Upload
vothu
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG TUA
DENGAN KONSEP DIRI REMAJA TUNA DAKSA DI SLB-D/YPAC SURAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Sidang Sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Semester Ganjil Tahun Akademik 2010-2011
Dosen Pembimbing I : Dr. Endang Pudjiastuti, M.Pd.
Dosen Pembimbing II : Hj. Reni Adijanti Soemitro, Dra,Msi
Di Susun oleh :
Nama : Shinta Utami
NPM : 10050003154
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG
TUA DENGAN KONSEP DIRI REMAJA TUNADAKSA DI SLB-D/YPAC
SURAKARTA
Nama : Shinta Utami
NPM : 10050003154
Bandung, December 2010
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Menyetujui,
Dr. Endang Pudjiastuti, M.Pd Hj. Reni A Soemitro, Dra, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
DR. Umar Yusuf, S.Psi.,M.Si., Psikolog
Dekan Fakultas Psikologi
i
ABSTRAK
Shinta Utami (10050003154). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua dengan Konsep Diri Pada Remaja Tunadaksa Di SLB/D-YPAC Surakarta.
Hasil penelitian yang dilakukan para ahli klinis terhadap reaksi orang tua yang mengetahui anaknya mengalami kecacatan, ada dua tahapan reaksi sampai mereka menyadari dan berusaha untuk dapat menerima kecacatan anaknya. Tahap pertama, mereka mengalami shock, mengalami goncangan batin dan tidak mempercayai kenyataan kecacatan yang diderita anaknya. Tahap kedua, mereka sering merasa bersalah dan menyangkal kenyataan yang dihadapinya. Berdasarkan data Pusdatin Departemen Sosial tahun 2007, jumlah penyandang cacat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Susan V.Rezen dan Carl Hausman (1985) menyebutkan beberapa reaksi psikologis yang biasa timbul pada mereka yang cacat, yaitu menolak, melakukan proyeksi, marah, merasa depresi (tertekan) dan akhirnya mereka baru bisa menerima kenyataan akan keadaan dirinya. Keadaan ini tidak terlepas dari bagaimana lingkungan menerima dan mempengaruhinya. Hurlock (1986) mengatakan bahwa cacat fisik yang ada pada diri seseorang dapat menimbulkan perasaan malu dan rendah diri sehingga hal ini membuat orang tersebut memiliki konsep diri negatif.
Penelitian ini dilaksanakan di SLB-D/YPAC Surakarta dengan populasi sebanyak 40 orang dan sampel sebanyak 32 orang. Metode penelitian yang digunakan untuk menguji Variabel X (Persepsi terhadap penerimaan orang tua) dan Variabel Y (Konsep diri) adalah uji koefisien korelasi Rank Spearman.
Hasil perhitungan korelasi Variabel X (Penerimaan orang tua) dengan Variabel Y (Konsep diri) sebesar 0,634. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara persepsi terhadap penerimaan oarang tua dengan konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta. Adapun arah persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri adalah positif. Dengan demikian kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua terhadap konsep diri adalah sebesar 40,17 % artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua memberikan kontribusi sebesar 40,17 % terhadap konsep diri.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ .....iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 12
1.4.1 Kegunaan Teoritis………………...…................................... 12
1.4.2 Kegunaan Praktis……………………………………………. 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Tentang Remaja ............................................................... 13
2.1.1 Pengertian Remaja ................................................................. 13
2.1.2 Batasan Usia Remaja ............................................................. 14
2.1.3 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja .................................... 15
2.2 Persepsi Penerimaan Orang Tua ..................................................... 16
2.2.1 Pengertian Persepsi ................................................................ 16
2.2.2 Persepsi anak Tunadaksa Terhadap Orang Tua ..................... 19
2.2.3 Pengertian Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak .............. 20
2.2.4 Aspek- aspek Penerimaan Orang Tua .................................... 22
2.2.5 Sikap Orang Tua Terhadap Anak Tunadaksa ........................ 25
2.3 Konsep Diri .................................................................................... 26
2.3.1 Pengertian Konsep Diri ..................................................... ….26
2.3.2 Komponen- Komponen Konsep Diri ................................ …. 29
vii
2.3.3 Pembentukan Konsep Diri ................................................ … 30
2.3.4 Sumber-Sumber Konsep Diri………………………………..33
2.3.5 Ciri-ciri Konsep Diri..………………………..……………...34
2.3.6 Perkembangan Konsep Diri.………….. ……………….……35
2.3.7 Konsep Diri Sebagai Aspek Kepribadian……....……………37
2.3.8 Konsep Diri Anak Tunadaksa…………………..……….......38
2.4 Tunadaksa ....................................................................................... 40
2.4.1 Pengertian Tunadaksa……...……………………………......40
2.4.2 Klasifikasi Tunadaksa………………………………….........40
2.4.3 Penyebab Tunadaksa…………………………….................. 46
2.4.4 Karakteristik Tunadaksa...…………………………………..48
2.4.5 Perkembangan Fisik Tunadaksa……...…………………......49
2.4.6 Perkembangan Kognitif Tunadaksa….….…………….........49
2.4.7 Perkembangan Emosi Tunadaksa………………………...... 50
2.4.8 Perkembangan Sosial Tunadaksa...…………..……………..50
2.4.9 Perkembangan Kepribadian Tunadaksa………………......... 51
2.5 Hubungan Antara Persepsi Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep
Diri Pada Remaja Tunadaksa .......................................................... 51
2.6 Kerangka Pikir……………………………………………………. 55
2.6.1 Skema Kerangka Berpikir ................................................. ….58
2.7 Hipotesis Penelitian………………………………………………. 59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 60
3.1.1 Metode Penelitian……………………............……………… 60
3.1.2 Variabel Penelitian……………………............……..……… 60
3.2 Operasional Variabel ....................................................................... 61
3.2.1 Variabel Pertama Persepsi Penerimaan Orang Tua…………. 61
3.2.2 Variabel Kedua Konsep Diri...................................................61
3.3 Alat Ukur ......................................................................................... 62
3.3.1 Skala Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua....................62
viii
3.3.2 Skala Konsep Diri.............................................…………….. 63
3.4 Populasi dan Sampel........................................................................64
3.4.1 Subjek Penelitian.....................................................................64
3.5 Prosedur Penelitian...........................................................................66
3.5.1 Tahap Persiapan ..................................................................... 66
3.5.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ................................................ 67
3.5.3 Tahap Pengumpulan Data ...................................................... 69
3.5.4 Tahap Pengolahan Data .......................................................... 69
3.5.5 Tahap Pembahasan ................................................................. 70
3.5.6 Tahap Akhir ............................................................................ 70
3.6 Perhitungan Statistik.........................................................................70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 73
4.2 Hasil Dan Pengolahan Data.............................…………………… 74
4.2.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Dengan Konsep Diri ............................................................... 74
4.2.2 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Aspek Memahami Kebutuhan Anak Dengan Konsep Diri .... 75
4.2.3 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Aspek Bersikap Adil Dengan Konsep Diri ............................ 77
4.2.4 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Aspek Tidak Menyalahkan Anak Dengan Konsep Diri ......... 79
4.2.5 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Aspek Sikap Protektif Dengan Konsep Diri ........................... 81
4.2.6 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Aspek- Aspek Persepsi
Terhadap Penerimaan Dengan Konsep Diri ........................... 83
4.2.7 Hasil Pengujian Median (Me) Antara Persepsi Terhadap
Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep Diri ........................ 84
4.3 Pembahasan………… …………………...………………………..84
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………..………91
5.2 Saran……………………………………………………………....92
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................93
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Dengan
Konsep Diri.......................................................................................................76
2. Tabel 4.2 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek
Memahami Kebutuhan Anak Dengan Konsep Diri...........................................78
3. Tabel 4.3 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek
Bersikap Adil Dengan Konsep Diri...................................................................80
4. Tabel 4.4 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek
Tidak Menyalahkan Anak Dengan Konsep Diri...............................................82
5. Tabel 4.5 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek
Sikap Protektif Dengan Konsep Diri................................................................83
6. Tabel 4.6 Visualisasi Hasil Korelasi Antara Persepsi Terhadap Penerimaan
Orang Tua Dengan Konsep Diri........................................................................85
7. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Median Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Dengan Konsep Diri..........................................................................................85
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Validitas Variabel Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua........1
2. Lampiran Validitas & Reliabilitas Variabel Persepsi Terhadap Penerimaan
Orang Tua.........................................................................................................3
3. Lampiran Validitas Variabel Konsep diri.........................................................6
4. Lampiran Validitas & Reloabilitas Variabel Konsep diri.................................8
5. Lampiran Data Item Yang Dipakai Dalam Perhitungan.................................11
6. Lampiran Item Positif & Negatif Variabel Persepsi Terhadap Penerimaan
Orang Tua.......................................................................................................15
7. Lampiran Item Positif & Negatif Variabel Konsep Diri.................................19
8. Lampiran Alat Ukur Konsep Diri...................................................................23
9. Lampiran Alat Ukur Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua...................27
10. Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk
Pengukuran......................................................................................................30
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena kebesaran
dan kasih saying yang tiada henti-hentinya setiap waktu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep Diri Remaja Tunadaksa Di SLB-D/YPAC
Surakarta”. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, berkat perjuangannyalah
kita semua disini.
Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti sidang sarjana Fakultas
Psikologi Universitas Islam Bandung. Penulis menyadari selama proses penyelesaian skripsi
ini menghadapi hambatan dan rintangan yang tidak dapat dihindari. Syukur Alhamdulillah
berkat bimbingan, bantuan, sumbangan pikiran dan dorongan dari berbagai pihak yang selalu
menyertai penulis, akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi ini walaupun masih jauh
dari kesempurnaan yang diharapkan.
Wassalamualaikum Wr Wb
Bandung, Oktober 2010
Penulis
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa, rahmat dan salam tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan
Orang Tua Dengan Konsep Diri Remaja Tunadaksa Di SLB-D/YPAC Surakarta” ini,
bertujuan untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat kelulusan Sarjana Psikologi di Universitas
Islam Bandung.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan
dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk berada di dunia
ini, menerima berkah dan rahmat dalam menjalani kehidupan yang dititipkan-Nya, dan
selalu belajar bersabar atas cobaan-Nya.
2. Keluarga Tercinta : H. Roehminta R ayahanda tercinta, Hj. Balkis Ibunda tercinta, serta
adik-adiku Rizky Dwi Prasojo, Nena Triyani, Iva Amirah. Keluarga yang selalu
memberikan dorongan, kasih sayang, perhatian dan doanya selama penyusunan skripsi
ini, dan yang selalu mengingatkan penulis untuk tidak pernah menyerah.
iv
3. DR. Endang Pudjiastuti, M.Pd, selaku pembimbing I yang bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Hj. Reni Adijanti Soemitro, Dra,Msi, selaku pembimbing II yang bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini,
tak henti-hentinya memberikan masukan dan saran, serta mau meluangkan waktu untuk
berdiskusi.
5. Yuli Aslamawati, Dra. selaku Dosen wali yang selalu memberikan dukungan dan
dorongannya selama masa kuliah sampai penyusunan skripsi ini.
6. Umar Yusuf, Drs., M.Si., Psikolog. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Bandung.
7. Ny. Hartatie Moesianto, Pengurus YPAC yang sangat membantu dalam memberikan
informasi, kerjasama dan bimbingannya.
8. Sahabat-sahabatku : Sandy Paul, Puri suantri, Okta Meridiana, Suci, Vikky Veatura
Arifin, atas saran yang diberikan, dukungan, dan semangat serta solusi yang tak kunjung
usai.
9. Teman-teman angkatan 2003 Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
10. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang telah
memberikan ilmu yang bermaanfaat bagi penulis dan banyak membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
v
Dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua.
Alhamdulillahirabbil‘alamin
Wassalamualaikum Wr Wb
Bandung, Oktober 2010
Penulis
1 Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan di
bentuk belum lah lengkap tanpa seorang anak. Kelahiran anak merupakan
dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Diharapkan, kelahiran anak
yang masih dalam kandungan bisa selamat, sehat dan tidak mengalami cacat
apapun. Namun saat penantian akan hadirnya penerus keluarga tersebut dapat
berubah menjadi menjadi kekecewaan saat mengetahui bahwa anak yang mereka
lahirkan tidak sempurna atau memiliki suatu kelainan. Reaksi umum yang terjadi
pada orang tua yang mengetahui anaknya mengalami kecacatan adalah sedih,
kecewa, merasa bersalah, menolak atau marah – marah (Cartwright, 1984 ; 280 ).
Hasil penelitian yang dilakukan para ahli klinis terhadap reaksi orang tua yang
mengetahui anaknya mengalami kecacatan, ada dua tahapan reaksi sampai mereka
menyadari dan berusaha untuk dapat menerima kecacatan anaknya. Tahap
pertama, mereka mengalami shock, mengalami goncangan batin dan tidak
mempercayai kenyataan kecacatan yang diderita anaknya. Tahap kedua, mereka
sering merasa bersalah dan menyangkal kenyataan yang dihadapinya. Reaksi dari
perasaan tersebut muncul dalam bentuk pertanyaan seperti “ mengapa kami
dicoba?, apakah kami melakukan kesalahan?”, dan masih banyak lagi pertanyaan
yang muncul dalam benak para orangtua. Begitu juga dengan anak itu sendiri
mereka tentunya tidak menginginkan dilahirkan dengan tubuh yang cacat.
2 Bab I Pendahuluan
Berdasarkan data Pusdatin Departemen Sosial tahun 2007, jumlah penyandang
cacat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada 2004, jumlahnya 2.063.840
orang, tahun 2006 sebesar 2.810.212 atau naik 746.372 (36%). Pada 2007 jumlah
penyandang cacat 3.063.559 atau naik 253.347 orang (9%). Dan Pada 2006
jumlah penyandang cacat di Indonesia diperkirakan mencapai 3,11 persen dari
populasi penduduk atau sekitar 6,75 juta, sementara Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan angka tersebut bisa mencapai 10 persen atau sekitar 20
juta jiwa. Dan di solo sendiri terdapat sekitar 1600 jiwa penyandang cacat.
Susan V.Rezen dan Carl Hausman (1985) menyebutkan beberapa reaksi
psikologis yang biasa timbul pada mereka yang cacat, yaitu menolak, melakukan
proyeksi, marah, merasa depresi (tertekan) dan akhirnya mereka baru bisa
menerima kenyataan akan keadaan dirinya. Keadaan ini tidak terlepas dari
bagaimana lingkungan menerima dan mempengaruhinya. Hurlock (1986)
mengatakan bahwa cacat fisik yang ada pada diri seseorang dapat menimbulkan
perasaan malu dan rendah diri sehingga hal ini membuat orang tersebut memiliki
konsep diri negatif.
Pengertian tunadaksa menurut hasil seminar Nasional, Puskurandik,
Balitbang, Depdikbud (dalam Mangunsong, 1998) adalah anak yang menderita
cacat akibat poliomyelitis, akibat kecelakaan, akibat keturunan, cacat sejak lahir,
kelayuan otot – otot, akibat peradangan otak dan kelainan motorik yang
disebabkan kerusakan pusat syaraf. Peneliti memilih subyek tunadaksa karena
kecacatan fisik umumnya sangat mudah diketahui atau dilihat oleh orang lain
sehingga akan banyak orang yang memberi tanggapan pada keadaan fisik mereka
dan secara tidak langsung fisik seseorang akan mempengaruhi kepribadiannya.
3 Bab I Pendahuluan
Definisi tunadaksa menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa, tunadaksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan
“daksa“ berarti tubuh. tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam
fungsinya yang normal. Secara umum, perkembangan manusia dapat dibedakan
dalam aspek psikologis dan fisik. Aspek fisik merupakan potensi yang
berkembang dan harus dikembangkan oleh individu, Pada anak-anak tunadaksa,
potensi itu tidak utuh karena ada bagian yang tidak sempurna. Secara fisik anak
tunadaksa secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali
bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh
oleh kerusakan itu dan dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, tunadaksa
biasanya menggantinya dengan bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada kerusakan
pada tangan kanan, sebagai gantinya tangan kiri akan lebih berkembang. Keadaan
tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik.
Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak
tersebut. Ditinjau dari aspek psikologis, remaja tunadaksa cenderung merasa
malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.
Musjafak dalam bukunya Othopedagogik Anak Tunadaksa (1995:72)
menyebutkan bahwa pada sekelompok anak yang memiliki keterbatasan sangat
berat, mereka tidak dapat menggunakan tangannya untuk mengambil suatu
barang, tidak dapat duduk, bangun dari duduk pun dibantu orang lain. Kelompok
lain mereka masih dapat berjalan meskipun tidak stabil dan menggunakan alat-alat
bantu. Kondisi seperti tersebut kadang-kadang menjadikan anak frustrasi dan
malu. Frustrasi dan malu yang berlebihan dapat mengganggu penyesuaian diri
4 Bab I Pendahuluan
anak sehingga mereka merasa terisolasi dari lingkungan masyarakat. Kesendirian
sebagai akibat rasa rendah diri merupakan tantangan dalam melakukan sosialisasi
dan penerimaan diri akan kelainan yang dimilikinya. Masalah tersebut muncul
akibat kelainan fisik yang dimiliki remaja tunadaksa yang memang berbeda bila
dibandingkan dengan remaja normal pada umumnya.
Ketika peneliti melakukan observasi di SLB/D-YPAC Surakarta, remaja
tunadaksa bersikap biasa saja seperti anak normal pada umumnya. Tampak tidak
ada sikap minder, malu dan rendah diri ketika berinteraksi. Sejauh yang peneliti
amati disana mereka memang memiliki keterbatasan fisik dan motorik yang
menyebabkan terbatasnya ruang gerak mereka tetapi kondisi tersebut tidak
membuat mereka merasa frustrasi, malu, perasaan rendah diri dan kurang dapat
bergaul. Justru sebaliknya, hal ini dapat terlihat ketika peneliti berada diantara
mereka, remaja tunadaksa tersebut begitu ramahnya menyambut kedatangan
peneliti. Ada diantara mereka yang tersenyum ramah, ada yang memberi salam
dan melambaikan tangan, bahkan ada yang langsung menyalami peneliti
meskipun dengan tertatih, beberapa diantara mereka begitu cekatan menggunakan
alat bantu yang dimilikinya seperti kursi roda dan tongkat. Begitu juga ketika
peneliti menanyakan nama dan kegiatan mereka, mereka sangat antusias dalam
menjawabnya. Sebut saja M salah satu siswa disana ketika berusia 4 tahun terkena
poliomyelitis, M sangat kooperatif ketika peneliti bertanya seputar kehidupan
sosialnya. M mengatakan dirumah dia juga bergaul dengan tetangga-tetangganya
yang sebaya dengannya yang tidak mengalami kecacatan seperti dirinya. M
mengatakan ketika kecil teman-temannya sering mengejeknya “pincang” tapi hal
itu tidak membuat M sedih dan lantas tidak mau lagi bergaul dengan mereka.
5 Bab I Pendahuluan
Biasanya M menanggapinya dengan mengejek balik mereka atau menjulurkan
lidah. Begitu juga dengan Y yang cacat juga dikarenakan terkena poliomyelitis
ketika berumur 5 tahun Y juga sangat ramah ketika peneliti bertanya seputar
kehidupannya. Y mengatakan di rumah Y diperlakukan sama dengan adik-
adiknya dalam hal disiplin meskipun dalam beberapa hal Y mendapat toleransi
karena keadaannya, Y mengatakan kondisi fisiknya tidak membuatnya minder
atau rendah diri , Y juga menceritakan ia ingin sekali melanjutkan sekolahnya
sampai ke perguruan tinggi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada orang tua, para
pengajar dan kepala sekolah disana diperoleh keterangan bahwa siswa yang
bersekolah disana dapat bersosialisasi dengan baik, baik dengan sesama teman-
teman yang memiliki kondisi yang sama maupun dengan teman –teman mereka
yang normal. Hanya saja dikarenakan mereka memiliki keterbatasan fisik
beberapa hal menyulitkan mereka seperti berolah raga, menggunakan tangga, akan
tetapi hal tersebut tidak langsung menghentikan mereka melakukan hal tersebut,
mereka tetap mampu melakukan hal itu.
Menurut penuturan orang tua mereka, anak mereka mengalami kesulitan
dalam beraktifitas ketika bermain dengan anak-anak normal atau sepupu-
sepupunya akan tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi minder atau rendah
diri bila bergaul dengan mereka, memang ada beberapa teman yang suka
mengejek kecacatan yang dimiliki mereka akan tetapi respon yang diberikan
biasanya mereka hanya tertawa atau menjulurkan lidah dan kembali bermain.
Menurut beberapa orang tua, mereka juga sering mengikuti lomba – lomba yang
6 Bab I Pendahuluan
diadakan baik itu dilingkungan sekitar maupun di lingkungan sekolah. Sedangkan
menurut pengajar dan kepala sekolah, mereka mengatakan bahwa anak didik
mereka memiliki rasa percaya diri yang baik. Hal ini dapat diketahui dari
pengamatan bila ada yang melakukan penelitian ke sekolah tersebut dan
melibatkan anak didik mereka, para siswa tersebut sangat membuka diri dan tidak
merasa takut berhadapan dengan orang yang baru mereka kenal. Dan masih dari
penuturan orang tua mereka, anak mereka sudah bisa menerima kekurangan yang
mereka miliki walaupun pada awalnya mereka sedih dan terkadang
mempertanyakan mengenai kecacatannya.
Fenomena yang dipaparkan di atas, sekilas dapat terlihat bagaimana
perkembangan sosial anak tunadaksa yang berada di sekolah tersebut.
Berdasarkan sikap positif dan perilaku yang ditampilkan mereka, peneliti menarik
kesimpulan bahwa remaja tunadaksa disana memiliki konsep diri yang positif.
Menurut Burns (1993), konsep diri yang positif berarti memiliki rasa percaya diri
yang tinggi, penerimaan diri yang positif , serta penghargaan diri yang positif.
Hal tersebut diatas sangat menarik perhatian peneliti untuk diteliti.
Menariknya disini adalah bagaimana terbentuknya konsep diri positif pada remaja
tunadaksa tersebut dengan melihat kondisi kecacatan yang mereka miliki. Seperti
yang diketahui lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial anak sehingga
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pada anak yang mempunyai kelainan sangat membutuhkan kehadiran dan
perhatian orangtuanya. Kehadiran dan perhatian orang tua tersebut dibutuhkan
7 Bab I Pendahuluan
dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan mereka dalam hubungan sosial dan
mengambil keputusan sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa
orang tua yang meiliki anak tunadaksa mengenai bagaimana sikap mereka dalam
menerima kehadiran anak mereka yang cacat. Pada awalnya, mereka sulit
menerima keadaan anak mereka yang cacat. Mereka masih sedih, malu dan
kecewa dengan kehadiran anak tersebut. Namun hal ini tidak berlangsung lama,
orang tua itu segera menyadari bahwa sikap menyesali tersebut tidak baik bagi
perkembangan anak mereka selanjutnya. Penyesalan terus menerus tidak akan
mengubah keadaan anak mereka. Pada akhirnya, para orang tua tersebut sudah
dapat menerima dengan tulus kehadiran anak mereka yang tunadaksa didalam
keluarga tersebut. Mereka berusaha memberikan perhatian, kasih sayang serta
perlakuan yang sama dengan saudara mereka yang lainnnya. Perhatian itu berupa
mengantar dan menjemput mereka ke sekolah, membantu mereka apabila
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah, membantu mereka agar
mandiri, menerapkan disiplin dan juga mendapat perlakuan yang sama dengan
saudaranya yang lain.
Menurut Rogers (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) bahwa penerimaan
merupakan dasar bagi setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya,
semua pengalaman-pengalamannya yang baik maupun yang buruk. Menurut
Corsini dan Marsella (1983 :26) untuk berkembang seseorang membutuhkan
penerimaan dari orang lain sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Jika
kebutuhan itu terpenuhi maka akan mengembangkan penghargaan yang positif
8 Bab I Pendahuluan
terhadap dirinya dan akhirnya akan mengarahkan pada pembentukan konsep diri
positif.
Dari apa yang diuraikan diatas, tentang konsep diri positif yang dimiliki oleh
remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta serta tentang bagaimana sikap
orangtua mereka yang bisa menerima kehadiran anaknya yang cacat. Berdasarkan
fenomena diatas peneliti ingin mengetahui seberapa erat hubungan antara konsep
diri positif pada remaja tunadaksa tersebut dengan sikap penerimaan orang tua
mereka.
Menurut Hurlock (1978 :4), konsep diri adalah pemahaman ataupun
gambaran seseorang mengenai dirinya dan konsep diri tidak terbentuk begitu saja
tetapi merupakan hasil dari pengaruh yang terus menerus dan timbal balik antara
seseorang dengan lingkungannya, khususnya lingkungan keluarga yaitu orang tua.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pembentukan konsep diri yaitu
persepsi, persepsi individu itu sendiri mengenai sikap orang lain terhadap dirinya.
Pada seorang anak , ia mulai berfikir dan merasakan dirinya seperti apa yang telah
ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orangtua,guru atau
teman-temannya.
Dari hal diatas dapat peneneliti simpulkan bahwa konsep diri seseorang
sangat bergantung pada persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain
terhadap dirinya. Khusunya dalam penelitian ini bagaimana remaja tunadaksa
mempersepsikan sikap penerimaan orangtuanya terhadap mereka.
9 Bab I Pendahuluan
Menurut Morgan dan kawan-kawan (1986 :107 ) persepsi merupakan
pengalaman sensoris yaitu pengalaman yang dialami individu melalui
penglihatan,pendengaran dan perasaan serta informasi yang ada dilingkungan
yang secara otomatis masuk kedalam proses pemikiran individu dan
diinterpretasikan.
Bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal salah satunya kebutuhannya saat itu. Individu akan mempersepsikan
positif sikap orang lain terhadap dirinya karena sesuai dengan kebutuhannya saat
itu. Pada remaja tunadaksa yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang
dari orang tuannya akan mempersepsikan positif terhadap sikap penerimaan
orangtuanya karena hal itu sesuai dengan kebutuhannya saat itu. Dari data yang
diperoleh ,sebagian besar remaja tunadaksa menyatakan bahwa kedua
orangtuanya sayang pada mereka, perhatian pada mereka dan suka membantu
mengerjakan PR dirumah.
Dari semua uraian diatas peneliti ingin melihat seberapa erat hubungan antara
konsep diri positif pada remaja tunadaksa tersebut dengan sikap penerimaan orang
tua mereka yang dipersepsikan oleh anak tunadaksa tersebut. Sehingga peneliti
tertarik untuk mengambil judul penelitiannya sebagai berikut : “Hubungan
antara Persepsi terhadap Penerimaan Orang tua dengan Konsep Diri
Remaja Tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta”.
10 Bab I Pendahuluan
1.2 Identifikasi Masalah
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak. Anak
cacat, khususnya anak tunadaksa sangat membutuhkan perhatian dan bimbingan
yang lebih dari orangtuanya, hal ini karena kekurangan yang ada pada mereka
mau tak mau membutuhkan perhatian khusus pada mereka sehingga diharapkan
anak tersebut dapat merasa nyaman dilingkungan yang normal. Penerimaan yang
tulus dan penuh kasih sayang dari lingkungan terutama dari keluarga yaitu kedua
orang tuanya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya.
Pada anak tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta yang sebagian besar
anaknya memiliki konsep diri yang positif , seberapa erat hubungan antara
konsep diri yang positif pada anak tunadaksa itu dengan persepsi mereka terhadap
penerimaan orang tua yang ingin diteliti oleh peneliti. Menurut Dra. Fransisca
Iriani Roesmala Dewi, M.Si. dalam disertasinya yang berjudul “Rehabilitasi
Psikososial: Pembentukan Konsep Diri dan Kemandirian Remaja Cacat Fisik”
mengatakan bahwa kepribadian anak tunadaksa dapat berkembang dengan baik
bilamana ada pengertian, perhatian dan sikap menerima dari orang – orang yang
ada dilingkungannya terutama orangtuanya.
