1
Kontan, 31 Juli 2017

PERBANKAN - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/3307/baadce2b_Jun17-LionMetalWorksTb... · SVP Treasury PT Bank Mandiri Tbk Farida Thamrin menuturkan, dampak aturan commercial

Embed Size (px)

Citation preview

12 PERBANKANKontan Senin, 31 Juli 2017

kinerja bank syariahn

Laba BCA Syariah & BNI Syariah MekarJAKARTA. Alhamdullilah. Kinerja semester I dua bank syariah nampaknya bisa di-cungi jempol. Bank Central Asia (BCA) Syariah dan Bank Negara Indonesia (BNI) Syari-ah mencatat pertumbuhan laba bersih dua digit pada se-mester pertama tahun ini.

BCA Syariah meraih laba bersih sebesar Rp 20,13 miliar atau naik 40,03% dibanding semester I tahun sebelumnya. Presiden Direktur BCA Syari-ah John Kosasih mengatakan, pencapaian laba bersih dido-rong oleh realisasi pembiaya-an yang mencapai Rp 3,85 tri-liun atau naik 21,09% di se-mester I-2017 dibandingkan posisi Rp 3,2 triliun di semes-ter I-2016.

Berdasarkan segmen pem-biayaan, pembiayaan komer-sial tercatat mendominasi de-ngan porsi sebesar 72,1% dari total pembiayaan atau me-ningkat 5,03% dari tahun sebe-lumnya. Sisanya, pembiayaan mengalir ke segmen konsu-mer dan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM).

Dari pembiayaan yang tum-buh tinggi membuat rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) gross turun 7 bps men-

jadi 0,48% per semester I-2017 dibandingkan posisi 0,55% di semester I-2016. BCA Syariah akan mempertahankan NPF pada level setinggi-tinggi di bawah 1% di akhir tahun ini.

Tidak hanya dari sisi pem-biayaan, BCA Syariah telah membukukan pertumbuhan tinggi pada dana pihak ketiga (DPK). Tercatat DPK sebesar Rp 4,24 triliun per semester I-2017 atau naik 31,79% diban-dingkan posisi Rp 3,22 triliun di semester I-2016.

Anak usaha BCA ini menar-getkan laba bersih tumbuh 15% sampai 20% atau menca-pai sekitar Rp 60 miliar di akhir tahun 2017. Sedangkan, untuk pembiayaan dan DPK akan tumbuh sebesar 15% di akhir tahun ini. "Target kami untuk semua bisnis sekitar 15% di akhir tahun," katanya ke KONTAN, Jumat (28/7).

Salah satu bank syariah mi-liki pemerintah juga meraup keuntungan. Misalnya, Bank Negara Indonesia (BNI) Syari-ah membukukan laba bersih sebesar 13% atau mencapai Rp 165 miliar di semester I-2017. Direktur BNI Syariah Dhias menyampaikan, peno-pang laba bersih adalah pe-ningkatan pembiayaan sebe-

sar 18,85% menjadi Rp 22,55 triliun per semester I-2017. Segmen konsumer sebagai penyumbang pembiayaan ter-besar atau mencapai 55%.

Meskipun pembiayaan tum-buh tinggi, namun rasio NPF naik 58 bps menjadi 3,38% per semester I-2017 dibandingkan posisi 2,8% di semester I-2016. Kedepan, BNI Syariah akan berusahaan menjaga rasio NPF pada level 3% per akhir Desember 2017.

Kenaikan NPF tak menyu-rutkan niat BNI Syariah untuk meningkatkan pembiayaan. Anak usaha BNI ini optimistis pembiayaan dapat tumbuh 16% atau mencapai Rp 23,8 triliun di akhir tahun ini. Ke-mudian, DPK akan tumbuh 15% atau mencapai Rp 28 trili-un di akhir tahun.

Sementara itu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah ha-nya mencatat kenaikan pem-biayaan tipis yaitu 3,7% atau menjadi Rp 18,52 triliun di se-mester I-2017. Sekretaris Per-usahaan BRI Syariah Indri Tri Handayani menuturkan, kom-posisi pembiayaan pada se-mester I-2017 terdiri dari seg-men retail 68,3% dan komersi-al 31,7%.

Pengucuran pembiayaan yang masih tipis ini berimbas pada kualitas pembiayaan. Anak usaha BRI ini mencatat rasio NPF sebesar 4,82% per semester I-2017 atau hanya turun 5 bps dibandingkan po-sisi 4,87% di semester I-2016. "NPF kami upayakan di akhir tahun bisa mencapai 4%," tam-bah Indri.

