76
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI

KECAMATAN CICENDO KOTA BANDUNG

RAFI RIZKI 10100106015

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA PADA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2010

Page 3: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

HUBUNGAN POLA ASUH GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI

KECAMATAN CICENDO KOTA BANDUNG

Oleh RAFI RIZKI 10100106015

SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh yang disebutkan di atas telah diperiksa dan direvisi, secara lengkap dan memuaskan

Bandung, Agustus 2010

Pembimbing I

Dr. Gilang Nurdjannah, dr., Dipl. Nutr. NIP: 130 354 276

Pembimbing II

Ismawati, dr. NIP: D.06.0.431

Page 4: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

Skripsi ini telah dipertahankan oleh penulis di dalam seminar yang diadakan

oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

pada Tanggal 3 September 2010

yang dihadiri oleh:

Ketua Sidang : Prof. Suganda Tanuwidjaja, dr., Sp.A(K)

Penguji I : Prof. Suganda Tanuwidjaja, dr., Sp.A(K)

Penguji II : Santun Bhekti Rahimah, dr., M.Kes.

Penguji III : Vini Nilasari, dr.

Page 5: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

MOTTO

Al-Quran Surat Al-Insyiroh ayat 5 dan 6:

6(إن مع العسر يسرا ) 5(فإن مع العسر يسرا ) “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Skripsi ini ditujukan untuk ayahanda Aunurrofik, ibunda Yani Iryani, adikku Yulia Syifa, nenekku

Animah, kakekku Sarko, dan Emak Arsih yang telah menjadi inspirasi bagi Penulis

Page 6: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

iv

ABSTRAK

Salah satu masalah kesehatan dan sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Pola asuh gizi mempengaruhi status gizi. Balita termasuk ke dalam kelompok rentan gizi. Kecamatan Cicendo merupakan kecamatan rawan gizi. Oleh karena itu permasalahan yang diteliti adalah apakah status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki ada hubungannya dengan pola asuh gizi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki.

Populasi penelitian ini adalah balita usia 6–24 bulan beserta ibunya yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki. Sampel berjumlah 77 pasang balita beserta ibunya yang dipilih secara consecutive sampling didapat dari 6 Posyandu binaan Puskesmas Pasirkaliki. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh gizi sebagai variabel bebas dan status gizi pada anak balita sebagai variabel terikat. Pola asuh gizi diukur melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner sedangkan status gizi ditentukan dengan menggunakan standar baku WHO-NCHS dengan indeks antropometri BB/U. Metode penelitian menggunakan metode cross-sectional. Analisis data menggunakan analisis statistik korelasi rank Spearman.

Berdasarkan hasil penelitian status gizi baik balita usia 6-24 bulan adalah sebesar 85,7%, pola asuh gizi baik sebesar 81,8%. Terdapat hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan yang signifikan dan positif (Pvalue = 0.000; value = 0,884). Kata Kunci: Pola Asuh Gizi, Status Gizi

Page 7: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

v

ABSTRACT

One of health and social problem in Indonesia is low of nutritional status. Take care pattern of nutrition affect nutritional status. Children under five year is vulnerable to nutrition. Cicendo is one of malnutrition district in Bandung. That is why the problem in this reseach was there any association nutritional status of children 6-24 months old at the work area of Pasirkaliki Public Health Center with take care pattern of nutrition. The aim of this study was to know the association of take care pattern of nutrition with nutrition status of children 6-24 months old at the work area of Pasirkaliki Public Health Center

The population of this study were children 6-24 months old and their mother that life at the work area of Pasirkaliki Public Health Center. The sample were consist of 77 children and their mother that was choosen in concecutive sampling from 6 Posyandu in Pasirkaliki. The variables that studied in this study were take care pattern of nutrition as independent variable and nutritional status at children as dependent variable. Take care pattern of nutrition was measured by interview that use questionnaire. Nutritional status was determined by WHO-NCHS weight for age standard. The methode of this study is cross-sectional. The data analysis was using the statistical correlation of rank-Spearman.

Based on the study result, nutritional status of children 6-24 months old at work area of Pasirkaliki Public Health Center 85,7% was in good nutrition, 81,8% was in good on practical of take care pattern. There was significan and positive correlation (Pvalue = 0.000; value = 0,884) between take care of pattern nutritional and nutritional status of children 6-24 months old. Key word: Take Care Pattern of Nutrition, Nutritional Status.

Page 8: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala nikmat dan rahmat serta petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status

Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kecamatan

Cicendo Kota Bandung”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi

persyaratan program studi mencapai gelar sarjana kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

� Prof. Dr. Herri S. Sastramihardja, dr., Sp.FK(K), selaku dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung.

� Dr. Gilang Nurdjannah, dr., Dipl. Nutr dan Ismawati, dr., sebagai

pembimbing I dan pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini yang telah

meluangkan waktu, memberikan begitu banyak perhatian, bimbingan, doa,

bantuan, petunjuk, saran, dukungan selama penyusunan skripsi ini.

� Vini Nilasari, dr., selaku dosen wali, atas kata-kata bijaksananya yang telah

membimbing dan mengarahkan penyusun dalam menempuh studi selama 4

tahun ini.

Page 9: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

vii

� Ibu Ratna, Pak Ali, dan staf Puskesmas Pasirkaliki lainnya beserta ibu kader.

� Teti Sofia Yanti, Dra., M.Si. yang telah banyak membantu dalam pengerjaan

penelitian ini.

� Para responden yang telah bersedia untuk ikut berpartisipasi.

� Ibunda Yani Iryani, ayahanda Aunurrofik, adikku Yulia Syifa, kakekku

Sarko, nenekku Animah, Emakku Arsih, dan segenap keluarga yang tak

henti-hentinya mencurahkan segala perhatian, doa, dan dukungan.

� Teman-teman terbaikku: Asyifaa Purnamiwulan, Ratih Dewi Triani, Astetin

Eka Pranavita, Sri Wahyuni, Asep Munawir Sidik, Mustari Nurshifa, Nita

Puspitasari, Dety Nur Rachmawati, dan Imas Vivih Faradillah.

� Teman-teman penghunni kosan 17B atas.

� Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 yang selalu saling menyemangati

dalam melewati studi di FK yang terasa begitu berat dan juga angkatan lain

yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih karena telah

membuat 4 tahun di FK ini begitu menyenangkan dan sangat berarti.

� Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga segala budi baik bapak/ibu/rekan semua dibalas oleh-Nya dengan yang

lebih baik. Amin. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu Kedokteran khususnya

dan pembaca umumnya.

Bandung, Agustus 2010

Page 10: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... iv ABSTRACT ...................................................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 4 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 5

1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................. 6 2.1. Kajian Pustaka ......................................................................................... 6

2.1.1 Zat Gizi ........................................................................................... 6 2.1.2 Pola Asuh Gizi ................................................................................ 7

2.1.2.1 Praktek Penyusuan .............................................................. 8 2.1.2.2 Pemberian MP-ASI ............................................................. 14 2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Gizi ........... 17

2.1.3 Status Gizi ....................................................................................... 18 2.1.3.1 Pengertian Status Gizi ......................................................... 18 2.1.3.2 Penilaian Status Gizi ........................................................... 19 2.1.3.3 Klasifikasi Status Gizi ........................................................ 21 2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita ........ 22

2.1.4 Masalah Gizi ................................................................................... 24 2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 28 3.1. Bahan/Subjek Penelitian .......................................................................... 28

3.1.1 Subjek Penelitian ............................................................................ 28 3.1.2 Alat Ukur Penelitian ....................................................................... 29

3.2. Metode Penelitian .................................................................................... 30 3.2.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 30 3.2.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel .................................... 30

3.2.2.1 Variabel .............................................................................. 30

Page 11: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

ix

3.2.2.2 Definisi Operasional ........................................................... 30 3.2.3 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data .................................... 31 3.2.4 Analisis Data ................................................................................... 33 3.2.5 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 34

3.3. Implikasi/Aspek Etik Penelitian .............................................................. 34 3.4. Alur Penelitian ......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 36 4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................ 36

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ...................................................... 36 4.1.2 Tingkat Pendidikan Pengasuh/Ibu Balita (Responden) .................. 38 4.1.3 Analisis ........................................................................................... 39

4.1.3.1 Pola Asuh Gizi Balita ......................................................... 39 4.1.3.2 Status Gizi ........................................................................... 39 4.1.3.3 Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Balita ........ 40

4.2. Pembahasan .............................................................................................. 42 4.2.1 Pola Asuh Gizi Balita Usia 6-24 Bulan .......................................... 42 4.2.2 Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan ................................................. 44 4.2.3 Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Balita Usia 6-24

Bulan ............................................................................................... 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 48 5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 48 5.2. Saran ........................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49

Page 12: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi ................................................................ 15 Tabel 2.2 Pengukuran Antropometri yang Utama ....................................... 20 Tabel 2.3 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB

Standar Baku WHO-NCHS ......................................................... 22 Tabel 4.1 Distribusi Umur Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasirkaliki ................................................................... 36 Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Pasirkaliki ........................................................ 37 Tabel 4.3 Distribusi Berat Badan Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasirkaliki .................................................................. 37 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 38 Tabel 4.5 Distribusi Pola Asuh Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Pasirkaliki ........................................................ 39 Tabel 4.6 Distribusi Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasirkaliki ................................................................... 40 Tabel 4.7 Status Gizi Balita Berdasarkan Pola Asuh Gizi ........................... 41

Page 13: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran ........................................................... 27 Gambar 3.1 Alur Penelitian ............................................................................ 35 Gambar 4.1 Status Gizi Balita Berdasarkan Pola Asuh Gizi .......................... 40

Page 14: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Persetujuan ................................................................... 51 Lampiran 2 Lembar Kuesioner ....................................................................... 52 Lampiran 3 Weight-for-Age Boys Birth to 5 Years (z-scores) ......................... 56 Lampiran 4 Weight-for-Age Girls Birth to 5 Years (z-scores) ......................... 57 Lampiran 5 Data Hasil Kuesioner ................................................................... 58 Lampiran 6 Cross Tab ..................................................................................... 59