Apabila para orang tua yang memiliki anak tunadaksa bisa menerima dengan
tulus kehadiran anak mereka yang cacat maka hal itu akan dapat mengarahkan
pada pembentukan konsep diri yang positif.
Dalam penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana sikap penerimaan orang
tua pada anaknya yang tunadaksa. Sikap penerimaan yang ditampilkan oleh orang
tua kemudian dipersepsikan oleh anak tunadaksa tersebut. Sebagian besar anak
11 Bab I Pendahuluan
tunadaksa tersebut mempersepsikan positif terhadap sikap penerimaan orang tua
mereka.
Adapun yang dimaksud dengan persepsi terhadap penerimaan orangtua
adalah pandangan anak tunadaksa terhadap penerimaan orang tuanya termasuk
perlakuan dan sikap penerimaan orang tua dalam memberikan perhatian dan
bimbingan sehubungan dengan pendidikan anaknya maupun tentang bagaimana
orang tua menerima kehadiran anak tunadaksa tersebut di dalam keluarga.
Konsep diri menurut Hurlock (1999:58) menyangkut gambaran fisik dan
psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan wajah atau penampakan lahiriah
(appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan
cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang
berbeda serta prestise yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat
psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan emosional.
Sedangkan definisi anak tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau
terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan
sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit,
kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (White House
Conference,1931).
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah yang akan diangkat
oleh peneliti adalah : “ Seberapa Erat Hubungan antara persepsi terhadap
penerimaan orang tua dengan konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-
YPAC Surakarta?”.
12 Bab I Pendahuluan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara persepsi penerimaan orangtua dengan konsep diri pada remaja
tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
orangtua yang memiliki anak cacat tentang bagaimana sikap penerimaan tulus dari
mereka dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak mereka.
1.4.2 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis
kepada disiplin ilmu Psikologi, khususnya Psikologi perkembangan khususnya
bagi perkembangan anak-anak tunadaksa, sehingga dapat berguna atau menjadi
masukan bagi peneliti lain.
13 Bab II Tinjauan Teoritis
BAB II
Tinjauan Teoritis
2.1 Tinjauan Tentang Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Menurut Piaget (dalam Muhammad Ali dan M. Astori. 2006 : 9)
mengatakan bahwa: Remaja masih suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi kedalam masyarakat dewasa dan suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan masa transisi yang
mengiginkan sesuatu yang baru, menurut Monhr (dalam Muhammad Ali dan
m. Assori. 2002 : 10) “Remaja masih belum mampu menguasai fisik maupun
psikisnya”. Namun yang perlu ditentukan disini adalah bahwa fase remaja
merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa umat potensial.
Adapun menurut Andi Mappiare (1982 : 12) “Remaja adalah kelompok manusia
yang penuh potensi”. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2001 : 137) “remaja
adalah periode peralihan kemasa dewasa” dimana mereka seyogyanya mulai
mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa”. Sedangkan menurut Sofyan S
Willis (1994) “Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke
masa”. Menurut Piaget (dalam Elizabeth, H,1991 :206), Secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak integritas dengan masyarakat (dewasa).
14 Bab II Tinjauan Teoritis
Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja, anatara lain,
puberteit, Adolescentia dan Youth. Istilah Puberteit dan Adolescentia berasal
dari bahasa latin yang berarti :
Puberteit : usia dewasa (the age of manhord) atau masa pertumbuhan rambut di
daerah tulah “pubic”(diwilayah kemaluan).
Adolescentia : tumbuh ke arah kematangan. Kematangan disini tidak hanya
berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psikologis.
2.1.2 Batasan Usia Remaja
Mengenai batasan usia remaja itu sendiri, para ahli memasukannya dalam
beberapa periode E. Hurlock (1973 : 2), membagi masa remaja menjadi dua
periode, yaitu :
1. Remaja awal (Early Adolescence), yaitu untuk usia 17 tahun untuk wanita dan
14 tahun untuk pria.
2. Remaja akhir ( late adolescence), yaitu mulai usia 17-21 tahun.
Andi Mappiare (1982 :27), dalam bukunya berjudul psikologi
perkembangan remaja, membagi usi remaja yang disesuaikan dengan keadaan di
Indonesia,yaitu :
1. Remaja awal, yaitu usia antara 12/13 – 17/18 tahun.
2. Remaja akhir, yaitu usia antara 17/18 – 21/22 tahun.
Menurut E.Hurlock (1990 :207), mengatakan bahwa masa remaja ini
disebut pula sebagai masa transisi, yang mana akan terjadi suatu perubahan
individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam periode ini, remaja mulai
15 Bab II Tinjauan Teoritis
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan bertingkah laku dan sikap kekanak-kanakan
menuju tingkah laku dan sikap yang matang . hal ini disebabkan karena pengaruh
terhadap keadaan fisik dan psikisnya, maka dalam masa remaja ini perlu adanya
usaha atas kesiapan untuk mengalami perubahan-perubahan tersebut.
2.1.3 Tugas- tugas Perkembangan Remaja
Andi Mappiere (1982) membagi tugas-tugas perkembangan remaja pada
umumnya adalah sebagai berikut :
1. Menerima keadaan jasmani. Pada remaja diharapkan dapat menerima keadaan
diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka sendiri ; bukan khayalan dan
impian. Mereka diharapkan memelihara keadaan jasmaninya, wajah,
kekuatan/kelembutan yang dimilikinya sendiri.
2. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya
antara dua jenis kelamin. Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai
sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial terutama
ditekankan pada hubungan (relasi) antara dua jenis kelamin yang merupakan
suatu kewajaran remaja saling mencari pasangan.
3. Menerima keadaan sesuai dengan jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti
kaumnya. Dalam masa remaja ini, diharapkan mereka menerima keadaan diri
sebagai pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya masin-
masing.
4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
Tugas perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dari
ketergantungan emosional seperti masa kanak-kanak, anak sangat bergantung
16 Bab II Tinjauan Teoritis
emosinya pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Dalam masa remaja
seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung semacam
ini.
5. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan
dengan ekonomi/keuangan. Tugas perkembangan ini merupakan satu diantara
tugas perkembangan remaja yang penting mengingat mereka kelak akan hidup
sebagai orang dewasa.
6. Mendapatkan perangkap nilai-nilai hidup dan falsafah hidup. Para remaja
diharapkan memiliki standar-standar pikir, sikap, perasaan dan prilaku yang
dapat menuntun dan mewarnai berbagai aspek dalam masa dewasa dan masa
depannya.
2.2 Persepsi Penerimaan Orang Tua
2.2.1 Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan hal yang penting karena pandangan seseorang
terhadap orang lain tidaklah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Seseorang
cenderung melihat orang lain sebagaimana yang diinginkannya. Individu
sebenarnya tidak melihat realitas tapi menginterpretasikan realitas dan
menyebutnya sebagai realitas( Robbins, 1988 : 32 ).
Menurut Morgan dan kawan-kawan ( 1987 : 107 ), Persepsi merupakan
pengalaman sensoris yaitu pengalaman yang dialami individu melalui
penglihatan, pendengaran dan perasaan serta semua informasi yang ada di
lingkungan tidak secara otomatis masuk ke dalam proses pemikiran individu dan
17 Bab II Tinjauan Teoritis
diinterpretasikan. Jadi sehubungan dengan adanya struktur kognitif pada manusia,
maka ada proses seleksi terlebih dahulu terhadap informasi yang masuk.
Berdasarkan batasan-batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses aktif yang menyeleksi, menerima dan mengorganisasikan
seluruh pengalaman yang didapatkan di lingkungan untuk kemudian
diinterpretasikan. Selain itu persepsi bukan hanya hasil pengindraan saja tetapi
juga merupakan hasil pengalaman individu. Karena persepsi merupakan hasil
pengalaman, maka objek yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh
subjek yang berbeda.
Robbins ( 1988 : 57 ) menyebutkan 3 faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang sehingga hal yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh orang
yang berlainan. Ketiga faktor tersebut adalah :
a. Karakteristik personal dari orang yang mempersepsikan.
Bila seseorang melihat objek dan menginterpretasikan benda yang dilihatnya
maka interpretasinya sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya seperti
nilai, sikap, kebiasaan, motivasi, minat, harapan, kebutuhan dan pengalamannya.
b. Karakteristik target yang dipersepsikan.
Kesan-kesan seseorang terhadap orang lain seringkali dihubungakan dengan
karakteristik-karakteristik yang individu perlihatkan. Bila orang lain menampilkan
sikap-sikap yang menolong, ramah dan murah senyum, maka seseorang akan
menilainya sebagai orang yang baik hati. Jadi bagaimana orang lain dipersepsikan
dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik yang menyertainya. Namun
18 Bab II Tinjauan Teoritis
karakteristik-karakteristik yang sesungguhnya dimiliki orang lain itu tidak akan
dirasakan oleh individu bila tidak mempersepsikan hal tersebut.
c. Kontek situasi yang mana terjadi persepsi.
Faktor situasional seperti waktu, lokasi, penerangan, cuaca dan seting-seting lain
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang akan mempersepsikan bahwa
pertemuan yang akan dihadirinya merupakan penentu dalam meningkatkan
karirnya.
Dalam mempersepsikan lingkungan akan mengakibatkan pula unsur
interpretasi terhadap lingkungan sebagai objek persepsi. Khusus bagi persepsi
terhadap lingkungan sosial akan menyangkut sumber yang kompleks, yaitu :
a. Individu yang melakukan persepsi, yang memiliki karakteristik-karakteristik
individual.
b. Lingkungan sosial , yang lebih tertuju pada individu lain sebagai objek
persepsi.
Jadi dalam mempersepsikan individu, selain penampilan fisik, akan
menyangkut juga atribut-atribut dalam batas perilaku, kecenderungan-
kecenderungan psikologis individu dan lain-lain. Adapun tujuannya tak lain untuk
mecari tahu dan berfikir tentang orang lain, berdasarkan ini kemudian individu
mengevaluasikan karakteristik dirinya termasuk penilaian terhadap segenap
kualitas yang dimilikinya.
19 Bab II Tinjauan Teoritis
2.2.2 Persepsi anak Tunadaksa Terhadap Orang Tua
Istilah persepsi yang digunakan adalah persepsi dalam arti yang luas yang
mempelajari cara-cara individu memaknakan informasi yang masuk ke dalam
kognisinya. Untuk mengerti tentang sesuatu yang ada di lingkungan individu,
haruslah ada objeknya, yang dapat berupa benda ataupun orang lain. Persepsi
yang objeknya orang lain, disebut dengan ”persepsi sosial” atau “persepsi
interpersonal”. Osgood ( dalam Joesoef Noesyirwan, 1981 ) menjelaskan
persepsi sosial sebagai berikut :
“Persepsi seseorang menyangkut organisasi informasi tentang orang-orang dan pemberian ciri-ciri kepada individu seringkali berdasarkan petunjuk yang samar-samar. Ciri-ciri ini menampilkan konstansi, meskipun terlihat variasi dalam pemberian ciri-ciri itu terlihat selektif (terpilih) dalam arti, bahwa ciri-ciri itu dipengaruhi oleh keadaan psikologis perseptor. Proses organisasi informasi adalah fleksibel, suatu kumpulan informasi yang sama dapt tersusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda. Dengan demikian maka persepsi sosial mengenai sejumlah proses-proses yang tampil antara penyajian informasi tentang seseorang dan kesadaran tentang orang itu”.
Bila dihubungkan dengan masalah penelitian ini, berdasarkan uraian di
atas dapat dijelaskan bahwa perlakuan dan sikap tertentu dari orang tua yang
secara terus menerus yang diterima oleh anak akan menjadi kumpulan informasi
bagi perseptor (anak tunadaksa). Informasi ini akan mengoraganisasikan dan
menghasilkan pemberian ciri-ciri, pemeberian ciri-ciri ini terjadi secara aktif dan
selektif yang berarti dipengaruhi keaadan psikologis perseptor sebagai
keseluruhan, dengan motivasi dan sikap-sikap yang relevan terhadap rangsang
(stimulusnya). Yang dimaksud dengan konstansi pada ciri-ciri adalah persepsi
individu tentang individu yang dipersepsi. Dalam hal ini ciri-ciri tetaplah lebih
banyak dipersepsikan dengan tepat, namun sebagai hal yang dianggap ada, ciri-
20 Bab II Tinjauan Teoritis
ciri tersebut membantu menjelaskan variasi-variasi tingkah laku. Sedankan
penyeleksian berguna untuk dapat menarik dan menyusun kesimpulan-kesimpulan
dari informasi yang diperoleh sedemikian rupa, sehingga perseptor mempunyai
suatu gambaran yang terorganisasi tentang orang yang dipersepsikannya.
Mengenai perlakuan dan sikap orang tua yang sebagaimana dijelaskan
oleh Johnson dan Medinnus (1974 : 201) bahwa akan dipersepsikan sebagai
ciri-ciri yang menetap pada orang tua oleh anaknya. Sehingga anak mempunyai
gambaran yang terorganisir tentang orang tuanya. Dengan demikian apa yang
dipersepsikan dari orang tuanya akan meliputi persepsi terhadap perlakuan dan
sikap orang tua dalam memberikan perhatian dan bimbingan sehubungan dengan
pendidikan anaknya maupun tentang bagaimana orang tua menerima kehadiran
anak-anaknya dalam keluarga.
2.2.3 Pengertian Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak
Orang tua dalam lingkungan keluarga memegang tanggung jawab dan
peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak. Perlakuan yang diberikan
oleh orang tua terhadap anaknya akan memberikan dampak bagi anak. Menurut
Gordon (1999 : 14) semua orang tua adalah pribadi-pribadi yang dari masa ke
masa mempunyai dua perasaan yang berbeda terhadap anak-anak mereka
menerima dan tidak menerima. Menurut Johnson dan Medinnus (1967 : 362)
penerimaan didefinisikan sebagai pemberian cinta tanpa syarat sehingga
penerimaan orang tua terhadap anaknya tercermin melalui adanya perhatian yang
kuat, cinta kasih terhadap anak serta sikap penuh kebahagiaan mengasuh anak.
Coopersmith (1967 : 165) mengatakan bahwa penerimaan orang tua
21 Bab II Tinjauan Teoritis
terungkap melalui “perhatian pada anak, kepekaan terhadap kepentingan anak,
ungkapan kasih sayang dan hubungan yang penuh kebahagiaan dengan anak”.
Serta pernyataan Coopersmith dalam Walgito (1993 : 10 – 11) menyatakan pula
penerimaan orang tua dicerminkan dalam perhatian orang tua terhadap anak,
tanggap kebutuhan dan keinginan anak, adanya kasih sayang dan kehangatan orang
tua dengan anak.
Ditambahkan pula oleh Hurlock (1978 : 204), konsep penerimaan orang
tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang anak. Orang tua yang menerima
akan memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan memperhitungkan
minat. Anak yang diterima umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif,
ramah, loyal, secara emosional stabil, dan gembira.
Untuk dapat berkembang secara penuh, sesorang memerlukan penerimaan
yang penuh dari orang lain. Jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan yang
tulus atau tanpa syarat dari orang lain akan menyulitkannya berfungsi secara baik
dalam kehidupannya. Demikian pula hubungan anak dengan orang tuanya, yang
mana orang tua memiliki perasaaan yang sangat disepelekan apabila tidak
mendapat penerimaan yang baik dari anak-anakanya, demikian pula sebaliknya,
seperti yang dikatakan oleh Rogers (1971 : 64) “...difficulities in functioning are
caused by the lack of unconditional acceptance by others...”. Seseorang akan
merasa tidak diterima orang lain jika orang tersebut tidak mendapkan penerimaan
yang baik pula oleh lingkungan yang ada disekitarnya.
Rogers (1971) juga mengatakan bahwa penerimaan merupakan dasar bagi
setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya, semua pengalaman-
pengalamannya yang baik maupun yang buruk. Dengan kata lain seseorang
22 Bab II Tinjauan Teoritis
memerlukan situasi yang menghormati dan menghargai tanpa adanya persyaratan.
Oleh karena itu penerimaan dari orang lain merupakan aspek yang penting dalam
kehidupan kita.
Menurut Corsini dan Marsella (1983 : 26) untuk berkemmbang
seseorang membutuhkan penerimaan dari orang lain sesuai dengan pengalaman
yang dimilikinya. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka ia akan mengembangkan
penghargaan yang positif terhdap dirinya dan akhirnya akan mengarahkan pada
pembentukan konsep diri yang positif.
Menurut Symond (1949) :
“Parental acceptance of the child, of course, plays a large part in warmth. The behaviour of children who are accepted has been described as good- natured, considerate, cheerfull, cooperative, and emotionally stable”.
Menurutnya penerimaan orang tua terhadap anaknya, tentunya mampu
menciptakan kehangatan. Tingkah laku anak-anak yang diterima akan dapat
digambarkan sebagai anak yang baik hati, baik budi, dapat bekerjasama dan
memiliki emosi yang stabil.
2.2.4 Aspek-Aspek Penerimaan Orang Tua
Berdasarkan teori Rogers (1971 : 34), seseorang merasa akan diterima bila
orang lain di lingkungan sekitarnya dipersepsikan menampilkan sikap-sikap
seperti yang dijabarkan di bawah ini :
a. Menghargai pendapat yang dikemukakannya.
b. Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam dirinya tanpa syarat,
pendapat ataupun penilaian.
23 Bab II Tinjauan Teoritis
c. Memandang sebagi orang yang berharga dan tidak mempermasalahkan
kondisi, tingkah laku ataupun perasaan yang melatar belakangi.
d. Mengharagi dan menyukai sebagai orang yang mempunyai persaan-persaaan
sendiri.
e. Menghargai secara keseluruhan tidak hanya dalam situasi tertentu saja.
f. Tidak memandang rendah dirinya.
g. Tidak berusaha untuk menguasai maupun mengaturnya.
h. Tidak mengabaikan keberadaannya.
Orang tua yang menerima anaknya akan menempatkan anaknya pada posisi
penting dalam keluarga dan mengembangkan hubungan emosional yang hangat
dengan anak. Porter (1954) dalam Johnson dan Medinnus (1967 : 355)
mengungkap aspek-aspek penerimaan orang tua terhadap anak sebagai berikut:
a. Menghargai anak sebagai individu dengan segenap perasaan mengakui hak-hak
anak dan memenuhi kebutuhan untuk mengekspresikan perasaan.
b. Menilai anaknya sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara
keunikan anaknya tanpa batas agar mampu menjadi pribadi yang sehat
c. Mengenal kebutuhan-kebutuhan anak untuk membedakan dan memisahkan diri
dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri
d. Mencintai anak tanpa syarat.
Menurut Zuck dalam Darling-darling (1982 : 49) aspek-aspek yang
terdapat dalam diri orang tua yang menerima anaknya adalah sebagai berikut :
a. Memperlihatkan kecemasan yang minimal dalam kehadiran anak
b. Memperlihatkan keadaan membela diri yang minimal tentang
keterbatasan anak
24 Bab II Tinjauan Teoritis
c. Tidak ada penolakan yang jelas pada anak maupun membantu perkembangan
kepercayaan yang lebih.
Menurut Jersild (1968) sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya
adalah suatu keadaan dari anak yang diinginkan orang tua, tidak melihat kondisi
dari anak tersebut dan mencintainya. Dalam hal ini ada beberapa macam bentuk
sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya, yaitu :
a. Memahami Kebutuhan Anak
Kondisi orang tua yang memahami kebutuhan anak merupakan bentuk
penerimaan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan akan perhatian,
uang, benda atau bantuan dari orang lain.
b. Bersikap Adil
Orang tua yang selalu bersikap adil dan tidak membanding-bandingkan anak
yang satu dengan anak yang lain. Hal ini juga menunjukan adanya sikap
penerimaan. Orang tua seharusnya memahami bahwa pada dasarnya manusia
itu beda, ada yang lebih pandai, ada yang kondisi fisiknya normal. Orang tua
tidak sepatutnya membandingkan anaknya dengan anak-anak yang lain.
c. Tidak Menyalahkan Anak
Kritikan yang baik tentu akan membawa dampak yang positif. Karena
seseorang yang dikriktik akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya
berdasarkan kritikan yang telah disampaikan kepadanya. Kritikan diharapkan
dapat menjadi motivator bagi anak untuk mencapai hasil yang optimal.
Timbulnya kritikan yang terus menerus karena orang tua beranggapan yang
dilakukan dan diperbuat anak selalu kurang baik akan menumbuhkan perasaan
pada anak bahwa dirinya kurang dicintai orang tua.
25 Bab II Tinjauan Teoritis
d. Sikap Protektif
Sikap Protektif yang dilakukan orang tua merupakan suatu bentuk penerimaan
pada anak, misalnya orang tua selalu memperhatikan anak, memenuhi segala
kebutuhnanya, ingin selalu dekat dengan anak dan melindungi anak dari segala
bentuk bahaya.
Jersild juga menambahkan kondisi lain yang merupakan tanda-tanda dari
penerimaan orang tua adalah menyediakan waktu di rumah, adanya keutuhan di
dalam keluarga dan adanya kasih sayang.
2.2.5 Sikap Orang Tua Terhadap Anak Tunadaksa
Pada umumnya orang tua sukar untuk menyembunyikan perasaan-
perasaannya meskipun tidak diucapkan atau tampak. Sikap yang banyak dilihat
pada keluarga yang mempunyai anak tidak normal, menurut Bakwin & Harry M.
D (1960) adalah sebagai berikut :
a. Acceptance (Menerima)
Merupakan sikap yang seharusnya ada pada setiap orang tua. Setidak-tidaknya
harus dikembangkan, karena sikap ini menandakan perhatian orang tua terhadap
anak dan mencintai anak dalam kondisi apapun. Karakteristik lain adalah sabar,
selalu menciptakan hubungan yang erat,hangat serta tidak mudah marah jika anak
memperlihatkan perasaan kurang senang.
b. Overprotectiveness
Sikap yang biasa muncul karena kondisi anak yang lemah, menderita penyakit
kronis, cacat tubuh atau anak tunggal. Karakteristik yang muncul berupa kasih
26 Bab II Tinjauan Teoritis
sayang dan perlindungan yang berlebihan atau tidak wajar, selain itu anak sangat
di manja serta kemauannya selalu dituruti.
c. Rejection
Dapat muncul karena misalnya orang tua merasa bukan nasibnya untuk
mempunyai anak cacat. Over rejection terlihat pada tindakan disiplin yang
berlebihan, hukuman yang keras, pukulan atau caci maki. Akibatnya anak merasa
tidak aman, cemas, keras kepala, hyperactive dan tidak patuh.
d. Perfectionist
Kebanyakan orang tua merasa tidak tenang kalau diketahui bahwa dalam hatinya
ia menolak anaknya. Untuk itu dicarikan alasan yang dapat memaafkan dirinya.
Dasar dari sikap ini adalah perasaan yang tidak senang terhadap anaknya itu, tidak
menghendaki anaknya dalam keadaan demikian dan ia tidak sabar
menghadapinya.
2.3 Konsep Diri
2.3.1 Pengertian Konsep Diri
Stuart dan Sundeen (Keliat, 1992 dalam Sandra : 1989) mengatakan
bahwa konsep diri adalah sesuatu ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksinya dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Menurut Burns (Pudjijogyanti, 1988) Konsep diri adalah hubungan
antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Cawagas (1990)
27 Bab II Tinjauan Teoritis
menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian,
kegagalan dan sebagainya. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan sikap dan pandangan individu terhadap keseluruhan
keadaan dirinya. Konsep diri seseorang merupakan dirinya sendiri dari titik
pandangannya sendiri. Artinya setiap individu selalu melakukan persepsi-persepsi
terhadap kejadian-kejadian yang ada dilingkungannya dan kemudian menjadi
penentu penting dari respon terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, konsep
diri menunjukkan bagaimana cara seseorang memandang dan merasakan dirinya
sendiri.
Seperti yang dikemukan oleh Ralmy dan Rogers (Burns, 1993 : 46) “
“Konsep diri digambarkan sebagai objek persepsi, dipilih dari lapangan persepsi totalnya. Rogers menambahkan aspek konseptualisasi diri menjadi suatu konsep yang dikembangkan oleh pemikiran reflektif dari bahan-bahan yang diamati yang masih mentah dari budaya yang lainnya”. Disekitar bahan-bahan yang diamati dan konsep-konsep, berkumpulah sikap-sikap
evaluatif dan bersikap mempengaruhi sehingga masing-masing menjadi baik atau
buruk. Bahan-bahan evakuatif ini diinternalisasikan.
R.B Burns (1993) mengemukakan bahwa suatu konsep diri yang positif
dapat disamakan dengan evaluasi yang positif, penghargaan diri yang positif dan
penerimaan diri yang positif. Sebaliknya konsep diri yang negatif menjadi
sinonim dengan evaluasi yang negatif, membenci diri, perasaan rendah diri dan
tiadanya perasaan menghargai dan penerimaan diri.
Untuk lebih memperjelas pengertian mengenai konsep diri ini maka akan
dijelaskan pengertian konsep diri menurut Jersild yang mana pemikirannya akan
28 Bab II Tinjauan Teoritis
digunakan dalam penelitian ini. Jersild (1965) mengungkapkan pengertian
konsep diri sebagai berikut :
The self, as it finally evalues, it made of all that goes into a person’s experiance. It is a person’s “innerword”. It is a composite of a person thoughts and feelings, striving and hopes, fear and fantasies, his view of he is, what he has been, what he might become and his attitudes pertaining to his worth” (Jersild dalam E.B Hurlock, 1974 : 21 “) Menurutnya konsep diri merupakan gabungan dari pemikiran , usaha, harapan dan
kekhwatiran dan angan-angan individu. Pandangan individu mengenai dirinya
saat ini, masa lalu, masa yang akan datang serta sikap-sikap yang menyokong
penilaian dirinya.
Masih menurut Jersild pengertian “I”, “Me” and “The Self” adalah
sebagai berikut :
“The adolescens self is the essence of his existannce as known to him”
Kemudian dilanjutkan :
“The self as known include all the ideas and feelings a persons has regarding the properties of body, the qualities of his mind and his personal characteristic it includes his believes values and conviction”. Berdasarkan kutipan di atas Jersild menekankan bahwa “The self “
merupakan esensi dari exsistensi bagi dirinya. Jadi tercakup disini ide-ide,
perasaan-perasaan keadaan fisiknya, kualitas cara berfikirnya dan karakteristik
pribadinya yang termasuk kepercayaannya, nilai-nilai serta keyakinan yang
dimilikinya.
Pada dasarnya konsep diri berfungsi sebagai penyaring dari yang dilihat
maupun didengar dari individu. Konsep diri berfungsi untuk menyeleksi
pengalaman individu akan persepsi, penilaiaan dan tingkah laku individu sesuai
dengan pengalaman yang diterimanya. Menurut Eastwood Atwater dalam buku
29 Bab II Tinjauan Teoritis
Psychology of Adjustment (1990), konsep diri akan mendukung Belief yang
dimiliki individu mengenai dirinya.
2.3.2 Komponen-komponen Konsep Diri
Terdapat tiga komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Jersild,
antara lain adalah :
a. Persepsi (Perceptual Component), yaitu persepsi individu tentang penampilan
fisiknya, baik tentang dirinya sendiri maupun kesan orang lain yang dipersepsikan
kembali oleh individu yang bersangkutan. Tercakup didalamnya “ Sex
Appropreateness” dan “ Self Attractiveness” bagi seorang pria atau wanita.
