Upload
rizkyka-waluyo-putri
View
38
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
performance appraisal analysis in BNI UPI Bandung
Citation preview
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong kami untuk menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui pentingnya penilaian
kinerja (Performance Appraisal) pada suatu perusahaan serta metoda-metoda yang
benar untuk melakukan penilaian kinerja. Makalah ini disusun oleh tim penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Penilaian Kinerja” yang merupakan salah satu
materi dalam mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami agar
dapat menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftas Isi 2
Bab I
Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang Masalah 3
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
Bab II
Pembahasan 7
2.1 Pengertian Kinerja 7
2.2 Pengertian Penilaian Kinerja 8
2.3 Tujuan Penilaian Kinerja 10
2.4 Manfaat Penilaian Kinerja 10
2.5 Syarat-syarat Penilaian Kinerja yang Efektif 14
2.6 Metode-metode Penilaian Kinerja 14
2.7 Penentuan Dimensi dan Bobot Penilaian 18
Bab III
Studi Kasus 22
Bab IV
Penutup 33
4.1 Kesimpulan 33
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penilaian terhadap suatu pekerjaan dalam sebuah perusahaan merupakan suatu
tahap evaluasi kerja yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan
aktivitas perusahaan di dalamnya. Pekerjaan yang diinginkan oleh perusahaan terhadap
para pekerja memiliki standar mutu (quality) untuk mengukur keberhasilan kerja.
Namun kualitas kerja dari beberapa pekerja tidak selamanya sesuai dengan standar
mutu yang diberlakukan. Suatu saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk
mencapai tujuan dan harapan perusahaan tersebut, sehingga menyebabkan penilaian
terhadap prestasi kerja yang dihasilkan (performance) menjadi menurun.
Stewart (1998:125-126) menyatakan bahwa penilaian kinerja karyawan merupakan
salah satu butir dari delapan butir pemberdayaan. Jika proses pemberdayaan melalui
training telah dilaksanakan, pentinglah memantau perkembangannya dan menilai
hasilnya. Pemantauan dan penilaian dilakukan secara terus-menerus sehingga menjadi
sebagian ciri manajemen yang dijalankan, baik penilai maupun yang dinilai dengan
mempertimbangkan sasaran-sasaran dan standar-standar yang telah ditetapkan,
dipenuhi dan dicermati.
Penilaian prestasi kerja merupakan media yang tepat dan bermanfaat untuk
mengevaluasi pekerjaan, mengembangkan dan memotivasi karyawan. Namun, penilaian
prestasi kerja dapat juga menjadi sumber kerisauan, keributan, atau frustasi bagi
karyawan. Hal tersebut dikarenakan masih adanya ketidak-pastian dan ambiguitas
dalam sistem penilaiannya. Di sisi lain proses informasi merupakan isu yang sangat
mendominasi dalam riset perilaku, salah satunya terkait dengan memoriyang terkadang
mengalami suatu bias. Contoh yang terjadi pada diri individu penilai yang ditujukan oleh
keadaan dan kondisi yang dialami karena stres sehingga dapat menyebabkan adanya
suatu perbedaan dimensi yang ada (efek halo). Artinya, pada karakter individu penilai
terdapat subjektivitas seperti perbedaan antara laki-laki dan perempuan (gender), usia
yang dinilai, agama, dan juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penilaian
(Bretz, 1992: 324-325).
3
Untuk mendorong perilaku yang baik atau memperbaiki serta mengikis prestasi
kerja di bawah standar maka perlu adanya penilaian yang objektif dengan metode
penilaian perilaku yang direncanakan, yakni memandang sikap karyawan yang
memperoleh beban tanggung jawab tugas-tugas di dalam perusahaan sebagai
pertimbangan atas terbentuknya perilaku mereka. Dengan mempertimbangkan
pengalaman-pengalaman yang terjadi sebelumnya dan memprediksi kejadian- kejadian
mendatang akan dapat mengidentifikasi pelaksanaan tugas-tugas pekerjaan, apakah
dapat terlaksana dengan mudah atau bahkan sulit untuk diselesaikan. Hal ini akan
sangat terkait dengan gambaran perilaku sebagai dimensi kerja terhadap metode
penilaian prestasi kerja sebagai bahan evaluasi pekerjaan karyawan di perusahaan.
Sikap tersebut di atas merupakan indikator karyawan untuk selalu memberikan respon
yang positif pada atasannya, sebab atasan tidak secara langsung dapat menentukan
faktor penilaian atas dasar unfair namun sangat mempertimbangkan aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam penilaian di lapangan.
Suatau hal nyata terjadi pada perusahaan perbangkan di Indonesia, di mana ada
seorang nasabah (customer) di bank tertentu yang dengan sengaja ia mengirimkan
sebuah surat di media massa sebagai haknya di dalam mengeluarkan pendapat,
menyatakan keluhannya secara eksplisit tentang perlakuan seorang teller yang buruk
kepadanya di saat ia melakukan interaksi transkasi jasa keuangan pada bank tertentu
sehingga image bank tersebut turun di mata masyarakat sebagai effect pernyataan
secara tertulis keluhan atau ketidakpuasan pelayanan dari seorang pegawai teller bank
tertentu kepada seorang nasabahnya yang disebarkan ke media massa itu.
