183
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010) TESIS Untuk memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Pada Program Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara OLEH M. ARIFIN. NST 037024063/SP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

(Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Pada Program Studi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

M. ARIFIN. NST 037024063/SP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2007

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 2: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmat berupa kesehatan dan kesempatan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tahap akhir studi di Program

Magister Studi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

dengan menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak menerima masukan, bantuan

dan fasilitas dari berbagai pihak guna penyelesaian tesis ini dengan baik. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H., SPA(k)., selaku Rektor

USU.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa H., M.Sc., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana USU

3. Bapak Drs. Subhilhar, M.A., Ph.D selaku Ketua program Magister Studi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU.

4. Bapak Drs. Ivan Razali,M.Phil., selaku Dosen Pembimbing I yang banyak

memberikan masukan dan motivasi.

5. Bapak Drs. H. Husni Thamrin. Nst, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II

yang banyak memberikan bimbingan dan arahan.

6. Bapak Drs. Kariono, M.Si., selaku Dosen pembanding, atas masukan dan

kritikan konstruktifnya.

iiiM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 3: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

7. Bapak Drs Agus Suriadi, M.Si., selaku Sekretaris Program sekaligus

Dosen pembanding, atas segala masukan dan guna penyempurnaan Tesis

ini.

8. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A., selaku Dekan FISIP USU

9. Ibunda Hj. Delima Hasibuan.

10. Saudara-saudara ku, Aida, Dina, dan Kiki.

11. Kemanakanku, Rayez, Shirin, Geys, Dan Filza.

12. Tulang ku Bapak Drs. Panggong, MSP.

13. Sahabatku M.Ravi Siregar dan Sutan Fauzi Arif Lubis, S.STP., M.Si.

14. Seluruh teman-teman angkatan empat (IV) Program Magister Studi

Pembangunan.

15. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pasca Sarjana yang telah meberikan wawasan

akademis yang sangat bermanfaat bagi penulis.

16. Seluruh staf dan pegawai Sekolah Pascasarjana USU khususnya di

Program Magister Studi Pembangunan, terima kasih atas bantuan yang

telah diberikan kepada penulis selama ini.

17. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tesis ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Tesis ini bermanfaat.

Medan, Juni 2007

Penulis

ivM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 4: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

ABSTRAK Di dalam Era otonomi daerah yang dimulai dari regulasi UU No.22 Tahun

1999 sebagaimanana telah diperbaharui dengan UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kesempatan dan peluang bagi daerah otonomi untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerahnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya untuk merencanakan pembangunan daerah diregulasikan UU N0.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Regulasi produk hukum ini sekaligus meretas kebuntuan paradigma pembangunan top-down menjadi pembangunan berbasis rakyat (bottom-up). Pendekatan utama model pembangunan bottom-up ini adalah model partisipatoris, yaitu model melibatkan rakyat dalam rangkaian proses pembangunan.

Partisipasi masyarakat sebagai variabel yang diadopsi dalam ini penelitian ini memiliki indikator : (1) kontribusi, (2) dukungan, (3) komitmen, (4) kerjasama, dan (5) keahlian. Pendekatan penelitian adalah pendekatan deskriptif dengan maksud memperoleh gambaran yang jelas tentang mekanisme dan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi atau data sekunder, serta wawancara dengan informan dan menyajikannnya dalam bentuk matrik dan maknanya diinterpretasikan oleh peneliti. Dalam penelitian ini digunakan informan penelitian dari berbagai unsur yaitu : Unsur Pemerintahan Kota Medan, Organisasi Masyarakat, Akademisi/Perguruan Tinggi, Media Massa dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan. Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini digunakan metode Analisis Kualitatif yang bermakna sebagai analisis yang didasarkan pada argumentasi logika serta didasarkan pada data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data.

Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Dari 6 (enam) tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah hanya satu proses saja yang dilibatkan secara utuh stakeholders pelaku pembangunan yaitu tahapan musyawarah perencanaan Pembangunan (Musrenbang), (2) Pelaksanaan Musrenbang RPJMD lebih banyak dilakukan secara formalitas dan tidak semua komponen stakesholders dilibatkan dalam pelaksanaan Musrenbang tersebut (3) Waktu atau durasi yang disediakan Pemerintah Kota Medan, walaupun berdasarkan amanat Undang-Undang No.25 Tahun 2004 Tentang SPPN, yaitu dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah pelantikan kepala daerah dinilai terlalu singkat untuk merumuskan kebijakan 5 (lima) tahunan. Kemudia pelaksanan Musrenbang yang hanya satu hari dinilai kurang dapat mengakomodir dan merumuskan permasalahan dan solusi pembangunan Kota.

Keywords: Pembangunan Partisipatif, Stakeholders dan RPJMD Kota Medan 2006-2010

iM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 5: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

ABSTRACT In the local autonomy era since the implementation of Bill of law no.

22/1999 which has been amandemented by Bill of Law no. 32/2004 about the Local Governance, has given the opportunity and chance for the autonomous local governance to optimalize the resources in its territory for the welfare and the prosperity of the people. Then, to plan the local development, it’s necessary to formulate the bill of law no. 25/2004 about the National Development Planning System. The regulation of this law product also solves the mess of top down development paradigm into the community development (bottom up). The main approach of bottom up development modelis the participatory model, means to involve and elaborate the people in the whole process of development.

The participation of the community as the variable which is adopted in this research has the indicators such as: (1) contribution, (2) support, (3) commitment, (4) cooperation, (5) skill. The approach of this research is descriptive approach which means to get the clear description of the mechanism and the participation of community/people in the formulation of Local Middle Term of Development Planning (RPJMD) of Medan City 2006-2010. This method is used to collect the information or secondary data, interview with the informants and brought up in the matrix form and the meaning was intrepreted by the researcher, In this research involved the informants from various elements, they are: Local gGovernment of Medan City elements, Civil Society Organizations, Academicians of University/college, Mass Media, and the legislative Board of Medan city. To answer the research question of this research used the qualititative analysis method which means as the tools of analysis which is based on logic argument and data earned from data collection technics.

This research revealed: (1) From six stages of Local Middle Term of Development Planning (RPJMD) of Medan city just only one process which involved the whole community elements or stakeholders of development, it is Development Planning Discussion (Musrenbang), (2) The Development Planning Discussion (Msrenbang) only used the formality steps and not all stakeholders components involved in the Development Planning Discussion (Musrenbang). The time or duration which is given by the local government of Medan city, eventhough suitable with Bill of law no. 25/2004 about National Planning Development System, in three months after the Mayor appointment is supposed too short to formulate five years policies. Then the Development Planning Discussion (Musrenbang) just only one day is supposed not optimal to accomadate and formulate the problems and the solutions of the city development.

Key words: Participatory Development, Stakeholders and Local Middle Term of Development Planning (RPJMD) of Medan city 2006-2010.

iiM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 6: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PERNYATAAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kota Medan Tahun 2006-2010)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2007

( M.Arifin.Nst )

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 7: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Arifin Nasution

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 5 October 1979

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Dosen FISIP USU

Alamat : Jl. Batu Putih No.7/29 Medan, 20233

Telepon : 061- 4156463

Mobile Phone : 08126543451

B. PENDIDIKAN 1985-1991 : SD Islam Azizi, Medan

1991-1994 : SMP Negeri 11, Medan

1994-1997 : Madrasah Aliyah Negeri 1, Medan

1998-2004 : Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan

2004-2007 : Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

C. PEKERJAAN

2005- Sekarang : Dosen Departemen Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan

2006- Sekarang : Staf Ahli Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan

2007- Sekarang : Sekretaris Unit Pengembangan Riset Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 8: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 9: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

ABSTRAK …………………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………….…

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………………….

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………..

1. Latar Belakang ………………………………………………………………

2. Perumusan Masalah ………………………………………………………….

3. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….

4. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………

II. TINJAUANPUSTAKA ………………………………………………………….

1. ImplementasiKebijakan ………………………………………………………

2. PemberdayaanMasyarakat……………………………………………………

3. ProgramPemberdayaan Kelurahan Di Kota Medan………………………….

4. Pemerintah Kelurahan………………………………………………………..

III. METODE PENELITIAN …………………………………………………………..

1. Tempat Dan Waktu Penelitian……………………………..…………………

2. Tipe Penelitian …………………………………………………………………

3. Unit Analisis …………………………………………………………………

4. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….

5. Teknik Analisis Data …………………………………………………………

6. Defenisi dan Operasionalisasi Konsep………………………………………

IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

i

iii

iv

viii

ix

1

1

10

11

11

13

13

22

31

43

46

46

46

47

48

49

49

iM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 10: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

1. Gambaran Umum Kota Medan…………………………..……………………

2. Kecamatan Medan Tembung …………………………………………………

3. Kelurahan Indra Kasih…………………………………………………………

4. Kelurahan Sidorejo Hilir …………………………………………………….

5. Kelurahan Sidorejo…………………………………………………………….

6. Kelurahan Bantan Timur……………………………………………………….

7. Kelurahan Bandar Selamat……………………………………………………

8. Kelurahan Bantan………………………………………………………………

9. Kelurahan Tembung……………………………………………………………

V. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

1. Implementasi Program Pemberdayaan Kelurahan di Kecamatan Medan

Tembung……………………………………………………………………

2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi Program Pemberdayaan

Kelurahan di Kecamatan Medan Tembung…………………………………….

3. Analisis

Data…………………………………………………………………………..

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ……………………………………………………………………

2. Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

51

56

58

56

62

63

64

65

67

70

119

127

138

141

iiM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 11: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 4.l Komposisi Penduduk Kelurahan Indra Kasih …………………...

59

Tabel 4.2 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Indra Kasih ………………………………………….

59

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir ………………..

60

Tabel 4.4 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir ………………………………………..

61

Tabel 4.5 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sidorejo ……………………………………………..

62

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Kelurahan Bantan Timur ………………..

63

Tabel 4.7 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Bantan Timur ……………………………………….

63

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Kelurahan Bandar Selamat ……………...

64

Tabel 4.9 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Bandar Selamat ……………………………………..

65

Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Kelurahan Bantan ……………………….

66

Tabel 4.11 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Bantan …...

66

Tabel 4.12 Komposisi Penduduk Kelurahan Tembung …………………….

68

Tabel 4.13 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Tembung ……………………………………………

68

Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Tingkat Kebersihan Kelurahan Yang Dipimpin…………………

71

Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Tim Khusus Yang Menangani Urusan Kebersihan……………...

72

Tabel 5.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Tim Atau Petugas Kebersihan Apakah Diberikan Upah………...

73

ivM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 12: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Asal Dana Untuk Peralatan Pengelolaan Kebersihan……………

74

Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Dana Yang Tersebut Diatas Sudah Mencukupi Untuk Pengelolaan Kebersihan…………………………………………

75

Tabel 5.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Jika Dana Pengelolaan Kebersihan Belum Mencukupi, Usaha Apa Yang Telah/Akan Dilakukan Pihak Kelurahan……………

75

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Pengawasan Lurah Terhadap Petugas Kebersihan Dalam Menjalankan Tugasnya Sehari-hari……………………………...

76

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Untuk Menghindari Gangguan Keamanan, Apakah Kelurahan Mengalokasikan Dana……………………………………………

83

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Bagaimana Kelurahan Ini Menghindari Gangguan Keamanan…

84

Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Warga Dan Organisasi Pemuda Dilingkungan Ini Digerakkan Untuk Bergotong royong Dan Berpartisipasi Untuk Menjaga Keamanan……………………………………………

85

Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Bagaimana Kelurahan Ini Melakukan Pengawasan Dan Pemeliharaan Terhadap Lampu Penerangan Jalan/Umum………

86

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Dikelurahan Ini Terdapat Pos Siskamling………………

86

Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apabila Terdapat Pos Siskamling, Apakah Selalu Ada Petugas Jaga ……………………………………………………

87

Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Jika Terjadi Konflik Antar Warga, Siapakah Yang Mencoba Mendamaikan……………………………………………………

88

Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Adakah Upaya Preventif Terhadap Munculnya Konflik………

89

vM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 13: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Upaya Preventif Terhadap Munculnya Konflik…………………

89

Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Di Kelurahan Ini Terdapat Pedagang K-5………………

94

Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Lurah Memberikan Izin Pemakaian Jalan Untuk Keperluan Tertentu………………………………………………

95

Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Bapak Atau Pihak Kelurahan Pernah Mengambil Tindakan Terhadap OKP Atau Pihak Lain Yang Melakukan Pungutan Liar…………………………………………………….

96

Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Di Kelurahan Ini Ada Bangunan Yang Menyalahi Aturan Tata Ruang Kota Misalnya Tidak Memiliki IMB………

97

Tabel 5.21 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Dikelurahan Ini Adakah Petugas Yang Diberikan Kewenangan Khusus Untuk Menangani Masalah Ketertiban………………

98

Tabel 5.22 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Kelurahan Melakukan Tatap Muka Dengan Tokoh Masyarakat/Masyarakat Untuk Menjelaskan Program Pemerintah……………………………………………………….

104

Tabel 5.23 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Tingkat Antusiasme Warga Pada Acara Sosialisasi Tersebut………………………………………………………….

105

Tabel 5.24 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Cara Yang Ditempuh Pihak Kelurahan Untuk Melakukan Pembinaan Pada Warga…………………………………………

105

Tabel 5.25 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Pemerintah Kelurahan Melakukan Pendekatan Kepada Tokoh Masyarakat Atau Alim Ulama Untuk Bersama-Sama Melakukan Pembinaan Warga…………………………………

106

Tabel 5.26 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Ada Ketetapan Yang Mengatur Tugas, Wewenang, Dan Metode Yang Di Pakai Pemerintahan Dalam Menjalankan Fungsi Pelayanan Masyarakat…………………………………

112

viM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 14: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Tabel 5.27 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Dalam Melaksanakan Fungsi Pelayanan Masyarakat Apakah Ada Tarif Yang Ditetapkan……………………………………

113

Tabel 5.28 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Aparat Kelurahan Menerima Dana Yang Diberikan Oleh Masyarakat Jika Mengurus Suatu Hal……………………

113

Tabel 5.29 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Mengurus Surat-Surat Keterangan Dan Sebagainya…………………………………….

114

Tabel 5.30 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Bagaimana Tanggapan Kelurahan Jika Ada Keluhan Dari Masyarakat………………………………………………………

114

Tabel 5.31 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tentang Apakah Ada Pelatihan Yang Diberikan Kepada Pegawai Kelurahan Dalam Melaksanakan Tugasnya Untuk Melayani Masyarakat………………………………………………………

115

viiM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 15: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan

Van Meter dan Van Horn …………………………………..

15

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Edwards III……………… 16

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Grindle ………………… 18

Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Sabatier dan Mazmanian… 20

viiiM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 16: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

DAFTAR BAGAN

Hal.

Bagan 4.1 Struktur Pemerintahan Kelurahan Indra Kasih…………… 60

Bagan 4.2 Struktur Pemerintahan Kelurahan Sidorejo Hilir………… 61

Bagan 4.3 Struktur Pemerintahan Kelurahan Sidorejo……………… 63

Bagan 4.4 Struktur Pemerintahan Kelurahan Bantan Timur………… 64

Bagan 4.5 Struktur Pemerintahan Kelurahan Bandar Selamat……… 65

Bagan 4.6 Struktur Pemerintahan Kelurahan Bantan…………………. 67

Bagan 4.7 Struktur Pemerintahan Kelurahan Tembung……………… 69

ixM. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 17: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang

mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan

kemiskinan (Todaro, 2000 : 20). Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses

kperubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang

dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah

besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas

rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan

mereka. (Rogers,1983 : 25). Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan

perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara

keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan

individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk

bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih serba baik, secara

material maupun spritual (Todaro, 2000 : 20).

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut maka banyak aspek

atau hal-hal yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah keterlibatan

masyarakat di dalam pembangunan. Asumsi para pakar yang berpendapat bahwa

semakin tinggi kepedulian atau partisipasi masyarakat pada proses-proses

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 18: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

2

perencanaan akan memberikan output yang lebih optimal. Semangkin tinggi

tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka semakin tinggi pula

tingkat keberhasilan yang akan dicapai. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa partisipasi masyarakat merupakan indikator utama dan menentukan

keberhasilan pembangunan. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat dan

pembangunan berencana merupakan dua terminologi yang tidak dapat dipisahkan.

Pendapat atau teori tersebut secara rasional dapat diterima, karena secara ideal

tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh

karena itu sangatlah pantas masyarakat terlibat di dalamnya.

Korten dalam Supriatna (2000 : 65) mengatakan bahwa pembangunan

yang berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaannya sangat

mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima program

pembangunan (partisipasi pembangunan). Karena hanya dengan partisipasi

masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini

maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi

pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu indikator

keberhasilan pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima

program. Begitu juga Menurut Conyers (1991 : 154), yang mengatakan terdapat

tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sangat penting dalam

pembangunan, yaitu: Pertama, partisipasi merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang

tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 19: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

3

Alasan kedua, yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau

program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek

tersebut. Ketiga, adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila

masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

Gagasan tentang pelibatan peran warga dalam kajian masalah

pembangunan, terutama melalui model pemberdayaan masyarakat guna

peningkatan partisipasi sesungguhnya bukanlah topik yang baru. Semenjak

timbulnya kesadaran bahwa perspektif pertumbuhan ekonomi (Economic Growth)

meninggalkan permasalahan kesenjangan ketidakadilan dan ketidakmerataan

dalam pembagian manfaat pembangunan, maka berkembanglah berbagai

pandangan yang ingin memberikan alternatif kepada pandangan yang hanya

mengandalkan pertumbuhan, diantaranya teori-teori Redistribution With Growth

yang dikembangkan oleh Chenery (1974), Human Development oleh Justin

Pikunas (1976), dan People centre Development oleh David C. Korten (1986).

Perbedaan pandangan tentang pendekatan pembangunan tersebut

berlangsung cukup lama, yang mana tujuannya adalah mengakhiri era Delivered

Development dimana pembangunan direncanakan sepenuhnya dari atas dan

menempatkan warga sebagai obyek pembangunan dan kemudian ingin diganti

denga era Partisipatory Development dimana pembangunan direncanakan dari

bawah dengan melibatkan warga, dan menempatkan mereka sebagai subyek

dalam proses pembangunan.(Ponna Wignaraja dalam David C Korten, 1986 : 60).

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 20: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

4

Namun tidak dapat juga di sangkal bahwa perencanaan dengan melibatkan

masyarakat diangap tidak efektif dan cenderung menghambat pencapaian tujuan

pembangunan. Ada beberapa pertimbangan untuk kemudian tidak melibatkan

partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yaitu waktu yang lebih lama,

serta kemungkinan besar akan banyak sekali pihak-pihak yang menentang

pembangunan itu. Menurut Soetrisno (1995 : 48) hambatan-hambatan yang

dihadapi dalam melaksanakan proses pembangunan yang partisipatif adalah

belum dipahaminya makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh pihak

perencana dan pelaksanaan pembangunan. Defenisi partisipasi yang berlaku di

kalangan lingkungan aparat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan adalah

kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah

yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah.

Para perencana dan pelaksana menggunakan suatu konsep hirarkis dalam

menyeleksi pembangunan pedesaan pada prakteknya. Di dalam proses

pembangunan itu terlihat ada satu hal yang terjadi dalam interaksi antara para

pelaksana pembangunan dan rakyat, yaitu tentang bagaimana para aparat

pembangunan melihat usulan-usulan pembangunan. Dalam pikiran para aparat

pelaksana terdapat “hierarki proyek pembangunan” tersebut, dimana proyek yang

datang dari pemerintahan dan proyek yang direncakanan pemerintahan adalah

benar-benar proyek yang mencerminkan “kebutuhan rakyat”, dan karena

merupakan kebutuhan maka proyek pemerintah itu harus dilaksanakan.

Sedangkan apa yang diusulkan oleh rakyat hanya merupakan “keinginan”, bukan

mencerminkan hal yang benar-benar harus ada. Karena merupakan keinginan,

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 21: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

5

maka pada umumnya proyek-proyek yang diusulkan oleh rakyat selalu akan

diganti dengan usulan-usulan proyek yang digolongkan sebagai proyek

“kebutuhan” dan memperoleh prioritas rendah. Kemudian menurut Soetrisno

(1995: 55) yang menjadi permasalahan dari segi sosial politik dalam pelaksanaan

pembangunannya pada negara sedang berkembang termasuk Indonesia, adalah

munculnya suatu gejala dimana pemerintah menempatkan pembangunan bukan

lagi sebagai pekerjaan rutin suatu pemerintah, melainkan telah diangkat

kedudukannya sebagai suatu ideologi baru dalam negara. Perubahan ini

mempunyai segi positif dan negatif. Aspek positifnya adalah dengan dijadikannya

pembangunan sebagai suatu ideologi dalam suatu negara, maka pembangunan

akan menjadi sesuatu yang harus dilakukan oleh pemerintahan dan pelestariannya

harus dijaga oleh semua warga negara. Dengan kata lain, pembangunan harus

dihayati oleh semua warga negara, seperti kita menghayati ideologi negara. Akan

tetapi karena pembangunan telah menjadi sebuah ideologi, maka pembangunan itu

telah menjadi sesuatu yang suci sehingga tidak bebas untuk dikritik, lebih-lebih

untuk dikaji ulang guna mencari alternatifya.

Di Indonesia pendekatan pembangunan dengan mengikutsertakan warga

mulai tumbuh pada awal pelita VI yang ditandai dengan munculnya program-

program penanggulangan kemiskinan yang menggunakan pola atau skema

tindakan serangan langsung yang lebih subtansial terhadap permasalahan.

(Vidhyandika Moeljarto, 1994 : 8). Contoh skema tindakan yang dimaksud antara

lain kegiatan–kegiatan seperti pemetaan kantong kemiskinan dan penerapan

Inpres Desa Tertinggal. Ada beberapa tujuan dari keikutsertaan warga secara

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 22: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

6

langsung dalam tindakan program yaitu, Pertama, agar bantuan efektif karena

sungguh-sungguh sesuai dengan kehendak, kemampuan dan kebutuhan sendiri.

Kedua, meningkatkan keberdayaan mereka dengan pengalaman dalam melakukan

perencanaan, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan

diri dan ekonominya. (Kartasasmita, 1996 : 54).

Begitu juga setelah desentralisasi menjadi sebuah keputusan pemerintah,

yang artinya peluang potensi daerah membuat semakin besarnya kesempatan

masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan. Otonomi daerah harus dipandang

sebagai peluang untuk keberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah sebaiknya

menjadikan momentum ini sebagai peluang untuk dapat memperkuat jaringan dan

dapat mengintegrasikan seluruh jaringan dan kelompok sosial yang ada dalam

masyarakat ke dalam sebuah wujud kerjasama yang saling menguntungkan

(simbiosis mutualisme).

Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

daerah mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana menurut pasal 14 UU

No. 32 Tahun 2004 Kabupaten/Kota pada disebutkan bahwa lingkup kewenangan

Pemerintah Daeraeh terdiri atas:

a. Perencanaan dan Pengendalian Pemerintahan dan Pembangunan

b. Penyelenggaraan Ketertiban Umum

c. Penanggulangan Masalah Sosial

d. Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 23: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

7

e. Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

f. Pengendalian Lingkungan Hidup

g. Pelayanan Lingkungan dan Tata Ruang

h. Pelayanan Pertahanan dan Catatan Sipil

i. Pelayanan Dalam Penanaman Modal

j. Penyelenggaraan Pelayanan Dasar Lainnya

k. Pengembangan dan Pelestarian Budaya

l. Hubungan Harmonis Antara Pemerintah : Induk, Tetangga, Propinsi

dan Pusat

Kecenderungan untuk menerapkan prinsip desentralisasi membuat daerah-

daerah lebih memperhatikan aspirasi masyarakat lokal dalam pembangunan

daerah. Fokus perhatian pemerintah (eksekutif) pun mulai memberikan peluang

yang sangat besar untuk munculnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Secara eksplisit ditegaskan bahwa penerapan otonomi daerah secara mendasar

adalah mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan

kreativitas serta meningkatkan peran masyarakat. Dalam kajian mengenai

partisipasi masyarakat dalam otonomi daerah mengungkapkan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan hal yang krusial dan penting dalam pelaksanaan otonomi

daerah.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab II pasal 2 ayat 4

disebutkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk :

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 24: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

8

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.

2. Menjamin tercipatanya integrasi, sinkroniasasi, dan sinergi baik antar

daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun

antar pusat dan daerah.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat

5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan.

Undang-undang tersebut secara jelas menyatakan bahwa salah satu tujuan

dari sistem perencanaan pembangunan nasional adalah dapat mengoptimalkan

partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Artinya adalah bahwa sistem

perencanaan pembangunan menekankan pendekatan partisipatif masyarakat atau

yang biasa disebut perencanaan partisipatif.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, bagi daerah terdapat 5 ruang lingkup perencanaan daerah,

yaitu : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah,

Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah,

yang mana dari masing-masing rencana mensinergikan proses top down-bottom

up guna terjadinya sinkronisasi antara masing-masing proses perencanaan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 25: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

9

Sesuai dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta

UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

bahwa pemerintah daerah yang sudah menyelenggarakan pemilihan kepala daerah

secara langsung harus memiliki dokumen rencana pembangunan mulai dari

pembangunan jangka panjang hingga rencana pembangunan tahunan. Namun

prioritas utama adalah menyiapkan dokumen pembangunan jangka menengah

yang mengadopsi visi, misi kepala daerah terpilih melalui serangkaian proses,

sebagai panduan dalam menyelenggarkan pembangunan selama 5 tahun masa

periode kepala daerah terpilih.

Pemerintah Kota Medan, telah membuat Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah untuk tahun 2006 hinnga 2010. Adapun mekanisme pembuatan

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ini diatur melalui SE

Mendagri 050/2020/Sj tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan RPJP daerah

dan RPJM daerah. Dalam peraturan tersebut, sebagaimana juga yang diatur oleh

UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

bahwa dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah

tersebut haruslah melibatkan partisipasi masyarakat. Mengacu pada masalah

tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dengan

mengajukan judul tesis sebagai berikut: “PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PARTISIPATIF” (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan Tahun 2006-2010)”

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 26: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

10

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang diatas,

maka perlu kiranya untuk mencari tahu bagaimana partisipasi masyarakat dalam

proses penyusunan perencanaan pembangunan di Kota Medan, khususnya

partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kota Medan.

Sehingga yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan Tahun 2006-2010”.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana mekanisme penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan Tahun 2006-

2010.

2. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan

Tahun 2006-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan

kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan

teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan di Magister Studi

Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 27: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

11

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu

sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kota Medan, sebagai masukan

dalam penyusunan perencanaan pembangunan di daerah demi meningkatkan

peran serta masyarakat sebagi objek dan subjek pembangunan guna

peningkatan kesejahteraan rakyat.

3. Bagi Program Studi Magister Studi Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi ragam penelitian yang telah

dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi

bahan bacaan dan referensi dari satu karya ilmiah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 28: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembangunan

Todaro (2000: 18) menyatakan bahwa pembangunan bukan hanya

fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui

sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian

pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak,

yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan

sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas

komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi. Todaro (2000 : 20)

mendefenisikan pembangunan merupakan suatu proses multidemensial yang

meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-

lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan

kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan. Menurut Todaro (2000 : 21) dari

defenisi diatas memberikan beberapa implikasi bahwa :

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga

pemerataan.

2. pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti

peningkatan:

a. Life Sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 29: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

13

b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang

memiliki harga diri, bernilai dan tidak diisap orang lain.

c. Freedom From Servitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai

pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang

sekarang ini menjadi populer yaitu :

1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau

produktifitas.

2. Equity, hal ini menyangkut aspek pengurangan kesenjangan antara berbagai

lapisan masyarakat dan daerah.

3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat

menjadi aktif dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.

4. Suistanable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian

pembangunan. (Todaro, 2000 : 24).

Menurut Rostow dalam Arief (1996 : 29) pengertian pembangunan tidak

hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan, tetapi juga lebih banyak jenis

output dari pada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya,

pembangunan melalui tahapan-tahapan: masyarakat tradisional, pra kondisi lepas

landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-

besaran. Kunci di antara tahapan ini adalah adalah tahap tinggal landas yang di

dorong oleh satu sektor atau lebih (Arief , 1996 : 30).

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 30: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

14

Soekanto (1984 : 45) mengemukakan pendapatnya tentang pembangunan

ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting, proses terjadinya

perubahan secar terus menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan

perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam

jangka waktu yang panjang. Demikian pula dengan Todaro (2000:20) yang

menyatakan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar

mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran

dalam konteks pertumbuhan ekonomi atau negara yang sedang berkembang.

Bryant dan White (1982 : 15) menegaskan bahwa pembangunan

mengandung implikasi yaitu, Pertama, pembangunan berarti membangkitkan

kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok. Kedua,

pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan pemerataan sistem

nilai dan kesejahteraan. Ketiga, pembangunan berarti menaruh kepercayaan

kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan

yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesepakatan yang

sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan. Keempat

,pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara

mandiri. Kelima, pembangunan berati mengurangi ketergantungan negara yang

satu terhadap negara yang lain dengan menciptakan hubungan saling

menguntungkan dan saling menghormati.

Menurut Gant dalam Suryono (2001 : 31) tujuan pembangunan ada dua

tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk

menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sidah mulai dirasakan hasilnya

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 31: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

15

maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan–kesempatan bagi waranya

utnuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut maka banyak aspek

atau hal-hal yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah keterlibatan

masyarakat di dalam pembangunan. Sanit (dalam Suryono 2001 : 32) menjelaskan

bahwa pembangunan dimulai dari pelibatan partisipasi masyarakat. Ada beberapa

keuntungan ketika partisipasi masyarakat dilibatkan dalam perencanaan

pembangunan yaitu, pertama, pembangunan akan berjalan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Artinya bahwa jika masyarakat dilibatkan dalam

perencanaan pembangunana maka akan tericipta kontrol terhadap pembangunan

tersebut. Kedua, pembangunan yang berorientasi pada masyarakat akan

menciptakan stabilitas politik. Oleh karena masyarakat berpartisipasi dalam

perencanaan pembangunan sehingga masyarakat bisa menjadi kontrol terhadap

pembangunan yang sedang terjadi.

