14
Pemeriksaan dengan Acara Biasa 1. Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh majelis 2. Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum. 3. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis melakukan pemeriksaan mengenai kelengkapan dan / atau kejelasan banding atau gugatan. 4. Apabila banding atau gugatan tidak lengkap dan / atau tidak jelas sepanjang bukan merupakan persyaratan, kelengkapan dan / atau kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam persidangan. 5. Hakim Ketua menjelaskan masalah yang disengketakan kepada pihak-pihak yang bersengketa 6. Majelis menanyakan kepada terbanding atau tergugat mengenai hal-hal yang dikemukakan pemohon banding atau penggugat dalam Surat Banding dan Surat Gugatan dan dalam Surat Bantahan. 7. Apabila Majelis memandang perlu dan dalam hal pemohon banding atau penggugat hadir dalam persidangan, Hakim Ketua dapat meminta pemohon banding atau penggugat untuk memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelesaian sengketa pajak. 8. Atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa, atau karena jabatan, Hakim Ketua dapat memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar keterangannya dalam persidangan.

Peradilan Dalam Hukum Pajak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pajak

Citation preview

Pemeriksaan dengan Acara Biasa

Pemeriksaan dengan Acara Biasa1. Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh majelis

2. Untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum.

3. Sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai, Majelis melakukan pemeriksaan mengenai kelengkapan dan / atau kejelasan banding atau gugatan.

4. Apabila banding atau gugatan tidak lengkap dan / atau tidak jelas sepanjang bukan merupakan persyaratan, kelengkapan dan / atau kejelasan dimaksud dapat diberikan dalam persidangan.

5. Hakim Ketua menjelaskan masalah yang disengketakan kepada pihak-pihak yang bersengketa

6. Majelis menanyakan kepada terbanding atau tergugat mengenai hal-hal yang dikemukakan pemohon banding atau penggugat dalam Surat Banding dan Surat Gugatan dan dalam Surat Bantahan.

7. Apabila Majelis memandang perlu dan dalam hal pemohon banding atau penggugat hadir dalam persidangan, Hakim Ketua dapat meminta pemohon banding atau penggugat untuk memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelesaian sengketa pajak.8. Atas permintaan salah satu pihak yang bersengketa, atau karena jabatan, Hakim Ketua dapat memerintahkan saksi untuk hadir dan didengar keterangannya dalam persidangan.

9. Saksi yang diperintahkan oleh Hakim Ketua wajib datang di persidangan dan tidak diwakilkan.

10. Dalam hal saksi tidak datang meskipun telah dipanggil dengan patut dan Majelis dapat mengambil keputusan tanpa mendengar keterangan saksi, Hakim Ketua melanjutkan persidangan.11. Apabila saksi tidak datang tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan meskipun telah dipanggil dengan patut, dan Majelis mempunyai alasan yang cukup untuk menyangka bahwa saksi sengaja tidak datang, serta Majelis tidak dapat mengambil putusan tanpa keterangan dari saksi dimaksud, Hakim Ketua dapat meminta bantuan polisi untuk membawa saksi ke persidangan.

12. Biaya untuk mendatangkan saksi ke persidangan yang diminta oleh pihak yang bersangkutan menjadi beban dari pihak yang meminta.

13. Saksi dipanggil ke persidangan seorang demi seorang.

14. Hakim Ketua menanyakan kepada saksi nama lengkap, tempat lahir, umur, dan tanggal lahir, jenis kelamin, kewarganegaraan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, derajat hubungan keluarga, dan hubungan kerja dengan pemohon banding atau penggugat atau dengan terbanding / tergugat15. Sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya.

Pemeriksaan dengan Acara Cepat1. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh Majelis atau Hakim Tunggal

2. Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap :

a. Sengketa Pajak tertentu;

b. Gugatan yang tidak diputuskan dalam jangka waktu 6 bulan sejak gugatan diterima;

c. Tidak dipenuhi salah satunya dalam putusan Pengadilan Pajak atau kesalahan tertulis dan / atau kesalahan hitung;

d. Sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang Pengadilan Pajak.

3. Sengketa Pajak Tertentu adalah sengketa pajak Banding atau Gugatan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

4. Pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa pajak dilakukan tanpa Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan dan tanpa Surat Bantahan

5. Semua ketentuan mengenai pemeriksaan dengan cara biasa berlaku juga untuk pemeriksaan dengan acara cepat.PEMBUKTIAN1. Alat bukti dapat berupa :

a. Surat atau tulisan;

b. Keterangan ahli;

c. Keterangan para saksi;

d. Pengakuan para pihak; dan / atau

e. Pengetahuan Hakim.

2. Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.

3. Surat atau tulisan sebagai alat bukti terdiri dari :

a. Akta Autentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapkan seorang pejabat umum yang menurut peraturan perundang-undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;

b. Akta dibawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;c. Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;

d. Surat-surat lain atau tulisan yang tidak termasuk huruf a, b, dan c yang ada kaitannya dengan banding atau gugatan.

4. Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalamannya dan pengetahuannya.

5. Seorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi tidak boleh memberikan keterangan ahli.

6. Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya, Hakim Ketua atau Hakim Tunggal dapat menunjuk seorang atau beberapa ahli.

7. Seorang ahli dalam persidangan harus memberikan keterangan, baik tertulis maupun lisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau janji mengenai hal sebenarnya menurut pengalaman dan pengetahuannya.

PUTUSAN1. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap.

2. Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas gugatan berkenaan dengan permohonan penggugat agar tindak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama pemeriksaan pajak berjalan, sampai ada putusan pengadilan.3. Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.4. Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim.

5. Dalam pemeriksaan dilakukan oleh Majelis, putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin oleh Hakim Ketua dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai kesepatan, putusan diambil dengan suara terbanyak.6. Apabila Majelis di dalam mengambil keputusan dengan cara musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak, pendapat Hakim Anggota yang tidak sepakat dengan putusan tersebut dinyatakan dalam putusan Pengadilan Pajak.7. Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa :

a. Menolak;

b. Mengabulkan sebagian atau seluruhnya;

c. Menambah pajak yang harus dibayar;

d. Tidak dapat diterima;

e. Membetulkan kesalahan tulisan dan / atau kesalahan hitung; dan / atau

f. Membatalkan.

8. Terhadap putusan tersebut tidak dapat lagi diajukan gugatan, banding, atau kasasi.

9. Putusan Pemeriksaan dengan acara biasa atas banding diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Surat Banding diterima.

10. Putusan Pemeriksaan dengan acara biasa atas gugatan diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak Surat Gugatan diterima.

11. Dalam hal-hal khusus, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama 3 (tiga) bulan.

12. Dalam hal gugatan yang diajukan selain atas keputusan pelaksanaan keputusan penagihan pajak, tidak diputus dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud di atas, Pengadilan Pajak wajib mengambil keputusan melalui pemeriksaan dengan acara cepat dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak jangka waktu 6 (enam) bulan dimaksud terlampaui.13. Putusan Pemeriksaan dengan acara cepat terhadap Sengketa Pajak tertentu yang dinyatakan tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu sebagai berikut :

a. 30 hari sejak batas waktu pengajuan Banding atau Gugatan dilampaui;

b. 30 hari sejak Banding atau Gugatan diterima dalam hal diajukan setelah batas waktu pengajuan dilampaui.

14. Putusan atau penetapan dengan acara cepat terhadap kekeliruan berupa pembetulan kesalahan tulis dan / atau kesalahan hitung, diambil dalam putusan jangka waktu 30 hari sejak kekeliruan dimaksud diketahui atau sejak permohonan salah satu pihak diterima.

15. Putusan dengan acara cepat terhadap sengketa yang didasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang Pengadilan Pajak, berupa tidak dapat diterima, diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak Surat Banding atau Surat Gugatan diterima.

16. Dalam hal putusan Pengadilan Pajak diambil terhadap Sengketa Pajak, pemohon Banding atau Penggugat dapat mengajukan gugatan kepada peradilan yang berwenang.

17. Putusan Pengadilan pajak harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

18. Tidak dipenuhinya ketentuan di atas, putusan Pengadilan Pajak tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum dan karena itu putusan dimaksud harus diucapkan kembali dalam sidang terbuka untuk umum.

19. Putusan Pengadilan Pajak harus memuat :

a. Kepala putusan yang berbunyi Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

b. Nama, tempat tinggal atau tempat kediaman, dan / atau identitas lainnya dari pemohon banding atau penggugat;

c. Nama jabatan dan alamat terbanding atau tergugat;

d. Hari, tanggal diterimanya Banding atau Gugatan;

e. Ringkasan Banding atau Gugatan, dan ringkasan Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan, atau Surat Bantahan yang jelas;

f. Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa;

g. Pokok sengketa;

h. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan;

i. Amar putusan tentang sengketa;

j. Hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera dan keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.

20. Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan di atas menyebabkan putusan dimaksud tidak sah dan Ketua memerintahkan sengketa dimaksud segera disidangkan kembali dengan acara cepat, kecuali putusan diambil telah melampaui jangka waktu 1 tahun.

21. Ringkasan sebagaimana dimaksud dalam huruf e tidak diperlukan dalam hal putusan Pengadilan Pajak diambil terhadap Sengketa Pajak berupa tidak dipenuhinya putusan Pengadilan Pajak, sengketa yang bukan wewenang Pengadilan Pajak dan sengketa tertentuyang tidak memenuhi syarat.

22. Putusan Pengadilan Pajak harus ditandatangani oleh Hakim yang memutuskan dan Panitera.

23. Apabila Hakim Ketua atau Hakim Tunggal yang menyidangkan berhalangan menandatangani, putusan ditandatangani oleh Ketua dengan menyatakan alasan berhalangannya Hakim Ketua dan Hakim Tunggal.

24. Apabila Hakim Anggota berhalangan menandatangani, putusan ditandatangani oleh Hakim Ketua dengan menyatakan alasan berhalangannya Hakim Anggota dimaksud.

PELAKSANAAN PUTUSAN1. Putusan Pengadilan Pajak langsung dapat dilaksanakan dengan tidak memerlukan lagi keputusan pejabat yang berwenang kecuali peraturan perundang-undangan mengatur lain.

2. Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh banding, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 24 bulan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Salinan putusan atau salinan penetapan Pengadilan Pajak dikirim kepada para pihak dengan surat oleh sekretaris dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal putusan Pengadilan Pajak diucapkan, atau dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal putusan diucapkan.

4. Putusan Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh Pejabat yang berwenang dalam jangka waktu 30 hari terutang sejak tanggal diterimanya putusan.

5. Pejabat yang tidak melaksanakan putusan Pengadilan Pajak dalam jangka waktu tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang berlaku.

PEMERIKSAAN PENINJAUAN KEMBALI1. Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan satu kali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak.

2. Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan Pajak.

3. Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut sebelum putusan dan dalam hal sudah dicabut permohonan peninjauan kembali tersebut tidak dapat diajukan kembali.

4. Hukum acara yang berlaku pada pemeriksaan peninjauan kembali adalah hukum acara pemeriksaan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-undang ini.

5. Permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut :

a. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh Hakim Pidana dinyatakan palsu;

b. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan keputusan yang berbeda;

c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut, kecuali yang diputuskan berdasarkan Pasal 80 ayat 1 huruf b dan c;

d. Apabila mengetahui suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;

e. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud di atas huruf a dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap

7. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud di atas huruf b dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak ditemukan surat-surat bukti yang hari dan tanggal ditemukannya harus dinyatakan di bawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

8. Pengajuan permohonan peninjauan kembali berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud di atas huruf c, d, dan e dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak putusan dikirim.

9. Mahkamah Agung memeriksa dan memutuskan permohonan peninjauan kembali dengan ketentuan :

a. Dalam jangka waktu 6 bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil keputusan, dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa;

b. Dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh Mahkamah Agung telah mengambil putusan, dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara cepat.

10. Putusan atas permohonan peninjauan kembali harus diucapkan dalam siding terbuka untuk umum.

PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI ATAS SANKSI ADMINISTRASI PERPAJAKANBerdasarkan Pasal 25 UU KUP, tidak menyebutkan atas Surat Tagihan Pajak (STP). Hal ini karena STP bukanlah ketetapan atas pokok pajak, melainkan hanya mengenakan sanksi administrasi. Karena atas penerbitan STP tidak dapat diajukan keberatan, maka upaya yang dapat dilakukan oleh wajib pajak adalah mengajukan peninjauan kembali jumlah ketetapan pajak dan sanksi administrasi yang tercantum dalam STP.

Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP dan keputusan Menteri Keuangan No. 953 / KMK. 04 / 1983 disebutkan bahwa Menteri Keuangan dapat menerbitkan Keputusan Peninjauan Kembali dengan mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak dan sanksi administrasi yang tidak benar. Terhadap keputusan peninjauan kembali tidak dapat diajukan banding.

Kesimpulan :

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan acara cepat dan acara biasa. Pemeriksaan acara cepat dilakukan terhadap sengketa pajak tertentu, yang mana sengketa tersebut dirasa tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan pemeriksaan acara biasa. Dalam proses pemeriksaan, diperlukan adanya pembuktian dari pihak yang menggugat maupun tergugat agar hakim dapat memutuskan penyelesaian sengketa tersebut. Apabila salah satu pihak pada akhirnya merasa tidak setuju dengan keputusan hakim, maka dapat mengajukan banding maupun kasasi, dan apabila masih ingin meminta hakim untuk mempertimbangkan keputusan terhadap banding / kasasi tersebut, maka dapat diajukan permohonan peninjauan kembali.