Page 15: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

Balita : Bawah Lima Tahun

BB : Berat Badan

BB/TB : Berat Badan/Tinggi Badan

BB/U : Berat Badan/Umur

BKBPPM : Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan

Masyarakat

TB/U : Tinggi Badan/Umur

IDD : Iodine Deficiency Disease

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

KKP : Kurang Kalori dan Protein

MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

PASI : Pengganti Air Susu Ibu

PCM : Protein Calorie Malnutrition

PEM : Protein Energy Malnutrition

RS : Rumah Sakit

RSB : Rumah Sakit Bersalin

SDM : Sumber Daya Manusia

SK : Surat Keterangan

SPSS : Statistical Program for Social Sciences

Page 16: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

xiv

WHO/NCHS : Wordl Health Organization/National Center for Health Statistics

WHO/Unicef : World Health Organization/United Nations Children`s Fund

Page 17: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci yang berperan dalam pembangunan

bangsa di negara berkembang, termasuk di Indonesia adalah Sumber Daya

Manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan

erat dengan kualitas SDM yang baik. Dalam menciptakan SDM yang bermutu,

perlu ditata sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan anak, khususnya

balita. Salah satu unsur penting dari kesehatan adalah gizi. Gizi sangat penting

bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek

negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,

menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak. Kekurangan gizi

yang serius dapat menyebabkan kematian anak.1, 2

Salah satu masalah kesehatan dan sosial yang dihadapi Indonesia adalah

rendahnya status gizi masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai

masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan

yodium, dan kurang vitamin A. Status gizi menunjukkan keadaan tubuh seseorang

sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan,

dikelompokkan ke dalam status gizi lebih, status gizi baik, status gizi kurang, dan

status gizi buruk. 3, 4

Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak

langsung. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi

Page 18: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

2

makanan dan penyakit infeksi, sedangkan beberapa faktor yang secara tidak

langsung mempengaruhi status gizi di antaranya yaitu pendapatan keluarga,

tingkat pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan ibu akan gizi, pola asuh gizi,

jumlah anggota keluarga, dan lingkungan. Sebagian besar faktor tidak langsung

tersebut mempengaruhi pola asuh gizi yang selanjutnya akan mempengaruhi

konsumsi makanan. Maka pola asuh gizi memberikan kontribusi yang besar

dalam mempengaruhi status gizi seseorang.1, 5

Pola asuh gizi merupakan praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan

tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk

kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak.6 Menurut Zeitlin

Marian, salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi balita adalah praktek

penyusuan dan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Lebih

lanjut praktek penyusuan meliputi pemberian makanan/minuman prelaktal,

kolostrum, menyusui secara ekslusif, dan praktek penyapihan.

Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun

merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia 6-12 bulan

merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh

kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Oleh karena itu setiap bayi pada

masa ini harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survey

menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang

bayi dan anak bawah 2 tahun di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI

sehingga tidak dapat mencukupi energi dan zat mikro terutama zat besi (Fe) dan

zinc (Zn). Asupan makanan bayi dan baduta berasal dari ASI (Air Susu Ibu) atau

Page 19: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

3

PASI (Pengganti Susu Ibu), MP-ASI. Di Indonesia pemberian ASI dianjurkan

sampai usia 2 tahun atau 24 bulan sedangkan pemberian MP-ASI dimulai sejak

usia 6 bulan. 2,6,7,8 Oleh karena itu, penelitian ini tertuju pada balita usia 6-24

bulan.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 dengan indikator

status gizi balita BB/U, secara umum prevalensi gizi buruk balita di Indonesia

adalah 5,4% dan gizi kurang balita sebesar 13,0%. Prevalensi Provinsi Jawa Barat

untuk gizi buruk dan gizi kurang adalah 14,0% dan prevalensi di Kota Bandung

untuk gizi buruk sebesar 0,72% sedangkan untuk gizi kurang sebesar 8,72%. Pada

tahun 2008 berdasarkan data dari profil kesehatan Kota Bandung, hasil kegiatan

Bulan Penimbangan Balita masih ditemukan balita dengan gizi buruk di Kota

Bandung sebanyak 0,73% dan prevalensi gizi kurang adalah sebesar 9,14%. 9, 10

Di tahun 2008 dari 30 kecamatan yang ada di kota Bandung, baru 10

kecamatan yang bebas rawan gizi (33,34%) sedangkan 20 kecamatan (66,66%)

lainnya masih merupakan kecamatan rawan gizi. Kecamatan bebas rawan gizi

adalah kecamatan dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita <10%

(untuk Jawa Barat) pada kurun waktu tertentu.10 Salah satu kecamatan rawan gizi

tahun 2008 di kota Bandung adalah kecamatan Cicendo. Pusat pelayanan

kesehatan primer kecamatan ini terdapat di Puskesmas Pasirkaliki.

Kecamatan Cicendo memiliki balita dengan jumlah 6.764 balita, merupakan

kecamatan rawan gizi yang memiliki jumlah balita terbanyak dibandingkan

dengan jumlah balita di kecamatan rawan gizi lainnya sehingga penelitian ini

dilakukan di kecamatan Cicendo. Persentasi yang mengalami gizi buruk di

Page 20: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

4

kecamatan tersebut adalah sebesar 0,83% dan gizi kurang 9,47% dari balita

sebanyak 6.252 yang dilakukan pengukuran. Sehingga persentase balita yang

mengalami gizi buruk dan kurang adalah 10,30% dan digolongkan ke dalam

kelompok kecamatan rawan gizi. 10

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan

pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini:

1) Bagaimana pola asuh gizi pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki.

2) Bagaimana gambaran status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki.

3) Bagaimana hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola asuh gizi

dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki,

Kecamatan Cicendo.

Page 21: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

5

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1) Mendeskripsikan pola asuh gizi pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki.

2) Mendeskripsikan status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Pasirkaliki.

3) Mengetahui hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan

di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi:

1) Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pustaka ilmiah dan data dasar untuk

penelitian sejenis lainnya, khususnya mengenai hubungan pola asuh gizi

dengan status gizi bayi.

2) Kegunaan Praktis

Bagi peneliti penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu gizi, serta dapat

menyampaikan pada masyarakat tentang pengasuhan gizi dalam keluarga

untuk meningkatkan status gizi anak agar lebih baik. Selain itu, bagi petugas

kesehatan di Puskesmas Pasirkaliki hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

masukan dan informasi untuk menindaklanjuti penyuluhan sekaligus sebagai

bahan evaluasi dari program upaya peningkatan gizi.

Page 22: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Zat Gizi

Gizi adalah ilmu dari makanan, zat gizi, dan substansi lain yang terkandung di

dalamnya, serta prosesnya di dalam tubuh yang meliputi ingesti, digesti, absorpsi,

transport, metabolisme, dan ekskresi. Makanan merupakan produk dari tumbuhan

atau binatang yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk menyediakan energi dan zat

nutrisi dalam mempertahankan hidup, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. 2

Zat gizi atau disebut juga zat nutrisi merupakan substansi kimia yang

didapatkan dari makanan dan digunakan dalam tubuh untuk menyediakan energi,

materi-materi struktural, dan agen pengatur untuk pertumbuhan, memelihara, dan

memperbaiki jaringan tubuh. Zat gizi dapat dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. 2

Fungsi umum zat gizi antara lain sebagai sumber energi, berperan dalam proses

pertumbuhan, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak, mengatur

metabolisme dan keseimbangan air dan elektrolit, asam basa di dalam cairan

tubuh, dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit.11

Hubungan nutrisi dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik, komposisi

tubuh, dan perkembangan mental dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 23: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

7

1) Pertumbuhan dan perkembangan fisik

Secara klinis lambatnya pertumbuhan merupakan salah satu indikator tidak

adekuatnya asupan makanan pada anak.11

2) Komposisi tubuh

Asupan gizi membentuk komposisi tubuh. Komposisi tubuh manusia dapat

dibagi menjadi air (55% berat badan), lipid (15% berat badan), protein (15%

berat badan), karbohidrat (5% berat badan), dan mineral (5% berat badan).11

3) Perkembangan mental

Bayi yang mengalami undernutrition mempunyai sel otak yang lebih kecil

dan sedikit, walaupun hubungan antara intelegensi dengan ukuran dan jumlah

sel otak masih belum diketahui. Beberapa defisiensi nutrisi mungkin

menyebabkan gangguan tetap pada susunan saraf pusat young infant.11

2.1.2 Pola Asuh Gizi

Pola asuh gizi merupakan praktek dalam rumah tangga yang diwujudkan

dengan tersedianya pangan dan pemberian makan dikaitkan dan tertuju pada

perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup,

pertumbuhan, dan perkembangan anak. Menurut Zeitlin Marian (tahun 2000),

aspek kunci dalam pola asuh gizi bayi adalah praktek penyusuan dan pemberian

MP-ASI. Lebih lanjut praktek penyusuan meliputi pemberian makanan prelaktal,

kolostrum, menyusui secara eksklusif, dan praktek penyapihan.6

Pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang optimal menurut

Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (WHO/Unicef, 2002) adalah:

Page 24: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

8

menyusui bayi segera setelah lahir; memberikan ASI eksklusif; memberikan MP-

ASI yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan; dan tetap meneruskan pemberian

ASI sampai usia anak 24 bulan.12

2.1.2.1 Praktek Penyusuan

1) Pemberian Makanan/Minuman Prelaktal

Makanan prelaktal adalah makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi

sebelum ASI keluar, misal air kelapa, air tajin, madu, pisang, susu formula, susu

sapi, air gula, dan sebagainya.13

Kebiasaan memberikan makanan prelaktal harus dihindari karena tidak perlu

dan dapat membahayakan bayi maupun ibu bayi. Bahaya pemberian

makanan/minuman prelaktal untuk bayi adalah bayi tidak mau mengisap susu dari

payudara karena pemberian makanan ini menghentikan rasa lapar, diare sering

terjadi, bayi bingung mengisap puting susu ibunya bila pemberian makanan lewat

botol, dan saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencerna makanan

selain ASI. Sedangkan bahaya pemberian makanan/minuman prelaktal untuk ibu

adalah ASI mulai keluar lebih lama karena bayi tidak cukup mengisap, bisa terjadi

bendungan dan mastitis karena payudara tidak mengeluarkan ASI, serta ibu sulit

menyusui dan cenderung berhenti menyusui.14

Dengan adanya bahaya-bahaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian

makanan/minuman prelaktal akan mempengaruhi asupan/konsumsi makanan bayi

dan peningkatan risiko timbulnya penyakit infeksi yang akan mempengaruhi

status gizi bayi.