2.2. Perencanaan Pembangunan

Pengertian perencanaan secara sederhana adalah suatu kegiatan yang

dilakukan untuk masa mendatang yang lebih baik dengan memperhatikan keadaan

sekarang maupun keadaan sebelumnya.

Istilah perencanaan sudah sangat umum kita dengar dalam pembicaraan

sehari-hari. Namun demikian, hampir semua buku teks tentang perencanaan

memberikan pengertian berbeda-beda tentang pengertian tersebut dan banyak

dokumen perencanaan nasional atau pernyataan para pemimpin politik yang

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 32: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

16

memperkenalkan pengertian mereka sendiri. Lebih dari itu, diantara pakar pun

belum ada kesepakatan tentang istilah perencanaan. Conyers dan Hills dalam

Arsyad (2002 : 19) mendefenisikan perencanaan sebagai suatu proses yang

bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai

alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada

masa yang akan datang. Berdasarkan defenisi tersebut, Arsyad (2002 : 19-20)

berpendapat ada empat elemen dasar perencanaan, yaitu :

1. Merencanakan berarti memilih.

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya.

3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.

4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.

Sementara itu, menurut Widjojo Nitisastro dalam Arsyad (2002 : 21)

perencanaan berkisar pada dua hal: pertama adalah penentuan pilihan secara sadar

mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai dalm jangka waktu tertentu atas

dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Yang kedua adalah

pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna

mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Friedman dalam Robinson (2005 : 4) mendefenisikan perencanaan sebagai

berikut, “planning is primarily a way of thinking about social and economic

problem, planning is oriented predominantly toward the future, is deeply

concerned with the relation of goals to collective decisions and strives for

comprehensiveness in policy and program.”

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 33: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

17

Menurut Friedman perencanaan adalah cara berpikir mengatasi

permasalahan sosial ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan.

Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan

dalam kebijakan dan program. Friedman melihat perencanaan memerlukan

pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang

diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini

berarti perencanaan sosial dan ekonomi (kedua hal tersebut termasuk dalam tujuan

pembangunan) harus memperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan

masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Perencanaan pembangunan merupakan perencanaan yang bertujuan untuk

memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia dan untuk

memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber-sumber

daya swasta secara bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan

masyarakat secara menyeluruh (Kuncoro, 2004 : 15).

Berdasarkan asas dan tujuan pembangunan maka diperlukan suatu proses

perencanaan yang mampu mengakomodasikannya. Pengertian proses

perencanaan pembangunan secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara rasional yang menghasilkan suatu atau beberapa kebijakan yang dapat

dijadikan pedoman dalam pembangunan yang akan dilakukan.

Perencanaan pembangunan merupakan perencanaan yang bertujuan untuk

memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia dan untuk

memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber-sumber

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 34: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

18

daya swasta secara bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan

masyarakat secara menyeluruh (Kuncoro, 2004 : 16).

Berdasarkan asas dan tujuan pembangunan maka diperlukan suatu proses

perencanaan yang mampu mengakomodasikannya. Pengertian proses perencanaan

pembangunan secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rasional

yang menghasilkan suatu atau beberapa kebijakan yang dapat dijadikan pedoman

dalam pembangunan yang akan dilakukan.

Perencanaan pembangunan pada masa Orde Baru didasarkan kepada

pergulatan pemikiran mengenai ekonomi-politik pembangunan yang berkembang

dalam “komunitas politik” pada saat itu. Hal ini pula yang melahirkan konsep

sentralistik dalam segala bidang perencanaan pembangunan di Indonesia

(Mas’oed, 1994 : 50).

Adapun pada masa reformasi, dalam proses perencanaan di Indonesia

dilakukan dengan pendekatan secara Top Down dan Bottom Up. Pengertian Top

Down dalam hal ini yaitu perencanaan memperhatikan kebijakan Pemerintah

Pusat yang dapat dipedomani dalam proses perencanaan. Sedangkan Bottom Up

dalam hal ini yaitu, perencanaan memperhatikan aspirasi dari masyarakat dalam

proses perencanaan.

2.3. Pentingnya Perencanaan dalam Pembangunan

Seperti yang telah dikemukakan terdahulu bahwa pembangunan bertujuan

untuk mewujudkan dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas baik dalam

bentuk materi maupun non-materi. Bintoro Tjokroamodjojo (1985 : 25)

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 35: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

19

mengatakan pembangunan meliputi perubahan-perubahan sosial yang besar. Hal

tersebut seringkali mengakibatkan adanya frustrasi, alienasi, kegoncangan dalam

identitas dan lain-lain.

Di samping itu kemerdekaan sesuatu bangsa seringkali meningkatkan

perasaan persamaan sebagai warga masyarakat dan bangsa. Semua hal tersebut

menjadi beban yang berat bagi elit pemerintah untuk memimpin, mengarahkan

dan membina kegiatan-kegiatan yang mendorong proses pembangunan. Dengan

demikian perencanaan pembangunan itu menjadi penting.

Riant Nugroho (2003 : 67-68) mengatakan pembangunan adalah sebuah

kegiatan yang kolosal, memakan waktu panjang, melibatkan seluruh warganegara

dan dunia internasional, dan menyerap hampir seluruh sumber daya negara

bangsa. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika pembangunan di-management.

Kata Nugroho, perencanaan pembangunan menjadi kunci karena sesungguhnya

ini adalah pekerjaan yang maha rumit. Seperti diketahui, istilah “pembangunan”

adalah istilah khas dari proses rekayasa sosial (dalam arti luas, termasuk ekonomi,

politik, kebudayaan, dan sebagainya) yang dilaksanakan oleh negara-negara

berkembang.

Ginandjar Kartasasmita (1997 : 48), mengatakan perencanaan

pembangunan merupakan tugas pokok dalam administrasi atau manajemen

pembanguan. Perencanaan diperlukan karena kebutuhan pembangunan lebih besar

daripada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan ingin dirumuskan

kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 36: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

20

optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan

potensi yang ada.

T. Hani Handoko (1984 : 75), mengatakan ada dua alasan dasar perlunya

perencanaan.

1. Perencanaan dilakukan untuk mencapai “protective benefits” yang dihasilkan

dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan

keputusan,

2. Perencanaan dilakukan untuk mencapai “positive benefits” dalam bentuk

meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.

2.4. Persyaratan Pembuatan Perencanaan yang Baik

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang perencanaan

yang baik dengan menyebutkan ciri-ciri, syarat-syarat, dan sebagainya.

Sondang.P. Siagian (1980 : 111) menyebutkan ciri-ciri rencana yang baik sebagai

berikut :

1. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memahami

tujuan organisasi.

3. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mendalami

teknik-teknik perencanaan.

4. Rencana harus disertai oleh suatu perincian yang teliti.

5. Rencana tidak boleh terlepas sama sekali dari pemikiran pelaksanaan.

6. Rencana harus bersifat sederhana.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 37: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

21

7. Rencana harus luwes.

8. Di dalam rencana terdapat tempat pengambilan resiko.

9. Rencana harus bersifat praktis (pragmatis).

10. Rencana harus merupakan forecasting.

Kunarto (1993 : 15), mengatakan perencanaan yang baik mempunyai

beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Didasari dengan tujuan pembangunan.

2. Konsisten dan realistis.

3. Pengawasan yang kontinu.

4. Mencakup aspek fisik dan pembiayaan.

5. Memahami berbagai ciri hubungan antar variabel ekonomi.

6. Mempunyai koordinasi yang baik.

Sehubungan dengan perencanaan yang baik tersebut, Kartasasmita

(1997:49), mengatakan perencanaan pembangunan pada umumnya harus

memiliki, mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur pokok, yaitu :

1. Tujuan akhir yang dikehendaki.

2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan

pemilihan dari berbagai alternatif).

3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.

4. Masalah-masalah yang dihadapi.

5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan, serta pengalokasiannya.

6. Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakannya.

7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 38: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

22

8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan.

Melihat persyaratan perencanaan yang baik yang dikemukakan oleh para

ahli tersebut, maka tidak mungkin pembuatan perencanaan pembangunan dapat

melibatkan semua pihak atau semua anggota masyarakat. Oleh karena itu

partisipasi masyarakat secara menyeluruh dalam pembuatan perencanaan tidak

diperlukan.

2.5. Proses Penyusunan Perencanaan Pembangunan

Proses penyusunan perencanaan pembangunan dikelompokkan ke dalam

dua sistem yaitu perencanaan dari atas ke bawah (top down planning) dan

perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning). Kedua bentuk perencanaan

itu, disebut oleh Kunarto (1993 : 13) perencanaan dilihat dari arus informasi.

Menurut Kunarjo Perencanaan dari atas ke bawah (top down planning) diartikan

perencanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat atau sasaran-sasarannya

ditetapkan dari tingkat nasional dalam tingkat makro, kemudian diterjemahkan ke

dalam perencanaan yang lebih mikro atau perencanaan tingkat daerah. Sedangkan

perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning) diartikan perencanaan yang

dibuat oleh pemerintah daerah/departemen atau perencanaan dalam tingkat

mikro/proyek. Berdasarkan apa yang dikemukakan Kunarjo, dapat disimpulkan

bahwa top down planning bersifat makro dan bottom up planning bersifat mikro.

Ginandjar Kartasasmita (1997 : 114-115) mengatakan perencanaan dari atas

ke bawah (top down planning) dan perencanaan dari bawah ke atas (bottom up

planning) termasuk kelompok perencanaan menurut proses/hirarki penyusunan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 39: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

23

Menurut Ginandjar, perencanaan dari atas ke bawah merupakan pendekatan

perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana

rinci. Rencana rinci yang berada di bawah adalah penjabaran rencana induk yang

berada di atas. Sedangkan perencanaan dari bawah ke atas dianggap sebagai

pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena dipandang lebih

didasarkan pada kebutuhan nyata. Pandangan ini timbul karena perencanaan dari

bawah ke atas ini dimulai prosesnya dengan mengenali kebutuhan ditingkat

masyarakat yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan dan mendapat

dampak dari kegiatan pembangunan yang direncanakan. Anggapan bahwa mereka

yang memperoleh pengaruh atau dampak langsung pembangunan seyogyanya

terlibat langsung sejak tahap perencanaan, menjadi dasar pembenaran pendekatan

perencanaan dari bawah ke atas ini. Ginandjar mencontohkan perencanaan

sektoral sebagai perencanaan dari atas ke bawah, (bersifat makro), dan

perencanaan rinci merupakan contoh dari perencanaan dari bawah ke atas (bersifat

mikro).

Mengacu pada pendapat ke dua ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa yang dikatakan perencanaan dari atas ke bawah (top down planning) itu

adalah perencanaan pembangunan yang dibuat oleh lembaga atau institusi

pemerintah di pusat atau tingkat atas yang sifatnya makro atau menyeluruh,

sedangkan perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning) adalah

perencanaan yang dibuat oleh lembaga atau institusi pemerintah ditingkat bawah

yang sifatnya mikro. Hal ini sering terjadi salah pengertian dan penafsiran

dibanyak kalangan terhadap istilah top down planning dan bottom up planning.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 40: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

24

Khususnya mengenai bottom up planning sering dimaksudkan perencanaan yang

dibuat oleh masyarakat secara langsung.

2.6. Perencanaan Pembangunan Menurut UU No. 25 Tahun 2004

Didalam UU No. 25 Tahun 2004 ada beberapa ruang lingkup perencanaan

pembangunan baik secara nasional maupun daerah, yaitu :

a. rencana pembangunan jangka panjang;

b. rencana pembangunan jangka menengah; dan

c. rencana pembangunan tahunan.

Secara nasional, RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan

dibentuknya pernerintahan Negara Indonesia yang tercanturn dalarn Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk

visi, misi, dan arah pernbangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah memuat

visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.

Adapun RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan

program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang

memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program

Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas

kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran

perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana

kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat

indikatif.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 41: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

25

RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala

Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan

RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan

Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas

Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan

rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif.

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas

pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran

perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program

Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk

kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif, serta RKPD

merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat

rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana

kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pernerintah

maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

2.7. Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Menurut Peraturan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050 / 2020 / SJ Tahun 2005

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan arah

pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bakti Kepala

Daerah terpilih yang disusun berdasarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah,

dimana program dan kegiatan yang direncanakan sesuai urusan pemerintah yang

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 42: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

26

menjadi batas kewenangan daerah dengan mempertimbangkan

kemampuan/kapasitas keuangan daerah.

Dalam upaya mendapatkan RPJM Daerah yang dapat mengantisipasi

kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahunan, maka

penyusunannya perlu dilakukan secara komprehensif dan lintas pemangku

kepentingan (stakeholder) pembangunan. Untuk itu dilaksanakan tahapan

penyusunan RPJM Daerah sebagai berikut:

1. Penyiapan rancangan awal RPJM Daerah. Kegiatan ini dibutuhkan guna

mendapatkan gambaran awal dari jabaran visi, misi, dan program Kepala

Daerah terpilih.

2. Penyiapan rancangan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(rancangan Renstra-SKPD), yang dilakukan oleh seluruh SKPD.

Penyusunan rancangan Renstra-SKPD bertujuan untuk merumuskan visi,

misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang

sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, agar selaras dengan program

prioritas Kepala Daerah terpilih.

3. Penyusunan rancangan RPJM Daerah. Tahap ini merupakan upaya

mengintegrasikan rancangan awal RPJM Daerah dengan rancangan

Renstra-SKPD, yang menghasilkan rancangan RPJM Daerah.

4. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka menengah

daerah. Kegiatan ini dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 43: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

27

dan komitmen dari seluruh pemangku-kepentingan pembangunan atas

rancangan RPJM Daerah.

5. Penyusunan rancangan akhir RPJM Daerah, dimana seluruh masukan dan

komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah menjadi masukan

utama penyempurnaan rancangan RPJM Daerah, menjadi rancangan akhir

RPJM Daerah. Rancangan akhir RPJM Daerah disampaikan oleh Kepala

Bappeda kepada Kepala Daerah terpilih.

6. Penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Daerah, dibawah koordinasi Kepala Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas

dan fungsi hukum. Rancangan akhir RPJM Daerah beserta lampirannya

disampaikan kepada DPRD sebagai inisiatif Pemerintah Daerah, untuk

diproses lebih lanjut menjadi Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah.

Untuk membantu agar dapat dilihat dengan lebih mudah, maka akan

tergambar seperti diagram dibawah ini.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 44: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

28

Diagram : Tata Cara Penyusunan RPJM Daerah

Analisis Keuangan Daerah

Visi, Misi, dan program KDH

Musrenbang Jangka Menengah

Daerahdiacu

Rumusan hasil

kesepakatan& komitmen stakeholder

dijabarkan

-

- Geografi - Perekonomian

daerah - Sosial-Budaya - Prasarana dan

sarana - Pemerintahan

Umum - dll

PrediksiKondisi Umum

Daerah

- Strategi Pemb.Daerah

- Arah kebijakan Umum

- Arah kebijakan keuangan daerah

- Program prioritas KDH

Rancangan Awal RPJMD

- Visi, Misi, Program KDH

- Arah, kebijakan keuangan daerah.

- Strategi Pembangunan Daerah & Kebijakan Umum

- Program, indikasi kegiatan, dan pendanaan. ▪ Rancangan

kerangka regulasi▪ Rancangan

kerangkapendanaan

Rancangan RPJMD

- Visi, Misi, Tujuan- Strategi, kebijakan- Program, indikasi

kegiatan, dan pendanaan. ▪ Rancangan

kerangka regulasi▪ Rancangan

kerangkapendanaan

Rancangan Renstra SKPD

Lokasi Kegiatan

Rencana tata ruang

- Visi, Misi, Program KDH

- Arah,kebijakan keuangan daerah.

- Strategi Pembangunan Daerah & Kebijakan Umum

- Program, indikasi kegiatan, dan pendanaan. ▪ Rancangan

kerangka regulasi

▪ Rancangan kerangka pendanaan

- Program transisi

- Kaidah pelaksanaan

Rancangan Akhir RPJMD

PeraturanDaerah ttg

RPJM Daerah

Penetapan Perda ttg RPJMD

Gambar 2.1 Diagram Tata Cara Penyusunan RPJMD Sumber : Data diolah

2.8. Pengertian Partisipasi.

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-

negara berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di-interpretasikan

secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997 : 20), bahwa :

“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective). Keterlibatan

masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam

mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 45: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

29

dari program tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi

program, suatu proses aktif , dimana rakyat dari suatu komuniti

mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.

Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai

penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang

partisipasi yaitu :

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang

atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu.

3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak

sosial.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Sastropoetro (1988 : 51), definisi partisipasi yang dikutip dari

beberapa ahli, sebagai berikut :

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 46: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

30

1. Gordon Allport, menyatakan bahwa Partisipasi keterlibatan ego atau diri

sendiri/pribadi/personalitas (kejiwaan) lebih dari pada hanya jasmaniah/fisik

saja.

2. Keith Davis, menyatakan Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional

yang mendorong untuk memberi sumbangan kepada tujuan / cita-cita

kelompok dan turut bertanggung jawab terhadapnya.

3. Achmadi, menyatakan Partisipasi dalam bentuk swadaya gotong-royong

merupakan modal utama. “Swadaya adalah kemampuan dari suatu

kelompok masyarakat yang dengan kesadaran dan inisiatif sendiri

mengadakan ikhtiar pemenuhan kebutuhan.

4. Santoso S. Hamidjoyo, menyatakan Partisipasi berarti turut memikul beban

pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung jawab

terhadapnya, dan terwujudnya kreativitas dan oto-aktivitas.

5. Alastraire White, menyatakan Partisipasi adalah keterlibatan komuniti

setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya

terhadap proyek-proyek pembangunan.

6. Santoso Sastropoetro, menyatakan Partisipasi adalah keterlibatan spontan

dalam kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok

unutk mencapai tujuan bersama.

7. Daryono, SH, menyatakan partisipasi berarti keterlibatan dalam Proses

Pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan dari

prioritas, dalam rangka mengeksploitasikan sumber-sumber potensial dalam

pembangunan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 47: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

31

Kemudian, menurut Oakley (1991 : 1-10) mengartikan partisipasi kedalam

tiga bentuk, yaitu :

1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari

partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai

suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari

masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan.

2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang

panjang diantara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai

instrumen yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan

bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk

organisasional sebagai sarana bagi partisipasi, seperti organisasi-organisasi

yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan dibentuk sebagai hasil

dari adanya proses partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi

masyarakat dapat melakukannya melalui beberapa dimensi, yaitu :

a. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan).

b. Sumbangan materi (dana, barang, alat).

c. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja).

d. Memanfaatkan/melaksanakan pelayanan pembangunan.

3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, partisipasi merupakan latihan

pemberdayaan bagi masyarakat desa, meskipun sulit untuk didefenisikan,

akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 48: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

32

keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk memutuskan dan ikut

terlibat dalam pembangunan.

Moeljarto (1986 : 136), mengartikan partisipasi sebagai pernyataan mental

secara emosional seseorang dalam suatu situasi kelompok yang mendorong

mereka menyumbangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan

organisasi dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap organisasi tersebut.

Kemudian seperti yang dikutip Ndraha (1987 : 102), Nelson (Bryant dan

White) menyebut dua macam partisipasi, yaitu : “partisipasi antar sesama warga

atau anggota suatu perkumpulan yang dinamakannya partisipasi horizontal dan

partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan , atau antar klien dengan

patron atau antar masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang

diberi nama partisipasi vertikal”.

Secara umum ada 2 (dua) jenis definisi partisipasi yang beredar di

masyarakat, menurut Soetrisno (1995 : 221-222),yaitu :

1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap

rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh

perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam defenisi ini pun

diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik

berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.

2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama yang erat antara

perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan

mengembangkan hasil pembangunan yang telah di capai. Ukuran tinggi dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 49: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

33

rendahnya partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan

kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan

ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang

akan di bangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah

ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan

mengembangkan hasil proyek itu.

Definisi mana yang dipakai akan sangat menentukan keberhasilan dalam

mengembangkan dan memasyarakatkan sistem pembangunan wilayah yang

partisipatif. Dalam sosiologi defenisi pertama merupakan suatu bentuk lain dari

mobilisasi rakyat dalam pembangunan. Terkait dengan hal tersebut, maka

partisipasi masyarakat menjadi elemen yang penting dalam pengembangan

masyarakat. Menurut Adi (2001 : 208). Partisipasi masyarakat atau

keterlibatan warga dalam pembangunan dapat dilihat dalam 4 (empat) tahap, yaitu

:

1. Tahap Assesment.

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki.

Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang

sedang terjadi merupakan pandangan mereka sendiri.

2. Tahap alternatif program atau kegiatan.

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang

mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa alternatif

program.

3. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 50: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

34

Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan

baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya dilapangan.

4. Tahap Evaluasi (termasuk evaluasi input, proses dan hasil).

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas terhadap

program yang sedang berjalan.

2.9. Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat.

Menurut Davis, seperti yang dikutip oleh Sastropoetro (1988 : 16),

mengemukakan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai

berikut, yaitu :

a. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.

b. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.

c. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal

dari sumbangan individu / instansi yang berada diluar lingkungan tertentu

(dermawan, pihak ketiga).

d. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari, dan dibiayai seluruhnya oleh

komuniti (biasanya diputuskan oleh rapat komuniti, antara lain, rapat desa

yang menentukan anggarannya).

e. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli

setempat.

f. Aksi massa.

g. Mengadakan pembangunan dikalangan keluarga desa sendiri.

h. Membangun proyek komuniti yang bersifat otonom.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 51: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

35

Kemudian Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi masyarakat

seperti yang dikutip oleh Sastropoetro (1988 : 16), yaitu sebagai berikut :

a. Pikiran (psychological participation).

b. Tenaga (physical participation).

c. Pikiran dan tenaga (psychological dan physical participation)

d. Keahlian (participation with skill).

e. Barang (material participation).

f. Uang (money participation).

Selanjutnya, Sherry R. Arnstein dalam Suryono (2001 : 127) memberikan

model delapan anak tangga partisipasi masyarakat (Eight Rungs on ladder of

Citizen Participation). Hal ini bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana

tingkat partisipasi masyarakat di sebuah negara.

Tabel 2.1. Model Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat (Model Arsntein)

Tangga

Ke

Bentuk Partisipasi Kategori

VIII Pengawasan masyarakat

VII Pendelegasian Kekuasaan dan Kewenangan

VI Kemitraan/Kesetaraan

Tingkat kekuatan masyarakat (Degrees of Citizen Power)

V Peredaman/Kompromi

IV Berkonsultasi

III Menginformasikan

Tingkatan Semu

II Pengobatan untuk penyembuhan

I Manipulasi

Bukan Partisipasi

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 52: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

36

Dari model delapan anak tangga Arsntein maka akan sangat membantu

untuk menganalisis perkembangan ataupun tingkat partisipasi masyarakat di suatu

negara ataupun di suatu daerah.

2.10. Pentingnya Partisipasi Dalam Pembangunan.

Oakley (1991 : 14),berpendapat bahwa “Partisipasi merupakan hal yang

sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif

dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan

kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu

akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi

dalam masyarakat”.

Menurut Moeljarto (1987 : 48-49), partisipasi menjadi amat penting,

terdapat beberapa alasan pembenar bagi partisipasi masyarakat dalam

pembangunan, karena :

1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi

merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

2. Partisipasi menimbulkan harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut

serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

3. Partisipasi menciptakan suatu lingkungan umpan balik arus informasi tentang

sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan

tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya

pembangunan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 53: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

37

4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari dimana rakyat

berada dan dari apa yang mereka miliki.

5. Partisipasi memperluas zona (wawasan) penerima proyek pembangunan.

6. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh

masyarakat.

7. Partisipasi menopang pembangunan.

8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi

potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.

9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan

masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi

kebutuhan khas daerah.

10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu

untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam setiap perencanaan,

program dan kegiatan sosial (Adi dan Laksmono, 1990 : 174) karena :

1. Merupakan suatu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi,

kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat. Tanpa informasi ini, maka

program tidak akan berhasil.

2. Masyarakat akan lebih antusias terhadap program/ kebijakan pembangunan,

apabila mereka dilibatkan dalam perencanaan dan persiapan sehingga

mereka akan menganggap bahwa program atau kebijakan tersebut adalah

mereka. Hal ini perlu untuk menjamin program diterima oleh masyarakat,

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 54: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

38

khususnya dalam program yang bertujuan untuk merubah masyarakat dalam

cara berfikir, merasa dan bertindak.

3. Banyak negara-negara yang menganggap bahwa partisipasi masyarakat

merupakan “hak demokrasi yang bersifat dasar”, dimana masyarakat harus

dilibatkan dalam proses pembangunan dimaksudkan untuk memberi

keuntungan pada manusia.

Menurut Supriatna (2000 : 212) tanpa partisipasi pembangunan justru akan

mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan

kemerdekaannya. Pentingnya partisipasi masyarakat juga diungkapkan oleh

Kartasasmita (1997 : 145), diperlukan peningkatan partisipasi rakyat dalam proses

pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Conyers (1991 : 154),

menyebutkan ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai

sifat yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan yaitu :

a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat,

yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek

akan gagal.

b. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan

perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek

tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 55: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

39

tersebut. Kepercayaan semacam ini adalah penting khususnya bila

mempunyai tujuan agar dapat diterima oleh masyarakat.

c. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan mereka

pun mempunyai untuk turut ‘urun rembug’ (memberikan saran) dalam

menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka.

Menurut Dr. Lastaire White dalam tulisannya “Introduction To Community

Participation”, yang dikutip oleh Sastropoetro (1988 : 33) mengemukakan 10

(sepuluh) alasan tentang pentingnya partisipasi dalam setiap kegiatan, yaitu

sebagai berikut :

1. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dicapai

2. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya yang

murah.

3. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena

menyangkut kepada harga dirinya.

4. Partisipasi merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya

5. Partisipasi mendorong timbulnya rasa tanggung jawab.

6. Partisipasi menjamin, bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat

telah dilibatkan.

7. Partisipasi menjamin, bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar.

8. Partisipasi menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang

terdapat didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 56: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

40

9. Partisipasi membebaskan orang dari ketergantungan kepada keahlian orang

lain.

10. Partisipasi lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab kemiskinan,

sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya.

Menurut Tjokromidjoyo (1976 : 222-224), ada empat aspek penting dalam

rangka partisipasi pembangunan, yaitu :

1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme proses

politik dalam suatu negara, turut menentukan arah, strategi dan kebijaksanaan

pembangunan yang dilakukan pemerintah.

2. Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan dan

terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu yang sebaiknya.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan

arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam

pembangunan yang berencana.

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan ini

pada dasarnya dimaksudkan untuk memungkinkan individu, kelompok serta

masyarakat memperbaiki keadaan mereka sendiri, karena mereka sendirilah

yang tahu akan apa yang menjadi kebutuhannya tersebut. Di samping juga mereka

merasa memiliki dan bertanggung jawab tentang apa yang telah mereka hasilkan

dan apa yang telah dimanfaatkan tersebut.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 57: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

41

Hal ini terlihat dalam istilah “bottom up planning” (perencanaan dari

bawah), keterlibatan pada “grassroots” (sampai pada masyarakat yang paling

bawah), “Demokratic Planning” (perencanaan demokratis) dan “Participatory

Planning”. Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat, perlu diketahui

tujuan dari partisipasi tersebut, menurut Glass (1972 : 182), ada 5 (lima) tujuan

umum partisipasi masyarakat, yaitu :

1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya

kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk

memungkinkan rakyat biasa yang secara bersama mengembangkan ide-

ide dan keinginan.

2. Pendidikan, ini berhubungan penyebaran informasi secara terinci dari suatu

rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut.

3. Bangunan dukungan (support building) ini terutama melibatkan kegiatan

yang bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan

tidak terjadi benturan diantara kelompok-kelompok masyarakat, dan antara

kelompok masyarakat dan pemerintah.

4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk

memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan ide

dalam proses perencanaan.

5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan

mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 58: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

42

2.11. Otonomi Derah dan Partisipasi Publik

Otonomi Daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 didefenisikan sebagai

berikut; Otonomi Daerah ialah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

Daerah Otonom menurut UU No. 32 tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk memahami

lebih jauh, dalam UU No. 32 tahun 2004 juga mendefenisikan tentang

Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah Pusat

kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Otonomi Daerah kewenangan daerah dalam menentukan arah

pembangunan di berikan kebebasan yang cukup luas sehingga dimana prinsip

Dekonsentrasi yang mengatur pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat

kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah,

menjadi kian berarti. Dalam UU ini mendefenisikan juga tentang Pemerintah

Daerah yaitu sebagai penyelenggara Pemerintahan Daerah otonom oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi.

Kewenangan Daerah Otonom, khususnya untuk Kabupaten/Kota dalam

Pasal 14 UU No. 32 Tahun 2004 dirinci sebagai berikut:

a. Perencanaan dan Pengendalian Pemerintahan dan Pembangunan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 59: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

43

b. Penyelenggaraan Ketertiban Umum

c. Penanggulangan Masalah Sosial

d. Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan

e. Fasilitas Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

f. Pengendalian Lingkungan Hidup

g. Pelayanan Lingkungan dan Tata Ruang

h. Pelayanan Pertahanan dan Catatan Sipil

i. Pelayanan Dalam Penanaman Modal

j. Penyelenggaraan Pelayanan Dasar Lainnya

k. Pengembangan dan Pelestarian Budaya

l. Hubungan Harmonis Antara Pemerintah: Induk, Tetangga, Propinsi dan

Pusat

Sejak memasuki era reformasi pola-pola penyelenggaraan pemerintahan

yang sentralistik dan kurang peka terhadap perkembangan ekonomi, politik dan

sosial masyarakat harus ditingkatkan dan diarahkan sejalan dengan tuntuatan

masyarakat yang menjamain kepentingan yang prima kepada masyarakat tanpa

diskriminasi, memperkenalkan kontrol masyarakat, kepastian hukum, ketertiban,

hak-hak asasi manusia, demokrasi dan akuntabilitas.

Tuntutan-tuntutan masyarakat ini terwujud apabila dapat tercapai suatu

pemerintahan yang baik (good governance) yang didefenisikan sebagai proses

yang berkenaan dan memungkinkan penggunaan kekuasaan negara di bidang

ekonomi, politik dan administrasi secara sangkil dan mangkus dengan menjaga

hubungan sinergisdan konstruktif antara pemerintah, sektor swasta dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 60: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

44

masyarakat dalam melaknakan fungsinya masing-masing mengenai urusan-urusan

negara pada setiap tingkatan.

