86
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 ISSN 2580-2518

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi

Triwulan I Tahun 2020

Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020

ISSN 2580-2518

Page 2: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia

merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh

Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas,

yang didasarkan pada data dan informasi yang sudah

dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, instansi

internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi terbatas

perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan

beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi

ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2020 ini memberikan gambaran dan

analisis mengenai perkembangan ekonomi dunia dan

Indonesia hingga triwulan I tahun 2020. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan

ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa,

serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian

nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi

Indonesia triwulan I tahun 2020 dari sisi moneter, fiskal,

neraca perdagangan, investasi, industri dalam negeri,

perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna

dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh

sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca

tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan

penerbitan publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Mei 2020

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Page 3: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada triwulan I tahun 2020 dunia diguncang pandemi COVID-19 yang memaksa berbagai

negara mengurangi aktivitas ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi semua negara

kembali tertekan. Pertumbuhan beberapa negara mengalami kontraksi, dan sebagian lainnya

masih tumbuh positif meskipun jauh dibawah pertumbuhan normal. Perekonomian Tiongkok

berbalik terkontraksi hingga 6,8 persen. Jepang terkontraksi semakin dalam sebesar 3,4

persen. Sementara itu, Amerika Serikat masih tumbuh positif sebesar 0,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri tertekan menjadi 2,97 persen.

Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar wilayah tumbuh lebih lambat. Wilayah Bali Nusra,

Kalimantan, serta Maluku Papua tumbuh di bawah pertumbuhan nasional. Seluruh komponen

pengeluaran menunjukkan perlambatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan konsumsi rumah

tangga melambat menjadi sebesar 2,8 persen. Kinerja ekspor dan impor juga menurun seiring

terhambatnya aktivitas perdagangan antar negara. Impor terkontraksi 2,2 persen sementara

ekspor tumbuh 0,2 persen. Sektor utama Indonesia tumbuh melambat namun sektor jasa

tumbuh lebih cepat. Sektor jasa kesehatan tumbuh hingga 10 persen pada triwulan berjalan.

Kinerja tersebut terkait dengan penyebaran wabah COVID-19 yang mendorong permintaan

jasa kesehatan.

Tahun 2020 diperkirakan akan mejadi tahun yang berat terutama dari sisi perpajakan. Hingga

akhir triwulan I tahun 2020, penerimaan perpajakan melambat 0,02 persen. Namun, secara

keseluruhan realisasi pendapatan negara dan hibah meningkat hingga Rp376,0 triliun.

Sementara itu, belanja negara juga meningkat menjadi Rp452,4 triliun didorong oleh belanja

modal dan belanja sosial. Meskipun meningkat, namun komponen Transfer Ke Daerah dan

Dana Desa mengalami penurunan yang terkendala proses pemenuhan persyaratan

penyaluran TKDD.

Dari sisi moneter, suku bunga acuan diturunkan secara bertahap dari 5,00 persen menjadi

4,50 persen sepanjang triwulan I tahun 2020. Kondisi pasar keuangan global yang tertekan

ketidakpastian pandemi menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah cukup dalam selama

Februari hingga Maret. Namun, inflasi domestik tetap terkandali dan stabil pada kisaran 3±1

persen, meskipun inflasi harga bergejolak mencapai 6 persen. Sektor jasa keuangan cukup

terkendali ditopang oleh kondisi permodalan dan likuiditas.

Kinerja neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit disebabkan oleh turunnya surplus

neraca transaksi modal dan finansial sejalan dengan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan turun didorong peningkatan neraca

perdagangan barang yang lebih besar dari kenaikan defisit neraca jasa.

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 secara keseluruhan diprediksi terkontraksi

yang terutama terjadi di negara-negara maju. Sebagian negara di Asia diprediksi tetap tumbuh

positif. Pertumbuhan Indonesia diproyeksi melambat dalam rentang -0,4 hingga 2,3 persen

dengan puncak perlambatan pada triwulan II tahun 2020. Perlambatan terjadi pada seluruh

komponen pengeluaran terutama konsumsi rumah tangga. Sementara itu, kinerja ekspor dan

impor diprediksi terkontraksi pada keseluruhan tahun ini.

Page 4: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................... II

DAFTAR TABEL ........................................................................ III

DAFTAR GAMBAR .................................................................... V

I. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ....................................... 7

II. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ................... 13

2.1 Produk Domestik Bruto ....................................................... 14

Investasi ................................................................................. 19

Industri ................................................................................... 19

Pariwisata ............................................................................... 21

2.2 Produk Domestik Regional Bruto ........................................ 26

2.3 Fiskal ................................................................................... 35

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan ............................................... 43

Moneter ................................................................................. 43

Jasa Keuangan ........................................................................ 43

2.5 Neraca Pembayaran ............................................................ 55

Neraca Perdagangan .............................................................. 62

Kerjasama Ekonomi Internasional ......................................... 62

III. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI ................................ 74

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global .............................. 75

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia ...................................... 75

Page 5: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara ...................................................................... 10 Tabel 2 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor .......................... 15 Tabel 3 Pembentukan Modal Tetap Bruto ................................................................................. 17 Tabel 4 Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................................. 18 Tabel 5 Realisasi Investasi ........................................................................................................... 19 Tabel 6 Realisasi Investasi Sektor Sekunder .............................................................................. 19 Tabel 7 Sektor PMA Terbesar ..................................................................................................... 20 Tabel 8 Sektor PMDN Terbesar .................................................................................................. 20 Tabel 9 Realisasi PMA berdasarkan Negara Asal ....................................................................... 20 Tabel 10 Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi ........................................................................ 21 Tabel 11 Lokasi PMA Terbesar ................................................................................................... 21 Tabel 12 Lokasi PMDN Terbesar ................................................................................................. 21 Tabel 13 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ................................................................................. 34 Tabel 14 Realisasi Komponen Pendapatan Negara dan Hibah ................................................. 35 Tabel 15 Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan ............................................................ 35 Tabel 16 Realisasi Komponen PNBP ........................................................................................... 36 Tabel 17 Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat ......................................................... 38 Tabel 18 Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ........................................................... 40 Tabel 19 Perkembangan Komponen Pembiayaan .................................................................... 41 Tabel 20 Realisasi APBN s.d 31 Maret 2019 dan 2020 .............................................................. 42 Tabel 21 Perkembangan Reverse Repo Surat Berharga Negara .............................................. 43 Tabel 22 Tingkat Inflasi Domestik............................................................................................... 45 Tabel 23 Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen (YoY) ............................................ 46 Tabel 24 Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM) ......................................................................... 46 Tabel 25 Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional ..................................................... 48 Tabel 26 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ........................................................ 54 Tabel 27 Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha ...................................................... 55 Tabel 28 Aset IKNB Syariah 2019 – 2020 ................................................................................... 56 Tabel 29 Neraca Pembayaran..................................................................................................... 60 Tabel 30 Neraca Perdagangan .................................................................................................... 62 Tabel 31 Nilai Ekspor dan Impor Migas ...................................................................................... 62 Tabel 32 Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor ................................................................ 63 Tabel 33 Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar ............................. 63 Tabel 34 Nilai Ekspor berdasarkan Klasifikasi Teknologi ........................................................... 64 Tabel 35 Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ........................... 64 Tabel 36 Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang ........................................... 65 Tabel 37 Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar............................... 65 Tabel 38 Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ............................ 66 Tabel 39 Kontribusi Ekspor Indonesia ke Uni Eropa .................................................................. 67 Tabel 40 Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia ................................................... 70 Tabel 41 Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ....................................... 71 Tabel 42 Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia Berdasarkan FTA terhadap

Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia .............................................................. 73

Page 6: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

iv

Tabel 43 Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara .................................................................. 75 Tabel 44 Proyeksi Harga Komoditas Global ............................................................................... 76 Tabel 45 Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................. 77 Tabel 46 PDB Berdasarkan Pengeluaran .................................................................................... 77 Tabel 47 PDB Berdasarkan Lapangan Usaha ............................................................................. 78

Page 7: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara......................................... 8 Gambar 2 Perkembangan Harga Minyak Mentah ............................................ 11 Gambar 3 Perkembangan Harga Gas Alam dan Batu Bara .............................. 11 Gambar 4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................... 14 Gambar 5 Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2020 ................ 14 Gambar 6 Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran ................................................ 16 Gambar 7 Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ............. 16 Gambar 8 Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas ................................ 22 Gambar 9 Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas .............. 22 Gambar 10 Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas ............ 23 Gambar 11 Ekspor Produk Industri ................................................................... 23 Gambar 12 PMDN Sektor Industri ..................................................................... 24 Gambar 13 PMA Sektor Industri........................................................................ 24 Gambar 14 Penjualan Mobil .............................................................................. 24 Gambar 15 Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Semen....................... 25 Gambar 16 Indonesia Headline PMI Manufacturing ........................................ 25 Gambar 17 Pertumbuhan dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 26 Gambar 18 Kunjungan Wisatawan Mancanegara berdasarkan Asal Negara . 26 Gambar 19 Nilai Ekspor Jasa Perjalanan ........................................................... 27 Gambar 20 Pertumbuhan dan Jumlah Penumpang Transportasi ................... 27 Gambar 21 Tingkat Penghunian Kamar Hotel .................................................. 28 Gambar 22 Tingkat Penghunian Kamar Hotel DKI Jakarta dan Bali ................. 28 Gambar 23 Pertumbuhan Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum .............................................................................................. 28 Gambar 24 Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Secara Spasial ................. 29 Gambar 25 Perkembangan Komponen Belanja Negara .................................. 36 Gambar 26 Perkembangan Realisasi Defisit APBN ........................................... 40 Gambar 27 Perkembangan Utang Pemerintah Pusat ...................................... 41 Gambar 28 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2019-2020* .. 44 Gambar 29 Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, (2010=100) ................... 44 Gambar 30 Perkembangan Uang Beredar ........................................................ 45 Gambar 31 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti,

2018-2019 ........................................................................................ 46 Gambar 32 Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional,

(2018=100) ...................................................................................... 47 Gambar 33 Kinerja Perbankan Konvensional ................................................... 47 Gambar 34 Pertumbuhan DPK Perbankan Konvensional ................................ 48 Gambar 35 Pertumbuhan Kredit Perbankan Konvensional ............................. 48 Gambar 36 Capaian Penyaluran KUR ................................................................ 50 Gambar 37 Perkembangan Industri Teknologi Keuangan

(peer-to-peer lending) ..................................................................... 50 Gambar 38 Perkembangan Aset Industri Asuransi........................................... 51

Page 8: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

vi

Gambar 39 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana

Pensiun ........................................................................................... 52 Gambar 40 Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham .............. 52 Gambar 41 Perkembangan Outstanding Obligasi Korporasi ........................... 53 Gambar 42 Kinerja Perbankan Syariah ............................................................. 53 Gambar 43 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Perbankan

Syariah ............................................................................................ 54 Gambar 44 Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI, JII dan JII70 .. 55 Gambar 45 Outstanding Sukuk Korporasi ......................................................... 56 Gambar 46 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ............................ 56 Gambar 47 Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi ...................................... 57 Gambar 48 Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder .................................... 58 Gambar 49 Neraca Transaksi Finansial ............................................................. 58 Gambar 50 Mitra Ekspor Indonesia ke Uni Eropa ............................................ 67 Gambar 51 Mitra Utama Investasi Indonesia Asal Uni Eropa .......................... 68 Gambar 52 Subsektor Tujuan Uni Eropa .......................................................... 68

Page 9: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

7

Page 10: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

8

I. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian global terguncang akibat

pandemi COVID-19.

Setelah ketegangan perang dagang antara

Amerika Serikat dan Tiongkok mereda pada

akhir tahun 2019, ketidakpastian kembali

muncul pada awal tahun 2020. Dunia

dilanda kepanikan akibat menyebarnya

virus COVID-19 dengan sangat cepat. Virus

ini pertama kali terdeteksi pada akhir tahun

2019 di Tiongkok yang menjangkiti puluhan

orang.

Pada bulan Januari, kasus positif telah

mencapai ribuan orang dan mulai

menyebar ke negara di luar Tiongkok dan

mulai mengurangi akses masuk penumpang

yang berasal dari Tiongkok. Seiring

penambahan kasus yang kian meningkat

pada bulan Februari, banyak negara

memberikan peringatan akan wabah ini dan

melarang perkumpulan keramaian serta

menunda berbagai acara besar. Sementara

negara lainnya mulai menjalankan

kebijakan lockdown selama pandemi, pada

bulan Maret Tiongkok mulai melonggarkan

kebijakan lockdown dan mulai menjalankan

aktivitas perekonomian.

Kebijakan lockdown yang diberlakukan

hampir bersamaan di berbagai negara

menyebabkan turunnya permintaan global

dan menghambat aliran barang. Hal

tersebut menyebabkan harga komoditas di

pasar internasional turun.

Obat untuk COVID-19 yang belum

ditemukan hingga akhir triwulan I tahun

2020, memperpanjang kekhawatiran kapan

pandemi ini akan berhenti dan situasi

kembali normal. Ketidakpastian yang

kompleks ini membawa pasar dalam

kepanikan. Pasar keuangan di berbagai

negara tumbang. Nilai tukar berbagai mata

uang juga jatuh. Pada fase ini, berbagai

negara memberikan stimulus fiskal maupun

moneter untuk menahan pelemahan

ekonomi negaranya.

Sebagian negara mengalami kontraksi

ekonomi.

Pandemi yang terjadi pada awal tahun ini

berdampak lebih besar dibandingkan

perang dagang yang terjadi sebelumnya.

Dalam kurun waktu tiga bulan, aktivitas

perekonomian global menyusut tajam.

Ekonomi sebagian negara bahkan

terkontraksi pada triwulan ini. Kondisi ini

mengancam terjadinya resesi global.

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa

Negara

Sumber: CEIC

Penyebaran COVID-19 di Amerika Serikat

yang terjadi begitu cepat menjadikan

Amerika sebagai negara dengan jumlah

kasus terbanyak. Hal ini direspon dengan

pemberlakuan pembatasan aktivitas

dengan segera. Lockdown menghambat

aktivitas perekonomian di AS. Meskipun

demikian, kinerja perekonomian Amerika

-8,0-6,0-4,0-2,00,02,04,06,08,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(per

sen

)

Amerika Serikat Tiongkok

Singapura Jepang

Korea

Page 11: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

9

Serikat masih tumbuh positif dibandingkan

tahun sebelumnya meskipun hanya tumbuh

0,3 persen. Pendorong pertumbuhan

berasal dari pengeluaran pemerintah

tumbuh lebih cepat terutama pengeluaran

nonpertahanan yang meningkat hingga 6,4

persen (YoY). Konsumsi masyarakat tumbuh

melambat sebesar 0,4 persen (YoY).

Sementara itu, investasi domestik, ekspor,

dan impor terkontraksi. Inflasi pada

triwulan I tahun 2020 sebesar 1,9 persen

(YoY) melambat dibandingkan periode yang

sama tahun 2019 (2,4 persen, YoY).

Tiongkok terdampak paling besar oleh

pandemi yang terjadi sejak Januari 2020.

Pada triwulan I tahun 2020, perekonomian

Tiongkok terkontraksi hingga 6,8 persen.

Produksi industri Januari dan Februati

masing-masing terkontraksi 13,5 persen

sementara pada bulan Maret terkontraksi

1,1 persen (YoY). Penjualan retail Tiongkok

juga terkontraksi 18,9 persen selama

Januari-Maret 2020. Investasi dan ekspor-

impor masing-masing kontraksi 16,1 dan

6,4 persen. Selain disebabkan oleh

lockdown, sikap negara lain yang

mengurangi barang impor serta

penumpang dari Tiongkok pada masa awal

penyebaran COVID-19 menekan kinerja

perekonomian lebih dalam.

Jepang yang merupakan negara dengan

perekonomian terbesar ketiga di dunia.

Pada triwulan ini, perekonomian Jepang

kembali terkontraksi 3,4 persn (YoY) setelah

pada triwulan IV tahun 2019 terkontraksi

1,9 persen (YoY). Kontraksi yang terjadi

disebabkan oleh turunnya konsumsi dan

ekspor secara tajam. Melambatnya aktivitas

ekonomi pada negara mitra utama Jepang

menyebabkan kinerja ekspor menurun

drastis. Selain itu, sektor pariwisata Jepang

juga terdampak seiring anjloknya

kunjungan wisatawan.

Meskipun terdampak pandemi cukup

parah, Korea Selatan masih tumbuh positif

sebesar 1,3 persen pada triwulan I tahun

2020. Kinerja positif ini didorong oleh

ekspor barang yang tumbuh hingga 6,3

persen (YoY). Selain itu, pengeluaran

pemerintah dan investasi juga tumbuh

masing-masing 7,1 dan 4,4 persen (YoY).

Konsumsi masyarakat yang turun hingga -

4,7 persen (YoY) menahan pertumbuhan

pada triwulan I tahun 2002.

Singapura yang pertumbuhannya ditopang

oleh sektor jasa, pada triwulan ini

terkontraksi 2,2 persen (YoY). Sektor

manufaktur Singapura terkontraksi 0,5

persen (YoY) terutama disebabkan oleh

turunnya produksi elektronik dan kimia

yang lebih besar dibanding peningkatan

yang terjadi pada industri biomedis.

Penurunan tersebut menunjukkan

turunnya permintaan global. Sektor

konstruksi juga terkontraksi 4,3 persen

(YoY) yang disebabkan oleh terganggunya

pasokan dan terhambatnya pekerja asing

untuk kembali. Sementara itu, kinerja jasa

terkontraksi 3,1 persen (YoY) dipengaruhi

kontraksi yang terjadi pada sektor

transportasi, akomodasi, makan minum,

dan perdagangan retail seiring anjloknya

wisatawan. Di saat yang bersamaan,

perdagangan besar serta transportasi dan

pergudangan terkontraksi akibat turunnya

rantai permintaan dan penawaran

internasional. Sementara itu, sektor

informasi dan komunikasi serta jasa

keuangan dan asuransi tetap tumbuh positif

meskipun melambat.

Suku bunga kembali diturunkan sebagai

antisipasi potensi dampak pandemi.

Berbagai negara kembali memotong suku

bunga kebijakan sebagai langkah untuk

meminimalisir dampak pandemi. Kondisi

Page 12: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

10

pasar keuangan global yang dilanda

kepanikan membuat bank sentral Amerika

Serikat memangkas suku bunga hingga 150

bps pada bulan Maret dalam dua tahapan.

Tahap pertama, The Fed menurunkan 50

bps menjadi 1,00-1,25 persen. Dua minggu

kemudian, suku bunga kembali dipangkas

ke level 0,00-0,25 persen. Penerapan suku

bunga yang rendah diharapkan akan

kembali meningkatkan kepercayaan pasar

sehingga kinerja sektor keuangan lebih

stabil. Suku bunga kebijakan Amerika

Serikat saat ini berada pada level yang sama

saat terjadi krisis keuangan global 2008.

Tabel 1 Suku Bunga Kebijakan Beberapa

Negara

Jan Feb Mar

BRIC

Brazil 4,50 4,25 3,75

Rusia 6,25 6,00 6,00

India 5,15 5,15 4,40

Tiongkok 4,15 4,05 4,05

ASEAN-5

Indonesia 5,00 4,75 4,50

Thailand 1,25 1,00 0,75

Filipina 4,00 3,75 3,25

Malaysia 2,75 2,75 2,50

Vietnam 6,00 6,00 6,00

Negara Maju

Amerika Serikat

1,50-1,75 1,50-1,75 0,00-0,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1

Korea Selatan

1,25 1,25 0,75

Sumber: Bloomberg, PBoC

Sebelum The Fed memangkas suku bunga,

negara lain terutama negara berkembang

telah melakukannya terlebih dahulu.

Indonesia dan Thailand menurunkan suku

bunga pada bulan Februari dan Maret

masing-masing sebesar 25 bps. Sementara

Malaysia memotong suku bunga 25 bps

pada bulan Maret. India menurunkan

hingga 75 bps pada bulan Maret ke level

4,40 persen.

Tiongkok juga melakukan pemotongan suku

bunga sebanyak 10 bps pada bulan

Februari. Langkah ini dimaksudkan untuk

memulihkan perekonomian yang sempat

terhenti. Pada bulan Maret, bank sentral

Tiongkok memutuskan untuk menahan

suku bunga. Sementara itu, Korea Selatan

menurunkan suku bunga sebesar 50 bps

dalam sebuah rapat darurat pada bulan

Maret.

Harga komoditas internasional melemah.

Seiring dengan berkurangnya aktivitas di

berbagai belahan dunia, permintaan global

terhadap berbagai komoditas turut

melemah. Baik harga komoditas energi

maupun logam secara umum menurun

pada triwulan ini.

Harga minyak mentah turun sejak Januari

2020. Pelemahan harga minyak paling

tajam terjadi pada bulan Maret saat banyak

negara menerapkan lockdown. Pada

periode ini harga minyak mentah rata-rata

hanya sebesar USD32,2 per barel.

Turunnya harga minyak mentah disebabkan

oleh beberapa faktor. Pertama, turunnya

permintaan global hingga 6 persen (YoY).

Kedua, ketegangan antara Arab Saudi dan

Rusia. Kesepakatan OPEC+ untuk

mengurangi produksi berakhir pada Maret

2020, namun Rusia menolak untuk

melakukan pemangkasan produksi kembali.

Arab Saudi justru merespon dengan

meningkatkan produksi pada bulan April di

tengah tingginya produksi Amerika Serikat.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena

pasokan yang tidak terserap oleh pasar

akan semakin tinggi. Akibatnya, harga

minyak mentah pada bulan Maret jatuh

hingga 40 persen (MtM).

Harga minyak mentah rata-rata pada

triwulan I turun menjadi USD49,1 per barel.

Page 13: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

11

Harga minyak mentah Brent dan Dubai

turun 20 persen (YoY), masing-masing

menjadi USD50,5 dan USD50,7. Sementara

itu, harga rata-rata WTI sebesar USD46,0

per barel, turun 16,2 persen dibandingkan

triwulan I tahun 2019.

Gambar 2 Perkembangan Harga Minyak

Mentah

Sumber: World Bank

Gambar 3 Perkembangan Harga Gas Alam dan

Batu Bara

Sumber: World Bank

Harga rata-rata gas alam turun 49,8 persen

dibandingkan triwulan I tahun 2019. Pada

triwulan ini, harga gas alam Eropa sebesar

USD3,1 per mmbtu. Sementara gas alam AS

USD1,9 per mmbtu. Perkembangan harga

gas alam terus menunjukkan tren melemah.

Cuaca yang semakin menghangat

menyebabkan turunnya permintaan gas

alam global. Pasokan yang tidak terserap

menjadi kian meningkat dan menurunkan

harga acuan internasional.

Pergerakan harga batu bara lebih stabil

meskipun menunjukkan pelemahan

sepanjang triwulan I tahun 2020. Harga

batu bara acuan internasional turun 29,2

persen (YoY) menjadi USD67,8 per metrik

ton. Harga batu bara sempat naik pada

bulan Januari seiring dengan kesepakatan

dagang antara Amerika Serikat dan

Tiongkok yang diprediksi akan

meningkatkan permintaan. Namun, sebagai

konsumen terbesar, pembatasan aktivitas

yang dilakukan Tiongkok pada bulan

selanjutnya menurunkan permintaan.

Akibatnya harga batu bara kian melemah.

Harga mayoritas komoditas pertanian

meningkat sementara logam turun.

Perkembangan harga minyak kelapa sawit

acuan internasional pada triwulan I tahun

2020 ini masih menguat menjadi USD725

per metrik ton. Komoditas pertanian

lainnya yang mengalami penguatan harga

antara lain beras, gandum, kedelai, cokelat,

kopi Arabika, dan udang. Harga udang rata-

rata naik cukup tinggi sebesar 18,7 (YoY)

menjadi USD14,0 per kilogram. Sementara

itu, harga kopi Robusta, teh, serta karet

melemah. Di sisi lain, harga gula dunia

cenderung stagnan dengan harga USD0,3

per kilogram.

Pembatasan aktivitas menyebabkan

turunnya permintaan industri akan bahan

baku. Turunnya permintaan tersebut turut

menyeret harga logam ke bawah. Harga

alumunium, timah, seng, dan tembaga

turun pada triwulan ini. Timah dan seng

masing-masing turun 22,7 dan 21,6 persen

(YoY). Sementara itu, harga nikel masih

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(USD

)

Brent Dubai WTI

00

50

100

150

0

2

4

6

8

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(USD

)

Gas Alam, Eropa

Gas Alam, AS

Page 14: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

12

meningkat 2,2 persen (YoY) menjadi

USD12.690 per metrik ton.

Harga logam mulia terus mengalami

peningkatan. Meningkatnya ketidakpastian

dan volatilitas pasar keuangan yang tinggi

pada triwulan awal tahun 2020 mendorong

permintaan logam mulia. Sepanjang Januari

hingga Maret, harga emas mengalami

peningkatan yang tajam. Rata-rata harga

emas pada triwulan I tahun 2020 mencapai

USD1.593 per troy ons, meningkat 21,4

persen (YoY).

Page 15: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

13

Page 16: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

14

II. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

2.1 Produk Domestik Bruto

Meski melambat tajam, perekonomian

masih tumbuh positif.

Krisis kesehatan global yang terjadi pada

triwulan pertama tahun 2020 berdampak

pada kinerja perekonomian dalam negeri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh

2,97 persen (YoY). Hampir seluruh sektor

tumbuh melambat. Hal ini disebabkan

oleh turunnya permintaan global dan

domestik serta diiringi dengan

melemahnya harga komoditas

internasional. Kondisi ini masih lebih baik

dibandingkan kinerja negara lainnya.

Gambar 4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perekonomian Indonesia masih ditopang

oleh sektor industri pengolahan,

perdagangan, dan pertanian meskipun

pertumbuhannya melambat. Beberapa

sektor yang tumbuh lebih cepat adalah

jasa keuangan dan asuransi, informasi dan

komunikasi, jasa pendidikan, serta jasa

kesehatan dan kegiatan sosial.

Industri pengolahan tumbuh 2,1 persen

(YoY), lebih lambat dibandingkan periode

sebelumnya terutama disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan industri

pengolahan nonmigas. Perlambatan ini

diindikasikan oleh terkontraksinya impor

bahan baku sepanjang triwulan I tahun

2020 ,disertai dengan ekspor nonmigas

yang melambat. Mayoritas industri

nonmigas mengalami kontraksi. Industri

makanan dan minuman yang berperan

besar dalam industri nonmigas, tumbuh

melambat dari 6,8 persen (YoY) pada

triwulan I tahun 2019 menjadi 3,9 persen

(YoY). Industri kimia dan industri alat

angkutan juga masih tumbuh positif meski

melambat. Sementara itu, industri batu

bara dan pengilangan migas tumbuh 2,6

persen (YoY) setelah terkontraksi pada

triwulan I tahun 2019. Kinerjanya

didorong oleh peningkatan produksi

bahan bakar minyak dan LPG.

Gambar 5 Pertumbuhan PDB Sisi Produksi

Triwulan I Tahun 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik

5,06 5,07 4,97

2,97

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

(per

sen

)

7,1

10,4

5,9

3,2

5,4

3,8

10,7

9,8

2,0

1,3

1,6

2,9

4,6

3,9

2,1

0,4

0,0

Jasa Lainnya

Jasa Kesehatan & Keg. Sosial

Jasa Pendidikan

Adm. Pemerintahan

Jasa Perusahaan

Real Estat

Jasa Keuangan & Asuransi

Informasi & Komunikasi

Akomodasi & Mamin

Transportasi & Pergudangan

Perdagangan

Konstruksi

Pengadaan Air

Pengadaan Listrik & Gas

Industri

Pertambangan

Pertanian

(persen)

Page 17: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

15

Kinerja sektor pertanian cenderung

stagnan.