Page 25: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

9

2) Pemberian Kolostrum

Kolostrum adalah sekresi seperti susu yang keluar dari payudara selama hari-

hari pertama setelah kelahiran atau segera setelah kelahiran sebelum ASI keluar,

mengandung sebagian besar serum dengan antibodi dan sel darah putih.

Kolostrum membantu melindungi bayi yang baru terlahir dari serangan infeksi

karena ibu telah memiliki antibodi. Antibodi maternal ditelan bersama ASI yang

menonaktifkan bakteri penyebab penyakit di dalam saluran cerna sebelum mulai

menginfeksi. Hal ini menjelaskan mengapa bayi yang disusui ASI lebih sedikit

mengalami infeksi saluran cerna daripada bayi yang mendapatkan susu formula.2

Pemberian kolostrum sangat penting untuk meningkatkan daya tahan bayi

terhadap penyakit, namun di masyarakat masih banyak yang tidak memberikan

kolostrum kepada bayinya. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ketidaktahuan

mereka akan manfaat kolostrum dan tradisi yang mengharuskan kolostrum

dibuang karena dianggap penyakit.13

Pemberian kolostrum dapat mempengaruhi status gizi bayi karena

menyediakan kekebalan terhadap penyakit infeksi yang akan mempengaruhi

status gizi.13

3) Pemberian ASI

Di Amerika Serikat dan Kanada, praktek makan yang paling berpengaruh

terhadap status gizi bayi adalah susu yang diterima bayi dan usia saat makanan

padat mulai diperkenalkan. Pemberian ASI sangat dianjurkan untuk bayi lahir

cukup bulan, terkecuali saat didapatkan kontraindikasi. ASI adalah sumber nutrisi

utama bagi bayi terutama usia 0-6 bulan, memiliki kandungan gizi yang unik dan

Page 26: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

10

faktor-faktor pelindung yanng meningkatkan kesehatan bayi dan perkembangan

pada tahun pertama kehidupannya. 2

Zat-zat yang dikandung ASI adalah:

a) Zat energi

Asupan rata-rata ASI menyediakan energi dan protein yang cukup untuk

memenuhi rata-rata kebutuhan pada 6 bulan pertama kehidupan.15

Karbohidrat dalam ASI adalah laktosa disakarida, mudah dicerna, dan dapat

meningkatkan absorpsi kalsium. Lemak yang dikandung ASI merupakan

sumber energi utama bagi bayi. Asam lemak esensial dalam ASI adalah asam

linoleat. Protein utama dalam ASI adalah alpha-lactalbumin yang dapat

dicerna dan diserap secara efisien.2

b) Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI cukup untuk mendukung pertumbuhan

bayi kecuali vitamin D. Bayi yang dipaparkan terhadap cahaya matahari

secara teratur dapat memenuhi kebutuhannya akan vitamin D.2 Kecukupan

vitamin A dan vitamin B6 pada ASI sangat dipengaruhi oleh diet dan status

nutrisi ibu. Pada populasi dengan nutrisi baik, jumlah vitamin A dan B6

mencukupi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama kebidupan.15

c) Mineral

Kandungan kalsium dalam ASI selama laktasi adalah konstan dan tidak

dipengaruhi oleh diet maternal. Berdasarkan asupan kalsium yang didapat

dari penyusuan eksklusif dan efisiensi penyerapan yang mencapai >70%, ASI

memenuhi kebutuhan kalsium pada bayi selama 6 bulan awal kehidupan. ASI

Page 27: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

11

mengandung besi dan zinc dalam jumlah kecil dan tidak dapat diubah oleh

suplemen ibu akan kedua nutrisi tersebut.15 Namun, besi dalam ASI memiliki

bioavailabilitas yang tinggi dan zinc pun dapat dengan mudah diserap karena

adanya zinc-binding protein. ASI pun memiliki kandungan sodium yang

sedikit berguna untuk ginjal yang belum matur.2

d) Proteksi imunologis

Proteksi ASI terhadap bayi sangat bermanfaat terutama dalam tahun

pertama kehidupannya saat sistem imun bayi belum disiapkan secara penuh

untuk melawan infeksi. Faktor-faktor pelindung dalam ASI adalah antibodi,

bifidus factor, lactoferrin, lactadherin, growth factor, dan lipase enzyme. 2

WHO merekomendasikan pemberian ASI secara ekslusif sampai bayi umur 6

bulan, kemudian diberikan MP-ASI dan ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2

tahun. Surat Keputusa (SK) Menteri Kesehatan No.

450/MENKES/SK/IV/2004 menetapkan pemberian ASI secara eksklusif bagi

bayi di Indonesia sejak lahir sampai dengan berumur enam bulan dan dianjurkan

dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan pemberian makanan tambahan

yang sesuai.16

Pola pemberian ASI dibedakan menjadi 2 macam yaitu pola eksklusif dan pola

noneksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir

sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan pendamping ataupun makanan

pengganti ASI tapi diperbolehkan untuk minum obat atau suplemen vitamin.16

Berdasarkan hasil penelitian dalam Lancent Medical Journal, dengan diberikan

ASI eksklusif, jumlah angka kematian bayi lebih rendah setengahnya

Page 28: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

12

dibandingkan bayi yang hanya mendapatkan susu botol. Kemungkinan terjadinya

penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak menurun bila ia memperoleh ASI

eksklusif setidaknya selama 6 bulan. Dari berbagai penelitian lain disimpulkan

bahwa bayi usia 6 bulan telah lebih siap untuk mendapatkan makanan tambahan

dan memiliki angka kejadian yang lebih rendah untuk terkena penyakit-penyakit

infeksi.17

Penyusuan yang optimal dapat memberikan manfaat sebagai berikut:12

a) Menyelamatkan 1-2 juta kehidupan setiap tahunnya.

b) Meningkatkan efektivitas imunisasi secara signifikan.

c) Menurunkan kebutuhan Oral Rehidration Solution hampir lebih dari 50%

untuk penanganan diare.

d) Menurunkan angka rawat anak di rumah sakit dan memperkuat ikatan

protektif antara ibu dan anak.

e) Meningkatkan pertumbuhan dan menyediakan kebutuhan nutrisi bayi secara

umum.12

4) Makanan Pengganti ASI

Adakalanya bayi yang sehat terhalang untuk mendapatkan ASI karena sesuatu

dan lain sebab baik karena faktor ibu atau bayi itu sendiri sehingga pemberian ASI

tidak memungkinkan, akibatnya harus diganti dengan makanan lain pengganti

ASI. Makanan pengganti ini disebut PASI. PASI diformulasi sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan bayi, di antaranya fungsi saluran pencernaan yang masih

terus berkembang, umur, berat badan, ada tidaknya alergi dan lain-lain. Sekarang

Page 29: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

13

ini telah ada PASI yang formulanya sangat mirip dengan ASI walaupun tetap

tidak bisa menggantikan ASI dengan segala kelebihannya.2

Ibu yang telah 1 tahun menyusui dapat menyapih anaknya terhadap susu sapi

atau infant formula. Namun, terdapat wanita yang memutuskan untuk

memberikan susu formula dari sejak lahir, atau menyapih anaknya dengan susu

formula dalam periode yang singkat, atau menambahkan susu formula terhadap

pemberian ASI sehingga harus memilih formula yang sesuai dan belajar

bagaimana mempersiapkannya.2

Terdapat berbagai jenis sediaan formula bayi yaitu liquid concentrate (tidak

mahal dan relatif praktis) yang perlu dicampur dengan sebagian air, powdered

formula (paling murah), ready-to-feed (mahal, sangat mudah digunakan) yang

dapat secara langsung diminumkan atau dituangkan ke dalam botol, dan whole

milk (tidak boleh diberikan pada tahun pertama kehidupan).2

Infant formula tidak mengandung antibodi pelindung, tetapi secara umum

vaksinasi, purified water, dan lingkungan yang bersih membantu melindungi bayi

dari infeksi. Pemberian formula bayi berhubungan dengan timbulnya penyakit

yang serius dan kematian yang disebabkan oleh infeksi Enterobacter sakazakii.