Untuk dapat mewujudkan kepemerintahan yang baik itu salah satu yang

harus diperhatikan adalah prinsip akuntabilitas yang didefenisikan disini sebagai

kewajiban-kewajiban dan individu-individu atau penguasa yang dipercayakan

untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya

untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban piskal,

manajerial dan program. Sedangkan akuntabilitas pemerintahan daerah

didefenisikan sebagai kewajiban-kewajiban dari pemerintah daerah baik Kepala

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang dipercayakan

merencanakan kebijakan pembangunan daerah dan pelaksanannya, melaksanakan

kebijaksanaan nasional di daerah, untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut pertangggungjawabannya.

Sedangkan pemberdayaan masyarakat dimaksudkan di sini sebagai upaya

menjadikan masyarakat seperti lembaga politik, lembaga ekonomi, lembaga

keagamaan, lembaga adat, lembaga hukum dan lembaga swadaya masyarakat

serta komunitas, keluarga dan individu-individu, memiliki kermandirian,

kemampuan, kapasitas dan efektifitas untuk melaksanakan partisipasinya dalam

menyelenggarakan otonami daerah.

Dalam membahas kondisi masyarakat daerah di Indonesia, apabila ditinjau

dari sejarah politik pembangunan nasional dan dari segi institusi kepemerintahan

dapat diuraikan sebagai berikut:

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 61: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

45

1. Dilihat dari sejarah politik pembangunan nasional, dapat kita bagi ke dalam

tiga polarisasi:

a. Berdasarkan konotasi etnis dan tingkat kemajuan yaitu Jawa dan Luar

Jawa. Jawa yang berkonotasi padat penduduk dan majuu serta Luar Jawa

yang berkonotasi kurang penduduk, kaya sumber daya alam dan

terbelakang. Padahal tidak semua wilayah Jawa dan rakyatnya sudah maju.

Oleh karena itu ada yang lebih suka menyebutkan dengan polarisasi kedua

yaitu;

b. Berdasarkan sentralisasi pemerintah yaitu Jakarta yang berkonotasi

menjadi pusat segala-galanya, dan Luar Jakarta yang menjadi wilayah

pinggiran. Ada juga yang menyebutnya dengan “Indonesia Bagian Barat”

dan “Indonesia Bagian Timur”. Tetapi bagi sementara kalangan tak suka

memakai istilah Indonesia bagian Timur karena berkonotasi salah satu

negara bagian daripada Republik Indonesia Serikat dahulu. Oleh karena itu

ada yang lebih suka menggunakan polarisasi ketiga,

c. Berdasarkan istilah “Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur

Indonesia”. Menjelang akhir rezim Soeharto sampai sekarang, baik

penguasa maupun elit politik lebih melihatnya berdasarkan polarisasi yang

didasarkan pada aspek kewilayahan yaitu Kawasan Barat Indonesia yang

berkonotasi maju dan “Kawasan Timur Indonesia” yang kurang

berkembang atau tepatnya terbelakang.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 62: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

46

Dalam konteks pemahaman politik pembangunan yang demikian itulah

maka kondisi masyarakat luar Jakarta termasuk di daerah-daerah kawasan timur

indonesia, berada dalam ketidakberdayaan sebagai berikut:

a. Dari aspek politik daerah berada dalam ketidakberdayaan

berpartisipasi. Padahal rakyat yang berdaulat.

b. Dari aspek ekonomi, masyarakat daerah berada dalam

ketidakberdayaan mengembangkan kemampuan ekonominya apalagi

berkompetisi dalam menghadapi sumber mata pencaharian yang

menjanjikan masa depan yang lebih sehat. Padahal pembangunan

ekonomi kerakyatan berdasarkan persaingan yang sehat dengan

menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan menjadi

fungsi daripada sektor swasta dalam membangun bangsa.

c. Dari aspek sosial masyarakat berada dalam ketidakberdayaan dalam

berpola hidup bersih dan sehat dalam mengejar harapan hidup yang

lebih baik, kekurangan tenaga-tenaga ahli dan terampil serta terutama

kemampuan menyeleksi dan mewaspadai ancaman integrasi bangsa

yang berkonotasi suku dan agama. Padahal harapan hidup yang baik,

tersedianya tenaga terdidik dan terampil serta nasionalisme menjadi

kebutuhan bangsa.

d. Dari aspek budaya masyarakat berada dalam ketidakberdayaan

mengembangkan budaya masyarakat karena adanya politik

penyeragaman budaya. Padahal simbol Bhineka Tunggal Ika

bersumber dari keanekaragaman budaya bangsa.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 63: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

47

e. Dari aspek keagamaan, masyarakat daerah mengalami

ketidakberdayaan dari ancaman tindak kekerasan dan ketidaktertiban.

Padahal tertib hukum dan ketertiban umum menjadi paradigma

demokrasi.

Oleh karena itu masalah utama pembangunan daerah adalah belum

berdayanya masyarakat.

2. Dilihat dari segi institusi kepemerintahan ketidakberdayaan itu mencakup:

masyarakat, dunia usaha dan pemerintahan (daerah):

a. Ketidakberdayaan masyarakat daerah (partai politik, kelompok

kepentingan, kelompok penekan, media massa dan tokoh masyarakat)

adalah belum mampu mandiri dan memangkuskan partisipasinya

dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Juga termasuk

ketidakberdayaan kaum perempuan terutama dalam jabatan-jabatan

politik dan pemerintahan.

b. Ketidakberdayaan sektor swasta lebih kepada lemahnya daya saing

pengusaha daerah dibandingkan dengan pengusaha PMA. Pengusaha

besar mendapatkan peluang bisnisnya akibat berkolusi dengan

birokrasi yang memiliki kewenangan yang luas tanpa kontrol. Di lain

pihak pengusaha kecil tidak mendapatkan akses dalam meraih peluang

bisnis yang dibutuhkan untuk mengembangkan usahanya.

Bila mengamati amanat GBHN 1998, ketidakberdayaan masyarakat luar

Jakarta itu diakibatkan oleh mekanisme hubungan yang kurang sesuai dengan

kondisi geografis dan demografis. Keadaan ini menghambat penciptaan keadilan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 64: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

48

dan pemerataan hasil pembangunan dan pelaksnaan otonomi daerah yang luas,

nyata dan bertanggungjawab. Hal ini dipertegas pula dalam amanat GBHN 1999

yang mengaskan tentang pembangunan nasional yang terpusat dan tidak merata,

kebijakan yang terpusat, serta tindakan ketidakadilan pemerintah.

Untuk mengatasi ketidakadilan dan ketidak berdayaan masyarakat daerah

tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijaksanaan perlunya

pemberdayaan masyarakat seperti lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga

hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat

serta seluruh potensi masyarakat. Sejalan dengan kebijakan tersebut pemerintah

daerah mengeluarkan pula kebijakan yang sama, dengan menekankan perlunya

pula pemberdayaan pemerintah lokal, dan aparatur pemerintah, pemberdayaan

kaum perempuan, pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi,

pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah, melalui pendidikan bermutu. Hal ini

dimaksudkan agar pemerintah lokal, aparaturnya, sektor swastanya dan

masyarakatnya mampu berpartisipasi dalam membentuk dan melaksanakan

kebijakan menurut prakarsa dan aspirasinya.

Selanjutnya perlu memberikan perhatian kepadan daerah diluar Jakarta

termasuk kawasan Timur Indonesia telah menjadi kebijakan pembangunan

menjelang berakhirnya rezim Republik Indonesia III. Hal ini dapat dilihat pada

amanat GBHN 1993 yang menegaskan perlunya diberikan perhatian yang lebih

besar khususnya kepada daerah terbelakang, serta daerah yang memiliki ciri khas

seperti daerah tertentu di kawasan Timur Indonesia. Hal yang sama diteruskan

lagi dalam memasuki era reformasi ini seperti tercantum dalam GBHN.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 65: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

49

Untuk mengantisipasi minimnya pemberdayaan masyarakat terutama

partisipasinya dalam pembangunan pemerintah melalui UU No. 25 Tahun 2004

Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional meregulasikan perlunya

penyusunan Rencana Pembanguanan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan yang melibatkan berbagai

unsur dalam komunitas daerah.

Metode penyusunan RPJMD itu sendiri dimulai dari Prediksi kondisi

umum daerah yang terdiri atas geomorfologi dan lingkungan, ekonomi dan

Sumber Daya Alam, Demografi, Prasarana dan Sarana. Dari assesment tersebut

ditentukan Rancangan Arah Pembangunan serta Visi, Misi dan Arah

Pembangunan Daerah.

Selanjutnya pemerintah daerah meminta partisipasi publik baik melalui

sosialisasi, konsultasi publik dan jaring asmara. Dalam pembahasan akhirnya

dilakukan musyawarah perencanaan pembangunan yang menghasilkan rumusan

hasil kesepakatan dan komitmen antara pemerintah daerah dengan unsur

masyarakat.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 66: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode/jenis penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana mekanisme

peyusunan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-201 dan partisipasi masyarakat

dalam penyusunan RPJMD tersebut.

3.2. Defenisi Konsep

Defenisi Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dalam proses pengambilan

keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan dari prioritas,

dalam rangka mengeksploitasikan sumber-sumber potensial dalam

pembangunan. Dalam penelitian ini, partisipasi masyarakat adalah

keterlibatan masyarakat dalam memberikan kontribusi, dukungan,

komitmen, kerjasama dan keahlian dalam perumusan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.

2. Perencanaan Pembangunan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk

menetapkan apa yang yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya,

berapa lama waktunya, dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencapai

sasaran yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini, yang dimaksud

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 67: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

51

perencanaan pembangunan adalah Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.

3. Tata Cara penyusunan Perencanaan Pembangunan adalah kegiatan-

kegiatan atau tahapan-tahapan yang dilalui dalam sebuah proses

pembuatan rencana pembanguanan. Dalam penelitian ini, tata cara

penyusunan perencanaan pembangunan adalah tata cara menyusun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan 2006-2010

sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Surat Edaran Mendagri No.

050 / 2020 / SJ TAHUN 2005 tentang tata cara penyusunan RPJP dan

RPJMD daerah.

3.3 Informan Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang sangat diperlukan bagi

penelitian kualitatif ini, maka di perlukan adanya informan penelitian. Adapun

informan penelitian ini adalah orang-orang yang mengikuti kegiatan musrenbang

RPJMD Kota Medan yang mewakili dari beberapa unsur, yaitu : Pemerintah Kota

Medan, DPRD Kota Medan, Organisasi Masyarakat, Media Massa dan Akademisi

Perguruan Tinggi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan maka digunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari

buku-buku, makalah, peraturan-peraturan, jurnal penelitian dan bahan-

bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 68: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

52

2. Wawancara mendalam dengan menggunakan angket yang dirancang

khusus untuk penelitian, sehingga dapat dicapai tujuan penelitian.

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan yang terletak secara geografis

diantara 30 480 – 30 340 Lintang Utara dan 980 470 – 980 420 Bujur Timur (BT)

serta berada pada ketinggian (3 - 27) meter dari permukaan laut. Luas wilayah

kota Medan adalah 26510 Ha (265,10 Km2), yang terdiri dari 21 kecamatan dan

151 kelurahan, dengan jumlah penduduk 2.752.208 orang (7.609 orang) per km2.

3.6. Metode Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini digunakan teknik

analisis dengan pendekatan kualitatif. Analisis kualitatif bermakna sebagai suatu

pengertian analisis yang didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi

argumentasi didasarkan pada data yang diperoleh melalui kegiatan teknik

perolehan data. Baik studi lapangan maupun studi pustaka, didalam

menganalisisnya tidak berdasarkan pada perhitungan-perhitungan kuantitatif,

tetapi pada kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data

dan informasi. Kemudian data yang diperoleh akan disusun secara sistematis pada

tiap kategori. Kecenderungan masing-masing kategori akan dianalisis sehingga

diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan

penelitian.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 69: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Kota Medan

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang

panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Putri Tahun 1590 oleh Guru

Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang

diprolamirkan oleh Tuanku Panglima Perungit yang memisahkan diri dari

kekuasaan Kesultanan Aceh.

Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan

ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan, tahun 1887, sebelum

akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang

Gubernur pada tahun 1915.

Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal menposisikannya

menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan

Sungai Deli dan Babura, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang

mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah

mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan (ekspor-

impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli juga

telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai

saat ini, di samping merupakan salah satu Daerah Kota, juga sekaligus ibukota

Propinsi Sumatera Utara.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 70: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

54

4.1.2. Kondisi Kota Medan Saat Ini

Perkembangan Kota Medan tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi

dan karakteristik Kota Medan sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi

yang luas dan besar (metro), serta sebagai salah satu dari 3 (tiga) kota

metropolitan terbesar di Indonesia. Realitanya, Kota Medan kini berfungsi :

1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan Propinsi Sumatera

Utara, maupun Kota Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat

Negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan

perusahaan, bisnis, keuangan di Sumatera Utara.

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera

Utara seperti : Rumah Sakit, Perguruan Tinggi, Stasiun TVRI, RRI, dll,

termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat

perdagangan.

3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan dan jasa secara

regional maupun internasional.

4. Sebagai pintu gerbang Regional/Internasional/Kepariwisataan untuk kawasan

Indonesia bagian barat.

4.1.3. Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari

keseluruhan luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian,

dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas

wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 71: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

55

Secara geografis Kota Medan terletak 30 30’ – 30 43’ Lintang Utara dan 980 35’ –

980 44’ Bujur Timur. Untuk itu tofografi Kota Medan cenderung miring ke Utara

dan berada pada ketinggian 2,5 – 7,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu di sebelah Barat, Timur

dan Selatan. Sepanjang wilayah Utaranya langsung berbatasan dengan Selat

Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas laut paling sibuk

(padat) di dunia.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan

sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan.

Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya

sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Sumalungun, Tapanuli

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai, dan lain-lain. Kondisi ini

menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan kerjasama dan

kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, dan saling memperkuat dengan

daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayanan

Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis ini telah mendorong

perkembangan kota dalam 2 (dua) kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah

terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 72: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

56

4.1.4. Kondisi Demografis Kota Medan

Berdasarkan data kependudukan tahan 2004, penduduk Kota Medan saat

ini telah mencapai 2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari jumlah

pria, 1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui

merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan

mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk communiters.

Dengan demikian Kota Medan merupakan salah satu dengan jumlah penduduk

yang besar, sehingga memiliki keunggulan diferensiasi pasar.

Tabel 4.1. Luas dan Komposisi Kelurahan di Kota Medan

No Nama Kecamatan Luas Kec.(km²) Jumlah Kelurahan

1 Medan Tuntungan 20,68 92 Medan Johor 12,81 63 Medan Amplas 14,58 74 Medan denai 11,59 65 Medan Area 9,05 126 Medan Kota 7,99 127 Medan Maimun 5,27 68 Medan Polonia 5,25 59 Medan baru 5,84 610 Medan Selayang 9,01 611 Medan Sunggal 2,98 612 Medan Helvetia 15,44 713 Medan Petisah 13,16 714 Medan Barat 6,82 615 Medan Timur 5,33 1116 Medan Perjuangan 7,76 917 Meadn Tembung 4,09 718 Medan Deli 20,84 619 Medan Labuhan 36,67 620 Medan Marelan 23,82 521 Medan Belawan 26,25 6

TOTAL 265,10 151 Sumber: BPS, Kota Medan dalam Angka, 2005

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 73: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

57

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni oleh kurang

1.377.715 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat

pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan

demikian di Kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang

dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan maupun

industri manufaktur.

Laju pertumbuhan Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung

mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan Kota Medan tahun 2000

adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kepadatan

penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per Km2 pada tahun 2000

menjadi 7.567 jiwa per Km2 pada tahun 2004. Jumlah penduduk yang paling

banyak, ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Kecamatan Medan Helvetia dan

Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan

Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat Kepadatan penduduk

tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

4.1.5. Kota Medan Secara Sosio-Kultural

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,

keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan

penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana

pendidikan, kesehatan dan fasilitas sosial lainnya, merupakan sarana vital bagi

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh

pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 74: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

58

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan

salah satu masalah utama pembangunan kota yang sifatnya kompleks dan multi

dimensional yang fenomenanya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender

dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas

ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan

perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani

kehidupan secara bermartabat.

Data Susenas tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di Kota

Medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa.

Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan,

Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar

(37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin sebagimana digambarkan dalam

Tabel 4.2. berikut:

Tabel 4.2. Statistik Sosial Pembangunan Kota

Indikator Sosial Kota Medan

Keterangan Tahun 2004 • Jumlah Penduduk (Jiwa) • APK

- SD/MI (%) - SMP/MTs (%) - SMA/MA (%)

APM - SD/MI (%) - SMP/MTs (%) - SMA/MA (%)

• Umur Harapan Hidup - Laki-laki - Perempuan

2.006.142 jiwa

112,40 101,40 76,05

90,00 74,83 62,45

69 71

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 75: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

59

• Angka Kelahiran Kasar • Angka Kematian Kasar • TPAK (%) • Pengangguran

- Terbuka (%) • Penduduk Miskin (%)

2,26 1,70 52,92

13,01 7,13

Sumber: RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010, Pemerintah Kota Medan, 2005. Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal

Kota Medan telah memiliki kergaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya,

budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya

nilai-nilai budaya yang dikenal.

Adanya keanekaragaman nilai-nilai budaya tersebut tentunya sangat

menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri

menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan

berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar

dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian,

makanan, bangunan fisik dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi

perkembangan industri pariwisata di Kota Medan. Adanya pluralisme ini juga

merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat

mengganggu sendi-sendi kehidupan social. Oleh karenanya, tujuan, sasaran,

strategi pengembangan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi

kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

4.1.6. Kota Medan Secara Ekonomi

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat

pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan social yang mencakup bukan hanya

propinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi disekitarnya (Sumbagut).

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 76: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

60

Adanya fungsi regional tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat

menyelenggarakan aktivitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas

ekonomi yang besar tersebut ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang

dicapai Kota Medan, yang selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi daerah-

daerah disekitarnya, termasuk dibandingkan dengan yang dicapai oleh Propinsi

Sumatera Utara maupun Nasional. Walaupun Kota Medan sempat mengalami

pertumbuhan ekonomi negatif tahun 1998 (-20%), namun selama tahun 2000-

2004, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh kembali rata-rata sebesar 5,19%. Ini

merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya (dalamnya), krisis ekonomi yang

melanda ekonomi Indonesia dam Kota Medan khususnya, namun secara bertahap

pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki kemampuan untuk sembuh

dan keluar dari krisis yang berat tersebut.

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai

(uang) PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp 24,5 Triliun, dengan

pendapatan perkapita Rp 12,5 juta. Sektor tertier merupakan sektor yang

memberikan kontribusi terbesar (66,84%), kemudian diikuti sektor sekunder

(29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini,

sekaligus memberikan kontribusi lebih kurang sebesar 21% bagi pembentukan

PDRB Propinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya,

pertumbuhan ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi

terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, artinya pertumbuhan ekonomi

Kota Medan selalu menunjukkan angka positif yang lebih besar dari pertumbuhan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 77: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

61

ekonomi propinsinya. Ini menunjukkan bahwa Kota Medan masih merupakan

mesin pembangunan bagi daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara.

Tabel 4.3. Indikator Ekonomi Kota Medan

Indikator Utama Ekonomi Kota Medan

Keterangan TAHUN 2004

• Penduduk • PDRB • Pertumbuhan ekonomi • Income perkapita • Tingkat inflasi • Jumlah tenaga kerja produktif • Tingkat perdagangan • Total of export (FOB,000 U$$) • Total of import (CIF, 000 U$$)

2.006.142 jiwa 24,5 triliun

5,49% Rp 12,500,000

6,64% 682.826 jiwa

13,01% 2.229.125 679.000,00

Major export : Lemak dan minyak nabati/hewani, udang, kerang, kayu lapis, aluminium, barang kesenian, coklat, kopi, mineral mentah. Dll. Major import : Impor barang modal (suku cadang/asesoris kenderaan bermotor, mesin/peralatan industri khusus, alat elektronik, dll) impor barang konsumsi, (makanan ternak, beras, aluminium, sayur segar, tembakau, dll). Partners : Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura, RRC, Belanda, Taiwan, Hongkong, dll.

Sumber: RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010, Pemerintah Kota Medan, 2005. 4.1.7. Kota Medan Sebagai Daerah Otonom

4.1.7.1. Pemerintahan Kota

Secara Konstitusional Negara Indonesia dibagi dalam daerah propinsi dan

daerah yang lebih kecil (Kota-Kabupaten). Masing-masing daerah pada dasarnya

memiliki sifat otonom dan administratif. Adanya daerah, menjadikan adanya

pemerintahan daerah. Pertimbangan situasional, historis, politis, psikologis dan

teknis pemerintahan, merupakan latar belakang pemikiran strategis perlunya

pemerintahan di Indonesia. Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada

dasarnya menjadi penyusunan dan diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 78: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

62

dan UU Nomor 33 Tahun 2004, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar

penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dengan prinsip demokratis, peran serta

masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah.

Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintah Daerah.

Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah

otonom yang lain sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara garis

besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai

berikut :

WALIKOTA/ WAKIL WALIKOTA

SEKRETARIS DAERAH

ASISTEN DINAS BADAN SEKRETARIS

DPRD

DPRD

Gambar 4.1. Struktur Pemerintahan Kota Medan Sumber: Data diolah

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam 5

(lima) sifat, yaitu : (1) Pemberian pelayanan, (2) Fungsi pengaturan (Penetapan

Perda), (3) Fungsi pembangunan, (4) Fungsi perwakilan (dalam berinteraksi

dengan Pemerintah Propinsi/Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan

pembangunan kota.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 79: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

63

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi

daerah, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang urusan yaitu

urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-

dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum) dan urusan pemerintahan

umum, yang terdiri dari :

1. Kewenangan mengatur yang diselenggarakan bersama-sama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagai Badan Legislatif Kota.

2. Kewenangan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam

kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh

Walikota/Wakil walikota, sebagai pimpinan tertinggi dalam Badan Eksekutif Kota.

Berdasarkan fungsi dan kewenangan tersebut, Walikota Medan

membawahi (pimpinan eksekutif tertinggi) seluruh instansi pelaksana Eksekutif Kota.

4.1.7.2. Kewenangan Daerah

UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah

menjembatani aspirasi dan semangat reformasi masyarakat lokal, yang

menginginkan adanya keleluasaan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

Secara filosofis, implementasi otonomi daerah ternyata dapat mendorong daerah

berkembang dengan prakarsa dan inisiatifnya sendiri, termasuk menumbuhkan

partisipasi masyarakat, akuntabilitas, transparansi dan komitmen yang kuat untuk

mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.

Adanya keleluasaan melaksanakan otonomi daerah, tercermin daripada

pembagian kewenangan antara pusat dan daerah. Semangat UU Nomor 32 Tahun

2004, telah menempatkan kewenangan pusat hanya pada aspek-aspek yang sangat

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 80: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

64

terbatas seperti politik luar negeri, pertahanan, peradilan, moneter dan fiskal,

agama serta kewenangan lain yang tidak atau belum dapat diselenggarakan oleh

daerah. Untuk itu, Kota Medan dituntut untuk mampu menyelenggarakan bidang

pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, meliputi administrasi

pemerintahan umum, pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian dan

perdagangan, koperasi, penanaman modal, ketenagakerjaan, kesehatan,

pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pemukiman, pekerjaan

umum, perhubungan, lingkungan hidup, kependudukan dan olahraga.

Bagi Pemerintah Kota Medan, implementasi otonomi daerah diwujudkan

dalam kewajiban Pemerintah Kota untuk menjamin pelayanan umum yang sangat

mendasar kepada masyarakat dan dunia usaha, berdasarkan kewenangan dan

bidang-bidang wajib yang dilaksanakan Pemerintah Kota. Secara terus menerus,

Pemerintah Kota Medan memperbaiki mutu pelayanan umum yang ada, mulai

dari identifikasi dan standarisasi pelayanan, peningkatan kerja pelayanan

Pemerintah Kota, dan monitoring pelayanan. Usaha ini diharapkan mampu

menciptakan pemberian pelayanan yang adil merata bagi semua pihak, baik

masyarakat maupun dunia usaha yang bersifat lokal, nasional dan asing.

4.1.7.3. Kemampuan Keuangan Daerah

Diberlakukannya UU Nomor: 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan UU Nomor: 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan

penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung

jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara Pemerintah Pusat dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 81: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

65

Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing-masing daerah harus

memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan

yang memadai untuk memikul tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan lebih maju,

mandiri, sejahtera dan kompetitif.

Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan

tanggung jawabnya, Pemerintah Kota Medan memilki beberapa sumber

pendapatan pokok, yaitu: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana

Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) lain-lain penerimaan yang sah. Sebagai

daerah yang berkembang ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan

tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak

dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih

didefenisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (retribusi

pendapatan) dari pada sekedar budgeter.

Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD namun

diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sekitar publik masih berasal dari

alokasi pusat (dana perimbangan/dana alokasi umum). Hal ini menggembirakan

dalam hal pembiayaan kota, jika sebelumnya sebagian besar program

pembangunan yang disediakan pemerintah dialokasikan kedalam bentuk dana

inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral) maka saat ini sebagian besar sudah

dalam bentuk bantuan spesifik (specific block grant), dan block grant yang

langsung diterima dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 82: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

66

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan dana tersebut oleh

pemerintah kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur

kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan kepaduan tersebut infrastruktur

yang dibangun benar-benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah

sehingga dapat menggerakkan kegiaaatan sosial ekonomi warga Kota Medan.

Kegiatan ekonomi yang berkembang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan Kota, sekaligus

memperkecil ketergantungan pemerintah kota kepada Pusat.

Tabel 4.4. Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan Lima Tahun Terakhir

Tahun Realisasi

2000 2001 2002 2003 2004

204.336.107.826,67568. 639.837.266,58722.197.831.000,00

1.079.834.024.000,001.123.865.492.000,00

Sumber: RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010, Pemerintah Kota Medan, 2006.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 83: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

67

4.2. Identitas Informan

Pembangunan partisipatif merupakan model pembangunan yang

melibatkan stakeholder dalam semua proses, mulai dari perencanaan,

implementasi, monitoring dan evaluasi. Pelaku pembangunan tersebut

(stakeholder) adalah semua unsur yang ada dalam sebuah komunitas yang terdiri

atas pemerintah dan masyarakat (civil society). Secara luas, komponen tersebut

terdiri atas Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Organisasi

Masyarakat, Media Massa dan Akademisi Perguruan Tinggi. Keseluruhan pelaku

pembangunan tersebut secara teoritik merupakan konfigurasi sebuah sistem yang

konsistensinya dipengaruhi oleh lingkungan.

Perumusan rencana pembangunan daerah perlu dilakukan secara

demokratis, profesional dan terukur artinya dapat mewujudkan kebutuhan masa

depan, handal, teruji, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua

stakeholder. Untuk itu pembangunan daerah harus menganut prinsip- prinsip:

1. Partisipasi: seluruh anggota masyarakat diharapkan berperan aktif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan seluruh kegiatan

pembangunan.

2. Transparansi: setiap kegiatan dari awal (perencanaan), pelaksanaan,

pengawasan dari seluruh kegiatan dapat diketahui oleh semua pihak yang

berkepentingan.

3. Akuntabilitas: setiap kegiatan seharusnya dapat dipertanggung jawabkan

baik secara tehnis maupun administratif.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 84: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

68

4. Keberlanjutan: pembangunan untuk masyarakat harus dapat berkelanjutan

dari generasi ke generasi dan ditumbuhkembangkan oleh masyarakat

sendiri melalui wadah institusi masyarakat yang mandiri dan profesional.

5. Profesional: melaksanakan pekerjaan sesuai dengan keahlian bidang

masing masing, tetapi mengenali keterkaitan dan keterpaduan dengan

bidang bidang lain.

Dalam konsep pembangunan partisipatif terdapat sebuah sistem yang kita

sebut dengan masyarakat. Dalam teori strukturalisme fungsional yang

dikembangkan oleh T. Parson dalam Hensen (1982) pada intinya menyatakan

bahwa :

1. Masyarakat merupakan sebuah sistem yaitu keseluruhan dari bagian-

bagian yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Jika keseluruhan dari bagian-bagian itu berfungsi sebagaimana mestinya

maka akan tercapailah kondisi yang disebut sebagai stabilitas.

3. Jika keseluruhan dari bagian-bagian itu tidak berfungsi sebagaimana

mestinya maka akan tercipta pula kondisi yang disebut sebagai instabilitas.

Dapat disimpulkan bahwa masing-masing unsur harus dapat bekerjasama

dan bekerja berdasarkan fungsinya masing-masing agar dapat tercipta stabilitas

dalam sistem tersebut.

Dalam konteks ini adanya kerja sama antara unsur merupakan program

pembangunan yang dimulai dari bawah (unsur masyarakat). Hal ini sejalan

dengan paradigma yang dibangun melalui UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Proses bottom-up yang dianjurkan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 85: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

69

dalam kerangka prosedural yang ditetapkan dalam UU No. 25 Tahun 2004 adalah

sebagai berikut :

B U L A N JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI Gambar 4.2. Skema Perencanaan Pembangunan Model Bottom Up versi UU

No.25 Tahun 2004 Sumber: Rancangan SEB MPPN/ Kepala Bappenas dan Mendagri tentang Tata

Cara Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2005

Kota Medan sebagai gambaran komunitas merupakan sebuah sistem dalam

perencanaan pembangunan kota. Kota Medan telah melakukan model

perencanaan partisipatif tersebut, dimana Pemerintah Daerah telah melibatkan

unsur pelaku pembangunan kota lainnya dalam merencanakan pembangunan

partisipatif yang disebut sebagai Rancangan Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kota Medan Tahun 2006-2010. Melalui rancangan

pembangunan 5 (lima) tahun tersebut Pemerintah Kota Medan telah melibatkan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Akademisi Perguruan Tinggi, Organisasi

Kemasyarakatan (Ormas) dan Media Massa.