BRI Syariah memiliki se-jumlah target di tahun 2017. Di antaranya, aset tumbuh 8,7% atau mencapai Rp 30,1 triliun, penyaluran pembiaya-an tumbuh 22% atau mencapai Rp 22,03 triliun dan perolehan DPK tumbuh 9,09% atau hing-ga Rp 24 triliun di akhir tahun ini. Fokus bisnis akan meng-arah ke ritel, konsumer, mik-ro, dan komersial.

Marshall Sautlan

BNI DigiFest

KONTAN/Cheppy A. Muchlis

Peserta melaksanakan jalan santai pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-71 BNI dan DigiFest di Jakarta, Minggu (30/7). Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni menyatakan, BNI DigiFest ini merupakan momentum silaturahmi keluarga besar BNI sekaligus salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas pencapaian BNI selama 71 tahun.

Likuiditas Bank Bisa TergangguAturan commercial paper berdampak pada likuiditas

JAKARTA. Aturan surat utang komersial atau commercial paper Bank Indonesia (BI) diproyeksi bisa memberikan dampak pada likuiditas bank. Pasalnya, dalam PBI Nomor 19/9/PBI/2017, bank sentral mengizinkan korporasi non-bank menerbitkan instrumen pembiayaan jangka pendek melalui pasar uang.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, aturan commercial paper bisa menjadi tantangan perbankan dalam memberikan kredit. Sebab, bila bunga commercial paper lebih murah dari kredit, perusahaan-perusahaan akan lari ke surat instrumen itu.

Menurutnya, ke depan, BI harus mencermati manajemen risiko pada aturan surat utang komersial tersebut. "Jangan sampai korporasi non-bank terlalu gampang mengeluar-kan instrumen ini," ujarn Ja-hya, Kamis (27/7).

Berlaku sejak tanggal 4 Sep-tember 201, korporasi yang hendak menerbitkan com-mercial paper baru bisa efek-tif mengeluarkan surat utang

itu 2 Januari 2018.Direktur Keuangan dan Tre-

asury PT Bank Tabungan Ne-gara Tbk (BTN) Iman Nugro-ho Soeko menilai, dampak penerbitan surat utang ko-mersial perusahaan terhadap likuiditas perbankan akan terjadi secara gradual.

Jika investor tidak menem-patkan dana di bank dam me-reka menggunakan dana-da-nanya untuk membeli com-mercial paper, kondisi itu akan memengaruhi likuiditas dan kredit bank secara seim-bang. "Karena pengurangan pertumbuhan dana pihak keti-ga (DPK) diikuti dengan pe-ngurangan pertumbuhan kre-dit yang setara,” ucap Iman.

SVP Treasury PT Bank Mandiri Tbk Farida Thamrin menuturkan, dampak aturan commercial paper terhadap

likuditas perbankan perlu di-cermati lebih lanjut. Sebab, suku bunga antara commerci-al paper dengan bunga kredit akan tergantung denganselera investor.

Kendati demikian, aturan commercial paper ini bisa membuat tambahan alternatif pendanaan bagi korporasi non-bank. “Selain itu, aturan ini bisa menjadi landasan bank untuk melakukan inves-tasi (di instrumen ini),” ujar Farida.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi menilai, secara umum, kondisi likuiditas di perbankan masih normal. Aturan commercial paper ini akan membuat banyak variasi terhadap instrumen pasar ke-uangan. Alhasil, akan membe-rikan lebih banyak pilihan in-vestasi di pasar uang dan membuat pasar uang lebih li-kuid.

Sebagai gambaran, likuidi-tas perbankan terbilang cu-kup. Ini tercermin dari rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) bank sebesar 88,5% per Mei 2017 atau turun 182 bps secara tahunan. n

Galvan Yudistira

Nilai Tukar USD/IDR di 10 Bank Besar

Jual Beli Rata-rata

Bank Mandiri 13.360 13.160 13.260

Bank Central Asia (BCA) 13.330 13.314 13.322

Bank Rakyat Indonesia (BRI) 13.395 13.255 13.325

Bank BNI 13.440 13.190 13.315

CIMB Niaga 13.470 12.970 13.220

Bank Permata 13.525 13.175 13.350

Bank Danamon 13.349 13.169 13.259

Bank Panin 13.330 13.313 13.322

Bank Maybank Indonesia 13.420 13.220 13.320

Bank Tabungan Negara (BTN) 13.378 13.253 13.316

Rata-rata seluruh bank 13.400 13.202 -

Sumber: Situs Bank, per Jumat (28/7) 16.00 WIB

Laba BCA

Syariah tumbuh

40,03%, dan laba

BNI Syariah

tumbuh 13% di

paruh pertama.

Jangan sampai

korporasi non

bank terlalu

mudah terbitkan

commercial

paper.

Kontan, 31 Juli 2017