Pada triwulan ini, sektor pertanian tidak

banyak berubah. Kontraksi yang terjadi

pada subsektor pertanian, peternakan,

perburuan, dan jasa pertanian diimbangi

dengan pertumbuhan tinggi pada

subsektor kehutanan. Sementara itu,

subsektor perikanan tumbuh melambat.

Kontraksi yang terjadi pada subsektor

pertanian terutama disebabkan oleh

turunnya kinerja produksi tanaman

pangan hingga -10,3 persen (YoY). Kondisi

tersebut disebabkan oleh cuaca ekstrim

dan pergeseran panen raya. Pada tahun

ini, panen raya akan terjadi pada triwulan

kedua. Di sisi lain, tanaman perkebunan

tumbuh lebih tinggi sebesar 4,0 persen

(YoY).

Subsektor kehutanan tumbuh 5,3 persen

(YoY) setelah terkontraksi 2,8 persen (YoY)

pada periode yang sama tahun 2019.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh

kenaikan produksi kayu tanaman.

Sementara subsektor perikanan tumbuh

3,5 persen (YoY).

PDB perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil, dan sepeda motor pada

triwulan I tahun 2020 tumbuh 1,60

persen.

Pada triwulan I tahun 2020, perlambatan

ekonomi akibat pandemi COVID-19

memberikan dampak cukup besar bagi

sektor perdagangan. Pertumbuhan sektor

ini berada di bawah pertumbuhan PDB

yang mencapai 2,97 persen (YoY).

Pertumbuhan sektor perdagangan

utamanya didorong oleh subsektor

Perdagangan Besar dan Eceran bukan

Mobil dan Motor, yaitu sebesar 1,71

persen (YoY).

Secara kumulatif, perdagangan besar dan

eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor

pada tahun 2019 mencapai Rp1.440,5

triliun, atau tumbuh sebesar 4,6 persen

(YoY).

Tabel 2 Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Uraian Nilai*

Q1 2020

Growth (%) Share thd

Total PDB (%)

QtQ YoY

PDB Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

517,8 -1,38 1,60 13,2

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor, dan Reparasinya

104,8 -3,01 1,13 2,7

Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Motor

413,0 -0,99 1,71 10,5

Produk Domestik Bruto

3.922,6 -2,41 2,97 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik

* dalam miliar Rp (Atas Dasar Harga Berlaku)

Sektor transportasi dan akomodasi

terdampak kebijakan lockdown

berbagai negara.

Sektor transportasi tumbuh 1,3 persen

(YoY), jauh lebih lambat dibandingkan

periode yang sama tahun 2019 yang

tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY).

Perlambatan ini terutama disebabkan

oleh kontraksi pada kinerja angkutan

udara sebesar 13,3 persen (YoY) serta

angkutan rel sebesar 7,0 persen (YoY).

Kontraksi pada angkutan udara

disebabkan oleh adanya kebijakan

lockdown di berbagai negara asal yang

menutup atau membatasi penerbangan

ke negara lain, termasuk Indonesia, sejak

bulan Februari. Sementara itu, angkutan

lainnya tumbuh melambat.

Page 18: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

16

Pertumbuhan sektor akomodasi dan

makan minum tumbuh rendah (2,0

persen, YoY) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang selalu tumbuh di atas 5

persen. Turunnya kinerja sektor tersebut

merupakan dampak dari turunnya

wisatawan mancanegara hingga -30,6

persen (YoY). Penyediaan akomodasi

terkontraksi 4,6 persen (YoY). Selain itu,

terjadi pembatalan berbagai kegiatan

seperti pertemuan di hotel oleh instansi

pemerintah dan bisnis.

Jasa keuangan dan jasa kesehatan

tumbuh diatas 10 persen.

Jasa keuangan dan asuransi tumbuh 10,7

persen (YoY), jauh lebih tinggi

dibandingkan triwulan I tahun 2019 yang

sebesar 7,2 persen (YoY). Jasa perantara

keuangan tumbuh hingga 13,7 persen

(YoY) sekaligus sebagai pendorong

pertumbuhan sektor jasa keuangan. Pada

periode yang sama tahun 2019, jasa

perantara keuangan tumbuh 7,0 persen

(YoY). Sementara itu, jasa kesehatan dan

kegiatan sosial tumbuh 10,4 persen (YoY).

Kinerja ini terkait dengan kondisi pandemi

yang mendorong permintaan kesehatan.

Gambar 6 Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

Mayoritas komponen pembentuk PDB

sisi pengeluaran tumbuh melambat.

Semua komponen pengeluaran tumbuh

lebih lambat dibandingkan triwulan I

tahun 2019 kecuali ekspor. Komponen

sumber pertumbuhan tertekan sangat

dalam. Meskipun kasus pertama di

Indonesia baru diumumkan pada bulan

Maret dan belum dilaksanakan

pembatasan aktivitas secara intensif,

permintaan domestik cukup terpengaruh.

Hal ini meleset dari prediksi yang

memperkirakan dampak pandemi kepada

konsumsi masyarakat belum begitu besar.

Gambar 7 Perkembangan Konsumsi RT dan

Investasi terhadap PDB

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan I tahun 2020 tumbuh 2,8

persen (YoY), jauh lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun

2019 (5,0 persen, YoY). Konsumsi pakaian

dan transportasi terkontraksi masing-

masing 3,3 dan 1,8 persen (YoY).

Penjualan eceran terkontraksi terutama

pada penjualan sandang serta bahan

bakar. Sementara itu, pertumbuhan

konsumsi kesehatan dan pendidikan (7,9

-2,2

0,2

1,7

3,7

-4,9

2,8

-6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0

Impor

Ekspor

PMTB

Konsumsi Pemerintah

LNPRT

Konsumsi RT

(persen)

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018 2019

(per

sen

)

Produk Domestik Bruto

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pembentukan Modal Tetap Bruto

Page 19: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

17

persen, YoY) serta perumahan dan

peralatan rumah tangga (4,5 persen, YoY)

tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan

I tahun 2019. Pertumbuhan konsumsi

kesehatan tidak terlepas dari pandemi

yang meningkatkan kesadaran

masyarakat akan kesehatan secara tajam.

Pertumbuhan Pembentukan Modal

Tetap Bruto tertekan.

Tabel 3 Pembentukan Modal Tetap Bruto

Uraian Nilai*

Q1 2020

Growth (%) Share thd

Total PDB (%)

QtQ YoY

Pembentukan Modal Tetap Bruto

876,32 -7,89 1,70 32,42

Bangunan 663,12 -7,17 2,76 24,53 Mesin dan Perlengkapan

87,88 -14,09 -3,92 3,25

Kendaraan 48,64 -2,97 2,72 1,80 Peralatan lainnya

14,36 -5,28 2,39 0,53

Cultivated Biological Resources

43,49 -14,37 -0,04 1,61

Produk Kekayaan Intelektual

18,84 0,70 -5,88 0,70

Produk Domestik Bruto

2703,07 -2,41 2,97 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik * atas dasar harga konstan, dalam triliun Rp

Laju pertumbuhan PMTB pada triwulan I

tahun 2020 sebesar 1,7 persen (YoY). Hal

ini disebabkan oleh melambatnya

pertumbuhan barang modal bangunan

sebesar 2,8 persen (YoY). Selain itu,

perlambatan juga disebabkan

terkontraksinya kinerja investasi mesin

dan perlengkapan (-3,9 persen), produk

kekayaan intelektual (-5,9 persen) dan

CBR (-0,0 persen). Kinerja investasi mesin

dan kendaraan dipengaruhi oleh turunnya

barang modal mesin baik domestik

maupun impor. Barang modal jenis CBR

terkontraksi karena turunnya nilai

penambahan tanaman perkebunan yang

belum berproduksi. Sementara kontraksi

produk kekayaan intelektual disebabkan

turunnya kegiatan eksplorasi mineral baik

migas maupun nonmigas. Di sisi lain,

barang modal jenis kendaraan masih

tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY), lebih

tinggi dari triwulan I tahun 2019 yang

terkontraksi 7,4 persen (YoY).

Pengeluaran konsumsi pemerintah

tumbuh 3,7 persen (YoY) didorong oleh

realisasi belanja bantuan sosial.

Peningkatan terutama untuk rehabilitasi

sosial, jaminan sosial, dan belanja bantuan

untuk penanggulangan kemiskinan.

Sementara itu, LNPRT terkontraksi 4,9

persen (YoY) seiring berkurangnya agenda

politik.

Ekspor barang dan jasa tumbuh 0,2 persen

(YoY) lebih baik dari periode sebelumnya

yang terkontraksi 1,6 persen (YoY). Ekspor

migas terkontraksi 15,4 persen (YoY)

sejalan dengan turunnya harga komoditas

serta volume ekspor yang berkurang.

Ekspor nonmigas tumbuh cukup tinggi

yakni sebesar 4,7 persen (YoY), didorong

oleh peningkatan ekspor

perhiasan/permata, mesin/peralatan

listrik, serta besi dan baja. Ekspor jasa

terkontraksi hingga 18,3 persen (YoY)

seiring dengan turunnya jumlah

wisatawan mancanegara.

Impor terkontraksi 2,2 persen (YoY)

terutama disebabkan oleh penurunan

impor nonmigas. Sementara itu, impor

migas meningkat 15,9 persen seiring

dengan peningkatan volume. Impor jasa

juga terkontraksi 9,6 persen (YoY) seiring

pelarangan umroh sejak Februari dan

penutupan akses masuk di beberapa

negara.

Page 20: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

18

Tabel 4 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2014 – Triwulan I/2020

(persen, YoY)

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

Produk Domestik Bruto 5,0 4,9 5,0 5,1 5,2 5,07 5,05 5,02 4,97 2,97

Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 5,0 4,9 5,1 5,0 5,2 5,0 5,0 2,8

Konsumsi LNPRT 12,2 -0,6 6,6 6,9 9,1 17,0 15,3 7,4 3,5 -4,9

Konsumsi Pemerintah 1,2 5,3 -0,1 2,1 4,8 5,2 8,2 1,0 0,5 3,7

PMTB 4,4 5,0 4,5 6,2 6,6 5,0 4,6 4,2 4,1 1,7

Ekspor Barang dan Jasa 1,1 -2,1 -1,6 8,9 6,6 -1,6 -1,7 0,1 -0,4 0,2

Impor Barang dan Jasa 2,1 -6,2 -2,4 8,1 11,9 -7,5 -6,8 -8,3 -8,0 -2,2

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 4,2 3,8 3,4 3,9 3,9 1,8 5,3 3,1 4,3 0,0

Pertambangan dan Penggalian 0,4 -3,4 0,9 0,7 2,2 2,3 -0,7 2,3 0,9 0,4

Industri Pengolahan 4,6 4,3 4,3 4,3 4,3 3,9 3,5 4,1 3,7 2,1

Industri Pengolahan Nonmigas 5,6 5,1 4,4 4,9 4,8 4,8 4,0 4,7 3,9 2,0

Listrik dan Gas 5,9 0,9 5,4 1,5 5,5 4,1 2,2 3,7 6,0 3,9

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 5,2 7,1 3,6 4,6 5,6 8,9 8,3 4,9 5,4 4,6

Konstruksi 7,0 6,4 5,2 6,8 6,1 5,9 5,7 5,6 5,8 2,9

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 5,2 2,5 4,0 4,5 5,0 5,2 4,6 4,4 4,2 1,6

Transportasi dan Pergudangan 7,4 6,7 7,4 8,5 7,1 5,5 5,9 6,7 7,6 1,3

Akomodasi dan Makan Minum 5,8 4,3 5,2 5,4 5,7 5,9 5,5 5,4 6,4 2,0

Informasi dan Komunikasi 10,1 9,7 8,9 9,6 7,0 9,1 9,6 9,2 9,7 9,8

Jasa Keuangan dan Asuransi 4,7 8,6 8,9 5,5 4,2 7,2 4,5 6,1 8,5 10,7

Real Estate 5,0 4,1 4,7 3,6 3,5 5,4 5,7 6,0 5,9 3,8

Jasa Perusahaan 9,8 7,7 7,4 8,4 8,6 10,4 9,9 10,2 10,5 5,4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,4 4,6 3,2 2,0 7,0 6,4 8,9 1,9 2,1 3,2

Jasa Pendidikan 5,5 7,3 3,8 3,7 5,4 5,6 6,3 7,8 5,5 5,9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,0 6,7 5,2 6,8 7,2 8,6 9,1 9,2 7,8 10,4

Jasa lainnya 8,9 8,1 8,0 8,7 9,0 10,0 10,7 10,7 10,8 7,1

PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 10.570 11.526 12.402 13.590 14.838 3.784 3.964 4.067 4.019 3.923

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 21: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

19

Investasi

Realisasi PMA mencapai Rp112,7 triliun

dan realisasi PMDN Rp98,0 triliun

Total nilai realisasi investasi PMA dan

PMDN triwulan I tahun 2020 mencapai

Rp210,7 triliun, atau meningkat 1,2

persen dari triwulan IV tahun 2019. Nilai

realisasi PMA mengalami penurunan (9,2

persen, YoY), sedangkan nilai realisasi

PMDN tumbuh (29,2 persen YoY).

Sektor yang berperan besar terhadap

realisasi PMA dan PMDN pada triwulan I

tahun 2020 adalah sektor tersier sebesar

55 persen. Namun sektor tersier

mengalami penurunan pertumbuhan

secara YoY karena penurunan realisasi

PMA. Sektor sekunder juga mengalami

penurunan realiasi PMA dan PMDN secara

QtQ karena penurunan realisasi baik PMA

maupun PMDN.

Tabel 5 Realisasi Investasi

Uraian Nilaia

Q1 2020

Growth (%) Share thd Realisasi Investasi

(%) QtQ YoY

Realisasi Investasi 210,7 1,2 8,0 100,0 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

112,7 9,5 29,2 53,5

Penanaman Modal Asing (PMA)b

98,0 -6,9 -9,2 46,5

Berdasarkan Sektor Primer 30,8 6,9 0,0 14,6 Sekunder 64,0 -6,8 44,8 30,4 Tersier 115,9 4,6 -3,5 55,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal a dalam triliun rupiah | bkurs : Rp15.000/USD

Realisasi investasi terbesar pada sektor

sekunder adalah Industri Logam Dasar,

Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya.

Berdasarkan sektor/bidang usaha,

realisasi investasi di sektor sekunder

disumbangkan oleh: (1) Industri Logam

Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3)

Industri Kimia dan Farmasi; (4) Industri

Mineral Non Metal; dan (5) Industri Karet

dan Plastik. Sektor sekunder yang

mengalami pertumbuhan terbesar adalah

Industri Kertas dan Percetakan (201,7

persen, YoY), sedangkan pertumbuhan

terbesar adalah Industri Karet dan Plastik

(128,9 persen, QtQ). Di sisi lain, realisasi

tahunan (YoY) di Industri Makanan,

Industri Barang Kulit dan alas kaki, serta

Industri Lainnya menurun, utamanya

karena penurunan realisasi PMA.

Tabel 6 Realisasi Investasi Sektor Sekunder

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun

Rp)

Growth (%) Share thd Sektor

Sekunder(%)

QtQ YoY

Industri Makanan 11,6 -18,6 -20,9 18,1

Industri Tekstil 1,0 -28,2 37,8 1,6 Industri Barang Kulit dan Industri Alas Kaki

0,8 23,0 -44,2 1,2

Industri Kayu 0,7 -31,5 25,8 1,0 Industri Kertas dan Printing

3,0 110,2 201,7 4,7

Industri Kimia dan Farmasi

9,8 1,7 70,3 15,4

Industri Karet dan Plastik

3,0 128,9 39,8 4,7

Industri Mineral Non Metal

4,3 13,6 67,1 6,8

Industri Kendaraan Bermotor dan Peralatan Transportasi Lainnya

2,1 -61,4 62,7 3,3

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

24,5 2,4 106,9 38,3

Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam

2,0 -44,3 88,8 3,1

Industri Lainnya 1,1 -47,6 -2,9 1,7

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Realisasi PMA terbesar adalah Industri

Logam Dasar, Barang Logam, Bukan

Mesin dan Peralatannya.

Berdasarkan sektor/bidang usaha, lima

sektor dengan kontribusi terbesar pada

Page 22: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

20

realisasi PMA pada triwulan I tahun 2020

adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang

Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya;

(2) Listrik, Gas dan Air; (3) Transportasi,

Gudang dan Komunikasi; (4) Real Estate,

Industri Estate dan Kegiatan Bisnis; dan (5)

Industri Kimia dan Farmasi. Pertumbuhan

YoY terbesar pada Industri Logam Dasar,

Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya, sedangkan pertumbuhan

terbesar secara QtQ pada Transportasi,

Gudang dan Komunikasi.

Tabel 7 Sektor PMA Terbesar

Uraian Nilai

Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA (%) QtQ YoY

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

21,9 -2,7 138,7 22,3

Listrik, Gas dan Air 12,5 -44,2 -45,4 12,8 Transportasi, Gudang dan Komunikasi

11,6 163,6 -52,8 11,8

Real Estate, Industri Estate dan Kegiatan Bisnis

8,7 -8,4 -38,7 8,9

Industri Kimia dan Farmasi

8,2 17,5 74,5 8,4

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Realisasi PMDN terbesar adalah

Transportasi, Gudang dan

Telekomunikasi.

Berdasarkan sektor/bidang usaha, lima

sektor dengan kontribusi terbesar pada

realisasi PMDN triwulan I tahun 2020

adalah: (1) Transportasi, Gudang dan

Telekomunikasi; (2) Konstruksi; (3)

Tanaman Pangan, Perkebunan, dan

Peternakan; (4) Real Estate, Industri

Estate dan Kegiatan Bisnis; dan (5) Listrik,

Gas dan Air. Pertumbuhan terbesar YoY

adalah Transportasi, Gudang dan

Komunikasi, sedangkan pertumbuhan

terbesar QtQ adalah Konstruksi.

Tabel 8 Sektor PMDN Terbesar

Uraian Nilai

Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMDN(%) QtQ YoY

Transportasi, Gudang dan Komunikasi

37,6 60,2 196,4 33,4

Konstruksi 14,1 74,1 -26,9 12,5 Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan

10,3 2,6 17,6 9,1

Real Estate, Industri Estate dan Kegiatan Bisnis

9,1 -35,7 98,2 8,1

Listrik, Gas dan Air 5,5 -28,2 -46,3 4,9

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Singapura menjadi negara asal PMA

terbesar.

Lima negara asal PMA dengan realisasi

terbesar pada triwulan I tahun 2020

adalah: Singapura sebesar Rp40,8 triliun;

Tiongkok sebesar Rp19,3 triliun; Jepang

sebesar Rp9,1 triliun; Belanda sebesar

Rp3,0 triliun; dan Hong Kong sebesar

Rp9,5 triliun.

Tabel 9 Realisasi PMA berdasarkan Negara

Asal

Uraian Nilai

Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMA (%) QtQ YoY

Singapura 40,8 140,9 57,8 41,6 Tiongkok 19,3 -10,1 11,0 19,7 Jepang 9,1 -43,6 -46,7 9,2 Belanda 3,0 -60,5 -45,9 3,0 Hong Kong 9,5 -44,6 8,8 9,7

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Realisasi investasi terbesar berada di

Pulau Jawa.

Realisasi investasi di pulau Jawa pada

triwulan I tahun 2020 memberikan

kontribusi lebih besar yaitu 51,4 persen

dari total realisasi investasi, dengan nilai

sebesar Rp108,3 triliun. Realisasi investasi

terbesar adalah pulau Maluku yaitu

Rp11,5 triliun. Kawasan Barat Indonesia

(KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan

Page 23: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

21

Sumatera berkontribusi realisasi investasi

sebesar 78,1 persen. Proporsi realisasi

investasi di luar Jawa pada triwulan I tahun

2020 adalah sebesar 48,6 persen.

Tabel 10 Realisasi Investasi berdasarkan

Lokasi

Uraian Nilai

Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Realisasi Investasi

(%) QtQ YoY

Jawa 108,3 121,5 -0,9 51,4 Luar Jawa 102,4 81,6 19,3 48,6

Sumatera 56,3 39,6 57,7 26,7 Kalimantan 14,2 -33,1 -33,6 6,7 Bali dan Nusa Tenggara

5,3 -23,6 1,9 2,5

Sulawesi 13,0 -53,2 -7,2 6,2 Maluku 11,5 176,8 176,7 5,5 Papua 2,1 -36,6 -60,8 1,0

Kawasan Barat Indonesia

164,6 13,7 13,5 78,1

Kawasan Timur Indonesia

46,1 -27,4 -8,0 21,9

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Realisasi PMA terbesar berada di

Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan

realisasi PMA terbesar pada triwulan I

tahun 2020 adalah DKI Jakarta sebesar

Rp13,2 triliun; Jawa Barat sebesar Rp13,2

triliun; Jawa Timur sebesar Rp4,8 triliun;

Banten sebesar Rp4,6 triliun; dan Jawa

Tengah sebesar Rp4,6 trliun.

Tabel 11 Lokasi PMA Terbesar

Uraian Nilai

Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMA (%) QtQ YoY

DKI Jakarta 13,2 68,8 -7,8 13,4 Jawa Barat 13,2 -39,6 -48,9 13,4 Jawa Timur 4,8 20,0 82,5 4,9 Banten 4,6 -30,8 -42,6 4,7 Jawa Tengah 4,6 -46,1 -60,3 4,7

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Realisasi PMDN terbesar berada di

Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan

realisasi PMDN terbesar pada triwulan I

tahun 2020 adalah Jawa Timur sebesar

Rp26,6 triliun; Jawa Barat sebesar Rp16,7

triliun; Jawa Tengah sebesar Rp14,6

triliun; DKI Jakarta sebesar Rp7,0 triliun;

dan Banten sebesar Rp2,2 triliun.

Tabel 12 Lokasi PMDN Terbesar

Uraian Nilai

Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMDN(%) QtQ YoY

Jawa Timur 26,6 246,3 166,9 23,6 Jawa Barat 16,7 22,6 44,6 14,8 Jawa Tengah 14,6 296,8 49,8 13,0 DKI Jakarta 7,0 -66,0 -33,2 6,2 Banten 2,2 -72,8 -49,6 2,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Industri

Sektor industri pengolahan mengalami

tekanan yang cukup besar dari sisi

penawaran dan permintaan, sebagai

akibat dari pandemi COVID-19. Dari sisi

penawaran, aktivitas perdagangan global

yang berkurang mempengaruhi

penurunan pasokan bahan baku.

Pemberlakuan kebijakan social distancing

juga mempengaruhi kapasitas produksi,

sementara depresiasi nilai tukar Rupiah

menambah beban biaya bagi industri yang

berorientasi impor. Dari sisi permintaan,

faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan terhadap produk industri

pengolahan di antaranya pelemahan

perekonomian dunia yang menyebabkan

permintaan global, penurunan harga

minyak dunia yang berimbas pada

penurunan harga Crude Palm Oil (CPO)

dan komoditas lainnya, serta penurunan

daya beli masyarakat terutama untuk

durable goods.

Page 24: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

22

Gambar 8 Pertumbuhan Industri Pengolahan

Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berbagai tekanan dari sisi penawaran dan

permintaan tersebut menyebabkan

kinerja industri pengolahan nonmigas

pada triwulan I tahun 2020 menurun

tajam sehingga hanya mampu tumbuh

2,01 persen (YoY). Kinerja tersebut juga

masih dibawah pertumbuhan PDB

nasional (2,97 persen). Nilai tambah

sektor industri pengolahan nonmigas

pada triwulan I tahun 2020 mencapai

Rp700 triliun, atau berkontribusi 17,9

persen dari PDB nasional.

Terlepas dari penurunan kinerja yang

tajam, pertumbuhan industri pengolahan

yang masih positif di masa pandemi

COVID-19 ini ditopang oleh beberapa

faktor sebagai berikut: (i) kebijakan

penurunan harga gas menjadi

USD6/MMBTU bagi subsektor tertentu,

(ii) peningkatan kapasitas produksi,

terutama pada subsektor industri

makanan dan minuman, serta kimia dan

farmasi, (iii) kebijakan stimulus fiskal dari

pemerintah, seperti relaksasi PPh 21, 22,

dan 25 bagi industri pengolahan, dan (iv)

kebijakan stimulus nonfiskal, seperti

peningkatan kemudahan ekspor impor.

Subsektor industri kimia, farmasi, dan

obat tradisional, industri alat angkutan,

serta industri kertas tumbuh paling tinggi

pada triwulan I tahun 2020, masing-

masing sebesar 5,6 persen, 4,6 persen,

dan 4,5 persen. Di sisi lain, subsektor

industri mesin dan peralatan, industri

furnitur, dan industri barang galian

nonlogam mengalami kontraksi masing-

masing sebesar 9,3 persen, 7,3 persen,

dan 5,3 persen.

Gambar 9 Pertumbuhan Subsektor Industri

Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

Subsektor makanan dan minuman, serta

subsektor kimia, farmasi, dan obat-obatan

menjadi penopang utama pertumbuhan

industri pengolahan nonmigas, yaitu

masing-masing sebesar 69,2 dan 26,5

persen.

5,03 5,07 5,17 5,02

2,974,44,9 4,8

4,3

2,0

2016 2017 2018 2019 2020 Q1

(per

sen

)

Pertumbuhan PDB Nasional

Industri Pengolahan Non Migas

-9,3

-7,3

-5,3

-4,7

-3,5

-1,2

-0,8

-0,4

3,2

3,5

3,9

4,0

4,5

4,6

5,6

2,0

2,1

Mesin dan Perlengkapan

Furnitur

Barang Galian Bukan Logam

Pengolahan Lainnya

Barang Logam dll

Tekstil dan Pakaian Jadi

Karet dll

Kulit dll

Kayu dll

Pengolahan Tembakau

Makanan dan Minuman

Logam Dasar

Kertas dll

Alat Angkutan

Kimia dll

Industri Nonmigas

Industri Pengolahan

(persen)

Page 25: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

23

Gambar 10 Pertumbuhan Subsektor Industri

Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan subsektor makanan dan

minuman didorong oleh peningkatan

konsumsi masyarakat selama masa

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

dan aktivitas work from home, serta

pasokan bahan baku yang masih terjaga

pada triwulan I tahun 2020. Pertumbuhan

subsektor kimia, farmasi, dan obat-obatan

didorong oleh adanya peningkatan

kapasitas produksi untuk memenuhi

peningkatan permintaan masyarakat

untuk menjaga kesehatan dan daya tahan

tubuh di masa COVID-19.

Di sisi lain, penurunan kinerja subsektor

mesin dan peralatan pada triwulan I

tahun 2020 disebabkan oleh gangguan

rantai pasok global yang disertai dengan

penurunan daya beli masyarakat terhadap

barang-barang durable dan penurunan

aktivitas pabrik seiring dengan penurunan

aktivitas perdagangan dunia.

Nilai ekspor produk industri pengolahan

pada triwulan I tahun 2020 mencapai

USD32,9 miliar, atau meningkat 10,1

persen dibandingkan triwulan I tahun

2019. Peningkatan ini didorong oleh

ekspor logam dasar mulia, dan pada saat

yang sama, depresiasi nilai tukar Rupiah.