Penyusunan Renja SKPD Provinsi

Penyusunan Renja SKPD Kabupaten/Kota

Penyusunan SKPD Kabupaten/kota

Musrenbang Desa/Kelurahan

Musrenbang Kecamatan

Pasca Musrenbang Kab/Kota

Musrenbang Kab/Kota

Forum SKPD Kabupaten/Kota

Forum SKPD Kabupaten/Kota

Renja SKPD

Renja SKPD

RKPD

Renja SKPD

Renja SKPD

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 86: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

70

Pada prinsipnya perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang

mengisyaratkan keterlibatan komponen civil society dalam merencanakan

program pembangunan dan pengembangan masyarakatnya. Nurcholish Madjid

(2001) mengilustrasikan adanya tiga komponen utama dalam civil society yaitu:

pemerintah, swasta dan masyarakat. Kolaborasi ketiga komponen ini dapat

menciptakan konsep pemerintahan strategis yaitu pemerintahan yang dibangun

melalui pemanfaatan potensi-potensi yang ada dalam masyarakat. Kondisi ini

menunjukkan pemerintah menganggap unsur lain sebagai mitra dan bukan

menjadi rivalitas baginya. Dalam penelitian ini secara lebih luas lagi komponen

civil society tersebut diuraikan dalam gambar berikut:

PERENCANAAN

PARTISIPATIF

DPRD Pemerintah

Perguruan Tinggi

Masyarakat

Media Massa

Gambar 4.3. Ilustrasi Komponen Perencanaan Sumber : Data diolah.

Berdasarkan realitas tersebut, dalam penelitian ini semua unsur di atas

dijadikan sebagai informan (pemberi informasi) yang selanjutnya dapat diuraikan

dalam Tabel 4.5 sebagai berikut :

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 87: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

71

Tabel 4.5. Unsur Informan Penelitian

No Unsur Penjelasan

1.

2.

3.

4.

5.

Pemko Medan Akademisi Organisasi Kemasyarakatan Media Massa DPRD

Merupakan unsur pemerintah yang memiliki otoritas paling besar dalam melakukan pembangunan. Merupakan unsur pemberi saran, masukan dan Konsultasi Ilmiah dalam program-program pembangunan. Merupakan pelaku pembangunan yang banyak terlibat dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat. Merupakan pelaku pembangunan yang lebih memfokuskan visinya pada publikasi dan diseminasi informasi bagi publik. Merupakan mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan dan sebagai institusi pengontrol, budgetting dan regulasi dalam perencanaan pemerintah

Sumber: Data Primer, 2006

Pemerintah Kota Medan merupakan pelaku pembangunan dengan orientasi

dan kewenangan paling besar dibandingkan dengan unsur lainnya dalam proses

perencanaan pembangunan khususnya RPJMD Kota Medan tahun 2006-2010.

Pemerintah Kota Medan terdiri atas Instansi setingkat Dinas, Badan maupun

Kantor dengan kewenangan dan uraian tugas yang spesifik berdasarkan Tugas

Pokok dan Fungsinya.

Akademisi merupakan pelaku pembangunan kota yang lebih

memfokuskan visinya pada Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT) yaitu: Pendidikan,

Penelitian dan Pengabdian. Realitas fungsi akademisi perguruan tinggi ini

sekaligus merupakan peran mereka sebagai pemberi saran dan arahan secara

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 88: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

72

teoritis, metodologis dan praktis dalam proses perumusan perencanaan

pembangunan daerah. Kehadiran unsur ini dapat dijadikan sebagai sebuah

kekuatan moral (moral force) dalam proses perumusan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan Tahun 2006-2010.

Organisasi kemasyarakatan yang secara struktural dapat dilihat berada

pada tingkat kelurahan di Kota Medan dikenal dengan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM). Tugas utama LPM adalah untuk menampung informasi,

mendampingi dan memberdayakan masyarakat kelurahan dalam pelaksanaan

Pembangunan Kota. Dalam konteks yang lebih luas juga terdapat Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang juga berperan dalam pemberdayaan, advokasi

dan pendampingan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan Kota Medan.

Media massa merupakan unsur yang bergerak dalam publikasi dan

diseminasi informasi tentang perumusan perencanaan pembangunan Kota Medan.

Kehadiran media massa ini sangat penting untuk media sosialisasi kebijakan

Pemerintah Kota Medan bagi warganya dan masyarakat luas yang tidak terlibat

secara langsung dalam proses perumusan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010

tersebut.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan institusi formal

sebagai mitra pemerintah daerah yang memberikan sumbangan saran dan

masukan dalam perencanaan maupun mengimplementasikan program-program

pembangunan. Secara khusus institusi ini punya wewenang controlling,

budgetting dan legislation dalam program-program pembangunan yang dilakukan

oleh pemerintah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 89: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

73

4.2.1. Komposisi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.6. Komposisi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

JUMLAH No UNSUR Laki-laki Perempuan Σ

1. 2. 3. 4. 5.

Pemko Medan Akademisi Ormas Media Massa DPRD

2 2 1 1 1

0 0 1 1 1

2 2 2 2 2

JUMLAH 7 3 10 Sumber: Data Primer, 2006

Dari tabel 4.6, dapat dilihat banwa mayoritas informan dalam penelitian

ini adalah laki-laki. Kecenderungan ini menggambarkan bahwa realitas

pengarusutamaan jender (gender mainstreaming) masih belum berlaku secara

merata dalam berbagai profesi di Kota Medan. Di samping itu dapat juga

disimpulkan bahwa dibandingkan dengan laki-laki, jumlah perempuan masih

sangat sedikit dalam menduduki jabatan-jabatan dan posisi strategi dan manajerial

dalam berbagai preferensi profesi.

4.2.2. Komposisi Informan Berdasarkan Strata Pendidikan

Tabel 4.7. Komposisi Informan Berdasarkan Strata Pendidikan

PENDIDIKAN No UNSUR SD SLTP SLTA DI DIII S1 S2 S3 ∑ 1. 2. 3. 4. 5.

Pemko Medan Akademisi Ormas Media Massa DPRD

0 - 0 0 0

0 - 0 0 0

0 - 0 0 0

0 - 0 0 0

0 - 0 0 0

0 - 1 2 2

2 1 1 0 0

0 1 0 0 0

2 2 2 2 2

JUMLAH 0 0 0 0 0 5 4 1 10 Sumber: Data Primer, 2006

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 90: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

74

Dari uraian pada Tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa mayoritas informan

(5 orang) telah berpendidikan S1, sebanyak 4 orang berpendidikan S2, serta

sebanyak 1 orang informan yang berpendidikan S3, dan tidak ada informan yang

memiliki pendidikan terakhir SLTA.

Pada level Pemerintah Kota Medan saat ini pendidikan pegawainya rata-

rata sudah S2, begitu juga dengan anggota DPRD dan Media Massa yang rata-rata

memiliki latar belakang S1. Realitas ini menunjukkan bahwa, kualitas akademis

Pegawai Pemerintah Kota Medan dan anggota DPRD Kota Medan sudah sangat

memadai.

Begitu juga dengan informan dari media massa yang sudah S1. Kenyataan

ini juga menunjukkan bahwa Lembaga Pers juga telah meningkatkan sumber daya

manusia sesuai dengan kebutuhan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang

mengharuskan jurnalis menguasai ilmu pengetahuan dalam relevansinya dengan

penyajian dan analisa berita.

Akademisi telah berpendidikan S2 dan S3 yang mencerminkan secara

akademis, kemampuan teoritik mereka merupakan yang tertinggi dibandingkan

dengan yang lainnya. Sedangkan Informan yang mewakili Ormas berpendidikan

S1 dan S2 yang mencerminkan bahwa tingkat pendidikan mereka sudah tergolong

memadai dan sebanding dengan unsur lainnya.

Dengan tingkat pendidikan informan yang keseluruhannya sudah

mengecam pendidikan di Perguruan Tinggi, bahkan sudah ada yang mencapai

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 91: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

75

gelar S3, maka diharapkan informasi yang diterima dari mereka adalah informasi

yang berdasarkan tingkat pengetahuan yang sangat baik.

4.2.3 Komposisi Informan berdasarkan Suku Bangsa.

Tabel 4.8 Komposisi Informan Berdasarkan Suku Bangsa

SUKU BANGSA No UNSUR Jawa Melayu Mandailing Toba Lainnya Σ

1. 2. 3. 4. 5.

Pemko Medan Akademisi Ormas Media Massa DPRD

0 1 1 1 1

0 0 0 0 1

1 1 0 1 0

0 0 0 0 0

1 0 1 0 0

2 2 2 2 2

JUMLAH 4 1 3 0 2 10 Sumber: Data Primer, 2006 Kota Medan merupakan Kota Metropolitan dan heterogen berdasarkan

komposisi suku bangsa. Berdasarkan data statistik, sekalipun Kota Medan

merupakan bekas kerajaan Melayu, dan populasi terbesar penduduk kota medan

adalah suku bangsa jawa. Namun pada berbagai profesi komposisi itu sudah mulai

seimbang yang menunjukkan bahwa tidak ada lagi dominasi suatu suku bangsa

dalam berbagai profesi.

4.2.4 Komposisi Informan Berdasarkan Agama

Tabel 4.9 Komposisi Informan Berdasarkan Agama

AGAMA No UNSUR Islam Katolik Protestan Hindu Budha Σ

1. 2. 3. 4. 5.

Pemko Medan Akademisi Ormas Media Massa DPRD

2 2 2 2 2

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

2 2 2 2 2

JUMLAH 10 0 0 0 0 10 Sumber: Data Primer, 2006

Sebagai Kota Metropolitan dengan heterogenitas masyarakat Kota Medan

merupakan kota yang dihuni oleh latar belakang agama yang beragam.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 92: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

76

Berdasarkan data statistika kota (BPS: 2005). Komposisi penduduk Kota Medan

berdasarkan agama dapat diuraikan bahwa mayoritas beragama Islam disusul

Protestan, Katolik, Budha dan Hindu. Afiliasi suku bangsa terhadap agama dapat

diuraikan bahwa Islam merupakan agama yang banyak di anut oleh suku bangsa

Melayu, Jawa, Mandailing dan sebagainya. Protestan dan Katholik dianut oleh

suku bangsa Batak, Karo, dan Cina. Sementara Budha mayoritas dianut oleh suku

bangsa Cina dan Hindu dianut oleh suku bangsa Cina dan India.

4.2.5. Komposisi Informan Berdasarkan Lama Bekerja Pada Profesi Masing-Masing

Tabel 4.10

Komposisi Informan Berdasarkan Lama Bekerja Pada Profesi Masing-Masing

Lama Bekerja No Unsur 0-5 6-10 11-15 16-40 Σ

1. 2. 3. 4. 5.

Pemko Medan Akademisi Ormas Media Massa DPRD

0 0 1 1 2

0 0 1 1 0

1 2 0 0 0

1 0 0 0 0

2 2 2 2 2

JUMLAH 4 2 3 1 10 Sumber: Data Primer, 2006

Dari tabel 4.6 dapat diuraikan bahwa komposisi informan yang diambil

dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari unsur yang senior dan juga junior

pada posisi masing-masing. Pemerintah Kota Medan dapat di kategorikan sebagai

komposisi informan yang senior. Realitas ini disebabkan oleh adanya

penjenjangan karir dalam PNS yang memungkinkan seseorang untuk mencapai

jabatan struktural yang lebih tinggi.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 93: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

77

Informan dan Akademisi, Media Massa dan Ormas terlihat lama

bekerjanya lebih muda yang mencerminkan adanya aturan organisasi yang tidak

terlalu ketat berdasarkan usia dan pengalaman untuk pencapaian jabatan-jabatan

yang strategis. Komposisi-komposisi informan senior-junior ini melengkapi

gambaran perimbangan tokoh muda dan tua dalam membangun Kota Medan.

4.3. Mekanisme Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.

Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ

Tahun 2005 Perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM

Daerah, penyusunan RPJM Daerah ditentukan sebagai berikut:

1. Dalam rangka percepatan penyediaan RPJP Daerah masing-masing Kepala Daerah

bersama dengan DPRD supaya melakukan upaya penyusunan RPJP Daerah.

2. Penyusunan RPJP Daerah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. RPJP Daerah Provinsi mengacu pada RPJP Nasional;

b. RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP daerah Provinsi;

c. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

melalui penyelenggaraan musrenbang RPJP Daerah;

d. Apabila RPJP di atasnya belum tersedia, maka penyusunan RPJP

Daerah Provinsi dan atau RPJP Daerah Kabupaten/Kota dilakukan

secara simultan dan terkoordinasi.

3. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Provinsi dilakukan,

selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP Nasional. Penetapan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 94: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

78

Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kabupaten/Kota dilakukan,

selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP Daerah Provinsi.

4. Bagi Daerah yang belum dapat menyelesaikan penyusunan dan atau penetapan

RPJP Daerah, maka Kepala Daerah terpilih berkewajiban melanjutkan

penyelesaiannya. Khusus bagi daerah-daerah yang sedang mempersiapkan

pelaksanaan Pilkada Langsung, kegiatan penyusunan Rancangan RPJP Daerah

dapat dilaksanakan oleh pejabat (caretaker) Kepala Daerah.

5. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Provinsi dikonsultasikan kepada

Menteri Dalam Negeri cq. Ditjen Bina Pembangunan Daerah, sebelum ditetapkan.

Sedangkan Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kabupaten/Kota

dikonsultasikan kepada Gubernur cq. Bappeda, sebelum ditetapkan.

4.3.1. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

1. RPJM Daerah hanya disusun oleh Daerah-daerah yang telah memiliki

Kepala Daerah hasil pemilihan langsung.

2. Penyusunan RPJM Daerah dilakukan dengan memperhatikan hal-

halsebagai berikut:

a. RPJM Daerah Propvinsi berpedoman pada RPJM Daerah Provinsi

serta memperhatikan RPJM Nasional dan Standar Pelayanan Minimal

yang telah ditetapkan;

b. RPJM Daerah Kaupaten/Kota berpedoman pada RPJM Daerah

Kabupaten/Kota serta memperhatikan RPJM Daerah Privinsi dan

Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan;

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 95: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

79

c. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku-kepentingan pembangunan

melalui penyelenggaraan musrenbang RPJM Daerah;

d. Apabila RPJM Daerah Provinsi belum tersedia, maka penyusunan

RPJM Daerah Kabupaten/Kota memperhatikan Renstrada Provinsi;

e. Sebelum RPJM Daerah ditetapkan, penyusunan RPJM Daerah tetap

dilaksanakan dengan mengesampingkan RPJM Daerah sebagai

pedoman.

3. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah dilaksanakan paling

lambat 3 (tiga) bulan terhitung setelah Kepala Daerah dilantik

4. Bagi daerah-daerah yang belum melaksanakan Pilkada langsung, Renstra

Daerah atau Propeda berlaku sebagai dokumen perencanaan jangka

menengah hingga berakhir masa bakti Kepala Daerah.

5. Apabila dokumen perencanaan jangka menengah habis sebelum

berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah, daerah menyusun Renstra

Daerah Transisi/RPJM Daerah Transisi/dokumen perencanaan setara

lainnya, dengan jangka waktu sesuai sisa masa jabatan Kepala Daerah

yang bersangkutan, ditambah 1 (satu) tahun kedepan dan ditetapkan

dengan Peraturan Daerah. Penyusunan Renstra Transisi mempedomani

dokumen perencanaan yang berlaku.

6. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Provinsi

dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri cq. Ditjen Bina

Pembangunan Daerah, sebelum ditetapkan. Sedangkan, Rancangan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 96: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

80

Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten/Kota dikonsultasikan

kepada Gubernur cq. Bappeda, sebelum ditetapkan.

4.3.2. Fasilitasi dan Pendanaan

Dalam rangka percepatan penyusunan dokumen RPJP Daerah dan RPJM

Daerah, agar dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah, Menteri Dalam Negri

cq. Ditjen Bina Pembangunan Daerah dapat memberi konsultasi dan

bimbingan teknis;

2. Gubernur menugaskan Kepala Daerah untuk :

a. Memfasilitasi Bappeda Kabupaten/Kota agar dapat melaksanakan

Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota dalam proses penyusunan RPJP

Daerah dan RPJM Daerah;

b. Memfasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyusunan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang RPJP Daerah dan RPJM

Daerah;

c. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Departemen Dalam

Negeri cq. Ditjen Bina Pembangunan Daerah dalam proses

penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah;

3. Mengalokasikan dana untuk penyusunan dan penetapan RPJP Daerah dan

RPJM Daerah dalam APBD masing-masing Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 97: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

81

4.3.3 Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, program Kepala

Daerah terpilih yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah serta

memperhatikan RPJM Nasional bagi daerah provinsi dan SPM yang telah

ditetapkan pemerintah, atau RPJM Daerah provinsi bagi daerah kabupaten/kota.

RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan

daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan

kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja

dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM

Daerah disusun dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap Pertama : Penyiapan Rancangan Awal RPJM Daerah.

Rancangan awal RPJM Daerah yang disiapkan oleh Kepala Bappeda

untuk mendapat gambaran awal visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih

yang memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas

Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan daerah. Muatan rancangan awal

RPJM Daerah menjadi pedoman bagi Kepala SKPD dalam penyusunan rancangan

Renstra-SKPD.

Langkah-langkah :

a. Membentuk Tim Fasilitasi RPJM Daerah untuk semua tahapan

perencanaan dengan komposisi mempertimbangkan lingkup bidang yang

akan dianalisis;

b. Menyusun rencana kerja penyusunan RPJM Daerah;

c. Menyiapkan Daftar Isi RPJM Daerah;

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 98: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

82

d. Menginventarisasi data dan informasi berupa:

1) Naskah RPJM Nasional dan hasil analisisnya bagi daerah provinsi;

2) Naskah RPJM Daerah provinsi (apabila ada) atau Renstrada provinsi

dan analisisnya bagi daerah kabupaten/kota;

3) Data kondisi umum daerah;

4) Data keuangan daerah dan analisisnya;

5) Data/informasi rumusan visi, misi, dan program Kepala Daerah;

e. Menjabarkan visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam strategi

pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah,

dan arah kebijakan keuangan daerah;

f. Membahas rancangan awal RPJM Daerah dengan para Kepala SKPD,

guna disepakati sebagai pedoman penyusunan rancangan Renstra-SKPD.

Sebagaimana amanat dari Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan undang – undang 32 tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah bahwa Proses RPJMD dimulai sejak terpilihnya

Kepala Daerah. Maka dibentuklah tim fasilitator penyusunan penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai penjabaran

dari Visi, Misi Kepala Daerah yang penyusunannya mengacu pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional. RPJMD ini dijabarkan dalam sasaran-

sasaran pokok yang harus dicapai,arah kebijakan, program-program pembangunan

dan kegiatan pokok. RPJMD ini merupakan dokumen perencanaan yang harus

memberikan arahan, yang memudahkan tujuan yang hendak dicapai secara

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 99: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

83

terukur. Selain itu, RPJMD ini disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dengan

memperhatikan amanat Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM

Nasional Tahun 2005-2009. Dengan adanya keterkaitan (benang merah) dengan

perencanaan yang lebih tinggi, akan mempermudah pengembangan“sharing”

pembiayaan dengan pemerintah pusat untuk program-program yang akan

dilakukan. RPJMD akan digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan RKPD

(Rencana Kerja Pemerintah Daerah), RAPBD, penyusunan LKPJ (Laporan

Keterangan Pertanggung Jawaban) Kepala Daerah, dan tolok ukur kinerja Kepala

Daerah. Oleh karena itu, RPJMD ini akan memuat arah kebijakan, program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan, dimana program-program yang diusulkan

diharapkan akan dibiayai oleh APBD dan sumber – sumber dana yang lain dapat

dapat diperoleh misalnya dari sektor swasta, APBN maupun pasar uang (obligasi).

Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang informan dari Pemko yang

mengatakan :

“RPJM Daerah akan digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah), RAPBD, penyusunan LKPJ (Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban) Kepala Daerah, dan tolok ukur kinerja Kepala Daerah. Oleh karena itu, RPJMD ini akan memuat arah kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, dimana program-program yang diusulkan diharapkan akan dibiayai oleh APBD. Jadi, pada dasarnya visi misi dan program Kepala Daerah akan menjadi visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah.”

Setelah adanya rancangan awal ini maka tim fasilitator akan menindak

lanjuti kegiatan pembahasan rancangan awal tersebut dengan kepala SKPD guna

mencari mufakat dan penyelarasan pemikiran dan pandangan terhadap rancangan

awal RPJMD yang sudah ada sebagai acuan nantinya bagi penyusunan rancangan

renstra SKPD.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 100: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

84

Tahap Kedua : Penyiapan rancangan Renstra-SKPD.

Penyiapan rancangan Renstra-SKPD merupakan tanggung jawab Kepala SKPD

yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dengan berpedoman pada

rancangan awal RPJM Daerah dan SPM. Program dalam rancangan Renstra-

SKPD adalah bersifat indikatif, tidak mengabaikan keberhasilan yang sudah

dicapai selama ini, dan diselaraskan dengan program prioritas Kepala Daerah

terpilih.

Langkah-langkah :

a. Mempelajari visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih;

b. Merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan SKPD dengan memperhatikan Renstra-SKPD periode

sebelumnya, rancangan awal RPJM Daerah, capaian keberhasilan dan

permasalahan dalam periode sebelumnya, serta tugas dan fungsi SKPD;

c. Menyampaikan rancangan Renstra-SKPD kepada Kepala Bappeda sebagai

masukan utama dalam penyusunan rancangan RPJM Daerah.

Berpedoman pada kesepakatan terhadap rancangan awal RPJMD yang

telah disusun oleh tim fasilitator maka kepala SKPD menyusun renstra SKPD

Pada tahap penyusunan renstra SKPD ini harus tetap mengupayakan sinkronisasi

terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah. Upaya sinkronisasi ini adalah

penting mengingat program-program yang sesuai dengan visi dan misi Kepala

Daerah terpilihlah nantinya yang akan menjadi prioritas pilihan untuk dimuat pada

RPJMD.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 101: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

85

Untuk menyikapi hal tersebut di atas maka Kepala SKPD mengadakan

forum SKPD guna merembukkan dan menyiapkan rencana strategis SKPD.

Dalam forum ini akan dibahas dan dianalisa secara mendalam visi misi kepala

daerah terpilih untuk kemudian menurunkan rumusan rencana strategis yang

sesuai dengan kebutuhan SKPD dengan tetap berpedoman kepada visi kepala

daerah terpilih.

Setelah mempelajari visi dan misi kepala daerah dan menurunkan rumusan

yang tepat, maka forum ini akan menentukan rumusan visi dan misi serta

program-program SKPD yang akan diajukan. Pada tahapan ini selain berpedoman

kepada visi dan misi kepala daerah, forum renstra SKPD ini juga tetap berupaya

mempelajari rancangan renstra terdahulu. Hal ini merupakan suatu tindakan yang

bersifat indikatif yang tidak mengabaikan keberhasilan-keberhasilan yang telah

dicapai selama ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang informan dari

Pemko yang mengatakan :

“Pada proses rancangan resnstra ini hal yang lebih terlihat adalah kinerja para kepala SKPD yang melakukan perumusan prioritas program yang disesuaikan dengan program Walikota sehingga tercapai suatu sinergitas kedepannya.”

Setelah menemukan format terbaik terhadap renstra SKPD yang berisikan

visi, misi, tujuan strategi, kebijakan program dan kegiatan pembangunan yang

sesuai dengan tugas dan fungsinya maka kepala SKPD menyampaikan rancangan

renstra hasil forum tersebut kepada kepala Bappeda sebagai rujukan utama dalam

penyususunan RPJM daerah nantinya.

Tahap Ketiga : Penyusunan rancangan RPJM Daerah

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 102: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

86

Rancangan RPJM Daerah merupakan integrasi rancangan awal RPJM Daerah

dengan rancangan Renstra-SKPD, yang penyusunannya menjadi tanggung jawab

Kepala Bappeda dan menjadi masukan utama dalam Musrenbang Jangka

Menengah Daerah.

Langkah-langkah :

a. Menerima secara resmi naskah rancangan Renstra-SKPD yang

disampaikan oleh Kepala SKPD;

b. Menilai dan membahas konsistensi rancangan Renstra-SKPD dengan

SKPD terkait terhadap tugas dan fungsinya;

c. Mengintegrasikan rancangan Renstra-SKPD kedalam rancangan awal

RPJM Daerah menjadi rancangan RPJM Daerah.

d. Melakukan sosialisasi, konsultasi publik, dan atau penjaringan aspirasi

pemangku- kepentingan pembangunan atas rancangan RPJM Daerah.

Pada tahap ini merupakan tahapan pengintegrasian rancangan awal RPJM

Daerah dengan rancangan renstra SKPD, yang penyusunannya menjadi

tanggungjawab kepala Bappeda yang hasilnya akan menjadi masukan utama

dalam Musrenbang jangka menengah daerah.

Tahapan ini dimulai setalah kepala Bappeda menerima secara resmi

naskah rancangan renstra SKPD dari kepala SKPD. Setelah proses penerimaan

renstra tersebut maka Bappeda mengadakan penilaian terhadap konsistensi renstra

SKPD tersebut dengan SKPD terkait. Proses ini dimuai dengan mempelajari dan

mengidentifikasi keberadaan SKPD dengan kebutuhannya dan disesuaikan

dengan renstra yang diajukan. Apabila dalam daftar pengajuan restra tersebut

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 103: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

87

terdapat kesesuaian dan dianggap layak maka isi dari renstra tersebut akan di

elaburasi dan di integrasikan dengan rancangan awal RPJM Daerah untuk

menyempurnakan format rancangan RPJM Daerah yang mengakomodir

kepentingan-kepentingan dan kebutuhan SKPD. Hasil integrasi renstra SKPD

dengan rancangan awal RPJM Daerah tersebut kemudian akan disahkan menjadi

rancangan RPJM Daerah.

Setelah ditentukannya rancangan RPJMD maka akan dilanjutkan dengan

kegiatan sosialisasi, konsultasi publik dan penjaringan aspirasi pemangku-

pemangku kepentingan pembangunan atas rancangan RPJM daerah tersebut.

Tahap Keempat : Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah Daerah

Musrenbang Jangka Menengah Daerah merupakan forum konsultasi

dengan para pemangku kepentingan-pembangunan untuk membahas rancangan

RPJM Daerah, dibawah koordinasi Kepala Bappeda untuk mendapatkan

komitmen para pemangku kepentingan pembangunan yang menjadi masukan

dalam penyempurnaan rancangan RPJM Daerah dan melaksanakan Musrenbang

Jangka Menengah Daerah dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah

Kepala Daerah terpilih dilantik.

Langkah-langkah :

a. Persiapan :

1) Penggandaan Naskah Rancangan RPJM Daerah;

2) Menyiapkan panduan pelaksanaan yang memuat durasi, tanggal/waktu

pelaksanaan, mekanisme dan susunan acara dengan kelompok bahasan

sebagai berikut:

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 104: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

88

(a) Pemaparan visi, misi, dan program Kepala Daerah;

(b) Pemaparan kondisi umum daerah dan prediksi 5 (lima) tahun kedepan;

(c) Pemaparan dan penyepakatan strategi pembangunan daerah dan

kebijakan umum;

(d) Pemaparan dan penyepakatan arah kebijakan keuangan daerah;

(e) Pemaparan dan penyepakatan program pembangunan daerah yang

meliputi program SKPD, Lintas SKPD, dan program kewilayahan;

3) Mengirim surat undangan kepada para peserta.

b. Pelaksanaan:

1) Pemaparan visi, misi, dan program Kepala Daerah;

2) Pemaparan kondisi umum daerah dan prediksinya;

3) Pemaparan dan penyepakatan strategi pembangunan daerah dan

kebijakan umum;

4) Pemaparan dan penyepakatan arah kebijakan keuangan daerah;

5) Pemaparan dan penyepakatan program pembangunan daerah yang

meliputi program SKPD, Lintas SKPD, dan program kewilayahan;

6) Merumuskan kesepakatan para pemangku-kepentingan pembangunan

hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah;

7) Membacakan hasil rumusan oleh Kepala Bappeda.

c. Keluaran:

Materi kesepakatan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah

Daerah sebagai masukan utama penyempurnaan rancangan RPJM Daerah,

menjadi rancangan akhir RPJM Daerah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 105: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

89

d. Peserta:

1) Para Satuan Kerja Perangkat Daerah, anggota DPRD, instansi/lembaga

daerah, TNI dan POLRI, Pengadilan dan Kejaksaan, para pemangku-

kepentingan pembangunan daerah lainnya, serta wakil

Kementerian/Lembaga yang terkait.

2) Bagi daerah provinsi selain unsur-unsur terkait diatas, wajib

mengikutsertakan wakil Bappeda Kabupaten/Kota di wilayahnya.

3) Bagi daerah kabupaten/kota selain unsur-unsur terkait diatas, wajib

mengikutsertakan wakil Bappeda Provinsi.

4) Selain unsur-unsur peserta di atas, daerah dapat mengikutsertakan pihak-

pihak lain yang dianggap penting.

Nara Sumber:

1) Kepala Bappeda sebagai penyampai Rancangan RPJM Daerah;

2) Fasilitator/Tenaga Ahli mengenai bahan bahasan;

3) Fasilitator/Tenaga Ahli dalam memfasilitasi pembahasan dan

pengambilan keputusan dalam Musrenbang Jangka Menengah Daerah.

Tahapan ke empat dalam tata cara penyusunan RPJMD sesuai dengan

surat edaran menteri dalam negeri No. 050/2020/SJ/2005 adalah penyelenggaraan

Musrenbang jangka Menengah daerah yang merupakan forum konsultasi dengan

para pemangku kepentingan-kepentingan untuk membahas rancangan RPJM

Daerah yang dilaksanakan di bawah koordinasi kepala Bappeda.

Proses musrenbang ini diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara daerah

dengan mengikutsertakan masyarakat. Sesuai dengan UU No. 25 tahun 2004

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 106: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

90

tentang sistem perencanaan pembangunan nasional pasal 16 ayat (4), musrenbang

jangka menengah daerah sudah harus dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan

sesudah kepala daerah dilantik.

Pelaksanaan Musrenbang ini merupakan suatu bentuk konsultasi publik

yang bertujuannya untuk mendapatkan komitmen dari para pemangku

kepentingan pembangunan yang menjadi masukan dalam penyempurnaan

rancangan RPJM Daerah. Jadi dalam forum ini dibuka ruang untuk publik dalam

hal ini para stake holder pembangunan untuk meenyampaikan aspirasi masyarakat

maupun golongan kepentingan yang diwakilinya guna menjadi masukan untuk

penyempurnaan rancangan RPJM daerah. Adapun strategi pelaksanaannya adalah

berkaitan dengan bagaimana proses pembahasan akan dilakukan untuk mencapai

tujuan (kesepakatan). Dalam pelaksnaaan Musrenbang ini dipergunakan

mekanisme perencanaan top-down dan bottom up. Hal ini sesuai dengan

peryataan salah seorang informan dari Kota Medan yang mengatakan :

“Proses penyusunan RPJMD Kota Medan dilaksanakan dengan menggabungkan dua sistem perencanaan yang berlaku di Indonesia yaitu sistem perencanaan top-down dan sistem perencanaan bottom-up. Kedua sistem ini dipadukan pada saat musrenbang, dimana usulan dari masyarakat (bottom-up) akan disinkronkan dengan rancangan kerja dari pemerintah (top-down)”.

Untuk memulai pelaksanaan Musrenbang ini, pihak fasilitator

melaksanakan penggandaan naskah rancangan RPJM Daerah guna

disosialisasikan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan. Setelah melalui tahap

sosialisasi rancangan tadi maka ditentukanlah tanggal dan waktu serta mekanisme

serta susuanan acara musrenbang yang akan dilaksanakan tersebut.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 107: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

91

Pada acara musrenbang maka akan dijabarkan visi, misi, dan program

kepala daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, progaram

priorotas program kepala daerah, dan arah kebijakan keuangan daerah. Setelah

penjabaran tersebut maka dibukalah forum bagi para peserta yang diundang untuk

membahas rancangan RPJM yang ada. Adapun para peserta yang hadir dalam

musrenbang ini adalah para satuan kerja perangkat daerah, anggota DPRD,

instansi/lembaga daerah, TNI dan Polri, pengadilan dan kejaksaan, para

pemangku daerah lainnya, serta wakil kementerian/lembaga terkait. Penentuan

stakeholder yang dilibatkan dalam forum Musrenbang perlu inklusif, yaitu stake

holder yang terpengaruh langsung oleh isu permasalahan pembangunan.

Setelah diadakan forum musrenbang tersebut maka Kepala Bappeda akan

merumuskan hasil kesepakatan para pemangku kepentingan pembangunan hasil

Musrenbang jangka menengah Daerah tersebut. Naskah kesepakatan musrenbang

tersebut merupakan rekomendasi yang dibuat pada akhir Musrenbang berisikan

garis-garis besar butir-butir kesepakatan yang dicapai.

Proses terakhir dari tahapan ini adalah pembacaan hasil rumusan oleh

Kepala Bappeda kepada forum Musrenbang tersebut. Dimana rumusan ini

nantinya akan menjadi masukan utama bagi rancangan akhir RPJM Daerah.

Pembacaan hasil musrenbang disampaikan kepada seluruh peserta dengan

mencantumkan secara jelas perubahan yang telah dilakukan (apabila ada) .

Tahap Kelima : Penyusunan rancangan akhir RPJM Daerah

Penyusunan rancangan akhir RPJM Daerah merupakan tanggung jawab

Kepala Bappeda dengan masukan utama hasil kesepakatan Musrenbang Jangka

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 108: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

92

Menengah Daerah untuk disampaikan kepada Kepala Daerah, dan selanjutnya

diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Langkah-langkah :

a. Menyusun rancangan akhir RPJM Daerah dengan memuat kesepakatan

hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah dibantu Tim Fasilitasi;

b. Menyusun naskah akademis rancangan Peraturan Daerah tentang RPJM

Daerah dibantu Tim Fasilitasi dan Kepala SKPD yang bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.

c. Menyampaikan rancangan akhir RPJM Daerah, beserta naskah akademis

dan naskah kesepakatan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah

kepada Kepala Daerah.

Tahap ini merupakan penyusunan akhir RPJM daerah yang merupakan

pemutakhiran rancangan RPJM Daerah setelah melalui tahapan musrenbang.

Adapaun contents dari rancangan akhir ini merupakan rumusan rancangan

Bappeda dengan tim fasilitasi yang berisikan muatan dari hasil musrenbang yang

dilaksanakan sebelumnya.

Penyusunan rancangan akhir RPJM diselenggarakan oleh Bappeda setelah

selesai musrenbang jangka menengah. Dalam tahap ini semua usulan dari dinas

dinas (SKPD) akan diekspose dan kemudian dilakukann pengklasifikasian untuk

menentukan program apa saja yang lebih diprioritaskan untuk segera

diwujudkan/direalisasikan. Setelah menemukan format RPJM yang paling

mutakhir maka pihak Bappeda dan tim fasilitasi akan menyusun naskah akademis

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 109: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

93

rancangan Peraturan daerah tentang RPJM daerah guna mendukung pelaksnaan

RPJM Daerah kedepannya.

Proses selanjutnya adalah penyampaian rancangan akhir RPJM daerah

tersebut beserta seluruh dokumen pendukung yang meliputi naskah akademis dan

naskah kesepakatan hasil Musrenbang jangka menengah kepada Kepala Daerah

untuk kemudian nantinya ditetapkan sebagai RPJM daerah yang sah. Hal ini

sesuai dengan pernyataan salah seorang informa yang mengatakan:

“....dalam tahap ini dapat dikatakan sebagai sebuah finalisasi dari keseluruhan proses musrenbang yang dilaksanakan walaupun belum dijadikan Perda akan tetapi hasil-hasil yang telah ada merupakan suatu wujud kesepakatan yang sudah sah dan untuk di laksanakan”.

Tahap Keenam : Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah

Agar RPJM Daerah menjadi dokumen perencanaan jangka menengah

daerah, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 3 (tiga)

bulan sejak Kepala Daerah dilantik. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah

menjadi pedoman bagi Kepala SKPD untuk menyempurnakan rancangan Renstra

SKPD menjadi Renstra SKPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD.

Langkah-langkah :

a. Menyiapkan Surat Kepala Daerah perihal, penyampaian naskah rancangan

Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah oleh Kepala SKPD yang

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum, beserta

lampirannya kepada DPRD sebagai inisiatif pemerintah daerah.

b. Sebelum RPJM Daerah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah perlu:

1) Melakukan konsultasi dengan Menteri Dalam Negeri cq. Ditjen Bina

Pembangunan Daerah untuk RPJM Daerah provinsi.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 110: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

94

2) Melakukan konsultasi dengan Gubernur cq. Bappeda Provinsi untuk

RPJM Daerah kabupaten/kota.

Tahapan ke enam dalam proses tata cara penyusunan RPJM daerah

merupakan tahapan penetapan Peraturan daerah tentang RPJM Daerah. Hal ini

mengacu kepada mekanisme perencanaan pembangunan yang diatur dalam Surat

edaran menteri perencanaan pembangunan Nasional bersama menteri dalam

negeri No 0259 tahun 2005, maka setelah musrenbang selesai dilaksanakan<

Bappeda akan menyusun rancangan akhir RPJM yang kemudian akan

disampaikan kepada walikota atau kepala daerah terpilih. Langkah selanjutnya

kepala daerah akan menyusun sebuah keputusan berupa peraturan kepala daerah

untuk mensahkan pelaksanaan RPJM tersebut.

Apabila keputusan ini sudah diundangkan maka RPJM tersebut sudah sah

dan mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan dan menjadi pedoman bagi

kepala SKPD untuk menyempurnakan rancangan renstra SKPD yang ditetapkan

dengan peraturan kepala SKPD.

Proses penetapan ini diawali dengan penyiapan surat kepala daerah

perihal, penyampaian naskah rancangan peraturan daerah tentang RPJM daerah

oleh kepala SKPD yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi

hukum, beserta lampirannya kepada DPRD sebagai inisiatif pemerintah daerah.

Hal ini di sampaikan salah seorang informan pemko medan yang mengatakan :

“ Adapun tujuan dari penyerahan rancangan tersebut kepada badan legislatif yaitu DPRD untuk dikaji/ditinjau kembali. Dalam hal ini DPRD akan membahas RPJM tersebut dalam rapat komisi kemudian akan diadakan konsultasi dengan Gubernur. Apabila sudah layak untuk disahkan maka DPRD akan menyusun sebuah peraturan daerah yang akan mengesahkan pelaksanaan RPJM tersebut”.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 111: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

95

Namun sejauh ini, RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010 Medan masih

dalam bentuk Peraturan Walikota dan belum di Perda kan.

4.3.4. Daftar isi dan Substansi Bahasan RPJM Daerah

Sistematika penulisan RPJM Daerah adalah sebagaimana berikut di

bawah ini:

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

(RPJM Daerah sebagai penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional/Provinsi. RPJM Daerah berisi informasi tentang sumber daya yang diperlukan, keluaran dan dampak. Keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana ini merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku, peran dan fungsi daerah sebagaimana telah disepakati, pandangan Kepala Daerah tentang pembangunan periode sebelumnya, serta posisi dan muatan RPJM Daerah yang disusun dalam mencapai visi Kepala Daerah terpilih).

1.2. Maksud dan Tujuan

(Menjabarkan maksud dan tujuan dari penyusunan RPJM Daerah; menjadi pedoman dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah).

1.3. Landasan Hukum

(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan perundangan lainnya termasuk Undang-undang pembentukan daerah dan rencana tata ruang wilayah).

1.4. Hubungan RPJM Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

(Memperhatikan RPJM Nasional bagi RPJM Daerah provinsi, dan memperhatikan RPJM Daerah/Renstrada Provinsi bagi RPJM Daerah kabupaten/kota. Memperhatikan rencana tata ruang yang ada. RPJM Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD).

1.5. Sistematika Penulisan

(Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan RPJM Daerah ini).

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 112: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

96

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Kondisi Geografis (berisi luas wilayah dan letak geografis daerah, topografi, hidrologi dan klimatologi, luas dan sebaran kawasan budidaya, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, serta informasi geografis lainnya);

2.2. Perekonomian Daerah

(deskripsi dan statistik perekonomian daerah berupa PDRB, tingkat inflasi, investasi, pajak dan retribusi daerah, pinjaman daerah, dana perimbangan, tabungan pemerintah daerah, sumber penerimaan daerah lainnya, termasuk tingkat pelayanan Pemerintah Daerah bidang ekonomi berikut kebijakan pengembangan ekonomi daerah, dan indikator pembangunan daerah bidang ekonomi);

2.3. Sosial Budaya Daerah

(deskripsi dan statistik sosial budaya daerah tentang kependudukan, kondisi kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, agama, pemuda dan olahraga, kebudayaan, termasuk tingkat pelayanan Pemerintah Daerah bidang sosial budaya berikut kebijakan pengembangannya, dan indikator pembangunan daerah bidang sosial budaya);

2.4. Prasarana dan Sarana Daerah

(deskripsi dan statistik prasarana dan sarana daerah mencakup prasarana dan sarana sosial ekonomi, sosial-budaya, transportasi dan perhubungan, telekomunikasi dan informasi, pengairan, drainase, air bersih, air limbah, energi, dan lainnya, termasuk tingkat pelayanan pemerintah daerah bidang prasarana dan sarana berikut kebijakan pengembangannya, dan indikator pembangunan daerah bidang prasarana dan sarana daerah);

2.5. Pemerintahan Umum

(deskripsi dan statistik pemerintahan umum daerah mencakup pelayanan catatan sipil, pemakaman, perijinan, keimigrasian, pemadam kebakaran, pasar tradisional, ketentraman dan ketertiban umum, PDAM, pelayanan dari kecamatan dan kelurahan/desa, serta pelayanan umum pemerintahan lainnya kepada masyarakat setempat, dan indikator pembangunan daerah bidang pemerintahan umum);

BAB III. VISI DAN MISI

3.1. Visi (Mengadopsi visi Kepala Daerah terpilih).

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 113: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

97

3.2. Misi (Mengadopsi misi Kepala Daerah terpilih).

BAB IV. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

(strategi pembangunan daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program Kepala Daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi).

BAB V. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

(menggunakan hasil analisis keuangan daerah sebagai dasar dalam perumusan arah kebijakan keuangan daerah yang mencakup kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta capaian kinerja program dan kegiatan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat denga memperhatikan SPM yang telah ditetapkan.

5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah 5.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah 5.3. Kebijakan Umum Anggaran

(catatan: dalam membuat kebijakan peningkatkan penerimaan pendapatan daerah perlu memperhatikan pembangunan berkelanjutan, serta kelangsungan dan tumbuh kembangnya dunia usaha).

BAB VI. ARAH KEBIJAKAN UMUM (merupakan kebijakan yang berkaitan dengan program Kepala Daerah terpilih, sebagai arah bagi SKPD maupun lintas SKPD dalam merumuskan kebijakan guna mencapai kinerja sesuai dengan tugas dan fungsinya).

BAB VII. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

7.1. Program Pembangunan Daerah (disusun dengan memperhatikan rancangan Renstra-SKPD yang disiapkan oleh masing-masing SKPD berdasarkan Tabel 5.3 dan Tabel 5.4).

7.1.1. Program SKPD

7.1.2. Program Lintas SKPD

7.1.3. Program Kewilayahan

7.2. Rencana Kerja

7.2.1. Rencana Kerja Kerangka Regulasi

7.2.2. Rencana Kerja Kerangka Pendanaan (kerangka pendanaan disusun bersifat indikatif dan disesuaikan dengan kapasitas fiskal daerah, bersumber dari APBD setempat, APBD Provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya yang sah).

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 114: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

98

BAB VIII. PENUTUP

8.1. Program Transisi

(dalam menyusun RPJM Daerah ini ditambahkan rancangan program indikatif 1 (satu) satu tahun ke depan setelah periode RPJM Daerah berakhir, untuk menjembatani kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah pada masa akhir jabatan Kepala Daerah).

8.2. Kaidah Pelaksanaan

8.2.1. RPJM Daerah merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra-SKPD.

8.2.2. RPJM Daerah akan digunakan dalam penyusunan RKPD.

8.2.3. Penguatan peran para stakeholder/pelaku dalam pelaksanaan RPJM Daerah.

8.2.4. Merupakan dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja lima tahunan dan tahunan).

4.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010.

Perencanaan Pembangunan dengan pendekatan partisipatif atau biasa

disebut sebagai participatory planning, sebenarnya merupakan suatu proses

politik untuk memperoleh kesepakatan bersama (collectiveagreement) melalui

aktivitas negosiasi antar seluruh pelaku pembangunan (stakeholder). Proses

politik ini dilakukan secara transparan dan aksesibel sehingga masyarakat

memperoleh kemudahan mengetahui setiap proses pembangunan yang dilakukan

serta setiap tahap perkembangannya. Dalam hal ini perencanaan partisipatif lebih

sebagai sebuah alat pengambilan keputusan yang diharapkan dapat meminimalkan

konflik antar stakeholder.

Perencanaan partisipatif juga dapat dipandang sebagai instrumen

pembelajaran masyarakat (social learning) secara kolektif melalui interaksi antar

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 115: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

99

seluruh pelaku pembangunan atau stakeholder tersebut. Pembelajaran ini pada

akhirnya akan meningkatkan kapasitas seluruh stakeholder dalam upaya

memobilisasi sumberdaya yang dimilikinya secara luas. Perencanaan partisipatif

selain sebagai sebuah proses politik juga merupakan sebagai sebuah proses teknis.

Dalam proses ini yang lebih ditekankan adalah peran dan kapasitas fasilitator

untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi stakeholder secara tepat. Selain itu

proses ini juga diarahkan untuk memformulasikan masalah secara kolektif,

merumuskan strategi dan rencana tindak kolektif, serta melakukan mediasi konflik

kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya publik. Salah satu hal penting dalam

proses teknis ini adalah upaya pembangunan institusi masyarakat yang cukup

legitimasi sebagai wadah bagi masyarakat untuk melakukan proses mobilisasi

pemahaman, pengetahuan, argumen, dan ide menuju terbangunnya sebuah

konsensus, sebagai awal tindak kolektif penyelesaian persoalan publik. Hal ini di

sesuai dengan pernyataan salah seorang informan Pemko Medan yang

mengatakan :

“Partisipasi masyarakat dalam sistem Perencanaan Pembangunan Jangka menengah Daerah bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.”

Pendekatan partisipatif dalam berbagai konteks, termasuk dalam

perencanaan, selalu dikaitkan dengan proses demokratisasi, di mana masyarakat

sebagai elemen terbesar dalam suatu tatanan masyarakat diharapkan dapat ikut

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 116: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

100

dalam proses penentuan arah pembangunan. Dengan demikian upaya

pemberdayaan masyarakat dalam era reformasi tuntutan atas keterbukaan dan

akuntabilitas serta partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan

merupakan konsekuensi dan komitmen atas prinsip prinsip demokrasi, karena

instrumen perencanaan adalah usaha untuk pemberdayaan dan peningkatan

kesadaran masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi dan politik yang selaras.

Asumsi para pakar atau pun para ahli, yang mengatakan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam proses perencanaan

pembangunan. Dan pentingnya partisipasi masyarakat ini juga terakomodir dalam

UU No. 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Begitu juga

halnya dalam penyusunan RPJMD Kota Medan tahun 2006-2010. Menurut

informan dari pemko medan, bahwa dalam penyusunan RPJMD telah melibatkan

unsur masyarakat yang terdiri dari organisasi masyarakat, organisasi profesi,

tokoh masyarakat, tokoh agama, perwakilan dari kelurahan dan kecamatan, media

massa, DPRD, tokoh pemuda, serta perguruan tinggi. Keterlibatan mereka secara

luas diakomodir dalam tahapan musyawarah perencanaan pembangunan

(Musrenbang) RPJMD.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Medan

merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota Medan yang berpedoman

kepada RPJP Provinsi dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan

program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 117: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

101

dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka

regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Batasan mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. RPJM juga sering

disebut sebagai agenda pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah

yang sedang menjabat sebagai kepala daerah.Visi pembangunan jangka panjang

menjadi koridor pemberi arah dan batasan pembangunan daerah jangka panjang

yang dapat dijabarkan dalam periode pembangunan yang lebih singkat.

Sesuai dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional bahwa RPJM Daerah ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah

(analog dengan penetapan RPJM Nasional yang melalui Peraturan Presiden),

apabila substansinya merupakan rencana kerja lima tahun yang akan dijadikan

acuan bagi pemerintah daerah di dalam penyelenggaraan pembangunan daerah,

sesuai dengan penjabaran visi, misi dan program prioritas dari kepala daerah

terpilih dalam kurun waktu lima tahun yang akan datang.

Dalam hal penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kota Medan, Pemerintah Kota Medan pertama-tama harus merumuskan terlebih

dahulu isu-isu strategis yang berkaitan dengan kondisi pembangunan di Kota

Medan. Dalam merumuskan isu tersebut Pemerintah Kota Medan harus terlebih

dahulu mengadakan analis terhadap lingkungan strategis. Untuk kebutuhan

tersebut, dibentuklah Tim Kerja yang melibatkan Bappeda sebagai leading

sektornya untuk melakukan penyusunan Dokumen RPJMD yang harus

diselesaikan dalam 3 bulan setelah terpilihnya kepala daerah. Pada tahap

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 118: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

102

rancangan awal RPJM merupakan tangungjawab Kepala Bappeda, dimana dalam

tahap pengalokasian program dan kegiatan indikatif menurut SKPD dilakukan

dengan konsultasi atau rapat kerja.

Dalam hal perumusan RPJMD Pihak Pemerintah Kota Medan dalam hal

ini Bappeda dituntut untuk benar-benar mampu mengakomodir berbagai

kepentingan masyarakat dan golongan yang ada. Dalam konteks Kota Medan,

pihak Pemerintah Kota dalam hal ini Bappeda sudah memiliki sumber daya

manusia yang cukup bagus dalam melaksanakan perencanaan ini akan tetapi demi

suatu pencapaian hasil yang maksimal pihak Pemerintah Kota Medan merekrut

tenaga ahli untuk mengawal perencanaan partisipatif. Pilihan untuk memanfaatkan

tenaga ahli dalam mengawal perencanaan partisipatif ini tentu harus didukung

dengan anggaran. Tenaga ahli yang bekerja untuk Pemerintah Kota Medan ini

juga dapat diperankan untuk menilai kelayakan suatu rencana berikut kelayakan

dukungan anggarannya. Diharapkan, keberadaan tenaga ahli ini juga dapat

membuat pemerintah mampu melihat isu-isu krusial dalam perencanaan maupun

penganggaran. Dalam proses perumusan RPJMD Kota Medan, Pemerintah Kota

Medan telah menggunakan tenaga-tenaga ahli dari akademisi, yang bisa

bekerjasama dengan baik sesuai kebutuhan pemerintah. Hal ini juga di sampaikan

salah seorang informan Kota Medan yang mengatakan :

“Dalam hal penyusunan rencana pembangunan, Bappeda pertama-tama harus merumuskan terlebih dahulu isu-isu strategis yang berkaitan dengan kondisi pembangunan di Kota Medan. Dalam merumuskan isu tersebut Bappeda Kota Medan harus terlebih dahulu mengadakan analisis terhadap lingkungan strategis. Untuk itu, Bappeda di bantu oleh tenaga ahli dari perguruan tinggi”.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 119: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

103

Implementasi konsep perencanaan partisipatif dalam pelaksanaan RPJMD

Kota Medan diwujudkan dengan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan dengan melibatkan masyarakat dan seluruh stakeholder

pembangunan di Kota Medan. Dalam Musrenbang ini para stakeholder yang

hadir terdiri dari berbagai elemen masyarakat seperti organisasi masyarakat,

assosiasi profesi, DPRD, utusan kecamatan, media massa dan lain-lain.

Namun dalam hal penentuan ataupun pemilihan kriteria stakeholder yang

berperan serta dalam proses Musrenbang ini terdapat sebuah kondisi yang

mengingkari makna dari proses partisipasi yang sebenarnya. Dimana dalam hal

penentuan stakeholder tidak terdapat transparansi dari pihak pemerintah dalam hal

kriteria-kriteria stakeholder yang mengikuti Musrenbang tersebut. Kondisi yang

terjadi adalah dalam penentuan stakeholder pemerintah menggunakan inisiatif

sendiri dan dengan pertimbangan sepihak sesuai kepentingannya. Fakta ini dapat

dilihat dari para stakeholder yang ada pada proses Musrenbang adalah para pihak

atau elemen yang memiliki kedekatan dengan Pemerintah Kota Medan. Sebagai

gambaran umum akan kondisi yang lazim terjadi dalam hal pemilihan stakeholder

yang mewakili pihak akademisi biasanya pihak Pemerintah Kota Medan akan

memilih para akademisi yang sudah memiliki ikatan-ikatan atau kedekatan pribadi

dengan pihak Pemerintah Kota Medan. Sedangkan untuk stakeholder yang

mewakili organisasi masyarakat biasanya pihak Pemerintah Kota Medan akan

memilih organisasi masyarakat yang merupakan binaan Pemerintah Kota Medan

itu sendiri. Kondisi tersebut di atas tentunya akan mematikan proses dan makna

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 120: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

104

partisipasi yang sangat didambakan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan informan dari Ormas yang mengatakan bahwa:

“...terungkap bahwa posisi masyarakat masih lemah tingkat keterwakilannya. Kondisi tersebut diatas tentunya tidaklah harus terjadi apabila Pemerintah Kota Medan dapat mengidentifikasi stakeholder pembangunan yang ada di Kota Medan secara baik dengan cara melibatkan stakeholder tersebut untuk mendata secara lebih rinci tentang keberadaan dari stakeholder yang ada di Kota Medan”.

Dari pelaksanaan Musrenbang RPJMD Kota Medan dapat dilihat beberapa

point penting mengenai partisipasi masyarakat yaitu :Usaha pemerintah Kota

Medan yang terlihat kurang maksimal dalam mengajak masyarakat Kota Medan

untuk menghadiri musrenbang atau pun sosialisasi tentang rencana pembangunan.

Pemerintah Kota Medan hanya menyampaikan informasi penyelenggaraan

Musrenbang melalui Camat dan Lurah dan belum sepenuhnya menyebarkan

informasi yang lebih luas kepada masyarakat. Begitu juga halnya dalam sosialisasi

rencana pembangunan, masyarakat belum dapat secara utuh dan keseluruhan

untuk mengetahui rencana pembangunan, apa sebenarnya visi, misi dan tujuan

dari pembangunan Kota Medan. Seharusnya media massa mempunyai peran

penting pada proses ini. Sebagai perbandingan, dapat dilihat bagaimana peranan

media massa dalam menginformasikan tentang rencana pembangunan di Kota

Banda Aceh.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 121: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

105

Gambar 4.4. Contoh Informasi RPJPD Kota Banda Aceh melalui Surat Kabar

Partisipasi bisa dijalankan dengan beberapa prasyarat: adanya keterbukaan

informasi, equality (tidak ada perbedaan ras, agama, dan kondisi sosial ekonomi),

adanya komitmen dari pembuat keputusan (baik eksekutif maupun legislatif),

adanya kesadaran kritis warga, masyarakat yang terorganisir, serta iklim politik

yang kondusif untuk berpartisipasi. Partisipasi itu digerakkan oleh eksekutif,

legislatif, dan civil society. Untuk menghasilkan kebijakan yang pro partisipasi,

maka strategi yang dilakukan bisa berupa sosialisasi, pelibatan expert, lobby, dan

pengorganisasian.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 122: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

106

Partisipasi warga di dalam RPJMD diwujudkan dalam bentuk pelibatan

masyarakat dalam proses Musrenbang. Dimana dalam Musrenbang tersebut

memiliki dasar yang jelas dalam penyelenggaraannya, memiliki tujuan sosial, ada

akuntabilitas publik, dan ada keterlibatan warga sebagai stakeholders dalam

proses pembangunan yang dilaksanakan. Kegiatan itu mempunyai kerangka

perencanaan bersama untuk menetapkan tujuan, kegiatan, pelaksanaan, dan

penerima manfaat, serta metode pemantauan dan evaluasi program. Aktivitas itu

pun selalu mengedepankan atau berangkat dari aspirasi warga. Dengan demikian,

ada ruang yang dibuka untuk berpartisipasi. Warga harus didorong untuk

menciptakan aktivitas. Karena itu rakyat harus terorganisir.

Kegiatan partisipasi dapat diawali dengan Pertemuan antara Pemerintah

dengan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran proyek. Masyarakat pun akan

berkontribusi sesuai bidang keahlian masing-masing. Dan juga harus diterapkan

prinsip persamaan atau kesetaraan. Karenanya harus ada pembagian peran yang

adil dan jelas. Di dalam kegiatan, semua lapisan masyarakat dilibatkan.Mereka

terlibat aktif sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga evaluasi.

Dengan catatan, rakyat atau perwakilannya harus atau ditunjuk oleh sektor

masing-masing. Pengambilan keputusan pun didasarkan pada mekanisme yang

ditetapkan bersama dan dapat dipertanggungjawabkan gugatannya. Dengan

demikian masyarakat sadar bahwa program itu berguna untuk mereka, dan mereka

dapat mengorganisir program tanpa tekanan eksternal. Karena kegiatan ini

ditujukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat, maka tujuannya harus bersifat

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 123: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

107

spesifik. Mereka terlibat langsung dalam suatu program. Hal ini seperti yang

dinyatakan informan dari ormas bahwa ;

“……Adapun indikator keberhasilan dari adanya partisipasi dapat dilihat dari meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah, meningkatnya kuantitas dan kualitas masukan (kritik dan saran) untuk pembangunan daerah dan terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi lebih peduli terhadap setiap langkah pembangunan.”

Keterlibatannya itu mulai dari merencanakan, merancang, hingga dan

membangun. Sedangkan keputusan dan wewenang pengelolaan ada di tangan

masyarakat. Untuk kegiatan monitoring dan evaluasi, harus tersedia akses untuk

melakukan pengawasan. Dengan demikian ada ruang yang disediakan bagi warga

dalam proses mengevaluasi program. Masyarakat pun mendapat suatu kebebasan

untuk melakukan kontrol atau pengawasan.Untuk menciptakan pelayan yang

mengerti penuh akan tugas-tugasnya, maka diperlukan kontrol yang baik dari

semua pihak terkait. Karena itu informasi harus bisa diakses oleh semua orang.

Harus pula tersedia ruang publik sebagai wahana komunikasi dan informasi bagi

masyarakat dalam program pembangunan. Fungsi layanan publik sangat luas,

mulai dari peraturan, pemberian pelayanan langsung hingga menyediakan

fasilitasi. Partisipasi harus berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas

hidup masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan merasa memiliki atas

pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya partisipasi, masyarakat akan

mendukung sumber daya dengan sadar dan diakui.

Begitu juga Apabila melihat fungsi DPRD sebagai salah satu stakeholder

dalam proses RPJMD ini kiranya sudah saatnya DPRD Kota Medan mempertegas

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 124: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

108

peran dalam penyusunan rencana pembangunan, baik itu Perencanaan Jangka

Panjang, Jangka Menengah, maupn jangka pendek.

Yang potensial terjadi adalah DPRD akan menunggu sampai dokumen

perencanaan jangka panjang dan menengah daerah sampai kepada mereka.Baru

setelah itu, mereka akan mengadakan public hearing dengan masyarakat.

Mengapa dalam perencanaan partisipatif peran untuk melakukan penjaringan

aspirasi lebih banyak dipikul oleh eksekutif? Bukankah DPRD sebagai lembaga

perwakilan rakyat seharusnya terlibat lebih jauh?

Berangkat dari fenomena-fenomena yang megambarkan proses

keterlibatan masyarakat dalam proses RPJMD Kota Medan, dapat dilihat masih

banyak hambatan-hambatan bagi partisipasi masyarakat. Hambatan dan tantangan

terbesar yang sering ditemui dari penerapan perencanaan partisipatif dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah arogansi dan resistensi

birokrasi (mental block) dan politisi, serta menganggap kapasitas masyarakat dan

perangkat pemerintahan daerah masih sangat terbatas baik teknis maupun

sikap/perilaku berdemokrasi. Resistensi birokrasi terutama berkaitan dengan

pembagian/pendelegasian kewenangan dan perimbangan keuangan. Sebagian

besar birokrat masih keberatan apabila kewenangannya diserahkan yang akan

membawa konsekuensi berkurangnya anggaran dinas/instansi yang dikuasainya.

