Upload
others
View
23
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERAN TAKMIR MASJID
DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS DI MASJID AL-MAKMUR DESA CUKIL
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019)
Disusun Oleh:
DWI VITROTUL ISLAMI
12010150047
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
PERAN TAKMIR MASJID
DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS DI MASJID AL-MAKMUR DESA CUKIL
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019)
Oleh:
DWI VITROTUL ISLAMI
12010150047
Tesis ini diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan
Salatiga, 28 Agustus 2019
Pembimbing Tesis
Dr. Supardi, S. Ag, M.A.
iii
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGRAM PASCASARJANA Jl. Tentara Pelajar No.02 (0298) 323706 Slatiga 50721
Website: http://www.ppsiainsalatiga.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Nama : Dwi Vitrotul Islami
NIM : 12010150047
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : 30 Agustus 2019
Judul Tesis : Peran Takmir Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam
dan Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Masjid
Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Tahun 2019)
Panitia Munaqosah Tesis :
1. Ketua Penguji : Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A
2. Sekretaris : Dr. Ruwandi, M.A.
3. Penguji I : Dr. Maslikhah, M.Si
4. Penguji II : Dr. Muna Erawati, M.Si
http://www.ppsiainsalatiga.ac.id/
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dwi Vitrotul Islami, S.PdI
NIM : 12010150047
Jenjang : Magister
Fakultas : Tarbiyah
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa naskah tesis ini benar-benar hasil penelitian dari saya sendiri
dan bebas dari plagiasi, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Salatiga, 28 Agustus 2019
Penyusun Tesis
Dwi Vitrotul Islami, S.Pd.I
v
ABSTRAK
Peran Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam dan Pemberdayaan Masyarakat
(Studi Kasus di Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Tahun
2019). Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program
Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2019, pembimbing Dr.
Supardi, S. Ag, M.A.
Latar belakang dari penelitian ini adalah peran takmir masjid al-Ma’mur
Desa Cukil Kecamatan Tengaran, tentang revitalisasi pendidikan Islam dan
pemberdayaan masyarakat. Para pengurus masjid al-Ma’mur Desa Cukil
Kecamatan Tengaran mempunyai beberapa cara dalam mengupayakan masjid
tersebut kembali menjadi pusat fungsi bagi masyarakat sekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan strategi
dilaksanakannya revitalisasi pendidikan Islam dan pemberdayaan masyarakat
melalui peran serta fungsi takmir masjid. Penelitian yang digunakan dalam
penyusunannya menggunakan metode field research (penelitian lapangan), yaitu
dengan wawancara dan penelaahan dokumen. Data yang dihasilkan lewat kata-
kata dari hasil wawancara dan disajikan dalam bentuk diskripsi bukan angka.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, revitalisasi pendidikan
Islam dan pemberdayaan masyarakat melalui peran serta fungsi takmir masjid
sudah terealisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mendukung proses
revitalisasi seperti kegiatan mengaji anak-anak yang meliputi kegiatan TPQ
(Taman Pendidikan al-Qur’an) dan pembelajaran aqidah yang sesuai dengan
tuntunan al-Qur’an, serta kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat desa
Cukil Tengaran yaitu PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) atau suronan yang
disebut dengan ”tali asih” kepada anak yatim.
Kata Kunci: Revitalisasi Pendidikan Islam, Pemberdayaan Masyarakat.
vi
ABSTRACT
The Role of Mosques in Revitalizing Islamic Education and Community
Empowerment (Case Study in Al-Ma'mur Mosque, Cukil Village, Tengaran
District in 2019). Thesis of Islamic Religious Education Study Program (PAI),
Postgraduate Program, Salatiga State Islamic Institute, 2019, Dr. Supardi, S. Ag,
M.A.
The background of this research is the role of the al-Ma'mur mosque of
Cukil Village, Tengaran District, regarding the revitalization of Islamic education
and community empowerment. The caretakers of the al-Ma'mur mosque in Cukil
Village, Tengaran Subdistrict have a number of ways of making the mosque a
function center for the surrounding community.
This study aims to determine the background and strategy of implementing
the revitalization of Islamic education and community empowerment through the
role and function of the mosque takmir. The research used in its preparation uses
the field research method, namely through interviews and document review. Data
generated through words from the results of the interview and presented in the
form of description not numbers.
Based on the results of research conducted, the revitalization of Islamic
education and community empowerment through the role and function of the
mosque's takmir has been realized in the form of activities that support the
revitalization process such as the activities of studying children including TPQ
(Al-Qur'an Education Park) activities and aqidah learning in accordance with the
guidance of the Koran, as well as routine activities carried out by the villagers of
Cukil Tengaran namely PHBI (Commemoration of Islamic Holidays) or suronan
called "rope of love" to orphans.
Keywords: Revitalization of Islamic Education, Community Empowerment.
vii
MOTTO
Jadilah kalah karena mengalah
bukan kalah karena menyerah
Jadilah pemenang karena kemampuan
bukan karena kecurangan
Jadilah pelajar yang tidak hanya pintar
tetapi juga berakhlak mulia
viii
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan untuk baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada
umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut
ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tesis ini.
Tesis yang berjudul Peran Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam dan
Pemberdayaan Masyarakat melalui Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan
Tengaran ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam
penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan mudah tanpa
adanya dukungan, arahan, bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Phil Widiyanto, M.A., Selaku Direktur Pascasarjana IAIN
Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam terselesaikannya
tesis ini.
3. Bapak Dr. Ruwandi, M.A., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama
Islam Pascasarjana IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Supardi, S.Ag, M.A. Selaku dosen pembimbing tesis, yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan
tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.
6. Bapak Sudarlan selaku narasumber sebagai Ketua Pengurus masjid al-
Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran yang telah bersedia memberikan
informasi dan data untuk melengkapi penyelesaian tesis.
7. Bapak-bapak pengurus masjid al-Ma’mur, yang telah membantu peneliti
untuk melancarkan penggalian informasi di masjid al-Ma’mur.
ix
8. Bapak dan Ibu saya tercinta, Bapak Sutrisno dan Ibu Marni, yang tidak henti-
henti selalu memberikan support dan doanya, sehingga saya bisa menjadi
orang berguna dan bisa menempuh pendidikan sejauh ini.
9. Saudara-saudara saya sekaligus pendamping hidup saya yang telah
memberikan dukungan serta doa bagi pendidikan saya.
10. Semua teman-teman IAIN angkatan 2010 khususnya kelas B, teman Pasca
sarjana 2015, seluruh teman-teman dekat sepermainan, teman-teman guru,
dan semuanya yang pernah saya kenal, terimakasih telah memberikan
sumbangsih keilmuan dan pengalamannya, sehingga memberikan banyak
pelajaran bagi saya, dan teman-teman yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan tugas akhir, semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT dan
selalu bisa menjadi orang yeng lebih baik dan berguna bagi sesama dan
agama kita.
Salatiga, 28 Agustus 2019
Dwi Vitrotul Islami, S.PdI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 3
C. Signifikansi Penelitian ..................................................... 4
1. Tujuan Penelitian ..................................................... 4
2. Manfaat Penelitian ................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka ............................................................. 6
1 Penelitian terdahulu ................................................... 6
2 Kerangka Teori .......................................................... 8
E. Metode Penelitian ............................................................ 12
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 14
BAB II REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Profil Masjid Al-Ma’mur ................................................ 16
B. Latar Belakang Terjadinya Revitalisasi Majid ................ 17
C. Revitalisasi Pendidikan Islam ........................................ 18
D. Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 23
xi
BAB III STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM
REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DI MASJID
AL-MA’MUR
A. Dasar Pendidikan Islam Masyarakat Desa Cukil ........... 28
B. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi Pendidikan Islam ........................................................
29
C. Analisis Strategi Masjid Al-Ma’mur dalam Revitalisasi Pendidikan Islam .......................................................
32
BAB IV STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM
REVITALISASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A. Kegiatan Sosial Keagamaan Masyarakat ....................... 37
B. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat ...........................................
C. Analisis Strategi Masjid Al-Ma’mur dalam Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat .............................................
38
40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 46
B. Saran ................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan umat Islam masjid adalah perangkat
masyarakat yang pertama didirikan oleh Rasulullah. Pada masa Rasulullah
masjid memiliki fungsi sentral dalam berbagai kegiatan masyarakat muslim.
Masjid bukan hanya menjadi tempat kegiatan keagamaan, tetapi masjid juga
menjadi pusat dari berbagai kegiatan politik, ekonomi, hukum, pertahanan,
sosial-masyarakat, pendidikan bahkan kebudayaan dan olahraga.1Pada intinya
pada zaman Rasulullah hingga Khulafaur Rasyidin dan seterusnya, masjid
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial yang bertujuan
untuk menjadikan masjid sebagai pusat pengembangan peradaban Islam.
Rasulullah SAW telah mencontohkan dalam membina dan mengurusi
seluruh keperluan masyarakat, baik di bidang ekonomi, politik, sosial
kemasyarakatan, pendidikan, angkatan bersenjata, dan lain sebagainya melalui
masjid. Kuncinya terletak pada pengelolaan masjidnya.2Dalam kaitannya
dengan pendidikan Islam, masjid mempunyai dua fungsi yaitu edukatif dan
sosial. Sehubungan dengan kedua fungsi tersebut, Quraish Shihab
menyebutkan 10 peranan masjid, yaitu: Tempat ibadah, konsultasi dan
komunikasi, pendidikan, santunan sosial, latihan militer, pengobatan,
1 Aisyah Nur Handryant, Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat , Malang: UIN
Maliki Press, 2010, 21. 2Abdul Aziz Nugraha Pratama, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di 2Abdul Aziz Nugraha Pratama, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di
IndonesiaI, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012, 16.
