (bahkan adakalanya diminta maksimal 200 kata). Hal lain yang perlu

diperhatikan bahwa abstrak harus dituliskan sebagai laporan mengenai penelitian atau

kegiatan yang telah dilakukan. Informasi atau kesimpulan yang dituliskan dalam abstrak

harus terdapat dalam penelitian atau karya ilmiah yang ditulis. Sebab itu, penulisan

abstrak dilakukan pada akhir sebuah penulisan (penelitian atau artikel) karena abstrak

berisi informasi esensial yang telah dipaparkan dalam sebuah tulisan. Atau dengan kata

lain, dalam abstrak tidak diperkenankan menambahkan komentar, pendapat atau infromasi

yang tidak terdapat dalam tulisan.

28

. Dalam I.G.A.K. Wardani, dkk, I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas

Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga, 2007.,hal. 5.36 29

. Ibid., hal. 5.35. Lihat juga Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah, Artikel, Skripsi, Tesis dan

Disertasi., PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 16 30

. Ibid.

Page 21: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

21

Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pembuatan atau

penyusunan abstrak, lihat contohnya berikut.

ABSTRAK Selat Malaka-Singapura merupakan wilayah perairan di antara Indonesia dan Malaysia,

Indonesia dan Singapura. Selat ini merupakan jalur singkat dan murah yang menghubungkan

Samudera Indonesia ke Laut Cina Selatan, dan antara Eropa, Asia Selatan dan Asia Timur. Selat

Malaka-Singapura dianggap “surga” dan tempat ideal untuk melakukan kegiatan kejahatan atau

perompakan.Penenlitian bertujuan menjelaskan bentuk kerjasama dan mencari alternatif

tindakan yang perlu dikembangkan dalam menjaga keamanan pelayaran di selat ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjalin kerjasama antar ketiga Negara tepi untuk

menanggulangi aktivitas perompakan di Selat Malaka-Singapura melalui Patroli Koordinasi:

Indonesia-Singapura, Malaysia-Indonesia, Malaysia-Singapura dan Malaysia-Singapura-

Indonesia. Sedangkan antara Negara tepi dengan Negara pemakai dalam bentuk bantuan sarana

dan prasarana keamanan laut.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa kerjasama patroli koordinasi antara ketiga Negara

tepi dan operasi di wilayah masing-masing hanya mampu menekan angka aksi perompakan

priode 2008-2010, oleh karena itu kerjasama tersebut perlu digalakan lagi.

Kata kunci: Kerjasama, Negara-negara, Pemberantasan, Aksi

Perompakan dan Selat Malaka-Singapura.

Contoh abstrak di atas diambil dari salah penelitian yang penulis laksanakan, oleh

sebab itu walau sudah diusahakan sebaik mungkin, tentu masih terdapat kekurangan.

Namun demikian diharapkan sudah sedikit membantu pembaca dalam membuat sebuah

abstrak. Abstrak di atas, sudah berisikan pendahuluan, tujuan, hasil dan kesimpulan.

5. Pembuatan Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan 3 sistem, yaitu :31

a. Sistem Harvard:

b. Sistem Vancouver; dan

c. Sistem alfabetik.

Dalam pada itu, perlu diingatkan kembali bahwa pembuatan daftar pustaka

bertalian dengan penulisan nama pengarang buku atau tulisan, baik untuk

pengarang Indonesia maupun pengarang asing, bila yang bersangkutan memiliki

nama keluarga (family name), maka penulisan nama yang bersangkutan dibuat

terbalik. Akan tetapi tidak semua penulis/pengarang Indonesia memiliki nama

keluarga, hanya untuk suku-suku tertentu, misalnya suku Batak atau Tapanuli,

seperti: Simbolon, Tamba, Nasution, Siregar, Simatupang dan lain-lainnya.

Sedangkan penulis atau pengarang asing dapat dikatakan semuanya memiliki nama

keluarga.

31

. Etty Indriati., Op.Cit., hal. 100

Page 22: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

22

Dari kedua cara tadi, yang dipakai harus disesuaikan dengan aturan yang

berlaku di lingkungan (gaya selingkung) universitas, fakultas atau instansi dimana

tulisan tersebut diperlukan, sebab lazimnya setiap fakultas, universitas atau instansi

membuat aturan yang khusus berlaku di lingkungannya.

F. DAFTAR PUSTAKA

Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Grafika., Jakarta, 1991

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta., Cet.ke 3, Jakarta, 2001

Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif., Airlangga University Press., Surabaya, 2001

Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi.,

PT.Gramedia Pustaka Utama., Jakarta., 2005

Haradi Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, Cet. Kelima, 1991 I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga,

2007.

Kamisa., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia., Kartika, Surabaya., 1997

Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., Gramedia, Jakarta, Cet.

Kedua, 1976

Lexy J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung, Cet.ketujuh, 1996

Marzuki., Metodologi Riset., BPFE-UII, Yogyakarta., 1989

Mercado, Cesar M., Alih bahasa C. Sardjono., Langkah-Langkah Penelitian Ilmu

Sosial.,FSOSPOL, Universitas Sebelas Maret., 1982

Mien A Rifai., Pegangan Gaya Penulisan, penyuntingan dan Penerbitan., Gajah

Mada University Press, Yogyakarta, Cet. Pertama., 1985

Moh. Nasir., Metode Penelitian.,Ghalia Indonesia., Jakarta, Cet. Ke 3, 1988

Nasution , S., Buku Petunjuk Membuat Thesis, Skripsi, Book Report, Laporan., CV.

Jemmars, Bandung, 1977

Sanapiah Faisal., Format-Format Penelitian Sosial., Rajawali Pers., Cet.ke 4, 1999

Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

1981

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat., Radjawali Pers, Jakarta, Cet. Ketiga, 1990

Sunaryati Hartono., Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20., Alumni,

Bandung, Cet. 1., 1994

Wasty Soemanto., Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah)., Bumi Aksara.,

Jakarta, 1988

Page 23: PENULISAN KARYA ILMIAH1 - Universitas Sriwijaya Penulisan Karya Ilmiah.pdf · 2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga

23

Wirartha, I Made., Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.,Penerbit Andi,

Yogyakarta., 2006.