Kemampuan ini ditandai oleh beberapa karakteristik yaitu apakah individu
menolak atau menerima bagian tubuhnya, perasaan menarik atau serasi, perasaan
terhadap stamina kesehatan; persepsi tentang kesan orang lain terhadap
penampilan dirinya. Hal ini sering disebut konsep diri fisik.
b. Konsepsi (conceptual Component), yaitu meliputi konsepdirinya yang khas
(unik) termasuk didalamnya latar belakang dan asal usul serta masa depannya. Ini
sering disebut komponen-komponen konsep diri psikologis yang tersusun dalam
bentuk kualitas penyusunan hidup, seperti kejujuran (honesty), Percaya diri ( Self
Confidance), kebebasan (Independence), Keberanian (Courage).
c. Kesikapan ( Attitudinal Component). Yaitu perasaan seseorang tentang status
hari ini (Present Status) dan prospek masa depannya ( Future Prospect),
penghargaan diri ( Self Esteem ), sikap terhadap diri, penyesalan diri, perasaan
bangga, perasaan malu. Karakteristik ini akan berkembang tatkala individu
memasuki masa remaja dan dewasa, yaitu keyakinan, pendirian, nilai-nilai, cita-
cita, aspirasi dan pandangan hidup.
30 Bab II Tinjauan Teoritis
Ketiga komponen tersebut termasuk aspek-aspek yang saling berkaitan
satu sama lainnya, saling mendukung sehingga membentuk suatu gambaran yang
utuh (suatu konsep diri) pada individu yang bersangkutan.
2.3.3 Pembentukan Konsep Diri
Setiap manusia adalah unik. Setiap individu yang lahir merupakan
organisme yang belum mengerti tentang dirinya, namun siap untuk memnpelajari
dirinya. Konsep diri tidak dibawa sejak lahir, melainkan merupakan hasil
pengolahan individu dalam mengamati pengalamannya. Proses perkembangan
konsep diri manusia, merupakan suatu kesinambungan yang tak kunjung berakhir
sejak manusia lahir sampai meninggal. Perkembangan ini merupakan proses
menjadi. Dalam usahanya untuk membedakan diri dan bukan diri, individu
bertumpu pada pemahamannya mengenai diri dan dunianya baik yang bersifat
fisik, mental, sosial maupun spritual.
Menurut Jersild, konsep diri seseorang diletakan dasarnya pada saat-saat
dini kehidupannya dan menjadi dasar tingkah lakunya dikemudian hari. Secara
garis besar, konsep diri itu merupakan pengamatan seseorang tentang diri sendiri
dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman anak didalam lingkungannya.
Konsep diri ini dipengaruhi dan dipupuk, khususnya oleh lingkungan dan orang-
orang yang menjadi andalan anak.
Menurut Joan Rais (1995), konsep diri itu sebetulnya terbentuk
berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya.
Pada seorang anak, ia mulai belajar berfikir dan merasakan dirinya seperti apa
yang telah ditentukan oleh orang lain dalam lingkungannya, misalnya orang
tuanya, gurunya atau teman-temannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
31 Bab II Tinjauan Teoritis
konsep diri merupakan produk sosial. Konsep diri berkembang melalui interaksi
sosialnya. Persepsi seseorang, sikap seseorang dan penghargaan seseorang
terhadap dirinya. Anak akan mempersepsikan dirinya seperti persepsi orang lain
terhadap dirinya dan ia akan menghargai dirinya seperti orang lain menghargai
dirinya pula.
Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang
individu, seperti lingkungan, bagaimana reaksi orang lain terhadap dirinya atau
tingkah lakunya, bagaimana pujian-pujian atas segala prestasi yang dibuatnya
ataupun segala hukuman atas segala kesalahan –kesalahan akan membentuk suatu
konsep tentang dirinya sendiri. Pada penelitian ini, peneliti akan melihat
bagaimana pembentukan konsep diri pada seorang remaja, karena pada masa ini
merupakan masa yang paling tepat untuk berkembangnya suatu konsep diri.
Dalam buku Hurlock (1999 :235), menjelaskan ada beberapa kondisi
yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu :
1. Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang dewasa,
mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan baik. Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-
anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung
berprilaku kurang dapat menyesuaikan diri.
2. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan
sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya,
32 Bab II Tinjauan Teoritis
daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri
kepribadian dan menambahkan dukungan sosial.
3. Kepatutan Seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan prilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri
dan hal ini memberi akibat buruk pada prilakunya.
4. Nama dan Julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya
buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.
5. Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota
keluarga akan mengindentifikasikan dengan orang ini dan mengembangkan pola
kepribadian yang sama.
6. Teman- teman Sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara.
Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep
teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok.
7. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam
tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaaan individualis dan indentitas
yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang
sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui
akan kurang mempunyai perasaan indentitas dan individualis.
33 Bab II Tinjauan Teoritis
8. Cita-cita
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan mengalami
kegagalan, sehingga timbul perasaan yang tidak mampu. Remaja yang realistik
tentang kemampuannnya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada
kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih
besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
2.3.4 Sumber-sumber Konsep Diri
Menurut Burns (1993 :188), konsep diri tidak muncul begitu saja. Untuk
memiliki suatu konsep diri, individu harus memandang dirinya sebagai sebuah
aspek yang jelas berbeda dan mampu menjadi sadar terhadap perspektif-perspektif
lainnya. Hanya dengan cara yang demikianlah dia dapat sadar terhadap evaluasi-
evaluasi dari orang lain terhadap dirinya.
Berdasarkan sumber pembentukan konsep diri, terdapat lima buah sumber
yang tampaknya sangat penting, meskipun nilai penting relatifnya berlainan pada
periode-periode yang berbeda di dalam jangaka kehidupannya. Kelima sumber itu
adalah :
1. Diri fisik dan citra tubuh
Merupakan evaluasi terhadap diri fisik sebagai suatu objek yang jelas-jelas
berbeda. Citra diri juga melibatkan suatu perkiraan dan evaluasi tentang alat-
alat fisik didalam hubungannya dengan norma-norma sosial dan umpan balik
dari orang lain.
2. Bahasa dan perkembangan diri
34 Bab II Tinjauan Teoritis
Perkembangan bahasa membantu perkembangan dari konsep diri, karena
penggunaan “saya”,”dia” dan “mereka” berguna untuk membedakan diri
(self) dengan orang-orang lainnya.
3. Umpan balik dari orang-orang yang dihormati
Yaitu umpan balik yang ditafsirkan dari lingkungannya tentang bagaimana
orang-orang lain yang dihormatinya memandang pribadi tersebut dan tentang
bagaimana pribadi tadi secara relatif ada dibandingkan norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat yang bermacam-macam.
Sedangkan dua sumber lainnya yaitu identifikasi dengan model peran seks
streotip yang sesuai dan perlakuan orang tua terhadap anaknya.
2.3.5 Ciri-ciri Konsep Diri
Konsep diri merupakan aspek yang sangat penting dalam pola kepribadian
individu, dimana baik buruknya kepribadian seseorang dapat dilihat dari tanda-
tanda yang nampak pada dirinya sebagai manifestasi konsep dirinya. Individu
yang memiliki kepribadian yang memadai, menunjukan bahwa konsep dirinya
positif, sedangkan individu yang memiliki kepribadian tidak memadai
menunjukan bahwa konsep dirinya negatif.
William D. Brook dan Philip Emmert (Jalaluddin Rakhmat,1988
:118), tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri positif, yaitu :
1. Ia yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah
2. Merasa setara dengan orang lain
3. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,keinginan,
perilaku yang seluruhnya diakui oleh rasa malu.
4. Ia menerima pujian tanpa rasa malu.
35 Bab II Tinjauan Teoritis
5. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
Sedangkan ciri-ciri konsep diri yang negatif adalah :
1. Ia peka terhadap kritik
2. Ia responsif sekali terhadap pujian
3. Ia terlalu kritis, tidak sanggup mengakui dan menghargai orang lain.
2.3.6 Perkembangan Konsep Diri
Ketika lahir anda tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan
tentang diri anda sendiri, dan tidak memiliki pengharapan pada diri anda sendiri
dan tidak memiliki penilaian diri sendiri lebih jauh, anda tidak sadar bahwa anda
adalah yang terpenting dari lingkungan anda (Kaplan,1993).
Konsep diri tidak begitu saja ada dalam diri individu. Konsep diri
berkembang secara perlahan melalui proses yang panjang, sejak usia dini. Secara
umum perkembangan konsep diri bisa dilihat dari beberapa sudut pandang (
Loundon & Britta,1984), yaitu :
1. Self Appraisal
Pendekatan ini mengemukakan bahwa konsep diri terbentuk dari bagaimana
individu itu memandang dirinya sendiri. Konsep diri berkembang
berdasarkan pola-pola perilaku yang dominan.
2. Reflected Appraisal
Konsep diri terbantuk berdasarkan penilaian yang didapatkan dari luar atau
lingkungan sekitarnya.
36 Bab II Tinjauan Teoritis
3. Social Comparison
Pendekatan ini merupakan gabungan dari dua buah pandangan yang
menyatakan bahwa konsep diri terbentuk dari apa yang dirasakan mengenai
dirinya sendiri dengan apa yang dinilai oleh orang lain terhadap dirinya.
4. Blased Scanning
Konsep diri terbentuk melalui proses pencarian legalitas dari lingkungan
terhadap aspirasi yang dimiliki individu.
Masih menurut Loundan & Britta, Konsep diri tersusun atas 2 tahapan :
1. Konsep diri primer, dimana konsep diri terbentuk atas dasar pengalamannya
terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri.
Pengalaman-pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota keluarga
dirumah, dari orang tua , paman ataupun misalnya saudara sekandung lainnya.
Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara
dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya. Sedangkan konsep tentang
bagaimana perannya, aspirasi-aspirasinya ataupun tanggung jawabnya dalam
kehidupan ini, banyak ditentukan atas dasar didikan tekanan-tekanan yang datang
dari orang tuanya.
2. Konsep diri sekunder, banyak ditentukan oleh konsep diri primernya.
Maksudnya apabila konsep diri primer yang dipunyai seseorang adalah bahwa ia
tergolong sebagai orang yang pendiam, penurut,tidak nakal atau tidak suka
membuat suatu keributan, maka ia akan cenderung pula memilih teman bermain
yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dipunyai itu dan teman-teman barunya
itulah yang nantinya menunjang terbentuknya konsep diri sekunder.
37 Bab II Tinjauan Teoritis
Masa remaja merupakan masa yang tepat untuk berkembangnya suatu set
konsep diri, yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian, tingkah laku
sosial anak serta masa depan anak sebagai individu dewasa. Konsep diri seorang
anak pada masa ini selain banyak dipengaruhi oleh kelompok sebaya juga
dipengaruhi oleh harapan-harapan sosial dan kemungkinan-kemungkinan yang
realistis dari masa depannya.
Hurlock (1999 :207) memberikan ciri-ciri masa remaja sebagai periode
yang penting, masa remaja sebagai periode peralihan masa remaja sebagai usia
bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari indentitas diri, masa remaja
sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak
realistik dan masa remaja sebagai masa ambang masa dewasa.
Ciri-ciri dari masa remaja tersebut menimbulkan perasaan aneh dan
sangat menegangkan yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan aneh dan ganjil
serta merasa berbeda dengan orang lain. Perasaan ini dapat menimbulkan perasaan
puas dan tidak puas terhadap dirinya, perasaaan tidak puas dengan keadaan
fisiknya yang menunjukkan bahwa remaja menolak tubuhnya sendiri. Situasi
sangat mempengaruhi citra fisiknya yang menjadi dasar konsep diri. Menurut
Erikson (Clara R.P, 1988 :42) keadaan fisik pada masa remaja merupakan
sumber pembentukan identitas dan konsep diri.
2.3.7 Konsep Diri Sebagai Aspek Kepribadian
Konsep diri merupakan inti dari kepribadian yang mengendalikan
individu dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Winarno Surachmand,1980.
38 Bab II Tinjauan Teoritis
“ Konsep aku merupakan kepribadian yang penting artinya, oleh karena tingkah laku dan aspirasi seseorang banyak dipengaruhi oleh konsep akunya. Sifat konsep aku senantiasa membawa pengaruh pada tingkah laku manusia dan berfungsi sebagai Guilding Principles”.
Allpord( E.Hurlock, 1974 :20) Mengatakan :
“ The personality pattern is composed of a core or center of gravity, called the concept of self, and integrated system of learned responses, called trait “.
Pola kepribadian terdiri dari dua komponen, yaitu konsep diri dan sifat-
sifat. Dua komponen tersebut saling berhubungan, dimana konsep diri diibaratkan
sebagai poros, sedangkan sifat-sifat diibaratkan sebagai jari-jari yang
mengelilinginya. Demikian pula kepribadian individu, yang mana konsep diri
bertindak sebgai inti dan sifat-sifat sebagai kecendrungan reaksi individu dalam
penyesuaian sosial dan personal, yang berkembang dan dipengaruhi langsung oleh
inti. Sedangkan sifat-sifat yang ditampilkan individu dalam berprilaku merupakan
pencerminan konsep dirinya.
Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa konsep diri merupakan
aspek yang sangat penting dalam pola kepribadian individu, dimana baik
buruknya kepribadian seseorang dapat dilihat dari tanda-tanda yang nampak pada
dirinya sebagai manisfestasi konsep dirinya.
2.3.8 Konsep Diri Anak Tunadaksa
Nampak atau tidaknya kondisi tunadaksa, menunjukan pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian individu, terutama mengenai gambaran
tubuhnya. Kecacatan fisik umumnya sangat mudah diketahui atau dilihat orang
lain, meskipun ada variasinya. Kelainan fisik tersebut ada yang menyolok tetapi
ada juga yang tidak mudah terlihat oleh orang lain. Ada kesulitan yang begitu
39 Bab II Tinjauan Teoritis
jelas dan berat sehingga mudah mengundang rasa kasihan, akan tetapi ada pula
kelainan yang akibat kesulitannya tidak jelas. Faktor nampak dan tidaknya
kelainan ini memiliki pengaruh yang demikian besar dalam menentukan sikap
anak tunadaksa terhadap lingkungannya.
Anak-anak tunadaksa pada umumnya menunjukan sikap rendah diri,
cemas, dan agresif. Hal demikian berhubungan dengan gambaran diri yang
dimilikinya. Disamping itu pengaruh ketunadaksaan terhadap perkembangan
kepribadian individu ditentukan juga oleh nilai psikologis bagian tubuh yang
mengalami kelainan tersebut.
Menurut burns (1993 : 350) : “kondisi penyakit dapat mengakibatkan
terjadinya ketidakberdayaan seseorang untuk mengatasi dan menyesuaikan
dirinya pada pengalaman dan tingkah lakunya”. Penyakit disini dapat berupa
penyakit mental maupun fisik. Pada anak tunadaksa dapat dimasukan pada
penyakit fisik.
Menurut Hurlock (1974), kekurangan ffisik yang dialami remaja dapat
menjadi sumber dan rasa rendah diri. Perasaan rendah diri ini timbul dari rasa
ketidaksempurnaan seseorang dari satu segi kehidupan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunadaksa memiliki
perasaan rendah diri dikarenakan kecacatan mereka dapat langsung terlihat oleh
orang lain dan banyak orang akan memberikan tanggapan terhadap kecacatannya
hal ini menunjukan konsep diri yang negatif.
40 Bab II Tinjauan Teoritis
2.4. Tunadaksa
2.4.1. Pengertian Tunadaksa
Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan
“daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literatur cacat tubuh atau kerusakan tubuh
tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul
“Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan
kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.
Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada
sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu
pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi
pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran,
menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita)
Jadi dapat disimpulkan tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang , otot, dan sendi dalam
fungsinya yang normal
2.4.2. Klasifikasi Tunadaksa
Menurut Frances G. Koening tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan
a. Club foot ( kaki seperti tongkat)
b. Club hand (tangan seperti tongkat)
c. Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki)
41 Bab II Tinjauan Teoritis
d. Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menrmpel satu dengan yang
lainnya)
e. Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai dimuka)
f. Spina bifida ( sebagian sumsum tulang belakang tidak tertutup)
g. Cretinism (kerdil/katai)
h. Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal)
i. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)
j. Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)
k. Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)
l. Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)
m. Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tertentu)
n. Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang)
o. Coxa valga (gangguan pad sendi paha)
p. Sypillis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)
2. Kerusakan pada waktu kelahiran
a. Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)
b. Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)
3. Infeksi
a. Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga menjadi kaku)
b. Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang belakang akibat bakteri)
c. Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)
d. Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang)
e. Still’s disease ( radang pada tulang)
f. Tuberculosis pada lutut atau paha
42 Bab II Tinjauan Teoritis
4. Kondisi traumatik atau kerusakan traumatik
a. Amputasi
b. Kecelakaan akibat luka bakar
c. Patah tulang
5. Tumor
a. Oxoxtosis ( tumor tulang )
b. Osteosis fibrosa cystic ( kista yang berisi cairan)
6. kondisi-kondisi lainnya
a. flatfeet (telapak kaki rata)
b. kyphosis ( bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung)
c. Lordosis ( bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung)
d. Perthe’s disease (sendi paha rusak)
e. Ricket (tulang lunak karena nutrisi)
f. Scilosis (tulang belakang berputar, bahu dan paha miring)
Pada dasarnya kelainan pada anak tuna daksa dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu
a. Kelainan pada system serebral (cerebral system disorders). Penggolongan
anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada
letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan
bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum
merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat
pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan
43 Bab II Tinjauan Teoritis
lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral palsy
(CL).
Cerebral palsy dapat diklasifikasikan menurut :
(a) derajat kecacatan
(b) topograpi anggota badan yang cacat dan
(c) Sisiologi kelainan geraknya.
Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan,
cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan
golongan berat.
1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat,
berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat
tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus
untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan
alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu
penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan
pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus
dirinya sendiri.
3. Golongan berat : anak Cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan
perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak
dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
44 Bab II Tinjauan Teoritis
Penggolongan Menurut Tipografi Dilihat dari tipografi yaitu banyaknya
anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam)
golongan, yaitu:
1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri,
sedangkan kaki kanan dan keduanya tangannya normal.
2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama,
misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.
3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraple-
gia).
5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan
dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya.
Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebut
triplegia.
Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerak dilihat dari
segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik), anak Cerebral palsy
dibedakan menjadi:
1. Spastik.
Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian
ataupun seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau
kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu
menjadi berkurang.
45 Bab II Tinjauan Teoritis
2. Athetoid.
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat
digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan.
Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi gerak.
3. Ataxia.
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,. Kekakuan
memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau
berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat
keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut terkatup terlebih
dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4. Tremor.
Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai adanya
gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga tampak seperti
bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan
bibir.
5. Rigid.
Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik,
gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
6. Tipe Campuran.
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP
sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya
memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
46 Bab II Tinjauan Teoritis
b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)
Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka
didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan
yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a. Poliomylitis.
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil
dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum
tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy.
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita
muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja,
atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebab terjadinya muscle distrophy
belum diketahui secara pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru
kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu
gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika
berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu
berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.
2.4.3. Penyebab Tunadaksa
Penyebab Tuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat
menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan
tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada
47 Bab II Tinjauan Teoritis
system musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masing
kerusakan timbulnya berbeda-beda.
Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa
sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
A. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase, kerusakan terjadi pada
saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:
a. Trauma, Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung
sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi,
sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat
tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem
syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat
mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu
jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan
mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
e. Faktor keturunan
f. Usia ibu pada saat hamil
g. Pendarahan pada waktu hamil
h. Keguguran yang dialami ibu.
B. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:
48 Bab II Tinjauan Teoritis
a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga
bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan
terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf
pusat mengalami kerusakan.
b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami
kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c. Pemakaian anestasi (obat bius) yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan
karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat
mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan
struktur ataupun fungsinya.
C. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelah kelahiran
adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap
selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan
setelah bayi lahir adalah:
a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.
b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.
c. Anoxia/hipoxia.
d. Trauma
2.4.4. Karakteristik Tunadaksa
Anak Tuna Daksa Derajat keturunan akan mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif.
Demikianlah ada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi
oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan
perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.
49 Bab II Tinjauan Teoritis
Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu, rendah
diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik
tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tuna daksa antara lain:
a. Kelainan perkembangan/intelektual.
b. Gangguan pendengaran.
c. Gangguan penglihatan.
d. Gangguan taktik dan kinestetik.
e. Gangguan persepsi
f. Gangguan emosi.
2.4.5. Perkembangan Fisik Tunadaksa
Secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali
bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh
oleh kerusakan itu. Dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, anak tunadaksa
biasanya dikompensasikan oleh bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada
kerusakan pada tangan kanan, sebagai kompensasinya tangan kiri akan lebih
berkembang.
2.4.6. Perkembangan Kognitif Tunadaksa
Proses adaptasi induvidu terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Keadaan
anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan
motorik. Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan
anak tersebut. Anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi. Hal
50 Bab II Tinjauan Teoritis
inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak inteligensi
anak tunadaksa, Menurut Lee (1931);
1. IQ mereka berkisar antara 35–138 (range)
2. Rata-rata IQ mereka 57 (mean)
3. Yang lainnya :
a. Anak polio IQ 92
b. Anak TBC tulang IQ 88
c. Anak cacat congenital IQ 61
d. Anak Spastis IQ 69
e. Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74
2.4.7. Perkembangan Emosi Tunadaksa
Anak yang tunadaksa sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara
bertahap sebagi anak tunadaksa dan anak yang tunadaksa setelah besar
mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak dan sulit diterima anak karena
itu suatu kemunduran. Dukungan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan
emosi anak.
2.4.8 Perkembangan Sosial Tunadaksa
Sikap lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri
anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap
lingkungannya. Jika masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan
51 Bab II Tinjauan Teoritis
merasa dirinya tidak berguna. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa
menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat.
2.4.9. Perkembangan Kepribadian Tunadaksa
Dalam hal ini anak-anak tunadaksa memiliki beberapa hambatan :
1. Masalah penyesuaian diri dan mempertahankan konsep diri.
2. Hambatan yang terletak antara tujuan ( goal ) dan keinginan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Perkembangan kepribadian anak tunadaksa dipengaruhi oleh beberapa
hal :
a. Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan.
b. Usia ketika ketunadaksaan itu terjadi
c. Nampak atau tidaknya kondisi ketunadaksaan
d. Dukungan keluarga dan masyarakat pada anak tunadaksa.
e. Sikap masyarakat terhadap anak tunadaksa.
2.5 Hubungan antara persepsi penerimaan orang tua dengan konsep diri
pada remaja tunadaksa
Kehadiran anak dalam keluarga, merupakan harapan dan dambaan terbesar
bagi orang tua. Setiap anak dalam keluarga menginginkan agar ia diterima oleh
orang tuanya secara apa adanya dan anak tidak dituntut memenuhi harapan dari
orang tuanya. Anak akan bahagia apabila diterima dan diberi kasih sayang oleh
orang tuanya. Sebaliknya, apabila anak selalu diremehkan, disalahkan dan kurang
52 Bab II Tinjauan Teoritis
mendapat perhatian dari orang tua maka anak akan cenderung untuk menarik diri.
Bagi anak yang kurang sempurna pertumbuhannya (cacat), penerimaan orang tua
sangat berarti untuk membentuk konsep diri yang positif.
Agar seorang anak tunadaksa dapat berkembang secara maksimal maka
orang tua diharapkan mampu memahami kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan
oleh anak tuna daksa, misalnya kebutuhan akan kasih sayang, diperhatikan,
kehangatan dan kebersamaan dari orang tua. Orang tua yang menerima keadaan
anaknya akan menunjukkan sikap empati, penuh kasih sayang dan mau mengerti
terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki anaknya. Sedangkan orang tua yang
belum mampu menerima anaknya, diekspresikan dengan kurangnya perhatian,
mencaci dan terlalu mengawasi.
Penolakan orang tua dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain karena
anak yang dilahirkan tidak sesuai harapan orang tua , baik dalam hal jenis kelamin
maupun anak tidak sepandai yang diinginkan orang tua. Sikap orang tua ada yang
menerima dan ada pula yang menolak kehadiran anak ditengah-tengah kehidupan
keluarga mereka. Hurlock (1978 : 215) menyatakan hubungan keluarga di rumah
dapat terganggu oleh kehadiran seorang anak yang tidak dapat menyesuaikan diri
atau tidak sempurna secara fisik ataupun mental.
Orang tua yang menerima kehadiran anak mereka mampu menciptakan
dan menghidupkan suasana keluarga yang harmonis. Sebaliknya, penolakan orang
tua terhadap anak dapat menyebabkan timbulnya situasi permusuhan dan
ketegangan dalam keluarga. Darling-Darling ( 1982 : 53 – 56 ) menyatakan sulit
atau mudahnya orang tua menerima anaknya dipengaruhi oleh banyak hal yang
diantaranya yaitu penerimaan diri orang tua terhadap anaknya. Orang tua
53 Bab II Tinjauan Teoritis
hendaknya dapat menerima keadaan kecacatan anaknya. Hal ini sangat perlu, agar
orang ua dapat memahami bagaimana mereka bersikap dan berperilaku pada anak
cacat. Yang pada intinya diperlukan penerimaan orang tua tanpa membeda-
bedakan anak yang satu dengan anak yang lain.
Anak tunadaksa yang telah diterima oleh orang tuanya akan mudah
menyukai dan menerima diri sendiri sehingga keadaan tersebut akan membantu
anak dalam pembentukan konsep dirinya.
Konsep diri yang positif akan terbentuk apabila dalam keluarga, turut merangsang
perkembangan harga diri anak tunadaksa akan penerimaan dirinya, yaitu anak
menyukai dan menerima kecacatan dirinya. Melalui perhatian dan kasih sayang
dari orang tua, maka anak tunadaksa merasakan ketentraman dan kenyaman yang
dicurahkan orang tua kepadanya.
Pengalaman seseorang dalam hubungan interpersonal penuh dengan
penghargaan dan penghormatan menuntut persyaratan tertentu, akan membuatnya
merasa diterima sesuai dengan kenyataan hidupnya sendiri. Pengalaman pertama
seseorang tentang penerimaan berasal dari lingkungan yang terdekat dengan
dirinya yaitu keluarga, khususnya kedua orang tuanya. Bagaimana sikap kedua
orang tua itu akan terus menerus membekas pada diri anak.
Penerimaan yang baik akan terus membekas pada diri anak dan akan
mempengaruhi anak dalam melakukan hubungan interpersonal nantinya, tetapi
penerimaan yang tidak baik juga akan mempengaruhi anak dalam melakukan
hubungan interpersonalnya dengan orang lain. Pola penerimaan seperti ini
membuat seseorang dapat menerima realitanya, semua pengalamannya, yang baik
maupun yang buruk (Corsini & Marsella, 1983 :411).
54 Bab II Tinjauan Teoritis
Rogers (1971 :151) juga berpendapat bahwa :
“..if a person accepted, fully accepted and in this accpetance there is no judgement, only compassion and sympathy, the individual is able to come to grips with himself, to develove the courage to give up his defenses and face his true self, once an experiences a fully awareness, fully accepted, that it can be with effectively like any other reality”.
