perilaku siswa terisolir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengertian siswa terisolir dan cara mengatasinya

Citation preview

Apakah Anda Termasuk Siswa Terisolir A. Pengertian Siswa Terisolir dan Bentuknya Dalam kamus Bahasa Indonesia (1990:340), terisolir berasal dari kata Terisolasi yang berarti terasing atau terpencil. Dari arti kata tersebut dapat dikatakan bahwa siswa terisolir adalah siswa yang merasa terasing di kelas atau terpencil di dalam kelasnya. Hal ini juga berarti bahwa siswa tersebut ditolak atau tidak disenangi oleh teman lainnya. Menurut Wahlroos (2002:259) bahwa kesehatan emosional seseorang dapat diukur dari berapa banyak temannya. Pendapat tersebut berarti bahwa populer atau banyaknya teman berarti siswa tersebut memiliki kesehatan emosional yang baik, sedang siswa yang terisolir tentu kurang sehat emosionalnya. Selanjutnya Nadeak (1991:39) menyebutkan bahwa remaja yang merasa diterima di dalam kelompok tertentu merupakan peristiwa yang sangat bermakna. Pandangan ini sekali lagi sebagai indikator bahwa hakekatnya semua remaja atau siswa butuh teman. Siswa yang tidak memiliki teman berarti ada masalah atau problem tertentu yang sedang dialami siswa tersebut. B. Penyebab Siswa Terisolir Secara alamiah menurut Kartono (1986:251) gambaran pribadi manusia dewasa adalah produk campuran dari pengaruh luar (mis.edukasi) dan produk dari dalam (pembentukan pribadi siswa). Kedua faktor tersebut mengarahkan manusia muda untuk aktif berpartisipasi secara sosial berupa perilaku terhadap teman bergaul dan keaktifan bermasyarakat. Pendapat tersebut sebenarnya dapat disimpulkan bahwa manusia dewasa adalah orang yang diterima secara sosial oleh kawan bergaulnya atau manusia yang aktif bermasyarakat. Dengan demikian sebaliknya bahwa seseorang yang tidak dewasa akan merupakan dasar tidak adanya kawan bergaul ataupun tidak diterima dalam masyarakat. Pendapat yang dikemukakan diatas selanjutnya diperjelas oleh Santoso (1999:83) bahwa pada usia remaja SMP dan SMA individu mengalami proses sosialisasi dimana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan perasaan diterima di kelompoknya. Dari pandangan-pandangan tersebut kita dapat mengemukakan tentang beberapa kriteria manusia dewasa yaitu : 1) Manusia dewasa dapat diterima oleh kelompok dalam masyarakat; 2) Manusia dewasa dapat berpartisipasi secara aktif di masyarakat; dan 3) manusia dewasa mengalami proses sosialisasi. Dengan demikian dalam proses menuju kedewasaan, wajarlah bila seorang remaja berinteraksi dengan lingkungan, sosialisasi dengan teman sebaya, dan sebaliknya sangat tidak wajar bila seorang remaja tidak bersosialisasi ataupun terisolir dari teman juga masyarakat sekitarnya. Beberapa ahli menyatakan tentang penyebab seorang remaja terisolir dari lingkungannya. Salah satunya adalah pendapat dari Sobur (1985:77-78) yang mengemukakan bahwa ada dua penyebab siswa terisolir : 1) bila seorang anak menarik diri dari teman ataupun tidak punya teman, maka kemungkinan mengalami hambatan emosional; 2) Anak yang pemalu selalu menjauhkan diri dari kelompok anak lainnya sehingga diabaikan atau tidak disukai. Pendapat tersebut menyatakan secara tegas bahwa faktor penyebab siswa terisolir berasal dari dalam diri para remaja, yaitu adanya hambatan emosional atau adanya sifat pemalu anak. Selain pandangan di atas, Santrock (2003:225) menyebutkan bahwa anak dan remaja yang memiliki kesulitan dalam hubungan antar teman sebaya karena mereka kurang memiliki kognisi sosial yang tepat. Pendangan tersebut lebih mengarah pada pada adanya kesalahpahaman dalam diri anak akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman. Dalam hal ini tentu terdapat dua kemungkinan, bahwa pemahaman dapat disebabkan kurangnya informasi dari luar, ataupun pemahaman yang salah berdasarkan pandangan remaja tersebut. C. Perilaku Siswa Terisolir Woodworth (1991:21) mengemukakan bahwa terdapat empat jenis hubungan antar individu dengan lingkungan : 1) Individu bertentangan dengan lingkungan; 2) Individu memanfaatkan lingkungan; 3) Individu berpartisipasi aktif dengan lingkungan; dan 4) Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bila pendapat tersebut dikaitkan dengan siswa terisolir, maka jenis pertama bahwa individu bertentangan dengan lingkungan adalah salah satu dari bentuk yang dinampakkan oleh siswa yang terisolir dengan lingkungan sekitarnya dan dapat pula berarti bahwa ada sesuatu yang tidak disukai oleh individu tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut selanjutnya Santrock (2003:223) menyebutkan bahwa anak yang ditolak banyak yang lebih mengganggu dan agresif serta tidak disukai oleh teman sebanyanya. Bila kedua pendapat di atas dianalisa lebih lanjut, maka siswa terisolir ternyata merupakan dampak dari sifat-sifat negatif yang diperlihatkan oleh siswa sendiri mis. Suka mengganggu, agresif serta lainnya yang tentu tidak disukai oleh teman-temannya. Selain itu Adanya pandangan yang salah sehingga siswa merasa tidak disukai, menyebabkan mereka menghindar dari kelompoknya. Pandangan yang lain dikemukakan oleh Walgito (2004:88) yang menyebutkan bahwa anak yang terisolir akan mengganggu kemajuan dalam pelajarannya. Pendapat ini menunjukkan bahwa siswa terisolir akan mempengaruhi pula sikap belajar yang dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar.