Upload
dophuc
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
Peran Konseling pastoral Terhadap Lansia Di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga
Oleh,
SANDRA SISKA MATARA
712010030
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi Falkultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian
Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi
Program Studi Teologi
FALKUTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Selalu percaya berdoa dan terus belajar dan beriman dalam
Tuhan
Pasti ada keberhasilan.
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab ia baik
Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Terpujilah Tuhan Yesus. Mazmur 136:1
Dengan bangga penulis persembahkan kepada:
Mamaku tercinta yang telah mengajariku percaya dalam iman dan selalu
percaya kuasa Tuhan yesus yang sangat luar dan juga menjalani hidup
dan karya.
Untuk kedua kakak ku tersayang yang setia memberiku motivasi dan doa
Untuk dosen-dosenku di Program Studi Theologi UKSW Salatiga yang
selalu memberiku ilmu dan pengetahuan yang berharga.
Untuk Keluarga, Saudara, Sahabat, dan teman-teman yang selalu
mendoakan dan mendukung penulis.
vii
KATA PENGANTAR
Bersyukur selalu karna kebaikkan Tuhan yesus telah memberkati penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari akan setiap proses pendidikan
penulis juga di berikan motivasi, doa dan dukungan untuk keberhasilan penulis. Untuk itu
dengan penuh kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam penulis mengucapkan
trimakasih kepada :
1. Allah Tritunggal yang hidup dan yang menghidupi penulis
2. Bapak Pdt. J.D Engel, M.Si Dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo selaku dosen
pembimbing yang dengan penuh kebaikkan dan kebijaksanaa, kesabaran yang
telah membimbing penulis sehingga penulis telah menyelesaikan skripsi ini.
3. Untuk program studi Theologi Universitas Kristen Satya wacana Salatiga yang
dengan kelembutan dan ketulusan telah mengajarkan ilmu pengetahuan dan
membantu penulis.
4. Kepada ketua Panti Wherda jaya salatiga yang dengan kerendahan hati membantu
penulis untuk menyelesaikan dalam penelitian.
5. Terima kasih untuk orang tua (mama) yang telah mendoakan serta mendukung,
motivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis dengan
baik dan dapat mencapai keberhasilan penulis.
6. Untuk kakak tersayang Terima kasih (Deby, Ledy) yang mengharapkan
keberhasilan penulis dan selalu mendoakan serta mendukung penulis dan memberi
dukungan.
7. Teman-teman terkasih yang mendukung penulis terkhusus ( Yana, Shesy, Risna
K’ichy,Megi, K’Asrid, Brenda,K’Gin, Prily, Risna, Lorin K’Agnes) yang setia
mendukung, mendoakan penulis.
8. Salatiga, terimakasih atas kebersamaannya selama penulis menjalani studi di
salatiga terkhusus ( Kos Putri Merpati Kalimangkak, Tersayang ibu ending, Pak
Har adek sekar yang selalu mendoakan keberhasilan penulis.
viii
Terimakasih Tuhan yesus untuk kebaikkanmu yang selalu menjanjikan kebahagian
masa depan untuk penulis rasakan di hari kebahagiaan penulis bisa sampai di tahap ini
karna kuasa Tuhan yesus yang menyertai penulis.( I Love You Jesus )
Akhir kata di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak diperlukan
guna melengkapi penulisan karya ilmiah ini.
Salatiga , 28 Juni 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………….ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………………………..iii
LEMBAR PERNYSTAAN PERSETUJUAN AKSES……………………………………iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………………..v
MOTTO……………………………………………………………………………………..vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...ix
ABSTRAK………………………………………………………………………………….xi
BAGIAN I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………...... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………..……………………………………... 3
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………... 3
1.4 Signifkansi Penelitian…………………………………………………………………..3
1.5 Lokasi dan Subyek Penelitian…………………………………………………………..3
1.6 Metode Penelitian…………………………………………………………………........4
1.7 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………..4
BAB II Lansia Dan Konseling Pastoral
2.1 Lansia……………………………………………………………………….................4
2.1.1 Definisi Lansia…………………………………………………..…………………4
2.1.2 Gambaran Umum Menenai Perubahan Yang Dialami Oleh Lansia……………. 6
2.2.Konseling Pastoral………………………………………………………………….…12
2.2.1 Defini Konseling Pastoral…………………………………….…………..............12
x
2.2.2.Peran Konseling Pastoral Terhadap Lansia…………………………………........13
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1.Gambaran Lapangan Data…………………………………………………………….17
3.2.Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Pantai Wherda………………..20
3.3. Analisa Pelaksanaan Konseling Pastoral Bagi Lansia Di Pantai Wherda Mandiri Jaya
Salatiga.........................................................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.Kesimpulan………………………………………………………………................23
1.2. Saran………………………………………………………………….....................24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..........25
xi
PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI
WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA
SANDRA SISKA MATARA, 712010030
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa peran konseling
pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Penelitian ini dimotivasi oleh
fakta masalah bahwa dalam konseling di katakana berhasil jika dapat menerapkan keenam
fungsi yaitu fungsi membimbing, fungsi memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi
menyembuhkan, fungsi mengasuh/ memelihara, dan fungsi mengutuhkan. Sedangkan di
panti Wherda hany amempunyai dua orang tim pastoral yang harus melayani 15 lansia
dengan waktu kerja 2 kali dalam seminggu, melihat fakta masalah ini apakah konseling
pastoral ini dapat menerapkan keenam fungsi tersebut. Penelitian ini menerapkan
pendekatan penelitian metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas, melalui penelitian ini
bermaksud mendeskripsikan pelaksanaan dan peran konseling pastoral bagi lansia di Panti
Wherda Mandiri Jaya Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian
ini, dilakukan melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para
responden. Hasil dari penelitian ini ialah konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda
Mandiri Salatiga tidak maksimal karena dalam proses kegiatan konseling pastoral Tujuan
konseling pastoral yang tidak terealisasikan sepenuhnya Hal ini di sebabkan oleh konseling
pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat procedural saja atau hanya
bersifat formal, sehingga keenam fungsi-fungsi konseling pastoral itu tidak berlangsung
dengan baik, disebabkan oleh waktu konseling yang terlalu singkat.
Kata Kunci : Lansia, Konseling Pastoral, Panti Wherda
1
PERAN KONSELING PASTORAL TERHADAP LANSIA DI PANTI
WHERDA MANDIRI JAYA SALATIGA
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Lanjut usia merupakan bagian dari fase kehidupan manusia dimana seseorang menjadi
tua dan pada umumnya, akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Secara
alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya
dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan-perubahan
ini pun membawa dampak dalam kehidupan psikis dari seorang lansia, menyebabkan
merekasering merasakan kesepian, tertekan, depresi, dan memiliki ketergantungan
terhadap orang lain yang mau mendengar keluh dan kesah mereka, serta memulihkan
nilai spiritualitas dalam relasi yang benar dengan Tuhan. Dengan memberikan pelayanan
yang tepat untuk lansia menjadi salah satu cara untuk membantu lansia agar dapat
menerima keadaannya yang sesungguhnya ia jalani, sehingga ia akan berusaha untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, sosial-psikologisnya dengan tepat. Oleh
karena itu, dalam menjalani kehidupan di masa lanjut usia, para lansia sangat
membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus dari orang-orang terdekat seperti keluarga
atau relawan yang merawat lansia tersebut, gereja dan masyarakat dalam menangani
Manula (Manusia Usia Lanjut, dalam rangkah memenuhi kebutuhan para lansia maka di
butuhkan konseling pastoral.
Konseling merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab
perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan konseling disebut sebagai konselor.
Antara konselor dan konseli harus mempunyai suatu interaksi sejajar dan atau relasi
timbal-balik.Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan
kemampuan) adalah konselor.1Sedangkan, istilah pastoral.Pastoral berasal dari “pastor”
dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa Yunani disebut “poimen”, yang artinya
“gembala”.2 Dapat disimpulkan konseling pastoral,berarti sifat dari pendampingan
tersebut,. Dengan demikian, dalam mendampingi sesama yang menderita haruslah
bersifat pastoral. Atau dengan kata lain, pertolongan kepada sesama yang utuh mencakup
1Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral,(Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 9
2Aart Van Beek. Pendampingan pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.10
2
jasmani, mental, sosial dan rohani hendaklah bersifat pastoral.3 Berdasarkan pengertian di
ataspenulis memahami bahwa konseling pastoral merupakan sebuah pelayanan yang
sangat dibutuhkan oleh individu atau kelompok, dengan memberikan penguataan
,topanga, dukungan dan bimbingan yang dapat membantu seseorang merasakan
kehidupan yang lebih baik.
