3
Penyakit Kolestasis Pada Bayi Kebiasaan yang sering dilakukan kepada bayi yang baru lahir adalah menjemurnya di panas matahari, dengan alasan agar si bayi merasa haus dan dapat minum ASI banyak. Hal ini sering dilakukan pada bayi yang terlahir dengan kondisi kuning, setelah dijemur bayi biasanya tidak kuning lagi. Memang kebanyakan bayi yang dilahirkan berwarna kekuningan, tetapi biasanya lama kelamaan warna kuning itu akan hilang dengan sendirinya. Tetapi yang harus dikhawatirkan jika selama tiga minggu warna kuning itu tidak juga hilang, besar kemungkinan anak menderita penyakit kolestasis. Bila tidak segera, maka penyakit ini dapat berkembang menjadi kerusakan hati atau sirosis atau bahkan berujung pada kematian. Apakah penyakit kolestasis itu, bagaimana dampak terhadap sang bayi, dan bagaimana penanganannya? Berikut adalah penjelasannya. Penyakit kolestasis adalah penyakit akibat adanya kelainan pada hati dan atau sistem bilier (empedu) yang menyebabkan semua bahan yang seharusnya dibuang oleh hati dan saluran empedu, terganggu alirannya. Sebagian dari bahan yang menumpuk ini bersifat meracuni dan merusak sel-sel hati sehingga pada akhirnya hati mengalami kerusakan berat yang dinamakan sirosis. Akibatnya, sel-sel hati diganti jaringan ikat sehingga hati menciut, keras dan tidak lagi dapat menjalankan fungsinya yang sangat vital. Gejala Penyakit memiliki gejala yang hampir sama dengan penyakit kuning, karena kuningnya warna kulit akibat tingginya kadar bilirubin (pigmen empedu). Ditambah lagi dengan gejala klinis seperti air seni

Penyakit Kolestasis Pada Bayi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Penyakit Kolestasis Pada Bayi

Kebiasaan yang sering dilakukan kepada bayi yang baru lahir adalah menjemurnya di panas matahari, dengan alasan agar si bayi merasa haus dan dapat minum ASI banyak. Hal ini sering dilakukan pada bayi yang terlahir dengan kondisi kuning, setelah dijemur bayi biasanya tidak kuning lagi. Memang kebanyakan bayi yang dilahirkan berwarna kekuningan, tetapi biasanya lama kelamaan warna kuning itu akan hilang dengan sendirinya. Tetapi yang harus dikhawatirkan jika selama tiga minggu warna kuning itu tidak juga hilang, besar kemungkinan anak menderita penyakit kolestasis. Bila tidak segera, maka penyakit ini dapat berkembang menjadi kerusakan hati atau sirosis atau bahkan berujung pada kematian. Apakah penyakit kolestasis itu, bagaimana dampak terhadap sang bayi, dan bagaimana penanganannya? Berikut adalah penjelasannya.Penyakit kolestasis adalah penyakit akibat adanya kelainan pada hati dan atau sistem bilier (empedu) yang menyebabkan semua bahan yang seharusnya dibuang oleh hati dan saluran empedu, terganggu alirannya. Sebagian dari bahan yang menumpuk ini bersifat meracuni dan merusak sel-sel hati sehingga pada akhirnya hati mengalami kerusakan berat yang dinamakan sirosis. Akibatnya, sel-sel hati diganti jaringan ikat sehingga hati menciut, keras dan tidak lagi dapat menjalankan fungsinya yang sangat vital.GejalaPenyakit memiliki gejala yang hampir sama dengan penyakit kuning, karena kuningnya warna kulit akibat tingginya kadar bilirubin (pigmen empedu). Ditambah lagi dengan gejala klinis seperti air seni berwarna kuning cokelat atau kuning tua dan warna tinja sangat pucat (tinja dempul).PenyebabPenyebab kolestasis bermacam-macam antara lain infeksi, atresia bilier atau saluran empedu yang tidak paten (buntu), kista di saluran empedu, kelainan bawaan, gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak atau asam empedu, gangguan pembentukan saluran empedu di dalam hati (sindrome Alagille), kerusakan hati akibat obat, down syndrom, dan kelainan hormonal.PenangananPenanganan terhadap bayi yang menderita kolestasis tergantung penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi virus, biasanya seiring perjalanan waktu akan sembuh dengan sendirinya. Kalau infeksi kumannya cukup berat maka perlu adanya terapi antibiotik yang tepat. Bila diakibatkan oleh kelainan metabolisme, maka intervensi sesuai dengan kelainan metabolismenya. Intervensi ini akan menyebabkan kolestasis membaik tetapi sebagian bersifat progresif, kemudian membuat kondisi pasien semakin memburuk, berakhir dengan sirosis, gagal hati dan akhirnya meninggal. Karena itu perlu adanya pengobatan yang serius.Bila disebabkan oleh atresia bilier dan kista saluran empedu harus ditangani dengan cara pembedahan. Saluran empedu di luar hati dipotong dan dibuat suatu sistem aliran baru dengan menggunakan suatu segmen atau potongan usus halus. Di indonesia sendiri sebagian besar kolestasis pada bayi disebabkan oleh atresia bilier. Umumnya berat lahir bayi normal, sampai kurang lebih tiga bulan berikutnya. Bila sudah sirosis berarti hatinya telah rusak. Ditandai lagi dengan perutnya yang membesar. Penyebuhannya dilakukan dengan operasi sebelum usia dua bulan. Kemungkinan sembuhnya lebih besar. Bila terlambat, penyembuhannya makan waktu lebih lama lagi. Mungkin perlu transplantasi atau pencangkokan hati.