Upload
gideon-dion-maa
View
18
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perhitungan pelat pada mezzanine
Citation preview
1
Pendahuluan
Pelat merupakan komponen struktur, dimana beban yang bekerja tegak lurus
pada bidang struktur tersebut. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban mati dan beban hidup, dan dalam perhitungannya
lebar pelat dianggap satu meter. Pelat juga merupakan struktur tipis dengan bidang
yang arahnya hizontal, sehingga pelat berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku
horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Setiap konstruksi bangunan yang akan dibangun, harus direncanakan sebaik
mungkin, untuk menghindari keruntuhan dari struktur tersebut. Dan salah satu
komponen struktur yang juga penting yaitu pelat.
Dalam proyek pembangunan gedung Indogrosir Manado, direncanakan
menggunakan struktur pelat dengan menggunakan tulangan wiremesh M10 dan
dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai kekuatan dari penggunaan pelat
wiremesh. Dan pelat wiremesh yang akan digunakan tidak boleh berkarat, karena
dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dari pelat tersebut. Dan jika kekuatan
dari pelat tidak sesuai, maka dapat menyebabkan keruntuhan.
1. Struktur Beton
Struktur beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidruulik
yang lain, agregati halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membentuk massa padat. (SNI 03 – 2847 – 2002, Pasal 3.12).
2. Strktur Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut
bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. (SNI 03 – 2847 – 2002, Pasal 3.13).
Sifat utama dari baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun
beban tekan. Maka sedapat mungkin dihindari penggunaan baja tulangan untuk
memikul beban tekan.
2
Dari sifat utama tersebut dapat dilihat bahwa tiap-tiap bahan mempunyai
kelebihan dan kekurangan, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan)
dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru yang
disebut beton bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai dengan sifat
bahan penyusunannya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan.
Beban tari pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan
cukup ditahan oleh beton.
3. Pelat
Pada prinsipnya, sistem penulangan pelat dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah dan perencanaan pelat
dengan tulangan pokok dua arah (Asroni, 2001). Pelat beton bertulang banyak
digunakan pada bangunan teknik sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari
suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai dermaga. Beban yang bekerja pada
pelat biasanya hanya diperhitungkan terhadap beban gravitasi, yaitu berupa beban
mati dan beban hidup saja, yang mengakibatkan terjadi momen lentur. Oleh karena
itu pelat juga direncanakan terhadap beban lentur (seperti pada balok). Bahan
penyusun beton yaitu semen, pasir, kerikil dan air. Campuran semen dan air akan
membentuk pasta semen, yang berfungsi sebagai bahan ikat. Sedangkan pasir dan
kerikil merupakan bahan agregat yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan sekaligus
sebagai bahan yang diikat oleh pasta semen.
Pelat juga dimaksudkan dengan pelat beton bertulang, yaitu struktur tipis
yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang beerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat
inirelatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar
bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga
pada bangunan gedung, pelat ini berfunsi sebagai unsur pengaku horizontal yang
sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban
mati dan beban hidup. Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur. Oleh
karena itu pelat juga direncanakan terhadap beban lentur.
3
4. Tumpuan Pelat
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perluh dipertimbangkan
tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung
ditempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan
besar momen lentur yang terjadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok
secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor secara bersama-sama sehingga menjadi
satu kesatuan, seperti disajikan pada gambar 3.1(a), atau ditumpu oleh dinding-
dinding bangunan seperti pada gambar 3.1(b). kemungkinan lainnya, yaitu pelat
didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit seperti pada gambar 3.1(c),
atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, seperti pada gambar 3.1(d).
Gambar 3.1 Penumpu Pelat
5. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok)
menjadi salah satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan palat pada
balok, yaitu sebagai berikut :
4
1. Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakan begitu saja di atas balok, atau
antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat
berotasi bebas pada tumpuan tersebut (lihat gambar 3.2(a)). pelat yang
ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.
2. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup
kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat gambar 3.2(b)).
3. Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, danukuran balok cukup besar, sehinnga mampu untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat (lihat gambar 3.2(c)).
Gambar 3.2 Jenis Perletakan Pelat Pada Balok
6. Sistem Penulangan Pelat
Sistem perencanaan tulangan pelat pada dasarnya dibagi menjadi dua macam, yaitu
sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah dan sistem perencanaan
pelat dengan tulangan pokok dua arah.
1) Penulangan Pelat Satu Arah
Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton
lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu
arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever dan pelat yang
ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar.
5
Karena momen lentur hanya bekerja pada satu arah saja, yaitu searah
bentang, maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang
tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok tidak berubah dari
tempat semula, maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak
lurus tulangan pokok. Tulngan tambahan ini sering disebut tulangan bagi.
Kedudukan tulangan pokok dantulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,
tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan
bagi dipasang dibagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok. Tepat
pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat.
Fungsi tulangan bagi selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga
sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu
pada beton.
2) Penulangan Pelat Dua Arah
Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh
pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh empat sisi yang saling sejajar.
Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang lx dan
bentang ly maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak
lurus, sehingga tidak perlu tulangan bagi. Tetapi pada pelat didaerah tumpuan
hanya bekerja momen lentur satu arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan
ini tetap dipasang tulangan pokok dan tulangan bagi. Bentang ly selalu dipilih
≥ lx , tetapi momennya Mly selalu ≤ Mlx.
7. Perencanaan Tulangan Pelat
Pertimbangan Dalam Perhitungan Tulangan
Pada perencanaan pelat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa
persyaratan / ketentuan sebagai berikut :
1. Pada perhitungan pelat, lebar pelat diambil 1m (b=1000mm)
2. Panjang bentang (λ)
a. Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung (lihat gambar
3.3(a)):
λ = λn + h dan λ ≤ λas-as
b. Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung (lihat gambar 3.3(b)):
6
Jika λn ≤ 3m, maka λ = λn
Jika λn > 3m, maka λ = λn + 2.50mm
Gambar 3.3 Penentuan Panjang Bentang
3. Tebal minimum pelat (h)
a. Untuk pelat satu arah, tebal mnimal pelat dapat dilihat pada tabel 3.1
b. Untuk pelat dua arah, tebal minimal pelat bergantung pada
α m=α rata−rata . αadalah rasio kekakuan lentur penampang balok
terhadap kekakuan lentur pelat dengan rumus sebagai berikut :
a=Ecb /I b
E cp/ I p
1. Jika am < 0,2 maka h ≥ 120mm
2. Jika 0,2 ≤ am ≤ 2 maka h=λn(0,8+ fy
1500 )36+5. β .(am−0,2)
dan ≥120mm
3. Jika am > 2 maka h=
λn(0,8− fy1500 )
36−9. β . dan ≥90mm
4. Tebal pelat tidak boleh kurang dari ketentuan tabel 3.1 yang bergantung
pada tegangan tulangan fy. Nilai fy pada tabel dapat diinterpolasi.
7
Tabel 3.1 Tabel Minimal Pelat Tanpa Balok Intertor
Tegangan
Leleh fy
(Mpa)
Tanpa Penebalan Dengan Penebslan
Panel Luar Panel
Dalam
Panel Luar Panel
Dalam
Tanpa
Balok
Pinggir
Dengan
Balok
Pinggir
Tanpa
Balok
Pinggir
Dengan
Balok
Pinggir
300 Λn∫33 Λn∫36 Λn∫36 Λn∫36 Λn∫40 Λn∫40
400 Λn∫30 Λn∫33 Λn∫33 Λn∫33 Λn∫36 Λn∫36
500 Λn∫28 Λn∫31 Λn∫31 Λn∫31 Λn∫34 Λn∫34
4. Tebal selimut beton minimal untuk batang tulangan D≤36, tebal selimut
beton ≥ 20mm. Untuk batang tulangan D44 – D56, tebal selimut beton ≥
40mm.
