percobaan 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

percobaan 2

Citation preview

Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada percobaan ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena, kloroform, eter dan alkohol (Anief, 2010)Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan: (Syamsuni, 2006)1. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarutDalam hal ini, diperbolehkan berdasarkan pengamatan bahwa molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik. Artinya, molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, adapun yang nonpolar akan larut dalam media nonpolar, konsep tersebut kurang tepat bila diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah.2. Sifat kelarutanSifat kelarutan terbagi menjadi 2 bagian yaitu: Dapat larut dalam airSemua garam klorida larut, garam nitrat larut kecuali nitrat basah seperti bismuth subitrat. Semua garam sulfat larut terkecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut). Tidak larut dalam airSeperti garam karbonat dalam air terkecuali K2CO3, NaCO3, (NH4)2CO3.3. TemperaturBeberapa zat padat pada umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan zat itu bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat itu tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm.4. Pembentukan kompleksPembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut. Contoh: Larutan Iodin dalam larutan KI atau NaI dalam air. Larutan kofein didalam larutan Na-salisilat atau Na-Benzoat dalam air.5. Efek ion berasamObat yang tidak larut sering disebut suspensi. Disini ada keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya. Contoh: suspensi prokain penisilin yang ditambahkan prokain HCl yang mudah larut dalam air akan mengurangi ion penisilin dalam larutan, karena produk kelarutan atau konstanta keseimbangan kelarutan suatu senyawa pada suhu konstanta adalah tetap.6. Ukuran partikelKecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh ukuran partikel, makin halus zat terlarut, makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehinggan zat terlarut makin cepat larut. Kedua, suhu dan terakhir pengadukan.7. Struktur airStruktur air sangat peka terhadap beberapa factor seperti suhu, permukaan dan zat terlarut yang dapat memperkuat, memperlemah, mengubah atau memecahkan seluruh larutan.8. HidrotofiHidrotofi yaitu peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain.9. Salting in dan salting outSalting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama. Contohnya kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.10. Co-colvencyCo-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kalarutan karena penambahan pelarut alain atau modifikasi pelarut.Misalnya,luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air-gliserin.Komposisi larutan: (Syamsuni, 2006)1. Sirup dengan dasar sukrosa dan bukan sukrosa2. Pengawet antimikroba3. Pemberi rasa4. Pemberi warna5. Kontrol viskositas6. Penampilan7. StabilitasKeuntungan bentuk larutan: (Syamsuni, 2006)1. Merupakan campuran homogen.2. Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan.3. Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul atau tablet lambung, sedangkan bila dalam bentuk kapsul atau tablet sulit diencerkan.4. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat di absorpsi.5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna, dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada anak-anak.6. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

Kerugian bentuk larutan: (Syamsuni, 2006)1. Volume bentuk larutan lebih besar.2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.

Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama adalah etanol yang dimaksudkan mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, dan propilenglikol. Sirop gula dapat digunakan sebagai pengganti gula. Eliksir supaya disimpan dalam wadah tertutup rapat (Anief, 2010).Dibandingkan dengan sirup, eliksir kurang manis, kurang viskos karena mengandung gula dengan kadar rendah, sehingga kurang efektif untuk menutup rasa yang tidak enak. Karena berupa hidroalkoholik, maka lebih mudah untuk dibuat menjadi larutan bagi bahan-bahan yang larut dalam air maupun yang larut dalam alkohol. Dari sisi pembuatan menjadi lebih sederhana dibandingkan sirup (Aulton, 1994).Kadar alkohol bervariasi sekali tergantung dari keperluan untuk menjaga tetap dalam larutan. Konsekuensinya adalah untuk bahan yang kurang larut dalam air, jumlah alkohol yang dibutuhkan menjadi lebih besar. Digunakan gliserin, propilen glikol sebagai ko-solven. Walaupun eliksir dipermanis dengan gula, banyak juga yang menggunakan sorbitol, gliserin, atau pemanis buatan. Eliksir dengan kadar alkohol tinggi sering memakai saccharin sebagai pemanis dengan jumlah kecil daripada gula yang sedikit larut dalam alkohol. Hampir semua eliksir mengandung flavoring agent dan coloring agent. Eliksir dengan 10 - 12% alkohol adalah self-preserving sehingga tidak perlu ditambahkan anti mikroba lagi (Ansel et al, 1995).Keuntungan eliksir yaitu dosis mudah diatur, terutama buat mereka yang sulit menelan obat. Sedangkan kerugiannya anak-anak atau orang dewasa menghindari alkohol (Banker and Rhodes, 1995).Karena biasanya mengandung alkohol dan minyak menguap, eliksir harus tertutup kedap, terlindung dari cahaya dan panas berlebihan (Banker and Rhodes, 1995).Pembuatan eliksir biasanya dibuat dengan pelarutan sederhana dengan pengadukan dan atau dengan campuran dua atau lebih bahan tambahan cair. Bahan yang larut dalam alkohol dan yang larut dalam air biasanya dilarutkan secara terpisah masing-masing (Banker and Rhodes, 1995).