Adapun fungsi yang harus dicapai dalam melakukan konseling pastoral yaitu:4
1. Fungsi membimbing, orang yang didampingi ditolong untuk memilih atau mengambil
keputusan tentang apa yang ditempuh atau apa yang menjadi masa depannya.
Pengambilan keputusan tentang masa depan ataupun mengubah dan memperbaiki
tingkah laku tertentu, tetap di tangan orang yang di damping ( penderita )
2. Fungsi mendamaikan/ memperbaiki hubungan, pendampingan pastoral dapat
berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak dan terganggu.
3. Fungsi menopang/ menyokong, sokongan berupa kehadiran dan sapaan yang
meneduhkan dan sikap yang terbuka, akan mengurangi penderitaan yang begitu
memukul.
4. Fungsi menyembuhkan, melalui pendampingan pastoral yang berisi kasih sayang, rela
mendengarkan segala keluhan batin,dan kepedulian yang tinggi akan membuat
seseorang yang sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu
masuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini penting terutama bagi
mereka yang mengalami dukacita dan luka batin akibat kehilangan atau terbuang.
5. Fungsi mengasuh, melihat potensi yang dapat ditumbuh-kembangkan kehidupannya
sebagai kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan kehiupan.
6. Fungsi mengutuhkan, adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama
dari pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek
kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental, dan spiritual.
Terkait dengan enam fungsi di atas, maka menurut penulis, konseling pastoral
dikatakan terlaksana dengan maksimal ketika keenam fungsi tersebut dapat tercapai.
Dengan demikian, diharapkan agar setiap konselingpastoral harus mengetahui dan
memahami setiap fungsi konseling. Sehubungan dengan kebutuhan para lansia yang
cukup kompleks seperti menyangkut perubahan dan masalah dalam kesehatan,
kesejahteraan, religius, sosial, ekonomi, konflik dalam relasi antar para lansia atau
3Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal.12
4Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 13-15
3
dengan anggota keluarga, dan lain sebagainya, maka konseling pastoral perlu dilakukan
guna menolong para lansia yang mengalami pergumulan hidup dan tetap mengupaya
pertumbuhan rohani.
Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga ,memberikan pelayanan sosial dan rohani bagi
para lansia yang menjadi pasien. Panti whreda memiliki seorang kepala panti, dan 14
orang lansia, dengan bantuan tenaga relawan berjumlah 4 orang, serta 2 orang tim
pastoral. Fakta di lapanganmenjawab kebutuhan para lansia yang kompleks, pelayanan
konseling pastoral sangatlah terbatas dalam hal tenaga dan waktu. Hal ini disebabkan
karena minimnya tenaga konseling pastoral yang secara aktif dilakukan oleh seorang dari
tim pastoral dengan waktu kerja yakni 2 x seminggu. Hal ini menyebabkan tidak semua
lansia dapat dilayani oleh seorang konselor. Sehingga terkadang kepala panti harus
mengambil alih peran konseling seperti menemani dan mendengarkan setiap keluhan dan
masalah para lansia itupun tidak menolong para lansia menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman kepala panti dalam
melakukan konseling pastoral dan ia pun merasa kelelahan karena seorang diri dalam
menangani 14 orang lansia.5
Menurut penulis, konseling secara konsisten sangat penting untuk dilakukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kepada para lansia. Kehadiran dan konseling yang
dilakukan olehtim pastoral di sebuah panti Whreda secara intensif sesungguhnya dapat
membantu para lansia yang sedang bergumul dengan berbagai persoalan di masa tua.
Sehingga realita konselingpastoral yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan latar belakang data diatas, maka penulis ingin mengambil judul:
“Peran Konseling Pastoral terhadap Lansia
Di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran konseling pastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran konseling pastoral bagi lansia di Panti
Wherda Mandiri Jaya Salatiga.
5 Hasil Wawancara dengan Ibu Vt sebagai Kepala Asrama Panti Whreda Mandiri Jaya Salatiga, Jumat
06 Februari 2015 pukul 12.00 WIB
4
1.4 Signifikansi Penelitian
1. Akademik, memberi sumbangsih berupa pemahaman dan pengetahuan baik
kepada mahasiswa Fakultas Teologi dan juga kepada Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga dalam memberikan pelayanan konselingpastoral secara holistik bagi para
Lansia. Mengingat lansia adalah bagian dari umat Allah yang harus dilayani dan
menjadi tanggung jawab daro pelayanan para hamba Tuhan.
2. Praktisnya, kiranya penelitian ini menjadi salah satu bahan refleksi dan evaluasi
bagi pengurus atau tim pastoral di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga terkait
pelayanan konseling pastoral bagi lansia agar dapat menjawab persoalan dan
kebutuhan para lansia yang dirawat sesuai dengan enam fungsi konseling pastoral.
1.5 Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Wherda Mandiri Jaya Salatiga - Jawa Tengah, dengan
responden terdiri dari tim pastoral, lansia dan kepala asrama Panti Wherda Mandiri Jaya.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif analisis kerja dan
aktivitas. Metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas ini ditujukan untuk menyelidiki
secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat
memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.6Yang
deskriptif analisis, maka melalui penelitian ini bermaksud mendeskripsikan
pelaksanaandan peran konselingpastoral bagi lansia di Panti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga. Salah satu teknik pengumpul data terkait dengan penelitian ini, dilakukan
melalui wawancara, yaitu suatu kegiatan di lakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.
Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interviewer(s) dengan reponden, dan
kegiatannya di lakukan secara lisan.7
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian tersebut, penulis akan mengemukakan karya ini
dalam 4 bagian, sebagai berikut: Bagian pertama, Pendahuluan berisikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, lokasi dan subyek
6 M. Nazir. Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 89
7P. Joko Subagyo, S.H. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Rineka cipta, 2011),
hal. 39
5
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang lansia dan
konseling pastoral yang meliputi defenisi lansia dan konseling pastoral, gambaran lansia
yang meliputi fakta fisik,sikis,sosial dan spiritual,dan peran konseling pastoral terhadap
lansia.Bagian ketiga,tentang hasil penelitian pembahasan yang meliputi deskripsi dan
analisis peran konseling pastoral bagi lansia dipanti whreda mandiri jaya Salatiga. Bagian
keempat, Penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan hasil pembahasan
analisis serta saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.
II. Lansia Dan Konseling Pastoral
2.1. Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun
canggihnya teknologi kosmetik dan kedokteran modern. Setiap makhluk hidup akan menjadi
tua dan menghadapi krisis lanjut usia. Dari masa ke masa, manusia selalu berusaha untuk
mencari resep awet muda dan umur panjang. Setiap orang ingin panjang umur, tetapi tidak
mau menjadi tua. Upaya untuk tetap awet muda sudah dimulai ribuan tahun yang lalu. Tetapi
tidak ada obat mujarab yang berhasil ditemukan untuk mencegah proses penuaan dan
menghindari kematian.8Lansia merupakan orang yang sistem biologisnya mengalami
perubahan-perubahan struktur dan fungsi dikarenakan usia yang sudah lanjut. Pada lansia
terjadi penurunan kapasitas fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot serta
kekuatannya yang akan menjadi penghambat dalam melaksanakan aktivitas9.
Proses menua menghadapkan kita pada kenyataan yang tidak dapat dihindarkan, suatu
tahap perkembangan hidup yang sulit diterima. Oleh karena itu, mempersiapkan diri
menghadapi usia lanjut itu sangat penting dan jangan menjadikan orang kehilangan semangat
hidup karena merasa tidak berguna lagi, gelisah karena sudah tidak mempunyai tujuanhidup.
Lanjut usia bukan suatu hal yang negatif, bahkan merupakan kesempatan yang harus dijalani
untuk meraih kebahagian dalam Damai sejahtera karena kasih Allah yang tidak pernah
berubah. Gerontologi ialah ilmu yang mempelajari berbagai perubahan fisilogi yang terjadi
dalam proses menua. Salah satu penemuan menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai
8 Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.1-2
9 Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2
6
tiga jenis umur, yaitu umur kronologis, biologis, dan psikologis. Umur kronologis dihitung
mulai dari tanggal lahir, jadi tentukan oleh jumlah tahun yang telah dilalui, umur biologis
ditentukan oleh derajat fungsional dan kondisi tubuh kita,sedangkan umur psikologis
ditentukan oleh tindahkan dan perilaku seseorang tingkat kedewasaan atau kematangan
pribadi orang tersebut.10
Lanjut usia juga sudah dikenal beribu tahun yang lalu oleh umat Kristen, di mana
dalam Alkitab juga dituliskan tentang masa lanjut usia tersebut. Pengarang Amsal bersaksi
”Takut akan Tuhan memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek ( Ams.