Selain itu, masih banyak peraturan birokrasi yang berorientasi “proyek”.

Jadi untuk menerapkan konsep partisipatif dalam proses RPJMD Kota

Medan kedepannya diperlukan adanya penguatan masyarakat sipil karena

kelemahan ini terjadi di tingkat masyarakat sipil, maka keberhasilan proses

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 125: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

109

perencanaan membutuhkan adanya masyarakat sipil yang kuat. Masyarakat Kota

Medan harus melek terhadap data dan informasi mengenai kebijakan publik yang

ada dalam berbagai dokumen kebijakan termasuk dokumen perencanaan dan

memperlakukan informasi kebijakan publik sebagai barang yang biasa diakses.

Hal ini senada dengan pendapat salah seorang informan dari akademisi yang

mengatakan :

“Perencanaan partisipatif juga dapat dipandang sebagai instrumen pembelajaran masyarakat (social learning) secara kolektif melalui interaksi antar seluruh pelaku pembangunan atau stakeholders tersebut. Pembelajaran ini pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas seluruh stakeholders dalam upaya memobilisasi sumberdaya yang dimilikinya secara luas. Perencanaan partisipatif selain sebagai sebuah proses politik juga merupakan sebagai sebuah proses teknis”.

Masyarakat sipil harus segera mengkonsolidasi diri untuk masuk dalam

proses-proses pembuatan kebijakan. Dalam proses ini kemampunan untuk

membaca peta politik, menegosiasikan kepentingan, dan mengambil keputusan

dalam proses-proses kepemerintahan menjadi sangat penting. Masyarakat sipil

juga harus mengerti tentang hak-haknya dalam hidup bernegara. Untuk mencapai

itu, maka masyarakat sipil haruslah diberdayakan sebagai sebuah proses

demokrasi.

Untuk melihat bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam penyusunan

RPJMD Kota Medan 2006-2010, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Namun, karena pengertian partisipasi mempunyai banyak defenisi, sehingga para

ahli masih juga masih menggunakan pengertian yang berbeda-beda, maka dalam

tesis ini yang dimaksud partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat

dalam memberikan kontribusi, komitmen, dukungan, kerjasama dan keahlian.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 126: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

110

Berikut ini adalah tabel bentuk ideal dan realitas dari partisipasi dari

berbagai unsur.

4.4.1.Kontribusi

Makna kontribusi stakeholder dalam perencanaan pembangunan

partisipatif adalah bahwa semua unsur harus dapat memberikan dan mencurahkan

potensi instutitusi demi kepentingan bersama. Prinsip ini merupakan dasar

menetapkan perencanaan yang disusun berdasarkan seluruh kemampuan yang ada

dalam masyarakat.

Model pembangunan seperti ini dinilai positif karena adanya kontribusi

masing-masing unsur yang saling melengkapi dalam melihat dan menawarkan

sebuah solusi terhadap suatu masalah dalam pembangunan masyarakat.

Matrik 4.1 Bentuk Ideal dan Realitas Kontribusi Masing-Masing Unsur Dalam

Perumusan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010

Bentuk Kontribusi No Unsur Ideal Realitas

1 Pemko Medan

Bertanggungjawab penuh pada pelaksanaaan Teknis, Regulasi dan Anggaran Penyelenggaraan RPJMD sampai menjadi PERDA.

Sejauh ini sudah dapat memberikan kontribusi yang baik dalam perumusan RPJMD

2 Akademisi Memberikan sumbangan pemikiran dan alternatif-alternatif pilihan terhadap perumusan dan pemutakhiran RPJMD

Kondisi yang terjadi di lapangan kontribusi pihak akademisi masih secara individual dan biasanya tidak mewakili suara maupun keberadaan akademisi secara keseluruhan sehingga dalam pelaksanaannya sifat netral dari akademisi itu teredupkan sendirikarena kontribusi masih secara pribadi bukan kelembagaan dari pihak

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 127: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

111

akademis.

3 Ormas Bertindak sebagai fasilitator dengan tugas mendorong dan membangkitkan keberanian masyarakat untuk menyampaikan pendapat dan pemikiran mereka berkaitan dengan isu pembangunan serta mengklarifikasi isu dan usulan penanganannya kepada peserta lainnya, serta mengelompokkan isu-isu pembangunan.

Memberikan input data informasi dan fakta lapangan sekitar pembangunan Kota Medan.

4 Media Massa

Melakukan publikasi, diseminasi informasi tentang perumusan perencanaan pembangunan Kota Medan

Hanya diundang dalam acara yang musrenbang dan jarang dilibatkan dalam proses perumusan RPJMD dan belum dapat menjalakan fungsi persnya secara baik.

5 DPRD DPRD melalui komisi-komisi yang ada perlu terlibat dalam pembahasan-pembahasan FGD sesuai topik/substansi RPJMD. Komisi-komisi dan disampingitu DPRD juga perlu melakukan penjaringan aspirasi masyarakat.

Dalam realitasnya pihak DPRD cenderung untuk menunggu hasil rumusan dari kepala daerah yang akan dibahas untuk menjadi perda.

Sumber: Data Primer Diolah, 2006

Dari uraian matrik 4.1, dapat disimpulkan bahwa pihak Pemko telah

memberikan kontribusi yang nyata dalam perumusan RPJMD tersebut.

Pemerintah Kota Medan sendiri menilai peranannya sangat efektif dengan alasan

adanya instansi yang secara khusus menangani bidang-bidang tertentu dalam

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 128: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

112

program pembangunan kota.. Hal ini sesuai dengan penuturan informan dari

Pemko Medan yang mengatakan :

”....Fakta yang ada di lapangan menurut saya sudah dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat kontribusi Pemko dala pelaksanaan RPJMD di kota ini. Khalayak dapat melihat bagaimana keseriusan dan kinerja Pemko dari hasil yang ada yaitu terlaksananya kegiatan musrenbang sampai perumusan RPJMD tanpa ada kendala teknis yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi Pemko dalam hal ini cukup besar dan menentukan keberhasilan program ini.”

Kontribusi pihak akademisi yang pada dasarnya adalah sangat urgen dalam

hal perumusan RPJMD ternyata tidak tersalur secara efektif. Kenyataan di

lapangan sangat berbicara lain dengan konsep ideal tentang apa sebenarnya

kontribusi ideal dari pihak akademisi terhadap perumusan RPJMD. Pihak

akdemisi yang memiliki potensi dan kapabilitas yang tinggi serta layak untuk

disertakan dalam semua proses perumusan ternyata masih dipergunakan sebatas

memenuhi legalitas dan formalitas kegiatan. Kondisi yang terjadi di lapangan

kontribusi pihak akademisi masih secara individual dan biasanya tidak mewakili

suara maupun keberadaan akademisi secara keseluruhan sehingga dalam

pelaksanaannya sifat netral dari akademisi itu teredupkan sendiri karena

kontribusi masih secara pribadi bukan kelembagaan dari pihak akademis.

Sementara itu ormas yang merupakan salah satu elemen penting dalam

proses perumusan RPJMD kurang mampu memberikan kontribusi maksimal.

Kondisi ini disebabkan karena faktor dari pemerintah yang kurang

memperhitungkan kontribusi dari ormas dan juga kelemahan-kelemahan dari

ormas itu sendiri. Jadi dalam hal kurang maksimalnya kontribusi ormas dalam

proses perumusan RPJMD di sebabkan oleh faktor lingkungan eksternal dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 129: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

113

internal dari ormas-ormas itu sendiri. Hal ini sesuai dengan penuturan salah

seorang informan dari ormas yang mengatakan :

”....Kontribusi ormas dalam RPJMD sebenarnya sangat penting akan tetapi masih sering dinafikan oleh pemerintah. Kondisi di lapangan pemerintah lebih sering memandang negatif terhadap kemampuan dan kontribusi yang dapat kita berikan sehingga ormas menjadi kurang berkembang dan menjadi organ yang kelihatannya tidak produktif ..... Akan tetapi dalam hal ini pemerintah bukan satu-satunya penyebab kemandekan ormas, dari lingkungan ormas-ormas itu sendiri menjadi masalah yang dapat menenggelamkan peran dan keberadaan serta eksistensi ormas. Hal ini terjadi karena tidak adanya kesatuan yang utuh dan kesatuan suara dari ormas-ormas yang ada sehingga menyebabkan tingkat pressurenya tidak kuat”.

4.4.2. Dukungan

Matrik 4.2 Bentuk Ideal dan Realitas Dukungan Masing-Masing Unsur

Dalam Perumusan RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010

Bentuk Dukungan No

Unsur Ideal Realitas

1 Pemko Medan

Dukungan Teknis, Fasilitas dan Anggaran Penyelenggaraan Musrenbang sampai penyusunan RPJM

Sudah memberikan secara maksimal bantuan teknis maupun fasilitas demi terselenggaranya Musrenbang sampai penyusunan RPJMD

2 Akademisi Kesediaaan menjadi media konsultasi dan menyiapkan tenaga ahli dan profesional untuk mendukung perumusan dan rancangan terbaik bagi RPJMD

Ketersediaan tenaga dan potensi akademis masih kurang maksimal disertakan dalam proses penyusunan RPJMD, tenaga akademis belum diposisikan menjadi icon penting dalam proses perumusan RPJMD

3 Ormas Menjadi sebuah pintu masuk bagi data—data realitas kondsi masyarakat karena merupakan organ yang berasal dari masyarakat dan lebih dekat dengan masyarakat dan

Dukungan data hanya sebatas untuk dipersentasekan dalam artian peran hanya masih sebagai formalitas.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 130: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

114

memilki data yang lebih akurat mengenai kondisi riil masyarakat yang dibutuhkan dalam Musrenbang dan Penyusunan RPJM

4 Media Massa

Menjadi salah satu ujung tombak dalam sosialisasi informasi yang perlu disediakan untuk mendukung penyelenggaraan musrenbang . Baik pada tahap pra pelaksanaan musrenbang sampai kepada tahap sosialisasi hasil baik bagi stakeholder maupun masyarakat luas

Masih terjadi pembatasan informasi dan pembatasan akses untuk mendapatka informasi tentang penyelenggaraan kegiatan sehingga media menjadi sangatmiskin informasi untuk disebarluasakan atau untuk disampaiakan kepada khalayak

5. DPRD Memberikan dukungan politis atas kebijakan yang dilakukan oleh eksekutif dengan bentuk mengesahkan Perda RPJMD. Ini bermakna bahwa penyusunan RPJMD melibatkan proses konsultasi dengan kekuatan politis terutama Kepala Daerah Terpilih dengan DPRD

Selama ini sudah berjalan dengan baik namun untuk periode saat ini belum terlihat secara jelas dan menyeluruh berhubung karena RPJMD belum disahkan menjadi PERDA.

Sumber : Data Primer diolah, 2006

Pada dasarnya RPJMD merupakan produk politik dimana dibutuhkan

komitmen dan persamaan persepsi dari unsur eksekutif, legislatif, dan unsur-unsur

lain untuk melaksanakan substansi yang terkandung dalam RPJMD tersebut.

Keterlibatan unsur-unsur dalam proses pembangunan, termasuk dalam

proses penganggaran sebenarnya adalah merupakan sesuatu kewajiban dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 131: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

115

merupakan salah satu bagian dari hak-hak politik mereka sebagai warga negara

(Laode Ida, 2000). Dari hal ini terlihat bahwa sistem bottom-up planning ini

adalah sebagai suatu pendekatan perencanaan yang seharusnya diikuti karena

dipandang lebih berdasarkan suatu kebutuhan nyata dari masyarakat.

Bentuk ideal dan realitas dukungan masing-masing masing-masing unsur

dapat dilihat dalam uraian matrik 4.2 di atas. Dapat disimpulkan bahwa adanya

keterbatasan semua unsur dalam mendukung perumusan RPJMD Kota agar dapat

terwujud. Unsur informan dari Pemko Medan menyatakan bahwa Pemko sudah

berupaya secara maksimal dalam merancang dan melaksanakan teknis

penyelenggraaan RPJMD.

Sementara itu, informan yang mewakili media massa menyatakan

dukungannya kurang efektif melihat adanya keterbatasan unsur media massa

untuk terlibat dalam semua proses perumusan RPJM Kota Medan tahun 2006-

2010. Menurut informan, selama ini media massa hanya diundang dalam acara

yang sifatnya seremonial saja, sedangkan dalam proses perumusan RPJMD lebih

lanjut media massa tidak dilibatkan. Kondisi ini sering menyebabkan pemberitaan

yang “kosong”terhadap massa, hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang

informan dari media massa .

“Kita dari pihak media masssa sebenarnya sangat sering dihadapkan dengan permasalahan hati nurani dalam proses perumusan RPJMD ini. Faktor potensi dan keunggulan media massa yang dapat dipergunakan menyokong dan mendukung kesuksesan penyelenggraaan RPJMD ini sangat minim dalam hal realisasinya. Hakekat dukungan media massa sering dianggap sebagai sesuatu yang dapat membahayakan sehingga sangat sedikit diberi ruang gerak dan akses informasi dalam proses penyelenggraaan ini. Akibatnya, media massa sering menyajikan berita “kosong” kepada khalayak akibat tuntutan bisnis. Berita kosong dalam hal ini maksudnya kita hanya menyajikan headline yang sangat

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 132: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

116

menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari pembaca namun dari esensi isinya sangat minim informasi dan sangat sering tidak mengulas headline tersebut.

Sedangkan informan yang mewakili unsur ormas menyatakan bahwa

walau Pemko telah memiliki inisiatif untuk melibatkan unsur ormas dalam

perencanaan pembangunan kota, namun masih disayangkan kondisi tersebut tidak

begitu berpengaruh karena hakekat keikutsertaan ormas masih sebagai pelengkap

dan dianggap sebagai formalisasi saja. Kondisi ini sangat sering mengecewakan

para ormas-ormas yang benar-benar berkerja dan bergerak sesuai hati nurani

masyarakat. Hal ini sesuai dengan penuturan dari informan yang berasal dari

ormas yang mengatakan :

“ ....Jikalau ormas-ormas yang ada di kota ini memiliki nurani dan pemandangan yang sama tentunya akan secara bersama-sama merasa kecewa dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Adalah kondisi yang sebenarnya sangat menyakitkan mengetahui apabila kemampuan dan sumbangan yang kita miliki tidak diperhitungkan dan kita mengetahui bahwa apa yang kita upayakan hanya untuk di dengarkan saja dan bukan untuk diperhitungkan.”

Disamping permasalahan tersebut di atas kondisi yang kerap terjadi adalah

keterlambatan penyampaian informasi oleh Pemko sehingga tidak tersedia waktu

yang cukup bagi ormas untuk membuat program yang matang pada saat

Musrenbang tersebut. Demikian halnya dengan penilaian informan dari unsur

Akademisi yang menyatakan bahwa pada dasarnya unsur akademisi hanya

dilibatkan dalam sebagian proses saja, dalam arti tidak pada semua proses

penyusunan RPJMD tersebut melibatkan unsur Akademisi sekalipun keterlibatan

itu diperlukan. Lebih lanjut informan ini menilai alasan dari tidak dilibatkannya

keseluruhan unsur, termasuk unsur Akademisi, pada setiap acara musyawarah dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 133: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

117

pembuatan draft finalisasi RPJMD. Namun demikian pemerintah punya alasan

tersendiri mengapa semua masyarakat tidak diundang dalam musrenbang kota.

Alasannya lebih pada ketidak efesienan, biaya, dan tempat yang tidak memadai.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan dari Pemko yang

mengatakan

“dalam musrenbang tingkat kota kita tidak mengundang masyarakat luas tetapi bukan berarti kita tidak melibatkan masyarakat, kita mengundang semua LPM dari setiap kelurahan sebagai wakil-wakil masyarakat per kelurahan, kita juga mengundang DPRD yang kita anggap juga sebagai wakil rakyat. Alasannya, kalau kita undang semuanya membutuhkan biaya yang besar dan mau dimana kita buat tempatnya, sedangkan ormas di seluruh Kota Medan ada sejumlah 2000. dan saya pikir juga kurang efesien”. 4.4.3. Komitmen

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, dalam perumusan RPJMD

Kota Medan dukungan dari Stakeholder ditandai dengan salah satu proses yang

disebut sebagai pembuatan komitmen dan kesepakatan. Komitmen dalam hal ini

memiliki makna bahwa bukan hanya pemerintah sendiri saja yang harus

melaksanakan segala amanat yang terkandung dalam dokumen RPJMD yang telah

dibuat tersebut, melainkan seluruh unsur stakeholder harus turut ikut serta dalam

mensukseskan program dan segala yang terkandung dalam RPJMD.

Hal ini merupakan kelanjutan dari makna kesepakatan yang berarti

dokumen RPJMD tersebut merupakan keputusan dan kebijakan bersama,

sehingga harus dilaksanakan bersama-sama.

Perencanaan partisipatif membutuhkan dukungan dari semua stakeholder.

Dalam perumusan RPJM Kota Medan dukungan stakeholder tersebut ditandai

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 134: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

118

dengan salah satu proses yang disebut sebagai pembuatan komitmen dan

kesepakatan. Makna dari komitmen adalah bahwa bukan pemerintah saja yang

diharuskan untuk melaksanakan amanat yang terkandung dalam dokumen RPJMD

tersebut, namun unsur stakeholder lainnya harus turut serta mensukseskan

program yang ada dalam RPJMD. Sedangkan makna kesepakatan adalah bahwa

dokumen RPJMD tersebut merupakan keputusan dan kebijakan bersama. Realitas

ini mengisyaratkan bahwa dokumen tersebut adalah dokumen bersama yang tidak

dibuat secara sepihak oleh pemerintah.

Matrik 4.3

Bentuk Komitmen Ideal Dan Realitas Masing-Masing Unsur Dalam Perumusan RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010

Bentuk Komitmen No Unsur Ideal Realitas

1 Pemko Medan

Mengawal Perumusan dan setiap proses dalam perumusan RPJM Kota Kota Medan 2006-2010.

Sudah terbukti dengan terselenggaranya semua kegiatan yang berhubungan dengan proses RPJMD

2 Akademisi Aktif memberikan Dukungan Teknis dan Konsultasi dalam Proses Perumusan RPJM sesuai dengan konsep Tri Dharma PT dan selalu komitmen untuk menjadi organ netral yang bertindak secara objektif dan mengedepankan profesionalisme dan menjungjung tinggi kejujuran dan kepedulian sosial yang tinggi

Belum dapat direalisasikan karena yang terjadi karena komitmen tersebut masih sebatas konsep ideal dan kesulitan menerapkannya karena yang terjadi selama ini pihak akademisi yang dipakai adalah individu-individu yang dekat dengan pemerintah dan di kalaim sebagai perwakilan akademisi .

3 Ormas Kesediaan mendukung segala kebutuhan dalam penyelenggaraan RPJMD sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki

Kurang diperhitungkan dan kurang dimanfaatkan dalam proses penyusuanan RPJMD

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 135: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

119

4 Media Massa

Melakukan publikasi, diseminasi informasi tentang pembangunan Kota Medan

Tetap melakukan publikasi walaupun dengan ruang yang terbatas dalam media

5 DPRD Menjadi mitra (counterpart) tim penyusun RPJMD/Renstra SKPD yang berasal dari perwakilan komisi-komisi,

Tidak semua anggota DPRD konsisten dalam menyuarakan aspirasi warga.

Sumber : Data Primer diolah, 2006

Informan dari Akademisi, Ormas dan Media Massa menilai bahwa

pernyataan komitmen, sebagaimana hal tersebut merupakan bagian dari proses

perumusan RPJMD, dan merupakan konsensus yang harus dilaksanakan serta

memiliki kekuatan moral bagi semua unsur untuk tunduk atas komitmen bersama

tersebut.

Informan yang mewakili unsur Pemko Medan menyatakan selaku

Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas dalam perencanaan pembangunan,

Pemko sudah merealisasikan komitmennya. Hal ini dapat dilihat hasil

terselenggaranya kegaiatan musrenbang sampai pada perumusan RPJMD.

Sementara unsur Akademisi menilai Perguruan Tinggi (PT) pada

hakekatnya merupakan Center of Excellent, Mora Force dalam menanggapi

fenomena yang ada di masyarakat. Akan tetapi kondisi yang terjadi di lapangan

komitmen tersebut belum dapat direalisasikan karena yang terjadi komitmen

tersebut masih sebatas konsep ideal dan kesulitan menerapkannya karena yang

terjadi selama ini pihak akademisi yang dipakai adalah individu-individu yang

dekat dengan pemerintah dan di klaim sebagai perwakilan akademisi. Hal ini

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 136: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

120

sesuai dengan pernyataan salah seorang informan dari Akademisi yang

mengatakan :

“adalah suatu kesulitan untuk merapkan komitmen secara utuh karena hal ini menyangkut nurani .Yang menjadi permaslahan adalah komitmen yang ada adalah komitmen secara umum atas nama akademisi sementara yang sering terjadi pihak akademisi yang sering dilibatkan dalam proses ini biasanya datang secara pribadi karena hubungan atau kedekatan tertentu sehingga sangat sulit menerapkan komitmen tersebut. Kadang kala kita dari pihak akademis tidak megetahui siapa dan dari mana akademisi yang dilibatkan tersebut. Hal ini menjadi kendala utama dalam realisasi komitmen akademisi.”

Masyarakat, yang juga merupakan komponen yang ada di dalam masing-

masing unsur informan penelitian ini, merupakan suatu kesatuan menyeluruh

yang diikat oleh perjanjian bersama (konsensus) untuk menata dan membangun

kehidupan bersama. Komitmen tersebut merupakan kesepakatan semua unsur

selanjutnya dilaksanakan secara bersama. Adanya unsur yang melanggar

kesepakatan tersebut akan memunculkan instabilitas sistem yang sangat

mengganggu dalam pembangunan kehidupan bersama. Untuk menjaga stabilitas

maka diperlukan komitmen masing-masing unsur untuk berlaku dan bertindak

berdasarkan peran masing-masing dalam mensukseskan pembangunan kota.

4.4.4. Kerjasama

Makna kerjasama dalam perumusan program pembangunan partisipatif

adalah bahwa dalam melakukan perencanaan dan implementasi program

pembangunan semua unsur menganggap bahwa semua unsur dalam komponen

stakeholder pembangunan merupakan mitra dan bukan sebagai competitor.

Sebagai suatu mitra keberhasilan atau kegagalan dalam implementasi program

pembangunan merupakan keberhasilan dan kegagalan bersama. Hubungan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 137: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

121

kerjasama antara stakeholder merupakan faktor keberhasilan penting dalam

strategic governance.

Matrik 4.4 Bentuk Ideal dan Realitas Kerjasama Masing-Masing Unsur Dalam

Perumusan RPJM Kota Medan 2006-2010

Bentuk Kerjasama No Unsur Ideal Realitas

1 Pemko Medan

Bekerjasama dengan semua unsur-unsur stakeholder dalam tahapan proses perumusan RPJMD

Bekerjasama dengan semua unsur-unsur stakeholder dalam tahapan proses perumusan RPJMD

2 Akademisi Bekerjasama dengan semua unsur terkait dalam merumuskan hasil kesepakatan sebagai rancangan akhir RPJMD

Melakukan kerjasama sesuai dengan permintaan pemerintah kota.

3 Ormas Melakukan kerjasama dengan pemerintah dalam pengadaan forum-forum pertemuan warga untuk penjaringan aspirasi dan dapat bertindak sebagai pelaksana teknis lapangan dalam penjaringan aspirasi masyarakat

Organisasi masyarakat banyak yang tidak terlibat secara langsung dalam forum atau musyawarah rencana pembangunan RPJMD. Oleh karena itu mereka sering menyampaikan asprasi dengan melalui aksi-aksi demonstrasi. Keterlibatan ormas adalah kelompok yang dianggap bisa diajak kompromi oleh pemerintah dan merupakan binaan pemerintah.

4 Media Massa

Bekerjasama dengan pemerintah sebagai media publikasi, diseminasi informasi tentang pembangunan Kota Medan

Selalu dibatasi oleh kebutuhan publikasi media massa sehingga hanya sedikit ruang yang bisa diberikan untuk publikasi RPJM

5 DPRD Dalam perumusan kesepakatan unsur DPRD sama dengan tim perumus lainnya secara bersama-sama menyusunnya dengan mempertimbangkan kemungkinan pelaksanaannya, dikaitkan dengan potensi dan permasalahan daerah

Tidak semua proses atau kegiatan Musrenbang diikuti oleh anggota DPRD

Sumber : Data Primer diolah, 2006

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 138: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

122

Informan dari unsur Pemerintah Kota Medan menilai bahwa kerjasama

yang dilakukan oleh pemerintah sudah cukup. Dengan melibatkan unsur pelaku

pembangunan kota dalam setiap proses dalam perumusan RPJM Kota Medan

sudah sangat tepat dalam membentuk kerjasama diantara seluruh unsur

stakeholder.

Informan dari unsur Ormas dan akademisi menilai kerjasama yang

dikembangkan belum maksimal dikarenakan dalam kerjasama selalu terjadi

kondisi dominasi dari pihak pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

salah seorang informan yang mengatakan :

“…dalam hal kerjasama untuk penyelenggraan kegiatan RPJMD sangat tidak efisien dikarenakan pemerintah sangat terkesan mendominasi dan mendikte kinerja setiap unsur di luar pemerintah. Kondisi ini menyebabkan tidak berkembanganya kerjasama yang dinamis dan harmonis demi penyelenggaraan yang lebih efien.jadi bentuk-bentuk kerjasama yang ada selama ini tidak sesuai dengan substansi karena tidak memperhitungkan kapabilitas masing-masing unsur yag terlibat”.

Dilihat dari realitasnya, ternyata unsur Media massa masih belum

maksimal memberikan kerjasamanya dalam perumusan program pembangunan

partisipatif Kota Medan Tahun 2006-2010. Hal tersebut juga disebabkan

keterbatasan ruang dan akses yang dimiliki sehingga tidak bisa secara maksimal

mensinergikan publikasi program pembangunan yang ada. Hal ini sesuai dengan

pernyataan salah seorang informan dari media massa yang mengatakan :

“pihak media sangat kesulitan dalam mendapatkan akses tentang proses dan perkembangan dari penyelenggaraan RPJMD . Hal ini terjadi karena kehadiran kita masih dianggap negatif oleh pihak pemerintah. Kondisi di lapangan menunjukkan betapa perjuangan kawan-kawan dari media massa tidak berarti melawan counter dan sikap menutup informasi yang dilaksanakan oleh pemerintah.Sebenarnya ada saja sebagia dari pihak penyelenggara yang memiliki nurani yang baik dan berkeinginan memberikan informai akan tetapi hal ini akan terkendala dengan kredibilitasnya di depan unsur pemerintah sehingga

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 139: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

123

menyebabkan tetap sulitnya memperoleh informasi mengenai penyelenggraan RPJMD ini. 4.4.5 Keahlian

Dalam melakukan perumusan pembangunan partisipatif semua unsur harus

duduk berdampingan tanpa ada strata khusus. Model perencanaan seperti ini

menunjukkan tidak adanya unsur yang superior dan inferior dalam melaksanakan

pembangunan partisipatif tersebut.

Didasari oleh asumsi tersebut, masing-masing unsur dapat memberikan

pengalamannya sesuai dengan rutinitasnya dalam melakukan perumusan

pembangunan partisipatif. Kata kunci dalam model perumusan pembangunan

partisipatif semacam ini adalah “kesetaraan” yang menunjukkan setiap unsur

memiliki kemampuan dalam memberikan keahlian dan konsultasi dalam

pembangunan masyarakat. Peran ideal dan realitas keahlian masing-masing unsur

dapat dilihat dalam uraian Matrik 4.5. berikut:

Matrik 4.5 Bentuk Ideal Dan Realitas Keahlian Masing-Masing Unsur Dalam Perumusan RPJM Kota Medan Tahun 2006-2010

Bentuk Keahlian No Unsur Ideal Realitas

1 Pemko Medan

Menguasai secara teknis dan subtantif, normatif perencanaan pembangunan daerah

Sudah mampu melaksanakan dan menguasai secara teknis dan subtantif, normatif perencanaan pembangunan daerah

2 Akademisi Menguasai teknis, metodologi dan analisis pembangunan daerah. Serta merumuskan permasalahan-permasalahan secara ilmiah

Menguasai teknis, metodologi dan analisis pembangunan daerah.

3 Ormas Organisasi masyarakat dapat memberikan hasil kajian dan

Belum dapat memberikan keahliannya. Karena dalam

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 140: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

124

pengamatan mereka dan/atau hasil advokasi mereka terhadap masyarakat yang didampinginya berkaitan terhadap isu-isu pembangunan jangka menengah di daerah dan harapan mereka terhadap penanganan isu-isu tersebut.

perspektif pemerintah kota, unsur ormas kurang memahami subtansi permasalahan

4 Media Massa

Melakukan publikasi diseminasi informasi yang berimbang dan menarik untuk dibaca masyarakat.

Melakukan publikasi walaupun kurang maksimal

5 DPRD DPRD diharapkan dapat memberikan keahlian nya dalam berbagai tahapan. Namun, karena RPJMD akan di jadikan PERDA, maka dalam Pembahasan Ranperda RPJMD, yang merupakan kewenangan (domain) DPRD, maka DPRD dapat menyumbangkan keahlian nya.

Masih membutuhkan dukungan staf ahli dalam memahami masalah pembangunan dan pemberdayaan masyarakat

Sumber : Data Primer diolah, 2006

Dari matrik 4.5, dapat dilihat bahwa Pemko Medan yang idealnya harus

menguasai secara teknis dan normatif program pembangunan daerah, pada

realitasnya telah dapat melakukan regulasi-regulasi teknis tentang implementasni

pembangunan tersebut. Dalam hal keahlian menurut unsur-unsur yang ada pihak

pemerintah sudah mengenali dan memetakan potensi-potensi dan keahlian

berbagai unsur yang ada di masyarakat akan tetapi dalam hal implementasi masih

kurang dimanfaatkan dan dilibatkan dalam menyukseskan kegiatan perumusan

RPJMD dengan berbagai pertimbangan dan alasan yang sebenarnya kurang

subtansial akan tetapi dikarenakan pemerintah memiliki kekuatan hegemoni dan

memiliki kekuatan untuk melakukan klaim yang berpengaruh menyebabkan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 141: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

125

kondisi ini berjalan begitu saja tanpa ada perubahan yang berarti. Hal ini di

dukung oleh pernyataan salah seorang informan dari ormas yang mengatakan :

“Sebenarnya sudah terjadi kelanggengan kebobrokan dalam proses penyelenggraaan perumusan RPJMD di kota ini. Keburukan itu dapat dilihat dari pengingkaran makna, peran, kapabilitas, kemampuan dan keberadaan berbagai unsur yang ada dan seharusnya terlibat dalam mekanisme perumusan RPJMD ini.Kondisi ini adalah merupakan rahasia umum dan sepertinya adalah hal yang sudah dapat diterima dengan lapang dada. Dalam hal ini kita tidak dapat saling menyalahkan dan menyalahkan pemerintah karena kesalahan paling besar juga berasa dari ketidakmampuan kita dalam menyatukan persepsi, langkah dan kekuatan demi perbaikan kondisi yang ada. Hal ini juga terjadi pada ormas yang memiliki sekian banyak pengalaman dan reputasi dalam mendampingi masyarakat pada program-program pembangunan yang bersifat Bottom Up, pada realitasnya ormas belum dapat mempergunakan keahlian dalam proses pembangunan Kota Medan”.

Selanjutnya unsur Akademisi yang menguasai teknis, metodologi dan

analisis pembangunan daerah dalam realitasnya telah melakukan peran

konsultasinya dengan menerapkan semua hal yang dikuasai tersebut dalam

pemberdayaan masyarakat dan aparatur. Sedangkan ormas yang memiliki sekian

banyak pengalaman dan reputasi dalam mendampingi masyarakat pada program-

program pembangunan yang bersifat Bottom Up, pada realitasnya ormas belum

dapat mempergunakan keahlian dalam proses pembangunan Kota Medan.

4.5. Rumusan RPJMD Kota Medan Tahun 2006-2010

Berikut ini adalah hasil Rumusan RPJMD Kota Medan 2006-2010 yang

tertuang dalam Peraturan Walikota No 5 tahun 2005 (Anonimus, 2005)

4.5.1. Permasalahan Dan Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006 – 2010

Kota Medan mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan penting dalam

pembangunan baik dalam skala lokal maupun regional. Secara lokal Kota Medan

adalah Kota Metropolitan yang dipastikan memerlukan prasarana dan sarana

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 142: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

126

perkotaan yang memadai dan handal, sedang secara regional kedudukan Kota

Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara dan pintu gerbang Indonesia

bagian barat berfungsi, sebagai barometer pembangunan sekaligus mesin

pertumbuhan ekonomi.

Diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, memberikan implikasi kepada pergeseran pusat-pusat kewenangan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dari pusat ke daerah.

Konsekuensinya adalah, peningkatan kewenangan tersebut harus dibarengi

dengan meningkatnya akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah di daerah, dalam

pelaksanaan pembangunan, dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Sejalan dengan hal tersebut, adanya pergeseran kewenangan penggunaan

sumber-sumber dana di daerah, juga akan mempengaruhi pilihan-pilihan kebijakan,

program atau kegiatan yang diprioritaskan, baik dalam penyelenggaraan

pemerintahan maupun dalam pelaksanaan pembangunan di daerah.

Berdasarkan hal tersebut penetapan arah kebijakan, program dan kegiatan

pembangunan Kota dalam 5 (lima) tahun ke depan, membutuhkan perencanaan

yang handal. Oleh sebab itu, dengan diberlakukannya UU Nomor : 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), maka Pemerintah

Kota Medan harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Kota Medan tahun 2006-2010, serta menetapkannya paling lambat 3 (tiga) bulan

setelah Walikota/Wakil Walikota Medan dilantik melalui Peraturan Walikota Medan.

RPJM Kota Medan tahun 2006-2010 pada pokoknya merupakan

penjabaran visi, misi dan program kerja Walikota/Wakil Walikota Medan selama

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 143: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

127

5 (lima) tahun ke depan. Sebagai penjabaran teknis perencanaan, gagasan

pembangunan kota Walikota/Wakil Walikota Medan dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan kota, maka RPJM Kota Medan ini juga

merancang strategi utama, agenda pokok, sasaran, serta arah kebijakan dan

program-program pembangunan kota yang telah disepakati oleh seluruh stakeholder.

4.5.2. Permasalahan Pembangunan Kota Medan Tahun 2006-2010

Walaupun kemajuan pembangunan kota sangat pesat, akan tetapi tidak

dapat dipungkiri akibat kompleksnya dimensi, ruang lingkup dan fungsi

pemerintahan serta pembangunan kota, menyebabkan Kota Medan tetap

dihadapkan pada berbagai masalah dan tantangan perkotaan yang harus diatasi.

Masalah dan tantangan tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Bidang Fisik dan Prasarana : Salah satu masalah dan tantangan pokok

pembangunan fisik dan prasarana yang sedang dihadapi adalah keberadaan

Bandara Polonia yang berada di tengah-tengah kota. Di sisi lain dengan luas

wilayah yang relatif terbatas, menjadikan kegiatan ekonomi dan social

cenderung bergerak secara terpusat. Sebagai konsekuensinya, Kota Medan

sampai saat ini masih dihadapkan pada beberapa persoalan fisik dan prasarana

lainnya, yang terkait dengan sistem drainase, manajemen lalu lintas,

perumahan dan pemukiman, ruang terbuka hijau dan lingkungan hidup, yang

harus dapat diatasi pada masa yang akan datang. Oleh karena masalah dan

tantangan tersebut tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah

Kota Medan, maka sangat diperlukan peningkatan koordinasi dan upaya-

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 144: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

128

upaya terpadu yang melibatkan Medan dan Kabupaten/Kota lainnya, dengan

fasilitas Pemerintah Propinsi Sumatera Utara/Pemerintah Pusat.

2. Bidang Ekonomi : Dalam bidang ini, masalah dan tantangan yang dihadapi

masih bersifat klasik yaitu pengangguran dan kemiskinan. Walaupun terjadi

penuruan angka pengangguran terbuka, kemiskinan, perubahan struktur pasar

yang lebih modern, dan distribusi kegiatan social ekonomi lebih luas selama

lima tahun terakhir, namun hal ini tetap menjadi masalah dan tantangan

pembangunan kota. Oleh sebab itu kebijakan dan program pembangunan kota

pada masa yang akan datang, haruslah merupakan bagian penting dari upaya

menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi angkatan kerja, sehingga

mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

3. Bidang Sosial Budaya : Dalam bidang ini, masalah dan tantangan pokok yang

memerlukan perhatian dan solusi terfolus adalah, masih relatif rendahnya

derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat. Untuk itu pada masa yang akan

datang masyarakat perlu mendapat akses yang lebih luas terhadap pelayanan

pendidikan dan kesehatan, di samping secara bersamaan terus memperbaiki

manajemen dan meningkatkan mutu pelayanan dasar yang disediakan. Selain

bidang kesehatan dan pendidikan, masalah dan tantangan di bidang soaial

budaya adalah kenakalan remaja, tindak kriminal, anak jalanan, kawasan

kumuh, dan kurangnya pembinaan kekayaan seni budaya lokal.

Permasalahan dan tantangan pembangunan kota yang dihadapi selama 5

(lima) tahun ke depan, pada setiap agenda pembangunan secara lebih terperinci

dapat disajikan sebagai berikut :

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 145: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

129

a. Mewujudkan Kemajuan dan Peningkatan Kemakmuran Masyarakat Yang

Berkeadilan.

Masalah dan tantangan utama yang dihadapi dalam lingkup agenda

mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat yang

berkeadilan sebagai berikut :

(1) Meskipun terjadi peningkatan secara berarti, pertumbuhan ekonomi yang

dicapai relatif belum cukup progresif untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Selama tahun 2000-2004, (harga konstan tahun 1993),

perekonomian kota tumbuh rata-rata sebesar 5,19 persen per tahun,

sementara PDRB perkapita mencapai Rp 12,50 juta tahun 2004. Dari sisi

pengeluaran, pertumbuhan ekonomi cenderung masih didorong oleh

konsumsi masyarakat.

(2) Proses pembangunan kota yang masih terbatas dalam memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pembangunan Iptek dihadapkan pada

permasalahan berupa belum optimalnya pemanfaatan sumber daya (manusia,

modal, sarana, prasarana dan informasi), penelitian dan pengembangan

(Litbang), kurang Terintegrasinya kebijakan mobilitas peneliti, mekanisme

intermediasi dan inovasi yang mencakup bidang pendidikan, fiskal, industri,

perbankan dan Iptek.

(3) Masih relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan masalah-

masalah soaial yang mendasar belum sepenuhnya terpecahkan. Walaupun

terjadi penurunan, angka pengangguran terbuka pada tahun 2004 masih

cukup tinggi yaitu sebesar 13,01%, sedang Tingkat Partisipasi Angkatan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 146: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

130

Kerja (TPAK) sebesar 52,92%. Sementara penduduk miskin pada tahun

2004 diperkirakan sebanyak 7,13%.

(4) Dalam pada itu, kesenjangan pembangunan antar wilayah inti kota (lingkar

dalam) dengan daerah lingkar luar (border area) masih sangat dirasakan.

Ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnya tuntutan untuk

segera meningkatkan percepatan pembangunan kota pada wilayah lingkar

luar.

(5) Implementasi desentralisasi dan otonomi daerah menghadapi kendala, antara

lain disebabkan masih terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia yang

handal dan profesional, masih terbatasnya ketersediaan sumber-sumber

pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan daerah

sendiri (internal) maupun sumber dana dari luar daerah (eksternal); belum

sepenuhnya tersusun kelembagaan yang efektif; belum terbangunnya sistem

dan regulasi yang konsisten; kurangnya kreativitas dan partisipasi

masyarakat secara lebih luas dan rasional.

(6) Kesejahteraan masyarakat kota tidak terlepas dari dukungan ketesediaan

infrastruktur sosial ekonomi dalam pembangunan. Kondisi pelayanan serta

minimnya infrastruktur yang meliputi transportasi, perumahan, paelayanan

air minum serta utilitas dan penyehatan lingkungan kota lainnya, belum

sepenuhnya meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berkurangnya

kualitas pelayanan dan lambatnya pembangunan infrastruktur baru, telah

menghambat pembangunan kota.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 147: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

131

(7) Kualitas sumber daya manusia masih relatif rendah. Pembangunan

pendidikan belum sepenuhnya mampu memenuhi hak-hak dasar warga kota.

Hal ini didasarkan angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebesar

74,5% pada tahun 2004. Walaupun pada periode yang sama Angka

Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 98,58

persen, namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 93,75 persen,

dan APS penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 76,31 persen.

Tantangan tersebut menjadi semakin berat, dengan adanya disparitas tingkat

pendidikan antar kelompok masyarakat yang masih cukup tinggi, seperti

antara penduduk kaya dengan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki

dan penduduk perempuan.

(8) Kualitas pendidikan juga relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi

kebutuahn kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan oleh

kurang dan belum meratanya pendidik baik secara kuantitas maupun

kualitas, serta kesejahteraan pendidik yang juga masih rendah. Di samping

itu, fasilitas belajar mengajar juga belum tersedia secara memadai. Pada saat

yang sama masih banyak peserta didik yang tidak seluruhnya memiliki

dukungan buku pelajaran dan alat peraga yang dibutuhkan.

(9) Dalam pada itu pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pendidikan, belum

sepenuhnya dapat dilaksanakan, karena belum mantapnya pembagian tugas,

fungsi dan tanggungjawab masing-masing tingkat pemerintahan, termasuk

kontribusinya dalam menyediakan anggaran pendidikan, serta belum

terlaksananya standar pelayanan minimal yang seharusnya ditetapkan,

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 148: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

132

dengan acuan umum dari Pemerintah Pusat. Di samping itu kedudukan,

peran dan fungsi Dewan Perwakilan serta Komite Sekolah/Madrasah serta

elemen pendidikan lainnya, juga belum optimal.

(10) Adanya amandemen UUD 1945 dan ditetapkannya UU Nomor : 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengamanatkan agar dana

pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan,

dialokasikan minimal 20 persen dari APBD, serta mewajibkan Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Kota menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa

memungut biaya, pada dasarnya telah mendorong alokasi anggaran

pendidikan dari tahun ke tahun dalam porsi yang lebih besar. Namun

demikian sampai saat ini Pemerintah Kota harus dikaui belum sepenuhnya

mampu menyediakan pelayanan pendidikan dasar cuma-cuma, secara

keseluruhan.

(11) Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat relatif rendah, yang antara lain

tercermin dari masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu

melahirkan dan kurang gizi pada balita. Di samping itu, selain pola penyakit

yang diderita oleh masyarakat yang pada umumnya masih berupa penyakit

menular, diketahui penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan

pembuluh darah, serta diabetes mellitus (kencing manis) juga menunjukkan

kecenderungan meningkat.

(12) Kesejahteraan social masyarakat relatif masih rendah, antara lain tercermin

dari ditemuinya anak maupun lanjut usia yang terlantar, kecacatan dan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 149: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

133

ketunasosialan. Sementara itu, kualitas penanganan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) harus dianggap masih belum memadai.

(13) Dalam implementasi program pemberdayaan perempuan, permasahan mendasar

yang dihadapi selama ini adalah, belum optimanya partisipasi perempuan dalam

pembangunan kota, di samping masih ditemuinya berbagai bentuk praktek

diskriminasi dan perdagangan terhadap perempuan. Permasahan pokok lainnya

adalah masih terdapatnya kesenjangan partisipasi politik laum perempuan yang

bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat. Dalam konteks

sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar

perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi,

dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Masalah lainnya adalah

rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan; tingginya tindak kekerasan

terhadap perempuan dan anak; rendahnya kesejahteraan dan perlindungan anak;

rendahnya angka indeks Pembangunan Gender (Gender-Related Development

Index, GDI); dan angka Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment

Measurement, GEM); banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang

bias gender, diskriminasi terhadap perempuan, dan tidak peduli anak; serta relatif

lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak, termasuk

ketersediaan data yang valid dan akurat.

b. Menciptakan Tata Pemerintahan Yang Baik dan Efektif

Permasalahan dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik dan efektif meliputi :

1) Belum terpenuhi seluruhnya standar pelayanan umum kota yang modern

sebagai ciri Kota Metropolitan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 150: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

134

2) Masalah lainnya adalah masih relatif tingginya laju pertumbuhan dan

kuantitas penduduk; masih tingginya tingkat kelahiran penduduk;

kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia suber dan remaja

akan hak-hak reproduksi; masih rendahnya usia kawin pertama penduduk;

rendahnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB; masih lemahnya ekonomi

dan ketahanan keluarga; masih lemahnya instusi daerah dalam

pelaksanaan program KB; belum serasinya kebijakan kependudukan dalam

mendukung kota berkelanjutan; belum tertib sepenuhnya administrasi

kependudukan, rendahnya kualitas pemuda; dan semakin memudarnya

budaya olahraga di kalangan masyarakat dan prestasi olahraga yang belum

sepenuhnya meningkat, sebagaimana yang diharapkan.

3) Usaha mewujudkan tata pemerintahan yang baik juga terhambat oleh

kurangnya kreativitas, inovasi pada birokrasi, sehingga belum mendukung

sepenuhnya upaya mewujudkan birokrasi yang berorientasi manajemen

pemerintahan dan bisnis, sebagaimana yang diharapkan.

c. Meningkatkan Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi Yang Ramah Lingkungan

Permasalahan dalam meningkatkan prasarana dan sarana social ekonomi

yang ramah lingkungan meliputi Pembangunan infrastruktur masih dihadapkan

pada terbatasnya kemampuan pembiayaan Pemerintah. Pada sebagian

infrastruktur, Pemerintah masih bertanggungjawab terhadap pembangunan dan

pemeliharaannya, Misalnya pembangunan jalan. Pada sebagian lain, penyediaan

dan pembangunan beberapa jenis infrastruktur ekonomi sebenarnya dapat

dilakukan sepenuhnya oleh swasta.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 151: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

135

d. Menciptakan Kehidupan Masyarakat Yang Religius dan Harmonis

Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara walaupun sudah baik, namun

masih perlu ditingkatkan. Ajaran agama belum sepenuhnya diaktualisasikan

dalam kehidupan agama secara nyata dan belum sepenuhnya menjadi landasan

etika dan moral. Perilaku masyarakat yang cenderung negatif seperti tindakan

asusila, praktik KKN, penyalahgunaan narkoba, dan perjudian sering muncul

kepermukaan. Di samping itu, permasalahan dalam pembangunan agama adalah,

masih belum sepenuhnya konddusif harmonisasi kehidupan sosial dalam

masyarakat. Ketegangan sosial yang memicu konflik intern antar umat beragama,

jika dibiarkan akan merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang pada akhirnya

akan menurunkan tingkat kesejahteraan itu sendiri.

4.5.3. Agenda Pembangunan Kota Medan Tahun 2006-2010

Untuk mewujudkan pembangunan Kota yang lebih terarah, terencana,

menyeluruh, terpadu, terintegrasi, antisipatif, realistis dan dapat dievaluasi, maka

perlu dirumuskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RP JM) Kota Medan

sebagai Broad Guide Line penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kemasyarakatan untuk 5 (liam) tahun ke depan.

RP JM Kota Medan yang ditetapkan, sekaligus menjadi strategi dasar bagi

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan kota, serta

memberikan orientasi dan komitmen bagi penyelenggaraan pemerintahan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 152: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

136

Dengan demikian, di samping adanya rencana pembangunan kota yang

handal, maka RPJM juga sekaligus berfungsi menjadi instrumen pengukuran

capaian kerja sebagai bentuk akuntabilitas publik guna menjamin peningkatan

pelayanan umum yang diinginkan.

Pembangunan kota merupakan rangkaian kegiatan pembangunan yang

dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, untuk meraih masa depan

yang lebih baik. Oleh karenanya Visi merupakan simpul dan starting point dalam

menyusun RP JM pembangunan Kota.

Sebagai model dan identitas masa depan Kota Medan, maka perumusan

Visi didasarkan pada pertimbangan :

1. Prasyarat Pembangunan Kota Abad 21, seperti berkembangnya demokrasi

dan partisipasi, kebutuhan penegakan hukum, keadilan social dan

ekonomi, pemerintahan yang kuat, efisien dan efektif, birokrasi yang

kreatif dan inovatif, stabilitas politik dan keamanan yang kondusif,

pelayanan publik yang prima, pemerataan pembangunan dan

pembangunan kota yang berkelanjutan.

2. Masalah dan tantangan serta kebutuhan pembangunan Kota Medan, dalam

rangka mewujudkan kemajuan dan kemakmuran Medan Kota

Metropolitan.

3. Kebijakan pembangunan nasional, sektoral dan regioanal, yang

mendorong perkembangan Kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dan

pengembangan Indonesia Bagian Barat.

4. Kecenderungan Globalisasi dan Regionalisasi.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 153: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

137

5. Nilai-nilai luhur, norma dan budaya yang telah lama dianut seluruh warga

Kota Medan.

Berdasarkan potensi, tantangan, masalah dan harapan wujud pembangunan

kota lima tahun ke depan, maka ditetapkan Visi Pembangunan Kota untuk 5

(lima) tahun ke depan, periode 2006-2010 yaitu “Medan Kota Metropolitan

Yang Modern, Madani Dan Religius”

Makna Visi Modern; Kota modern yang akan diwujudkan adalah kota

jasa, perdagangan, keuangan, dan pendidikan yang siap bersaing secara regional

dan global, dengan sistem lalulintas keuangan yang efisien dan kompetitif, dengan

dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap, pondasi perekonomian

daerah yang kuat, stabilitas keamanan, sosial-politik yang kondusif dan tata

pemerintahan yang efisien dan efektif, serta pembangunan yang berfokus pada

kemajuan, peningkatan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat, kualitas

sumber daya manusia (SDM), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta

Iman dan Taqwa (IMTAQ).

Makna Visi Madani; Kota madani yang akan diwujudkan adalah kota yang

beradab dan agamais, sebagaimana yang tercermin dalam cara berfikir, sukap dan

perilaku yang berbudaya, mandiri, menghargai ilmu pengetahuan, kemajemukan,

adil, terbuka, serta demokratis.

Makna Visi Religius; Kota religius yang akan diwujudkan adalah kota

dengan masyarakat yang dinamis, menjunjung tinggi nilai, ajaran agama sehingga

menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral. Di samping itu, makna

pokok dari visi religius adalah terwujudnya sikap toleransi dan kerukunan hidup

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 154: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

138

ber-agama, antar umat beragama dan antar etnik serta antara umat beragama, etnik

dengan pemerintah yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menggambarkan secara menyeluruh tugas, fungsi, peranan dan

tanggungjawab pembanguan dari seluruh stakeholder, maka visi pembangunan

kota dijabarkan ke dalam misi yang jelas, terarah dan terukur. Misi ini

menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan kota,

sehingga diharapkan seluruh stakeholder dapat mengetahui dan memahami

kedudukan dan peranan masing-masing dalam pembangunan kota. Dengan

demikian, berdasarkan visi yang disepakati, ditetapkan misi pembangunan kota

periode tahun 2006-2010 yaitu :

1. Mewujudkan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar, dengan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil,

menengah, dan koperasi (UKMK), untuk kemajuan dan kemakmuran yang

berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota.

2. mewujudkan tata pemerintahan yang baik, dengan birokrasi yang lebih

efisien, efektif, kreatif, inovatif, dan responsive.

3. Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan social

ekonomi, membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta

budaya daerah.

4. Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa

serta bermasyarakat.

Misi tersebut, dijabarkan ke dalam beberapa makna pokok sebagai berikut :

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 155: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

139

1. Mewujudkan Percepatan Pembangunan Wilayah Lingkar Luar, Dengan

Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pengembangan Ukmk Untuk

Kemajuan Dan Kemakmuran yang Berkeadilan Bagi Seluruh Masyarakat Kota.

2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi yang lebih efisien,

efektif, kreatif, inovatif dan responsif.

3. Penataan Kota yang Ramah Lingkungan Berdasarkan Prinsip Keadilan Sosial

Ekonomi, Membangun Dan Mengembangkan Pendidikan, Kesehatan serta

Budaya Daerah.

4. Meningkatkan Suasana Religius yang Harmonis dalam Kehidupan Berbangsa

serta Bermasyarakat.

Dalam mewujutkan visi dan menjalankan misi pembangunan Kota Medan

tersebut di atas, ditempuh 5 (lima) strategi pokok pembangunan kota yaitu:

1. Strategi mengembangkan wilayah lingkar luar (border area).

2. Strategi mendorong peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam

pembangunan kota.

3. Strategi meningkatkan produktivitas asset daerah.

4. Strategi meningkatkan kedudukan, fungsi dan peranan UKMK dalam

perekonomian kota.

5. Strategi mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) daerah yang

berkualitas.

Beradasarkan visi, misi dan strategi tersebut di atas, disusun 4 (empat)

agenda pembangunan Kota Medan Tahun 2006-2010, sebagai berikut :

1. Mewujudkan Kemajuan dan Kemakmuran Masyarakat yang Berkeadilan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 156: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

140

2. Menciptakan Tata Pemerintahan yang Baik dan Efektif.

3. Meningkatkan Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi yang Ramah

Lingkungan.

4. Menciptakan Kehidupan Masyarakat yang Religius yang Harmonis.

4.5.4. Prioritas Pembangunan Kota Medan Tahun 2006-2010

a. Ruang Lingkup Pembangunan Sosial Budaya

Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

pembangunan Bidang Sosial Budaya dikelompokkan dalam pembangunan :

1. Bidang Kesehatan.

2. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Bidang Kependudukan.

4. Bidang Olahraga.

5. Bidang Sosial.

6. Bidang Administrasi Umum Pemerintahan meliputi fungus hukum,

pemerintahan umum, kesejahteraan social, pemberdayaan perempuan,

fungsi keagamaan, fungsi aparatur, fungsi sistem informasi, fungsi

kesatuan bangsa dan fungsi pemberdayaan masyarakat.

b. Isu Stratejik Pembangunan Sosial Budaya :

1. Perlunya meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan umum, khususnya di

daerah dengan prioritas pinggiran seperti pelayanan pendidikan dan

kesehatan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 157: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

141

2. Tingginya harapan masyarakat untuk mendapatkan dan menikmati fasilitas

publik dan tempat-tempat rekreasi, hiburan yang lebih representatif dengan

biaya murah atau gratis.

3. Semakin minimnya prasarana dan sarana Olah Raga.

4. Perlunya meningkatkan penanganan penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS).

5. Relatif tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

6. Masih banyaknya daerah-daerah kumuh.

7. Fasilitas perumahan yang semakin mahal khususnya bagi masyarakat

menengah ke bawah.

c. Masalah

Di samping permasalahan pembangunan bidang sosial budaya seperti

kesehatan, pendidikan, olah raga, kependudukan, sosial dan administrasi umum

pemerintahan, selama periode tahun 2000-2004, Kota Medan tidak terhindar dari

permasalahan makro pembangunan kota yaitu (1) relatif masih tingginya angka

kemiskinan, (2) pengangguran dan (3) disparitas pendapatan di antara penduduk

Kota Medan, dimana ke-3 (tiga) permasalahan makro ini memerlukan penanganan

lebih komprehensif, integrative, dan simultan.

1. Kemiskinan

Pelaksanaan pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk

mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga ditekankan pada

peningkatan pemerataan pendapatan tinggi dan pendapatan rendah sehingga dapat

mengentaskan kemiskinan. Batas garis kemiskinan tahun 2002 mengalami

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 158: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

142

perubahan besar dari tahun 2000. Pada tahun 2000, seorang tidak dikategorikan

sebagai penduduk miskin jika pengeluaran perkapita perbulan sebesar Rp 70.869,-

ke atas untuk daerah perkotaan dan Rp 92.321,- untuk daerah pedesaan,

sedangkan untuk tahun 2002 seorang tidak dikategorikan miskin jika pengeluaran

perkapita perbulan sebesar Rp 130.541,- ke atas untuk daerah perkotaan dan Rp

88.328,- ke atas untuk daerah pedesaan.

Pada tahun 2000, penduduk miskin di Kota Medan berjumlah 240. 600

jiwa atau 11,81% dan tahun 2004 angka kemiskinan tersebut dapat dikurangi

menjadi 142.600 jiwa atau sekitar 7,13% dari jumlah penduduk keseluruhan.

Menurunnya jumlah penduduk miskin Kota Medan ini merupakan keberhasilan

program yang sudah dilaksanakan pemerintah kota seperti pemberian subsidi

kepada masyarakat miskin, baik melalui subsidi bidang sosial seperti BP3 terarah,

pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat. Angka kemiskinan yang masih

relatif tinggi ini, masih merupakan persoalan yang sangat mendasar dalam

pembangunan di Kota Medan dan memerlukan partisipasi seluruh stakeholder

untuk pengentasannya.

Harus diakui walaupun selama periode 2000-2004, angka kemiskinan

dapat dikurangi, tetapi oleh karena persoalan kemiskinan berkaitan langsung

dengan upaya setiap orang untuk meningkatkan taraf kehidupannya dan tidak

menjadi beban sosial, maka berapapun kecilnya angka kemiskinan tetap harus

menjadi perhatian serius dari pemerintahan kota dan semua pihak, agar mereka

yang ada dalam garis kemiskinan dapat keluar dari kemiskinannya yang pada

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 159: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

143

akhirnya akan dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik dari aspek ekonomi dan

sosialnya.

2. Pengangguran

Salah satu persoalan pokok pembangunan lainnya adalah relatif tingginya

angka pengangguran. Sulitnya menekan pengangguran disebabkan laju

pertumbuhan angkatan kerja jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja

sehingga mengakibatkan masih relatif tingginya angka pengangguran di Kota

Medan.

Tahun 2000 tingkat pengangguran di Kota Medan berjumlah 14,55% dan

pada tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 13,01%. Penurunan tersebut

disebabkan meningkatnya tenaga kerja yang terampil terutama di sektor

manufaktur dan semakin seimbangnya antara jumlah pencari kerja dengan

pertumbuhan lapangan kerja baru. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah

menurunnya konflik antara tenaga kerja dengan pengusaha yang berakibat

harmonisnya hubungan kerja, sehingga terhindar dari pemutusan hubungan kerja.

3. Bidang Kesehatan

Dalam kurun waktu tahun 2000-2004, masalah utama yang masih dihadapi

Pemerintah Kota Medan adalah keterbatasan mutu dan jangkauan pelayanan

kesehatan dasar terutama bagi penduduk miskin. Masalah lainnya adalah derajat

kesehatan masyarakat yang masih harus ditingkatkan, dimana hal ini ditandai

dengan tingginya angka kematian bayi yaitu 25,3%, kematian ibu melahirkan

162/100.000 (target nasional 125/100.000 kelahiran), relatif rendahnya status gizi

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 160: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

144

bayi dan balita yang masih di atas 5% serta masih tingginya angka kesakitan

penduduk yaitu 12,3.

4. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Selama tahun 2000-2004 permasalahan yang masih dihadapi adalah

derajat prndidikan masyarakat yang relatif rendah serta kualitas, kuantitas

pelayanan pendidikan yang masih harus ditingkatkan. Masalah lainnya adalah

terbatasnya prasarana dan sarana pelayanan perpustakaan dan kurangnya minat

masyarakat untuk memanfaatkan jasa perpustakaan, kurangnya promosi potensi

kepariwisataan daerah, jumlah kunjungan wisatawan asing maupun domestik

relatif masih rendah serta kurangnya pelestarian budaya dan kesenian.

5. Bidang Sosial

Permasalahan yang masih dihadapi Pemerintah Kota Medan adalah belum

optimalnya perhatian, pembinaan, dan bantuan untuk menyelesaikan

permasalahan sosial seperti permasalahan anak jalanan, anak telantar, gepeng,

penyandang cacat, panti jompo, kemiskinan, pengangguran dan gangguan

kriminal dan relatif tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.

6. Bidang Kependudukan

Permasalahan yang masih dihadapi Pemerintah Kota Medan adalah tertib

administrasi dan pelayanan kependudukan masih harus ditingkatkan, kurangnya

kesadaran masyarakat untuk melaporkan pendataan akta catatan sipil, jumlah

kesertaan PUS untuk melaksankan KB masuh harus ditingkatkan serta

meningkatnya kuantitas dan kualitas kenakalam remaja khususnya dalam

penggunaan narkoba dan pergaulan bebas.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 161: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

145

7. Bidang Olahraga

Permasalahan yang masih dihadapi Pemerintah Kota Medan adalah kurangnya

prasarana dan sarana serta sumber daya kepemudaan dan keolahragaan yang

mampu berbagai jenis kegiatan pemuda dan olahraga, baik untuk olahraga prestasi

maupun olahraga rekresai/masyarakat dan prestasi olahraga dan pemuda yang

masih harus ditingkatkan.