5. Jarak bersih antar tulangan s ≥ D dan s ≥ 25mm
6. Jarak maksimal tulangan (as ke as)
Tulangan Pokok :
Pelat 1 arah : s ≤ 3.h dan s ≤ 450mm
Pelat 2 arah : s ≤ 2.h dan s ≤ 450mm
Tulangan Bagi :
S ≤ 5.h dan s ≤ 450 mm
7. Luas tulangan minimal pelat
a. Tulangan pokok
Fc’ ≤ 31,36Mpa, As ≥ (1,4/fy).b.d dan
Fc’ > 31,36Mpa, As ≥ √ fc '4. fy
. b . d
b. Tulangan bagi/tulangan susut
Untuk fy ≤ 300 Mpa, maka Asb ≥ 0,002.b.h
Untuk fy = 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h
Untuk fy ≥ 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h.(400/fy)
Tetapi Asb ≥ 0,0014.b.h
8
8. Skema Hitungan Pelat
Untuk mempermudah dalam perhitungan penulangan pelat, berikut ini
dijelaskan tentang rumus-rumus sebagai dasar perencanaan. Skema hitungan tersebut
yaitu:
tidak
ya
Data : Dimensi Pelat (h,d,ds), mutu bahan (fc’,fy), dan beban
K= Mu∅ .b . d2 atau=
M n
b . d2 denganb=1000
Kmaks=382,5.β 1. f c' .¿¿
K ≤ Kmaks
a=(1−√1− 2. k0,85. fc ' ) . d
Dipilih Luas tulangan pokok dengan memilih yang besar dari Asu berikut:
1. Asu=0,85. f c ' . a . bfy
2. Jika fc’ ≤ 31,36Mpa, As ≥ (1,4/fy).b.d
Fc’ > 31,36Mpa, As ≥ √ fc '4. fy
. b .d
Ukuran Pelat diperbesar
Dihitung Luas tulangan bagu Asbu dememilih yang besar:
1. Asbu = 20%.Asu2. fy ≤ 300 Mpa, maka Asb ≥ 0,002.b.h
fy = 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h
fy ≥ 400 Mpa, maka Asb ≥ 0,0018.b.h.
(400/fy)
3. Tetapi Asb ≥ 0,0014.b.h
Dihitung jarak tulangan s :
s≤
14
. π . D2
Asbu atau S ≤ 5.h
Dihitung Jarak Tulangan s :
s≤
14
. π . D2
Asu;s ≤ 450mm
S ≤ 2.h
Selesai
9
Gambar 3.4 Skema Hitungan Tulangan Pelat
9. Beban Yang Bekerja Pada Pelat
Beban Mati
Beban mati merupakan semua berat sendiri gedung dan segala unsur tambahan
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut. Sesuai SNI
1727:2013, yang termasuk beban mati adalah seperti dinding, lantai, atap, plafon,
tangga dan finishing.
Beban Hidup
Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal
dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisakan oleh gedung dan dapat di ganti selama
masah hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam
pembebanan lantai dan atap tersebut.Menurut (Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk Gedung, 1983).
10. Penulangan
Penulangan adalah pekerjaan pada pembuatan struktur beton bertulang. Beton
bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama sama dalam
menahan beban.
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan
gaya tarik, Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun struktur
lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan longitudinal
(tulangan memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang mengalami tegangan
tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang menahan momen lentur besar
(umumnya di daerah lapangan/tengah bentang, atau di atas tumpuan), sehingga
sering mengakibatkan terjadinya retakan beton akibat tegangan lentur tersebut.
10
Penulangan bisa diartikan sebagai metode pemasangan tulangan pada pelat
atau pekerjaan pembesian yang dilakukan dimana setela pekerjaan selesai akan di
letakan dalam bekisting untuk pelaksanaan pembuatan beton bertulang pada balok,
kolom, serta pondasi telapak dan pondasi tiang.