10:27). Akan tetapi, para pengarang Alkitab juga mempunyai sudut pandang yang lain.
Walaupun umur panjang disyukuri sebagai berkat, para pengarang Alkitab bersikap realistis,
mereka menyadari bahwa keadaan usia lanjut juga bisa menimbulkan keadaan yang kurang
menyenangkan itu adalah rambut menjadi putih (lih. 1 Sam.12:2; Mzm. 71:18), pengilihatan
menjadi kabur(lih. Kej. 48:10), semua indra lain juga menjadi lemah ( lih. 2 Sam. 19:35),
Kekuatan tubuh menurun (lih. Mzm. 71:9), sendi-sendi kaki pegal dan nyeri (lih. 1 Raj.
15:23), tubuh mudah kedinginan(1 Raj. 1:1). Oleh sebab itu, penulis kitab pengkhotbah
menggambarkan keadaan usia lanjut sebagai ”hari-hari yang malang” dan “tahun-tahun yang
tak ada kesenangan”(Pkh. 12:1). Kemudian pemazmur menulis” Masa hidup kami tujuh
puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaanya adalah kesukaran
dan penderitaan( Mzm. 90:10). Tampak bahwa para penulis Alkitab tidak berat sebelah.
Mereka bersikap realistis. Mereka mensyukuri usia panjang sebagai anugerah Tuhan, namun
mereka menerima kenyataan bahwa usia lanjut bisa disertai dengan berbagai keterbatasaan
gerak, kelemahan fisik serta mental, rupa-rupa penyakit. 11
2.1.2 Gambaran umum menenai perubahan yang dialami oleh Lansia
Pada masa lansia, kemampuan kerja dan kegiatan menurun, hal ini merupakan akibat
dari gabungan penurunan kemampuan fungsi berbagai organ dan sistem yang terdapat di
dalam tubuh kita. Semua organ di dalam tubuh kita mengalami penuaan, sehingga terjadi
perubahan atau kemunduran fungsi-fungsinya seperti penurunan fungsi fisik,psiksis,
sosial,spiritual12
. Perubahan-perubahan ini akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Fakta Fisik Lansia
10
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.7-8 11
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.8-12 12
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara.
7
Perubahan-perubahan fisik yang akan dialami lansia seperti semakin menurutnya
fungsi-fungsi anggota tubuh yaitu penurunan sistem pencernaan. Dimana ketika lansia
mengalami penurunan sistem pencernaan maka makanan akan mulai sulit dikunyah karena
gigi sudah mulai ompong dan mudah terjadi gangguan pada gusi. Air liur menjadi lebih
kental karena berkurangnya produksi kelenjar-kelenjar liur sehingga fungsinya sebagai
pelican makanan juga berkurang. Akibatnya, orang lanjut usia akan selalu memilih makanan
yang lebih lunak sehingga tidak perlu banyak dikunyah. Kadang-kadang ,makanan sukar
ditelan karena otot-otot untuk menelan di daerah kerongkongan juga sudah mulai melemah.
Di samping itu, ujung-ujung (papil) indra pengecap di lidah mulai berkurang jumlahnya,
terutama untuk merasakan yang asin, sehingga biasanya ingin makanan yang lebih asin
padahal ini berbahaya, karena banyak lansia yang menderita penyakit darah tinggi atau
gangguan jantung, yang seharusnya mengurangi konsumsi garam. Indra pengecap menjadi
kurang peka,rangsangan rasa lapar berkurang akibat penurunan fungsi sel-sel kelenjar
percernaan dan berkurangnya pengeluaran asam lambung.13
Ukuran lambung mengecil sehingga daya tampung makanan juga berkurang. Produksi
enzim percernaan juga berkurang sehingga proses metabolism karbohidrat, protein, dan
lemak menjadi kurang baik. Proses penyerap sari makanaan yang terjadi di sepanjang usus
juga menurun sehingga banyak lansia yang seperti kekurangan gizi. Oleh karena itu, kadang-
kadang kita perlu mendapat tambahan vitamin. Keluhan sulit buang air besar karena
pegerakaan usus besar melemah,sisa makanaan lebih lama tertahan dan penyerapan air
berjalan terus sehingga tinja menjadi semakin keras. Disamping itu,otot dinding perut
melemah sehingga kekuatan mengedan juga berkurang. Oleh karena itu, keluhan pasien
wanita lansia tersebut memang sesuai dengan mundurnya fungsi-fungsi saluran cerna dan
pada pemeriksaan fisik memang tidak ditemukan penyakit ataupun kelainan pada saluran
pecernaan.14
Penurunan fisik yang kedua pada lansia yaitu kelemahan otot pada lansia yang
akan berdampak pada keseimbangan yang berimplikasi terhadap timbulnya gangguan
menjalankan mobilitas fungsional sehingga, meningkatkan risiko tejadinya jatuh yang
menyebabkan ketergantungan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sebesar 28-35%
lansia di atas 65 tahun setidaknya jatuh satu kali dalam satu tahun dan meningkat pada usia di
13
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.16-17 14
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.18
8
atas 75 tahun sebesar 32-42%.Jadi, sangat penting bagi lansia untuk menjaga dan memelihara
kekuatan otot15
Penurunan fisik yang ketiga yaitu pernapasan pada proses penuaan, kekuataan otot-
otot pernapasaan melemah, dinding dada menjadi agak kaku, dan daya pegas jaringan paru-
paru berkurang sehingga napas menjadi lebih pendek. Kapasitas paru-paru juga menurun dan
volume udara yang dikeluarkan juga berkurang. Salah satu pintu masuk kuman ke dalam
tubuh kita ialah melalui pernapasan. Pada lansia, daya tahan tubuh sudah melemah dan
produksi antibody (zat untuk melawan racun bakteri) juga sudah menurun sehingga mereka
sangat rentan terhadap infeksi paru-paru, mudah terkena sakit flu, batuk,radang paru-paru,
dan lain-lain. Selain penurunan fungsi paru-paru akibat proses penuaan, ada beberapa faktor
yang dapat memperburuk sistem ini, antara lain kebiasaan merokok. Kelebihan berat badan
atau kegemukan, dankurangnya pergerakan. Oleh karena itu, olahraga penting sekali untuk
menyehatkan pernapasan dan tubuh kita secara keseluruhan.Proses penuaan juga
menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru-paru, pada
lansia ditemukan alveoli menjadi kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-
kapiler yang kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun,maka itu kapasitas
difusi paru– paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh, sehingga
menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi pernapasan.16
Adapun penurunan fisik pada lansia yang keempat yaitu penurunan fungsi ginjal dan
kandungan kemih Lansia akan sering mengeluh buang air kecil dan sulit menahan keinginan
untuk tidak membuang air kecil karena otot-otot di daerah tersebut sudah melemah. Tindakan
pencegahan dengan mengurangi jumlah asupan minum merupakan kesalahan besar karena
hal ini makin mengganggu keseimbangan cairan, bahkan bisa fatal jika terjadi gagal ginjal.