Kontribusi ekspor industri pengolahan

terhadap total ekspor pada periode yang

sama adalah sebesar 79,0 persen.

Gambar 11 Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik

Penurunan aktivitas perdagangan global

yang menyebabkan terganggunya rantai

pasok global telah direspon Pemerintah

dengan memberikan kemudahan ekspor

impor. Relaksasi pelarangan dan

pembatasan ekspor impor diharapkan

dapat meningkatkan jaminan pasokan

bahan baku industri, dan pada saat yang

sama meningkatkan kapasitas industri

untuk memenuhi komitmen permintaan

di pasar ekspor. Pelaksanaan strategi ini

juga didukung optimalisasi kerja sama

bilateral, seperti dengan Amerika Serikat,

untuk mempertahankan akses pasar dan

memanfaatkan ceruk pasar baru yang

timbul karena pengurangan ekspor

Tiongkok sebagai akibat penerapan

lockdown.

Pada triwulan I tahun 2020, realisasi

PMDN sektor manufaktur meningkat

sebesar 2,3 persen (YoY), dan

berkontribusi terhadap total PMDN

sebesar 17,6 persen. PMDN sektor

1,390,53

0,44 0,190,17

Makanan danMinuman

Logam Dasar MANUFAKTURNon-MIGAS

33,0

10,1

-8-6-4-2024681012

28

29

30

31

32

33

34

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

Ekspor Produk Industri

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri

Page 26: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

24

manufaktur terbesar terdapat pada

subsektor industri makanan sebesar

USD7,3 miliar, yang diikuti dengan industri

barang galian bukan logam, dan industri

logam dasar, dengan masing-masing

sebesar USD2,6 miliar.

Gambar 12 PMDN Sektor Industri

Sumber: BKPM

Gambar 13 PMA Sektor Industri

Sumber: BKPM

Nilai realisasi PMA sektor industri

pengolahan pada triwulan I tahun 2020

mencapai USD3,1 miliar, atau meningkat

sebesar 63,9 persen (YoY). Peningkatan ini

disumbang oleh pertumbuhan subsektor

industri kertas dan percetakan (595,1

persen), industri kayu (277,4 persen),

industri logam dasar, barang logam, bukan

mesin dan peralatannya (149,1 persen),

industri mesin dan elektronik (120,7

persen), subsektor industri tekstil (110,0

persen), serta subsektor industri kimia

dan farmasi (81,4 persen). Pertumbuhan

PMA di sektor-sektor ini berkaitan dengan

komitmen yang telah berjalan sampai

triwulan I tahun 2020 sebelum PSBB

dilaksanakan di beberapa wilayah.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap

total PMA mencapai 45,1 persen.

Gambar 14 Penjualan Mobil

Sumber: CEIC

Pada masa pandemi COVID-19, terjadi

pelemahan daya beli masyarakat

terutama pada durable goods, hal ini

ditunjukkan oleh penurunan penjualan

mobil penumpang dan penjualan sepeda

motor. Penurunan penjualan mobil ini

disebabkan oleh realokasi anggaran

masyarakat untuk sektor kesehatan dan

kebijakan PSBB yang menyebabkan

operasional showroom dealer tutup

sementara waktu. Hal ini juga berdampak

pada penurunan kredit pada perusahaan

pembiayaan (leasing).

19,8

22,9

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

5

10

15

20

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

PMDN Pertumbuhan PMDN

3,1

63,9

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

PMA Pertumbuhan PMA

236,8

-6,9

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

0

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Penjualan Mobil

Pertumbuhan Penjualan Mobil

Page 27: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

25

Penjualan mobil pada triwulan I tahun

2020 hanya mencapai 236.825 unit atau

menurun sebesar 6,9 persen. Penurunan

ini utamanya disebabkan oleh penurunan

penjualan pada segmen mobil sport

utilities dengan kapasitas lebih dari 3.000

cc (-17,0 persen) dan segmen truk untuk

kapasitas lebih dari 24 ton (-61,3 persen).

Pandemi COVID-19 juga berdampak

signifikan pada sektor konstruksi.

Beberapa proyek infrastruktur ditunda

atau diberhentikan selama masa PSBB. Hal

ini berdampak pada penjualan semen

pada triwulan I tahun 2020 yang hanya

mencapai 14,9 juta ton, atau menurun

sebesar 4,9 persen. Selain itu, produksi

semen juga menurun sebesar 4,7 persen

(16,3 juta ton). Ekspor semen pada

triwulan I tahun 2020 juga turun sebesar

1,87 persen dan jauh lebih rendah dari

realisasi pertumbuhan ekspor pada

triwulan I tahun 2019 yang mencapai

101,40 persen. Penurunan konsumsi

semen ini juga mengkonfirmasi

pelambatan aktivitas ekonomi secara

umum.

Gambar 15 Produksi, Penjualan Domestik,

dan Ekspor Semen

Sumber: CEIC

Gambar 16 Indonesia Headline PMI Manufacturing

Sumber: CEIC

Penurunan kinerja sektor industri

pengolahan juga dikonfirmasi oleh rata-

rata nilai Purchasing Manager Index (PMI)

Indonesia pada triwulan I tahun 2020

sebesar 48,8. Pada bulan Maret 2020, nilai

PMI berada pada level 45,3 yang

merupakan nilai terendah semenjak

indeks PMI diterbitkan tahun 2011.

Penurunan angka PMI menunjukkan

ekspektasi dunia usaha atas dampak

1

15

17,115,1

21,322,6

16,3

,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 Penjualan Semen (Juta Ton, sb. kiri)

Ekspor (Juta Ton, sb. kiri)

Produksi Semen (Juta Ton, sb. kiri)

49,3

51,9

45,3

40,0

42,0

44,0

46,0

48,0

50,0

52,0

54,0

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

Ap

r-1

6

Jul-

16

Oct

-16

Jan

-17

Ap

r-1

7

Jul-

17

Oct

-17

Jan

-18

Ap

r-1

8

Jul-

18

Oct

-18

Jan

-19

Ap

r-1

9

Jul-

19

Oct

-19

Jan

-20

Penjualan Semen (juta ton) Ekspor (juta ton)

Produksi Semen (juta ton) Penjualan Semen (juta ton) Ekspor (juta ton)

Produksi Semen (juta ton)

Page 28: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

26

pandemi COVID-19 terhadap prospek

aktivitas dan kinerja sektor industri

pengolahan.

Penurunan nilai PMI terbesar terjadi pada

4 subkomponen PMI, meliputi: (i)

subkomponen pemesanan ekspor (new

export order) yang turun sebesar 39

persen (YoY), (ii) subkomponen

pemesanan baru (new order) yang turun

sebesar 25 persen (YoY), (iii)

subkomponen pembelian input produksi

(quantity of purchases) yang turun

sebesar 24 persen (yoy), dan (iv)

subkomponen output produksi yang turun

sebesar 17 persen (YoY).

Tren penurunan PMI Indonesia

menunjukkan bahwa pelemahan kinerja

sektor industri pengolahan di Indonesia

masih akan terus berlanjut. Tantangan

terbesar berada pada efektivitas mitigasi

dampak COVID-19 dan strategi pemulihan

aktivitas industri pengolahan ke depan.

Pariwisata

Gambar 17 Pertumbuhan dan Jumlah

Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan I tahun 2020, jumlah

wisatawan mancanegara (wisman) yang

berkunjung ke Indonesia mencapai 2,6

juta orang, atau turun 30,1 persen (YoY)

dari kunjungan wisman pada triwulan I

tahun 2019. Dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (QtQ), jumlah

kunjungan wisman pada triwulan I tahun

2020 turun sebesar 34 persen.

Pada bulan Januari 2020, jumlah

kunjungan wisman masih tumbuh positif

dari periode sebelumnya. Penurunan

jumlah kunjungan wisman mulai terjadi

pada bulan Februari 2020, saat pandemi

COVID-19 melanda seluruh Tiongkok yang

diikuti dengan penghentian perjalanan

global dari dan menuju Tiongkok, dan

mengakibatkan berkurangnya kunjungan

wisman Tiongkok ke Indonesia. Pada

bulan Maret 2020, virus COVID-19 mulai

menyebar ke banyak negara, termasuk ke

Indonesia, dan berakibat dengan

pembatasan aktivitas kepergian

internasional. Kebijakan tersebut,

berdampak secara signifikan pada

aktivitas penerbagan dan penurunan

kunjungan wisman ke Indonesia.

Gambar 18 Kunjungan Wisatawan

Mancanegara berdasarkan Asal Negara

Sumber: Badan Pusat Statistik

2.628

-35%

-30%

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

Jumlah Wisman (ribu orang)Pertumbuhan (%, Y-o-Y)

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

800.000

900.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

Malaysia ChinaSingapore AustraliaTimor Leste

Page 29: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

27

Penurunan jumlah kunjungan wisman

juga menyebabkan penurunan nilai

ekspor jasa (devisa) pariwisata pada

triwulan I tahun 2020. Nilai devisa

pariwisata pada triwulan I tahun 2020

mencapai USD2,9 miliar, atau menurun 28

persen dari periode sebelumnya (YoY).

Meskipun secara total nilai devisa

pariwisata turun, namun rata-rata

pengeluaran wisman per kunjungan pada

periode ini mencapai USD1.107, lebih

tinggi dari periode sebelumnya yaitu rata-

rata USD1.080 per orang per kunjungan.

Gambar 19 Nilai Ekspor Jasa Perjalanan

Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan jumlah kasus COVID-19 di

Indonesia pada akhir triwulan I tahun

2020 berakibat pada pemberlakukan

social distancing dan work from home,

sehingga menekan jumlah perjalanan

penduduk dari satu daerah menuju

daerah lainnya. Aktivitas bepergian

menggunakan kereta api dan pesawat

udara mengalami penurunan (YoY) dari

masing-masing 34,3 juta dan 6,2 juta

orang menjadi 29,9 juta dan 5,6 Juta

orang. Sebaliknya, angkutan laut

mengalami peningkatan jumlah kepergian

(YoY) yakni dari 1,7 juta orang pada

triwulan I tahun 2019, menjadi 2 juta

orang pada triwulan I tahun 2020.

Gambar 20 Pertumbuhan dan Jumlah

Penumpang Transportasi

(a) Kereta Api

(b) Pesawat Domestik

(c) Angkutan Laut

Sumber: Badan Pusat Statistik

-0,4-0,3-0,2-0,10,00,10,20,30,4

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

Nilai Ekspor Jasa Perjalanan (Juta USD)

Pertumbuhan (%, YoY)

-0,2

-0,1

-0,1

0,0

0,1

0,1

0,2

-

10

20

30

40

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020Jumlah Penumpang Kereta Api (Juta Orang)

Pertumbuhan Penumpang Kereta Api (%,YoY)

-0,3

-0,2

-0,1

0,0

0,1

0,2

-

2

4

6

8

10

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

Jumlah Penumpang Pesawat Domestik (JutaOrang)Pertumbuhan Penumpang Pesawat (%,YoY)

0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

-

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020Jumlah Penumpang Angkutan Laut (Juta Orang)

Pertumbuhan Penumpang Kapal Laut (%,YoY)

Page 30: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

28

Penurunan kunjungan wisman serta

aktivitas bepergian domestik, berdampak

pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK)

hotel di Indonesia. Pada triwulan I tahun

2020, TPK Indonesia sebesar 43,5 persen,

atau turun 8,7 poin dari TPK hotel

Indonesia pada triwulan I tahun 2019 yang

sebesar 52,3 persen.

Gambar 21 Tingkat Penghunian Kamar Hotel

Sumber: Badan Pusat Statistik

Provinsi DKI Jakarta serta Bali, sebagai

pintu masuk wisman terbesar di Indonesia

mengalami penurunan TPK yang cukup

signifikan. Penurunan TPK hotel di Jakarta

(YoY) yakni dari sebesar 64,3 persen

menjadi hanya 47,5 persen. Penurunan

TPK hotel di Bali yakni dari 55,1 persen

pada triwulan I tahun 2019, menjadi 43,6

persen pada triwulan I tahun 2020.

Penurunan permintaan akomodasi ini

diperkirakan berlanjut hingga triwulan II

tahun 2020, dan akan berakibat pada

tutupnya sebagian hotel baik sementara

maupun permanen. Kondisi ini

meningkatkan kerentanan pasar tenaga

kerja pariwisata dengan kemungkinan

peningkatan pemutusan hubungan kerja

(PHK).

Gambar 22 Tingkat Penghunian Kamar Hotel

DKI Jakarta dan Bali

Sumber: Badan Pusat Statistik

Nilai tambah subsektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan minum

pada triwulan I tahun 2020 masing-masing

sebesar Rp23,6 triliun dan Rp86,1 triliun,

atau lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sempat meningkat.

Kondisi ini merupakan akibat dari

pembatasan perjalanan dan penerapan

social distancing selama masa pandemi

COVID-19.

Gambar 23 Pertumbuhan Sektor Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

Sumber: Badan Pusat Statistik

30

35

40

45

50

55

60

65

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2017 2018 2019 2020

TPK Indonesia (%)

30

40

50

60

70

80

90

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2017 2018 2019 2020

TPK Dki Jakarta (%)

TPK Bali (%)

-0,1

0,0

0,0

0,1

0,1

Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1

2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0

Pertumbuhan Subsektor Akomodasi(%,YoY)Pertumbuhan Subsektor Makan Minum(%,YoY)

Page 31: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

29

2.2 Produk Domestik Regional

Bruto

Pertumbuhan ekonomi di sebagian

besar wilayah Indonesia pada triwulan I

tahun 2020 tumbuh lebih lambat

dibandingkan triwulan IV tahun 2019,

kecuali Maluku dan Papua. Pertumbuhan

ekonomi wilayah Sumatera, Jawa, dan

Sulawesi berada diatas pertumbuhan

nasional, sementara wilayah Bali dan Nusa

Tenggara, Kalimantan, serta Maluku dan

Papua berada di bawah pertumbuhan

nasional. Pertumbuhan ini juga lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan I

tahun 2019, kecuali Maluku dan Papua

yang tumbuh lebih tinggi.

Gambar 24 Pertumbuhan dan Kontribusi

Ekonomi Secara Spasial

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan wilayah Maluku dan

Papua membaik.

Secara agregat, provinsi-provinsi yang ada

di Maluku dan Papua tumbuh lebih cepat

dibandingkan triwulan IV tahun 2019.

Papua dan Papua Barat masih berperan

penting dalam perekonomian wilayah

Maluku dan Papua. Provinsi Papua pada

triwulan I tahun 2020 tumbuh sebesar 1,5

persen (YoY), lebih tinggi daripada

triwulan sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 3,7 persen (YoY). Kinerja

pertambangan dan penggalian Papua

masih mengalami penurunan sebagai

dampak dari masa transisi PT. Freeport ke

pertambangan bawah tanah.

Pertambangan mengalami kontraksi

sebesar 2,3 persen (YoY) pada triwulan I

tahun 2020, lebih baik dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi hingga 19,0

persen (YoY). Sejalan dengan sektor

pertambangan yang mengalami kontraksi,

industri pengolahan juga terkontraksi

namun lebih baik dari triwulan

sebelumnya. Di sisi lain, pertanian tumbuh

4,2 persen (YoY), lebih baik dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 0,2 persen

(YoY). Sementara, Papua Barat pada

triwulan I tahun 2020 tumbuh sebesar 5,1

persen (YoY), lebih lambat daripada

triwulan sebelumnya. Perlambatan terjadi

pada industri pengolahan yang tumbuh

1,1 persen (YoY) pada triwulan I tahun

2020, jauh lebih lambat dari triwulan IV

tahun 2019 yang tumbuh 9,8 persen (YoY).

Tren perlambatan juga dialami oleh sektor

jasa, kecuali sektor informasi dan

komunikasi yang tumbuh 9,8 persen (YoY),

sedikit lebih baik dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh 9,7 persen (YoY).

Maluku dan Maluku Utara juga mengalami

perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan

I tahun 2020, provinsi Maluku tumbuh

lebih rendah dari triwulan IV tahun 2019

yaitu sebesar 4,0 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan Maluku terjadi

di sektor pertanian yang tumbuh 3,8

persen (YoY). Pertumbuhan Maluku Utara

juga mengalami perlambatan.

Pertumbuhan pada triwulan I tahun 2020

sebesar 3,1 persen (YoY). Perlambatan

terjadi di sektor pertambangan dan

ekspor akibat pemberlakuan larangan

ekspor bijih nikel berkadar rendah yang

berlaku efektif pada tahun 2020

sementara smelter di Maluku Utara hanya

3,2 3,4 0,92,5 3,8 2,9

Sumatera Jawa Bali Nusra Kalimantan Sulawesi MalukuPapua

Kontribusi Pertumbuhan

Page 32: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

30

menampung bijih nikel pada kadar

tertentu sehingga perusahaan tambang

perlu menyesuaikan kapasitas

produksinya.

Perlambatan di Sulawesi terjadi merata.

Secara agregat, provinsi-provinsi yang ada

di Sulawesi tumbuh lebih lambat

dibandingkan triwulan IV tahun 2019 yaitu

sebesar 3,8 persen (YoY). Di tengah

perlambatan ini, Sulawesi Tengah dan

Sulawesi Barat sama-sama tumbuh lebih

tinggi yaitu sebesar 4,9 persen (YoY).

Terjaganya pertumbuhan Sulawesi

Tengah berasal dari tingginya

pertumbuhan sektor industri pengolahan

dan pertambangan yang pada triwulan I

tahun 2020 masing-masing tumbuh

sebesar 16,1 persen (YoY) dan 11,8 persen

(YoY) didorong oleh optimalisasi kapasitas

produksi smelter nickel pig iron baru di

Morowali. Sementara perlambatan di

Sulawesi Tengah terjadi karena sektor

pertanian mengalami kontraksi akibat

menurunnya harga kakao dan minyak

kelapa sawit. Provinsi Sulawesi Barat

mengalami perlambatan akibat

melambatnya sektor-sektor utama yaitu

pertanian, industri pengolahan, dan

perdagangan. Pada triwulan ini produksi

tanaman pangan secara total mengalami

peningkatan karena sudah banyak sawah

yang panen, meskipun puncaknya

diperkirakan jatuh pada triwulan II

mendatang. Sementara, industri

pengolahan tertahan pertumbuhannya

akibat harga CPO yang turun.

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan

provinsi yang tumbuh paling lambat di

wilayah Sulawesi pada triwulan I tahun

2020, yaitu tumbuh sebesar 3,1 persen

(YoY). Perlambatan ada pada sektor

utama yaitu pertanian, perdagangan dan

industri pengolahan. Perlambatan

pertanian terjadi akibat pergeseran

musim panen yang berimbas pada

turunnya produksi tanaman pangan.

Perdagangan dan Industri pengolahan

terdampak oleh kinerja negara mitra

dagang yang melambat akibat COVID-19

yang berimbas pada permintaan turun

serta distribusi bahan baku dari luar negeri

yang berkurang akibat aturan

pembatasan.

Kalsel dan Kaltara tumbuh tinggi

ditengah perlambatan Kalimantan.

Wilayah Kalimantan secara agregat

tumbuh sebesar 2,5 persen (YoY) pada

triwulan I tahun 2020, tumbuh lebih

lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 3,7 persen

(YoY). Provinsi Kalimantan Timur menjadi

provinsi yang mengalami peningkatan

pertumbuhan paling lambat dari triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 1,3 persen

(YoY), namun kontribusinya terhadap

perekonomian Kalimantan masih

mendominasi yakni sebesar 49,9 persen.

Pertambangan yang merupakan sektor

utama di Kalimantan Timur terkontraksi

pada triwulan I tahun 2020 sebesar 0,5

persen (YoY). Hal ini terjadi akibat kinerja

produksi batu bara Kalimantan Timur yang

turun.

Sementara itu, perekonomian Kalimantan

Selatan dan Kalimantan Utara tumbuh

tinggi pada triwulan I tahun 2020 masing-

masing sebesar 5,7 persen (YoY) dan 5,0

persen (YoY). Provinsi Kalimantan Selatan

dapat tumbuh tinggi didorong oleh sektor

industri pengolahan, pertanian, dan

pertambangan. Industri pengolahan

tumbuh tinggi yaitu sebesar 11,2 persen

(YoY). Sementara itu, pertumbuhan

Kalimantan Utara didorong oleh sektor

Page 33: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

31

pertanian yang memasuki siklus masa

panen sehingga produksi padi, sayur-

sayuran, buah, dan kelapa sawit

meningkat sementara konstruksi tumbuh

lebih lambat dari triwulan IV tahun 2019

walaupun pertumbuhannya tetap tinggi

yaitu 9,9 persen (YoY) seiring dengan

turunnya realisasi pengadaan semen.

Pertumbuhan Bali Nusra melambat.

Secara agregat, wilayah Bali dan Nusa

Tenggara tumbuh sebesar 0,9 persen

(YoY) pada triwulan I tahun 2020.

Perlambatan ekonomi wilayah Bali Nusra

dibandingkan dengan triwulan IV tahun

2019 didorong oleh terkontraksinya

pertumbuhan ekonomi di Bali sebesar 1,1

persen (YoY) pada triwulan I tahun 2020.

Pandemi COVID-19 berdampak besar

pada penurunan aktivitas pariwisata yang

merupakan kontributor utama ekonomi

Bali. Kategori lapangan usaha yang

memiliki keterkaitan erat dengan

pariwisata mengalami penurunan. Selain

karena siklus industri pariwisata Bali pada

triwulan I yang memasuki periode low

season, penurunan juga disebabkan oleh

turunnya jumlah wisman seiring

ditutupnya penerbangan dari Tiongkok

yang merupakan pangsa terbesar wisman

ke Bali dan kebijakan pemerintah

menutup obyek wisata di seluruh wilayah

Bali mulai 20 Maret 2020.

Meskipun terjadi perlambatan

pertumbuhan, provinsi Nusa Tenggara

Barat menjadi provinsi yang

pertumbuhannya paling tinggi

dibandingkan provinsi lainnya di wilayah

Bali dan Nusa Tenggara dengan

pertumbuhan mencapai 3,2 persen (YoY)

pada triwulan I tahun 2020. Sektor yang

mengalami perlambatan pertumbuhan

ekonomi adalah sektor pertanian yang

terkontraksi hingga 5,5 persen (YoY).

Sementara, sektor pertambangan tumbuh

tinggi hingga 18,8 persen (YoY). Akselerasi

pertumbuhan di sektor pertambangan

didorong oleh aktivitas pertambangan dan

ekspor konsentrat tembaga dan emas

yang dilakukan oleh PT. AMNT perusahaan

pengganti PT. Newmont Nusa Tenggara

yang masih belum terganggu di tengah

pandemi COVID-19.

Industri pengolahan dan perdagangan

wilayah Jawa melambat.

Secara agregat, pertumbuhan ekonomi

wilayah Jawa tumbuh sebesar 3,4 persen

(YoY), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY).

Pada umumnya, provinsi-provinsi di

wilayah Jawa pada triwulan I tahun 2020

mengalami perlambatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Provinsi DI

Yogyakarta menjadi provinsi yang

mengalami penurunan palling signifikan

hingga terkontraksi 0,2 persen (YoY).

Provinsi DKI Jakarta yang tumbuh sebesar

5,1 persen (YoY) melambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,0

persen (YoY). Selain itu, pertumbuhan ini

merupakan yang terendah selama 10

tahun terakhir. Salah satu penyebab

melambatnya perekonomian DKI Jakarta

adalah pandemi COVID-19 yang

dampaknya sudah terasa sejak awal

Februari 2020. Pada triwulan I tahun 2020

DKI Jakarta mengalami perlambatan

karena pertumbuhan pada lapangan

usaha utama mengalami penurunan,

seperti perdagangan (2,0 persen YoY),

konstruksi (2,4 persen, YoY), jasa

perusahaan (3,8 persen YoY), dan industri

pengolahan yang terkontraksi 1,2 persen

(YoY).

Page 34: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

32

Provinsi DI Yogyakarta yang mengalami

kontraksi hingga 0,2 persen (YoY),

melambat cukup signifikan dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh mencapai 6,2

persen (YoY). Hal ini disebabkan oleh

adanya beberapa sektor yang

terkontraksi, seperti industri pengolahan

yang mengalami kontraksi sebesar 1,5

persen (YoY). Industri pengolahan

terkontraksi disebabkan oleh menurunnya

industri kayu dan industri furnitur karena

adanya penurunan ekspor luar negeri.

Sektor akomodasi dan penyediaan makan

minum juga mengalami kontraksi 1,3

persen (YoY) akibat dari penutupan obyek

wisata dan kampus seiring dengan adanya

pandemi COVID-19. Selain itu beberapa

sektor yang mengalami kontraksi cukup

besar adalah sektor konstruksi mengalami

kontraksi hingga 9,8 persen (YoY),

pertanian terkontraksi hingga 8,9 persen

(YoY), dan jasa perusahaan yang

terkontraksi hingga 7,5 persen (YoY).

Pertumbuhan wilayah Sumatera

melambat secara merata.

Perekonomian wilayah Sumatera pada

triwulan I tahun 2020 tumbuh 3,2 persen

(YoY), melambat dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh mencapai 4,6 persen (YoY).

Perlambatan yang terjadi di wilayah

Sumatera terjadi menyeluruh di semua

provinsi. Kontribusi tertinggi pada

perekonomian Sumatera masih berada di

provinsi Sumatera Utara (24,0 persen) dan

provinsi Riau (22,1 persen).

Pada triwulan I tahun 2020 provinsi

Sumatera Utara tumbuh sebesar 4,7

persen (YoY) melambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh mencapai 5,2

persen (YoY). Sektor pertanian, sektor

dengan kontribusi terbesar yakni 21,2

persen tumbuh sebesar 6,0 persen (YoY)

mengalami peningkatan dari triwulan

sebelumnya (4,4 persen, YoY).

Pertumbuhan sektor pertanian mampu

menahan Sumatera Utara untuk tidak

mengalami perlambatan ekonomi lebih

jauh. Sementara itu, industri pengolahan

tumbuh 0,3 persen (YoY), melambat dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 1,2 persen (YoY). Selain itu sektor

utama Sumatera Utara yang mengalami

perlambatan adalah sektor perdagangan

yang tumbuh sebesar 6,1 persen (YoY)

melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh hingga 6,7 persen (YoY).

Provinsi Riau tumbuh sebesar 2,2 persen

(YoY), melambat dari triwulan sebelumnya

yang dapat tumbuh hingga 2,9 persen

(YoY). Sektor yang mengalami

peningkatan cukup signifikan diantaranya

sektor pengadaan listrik dan gas yang

tumbuh hingga 25,5 persen (YoY),

meningkat siginfikan dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,1

persen (YoY). Peningkatan tersebut

didorong oleh penambahan pasokan gas

ke Perusahaan Gas Negara (PGN)

Pekanbaru dari PT Pertamina Hulu Energi

(PHE) Jambi Merang yang dimulai sejak

triwulan II tahun 2019. Jasa kesehatan dan

kegiatan sosial tumbuh sebesar 18,0

persen (YoY) didorong oleh peningkatan

pendapatan rumah sakit dan klinik akibat

pandemi COVID-19. Sementara itu, sektor

informasi dan komunikasi tumbuh sebesar

17,26 persen (YoY), meningkat signifikan

dari triwulan sebelumnya didorong oleh

adanya pemberlakuan bekerja dan belajar

dari rumah yang memicu peningkatan

penggunaan paket data. Sektor pertanian

tumbuh sebesar 7,8 persen (YoY),

meningkat seiring dengan peningkatan

permintaan CPO dari India yang

mendorong naiknya permintaan Tandan

Page 35: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

33

Buah Segar (TBS). Sementara itu,

beberapa sektor mengalami kontraksi

yang menyebabkan perekonomian Riau

melambat, diantaranya sektor

perdagangan yang terkontraksi hingga 7,1

persen (YoY) seiring dengan penurunan

penjualan mobil dan sepeda motor, sektor

penyediaan akomodasi dan makan minum

yang terkontraksi sebesar 6,2 persen

(YoY), dan sektor pertambangan yang

terus terkontraksi 5,2 persen (YoY) seiring

dengan penurunan alami (natural

declining) produksi minyak mentah

selama beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, provinsi yang mengalami

perlambatan cukup signifikan di wilayah

Sumatera adalah provinsi Lampung yang

tumbuh sebesar 1,7 persen (YoY)

melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh mencapai 5,1 persen (YoY). Hal

ini disebabkan oleh melambatnya kinerja

sektor-sektor utama di provinsi Lampung.