2
perdamaian dan pengadilan, aula dan tempat menerima tamu, tempat tawanan,
dan pusat penerangan dan pembelaan agama.3
Fungsi masjid pada masa Rasulullah s.a.w. berbeda dengan fungsi
masjid sekarang pada umumnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
negara Indonesia ternyata telah terjadi berbagai pergeseran fungsi masjid dari
fungsi awal yang telah dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w.. Kondisi sebagian
besar masjid di Indonesia saat ini telah mengalami penyempitan fungsi, yaitu
hanya digunakan sebagai tempat beribadah atau sholat, sehingga kurang
berfungsi optimal sebagai pengembangan masyarakat.4
Salah satu contoh masjid yang telah mengalami pergeseran fungsi
yaitu masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang. Sebelum direvitalisasi, masjid belum difungsikan sebagaimana
mestinya sesuai dengan tuntunan Rasulullah s.a.w.. Masjid hanya difungsikan
sebagai tempat untuk beribadah atau sholat, sedangkan ibadah sosial
kemasyarakatan belum banyak dilakukan. Karena keberagamaan masyarakat
sekitar masih Islam Kejawen dengan melakukan ritual-ritual sesaji. Hal itu
berdampak pula pada pola hidup masyarakat yang masih kurang akan
pengetahuan dalam beragama dan bermasyarakat. Hal ini disebabkan
kurangnya program kegiatan yang dilaksanakan di masjid. Masjid hanya
menjalankan fungsi keagamaan, sedangkan fungsi sosial seperti
pemberdayaan ekonomi umat, pendidikan, kesehatan, kesenian, dan olahraga
3 Abdullah Idi, dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana,
2006, 80. 4Aisyah Nur Handryant, Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat , Malang: UIN
Maliki Press, 2010, 38-39.
3
yang merupakan tuntutan kebutuhan bagi kehidupan jamaah, belum
mendapatkan perhatian yang memadai. Oleh karena itu pengurus masjid
setempat berupaya untuk melakukan revitalisasi fungsi masjid.
Revitalisasi adalah upaya untuk mendayagunakan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulu pernah hidup, akan tetapi mengalami
kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu kawasan aspek yang dicakup
diantaranya adalah perbaikan pada aspek fisik, ekonomi, dan sosial.
Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula
potensi yang ada di lingkungan sekitar seperti sejarah, makna, serta keunikan
dan citra lokasi. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi
pada penyelesaian keindahan fisik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan
peningkatan ekonomi masyarakat serta pengenalan budaya yang ada.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana latar belakang yang mendorong takmir masjid dalam
melakukan revitalisasi masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2019?
2. Bagaimana strategi takmir masjid dalam revitalisasi pendidikan di
masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Tahun 2019?
4
3. Bagaimana strategi takmir masjid dalam revitalisasi pemberdayaan
masyarakat di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Tahun 2019?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui latar belakang yang mendorong takmir masjid
dalam melakukan revitalisasi masjid Al-Ma’mur Desa Cukil
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2019
b. Untuk mengetahui strategi takmir masjid dalam revitalisasi
pendidikan di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Tahun 2019
c. Untuk mengetahui strategi takmir masjid dalam revitalisasi
pemberdayaan masyarakat di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2019
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini baik secara teoretik-akademik maupun
praktis adalah:
a. Secara Teoretik:
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah
khazanah ilmu pengetahuan tentang peran masjid pada revitalisasi
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
5
b. Secara Praktis:
1) Bagi Pengurus Masjid:
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau masukan
untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang berpusat di
masjid, sehingga masjid yang ada tidak hanya dimanfaatkan
untuk kegiatan ibadah saja, tetapi juga dimanfaatkan sebagai
multiguna khususnya dalam menambah pengetahuan
masyarakat dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat.
2) Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi
masyarakat untuk mengembangkan pemikirannya dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menambah ilmu
pengetahuan pendidikan dan keberagamaan mereka.
3) Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan
yang terkait dengan pengelolaan masjid sebagai pusat kegiatan
masyarakat yang meliputi kegiatan ibadah, pendidikan, sosial,
ekonomi, dan lain-lain.
6
D. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian terdahulu
Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian, ada
beberapa penelitian yang relevan untuk dijadikan pembanding dalam
kajian pustaka ini, yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Susapto, yang berjudul “Peranan
Masjid Jogokariyan dalam Memberdayakan Masyarakat di Bidang
Keagamaan, Pendidikan, dan Ekonomi Tahun 2012.5 Penelitian ini
mengkaji tentang fungsi dan peran masjid di era modern, yaitu masjid
Jogokariyan di Jogjakarta. Berbagai ragam acara kemasyarakatan telah
diupayakan di masjid ini, sehingga penelitian ini berhasil menelaah fungsi
dan peran masjid yang telah berhasil memberdayakan masyarakat di
sekitar masjid Jogokariyan Jogjakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Jannah, yang berjudul
“Revitalisasi Peran Masjid di Era Modern”.6 Penelitian ini mengkaji
tentang transformasi peranan masjid serta menawarkan revitalisasi peranan
masjid di era modern. Peneliti berhasil menawarkan konsep revitalisasi
fungsi dan peranan masjid yang utuh, seperti fungsi dan peranan ibadah,
pendidikan, dakwah, ekonomi, sosial, politik, kesehatan, danteknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Dalmeri, yang berjudul
“Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
5Susapto, “Peranan Masjid JogokariyandalamMemberdayakanMasyarakat di
BidangKeagamaan, Pendidikan, danEkonomiTahun 2012”, Tesis, UMS Surakarta, 2013. 6NurulJannah, “RevitalisasiPeran Masjid di Era Modern”, Tesis, UIN Medan Sumatera
Utara, 2016.
7
Multikultural”.7 Penelitian ini berupaya menganalisis bahwa fungsi masjid
bukan hanya sebatas sebagai pusat kegiatan ibadah, tetapi juga sebagai
pusat dakwah dan aktivitas sosial maupun ekonomi umat Islam.
Penelitian yang dilakukanolehMahazan A.M yang berjudul “A
Model of Imam’s Leadership and Mosque Performance in
Malaysia”.8Penelitianinimengkajitentangbagaimanakepemimpinanseorang
imam dalammempengaruhikefektifanperilakukepemimpinandanperan
masjid di Malaysia.
Penelitian yang dilakukan oleh Pawit M. Yusup dan Evi
Rosfiantika yang berjudul “Pioneering the Implementation of Mosque
Library as a Facility for Congregational Reading Activities”.9 Penelitian
ini mengkaji tentang masjid sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan
dan pembinaan umat dengan merintis penyelenggaraan perpustakaan
sebagai sarana kegiatan membaca dan belajar di perpustakaan masjid.
Setelah menelaah tentang beberapa penelitian di atas, peneliti
melihat bahwa kandungan yang terdapat dalam penelitian tersebut
mengkaji peran masjid secara luas dan utuh. Penelitian tersebut tidak
menelaah lebih mendalam tentang upaya pengelolaan masjid dalam
mengembangkan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat yang
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan keberagamaan
7Dalmeri, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
Multikultural”, Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 22, Nomor 2 (November 2014), 321. 8Mahazan A.M, “A Model of Imam’s Leadership and Mosque Performance in
Malaysia”,COPE, Volume 3, Nomor 2 (Desember 2013), 53. 9PawitM.YusupdanEviRosfiantika, “Pioneering the Implementation of Mosque Library as
a Facility for Consgregational Reading Activities”, Library and Information Science, Volume 5,
Nomor 2 (November 2015), 25.
8
masyarakat. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan sebuah penelitian
yang mengkaji lebih mendalam mengenai revitalisasi pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat di masjid.
2. Kerangka Teori
a. Revitalisasi Pendidikan
Revitalisasi adalah upaya untuk mendayagunakan kembali suatu kawasan
atau bagian kota yang dulu pernah hidup, akan tetapi mengalami
kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu kawasan aspek yang
dicakup diantaranya adalah perbaikan pada aspek fisik, ekonomi, dan
sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan
memanfaatkan pula potensi yang ada di lingkungan sekitar seperti
sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi. Revitalisasi sendiri
bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan
fisik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi
masyarakat serta pengenalan budaya yang ada.10
Menurut Malgorzata:
The term “revitalization” has become especially popular in
recent years. It is used not only in reference to changes in
urban planning and landscape, but also in everyday life to
describe various forms of revival (spiritual, fitness,
material situation).11
Jadi revitalisasi pendidikan adalah upaya untuk
memberikan daya hidup, daya tumbuh dan daya kembang baru kepada
dunia pendidikan yang sekarang mengalami kemunduran bahkan
10
Christiady, “Faktor-faktor yang Menghambat Upaya Pemerintah dalam
Merevitalisasi Sungai Cikapundung Bandung”, Pembangunan Wilayah dan Kota, Volume 10,
Nomor 1 (Maret 2014), 14. 11
Malgorzata, Wilczkiewicz, “Revitalization, Definition, Genesis, and Examples”,
Geomatics Landmanagement and Landscape, Nomor 2, 2015, 71.