Para lansia juga rentan terhadap infeksi saluran kemih karena adanya sisa air kencing di
kandung kemih dan juga sistem pertahanan tubuh yang mulai menurun.17
Penurunan fisik
terakhir yang dialami oleh lansia yaitu gangguan pengelihatan dan pendengaran merupakan
masalah penting yang menyertai lanjutnya usia. Dengan berkurangnya penglihatan, lansia
sering kehilangan rasa percaya diri, berkurangnya keinginan untuk pergi keluar, dan malas
untuk bergerak. Mereka kehilangan kemampuan untuk membaca dan menonton acara
15
Indah Sampelan, Rina Kundre dan Jill Lolong(2015) Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di desa Batu kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. journal Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 16
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.19 17
Aart Van Beek. Pendampingan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 22
9
televisi, dengan menurunnya pendengaran, ada dampaknya dalam hubungan sosial dengan
orang lain, yaitu mereka menjadi sulit berkomunikasi dengan lancar. Oleh karena itu, para
lansia dianjurkan untuk memakai alat bantu dengar. Kulit menjadi kering dan keriput
sehingga lansia sering mengeluh gatal di sekujur tubuhnya,biasanya ia tidak tahan dengan
udara dingin, kuku menjadi kaku dan tebal, rambut menipis karena banyak yang rontok,
sedangkan yang tumbuh sedikit, uban juga senantiasa bertambah. Keseimbangan terganggu,
sehingga mudah jatuh dan rawan kecelakaan.Dengan adanya kemunduran-kemunduran
fungsi organik ini, biasanya kegiatan lansia menjadi agak terbatas, timbul keluhan-keluhan
yang mengganggu. Akibatnya, produktivitas jadi menurun. Akan tetapi hal-hal di atas tidak
menghalangi lansia untuk tetap hidup sehat bergairah menyongsong hari tua dengan kualitas
hidup sehat dan mempunyai tujuan hidup yang berarti. 18
b. Fakta Psikis Lansia
Perubahan-perubahan psikis yang akan dialami lansia seperti semakin berkurangnya
produksi hormon, Krisis ini disebut sebagai monopause. Monopause adalah istilah
kedokteran yang menyatakan saat di mana seorang wanita mengalami berhentinya haid, yaitu
tidak mendapat haid lagi dalam 12 bulan berturut-turut. Monopause merupakan proses
alamiah yang dialami setiap wanita yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi masa
menopause ini. Bukan saja lansia wanita yang mengalami penurunan hormone ini, lansia pria
pun juga mengalami keadaan yang disebut andropause. Keadaan ini ekuivalen dengan
monopause pada wanita. Berkurangnya hormon terjadi sedikit demi sedikit, tidak mendadak
seperti yang terjadi pada wanita. Tidak ada perubahan-perubahan yang berarti dan tidak ada
gejala-gejala yang spesifik. Memang dari pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa kadar
testosterone (Hormon seksual pria) mulai menurun. Penurunan hormon seperti monopause,
andropause dan proses menua, merupakan perubahan alamiah yang dihadapi oleh semua
orang.Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh. Dimana hormon
merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tertentu dalam tubuh (tidak
semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya mempengaruhi kerja alat-alat tubuh
yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui saluran terbuka keluar,tetapi langsung
disalurkan ke dalam darah melalui perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada
disekitar kelenjar tersebut.19
18
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.20-22 19
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35
10
Penurunan psikis yang kedua yaitu krisis kemunduran fungsi motorik, dimana proses
penuaan jelas terjadi pada fungsi pergerakan, menyangkut seluruh kerangka tulang dengan
otot-otot yang menggerakkanya, terjadi atrofi(menjadi lebih kecil) pada sistem otot, tulang
dan sandi. Atrofi otot menyebabkan otot lengan dan tungkai menjadi lebih kurus dan
mengecil, tenaga berkurang dan melemah, gerakan lebih lamban dan mungkin menjadi agak
kaku. Atrofi juga terjadi pada jaringan ikat sehingga elastisitas (kelenturan) dan kekuatannya
berkurang, dan sendi menjadi kaku.20
Biasanya, lansia mengeluh nyeri tulang dan sendi, nyeri
pinggang, pinggul dan punggung karena persendian yang tidak lentur lagi. Atrofi pada saraf
mengakitbatkan melambatnya kecepatan hanaran saraf, refleks juga menurun sehingga lansia
sering terlambat menggantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, dan
kejadian lainnya yang tiba-tiba atau mendadak. Karena adanya atrofi otot dan saraf, gerakan
menjadi lamban dan kaku, langkah jadi pendek-pendek, dan mudah terjadi gangguan
keseimbangan dan rawan kecelakaan. Daya cengkeram menurun, kekuatan dan ketahanannya
berkurang. Tidak dapat lagi memegang cangkir atau gelas yang berisi air terlalu lama, tidak
dapat memegang dan mengangkat barang berat lagi, kaki tidak dapat menapak dengan kuat,
mudah goyang, dan berdiri pun sudah tidak stabil. 21
Sedangkan penurunan psikis yang ketiga yaitu penurunan fungsi mental, dimana otak
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia sebab pikiran, perasaa, mental, dan jiwa
manusia berpusat di otak. Dengan bertambahnya usia, para lansia menyadari bahwa dirinya
tidak dapat mengingat dengan baik dibandingkan sebelumnya. Proses menua menyebabkan
terjadinya gangguan kognitif, yang jelas terlihat pada daya ingat dan kecerdasan. Fungsi
kognitif ialah proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasaan,
yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanan, dan pelaksanaan. Jadi dengan
bertambahnya umur, sebagian besar lansia mengalami kemuduran daya ingat dan merupakan
hal yang wajar jika lupa menaruh kaca mata, lupa nama tempat, lupa nama orang, lupa
menyimpan kunci, kemudian tanpa dibantu atau dengan bantuan penjabaran fungsi atau
bentuk dari hal yang dilupakan. 22
c. Fakta Sosial Lansia
20
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara. 21
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.29-35 22
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.45-47
11
Lansia akan mengalami proses perubahan dalam bidang sosial seperti lansia merasa
tidak nyaman jika berada di tempat baru, lansia juga tidak merasa nyaman jika adanya
perubahan jadwal dalam dirinya, contohnya lansia tidak lagi dapat mengatur jam mandinya
sendiri makan siang, menonton televisi dan kegiataan rutin lainnya yang ketiga yaitu,
perubahan dalam hal daya beli karna pengasilan sudah semakin berkurang lansia lebih
banyak memikirkan matang-matang apa yang harus dibelinya. Lansia ada kemungkinan
bahwa sebagai lansia kita hanya berorientasi pada diri sendiri. Akibatnya, selalu ingin
menjadi pusat perhatian dan berharap untuk dilayani. Kita jadi sering mengeluh tentang
kesehataan dan membesar-besarkan penyakit ringan yang kia derita.23
Lansia tetap minat terhadap penampilan. Tetapi sebaliknya, lansia yang tetap aktif
dalam kegiataan sosial akan tetap merawat diri agar penampilannya lebih menarik dan ingin
kelihatan tetap muda. Daya penyesuaian diri yang sudah lemah ini harus ditingkatkan dengan
dukungan semua pihak karena lansia sulit untuk menyesuaikan diri,peran keluarga dan teman
agar lansia dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan ini sangatlah penting.
Lansia harus dianjurkan tetap mengikuti kegiatan sosial, berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan tanpa menyesali masa lampau. Menikmati setiap kegiataan meskipun mungkin
terasa membosankan karena sifatnya yang berulang-ulang. Kita harus bersyukur karena
mempunyai teman untuk berbagi lansia dapat menerima perubahan-perubahan ini. 24
d. Fakta Spiritual Lansia
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam
kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri.
Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan
kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati
serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Perkembangan spiritual yang rendah dianggap sebagai
area ketidak mampuan perkembangan spiritual, ini di sebabkan oleh pengalaman hidup
negatif pada masa lampau, keyakinan inti negatif, asumsi negatif, bias harapan, evaluasi diri
negatif dan ketidak percayaan diri.25
23
Jeklin Linda Tambariki,(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di membe, Kabupaten Minahasa Utara. 24
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.82-84 25
Jacob Daan Engel. Nilai Dasar Logo Konseling,(Kanisius,2014),hal.31
12
Para lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiataan agama dan berusaha
untuk mengerti nilai-nilai agama yang lebih lagi dari pada masa mudanya. Hal ini
disebabkan karna lansia ingin mendapatkan jawaban atau mendapatkan kekuatan ketika
menghadapi stres, emosional, penyakit fisik, atau kematian. Contohnya seperti waktu masih
muda, kita jarang memikirkan kematian. Pada waktu usia lanjut, kita mulai sering berpikir
tentang kematian, hal itu adalah wajar. Kalau berpkir tentang kematian, biasanya kita
cenderung mendua(ambivalen). Di satu pihak merasa senang karena akan kembali ke rumah
bapa di surga. Tetapi di lain pihak merasa sedih karena akan berpisah dengan orang-orang
yang dicintai. Di satu pihak kita merasa siap jika dipanggil Tuhan tetapi di lain pihak merasa
takut yang sama pada semua lansia adalah bahwa di dalam hati kecilnya, atau di lubuk
hatinya yang paling dalam, ada sebuah permintaan, Tuhan kalau boleh, aku meninggal tanpa
menderita lebih dulu. Sehingga ada waktu untuk pamit, ingin sadar secara mental, bebas dari
rasa sakit, dan dipanggil Tuhan dalam damai dan tenang. Pada dasarnya, lansia takut mati
karena sakit dan takut mati tanpa ada yang tahu. Kematian sesungguhnya sudah pasti akan
terjadi hanya saja tidak pernah diketahui dengan tepat, kapan saat itu datang. Akhir dari
rangkaian kehidupan di dunia ini merupakan hak Tuhan. Sehingga untuk mengahadapi masa
persiapan kematiannya parah lansia spiritualnya tidak mengalami penurunan.26
2.2.Konseling Pastoral
2.2.1.Definisi Konseling Pastoral
Konseling pastoral pada hakekatnya dipandang sebagai suatu proses pertolongan yang
rohani bagi orang Kristianikarena upaya pertolongan melalui konseling pastoral didasarkan
atas dan berakar dalam tugas penggembalaan seorang Pendeta, karena tugas-tugas itu telah
berkembang selama beberapa abad dan terus berkembang sebagai reaksi terhadap tuntutan
Firman Allah dan kebutuhan-kebutuhan manusia. Untuk lebih mengerti arti ”Konseling
Pastoral”, kita perlu memperhatikan istilah” Konseling” dan istilah “pastoral”.
