7
KEGIATAN PENYULUHAN NAPZA DI SMA NEGERI 1 BATANG KABUPATEN JENEPONTO I. LATAR BELAKANG Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi 1

Penyuluhan Napza

Embed Size (px)

DESCRIPTION

napza

Citation preview

Page 1: Penyuluhan Napza

KEGIATAN PENYULUHAN NAPZA DI SMA NEGERI 1 BATANG

KABUPATEN JENEPONTO

I. LATAR BELAKANG

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya

(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika

dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang

memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama

multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan

secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.Meskipun dalam Kedokteran,

sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)

masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak

menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran

dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas

khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota

besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia,

mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas.

Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun.

Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh

karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman

kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting

dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997, tentang

Narkotika : Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

Narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya) sudah sejak lama dikonsumsi

manusia, baik dalam bentuk sederhana. Semakin lama pemakai narkoba makin meluas di

berbagai belahan dunia, termasuk indonesia (Hakim, 2004 dalam Hutahuruk, 2007). Obat

terlarang ini telah banyak beredar dan dipergunakan oleh berbagai kalangan terutama

1

Page 2: Penyuluhan Napza

remaja. Dimana pada masa remaja ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi

individu terhadap penyesuaian sosialnya (Makarao, 2003 dalam Hutauruk, 2007)

Berdasarkan laporan Narkoba Dunia dari UNODC tahun 2006 jumlah

penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang dan terus mengalami peningkatan,

sedangkan di Indonesia jumlah kasus tindak pidana untuk kasus narkoba tahun 2006

sebesar 16.252 orang dan mengalami peningkatan sebesar 6,8% menjadi 17.355 pada

Desember 2007, data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2007 diketahui 3,2 juta

orang Indonesia adalah pengguna narkoba. Setiap tahun jumlah pengguna narkoba

bertambah 1 juta orang.

Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu

sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang

kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan

secara lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas

sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat. Dari hasil identifikasi masalah

NAPZA dilapangan melalui diskusi kelompok terarah yang dilakukan Direktorat

Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Promosi Kesehatan – Ditjen

Kesehatan Masyarakat Depkes-Kesos RI dengan petugas-petugas puskesmas di beberapa

propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Bali ternyata pengetahuan

petugas puskesmas mengenai masalah NAPZA sangat minim sekali serta masih

kurangnya buku yang dapat dijadikan pedoman.

II. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja,

sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang

pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA. Masalah yang

dihadapi sekarang adalah pengedaran Narkoba yang sudah menyebar di berbagai sekolah.

Seringkali pengedar memberikan hal yang sangat menarik perhatian siswa dalam

bentuk yang tidak menyerupai narkoba, sehingga banyak siswa yang menggunakan

Narkoba tanpa menyadarinya secara langsung. Hal ini disebabkan oleh kurangnya

2

Page 3: Penyuluhan Napza

kewaspadaan dari siswa siswi terhadap sesuatu hal yang mencurigakan serta pengetahuan

yang sangat minim terhadap NAPZA.

III. PEMILIHAN INTERVENSI

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu penyuluhan mengenai

NAPZA di kalangan pelajar khususnya di tingkat SMP dan SMA. Pada penyuluhan

tersebut dipaparkan materi mengenai definisi NAPZA, bahaya penyalahgunaan NAPZA,

jenis-jenis NAPZA, ciri-ciri pengguna NAPZA, dan upaya pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

Penyuluhan ini sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan di setiap SMP dan

SMA. Hal ini sangat penting dilakukan sebagai usaha pencegahan dini dari siswa-siswi

terhadap kenakalan remaja khususnya penyalahgunaan NAPZA. Penjelasan terus-

menerus mengenai hal tersebut harus sering dilakukan agar tertanam dibenak mereka

bahwa Narkoba sangat berbahaya bagi mereka. Mulai dari pihak pemeintah, sekolah, dan

yang tidak kalah pentingnya adalah orang tua harus berperan aktif dalam membimbing

anak-anak agar tidak terjerumus terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya,

menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan, memberikan bekal pendidikan

agama sebagai benteng untuk diri pribadi sehingga mampu membedakan mana hal yang

terpuji dan terlarang untuk dilakukan. Dari pihak sekolah, peran aktif guru sangat

diperlukan untuk mendidik anak di sekolah dengan baik yakni memberikan pengarahan

mengenai pencapaian masa depan, hal-hal apa saja yang dapat dilakukan agar hidup

dapat bermanfaat misalnya dengan mengikuti organisasi islami di sekolah ataupun

organisasi umum seperti OSIS, Pramuka, PMR dan kegiatan sekolah lainnya yang

damapat memberikan manfaat positif bagi siswa siswi. Jika hal ini dapat dilakukan

berdasarkan tugas masing-masing maka siswa siswi akan terhindar dari penyalahgunaan

NAPZA.

IV. PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilaksanakan di SMA I BATANG KAB.JENEPONTO pada tanggal 26

Maret 2012.

1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta

3

Page 4: Penyuluhan Napza

Acara dibuka dengan perkenalan diri kemudian menyampaikan maksud dan tujuan

dari penyuluhan. Selanjutnya memberi pertanyaan pembuka untuk menilai tingkat

pengetahuan peserta (pretest) tentang materi penyuluhan yang akan disampaikan.

2. Penyajian Materi

Materi penyuluhan disajikan dengan bantuan LCD projector. Slide yang telah

disiapkan disajikan kepada siswa-siswi pada saat menguraikan materi-materi

penyuluhan. Penyuluhan dilakukan di dalam ruang kelas selama 30 menit

dilanjutkan dengan sesi diskusi.

V. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan satu minggu sebelumnya Persuratan untuk

pelaksanaan peyuluhan dibuat dan dikirim langsung ke sekolah yang bersangkutan 3

hari sebelum kegiatan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

Dokter bersama tim promkes dari puskesmas tiba di sekolah pada Pk. 08.30 dan

langsung mendatangi kantor kepala sekolah untuk membicarakan ruang tempat

penyuluhan. Peserta yang hadir kurang lebih 24 orang dari perwakilan kelas yang

ditunjuk. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Namun tingkat

pengetahuan peserta masih kurang mengenai materi penyuluhan sebelum

diadakannya penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

Hampir sebagian besar siswa-siswi yang hadir kurang mengetahui materi

penyuluhan yang akan disampaikan. Namun setelah penyuluhan, siswa-siswi cukup

antusias untuk berdiskusi terkait materi penyuluhan.

PESERTA PENDAMPING

dr. Zulkaidah dr. Haryati Indra Hatta

4