Jika hubungan yang dipersepsikan oleh seseorang penuh dengan penerimaan,
dihargai sebagai orang yang berharga akan mengembangkan persepsi terhadap diri
sendiri yang lebih realitas, lebih percaya diri dan menguasai diri, penerimaan
tersebut dapat membantunya dalam proses menerima diri sendiri. Seseorang yang
dapat menerima dirinya sendiri akan dapat mengembangkan potensi-potensi yang
ada dalam dirinya dengan lebih baik, karena dalam hal ini anak tuna daksa tidak
akan takut akan kekurangan-kekurangannya, mereka tidak takut orang lain akan
menolaknya, mereka dapat bersikap apa adanya karena orang lain dapat menerima
kelebihan dan kekurangannya. Bila seseorang merasakan hubungan yang bebas
dari pendapat dan penilaian, semakin memudahkan seseorang mencapai titik
dimana anak tersebut dapat memebuat keputusannya sendiri tanpa
menggantungkan diri pada orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi anak tunadaksa pada “penerimaan”
atau “penolakan” orang tuanya dapat mempengaruhi perkembangan diri anak
tersebut. Anak mempersepsikan positif sikap penerimaan orang tuanya sebagai
suatu penerimaan yang tulus terhadap dirinya akan dapat memebentuk
perkembangan konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika anak mempersepsikan
negatif penerimaan orang tuanya sebagai suatu penolakan maka akan membentuk
konsep diri yang negatif.
55 Bab II Tinjauan Teoritis
Corsini dan Marsella (1983) juga menambahkan bahwa untuk
berkembang seseorang membutuhkan penerimaan dari orang lain sesuai dengan
pengalaman yang dimilikinya. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka anak akan
mengembangkan penghargaan yang positif terhadap dirinya dan akhirnya akan
mengarahkan pada pembentukan konsep diri yang positif pula.
2.6 Kerangka pikir
Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang menerimanya apa adanya
akan menjelma menjadi orang yang kuat, yakin akan dirinya serta dapat menjalani
hidup dengan segala perubahan yang terjadi dan dapat tampil dengan penuh
percaya diri. Penerimaan yang dirasakan seseorang bisa membuat kepercayaan
dan harga dirinya berkembang, ia dapat menjalani hidup penuh keyakinan
terhadap diri sendiri dalam menghadapi masalah yang ada (Rogers, dalam
Adams, 1965).
Pengalaman pertama seseorang tentang penerimaan berasal dari
lingkungan yang terdekat dengan dirinya yaitu lingkungan keluarga, khususnya
orang tua. Bagaimana sikap penerimaan orang tua ini akan terus membekas pada
anak. Penerimaan yang baik dan yang buruk akan terus menempel pada diri anak
dan akan mempengaruhi dalam melakukan hubungan interpersonalnya nantinya.
Pola penerimaan seperti ini memebuat seseorang dapat menerima realitanya,
semua pengalamannya, baik maupun buruk (Corsini & Marsella, 1983).
Selanjutnya Rogers (1965) mengatakan bahwa jika hubungan yang
dipersepsikan oleh seseorang penuh dengan penerimaan, dihargai sebagai orang
yang berharga akan mengembangkan persepsi terhadap diri yang lebih realistis,
lebih percaya diri dan menguasai diri. Penerimaan tersebut dapat memebantunya
56 Bab II Tinjauan Teoritis
dalam proses menerima diri sendiri. Seseorang yang dapat menerima dirinya
sendiri akan dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya
dengan lebih baik karena ia tidak takut akan kekurangan-kekurangannya. Ia tidak
takut bahwa ia akan ditolak oleh orang lain, ia dapat bersikap apa adanya karena
orang lain dapat menerima kelebihan maupun kekurangannya dan hal yang
tersebut diatas merupakan ciri-ciri konsep diri positif.
Suatu kondisi yang mengandung “penerimaan” akan dirasakan seseorang
bila ia dapat mempersepsikannya sebagai penerimaan dan suatu kondisi
penerimaan bisa saja dirasakan penolakan oleh orang yang mempersepsikannya.
Seseorang dalam mempersepsikan sikap orang lain terhadap dirinya akan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri orang yang mempersepsikannya.
Karena pada dasarnya konsep diri itu sendiri terbentuk dari persepsi mengenai
orang lain terhadap dirinya. Seseorang yang mempersepsikan sikap-sikap yang
ditampilkan oleh orang lain tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri itu sendiri, yaitu karakteristik personal dari orang yang
mempersepsikan, karakteristik target yang dipersepsikan serta suatu konteks
situasi saat terjadinya persepsi.
Pada anak tunadaksa yang memiliki karakteristik personalnya berupa
kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya,
sedangkan karakteristik targetnya adalah sikap penerimaan orang tua misalnya
selalu mengantar dan menjemput anak kesekolah dan mengikutsertakan anak
dalam kegiatan orang tua yang memeperbolehkan membawa serta anak mereka.
Anak tunadaksa akan mempersepsikan positif sikap penerimaan orang tua
tersebut karena sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan anak tersebut,
57 Bab II Tinjauan Teoritis
sebaliknya anak tunadaksa bisa saja mempersepsikan negatif sikap penerimaan
orang tuanya karena anak tidak membutuhkan sikap penerimaan yang ditampilkan
orang tuanya.
Berdasarkan apa yang dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
positif atau negatifnya seseorang remaja tunadaksa dalam mempersepsikan
penerimaan orang tuanya dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri anak
tersebut. Anak mempersepsikan positif sikap penerimaan orang tuanya akan dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Sebaliknya bila anak mempersepsikan
negatif penerimaan orangtuanya maka akan mengembangkan konsep diri yang
negatif.
Lebih jelasnya peneliti akan membuat suatu bagan kerangka pemikiran
tentang hubungan yang terbentuk antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
dengan konsep diri remaja tunadaksa.
58 Bab II Tinjauan Teoritis
2.6.1 Skema Kerangka Berpikir
Skema Kerangka Berpikir
Remaja Tunadaksa
Mempersepsikan Penerimaan Orang Tua Positif
Sikap Menerima Orang Tua Meliputi :
a. Memahami Kebutuhan Anak b. Bersikap Adil c. Tidak Menyalahkan Anak d. Sikap Protektif
Membentuk Konsep Diri Yang Positif
59 Bab II Tinjauan Teoritis
2.7 Hipotesis Penelitian
Dari rumusan permasalahan dan berdasarkan teori yang ada, maka peneliti
mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
“ Terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
dengan konsep diri remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta “.
60 Bab III Metode Penenlitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metodologi penelitian
korelasional, dimana penelitian korelasional bertujuan menentukan apakah
terdapat hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh
korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel
adalah suatu konsep yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai
(Kuncoro, 2003 : 9 ). Adapun hubungan antar variabel yang akan diteliti adalah :
“ Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Dengan Konsep
Diri Pada Remaja Tunadaksa “.
3.1.2 Variabel Penelitian
Di dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah :
1. Persepsi terhadap penerimaan orang tua sebagai variabel pertama ( x )
2. Konsep diri sebagai variabel kedua ( Y )
61 Bab III Metode Penenlitian
3.2 Operasional Variabel
3.2.1 Variabel Pertama : persepsi Penerimaan Orang Tua
Persepsi penerimaan orang tua merupakan bagaimana individu
memaknakan penerimaan orang tuanya dalam hal perlakuan dan sikap penerimaan
orang tua dalam memberikan kenyamanan, perhatian, penghargaan, bantuan,
dapat diandalkan dan juga memberikan perhatian dan bimbingan sehubungan
dengan pendidikan anaknya maupun tentang bagaimana orang tua menerima
kehadiran anak-anaknya dalam keluarga. Persepsi penerimaan orang tua
dioperasionalisasikan sebagai skor melalui bentuk-bentuk sikap dari orang tua
yaitu memahami kebutuhan anak, bersikap adil, tidak menyalahkan anak dan
bersikap protektif.
3.2.2 Variabel Kedua : Konsep Diri
Konsep diri yang menunjukan sejauh mana remaja tunadaksa
mempersepsikan penampilan fisiknya, baik tentang dirinya sendiri maupun kesan
orang lain yang dipersepsikan kembali oleh individu yang bersangkutan
(perceptual component), konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, latar
belakangnya, serta masa depannya (conceptual component), serta pikiran yang
dimiliki seseorang mengenai dirinya, sikapnya terhadap status dirinya saat ini,
masa depan, self esteem, perasaan bangga, perasaan malu (attitudinal component).
Nilai konsep diri yang diperoleh adalah nilai total dari skala konsep diri
dengan menggunakan skala sikap dari Likert.
62 Bab III Metode Penenlitian
3.3 Alat Ukur
Pada penelitian ini, terdapat dua macam data yang dikumpulkan yaitu
data mengenai penerimaan orang tua dan konsep diri remaja tunadaksa, sehingga
penelitian ini menggunakan dua macam alat ukur, yaitu skala persepsi penerimaan
orang tua dan skala konsep diri pada remaja tunadaksa yang mengikuti pendidikan
di SLB/D-YPAC Surakarta, sebagai berikut :
3.3.1 Skala Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Skala ini mengungkap tentang persepsi terhadap penerimaan orang tua
terhadap anak tunadaksa. Alat Ukur Persepsi penerimaan orang tua ini diambil
berdasarkan konsep teori Arthur T. Jersild, mengenai bentuk sikap penerimaan
orang tua terhadap anaknya yang kemudian dipersepsi oleh anak tunadaksa
tersebut. Angket ini terdiri dari 40 item yang mengukur 4 aspek dari persepsi
terhadap penerimaan orang tua. Aspek –aspek yang diukur melalui angket tersebut
adalah aspek memahami kebutuhan anak, aspek bersikap adil, aspek tidak
menyalahkan anak dan aspek sikap protektif. Berdasarkan skala Likert yang dibuat
menjadi lima tingkatan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat
tidak setuju (Suharsimi, 1995 : 142).
Penyebaran item dalam angket adalah sebagai berikut :
NO ASPEK INDIKATOR ITEM POSITIF
ITEM NEGATIF
1 Memahami Kebutuhan Anak
Memperhatikan Anak 9, 24 36, 13
Memenuhi Segala Kebutuhan Anak
4, 32 18, 40
Memperhatikan Perkembangan Minat Anak
28, 30 11, 20
63 Bab III Metode Penenlitian
2 Bersikap Adil
Tidak Membandingkan Anak Yang satu Dengan Yang Lainnya
26, 15 38, 17
Menghargai Pendapat Yang Dikemukakannya dan Menghargai nya sebagai orang yang mempunyai persaan-persaaan sendiri.
22, 2 27, 34
3 Tidak Menyalahkan Anak
Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam dirinya tanpa syarat, pendapat ataupun penilaian
5, 10 1, 3
Tidak memandang rendah dirinya & tidak mengabaikan keberadaanya
6, 12 7, 21
4 Sikap Protektif
Tidak Berusaha mengatur maupun menguasainya
8, 16 29, 33
Melindungi dari Bahaya 39, 14 25, 19
Mencintai anak tanpa syarat 23, 31 35, 37
Pada angket ini, subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban ( sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ). Setiap item memiliki
nilai tertentu, yaitu 5-4-3-2-1 untuk item positif dan untuk item negatif 1-2-3-4-5
(Singarimbun, 1995 : 102 & 110). Berdasarkan hal tersebut, maka data yang
diperoleh akan berskala ordinal, yaitu skala berjenjang yang menggolongkan
subjek menurut jenjangnya tanpa memperhatikan jarak antara golongan yang satu
dengan yang lain (Sutrisno Hadi, 1990 :93).
3.3.2 Skala Konsep Diri
Nilai konsep diri adalah skor seluruh item yang diperoleh dari hasil
pengukuran melalui skala – skala konsep diri yang didasari oleh konsep Jersild
mengenai konsep diri. Angket tersebut terdiri dari 50 item yang mengukur 3 aspek
dari konsep diri. Aspek-aspek yang diukur melalui angket tersebut adalah
Perceptual Component , Conceptual component dan Attitudinal Component.
64 Bab III Metode Penenlitian
Berdasarkan skala Likert yang dibuat menjadi lima tingkatan yaitu sangat stuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju (Suharsimi, 1995 :142 ).
NO ASPEK INDIKATOR Item Positif Item Negatif
1 Perceptual Component
Sex Appropreateness 10, 19 26, 36
Self Attractiveness 30, 14 7, 24
2 Conceptual Component
Honesty (Kejujuran) 17, 32 40, 21
Self Confidance (Kepercayaan Diri)
38, 3 12, 22
Independence (Kemandirian)
9, 5 28, 34
Courage ( Keberanian) 39, 20 18, 33
3 Attitudinal Component
Present Status 1, 2 16, 27
Future Prospect 37, 35 29, 11
Self Esteem 25, 4 13, 23
Pride 31, 15 6, 50
Perasaan Malu 45, 41 47, 42
Self Reproach( Menyesali Diri)
44, 49 46, 48
Pada angket ini, subjek diminta untuk memilih alternatif jawaban ( sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju ). Setiap item memiliki
nilai tertentu, yaitu 5-4-3-2-1 untuk item positif dan untuk item negatif 1-2-3-4-5
(Singarimbun, 1995 : 102 & 110). Berdasarkan hal tersebut, maka data yang
diperoleh akan berskala ordinal, yaitu skala berjenjang yang menggolongkan
subjek menurut jenjangnya tanpa memperhatikan jarak antara golongan yang satu
dengan yang lain (Sutrisno Hadi, 1990 :93).
3.4 Populasi Dan Sampel
3.4.1 Subjek Penelitian
65 Bab III Metode Penenlitian
Penelitian ini merupakan penelitian populasi sehingga sesama anggota
populasi menjadi subjek penelitian. Penelitian populasi yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap lingkup yang luas dengan semua subjek penelitian dan
kesimpulan berlaku bagi semua subjek penelitian tersebut ( Suharsimi, 1995
:209).
Peneliti memilih subyek tunadaksa karena kecacatan mereka langsung
terlihat oleh orang lain sehingga akan banyak orang yang memberi tanggapan
pada keadaan fisik mereka, dimana tanggapan tersebut akan berpengaruh terhadap
konsep diri mereka. Adapun pengertian anak tunadaksa menurut hasil seminar
Nasional, Puskurandik, Balitbang, Depdikbud (dalam Mangunsong, 1998) adalah
anak yang
menderita cacat akibat polio myelitis, akibat kecelakaan, akibat keturunan,
cacatsejak lahir, kelayuan otot – otot, akibat peradangan otak,dan kelainan
motorik yang disebabkan oleh kerusakan pusat syaraf.
Penelitian ini dilakukan di SLB/D-YPAC Surakarta. Populasinya adalah
remaja tunadaksa yang bersekolah di SLB tersebut, dengan karakteristik sebagai
berikut :
1. Remaja berusia 17-21 tahun, karena berdasarkan asumsi bahwa pada masa ini
mereka mulai memperhatikan dirinya sendiri dan mengembangkan gambaran
mengenai dirinya.
2. Masih bersekolah, dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh
lingkungan sekolah terhadap proses pembentukan konsep dirinya dan adapa
dilihat sejauh mana pengaruh sekolah terhadap mereka.
66 Bab III Metode Penenlitian
3. Tinggal bersama keluarga. Hal ini untuk melihat sejauh mana pengaruh
keluarga terhadap konsep diri mereka.
4. Satu-satunya penderita tundaksa di lingkungan keluarga
5. Memiliki konsep diri yang positif
Jumlah anggota populasi sebanyak 40 orang dan sampel yang terpakai
sebanyak 32 orang.
3.5 Prosedur penelitian
Tahapan –tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.5.1 Tahap Persiapan
1. Observasi lapangan terhadap obyek yang diamati peneliti
2. Melakukan studi kepustakaan
3. Menyusun usulan rancangan penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti
4. Menentukan variabel yang akan diteliti
5. Menetukan alat ukur yang akan dipergunakan, yang sesuai maksud, tujuan
dengan keadaan subjek yang diteliti
6. Menentukan sampel penelitian
7. Menghubungi instansi untuk mendapatkan perizinan pelaksanaan
pengambilan data, baik secara formal maupun informal.
8. Melakukan uji coba alat ukur, untuk mengetahui apakah alat ukur yang akan
dipergunakan valid dan reliabel untuk penelitian ini.
67 Bab III Metode Penenlitian
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan
maksud yang dikenakan tes tersebut. Suatu tes yang menghasilkan data yang tidak
relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran, maka dikatakan tidak memiliki
validitas.
Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan
pengukuran. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan fungsi
ukurnya dengan tepat akan tetapi juga dengan kecermatan yang tinggi, yaitu
kecermatan dalam mendeteksi perbedaan - perbedaan kecil yang ada pada atribut
yang diukurnya.
Cara yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu alat ukur adalah
dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing - masing item
dengan skor total. Skor total adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan
semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan
berdasarkan ukuran statistik tertentu.
Validitas dilakukan pada setengah dari populasi agar mendapatkan daftar
pertanyaan yang dapat mewakili ,masing-masing sub indikator yang akan
menggambarkan konsep diri dan persepsi terhahadap penerimaan orang tua.
1. Validitas Angket
68 Bab III Metode Penenlitian
Validitas Angket dengan menggunakan Content Validity dimana validasi
didapat jika melihat satu per satu isi (item) dari suatu angketdan hasil validasi
nantinya harus mampu mengukur variabel yang akan diukur oleh angket
tersebut, yakni Konsep diri dan persepsi terhadap penerimaan orang tua.
2. Reabilitas Angket
Reabilitas Angket dengan menggunakan setengah dari jumlah populasi.
Teknik korrelasi yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman, dengan
langkah - langkah dalam melakukan uji validitas sebagai berikut :
1. Mencatat skor item yang akan diuji
2. Menghitung dan merangking skor item
3. Mencari koefisien skor para responden pada item tersebut dengan
perhitungan :
22
222
2 yxdiyxrs
���
������
dimana: xNNX ���
���
12
32
yNNY ���
���
12
32
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi
�x = Faktor korelasi untuk X
�y = Faktor korelasi untuk Y
di = Perbedaan rangking yang diperoleh
Untuk menguji reliabilitas, ada beberapa tehnik yang dapat dipakai, salah
satunya yang dipakai oleh peneliti adalah tehnik belah dua (Split Half Method).
Yaitu dengan cara membagi item pernyataan menjadi dua belahan berdasarkan
69 Bab III Metode Penenlitian
ganjil-genap. Item yang bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan item yang
bernomor genap sebagai belahan kedua. Adapun langkah-langkah pengujian
realibilitas adalah sebagai berikut :
a. Menyajikan alat ukur kepada sejumlah responden kemudian dihitung validitas
itemnya, item yang valid dikumpulkan dan yang tidak valid dibuang.
b. Membagi item-item yang valid menjadi 2 belahan, dengan cara item yang
bernomer genap sebagai belahan pertama dan item yang bernomer ganjil
sebagai belahan kedua.
c. Mencari total skor dari belahan pertama dan belahan kedua.
d. Mengkorelasikan skor kedua belahan dengan menggunakan tehnik korelasi
Spearman.
Dari langkah-langkah perhitungan diatas, akan menghasilkan korelasi
antar belahan, untuk mencari reliavilitas keseluruhan item ialah dengan
mengkorelasikan menggunakan rumus :
)(1
)(2
tt
tttotal r
rr�
�
Keterangan :
r total = Angka reliabilitas keseluruhan item
r n = Angka korelasi belahan pertama dan kedua
Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat
ukur dan ada tidaknya korelasi antara dua variabel atau lebih menurut Guilford
(dalam Harun al-rasyid 1994:46) adalah sebagai berikut :
a. < 0,20 = Derajat reliabilitas hampir tidak ada, hubungannya
lemah sekali.
70 Bab III Metode Penenlitian
b. 0,21 – 0,40 = Derajat reliabilitas rendah, hubungan lemah.
c. 0,41 – 0,70 = Derajat reliabilitas sedang, hubungan cukup berarti.
d. 0,71 – 0,90 = Derajat reliabilitas tinggi, hubungan tinggi dan kuat.
e. 0,91 – 1,00 = Derajat reliabilitas tinggi sekali, hubungan sangat
tinggi dan kuat sekali.
3.5.3 Tahap Pengumpulan Data
Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan seluruh anggota penelitian untuk mengisi angket yang diberikan.
3.5.4 Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan skoring dan membuat tabulasi data-data yang telah diperoleh.
b. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis penelitian dan korelasi anatar variabel.
3.5.5 Tahap Pembahasan
a. Melakukan interpretasi hasil perhitungan statistik dan menguraikannya melalui
pembahasan berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang diajukan.
b. Merumuskan kesimpulan dari keseluruhan data dan analisa yang dilakukan dan
memberikan umpan balik berupa saran - saran.
3.5.6 Tahap Akhir
Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian secara
menyeluruh.
3.6 Perhitungan Statistik
71 Bab III Metode Penenlitian
Perhitungan statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rank
Order Corelation atau korelasi tata jenjang Rank Spearman atau dalam
statistiknya disebut dengan “r s”, digunakan untuk mengukur asosiasi yang
menuntut kedua variable yang diukur sekurang - kurangnya dalam skala ordinal
(Sidney Siegel, 1994), dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17.0. Adapun
alasan digunakannya tehnik korelasi Rank Spearman ini di karenakan :
1. Data yang digunakan berpasangan.
2. Data yang digunakan berbentuk ordinal.
3. Data statistik berbentuk parametrik
Adapun analisa yang digunakan untuk mengukur korelasi antara dua
variable dengan menggunakan rumus : NN
dr is �
��� 3
2}{61
Keterangan : r s = Koefisien korelasi Rank Spearman
N = Menunjukan jumlah pasangan observasi antara suatu variabel terhadap variabel lain.
di= Perbedaan rangking yang diperoleh pada tiap pasangan observasi.
Untuk perangkingan terhadap dua atau lebih skor yang sama, maka
dipergunakan suatu faktor korelasi dalam perhitungan r s adapun rumusnya
sebagai berikut :
12
3 ttT ��
Dimana t = banyak observasi yang berangka sama pada suatu rangking tertentu.
Dengan demikian rumusnya menjadi :
72 Bab III Metode Penenlitian
xNNx ������
123
2
yNNy ������
123
2
Dengan rumus rank spearman yang dikoreksi adalah :
22
222
2 yxdiyxrs
���
������
Menguji signifikasi r s
Untuk mengetahui signifikasi suatu harga sebesar harga observasi r s dengan
sampel N > 10 dapat ditetap kan dengan menghitung t, dengan rumus :
212
ss r
Nrt���
Kriteria penolakan
Kriteria penolakan Ho, yaitu jika thit < t tab dengan taraf signifikasi � = 0,05,
dengan dk = N-2. Untuk melihat ttab maka table yang harus dipergunakan adalah
tabel Cruitial Value’s of student s-t distribution (Table B, Siegel, 1988).
Untuk mengetahui koefisien determinasi digunakan rumus :
d = rs2 x 100 %
73
Bab IV Hasil & Pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi terhadap
penerimaan orang tua dengan konsep diri di SLB-D/YPAC Surakarta. Pada bab
ini disajikan data dan hasil perhitungan statistik, pengujian hipotesis serta konsep-
konsep teoritis.
Perhitungan statistik dalam pengolahan data-data digunakan uji koefisien
korelsai Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara variabel, yaitu
Variabel X : persepsi terhadap penerimaan orang tua
Variabel Y : konsep diri
Selanjutnya variabel-variabel tersebut dihitung dalam perhitungan statistik,
perhitungan-perhitungan yang dilakukan meliputi: uji korelasi Rank Spearman (rs)
yaitu untuk mengukur korelasi antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
dengan konsep diri.
Untuk mengetahui hubungan dimensi-dimensi untuk mengukur korelasi antara
persepsi penerimaan orang tua dengan konsep diri digunakan korelasi rank
Spearman, sesuai dengan data hasil penelitian yang memiliki skala pengukuran
ordinal. Rumus korelasi rank spearman:
2 2 2
2 22i
s
X Y dr
X Y
� ��
� � �
� �
74
Bab IV Hasil & Pembahasan
Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi penerimaan orang tua dengan
konsep diri
H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi penerimaan orang tua dengan
konsep diri
Kriteria pengujian
Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima
H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak
4.2 Hasil Dan Pengolahan Data
4.2.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Dengan
Konsep Diri
Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan
menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang
Tua Dengan Konsep Diri
Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan Persepsi penerimaan orang tua dengan konsep diri
rs= 0,634 thit=4,49 ttab=2,04 d=40,17%
Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri
75
Bab IV Hasil & Pembahasan
Analisa Hasil Statistik
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap
penerimaan orang tua dengan konsep diri sebesar 0,634. Nilai ini menunjukkan
kekuatan hubungan dari persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep
diri dapat digolongkan ke dalam tingkat hubungan erat yaitu berada pada interval
0,60–0,80. Adapun arah persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep
diri adalah positif, artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua yang baik akan
meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya. Berdasarkan nilai yang
disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (4,49) > dari t-tabel (2,04). Jadi
diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dengan taraf
signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri
Kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua terhadap konsep diri
adalah 40,17% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua memberikan
kontribusi sebesar 40,17% terhadap konsep diri.
4.2.2 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek
memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang
tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
76
Bab IV Hasil & Pembahasan
H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
Kriteria pengujian
Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima
H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak
Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan
menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Memahami Kebutuhan Anak Dengan Konsep Diri
Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan
Persepsi penerimaan orang tua spek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
rs= 0,463 thit=2,86 ttab=2,04 d=21,437%
Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
Analisa Hasil Statistik
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
77
Bab IV Hasil & Pembahasan
sebesar 0,463. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri dapat
digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat yaitu berada pada interval
0,40–0,60. Adapun arah hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri, artinya persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak yang baik akan
meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya. Berdasarkan nilai yang
disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,86) > dari t-tabel (2,04). Jadi
diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dengan taraf
signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi
terhadap penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep
diri.
Kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek memahami
kebutuhan anak adalah 21,437% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek memahami kebutuhan anak memberikan kontribusi sebesar 21,437%
terhadap konsep diri.
4.2.3 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek
bersikap adil dengan konsep diri
Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang
tua aspek bersikap adil dengan konsep diri
78
Bab IV Hasil & Pembahasan
H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek bersikap adil dengan konsep diri
Kriteria pengujian
Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima
H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak
Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan
menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Bersikap Adil Dengan Konsep Diri
Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan Persepsi penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri
rs= 0,409 thit=2,45 ttab=2,04 D=16,705%
Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri
Analisa Hasil Statistik
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri sebesar 0,409. Nilai
79
Bab IV Hasil & Pembahasan
ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek bersikap adil dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat
hubungan cukup erat yaitu berada pada interval 0,40–0,60. Adapun arah
hubungan persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan
konsep diri, artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil
yang baik akan meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya.
Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,45
> dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima.
Jadi hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%
dengan taraf signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep
diri.
Kontribusi persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap adil
adalah 16,705% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek bersikap
adil memberikan kontribusi sebesar 16,705% terhadap konsep diri.
4.2.4 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek
tidak menyalahkan anak dengan konsep diri
Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang
tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri
H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri
Kriteria pengujian
80
Bab IV Hasil & Pembahasan
Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima
H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak
Hasil Perhitungan
Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan
menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Tidak Menyalahkan Anak Dengan Konsep Diri
Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan Persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri
rs= 0,447 thit=2,74 ttab=2,04 d=20,013%
Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri
Analisa Hasil Statistik
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri sebesar
0,447. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak dengan konsep diri dapat
digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat yaitu berada pada interval
0,40–0,60. Adapun arah hubungan persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek
81
Bab IV Hasil & Pembahasan
tidak menyalahkan anak dengan konsep diri, artinya persepsi terhadap penerimaan
orang tua aspek tidak menyalahkan anak yang baik akan meningkatan konsep diri
yang baik pula dan sebaliknya. Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas
dapat dilihat nilai t-hitung (2,74) > dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan
pengujian Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dengan taraf signifikansi 5% (0.05) maka
terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek tidak menyalahkan dengan konsep diri.
Kontribusi penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak adalah
20,013% artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek tidak
menyalahkan anak memberikan kontribusi sebesar 20,013% terhadap konsep diri.