Sektor pertanian terkontraksi 2,8 persen

(YoY) melambat dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY)

karena adanya gagal panen pada komoditi

cabai merah di Lampung Barat pada bulan

Januari 2020 dan Lampung Utara pada

Februari 22020 akibat hama dan penyakit

kuning. Industri pengolahan tumbuh 1,4

persen (YoY) melambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 3,8 persen

(YoY), dan perdagangan tumbuh sebesar

2,7 persen (YoY), melambat dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh hingga 8,2

persen (YoY). Kinerja sektor konstruksi

melambat (4,2 persen, YoY) dari triwulan

sebelumnya (4,9 persen YoY) yang

tercermin dari penurunan realisasi

pengadaan semen yang terkontraksi

hingga 17,5 persen (YoY). Di sisi lain, jasa

kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh

positif (7,7 persen, YoY) didorong oleh

peningkatan aktivitas rumah sakit dan

klinik kesehatan akibat meningkatnya

jumlah kasus DBD dan pandemi COVID-19.

Page 36: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

34

Tabel 13 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Tahun 2014 – Triwulan I tahun 2020 (persen, YoY)

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

Sumatera 4,6 3,5 4,3 4,3 4,5 4,6 4,6 4,5 4,6 3,2

Aceh 1,6 -0,7 3,3 4,2 4,6 3,9 3,7 3,8 5,2 3,2

Sumut 5,2 5,1 5,2 5,1 5,2 5,3 5,3 5,1 5,2 4,7

Sumbar 5,9 5,5 5,3 5,3 5,1 4,9 5,0 5,2 5,1 3,9

Riau 2,7 0,2 2,2 2,7 2,3 2,9 2,8 2,7 2,9 2,2

Jambi 7,4 4,2 4,4 4,6 4,7 4,7 4,9 4,5 3,6 1,7

Sumsel 4,8 4,4 5,0 5,5 6,0 5,7 5,8 5,7 5,7 5,0

Bengkulu 5,5 5,1 5,3 5,0 5,0 5,1 5,0 5,0 4,8 3,8

Lampung 5,1 5,1 5,1 5,2 5,3 5,2 5,6 5,2 5,1 1,7

Kep. Babel 4,7 4,1 4,1 4,5 4,5 2,8 3,4 3,0 4,0 1,3

Kep. Riau 6,6 6,0 5,0 2,0 4,6 4,8 4,6 4,9 5,2 2,1

Jawa 5,6 5,5 5,6 5,6 5,7 5,7 5,6 5,5 5,3 3,4

DKI Jakarta 5,9 5,9 5,9 6,2 6,2 6,2 5,5 5,9 6,0 5,1

Jabar 5,1 5,0 5,7 5,3 5,6 5,4 5,7 5,1 4,1 2,7

Jateng 5,3 5,5 5,2 5,3 5,3 5,1 5,5 5,6 5,3 2,6

DI Yogyakarta 5,2 5,0 5,0 5,3 6,2 7,5 6,8 6,0 6,2 -0,2

Jatim 5,9 5,4 5,6 5,5 5,5 5,5 5,7 5,3 5,5 3,0

Banten 5,5 5,4 5,3 5,7 5,8 5,4 5,4 5,4 5,9 3,1

Bali Nusra 5,9 10,4 5,9 3,7 2,7 4,6 4,8 5,3 5,5 0,9

Bali 6,7 6,0 6,3 5,6 6,4 6,0 5,7 5,3 5,5 -1,1

NTB 5,2 21,8 5,8 0,1 -4,6 1,7 2,1 6,5 5,7 3,2

NTT 5,1 4,9 5,1 5,1 5,1 5,3 6,4 3,9 5,3 2,8

Kalimantan 3,4 1,4 2,0 4,3 3,9 5,2 5,4 5,7 3,7 2,5

Kalbar 5,0 4,9 5,2 5,2 5,1 5,2 5,1 5,1 4,7 2,5

Kalteng 6,2 7,0 6,3 6,7 5,6 6,0 7,5 5,2 6,0 2,9

Kalsel 4,8 3,8 4,4 5,3 5,1 4,3 4,2 4,0 3,9 5,7

Kaltim 1,7 -1,2 -0,4 3,1 2,7 5,1 5,1 6,3 2,7 1,3

Kaltara 8,2 3,4 3,6 6,8 6,0 7,2 7,9 6,6 6,0 5,0

Sulawesi 6,9 8,2 7,4 7,0 6,7 6,5 6,7 6,5 6,9 3,8

Sulut 6,3 6,1 6,2 6,3 6,0 6,6 5,5 5,2 5,5 4,3

Sulteng 5,1 15,5 9,9 7,1 6,3 6,5 6,3 6,2 9,6 4,9

Sulsel 7,5 7,2 7,4 7,2 7,1 6,6 7,4 7,2 6,5 3,1

Sultra 6,3 6,9 6,5 6,8 6,4 6,4 6,3 6,4 6,9 4,4

Gorontalo 7,3 6,2 6,5 6,7 6,5 6,8 6,7 5,7 6,5 4,1

Sulbar 8,9 7,3 6,0 6,6 6,2 6,0 5,1 5,2 6,4 4,9

Maluku Papua 4,5 6,3 7,4 4,9 7,0 -9,6 -13,1 -7,4 1,0 2,9

Maluku 6,6 5,5 5,7 5,8 5,9 6,3 6,1 5,3 4,7 4,0

Maluku Utara 5,5 6,1 5,8 7,7 7,9 7,7 7,5 4,1 5,4 3,1

Papua Barat 5,4 4,2 4,5 4,0 6,2 -0,2 -0,5 2,9 8,3 5,1

Papua 3,6 7,3 9,14 4,64 7,33 -18,7 -23,9 -15,1 -3,7 1,5

NASIONAL 5,01 4,88 5,03 5,07 5,17 5,07 5,05 5,02 4,97 2,97

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 37: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

35

2.3 Fiskal

Pendapatan dan belanja negara masih

meningkat namun terdapat risiko

potensi pelebaran defisit.

Kondisi awal tahun 2020 dapat dikatakan

masih cukup baik namun ke depannya

patut diwaspadai. Hingga akhir triwulan I

tahun 2020, kondisi penerimaan

perpajakan dan hibah melambat masing-

masing 0,02 persen dan 27,3 persen

dibandingkan periode yang sama pada

tahun sebelumnya. Akan tetapi, secara

keseluruhan realisasi Pendapatan Negara

dan Hibah menunjukkan peningkatan,

mencapai Rp376,0 triliun, lebih tinggi

sebesar 7,4 persen dibandingkan triwulan

I tahun 2019.

Tabel 14 Realisasi Komponen Pendapatan

Negara dan Hibah

(triliun Rp)

Pendapatan Negara dan

Hibah

Realisasi Growth (2019-2020)

Maret 2019

Maret 2020

Pendapatan Dalam Negeri

349,99 375,88 7,4

Penerimaan Perpajakan

279,95 279,89 -0,02

PNBP 70,04 95,99 37,0

Hibah 0,11 0,08 -27,3

Total 350,1 375,96 7,4

Sumber: Kementerian Keuangan

Tahun 2020 diperkirakan akan menjadi

tahun yang berat, terutama dari

perspektif perpajakan. Di tengah ancaman

pandemi COVID-19 yang menyebabkan

ketidakpastian ekonomi secara global,

pada triwulan I tahun 2020 kinerja

penerimaan perpajakan Indonesia

mengalami perlambatan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Penerimaan pajak periode

Januari-Maret 2020 mencapai sebesar

Rp279,9 triliun dari target APBN 2020

sebesar Rp1.865,6 triliun.

Pajak penghasilan (PPh) hingga akhir

Maret 2020 mencapai Rp147,81 triliun

atau lebih rendah 5,4 persen dibanding

periode yang sama tahun 2019. Lebih

rendahnya penerimaan PPh ini ditengarai

karena adanya relaksasi batas waktu

penyampaian SPT Tahunan PPh orang

pribadi untuk tahun pajak 2019 dari akhir

Maret menjadi akhir April 2020.

Hingga Maret 2020 penerimaan pajak

mengalami penurunan, utamanya PPh

Migas yang turun sebesar 28,6 persen

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. PPh Non Migas juga

mengalami penurunan sebesar 3,0 persen

(YoY). Sementara itu penerimaan PPn &

PPnBM tumbuh sebesar 2,5 persen.

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh

stabilnya penyerahan dalam negeri

Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena

Pajak (JKP) yang menandakan masih

kuatnya konsumsi dalam negeri hingga

akhir Maret 2020.

Tabel 15 Realisasi Komponen Penerimaan

Perpajakan

Penerimaan Perpajakan

Realisasi (triliun Rp) Growth

(2019-2020)

Maret 2019

Maret 2020

Pajak Penghasilan 157,29 147,81 -5,4

PPh Nonmigas 142,81 137,47 -3,0

PPh Migas 14,48 10,34 -28,6

PPn dan PPnBM 89,94 91,97 2,5

PBB 1,75 1,83 6,7 Bea Masuk 8,54 8,41 -1,5

Cukai 21,35 29,14 36,5

Bea keluar 1,08 0,73 -32,4

Total 279,95 279,89

Sumber: Kementerian Keuangan

Page 38: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

36

Belanja Pemerintah

Pusat

Transfer Ke Daerah dan

Dana Desa

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga

mengalami pertumbuhan sebesar 6,7

persen dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Realisasi positif

lainnya juga terlihat pada kinerja

penerimaan cukai pada akhir Maret 2020

yang mencapai Rp29,1 triliun. Sementara

itu bea masuk dan bea keluar mengalami

penurunan yang masing-masing turun 1,5

persen dan 32,4 persen dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 16 Realisasi Komponen PNBP

Komponen PNBP

TA 2020 (triliun Rp) Growth

y-oy (%) APBN

Realisasi s.d. 31 Maret

PNBP 366,9 95,98 36,8

Penerimaan SDA 160,35 35,03 0,4

Pendapatan KND 49,00 23,97 -

PNBP Lainnya 100,94 24,11 -6,9

Pendapatan BLU 56,69 12,86 37,2

Sumber: Kementerian Keuangan

Sementara itu, realisasi Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP) tampak

mengalami tekanan akibat pelemahan

aktivitas ekonomi, terutama disebabkan

wabah pandemi COVID-19 yang

berdampak pada perekonomian global.

Pengaruh tersebut berimbas pada

indikator makro ekonomi yang

berpengaruh langsung terhadap PNBP

khususnya penerimaan Sumber Daya

Alam (SDA), baik migas maupun

nonmigas. Hal tersebut memperlihatkan

bahwa PNBP SDA sangat rentan terhadap

volatilitas harga minyak mentah Indonesia

(Indonesian Crude Price/ICP), Harga

Batubara Acuan (HBA), dan nilai tukar

Rupiah terhadap US Dollar. Walaupun

demikian, realisasi Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) hingga bulan Maret

2020 mencapai Rp96,0 triliun atau

tumbuh sebesar 36,8 persen

dibandingkan periode yang sama pada

tahun 2019.

Dari sisi belanja negara, hingga triwulan I

tahun 2020, belanja negara menunjukkan

peningkatan. Sampai akhir Maret 2020,

realisasi Belanja Negara mencapai

Rp452,4 triliun. Realisasi tersebut terdiri

dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) yang

mencapai Rp277,9 triliun dan Transfer ke

Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang

mencapai Rp174,5 triliun. Dari sisi BPP,

terjadi pertumbuhan sebesar 6,6 persen

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2019. Peningkatan penyerapan BPP

dipengaruhi oleh pertumbuhan belanja

Kementerian/Lembaga (K/L) yang tumbuh

11,0 persen (yoy) dan belanja non-K/L

yang tumbuh 2,2 persen (yoy).

Gambar 25 Perkembangan Komponen

Belanja Negara

Belanja K/L tumbuh positif, dimana

realisasinya hingga Maret 2020 mencapai

Rp143,0 triliun. Peningkatan belanja K/L

utamanya disumbangkan oleh kenaikan

realisasi belanja pegawai, belanja modal,

dan bantuan sosial. Belanja modal

mengalami pertumbuhan tertinggi pada

periode sampai dengan Maret 2020, yakni

tumbuh 32,1 persen (YoY). Peningkatan

kinerja belanja modal didorong oleh

kenaikan realisasi belanja jalan, irigasi dan

Sumber: Kementerian Keuangan

15,95 %APBN

Maret 2019

Maret 2020

16,50

%APBN

23,14

%APBN

20,36 %APBN

Page 39: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

37

jaringan, peralatan dan mesin, serta

gedung dan bangunan sehubungan

dengan adanya percepatan pelaksanaan

tender, percepatan revisi, dan pencairan

anggaran pada kegiatan-kegiatan

strategis.

Bantuan sosial hingga Maret 2020 tumbuh

sebesar 27,6 persen (yoy) dengan realisasi

mencapai Rp47,2 triliun. Tingginya

realisasi bantuan sosial terutama

dipengaruhi oleh penyaluran Bantuan

Iuran PBI-JKN pada Kemenkes, karena

adanya kenaikan iuran PBI-JKN dan

penarikan dimuka bantuan iuran PBI-JKN

sampai dengan bulan Mei 2020 dilakukan

pada bulan Maret 2020. Selain itu,

tingginya Bantuan Pangan melalui Kartu

Sembako pada Kementerian Sosial karena

kenaikan indeks Bantuan Pangan semula

Rp110.000/KPM/Bulan (tahun 2019)

menjadi Rp200.000/KPM/Bulan (per

Maret 2020) dan penyaluran PKH tahap

ke-2 serta perbaikan mekanisme

penyaluran bantuan nontunai sehingga

memudahkan administrasi dan

meningkatkan ketepatan waktu

penyaluran bantuan.

Belanja pegawai K/L sampai dengan Maret

2020 mencapai Rp48,6 triliun atau

tumbuh 7,9 persen (yoy). Kinerja

penyerapan belanja pegawai ini

disebabkan antara lain: (i) kenaikan

alamiah (kenaikan pangkat dan golongan);

(ii) pembayaran Tunjangan Profesi Guru

dan Tunjangan Tenaga Pendidik Non-PNS

pada Kemeterian Agama; dan (iv)

pembayaran TPG NonPNS untuk Guru

TK/TLB, Guru Pendidikan Dasar, dan Guru

Pendidikan Menengah Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Belanja barang sampai dengan akhir

Maret 2020 mencapai sebesar Rp35,2

triliun atau terkontraksi sebesar 6,62

persen (YoY) terhadap realisasi tahun

2019 yang mencapai sebesar Rp37,68

triliun. Penurunan realisasi belanja barang

dipengaruhi oleh kondisi selama bulan

Maret 2020, yaitu meluasnya dampak

pandemi COVID-19 di seluruh wilayah

Indonesia khususnya di DKI Jakarta,

sehingga berdampak pada penundaan

kegiatan pada beberapa program dan

kegiatan belanja barang K/L. Selain itu,

sebagai upaya untuk menangani dampak

pandemi COVID-19, dilakukan kebijakan

refocusing kegiatan sebagaimana telah

diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 4

Tahun 2020 dan Surat Edaran Menteri

Keuangan Nomor 6 Tahun 2020 tentang

Refocusing Kegiatan dan Realokasi

Anggaran K/L dalam Rangka Percepatan

Penanganan COVID-19. Pengaturan

tersebut mempengaruhi realisasi belanja

barang sejak minggu kedua bulan Maret

2020 karena diindikasi terjadi penundaan

kegiatan atau realokasi anggaran untuk

kegiatan prioritas saat ini.

Sementara itu, realisasi belanja nonK/L

mencapai Rp134,9 triliun sampai dengan

Maret 2020, antara lain untuk

pembayaran kontribusi sosial (pensiun

dan iuran jaminan kesehatan ASN),

pembayaran bunga utang dan subsidi.

Hingga Maret 2020, realisasi pembayaran

bunga utang mencapai Rp73,8 triliun.

Sedangkan realisasi subsidi sampai

dengan Maret 2020 mencapai Rp18,7

triliun atau 10,0 persen dari pagu APBN

2020, dimanfaatkan seluruhnya untuk

subsidi energi. Selain dipengaruhi oleh

realisasi asumsi ICP dan nilai tukar,

realisasi subsidi energi juga dipengaruhi

oleh pembayaran: (i) tagihan JBT minyak

tanah bulan Januari 2020; (ii) tagihan LPG

tabung 3 kg bulan Januari-Februari 2020;

Page 40: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

38

(iii) sebagian kurang bayar subsidi BBM

dan LPG tahun 2018 hasil audit BPK; dan

(iv) tagihan listrik bulan Januari-Februari

2020. Adapun volume penyaluran BBM

dan LPG bersubsidi sampai dengan Maret

2020, yaitu solar mencapai 3.814,3 ribu kl,

minyak tanah mencapai 117 ribu kl, dan

LPG tabung 3 kg mencapai 1.717,4 juta kg,

serta penjualan tenaga listrik bersubsidi

mencapai 14,3 Twh untuk 36,3 juta

pelanggan listrik bersubsidi yang

menjangkau hingga pelosok nusantara.

Tabel 17 Realisasi Komponen Belanja

Pemerintah Pusat

Belanja Pemerintah Pusat

APBN

Realisasi 2020

Maret 2020

%Growth YoY

Belanja K/L 909,62 142,96 11,0

Belanja Pegawai 261,22 48,64 7,9

Belanja Barang 335,87 35,19 -6,6

Belanja Modal 209,54 11,95 32,1

Bantuan Sosial 102,99 47,17 27,6

Belanja Non K/L 773,86 134,92 2,2

a.l. Pembayaran Bunga Utang

295,21 73,84 4,6

Subsidi 187,61 18,71 -14,3

Total (neto) 1683,48 277,89 6,6

Sumber: Kementerian Keuangan

Catatan: dalam triliun Rp

Lebih lanjut untuk belanja K/L, kinerja

belanja K/L hingga Maret 2020 didorong

oleh penyerapan 15 K/L dengan pagu

terbesar, terutama Kemenkes (Rp23,6

triliun) dan Kemensos (Rp24,3 triliun).

Selain itu, sampai dengan Maret 2020,

outstanding kontrak belanja K/L lebih

tinggi dibanding dengan periode yang

sama tahun 2019. Hal ini didorong oleh

percepatan pelaksanaan lelang kegiatan,

khususnya proyek bidang infrastruktur

pada Kementerian Perhubungan dan

Kementerian PUPR, serta proyek bidang

pertahanan dan keamanan pada

Kementerian Pertanahan, Kementerian

Hukum dan HAM, serta POLRI.

Meskipun secara keseluruhan belanja

negara mengalami pertumbuhan, namun

untuk komponen Transfer Ke Daerah dan

Dana Desa (TKDD) mengalami penurunan.

Hingga akhir Maret 2020, TKDD mencapai

Rp174,5 triliun, turun sebesar 8,8 persen

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2019. Penurunan tersebut

terutama dipengaruhi belum optimalnya

penyaluran dana TKDD sampai dengan

triwulan I tahun 2020, yang disebabkan

oleh kendala proses pemenuhan

persyaratan penyaluran TKDD oleh

pemerintah daerah, serta dampak

pandemi COVID-19 di berbagai daerah di

Indonesia.

Sampai akhir Maret 2020, Dana

Perimbangan telah mencapai Rp167,1

triliun. Sementara itu, Dana Alokasi Umum

(DAU) sebagai komponen terbesar dari

Dana Perimbangan mencapai Rp130,0

triliun pada akhir Maret 2020 atau

mengalami penurunan sebesar 6,1 persen

(YoY). Hal ini karena penyaluran DAU telah

berbasis kinerja sehingga penyaluran

hanya dapat dilakukan setelah Menteri

Keuangan c.q. Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan menerima

laporan belanja pegawai dari daerah.

Khusus DAU bulan April yang mulai dapat

disalurkan pada akhir bulan Maret 2020,

persyaratan penyalurannya kini ditambah

dengan laporan Belanja Infrastruktur

Daerah, laporan Pemenuhan Indikator

Layanan Pendidikan, dan laporan

Pemenuhan Indikator Layanan Kesehatan

sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) nomor

139/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan

Page 41: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

39

Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan

Dana Otonomi Khusus.

Dari total realisasi DAU sebesar Rp130,0

triliun di atas, Rp45,2 miliar diantaranya

adalah realisasi penyaluran DAU

Tambahan Bantuan Pendanaan Kelurahan

(pagu Rp3,0 triliun). Realisasi DAU per 31

Maret 2020 di atas telah

memperhitungkan penyaluran DAU bulan

Februari untuk 3 daerah dan penyaluran

DAU bulan Maret untuk 101 daerah

selama bulan Maret serta penyaluran DAU

bulan April yang disalurkan pada 31 Maret

2020 untuk 402 daerah. Selain itu,

terdapat beberapa hal yang turut

mempengaruhi realisasi DAU tersebut,

antara lain: (i) penundaan penyaluran

DAU bulan April terhadap 6 daerah karena

tidak menyampaikan data/informasi

keuangan daerah (IKD) tepat waktu dan

(ii) penyaluran kembali DAU bulan

Februari dan DAU bulan Maret yang

sebelumnya ditunda masing-masing untuk

3 daerah dan 33 daerah karena telah

menyampaikan laporan IKD bulan

Desember 2019 dan Januari 2020. Untuk

meningkatkan jumlah Pemerintah Daerah

yang memenuhi ketentuan penyaluran,

Kementerian Keuangan terus melakukan

koordinasi intensif dengan Pemerintah

Daerah yang belum melengkapi laporan

Belanja Pegawai dan laporan tambahan

sebagai syarat salur DAU bulan April 2020

agar dapat segera memenuhi ketentuan

penyaluran tersebut.

Sampai dengan akhir Maret 2020, Dana

Bagi Hasil (DBH) telah terealisasi sebesar

Rp12,3 triliun atau 10,5 persen dari pagu

alokasi. Realsiasi DBH tersebut mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Selain karena pagu DBH

regular TA 2020 yang lebih kecil dari pagu

DBH regular TA 2019, penurunan tersebut

juga karena kebijakan penyesuaian alokasi

DBH regular TA 2020 sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan Presiden

nomor 78 Tahun 2019 tentang Rincian

APBN TA 2020. Sesuai Perpres tersebut,

baru 76,5 persen pagu DBH saja yang

dialokasikan kepada pemerintah daerah,

dan sisanya akan dialokasikan pada tahun

berjalan dengan mempertimbangkan

perkembangan realisasi penerimaan

negara yang dibagihasilkan.

Adapun Dana Transfer Khusus (DTK)

sampai dengan akhir Maret 2020, DTK

mencapai Rp24,8 triliun. Realisasi

tersebut terdiri Dana Alokasi Khusus (DAK)

Fisik sebesar Rp43,4 Miliar dan DAK Non

Fisik sebesar Rp24,8 triliun. Dari sisi DAK

Fisik, realisasi tersebut mencapai 0,1

persen dari pagu alokasi yang artinya lebih

baik dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya, dimana belum terdapat

penyaluran. Percepatan penyaluran

tersebut karena adanya percepatan

penyelesaian Rencana Kegiatan (RK) yang

pada tahun sebelumnya paling lambat di

minggu pertama Februari 2020 menjadi

minggu pertama Januari 2020. Percepatan

penyelesaian RK ini sekaligus

mempercepat proses pengadaan barang

dan jasa di daerah (kontrak), yang

merupakan salah satu syarat penyaluran.

Namun, dalam rangka pencegahan dan

penanganan dampak COVID-19, DAK Fisik

Bidang Kesehatan masih dimungkinkan

Terdapat perubahan RK sebagaimana

diatur dalam KMK Nomor 6/ KM.7/2020

tentang Penyaluran DAK Fisik Bidang

Kesehatan dan Dana BOK Kesehatan

Dalam Rangka Pencegahan dan/atau

Penanganan COVID-19.

Page 42: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

40

Tabel 18 Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Keterangan Maret 2019 Maret 2020

Nominal (triliun Rupiah)

% APBN Nominal

(triliun Rupiah) % APBN

Transfer Ke Daerah 181,23 23,9 167,30 21,3

Dana Perimbangan 176,05 24,3 167,10 22,4

Dana Bagi Hasil 20,00 18,8 12,32 10,5

Dana Alokasi Umum

138,42 33,1 129,97 30,4

Dana Transfer Khusus

17,62 8,8 24,79 12,2

Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

0,18 0,8 0,19 0,8

Dana Insentif Daerah 5,00 50,0 - -

Dana Desa 10,08 15,0 7,20 10,0

Total 548,58 508,87

Sumber: Kementerian Keuangan

Dari sisi DAK Nonfisik, realisasi hingga 31

Maret 2020 mencapai sebesar Rp24,8

triliun, meningkat 40,4 persen (YoY)

dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Capaian ini utamanya karena adanya

perubahan kebijakan penyaluran Dana

BOS, serta langkah realokasi dan relaksasi

penyaluran di bidang kesehatan.

Hingga akhir Maret 2020, penyaluran

Dana Desa telah terealisasi sebesar Rp7,2

triliun. Mulai tahun 2020, Dana Desa

disalurkan langsung ke Rekening Kas Desa

(RKD) sebagaimana diatur dalam PMK

Nomor 205/PMK.07/2019. Selain itu

Kementerian Keuangan bersama-sama

dengan Kementerian Dalam Negeri serta

Kementerian Desa dan Pembangunan

Daerah Tertinggal dengan melakukan

sosialisasi penyaluran Dana Desa secara

besar-besaran kepada seluruh kepala desa

di 34 provinsi. Sosialisasi tersebut

dilaksanakan guna mendukung

percepatan penyaluran Dana Desa melalui

peningkatan pemahaman kepala desa

dalam pengelolaan Dana Desa.

Percepatan penyaluran Dana Desa

tersebut diharapkan dapat mempercepat

pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa.

Gambar 26 Perkembangan Realisasi Defisit

APBN

Sumber: Kementerian Keuangan

Berdasarkan capaian Pendapatan dan

Belanja Negara, hingga akhir Maret 2020,

defisit anggaran mencapai Rp76,4 triliun

atau sekitar 0,45 persen terhadap PDB.

Besaran defisit ini menurun dibandingkan

dengan periode yang sama tahun 2018

-103,1-76,4

-0,65-0,45

-1,8

-1,3

-0,8

-0,3

0,2

0,7

-400

-350

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

Maret 2019 Maret 2020

Rp Triliun %PDB

Page 43: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

41

yang mencapai Rp103,1 triliun. Sementara

itu posisi keseimbangan primer pada

Maret 2020 berada pada posisi negatif

Rp2,6 triliun, tetapi masih jauh lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya yang

negatif Rp32,5 triliun. Sementara itu, dari

sisi pembiayaan anggaran, realisasi hingga

Maret 2020 ialah sebesar Rp74,2 triliun.