Kegiatan penilaian kinerja seorang karyawan dalam suatu perusahaan/organisasi
adalah dipandang sangat perlu untuk dilakukan guna sebagai bahan evaluasi kinerja,
arsip tenaga kerja, penilaian kinerja itu sendiri dibandingkan standar kerja (standar
operasional) yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan/organisasi, identifikasi letak
kesalahan (error staffing), pelatihan dan pengembangan dan lain sebangainya. Tanpa
ada kegiatan penilaian kinerja karyawan, maka perusahaan/organisasi akan sulit
melakukan identifikasi letak permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
perusahaan/organisasi –misalnya, penurunanan jumlah pelanggan, image
perusahaan/organisasi yang buruk di tengah masyarakat– yang mungkin timbul karena
faktor sumber daya manusianya itu sendiri yang kurang berkualitas dan nantinya
4
sebagai bahan keputusan perlu tidaknya perusahaan/organisasi melakukan
training/pelatihan dan pendidikan serta pengembangan karyawan guna meningkatkan
produktivitas, memperbaiki kinerja karyawan yang lebih baik dari sumber daya manusia
yang ada dan pada akhirnya membawa perusahaan/organisasi semakin maju.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan mengambil contoh penilaian kinerja teller Bang BNI’46 Cabang UPI 1
Bandung peneliti akan menilai teller2, teller3, dan teller4 untuk diteliti kinerjanya
dengan menggunakan beberapa aspek penilaian yaitu :
Doing job quickly
Result job is precisely
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah
Behaviour (terhadap customer)
Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerja
Leadership in Group Activities
1. Apakah 9 aspek penilaian diatas telah masuk ke dalam performance apprisal?
2. Apakah penggunaan performance appraisal menggunakan 9 aspek diatas perlu
dilakukan oleh HRD terhadap semua divisi yang terdapat di dalam Bank BNI?
1.3 Tujuan Penelitian
Peneliti akan mengetahui penilaian kinerja dari beberapa teller Bank BNI’46
Cabang UPI 1 Bandung dengan berdasarkan 10 aspek penilaian yaitu :
Doing job quickly
Result job is precisely
Explain resulted job quickly
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah
5
Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan santun dan
senyuman kepada para nasabah (customer).
Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerja
Leadership in Group Activities
6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kinerja
Dalam organisasi, kinerja merupakan jawaban berhasil atau tidaknya suatu
tujuan yang dimiliki oleh organisasi. Sering kali didapati, manajer mengetahui betapa
buruknya kinerja karyawannya ketika perusahaan sudah mengalami krisis. Oleh sebab
itu, kinerja harus terus dikontrol dan tidak boleh mengabaikan peringatan bahwa
adanya kinerja yang merosot. Suatu penelitian telah memperlihatkan bahwa suatu
lingkungan kerja yang menyenangkan sangat penting untuk mendorong tingkat kinerja
karyawan yang paling produktif. Dalam interaksi sehari-hari, antara atasan dan
bawahan, berbagai asumsi dan harapan lain muncul. Ketika atasan dan bawahan
membentuk serangkaian asumsi dan harapan mereka sendiri yang sering agak berbeda,
perbedaan-perbedaan ini yang akhirnya berpengaruh pada tingkat kinerja.
Jadi pada dasarnya kinerja menurut Ambar Teguh Sulistiyani adalah “Kinerja
seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat
dinilai dari hasil kerjanya” (2003 : 223) dan menurut Maluyu S.P. Hasibuan, “Kinerja
(prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman
dan kesungguhan serta waktu”(2001:34) .
Adapula faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, yaitu menurut
Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang memengaruhi
kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1. Kemampuan mereka,
2. Motivasi,
3. Dukungan yang diterima,
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
5. Hubungan mereka dengan organisasi.
7
Berdasarkaan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan
kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam
suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang
diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap
mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha
mencapai potensi kerja secara maksimal. David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip
Mangkunegara (2001 : 68), berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara
motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja.
Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja
(kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6
karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu :
1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2. Berani mengambil risiko
3. Memiliki tujuan yang realistis
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.
5. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang
dilakukan
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan
2.2. Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja (Performance Appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci
guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam
organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi
sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.
Ada beberapa penjelasan mengenai penilaian kinerja, yaitu :
8
1. Suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan mempengaruhi
sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat
ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang
karyawan dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang
akan datang, sehingga karyawan, organisasi, dan masyarakat semuanya
memperoleh manfaat. (Schuler & Jackson, 1996:3)
2. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kerja
individu. Menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam
bukunya yang berjudul performance apprasial, pada halaman 15 menyatakan
bahwa ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja individu yaitu:
a. Tugas individu,
b. Perilaku individu dan,
c. Ciri individu.
3. Dari beberapa pengertian kinerja di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah suatu prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaannya, sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan dalab
pekerjaan itu. Prestasi yang dicapai ini akan menghasilkan suatu kepuasan kerja
yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat imbalan.
Suatu kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan
dan kemampuan. Kinerja individu sendiri dipengaruhi oleh kepuasan kerja.
Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya.
Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya
secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini dibutuhkan
suatu evaluasi, yang kemudian dikenal dengan penilaiankinerja. Penilaian kinerja
merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja yang paling umum
digunakan. Dalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara
pengirim pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan
dengan baik. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang
diharapkan pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama
lain. Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses
pengukuran sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat
bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.
