Peran Ischemic Modified Albumin Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ghvbn n

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Pre Eklampsia adalah gangguan kerusakan endotelium pembuluh darah menyeluruh dan vasospasme yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat muncul sampai 4 - 6 minggu post partum. Hal tersebut secara klinis didefinisikan dengan adanya hipertensi, proteinuria, dengan atau tanpa edema patologis. Dahulu sering disebut dengan toksemia.Walaupun patofisiologi preeclampsia masih belum diketahui secara pasti, kegagalan invasi trofoblastik dari arteri spiralis telah diimplikasikan dalam pathogenesis preeklampsia. Sampai saat ini masih belum terdapat pemeriksaan darah sirkulasi yang dipakai sebagai penunjang diagnosis. Ischemia modified Albumin, yang biasa digunakan sebagai biomarker kerusakan jaringan dan iskemia pada jantung, mungkin dapat menjadi penanda yang potensial pada preeclampsia.IMA serum mengalami peningkatan pada kehamilan normal, nampaknya disebabkan oleh keadaan stress oksidatif fisiologis dari kehamilan. Serum IMA maternal juga mengalami peningkatan hingga mencapai kadar supra fisiologis pada kehamilan normal dini, hal ini mendukung hipotesis bahwa perkembangan trofoblas normal berhubungan dengan lingkungan intrauterine yang bersifat hipoksia. Kehamilan normal memiliki ciri berupa peningkatan respons adaptif maternal, yang mencakup aktivasi inflamasi, aktivitas sel endotel, dan koagulasi pada ibu, dan juga produksi banyak senyawa pro oksidan dan vasoaktif oleh plasenta. Tulisan ini membahas mengenai peran Ischemia Modified Albumin sebagai biomarker stress oksidatif pada preeclampsia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Estimasi insiden terjadi preeklampsia di Amerika 2% sampai 6% pada wanita sehat, nulipara. Pada semua kasus preeklampsia, 10% kejadian kehamilan kurang dari 34 minggu. Kejadian insiden preeklampsia telah di prediksi 5 14% dari keseluruhan kehamilan. Di negara berkembang, insiden preeklampsia di laporkan sebanyak 4 18%, dengan gangguan hipertensi yang menjadi penyebab kedua tersering pada kasus obstetrik yang menyebabakan kelahiran mati dan kematian neonatus pada awal kehidupan di Negara tersebut.A. Definisi Pre Eklampsia : Ringan: Preeklamsia ringan didefinisikan sebagai adanya hipertensi (BP 140 / 90 mmHg) pada 2 kali pemeriksaan, setidaknya dengan jarak 6 jam, tetapi tanpa bukti adanya kerusakan organ, terjadi pada wanita yang memiliki normotensif sebelum usia kehamilan 20 minggu. Pada pasien dengan hipertensi esensial yang sudah ada sebelumnya, preeklamsia didiagnosis jika tekanan darah sistolik telah meningkat sebesar 30 mmHg atau jika tekanan darah diastolik telah meningkat sebesar 15 mmHg. (medscape) Berat : Preeklamsia berat dapat didefinisakn dengan ditemukannya satu gejala atau tanda tanda berikut: 1. Tekanan darah sistolik >160Hg atau tekanan darah diastolik > 110Hg atau lebih tinggi 2 kali dengan jarak pemeriksaan 6 jam lamanya.2. Proteinuria lebih dari 5g dalam 24 jam pengumpulan atau lebih dari +3 dalam 2 sampel urin yang diambil secara acak dengan jarak 4 jam dari pengambilan urin yang pertama.3. Edema paru atau sianosis4. Oliguria ( 40 tahun (3: 1)3. Ras Kulit Hitam (1,5: 1)4. Riwayat keluarga (5: 1)5. Penyakit ginjal kronis (20: 1)6. Hipertensi kronis (10: 1)7. Sindrom antifosfolipid (10: 1)8. Diabetes mellitus (2: 1)9. Kehamilan Kembar (tapi tidak terpengaruh oleh Hemizigot) (4: 1)10. Tinggi indeks massa tubuh (3: 1)11. Homozigositas untuk T235 gen angiotensinogen (20: 1)12. Heterosigositas untuk T235 gen angiotensinogen (4: 1)

