21
PENYAKIT NERVI KRANIALES Beberapa nervi kraniales sangat rentan terhadap trauma. Lebih kurang separuh dari nervi kraniales sering kali mengalami gangguan terutama N.V, N.VII, N.VII, N.IX, dan N.X. Penyakit nervi yang akan dibicarakan di sini adalah: 1. Trigeminal Neuralgia 2. Bell’s Palsy 3. Vertigo 4. Tic Facialis A. Trigeminal Neuralgia Trigeminal neuralgia sudah dikenal sejak zaman Romawi dan Yunani. Penjelasan yang tepat dibuat oleh Locke (1677), Andre (1773), dan Pujol (1787). Tahun 1829 dinyatakan bahwa saraf kelima dari nervi kraniales bernama trigeminus, yang berasal dari kata tres = tiga dan geminus = kembar. Saraf ini keluar dari tengkorak menjadi 3 divisi yaitu nervus oftalmikus, nervus maksilaris dan nervus mandibularis. Secara motorik nervus kelima ini mempersarafi m.temporalis, m.masseter, dan m.pterygoideus. Nervus ini juga bertanggung jawab atas refles kornea, masseter, dan zygomatikum. I. Definisi 1

Penyakit Nervi Kraniales

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MEDICAL

Citation preview

PENYAKIT NERVI KRANIALES

PENYAKIT NERVI KRANIALESBeberapa nervi kraniales sangat rentan terhadap trauma. Lebih kurang separuh dari nervi kraniales sering kali mengalami gangguan terutama N.V, N.VII, N.VII, N.IX, dan N.X. Penyakit nervi yang akan dibicarakan di sini adalah:

1. Trigeminal Neuralgia

2. Bells Palsy

3. Vertigo

4. Tic Facialis

A. Trigeminal Neuralgia

Trigeminal neuralgia sudah dikenal sejak zaman Romawi dan Yunani. Penjelasan yang tepat dibuat oleh Locke (1677), Andre (1773), dan Pujol (1787). Tahun 1829 dinyatakan bahwa saraf kelima dari nervi kraniales bernama trigeminus, yang berasal dari kata tres = tiga dan geminus = kembar. Saraf ini keluar dari tengkorak menjadi 3 divisi yaitu nervus oftalmikus, nervus maksilaris dan nervus mandibularis. Secara motorik nervus kelima ini mempersarafi m.temporalis, m.masseter, dan m.pterygoideus. Nervus ini juga bertanggung jawab atas refles kornea, masseter, dan zygomatikum.I. Definisi

Trigeminal neuralgia adalah suatu serangan nyeri wajah yang khas pada daerah persarafan N.V baik mengenai satu cabang atau lebih, bersifat paroksismal berupa rasa nyeri tajam seperti ditusuk atau seperti disetrum listirik, berlangsung beberapa detik, jarang >30 detik, diikuti masa penyembuhan beberapa detik sampai dengan satu menit, yang kemudian diikuti oleh serangan berikutnya. Di luar serangan, penderita sama sekali tidak merasakan nyeri (Rose, CF, 1997).

II. Anatomi

Nervus trigeminus keluar dari pemukaan lateral pons sebagai akar saraf motorik dan sensorik. Bagia kecil saraf kelima yang berasal dari inti motorik saraf otak mempersarafi otot-otot pengunyah dan selanjutnya berjalan melalui ganglion ganglion di bagian medial komponen sensorik. Bagian sensorik (yang merupakan bagian terbesar) mempunyai 3 cabang utama.III. Etiologi dan Patofisiologi

Idiopatik; tidak ditemukan kelainan neurologis yang mendasari

Simtomatik; terdapat kelainan neurologis yang mendasari. Contohnya: cerebellopontin angle tumor, tumor saraf otak kelima, malformasi vaskuler, multiple scelorosis.

Trigeminal Neuralgia Idiopatik

Penyebabnya masih belum jelas dan tidak terdapat kelainan patologis yang seragam. Timbul variasi pendapat:

Nyeri karena kelainan sentral

Nyeri karena kelainan perifer

Ada beberapa teori:

1. Teori sentral

Terdapat fokus di sentral bangkitan paroksismal nyeri yang khas. Tetapi belum ada bukti patologis dari lesi iritatif yang menyokong (Rose, 1977).