Istilah “Kounsellor” sudah dipakai dalam Perjanjian Lama seperti dalam Kitab 1
Tawarikh 27:32: dan juga Yesaya 9:5. Sedangkan dalam perjanjian Baru sering disamakan
dalam hubungan dengan Roh Kudus yang mempunyai pengertian lain sebagai penghibur.
Sampai sekarang ada banyak defenisi konseling yang diungkapkan para ahli sesuai sudut
pandang masin-masing. Walaupun demikian, di samping perbedaan-perbedaan yang ada
disana sini, ditemukan juga persamaan-persamaan pengertian yang dijumpai di dalam
26
Hanna Santoso dan Andar Ismail.Memahami Krisis lanjut Usia,(Gunung Mulia,2012), hal.88-89
13
defenisi-defenisi konseling tersebut. Misalnya, semua ahli setujuh bahwa konseling biasanya
merupakan proses pertolongan psikologis yang terbatas karena usaha pertolongan yang intens
dan mendalam sudah lama menjadi bidang psikiatri apabila sudah disertai dengan
pengobatan. Seandainya tidak ada pembagian yang jelas antara tangung- jawab psikiater
dengan konselor, maka sudah tentu usaha menolong dengan cara konseling tidak mungkin
dapat dilakukan dengan baik dan benar. Dengan kata lain, bila upaya dan pelayanan psikiater
dan konselor adalah jelas, masing-masing menghargai batas-batas pertolongannya. Kemudian
persamaan yang lain ialah dalam hal terbatas pertolongan konselor. Para ahli sependapat
bahwasannya konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena mereka menggap bahwa
keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan sendiri oleh konseli yang
bersangkutan. Dengan demikian konselor menghargai konseli sepenuhnya, dan menghargai
kemampuan yang ada dalam diri konseli.27
Jika kita hendak memberi jawab terhadap pengertian konselin dari apa yang sudah
terurai secara singkat di atas, demikian bahwa konseling adalah proses pertolongan yang ada
hakekatnya adalah psikologis antara seorang penolong dengan seorang beberapa orang yang
ditolong. Melalui proses itu, diharapkan konseling dapat memperoleh kekuatan baru,
wawasan yang baru untuk memahami dan jika mungkin mengatasi permasalahan yang di
hadapinya. Jika sudah jelas, secara gampang dapat dikatakan bahwa konseling pastoral
adalah konseling plus pastoral, jadi konseling pastoral itu sendiri dapat dikatakan memiliki
cakupan yang lebih lengkap dari konseling” pastoral “terhadap konseling itu sendiri, bukan
memperluas dan bukan juga mempersempit konseling karena memang yang disumbangkan
oleh “pastoral” terhadap konseling adalah dimensi-dimensi rohaniah dan suatu perspektif
menyeluruh seperti sudah dikatakan.28
Berbeda dengan psikoter pendampingan pastoral
diarahkan untuk menjadi sarana karunia Allah. Keselamatan individual dan kelompok adalah
sasarannya. Namun, sama seperti defenisi “ kesehatan “, defenisi “keselamatan” juga sangat
bervariasi. Pelayanan pastoral lebih dipengaruhi oleh konteksnya, namun konteks selalu ada
dalam semua bentuk hubungan pelayanan.29
2.3.Peran Konseling Pastoral Terhadap Lansia
27
Aart Martin Van Beek.Konseling Pastoral sebuah buku pengangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.3-5 28
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.6 29
Jhon C. Hoffman.Permasalahan Etis Dalam Konseling,( Kanisius 1993), hal. 26
14
Konseling pastoral sebagai disiplin praktis seharusnya mempunyai manfaat yang berbeda
didalam, setiap situasi yang berbeda. Kebudayaan, keadaan dan kepribadian setiap konseli
memang berlainan sehingga pedekataan kita perlu disesuaikan. Howard Clinebell, seorang
ahli konseling pastoral telah mengusulkan6 fungsi konseling pastoral yaitu:
1. Fungsi Membimbing
Para konseli di Indonesia cenderung untuk mengharapkan fungsi ini dari proses
pertolongan. Mereka ingin diberi jalan keluar. Sayang sekali para konselor terlalu sering
sanggup untuk memberikan nasehat yang setengah matang, dan tidak mampu memenuhi
harapan itu. Sepatutnya fungsi membimbing ini muncul dalam usaha menolong konseli untuk
mengambil keputusan- keputusan mengenai hidupnya sendiri keputusan mengenai profesi
yang dipilih, mengenai teman hidup yang cocok dan seterunya. Ternyata acapkali kehidupan
memaksa kita untuk mengambil keputusan dalam menghadapi dilemma yang kompleks
sekali. Untuk menghindari saran-saran dari konselor yang belum dipertimbangkan secara
mendalam, sebaiknya konselor bersama konseli meneliti semua alternative secara lengkap.30
2. Fungsi Memperbaiki hubungan
Hampir semua persoalan konseli sedikit banyak menyangkut hubungan dengan oran lain.
Jikalau hubungan itu tidak perhatikan oleh konselor pelayanannya dapat menjadi tidak
relevan. Oleh sebab itu( Khususnya di Indonesia) kita membutuhkan fungsi konseling
pastoral yang menjamin konselor itu bercimpung dalam menyelesaikan ketegangan yang
timbul dalam hubungan itu. Kesulitan komunikasi biasanya merupakan persoalan yang paling
mendasar. Konselor tidak memihak kepada konseling atau sebaliknya anggota-anggota
keluarganya atau temannya. Dalam menolong proses komunikasi, semua orang yang terlibat
menjadi konseli, Kita menjadi perantara yang netral, perantara yang berkewajiban untuk
secara terus menerus membuka jalur komunikasi timbal balik. Perbaiki komunikasi ini tentu
perlu disesuaikan dengan keadaan dan kebudayaan para konseli. Penting sekali semua konseli
menerima konselor sebagai perantara, apalagi sebagai perantara yang harus tegas, walaupun
tidak keras.31
3. Fungsi Menopang
30
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11 31
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11
15
Konseli yang menghadapi krisis psikis atau penderita yang diserang oleh rasa sakit yang
tajam sekali sulit di ajak berbiacara melalui percakapaan yang mendalam. Pada umunya
konselor dan konseli hanya dapat memfokus pada masalah inti. Tanggapan-tanggapan dari
konselor adalah singkat, tepat dan menekankan perasaan konseli. Kehadiran yang baik dan
komunikasi non-lisan dari konselor banyak menolong sebab biasanya konseli sangat
gelisah.32
Fungsi menopang merupakan salah satu aspek dari perspektif penggembalaan yang
menekankan “standing by” (pendampingan). Penopangan berkaitan dengan segala situasi
yang tak dapat berubah, atau paling sedikit tidak bias diubah untuk saat ini. Dalam hal ini
sustaining berasal dari kata sustenance, yang artinya “menjaga agar tetap hidup”. Sustaining
merupakan pelayanan yang dilakukan dengan cara memberi dukungan (support) dan
dorongan (encouragement) melalui pendampingan ketika sesuatu telah hancur atau tidak
berfungsi sehingga tidak memadai terhadap seluruh restorasi situasional. Pelayanan
pendampingan dominan dalam dua macam situasi yaitu ketika orang mengalami shock dan
kehilangan (berpisah dengan orang yang sangat dikasihi), sedangkan situasi yang kedua yaitu
pada situasi kerusakan yang tak dapat diubah (irreversible) atau mengalami degenerasi :
penyakit kanker yang tak bisa dioperasi. Dalam hal ini pelayanan dilakukan untuk menghibur
(comfort) serta mendukungnya dalam situasi yang dihadapi. Selain itu pendampingan
direfleksikan dengan memberikan harapan yang sifatnya eskatologis sebagai konsekuensi
hidup orang Kristen agar memperoleh kesempatan dari Tuhan yang sanggup merestorasi
keadaannya.
4. Fungsi Menyembuhkan
Konseli sering mempunyai perasaan yang belum pernah diungkapkan secara lengkap.
Barangkali dia pernah mengalami suatu trauma psikis seperti kehilangan seseorang atau
pernah menyaksikan sesuatu yang mengerikan seperti perang atau pembunuhan-pembunuhan
atau mengalami kecelakaan bis. Atau ia merasa bersalah karena pernah melakukan sesuatu
yang etis terhadap teman hidupnya, padahal teman hidup itu sudah tidak ada lagi. Atau dia
menyimpan rasa dendam tanpa habisnya. Fungsi menyembuhkan dari konseling pastoral
dapat menolong konseli untuk menyembuhkan hatinya. Tidak jarang tekanan batin konseli
32
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11
16
menimbulkan penyakit psikosomatis sperti colitis atau penyakit jantung, penyakit maag dan
sebagainya, Doa yang singkat sesudah percakapan selesai biasanya ikut menolong.33
5. Fungsi Mengasuh/ memelihara
Diharapakan bahwa konseli akan berkembang dan terus menerus menjadi dewasa didalam
menghadapi masalah-masalah hidup. Seharusnya konselor tidak hanya punya tujuan
meringankan penderitaan konseli untuk sementara saja dengan resiko besok masalahnya
kembali lagi, tetapi konselor perlu memperkuat konseli. Fungsi ini sebenarnya hamper selalu
dapat keluar dalam konseling. Itu alasanya untuk tidak terlalu banyak menesehati konseli dan
untuk menegaskan tanggung jawab konseli dalam menolong diri sendiri. Apabila konseli
tidak membutuhkan kita lagi, kita sudah berhasil. Jangan konselor menciptakan
ketergantungan konseli pada diri konselor, sebab itu hanya membuat konseli lebih lemah.34
6. Fungsi Mengutuhkan
Fungsi mengutuhkan adalah fungsi pusat karena sekaligus merupakan tujuan utama dari
pendampingan pastoral, yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek
kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental dan spiritual. 35
penggembalaan dan konseling
pastoral adalah pemanfaatan hubungan antara seseorang dan orang lainnya di dalam
pelayanan. Hubungan itu dapat berupa hubungan satu orang tertentu dengan satu orang
lainnya atau dalam suatu kelompok kecil. Hubungan itu memungkinkan timbulnya kekuataan
dan pertumbuhan yang menyembuhkan baik dalam diri orang-orang yang dilayani tersebut
maupun di dalam relasi-relasi mereka. Konseling pastoral adalah suatu fungsi yang bersifat
memperbaiki, yang dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi
pertumbuhannya. Pengembalaan dan konseling baru bersifat holistik (menyeluruh), artinya
berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan manusia dalam
dimensinya. Model itu berorientasi pada sistem-sistem, artinya keutuhan orang dilihat dalam
33
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.10
34 art Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di
Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.11 35
Aart Martin Van Beek. Konseling pastoral( sebuah buku pegangan bagi para penolong di Indonesia,(Sw Agustus 1987),hal.12
17
keterlibatannya dalam segala hubungan-hubungannya yang penting dan saling
ketergantungannya dengan orang-orang, kelompok-kelompok dan institusi-insitusi.36
Dengan cara menolong orang belajar memperkembangkan kekuataan dan kehidupan iman
dan nilai-nilainya serta memperkembangkan hubungan mereka dengan Roh pengasih alam
semesta, kini dan di sini. Dalam kelompok-kelompok pertumbuhan seperti itu, orang akan
dapat menemukan dimensi-dimensi baru dari keutuhan hidup yang dapat diperkembangkan
dalam tahap mereka sekarang ini. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan-
hubungan perilaku sering mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam perasaan-
perasaan dan sikap-sikap yang penting. Karena itu konseling pastoral bertujuan untuk
membantu orang menghadapi masalah-masalah mereka yang mendesak secara konstruktif,
mengambil keputusan-keputusan, memikul pertanggungjawaban-pertanggungjawaban, dan
memperbaiki perilaku mereka yang menyakiti diri sendiri dan orang lain; tetapi juga sama
pentingnya, yakni membantu mereka mengungkapkan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan
pemahaman-pemahaman akan diri mereka sendiri, yang merintangi pertumbuhan mereka
sehingga akan memperoleh kekuatan, kemantapan, harga diri dan semangat untuk mengatasi
krisis-krisis di masa mendatang.37
III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini penulis mendeskripsikan dan menganalisa tentang peran konseling
pastoral bagi lansia dipanti Whreda Mandiri Jaya Salatiga.
3.1 Gambaran Lapangan Data
Lansia adalah usia yang boleh dikatakan tidak produktif lagi. Kebutuhan dasar lansia
yaitu teman curhat karena lansia menyadari bahwa dia sudah tidak produktif lagi dalam hal
tidak dapat mencari uang, tidak dapat memberi keturunan atau lebih tepatnya dia tidak dapat
melakukan hal-hal yang menjadi kebutuhan manusia sehingga lansia sering merasa
kehadirannya tidak dibutuhkan lagi oleh orang-orang terdekatnya38
. Di panti Wherda yang
merupakan panti untuk para lansia yang berdiri mulai 1995 dengan tujuan awal untuk
36
Howard Clinebell.tipe-tipe pendampingan dan konseling pastoral,(Yogjakarta Kanisius 2002),hal32- 36
37 Howard Clinebell.tipe-tipe pendampingan dan konseling pastoral,(Yogjakarta Kanisius 2002), hal 37-
45 38
Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16September 2015 pukul 09.00 WIT
18
membantu panti salib putih, mempunyai 15 orang lansia, yang terdiri dari 7 laki-laki dan 8
wanita. Para pasien ini berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Di panti Whreda ada 4relawandengan pembagian shift, 3 tenaga kerja bekerja dari jam
06.00 sampai dengan jam 12.00, sedangkan 1 orang tenaga kerja bekerja dari jam 12.00
sampai dengan jam 15.00. Adapun kegiatan yang dilakukan tenaga kerja dari jam 06.00
sampai jam 09.00 yaitu memasak dan mempersiapakan makanan untuk para lansia,
sedangkan pada jam 10.00 relawan memberikan makan kepada lansia, sehabis lansia makan
barulah para relawan melanjutkan tugas mereka membersihkan kamar-kamar
lansia,memandikan para lansia dan tugas terakhir relawan yang bershift pada jam 06.00
sampai dengan jam 12.00 yaitu menyunci baju lansia. Sedangkanpada jam 12.00 sampai
dengan jam 15.00 kegiatan yang dilakukan oleh relawan yaiturelawan mempersiapkan
minum sore seperti teh dan juga roti, setelah itu relawan memasak untuk makan malam para
lansia.Kegiatan-kegiatan ini yang rutin dilakukan oleh para relawan setiap hari senin sampai
jumat di panti Wherda.39
Panti inipun mempunyai seorang ibu asrama yang selalu menjaga
pasien 24 jam, adapun kewajiban dari ibu asrama yaitu mengontrol, mengatasi, melindungi
dan menyelesaikan setiap permasalahan yang di alami oleh setiap lansia maupun relawan
yang melayani dipanti Wherda. Adapun kegiatan rutin yang dipimpin oleh ibu panti yaitu
melakukan ibadah bersama bagi lansia dan relawan yang diadakan setiap hari Sabtu pada jam
09.00. Ibadah gabungan ini dimulai dengan menyanyi, doa untuk renungan, renungan,
menyanyi dan doa penutup. Ibu asrama pun mempunyai kewajiban pada hari Jumat sampai
dengan hari Sabtu yaitu mengerjakan setiap tugas dari relawan karena relawan panti Wherda
hanya bertugas sampai hari jumat40
.