Dengan kondisi defisit anggaran tersebut,

posisi utang Pemerintah per akhir Maret

2020 berada pada posisi Rp5.192,6 triliun,

dengan rasio utang pemerintah terhadap

PDB sebesar 32,1 persen.

Secara nominal terjadi peningkatan atas

jumlah utang Pemerintah per akhir Maret

2020 dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama

disebabkan oleh tekanan dan

ketidakpastian global, termasuk

merebaknya COVID-19. Pada awal Maret

2020, Presiden untuk pertama kalinya

mengumumkan kasus terkonfirmasi

positif COVID-19 di Indonesia, yang setiap

hari kian meningkat. Dampak yang

ditimbulkan oleh pandemi COVID-19

tentunya tidak sederhana, melainkan

begitu kompleks mulai dari kesehatan

sampai dengan gangguan ekonomi, yang

mendorong Pemerintah untuk

memberikan intervensi dan stimulus baik

di sektor kesehatan maupun ekonomi

sehingga memerlukan relaksasi defisit

anggaran diatas 3 persen terhadap PDB.

Selanjutnya, dengan rasio utang

Pemerintah terhadap PDB sampai dengan

Maret 2020 sebesar 32,1 persen,

meskipun meningkat namun masih

berada di bawah batas aman 60 persen. Di

tengah berbagai tekanan domestik dan

global ini, Pemerintah tetap berupaya

mengelola utang dengan pruden dan

akuntabel dalam mendukung APBN yang

semakin kredibel.

Tabel 19 Perkembangan Komponen

Pembiayaan

Jenis Pembiayaan

Maret-2019 Maret-2020

Nominal (triliun

Rp)

% APBN

Nominal (triliun

Rp)

% APBN

Utang (neto) 177,86 49,5 76,48 -

Investasi -2,00 2.6 - -

Pinjaman 1,58 -67,4 -7,42 -

Penjaminan - 100,0 - -

Lainnya 0,004 0,03 - -

Sumber: Kementerian Keuangan

Gambar 27 Perkembangan Utang

Pemerintah Pusat

Sumber: Kementerian Keuangan

3.515,5

4.010,3 4.418,34.756,1

5.192,6

28,329,5

30,0 29,9

32,1

15,00

20,00

25,00

30,00

2000

3000

4000

5000

6000

2016 2017 2018 2019 Maret2020

(per

sen

PD

B)

(tri

liun

Rp

)

Utang Pemerintah Pusat

Rasio utang (%PDB)

Page 44: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

42

Tabel 20 Realisasi APBN s.d 31 Maret 2019 dan 2020

(triliun rupiah)

2019 2020

Uraian APBN Realisasi s.d. 31

Maret % terhadap

APBN APBN

Realisasi s.d.31 Maret

% terhadap APBN

A. Pendapatan Negara 2.165,1 350,1 16,2 2.233,2 375,9 16,8

I. Pendapatan Dalam Negeri 2.164,6 349,9 16,2 2.232,7 375,8 16,8

1. Penerimaan Perpajakan 1.786,3 279,9 15,7 1.865,7 279,9 15,0

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 378,2 70,0 18,5 367,0 96,0 26,2

II. Hibah 0,4 0,1 25,9 0,5 0,1 16,0

B. Belanja Negara 2.461,1 452,0 18,4 2.540,4 452,4 17,8

I. Belanja Pemerintah Pusat 1.634,3 260,7 15,9 1.683,5 277,9 16,5

1. Belanja K/L 855,4 128,7 15,1 909,6 143,0 15,7

2. Belanja Non K/L 778,8 131,9 16,9 773,9 134,9 17,4

II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 826,7 181,2 23,9 784,9 167,3 21,3

1. Transfer ke Daerah 756,7 181,2 23,9 784,9 167,3 10,0

2. Dana Desa 70,0 10,0 14,4 72,0 7,2 10,0

C. Keseimbangan Primer -20,1 -31,3 156,0 -12,0 -2,6 21,6

D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) -296,0 -101,9 307,3 -76,4

% Surplus/(Defisit) Anggaran thd PDB -1,8 -0,6 -1,8 -0,5

E. Pembiayaan Anggaran 296,0 177,4 59,9 307,2 74,2 24,2

al. Pembiayaan Utang 359,2 177,8 49,5 351,9 76,4 21,7

Sumber: Kementerian Keuangan, 2020

Page 45: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

43

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan

Moneter

Pada triwulan I tahun 2020, suku bunga

acuan mengalami penurunan secara

bertahap dari 5,00 persen menjadi 4,50

persen.

Bank Indonesia (BI) menurunkan tingkat

suku bunga kebijakan BI 7-day Reverse

Repo Rate (BI7DRR) sebanyak dua kali

sepanjang triwulan I tahun 2020. Pada

Januari suku bunga acuan BI7DRR sebesar

5,00 persen, kemudian diturunkan 25

basis poin pada Februari menjadi sebesar

4,70 persen dan diturunkan kembali

menjadi 4,50 persen pada Maret. Langkah

ini ditempuh sebagai upaya untuk

menjaga stabilitas nilai tukar di tengah

peningkatan volatilitas dan ketidakpastian

yang dipengaruhi pandemi COVID-19.

Kebijakan penurunan suku bunga acuan

oleh Bank Indonesia sejalan dengan

penurunan suku bunga acuan Amerika

Serikat oleh The Fed yang mendekati 0,00

persen pada Maret 2020. Kebijakan ini

ditempuh dengan mempertimbangkan

inflasi yang terkendali pada tingkat yang

rendah, imbal hasil aset keuangan

domestik yang masih menarik, serta

sebagai langkah menopang pemulihan

ekonomi domestik. Pada triwulan I ahun

2020 telah terjadi perlambatan aliran

modal asing yang masuk ke Indonesia

akibat sentimen negatif yang berasal dari

meluasnya dampak pandemi COVID-19.

Dalam jangka pendek diperkirakan masih

akan terjadi perlambatan aliran modal

asing yang masuk ke Indonesia.

Transmisi suku bunga ke pasar uang

berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan

melalui penurunan suku bunga pasar uang

antar bank (PUAB) O/N sebesar 150 bps

menjadi 4,34 persen sepanjang periode

pelonggaran kebijakan moneter.

Transmisi suku bunga ke perbankan juga

berlanjut pada Februari, baik suku bunga

deposito maupun kredit. Berlanjutnya

transmisi ke melalui suku bunga didukung

oleh injeksi likuiditas ke pasar uang dan

perbankan.

Ke depan, Bank Indonesia masih memiliki

ruang untuk menurunkan kembali

beberapa basis poin suku bunga BI 7DRR,

sebagai upaya mendukung momentum

pemulihan ekonomi domestik ditengah

berlanjutnya dampak pandemi COVID-19

dan pelemahan ekonomi global.

Tabel 21 Perkembangan Reverse Repo Surat

Berharga Negara

Tenor Persen (%)

Jan Feb Mar

7 hari 5,00 4,75 4,00

2 minggu 5,02 4,76 4,51

1 bulan 5,02 4,77 4,52

Sumber: Bank Indonesia

Pelemahan Rupiah bersumber dari

tekanan di pasar keuangan global akibat

pandemi COVID-19.

Sepanjang triwulan I tahun 2020, pandemi

COVID-19 meningkatkan kepanikan di

pasar keuangan global. Kondisi ini

berdampak terhadap pelemahan nilai

tukar Rupiah yang cukup dalam.

Pelemahan Rupiah berlangsung sejak

Februari dan mencapai kisaran Rp 16.000

pada akhir Maret 2020.

Dari sisi eksternal, pelemahan Rupiah

dipengaruhi sentimen negatif di pasar

keuangan global akibat meluasnya

dampak pandemi COVID-19. Kebijakan

The Fed memangkas suku bunga acuan

menjadi 0-0,25 persen menambah sinyal

Page 46: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

44

ketidakpastian global serta potensi

terjadinya resesi ekonomi global. Kondisi

ini mendorong pembalikan aliran dana

global dari negara berkembang ke aset

keuangan dan komoditas yang dianggap

aman (flight-to-safety). Pelemahan ini

berlanjut hingga Maret 2020, sejalan

dengan peningkatan aliran keluar modal

asing dari aset keuangan domestik

utamanya dalam bentuk surat berharga

negara (SBN). Dari sisi internal, pelemahan

Rupiah dipengaruhi oleh: (i) Pertumbuhan

ekonomi yang cukup rendah pada

triwulan I tahun 2020 hanya mencapai

2,97 persen, (ii) Perlambatan

pertumbuhan kredit perbankan; (ii)

Berlanjutnya defisit transaksi berjalan;

serta (iii) Defisit neraca perdagangan.

Gambar 28 Perkembangan Nilai Tukar

Rupiah terhadap USD, 2019-2020*

Sumber: Bloomberg, diolah

*Update per Maret 2020

Indeks nilai tukar Rupiah riil relatif

rendah dibandingkan negara peers.

Selama triwulan I tahun 2020 Indeks nilai

tukar Rupiah riil (Real Effective Exchange

Rate/REER) mengalami penurunan.

Dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun 2019, nilai REER Indonesia

menurun dan secara fundamental masih

berada dibawah nilai wajar (undervalued).

Dibandingkan negara peers indeks nilai

tukar Rupiah riil lebih rendah

dibandingkan negara Fillipina, Thailand,

Singapura. Akan tetapi REER Indonesia

berada diatas Malaysia. Relatif rendahnya

nilai REER Indonesia berpengaruh

terhadap peningkatan daya saing

perdagangan Indonesia diantara negara-

negara di kawasan ASEAN. Pada akhir

triwulan I tahun 2020, nilai REER Indonesia

sebesar 87,81 persen. Nilai REER kawasan

ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina

sebesar 112,33 persen, disusul Thailand

sebesar 108,75 persen, Singapura 104,83

persen, dan Malaysia 86,99 persen.

Gambar 29 Real Effective Exchange Rate

ASEAN-5, (2010=100)

Sumber: Bloomberg, diolah

Sepanjang triwulan I tahun 2020

likuiditas perekonomian (M2) terus

meningkat.

Peningkatan likuiditas perekonomian

(M2) selama periode Januari-Maret 2020

masing-masing sebesar 7,09 persen; 7,85

persen; dan 12,10 persen. Kondisi ini lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan I

2019 yang secara berturut-turut sebesar

6,04 persen; 7,06 persen; dan 6,99

persen. Peningkatan M2 dipengaruhi oleh

kenaikan komponen uang beredar dalam

13.000

14.000

15.000

16.000

17.000

Jan-19 Apr-19 Jul-19 Okt-19 Jan-20

Rp16.31031 Mar 2020

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Mar-15 Mar-16 Mar-17 Mar-18 Mar-19 Mar-20

INDONESIA THAILAND

MALAYSIA FILIPINA

SINGAPURA

Page 47: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

45

arti sempit (M1), uang kuasi, serta surat

berharga selain saham.

Pertumbuhan M1 selama periode Januari-

Maret 2020 masing-masing sebesar 7,76;

8,54; dan 15,58 persen. Akselerasi

pertumbuhan M1 pada Januari 2020

didorong oleh peningkatan pertumbuhan

uang kartal. Selanjutnya peningkatan

pertumbuhan M1 pada Februari

dipengaruhi oleh peningkatan uang kartal

dan giro Rupiah. Uang beredar dalam arti

sempit (M1) kembali meningkat pada

Maret akibat kenaikan pertumbuhan giro

Rupiah.

Pada awal triwulan I tahun 2020

pertumbuhan uang kuasi mencapai 6,75

persen. Pertumbuhan ini sejalan dengan

peningkatan simpanan tabungan

berjangka, tabungan, dan giro valas. Pada

Februari, uang kuasi kembali mengalami

peningkatan pertumbuhan menjadi 7,50

persen. Pada akhir triwulan I tahun 2020,

peningkatan tabungan giro dan valas

mendukung pertumbuhan uang kuasi

menjadi 10,08 persen.

Gambar 30 Perkembangan Uang Beredar

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Inflasi tetap rendah dan stabil pada

kisaran 3 ±1 persen.

Sepanjang triwulan I tahun 2020, inflasi

tahunan (YoY) secara berturut-turut

mencapai 2,68 persen; 2,98 persen; dan

2,96 persen. Kondisi ini mengalami

peningkatan apabila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun 2019. Secara

bulanan (MtM) pergerakan inflasi Januari-

Maret 2020 masing-masing bulan

mencapai 0,39 persen; 0,28 persen; dan

0,10 persen. Terkendalinya inflasi pada

triwulan I tahun 2020 utamanya

dipengaruhi komponen inflasi inti yang

stabil dan komponen harga diatur

Pemerintah yang mengalami deflasi,

sedangkan inflasi harga bergejolak cukup

tinggi mencapai kisaran 6 persen (YoY).

Tabel 22 Tingkat Inflasi Domestik

Q1 2019 Q1 2020

Jan Feb Mar Jan Feb Mar

YoY 2,8 2,6 2,5 2,7 3,0 3,0

MtM 0,3 -0,1 0,1 0,4 0,3 0,1

YtD 0,3 0,2 0,4 0,4 0,7 0,8

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Komponen inflasi inti selalu berada

dibawah kisaran 3 persen (YoY) triwulan I

tahun 2020. Inflasi inti mengalami

peningkatan tipis pada akhir triwulan I

tahun 2020 dipengaruhi oleh

meningkatnya permintaan masyarakat

terhadap barang-barang kebutuhan

Rumah Tangga (RT) selama pandemi

COVID-19. Komponen inflasi inti yang

cenderung stagnan mencerminkan

perlambatan daya beli masyarakat.

Selanjutnya, Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) mengalami penurunan sepanjang

triwulan I tahun 2020. Selama Januari-

Maret 2020 IKK pada masing-masing

bulan secara berturut-turut sebesar

121,70; 117,70; dan 113,80 memberikan

sinyal pelemahan daya beli masyarakat.

7,09%

7,85%

12,10%7,76%

8,54%

15,58%

6,75% 7,50%

10,80%

5%

10%

15%

20%

Jan-20 Feb-20 Mar-20

Pertumbuhan M2, %YoY

Pertumbuhan M1, %YoY

Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY

Page 48: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

46

Gambar 31 Perkembangan Indeks Harga

Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti, 2018-2019

Sumber: BI dan BPS, diolah

Secara tahunan, inflasi komponen volatile

foods selama triwulan I tahun 2020

melonjak mencapai kisaran 6 persen. Pada

Januari-Maret 2020 secara berturut-turut

sebesar 4,13 persen; 6,48 persen; dan

6,48 persen.

Tekanan inflasi komponen volatile foods

dipengaruhi peningkatan permintaan

beberapa komoditas yang tidak diiringi

dengan kecukupan produksi. Hal ini

disebabkan oleh beberapa komoditas

pangan seperti bawang merah dan beras

mengalami pergeseran masa panen akibat

gangguan cuaca pada awal tahun 2020.

Komponen inflasi harga diatur Pemerintah

terus mengalami penurunan yang

disebabkan meredanya tekanan yang

berasal dari peningkatan bea cukai rokok,

berlanjutnya kebijakan penurunan harga

tiket angkutan udara dan penurunan

minyak dunia yang berdampak pada

penurunan harga bensin jenis pertamax.

Penurunan inflasi harga diatur pemerintah

juga sejalan dengan penerapan kebijakan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

yang berdampak pada penurunan

kegiatan sektor transportasi.

Tabel 23 Tingkat Inflasi Domestik

berdasarkan Komponen (YoY)

Komponen Persentase (%)

Jan Feb Mar

Inti 2,88 2,76 2,87

Harga

Bergejolak 4,13 6,68 6,48

Harga diatur

pemerintah 0,64 0,54 0,16

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sebagian besar kelompok pengeluaran

mengalami inflasi pada triwulan I tahun

2020. Deflasi terjadi pada kelompok

pengeluaran transportasi sebagai dampak

penerapan PSBB yang membatasi

mobilitas manusia untuk menggunakan

transportasi udara, laut, maupun darat.

Tabel 24 Inflasi Kelompok Pengeluaran

(MtM)

Kelompok Pengeluaran

Persentase (%)

Jan Feb Mar

UMUM (headline) 0,39 0,28 0,10

Bahan Makanan 1,76 1,17 -0,15

Makanan, Minuman, dan Tembakau

1,61 0,95 0,10

Pakaian dan Alas Kaki 0,12 0,21 0,12

Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan bakar Lainnya

0,13 0,09 0,02

Perlengkapan, Peralatan, dam Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga

0,09 0,06 0,28

Kesehatan 0,42 0,34 0,21

Transportasi -0,89 -0,37 -0,43

Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

0,04 -0,01 -0,09

Rekreasi, Olahraga, dan Budaya

0,17 0,07 0,02

Pendidikan -0,13 0,02 0,00

Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran

0,19 0,17 0,36

Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya

0,46 0,41 0,99

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Selanjutnya, perkembangan indeks harga

pangan strategis nasional pergerakan

inflasi bahan pangan. Sebagian besar

121,70

117,70

113,80110,0

115,0

120,0

125,0

130,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2019 2020

Inti IKK

Page 49: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

47

komoditas pangan strategis mengalami

peningkatan indeks harga komoditas. Tiga

komoditas yang menduduki posisi teratas

adalah bawang putih, bawang merah, dan

gula pasir.

Gambar 32 Perkembangan Indeks Harga

Pangan Strategis Nasional, (2018=100)

Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan

Strategis Nasional, diolah

Jasa Keuangan

Sektor jasa keuangan masih cukup

terkendali meskipun di bawah tekanan.

Perbankan Konvensional. Kinerja

perbankan menghadapi tantangan besar

dampak penyebaran COVID-19, namun

secara umum masih tetap terkendali,

ditopang oleh kondisi permodalan dan

likuiditas yang terjaga. Meskipun rasio

kecukupan modal (Capital Adequacy

Ratio/CAR) perbankan mengalami

penurunan, dari 23,5 persen pada

Februari 2019 menjadi 22,3 persen pada

Februari 2020, masih jauh di atas batas

minimum kecukupan modal yaitu 8

persen. Selain itu, likuiditas perbankan

juga relatif terjaga yang tercermin dari

Loan to Deposit Ratio/LDR, yaitu sebesar

92,5 persen pada Februari 2020,

melonggar dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar

94,1 persen. Namun demikian, perbankan

konvensional dihadapkan pada kualitas

kredit yang menurun, tercermin dari

meningkatnya rasio kredit bermasalah

(Non Performing Loan/NPL). Pada

Februari 2020, rasio NPL sebesar 2,8

persen, lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yaitu

sebesar 2,6 persen. Perlambatan ekonomi

menjadi salah satu faktor yang

mendorong terhambatnya kemampuan

debitur untuk membayar, khususnya pada

sektor penyedia akomodasi, perdagangan,

dan industri pengolahan yang merupakan

sektor dengan tingkat NPL tertinggi.

Gambar 33 Kinerja Perbankan Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan

pada Februari 2020 tumbuh sebesar 7,8

persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 6,6 persen (YoY).

Pertumbuhan tersebut utamanya

didorong oleh peningkatan pertumbuhan

giro dan tabungan, yaitu masing-masing

tumbuh sebesar 9,0 persen (YoY) dan 8,0

persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

117,69

147,64

186,00

60

100

140

180

220

Jan-19 May-19 Sep-19 Jan-20

Minyak Goreng Daging SapiDaging Ayam Telur AyamBeras Medium Gula PasirCabai Rawit Cabai MerahBawang Merah Bawang Putih

I IV I

2019

2020

LDR 94,1 94,4 92,5

NPL 2,6 2,8 2,8

CAR 23,5 23,4 22,3

0

7

14

21

28

92,0

92,5

93,0

93,5

94,0

NP

L d

an C

AR

(%

)

LDR

(%

)

Page 50: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

48

sebelumnya. Sementara itu, deposito

mengalami sedikit perlambatan, yaitu

tumbuh sebesar 5,9 persen (YoY) pada

Februari 2020, lebih rendah jika

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 7,6 persen

(YoY).

Gambar 34 Pertumbuhan DPK Perbankan

Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Sejalan dengan perlambatan

perekonomian domestik, total kredit

perbankan pada Februari 2020 juga

tumbuh melambat. Total kredit

perbankan tumbuh sebesar 7,0 persen

(YoY), lebih rendah dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 12,0 persen (YoY). Perlambatan

tersebut terjadi pada seluruh jenis kredit,

terutama Kredit Modal Kerja (KMK) yang

mendominasi total kredit perbankan.

Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit

Konsumsi (KK), dan Kredit Investasi (KI)

masing-masing tumbuh sebesar 3,4

persen (YoY); 6,1 persen (YoY); dan 5,9

persen (YoY) pada Februari 2020, lebih

rendah jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang

tumbuh masing-masing sebesar 12,8

persen (YoY); 9,6 persen (YoY); dan 12,1

persen (YoY). Perlambatan ketiga jenis

kredit tersebut menyumbang

perlambatan total kredit secara

keseluruhan.

Gambar 35 Pertumbuhan Kredit Perbankan

Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Tabel 25 Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional

0%

5%

10%

15%

5.200

5.400

5.600

5.800

6.000

6.200

I IV I

2019 2020

Per

tum

bu

han

DP

K (

%)

Tota

l DP

K (

Rp

Tri

liun

)

Total DPK (Rp) Pertumbuhan Total DPK

Pertumbuhan Deposito Pertumbuhan Tabungan

Pertumbuhan Giro

0%

4%

8%

12%

16%

5.000

5.200

5.400

5.600

5.800

I IV I

2019 2020P

ertu

mb

uh

an K

red

it (

%)

Tota

l Kre

dit

(R

p)

Total Kredit (Rp Triliun)

Pertumbuhan Tot. Kredit

Pertumbuhan KI

Pertumbuhan KMK

Pertumbuhan KK

Page 51: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

49

Sektor

Miliar Rp

2019 2020

Q1 Q4 Q1

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 353.645 369.903 372.109

Perikanan 12.229 14.115 14.438

Pertambangan dan Penggalian 136.246 134.315 134.498

Industri Pengolahan 873.270 931.727 904.083

Listrik, gas dan air 176.741 198.255 199.749

Konstruksi 313.968 362.271 350.050

Perdagangan Besar dan Eceran 958.951 1.006.069 974.243

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum

98.688 109.842 111.210

Transportasi, pergudangan dan komunikasi

211.910 246.935 246.485

Perantara Keuangan 226.627 249.782 242.558

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

247.398 269.360 264.190

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

25.714 28.901 29.272

Jasa Pendidikan 12.267 14.194 13.858

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 22.596 33.576 28.526

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya

79.199 82.543 82.680

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga

2.695 3.415 3.243

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

168 280 323

Kegiatan yang belum jelas batasannya 1.462 1.976 2.642

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Ditinjau dari lapangan usaha penerima

kredit, terjadi perlambatan pertumbuhan

kredit di sebagian besar sektor ekonomi

pada Februari 2020. Perlambatan

pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada

sektor pertambangan dan penggalian,

sektor konstruksi, serta sektor

perdagangan besar dan eceran dengan

pertumbuhan kredit masing-masing

sebesar 1,4 persen (YoY), 11,5 persen

(YoY), dan 1,6 persen (YoY). Perlambatan

pertumbuhan kredit pada sektor

perdagangan besar dan eceran

merupakan pendorong utama

perlambatan pertumbuhan kredit secara

keseluruhan mengingat proporsinya yang

mendominasi, yaitu sebesar 24,5 persen,

dari total kredit yang disalurkan.

Namun di sisi lain, masih terdapat

beberapa sektor yang mengalami

peningkatan pertumbuhan, antara lain

sektor perikanan, sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan

minum, sektor transportasi, pergudangan

dan komunikasi, serta sektor jasa

Kesehatan dan kegiatan sosial. Sektor

perikanan dapat tumbuh sebesar 18,0

persen (YoY), sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan minum

yang tumbuh sebesar 12,7 persen (YoY),

sektor transportasi, pergudangan dan

komunikasi yang tumbuh sebesar 16,3

persen (YoY), serta sektor jasa kesehatan

dan kegiatan sosial, yang tumbuh sebesar

26,2 persen (YoY).

Page 52: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

50

Perbankan berekspektasi, di tengah isu

penyebaran virus COVID-19 ekpansi kredit

bakal ditekan seketat mungkin terutama

kepada sektor-sektor yang kemungkinan

besar terkena imbas dari wabah COVID-

19. Meski demikian sejumlah sektor

industri seperti farmasi, dan

telekomunikasi diyakini masih dapat jadi

andalan penyaluran kredit. Sejak Agustus

2015, pemerintah mencanangkan

program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam

rangka mendorong akses kredit bagi

Usaha Mikro Kecil Menengah dan

Koperasi (UMKM). Pada tahun 2020,

pemerintah menargetkan penyaluran KUR

sebesar Rp190 triliun, meningkat sebesar

Rp50 triliun dari target penyaluran pada

tahun 2019. Berdasarkan realisasinya,

pada triwulan I tahun 2020, KUR yang

telah disalurkan mencapai Rp54 triliun

kepada 1,5 juta debitur. Secara akumulasi,

sejak tahun 2015 sampai dengan triwulan

I tahun 2020, total penyaluran KUR

mencapai Rp473,2 triliun, dengan rasio

kredit bermasalah yang sangat rendah,

yaitu sebesar 1,2 persen.

Dalam penyalurannya, KUR terbagi

menjadi 3 (tiga) skema, yaitu KUR Mikro

(pinjaman ≤Rp25 juta), KUR Kecil

(pinjaman Rp25 juta – Rp200 juta), dan

KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Berdasarkan skema tersebut, pada

triwulan I tahun 2020, KUR Mikro

mendominasi penyaluran KUR yaitu

sebesar 63,7 persen, diikuti oleh KUR Kecil

yaitu sebesar 35,9 persen, dan KUR TKI

sebesar 0,4 persen. Selanjutnya, jika

dilihat berdasarkan sektor ekonomi,

terjadi pergeseran penyaluran KUR dari

sektor nonproduksi ke sektor produksi.

Porsi penyaluran KUR kepada sektor

produksi, mencapai 53,3 persen pada

triwulan I tahun 2020, lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 40,5 persen.

Meskipun penyaluran kredit kepada

sektor produksi masih di bawah target

yang dihimbau pemerintah yaitu 60

persen, namun peningkatan penyaluran

KUR ke sektor produksi menunjukkan

adanya peningkatan pemerataan akses

pembiayaan untuk usaha mikro yang

produktif. Namun demikian, berdasarkan

wilayah, penyaluran KUR masih

terkonsentrasi di wilayah Jawa dan

Sumatera, dengan porsi masing-masing

sebesar 54,6 persen dan 20,3 persen.