4.2.5 Hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek
sikap protektif dengan konsep diri
Ho: rs=0 tidak terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang
tua aspek sikap protektif dengan konsep diri
H1: rs ≠o terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
aspek sikap protektif dengan konsep diri
Kriteria pengujian
Ho ditolak, jika thit>ttab, berarti H1 diterima
H1 diterima, jika thit<ttab, berarti H1 ditolak
Hasil Perhitungan
82
Bab IV Hasil & Pembahasan
Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan
menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua Aspek Sikap Protektif Dengan Konsep Diri
Variabel Hasil Perhitungan Kesimpulan
Persepsi terhadap penerimaan
orang tua aspek sikap protektif
dengan konsep diri
rs= 0,577 thit=3,87 ttab=2,04 d=33,286%
Karena thit>ttab, maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat hubungan positif yang berarti antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan konsep diri
Analisa Hasil Statistik
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi persepsi terhadap
penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan konsep diri sebesar 0,577.
Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari persepsi terhadap penerimaan
orang tua aspek sikap protektif dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam
tingkat hubungan cukup erat yaitu berada pada interval 0,40–0,60. Adapun arah
hubungan persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan
konsep diri, artinya persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif
yang baik akan meningkatan konsep diri yang baik pula dan sebaliknya.
Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (3,87)
83
Bab IV Hasil & Pembahasan
< dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima.
Jadi hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95%
dengan taraf signifikansi 5% (0.05) maka terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi terhadap penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan
konsep diri.
Kontribusi penerimaan orang tua aspek sikap protektif adalah 33,286%
artinya penerimaan orang tua aspek sikap protektif memberikan kontribusi sebesar
33,286% terhadap konsep diri.
4.2.6 Hasil perhitungan korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap
penerimaan orang tua dengan konsep diri
Dalam upaya mempermudah melihat hasil perhitungan korelasi antara
persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan konsep diri, hasil perhitungan
tersebut divisualisasikan dalam tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Visualisasi Hasil Korelasi Antara Persepsi Terhadap Penerimaan
Orang Tua Dengan Konsep Diri
Variabel/Dimensi Hasil Perhitungan Kesimpulan
Aspek memahami kebutuhan anak rs =0.463; d = 21,437%
Ho ditolak; H1 diterima
Aspek Bersikap adil rs =0.409; d = 16,705% Ho ditolak; H1 diterima
Aspek tidak menyalahkan anak rs =0.447; d = 20,013%
Ho ditolak; H1 diterima
Aspek Sikap Protektif rs =0.577; d = 33,286% Ho ditolak; H1 ditolak
84
Bab IV Hasil & Pembahasan
4.2.7 Hasil Pengujian Median (Me) Antara Persepsi Terhadap Penerimaan
Orang Tua dengan Konsep Diri
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Median Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Dengan Konsep Diri
Penerimaan orang tua
Konsep Diri Positif
Frekuensi Persen Negatif 9 28,13 Positif 23 71,88 Total 32 100
Data yang diperoleh dari hasil pengujian median penerimaan orang tua
dengan konsep diri positif yaitu terdapat 9 orang (28,13%) responden yang
mempersepsikan negatif penerimaan orang tua dan untuk responden yang
memiliki persepsi positif penerimaan orang tua sebanyak 23 orang (71,88%)
memiliki konsep diri positif.
4.3 Pembahasan
Untuk dapat berkembang secara penuh, sesorang memerlukan penerimaan
yang penuh dari orang lain. Jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan yang
tulus atau tanpa syarat dari orang lain akan menyulitkannya berfungsi secara baik
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil perhitungan statistik penelitian diperoleh
gambaran bahwa remaja tunadaksa yang memiliki persepsi positif terhadap
penerimaan orang tua sebesar 71,88%) ( 23 orang) lebih banyak dibandingkan
dengan remaja tunadaksa yang memiliki persepsi negatif terhadap penerimaan
85
Bab IV Hasil & Pembahasan
orang tua sebesar 28,13 % (9 orang). Hal ini berarti bahwa sikap dan perlakuan
yang ditunjukkan orang tua dipersepsikan positif oleh mereka. Persepsi terbesar
yang diberikan terhadap sikap penerimaan orang tua ada pada dimensi sikap
protektifl hal ini dilihat oleh peneliti dari kontribusi terbesar yang diberikan
dimensi tersebut sebesar 33,286% terhadap konsep diri. Selain itu, peneliti juga
melihat hasil pernyataan yang diberikan mereka memperlihatkan bahwa remaja
tunadaksa mempersepsikan positif penerimaan orangtua mereka yang bersikap
protektif, mereka sangat membutuhkan sikap orang tua yang melindungi akan
tetapi tidak berusaha mengatur atau pun menguasainya dan mencintai mereka
tanpa syarat.
Sebaliknya , sebanyak 9 orang yang mempersepsikan negatif terhadap
penerimaan orang tua mereka berarti sikap dan perlakuan yang diberikan oleh
orang tua terhadap mereka tidak sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Rogers (1971) juga mengatakan bahwa penerimaan merupakan dasar bagi
setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya, semua pengalaman-
pengalamannya yang baik maupun yang buruk. Dengan kata lain seseorang
memerlukan situasi yang menghormati dan menghargai tanpa adanya persyaratan.
Oleh karena itu penerimaan dari orang lain merupakan aspek yang penting dalam
kehidupan kita.
Menurut Corsini dan Marsella (1983 : 26) untuk berkemmbang
seseorang membutuhkan penerimaan dari orang lain sesuai dengan pengalaman
yang dimilikinya. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka ia akan mengembangkan
86
Bab IV Hasil & Pembahasan
penghargaan yang positif terhdap dirinya dan akhirnya akan mengarahkan pada
pembentukan konsep diri yang positif.
Menurut Symond (1949) :
“Parental acceptance of the child, of course, plays a large part in warmth.
The behaviour of children who are accepted has been described as good- natured,
considerate, cheerfull, cooperative, and emotionally stable”.
Menurutnya penerimaan orang tua terhadap anaknya, tentunya mampu
menciptakan kehangatan. Tingkah laku anak-anak yang diterima akan dapat
digambarkan sebagai anak yang baik hati, baik budi, dapat bekerjasama dan
memiliki emosi yang stabil.
Konsep diri berkaitan erat dengan penerimaan orang tua, hal ini akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan dengan orang
lain. Setiap orang akan mendasarkan, membandingkan, merespon dan bentuk
perilaku lahir kemudian bertahap mengalami perubahan seiring dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan individu. Pembentukan konsep diri sangat
dipengaruhi oleh orang tuanya. Konsep diri juga akan dipelajari melalui kontak
dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai individu. Hal ini akan
membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian terhadap
pengalaman akan situasi tertentu
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi penerimaan orang tua
dengan konsep diri sebesar 0,634. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari
penerimaan orang tua dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat
87
Bab IV Hasil & Pembahasan
hubungan erat. Adapun arah penerimaan orang tua dengan konsep diri adalah
positif, artinya penerimaan orang tua yang baik akan meningkatan konsep diri
yang baik pula dan sebaliknya.
Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung
(4,49) > dari t-tabel (2,04), maka terdapat hubungan yang signifikan antara
penerimaan orang tua dengan konsep diri. Kontribusi penerimaan orang tua
terhadap konsep diri adalah 40,17 % artinya penerimaan orang tua memberikan
kontribusi sebesar 40,17 % terhadap konsep diri.
Menurut Jersild (1968) sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya
adalah suatu keadaan dari anak yang diinginkan orang tua, tidak melihat kondisi
dari anak tersebut dan mencintainya. Dalam hal ini ada beberapa macam bentuk
sikap penerimaan orang tua terhadap anaknya, yaitu :
a. Memahami Kebutuhan Anak
Kondisi orang tua yang memahami kebutuhan anak merupakan bentuk
penerimaan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan akan perhatian, uang,
benda atau bantuan dari orang lain. Dari hasil penelitian, koefisien korelasi
penerimaan orang tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri
sebesar 0,463. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari penerimaan orang
tua aspek memahami kebutuhan anak dengan konsep diri. Berdasarkan nilai yang
disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,85) > dari t-tabel (2,04),
maka terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua aspek
memahami kebutuhan anak
b. Bersikap Adil
88
Bab IV Hasil & Pembahasan
Orang tua yang selalu bersikap adil dan tidak membanding-bandingkan
anak yang satu dengan anak yang lain. Hal ini juga menunjukan adanya sikap
penerimaan. Orang tua seharusnya memahami bahwa pada dasarnya manusia itu
beda, ada yang lebih pandai, ada yang kondisi fisiknya normal. Orang tua tidak
sepatutnya membandingkan anaknya dengan anak-anak yang lain. Dari hasil
penelitian, koefisien korelasi penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan
konsep diri sebesar 0,409. Nilai ini menunjukkan kekuatan hubungan dari
penerimaan orang tua aspek bersikap adil dengan konsep diri dapat digolongkan
ke dalam tingkat hubungan cukup erat. Berdasarkan nilai yang disajikan pada
tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,45) > dari t-tabel (2,04), maka terdapat
hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua aspek bersikap adil.
c. Tidak Menyalahkan Anak
Kritikan yang baik tentu akan membawa dampak yang positif. Karena
seseorang yang dikriktik akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya
berdasarkan kritikan yang telah disampaikan kepadanya. Kritikan diharapkan
dapat menjadi motivator bagi anak untuk mencapai hasil yang optimal. Timbulnya
kritikan yang terus menerus karena orang tua beranggapan yang dilakukan dan
diperbuat anak selalu kurang baik akan menumbuhkan perasaan pada anak bahwa
dirinya kurang dicintai orang tua.
Dari hasil penelitian, koefisien korelasi penerimaan orang tua aspek tidak
menyalahkan anak dengan konsep diri sebesar 0,447. Nilai ini menunjukkan
kekuatan hubungan dari penerimaan orang tua aspek tidak menyalahkan anak
dengan konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat.
89
Bab IV Hasil & Pembahasan
Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (2,74)
> dari t-tabel (2,04), maka terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan
orang tua aspek tidak menyalahkan anak.
d. Sikap Protektif
Sikap Protektif yang dilakukan orang tua merupakan suatu bentuk
penerimaan pada anak, misalnya orang tua selalu memperhatikan anak, memenuhi
segala kebutuhnanya, ingin selalu dekat dengan anak dan melindungi anak dari
segala bentuk bahaya.
Dari hasil penelitian, diperoleh koefisien korelasi penerimaan orang tua
aspek sikap protektif dengan konsep diri sebesar 0,577. Nilai ini menunjukkan
kekuatan hubungan dari penerimaan orang tua aspek sikap protektif dengan
konsep diri dapat digolongkan ke dalam tingkat hubungan cukup erat.
Berdasarkan nilai yang disajikan pada tabel di atas dapat dilihat nilai t-hitung (3,87)
> dari t-tabel (2,04). Jadi diperoleh keputusan pengujian Ho ditolak dan H1 diterima,
maka terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan orang tua aspek sikap
protektif .
Dari hasil penelitian terdapat 28,13% ( 9 orang) yang mempersepsikan
negatif penerimaan orang tua mereka akan tetapi mereka tetap memiliki konsep
diri yang positif. Setelah dilakukan wawancara terhadap subyek peneliti
menyimpulkan hal-hal lain selain penerimaan orang tua yang membuat subyek
memiliki konsep diri positif yaitu mereka mempunyai penilaian yang positif akan
diri mereka sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menerima keadaan diri
mereka dan tidak terpaku dengan keadaan fisik mereka, disamping itu mereka
90
Bab IV Hasil & Pembahasan
juga tinggal dilingkungan yang mendukung yaitu lingkungan yang membuat
mereka merasa diterima dan dapat lebih mengembangkan potensi mereka seperti
terdapatnya sarana untuk mereka dalam kegiatan sehari-hari, misalnya mereka
dapat mengikuti teater, paduan suara dan les musik. faktor lain yang
menyebabkan terbentuknya konsep diri mereka positif yaitu mereka memiliki
kemampuan atau bakat tertentu seperti memiliki suara yang bagus, sangat piawai
memainkan alat musik atau memiliki kemampuan berbahasa asing sehingga
membuat mereka lebih percaya diri.
Adapun faktor lain yang dikemukakan diatas yang juga dapat
mempengaruhi konsep diri adalah lingkungan dimana anak tersebut tinggal dan
bersekolah. Perlakuan yang baik dari anggota keluarga, lingkungan
masyarakatnya serta teman-teman sekolah maupun teman bermain dirumah
mampu memberikan pengaruh baik terhadap konsep diri mereka. Hal tersebut
dapat membantu mereka dalam menerima keadaan diri mereka sendiri dan dapat
menumbuhkan kepercayaan diri mereka, menumbuhkan rasa bahwa mereka juga
mampu melakukan apa yang bisa dilakukan oleh anak lainnya yang tidak
memiliki keterbatasan fisik.
91 Bab V Kesimpulan & Saran
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis, analisis deskriptif dan
pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar remaja tunadaksa di SLB-D/YPAC Surakarta
mempersepsikan positif penerimaan orang tuanya dan memiliki konsep diri
yang positif.
2. Dimensi- dimensi yang ada pada penerimaan orang tua juga mempunyai
hubungan yang positif terhadap konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-
YPAC Surakarta, terutama pada dimensi sikap protektif yang aspeknya
antara lain yaitu tidak berusaha mengatur maupun menguasainya, melindungi
dari bahaya dan mencintai anak tanpa syarat yang mempunyai korelasi
tertinggi diantara dimensi lainnya.
3. Terdapat hubungan yang erat antara persepsi terhadap penerimaan orang tua
dengan konsep diri pada remaja tunadaksa di SLB/D-YPAC Surakarta.
92 Bab V Kesimpulan & Saran
5.2 Saran
Dengan memperhatikan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini,
maka peneliti mengajukan saran- saran sebagai berikut:
1. Bagi Institusi hendaknya melakukan pertemuan rutin dengan orang tua untuk
membicarakan perkembangan berbagai hal yang berkaitan dengan intervensi anak
tunadaksa
2. Bagi Institusi hendaknya para guru bekerjasama dengan Psikolog untuk
menanamkan konsep diri yang positif terhadap kecacatan agar dapat menerima
dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif sehingga dapat mendorong terciptanya interaksi yang harmonis.
3. Bagi orang tua agar dapat bekerjasama dengan institusi atau guru anak
tunadaksa demi membantu kemajuan perkembangan dan kemandirian anak
dirumah.
4. Bagi Orang tua hendaknya untuk lebih meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam menghadapi anak yang memiliki ketunaan
sehingga dapat membantu orang tua untuk merencanakan masa depan dan
mengembangkan keterampilan dan lebih memahami dan mengerti dengan kondisi
anak yang mengalami ketunaan sehingga pengertian dan pemahaman orangtua
akan membentuk konsep diri yang positif bagi anak tunadaksa.
5. Bagi anak tunadaksa hendaknya lebih meningkatkan eksperesi diri, hal ini
dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan kesenian, keterampilan atau kerajinan,
dengan meningkatnya ekspresi diri diharapkan anak tunadaksa memiliki konsep
diri yang lebih positif.
Daftar Pustaka
93
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, T. Jersild. 1978. Child Psyhology, 7th Edition, Prentice Hall of India : New Delhi
Arikunto, Suharsimi, Prof. Dr. 1995. Manajemen Penelitian,Cetakan Ketiga,
Jakarta : PT.Rineka Cipta. Atwater, Eastwood. 1990. Psychology Of Adjustment. New Jersey : Prentice Hall,
Inc. Burns,R.B. 1993. Konsep diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku.
Jakarta: Arcan Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Coopersmith, S. 1967. The Antecedents Of Self Esteem. San Fransisco :
W.H.Freeman & Company Corsini, Raymond J& Anthony J. Marsella. 1983. Personalitiy Theories,
Research & Assesment, USA : F, E, Peacock Publisher Hurlock, EB. 1993. Perkembangan Anak.Jilid I, Edisi Keenam. Alih bahasa: dr.
Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga Johnson, R.C. & Medinnus, G.R. 1974. Child Psychology Behaviour and
Develovement. New York: John Willey and Sons inc Kaplan, R M, Sallis, J.F, Patterson, T.L. 1993. Health and Human Behaviour. New
York: McGrow-Hill Mappiere, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. LPSP3.
Jakarta : Universitas Indonesia Morgan, C.T, King R.A & Robinson, N.M. 1987. Introduction to Psychology.
London : McGraw Hill International Book Company Musjafak Assjari. 1995. Orthopedagogik Anak Tuna Daksa. Jakarta:
DEPDIKBUD DIRJEN DIKTI PROYEK PENDIDIKAN TENAGA GURU
Pudjijogyanti, Clara R. 1995. Konsep Diri Dalam Pendidikan.Jakarta :PT. Arcan
Daftar Pustaka
94
Rahmat, Jalaluddin. 1991. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya
Soemantri, sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama.
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia
Stuart GW, Sundeen SJ. 1992. Principle and Practice of Psychiatric Nursing.
St.Louis Missouri. Mosby Year Book Inc
Lampiran
3
Validitas variabel Penerimaan Orang Tua
Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan
1 0,417 Tolak Valid 51 0,155 terima tidak valid
2 0,515 Tolak Valid 52 0,544 Tolak Valid
3 0,470 Tolak Valid 53 0,603 Tolak Valid
4 0,303 terima tidak valid 54 0,559 Tolak Valid
5 0,494 Tolak Valid 55 0,404 Tolak Valid
6 0,558 Tolak Valid 56 0,488 Tolak Valid
7 0,595 Tolak Valid 57 0,445 Tolak Valid
8 0,787 Tolak Valid 58 0,557 Tolak Valid
9 0,802 Tolak Valid 59 0,452 Tolak Valid
10 0,298 terima tidak valid 60 0,368 terima tidak valid
11 0,523 Tolak Valid 61 0,569 Tolak Valid
12 0,472 Tolak Valid 62 0,517 Tolak Valid
13 0,603 Tolak Valid 63 0,576 Tolak Valid
14 0,585 Tolak Valid 64 0,689 Tolak Valid
15 0,500 Tolak Valid 65 0,557 Tolak Valid
16 0,540 Tolak Valid 66 0,637 Tolak Valid
17 0,500 Tolak Valid 67 0,571 Tolak Valid
18 -0,111 terima tidak valid 68 0,631 Tolak Valid
19 0,536 Tolak Valid 69 -0,258 terima tidak valid
20 0,185 terima tidak valid 70 0,713 Tolak Valid
21 0,510 Tolak Valid 71 0,487 Tolak Valid
22 0,438 Tolak Valid 72 0,481 Tolak Valid
23 0,506 Tolak Valid 73 0,523 Tolak Valid
24 0,541 Tolak Valid 74 0,458 Tolak Valid
25 -0,296 terima tidak valid 75 0,526 Tolak Valid
26 0,521 Tolak Valid 76 0,161 terima tidak valid
27 0,459 Tolak Valid 77 0,483 Tolak Valid
28 0,597 Tolak Valid 78 0,455 Tolak Valid
29 0,443 Tolak Valid 79 0,593 Tolak Valid
30 0,499 Tolak Valid 80 0,485 Tolak Valid
31 0,574 Tolak Valid 81 0,452 Tolak Valid
32 0,240 terima tidak valid 82 0,481 Tolak Valid
33 0,575 Tolak Valid 83 0,661 Tolak Valid
34 0,518 Tolak Valid 84 0,282 terima tidak valid
35 0,444 Tolak Valid 85 0,109 terima tidak valid
36 0,496 Tolak Valid 86 0,683 Tolak Valid
37 0,312 terima tidak valid 87 0,515 Tolak Valid
38 0,621 Tolak Valid 88 0,691 Tolak Valid
39 0,566 Tolak Valid 89 0,552 Tolak Valid
40 0,451 Tolak Valid 90 0,518 Tolak Valid
Lampiran
4
41 0,424 Tolak Valid 91 0,478 Tolak Valid
42 0,455 Tolak Valid 92 0,171 terima tidak valid
43 0,384 terima tidak valid 93 0,438 Tolak Valid
44 0,476 Tolak Valid 94 0,462 Tolak Valid
45 0,689 Tolak Valid 95 0,635 Tolak Valid
46 0,764 Tolak Valid 96 0,538 Tolak Valid
47 0,531 Tolak Valid 97 0,275 terima tidak valid
48 0,575 Tolak Valid 98 0,281 terima tidak valid
49 -0,154 terima tidak valid 99 0,441 Tolak Valid
50 0,504 Tolak Valid 100 0,523 Tolak Valid
Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa dalam variabel penerimaan orang
tua terdapat 18 item yang tidak valid yaitu item no4,no10,no18,no20, no25,
no32,no37,no43,no49, no51, no60, no69, no76, no84,no85, no92, no97, dan no98
tidak valid karena nilai r korelasinya lebih kecil dari r table (0,420). Sedangkan no
item lainnya valid karena nilai r korelasinya lebih besar dari r table (0,420)
Lampiran
5
Reliabilitas variabel penerimaan orang tua
rstt 2(rstt) 1+rst rstot 0,886 1,772 1,886 0,940
Dari tabel perhitungan SPSS diketahui bahwa nilai reliabilitas untuk
variabel penerimaan orang tua sebesar 0,940, dengan demikian maka variabel
konsep diri reliabel karena lebih besar dari 0,7.
Reliabil ity Statistics
,90250a
,89950b
100
,886
,940,940
,939
ValueN of Items
Part 1
ValueN of Items
Part 2
Total N of I tems
Cronbach's Alpha
Correlation Between Forms
Equal LengthUnequal Length
Spearman-BrownCoeff icient
Guttman Split-Half Coef f icient
The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004,VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009,VAR00010, VAR00011, VAR00012, VAR00013, VAR00014,VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019,VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024,VAR00025, VAR00026, VAR00027, VAR00028, VAR00029,VAR00030, VAR00031, VAR00032, VAR00033, VAR00034,VAR00035, VAR00036, VAR00037, VAR00038, VAR00039,VAR00040, VAR00041, VAR00042, VAR00043, VAR00044,VAR00045, VAR00046, VAR00047, VAR00048, VAR00049,VAR00050.
a.
The items are: VAR00051, VAR00052, VAR00053, VAR00054,VAR00055, VAR00056, VAR00057, VAR00058, VAR00059,VAR00060, VAR00061, VAR00062, VAR00063, VAR00064,VAR00065, VAR00066, VAR00067, VAR00068, VAR00069,VAR00070, VAR00071, VAR00072, VAR00073, VAR00074,VAR00075, VAR00076, VAR00077, VAR00078, VAR00079,VAR00080, VAR00081, VAR00082, VAR00083, VAR00084,VAR00085, VAR00086, VAR00087, VAR00088, VAR00089,VAR00090, VAR00091, VAR00092, VAR00093, VAR00094,VAR00095, VAR00096, VAR00097, VAR00098, VAR00099,VAR00100.
b.
Validitas Persepsi Terhadap Penerimaan Orang TuaNO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 4 5 1 2 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 2 4 4 3 1 4 4 4 3 3 4 4 4 5 2 4 4 4
2 5 2 1 2 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 1 4 4 4 2 2 4 4 4 5 2 4 4 3
3 4 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 2 4 3 2 1 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 3 4
4 1 1 2 4 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 4 5 2 2 2 4 4 3 4 2 5 2 2 2 2
5 5 5 5 3 5 4 3 3 3 5 4 5 5 3 3 3 2 5 4 5 2 2 2 4 4 2 5 2 5 4 2 5 2
6 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 3 5 5 3 3 3 2 5 4 5 2 2 2 4 4 2 5 2 1 4 2 5 2
7 4 4 4 4 4 5 5 4 5 2 2 4 4 5 4 4 5 2 5 4 4 5 4 2 4 5 5 5 5 4 5 4 4
8 4 5 5 3 4 3 5 5 3 5 1 5 5 5 4 4 5 2 5 4 4 4 4 2 2 4 5 5 5 4 4 4 4
9 2 5 2 3 4 5 4 3 3 2 2 4 4 5 5 4 5 1 5 5 5 4 4 2 2 4 4 5 5 4 5 5 5
10 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 3 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 2 2 4 5 5 3 4 4 4 4
11 4 5 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 2 2 4 5 5 5 4 4 4 4
12 4 5 4 3 5 4 4 4 4 3 5 5 5 5 3 3 2 5 5 4 5 2 2 2 5 2 3 2 5 3 3 3 3
13 3 5 4 4 4 3 3 3 4 1 3 5 5 5 3 3 5 5 3 1 5 5 5 2 5 2 5 4 5 2 5 4 5
14 4 5 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 5 4 4 4 5 4 1 3 5 4 4 2 5 2 4 2 2 4 4 4 4
15 4 1 4 4 4 3 3 3 2 3 1 5 5 3 3 3 2 5 5 2 2 2 2 4 4 2 5 2 5 4 2 5 2
16 1 1 4 3 3 3 3 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 2 3 2 4 4 1 2 4 4 4
17 1 5 1 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 5 2 2 2 4 4 4 2 2 1 4 3 2 2
18 5 2 1 4 2 2 1 4 2 2 3 5 4 2 5 2 4 5 2 5 5 4 3 2 2 5 5 4 5 4 5 4 5
19 1 3 4 2 1 2 1 4 2 2 2 5 5 4 4 4 2 5 1 5 2 2 2 4 4 2 5 2 1 4 2 5 2
20 1 2 3 2 2 1 1 2 1 1 1 3 2 4 1 2 4 4 1 1 5 5 3 2 5 2 1 3 1 2 1 2 2
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
2 1 4 4 4 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 3 3 2 3 3 1 3
2 1 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 5 3
2 1 4 4 4 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 4 1 5 3 3 3 3 3 3 3
3 5 2 4 4 4 2 1 1 1 3 3 3 1 1 5 5 1 1 1 1 5 3 1 1 5 4 1 1 1 3 5 1 2 2
3 5 2 4 4 2 1 1 5 5 3 3 3 1 4 5 5 1 1 1 5 5 1 4 1 5 5 1 4 1 3 5 1 5 2
3 5 2 4 4 2 1 2 4 4 3 3 3 1 4 5 5 1 1 1 5 5 1 4 1 5 5 1 4 1 3 3 1 2 2
2 5 4 3 3 2 2 2 4 4 5 4 4 5 5 2 3 4 5 4 2 5 4 5 5 3 4 5 4 4 2 2 4 2 3
2 4 4 3 3 3 4 2 5 5 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 2 2 4 5 5 2 4 4 4 4 2 2 4 3 3
2 5 4 3 3 4 5 2 4 4 4 5 4 5 5 2 4 5 4 4 2 2 4 5 5 2 4 5 5 5 2 2 4 3 3
3 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 2 3 5 5 4 2 2 4 5 5 2 4 4 4 4 2 4 4 5 4
3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4 2 2 4 5 5 2 4 4 4 4 4 4 5 4
3 2 2 4 4 2 1 4 5 5 4 4 4 1 4 5 5 1 1 1 3 3 3 2 1 5 5 2 5 5 3 5 1 2 2
2 2 5 4 5 1 2 4 3 3 1 1 5 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 3 3 3
3 1 5 5 5 1 1 2 4 5 4 4 4 5 4 2 2 5 4 4 2 2 2 4 2 5 4 4 4 4 3 5 4 4 4
3 5 2 3 4 2 1 1 5 5 4 4 4 1 4 5 2 1 1 1 1 5 1 4 1 1 5 1 4 1 3 2 1 2 2
2 2 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 5 3 3 3 3 2 3 3 3
4 2 2 3 3 4 4 4 1 1 3 3 3 1 1 5 2 1 1 1 2 5 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2
2 2 4 3 2 1 4 2 4 4 1 4 2 4 4 2 2 4 4 3 2 2 4 4 4 2 2 4 4 5 2 2 4 4 2
3 2 2 3 3 2 1 2 5 5 2 2 2 1 4 1 2 2 2 2 1 5 1 4 1 2 2 1 4 1 2 2 1 2 2
2 1 2 2 1 4 1 1 4 4 4 2 2 4 4 2 2 2 4 3 2 2 1 5 4 1 1 4 4 4 2 1 2 1 1
69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
3 1 3 2 2 3 3 3 2 2 1 4 1 2 2 2 2 3 2 2 1 4 2 1 1 3 4 2 4 4 2 1
3 2 3 5 4 4 4 3 2 3 2 3 5 5 3 2 2 4 2 4 2 2 2 5 1 2 2 1 4 2 1 4
3 3 3 2 2 2 5 4 4 5 1 1 5 5 4 2 2 4 4 5 1 4 4 1 4 2 2 1 3 4 3 5
5 1 5 5 4 5 4 2 4 5 1 3 5 4 3 2 2 2 5 2 5 4 5 1 4 2 4 5 4 2 2 3
4 5 2 5 5 3 3 3 2 5 4 4 5 2 2 4 4 2 5 2 5 4 2 5 2 3 4 2 4 4 2 3
4 5 2 4 4 4 4 2 4 4 2 2 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 4 2 4 2 3 5 4 4 2 2
4 5 2 4 4 4 4 2 4 3 2 3 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 4 4 4 2 2 5 4 4 3 3
3 2 2 4 4 4 4 2 4 4 5 2 4 4 4 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 3 1
3 1 2 4 4 4 4 2 4 4 5 2 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 2 4 4 2 2 4 4 4 3 3
4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 2 5 4 4 5 2 4 4 4 2 4
4 5 5 3 4 4 4 2 4 5 2 5 5 4 4 2 2 4 4 4 5 2 5 4 4 5 2 5 4 4 3 4
4 4 5 4 5 4 4 2 4 4 3 5 5 4 4 2 3 4 4 4 2 2 5 4 4 5 2 5 4 4 3 3
3 3 3 5 5 4 4 2 4 4 2 5 4 4 4 2 2 4 4 4 2 2 5 3 4 5 2 4 4 4 2 3
1 1 2 4 5 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 2 2 3 4 3 3 2 4 4 5 2 2 4 4 3 3 2
4 4 2 4 2 5 4 2 4 4 2 2 4 4 3 2 2 3 4 3 3 2 1 4 1 2 2 4 4 3 2 1
3 3 1 4 2 1 4 2 4 4 2 2 4 4 3 2 1 3 4 3 3 2 1 4 1 1 2 4 4 3 2 2
5 4 1 2 5 1 1 4 4 2 1 1 5 5 4 2 1 2 2 2 2 4 5 4 5 2 2 5 3 4 3 1
1 2 2 2 5 2 1 3 2 2 3 2 1 2 2 4 2 2 3 2 2 4 1 5 5 2 5 2 4 4 2 5
4 2 2 2 5 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 4 1 5 5 2 5 2 4 4 2 1
5 2 1 1 1 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 4 4 2 1
Lampiran
Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan
1 0,417 Tolak Valid 51 0,155 terima tidak valid
2 0,515 Tolak Valid 52 0,544 Tolak Valid
3 0,470 Tolak Valid 53 0,603 Tolak Valid
4 0,303 terima tidak valid 54 0,559 Tolak Valid
5 0,494 Tolak Valid 55 0,404 Tolak Valid
6 0,558 Tolak Valid 56 0,488 Tolak Valid
7 0,595 Tolak Valid 57 0,445 Tolak Valid
8 0,787 Tolak Valid 58 0,557 Tolak Valid
9 0,802 Tolak Valid 59 0,452 Tolak Valid
10 0,298 terima tidak valid 60 0,368 terima tidak valid
11 0,523 Tolak Valid 61 0,569 Tolak Valid
12 0,472 Tolak Valid 62 0,517 Tolak Valid
13 0,603 Tolak Valid 63 0,576 Tolak Valid
14 0,585 Tolak Valid 64 0,689 Tolak Valid
15 0,500 Tolak Valid 65 0,557 Tolak Valid
16 0,540 Tolak Valid 66 0,637 Tolak Valid
17 0,500 Tolak Valid 67 0,571 Tolak Valid
18 -0,111 terima tidak valid 68 0,631 Tolak Valid
19 0,536 Tolak Valid 69 -0,258 terima tidak valid
20 0,185 terima tidak valid 70 0,713 Tolak Valid
21 0,510 Tolak Valid 71 0,487 Tolak Valid
22 0,438 Tolak Valid 72 0,481 Tolak Valid
23 0,506 Tolak Valid 73 0,523 Tolak Valid
24 0,541 Tolak Valid 74 0,458 Tolak Valid
25 -0,296 terima tidak valid 75 0,526 Tolak Valid
26 0,521 Tolak Valid 76 0,161 terima tidak valid
27 0,459 Tolak Valid 77 0,483 Tolak Valid
28 0,597 Tolak Valid 78 0,455 Tolak Valid
29 0,443 Tolak Valid 79 0,593 Tolak Valid
30 0,499 Tolak Valid 80 0,485 Tolak Valid
31 0,574 Tolak Valid 81 0,452 Tolak Valid
32 0,240 terima tidak valid 82 0,481 Tolak Valid
33 0,575 Tolak Valid 83 0,661 Tolak Valid
34 0,518 Tolak Valid 84 0,282 terima tidak valid
35 0,444 Tolak Valid 85 0,109 terima tidak valid
36 0,496 Tolak Valid 86 0,683 Tolak Valid
37 0,312 terima tidak valid 87 0,515 Tolak Valid
38 0,621 Tolak Valid 88 0,691 Tolak Valid
39 0,566 Tolak Valid 89 0,552 Tolak Valid
40 0,451 Tolak Valid 90 0,518 Tolak Valid
41 0,424 Tolak Valid 91 0,478 Tolak Valid
42 0,455 Tolak Valid 92 0,171 terima tidak valid
43 0,384 terima tidak valid 93 0,438 Tolak Valid
VALIDITAS VARIABEL PENERIMAAN ORANG TUA
2
Lampiran
44 0,476 Tolak Valid 94 0,462 Tolak Valid
45 0,689 Tolak Valid 95 0,635 Tolak Valid
46 0,764 Tolak Valid 96 0,538 Tolak Valid
47 0,531 Tolak Valid 97 0,275 terima tidak valid
48 0,575 Tolak Valid 98 0,281 terima tidak valid
49 -0,154 terima tidak valid 99 0,441 Tolak Valid
50 0,504 Tolak Valid 100 0,523 Tolak Valid
rstt 2(rstt) 1+rst rstot0,886 1,772 1,886 0,940
2
Lampiran
Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan
1 0,628 Tolak Valid 61 0,797 Tolak Valid
2 0,672 Tolak Valid 62 0,665 Tolak Valid
3 0,219 Terima Tidak valid 63 0,788 Tolak Valid
4 0,585 Tolak Valid 64 0,729 Tolak Valid
5 0,692 Tolak Valid 65 -0,238 Terima Tidak valid
6 0,046 Terima Tidak valid 66 0,754 Tolak Valid
7 0,122 Terima Tidak valid 67 0,839 Tolak Valid
8 0,784 Tolak Valid 68 0,709 Tolak Valid
9 0,573 Tolak Valid 69 0,722 Tolak Valid
10 0,749 Tolak Valid 70 0,067 Terima Tidak valid
11 0,178 Terima Tidak valid 71 0,558 Tolak Valid
12 0,624 Tolak Valid 72 0,777 Tolak Valid
13 0,696 Tolak Valid 73 0,731 Tolak Valid
14 0,061 Terima Tidak valid 74 0,785 Tolak Valid
15 0,592 Tolak Valid 75 0,464 Tolak Valid
16 0,792 Tolak Valid 76 0,672 Tolak Valid
17 0,751 Tolak Valid 77 0,716 Tolak Valid
18 0,378 Terima Tidak valid 78 0,608 Tolak Valid
19 0,854 Tolak Valid 79 0,265 Terima Tidak valid
20 0,160 Terima Tidak valid 80 0,651 Tolak Valid
21 0,606 Tolak Valid 81 0,707 Tolak Valid
22 0,762 Tolak Valid 82 0,555 Tolak Valid
23 0,762 Tolak Valid 83 0,377 Terima Tidak valid
24 0,899 Tolak Valid 84 0,416 Tolak Valid
25 0,173 Terima Tidak valid 85 -0,101 Terima Tidak valid
26 0,611 Tolak Valid 86 0,701 Tolak Valid
27 0,052 Terima Tidak valid 87 0,675 Tolak Valid
28 0,754 Tolak Valid 88 0,507 Tolak Valid
29 0,660 Tolak Valid 89 0,723 Tolak Valid
30 0,326 Tolak Valid 90 0,169 Terima Tidak valid
31 0,655 Tolak Valid 91 0,723 Tolak Valid
32 0,728 Tolak Valid 92 0,473 Tolak Valid
33 0,683 Tolak Valid 93 0,758 Tolak Valid
34 0,609 Tolak Valid 94 0,714 Tolak Valid
35 0,779 Tolak Valid 95 0,060 Terima Tidak valid
36 0,110 Terima Tidak valid 96 0,506 Tolak Valid
37 0,782 Tolak Valid 97 0,558 Tolak Valid
38 0,626 Tolak Valid 98 0,609 Tolak Valid
39 0,592 Tolak Valid 99 0,722 Tolak Valid
40 0,698 Tolak Valid 100 0,201 Terima Tidak valid
41 0,753 Tolak Valid 101 0,708 Tolak Valid
42 0,596 Tolak Valid 102 0,579 Tolak Valid
43 0,338 Terima Tidak valid 103 0,648 Tolak Valid
44 0,700 Tolak Valid 104 0,342 Terima Tidak valid
VALIDITAS VARIABEL KONSEP DIRI
7
Lampiran
45 0,721 Tolak Valid 105 0,392 Terima Tidak valid
46 0,675 Tolak Valid 106 0,566 Tolak Valid
47 0,802 Tolak Valid 107 0,817 Tolak Valid
48 0,694 Tolak Valid 108 0,585 Tolak Valid
49 0,757 Tolak Valid 109 0,422 Tolak Valid
50 -0,002 Terima Tidak valid 110 0,334 Terima Tidak valid
51 0,497 Tolak Valid 111 0,690 Tolak Valid
52 0,781 Tolak Valid 112 0,561 Tolak Valid
53 0,647 Tolak Valid 113 0,695 Tolak Valid
54 0,776 Tolak Valid 114 0,356 Terima Tidak valid
55 0,193 Terima Tidak valid 115 0,582 Tolak Valid
56 0,639 Tolak Valid 116 0,164 Terima Tidak valid
57 0,769 Tolak Valid 117 0,567 Tolak Valid
58 0,180 Terima Tidak valid 118 0,616 Tolak Valid
59 0,686 Tolak Valid 119 0,755 Tolak Valid
60 0,185 Terima Tidak valid 120 0,070 Terima Tidak valid
rstt 2(rstt) 1+rst rstot0,919 1,838 1,919 0,958
7
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1 5 2 1 3 3 2 2 4 2 1 2 2 1 1 3 2 2 5 2 5 2 2 3
2 5 2 1 3 3 2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 5 2 5 2 2 2
3 1 2 1 3 3 2 2 3 1 2 5 2 1 5 3 2 2 5 1 5 2 2 2
4 1 2 1 3 3 2 2 3 1 5 2 2 1 5 5 2 2 5 1 5 2 2 2
5 2 5 1 2 1 2 2 1 1 2 5 2 1 5 2 2 5 5 2 5 1 1 2
6 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 5 2 1 5 4 2 1 5 2 5 2 2 3
7 4 5 4 4 1 4 4 3 1 4 3 3 1 1 4 4 3 5 1 4 5 4 5
8 3 3 5 3 1 5 3 3 1 3 2 3 2 5 1 3 5 5 3 3 5 3 2
9 3 4 5 3 1 5 3 5 1 3 1 3 3 1 1 3 5 5 3 3 5 3 2
10 5 4 5 5 4 4 3 5 5 5 1 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4
11 5 5 5 4 4 5 2 4 4 5 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 4
12 4 2 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 2 5 5 4 5 4 4 5 5 4
13 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 1 5 4 5 5 5 5 5 4 4
14 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 3 5 1 5 5 5 5 5 4 5 5 5
15 5 5 5 3 5 2 2 5 4 3 2 2 5 3 5 5 5 5 5 5 5 2 4
16 5 5 1 3 5 1 2 5 4 4 2 2 5 3 5 5 5 5 5 4 3 5 5
17 5 5 2 5 5 1 1 5 3 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 4 5 4
18 5 5 1 4 2 2 2 5 5 5 4 3 1 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5
19 5 5 1 4 5 2 5 5 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5
20 1 2 5 4 1 2 4 4 5 1 2 2 2 2 5 2 1 2 2 2 2 1 1
Validitas Konsep Diri
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
2 2 4 1 4 1 2 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1
2 2 3 2 2 1 5 1 1 2 3 1 1 1 2 2 1 4 1 5 5 1 2 2
1 1 2 2 4 1 5 1 1 2 1 1 5 3 5 2 1 1 1 5 2 2 2 3
2 1 5 1 1 1 2 1 2 3 1 1 5 1 5 5 1 1 1 5 1 3 1 1
2 3 2 1 1 1 5 1 2 1 1 4 5 1 2 5 1 1 1 5 1 2 5 1
2 5 2 1 1 1 3 1 1 1 1 4 5 1 1 5 1 1 1 5 1 1 3 4
2 2 3 5 1 1 5 3 3 3 3 1 5 1 1 1 3 3 3 5 1 1 2 4
3 3 3 1 1 1 5 1 2 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 3
3 3 3 5 1 1 5 3 3 3 2 1 4 1 5 5 4 1 2 5 1 5 2 2
5 4 4 5 4 5 5 1 4 4 5 5 4 3 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5
5 5 5 5 2 2 5 1 5 4 4 5 4 3 5 5 5 4 4 5 2 5 5 4
3 5 5 3 3 3 5 1 1 3 4 5 4 2 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4
5 5 5 1 5 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 5
5 5 5 1 5 2 2 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5 4 4 5
5 1 5 1 5 1 5 5 4 5 3 4 1 4 5 5 5 5 1 5 5 4 5 4
5 1 5 1 5 5 4 5 4 5 3 5 1 5 5 5 1 5 1 5 5 4 5 5
5 5 5 1 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5
5 1 5 5 5 3 5 5 3 4 3 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 5 5
5 1 5 5 5 3 5 2 3 2 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4
2 1 5 5 1 2 1 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 5 2 1 1 2
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
1 1 1 1 1 3 1 1 2 2 5 5 5 1 4 4 4 2 1 4 2 1 5 4
1 3 5 4 1 3 2 1 2 2 5 2 5 1 5 4 4 5 1 2 1 1 2 5
1 2 5 1 1 3 1 5 2 2 5 2 5 1 4 4 4 5 1 2 3 2 2 4
1 5 5 1 1 5 2 5 2 5 5 2 1 1 5 2 4 4 1 4 1 3 2 1
5 3 5 1 1 1 2 5 5 1 5 4 1 1 1 2 4 5 4 1 3 2 3 1
1 5 5 1 1 1 5 5 1 1 1 4 1 2 1 4 4 5 4 1 2 2 4 4
1 3 3 3 3 1 5 5 1 3 5 3 1 2 1 4 4 5 1 4 2 2 4 1
1 3 1 1 1 1 5 5 1 1 5 4 2 5 1 4 4 2 1 1 2 2 4 1
1 5 4 1 3 5 5 4 1 2 4 5 3 5 5 4 4 5 5 5 2 2 4 4
5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 2 2 5 5
5 5 4 4 4 5 5 5 2 4 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5
5 5 4 5 2 5 5 3 5 3 5 3 3 3 5 5 5 4 5 5 2 5 5 5
5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 3 3 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5
5 5 4 4 4 5 5 4 2 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 3
5 5 5 1 4 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 3 4 1 5
1 5 1 2 1 5 5 1 5 5 5 5 2 5 4 5 4 1 2 5 5 5 1 5
5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 4 5 4
5 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 4 5 5
5 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 3 5 5
1 1 3 3 1 3 1 2 1 2 5 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 5 2
72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
4 2 2 4 2 4 2 1 5 4 5 3 2 2 4 2 5 2 4 3 3 3 3 3
4 2 2 1 2 2 2 5 5 1 1 3 1 5 5 5 1 1 1 5 5 4 4 4
2 2 2 2 4 2 1 2 4 1 2 3 2 4 2 4 1 2 2 4 4 4 4 4
4 2 2 2 4 2 1 2 1 1 2 3 2 4 3 4 5 3 2 4 5 4 4 1
4 2 2 2 4 2 1 5 1 1 2 2 2 4 1 4 5 4 2 1 4 4 4 1
4 2 2 5 4 2 1 5 4 1 2 2 2 4 1 3 2 3 3 1 4 4 4 1
3 2 2 5 4 3 1 1 4 1 4 2 2 4 5 3 2 3 2 1 3 3 3 5
3 2 2 5 4 3 1 1 1 5 3 2 2 4 5 3 5 3 4 5 3 3 3 3
4 2 2 5 4 2 2 2 1 5 4 1 2 4 5 4 5 2 4 5 3 3 3 3
3 2 2 4 4 4 2 3 5 5 4 3 2 4 5 5 5 2 4 5 5 5 3 3
4 2 2 2 5 2 2 5 5 5 4 2 2 4 5 2 5 2 2 3 5 5 5 1
5 2 2 4 5 5 2 3 5 5 4 2 2 4 5 5 5 5 1 5 5 3 5 1
5 5 2 5 5 5 5 1 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1
5 2 5 5 5 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 1
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 1 5 5 5 5 1
5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 2
5 2 5 2 4 5 5 5 5 5 5 2 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2
5 5 5 5 4 5 5 1 5 5 5 3 5 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
2 1 1 2 2 2 5 1 1 3 5 2 5 2 1 2 1 2 2 2 5 2 3 1
96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119
1 3 3 3 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 3 2 5 3 5 4 5 5 1 1
5 5 1 1 5 5 5 2 2 5 5 2 1 1 5 4 1 3 2 3 5 2 1 2
5 4 2 2 4 1 1 2 2 2 4 2 2 1 4 2 1 4 1 3 5 1 2 2
1 1 1 3 5 3 3 2 2 2 4 2 2 1 4 4 2 5 2 3 5 1 3 1
1 1 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 1 1 4 3 3 5 3 3 1 3 4 2
1 1 2 2 4 4 4 2 2 2 4 2 2 5 4 3 1 4 3 3 1 1 4 3
3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 1 5 5 4 1 1 5 1 5 1
3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 1 5 5 5 1 1 5 3 5 2
3 3 3 5 3 3 1 3 3 5 3 3 3 1 3 4 3 5 1 1 1 3 4 2
3 3 3 3 5 3 3 3 3 5 5 3 3 3 1 5 3 5 5 5 5 2 4 3
3 3 3 5 5 3 3 3 3 3 5 3 3 5 1 4 4 5 5 5 5 3 3 3
3 3 3 5 3 3 3 5 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5 2 5 5 4 4 4
5 5 5 5 2 5 4 5 1 1 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 2 4 3 4
4 5 3 2 1 5 5 5 1 2 5 5 2 4 5 5 3 5 3 5 5 4 5 5
5 5 3 4 1 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 2 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 1 5 5 5 4 4 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4
5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4
5 5 5 5 5 5 4 5 1 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 1 1 3 3 3 1 5 5 1 5 5 5 5 2 2 4 2 5 2 2 3
Lampiran
8
Validitas variabel Konsep Diri
Item r korelasi Hipotesa Keterangan Item r korelasi Hipotesa Keterangan
1 0,628 Tolak Valid 61 0,797 Tolak Valid
2 0,672 Tolak Valid 62 0,665 Tolak Valid
3 0,219 Terima Tidak valid 63 0,788 Tolak Valid
4 0,585 Tolak Valid 64 0,729 Tolak Valid
5 0,692 Tolak Valid 65 -0,238 Terima Tidak valid
6 0,046 Terima Tidak valid 66 0,754 Tolak Valid
7 0,122 Terima Tidak valid 67 0,839 Tolak Valid
8 0,784 Tolak Valid 68 0,709 Tolak Valid
9 0,573 Tolak Valid 69 0,722 Tolak Valid
10 0,749 Tolak Valid 70 0,067 Terima Tidak valid
11 0,178 Terima Tidak valid 71 0,558 Tolak Valid
12 0,624 Tolak Valid 72 0,777 Tolak Valid
13 0,696 Tolak Valid 73 0,731 Tolak Valid
14 0,061 Terima Tidak valid 74 0,785 Tolak Valid
15 0,592 Tolak Valid 75 0,464 Tolak Valid
16 0,792 Tolak Valid 76 0,672 Tolak Valid
17 0,751 Tolak Valid 77 0,716 Tolak Valid
18 0,378 Terima Tidak valid 78 0,608 Tolak Valid
19 0,854 Tolak Valid 79 0,265 Terima Tidak valid
20 0,160 Terima Tidak valid 80 0,651 Tolak Valid
21 0,606 Tolak Valid 81 0,707 Tolak Valid
22 0,762 Tolak Valid 82 0,555 Tolak Valid
23 0,762 Tolak Valid 83 0,377 Terima Tidak valid
24 0,899 Tolak Valid 84 0,416 Tolak Valid
25 0,173 Terima Tidak valid 85 -0,101 Terima Tidak valid
26 0,611 Tolak Valid 86 0,701 Tolak Valid
27 0,052 Terima Tidak valid 87 0,675 Tolak Valid
28 0,754 Tolak Valid 88 0,507 Tolak Valid
29 0,660 Tolak Valid 89 0,723 Tolak Valid
30 0,326 Tolak Valid 90 0,169 Terima Tidak valid
31 0,655 Tolak Valid 91 0,723 Tolak Valid
32 0,728 Tolak Valid 92 0,473 Tolak Valid
33 0,683 Tolak Valid 93 0,758 Tolak Valid
34 0,609 Tolak Valid 94 0,714 Tolak Valid
35 0,779 Tolak Valid 95 0,060 Terima Tidak valid
36 0,110 Terima Tidak valid 96 0,506 Tolak Valid
37 0,782 Tolak Valid 97 0,558 Tolak Valid
38 0,626 Tolak Valid 98 0,609 Tolak Valid
39 0,592 Tolak Valid 99 0,722 Tolak Valid
40 0,698 Tolak Valid 100 0,201 Terima Tidak valid
Lampiran
9
41 0,753 Tolak Valid 101 0,708 Tolak Valid
42 0,596 Tolak Valid 102 0,579 Tolak Valid
43 0,338 Terima Tidak valid 103 0,648 Tolak Valid
44 0,700 Tolak Valid 104 0,342 Terima Tidak valid
45 0,721 Tolak Valid 105 0,392 Terima Tidak valid
46 0,675 Tolak Valid 106 0,566 Tolak Valid
47 0,802 Tolak Valid 107 0,817 Tolak Valid
48 0,694 Tolak Valid 108 0,585 Tolak Valid
49 0,757 Tolak Valid 109 0,422 Tolak Valid
50 -0,002 Terima Tidak valid 110 0,334 Terima Tidak valid
51 0,497 Tolak Valid 111 0,690 Tolak Valid
52 0,781 Tolak Valid 112 0,561 Tolak Valid
53 0,647 Tolak Valid 113 0,695 Tolak Valid
54 0,776 Tolak Valid 114 0,356 Terima Tidak valid
55 0,193 Terima Tidak valid 115 0,582 Tolak Valid
56 0,639 Tolak Valid 116 0,164 Terima Tidak valid
57 0,769 Tolak Valid 117 0,567 Tolak Valid
58 0,180 Terima Tidak valid 118 0,616 Tolak Valid
59 0,686 Tolak Valid 119 0,755 Tolak Valid
60 0,185 Terima Tidak valid 120 0,070 Terima Tidak valid Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa dalam variabel konsep diri
terdapat 29 item yang tidak valid yaitu item no3, no6, no7, no11, no14,no18,
no20, no25,no27, no36, no43, no50, no55, no58, no60, no65, no70, no79,
no83,no85, no90,n095,no100, no104, no105, no110, no114, n0116, dan no120
tidak valid karena nilai r korelasinya lebih kecil dari r table (0,400). Sedangkan no
item lainnya valid karena nilai r korelasinya lebih besar dari r table (0,400)
Lampiran
10
Reliabil ity Statistics
,97260a
,95860b
120
,919
,958,958
,950
ValueN of Items
Part 1
ValueN of Items
Part 2
Total N of I tems
Cronbach's Alpha
Correlation Between Forms
Equal LengthUnequal Length
Spearman-BrownCoeff icient
Guttman Split-Half Coef f icient
The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00004,VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009,VAR00010, VAR00011, VAR00012, VAR00013, VAR00014,VAR00015, VAR00016, VAR00017, VAR00018, VAR00019,VAR00020, VAR00021, VAR00022, VAR00023, VAR00024,VAR00025, VAR00026, VAR00027, VAR00028, VAR00029,VAR00030, VAR00031, VAR00032, VAR00033, VAR00034,VAR00035, VAR00036, VAR00037, VAR00038, VAR00039,VAR00040, VAR00041, VAR00042, VAR00043, VAR00044,VAR00045, VAR00046, VAR00047, VAR00048, VAR00049,VAR00050, VAR00051, VAR00052, VAR00053, VAR00054,VAR00055, VAR00056, VAR00057, VAR00058, VAR00059,VAR00060.
a.
The items are: VAR00061, VAR00062, VAR00063, VAR00064,VAR00065, VAR00066, VAR00067, VAR00068, VAR00069,VAR00070, VAR00071, VAR00072, VAR00073, VAR00074,VAR00075, VAR00076, VAR00077, VAR00078, VAR00079,VAR00080, VAR00081, VAR00082, VAR00083, VAR00084,VAR00085, VAR00086, VAR00087, VAR00088, VAR00089,VAR00090, VAR00091, VAR00092, VAR00093, VAR00094,VAR00095, VAR00096, VAR00097, VAR00098, VAR00099,VAR00100, VAR00101, VAR00102, VAR00103, VAR00104,VAR00105, VAR00106, VAR00107, VAR00108, VAR00109,VAR00110, VAR00111, VAR00112, VAR00113, VAR00114,VAR00115, VAR00116, VAR00117, VAR00118, VAR00119,VAR00120.
b.
Reliabilitas variabel konsep diri
rstt 2(rstt) 1+rst rstot 0,919 1,838 1,919 0,958
Dari tabel perhitungan SPSS diketahui bahwa nilai reliabilitas untuk
variabel konsep diri sebesar 0,958, dengan demikian maka variabel konsep diri
reliabel karena lebih besar dari 0,7.