DATA PREFORMULASI ZAT AKTIF DAN EKSIPIEN1. Data Preformulasi Zat AktifParacetamolumWarna: putihRasa: sedikit pahitBau: tidak berbauPemerian: serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahitPolimorfisme: serbuk hablurKelarutan: larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanolTitik lebur: antara 168o dan 172oStabilitas: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya(Depkes RI, 1995: 649-650)

2. Data Preformulasi Eskipien (Zat Tambahan)SorbitolumWarna: putihRasa: manisPemerian: serbuk, butiran atau kepingan, putih; rasa manis; higroskopikKelarutan: sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam methanol P dan dalam asam asetat PStabilitas: dalam wadah tertutup rapat(Depkes RI, 1979: 567-568)

Metil ParabenWarna: tidak berwarnaRasa: tajamBau: tidak berbauPemerian: kristal, tidak berwarna, tidak berbau, rasa tajam.Polimorfisme: kristalUkuran partikel: 20mKelarutan: larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95%, 6 bagian etanol 50%, 10 bagian eter, 60 bagian gliserol, propilen glikol, 100 bagian air (25oC)Titik lebur: 125-128oCpKa: 8,4 suhu 22oCBobot jenis: 1,352 g/cm3Stabilitas: kelarutan di pH 3-6, stabil 4 tahun di suhu ruanganInkompatibilitas: terhadap bentonit, magnesium trisilikat, tragakan, sodium algite, essensial oil, sorbitol, dan beraksi juga dengan gula.(Rowe, 2009: 441)Propil Paraben/NipasolWarna: putihRasa: tidak berasaBau: tidak berbauPemerian: serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasaPolimorfisme: serbuk hablurKelarutan: sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.Titik lebur: 95o sampai 98oStabilitas: dalam wadah tertutup baik(Depkes RI, 1979: 535)

EtanolWarna: tidak berwarnaRasa: panasBau: khasPemerian: cairan tak berwarna jernih, mudah menguap, mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eterBobot jenis: 0,8119-0,8139Stabilitas: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.Inkompatibilitas: dalam suasana asam bereaksi dengan material oksidasi(Rowe, 2009: 17)

AquadestWarna: jernihRasa: tidak berasaBau: tidak berbauPemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasaBobot jenis: 1Titik didih: 100oCStabilitas: dalam wadah tertutup rapat(Depkes RI, 1979: 96)

SukrosaWarna: tidak berwarnaRasa: manisBau: tidak berbauPemerian: hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis; stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.Polimorfisme: hablur atau berbentuk kubusKelarutan: sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eterStabilitas: dalam wadah tertutup baik(Depkes RI, 1995: 762)

Daftar PustakaAnief, Moh. (2010). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Gadjah Mada University, Yogyakarta.Ansel, H. C., Popovich, N. G. and Allen Jr., L.V. (1995). Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System. William & Wilkins, Parkway PA.Aulton, M. E. (1994). Pharmaceutics, The Science of Dosage Forms Design. ELBS, Edinburg.Banker, G. S. and Rhodes, C. T. (1995). Modern Pharmaceutics, 3rd Ed. Marcel Dekker Inc., New York.Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Depkes RI, Jakarta.Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Depkes RI, Jakarta.Rowe, C. Rayman. (2009). Handbook of Pharmaceuticals Excipients Sixth Edition. RPS Publishing, London.Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.