9
2.3. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Cascio, tujuan diadakannya sistem penilaian adalah :
1. Tujuan Umum
a. Untuk meningkatkan hasil kerja pegawai dengan membantu
menyadarkan agar menggunakan seluruh potensi yang dimiliki.
b. Untuk memberikan informasi bagi pegawai dan para manajer yang
berguna dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Membantu dalam mengambil segala keputusan yang berhubungan
dengan personel, seperti keputusan mempromosikan pegawai yang
berprestasi baik, keputusan mengenai transfer pegawai, pelatihan
pegawai, disiplin pegawai, dan untuk menyesuaikan kenaikan atau
penurunan gaji pegawai.
b. Digunakan sebagai kriteria dalam tes validasi. Hasil tes dikolerasikan
dengan hasil oenilaian yang diperoleh untuk mengevaluasi hepotesis
bahwa nilai skor tes dapat memprediksi prestasi seseorang.
c. Untuk memberikan umpan balik kepada pegawai yang dapat
digunakan untuk pengembangan diri dan karir masing-masing.
d. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pegawai
dan menetapkan tujuan dari program pelatihan.
e. Dapat membantu mendiagnosa permasalahan didalam perusahaan.
2.4. Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak adalah agar bagi mereka mengetahui
manfaat yang dapat mereka harapkan. (Rivai & Basri, 2004:55). Pihak-pihak yang
berkepentingan dalam penilaian adalah:
1. Orang yang dinilai (karyawan)
2. Penilai (atasan, supervisor, pimipnan, manager, konsultan) dan
3. Perusahaan
10
2.4.1 Manfaat Bagi Karyawan Yang Dinilai
Keuntungan bagi karyawan yang melaksanakan penilaian kinerja menurut Rivai
dan Basri, antara lain :
a. Meningkatkan motivasi.
b. Meningkatkan kepuasan hidup.
c. Adanya kejelasan standard hasil yang diterapkan mereka.
d. Umpan balik dari kinerja lalu yang kurang akurat dan konstruktif.
e. Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan menjadi lebih besar.
f. Pengembangan tantang pengetahuan dan kelemahan menjadi lebih besar,
membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.
g. Adanya kesempatan untuk berkomunikasi ke atas.
h. Peningkatan pengertian tentang nilai pribadi.
i. Kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan dan bagaimana
mereka mengatasinya.
j. Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu untuk
dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut.
k. Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan.
l. Kesempatan untuk mendiskusikan cita-cita dan bimbingan apa pun dorongan
atau pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi cita-cita karyawan.
m. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan aktif dengan atasan.
2.4.2 Manfaat Bagi Penilai (supervisor, manager, penyelia)
Bagi penilai, manfaat pelaksanaan penilaian kinerja (Rivai&Basri, 2004 : 60)
adalah :
a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecenderungan
kinerja karyawan untuk perbaikan manajeman selanjutnya.
b. Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang
pekerjaan individu dan departemen yang lengkap.
c. Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik
untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.
d. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi.
e. Peningkatan kepuasan kerja .
11
f. Pemahaman yang lebih baik terhadap karyawan, tentang rasa takut, rasa
grogi, harapan, dan aspirasi mereka.
g. Menigkatkan kepuasan kerja baik terhadap karyawan dari para manajer
maupun dari para karyawan.
h. Kesempatan untuk menjelaskan tujuan dan prioritas penilai dengan
memberikan pandangan yang lebih baik terhadap bagaimana mereka
dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perusahaan.
i. Meningkatkan rasa harga diri yang kuat diantara manajer dan juga para
karyawan, karena telah berhasil mendekatkan ide dari karyawan dengan
ide para manajer.
j. Sebagai media untuk mengurangi kesejangan antara sasaran individu
dengan sasaran kelompok atau sasaran departemen SDM atau sasaran
perusahaan.
k. Kesempatan bagi para manajer untuk menjelaskan pada karyawan apa
yang sebenarnya diingikan oleh perusahaan dari para karyawan sehingga
para karyawan dapat mengukur dirinya, menempatkan dirinya, dan
berjaya sesuai dengan harapan dari manajer.
l. Sebagai media untuk menigkatkan interpersonal relationship atau
hubungan antara pribadi antara karyawan dan manajer.
m. Dapat sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan dengan lebih
n. Merupakan kesempatan berharga bagi manajer agar dapat menilai
kembali apa yang telah dilakukan sehingga ada kemungkinan merevisi
target atau menyusun prioritas kembali.
o. Bisa mengidentifikasikan kesempatan untuk rotasi atau perubahan tugas
karyawan.
2.4.3 Manfaat Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan, manfaat penilaian adalah, (Rivai&Basri, 2004 : 62) antara lain:
a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan karena :
1) Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan
nilai budaya perusahaan.
2) Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas.
12
3) Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk menggunakan
keterampilan dan keahlian memimpinnya untuk memotivasi
karyawan dan mengembangkan kemauan dan keterampilan
karyawan.
b. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan
oleh masing-masing karyawan.
c. Meningkatkan kualitas komunikasi.
d. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan.
e. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
f. Peningkatan segi pengawasan melekat dari setiap kegiatan yang
dilakukan oleh setiap karyawan.
g. Harapan dan pandangan jangka panjang dapat dikembangkan.
h. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang
dibutuhkan.
i. Kemampuan menemu kenali setiap permasalahan.
j. Sebagai sarana penyampaian pesan bahwa karyawan itu dihargai oleh
perusahaan.
k. Budaya perusahaan menjadi mapan. Setiap kelalaian dan ketidakjelasan
dalam membina sistem dan prosedur dapat dihindarkan dan kebiasaan
yang baik dapat diciptakan dan dipertahankan. Berita baik bagi setiap
orang dan setiap karyawan akan mendukung pelaksanaan penilaian
kinerja, mau berpartisipasi secara aktif dan pekerjaan selanjutnya dari
penilaian kinerja akan menjadi lebih baik.
l. Karyawan yang potensil dan memungkinkan untuk menjadi pimpinan
perusahaan atau sedikitnya yang dapat dipromosikan menjadi lebih
mudah terlihat, mudah diidentifikasikan, mudah dikembangkan lebih
lanjut, dan memungkinkan peningkatan tanggung jawab secara kuat.
m. Jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan menjadi
salah satu sarana yang paling utama dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
13
2.5. Syarat-syarat Penilaian Kinerja Yang Efektif
1. Relevance
Ada kaitan yang jelas antara standard performance dari suatu tugas dan
tujuan organisasi serta antara elemen tugas dan dimensi-dimensi yang
dinilai dalam lembar penilaian.
2. Sensitivity
System penilaian yang digunakan dapat membedakan antara pegawai
yang efektif dan tidak efektif.
3. Realibility
Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan konsistensi yang tinggi.
4. Acceptability
Jenis dan tingkat perilaku kerja yang dinilai dapat diterima oleh kedua
belah pihak (atasan dan bawahan).
5. Practicality
Alat ukur yang dipakai mudah dimengerti dan digunakan oleh manajer
maupun pegawai.
2.6. Metoda-metoda Penilaian Kinerja
Ada beberapa pendekatan mengenai metoda-metoda penilaian kerja (Noe et al .,
2000 ; Schuler & Jackson,1996) yaitu :
2.6.1. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach)
a. Rangking langsung (Ranking)
Dalam rangking langsung, atasan mengurutkan para pemegang jabatan,
dari yang terbaik sampai yang terburuk, yang biasanya berdasarkan
kinerja secara keseluruhan. Rangking semacam ini hanya cocok dalam
organisasi kecil karena semakin banyak pemegang jabatan maka semakin
sulit melihat perbedaan-perbedaan kinerja mereka.
b. Rangking alternatif.
Penilai akan memilih pekerja yang terbaik untuk posisi teratas dan
pekerja terburuk di posisi terburuk. Kemudian memilih pekerja kedua
14
terbaik di posisi kedua terbaik dan pekerja terburuk kedua di posisi kedua
terburuk. Demikian seterusnya hingga posisi yang tengah dapat terakhir
diisi.
c. Perbandingan berpasangan. (Paired Comparison)
Pendekatan perbandingan berpasangan melibatkan perbandingan tiap
individu dengan individu lainnya, dua orang sekaligus, dengan standar
tunggal untuk menentukan siapa yang lebih baik. Urutan rangking
individu dapat diperoleh dengan menghitung berapa kali masing-masing
individu terpilih sebagai yang lebih baik untuk satu buah pasangan.
d. Metode distribusi paksaan. (Forced distribution)
Istilah distribusi paksaan digunakan untuk menggambarkan format
penilaian dimana penilai dipaksa mendistribusikan orang yang dinilai
kepada beberapa kategori kinerja. Penilaian tersebut biasanya
menggunakan beberapa kategori yaitu dari terendah (mewakili kinerja
yang buruk) sampai dengan tingkat tertinggi (Mewakili kinerja yang
sangat baik)
2.6.2. Pendekatan berdasarkan sifat (Attribute Approach).
a. Skala rating grafik. (Graphic Rating Scale)
Pada metode ini, penilai menentukan dimensi kinerja yang akan dinilai.
Kemudian penilai menentukan kategori penilaian yang akan dilakukan.
Kategori penilaian ini menggunakan angka 5 untuk yang terbaik dan
angka 1 untuk yang terburuk. Kemudian penilai langsung menilai kinerja
dari individu tersebut dan nilai yang dihasilkan akan dijumlahkan. Individu
dengan nilai yang tertinggi merupakan individu dengan kinerja yang
terbaik dan individu dengan nilai yang terendah merupakan individu
dengan kinerja terburuk.
b. Skala standar campuran.(Mixed standart scale)
Pada metode ini penilai membuat beberapa pernyataan untuk menguji
apakah karyawan tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik,
lebih dari yang diminta atau bahkan kurang dari yang diminta oleh atasan.
Beberapa pernyataan tersebut haruslah berhubungan dengan kemauan,
15
kepandaian dan juga hubungan dengan masyarakat. Apabila individu
tersebut telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan penyataan tersebut
maka akan diberi nilai 0, jika kurang yang ada dalam penyataan maka
akan diberi nilai – dan jika lebih dari yang diminta maka akan
diberi nilai +. Selanjutnya semua pernyataan tersebut akan
diberitingkatan (level) untuk menentukan nilai. Nilai disetiap kategori
pernyataan tersebut yang akan menentukan tingkat kinerja dari individu
tersebut.
2.6.3. Pendekatan Berdasarkan Hasil (Result approach) (Schuler&Jackson,1996
: 205)
a. Manajemen berdasarkan sasaran (Management by objectives)
Penilai pada metode ini adalah orang-orang yang berpengalaman dan
berkinerja tinggi yang dapat mengembangkan strategi mereka sendiri.
Cara kerja dari metode ini adalah bagaimana suatu sasaran dapat tercapai
dengan menguraingi ambiguitas dan juga hambatan yang mungkin dapat
menghalangi tercapainya sasaran. Penilaian yang dilakukan dapat secara
sederhana maupun secara rumit, bergantung pada kebutuhan sasaran
yang akan dicapai. Atasan dan bawahan akan sama-sama melakukan
evaluasi atas kegagalan yang mungkin terjadi dankemudian memutuskan
sasaran-sasaran baru yang dimungkinkan bagi sasaran yang belum
tercapai sebelumnya. Rata-rata sistem MBO membutuhkan waktu 2
tahun sesudah penerapannya untuk berjalan dengan efektif.
b. Pendekatan standar kinerja
Pendekatan ini mirip dengan MBO hanya saja pendekatan ini lebih banyak
menggunakan ukuran langsung, dengan penekanan pada pengujian
kinerja. Standar yang digunakan adalah indikator-indikator kinerja yang
diharapkan dan juga kinerja yang tidak biasanya dilakukan.
c. Pendekatan Indeks langsung
Pendekatan ini mengukur kinerja dengan kriteria impersonal obyektif,
seperti produktivitas, absensi dan keluar-masuknya karyawan. Ukuran-
ukuran itu juga dapat dipecah menjadi ukuran kuantitas yang dihasilkan
16
dalam suatu waktu tertentu.
2.6.4. Pendekatan berdasarkan perilaku. (Schuler&Jackson, 1996 : 209)
a. Kejadian Kritis (Critical incident)
Pendekatan dengan metode ini memerlukan kejelian dari penilai dalam
mengamati setiap perilaku orang yang dinilai. Penilai diharuskan untuk
mencatat apa yang akan dilakukan oleh orang tersebut apabila pada
suatu waktu terjadi suatu kejadian yang berbeda dengan yang biasa dia
alami. Penilai melihat respon dari orang yang dinilai, apakah orang
tersebut dapat tetap fokus dan mendukung sasaran yang telah ditetapkan
atau bahkan malah menghambat pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan.
b. Skala rating yang diberi bobot menurut perilaku (Behaviorally Anchored
rating scales/ BARS)
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode ini adalah
mengumpulkan data yang menggambarkan perilaku yang baik, rata-rata,
dan buruk untuk masing-masing kategori jabatan. Kejadian-kejadian ini
kemudian dikelompokkan menjadi dasar penilaian yang akan dilakukan.
Kemudian kejadian-kejadian tersebut diberi nilai sesuai dengan
kontribusinya pada kinerjanya.
c. Skala pengamatan perilaku (Behavioral Observation Scales)
Metode ini sangat mirip dengan BARS atau dengan Skala standar
campuran. Perbedaan ini adalah bahwa BOS menilai kinerja pelayanan
karyawan dengan cara megamati seberapa sering mereka melakukan
kejadian-kejadian kritis (critical incidents) serta frerkuensi kejadian-
kejadian tersebut. Nilai diperoleh tiap pelaku dengan memberi
angkakepada penilaian frekuensi secara keseluruhan.
17
2.7 Penentuan Dimensi dan Bobot Penilaian
BAB III
STUDI KASUS
18
3.1 Bentuk Form Penilaian Kinerja Bank BNI’46 Cabang UPI 1 Bandung
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
FORMULIR PENILAIAN KINERJA
(Pegawai Teller Bank BNI ’46)
Nama
Jabatan
Unit Kerja
No. Kriteria Penilaian
Konv
er
Bobo
t
Skor
Akhi
r Essay Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Doing job quickly
Result job is precisely
Explain resulted job quickly
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan
solusi pelayanan kepada para
nasabah (customer)
Kemampuan menampilkan sikap
ramah-tamah, sopan santun dan
senyuman kepada para nasabah
(customer).
Keadaan psikologis dan mental
15
10
5
5
10
10
10
15
10
19
10.