2. Teori perifer

a. Fromm dkk. (1984)

Lesi perifer saraf otak kelima karena proses kompresi atau peregangan:

Demielinisasi

Tumor

Gangguan vaskular; vasospasme, arteriosclerosis

b. King dan Bernett (1957)

Inti sipinal trigeminus mungkin berperan dalam keadaan lingkungan yang abnormal akan menghasilkan nyeri paroksismal.

c. Rose dkk (1997)

Adanya hipotesis bahwa terdapat tekanan mekanik pada ganglion atau pada radiks N.V.

d. Teori kelainan vaskular

Adanya vascular loop menekan saraf trigeminus. Pandangan ini berdasarkan observasi Dendy (1934) bahwa arteri yang berkelok-kelok menekan akar saraf kelima pada sepertiga penderita yang mengalami eksplorasi fossa posterior. Pandangan ini disokong oleh penemuan adanya kompresi bahkan lekukan pada akar nervus trigeminus akibat tekanan arteri serebeli posterior.

e. Rapport dan Devor (1994)

Mengajukan trigeminal ignition hypothesis, bahwa aktivitas bangkitan sekelompok neuron ganglion trigeminal diakibatkan oleh trigger stimuli. Neuron-neuron menjadi hipereksitasi sebagai akibat kerusakan ganglion maupun akar nervus trigeminus. Seranagn trigeminal neuralgia akan berhenti apabila neuron menjadi refrakter (teori ini masih membutuhkan pembuktian empiris). Bila dirangkum dapat dijelaskan sebagai berikut: iritasi kronik N.V menimbulkan kegagalan inhibisi segmental dalam nukleus trigeminalis. Peningkatan aktivitas saraf trigeminuss disebabkan oleh aksi potensial ektopik. Kombinasi aktivitas yang meningkat dalam serabut aferen primer dan gangguan menkanisme inhibitorik dalam nukleus trigeminus menyebabkan lepas muatan paroksismal dari interneuron dalam nukleus oralis trigeminalis sebagai respon terhadap rangsangan taktil. Serangan neuralgia ini terjadi bila ledakan-ledakan ini mencapai ambang untuk mengaktivasi interneuron nosiseptif dalam nucleus oralis yang memicu neuron trigeminotalamikus dalam nucleus kaudalis (Zakraewska, 1995).Iritasi kronik N.Vaksi potensial ektopik

kegagalan inhibisi segmental

lepas muatan paroksismaloleh interneuron dalam nucleus oralis trigeminus

firing pada neuron trigeminotalamikus nosiseptif

Serangan trigeminal neuralgiaIV. Gambaran Klinik Trigeminal Neuralgia

Karakter nyeriTajam, menusuk seperti kilat atau tersetrum listrik

LokasiPada distribusi saraf otak kelima

PenyebaranArea trigeminal, unilateral (97%)

PeriodisitasParoksismal

Durasi serangan Pendular (sama kecepatannya)

> Jerk (komponen cepat/lambat)- Tes pendengaran

> Tes Weber, untuk menentukan adanya tuli konduksi atau tuli persepsi

> Tes Rinne

Bila konduksi udara > konduksi tulang maka normal atau tuli persepsi

Bila konduksi udara < konduksi tulang maka tuli konduktif

Tes posisi

Nylan-Barany Maneuver. Kepala dimiringkan ke kanan, dengan cepat kepala dijatuhkan di bawah garis horizontal, pandangan tetap ke kanan. Proses ini diulang dengan kepala dimiringkan ke kiri. Perhatikan nystagmus dan bagaimana timbulnya vertigo.

Positional nystagmus:

KeteranganLesi periferLesi sentral

VertigoBeratRingan

Latency2-40 detik-

Fatique +-

Tes kalori

Menggunakan air panas dan air dingi masing-masing selama 40 detik.

Jangka waktu tes I ke tes II adalah 5 menit. Hasilnya COWS (cold opposite-warm same). Tes ini untuk mengetahui adanya disfungsi labirin unilateral, n.vestibularis, dan nucleus vestibularis.

Vertigo positional benigna

Vertigo posisional ini paling sering dijumpai + 30% kasus. Pada kebanyakan kakus tidak ditemukan penyebanya. Penyebab yang paling sering adalah trauma kapitis. Gejalanya:

berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit

vertigonya berat

disertai mual muntah

gejalanya timbul pada setiap perubahan posisi kepala, tetapi yang paling berat pada posisi miring dengan telinga (daerah lesi) di bawah. Vertigo ini berlangsung beberapa minggu dan sembuh spontan. Pada beberapa kasus berulang.

III. Terapi

Demamin 3x1 Mertigo 2x1

Sibelluims 1x1

PAGE 13