C. Tanda dan GejalaKarena manifestasi klinis preeklampsia dapat heterogen, mendiagnosis preeklampsia mungkin tidak mudah. Preeklampsia ringan sampai sedang mungkin asimtomatik. Banyak kasus yang terdeteksi melalui pemeriksaan rutin prenatal.Pasien dengan preeklamsia berat memperlihatkan kerusakan end-organ dan mungkin mengeluhkan hal-hal berikut: Sakit Kepala Gangguan visual: Blurred, scotomata gemilang Perubahan status mental Kebutaan: Mungkin kortikal atau berasal dari retina Kesulitan Bernapas Edema: edema yang meningkat secara tiba-tiba atau edema wajah Nyeri kuadran atas kanan atau epigastrium Kelemahan atau malaise: Mungkin bukti terjadinya anemia hemolitik Klonus: Dapat menunjukkan peningkatan risiko kejang

D. DiagnosisSemua wanita yang memiliki gejala dengan onset baru hipertensi harus menjalani pemeriksaan berikut: Darah lengkap Aminotransferase serum alanine (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) tingkat kreatinin serum asam urat Pengumpulan urin 24 jam untuk protein dan kreatinin (standar kriteria) atau analisis urin dipstik.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan jika diduga adanya sindrom HELLP adalah sebagai berikut: Apusan darah tepi Tingkat Serum laktat dehidrogenase (LDH) bilirubin indirek

Meskipun profil koagulasi (protrombin waktu [PT], activated partial thromboplastin time [aPTT], dan fibrinogen) juga harus dievaluasi, nilai klinisnya menjadi tidak jelas ketika jumlah trombosit 100.000 / mm3 atau lebih tanpa bukti adanya perdarahan. [5 ]

CT scan kepala digunakan untuk mendeteksi perdarahan intrakranial pada pasien tertentu dengan salah satu gejala berikut: Sakit kepala parah yang tiba - tiba Defisit fokal neurologis Kejang berkepanjangan dengan keadaan postictal Atypical presentation for eclampsia

prosedur lain

Ultrasonografi: Transabdominal, untuk menilai status dan mengevaluasi perkembangan janin; ultrasonografi Doppler arteri umbilikus, untuk menilai aliran darah

Cardiotocography: Standar Uji nonstress janin dan pemantauan janin yang handal.

E. Patofisiologi

Pada janin, preeklamsia dapat menyebabkan ensefalopati iskemik, retardasi pertumbuhan, dan berbagai gejala sisa dari kelahiran yang prematur.

Eklampsia diperkirakan terjadi pada 1 dari 200 kasus preeklamsia dengan tidak diberikannya profilaksis magnesium. (Lihat kejang Profilaksis.) [16, 17]

Penyakit Kardiovaskular

Seperti disebutkan sebelumnya, karakteristik preeklamsia ditandai dengan adanya disfungsi endotel pada wanita hamil. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa preeklamsia dapat menjadi pencetus penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Dalam meta-analisis, beberapa asosiasi mengamati antara peningkatan resiko penyakit kardiovaskular dengan komplikasi kehamilan karena preeklamsia. Asosiasi ini menilai sekitar 4 kali lipat peningkatan risiko lanjut dari perkembangan hipertensi dan peningkatan sekitar 2 kali lipat risiko penyakit jantung iskemik, tromboemboli vena, dan stroke. [18] Selain itu, wanita yang memiliki preeklampsia berulang lebih mungkin menderita hipertensi di kemudian hari. [18]

Dalam review studi berbasis populasi, Harskamp dan Zeeman mencatat hubungan antara preeklampsia dan peningkatan risiko hipertensi kronis dan morbiditas / mortalitas kardiovaskular, dibandingkan kehamilan dengan normotensif. Selain itu, wanita yang mengalami preeklamsia sebelum usia kehamilan 36 minggu atau yang memiliki beberapa kehamilan dengan hipertensi berisiko tinggi dikemudian hari. [19]

Harskamp dan Zeeman juga menemukan bahwa mekanisme faktor kecil yang mendasari preeklampsia adalah kompleks dan mungkin multifaktorial. Faktor risiko yang dimiliki oleh penyakit kardiovaskular dan preeklamsia adalah sebagai berikut: disfungsi endotel kegemukan hipertensi hiperglikemia resistensi insulin dislipidemia

Para peneliti mencatat, Sindrom metabolik, mungkin sering menjadi dasar mekanisme untuk penyakit kardiovaskular dan preeklampsia.

Mekanisme di balik preeklampsia

Meskipun hipertensi dapat menjadi gejala yang paling umum dari preeklamsia, tidak harus dilihat sebagai proses patogen awal.

Mekanisme terjadinya preeklamsia tidak pasti, banyak ibu, ayah, dan faktor janin terlibat dalam perkembangannya. Faktor-faktor yang saat ini dianggap sebagai yang paling penting adalah sebagai berikut [20]:

Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas abnormal pada pembuluh darah uterus Toleransi imunologis maladaptive antara jaringan maternal, paternal (plasenta), dan janin Faktor genetik, termasuk diwariskannya gen-gen predisposisi dan juga pengaruh epigenetik Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau inflamasi dari kehamilan normal

Faktor imunologi pada Pre eklamsia

Faktor imunologi telah lama dianggap sebagai kunci utama dalam preeklamsia. Salah satu komponen penting yang masih kurang dipahami adalah toleransi maternal terhadap antigen janin dan plasenta yang memiliki sumber paternal. Hilangnya toleransi ini, atau mungkin Disregulasi merupakan teori lain yang disregulasi toleransi ibu untuk paternal plasenta dan antigen janin [21] . Maladaptasi kekebalan ibu-janin ini ditandai dengan kerjasama yang rusak antara sel natural killer(NK) dan HLA-C janin dan hasil dalam pemeriksaan histologis mirip dengan yang terlihat pada penolakan graft akut.

Disfungsi sel endothelial yang merupakan karakteristik dari preeklampsia mungkin sebagian disebabkan oleh aktivasi ekstrim leukosit dalam sirkulasi maternal, yang dibuktikan dengan peningkatan regulasi sel T helper tipe 1. (medscape)

Plasentasi pada PreeklamsiaImplantasi plasenta dengan invasi abnormal trofoblas pembuluh rahim merupakan penyebab utama hipertensi yang berhubungan dengan sindrom preeklampsia. [22, 23]. Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat invasi trofoblas arteri spiral berhubungan langsung dengan keparahan hipertensi pada ibu. Hal ini karena hipoperfusi plasenta akibat invasi memicu dengan jelas jalur pelepasan senyawa vasoaktif sistemik yang menyebabkan respon inflamasi berlebihan, vasokonstriksi, kerusakan endotel, kebocoran kapiler, hiperkoagulabilitas, dan disfungsi platelet, yang semuanya berkontribusi terhadap disfungsi organ dan berbagai gejala klinis penyakit.

Disfungsi endotel

Data menunjukkan bahwa ketidakseimbangan faktor proangiogenic dan antiangiogenic yang dihasilkan oleh plasenta mungkin memainkan peran utama dalam mediasi disfungsi endotel. Angiogenesis adalah penting untuk keberhasilan plasentasi dan interaksi normal antara trofoblas dan endotelium. (Lihat Faktor Angiogenik di Preeklamsia, di bawah ini.)

Bukti juga menunjukkan bahwa stres oksidatif, maladaptation peredaran darah, peradangan, dan humoral, mineral, dan kelainan metabolik berkontribusi terhadap disfungsi endotel dan patogenesis preeklampsia.

Faktor genetik di Preeklamsia

Preeklamsia telah terbukti melibatkan beberapa gen. Lebih dari 100 gen ibu dan ayah telah dipelajari yang berhungan dengan preeklamsia, penyakit yang berhungan dengan vascular,tekanan darah, diabetes, dan imunitas.