9
kegagalan dalam mempersiapkan generasi muda sebagai para calon
pemimpin bangsa yang memiliki intregritas dan berakhak mulia di
masa yang akan datang.12
b. Pendidikan
Dalam bahasa Arab, pendidikan sering disebut tarbiyah. Jika dirujuk pada
asal kata secara morfologis tarbiyah berakar dari tiga kata, pertama
dari kata rabaa-yarbu yang berarti zaada wa namaa (bertambah dan
berkembang). Kedua dari rabiya-yarbaa yang berarti tansyi’ah wa
ri’ayah (tumbuh dan merawat). Ketiga dari kata rabba-yarubbu yang
artinya ashlaha wa tawalla amrahu (memperbaiki dan mengurus).
Dari ketiga akar kata tersebut maka kata al-tarbiyah atau pendidikan,
adalah istilah yang berkaitan dengan usaha menumbuhkan atau
menggali segenap potensi fisik, psikis, bakat, minat, talenta dan
berbagai kecakapan lainnya yang dimiliki manusia, atau
mengaktualisasikan berbagai potensi manusia yang terpendam,
kemudian mengembangkannya dengan cara merawat dan
memupuknya dengan penuh kasih sayang.13
Dalam penelitian ini revitalisasi pendidikan Islam berarti
sebuah upaya untuk menumbuhkan atau menggali potensi yang
dimiliki oleh generasi penerus bangsa dalam mendekatkan diri kepada
Allah SWT dan memberikan daya hidup, daya tumbuh dan daya
12
Harum Natasha, “Revitalisasi Lembaga Pendidikan dan Upaya Membangun
Karakter Bangsa”, Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Januari-Juni 2012), 91. 13
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers, 2012,
20.
10
kembang baru kepada dunia pendidikan yang sekarang mengalami
kemunduran bahkan kegagalan dalam mempersiapkan generasi muda
sebagai para calon pemimpin bangsa yang memiliki intregritas dan
berakhak mulia di masa yang akan datang.
c. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan diadaptasikan dari istilah empowerment, yang bermakna
pemberi kekuasaan, karena power bukan sekedar gaya tetapi juga
kekuasaan. Sehingga kata daya tidak hanya bermakna mampu, tetapi
juga mempunyai kuasa.14
Pemberdayaan pada hakekatnya adalah
untuk menyiapkan masyarakat agar mereka mampu dan mau secara
aktif berpartisipasi dalam setiap program dan kegiatan pembangunan
yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup (kesejahteraan)
masyarakat, baik dalam pengertian ekonomi, sosial, fisik, maupun
mental.15
Menurut Marile Karl:
Empowerment is a process of change that focuses on
expanding the range of choices that people can make. As
such, it cannot be understood as a single dimensional
formula for change, either as process or outcome. It must
instead be understood in particular contexts taking into
account the specific needs of the people intended to be
empowered.16
Pemberdayaan adalah proses perubahan yang berfokus pada
perluasan berbagai pilihan yang dapat dilakukan orang. Dengan
14
Wrihatnolo, dan Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan
Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007, 1. 15
Mardikanto, Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta: Penerbit TS, 2010, 73. 16
Marile Karl, “Development, Empowerment, and Participation”, Women and
Empowerment, Volume 14, 2006, 13.
11
demikian tidak dapat dipahami sebagai formula dimensi tunggal untuk
perubahan, baik sebagai proses atau hasil. Alih-alih harus dipahami
dalam konteks tertentu dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus
orang-orang yang dimaksudkan untuk diberdayakan. Istilah
pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu
yang bersenyawa dengan individu-individu lainnya dalam masyarakat
untuk membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya memperkuat unsur-unsur
keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang berada dalam kondisi yang tidak mampu dengan
mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan
dan memandirikan masyarakat.17
Dalam penelitian ini pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan harkat dan
martabat masyarakat melalui kemampuan dan kekuatannya sendiri
serta mengembangkan potensi masyarakat dalam mencapai taraf hidup
yang lebih mandiri dan sejahtera dengan melaksanakan suatu upaya
yang dapat ditanggung secara bersama-sama demi kepentingan dan
kesejahteraan bersama.
17
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung: Alfabeta, 2007, 1.
12
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif berdasarkan studi lapangan
(field research) dengan pendekatan deskriptif naturalistik. Penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu research yang
dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala-gejala.18
Maka jenis data
yang dibutuhkan dan yang digunakan adalah jenis data lapangan yang
disajikan secara deskriptif. Sumber datanya ialah situasi wajar, peneliti
mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi wajar, sebagaimana
adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan
dan wawancara sendiri.19
2. Sumber Data
Subjek informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui,
berkaitan dan menjadi sumber kegiatan yang hendak diteliti. Metode
penentuan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampel. Dalam mengambil sampel, peneliti menggunakan purposive
sampling dan snowball sampling. Adapun subjek penelitian yang akan
peneliti ambil sebagai sampel adalah pengurus masjid dan masyarakat
sekitar sebagai jamaah masjid.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Ketua Pengelola
masjid (takmir masjid), dan masyarakat sekitar (jamaah masjid).Sumber
data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
18
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 9. 19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, 14-15.
13
sumber-sumber yang mendukung seperti dokumentasi dan referensi yang
berkaitan dengan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengambil data kualitatif melalui beberapa tahap meliputi:
a. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian yaitu pengurus masjid dan masyarakat sekitar dalam
melaksanakan kegiatan atau program masjid serta mencari data-data
tentang revitalisasi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di
masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang.
b. Wawancara
Kemudian peneliti melakukan wawancara langsung dengan takmir
masjid dan jamaah masjid. Jadi penulis meneliti subjek penelitian
secara langsung dan mendalam guna memperoleh informasi yang
lebih jelas tentang peran masjid pada revitalisasi pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat, sehingga mendapat data yang akurat.
c. Dokumentasi
Selanjutnya dokumentasi, metode ini penulis gunakan untuk memperoleh
arsip-arsip atau data tertulis tentang sejarah berdirinya masjid,
keadaan pengelola dan jamaah masjid serta data-data kegiatan
maupun aktifitas yang ada di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil
Kecamatan Tengaran.
14
4. Teknik Validasi Data
Peneliti melakukan uji validasi data dengan menggunakan teknik uji
kredibilitas trianggulasi sumber. Peneliti membandingkan informasi yang
diperoleh dari satu sumber dengan sumber lain. Menggali satu sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda dan menentukan waktu yang
berbeda atau tepat.
5. TeknikAnalisis Data
Analisis data dilakukan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.20
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan penelitian ini dibagi dalam 5 (lima) bab yaitu:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang masalah,
identifikasi masalah, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Profil, sejarah
singkat masjid Al-Ma’mur dan latar belakang pendorong revitalisasi
masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang. Bab III analisis strategi takmir masjid Al-Ma’mur Desa Cukil
Kecamatan Tengaran dalam revitalisasi pemberdayaan masyarakat. Bab
IV analisis strategi masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran
dalam revitalisasi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Bab V
Penutup, menyajikan kesimpulan dan saran yang diinginkan penulis
20
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia, 2014, 31-33.
15
terhadap pihak lain terkait dengan topik penelitian. Bagian akhir yang
berupa daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
16
BAB II
REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
A. Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran
Masjid Al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran didirikan pada
tahun 1980. Masjid ini secara geografis terletak di Dusun Cukil RT. 02
RW. 01 Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Masjid
Al-Ma’mur didirikan di atas tanah wakaf dari Raden Sutodiharjo. Beliau
adalah ayah dari Raden Subiyanto, yaitu penggagas berdirinya masjid Al-
Ma’mur. Raden Subiyanto mendirikan masjid di desa tersebut dengan
tujuan agar ayahnya lebih mengenal Islam, karena masyarakat setempat
memang memeluk agama Islam tetapi tidak menjalankan syariah agama
Islam. Sedangkan Raden Subiyanto mengenal agama Islam lebih
mendalam ketika beliau menempuh pendidikan insinyur di Belanda.
Pembangunan masjid al-Ma’mur dibiayai sepenuhnya oleh Raden
Subiyanto tanpa adanya campur tangan dari masyarakat sekitar. Kemudian
Raden Subiyanto mempekerjakan beberapa tukang yang didatangkan dari
desa lain untuk membangun masjid tersebut. Setelah masjid berdiri, Raden
Sutodiharjo mengajak beberapa tokoh agama yang merupakan masyarakat
pendatang dari desa lain untuk turut serta dalam meMa’murkan masjid.
Tokoh-tokoh agama yang berperan serta dalam meMa’murkan masjid pada
periode awal tersebut adalah Bapak Amir, Bapak Ahmad Kasan, dan
Bapak Ahmad Kuri.
17
Kegiatan sholat berjamaah mulai rutin dilaksanakan meskipun
kurang lebihnya hanya terdiri dari lima orang saja. Karena masyarakat
sekitar masih enggan untuk melaksanakan sholat dan kegiatan keagamaan
lainnya.
B. Latar Belakang Terjadinya Revitalisasi Masjid
Pada waktu itu masyarakat desa Cukil terkenal dengan Islam
Abangan atau kejawen. Mereka tidak menjalankan ibadah sholat maupun
syariah agama Islam lainnya, meskipun status keagamaan mereka adalah
Islam. Masyarakat desa Cukil masih berpedoman pada ideologi kejawen,
seperti melakukan ritual sesajen yang diletakkan di pohon-pohon besar dan
sebagainya. Oleh karena itu Raden Subiyanto berusaha menegakkan
agama Islam melalui pembangunan masjid tersebut. Setelah masjid berdiri,
Raden Sutodiharjo mulai memperdalam agama Islam, salah satunya yaitu
dengan melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Namun pada waktu itu
jamaah masjid masih terbilang sangat sedikit, sehingga pada akhirnya
Raden Sutodiharjo dan para tokoh agama mencoba untuk mengatur
strategi agar masyarakat desa Cukil lebih mengenal Islam dengan cara
mengajarkan tata cara sholat yang benar terhadap anak-anak, mengaji al-
Qur’an setiap malam setelah sholat maghrib, serta mengadakan pengajian
dengan mendatangkan seorang kyai untuk berdakwah di masjid selama
selapan pisan setiap malam jumat pon. Selain itu Raden Sutodiharjo
mengadakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam kurun waktu satu
tahun sekali yang biasa disebut dengan Rajabiyah, yaitu sebuah kegiatan
18
ibadah yang dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat desa Cukil lebih
mengenal sholat sehingga mereka mau untuk melaksanakan sholat lima
waktu sesuai perintah agama Islam.
Kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan hingga pergantian pengurus
masjid periode kedua. Setelah berjalan secara rutin beberapa tahun
kemudian kegiatan tersebut mulai berhenti. Hal ini disebabkan
berkurangnya kepercayaan dari masyarakat. Sebagian besar dari mereka
masih membawa ideologi yang lama atau kejawen. Misalnya larangan
dalam berbuat sesuatu, sedangkan pada masa dahulu tidak ada larangan
akan hal tersebut. Oleh karena itu terjadi pro dan kontra dari masyarakat
yang mulai meragukan apa yang sudah diajarkan kepada mereka. Sehingga
masjid mulai difungsikan seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan
mengaji al-Qur’an bagi anak-anak.
Hingga pada tahun 2005 para pengurus masjid Al-Ma’mur mulai
merencanakan untuk mengatur strategi revitalisasi masjid. Agar segala
kegiatan keagamaan di desa Cukil kembali berpusat pada masjid serta
masyarakat desa Cukil kembali menjalankan syariah agama Islam.
C. Revitalisasi Pendidikan Islam
Revitalisasi adalah sebuah pendekatan yang lahir dari protes akibat
lahirnya istilah pendekatan pemecahan masalah perkotaan di Eropa, yang
disebut dengan peremajaan kota (redevelopment) dan Urban Renewal.
Kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan yang bersifat
abortif. Pengertian revitalisasi dapat dipandang dari dua sudut: pertama,
19
revitalisasi dalam kaitan dengan ilmu perencanaan kota yang merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan kualitas suatu fungsi atau kawasan
tertentu yang telah mengalami degradasi secara fungsional, lingkungan
dan visual melalui berbagai cara tertentu dan mengandung pengertian
adanya upaya pemanfaatan, perlindungan, pemeliharaan serta peningkatan
nilai-nilai sosial dan budaya. Kedua, revitalisasi adalah suatu upaya
memperlakukan dan menghidupkan kembali suatu kearifan atau tradisi
suatu kelompok tertentu yang memelihara sendi-sendi peradaban untuk
bertahan dalam kehidupannya.21
Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan
masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk
mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi
masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di
lingkungan tersebut saja, tetapi masyarakat dalam arti luas.22
Sedangkan menurut Ahmad Juwaini revitalisasi dalam sistem
pendidikan bermakna sebagai penguatan kembali fungsi-fungsi yang
meliputi semua unsur penentu keberhasilan pendidikan. Setiap penguatan
unsur diarahkan pada maksimalisasi pencapaian tujuan pendidikan yang
dilakukan, termasuk di dalam makna revitalisasi adalah proses
mendinamisir sedemikian rupa aspek penentu keberhasilan pendidikan.23
21
Sri Hidayati Djoeffan, “Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan Kualitas Bangsa”, Jurnal Pendidikan, Volume XX, Nomor 02 (April – Juni 2004), 227.
22 Adishakti Laretna T, “Revitalisasi Bukan Sekedar Beautification”, Urban and
Regional Development Institute, Volume 13, (Maret 2002), 23
Ahmad Juwaini, “Revitalisasi Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2, Nomor 2 (Agustus 2002), 164.
20
Secara umum sistem pendidikan Islam mempunyai karakter religius
serta kerangka etik dalam tujuan dan sasarannya. Tentunya hal ini
ditempuh tanpa mengesampingkan masalah duniawi. Pemikiran al-Ghazali
mengenai pendidikan secara umum bersifat religius-etis.
Kecenderungannya ini kemungkinan dipengaruhi oleh penguasaannya
dibidang sufisme. Menurut al-Ghazali, pendidikan yang benar merupakan
sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendidikan juga dapat
mengantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.24
Konsepsi pendidikan islam menurut al-Ghazali sangat
dipengaruhi oleh sufisme. Maka dalam metode pendidikan seorang anak,
al-Ghazali menekankan pada upaya pembersihan jiwa dengan cara ibadah,
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al-Ghazali
menyadari bahwa hanya pendidikan agamalah yang mampu secara dini
mengarahkan anak didik untuk dekat kepada Allah. Maka dalam metode
pembelajaran usia dini, al-Ghazali menempatkan dasar-dasar pendidikan
agama sebagai priotitas utama.
Perhatian al-Ghazali terhadap ilmu agama memang besar. Secara
teknis al-Ghazali menegaskan bahwa mempelajari ilmu agama harus
dimulai sejak dini. Pada mulanya anak-anak usia dini diajak untuk
menghafal dasar-dasar agama. Kemudian dengan perkembangan usia dan
intelektualitasnya, pendidikan diteruskan dengan memberikan penjelasan
dengan pengertian atas suatu materi.
24
Asroun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam (Mengurai Relevansi Konsep
Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian)”, Jakarta: eLSAS Jakarta, 2006, 55-57.
21
Pendekatan revitalisasi merupakan suatu penyusunan strategi yang
meliputi tiga upaya berikut ini:
a. Retrospeksi
Beberapa upaya retrospeksi yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) Evaluasi pos anggaran dalam manajemen pendidikan yang
handal, berprinsip akuntabilitas, transparancy, sistem prioritas.
2) Redefinisi kebudayaan hendaknya diawali oleh evaluasi
efektifitas terpisahnya bidang pendidikan dan kebudayaan.
3) Pemerintah kembali meninjau efektifitas dan keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan.
b. Restrukturisasi
Upaya restrukturisasi meliputi:
1) Ciptakan regulasi baru agar pendidikan yang diselenggarakan
tidak memberikan eksternalitas negatif.
2) Tentukan skala prioritas pembangunan pendidikan yang berfokus
pada pembangunan ekonomi nasional yang dapat mengurangi
angka pengangguran.
3) Jabarkan rencana pendidikan jangka panjang tersebut ke dalam
berbagai bidang-bidang atau sektor-sektor pembangunan yang
berkaitan dengan kurikulum yang akan dibangun.
4) Tegakkan disiplin penggunaan anggaran yang disesuaikan dengan
target dan sasaran.
c. Rehabilitasi
22
Upaya rehabilitasi meliputi:
1) Ciptakan visi pendidikan yang visioner yang dilatar belakangi
oleh berbagai pengaruh sejarah, perkembangan globalisasi,
desentralisasi, otonomi serta pranata pendidikan yang telah ada
seperti UU No. 20 Tahun 2003 serta berbagai pedoman peraturan
pelaksanaannya.
2) Peningkatan capacity building, yakni pengembangan kemampuan
setiap satuan pendidikan untuk dapat melakukan praktek-praktek
terbaik penyelenggaraan pendidikan yang bermutu atas dasar
kebebasan dalam membuat keputusan.
3) Mengembangkan pendidikan long life time.
4) Laksanakan law inforcement untuk mengawasi dan
mengendalikan setiap program pendidikan menuju manajemen
pendidikan yang efektif dan efisien.25
Dari beberapa teori yang telah diuraikan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa revitalisasi pendidikan Islam memang sangatlah
penting untuk diajarkan sejak dini mengingat pendidikan dasar yang
sangat relevan dan baik untuk anak didik adalah pendidikan agama.
Menurut peneliti revitalisasi pendidikan Islam adalah sebuah upaya untuk
memusatkan kembali suatu pendidikan Islam dengan cara menumbuh
kembangkan potensi anak didik melalui pendidikan agama supaya anak
25
Sri Hidayati Djoeffan, “Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan Kualitas Bangsa”, Jurnal Pendidikan, Volume XX, Nomor 02 (April – Juni 2004), 230-231.
23
didik sebagai penerus bangsa mempunyai integritas tinggi dan memiliki
akhlak yang mulia.
D. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan (empowerment) yaitu sebagai konsep pembangunan
yang memiliki makna pengembangan, memandirikan, menswadayakan dan
memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah terhadap
kekuatan-kekuatan di segala bidang dan sektor kehidupan. Di samping itu
pemberdayaan juga memiliki arti makna melindungi dan membela dengan
cara berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan
yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah. Dengan kata lain
pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau
meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan
nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut
pandang: pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan
masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan kemampuan masyarakat
dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan,
pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial serta
pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga, perlindungan melalui
pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak
seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. 26
Beberapa asumsi yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan
pemberdayaan masyarakat antara lain:
26
Abdul Aziz NP, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di Indonesia, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012, 4-5.
24
a. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakan
sebuah tatanan sosial dimana masyarakat secara adil dan terbuka dapat
melaksanakan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi
yang dimilikinya sebagai kebutuhannya (material dan spiritual) dapat
terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat tidak berwujud tawaran sebuah
proyek usaha kepada masyarakat, tetapi sebuah pembenahan struktur
sosial yang mengedepankan keadilan. Pemberdayaan masyarakat pada
dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan sosial yang
berarti bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia.
b. Pemberdayaan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian
dari pihak yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki.
Kerangka pemahaman ini akan menjerumuskan kepada usaha-usaha yang
sekedar memberikan kesenangan sesaat dan bersifat tambal sulam.
Misalnya, pemberian bantuan dana segar kepada masyarakat hanya akan
mengakibatkan hilangnya kemandirian dalam masyarakat tersebut atau
timbulnya ketergantungan. Akibat yang lebih buruk adalah tumbuhnya
mental “meminta”.
c. Pemberdayaan masyarakat harus dilihat sebagai sebuah proses
pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat secara mandiri dapat
melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas kehidupannya.
d. Pemberdayaan masyarakat tentunya melibatkan masyarakat itu sendiri.
Partisipasi bukan sekedar diartikan sebagai kehadiran mereka untuk
mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka
25
dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja
pemberdayaan masyarakat, terutama dalam tahapan perumusan yang harus
dipenuhi.27
Dari beberapa teori yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan
bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah usaha yang dilakukan
untuk mengembangkan suatu masyarakat baik dalam bidang ekonomi,
sosial, fisik maupun mental serta meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan mutu hidup
atau kesejahteraan masyarakat.
Adapun strategi dasar dalam upaya pemberdayaan masyarakat
memiliki tiga arah, yaitu pemihakan dan pemberdayaan masyarakat,
pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan
pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat,
serta modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan
struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran
masyarakat lokal.28
Secara umum ada empat strategi pemberdayaan
masyarakat, yaitu:
a. The Growth Strategy
Penerapan strategi pertumbuhan ini pada umumnya dimaksudkan untuk
mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis, melalui
peningkatan pendapatan per kapita penduduk, produktivitas, pertanian,
27
Moh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Paradigma Aksi
Metodologi), Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, 5-7. 28
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999, 129.
26
permodalan, dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan
konsumsi masyarakat terutama di pedesaan. Pada awalnya strategi ini
dianggap efektif tetapi karena economic oriented sementara kaidah-kaidah
hukum sosial dan moral terabaikan maka yang terjadi adalah sebaliknya,
yakni semakin melebarnya pemisah antara kaya dan miskin, terutama di
daerah pedesaan, akibatnya begitu terjadi krisis ekonomi maka konflik dan
kerawanan sosial terjadi dimana-mana.
b. The Welfare Strategy
Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi karena tidak diimbangi dengan
pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat maka
yang terjadi adalah sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah.
Oleh karena itu dalam setiap usaha pemberdayaan masyarakat salah satu
aspek yang harus diperhatikan penanganannya adalah masalah kultur dan
budaya masyarakat.
c. The Responsitive Strategy
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang
dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat
sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk
memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber-
sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Akan tetapi
karena pemberdayaan masyarakat sendiri belum dilakukan maka strategi
27
yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat ini terlalu idealistik dan sulit
ditransformasikan kepada masyarakat.
d. The Integrated or Holistic Strategy
Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan seluruh unsur dan komponen
yang diperlukan, yakni ingin mencapai secara simultan tujuan-tujuan yang
menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan, dan
partisipasi aktif masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu dalam strategi ini memiliki tiga prinsip dasar yang harus
dipenuhi yaitu:
1) Persamaan, pemerataan, keadilan dan partisipasi merupakan tujuan yang
secara eksplisit harus ada dari strategi menyeluruh.
2) Memerlukan perubahan-perubahan mendasar baik dalam komitmen
maupun dalam gaya dan cara bekerja.
3) Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu.29
29
Moh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Paradigma Aksi Metodologi), Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, 8-10.
28
BAB III
STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN
ISLAM DI MASJID AL-MA’MUR
1. Dasar Pendidikan Islam Masyarakat Desa Cukil
Masyarakat Desa Cukil berstatus agama Islam tetapi pada masa itu agama hanya
digunakan sebagai tempat untuk berlindung diri dari aturan pemerintah
dengan kata lain Islam KTP. Karena masyarakat desa Cukil sama sekali tidak
menjalankan ibadah sholat maupun syariah agama Islam lainnya. Selain
belum mengenal dan mengetahui Islam secara lebih mendalam hal tersebut
dikarenakan masyarakat desa Cukil masih menggunakan ideologi jawa
terdahulu, yaitu masih percaya akan hal-hal yang berkaitan dengan roh-roh
nenek moyang. Salah satu kegiatan yang menjadi tradisi budaya mereka
adalah membuat sesajen dengan tujuan untuk keselamatan hidup mereka.
Pada masa kepemimpinan Raden Sutodiharjo sebagian besar
masyarakat desa Cukil memang belum mengenal Islam. Bahkan beliau dan
keluarganya pun belum begitu mengenal Islam. Namun ketika salah satu
putra beliau yaitu Raden Subiyanto menempuh pendidikan insinyur di
Belanda, ia mempelajari agama Islam lebih mendalam. Oleh karena itu
setelah Raden Subiyanto pulang beliau berbicara kepada ayahnya dan
menyampaikan keinginannya untuk membangun sebuah masjid di desa Cukil.
Hal tersebut bertujuan agar ayah dan keluarganya mempelajari agama Islam
secara lebih mendalam. Raden Sutodiharjo pun sepakat dengan keinginan
putranya hingga masjid berhasil dibangun dan diresmikan sendiri oleh Raden
29
Sutodiharjo pada tahun 1980. Berawal dari pembangunan masjid tersebut
pendidikan Islam di desa Cukil dimulai.
Raden Sutodiharjo mengajak para tokoh agama di desa Cukil untuk
turut serta dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat terutama dalam hal
pendidikan. Dimulai dengan mengajarkan tata cara sholat dan mengenalkan
huruf-huruf hijaiyyah serta mengajarkan ilmu-ilmu tajwid kepada anak-anak
dan remaja. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari sesudah sholat
maghrib. Hal tersebut dapat memicu keingintahuan dari sebagian orang tua
untuk ikut belajar mengenal lebih mendalam tentang Islam.
Setiap hari masjid mulai ramai dengan adanya kegiatan sholat
berjamaah dan kegiatan pendidikan yang diajarkan. Meskipun belum
sepenuhnya masyarakat desa Cukil yang mau ikut serta dalam kegiatan
tersebut. Pada akhirnya Raden Sutodiharjo dan para pengurus lainnya
bersepakat untuk mendatangkan seorang mubaligh atau kyai dari desa lain.
Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan Islam lebih mendalam melalui
dakwah. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap selapan pisan
pada malam jumat pon di masjid Al-Ma’mur.
2. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi Pendidikan Islam
Pada tahun 2005 strategi revitalisasi mulai direncanakan. Dengan tetap
menjalankan program kegiatan yang sudah ada sejak masa Raden
Sutodiharjo. Para pengurus masjid mulai mengatur strategi untuk
memperdalam agama Islam di desa Cukil termasuk dalam hal pendidikan.
30
Kegiatan yang terus dikembangkan yaitu dalam mempelajari ilmu tajwid al-
Qur’an setiap ba’da maghrib yang diajarkan kepada anak-anak dan remaja.
Upaya untuk merevitalisasi pendidikan di desa Cukil mulai
dilaksanakan pada tahun 2006. Strategi pertama yang digunakan yaitu dengan
mengadakan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) berbasis madrasah.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada waktu siang hari ba’da sholat dzuhur.
Tenaga pengajar TPQ berasal dari para pengurus masjid Al-Ma’mur itu
sendiri. Namun kegiatan pendidikan tersebut hanya berjalan sekitar tiga
tahun, hal ini dikarenakan berkurangnya tenaga pengajar.
Setelah kegiatan TPQ berhenti, para pengurus masjid mengupayakan
kembali bagaimana cara untuk merevitalisasi pendidikan di desa Cukil agar
masyarakat tidak lagi berpedoman pada ideologi yang lama (kejawen).
Langkah selanjutnya yaitu dengan mengadakan kegiatan rutin pengajian Al-
Qur’an atau disebut dengan sema’an secara bergantian setiap malam ahad
kliwon. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara bergantian di masjid dan
musholla, karena di desa Cukil terdapat satu masjid dan dua musholla.