NO 1 5 8 10 13 15 16 19 23 24 28 29 32 35 37 40 41 45 47 49 52 54 57 59 61 63 66 67 72 741 4 2 4 3 5 4 5 4 4 1 2 3 5 4 3 5 4 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 3 32 3 4 2 4 3 4 4 4 5 2 2 1 5 4 5 4 3 4 4 3 3 5 5 4 5 4 4 4 3 43 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 44 4 2 2 5 4 4 4 5 4 1 3 4 3 5 5 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 45 4 2 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 37 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 39 4 1 4 2 5 4 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 1 5 3 1 5 1 5 5 5 4
10 3 2 4 5 5 2 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 2 4 1 4 3 1 5 1 5 5 5 411 3 2 5 4 4 4 4 5 3 4 4 5 3 4 4 5 2 4 2 3 2 4 4 5 2 4 2 5 4 412 3 2 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 4 2 5 2 4 2 3 4 5 4 5 2 4 2 2 4 413 3 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 5 4 4 2 5 2 5 2 3 4 4 5 5 2 5 2 2 4 514 2 2 3 2 5 4 3 3 4 5 4 4 3 4 2 5 2 4 2 4 4 5 5 4 2 5 2 2 4 415 2 2 3 5 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 2 5 2 4 2 4 4 5 4 4 4 3 4 2 2 416 2 3 4 3 4 4 5 5 4 5 3 2 4 2 2 2 3 3 4 4 1 5 4 1 5 1 3 3 5 519 1 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 1 5 4 1 5 1 5 5 5 420 5 2 4 3 4 3 5 4 5 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 321 5 4 3 4 4 4 5 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 1 3 1 5 1 5 5 5 122 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 4 2 5 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 5 423 1 3 4 3 4 3 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 4 4 1 5 5 1 5 2 5 5 5 424 4 3 4 4 4 4 5 1 5 5 2 4 3 3 2 3 4 4 2 2 1 4 4 4 4 4 2 2 2 427 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 2 5 2 4 2 3 4 1 4 4 1 4 2 2 4 428 3 2 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 2 2 4 4 4 1 4 4 4 2 4 2 2 5 430 2 2 4 5 4 3 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 331 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 332 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 333 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 334 1 2 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 335 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 336 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 337 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 4 2 4 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 338 3 3 5 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 340 3 1 4 2 5 3 4 5 5 4 2 4 2 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Data Item Yang Di Pakai Dalam Perhitungan PenelitianVariabel Konsep Diri
Y76 77 81 82 86 89 91 93 98 99 101 103 107 108 111 113 118 119 skor 2 5 8 9 13 14 15 16 17 21 24 28 x1 31 333 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 1 169 5 5 5 3 4 5 5 4 4 5 4 5 54 5 54 4 4 4 5 5 4 3 4 4 5 2 3 3 4 4 5 5 183 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 54 4 43 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 172 3 4 5 5 5 5 4 4 1 5 3 4 48 4 33 3 3 5 4 4 5 1 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 166 3 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 53 5 43 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 5 5 165 2 3 3 3 4 4 4 3 4 5 2 3 40 4 23 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 5 4 5 5 4 5 3 160 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 45 4 23 5 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 171 5 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 4 48 5 33 3 4 4 3 3 3 4 4 4 5 3 5 4 4 5 5 2 168 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 51 5 32 2 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 166 3 3 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 49 4 42 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 170 3 3 3 4 5 5 4 3 4 3 5 5 47 4 32 2 3 1 3 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 5 3 3 164 4 4 3 3 4 5 4 4 5 3 4 4 47 4 42 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 164 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 4 55 4 24 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 5 170 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 39 4 33 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 168 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 43 4 43 5 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 5 5 4 4 5 175 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 51 3 43 3 3 3 3 3 3 4 3 3 5 5 3 3 3 4 3 3 162 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 4 48 3 45 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 5 5 173 5 4 3 4 5 3 5 4 3 4 5 4 49 3 42 2 1 5 3 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 5 5 5 171 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 5 50 4 43 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 169 3 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 53 4 42 2 5 2 4 3 2 4 5 4 5 3 3 2 4 3 4 4 160 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 5 54 4 42 2 3 4 5 3 3 5 4 4 2 4 5 4 5 4 4 2 161 4 4 5 5 1 1 5 4 1 4 3 1 38 3 42 5 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 164 5 4 3 2 4 2 2 5 3 2 2 1 35 3 43 3 3 3 4 3 2 4 4 4 2 3 2 4 5 4 5 4 159 3 3 3 4 4 3 4 4 1 4 3 1 37 4 43 3 3 3 4 4 3 4 5 2 4 4 5 5 5 4 3 3 166 3 5 3 4 2 3 2 4 3 4 3 4 40 4 43 3 3 3 4 3 2 5 5 2 3 5 4 4 3 4 3 4 162 5 2 3 4 3 4 3 2 1 2 2 3 34 4 43 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4 2 4 4 4 5 5 168 3 3 3 4 3 4 3 5 4 3 3 4 42 5 43 3 3 3 3 3 3 4 4 5 2 5 2 5 2 5 5 5 160 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 40 4 43 3 3 3 5 3 3 5 4 5 1 4 5 5 4 4 4 3 163 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 33 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 4 4 4 158 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 3 3 47 4 33 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 5 5 4 5 4 165 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 5 44 4 33 3 3 3 5 3 3 4 4 4 2 4 2 4 2 4 5 5 159 3 3 4 4 3 3 1 1 2 2 3 3 32 4 43 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 5 4 5 5 5 5 163 4 5 5 3 1 2 1 2 3 2 1 1 30 4 4
Aspek memahami kebutuhan anak
34 38 39 42 45 46 48 x2 53 54 56 58 63 64 66 70 x3 75 79 80 82 83 86 88 91 95 96 100 x4 total5 5 5 5 5 5 5 45 5 4 4 4 4 5 4 5 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 52 1864 5 3 3 5 5 4 37 5 4 4 3 3 4 5 4 32 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 53 1764 1 4 3 4 3 3 29 5 4 4 5 3 4 3 4 32 5 5 5 4 5 5 5 5 3 4 5 51 1605 4 3 3 5 4 4 37 5 4 4 4 3 5 3 3 31 5 4 3 5 3 4 3 3 3 5 3 41 1623 3 4 4 5 4 4 33 5 3 4 3 4 5 3 4 31 5 4 4 5 3 4 4 5 5 3 4 46 1505 3 3 4 4 3 3 31 4 3 3 4 1 4 3 3 25 4 4 4 5 5 2 1 2 3 3 1 34 1354 3 4 3 4 3 3 32 2 2 1 2 3 3 4 2 19 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 53 1525 4 4 3 5 4 4 37 5 3 3 2 4 4 3 5 29 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 52 1693 3 3 3 3 3 3 29 4 5 3 2 4 5 4 2 29 3 3 3 3 3 4 4 5 4 3 4 39 1463 3 4 3 4 3 3 30 5 4 5 4 4 4 3 1 30 4 3 4 5 2 4 4 4 4 3 5 42 1494 3 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 3 2 4 5 30 4 4 3 5 2 2 3 3 2 1 2 31 1434 3 4 4 4 4 4 33 5 4 2 3 3 3 4 2 26 4 3 3 5 5 2 4 3 5 3 4 41 1554 4 1 4 4 4 4 32 5 3 4 3 3 4 4 1 27 5 5 3 4 4 2 3 4 3 4 4 41 1394 3 3 4 4 3 3 32 5 3 4 3 4 4 5 5 33 5 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 46 1543 4 3 3 3 3 3 29 5 4 3 5 5 5 3 5 35 4 4 3 5 5 4 3 4 3 5 5 45 1604 4 3 4 3 2 4 31 5 2 2 2 1 1 2 2 17 5 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 46 1421 4 3 3 3 5 3 29 4 3 1 1 3 3 3 3 21 1 4 3 5 5 4 3 3 4 4 4 40 1395 3 5 4 4 4 4 37 5 5 4 5 5 5 3 5 37 5 3 3 5 5 1 3 3 4 5 4 41 1653 3 5 4 4 4 4 35 4 5 5 4 3 4 5 5 35 4 3 3 4 4 4 4 3 4 5 5 43 1664 5 3 5 4 4 4 37 5 4 4 4 4 5 5 5 36 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 43 1703 3 4 4 3 3 3 30 4 4 3 3 2 1 2 2 21 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 40 1293 4 4 4 4 4 4 34 5 4 2 2 1 3 2 2 21 5 4 4 1 3 4 4 4 3 2 3 37 1273 2 4 2 2 1 2 24 5 3 3 4 2 2 1 2 22 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 4 36 1194 4 5 4 4 4 2 35 4 3 2 3 1 2 2 1 18 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 47 1404 3 3 1 3 2 3 27 5 3 3 1 2 1 2 2 19 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 40 1204 4 4 4 1 2 2 30 4 3 3 3 5 3 3 3 27 4 4 3 5 4 4 5 5 5 4 5 48 1474 2 3 4 3 2 1 27 5 4 3 4 3 3 4 4 30 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 42 1391 1 2 2 1 4 4 22 5 4 4 1 2 1 1 1 19 5 5 3 3 4 4 3 4 4 4 4 43 1323 3 3 1 2 2 1 22 5 3 2 4 3 2 2 4 25 5 5 3 3 5 4 4 3 1 2 2 37 1313 3 4 2 2 2 4 27 1 2 2 1 3 3 3 3 18 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 42 1314 3 4 2 1 2 4 28 5 2 1 3 2 1 1 2 17 4 4 4 4 5 5 3 2 1 1 2 35 1122 3 4 5 2 2 2 28 1 2 2 2 3 2 1 2 15 4 3 3 4 5 4 3 3 2 3 5 39 112
Variabel Penerimaan Orang TuaAspek bersikap adil Aspek tidak menyalahkan anak Aspek sikap protektif
NO 1 5 8 10 13 15 16 19 23 24 28 29 32 35 37 40 41 45 471 4 2 4 3 5 4 5 4 4 1 2 3 5 4 3 5 4 3 32 3 4 2 4 3 4 4 4 5 2 2 1 5 4 5 4 3 4 43 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 5 5 4 4 5 34 4 2 2 5 4 4 4 5 4 1 3 4 3 5 5 2 4 4 45 4 2 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4 3 4 3 4 2 4 27 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 29 4 1 4 2 5 4 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 4
10 3 2 4 5 5 2 4 4 3 5 3 2 4 2 4 2 4 2 211 3 2 5 4 4 4 4 5 3 4 4 5 3 4 4 5 2 4 212 3 2 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 4 2 5 2 4 213 3 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 5 4 4 2 5 2 5 214 2 2 3 2 5 4 3 3 4 5 4 4 3 4 2 5 2 4 215 2 2 3 5 4 5 5 4 3 5 4 4 3 4 2 5 2 4 216 2 3 4 3 4 4 5 5 4 5 3 2 4 2 2 2 3 3 419 1 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 2 4 2 4 2 4 2 420 5 2 4 3 4 3 5 4 5 4 4 4 2 3 3 4 3 4 221 5 4 3 4 4 4 5 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 422 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 4 2 5 223 1 3 4 3 4 3 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 424 4 3 4 4 4 4 5 1 5 5 2 4 3 3 2 3 4 4 227 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 2 5 2 4 228 3 2 5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 2 2 2 4 430 2 2 4 5 4 3 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 2 4 331 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 4 232 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 233 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 2 4 2 4 4 4 234 1 2 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 235 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 2 4 236 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 237 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 3 4 2 4 2 4 238 3 3 5 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 240 3 1 4 2 5 3 4 5 5 4 2 4 2 3 2 3 3 4 2
49 52 54 57 59 61 63 66 67 72 74 76 77 81 82 86 89 91 93 983 4 4 4 4 5 5 5 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 43 3 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 44 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 33 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 5 1 34 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 44 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 34 1 5 3 1 5 1 5 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 4 44 1 4 3 1 5 1 5 5 5 4 3 3 4 4 3 3 3 4 43 2 4 4 5 2 4 2 5 4 4 2 2 4 4 3 3 3 4 43 4 5 4 5 2 4 2 2 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 43 4 4 5 5 2 5 2 2 4 5 2 2 3 1 3 4 4 4 44 4 5 5 4 2 5 2 2 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 44 4 5 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 2 3 34 1 5 4 1 5 1 3 3 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 44 1 5 4 1 5 1 5 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 4 34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 34 4 1 3 1 5 1 5 5 5 1 5 5 5 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 2 2 5 4 2 2 1 5 3 4 4 4 44 1 5 5 1 5 2 5 5 5 4 3 5 4 4 3 3 3 4 42 1 4 4 4 4 4 2 2 2 4 2 2 5 2 4 3 2 4 53 4 1 4 4 1 4 2 2 4 4 2 2 3 4 5 3 3 5 44 1 4 4 4 2 4 2 2 5 4 2 5 2 2 3 4 3 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 54 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 5 54 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 54 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 44 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 4 44 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
Variabel Konsep Diri
Y99 101 103 107 108 111 113 118 119 skor 2 5 8 9 13 14 15 16 17 21 24 284 3 2 4 4 4 4 3 1 169 5 5 5 3 4 5 5 4 4 5 4 54 5 2 3 3 4 4 5 5 183 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 44 3 2 3 2 4 3 3 3 172 3 4 5 5 5 5 4 4 1 5 3 43 2 2 2 2 4 3 3 3 166 3 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 54 4 4 2 4 4 4 5 5 165 2 3 3 3 4 4 4 3 4 5 2 33 4 5 4 5 5 4 5 3 160 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 24 4 4 4 4 4 4 4 4 171 5 5 4 4 4 3 4 4 3 3 5 44 5 3 5 4 4 5 5 2 168 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 44 3 3 3 3 3 4 2 2 166 3 3 4 4 4 3 4 5 5 5 5 44 4 3 3 3 4 2 4 4 170 3 3 3 4 5 5 4 3 4 3 5 54 2 3 2 4 4 5 3 3 164 4 4 3 3 4 5 4 4 5 3 4 44 3 3 3 3 3 4 3 3 164 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 43 4 3 3 3 3 3 4 5 170 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 44 3 3 3 3 4 3 4 4 168 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 33 4 3 4 5 5 4 4 5 175 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 53 5 5 3 3 3 4 3 3 162 4 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 44 4 3 3 3 4 2 5 5 173 5 4 3 4 5 3 5 4 3 4 5 44 2 3 2 4 4 5 5 5 171 4 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 54 3 3 3 3 3 4 4 4 169 3 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 54 5 3 3 2 4 3 4 4 160 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 54 2 4 5 4 5 4 4 2 161 4 4 5 5 1 1 5 4 1 4 3 14 4 4 4 4 2 4 4 4 164 5 4 3 2 4 2 2 5 3 2 2 14 2 3 2 4 5 4 5 4 159 3 3 3 4 4 3 4 4 1 4 3 12 4 4 5 5 5 4 3 3 166 3 5 3 4 2 3 2 4 3 4 3 42 3 5 4 4 3 4 3 4 162 5 2 3 4 3 4 3 2 1 2 2 34 3 4 2 4 4 4 5 5 168 3 3 3 4 3 4 3 5 4 3 3 45 2 5 2 5 2 5 5 5 160 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 45 1 4 5 5 4 4 4 3 163 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 2 4 2 4 2 4 4 4 158 4 3 4 5 3 3 5 4 5 5 3 34 2 4 4 5 5 4 5 4 165 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 54 2 4 2 4 2 4 5 5 159 3 3 4 4 3 3 1 1 2 2 3 34 2 4 5 4 5 5 5 5 163 4 5 5 3 1 2 1 2 3 2 1 1
Aspek memahami kebutuhan anak
x1 31 33 34 38 39 42 45 46 48 x2 53 54 56 58 63 64 66 70 x3 75 79 80 82 83 86 88 9154 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5 4 4 4 4 5 4 5 35 5 5 5 5 5 5 5 554 4 4 4 5 3 3 5 5 4 37 5 4 4 3 3 4 5 4 32 5 5 5 4 5 5 5 448 4 3 4 1 4 3 4 3 3 29 5 4 4 5 3 4 3 4 32 5 5 5 4 5 5 5 553 5 4 5 4 3 3 5 4 4 37 5 4 4 4 3 5 3 3 31 5 4 3 5 3 4 3 340 4 2 3 3 4 4 5 4 4 33 5 3 4 3 4 5 3 4 31 5 4 4 5 3 4 4 545 4 2 5 3 3 4 4 3 3 31 4 3 3 4 1 4 3 3 25 4 4 4 5 5 2 1 248 5 3 4 3 4 3 4 3 3 32 2 2 1 2 3 3 4 2 19 4 5 5 5 4 5 5 551 5 3 5 4 4 3 5 4 4 37 5 3 3 2 4 4 3 5 29 5 5 5 5 5 5 4 549 4 4 3 3 3 3 3 3 3 29 4 5 3 2 4 5 4 2 29 3 3 3 3 3 4 4 547 4 3 3 3 4 3 4 3 3 30 5 4 5 4 4 4 3 1 30 4 3 4 5 2 4 4 447 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 4 4 4 4 3 2 4 5 30 4 4 3 5 2 2 3 355 4 2 4 3 4 4 4 4 4 33 5 4 2 3 3 3 4 2 26 4 3 3 5 5 2 4 339 4 3 4 4 1 4 4 4 4 32 5 3 4 3 3 4 4 1 27 5 5 3 4 4 2 3 443 4 4 4 3 3 4 4 3 3 32 5 3 4 3 4 4 5 5 33 5 4 4 5 4 5 3 451 3 4 3 4 3 3 3 3 3 29 5 4 3 5 5 5 3 5 35 4 4 3 5 5 4 3 448 3 4 4 4 3 4 3 2 4 31 5 2 2 2 1 1 2 2 17 5 4 3 5 4 4 5 349 3 4 1 4 3 3 3 5 3 29 4 3 1 1 3 3 3 3 21 1 4 3 5 5 4 3 350 4 4 5 3 5 4 4 4 4 37 5 5 4 5 5 5 3 5 37 5 3 3 5 5 1 3 353 4 4 3 3 5 4 4 4 4 35 4 5 5 4 3 4 5 5 35 4 3 3 4 4 4 4 354 4 4 4 5 3 5 4 4 4 37 5 4 4 4 4 5 5 5 36 4 3 4 4 4 4 4 438 3 4 3 3 4 4 3 3 3 30 4 4 3 3 2 1 2 2 21 3 4 4 4 3 4 3 335 3 4 3 4 4 4 4 4 4 34 5 4 2 2 1 3 2 2 21 5 4 4 1 3 4 4 437 4 4 3 2 4 2 2 1 2 24 5 3 3 4 2 2 1 2 22 3 3 3 4 3 4 3 340 4 4 4 4 5 4 4 4 2 35 4 3 2 3 1 2 2 1 18 4 4 4 4 4 4 4 534 4 4 4 3 3 1 3 2 3 27 5 3 3 1 2 1 2 2 19 3 4 3 4 4 4 3 442 5 4 4 4 4 4 1 2 2 30 4 3 3 3 5 3 3 3 27 4 4 3 5 4 4 5 540 4 4 4 2 3 4 3 2 1 27 5 4 3 4 3 3 4 4 30 4 4 3 4 4 4 3 348 4 3 1 1 2 2 1 4 4 22 5 4 4 1 2 1 1 1 19 5 5 3 3 4 4 3 447 4 3 3 3 3 1 2 2 1 22 5 3 2 4 3 2 2 4 25 5 5 3 3 5 4 4 344 4 3 3 3 4 2 2 2 4 27 1 2 2 1 3 3 3 3 18 4 4 4 4 4 4 3 332 4 4 4 3 4 2 1 2 4 28 5 2 1 3 2 1 1 2 17 4 4 4 4 5 5 3 230 4 4 2 3 4 5 2 2 2 28 1 2 2 2 3 2 1 2 15 4 3 3 4 5 4 3 3
Variabel Penerimaan Orang TuaAspek bersikap adil Aspek tidak menyalahkan anak Aspek sikap protektif
95 96 100 x4 total5 2 5 52 1865 5 5 53 1763 4 5 51 1603 5 3 41 1625 3 4 46 1503 3 1 34 1355 5 5 53 1525 4 4 52 1694 3 4 39 1464 3 5 42 1492 1 2 31 1435 3 4 41 1553 4 4 41 1394 4 4 46 1543 5 5 45 1604 5 4 46 1424 4 4 40 1394 5 4 41 1654 5 5 43 1663 5 4 43 1704 4 4 40 1293 2 3 37 1274 2 4 36 1194 5 5 47 1403 4 4 40 1205 4 5 48 1474 4 5 42 1394 4 4 43 1321 2 2 37 1314 4 4 42 1311 1 2 35 1122 3 5 39 112
Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri
19
NO ASPEK INDIKATOR Item Positif Item Negatif
1 Perceptual Component
Sex Appropreateness
1. Saya memiliki tubuh yang indah
2. Saya Cantik/ tampan
3. Saya memiliki tubuh yang sehat
4. Saya menyukai tubuh saya
5. Teman-teman menyukai saya
6. Saya sering merasa sebagai orang yang kurang beruntung
7. Saya selalu merasa tubuh saya tidak sempurna
8. Tubuh saya tidak proporsional
9. Saya jelek
10. Ada bagian tubuh saya yang tidak saya sukai
Self Attractiveness
11. Banyak lawan jenis yang mendekati saya
12. Saya seseorang yang menarik
13. Saya seorang yang ramah
14. Saya mudah berteman dengan siapa saja
15. Menurut saya tubuh saya ideal
16. Saya susah berteman
17. Saya orang yang tidak menyenangkan dalam bergaul
18. Saya tidak terkenal dikalangan teman-teman saya
19. Teman- teman sering mengejek saya
20. Kekurangan saya membuat saya merasa tidak menarik
2 Conceptual Component
Honesty (Kejujuran)
21. Saya dapat dipercaya
22. Saya seorang yang jujur
23. Saya dapat menjaga rahasia yang diceritakan teman kepada saya
24. Saya tidak pernah mencontek
25. Saya selalu mengembalikan alat tulis atau barang yang saya pinjam
26. Saya sering menyalin PR teman
27. Saya sering berbuat curang untuk meraih sesuatu
28. Saya sering mencontek ketika ujian
29. Saya cenderung menghindar jika ketahuan bersalah
30. Saya sering terpengaruh teman-teman untuk berbuat yang tidak jujur
Self Confidance (Kepercayaan Diri)
31. Saya selalu yakin dalam semua hal yang saya lakukan
32. Saya mampu mengatasi masalah yang ada
33. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya
34. Saya menghargai kelebihan dan kekurangan yang ada dalm diri saya
35. Saya merasa dihargai teman-teman
36. Saya merasa takut berada ditengah-tengah orang yang tidak saya kenal
37. Saya sering merasa kesulitan menghadapi masalah-masalah yang saya hadapi
38. Saya merasa tidak berharga
39. Saya merasa terganggu jika ada orang yang memperhatikan saya
40. Saya tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain
Independence (Kemandirian)
41. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan tugas
46. Saya sering meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan sesuatu
47. Saudara saya sering
Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri
20
sehari-hari
42. Saya tidak perlu diantar untuk pergi kesuatu tempat
43. Saya tidak perlu diperintah untuk mengerjakan sesuatu
44. Saya mampu mengerjakan sesuatu seorang diri
45. Keputusan yang saya ambil berdasarkan pemikiran saya sendiri
membantu tugas rumah( mis : membersihkan tempat tidur, menyapu dll) saya
48. Jika ingin pergi kesuatu tempat saya harus diantar
49. Sulit bagi saya melakukan segala sesuatu sendirian
50. Saya tidak mampu menghadapi kesulitan sendirian
Courage ( Keberanian)
51. Saya selalu tersenyum pada orang yang baru saya kenal
52. Saya tidak takut mengakui kesalahan yang saya buat
53. Saya tidak takut berada sendirian dikeramaian
54. Saya berani mengemukakan pendapat saya dalam suatu diskusi
55. Bila ditunjuk sebagai ketua dalam suatu kelompok saya akan menerimanya
56. Saya tidak berani bertanggung jawab atas keputusan yang telah saya ambil
57. Berada dikeramaian adalah hal yang menakutkan bagi saya
58. Saya merasa sulit untuk meminta maaf kepada orang lain
59. Saya lebih sering menyendiri daripada berkumpul bersama teman
60. Saya takut jika disuruh tampil didepan orang banyak
3 Attitudinal Component
Present Status 61. Saya menerima diri saya apa adanya
62. Saya merasa dihargai teman-teman
63. Saya merasa bahagia
64. Saya siap menerima masa depan saya
65. Saya menghargai kepribadian yang saya miliki
66. Saya tidak bisa menerima kegagalan dengan sikap positif
67. Saya sering menyangkal keadaan fisik saya yang sebenarnya
68. Saya tidak mempunyai bakat apapun
69. Saya merasa belum optimal memanfaatkan diri saya
70. Saya takut hal-hal yang buruk menimpa saya
Future Prospect 71. Saya ingin sukses dalam segala hal
72. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya sampai perguruan tinggi
73. Saya tidak putus asa menghadapi masa depan
74. Keterampilan yang saya miliki
76. Saya tidak akan mempunyai kesempatan bekerja diperkantoran
77. Saya rasa tidak ada orang yang menginginkan berkeluarga dengan saya
78. Masa depan saya suram
79. Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan dimasa depan
80. Saya tidak akan punya kesempatan untuk
Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri
21
membuat saya tidak takut menghadapi masa depan saya
75. Keadaan fisik saya tidak akan menghalangi cita-cita saya
mengembangkan cita-cita saya
Self Esteem 81. Saya merasa dihargai teman-teman
82. Saya tidak memandang rendah diri saya
83. Saya merasa diri saya berharga
84. Kekurangan saya menjadi inspirasi saya untuk maju
85. Saya merasa pantas untuk dicintai
86. Saya merasa rendah diri 87. Saya selalu merasa
berbeda dari anak lainnya 88. Saya merasa tidak berguna 89. Saya merasa aktifitas saya
terhambat dengan adanya kekurangan saya
90. Saya merasa tidak diterima oleh lingkungan saya
Pride 91. Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki
92. Saya sering merasa menjadi orang hebat
93. Teman-teman selalu menyetujui usulan saya
94. Saya mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan usia
95. Saya memiliki prestasi disuatu bidang
96. Saya tidak memiliki banyak teman
97. Teman-teman tidak memperhatikan saya
98. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari saya
99. Saya tidak mempunyai prestasi dibidang apapun
100. Saya bukan anak yang dapat dibanggakan oleh orang tua saya
Perasaan Malu 101. Saya cepat menyesuaikan diri dilingkungan yang baru
102. Saya tidak malu untuk berbicara jika saya berada didalam suatu kelompok
103. Kekurangan saya tidak menjadi hambatan untuk berkenalan dengan orang baru
104. Saya cepat akrab dengan orang yang baru saya kenal
105. Saya tidak malu jika ada orang yang
106. Kekurangan saya membuat saya malu
107. Saya malu jika bertemu dengan orang yang memiliki tubuh normal
108. Saya malu berkenalan dengan orang baru
109. Sulit bagi saya berteman dengan anak yang normal
110. Saya merasa kecil dihadapan orang lain
Lampiran Item Positif & Negatif Konsep Diri
22
memperhatikan saya
Self Reproach( Menyesali Diri)
111. Saya Bersyukur atas semua keadaan saya
112. Saya merasa puas dengan keadaan saya
113. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya
114. Saya tidak pernah merasa sebagai orang yang kurang beruntung
115. Saya merasa saya individu yang unik
116. Saya membenci diri saya
117. Kekurangan saya menyebabkan saya merasa tidak berdaya
118. Saya sering menyesali keadaan saya
119. Saya sering merasa iri dengan anak lain yang memiliki tubuh normal
120. Saya seorang yang tidak berguna
Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
15
NO ASPEK INDIKATOR Item Positif Item Negatif
1 Memahami Kebutuhan Anak
Memperhatikan Anak
1. Saya sering menghabiskan waktu bersama orang tua
2. Orang tua saya mendampingi saya belajar di rumah
3. Orang tua saya biasa menanyakan kegiatan saya disekolah
4. Saya merasa diperhatikan oleh orang tua saya
5. Orang tua saya memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik
6. Saya Merasa orang tua tidak memperhatikan saya dirumah
7. Apapun yang saya kerjakan dirumah Orang Tua saya tidak perduli
8. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan pengasuh/pembantu dirumah
9. Orang tua saya tidak pernah memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik
10. Orang tua saya tidak pernah menanyakan kegiatan saya disekolah
Memenuhi Segala Kebutuhan Anak
11. Saya ke sekolah diantar orang tua hampir setiap hari
12. Saya merasa kegiatan yang saya lakukan selalu mendapat dukungan dari orang tua
13. Semua kebutuhan saya dipenuhi orang tua
14. Jika saya sedang sedih atau mengalami kesulitan orang tua akan menghibur saya
15. Orang tua membantu saya dalam menyiapkan segala sesuatu keperluan sekolah
16. Saya merasa orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya lakukan
17. Orang tua jarang mengantar saya ke sekolah
18. Saya merasa orang tua tidak mengerti perasaan saya
19. Orang tua saya tidak akan memenuhi semua kebutuhan saya
20. Saya sering merasa semua keinginan saya tidak pernah direalisasikan orang tua
Memperhatikan Perkembangan Minat Anak
21. Orang tua sering mengingatkan saya jika saya malas belajar
22. Orang tua mendukung kegiatan yang saya minati
23. Orang tua saya memberikan saya kebebasan berkreatifitas
24. Orang tua selalu menasehati saya agar prestasi saya meningkat
25. Orang tua selalu menanyakan aktifitas saya setiap hari
26. Orang tua tidak pernah menasehati saya agar prestasi saya meningkat
27. Orang tua saya mengekang kebebasan saya berkreatifitas
28. Orang tua tidak pernah menanyakan kapan saya harus belajar, semua terserah saya
29. Orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya minati
30. Orang tua saya tidak peduli dengan yang saya kerjakan setiap hari nya
2 Bersikap Adil
Tidak Membandingkan Anak Yang satu Dengan Yang
31. Saya merasa memiliki hak yang sama dengan saudara saya yang
36. Saya merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain
Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
16
Lainnya lainnya
32. Saya tidak pernah merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain
33. Saya juga melakukan tugas-tugas di rumah (mis :mencuci piring,mebersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya
34. Orang tua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya yang lainnya
35. Saya mendapatkan hukuman yang sama jika saya berbuat salah
37. Saya sering merasa iri dengan saudara saya yang lain karena orang tua lebih memperhatikan mereka
38. Hukuman yang saya terima lebih berat daripada saudara saya yang lain
39. Orang tua sering membandingkan saya dengan saudara saya yang lain
40. Saya tidak perlu melakukan tugas –tugas dirumah (mis : mencuci piring, membersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya
Menghargai Pendapat Yang Dikemukakannya dan Menghargai nya sebagai orang yang mempunyai persaan-persaaan sendiri.
41. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan saya dan saudara- saudara saya yang lain
42. Orang tua selalu memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat saya
43. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan anak-anaknya
44. Saya dan orang tua sering bertukar pikiran jika ada masalah
45. Pendapat saya selalu dihargai orang tua
46. Pendapat saya sering diabaikan orang tua
47. Orang tua saya sering memaksakan kehendaknya kepada saya
48. Saya merasa orang tua menerapkan peraturan dirumah tanpa meminta pertimbangan kepada saya atau saudara-saudara saya yang lain
49. Orang tua sering memaksa saya melakukan nasehat atau saran tanpa mempertimbangkan pendapat saya
50. Saya merasa pendapat saya tidak pernah didengarkan orang tua
3 Tidak Menyalahkan Anak
Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam dirinya tanpa syarat, pendapat ataupun penilaian
51. Saya merasa orang tua menerima saya apa adanya
52. Orang tua sering membawa saya ke acara kantor atau keluarga diluar rumah
53. Orang tua tidak malu mengenalkan saya pada teman-temannya
54. Saya sering jalan-jalan bersama orang tua saya
55. Orang tua sering memuji saya didepan teman atau koleganya
56. Saya sering merasa menjadi beban kepada orang tua saya
57. Orang tua saya sering mengeluhkan keberadaan saya
58. Orang tua sering mengkritik keberadaan saya
59. Saya dianggap terlalu lemah oleh orang tua saya
60. Saya tidak pernah diajak dalam acara kantor atau bertemu teman-teman orang tua saya
Tidak memandang
61. Orang tua saya yakin akan kemampuan saya
66. Orang tua sering memperlakukan saya
Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
17
rendah dirinya & tidak mengabaikan keberadaanya
dalam melakukan tugas sekolah
62. Orang tua saya selalu menanyakan hal-hal yang baru saja saya lakukan di hari itu
63. Jika prestasi saya menurun orang tua membesarkan hati saya
64. Orang tua saya bangga terhadap saya
65. Saya mendapatkan perhatian yang sama dengan saudara saya yang lain
seakan-akan saya tidak mampu melakukan sesuatu
67. Saya merasa orang tua malu dengan keberadaan saya
68. Jika ada teman atau kolega orang tua saya selalu disembunyikan
69. Saya lebih sering menghabiskan waktu bersama pembantu/ pengasuh saya
70. Orang tua tidak peduli dengan keberadaan saya
4 Sikap Protektif
Tidak Berusaha mengatur maupun menguasainya
71. Orang tua membebaskan saya untuk berkreasi
72. Saya diijinkan untuk bermain bersama siapa saja
73. Saya diijinkan untuk mengikuti semua kegiatan yang saya sukai disekolah
74. Saya selalu bisa berdiskusi dengan orang tua tentang keinginan saya
75. Saya diberi kebebasan untuk berteman dengan siapa saja selama itu baik
76. Semua kegiatan saya diatur oleh orang tua
77. Saya merasa tidak diberi kebebasan dalam berteman
78. Orang tua membatasi kegiatan yang boleh saya ikuti di sekolah
79. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya membawa teman ke rumah
80. Apa yang sudah ditetap kan orang tua saya harus selalu dituruti
Melindungi dari Bahaya
81. Jika saya terjatuh orang tua langsung menolong saya
82. Saya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan yang berat
83. Saya merasa orang tua terlalu memperhatikan saya
84. Orang tua sering mengkhawatirkan saya jika saya berpergian keluar rumah
85. Jika saya sakit orang tua saya akan sangat resah
86. Jika saya sakit orang tua acuh tak acuh
87. Jika saya membutuhkan bantuan, orang tua tidak membantu saya
88. Orang tua tidak khawatir jika saya bermain diluar rumah
89. Jika saya bertengkar
dengan saudara saya orang tua membiarkan saja
90. Orang tua tidak terlalu
memperhatikan saya
Mencintai anak tanpa syarat
91. Orang tua tetap menyayagi saya meskipun fisik saya tidak sempurna
92. Orang tua saya tidak pernah mengkritik
96. Keadaan fisik saya sering kali membuat orang tua saya malu
97. Saya dilarang bermain diluar kamar jika ada
Lampiran Item Positif & Negatif Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
18
keadaan fisik saya
93. Orang tua saya senang bermain dengan saya
94. Orang tua saya tidak pernah malu untuk pergi berjalan-jalan keluar rumah dengan saya
95. Orang tua saya sering meluangkan waktu bersama saya dirumah
tamu
98. Saya sering mendengar orang tua saya mengeluhkan keberadaan saya
99. Saya sering dikritik oleh orang tua jika melakukan kesalahan
100. Jarang sekali saya bisa berpergian dengan orang tua saya
Lampiran
27
ALAT UKUR KONSEP DIRI & PERSEPSI PENERIMAAN ORANG TUA
PETUNJUK PENGISIAN
Jawablah pernyataan-pernytaan di bawah ini sesuai dengan apa yang Anda
rasakan dan alami terhadap kedua orang tua Anda. Menjawabnya dengan cara
memberi tanda checklist ( √ ) pada salah satu kolom yang sesuai dengan pilihan
Anda :
DIMANA : SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Jawaban saudara tidak ada yang salah. Oleh karena itu, isilah pernyataan –
pernyataan tersebut dengan sebenar – benarnya sesuai dengan keadaan saudara
karena kerahasiaan jawaban anda dalam angket ini akan terjamin, sehingga tidak
perlu dikhawatirkan. Bekerjalah dengan teliti, jangan sampai ada nomor yang
terlewat.
TERIMAKASIH DAN SELAMAT BEKERJA
Lampiran
28
ALAT UKUR KONSEP DIRI
[
NO
ITEM
SS
S
R
TS
STS
1. Saya mudah berteman dengan siapa saja
2. Menurut saya tubuh saya ideal
3. Saya menerima diri saya apa adanya
4. Saya selalu merasa tubuh saya tidak sempurna
5. Bila ditunjuk sebagai ketua dalam suatu kelompok saya akan menerimanya
6. Saya merasa takut berada ditengah-tengah orang yang tidak saya kenal
7. Saya tidak perlu diantar untuk pergi kesuatu tempat
8. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya
9. Saya tidak takut berada sendirian dikeramaian
10. Saya menghargai kelebihan dan kekurangan yang ada dalm diri saya
11. Saya memiliki tubuh yang indah
12. Saya sering terpengaruh teman-teman untuk berbuat yang tidak jujur
13. Saya selalu yakin dalam semua hal yang saya lakukan
14. Saya Cantik/ tampan
15. Tubuh saya tidak proporsional
16. Saya merasa terganggu jika ada orang yang memperhatikan saya
17. Saya sering meminta bantuan orang lain dalam mengerjakan sesuatu
18. Saya seorang yang jujur
Lampiran
29
19. Saya merasa tidak berharga
20. Saya tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain
21. Saya jelek
22. Saya mampu mengatasi masalah yang ada
23. Saya memiliki tubuh yang sehat
24. Ada bagian tubuh saya yang tidak saya sukai
25. Teman-teman menyukai saya
26. Saya tidak pernah mencontek
27. Saya sering merasa sebagai orang yang kurang beruntung
28. Saya merasa dihargai teman-teman
29. Saya dapat menjaga rahasia yang diceritakan teman kepada saya
30. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan tugas sehari-hari
31. Saya sering merasa kesulitan menghadapi masalah-masalah yang saya hadapi
32. Saya tidak berani bertanggung jawab atas keputusan yang telah saya ambil
33. Saya takut jika disuruh tampil didepan orang banyak
34. Kekurangan saya membuat saya merasa tidak menarik
35. Saya sering menyangkal keadaan fisik saya yang sebenarnya
36. Berada dikeramaian adalah hal yang menakutkan bagi saya
37. Saya dapat dipercaya
38. Saya tidak mempunyai bakat apapun
Lampiran
30
39. Saya menyukai tubuh saya
40. Saudara saya sering membantu tugas rumah( mis : membersihkan tempat tidur, menyapu dll) saya
41. Saya susah berteman
42. Saya selalu mengembalikan alat tulis atau barang yang saya pinjam
43. Banyak lawan jenis yang mendekati saya
44. Teman- teman sering mengejek saya
45. Saya tidak putus asa menghadapi masa depan
46. Saya tidak akan punya kesempatan untuk mengembangkan cita-cita saya
47. Saya seseorang yang menarik
48. Saya merasa pantas untuk dicintai
49. Sulit bagi saya melakukan segala sesuatu sendirian
50. Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki
51. Kekurangan saya membuat saya malu
52. Saya Bersyukur atas semua keadaan saya
53. Saya orang yang tidak menyenangkan dalam bergaul
54. Saya tidak takut mengakui kesalahan yang saya buat
55. Keadaan fisik saya tidak akan menghalangi cita-cita saya
56. Sulit bagi saya berteman dengan anak yang normal
57. Saya seorang yang ramah
58. Saya tidak pernah merasa sebagai orang yang kurang beruntung
59. Saya merasa kecil dihadapan orang lain
Lampiran
31
60. Saya takut hal-hal yang buruk menimpa saya
61. Saya malu jika bertemu dengan orang yang memiliki tubuh normal
62. Saya merasa dihargai teman-teman
63. Jika ingin pergi kesuatu tempat saya harus diantar
64. Saya tidak memiliki banyak teman
65. Saya sering merasa menjadi orang hebat
66. Saya tidak terkenal dikalangan teman-teman saya
67. Saya merasa tidak diterima oleh lingkungan saya
68. Saya malu berkenalan dengan orang baru
69. Keterampilan yang saya miliki membuat saya tidak takut menghadapi masa depan saya
70. Saya merasa sulit untuk meminta maaf kepada orang lain
71. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya sampai perguruan tinggi
72. Saya cepat akrab dengan orang yang baru saya kenal
73. Saya selalu merasa berbeda dari anak lainnya
74. Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan dimasa depan
75. Teman-teman tidak memperhatikan saya
76. Saya sering menyalin PR teman
77. Saya tidak malu jika ada orang yang memperhatikan saya
78. Teman-teman selalu menyetujui usulan saya
79. Saya sering berbuat curang untuk meraih sesuatu
80. Saya tidak memandang rendah diri saya
Lampiran
32
81. Saya berani mengemukakan pendapat saya dalam suatu diskusi
82. Saya lebih sering menyendiri daripada berkumpul bersama teman
83. Saya tidak bisa menerima kegagalan dengan sikap positif
84. Keputusan yang saya ambil berdasarkan pemikiran saya sendiri
85. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari saya
86. Saya merasa dihargai teman-teman
87. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya
88. Saya tidak mampu menghadapi kesulitan sendirian
89. Saya merasa saya individu yang unik
90. Saya merasa diri saya berharga
91. Saya sering mencontek ketika ujian
92. Saya membenci diri saya
93. Kekurangan saya menyebabkan saya merasa tidak berdaya
94. Saya menghargai kepribadian yang saya miliki
95. Saya merasa puas dengan keadaan saya
96. Saya tidak akan mempunyai kesempatan bekerja diperkantoran
97. Saya cepat menyesuaikan diri dilingkungan yang baru
98. Saya sering menyesali keadaan saya
99. Saya rasa tidak ada orang yang menginginkan berkeluarga dengan saya
100. Saya tidak mempunyai prestasi dibidang apapun
101. Saya selalu tersenyum pada orang yang baru saya kenal
Lampiran
33
102. Saya merasa tidak berguna
103. Saya tidak perlu diperintah untuk mengerjakan sesuatu
104. Saya sering merasa iri dengan anak lain yang memiliki tubuh normal
105. Saya tidak malu untuk berbicara jika saya berada didalam suatu kelompok
106. Saya mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan usia
107. Kekurangan saya menjadi inspirasi saya untuk maju
108. Saya seorang yang tidak berguna
109. Masa depan saya suram
110. Saya cenderung menghindar jika ketahuan bersalah
111. Saya memiliki prestasi disuatu bidang
112. Saya mampu mengerjakan sesuatu seorang diri
113. Saya merasa aktifitas saya terhambat dengan adanya kekurangan saya
114. Saya bukan anak yang dapat dibanggakan oleh orang tua saya
115. Saya siap menerima masa depan saya
116. Kekurangan saya tidak menjadi hambatan untuk berkenalan dengan orang baru
117. Saya merasa belum optimal memanfaatkan diri saya
118. Saya tidak memiliki banyak teman
119. Saya ingin sukses dalam segala hal
120. Saya merasa bahagia
Lampiran
34
ALAT UKUR PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG TUA
[
NO
ITEM
SS
S
R
TS
STS
1. Orang tua selalu memberikan kesempatan saya untuk mengemukakan pendapat
2. Orang tua saya bangga terhadap saya
3. Orang tua saya biasa menanyakan kegiatan saya disekolah
4. Orang tua sering membawa saya ke acara kantor atau keluarga diluar rumah
5. Saya sering menghabiskan waktu bersama orang tua
6. Orang tua saya memberikan saya kebebasan berkreatifitas
7. Saya tidak pernah merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain
8. Orang tua saya mendampingi saya belajar di rumah
9. Saya dan orang tua sering bertukar pikiran jika ada masalah
10. Pendapat saya selalu dihargai orang tua
11. Saya sering merasa iri dengan saudara saya yang lain karena orang tua lebih memperhatikan mereka
12. Orang tua tidak pernah menanyakan kapan saya harus belajar, semua terserah saya
13. Orang tua saya memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik
14. Saya merasa orang tua menerima saya apa adanya
15. Orang tua mendukung kegiatan yang saya minati
16. Saya merasa pendapat saya tidak pernah didengarkan orang tua
17. Orang tua selalu menasehati saya agar prestasi saya meningkat
Lampiran
35
18. Jika saya sedang sedih atau mengalami kesulitan orang tua akan menghibur saya
19. Orang tua tidak malu mengenalkan saya pada teman-temannya
20. Orang tua saya sering mengeluhkan keberadaan saya
21. Hukuman yang saya terima lebih berat daripada saudara saya yang lain
22. Saya merasa diperhatikan oleh orang tua saya
23. Orang tua sering membandingkan saya dengan saudara saya yang lain
24. Orang tua sering mengingatkan saya jika saya malas belajar
25. Orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya minati
26. Orang tua tidak pernah menasehati saya agar prestasi saya meningkat
27. Saya juga melakukan tugas-tugas di rumah (mis :mencuci piring,mebersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya
28. Orang tua selalu menanyakan aktifitas saya setiap hari
29. Orang tua sering memuji saya didepan teman atau koleganya
30. Semua kebutuhan saya dipenuhi orang tua
31. Jika prestasi saya menurun orang tua membesarkan hati saya
32. Orang tua saya tidak akan memenuhi semua kebutuhan saya
33. Saya sering jalan-jalan bersama orang tua saya
34. Saya sering merasa menjadi beban kepada orang tua saya
35. Orang tua saya mengekang kebebasan saya berkreatifitas
36. Orang tua sering mengkritik keberadaan saya
Lampiran
36
37. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan anak-anaknya
38. Saya sering merasa semua keinginan saya tidak pernah direalisasikan orang tua
39. Saya mendapatkan perhatian yang sama dengan saudara saya yang lain
40. Jika ada teman atau kolega orang tua saya selalu disembunyikan
41. Saya lebih sering menghabiskan waktu bersama pembantu/ pengasuh saya
42. Saya merasa kegiatan yang saya lakukan selalu mendapat dukungan dari orang tua
43. Orang tua saya selalu menanyakan hal-hal yang baru saja saya lakukan di hari itu
44. Orang tua membebaskan saya untuk berkreasi
45. Saya selalu bisa berdiskusi dengan orang tua tentang keinginan saya
46. Jika saya terjatuh orang tua langsung menolong saya
47. Jika saya sakit orang tua saya akan sangat resah
48. Saya merasa orang tua tidak mengerti perasaan saya
49. Orang tua sering memperlakukan saya seakan-akan saya tidak mampu melakukan sesuatu
50. Orang tua sering mengkhawatirkan saya jika saya berpergian keluar rumah
51. Saya merasa orang tua malu dengan keberadaan saya
52. Saya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan yang berat
53. Jika saya bertengkar dengan saudara saya orang tua membiarkan saja
54. Orang tua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya yang lainnya
55. Orang tua tidak terlalu memperhatikan saya
Lampiran
37
56. Orang tua tidak peduli dengan keberadaan saya
57. Semua kegiatan saya diatur oleh orang tua
58. Saya Merasa orang tua tidak memperhatikan saya dirumah
59. Saya dianggap terlalu lemah oleh orang tua saya
60. Saya diberi kebebasan untuk berteman dengan siapa saja selama itu baiK
61. Saya diijinkan untuk mengikuti semua kegiatan yang saya sukai disekolah
62. Jika saya sakit orang tua acuh tak acuh
63. Orang tua jarang mengantar saya ke sekolah
64. Saya merasa orang tua terlalu memperhatikan saya
65. Saya tidak perlu melakukan tugas –tugas dirumah (mis : mencuci piring, membersihkan tempat tidur) seperti saudara saya yang lainnya
66. Apapun yang saya kerjakan dirumah Orang Tua saya tidak perduli
67. Saya tidak pernah diajak dalam acara kantor atau bertemu teman-teman orang tua saya
68. Orang tua saya tidak peduli dengan yang saya kerjakan setiap hari nya
69. Saya diijinkan untuk bermain bersama siapa saja
70. Orang tua saya tidak pernah menanyakan kegiatan saya disekolah
71. Jika saya membutuhkan bantuan, orang tua tidak membantu saya
72. Orang tua tetap menyayagi saya meskipun fisik saya tidak sempurna
73. Saya ke sekolah diantar orang tua hampir setiap hari
74. Saya sering dikritik oleh orang tua jika melakukan kesalahan
Lampiran
38
75. Orang tua sering memaksa saya melakukan nasehat atau saran tanpa mempertimbangkan pendapat saya
76. Jarang sekali saya bisa berpergian dengan orang tua saya
77. Orang tua saya tidak pernah malu untuk pergi berjalan-jalan keluar rumah dengan saya
78. Orang tua saya tidak pernah mengkritik keadaan fisik saya
79. Saya mendapatkan hukuman yang sama jika saya berbuat salah
80. Orang tua tidak khawatir jika saya bermain diluar rumah
81. Orang tua saya yakin akan kemampuan saya dalam melakukan tugas sekolah
82. Orang tua membantu saya dalam menyiapkan segala sesuatu keperluan sekolah
83. Saya sering mendengar orang tua saya mengeluhkan keberadaan saya
84. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan pengasuh/pembantu dirumah
85. Orang tua saya senang bermain dengan saya
86. Orang tua membatasi kegiatan yang boleh saya ikuti di sekolah
87. Saya dilarang bermain diluar kamar jika ada tamu
88. Apa yang sudah ditetap kan orang tua saya harus selalu dituruti
89. Keadaan fisik saya sering kali membuat orang tua saya malu
90. Orang tua saya sering meluangkan waktu bersama saya dirumah
91. Saya merasa memiliki hak yang sama dengan saudara saya yang lainnya
92. Saya merasa tidak diberi kebebasan dalam berteman
93. Saya merasa orang tua tidak mendukung kegiatan yang
Lampiran
39
saya lakukan
94. Pendapat saya sering diabaikan orang tua
95. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya membawa teman ke rumah
96. Orang tua saya sering memaksakan kehendaknya kepada saya
97. Saya merasa orang tua menerapkan peraturan dirumah tanpa meminta pertimbangan kepada saya atau saudara-saudara saya yang lain
98. Dalam membuat peraturan dirumah orang tua selalu melibatkan saya dan saudara- saudara saya yang lain
99. Orang tua saya tidak pernah memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik
100. Saya merasa diperlakukan berbeda dengan saudara saya yang lain
Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran
40
ALAT UKUR KONSEP DIRI
NO ITEM SS S R TS STS 1. Saya menerima diri saya apa adanya 2. Saya merasa bahagia 3. Saya merasa dihargai teman-teman 4. Saya tidak memandang rendah diri saya 5. Keputusan yang saya ambil berdasarkan
pemikiran saya sendiri
6. Tidak ada yang dapat dibanggakan dari saya 7. Saya susah berteman 8. Saya merasa dihargai teman-teman 9. Saya tidak memerlukan bantuan orang lain
dalam melakukan tugas sehari-hari
10. Saya memiliki tubuh yang indah 11. Saya rasa tidak ada orang yang menginginkan
berkeluarga dengan saya
12. Saya sering merasa kesulitan menghadapi masalah-masalah yang saya hadapi
13. Saya merasa rendah diri 14. Menurut saya tubuh saya ideal 15. Teman-teman selalu menyetujui usulan saya 16. Saya tidak bisa menerima kegagalan dengan
sikap positif
17. Saya dapat menjaga rahasia yang diceritakan teman kepada saya
18. Berada dikeramaian adalah hal yang menakutkan bagi saya
19. Teman-teman menyukai saya 20. Saya berani mengemukakan pendapat saya
dalam suatu diskusi
21. Saya cenderung menghindar jika ketahuan bersalah
22. Saya tidak percaya diri untuk berkenalan dengan orang lain
23. Saya merasa aktifitas saya terhambat dengan adanya kekurangan saya
24. Teman- teman sering mengejek saya 25. Saya merasa dihargai teman-teman 26. Tubuh saya tidak proporsional 27. Saya sering menyangkal keadaan fisik saya
yang sebenarnya
28. Saudara saya sering membantu tugas rumah( mis : membersihkan tempat tidur, menyapu dll) saya
29. Saya tidak akan mempunyai kesempatan bekerja diperkantoran
30. Saya seorang yang ramah
Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran
41
31. Saya bangga dengan kemampuan yang saya miliki
32. Saya tidak pernah mencontek 33. Saya lebih sering menyendiri daripada
berkumpul bersama teman
34. Sulit bagi saya melakukan segala sesuatu sendirian
35. Keterampilan yang saya miliki membuat saya tidak takut menghadapi masa depan saya
36. Ada bagian tubuh saya yang tidak saya sukai 37. Saya ingin melanjutkan pendidikan saya
sampai perguruan tinggi
38. Saya mampu mengatasi masalah yang ada 39. Saya tidak takut mengakui kesalahan yang
saya buat
40. Saya sering mencontek ketika ujian 41. Kekurangan saya tidak menjadi hambatan
untuk berkenalan dengan orang baru
42. Saya malu berkenalan dengan orang baru 43. 44. Saya Bersyukur atas semua keadaan saya 45. Saya cepat menyesuaikan diri dilingkungan
yang baru
46. Saya sering menyesali keadaan saya 47. Saya malu jika bertemu dengan orang yang
memiliki tubuh normal
48. Saya sering merasa iri dengan anak lain yang memiliki tubuh normal
49. Saya tidak khawatir dengan penampilan saya 50. Saya tidak mempunyai prestasi dibidang
apapun
Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran
42
ALAT UKUR PERSEPSI TERHADAP PENERIMAAN ORANG TUA
NO ITEM SS S R TS STS 1. Saya sering merasa menjadi beban kepada
orang tua saya
2. Pendapat saya selalu dihargai orang tua 3. Orang tua saya sering mengeluhkan
keberadaan saya
4. Semua kebutuhan saya dipenuhi orang tua 5. Orang tua tidak malu mengenalkan saya pada
teman-temannya
6. Jika prestasi saya menurun orang tua membesarkan hati saya
7. Orang tua sering memperlakukan saya seakan-akan saya tidak mampu melakukan sesuatu
8. Saya selalu bisa berdiskusi dengan orang tua tentang keinginan saya
9. Orang tua saya mendampingi saya belajar di rumah
10. Saya sering jalan-jalan bersama orang tua saya
11. Orang tua tidak pernah menanyakan kapan saya harus belajar, semua terserah saya
12. Orang tua saya bangga terhadap saya 13. Orang tua saya tidak pernah memberikan
pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik
14. Saya merasa orang tua terlalu memperhatikan saya
15. Orang tua tidak pernah membandingkan saya dengan saudara saya yang lainnya
16. Saya diberi kebebasan untuk berteman dengan siapa saja selama itu baik
17. Orang tua sering membandingkan saya dengan saudara saya yang lain
18. Saya merasa orang tua tidak mendukung kegiatan yang saya lakukan
19. Orang tua tidak khawatir jika saya bermain diluar rumah
20. Orang tua saya tidak peduli dengan yang saya kerjakan setiap hari nya
21. Orang tua tidak peduli dengan keberadaan saya
22. Orang tua selalu memberikan kesempatan saya untuk mengemukakan pendapat
23. Orang tua tetap menyayagi saya meskipun fisik saya tidak sempurna
24. Orang tua saya memberikan pujian jika saya melakukan sesuatu dengan baik
Lampiran Item Dengan Validitas Tertinggi Yang Digunakan Untuk Pengukuran
43
25. Jika saya sakit orang tua acuh tak acuh 26. Saya merasa memiliki hak yang sama dengan
saudara saya yang lainnya
27. Pendapat saya sering diabaikan orang tua 28. Orang tua sering mengingatkan saya jika saya
malas belajar
29. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya membawa teman ke rumah
30. Orang tua selalu menasehati saya agar prestasi saya meningkat
31. Orang tua saya sering meluangkan waktu bersama saya dirumah
32. Jika saya sedang sedih atau mengalami kesulitan orang tua akan menghibur saya
33. Apa yang sudah ditetap kan orang tua saya harus selalu dituruti
34. Saya merasa orang tua menerapkan peraturan dirumah tanpa meminta pertimbangan kepada saya atau saudara-saudara saya yang lain
35. Keadaan fisik saya sering kali membuat orang tua saya malu
36. Saya lebih sering menghabiskan waktu dengan pengasuh/pembantu dirumah
37. Jarang sekali saya bisa berpergian dengan orang tua saya
38. Hukuman yang saya terima lebih berat daripada saudara saya yang lain
39. Saya tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan yang berat
40. Orang tua jarang mengantar saya ke sekolah