8. Bidang Adminstrasi Umum Pemerintahan

Permasalahan yang masih dihadapi selama periode tahun 2000-2004

adalah penyelenggaraan pelayanan umum yang masih perlu ditingkatkan kuantitas

dan kualitas serta luas cakupannya, sistem karir dan merit sistem pegawai yang

belum sepenuhnya tertata dan terlaksana secara optimal, rendahnya intensitas

frekuensi dan volume penyebaran informasi hasil pengolahan data informasi

elektronik, belum tersedianya depot arsip pada Kantor Arsip Kota Medan,

rendahnya kemampuan sumber daya aparatur dan lelembagaan masyarakat dalam

pemberdayaan masyarakat, relatif rendahnya peran dan fungsi kelembagaan

kemasyarakatan, perlunya mempertahankan dan meningkatkan kerukunan hidup

beragama, perlunya meningkatan kesadaran bela negara, perlunya peningkatan

dan kewaspadaan stabilitas politik, kondisi sosial budaya yang belum sepenuhnya

optimal.

4.5.5.Tantangan Pembangunan Kota Medan Tahun 2006-2010

1. Bidang Administrasi Umum Pemerintahan

Selama periode tahun 2000-2004, tantangan yang masih dihadapi

Pemerintah Kota Medan dalam pelaksanaan pembangunan di bidang administrasi

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 162: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

146

umum pemerintahan adalah tuntutan masyarakat yang semakin meningkat untuk

memperoleh pelayanan umum yang berkualitas serta semakin luas cakupannya,

untuk fungsi Aparatur ditandai dengan belum optimalnya pelaksanaan sistem karir

dan merit sistem, di bidang komunikasi/informasi yaitu informasi pembangunan

Kota Medan yang belum sepenuhnya sampai kepada masyarakat, untuk fungsi

pemberdayaan masyarakat dapat di lihat dari belum optimalnya peran aktif

masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan, juga masih rendahnya kesadaran

masyarakat untuk berperan serta menjaga ketertiban/keamanan Kota dan dari segi

hukum ditandai dengan masih kurangnya kesadaran hukum bagi sebagian warga

Kota Medan.

2. Bidang Kesehatan

Tantangan pembangunan di bidang kesehatan yang masih dihadapi

Pemerintah Kota Medan adalah : heterogenitas dan tuntutan masyarakat yang

tinggi untuk mendapatlan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu

sehingga diperlukan program kesehatan yang berkualitas dan dapat diterima oleh

semua pihak dan tantangan lainnya adalah globalisasi dan persaingan bebas yang

menyebabkan masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan serta terjadinya perubahan pola penyakit dan beban ganda

yaitu masih tingginya penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit menular.

3. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Selama periode tahun 2000-2004, tantangan pembangunan di bidang

pendidikan dan kebudayaan yang masih dihadapi Pemerintah Kota Medan adalah

sekolah yang ada saat ini belum sepenuhnya dapat menampung anak usia sekolah

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 163: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

147

dan masih ada gedung sekolah yang kurang memadai untuk melaksanakan proses

belajar mengajar. Tantangan lainnya adalah semakin banyaknya siswa yang

terancam dan putus sekolah serta masih ada Kecamatan yang tidak memiliki

sekolah negeri terutama tingkat SLTP dan SMU. Untuk tenaga pemdidik

tantangan yang dihadapi, belum meratanya kualitas tenaga pendidik terutama

untuk bidang studi tertentu, sedangkan di bidang manajemen pendidikan ditandai

dengan belum optimalnya penerapan kurikulum berbasis kompetensi, belum

optimalnya pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah serta

masih rendahnya kontribusi komite sekolah untuk meningkatkan pendidikan.

4. Bidang Kependudukan

Tantangan pembangunan di bidang kependudukan yang masih dihadapi

Pemerintah Kota Medan adalah semakin bertambahnya jumlah penduduk Kota

Medan yang memerlukan pelayanan Administrasi kependudukan dan catatan sipil

serta masih banyak pendatang gelap yang belum terdata. Tantangan lainnya

adalah perkembangan teknologi informasi (IT) yang memerlukan keahlian khusus.

Untuk pelayanan KB ditandai dengan rendahnya partisipasi PUS dalam

melaksanakan program KB serta makin meningkatnya kenakalan remaja terutama

dalam pergaulan bebas dan penggunaan narkoba.

5. Bidang Olahraga

Tantangan pembangunan di bidang olahraga yang masih dihadapi

Pemerintah Kota Medan adalah minimnya prestasi olehraga dan pemuda baik di

tingkat nasional dan internasional dan masih rendahnya partisipasi masyarakat

dalam meningkatkan kegiatan keolahragaan dan kepemudaan. Untuk peningkatan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 164: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

148

mamajemen olahraga ditandai dengan masih rendahnya manajemen pengelolaan

kegiatan olahraga dan pemuda di Kota Medan serta semakin terbatasnya sarana

dan prasarana olahraga.

6. Bidang Sosial

Tantangan pembangunan di bidang sosial yang masih dihadapi Pemerintah

Kota Medan adalah semakin bertambahnya jumlah anak jalanan, anak terlantar

dan gepeng di Kota Medan serta penanganannya belum dilakukan secara optimal,

kemudian masih tingginya angka pengangguran dan mekiskinan, belum

tertanganinya keluarga miskin secara optimal baik masalah ekonomi maupun

sosialnya serta kecenderungan semakin bertambahnya angka kriminalitas baik

secara kuantitas maupun secara kualitas.

4.6. Analisis Mekanisme dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010

Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan

komitmen politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem,

mekanisme, prosedur dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah.

Ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah

yang lebih baik, demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan.

Dalam peraturan dan perundangan baru penyusunan rencana dikehendaki

memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up

dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan

memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan

akuntabel; konsisten dengan rencana lainnya yang relevan; juga kepemilikan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 165: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

149

rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan

stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan

menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan

dukungan optimal bagi implementasinya.

RPJMD atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan

satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan

pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Sebagai suatu dokumen

rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah, DPRD, dan

masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan

dokumen RPJMD, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review

berkala atas implementasinya.

Karena dokumen RPJMD sangat terkait dengan visi dan misi Kepala

Daerah Terpilih, maka kualitas penyusunan RPJMD akan mencerminkan sejauh

mana kredibilitas KDH Terpilih dalam memandu, mengarahkan, dan

memprogramkan perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya

dalam masa 5 (lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya

kepada masyarakat pada akhir masa kepemimpinannya.

RPJMD menjawab 3 (tiga) pertanyaan dasar: (1) kemana daerah akan

diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima tahun)

mendatang; (2) bagaimana mencapainya dan; (3) langkah-langkah strategis apa

yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 166: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

150

Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi RPJMD untuk

mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi KDH Terpilih kemudian

menerjemahkan secara strategis, sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi,

kebijakan, dan program prioritas serta tolok ukur kinerja pencapaiannya.

Untuk mendapatkan dukungan yang optimal bagi implementasinya, proses

penyusunan dokumen RPJMD perlu membangun komitmen dan kesepakatan dari

semua stakeholder untuk mencapai tujuan RPJMD melalui proses yang

transparan, demokratis, dan akuntabel dengan memadukan pendekatan

teknokratis, demokratis, partisipatif, dan politis.

Salah satu pendekatan dalam menyusun RPJMD adalah pendekatan

partisipatif. Ini bermakna bahwa proses penyusunan RPJMD perlu dilaksanakan

secara transparan, akuntabel, dan melibatkan masyarakat (stakeholder) dalam

pengambilan keputusan perencanaan di semua tahapan perencanaan dengan

memperhatikan :

1. Ada identifikasi stakeholder yang relevan untuk dilibatkan dalam

proses pengambilan keputusan perencanaan

2. Ada kesetaraan antara government dan non government

stakeholder dalam pengambilan keputusan

3. Ada transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan

4. Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat,

terutama kaum perempuan dan kelompok marjinal

5. Ada sense of ownership masyarakat terhadap RPJMD

6. Ada pelibatan dari media

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 167: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

151

7. Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting

pengambilan keputusan seperti perumusan prioritas issues dan

permasalahan, perumusan tujuan, strategi dan kebijakan, dan

prioritas program.

Pendekatan partispatif, dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat

seharusnya sudah dimulai pada tahapan sebelum rancangan awal RPJMD

disiapkan. Adapun kegiatan ini adalah kegiatan orientasi perencanaan

pembangunan daerah. Hal ini perlu dilakukan antara lain untuk :

1. Mempelajari ruang-ruang yang memungkinkan keterlibatan dan peranserta

organisasi masyarakat dalam meningkatkan proses partisipasi penyusunan

dokumen perencanaan daerah, khususnya RPJMD dan Renstra SKPD.

2. Pemahaman jenis-jenis perencanaan daerah, keterkaitan antar jenis

perencanaan daerah dan proses penyusunan setiap dokumen perencanaan

daerah.

3. Mempersiapkan diri bentuk keterlibatan organisasi masyarakat dalam

proses-proses partisipatif yang telah diatur di dalam peraturan-

perundangan, seperti pada proses-proses jaring aspirasi masyarakat dan

konsultasi publik, musrenbang, maupun dalam proses legalisasi.

4. Sejauhmana payung hukum yang mengakomodasi keterlibatan organisasi

masyarakat untuk berkontribusi dalam proses penyusunan dokumen

perencanaan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 168: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

152

Namun di harapkan organisasi masyarakat yang diundang mengikuti

kegiatan orientasi perencanaan daerah akan mengirimkan orang yang punya

kapasitas dan/atau memunyai perhatian kuat pada bidang perencanaan

pembangunan daerah.

Begitu juga pada tahapan pembentukan tim penyusun RPJMD,

keterlibatan organisasi masyarakat sangat penting agar komposisi tim juga

mencerminkan kompetensi yang baik dan partisipatif, artinya anggota tim harus

terdiri atas orang-orang yang punya latar belakang pendidikan/pengalaman di

bidang perencanaan pembangunan daerah, dan berasal dari berbagai

lembaga/unsur. Dan apabila di daerah terdapat lembaga/organisasi masyarakat

yang berpengalaman memfasilitasi atau mengerjakan kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan perencanaan pembangunan, maka perlu ada keterwakilannya

yang duduk sebagai anggota tim penyusun RPJMD. Dan apabila Perwakilan

organisasi masyarakat yang diminta untuk terlibat menjadi anggota tim penyusun

RPJMD wajib mengirimkan orang yang berlatarbelakang pendidikan dan/atau

pengalaman yang terkait di bidang perencanaan pembangunan daerah, dan punya

komitmen waktu dan pikiran untuk berperanserta secara maksimal.

Organisasi masyarakat dapat juga memberikan hasil kajian dan

pengamatan mereka dan/atau hasil advokasi mereka terhadap masyarakat yang

didampinginya berkaitan terhadap isu-isu pembangunan jangka menengah di

daerah dan harapan mereka terhadap penanganan isu-isu tersebut.

Namun organisasi yang diminta keterlibatannya dalam pembahasan-

pembahasan materi RPJMD, perlu mengirimkan wakilnya yang punya kompetensi

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 169: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

153

sesuai bidang/topik bahasan. Diharapkan perwakilan organisasi masyarakat yang

terlibat memberikan kontribusi pemikiran dan sebaiknya juga membekali diri

dengan hasil-hasil kajian atau pengamatan mereka berkaitan dengan topik

bahasan.

Organisasi masyarakat juga perlu mencermati konsep/pemikiran yang

dibuat tim penyusun RPJMD. Beberapa hal yang harus dicermati antara lain :

1. Apakah konsep rumusan yang dikemukakan sudah ditunjang atas kajian

berdasarkan data yang memadai

2. Apakah validitas data yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Apakah rumusan isu yang dikemukakan sesuai dengan kondisi dan situasi

nyata di lapangan.

4. Apakah rumusan-rumusan isu, strategi, kebijakan dan program telah

mempertimbangkan hasil jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan

sebelumnya.

5. Apakah rumusan-rumusan strategi, kebijakan dan program yang

dikemukakan sudah didasari atas kepentingan umum, dan berorientasi

pada pemberdayaan kelompok-kelompok marginal, maupun kesetaraan

jender.

6. Apakah rumusan-rumusan yang diusulkan memenuhi prinsip-prinsip

SMART sehingga dapat diukur kinerjanya.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 170: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

154

Dalam forum SKPD, keterlibatan masyarakat juga sangat penting. Beberapa

hal yang perlu dicermati oleh dalam berbagai kegiatan pembahasan forum SKPD,

diantaranya:

1. Apakah forum SKPD sudah melibatkan stakeholder yang memadai,

sehingga dari segi keterwakilan peserta sudah mencerminkan partisipatif.

2. Mendorong/memfasilitasi agar proses perumusan tujuan pembangunan

SKPD jangka menengah, perumusan strategi dan kebijakan pembangunan

SKPD, serta perumusan program dan indikasi prioritas kegiatan, dilakukan

secara partisipatif dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat yang punya

kompetensi di bidang sektor ini.

3. Mengawal agar perumusan program SKPD mempunyai akuntabilitas

tinggi, yaitu dengan mempertimbangkan capaian kinerja periode

sebelumnya, acuan SPM yang ada, Renstra SKPD provinsi, serta hasil

jaring aspirasi masyarakat yang terkait dengan sektor SKPD yang

bersangkutan.

4. Organisasi masyarakat dapat juga mengemukakan pemikiran/konsep hasil

kajian mereka sendiri untuk dibahas bersama dalam forum SKPD

sekaligus sebagai konsep pembanding bagi konsep yang disusun tim

penyusun Renstra SKPD.

Keterlibatan organisasi masyarakat juga harus terdapat dalam turut

merumuskan dan menandatangani berita acara hasil kesepakatan forum SKPD dan

mengawal kosistensinya pada proses-proses berikutnya.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 171: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

155

Setelah pada tahapan-tahapan diatas partisipasi masyarakat dapat di

akomodir, maka selanjutnya peran yang sangat penting adalah pada musrenbang

RPJMD. Karena forum musrenbang inilah sebagai tempat bertemunya para multi

stakeholder untuk memberikan masukan/konsultasi dan membuat kesepakatan.

Dalam musrenbang diharapkan organisasi masyarakat dapat terlibat dalam

sidang pleno, sidang kelompok maupun perumusan kesepakatan. Dalam

sidang/pembahasan kelompok masing-masing organisasi masyarakat diarahkan

tergabung dalam kelompok yang sesuai dengan bidang yang menjadi

perhatian/garapannya, sehingga akan menghasilkan kontribusi yang maksimal.

Adapun peran yang dapat dilakukan organisasi masyarakat dalam

pelaksanaan Musrenbang RPJMD, antara lain :

1. Mendorong/memfasilitasi agar proses pelaksanaan musrenbang tidak

terjebak pada acara seremonial, melainkan ikut aktif bekerjasama agar

pelaksanaan musrenbang RPJMD lebih intensif dalam pembahasan

substansi dengan peserta musyawarah yang melibatkan keterwakilan

pemangku kepentingan yang memadai.

2. Bertindak sebagai fasilitator dalam diskusi/pembahasan kelompok yang

mendorong dinamika pembahasan dan kecermatan dalam membahas

rumusan-rumusan yang diusulkan sesuai usulan dan sasaran pelaksanaan

musrenbang maupun tujuan pembangunan secara umum.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 172: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

156

3. Memastikan bahwa RPJMD memuat capaian program dan alokasi dana

yang memadai untuk mencapai standar pelayanan minimal untuk semua

pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah

4. Memastikan bahwa RPJMD memuat indikator kinerja penyelenggaraan

fungsi-fungsi pemerintahan daerah dan kinerja diperingkat program

pembangunan daerah yang memungkinkan masyarakat dapat menilai

keberhasilan atau ketidak berhasilan pencapaian visi, misi dan agenda

kepala daerah terpilih.

5. Mencermati substansi bahasan, yang meliputi kondisi dan prediksi daerah

serta isu-isu strategis daerah, analisis kemampuan keuangan daerah dan

arah kebijakan keuangan daerah, strategi dan kebijakan umum

pembangunan daerah, serta program prioritas daerah dikaitkan dengan

hasil jaring aspirasi masyarakat.

6. Mengawal dan mengidentifikasi apakah materi hasil kesepakatan forum

SKPD telah diakomodasi dalam draft musrenbang yang akan dibahas.

Dalam perumusan kesepakatan organisasi masyarakat juga harus terlibat,

organisasi masyarakat berperan untuk menyusun sekaligus menjaga agar rumusan

hasil musrenbang tidak keluar dari kesepakatan-kesepatan yang telah dicapai

secara bersama, untuk itu sebelum ditandatangani naskah kesepakatan

disampaikan terlebih dahulu kepada peserta pleno untuk dimintai persetujuannya.

Kemudian yang terakhir, partisipasi masyarakat diharapkan dalam

pembahasan Ranperda RPJMD oleh DPRD. Dalam hal ini organisasi masyarakat

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 173: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

157

yang diundang dapat berfungsi sebagai pemantau dan atau sebagai narasumber.

Kewajiban organisasi masyarakat dalam proses pembahasan Ranperda, antara lain

1. Mereview konsep naskah akademik Ranperda dikaitkan dengan

kesepakatan-kesepakatan publik yang pernah dicapai pada tahap-tahap

sebelumnya.

2. Memantau dan menjaga agar pembahasan tidak menyimpang dari

substansi RPJMD yang tertuang di dalam Ranperda.

3. Membantu Tim Pemda dalam menjelaskan dan mengklarifikasi konsep-

konsep atau rumusan-rumusan yang tertuang dalam Ranperda.

4. Mencatat keberatan-keberatan DPRD atau perubahan yang dilakukan

DPRD.

5. Membantu Pemda dalam mensosialisasikan hasil pembahasan Ranperda

oleh DPRD kepada masyarakat.

Dengan partisipasi masyarakat dalam seluruh proses perencanaan, maka

diharapkan:

1. Adanya informasi yang lebih akurat dan mewakili kebutuhan,

prioritas dan kapabilitas dari penduduk lokal, umpan balik yang

lebih terandalkan tentang dampak dari inisiatif atau program yang

dibuat pemerintah;

2. Penyesuaian program terhadap kondisi-kondisi lokal, sehingga

sumberdaya yang terbatas bisa dimanfaatkan secara efisien

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 174: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

158

3. Akses yang lebih berbiaya murah bagi publik untuk program-

program pembangunan melalui adanya organisasi atau institusi

lokal.

4. Meningkatkan derajat pemanfaatan dan pemeliharaan fasilitas dan

pelayanan pemerintah

5. Peluang kerjasama dalam program-program baru yang lebih mudah

terjadi ketika organisasi lokal telah dipercaya oleh masyarakat.

Namun tidak dapat juga di pungkiri, apabila dengan melibatkan partisipasi

masyarakat dalam seluruh proses perencanaan rpjmd kota medan ini, hal itu

sedikit agak ragu untuk dapat dilakukan, hal ini disebabkan waktu yang diberikan

hanya 3 bulan sejak kepala daerah dilantik. Waktu ini dinilai terlalu singkat untuk

merumuskan proyeksi pembangunan Kota Medan untuk masa 5 tahun kedepan.

Begitu juga dengan argumen perencana pembangunan yang melihat

adanya potensi risiko dari semakin besarnya partisipasi : pelaksanaan kegiatanbisa

tertunda karena harus negosiasi dan tarik menarik dengan masyarakat; menuntut

penambahan staf untuk mendukung partisipasi; kemungkinan bahwa masyarakat

menolak rencana jika harus dimintakan pendapat mereka; metodologi partisipasi

yang tidak bisa diprediksi; keterlibatan yang terlalu banyak bagi orang-orang yang

kurang berpengalaman. Hal-hal ini akan menghambat proses perencanaan.

Namun, dalam proses pembuatan perencanaan tahunan (RKPD) sebagai

pedoman dalam pembuatan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah (APBD),

partisipasi masyarakat lebih bisa terakomodir. Hal tersebut ini dikarenakan dalam

proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) hingga pembuatan

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 175: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

159

APBD mempunyai waktu yang cukup panjang. Dimulai pada bulan januari untuk

kegiatan musrenbang kelurahan hingga april untuk musrenbang tingkat kota.

Hingga penyusunan APBD yang akan disahkan DPRD pada bulan desember.

Dalam kurun waktu satu tahun tersebut, maka menurut penulis cukup untuk bisa

mengakomodir partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan

daerah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 176: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

160

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dalam bab ini diuraikan kesimpulan terhadap temuan data, baik data

primer maupun data sekunder, yang telah diperoleh selama proses penelitian ini

berlangsung.

Pembangunan Partisipatif, dalam konteks multi stakeholder, harus terdapat

keterlibatan pemerintah, dewan perwakilan rakyat daerah dan unsur masyarakat

yang merupakan akumulasi organisasi sosial, agama, ekonomi dan budaya serta

organisasi profesi yang ada, serta keterlibatan perguruan tinggi dan media massa.

Dalam perencanaan pembangunan Kota Medan khususnya dalam

perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Medan Tahun 2006-

2010, dalam proses nya melibatkan Pemerintah Kota Medan, Masyarakat dan juga

lembaga non pemerintahan. Realitas ini merupakan amanah dari Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN) dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050 / 2020 / SJ Tahun

2005 tentang Tata Cara penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah .

Penyusunan Rencana Pembangunan Menengah Daerah dilakukan setelah

mendengarkan Visi-Misi dari Kepala Daerah. Dengan demikian Penyusunan

RPJMD tidak terlepas dari komitmen politik Kepala Daerah dalam merencanakan

pembangunan daerah. Secara teknis, RPJMD tersebut disusun dalam waktu 3

(tiga) bulan setelah pelantikan Kepala Daerah. Lebih jelasnya proses tersebut

diuraikan sebagai berikut:

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 177: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

161

1. Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), yaitu

dokumen yang memuat strategi pembangunan daerah, arah kebijakan

umum daerah, arah kebijakan keuangan daerah dan program prioritas

Kepala Daerah.

2. Rancangan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-

SKPD); yaitu dokumen yang disiapkan oleh Badan, Dinas dan Kantor

Pemerintah Daerah yang memuat Visi-Misi SKPD; Strategi Kebijakan;

Program, indikasi kegiatan dan pendanaan; Rancangan Kerangka

Regulasi; Rancangan Kerangka Pendanaan.

3. Rancangan RPJMD yaitu dokumen yang memuat; visi-misi, program

Kepala Daerah; arah dan kebijakan keuangan daerah; strategi

pembangunan daerah dan kebijakan umum; program, indikasi dan

pendanaan; Rancangan Kerangka Regulasi; Rancangan Kerangka

Pendanaan.

4. Musyawarah Jangka Menengah Daerah.

5. Rancangan Akhir RPJM; yaitu dokumen yang memuat visi-misi, program

Kepala Daerah; arah dan kebijakan keuangan daerah; strategi

pembangunan daerah dan kebijakan umum; program, indikasi dan

pendanaan; Rancangan Kerangka Regulasi; Rancangan Kerangka

Pendanaan; Program Transisi dan Kaidah Pelaksanaan.

6. Penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 178: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

162

Dalam perumusan RPJMD Kota Medan, khususnya dalam pelaksanaan

Musyawarah Rencana Pembangunan Menengah Kota Medan Tahun 2006-2010

terdapat beberapa unsur yang terlibat. Adapun unsur tersebut adalah:

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu instansi Pemerintah Kota Medan

yang terdiri atas Dinas, Badan maupun Kantor dengan menyusun Rencana

Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). Setiap Rencana

Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) baik Dinas,

Badan maupun Kantor akan diakumulasikan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah untuk dirumuskan dalam Rancangan RPJM.

2. Unsur Masyarakat yaitu perwakilan organisasi masyarakat yang merupakan

akumulasi organisasi sosial, agama, ekonomi dan budaya serta organisasi

profesi yang ada. Partisipasi unsur ini terutama dilakukan pada saat

Musyawarah Rencana Pembangunan dengan mengakumulasi permasalahan,

hambatan dan prioritas pembangunan Kota Medan. Akumulasi permasalahan,

hambatan dan prioritas pembangunan di selanjutnya akan dibahas melalui

Musrenbang RPJMD.

3. Pelaku Pembangunan Lainnya termasuk Perguruan Tinggi/Akademisi, Media

Massa berpartisipasi dalam perencanaan RPJM Kota Medan khususnya sebagai

lembaga konsultatif dan diseminasi informasi tentang RPJM Kota Medan.

4. Unsur DPRD Medan, sebagai mitra kerja Pemerintah Kota Medan,

memberikan sumbangan pemikiran dan dukungan terhadap penyelesaian

permasalahan Kota Medan yang di akumulasikan dalam dokumen RPJMD.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 179: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

163

Dari beberapa tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan, secara umum

berjalan dengan baik, namun demikian ada beberapa hal catatan dalam

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yaitu:

1. Dari 6 (Enam) tahapan perumusan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah di atas hanya satu proses saja yang dilibatkan secara

utuh stakeholders pelaku pembangunan yaitu tahapan Musrenbang

RPJMD sebagai perumusan hasil kesepakatan dan komitmen stakeholder.

Namun hal ini sudah sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Pelaksanaan Musrenbang lebih banyak dilakukan secara formalitas dan

tidak semua komponen stakesholder dilibatkan secara utuh dalam

pelaksanaan Musrenbang tersebut. Pihak Pemerintah Kota Medan terlihat

sangat mendominasi jalannya musyawarah. Hal ini disebakan lebih banyak

nya jumlah peserta dari Pihak Pemerintah Kota Medan.

3. Waktu atau durasi yang disediakan Pemerintah Kota Medan dinilai terlalu

singkat. Kegiatan musrenbang ini cuma berlangsung satu hari, mulai dari

pagi hingga sore hari. Padahal kegiatan ini untuk merumuskan kebijakan 5

(lima) tahunan daerah. Sehingga kegiatan musrenbang ini kurang dapat

mengakomodir dan merumuskan permasalahan dan solusi pembangunan

yang ada di Kota Medan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 180: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

164

5.2. Saran

Setelah melakukan analisis tentang perumusan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) ke depan seharusnya semua stakeholder pembangunan Kota

Medan dilibatkan dalam proses Musrenbang dalam komposisi yang lebih

utuh dan juga terlibat dari proses awal. Tidak hanya terlibat pada saat

musrenbang saja. Artinya, Pemerintah Kota Medan harus memikirkan

model alternatif selain musrenbang dalam menjaring aspirasi masyarakat

secara lebih mendalam.

2. Sosialisasi tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

hendaknya disosialisasikan kepada unsur lain dalam masyarakat Kota

Medan yang tidak terlibat dalam penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah.

3. Pemerintah Kota Medan sudah seharusnya mengidentifikasi stakeholder

secara lebih luas, dengan mencoba lebih mengakomodir pihak-pihak

swasta/ pengusaha sebagai pelaku pembangunan lainnya. Fakta yang dapat

dilihat bahwa pembangunan Kota Medan tidak terlepas dari peran pihak

swasta/pengusaha. Keterlibatan pihak ini akan sangat memberi kontribusi

terhadap proses perencanaan pembangunan Kota Medan.

4. Perlunya Civic education kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui

hak-hak nya dalam pembangunan.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 181: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

165

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Arsyad, Lincolin. 2002. Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomi

daerah. Yogyakarta : BPFE. Budiman Arief: 1996, Teori Pembangunan Dunia Ke Tiga, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Bryant C and White, LG. 1982. Managing Development in The Third World.

Boulder, Colorado : West View Press. Cohen and Uphoff. 1977. Rural Development Participation. New York : Cornel

Univercity. Conyers, Diana. 1991. “ An Introduction To Social Planning In The Third World

”. By Jhon Wiley & sons Ltd, 1994, Terjemahan Drs. Susetiawan. SU : “ Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga : Suatu Pengantar”. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. (xi, 335 hal.)

Kartasasmita, Ginanjar. 1996, Pemberdayaan Masyarakat : Konsep

Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Jakarta : Bappenas. __________________. 1997. Pembangunan Untuk Rakyat (Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta : CIDES.

Korten, David, C. 1986. Pembangunan yang memihak rakyat, Kupasan tentang teori dan metode pembangunan, Lembaga Studi Pembangunan Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, Otonomi dan Pembangunan Daerah, PT. Erlangga, Jakarta, 2004.

Masoed, M. 1994. Negara, Bisnis dan KKN. Yogyakarta : Aditya Media. Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Moeljarto, T. 1994. Politik Pembangunan : Sebuah analisis Konsep, Arah dan

Strategi. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 182: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

166

Molejarto, Vihyandika, 1994. kemiskinan : Hakekat, ciri dimensi, dan kebijakan dalam centre for strategis and international studies, kemiskinan mengais sumber daya. Majalah Analisis, Tahun XXXIII. No.3

Nasution Zulkarnen: 1996, Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan

Penerapan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nugroho, Riant: 2003, Reinventing Pembangunan, Gramedia, Jakarta. Ndraha, Talizuduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta : PT Bina Aksara Oakley, Peter, et al. 1991. Projects With People, The Practice Of

Participation in Rural Development. Geneva : International Labour Office. Rogers E. M. 1983. Modernization Among Peasant : The Inpact of

Communication. New York. Holt, Rinehart, and Wiston.

Sastropoetro, Santoso R.A. (1988). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan

Disiplin Dalam Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni. Siagian, Sondang. P: 1980, Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta. Supriatna, Tjahya. 2000, Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta : Rineka

Cipta Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta :

Kanisius.

Soerjono, Sukanto. 1984, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT.Grafindo Persada.

Suryono, Agus. 2001.Teori dan Isu Pembangunan. Malang, Universitas Malang Press.

Todaro, Michael, P: 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Tjokromidjojo, Bintoro. 1976. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta :

LP3ES. ____________________. 1985. Manajemen Pembangunan. Jakarta : Haji

Masagung. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 050/2020/SJ Perihal Petunjuk

Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.

Page 183: PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

167

Pemerintah Kota Medan. 2003. Medan Dalam Angka. Medan : Badan Pusat

Statistik Medan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

M. Arifin. Nst : Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010). USU e-Repository © 2008.