Gambar 36 Capaian Penyaluran KUR

Sumber: Kemenko Perekonomian

Gambar 37 Perkembangan Industri

Teknologi Keuangan (peer-to-peer lending)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

53,3

46,7

0

20

40

60

Sektor Produksi Sektor NonProduksi

(Per

sen

)

0

20

40

60

80

100

120

0

5

10

15

20

25

30

I IV I

2019 2020 Aku

mu

lasi

Rek

enin

g P

emin

jam

(J

uta

)

Aku

mu

lasi

Ju

mla

h P

inja

man

(t

riliu

n R

p)

Akumulasi Penyaluran Pinjaman (Rp Triliun)

Akumulasi Rekening Borrower (JutaRekening)

Page 53: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

51

Teknologi Keuangan (Fintech). Di

Indonesia, industri fintech berkembang

sangat pesat, dengan akumulasi jumlah

pinjaman dan akumulasi rekening

peminjam yang terus meningkat. Namun

demikian, industri fintech tidak luput

terkena dampak Pandemi COVID-19, yang

tercermin dari meningkatnya rasio

pembiayaan bermasalah, yaitu dari 2,6

persen pada triwulan I tahun 2019,

menjadi 4,2 persen pada triwulan I tahun

2020. Menurunnya kemampuan

membayar debitur akibat pelemahan

ekonomi dampak COVID-19 memicu

peningkatan rasio pembiayaan

bermasalah tersebut.

Pada triwulan I tahun 2019, akumulasi

penyaluran pinjaman meningkat sebesar

208,8 persen (YoY), yaitu dari Rp33,2

triliun pada triwulan I tahun 2019 menjadi

Rp102,5 triliun pada triwulan I tahun

2020. Sejalan dengan peningkatan

akumulasi penyaluran pinjaman,

akumulasi rekening peminjam juga

mengalami peningkatan, yaitu sebesar

247,0 persen (YoY), dari 7,0 juta rekening

pada triwulan I tahun 2019, menjadi 24,2

juta rekening pada triwulan I tahun 2020.

Meskipun masih terpusat di Pulau Jawa,

peningkatan akumulasi rekening

peminjam tersebut menunjukkan

perkembangan yang positif dalam

mendorong inklusi keuangan di Indonesia.

Dilihat dari perkembangannya, akumulasi

rekening peminjam di luar Pulau Jawa

tumbuh sebesar 256,3 persen (YoY), yaitu

dari 1,2 juta rekening pada triwulan I

tahun 2019 menjadi 4,3 juta rekening

pada triwulan I tahun 2020.

Asuransi. Penyebaran COVID-19 yang

meluas berdampak pada kinerja Industri

Keuangan NonBank, salah satunya yaitu

Industri Asuransi. Industri Asuransi

mengalami penurunan jumlah total aset

sebesar 0,1 persen (YoY), yaitu dari

Rp1.249,2 triliun pada triwulan I tahun

2019 menjadi Rp1.248,0 triliun pada

triwulan I tahun 2020. Penurunan kinerja

Industri Asuransi tersebut didorong oleh

penundaan pembayaran premi asuransi

akibat daya beli masyarakat yang

menurun. Menghadapi hal tersebut,

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

mengeluarkan kebijakan countercyclical

dalam menghadapi dampak pandemi

COVID-19 terhadap Lembaga Jasa

Keuangan NonBank, salah satunya Industri

Asuransi, yaitu dengan perhitungan

kembali tingkat solvabilitas perusahaan

asuransi, perusahaan asuransi Syariah,

perusahaan reasuransi, dan perusahaan

reasuransi Syariah. Perubahan

perhitungan solvabilitas antara lain

diperkenankannya penghitungan aset

investasi berdasarkan nilai perolehan yang

diamortisasi untuk sejumlah aset, serta

diakuinya kontrak sewa pembiayaan

sebagai aset dengan nilai maksimum

sebesar liabilitas yang timbul dari kontrak

tersebut.

Gambar 38 Perkembangan Aset Industri

Asuransi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

-4

1

6

11

16

1.110

1.140

1.170

1.200

1.230

1.260

1.290

1.320

1.350

I IV I

2019 2020

Per

tum

bu

han

(%

)

Tota

l Ase

t (R

p T

riliu

n)

Total Aset Asuransi

Page 54: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

52

Gambar 39 Perkembangan Jumlah Aset

Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Dana Pensiun. Kinerja industri dana

pensiun pada triwulan I tahun 2020

mengalami perlambatan, yang didorong

oleh pengaruh perlambatan ekonomi

akibat meluasnya wabah COVID-19. Hal

tersebut tercemin dari jumlah investasi

dan aset neto dana pensiun yang

melambat. Jumlah investasi dana pensiun

pada triwulan I tahun 2020 sebesar

Rp268,9 triliun atau tumbuh melambat

sebesar 1,0 persen (YoY), lebih rendah

dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 3,6 persen (YoY).

Sementara itu, jumlah aset neto dana

pensiun pada triwulan I tahun 2020

sebesar Rp277,1 triliun atau tumbuh

sebesar 1,0 persen (YoY), melambat

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,4

persen (YoY). Menghadapi perlambatan

tersebut, OJK mengeluarkan beberapa

stimulus kebijakan dana pensiun, seperti

perhitungan kualitas pendanaan dana

pensiun yang menyelenggarakan program

pensiun manfaat pasti, serta ketentuan

pengelolaan aset sesuai usia kelompok

peserta (life cycle fund) bagi dana pensiun

yang menyelenggarakan program pensiun

iuran pasti.

Gambar 40 Perkembangan IHSG dan Nilai

Kapitalisasi Pasar Saham

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Pasar Modal. Besarnya sentimen negatif

yang muncul dari penyebaran wabah

COVID-19 baik di dunia maupun di

Indonesia mempengaruhi kondisi pasar

modal, baik pasar saham maupun pasar

obligasi. Ketidakpastian berakhirnya

pandemi COVID-19 mendorong investor

untuk melakukan penyesuaian portfolio

keuangannya, dengan mengalihkan

likuiditas ke safe heaven assets termasuk

pada negara berkembang seperti

Indonesia. Kondisi tersebut memberikan

tekanan pada pasar modal domestik,

meskipun secara umum stabilitas pasar

modal masih dapat dijaga.

Kondisi pasar saham mengalami

pelemahan yang cukup signifikan,

tercermin dari Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) yang mengalami

kontraksi. IHSG ditutup di level 4.538,9

pada triwulan I tahun 2020, atau melemah

sebesar 29,8 persen (YoY).

Sejalan dengan pergerakan IHSG, nilai

kapitalisasi pasar saham juga mengalami

0

40

80

120

160

200

240

280

320

I IV I

2019 2020

(tri

liun

Rp

)

Jumlah Aset Neto Jumlah Investasi

5.200

5.750

6.300

6.850

7.400

4.500

5.000

5.500

6.000

6.500

I IV I

2019 2020

Nila

i Kap

ital

isas

i Pas

ar

IHSG

Nilai Kapitalisasi Pasar (RpTriliun)

Page 55: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

53

tekanan yang relatif tajam. Nilai

kapitalisasi pasar saham pada triwulan I

tahun 2020 sebesar Rp5.247,6 triliun, atau

terkontraksi sebesar 28,7 persen

dibandingkan dengan triwulan I tahun

2019 (YoY).

Gambar 41 Perkembangan Outstanding

Obligasi Korporasi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Sementara itu, walaupun sedikit melemah

dibandingkan akhir tahun 2019, pasar

obligasi korporasi, pada triwulan I tahun

2020, total nilai obligasi korporasi

mencapai Rp442,9 triliun, atau meningkat

sebesar 4,4 persen (YoY). Peningkatan

tersebut terutama disebabkan oleh biaya

penerbitan obligasi yang lebih murah yang

tercermin dari penurunan kupon

penerbitan obligasi korporasi seiring

dengan diturunkannya suku bunga acuan.

Perbankan Syariah. Selain perbankan

konvensional, perlambatan ekonomi

akibat penyebaran COVID-19 juga

berdampak pada kinerja perbankan

Syariah. Namun demikian, kinerja

perbankan Syariah masih tetap terjaga,

didukung oleh peningkatan rasio

kecukupan modal dan perbaikan kualitas

pembiayaan yang disalurkan.

Gambar 42 Kinerja Perbankan Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Pada bulan Februari tahun 2020, rasio

kecukupan modal Bank Umum Syariah

(BUS) mengalami peningkatan, yaitu

sebesar 20,5 persen lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 19,9 persen.

Selanjutnya, kinerja positif perbankan

Syariah juga tercermin dari meningkatnya

kualitas pembiayaan yang disalurkan, atau

menurunnya rasio pembiayaan

bermasalah (Non Performing

Financing/NPF). NPF pada BUS mengalami

penurunan sebesar 6 basis poin, yaitu dari

3,44 persen pada bulan Februari tahun

2019 menjadi 3,38 persen pada bulan

Februari tahun 2020. Sementara pada

UUS, NPF sebesar 3,0 persen pada bulan

Februari tahun 2020, lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 2,4 persen.

Sementara itu, dari segi likuiditas,

likuiditas perbankan Syariah pada bulan

Februari tahun 2020 mengalami sedikit

pelonggaran, baik pada Bank Umum

Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah

(UUS). Rasio pembiayaan terhadap

penghimpunan dana (Financing to Deposit

Ratio/FDR) pada BUS dan UUS masing-

410

420

430

440

450

I IV I

2019 2020

Rp

Tri

liun

Outstanding Korporasi (Rp Triliun)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

19

20

20

20

20

20

21

21

2019 I 2019 IV 2020 I*

FDR

& N

PF

(%)

CA

R (

%)

CAR NPF FDR

Page 56: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

54

masing sebesar 77,0 persen dan 101,0

persen, lebih rendah dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 78,4 persen dan

104,1 persen.

Gambar 43 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

dan Pembiayaan Perbankan Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) dan

pembiayaan perbankan Syariah pada

bulan Februari tahun 2020 mengalami

pertumbuhan, meskipun sedikit

melambat jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Total DPK yang dihimpun dan total

pembiayaan yang disalurkan oleh

perbankan Syariah (BUS dan UUS) tumbuh

masing-masing sebesar 12,3 persen (YoY)

dan 10,7 persen (YoY), lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 12,6 persen (YoY)

dan 14,1 persen (YoY).

Selanjutnya jika ditinjau lebih lanjut

berdasarkan jenis penggunaan,

pembiayaan perbankan Syariah pada

bulan Februari tahun 2020 masih

didominasi oleh pembiayaan konsumsi,

yaitu sebesar Rp160,4 triliun, atau

tumbuh sebesar 14,1 persen (YoY).

Sementara pembiayaan modal kerja dan

investasi masing-masing sebesar Rp109,9

triliun dan Rp85,0 triliun, atau tumbuh

masing-masing sebesar 5,5 persen (YoY)

dan 11,5 persen (YoY).

Tabel 26 Perkembangan Pembiayaan

Perbankan Syariah

Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad

Triliun Rupiah

2019 2020

Q1 Q4 Q1

Pembiayaan Investasi

78,0 87,0 85,0

Pembiayaan Modal Kerja

106,5 110,6 109,9

Pembiayaan Konsumsi

142,5 157,6 160,4

Total Pembiayaan

327,0 355,2 355,3

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Apabila ditinjau secara sektoral, sektor

perdagangan besar dan eceran, dan

sektor kontruksi masih mendominasi

penyerapan pembiayaan, dengan nilai

penyaluran pembiayaan masing-masing

sebesar Rp36,9 triliun dan Rp31,6 triliun,

atau berkontribusi masing-masing sebesar

22,0 persen dan 16,0 persen dari total

pembiayaan. Sementara itu, sektor

administrasi pemerintahan, pertahanan

dan jaminan sosial wajib merupakan

sektor dengan penyaluran pembiayaan

terendah, yaitu hanya sebesar Rp17,5

miliar pada bulan Februari tahun 2020,

atau sebesar 8,9 persen dari total

pembiayaan.

Namun demikian, pertumbuhan

pembiayaan perbankan Syariah tidak

terjadi di seluruh sektor ekonomi,

melainkan terdapat enam sektor ekonomi

yang mengalami penurunan penyaluran

pembiayaan antara lain: 1) sektor

0

5

10

15

0

100

200

300

400

500

2019 I 2019 IV 2020 I*

Per

sen

(%

)

DP

K d

an P

emb

iaya

an

(tri

liun

Rp

)

DPK

Pembiayaan

Pertumbuhan DPK (YoY)

Pertumbuhan Pembiayaan (YoY)

Page 57: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

55

pertambangan dan penggalian, 2) sektor

listrik, gas, dan air, 3) sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan dan

minum, 4) sektor real estate, 5) sektor jasa

kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan

dan perorangan lainnya, serta 6) sektor

badan internasional dan badan ekstra

internasional lainnya yang masing-masing

mengalami penurunan sebesar 5,0; 14,0;

1,0; 6,0; 4,0; dan 100,0 persen (YoY).

Tabel 27 Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha

2019 2020

Q1 Q4 Q1

Miliar Rp

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 12.168 13.717 13.475

Perikanan 1.169 1.307 1.366

Pertambangan dan Penggalian 5.306 5.086 5.019

Industri Pengolahan 25.343 26.488 26.020

Listrik, gas dan air 16.274 14.055 13.956

Konstruksi 27.180 31.167 31.631

Perdagangan Besar dan Eceran 33.462 36.752 36.907

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 4.789 4.988 4.748

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 9.254 9.952 10.268

Perantara Keuangan 18.352 19.388 18.846

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 12.903 13.404 12.073

Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

9.5 17.7 17.5

Jasa Pendidikan 5.760 6.640 6.237

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.343 7.269 6.659

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya

6.038 6.036 5.794

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 374 885 765

Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya

1 0 0

Kegiatan yang belum jelas batasannya 757 434 1.153

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Pasar Modal Syariah. Pasar modal Syariah

pada triwulan I tahun 2020 menghadapi

tekanan yang sangat besar, seiring dengan

penyebaran pandemi COVID-19 yang

menjadi isu global saat ini. Index Saham

Syariah bluechip yaitu Jakarta Islamic

Index (JII), Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI), dan Jakarta Islamic Index 70 (JII 70)

pada triwulan I tahun 2020 mengalami

pelemahan, dengan nilai kapitalisasi yang

menurun masing-masing sebesar 31,3

persen (YoY), 29,2 persen (YoY), dan 32,0

persen (YoY).

Gambar 44 Perkembangan Nilai Kapitalisasi

Pasar Saham ISSI, JII dan JII70

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

2019 I 2019 IV 2020 I

KapitalisasiPasar JII

2.302 2.319 1.582

KapitalisasiPasar ISSI

3.799 3.745 2.689

KapitalisasiPasar JII70

2.794 2.800 1.899

0500

1.0001.5002.0002.5003.0003.5004.000

Nila

i Kap

ital

isas

i (t

riliu

n R

p)

Page 58: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

56

Berbeda dengan nilai kapitalisasi pada

pasar saham Syariah yang melemah,

penerbitan sukuk korporasi dan Surat

Berharga Syariah Negara (SBSN) yang

dikeluarkan pemerintah mengalami

peningkatan. Namun demikian, nilai

outstanding sukuk korporasi masih jauh

tertinggal dibandingkan dengan nilai

outstanding SBSN, yaitu masing-masing

sebesar Rp29,9 triliun dan Rp487,2 triliun,

atau meningkat masing-masing sebesar

12,0 persen (YoY) dan 21,0 persen (YoY).

Gambar 45 Outstanding Sukuk Korporasi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan DJPR

Kemenkeu

Industri Keuangan Nonbank Syariah

(IKNBS). Pada triwulan I tahun 2020,

Industri Keuangan NonBank Syariah

(IKNBS) secara keseluruhan menunjukkan

tren yang positif. Kondisi tersebut

tercermin dari pertumbuhan total aset

IKNBS yaitu sebesar 7,0 persen (YoY). Jika

ditinjau lebih lanjut, Lembaga Keuangan

Mikro Syariah merupakan IKNBS yang

mengalami pertumbuhan total aset

tertinggi, yaitu sebesar 41,0 persen (YoY).

Selain Lembaga Keuangan Mikro Syariah,

Industri Dana Pensiun Syariah juga

menyumbang peningkatan aset IKNBS

secara keseluruhan, dengan pertumbuhan

aset dana pensiun Syariah sebesar 28,0

persen (YoY).

Tabel 28 Aset IKNB Syariah 2019 – 2020

Uraian

Miliar Rp

2019 2020

Q1 Q4 Q1

Asuransi Syariah 43.442 45.453 41.124

Lembaga

Pembiayaan

Syariah

27.064 27.196 26.723

Dana Pensiun

Syariah 3886 3973 5394

Lembaga Jasa

Keuangan Khusus

Syariah

26.306 28.536 34.491

Lembaga Keuangan

Mikro Syariah 278 403 467.9

Total Aset 100.977 105.612 108.249

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

2.5 Neraca Pembayaran

Gambar 46 Perkembangan Neraca

Pembayaran Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Neraca keseluruhan defisit seiring

dengan defisit pada transaksi finansial.

Neraca pembayaran Indonesia pada

triwulan I tahun 2020 defisit sebesar

USD8,5 miliar, menurun dibandingkan

triwulan I tahun 2019 yang surplus USD2,4

2019I

2019IV

2020I

SBSN 24,63 29,83 29,91

SukukKorporasi

427,28 485,53 478,15

0

100

200

300

400

500

0

10

20

30

40

SBSN

(R

p T

riliu

n)

Suku

k K

orp

ora

si

(Rp

Tri

liun

)

-10

-5

0

5

10

15

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(mili

ar U

SD)

Transaksi Berjalan

Transaksi Modal dan Finansial

Neraca Keseluruhan

Page 59: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

57

miliar. Hal ini disebabkan oleh transaksi

finansial yang menurun secara signifikan.

Di sisi lain, transaksi berjalan mengalami

perbaikan dengan mencapai defisit 1,4

persen dari PDB pada triwulan I 2020.

Defisit transaksi berjalan turun menjadi

USD3,9 miliar dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya sebesar

USD6,6 miliar. Perbaikan tersebut

didorong oleh peningkatan ekspor barang

diiringi dengan penurunan impor sehingga

neraca perdagangan barang mengalami

surplus sebesar USD4,4 miliar.

Neraca perdagangan nonmigas meningkat

dari USD2,9 miliar pada triwulan I tahun

2019 menjadi USD5,8 miliar triwulan ini.

Hal ini didorong oleh penurunan kinerja

impor sebesar -7,4 persen (YoY) yang

disebabkan turunnya permintaan global

dan turunnya harga komoditas. Impor

bahan baku dan barang modal

terkontraksi masing-masing 7,7 dan 13,3

persen (YoY). Di sisi lain, ekspor nonmigas

sedikit meningkat sebesar 0,9 persen

(YoY). Selanjutnya, defisit yang terjadi

pada perdagangan migas meningkat

karena disebabkan turunnya ekspor migas

hingga -23,6 persen (YoY) seiring turunnya

harga minyak mentah dunia dan

penurunan volume ekspor.

Sementara itu, defisit neraca jasa

meningkat dari USD1,6 miliar pada

triwulan I 2019 menjadi USD1,9 miliar

pada triwulan I 2020. Turunnya kinerja

neraca jasa disebabkan oleh turunnya

surplus perjalanan serta meningkatnya

defisit jasa telekomunikasi sebesar 46,9

persen (YoY) dan jasa bisnis lainnya 117,8

persen (YoY).

Defisit neraca transportasi turun,

surplus perjalanan turun.

Gambar 47 Neraca Jasa Perjalanan dan

Transportasi

Sumber: Bank Indonesia

Efek pandemi sudah terlihat pada triwulan

I 2020 yang ditunjukkan oleh turunnya

impor transportasi terutama untuk ekspor

barang dan ekspor perjalanan sejalan

dengan turunnya kunjungan wisatawan

mancanegara. Kinerja ekspor perjalanan

berkurang 28,3 persen (YoY), sedangkan

impor perjalanan terkontraksi 39,0 persen

(YoY). Sementara, kinerja transportasi

dipengaruhi oleh turunnya transportasi

penumpang hingga 61,6 persen (YoY)

dimana ekspor dan impornya masing-

masing terkontraksi 41,7 dan 51,4 persen

(YoY). Defisit transportasi barang yang

turun 15,6 persen (YoY) menahan defisit

neraca transportasi bergerak lebih dalam.

Pada triwulan I tahun 2020, neraca

pendapatan primer mengalami defisit

sebesar USD8,1 miliar, stagnan

dibandingkan periode yang sama tahun

2019. Kinerja ini dipengaruhi oleh kinerja

investasi yang tetap stabil. Meski begitu,

penerimaan pendapatan investasi

mengalami penurunan 17 persen (YoY).

Namun, penurunan pembayaran

pendapatan investasi sebesar 2,9 persen

-4,0-3,0-2,0-1,00,01,02,03,04,05,06,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(mili

ar U

SD)

Ekspor Transportasi Impor Transportasi

Ekspor Perjalanan Impor Perjalanan

Page 60: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

58

(YoY) berpengaruh lebih besar pada

keseimbangan. Pendapatan investasi

langsung membaik sejalan dengan

pembayaran modal ekuitas yang

berkurang. Sementara itu pendapatan

investasi portofolio sedikit turun

dipengaruhi peningkatan defisit

pendapatan utang (bunga).

Gambar 48 Neraca Pendapatan Primer dan

Sekunder

Sumber: Bank Indonesia

Surplus neraca pendapatan sekunder

pada triwulan I 2020 turun menjadi

USD1,6 miliar dibandingkan pada triwulan

I 2019 sebesar USD1,8 miliar. Penurunan

tersebut terutama disebabkan oleh

turunnya realisasi transfer personal

sebesar -9,3 persen (YoY) menjadi USD1,8

miliar. Penerimaan transfer personal

dalam bentuk remitansi yang diperoleh

dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) lebih

rendah.

Kepanikan di pasar keuangan global

menyebabkan transaksi modal dan

finansial menurun.

Transaksi finansial yang menjadi salah satu

penopang neraca pembayaran Indonesia

pada triwulan I 2020 defisit USD2,9 miliar

atau -1,1 persen dari PDB. Hal ini terutama

disebabkan oleh turunnya investasi

portofolio secara signifikan.

Gambar 49 Neraca Transaksi Finansial

Sumber: Bank Indonesia

Defisit yang terjadi merupakan salah satu

dampak dari ketidakpastian di pasar

keuangan global seiring menyebarnya

COVID-19 ke berbagai negara. Kondisi

tersebut mendorong aliran modal keluar

dari pasar keuangan domestik dalam

jumlah besar. Selain itu, investasi langsung

juga turun 40,8 persen (YoY) seiring

dengan penurunan aktivitas ekonomi

domestik akibat kebijakan Pembatasan

Sosial Berskala Besar.

Selama triwulan I tahun 2020, investor

asing melakukan penjualan neto Surat

Utang Negara (SUN) sebesar USD8,9

miliar. Di sisi lain, penerbitan dual

currency bond pemerintah membawa

aliran dana masuk sebesar USD2,0 miliar

dan EUR1,0 miliar. Sementara asing

melakukan jual neto Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) sebesar USD0,2 miliar.

Hingga akhir triwulan I, SBI yang dimiliki

asing turun menjadi 1,6 persen.

-12,0

-7,0

-2,0

3,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(mili

ar U

SD)

Penerimaan Pendapatan Primer

Pembayaran Pendapatan Primer

Penerimaan Pendapatan Sekunder

Pembayaran Pendapatan Sekunder

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(mili

ar U

SD)

Investasi Langsung

Investasi Portofolio

Investasi Lainnya

Page 61: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

59

Cadangan devisa Indonesia pada triwulan

I tahun 2020 sebesar USD121,0 miliar,

sedikit lebih rendah dibandingkan periode

yang sama pada tahun 2019 sebesar

USD124,5 miliar. Jumlah tersebut setara

dengan pembiayaan 7,0 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri

pemerintah. Angka tersebut juga lebih

tinggi dari standar kecukupan

internasional yaitu sebesar 3 bulan impor.

Page 62: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

60

Tabel 29 Neraca Pembayaran

Tahun 2014 – Triwulan I tahun 2020 (USD miliar)

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

TRANSAKSI BERJALAN -27,5 -17,5 -17,0 -16,2 -30,6 -6,6 -8,2 -7,5 -8,1 -3,9

BARANG 7,0 14,0 15,3 18,8 -0,2 1,3 0,6 1,4 0,3 4,4

Ekspor 175,3 149,1 144,5 168,9 180,7 41,2 40,2 43,7 43,4 41,7

Impor -168,3 -135,1 -129,2 -150,1 -181,0 -39,9 -39,6 -42,3 -43,1 -37,3

Barang Dagangan Umum 5,5 13,3 14,7 17,9 -0,2 0,8 0,2 0,7 0,0 3,1

Ekspor 173,8 147,7 143,1 167,0 178,7 40,4 39,4 42,5 42,7 40,0

Impor -168,3 -134,4 -128,4 -149,1 -178,9 -39,6 -39,2 -41,8 -42,7 -37,0

a. Nonmigas 17,3 19,0 19,5 25,3 11,2 2,9 3,1 2,7 3,2 5,8

Ekspor 145,0 130,5 130,2 151,4 161,1 37,4 36,4 39,5 39,7 37,7

Impor -127,7 -111,5 -110,7 -126,2 -149,9 -34,5 -33,3 -36,7 -36,5 -31,9

b. Migas -11,8 -5,7 -4,8 -7,3 -11,4 -2,1 -2,9 -2,1 -3,2 -2,7

Ekspor 28,8 17,2 12,9 15,6 17,6 3,0 2,9 3,0 3,0 2,3

Impor -40,6 -22,9 -17,7 -22,9 -29,0 -5,2 -5,8 -5,1 -6,2 -5,0

Barang Lainnya 1,5 0,7 0,6 0,9 0,0 0,5 0,3 0,7 0,3 1,3

Ekspor 1,5 1,4 1,4 1,9 2,0 0,8 0,8 1,2 0,7 1,7

Impor 0,0 -0,7 -0,8 -1,0 -2,0 -0,3 -0,5 -0,5 -0,4 -0,4

JASA-JASA -10,0 -8,7 -7,1 -7,4 -6,5 -1,6 -1,9 -2,3 -2,0 -1,9

Ekspor 23,5 22,2 23,3 25,3 31,2 7,4 7,4 8,4 8,4 6,0

Impor -33,5 -30,9 -30,4 -32,7 -37,7 -9,0 -9,2 -10,7 -10,4 -7,9

PENDAPATAN PRIMER -29,7 -28,4 -29,6 -32,1 -30,8 -8,1 -8,9 -8,4 -8,3 -8,1

PENDAPATAN SEKUNDER 5,2 5,5 4,5 4,5 6,9 1,8 2,0 1,8 2,0 1,6

TRANSAKSI MODAL 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

TRANSAKSI FINANSIAL 44,9 16,8 29,3 28,7 25,1 9,9 6,8 7,5 12,6 -2,9

Aset -10,8 -21,5 15,9 -18,4 -19,2 -6,6 -3,8 -4,0 -0,2 -3,8

Kewajiban 55,7 38,3 13,4 47,1 44,3 16,4 10,5 11,4 12,8 0,8

INVESTASI LANGSUNG 14,7 10,7 16,1 18,5 12,5 6,0 5,8 5,2 3,2 3,5

Aset -10,4 -9,1 11,6 -2,0 -6,4 -0,8 -1,6 -0,6 -1,4 -0,7

Kewajiban 25,1 19,8 4,5 20,5 18,9 6,8 7,4 5,8 4,6 4,2

INVESTASI PORTFOLIO 26,1 16,2 19,0 21,1 9,3 5,2 4,6 4,9 7,1 -5,8

Aset 2,6 -1,3 2,2 -3,4 -5,2 0,1 0,0 0,0 0,3 -0,1

Kewajiban 23,5 17,5 16,8 24,4 14,5 5,1 4,6 4,9 6,7 -5,7

Page 63: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

61

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

DERIVATIF FINANSIAL -0,2 0,0 0,0 -0,1 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0 -0,1

INVESTASI LAINNYA 4,3 -10,1 -5,8 -10,7 3,3 -1,4 -3,6 -2,7 2,4 -0,5

TOTAL 17,4 -0,7 12,4 12,5 -5,4 3,3 -1,4 0,0 4,5 -6,9

NERACA KESELURUHAN 15,2 -1,1 12,1 11,6 -7,1 2,4 -2,0 0,0 4,3 -8,5

Posisi Cadangan Devisa 111,9 105,9 116,4 130,2 120,7 124,5 123,8 124,3 129,2 121,0

Dalam Bulan Impor 6 7,4 8 8 6,4 6,7 6,7 6,9 7,3 7,0

Transaksi Berjalan/PDB (%) -3 -2,03 -2 -2 -3,7 -2,5 -3,0 -2,6 -2,8 -1,4

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Page 64: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

62

Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia pada

triwulan I tahun 2020 mengalami

surplus sebesar US$2.591,8 juta.