Saat produksi, formula bayi dapat terkontaminasi oleh bakteri yang berbahaya

seperti E.sakazakii dan Salmonella enterica. Hal ini disebabkan oleh penggunaan

teknologi produksi saat ini yang tidak memungkinkan untuk memproduksi

formula bayi yang steril. Saat preparasi formula untuk bayi, penanganan yang

tidak sesuai dapat memperburuk masalah. Perlakuan awal untuk menghindari

risiko infeksi E.sakazakii yaitu pada tahap mempersiapkan formula (misal

Page 30: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

14

mencampurkannya dengan air dengan suhu tidak kurang dari 70 oC) dan

mengurangi durasi pembuatan dan pemberian makan.18

5) Praktek Penyapihan

Masa penyapihan adalah proses di mana seorang bayi secara perlahan-lahan

memakan makanan keluarga ataupun makanan orang dewasa sehingga secara

bertahap bayi semakin kurang ketergantungannya pada ASI dan perlahan-lahan

proses penyusuan akan berhenti. Kapan bayi harus disapih dari ASI ibunya tidak

diketahui dengan tepat. Tetapi waktu di mana proses menyusui berakhir disebut

waktu menyapih.14 Suatu penelitian menunjukkan (Northstone et al., 2001) masa

penyapihan di bawah usia 10 bulan dapat meningkatkan resiko kesulitan

pemberian makan di kemudian hari.19

Laporan WHO pada tahun 1981 menyebutkan bahwa jumlah ibu di pedesaan

yang mulai penyapihan lebih awal tidak sebanyak di perkotaan. Di daerah semi

perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan

terlalu dini karena ibu kembali bekerja. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat gizi

bayi/anak kurang terpenuhi terlebih lagi jika pemberian MP-ASI kurang

diperhatikan, sehingga anak menjadi kurus dan pertumbuhannya sangat lambat.13

2.1.2.2 Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Saat ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, MP-ASI harus

ditambahkan terhadap makanan anak. Pemberian MP-ASI harus sesuai pada

waktunya yang berarti semua bayi harus mulai menerima makanan tambahan di

usia 6 bulan. Pemberian MP-ASI harus adekuat yang memenuhi angka kecukupan

Page 31: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

15

gizinya (tabel 2.1.) yaitu nilai nutrisinya harus dapat melengkapi atau sejajar

dengan ASI. Makanan harus dipersiapkan dan diberikan secara aman yaitu

meminimalkan adannya kontaminasi patogen. MP-ASI pun harus diberikan secara

tepat yaitu makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai dan diberikan

dengan jumlah yang cukup.20

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi8

Zat gizi

Rekomendasi per hari 0-6 bulan

(berat=6kg; tinggi=60cm)

6-12 bulan (berat=8,5kg; tinggi=71cm)

Energi (kkal) 550 650 Protein (g) 10 16 Besi (mg) 0,5 7 Mangan (mg) 0,003 0,6 Fluor (mg) 0,01 0,4

Sumber: (FKUI, 2008)

Kecukupan pemberian MP-ASI (waktu yang sesuai, nilai gizi yang adekuat,

aman, dan tepat) tidak hanya bergantung pada ketersediaan ragam makanan dalam

rumah tangga, tetapi juga dalam hal praktek pemberiannya oleh orang yang

mengasuh bayi tersebut. Pemberian makanan pada bayi membutuhkan perhatian

dan stimulasi yang aktif di mana pengasuh mengerti akan tanda-tanda bayi saat

lapar dan juga dapat mendorong bayi untuk makan. Hal ini dinamakan sebagai

pemberian makanan yang aktif atau responsif.20 Berbagai penelitian

menghipotesakan bahwa pemberian makan dengan gaya yang lebih aktif dapat

meningkatkan asupan makanan.

Pada praktisnya, pengasuh tidak akan mengukur kandungan energi makanan

yang akan diberikan. Sehingga pemberian makan harus berdasarkan prinsip-

Page 32: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

16

prinsip pemberian makan yang responsif. Pemberian makanan yang responsif dan

aktif secara terperinci adalah sebagai berikut:21

1) Memberikan makan secara langsung pada bayi dan membantu anak yang

lebih tua saat makan oleh dirinya sendiri, harus peka terhadap perasaan lapar

dan kenyang yang ditunjukkan anak.

2) Memberikan makan dengan tenang, sabar, dan membujuknya untuk

menghabiskan makanan tanpa memaksanya.

3) Apabila anak sering menolak banyak makanan, coba dengan kombinasi

makanan, rasa, tekstur, dan metode membujuk yang berbeda.

4) Meminimalkan gangguan saat makan yang dapat menghilangkan ketertarikan

anak.

5) Kontak mata selalu dijaga saat makanan diberikan.21

WHO merekomendasikan bahwa bayi mulai menerima MP-ASI pada usia 6

bulan, berawal dari 2-3 kali dalam sehari saat bayi usia 6-8 bulan, kemudian

ditingkatkan menjadi 3-4 kali dalam sehari di usia 9-11 bulan dan 12-24 bulan

dengan tambahan 1-2 kali pemberian makanan ringan (snack) setiap harinya,

sesuai selera.20 Bagi anak yang tidak disusui ASI frekuensi pemberian makan

harus mencapai 4-5 kali per hari sesuai dengan kepadatan makanan yang

diberikan disertai pemberian makanan ringan (snack) 1-2 kali per hari. Makan

tersebut termasuk pemberian susu saja, makanan lain, serta kombinasi antara susu

dan makanan lainnya. Frekuiensi makan tersebut didapat dari perhitungan

kebutuhan energi, kapasitas lambung 30 g/kg BB/hari, dan kepadatan makanan.

Page 33: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

17

Pemberian MP-ASI dimulai dengan pemberian makanan halus pada usia 6-8

bulan seperti: bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya

yang dilumatkan, dilanjutkan dengan konsistensi yang lebih padat lagi seperti nasi

tim bayi ditambah sedikit demi sedikit sumber zat lemak, yaitu santan atau

minyak kelapa/margarin sampai pada usia 12 bulan anak sudah boleh

diperkenalkan pada makanan keluarga.13

2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh gizi antara lain:

1) Tingkat pendapatan keluarga

Keadaan ekonomi keluarga relatif lebih mudah diukur dan berpengaruh

besar pada konsumsi pangan, di mana konsumsi pangan pada balita

ditentukan dari pola asuh gizi. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan

sebagai determinan pola asuh gizi adalah pendapatan keluarga dan harga

(baik harga pangan maupun harga komoditas kebutuhan dasar).11

Perubahan pendapatan dapat mempengaruhi perubahan pola asuh gizi dan

konsumsi pangan pada balita. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar

peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal

kualitas dan penurunan kuantitas pangan yang dibeli.11

2) Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu akan gizi

Pendidikan yang baik menyebabkan orang tua dapat menerima segala

informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik/cara

Page 34: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

18

mempraktekkan pola asuh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara

menjaga kesehatan anak, pendidikannya, dan sebagainya.11

3) Jumlah anggota keluarga

Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap

pembagian pangan pada masing-masing anggota keluarga. Pada keluarga

yang memiliki balita, dengan jumlah anggota keluarga yang besar bila tidak

didukung dengan seimbangnya persediaan makanan di rumah maka akan

berpengaruh terhadap pola asuh yang secara langsung mempengaruhi

konsumsi pangan yang diperoleh masing-masing anggota keluarga terutama

balita yang membutuhkan makanan pendamping ASI.11

4) Budaya pantang makanan tertentu

Pendapat masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Salah satu pengaruh yang

sangat dominan terhadap pola konsumsi adalah pantangan makanan tertentu

seperti daging, ikan, dan telur. Larangan ini sering tidak jelas dasarnya, tetapi

mempunyai kesan larangan dari penguasa supernatural, yang akan memberi

hukuman bila larangan tersebut dilanggar.8

2.1.3 Status Gizi

2.1.3.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi ini dapat ditentukan dengan

Page 35: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

19

pengukuran salah satu atau dua kombinasi dari ukuran-ukuran antropometri

tertentu.4

2.1.3.2 Penilaian Status Gizi

Definisi penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan

dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau

individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk.8 Penilaian status gizi dibagi

menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi

secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung antara lain: penilaian

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak

langsung dibagi tiga yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor

ekologi. Dalam penelitian ini menggunakan penilaian antropometri.

Berikut adalah mengenai penilaian antropometri:

1) Penilaian Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh. Antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Antropometri secara

umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh. Antropometri merupakan pengukuran yang paling

sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung karena

relatif murah, cepat sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar,

objektif, gradable, tidak menimbulakan rasa sakit pada responden.8

Page 36: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

20

Macam-macam pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk

melihat pertumbuhan adalah massa tubuh (misal, pengukuran berat badan),

pengukuran linear (misal, pengukuran tinggi badan), dan komposisi tubuh.8

Macam-macam pengukuran antropometri dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pengukuran Antropometri yang Utama

Pengukuran Komponen Jaringan Utama yang Diukur Stature/tinggi badan

Kepala, tulang belakang, tulang panggul, dan kaki

Tulang

Berat Badan Seluruh tubuh Seluruh jaringan: khususnya lemak, otot, tulang, dan air

Lingkar Lengan Lemak bawah kulit Otot, tulang

Otot Lemak

Lipatan Lemak Lemak bawah kulit, kulit Lemak Sumber: (FKUI, 2008)

2) Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu

atau lebih pengukuran lain atau yang dihubungkan dengan umur.8 Beberapa

indeks antropometri adalah sebagai berikut:

a) Berat badan terhadap umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya

nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam

keadaan normal, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan

umur.

Page 37: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

21

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan

menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.

Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.8

b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring

dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang

sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu pendek.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam

waktu yang relatif lama. Indeks tinggi badan terhadap umur merupakan

indikator status gizi masa lalu.8

c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.8

Keuntungan indeks ini adalah tidak perlu mengetahui umur.

2.1.3.3 Klasifikasi Status Gizi

Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran

dibandingkan berdasarkan standar (baku) rujukan WHO-NCHS. Standar ini

dipaparkan dalam persentil dan skor simpang baku (standar deviation score=Z).

selanjutnya diklasifikasikan dalam 2 katagori yaitu gizi baik dan gizi buruk

Page 38: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

22

berdasarkan skor simpangan baku. Anak-anak yang berada dibawah nilai ambang

(-2 unit Z-skor terletak dibawah nilai rata-rata standar NCHS) merupakan anak

yang kekurangan gizi, anak-anak yang terletak pada atau di atas nilai ambang

tersebut statusnya dapat disebut memiliki gizi yang normal.

Tabel 2.3. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standar Baku Antropometeri WHO-NCHS 22

Indeks yang Dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi BB/U < -3 SD Gizi buruk - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang - 2 s/d +2 SD Gizi baik > +2 SD Gizi lebih TB/U < -3 SD Sangat Pendek - 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi BB/TB < -3 SD Sangat Kurus - 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk

Sumber : http://gizikom.wordpress.com/psg/who2005/

2.1.3.4 Fakor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak

langsung. Penyebab langsung timbulnya gizi kurang pada anak adalah konsumsi

pangan dan penyakit infeksi. Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh.3

Dengan demikian timbulnya gizi kurang tidak hanya karena kurang makanan

tetapi juga karena adanya penyakit infeksi, terutama diare dan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA). Sedangkan faktor yang mempengaruhi status gizi secara

tidak langsung adalah:4

1) Pola asuh gizi

Page 39: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

23

2) Pengetahuan ibu akan gizi

3) Pendidikan orang tua

4) Jumlah keluarga

5) Pendapatan keluarga

6) Lingkungan

7) Psikologi

Psikologi seseorang mempengaruhi pola makan. Makanan yang berlebihan

atau kekurangan dapat terjadi sebagai respons terhadap kesepian, berduka,

atau depresi.