yang baik saat bekerja
Leadership in Group Activities 10
Jumlah 100
3.2 Hasil Perhitungan Waktu Kecepatan Pelayanan Beberapa Pegawai Teller Bank BNI
’46 Cabang UPI 1 Bandung
NASABAHTELLER 2 TELLER 3 TELLER 4
TOTALKecepatan Pelayanan (satuan menit)
1 1.666667 0.883333 2.8 5.35
2 1.966667 1.183333 1.466667
4.61
667
3 1.666667 2.6 2.733333 7.0
4 1.5 1.116667 1.983333 4.6
5 3.533333 4.483333 2.633333 10.65
6 1.283333 1.816667 3.766667 6.86667
7 1.016667 3.483333 2.1 6.6
8 1.316667 1.783333 4.316667 7.41667
9 0.583333 2.5 1.7 4.78333
10 1.783333 1.95 1.9 5.63333
TOTAL 16.316667 21.799999 25.4063.5167
RATA-RATA 1.6316667 2.1799999 2.54
RATA-RATA
TOTAL2.11722
Asumsi: Jenis pekerjaan adalah sama
Adapun standar penialain kriterianya adalah sebagai berikut:
20
Hasil rata-
rata
Nominal
Deviasi jauh di
atas rata-rata
Di atas
rata-rata
Rata-rata/ masih
di sekitar daerah
rata-rata
Di bawah
rata-rata
Deviasi
jauh di
bawah
rat-rata
Nilai 1 2 3 4 5
3.3 Hasil Penilaian Kinerja Teller Bank BNI ’46 Cabang UPI 1 Bandung
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
FORMULIR PENILAIAN KINERJA
(Pegawai Teller Bank BNI ’46)
Nama Ibu Tiane
21
Jabatan Teller Bank BNI
Unit Kerja Teller 2
No. Kriteria Penilaian
Konv
ersi
Bobo
t
Skor
Essay Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Doing job quickly
Result job is precisely
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan solusi
pelayanan kepada para nasabah
(customer)
Kemampuan menampilkan sikap ramah-
tamah, sopan santun dan senyuman
kepada para nasabah (customer)
Keadaan psikologis dan mental yang
baik saat bekerja
Leadership in Group Activities
4
4
4
4
4
4
4
5
4
15
10
10
10
10
10
15
10
10
60
40
40
40
40
40
60
50
40
Ibu Tiane ini
adalah seorang
pekerja cepat,
dan hasilnya
memuaskan
juga
bertanggung
jawab namun
meskipun
pesona
wajahnya
semangat tapi
kurang
berinisiatif
berkomunikasi
akrabisasi
Jumlah 100 410 410/5 = 82
Mengetahui, Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali
22
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
FORMULIR PENILAIAN KINERJA
(Pegawai Teller Bank BNI ’46)
Nama Ibu Lulu
Jabatan Teller Bank BNI
Unit Kerja Teller 3
No. Kriteria Penilaian
Konv
ersi
Bobo
t
Skor
Essay Evaluasi
23
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Doing job quickly
Result job is precisely
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan solusi
pelayanan kepada para nasabah
(customer)
Kemampuan menampilkan sikap ramah-
tamah, sopan santun dan senyuman
kepada para nasabah (customer).
Keadaan psikologis dan mental yang
baik saat bekerja
Leadership in Group Activities
3
3
3
4
3
5
5
3
3
15
10
10
10
10
10
15
10
10
45
30
30
40
30
50
75
30
30
Ibu Lulu adalah
seorang yang
pandai
berinisiatif
berkomunikasi
akrabisasi
dengan
nasabah,
bekerja cukup
cepat serta
bertanggung
jawab namun
psikologisnya
terlihat kurang
berdaya meski
ia semangat
tersenyum
Jumlah 100 360 360/5 = 72
Mengetahui, Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali
24
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
FORMULIR PENILAIAN KINERJA
(Pegawai Teller Bank BNI ’46)
Nama Tidak tercantum
Jabatan Teller Bank BNI
Unit Kerja Teller 4
No. Kriteria Penilaian
Konv
ersi
Bobo
t
Skor
Essay Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Doing job quickly
Result job is precisely
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan solusi
pelayanan kepada para nasabah
(customer)
Kemampuan menampilkan sikap ramah-
tamah, sopan santun dan senyuman
1
1
1
3
2
3
3
15
10
10
10
10
10
15
15
10
10
30
20
30
45
Teller yang ke
tiga ini, terlihat
biasa saja,
sedikit lambat
dalam bekerja,
kurang
antusias dalam
penyambutan
nasabah
sehingga
25
8.
9.
kepada para nasabah (customer).
Keadaan psikologis dan mental yang
baik saat bekerja
Leadership in Group Activities
4
2
10
10
40
20
jarang
memberikan
senyuman
penuh meski
dia terlihat
berusaha
untuk
bertanggung
jawab
Jumlah 100 220 220/5 = 44
Mengetahui, Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali
3.4 Standar Pengukuran Penilaian Kinerja Akhir
Outstanding Good Satisfactory Fair Unsatisfactory
(80-100) (60-70) (40-50) (20-30) (0-10)
Dari proses perhitungan daripada penilaian kinerja beberapa pegawai teller di
Bank BNI 1 cabang UPI 1 Bandung adalah sebagai berikut:
Nama Teller Total NilaiKriteria Nilai
KinerjaKeterangan
26
Ibu Tiane/Teller 2 82 Outstanding Hasil Istimewa
Ibu Lulu/Teller 3 72 GoodSangat
memuaskan
Nama tak tercantum/Teller 4 44 Satisfactory Memuaskan
Hasil rata komulatif kinerja teller 66 GoodSangat
memuaskan
3.5 Matrik Pembuktian Teller yang Terbaik dengan Metode Multiple Person Methods
Terbukti, teller 2 adalah
lebih baik dibandingkan
dengan teller yang lain, ia
mampu memberikan
kontribusi lebih untuk
kinerja tim.