11
TUGAS KHUSUS
Data Perencanaan Proyek
Dalam perencanaan pelat beton bertulang pada lantai mezzanine Gedung
Indogrosir Manado, Spesifikasi yang diketahui adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Mutu Beton = 249.00 = 24.90
Mutu Baja = 400
Diameter Tulangan = 10
Ly = 6m
Lx = 2m
Perhitungan Pembebanan (PPIUG 1983)
Beban Mati
Beban Sendiri = 0,8 x 2400 = 1920 Kg/m²
Rangka + Plafon = 11 + 8 = 19 Kg/m²
Spesi = 2 x 21 = 42 Kg/m²
Instalasi Listrik = 40 = 40 Kg/m²
Beban Hidup Diambil 250 Kg/m2
Jadi, kuat perlu yang dibutuhkan adalah :
Kuat perlu = 1,2 qd + 1,6 ql
= 2825.2 Kg/m²
= 28.252 KN/m²
1. Perhitungan Tulangan Pelat Beton Bertulang
Berdasarkan Bentuk Pelat, gedung kantor terbagi atas 4 bentuk pelat yang
berbeda yaitu sebagai berikut :
a) Pelat Bentuk A
12
MOMEN PERLU
Berdasarkan Tabel PBI 1971 diperoleh :
Clx = 63 Ctx = 125
Cly = 13 Cty = 79
Mlx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 7.12 KNm
Mly = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 1.47 KNm
Mtx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 14.13 KNm
Mty = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 8.93 KNm
PENULANGAN PADA BENTANG Lx
Tulangan Lapangan = Mlx = 7.12
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.93
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 4.26mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 225.47 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s =220 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 356.818 > Asu……..OK
Tulangan Tumpuan = Mtx = 14.13
K = Mu/Ø.b.d2
= 1.84
13
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 8.66 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 458.22 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 150 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 523.333 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
PENULANGAN PADA BENTANG Ly
Tulangan Lapangan = Mly = 1.47
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.24
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 4.26mm
14
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 51.12 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s =240 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 327.083 > Asu……..OK
Tulangan Tumpuan = Mty = 8.93
K = Mu/Ø.b.d2
= 1.454
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 6.05 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 320.32 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 150 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 523.333 > Asu….. OK
15
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
Jadi Dipakai Tulangan :
Lx : As = D10 – 220 = 523.333 mm²
Asb = D10 – 300 = 261.667 mm²
Ly : As = D10 – 240 = 523.333 mm²
= D10 – 300 = 261.667 mm²
b) Pelat Bentuk B
MOMEN PERLU
Berdasarkan Tabel PBI 1971 diperoleh :
Clx = 42 Ctx = 83
Cly = 8 Cty = 57
Mlx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 1.45 KNm
Mly = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 0.28 KNm
Mtx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 2.87 KNm
Mty = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 1.97 KNm
PENULANGAN PADA BENTANG Lx
Tulangan Lapangan = Mlx = 7.45
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.19
16
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 0.85 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 45.23 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s =230 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 341.304 > Asu……..OK
Tulangan Tumpuan = Mtx = 2.87
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.37
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 1.70 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 89.77 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 150 mm
17
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 523.333 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
PENULANGAN PADA BENTANG Ly
Tulangan Lapangan = Mly = 0.28
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.05
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 4.18 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 9.59 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 297.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 240 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 327.083 > Asu……..OK
18
Tulangan Tumpuan = Mty = 1.97
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.321
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 1.30 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 68.82 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 150 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 523.333 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
Jadi Dipakai Tulangan :
Lx : As = D10 – 220 = 523.333 mm²
Asb = D10 – 300 = 261.667 mm²
19
Ly : As = D10 – 240 = 523.333 mm²
= D10 – 300 = 261.667 mm²
c) Pelat Bentuk C
MOMEN PERLU
Berdasarkan Tabel PBI 1971 diperoleh :
Clx = 63 Ctx = 125
Cly = 13 Cty = 79
Mlx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 4.91 KNm