Penting juga diingat bahwa resiko preeklamsia berkorelasi dengan kerabat dekat; Penelitian menunjukkan bahwa 20-40% dari anak perempuan dan 11-37% dari saudara perempuan dengan preeklampsi. [21] Dua studi telah menunjukkan korelasi yang tinggi juga, mendekati 40%.

Karena preeklamsia adalah penyakit genetik dan fenotip kompleks, tidak mungkin bahwa setiap gen tunggal akan muncul menjadi dominan dalam perkembangannya.

Faktor nutrisi

Diet kaya buah dan sayur yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi berhubungan dengan penurunan tekanan darah. Insidensi preeclampsia mengalami peningkatan dua kali lipat pada wanita yang asupan asam askorbat hariannya kurang dari 85 mg.

F. Pemeriksaan

Semua wanita yang hadir dengan onset baru hipertensi harus memiliki tes laboratorium berikut: Sel darah lengkap (CBC) Aminotransferase serum alanine (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) Tingkat kreatinin serum asam urat

Selain itu, hapusan darah tepi harus dilakukan, tingkat serum laktat dehidrogenase (LDH) harus diukur, dan bilirubin indirek harus dilakukan jika diduga adanya sindrom HELLP. Meskipun profil koagulasi (waktu protrombin [PT], activated partial thromboplastin time [aPTT], dan fibrinogen) juga harus dievaluasi, penggunaan klinis dari evaluasi rutin tidak jelas ketika jumlah trombosit 100.000 / mm3 atau lebih tanpa bukti perdarahan. [5]

Nilai laboratorium untuk preeklamsia dan sindrom HELLP [13, 44]

Nilai pemeriksaan ginjal adalah sebagai berikut:

Proteinuria> 300 mg / 24 jam Urine dipstick> 1+ Protein / kreatinin rasio> 0,3 * Asam urat serum> 5,6 mg / dL * Kreatinin serum> 1,2 mg / dL

Trombosit / hasil-koagulopati terkait adalah sebagai berikut:

Jumlah trombosit 1,2 mg / dL * Laktat dehidrogenase> 600 U / L *

Selain itu, peningkatan enzim hati (serum AST> 70 U / L) ditemukan pada preeklamsia dan HELLP syndrome. [24]

tes urine

Untuk mendiagnosa proteinuria, pemeriksaan urin 24 jam untuk protein dan kreatinin harus diperoleh bila memungkinkan. Lebih dari 30% wanita dengan hipertensi gestasional yang memiliki protein dalam jumlah sedikit pada sampel urin yang dipilih secara acak memiliki 300 mg protein dalam pengumpulan urin 24 jam. Pemeriksaan urin 24 jam menjadi standart kriteria untuk mendiagnosis adanya proteinuria. Alternatif, lebih besar dari 1 + protein pada analisis dipstick pada sampel acak yang cukup untuk mendiagnosis proteinuria.

Hiperurisemia adalah salah satu manifestasi awal pemeriksaan laboratorium preeklamsia. memiliki sensitivitas yang rendah, mulai dari 0% sampai 55%, tetapi spesifisitas yang relatif tinggi 77-95%. [49] tingkat Serial mungkin berguna untuk menunjukkan perkembangan penyakit.

CT Scan dan MRI

Computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) scan telah mengungkapkan berbagai kelainan pada pasien dengan eklampsia, seperti edema serebral, fokal infark, perdarahan intrakranial, dan posterior Leukoensefalopati. [57]

Saat ini, tidak ada CT scan atau MRI patognomonik untuk menemukan eklampsia. Selain itu, pencitraan otak tidak diperlukan untuk diagnosis dan manajemen kondisi itu. Namun, CT scan digunakan untuk mendeteksi perdarahan intrakranial pada pasien tertentu dengan sakit kepala parah tiba-tiba, defisit neurologis fokal, kejang dengan keadaan postictal berkepanjangan, atau presentasi atipikal untuk eklampsia.