Kegiatan pengajian ini membawa misi untuk berdakwah secara keliling di
desa Cukil. Pada awalnya anggota pengajian tersebut hanya diikuti oleh
pengurus masjid yang tak lain adalah tenaga pengajar TPQ yang berjumlah
dua belas orang. Oleh karena itu mereka melakukan upaya pendekatan kepada
masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan rutin tersebut. Dan pada akhirnya
keanggotaan pengajian keiling semakin bertambah hingga mencapai sekitar
lima puluh orang. Namun strategi tersebut hanya dapat berjalan sekitar tiga
31
tahun saja. Karena anggota pengajian tidak bertambah lagi tetapi justru
berkurang hingga hanya ada tiga puluh hingga empat puluh orang yang rutin
mengikuti kegiatan pengajian. Sebagian besar dari masyarakat belum mau
turut serta dalam kegiatan keagamaan tersebut.
Kemudian dari tiga puluh sampai empat puluh orang tadi
dikumpulkan kembali di masjid untuk bermusyawarah. Dan akhirnya
diperoleh kesepakatan untuk mengadakan pengajian Al-Qur’an (sema’an)
setiap malam ahad pon dan wage. Kegiatan sema’an ini diisi dengan
membaca al-Qur’an dengan tartil. Sedangkan untuk malam ahad kliwon diisi
dengan kegiatan membaca al-Qur’an dengan belajar fiqh dan tajwid al-
Qur’an.
Pada awalnya kegiatan tersebut dilaksanakan di masjid. Namun untuk
merangsang minat masyarakat akhirnya kegiatan pengajian al-Qur’an
dilaksanakan secara berkeliling bergantian di rumah anggota sema’aan.
Selain membaca al-Qur’an dengan tartil, belajar fiqh dan juga tajwid
ditambah lagi dengan belajar tentang aqidah akhlak dalam agama Islam.
Sehingga secara perlahan pengetahuan keagamaan masyarakat desa Cukil
semakin bertambah dan berkembang. Melalui pendekatan ini lambat laun
keanggotaan pengajian mulai bertambah yang terdiri dari anak-anak, remaja,
dan juga orang tua.
32
3. Analisis Strategi Takmir Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam
Berdasarkan teori revitalisasi pendidikan Islam yang ditulis oleh Harum Natasha
yang menyatakan bahwa revitalisasi pendidikan adalah upaya untuk
memberikan daya hidup, daya tumbuh dan daya kembang baru kepada dunia
pendidikan yang sekarang mengalami kemunduran bahkan kegagalan dalam
mempersiapkan generasi muda sebagai para calon pemimpin bangsa yang
memiliki intregritas dan berakhak mulia di masa yang akan datang. Maka
revitalisasi pendidikan Islam di masjid al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan
Tengaran telah mampu dan berhasil dalam merevitalisasi pendidikan Islam di
masjid tersebut dengan sebuah upaya yang luar biasa dalam melaksanakan
strategi revitalisasi dengan memberikan daya hidup, daya tumbuh, dan daya
kembang baru kepada masyarakat desa Cukil untuk memberikan perhatian
lebih terhadap pendidikan terutama pendidikan Islam bagi anak-anak maupun
orang dewasa.
Dengan melaksanakan berbagai strategi revitalisasi pendidikan Islam
seperti yang telah terurai di atas masyarakat desa Cukil kembali
menggunakan masjid sebagai media atau tempat belajar menempuh
pendidikan Islam. Seperti dalam pelaksanaan TPA bagi anak-anak, mengaji
baik mempelajari Al-Qur’an maupun aqidah.
Strategi revitalisasi pendidikan Islam ada tiga jenis yaitu retrospeksi,
restrukturisasi, dan rehabilitasi. Dari ketiga strategi tersebut yang telah
diuraikan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa para pengurus masjid
al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran menggunakan berbagai strategi
33
dalam melaksanakan revitalisasi pendidikan Islam, salah satu diantara strategi
yang mereka gunakan adalah strategi rehabilitasi.
Para pengurus masjid al-Ma’mur sebagai pelaksana terjadinya
revitalisasi pendidikan Islam di masjid tersebut mengusung konsep dengan
menciptakan visi pendidikan yang visioner yang dilatarbelakangi oleh
berbagai pengaruh sejarah, yaitu dengan melihat kondisi sejarah sebelumnya
dimana pada waktu itu masjid al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran
dibangun oleh Raden Sutodiharjo pada tahun 1980 atas dasar usulan dari
putranya yaitu Raden Subiyanto, dimana melihat kondisi agama yang ada di
desa Cukil pada waktu itu masih sebagai Islam Abangan atau kejawen, yaitu
sebuah kondisi dimana masyarakat desa Cukil berstatus agama Islam tetapi
mereka tidak mau menjalankan ibadah sholat maupun syariah agama Islam
lainnya.
Masyarakat desa Cukil masih berpedoman pada ideologi kejawen,
seperti melakukan ritual sesajen yang diletakkan di pohon-pohon besar dan
sebagainya. Berawal dari pembangunan masjid tersebut pendidikan Islam di
desa Cukil dimulai. Oleh karena itu Raden Subiyanto berusaha menegakkan
agama Islam melalui pembangunan masjid tersebut. Setelah masjid berdiri,
Raden Sutodiharjo mulai memperdalam agama Islam, salah satunya yaitu
dengan melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Namun pada waktu itu
jamaah masjid masih terbilang sangat sedikit, sehingga pada akhirnya Raden
Sutodiharjo dan para tokoh agama mencoba untuk mengatur strategi agar
masyarakat desa Cukil lebih mengenal Islam dengan cara mengajarkan tata
34
cara sholat yang benar terhadap anak-anak, mengaji al-Qur’an setiap malam
setelah sholat maghrib, serta mengadakan pengajian dengan mendatangkan
seorang kyai untuk berdakwah di masjid selama selapan pisan setiap malam
jumat pon. Selain itu Raden Sutodiharjo mengadakan kegiatan yang wajib
dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun sekali yang biasa disebut dengan
Rajabiyah, yaitu sebuah kegiatan ibadah yang dilaksanakan dengan tujuan
agar masyarakat desa Cukil lebih mengenal sholat sehingga mereka mau
untuk melaksanakan sholat lima waktu sesuai perintah agama Islam.
Raden Sutodiharjo mengajak para tokoh agama di desa Cukil untuk
turut serta dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat terutama dalam hal
pendidikan. Dimulai dengan mengajarkan tata cara sholat dan mengenalkan
huruf-huruf hijaiyyah serta mengajarkan ilmu-ilmu tajwid kepada anak-anak
dan remaja. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari sesudah sholat
maghrib. Hal tersebut dapat memicu keingintahuan dari sebagian orang tua
untuk ikut belajar mengenal lebih mendalam tentang Islam.
Setiap hari masjid mulai ramai dengan adanya kegiatan sholat
berjamaah dan kegiatan pendidikan yang diajarkan. Meskipun belum
sepenuhnya masyarakat desa Cukil yang mau ikut serta dalam kegiatan
tersebut. Pada akhirnya Raden Sutodiharjo dan para pengurus lainnya
bersepakat untuk mendatangkan seorang mubaligh atau kyai dari desa lain.
Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan Islam lebih mendalam melalui
dakwah. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap selapan pisan
pada malam jumat pon di masjid Al-Ma’mur.
35
Kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan hingga pergantian pengurus
masjid periode kedua. Setelah berjalan secara rutin beberapa tahun kemudian
kegiatan tersebut mulai berhenti. Hal ini disebabkan berkurangnya
kepercayaan dari masyarakat. Sebagian besar dari mereka masih membawa
ideologi yang lama atau kejawen. Misalnya larangan dalam berbuat sesuatu,
sedangkan pada masa dahulu tidak ada larangan akan hal tersebut. Oleh
karena itu terjadi pro dan kontra dari masyarakat yang mulai meragukan apa
yang sudah diajarkan kepada mereka. Sehingga masjid mulai difungsikan
seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan mengaji al-Qur’an bagi anak-
anak.
Kegiatan yang sudah terlaksana tersebut akhirnya terhenti sehingga
masjid tidak difungsikan kembali sebagai sarana pendidikan Islam di desa
Cukil. Hingga pada tahun 2005 para pengurus masjid Al-Ma’mur mulai
merencanakan untuk mengatur strategi revitalisasi masjid dengan
menggunakan strategi rehabilitasi agar segala kegiatan keagamaan di desa
Cukil kembali berpusat pada masjid serta masyarakat desa Cukil kembali
menjalankan syariah agama Islam.
Selain menciptakan visi pendidikan yang visioner yang dilatar
belakangi oleh berbagai pengaruh sejarah, para pengurus masjid al-Ma’mur
desa Cukil juga melaksanakan peningkatan capacity building, yaitu
pengembangan kemampuan setiap pengurus masjid al-Ma’mur sebagai
penggerak revitalisasi pendidikan Islam di desa Cukil dengan mengadakan
pertemuan setiap satu minggu sekali untuk membicarakan hal-hal atau
36
kendala yang dihadapi dan menemukan solusi yang tepat atas permasalahan
tersebut berdasarkan hasil musyawarah. Selain melaksanakan kegiatan
tersebut para pengurus masjid al-Ma’mur desa Cukil juga melaksanakan
kegiatan rutinan yaitu mengaji dan mendalami al-Qur’an disertai dengan
pembelajaran aqidah. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan potensi para pengurus masjid al-Ma’mur desa Cukil agar
dapat melaksanakan praktek-praktek terbaik dalam kegiatan belajar mengajar
yang mereka laksanakan untuk proses revitalisasi pendidikan Islam tersebut.