Lansia dipanti Wherda juga mendapatkan konseling pastoral dari konselor yang di
tugaskan dipanti Wherdadengan jadwal pertemuan yaitu setiap hari selasa, jam 10:00 sampai
jam12.00.Dalam konseling pastoral tersebut adapun kegiatan yang dilakukan seperti
menanyakan keadaan lansia, ketika lansia mempunyai permasalahan lansia secara otomatis
menceritakan permasalahan kepada konselor sehingga konselor hanya mendengarkan cerita
para lansia, setelah itu konselor memberikan arahan melalui alternatif yang kereatif, seperti
istilah yang sering disebut penyembuhan luka batin, cara ini dianggap berhasil oleh konselor
jika terapkan di panti Wherda sehingga sering diterapkan di panti Wherda. Penyebuhan luka
batin ini dilakukan dengan cara konselor menyiapkan sebuah bangku kosong dan meminta
39
Hasil wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19September 2015 pukul 11.00 WIT 40
Hasil wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19September 2015 pukul 13.00 WIT
19
lansia untuk menganggap bangku kosong itu sebagai orang yang membuat luka batin kepada
lansia, sehingga lansia boleh berkata apa saja kepada bangku kosong itu, setelah lansia sudah
merasa lega dengan isi hati yang sudah diungkapkan melalui bangku kosong maka konselor
memberikan arahan sehingga lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang
sedang dihadapi. Setelah lansia dapat memutuskan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi,
pastoral menutup konseling pastoral dengan doa41
. Menurut para lansia, waktu satu minggu
sekali adalah waktu yang tidak cukup untuk proses konseling, mengingat bahwa dengan
keterbatasanya waktu yaitukonseling pastoral hanya berlangsung dari jam 10.00 sampai
dengan jam 12.00, sedangkan ada 15 lansia yang juga harus di lanyani.42
Adapun kegiatan yang sering dilakukan oleh tim pastoral pada lansia yaitu tim pastoral
bertanya kabarmereka, apa yangmereka rasakan, apa yang menjadi keinginan mereka, apa
yang menjadi masalah mereka, setelah itu mereka bercerita (sering) dan selalu ditutup dengan
doa. Jadi menurut para lansia konseling pastoral yang di lakukan dengan ibadah lebih bersifat
pemberian nasehat dan bukan untuk berbagi masalah ataupun pengalaman para lansia. Para
lansia merasa kurang ada hubungan pribadi dengan konselor karena konselor hanya
memberikan ibadah, hal itu yang menyebabkan tidak adanya keterbukaan dari lansia kepada
konselor.43
Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh para lansia dipanti wherda yaitu, setiap
pagi mereka melakukan doa bersama dengan teman sekamar dan juga biasanya mereka
duduk bercerita dan saling berbagi pengalaman bersama, setelah itu mereka melakukan
aktifitas seperti biasanya yaitu, mandi, makan, dan beristirahat. Tidak ada kegiatan yang
diharuskan panti untuk dilakuakan bersama, sehingga mereka bebas melakukan apa saja
sesuai dengan keinginan mereka, kecuali hari hari sabtu barulah mereka bersama-sama
mengikuti ibadah bersama.44
Berdasarkan hasil penelitian, kunjungan dari keluarga dan anak-
anak para lansia dipanti Whreda sangat kurang,hal ini terlihat dariwaktukunjungan dari
keluarga dan anak-anak para lansia. Ada 2 orang lansia yang hanya dalam jangka waktu satu
tahun sekali di kunjungi,sedangkan 13 lansiatidak mendapat kunjungan sama sekali.Keluarga
maupun anak-anak lansia kebanyakan mereka hanya mengirimkan uang kepada orang tua
mereka melalui ibu asarama.hal yang ini yang menurut para lansia membuat mereka merasa
stres karena lansia merasa kurang diperhatikan dan kurang adakasih sayang dari keluarga.45
41
Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT 42
Hasil wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT 43
Hasil wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT 44
Hasil wawancara dengan Bapak YK(inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT 45
Hasil wawancara dengan Bapak YK(inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT
20
3.2 Persoalan-Persoalan Yang Dihadapi Oleh Lansia Di Panti Wherda
Adapun beberapa persoalan yang terjadi pada lansia di panti wherda akibat krisis manula
seperti persoalan perubahan bentuk fisik, psikis,sosial dan spiritual lansia. Perubahan fisik
yang terjadi yaitu lansia dipanti Wherda mengalami kelemahan tubuh,hal ini menyebabkan
lansia sudah tidak kuat lagi melakukan aktifitas yang berlebihan. Lansia juga mengalami
perununan berat badan sehingga lansia hanya berharap pada relawan di panti untuk
mengurus mereka dengan memberi makan, memandikan dan mengurus semua keperluan
mereka. Kelemahan tubuh lansia juga terlihat dari penurunan sistem pencernaan makanan,
makanan akan mulai sulit di kunyah karena gigi sudah tidak dapat mengunya dengan
baik,maka itu relawan selalu menyediakan makanan yang lebih lunak sehingga tidak perlu di
kunyah.
Adapun perubahan Psikis lansia di panti Wherda yaitu yang berkurangnya produksi
hormon, krisis ini di sebut sebagai monopause, sedangkan untuk para pria penuruan hormone,
yang di sebut andropause.Ditahap ini lansia di panti Wherda mulai mengalami kelemahan
otot-otot tubuh sehingga gerak tubuh mereka semakin melambat dan kaku, lansia juga
mengalami kemunduran daya ingat, sehingga mereka sering melupakan kejadian-kejadian
yang telah berlalu dan juga sering melupakan apa yang harus lansia lalukan. Lansia juga
sering melupakan barang-barang yang mereka simpan.
Persoalan sosial yang terjadi pada lansia di panti wherda yaitudimana lansia mengalami
proses perubahan sosial dengan lingkungan baru, yang biasanya mereka tinggal di rumah
sendiri dan leluasa melakukan segala hal sekarang mereka harus hidup di tempat yang baru
dengan suasana baru, lingkungan baru, dan dengan orang-orang baru dengan begitu banayak
peraturan yang harus mereka lakukan, terkadang membuat mereka merasa tidak nyaman dan
ingin kembali ke rumah mereka sendiri. Perubahan lain yang dialami oleh para lansia yaitu
kekurangan penghasilan sehingga mereka tidak dapat membeli apapun yang mereka
inginkan, mereka harus benar-benar memilih kebutuhan apa yang memang benar-benar
mereka butuhkan, hal ini juga yang mengakibatkan banyak lansia yang tidak memperhatikan
penampilan mereka, sehingga apa adanya saja, terkecuali beberapa lansia yang masih
memperhatikan penampilan mereka agar tetap terlihat menarik. Namum sampai pada saat ini
mereka dapat menerima keadaan panti dan tetap menetap dipanti walaupun mungkin mereka
kurang merasa nyaman.
21
Sedangkan persoalan spritualitas para lansia dipanti whreda yaitu dalam masa senja lansia
sangat membutuhkan penguatan dalam diri lewat hubungan mereka dengan Tuhan lewat
ibadah-ibadah yang sering dilakukan dipanti, namun yang sering terjadi walaupun panti ini
adalah panti Kristen namun kegiatan rohani seperti ibadah-ibadah sangat kurangkarena
ibadah bersama hanya dilakukan setiap sabtu pagi, sedangkan hari-hari biasa mereka tidak
diwajibkan untuk berdoa bersama sehingga mereka berdoa secara pribadi sendiri-sendiri di
kamar mareka, tetapi adapun lansia yang tidak sempat berdoa sama sekali. Hal ini yang
mengakibatkan hubungan spiritual para lansia sangat kurang.46
3.3 Analisa pelaksaanaan konseling pastoral bagi lansia dipanti Wherda Mandiri Jaya
Salatiga
Konseling pastoral artinya seseorang yang siap kapan saja untuk melakukan pelayanan yang
bisa memberikan suatu kelegaan dan memberikan sesuatu keringanan kepada konseli itu
sendiri.Konseling itu berarti siap untuk menemani dalam hal mendengarkan keluhan konseli
atau pada saat konseli membutuhkan penopangan dalam doa. Tetapi sesuai hasil penelitian di
lapangan penulis menemukan fakta bahwa jadwal konseling pastoral dipanti Wherda hanya
berlansung dengan jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap
hari selasa, waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkankecemburuan sosial
antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling pastoral.