8) Genetik

Anak dengan status gizi lebih atau obesitas besar kemungkinan dipengaruhi

oleh orang tuanya (faktor keturunan). Bila salah satu orang tua mengalami

gizi lebih atau obesitas maka peluang anak untuk mengalami gizi lebih dan

menjadi obesitas sebesar 40%, dan apabila kedua orang tua mengalami gizi

lebih atau obesitas maka peluang meningkat menjadi 80%. Selain genetik

atau herediter ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu lingkungan.19

9) Pelayanan Kesehatan

Faktor penyebab tidak langsung dari kurang gizi yang lain adalah akses atau

keterjangkauan anak dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Pelayanan

kesehatan ini meliputi imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan

persalinan, penimbangan anak, dan sarana lain seperti keberadaan Posyandu

dan Puskesmas, praktek bidan, praktek dokter, dan rumah sakit.4

Page 40: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

24

2.1.4 Masalah Gizi

Penyakit-penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok

defisiensi. Penyakit gizi lebih (overnutrition) dan keracunan pangan (food

intoxication) belum dianggap mencapai tingkat bahaya nasional.

Pada tahun (1988) Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengenal empat

jenis penyakit defisiensi gizi yang dianggap sudah mencapai kegawatan nasional

(yang sebelumnya telah terdeteksi sejak tahun 1978) karena kerugian yang

mungkin ditimbulkannya terhadap pembangunan Bangsa Indonesia secara

nasional.

a. Penyakit Kekurangan Kalori dan Protein (KKP)

b. Penyakit Defisiensi Vitamin A

c. Penyakit Defisiensi Yodium (Iodine Deficiency Disease, IDD)

d. Penyakit Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)

Berikut adalah masalah-masalah gizi:

1) Gizi Lebih (overnutrition dalam bentuk overweight dan obesitas)

Penyakit ini berhubungan dengan kelebihan energi di dalam makanan yang

dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaanya (energy

expenditure). Tiga zat makanan sumber energi utama, yaitu karbohidrat,

protein dan lemak. Kelebihan energi di dalam tubuh diubah menjadi lemak

dan ditimbun.8

2) Gizi Kurang (undernutrition)

Penyakit gizi kurang berhubungan dengan konsumsi zat gizi yang tidak

mencukupi kebutuhan tubuh. Penyakit ini terutama diderita oleh balita yang

Page 41: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

25

sedang tumbuh. Penyakit yang terjadi terutama adalah penyakit KKP atau

Protein Calorie Malnutrition (PCM), namun akhir-akhir ini disebut Protein

Energy Malnutrition (PEM).8

3) Penyakit Metabolisme Bawaan (Inborn Errors of Metabolism)

Penyakit metabolisme bawaan diturunkan dari orang tua kepada anaknya

secara genetik (melalui gen) dan bermanifestasi sebagai kelainan dalam

proses metabolisme zat gizi tertentu. Metabolisme zat gizi diatur oleh sistem

enzim, dan enzim termasuk kelompok protein yang disintesis di dalam tubuh.

Mekanisme sintesis protein diatur oleh gen yang mengatur sintesis protein

tertentu. Jika terjadi gangguan pada sintesis protein ini, maka terbentuk enzim

yang berlainan dengan yang dibutuhkan atau kuantitasnya yang berkurang.

Akibatnya, terjadi proses metabolisme yang berbeda pada zat gizi tertentu.

Perubahan metabolisme ini dapat menyebabkan gejala-gejala klinis

(fungsional) tertentu.8

2.2. Kerangka Pemikiran

Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada anak dapat

menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan

terhadap penyakit, menurunnya tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental

anak. 1

Keadaan gizi seseorang tersebut dapat diukur berdasarkan status gizi. Status

gizi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor

yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi makanan dan

Page 42: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

26

penyakit infeksi. Sedangkan beberapa faktor yang secara tidak langsung

mempengaruhi status gizi di antaranya yaitu pendapatan keluarga, tingkat

pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan ibu akan gizi, pola asuh gizi, jumlah

anggota keluarga, dan lingkungan. Sebagian besar faktor tidak langsung tersebut

mempengaruhi pola asuh gizi.5

Pola asuh gizi merupakan praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan

tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk

kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak. 6 Pola asuh gizi akan

mempengaruhi status gizi melalui konsumsi makanan.

Uraian di atas dapat menjelaskan gambar 2.1. yang merupakan alur kerangka

pemikiran dalam penelitian ini dan diambil hipotesis sebagai berikut “terdapat

hubungan antara pola asuh gizi terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan”.

Page 43: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

27

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran Sumber : Modifikasi penulis disesuaikan dari bagan UNICEF (1998). The State of the World`s Children 1998.

Oxford Univ.11

Tingkat pendidikan

Jumlah anggota keluarga

Budaya pantang makanan

Tingkat pendapatan

Tingkat pengetahuan

Pola Asuh Gizi

Akses untuk menjangkau

Pel. Kes

Psikologi

Genetik

infeksi

Status Gizi

Praktek pemberian makanan/minuman

prelaktal

Praktek pemberian kolostrum

Praktek pemberian

ASI

Praktek pemberian MP-ASI

Praktek penyapihan

Konsumsi Makanan

: Hubungan langsung

: Hubungan tidak langsung

Keterangan:

: Secara teoritis ada hubungan dan diteliti

: Secara teoritis ada hubungan tetapi tidak diteliti

Page 44: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan/Subjek Penelitian

3.1.1 Subjek Penelitian

1) Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah balita usia 6-24 bulan

yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo,

Kota Bandung.

2) Sampel

Sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria

inklusi pada penelitian ini adalah:

a) Bayi lahir normal/tidak prematur.

b) Balita dalam keadaan sehat (tidak dalam keadaan sakit).

Kriteria eksklusi:

a) Balita yang tidak didampingi oleh ibunya ke Posyandu.

b) Balita yang diasuh oleh selain ibunya.

c) Subyek tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

Untuk menentukan besarnya jumlah sampel pada penelitian ini

menggunakan rumus ukuran sampel minimal untuk korelasi:

Page 45: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

29

Dimana:

ln = log-e (natural logarithm)

n = ukuran sampel

ρ = koefisien korelasi yang oleh peneliti diperkirakan kemaknaan untuk

penelitian (ρ = 0,4)

Z1-α/2 = nilai yang diperoleh dari tabel distribusi normal dengan α yang

ditentukan (α = 0,05), maka Z1-α/2 = 1,96

Z1-β = nilai yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku dengan kuasa

uji yang dikehendaki (power 1 - β = 0,95), maka Z1-β = 1,645

Setelah mengalami perhitungan ukuran sampel minimal yang diambil dalam

penelitian ini adalah 75 balita.

3.1.2 Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Timbangan dacin untuk mengukur berat badan balita.

2) Kuesioner untuk menilai pola asuh gizi balita dan mengetahui umur balita.

Page 46: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

30

3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan metode cross-

sectional atau potong silang karena penelitian ini akan mencari hubungan antara

dua variabel atau lebih yang diukur secara bersamaan dalam satu waktu. Hasilnya

berupa kesimpulan deskriptif-analitik untuk mengetahui hubungan pola asuh gizi

dengan status gizi pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki.

3.2.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel

3.2.2.1 Variabel

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pola asuh gizi balita

sedangkan variabel dependen (terikat) adalah status gizi balita yang diukur dengan

menggunakan indeks BB/U.

3.2.2.2 Definisi Operasional

1) Pola asuh gizi

Pola asuh gizi didefinisikan sebagai tindakan ibu dalam rumah tangga yang

diwujudkan dengan tersedianya pangan dan pemberian makan dikaitkan dan

tertuju pada perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan

hidup, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Penilaian pola asuh gizi balita

usia 6-24 bulan merupakan hasil pengolahan data yang dikumpulkan melalui

wawancara terhadap ibu balita dengan menggunakan kuesioner yang

Page 47: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

31

mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai praktek penyusuan pada 6 bulan

pertama kehidupan balita (pemberian makan/minuman prelaktal, kolostrum,

ASI eksklusif), pemberian MP-ASI, dan praktek penyapihan. Jumlah soal

adalah 28, apabila responden menjawab pertanyaan dan betul semua maka

diberi nilai 10. Namun apabila jawabannya salah semua maka diberi nilai 0.

Oleh karena itu, jawaban responden harus dikalikan 0.357 yaitu 10/28. Jadi

kurang jika nilai 4-5, cukup jika nilai 6-7, dan baik jika nilai 8-10.

2) Status gizi balita usia 6-24 bulan

Status gizi didefinisikan sebagai keadaan tubuh akibat dari pemakaian,

penyerapan, dan penggunaan makanan. Cara pengukuran dilakukan dengan

membandingkan hasil pengukuran dengan standar (baku) rujukan WHO-

NCHS dengan mengukur indeks antropometri BB/U. BB diukur dengan

timbangan dacin dan umur dihitung dalam bulan. Variabel berskala ordinal

ini dikategorikan berdasarkan skor simpang baku (standar deviation score =

Z) menjadi gizi baik (>-2 SD) dan gizi kurang (<-2 SD).

3.2.3 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Perizinan

Penelitian ini diawali dengan permintaan izin untuk melakukan penelitian di

wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki kepada pihak-pihak terkait seperti Badan

Page 48: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

32

Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat (BKBPPM),

Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Puskesmas Pasirkaliki.

2) Pemilihan subjek penelitian

Pemilihan subjek yang diteliti diawali dengan penentuan besar sampel untuk

dapat mewakili populasi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki. Hal tersebut dilakukan karena ketidakmungkinan untuk dilakukan

penelitian terhadap seluruh populasi. Besar sampel yang didapat harus telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara consecutive sample, yaitu semua subjek yang datang dan

memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah

subjek yang diperlukan terpenuhi.

3) Pengambilan data

Data yang diambil berupa data primer. Pengambilan data primer ini dilakukan

di Posyandu binaan Puskesmas Pasirkaliki. Posyandu yang didatangi adalah

Posyandu manapun yang melakukan kegiatan pada hari yang telah

dijadwalkan sampai didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan.

Pengambilan data diperoleh melalui:

a) Pengukuran BB balita dengan menggunakan timbangan dacin yang

kemudian dikaitkan dengan data umur balita. Data ini akan diolah untuk

mengklasifikasikan status gizi balita.

b) Wawancara langsung terhadap ibu bayi dengan menggunakan kuesioner

untuk mengetahui data pola asuh gizi dan umur balita. Data yang

dikumpulkan meliputi karakteristik responden (identitas ibu dan anak),

Page 49: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

33

praktek pemberian makanan prelaktal, pemberian kolostrum, pemberian

ASI, pemberian PASI, pemberian MP-ASI, dan praktek penyapihan.

4) Pengolahan data

Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan penelitian yang

dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Data yang diperoleh perlu diolah

sehingga dapat menjawab tujuan penelitian dan menjadi informasi bagi

pembaca.

Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan untuk diperiksa kelengkapan,

kejelasan, keterkaitan dengan pertanyaannya dan konsistensinya. Data

tersebut akan diolah secara komputerisasi, dimasukkan ke dalam suatu

perangkat lunak (soft ware).

Pengolahan data mengenai berat badan dan umur akan diolah untuk

pengklasifikasian status gizi berdasarkan Z score BB/U standar baku WHO-

NCHS.

3.2.4 Analisis Data

Data diolah dengan menggunakan program Statistical Program for Social

Sciences (SPSS) versi 16.0. Pengolahan data mengenai hubungan pola asuh gizi

dengan status gizi balita menggunakan analisis korelasi rank Spearman untuk

melihat signifikansi suatu hubungan dan positif atau negatifkah hubungan

tersebut.

Page 50: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

34

3.2.5 Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Posyandu-posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

2) Waktu Penelitian

Rangkaian penelitian ini dilakukan selama bulan Mei-Agustus 2010 dengan

keterangan sebagai berikut:

a) Pengajuan judul: Mei 2010

b) Penelusuran kepustakaan: Mei-Juni 2010

c) Sidang Usulan Penelitian: Juni 2010

d) Pengumpulan data: Juni-Juli 2010

e) Analisis data: Agustus 2010

f) Penulisan laporan hasil penelitian: Agustus 2010

g) Penyajian laporan hasil penelitian: September 2010.

3.3. Implikasi/Aspek Etik Penelitian

Aspek etik yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah informed

consent. Hal ini sangat penting untuk dilakukan berkaitan dengan ketersediaan

subjek yang diteliti untuk memberikan informasi yang akan sangat diperlukan

untuk pengolahan data yang diteliti. Data subjek penelitian disajikan secara

rahasia, identitas dari subjek penelitian dirahasiakan.

Page 51: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

35

3.4. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Page 52: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di 6 Posyandu binaan

Puskesmas Pasirkaliki yang memiliki 6 Kelurahan. Dari 6 Posyandu tersebut

didapatkan 77 balita usia 6-24 bulan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Ketujuh puluh tujuh balita tersebut adalah 12 balita dari Posyandu RW

07 dan 5 balita dari Posyandu RW 02 Kelurahan Pajajaran, 20 balita dari

Posyandun RW 03 Kelurahan Cipedes, 16 balita dari Posyandu RW 06 Kelurahan

Sukaraja, 11 balita dari 1 Posyandu di Kelurahan Pasirkaliki, dan 13 balita dari 1

Posyandu di Kelurahan Husein.

4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Ketujuh puluh tujuh subjek penelitian yang didapat tersebut memiliki

karakteristik yang digolongkan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan berat badan.

1) Umur Balita

Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Umur Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki

No. Umur Jumlah Persentase 1. 6-11 bulan 31 40,3% 2. 12-17 bulan 23 29,9% 3. 18-24 bulan 23 29,9%

Total 77 100,0%

Page 53: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

37

Tabel 4.1. menjelaskan bahwa paling banyak responden balita berusia 6-11

bulan yaitu sebanyak 40,3%, sisanya adalah balita berumur 12-17 bulan dan

18-24 bulan dengan jumlah dan persentase yang sama.

2) Jenis Kelamin Balita

Distribusi balita usia 6-24 bulan berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan

Cicendo disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Jenis Kelamin Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1. Laki-laki 36 46,8% 2. Perempuan 42 53,2%

Total 77 100,0%

Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa sebagian besar balita berjenis kelamin

perempuan yaitu dengan persentase 53,2%.

3) Berat Badan Balita

Penilaian berat badan balita dilakukan dengan menggunakan timbangan

dacin yang telah tersedia di setiap Posyandu. Distribusi subjek penelitian

berdasarkan berat badan di Kecaman Cicendo disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Berat Badan Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki

No. Berat Badan Jumlah Persentase 1. 5,7-8,2 kg 27 35,1% 2. 8,3-10,8 kg 38 49,4% 3. 10,9-13,1 kg 12 15,6%

Total 77 100,0%

Page 54: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

38

Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar balita memiliki berat

badan 8,3-10,8 kg yaitu sebesar 49,4% dan paling sedikit balita dengan berat

badan 10,9-13,1 kg yaitu sebanyak 15,6%.

4.1.2. Tingkat Pendidikan Pengasuh/Ibu Balita (Responden)

Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Kecamatan Cicendo disajikan

dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1. Tidak sekolah 3 3,9% 2. SD/sederajat 17 22,1% 3. SMP/sederajat 10 13,0% 4. SMA/sederajat 37 48,1% 5. D1/D3 7 9,1% 6. S1 3 3,9%

Total 77 100,0%

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengasuh (ibu) sangat

beragam mulai dari yang tidak bersekolah sampai ibu dengan tingkat

pendidikan S1. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan

SMA/sederajat yaitu yaitu mencapai 48,1% dan paling sedikit adalah

pengasuh (ibu) yang tidak bersekolah atau memiliki tingkat pendidikan S1

yaitu sebesar 3,9%.

Page 55: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

39

4.1.3 Analisis

4.1.3.1 Pola Asuh Gizi Balita

Penilaian pola asuh gizi balita merupakan hasil pengolahan data yang

dikumpulkan melalui wawancara terhadap responden 2 dengan menggunakan

kuesioner yang mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai praktek penyusuan

pada 6 bulan pertama kehidupan balita (pemberian makan/minuman prelaktal,

kolostrum, ASI eksklusif), pemberian MP-ASI, dan praktek penyapihan. Dari

hasil penelitian, distribusi pola asuh gizi balita usia 6-24 bulan di Kecamatan

Cicendo ditampilkan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Pola Asuh Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki

No. Pola Asuh Gizi Jumlah Persentase 1. Kurang 6 7,8% 2. Cukup 8 10,4% 3. Baik 63 81,8%

Total 77 100,0% Keterangan: kurang : 4-5

Cukup : 6-7 Baik : 8-10

Tabel 4.5. menjelaskan bahwa pola asuh gizi balita yang dilakukan pengasuh

(ibu) sebagian besar adalah baik yaitu sebesar 81,8% sedangkan pola asuh gizi

balita yang kurang baik sebesar 7,8%.

4.1.3.2 Status Gizi

Dari hasil penelitian terhadap balita usia 6-24 bulan didapat distribusi status

gizi sebagaimana terlihat pada tabel 4.6.

Page 56: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

40

Tabel 4.6. Distribusi Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki

No. Status Gizi Jumlah Persentase 1. Kurang 11 14,3% 3. Baik 66 85,7%

Total 77 100,0%

Tabel 4.6. menjelaskan bahwa sebagian besar balita usia 6-24 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Pasirkaliki memiliki status gizi baik yaitu sebesar 85,7% dan

sebagian kecil balita berstatus gizi kurang yaitu sebesar 14,3%.

4.1.3.3 Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Balita

Tabulasi silang hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki disajikan dalam gambar 4.1 dan

tabel 4.7.

Gambar 4.1. Status Gizi Balita Berdasarkan Pola Asuh Gizi

GIZI KURANG GIZI BAIK

Page 57: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

41

Tabel 4.7. Status Gizi Balita Berdasarkan Pola Asuh Gizi

No. Pola Asuh Gizi

Status Gizi Balita Total Kurang Baik jumlah persentase Jumlah Persentaae Jumlah persentase

1. Kurang 6 7,8% 0 0,0% 6 7,8% 2. Cukup 5 6,5% 3 3,9% 8 10,4% 3. Baik 0 0,0% 63 81,8% 63 81,8%

Total 11 14,3% 66 85,7% 77 100,0%

Berdasarkan Gambar 4.1. dan Tabel 4.7. dapat dilihat untuk anak dengan pola

asuh gizi kurang yang berstatus gizi kurang sebesar 7.8% dan yang berstatus gizi

baik tidak ada. Anak dengan pola asuh gizi baik didominasi oleh anak yang

berstatus gizi baik sebesar 81.8% sedangkan yang bergizi kurang tidak ada

seorang pun.

Hasil pengujian hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24

bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki dengan menggunakan analisis

statistik korelasi rank Spearman didapatkan value 0,884 dan Pvalue 0,000. Hasil

uji tersebut memperlihatkan Pvalue memiliki nilai kurang dari 0.05. Jika kita

menetapkan taraf arti 0.05, maka pengujian tersebut signifikan artinya terdapat

hubungan baik dalam asosiasi mapun perindividu antara pola asuh gizi dengan

status gizi balita, di mana hubungannya positif yang cukup besar yaitu 0.884,

artinya terdapat hubungan searah antara pola asuh ibu terhadap status gizi anak,

sehingga apabila pola asuh meningkat maka status gizi anak meningkat atau

apabila pola asuh anak menurun maka status gizi anak turun.