Surplus neraca perdagangan pada

triwulan I tahun 2020 disebabkan oleh

penurunan impor yang cukup tinggi, yakni

sebesar -12,2 persen (QtQ) atau -3,7

persen (YoY). Sementara dari sisi ekspor,

meskipun mengalami penurunan dari

triwulan sebelumnya (-3,6 persen),

namun kinerjanya masih sedikit lebih baik

dibandingkan periode yang sama tahun

2019 (2,8 persen, YoY).

Tabel 30 Neraca Perdagangan

Uraian Q1 2019 Q4 2019 Q1 2020

juta USD

Neraca Total -62,8 -1.282,1 2.591,8

Ekspor Total 40.605,7 43.324,3 41.760,8

Impor Total 40.668,5 44.606,4 39.169,0

Neraca Nonmigas 1.213,2 1.657,4 5.658,7

Ekspor Nonmigas 37.120,3 40.240,9 39.486,4

Impor Nonmigas 35.907,1 38.583,5 33.827,7

Neraca Migas -1.276,0 -2.939,5 -3.066,9

Ekspor Migas 3.485,4 3.083,4 2.274,4

Impor Migas 4.761,4 6.022,9 5.341,3

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Surplus neraca nonmigas sebesar

US$5.658,7 juta menjadi penyumbang

surplus perdagangan pada triwulan ini.

Surplus neraca perdagangan nonmigas ini

terjadi akibat kenaikan ekspor nonmigas

sebesar 6,4 persen (YoY) yang disertai

dengan penurunan impor nonmigas

sebesar 5,8 persen (YoY). Sebaliknya,

neraca perdagangan migas mengalami

defisit sebesar US$3.066,9 juta. Defisit

migas yang semakin melebar tersebut

didorong oleh penurunan ekspor migas

yang disertai dengan kenaikan impornya.

Ekspor migas pada triwulan I ahun 2020

turun sebesar 34,7 persen (YoY),

sedangkan impor migas naik 12,2

persen (YoY).

Penurunan ekspor migas utamanya

disebabkan oleh turunnya ekspor gas

sebesar 40,9 persen (YoY), yang

merupakan kontributor terbesar pada

ekspor migas dengan share mencapai 73,8

persen. Penurunan ekspor migas pada

triwulan I tahun 2020 tidak terlepas dari

faktor harga minyak dan gas dunia yang

turun tajam pada periode ini.

Dari sisi impor, meskipun terjadi

penurunan impor pada komoditas hasil

minyak sebesar 7,2 persen (YoY), namun

impor komoditas migas lainnya

menunjukan kenaikan yang cukup tinggi.

Impor gas menunjukkan peningkatan yang

cukup konsisten dari waktu ke waktu,

dengan pertumbuhan sebesar 27,6

persen (QtQ) atau 61,5 persen (YoY).

Impor minyak mentah pada triwulan I

tahun 2020 sebesar USD1.650,8juta, atau

naik 42,2 persen (YoY). Meskipun

demikian, nilainya masih lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sempat mencapai USD1.719,7juta.

Tabel 31 Nilai Ekspor dan Impor Migas

Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd

Total* (%)

QtQ YoY

Ekspor Migas 2.274,6 -27,0 -34,7 5,4 Minyak Mentah 194,5 -55,9 -44,3 0,5 Hasil Minyak 401,4 -20,9 35,0 1,0 Gas 1.678,7 -22,5 -40,9 4,0

Impor Migas 5.341,3 -11.3 12.2 13.6 Minyak Mentah 1.650,8 -4.0 42.2 4.2 Hasil Minyak 2.869,0 -21.6 -7.2 7.3

Gas 821,5 27.6 61.5 2.1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

* share thd total ekpor/impor

Page 65: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

63

Ekspor nonmigas pada triwulan I tahun

2020 mencapai USD39.486,3juta, atau

tumbuh 6,4 persen (YoY).

Tabel 32 Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan

Sektor

Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd

Total* (%)

QtQ YoY

Ekspor Nonmigas 39.486,3 -1,9 6,4 94,6 Pertanian 910,0 -12,8 16,0 2,2

Industri Pengolahan

32.995,9 0,6 10,1 79,0

Pertambangan dan lainnya

5.580,4 -12,7 -12,3 13,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

* share thd total ekpor/impor

Apabila dilihat berdasarkan sektornya,

pertumbuhan ekspor nonmigas pada

triwulan I tahun 2020 didorong oleh

kenaikan ekspor sektor industri

pengolahan sebesar 10,1 persen (YoY).

Peran ekspor industri pengolahan pada

triwulan I tahun 2020 mencapai 79,0

persen terhadap total ekspor Indonesia.

Sektor lain yang turut berkontribusi

terhadap pertumbuhan ekspor nonmigas

adalah sektor pertanian yang tumbuh 16,0

persen (YoY), meskipun proporsinya

hanya 4,0 persen terhadap total ekspor

nonmigas.

Ekspor nonmigas masih didominasi oleh

golongan Bahan Bakar Mineral (HS 27)

serta Lemak dan Minyak Hewan/Nabati

(HS 15).

Proporsi ekspor kedua golongan barang

tersebut mencapai 25,9 persen terhadap

ekspor nonmigas. Ekspor golongan bahan

bakar mineral pada triwulan I tahun 2020

tumbuh 0,7 persen secara QtQ. Namun

secara YoY mengalami penurunan sebesar

3,6 persen akibat harga batu bara dunia

yang turun tajam hingga mencapai -30,4

persen (YoY). Pertumbuhan ekspor

golongan lemak dan minyak hewan/nabati

mencatat pola sebaliknya, yaitu turun 8,1

persen secara QtQ namun tumbuh 10,8

persen secara YoY. Pertumbuhan ekspor

golongan ini lebih didorong oleh faktor

kenaikan harga minyak sawit dunia yang

mencapai 25,6 persen (YoY), karena dari

sisi volume mengalami penurunan

sebesar 14,9 persen (YoY).

Tabel 33 Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan

Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Ekspor

Nonmigas (%)

QtQ YoY

27: Bahan Bakar Mineral

5.454,8 0,7 -3,6 13,8

15 : Lemak & minyak hewan/nabati

4.790,6 -8,1 10,8 12,1

71 : Perhiasan/ Permata

2.301,4 69,4 34,5 5,8

85 : Mesin/peralatan listrik

2.265,3 0,1 24,7 5,7

72 : Besi & Baja 2.263,3 10,1 38,4 5,7 87 : Kendaraan dan Bagiannya

2.023,4 -3,5 8,9 5,1

40 : Karet dan Barang dari Karet

1.498,8 6,8 6,7 3,8

84 : Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

1.377,2 -3,2 10,9 3,5

64 : Alas kaki 1.331,4 14,8 16,1 3,4 62 : Pakaian jadi bukan rajutan

1.144,2 5,7 -1,4 2,9

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Barang nonmigas lain yang turut

berkontribusi terhadap pertumbuhan

ekspor nonmigas di triwulan I tahun 2020

ini adalah besi dan baja (HS 72),

perhiasan/ permata (HS 71), serta

mesin/peralatan listrik (HS 85).

Pertumbuhan ekspor ketiga golongan

barang tersebut secara berturut-turut

mencapai 38,4 persen, 34,5 persen, dan

24,7 persen (YoY).

Selain 10 golongan barang HS 2 digit terbesar dalam tabel diatas, beberapa

Page 66: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

64

golongan barang mengalami kenaikan ekspor yang tidak kalah tinggi. Ekspor barang lokomotif dan peralatan kereta api (HS 86) kembali tumbuh cukup tinggi di periode ini (sebesar 74,4 persen, YoY), untuk memenuhi kontrak pesanan lokomotif dari Bangladesh. Golongan barang nonmigas lain yang menunjukkan kenaikan tinggi adalah barang kain perca (HS 63) yang mendapatkan keuntungan di tengah pandemi COVID-19 karena tingginya permintaan masker. Pertumbuhan ekspor kain perca dan masker bedah masing-masing mencapai 188,9 persen (YoY) dan 1.842,9 persen (YoY).

Kontribusi ekspor produk manufaktur

high-skill dan berbasis teknologi

terhadap total ekspor sebesar 10,6

persen.

Tabel 34 Nilai Ekspor berdasarkan Klasifikasi

Teknologi

Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth YoY

Q1 2020 (%)

Share thd Ekspor Total (%)

Q1 2019

Q4 2019

Q1 2020

Produk Manufaktur

21.263,1 9,5 47,8 46,5 50,9

High-skill dan berbasis teknologi

4.426,6 -1,4 11,1 10,8 10,6

Medium-skill dan berbasis teknologi

4.463,9 5,2 10,5 10,4 10,7

Low-skill dan berbasis teknologi

3.570,9 29,5 6,8 7,8 8,6

Padat karya dan berbasis SDA

7.082,1 -0,4 17,5 15,8 17,0

Tidak teridentifikasi

1.719,7 107,7 2,0 1,7 4,1

Komoditas Primer

20.497,8 -3,2 52,2 53,5 49,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

berdasarkan kamus agregasi UNCTAD 2016

Penurunan harga komoditas dunia

memberikan keuntungan tersendiri

terhadap struktur ekspor Indonesia. Pada

triwulan I tahun 2020, ekspor komoditas

primer Indonesia turun 3,2 persen (YoY).

Di sisi lain, ekspor produk manufaktur naik

9,5 persen (YoY) sehingga kontribusinya

pada periode ini dapat lebih tinggi

daripada komoditas primer.

Peningkatan kontribusi ekspor produk

manufaktur ini masih didominasi oleh

kelompok produk padat karya dan

berbasis sumber daya alam/SDA (17,0

persen terhadap total ekspor). Sementara

untuk kelompok produk manufaktur high-

skill dan berbasis teknologi, yang

merupakan salah satu target RPJMN

2020—2024, masih mengalami kontraksi

sebesar 1,4 persen (YoY).

Negara tujuan ekspor nonmigas

terbesar pada triwulan I tahun 2020

adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan

Jepang.

Tabel 35 Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa

Negara Mitra Dagang Utama

Uraian Nilai

Q1 2020

(juta USD)

Growth (%) Share thd Ekspor

Nonmigas (%)

QtQ YoY

Tiongkok 5.958,1 -20,4 14,0 15,1 Jepang 3.425,1 -2,7 0,6 8,7 Amerika Serikat 4.830,3 3,1 16,0 12,2 India 2.956,2 -7,6 -1,7 7,5 Australia 505,8 -5,3 12,5 1,3 Korea Selatan 1.445,4 0,7 -17,8 3,7 Taiwan 858,0 -1,5 -1,3 2,2 ASEAN 9.047,6 1,0 9,3 22,9 Singapura 2.730,5 26,4 35,4 6,9 Malaysia 1.737,7 -11,2 -0,8 4,4 Thailand 1.365,3 5,2 -2,1 3,5 Uni Eropa 3.498,4 -4,1 -3,7 8,9 Jerman 642,4 5,2 10,4 1,6 Belanda 756,0 -4,3 -6,9 1,9 Italia 488,3 -1,0 22,5 1,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ketiga negara tersebut berkontribusi

sebesar 36,0 persen terhadap total ekspor

nonmigas. Negara tujuan ekspor

Page 67: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

65

nonmigas terbesar selanjutnya adalah

negara-negara di Kawasan ASEAN,

terutama Singapura (6,9 persen), Malaysia

(4,4 persen), dan Thailand (3,5 persen).

Meskipun pertumbuhan ekonomi

Tiongkok pada triwulan I tahun 2020

mengalami kontraksi sebesar 6,8 persen

(YoY), namun ekspor Indonesia ke negara

tersebut masih tumbuh sebesar 14,0

persen (YoY). Pertumbuhan tersebut

utamanya didorong oleh kenaikan ekspor

barang kain perca (termasuk masker

bedah) sebesar 7.070,0 persen (YoY),

ekspor besi dan baja sebesar 64,6 persen

(YoY), serta ekspor bahan bakar mineral

sebesar 18,4 persen (YoY)1.

Sementara untuk ekspor ke Amerika

Serikat, kenaikan ekspor Indonesia

sebesar 16,0 persen (YoY) diperkirakan

terjadi karena menurunnya impor barang

asal Tiongkok ke Amerika Serikat (efek

pengalihan perdagangan) sebagai akibat

penurunan aktivitas industri di Tiongkok

selama lockdown. Pertumbuhan ekspor

Indonesia ke Amerika Serikat utamanya

berasal dari ekspor mesin/peralatan listrik

sebesar 71,3 persen (YoY) dan ekspor

furnitur sebesar 68,4 persen (YoY) 1.

Total impor Indonesia turun 3,7 persen

(YoY).

Berdasarkan penggunaan barang,

penurunan impor pada triwulan I tahun

2020 disebabkan oleh penurunan impor

bahan baku/penolong serta impor barang

modal, yang masing-masing turun 2,8

persen dan 13,1 persen (YoY). Hal ini

sejalan dengan melambatnya

pertumbuhan sektor industri pengolahan

pada triwulan I tahun 2020, yang hanya

1 Dihitung melalui proksi data impor Tiongkok dan Amerika

Serikat, sumber: Trademap (2020).

tumbuh 2,06 persen (YoY). Sementara

impor barang konsumsi tercatat naik

sebesar 7,1 persen (YoY).

Tabel 36 Nilai Impor berdasarkan Golongan

Penggunaan Barang

Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd

Total(%) QtQ YoY

Impor Total 39.169,0 -12,2 -3,7 100 Barang Konsumsi

3.618,3 -23,8 7,1 9,2

Bahan Baku / Penolong

29.668,7 -8,5 -2,8 75,8

Barang Modal 5.862,0 -20,8 -13,1 15,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Impor nonmigas terbesar adalah

golongan Mesin/Pesawat Mekanik (HS

84) serta Mesin/Peralatan Listrik (HS

85)

Tabel 37 Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan

Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Impor

Nonmigas (%)

QtQ YoY

84 : Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

6.023,7 -11,8 -7,6 17,8

85 : Mesin/peralatan listrik

4.525,6 -17,4 2,8 13,4

72 : Besi dan Baja 2.116,5 -23,4 -23,4 6,3 39 : Plastik dan Barang dari Plastik

2.018,9 -6,1 -7,5 6,0

87 : Kendaraan dan Bagiannya

1.571,5 -11,3 -12,1 4,6

29 : Bahan kimia organik

1.409,1 2,5 -7,8 4,2

10 : Serealia 892,2 16,1 -4,1 2,6 73 : Benda-benda dari Besi dan Baja

799,4 -15,9 -6,3 2,4

23 : Ampas/Sisa Industri Makanan

681,5 -4,7 8,1 2,0

38 : Berbagai produk kimia

657,8 4,6 -6,0 1,9

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 68: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

66

Kedua golongan barang tersebut berperan

sebesar 31,2 persen terhadap total impor

nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, impor

mesin/pesawat mekanik turun sebesar 7,6

persen (YoY), sedangkan mesin/peralatan

listrik masih mengalami kenaikan sebesar

2,8 persen (YoY). Pada 10 golongan barang

HS 2 digit utama, penurunan impor

terbesar terjadi pada golongan besi dan

baja (-23,4 persen, YoY), golongan barang

kendaraan dan bagiannya (-12,1 persen,

YoY), serta golongan barang bahan kimia

organik (-7,8 persen, YoY).

Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok dan Jepang.

Meskipun impor nonmigas asal Tiongkok mencatat kontraksi sebesar 14,5 persen (YoY), namun Tiongkok masih menjadi negara asal impor nonmigas utama Indonesia (share 26,3 persen). Kontraksi impor Tiongkok utamanya berasal dari penurunan impor golongan barang mesin-mesin/pesawat mekanik serta golongan besi dan baja, yang masing-masing turun sebesar 9,8 persen dan 28,3 persen (YoY)2.

Impor nonmigas asal Jepang pun mengalami penurunan pada triwulan I tahun 2020, terutama berasal dari golongan barang mesin-mesin/pesawat mekanik serta barang kendaraan dan bagiannya, yang masing-masing turun sebesar 20,0 persen dan 8,8 persen (YoY)2.

Beberapa negara masih mengalami kenaikan impor nonmigas pada triwulan I tahun 2020, yaitu Singapura (27,9 persen, YoY), Taiwan (22,9 persen, YoY), dan Belanda (20,9 persen, YoY).

2 Dihitung melalui proksi data ekspor Tiongkok dan Jepang,

sumber: trademap (2020).

Tabel 38 Nilai Impor Nonmigas di Beberapa

Negara Mitra Dagang Utama

Uraian Nilai

Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Impor

Nonmigas (%)

QtQ YoY

Tiongkok 8.909,3 -27,2 -14,5 26,3 Jepang 3.596,7 -4,4 -9,4 10,6 Amerika Serikat 1.832,5 -7,4 -6,3 5,4 India 967,7 -3,7 -4,1 2,9 Australia 1.069,9 -10,1 3,3 3,2 Korea Selatan 1.763,3 -3,7 -4,1 5,2 Taiwan 956,2 -16,9 22,9 2,8 ASEAN 7.167,1 -5,9 4,1 21,2 Singapura 2.237,8 -13,2 27,9 6,6 Malaysia 1.427,3 -0,8 -3,4 4,2 Thailand 2.257,7 -4,0 -6,9 6,7 Uni Eropa 2.855,9 -6,0 -5,0 8,4 Jerman 797,3 -2,1 -7,3 2,4 Belanda 220,8 1,6 20,9 0,7 Italia 412,0 2,0 1,0 1,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kerjasama Ekonomi Internasional

Perkembangan Indonesia-Australia

Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IA-CEPA).

Indonesia-Australia Comprehensive

Economic Partnership Agreement (IA-

CEPA) telah diratifikasi pada Rapat

Paripurna DPR RI yang dilaksanakan pada

6 Februari 2020. Proses ratifikasi telah

selesai dengan diterbitkannya Undang-

Undang No. 1 Tahun 2020 tentang

Pengesahan Persetujuan Kemitraan

Ekonomi Komprehensif Indonesia-

Australia pada 28 Februari 2020.

Menyusul ratifikasi, Menteri Perdagangan

Indonesia dan Menteri Perdagangan,

Investasi, dan Pariwisata Australia telah

menyepakati bahwa IA-CEPA akan berlaku

efektif mulai 5 Juli 2020 yang diumumkan

melalui siaran pers oleh masing-masing

negara.

Page 69: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

67

Pelaksanaan IA-CEPA mencakup

diantaranya Economic Cooperation

Program (IA-CEPA ECP). Penyiapan IA-

CEPA ECP mencakup penyusunan dan

pembahasan the Draft of IA-CEPA ECP

Design Report. Kesepakatan yang dicapai

adalah: (1) empat bidang kerja sama

ekonomi, yaitu: (a) IA-CEPA

Implementation, (b) Agrifood Innovation

Partnerships, (c) Powering Advanced

Manufacturing, (d) Co-investing in Skills

and Training; dan (2) pembentukan ECP

Collaborative Hub yang bertindak sebagai

Sekretariat dari Economic Cooperation

Committee (ECC) untuk ECP. Pelaksanaan

IA-CEPA ECC akan didanai melalui

Australian Overseas Development

Assistance (ODA) dengan Bappenas

sebagai koordinator dari sisi Pemerintah

Indonesia.

Perkembangan Terkini Perundingan

Indonesia-European Union

Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IEU-CEPA)

IEU-CEPA telah masuk dalam tahap

negosiasi sejak tahun 2016. Selama

berlangsungnya proses perundingan,

masih banyak isu yang belum mencapai

kesepakatan baik dari internal Indonesia

maupun dari pihak EU. Beberapa

permasalahan yang masih dibahas antara

lain terkait bea keluar, local content, dan

government procurement. Selain itu,

perundingan juga cukup alot karena EU

terdiri dari 27 negara, sehingga berbagai

isu perundingan harus disetujui oleh

semua negara tersebut.

Dari sisi Indonesia, Uni Eropa merupakan

pasar yang cukup penting. Berdasarkan

data ITC Trade Map, pada tahun 2018 Uni

Eropa termasuk Inggris merupakan tujuan

bagi 9,5 persen dari ekspor Indonesia, dan

sekitar 7,5 persen dari total impor

Indonesia berasal dari Uni Eropa.

Sementara dari sisi Uni Eropa,

perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa

cenderung stagnan dengan persentase

tidak lebih dari 0,3 persen baik dari total

impor Uni Eropa maupun total ekspor Uni

Eropa.

Tabel 39 Kontribusi Ekspor Indonesia ke Uni

Eropa

Uraian 2016 2017 2018

Ekspor Indonesia ke Uni Eropa (Juta USD)

14.474 16.377 17.121

Kontrribusi ekspor Indonesia terhadap impor Uni Eropa (%)

0,28 0,28 0,27

Kontribusi ekspor Indonesia ke Uni Eropa terhadap total Ekspor Indonesia (%)

10,02 9,70 9,50

Sumber: ITC Trade Map

Proses perundingan ke depan perlu

didasarkan pada dampak dari perubahan-

perubahan signifikan dalam arah

kebijakan ekonomi di Uni Eropa seperti

standar produk ramah lingkungan, serta

perubahan politik seperti Brexit.

Gambar 50 Mitra Ekspor Indonesia ke Uni Eropa

Sumber: Center for Strategic and International

Studies

Perundingan tersebut tidak saja

difokuskan pada dampak terhadap

perdagangan, namun juga terhadap

Page 70: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

68

investasi. Negara utama sumber FDI dari

Uni Eropa ke Indonesia antara lain:

Belanda, Belgia, Inggris, Jerman, dan

Prancis. Sekitar 77,8 persen dari total FDI

berasal dari Belanda. Investasi Uni Eropa

sebagaian besar berada di subsektor: (i)

transportasi dan pergudangan, (ii) listrik,

gas, dan air, (iii) pertambangan, (iv) hotel

dan restoran, serta (v) kimia dan farmasi.

Sebagai catatan, saat ini EU-Vietnam FTA

sudah selesai ratifikasi dan EU-Thailand

FTA sudah memasuki tahap akhir

perundingan. Baik Vietnam maupun

Thailand merupakan kompetitor

Indonesia di pasar Uni Eropa.

Gambar 51 Mitra Utama Investasi Indonesia

Asal Uni Eropa

Sumber: Center for Strategic and International

Studies

Gambar 52 Subsektor Tujuan Uni Eropa

Sumber: Center for Strategic and International

Studies

Perkembangan Terkini Perdagangan dan

Kerjasama Internasional Terkait COVID-19

Deklarasi KTT Khusus ASEAN Terkait

COVID-19

KTT ASEAN membahas kesepakatan

mengenai upaya penanganan situasi

COVID-19 dilaksanakan secara virtual

pada 14 April 2020. Deklarasi tersebut

menghasilkan kesepakatan antara lain: (i)

kerjasama melawan COVID dengan saling

tukar informasi dan best practices serta

pengembangan research, (ii)

perlindungan bagi warga negara ASEAN di

tengah masa pandemic, (iii) memperkuat

komunikasi publik dan memerangi

stigmatisasi, (iv) komitmen untuk

mengambil aksi kolektif dan kebijakan

terkoordinasi untuk mitigasi dampak

ekonomi dan sosial, (v) pentingnya

pendekatan komprehensif yang

melibatkan multi-stakeholders dan multi-

sektoral, (vi) menugaskan para menteri

ekonomi ASEAN untuk memastikan

berjalannya supply chain connectivity

sehingga perdagangan dapat terus

berjalan, (vii) mendukung realokasi Trust

Fund ASEAN guna menangani COVID-19.

World Trade Organization

Terlepas di luar konteks COVID-19,

mundurnya Direktur Jenderal WTO

Roberto Azevêdo merupakan hal yang

mengejutkan. Terlebih berita ini muncul di

tengah kondisi COVID-19 yang berdampak

negatif pada agenda reformasi WTO dan

upaya mendukung multilateralisme serta

menekan tren proteksionisme.

Pada masa COVID-19, hambatan

perdagangan dan jasa meningkat pesat

yang ditunjukkan dengan banyaknya

notifikasi trade measures ke WTO. Sampai

dengan 14 Mei 2020, terdapat 177

notifikasi hambatan perdagangan barang

(dal

am r

ibu

USD

)

Page 71: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

69

dan 81 notifikasi hambatan perdagangan

jasa dari berbagai negara.

Sebagai contoh, sejak Februari 2020,

Tiongkok telah mengarahkan sektor bisnis

untuk mengajukan lisensi ekspor-impor

secara digital. Amerika Serikat

menetapkan prioritas dan alokasi Alat

Perlindungan Diri (APD) termasuk masker,

alat bantu pernapasan, dan sejenisnya

untuk penggunaan domestik. Selain itu, AS

juga menerapkan prosedur investigasi

yang komprehensif untuk barang impor

terkait pandemik. Indonesia, Malaysia,

dan Thailand untuk sementara waktu

melarang ekspor antiseptik dan etil

alkohol, masker dan bahan baku

pembuatan masker, serta APD. Sedangkan

Myanmar sementara waktu menunda

penerbitan lisensi ekspor beras untuk

menjamin ketahanan pangan di masa

pandemik.

G20 Trade and Investment Working Group

Indonesia sebagai bagian dari G20 TIWG

telah menyusun draf outcome yang

disepakati sebagai aksi bersama maupun

aksi sukarela oleh kepala negara G20.

Kesepakatan ini meliputi berbagai area

kebijakan, antara lain: (i) fasilitasi

perdagangan dan upaya memastikan

protokol darurat tidak menimbulkan bagi

perdagangan internasional, (ii) upaya

mendukung kelancaran logistik

penggunaan sementara transportasi

umum untuk untuk perdagangan barang

terutama alat-alat kesehatan dan

perlengkapan medis, (iii) mendukung

UMKM dan kolaborasi dengan sektor

swasta, dll.

Diplomasi di Tengah COVID-19

Tiongkok memberikan bantuan peralatan

medis mencakup APD, handsanitizers, dan

ventilator, serta konsultasi dan knowledge

sharing dari tenaga medis Tiongkok untuk

negara-negara Amerika Latin. Tiongkok

juga mengajukan pemberian bantuan

finansial dan memberikan keringanan

pinjaman lunak saat AS menolak

permohonan bantuan dari Venezuela,

serta investor AS menarik investasinya

dari Amerika Latin.

Vietnam melakukan soft diplomacy

dengan mendonasikan masker ke

berbagai negara ASEAN, Amerika Serikat,

Rusia, Jeman, Perancis dan Inggris.

Bantuan sebanyak 250.000 masker

diberikan kepada AS, 550.000 masker

kepada Uni Eropa, Kemampuan produksi

tersebut ditunjang dengan telah

berkembangnya industri garmen dan

tekstil di Vietnam. Hal ini dapat dilihat

sebagai unjuk kesiapan industri di Vietnam

untuk bersaing dengan Tiongkok di pasar

global.