Selain kegiatan tersebut para penggerak revitalisasi pendidikan Islam
di masjid al-Ma’mur desa Cukil tersebut berusaha untuk mengembangkan
pendidikan long life time atau pendidikan seumur hidup. Melalui berbagai
kegiatan yang dilaksanakan seperti TPQ bagi anak-anak dan juga mengaji al-
Qur’an serta dakwah tentang berbagai aqidah maupun pembelajaran untuk
mendalami agama Islam yang dijadikan dasar atau landasan sebagai suatu
wujud atau bentuk pendidikan yang akan terus berlangsung dan
berkesinambungan dalam kehidupan masyarakat desa Cukil. Hal tersebut
bertujuan agar pendidikan Islam yang dilaksanakan di desa Cukil dapat
mempengaruhi pencapaian perkembangan dalam perubahan individu yang
berlangsung secara utuh sehingga membawa dampak positif bagi kehidupan
masyarakat desa Cukil. Selain itu dengan konsep pendidikan seumur hidup
masyarakat desa Cukil diharapkan mengalami proses pendidikan secara
berkesinambungan atau secara terus menerus dan continue, serta berlangsung
hingga ajalnya tiba.
37
BAB IV
STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM REVITALISASI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI MASJID AL-MA’MUR
A. Kegiatan Sosial Keagamaan Masyarakat
Pada masa Raden Sutodiharjo beliau mampu meMa’murkan masjid
dengan mengajak masyarakat desa Cukil untuk melaksanakan sholat.
Karena sebelum masjid itu dibangun mereka adalah masyarakat yang
berstatus agama Islam tetapi tidak pernah menjalankan syariah agama
Islam terutama sholat. Pada waktu itu masyarakat desa Cukil dikenal
dengan Islam abangan atau kejawen. Mereka menggunakan ideologi-
ideologi jawa dari nenek moyang terdahulu, misalnya dengan
membuat sesajen untuk keselamatan hidup mereka dan sebagainya.
Hingga pada akhirnya ketika masjid tersebut dibangun masih sedikit
masyarakat yang mau melakanakan sholat.
Raden Sutodiharjo membuat strategi untuk mengenalkan
sholat kepada masyarakat desa Cukil melalui kegiatan Rajabiyah,
yaitu kegiatan yang dilaksanakan satu tahun sekali setiap bulan rajab.
Pada awalnya masyarakat belum mau mengikuti kegiatan tersebut,
sebagian besar masyarakat desa Cukil masih melaksanakan kegiatan
ritual sesajen. Namun Raden Sutodiharjo dan para tokoh agama
lainnya terus berupaya dalam mengajak masyarakat desa Cukil untuk
38
mengenal Islam dan berbaur bersama-sama dalam kegiatan
keagamaan. Rajabiyah berhasil dilaksanakan secara rutin setiap tahun
karena Raden Sutodiharjo memberikan amanah kepada tokoh-tokoh
agama penerus perjuangannya untuk mewajibkan kegiatan tersebut di
desa Cukil. Sehingga kegiatan tersebut terus menerus dilestarikan
hingga saat ini.
B. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi
Pemberdayaan Masyarakat
Setelah periode kedua kepengurusan masjid Al-Ma’mur, kegiatan
masyarakat di masjid tersebut mulai berkurang. Hal tersebut
dikarenakan berkurangnya kepercayaan dari masyarakat. Sebagian
besar dari mereka masih membawa ideologi yang lama atau kejawen.
Misalnya larangan dalam berbuat sesuatu, sedangkan pada masa
dahulu tidak ada larangan akan hal tersebut. Oleh karena itu terjadi
pro dan kontra dari masyarakat yang mulai meragukan apa yang sudah
diajarkan kepada mereka. Sehingga masjid mulai difungsikan
seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan mengaji al-Qur’an bagi
anak-anak.
Pada tahun 2005 ketika perencanaan revitalisasi dimulai
hingga berbagai strategi dilaksanakan dari tahun ke tahun sebagian
masyarakat masih belum mau turut serta dalam kegiatan tersebut.
Mereka masih acuh tak acuh mengenai kegiatan masjid. Hingga pada
39
akhirnya pro dan kontra masyarakat terjadi ketika perencanaan
rehabilitasi masjid pada akhir tahun 2014. Para pengurus masjid
mengatur strategi untuk melibatkan masyarakat agar turut serta dalam
rehabilitasi masjid melalui dana yang digunakan untuk rehab tersebut.
Pada awalnya pengurus masjid mengajukan proposal bantuan dana
untuk rehab masjid kepada para donator yang berasal dari luar desa
Cukil. Hal tersebut bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar
turut serta berpartisipasi. Setelah dana dari donator terkumpul, para
pengurus masjid mengumpulkan masyarakat dan menjelaskan bahwa
masyarakat selain desa Cukil sudah membantu menyumbangkan dana
untuk rehab masjid. Hingga pada akhirnya masyarakat bersepakat
untuk membantu rehabilitasi masjid dengan menarik dana sebesar Rp
100.000,- setiap KK. Proses rehabilitasi masjid terjadi selama dua
tahun, berawal dari sinilah masyarakat mau berbaur dan berpartisipasi
untuk meMa’murkan masjid.
Setelah masjid selesai direhabilitasi pada tahun 2016 para
pengurus masjid membentuk kepengurusan masjid kembali dengan
mengundang semua tokoh masyarakat di desa Cukil dengan maksud
agar masyarakat ikut terlibat dalam kepengurusan masjid. Perubahan
dan pembentukan kepengurusan masjid diadakan setiap tiga tahun
sekali dengan cara pemilihan langsung dari masyarakat.
Kemudian setelah berhasil dibentuk kepengurusan yang baru,
para pengurus masjid tersebut mulai menyusun strategi untuk
40
membangun masyarakat yang berpengetahuan luas tentang agama
Islam dan meningkatkan pemberdayaan social masyarakat desa Cukil.
Dimulai dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) atau yang biasa disebut dengan
suronan. Pada awalnya para pengurus masjid mengenalkan kegiatan
tersebut dengan cara mengadakan pengajian di desa Cukil dengan
mendatangkan Kyai atau mubaligh dari desa lain untuk berdakwah
mengenai hal tersebut. Sehingga masyarakat menjadi tahu dan paham
tentang keistimewaan memuliakan anak yatim dan bersedekah.
Karena dengan cara tersebut masyarakat desa Cukil lebih mudah
menerima dan mau turut serta dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Kegiatan suronan tersebut berhasil dilaksanakan dan
berdampak positif bagi masyarakat desa Cukil. Pada akhirnya
masyarakat sepakat untuk mengadakan kegiatan dalam menyantuni
anak-anak yatim desa Cukil. Dalam kegiatan yang mereka sebut
dengan “tali asih” tersebut berhasil dilaksanakan secara baik dan
kompak oleh masyarakat. Sehingga kegiatan pengajian suronan dan
juga tali asih tersebut berhasil dilaksanakan secara rutin di desa Cukil
hingga saat ini.
C. Analisis Strategi Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil dalam
Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan teori revitalisasi pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul
Aziz yang menyatakan bahwa Pemberdayaan (empowerment) yaitu
41
sebagai konsep pembangunan yang memiliki makna pengembangan,
memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar-
menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan di
segala bidang dan sektor kehidupan. Di samping itu pemberdayaan
juga memiliki arti makna melindungi dan membela dengan cara
berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan
yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah. Dengan kata
lain pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau
meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka
pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat
dari sudut pandang: pertama, penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan
kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan
dana, pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun
sosial serta pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga,
perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang
saling menguntungkan.
Maka revitalisasi pemberdayaan masyarakat melalui masjid al-
Ma’mur di desa Cukil telah berkembang sesuai dengan strategi yang
dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan masyarakat yang dilaksanakan untuk
menumbuhkembangkan daya masyarakat seperti kegiatan rutinan
pengajian, santunan anak yatim dan kegiatan dalam memperingati hari
42
jadi desa Cukil juga termasuk sebuah adat dan tradisi yang masih terus
terlaksana dengan baik hingga sekarang. Kegiatan-kegiatan tersebut
telah memicu keinginan serta kesadaran masyarakat bahwa
pengembangan serta pemberdayaan lingkungan mereka sangatlah
penting bagi kehidupan mereka sendiri.
Analisis dari hasil penelitian, peneliti menemukan sebuah fakta
bahwa strategi yang digunakan dalam melaksanakan revitalisasi
pemberdayaan masyarakat di desa Cukil mengacu pada strategi
pemberdayaan masyarakat yaitu The Integrated or Holistic Strategy
dimana secara sistematis mengintegrasikan seluruh unsur dan
komponen yang diperlukan, yakni ingin mencapai secara simultan
tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan,
persamaan, kesejahteraan, dan partisipasi aktif masyarakat desa Cukil
dalam proses pemberdayaan masyarakat.
Para pengurus masjid al-Ma’mur desa Cukil melihat kondisi
masyarakat mereka dimana setelah periode kedua kepengurusan
masjid Al-Ma’mur, kegiatan masyarakat di masjid tersebut mulai
berkurang. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya kepercayaan dari
masyarakat. Sebagian besar dari mereka masih membawa ideologi
yang lama atau kejawen. Misalnya larangan dalam berbuat sesuatu,
sedangkan pada masa dahulu tidak ada larangan akan hal tersebut.