Page 58: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

42

4.2. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Keterbatasan

penelitian dengan rancangan cross sectional adalah penelitian ini hanya melihat

status gizi pada suatu waktu saja dan hanya menggunakan indeks antropometri

BB/U.

Seperti yang telah diketahui bahwa status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh

pola asuh gizi saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti penyakit

infeksi, genetik, dan keadaan psikologis. Sehingga faktor-faktor tersebut dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

Pada saat pengumpulan data, ingatan responden 2 serta keterampilan dan

kemampuan pewawancara dalam mendapatkan atau menggali informasi yang

lengkap sangat dibutuhkan. Pada saat pengumpulan data terdapat pertanyaan

mengenai riwayat kelahirannya dulu untuk memenuhi kriteria inklusi (bayi lahir

sehat dan cukup bulan) dan pola asuh gizi yang dilakukan pengasuh (ibu) terhadap

balitanya dari sejak lahir seperti praktek pemberian makanan/minuman prelaktal

dan pemberian kolostrum sehingga dibutuhkan kemampuan responden untuk

mengingat kembali yang memungkinkan terjadinya recall bias, selain itu mungkin

terdapat kesalahan sewaktu mewawancara.

4.2.1 Pola Asuh Gizi Balita Usia 6-24 Bulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki sebagian besar pola asuh gizi balita adalah baik yaitu sebanyak 66

responden (81,8%).

Page 59: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

43

Pola asuh gizi merupakan praktek dalam rumah tangga yang diwujudkan

dengan tersedianya pangan dan pemberian makan dikaitkan dan tertuju pada

perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup,

pertumbuhan, dan perkembangan anak.6 Pola asuh gizi di sini mencakup praktek

penyusuan (pemberian makan/minuman prelaktak, kolostrum, ASI eksklusif, dan

praktek penyapihan) dan pemberian MP-ASI. Pengasuhan anak dapat diartikan

didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak,

nenek, pengasuh) dalam memberikan makanan, pemelihaaraan kesehatan,

memberikan stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk

tumbuh kembang juga termasuk tentang kasih sayang dan tanggung jawab orang

tua.

Dari hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kecamatan

Cicendo sebagian besar pola asuh gizi adalah baik karena balita diasuh oleh ibu

kandungnya sendiri karena pegasuhan anak terutama peran ibu di dalam

pemberian makanan sangat penting. Interaksi yang baik dan penuh kasih sayang

antara ibu dan anak sangat penting dalam upaya pemberian makanan anak.

Banyaknya porsi yang dapat dihabiskan anak tergantung pada bagaimana ibu

memberikan makan pada anak seperti bagaimana membujuk anak makan,

menciptakan suasana yang nyaman saat makan, berperilaku ramah terhadap anak

saat makan, menghindari pertengkaran/gangguan sewaktu makan. Hal tersebut

sesuai dengan teori bahwa pemberian makan kepada balita harus secara responsif

dan aktif.

Page 60: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

44

Dari hasil wawancara sebagian besar pengasuh melakukan penyusuan yang

baik pula, tidak diberikan makan/minuman prelaktal, diberikan kolostrum,

pemberian ASI sebagian besar dilakukan eksklusif, dan penyapihan belum

dilakukan pada usia sebelum 12 bulan. Walaupun praktek penyusuannya dapat

dikatakan kurang baik tetapi pada pemberian MP-ASI selanjutnya dilakukan

dengan baik sesuai teori yang ada, maka pola asuh balita dapat tetap dikategorikan

baik.

Tingkat pendidikan ibu pun cukup berpengaruh dalam pengasuhan gizi untuk

anak. Sebagian besar pengasuh (ibu) memiliki tingkat pendidikan SMA atau

sederajat yaitu sebanyak 37 orang (48,1%) sehingga kemungkinan pengasuh

mengetahui bagaimana pemberian atau pola asuh gizi balita yang seharusnya

dilakukan baik dari segi praktek penyusuan maupun pemberian MP-ASI.

Untuk pola asuh gizi yang kurang baik, sebagian besar disebabkan oleh

pengasuh (ibu) yang kurang memperhatikan frekuensi makan, jenis makanan, dan

ibu yang kurang mengetahui usia berapa balita mulai diberi makanan tambahan,

dan penyapihan yang dilakukan lebih dini sehingga asupan gizi pada balita

kurang.

4.2.2 Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan

Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki

menunjukkan bahwa sebagian besar balita berstatus gizi baik yaitu sebanyak 66

balita (85,7%) dan status gizi kurang sebanyak 11 balita (14,3%).

Page 61: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

45

Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat dari pemakaian,

penyerapan, dan penggunaan makanan. Pada usia 6 bulan pertama kehidupan

sistem pencernaan belum siap untuk menerima makanan selain ASI dan

kebutuhan bayi akan makanan sudah cukup terpenuhi dengan ASI. Namun, pasca

usia tersebut ia memerlukan makanan tambahan yang dapat menunjang tumbuh

kembangnya. Pada usia ini jika hanya diberi ASI, kebutuhan asupan gizi bayi

masih belum terpenuhi seutuhnya. Jika memberikan makanan pendamping terlalu

awal (sebelum 6 bulan) berdampak kurang baik terhadap kesehatannya.

Dari hasil penelitian di Kecamatan Cicendo masih ditemukan balita dengan

status gizi kurang karena masih ditemukan ibu yang kurang memperhatikan

frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan yang harus diberikan pada

balita, dan ibu yang kurang mengetahui usia berapa balita mulai diberi makanan

tambahan sehingga asupan gizi pada balita kurang. Selain itu, masih didapatkan

ibu yang masih bekerja sehingga harus menyapih anaknya lebih dini.

4.2.3 Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan

Berdasarkan hasil tabulasi silang pola asuh gizi dengan status gizi balita di

Kecamatan Cicendo diketahui bahwa balita dengan pola asuh gizi kurang

berstatus gizi kurang sebesar 7,8% dan yang berstatus gizi baik tidak ada. Untuk

anak dengan pola asuh gizi baik semuanya memiliki status gizi baik yaitu 81,8%

dan yang berstatus gizi kurang tidak ada.

Hal tersebut di atas sesuai dengan pernyataan Mentri Kesehatan Republik

Indonesia yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pola

Page 62: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

46

asuh gizi/makanan yaitu kemampuan keluarga untuk memberikan makanan

kepada bayi dan anak, khususnya pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-

ASI. Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang diterapkan oleh

pengasuh dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan

stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh

kembang juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab

orang tua.20

Teori di atas sesuai dengan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas

Pasirkaliki Kecamaatan Cicendo bahwa pola asuh gizi berhubungan dengan status

gizi balita. Interaksi yang baik dan penuh kasih sayang antara ibu dan anak sangat

penting dalam upaya pemberian makanan karena banyaknya porsi yang dapat

dihabiskan anak tergantung pada bagaimana ibu memberikan makan pada

anaknya. Seorang ibu yang mengerti tentang pentingnya makanan untuk anaknya

akan memberikan efek yang baik terhadap status gizi anak. Ibu yang kurang

memperhatikan frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan yang harus

diberikan pada balita, mulai usia berapa balita harus diberi makanan tambahan,

dan kesibukan orang tua karena kerja akan mengakibatkan asupan gizi pada balita

kurang.

Pada praktek penyusuan, sebagian besar balita usia 6-24 bulan yang berstatus

gizi baik telah mendapatkan penyusuan yang baik pula mulai dari tidak

diberikannya makanan/minuman prelaktal, diberikannya kolostrum, pemberian

ASI eksklusif, dan sebagian besar balita belum disapih. Meskipun terdapat

beberapa responden yang melakukan praktek penyusuan kurang sempurna namun

Page 63: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

47

pengasuh (ibu) mengganti ASI dengan makanan PASI yang sesuai dan dengan

takaran dan frekuensi yang sesuai pula. Sehingga status gizi balita tetap baik.

Page 64: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1) Pola asuh gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki

sebesar 81,8% adalah baik.

2) Status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki

sebesar 85,7% adalah baik.

3) Terdapat hubungan yang signifikan (Pvalue = 0,000) dan positif (value =

0,822) antara pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki.

5.2. Saran

1) Perlu diberikan pembinaan dan penyuluhan yang berkesinambungan kepada

ibu balita tentang status gizi anak dan pola asuh gizi anak untuk

mempertahankan status gizi balita yang sudah baik dan meningkatkan status

gizi dari kurang menjadi baik.

2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola asuh gizi balita dan

status gizi balita yang lebih memperhatikan distribusi sampel misal dilakukan

di lebih banyak Posyandu dan dengan kuesioner yang lebih disempurnakan.

Page 65: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

49

DAFTAR PUSTAKA

1. Santoso S. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta; 2004. 2. Whitney EN, Rolfes SR. Understanding Nutrition. 8th ed. United State of

America: Wadsworth Publishing Company; 1999. Page 3-6 and 501-512. 3. Akhmadi. Permasalahan Gizi di Indonesia [dokumen di internet]. Rajawana;

2009 [diakses 15 April 2010]. Tersedia di http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/384-permasalahan-gizi-di-indonesia.html

4. Depkes-RI. Perkembangan Program Perbaikan Gizi Masyarakat [dokumen di internet]. Direktorat Gizi Masyarakat; 2004 [diakses 15 April 2010]. Tersedia di www.gizi.net/.../Penanggulangan%20Gizi%20menkes-1Juni%202005.doc

5. Waspadji S, Suyono S. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: Instalasi Gizi RSCM; 2003.

6. Prahesti A. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Gangguan Pertumbuhan (Growth Faltering) pada Anak Usia 0-12 Bulan di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2001.

7. Departemen Kesehatan RI. Spesifikasi dan Pedoman dan Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instan untuk Bayi Umur 6-11 Bulan. Jakarta; 2003.

8. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2008.

9. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat 2007. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi; 2007.

10. Dinas Kesehatan Kota Bandung. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2008. 2009.

11. Baliwati, Farida Y, Khomsan A, Dwiriani M. Pengantar Pangan dan Swadaya Gizi. Swadaya, 2004.

12. Unicef. UNICEF and the Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (GSIYCF) [dokumen dari internet]. UNICEF; 2002 [diakses 10 Juni 2010]. Tersedia di: www.unicef.org/nutrition/files/FinalReportonDistribution.pdf. diakses 8 Juni 2010.