Page 72: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

70

Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

Tabel 40 Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993

2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 2010

3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under consultation and study

2017

4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2015

5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2016

6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017

7 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2010

8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008

9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2009

10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2005

11 ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2007

12 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Signed but not yet in effect 2012

13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6)

Proposed/Under consultation and study

2005

14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under consultation and study

2004

15 Eurasian Economic Union-Indonesia Proposed/Under consultation and study

2016

16 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under consultation and study

2014

17 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched 2011

18 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017

19 Indonesia-Colombia Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2019

20 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement

Signed but not yet In Effect 2018

21 Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement

Negotiations launched 2016

22 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement

Proposed/Under consultation and study

2018

23 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008

24 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2018

25 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019

26 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Negotiations launched 2018

Page 73: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

71

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

27 Indonesia-Nigeria Preferential Trade Agreement Propesed/Under Consultation and study

2017

28 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013

29 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under consultation and study

2014

30 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched 2012

31 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2018

32 Indonesia-Sri Lanka Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2018

33 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under consultation and study

2011

34 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018

35 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017

36 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2016

37 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

1997

38 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

Signed and In Effect 2011

39 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013

Sumber: Asia Regional Integration Center (ADB)

Secara umum, kinerja perdagangan

Indonesia dengan negara mitra FTA dalam

satu tahun terakhir sampai triwulan I

tahun 2020 relatif stagnan. Penurunan

nilai impor yang signifikan hanya terjadi

pada impor Indonesia dari Tiongkok yang

turun sebesar USD1,4 miliar yang

dipengaruhi oleh dampak COVID-19.

Kontribusi ekspor Indonesia ke kawasan

Asia Timur yang terdiri dari Jepang, Korea

Selatan, Tiongkok termasuk Hongkong

mencapai 31,30 persen dari total ekspor

Indonesia ke dunia. Pada saat yang sama,

Indonesia juga mengimpor 42,58 persen

produk dari negara-negara tersebut.

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara

berkontribusi terhadap 24,37 persen dari

total ekspor Indonesia, dan 22,56 persen

dari impor Indonesia. Sementara itu,

negara-negara mitra FTA di kawasan Asia

Selatan yang terdiri dari India, Bangladesh,

dan Pakistan menjadi tujuan ekspor dari

10,25 persen produk Indonesia, dan

sumber 3,25 persen dari total impor

Indonesia.

Tabel 41 Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA

Kawasan / Negara

Q1 2019 Q1 2020

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

(juta USD)

Indonesia

terhadap Dunia 40.605,7 40.668,5 -62,8 41.760,9 39.169,0 2.591,9

KAWASAN ASIA TIMUR

Jepang 4.225,0 3.975,3 249,7 3.720,7 3.611,6 109,2

Korea Selatan 2.082,8 2.129,7 -47,0 1.752,7 1.973,5 -220,9

Page 74: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

72

Kawasan / Negara

Q1 2019 Q1 2020

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

(juta USD)

R. R. Tiongkok 5.753,9 10.507,2 -4.753,3 6.374,7 9.086,7 -2.712,

Hongkong, Tiongkok

647,7 702,5 54,8 708,9 762,2 53,3

Kontribusi thd total

31.30% 42.58% - 30.07% 39.40% -

KAWASAN ASIA TENGGARA

Thailand 1.635,0 2.437,6 -802,7 1.539,7 2.267,9 -728,2

Singapura 3.178,7 3.593,5 -414,8 3.438,2 3.800,2 -362,0

Filipina 1.604,9 207,5 1.397,4 1.551,3 183,2 1.368,2

Malaysia 1.955,3 1.908,9 46,4 2.016,6 1.901,4 115,3

Myanmar 200,9 38,3 162,6 267,9 62,0 205,9

Kamboja 143,2 12,4 130,8 169,7 15,9 153,9

Brunei Darussalam

16,9 8,1 8,8 29,8 42,6 -12,8

Laos 1,8 9,0 -7,2 1,7 15,9 -14,2

Vietnam 1.160,9 961,1 199,8 1.194,9 957,7 237,2

Kontribusi thd total

24.37% 22.56% - 24.45% 23.61% -

KAWASAN ASIA SELATAN

India 3.019,7 1.146,0 1.873,7 2.959,4 971,1 1.988,3

Pakistan 512,8 92,9 419,9 525,2 67,6 457,6

Bangladesh 628,2 22,1 606,1 619,0 30,1 588,9

Kontribusi thd total

10.25% 3.10% - 9.83% 2.73% -

KAWASAN EROPA

Turki 276,0 91,5 184,4 294,4 80,0 214,3

Kontribusi thd total

0.68% 0.23% - 0.70% 0.20% -

KAWASAN AFRIKA

Mesir 292,3 49,0 243,3 282,2 43,7 238,4

Nigeria 106,3 516,3 -410,0 95,2 578,7 -483,5

Kontribusi thd total

0.98% 1.39% - 0.90% 1.59% -

KAWASAN OCEANIA

Australia 475,2 1.164,0 -688,8 511,6 1.412,0 -900,4

Selandia Baru 101,2 170,9 -69,7 128,2 185,2 -57,0

Kontribusi thd total

1.42% 3.28% - 1.53% 4.08% -

KAWASAN TIMUR TENGAH

Iran 18,9 7,2 11,7 35,5 7,7 27,8

Kontribusi thd total

0.91% 0.34% - 2.02% 0.39% -

Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 75: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

73

Tabel 42 Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia

Berdasarkan FTA terhadap Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia

FTA

Q1 2019 Q1 2020

Ekspor Impor Ekspor Impor

(persen)

ASEAN FTA 24.37 22.56 24.45 22.14

ASEAN-Australia and New Zealand FTA 25.79 25.85 25.98 25.97

ASEAN-Hong Kong, China FTA 25.97 24.29 26.15 23.97

ASEAN-India CEPA 31.81 25.38 31.54 24.47

ASEAN-Japan CEPA 34.78 32.34 33.36 30.79

ASEAN-People's Republic of China CEPA 38.54 48.40 39.71 43.90

ASEAN-Republic of Korea CEPA 29.50 27.80 28.65 26.87

Indonesia-Japan EPA 10.40 9.77 8.91 8.65

Indonesia-Pakistan FTA 1.26 0.23 1.26 0.16

Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

9.33 6.61 9.26 6.49

Sumber: Kementerian Perdagangan

Perkembangan perdagangan berdasarkan

FTA menunjukkan bahwa FTA yang

melibatkan negara ASEAN berkontribusi

lebih dari 20 persen total ekspor dan

impor Indonesia. FTA dengan kontribusi

terbesar adalah ASEAN-People's Republic

of China Comprehensive Economic

Cooperation Agreement.

Page 76: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

74

Page 77: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

75

III. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI

3.1 Proyeksi Pertumbuhan

Ekonomi Global

Goncangan yang disebabkan oleh

pandemi mengancam terjadinya resesi

global.

Perekonomian dunia diproyeksi

terkontraksi hingga 3,0 persen pada tahun

2020. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh

kebijakan lockdown, situasi keuangan

negara berkembang, serta harga

komoditas yang cenderung melemah.

Pertumbuhan negara-negara maju

diprediksi akan terkontraksi hingga 6,1

persen. Negara berkembang secara

umum juga akan terkontraksi 0,1 persen.

Namun, negara di Asia memiliki

kecenderungan tetap tumbuh positif.

Jumlah kasus yang besar di Amerika

Serikat dan Eropa akan menahan

pertumbuhan kawasan tersebut terkait

dengan pemulihan yang lama. Kebijakan

lockdown dan pembatasan aktivitas

menurunkan aktivitas ekonomi dalam

jumlah yang sangat besar. Negara-negara

tersebut diprediksi terkontraksi jauh lebih

besar dibandingkan negara lainnya.

Aktivitas ekonomi di Tiongkok

diperkirakan kembali berjalan pada

triwulan II. Namun, recovery

perekonomian Tiongkok pada triwulan II

diprediksi akan terhambat turunnya

permintaan global sejalan dengan

diberlakukannya lockdown di berbagai

negara mitra. Dengan topangan stimulus

fiskal dan pemulihan aktivitas bisnis,

ekonomi Tiongkok pada tahun 2020

diproyeksi tetap tumbuh positif sebesar

1,2 persen.

India juga diproyeksikan tetap tumbuh

positif sebesar 1,9 persen pada tahun

2020. Sementara itu, ASEAN-5 secara

keseluruhan akan terkontraksi 0,6 persen.

Indonesia, Filipina, dan Vietnam masing-

masing tetap tumbuh positif. Sementara

Malaysia dan Thailand terkontraksi

masing-masing 1,7 dan 6,7 persen.

Tabel 43 Proyeksi Pertumbuhan Beberapa

Negara

Kawasan 2020 2021

Negara Maju Amerika Serikat -5,9 4,7 Kawasan Eropa -7,5 4,7 Jerman -7,0 5,2 Inggris -6,5 4,0 Jepang -5,2 3,0 Negara Berkembang Tiongkok 1,2 9,2 India 1,9 7,4 ASEAN-5 -0,6 7,8 Amerika Latin dan Karibia Brazil -5,3 2,9 Sub Sahara Afrika -1,6 4,1 Afrika Selatan -5,8 4,0

Global -3,0 5,8

Sumber: IMF, World Economic Outlook, April

2020

Pertumbuhan ekonomi dunia deprediksi

kembali tumbuh sebesar 5,8 persen pada

tahun 2021. Kondisi perekonomian baik

negara maju maupun berkembang akan

lebih baik dibandingkan tahun 2020.

Namun, pertumbuhan tetap lebih rendah

dibandingkan sebelum pandemi. Kondisi

tersebut akan tercapai jika perekonomian

telah kembali berjalan dengan normal.

Kecepatan dalam menangani pandemi

menjadi kunci pertumbuhan.

Harga komoditas energi diprediksi turun

tajam pada tahun 2020.

Berdasarkan data World Bank, prediksi

harga batu bara internasional pada tahun

2020 diturunkan dari USD79,0 menjadi

Page 78: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

76

USD65,0 per metrik ton. Sementara pada

2021 direvisi menjadi USD68 dari USD71

per metrik ton. Sementara itu, harga gas

alam diproyeksi sebesar USD3,1 per

mmbtu pada tahun 2020. Pelemahan yang

terjadi disebabkan oleh berkurangnya

konsumsi global terhadap dua komoditas

tersebut.

Tabel 44 Proyeksi Harga Komoditas Global

Komoditas Unit 2020 2021

Energi

Batubara USD/mt 65,0 68,0

Minyak Mentah

USD/bbl 35,0 42,0

Gas Alam, Eropa

USD/mmbtu 3,1 4,1

Non Energi

Minyak Kelapa Sawit

USD/mt 650 668

Karet USD/kg 1,55 1,61

Tembaga USD/mt 5.200 5.500

Emas USD/toz 1.600 1.590

Sumber: World Bank, April 2020

Minyak mentah rata-rata diprediksi turun

hingga 43,0 persen pada 2020 menjadi

USD35,0. Hal ini disebabkan oleh

anjloknya permintaan dunia yang

diperkirakan mencapai -10 persen akibat

pembatasan aktivitas. Dengan penurunan

yang begitu besar, pemotongan produksi

minyak mentah oleh anggota OPEC+ tidak

berpengaruh banyak. Harga minyak

mentah diperkirakan naik pada tahun

2021 seiring dengan permintaan yang

berangsur meningkat. Jika produksi

minyak mentah dapat diturunkan lebih

tajam, kenaikan harga minyk dapat terjadi

lebih cepat.

Harga komoditas pertanian bergerak

cenderung stabil.

Berbeda dengan komoditas lainnya,

pengaruh perlambatan ekonomi global

pada komoditas pertanian tidak sebesar

komoditas lainnya. Meskipun harganya

tetap diprediksi turun. Namun, distribusi

barang yang tehambat dapat

meningkatkan harga komoditas di tingkat

konsumen.

Harga karet diprediksi sebesar USD1,55

per kg pada 2020 dan sedikit meningkat

pada 2021 menjadi USD1,6 per kg. Tidak

banyak berubah dibandingkan harga

tahun 2019. Turunnya harga karet terkait

dengan industri ban yang menghentikan

produksinya untuk sementara waktu.

Turunnya permintaan global diimbangi

dengan turunnya produksi karet. Ekspor

karet oleh negara-negara produsen utama

juga telah menurun hampir 5 persen

(YoY). Oleh karena itu, harga karet akan

lebih stabil.

Minyak kelapa sawit diproyeksikan

meningkat pada tahun 2020 menjadi

USD650 per metrik ton. Sementara harga

kopi Arabika dan Robusta diprediksi turun

masing-masing menjadi sebesar USD2,8

dan USD1,5 per kg. Keduanya akan

meningkat kembali pada tahun 2021.

Permintaan cokelat diprediksi mengalami

penurunan lebih dari 4 persen. Hal

tersebut berdampak pada turunnya harga

cokelat pada tahun 2020 menjadi USD2,3

per kg. Hal serupa terjadi pada harga teh

yang diproyeksi turun hingga 10 persen.

Komoditas logam diproyeksi turun 13

persen.

Lemahnya permintaan dan suplai yang

kembali meningkat dari Australia dan

Brazil akan menyebabkan turunnya harga

bijih besi tahun ini. Harga bijih besi

diprediksi sebesar USD85 per dmt.

Sementara itu, harga nikel diproyeksi

turun 17,3 persen menjadi USD11.500 per

metrik ton. Turunnya permintaan global

berdampak lebih besar daripada efek

Page 79: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

77

pengurangan suplai dari Indonesia dan

Filipina. Oleh karena itu, harga nikel

cenderung akan turun pada tahun 2020.

Kondisi berbeda terjadi pada emas yang

diprediksi meningkat hingga 14,9 persen

padda tahun 2020. Ketidakpastian

pandemi yang dihadapi dan kekhawatiran

pasar membuat sejumlah negara

melakukan peloggaran moneter besar-

besaran. Hal ini mendorong peningkatan

permintaan investor akan komoditas

emas. Rata-rata harga emas sepanjang

tahun berjalan diprediksi mencapai

USD1.600 per troy ons.

3.2 Proyeksi Perekonomian

Indonesia

Perekonomian Indonesia pada tahun

2020 diperkirakan mengalami

perlambatan sebagai dampak pandemi

COVID-19.

Tabel 45 Konsensus Proyeksi Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia

Lembaga 2020

IMF1) 0,5 World Bank2) 2,5 ADB3) 5,2 Bappenas4) (0,4) – 2,3 Goldman Sachs Group -2,1 Oxford Economics -0,8 JP Morgan Chase 0,5 Moody’s 2,1 Fitch Rating 1,2 Nomura Securities -3,2

Sumber: 1)World Economic Outlook (WEO),

April 2020 2)Global Economic Prospect (GEP),

Januari 2020 3)Asian Development Outlook

(ADO), April 2020 4)Perkiraan Bappenas dan

Kementerian Keuangan, Mei 2020

Tidak berbeda dengan negara lain di

dunia, pandemi COVID-19 berdampak

besar terhadap ekonomi Indonesia.

Prospek pertumbuhan ekonomi tahun

2020 yang pada awalnya ditargetkan

mencapai 5,3 persen, direvisi ke bawah

menjadi -0,4 – 2,3 persen dengan

mempertimbangkan terjadinya

perlambatan pada hampir semua

komponen PDB. Melihat realisasi

pertumbuhan triwulan I tahun 2020 yang

melambat signifikan menjadi sebesar 3,0

persen, pertumbuhan ekonomi tahun

2020 diperkirakan melambat mendekati

nol dengan puncak penurunan terjadi

pada triwulan II tahun 2020.

Tabel 46 PDB Berdasarkan Pengeluaran

Komponen Pengeluaran

20191)

2020: Sebelum COVID-

192)

2020: COVID-193)

Konsumsi RT & LNPRT

5,2 4,9 (0,6) – 1,8

Konsumsi Pemerintah

3,2 4,3 3,3 – 4,0

PMTB/Investasi 4,4 6,0 (2,8) – 0,3 Ekspor -0,9 3,7 (7,7) – (3,0) Impor -7,7 3,2 (12,0) – (7,5)

PDB 5,0 5,3 (0,4) – 2,3

Sumber: 1)BPS, 2)Sasaran RKP 2020,

3)Perkiraan Bappenas dan Kementerian

Keuangan, Mei 2020

Dari sisi PDB pengeluaran, konsumsi

masyarakat (konsumsi rumah tangga dan

LNPRT) diperkirakan melambat, hanya

tumbuh -0,6 – 1,8 persen pada tahun

2020, lebih rendah dari sasaran RKP 2020

sebesar 4,9 persen. Perlambatan tersebut

salah satunya disebabkan oleh

berkurangnya permintaan masyarakat,

terutama untuk wisata dan hiburan,

sebagai dampak dari pembatasan sosial

(social distancing) untuk menghentikan

penyebaran wabah COVID-19. Daya beli

masyarakat juga turun disebabkan oleh

hilangnya pendapatan sebagian

masyarakat yang kehilangan pekerjaan

dan potensi kenaikan harga karena

gangguan di sisi penawaran. Perluasan

bantuan sosial yang dilakukan pemerintah

Page 80: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

78

diharapkan dapat menahan laju

perlambatan konsumsi masyarakat.

Pembentukan modal tetap bruto atau

investasi diperkirakan terkena dampak

negatif yang besar, tumbuh sebesar -2,8 –

0,3 persen pada tahun 2020, lebih rendah

dari sasaran RKP 2020 sebesar 6,0 persen.

Tekanan pada neraca keuangan

perusahaan akibat rendahnya penerimaan

seiring penurunan permintaan,

ketidakpastian penyelesaian COVID-19

yang mendorong investor asing maupun

domestik menunda keputusan investasi,

dan ditunda atau dihentikannya proyek

infrastruktur pemerintah menjadi

beberapa faktor yang mendorong

perlambatan investasi.

Ekspor barang dan jasa yang pada awalnya

ditargetkan tumbuh 3,7 persen

diperkirakan mengalami kontraksi sebesar

7,7 – 3,0 persen pada tahun 2020.

Kontraksi tersebut utamanya didorong

oleh turunnya permintaan dunia akan

barang ekspor Indonesia. Selain ekspor

barang, penurunan ekspor jasa juga akan

mengalami penurunan, terutama jasa

transportasi dan jasa perjalanan.

Turunnya ekspor perjalanan didorong

oleh penurunan wisatawan mancanegara

sebagai dampak penutupan perbatasan

Indonesia dan negara lainnya untuk

mencegah penyebaran wabah COVID-19.

Sementara itu, impor barang dan jasa

diperkirakan juga mengalami kontraksi

sebesar 12,0 – 7,5 persen dari sebelumnya

diperkirakan tumbuh sebesar 3,2 persen,

akibat turunnya aktivitas ekonomi

domestik.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah

sebesar 3,3 – 4,0 persen menjadi satu-

satunya komponen PDB pengeluaran yang

diperkirakan tidak akan terlalu berbeda

dari sasaran dalam RKP 2020 sebesar 4,3

persen. Pertumbuhan konsumsi

pemerintah didorong oleh peningkatan

belanja untuk memberikan stimulus

terhadap kelompok masyarakat dan

industri yang terkena dampak COVID-19.

Tabel 47 PDB Berdasarkan Lapangan Usaha

Komponen Pengeluaran

20191)

2020: Sebelum COVID-

192)

2020: COVID-193)

Pertanian 3,6 3,7 0,8 – 2,5 Pertambangan 1,2 1,9 (2,1) – 0,5 Industri Pengolahan

3,8 5,0 (1,9) – 1,8

Pengadaan Listrik

4,0 4,2 1,6 – 3,4

Pengadaan Air 6,8 4,0 1,7 – 4,5 Konstruksi 5,8 5,7 (0,9) – 2,2 Perdagangan 4,6 5,5 (2,0) – 0,5 Transportasi 6,4 7,0 (7,5) – (3,1) Penyediaan Akomodasi

5,8 6,0 (7,9) – (5,2)

Informasi dan Komunikasi

9,4 7,3 8,3 – 11,2

Jasa Keuangan dan Asuransi

6,6 6,3 2,5 – 5,4

Real Estat 5,7 4,9 (0,2) – 2,5 Jasa Perusahaan

10,3 8,3 1,2 – 3,9

Administrasi Pemerintah

4,7 4,5 4,4 – 5,1

Jasa Pendidikan 6,3 5,1 3,8 – 6,2 Jasa Kesehatan 8,7 7,5 11,2 – 13,3 Jasa Lainnya 10,6 8,9 3,7 – 6,5

Sumber: 1)BPS, 2)Sasaran RKP 2020,

3)Perkiraan Bappenas dan Kementerian

Keuangan, Mei 2020

Dari sisi PDB lapangan usaha, dampak

negatif COVID-19 dirasakan merata di

hampir semua sektor. Sektor penyediaan

akomodasi dan makanan minuman,

perdagangan, industri pengolahan,

perdagangan, transportasi dan

pergudangan, dan konstruksi merupakan

sektor yang merasakan dampak negatif

terbesar pada tahun 2020.

Sebagai gambaran, pada RKP tahun 2020

sektor penyediaan akomodasi dan makan

Page 81: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

79

minum merupakan salah satu sektor yang

diharapkan tumbuh tinggi (6,0 persen)

seiring dengan prioritas pembangunan di

sektor pariwisata. Namun pembatasan

pergerakan manusia, penutupan

perbatasan, dan penghentian sebagian

besar penerbangan internasional dan

domestik menyebabkan aktivitas

pariwisata, baik wisatawan mancanegara

maupun domestik, turun tajam. Selain itu,

pembatasan pergerakan manusia

berdampak pula terhadap restoran dan

warung makanan yang hanya bisa

melayani delivery atau take away. Sebagai

akibatnya, pertumbuhan sektor ini

diperkirakan mengalami kontraksi sebesar

7,9 – 5,2 persen.

Sektor industri pengolahan mengalami

tekanan yang cukup besar, baik dari sisi

supply maupun demand. Dari sisi supply,

gangguan pada rantai pasok global

menyebabkan kenaikan biaya produksi

terutama untuk memenuhi pasokan

bahan baku impor. Selain itu, kebijakan

pembatasan pergerakan masyarakat

berdampak pada tenaga kerja sektor

industri pengolahan yang mendorong

turunnya aktivitas produksi.

Dari sisi demand, di satu sisi industri

pengolahan secara keseluruhan

dihadapkan pada turunnya permintaan

masyarakat akan produk industri,

terutama produk yang bukan kebutuhan

dasar. Namun di sisi lain, terdapat juga

industri yang berkembang di antaranya:

industri makanan minuman, produk

kebutuhan sehari-hari, alat kesehatan dan

farmasi. Dengan perkembangan tersebut,

sektor ini diperkirakan akan tumbuh

sebesar -1,9 – 1,8 persen.

Turunnya volume dan aktivitas

perdagangan, baik domestik maupun

internasional, memberikan pengaruh bagi

kinerja sektor perdagangan. Sektor ini

diperkirakan tumbuh melambat sebesar -

2,0 – 0,5 persen.

Sementara itu sektor transportasi dan

pergudangan diperkirakan terkontraksi

sebesar 7,5 – 3,1 persen, sebagai dampak

dari dampak pembatasan pergerakan

masyarakat dan penurunan aktivitas

ekonomi secara keseluruhan terhadap

permintaan angkutan transportasi,

terutama transportasi udara.

Sektor lainnya, sektor konstruksi, terkena

dampak penundaan atau penghentian

berbagai proyek pembangunan

infrastruktur pemerintah yang berdampak

pada melambatnya pertumbuhan hingga

sebesar -0,9 – 2,2 persen.

Sektor lain yang perlu mendapat

perhatian adalah sektor pertambangan,

pertanian, dan pengadaan listrik yang

masing-masing diperkirakan tumbuh

sebesar -2,1 – 0,5; 0,8 – 2,5; dan 1,6 – 3,4

persen pada tahun 2020. Sektor

pertambangan diperkirakan terkena

dampak tidak langsung dari penyebaran

wabah COVID-19 yakni penurunan

permintaan dan harga komoditas di

tingkat internasional. Sementara itu,

sektor pertanian subsektor tanaman

pangan diperkirakan tidak akan

mengalami gangguan dalam jangka

pendek, tetapi gangguan diperkirakan

terjadi pada subsektor perkebunan dan

perikanan, terutama dari sisi ekspor.

Sektor pengadaan listrik terbantu oleh

peningkatan konsumsi listrik rumah

tangga yang meningkat seiring dengan

kebijakan work from home dan

pembebasan tarif listrik, meski

permintaan listrik industri dan bisnis

mengalami penurunan.

Page 82: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

80

Sektor jasa kesehatan dan informasi

komunikasi menjadi sektor yang

diperkirakan dapat bertahan di tengah

wabah COVID-19. Jasa kesehatan

merupakan kebutuhan esensial terutama

dalam hal pemenuhan obat-obatan,

farmasi dan alat kesehatan. Selain itu,

permintaan akan produk sektor informasi

dan komunikasi meningkat cukup

signifikan, khususnya pada paket data

untuk memenuhi kebutuhan selama work

from home. Sektor jasa kesehatan dan

informasi dan komunikasi diperkirakan

masing-masing tumbuh sebesar 11,2 –

13,3 persen dan 8,3 – 11,2 persen pada

tahun 2020.

Page 83: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

81

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab

Ir. Bambang Prijambodo, MA

Pemimpin Redaksi

Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi

Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA

Dr. Onny Noyorono, MIA, MA

Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D

Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Dr. Haryanto, SE, MA

Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA

Ir. Imarita Trihanda, MS

Redaktur Pelaksana

Cut Sawalina, SE, Msi

Mochammad Firman Hidayat, SE, MA

Toni Priyanto J, S.Kom, ME

Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc

Tari Lestari, S.Si, SE, MS

Muhammad Fahlevy, SE, MA

P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D

Octal Pramudito, SE, MA

Dra. Dwi Martini, ME

Yunus Gastanto, SE, PG.Dip

Istasius Angger Anindito, SE, MA

Yogi Harsudiono, SE, MPA

Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol

Fajar Hadi Pratama, ST

Sukhad, S.IP

Drs. Muhammad Arif, Msi

Page 84: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

82

Penulis

Filza Amalia, SE

Rakhmi Fadillah, SE

Mario Rosario Wisnu Aji, SE

Haqiqi Masnatin, SE

Rahma Hanii Maulida, SE

Rinda Komalasari, SE

Firdaussy Yustiningsih, STP, ME

Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI

Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE

Aris Saputra, SE

Aldi Turindra Rachman, SE

Deni Apriyanto, SE

Hilda Roseline, SE

Mutiara Maulidya, SE

Widyastuti Hardaningtyas, SE

Widath Chaerunissa Ayuningtyas, SE

Zakka Farisy, SE

Imroatul Amaliyah, SE

Muhammad Fikri Masteriarsa, S.Stat

Distributor/Sirkulasi

Imam Musadad

Tulus Sujadi

Administrasi

Dina Fitriani, SPd

Riris Karisma Kholid, SE

Editor

Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout

Zaid Fadhlurrahman, S.Kom

Page 85: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

83

Untuk memberikan hasil laporan terbaik,

kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

Page 86: PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA...ISSN 2580 PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi Triwulan I Tahun 2020 Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020 -2518

84

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Gedung Madiun Lt. 5, Jl. Taman Suropati No. 2,

Menteng, Jakarta Pusat, 1030

Telp. (021) 31934267