Berdasarkan teori Aart Van Beek, konselor tidaklah selalu menasehati konseli, karena
mereka menganggap bahwa keputusan mengenai arah hidup konseli haruslah ditentukan
sendiri oleh konseli yang bersangkutan, sehingga konselor menghargai konseli sepenuhnya
dan menghargai kemampuan yang ada di dalam diri konseli. Teori ini sesuai dengan hasil di
lapangan di mana penulis menemukan, konselor dipanti Wherda menganggap tugas utama
dari seorang konseling pastoral adalah menjadi pendengar yang baik. Sehinggapelayanan
yang diberikan adalah kehadiran konselor bukan mau memberikan pelajaran tetapi sebagai
ibaratnya menjadi tong sampah,yang berarti konselor siap untuk menjadi wadah bagi lansia
atau konseli untuk membuang sampah-sampah dalam arti semua keluh kesah dalam dirinya
dikeluarkan dan seorang konselor hanya menjadi pendengar. Proses ini terlihat ketika
konseling pastoral yang dilakukan oleh konselor dipanti Wherda dimulai dengan melakukan
ibadah atau berdoa pribadi, lalu tim pastoral mengadakan penyembuhan luka-luka batin,
dengan cara membuat kursi kosong sehingga konseli dengan bebas menceritakan berbagai
46
Hasil wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19September 2015 pukul 13.00 WIT
22
konflik yang terjadi, dalam bentuk kursi kosong di situ tim pastoral mau mereka melepaskan
setiap beban yang ada pada diri mereka, sedangkan konselor hanya cukup mendengarkan,
adapun alternatif lain yang digunakan konselor dipanti Wherda.47
Howard Clinebell, mengatakan bahwa konseling pastoral dikatakan berhasil jika
konselor mampu melakukan 6 fungsi konseling pastoral yaitu fungsi membimbing, fungsi
memperbaiki hubungan, fungsi menopang, fungsi menyembuhkan, fungsi mengasuh atau
memelihara dan fungsi mengutuhkan.Menurut penulis, dari hasil penelitianpelaksanaan
konseling pastoral bagi parah lansia dipanti Wherda tidak berhasilkarena walaupun tim
pastoral sudah melakukan konseling pastoral dengan cara yang kreatif dan mudah diterima
oleh parah lansia yaitu melalukan teknik kursi kosong seperti yang sudah dijelaskan diatas,
tetapi karena kendala kurangnya kepercayaan konseli terhadap konselor sehingga sering
dalam proses konseling pastoral terjadinya penipuan masalah yang dilakukan oleh konseli
sehingga keenam fungsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik dipanti Wherda.
IV. Kesimpulan dan Saran
Konseling pastoral sangatlah penting untuk para manula karna dengan adanya
konseling pastoral mereka dapat tertolong untuk mengobati setiap masalah-masalah yang ada
dalam diri mereka, dengan adanya konseling pastoral diharapkan manula saling membangun
hubungan relasi yang baik dengan sesama manula, dengan adanya konseling pastoral manula
dapat dibimbing dan diarahkan agar merekadapat mempersiapkan diri menghadapi akhir
hidup mereka.Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa peran
konseling pastoral bagi lansia di panti Wherda Mandiri Salatigatidak sepenuhnya berhasil
karena dalam proses kegiatan konseling pastoraltidak mencapai tujuan konseling pastoral
yang sebenarnya yaitu membantu lansia menemukan jalan keluar bagi persoalan yang sedang
di alami atau dapat di katakan konseling pastoral tidak terealisasikan. Berdasarkan hasil
penelitian,konseling pastoral yang dilakukan dipanti Wherda itu hanya bersifat prosedural
saja atau hanya bersifat formal, sehingga fungsi-fungsi konselingpastoral itu tidak
berlangsung dengan baik, disebabkan oleh waktukonseling yang terlalu singkat karenadalam
jangka waktu seminggu sekali, yang tepatnya dilakukan konseling setiap hari selasa,pada
jam10.00 sampai jam 12.00. Waktu konseling yang sangat minim ini yang menimbulkan
kecemburuan sosial antara para lansia karena tidak semua lansia mendapatkan konseling
pastoral, sehingga hal tersebut juga yang membuat manula tidak mempunyai kedekatan batin
47
Hasil wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT
23
dengan konselor, dengan alasanitu menyebabkan kurangnya kepercayaan konseli dalam
menceritakan masalah yang sedang dialami kepada konselor. Adapun alasan lain mengapa
fungsi-fungsi pastoral kurang berlangsung dengan baik yaitu disebabkan juga oleh kegiatan
yang berlangsungdipanti Wherda lebih bersifat ibadah dananak-anak dari lansia tidak
mengunjungi lansia sehingga terjadinya stress pada lansia dan juga relawan panti yang
menganggap bahwa tugas mereka hanyalah untuk membersihkan panti, mempersiapkan
makan maupun menjaga kebersihan lansia, padahal tugas terpenting mereka adalah
mendengar lansia.
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang disampaikan
kepada panti Wherda yaitudiharapkan panti Wherda memperbanyak kegiatan untuk para
lansia, kegiatan itu sepertimelakukan ibadah bersama setiap malam, olah raga bersama agar
para manula tidak merasa jenuh dan juga dapat memperat hubungan antara manula satu dan
yang lain.
Daftar Pustaka
A. Jurnal
Ganzevoort, R.R. (2010). Minding the Wisdom of Ages: Narrative Approaches in Pastoral
Care of the Elderly. Journal of Practical Theology, Vol. 331-340
Manthei, R. and Nourse, R. (2012). Evaluation Of a Counselling Service for the Elderly.
Journal of Counselling , Vol. 32(2)
Suprapto, H. U.H.(2013). Konseling logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup
lansia.Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, Vol. I (2), 190-198.
Febriani Patandianan R,Herlina I. S. Wungouw dan Sylvia Marunduh.( 2015). Pengaruh
Latihan Beban terhadap Kuatan Otot Lansia, Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume
3, Nomor 1.
Nur Asniati Djaali dan Dra Nursiah Sappaile. (2013). A Systematic Review: Group
Counselling for Older Peoplewith Depression. 2nd International Seminar on
Quality and Affordable Education (ISQAE.
Jeklin Linda Tambariki.(2015) Latihan fisik dan kualitas hidup pada lansia di kecamatan di
membe, Kabupaten Minahasa Utara.
B. Buku
Capps, Donald. Penggunaan Alkitab Dalam Konseling Pastoral. Yogjakarta: Kanisius, 1999.
24
Collins, Dr. Gary R. Konseling Kristen Yang Efektif. Malang: Seminari Alkitab Asia
Tenggara, 2001.
Clinebell, Howard. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral. Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
Crabb, Larry. Konseling yang Efektif dan Alkitabiah. Diterjemahkan oleh Dra. Agnes M.
Frances. Yogyakrta: PBMR ANDI, 1995.
Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Model Logo Konseling Untuk Memperbaiki Low Spritiual Self-
Esteem.Yogyakarta: Kanisius 2014.
Engel, Dr. Jacob Daan, M.Si. Nilai Dasar Logo Konseling. Yogyakarta: Kanisius 2014.
Gerkin, Charles V. Konseling Pastoral Dalam Transisi. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Hoffman, John C.Permasalahan Etis dalam Konseling. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Nazir, M. Metode Penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Santoso, Hanna dan Ismail, Andar.Memahami Krisis Lanjut Usia. Gunung Mulia: Jakarta,
2012.
Van Beek, Aart.Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.
Van Beek,Aart Martin. Konseling Pastoral Sebuah Buku Pegangan Bagi Para Penolong di
Indonesia . Satya Wacana: Semarang, 1987.
Van Beek, Aart Martin. Pendampingan Pastoral. Jakarta: Gunung Mulia, 1999.
Wiryasaputra, Totok S. Pengantar Konseling Pastoral. Yogyakarta: Diandra Pustaka
Indonesia, 2014.
Narasumber:
Wawancara dengan Ibu RP (inisial), 16 September 2015 pukul 09.00 WIT
Wawancara dengan Ibu TN (inisial), 19 September 2015 pukul 11.00 WIT
Wawancara dengan Ibu VT (inisial), 19 September 2015 pukul 13.00 WIT
Wawancara dengan Bapak YK (inisial),17 September 2015 pukul 09.00 WIT
Wawancara dengan Bapak Ibu DB (inisial),18 September 2015 pukul 09.00 WIT
Wawancara dengan Bapak Bapak RC (inisial),18 September 2015 pukul 11.00 WIT