3.6 Hasil Dari Penelitian Penilaian Kinerja Bank BNI’46 Cabang UPI Bandung
Dari hasil penilaian kinerja seorang pegawai teller di Bank BNI ’46 cabang UPI 1
Bandung dapat disimpulkan bahwa kinerja yang terbaik dari beberapa seorang pegawai
teller di Bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung adalah saudara Ibu Tiane (Teller 2),
berpotensi untuk menjadi pemimpin dalam kinerja tim karena ia memiliki kontribusi
cukup besar untuk hasil kinerja timnya. Kemudian saudara Ibu Lulu sebagai Teller 3,
adalah tipe seorang pegawai yang penuh inisiatif, mampu menjalin hubungan
27
Penilaian
keunggulan
antar teller
Teller 2 Teller 3 Teller 4
82 72 44
Teller 2 82
Teller 3 72
Teller 4 44
2
22
2
2
3
3
kekeluargaan dengan nasabah tetapi terlihat psikologisnya kurang terlalu semangat,
meski senyuman penuh, berusaha selalu ia tunjukkan kepada nasabah. Sedangkan
saudara Teller 4 yang tidak tercantumkan namanya, kinerjanya cukup baik dan
memuaskan akan tetapi terlihat dia tipe pegawai yang kurang ikhlas/antusias dalam
melakukan pelayanan kepada nasabah sehingga dalam bekerja dia biasa-biasa saja, tidak
menunjukkan sesuatu yang menonjol untuk diberikan kepada nasabah yang begitu
berharga untuk kemajuan perusahaan perbankan. Namun pada umumnya, kinerja
pegawai teller Bank BNI ’46 cabang UPI 1 Bandung adalah sangat memuaskan.
BAB 4
Pembahasan
28
4.1 Gambaran Umum Performance Appraisal Teller di Bank BNI’46 Cabang UPI
Bandung
DEPARTEMEN HRD
(Human Research and Development)
BANK BNI ’46 CABANG UPI 1 BANDUNG
FORMULIR PENILAIAN KINERJA
(Pegawai Teller Bank BNI ’46)
Nama Ibu Tiane
Jabatan Teller Bank BNI
Unit Kerja Teller 2
No. Kriteria Penilaian
Konv
ersi
Bobo
t
Skor
Essay Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Doing job quickly
Result job is precisely
Easy to walk to
Responsibility of job
Hard worker
Kemampuan antusias memberikan solusi
pelayanan kepada para nasabah
(customer)
Kemampuan menampilkan sikap ramah-
tamah, sopan santun dan senyuman
kepada para nasabah (customer)
Keadaan psikologis dan mental yang
baik saat bekerja
Leadership in Group Activities
4
4
4
4
4
4
4
5
4
15
10
10
10
10
10
15
10
10
60
40
40
40
40
40
60
50
40
Ibu Tiane ini
adalah seorang
pekerja cepat,
dan hasilnya
memuaskan
juga
bertanggung
jawab namun
meskipun
pesona
wajahnya
semangat tapi
kurang
berinisiatif
berkomunikasi
29
akrabisasi
Jumlah 100 410 410/5 = 82
Mengetahui, Penilai,
Direktu Utama: Manajer SDM:
Ibu Roffi Roffaida SP, MSi. Syukron Ali
4.2 Aspek-Aspek Yang Berkenaan Dengan Performance Appraisal Teller Bank BNI’46
Cabang UPI Bandung
Penilai dalam hal ini memilih melakukan penilai terhadap kinerja dari beberapa
teller yang bekerja di suatu bank. Penilai menetapkan kriteria penilaian yang dianggap
penting dan efektif dibutuhkan bagi seorang teller adalah sebagai berikut:
1. Doing job quickly
Adalah kriteria penilaian terhadap kecepatan pelayanan seorang teller dalam
melakukan pelayanan kepada nasabah. Sistematika penilaian kecepatan
pelayanan ini diukur dengan satuan waktu. Penetapan kecepatan waktu yang
dicapai oleh seorang teller adalah selisih antara awal waktu melakukan
pelayanan dan akhir waktu melakukan pelayanan. Waktu yang bisa diraih dari
masing-masing teller akan dijumlahkan suluruhnya dan dihitung rata-ratanya.
Kemudian rata-rata waktu yang dicapai dari masing-masing individu akan
diperbandingkan dengan individu lain dan dengan rata-rata keseluruhan.
Selanjutnya, karena kriteria kecepatan pelayanan ini dipandang suatu hal yang
sangat penting dari seorang pegawai teller maka penilai menetapkan bobot 15.
Kemudian hasil total penilaian kriteria kecepatan pelayanan ini adalah dengan
mengalikan nilai kriteria dan nilai bobot yang ditetapkan.
2. Result job is precisely
30
Penetapan kriteria yang kedua ini yaitu mengukur hasil ketelitian, ketepatan, dan
kebenaran dalam melakukan pelayanan. Metode penilaian pada kriteria yang
kedua ini, menurut penilai, adalah dapat dilihat dari kecepatan waktu pelayanan
yang bisa dicapai oleh seorang teller dan mungkin cukup representatif untuk hal
ini.
3. Easy to walk to
Kriteria ini menggambarkan kemudahan seorang teller dalam melakukan
pelayanan di mana hasil kecepatan waktu pelayanan yang dicapai oleh seorang
teller adalah cukup representatif juga untuk menilai dan mengukur kriteria ini.