Mly = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 1.01 KNm
Mtx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 9.74 KNm
Mty = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 6.15 KNm
PENULANGAN PADA BENTANG Lx
Tulangan Lapangan = Mlx = 4.91
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.64
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 2.92 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 154.32 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s =220 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 356.818 > Asu……..OK
20
Tulangan Tumpuan = Mtx = 9.74
K = Mu/Ø.b.d2
= 1.27
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 5.88 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 311.11 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 220 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 356.818 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
PENULANGAN PADA BENTANG Ly
Tulangan Lapangan = Mly = 1.01
K = Mu/Ø.b.d2
21
= 0.16
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 0.66 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 35.18 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 297.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 240 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 327.083 > Asu……..OK
Tulangan Tumpuan = Mty = 6.15
K = Mu/Ø.b.d2
= 1.002
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 4.12 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 218.25 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 240 mm
22
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 327.083 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
Jadi Dipakai Tulangan :
Lx : As = D10 – 220 = 523.333 mm²
Asb = D10 – 300 = 261.667 mm²
Ly : As = D10 – 240 = 523.333 mm²
= D10 – 300 = 261.667 mm²
d) Pelat Bentuk D
MOMEN PERLU
Berdasarkan Tabel PBI 1971 diperoleh :
Clx = 42 Ctx = 83
Cly = 8 Cty = 57
Mlx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 3.27 KNm
Mly = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 0.62 KNm
Mtx = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 6.47 KNm
Mty = 0,001 x Clx x qu x Lx2 = 4.44 KNm
PENULANGAN PADA BENTANG Lx
Tulangan Lapangan = Mlx = 4.91
23
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.43
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 1.93 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 102.34 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 220 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 356.818 > Asu……..OK
Tulangan Tumpuan = Mtx = 6.47
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.84
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 3.86 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 204.34 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 332.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 236.090 mm
24
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 220 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 356.818 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5.h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
PENULANGAN PADA BENTANG Ly
Tulangan Lapangan = Mly = 0.62
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.10
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 0.41 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 21.62 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 297.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 240 mm
25
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 327.083 > Asu……..OK
Tulangan Tumpuan = Mty = 4.44
K = Mu/Ø.b.d2
= 0.723
a = (1-√(1-(2.K)/(0,85.fc'))).d
= 2.96 mm
Tulangan Pokok
As = (0,85 x fc' x a x b)/fy
= 156.37 mm²
Asu = (1,4/fy)x b x d
= 297.5 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu = 332.5 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 263.866 mm
s = 240 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 240 mm
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 327.083 > Asu….. OK
Tulangan Bagi = Asb = 20% x Asu = 66.5 mm²
Asb = 0,002 x b x h = 240 mm²
Dipilih yang besar, jadi Asu.b = 240 mm²
Jarak Tulangan s = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/Asu
= 327.083 mm
s = 5 . h
= 600 mm
Dipilih yang kecil, jadi s = 300 mm
26
Luas tulangan = (0,25 x 3,14 x D^2 x b)/s
= 261.667 > Asu.b….. OK
Jadi Dipakai Tulangan :
Lx : As = D10 – 220 = 523.333 mm²
Asb = D10 – 300 = 261.667 mm²
Ly : As = D10 – 240 = 523.333 mm²
= D10 – 300 = 261.667 mm²
27
Gambar 1. Denah Panel Pelat
28
Gambar 2. Penulangan Pelat Lantai
29
Gambar 3. Denah Panel A
Gambar 4. Potongan Panel
30
KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pelat pada lantai mezzaninie proyek pembangunan
Gedung Indogrosir Manado, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari keempat bagian pelat yang ditinjau, didapat penulangan plat sebagai
berikut :
Tulangan pokok didapat D10 – 220
Tulangan bagi didapat D10 – 300
2. Penggunaan wiremesh dapat mempermudah proses pekerjaan.
3. Wiremesh D10-100 sudah dapat menahan beban yang diterima oleh plat.