Oleh karena itu terjadi pro dan kontra dari masyarakat yang mulai
meragukan apa yang sudah diajarkan kepada mereka. Sehingga masjid
43
mulai difungsikan seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan
mengaji al-Qur’an bagi anak-anak.
Pada tahun 2005 ketika perencanaan revitalisasi dimulai hingga
berbagai strategi dilaksanakan dari tahun ke tahun sebagian
masyarakat masih belum mau turut serta dalam kegiatan tersebut.
Mereka masih acuh tak acuh mengenai kegiatan masjid. Hingga pada
akhirnya pro dan kontra masyarakat terjadi ketika perencanaan
rehabilitasi masjid pada akhir tahun 2014. Para pengurus masjid
mengatur strategi untuk melibatkan masyarakat agar turut serta dalam
rehabilitasi masjid melalui dana yang digunakan untuk rehab tersebut.
Pada awalnya pengurus masjid mengajukan proposal bantuan dana
untuk rehab masjid kepada para donator yang berasal dari luar desa
Cukil. Hal tersebut bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar
turut serta berpartisipasi. Setelah dana dari donator terkumpul, para
pengurus masjid mengumpulkan masyarakat dan menjelaskan bahwa
masyarakat selain desa Cukil sudah membantu menyumbangkan dana
untuk rehab masjid. Hingga pada akhirnya masyarakat bersepakat
untuk membantu rehabilitasi masjid dengan menarik dana sebesar Rp
100.000,- setiap KK. Proses rehabilitasi masjid terjadi selama dua
tahun, berawal dari sinilah masyarakat mau berbaur dan berpartisipasi
untuk meMa’murkan masjid.
Setelah masjid selesai direhabilitasi pada tahun 2016 para
pengurus masjid membentuk kepengurusan masjid kembali dengan
44
mengundang semua tokoh masyarakat di desa Cukil dengan maksud
agar masyarakat ikut terlibat dalam kepengurusan masjid. Perubahan
dan pembentukan kepengurusan masjid diadakan setiap tiga tahun
sekali dengan cara pemilihan langsung dari masyarakat.
Kemudian setelah berhasil dibentuk kepengurusan yang baru,
para pengurus masjid tersebut mulai menyusun strategi untuk
membangun masyarakat yang berpengetahuan luas tentang agama
Islam dan meningkatkan pemberdayaan social masyarakat desa Cukil.
Dimulai dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) atau yang biasa disebut dengan
suronan. Pada awalnya para pengurus masjid mengenalkan kegiatan
tersebut dengan cara mengadakan pengajian di desa Cukil dengan
mendatangkan Kyai atau mubaligh dari desa lain untuk berdakwah
mengenai hal tersebut. Sehingga masyarakat menjadi tahu dan paham
tentang keistimewaan memuliakan anak yatim dan bersedekah.
Karena dengan cara tersebut masyarakat desa Cukil lebih mudah
menerima dan mau turut serta dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Kegiatan suronan tersebut berhasil dilaksanakan dan
berdampak positif bagi masyarakat desa Cukil. Pada akhirnya
masyarakat sepakat untuk mengadakan kegiatan dalam menyantuni
anak-anak yatim desa Cukil. Dalam kegiatan yang mereka sebut
dengan “tali asih” tersebut berhasil dilaksanakan secara baik dan
kompak oleh masyarakat. Sehingga kegiatan pengajian suronan dan
45
juga tali asih tersebut berhasil dilaksanakan secara rutin di desa Cukil
hingga saat ini.
Dalam melaksanakan strategi pemberdayaan masyarakat
tersebut para pengurus masjid al-Ma’mur telah mencapai prinsip dasar
dari strategi The Integrated or Holistic Strategy yaitu persamaan,
pemerataan, keadilan dan partisipasi masyarakat desa Cukil serta
terjadinya perubahan-perubahan mendasar baik dalam komitmen
maupun dalam gaya dan cara bekerja. Masyarakat desa Cukil
mengalami proses perubahan yang sangat luar biasa dalam
mengembangkan taraf hidup mereka sendiri demi terwujudnya
kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat secara bersama-sama.
46
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa revitalisasi pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat studi kasus di masjid al-ma’mur desa Cukil
Kecamatan Tengaran dengan rincian sebagai berikut:
1. Revitalisasi masjid al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran dilatar
belakangi oleh kondisi sejarah masyarakat desa Cukil dimana pada
awalnya masyarakat desa Cukil memeluk agama Islam tapi mereka
tidak menjalankan ibadah sholat maupun syariat agama Islam lainnya
yang disebut dengan Islam abangan atau kejawen. Dimana masyarakat
desa Cukil masih berpedoman pada ideologi kejawen seperti
melakukan ritual sesajen yang diletakkan di pohon-pohon besar dan
sebagainya. Hingga pada akhirnya dibangun masjid al-Ma’mur
tersebut yang bertujuan agar masjid tersebut dapat dijadikan media
dalam mengubah tatanan perilaku yang kurang sesuai dengan ajaran
agama Islam. Setelah berdiri masjid tersebut menjadi fungsi utama
dalam mengajarkan agama Islam kepada masyarakat desa Cukil.
Namun secara perlahan masjid tersebut tidak menjadi fungsi lagi
karena adanya ketidakpercayaan atau keraguan pada masyarakat. Hal
inilah yang menjadikan latar belakang para pengurus masjid untuk
47
melaksanakan revitalisasi masjid al-Ma’mur di desa Cukil Kecamatan
Tengaran.
2. Revitalisasi pendidikan Islam di masjid al-Ma’mur desa Cukil
Kecamatan Tengaran menggunakan strategi rehabilitasi yaitu dengan
melaksanakan visi pendidikan yang visioner yang dilatar belakangi
oleh berbagai pengaruh sejarah dan perkembangan masyarakat desa
Cukil Kecamatan Tengaran. Hal tersebut dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan pendidikan Islam yang dilaksanakan para penggerak
revitalisasi seperti TPQ bagi anak-anak dan mengaji al-Qur’an serta
kegiatan rutin sema’an serta pengajian akbar yang menjadi kegiatan
rutin sehingga masyarakat desa Cukil kembali menggunakan masjid
sebagai fungsi utama dalam menempuh pendidikan Islam.
3. Revitalisasi pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di desa
Cukil Kecamatan Tengaran melalui strategi The Integrated or Holistic
Strategy yaitu dengan mengintegrasikan seluruh unsur dan komponen
yang diperlukan, yakni dengan mencapai secara simultan tujuan-tujuan
revitalisasi pemberdayaan masyarakat yang menyangkut kelangsungan
pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan, dan partisipasi aktif
masyarakat melalui berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan secara rutin seperti PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
atau biasa yang disebut dengan suronan dengan memuliakan anak
yatim.
48
B. Saran
Para tokoh agama dan pengurus masjid Al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan
Tengaran hendaknya tetap melestarikan kegiatan yang sudah ada secara
optimal sehingga kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan hilang begitu saja.
Selain kegiatan yang sudah dilaksanakan hendaknya para tokoh agama dan
pengurus masjid menambah suatu program kegiatan lain yang dapat
mendorong seluruh masyarakat untuk semakin berkembang terutama
dalam memfungsikan masjid sebagaimana ajaran Rasulullah SAW.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta, 2007.
Aziz, Ali Moh dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Paradigma Aksi
Metodologi), Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Christiady, “Faktor-faktor yang Menghambat Upaya Pemerintah dalam
Merevitalisasi Sungai Cikapundung Bandung”, Pembangunan Wilayah
dan Kota, Volume 10, Nomor 1, (Maret 2014): 12-21.
Dalmeri, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah
Multikultural”, Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 22, Nomor 2
(November 2014): 322-350.
Djoeffan, Hidayati Sri, “Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan
Kualitas Bangsa”, Jurnal Pendidikan, Volume XX, Nomor 02 (April-Juni
2004), 227.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Handryant, Nur Aisyah. Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat.
Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Idi, Abdullah, dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006.
Jannah, Nurul, “Revitalisasi Peran Masjid di Era Modern”, Tesis, UIN Medan
Sumatera Utara, 2016.
Juwaini, Ahmad, “Revitalisasi Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 2 Nomor 2 (Agustus 2002): 164.
50
Karl, Marile, “Development, Empowerment, and Participation”, Women and
Empowerment, Volume 14 (2006): 10-27.
Laretna, T Adishakti, “Revitalisasi Bukan Sekedar Beautification”, Urban and
Regional Development Institute, Volume 13 (Maret 2002).
Mahazan A.M., “A Model of Imam’s Leadership and Mosque Performance in
Malaysia”, COPE, Volume 3, Nomor 2 (Desember 2013): 53-64.
Mardikanto. Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta: Penerbit TS, 2010.
Miles, dan Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia,
2014.
Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Natasha, Harum, “Revitalisasi Lembaga Pendidikan dan Upaya Membangun
Karakter Bangsa”, Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Januari-Juni
2012): 89-93.
Pratama, Nugraha Aziz Abdul. Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di
IndonesiaI. Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012.
Sholeh, Asroun Niam. Reorientasi Pendidikan Islam (Mengurai Relevansi Konsep