4. Responsibility of job
Responsibility of job adalah kriteria untuk mengukur seberapa besar rasa
tanggung jawab seorang teller dalam melaksanakan tuntutan pekerjaannya. Ada
banyak cara untuk mengetahui seberapa besar rasa tanggung jawab seorang
teller, namun penilai melihat ada yang bisa dimanfaatkan untuk mengukur
kriteria ini dengan cara mudah, yaitu dengan rata-rata hasil nilai kriteria yang
lebih ke pendekatan behavior, yaitu kemampuan memberikan solusi kepada
nasabah, sikap yang ditunjukkan kepada nasabah dan keadaan psikologis serta
mental yang ditunjukkan kepada nasabah. Hal ini Karena menurut penilai bahwa
pertanggungjwaban daripada suatu pekerjaan adalah apa-apa yang menjadi
tuntutan dan tugas daripada pekerjaan yang dijalankan. Oleh karena itu, unsur-
unsur kriteria terebut pada dasarnya merupakan bagian dari inti kualitas produk
jasa yang bentuknya intangible dan yang namanya menjaga ataupun
meningkatkan kualitas adalah suatu tuntutan, apa pun bentuk perusahaan itu.
Jika seorang teller mampu memberikan rasa kepuasan di benak hati sang
nasabah (customer), maka bisa dikatakan bahwa teller tersebut cukup
bertanggung jawab pada pekerjaannya, dan juga berlaku sebaliknya
5. Hard worker
Penetapam kriteria hard worker adalah untuk mengetahui apakah seorang teller
yang dinilai itu seorang pekerja keras atau tidak. Suatu hal yang khusus proses
31
penilaian kriteria ini adalah dengan menjumlahkan kemudian dibagi dua
daripada hasil nilai kriteria kecepatan pelayanan dengan nilai kriteria
responsibility of job seorang teller. Penetapan metode khusus penilaian kriteria
hard worker ini dilakukan karena menurut cara pandang subyektif penilai
menganggap bahwa untuk mengetahui seorang itu pekerja keras atau tidak
adalah dengan melihat kecepatan ia dalam bekerja dan besarnya rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaannya.
6. Kemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para nasabah
(customer)
Penilaian kriteria yang ketujuh ini lebih ke pendekatan behavior daripada teller
yang akan dinilai. Unsur behavior yang terpenting dari seorang teller yang akan
dinilai dalam penilaian kriteria ini adalah bagaimana seorang teller melakukan
penyambutan terhadap seorang nasabah (customer) yang akan dilayani.
7. Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan-santun dan senyuman
kepada para nasabah (customer).
Sama seperti halnya kriteria ketujuh, metode penilaian kriteria kedelapan juga
lebih kepada pendekatan bahavior daripada seorang teller yang akan dinilai.
Unsur behavior yang terpenting dari seorang teller yang akan dinilai dalam
penilaian kriteria ini adalah bagaimana ia melakukan sikap keramah-
tamahannya, kesopan-santunannya, dan senyuman yang ia selalu tunjukkan
kepada nasabah (customer) selama interaksi berlangsung.
Selanjutnya, karena kriteria kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah,
sopan santun dan senyuman kepada para nasabah (customer) ini dipandang
suatu hal yang sangat penting dari seorang pegawai teller bank dan juga
merupakan salah satu unsur bagian inti daripada kualitas produk jasa –jasa
perbankan– yang perlu diperhatikan karena bentuknya intangible, maka penilai
menetapkan bobot yang cukup tinggi dibandingkan kriteria yang lain yaitu
dengan bobot 15.
8. Keadaan psikologis dan mental yang baik saat bekerja
32
Panilaian kriteri ini lebih kepada pendekatan phsycis dan mental seorang teller
dalam melakukan pekerjaannya.
9. Leadership in Group Activities
Khusus untuk penilaian kriteria yang kesepuluh ini, menurut cara pandang
subjektif penilai bahwa penilaian leadership adalah penilaian tentang suatu hal
kepemimpinan seseorang yang menggambarkan bagaimana sikap dan metode
kerja yang dilakukan daripada seorang pegawai dalam dalam hal ini seorang
teller, mampu melaksanakan semua tugas, tanggung jawab serta apa-apa yang
‘memuaskan.
4.3 Syarat-syarat Penilaian Kinerja Yang Efektif
Relevance
Ada kaitan yang jelas antara standard performance dari suatu tugas dan tujuan
organisasi serta antara elemen tugas dan dimensi-dimensi yang dinilai dalam
lembar penilaian, yaitu melayani nasabah dengan mengacu kepada aspek Doing
job quickly, Kemampuan antusias memberikan solusi pelayanan kepada para
nasabah (customer), dan Kemampuan menampilkan sikap ramah-tamah, sopan-
santun dan senyuman kepada para nasabah (customer).
Sensitivity
System penilaian yang digunakan dapat membedakan antara pegawai yang efektif dan
tidak efektif yaitu mealui aspek Hard worker, Responsibility of job, dan perusahaan pun
memiliki standar penilaian sendiri untuk menilai pegaiwannya.
Realibility
33
Hasil penilaian yang diperoleh menunjukkan konsistensi yang tinggi melalui aspek Hard
worker dan Leadership in Group Activities.
Acceptability
Jenis dan tingkat perilaku kerja yang dinilai dapat diterima oleh kedua belah pihak
(atasan dan bawahan) seperti ang tercantm di form penilaian kinerja.
Practicality
Alat ukur yang dipakai mudah dimengerti dan digunakan oleh manajer maupun pegawai
melalui bentuk form penilaian kinerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
34