13. Depkes RI. Makanan Pendamping ASI. Jakarta; 2000. 14. Savage K. Menolong Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 1991. 15. Butte NF, Lopez-Alacron MG, Garza C. Nutrient Adequacy of Exclusive

Breastfeeding for The Term Infant During The First Six Months of Life.. Geneva: WHO; 2002. Page 1-10.

Page 66: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

50

16. Depkes RI. Manajemen Laktasi. Jakarta: 2005. 17. WHO. Complementary Feeding of Young Children in Developing Countries:

A Review of Current Scientific Kowledge. 1998. 18. World Organization in Collaboration with Food and Agriculture Organization

of The United Nations. Safe Preparation, Storage and Handling of Powdered Infant Formula. Switzerland: WHO Press; 2007. Page 8-20.

19. WHO. Guiding Principles for Feeding Non-Breastfed Children 6-24 Months of Age. 2005.

20. WHO. Complementary Feeding [dokumen dari internet]. WHO; 2010 [diakses 8 Juni 2010]. Tersedia di: http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/index.html.

21. Dewey K. Guiding Principles for Complementary Feeding of The Breastfed Child. WHO; 2004.

22. Usman. Baku Rujukan WHO 2005 [dokumen daari internet]. Wordpress; 2009 [diakses 15 Agustus 2010]. Tersedia di: http://gizikom.wordpress.com/psg/who2005/.

Page 67: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

51

LAMPIRAN

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH MENDAPAT PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : Pekerjaan :

setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan risiko penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul: “Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung” dengan sukarela menyetujui diikutsertakan diri saya dan anak saya,

Nama : Umur : Jenis kelamin :

dalam penelitian tersebut, dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan berhak membatalkan persetujuan ini.

Bandung, .........................2009

Penanggung jawab penelitian Mengetahui: Yang menyetujui: responden

(RAFI RIZKI) (...........................................)

Page 68: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

52

Lampiran 2 LEMBAR KUESIONER

Tanggal : ........................... No. Responden : ........................... (diisi oleh peneliti)

A. Identiatas Ibu Nama : ....................................................................... Pendidikan terakhir : ....................................................................... Alamat : ....................................................................... Pekerjaan : .......................................................................

B. Data Anak

1. Identitas Anak Nama anak : ....................................................................... Jenis kelamin : ....................................................................... Tempat/tanggal lahir anak : ....................................................................... Umur anak : .......................................................................

2. Riwayat kelahiran Berat badan lahir : ....................................................................... Waktu lahir : ................................. (cukup

bulan/prematur) 3. Nilai antropometri Berat badan saat ini : ....................................................................... Tinggi badan saat ini : .......................................................................

C. Pola Asuh Gizi

Praktek Penyusuan pada 6 Bulan Pertama setelah Kelahiran 1. Apakah anak anda disusui atau pernah disusui ASI?

a. Ya b. Tidak

2. Di awal setelah kelahirannya apakah bayi anda mendapatkan makanan/minuman selain ASI sebelum disusui ASI (mak/min prelaktal)?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah di awal setelah kelahirannya bayi anda diberi ASI yang keluar pertama kali, yang berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental dari ASI biasanya (kolostrum)?

a. Ya b. Tidak

4. Sampai usia berapa bayi anda hanya mendapatkan ASI saja tanpa susu formula atau makanan tambahan apapun (ASI eksklusif)?

a. usia 4-5 bulan b. usia 6 bulan

c. sebelum 4 bulan atau setelah 6 bulan

Page 69: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

53

Untuk ibu yang memberikan susu formula/makanan pengganti ASI pada bayinya jawablah pertanyaan no. 6-10! 5. Jenis susu pengganti yang anda berikan adalah?

a. Susu bayi/formula b. Susu sapi

6. Apakah makanan pengganti ASI (susu formula) yang anda berikan sesuai takaran dalam kemasan?

a. Ya b. tidak

7. Berapa lama anda pernah menunda pemberian susu formula yang telah anda buat?

a. Kurang dari 2 jam b. 2-3 jam

c. Lebih dari 3 jam

8. Bagaimana cara pembuatan susu untuk bayi anda?

a. Susu diseduh dengan air panas mendidih lalu diamkan agar dingin b. Air panas dicampur dengan air dingin lalu diberi susu c. Susu diseduh air panas mendidih lalu dicampur dengan air dingin

9. Berapa lama anak anda setiap kali menyusu (baik ASI maupun susu

formula)? a. Tidak tentu b. Sekitar 15-30 menit

c. Sampai anak tertidur atau berhenti dengan sendirinya

11. Kapan anda memberikan bayi anda ASI/susu formula?

a. Setiap 4 jam sekali b. Pagi, siang, dan sore/malam

c. Kapan pun jika anak menginginkannya

12. Apakah saat ini anak ibu telah berhenti menyusu ASI (disapih)?

a. Sudah b. Belum

13. Berapa usia anak anda saat berhenti disusui ASI? a. Kurang dari 1 tahun b. Lebih dari 1 tahun

Apa alasan anda pemberian ASI dihentikan? ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Praktek Pemberian MP-ASI 14. Makanan apa yang harus diberikan pada balita berusia 6-8 bulan?

a. ASI b. ASI dan bubur halus c. ASI dan bubur kasar

Page 70: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

54

15. Makanan apa yang harus diberikan pada balita usia 9-11 bulan? a. ASI dan bubur halus b. ASI dan bubur kasar c. ASI dan makanan keluarga/dewasa

16. Makanan apa yang harus diberikan pada balita usia 12-24 bulan?

a. ASI dan bubur halus b. ASI dan bubur kasar c. ASI dan makanan keluarga/dewasa

17. Usia berapa anak anda mulai diberi makanan tambahan (makanan selain

ASI)? a. kurang dari usia 4 bulan b. usia 4-5 bulan c. usia 6 bulan atau lebih

18. Berapa kali anda memberikan makanan tambahan pada anak anda dalam

sehari? a. 2-3 kali atau 3-4 kali b. Kurang dari 2 kali atau lebih dari 4 kali c. 4-5 kali

19. Apa yang anda lakukan jika anak anda merasa bosan dengan menu yang

anda berikan? a. Memberikan variasi pada makanan b. Memaksa anak untuk tetap mamakannya c. Membiarkan anak untuk tidak memakannya

20. Bila anak sedang makan apa yang biasa anda lakukan?

a. Menyuruh anak untuk cepat menghabiskannya b. Tidak membuat anak terburu-buru c. Mengajak anak berbicara saat makan

21. Biasanya apa tindakan anda bila anak berhenti makan?

a. Tunggu sebentar dan tawarkan lagi b. Membiarkan dan meninggalkan agar anak mandiri c. Membiarkan saja

22. Apabila anak tidak mau makan biasanya apa yang anda lakukan?

a. Memberikan vitamin dan membiarkannya tidak makan b. Memaksanya agar cepat makan c. Membujuknya agar tetap makan

23. Apa yang anda lakukan jika anda sedang sibuk dan anak anda minta makan?

a. Menyelesaikan pekerjaan kemudian baru memberikan makan

Page 71: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

55

b. Membiarkannya dan tidak menghiraukannya c. Segera memberikannya makan

24. Apakah anda marah jika anak anda masih belum mau makan?

a. ya b. tidak

25. Apakah anda memuji jika anak anda mau makan dengan lahap?

a. ya b. tidak

26. Apakah anda menggunakan botol/dot untuk memberikan minum anak

anda? a. Ya b. tidak

27. Apakah anak anda mendapatkan makanan sejenis ikan, daging, telur, atau

makanan yang mengandung lemak/protein hewani seperti santan atau minyak ikan setiap harinya?

a. Ya b. tidak

28. Saat anak anda sakit, apakah anak anda menyusu atau minum lebih

sering? a. Ya b. Tidak

29. Setelah anak anda sembuh, apakah anda memberikan makanan lebih sering dari biasanya dan mendorongnya untuk makan lebih banyak?

a. Ya b. tidak

_Terima Kasih_

Page 72: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

56

Lampiran 3

Page 73: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

57

Lampiran 4

Page 74: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

58

Lampiran 5

DATA HASIL KUESIONER

Page 75: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

59

Lampiran 6

Crosstab

POLAASUH

Total 2.00 3.00 4.00

STATUSGIZI 1.00 Count 0 3 63 66

% of Total .0% 3.9% 81.8% 85.7%

2.00 Count 6 5 0 11

% of Total 7.8% 6.5% .0% 14.3%

Total Count 6 8 63 77

% of Total 7.8% 10.4% 81.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 61.688a 2 .000

Likelihood Ratio 52.573 2 .000

Linear-by-Linear Association 60.148 1 .000

N of Valid Cases 77

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .86.

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.890 .037 -16.870 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.884 .061 -16.389 .000c

N of Valid Cases 77

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Page 76: PERINGATAN !!!elibrary.unisba.ac.id/files/Rafirizki_10100106015_skr_2010_Hubungan_pola_asuh.pdfpelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. ... ini adalah pola

60

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rafi Rizki, lahir di Majalengka pada tanggal 23 November 1988 dari pasangan suami istri Aunurrofik dan Yani Iryani. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri IV Majalengka Kulon tahun 2000, sekolah menengah pertama di SMP Plus Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya tahun 2003, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Majalengka tahun 2006. Sejak tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.

Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis di antaranya Pramuka SMP Plus Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya (2000-2001), Hizbul Wathon SMP Plus Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya (2001-2002), ROHIS SMAN 1 Majalengka (2003-2005), Ganesha Pecinta Alam SMAN 1 Majalengka (2003-sekarang), KSR unit Unisba (2007-sekarang), dan BEM Universitas Islam Bandung (2007-2008).

Prestasi yang pernah diraih oleh penulis adalah juara 2 lomba melukis payung geulis se-Tasikmalaya (2000) dan juara 3 Lomba Tingkat IV Jawa Barat (2001).