UltrasonografiUltrasonografi digunakan untuk menilai status janin serta untuk mengevaluasi pertumbuhan (biasanya asimetris digunakan perut lingkar). Selain ultrasonografi transabdominal, arteri umbilikalis Doppler ultrasonografi harus dilakukan untuk menilai aliran darah. Nilai Doppler ultrasonografi dalam pembuluh janin lainnya belum terbukti.

CardiotocographyCardiotocography adalah tes standar nonstress janin dan andalan untuk pemantauan janin. Meskipun memberi terus informasi tentang kesejahteraan janin , memiliki sedikit nilai prediktif .

G. Ischemia Modified AlbuminWalaupun patofisiologi preeclampsia masih belum diketahui, kegagalan invasi trofoblastik dari arteri spiralis telah diimplikasikan dalam pathogenesis preeklampsia. Sampai saat ini masih belum terdapat pemeriksaan darah sirkulasi yang dipakai sebagai penunjang diagnosis. Ischemia modified Albumin, adalah biomarker kerusakan jaringan dan iskemia jantung, mungkin dapat menjadi penanda yang potensial pada preeclampsia.Perubahan dari albumin serum manusia yang disebabkan oleh iskemia baru baru ini diajukan sebagai biomarker serum iskemia jantung. Dalam keadaan fisiologis, ujung terminal amino (N-terminal) dari albumin serum manusia berikatan dengan metal transisional seperti kobalt, perunggu, dan nickel. Pada saat iskemia terjadi, beberapa perubahan terjadi pada ujung terminal amino (N-terminus) dari albumin serum manusia, kemungkinan disebabkan oleh radikal bebas yang bersifat oksidan, yang mengurangi kapasitas albumin untuk berikatan dengan metal transisional, terutama kobalt. Senyawa baru yang telah mengalami perubahan kimia ini disebut IMA (ischemia modified albumin). Penelitian-penelitian yang telah ada menunjukkan IMA merupakan penanda yang berguna untuk diagnosis keadaan iskemik. Baru baru ini ditunjukkan bahwa kadar IMA mengalami peningkatan pada fase akut penyakit serebrovaskuler. Pembentukan IMA nampaknya berhubungan dengan stress oksidatif dan terbentuknya plak atheroma. Gafsou et al. melakukan penelitian yang membandingkan kadar IMA pada 3 kelompok wanita, wanita tidak hamil, wanita dengan kehamilan normal, dan wanita hamil dengan preeclampsia, dan mengelompokkan sampel berdasarkan usia kehamilan.Tabel: nilai IMA dan rasio IMA terhadap albumin menurut usia kehamilan

Pada penelitian yang dilakukan Gafsou, IMA pada kehamilan normal mengalami peningkatan dibandingkan dengan pasien yang tidak hamil, namun perbedaan itu tidak bersifat signifikan.

Gambar: box and whisker plot yang menggambarkanKadar IMA pada keadaan tidak hamil, hamil, dan preeclampsia.

IMA serum mengalami peningkatan pada kehamilan normal, nampaknya disebabkan oleh keadaan stress oksidatif fisiologis dari kehamilan. Serum IMA maternal juga mengalami peningkatan hingga mencapai kadar supra fisiologis pada kehamilan normal dini, mendukung hipotesis bahwa perkembangan trofoblas normal berhubungan dengan lingkungan intrauterine yang bersifat hipoksik. Kehamilan normal memiliki ciri berupa peningkatan respons adaptif maternal, yang mencakup aktivasi inflamasi, aktivitas sel endotel, dan koagulasi pada ibu, dan juga produksi banyak senyawa pro oksidan dan vasoaktif oleh plasenta. Serupa dengan penelitian di atas, Ustun et al. melaporkan temuan yang serupa. Peneliti tersebut melakukan penelitian pada tiga kelompok: preeclampsia ringan dan berat. Hasilnya, terdapat korelasi antara derajat preeclampsia dengan kadar IMA seperti yang dicantumkan pada table di bawah ini.Tabel hubungan antara derajat preeeklampsia dengan kadar IMA

Berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gafsou et al. yang dilakukan tahun 2010, dan ustun et al. dari tahun 2011, penelitian sebelumnya yang dilakukan Rijn et al. pada tahun 2008 menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kadar IMA pada wanita hamil tanpa penyakit dan pada wanita hamil dengan preeclampsia, namun terdapat perbedaan kadar IMA pada wanita hamil dan wanita tidak hamil.Variabel yang kemungkinan mempengaruhi kadar IMA adalah kadar lipid, contohnya trigliserida. Pada saat kehamilan, konsentrasi dari lipid, lipoprotein, dan apolipoprotein di plasma mengalami peningkatan. Kadar serum IMA mengalami peningkatan pada trimester pertama pada wanita yang kemudian mengalami preklampsia, menandakan terdapat gangguan perkembangan trofoblas endovaskuler.Dsouza et al melakukan pemeriksaan kadar IMA dan rasio IMA:albumin (IMAR) pada 50 pasien preeclampsia (32 preeklampsia ringan dan 18 preeklampsia berat), dan menemukan bahwa IMA dan IMAR serum dan air ludah mengalami peningkatan pada preeclampsia.Selain IMA, sebetulnya beberapa pemeriksaan yang merupakan penanda stress oksidatif pernah diajukan untuk memprediksi preeclampsia, contohnya malondialdehyde sebagai penanda peroksidasi lipid. Marker-marker lainnya yang pernah diajukan adalah prooksidan atau pontensiator pro-oksidan, termasuk zat besi, transferrin dan ferritin; lipid darah, termasuk trigliserida, asam lemak bebas, dan lipoprotein; dan antioksidan, termasuk asam askorbat dan vitamin E. namun pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak bersifat prediktif.Hiperhomosisteinemia ditemukan pada preeclampsia, karena keadaan tersebut menyebabkan stress oksidatif dan disfungsi sel endotel. Walaupun wanita dengan peningkatan kadar homosistein pada pertengahan kehamilan memiliki resiko preeclampsia tiga atau empat kali lipat, pemeriksaan ini tidak terbukti berguna secara klinis untuk memprediksi preeclampsia.H. KesimpulanPreeklampsia merupakan penyakit pada kehamilan yang memiliki dampak cukup besar. Sampai saat ini belum ada pemeriksaan khusus yang dapat mendeteksi preeclampsia. Stress oksidatif karena iskemia pada lokasi invasi trofoblas merupakan salah satu mekanisme patofisiologis yang mendasari terjadinya penyakit ini, dan beberapa penelitian mendukung penggunaan Ischemia Modified Albumin, suatu penanda stress oksidatif yang telah dipergunakan sebagai penanda iskemia jantung. IMA mengalami peningkatan pada kehamilan normal, namun mengalami peningkatan lebih lanjut pada preeclampsia, dan kadarnya memiliki korelasi positif dengan derajat keparahan dari preeclampsia. Selain itu, terdapat indikasi bahwa pemeriksaan ini mampu mendeteksi preeclampsia pada awal kehamilan. Oleh karena itu, pemeriksaan ini merupakan kandidat yang sangat kuat sebagai pemeriksaan penunjang maupun screening terjadinya preeclampsia.

DAFTAR PUSTAKACunningham, F. Garry et al. 2010. Obstetric Williams 23rd ed. USA: The McGraww-Hill CompaniesKee-Hak Lim, Preeclampsia. Downloaded from: www.emedicine.medscape.com/article/1476919-overview Gafsou B., Lefevre G et al. Maternal Serum Ischemia-Modified Albumin: A Biomarker to Distinguish Between Normal Pregnancy and Preeclampsia?; Hypertension in Pregnancy, 29:101111, 2010Van Rijn, B., Franx A. et al. Ischemia Modified Albumin in Normal Pregnancy and Preeclampsia. Hypertension in Pregnancy, 27:159167, 2008Ustun, Y, Ustun Y.E., Ischemia-modified albumin as an oxidative stress marker in preeclampsia. The Journal of Maternal-Fetal and Neonatal Medicine, March 2011; 24(3): 418421Dsouza, J.M.P., Pai, V.R. IMA and IMAR in serum and saliva of preeclampsia a preliminary study. Hypertens Pregnancy, 2014; 33(4): 4404481